1
LAPORAN KEMAJUAN
PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL
MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI
INDONESIA 2011-2025
(PENPRINAS MP3EI 2011-2025)
PERIKANAN/5 (Bali Nusa Tenggara)
KAJIAN KOMPREHENSIF PRODUKTIVITAS USAHA BUDIDAYA
RUMPUT LAUT DI BALI
TIM PENGUSUL :
Prof. Ir. I Wayan Arthana, MS., Ph.D 0028076002 Ketua Peneliti Dwi Budi Wiyanto, S. Kel., MP 0015078303 Anggota Peneliti I Wayan Gede Astawa Karang, M.Si., Ph.D 0011058305 Anggota Peneliti
UNIVERSITAS UDAYANA
Juli, 2015
Koridor* : 5 (Bali Nusa Tenggara)
Fokus Kegiatan : Perikanan
2
3
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. 2 DAFTAR ISI ........................................................................................................ 3 RINGKASAN ................................ ....................................................................... 4 BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................. 5
1.1 Latar Belakang ......................................... ................................ .............. 5 1.2 Urgensi Penelitian .................................................................................. 6 1.3 Luaran Penelitian ................................................................................... 6 1.4 Kontribusi Penelitian Terhadap Ilmu Pengetahuan ................................ . 6
BAB 2. STUDI PUSTAKA ................................ ................................................ 7
2.1. Budidaya Rumput Laut......................................... ................................... 7 2.2. Parameter Ekologis Budidaya Rumput Laut ........................................... 8
BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ........................................ 10
3.1 Tujuan Penelitian .................................................................................. 10 3.2 Manfaat Penelitian ................................ ................................................ 10
BAB 4. METODE PENELITIAN ................................ ..................................... 11
4.1 Metode Penelitian .................................................................................. 11 4.2 Pengumpulan Data ................................................................................. 11 4.3 Bahan dan Alat Penelitian ...................................................................... 12
BAB 5. HASIL YANG DI CAPAI ................................ .................................... 13
5.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian ........................................................... 13 5.2 Pertumbuhan Rumput Laut ................................ ..................................... 15
5.2.1. Pertumbuhan Rumput Laut Pada Stasiun I ..................................... 18 5.2.2. Pertumbuhan Rumput Laut Pada Stasiun II ................................... 21 5.2.3. Pertumbuhan Rumput Laut Pada Stasiun III ................................ .. 24 5.2.4. Pertumbuhan Rumput Laut Pada Stasiun IV ................................ .. 27
5.3 Fasilitasi Penguatan Kelembagaan Kelompok Tani Rumput Laut ........... 31
BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA ................................ ............ 34 6.1 Penyempurnaan Data......................................... ...................................... 34 6.2 Pendampingan Kelompok Petani Rumput Laut ...................................... 34 6.3 Penyusunan Laporan Akhir ................................ .................................... 34 6.4 Penyusunan Proposal Penelitian Lanjutan Tahap III ............................... 34
BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 35
7.1 Kesimpulan......................................... .................................................... 35 7.2 Saran ................................ ...................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA ................................ ........................................................... 36 DAFTAR LAMPIRAN ................................................................ ........................ 38
4
RINGKASAN
Kegiatan budidaya rumput laut di Bali sempat mengalami kemajuan baik ditinjau dari aspek pemanfaatan lahan, peningkatan produksi maupun peningkatan kesejahteraan bagi pelaku usaha seperti pembudidaya, pengolah dan pemasar. Namun belakangan dalam kegiatan budidaya rumput laut tersebut sering muncul kendala yang dihadapi oleh petani rumput laut seperti kegagalan panen maupun penurunan kualitas hasil panen. Tujuan dari penelitian ini adalah menguji coba teknologi budidaya rumput laut pada lokasi yang menjadi luaran hasil penelitian tahun pertama di perairan Pulau Nusa Lembongan. Tujuan lainnya adalah untuk memfasilitasi penguatan kelembagaan kelompok tani rumput laut di Pulau Nusa Lembongan sebagai hasil inisiasi pada penelitian tahun pertama. Penanaman dan pengukuran pertumbuhan rumput laut dilakukan selama 28 hari dengan pengukuran pertumbuhan setiap 7 hari. Jenis rumput laut yang digunakan yaitu spesies Eucheuma cottonii, Halymenia durvillaei. Kegiatan Fasilitasi penguatan kelembagaan kelompok tani rumput laut di Pulau Nusa Lembongan, dilakukan dengan pendampingan kelompok tani dengan metode focus group discussion (FGD) dan kegiatan pelatihan pengolahan rumput laut.
Hasil pengamatan dan pengukuran pada empat stasiun penanaman rumput laut di Pulau Nusa Lembongan yaitu pertumbuhan rumput laut Halymenia durvillaei yaitu pada stasiun II memiliki pertumbuhan yang paling tinggi yaitu mencapai rata-rata berat sebesar 348,3 gram selam 28 hari masa tanam. Hasil pengamatan dan pengukuran pada rumput laut jenis Eucheuma cottoni yaitu pada stasiun IV memiliki rata-rata pertumbuhan yang paling tinggi yaitu 271,4 gram selam 28 hari masa tanam. Pada rumput laut Eucheuma cottoni di stasiun II dan stasiun III tidak dapat dilakukan pengukuran, hal ini dikarenakan rumput laut yang dibudidakan pada kedua stasiun tersebut di ganggu oleh hama, yaitu ikan. Fasilitasi penguatan kelembagaan kelompok tani rumput laut di Pulau Nusa Lembongan dan Pulau Nusa Ceningan yaitu dengan kegiatan pelatihan pembuatan permen rumput laut.
Kata Kunci: Rumput Laut, Kelembagaan Petani Rumput Laut.
5
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah satu diantara beberapa komoditas perikanan budidaya yang merupakan produk
unggulan daerah adalah rumput laut. Pengembangan budidaya rumput laut merupakan salah
satu pengembangan kegiatan ekonomi yang sedang digalakan pemerintah dalam rangka
pembangunan ekonomi di wilayah pesisir. Penetapan komoditi tersebut dilatarbelakangi oleh
beberapa pertimbangan antara lain ketersediaan lahan yang luas, teknologi budidaya
sederhana, ramah lingkungan, masa produksi relatif singkat, serapan tenaga kerja tinggi, biaya
produksi relatif rendah, memiliki nilai jual tinggi karena merupakan komoditi ekspor.
Kemudian melalui program pengembangan budidaya rumput laut tersebut diharapkan dapat
merangsang terjadinya pertumbuhan ekonomi wilayah seiring dengan meningkatnya
pendapatan masyarakat.
Berdasarkan panjang garis pantai dan batas 200 mil laut dari garis pantai, Provinsi
Bali mempunyai luas perairan laut ±95.000 km2. Luas lahan potensial untuk budidaya laut ±
1.551,75 Ha dan baru dimanfaatkan untuk usaha budidaya laut seluas 418,5 Ha atau 26,96 %
dengan jenis komoditas yang sudah dikembangkan adalah rumput laut jenis Eucheuma
spinosum dan Eucheuma cotonii. Potensi pengembangan budidaya rumput laut di Bali
meliputi areal seluas 780 Ha. Yang tersebar di 5 Kabupaten, masing-masing adalah di
Kabupaten Buleleng 7,0 Ha, Jembrana 65 Ha, Badung 400 Ha, Klungkung 290 Ha, dan
Karangasem 18 Ha.
Kegiatan budidaya rumput laut di Bali sempat mengalami kemajuan baik ditinjau dari
aspek pemanfaatan lahan, peningkatan produksi maupun peningkatan kesejahteraan bagi
pelaku usaha seperti pembudidaya, pengolah dan pemasar. Namun belakangan dalam kegiatan
budidaya rumput laut tersebut sering muncul kendala yang dihadapi oleh petani rumput laut
seperti kegagalan panen maupun penurunan kualitas hasil panen. Kendala tersebut diduga
karena kondisi lingkungan dan masa tanam yang tidak sesuai.
Selain kendala penurunan kualitas panen, berdasarkan hasil penelitian tahun pertama,
hama dan gulma yang sering mengganggu aktivitas budidaya sehingga berdampak pada
penurunan hasil dan kualitas rumput laut. Ancaman lain bagi petani rumput laut yang
sekarang dihadapi adalah tekanan pariwisata yang ada di Pulau Nusa Lembongan. Kegiatan
pariwisata juga membuat para petani rumput laut tertarik untuk beralih profesi menjadi pelaku
usaha pariwisata, hal ini diduga lebih menguntungkan melakukan aktivitas pariwisata dari
pada petani rumput laut.
6
Oleh karena itu penguatan kelembagaan kelompok tani rumput laut guna
mempertahankan kegiatan budidaya rumput laut perlu dilakukan sehingga kontinuitas
produksi rumput laut terus meningkat. Selanjutnya untuk menjaga keberlanjutan budidaya
rumput laut di Pulau Nusa Lembongan maka perlu diwujudkan teknologi budidaya rumput
laut menuju ketahanan budidaya rumput laut baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
1.2. Urgensi Penelitian
Urgensi (keutamaan) kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Penerapan teknologi budidaya rumput laut guna menjaga kesinambungan hasil
maksimal dari kegiatan budidaya rumput laut di Pulau Nusa Lembongan.
2. Mewujudkan peran serta Perguruan Tinggi guna memperkuat sistem kelembagaan
petani rumput laut yang ada di Pulau Nusa Lembongan.
1.3. Luaran Penelitian
Luaran yang harapkan dari hasil kegiatan ini berupa :
1. Teknologi metode penanaman rumput laut yang lebih optimal untuk petani
rumput laut.
2. Tata kelola kelembagaan kelompok tani rumput laut yang lebih efektif untuk
menunjang keberhasilan kegiatan budidaya rumput laut.
1.4. Kontribusi Penelitian Terhadap Ilmu Pengetahuan
1. Menambah khasanah ilmu pengetahuan di bidang kelautan dan perikanan,
khususnya dalam hal keberhasilan budidaya rumput laut.
2. Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam
penanaman rumput laut.
3. Hasil penelitian juga dapat digunakan sebagai informasi bagi peneliti lain.
7
II. STUDI PUSTAKA
2.1. Budidaya Rumput Laut
Rumput laut mempunyai fungsi baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara
langsung atau dikenal secara ekologi rumput laut menyediakan makanan bagi ikan dan
invertebrta terutama thallus muda (Mann, 1982). Sedangkan secara tidak langsung rumput
laut digunakan dalam berbagai industri yaitu pangan,kosmetik,obatobatan, pupuk, tekstil,
kulit dan industri lainnya (Indriani dan Sumiarsih,1991).
Rumput laut sudah banyak dibudidayakan dengan tujuan untuk memenuhi permintaan
pasar yang terus meningkat. Ada banyak spesies dari rumput laut yang telah berhasil
dibudidayakan, namun pada tahun-tahun terakhir Eucheuma lebih mudah dikembangkan. Di
Indonesia budidaya rumput laut umumnya menggunakan genus Eucheuma dan biasanya
metode budidaya yang digunakan adalah metode dasar dan lepas dasar atau metode terapung
(Aslan, 1991).
Nilai permintaan pasar akan rumput laut, baik dari pasar dalam negeri maupun luar
negeri (Hongkong, Perancis, Inggris, Kanada, Amerika Serikat, Jepang serta beberapa negara
maju lainnya) tampak jelas bahwa rumput laut memiliki prospek cerah sebagai komoditas
perdagangan pada pasar internasional. Permintaan luar negeri terhadap rumput laut Indonesia
pada tahun 1990 sebesar 10.779 ton dengan total nilai US $ 7,16 juta yang terus meningkat
hingga pernah mencapai 28.104 ton pada tahun 1995 dengan total nilai US$ 21,30 juta
(Depertemen kelautan dan perikanan, 2002 dalam Junaidi et.al, 2007). Kebutuhan rumput laut
dunia untuk jenis-jenis yang mengandung caragenan mencapai 18.000-20.000 ton dan akan
selalu meningkat 10% - 15% pertahun. Berdasarkan perhitungan tim rumput laut BPPT
menyatakaan bahwa kebutuhan caragenan di dalam negeri akan terus meningkat 13% - 15%
pertahun (Setyati 2003).
Data statistik produksi rumput laut menurut provinsi utama (Riau, Bali, NTB, NTT,
Sulut, Sulteng dan Sulsel) dari tahun 1999 hingga 2003 yaitu 157.232 ton, 230.183 ton,
246.930 ton dan 285.654 ton dengan kenaikan rata-rata 17,26% (Depertemen kelautan dan
perikanan, 2002 dalam Junaidi et.al, 2007). Sebagian rumput laut yang sempat berhasil
dipanen masih diekspor dalam bentuk mentah dengan nilai tambah yang rendah, tanpa
tersentuh teknologi yang tinggi sehingga menjadi produk yang penting seperti ; alginat,
karaginan, agar-agar dan lain sebagainya (Winarno, 1996).
8
2.2. Parameter Ekologis Budidaya Rumput Laut
Keberhasilan dari budidaya rumput laut ini dipengaruhi oleh beberapa factor
lingkungan baik secara fisik,kimia maupun biologi (Soenardjo, 2011). Pertumbuhan rumput
laut sangat dipengaruhi oleh toleransi fisiologi dari biota tersebut untuk beradaptasi terhadap
faktor-faktor lingkungan seperti : substrat, salinitas, suhu, dan intensitas cahaya. Disamping
itu pemilihan lokasi dan metode yang akan digunakan juga menentukan keberhasilan tersebut
(Soenardjo, 2011). Beberapa parameter yang harus diperhatikan dalam budidaya rumput laut
adalah sebagai berikut :
1. Lokasi budidaya terlindung dari hempasan gelombang yang keras dan angin yang
kuat, biasanya di bagian depan dari lokasi budidaya mempunyai karang penghalang
ataupun gosong yang dapat meredam kekuatan gelombang (Sulistijo, 2002).
2. Pergerakan air atau arus di lokasi budidaya terjadi secara terus menerus dengan
kecepatan arus berkisar antara 20-40 cm/detik (DKP, 2006). Kesuburan lokasi
tanaman sangat ditentukan oleh adanya gerakan air yang berombak maupun arus.
Gerakan air ini merupakan pengangkut yang paling baik untuk zat makanan yang
diperlukan bagi pertumbuhan rumput laut. Ombak dan arus merupakan alat pengaduk
yang baik sehingga air menjadi homogen. Arus dapat mengatasi kenaikan temperatur
air laut yang tajam. Kecepatan arus yang dianggap cukup untuk budidaya rumput laut
kira-kira 20-40 cm per detik. Untuk pertumbuhannya, Eucheuma sp membutuhkan
gerakan air yang berupa ombak yang dominan sepanjang tahun. Suatu perairan yang
mempunyai cukup gerakan air ditandai oleh terdapatnya karang lunak (soft coral) dan
juga ditandai oleh kondisi daun (Thalasia, Euchallis) yang bebas dari debu air 9 (silt)
(Winarno, 1996).
3. Dasar perairan yang paling baik adalah substrat berbatu karang mati dengan variasi
suhu harian yang kecil (Aslan, 1998). Dasar yang sedikit berlumpur masih baik untuk
penanaman dengan sistem tanam rakit atau rawai (long-line) (DKP, 2006).
4. Kecerahan perairan yang baik untuk pertumbuhan rumput laut harus jernih, terhindar
dari sedimentasi atau intrusi air sungai yang besar. Kecerahan perairan optimal pada
kisaran 2 – 5 meter (DKP, 2006).
5. Salinitas perairan pada lokasi sebaiknya dalam kondisi kadar garam air laut sekitar 28
- 35 ppt (DKP, 2006).
6. Suhu air laut yang baik untuk budidaya rumput laut berkisar antara 27o-30oC,
Kenaikan temperatur yang tinggi akan mengakibatkan thallus rumput laut yang
menjadi pucat kekuning-kuningan dan tidak sehat
9
7. Kedalaman perairan yang baik untuk budidaya rumput laut Eucheuma spp adalah 0,3 –
0,6 meter pada waktu surut terendah untuk metode lepas dasar, 2-15 meter untuk
metode rakit apung, dan 5 – 20 meter untuk metode rawai (long-line) (DKP, 2006).
8. Lokasi budidaya sebaiknya secara alamiah ditumbuhi tumbuhan lain seperti
lamun/alang-alang laut (seagrass) dan perlu diperhatikan adanya hewan herbivora
misalnya bulu babi (Diadema spp), ikan beronang/lingkis (Siganus spp), binatang laut
lainnya serta penyu laut (Chelonia mydas) yang dapat menjadi hama tanaman
budidaya (Sulistijo, 2002).
10
BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menguji coba teknologi budidaya rumput Laut pada lokasi yang telah dikaji pada
tahun pertama di perairan Pulau Nusa Lembongan.
2. Fasilitasi penguatan kelembagaan kelompok tani rumput laut di Pulau Nusa
Lembongan sebagai hasil inisiasi pada penelitian tahun pertama.
3.2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi baik bagi pemerintah daerah
maupun masyarakat tentang kesesuaian lahan dan daya dukung lingkungan untuk budidaya
rumput laut. Selain itu, memberikan informasi tentang strategi yang cocok untuk
dikembangkan dan diterapkan oleh masyarakat di Bali terkait dengan budidaya rumput laut.
Dari hasil penelitian ini peneliti mengharapkan perekonomian petani rumput laut dapat
meningkat seiring dengan perbaikan kondisi ekologis yang telah di kaji oleh peneliti, sehingga
produksi rumput laut meningkat dan kebutuhan ekspor rumput laut di Indonesia dapat
terpenuhi.
11
BAB 4. METODE PENELITIAN
4.1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini, yaitu penerapan teknologi
budidaya rumput laut dengan melakukan uji coba metode yang lebih baik untuk budidaya
rumput laut di Pulau Nusa Lembongan. Metode penanaman yang digunakan yaitu metode
dasar yang sudah dilakukan oleh petani rumput laut di Pulau Nusa Lembongan dengan
beberapa modifikasi metode dasar yang akan di uji cobakan. Penanaman dan pengukuran
pertumbuhan rumput laut dari kedua metode tersebut dilakukan selama 28 hari dengan
pengukuran setiap 7 hari.. Jenis rumput laut yang digunakan yaitu spesies Eucheuma cottonii,
Halymenia durvillaei.
Kegiatan penguatan kelembagaan kelompok tani rumput laut di Pulau Nusa
Lembongan, dilakukan dengan pendampingan kelompok tani dengan metode Focus Group
Discusioan (FGD) dan pelatihan pengolahan rumput laut. Kegiatan pendampingan dilakukan
terhadap kelompok tani yang di inisiasi pada tahun pertama.
4.2. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh dari hasil pengukuran di lapangan (insitu) dan hasil analisis
laboratorium. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi terkait seperti Dinas Perikanan
dan Kelautan, (Provinsi dan Kabupaten).
1. Data primer meliputi:
- Pengumpulan data parameter utama untuk budidaya rumput laut meliputi parameter
fisika, kimia, dan biologi yang berkaitan dengan syarat-syarat untuk pertumbuhan
rumput laut.
- Data pertumbuhan rumput laut dengan menggunakan teknologi yang digunakan
oleh peneliti dan dibandingkan dengan pertumbuhan rumput laut yang dilakukan
oleh petani rumput laut.
2. Data sekunder meliputi:
- Pengumpulan data dari hasil pengamatan rumput laut. Data jumlah petani rumput
laut atau pembudidaya rumput laut.
- Pengumpulan data peta yang menyajikan informasi tentang bentuk lahan perairan.
Data curah hujan dari lembaga/Instansi yang terkait. Data produksi rumput laut.
Data monografi kecamatan Laporan-laporan Dinas Perikanan dan Kelautan.
12
4.3. Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah beberapa jenis rumput laut
yang sudah dibudidayakan di lokasi penelitian. Sedangkan alat-alat yang diperlukan untuk
membantu pelaksanaan penelitian antara lain perahu, jarring, GPS dan alat-alat pengukur
parameter fisika, kimia, biologi serta kondisi sosial masyarakat seperti tercantum pada tabel
dibawah ini:
Tabel 1. Tabel Alat-Alat yang Digunakan dalam Penelitian
Parameter Alat Keterangan a. Fisika 1. Suhu (°C) 2. Kedalaman perairan 3. Kecerahan 4. Arus
Thermometer Hg Deepscan Sechi disk Current meter
Insitu Insitu Insitu Insitu
b. Kimia Salinitas (ppt) pH DO COD
Refraktometer/pembaca skala pH meter DO Meter
Insitu insitu insitu insitu
c. Biologi Biota Asosiasi (hama dan gulma)
Visual sensus, dan alat skin dive
Insitu
d. Sosial Pendampingan kelompok tani rumput laut
Kuisioner dan alat tulis
Insitu
13
BAB 5. HASIL YANG DICAPAI
5.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Provinsi Bali mempunyai luas 563.666 Ha atau 5.636,66 km2, terdiri dari 1 (satu)
pulau besar dan beberapa pulau kecil dalam gugusan kepulauan Nusa Tenggara, yakni Pulau
Bali, Pulau Nusa Penida, Pulau Nusa Lembongan, Pulau Nusa Ceningan, Pulau Serangan,
Pulau Menjangan, Pulau Nusa Dua dan lainnya (anonymous, 2013).
Secara geografis, wilayah Provinsi Bali terletak pada 114 26’-115 43’ BT dan 7 54’-8
50’ LS, dengan batas sebagai berikut:
1. Sebelah utara : Laut Jawa
2. Sebelah timur : Selat Lombok
3. Sebelah Selatan : Samudra Indonesia
4. Sebelah Barat : Selat Bali
Provinsi Bali merupakan penghasil rumput laut, luas lahan potensial untuk budidaya
laut ± 1.551,75 Ha dan baru dimanfaatkan untuk usaha budidaya laut seluas 418,5 Ha atau
26,96 % dengan jenis komoditas yang sudah dikembangkan adalah rumput laut jenis
Eucheuma spinosum dan Eucheuma cotonii. Potensi pengembangan budidaya rumput laut di
Bali meliputi areal seluas 780 ha, yang tersebar di 5 Kabupaten, masing-masing adalah di
Kabupaten Buleleng 7,0 Ha, Jembrana 65 Ha, Badung 400 Ha, Klungkung 290 Ha, dan
Karangasem 18 Ha. Kabupaten Badung dan Kabupaten Klungkung merupakan daerah
budidaya rumput laut yang terbesar di Provinsi Bali, salah satu penghasil rumput laut di
Kabupaten Klungkung yaitu di Pulau Nusa Lembongan dan Di Kabupaten Badung di Desa
Kutuh.
Gambar 1. Peta Pulau Nusa Lembongan
14
Pulau Nusa Lembongan merupakan salah satu dari tiga pulau di Kecamatan Nusa
Penida dan pulau terbesar kedua setelah Pulau Nusa Penida. Letak Nusa Lembongan berada
disebelah Tenggara dari daratan Pulau Bali. Letak Nusa Lembongan bersebelahan dengan
Nusa Ceningan di Selatannya dipisahkan oleh Selat Ceningan dan disebelah Tenggaranya
adalah Pulau Nusa Penida yang dipisahkan oleh Selat Toyapkeh. Sebelah Utara pulau ini
adalah Selat Badung dan Samudra Hindia sebelah Barat Daya. Secara geografis, Nusa
Lembongan terletak antara 080 30'43'' LS -080 41'43'' LS dan 1150 25'36'' BT - 1150 28'20'' BT.
Suhu rata-rata di perairan Nusa Lembongan berkisar 25 - 33 0C.
Secara administratif, Pulau Nusa Lembongan terbagi atas dua desa yaitu Desa
Lembongan dan Desa Jungut Batu, termasuk kedalam Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten
Klungkung, Provinsi Bali (Alhanif, 1996). Pola mata pencaharian penduduk di Nusa
Lembongan ini sangat terkait dengan sumberdaya laut, khususnya perairan pantai. Sebagian
besar mata pencaharian penduduknya sebagai nelayan penangkap ikan dan terutama sebagian
besar sebagai nelayan budidaya rumput laut. Oleh sebab itu, perekenomian penduduk Nusa
Lembongan mengandalkan budidaya rumput laut dan perikanan. Kawasan Nusa Lembongan
merupakan kawasan wisata budaya dan bahari yang telah ditetapkan berdasarkan Surat
Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tk. I Bali Nomor 528 tahun 1993 yang perkembangan
pariwisatanya cukup pesat. Kehidupan dan budidaya tradisional masyarakat serta
pemandangan bawah air disekitar pulau telah banyak menarik wisatawan domestik maupun
mancanegara.
Gambar 2. Lokasi Penanaman Budidaya Rumput laut
Lokasi budidaya rumput laut untuk penelitian Kajian Komprehensif Produktivitas
Usaha Budidaya Rumput Laut di Bali dilaksanakan di Desa Lembongan. Lokasi penelitian
15
terletak diantara Pulau Nusa Lembongan dan Pulau Nusa Ceningan. Disekitar lokasi
merupakan areal budidaya rumput laut masyarakat Desa Lembongan. Letak lokasi penelitian
berada di sebelah barat Pulau Nusa Lembongan. Peta Lokasi Penelitian disajikan dalam
Gambar 2.
5.2 Pertumbuhan Rumput Laut
Pertumbuhan merupakan salah satu aspek biologi yang harus diperhatikan dalam
usaha budidaya rumput laut. Pertumbuhan rumput laut dipengaruhi oleh berbagai faktor baik
yang bersifat internal maupun eksternal. Faktor internal yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan antara lain jenis rumput laut, galur, bagian thallus dan umur rumput laut yang
akan dibudidayakan. Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap pertumbuhan antara lain
keadaan lingkungan fisika dan kimiawi yang dapat berubah menurut ruang dan waktu,
penanganan bibit, perawatan tanaman dan metode budidaya yang digunakan.
Penelitian tentang pertumbuhan rumput laut Eucheuma cottonii dan Halymenia
durvillaei, dilakukan selama 28 hari, setiap rentang 7 hari dilakukan pengambilan sampel
secara acak, kemudian ditimbang berat dari masing-masing spesies. Pengambilan sampel
tersebut dilakukan sebanyak empat kali (setiap 7 hari sekali) dengan berat awal jenis
Eucheuma cottonii ± 100 gram dan jenis Halymenia durvillaei ± 35 gram. Lokasi penanaman
ditempatkan pada empat titik yang berbeda.
Pertumbuhan rumput laut Halymenia durvillaei pada keempat stasiun pengamatan
sangat baik, dari keempat stasiun pengamatan, stasiun II merupakan stasiun dengan
pertumbuhan yang paling baik. Pertumbuhan pada stasiun II, rata-rata berat rumput laut
Halymenia durvillaei mencapai 348,3 gram selama 28 hari masa tanam. Pada stasiun I,
pertumbuhan rumput laut Halymenia durvillaei mencapai rata-rata berat 282,4 gram selama
masa tanam 28 hari. Pada stasiun III, pertumbuhan rumput laut mencapai rata-rata berat
sebesar 300,3 gram selama masa tanam 28 hari, sedangkan pada stasiun IV, pertumbuhan
rata-rata berat sebesar 239 gram selama 28 hari masa tanam. Data pertumbuhan pada keempat
stasiun disajikan dalam Tabel 2 dan Gambar 3.
Tabel 2. Rerata Pertumbuhan Halymenia durvillaei pada Stasiun I, II, II dan IV
Selama Masa Tanam Halymenia durvillaei Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Stasiun I 34,9 92,5 146,4 185,2 282,4 Stasiun II 35,8 52,3 172,9 218,1 348,3 Stasiun III 35,8 82,2 163,5 226,9 300,3 Staiun IV 34,8 66,6 164,6 194,0 239,6
16
Gambar 3.Grafik Pertumbuhan Rumput Laut Jenis Halymenia durvillaei Pada Stasiun I, II, II
dan IV
Laju pertumbuhan rumput Laut Jenis Halymenia durvillaei pada keempat stasiun
pengamatan cenderung meningkat. Laju pertumbuha tertinggi pada rumput laut jenis
Halymenia durvillaei yaitu pada staiun II. Pada staiun II pertumbuhan tertinggi terjadi pada
minggu kedua yaitu rata-rata berat sebesar 17,2 gram. Data laju pertumbuhan perminggu pada
rumput laut jenis Halymenia durvillaei disajikan pada Tabel 3 dan Gambar 4.
Tabel 3. Laju Pertumbuhan Perminggu Pada Halymenia durvillaei di Stasiun I, II, II dan IV Selama Masa Tanam
Lokasi Pengamatan
Waktu Pengamatan Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV
Stasiun I 8,2 7,7 5,5 13,9 Stasiun II 2,4 17,2 6,5 18,6 Stasiun III 6,6 11,6 9,1 10,5 Staiun IV 4,5 14,0 4,2 6,5
17
Gambar 4. Laju Pertumbuhan Rumput Laut Jenis Halymenia durvillaei
Pertumbuhan tertinggi rumput laut jenis Halymenia durvillaei yaitu pada stasiun II,
hal ini didukung oleh kualitas perairan yang berada pada kisaran pertumbuhan rumput laut
pada umumnya. Pada stasiun I, III dan IV, kualitas perairan masih dalam batas toleransi untuk
pertumbuhan rumput laut. Kualitas perairan pada keempat stasiun masih memenuhi syarat
untuk pertumbuhan rumput laut.
Pertumbuhan rumput laut pada Eucheuma cottoni di perairan Nusa Lembongan yaitu
mengalami peningkatan. Pertumbuhan pada stasiun IV merupakan pertumbuhan yang paling
tinggi diantara ketiga stasiun lainnya. Pertumbuhan Eucheuma cottoni pada stasiun IV yaitu
mencapai puncak pertumbuhan pada minggu ketiga dengan rata-rata berat 68,8 gram/minggu.
Pada stasiun I pertumbuhan tertinggi yaitu pada minggu ketiga dengan rata-rata berat
mencapai 61,4 gram. Sedangkan pada stasiun II dan stasiun III rumput laut dari jenis
Eucheuma cottoni ini di ganggu oleh hama yaitu ikan. Ikan merupakan hama penggagu yang
bisa merusak pertumbuhan rumput laut dengan cara dimakan. Ikan yang sering menggangu
yaitu ikan baronang (Sigannus sp). Pada stasiun II rumput laut di serang oleh hama ikan
baronang yaitu pada minggu pertama dan seterusnya, kondisi rumput laut yang diserang oleh
hama ikan pada stasiun II diperkirankan hany tersisa 50% dari bibit yang ditanam, sedangkan
pada stasiun III diserang oleh hama ikan baronang pada minggu kedua. Data laju
pertumbuhan Eucheuma cottoni disajikan pada Tabel 4 dan Gambar 5.
18
Tabel 4. Laju Pertumbuhan Perminggu Pada Eucheuma cottoni di Stasiun I dan IV Selama Masa Tanam
Lokasi Pengamatan Waktu Pengamatan Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV
Stasiun I 29,9 17,0 61,4 49,1 Staiun IV 22,6 13,6 68,6 65,4
Gambar 5. Laju Pertumbuhan Rumput Laut Jenis Eucheuma cottoni
5.2.1. Pertumbuhan Rumput Laut Pada Stasiun I
Pertumbuhan rumput laut jenis Halymenia durvillaei pada stasiun I mengalami
pertambahan berat selama masa tanam. Rata-rata pertumbuhan pada stasiun I dengan berat
awal tanam yaitu sebesar 34,9 gram dan berat akhir yaitu 282,4 gram. Rata-rata pertumbuhan
rumput laut jenis Halymenia durvillaei selama masa tanam yaitu sebesar 247,5 gram.
Pertumbuhan rumput laut Halymenia durvillaei pada minggu pertama yaitu mencapai
berat rata-rata sebesar 92,5 gram, pertumbuhan berat pada minggu pertama yaitu mencapai
57,6 gram selama 7 hari masa tanam. Pada minggu kedua pertumbuhan rumput laut
Halymenia durvillaei yaitu rata-rata berat rumput laut mencapai 146 gram, pertumbuhan berat
pada minggu kedua yaitu mencapai rata-rata berat sebesar 53,9 gram selama 7 hari masa
tanam. Pada minggu ketiga rata-rata berat rumput laut Halymenia durvillaei mencapai 185,2
gram, pertumbuhan pada minggu ketiga rata-rata berat mencapai 38,8 gram selama 7 hari
masa tanam. Pada masa panen rata-rata berat rumput laut Halymenia durvillaei mencapai 282,
gram, pertumbuhan rumput laut Halymenia durvillaei mencapai berat rata-rata sebesar 99,2
gram selama 7 hari masa tanam. Menurut Effendi (1997) laju pertumbuhan yang dianggap
menguntungkan adalah diatas 3% pertambahan berat perhari. Data pertumbuhan rumput laut
Halymenia durvillaei dalam penelitian ini disajikan dalam Tabel 5 dan Gambar 6.
19
Tabel 5. Rerata Pertumbuhan Halymenia durvillaei Selama Masa Tanam Halymenia durvillaei Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Rerata Pertumbuhan 34,9 92,5 146,4 185,2 282,4 Stdev 2,0 39,8 31,6 29,9 28,2
Gambar 6.Grafik Pertumbuhan Rumput Laut Jenis Halymenia durvillaei. Garis tegak diatas
bar menunjukkan deviasi standar.
Pertumbuhan rumput laut jenis Eucheuma cottoni pada stasiun I mengalami
pertambahan berat selama masa tanam. Rata-rata pertumbuhan pada stasiun I dengan berat
awal tanam yaitu rata-rata sebesar 100,1 gram dan rata-rata berat akhir yaitu sebesar 257,5
gram. Pertumbuhan rumput laut jenis Eucheuma cottoni selama masa tanam rata-rata berat
yaitu sebesar 157,4 gram.
Pertumbuhan rumput laut Eucheuma cottoni pada minggu pertama mencapai rata-rata
berat 130 gram selama 7 hari masa tanam dari berat awal rata-rata sebesar 100,1 gram. Pada
minggu kedua pertumbuhan rumput laut Eucheuma cottoni mencapai rata-rata berat sebesar
147 gram, sedang pada minggu kedua pertumbuhan rumput laut Eucheuma cottoni mencapai
rata-rata berat sebesar 208,4 gram dan pada masa panen rumput laut Eucheuma cottoni
mencapai rata-rata berat sebesar 257,5 gram, hal ini sesuai dengan hasil penelitian Wiyanto
(2014), pertumbuhan rumput laut Eucheuma cottoni yang ditanam selama 40 hari
pertumbuhannya mencapai 189.29 gram.Data pertumbuhan rumput laut jenis Eucheuma
cottoni pada penelitian ini disajikan dalam Tabel 6 dan Gambar 7.
Tabel 6. Rerata Pertumbuhan Eucheuma cottoni Selama Masa Tanam Eucheuma cottoni Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Rata2 100,1 130,0 147,0 208,4 257,5 Stdev 1,8 23,8 29,8 22,1 43,7
20
Gambar 7.Grafik Pertumbuhan Rumput Laut Jenis Eucheuma cottonii. Garis tegak diatas bar
menunjukkan deviasi standar
Berdasakan hasil pengukuran parameter kualitas air secara insitu selama penanaman
rumput laut pada stasiun I diperairan Pulau Nusa Lembongan, yaitu kualitas perairan masih
dalam batas toleransi untuk pertumbuhan rumput laut. Suhu perairan selama pengukuran
memiliki rata-rata sebesar 27,8 0C. Peranan suhu dalam pertumbuhan rumput laut sangat
berpengaruh, hal ini berhubungan dengan kenaikan suhu yang tinggi akan mengakibatkan
thallus rumput laut yang menjadi pucat kekuning-kuningan dan tidak sehat.
Hasil pengukuran salinitas selama penanaman rumput laut yaitu sebesar 34 ‰.
Salinitas pada lokasi penelitian sangat tinggi. Hal ini sangat dipengaruhi oleh musim tanam.
Kegiatan penanaman rumput laut dilakukan pada saat musim kemarau, dimana tidak ada
masukan air tawar kedalam perairan laut, sehingga menyebabkan salinitas yang tinggi.
Masing-masing rumput laut dapat tumbuh dengan baik pada kisaran salinitas tertentu
tergantung pada toleransi dan adaptasinya terhadap lingkungan (Trono dan Fortes, 1988).
Oksigen terlarut (DO) di suatu perairan sangat berperan dalam proses penyerapan
makanan oleh mahkluk hidup dalam air. Semakin banyak jumlah DO (dissolved oxygen)
maka kualitas air semakin baik. Berdasarkan hasil pengukuran kualitas air selama masa tanam
rumput laut, rata-rata Oksigen terlarut (DO) yaitu sebesar 11,54 ppm. Berdasarkan hasil
penelitian Wardoyo (1975) bahwa rumput laut dapat tumbuh dan berkembang secara optimal
pada kisaran lebih dari 6,5 ppm dan belum tercemar.
Kondisi keasaman (pH) perairan memiliki peranan penting dalam pertumbuhan
rumput laut, karena nilai pH akan sebanding dengan kandungan karbon organik di perairan
yang sangat diperlukan dalam proses fotosintesis. Hasil pengukuran pH selama penanaman
rumput laut yaitu memiliki rata-rata sebesar 8,14. Kondisi pH tersebut masih dalam batas
21
toleransi pertumbuhan rumput laut. pH air yang cocok untuk pertumbuhan rumput laut yaitu
antara pH netral (7) sampai basa (9) (BALITBANG Pertanian, 1992).
Perairan laut memiliki nilai konduktivitas yang sangat tinggi karena banyaknya
garam-garam terlarut di dalamnya APHA (1976) dalam Effendi ( 2000). Hasil pengukuran
konduktivitas (CD) selama pengamatan pertumbuhan rumput laut yaitu memiliki rata-rata
53,28 µmhos/cm. Data parameter kualitas air disajikan dalam Tabel 7 dan Gambar 8.
Tabel 7. Hasil Pengukuran Parameter Kualitas Air Selama Masa Tanam Stasiun I Koordinat S : 08 41.742' E : 115 26.431'
Parameter Kualitas Air
Awal Minggu
1 Minggu
2 Minggu
3 Minggu
4 Rerata
Suhu ( C) 29,3 26 30,5 25,5 27,7 27,8 Salinitas (‰) 34 35 33 33 35 34 DO (ppm) 10 8,4 9,4 14,1 15,8 11,54 pH 8,38 8,06 8,67 8,35 8,61 8,414 CD (µmhos/cm) 52 51,1 54,1 53,7 55,5 53,28
Gambar 8. Grafik Rerata Parameter Kualitas Air Selama Masa Tanam
5.2.2. Pertumbuhan Rumput Laut Pada Stasiun II
Hasil pengukuran pertumbuhan rumput laut Halymenia durvillaei pada stasiun II
mengalami pertambahan berat selama 28 hari masa tanam. Pertumbuhan rumput laut jenis
Halymenia durvillaei selama masa tanam yaitu mencapai rata-rata berat sebesar 312,4 gram
dengan berat awal rata-rata sebesar 35,8 gram dan berat akhir pada masa panen yaitu sebesar
348,3 gram. Pertumbuhan rumput laut Halymenia durvillaei pada stasiun II merupakan
pertumbuhan tertinggi daripada stasiun I, II dan IV.
22
Pertumbuhan rumput laut Halymenia durvillaei pada minggu pertama yaitu mencapai
berat rata-rata sebesar 52,3 gram, pertumbuhan pada minggu pertama pertambahan rata-rata
berat mencapai 19,5 gram selama 7 hari masa tanam. Pada minggu kedua pertumbuhan rata-
rata berat rumput laut mencapai 172,9 gram, pertambahan berat selama 7 hari masa tanam
pada minggu kedua yaitu mencapai rata-rata berat sebesar 120,6 gram. Pada minggu ketiga
rata-rata berat rumput laut Halymenia durvillaei mencapai 218,1 gram, pertambahan berat
selama 7 hari masa tanam, pada minggu ketiga yaitu mencapai rata-rata berat sebesar 45,2
gram. Pada masa panen rata-rata berat rumput laut Halymenia durvillaei mencapai rata-rata
berat sebesar 348,3 gram, pertambahan rata-rata berat selama 7 hari masa tanam pada minggu
ketiga yaitu mencapai 130,2 gram. Menurut Effendi (1997) laju pertumbuhan yang dianggap
menguntungkan adalah diatas 3% pertambahan berat perhari. Data pertumbuhan rumput laut
Halymenia durvillaei dalam penelitian ini disajikan dalam Tabel 8 dan Gambar 9.
Pengukuran pertumbuhan rumput laut dari jenis Eucheuma cottoni pada stasiun II
tidak dapat dilakukan, hal ini dikarenakan rumput laut Eucheuma cottoni pada stasiun II di
ganggu oleh hama yaitu ikan. Rumput laut Eucheuma cottoni pada stasiun II di ganggu oleh
hama pada minggu pertama, sehingga rumput laut Eucheuma cottoni yang dibudidayakan
tidak dapat dilakukan pengamatan dan pengukuran.
Tabel 8. Rerata Pertumbuhan Halymenia durvillaei Selama Masa Tanam Halymenia durvillaei Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Rata2 35,8 52,3 172,9 218,1 348,3 Stdev 1,9 10,1 24,1 26,9 80,0
Gambar 9.Grafik Pertumbuhan Rumput Laut Jenis Halymenia durvillaei. Garis tegak diatas
bar menunjukkan deviasi standar
23
Hasil pengukuran kualitas perairan pada stasiun II selama masa tanam rumput laut di
perairan Nusa Lembongan yaitu masih dalam batas toleransi untuk pertumbuhan rumput laut.
Pengukuran kualitas air dilakukan selama masa tanam, yaitu setiap 7 (tujuh) hari sekali
selama 28 hari. Suhu perairan selama pengukuran memiliki rata-rata perminggu yaitu 26,38 0C. Peranan suhu dalam pertumbuhan rumput laut sangat berpengaruh, hal ini berhubungan
dengan kenaikan suhu yang tinggi akan mengakibatkan thallus rumput laut yang menjadi
pucat kekuning-kuningan dan tidak sehat.
Berdasarkan hasil pengukuran salinitas selama penanaman rumput laut yaitu rata-rata
sebesar 32,8 ‰. Kisaran salinitas yang terukur selama penelitian dilokasi tersebut masih
dalam kisaran yang dapat ditolerir oleh rumput laut, sehingga mampu mendukung
pertumbuhan rumput laut. Hal ini sesuai dengan pendapat Kadi (2006) menyatakan bahwa
kisaran pertumbuhan rumput laut dapat tumbuh subur pada daerah tropis yang memiliki
salinitas perairan 32-34 ppt.
Oksigen terlarut (DO) di suatu perairan sangat berperan dalam proses penyerapan
makanan oleh mahkluk hidup dalam air. Semakin banyak jumlah DO (dissolved oxygen)
maka kualitas air semakin baik. Oksigen bagi kehidupan rumput laut diperlukan terutama
pada malam hari untuk kegiatan respirasi. Respirasi mendukung proses metabolisme rumput
laut sehingga kandungan oksigen terlarut dalam perairan sangat diperlukan bagi kelangsungan
proses pertumbuhannya. Hasil pengukuran kualitas air selama masa tanam rumput laut di
Pulau Nusa Lembongan menunjukkan Oksigen terlarut (DO) yaitu sebesar 9,6 ppm.
Berdasarkan hasil penelitian Wardoyo (1975) bahwa rumput laut dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal pada kisaran lebih dari 6,5 ppm dan belum tercemar.
Hasil pengukuran pH selama penanaman rumput laut yaitu memiliki rata-rata 8,176.
Kondisi pH tersebut masih dalam batas toleransi pertumbuhan rumput laut. Berdasarkan hal
tersebut, nilai pH di perairan sekitar Pulau Nusa Lembongan layak untuk budidaya rumput
laut karena pada umumnya rumput laut tumbuh pada kisaran pH antara 6-9 (Departemen
Pertanian, 1998), sedang untuk tumbuh dengan baik rumput laut memerlukan pH pada kisaran
pH 7 – 8,5 (Aslan, 1998). Derajat keasaman yang bersifat alkalis (pH > 7) tersebut erat
kaitannya dengan substrat dasar perairan yang merupakan rataan pasir dan terumbu karang
sehingga kandungan garam biogenic khususnya kalsium (Ca2+) cukup tinggi (Sya’rani dan
Suryanto, 2006). Hasil pengukuran konduktivitas (CD) selama pengamatan pertumbuhan
rumput laut yaitu memiliki rata-rata 42,482µmhos/cm. Data parameter kualitas air disajikan
dalam Tabel 9 dan Gambar 10.
24
Tabel 9. Hasil Pengukuran Parameter Kualitas Air Selama Masa Tanam Stasiun II Koordinat S : 08 41.910' E : 115 26. 534'
Parameter Kualitas Air
Awal Minggu
1 Minggu
2 Minggu
3 Minggu
4 Rerata
Suhu ( C) 29,1 26,5 29,3 21,5 25,5 26,38 Salinitas (‰) 31 32 30 35 36 32,8 DO 8,8 8,7 9,4 12,8 8,3 9,6 pH 8,39 8,22 8,25 7,82 8,2 8,176 CD (µmhos/cm) 51,8 50 52 53,1 5,51 42,482
Gambar 10. Grafik Rerata Parameter Kualitas Air Selama Masa Tanam
5.2.3. Pertumbuhan Rumput Laut Pada Stasiun III
Hasil pengukuran pertumbuhan rumput laut Halymenia durvillaei selama penelitian
dengan masa pemeliharaan 28 hari dapat dilihat pada Tabel 7 dan Gambar 8. Hasil
pengukuran pertumbuhan rumput laut Halymenia durvillaei pada stasiun III mengalami
pertambahan berat selama 28 hari masa tanam. Pertumbuhan rumput laut jenis Halymenia
durvillaei selama masa tanam yaitu 264,5 gram dengan berat awal yaitu 35,8 gram dan berat
akhir pada masa panen yaitu 300,3 gram.
Pertumbuhan rumput laut Halymenia durvillaei pada minggu pertama yaitu mencapai
rata-rata berat sebesar 82,2 gram, pertumbuhan pada minggu pertama mencapai rata-rata berat
yaitu sebesar 46,4 gram selama 7 hari masa tanam. Pada minggu kedua pertumbuhan rumput
laut Halymenia durvillaei mencapai rata-rata berat sebesar163,5 gram, pertumbuhan rumput
laut Halymenia durvillaei pada minggu kedua mencapai rata-rata berat sebesar 81,3 gram
25
selama 7 hari masa tanam. Pada minggu ketiga, rumput laut Halymenia durvillaei mencapai
rata-rata berat sebesar 226,9 gram, pertumbuhan rumput laut Halymenia durvillaei pada
minggu ketiga mencapai rata-rata berat sebesar 63,4 gram selama 7 hari masa tanam. Pada
masa panen rata-rata berat rumput laut Halymenia durvillaei mencapai 300,3 gram.
Pertumbuhan pada masa panen mencapai rata-rata berat sebesar 73,4 gram selama 7 hari
masan tanam. Data pertumbuhan rumput laut Halymenia durvillaei dalam penelitian ini
disajikan dalam Tabel 10 dan Gambar 11.
Pengukuran pertumbuhan rumput laut dari jenis Eucheuma cottoni pada stasiun III
tidak dapat dilakukan, hal ini dikarenakan rumput laut Eucheuma cottoni pada stasiun III di
ganggu oleh hama yaitu ikan. Rumput laut Eucheuma cottoni pada stasiun II di ganggu oleh
hama pada minggu pertama, sehingga rumput laut Eucheuma cottoni yang dibudidayakan
tidak dapat dilakukan pengamatan dan pengukuran.
Tabel 10. Rerata Pertumbuhan Halymenia durvillaei Selama Masa Tanam
Halymenia durvillaei Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Rata2 35,8 82,2 163,5 226,9 300,3 Stdev 1,9 16,4 33,4 54,6 74,8
Gambar 11.Grafik Pertumbuhan Rumput Laut Jenis Halymenia durvillaei. Garis tegak diatas
bar menunjukkan deviasi standar
Pada stasiun III, hasil pengukuran kualitas perairan selama masa tanam rumput laut di
perairan Nusa Lembongan yaitu masih dalam batas untuk pertumbuhan rumput laut.
Pengukuran kualitas air dilakukan selama masa tanam, yaitu setiap 7 (tujuh) hari sekali
selama 28 hari. Suhu perairan selama pengukuran memiliki rata-rata perminggu yaitu rata-rata
26,82 0C. Peranan suhu dalam pertumbuhan rumput laut sangat berpengaruh, hal ini
26
berhubungan dengan kenaikan suhu yang tinggi akan mengakibatkan thallus rumput laut yang
menjadi pucat kekuning-kuningan dan tidak sehat. Rumput laut hidup dan tumbuh pada
perairan dengan kisaran suhu air antara 20-28 0C, namun masih ditemukan tumbuh pada suhu
31 0C (Direktorat Jenderal Perikanan, 1990) .
Salinitas juga merupakan faktor penentu bagi pertumbuhan rumput laut. Salinitas
perairan sangat tergantung pada faktor penguapan serta tidak ada pengaruh air tawar yang
berada di daerah setempat, untuk menjaga salinitas sebaiknya lokasi yang digunakan untuk
kegiatan budidaya harus jauh dari muara sungai untuk menghindari endapan lumpur. Hasil
pengukuran salinitas selama penanaman rumput laut yaitu rata-rata sebesar 33 ‰. Kisaran
salinitas yang terukur selama penelitian di kedua lokasi tersebut masih dalam kisaran yang
dapat ditolerir sehingga mampu mendukung pertumbuhan rumput laut. Hal ini sesuai dengan
pendapat Kadi (2006) menyatakan bahwa kisaran pertumbuhan rumput laut dapat tumbuh
subur pada daerah tropis yang memiliki salinitas perairan 32-34 ppt.
Oksigen terlarut (DO) di suatu perairan sangat berperan dalam proses penyerapan
makanan oleh mahkluk hidup dalam air. Semakin banyak jumlah DO (dissolved oxygen)
maka kualitas air semakin baik. Oksigen bagi kehidupan rumput laut diperlukan terutama
pada malam hari untuk kegiatan respirasi. Respirasi mendukung proses metabolisme rumput
laut sehingga kandungan oksigen terlarut dalam perairan sangat diperlukan bagi kelangsungan
proses pertumbuhannya. Hasil pengukuran kualitas air selama masa tanam rumput laut di
Pulau Nusa Lembongan menunjukkan Oksigen terlarut (DO) yaitu sebesar 10,9 ppm.
Berdasarkan hasil penelitian Wardoyo (1975) bahwa rumput laut dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal pada kisaran lebih dari 6,5 ppm dan belum tercemar.
Hasil pengukuran pH selama penanaman rumput laut yaitu memiliki rata-rata sebesar
8,224. Kondisi pH tersebut masih dalam batas toleransi pertumbuhan rumput laut.
Berdasarkan hal tersebut, nilai pH di perairan sekitar Pulau Nusa Lembongan layak untuk
budidaya rumput laut karena pada umumnya rumput laut tumbuh pada kisaran pH antara 6-9
(Departemen Pertanian, 1998), sedang untuk tumbuh dengan baik rumput laut memerlukan
pH pada kisaran pH 7 – 8,5 (Aslan, 1998). Derajat keasaman yang bersifat alkalis (pH > 7)
tersebut erat kaitannya dengan substrat dasar perairan yang merupakan rataan pasir dan
terumbu karang sehingga kandungan garam biogenic khususnya kalsium (Ca2+) cukup tinggi
(Sya’rani dan Suryanto, 2006).
Perairan laut memiliki nilai konduktivitas yang sangat tinggi karena banyaknya
garam-garam terlarut di dalamnya APHA (1976) dalam Effendi ( 2000). Hasil pengukuran
konduktivitas (CD) selama pengamatan pertumbuhan rumput laut yaitu memiliki rata-rata
53,24 µmhos/cm. Data parameter kualitas air disajikan dalam Tabel 11 dan Gambar 112.
27
Tabel 11. Hasil Pengukuran Parameter Kualitas Air Selama Masa Tanam Stasiun III Koordinat S : 08 41.910' E : 115 26.431'
Parameter Kualitas Air
Awal Minggu
1 Minggu
2 Minggu
3 Minggu
4 Rerata
Suhu ( C) 29,5 25,5 30,2 21,1 27,8 26,82 Salinitas (‰) 30 35 30 35 35 33 DO 7,5 8,2 9,2 11,1 18,5 10,9 pH 8,51 7,67 8,65 7,75 8,54 8,224 CD (µmhos/cm) 51,3 51,9 54,6 53,4 55 53,24
Gambar 12. Grafik Rerata Parameter Kualitas Air Selama Masa Tanam
5.2.4. Pertumbuhan Rumput Laut Pada Stasiun IV
Rata-rata pertumbuhan rumput laut Halymenia durvillaei pada stasiun IV mengalami
penambahan berat dengan rata-rata berat awal tanam sebesar 34,8 gram dan rata-rata berat
akhir yaitu sebesar 239,6 gram. Rata-rata pertumbuhan rumput laut jenis Halymenia durvillaei
selama masa tanam yaitu 204,8 gram.
Pertumbuhan rumput laut Halymenia durvillaei pada minggu pertama yaitu mencapai
rata-rata berat sebesar 66,6 gram, pertumbuhan rumput laut Halymenia durvillaei mengalami
pertambahan rata-rata berat sebesar 31.8 gram selama 7 hari masa tanam. Pertumbuhan pada
minggu kedua yaitu rata-rata berat rumput laut mencapai 164,6 gram, pertumbuhan pada
minggu kedua mengalami pertambahan rata-rata berat sebesar 98 gram selama 7 hari masa
tanam. Pada minggu ketiga rata-rata berat rumput laut Halymenia durvillaei mencapai 194
gram, pertambahan berat rumput laut mencapai rata-rata berat 29,4 gram selama 7 hari masa
28
tanam. Pada minggu keempat merupakan masa panen dengan rata-rata berat rumput laut
Halymenia durvillaei mencapai 239,6 gram, pertumbuhan berat pada minggu keempat
mengalami kenaikan rata-rata sebesar 45,6 gram selama tujuh hari masa tanam. Menurut
Effendi (1997) laju pertumbuhan yang dianggap menguntungkan adalah diatas 3%
pertambahan berat perhari. Data pertumbuhan rumput laut Halymenia durvillaei dalam
penelitian ini disajikan dalam Tabel 12 dan Gambar 13.
Tabel 12. Rerata Pertumbuhan Halymenia durvillaei Selama Masa Tanam Halymenia durvillaei Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Rata2 34,8 66,6 164,6 194,0 239,6 Stdev 1,3 7,1 44,9 50,6 17,8
Gambar 13.Grafik Pertumbuhan Rumput Laut Jenis Halymenia durvillaei. Garis tegak diatas
bar menunjukkan deviasi standar
Pertumbuhan rumput laut jenis Eucheuma cottoni pada stasiun IV mengalami
pertambahan berat selama masa tanam. Rata-rata pertumbuhan pada stasiun IV yaitu berat
awal tanam yaitu rata-rata sebesar 101,2 gram dan rata-rata berat akhir yaitu sebesar 271,4
gram. Pertumbuhan rumput laut jenis Eucheuma cottoni selama masa tanam rata-rata berat
yaitu sebesar 170,2 gram. Berdasakan hasil penelitian Wiyanto (2014), pertumbuhan rumput
laut Eucheuma cottoni yang ditanam selama 40 hari pertumbuhannya mencapai 189.29 gram.
Pertumbuhan rumput laut Eucheuma cottoni pada minggu pertama mencapai rata-rata
berat sebesar 123,8 gram. Pada minggu kedua pertumbuhan rumput laut Eucheuma cottoni
mencapai rata-rata berat sebesar 137,4 gram, sedang pada minggu ketiga pertumbuhan rumput
laut Eucheuma cottoni mencapai rata-rata berat sebesar 206 gram dan pada masa panen
rumput laut Eucheuma cottoni mencapai rata-rata berat sebesar 271,4 gram. Data
29
pertumbuhan rumput laut jenis Eucheuma cottoni pada penelitian ini disajikan dalam Tabel 13
dan Gambar 14.
Tabel 13. Rerata Pertumbuhan Eucheuma cottoni Selama Masa Tanam Eucheuma cottoni Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Rata2 101,2 123,8 137,4 206,0 271,4 Stdev 3,9 17,4 17,8 44,4 36,0
Gambar 14 .Grafik Pertumbuhan Rumput Laut Jenis Eucheuma cottoni. Garis tegak diatas bar
menunjukkan deviasi standar
Hasil pengukuran kualitas perairan pada stasiun IVselama masa tanam rumput laut di
perairan Nusa Lembongan yaitu masih dalam batas untuk pertumbuhan rumput laut.
Pengukuran kualitas air dilakukan selama masa tanam, yaitu setiap 7 (tujuh) hari sekali
selama 28 hari. Suhu perairan selama pengukuran memiliki rata-rata perminggu yaitu rata-rata
27,7 0C. Peranan suhu dalam pertumbuhan rumput laut sangat berpengaruh, hal ini
berhubungan dengan kenaikan suhu yang tinggi akan mengakibatkan thallus rumput laut yang
menjadi pucat kekuning-kuningan dan tidak sehat. Rumput laut hidup dan tumbuh pada
perairan dengan kisaran suhu air antara 20-28 0C, namun masih ditemukan tumbuh pada suhu
31 0C (Direktorat Jenderal Perikanan, 1990) .
Salinitas juga merupakan faktor penentu bagi pertumbuhan rumput laut. Salinitas
perairan sangat tergantung pada faktor penguapan serta tidak ada pengaruh air tawar yang
berada di daerah setempat, untuk menjaga salinitas sebaiknya lokasi yang digunakan untuk
kegiatan budidaya harus jauh dari muara sungai untuk menghindari endapan lumpur. Hasil
pengukuran salinitas selama penanaman rumput laut yaitu rata-rata sebesar 32,8 ‰. Kisaran
salinitas yang terukur selama penelitian dilokasi tersebut masih dalam kisaran yang dapat
30
ditolerir sehingga mampu mendukung pertumbuhan rumput laut. Hal ini sesuai dengan
pendapat Kadi (2006) menyatakan bahwa kisaran pertumbuhan rumput laut dapat tumbuh
subur pada daerah tropis yang memiliki salinitas perairan 32-34 ppt.
Oksigen terlarut (DO) di suatu perairan sangat berperan dalam proses penyerapan
makanan oleh mahkluk hidup dalam air. Semakin banyak jumlah DO (dissolved oxygen)
maka kualitas air semakin baik. Oksigen bagi kehidupan rumput laut diperlukan terutama
pada malam hari untuk kegiatan respirasi. Respirasi mendukung proses metabolisme rumput
laut sehingga kandungan oksigen terlarut dalam perairan sangat diperlukan bagi kelangsungan
proses pertumbuhannya. Hasil pengukuran kualitas air selama masa tanam rumput laut di
Pulau Nusa Lembongan menunjukkan Oksigen terlarut (DO) yaitu sebesar 11,04 ppm.
Berdasarkan hasil penelitian Wardoyo (1975) bahwa rumput laut dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal pada kisaran lebih dari 6,5 ppm dan belum tercemar.
Hasil pengukuran pH selama penanaman rumput laut yaitu memiliki rata-rata sebesar
8,39. Kondisi pH tersebut masih dalam batas toleransi pertumbuhan rumput laut. Berdasarkan
hal tersebut, nilai pH di perairan sekitar Pulau Nusa Lembongan layak untuk budidaya rumput
laut karena pada umumnya rumput laut tumbuh pada kisaran pH antara 6-9 (Departemen
Pertanian, 1998), sedang untuk tumbuh dengan baik rumput laut memerlukan pH pada kisaran
pH 7 – 8,5 (Aslan, 1998). Derajat keasaman yang bersifat alkalis (pH > 7) tersebut erat
kaitannya dengan substrat dasar perairan yang merupakan rataan pasir dan terumbu karang
sehingga kandungan garam biogenic khususnya kalsium (Ca2+) cukup tinggi (Sya’rani dan
Suryanto, 2006).
Perairan laut memiliki nilai konduktivitas yang sangat tinggi karena banyaknya
garam-garam terlarut di dalamnya APHA (1976) dalam Effendi ( 2000). Hasil pengukuran
konduktivitas (CD) selama pengamatan pertumbuhan rumput laut yaitu memiliki rata-rata
53,2 µmhos/cm. Data parameter kualitas air disajikan dalam Tabel 14 dan Gambar 15.
Tabel 14. Hasil Pengukuran Parameter Kualitas Air Selama Masa Tanam
Stasiun IV Koordinat S : 08'41.742' E : 115 26.432'
Parameter Kualitas Air
Awal Minggu
1 Minggu
2 Minggu
3 Minggu
4 Rerata
Suhu ( C) 30 26,5 29,5 25,3 27,2 27,7 Salinitas (‰) 30 34 31 34 35 32,8 DO 6,4 9,4 9,4 14,2 15,8 11,04 pH 8,6 8,13 8,35 8,26 8,61 8,39 CD (µmhos/cm) 52 51 53,6 53,9 55,5 53,2
31
Gambar 15. Grafik Rerata Parameter Kualitas Air Selama Masa Tanam
5.3. Fasilitasi Penguatan Kelembagaan Kelompok Tani Rumput Laut
Fasilitasi Penguatan Kelembagaan Kelompok Masyarakat secara umum bertujuan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui penguatan kelembagaan dan kegiatan usaha
ekonomi produktif lainnya yang berbasis sumber daya lokal dan berkelanjutan. Keberhasilan
dalam peningkatan pendapatan ekonomi akan dipengaruhi oleh kegiatan usaha serta
dipengaruhi oleh permodalan dan kondisi pasar yang mendukungnya. Keberhasilan usaha
juga harus didukung dengan ketersediaan sumber daya hayati laut sebagai komoditi utama
dan kualitas SDM dan teknologi yang akan mengelolanya. Keterkaitan antar faktor tersebut
patut diperhitungkan dalam rangka pengembangan perekonomian masyarakat yang meliputi
manajemen usaha, kemitraan dan kelembagaan yang dikelolanya.
Dalam upaya mendukung keberhasilan program fasilitasi pengembangan kelembagaan
kelompok masyarakat ini maka perlu dikembangkan kegiatan ekonomi masyarakat yang
berbasis pemanfaatan sumber daya hayati lokal dengan memprioritaskan partisipasi
masyarakat dalam skala usaha kecil dan menengah.
Fasilitasi pengeuatan kelembagaan kelompok tani rumput laut yang ada di Pulau Nusa
Lembongan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani rumput laut, hal ini
diterapkan dengan meningkatkan nilai tambah rumput laut dengan cara pengolahan rumput
laut dengan teknologi. Dalam rangka meningkatkan penghasilan petani rumput laut maka
kegiatan ini melakukan kegiatan pelatihan pembuatan permen rumput laut bagi kelompok
pengolah rumput laut yang ada di Pulau Nusa Lembongan dan Pulau Nusa Ceningan.
Anggota kelompok pengolahan rumput laut di Pulau Nusa Lembongan dan Pulau
Nusa Ceningan secara umum adalah ibu-ibu rumah tangga. Kedua lembaga/kelompok yang
32
ada tersebut baru sebatas memiliki pengurus, anggota dan beberapa kegiatan. Meskipun
sudah pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah Kabupaten Klungkung, akan tetapi belum
cukup untuk bisa menggerakkan kegiatan kelompok secara aktif. Hal ini mengakibatkan tidak
seluruh anggota kelompok berperan aktif , hal ini di mungkin karena belum merasakan
keuntungan langsung sebagai anggota kelompok. Dengan demikian diperlukan adanya
pendampingan secara rutin untuk memotivasi serta memberikan inspirasi agar lebih kreatif
dan produktif. Adapun kondisi kedua kelompok tersebut disajikan pada Tabel 15 berikut.
Tabel 15. Kelembagaan Petani Rumput Laut di Lembongan dan Ceningan
Kelompok Segara Ratih dari Ceningan Gili Putri dari Lembongan Berdiri September 2011 2014 Anggota 40 orang 25 orang Pengurus Ketua : Ni Ketut Rahayu
Wakil : Ni Made Asih Adnyani Sekretaris : Ni Putu Lestari Bendahara : Ni Luh Ketut Kencani Wati
Ketua : Ibu Warni Sekretaris : Ibu Sukajani Bendahara : Ibu Suwilia
Produk Nuget dan minuman Eslilin, Eskrim, Minuman dalam kemasan botol
Bantuan Sudah pernah mendapat bantuan dari Pemerintah Kabupaten Klungkung berupa dana sebesarRp. 50.000.000,- dan sarana produksi
Sudah pernah mendapat bantuan dari Pemerintah Kabupaten Kelungkung berupa dana sebesar Rp. 50.000.000,- dan sarana produksi
Permasalahan Belum punya ijin produksi Belum punya ijin produksi Pemasaran : biaya produksi mahal menyebabkan harga produk yang dihasilkan juga mahal sehingga sulit memasarkan.
Lain-lain Sudah memiliki koperasi simpan-pinjam bagi anggota kelompok. Pertemuan rutin dilakukan sebulan sekali setiap tanggal 21.
Belum memiliki koperasi simpan-pinjam bagi anggota kelompok Belum ada petermuan rutin yang terstukrur.
Sumber : Data Primer
Fasilitasi penguatan kelembagaan kelompok tani rumput laut oleh tim peneliti MP3EI
telah dilakukan kegiatan pelatihan pengolahan produk rumput laut berupa pembuatan permen,
produk permen rumput laut belum dikenal oleh kelompok pengolah rumput laut di Pulau Nusa
Lembongan dan Pulau Nusa Ceningan. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini yaitu FGD
(focus group discussion) dan praktek pembuatan permen rumput laut. Peserta pelatihan
berasal dari kedua kelompok tersebut. Kegiatan pelatihan pembuatan permen rumput laut
mendapat sambutan dan dukungan yang sangat baik dari kelompok pengolah rumput laut, hal
33
ini terbukti ketika kegiatan berlangsung, timbul antusias yang tinggi dari setiap anggota
kelompok yang ditunjukkan oleh peran aktif peserta dalam pelatihan proses pembuatan
permen. Harapan lebih lanjut, dengan cara yang sederhana ini baik bentuk dan rasanya, nanti
akan berkembang dalam mengolah produk dengan berbagai rasa, berbagai bentuk dan
berbagai kemasan. Adanya variasi produk olahan rumput laut nantinya dapat menjadi
kekuatan dan ciri khas dari usaha kecil menengah (UKM) budidaya rumput laut di Pulau Nusa
Lembongan dan Pulau Nusa Ceningan sehingga dapat memberikan nilai tambah untuk
meningkatkan kesejahteraan para pembudidaya. Hal ini penting mengingat selama ini rumput
laut masih banyak dijual mentah oleh pembudidaya. padahal usaha olahan rumput laut skala
UKM bisa menjadi alternatif dalam mengantisipasi pasang-surutnya harga jual rumput laut.
Kedua kelompok juga ingin memiliki izin untuk melakukan produksi. Dengan
demikian akan bisa digunakan untuk memohon kemudahan modal kerja serta untuk
mendapatkan proses bimbingan dan pengawasan dari instansi pemberi izin, termasuk yang
berkaitan dengan masalah pemasaran hasil produksinya.
Peluang usaha pengolahan rumput laut di Bali merupakan peluang usaha yang
menjanjikan, hal ini berkaitan dengan potensi rumput laut di bali yang sangat besar, salah
satunya yaitu di Pulau Nusa Lembongan. Usaha pengolahan rumput laut di Pulau Nusa
Lembongan merupakan usaha baru bagi kelompok petani rumput laut di Bali. Pengolahan
rumput laut dibali masih dalam kategori rendah, hanya beberpa kelompok usaha pengolahan
rumput laut yang ada di Nusa Penida yaitu pengolahan kerupuk rumput laut. Salah satu usaha
yang perlu dikembangkan yaitu pengolahan permen rumput laut, dimana pasar di Bali sudah
tersedia, mengingat bali merupakan salah satu destinasi wisata terbesar Indonesia, hal ini
merupakan peluang usaha yang bisa dikembangkan di Pulau Nusa Lembonga, dimana Pulau
Nusa Lembongan merupakan derah wisata yang ada di Bali.
34
BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
6.1. Penyempurnaan Data
Penelitian tentang Kajian Komprehensif Produktivitas Usaha Budidaya Rumput Laut
di Bali masih dalam tahap penyempurnaan. Kegiatan penyempurnaan laporan ini akan segera
diselesaikan oleh Tim Peneliti MP3EI, sehingga diharapkan dalam penyempurnaan laporan
ini akan mengasilkan laporan akhir yang berkualitas.
6.2. Pendampingan Kelompok Petani Rumput Laut
Salah satu bentuk kegiatan dalam rangka kegiatan Penelitian tentang Kajian
Komprehensif Produktivitas Usaha Budidaya Rumput Laut di Bali yaitu pendampingan
kelompok tani rumput laut. Dalam hal ini kelompok tani pengolah rumput laut. Tim peneliti
akan melakukan kegiatan pendampingan dalam rangka membantu permasalahan dalam
kelompok. Permasalahan tersebut di tuangkan dalam kegiatan FGD dengan tim peneliti
MP3EI.
6.3. Penyusunan Laporan Akhir
Penyusunan laporan akhir akan diselesaikan setelah penyerahan laporan kemajuan.
Laporan akhir merupakan laporan semua jenis kegiatan penelitian yang sudah dilaksanakan
oleh peneliti. Adapun penyempurnaan penelitian ini yaitu pengolahan data yang masih belum
selesai.
6.4. Penyusunan Proposal Penelitian Lanjutan Tahap III
Kegiatan Penelitian tentang Kajian Komprehensif Produktivitas Usaha Budidaya
Rumput Laut di Bali merupakan kegiatan yang direncanaklan akan dilaksanakan selama 3
tahun. Sehingga Tim Peneliti MP3EI akan menyusun proposal tahun ketiga yang akan
dipersiapkan untuk pendaan tahun 2016.
35
BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Hasil pengamatan dan pengukuran pada empat stasiun penanaman rumput laut di Pulau
Nusa Lembongan yaitu pertumbuhan rumput laut Halymenia durvillaei yaitu pada
stasiun II memiliki pertumbuhan yang paling tinggi yaitu mencapai rata-rata berat sebesar
348,3 gram selam 28 hari masa tanam.
2. Hasil pengamatan dan pengukuran pada rumput laut jenis Eucheuma cottoni yaitu pada
stasiun IV memiliki rata-rata pertumbuhan yang paling tinggi yaitu 271,4 gram selam 28
hari masa tanam.
3. Pada rumput laut Eucheuma cottoni di stasiun II dan stasiun III tidak dapat dilakukan
pengukuran, hal ini dikarenakan rumput laut yang dibudidakan pada kedua stasiun
tersebut di ganggu oleh hama, yaitu ikan.
4. Fasilitasi penguatan kelembagaan kelompok tani rumput laut di Pulau Nusa Lembongan
dan Pulau Nusa Ceningan yaitu dengan kegiatan pelatihan pembuatan permen rumput
laut.
7.2. Saran
Saran dalam kegiatan penelitian Kajian Komprehensif Produktivitas Usaha Budidaya
Rumput Laut di Bali yaitu :
1. Pada Kegiatan penelitian tahap ketiga diharapkan lebih konsentrasi terhadap
pengembangan kelompok untuk meningkatkan produksi olahan rumput laut.
2. Perlu penelitian lanjutan terkait dengan kegiatan penelitian pemasaran hasil olahan
rumput laut di Pulau Nusa Lembongan dan Pulau Nusa Ceningan.
36
DAFTAR PUSTAKA Alhanif, Rofi. 1996. Struktur Komunitas Lamun dan Kepadatan Perifiton pada Padang Lamun
di Perairan Pesisir Nusa Lembongan, Kecamatan Nusa Penida, Provinsi Bali. Bogor: Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor.
Anggadiredja, J.T., A. Zatnika, H. Purwoto, dan S.Istini. 2006. Rumput Laut. Penebar
Swadaya. Bogor. Aslan, L. M. 1998. Budidaya Rumput Laut. Kanisius. Yogyakarta. Departemen Kelautan dan Perikanan. 2006. Petunjuk Teknis Budidaya Rumput Laut
Eucheuma spp. Jakarta. Direktorat Pembudidayaan, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Departemen Kelautan
dan Perikanan (1990). Petunjuk Teknis BudidayaRumput Laut. Direktorat Pembudidayaan, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Departemen Kelautan dan Perikanan.
Depertemen Pertanian, 1992. Budidaya Beberapa Hasil Rumput Laut. Departemen Pertanian.
Jakarta.
Departemen Pertanian. 1998. Budidaya Rumput Laut. Direktorat Bina Produksi Dirjen Perikanan, Jakarta. 25 hlm.
Effendie, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Bogor
Indriani, H dan Sumiarsih, E. 1997. Budidaya, Pengolahan dan Pemasaran Rumput Laut. Kadi, A., 2006. Beberapa Catatan Kehadiran Marga Sargassum di Perairan Indonesia. LIPI.
Lampung. Kamlasi, Y. 2008. Kajian Ekologis dan Biologi Untuk Pengembangan Budidaya Rumput Laut
(Eucheuma cottonii) di Kecamatan Kupang Barat Kabupaten Kupang Propinsi Nusa Tenggara Timur. Tesis Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Mann, K.H. 1982. Ecology of Coastal Water. Blackwell Scientific Publications. Oxford
University London. hal 53. Setyati, A. W., 2003. Pemasaran Budidaya Rumput Laut. Program Community College.
Industri Kelautan dan Perikanan. Universitas Diponegoro Semarang. Semarang Soenardjo, N. 2011. Aplikasi Budidaya Rumput Laut Eucheuma cottonii (Weber van Bosse)
Dengan Metode Jaring Lepas Dasar (Net Bag) Model Cidaun. Buletin Oseanografi Marina 1: 36-44.
Standar Nasional Indonesia. 2010. Produksi Rumput Laut kotoni (Eucheuma cottonii) Bagian
2: Metode Long-line. Badan Standardisasi Nasional. SNI : 7579.2:2010 Sulistijo, M.S. 2002. Penelitian Budidaya Rumput Laut (Alga Makro/Seaweed) di Indonesia.
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta.
37
Sya’rani, L., A. Suryanto. 2006. Gambaran Umum Kepulauan Karimunjawa. Unissula Press. Semarang. 148 hlm.
Trono, J.R., 1988, Eucheuma Farming in The Philipines U.P Natural Science Research
Centre, Quezon City. Wardoyo, S.T.H., 1975. Pengolahan Kualitas Air. Proyek Peningkatan Mutu Perguruan
Tinggi IPB, Bogor
Winarno, 1996. Teknik Pengolahan Rumput Laut. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.
Wiyanto, DB. 2014. Study on Growth Rate and Seaweed Eucheuma spinosum and Euchema cottoni in Waters of Kutuh Village, South Kuta Sub-District, District of Badung-Bali. Journal of Environment. Vol 1. No. 1.
38
Lampiran I. Dokumentasi Hasil Kegiatan Penelitian A. Kegiatan Pengamatan dan Pengukuran Rumput Laut
Kegiatan Pengamatan dan Pengukuran Berat Rumput Laut di Nusa Lembongan
Kondisi Rumput Laut Eucheuma cottoni yang di Serang Hama Ikan Beronang (Siganus Sp)
39
B. Kegiatan Fasilitas Penguatan Kelembagaan Kelompok Tani Rumput Laut
Kegiatan Diskusi Kelompok dalam rangka serap aspirasi permasalahan kelompok
Permen rumput laut hasil dari pelatihan pengolahan produk rumput laut
40
Serah terima alat pengering (open) oleh tim MP3EI kepada ketua kelmpok sebagai salah satu
alat dalam pembuatan permen.
41
Lampiran II. Biodata Ketua dan Anggota A. Identitas Diri (Ketua Peneliti)
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Prof. Ir. I Wayan Arthana, MS,. Ph.D 2 Jenis Kelamin Laki-laki 3 Jabatan Fungsional Guru Besar 4 NIP/NIK/Identitas Lainnya 19600728 198609 1 001 5 NIDN 0028076002 6 Tempat dan Tanggal Lahir Denpasar, 28 Juli 1960 7 E-Mail [email protected] 8 Nomor Telepon/HP 08123621000 9 Alamat Kantor Kampus Bukit Jimbaran Bali
10 No Tlp/Faks 0361 702802 11 Lulusan yang Telah dihasilkan S-1 = 12 orang; S-2 = 20 orang; S-3 = 3 orang 12 Mata Kuliah yg Diampu 1. Pengeloloaan Wilayah Pesisir
2. Biologi Pesisir 3. Ekologi Perairan
B. Riwayat Pendidikan S-1 S-2 S-3 Nama Perguruan Tinggi IPB IPB The Reading
University, UK Tahun Masuk-Lulus 1980-1984 1988-1991 1994-1998 Judul Skripsi/Tesis/Disertasi Beberapa Aspek
Makroanatomi dan Pertumbuhan Alami penyu Daging (Chelonia mydas) di Tanjung Benoa Bali
Pengaruh Budidaya Tambah Udang Terhadap Kualitas Lingkungan Pantai di Suwung Kangin Denpasar
Benthic Organism as an Indicator of Pollution in the Whiteknights Lakes
Nama Pembimbing/Promotor Prof. Nyoman Nuitja
Prof. Ishemat Soerianegara
Dr. G.F. Warner
C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir
(Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)
No Tahun Judul Penelitian Pendanaan Sumber* Jml (Juta Rp)
1 2009 Hubungan N/P Rasio Dengan Tingkat Eutrofikasi Di Danau Batur, Bali
DIPA Iniversitas Udayana tahun 2009
100,0
2 2012 Pemetaan Potensi Kawasan Budidaya Rumput laut di Perairan Tenggara Pulau Bali
DIPA BLU Universitas Udayana tahun 2012
75,0
3 2013 Kajian Potensi Sumberdaya Laut di Kawasan Nusa Penida
DIPA BLU Universitas Udayana tahun 2013
75,0
* Tuliskan sumber pendanaan baik dari skema penelitian DIKTI maupun dari sumber lainnya.
42
D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat Dalam 5 Tahun Terakhir
No Tahun Judul Penelitian Pendanaan Sumber* Jml (Juta Rp)
1 2013 Penyuluhan Penggunaan Ampas Tahu Sebagai Bahan Baku Pembuatan Pakan Ikan di Desa Songan Kintamani
BOPTN Universitas Udayana
4.000.000
2 2013 Pengenalan Lingkungan Laut Anak Usia Dini
BOPTN Universitas Udayana
4.000.000
* Tuliskan sumber pendanaan baik dari skema pengabdian kepada masyarakat DIKTI maupun dari sumber lainnya.
E. Publikasi Artikel Ilmiah Dalam Jurnal alam 5 Tahun Terakhir No Judul Artikel Ilmiah Nama Jurnal Volume/
Nomor/Tahun 1 Komunitas Ikan Karang di
Pantai Sawangan dan Kutuh, Bali.
Jurnal Lingkungan Hidup Bumi Lestari, PPLH-Lemlit Unud Denpasar. Terakreditasi Dirjen Dikti Depdiknas No. 108/DIKTI/Kep./2007
Volume 9/nomor 2/tahun 2009 Hal : 224-232.
2 Kondisi Komunitas Flora Benthik Di Perairan Pantai Selatan Bali.
Lingkungan Tropis, Ikatan Ahli Teknik Penyehatan dan Lingkungan Indonesia, Bandung. Akreditasi C, No: 163/Akred-LIPI/P2MBI/07/2009 Juli 2009 – Juli 2011.
Volume 3/Nomor 2/tahun 2009 Hal : 75-83.
3 Study of Total Suspended Matter Distribution Using Satellite Data and Numerical Simulation in Poroidoarjo, East Java
Ecotrophic. Program Studi Ilmu Lingkungan, Program Pascasarjana, Universitas Udayana.
Volume 5, Nomor 1 Tahun 2010 Hal : 57-62.
4 Study Of Fish Production From Satellite In Sawu Sea, Indonesia.
Proceeding of the 2nd CReSOS international symposium on south East Asia environmental problems and satellite remote sensing.
Tahun 2011 pp. 97-101.
5 Enhanced Built-up and Bareness Index (EBBI) for Mapping Built-up and Bare Land In Urban Area.
Remote Sensing Volume 4, Nomor 10, tahun 2012, pp. 2957-2970
6 The Water Quality And Management Plan Of Batur Lake Bali Indonesia.
Proceedings of the 8th International Symposium on Lowland Technology 2012 (ISLT 2012).
Tahun 2012, pp. 363-371.
43
F. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) dalam 5 Tahun Terakhir No Nama Pertemuan Ilmiah / Seminar Judul Artikel Ilmiah Waktu dan Tempat 1 The 8th International Symposium on
Lowland Technology 2012 (ISLT 2012)
The Water Quality And Management Plan Of Batur Lake Bali Indonesia.
11 – 13 September 2012 di Denpasar
2 The 1st Asia Future Conference 2013 (AFC 2013).
Poster in : Preventing Efforts on Reducing Pollution Risk in Batur Lake, Bali.
8 – 10 March 2013. Bangkok, Thailand.
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidak-
sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam pengajuan Penelitian Prioritas Nasional Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025
Denpasar, Juli 2015 Pengusul, Prof. Ir. I Wayan Arthana, MS., Ph.D NIP. 19600728 198609 1 001
44
A. Identitas Diri (Anggota Peneliti) 1 Nama Lengkap Dwi Budi Wiyanto, S. Kel., MP 2 Jenis Kelamin Laki-laki 3 Jabatan Fungsional Asisten Ahli 4 Jabatan Struktural Plt. Sekprodi Ilmu Kelautan 5 NIP/NIK/Identitas Lainnya 19830715 2010121 009 6 NIDN 0015078303 7 Tempat dan Tanggal Lahir Pamekasan, 15 Juli 1983 8 Nomor Telepon/Faks/HP 087750000880/085731313180 9 Alamat Kantor Kampus bukit Jimbaran, Gedung Fakultas Kelautan
dan Perikanan Universitas Udayana 10 Nomor Telepon/Faks Tlp. (0361) 702802, Fax. (0361) 702802 11 Alamat e-mail Wiyanto_marine@yahoo,com 12 Lulusan yang telah dihasilkan S-1 =....orang, S-2 =....orang, S-3 =....orang Mata Kuliah yg diampu 1. Pengantar Ilmu kelautan dan Perikanan
2. Biologi Laut Botani 3. Biologi Laut Zoologi 4. Ichtyologi 5. Ekologi Laut Tropis
B. Riwayat Pendidikan Program S-1 S-2
Nama Perguruan Tinggi Universitas Trunojoyo Madura Universitas Brawijaya malang Bidang Ilmu Ilmu Kelautan Bioteknologi Kelautan dan
Perikanan Tahun Masuk-Lulus 2002-2006 2006-2008 Judul Skripsi/Thesis/Disertasi
Studi laju Pertumbuhan karang massif Porites lutea di Perairan Prancak, Bangkalan
Uji Aktivitas Ekstrak Rumput Laut E. Cottoni dan E. Spinosum terhadap bakteri V. Harveyii dan A. Hydrophila
Nama Pembimbing Dr. Mahcfud Efendy, S. Pi., M. Si
Prof. Ir. Yenny Risjani, DEA. Ph.D
C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir
No Tahun Judul Penelitian Pendanaan Sumber Jumlah (juta Rp)
1 2012 Pemetaan Potensi Kawasan Budidaya Rumput Laut di Perairan Tenggara Pulau Bali
DIPA BLU Universitas Udayana Tahun anggaran 2012 (BOPTN)
Rp. 75.000.000,-
2 2013 Studi Laju Pertumbuhan Rumput Laut Euchema spinosum dan Eucheuma cottoni di Perairan Desa Kutuh, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung-Bali
DIPA UNUD / Penelitian Dosen Muda
Rp. 7.500.000,-
45
D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat Dalam 5 Tahun Terakhir
No Tahun Pengabdian Kepada Masyarakat Pendanaan Sumber* Jml (Juta Rp)
1 2013 Pelatihan Pembuatan Abon Ikan Nila di Desa Songan Kintamani-Bali
Dana (PNBP) Universitas Udayana
Rp. 4.000.000,-
* Tuliskan sumber pendanaan baik dari skema pengabdian kepada masyarakat DIKTI maupun dari sumber lainnya.
E. Publikasi Artikel Ilmiah Dalam Jurnal alam 5 Tahun Terakhir
No Judul Artikel Ilmiah Nama Jurnal Volume/ Nomor/Tahun
1 Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Rumput Laut Kappaphycus alvarezii dan Eucheuma denticullatum Terhadap Bakteri Aeromonas hydrophila dan Vibrio harveyii
Jurnal Ilmu Kelautan Vol 3. No.1, April 2010
2 Analisa Temporal Perubahan Luas Hutan Mangrove Di Kabupaten Sidoarjo Dengan Memanfaatkan Data Citra Satelit
Jurnal Bumi Lestari Vol 13. No. 2, Agustus 2013
F. Pemakalah Secara Oral pada Pertemuan/ Seminar Ilmiah dalam 5 Tahun Terakhir.
No Nama Pertemuan Ilmiah/Seminar Judul Artikel Ilmiah Waktu dan
Tempat 1 International seminar on
Marine Aplikasi Teknologi Sistem Informasi Geografis Dalam Penentuan Kawasan Konservasi Terumbu Karang di Kepulauan Kangean Madura
9-10 Juni 2011, Denpasar
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidak-
sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima risikonya.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam pengajuan penelitian : PRIORITAS NASIONAL MP3EI.
Jimbaran, Juli 2015 Pengusul,
Dwi Budi Wiyanto, S. Kel., MP NIP. 198307152010121009
46
A. Identitas Diri (Anggota Peneliti) 1 Nama Lengkap ( dengan gelar ) I Wayan Gede Astawa Karang, S.Si., M.Si., Ph.D 2 Jenis Kelamin Laki-laki 3 Jabatan Fungsional Asisten Ahli 4 NIP/NIK/Identitas Lainnya 198305112010121006 5 NIDN 0011058305 6 Tempat dan Tanggal Lahir Dusun Gede, Karangasem/ 11 Mei 1983 7 E-Mail [email protected] 8 Nomor Telepon/HP 081933007822 9 Alamat Kantor Gedung FKP, Kampus Bukit Jimbaran, Badung
10 No Tlp/Faks 0361702802 11 Lulusan yang Telah dihasilkan S-1 = … orang; S-2 = … orang; S-3 = … orang 12 Mata Kuliah yg Diampu 1. Pengantar Oceanografi
2. Kalkulus 3. Pengantar Penginderaan Jauh
B. Riwayat Pendidikan S-1 S-2 S-3 Nama Perguruan Tinggi Universitas
Udayana Universitas Udayana
Chiba University
Tahun Masuk-Lulus 2001 - 2006 2006 - 2008 2010 - 2013 Judul Skripsi/Tesis/Disertasi Pengaturan Posisi
Panel Surya Menggunakan Sensor LDR Berbasis Mikrokontroler AT89C51 Untuk Memperoleh Daya Maksimum
Estimates of
tidal energy
dissipation and
diapycnal
diffusivity in the
Indonesian Seas
Study on the Characteristic of the Internal Waves in the Lombok Strait Area Using Remote Sensing Data
Nama Pembimbing/Promotor Drs. I Made Satriya Wibawa, M.Si dan I Wayan Supardi, S.Si., M.Si
Prof. Yasuhiro Sugimori dan Dr. I Wayan Sandi Adnyana
Assc. Prof. Chiharu Hongo dan Dr. Takahiro Osawa
C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir
(Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)
No Tahun Judul Penelitian Pendanaan Sumber* Jml (Juta Rp)
1 2013 Kajian Sumberdaya Laut di Kawasan Nusa Penida
BOPTN thn 2013
75 Juta
* Tuliskan sumber pendanaan baik dari skema penelitian DIKTI maupun dari sumber lainnya.
D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat Dalam 5 Tahun Terakhir
No Tahun Pengabdian Kepada Masyarakat Pendanaan Sumber* Jml (Juta Rp)
1 2013 Pelatihan Penanganan Hasil Perikanan Tangkap di Desa Kusamba, Kecamatan Dawan, Klungkung-Bali
BOPTN Universitas
4 Juta
47
E. Publikasi Artikel Ilmiah Dalam Jurnal alam 5 Tahun Terakhir
No Judul Artikel Ilmiah Nama Jurnal Volume/ Nomor/Tahun
1 Spatial-Temporal Distribution and Characteristics of Internal Waves in the Lombok Strait Area Studied By Alos-Palsar Images
Earth Science Research Vol 1/ No. 2/Tahun 2012
2 Estimation of Tidal Energy Dissipation and Diapycnal Diffusivity in the Indonesian Seas
International Journal of Remote Sensing and Earth Science
Vol 7/ No. 1/Tahun 2010
F. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) dalam 5 Tahun Terakhir
No Nama Pertemuan Ilmiah / Seminar Judul Artikel Ilmiah Waktu dan Tempat 1 The 5th Indonesia Japan Joint
Scientific Symposium (IJJSS) The Distribution of Internal Waves in the Lombok Strait Area Studied by Multi-Sensor Satellite Images
25 – 28 October 2012, Japan
2 IEEE International Geoscience and Remote Sensing Symposium (IGARSS)
Internal Waves in the Lombok Strait Revealed by ALOS PALSAR Images
24 – 29 July 2011, Vancouver, Canada
3 The 4th Indonesia Japan Joint Scientific Symposium (IJJSS)
Internal Waves Observed in the South of Lombok Strait by using ALOS-Palsar
29-30 September 2010, Bali, Indonesia
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidak-
sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam pengajuan Penelitian Prioritas Nasional Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025
Denpasar, Juli 2015 Pengusul, I Wayan Gede Astawa Karang, S.Si., M.Si., Ph.D NIP. 198305112010121006
48
Lampiran III. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas
No Nama/NIDN Instansi Asasl Bidang Ilmu Alokasi Waktu
(jam/minggu) Uraian Tugas
1 Prof. Ir. I Wayan Arthana, MS., Ph.D
Universitas Udayana
Manajemen Sumberdaya Perairan
3 Jam/minggu Bertanggung Jawab terhadap seluruh kegiatan penelitian Merencanakan kegiatan uji coba dan pengolahan data Melakukan analisis dat Menyusun Laporan
2 Dwi Budi Wiyanto, S. Kel., MP
Universitas Udayana
Budidaya Perairan
3 Jam/minggu Memimpin kegiatan uji coba budidaya rumput laut Bertanggung Jawab untuk Pengumpulan Data Informasi yang diperlukan Menyusun Laporan
3 I Wayan Gede Astawa Karang, M.Si., Ph.D
Universitas Udayana
Ilmu Kelautan
3 Jam/minggu Memimpin kegiatan FGD Bertanggung Jawab untuk Pengumpulan Data Informasi yang diperlukan Menyusun Laporan
Top Related