1
PENDAHULUAN
Morbili adalah penyakit virus akut, menular yang ditandai dengan 3
stadium, yaitu stadium prodormal ( kataral ), stadium erupsi dan stadium
konvalisensi, yang dimanifestasikan dengan demam, konjungtivitis dan bercak
koplik. untuk mengatasi penyakit morbili dengan cara promotif, preventif,
kreatif dan rehabilitatif. Promotif yaitu memberi penyuluhan kesehatan di
masyarakat tentang penyakit morbili dan penanggulangannya, preventif
yaitu untuk mencegah terjadinya morbili adalah berubah kebiasaan sehari-
hari yaitu menjaga kebersihan lingkungan, pola hidup sehat.
Campak adalah virus RNA dari family Paramyxoviridae genus Morbili
virus. Virus campak berada di sekret nasofaring dan di dalam darah, minimal
selama masa tunas dan dalam masa tunas dan dalam waktu yang singkat sesudah
timbulnya ruam. Virus tetap aktif minimal dalam 34 jam pada temperature kamar,
15 minggu dalam pengawetan beku, minimal 4 minggu disimpan dalam
temperature 35 derajat Celcius, dan beberapa hari dalam suhu 0 derajat Celcius.
Virus tidak aktif pada pH rendah.
Virus campak menunjukkan antigenisitas yang homogeny. Infeksi dengan
virus campak memicu pembentukan Nutralizing antibody, komplemen fixing
antibody dan hemaglutinin inhibition antibody.
2
IDENTIFIKASI KASUS
1. Identitas Pasien
Nama : An. R.P
TTL/Umur : Ambon, 12 – 12 – 2004 / 9 tahun
Alamat : Tantui
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Kristen Protestan
Anak ke- : 2 dari 3 bersaudara
Bangsa/Suku : Indonesia
Tanggal Masuk RS : 05– 12 – 2013 / 22.30 WIT
Tanggal Keluar RS : 09 – 12 – 2013 / 12.00 WIT
Masuk Bagian Anak : Kamar Isolasi
2. Status Umum
- Alloanamnesis Oleh : Ny. V. W (Ibu kandung pasien)
- Keluhan Utama : Panas
- Anamnesis terpimpin :
Pasien masuk Rumah sakit dengan keluhan utama panas tinggi sejak 4
hari yang lalu sebelum masuk RS. Panas dirasakan tiba-tiba tidak
disertai dengan kejang, tidak menggigil dan tidak terjadi penurunan
kesadaran.
Keluhan juga disertai dengan muntah sebanyak 3x. Satu hari setelah di
rawat di rumah sakit muncul ruam kemerahan pada seluruh tubuh.
3
Menurut ibunya pasien juga kelihatan tampak lemas. Batuk ada, pilek
dan sesak nafas tidak ada, mual dan muntah ada, nafsu makan biasa,
buang air kecil dan buang air besar biasa.
- Keluhan penyerta : demam (+), muntah setiap kali makan, batuk (+),
- Riwayat Penyakit Sebelumnya : tidak ada
- Riwayat Penyakit Keluarga : tidak ada
- Riwayat Penyakit Lain : tidak ada
3. Status Neonatal dan Tumbuh kembang
Pasien lahir di rumah ditolong oleh Bidan dilahirkan secara spontan dan
air ketuban jernih, Apgar Skor tidak diketahui, berat badan lahir 3800
gram, panjang badan lahir 51 cm. Bayi lahir langsung menangis, riwayat
pemberian vitamin K ada, riwayat ibu keguguran tidak ada.
Riwayat berbalik saat 4 bulan, duduk saat 6 bulan, gigi pertama keluar saat
9 bulan, berdiri saat 7 bulan, berjalan saat 9 bulan dan mulai berbicara saat
12 bulan.
Status ASI mulai dari 0 – 2 tahun, mulai makan makanan lunak pada usia
5 bulan.
4. Status Gizi pada saat masuk dengan klinis :
1 SD dan – 2 SD Gizi Baik
- BB : 24 kg
- TB : 139 cm
- IMT : 12.43
4
5. Status Imunisasi
Hepatitis B 3x, BCG 1x, DPT 3x, Polio 3x, Campak 1x. Kesan lengkap.
6. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Sakit sedang/ GCS E4V54M6 Tanda Vital : TD 100/70
mmHg, Nadi: 90 x/menit, Pernapasan: 24 x/menit, Suhu: 39,60C
Kulit : Pucat (-), Petekhie (-), Ikterus (-)
Kepala :
- Normosefal, rambut berwarna hitam, tidak mudah tercabut, wajah
tampak simetris.
- Mata : cekung (-), palpebra edema -/-, konjungtiva anemis -/-, sklera
ikterik -/-, refleks pupil +/+, isokor.
- Bibir/Sel mulut : mukosa kering (-), cyanosis -, pucat -.
- Telinga : Normotia, hiperemis -, serumen -.
- Hidung : tidak tampak kelainan, rinorea (-/-)
- Leher : trakea berada di tengah, pembesaran kelenjar tiroid (-),
pembesaran KGB (-)
- Lingkar kepala : 45 cm.
Toraks :
- Inspeksi : simetris ka = ki, iga tampak sekali
- Palpasi : sela iga kanan = kiri, vocal fremitus +/+
- Perkusi : sonor +/+
- Auskultasi : vesiculer +/+, Rh -/-, Wh -/-
5
- Lingkar dada : 48 cm
Jantung :
- Inspeksi : simetris kanan sama dengan kiri
- Palpasi : batas jantung kiri linea midclavicularis kiri Batas jantung
kanan parasternalis kanan, batas jantung atas ICS III kiri,
Ictus kordis (-), Thrill (-).
- Auskultasi : Bunyi jantung I dan II murni, reguler
Abdomen :
- Inspeksi : Datar, lemas, ruam merah
- Palpasi : nyeri tekan (-), hepar/ lien tidak teraba
- Perkusi : Tympani
- Auskultasi : bising usus (+) kesan normal
- Hepar : tidak teraba
- Lien : tidak teraba
- Lingkar perut : 53 cm
Genitalia : Genitalia laki-laki , tidak ada kelainan
Ekstremitas :
- Col. Vertebralis : skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-)
- KPR : +/+ Normal
6
- APR : +/+ Normal
- Refleks Patologis : Babinski (-)
- Refleks Fisiologis : +/+ Normal
- Kekuatan : 5555
- Tonus : (-)
- Lingkar lengan atas : 11 cm
- Edema : -/-
7. Pemeriksaan Penunjang
- Laboratorium (06/12/2013 21:51:10)
Leukosit : 4000/mm3
Hb : 13,2 g/dl
Ht : 38,6 %
Trombo :207.000/mm3
8. Status Dermatologi
Pada regio mastoid, facialis-colli, thorakalis, extremitas atas sampai
dengan extremitas bawah : tampak rash makulopapular diatas kulit yang
eritem dengan ukuran lentikuller, diskret (eksantem morbiliformis).
9. Resume
Pasien anak laki-laki berusia 9 tahun masuk RS dengan keluhan muncul
ruam merah pada belakang telinga, wajah, leher, dada, dan lengan sejak 1
hari yang lalu disertai dengan panas tinggi sejak 4 hari. Dari pemeriksaan
ditemukan tanda-tanda vital Tekanan darah: 100/70 mmHg, Nadi :
7
90x/menit, Pernapasan : 24x/menit, Suhu : 39,60C. Status Dermatologi
didapatkan Pada regio mastoid, facialis-colli, thorakalis, extremitas atas
sampai dengan extremitas bawah : tampak rash makulopapular diatas kulit
yang eritem dengan ukuran lentikuller, diskret (eksantem morbiliformis).
10. Diagnosis Kerja
Morbili
11. Diagnosis Banding
Rubella
12. Penatalaksanaan
Saat masuk RS dan dirawat dibangsal untuk hari pertama pasien mendapat
terapi:
IVFD D5 15 tetes per menit
Cefotaxim 3 x 500 mg/iv
Paracetamol syrup 3 x ½ Coclear tea
Costil 3 x ½ Coclear
8
13. Follow Up
Setelah dirawat di bangsal :
Tgl S O A P07-12-2013
- Batuk berlendir- Demam - Pada wajah dan
seluruh tubuh Tampak rash makulopapular diatas kulit yang eritem dengan ukuran lentikuller, diskret (eksantem morbiliformis).
P = 28x/mS = 38,7oCN = 90x/m
Morbili - IVFD RL : D5%, , 15 tpm
- Cefotaxime 3 x 500mg/iv
- Paracetamol 3 x ½ cth- Costil 3 x ½ C
08-12-2013
- Batuk berlendir - Demam (-)- Pada wajah dan
seluruh tubuh Tampak rash makulopapular diatas kulit yang eritem dengan ukuran lentikuller, diskret (eksantem morbiliformis).
P = 24x/m
S = 36,6oC
N = 86x/m
Morbili - IVFD RL : D5%, , 15 tpm
- Cefotaxime 3 x 500mg/iv
- Paracetamol 3 x ½ cth- Costil 3 x ½ C
09-12-13
- Batuk berlendir- Demam (-)- rash
makulopapular diatas kulit yang eritem dengan ukuran lentikuller, diskret (eksantem morbiliformis) menghilang
- Keadaan Umum membaik
P = 28x/mS = 36,7oCN = 90x/m
Morbili - Aff infus- Pasien pulang
Keterangan : C : Coclear Cth : Coclear tea
9
DISKUSI KASUS
Pada kasus ini, pasien tersebut didiagnosis dengan morbili didasarkan pada
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan dari temuan klinis yang didapatkan setelah
melakukan pemeriksaan
Dari data yang didapatkan lewat anamnesis dan pemeriksaan fisik setelah
satu hari pasien dirawat di ruang kanak-kanak ditemukan bahwa pasien
mempunyai keluhan utama yaitu panas sudah sekitar empat hari yang lalu disertai
dengan munculnya bercak kemerahan pada seluruh tubuh. Keluhan tersebut juga
disertai dengan batuk
Menurut kepustakaan, morbili ditandai dengan tiga gejala yang khas yaitu
berupa coriza, caugh dan conjungtivitis namun, pada pasien ini hanya ditemukan
gejala saja yaitu cough. Pada pasien ini dikatakan morbili meskipun tidak
memenuhi kriteria khas pada morbili tetapi ada gejala klinis yang menyertai yaitu
panas disertai dengan munculnya ruam kemerahan pada seluruh tubuh.
Secara klinis diagnosis morbili biasanya dapat dibuat dengan kelompok
gejala klinis yag sangat berkaitan, yaitu koriza dan mata meradang disertai batuk
dan demam yang tinggi dalam beberapa hari diikuti dengan timbulnya ruam yang
memiliki ciri khas yaitu diawali dari belakang telinga menyebar ke muka, dada,
dan selanjutnya mengalami hiperpugmentasi dan kemudian mengelupas. Pada
stadium prodormal dapat ditemukan enantema di mukosa pipi yang merupakan
tanda patognomonik campak (bercak koplik ).
Diagnosis campak dapat ditegakan secara klinis, sedangkan pemeriksaan
penunjang sekedar membantu. Seperti pada pemeriksaan sitologi ditemukan sel
10
raksasa pada lapisan mukosa hidung dan pipi, pada pemeriksaan serologi
didapatkan IgM spesifik. Campak yang bermanifestasi tidak khas disebut campak
atipikal. Diagnosis banding antara lain rubella, demam skarlatina, ruam akibat
obat, eksantema subitum, dan infeksi stafilokokus.
Manifestasi klinis pada morbili dapat dibagi menjadi beberapa stadium
diantaranya adalah masa inkubasi, prodromal atau kataral, erupsi, konvalensi.
Pada pasien ini, dapat dikatakan masuk dalam stadium tiga yaitu stadium
prodromal dan stadium erupsi dimana dapat dilihat pada stadium prodromal
pasien ini Biasanya berlangsung 2-5 hari. Gejala yang utama muncul adalah
batuk, demam dengan suhu 39,5 0C, setelah hari keempat muncul ruam kemerahan
pada seluruh tubuh pasien.
Menurut teori, gejala prodromal ditandai dengan demam yang terus
meningkat hingga mencapai puncaknya suhu 39,4-40,60C pada hari ke- 4 atau 5,
yaitu pada saat ruam muncul. Gejala lain yang juga bisa muncul batuk, koriza,
faring hiperemis, nyeri menelan, stomatitis, dan konjungtivitis. Menjelang akhir
fase stadium prodormal dan 24 jam sebelum timbulnya enatema, timbul bercak
koplik yang patognomonis untuk morbili. Pada pasien ini hanya batuk yang
merupakan gejala penyerta yang muncul. Meskipun tidak terdapat gejala lain pada
pasien ini namun, sudah dapat dikatakan morbili.
Gejala klinis selanjutnya yang muncul pada pasien ini adalah pada stadium
erupsi, dimana ruam kemerahan sudah sampai pada kaki dan pasien masih demam
tetapi, saat ruam sudah sampai di kaki suhu tubuh pasien sudah kembali lagi
menjadi normal yaitu 36,70 C . menurut kepustakaan stadium erupsi terjadi
11
eritema berbentuk makula-papula disertai menaiknya suhu badan. Ruam ini
muncul pertama pada daerah batas rambut dan dahi, serta belakang telinga
kemudian menyebar dengan cepat pada seluruh muka, leher, lengan atas dan
bagian atas dada pada sekitar 24 jam pertama. Selama 24 jam berikutnya ruam
menyebar ke seluruh punggung, abdomen, seluruh lengan, dan paha. Ruam
umumnya saling menyatu sehingga pada muka dan dada menjadi confluent. Ruam
ini bertahan selama 5-6 hari. Suhu naik mendadak ketika ruam muncul dan sering
mencapai 40-40,5 °C. Penderita saat ini mungkin tampak sangat sakit, tetapi
dalam 24 jam sesudah suhu turun mereka pada dasarnya tampak baik.
Pada pasien ini, tidak ada pemeriksaan spesifik yang dilakukan karena
diagnosis dibuat dengan anamnesis dan dari gambaran klinis yang khas yang
ditemukan pada pasien ini. Hasil laboratorium dari pasien ini tidak begitu spesifik
karena didapatkan hasil lab dalam batas normal dan tidak terjadi kelainan.
Menurut kepustakaan, biasanya diagnosis dibuat hanya dari gambaran
klinis khas, konfirmasi laboratorium jarang diperlukan. Selama stadium
prodormal dapat ditemukan sel raksasa multinuklear pada pulasan mukosa hidung.
Virus dapat diisolasi pada biakan jaringan, dan diagnosis didukung dengan
kenaikan titer antibodi yang dapat dideteksi pada serum pada fase akut dan
konvalesens. Angka sel darah putih cenderung rendah dengan limfositosis relatif.
Pada ensefalitis campak, pungsi lumbal dapat menunjukkan kenaikan proterin dan
sedikit kenaikan limfosit, dengan kadar glukosa normal.
Penemuan antibodi IgM spesifik dalam darah atau saliva, atau peningkatan
sebanyak empat kali lipat antibodi IgG dapat mengkonfirmasi diagnosis. Ada juga
12
teori yang mengatakan bahwa deteksi antigen pada sekret nasofaring merupakan
cara diagnosis terbaik pada pasien immunocompromised karena sistem imunnya
terganggu.
Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan ini, karena pemeriksaan ini
tidak tersedia dan mungkin memerlukan waktu yang lama apabila hasilnya
dikirim.
Diagnosis banding yang mendekati dengan morbilli pada pasien ini adalah
eksantema subitum, rubella, infeksi karena ekovirus, virus koksaki, dan
adenovirus, mononukleus infeksiosa toksoplasmosis, meningokoksemia, demam
skarlet, penyakit rickettsia, penyakit serum, penyakit kawasaki dan ruam karena
obat.
Bercak koplik adalah tanda patognomonis untuk campak dan diagnosis
dari campak harus tidak dibuat apabila tidak ada batuk.
Roseola infantum (eksantema subitum) dibedakan dari campak dimana
ruam dari Roseola infantum tampak ketika demam menghilang. Ruam pada
rubella dan infeksi enterovirus cenderung mencolok pada ruam campak, dimana
dapat dilihat dari tingkat keparahannya. Walaupun ada batuk pada ricketsia ruam
biasanya tidak muncul pada wajah, sedangkan pada campak ruam pada wajah
sangat khas terlihat. Tidak adanya batuk atau riwayat injeksi serum atau
pemberian obat biasanya dapat membantu untuk mengenali apakah penyakit
serum atau ruam karena obat. Meningokoksemia dapat disertai dengan ruam yang
hampir sama dengan ruam pada campak, tetapi batuk dan konjungtivitis biasanya
tidak terdapat pada penyakit ini. Pada meningokoksemia akut ruam yang khas
13
adalah seperti purpura petekie. Ruam papuler halus difus pada demam skarlet
dengan susunan seperti daging angsa diatas dasar eritematosa relatif mudah
dibedakan.
Ruam yang lebih ringan dan gambaran klinis campak termodifikasi oleh
gamma globulin atau oleh imunitas parsial karena vaksin campak, atau pada bayi
dengan antibodi ibu, mungkin sukar untuk dibedakan.
Terapi yang diberikan pada pasien ini hanya bersifat simtomatik dimana
diberikan pengobatan sesuai dengan gejala yang ada. Pada pasien ini gejala yang
ada adalah panas, penanganan yang diberikan pada pasien ini adalah pemberian
antipiretik yaitu paracetamol 3 x ½ C, Antibiotik yang diberikan pada pasien ini
adalah cefotaxim dengan pemberian 3 x 500 Mg. Pada anamnesis didapatakan
bahwa pasien ini sempat muntah sebanyak tiga kali maka diberikan juga obat
muntah yaitu domperidone 3 X ½ C.
Pada pasien ini terapi yang diberikan sesuai dengan gejala yang ada.
Pemberian antibiotik pada pasien ini sebenarnya tidak perlu diberikan namun
harus diberikan pemberian anti virus karena pasien ini merupakan suatu infeksi
virus dan pada pasien ini tidak terjadi komplikasi. Pemberian antibiotik pada
pasien ini mungkin dicurigai terdapat infeksi akibat suatu penyakit namun setelah
menjalani perawatan tanda gejala dari infeksi virus mulai ada dan tidak terdapat
suatu komplikasi akibat penyakit yang berat.
Menurut kepustakaan, terapi pada campak bersifat simtomatik, terdiri dari
Pemberian cairan yang cukup, misal air putih, jus buah segar, teh, dan lain-lain
14
untuk mengembalikan cairan tubuh yang hilang karena panas dan berkeringat
karena demam.
Kalori yang sesuai dan jenis makanan yang disesuaikan dengan tingkat
kesadaran dan adanya komplikasi, Suplemen nutrisi, Antibiotik diberikan apabila
terjadi infeksi sekunder.
Anti konvulsi apabila terjadi kejang, Anti piretik bila demam, Pemberian
Terapi vitamin A untuk anak-anak dengan campak di negara-negara berkembang
terbukti berhubungan dengan penurunan angka kejadian morbiditas dan
mortalitas. Dosis 6 bulan-1 tahun : 100.000 IU per oral sebagai dosis tunggal,
lebih dari 1 tahun 200.000 IU per oral sebagai dosis tunggal. Ulangi dosis hari
berikutnya dan minggu ke-4 bila didapatkan keluhan oftalmologi sehubungan
dengan defisiensi vitamin A .
Antivirus seperti ribavirin (dosis 20-35 mg/kgBB/hari i.v) telah dibuktikan
secara in vitro terbukti bermanfaat untuk penatalaksanaan penderita campak berat
dan penderita dewasa yang immunocompromissed. Namun penggunaan ribavirin
ini masih dalam tahap penelitian dan belum digunakan untuk penderita anak.
Biasanya akan sembuh setelah 7-10 hari setelah ruam muncul. Kematian
biasanya disebabkan oleh komplikasi yang mungkin timbul, seperti encephalitis
dan bronkopneumonia. Angka kematian di AS menurun pada tahun-tahun ini
sampai tingkat rendah untuk semua kelompok umur, terutama karena keadaan
sosioekonomi membaik tetapi juga karena terapi antibacterial efektif untuk
infeksi sekunder.
15
Pada pasien ini didapatkan prognosisnya baik karena setelah timbulnya
ruam merah bersama dengan peningkatan suhu, ruam menjadi hilang setelah hari
ketiga ssetelah pasien dirawat dan pasien pulang dalam keadaan sehat.
16
KESIMPULAN
Morbili adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh virus
Paramyxovirus dari genus Morbilivirus yang memiliki gejala klinis terdiri dari
stadium Inkubasi, Prodromal (Kataral), Erupsi (Rash) dan Konvalesensi.
Pada pasien ini didiagnosis dengan morbili karena disertai dengan demam
disertai dengan munculnya ruam kemerahan pada seluruh tubuh. Gejala khas yang
muncul pada morbili adalah coriza, caugh, dan conjungtivitis. Pada pasien ini,
meskipun tidak terdapat 3 gejala yang khas pada morbili namun, pada pasien ini
memenuhi kriteria yang lain yaitu demam terus menerus disertai dengan
munculnya ruam kemerahan di seluruh tubuh.diagnosis pada morbili didasarkan
pada anamnesis, pemeriksaan fisik, dan temuan klinis yang didapat. Untuk
pengobatan hanya bersifat simtomatik dimana hanya untuk memperebaiki gejala
yang ada pada pasien.
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Hassan Rusepeno, Alatas Husein. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan
Anak.2007. Edisi II. Hal. 624-8. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI :
Jakarta.
2. Soedarmo, Sumarmo. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. 2008. Edisi
II. Hal.109-119. Badan penerbit IDAI : Jakarta.
3. Hall C, John. Hall J, Bryan. Skin Infection Diagnosis and Treatment.
2009. Hal 283. Cambridge Universty Press : New York.
4. Gordon C, Zumla Alimudin. Manson’s Tropical Diseases.2009. Edisi
22. Hal 835-8.
5. Riaz A, Sughis M. Meals Epidemic Remain A Challaenge For Health
Care Professionals. 2013. Editorial. Vol 4.
6. Pusponegoro, Hardiono. Pedoman Pelayanan Medis Kesehatan Anak.
2009. Edisi I. Hal 33-35. Badan penerbit IDAI : Jakarta.
7. Mandal. K, Wilkins. E, Dunbar. M, White Mayon. R Lecture Notes
Penyakit Infeksi. 2008. Edisi VI. Hal 103-9. Penerbit Erlangga :
Jakarta.
8. The European Surveillance System. Surveillance Report Measles And
Rubella Monitoring. [Online]. 2013 May [cited 2013 Dec 1];[12
screens]. Avalable from :
http://ecdc.europa.eu/en/healthtopics/measles/pages/index.aspx
18
9. WHO. Buku Saku Pelayanan Anak Di Rumah Sakit. WHO; 2009. Hal
180-5. Jakarta.