BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan pada hakekatnya adalah unsur yang tidak terpisahkan dari
kesejahteraan manusia serta merupakan kondisi normal yang menjadi hak yang wajar
dari setiap orang yang hidup dalam upaya penyesuaiannya dengan lingkungan.
Kesehatan merupakan suatu hal yang sangat berharga yang dapat mempengaruhi
kualitas sumber daya manusia suatu bangsa. Oleh karena itu, kesehatan harus
dipelihara dan ditingkatkan melalui suatu upaya kesehatan.
Pengertian kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 36 tahun 2009 adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial
dan ekonomis. Sedangkan upaya kesehatan merupakan kegiatan untuk memelihara
meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat.
Beberapa tahun ke depan diharapkan pembangunan kesehatan di Indonesia dapat
mencapai kemajuan sehingga dapat mengejar ketertinggalan dari negara yang lebih
maju. Untuk mencapai tujuan tersebut diselenggarakan program pembangunan
nasional yang berkelanjutan, terencana dan terarah.
Pembangunan kesehatan yang semula sangat menekankan upaya kuratif dan
rehabilitatif, secara bertahap diubah menjadi upaya promotif dan preventif tanpa
mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. Pemahaman baru tentang konsep atau
1
definisi kesehatan dan meningkatnya kesadaran akan faktor-faktor yang
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat menimbulkan paradigma baru yaitu
”paradigma sehat”.
Paradigma sehat adalah salah satu cara pandang atau pola pikir dalam
menyelenggarakan pembangunan kesehatan yang dalam pelaksanaannya sepenuhnya
menerapkan prinsip-prinsip pokok kesehatan.
Penerapan paradigma sehat sebagai suatu kebijakan pembangunan kesehatan
telah dijabarkan secara lengkap ke dalam 4 hal yang bersifat pokok, yaitu :
1. Visi pembangunan kesehatan di Indonesia adalah Indonesia Sehat 2010.
Sejak awal tahun 1999, telah ditetapkan visi baru Pembangunan Kesehatan
yang secara singkat dinyatakan sebagai INDONESIA SEHAT 2010.
Dengan rumusan ini dimaksudkan bahwa pada tahun 2010 kelak bangsa
Indonesia sudah akan hidup dalam lingkungan yang sehat, berperilaku
hidup bersih dan sehat, serta dapat memilih, menjangkau dan
memanfaatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan
berkeadilan, sehingga memiliki derajat kesehatan yang optimal.
2. Misi pembangunan kesehatan di Indonesia adalah :
a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan
b. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat
c. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu
merata dan terjangkau
d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan
masyarakat serta lingkungannya
2
3. Strategi pembangunan kesehatan di Indonesia :
a. Pembangunan nasional berwawasan kesehatan
b. Profesionalisme
c. Jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat
d. Desentralisasi
4. Pokok-pokok program pembangunan kesehatan :
a. Pokok program pemberdayaan masyarakat
b. Pokok program upaya kesehatan
c. Pokok program lingkungan sehat
d. Pokok program pengembangan sumber daya kesehatan
e. Pokok program pengembangan kebijaksanaan dan manajemen
f. Pokok program pengembangan dan penelitian kesehatan
Dari hal tersebut di atas peran puskesmas sebagai unit pelayanan terdepan
menempati posisi yang strategis sebagai pusat pengembangan pembangunan
kesehatan dalam mencapai salah satu tujuan pembangunan nasional. Puskesmas
diartikan sebagai suatu organisasi kesehatan fungsional yang memberikan pelayanan
secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya.
Agar tercapainya tujuan tersebut, puskesmas bertanggung jawab
menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat,
yang keduanya jika ditinjau dari sistem kesehatan nasional merupakan pelayanan
kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua,
yakni :
3
1. Upaya kesehatan wajib
Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan
komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi
untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus
diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di Indonesia. Upaya kesehatan
wajib tersebut adalah:
a. Upaya promosi kesehatan
b. Upaya kesehatan lingkungan
c. Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana
d. Upaya perbaikan gizi masyarakat
e. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
f. Upaya pengobatan
2. Upaya kesehatan pengembangan
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang diterapkan
berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang
disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan
yang ada di puskesmas adalah :
a. Upaya perawatan masyarakat
b. Upaya kesehatan jiwa
c. Upaya kesehatan sekolah
d. Upaya kesehatan usia lanjut
Untuk terselenggaranya berbagai upaya kesehatan perorangan dan upaya
kesehatan masyarakat yang sesuai dengan azas dengan penyelenggaraan
4
puskesmas perlu ditunjang oleh manajemen puskesmas yang baik. Manajemen
puskesmas adalah rangkaian kegiatan yang bekerja secara sistematis untuk
menghasilkan keluaran puskesmas yang efektif dan efisien.
Visi Puskesmas Borobudur adalah menjadi pusat pelayanan kesehatan yang
bermutu, terjangkau dan dipercaya sehingga terwujud masyarakat Borobudur
Sehat 2010. Adapun misinya adalah:
1. Meningkatkan mutu pelayanan
2. Menjalin kemitraan pelanggan dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatan
3. Meningkatkan mutu dan profesionalisme SDM
4. Meningkatkan kesejahteraan karyawan
5. Meningkatkan kebersihan dan keindahan lingkungan Puskesmas
6. Memelihara agar orang tetap sehat dengan membentuk lingkungan
yang sehat, mengikutkan peran serta masyarakat dan mendorong kemandirian
hidup sehat
Sedangkan filosofi yang dianut oleh Puskesmas Borobudur adalah:
1. Memperlakukan pelanggan sebagaimana diri kita ingin diperlakukan
2. Mencegah lebih baik dari pada mengobati
3. Kepuasan pelanggan adalah hal utama
Puskesmas Borobudur merupakan unit terkecil pelayanan kesehatan di
Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang. Hal ini tentu tidak lepas dari upaya
pengelolaan (manajemen) dan jaminan mutu (quality assurance) dari puskesmas
tersebut. Walaupun proses-proses tersebut sudah dijalankan semaksimal mungkin
5
namun masih ada beberapa kekurangan yang harus dikaji untuk mencapai tujuan
pembangunan kesehatan masyarakat yang lebih efektif dan efisien.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui, menganalisa dan mendeskripsikan pelaksanaan manajemen
program dan pelayanan di Puskesmas Borobudur periode Januari sampai
September 2010 serta memberikan alternatif pemecahan masalah dalam
rangka upaya perbaikan kinerja puskesmas.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan data umum (geografi, demografi, lingkungan, perilaku
kesehatan) wilayah kerja Puskesmas Borobudur, kabupaten Magelang.
b. Mengetahui proses P1, P2, dan P3 pada Puskesmas Borobudur.
c. Mengetahui hasil pencapaian upaya-upaya kesehatan : KIA dan KB, Gizi,
Kesehatan Lingkungan, Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
(P2M), Promosi Kesehatan dan Pengobatan di Puskesmas Borobudur pada
bulan Januari-September 2010.
d. Mengetahui proses manajemen Puskesmas Borobudur.
e. Mampu mengidentifikasi masalah Puskesmas Borobudur
f. Mengetahui cara memprioritaskan masalah pencapaian upaya kegiatan
Puskesmas Borobudur dengan metode Hanlon kuantitatif.
g. Mampu menganalisa masalah pencapaian upaya-upaya kegiatan Puskesmas
Borobudur dengan menggunakan pendekatan sistem dan dilihat dari
manajemen Puskesmas.
6
h. Mampu membuat suatu kesimpulan dan memberikan saran-saran dari hasil
analisa yang didapat.
C. Metodologi
Pengumpulan data berupa data primer dan data sekunder yang didapatkan
selama lima hari pada tanggal 25-30 Juli 2010 di Puskesmas Borobudur,
Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang.
Data primer berupa pelaksanaan proses manajemen (P1, P2, P3) diperoleh
dari wawancara dengan kepala puskesmas, dokter dan staf puskesmas, untuk
memperoleh informasi program pelayanan di puskesmas. Data sekunder
diperoleh dari catatan data tertulis yang ada di puskesmas.
Dari segi manajemen puskesmas, data yang diperoleh yaitu data hasil
kegiatan sampai dengan bulan berjalan dibandingkan dengan sasaran bulan
berjalan lalu diperoleh cakupan. Hasil cakupan dibandingkan dengan target tahun
2010 didapatkan pencapaian. Masalah didapatkan jika pencapaian kurang dari
100%. Kemudian ditentukan prioritas masalah dengan Hanlon kuantitatif. Dari
prioritas masalah tersebut dilakukan analisis penyebab masalah dengan
pendekatan sistem. Kemudian analisis faktor penyebab masalah tersebut
dimasukkan ke dalam Fish Bone Analyze. Penyebab masalah diprioritaskan lalu
ditentukan alternatif pemecahan masalah dengan MIV/C (kriteria matriks), lalu
dibuat POA (rencana kegiatan)
7
BAB II
ANALISIS SITUASI
A. Lingkungan
1. Keadaan Umum dan Lingkungan
1.1 Keadaan Geografi
Wilayah Kecamatan Borobudur terdiri dari 20 desa.
a. Batas-batas Wilayah Puskesmas Borobudur adalah :
- Utara : Kecamatan Salaman dan Kecamatan Tempuran
- Selatan : Kecamatan Kali Bawang, Kab. Kulon Progo dan Propinsi DIY
- Barat : Kecamatan Salaman
- Timur : Kecamatan Kota Mungkid dan Kecamatan Mungkid
b. Luas Wilayah Kerja
1.1. Wilayah kerja Puskesmas Borobudur adalah seluas 5458 Km2
1.2. Jumlah desa/kelurahan
Jumlah desa yang ada di wilayah kerja Puskesmas Borobudur adalah :
- Desa : 20 (dua puluh) desa
1.3. Peta wilayah
Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang terbagi satu wilayah kerja
Puskesmas, yaitu wilayah kerja Puskesmas Borobudur.
8
Gambar 1. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Borobudur Kabupaten Magelang
1.4. Transportasi
Adapun untuk transportasi di wilayah kerja Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas) Borobudur yang sesuai dengan kondisi desa dapat dijabarkan sebagai
berikut :
- Jumlah desa yang dapat dicapai dengan roda 4 ( empat ) :
9
* Pada musim kemarau : 20 desa
* Pada musim hujan : 20 desa
- Jumlah desa yang dapat dicapai dengan roda 2 ( dua ) :
* Pada musim kemarau : 20 desa
* Pada musim hujan : 20 desa
- Kendaraan umum yang ada :
* Untuk mencapai kota kabupaten adalah bus dan angkutan desa
* Untuk mencapai ke desa - desa adalah ojek
- Jarak Puskesmas :
* Ke Dinas Kesehatan Kabupaten : 12 Km
* Ke Kota Kabupaten : 17 Km
c. Jumlah Desa Wilayah Kerja
Jumlah desa wilayah kerja Puskesmas Borbudur sebanyak 20 desa, yang
terdiri dari 92 dusun, dengan 1 desa miskin yaitu Desa Bigaran. Desa di wilayah
kerja Puskesmas Borobudur :
1. Giripurno 11. Tanjungsari
2. Giritengah 12. Karanganyar
3. Tuksongo 13. Tegalarum
4. Majaksingi 14. Kembanglimus
5. Kenalan 15. Ringinputih
6. Bigaran 16. Bumiharjo
7. Sambeng 17. Borobudur
10
8. Candirejo 18. Karangrejo
9. Ngargogondo 19. Ngadiharjo
10. Wanurejo 20. Kebonsari
d. Kondisi Geografis
1. Datar sampai bergelombang : 29% (198.593,74 Ha)
2. Bergelombang sampai berbukit : 35% (239.682,1 Ha)
3. Berbukit sampai bergunung : 36% (246.530,16 Ha)
e. Komunikasi
Sarana komunikasi dari puskesmas ke luar : telepon, radio, surat kabar.
f. Data Kesehatan Lingkungan
1. Sarana pelayanan air bersih
Tabel 1. Sarana Pelayanan Air Bersih
No. Sarana Pelayanan Air Bersih ∑ Sarana ∑ Pemakai Persentase
1. Sumur gali 4.171 31.652 57,69%
2. Perlindungan mata air 17 5.028 9,16%
3. Non PDAM 167 544 0,99%
4. PDAM 227 1.034 1,88%
5. Sumur pompa tangan 67 979 1,78%
TOTAL 4.649 39.237 71,5%
Sumber : Data Kesehatan Lingkungan Puskesmas Borobudur tahun 2008
11
Dari data di atas terlihat sebagian besar penduduk (57,69%) di wilayah kerja
Pusekesmas Borobudur memakai sumur gali sebagai sumber air bersih. Hal ini lebih
tinggi dibandingkan dengan profil Jawa Tengah (36,27%).
2. Sarana Jamban
Tabel 2. Sarana Jamban
No. Sarana Jamban ∑ Sarana ∑ Pemakai Persentase
1. Cemplung leher angsa 2.042 12.578 23,8%
2. Cemplung non leher angsa 1.818 9.925 18,18%
3. Septic tank non leher angsa 1.983 9.915 12%
4. Jamban umum (MCK) 52 544 1%
TOTAL 5.077 29.391 55,5%
Sumber : Data Kesehatan Lingkungan Puskesmas Borobudur tahun 2008
Dari data di atas terlihat bahwa penggunaan jamban cemplung leher angsa (23,8%)
dalam masyarakat yang berada di wilayah kerja Puskesmas Borobudur lebih
rendah dari profil Jawa Tengah (64,24%)
3. Sarana Pembuangan Air Limbah
Dari 8.108 rumah terdapat 7.352 rumah (91%) yang memiliki saluran
pembuangan air limbah. Bila dibandingkan dengan profil Jawa Tengah (39,25%),
maka dapat disimpulkan bahwa sarana pembuangan limbah di wilayah kerja
Puskesmas Borobudur lebih baik dari profil Jawa Tengah.
g. Situasi Puskesmas
12
Puskesmas Borobudur merupakan puskesmas rawat inap yang terdiri atas 1
puskesmas induk dan mempunyai 4 puskesmas pembantu (Kenalan, Karang
anyar, Tegalarum, Borobudur).
- Luas tanah : 527 m2
- Luas gedung : 365 m2
- Jumlah tempat tidur : 9 buah tempat tidur
- Ruang pelayanan yang tersedia : 1. Ruang rawat inap : 3 ruang
2. BP umum : 1 ruang
3. BP gigi : 1 ruang
4. Ruang KIA-KB : 2 ruang
5. Ruang laboratorium : 1 ruang
6. Ruang pelayanan obat : 1 ruang
7. Gudang obat : 1 ruang
8. Dapur : 1 ruang
h. Sarana Kesehatan
Puskesmas induk : 1 buah
Puskesmas pembantu : 4 buah (Kenalan, Karanganyar, Tegalarum, Borobudur)
Polindes : 1 buah (Bumiharjo)
PKD : 12 buah (Giripurno, Giritengah, Majaksingi, Sambeng,
Candirejo, Ngadiharjo, Kebonsari, Tuksongo,
Ngargogondo, Karangrejo, Bigaran, Wanurejo )
Bidan desa : 21 orang di 20 desa (Giripurno,Wanurejo,Giritengah,
Majaksingi,Sambeng,Candirejo,Ngadiharjo, Tuksongo,
13
Karangrejo,Bumiharjo,Ringinputih,Kenalan,Bigaran,
Ngargogondo, Borobudur, Tanjungsari, Karanganyar,
Kebonsari,Tegalarum,Kembanglimus)
Posyandu : 118 tempat
Dukun bayi terlatih : 29 orang
UKS : 67 unit
Pelembagaan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)
Keluarga yang telah menganut pola hidup bersih dan sehat sesuai dengan urutan
tingkat status kesehatan adalah sebagai berikut :
- Strata I (Pratama) : 1,06 %
- Strata II (Madya) : 15,23 %
- Strata III (Utama) : 40,04 %
- Strata IV (Paripurna) : 14,75 %
1.2 Keadaan Penduduk
Jumlah penduduk : 56.279 jiwa
Jumlah laki-laki : 28.331
Perempuan : 28.013
Jumlah KK : 15.546 KK
Kepadatan penduduk : 10,3 jiwa/km2
Jumlah pasangan usia subur : 10661 pasangan
14
Dari data yang kami peroleh dapat disimpulkan bahwa kepadatan penduduk di
kecamatan Borobudur masih rendah bila dibandingkan dengan profil Jawa Tengah. Data
penduduk berdasarkan umur tampak pada tabel sebagai berikut :
Tabel 3. Komposisi penduduk berdasarkan golongan umur di wilayah kerja
Puskesmas Borobudur tahun 2009
NO. UMUR (TAHUN) JUMLAH
1. 0 – 1 1068
2. 1 - 5 2992
3. 5 – 6 1458
4. 7 – 15 9067
5. 16 – 21 4925
6. 22 – 59 30509
7. > 60 10386
Sumber : Data Dinas Kependudukan Kecamatan tahun 2009
Tabel 4. Komposisi Penduduk Per Desa
di Wilayah Puskesmas Borobudur Tahun 2009
No. Nama Desa Laki-laki Perempuan Jumlah Penduduk
1. Giripurno 1200 1121 2321
15
2. Giritengah 1675 1634 3309
3. Tuksongo 1568 1603 3171
4. Majaksingi 1343 1404 2747
5. Kenalan 689 594 1283
6. Bigaran 645 675 1320
7. Sambeng 699 719 1418
No. Nama Desa Laki-laki Perempuan Jumlah Penduduk
8. Candirejo 2078 2099 4177
9. Ngargogondo 887 312 1199
10. Wanurejo 1960 1871 3831
11. Borobudur 4184 4027 8211
12. Tanjungsari 590 585 1175
13. Karanganyar 840 775 1615
14. Karangrejo 1293 1256 2549
15. Ngadiharjo 2223 2293 4516
16. Kebonsari 959 902 1861
17. Tegalarum 1052 1100 2152
18. Kembanglimus 961 905 1866
19. Ringinputih 2550 2483 5033
20. Bumiharjo 987 957 1935
Total 28374 27315 55689
Sumber : Data Dinas Kependudukan Kecamatan tahun 2009
16
3. Sosial Budaya
a. Sarana Peribadatan April 2010
- Masjid : 106 buah
- Gereja : 5 buah
- Musholla : 47 buah
Data pemeluk agama dapat dilihat dari tabel berikut :
Tabel 5. Data Pemeluk Agama di Wilayah Puskesmas Borubudur tahun 2006
Agama Jumlah Persentase
Islam
Kristen
Katolik
Budha
Hindu
52.966
114
1.489
13
4
97, 03%
0,21%
2,73%
0,02%
0,007%
Total 54.586 100%
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Magelang Kecamatan Borobudur tahun 2006
b. Tingkat Pendidikan
Tabel 6. Tingkat Pendidikan usia 5 Tahun ke Atas
di Wilayah Puskesmas Borobudur Tahun 2009
Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase
Belum pernah sekolah 3432 7 %
Tidak tamat SD 10.358 21 %
17
Tamat SD/MI 21.040 42 %
Tamat SLTP 7642 15 %
Tamat SLTA/MA 5735 13 %
Tamat AK/PT 757 2 %
Total 48964 100 %
Sumber : Data Dinas Kependudukan Kecamatan tahun 2009
Sarana Pendidikan :
- TK : 30 buah
- SD/MI : 51 buah
- SLTP/MTS : 11 buah
- SLTA/MA : 5 buah
- Pondok Pesantren : 1 buah
c. Perilaku Masyarakat
1. Perilaku positif (mendorong pembangunan kesehatan)
- Kegotongroyongan
- Kegiatan jumat bersih di beberapa desa
- Pertemuan dasa wisma (PKK rutin di desa-desa)
2. Perilaku negatif (menghambat pembangunan kesehatan)
- BAB tidak pada tempatnya (disungai, kolam, kebun, selokan)
- Kebiasan membuang sampah tidak pada tempatnya
d. Sosial ekonomi
- Mata Pencaharian
18
Tabel 7. Mata Pencaharian Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Borobudur tahun
2006
Mata Pencaharian Jumlah Persentase
Buruh tani 6.571 14,8
Petani 11.215 25,2
Buruh 2.955 6,65
PNS/ABRI 1.128 2,54
Sopir angkutan 474 1,06
Mata Pencaharian Jumlah Persentase
Pedagang 1.702 3,83
Pensiunan PNS/ABRI 383 0,86
Pengusaha 1.107 2,5
Lain-lain 18.778 42,3
TOTAL 44.376 100
Sumber : Data Dinas Kependudukan Catatan Sipil tahun 2006
- Sarana perekonomian
Industri rumah tangga : 34 buah
Pasar umum : 5 buah
Bank : 3 buah
Warung makan : 36 buah
KUD : 2 buah
Terminal : 1 buah
Salon : 12 buah
Hotel : 15 buah
19
20
STRUKTUR ORGANISASI PUSKESMAS BOROBUDUR
21
Rawat JalanPoli Umum:
dr Yuniar, dr SiswantoSpesialis : dr Spesialis
Poli Gigi : drg.Lus UdiartiKIA : Esti Murdiwati
KB : Endang Puji
Rawat InapRawat Inap : dr Siswanto,
dr YuniarDapur/Gizi : Indah
PenunjangLaboratorium:
FX.Listanto Apotek : SusiPendaftaran : Shinta
SIMPUS : Norma
Unit Penggerak Pembangunan Kesehatan
Kepala PuskesmasDr. Farida Pudjiastuti
Penyehatan Lingkungan : Kurnia ArtantiP2 malaria/DBD : WiwikP2 TB/Imunisasi/Kusta : MujiatiP2 ISPA/Diare : EnikUKS : SolimahPerkesmas : IstiqomahPromkes : Sumaryani
Kelompok Jabatan
Fungsional
Administrasi UmumLisfantono, FX Listanto
KeuanganEnik K., Istiqomah, Kurnia A.
Puskesmas PembantuTegalarum : Wiwik WidayatiKenalan : EnikKaranganyar : IstiqomahBorobudur : Solimah
Unit Pelayanan Kesehatan
Unit Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga
Kesehatan Keluarga : Esti MurdiwatiEndang P., bidan desa
Peningkatan Gizi : Indah, Kusniati
PKD Sambeng, Candirejo, dan NgadiharjoPKD Giritengah dan KebonsariPKD Giripurno dan Majaksingi
B. Komponen Masukan (Input)
1. Ketenagakerjaan
Tabel 8. Tenaga Kerja di Wilayah Kerja Puskesmas Borobudur tahun 2010
Tenaga Kerja Jumlah Kebutuhan Jumlah Yang Ada Jumlah Kekurangan
Puskesmas induk
Dokter umum 3 4 -
Dokter gigi 1 2 -
Bidan puskesmas 3 3 -
Bidan desa 20 21 -
Perawat kesehatan 15 15 -
Perawat gigi 1 1 -
Sanitarian 1 1 -
Petugas gizi 2 1 1
Tenaga laboratorium 2 2 -
Pengelola obat 2 2 -
Tenaga administrasi kesehatan 2 2 -
Petugas loket 1 2 -
Juru malaria desa 3 3 -
Pengemudi 1 1 -
Penjaga malam 2 2 -
Sumber : Profil Tenaga Kerja Puskesmas Borobudur tahun 2010
22
2. Sarana
a. Sarana fisik
Gedung puskesmas meliputi ; loket pendaftaran, laboratorium, apotek, ruang KIA/KB,
BP umum, BP gigi, kantor administrasi, tata usaha, ruang kepala puskesmas, ruang
imunisasi, ruang rawat inap, kamar mandi, tempat parkir, mushola, ruang tunggu.
b. Sarana penunjang medis
- dental unit dan dental chair : dalam keadaan lengkap (satu unit)
- perlengkapan medik umum : KIA set dan KB set, poliklinik set terbatas, peralatan
operasi, obstetry dan neonatal kid,perlengkapan laboratorium, EKG dan alat periksa.
c. Sarana obat
- Jumlah obat cukup, jenis terbatas, dalam keadaan baik.
- Obat-obat berasal dari obat Instalansi Farmasi Kabupaten Magelang tiga bulan.
d. Sarana penunjang
- mobil puskesling : 2 buah
- sepeda motor : 5 buah
- komputer : 3 buah
- lemari es : 1 buah
- alat komunikasi : radio, telepon, dan alat-alat penyuluhan
3. Sumber dan penggunaan dana
Dana puskesmas diperoleh dari APBD tingkat II (pengembalian rutin, BBM),
ASKES, dan JAMKESMAS. Hasil yang diperoleh puskesmas dari biaya pengobatan
disetorkan ke pemerintah daerah. Pengembalian retribusi sebesar 85% dari yang disetorkan,
berlaku mulai Mei 2007.
23
C. Deskripsi Kerja
1. Dokter / Kepala Puskesmas
Tugas Pokok : Mengusahakan agar fungsi Puskesmas terselenggara dengan baik.
Fungsi :
A. Sebagai Manager :
1. Melaksanakan fungsi – fungsi manajemen di Puskesmas
2. Melaksanakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral secara vertikal dan
horizontal
3. Menerima konsultasi dari semua kegiatan di Puskesmas.
B. Sebagai seorang Dokter :
1. Melakukan pemeriksaan dan pengobatan penderita
2. Merujuk kasus yang tidak bisa diatasi
3. Melakukan penyuluhan kesehatan kepada penderita dan masyarakat
2. Dokter Umum
Tugas Pokok : Mengusahakan agar pelayanan pengobatan di wilayah kerja Puskesmas
dapat berjalan dengan baik.
Fungsi :
1. Mengawasi pelaksanaan pelayanan obat di Puskesmas
2. Memberikan pelayanan pengobatan di wilayah kerja Puskesmas baik di Puskesmas,
Pustu atau Pusling
3. Memberikan bimbingan dan supervise teknis kepada penderita dan masyarakat
4. Membantu membina kerjasama lintas sektoral dalam pengembangan peran masyarakat
5. Melakukan pencatatan dan pelaporan
24
3. Dokter Gigi
Tugas Pokok : Mengusahakan agar pelayanan kesehatan gigi dan mulut di wilayah kerja
Puskesmas agar dapat berjalan dengan baik.
Fungsi :
1. Mengawasi pelaksanaan kesehatan gigi di Puskesmas
2. Memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di dalam wilayah kerja Puskesmas
3. Supervisi dan bimbingan teknis pada program gigi di Puskesmas
4. Memberikan penyuluhan kesehatan gigi pada penderita dan masyarakat Membantu
membina kerjasama lintas sektoral dalam pengembangan peran serta masyarakat
5. Memberikan penyuluhan kesehatan
6. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan
4. Perawat Gigi
Tugas Pokok : Melaksanakan pelayanan kesehatan gigi di puskesmas.
Fungsi :
1. Membantu dokter gigi dalam pelayanan kesehatan di puskesmas
2. Memeriksa, menambal, membersihkan karang gigi dan mengobati gigi yang sakit
3. Merujuk kasus yang perlu ditindak lanjuti dari seorang dokter gigi
4. Melaksanakan UKS dan UKGS (Usaha Kesehatan Gigi Sekolah)
5. Melaksanakan kunjungan kesehatan gigi
5. Tata Usaha
Tugas Pokok :
1. Menghimpun dan menyusun semua laporan kegiatan Puskesmas
2. Menghimpun, mengatur dan menyimpan semua surat masuk
25
Fungsi :
1. Mengumpulkan, membuat surat yang masuk/keluar yang didisposisi
2. Mengumpulkan laporan berkala setiap tugas Puskesmas
3. Penyiapan dan pengaturan tata usaha kepegawaian Puskesmas
4. Melakukan laporan berkala ketatausahaan
6. Petugas Perkesmas
Tugas Pokok : Melaksanakan dan mengkoordinir pelaksanaan kegiatan Perkesmas di
wilayah kerja Puskesmas agar berjalan dengan baik.
Fungsi :
1. Melaksanakan kegiatan Perkesmas baik di dalam maupun luar gedung
2. Menyiapkan blanko-blanko dan pencatatan untuk kegiatan Perkesmas
3. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan
4. Memantau masyarakat/kasus-kasus rawan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas
5. Melakukan pendataan sasaran secara periodik
7. Petugas Pengobatan
Tugas Pokok :
a. Melaksanakan pengobatan rawat jalan di wilayah Puskesmas.
b. Memeriksa dan mengobati penyakit menular secara pasif atas delegasi dari dokter
c. Melaksanakan penyuluhan kesehatan
d. Melakukan rujukan kasus bila tidak mampu mengatasi
e. Melakukan pencatatan dan pelaporan
f. Melakukan kegiatan Puskesmas
g. Ikut dalam kegiatan Puskesling dan Pustu
26
8. Petugas P2PM
Tugas Pokok : Melaksanakan dan mengkoordinir kegiatan pencegahan dan
pemberantasan penyakit menular di wilayah kerja Puskesmas.
Fungsi :
1. Melaksanakan pengamatan penyakit di wilayah kerja Puskesmas
2. Melaksanakan tindakan pemberantasan penyakit menular
3. Melaksanakan penyuluhan kesehatan tentang penyakit menular
4. Melakukan penyuluhan, pencatatan dan pelaporan
5. Melakukan pengobatan terhadap penderita penyakit menular atas delegasi dari dokter
6. Melakukan kunjungan rumah
7. Ikut dalam kegiatan Puskesling dan kegiatan terpadu lain yang terkait P2PM
8. Memberikan penyuluhan kesehatan
9. Melakukan pencatatan dan pelaporan
9. Petugas KIA
Tugas Pokok : Melaksanakan kegiatan pelayanan KIA di wilayah kerja Puskesmas agar
dapat berjalan dengan baik.
Fungsi :
1. Melaksanakan pemeriksaan secara berkala ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan anak
2. Mengatur dan menjaga tempat kerja dengan rapi
3. Memberikan jelang imunisasi pada bayi dan ibu hamil
4. Melakukan pembinaan dukun bayi
5. Melakukan pembinaan kepada bidan desa
6. Melaksanakan kegiatan Posyandu dan kegiatan terpadu lain yang terkait dengan KIA
27
7. Melakukan penyuluhan kesehatan
8. Melakukan pencatatan dan pelaporan
9. Melakukan rujukan kasus bila tidak mampu mengatasi
10. Petugas Gizi
Tugas Pokok : melaksanakan kegiatan dan mengkoordinir perbaikan gizi di wilayah kerja
Puskesmas.
Fungsi :
1. Melaksanakan pemberian makanan tambahan
2. Memantau keadaan gizi di masyarakat khususnya kasus-kasus kurang gizi
3. Membantu meningkatkan kerja sama lintas sektoral terkait dengan gizi
4. Memberikan penyuluhan gizi, melatih kader gizi
5. Melakukan pencatatan dan pelaporan
6. Melakukan pembagian vitamin A secara periodik
7. Melakukan monitoring garam beryodium secara periodik
8. Melakukan pembinaan Posyandu
9. Melakukan rujukan kasus gizi
11. Petugas Sanitarian
Tugas Pokok : Merubah, mengendalikan atau menghilangkan unsur fisik dan lingkungan
yang memberikan pengaruh buruk terhadap kesehatan masyarakat.
Fungsi :
1. Penyuluhan terhadap masyarakat tentang penggunaan air bersih, jamban keluarga,
rumah sehat, kebersihan lingkungan dan pekarangan
28
2. Membantu masyarakat dalam pembuatan sumur, perlindungan mata air, penampungan
air hujan dan sarana air bersih lainnya
3. Pengawasan higiene, perusahaan dan tempat – tempat umum
4. Melakukan pencatatan dan pelaporan
5. Aktif memperkuat kerjasama lintas sektoral
6. Ikut serta dalam Puskesling dan kegiatan terpadu yang terkait dengan H.S.
7. Memberikan penyuluhan kesehatan
8. Pengawasan, penyehatan perumahan
9. Pengawasan pembuangan sampah
10. Pengawasan makanan dan minuman
11. Pembuatan SPAL (Sistem Pembuangan Air Limbah)
12. Pelayanan Imunisasi
Tugas Pokok : Melaksanakan dan mengkoordinir imunisasi di wilayah kerja Puskesmas.
Fungsi :
1. Melaksanakan kegiatan imunisasi di lapangan dan Puskesmas
2. Melakukan penyuluhan kepada pasien tentang imunisasi
3. Melakukan pencatatan dan pelaporan
4. Menyelenggarakan dan memonitor Cold Chain dari imunisasi
5. Menyediakan persediaan vaksin secara teratur
6. Melakukan sweeping untuk daerah - daerah yang cakupannya kurang
7. Memberikan penyuluhan kesehatan
13. Petugas Apotek
Tugas Pokok : Memeriksa, meracik dan membungkus obat.
29
Fungsi :
1. Membantu pelaksanaan kegiatan petugas gudang obat
2. Membantu dalam penyimpanan obat dan administrasi dari obat di apotik
3. Membantu distribusi obat ke Puskesling, Pustu, dan PKD
4. Melakukan pencatatan dan pelaporan obat
5. Mengatur kebersihan dan kerapihan kamar obat
14. Petugas Laboratorium
Tugas Pokok : Melakukan pemeriksaan laboratorium di wilayah kerja Puskesmas.
Fungsi :
1. Membantu menegakkan diagnosa penyakit
2. Melaksanakan pemeriksaan spesimen
3. Membantu rujukan spesimen
4. Ikut membantu kegiatan lain yang berhubungan dengan kegiatan laboratorium
5. Memberikan penyuluhan kesehatan
6. Melakukan pencatatan dan pelaporan
15. Petugas Pendaftaran
Tugas Pokok : Melakukan proses pelayanan di pendaftaran pada semua pengunjung
Puskesmas.
Fungsi :
1. Melakukan pelayanan pendaftaran secara berurutan
2. Memberikan penjelasan kepada pasien tentang proses pendaftaran
3. Memberikan gambar status/catatan medis untuk setiap pasien
4. Mencatat semua kunjungan pasien pada buku
30
5. Menata kembali dengan rapi status yang sudah dipergunakan hari tersebut
6. Melakukan pencatatan dan pelaporan
16. Petugas Gudang Obat
Tugas Pokok : Mengelola obat-obat yang ada di puskesmas
Fungsi :
1. Membantu dokter atau Kepala Puskesmas dalam pengelolaan obat di Puskesmas
2. Mempersiapkan pengadaan obat di Puskesmas
3. Mengatur penyimpanan obat
4. Mengatur administrasi obat dan mengatur distribusi obat
5. Menyediakan obat untuk Puskesling, Pustu, dan Poliklinik Kesehatan Desa (PKD)
6. Mengatur dan menjaga kerapihan, kebersihan dan pencahayaan dalam obat
Tabel.9 Spesifikasi Kepegawaian Puskesmas Borobudur
No. Jenis Tenaga Jumlah Nama
1 Dokter Umum 4 Dr.Farida
Dr.Yuniar
Dr.Siswanto
Dr.Ratna
2 Dokter Gigi 2 Drg.Lus Udiarti
Drg.Sadewa
3 Perawat 7 Wiwik Widayati A.Md.Keb
Mujiati
Solimah A.Md.Keb
Enik Kuswati
A.Semi Rahayu S.Klp.Ns
Istiqomah A.Md.Keb
Nurmawati A.Md.Kep
31
No. Jenis Tenaga Jumlah Nama
4 Perawat Gigi 1 Efi Kirnawati
5 Bidan 13 Royani
Endang Pujiati
Dhanti Wardani A.Md.Keb
Esti Murdiwati A.Md.keb
Nur Hihadayah A.Md.Keb
Tri Sulistiyowati A.Md.Keb
Solikhatun A.Md.Keb
Asmawati A.Md.Keb
Puspitawati A.Md.Keb
Ika Alvi Susana A.Md.Keb
Rochyani Lestari A.Md.Keb
Ari Sulistiyani A.M.Keb
D. Sarana Pelayanan Puskesmas
6 (Enam) Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas Borobudur, yaitu :
1. Promosi Kesehatan
2. Kesehatan Lingkungan
3. KIA dan KB
4. Gizi
5. P2PM
6. Pengobatan
Ada beberapa Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas Borobudur, yaitu:
a. Upaya perawatan kesehatan masyarakat
b. Upaya kesehatan sekolah
c. Upaya kesehatan jiwa
d. USILA
32
Tabel.10. Pola Sepuluh Besar Penyakit Pasien Rawat Jalan Puskesmas Borobudur
Semua Kelompok Umur Periode Januari - Juni Tahun 2010 (Semua Kunjungan Baru)
No. Nama penyakit Jumlah penderita Persentase
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Infeksi Akut Lain Saluran Napas Atas
Demam (Febris)
Mialgia
Vulnus
KB Suntik
Hipertensi primer
KIR melamar pekerjaan
Pusing (Sefalgia)
Artritis tidak spesifik
Penyakit pulpa dan jaringan periapikal
Dll
1275
607
462
420
402
371
312
272
262
261
27 %
13 %
10 %
9 %
9 %
8 %
7 %
6 %
6 %
6 %
Jumlah 4644 100 %
Sumber : Data Profil Kesehatan Puskesmas Borobudur berdasarkan SIMPUS tahun 2010
Derajat Kesehatan
Derajat kesehatan jika dilihat dari angka kematian bayi (6,7/1000), balita (0/1000) dan
kematian maternal (1,67/1000), maka Puskesmas Borobudur Tahun 2010 sudah sehat. Hal ini
karena semua angka kematian (bayi, balita, dan ibu maternal) dibawah target maksimal
Indikator Indonesia Sehat 2010,yaitu 40/1000 dan balita 58/1000 . Jika dilihat dari angka
kesakitan balita diare (0,4/1000) maka Puskesmas Borobudur belum sehat karena di bawah
target (0%)
33
BAB III
DATA KHUSUS UPAYA PUSKESMAS /
PROGRAM PUSKESMAS
A.Program-Program Pokok Puskesmas
1. Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah:
1. Promosi Kesehatan
2. Kesehatan Lingkungan.
3. KIA dan KB
4. Perbaikan Gizi Masyarakat
5. P2PM (Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular)
6. Pengobatan
2. Upaya kesehatan pengembangan:
a. Upaya perawatan masyarakat
b. Upaya kesehatan jiwa
c. Upaya kesehatan sekolah
d. Upaya kesehatan usia lanjut
B.Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas
1. Promosi Kesehatan
Pelayanan dikelola oleh 1 orang tenaga kesehatan
Pembinaan dan pengembangan peran serta aktif masyarakat
34
Dalam pembinaan dan pengembangan peran serta aktif masyarakat, yang dinilai adalah:
a. Jumlah posyandu yang dinilai seluruhnya
Jumlah seluruhnya ada 118 posyandu, kegiatan posyandu terdiri dari 5 program yaitu
KIA/KB, gizi, imunisasi, penyuluhan dan penanggulangan diare.
b. Jumlah PKD (Poliklinik Kesehatan Desa)
Jumlah seluruhnya 12 PKD (Giripurno, Giritengah, Majaksingi, Sambeng, Candirejo,
Ngadiharjo, Kebonsari, Ringinputih)
c. Pembinaan dan penyelenggaraan penyuluhan kesehatan Berdasarkan target Dinkes
Kabupaten Magelang tahun 2010.
Indikator kinerja pada program ini adalah penyuluhan kelompok dan umum yang dibagi
menjadi 2 kegiatan yaitu:
a. Upaya penyuluhan, pencegahan, penanggulangan, penyalahgunaan narkoba,
psikotropika dan zat adiktif (P3NAPZA) berbasis masyarakat sebesar 24%
b. Posyandu purnama seluruhnya sebanyak 38%. Frekuensi pembinaan sebesar 12x/tahun.
Jumlah kader terlatih sebesar 1 posyandu minimal memiliki 5 kader aktif sebesar 80%.
Tabel 11. Tabel Hasil Kegiatan Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
Puskesmas Borobudur Januari – Juni 2010
Indikator Target Cakupan Pencapaian
(%)Kegiatan Persen(%)
Frekuensi pembinaan 100% 708 120% 120%
Jumlah kader terlatih 1 posyandu
5 kader (100%)
511 87% 87%
Jumlah kader aktif 80% 487 95% 119%
35
2. Upaya Kesehatan Lingkungan
Klinik higiene dan sanitasi :
Pelayanan di puskesmas buka setiap hari senin, dan pelayanan di luar puskesmas
setiap hari selasa-sabtu, dikelola oleh 1 orang tenaga sanitarian yang juga bertugas
dalam program lapangan.
Upaya kesehatan lingkungan
Upaya kesehatan lingkungan ini bertujuan agar berubahnya, terkendalinya atau hilangnya
semua unsur fisik dan lingkungan yang terdapat di masyarakat dimana dapat memberikan
pengaruh jelek terhadap kesehatan.
Jenis kegiatan:
1. Pelayanan kesehatan lingkungan
Indikatornya:
a. Institusi yang dibina (70%)
b. Rumah sehat (70%)
c. Penduduk yang memanfaatkan jamban (75%)
d. Rumah yang mempunyai SPAL (65%)
2. Pelayanan pengendalian vektor
Indikatornya:
Rumah atau bangunan bebas jentik nyamuk
3. Pelayanan higienis dan sanitasi di tempat umum
Indikatornya:
a. TTU yang diperiksa (100%)
b. TTU yang memenuhi syarat sanitasi (80%)
36
c. T2PM yang diperiksa (90%)
d. T2PM yang memenuhi syarat sanitasi (75%)
Tabel 12. Tabel Hasil kegiatan Status Kesehatan Lingkungan
Puskesmas Borobudur Januari - Juni 2010
Indikator Target
Cakupan
PencapaianKegiatan Persen (%)
Institusi yang dibina 70%
Tidak ada
data
Tidak ada
data
Tidak ada
data
Jml Tempat Tempat Umum (TTU)
yg diperiksa* 100% 67 52% 51,94%
Tempat-tempat umum (TTU) yg
memenuhi syarat sanitasi 80% 58 87% 108%
Tempat Pengolahan Makanan &
Penjualan (TP2M) diperiksa* 90% 44 37% 41,57%
T2PM yg memenuhi syarat sanitasi* 75% 11 25% 33,33%
Rumah sehat 70%
Tidak ada
data
Tidak ada
data
Tidak ada
data
Penduduk yg memanfaatkan jamban 75% 991 98% 130,18%
Rumah yg mempunyai SPAL 65% 413 49% 75,10%
Rumah/bangunan bebas jentik 100% Tidak ada
data
Tidak ada
data
Tidak ada
data
37
3.Kesehatan Ibu dan Anak serta KB
Pelayanan KIA buka setiap hari, dikelola oleh dua orang bidan Puskesmas, Pelayanan
KIA dilakukan setiap hari Senin-Sabtu.
Pelayanan KB buka setiap hari, khusus pelayanan KB IUD setiap hari Kamis.
Pelayanan Imunisasi untuk bayi dilakukan setiap hari Selasa, untuk bayi yang
berhalangan maka dilakukan di posyandu.
a. KIA
Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut
pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita
serta anak pra sekolah. Tujuan dari program kesehatan ibu dan anak adalah tercapainya
kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal bagi ibu dan
keluarganya menuju NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera) serta
meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal
yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.
b. KB
Upaya Keluarga Berencana (KB) adalah perencanaan kehamilan, jarak antara kehamilan
diperpanjang dan kelahiran selanjutnya dapat dicegah apabila jumlah anak telah
mencapai yang dikehendaki. Tujuan KB dapat dibagi 2, yaitu:
i. Tujuan umum
Yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam rangka
mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera (NKBS).
ii. Tujuan khusus
38
Yaitu meningkatnya kesadaran keluarga/masyarakat untuk menggunakan alat
kontrasepsi, menurunnya jumlah angka kelahiran bayi, meningkatnya
kesehatan keluarga masyarakat dengan cara penjarangan kelahiran.
Tabel 13. Hasil Kegiatan Kesehatan Ibu dan Anak Puskesmas Borobudur Januari - Juni 2010
Indikator Target
Cakupan Pencapaian
(%)Kegiatan Persen (%)
Cakupan Kunjungan bumil K1* 100% 648 104% 104%
Cakupan Kunjungan bumil K4 95% 610 93% 98%
Deteksi kasus resiko tinggi Ibu hamil* 100% 324 247% 247%
Ibu hamil resiko tinggi yang ditangani (PONED) 100% 324 100% 100%
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan 95% 628 100% 106%
Cakupan Kn1*) 100% 623 105% 105%
Cakupan kunjungan neonatus (Kn2) 95% 618 104% 109%
Cakupan kunjungan Bayi 90% 589 99% 110%
BBLR yg ditangani 100% 30 100% 100%
Neonatal resti yg ada / ditemukan* 100% 34 100% 100%
Jumlah dukun bayi yg terlatih 100% 29 100% 100%
Frekuensi pembinaan dukun 10x/th 4 80% 80%
Deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pra balita 95% 2550 82% 86%
Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa SD & setingkat 100% 930 164% 164%
Jumlah TK yang dibina 100% 74 200% 200%
Jumlah seluruh peserta KB aktif 80% 8587 81% 101%
Cakupan pelayanan pra Usila dan Usila 70% 2029 44,13% 63,04%
39
4. Perbaikan Gizi Masyarakat
Pelayanan dikelola nutritionis di bagian gizi yang dibuka setiap hari senin-sabtu.
Pelayanan gizi.
Tujuan dari program ini adalah untuk menurunkan angka penyakit gizi kurang yang
umumnya banyak diderita oleh masyarakat yang berpenghasilan rendah, terutama pada anak
balita dan wanita. Upaya yang dilakukan pada pelayanan gizi terutama diarahkan untuk
menanggulangi 4 masalah gizi utama yaitu kurang kalori protein, kurang vitamin A,
gangguan akibat kekurangan yodium, dan anemia gizi.
Jenis kegiatan:
a. Pemantauan dan pertumbuhan balita
Indikatornya: - Balita yang datang dan ditimbang(D/S) (80 %)
- Balita yang naik berat badannya(N/D) (80 %)
- Balita BGM (<1,5 %)
b. Pelayanan gizi
Indikatornya:
- Cakupan bayi (6-11 bulan) diberi kapsul vitamin A dosis tinggi 1x/tahun (95%).
- Cakupan anak balita (12-59 bulan) yang diberi kapsul vitamin A 2x/thn (95%).
- Cakupan bumil yang diberi 90 tablet Fe ( 90%).
- Balita gizi buruk yang mendapat perawatan (100%).
40
Tabel 14. Tabel hasil kegiatan Gizi Puskesmas Borobudur Januari – Juni 2010
Indikator Target
Cakupan Pencapaian
Kegiatan Persen (%)
Balita yg datang dan ditimbang (D/S) 80% 4168 85,13% 106%
Balita yg naik berat badannya (N/D) 80% 3279 78,67% 98%
Cakupan bayi (6-11 bln) yg diberi kaps vit A dosis tinggi 95% 590 100% 105%
Cakupan anak balita ( 12 - 59 bln) yg diberi kapsul vit A 2x/ thn 95% 3501 100% 105%
Cakupan ibu hamil yg diberi 90 tablet Fe 90% 636 97,10% 106%
Balita BGM <1,5% 75 1,80% 83%
Balita gizi buruk mendapat perawatan 100% 6 100% 100%
Cakupan bufas mendapat kapsul vit A 89% 644 112,49% 126%
5. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2PM)
Pelayanan buka setiap hari yang dikelola oleh 3 orang tenaga kesehatan.
Program pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
Tujuan dari program P2PM ini adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian serta
mencegah akibat buruk lebih lanjut penyakit serta menkonsolir penyakit yang telah dapat
dikendalikan.
Kegiatan dari P2PM adalah :
a. P2 TB Paru
Indikatornya : - Cakupan suspect TB paru (80%)
- Penderita BTA + (case detection rate) (70%)
- Angka konversi (convertion rate) (80%)
41
- Angka kesembuhan (cure rate) = (jumlah penderita BTA + sembuh /
jumlah penderita BTA + diobati) x 100% (85%)
Cakupan suspect TB paru (80%)
Penderita BTA + (case detection rate) (70%)
Angka konversi (convertion rate) (80%)
1. Angka kesembuhan (cure rate) = (jumlah penderita BTA + sembuh / jumlah
penderita BTA + diobati) x 100% (85%)
b. P2 ISPA
Indikatornya :
Cakupan pneumonia balita yang ditangani (100%).
c. P2 Diare
Indikatornya :
- Balita dengan diare yang ditangani (100%)
d. Imunisasi
Indikatornya :
1. Jumlah bumil yang mendapat TT1 (98%)
2. Jumlah bumil yang mendapat TT2 (95%)
3. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi :
i. BCG (95%)
ii. DPT1 (95%)
iii. DPT3 (95%)
iv. Polio 1 (95%)
v. Polio 4 (95%)
42
vi. Campak (95%)
vii. Hepatitis B 1 (0-7 hari) (95%)
viii. Hepatitis B 1 total (95%)
e. P2 DBD
Indikatornya :
a. Penderita DBD yang ditangani sesuai standar (100%)
b. Rumah atau bangunan bebas jentik
c. Tingkat insidens (20/100.000 penduduk)
d. Kematian karena DBD (<1% )
f. P2 Malaria
Hasil kegiatan Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) Januari - Juni 2010:
i.Cakupan suspek TB paru 80%
ii.Penemuan kasus TB BTA (+) 70%
iii.Angka kesembuhan 85%
iv.Cakupan bayi dengan pneumoni yang ditemukan / ditangani sesuai standar 100%
v.Balita dengan diare yang ditangani sesuai standar 100%
43
Tabel 15. Tabel Hasil Kegiatan Penanggulangan Penyakit Menular Puskesmas Borobudur Januari – Juni 2010
Indikator Target
Cakupan Pencapaian
(%)Kegiatan Persen (%)
Jumlah penderita yang diperiksa sediaan darahnya slide ACD 5% 847 12% 241%
Jumlah penderita yang diperiksa sediaan darahnya slide PCD 2% 554 1% 49,46%
Cakupan suspek tb paru* 80% 36 12% 15%
Penemuan kasus TB BTA(+) (Case Detection Rate) 70% 5 17% 24%
Angka konversi(convertion rate) * 80% 3 50% 63%
Angka kesembuhan (cure rate) 85% 9 113% 132%
Cakupan balita dg pneumoni yg ditemukan / ditangani (sesuai standar) 100% 38 26,39% 26,39%
Balita dg diare yg ditangani sesuai standar 100% 368 432,94% 432,94%
Penderita kusta yang selesai berobat 100% Tidak ada data Tidak ada dataTidak ada data
Jumlah bumil yg mendapat TT1* 98% 633 97% 99%
Jumlah ibu hamil yg mendapat TT2* 95% 563 86% 91%
BCG* 95% 628 106% 111%
DPT 1* 95% 580 97%% 103%
DPT 3 * 95% 603 101% 107%
Polio 1* 95% 555 93% 98%
Polio 4* 95% 530 89% 94%
Campak* 95% 589 99% 104%
Hepatitis B1 ( 0 - 7 Hr)* 95% 621 104% 110%
Hepatitis B1 total* 95% 598 101% 106%
Hepatitis B2 * 95% 575 97% 102%
Hepatitis B3* 95% 603 101% 107%
Penderita DBD yg ditangani*sesuai standar 100% 18 100,00% 100,00%
Incidence rate 20/100.000 0 0% 0%
44
penduduk
6. Upaya Pengobatan
A. Pengobatan
Upaya pengobatan adalah upaya untuk menghilangkan penyakit dan gejalanya, yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan cara dan teknologi yang khusus untuk keperluan
tersebut.
Tujuan dari upaya pengobatan dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu:
a. Umum, yaitu untuk meningkatkan derajat kesehatan perorangan dan masyarakat.
b. Khusus, dapat dibagi menjadi 4 tujuan, yaitu:
1. Menghentikan proses perjalanan penyakit yang diderita seseorang.
2. Mengurangi penderitaan seseorang karena sakit.
3. Mencegah dan mengurangi kecacatan.
4. Meneruskan penderita ke fasilitas yang lebih baik.
Adapun kegiatan pokok dalam program pengobatan, yaitu:
1. Melakukan diagnosa sedini mungkin.
1. Melakukan tindakan pengobatan.
2. Melakukan upaya rujukan bila dipandang perlu.
3. Melaksanakan pertolongan pertama pada trauma (kecelakaan), keracunan dan lain-lain.
Pada program pengobatan, keberhasilan program dapat dilihat dengan menilai jumlah
kasus yang ada. Kunjungan ini dapat dibagi menjadi 3 kriteria yang merupakan indikator
kinerja kerja pada program pengobatan, yaitu:
45
1. Kasus baru: pernyataan diagnosa pertama kali oleh dokter/paramedis bahwa seseorang
menderita penyakit tertentu. Dengan indikator pencapaian target yang ditetapkan Dinas
Kesehatan Kabupaten Magelang tahun 2009 sebesar 60% kali jumlah penduduk.
2. Kasus lama: kunjungan ketiga dan seterusnya suatu kasus (lama) penyakit yang masih
dalam periode penyakit yang bersangkutan. Untuk penyakit menahun adalah kunjungan
pertama kali dalam tahun berikutnya namun masih dalam suatu periode penyakit yang
bersangkutan.
3. Kunjungan kasus lama: kunjungan ketiga dan seterusnya suatu kasus (lama) penyakit yang
masih dalam periode penyakit yang bersangkutan. Untuk penyakit menahun adalah
kunjungan kedua dan seterusnya pada tahun berikutnya Frekuensi kunjungan adalah rata-
rata jumlah kunjungan setiap kasus ke Puskesmas dan jaringannya sampai sembuh.
Tabel 16. Tabel Hasil Kegiatan Jangkauan Pengobatan Rawat Jalan
Puskesmas Borobudur Januari- Juni 2010
Indikator Target
Cakupan
PencapaianKegiatan Persen (%)
Jumlah kasus baru (x) 60% 8497 64% 107%
Frekuensi kunjungan : jml kasus
B+L+KK / B.
Frek.Kunj.= (x+y+z)/ x 1,21 1,1755 0,03% 103%
BOR (Bed occupance rate) 60% 1471 91% 151%
LOS (length of Stay) 4 1471 3 133%
46
B. Pelayanan Pengobatan Puskesmas Borobudur
1. Rawat Jalan
a. Poliklinik Umum
Poliklinik Puskesmas Induk.
Pelayanan buka setiap hari kecuali hari libur, dikelola oleh:
Tenaga dokter: 4 orang.
Bertugas setiap hari.
Tenaga paramedis: 2 orang di Pengobatan dan 2 orang di Rawat Inap.
Bertugas setiap hari Senin sampai Sabtu, bekerja sama dengan dokter.
Poliklinik Puskesmas Pembantu.
Tegalarum : buka setiap hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Sabtu, dikelola
oleh perawat Puskesmas.
Kenalan : buka setiap hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Sabtu, dikelola
oleh perawat Puskesmas
Borobudur : buka setiap hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Sabtu, dikelola
oleh perawat Puskesmas
Karanganyar : buka setiap hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Sabtu, dikelola
oleh perawat Puskesmas
Pondok Bersalin Desa (Polindes).
Terdapat 1 pondok bersalin desa buka 24 jam.
Poliklinik Kesehatan Desa (PKD).
Terdapat 12 Poliklinik Kesehatan Desa buka setiap hari pukul 7.00 - 14.00 WIB
b. Poliklinik Gigi
47
Pelayanan dokter gigi setiap hari Senin sampai Sabtu, dibantu oleh seorang perawat gigi
dilakukan setiap hari.
Poliklinik gigi dikelola oleh:
Tenaga dokter gigi: 2 orang.
Tenaga perawat gigi: 1 orang.
C. Upaya Kesehatan Pengembangan
1. Upaya Kesehatan Sekolah
Kegiatan rutin UKS buka setiap hari sekolah, dikelola oleh 1 orang paramedis beserta dokter
kecil yang anggotanya merupakan siswa/siswi sekolah yang bersangkutan. Setiap satu bulan sekali,
Puskesmas mengadakan kunjungan langsung ke UKS untuk mengadakan kegiatan kesehatan, sesuai
jadwal yang disepakati bersama antara sekolah dan Puskesmas.
Tabel 17. Tabel Hasil Kegiatan Upaya Kesehatan Sekolah
Puskesmas Borobudur Januari - Juni 2010
Indikator Target Cakupan Pencapaian
(%)Kegiatan Persen
(%)
Cakupan deteksi dini tumbuh kembang anak
balita dan pra sekolah
95% 2550 82% 86%
Cakupan Pemeriksaan kesehatan Siswa SD
dan setingkat oleh tenkes, atau tenaga
terlatih/ guru UKS/ dokter kecil
(penjaringan kelas 1)
100% 465 164% 164%
Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa TK,
kelas I SLTP, SLTA dan setingkat
80% 1346 198% 247%
Cakupan pelayanan kesehatan remaja 80% 621 172% 215%
48
(penjaringan kelas 1 SLTP,SLTA/
setingkat)
Jumlah TK yang dibina 100% 36 200% 120%
2. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
Pelaksanaan dilakukan menurut kebutuhan masyarakat pada waktu tertentu oleh tenaga
kesehatan dan dibantu oleh kader kesehatan, tokoh masyarakat, organisasi kemasyarakatan dan
masyarakat sendiri melalui PKD, Posyandu, penyuluhan dan upaya promosi kesehatan lainnya.
3. Upaya Kesehatan Jiwa
Pelaksanaan dilakukan menurut kebutuhan masyarakat pada waktu tertentu oleh tenaga
kesehatan dan dibantu oleh kader kesehatan melalui PKD, Posyandu dengan kegiatan berupa
konseling dan upaya promosi kesehatan jiwa.
Tabel 18. Tabel Hasil Kegiatan Upaya Kesehatan Jiwa
Puskesmas BorobudurJanuari - Juni 2010
Indikator Target Cakupan Pencapaian
(%)Hasil
kegiatan
%
Pelayanan
gangguan jiwa di
sarkes umum
15% 163 2% 12%
4. Upaya Penunjang
Laboratorium
49
Pelayanan buka setiap hari, dikelola oleh 1 petugas laboratorium, dan seorang petugas
laboratorium pembantu, dengan pemeriksaan yang dapat dilakukan seperti pemeriksaan
hemoglobin, golongan darah, kadar gula darah, asam urat, PP test, pemeriksaan BTA , pemeriksaan
darah malaria, tes kehamilan.
Cakupan Program dan Data Pembanding (SPM): terlampir (lampiran 1)
50
PROSESFungsi
Manajemen (P1,P2,P3)
dan Manajemen
Mutu
OUTPUT
CakupanKegiatan dan
Mutu
INPUT
ManMoneyMethod
Material Machine
LINGKUNGAN
FisikKependudukanSosial Budaya
Sosial EkonomiKebijakan
OUTCOME IMPACT
BAB IV
ANALISIS MASALAH
Hasil kegiatan Puskesmas pada bulan Januari – Juni 2010, berdasarkan Standar Pelayanan
Minimal (SPM) telah disebutkan pada bab sebelumnya. Hasil cakupan kegiatan Puskesmas pada
bulan Januari – Juni 2010, yang masih menjadi masalah perlu diupayakan pemecahannya dengan
menggunakan kerangka pemikiran pendekatan sistem , sebagai berikut :
51
Gambar 3. Kerangka Pemikiran Pendekatan Sistem
Masalah yang timbul terdapat pada output dimana hasil kegiatan tidak sesuai standar minimal.
Hal yang penting pada upaya pemecahan masalah adalah kegiatan dalam rangka pemecahan
masalah harus sesuai dengan penyebab masalah tersebut, berdasarkan pendekatan sistem masalah
dapat terjadi pada input maupun proses.
A.Cakupan Program yang Masih Bermasalah
Berdasarkan data pencapaian kegiatan 7 program Puskesmas Borobudur mulai bulan Januari
sampai dengan Juni 2010 didapatkan beberapa program yang masih bermasalah karena skor
pencapaiannya kurang dari 100% :
Tabel 19. Daftar Masalah Manajemen Program
Puskesmas Borobudur Bulan Januari - Juni 2010
No Daftar Masalah Skor Pencapaian (%)
1 Cakupan kunjungan bumil K4 98
2 Frekuensi pembinaan dukun 80
52
3 Deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pra sekolah 86
4 Cakupan pelayanan usila 63,04
5 Balita yang naik berat badannya (N/D) 98
6 Balita BGM 83
7 Jumlah TTU yang diperiksa 51,94
8 TP2M yang diperiksa 41,57
9 TP2M yang memenuhi syarat sanitasi 33,33
10 Rumah yang mempunyai SPAL 75,10
11 Slide PCD 49,46
No Daftar Masalah Skor Pencapaian (%)
12 Cakupan suspek TB paru 15
13 Penemuan kasus TB BTA positif (Case Detection Rate) 24
14 Angka konversi 63
15 Cakupan balita pneumoni yang ditemukan atau ditangani (sesuai standard) 26,39
16 Jumlah bumil yang mendapat TT1 99
17 Jumlah bumil yang mendapat TT2 91
18 Polio1 98
19 Polio4 94
20 Jumlah kader terlatih 87
21 Pembentukan dokter kecil 29
22 Pelayanan gangguan jiwa di sarkes umum 12
23 Deteksi kasus baru dan lama P2PTM 10
53
B.Teknik Prioritas Masalah
Tabel 22 di atas menunjukkan adanya masalah pada manajemen program Puskesmas
Borobudur bulan Januari - Juni 2010. Melihat banyaknya masalah yang ditemukan, maka perlu
dilakukan pemilihan prioritas masalah dengan menggunakan metode Hanlon Kuantitatif.
Metode Hanlon Kuantitatif
Merupakan metode yang mudah dipakai untuk menentukan prioritas masalah, dengan rumus
(A + B) x C x D
Keterangan :
1. Kriteria A : Besar Masalah (nilai 0-10)
2. Kriteria B : Kegawatan Masalah (nilai 1-5)
3. Kriteria C : Kemudahan Penanggulangan (nilai 1-5)
4. Kriteria D : PEARL Faktor (nilai 0 atau 1)
Adapun tujuan menggunakan metode Hanlon Kuantitatif dalam menentukan prioritas masalah :
1. Identifikasi faktor - faktor luar yang dapat diikutsertakan dalam proses penentuan masalah.
2. Mengelompokkan faktor - faktor yang ada dan memberikan bobot terhadap kelompok faktor
tersebut.
3. Memungkinkan anggota untuk mengubah faktor dan nilai sesuai kebutuhannya.
Kriteria A : Besar Masalah
Menetapkan faktor yang digunakan untuk menentukan besarnya masalah. Data yang
digunakan bersifat kuantitatif. Misal : prosentase penduduk yang terkena efek langsung masalah
54
tersebut, asumsi jumlah biaya yang dikeluarkan perorangan per bulan oleh karena masalah tersebut,
besar kerugian (biaya) yang dialami penduduk dan lain-lain.
Untuk menetapkan besar masalah dapat dilihat dari populasi dan sasaran Standar Pelayanan
Minimal (SPM). Dalam menilai besar masalah maka hal yang perlu diperhatikan adalah penetapan
range untuk menentukan nilai besarnya masalah.
Langkah – langkahnya :
1. 100% dikurang skor pencapaian (dalam persen) dari masing-masing masalah, maka akan
dihasilkan besar masalah.
2. Menentukan jumlah kolom yang akan digunakan:
K= 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 23
= 1 + ( 3,3 x 1,36) = 5,493 ~ 6
3. Selisih dari besar masalah yang tertinggi dan terendah kemudian dibagi jumlah kolom, akan
didapatkan range
Range = 90 % - 2 % = 14,67%
6
4. Setelah mendapatkan range, kita akan mendapatkan skala besar masalah.
2 + 14,67 = 16,67 → skala I : 2 – 16,67
16,68 + 14,67 = 31,35 → skala II : 16,68 – 31,35
31,36 + 14,67 = 46,03 → skala III : 31,36 - 46,03
46,04 + 14,67 = 60,71 → skala IV : 46,04 – 60,71
60,72 + 14,67 = 75,39 → skala V : 60,72 – 75,39
55
75,40 +14,67 = 90,07 → skala VI : 75,40 – 90,07
5. Kemudian besar masalah dapat diklasifikasikan ke dalam skala - skala yang telah kita
tentukan sebelumnya. Sehingga kita bisa mendapatkan nilai untuk tiap - tiap masalah.
Tabel 20. Kriteria A (Besar Masalah)
No Daftar Masalah
Besar
masalah
( % )
Besar Masalah
2,00
–
16,67
16,68
–
31,35
31,36
–
46,03
46,04
–
60,71
60,72
-
75,39
75,40
–
90,00 Nilai
1,5 3 4,5 6 7,5 9
1. Cakupan kunjungan bumil K4 2% X 1,5
2. Frekuensi pembinaan dukun 20 %X 3
3. Deteksi dini tumbuh kembang
anak balita dan prasekolah
14 %X 1,5
4. Cakupan pelayanan usila 36,96 % X 4,5
5. Balita yang naik berat badannya 2 % X 1,5
6. Balita BGM 17 % X 3
7. Jumlah TTU yang diperiksa 48,06 % X 6
8. TP2M yang diperiksa 58,43 % X 6
9. TP2M yang memenuhi syarat
sanitasi
66,67
%X 7,5
56
10. Rumah yang mempunyai SPAL 24,9% X 3
11. Slide PCD 50,54% X 6
12. Cakupan suspek TB Paru 85 % X 9
13 Penemuan kasus TB BTA + 76% X 9
14 Angka konversi 37% X 4,5
15 Cakupan balita dengan Pneumoni
yang ditemukan atau ditangani
(sesuai standar)
73,61%
X 7,5
16 Jumlah bumil yang mendapat TT 1 1% X 1,5
17 Jumlah bumil yang mendapat TT2 9% X 1,5
18 Polio 1 2% X 1,5
19 Polio 4 6% X 1,5
20 Jumlah kader terlatih 13% X 1,5
21 Pembentukkan dokter kecil 71% X 7,5
22 Pelayanan gangguan jiwa di sarkes
umum
98% X9
23 Deteksi kasus baru dan lama
P2PTM
90% X9
Kriteria B : Kegawatan Masalah
Penilaian kriteria ini lebih bersifat subyektif. Tentukan 3 faktor tingkat kegawatan:
1. Tingkat urgensi (mendesak)
2. Tingkat keganasan yang menyebabkan kematian, kecacatan dan lain-lain
57
3. Kecenderungan penyebaran
Tentukan bobot nilai (1-5) pada masing-masing faktor.
Keterangan :
Tingkat Urgensi dalam interval skor 1-5, yaitu :
Tidak Mendesak : 1
Kurang Mendesak : 2
Cukup Mendesak : 3
Mendesak : 4
Sangat Mendesak : 5
Tingkat Kegawatan dalam interval skor 1-5, yaitu :
Tidak Ganas : 1
Kurang Ganas : 2
Cukup Ganas : 3
Ganas : 4
Sangat Ganas : 5
Tingkat Penyebaran dalam interval skor 1-5, yaitu :
Sangat Kurang Besar : 1
Kurang Besar : 2
Cukup Besar : 3
Besar : 4
Sangat Besar : 5
Tabel 21.Kriteria B (Kegawatan Masalah)
58
No Daftar Masalah Keganasan Tingkat
Urgensi
Kecenderungan
penyebaran
Nilai
1 Cakupan kunjungan bumil K4 3 4 1 8
2 Frekuensi pembinaan dukun 2 2 2 6
3 Deteksi dini tumbuh kembang anak balita
dan prasekolah
3 4 1 8
4 Cakupan pelayanan usila 3 2 1 6
5 Balita yang naik berat badannya 2 3 1 6
6 Balita BGM 4 5 1 10
7 Jumlah TTU yang diperiksa 1 2 1 4
8 TP2M yang diperiksa 1 2 1 4
9 TP2M yang memenuhi syarat sanitasi 2 2 1 5
10 Rumah yang mempunyai SPAL 2 3 2 7
11 Slide PCD 4 4 3 11
12 Cakupan suspek TB Paru 3 3 4 10
13 Penemuan kasus TB BTA + 4 3 4 11
14 Angka konversi 3 3 3 9
15 Cakupan balita dengan Pneumoni yang
ditemukan atau ditangani (sesuai standar) 5 4 3 12
16 Jumlah bumil yang mendapat TT 1 3 3 1 7
17 Jumlah bumil yang mendapat TT 2 3 3 1 7
18 Polio 1 2 3 1 6
59
19 Polio 4 2 3 1 6
20 Jumlah kader terlatih 2 4 1 7
21 Pembentukkan dokter kecil 1 2 1 4
22 Pelayanan gangguan jiwa di sarkes umum 1 3 1 5
23 Deteksi kasus baru dan lama P2PTM 3 4 1 8
Kriteria C : Kemudahan Penanggulangan
Menilai masalah tersebut dalam penanggulangan tentang keberadaan sumber daya ( tenaga,
alat, obat, biaya, fasilitas kesehatan, dll ), teknologi yang digunakan tersedia, dan kemampuan serta
kemudahan menyelesaikan masalah. Bobot penilaian antara 1-5 yaitu :
Sulit ditanggulangi : 1
Cukup sulit ditanggulangi : 2
Tidak mudah ditanggulangi : 3
Mudah ditanggulangi : 4
Sangat mudah ditanggulangi : 5
Tabel 22. Kriteria C (Kemudahan Penanggulangan)
Daftar Masalah Puskesmas Borobudur berdasarkan Kriteria C
Masalah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Nilai 4 4 4 3 5 3 2 1 3 3 3 3
60
Masalah 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Nilai 2 3 2 4 4 4 4 3 2 1 1
Kriteria D : PEARL Factor
Terdiri dari beberapa faktor yang saling menentukan dapat atau tidaknya suatu program
dilaksanakan, faktor-faktor tersebut adalah :
1. P : Propriate (Kesesuaian dengan program nasional/kesepakatan dunia/ program daerah)
2. E : Economic (Secara ekonomi murah, kegiatan tersebut untuk dilaksanakan)
3. A : Acceptable (Dapat diterima oleh masyarakat, Pemda, dll)
4. R : Resource (Tersedianya sumber daya yang mendukung kegiatan)
5. L : Legality (Ada landasan hukum/etika kedokteran, dll)
Bobot nilai bila dijawab ”ya” bernilai 1 dan bila dijawab ”tidak” bernilai 0.
Hasil maksimal dari perhitungan rumus Hanlon tersebut adalah 100, semakin tinggi nilai angka
perhitungan maka masalah tersebut akan diprioritaskan untuk ditanggulangi.
Tabel 23.Kriteria D (PEARL Factor)
Masalah P E A R L Hasil
1 1 1 1 1 1 1
2 0 1 1 1 0 0
3 1 1 1 1 1 1
4 1 1 1 1 1 1
5 1 1 1 1 1 1
6 1 1 1 1 1 1
61
7 1 1 1 1 0 0
8 1 1 1 1 0 0
9 1 1 1 1 0 0
10 1 1 1 1 1 1
11 1 1 1 1 1 1
12 1 1 1 1 1 1
13 1 1 1 1 1 1
14 1 1 1 1 1 1
15 1 1 1 1 1 1
16 1 1 1 1 1 1
17 1 1 1 1 1 1
18 1 1 1 1 1 1
19 1 1 1 1 1 1
20 1 1 1 1 0 0
21 1 1 1 1 0 0
22 1 1 1 1 1 1
23 1 1 1 1 1 1
Semua masalah diatas dengan menggunakan kriteria D (PEARL Faktor ) didapatkan hasil
satu dari setiap masalah. Karena dilihat dari sumber daya seperti tenaga, alat, biaya, obat, fasilitas
serta teknologi yang mendukung masalah yang ada dari setiap masalah yang muncul, kelima faktor
tersebut mendukung sehingga program pemecahan masalah dapat dilaksanakan.
C.Penentuan Prioritas Masalah Kegiatan Pelayanan Kesehatan
Penentuan prioritas masalah pelayanan kesehatan adalah suatu proses oleh kelompok secara
bersama dalam menentukan masalah dari yang paling penting sampai masalah yang kurang penting.
62
Setelah nilai kriteria A, B, C dan D didapatkan, nilai tersebut dimasukkan dalam formula:
Nilai Prioritas Dasar (NPD) : (A + B) C
Nilai Prioritas Total (NPT) : (A + B) C x D
Tabel 24.Urutan Prioritas Masalah
No Daftar Masalah A B C D NPD NPT Prioritas
1 Cakupan kunjungan bumil K4 1,5 8 4 1 38 38 VII
2 Frekuensi pembinaan dukun 3 6 4 0 36 0
3 Deteksi dini tumbuh kembang balita dan prasekolah 1,5 8 4 1 38 38 VIII
No Daftar Masalah A B C D NPD NPT Prioritas
4 Cakupan pelayanan usila 4,5 6 3 1 31,5 31,5 XII
5 Balita yang naik berat badannya 1,5 6 5 1 37,5 37,5 IX
6 Balita BGM 3 10 3 1 39 39 V
7 Jumlah TTU yang diperiksa 6 4 2 0 20 0
8 TP2M yang diperiksa 6 4 1 0 10 0
9 TP2M yang memenuhi syarat sanitasi 7,5 5 3 0 37,5 0
10 Rumah yang mempunyai SPAL 3 7 3 1 30 30 XIII
11 Slide PCD 6 11 3 1 51 51 II
12 Cakupan suspek TB Paru 9 10 3 1 57 57 I
13 Penemuan kasus TB BTA (+) 9 11 2 1 40 40 IV
14 Angka Konversi 4,5 9 3 1 40,5 40,5 III
15 Cakupan balita dengan pneumoni yang ditemukan atau
ditangani (sesuai standard)
7,5 12 2 1 39 39 VI
16 Jumlah bumil yang mendapat TT1 1,5 7 4 1 34 34 X
63
17 Jumlah bumil yang mendapat TT2 1,5 7 4 1 34 34 XI
18 Polio 1 1,5 6 4 1 30 30 XIV
19 Polio 4 1,5 6 4 1 30 30 XV
20 Jumlah kader terlatih 1,5 7 3 0 25,5 0
21 Pembentukkan dokter kecil 7,5 4 2 0 23 0
22 Pelayanan gangguan jiwa di sarkes umum 9 5 1 1 14 14 XVII
23 Deteksi kasur baru dan lama P2PTM 9 8 1 1 17 17 XVI
D.Urutan Prioritas Masalah
Berdasarkan tabel urutan prioritas masalah, didapatkan urutan masalah di Puskesmas
Borobudur sebagai berikut :
I. Cakupan suspek TB Paru
II. Slide PCD
III. Angka konversi
IV. Penemuan kasus TB BTA (+)
V. Balita BGM
VI. Cakupan balita dengan pneumoni yang ditemukan atau ditangani (sesuai standar)
VII. Cakupan kunjungan bumil K4
VIII. Deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pra sekolah
IX. Balita yang naik berat badannya (N/D)
X. Jumlah bumil yang mendapat TT1
XI. Jumlah bumil yang mendapat TT2
64
XII. Cakupan pelayanan usila
XIII. Rumah yang mempunyai SPAL
XIV. Imunisasi Polio 1
XV. Imunisasi Polio 4
XVI. Deteksi kasus baru dan lama P2TM
XVII. Pelayanan Gangguan jiwa di sarkes umum
BAB V
ANALISA PEMECAHAN MASALAH
A.Kegiatan/Indikator Kegiatan Yang Bermasalah
Berdasarkan prioritas masalah, maka ditemukan masalah dengan urutan prioritas utama
adalah cakupan suspect TB paru, namun berdasarkan kesepakatan dengan pihak Puskesmas
Borobudur, pada analisa pemecahan masalah ini akan dibahas mengenai balita BGM. Pada
hasil cakupan program (SPM) Borobudur, hasil cakupan balita BGM pada bulan Januari
hingga Juni 2010 adalah 1,8% sedangkan target Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang adalah
sebesar kurang dari 1,5%. Hasil ini menunjukkan bahwa hasil cakupan balita BGM pada bulan
Januari hingga Juni 2010 melewati batas 1,5% dari SPM Dinas Kesehatan Kabupaten
Magelang tahun 2010.
65
B.Kerangka Pikir Pemecahan Masalah
Masalah adalah kesenjangan antara keadaan spesifik yang diharapkan, yang ingin
dicapai, yang menimbulkan rasa tidak puas, dan keinginan untuk memecahkannya.
Dengan demikian didapatkan ciri-ciri masalah :
Menyatakan hubungan dua atau lebih variabel
Dapat diukur
Dapat diatasi (Hartoyo,2007)
Urutan dalam siklus pemecahan masalah antara lain:
1. Identifikasi/inventarisasi masalah
Menetapkan keadaan spesifik yang diharapkan, yang ingin dicapai, menetapkan indikator
tertentu sebagai dasar pengukuran kinerja, misalnya SPM. Kemudian mempelajari keadaan
yang terjadi dengan menghitung atau mengukur hasil pencapaian. Yang terakhir
membandingkan antara keadaan nyata yang terjadi, dengan keadaan tertentu yang
diinginkan atau indikator tertentu yang sudah ditetapkan.
2. Penentuan prioritas masala h
Penyusunan peringkat masalah lebih baik dilakukan oleh banyak orang daripada satu orang
saja. Beberapa metode yang dapat digunakan antara lain: Hanlon, Delbeq, CARL, Pareto.
3. Penentuan penyebab masalah
Penentuan penyebab masalah digali berdasarkan data atau kepustakaan dengan curah
pendapat. Penentuan penyebab masalah hendaknya tak menyimpang dari masalah tersebut.
4. Memilih penyebab yang paling mungkin
66
Penyebab masalah yang paling mungkin harus dipilih dari sebab-sebab yang didukung oleh
data atau konfirmasi.
5. Menentukan alternatif pemecahan masalah
Seringkali pemecahan masalah dapat dilakukan dengan mudah dari penyebab yang sudah
diidentifikasi. Jika penyebab sudah jelas maka dapat langsung pada alternatif pemecahan.
6. Penetapan pemecahan masalah terpilih
Setelah alternatif pemecahan masalah ditentukan, maka dilakukan pemilihan pemecahan
terpilih. Apabila diketemukan beberapa alternatif maka digunakan Hanlon kualitatif untuk
menentukan/memilih pemecahan terbaik.
7. Penyusunan rencana penerapan
Rencana penerapan pemecahan masalah dibuat dalam bentuk POA (Plan of Action atau
Rencana Kegiatan)
8. Monitoring dan evaluasi
Ada dua segi pemantauan yaitu apakah kegiatan penerapan pemecahan masalah yang
sedang dilaksanakan sudah diterapkan dengan baik dan menyangkut masalah itu sendiri,
apakah permasalahan sudah dapat dipecahkan.
Gambar 4. Siklus Pemecahan Masalah
67
C.Analisa Penyebab Masalah
Analisa penyebab masalah dengan metode fish bone berdasarkan kerangka pendekatan
sistem, seperti gambar di bawah ini :
68
Proses
P1
P2
P3
MASALAH
Dll
Money
ManInput Lingkungan
Gambar 5. Diagram fish bone
BAB VI
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
A.Analisis/Inventarisasi Penyebab Masalah
Hal yang mendasari timbulnya kesenjangan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang
nyata dicapai dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Untuk menentukan penyebab masalah
dilakukan dengan membuat diagram fish bone dengan menggunakan data yang diperoleh selama
satu tahun terakhir. Dalam menganalisis penyebab manajemen secara menyeluruh digunakan
69
pendekatan evaluasi yang meliputi input, proses, output, outcome, serta environment. Sehingga
dapat ditelusuri hal-hal yang menyebabkan munculnya permasalahan.
Kemungkinan penyebab masalah adalah :
Tabel.25.Input
1.Input
Kelebihan Kekurangan
Man - Tersedia tenaga kesehatan (dokter,
bidan desa), pemeriksa kesehatan,
koordinator program P2M,
masyarakat, bagian KIA, bagian gizi,
bagian pelayanan kesehatan dan
kader yang berkompeten dalam
menemukan balita BGM
- Belum semua kader memahami
cara menanggulangi kasus balita
BGM
- Kurangnya kunjungan rumah
untuk balita BGM oleh tenaga
kesehatan.
Kelebihan Kekurangan
Money - Puskesmas memiliki cukup dana dan
dapat dipakai untuk pemeriksaan
balita BGM
- Adanya pembebasan biaya dari
pemerintah untuk balita gizi buruk
- Tersedianya makanan tambahan untuk
balita BGM dari pemerintah
- Kurangnya pendistribusian dana
untuk balita BGM yang tidak
merata
- Kurangnya koordinasi mengenai
pembebasan biaya dengan institusi
terkait
-Tidak tersedianya biaya
operasional untuk menyalurkan
Methode - Tersedianya program tetap dalam - Minimnya penyuluhan mengenai
70
menjaring balita BGM (penimbangan
berat badan)
- Tersedianya protap MTBS
balita BGM kepada masyarakat
umum.
- Belum semua tenaga kesehatan
memahami MTBS
Material - Sudah tersedianya pustu, PKD dan
posyandu
- Tidak ada masalah
Machine - Sudah tersedianya timbangan dacin,
meteran, buku KIA/KMS dan alat
lainnya untuk memeriksa balita BGM
- Tidak ada masalah
Environment/Lingkungan (baik fisik maupun non fisik)
Kurangnya pemahaman dan kepedulian masyarakat tentang balita BGM
Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai balita BGM
Kurangnya pemahaman dan kepedulian masyarakat tentang kenaikan berat badan
pada penimbangan berkala di posyandu
Kurang terjangkaunya lokasi posyandu atau tempat pemeriksaan lainnya
Kurang mampunya masyarakat secara ekonomi
Keadaan lingkungan yang kurang sehat
2. Proses
71
Fungsi manajemen :
a. P1 (Perencanaan)
Kurangnya perencanaan mengenai kunjungan rumah untuk balita BGM,
keluarga, dan masyarakat disekitarnya.
Penyuluhan yang kurang optimal tentang balita BGM dan dampaknya
Kurangnya perencanaan dalam penanganan balita BGM
b. P2 (Penggerakan Pelaksanaan)
Kurangnya kader yang mengerti cara menanggulangi balita BGM
Kurangnya peran serta Pustu dan PKD dalam menanggulangi balita BGM
Kurangnya koordinasi dalam perencanaan dengan institusi kesehatan lainnya
(Pustu, PKD, dll) serta kurangnya pencatatan dari Puskesmas pembantu, PKD
dan Polindes
c. P3 (Pengawasan, Pengendalian, Penilaian)
Kurangnya pengawasan kinerja petugas lapangan (bidan desa, tenaga
kesehatan)
Kurangnya pemantauan terhadap tata cara penimbangan
Kurang teraturnya laporan dan data–data mengenai balita BGM yang
ditimbang berat badannya.
Kurangnya evaluasi terhadap penanggulangan balita BGM
72
73
74
Cakupan balita BGM (1,8%) yang melebihi dari target (<1,5%)MAN
- Belum semua kader memahami cara menanggulangi kasus balita BGM
- Kurangnya kunjungan rumah untuk balita BGM
PROSES
P1 Kurangnya perencanaan mengenai kunjungan rumah untuk
balita BGM, keluarga, dan masyarakat disekitarnya. Penyuluhan yang kurang optimal tentang balita BGM dan
dampaknya
Kurangnya perencanaan dalam penanganan balita BGM
P2 Kurangnya kader yang berkompeten untuk mendeteksi
balita BGM Kurangnya peran serta Pustu dan PKD dalam menjaring
kasus balita BGM Kurangnya koordinasi dalam perencanaan dengan
institusi kesehatan lainnya (Pustu, PKD, dll) serta kurangnya pencatatan dari Puskesmas pembantu, PKD dan Polindes
P3 Kurangnya pengawasan kinerja petugas lapangan (bidan
desa, tenaga kesehatan) Kurangnya pemantauan terhadap tata cara penimbangan Kurang teraturnya laporan dan data – data mengenai pasien
yang ditimbang berat badannya Kurangnya evaluasi terhadap penanggulangan balita BGM
MONEY- Kurangnya pendistribusian dana untuk
balita BGM yang tidak merata
- Kurangnya koordinasi mengenai
pembebasan biaya
- Tidak tersedianya biaya operasional
untuk menyalurkan makanan tambahanMETHODE Minimnya penyuluhan mengenai balita
BGM kepada masyarakat umum.
MATERIALTidak ada masalah
MACHINETidak ada masalah
INPUT LINGKUNGAN
Kurangnya pemahaman dan kepedulian masyarakat tentang
balita BGM
Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai balita BGM
Kurangnya pemahaman dan kepedulian masyarakat tentang
kenaikan berat badan pada penimbangan berkala di posyandu
Kurang terjangkaunya lokasi posyandu atau tempat
pemeriksaan lainnya
Kurang mampunya masyarakat secara ekonomi
B. Inventarisasi Kemungkinan Penyebab Masalah dan Penerapannya
Setelah dilakukan konfirmasi terhadap petugas terkait yaitu petugas gizi, maka
didapatkan beberapa penyebab masalah yang paling mungkin, yang tertera pada tabel
Tabel.26 Inventarisasi Kemungkinan Penyebab Masalah dan Penerapannya
Masalah No Penyebab Alternatif Pemecahan Masalah
Cakupan
Balita
BGM
1. Kurangnya pengetahuan masyarakat
mengenai balita BGM dan dampaknya
Memberikan penyuluhan yang sejelas-jelasnya
kepada masyarakat mengenai balita BGM dan
dampaknya
2. Kurangnya pengetahuan tenaga kesehatan
tentang penanganan balita BGM sesuai
MTBS
Mengadakan pelatihan dan pembekalan khusus
bagi tenaga kesehatan untuk menambah
keterampilan mereka
3. Kurangnya kunjungan rumah pada balita
BGM yang status gizi berdasarkan
NCHSnya mendekati gizi buruk
Menambah kunjungan rumah bagi balita BGM
yang status gizi berdasarkan NCHSnya
mendekati gizi buruk
4. Minimnya penyuluhan tentang balita BGM
kepada tenaga kesehatan dan masyarakat
Penyuluhan dibuat secara terjadwal dan rutin.
5. Kurangnya koordinasi dalam perencanaan
dengan institusi kesehatan lainnya serta
kurangnya pencatatan dari Puskesmas
pembantu, PKD dan Polindes.
Penyuluhan yang baik tentang koordinasi dalam
perencanaan dengan institusi kesehatan lainnya
6. Lingkungan kurang sehat Memperbaiki lingkungan sekitar
Memberi penyuluhan lingkungan sehat.
75
Setelah mendapatkan data primer dan sekunder terhadap masalah cakupan balita BGM
maka terdapat beberapa alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan baik dalam jangka
waktu pendek maupun dalam jangka waktu panjang.
B.Penggabungan Alternatif Pemecahan Masalah
No Penyebab Alternatif Pemecahan Masalah
1. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai
balita BGM dan dampaknya
Memberikan penyuluhan yang efektif dan efisien
kepada masyarakat mengenai balita BGM dan
dampaknya
2. Kurangnya pengetahuan kader tentang
penanganan balita BGM sesuai MTBS
Mengadakan pelatihan dan pembekalan khusus bagi
kader untuk menambah keterampilan mereka
3. Kurangnya kunjungan rumah pada balita BGM Menambah kunjungan rumah bagi balita BGM
4. Minimnya penyuluhan tentang balita BGM
kepada tenaga kesehatan dan masyarakat
umum
Penyuluhan dibuat secara terjadwal dan rutin.
5. Kurangnya koordinasi dalam perencanaan
dengan institusi kesehatan lainnya serta
kurangnya pencatatan dari Puskesmas
pembantu, PKD dan Polindes.
Penyuluhan yang baik tentang koordinasi dalam
perencanaan dengan institusi kesehatan lainnya
6. Lingkungan kurang sehat Memperbaiki lingkungan sekitar
Memberi penyuluhan mengenai lingkungan sehat.
Tabel 27. Penggabungan Alternatif Pemecahan Masalah
76
C.Alternatif Pemecahan Masalah
A. Memberikan penyuluhan yang sejelas-jelasnya dan berkesinambungan kepada Ibu
dengan balita BGM mengenai balita BGM serta dampak dari balita BGM yang
dilakukan secara terjadwal dan rutin.
B. Mengadakan pelatihan dan pembekalan khusus bagi tenaga kesehatan untuk
menambah keterampilan mereka.
C. Penyuluhan yang baik tentang koordinasi dalam perencanaan dengan institusi
kesehatan lainnya.
D. Menambah kunjungan rumah bagi balita BGM yang status gizi berdasarkan
NCHSnya mendekati gizi buruk
E. Memperbaiki lingkungan sekitar
Pentuan priorotas pemecahan masalah adalah untuk menentukan pemecahan masalah
yang paling efektif, efesien dan mudah dilakukan sehingga pemecahan masalah tersebut mampu
menyelesaikan masalah yang ada dengan efesien dan efektif dengan metode MIV :
M . I . V
C
M = Magnitude, besarnya penyebab masalah yang dapat diselesaikan
I = Importancy, pentingnya penyelesaian masalah
V = Vulnerability, sensitifitas cara penyelesain masalah
C = Cost, biaya
Skor:
1. Sangat kurang efektif
2. Kurang efektif
3. Cukup efektif
4. Efektif
5. Sangat efektif
77
Untuk mendapatkan nilai dari setiap poin M, I, V, dan C, dilakukan penilaian menggunakan
metode Hanlon kualitatif, sebagai berikut:
Tabel.28 Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah Berdasarkan Metode MIV/C
Hasil akhir penentuan prioritas pemecahan masalah
Penyelesaian masalah Nilai criteria Hasil akhir
M I V C (M.I.V)/C Urutan
a) Memberikan penyuluhan yang sejelas-jelasnya
kepada masyarakat mengenai balita BGM dan
serta dampaknya yang dilakukan secara
terjadwal dan rutin
3 3 4 1 36 I
b) Mengadakan pelatihan dan pembekalan khusus
mengenai MTBS bagi tenaga kesehatan untuk
menambah keterampilan mereka.
3 4 4 2 24 II
c) Menambah kunjungan rumah bagi balita BGM 3 4 3 1 3 IV
d) Penyuluhan yang baik tentang koordinasi
dalam perencanaan dengan institusi kesehatan
lainnya
2 2 2 2 4 III
Dari hasil metode MIV/C, prioritas penyelesaian masalah yang paling efektif dan efisien yaitu:
-Memberikan penyuluhan yang sejelas-jelasnya kepada masyarakat mengenai balita BGM
serta dampaknya yang dilakukan secara terjadwal dan rutin.
-Menambah kunjungan rumah balita BGM.
78
POA (Plan Of Action)
Rencana Kegiatan Pemecahan Masalah Dalam Meningkatkan Kemampuan Tenaga Kesehatan Puskesmas Borobudur
No Kegiatan Tujuan Sasaran Lokasi Pelaksana Waktu Dana MetodeTolok ukur
1. Memberikan
penyuluhan yang
sejelas-jelasnya
kepada masyarakat
mengenai balita
BGM serta
dampaknya
Meningkatkan
pengetahuan
masyarakat
mengenai balita
BGM serta
dampaknya
Ibu yang
memiliki
balita BGM
Balai
desa
Tenaga
kesehatan
dan kader
puskesmas
2x/
tahun
Dana
operasional
Puskesmas
Borobudur
Tanya
jawab,
Diskusi
Meningkatnya
pengetahuan masyarakat
mengenai balita BGM
serta dampaknya atau
3. Penyuluhan yang
baik tentang
koordinasi dalam
Setiap institusi
mampu bekerja
sama dalam
Anggota
institusi
terkait
Institusi
yang ber-
sangkutan
Tenaga
kesehatan
dan
3x/tahun Institusi yang
bekerja sama
dengan
penyuluhan Institusi kesehatan dan
institusi lain mampu
menangani kasus balita
79
perencanaan
dengan institusi
kesehatan lainnya
menangani kasus
balita BGM
anggota
institusi
yang
terlatih
puskesmas BGM secara efektif
4. Penambahan
jumlah kunjungan
rumah
Meningkatkan
pengawasan
terhadap balita
BGM
Bayi BGM
dan
keluarganya
Rumah
bayi BGM
Tenaga
kesehatan
1bulan/x Puskesmas Penyuluhan Meningkatkan
pengetahuan masyarakat
mengenai BGM,
memperbaiki
pengetahuna masyarakat
mengenai lingkungan
sehat.
Gann Chart
No Kegiatan Waktu
80
Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agt Sept Okt Nov Des
1. Memberikan penyuluhan yang
sejelas-jelasnya kepada
masyarakat mengenai balita
BGM serta dampaknya
X
2. Mengadakan pelatihan dan
pembekalan khusus bagi
tenaga kesehatan
X X
3. Penyuluhan yang baik
tentang koordinasi dalam
perencanaan dengan institusi
kesehatan lainnya
X X
4. Penambahan jumlah
kunjungan rumah
X X X X X
81
BAB VII
KESIMPULAN dan SARAN
A.Kesimpulan
Balita BGM (Bawah garis Merah) adalah balita yang berat badannya di bawah garis
merah pada Kartu Menuju Sehat.
Pengenalan kasus balita BGM diperlukan kerjasama semua pihak, yaitu peran serta
masyarakat terutama ibu-ibu, dokter, para medis dan kader kesehatan untuk mendiagnosis secara
dini balita BGM, menunjang keberhasilan menurunkan angka kematian dan angka kesakitan
sesuai harapan pembangunan nasional.
Dari hasil SPM Puskesmas Borobudur bulan Januari sampai Juni tahun 2010 didapatkan
prioritas masalah yaitu jumlah balita BGM (1,8%) yang melampaui batas SPM Dinkes Magelang
tahun 2010 (1,5%). Penyebab masalah tersebut antara lain: kurangnya pengetahuan masyarakat
mengenai balita BGM dan dampaknya, kurangnya pengetahuan tenaga kesehatan tentang balita
BGM, kurangnya tenaga kesehatan untuk mendeteksi dini kasus balita BGM, minimnya
penyuluhan tentang balita BGM kepada tenaga kesehatan dan masyarakat umum, kurangnya
pemahaman dan kepedulian masyarakat tentang balita BGM, kurangnya koordinasi dalam
perencanaan dengan institusi kesehatan lainnya serta kurangnya pencatatan dari Puskesmas
pembantu, PKD dan Polindes.
82
B.Saran
Karena pada pemeriksaan tidak ada yang khas mendiagnosisbalita BGM, maka
diharapkan adanya kerja sama antara masyarakat, tenaga kesehatan dan institusi lainnya agar
dapat mendiagnosa balita BGM.
Dari kesimpulan diatas, pada umumnya pemecahan masalah yang dapat dilakukan
(berdasarkan POA) antara lain memberikan penyuluhan yang sejelas-jelasnya kepada masyarakat
mengenai balita BGM serta dampaknya, mengadakan pelatihan dan pembekalan khusus bagi tenaga
kesehatan seperti bidan desa, penyuluhan yang baik tentang koordinasi dalam perencanaan
dengan institusi kesehatan lainnya, dan penambahan jumlah kader yang terlatih
Perlu dilakukan koordinasi dan komitmen seluruh kader, petugas kesehatan dan seluruh
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Borobudur sehingga dapat dikurangi jumlah
balita BGM yang ada, sesuai dengan target Dinkes Magelang 2010. Selain itu perlu dilakukan
evaluasi hasil pencatatan data kasus secara kontinu sehingga target Dinkes Magelang 2010 dapat
mewujudkan visi dan misi Indonesia Sehat 2010.
83
DAFTAR PUSTAKA
1. Hartoyo, 2008. Handout : Manajemen Pelayanan/Manajemen Program di Puskesmas.
Magelang.
2. Hartoyo, 2008. Handout : Proses Pemecahan Masalah. Penentuan Prioritas Masalah
dan Pengambilan Keputusan. Magelang.
3. Muninjaya, Gede, 2004. Manajemen Kesehatan. EGC : Jakarta.
4. Dinkes Kabupaten Magelang, 2006. Profil Kesehatan Kabupaten Magelang, Kota
Mungkid.
5. Suhadi, R, et al. 2001. Pedoman Praktis Pelaksanaan Kerja di Puskesmas, Bapelkes
Salaman : Magelang.
6. Yuniar, 2008. Handout : Upaya Kesehatan Puskesmas dan Indikator. Magelang.
7. Notoadmojo, Soekidjo, Prof. Dr. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat : Prinsip-prinsip
Dasar.
84
Top Related