MAKALAH BANGUN SEKTOR 2025

39
BANGUN SEKTOR INDUSTRI 2025 January 9, 2010 BAB. I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu Negara yang kaya akan sumber Daya Alam. Akan tetapi sampai saat ini pemanfaatan SDA yang ada masih sangat kurang. Hal ini dapat dilihat dari sector–sector industry yang ada. Sector industry yang ada saat ini belum begitu berkembang. Selama ini pemerintah Indonesia masih mengalami kesulitan untuk memajukan industry yang ada. Akan tetapi, pemerintah tidak pernah lelah dalam brusaha dan berupaya, sehingga saat ini pemerintah telah membuat suatu kebijakan yang bertujuan untuk membangun sector – sector industry kearah kemajuan. Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi, berdampak sangat ketatnya persaingan, dan cepatnya terjadi perubahan lingkungan usaha. Produk-produk hasil manufaktur di dalam negeri saat ini begitu keluar dari pabrik langsung berkompetisi dengan produk luar negeri, dan dunia usaha pun harus menerima kenyataan bahwa pesatnya perkembangan teknologi telah mengakibatkan cepat usangnya fasilitas produksi, semakin singkatnya masa edar produk, serta semakin rendahnya margin keuntungan. Dalam melaksanakan proses pembangunan industri, keadaan tersebut merupakan kenyataan yang harus dihadapi serta harus menjadi pertimbangan yang menentukan dalam setiap kebijakan yang akan dikeluarkan, dan sekaligus merupakan 1

Transcript of MAKALAH BANGUN SEKTOR 2025

Page 1: MAKALAH BANGUN SEKTOR 2025

BANGUN SEKTOR INDUSTRI 2025 January 9, 2010

BAB. I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan salah satu Negara yang kaya akan sumber Daya Alam. Akan tetapi

sampai saat ini pemanfaatan SDA yang ada masih sangat kurang. Hal ini dapat dilihat dari sector–

sector industry yang ada. Sector industry yang ada saat ini belum begitu berkembang. Selama ini

pemerintah Indonesia masih mengalami kesulitan untuk memajukan industry yang ada. Akan

tetapi, pemerintah tidak pernah lelah dalam brusaha dan berupaya, sehingga saat ini pemerintah

telah membuat suatu kebijakan yang bertujuan untuk membangun sector – sector industry kearah

kemajuan.

Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan

teknologi, berdampak sangat ketatnya persaingan, dan cepatnya terjadi

perubahan lingkungan usaha. Produk-produk hasil manufaktur di dalam

negeri saat ini begitu keluar dari pabrik langsung berkompetisi dengan

produk luar negeri, dan dunia usaha pun harus menerima kenyataan bahwa

pesatnya perkembangan teknologi telah mengakibatkan cepat usangnya

fasilitas produksi, semakin singkatnya masa edar produk, serta semakin

rendahnya margin keuntungan. Dalam melaksanakan proses pembangunan

industri, keadaan tersebut merupakan kenyataan yang harus dihadapi serta

harus menjadi pertimbangan yang menentukan dalam setiap kebijakan yang

akan dikeluarkan, dan sekaligus merupakan paradigma baru yang harus

dihadapi oleh negara manapun dalam melaksanakan proses industrialisasi

negaranya.

Atas dasar pemikiran tersebut kebijakan dalam pembangunan industri

Indonesia harus dapat menjawab tantangan globalisasi ekonomi dunia dan

mampu mengantisipasi perkembangan perubahan lingkungan yang cepat.

Persaingan internasional merupakan suatu perspektif baru bagi semua

negara, sehingga fokus strategi pembangunan industry di masa depan adalah

membangun daya saing sektor industri yang berkelanjutan di pasar domestik

dan internasional.

1

Page 2: MAKALAH BANGUN SEKTOR 2025

BANGUN SEKTOR INDUSTRI 2025 January 9, 2010

Untuk membangun daya saing yang berkelanjutan, upaya pemanfaatan

seluruh potensi sumber daya yang dimiliki bangsa dan kemampuan untuk

memanfaatkan peluang-peluang yang ada di luar maupun di dalam negeri

harus dilakukan secara optimal. Oleh karena esensi daya saing yang

berkelanjutan tersebut terletak pada cara menggerakkan dan

mengorganisasikan seluruh potensi sumber daya produktif, dalam rangka

pemenuhan kebutuhan dan permintaan pasar.

Strategi pengembangan industri Indonesia ke depan harus

mengadaptasi pemikiran pemikiran terbaru yang berkembang saat ini,

sehubungan dengan era globalisasi dan perkembangan teknologi abad 21,

yaitu pendekatan pengembangan industri melalui konsep klaster dalam

konteks membangun daya saing industri yang berkelanjutan. Pada dasarnya

klaster industri adalah upaya pengelompokan industri inti yang saling

berhubungan, baik dengan industri pendukung (supporting industries), industri

terkait (related industries), jasa penunjang, infrastruktur ekonomi, dan lembaga

terkait. Manfaat klaster ini selain untuk mengurangi biaya transportasi dan

transaksi, juga untuk meningkatkan efisiensi, menciptakan asset secara

kolektif, dan mendorong terciptanya inovasi. Dengan atas dasar hal tersebut

pemerintah telah menyusun suatu konsep arah pengembangan industry

Indonesia dimasa mendatang yang tersusun dalam sebuah bangun sector

industry tahun 2025 yang diharapkan dapat mewujudkan visi Indonesia

menjadi Negara industry maju pada tahun 2025 dan mampu

mensejahterakan seluruh rakyatnya.

B. TUJUAN

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari pembuatan makalah ini adalah untuk membantu

pemerintah khususnya depertemen perindustrian dalam mensosialisasikan dan memberi

pemahaman kepada pembaca tentang kebijakan-kebijakan pemerintah mengenai bangun sector

industry Indonesia pada tahun 2025, sekaligus sebagai tugas akhir semester mata kuliah

Kebijakan Perindustrian mahasiswa jurusan Teknologi Bahan Kulit, Karet dan Plastik Akademi

Teknologi Kulit Yogyakarta.

2

Page 3: MAKALAH BANGUN SEKTOR 2025

BANGUN SEKTOR INDUSTRI 2025 January 9, 2010

C. BATASAN MASALAH

Pada makalah ini kami hanya memfokuskan pembahasan mengenai hal-hal yang berkaitan

dengan bangun sector industry Indonesia tahun 2025 yang meliputi pengukuran daya saing

industri, pilar-pilar industry masa depan, industry manufaktur, peranan industry pendukung dan

terkait serta IKM dalam membangun klaster industri, struktur industry dari berbagai aspek, dan

lain sebagainya.

BAB. II

ISI

Untuk menentukan bangun sektor industri yang dicita-citakan dalam jangka panjang, selain

diperlukan suatu analisis terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi, juga diperlukan

analisis yang mendalam terhadap kondisi daya saing industri Indonesia, serta keinginan akan

kemampuan sektor industri yang dicita-citakan pada masa yang akan datang.

A. PENGUKURAN DAYA SAING INDUSTRI

Globalisasi pada dasarnya adalah penomena yang mendorong perusahaan di tingkat mikro

ekonomi untuk meningkatkan efisiensi agar mampu bersaing di tingkat lokal, nasional, maupun

internasional. Dengan globalisasi yang menyatukan pasar dan kompetisi investasi internasional

meningkatkan tantangan sekaligus peluang bagi semua perusahaan baik kecil, menengah maupun

besar.

Daya saing adalah kemampuan perusahaan, industri, daerah, negara, atau antar daerah

untuk menghasilkan faktor pendapatan dan faktor pekerjaan yang relatif tinggi dan

berkesinambungan untuk menghadapi persaingan internasional (sumber OECD). Oleh karena

daya saing industri merupakan penomena di tingkat mikro perusahaan, maka kebijakan

pembangunan industri nasional didahului dengan mengkaji sector industri secara utuh sebagai

dasar pengukurannya. Analisa difokuskan pada dua sisi yaitu: Sisi Penawaran dan Sisi

Permintaan. Sisi penawaran diukur dari 2 unsur yaitu:

3

Page 4: MAKALAH BANGUN SEKTOR 2025

BANGUN SEKTOR INDUSTRI 2025 January 9, 2010

1. Kondisi kemampuan ekonomi Indonesia atau Modal Dasar (SDA, SDM, Teknologi, dan

infrastruktur fisik), dan

2. Kondisi saat ini struktur industri manufaktur Indonesia (kemampuan organisasi, kontribusi

sektor, produktifitas, internasionalisasi, dan faktor klasifikasi).

Sedangkan sisi permintaan diukur dari 2 unsur yaitu:

1. Tingkat Pengembangan daya saing (posisi daya saing Indonesia dalam perdagangan dunia;

dan struktur ekspor, spesialisasi ekspor, dan penetrasi impor), dan

2. Lingkungan daya saing internasional (dinamisme ekspor, struktur persaingan di negara tujuan

ekspor, dan struktur pasar impor dunia).

Untuk menentukan industri yang prospektif dikembangkan di masa mendatang telah

dilakukan pengukuran daya saing. Pengukuran dilakukan terhadap faktor-faktor yang

mempengaruhi daya saing internasional industri Indonesia. Indikator yang digunakan untuk

melihat faktor yang mempengaruhi daya saing internasional terdiri atas 15 parameter dari sisi

penawaran (supply side) dan 8 parameter dari sisi permintaan (demand side).

Parameter-parameter yang digunakan untuk melihat factor yang mempengaruhi daya saing

industry Indonesia adalah sebagai berikut;

Sisi penawaran;

1. Modal Dasar

2. Ukuran Perusahaan

3. Struktur Kepemilikan

4. Spesialisasi

5. Penganekaragaman

6. Keluaran

7. Nilai Tambah

8. Biaya Tenaga Kerja

9. Aset Tetap

10. Produktifitas

11. Cakupan Ekspor

12. Ketergantungan Impor

13. FDI dan cakupan Ekspor

14. Faktor Intensitas

15. Teknologi

Sisi permintaan;

1. Nilai ekspor

2. Pangsa di Pasar dunia

3. Impor

4. Industry Trade

5. Keunggulan Komparatif (RCA)

6. Dinamisme Ekspor

7. Struktur Pasar Impor Dunia

8. Struktur Persaingan Dunia

4

Page 5: MAKALAH BANGUN SEKTOR 2025

BANGUN SEKTOR INDUSTRI 2025 January 9, 2010

Hasil analisis pengukuran daya saing terhadap industri yang sudah berkembang di

Indonesia tersebut dibagi ke dalam dua kelompok berdasarkan orientasi pasarnya, yaitu

Kelompok Industri Potensi Ekspor dan Kelompok Industri Potensi Pasar Dalam Negeri.

Selanjutnya kedua kelompok tersebut dibedakan kembali atas 4 (empat) kategori, sebagai berikut:

1. Industri Padat Sumber Daya Alam, meliputi industri-industri yang banyak menggunakan

sumber daya alam sebagai bahan baku. Industri ini mempunyai potensi yang kuat dari sisi

internal supply, dan untuk pengembangan produk ini sudah dapat didukung oleh litbang

dalam negeri;

2. Industri Padat Tenaga Kerja, meliputi industri-industri yang banyak menggunakan tenaga

kerja. Untuk dapat mengembangkan produk ini diperlukan usaha meningkatkan keterampilan

dan produktivitas tenaga kerja, baik melalui penanaman modal maupun penerapan teknologi;

3. Industri Padat Modal, meliputi industri-industri yang banyak menggunakan modal. Dalam

pengembangan produk ini diperlukan usaha meningkatkan penanaman modal asing. Pada

umumnya untuk mengembangkan produk ini sangat tergantung pada faktor eksternal;

4. Industri Padat Teknologi, meliputi industri-industri yang mengandalkan teknologi sebagai

faktor keunggulan untuk bersaing. Untuk mengembangkan produk ini diperlukan usaha

meningkatkan penguasaan teknologi, baik melalui alih teknologi maupun melalui teknologi

yang menyatu pada barang modal yang diimpor.

Kriteria pemilihan industri inti (Core Industry) potensial ekspor untuk setiap sub sektor

industri dalam masing-masing kelompok adalah sebagai berikut:

1. Industri padat sumber daya alam: nilai ekspor, kandungan lokal, orientasi pasar, dan nilai

produksi;

2. Industri padat tenaga kerja: nilai ekspor, penyerapan tenaga kerja, nilai tambah per tenaga

kerja, orientasi pasar, dan nilai produksi;

3. Industri padat modal: total investasi, ICOR, nilai tambah, orientasi pasar, dan nilai produksi;

4. Industri padat teknologi: nilai ekspor, kandungan impor, nilai tambah, nilai produksi, orientasi

pasar, biaya litbang, dan pelatihan tenaga kerja.

Kriteria pemilihan industri potensi dalam negeri untuk setiap sub sektor

industri dalam masing-masing kelompok sama dengan potensi ekspor, tetapi

kriteria nilai ekspornya diganti dengan prosentase output yang dijual ke pasar

dalam negeri. Industri potensi ekspor menunjukkan bahwa industri tersebut

5

Page 6: MAKALAH BANGUN SEKTOR 2025

BANGUN SEKTOR INDUSTRI 2025 January 9, 2010

telah dapat memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri, sehingga produksinya

diekspor karena tingginya permintaan pasar dunia. Sedangkan pada industri

potensi pasar dalam negeri menunjukkan bahwa industrinya saat ini masih

berorientasi untuk memenuhi permintaan pasar dalam negeri, dan

diharapkan pada masa mendatang mampu bersaing di pasar dunia.

B. BANGUN SEKTOR INDUSTRI 2025

Dalam menentukan suatu Bangun Industri yang dicita-citakan, perlu dimasukkan

pertimbangan lain yang mungkin datanya belum ada, atau kemungkinan bila ada angka-angka

yang nilainya belum cukup karena industrinya belum berkembang. Untuk itu, potensi yang

dimiliki Indonesia seperti, luasnya bentang wilayah, besarnya jumlah penduduk, dan ketersediaan

potensi sumber daya alam yang bisa didayagunakan untuk kepentingan pembangunan industri,

perlu dimasukkan sebagai pertimbangan dalam menentukan bangun sektor industri dalam jangka

panjang. Modal dasar pengembangan sektor industri yang merupakan potensi penarik

pertumbuhan industry.

Bangun sektor industri tahun 2025 ditetapkan dengan mempertimbangkan cabang-cabang

industri yang memiliki potensi untuk dikembangkan, serta mempertimbangkan sepenuhnya modal

dasar, dan keinginan masyarakat dalam membangun industri serta perekonomiannya di masa yang

akan datang.

Cabang-cabang industri yang akan diprioritaskan pengembangannya dipetakan dalam

sebuah Bangun Sektor Industri sebagaimana terlihat pada Gambar 5.3. Cabang-cabang industri

tertentu yang akan diprioritaskan pengembangannya dipilih dengan seksama dengan tujuan agar

lebih terfokus pada sasaran tertentu, serta lebih mudah diukur kriteria keberhasilannya.

Bangun Sektor Industri Tahun 2025 adalah gambaran keadaan sektor industry yang sudah

mapan, dimana sektor ini telah menjadi mesin penggerak utama (prime mover) perekonomian

nasional, sekaligus tulang punggung ketahanan ekonomi nasional dengan berbasis sumber daya

nasional, yang memiliki struktur keterkaitan dan kedalaman yang kuat, serta memiliki daya saing

yang tangguh di pasar internasional.

1. Basis Industri Manufaktur, yaitu suatu spektrum industri yang sudah berkembang saat ini

yang telah menjadi tulang punggung sektor industri. Kelompok industri ini keberadaannya

masih sangat tergantung pada SDA dan SDM tidak trampil, ke depan perlu direstrukturisasi

6

Page 7: MAKALAH BANGUN SEKTOR 2025

BANGUN SEKTOR INDUSTRI 2025 January 9, 2010

dan diperkuat agar mampu menjadi Industri Kelas Dunia (misalnya industri tekstil; sepatu,

dll). Salah satu bagian yang sangat penting dari basis industri manufaktur adalah industri

komponen dan industri barang modal (permesinan) yang saat ini pertumbuhannya sangat

lambat, padahal keberadaannya sangat dibutuhkan untuk memperkuat daya saing sektor

industri secara keseluruhan.

2. Pilar-Pilar Industri Andalan Masa Depan, meliputi:

a. Pilar Industri Agro, (industri pengolahan kelapa sawit; pengolahan hasil laut; Pengolahan

karet; Pengolahan kayu, Pengolahan tembakau; Pengolahan kakao dan coklat, Pengolahan

buah, Pengolahan kelapa, Pengolahan kopi).

b. Pilar Industri Alat Angkut, (industri otomotif, perkapalan, kedirgantaraan, dan

perkeretaapian).

c. Pilar Industri Telematika, (industri perangkat/devices, infrastruktur/ jaringan dan

aplikasi/content).

Pilar-pilar industri yang diprioritaskan di masa mendatang akan lebih mengandalkan pada

sumber daya manusia berpengetahuan dan terampil, sumber daya alam yang terbarukan, serta

teknologi. Spesialisasi yang dibutuhkan suatu negara dalam hal produksi maupun upaya

mendorong keunggulan komparatif ke arah keunggulan kompetitif dapat dicapai melalui klaster

industri (pengelompokan/group suatu industri), bukan dengan menjadikan suatu industri tertentu

sebagai target, atau bukan karena suatu kebijakan industri yang bersifat instruksi atas-bawah (top

down).

Suatu industri akan selalu mempunyai hubungan dengan industri-industri pendukung, dan

akan berkaitan dengan industri lain yang memerlukan penggunaan sumber daya (bahan baku,

teknologi). Pengelompokan industri yang saling berhubungan, baik sebagai industri inti, industri

pendukung (supporting industries) maupun sebagai industri terkait (related industries) disebut

klaster industri (cluster industry). Mengingat dalam setiap sektor terdapat juga pelaku ekonomi

yang tergolong dalam IKM, maka proses ini akan menarik IKM untuk memenuhi peningkatan

permintaan barang dan jasa. Pada saat yang sama jaringan yang terpadu dari IKM terkait akan

berkembang, menawarkan jasa dan produk-produk untuk mendukung klaster industrinya. Oleh

karena itu, IKM memainkan peranan secara integral dan konstruktif dalam suatu klaster industri,

sementara klaster industri memberikan kesempatan kepada IKM untuk membuat keterkaitan

pasokan antara perusahaan besar dan menengah.

7

Page 8: MAKALAH BANGUN SEKTOR 2025

BANGUN SEKTOR INDUSTRI 2025 January 9, 2010

Dalam rangka membangun pilar-pilar industri masa depan dengan menumbuhkan industri

yang akan memotori pertumbuhan, pendekatan pembangunan sektor industri dilaksanakan

melalui: peningkatan nilai tambah dan produktivitas, pengembangan klaster industri,

pembangunan industri yang berkelanjutan, persebaran industri dengan penekanan pengembangan

industri kecil dan menengah pada setiap tahap atau rantai. Pendekatan dimaksud dapat dijabarkan

dengan lebih rinci sebagai berikut:

1. Meningkatkan nilai tambah dan produktivitas

a. Mengembangkan industri inti dalam pengembangan rantai nilai untuk membentuk

industri-industri yang kuat;

b. Meningkatkan nilai tambah dari setiap produk yang dibuat baik pada industri inti

ataupun pada rantai nilainya;

c. Memperpanjang rantai nilai baik dengan meningkatkan inovasi maupun

penguasaan pasar;

d. Meningkatkan efisiensi rantai nilai untuk meningkatkan keseluruhan

produktivitas.

2. Pengembangan Klaster Industri

a. Memperkuat industri-industri yang terdapat dalam rantai nilai, yang mencakup industri

inti, industri terkait, dan industri pendukung dengan keunggulan lokasi, yang dapat

mendorong keunggulan komparatif menjadi keunggulan kompetitif;

b. Memperkuat keterkaitan antar klaster dalam satu sektor maupun dengan klaster pada

sektor lainnya, sekaligus mendorong kemitraan antara IKM dengan perusahaan besar dan

kaitan interaktif yang relevan lainnya, sehingga membentuk jaringan industri serta struktur

yang mendukung peningkatan nilai tambah melalui peningkatan produktivitas;

c. Mendorong tumbuhnya industri terkait yang memerlukan pasokan bahan baku dan

penolong yang sama, sehingga memperkuat partnership antara industry prioritas, terkait,

dan pendukung;

d. Memfasilitasi upaya-upaya pemasaran dalam maupun luar negeri.

3. Pembangunan Industri yang Berkelanjutan

a. Memperhatikan aspek lingkungan hidup dalam pengembangan industri yang

menghasilkan produksi bersih (green product/ecological product);

8

Page 9: MAKALAH BANGUN SEKTOR 2025

BANGUN SEKTOR INDUSTRI 2025 January 9, 2010

b. Menerapkan produksi bersih terutama terhadap industri-industri yang berpotensi

menghasilkan limbah;

c. Menginternalisasikan biaya pengelolaan lingkungan ke dalam biaya produksi;

d. Mengembangkan zero waste industries;

e. Mengembangkan industri berbahan baku lokal yang terbarukan.

4. Persebaran Industri

Mengembangkan industri mendekati sumber bahan baku terbarukan sehingga

pengelolaannya lebih efisien, terutama ke daerah-daerah yang populasi industri dan tingkat

kegiatan ekonominya masih relatif rendah (di luar P Jawa).

5. Pengembangan Industri Kecil dan Menengah

a. Mengembangkan IKM disetiap tahap dan rantai agar perannya setara dengan

industri besar, sehingga merupakan pondasi perekonomian yang kokoh;

b. Mengembangkan IKM yang mandiri dan atau mendukung industri besar dalam

satu kerangka kerjasama yang sederajat dan saling menguntungkan.

C. KONSEPSI BANGUN INDUSTRI YANG DICITA-CITAKAN

Bangun Industri Indonesia yang dicita citakan pada tahun 2025, diharapkan mempunyai

ciri-ciri sebagai berikut:

1. Industri Manufaktur sudah Masuk Kelas Dunia (World Class)

Pada tahun 2025, industri manufaktur nasional, telah memiliki basis yang kuat,

sehingga setara dengan industri negara maju atau sudah masuk kelas dunia (World Class).

Bila sudah memiliki basis yang kuat, maka industri manufaktur tumbuh dan berkembang

dengan berbasis sumber daya nasional, sudah terbangunnya pilar-pilar pengembangan industri

ke depan dengan mantap, serta punya daya saing yang kuat di pasar internasional. Keadaan

dimaksud secara lebih spesifik tergambar sebagai berikut:

a. Tumbuh dan berkembangnya industri manufaktur dengan berbasis sumber daya nasional,

artinya, sebagian besar kebutuhan industri nasional untuk berkembang, berasal dari

sumber daya nasional, baik dari sisi sumber daya manusia, modal, teknologi, maupun

sumber daya lainnya yang dibutuhkan sektor ini.

b. Terbangunnya pilar pengembangan industri ke depan dengan mantap, artinya, semua

faktor strategis (Physical Capital, Organizational Capital, Power Capital,Intelectual

9

Page 10: MAKALAH BANGUN SEKTOR 2025

BANGUN SEKTOR INDUSTRI 2025 January 9, 2010

Capital, dan Socio-Cultural Capital) baik secara konseptual, maupun operasional sudah

tersedia dan berjalan dengan baik.

c. Punya daya saing yang kuat di pasar internasional, artinya industri manufaktur nasional,

sudah memiliki produktivitas, efisiensi serta kualitas produk yang tinggi berkelas dunia,

sehingga dapat diandalkan di pasar internasonal

2. Potensi Pertumbuhan yang Kuat, dan Prime Mover Ekonomi

Pada tahun 2025, industri manufaktur nasional telah memiliki potensi pertumbuhan

yang kuat, dan menjadi motor penggerak utama (prime mover) ekonomi nasional. Bila sudah

memiliki potensi pertumbuhan yang kuat, maka industri manufaktur nasional sudah

mempunyai kaitan (linkage) yang kuat dan sinergis antar sub sektor industri dan dengan

berbagai sektor ekonomi lainnya. Industri ini mengandung muatan lokal yang tinggi,

menguasai pasar domestik, memiliki produk unggulan industri masa depan, dapat tumbuh

secara berkelanjutan, serta mempunyai daya tahan (resilience) yang tinggi terhadap gejolak

perekonomian dunia. Untuk dapat mencapai keadaan seperti yang diharapkan ini, industri

nasional minimal telah memiliki keadaan sebagai berikut:

a. Mempunyai kaitan (linkage) yang kuat dan sinergis antar sub sektor industry dan dengan

berbagai sektor ekonomi lainnya, berarti ke dalam (sektor industri), sudah mempunyai

struktur yang kokoh antar cabang industri dan kedalaman yang kuat antara hulu dan

hilirnya. Sebaliknya ke luar (antara sektor industri manufaktur dengan sektor ekonomi

lainnya) sudah terjalin sinergi yang baik, saling menguatkan satu sama lain. Dengan

demikian berarti pondasi dan struktur ekonomi nasional sudah kokoh

b. Memiliki kandungan lokal yang tinggi berarti industri manufaktur nasional, sudah dapat

menghasilkan berbagai kebutuhannya sendiri utamanya barang modal untuk

pengembangan industri ke depan, sehingga tidak tergantung pada impor bahan baku

maupun penolong. Di samping itu kondisi ini juga menunjukkan kemampuan industri

manufaktur menghasilkan efek berganda yang besar bagi sektor ekonomi lainnya. Sektor

industri manufaktur nasional sudah dapat diandalkan menjadi pemasok, maupun pasar

bagi sektor ekonomi lainya, begitu juga sebaliknya. Dengan demikian bangsa ini sudah

memulai kemandiriannya di sektor industri manufaktur

c. Menguasai pasar domestik, berarti industri manufaktur nasional menjadi pemasok utama

kebutuhan produk industri nasional. Dengan demikian, maka kebutuhan impor produk

10

Page 11: MAKALAH BANGUN SEKTOR 2025

BANGUN SEKTOR INDUSTRI 2025 January 9, 2010

industri akan jauh berkurang, sehingga ini juga merupakan ciri dari kemandirian industri

dan ekonomi nasional. Bila kondisi ini terwujud, maka Indonesia telah berhasil

meletakkan dasar ketahanan ekonomi nasionalnya

d. Memiliki produk unggulan industri masa depan, berarti industri manufaktur nasional

sudah mempunyai produk mandiri yang dapat dibanggakan. Bila ini sudah terwujud, maka

industri manufaktur nasional sudah memiliki modal kuat untuk berkembang menjadi

industri kelas dunia.

e. Dapat tumbuh secara berkelanjutan, berarti industri manufaktur nasional sudah memiliki

kemampuan penelitian dan pengembangan produk, serta sistemnya secara berkelanjutan.

Bila ini sudah terwujud, maka Indonesia, sudah meningkat menjadi negara industri maju

baru yang disegani di dunia.

f. Mempunyai daya tahan (resilience) yang tinggi terhadap gejolak perekonomian dunia,

artinya industri manufaktur nasional, sudah memiliki pangsa pasar yang cukup besar baik

di pasar domestik maupun pasar International.

Selanjutnya, industri manufaktur nasional juga sudah memiliki akar yang kuat di

dalam negeri, dengan cabang dan ranting operasi usahanya sudah merambah ke berbagai

pelosok dunia.

3. Kemampuan yang Seimbang dan Merata antar Skala Usaha

Pada tahun 2025, antar skala usaha industri nasional telah dimiliki kemampuan yang

relatif seimbang dan merata. Bila antar skala usaha industri manufaktur nasional sudah memiliki

kemampuan yang relatif seimbang dan merata, maka antara industri kecil, menengah (IKM) dan

industri besar sudah sudah dapat bersinergi dengan baik, dan memiliki kemampuan yang

seimbang dalam menghasilkan nilai tambah sebagai kontribusi sektor industri terhadap ekonomi

nasional. Gambaran lebih spesifik dari keadaan yang dimaksud, yaitu:

a. Industri kecil dan menengah (IKM) serta industri besar sudah dapat bersinergi dengan baik,

artinya sudah terbentuk hubungan yang saling menguntungkan, dan saling memerlukan antar

skala usaha sektor industri secara nasional. Bila hal ini sudah terwujud, maka sektor industri

manufaktur Indonesia, sudah dapat dijadikan basis ekonomi nasional untuk berkembang

menuju masa depan yang lebih baik.

b. Industri kecil dan menengah (IKM) serta industri besar sudah memiliki kemampuan yang

seimbang dalam menghasilkan nilai tambah sektor industri terhadap ekonomi nasional, artinya

11

Page 12: MAKALAH BANGUN SEKTOR 2025

BANGUN SEKTOR INDUSTRI 2025 January 9, 2010

kesenjangan antar pelaku dan skala usaha sudah makin menipis, dan ini merupakan modal

yang penting untuk berkembang menuju Indonesia yang lebih makmur dan berkeadilan di

masa depan. Bila bangun industri nasional seperti di atas sudah terwujudkan, maka Indonesia

sudah menjadi negara industri maju baru, dan siap bersaing di pasar global.

D. PERANAN DAN KONTRIBUSI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

Pada tahun 2025, peranan industri pengolahan/manufaktur sudah berperan sebagai mesin

penggerak utama (prime mover) ekonomi nasional, sehingga dapat menjadi tumpuan penciptaan

lapangan kerja, penggerak utama penciptaan nilai tambah, menguasai pasar domestik, serta

menjadi mesin penggerak utama untuk menghasilkan devisa.

Di samping itu, pada tahun 2025, kontribusi industri pengolahan/manufaktur sudah

sedemikian besar sehingga menjadi tulang punggung (back bone) ketahanan ekonomi nasional.

Dengan demikian sektor industri menjadi tumpuan kemandirian ekonomi nasional masa depan.

E. STRUKTUR INDUSTRI DARI BERBAGAI ASPEK

Dilihat dari berbagai aspek struktur industri dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Menurut Sub Sektor Industri

Struktur industri nasional pada tahun 2025 diharapkan telah mempunyai struktur yang

kokoh dan saling menguatkan, baik ke dalam (masing masing sub sektor) maupun ke luar

(antar cabang atau sub sektor industri). Dengan demikian sudah terjadi sinergi antar sub sektor

industri yang memperkuat dan memperkokoh bangunan industri nasional secara keseluruhan.

2. Menurut Skala Usaha

Industri Kecil dan Menengah (IKM) serta industri besar sudah memiliki kemampuan

yang seimbang dalam menghasilkan nilai tambah sektor industri terhadap ekonomi nasional,

artinya sudah tercipta struktur yang relatif seimbang antar pelaku dan skala usaha yang

merupakan modal penting untuk berkembang menuju Indonesia yang lebih makmur dan

berkeadilan di masa mendatang.

3. Menurut Sebaran Geografis

Pada tahun 2025, sebaran industri pengolahan/manufaktur secara geografis, sudah

hampir merata, sesuai dengan potensi sumber daya alam masing masing daerah. Khusus untuk

industri agro yang berbasis sumber daya alam nasional tersebar di luar Jawa, sementara di

12

Page 13: MAKALAH BANGUN SEKTOR 2025

BANGUN SEKTOR INDUSTRI 2025 January 9, 2010

Jawa diarahkan untuk industri yang bukan berbasis sumber daya alam seperti industri

telematika, elektronik atau industri yang memiliki nilai tambah dan kandungan teknologi

tinggi lainnya.

4. Menurut Kaitan Hulu Hilir

Pada tahun 2025, kaitan hulu hilir industri manufaktur nasional sudah terjalin dengan

kokoh. Antara industri hulu dan hilir sudah saling menguatkan. Industri hulu sudah menjadi

pemasok sebagian besar kebutuhuan bahan baku dan penolong bagi industry hilirnya, atau

dengan kata lain industri hilir sektor industri nasional, sudah menjadi pasar yang dapat

diandalkan oleh industri hulu.

5. Menurut Nilai Tambah

Pada tahun 2025, sektor industri nasional, merupakan penghasil nilai tambah terbesar

dari berbagai sektor ekonomi. Nilai tambah ini hampir merata dari berbagai cabang, maupun

skala industri. Dengan demikian sektor industri nasional pemasok nilai tambah, serta devisa

terbesar diantara sektor ekonomi nasional.

6. Daya Saing Industri

Pada tahun 2025 industri manufaktur nasional sudah memiliki daya saing yang kuat

dan berkelas internasional. Kekuatan daya saing ini diperoleh dari tingginya tingkat

produktivitas dan tingkat efisiensi di sektor industri, di samping itu industri nasional sudah

memiliki kemampuan penelitian dan pengembangan produk yang tangguh.

F. KEMAMPUAN TEKNOLOGI

Pada tahun 2025, kemampuan teknologi dan rekayasa industri manuktur nasional sudah

kuat dan kokoh, sehingga dapat menghasilkan berbagai produk unggulan masa depan di setiap

cabang industri.

G. KEMAMPUAN SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) SEKTOR INDUSTRI

Pada tahun 2025, kemampuan sumber daya manusia sektor industri nasional sudah sangat

berkembang, baik dari sisi manajerial, maupun teknis produksi. Bahkan, pada saat itu sudah

banyak SDM sektor industri nasional yang dikirim ke luar negeri untuk mengelola usaha nasional

yang ada di berbagai negara.

H. WAWASAN BUDAYA MASYARAKAT

13

Page 14: MAKALAH BANGUN SEKTOR 2025

BANGUN SEKTOR INDUSTRI 2025 January 9, 2010

Pada tahun 2025, wawasan budaya masyarakat mengenai industri sudah demikian maju,

sehingga memasyarakatkan industri atau mengembangkan industri (entrepreneurship) di

masyarakat bukan lagi wacana, tetapi sudah menjadi kenyataan.

I. KELEMBAGAAN (INSTITUSIONALISASI)

Pada tahun 2025, berbagai institusi (kelembagaan) yang berkaitan dengan pengembangan

industri nasional sudah berjalan dengan baik di bidang pemerintahan, masyarakat pengusaha,

seperti asosiasi maupun dunia profesi, pendidikan, serta Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

Lingkup kegiatan organisasi bukan hanya wilayah domestik, tetapi sudah merambah ke dunia

internasional. Kegiatan dan operasi kelembagaan yang berkaitan dengan pengembangan industri

nasional, baik institusi pemerintah maupun masyarakat, dan pelaku usaha, sudah memiliki

aktivitas mata-mata atau intelijen di berbagai bidang yang berkaitan dengan pengembangan

industri, maupun ekonomi nasional, seperti riset dan pengembangan teknologi dan pemasaran.

14

Page 15: MAKALAH BANGUN SEKTOR 2025

BANGUN SEKTOR INDUSTRI 2025 January 9, 2010

BAB. III

PEMBAHASAN

TIGA INDUSTRI ANDALAN INDONESIA TAHUN 2025

Berdasarkan Rencana Strategis yang telah disusun oleh Departemen Perindustrian,

pengembangan konsep negara industri difokuskan pada 3 industri andalan masa depan, yaitu

industri agro, industri alat angkut dan industri telematika. Melalui pendekatan top-down policy,

telah diidentifikasi 34 industri (dari 365 industri yang ada) yang termasuk dalam 6 klaster industri

prioritas untuk mendukung 3 industri andalan tersebut. Sedangkan pendekatan bottom-up policy

dilakukan melalui pengembangan kompetensi inti industri daerah. Hal ini mengingat kondisi tiap-

tiap    daerah (potensi   ekonomi, tingkat  kemajuan industri, budaya, ketersediaan prasarana,

keterampilan tenaga kerja,  kepadatan penduduk) berbeda satu dengan yang lain.

Beberapa permasalahan yang menjadi perhatian adalah anggaran litbang yang tersebar di

banyak lembaga dan hampir setengah dari anggaran tersebut tersedot untuk kebutuhan rutin. Di lain

pihak, ketersediaan dana penelitian yang cukup besar dari suatu departemen tidak memberikan

jaminan bahwa akan dihasilkan penelitian yang berkualitas. Isu-isu lainnya terkait dengan masalah

paten, peraturan perundang-undangan yang belum berpihak terhadap pertumbuhan ekonomi, dan

peran inkubator. Untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada dalam upaya mencapai cita-cita

tersebut di atas, perlu disusun roadmap teknologi secara detil, identifikasi jenis teknologi yang

dibutuhkan, dan program kerja bersama yang memuat informasi yang jelas tentang pembagian tugas

dari masing-masing lembaga. Upaya tersebut akan lebih baik bila dibarengi dengan pembentukan

15

Page 16: MAKALAH BANGUN SEKTOR 2025

BANGUN SEKTOR INDUSTRI 2025 January 9, 2010

konsorsium di bidang-bidang yang potensial menjadi lokomotif pembangunan ekonomi serta

kebijakan pemerintah berupa keberpihakan terhadap hasil-hasil penelitian dengan menciptakan

pasar.(sumber; portal Nasional Republik Indinesia. www.indinesia.go.id)

A. Industri Agro

Semakin dalamnya ketergantungan Indonesia terhadap pangan impor karena kesalahan

dalam menentukan paradigma pembangunan ekonomi. Puluhan tahun kebijakan ekonomi yang

dipilih adalah industri nonagro yang sampai sekarang tidak pernah berdaya saing.

”Industri nonagro yang menjadi perhatian pemerintah selama puluhan tahun hanya menghasilkan

ketergantungan demi ketergantungan. Ini terjadi karena input produksi industri nonagro semuanya

dari impor, seperti bahan baku, teknologi, modal, dan tenaga ahli,” tegas Guru Besar Sosial

Ekonomi Industri Pertanian Universitas Gadjah Mada M Maksum, Kamis (27/8) di Yogyakarta.

Penegasan Maksum berkenaan pada ketergantungan Indonesia, antara lain, pada impor pangan.

Setiap tahun negara mengeluarkan devisa Rp 50 triliun untuk impor pangan, sekitar 5 persen dari

APBN. Bahkan, garam juga harus impor sebanyak 1,58 juta ton setahun senilai Rp 900 miliar.

Maksum menegaskan, segala pemanjaan diberikan kepada industri nonagro seperti kebijakan fiskal

dengan keringanan atau pembebasan pajak. Dalam kebijakan moneter dilakukan penguatan nilai

tukar rupiah sehingga produk pertanian kalah bersaing. Di bidang infrastruktur juga bias industri

nonagro, begitu pula dalam kebijakan tata niaga yang pro impor. ”Ternyata sampai sekarang

industri nonagro tak pernah dewasa. Ketergantungan terhadap produk impor semakin meningkat,”

katanya. Lihat saja industri tekstil, sepatu, otomotif, elektronik.

Karena itu, saatnya perubahan kebijakan pada tataran supra makro dengan mengubah

orientasi kebijakan ekonomi ke industri agro. Karena saat ini ada 42 juta tenaga kerja di sektor

pertanian dari total 105 juta angkatan kerja yang ada. Membangun pertanian sama halnya

meningkatkan pendapatan mayoritas masyarakat, yang pada gilirannya mampu menggerakkan

industri nonagro karena peningkatan daya beli.

Misalnya, dengan memfokuskan pembangunan industri pengolahan yang berbasis produk

pertanian lokal. Bahan baku, modal, tenaga kerja, teknologi dari dalam negeri dan pasar dalam

negeri. Setelah berkembang baru melakukan ekspor. Artinya pemenuhan kebutuhan dalam negeri

yang berasal dari negeri sendiri dan setelah kebutuhan dalam negeri terpenuhi baru melakukan

perluasan pasar keberbagai Negara (ekspor).

16

Page 17: MAKALAH BANGUN SEKTOR 2025

BANGUN SEKTOR INDUSTRI 2025 January 9, 2010

Indenesia merupakan Negara yang sangat kaya akan sumber daya alam baik didarat maupun

dilaut namun sangat ironis perkembangan industry yang didukung kebijakan-kebijakan atau

peraturan-peraturan yang selama ini justru tidak berpijak pada pemanfaatan potensi sumber daya

alam tersebut, yakni lebih mengutamakan industry nonagro yang jelas-jelas sebenarnya kita tidak

cukup mampu untuk mengembangkan industry tersebut karena keterbatasan potensi terutama

sumber daya manusia, teknologi, bahan baku, bahan pendukung dan lain sebagainya, atas dasar

kondisi tersebutlah memang sudah saatnya kebijakan pengembagan industry Indonesia harus

berorientasi pada sumber daya yang dimiliki bangsa Indonesia sendiri terutama pada industry yang

berbasis agro karena dengan berkembangnya industry agro sebagaimana disebutkan diatas sama

halnya dengan meningkatkan taraf sebagian besar kehidupan rakyat Indonesia dan dengan begitu

industri indenesia akan memiliki pondasi yang kuat dan menciptakan perekonomian yang stabil

bagi seluruh lapisan rakyat Indonesia.

B. Industri Telematika

Pengembangan prasarana Telematika merupakan pendukung utama pengembangan

telematika Indonesia dan bagian dari wawasan pengembangan yang menyeluruh, yakni

menjadikannya sebagai prasarana dan penggerak utama pembangunan nasional. Dengan

demikian, prasarana Telematika merupakan prasarana lintas informasi untuk mendukung 3 moda

aliran informasi, yaitu many-to-one, one-to-many dan one-to-one.

Many-to-one adalah wahana akses dari banyak pelaku akse ke sasaran tertentu. One-to-

many adalah wahana penyebaran informasi dari sumber tertentu ke banyak pengguna informasi.

Sedangkan one-to-one adalah pertukaran informasi antar sumber, antar pengguna, dan antara

sumber dan pengguna secara interaktif.

Keterpaduan antara ketiga moda itu ditujukan untuk mendukung berbagai aplikasi

Telematika, antara lain sistem informasi fungsional berbasis jaringan, pusat data-dasar dan pusaat

informasi multimedia, jaringan lintas informasi yang bermuatan nilai tambah aplikasi, kantor-

elektronis, sistem dukungan keputusan atau Decision Support System (DSS), Sistem Informasi

Manajemen (SIM), Sistem Informasi Eksekutif (SIE) dan sistem pakar.

Pengembangan Prasarana Telematika ini diutamakan pada aspek keterjangkauan

hubungan yang merata ke seluruh lapisan masyarakat yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia

(Connectivity) dengan kehandalan (density) ditingkatkan secara bertahap berdasarkan keperluan.

17

Page 18: MAKALAH BANGUN SEKTOR 2025

BANGUN SEKTOR INDUSTRI 2025 January 9, 2010

Prasarana ini juga dikembangkan dengan kemampuan ketersambungan dengan jaringan lintas

informasi regional dan global, melalui pintu gerbang (gateway) yang ditetapkan.

Selain itu pengembangan Telematika Indonesia harus berangkat dan mengangkat

kemampuan industri dalam negeri. Sedangkan pengembangan prasarananya harus ditekadkan

menjadi pemacu industri perangkat keras telekomunikasi dan industri jasa penyedia jasa jaringan

(Network Service Provider). Untuk kebutuhan perangkat keras dalam jumlah yang besar dengan

tingkat kecanggihan teknologi yang terjangkau, harus didorong untuk dipasok oleh industri

elektronika dalam negeri.

Untuk mendukung upaya riset pengembangan dan mendorong industri dalam negeri dan

luar negeri untuk berproduksi,dibutuhkan rencana mengembangkan Kawasan Industri Khusus

Telematika. Secara garis besar, kebijaksanaan pembangunan Industri Telematika harus

mempunyai 3 tujuan.

1. Mendukung Telematika Indonesia dan sekaligus memanfaatkan sebesar-besarnya kemampuan

industri dalam negeri.

2. Mendukung mewujudkan kegiatan ekonomi yang lebih efisien.

3. Menjadi wahana untuk meningkatkan kegiatan investasi, baik di bidang Industri Telematika

maupun di bidang kegiatan ekonomi lainnya.

C. Industri Alat Angkut

1. Industri Otomotif

Permasalahan-permasalahan yang dihadapi industry otomotif pada saat ini adalah antara

lain sebagai berikut;

a. Ketergantungan pada luar negeri yang tinggi di bidang teknologi;

b. Masih lemahnya dukungan lembaga litbang lokal;

c. Masih tingginya ketergantungan bahan baku dan komponen dari luar negeri;

d. Masih terbatasnya supporting industry khususnya yang berskala IKM;

e. Masih belum memadainya infrastruktur teknologi pendukung (sertifikasi, laboratorium,

dll).

Untuk memecahkan permasalahan dimaksud, strategi pembangunan yang akan ditempuh

adalah mendorong industri kendaraan roda dua agar memiliki kemampuan ”full manufacturing”

serta penguasaan desain dan engineering kendaraan bermotor secara utuh. Sedangkan untuk

kendaraan roda empat, strategi yang akan ditempuh adalah pengembangan kemampuan

18

Page 19: MAKALAH BANGUN SEKTOR 2025

BANGUN SEKTOR INDUSTRI 2025 January 9, 2010

penguasaan desain dan engineering, baik untuk pembuatan komponen maupun kendaraan

bermotor utuh yang sesuai dengan pasar spesifik.

Dengan demikian, dalam jangka menengah industri kendaraan bermotor diharapkan telah

memiliki industri pemasok komponen dalam negeri yang semakin kuat, sedangkan dalam jangka

panjang diharapkan mampu mandiri melakukan desain dan engineering produk kendaraan

bermotor. Dalam rangka pencapaian sasaran tersebut di atas disusun pokok-pokok rencana aksi,

pengembangan industri kendaraan bermotor yang memerlukan dukungan infrastruktur ekonomi

yang memadai seperti teknologi, SDM, infrastruktur, pasar dan sebagainya. Kerangka

pengembangan industri kendaraan bermotor.

Keberhasilan pendekatan klaster dalam pengembangan industri kendaraan bermotor sangat

tergantung dari efektifitas hubungan kerjasama antara pemerintah dan dunia usaha (Public-

Private Partnership) dan keterkaitan. Untuk mengefektifkan kerjasama dan koordinasi tersebut

diperlukan adanya kelembagaan yang mendorong komunikasikan secara rutin dan

berkesinambungan. Secara rinci, peran dari masingmasing pemangku kepentingan dan kerangka

keterkaitan industri.

2. Industri Perkapalan

Permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh industry perkapalan

saat ini adalah sebagai berikut;

a. Produktivitas beberapa galangan kapal rendah karena mesin peralatan

produksi sudah tua;

b. Masih tingginya kandungan impor komponen perkapalan;

c. Belum ada standardisasi jenis-jenis kapal (feri penyeberangan, kapal

ikan);

d. Kemampuan dalam mendesain kapal baru masih terbatas;

e. Tidak berkembangnya desain-desain kapal rakyat produk galangan IKM;

f. Menurunnya daya angkut armada pelayaran nasional.

Sasaran pengembangan industri perkapalan yang ingin dicapai dalam

jangka menengah adalah meningkatnya jumlah dan kemampuan galangan

kapal nasional yang mampu membangun kapal sampai dengan kapasitas

50.000 DWT di samping meningkatnya kemampuan pembuatan komponen-

komponen kapal. Sedangkan sasaran dalam jangka panjang adalah

19

Page 20: MAKALAH BANGUN SEKTOR 2025

BANGUN SEKTOR INDUSTRI 2025 January 9, 2010

mampunya galangan kapal nasional dalam membangun kapal dengan

kapasitas s/d 150.000 DWT untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan

pasar luar negeri.

Pokok-pokok Rencana aksi yang akan dilaksanakan dalam rangka

pencapaian sasaran di atas dalam jangka menengah adalah membangun

aliansi dengan luar negeri (Korea, Cina, Negara bekas Eropa Timur) dalam

pengembangan galangan kapal nasional, serta meningkatkan kemampuan

industri dalam negeri dalam pembuatan komponen kapal utama. Untuk

jangka panjang, pokok-pokok rencana aksi adalah membangun kapal dengan

kapasitas diatas 50.000 DWT. Pengembangan industri perkapalan, perlu

ditunjang oleh infrastruktur ekonomi yang memadai seperti teknologi, SDM,

infrastruktur dan pasar.

Pendekatan klaster dalam pengembangan industri, tingkat

keberhasilannya sangat tergantung dari efektifitas hubungan kerjasama

antara pemerintah dan dunia usaha serta keterkaitanya. Untuk

mengefektifitaskan kerjasama dan koordinasi tersebut diperlukan adanya

kelembagaan yang mendorong komunikasi secara rutin.

3. Industri Kedirgantaraan

Permasalahan yang dihadapi pada industry kedirgantaraan pada saat ini adalah sebagai

berikut, antara lain;

a. Restrukturisasi industri pesawat terbang nasional yang belum selesai;

b. Diperlukan biaya tinggi untuk memulai industri kedirgantaraan;

c. Struktur permodalan lemah dan akses sumber permodalan terbatas;

d. Ketergantungan bahan baku dan komponen dari luar negeri masih tinggi;

e. Ketergantungan teknologi produk yang cukup tinggi.

Dalam jangka menengah industri kedirgantaraan diharapkan mampu memasok sebagian

besar kebutuhan nasional pesawat terbang berukuran kecil, sedangkan dalam jangka panjang

adalah menjadikan Indonesia sebagai supplier utama pesawat transport berpenumpang kurang

dari 30 orang di Asia Pacific dan menjadi pusat perawatan dan perbaikan pesawat terbang di

ASEAN.

20

Page 21: MAKALAH BANGUN SEKTOR 2025

BANGUN SEKTOR INDUSTRI 2025 January 9, 2010

Pencapaian sasaran tersebut diatas diperoleh melalui pokok-pokok rencana aksi yang akan

dilaksanakan pada jangka menengah, yaitu mengembangkan industry pesawat terbang kecil

(berpenumpang kurang dari 30 orang), meningkatkan kemampuan dan pemanfaatan fasilitas

perawatan serta perbaikan dalam negeri bagi pesawat milik instansi pemerintah maupun swasta

nasional. Pada jangka panjang, pokok-pokok rencana aksi adalah mampu mengembangkan

pesawat terbang untuk berbagai kebutuhan khusus.

Secara lengkap, kerangka pengembangan industri kedirgantaraan, perlu ditunjang oleh

infrastruktur ekonomi yang memadai seperti teknologi, SDM, infrastruktur dan pasar.

4. Industri Perkeretaapian

Permasalahan-permasalahan yang ada pada industry perkereta apian mana sekarang ini

adalah sebagai berikut;

a. Perkeretaapian nasional seperti halnya perkeretapian di negara ASEAN lainnya termasuk

spesifik (sepur sempit dan tekanan gandar rendah), sehingga diperlukan skala ekonomi

untuk membangun industry perkeretaapian. Indonesia sudah memiliki industri

perkeretaapian satusatunya di kawasan ASEAN, namun utilitas pabrik masih rendah

akibat pesanan dalam negeri menurun. Pesanan dalam negeri terpusat pada kebutuhan PT.

Kereta Api (Persero) merupakan BUMN operator monopoli.

b. Pengadaan kereta api masih mengandalkan bantuan luar negeri sehingga mengikuti

standar spesifik dari negara asalnya. Dampaknya pada penyediaan suku cadang yang

beraneka ragam menjadi salah satu penyebab backlog perawatan. Untuk itu perlu adanya

audit teknologi bagi kondisi armada dan prasarana yang ada, membangun sistem

sertifikasi dan kelaikan jalan serta badan independen yang memantau pelaksanaan

standardisasi, keamanan dan mutu pelayanan bidang perkeretaapian. Tidak ada insentif

bagi industri untuk meningkatkan kemampuan litbang teknologi (desain dan rekayasa),

serta insentif untuk peningkatan ekspor produk manufaktur kategori teknologi tinggi.

c. Terdapat persaingan ketat dengan produk Cina (didukung pemerintah melalui paket

kebijakan ekspor dan pembiayaan) di pasar negara ASEAN dan negara sedang

berkembang.

Sasaran pengembangan industri perkeretaapian yang akan dicapai dalam jangka menengah

adalah mampu memasok sebagian besar kebutuhan sector perkeretaapian di pasar dalam negeri

dan pasar ASEAN serta meningkatnya kemampuan desain dan manufaktur untuk lokomotif

21

Page 22: MAKALAH BANGUN SEKTOR 2025

BANGUN SEKTOR INDUSTRI 2025 January 9, 2010

berdaya tinggi untuk angkutan barang serta kereta rel listrik dan kereta rel diesel elektrik untuk

angkutan komuter perkotaan.

Pokok-pokok rencana aksi yang akan dilaksanakan dalam rangka pencapaian sasaran di

atas dalam jangka menengah adalah restrukturisasi industry perkeretaapian dan menumbuh-

kembangkan integrator antara industry perkeretaapian dan industri penunjang dan industri

terkaitnya sehingga mampu membangun proyek perkeretapian secara mandiri dalam rangka

program percepatan pembangunan infrastuktur terutama angkutan perkotaan dan angkutan barang

di daerah. Untuk jangka panjang, pokok-pokok rencana aksi adalah meningkatkan kemampuan

industri perkeretaapian dan integratornya untuk peningkatan kapasitas angkut, kecepatan dan

keandalan sehingga menjadikan kereta api sebagai pilihan transportasi umum masal.

Pengembangan industri perkeretaapian, perlu ditunjang oleh infrastruktur ekonomi yang

memadai seperti teknologi, SDM, infrastuktur dan pasar serta kebijakan yang kondusif dalam

pola insentif bagi pembiayaan, peningkatan daya saing industry dan peningkatan peran swasta

nasional.

BAB. IV

KESIMPULAN

Sektor industri merupakan komponen utama pembangunan ekonomi

nasional, yang tidak saja mampu memberikan kontribusi output yang besar bagi

perekonomian, tetapi juga mampu memberikan kontribusi yang besar dalam

penyerapan tenaga kerja. Selama 2 (dua) dasawarsa sebelum krisis ekonomi,

peran sektor industri terhadap perekonomian nasional hampir mencapai 25%.

Krisis ekonomi tahun 1998 telah berdampak sangat negatif terhadap

sector industri, yang mengakibatkan beberapa cabang industri harus tumbuh

negatif dan beberapa cabang jalan di tempat, walaupun ternyata masih ada

beberapa cabang industry yang masih dapat tumbuh. Beberapa kalangan

bahkan menilai telah terjadi proses ”deindustrialisasi”. Keadaan yang sedang

dihadapi, ditambah dengan semakin ketatnya situasi persaingan di masa

depan telah diantisipasi oleh Departemen Perindustrian dengan mengkaji dan

menyusun ulang kebijakan-kebijakan nasional pembangunan industri.

22

Page 23: MAKALAH BANGUN SEKTOR 2025

BANGUN SEKTOR INDUSTRI 2025 January 9, 2010

Kebijakan Pembangunan Industri Nasional ini disusun dengan maksud untuk

memberikan arah baru bagi pengembangan industri nasional di masa datang,

serta memecahkan berbagai permasalahan yang menghambat perkembangan

industri saat ini.

Strategi pengembangan industri Indonesia ke depan, mengadaptasi

pemikiran-pemikiran terbaru yang berkembang saat ini, sehubungan dengan

era globalisasi dan perkembangan teknologi abad 21, yaitu pendekatan

pengembangan industri melalui konsep klaster dalam konteks membangun

daya saing industri yang berkelanjutan. Pada dasarnya klaster industri adalah

upaya pengelompokan industri inti yang saling berhubungan, baik dengan

industri pendukung (supporting industries), industri terkait (related industries), jasa

penunjang, infrastruktur ekonomi, dan lembaga terkait. Manfaat klaster ini

selain untuk mengurangi biaya transportasi dan transaksi, juga untuk

meningkatkan efisiensi, menciptakan asset secara kolektif, dan mendorong

terciptanya inovasi.

Untuk menentukan industri yang prospektif, dilakukan pengukuran daya

saing, baik dari sisi penawaran maupun sisi permintaan; untuk melihat

kemampuannya bersaing di dalam negeri maupun di luar negeri. Hasil analisis

daya saing terhadap industri yang sudah berkembang di Indonesia,

dikelompokkan ke dalam dua kelompok yaitu produksi orientasi ekspor dan

produksi orientasi dalam negeri, yang selanjutnya dibedakan atas 4 kategori

yaitu : Industri Padat Sumber Daya Alam, Industri Padat Tenaga Kerja, Industri

Padat Modal, dan Industri Padat Teknologi.

Dalam menentukan Bangun Industri yang dicita-citakan, industri-industri

terpilih tersebut, yang didasarkan atas industri yang sudah ada, dilengkapi lagi

dengan industri-industri lainnya yang dipilih berdasarkan pertimbangan atas

besarnya potensi Indonesia, yaitu luas bentang wilayah, besarnya jumlah

penduduk dan ketersediaan sumber daya alam, yang bisa didayagunakan

untuk kepentingan pembangunan sector industri.

23

Page 24: MAKALAH BANGUN SEKTOR 2025

BANGUN SEKTOR INDUSTRI 2025 January 9, 2010

Berdasarkan proses tersebut, maka bangun industri yang diharapkan

menjadi motor penggerak utama perekonomian nasional, dan menjadi tulang

punggung ketahanan perekonomian nasional di masa yang akan datang

disusun, serta telah dipertimbangkan segala aspek sumber daya nasional yang

ada, sehingga diharapkan memiliki struktur keterkaitan dan kedalaman yang

kuat serta memiliki daya saing yang berkelanjutan dan tangguh di pasar

internasional. Bangun Sektor Industri yang dimaksud secara sederhana dapat

digambarkan sebagai berikut:

Basis Industri Manufaktur, adalah kelompok industri yang telah

berkembang saat ini. Industri kelompok ini yang keberadaannya sangat

bergantung pada ketersediaan SDA dan SDM yang tidak terampil, untuk ke

depan perlu direstrukturisasi dan diperkuat kemampuannya sehingga mampu

menjadi industri kelas dunia.

Penentuan industri prioritas, dilakukan melalui analisis daya saing

internasional dan pertimbangan besarnya potensi Indonesia yang dapat

digunakan dalam rangka menumbuhkan industri. Dalam jangka panjang

pengembangan industry diarahkan pada penguatan, pendalaman dan

penumbuhan klaster pada kelompok industri : 1) Industri Agro; 2) Industri Alat

24

Page 25: MAKALAH BANGUN SEKTOR 2025

BANGUN SEKTOR INDUSTRI 2025 January 9, 2010

Angkut; 3) Industri Telematika; 4) Basis Industri Manufaktur; dan 5) Industri

Kecil dan Menengah Tertentu.

Dengan terbangunnya bangun sector industry tahun 2025, Indonesia

diharapkan mampu mewujudkan visi dan misinya menjadi Negara maju baru

yang nantinya akan meningkatkan taraf hidup rakyatnya, namun dengan

melihat realita yang terjadi pada saat ini bukan barang mudah untuk

mewujudkan hal tersebut karena masih banyak yang harus dibenahi oleh

bangsa Indonesia sendiri baik itu yang langsung berkenaan dengan sector

industry maupun yang tidak langsung berkaitan. Untuk itu diperlukan upaya

dan kerja keras dari setiap elemen bangsa Indonesia untuk mewujudkan cita-

cita tersebut.

25

Page 26: MAKALAH BANGUN SEKTOR 2025

BANGUN SEKTOR INDUSTRI 2025 January 9, 2010

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous,2005, “Buku Pedoman Arah Kebijakan Pembangunan Industri

Nasional”, Departemen Perindustrian;Jakarta.

Anonimous,2009, “Menyongsong Indonesia Negara Industri Maju 2020”,

Kementerian Negara Riset dan Teknologi; Jakarta. (download; Portal

Nasional Indonesia www.indonesia.go.id)

Anonimous, 1998, “Pengembangan Industri Telematika”, Elektro Indonesia

Edisi ke Sebelas; Jakarta.

Yunianto Roni, 2006, “Industri Telematika Tumbuh 10%-12%”, Bisnis Indonesia;

Jakarta.

Dauhan Weuren Edfri, 2009, “Opini Industri Telematika Indonesia”,Blog

Obrolan Bisnis Telekomunikasi.

Disarikan dari berbagai artikel yang terdapat di www.google.com

26