LAPORAN TETAP PRAKTIKUM
DISUSUN OLEH :
NAMA : LARA ASHTIRA
NIM : G1C 010 008
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS MATARAM
2010
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan tetap praktikum Kimia Fisik II ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan mata kuliah Kimia Fisik II
Disetujui pada tanggal: 31 Mei 2010
Mengetahui:
Coordinator
Irma Dian Sari
G1C 007 012
Acara I Acara II
Irma Dian Sari Taufik Abdullah
G1C 007 012 G1C 007 043
Acara III Acara IV
Agus Supriyadi R. Dwi Arif Sulistiono
G1C 007 003 G1C 007 008
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta
karunia yang diberikan-Nya, sehingga laporan praktikum Kimia Fisik II ini dapat terselesaikan
tepat pada waktunya dan sesuai dengan yang diinginkan. Tidak lupa ucapan terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada dosen bidang studi yang bersangkutan serta para Co. Asisten yang
telah membimbing dan membantu dalam pelaksanaan praktikum dalam serta penyelesaian
laporan ini. Tidak lupa juga ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada orang tua yang
telah memberikan dukungan serta do’a dan perhatian yang luar biasa sehingga laporan ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya.
Menyadari bahwa laporan praktikum Kimia Fisik II yang telah disusun ini masih banyak
kekurangan dan kesalahan, maka hal itu semua tidak lepas dari ketidaksempurnaan dan
kekhilafan yang telah diperbuat. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak sangatlah
diharapkan, terutama dari para Co.Asisten yang bersangkutan agar laporan selanjutnya menjadi
lebih baik lagi.
Demikian, semoga laporan ini dapat bermanfaat ke depannya dan dapat menjadi acuan
serta koreksi untuk lebih baik lagi.
Mataram, 31 Mei 2010
Praktikan
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................1
DAFTAR ISI ......................................................................2
MATERI
ACARA I. PENENTUAN KETETAPAN KESETIMBANAGAN ASAM ASETAT
BERDASARKAN DATA DAYA HANTAR ............................................
ACARA II. PEMBUKTIAN PERSAMAAN NERNST..................................................
ACARA III. PENENTUAN TETAPAN ADSORPSI KARBON AKTIF.......................
ACARA IV. PENENTUAN KETETAPAN LAJU PADA REAKSI SAPONIFIKASI
ETIL ASETAT............................................................................................
PENENTUAN TETAPAN KESETIMBANGAN ASAM ASETAT
BERDASARKAN DATA DAYA HANTAR
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Tujuan : Menentukan tetapan kesetimbangan Kc asam lemah (asam asetat)
berdasarkan nilai daya hantar ekivalen yang diukur dengan alat
konduktivity meter.
Hari, tanggal : Selasa, 22 April 2010
Tempat : Laboratorium Kimia Dasar, Lantai III, Fakultas MIPA, Universitas
Mataram.
B. LANDASAN TEORI
Arus listrik yang dibawa oleh ion-ion, elektron dan sebgainya disebut sebagai hantaran dan
merupakn kebalikan dari tahanan. Hantaran molar (Λ) didefinisikan sebagai hantaran larutan
yang mengandung 1 mol elektrolit dan ditempatkan di antara dua elektroda sejajar yang terpisah
sejauh 1 meter. Λ didefinisikan sebagai Λ= ĸ/C dimana C adalah konsentrasi elektrolityang
dinyatakan sebagai mol per kubik (Molaritas). ĸ adlaah hantaran molar jenis yang dinyatakan
sebagai mhom-1. Maka satuannya adlaah mho-1m2. Plot hantaran molar terhadap … berupa garis
lurus untuk elektrolit lemah. Tetapi plot yang terakhir ini mencapai harga limit. Hal ini
menyebabkan Kohlrausch mendefinisikan hukum migrasi bebas dari ion, yaitu hantaran molar
dari setiap elektrolit pada pengenceran tidak terhingga adalah jumlah hantaran molar pada
pengenceran tidak terhingga, yaitu : Λo =λo+ + λo
-. Pengenceran utama hukum Kohlrausch adalah
untuk mencari harga limit antara hantaran molar dari beberapa elektrolit lemah. Dapat
diperhatikan bahwa : Λo(AD) = Λo(AB) + Λo
(CD) + Λo(CB). Dimana Λo adalah hantaran molar dari
spesies AB, AD, CD dan CB, dan umumnya menggunakan hukum Kohlrausch (Dogra, 1990:
488-490).
Dengan derajat disosiasi ‘α’ dapat diberikan persamaan α = Λ/Λo; dimana Λ adalah hantaran
molar pada beberapa kosentrasi C, dan Λo adalah hantaran molar pada pengenceran tak hingga.
Hubungan di atas hanya berlaku untuk elektrolit lemah, di mana pengaruh interaksi ion
minimum. Jika derajat disosiasi diketahui, dengan mudah kita dapat menghitung konstatnta
disosiasi dari elektrolit lemah, misalnya untuk elektrolit 1:1. AB ⇌ A+ + B-; jika α adalah derajat
disosiasi dan m adalah molaritas elektrolit AB maka konsentrasi spesies AB, A+ dan B- akan menjadi
m(α-1), mα dan mα konstanta disosiasi akan menjadi: K=
K=
K= (Dogra, 1984: 490-491).
Konduktivitas molar elektrolit, Λm, tidak bergantung pada konsentrasi jika ĸ tepat sebanding dengan
konsentrasi elektrolit. Walaupun demikian, pada prakteknya, konduktivitas molar bervariasi terhadap
konsentrasi. Salah satunya adalah jumlah ion larutan mungkin tidak sebanding dengan konsentrasi,
menunjukkan adanya dua golongan elektrolit. Pengukuran ketergantungan konduktivitas molar pada
konsentrasi, menunjukkan adanya golongan elektrolit. Pengukuran ketergantungan konduktivitas molar
pada konsentrasi, menunjukkan adanya dua golongan lektrolit. Sifat umum elektrolit kuat adalah
konduktivitas molrnya hanya sedikit berkurang dengan bertambhanya konsentrasi. Sifat umum elektrolit
lemah adalah: konduktivitas molarnya normal pada konsentrasi mendekati nol, tetapi turun dengan tajam
sampai nilai rendah pada konsentrasi bertambah. Elektrolit kuat adalah zat yang terionisasi sempurna
dalam larutan dan meliputi padatan ion dan asam kuat. Sebagai hasil pengionan sempurna, konsentrasi
ion dalam larutan sebanding degan konsentrasi elektrolit yang ditambahkan. Konduktivitas elektrolit kuat
mentaati hukum Khlausch, yaitu bahwa konduktivitas molar elektrolit kuat sebanding dengan akar dari
konsentrasinya (Atkins, 1997: 304-305).
Untuk elektrolit lemah, turunnya daya hantar ekivalen dengan naiknya konsentrasi dapat dijelaskan
dengan menganggap bahwa derajat ionisasi yang semakin kecil. Hal ini tidak dapat dipakai untuk
menjelaskan elektrolit-elektrolit kuat. Hal ini disebabakan karena elektrolit kuat sudah terion sempurna.
Menurut Debye-Huckle, turunya daya hantar dengan naiknya konsentrasi , disebabkan oleh dua hal yaitu
relaksasi atmosfer ion, dan efek elektrophoretik. Ion-ion selalu dikerumuni oleh ion-ion lawan dan
bentuknya spheris. Adanya beda potensial, menyebabkan bentuknya tidak lagi spheris. Gerakan dari ion
diperlambat oleh adnya atmosfer ion ini (Atkins, 1999:303).
Untuk larutan elektrolit sering digunaknan istilah daya ekivalen, yang diberikan symbol Λ yaitu daya
jantar suatu larutan elektrolit yang mengandung 1 gram ekivalen zat elektrolit yang terlarut antara dua
buah elektroda dengan jarak 1 cm dan luas 1cm2. Volume larutan (ml) dengan mengandung satu gram
ekivalen zat terlarut dirumuskan, V = 1000/C, dimana C adalah normalitas larutan (grek/liter). Hubungan
daya hantar ekivalen dengan daya hantar jenis dirumuskan sebagai, Λ = K.V= K.1000/C. Daya hantar
larutan encer untuk setiap ion yang mempunyai harga tertentu. Misalnya untuk suatu larutan elektrolit
MX yang teionisasi menjadi M+ dan X-, maka : Λo = λoM
+ + λoX
-; dimana λoM
+ adalah daya hantar
ekivalen dari ion M+ pada pengenceran tak terhingga, dan λoX
- adalah daya hantar ekivalen dari ion
X- pada pengenceran tak terhingga. Jadi Λo dari CH3COOH dapat dihitung berdasarkan λoH
+ λoCH3COOH
sehingga secara percobaan dapat dicari dengan menetapkan λo dri CH3COONa, HCl dan NaCl
(Soebagio, 2002: 165-166).
Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat yang paling sederhana setelah asam
format. Larutan asam asetat dlaam air merupakan asam lemah, artinya hanya terdisosiasi
sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-. Asam klorida adalah larutan aquatic dari gas hidrogen
klorida. Senyawa ini digunakan secara luas dalam industri. Asam klorida harus ditangani dengan
mewanti keselamatan yang tepat karena merupakan cairan yang korosif. Hidrogen klorida (asam
klorida, HCl) adalah asam monoprotik, yang berarti bahwa ia dapat berdisosiasi melepaskan ion
H+ hanya sekali. Dengan larutan asama klorida yang mengandung ion H+, maka H+ ini akan
bergabung dengan molekul air membentuk ion hidronium, H3O+. Ion lain dari HCl yang
terbentuk adalah ion klorida, Cl-. Asam klorida oleh karenanya dapat digunakan untuk membuat
garam klorida, seperti natrium klorida. Asam klorida adlaah asam kuat karena terdisosiasi penuh
di dalam air (Greenwood, 1997: 946-948).
Natrium asetat atau natrium etanoat adalah garam natrium dari asam asetat. Senyawa ini
merupakan zat kimia yang diperoleh dari asam asetat dengan natrium karbonat, natrium
bikarbonat atau natrium hidroksida, menghasilkan beberapa basa yang mengandung natrium.
Natrium klorida, juga dikenal dengan garam dapur, atau halit adalah senyawa kimia dengan
rumus kimia NaCl. Senyawa ini adalah garam dengan tingkat osmotic yang sangat tinggi
(Yoneda, 2001: 253-254).
Untuk mengukur konduktivitas suatu larutan, larutan ditaruh dalam sebuah sel, yang tetapan
selnya telah ditetapkan dengan kalibrasi dengan suatu larutan yang konduktivitasnya diketahui
dengan tepat, misalnya suatu larutan kalium klorida standar. Sel ditaruh dalam satu lengan dari
rangkaian jembatan wheatstone dan resistansinya diukur. Pengaliran arus melalui larutan suatu
elektrolit dapat menghasilkan perubahan-perubahan dalam komposisi larutan di dekat sekali
dengan electrode-elektrode. Begtulah potensial-potensial dapat timbul pada electrode-elektrode,
dengan akibat terbawanya sesatan-sesatan serius dalam pengukuran-pengukuran konduktivitas,
kecuali jika efek-efek polarisasi demikian dapat dikurangi sampai proporsi yang terabaikan
(Bassett, 1994: 854-855).
C. ALAT DAN BAHAN
Alat
Konduktivity meter
Gelas kimia
Pipet tetes
Bahan
Larutan asam asetat 0,1M
Larutan asam asetat 0,01M
Larutan Na-asetat 0,1M
Larutan Na-asetat 0,01M
Larutan Na-asetat 0,001M
Larutan NaCl 0,1 M
Larutan NaCl 0,01 M
Larutan NaCl 0,001 M
Larutan HCl 0,1M
Larutan HCl 0,01M
Larutan HCl 0,001M
Aquades
Larutan KCl 0,1N
D. SKEMA KERJA
E. HASIL PENGAMATAN
No Konsentrasi zat Daya hantar ekivalen (ohm-1cm-2ek-1)
1 CH3COOH 0,1 M 493 μs/ 2000
2 CH3COOH 0,01 M 125 μs/ 2000
3 CH3COONa 0,1 M 7,00ms/20
4 CH3COONa 0,01 M 914 μs/ 2000
5 CH3COONa 0,001 M 108 μs/ 200
6 NaCl 0,1 M 10,5 ms/200
7 NaCl 0,01 M 1,21 ms/20
8 NaCl 0,001 M 156 μs/ 2000
9 HCl 0,1 M 41,6 ms/200
CH3COOH
Nilai daya hantar ekivalen larutan dicatat
Disiapkan dengan
konsentarsi 0,1M,
0,01M, dan 0,001M
Dimasukkan ke dalam
gelas kimia
HClNaClNa-CH3COOH
Diukur daya hatar ekivalen larutan dengan
alat konduktivity meter yang telah
distandarisasi
Disiapkan dengan
konsentarsi 0,1M,
0,01M, dan 0,001M
Dimasukkan ke dalam
gelas kimia
Disiapkan dengan
konsentarsi 0,1M,
0,01M, dan 0,001M
Dimasukkan ke dalam
gelas kimia
Disiapkan dengan
konsentarsi 0,1M,
0,01M, dan 0,001M
Dimasukkan ke dalam
gelas kimia
10 HCl 0,01 M 2,30 ms/20
11 HCl 0,001 M 206 μs/ 2000
F. ANALISIS DATA
1. Mencari Daya Hantar Molar
Rumus:
Daya hantar molar ( ) =
Dimana: = daya hantar ekivalen larutan
C = konsentrasi larutan (M=mol/liter)
a. Asam Asetat (CH3COOH)
CH3COOH 0,1M
= 493 μs
= 493 x 10-6 s
=
= 4,93 s/M
CH3COOH 0,01M
= 125 μs
= 125 x 10-6 s
=
= 12,5s/M
b. Natriumm asetat (CH3COONa)
CH3COONa 0,1M
= 7,00ms
= 7,00 x 10-3 s
=
= 70 s/M
= 0,32
CH3COONa 0,01M
= 914 μs
= 914 x 10-6 s
=
= 91,4 s/M
= 0,1
CH3COONa 0,001M
= 108 μs
= 108 x 10-6 s
=
= 108 s/M
= 0,032
c. Natrium Klorida (NaCl)
NaCl 0,1M
= 10,5 ms
= 10,5 x 10-3 s
=
= 105 s/M
= 0,32
NaCl 0,01M
= 1,21 ms
= 1,21 x 10-3 s
=
= 121 s/M
= 0,1
NaCl 0,001M
= 156 μs
= 156x 10-6 s
=
= 156 s/M
= 0,032
d. Asam Klorida (HCl)
HCl 0,1M
= 41,6 ms
= 41,6 x 10-3 s
=
= 416 s/M
= 0,32
HCl 0,01M
= 2,30 ms
= 2,30 x 10-3 s
=
= 230 s/M
= 0,1
HCl 0,001M
= 206 μs
= 206 x 10-6 s
=
= 206 s/M
= 0,032
2. Tabel analog dan Grafik
a. Natrium Asetat (CH3COOH)
Konsentrasi Λ Λm
0,1 M 7,0x10-3 70 0,32
0,01M 914 x 10-6 91,4 0,1
0,001M 108 x 10-6 108 0,032
-200
-150
-100
-50
0
50
100
150
0 0.5 1 1.5 2 2.5Λm
Intersep = 112,5; intersep = Λo
ΛCH3COONa = 112,5 s
b. Tabel analog Natrium Klorida (NaCl)
konsentrasi Λ Λm
0,1 M 10,5 x10-3 105 0,32
0,01M 1,21 x 10-6 121 0,1
0,001M 156 x 10-6 156 0,032
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35
Λm
Intersep = 158,167; intersep = Λo
ΛNaCl = 158,167 s
c. Tabel analog Hidrogen Klorida (HCl)
konsentrasi Λ Λm
0,1 M 41,6x10-3 416 0,32
0,01M 2,30 x 10-6 230 0,1
0,001M 206 x 10-6 206 0,032
0
500
1000
1500
2000
2500
0 0.5 1 1.5 2 2.5
Λm
Intersep = 563,3 ; intersep = Λo
ΛHCl = 563,3 s
3. Daya Hantar Ekivalen Asam Asetat Pada Pengenceran Tidak Terhingga
Na-asetat = 112,5 s
NaCl = 158, 167 s
HCl = 563,333 s
CH3COOH = Na-asetat + NaCl + HCl
= 112,5 s + 158, 167s+ 563,33 s
= 833, 997 s
4. Menentukan Nilai
a. Asam Asetat 0,1 M
diketahui : = 4,93 s/M
= 833,997 s
Maka nilai , adalah:
=
=
= 5,911292247 M-1
5,9 x10-3
b. Asam Asetat 0,01 M
diketahui : = 12,5 s/M
= 833,997 s
Maka nilai , adalah:
=
=
= 0,01498806351 M-1
0,015
5. Menentukan Nilai Kesetimbanagn Asam Asetat dalam Air
a. Asam Asetat 0,1M
K =
=
=
= 3,5x10-6
b. Asam Asetat 0,01M
K =
=
=
= 32,284 x10-6
G. PEMBAHASAN
Asam asetat merupakan larutan elektrolit yang dpaat menghantarkan arus listrik karena akan
menjadiion-ion dalam larutanya (Syukri, 1999 : 378, 382). Asam asetat terurai menjadi ion-
ionnya dalam air yaitu menjadi ion H+ dan CH3COO-, yang disebut juga dnegan proses disosiasi.
Dalam hal ini, karena asam asetat merupakan asam lemah, maka di dalam air asam asetat tidak
terionisasi secara sempurna dan hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion-ionnya di mana harga
disosiasi (α) dari asam asetat bernilai kurang dari satu.
Arus listrik yang dibawa oleh ion-ion disebut sebagai hantaran. Dimana suatu larutan
dengan konsentrasi yang berbeda mengandung jumlah ion yang berbeda, yang akan
menyebabkan setiap larutan yang berbeda konsentrasinya akan mempunyai daya hantaran yang
berbeda pula. Dalam hal ini suatu ion-ion dlaam larutan yang diperoleh dari disosiasi suatu
senyawa tertentu dpaat memiliki kemampuan mengangkut listrik yang berbeda-beda ukurannya.
Sehingga untuk memperoleh ukuran kemampuan mengangkut listrik dari sejumlah tetrtentu
elektrolit digunakan alat koduktometer. Yang mana dari pengukuran dengna menggunakan
konduktometer diperoleh daya hantar ekivalen yang nantinya dapat digunakan utuk mennetukan
daya hantar molar (Λm) suatu larutan. Yang dinamakan dengan hantaran molar adlah hantaran
larutan yang mengandung 1 mol elektron dan ditempatkan diantara dua elektroda sejajar yang
terpisah sejauh 1 meter (Dogra, 1990: 488).
Berdasarkan perhitungan nilai daya hantar ekivalen dengan menggunakan konduktivity
meter di dalam praktikum ini, maka akan diperoleh nilai daya hantar ekivalen dari masing-
masing larutan yang berbeda-beda. Berdasarkan perhitungan nilai Λm utuk masing-masing
larutan CH3COOH, CH3COONa, HCl dan NaCl dengan konsentrasi yang berbeda-beda, dapat
dibuat suatu grafik hubungan antara Λm dengan (C = konsentrasi). Untuk masing-masing
larutan CH3COONa, HCl dan NaCl. Secara konsep, daya hantar suatu larutan akan semakin
besar jika konsentrasi larutan semakin kecil. Hal ini terjadi karena terdapat adanya gaya tarik
diantara ion-ion yang berlawanan muatannya, yang mana semakin tinggi konsentrasi maka daya
hantar molarnya akan semakin rendah, karena interaksi ion yang juga akan semakin meningkat
(Hendrawan, 2005). Akan tetapi, dalam perhitungan nilai Λm pada HCl diperoleh nilai yang
sebaliknya dari kosep. Dimana dengan meningkatnya konsentrasi, nilai Λm yang diperoleh akan
semakin besar. Hal ini kemungkinan karena terjadi kesalahan pada saat mencatat maupun
membaca skala yang ada sehingga diperoleh garfik dan nilai Λm yang tidak sesuai dengan konsep.
Berdasarkan grafik hubungan antara Λm dan , maka diperoleh masing-masing nilai
intersep sebesar 112,5s; 158,167s; 563,33s. dimana nilai intersep yang diperoleh ini sama dengan
Λo. Untuk nulai Λo CH3COOH diperoleh dari penjumlahan Λo masing-masing larutan yang telah
diperoleh. Digunakan rumus: ΛoCH3COOH = Λo CH3COONa + Λo NaCl + Λo HCl, dikarenakan
CH3COOH merupakan asam lemah yang merupakan elektrolit lemah. Di mana, berdasarkan
hukum Kohlrausch dari rumus di atas mendefinisikan adanya migrasi bebas dari ion, yang mana
hantaran molar dari setiap elektrolit pada pengenceran tak terhingga dari asam lemah (elektrolit
lemah) CH3COOH merupakan hantaran molar ion-ion pada pengenceran tak terhingga (Λo) yang
dijumlahkan dari masing-masing larutan (Dogra, 1990).
Dengan diperolehnya nilai Λo CH3COOH, maka derajat disosiasi dari CH3COOH dengan 2
konsentrasi yang berbeda dapat ditentukan. Dari perhitungan nilai α (derajat disosiasi), diperoleh
nilai perhitungan α yang kuran dari 1. Hal ini dikarenakan CH3COOH merupakan asam lemah
yang terdisosiasi tidak sempurna dii dalam larutanya. Dengan adanya proses penguraian asam
asetat di dalam larutanya, asam asetat akan terion semakin banyak sehingga α yang didapat akan
semakin besar seiring dengan berkurangnya kosentrasi. Α yang didapat untuk asam asetat 0,1M
sebesar 5,9 x10-3, sedangkan untuk konsentrasi 0,01M didapatkan sebesar 0,015.
Dengan adanya nilai α yang diperoleh dari perhitungan sebelumnya, maka nlai dari
ketetapan kesetimbangan larutan asam asetat yang merupakan asam lemah dapt ditentukan
dengan menggunakan rumus: K = , dimana C merupakan konsentrasi dari asam asetat.
Untuk elektrolit lemah, nilai konstatnta kesetimbangan K relatif tetap tipa perubahan
konsentrasinya, tertapi untuk elektrolit kuat nilai K tidak tetap. Ini disebabkan karena adanya
asosiasi ion akibat daya tarik antarion. Harga K untuk asam asetat sebesar 3,5x10-6 untuk
konsentrasi 0,1M dan 2,284x10-6 untuk konsentrasi 0,01M. nilai ini diperoleh berdasarkan dari
hasil perhitungan menggunakan data dari hasil pengamatan. Sedangkan untuk nilai K
berdasarkan teori sebesar 1,82 baik untuk konsentrasi 0,1M maupun 0,01M. berbedanya nilai K
dalam teori dengan hasil percobaan kemungkinan dikarenakan kesalahan pada saat perhitungan
nilai pada percobaan tersebut. Selain itu juga, kemingkinan dikarenakan kurangnya ketelitian
dalam menentukan nilai dari intersep, yang sifatnya dapat berubah-ubah sehingga dapat
mempengaruhi perubahan nilai K yang diperoleh nantinya.
H. PENUTUP
Kesimpulan
Λm akan semaki meningkat dengan berkurangnya konsentrasi larutan untuk larutan
CH3COONa dan NaCl.
Pada larutan HCl nilai Λm seamakin meningkat adengan meningkatanya nilai dari
konsentrasi, yang mana hal tersebut tidak sesuai dengan konsep yang sebenarnya.
Λo untuk elektolit lemah, seperti CH3COOH merupakan jumalah daya hantar ion-
ionnya pada pengenceran tak terhingga atau secara percobaan dapat dicari dengan
menetapkan nilai Λo dari CH3COONa, NaCl dan HCl.
Tetapan disosiasi untuk elektrolit lemah, CH3COOH akan meningkat dnegan
menurunnya tinagkat konsentrasi pada proses pengenceran.
Dari percobaan diperoleh nilai α untuk CH3COOH 0,1M sebesar 5,9x10-3 dan sebesar
0,015 pada konsentrasi 0,01M
Berdasarkan teori, ketetapan kesetimbangan K untk elektrolit lemah adalah tetap.
Dari hasil percobaan diperoleh nilai K untu CH3COOH 0,1M dan 0,01M masing-
masing sebesar 3,5 x10-6 dan 2,284x10-6.
Saran
Dibutuhkan kehati-hatian pada proses pengukuran larutan untuk nilai daya hantar
ekivalen pada masing-masing konsentrasi.
Prosedur kerja harus dibaca dengan sebaik-baiknya agar tidak terjadi kesalahan dala,
proses praktikum.
Gunakan gelas kimia yang berbeda agar masing-masing larutan yang diuji tidak
terkontaminasi oleh zat lainnya. Selain itu dapat pula digunakan gelas kimia yang sama
akan tetapi gelas kimia tersebut sebelumnya harus dibersihka dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Atkins, P. W. 1997. Kimia Fisika. Jakarta: Erlangga.
Atkins, P. W. 1999. Kimia Fisika. Jakarta: Erlangga.
Bassett, J., R. C, Denney, G. H. Jeffery, dan J. Mendham. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif
Anorganik. Jakarta: ECG.
Dogra, S.K, dan S. Dogra. 1984. Kimia Fisik dan Soal-soal. Jakarta: UI Press.
Dogra, S.K, dan S. Dogra. 1990. Kimia Fisik dan Soal-soal. Jakarta: UI Press.
Greenwood, Norman, N. Earnshaw. 1997. Chemistry of The Elements. Oxford: Butterworh
Heinemann.
Hendrawan dan Sri Mulyani. 2005. Kimia Fisika 2. Malang : UM Press.
Soebagio. 2002. Kimia analitik 2. Malang: Universitas Negeri Malang.
Sukardjo. 1997. Kimia Fisika. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung: ITB.
Yoneda, Noriyki, Kusano. 2001. General of Chemistry. Tokyo: Iwanami Shoten Publishers.
PENENTUAN TETAPAN LAJU PADA REAKSI SAFONIFIKASI ETIL
ASETAT
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Tujuan : Membuktikan bahwa reaksi saponifikasi etilasetat adalah orde dua dan
menentukan tetapan laju reaksi tersebut.
Hari, tanggal : Selasa, 13 april 2010
Tempat : Laboratorium Kimia Dasar Lantai III, Fakultas Mipa, Universitas
Mataram.
B. LANDASAN TEORI
Pengertian saponifikasi (saponification) adalah reaksi yang terjadi pada hidrolisis asam
lemah dengan adaya basa (misalnya naoh). Istilah saponifikasi (dapat pula disebut reaksi
penyabunan) dalam literatur yang berarti ”soap making”. Berasal dari kata ”sapo” dalam bahsa
latin yang artinya soap/sabun. Pada hidrolisis suatu ester yang berada dalam basa, atau
penyabunan sering kali menghasilkan asam karboksilat dan alkohol dengan rendemen yang lebih
baik daripada hidrolisis asam. Karena reaksi berlangsung dalam suasana basa, hasil penyabunan
adalah garam karboksilat. Asam basa akan diperoleh bila larutan itu diasamkan (Fessenden,
1982: 127).
Reaksi-reaksi kimia berlangsung dengan laju yang berbeda-beda. Ada reaksi yang
berlangsung sangat cepat misalnya reaksi penetralan antara larutan asam klorida dan larutan
natrium hidroksidaa, demikian pula reaksi pembentukkan endapan perak klorida atara larutan
perak nitrat dan larutan natrium klorida. Jika larutan natrium tiosulfat direaksikan dengan larutan
asam kloriadaencer akan terbentuk endapan belerang beberapa detik kemudian. Sedangkan
reaksi yang menyangkut proses geologi berlangsung sangat lambat. Laju reaksi atau kecepatan
reaksi adalah laju atau kecepatan berkuranya pereaksi atau terbentuknya produk reaksi yang
dapat dinyatakan dalam satuan moll-1, atms-1(Sukarjo, 1989: 349-351).
Salah satu cara untuk mengkaji pengaruh konsentrasi reaktan terhadap laju reaksi ialah
dengan menentukan bagaimana laju awal bergantung pada konsentrasi awal. Pada umumnya,
yang lebih disukai adalah mengukur laju awal karena sewaktu reaksi berlangsung, konsentrasi
reaktan menurun dan akan menjadi sulit untuk mengukur secara akurat. Konstanta laju reaksi
atau rate constant (k), yaitu konstanta kesebandingan (proporsionalitas) antara laju reaksi dan
konsentrasi reakstan. Persamaan ini disebut hukum laju (rate law), persamaan yang
menghubungkan laju reaksi dengan konstanta laju atau konsentrasi reaktan, laju = k[A]x[B]y. Ika
kita mengetahui nilai k, x, y, serta konsentrasi A dan B, kita dapat menggunakan hukum laju
untuk menghitung laju reaksi. Seperti halnya dengan k, x, dan y juga
harus ditentukan melalui percobaan. Jumlah dari pangkat-pangkat setiap konsentrasi reakktan
yang ada dalam hukum laju disebut orde reaksi (reaction order) keseluruhan. Dalam persamaan
hukum laju reaksi, laju=k[A]x[B]y. Orde reaksi keseluruhan adalah x+y (Chang, 2004: 13-14).
Orde suatu reaksi adalah jumlah pangkat faktor konsentrasi dala hukum laju reaksi
berbentuk diferensial. Pada umumnya orde reaksi merupakan bilangan bulat dan kecil, namun
dalam beberapa hal pecah atau nol. Pada umumnya orde reaksi terhadap suatu zat tertentu tidak
sama dengan koefisien yang dalam persamaan stoikiometri reaksi. Perhatikan
reaksi:A+B→produk, laju = k[A][B] dan untuk reaksi: 2A → produk, laju=[A]2 (Ahmad, 2002:
161-172).
Jika a adalah konsentrasi A dan b adalah konsentrasi B, maka
Jika a=b, maka
Jika x=0, t=0, maka tetapan
Jika a≠b
Jika x=0, t=0, tetapan=
(Ahmad, 2001: 172).
Dalam reaksi bimolekul, sepanjang molekul bertumbrukan dan saling mempertukar
energi, atom atau gugusan atom, akan mengalami suatu jenis perubahan, seperti dalam reaksi
antara H dan Br2. Molekularitas harus dibedakan dengan orde: orde merupakan kuantitas
empiris, dan diperoleh dari hukum laju eksperimen, sedangkan molekulalitas merunjuk pada
reaksi dasar yang didalilkan merupakan langkah individual dalam beberapa mekanisme. Reaksi
bimolekul mempunyai orde dua, karena lajunya bergantung pada laju bertemunya reaktan yang
sebanding dengan konsentrasinya. Jadi, jika kita percaya (atau mendalilkan) bahwa sebuah
reaksi merupakan proses bimolekul satu tahap, maka kita akan dapat menuliskan hukum lajunya
(dan kemudian menguji hukum laju itu) (atkins, 1997: 350).
Percobaan menunjukkan bahwa kelajuan reaksi kimia yang bersifat homogen tergantung
pada konsentrasi pereaksi-pereaksi. Reaksi homogen merupakan reaksi yang hanya terjadi dalam
satu fasa. Kelajuan suatu reaksi homogen tergantung pada konsentrasi dari pereaksi-pereaksi
dalam larutan. Larutan dapat berupa cairan atau gas. Dalam larutan cairan konsentrasi dari
pereaksi dapat diubah berdasarkan penambahan pereaksi atau pengambilan pereaksi atau dengan
pengubahan volume dari sistem atau berdasarkan penambahan tau pengurangan pelarut.
Penurunandalm suhu akan menurunkan kkelajuan dan ini tak tergantung apakah reaksi eksoterm
dan endoterm. Perubahan kelajuan terhadap suhu dinyatakan oleh suatu perubahan dalm tetapan
kelajuan spesifik k. Untuk setiap reaksi, k naik dengan kenaikan suhu. Ada beberapa reaksi
dapat dipercepat oleh adanya senyawa-senyawa seperti tersebut dikenal sebagai katalisator dan
pengaruh mereka dikenal sebagai katalis. Dari fakta yang diamati, kinetika kimia telah
diinterpretasikan dalam pengertian teori tumbukan. Sesuai dengan teori tumbukan, kelajuan dari
setiap langkah dalam suatu reaksi adalah berbanding langsung dengan (1) jumlah tumbukan per
detik antara partikel-partikel yang bereaksi dalam langkah itu dan (2) bagian dari tumbukan itu
yang efektif. Kelajuan harus tergantung pada jumlah tumbukan pr detik (Sastromidjojo, 2008:
159-170).
C. ALAT DAN BAHAN
Alat
Erlenmeyer 250 ml
Erlenmeyer 150 ml
Gelas ukur
Buret
Statif
Klem
Termometer
Gelas beaker besar
Pipet tetes
Stopwatch
Bahan
Etil asetat 0,02M
NaOH 0,02M
HCl 0,02M
Indikator pp
Aquades (H2O)
Tissue
Kertas label
D. SKEMA KERJA
100 mL etil asetat 0,02M 100mL NaOH 0,02M
Dimasukkan dalam
Erlenmeyer 250mL
Dimasukkan dalam
Erlenmeyer 250mL
Erlenmeyer 1
5 menit
- Dimasukkan dalam 5 erlenmeyer yang berisi 20ml HCl 0,02M
- Dengan masing-masing waktu pencampuran
Campuran
Diletakkan dalam bejana air
Disamakan suhu larutan
Kedua larutan dicampur
Erlenmeyer 2
10 menit
Erlenmeyer 3
20 menit
Erlenmeyer 3
30 menit
Erlenmeyer 4
40 menit
E. HASIL PENGAMATAN
No Waktu reaksi (menit) Volume NaOH 0,02m (ml)
1 5 20,8
2 10 21,5
3 20 23,0
4 30 24,0
5 40 24,2
2. Hasil Pengamatan Perubahan Yang Terjadi Tiap Larutan
No Percobaan Hasil pengamatan
1 Proses pencampuran
100 mL etil asetat 0,002M
dengan 100mL NaOH
0,02M
- Larutan etil asetat memiliki suhu awal 31oc
sedangkan larutan naoh memiliki suhu awal
29oc. Kedua larutan tidak berwarna (bening).
- Ketika kedua larutan dicampur tidak terjadi
perubahan warna. Campuran yang terbentuk
tetap bening atau tidak berwarna.
2 Campuran (etil - Setelah dimasukkan ke dalam erlenmeyer
Dikocok
+indikator pp
Dikocok
+indikator pp
Dikocok
+indikator pp
Dikocok
+indikator pp
Dikocok
+indikator pp
Dititrasi dengan NaOH 0,02M
Hasil dicatat (volume NaOH yang digunakan)
asetat+ naoh) dimasukkan
ke dalam erlenmeyer yang
berisi 20 ml hcl 0,02M.
yang berisi 20ml hcl 0,02M (tidak berwarna),
larutan yang terbentuk tetap bening atau
tidak berwarna.
3 Campuran (etil
asetat+ naoh) ditambahkan
dengan indikator pp
kemudian dititrasi dengan
naoh 0,02M
- Campuran yang ditambahkan dengan
indikator pp, tetap bening (tidak berwarna)
akan tetapi setelah ditambahkan dengan naoh
0,02M lama kelamaan larutan berubah warna
menjadi merah muda yang menunjukkan
bahwa titrasi telah selesai.
- Volume naoh yang digunakan untuk tiap
waktu reaksi semakin besar pada rentang
waktu yang makin lama. Akan tetapi pada
prosesnya, seharusnya jumlah volume naoh
yang digunakan kurang dari 10ml
(kemungkinan dikarenakan campuran tidak
dikocok).
F. ANALISIS DATA
Persamaan Reaksi
CH3COOH(aq) + NaOH (aq) →CH3COONa(aq) + H2O(l)
Proses pencampuran dengan HCl 0,02M (20mL) dalam Erlenmeyer:
CH3COONa(aq) + HCl(aq) → CH3COOH(aq) + NaCl(aq)
NaOH(aq) + HCl(aq) → NaCl(aq) + H2O(l)
CH3COOH(aq) + NaOH(aq) → CH3COONa(aq) + H2O(l)
HCl(aq) + NaOH(aq) → NaCl(aq) + H2O(l)
Perhitungan
a. Mencari mmol NaOH sisa reaksiVNaOH (5 menit)= 20,8 mL
VNaOH (10 menit) = 21,5 mL
VNaOH (20 menit) = 23,6 mL
VNaOH (30 menit) = 24,0 mL
VNaOH (40 menit) = 24,2 mL
Rumus:
mmol NaOH sisa = mmol HCl awal – mmol HCl akhir
Pehitungan 1 (5 menit)
diketahui: [HCl] = 0,02M
VHCl awal = 20 mL
VHCl akhir = 20,8 mL
ditanya: mmol NaOH sisa =.....?
penyelesaian:
mmol HCl awal = [HCl] x VHCl awal
= 0,02M x 20 mL
= 0,4 mmol
mmol HCl akhir = [HCl] x VHCl akhir
= 0,02M x 20,8 mL
= 0,416 mmol
mmol NaOH sisa = 0,4 mmol – 0,416 mmol
= -0,016 mmol
Pehitungan 2 (10 menit)
diketahui: [HCl] = 0,02M
VHCl awal = 20 mL
VHCl akhir = 21,5 mL
ditanya: mmol NaOH sisa =.....?
penyelesaian:
mmol HCl awal = [HCl] x VHCl awal
= 0,02M x 20 mL
= 0,4 mmol
mmol HCl akhir = [HCl] x VHCl akhir
= 0,02M x 21,5 mL
= 0,43 mmol
mmol NaOH sisa = 0,4 mmol – 0,43 mmol
= -0,03 mmol
Pehitungan 3 (20 menit)
diketahui: [HCl] = 0,02M
VHCl awal = 20 mL
VHCl akhir = 23,6 mL
ditanya: mmol NaOH sisa =.....?
penyelesaian:
mmol HCl awal = [HCl] x VHCl awal
= 0,02M x 20 mL
= 0,4 mmol
mmol HCl akhir = [HCl] x VHCl akhir
= 0,02M x 23,5 mL
= 0,472 mmol
mmol NaOH sisa = 0,4 mmol – 0,472 mmol
= -0,072 mmol
Pehitungan 4 (30 menit)
diketahui: [HCl] = 0,02M
VHCl awal = 20 mL
VHCl akhir = 24,0 mL
ditanya: mmol NaOH sisa =.....?
penyelesaian:
mmol HCl awal = [HCl] x VHCl awal
= 0,02M x 20 mL
= 0,4 mmol
mmol HCl akhir = [HCl] x VHCl akhir
= 0,02M x 24,0 mL
= 0,48 mmol
mmol NaOH sisa = 0,4 mmol – 0,48 mmol
= -0,08 mmol
Pehitungan 5 (40 menit)
diketahui: [HCl] = 0,02M
VHCl awal = 20 mL
VHCl akhir = 24,2 mL
ditanya: mmol NaOH sisa =.....?
penyelesaian:
mmol HCl awal = [HCl] x VHCl awal
= 0,02M x 20 mL
= 0,4 mmol
mmol HCl akhir = [HCl] x VHCl akhir
= 0,02M x 24,2 mL
= 0,484 mmol
mmol NaOH sisa = 0,4 mmol – 0,484 mmol
= -0,084 mmol
b. mencari mmol NaOh yang bereaksiRumus:
mmol NaOH = mmol NaOH awal – mmol NaOH sisa
perhitungan 1(5menit)
diketahui :[NaOH] = 0,02M
VNaOH awal = 100 mL
VNaOH akhir = 20,8 mL
mmol NaOH sisa = -0,016 mmol
ditanya : mmol NaOH = ....?
perhitungan:
mmol NaOH = mmol NaOH awal – mmol NaOH sisa
mmol NaOH awal= [NaOH] x VNaOH awal
= 0,02M x 100mL
= 2 mmol
mmol NaOH = 2 mmol – (-0,016 mmol)
= 2,016 mmol
perhitungan 2(10 menit)
diketahui :[NaOH] = 0,02M
VNaOH awal = 100 mL
VNaOH akhir = 21,5 mL
mmol NaOH sisa = -0,03 mmol
ditanya : mmol NaOH = ....?
perhitungan:
mmol NaOH = mmol NaOH awal – mmol NaOH sisa
mmol NaOH awal= [NaOH] x VNaOH awal
= 0,02M x 100mL
= 2 mmol
mmol NaOH = 2 mmol – (-0,03 mmol)
= 2,03 mmol
perhitungan 3 (20 menit)
diketahui :[NaOH] = 0,02M
VNaOH awal = 100 mL
VNaOH akhir = 23,6 mL
mmol NaOH sisa = -0,072 mmol
ditanya : mmol NaOH = ....?
perhitungan:
mmol NaOH = mmol NaOH awal – mmol NaOH sisa
mmol NaOH awal= [NaOH] x VNaOH awal
= 0,02M x 100mL
= 2 mmol
mmol NaOH = 2 mmol – (-0,072 mmol)
= 2,072 mmol
perhitungan 4(30 menit)
diketahui :[NaOH] = 0,02M
VNaOH awal = 100 mL
VNaOH akhir = 24,0 mL
mmol NaOH sisa = -0,08 mmol
ditanya : mmol NaOH = ....?
perhitungan:
mmol NaOH = mmol NaOH awal – mmol NaOH sisa
mmol NaOH awal= [NaOH] x VNaOH awal
= 0,02M x 100mL
= 2 mmol
mmol NaOH = 2 mmol – (-0,08 mmol)
= 2,08 mmol
perhitungan 5 (40 menit)
diketahui :[NaOH] = 0,02M
VNaOH awal = 100 mL
VNaOH akhir = 24,2 mL
mmol NaOH sisa = -0,084 mmol
ditanya : mmol NaOH = ....?
perhitungan:
mmol NaOH = mmol NaOH awal – mmol NaOH sisa
mmol NaOH awal= [NaOH] x VNaOH awal
= 0,02M x 100mL
= 2 mmol
mmol NaOH = 2 mmol – (-0,084 mmol)
= 2,084 mmol
c. mencari nilai xcatatan: [NaOH]awal = a = 0,02M
Rumus mencari nilai x:
x = VNaOH = 100 mL
mmol NaOH = mmol NaOH yang bereaksi
perhitungan 1 (5menit)
diketahui : mmol NaOH = 2,016 mmol
Ditanya : x =....?
perhitungan:
x =
= 0,02016 M
perhitungan 2 (10 menit)
diketahui : mmol NaOH = 2,03 mmol
Ditanya : x =....?
perhitungan:
x =
= 0,0203 M
perhitungan 3 (20menit)
diketahui : mmol NaOH = 2,072 mmol
Ditanya : x =....?
perhitungan:
x =
= 0,02072 M
perhitungan 4 (30 menit)
diketahui : mmol NaOH = 2,08 mmol
Ditanya : x =....?
perhitungan:
x =
= 0,0208 M
perhitungan 5 (40 menit)
diketahui : mmol NaOH = 2,084 mmol
Ditanya : x =....?
perhitungan:
x =
= 0,02084 M
mencari nilai
perhitungan 1 (5menit)
(a-x) = [NaOH]awal – x
= 0,02M – 0,02016M
= -1,6 x10-4 M
=
= -6250 M-1
perhitungan 2 (10 menit)
(a-x) = [NaOH]awal – x
= 0,02M – 0,0203M
= -3 x10-4 M
=
= -3333,33M-1
perhitungan 3 (20 menit)
(a-x) = [NaOH]awal – x
= 0,02M – 0,02072M
= -7,2 x10-4 M
=
= -1388,89M-1
perhitungan 4 (30 menit)
(a-x) = [NaOH]awal – x
= 0,02M – 0,0208M
= -8 x10-4 M
=
= -1250M-1
perhitungan 5 (40 menit)
(a-x) = [NaOH]awal – x
= 0,02M – 0,02084M
= -8,4 x10-4 M
=
= -1190,476M-1
d. Tabel Hubungan t (waktu) dengan
X (menit)
5 -6250
10 -3333,33
20 -1388,89
30 -1250
40 -1190,476
-7000
-6000
-5000
-4000
-3000
-2000
-1000
0
0 10 20 30 40 50
X (m
enit
)
intersep = -6950
slope =
diketahui : y2 = -5000
y1 = -4100
x2 = 20
x1 = 13,5
slope =
=
= -138, 461538 M-1menit-1
= -2,3076 M-1s-1
jika menggunakan perhitungan secara teoritis
kt =
t =
dimana:
a = VoHCl
x = Vo-Vt; Vt = volume NaOH pada titrasi
a-x = Vt
perhitungan 1 (5menit)
k =
=
= -3,846 x 10-4
perhitungan 2 (10menit)
k =
=
= -3,488 x 10-4
perhitungan 3 (20menit)
k =
=
= -3,813 x 10-4
perhitungan 4 (30menit)
k =
=
= -2,77 x 10-4
perhitungan 5 (40menit)
k =
=
= -2,1694 x 10-4
k -3,2173 x 10-4 (nilai yang hampir sama menunjukkan orde dua).
G. PEMBAHASAN
Reaksi saponifikasi yang merupakan reaksi hidrolisis oleh asam lemah dengan adanya
basa seperti NaOH. salah satu reaksi saponifikasi adalah hidrolisis ester (etil asetat) dalam basa
yang mana merupakan takreversibel. Karena reaksi berlangsung dalam suasana basa dan hasil
dari proses ini berupa garam karboksilat. Di mana reaksi hidrolisis etil asetat dlaam natrium
hidroksida akan menghasilkan natrium asetat dan etanol (Fessenden, 1982: 127). Percobaan ini
bertujuan untuk membuktikan bahwa reaksi saponifikasi etil asetat adlah orde dua dan
menentukan tetapan laju reaksi tersebut.
Pada tahap pertama, percobaan dimulai dengan memasukkan etil asetat dan NaOH ke
dalam erlenmeyer yang berbeda, dan kemudian disamakan suhunya. Berdasarkan hasil
pengamatan, suhu etil asetat lebih tinggi 2oC dibandingkan dengan NaOH. Sehingga untuk
menyamakan suhu dengan NaOH, maka etil asetat dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air
untuk diturunkan suhunya. Setelah suhu larutan sama, maka kedua larutan dicampur. Tujuan dari
penyamaan suhu adalah untuk memudahkan dalam perhitungan data yang dilakukan. Selain itu
suhu merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi laju reaksi suatu senyawa. Dimana
semakin tinggi suhu, maka laju reaksi berjalan dengan semakin cepat, maka akan sulit untuk
mengamatinya. Jadi, dengan kedua suhu larutan yang sama, maka jalannya reaksi (laju reaksi)
akan lebih terkontrol dengan campuran yang diperoleh cukup optimal.
Pada proses selanjutnya, percobaan dilanjutkan dengan memasukkan campuran ke dalam 5
erlenmeyer yang berisi HCl dengan rentang waktu yang berbeda-beda. Tujuannya adalah utuk
mengamati laju reaksi yang berlangsung yang berhubungan dengan volume NaOH titrasi yang
akan digunakan. Dalam hal ini, OH- dari reaksi sebelumnya masih ada yang belum bereaksi.
Oleh karena itu, perlu ditambahkan dengan NaOH sehingga mol HCl yang digunakan untuk
menetraliasasikan larutan sama dengan mol OH- yang belum bereaksi. Dan mol HCl yang tersisa
ini kemudian dititrasi dengan NAOH untuk mengetahui mol HCl yang bereaksi (Keenan, 1999:
517). Dari data pengamatan dilihat bahwa semakin bertambahnya waktu maka volume NaOH
yang dibutuhkan semakin banyak karena mol HCl yang trersisa pada proses penetralan OH-
berlebih juga akan semakin banyak.
Dalam prosesnya, sebelum titrasi dilakukan, campuran yang ada diteteskan dengan
indikator pp yang berperan sebagai indikator untuk menunjukkan bahwa titrassi yang dilakukan
telah selesai. Digunakannya indikator pp karena campuran yang ada bersifat asam (oleh adnaya
HCl berlebih) yang memiliki pH di bawah 7, sedangkan larutan yang di\gunakan untuk menitrasi
yaitu NaOH, bersifat basa dengan pH di atas 7. Sehingga pada proses titrasi, warna larutan yang
telah ditambahkan dengan indikator pp akan berubah menjadi merah muda yang menunjukkan
bahwa larutan telah bersifat netral dengan pH 7.
Dalam konsepnya, orde suatu reaksi ialah jumlah semua eksponen konsentrasi dalam
persamaan laju, dimana tetapan lajunya tidak bergantung pada konsentrasi, tetapi suhu (Chang,
2001: 418). Orde reaksi saponifikasi etil asetat dapat ditentukan secara eksperimen yaitu dalam
bentuk suatu perhitungan yang berhubungan dnegan nilai k dari jumlah volume NaOH yang
dibutuhkan dalam titrai.
Jika ditinjau dari proses perhitungan, maka untukl mendapatkan nilai k terdiri dari
beberapa tahap yaitu dengan menentukan mmol NaOH sisa reaksi dari pengurangan mmol HCl
awal dengan mmol HCl akhir, dimana volume HCl akhir sama dengan volume NaOH akhir.
Perhitungan kedua yaitu mencari mmol NaOH yang bereaksi dengan pengurangan mmol NaOH
awal dengan mmol NaOH sisa, perhitungan ketiga dengan membagi mmol NaOH yang bereaksi
dengan volume awalnya 100ml untuk menentukan nilai x. Nilai x yang diperoleh selanjutnya
digunakan untuk mengurangi konsentrasi awal (a) yang ada sehingga dari nilai tersebut nilai 1/a-
x dari tabel analog berdasarkan hasil perhitungan diperoleh garis yang terletak di antara sumbu x
dan sumbu y negatif. Grafik ini pada dasarnya tidak sesuai dengan grafik pada orde dua, dimana
grafiknya terletak pada sumbu x positif dan sumbu y negatif. Hal ini berarti bahwa reaksi
saponifikasi etil asetat bukan merupakan orde dua.
Diperolehnya grafik dengan nilai sumbu y (1/a-x0 yang negatif, dikarenakan volume
NaOH awal pada proses reaksi juga merupakan volume HCl akhir lebih besar daripada volume
NaOH awalnya (20ml). Hal ini dikarenakan oleh kesalahan praktikasn pada percobaan yaitu
sebelum campuran dititrasi, campuran tersebut harus dikocok agar nantinya HCl yang dalam
jumlah berlebihan akan dititrasi oleh NaOH tanpa adanya senyawa lain seperti CH3COOH yang
mempengaruhi volume NaOH titrasi yang digunakan.
Jika dalam suatu percobaan dilakukan pengocokan sebelum proses titrasi secara maksimal,
maka akan diperoleh data yang sesuai dengan yang diharapkan. Dari grafik yang telah dibuat
diperoleh nilai intersep sebesar -6950 dan nilai slope yang merupakan nilai k sebesar -2,3076
dalam sekon dan -138,46 dalam menit. Nilai negatif yang dihasilkan ini menunjukkan
ketidaksesuaian data yang diperoleh. Artinya data yang dihasilj\kan buruk (tidak bagus).
Jika dilakukan perhitungan secara teoritis dengan rumus , untuk tiap
data yang diperoleh, dimana a adalah volume awal HCl (Voo); x adalah volume awal dikurangi
dengan volume akhir titrasi (Vo-Vt) dan a-x adalah volume akhir pada titrasi, maka akan
diperoleh nilai k yang hampir sma, dengan perbedaan nilai yang tudak terlalu jauh dan jika
dirata-ratakan berkisar -3,2173 x 10-4. Nilai k yang hampir sama menunjukkan bahwa reaksi
saponifikasi adalah orde dua. Ini menunjukkan bahwa meskipun secara praktek diperoleh hasil
yang jauh berbeda, namun jika dihitung secara teoritis maka dapat dibuktikan bahwa reaksi yang
terjadi adalah orde dua meskipun nilai yang dihasilkan dari data tersebut buruk (karena bernilai
negatif).
H. PENUTUP
Kesimpulan
Pada percobaan yang dilakukan, suhu etil asetat dan NaOH harus sama yang
bertujuan untuk memudahkan dalam proses pengamatan dan analisis data karena
suhu dpat mempengaruhi laju reaksi.
Kelebihan OH- dlaam reaksi direaksikan oleh HCl dan kemudian HCl yang
berlebih dititrasi kembali dengan NaOH sehingga diperoleh larutan yang netral.
Berdasarkan analisis data dari data hasil pengamatan diperoleh grafik yang tidak
sesuai dimana sumbu y bernilai negatif. Hal ini dikarenakan terjadi kesalahan
dalam prektikum.
Dengan menggunakan perhitungan secara teoritis, maka diperoleh nilai k yang
hampir sama dan masing-masing data yang menunjukkan bahwa reaksi adalah
orde dua.
Kesalahan data (praktikum) dapat sangat mempengaruhi nilai akhir dari
perhitungan yang dihasilkan.
Saran
Prosedur kerja harus dipelajari dan dipahami dnegan sebaik-baiknya agar tidak
terjadi kesalahan dalam praktikum dan diperoleh data yang baik.
Percobaan harus dilakukan secara teliti dan sangant hati-hati sehingga tidak terjadi
hal ynag tidak diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad. 2001. Kimia Fisik. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Ahmad, Hiskia. 2002. Elektrokimia dan Kinetika Kimia. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Atkins, P.W. 1997. Kimia Fisika edisi Keeempat Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Fessenden, Ralp, J., Fessenden, Joan. S. 1982. Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.
Keenam, Charles, W., dkk. 1999. Kimia untuk Universitas Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Sastrohamidjojo, Hardjono. 2008. Kimia Dasar. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sukardjo. 1989. Kimia Fisika. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
PENENTUAN TETAPAN ADSORBSI KARBON AKTIF
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Tujuan : mempelajari sifat kuantitatif proses adsorbs karbon aktif melalui
nilai ketetpan Freudlich.
Hari, tanggal : Rabu, 14 April 2010
Tempat : Laboratorium Kimia Dasar, Lantai III, Fakultas MIPA,
Universitas Mataram.
B. LANDASAN TEORI
Adsorpsi merupakan terjerapnya suatu zat (molekul atau ion) pada permukaan adsorben.
Adsorpsi pada mekanisme penjerapan dapat dibedakan menjadi dua yaitu, jerapan secaar fisika
(fisiorpsi) dan jerapan secara kimia (kemisorpsi). Pada proses fisiorpsi, gaya yang mengikat
adsorbat oleh adsorben adalah gaya Van der Waals. Molekul terikat sangat lemah dan energi
yang dilepaskan pada adsorbs fisika relatif rendah sekitar 20 kj/mol. Sedangkan pada proses
adsorpsi kimia, interaksi adsorbat dengan adsorben melalui pembentukan ikatan kimia.
Kemisorps terjadi diawali dengan adsopsi fisik, yaitu partikel-partikel adsorbat mendekat ke
permukaan adsorben melalui gaya Van der Waals atau melalui ikatan hidrogen. Kemudian diikuti
oleh adsorpsi kimia yang terjadi setelah adsorpsi fisika. Pada adsorpsi kimia partikel melekat
pada permukaan dengan membentuk ikatan kimia (biasanya ikatan kovalen), dan cenderung
mencari tempat yang memaksimumkan bilangan koordinasi dengan substrat (Castellan, 1982:
537).
Molekul-molekul pada permukaan zat padat atau zat cair, mempunyai gaya tarik kea rah
dalam, karena tidak ada gaya-gaya lain yang mengimbangi. Adanya gaya-gaya ini menyebabvkan
zat padat dan zat cair, mempunyai gaya adsorpsi. Adsorpsi berbeda dengan absorpsi. Pada
absorpsi zat diserap masuk ke dalam absorben sedangkan pada adsorpsi, zat yang diserap hanya
terdapat di permukaanya. Daya serap zat padat terhadap gasd tergantung dari jenis adsorbens,
jenis gas, luas permukaan adsorbens, temperatur gas dan tekanan gas. Untuk suatu adsobens
tertentu, banyaknya gas yang dapat diserap makin besar bila temperatur kritis semakin tinggi atau
gas semakin mudah dicairkan. Makin luas permukaan adsorbens, makin banyak gas yang dpat
diserap. Luas permukaan sukar ditentukan hingga biasanya daya serap dihitung tiap satuan massa
adsorbens. Pada adsorpsi gas di permukaan zat padat, terjadi kesetimbangan antara gas yang
terserap dengan gas sisa. Karena itu, daya serap dipengaruhhi tekanan, dan temperatur. Makin
besar tekanan, makin tinggi temperatur makin kecil daya serap gas (Sukardjo, 1997: 190).
Persamaan isotherm adsorpsi Freundlich didasarkan atas terbentuknya lapisan monolayer
dari molekul-molekul adsorbat pada permukaan adsorben. Adsorpsi isotrm merupakan hubungan
antara jumlah zat diadsorpsi dan tekanan kesetimbangan atau konsentrasi kesetimbangan pada
konsentrasi tertentu. Pada adsorpsi Freundlich situs-situs aktif pada permukaan adsorben bersifat
heterogen. Persamaan isotherm adsorpsi Freundlich dapat ditulis sebagai berikut: log (x/m) = log
K = 1/n log C (Setiawan, 2004: 154).
Daya adsorpsi naik dengan cepat dengan bertambahnya tekanan. Menurut Freundlich,
jumlah zat diserap per satuan luas/berat adsorpbens dinyatakan sebagai berikut: y= k.P1/n, dimana
y adalah berat atau volume gas diserap per satuan luas atau berat adsorpbens, P adalah tekanan
kesetimbangan, sedangkan n dan k merupakan ketetapan yang bergantung pada jenis adsorbens
atau jenis gas dan temperatur. Sehingga rumus tersebut dapat ditulis juga sebagai persamaan: log
y = log k+ 1/n log P, yang ditemukan oleh Lrving Langmur (Kaim, 1994: 552).
Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana, setelah asam
format. Larutan asam asetat merupakan sebuah asam lemah, artinya hanya terdisosiasi sebagian
menjadi ion H+ dan CH3COOH-. Asam asetat merupakan ama trivial atau nama dagang dari
senyawa ini, dan paling dianjurkan oleh IUPAC. Asam asetat bersifat korosif terhadapbanyaknya
logam membentuk hidrogen dan garam-garam asetat (disebut logam asetat). Logam asetat juga
dapat diperoleh dengan reaksi asam asetat dengan suatu basa yang cocok, misalnya NaOH, diman
garam asetat larut dengan baik dalam air. Contoh reaksi pembentukan garam asetat: (Wagner,
1978: 233).
NaOH(aq) + CH3COOH(aq) → CH3COONa(aq) + H2O(l)
Karbon aktif, adalah suatu jenis karbon yang diaktifkan dengan tujuan untuk
memperbesar luas permukaan dan meningkatkan kemampuan adsorpsi karbon aktif itu sendiri.
Kemampuan adsorpsi yang kuat ini dapat dimanfaatkan dalam berbagai aplikasi. Norit adalah
meupakan karbon yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yang diaktifkan dengan kuat. Dengan
gaya Van der Waals yang dimilikinya, pori-pori yang sangat luas inimampu menagkap berbagai
macam bahan, termasuk bahan beracun. Akan tetapi, tidak semua bahan dapat diserap oelh
karbon aktif. Beberapa diantaranya yang tidak dalat diserap adalah litium, asam atau basa, logam
dan bahan anorganik (misalnya, natrium, besi, timah, arsen, yodium, flourin, dan asam borat),
alkohol (misalnya, etanol, isopropyl alkohol, glikol dan aseton), dan hidrokarbon (misalnya
minyak tanah, bensin, oli dan hidrokarbon tumbuhan seperti minyak pinus) (Suresh, 2003: 67).
C. ALAT DAN BAHAN
Alat
Erlenmeyer 100ml
Buret 50ml
Statif
Klem
Kertas saring
Corong kecil
Pipet volume
Neraca analitik
Pengaduk
Gelas kimia
Pipet tetes
Silinder ukur
Bahan
Larutan asam asetat (CH3COOH) 0,02M
Larutan asam asetat (CH3COOH) 0,04M
Larutan asam asetat (CH3COOH) 0,06M
Larutan asam asetat (CH3COOH) 0,08M
Norit
NaOH 0,5M
Tissue
Kertas label
Aquades
Indikator pp
D. SKEMA KERJA
E. HASIL PENGAMATAN
1. Hasil Pengamatan Volume NaOH dari Proses Titrasi
No [CH3COOH] VNaOH (titrasi)
0,02M CH3COOH 0,04M CH3COOH 0,06M CH3COOH 0,08M CH3COOH
Diambil 25 ml
+ 1gr norit
Dikocok (10 menit)
Hasil disaring Hasil disaring Hasil disaring
Hasil dicatat
Hasil disaring
Diambil 25 ml
+ 1gr norit
Dikocok (10 menit)
Diambil 25 ml
+ 1gr norit
Dikocok (10 menit)
Diambil 25 ml
+ 1gr norit
Dikocok (10 menit)
Diambil 10ml + pp
Dititrasi dengan NaOH 0,5N
Diambil 10ml + pp
Dititrasi dengan NaOH 0,5N
Diambil 10ml + pp
Dititrasi dengan NaOH 0,5N
Diambil 10ml + pp
Dititrasi dengan NaOH 0,5N
1 0,02M 0,3 ml
2 0,04M 0,7 ml
3 0,06M 1,0 ml
4 0,08M 1,4 ml
2. Hasil Pengamatan Perubahan yang Terjadi Pada Tiap Perubahan
No Proses percobaan Hasil pengamatan
1 Penambahan 1 gr norit
ke dalam 25 ml
CH3COOH 0m02; 0,04;
0,06; 0,08M
Larutan CH3COOHyang semula bening
berubah menjadi hitam akibat norit yang
melebur dan sedikit larut dalam CH3COOH.
Norit masih banyak yang belum melebur
dileburkan dengan cara pengadukan
menggunakan spatula atau penagaduk.
2 Larutan disaring dengan
corong kaca dan kertas
saring.
Larutan keruh (berwarna hitam, koloid)
setelah disaring berwarna sedikit bening.
Untuk larutan yang konsentrasinya lebih
tinggi akan lebih keruh dibandingkan dengan
larutan konsentrasi rendah.
3 10ml larutan
ditambahkan pp dan
dititrasi dengan NaOH
0,5N.
Setelah larutan ditambahkan dengan pp tidak
terjadi perubahan (larutan tidak berwarna),
namun setelah dititrasi dengan NaOH terjadi
perubahan warna menjadi pink yang sedikit
lebih pekat dari titrasi biasanya.
F. ANALISIS DATA
1. persamaan reaksi
CH3COOH(aq) + NaOH(aq) → CH3COONa(aq) + H2O(l)
CH3COOH(aq) → CH3COO- (aq)+ H+
NaOH(aq) → Na+ (aq) + OH-(aq)
2. Perhitungan
a. menentukan nilai C (konsentrasi CH3COOH setimbang)
diketahui: [NaOH] = 0,5M
VNaOH 1 = 0,3mL
VNaOH 2 = 0,7 mL
VNaOH 3 =1,0 mL
VNaOH 4 =1,4 mL
Ditanya : [CH3COOH] = ….?
Penyelesaian:
Dari rumus: [CH3COOH] x V CH3COOH = [NaOH] x VNaOH
[CH3COOH] =
Untuk data titrasi ke-1:
[CH3COOH]1 =
=
= 0,015 M
Untuk data titrasi ke-2:
[CH3COOH]2 =
=
= 0,035 M
Untuk data titrasi ke-3:
[CH3COOH]3 =
=
= 0,05 M
Untuk data titrasi ke-4:
[CH3COOH]4 =
=
= 0,07 M
b. menentukan massa asetat yang teradsorpsi (x)
diketahui : [CH3COOH]1 = 0,02M
[CH3COOH]2 = 0,04M
[CH3COOH]3 = 0,06M
[CH3COOH]4 = 0,08M
Ditanya : massa (x) CH3COOH = ….?
Penyelesaian:
Dari persamaan:
[CH3COOH] = ; dimana mmol CH3COOH =
[CH3COOH] = ; 1l = 1000mL
[CH3COOH] =
mgCH3COOH =
Mr CH3COOH = 60 gram/mol = 60 mg/mmol
1. untuk data titrasi ke-1:
mgCH3COOH (x1) =
=
= 0,012 mg
2. untuk data titrasi ke-2:
mgCH3COOH (x2) =
=
= 0,024 mg
3. untuk data titrasi ke-3:
mgCH3COOH (x3) =
=
= 0,036 mg
4. untuk data titrasi ke-4
mgCH3COOH (x4) =
=
= 0,048 mg
Menentukan nilai log C ([CH3COOH] setimbang)
Diketahui : [CH3COOH] stmbng1 = 0,015 M
[CH3COOH] stmbng2 = 0,035 M
[CH3COOH] stmbng3 = 0,05 M
[CH3COOH] stmbng4 = 0,07 M
Ditanya : log C = ….
Penyelesaian:
1. untuk data 1:
log C = log 0,015
= -1,82
2. untuk data 2:
log C = log 0,035
= -1,46
3. untuk data 3:
log C = log 0,05
= -1,30
4. untuk data 4:
log C = log 0,07
= -1,15
Mennetukan nilai log x/C
1. untuk data 1:
x = 0,012 mg
C = 0,015M
Log x/C = log
= log 0,8
= -0,097
2. untuk data 2:
x = 0,024 mg
C = 0,035M
Log x/C = log
= log 0,6857142857
= -0,164
3. untuk data 3:
x = 0,036 mg
C = 0,05M
Log x/C = log
= log 0,72
= -0,143
4. untuk data 4:
x = 0,048 mg
C = 0,07 M
Log x/C = log
= log 0,6857142857
= -0,164
c. tabel analog
no [CH3COOH] C(M) X(mg) x/C Log C Log x/C
1 0,02 M 0,015 0,012 0,8 -1,82 -0,097
2 0,04 M 0,035 0,024 0,6857 -1,46 -0,164
3 0,06 M 0,050 0,036 0,72 -1,30 -0,143
4 0,08 M 0,070 0,048 0,6857 -1,15 -0,164
Menentukan nilai K
Log x/C = nlog C + log K
Y = ax + b
Dimana: a = slope
b = intersep
dari grafik diperoleh
intersep = -0,66
slope =
=
=
= 7
Slope = n
n = 7
untuk nilai K
a = intersep
a = log K
a = -0,66
log K = -0,66
K = 10-0,66
= 0,2187761624
0,22
G. PEMBAHASAN
Adsorbs merupakan penyerapan suatu zat seperti molekul atau ion pada bagian
permukaan. Secara mekaisme, proses adsorpsi terdiri dari 2 cara yaitu secara fisika dan secara
kimia. Pada percobaan ini proses adsorpsi dilakukan secara kimia dengan menggunakan karbon
aktif, sehingga nantinya dari percobaan diperoleh nilai tetapan adsorpsi.
Secara konsep, jika ditinjau dari bagian yang paling dasar dari suatu komponen yaitu
molekul. Pada dasarnya, molekul-molekul yang ada pada permukaan zat padat mempunyai gaya
tarik kea rah dalamnya,karena tidak ada gaya tarik mengimbangi. Adanya gaya-gaya ini
meyebabkan zxat padatnya mempunyai gaya adsorpsi (Sukardjo, 1997: 190). Dimana, dengan
adanya adsorpsi meneybabkan zat-zat terikat di bagian permukaan (adsorpsi) dengan kuat dalam
lapisan-lapisan yang tebalnya tidak lebih dari satu atau dua molekul /ion.
Pada percobaan ini bertujuan untuk mempelajari sifat kuantitatif pada proses adsorpsi
karbon aktif melalui nilai tetapan Freundlich. Percobaan ini menggunakan asam asetat
(CH3COOH) yang kemudian diserap atau diadsorpsi oleh karbon aktif (norit). Digunakannya
asam asetat (CH3COOH) karena asam asetat yang merupakan suatu larutan berair lebih mudah
diamati. Dimana, adsorpsi dari larutan berair ke dalam karbon aktif ini mudah diamati dengan
menitrasi larutan yang telah disetimbangkan tersebut dengan natrium hidroksida.
Berdasarkan hasil pengamatan, larutan CH3COOH yang semula bening berubah menjadi
keruh dengan terbentuknya larutan koloid hitam. Terbentuknya koloid dikarenakan besarnya
molekul CH3COOH jauh lebih kecil dibandingkan dengan besarnya molekul norit ynag larut atau
melebur. Dalam proses ini norit dan CH3COOH tidak mengalami perubahan secara kimia yaitu
suatu proses reaksi, karena pada prosesnya hanya terjadi penyerapan zat-zat pengotor dari
molekul CH3COOH yang merupakan molekul yang lebih kecil oleh norit yang memiliki molekul
yang lebih besar. Proses adsorpsi ini dikarenakan adanya gaya tarik dan gaya ikat yang kuat oleh
norit. Dalam percobaan ini, untuk memaksimalkan proses adsorpsi maka dilakukan proses
pengocokan. Dimana dengan dilakukannya pengocokan dihasilkan energi kinetic yang lebih
besar dalam proses penguraian zat dan proses pengikatan yag makin lama makin meningkat.
Dengan adanya proses pengadukan dlam pelarrutan karbon aktif dalam CH3COOH
member kesempatan pada partikel karbon aktif untuk bersinggungan dengan CH3COOH sehingga
adsorpsi berjalan lebih cepat ( Aryafatta, 2001). Di mana proses pelarutan ini merupakan proses
untuk memperbesar luas permukaan. Sebaba, semakin luas permukaan karbon aktif, berarti
makin besar luas permukaan kontak maka kecepatan adsorpsi juga semakin meningkat.
Digunakannya norit yang merupakan zat anorganik sebagai karobon aktif akan lebih
mengoptimalkan proses adsorpsi karena larutan yang teradsorpsi merupakan larutan elektrolit
yang terdiri dari ion-ion. Meskipun berasal dari tumbuhan, norit merupakan suatu zat anorganik.
Daalam proses percobaan selanjutnya, yaitu proses penyaringan. Berdasarkan hasil
pengamatan larutan yang memiliki konsentrasi yang semakin tinggi kaan menghasilkan filtrat
ynag semakin keruh. Warna filtrat yang semakin keruh ini menunjukkan bahwa zat yang
teradsorpsi semakin banyak/semakin besar. Sehingga secara konsep konsentrasi akan
mempengaruhi tingkat atau kemampuan adsorpsi dari suatu zat. Proses percobaan dilanjutkan
dengan proses titrasi menggunakan NaOH, yang sebelumnya ke dlaam larutan ditambahkan
dengan indikator pp. ditambahkannya indikator pp bertujuan untuk mengetahui bahwa suatu
proses titrasi telah mencapai kesetimbangan atau berakhirnya proses titrasi yang diutandai oleh
adanya perubahan warna dalam larutan. Dari hasil pengamatan diperoleh perubahan warna pada
larutan menjadi merah muda yang menandakan bahwa titrasi telah berakhir. Akan tetapi, hasil
dari titrasi tidaklah sebening proses titrasi biasanya, yaitu diperoleh warna larutan yang berwarna
merah muda lebih pekat daripada proses titrasi pada umumnya dengan menggunkaan NaOH. Hal
ini kemungkinan dikarenakan faktor adsorpben maupun skala dari buret yang sedikit lebih besar
sehingga mempengaruhi volume tetesan NaOH daldam proses titrasi.
Dari hasil percobaan diperoleh volume NaOH yang makin lam makin meningkat seiring
dengan meningkatnya konsentrasi CH3COOH. Dengan adanya hal tersebut, maka dapat
membuktikan secar alebih jelas bahwa konsentrasi yang semakin meningkat akan meningkatkan
pula gaya adsorpsi zat tersebut. Sehingga hubungnan ini dapat dinyatakan dalam suatu
persamaan: log (x/M)= nlogC + logk. Dimana x/m di sini menunjukkan hubungan antara massa
dengan konsentrasi CH3COOH karena M disini sama dengan C (konsentrasi) sehingga dapat
ditulis: log (x/C) = n log C + log k. Dengan menghitung nilai dari log x/C dan log C dan
membuat grafik hubungan antara log x/C yang merupakan sumbu x dan log C yang merupakan
sumbu y, maka akan diperoleh nilai intersep dan slope yang masing-masing bernilai -0,66 dan 7.
Dengan nilai intersep yang didapatkan maka konstanta k dapat dicari dengan menggunakan
persamaan intersep = log k. Dimana baik konstanta k dan n berubah-ubah tergantung pada nilai
intersep maupun slope sehingga untuk menentukan nilai dari k maupun n dibutuhkan ketelitian
yang tinggi. Adanya konstatnta k dan n ynag berubah-ubah juga tergantung dari sifat dasar
adsorpben dan karakter permukaannya. Serta menurut sifat pelarut dan zat terlarutnya
(Underwood, 2002: 57). Dari data hasil pengamatan ini, diperoleh persamaan untuk adsorpsi
assam asetat oleh karbon aktif yaitu: y = 7x - 0,66.
H. PENUTUP
Kesimpulan
Asam asetat yang merupakan larutan elektrolit (terdiri dari ion-ion) dapat
diadsorpsi dengan zat anorganik seperti norit.
Luas permukaan dan pengadukan mempengaruhi kecepatan adsorpsi karbon aktif.
Konsentrasi suatu larutan akan mempengaruhi kecepatan adsorpsi. Di mana dengan
meningkatnya konsentrasi maka daya adsorpsi akan makin besar. Hal ini dapat
dilihat dari tingkat kekeruhan larutandan volume hasil titrasi yang meningkat.
Berdasarkan perhitungan, diperoleh nilai intersep dan slope dari grafik hubungan
antara log x/C dan log C.
Nilai slopa menunjukkan ketetapan n dan intersep menunjukkan ketetatapn k dari
persamaan : log x/C = n log C + log K.
Dari percobaan diperoleh persamaan untuk adsorpsi asam asetat oleh karbon aktif
yaitu: y = 7x – 0,66.
DAFTAR PUSTAKA
Aryafatta. 2008. Meningkatkan Nilai Arang Jadi Karbon Aktif. Didownload pada situs:
//aryafatta.wodrpress.com/2009/06/04meningkatkan-nilai-arang-tempurung-jadi-karbon-
aktif-html. Pada tanggal 24 April 2010, pukul 14.00 WITA.
Castellan. 1982. Physical Chemistry of Surface Sixth edition. New York: John Wiley and Sons.
Kaim, W. H and B. Wiscall. 1994. Principle of Phisical Chemistry. London: macdonals and
Evans Ltd.
Setiawan. 2004. Prinsip kesetimbangan Kimia. Jakarta: Universitas Indonesia.
Sukardjo. 1997. Kimia Fisika. Jakarta: PT. Bina Aksara.
Sukardjo. 1997. Kimia Fisika. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Suresh, Bala. 2003. Principle of Chemistry. New York: John Wiley and Sons.
Wagner, Frank S. 1978. Encyclopedia of Chemical technology, 3rd edition. New York: John
Wiley and Sons.
Underwood, A.L. and J.r. R.A. Day. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
PEMBUKTIAN PERSAMAAN NERNST
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Tujuan : membuktikan persaaan Nernst pada sisitem Cu-Zn dengan
menentukan tetapan persamaan Nernst.
Hari, tanggal : Rabu, 20 April 2010.
Tempat : Laboratorium Kimia Dasar, Lantai III, Fakultas MIPA,
Universitas Mataram.
B. LANDASAN TEORI
Jika sebuah logam seng dimasukkan ke dalam larutan CuSO4, Zn teroksidasi menjadi ion
Zn2+. Sementara ion Cu2+ tereduksi menjadi logam tembaga. Elektron-elektron
ditransfer langsung dari zat pereduksi (Zn) ke zat pengoksidasi (Cu2+) dalam larutan.
Namun, jika kita memisahkan secara fisik zat pengoksidasi dan zat pereduksi, transfer
elektron dapat berlangsung lewat medium penghantar eksternal (kawat logam). Sewaktu
reaksi berlangsung, lewat medium penghantar kawat (eksternal), akan mengalir elektron
secara konstan sehingga menghasilkan listrik (dengan kata lain, kawat ini menghasilkan
kerja listrik seperti untuk menggerakkan motor listrik), peralatan ppercobaan untuk
menghasilkan listrik dengan memanfaatkan reaksi redoks spontan dan disebut sel galvanic
atau sel volt, diambil dari nama ilmuan Italia Luigi Galvani dan alessandro Volta, yang
memuat versi awal dari alat ini. Jika sebatang seng dicelupkan di dalam larutan ZnSO4
dan sebatang tembaga dicelupkan ke dalama larutan CuSO4. Sel bekerja berdasarkan asa
bahwa oksidasi Zn mejadi Zn2+ dan reduksi Cu2+ menjadi Cu dapat dibuat berlangsung
serentak dalam lokasi-lokasi yang terpisah, di mana transfer elektron antara lokasi-lokasi
tersebut terjadi melalui sebuah kawat eksternal. Batang seng dan tembaga dinamakan
elektroda. Susunan elektroda (Zn dan Cu) dan larutan (ZnSO4 dan CuSO4) ini disebuy sel
Daniell. Berdasarkan definisi, anoda dalam sel galvanic adalah elektroda tempat
terjadinya oksidasi dan katoda ialah elektroda tempat terjadinya reduksi (Chang, 2004:
197).
Seperti telah dinyatakan bahwa sel galvani adalah alat yang dapat mengubah energi kimia
menjadi energi listrik. Suatu sel galvani menghasilkan listrik karena adanya perbedaan
daya tarik dua elktroda terhadap elektron, sehingga elektron mengalir dari yang lemah ke
yang kuat daya tariknya. Jika daya tarik itu disebut potensial elektroda, maka perbedaan
potensial kedua elektroda disebut potensial sel atau daya gerak listrik (DGL) sel dalam
satuan volt (V). Alat untuk mengkur perbedaan potensial suber arus disebut voltmeter.
Nilainya dapat dibaca lagsung pada alat. Akan tetapi alat ini tidak dapat dipakai untuk
mengukur potensial sel galvani. Alasannya, karena selama pengukuran terjadi reaksi pada
kedua elektroda yang menurunkan konsentrasi larutan, sehingga potensial sel akan
berkurang (Syukri, 1999: 525-527).
Sel gal vani terdiri atas zat pengoksidasi (dalam satu bagian) dengan kekuatan menarik
elektron melalui kawat dan zat pereduksi (dalam bagian lain). Kekuatan menarik atau
daya dorong pada elektron disebut potensial sel (Esell) atau daya gerak listrik. Satuan
listrik adalah volt (V) didefinisikan sebagai 1 joule kerja per Coloumb muatan yang
ditransfer 1V = 1 J/C. Alat untuk mengukur potensial sel disebut voltmeter atau
potensiometer (Sastrohamidjojo, 2008: 296).
Reaksi sel adalah reaksi di dlaam sel yang ditulis berdasarkan asumsi bahwa elektron di
sebelah kanan adalah katoda, sehingga reaksi spontan adlah reaksi reduksi yang
berlangsung pada kompartemen sebelah kanan. Jika elektroda sebelah kiri yang katoda,
maka kembalikan reaksi sel itu spontan dan kita harus menulis ulang sel yang sesuai jika
kita ingin mempertahannkan ketentuan normal untuk persamaan kimia, yaitu bahwa
A→B adalah spontan. Untuk menuliskan reaksisel yang sesuai dengan diagram sel, mula-
mula kita menuliskan setengah reaksi sebelah kanan sebagai suatu reduksi (karena kita
sudah mengasumsikan bahwa reaksi itu spontan). Kemudian kita mengurangkan dari
padanya setengah-reaksi reduksi sebelah kiri (karena tersirat bahwa elektroda itu adalah
sisi oksidasi), jadi dalam sel (Atkins, 2002: 278).
Pada sel konsentrasi, kedua elektroda berasal dari bahan yang sama dan keduanya
dicelupkan dlaam larutan ion-ionnya masing-masing pada konsentrasi ynag berbeda.
Kedua larutan dipisahkan oelh sambungan cairan atau jembatan garam. Elektroda yang
dicelupkan dlaam larutan dnegan konsentrasi ion positif yang lebih besar adalah elektroda
positif, sedangakan elektroda yang dimasukkan dalam larutan yang konsentrasi positifnya
lebih rendah adalah elektroda negatif. Reaksi keseluruhan sel tidak lain hanya
perpindahan materi dari aktivitasnya lebih tinggi ke aktivitasnnya yang lebih rendah.
E.m.f sel dinyatakan sebagai: E= -RT/nF ln a1/a2. Dimana a1 dan a2 adalah aktivitas ion
dalam dua larutan. Istilah Eo dihilangkan, akrena kedua elektroda saam dan mempunyai
potensial standar elektroda yang smaa pada aktivitas unit. Berarti Epositif bila a2>a1dan
negatif bila a1>a2 . Persamaan di atas baik dipergunakan hanya bilapotensial sambungan
cairan ditiadakan denga menggunakan jembatan garam KCl(Dogra, 1990: 523).
Potensial dari sel galvanic tergantung pada aktivitas dari berbagai spesies yang menjalani
reaksi di dlaam sel. Persamaan yang menyatakan hubungan ini disebut persamaan Nernst,
mengikuti nama seorang ahli fisika, Nernst, yang pada tahun 1889 pertama kali
menggunakan persamaan ini untuk menyatakan hubungan antara potensial dari sebuah
elektroda ion metal-metal dan konsentrasi dari on dlam sebuah larutan. Dalam sebuah
reaksi kimia seperti: aA+ bB ⇌ cC +dD. Perubahan dari energi bebas didapat dari
persamaan : ∆G = ∆Go + 2,3 RT log ; dimana ∆Go adalah energi bebas ketika
semua reaktan dan produk berada dalam kondisi standar. Perubahan energi-bebas, atau
kerja yang dilakukan, dengan memberikan bilangan elektron Avogadro melalui sebuah
voltase E adalah (Ne)E, dimana N adalah bilangan Avogadro dan e adlaah muatan
elektron. Produk Ne adalah 96.500C, disebut 1 faraday atau F. Maka : ∆Go = -nFE;
dimana n adalah banyaknya mol elektron yang terlibat dalam reaksi. Jika semua reaktan
dan produk berada dalam kondisi standar, ini menghasilkan: (underwood, 1999: 259-260).
∆Go = -nFEo
Sehingga:
-nFE = -nFEo + 2,3 RT log
Pada T= 298K, persamaan menjadi:
E = Eo -
C. ALAT DAN BAHAN
Alat
Gelas kimia 100ml
Lembar tembaga
Lembar seng
Kabel
Kertas saring
Voltmeter
Pipet tetes
Labu takar (untuk pengenceran)
Bahan
Larutan ZnSO4 1,0M
Larutan CuSO4 1,0M
Larutan CuSO4 0,1M
Larutan CuSO4 0,01M
Larutan CuSO4 0,001M
Lrutan KNO3
Tissue
Kertas label
Aquades
D. SKEMA KERJA
Diamplas hingga bersih
Dihubungkan dengan voltmeter
Dicelupkan ke dlaam larutan yang sesuai
Dicatat nilai voltase
Elektroda dibersihkan
Diulangi dengan konsentrasi Cu2+ yang bervariasi
Susun alat seperti gambar
100 ml ZnSO4 1M
Elektroda Cu dan Zn
100ml CuSO4 1M
Dimasukkan masing-masing (gelas kimia)
Digulung kertas saring (sebagai jembatan garam)
Dicelupkan dalam KNO3 jenuh)
E. HASIL PENGAMATAN
No [Zn2+] (M) [Cu2+](M) Esell
1 1,0 1,0 1,268V
2 1,0 0,1 1,240 V
3 1,0 0,01 1,168V
4 1,0 0,001 1,156V
F. ANALISIS DATA
a. persamaan reaksi
reaksi di anoda : Zn → Zn2+ + 2e Eored = + 0,76 volt
reaksi di aktoda : Cu2+ + 2e → Cu Eored = + 0,34 volt
reaksi total : Zn + Cu2+ → Zn2+ + Cu Eosell = + 1,10 volt
b. perhitungan
No [Zn2+] [Cu2+] Esell [Zn2+]/[Cu2+] Log [Zn2+]/[Cu2+]
1 1,0 M 1,0 1,268V 1 0
2 1,0 M 0,1 M 1,240 V 10 1
Hasil diamati
3 1,0 M 0,01 M 1,168V 100 2
4 1,0 M 0,001 M 1,156V 1000 3
Grafik hubungan antara log dengan E sell
Intersep = 1,268;
Intersep = Eosell
Eosell = 1,268
y1 = 1,23 x1 = 1,0
y2 = 1,20 x2 = 1,8
slope = =
slope =
=
=
Slope = -0,0375
= slope
- = slope
= -slope
= -(-0,0375)
= 0,0375
3. perhitungan Persamaan Nernst
Esell = Eosell -
Esell = Eosell -
Esell = 1,268 -
Untuk perhitungan data 1
[Zn2+] = 1,0M
[Cu2+] = 1,0M
Maka Eosell = …?
Esell = 1,268 -
= 1,268 -
= 1,268 volt -0
Esell = 1,268 volt
Untuk perhitungan data 2
[Zn2+] = 1,0M
[Cu2+] = 0,01 M
Maka Eosell = …?
Esell = 1,268 -
= 1,268 -
= 1,268 volt -0,0375 volt
Esell = 1,2305 volt
Untuk perhitungan data 3
[Zn2+] = 1,0M
[Cu2+] = 0,01M
Maka Eosell = …?
Esell = 1,268 -
= 1,268 -
= 1,268 volt -0,075 volt
Esell = 1,193 volt
Untuk perhitungan data 4
[Zn2+] = 1,0M
[Cu2+] = 0,001 M
Maka Eosell = …?
Esell = 1,268 -
= 1,268 -
= 1,268 volt -0,1125
Esell = 1,1555 volt
4. berdasarkan teori
Eored Zn = -0,76 volt (anoda)
Eored Cu = +0,34volt (katoda)
Reaksi : Zn + Cu2+ → Zn2+ + Cu
Eosell= Eo
katoda – Eoanoda
= 0,34 volt –(-0,76 volt)
= 1,10 volt
Esell = Eosell -
Esell = Eosell -
Esell = 1,10 -
Untuk CuSO4 1,0 M dan ZnSO4 1,0 M
Esell = Eosell -
Esell = Eosell -
= 1,10 volt – 0 volt
= 1,10 volt
Untuk CuSO4 0,1 M dan ZnSO4 1,0 M
Esell = Eosell -
Esell = Eosell -
= 1,10 volt – 0,0295 volt
= 1,075 volt
Untuk CuSO4 0,01 M dan ZnSO4 1,0 M
Esell = Eosell -
Esell = Eosell -
= 1,10 volt – 0,059 volt
= 1,041 volt
Untuk CuSO4 0,001 M dan ZnSO4 1,0 M
Esell = Eosell -
Esell = Eosell -
= 1,10 volt – 0,0885 volt
= 1,0115 volt
5. perhitungan % error
% error =
Untuk perhihungan CuSO4 1,0 M dan ZnSO4 1,0 M
% error =
% error =
=
= 16,8%
Untuk perhihungan CuSO4 0,1 M dan ZnSO4 1,0 M
% error =
% error =
=
= 16%
Untuk perhihungan CuSO4 0,01 M dan ZnSO4 1,0 M
% error =
% error =
=
= 15,2%
Untuk perhihungan CuSO4 0,001 M dan ZnSO4 1,0 M
% error =
% error =
=
= 14,4%
G. PEMBAHASAN
Sel galvani atau sel volta dalah alat yang dapat mengubah energi kimia menjadi enenrgi
listrik. Suatu sel galvani menghasilkan listrik karena adanay daya tarik dua elektroda
terhadap elektron sehingga elektron mengalir dari yang lemah ke yang kuat daya tariknya.
Jika daya tarik itu disebut potensial elektroda, maka perbedaan potensial kedua elektroda
disebut perbedaan sel atau daya gerak listrik (DGL) sel dalam satuan volt (V) (Syukri,
1999).
Sel galvani terdiri atas dua elektroda dan elektrolit. Elektroda dihubungkan oleh
penghantar luar yang menyangkut elektron ke dalam sel atau keluar sel. Elektroda dapat
juga atau tidak berperan serta dalam reaksi sel. Setiap elektroda dan elektrolit di
sekitarnya membentuk setengah sel. Reaksi elektroda adalah setengah reaksi yang
berlangsung dalam setengah sel. Reaksi elektroda adalah dengan kedua setengah sel
dihubungkan dnegan jembatan garam. Dimana, arus diangkut oleh ion-ion yang bergerak
melalui jembatan garam (Ahmad, 2001).
Pada percobaaan ini bertujuan untuk membuktikan perdsamaan Nernst pada sisitem Cu-
Zn dan menentukan tetapan persamaan Nernst. Dimana persamaan Nernst merupakan
persamaan dari hubungan antara potensial dari sel galvanic yang tergantung dari aktivitas
dari berbagai spesies yang menjalani reaksi di dalam sel (Underwood, 1982). Pada
prosesnya, untuk menentukan nilai dari suatu potensial sell dengan menggunakan
persamaan: Esell = Eosell - ; dimana nilai K merupakan nilai dari
ketetapan kesetimbangan dan dalam praktikum ini diperoleh nilai kesetimbangan reduksi-
oksidasi dari ion Cu2+ dan Zn2+, sehingga persamaan menjadi Esell = Eosell -
, yang mana untuk nilai Eoselll didapatkan dari proses pengukuran dengan
menggunakan voltmeter pada masing-masing konsentrasi larutan CuSO4 yang berbeda-
beda.
Dari data potensial; reduksi standar untuk Cu dan Zn dapat dihitung nilai Eosell dari nilai
intersep hubungan antra E sell masing-masing pengukuran dengan log [Zn2=]/[Cu2+]
dalam suatubentuk grafik dan untuk nilai slope dari garfik hubungan tersebut sama
dengan nilai RT/nF. Dari hasil perhitungan nilai Eosell dan RT/nF dalam suatu grafik dari
hasil percobaan, maka diperoleh suatu persamaan: Esell = Eosell – 0,0375 .
Dimana dalam percobaan, konsentrasi Zn2+ tetap sedangkan konsentrasi Cu2+ berubah
yaitu dengan nilai 1,0; 0,1; 0,01; dan 0,001M. dari hasil perhitungan maka diperoleh nilai
Esell masing-masing sebesar 1,268; 1,2305; 1,193; dan 1,1555 volt. Dari hasil
perhitungan ini dapat dilihat bahwa makin kecil nilai konsentrasi Cu2+ maka nilai Esell
akan semakin besar. Hal ini dikarenakan makin berkurangnya konsentrasi Cu2+ maka
konsentrasi Zn2+ akan semakin besar sehingga faktor pengurangan Eoselll akan semakin
besar pula. Dengan nilai tersebut maka diperoleh nilai Esell yang semakin kecil.
Berdasarkan konsep, dari data potensial reduksi standar untuk Cu dan Zn dapat dihitung
nilai Eosell reaksi yang mana reaksi antara Cu dengan Zn merupakan reaksi reduksi-
oksidasi sebvesar +1,10 volt. Dip-erolehnya Eosell positif menunjukkan bahwa reaksi
antara logam Cu dengan larutan tembaga(II) seulfat merupakan reaksi spontan (dogra,
1990). Untuk mengetahui ada tidaknya aliran elektron maka reaksi oksidasi dan reduksi
harus dipisah sehingga membentuk sel yang dihubungkan dengan jembatan garam.
Jembatan garam ini berfungsi untuk menjaga kenetralan muatan listrik pada larutan
sehingga terjadi aliran elektron yang kontinu. Aliran elektron terjadi dari elektroda seng
(Zn) ke elktroda tembaga (Cu) sehingga logam seng bertindak sebagai kutub negatif
(anoda) dan logam tembaga sebagai kutub positif (katoda) (Hendrawan, 2005).
Berdasarkan teori, dari nilai Eosell sebesar 1,10 volt, maka diperoleh suatu persamaan:
Esell = Eosell - menjadi
Esell = 1,10 volt - . Dimana dengan konsentrasi larutan yang sama, maka
diperoleh nilai Esell masing-msasing sebesar +1,10 volt; 1,0705volt; 1,041 dan
1,0115volt yang dnegan menurunnya nilai konsentrasi Cu2+ maka nilai Esell yang
dihasilkan juga semakin kecil.
Jika ditinjau dari nilai Eosell, dari percobaan didapatkan sebesar +1,268 volt dan
berdasarkan teori diperoleh nilai Eosell sebesar +1,10 volt. Begitu pula dengan nilai
RT/nF, dimana dari hasil percobaan diperoleh sebesar 0,0375 dan berdasarkan teori
diperoleh sebesar 0,0295 (pada suhu standar, T=298K). Karena nilai Eosell dan Rt/nF
yang berbeda dari percobaan dan teori, maka hasil Esell yang didapatkan dari teori dan
percobaan juga berbeda. Akan tetapi, baik berdasarkan teori maupun hasil percobaan
dapat dilihat bahwa nilai Esell akan semakin kecil seiring dengan berkurangnya
konsentrasi. Hal ini terjadi karena besarnya Esell dipengaruhi oleh ketetapan
kesetimbangan K yang tentunya dipengaruhi oleh konsentrasi. Sehingga dari ilai K dapat
dilihat bahwa voltase sel akan diperbesar oleh kenaikan konsentrasi pereaksi dan
sebaliknya .
Dengan adanya perbedaan nilai Esell, maka % error dapat ditetukan. Dari hasil
perhitungan diperoleh nilai %errror masing-masing sebesar 16,8; 16,0; 15,2; 14,4%. Nilai
tersebut diperoleh dengan menggunakan rumus: %error = Esell teori – Esell percobaan x
100%. Karena nilai Esell masing-masing teori lebih kecil dari Esell percobaan, maka
nilainya akan negatif. Namun karena dimutlakkan maka nilai untuk % error menjadi
positif. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh % error yang semakin berkurang dari 4
data perhitungan. Hal ini dikarenakan pengaruhh oleh menurunnya konsentrasi dari Cu2+.
Dimana dengan menurunnya konsentrasi yang menyebabkan nilai E sell semakin kecil
maka % error yang diperoleh juga semakin kecil. Sehingga dapat dikatakan bahwa %
error dapat dipengaruhi oleh nilai kesetimbangan dari suatu konsentrasi larutan. Dengan
nilai Esell dari teori yang berbeda dengan Esell percobaan maka pembuktian persamaan
Nernst tidak terbukti. Hal ini disebabkan olehj kurannya ketelitian pada saat pembacaan
nilai Esell pada voltmeter.
H. PENUTUP
Kesimpulan
Nilai Eosell dari percobaan dapat diperoleh dari nilai intersep grafik hubungan antara
Esell perhitungan pada percobaan dengan voltmeter sedangkan Rt/nF merupakan slope
dari nilai tersebut.
Berdasarkan nilai Eosell dan RT/nF dari percobaan, diperoleh nilai Esell masing-masing
konsentrasi sebesar 1,268; 1,2305; 1,193 dan 1,1555volt.
Nilai Esell akan semakin kecil seiring dengan makain renddahnya konsentrasi Cu2+.
Berdasarkan teori nilai Eosell diperoleh sebesar 1,10 volt dan nilai RT/nF sebesar 0,0295
pada suhu standar yaitu 298K.
Nilai Esell berdasarkan teori diperoleh masing-masing sebesar 1,10; 1,0795; 1,041 dan
1,0115 volt yang makin lama makin kecil seiring dnegan makin rendahnya konsentrasi
dari Cu2+ yang digunakan.
Reaksi antara Cu dan Zn erupakan reaksi reduksi-oksidasi yang berlangsung secara
spontan dengan nilai Eoell yang mempengaruhi bernilai negatif.
Konsentrasi pereaksi yang membentuk suatu kesetimbangan mempengaruhi nilai E sell
dimana dengan meningkatnaya koonsentrasi/makin besarnya ketetapan kesetimbanagn
maka nilai Esell makin rendah.
Nilai Esell dari teori lebih kecil daripada Esell dari percobaan yang mennyebabkan %erro
yang dihasilkan bernilai negatif yang jika tidak dimutlakkan, dan % errer makin kecil
dengan makin kecilnya nilai Esell.
Saran
Petunjuk praktikum harus dibaca dan dipahami dengan sebaik-baiknya agar tidak terjadi
kesalahan pada saat praktikum.
Dibutuhkan ketelitian pada saat pembacaan nilai beda potensial dengan menggunakan
voltmeter.
Larutan yang digunakan harus diberikan keterangan yang jelas sehingga tidak terjadi
kesalahan dlam perhitungan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Hiskia. 2001. Petunjuk Belajar Kimia Dasar: Elektrokimia dan Kinetika Kimia.
Bandung: Pt. Citra Aditya Bakti.
Atkins, P.W. 2002. Kimia Fisika edisi Keempat Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Konsep-konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Dogra, S.K., dan S. Dogra. 1990. Kimia Fisik dan Soal-soal. Jakarta: UI Press.
Hendarwan dan Sri Mulyadi. 2005. Kimia Fisika 2. Malang: UM Press.
Keenam, Charles W, dkk. 1999. Kimia untuk Universitas Jilid II. Jakarta: Erlangga.
Sastrohamidjojo, hardjono. 2008. Kimia Dasar. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 3. Bandung: ITB.
Underwood, A.L dan R. A. Day. JR. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Top Related