LAPORAN PRAKTIKUM
TERMOREGULASI
Nama : Marselino G. S. Nernere
NIM : 41110006
Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta
2011
BAB 1
A. PENDAHULUAN
Setiap makhluk hidup mempunyai ciri-ciri antara lain bergerak bernafas, makan, dan
berkembang biak. Ciri-ciri tersebut nampak karena ada sistem yang bekerja yang terjadi di
dalam tubuh makhluk hidup. Banyak sekali faktor dari luar tubuh yang bisa mempengaruhi
kondisi normal tubuh makhlukk hidup.
Oleh karena itu setiap tubuh makhluk hidup akan selalu menjaga kondisi homeostasis
tubuhnya dengan berbagai macam cara, tergantung pada jenis hewan dan lingkungan
habitatnya. Sistem tubuh hewan akan bekerja untuk menjaga kondisi homeostasisnya agar
tetap dapat bertahan hidup. Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kondisi
homeostasis pada tubuh satunya yaitu kerja dari tubuh, misal jalan, lari, dan loncat-loncat
yang bisamempengaruhi sistem respirasi, thermoregulasi dan sistem sirkulasi hewan.
Kondisi homeostasis tubuh hewan dapat dicapai dengan cara beradaptasi terhadap
lingkungan.
Homeostasis pada umumnya merujuk pada ketahanan atau mekanisme pengaturan
lingkungan kesetimbangan dinamis dalam (badan organisme) yang konstan. Homeostasis
merupakan salah satu konsep yang paling penting dalam biologi sel. Sedangkan istilah
termoregulasi adalah kemampuan yang dimiliki oleh hewan untuk mempertahankan panas
tubuhnya. Menurut sumber panas tubuhnya, hewan dikelompokkan menjadi dua jenis,
diantaranya:
1. Hewan Poikiloterm
Yaitu hewan yang suhu tubuhnya selalu berubah seiring dengan berubahnya suhu
lingkungan.
2. Hewan Homeoterm
Yaitu hewan yang suhu tubuhnya selalu konstan/tidak berubah sekalipun suhu
lingkungannya sangat berubah.
BAB II
B. TUJUAN
1. Memahami pengaruh suhu lingkungan pada suhu tubuh homoiterm.
2. Mengetahui pengaruh suhu lingkungan pada suhu tubuh poikiloterm.
3. Memahani pengaruh paparan dingin terhadap tekanan darah.
C. DASAR TEORI
Thermoregulasi adalah kemampuan makhluk hidup untuk mempertahankan panas
tubuhnya sebagai bagian dari proses homeostatis. Berdasarkan kemampuannya untuk
mempertahankan suhu tubuh, hewan dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu :
a. Hewan homoiterm
Suhu tubuh hewan selalu konstan, tidak berubah walaupun suhu lingkungannya berubah.
b. Hewan poikiloterm
Suhu tubuh hewan yang selalu berubah seiring dengan berubahnya suhu lingkungan
sekitarnya. ( Tim Fisiologi Veteriner Unv. Brawijaya, 2010) & (Duke, 1985)
Mekanisme perubahan panas tubuh terjadi dengan 4 proses :
1.Konduksi adalah perubahan panas tubuh hewan karena kontak dengan suatu benda.
2.Konveksi adalah transfer panas akibat adanya gerakan udara atau cairan melalui
permukaan tubuh.
3.Radiasi adalah emisi dari energi elektromagnet. Radiasi dapat mentransfer panas antar
obyek yang tidak kontak langsung. Sebagai contoh, radiasi sinar matahari.
4. Evaporasi proses kehilangan panas dari permukaan cairan yang ditranformasikan dalam
bentuk gas ( Guyton, Body Temperature, 2007)& (Martini 1998)
Suhu memiliki berbagai pengaruh dalam sistem tubuh. Salah satunya pada system
kardiovaskular. Vasokonstriksi dapat timbul apabila tubuh menerima reseptor dingin, dan
akan mengakibatkan adanya peningkatan tekanan darah. Apabila peningkatan tekanan
darah nilainya tinggi berarti saraf simpatis mengadakan jawaban yang berlebihan, dan
menandai adanya permulaan hipertensi.
Jika tekanan darah diasistole naik> 20 mmHg dapat dikatakan sebagai Hipereaktor,
sedangkan jika dibawah 10 mmHg, dikatakan sebagai hiporeaktor (Hines, 1940,Best &
Taylor, cold pressure test,1961 )
BAB III
D. ALAT DAN BAHAN
1. Alat :
a. Termometer( badan dan ruangan, skala 0- 100°C)
b. Kompres air es, kompres air hangat
c. Gelas kimia ukuran besar
d. Air panas, air es
e. Pengukur waktu/ stopwatch
f. Batang kayu
g. Tali kenur
h. Sphygmomanometer
i. Stetoskop
j. Meja
k. Kursi
2. Hewan coba : katak
Naracoba manusia : probandus praktikan
E. CARA KERJA
Naracoba Manusia:
1. Pastikan termometer badan sudah berada pada skala terendah, caranya dengan
mengibas- ngibaskankan termometer tersebut. Lakukan dengan hati- hati agar
termometer tidak pecah akibat terkena benda keras.
2. Taruh termometer tersebut pada ketiak naracoba selama kurang lebih 3 menit,
kemudian catat suhunya. Letakkan kembali termometer pada ketiak naracoba tanpa
diturunkan skalanya selama 5 menit, dan catat suhunya setiap menit. Catat pula
suhu ruangan saat itu.
3. Buatlah termometer badan menunjukkan skala terendah. Ukur suhu kompres air es.
Tempelkan kompres air es pada leher (sekitar vena jugularis) naracoba selama 3
menit sambil diukur suhu badannya, amati skalanya. Sambil kompres air es
diletakkan pada leher, letakkan kembali termometer pada ketiak naracoba tanpa
diturunkan skalanya selama 5 menit dan catat suhunya setiap menit.
4. Ulangi percobaan dengan kompres air hangat.
5. Ulangi percobaan pada 3 naracoba
6. Catat hasilnya dalam tabel dan buatlah grafik
Hewan coba katak
1. Ambil katak dan fiksasi pada batang kayu dengan menggunakan benang kenur,
kemudian masukkan termometer (skala 0- 100°C) ke dalam mulut katak, biarkan
selama 3 menit, catat suhunya. Letakkan kembali termometer ke dalam mulut katak
tanpa diturunkan skalanya selama 5 menit dan catat suhunya setiap menit. Catat
pula suhu ruangan saat itu.
2. Sebelum memulai perlakuan, diamkan katak selama 10 menit.
3. Masukkan katak ke dalam air es selama 5 menit, ukur suhunya setiap menit, catat
pula suhu air es.
4. Masukkan katak ke dalam air hangat selama 5 menit, ukur suhunya setiap 5 menit,
catat pula suhu air hangat.
5. Ulangi percobaan selama 3 kali.
6. Catat hasilnya dalam tabel, dan buatlah grafik
Bandingkan hasil percobaan pada manusia dan katak
Cold Pressure Test
1. Naracoba duduk dengan nyaman di kursi dengan tinggi sesuai meja. Pasang manset
pada lengan kanan atas.
2. Ukur tekanan darah sistolik dan diasistolik 3 kali, ambil tekanan diasistolik terendah
untuk perbandingan.
3. Masukkan tangan kiri ke dalam air es (± 10°C) sampai pergelangan tangan terendam
seluruhnya.
4. Setelah lewat 10- 15 detik, ukurlah tekanan darah tiap 20 detik selama 2 menit dan
catatlah. Waktu mengukur, tangan tetap berada di dalam air es.
BAB IV
F. HASIL
1. Tabel Hasil Percobaan Manusia
Probandus praktikan kompres air panas : Probandus 1
Probandus praktikan suhu ruangan : Probandus 2
Probandus praktikan kompres air hangat : Probandus 3
I II III I II III I II IIIAwal 36.5 36.5 36.5 37 37 37.1 37 37 37menit 1 36.5 36.5 36.5 37 37 37.1 37 37 37menit 2 36.5 36.5 36.5 37.1 37 37.1 37 37 37menit 3 36.5 36.5 36.5 37.1 37 37.1 37 37 37menit 4 36.5 36.5 36.5 37.2 37 37.1 37 37 37menit 5 36.5 36.5 36.5 37.2 37 37.1 37 37 37
kompres air es suhu ruangan kompres air hangatWaktu
Grafik Perubahan Suhu Percobaan Manusia
Waktu
Rata- Rata Suhu
kompres
air es
suhu ruangan kompres
air hangat
Awal 36.5 37.0 37
menit 1 36.5 37.0 37
menit 2 36.5 37.1 37
menit 3 36.5 37.1 37
menit 4 36.5 37.1 37
menit 5 36.5 37.1 37
Awal menit 1 menit 2 menit 3 menit 4 menit 536.236.336.436.536.636.736.836.937.037.137.2
kompres air essuhu ruangankompres air hangat
Suhu ruangan: 28°C
Suhu kompres air es: 10°C
Suhu kompres hangat: 40°C
2. Tabel Hasil Percobaan Katak
Waktu
kompres air es suhu
ruangan
kompres air hangat
I II III I I II III
Awal 27 25 26 28 27 29 31
menit 1 26.5 23.5 25 27.5 27 30.5 32
menit 2 26 21 25 27 27.5 31.5 34
menit 3 26 21 24.5 27 29 31.5 34.5
menit 4 26 20.5 24 27 30 33 34.5
menit 5 25.5 19 23 27 30.5 33.5 35
Waktukompres air
es
suhu
ruangan
kompres
hangat
Awal 26.0 28.0 29.0
menit 1 25.0 27.5 29.8
menit 2 24.0 27 31.0
menit 3 23.8 27 31.7
menit 4 23.5 27 32.5
menit 5 22.5 27 33.0
Grafik Perubahan Suhu Percobaan Katak
Awal menit 1 menit 2 menit 3 menit 4 menit 50.0
5.0
10.0
15.0
20.0
25.0
30.0
35.0
kompres air essuhu ruangankompres hangat
Suhu ruangan: 28°C
Suhu kompres air es: 10°C
Suhu kompres hangat: 40°C
3. Tabel Hasil Cold Pressure Test
Usia : 18 tahun
Jenis kelamin : Laki- laki
Tinggi badan : 159 cm
Berat badan : 60 kg
Waktu Sistole (mmHg) Diasistole (mmHg)Istirahat 120 8020 detik I 125 8020 detik II 13 8020 detik III 130 8520 detik IV 130 9020 detik V 130 9520 detik VI 130 95
BAB V
G. PEMBAHASAN
Praktikum 1
Dari data hasil praktikum 1, dapat dilihat bahwa rata- rata suhu probandus praktikan 1 tidak
mengalami perubahan yang signifikan selama 5 kali pengukuran suhu. Suhu tubuhnya
cenderung tetap pada titik 36.5°C. Begitu pula pada suhu probandus praktikan 2, dengan
suhu rata- rata 37°C, dan probandus praktikan 3 dengan suhu rata- rata 37°C (dengan
masing- masing 5 kali pengukuran suhu dalam 5 menit). Apabila terjadi perubahan, itupun
sangat kecil perubahannya. Perubahan suhu yang terjadi kemungkinan dikarenakan oleh
pemasangan termometer yang tidak tepat, ataupun tindakan probandus praktikan yang
tidak sengaja melakukan aktivitas kecil seperti berjalan dalam ruangan yang menyebabkan
panas tubuhnya sedikit meningkat.
Praktikum 2
Dari data hasil praktikum, dapat dilihat bahwa suhu katak yang diberi perlakuan
perendaman pada air es mengalami penurunan dari suhu awalnya. Pada pengukuran awal,
suhu katak rata- rata ialah 26° C. Pada menit 1 setelah diberi perlakuan suhu menurun
menjadi 25°C. begitu seterusnya hingga suhu katak menurun menjadi 22, 5°C pada menit
yang ke 5.
Pada perlakuan dengan suhu ruang, terlihat suhu katak masih mengalami penurunan, hal ini
mungkin disebabkan oleh pengaruh air es pada percobaan awal, yang menyebabkan katak
melakukan adaptasi suhu, karena masih terpengaruh keadaan kulitnya yang dingin.
Selanjutnya, pada perlakuan dengan perendaman katak pada air hangat, dapat dilihat
bahwa suhu katak mulai meningkat sedikit demi sedikit. Mulai dari keadaan awal 29°C,
kemudian berubah menjadi 29, 8°C hingga mencapai 33° C dalam waktu 5 menit dan 5 kali
pengukuran suhu.
Dari percobaan uji katak ini secara keselurhan suhu katak bisa berubah- ubah mendekati
suhu air hangat, maupun suhu air dingin.
Praktikum 3
Dari percobaan praktikum 3, dapat dilihat tekanan darah probandus praktikan masih
normal, yakni 120/ 80 mmHg. Perlakuan yang diberikan ialah dengan memasukkan salah
satu tangan ke dalam air es. Pada 20 detik pertama pengecekan tekanan darah, tekanan
systole darah meningkat menjadi 125/ 80 mmHg. Pada pengukuran berikutnya, menjadi
130/ 80 mmHg. Saat pengukuran selanjutnya tekanan systole terus tetap pada kisaran 130
mmHg, sedangkan yang terus meningkat ialah tekanan diasistolenya. Hal ini disebabkan
karena kemungkinan terjadi penyempitan pembuluh darah sebagai akibat dari paparan suhu
dingin/ terjadi proses vasokonstriksi pembuluh darah. Hal ini menyebabkan kemungkinan
terjadinya perubahan pada tekanan darah probandus praktikan.
Pada paktikum 3 dapat dilihat bahwa probandus termasuk tipe hiporeaktor.
Jawaban pertanyaan:
1. Bagaimana pengaruh suhu lingkungan pada hewan berdarah dingin dan hewan bedarah
panas?mengapa demikian?
Pada hewan berdarah panas/ homoiterm, suhu tubunhnya cenderung tidak
dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Hal ini disebabkan katena hewan homoiterm
memiliki reseptor dalam otaknya sehingga bisa mengatur suhu tubuhnya sendiri.
Akan tetapi pada hewan berdarah dingin suhu tubuhnya dipengaruhi oleh suhu
lingkungan. Penyebabnya adalah tidak mampunya hewan ini untuk
mempertahankan suhu tubuhnya.
2. Apakah kerugian kompres air dingin pada orang demam?
Kerugiannya adalah panas tubuh penderita demam akan semakin meningkat, Hal ini
disebabkan oleh karena reseptor pada permukaan tubuh akan mengirim informasi
ke otak bahwa suhu badan masih dingin. Akibatnya tubuh akan bereaksi untuk
menaikkan suhu tubuh. Selain itu, air dingin akan menyebabkan pembuluh darah
tepi di kulit mengecil. Akibatnya, panas yang seharusnya dialirkan oleh darah ke kulit
agar keluar tubuh, menjadi terhalang dan tubuh pun akan bertambah panas.
3. Kapankah tekanan darah kembali normal setelah dimasukkan ke dalam air es? Mengapa
demikian?
Tekanan darah kembali normal setelah menit 2 menit, alasannya karena, adanya
kegiatan Vaskuler/ pembuluh darah akan mempercepat pemulihan kondisi tekanan
darah menjadi normal setelah timbul rasa nyeri. Selain itu tekanan darah bisa
kembali normal saat suhu air es mulai menurun.
4. Apakah artinya jika kenaikan pada 20 detik I lebih dari 20mmHg?
Kenaikan >20 mmHg berarti adanya kemungkinan hipereaktor/ permulaan
hipertensi.
H. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil praktikum termoregulasi ini adalah suhu
lingkungan sangat berpengaruh pada kelompok hewan poikiloterm. Hal ini disebabkan
karena hewan poikiloterm tidak mampu mempertahankan suhu tubuh sehingga poikilotem
mengatur suhu tubuhnya lewat suhu lingkungannya. Akibatnya suhu pada hewan ini
cenderung berfluktuasi tergantung pada lingkungan. Berbeda dengan Homoiterm yang
mampu mengatur suhu tubuhnya. Hal ini dikarenakan adanya pusat pengendalian suhu inti
yang berada pada otaknya.
Pada cold pressure test, merupakan test peningkatan tekanan darah dengan pendinginan
yang dilakukan dengan cara memberikan rangsang pendinginan pada tangan yaitu
diletakkan di dalam suatu wadah berisi air es bersuhu 4 derajat celcius selama kurang lebih
satu menit. Selama proses tersebut, dilakukan tes pengukuran tekanan darah pada lengan
yang berlawanan. Perbedaan tekanan darah setelah intervensi dan saat tekanan basal
menunjukkan aktivitas vascular dimana dikatakan hiperekator jika tekanan sistolik naik ≥ 20
mmHg dan tekanan diastolik ≥15 mmHg, dan dikatakan hiporekator jika kenaikan tekanan
darah masih dibawah angka angka tersebut,
Efek yang dihasilkan dari test ini adalah nyeri dan peningkatan tekanan darah (diawali
dengan vasokonstriksi). Lewis, dalam penelitiannya mengatakan bahwa jika jari diletakkan
dalam suhu air 1-18 derajat celcius, akan menimbulkan rasa nyeri hebat. Akan tetapi,
apabila suhu melebih 18 derajat celcius, rasa nyeri tidak akan terjadi. Rasa nyeri pada
temperatur rendah, secara progressive akan terus meningkat hingga mencapai waktu
maksimal 1 menit. Karakteristik dari nyeri yang ditimbulkaan seperti rasa tergilas, “pins and
needle sensation”. Pergerakan dari jari tangan tidak akan mempengaruhi karakteristik dan
intensitas dari nyeri.
I. DAFTAR PUSTAKA
Tim Fisiologi Veteriner. 2010. Buku Penuntun Praktikum Fiosiologi Veteriner. Program Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya
Guyton, A. C. dan Hall, J. E. 2007, buku Ajar Fisiologi Kedokteran, ed 11, EGC,Jakarta
Guyton AC, 2007 : Textbook of Medical Physiology. Philadelphia, Saunders
Hines, 1940,Best & Taylor, Cold Pressure Test
Martini. 1998. Fundamental of Anatomy and Physiology 4th ed.. Prentice HallInternational Inc., New Jersey
Duke, NH. 1995. The Physiology of Domestic Animal. Comstock Publishing: New
York
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, A. C. Dan Hall, J. E. , Buku Ajar Fisiologi Kedokteran; Editor bahasa indonesia : Irawati Setiawan – Ed. 9 – Jakarta : EGC, 1997.
Mourot, L. & Bouhaddi, M. & Regnard, J. ,Effects of the Cold Pressor Test on Cardiac Autonomic Control,
Sherwood, L. , Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, Jakarta : EGC, 2001
Fox, Edward L , Bowers, Richard W. 1988.The physiological basis of physical education and
athletics. Philadelphia : Saunders College Pub
3. ) Percobaan dengan pengompresan air hangat
Kibas-kibaskan termometer agar menunjukkan skala terendah (dibawah skala terendah)
Diukur suhu kompres air hangat
Tempelkan kompres air hangat pada leher (sekitar arteri jugularis) selama 3 menit,
dicatat suhu badan (suhu axilla / ketiak)
Tanpa menurunkan suhu, taruh termometer pada axilla lagi selama 5 menit
Suhu yang ditunjukkan termometer untuk mengukur kompres dan axilla dicatat pada tiap menit
3. Cold Pressure Test
Naracoba duduk dengan nyaman di kursi dengan tinggi sesuai meja.
Memasang manset pada lengan kanan atas.
Mengukur tekanan darah sistolik dan diastolik 3 kali, mengambil tekanan diastolik terendah untuk
perbandingan.
Masukkan tangan kiri ke dalan air es (±10⁰C) sampai pergelangan tangan terendam seluruhnya.
Setelah lewat 10-15 detik, ukur tekanan darah setiap 20 detik selama 2 menit.
Waktu mengukur tekanan darah, tangan tetap dalam air es.
Mencatat hasilnya.