LAPORAN PENGENALAN KEHIDUPAN BERMASYARAKAT
Di Salam Magelang, Jawa Tengah
Laporan ini Disusun Sebagai Syarat Untuk Memenuhi Ujian Akhir dalam Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia dan Sosiologi di SMA Budi Mulia
Tahun Pembelajaran 2010/2011
Oleh
Astri Wilda Suryani
XII-IPS-3
NIS. 080910028
YAYASAN PENDIDIKAN BUDI MULIA LOURDES
SEKOLAH MENENGAH ATAS BUDI MULIA
JALAN KAPTEN MUSLIHAT No. 22
BOGOR
2011
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan ini telah disetujui dan disahkan oleh :
Pembimbing II Pembimbing I
Anselmus Seng Openg,S.Fil Drs.FelixParmanto,S.Pd.M.M
Bogor, …………………. Bogor,……………………..
Mengetahui dan Menyetujui
Kepala Sekolah
Br. Alexius Kasta Ginting SFK
Bogor, ………………………
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan Rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan dengan judul
Pengenalan Kehidupan Bermasyarakat tepat pada waktu yang ditetapkan.
Laporan ini merupakan hasil pelaksanaan kegiatan Pengenalan Kehidupan
Bermasyarakat (PKB) yang diadakan pada tanggal 13 Juli – 20 juli 2010 di
Magelang, Jawa Tengah. Laporan ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi syarat
menempuh Ujian Akhir Nasional (UAN) Tahun Ajaran 2010/2011 dan Ujian Akhir
Sekolah (UAS) pada bidang studi Bahasa Indonesia dan Sosiologi. Kegiatan ini juga
memiliki tujuan agar siswa-siswi SMA Budi Mulia Bogor memahami kebudayaan
masyarakat setempat dengan mengindentifikasi unsur-unsur kebudayaan masyarakat
setempat serta melihat hubungan unsur-unsur kebudayaan masyarakat setempat.
Penulis dan siswa-siswi SMA Budi Mulia Bogor di tempatkan di lingkungan
yang berbeda-beda. Ada banyak lingkungan yang sudah dipersiapkan oleh panitia
SMA Budi Mulia Bogor yang bekerja sama dengan Paroki Salam, Magelang , Jawa
Tengah sehingga para siswa –siswi SMA Budi Mulia Bogor dapat terorganisir
dengan cukup baik namun masih ada keterlambatan kendaraan menuju rumah yang
sudah ditetapkan.
Proses Penyelesaian Laporan ini tidak lepas atas doa dan bantuan dari
berbagai pihak, baik dari awal kegiatan PKB, proses PKB, akhir PKB hingga pada
tahap penyelesaian Laporan ini. Oleh sebab itu, dengan kerendahan hati Penulis
menyampaikan rasa terima kaih kepada :
1. Br. Alexius Kasta Ginting, SFK, selaku kepala sekolah SMA Budi Mulia
Bogor dan yang memberikan izin untuk Pelaksanaan PKB.
2. Drs. Felix Parmanto, selaku guru pembimbing pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia yang telah memberikan pengarahan tentang laporan dan cara-cara
penulisan laporan kepada Penulis.
3. Anselmus Seng Openg, S.Fil, selaku guru pembimbing pada mata pelajaran
Sosiologi yang telah memberikan pengarahan tentang unsur-unsur
kebudayaan kepada Penulis.
4. Wilson Sinaga, S.H dan Agustriani Purba, S.Pd, selaku orang tua kandung
Penulis yang sangat memberikan dukungan dalam penyelesaian Laporan
karya tulis ini.
5. Keluarga Bapak Agustinus Marjinuh, selaku orang tua angkat Penulis di
Magelang, Jawa Tengahyang mau menerima dengan sepenuh hati Penulis.
6. Wiliyanto Sinaga, S.H, selaku kakak laki-laki Penulis yang memberikan
dukungan dan kasih sayangnya kepada Penulis.
7. Sahabat-sahabat Penulis yang telah memberi saran dan juga dukungan yakni
Tresia Juliyanti, Cesilia Avida Sarah, Iren Veronica, Rinawati, gechu,
martina, dan ida.
8. Teman-teman gereja yang telah memberikan dukungan dan juga doa.
9. Teman-teman sekolah, khususnya teman-teman kelas XII Sosial III yang telah
memberikan saran yang sangat bermanfaat.
10. Tryas, selaku teman serumah di keluarga angkat penulis.
11. Semua pihak manapun yang telah memberikan segala dukungan, bantuan dan
doanya sehingga penulisan laporan ini dapat terselesaikan.
Penulis sangat menyadari bahwa laporan yang penulis buat masih jauh dari
sempurna. Oleh sebab itu, penulis dengan senang hati menerima kritikan dan
saran yang mendukung atau membangun kemajuan laporan ini. Penulis meminta
maaf apabila laporan yang penulis buat terdapat banyak sekali kekurangan. Besar
harapan penulis agar laporan ini dapat diterima oleh pembaca.
Bogor, Agustus 2010
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penulisan
Hidup bermasyarakat sering kali membuat kita harus waspada dan menahan
diri. Tentu karena hidup dengan sejumlah orang yang masing-masing memiliki
keinginan dan pendapat yang berbeda-beda. Tak bisa dipungkiri hidup
bermasyarakat akan senantiasa menemui berbagai gesekan-gesekan atau
ketidaksaling pengertian antara satu dengan yang lainnya. Dalam hidup
bermasyarakat harus ada interaksi antara satu dengan yang lain atau saling
pengertian diantara individu masyarakat.
Sebuah masyarakat adalah kumpulan individu yang berinteraksi secara terus
menerus, yang memiliki satu pemikiran, satu perasaan dan di bawah aturan yang
sama. Pada kali ini penulis mempelajari hidup bermasyarakat di sebuah
lingkungan yang bernama Ignatius Loyola Pucanganom II dusun Berokan
Magelang Jawa Tengah. Pada saat yang bersamaan penulis mendapat banyak
pengalaman hidup yang bermasyarakat. Hidup mandiri adalah salah satu yang
penulis dapatkan ketika penulis berada di sana, dimana penulis jauh dari orang tua
sehingga sangat dituntut untuk belajar hidup mandiri, menanamkan jiwa
solidaritas, hidup yang berkecukupan atau hidup sederhana serta bersosialisasi
dengan masyarakat setempat yang berbeda adat istiadatnya.
Pengenalan kehidupan bermasyarakat adalah sarana untuk menanam
solidaritas , hidup sederhana, dan mengetahui kehidupan masyarakat yang
berbeda adat istiadat. Pada kegiatan ini penulis banyak mendapatkan hal hal baru
yang belum pernah didapatkan penulis. Namun untuk mendapatkan hal-hal baru
tersebut penulis tidak mengalami kesulitan, namun itu meruppakan hal yang
sangat menyenangkan buat penulis. Disamping itu solidaritas dan hidup
sederhana cukup membuat penulis merasa tertantang untuk mengetahuinya. Itu
sangat menarik minat para siswa-siswi yang mengikuti kegiatan ini, mereka ingin
merasakan secara langsung bagaimana kehidupan yang berbeda dari biasanya.
Bagi remaja masih banyak waktu untuk belajar menanamkan solidaritas, hidup
sederhana serta mengenal hal-hal baru yang berguna untuk masa depan.
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan dan penulisan laporan kehidupan bermasyarakat adalah untuk
melengkapi salah satu syarat ujian akhir mata pelajaran Bahasa Indonesia dan
Sosiologi.
1.2.1 Tujuan diadakannya PKB
- Siswa mendapat pengalaman hidup baru
- Menumbuhkankembangkan jiwa sosial dan toleransi bagi para siswa
- Memunculkan dan mengembangkan rasa empati
- Menemukan pranata sosial baru dalam masyarakat
- Belajar hidup mandiri dan menyesuaikan hidup dilingkungan baru
1.3 Nama Kegiatan
Nama Kegiatan ini adalah Pengenalan Kehidupan Bermasyarakat atau
biasa disingkat PKB.
1.4 Ruang Lingkup
Penulis ditempatkan di lingkungan yang bernama Ignatius Loyola
Pucanganom II tepatnya di dusun Berokan . Keadaan lingkungan ini umumnya
sama dengan di lingkungan lain namun di desa ini terdapat sebuah sungai yang
terletak tidak jauh dari rumah keluarga angkat saya dan hanya berjarak beberapa
ratus meter saja, di sungai tersebut terdapat banyak bebatuan dikarenakan untuk
menahan lereng gunung yang mengalir di sepanjang sungai ini agar tidak
berdampak buruk bagi orang-orang disekitarnya.
Sosialisasi di lingkungan ini sangatlah baik sehingga penulis merasa nyaman
berada dilingkungan ini dan biasanya setiap malam diadakan latihan koor untuk
misa baik di kapel atau setiap lingkungan sehingga penulis dan teman-teman yang
berada di dusun berokan dan dusun jarakan dapat belajar bernyanyi dalam Bahasa
Jawa dan mengikuti koor.
1.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan Data penulis adalah dengan berkunjung ke perpustakaan
dengan membaca atau melihat karya tulis tahun lalu dan menambahkan data-data
yang ada serta terjun langsung ke lingkungan di Magelang, Jawa Tengah.
1.6 Waktu dan Tempat Kegiatan
1.6.1 Tanggal Kegiatan : 13-19 Juli 2010
1.6.2 Tempat Kegiatan : Paroki salam, Gereja Santa Theresia, Magelang, Jawa
Tengah . Penulis ditempatkan diwilayah/lingkungan
Ignatius Loyola Pucanganom, Magelang, Jawa
Tengah.
BAB II
PENGENALAN KEHIDUPAN BERMASYARAKAT
2.1 Sejarah Gereja Santa Theresia
Dalam Gereja Santa Theresia kita dapat menelusuri sejarah dari gereja tersebut :
2.1.1 PAROKI SANTA THERESIA SALAM
Sebelum Kedatangan Pastor van Lith SJ, di Muntilan sudah ada karya
misi yang berkedudukan di Magelang yang dilakukan oleh Pastor F.
Voogel,SJ pada tahun 1892 yang ditandai dengan dibaptisnya 135 orang di
Muntilan. Kehadiran Pastor van Lith dan Hoevenaars pada tahun 1903 dalam
misi Jawa mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi perkembangan
Gereja. Dalam karya-nya Pastor van Lith memfokuskan pada bidang
pendidikan, kesehatan dan kerasulan awam. Hal ini ditandai dengan
didirikannya sekolah, rumah sakit dan mencari pembantu dan pendamping
pastor dalam kontak dengan umat karena jumlah umat semakin bertambah.
Perkembangan umat katolik juga terjadi di Sumber, Mertoyudan, Mendut dan
sekitar Muntilan seperti Salam, Srumbung dan Ngluwar.
Beberapa tokoh awam yang terlibat dan aktif dalam proses penyebaran
agama katolik antara lain Yoakim Darmaatmaja dari Salam, Bernadus
Sastrodiharjo dari Kedawung, Wiryoatmaja dari Srumbung, Widyasuwito dari
Cungkup, Hubertus Darmorejo dari Mandungan, Nitiharjo dari Nyluwar yang
dibantu pleh Panca Sudarma. Tokoh-tokoh tersebut kebanyakan bukan dari
kalangan pendidikan tetapi hanya orang-orang biasa yang mata
pencahariannya sebagai petani. Hal ini mempunyai kaitan yang erat dengan
komposisi penduduk yang sebagian besar adalah petani. Sehingga
memudahkan dalam memberikan ajaran-ajaran karena dari golongan yang
sama.
Sejak awal perkembangan, Salam, Srumbung dan Ngluwar mendapat
perhatian pastor Spekle yang rajin berkunjung pada keluarga-keluarga untuk
memberikan pelajaran agama Katolik. Tahun 1950 terjadi perkembangan
dengan munculnya wilayah baru sebagai bagian dari wilayah Muntilan.
Perkembangan itu ditandai masuknya wilayah Salam, Srumbung, Ngluwar,
Dukun, Mungkid, Sawangan, Borobudur dan Mertoyudan. Salam menjadi
salah satu Stasi dari Paroki Muntilan yang meliputi Kring Salam, Mandungan,
Djamus, Kemiren, Jerukagung dan Ngluwar. Tahun 1963 sudah muncul
rencana bagi Salam untuk memisahkan diri dari Muntilan untuk menjadi
paroki baru. Ide pemisahan itu disampaikan oleh pastor Chrysantus
Prawirasuprapta yang tinggal di Muntilan dan diberi tugas untuk membina di
Kring Salam, Srumbung dan Ngluwar. Tetapi untuk mendirikan paroki baru
diperlukan syara-syarat yng menjadi pendukung utama seperti adanya umat
yang cukup dengan menempati wilayah tertentu, gedung gereja, pastoran dan
pastor paroki yang menetap serta memiliki dana untuk menyelenggarakan
kegiatan gereja. Sebelum memisahkan diri dari Muntilan Pastor Chrysantus
Prawirasuprapta dan Siswoharsono berunding untuk rencana pembangunan
gereja dan pastoran selanjutnya menyampaikan rencanna pembangunan
kepada Keuskupan Agung Semarang. Keuskupan mengarahkan dengan
memberi tanah seluas 9800 m2 yang merupakan milik Yayasan Gereja dan
Papa Miskin yang berada di dusun Jagang Lor Salam. Pertimbangannya
karena tempat ini dekat dengan pusat pemerintahan, sebab Salam terdapat
Kawedanan dan paling strategis. Tahap selanjutnya setelah mendapatkan
lokasi, Pastor Chrysantus Prawirasuprapta dan Siswoharsono merencanakan
pembangunannya dengan membuat gambarn rancangan dan mencari dana
untuk membiayai. Tetapi Pastor Chrysantus Prawirasuprapta tidak dapat
meneruskan pembangunan gereja karena harus pindah tugas. Kemudian
pembangunan diteruskan oleh Pastor Woerkens bersama Siswoharsono.
Kedudukan Pastor Woerkens bukan sebagai pastor kepala tetapi untuk
meneruskan pembangunan. Kemudian Keuskupan Agung Semarang menujuk
Pastor Goei Gwan Soei untuk menjadi pastor di Salam. Pastor Goei Gwan
Soei mulai menata dengan menyusun organisasi Gereja bersama tokoh-tokoh
dan membentuk stasi dan kring.
Tepatnya tanggal 1 Januari 1965 Salam resmi menjadi paroki baru dan
lepas dari Paroki Muntilan meskipun bangunan gereja dan pastoran belum
sempurna. Urusan administrasi, pendanaan dan kebutuhan pastor diusahakan
oleh umat sedang untuk keperluan misa seperti anggur dan roti masih
mengambil dari Muntilan.
Situasi umat di Paroki Santa Theresia Salam selanjutnya sangat
diwarnai oleh pastor-pastor yang menjabat sebagai pastor paroki. Namun pada
masa tertentu sangat diwarnai oleh sosok pastor yang terkenal di Paroki Salam
namun bukan sebagai pastor paroki yakni Pator YB Mangunwijaya,Pr.
Setelah tahun 1979 Rama Mangun yang terkenal dengan arsitekturnya itu
membangun Wisma Salam sebagai tempat pembinaan para awam seperti
“Seminar Awam”.
Pembinaan-pembinaanuntuk para pengurus dan penggerak paroki ini,
Paroki Santa Theresia Salam tidak luput dari sasaran Pembinaannya, yang
cukup mewarnai adalah gaya arsitekturnya dalam pembangunan kapel.
2.1.2 Pastor-Pastor yang pernah Berkarya di Gereja Santa Theresia Salam
1965 - 1973 : Pastor E. Goei Gwan Soei, Pr.
1974 - 1980 : Pastor FX, Sutawibawa, Pr.
1980 - 1983 : ( Pastor YB. Mangunwijaya, Pr. Wisma Salam)
1980 - 1981 : Pastor Y. Winarto,Pr.
1981 - 1986 : Pastor Kepala: A,K, Wedya Wiratno, Pr.
(1983-1987 : Merangkap Wisma Salam)
1981 - 1983 : Pastor Pembantu : Nurwiyana, Pr.
1983 - 1986 : Pastor Pembantu : D. Bambang Sutrisno, Pr.
1986 - 1988 : Pastor Kepala : D. Bambang Sutrisno, Pr
Pastor Pembantu : Bambang Relianto, Pr.
1987 - 1991 : Pastor Kepala : Bambang Relianto, Pr.
1988 - 1997 : (Pastor A. Tri Hartono, Pr. Wisma Salam)
1991 - 1995 : Pastor D. Windyawirna, Pr.
1995 - 1999 : Pastor T. Wadji, Pr.
1997 - 2002 : (Pastor B. Benny B. Sumintarto, Pr.)
Wisma Salam dan K3AS
1999 - 2002 : Pastor Ag. Toto Supriyanto, Pr.
2002 - 2003 : (Pastor P. Noegroho Agung S, Pr.)
Wisma Salam dan K3AS
2004 - 2009 : Pastor Y. Bambang Triantoro, Pr.
2.2 Latar Belakang Keluarga
Keluarga angkat penulis adalah keluarga yang sangat harmonis. Bapak angkat
penulis bernama Agustinus Marjinuh. Beliau memiliki 3 orang anak. Dari ke-3
orang anak Beliau, 1 yang sering berada dirumah. Anak Pertama yang biasa
dipanggil dengan nama Krisna , saat ini mas Krisna sudah bekerja di kota
Yokyakarta yang saat ini sudah bertunangan dengan kekasihnya di saat kami
berada di rumah keluarga ini. Anak kedua saat ini masih menduduki bangku
kuliah di yokyakarta yang biasa dipanggil dengan nama Era. Anak ketiga atau
anak terakhir yang bernama Aditya Kurnia saat ini baru menduduki bangku kuliah
di Universitas Negeri Yokyakarta.
Bapak Angkat Penulis bekerja sebagai Guru Matematika disalah satu sekola
dasar (SD) di sana dan Ibu Angkat Penulis juga bekerja sebagai Guru kelas
disalah satu sekolah dasar (SD) di sana. Namun Orang Tua Angkat Penulis
memiliki sawah yang cukup luas, Kebun Salak yang cukup luas dan hewan untuk
membajak sawah.
2.3 Kegiatan Penulis
Pada Tanggal 13 Juli 2010, seluruh siswa-siswi SMA Budi Mulia Bogor
berangkat menuju Magelang dengan menggunakkan bus Pariwisata Parahyangan.
Bus yang digunakan berjumlah 5 bus. Masing-masing bus ber-AC. Perjalanan
dari bogor ke Magelang berlangsung kira-kira 14 jam. Karna bus tidak dilengkapi
kamar mandi jadi sesekali berhenti di pom bensin untuk ke wc umum.
2.4 Hari Pertama ( Rabu, 14 Juli 2010)
Hari Pertama di Salam, Magelang, Penulis bersama siswa-siswi lainnya
berkumul di gereja Santa Theresia Salam. Disana, seluruh peserta PKB
membenahi diri, dan bersiap-siap bertemu dengan Orang Tua Angkat dengan
keadaan yang sudah bersih dan wangi ( sudah mandi) dan sebelum mengetahui
wilayah yang ditempatin, disitu penulis dan siswa-siswi yang lainnya menunggu
sambil mendengarkan sambutan dari pihak Paroki Salam dan dari panitia pihak
sekolah.
Sesudah pembagian wilayah , para peserta PKB telah disediakan
snack/makanan dan dipersilahkan untuk makan siang bersama-sama. , Setelah
selesai makan para peserta PKB bersiap-siap menuju wilayah/tempat tinggal
masing-masing dengan menggunakan mobil pick up dan juga angkot.
Sesampainya di rumah ketua lingkungan yaitu Bapak Ari , penulis bersama
siswa-siswi yang berada di lingkungan yang sama bercanda-canda dengan
keluarga Bapak Ari dan dibagikan / diberitahu dimana tempat dan Keluarga
Angkat yang akan penulis tempati. Penulis ditempatkan dikeluarga Bapak
Agustinus Marjinuh. Setibanya dirumah orang tua angkat pada pukul 15.30 WIB,
penulis berkenalan dengan bapak angkat dan kakak angkat , kemudian penulis
dan juga siswi yang bernama Tryas membereskan barang- barang bawaan dan
bersiap-siap untuk mandi. Setelah selesai mandi, penulis dan Tryas (teman satu
rumah yang juga siswi peserta PKB) membantu mba Nia ( kakak angkat)
mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
Pada Pukul 19.30 WIB, Penulis, Tryas dan keluarga angkat bersiap-siap untuk
latihan koor di rumah keluarga Bapak Ari ( Ketua Lingkungan). Setelah selesai
penulis. Tryas dan keluarga angkat kembali pulang kerumah
2.4.1 Refleksi
Penulis bisa belajar hidup mandiri dan jauh dari orang tua kandung di
Bogor dan penulis bisa belajar untuk lebih menghargai hidup dan tidak
menghambur-hamburkan yang sudah disediakan di Boor karna mencari pekerjaan
itu tidak gampang harus dngan kerja keras dan susah payahnya hidup.
2.5 Hari Kedua ( Kamis, 15 Juli 2010)
Pada Pukul 05.00 WIB, penulis bangun dari tidur dan membereskan kamar,
penulis dan Tryas teman penulis bersiap-siap membantu orang tua angkat dengan
memotong sayur, memasak sayur dan memasak jenis makanan lainnya. Setelah
membantu memasak, penulis beserta teman satu rumah membatu membersihkan
rumah dengan menyapu halaman, membakar sampah, membereskan piring dan
pekerjaan lainnya.
Setelah mengerjakan pekerjaan rumah, penulis beserta teman satu rumah
penulis yang juga peserta PKB, bebincang-bincang dengan kakak angkat penulis
yang bernama mba Nia yang biasa kami menyebutnya dengan nama itu., penulis
bertanya apa kebiasaan-kebiasaan yang ada di dusun tersebut, ternyata disana
tidak semua beragama Katolik, dan penulis, teman penulis serta mba Nia,
bercerita-cerita tentang sekolah, PKB tahun lalu yang kebetulan yang pernah
tinggal dirumah itu penulis kenal orangnya.
Sesudah penulis berbincang-bincang dengan kakak angkat lalu penulis
meminta izin untuk mengunjungi rumah peserta PKB yang lain, namun sebelum
pergi, penulis sudah membereskan rumah dengan rapih. Penulis mengunjungi
rumah Pak Ari dan juga melihat- lihat sawah Bapak Ari kemudian berfoto-foto
karena pemandangan di dusun tersebut sangatlah bagus.
Penulis tidak mau menyia-nyiakan waktu yang ada, penulis kembali ke rumah
untuk kembali membantu-bantu kakak angkat penulis untuk kembali
membereskan rumah yang terlihat banyak sekali debu bekas padi-padi yang sudah
diambil dari sawah. Penulis merasa tidak nyaman bila ada sedikit debu oleh
karena itu, penulis selalu membereskan rumah agar tidak terdapat debu-debu.
Sesudah penulis mengerjakan pekerjaan rumah, mba nia kakak angkat penulis
mengajak penulis dan teman satu rumah penulis untuk bersama-sama makan
siang. Sesudah penulis makan siang lalu penulis beserta teman satu rumah penulis
membantu bapak angkat penulis mengangkat kayu sehingga kayu-kayu itu terlihat
lebih rapih dan tersusun. Setelah membantu bapak angkat, penulis dan teman satu
rumah penulis pun beristirahat sejenak untuk merenggangkan badan agar tidak
terasa sakit,.
Pada pukul 14.30 WIB, penulis dan teman satu rumah penulis diajak kakak
angkat penulis untuk pergi kesawah untuk melihat-lihat dan mengantarkan
makanan kepada para petani dan membantu meringankan pekerjaan para petani,
sehingga penulis mengetahui cara-cara memotong padi yang benar dan cara
menanam padi yang benar.
Setelah penulis dan teman satu rumah penulis pulang dari sawah, penulis dan
teman satu rumah penulis beserta mba Nia bertemu dengan guru-guru yang
sedang mencari kami. Disitu penulis dan teman satu rumah penulis berfoto-foto
dengan guru-guru dan bercanda-canda dengan guru-guru agar suasana menjadi
lebih akrab. Setelah bertemu guru-guru , penulis, teman satu rumah penulis serta
mba Nia pulang ke rumah lalu mandi dan makan malam bersama orang tua ankat
seta brbincang-bincang dengan keluarga angkat agar suasana menjadi lebih akrab
sekalian bertanya bagaimana cara menanam pohon salak dan cara memetik buah
salak yang benar.
Pada pukul 19.30 WIB, penulis, teman satu rumah penulis beserta keluarga
angkat penulis berangkat menuju tempat untuk latihan koor. Disini penulis belajar
bernyanyi Bahasa Jawa, walaupun sedikit agak sulit bernyanyi dalam bahasa Jawa
namun harus terus dipelajari sampai bisa.
Tepatnya pukul 20.00 WIB, latihan koor itu selesai dan penulis, teman satu
rumah penulis serta keluarga angkat penulis pulang ke rumah karna sudah larut
malam. Namun penulis dan teman satu rumah penulis tidak langsung begegas
untuk istirahat tetapi kami bersaat teduh dulu karna itu kewajiban kami sebagai
umat beragama Kristen. Setelah saat teduh selesai, penulis dan teman satu rumah
penulis bergegas untuk istirahat malam.
2.5.1 Refleksi
Pada hari kedua penulis berada di rumah keluarga angkat, banyak
pengetahuan dan pengalaman yang penulis dapatkan. Penulis bisa belajar lebih
mendalam tentang hal-hal yang belum pernah diketahui oleh penulis seperti
Berbahasa Jawa, yang sebelumnnya penulis hanya tahu Bahasa Jawa iya sekarang
meningkat menjadi lebih mengerti Bahasa Jawa . Penulis pun bisa belajar lebih
mandiri lagi, walaupun penulis merasa kangen dengan keluarga di Bogor namun
penulis tidak boleh terpuruk dengan itu.
2.6 Hari Ketiga ( Jumat, 16 Juli 2010 )
Pada hari ini, penulis bangun pukul 05.00 WIB, lalu merapikan tempat tidur.
Setelah itu penulis beserta teman satu rumah penulis segera menuju dapur dan
membantu Bapak memasak dan mencuci piring. Setelah mencuci piring, penulis
disuruh Ibu angkat penulis untuk mencari tukang sayur untuk membeli sayur dan
semacamnya. Setelah mencari tukang sayur dan membeli sayur, penulis
ditawarkan untuk sarapan pagi bersama Kakak angkat penulis. Setelah sarapan
pagi, penulis memncuci pakaian kotor yang sudah menumpuk agar pakaian-
pakaian kotor itu menjadi bersih dan bisa dipakai keesokan harinya.
Setelah mencuci pakaian, penulis beserta teman satu rumah diajak untuk
melihat-lihat sungai yang ada di dusun Jarakan. Sungainya sangat bagus dan
masih alami tanpa tersentuh teknologi. Biasanya sungai ini airya dipakai untuk
membersihkan ikan hasil pancingan dari kolam. Di sungai tersebut penulis beserta
teman-teman penulis bermain air, bercanda-canda, berfoto-foto dan lain
sebagainya sehingga mendapatkan pengalaman yang sangat menyenangkan.
Setelah beberapa jam, penulis beserta teman-teman penulis yang juga peserta
PKB kembali pulang ke rumah masing-masing. Setelah penulis sampai di rumah,
penulis kembali mengerjakan pekerjaan rumah seperti mencuci piring dan
sesudah mencuci piring penulis bergegas untuk mandi karena penulis, teman-
teman penulis dan umat Katolik di dusun Berokan dan Jarakan diajak untuk
mengunjungi tempat untuk melihat pemandangan gunung Merapi dari jauh yang
biasa disebut warga disitu adalah Ketep Pass. Di sana Penulis beserta teman-
teman yang lain sangat antusias dan senang karena selain bisa melihat
pemandangan yang sangat bagus juga bisa menonton film letusan gunung Merapi
yang mana bisa dijadikan pengetahuan umum dan bermanfaat bagi penulis.
Setelah pergi ke Ketep Pass, penulis, teman-teman penulis dan yang lainnya
kembali pulang ke rumah. Penulis diajak membantu Bapak angkat penulis untuk
memetik buah salak dan mengetahui secara langsung cara memetik buah salak
yang baik dan benar agar tidak merusak pohonnya kemudian Penulis mengangkat
jemuran karena sudah menjelang malam. Sekitar pukul 18.30 WIB setelah
membantu Bapak angkat, penulis dan teman satu rumah penulis diajak untuk
makan malam bersama keluarga angkat sambil bercanca-canda.
Sekitar pukul 19.30 , penulis dan teman satu rumah penulis kembali diajak
untuk latihan koor di tempat yang sama. Penulis dan teman satu rumah penulis
sangat antusias karena bisa manambah kegiatan. Setelah selesai latihan koor
penulis, teman satu rumah penulis, dan keluarga angkat penulis bergegas untuk
pulang karna hari sudah larut malam. Tetapi sesampainya di rumah, penulis dan
teman satu rumah penulis tidak langsung beristirahat karena harus menjalankan
kewajiban umat Kristen yaitu bersaat teduh atau yang biasa penuli singkat dengan
sate. Dengan bersaat teduh penulis bisa lebih mendekatkan diri kepada Tuhan dan
memohon pertolongan kepada Tuhan. Setelah bersaat teduh penulis dan teman
satu rumah penulis bergegas untuk istirahat malam karna banyak hal yang akan
dikerjakan keesokan harinya.
2.6.1 Refleksi
Pada hari ketiga ini, penulis mendapatkan banyak pelajaran mulai dari
melihat pemandangan, mengetahui cara –cara menanam padi, cara memotong
padi, cara-cara memetik buah salak dan lain sebagainya. Disinii penulis
mendapatkan banyak pengalaman yang belum pernah didapat sebelumnya.
Sementara di Bogor penulis hanya tahu cara memakan buah salak saja dan
sekarang sudah tahu cara menanam pohon salak dan memetik buah salak dan baik
dan benar. Dan disinii penulis banyak mempelajari tentang susahnya hidup karena
sebelumnya penulis kurang begitu mengerti bahwa mencari sesuap nasi itu susah
atau tidak gampang dan penulis berjanji untuk tidak menghambur-hamburkan
yang ada lebih baik dikasih ke orang yang lebih membutuhkan daripada terbuang
begitu saja tidak ada manfaatnya.
2.7 Hari Keempat ( Sabtu, 17 Juli 2010 )
Pada hari keempat, penulis bangun pukul 05.00 WIB, seperti biasanya setelah
bangun dan beres-beres kamar penulis dan teman satu rumah penulis menuju
dapur untuk membantu Bapak angkat memasak dan mencuci piring. Setelah
memcuci piring, penulis beserta teman satu rumah penulis diajak untuk sarapan
pagi bersama mba Nia kakak angkat penulis. Sesudah sarapan, penulis dan teman-
teman / peserta PKB yang lain berkumpul untuk berdiskusi dan menyiapkan
apresiasi untuk malam perpisahan yang diadakan pada pukul 19.00 wib nanti
malam. Penulis dan teman-teman penulis yang lain memikirkan apa yang akan
ditunjukkan kepada Bapak-bapak dan Ibu-ibu anggota lingkungan, disitu penulis
dan teman-teman yang lain bersepakat untuk bernyanyi 2 lagu gereja yang
diiringi oleh gitar.
Setelah penulis dan teman-teman yang lain menemukan jalan tengahnya,
penulis beserta teman-teman yang lain bergegas pulang untuk mandi dan sarapan.
Sekitar pukul 13.00 WIB, penulis dan teman satu rumah penulis diajak teman-
teman yang lain untuk latihan apresiasi untuk malam nanti di rumah ketua
lingkungan yaitu Bapak Ari yang juga orang tua angkat Winda dan Mercy. Disitu
penulis dan teman-teman yang lain, latihan dengan penuh semangat karena
penulis dan teman-teman penulis mengangap kami harus memberikan yang
terbaik sebelum pada akhirnya penulis dan teman-teman penulis yang lain
kembali ke Bogor.
Sekitar pukul 15.00 WIB, penulis dan teman-teman penulis kembali pulang
untuk bersiap-siap berangkat ke kapel untuk ibadah dan bernyanyi koor gereja
bersama warga sekitar. Penulis awalnya bingung dengan ibadah gereja katolik
dengan di Jawa Tengah, namun ini menjadikan salah satu pelajaran bila suatu saat
nanti akan kembali ke Jawa Tengah untuk mengunjungi keluarga angkat.
Setelah selesai ibadah di kapel, penulis temu kangen dengan teman-teman
penulis yang berada di dusun yang berbeda-beda sambil berfoto-foto. Namun
waktu penulis dan teman-teman tidaklah lama Karena harus pulang ke rumah
masing-masing. Sesampainya dirumah penulis dan teman satu rumah penulis
membatu menyapu sebentar. Setelah menyapu penulis dan teman satu rumah
penulis diajak untuk malam malam bersama keluarga angkat, sambil bercanda-
canda agar suasana menjadi lebih akrab lagi.
Namun pada pukul 19.00 WIB, penulis, teman satu rumah penulis dan
keluarga angkat penulis harus bersiap-siap pergi ke rumah salah satu warga untuk
latihan koor dan acara perpisahan dimana penulis beserta teman-teman yang lain
harus menyiapkan apresiasi. Sebelum penulis dan teman-teman bernyanyi ada
suatu kebaktian dahulu dan sharing tentang apa yang sudah didapat di dusun
Berokan dan dusun Jarakan baik orang tua angkat maupun anak angkat yang
bersangkutan. Penulis sendiri sharing tentang apa yang sudah penulis dapatkan
selama PKB ini, penulis mendapatkan banyak sekali pengalaman hidup yang
sangat berharga dan penulis pun tentunya tidak lupa untuk mengucapkan terima
kasih banyak kepada ketua lingkungan yaitu Bapak Ari yang juga orang tua
angkat Winda dan Mercy, begitu juga Orang tua angkat penulis yaitu Bapak
Agustinus Marjinuh dan memberikan satu kata perpisahan yaitu “ Jangan
Lupakan kami yang disini ya Pak “. Penulis sangat bersedih namun dibalik
peetemuan pasti ada perpisahan. Meskipun penulis bersedih namun harus tetap
semangat karna pertemuan itu tidak berhenti sampai disitu saja pasti suatu saat
nanti penulis bisa bertemu lagi baik orang tua angkat maupun semua warga
didusun Berokan dan dusun Jarakan. Satu per satu orang tua angkat dan teman-
teman PKB menyampaikan perasaan sedihnya karena harus berpisah dengan
semuanya. Sesudah satu per satu menyampaikan perasaannya, tibalah saatnya
bagi penulis dan teman-teman penulis yang tinggal di dusun Berokan dan dusun
Jarakan yang berjumlah 11 orang ini memberikan suatu apresiasi dengan
bernyanyi dengan sungguh-sungguh karna ini terakhir kalinya penulis dan temen-
teman penulis bisa bernyanyi bersama. Suasana saat itu sangatlah sedih karena
penulis, teman-teman penulis, warga sekitar, dan semua orang tua angkat sudah
sangat begitu dekat. Setelah selesai acara perpisahan, penulis dan teman-teman
penulis tidak langsung pulang tetapi bermain kartu agar suasana menjadi lebih
semangat dan tidak bersedih-sedih terus. Namun itu tidaklah lama, karna penulis
dan teman-teman yang lain harus segera pulang ke rumah karena sudah larut
malam. Sesampainya dirumah penulis dan teman satu rumah penulis tidak
langsung beristirahat tetapi bersaat teduh dulu seperti biasanya namun sesaat
bersaat teduh ada seekor tikus yang lewat dekat kamar penulis dan teman satu
rumah penulis. Penulis langsung menjerit karna ketakutan dan segera keluar dari
kamar dan mengambil sapu untuk mengusir tikus tersebut. Saat ini keluarga
angkat penulis belum tidur kaena besok ada acara pertunangan antara anak
pertama yaitu mas Krisna (biasa penulis menyebutnya) dengan pacarnya.
Kemudian mas Krisna pun membantu penulis untuk mengusir tikus tersebut
namun tidak ketemu juga sampai pada akhirnya kamar pun dibuka agar tikus
tersebut keluar dengan sendirinya.
Sebelum beristirahat, penulis, teman satu rumah penulis dan tetangga-tetangga
membantu Ibu angkat penulis memasak untuk acara besok. Namun karena sudah
pukul 02.00 WIB, orang tua angkat menyuruh penulis dan teman satu rumah
penulis untuk beristirahat sebab besok ada acara dan sudah kecapean. Lalu
penulis pun beristirahat malam
2.7.1 Refleksi
Pada hari keempat ini, banyak sekali pengalaman yang penulis dapat.
Penulis sangat nyaman berada di lingkungan Ignatius Loyola Pucanganom II
dusun Jarakan ini. Penulis mendapatkan banyak pengalaman hidup yang sangat
berguna untuk masa depan namun setiap pertemuan pasti ada perpisahan maka
dari itu penulis sangatlah sedih bila harus berpisah dengan keluarga angkat di
magelang, Jawa Tengah. Suatu hal yang luar biasa pernah tinggal di rumah
keluarga Bapak Agustinus Marjinuh karena orangnya sangat baik, ramah, dan
pintar menyanyi. Sementara di Bogor penulis sangat sibuk les pelajaran dan
menjadikan penulis mempunyai waktu yang sangat sedikit untuk berkumpul dan
bercanda-canda dengan keluarga.
2.8 Hari Kelima ( Minggu, 18 Juli 2010)
Hari Kelima tanggal 18 Juli 2010 adalah hari terakhir dan malam terakhir
pelaksaan PKB tahun ajaran 2010/2011. Pagi hari penulis bangun sekitar pukul
05.30 WIB. Walau tidurnya tidak cukup namun harus tetap bantu-bantu keluarga
angkat. Setelah penulis dan teman satu rumah penulis membereskan kamar, lalu
penulis dan teman satu rumah penulis menuju dapur untuk bantu-bantu memasak,
meyiapkan makanan dan membereskan rumah sebelum tamu-tamu istimewa itu
datang.
Setelah membereskan rumah dan rumah sudah tertata rapih, penulis dan teman
satu rumah penulis mengisi waktu luang dengan mengisi sebagian laporan.
Setelah penulis dan teman satu rumah penulis selesai mengisi laporan, penulis dan
teman satu rumah penulis bergegas untuk mandi sebelum tamu-tamu istimewa itu
datang. Tidak lama kemudian para tamu-tamu itu pun datang dan keluarga angkat
menyambut kedatangan mereka dengan senyuman dan ramah.
Sekitar pukul 12.00 WIB, penulis dan teman satu rumah penulis bermain ke
salah satu rumah teman penulis yang juga peserta PKB sambil menunggu para
tamu-tamu istimewa itu pulang. Kebetulan teman satu rumah penulis ingin
meminjam casan karna pada malam harinya akan dibagikan handphone yang
dikumpulkan sebelum PKB. Namun penulis dan teman satu rumah penulis tidak
mempunyai waktu banyak untuk bermain karena harus pulang kerumah orang tua
angkat karena harus membersihkan piring-piring kotor bekas piring makan para
tamu. Setelah selesai memcuci piring kotor, penulis dan teman satu rumah penulis
diajak ke ruang tamu untuk berkenalan dengan keluarga besar orang tua angkat
mulai dari sepupu hingga kakak kandung dari Ibu angkat. Disitu penulis
berkenalan sambil bercanda-canda dengan keluarga besar orang tua angkat karena
penulis sudah dianggap bagian dari keluarga yang sampai saat ini msih
berhubungan jauh.
Sekitar pukul 14.30 WIB, penulis, teman satu rumah penulis harus bersiap-
siap karena ada misa kecil disalah satu rumah warga yang dimana juga adalah
orang tua angkat dari Matthew dan Patrick. Disana penulis mengikuti dengan
seksama acara misa tersebut dan makan sore bersama. Setelah selesai misa,
penulis dan teman-teman yang lain bercanda-canda sambil menunggu waktu
bertemu dengan guru-guru di kapel . tepat pada pukul 05.00 WIB, penulis, teman-
teman peserta PKB, dan para orang tua angkat berangkat menuju kapel untuk
bertemu dengan guru-guru.
Disana penulis dan teman-teman PKB yang lain sebelum memulai acara,
peserta PKB mengumpulkan kuisioner yang sudah di tanda tangan oleh orang tua
dan menerima cinderamata untuk orang tua sesuai dengan pilihan yang ada. Kira-
kira pukul 18.30, Bu Linda memperrsilahkan kepada orang tua angkat peserta
yang hadir untuk memberikan kritik dan saran atau pesan dan kesan kepada
peserta PKB. Setelah itu pengembalian handphone kepada peserta dan kemudian
peserta kembali pulang ke rumah untuk packing dan beristirahat karena keesokan
harinya pagi-pagi sudah harus berkumpul di Paroki Salam.
Sesampainya dirumah, penulis membereskan kembali barang-barang supaya
besok tidak repot dalam membereskan barang. Setelah membereskan barang,
penulis dan teman satu rumah penulis yang juga peserta PKB bersaat teduh
dahulu sejenak dan berdoa supaya besok kembali ke Bogor dalam keadaan
selamat dan tidak kurang suatu apapun. Setelah selesai bersaat teduh, penulis dan
teman saru rumah penulis beristirahat malam karena besoknya harus bangun pagi-
pagi.
2.8.1 Refleksi
Pada hari kelima ini, penulis kembali menyadari bahwa betapa
pentingnya menghargai hidup. Mendengar sejarah dari Romo yang memimpin
misa kecil hidup itu tidaklah gampang, banyak persoalan, cobaan dan lain
sebagainya namun kita harus tetap percaya sama Tuhan dan selalu berdoa agar
terus dalam perlindungannya. Dan selama ini, saat penulis berada dirumah jarang
sekali membantu orang tua karena sibuk bersekolah dan les Mata Pelajaran.
Namun penulis berjanji akan selalu berusaha membatu orang tua disaat ada waktu
luang dan selalu terus berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk semuanya
dan hidup haruslah semangat dan hadapi cobaan hidup dengan senyuman maka
itu semua akan berjalan dengan mudah tetapi tidak luput dari doa.
2.9 Hari Keenam ( Senin, 19 Juli 2010)
Hari kepulangan seluruh peserta PKB ke Bogor pun akhirnya tiba. Sekitar
pukul 05.00 WIB, penulis dan Tryas teman satu rumah yang juga peserta PKB
sudah bangun tidur dan segera bersiap-siap untuk mandi. Sesudah mandi, penulis
dan Tryas bersiap-siap untuk berkumpul di Rumah Bapak Ari untuk ke Paroki
Salam bersama-sama dengan teman-teman yang lain. Namun tidak lupa penulis
dan Tryas memberikan cinderamata dan Orang tua angkat pun tak lupa untuk
memberikan oleh-oleh kepada penulis dan Tryas.
Setelah penulis dan Tryas berjalan menuju rumah Bapak Ari, ternyata penulis
dan Tryas ditinggalkan oleh yang lain, lalu penulis dan Tryas diantarkan memakai
motor oleh mas Krisna dan Mas Era kakak angkat penulis. Tetapi sebelum
berangkat penulis dan Tryas ingin berfoto-foto dahulu dengan keluarga angkat
dan tak lupa mengucapkan terima kasih kepada Bapak Agustinus Marjinuh
beserta Ibu, mba Nia, Mas Krisna dan mas Era.
Sesudah berpamitan dan mengucapkan terima kasih, kami pun Lalu
berangkat menuju Paroki Salam atau Gereja Santa Theresia Salam. Disana
disediakan 5 Bus yang akan membawa seluruh peserta PKB kembali ke Bogor
yang sudah siap menunggu kami semua.
Sebelum perjalanan dimulai, seluruh peserta dan guru-guru berkumpul
digereja untuk mengucapkan terima kasih dan menyampaikan pesan serta kesan
dari pihak SMA Budi Mulia Bogor maupun dari Pihak Gereja Paroki Salam yang
sudah menyiapkan tempat untuk melaksanakan PKB SMA Budi Mulia tahun
ajaran 2010/2011 dan tak lupa kata sambutan dari Bruder Alexius Kasta Ginting
selaku kepala sekolah SMA Budi mulia Bogor.
Setelah semua selesai saatnya seluruh Peserta PKB dan guru-guru kembali
pulang ke Bogor. Sebelum ke Bogor, seluruh peserta diberi waktu untuk
berekreasi ke Malioboro dan Candi Borobudur. Para siwa lalu dibebaskan namun
harus kembali ke bus sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan.
Sekitar pukul 17.30 WIB, seluruh kegiatan berakhir dan saat itu dimulailah
Perjalanan menuju Bogor. Namun bis berhenti di rumah makan untuk
dipersilahkan seluruh siswa untuk makan. Namun banyak sekali yang tidak
makan karena sakit atau muntah-muntah dijalan. Setelah selesai makan,
perjalanan menuju Bogor pun dilanjutkan tanpa berhenti selama perjalanan. Kami
semua bermalam di bus dan tiba dibogor pada tanggal 20 Juli 2010 sekitar pukul
07.30 WIB dan orang tua kandung penulis sudah menjemput.
2.9.1 Peta Paroki Salam
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kegiatan PKB (Pengenalan Kehidupan Bermasyarakat) ini, sangan
bermanfaat sekali untuk para siswa karena dengan diadakannya PKB ini, para
siswa dapat belajar menjalankan kehidupan sehari-hari dengan lingkungan , adat
istiadat, bahasa, suasana yang berbeda dari biasanya. Para siswa juga bisa lebih
memahami arti kehidupan dan belajar menanamkan jiwa solidaritas dan cara
hidup sederhana.
Dari Kegiatan ini banyak sekali pengalaman dan hal-hal baru yang belum
pernah didapatkan sebelumnya. Dengan kegiatan PKB ini pun para siswa belajar
hidup mandiri dan jauh dari orang tua dan jauh dari perkotaan dan tidak banyak
menggunakan teknologi dan lebih belajar menghargai hidup. Dengan adanya
PKB ini pun pasti ada sedikit perubahan dari para siswa menjadi lebih baik dari
yang sebelumnya dan lebih mensyukuri hidup.
Dengan kegiatan PKB pun kita belajar lebih dekat sama Tuhan, takut akan
Tuhan dan melakukan segala perubahan supaya hidup menjadi lebih sempurna.
Kegiatan PKB ini pun sangat bermanfaat bagi para siswa-siswi SMA Budi Mulia
Bogor yang sudah memduduki kelas XII yang sebentar lagi akan mengalami
hidup yang sesungguhnya dan jauh dari orang tua dan dengan kegiatan
Pengenalan Kehidupan Bermasyakat ini pun bila belajar berinteraksi dan
beradaptasi karna kita adalah makhluk social yang pastinya sangatlah
membutuhkan orang lain dan belajar untuk hidup sederhana serta apa adanya
sangat dibutuhkan untuk membentuk pribadi yang lebih baik seperti yang
seharusnya dilakukan dan disukai oleh Tuhan.
3.2 Kritik
Kritik Penulis untuk PKB tahun ajaran 2010/2011 kendaraanya kurang
nyaman terlalu sempit sehingga tidak leluasa untuk bergerak dan pengaturan
waktu ke lingkungan masih diulur-ulur dan menjadikan peserta PKB terlambat
untuk datang ke rumah keluarga angkat padahal orang tua angkat sudah bersiap-
siap.
3.2 Saran
Saran penulis untuk PKB tahun ajaran 2010/2011 adalah sarana transportasi
dibuat lebih nyaman agar peserta PKB yang akan datang tidak merasakan hal
yang sama. Dan peserta PKB yang akan datang tetap diperkenankan untuk tidak
membawa alat-alat elektrinik seperti HP dll kecuali kamera digital .
LAMPIRAN
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
…………………………………………………. ii
KATA PENGANTAR
………………………………………………………. iii
DAFTAR ISI
………………………………………………………………… iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penulisan
……………………………………………………
1.2 Tujuan Penulisan
…………………………………………………………….
1.3 Nama Kegiatan
………………………………………………………………
1.4 Ruang Lingkup
………………………………………………………………
1.5 Teknik Pengumpulan Data
……………………………………………………
1.6 Waktu dan Tempat Kegiatan
…………………………………………………
1.6.1 Waktu Kegiatan
…………………………………………………………
1.6.2 Tempat Kegiatan
……………………………………………………….
BAB II PENGENALAN KEHIDUPAN BERMASYARAKAT
2.1 Sejarah Gereja Santa Theresia
…………………………………………………
2.1.1 Paroki Santa Theresia Salam
……………………………………………
2.1.2 Pator-pastor yang pernah berkarya di Gereja Santa Theresia
Salam …..
2.2 Latar Belakang Keluarga
……………………………………………………...
2.3 Kegiatan Penulis
………………………………………………………………
2.4 Hari Pertama
……………………………………………………………
2.5 Hari Kedua
……………………………………………………………..
2.6 Hari Ketiga
……………………………………………………………..
2.7 Hari Keempat
…………………………………………………………..
2.8 Hari Kelima
…………………………………………………………….
2.9 Hari Keenam
……………………………………………………………
2.9.1 Peta Paroki Salam
……………………………………………..
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
…………………………………………………………………..
3.2 Kritik
…………………………………………………………………………
3.3 Saran
…………………………………………………………………………
Top Related