2025, no. 18 tahun 2012

153
- 1 - DAFTAR ISI DAFTAR ISI 1 DAFTAR GAMBAR 3 DAFTAR TABEL 4 BAB I PENDAHULUAN 6 1.1 LATAR BELAKANG 6 1.2 DASAR HUKUM PENYUSUNAN 7 1.3 HUBUNGAN ANTAR DOKUMEN RPJPD DENGAN DOKUMEN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH LAINNYA 8 1.4 SISTEMATIKA PENYAJIAN 9 1.5 MAKSUD DAN TUJUAN 10 1.5.1 Maksud 10 1.5.2 Tujuan 10 BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 12 2.1 ASPEK GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI 12 2.1.1 Karakteristik Lokasi dan Wilayah 12 2.1.2 Potensi Pengembangan Wilayah 19 2.1.3 Wilayah Rawan Bencana 23 2.1.4 Aspek Demografi 25 2.2 ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 28 2.2.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 28 2.2.2 Fokus Kesejahteraan Sosial 34 2.3 ASPEK PELAYANAN UMUM 39 2.3.1 Fokus Layanan Urusan Wajib 39 2.3.2 Fokus Layanan Urusan Pilihan 45 2.4 ASPEK DAYA SAING DAERAH 47 BAB III ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 57 3.1 PERMASALAHAN PEMBANGUNAN 57 3.2 ISU-ISU STRATEGIS 59

Transcript of 2025, no. 18 tahun 2012

Page 1: 2025, no. 18 tahun 2012

- 1 -

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 1

DAFTAR GAMBAR 3

DAFTAR TABEL 4

BAB I

PENDAHULUAN 6

1.1 LATAR BELAKANG 6

1.2 DASAR HUKUM PENYUSUNAN 7

1.3 HUBUNGAN ANTAR DOKUMEN RPJPD DENGAN DOKUMEN RENCANA

PEMBANGUNAN DAERAH LAINNYA 8

1.4 SISTEMATIKA PENYAJIAN 9

1.5 MAKSUD DAN TUJUAN 10

1.5.1 Maksud 10

1.5.2 Tujuan 10

BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 12

2.1 ASPEK GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI 12

2.1.1 Karakteristik Lokasi dan Wilayah 12

2.1.2 Potensi Pengembangan Wilayah 19

2.1.3 Wilayah Rawan Bencana 23

2.1.4 Aspek Demografi 25

2.2 ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 28

2.2.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 28

2.2.2 Fokus Kesejahteraan Sosial 34

2.3 ASPEK PELAYANAN UMUM 39

2.3.1 Fokus Layanan Urusan Wajib 39

2.3.2 Fokus Layanan Urusan Pilihan 45

2.4 ASPEK DAYA SAING DAERAH 47

BAB III

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 57

3.1 PERMASALAHAN PEMBANGUNAN 57

3.2 ISU-ISU STRATEGIS 59

Page 2: 2025, no. 18 tahun 2012

- 2 -

BAB IV

VISI DAN MISI DAERAH 65

4.1 VISI 65

4.2 MISI 67

BAB V

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH 69

5.1 SASARAN POKOK DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN 69

5.2 TAHAPAN DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN 93

5.2.1 Tahap Lima Tahun Ke-1 (2006-2011) 94

5.2.2 Tahap Lima Tahun Ke-2 (2012-2016) 105

5.2.3 Tahap Lima Tahun Ke-3 (2017-2022) 116

5.2.4 Tahap Lima Tahun Ke-4 (2022-2025) 122

5.2.5 Sasaran Pokok, Arahan Kebijakan, dan Tahapan Pembangunan Jangka

Menengah Provinsi Papua Barat 130

BAB VI

KAIDAH PELAKSANAAN 149

6.1 STRATEGI IMPLEMENTASI 151

6.1.1 Strategi Internal 151

6.2.2 Strategi Eksternal 152

BAB VII

PENUTUP 153

Page 3: 2025, no. 18 tahun 2012

- 3 -

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2-1 Persentase Kampung/Kelurahan Berdasarkan Karakteristik Wilayah Tahun

2011 13

Gambar 2-2 Zona Rawan Gempa Bumi Berdasarkan Tingkat Kerawanan 24

Gambar 2-3 Zona Rawan Longsor Papua Barat Berdasarkan Tingkat Kerawanan 24

Gambar 2-4 Piramida Penduduk Provinsi Papua Barat 26

Gambar 2-5 Perbandingan Laju Pertumbuhan PDRH ADHK 2000 Dengan Migas dan Tanpa

Migas Tahun 2006-2010 29

Gambar 2-6 Sumber Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2010

(dalam %) 30

Gambar 2-7 Peranan Sektor Dominan Terhadap Penciptaan PDRB Atas Dasar Harga

Berlaku Tahun 2007-2010 (dalam %) 31

Gambar 2-8 Sumber Pertumbuhan Ekonomi Tanpa Migas Menurut Lapangan Usaha Tahun

2007-2010 (dalam %) 32

Gambar 2-9 Peranan Sektor Dominan terhadap Penciptaan PDRB Tanpa Migas Atas Dasar

Harga Berlaku Tahun 2007-2010 (dalam %) 32

Gambar 2-10 Perkembangan Angka Melek Huruf dan Angka Buta Huruf di Provinsi Papua

Barat Tahun 2007-2010 34

Gambar 2-11 Perkembangan Angka Melek Huruf Berdasarkan Jenis Kelamin di Provinsi

Papua Barat Tahun 2007 s.d 2010 35

Gambar 2-12 Angka Partisipasi Sekolah (APS) dan Angka Partisipasi Murni (APM) Antar

Jenjang Pendidikan Tahun 2010 36

Gambar 2-13 Angka Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup di Provinsi Papua Barat 37

Gambar 2-14 Perbandingan Jumlah Penduduk Provinsi Papua Barat Berdasarkan Status

Kemiskinan Tahun 2010 37

Gambar 2-15 Cakupan Layanan Keseatan di Provinsi Papua Barat Taun 2006-2009 450

Gambar 2-16 Rencana Jaringan Provinsi Papua Barat 402

Gambar 2-17 Kondisi Jalan Strategis di Provinsi Papua Barat 423

Gambar 2-18 Kelayakan Rumah di Provinsi Papua Barat Berdasarkan Rumah Tangga 435

Gambar 2-19 Cakupan Pelayanan Listrik dan Air Bersih Pada Perkampungan 54

Gambar 2-20 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Papua Barat dan

Perkembangannya 56

Gambar 5-1 Arahan Penekanan Visi/Tema Pembangunan Pada Setiap Periode PJM 93

Page 4: 2025, no. 18 tahun 2012

- 4 -

DAFTAR TABEL

Tabel 2-1 Daerah Administratif Provinsi Papua Barat menurut Kabupaten/Kota Tahun

2010 12

Tabel 2-2 Pembagian Satuan Wilayah Sungai di Provinsi Papua Barat 14

Tabel 2-3 Debit Sungai Dirinci Menurut DPS di Provinsi Papua Barat 16

Tabel 2-4 Luas dan Penyebaran Danau di Provinsi Papua Barat 17

Tabel 2-5 Keadaan Iklim menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat Tahun 2010 18

Tabel 2-6 Penggunaan Lahan di Provinsi Papua Barat Berdasarkan Kabupaten/Kota dan

Jenis Penggunaan Tahun 2010 (Ha) 19

Tabel 2-7 Indikator Kependudukan Provinsi Papua Barat Tahun 2008-2010 27

Tabel 2-8 Indikator Kependudukan Asli Papua dan Non Asli Papua di Provinsi Papua

Barat 28

Tabel 2-9 Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua Barat Menurut Penggunaan

Tahun 2006–2009 30

Tabel 2-10 Rencana dan Realisasi Saluran Irigasi Provinsi Papua Barat Tahun 2009 44

Tabel 2-11 Kondisi Investasi Provinsi Papua Barat 55

Tabel 4-1 Visi Misi Pembangunan Jangka Panjang Provinsi Papua Barat 67

Tabel 5-1 Sasaran Pokok dan Arahan Kebijakan Berdasarkan Misi ke-1 70

Tabel 5-2 Sasaran Pokok dan Arahan Kebijakan Berdasarkan Misi ke-2 71

Tabel 5-3 Sasaran Pokok dan Arahan Kebijakan Berdasarkan Misi ke-3 72

Tabel 5-4 Sasaran Pokok dan Arahan Kebijakan Berdasarkan Misi ke-4 75

Tabel 5-5 Sasaran Pokok dan Arahan Kebijakan Berdasarkan Misi ke-5 77

Tabel 5-6 Sasaran Pokok dan Arahan Kebijakan Berdasarkan Misi ke-6 81

Tabel 5-7 Sasaran Pokok dan Arahan Kebijakan Berdasarkan Misi ke-7 83

Tabel 5-8 Sasaran Pokok dan Arahan Kebijakan Berdasarkan Misi ke-8 84

Tabel 5-9 Sasaran Pokok dan Arahan Kebijakan Berdasarkan Misi ke-9 85

Tabel 5-10 Sasaran Pokok dan Arahan Kebijakan Berdasarkan Misi ke-10 86

Tabel 5-11 Sasaran Pokok dan Arahan Kebijakan Berdasarkan Misi ke-11 87

Tabel 5-12 Sasaran Pokok dan Arahan Kebijakan Berdasarkan Misi ke-12 88

Tabel 5-13 Sasaran Pokok dan Arahan Kebijakan Berdasarkan Misi ke-13 91

Tabel 5-14 Sasaran Pokok dan Arahan Kebijakan Berdasarkan Misi ke-14 92

Tabel 5-15 Sasaran Pokok dan Arahan Kebijakan Pembangunan Tahap Lima Tahun Ke-1

(2012-2016) 94

Tabel 5-16 Sasaran Pokok dan Arahan Kebijakan Pembangunan Tahap Lima Tahun Ke-2

(2017-2021) 106

Tabel 5-17 Sasaran Pokok dan Arahan Kebijakan Pembangunan Tahap Lima Tahun Ke-3

(2022-2026) 116

Page 5: 2025, no. 18 tahun 2012

- 5 -

Tabel 5-18 Sasaran Pokok dan Arahan Kebijakan Pembangunan Tahap Lima Tahun Ke-4

(2027-2025) 122

Tabel 5-19 Sasaran Pokok, Arahan Kebijakan, dan Masing-masing Tahapan

Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Papua Barat 2016-2025 130

Page 6: 2025, no. 18 tahun 2012

- 6 -

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam kurun waktu 1998–2010 bangsa Indonesia mengalami reformasi di segala bidang yang

mengharuskan lahirnya paradigma baru pembangunan nasional, yang cukup dirasakan dampaknya di

seluruh wilayah Indonesia. Perubahan paradigma tersebut merupakan variabel yang didapati dari adanya

pergeseran dari sentralistik otoriter menjadi desentralistik demokratis. Perubahan politik Nasional ke

arah demokratisasi membawa dampak terhadap lahirnya Provinsi Papua Barat sesuai dengan usulan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Irian Jaya dengan Surat Keputusan Nomor 10 Tahun

1999 tentang pemekaran Provinsi Irian Jaya menjadi tiga provinsi. Sehingga lahirnya Undang-Undang

Nomor 45 Tahun 1999 tentang pembentukan Provinsi Irian Jaya Barat, Provinsi Irian Jaya Tengah,

Kabupaten Mimika, Kabupaten Paniai, Kabupaten Puncak Jaya, dan Kota Sorong, namun penjabaran dari

regulasi tersebut mengalami kevakuman dalam kurun waktu 1999-2002 yang diakibatkan oleh kondisi

politik lokal di tanah Papua yang tidak kondusif bagi penyelenggaran pemerintahan di Provinsi Irian Jaya

Barat.

Upaya untuk menindak lanjuti eksistensi Provinsi Irian Jaya Barat menjadi kebutuhan dan tuntutan yang

semakin mengkristal di kalangan masyarakat, atas permintaan masyarakat Irian Jaya Barat yang diwakili

Tim 315 mendorong untuk mengaktifkan kembali lahirnya Pemerintah Provinsi Irian Jaya Barat

berdasarkan Inpres Nomor I Tahun 2003. Sejak saat itu, Provinsi Irian Jaya Barat perlahan membentuk

dirinya menjadi provinsi definitif. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2007, nama

Provinsi Irian Jaya Barat diganti menjadi Provinsi Papua Barat, dimana terbentuknya Provinsi Papua

Barat tersebut, maka secara otomatis terjadi perubahan struktur dan pola ruang untuk Wilayah tanah

Papua yang terbagi menjadi dua Provinsi.

Papua Barat memiliki potensi Sumber Daya Alam (SDA) yang mampu mendukung proses pembangunan

daerah, namun disisi lain masih didapati berbagai kelemahan terkait dengan sumber dana pembangunan

yang terbatas, Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah, kondisi geografis yang masih tertutup, kultur

dan perilaku budaya yang kurang sesuai dengan tuntutan pembangunan daerah, sehingga hal ini belum

memberikan dampak yang optimal terhadap upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Mencermati kondisi aktual daerah diatas yang disignifikasikan dengan pemberlakuan Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang memberikan kewenangan kepada daerah

untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan, baik urusan wajib maupun urusan pilihan dalam rangka

desentralisasi. Peluang lain yang diberikan kepada daerah adalah Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001

tentang Otonomi Khusus Papua, Undang-Undang Nomor 35 tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang-

Undang Nomor 21 Tahun 2001 untuk Otonomi Khusus Papua dan Papua Barat, dalam upaya percepatan

pembangunan, serta fakta kinerja pembangunan daerah yang kurang memberikan perubahan dalam

Page 7: 2025, no. 18 tahun 2012

- 7 -

struktur kehidupan masyarakat, hal ini besar dipengaruhi oleh kapasitas perencanaan pembangunan

daerah. Oleh sebab itu dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), yang mengamanatkan Pemerintah, Pemerintah Daerah

untuk menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) 20 tahun, Rencana Pembangunan Jangka

Menengah (RPJM) 5 tahun, Rencana Kerja Pemerintah/Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKP/RKPD)

dan Rencana Kerja K/L/SKPD, serta Rencana Strategi K/L/SKPD. Terkait dengan Rencana Jangka Panjang

Daerah Papua Barat untuk perioKampungsi 2012-2025 yang diharapkan akan menjadi arah dan petunjuk

bagi pemerintah, masyarakat dan stakeholder lainnya dalam proses pembangunan. RPJPD dalam

penjabarannya berisikan visi, misi dan arah kebijakan pembangunan daerah yang dibagi dalam empat

tahapan dalam 20 tahun kedepan.

1.2 DASAR HUKUM PENYUSUNAN

Landasan idiil RPJPD Provinsi Papua Barat adalah Pancasila dan landasan konstitusional Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Landasan operasionalnya meliputi seluruh ketentuan

peraturan perUndang-Undangan yang berkaitan langsung dengan pembangunan daerah, yaitu:

1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

Tahun 2005-2025;

2. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2008 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 21 Tahun

2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua menjadi Undang-Undang;

3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencananaan Pembangunan Nasional

(SPPN);

4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2004, tentang Rencana Kerja

Pemerintah;

5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan perUndang-Undangan;

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah diubah

dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang;

7. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua; yang bagi

Provinsi Papua Barat diatur oleh Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2008 tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001;

8. Undang-Undang Nomor 45 Tahun 1999 tentang Pembentukan Provinsi Irian Jaya Barat, Provinsi

Irian Jaya Tengah, Kabupaten Mimika, Kabupaten Paniai, Kabupaten Puncak Jaya, dan Kota Sorong ,

yang diatur berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2007;

Page 8: 2025, no. 18 tahun 2012

- 8 -

9. Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian,

dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah

Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi

Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

1.3 HUBUNGAN ANTAR DOKUMEN RPJPD DENGAN DOKUMEN RENCANA PEMBANGUNAN

DAERAH LAINNYA

1. Hubungan RPJPD Provinsi Papua Barat dengan RPJPN

Menyadari bahwa rencana pembangunan memiliki nilai strategis dalam sistem perencanaan

pembangunan nasional, pembangunan daerah dan pembangunan sektoral dengan tetap

mengedepankan pendekatan sistemik dalam pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan. Oleh

sebab itu visi, misi dan arah kebijakan pembangunan yang diamanatkan dalam RPJPN merupakan

acuan dalam proses penyusunan RPJPD.

2. Hubungan RPJPD Provinsi Papua Barat dengan RTRWP/K/T

Kegiatan pembangunan yang akan diselenggarakan oleh pemerintah, masyarakat dan pemangku

kepentingan/stakeholder lainnya di Provinsi Papua Barat membutuhkan daya dukung lahan yang

efisien, efektif, produktif dan lestari. RPJPD berpedoman Struktur, Pola dan Arahan Kebijakan

Pemanfaatan Ruang dalam RTRW Provinsi merupakan arahan lokasi dan kebijakan

pemanfaatan ruang yang mengakomodir arahan, tahapan, prioritas pembangunan Provinsi Papua

Barat yang termuat dalam RPJPD Provinsi Papua Barat. Hal ini untuk menjamin agar arah

kebijakan dan sasaran pokok dalam RPJPD Provinsi Papua Barat selaras dengan atau tidak

menyimpang dari arah kebijakan RTRW Provinsi Papua Barat.

3. Hubungan RPJPD Provinsi Papua Barat dengan RPJPD Kabupaten/Kota

Visi, Misi dan Kebijakan jangka panjang daerah Provinsi Papua Barat menjadi acuan bagi Visi,

Misi dan Kebijakan jangka panjang daerah seluruh kabupaten Provinsi Papua Barat.

4. Hubungan RPJPD Provinsi Papua Barat dengan RPJMD Provinsi

Kebijakan dan program jangka menengah daerah Kabupaten/Kota dalam RPJMD

Kabupaten/Kota mengacu kepada kebijakan jangka panjang daerah dan tahapan pembangunan

sebagaimana termuat dalam RPJPD Provinsi Papua Barat.

Page 9: 2025, no. 18 tahun 2012

- 9 -

Gambar 1-1 Hubungan RPJPD Dengan Dokumen Lainnya

1.4 SISTEMATIKA PENYAJIAN

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Papua Barat Tahun 2012-2025 disusun dalam

tata urut sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Berisi hal-hal yang mendasari penyusunan RPJPD Provinsi Papua Barat, meliputi pengantar,

pengertian, maksud dan tujuan, landasan hukum, dan sistematika penyajian.

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI UMUM

Berisi pemaparan mengenai kondisi eksisting, tantangan, dan modal dasar yang dimiliki Provinsi

Papua Barat untuk menyelenggarakan pembangunan.

Page 10: 2025, no. 18 tahun 2012

- 10 -

BAB III ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

Berisi tentang permasalahan pembangunan yang sedang dihadapi serta isu-isu strategis saat ini

yang sedang dihadapi di Provinsi Papua Barat.

BAB IV VISI DAN MISI PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA BARAT

Berisi pemaparan mengenai visi dan misi pembangunan Provinsi Papua Barat berdasarkan

RPJPN dan kondisi umum yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya.

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PROVINSI PAPUA BARAT

Berisi arahan pembangunan serta tahapan dan skala prioritas yang diarahkan untuk empat

periode RPJMD.

BAB VI KAIDAH PELAKSANAAN

Berisi tentang pedoman transisi, kaidah pelaksanaan, dan strategi implementasi RPJP Provinsi

Papua Barat.

Berisi narasi penutup dan kesimpulan umum singkat dari paparan RPJPD Provinsi Papua Barat

Tahun 2012-2025.

1.5 MAKSUD DAN TUJUAN

1.5.1 Maksud

RPJPD Provinsi Papua Barat Tahun 2012-2025 ditetapkan dengan maksud memberikan arah sekaligus

menjadi acuan bagi seluruh komponen pembangunan (pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha) di

dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan pembangunan nasional dan Otonomi Khusus Papua sesuai

dengan visi, misi, dan arah pembangunan yang disepakati bersama sehingga seluruh upaya yang

dilakukan oleh pelaku pembangunan bersifat sinergis, koordinatif, dan saling melengkapi satu dengan

yang lainnya di dalam satu pola sikap dan pola tindak.

1.5.2 Tujuan

Berdasarkan Pasal 2 ayat (4) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, tujuan penyusunan sistem

perencanaan adalah:

a. mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan;

b. menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi antara daerah, antara ruang, antara

waktu, dan antara fungsi pemerintah;

Page 11: 2025, no. 18 tahun 2012

- 11 -

c. menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan

pengawasan;

d. mengotimalkan partisipasi masyarakat; dan,

e. menjamin tercapainya penggunaan sumberdaya secara efisien, efektif, berkeadilan dan

berkelanjutan

RPJPD Provinsi Papua Barat Tahun 2012-2025 disusun dengan tujuan sebagai berikut:

a. memberikan acuan bagi penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Provinsi Papua Barat demi terjaminnya keterkaitan dan konsistensi perencanaan pembangunan

jangka panjang, menengah, dan pendek (dalam bentuk rencana kerja) dalam pemilihan program

yang sesuai dengan kebutuhan daerah;

b. menciptakan integrasi, sinkronisasi, dan sinergi antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi

Papua Barat, pemerintah setiap Kabupaten/Kota, sampai pada pemerintah di tingkatan

administratif yang paling rendah dalam variabel ruang, waktu, dan fungsi;

c. mengoptimalkan partisipasi stakeholders dan masyarakat Provinsi Papua Barat dari mulai

proses penyusunan rencana dan anggaran melalui forum musrenbang, proses pelaksanaan, dan

proses pengawasan sehingga mereka memiliki sense of belonging (rasa memiliki) untuk bersama-

sama membangun dan mewujudkan visi Provinsi Papua Barat;

d. memberikan koridor bagi seluruh komponen daerah (Pemerintah Daerah, masyarakat, swasta,

dan pemerhati) Provinsi Papua Barat dalam melaksanakan pembangunan sesuai dengan visi,

misi dan arah kebijakan yang disepakati bersama; dan,

e. mengoptimalkan pengaturan sumberdaya agar dapat dimanfaatkan secara efisien, efektif,

berkeadilan, dan berkelanjutan.

Page 12: 2025, no. 18 tahun 2012

- 12 -

BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1 ASPEK GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI

2.1.1 Karakteristik Lokasi dan Wilayah

1. Luas dan Batas Wilayah Administrasi

Luas wilayah Provinsi Papua Barat mencapai 97.024,37Km² (berdasarkan Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2008) habis dibagi menjadi 10 kabupaten dan 1 kota, yang terdiri

atas 154 Distrik dan 1.421 Kampung.

Tabel 2-1 Daerah Administratif Provinsi Papua Barat menurut Kabupaten/Kota Tahun 2010

Kabupaten/Kota Ibukota Jumlah Distrik

Jumlah Kampung

Jumlah Kelurahan

Kabupaten Fakfak Fakfak 9 120 5

Kabupaten Kaimana Kaimana 7 84 2

Kabupaten Teluk Wondama Raisei 13 75 1

Kabupaten Teluk Bintuni Bintuni 24 115 2

Kabupaten Manokwari Manokwari 29 412 9

Kabupaten Sorong Selatan Teminabuan 13 117 2

Kabupaten Sorong Aimas 19 128 15

Kabupaten Raja Ampat Waisai 24 117 4

Kota Sorong Sorong 6 - 31

Kabupaten Tambrauw Sausapor 7 53 0

Kabupaten Maybrat Kumurkek 11 128 1

Total 154 1.421 72

Sumber: Provinsi Papua Barat Dalam Angka 2011

Sedangkan untuk batas wilayah secara administratif adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Samudera Pasifik

Sebelah Selatan : Laut Banda dan Provinsi Maluku

Sebelah Barat : Laut Seram dan Provinsi Maluku

Sebelah Timur : Provinsi Papua

2. Letak dan Kondisi Geografis

a. Provinsi Papua Barat secara astronomis terletak pada 124°-132° Bujur Timur dan 0°-4°

Lintang Selatan, tepat berada di bawah garis khatulistiwa dengan ketinggian 0-100

meter dari permukaan laut.

Page 13: 2025, no. 18 tahun 2012

- 13 -

b. Wilayah Provinsi Papua Barat terdiri dari 7,95% merupakan puncak gunung, 18,73%

berada di lembah. Wilayah lain lebih dari separuhnya berada di daerah hamparan.

Seluruh wilayah Kabupaten/Kota di Papua Barat berbatasan dengan laut, namun hanya

37,04% Kampung yang berada di daerah pesisir. Wilayah Kampung lainnya tidak

berbatasan dengan laut (bukan pesisir), yaitu sebesar 62,96%

Gambar 2-1 Persentase Kampung/Kelurahan Berdasarkan Karakteristik Wilayah Tahun 2011

Sumber: Sensus Potensi Kampung (Podes), 2011 (angka sementara)

3. Topografi

a. Kondisi topografi Provinsi Papua Barat sangat bervariasi membentang mulai dari

dataran rendah, rawa sampai dataran tinggi, dengan tipe tutupan lahan berupa hutan

hujan tropis, padang rumput dan padang alang-alang. Ketinggian wilayah di Provinsi

Papua Barat bervariasi dari 0 s.d > 1000 m. Kondisi topografi antar wilayah di Provinsi

Papua Barat cukup bervariasi. Kondisi ini merupakan salah satu elemen yang menjadi

barrier transportasi antar wilayah, terutama transportasi darat, serta dasar bagi

kebijakan pemanfaatan lahan.

b. Sebagian besar wilayah Provinsi Papua Barat memiliki kelas lereng > 40% dengan

bentuk wilayah berupa perbukitan. Kondisi tersebut menjadi kendala utama bagi

pemanfaatan lahan baik untuk pengembangan sarana dan prasarana fisik, sistem

transportasi darat maupun bagi pengembangan budidaya pertanian terutama untuk

tanaman pangan. Sehingga, dominasi pemanfaatan lahan diarahkan pada hutan

konservasi disamping untuk mencegah terjadinya bahaya erosi dan longsor.

Page 14: 2025, no. 18 tahun 2012

- 14 -

4. Geologi

a. Secara geofisik, evolusi tektonik Wilayah Papua Barat (bersama Papua) merupakan

produk dari pertumbukan benua yang dihasilkan dari tubrukan Lempeng Samudera

Pasifik dan Lempeng Australia. Kondisi inilah yang menyebabkan wilayah ini rentan

terhadap gempa bumi, karena berada dalam lintasan sesar besar. Informasi yang

dipetakan oleh Badan Meteorologi dan Geofisika menunjukkan bahwa Papua Barat

merupakan kawasan yang aktif mengalami gempa bumi yang potensial menimbulkan

tsunami.

b. Karakteristik bencana yang ada di Provinsi Papua Barat yaitu gempa dan tsunami.

Kawasan rawan bencana alam ini meliputi kawasan rawan gempa dan tsunami yang

terletak di daerah pesisir maupun daratan di Provinsi Papua. Umumnya daerah patahan

aktif Sesar Sorong merupakan zona yang sangat rawan gempa bumi. Wilayah

Manokwari merupakan daerah yang rawan gempa. Akan tetapi, secara umum wilayah

Papua Barat rawan terhadap gempa bumi.

5. Hidrologi

a. Provinsi Papua Barat terdapat beberapa sungai yang membentuk beberapa Daerah

Aliran Sungai (DAS). Sebagian besar Daerah Aliran Sungai yang terbentuk adalah pada

kabupaten-kabupaten di Wilayah Pengembangan Sorong. Sungai-sungai yang termasuk

dalam kategoti terpanjang adalah Sungai Kamundan (425 km), Sungai Beraur (360 km),

dan Sungai Warsamsan (320 km), sedangkan sungai-sungai yang termasuk kategori

terlebar adalah Sungai Kaibus (80-2700 m), Sungai Minika (40-2200 m), Sungai Karabra

(40-1300 m), Sungai Seramuk (45-1250 m), dan Sungai Kamundan (140-1200 m).

Sungai-sungai ini sebagian besar terletak di kabupaten-kabupaten di Wilayah

Pengembangan Sorong. Berdasarkan pada tabel di atas, beberapa sungai yang memiliki

kecepatan arus paling deras antara lain adalah Sungai Seramuk (3,06 km/jam), Sungai

Kaibus (3,06 km/jam), Sungai Beraur (2,95 km/jam), Sungai Aifat (2,88 km/jam), dan

Sungai Karabra (2,88 km/jam). Sungai-sungai tersebut terletak pada Wilayah

Pengembangan Sorong.

Tabel 2-2Pembagian Satuan Wilayah Sungai di Provinsi Papua Barat

Kabupaten Wilayah Sungai Nama Das Luas (Km2)

Teluk Bintuni B-50 Kamundan-Sebyar Wasian 4.851,000

Teluk Bintuni B-50 Kamundan-Sebyar Sebyar 12.981,400

Manokwari B-50 Kamundan-Sebyar Kasi 693,200

Manokwari B-50 Kamundan-Sebyar Mangopi 1.917,200

Manokwari B-50 Kamundan-Sebyar Prafi 1.169,300

Manokwari B-50 Kamundan-Sebyar Maruni 193,320

Manokwari B-50 Kamundan-Sebyar Masabui 111,110

Page 15: 2025, no. 18 tahun 2012

- 15 -

Kabupaten Wilayah Sungai Nama Das Luas (Km2)

Manokwari B-50 Kamundan-Sebyar Ransiki 584,300

Teluk Wondama B-50 Kamundan-Sebyar Windesi 23,560

Teluk Wondama B-50 Kamundan-Sebyar Wosimi 617,400

Teluk Wondama B-50 Kamundan-Sebyar Wondiwoi 172,820

Teluk Wondama B-50 Kamundan-Sebyar Woworama 279,700

Kaimana, Nabire A2-27 Omba Omba 8.610,200

Kaimana A2-27 Omba Laenatum 379,500

Kaimana A2-27 Omba Lengguru 1.870,000

Kaimana A2-27 Omba Berari 1.029,900

Kaimana, Fak Fak A2-27 Omba Madefa 4.605,570

Fak Fak, Fak Fak A2-27 Omba Karufa 477,400

Fak Fak A2-27 Omba Bedidi 1.355,600

Fak Fak A2-27 Omba Fak Fak 88,760

Fak Fak, T. Bintuni A2-27 Omba Bomberai 2.033,300

Sorong Selatan, Manokwari B-50 Kamundan-Sebyar Wariagar 6.720,000

Manokwari, Sorong Selatan B-50 Kamundan-Sebyar Kamundan 9.732,250

Sorong Selatan B-50 Kamundan-Sebyar Kais 4.232,740

Sorong Selatan B-50 Kamundan-Sebyar Sekak 830,700

Sorong Selatan B-50 Kamundan-Sebyar Waromga 810,430

Sorong Selatan, Sorong B-50 Kamundan-Sebyar Seremuk 884,600

Sorong Selatan, Sorong B-50 Kamundan-Sebyar Karabra 5.989,230

Sorong Selatan, Sorong B-50 Kamundan-Sebyar Kladuk 3.131,150

Sorong B-50 Kamundan-Sebyar Klasegun 848,510

Raja Ampat B-50 Kamundan-Sebyar Misol 848,160

Sorong B-50 Kamundan-Sebyar Salawati 368,910

Sorong B-50 Kamundan-Sebyar Samate 82,000

Sorong B-50 Kamundan-Sebyar Batanta 69,490

Raja Ampat B-50 Kamundan-Sebyar Waigeo 598,160

Sorong B-50 Kamundan-Sebyar Remu 46,440

Sorong B-50 Kamundan-Sebyar Warsamson 2.437,131

Sorong B-50 Kamundan-Sebyar Mega 1.048,340

MANOKWARI B-50 KAMUNDAN-SEBYAR MAON 682,300

Manokwari B-50 Kamundan-Sebyar Wesauni 626,933

T. Bintuni B-50 Kamundan-Sebyar Kasuari 1.971,850

T. Bintuni B-50 Kamundan-Sebyar Wagura 1.799,100

T. Wondama B-50 Kamundan-Sebyar Arumasa 2.497,000

T. Bintuni, Manokwari B-50 Kamundan-Sebyar Muturi 5.381,300

Sumber: Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Sumberdaya Air, Jayapura 2005

b. Wilayah Provinsi Papua Barat dilewati beberapa sungai yang tersebar di beberapa

wilayah Kabupaten/Kota. Dari sungai besar di Papua Barat sebagian besar mengalir di

wilayah pengembangan Sorong. Sungai-sungai tersebut menjadi sebuah sistem daerah

aliran sungai yang mengalir sepanjang tahun.

Page 16: 2025, no. 18 tahun 2012

- 16 -

Tabel 2-3Debit Sungai Dirinci Menurut DPS di Provinsi Papua Barat

No No. DPS NAMA DPS SWS Catchment Area (Km2)

Qn (m3/s) Kabupaten

1 17 Omba B - 49 8,610.200 316.919 Kaimana, Nabire

2 18 Laenatum B - 49 379.500 29.086 Kaimana

3 19 Lengguru B - 49 1,870.000 141.454 Kaimana

4 20 Berari B - 49 1,029.900 96.869 Kaimana

5 21 Madefa B - 50 4,605.570 374.730 Kaimana, Fak Fak

6 22 Karufa B - 49 477.400 38.903 Kaimana, Fak Fak

7 23 Bedidi B - 49 1,355.600 107.968 Fak Fak

8 24 Fak Fak B - 49 88.760 11.747 Fak Fak

9 25 Bomberai B - 49 2,033.300 146.870 Fak Fak, T. Bintuni

10 26 Kasuari B - 50 1,971.850 142.232 T. Bintuni

11 27 Wagura B - 50 1,799.100 165.546 T. Bintuni

12 28 Arumasa B - 50 2,497.000 127.979 T,Wondama

13 29 Muturi B - 50 5,381.300 476.337 T. Bintuni, Manokwari

14 30 Wasian B - 50 4,851.000 364.562 T. Bintuni, Manokwari

15 31 Sebyar B - 50 12,981.400 825.032 T. Bintuni, Manokwari

16 32 Wariagar B - 50 6,720.000 432.319 Sorong Selatan, Manokwari

17 33 Kamundan B - 50 9,732.250 796.177 Manokwari, Sorong Selatan

18 34 Kais B - 50 4,232.740 221.554 Sorong Selatan

19 35 Sekak B - 50 830.700 46.634 Sorong Selatan

20 36 Waromga B - 50 810.430 50.282 Sorong Selatan

21 37 Seremuk B - 50 884.600 58.182 Sorong Selatan, Sorong

22 38 Karabra B - 50 5,989.230 302.739 Sorong Selatan, Sorong

23 38 a Kladuk B - 50 3,131.150 195.716 Sorong

24 39 Klasegun B - 50 848.510 58.497 Sorong

25 40 Misol B - 50 848.160 53.437 Raja Ampat

26 41 Salawati B - 50 368.910 27.064 Sorong

27 42 Samate B - 50 82.000 6.183 Sorong

28 43 Batanta B - 50 69.490 5.338 Sorong

29 44 Waigeo B - 50 216.500 13.309 Raja Ampat

30 45 Remu B - 50 46.440 4.721 Sorong

31 46 Warsamson B - 50 2,437.131 147.467 Sorong

32 47 Mega B - 50 1,048.340 120.947 Sorong

33 48 Koor B - 50 1,202.800 140.594 Sorong

34 49 Maon B - 50 682.300 104.163 Manokwari

35 50 Wesauni B - 50 626.933 108.648 Manokwari

36 51 Kasi B - 50 0.000 128.883 Manokwari

37 52 Mangopi B - 50 1,917.200 222.960 Manokwari

38 53 Prafi B - 50 1,169.300 161.814 Manokwari

39 54 Maruni B - 50 193.320 25.129 Manokwari

40 55 Masawui B - 50 111.110 18.958 Manokwari

41 56 Ransiki B - 50 584.300 76.153 Manokwari

Page 17: 2025, no. 18 tahun 2012

- 17 -

No No. DPS NAMA DPS SWS Catchment Area (Km2)

Qn (m3/s) Kabupaten

42 57 Windesi B - 50 23.560 3.574 T,Wondama

43 58 Wosimi B - 50 617.400 45.854 T,Wondama

44 59 Wondiwoi B - 50 172.820 18.816 T,Wondama

45 60 Woworama B - 50 279.700 30.974 T,Wondama

Sumber: Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Sumberdaya Air, Jayapura 2005.

Tabel 2-4 Luas dan Penyebaran Danau di Provinsi Papua Barat

No Nama Danau Luas (Ha) Kabupaten

01 Aiwasa 10,240 Kaimana

02 Laamora 16,740 Kaimana

03 Urema 12,600 Kaimana

04 Mbula 6,024 Kaimana

05 Kamakawalor 23,340 Kaimana

06 Berari 6,916 Kaimana

07 Makiri 7,527 Tel. Bintuni

08 Tanemot 17,640 Tel. Bintuni

09 Anggi Gigi 21,370 Manokwari

10 Anggi Gita 22,830 Manokwari

11 Ayamaru 10,850 Sorong Sel.

12 Hain 4,596 Sorong Sel.

Sumber: Dinas PU (2003). Studi Aplikasi SWS di Tanah Papua

6. Klimatologi

a. Provinsi Papua Barat memiliki dua musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan.

Pada bulan Juni sampai dengan September arus angin berasal dari Australia dan tidak

banyak mengandung uap air, sehingga mengakibatkan musim kemarau. Sebaliknya pada

bulan Desember sampai dengan Maret arus angin banyak mengandung uap air yang

berasal dari Asia dan Samudera Pasifik sehingga terjadi musim penghujan.

b. Berdasarkan jumlah curah hujannya wilayah Papua Barat memiliki tiga kelas curah

hujan, yaitu :

- kelas I dengan curah hujan antara 0 s.d. 1000 mm/tahun;

- kelas II dengan curah hujan antara 1000 s.d. 2000 mm/tahun;

- kelas III dengan curah hujan antara 2000 s.d. 3000 mm/tahun;

- kelas IV dengan curah hujan antara 3000 s.d. 4000 mm/tahun;

- kelas V dengan curah hujan antara 4000 s.d. 5000 mm/tahun.

Page 18: 2025, no. 18 tahun 2012

- 18 -

Hampir seluruh wilayah Papua Barat memiliki kelas curah hujan tipe III pola C, dengan

curah hujan sekitar 2000 s.d. 3000 mm/tahun.

Tabel 2-5 Keadaan Iklim menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat Tahun 2010

Uraian Minimum Maksimum

Suhu Udara Rata-rata 26,60

(Fakfak) 27,30

(Kab. Sorong)

Rata-rata Kelembaban Udara 83,00

(Kaimana) 85,60

(Fakfak)

Tekanan Udara Rata-rata 993,35

(Fakfak) 1.006,80

(Kab. Sorong)

Curah Hujan 1.581,0

(Manokwari) 4.306,0

(Kab. Sorong)

Hari Hujan 219

(Manokwari) 286

(Kab. Sorong)

Rata-rata Penyinaran Matahari 25,33

(Kaimana) 135,74

(Fakfak)

Sumber: Papua Barat Dalam Angka Tahun 2011

7. Penggunaan Lahan

Pencatatan data mengenai penggunaan lahan di Papua Barat masih sangat terbatas. Data

mengenai lahan antara satu dan yang lainnya kerap menunjukkan perbedaan. Faktor kondisi fisik

Provinsi Papua Barat yang berbukit dengan banyak pulau menyebabkan pencatatan penggunaan

lahan relatif lebih sulit dilakukan. Berikut ini adalah data penggunaan lahan di Provinsi Papua

Barat yang dibedakan ke dalam beberapa kategori penggunaan lahan secara umum.

Page 19: 2025, no. 18 tahun 2012

- 19 -

Tabel 2-6Penggunaan Lahan di Provinsi Papua Barat Berdasarkan Kabupaten/Kota dan Jenis

Penggunaan Tahun 2010 (Ha)

Kampung/ Perumahan

Sawah Tegalan Kebun Kebun

Campur Hutan Semak

Tanah Rusak

Lain- lain

Fak-Fak - - - - - - - - -

Kaimana 1.754,73 - 424,27 4.426,73 5.395,91 173.280,12 37.489,11 84.731,3

Teluk Wondama

- - - - - - - - -

Teluk Bintuni 19.636,95 - 169,64 9.642,64 4.303,06 1.844.082,43 23.600,67 - 115.430,82

Manokwari 11.466,2 3.974,47 5.905,59 12.838,57 15.999,48 1.292.134,84 141.863,38 - 47.794,83

Sorong Selatan 3.907,35 - 90,52 - 29.372, 48 1.015.973,59 55.831,44 - 82.428,59

Sorong - - - - - - - - -

Raja Ampat 29.533,54 - 132,48 - 994,87 699.981,84 26.343,14 - 29.602,61

Kota Sorong - - - - - - - - -

Tambrauw - - - - - - - - -

Maybrat - - - - - - - - -

Papua Barat 66.289,77 3.974,47 6.712,50 26.889,76 55.955,79 6.590.452,82 285.127,74 - 359

Sumber: Papua Barat Dalam Angka Tahun 2011

2.1.2 Potensi Pengembangan Wilayah

Sektor unggulan yang ada di Papua Barat adalah pertanian subsektor perikanan dan kehutanan,

pertambangan migas, dan bangunan. Untuk sektor pertanian dapat dikembangkan pada daerah datar

dengan kondisi keairan yang baik pada daerah tengah Kepala Burung. Untuk lebih detail mengenai

potensi pengembangan wilayah Papua Barat adalah sebagai berikut;

1. Pertanian

a. Sektor pertanian sampai dengan tahun 2008 selalu memberikan kontribusi utama dalam

perekonomian Papua Barat. Persentase penduduk yang bekerja sebagai petani pun

sampai saat ini selalu memiliki persentase tertinggi. Sejak tahun 2009, sektor pertanian

menjadi kontributor terbesar kedua dalam PDRB Papua Barat,di Tahun 2010

kontribusinya sebesar 20,71% dan persentase penduduk yang bekerja di sektor

pertanian mencapai 54,04%. (Sumber: Statistik Daerah Provinsi Papua Barat, 2011).

b. Produksi dan luas panen tanaman jagung tahun 2010 kembali mengalami peningkatan.

Luas panen meningkat dari 965 ha di tahun 2009 menjadi 1.162 ha di tahun 2010.

Sedangkan produksinya kembali meningkat dari 1.584 ton di tahun 2009 menjadi 1.930

ton di tahun 2010. Peningkatan luas panen dan produksi jagung turut mendongkrak

produktivitas jagung, pada tahun 2010 produktivitasnya meningkat tipis menjadi 16,61

kwintal/ha dibandingkan dengan tahun 2009 sebesar 16,41 kwintal/ha.

Page 20: 2025, no. 18 tahun 2012

- 20 -

c. Komoditas unggulan di subsektor perkebunan diantaranya adalah pala, kelapa sawit,

dan kakao. Perkebunan kelapa sawit berada di kabupaten Manokwari, sedangkan

perkebunan pala terutama di kabupaten Fakfak dan kabupaten Kaimana.

i. Produksi pala tahun 2010 mencapai 1.921 ton dengan luas areal perkebunan

seluas 5.492 ha.

ii. Produksi kelapa sawit mencapai 17.116 ton dengan luas areal perkebunan

seluas 15.937 ha.

iii. Produksi kakao mencapai 5.152 ton dengan areal seluas 11.154 ha.

d. Dari sisi peternakan, peningkatan yang paling signifikan adalah pada peternakan babi.

Ternak babi meningkat dari 43.678 ekor di tahun 2008 menjadi 53.706 ekor di tahun

2009. Jumlah tersebut kembali meningkat di tahun 2010 menjadi 63.138 ekor. Tingginya

peningkatan jumlah ternak babi diduga terjadi karena tingginya permintaan konsumsi

daging babi. Sedangkan pada ternak sapi dan kambing, peningkatannya tidak setinggi

pada ternak babi.

e. Nilai produksi perikanan tahun 2010 mencapai 116.593,30 ton. Tiga kabupaten/kota

dengan produksi tertinggi adalah Kota Sorong, kabupaten Fakfak, dan kabupaten

Manokwari, dengan nilai produksi berturut-turut adalah 36.786,4 ton; 24.571,2 ton; dan

11.987,2 ton. Beberapa komoditi ekonomis penting perikanan yang merupakan

sumberdaya perikanan dari perairan 4 (empat) wilayah pengembangan seperti (kakap,

kerapu dan napoleon) memiliki peluang ekspor yang besar dengan permintaan yang

tinggi di pasaran luar negeri.

f. Sumber daya kehutanan masih sangat potensial untuk lebih mengembangkan nilai

tambah dari produksi hasil hutan.

2. Pertambangan dan Energi

a. Papua Barat adalah salah satu provinsi yang kaya akan Sumber Daya Alam (SDA).

Banyak potensi SDA berupa bahan tambang di Papua Barat yang masih belum

tereksplorasi maupun yang telah dieksploitasi untuk dimanfaatkan untuk kepentingan

rakyat. Dua tambang besar yang dimiliki Papua Barat adalah tambang minyak di

kabupaten Sorong dan tambang Liquid Natural Gas (LNG) di kabupaten Teluk Bintuni.

Bahkan tambang LNG ini diperkirakan memiliki kandungan gas alam cair yang besar dan

termasuk tiga produsen LNG terbesar di Indonesia.

b. Besarnya PDRB atas dasar harga berlaku sektor pertambangan dan penggalian Papua

Barat tahun 2010 mencapai 2.302,78 miliar rupiah. Nilai tersebut setara dengan 10,22%

dari total PDRB Papua Barat yang mencapai 22.527,36 miliar rupiah. Kontribusi sektor

ini adalah yang terbesar ketiga di Papua Barat setelah sektor industri pengolahan

(35,45%) dan sektor pertanian (20,71%).

Page 21: 2025, no. 18 tahun 2012

- 21 -

c. Cadangan bahan tambang baik mineral non logam maupun non logam masih tinggi.

Potensi pertambangan yang dieksplorasi dan dieksploitasi di Papua Barat adalah

pertambangan nikel di pulau-pulau sekitar Kepala Burung seperti Waigeo. Potensi

batugamping dapat dijumpai di sekitar Pegunungan Kemum.

d. Khusus untuk potensi minyak dan gas di daerah Papua Barat ada pada Cekungan

Bintuni, Cekungan Salawati, dan Cekungan Waiponga.

3. Industri Pengolahan

a. Kontribusi sektor industri pengolahan dalam perekonomian Papua Barat memiliki

prospek yang sangat baik. sektor ini terus mengalami peningkatan share terhadap total

PDRB. Di tahun 2010 kontribusinya meningkat sangat signifikan menjadi 35,45%.

Kontribusi sektor industri pengolahan menempati posisi pertama dalam PDRB Papua

Barat sejak tahun 2009.

b. Pada tahun 2010 sektor ini tumbuh mencapai 149,52% dibandingkan tahun 2009 dipicu

oleh mulai beroperasinya industri LNG di Kabupaten Teluk Bintuni.

c. Tahun 2009, ada 21 perusahaan industri besar-sedang. Jenis industri terbanyak yaitu

industri makanan dan minuman sebesar 47,62%. Industri terbanyak kedua adalah

industri kayu (selain mebeller) yaitu sebesar 19,05%. Industri lainnya adalah industri

penerbitan, percetakan, dan reproduksi media rekam; industri barang-barang dari

batubara, pengilangan dan pengolahan minyak bumi; industri barang galian bukan

logam; dan industri alat angkutan selain kendaraan bermotor roda empat atau lebih

dengan persentase kurang dari 35%.

d. Menurut sebarannya, industri besar-sedang hanya terdapat di

4(empat)Kabupaten/Kota, yaitu Kabupaten Teluk Bintuni (5,92%), Manokwari

(19,05%), Sorong (14,29%), dan Kota Sorong (57,14%).

e. Menurut kepemilikanya, sebesar 9,52% adalah milik pemerintah pusat; 4,76% milik

pemerintah daerah; 61,90% milik swasta nasional dan asing; serta 4,76% adalah milik

pemerintah pusat dan asing.

4. Konstruksi

PDRB sektor konstruksi Papua Barat tahun 2009 mencapai 648,21% miliar Rupiah. Share sektor

ini terus mengalami peningkatan beberapa tahun ini. Kontribusinya sebesar 8,00% di tahun

2009. Walaupun bukan sebagai kontributor utama dalam PDRB Papua Barat namun

pertumbuhannya berada pada peringkat kedua setelah sektor pengangkutan dan komunikasi.

Sektor bangunan/konstruksi mampu menyerap banyak tenaga kerja (memiliki nilai pengganda

tinggi).

Page 22: 2025, no. 18 tahun 2012

- 22 -

5. Hotel dan Pariwisata

a. Subsektor hotel dan pariwisata cukup menjanjikan meskipun kontribusinya hanya

sekitar 0,19% dari total PDRB Papua Barat. Pertumbuhan subsektor ini cukup pesat.

Pada tahun 2010 jumlah hotel menjadi 80 unit, yang terdiri dari 10 hotel Bintang dan 70

hotel Melati. Hotel Berbintang hanya tersebar di kabupaten Fakfak, Manokwari, dan Kota

Sorong.

b. Jumlah objek wisata di Papua Barat tahun 2010 sebanyak 79 objek. Objek wisata

tersebut terdiri dari 20 objek wisata alam, 8 objek wisata tirta/bahari, 32 objek wisata

budaya, dan 19 objek wisata agro. Objek wisata yang telah mendunia saat ini adalah

objek wisata bawah laut di Kepulauan Raja Ampat.

c. Papua Barat terkenal dengan panorama keindahan alam yang eksotis. Sebagian besar

panorama alam tersebut bahkan masih sangat alami dan belum terjamah komersialisasi

pariwisata. Sebagian besar objek wisata belum terekspos sehingga belum banyak dikenal

khalayak umum. Salah satu objek wisata yang mulai popular adalah wisata bawah laut

Kepulauan Raja Ampat. Kurang lebih ada 610 pulau. Hanya sekitar 35 pulau yang

berpenghuni. Perairan Raja Ampat merupakan salah satu dari 10 perairan terbaik untuk

diving site di seluruh dunia. Bahkan diperkirakan menjadi nomor satu untuk

kelengkapan dan keanekaragaman hayati flora dan fauna bawah laut saat ini.

d. Wisata alam lain yang menjadi andalan Papua Barat adalah Taman Nasional Teluk

Cendrawasih (TNTC) yang terletak di Kabupaten Teluk Wondama. Panjang garis

pantainya 500 km dengan luas daratan mencapai 68.200 ha, luas laut 1.385.300 ha

dengan rincian 80.000 ha kawasan terumbu karang dan 12.400 ha lautan.

e. Ekowisata di kepala burung pulau Papua terdapat Cagar AlamPegunungan Arfak di

Kabupaten Manokwari, dengan luas mencapai 68.325 ha dengan ketinggian mencapai

2.940 mdi atas permukaan laut. Terdapat juga Danau Anggi Giji dan Danau Anggi Gita

yang berada pada ketinggian 2000 mdi atas permukaan laut.

f. Di Kabupaten Manokwari saja ditemukan sebuah gua yang diklaim sebagai goa terdalam

di dunia oleh Tim Ekspedisi Spekologi (ahli goa) Perancis yang terdapat di Kawasan

Pegunungan Lina di Iranmeba, distrik Didohu dengan kedalaman goa mencapai 2000

meter.

g. Di Kabupaten Kaimana terdapat wisata pantai dan laut Teluk Triton disamping

keindahan panorama Senja di Kaimana yang melegenda.

Page 23: 2025, no. 18 tahun 2012

- 23 -

6. Transportasi dan Komunikasi

a. Dalam perekonomian Provinsi Papua Barat Tahun 2010, sektor pengangkutan

(transportasi) dan komunikasi memang tidak memberikan kontribusi hanya 6,38%

dengan nilai agregat PDRB sebesar 1.437,07 miliar Rupiah atas dasar harga berlaku

(ADHB) atau 612,20 miliar Rupiah atas dasar harga konstan (ADHK).

b. Pada tahun 2010, sektor transportasi dan komunikasi memiliki angka pertumbuhan

tertinggi kedua terhadap tahun 2009 dibandingkan dengan sektor tersier lainnya.

c. Salah satu program pendukung percepatan pembangunan Papua Barat yang

diamanahkan dalam Perpres Nomor 65 Tahun 2011 tentang Percepatan Pembangunan

Provinsi Papua dan Papua Barat adalah Program Pengembangan Infrastruktur Dasar.

Program tersebut rencananya akan membangun dan meningkatkan jalan Trans Papua

dan Trans Papua Barat.

d. Sebagian besar orang memanfaatkan fasilitas perhubungan laut dan udara. Namun tren

pengguna fasilitas perhubungan laut cenderung menurun, sebaliknya jumlah pengguna

fasilitas perhubungan udara meningkat signifikan 2008-2010.

7. Perbankan dan Investasi

a. Dalam tiga tahun, fasilitas kredit perbankan yang disalurkan ke masyarakat baik rupiah

maupun valuta asing lebih banyak digunakan untuk investasi. Penggunaan kredit untuk

keperluan modal kerja/usaha justru lebih kecil digunakan dari penggunaan kredit untuk

keperluan konsumsi.

b. Penggunaan kredit perbankan untuk investasi meningkat dari 40,58% di tahun

2007menjadi 57,60% di tahun 2010. Hal tersebut menyiratkan bahwa kesadaran

masyarakat untuk berinvestasi dalam perbankan semakin membaik. Sedangkan lebih

tingginya penggunaan kredit untuk konsumsi daripada untuk modal kerja menunjukkan

perilaku konsumtif masyarakat meskipun persentasenya berangsur-angsur menurun.

2.1.3 Wilayah Rawan Bencana

Secara geologi, Provinsi Papua Barat memiliki struktur yang cukup kompleks dengan kelurusan umum

kearah barat-timur (diapit dua lempeng tektonik, lempeng Australia dan lempeng Pasifik) yang

berpengaruh terhadap kerawanan terhadap gempa tektonik berpotensi diikuti oleh tsunami.Seluruh

wilayah kepala burung rawan gempa bumi. Dari data, daerah Tsunami di wilayah ini, tingginya mencapai

15 m, meliputi daerah Oransbari, Yapen, dan Nabire.

Page 24: 2025, no. 18 tahun 2012

- 24 -

Sebagai gambaran, zona rawan gempa bumi berdasarkan tingkat kerawanannya dapat dilihat pada

Gambar 2-2.Untuk tingkat kerawanan bencana lainnya seperti banjir dan longsor di wilayah Papua Barat,

kondisi lingkungan yang rata-rata memiliki tekstur pegunungan yang terjal dan dataran rendah di bagian

tengah yang mengalir sungai-sungai secara intensif berpotensi tinggi memberikan kontribusi bencana

yang fluktuatif. Sebagai gambaran, zona rawan longsor berdasarkan tingkat kerawanannya dapat dilihat

pada Gambar 2-3.

Gambar 2-2 Zona Rawan Gempa Bumi Berdasarkan Tingkat Kerawanan

(Zona 1 paling rawan gempa, sedangkan Zona 6 paling aman dari gempa)

Sumber: Draft RTRW Provinsi Papua Barat 2008-2028

Gambar 2-3 Zona Rawan Longsor Papua Barat Berdasarkan Tingkat Kerawanan

Sumber: Draft RTRW Provinsi Papua Barat 2008-2028

Belum ada jalur resmi evakuasi bencana yang direncanakan, baik dalam skala regional maupun lokal.

Bencana alam besar yang terjadi pada Oktober 2010 di Kabupaten Teluk Wondama seharusnya menjadi

pemantik bagi pemerintah untuk segera membuat rencana jalur evakuasi bencana.

Page 25: 2025, no. 18 tahun 2012

- 25 -

Alat pemadam kebakaran dinamis berupa mobil pemadam kebakaran dengan jumlah yang sangat

terbatas telah ada di setiap ibukota kabupaten kecuali di Kabupaten Tambrauw dan Kabupaten Maybrat.

Untuk alat pemadam kebakaran statis berupa hidran umum belum banyak terdapat di area publik atau

pusat permukiman penduduk, hanya terdapat di gedung-gedung tertentu saja misalnya gedung kantor

pemerintahan.

Perangkat posko bencana baru terdapat dengan jumlah yang terbatas di Kabupaten Manokwari,

selebihnya masih mengandalkan bantuan dari lembaga-lembaga pemerhati kebencanaan dan sifatnya

insidental. Perangkat peringatan dini belum dimiliki oleh wilayah-wilayah potensi bencana tsunami dan

gempa bumi. Perangkat evakuasi belum dimiliki selain mengandalkan kendaraan milik pemerintah, polisi,

dan tentara.

2.1.4 Aspek Demografi

1. Sejak pertama kali dilaksanakan sensus penduduk pada Tahun 1971, Papua Barat mengalami

pertumbuhan penduduk dengan oika kurva mirip distribusi logistik.

2. Data paling mutakhir jumlah penduduk Papua Barat diperoleh dari hasil sensus penduduk tahun

2010 adalah 760.422 jiwa, terdiri dari 402.398 laki-laki dan 358.024 perempuan. Jumlah

tersebut menjadikannya sebagai provinsi dengan jumlah penduduk terkecil di Indonesia,

kontribusinya hanya sekitar 0,32% terhadap total penduduk nasional.

3. Rata-rata pertumbuhan penduduk per tahun sebesar 3,71%. Laju pertumbuhan penduduk Papua

Barat adalah yang terbesar ke-empat di Indonesia setelah Provinsi Papua (5,39%), Provinsi

Kepulauan Riau (4,95%), dan Provinsi Kalimantan Timur (3,81%). Pertumbuhan penduduk yang

relatif tinggi ini juga dipengaruhi tingkatmigrasi masuk karena memiliki faktor penarik migran

akibat SDA dan prospek ekonominya. Laju pertumbuhan penduduk palimg tinggi di Kabupaten

Sorong (5,41% per tahun) dan terendah adalah Kabupaten Tambrauw (0,38% per tahun)

4. Struktur penduduk Papua Barat dilihat dari piramida penduduk tergolong dalam struktur

penduduk muda. Struktur penduduk ini masih sangat dipengaruhi oleh tingginya fertilitas. Hal ini

terlihat pada alas piramida penduduk yang paling lebar pada kelompok umur 0-4 tahun. Dilihat

dari median umur pun semakin menguatkan bahwa komposisi penduduk muda begitu dominan.

Median umur penduduk Papua Barat adalah 18,60 tahun. Jumlah penduduk usia produktif

termasuk tinggi sehingga sumber daya manusia masih ada kesempatan untuk digali kembali.

Page 26: 2025, no. 18 tahun 2012

- 26 -

Gambar 2-4 Piramida Penduduk Provinsi Papua Barat

Sumber: Hasil Sensus Penduduk 2010

5. Sebaran penduduk Provinsi Papua Barat menurut kabupaten/kota masih dominan di dua daerah

yaitu di Kota Sorong (25,07%) dan Kabupaten Manokwari (24,69%). Hampir setengah dari total

penduduk Papua Barat tinggal di kedua daerah tersebut. Kota Sorong menjadi pintu gerbangnya

Papua Barat dari ‘dunia luar’ karena terdapat bandar udara dan pelabuhan kapal besar sebagai

pintu masuk penumpang dan barang dari dan ke Papua Barat maupun kabupaten lainnya di

Papua Barat.

6. Kabupaten Manokwari semakin padat ketika Papua Barat dimekarkan dari Provinsi Papua dan

Kabupaten Manokwari ditetapkan sebagai ibukota dan pusat pemerintahan Provinsi Papua

Barat. Sebagai pusat pemerintahan, Kabupaten Manokwari aktif membangun, mulai dari fasilitas

pemerintahan, akses transportasi, pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur lainnya.

7. Jika dilihat dari kepadatan penduduknya, Papua Barat adalah provinsi dengan kepadatan

terendah di Indonesia. Kepadatan penduduknya hanya 8 jiwa/Km2. Kepadatan penduduk

tertinggi di Papua Barat berada di Kota Sorong sebesar 290 jiwa/Km2 sementara kepadatan

penduduk terendah adalah Kabupaten Tambrauw yaitu 1 jiwa/Km2.

8. Sex ratio Papua Barat adalah sebesar 112,39%, artinya diantara 100 orang penduduk

perempuan, 112 orang adalah laki-laki. Sex ratio Papua Barat adalah yang tertinggi kedua di

Indonesia setelah Provinsi Papua (113,44%).

9. Dependency ratio atau rasio ketergantungan Papua Barat sebesar 55,72%, artinya dari 100 orang

usia produktif harus menanggung beban hidup sekitar 55-56 orang yang belum produktif dan

tidak produktif. Beban tanggungan perempuan lebih besar daripada laki-laki, terlihat dari

rasionya yaitu 54,21% untuk laki-laki dan 57,46% untuk perempuan.

Page 27: 2025, no. 18 tahun 2012

- 27 -

Tabel 2-7Indikator Kependudukan Provinsi Papua Barat Tahun 2008-2010

Uraian 2008 2009 2010

Jumlah Penduduk (jiwa) 729.962 743.860 760.422

Pertumbuhan Penduduk (%) 1,95 1,90 2,23

Sex Ratio (%) 110,44 110,20 112,39

Jumlah Rumah Tangga (ruta) 169.439 169.945 168.080

Rata-rata ART (jiwa/ruta) 4,31 4,38 4,52

Penduduk menurut kelompok umur (%)

0-14 32,16 31,08 34,13

15-64 68,33 67,39 64,22

65+ 1,47 1,53 1,65

Sumber: Proyeksi Penduduk dan SP 2010, BPS.

10. Penduduk Asli Papua di Papua Barat

a. Jumlah penduduk Asli Papua adalah 405.074 jiwa, terdiri dari 208.658 laki-laki dan 196.416

perempuan. Dengan demikian, jumlah penduduk non Asli Papua sudah hampir berimbang

dengan penduduk Asli Papua dengan perbandingan 46,73% dan 53,27%.

b. Dari 405.074 jiwa penduduk Asli Papua yang tinggal dalam 84.747 rumah tangga tersebut,

91,76% benar-benar penduduk Asli Papua karena memiliki ayah dan ibu Papua. Sementara itu,

yang memiliki ayah Papua atau ibu Papua saja sebesar 2,28% dan 2,12%.

c. Sex ratio Penduduk Asli Papua 106,23%.

d. Penduduk Asli Papua tersebar di seluruh Kabupaten/Kota di Papua Barat. Persentase penduduk

asli Papua terbesar berada di Kabupaten Maybrat (96,04%) dan Kabupaten Tambrauw (95,67%).

Sementara penduduk asli papua terkecil berada di Kabupaten Sorong (37,38%) dan Kota Sorong

(32,56%).

e. Berdasarkan distribusinya, lebih dari seperempat penduduk Asli Papua tinggal di kabupaten

Manokwari. Jumlahnya mencapai 107.857 jiwa (26,63%). Sedangkan kota Sorong memberikan

kontribusi terbesar kedua, yaitu 62.070 jiwa (15,32%). Kontributor terkecil penduduk Asli papua

adalah kabupaten Tambrauw, yaitu 1,45%.

f. Struktur penduduk Asli Papua sangat berbeda dengan penduduk Non Asli Papua. Pada piramida

penduduk Asli Papua, penduduk usia muda sangat dominan karena dipengaruhi oleh tingkat

fertilitas yang tinggi. Sedangkan struktur penduduk Non Asli Papua didominasi oleh penduduk

usia produktif, terutama 25-29 tahun.

g. Dependency ratio pada pendudukNon Asli Papua hanya sebesat 47,27% sedangkan pada

penduduk Asli Papua sebesar 64,07. Rendahnya dependency ratio pada penduduk Non Asli

Page 28: 2025, no. 18 tahun 2012

- 28 -

Papua tidak lepas dari tingginya persentase penduduk usia produktif (15-64 tahun) yang

mencapai 67,90, terutama disumbang oleh penduduk laki-laki.

Tabel 2-8Indikator Kependudukan Asli Papua dan Non Asli Papua di Provinsi Papua Barat

Uraian Penduduk Asli Papua Penduduk Non Asli Papua

Jumlah Penduduk (jiwa) 405.074 355.348

Laki-laki 208.658 193.740

Perempuan 196.416 161.608

Persentase Penduduk (%) 53,27 46,73

Sex Ratio (%) 106,23 119,88

Median Umur (th) 16,39 20,19

Dependency Ratio (%) 64,07 47,27

Penduduk menurut kelompok umur (%)

0-14 37,30 30,57

15-64 60,95 67,90

65+ 1,75 1,53

Jumlah Rumah Tangga 84.747 83.333

Sumber: Statistik Daerah Provinsi Papua Barat Tahun 2011

2.2 ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Aspek kesejahteraan masyarakat terdiri dari kesejahteraan dan pemerataan ekonomi, kesejahteraan

sosial, serta seni budaya dan olahraga, dipaparkan sebagai berikut :

2.2.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

1. Pertumbuhan PDRB

Dalam perkembangan PDRB Papua Barat, baik dari segi nilai tambah bruto maupun kontribusi

sektoral memiliki kontribusi terhadap PDB Nasional sekitar 0,26% di Tahun 2009, yang berarti

kapasitas perekonomian wilayah ini masih sebatas pada level lokal saja. Nilai absolut PDRB

Papua Barat (harga konstan Tahun 2000) pada Tahun 2008 sebesar Rp. 6.369,37 miliar, naik

menjadi Rp. 6.768,20 miliar pada Tahun 2009. Kenaikan ini cukup positif akan tetapi belum

menunjukan perubahan yang signifikan terhdap pembangunan Provinsi Papua Barat

Page 29: 2025, no. 18 tahun 2012

- 29 -

Gambar 2-5 Perbandingan Laju Pertumbuhan PDRH ADHK 2000 Dengan Migas dan Tanpa

Migas Tahun 2006-2010

Sumber: Papua Barat Dalam Angka 2011

Terkait dengan tingkat kesejahteraan, meskipun PDRB Provinsi Papua Barat memiliki laju

pertumbuhan yang cukup baik namun prosentase tingkat kemiskinan Provinsi Papua Barat

berada di posisi kedua nasional. Berbagai faktor berpengaruh atas kenaikan garis kemiskinan

seperti kebijakan energi, kebijakan harga, kelancaran arus distribusi barang, kondisi alam dan

lain-lain. Papua Barat tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh dari luar disamping dari internal

wilayah ini sendiri. Garis kemiskinan di perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di

peKampungan karena perbedaan harga barang dan jasa antara Kota dan Kampung dimana harga

di perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di peKampungan.

PDRB Dengan Migas

a. Dalam kurun waktu 2007-2010 Papua Barat dapat dikatakan stabil memperlihatkan

pertumbuhan yang tinggi dan menunjukkan percepatan setiap tahunnya. Hal ini jelas

terlihat dari pertumbuhan ekonomi yang mencapai 26,82% pada Tahun 2010 setelah

memasukkan nilai tambah gas alam cair (LNG). Sementara pertumbuhan tanpa migas

mencapai 6,83%.

b. Pada Tahun 2010, pertumbuhan tertinggi sebesar 149,52% dicapai oleh sektor industri

pengolahan didorong oleh pertumbuhan subsektor migas terutama pertumbuhan gas

alam cair akibat tercakupnya produksi gas alam cair di Teluk Bintuni. Sementara sektor

pertambangan dan penggalian justru mengalami kontraksi mencapai minus 0,84%.

c. Sektor pertanianm industri pengolahan, dan bangunan tetap menjadi sumber utama

pertumbuhan ekonomi. Bahkan 21,94% dari pertumbuhan ekonomi 26,82& pada tahun

4.55

6.95 7.84 7.02

26.82

7.63 8.61 9.25

7.86 6.83

2006 2007 2008 2009 2010

PDRB Dengan Migas PDRB Tanpa Migas

Page 30: 2025, no. 18 tahun 2012

- 30 -

2010 berasal dari sektor industri pengolahan. Sektor pertanian memberikan kontribusi

pertumbuhan sebesar 0,93%.

d. Sektor-sektor utama perekonomian Papua Barat pada periode 2007-2010 adalah sektor

pertanian, sektor industri pengolahan, dan sektor pertambangan dan penggalian. Ketiga

sektor tersebut memberikan kontribusi lebih dari 60% PDRB Papua Barat.

e. PDRB per kapita Papua Barat ADHB pada tahun 2010 meningkat 26,63% terhadap

Tahun 2009, yaitu dari 23,40 juta Rupiah menjadi 29,62 juta rupiah. PDRB per kapita

Papua Barat ADHK mencapai 11,42 juta Rupiah atau meningkat 22,72% terhadap tahun

2009 (9,31 juta Rupiah).

Gambar 2-6 Sumber Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010 (dalam %)

Sumber: Buku PDRB Papua Barat 2011

Tabel 2-9Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua Barat Menurut Penggunaan Tahun 2006–

2009

No Sektor 2006 2007 2008 2009

% % % %

1 Konsumsi Rumah Tangga 9.19 6.15 10.57 6.18

2 Lembaga Swasta Nirlaba 9.54 7.59 5.3 19.91

3 Konsumsi Pemerintah 19.21 15.61 10.62 5.45

4 Pembentukan Modal Tetap Bruto 4.08 5.53 2.46 4.01

5 Perubahan Stok 2.19 2.24 -0.38 -11.04

6 Ekspor 11.04 0.18 -6.99 -27.15

7 Dikurangi Impor 17.88 1.47 -3.98 -24.1

PDRB Dengan Migas 4.55 6.95 7.33 6.26

1.72 -0,13

21.94

0.03 0.93 0.42 0.88 0.25 0.80

Page 31: 2025, no. 18 tahun 2012

- 31 -

Gambar 2-7 Peranan Sektor Dominan Terhadap Penciptaan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku

Tahun 2007-2010 (dalam %)

Sumber: Buku PDRB Papua Barat 2011

PDRB Tanpa Migas

a. Pertumbuhan ekonomi tanpa migas yang tercipta pada tahun 2010 sebesar 6,83%.

Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor pertambangan dan penggalian yang tumbuh

12,20%. Kemudian diikuti oleh pertumbuhan di sektor keuangan, persewaan, dan jasa

perusahaan sebesar 11,02%; sektor pengangkuan dan komunikasi 10,93%; sektr

bangunan 9,77%; sektor jasa-jasa 7,34%; sektor listrik dan air bersih 7,30%; sektor

pertanian 6,20%; sektor pengangkutan dan komunikasi 3,99%. Sementara sektor

industri pengolahan hanya tumbuh 2,77%.

0

20

40

60

80

100

2007 2008 2009 2010

62.27 62.27 62.29 66.37

37.28 37.73 37.71 33.63

Sektor Pertanian, Pertambangan & Penggalian, Industri Pengolahan

Sektor Lainnya

Page 32: 2025, no. 18 tahun 2012

- 32 -

Gambar 2-8 Sumber Pertumbuhan Ekonomi Tanpa Migas Menurut Lapangan Usaha Tahun

2007-2010 (dalam %)

Sumber: Buku PDRB Papua Barat 2011

b. Dalam rentang waktu empat tahun terakhir, tiga sektor utama yang mendominasi

penciptaan PDRB tanpa migas di Papua Barat adalah sektor pertanian, sektor bangunan,

dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Ketiga sektor tersebut memberikan

kontribusi lebih dari 60% terhadap PDRB tanpa migas Papua Barat.

Gambar 2-9 Peranan Sektor Dominan terhadap Penciptaan PDRB Tanpa Migas Atas Dasar

Harga Berlaku Tahun 2007-2010 (dalam %)

Sumber: Buku PDRB Papua Barat 2011

-

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50 2.19

0.14 0.29

0.04

1.19

0.53

1.12

0.31

1.01

0

20

40

60

80

100

2007 2008 2009 2010

63.79 63.63 63.07 62.69

36.21 36.37 36.93 37.31

Sektor Pertanian, Bangunan, Perdagangan, Hotel, & Restoran

Sektor Lainnya

Page 33: 2025, no. 18 tahun 2012

- 33 -

PDRB per kapita ADHB mencapai 18,01 juta Rupiah. Nilai tersebut mengalami peningkatan sebesar

10,15% dibandingkan dengan PDRB per kapita pada tahun 2009. Sementara PDRB per kapita ADHK 2000

bernilai 7,55 juta Rupiah dan mengalami pertumbuhan sebesar 3,37% dibandingkan keadaan tahun

2009.

2. Laju Inflasi Provinsi

a. Indeks Harga Konsumen (IHK) Papua Barat tahun 2010 sebesar 143,49% artinya terjadi

kenaikan harga secara umum sebesar 43,49% dibandingkan dengan harga tahun dasar

2007, atau dengan kata lain, harga secara umum saat ini hampir satu setengah kali lebih

mahal daripada Tahun 2007. Selama tahun 2008-2011, inflasi lebih banyak terjadi

daripada deflasi. Bila mencermati fluktuasi yang ada, tampaknya perkembangan harga

belum terkontrol dengan baik

b. Selama Januari 2009 - September 2011 inflasi gabungan tertinggi sebesar 2,35% yang

terjadi di Juli 2010. Sedangkan deflasi terendah terjadi di September 2010 sebesar -

0,76%.

c. Inflasi tahun 2010 tercatat 6,25%. Penyumbang inflasi terbesar dari kelompok

pengeluaran bahan makanan, yaitu sebesar 8,34%. Inflasi kelompok pengeluaran

sandang memiliki tingkat inflasi terendah, yaitu hanya 2,36%. Pada tahun 2010 inflasi

terjadi pada seluruh kelompok pengeluaran.

d. Laju inflasi peKampungan tahun kalender tahun 2010 sebesar 5,86%, lebih tinggi dari

Tahun 2009 sebesar 4,53%. Berarti tingkat kenaikan harga di tahun 2010 lebih tinggi

dibandingkan tahun 2009.

e. Selama Januari 2009 - September 2011 inflasi gabungan tertinggi sebesar 2,35% yang

terjadi di Juli 2010. Sedangkan deflasi terendah terjadi di September 2010 sebesar -

0,76%.

f. Inflasi Tahun 2010 tercatat 6,25%. Penyumbang inflasi terbesar dari kelompok

pengeluaran bahan makanan, yaitu sebesar 8,34%. Inflasi kelompok pengeluaran

sandang memiliki tingkat inflasi terendah, yaitu hanya 2,36%. Pada Tahun 2010 inflasi

terjadi pada seluruh kelompok pengeluaran.

g. Laju inflasi perkampungantahun kalender tahun 2010 sebesar 5,86%, lebih tinggi dari

tahun 2009 sebesar 4,53%. Berarti tingkat kenaikan harga di Tahun 2010 lebih tinggi

dibandingkan tahun 2009.

Page 34: 2025, no. 18 tahun 2012

- 34 -

3. Indeks Gini

Koefisien gini pada tahun 2007 sebesar 0,33 naik menjadi 0,35 pada tahun 2009 dan pada tahun

2010 menjadi 0,37. Meskipun terjadi kenaikan koefisien gini, namun status ketimpangan

pendapatan masih pada posisi diantara ketimpangan rendah.

4. Tingkat Pemerataan Pendapatan Menurut Bank Dunia

a. Tingkat kemerataan menurut Bank Dunia, Provinsi Papua Barat masih dalam kategori

ketimpangan rendah.

b. Selama periode 2007-2010, proporsi pengeluaran dari kelompok penduduk 40%

terbawah terhadap total pengeluaran seluruh penduduk masih diatas 17%.

2.2.2 Fokus Kesejahteraan Sosial

1. Pendidikan

a. Angka Melek Huruf (AMH) Provinsi Papua Barat tahun 2010 adalah sebesar 93,19%,.

dan 92,34%. Angka melek huruf pada tahun 2010 meningkat dibandingkan dengan

tahun 2009 sebesar 90,15%; tahun 2008 sebesar 92,15%; pada tahun 2007 sebesar

90,32%; dan tahun 2006 sebesar 88,55%. Semakin tinggi angka melek huruf maka

kenaikan persentase angka melek huruf ini akan cenderung semakin lambat. Dalam

artian pertumbuhan angka melek hurufnya semakin kecil atau mengalami perlambatan.

Dengan menggunakan angka melek huruf dapat diketahui jumlah penduduk yang

berumur 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin atau huruf

lainnya.

Gambar 2-10 Perkembangan Angka Melek Huruf dan Angka Buta Huruf di Provinsi Papua Barat

Tahun 2007-2010

90.32% 92.15% 92.94% 93.19%

9.68% 7.85% 7.06% 6.81%

2007 2008 2009 2010

Angka Melek Huruf Angka Buta Huruf

Page 35: 2025, no. 18 tahun 2012

- 35 -

b. AMH penduduk laki-laki tahun 2009 sebesar 94,95% atau mengalami peningkatan

dibandingkan dengan kondisi tahun 2008yaitu sebesar 93,01% dan kembali mengalami

peningkatan pada Tahun 2010 menjadi 95,33%.

c. AMH penduduk perempuan walaupun selalu lebih rendah daripada laki-laki namun

selalu mengalami peningkatan menjadi 90,83% di tahun 2010 dibandingkan dengan

tahun 2009 dan 2008 yang masing masing sebesar 88,55% dan 88,35%.

Gambar 2-11 Perkembangan Angka Melek Huruf Berdasarkan Jenis Kelamin di Provinsi Papua

Barat Tahun 2007 s.d 2010

d. Angka rata-rata lama sekolah terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 rata-rata

lama sekolah sebesar 8,21 tahun atau mengalami peningkatan dari tahun 2009 dan 2008

yakni sebesar 8,01 tahun dan 7,67 tahun. Artinya rata-rata penduduk baru mampu

menempuh pendidikan sampai kelas 2 SLTP. Berarti pencapaian pendidikan di Provinsi

Papua Barat belum memenuhi Program Wajib Belajar 9 Tahun. Meskipun demikian,

masih ada disparitas gender, dimana penduduk perempuan belum sepenuhnya

memperoleh pendidikan yang setara dengan penduduk laki–laki. Sehingga perlu

diperhatikan lagi faktor–faktor yang menjadi penyebab masih lambatnya kemajuan

peningkatan pendidikan bagi perempuan di Provinsi Papua Barat.

e. Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI pada tahun 2010 sebesar 91,91% meningkat dari

tahun 2009 sebesar 91,25%. APM SLTP/MTs meningkat menjadi 49,65% di tahun 2010

setelah tahun sebelumnya sebesar 49,03%. Artinya banyak penduduk yang tidak

melanjutkan pendidikan ke jenjang SLTP/MTs. APM SLTA/MA tahun 2010 hanya

mencapai 43,93% atau mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2009 sebesar

43,55%.

92.69 93.61

94.95 95.33

87.86 88.35 89.55

93.19

2007 2008 2009 2010

Laki - Laki Perempuan

Page 36: 2025, no. 18 tahun 2012

- 36 -

Gambar 2-12 Angka Partisipasi Sekolah (APS) dan Angka Partisipasi Murni (APM) Antar Jenjang

Pendidikan Tahun 2010

f. APK SD/MI tahun 2010 sebesar 115,00%, menurun dibandingkan tahun 2009 sebesar

117,50. Tertinggi di Kabupaten Raja Ampat (142,15%) dan terendah di kabupaten

Tambrauw (107,98%). APK SLTP/MTs tahun 2009 sebesar 66,29% mengalami

peningkatan menjadi 66,68% pada tahun 2010 setelah sebelumnya mengalami

penurunan dari 89,99% tahun 2008. Tertinggi di Kabupaten Teluk Wondama (87,72%)

dan terendah Kabupaten Sorong Selatan (43,24%). APK SLTA/MA terus meningkat dari

tahun 2008 sebesar 57,25% menjadi 62,04% di tahun 2009 dan 72,07% di tahun 2010.

g. Angka Pendidikan yang Ditamatkan (APT) SD/MI mengalami penurunan pada tahun

2010 menjadi 26,24% sementara pendidikan tinggi (SLTA keatas) sebesar 32,95%

dengan rincian 24,59% berpendidikan SLTA/sederajat dan 8,36% berpendidikan

perguruan tinggi. Meningkat 1,54% dibandingkan dengan tahun 2008 dan 2009.

Menandakan terdapat perbaikan kualitas pendidikan dengan menurunnya persentase

pendidikan rendah dan meningkatnya persentase pendidikan tinggi. Kota Sorong dengan

tingkat pendidikan tertinggi dan Kabupaten Tambrauw yang terendah.

2. Kesehatan

a. Angka rata-rata anak lahir hidup tahun 2010 sebesar 2,55 dan angka rata-rata anak

masih hidup sebesar 2,39%.

b. Secara umum Angka Harapan Hidup (AHH) di masing-masing daerah mengalami

kemajuan. Di tahun 2010 AHH Papua Barat mencapai 68,51 Tahun. AHH tertinggi di Kota

Sorong sebesar 71,95/tahun dan terendah di Kabupaten Tambrauw sebesar

66,51/tahun. Tahun 2009-2010 AHH mengalami kemajuan 0,31/tahun. Peningkatan

tertinggi di kabupaten Raja Ampat dan kota Sorong sebesar 0.42/tahun dan terendah di

kabupaten Sorong Selatan sebesar 0,17/ tahun.

94,04 89.95

58,98

14,45

91,91

49,65 43,93

7,36 SD/MI SMP/MTS SMA/SMK/MA PT

APS

APM

Page 37: 2025, no. 18 tahun 2012

- 37 -

c. Status gizi buruk pada Balita di Papua Barat tahun 2010 tercatat mencapai 9,1%,

sedangkan gizi kurang mencapai 17,4%. Angka ini masih diatas angka nasional yang

hanya mencapai 4,9% dan 13,1%.

Gambar 2-13 Angka Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup di Provinsi Papua Barat

3. Kemiskinan

a. Dilihat dari aspek ekonomi, jumlah penduduk miskin di Provinsi Papua Barat mengalami

penurunan dari tahun ke tahun dalam kurun waktu tahun 2006 – 2010, meskipun

sempat mengalami peningkatan sebesar dari 35,12% pada tahun 2008 menjadi 35,71%

pada tahun 2009 atau meningkat sebesar 0,59%. Bila dilihat perbandingan antara

penduduk miskin dan tidak miskin pada tahun 2010 di Provinsi Papua Barat, jumlah

penduduk tidak miskin adalah sebesar 65,12%, sedangkan penduduk miskin adalah

sebesar 34,88% dengan persentase penduduk miskin kota sebesar 1,32% dan penduduk

miskin Kampung sebesar 33,56%.

Gambar 2-14 Perbandingan Jumlah Penduduk Provinsi Papua Barat Berdasarkan Status

Kemiskinan Tahun 2010

36 32.7 31.6 30.5

2006 2007 2008 2009 2010

Angka Kematian Bayi

67.3 67.6 67.9 68.2 68.96

2006 2007 2008 2009 2010

Angka Harapan Hidup

Penduduk Miskin (Kota), 1.32%

Penduduk Miskin (Desa), 33.56%

Penduduk Tidak

Miskin, 65.12%

41.34

39.31

35.12

35.71 34.88

2006 2007 2008 2009 2010

Persentase Penduduk Miskin

Page 38: 2025, no. 18 tahun 2012

- 38 -

b. Penurunan angka kemiskinan di perkampungan pada tahun 2009 sebesar 44,71%

menjadi 43,48% di tahun 2010 sedangkan angka kemiskinan di perkotaan naik dari

5,22% menjadi 5,73%.

c. Kabupaten Teluk Wondama, Teluk Bintuni, Tambrauw, dan Maybrat memiliki angka

kemiskinan diatas 40% sehingga membutuhkan effort yg sangat besar untuk

penanggulangannya. Diduga karena wilayahnya yang terbilang cukup terisolir sehingga

tingginya biaya transportasi dalam pengadaan kebutuhan barang dan jasa.

d. Garis kemiskinan Provinsi Papua Barat tahun 2010 sebesar 294.727 Rupiah per kapita

per bulan, terdiri dari garis kemiskinan makanan sebesar 237.147 rupiah dan garis

kemiskinan non makanan sebesar 57.580 Rupiah. Kontribusi garis kemiskinan makanan

terthadap garis kemiskinan sebesr 80,46%. Dibandingkan tahun 2009, garis kemiskinan

tahun 2010 mengalami kenaikan sebesar 6,24%. Kenaikan garis kemiskinan di

perkotaan (4,74%) lebih rendah daripada kenaikan garis kemiskinan di perkampungan

(6,74%).

e. Indeks Kedalaman Kemiskinan turun dari 10,47% di tahun 2010 menjadi 8,78% di tahun

2011.

f. Indeks Keparahan Kemiskinan juga mengalami penurunan dari 4,30% menjadi 3,43% di

tahun 2010.

g. Penurunan kedua indeks kemiskinan mengandung makna bahwa kondisi kemiskinan di

Papua Barat semakin membaik. Artinya rata-rata pendapatan penduduk miskin dengan

garis kemiskinan semakin dekat dan ketimpangan pendapatan antar penduduk miskin

semakin rendah.

4. Kesempatan Kerja

a. Dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2007-2010 mencapai 13,54% dan laju

pertumbuhan kesempatan kerja sebesar 0,65%, elastisitas kesempatan kerja Papua

Barat hanya mencapai 0,05%. Artinya bahwa setiap kenaikan pertumbuhan ekonomi 1%

hanya akan menciptakan kesempatan kerja sebesar 0,05%

b. Angkatan kerja tahun 2010 meningkat menjadi 342.888 orang dari 330.121 orang di

tahun 2009 Dan 319.675 orang di tahun 2008. Pada periode 2008-2010, peningkatan

angkatan kerja diikuti oleh peningkatan penduduk yang bekerja namun jumlah

penduduk yang menganggur justru juga mengalami peningkatan. Jumlah penduduk

bekerja meningkat dari 295.223 orang di tahun 2008 menjadi 316.547 orang di tahun

2010. Sementara jumlah penganggur meningkat dari 24.452 orang di tahun 2008

menjadi 26.341 orang di tahun 2010.

Page 39: 2025, no. 18 tahun 2012

- 39 -

2.3 ASPEK PELAYANAN UMUM

Pelayanan umum merupakan segala bentuk jasa pelayanan yang menjadi tanggung jawab Pemerintah

Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat sesuai dengan

ketentuan perUndang-Undangan. Secara umum penjelasan mengenai pelayanan umum terbagi kedalam

dua urusan pokok yang terkait dengan layanan urusan wajib dan layanan urusan pilihan.

2.3.1 Fokus Layanan Urusan Wajib

1. Pendidikan

a. Pada tahun 2010, APS usia 7-12 tahun mencapai 94,04%, usia 13-15 tahun menurun

menjadi 89,95%, usia 16-18 tahun mencapai 58,98%, dan untuk usia 19-24 hanya

mencapai 14,45%.

b. Rasio Siswa/Guru: Untuk jenjang pendidikan SD, rasio siswa/guru pada tahun 2007

mencapai 22 siswa, pada tahun 2008 mencapai 20 siswa, pada tahun 2009 mencapai 21

siswa, dan pada tahun 2010 mencapai 20 siswa.

c. Untuk jenjang pendidikan SLTP, rasio siswa/guru pada tahun 2007 mencapai 10 siswa,

pada tahun 2008 mencapai 9 siswa, pada tahun 2009 mencapai 11 siswa, dan pada

tahun 2010 mencapai 14 siswa.

d. Untuk jenjang pendidikan SLTA, rasio siswa/guru pada tahun 2007 mencapai 13 siswa,

pada tahun 2008 mencapai 13 siswa, pada tahun 2009 mencapai 12 siswa, dan pada

tahun 2010 mencapai 13 siswa.

e. Untuk jenjang pendidikan SD, rasio siswa/kelas pada tahun 2007 mencapai 23 siswa per

kelas, pada tahun 2008 mencapai 23 siswa per kelas, pada tahun 2009 mencapai 30

siswa per kelas, dan pada tahun 2010 mencapai 25 siswa per kelas.

f. Untuk jenjang pendidikan SLTP, rasio siswa/kelas pada tahun 2007 mencapai 36 siswa

per kelas, pada tahun 2008 mencapai 27 siswa per kelas, pada tahun 2009 mencapai 33

siswa per kelas, dan pada tahun 2010 mencapai 33 siswa per kelas.

g. Untuk jenjang pendidikan SLTA, rasio siswa/kelas pada tahun 2007 mencapai 32 siswa,

pada tahun 2008 mencapai 33 siswa, pada tahun 2009 mencapai 33 siswa, dan pada

tahun 2010 mencapai 32 siswa.

h. Rasio kelas/sekolah pada jenjang pendidikan SD bernilai 5,59 pada tahun 2008. Pada

tahun 2009 rasio kelas/sekolah menurun menjadi 4,03. Namun pada tahun 2010 rasio

tersebut meningkat menjadi 6,15.

Page 40: 2025, no. 18 tahun 2012

- 40 -

i. Rasio kelas/sekolah pada jenjang pendidikan SLTP bernilai 7,34 pada tahun 2008. Pada

tahun 2009 rasio kelas/sekolah menurun menjadi 5,87. Namun pada tahun 2010 rasio

tersebut meningkat menjadi 6,84.

j. Rasio kelas/sekolah pada jenjang pendidikan SLTA bernilai 10,26 pada tahun 2008. Pada

tahun 2009 rasio kelas/sekolah menurun menjadi 9,64. Pada tahun 2010 rasio tersebut

menurun menjadi 9,57.

2. Kesehatan

a. Pada tahun 2010 di Provinsi Papua Barat terdapat 110 Puskesmas, 367 Puskesmas

Pembantu, 145 Puskesmas Keliling, dan 297 Puskesmas Polindes. Ketersediaan fasilitas

kesehatan di Provinsi Papua Barat yang paling banyak di Kabupaten Manokwari jika

dibandingkan dengan kabupaten lainnya, yaitu terdapat 22 Puskesmas, 84 Puskesmas

Pembantu, 19 Puskesmas Keliling, dan 74 unit Poliklinik Kampung.

b. Jika diamati dari jumlah penduduk, dapat dikatakan bahwa 14 rumah sakit yang ada di

Provinsi Papua Barat tahun 2010 melayani 760.433 penduduk. Hal ini berarti satu

rumah sakit melayani sekitar 54.316 penduduk.

c. Jika diperhatikan dari jumlah penduduk Provinsi Papua Barattahun 2010 dan jumlah

dokter yang tersedia, maka rasio jumlah penduduk terhadap jumlah dokter di Provinsi

Papua Barat adalah sebesar 4.045 atau dengan kata lain satu dokter rata-rata melayani

4.045 orang. Faktanya pada tahun 2010 jumlah dokter telah meningkat dan

distribusinya telah tersebar dengan alokasi yang lebih baik jika dibandingkan tahun

sebelumnya. Rasio ini menurun jika dibandingkan dengan rasio 5.026 pada tahun 2009.

Artinya terjadi coverage yang lebih baik dalam hal tertanganinya penduduk dengan

peningkatan jumlah dokter. Rasio penduduk terhadap dokter tertinggi berada di Kota

Sorong yaitu sebesar 9.531 penduduk dan yang terkecil berada di Kabupaten Teluk

Wondama dengan rasio sebesar 1.645 penduduk per seorang dokter.

Gambar 2-15 Cakupan Layanan Kesehatan di Provinsi Papua Barat Tahun 2006-2009

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat

58.46% 58.46%

70.15% 68.18%

27.76% 27.76% 27.70% 26.22%

50.58% 55.99% 57.83%

60.43%

2006 2007 2008 2009

Cakupan puskesmas Cakupan puskesmas pembantu Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan

Page 41: 2025, no. 18 tahun 2012

- 41 -

3. Lingkungan Hidup

Perkembangan akses penduduk di Provinsi Papua Barat terhadap air bersih pada tahun

2008-2010 menunjukkan peningkatan. Peningkatan konsumsi air bersih untuk air

minum dari 42,81 persen pada tahun 2008 menjadi 49,20 pada tahun 2009, dan 53,11

pada tahun 2011. Akses air bersih tertinggi pada tahun 2010 di Kota Sorong yaitu 78,44

% dan terendah di Kabupaten Maybrat yaitu sebesar 9,76 %.

4. Sarana dan Prasarana Umum

a. Jaringan Jalan

i. Infrastruktur utama yang berperan penting dalam aspek daya saing daerah

merupakan sarana dan prasarana yang terkait dengan sistem transportasi.

Wilayah Papua Barat secara regional sangat bergantung kepada moda

transportasi udara yang menjangkau hampir seluruh wilayah Kabupaten/Kota.

ii. Selain keberadaan transportasi udara, moda transportasi laut dan darat ikut

berperan dalam pengembangan wilayah Papua Barat. Untuk wilayah laut,

keberadaan pelabuhan sebagai simpul pengangkut orang maupun barang

tersebar menjadi tiga pelabuhan utama. Untuk Pelabuhan internasional wilayah

Papua Barat terdapat di Kota Sorong, sedangkan dua pelabuhan utama lainnya

merupakan pelabuhan nasonal di wilayah Manokwari dan Kaimana.

Page 42: 2025, no. 18 tahun 2012

- 42 -

Gambar 2-16 Rencana Jaringan Transportasi Provinsi Papua Barat

Sumber: Draft RTRW Provinsi Papua Barat

iii. Berbeda dengan kedua jenis transportasi sebelumnya, salah satu kunci

pencapaian transportasi darat terlihat dari perkembangan rasio panjang jalan

per jumlah kendaraan yang menunjukan angka perbandingan 1:0.077 pada

tahun 2006. Angka ini berarti setiap satu kendaraan dilayani oleh jalan dengan

panjang 0,077 km. Peningkatan pada sektor ini terjadi hingga menunjukan

angka perbandingan 1:0,101 pada tahun 2009.

Page 43: 2025, no. 18 tahun 2012

- 43 -

Gambar 2-17 Kondisi Jalan Strategis di Provinsi Papua Barat

Sumber: Laporan Indikasi Program Pengembangan Infrastruktur Provinsi Papua Barat, 2009

b. Jaringan Irigasi

i. Banyaknya sungai besar yang mengalir di seluruh wilayah Provinsi Papua Barat

dan beberapa danau cukup menguntungkan dalam upaya penyediaan air bersih.

Persentase sumber air bersih berasal dari sungai mencapai 54,6%, mata air

45,3% dan sumber lainnya 0,1%1. Namun tetap saja hal tersebut belum dapat

memenuhi kebutuhan air bersih penduduk sampai ke rumah tangga di daerah-

daerah terpencil karena keterbatasan kapabilitas untuk menjangkau dari

sumber air. Adanya keterbatasan ini menuntut perlu dicari alternatif lokasi lain

yang dapat dijadikan sebagai catchment area/waduk guna dapat menampung

air sungai.

ii. Sebagian besar wilayah memakai sistem pompa dan sistem gravitasi. Sistem

pompa dilakukan pada sumber pengambilan air (water intake) ke rumah pompa

(water treatment plant). Sedangkan dengan sistem gravitasi, air cukup dialirkan

dari sumber atau unit produksi ke unit/blok distribusi reservoir. Untuk

mengetahui rencana dan realisasi saluran irigasi Provinsi Papua Barat pada

tahun 2009, dapat dilihat pada Tabel 2-3 berikut,

iii. Pengadaan saluran irigasi yang dapat meningkatkan kapasitas produksi

pertanian terus diupayakan pemenuhannya mencapai target yang telah

1 Papua Barat Dalam Angka 2009

Page 44: 2025, no. 18 tahun 2012

- 44 -

ditetapkan. Hingga saat ini baru dilakukan proses pembangunan saluran irigasi

seluas 9.929 Ha, jauh dibawah target realisasi seluas 28.651 Ha

Tabel 2-10 Rencana dan Realisasi Saluran Irigasi Provinsi Papua Barat Tahun 2009

Rencana

(Ha) Realisasi

(Ha) Hambatan

Produksi (ton/Ha)

Kab. Manokwari 12,666 5,100 Pembebasan lahan/keterbatasan dana 20.80

Kab. Teluk Bintuni 2,500 450 Pembebasan lahan/keterbatasan dana 6.00

Kab. Sorong 9,104 2,413 Pembebasan lahan/keterbatasan dana 44.85

Kab. Raja Ampat 250 155 Pembebasan lahan/keterbatasan dana 8.60

Kab. Fakfak 1,431 1,431 Pembebasan lahan/keterbatasan dana 6.25

Kab. Sorong Selatan 1,500 300 Pembebasan lahan/keterbatasan dana 2.65

Kab. Teluk Wondama 1,200 80 Pembebasan lahan/keterbatasan dana 6.00

Total 28,651 9,929

95.15

Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Papua Barat, 2009

c. Pada tahun 2010 di Provinsi Papua Barat terdapat 734 masjid, 1.531 gereja protestan,

163 gereja katholik, 46 pura, 5 vihara, dan 1 kelenteng. Secara total terdapat 2.479

tempat peribadatan di Provinsi Papua Barat

5. Rumah Tinggal Bersanitasi

a. Persentase rumah tangga yang memiliki jamban sendiri, pembuangan akhir tinja, dan

jenis kloset angsa selama tahun 2009-2010 mengalami peningkatan. Rumah tangga yang

memiliki jamban sendiri mengalami peningkatan yaitu sebesar 59,48% tahun 2009

menjadi 61,07 pada tahun 2010.

b. Rumah tangga yang memiliki TPAT septik Tank/SPAL mengalami peningkatan yaitu

sebesar 55,09% tahun 2009 menjadi 63,76 pada tahun 2010. Rumah tangga yang

memiliki kloset leher angsa mengalami peningkatan yaitu sebesar 46,04% tahun 2009

menjadi 66,35 pada tahun 2010. Persentase rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas

BAB pada periode 2009-2010 mengalami penurunan dari 17,16 menjadi 15,3

6. Persampahan

Persampahan belum betul-betul dikelola secara terpadu di Provinsi Papua Barat. Tempat

Pembuangan Akhir (TPA) hanya dimiliki oleh Kabupaten Sorong tepatnya di distrik Makbon dan

Manokwari di Sowi 4. Persampahan di Kota Sorong di Klasaman sudah tidak layak karena sangat

dekat dengan pemukiman dan dikhawatirkan akan terjadi pencemaran air tanah di pemukiman

masyarakat pada saat musim hujan (system open dumping). sedangkan di wilayah lainnya,

pengelolaan sampah dilakukan secara individual oleh masing-masing rumah tangga atau instansi,

Page 45: 2025, no. 18 tahun 2012

- 45 -

biasanya dengan cara ditimbun, dibakar, atau bahkan dibuang ke sungai atau laut. Hingga saat ini

memang dianggap belum menimbulkan masalah karena jumlahnya belum signifikan, namun

bukan berarti tidak perlu diperbaiki dan dikelola secara terpadu.

7. Rumah Layak Huni

a. Terjadi peningkatan persentase rumah tangga yang memiliki tempat tinggal yang layak

huni pada tahun 2008-2010 berdasarkan empat indikator rumah layak huni.

b. Persentase rumah tangga yang memiliki lantai bukan tanah meningkat dari 91,08 pada

tahun 2008, 91,6 pada tahun 2009, dan 93,02 pada tahun 2010.

c. Persentase rumah tangga yang memiliki atap layak (tidak beratap dedaunan) meningkat

dari 90,64 pada tahun 2008, 93,6 pada tahun 2009, dan 94,85 pada tahun 2010.

d. Persentase rumah tangga yang memiliki dinding permanen meningkat dari 51,34 pada

tahun 2008, 52,27 pada tahun 2009, dan 56,68 pada tahun 2010.

e. Persentase rumah tangga yang memiliki luas lantai per kapita < 10m2 menurun dari

43,26 pada tahun 2008, 38,36 pada tahun 2009, dan 39,86 pada tahun 2010.

Gambar 2-18 Kelayakan Rumah di Provinsi Papua Barat Berdasarkan Rumah Tangga

Sumber: Indikator Kesejahteraan Rakyat, 2009

2.3.2 Fokus Layanan Urusan Pilihan

1. Penanaman Modal

a. Jumlah proyek dengan fasilitas PMDN di Provinsi Papua Barat pada tahun 2010

sebanyak 40 proyek. Jumlah ini mengalami penuruna dari tahun 2008 dan 2009 dengan

jumlah proyek sebanyak 41 proyek.

90.1 91.08 91.6

43.14

51.34 52.27

87.01

92.4 93.6

52.69

45.52

59.49

30

40

50

60

70

80

90

100

2007 2008 2009

Persentase rumah berlantai bukan tanah

Persentase rumah berdinding permanen

Persentase rumah dengan atap layak

Persentase rumah tangga bersanitasi

Page 46: 2025, no. 18 tahun 2012

- 46 -

b. Jumlah proyek dengan fasilitas PMA di Provinsi Papua Barat pada tahun 2010 sebanyak

61 proyek. Jumlah ini mengalami kenaikan dari tahun 2008 dan 2009 dengan jumlah

proyek sebanyak 49 dan 58 proyek.

c. Realisasi nilai investasi dengan fasilitas PMDN di Provinsi Papua Barat pada tahun 2010

sebesar 1.185.429 juta rupiah. Jumlah ini mengalami peningkatan dari tahun

sebelumnya yaitu sebesar 967.478 juta rupiah.

d. Realisasi nilai investasi dengan fasilitas PMA di Provinsi Papua Barat pada tahun 2010

sebesar 98,459 juta rupiah. Jumlah ini mengalami peningkatan dari tahun 2007 yaitu

sebesar 78.360 juta rupiah.

2. Koperasi dan Usaha Kecil Menengah

Sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2010, Koperasi terus tumbuh dengan persentase

pertumbuhan hampir mencapai 40%. Pada tahun 2008 sejumlah 916 unit Koperasi kemudian

tumbuh menjadi 967 unit sampai dengan tahun 2010 menjadi 1.257 unit dengan 701 unit

Koperasi aktif dan 556 Koperasi tidak aktif yang tersebar di seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi

Papua Barat.

3. Ketenagakerjaan

a. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Papua Barat terus mengalami peningkatan

dari tahun 2007-2009. TPAK tahun 2010 meningkat menjadi 69,29% dari kondisi tahun

2009 dan 2008 yakni 68,52% dan 68,15%.

b. TPAK tertinggi tahun 2010 dicapai oleh Kabupaten Manokwari yaitu sebesar 78,78%,

sementara TPAK terendah berada di Kabupaten Fakfak yaitu hanya mencapai 54,00%.

c. Jumlah penganggur tahun 2010 meningkat menjadi 26.341 orang dari sebelumnya

sebanyak 24.452 orang pada tahun 2008. Sebanyak 32,90% penduduk yang bekerja

termasuk kedalam setengah pengangguran. Tingkat setengah pengangguran mencapai

30,37%. Umumnya setengah pengangguran mempunyai produktivitas yang rendah, oleh

karena itu perlu dicermati dalammelihat jumlah penduduk yang bekerja, sebab dapat

terjadi absolut penduduk yang bekerja tinggi namun ternyata masih tercakup

didalamnya setengah pengangguran dalam jumlah yang tinggi.

d. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Papua Barat mengalami peningkatan dari tahun

2008 ke tahun 2010. TPT meningkat dari 7,65% di tahun 2008 menjadi 7,68% di tahun

2010.

Page 47: 2025, no. 18 tahun 2012

- 47 -

2.4 ASPEK DAYA SAING DAERAH

1. Kemampuan Ekonomi Daerah

a. Meskipun proporsi konsumsi rumah tangga terhadap komoditi makanan masih cukup

dominan tetapi persentasenya menunjukkan penurunan selama tahun 2008-2009.

Peningkatan proporsi konsumsi non makanan berimbas pada peningkatan pengeluaran

rumah tangga untuk biaya pendidikan dan kesehatan.

b. Pada tahun 2008 proporsi konsumsi makanan oleh penduduk Papua Barat mendekati

60%, tetapi pada tahun 2009 persentasenya berkurang menjadi 55,84%.

c. Proporsi konsumsi non makanan meningkat dari 41,21% pada tahun 2005 menjadi

44,07% pada tahun 2009 dan pada tahun 2010 menjadi 52,33%.

d. Kondisi perumahan tahun 2010 di Papua Barat secara umum mengalami perbaikan

kualitas dibandingkan tahun 2009. Pada tahun 2010 di Papua Barat secara umum

mengalami perbaikan kualitas dibandingkan tahun 2009. Pada tahun 2010, hampir

duapertiga rumah tangga telah memiliki rumah dengan status milik sendiri sebesar

63,67%. Sedangkan untuk status sewa 9,84%, kontrak 4,66% dan lainnya (dinas, bebas

sewa, milik keluarga, lainnya) 21,83%

e. Nilai Tukar Petani (NTP) Papua Barat tahun 2011 (s/d September) sebesar 103,23%

lebih tinggi dibandingkan NTP 2010 sebesar 103,05%.

2. Fasilitas Wilayah / Infrastruktur

a. Aksesibilitas

i. Salah satu program pendukung percepatan pembangunan Papua Barat yang

diamanahkan dalam Perpres Nomor 65 Tahun 2011 tentang Percepatan

Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat adalah Program Pengembangan

Infrastruktur Dasar. Selama ini belum seluruhnya kabupaten/kota belum

terhubung dengan jalan darat. Sebagian pembangunan jalan sedang dilakukan,

meskipun sebagian Kabupaten telah terhubung namun belum dibuka untuk

umum. Dengan masih terbatasnya akses perhubungan lewat darat, sebagian

besar orang memanfaatkan fasilitas perhubungan melalui laut dan udara.

ii. Panjang jalan di Papua Barat tahun 2010 hanya sepanjang 5.729,22 Km. Kondisi

ini mengalami perbaikan dibandingkan pada tahun 2008 yaitu sepanjang

5.400,71 Km. Kondisi panjang jalan tersebut terbagi menjadi 412,31 Km

(7,20%) jalan Negara; 938,48 Km (76,42%) adalah jalan Kabupaten. Sedangkan

menurut jenis permukaannya terbagi menjadi 1.328,49 Km (23,19%) jalan

aspal; 1.639,25 Km (28,61%) jalan dengan permukaan kerikil; 2.222,13 Km

Page 48: 2025, no. 18 tahun 2012

- 48 -

(38,79%) jalan dengan permukaan tanah; dan 539,35 Km (9,41%) jalan dengan

permukaan lainnya.

iii. Pada tahun 2008 jumlah penumpang kapal datang 281.200 orang dan berangkat

277.700 orang dengan jumlah armada 880 kapal. Di tahun 2010 jumlahnya

mengalami penurunan menjadi 237.200 orang yang datang dan 252.900 orang

yang berangkat dengan jumlah armada yang juga menurun menjadi 669 unit.

iv. Jumlah penumpang pesawat udara cenderung memiliki tren meningkat

signifikan selama 2008-2010. Jumlah penumpang datang mencapai 334.700

orang dengan jumlah penerbangan 11.656 dan berangkat 349.200 orang dengan

jumlah penerbangan 11.820 kali di tahun 2010. Rata-rata penumpang pesawat

untuk debarkasi 29 orang dan untuk embarkasi 30 orang.

3. Penataan Wilayah

Struktur Ruang

Rencana struktur ruang mencakup rencana pengembangan sistem perkotaan dan rencana

pengembangan infrastruktur wilayah. Struktur ruang wilayah akan diarahkan pada

pertumbuhan Provinsi Papua Barat yang merata di seluruh wilayah melalui peningkatan

hubungan antar wilayah. Pusat-pusat pertumbuhan merupakan generator pertumbuhan

kawasan. Hubungan intra regional ini dibangun dengan memadukan infrastruktur transportasi

laut, darat, dan udara.

Rencana struktur ruang di Papua Barat terdiri atas:

a. Sistem Perkotaan

Pengembangan Sistem Perkotaan Provinsi Papua Barat meliputi:

(1) Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) di Kota Sorong yang merupakan pusat

pertumbuhan utama dalam skala pelayanan nasional, terutama lebih pada kegiatan

ekonomi sesuai dengan kecenderungan yang telah ada selama ini. Penetapan Kota

Sorong sebagai PKN memperhatikan perkembangan kegiatan perkotaan yang sangat

pesat, terutama pada perdagangan dan jasa yang berskala nasional dan internasional.

Struktur perekonomian. Aksesibilitas dari dan menuju Kota Sorong yang semakin

meningkat telah mendorong meningkatnya pergerakan orang dan barang.Pelabuhan dan

bandar udara Domine Eduard Osok di Kota Sorong merupakan salah satu gerbang

ekspor-impor berskala nasional dan internasional.

(2) Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) di Kabupaten Manokwari, Fakfak dan Ayamaru yang

merupakan pusat pertumbuhan utama dalam skala regional dan memiliki orientasi

nasional.

(3) Pusat Kegiatan Lokal (PKL)di Kota Terminabuan (Sorong Selatan), Aimas (Kabupaten

Sorong), Kaimana, Bintuni, Waisai (Raja Ampat), Raisei (Teluk Wondama), Kumurkek

Page 49: 2025, no. 18 tahun 2012

- 49 -

(Kabupaten Maybrat), dan Fef (Kabupaten Tambrauw) yang berfungsi untuk melayani

kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan.

b. Sistem Jaringan Prasarana Utama

Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Provinsi Papua Barat meliputi:

(1) Sistem Transportasi Darat

(a) Jaringan Lalu Lintas angkutan jalan

1) Jarigan jalan

Jalan arteri primer, meliputi: Ruas Jalan Teminabuan-Kota Sorong

(perbaikan), Ruas Jalan Bintuni-Kota Sorong melalui Teminabuan, Ruas

Jalan Kota Sorong - Klamono, Kambuaya, Kebar, Mubrani, Prafi, Maruni -

Manokwari (perbaikan).

Jalan kolektor primer, meliputi: Ruas jalan Sorong – Makbon; Ruas jalan

Kambuaya (Ayamaru) – Teminabuan; Ruas jalan Sorong – Seget; Ruas jalan

Manokwari – Mubrani; Ruas jalan Mameh – Bintuni; Ruas jalan Fak fak -

Hurimber – Kokas; Ruas jalan Fak fak - Torea - Werba – Siboru; Ruas jalan

Hurimber - Baham – Bomberai, Ruas Jalan Beraur-Sorong, Salawati-Sorong,

Aimas-Sorong; Ruas Jalan Prafi-Manokwari, Warmare-Manokwari,

Oransbari-Manokwari; Perbaikan Ruas Jalan Kaimana-Fakfak, Fakfak Barat-

Fakfak; Ruas Jalan Rumberpon-Rasiei, Wasior-Resiei, Wamesa-Rasiei; Ruas

Jalan Bintuni-Babo, Bintuni-Merdey, Moskona Selatan-Bintuni; Ruas Jalan

Teminabuan-Manokwari (perbaikan); Ruas Jalan Bintuni-Manokwari

(melalui Manokwari-Maruni-Mameh-Bintuni); Ruas Jalan Manokwari -

Maruni - Granbari - Ransiiki – Mameh.

2) Jaringan Prasarana

Terminal tipe A di Kota Sorong

Pembangunan dan peningkatan kapasitas Terminal tipe B di Manokwari,

Fakfak, dan Ayamaru.

(b) Jaringan Lalu Lintas Penyebrangan

1) Penyeberangan lintas provinsi dengan interaksi kuat, meliputi : Sorong-Patani,

Sorong-Wahai, Fakfak-Wahai, Sorong-Biak.

2) Penyeberangan lintas kabupaten/kota dengan interaksi kuat, meliputi : Sorong-

Seget, Seget-Mogem, Seget-Taminabuan

(2) Sistem Transportasi Laut

(a) Pelabuhan utama sekunder di Sorong (Arar)

(b) Pelabuhan utama tersier di Manokwari dan Kaimana

(c) Pelabuhan pengumpan primer:

Pelabuhan Manokwari

Pelabuhan Sorong

Page 50: 2025, no. 18 tahun 2012

- 50 -

Pelabuhan Kaimana

Pelabuhan Teminabuan

Pelabuhan Bomberay (Fakfak)

(d) Pelabuhan pengumpan sekunder:

Pelabuhan Oransbari di Kabupaten Manokwari

Pelabuhan Wasior dan Windesi di Kabupaten Teluk Wondama

Pelabuhan Fatanlap, Kalomono, Mankbon, Mega, Seget, Sele, Susunu, Salawati,

Sailolof, Muarana di Sorong.

Pelabuhan Fakfak, Kokas, P.Adi, Karas, Adijaya di Kabupaten Fakfak.

Pelabuhan Kalobo, Kangka, Kasim, Etna di Kabupaten Kaimana

Pelabuhan Kabarek, Saonek, Saokorem di Kabupaten Raja Ampat.

Pelabuhan Waigama, Inawatan di Kabupaten Sorong Selatan.

Pelabuhan Babo, Bintuni di Kabupaten Teluk Bintuni.

(3) Sistem Transportasi Udara

(a) Bandar udara Pengumpul

Bandar udara pengumpul dengan skala pelayanan primer yaitu Bandara Domine

Eduardo Osok-Sorong.

Bandar udara pengumpul dengan skala pelayanan tersier yaitu Bandara

Rendani-Manokwari dan Bandara Waisai-Raja Ampat.

(b) Bandar Udara Pengumpan

Bandara Torea di Fakfak

Bandara Utarom di Kaimana

Bandara Bintuni di Teluk Bintuni

Bandara Wasior di Teluki Wondama

Bandara Babo di Teluk Bintuni

Bandara Anggi di Manokwari

Bandara Kebar di Manokwari

Bandara Inawatan di Sorong Selatan

Bandara Teminabuan di Sorong Selatan

Bandara Ayawasi

Bandara Kambuaya (Ayamaru) di Maybrat

Bandara Werur.

(4) Sistem Jaringan Energi dan Kelistrikan

(a) Jaringan transmisi tenaga listrik 150 KV di Kota Sorong, Sorong, Manokwari dan

Fakfak

(b) Penyaluran jaringan listrik dengan menggunakan kawat saluran udara, bawah tanah

dan bawah laut di seluruh wilayah Papua Barat.

Page 51: 2025, no. 18 tahun 2012

- 51 -

(5) Sistem Jaringan Pos dan Telekomunikasi

(a) Jaringan telekomunikasi mikro digital di seluruh Kabupaten/Kota di Papua Barat

(b) Kantor pos pembantu dan rumah pos di seluruh Kabupaten/Kota di Papua Barat.

(6) Sistem Jaringan Sumberdaya Airdan Irigasi

(a) Jaringan air bersih perpipaan di seluruh Kabupaten/Kota perencanaan di Papua

Barat.

(b) Jarangan air bersih non perpiaan di seluruh Kabupaten/Kota perencanaan di Papua

Barat.

(c) Jaringan irigasi dan air baku di seluruh Kabupaten/Kota perencanaan di Papua

Barat.

(7) Sistem Prasarana Pengelolaan Lingkungan

(a) Jaringan Drainase sistem perkotaan di seluruh Kabupaten/Kota perencanaan di

Papua Barat.

(b) Sistem persampahan terpadu di seluruh Kabupaten/Kota perencanaan di Papua

Barat.

Pola Ruang

Rencana Pola Ruang mencakup rencana kawasan lindung provinsi dan arahan pengembangan

kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis nasional. Penetapan kawasan strategis provinsi

menghasilkan kawasan-kawasan yang diprioritaskan penataan ruangnya karena memiliki

pengaruh sangat penting dalam lingkup nasional.Penataan pola ruang di Papua Barat terbagi

menjadi:

(1) Kawasan Lindung, yaitu kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi

kelestarianlingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya

buatan.Kawasan lindung merupakan kawasan yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan

ekologi kawasan sekitarnya yang dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu:Kawasan yang

memberikan perlindungan kawasan bawahannya, Kawasan Perlindungan Setempat,

Kawasan Suaka Alam.

(a) Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya.

1) Hutan Lindung seluas +22.323,08 km2yang tersebar di seluruh Kabupaten/Kota

Papua Barat.

2) Kawasan Resapan Air seluas + 26.466,40 Km2yang tersebar di seluruh

Kabupaten/Kota Papua Barat.

3) Kawasan Bergambut seluas + 14.461,57 yang tersebar di Kabupaten Teluk Bintuni

dan Sorong Selatan.

(b) Kawasan Perlindungan Setempat.

1) Kawasan sekitar mata air dengan radius 200 meter dari mata air yang tersebar di

seluruh Kabupaten/Kota Papua Barat

Page 52: 2025, no. 18 tahun 2012

- 52 -

2) Kawasan sempadan sungai dengan lebar sempadan 50 meter yang tersebar di

seluruh Kabupaten/Kota Papua Barat.

3) Kawasan sempadan pantai yang tersebar di seluruh Kabupaten/Kota Papua Barat.

4) Kawasan sempadan sungai di kawasan permukiman dengan lebar sempadan 10

meter yang tersebar di seluruh Kabupaten/Kota Papua Barat.

5) Sempadan hutan bakau/mangrove yang meliputi sepanjang pantai di Papua Barat

termasuk kepulauan.

6) Kawasan terbuka hijau yang tersebar di seluruh Kabupaten/Kota Papua Barat.

(c) Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya seluas + 16.559,75 km2.

1) Kawasan lindung nasional, terdiri dari kawasan suaka alam nasional, yaitu: Suaka

alam laut Kaimana, Suaka Margasatwa Tanjung Mubrani-Sidei-Wibain I-dan Wibain

II, Suaka margasatwa Pulau Venu, Cagar Alam Piulau Waigeo Barat, Cagar Alam

Pulau Batanta Barat, Cagar Alam Pegunungan Arfak, Cagar Alam Salawati Utara,

Cagar Alam Biak Utara, Cagar Alam Tamarau Selatan, Cagar Alam Pulau Supriori,

Cagar Alam Pegunungan Wondiboy, Cagar Alam Pulau Waigeo Timur, Cagar Alam

Pulau Misool, Cagar Alam Pulau Kofiau, Cagar Alam Pegunungan Wayland, Cagar

Alam Teluk Bintuni, Cagar Alam Pegunungan Fakfak, Cagar Alam Pegunungan

Kumawa, Cagar Alam Tamrau Utara, Cagar Alam Tanjung Wiay, Cagar Alam Wagura

Kote, Taman Wisata Alam Beriat, dan Taman Wisata Alam Klamono.

2) Kawasan lindung di Provinsi Papua Barat yang memiliki nilai strategis

kabupaten : Cagar Alam Pulau Waegeo Barat, Cagar Alam Wekwek Kwoor, Taman

Nasional laut Cenderawasih, Cagar Alam Pantai Sausapor, Suaka Margasatwa Sabuda

Tataruga, Suaka Margasatwa Mubrani Kairomi, Taman Wisata Alam Sorong, Taman

Wisata Alam Gunung Meja, Taman Wisata Sungai Sausiran.

(d) Kawasan Rawan Bencana

1) Kawasan rawan gempa bumi terdapat di seluruh Kabupaten/Kota Papua Barat.

2) Kawasan rawan tsunami terdapat di wilayah barat daya pantai Papua Barat dan

selatan Biak yang dapat mengenai daerah Teluk Cendrawasi.

3) Kawasan rawan longsor terdapat di Tinggian Kemum, dan Sabuk Lenguru.

4) Kawasan rawan banjir terdapat di Sorong dan Kabupaten Teluk Bintuni.

(2) Kawasan Budidaya, merupakan kawasan yang diperuntukkan sebagai kawasan dengan

penggunaan lahan tertentu sebagai bagian dari kegiatan manusia untuk memenuhi

kebutuhannya. Berikut beberapa penggunaan lahan sebagai kawasan budidaya:

(a) Kawasan Permukiman yang tersebar di seluruh Kabupaten/Kota Papua Barat dengan

luas +4.047,67 km2.

(b) Kawasan Hutan Produksi, terdiri dari:

1) Hutan Produksi tetap yang tersebar di seluruh Kabupaten/Kota Papua Barat dengan

luas +12.007,95 km 2.

Page 53: 2025, no. 18 tahun 2012

- 53 -

2) Hutan Produksi terbatas yang tersebar di seluruh Kabupaten/Kota Papua Barat

dengan luas +8.375,03 Km2.

3) Hutan Produksi yang dapat dikonversi yang tersebar di seluruh Kabupaten/Kota

Papua Barat dengan luas + 10.954,10km2.

(c) Kawasan Pertanian yang tersebar di seluruh Kabupaten/Kota Papua Barat dengan luas

+50,02 km2.

(d) Kawasan perkebunan yang tersebar di seluruh Kabupaten/Kota Papua Barat.

(e) Kawasan Budidaya perikanan darat dan laut yang tersebar di seluruh Kabupaten/Kota

Papua Barat.

(f) Kawasan pertambangan terdapat di Kabupaten Teluk Bintuni dengan luas 4.517,88 km2.

(g) Kawasan Pariwisata terdiri dari:

Kabupaten Manokwari terdiri dari: Hutan Taman Wisata Gunung Meja, Pegunungan

Arfak, Danau Anggi (Giji & Gita), Gunung Botak, Pantai Bakaro, Pantai Pasir Putih,

Pantai Bremi, Pulau Mansinam, Pantai Amban, Pantai Maruni dan Danau Kabori,

Kawasan Dataran Prafi.

Kabupaten Teluk Bintuni terdiri dari: Pantai Teluk Bintuni & Pantai Sebelah Selatan,

Danau Tanimot, Sungai Naramasa, Sungai Wasian, Sungai Muturi, Pantai Bombarai,

Air Terjun Korano.

Kabupaten Teluk Wondama terdiri dari: Pulau Rumberpon, Pulau Nusrowi, Pulau

Nukusa, Pulau Mioswar.

Kabupaten Raja Ampatterdiri dari: Kepulauan Wayag, Selat Dampier, Pantai Saonek,

Teluk Manyalibit, Teluk Kabui.

Kabupaten Sorong terdiri dari: Pantai Jamursba, Pulau Um, Sungai Air Panas kyaili.

Kota Sorong terdiri dari: Kawasan Wisata Tanjung Kasuari, Taman Rekreasi Pantai

Tanjung Kasuari, Wisata Alam Hutan Arboretum Klasaman, Pulau Raam, Pulau Sop,

Pulau Doom, Pulau Dofior, Tembok Dofior (Tembok Berlin).

Kabupaten Sorong Selatan terdiri dari: Sungai Sembra Siribauw, Sungai Kohoin,

Danau Ayamaru, Danau Uter, Sungai Wensi/Soroan,Kolam Renang Framu, Kali

Sentuf (Johafah), Pantai Isogo, Sungai Kamundan.

Kabupaten Kaimana terdiri dari: Kawasan Wisata Teluk Triton, Kawasan Wista

Pantai, Kawasan Rekreasi Km 14 Jl. Bash.

Kabupaten Fakfak terdiri dari: pulau Tubir Seram, Pantai Wambar, dan Air Besar.

(h) Kawasan perdagangan yang difokuskan pada kawasan perkotaan (PKN, PKW, dan PKL)

Provinsi Papua Barat.

(i) Kawasan ruang terbuka hijau yang tersebar di seluruh Kabupaten/Kota Papua Barat.

Page 54: 2025, no. 18 tahun 2012

- 54 -

4. Fasilitas Keuangan dan Perbankan

Jumlah kantor bank di Provinsi Papua Barat terus meningkat dari tahun ke tahun. Dari tahun

2007 yang hanya 49 unit (5 unit Bank Swasta Nasional, 44 unit bank Persero dan Pemerintah)

menjadi 67 unit kantor bank (13 unit Bank Swasta Nasional, 54 unit Bank Persero dan

Pemerintah).

5. Fasilitas Air Bersih

Persentase terbesar rumah tangga pengguna air bersih memiliki sendiri fasilitasnya, sebesar

49,02%. Meningkat dari kondisi tahun 2009 yaitu sebesar 46,65% dari total rumah. Sementara

25,33% menggunakan air bersih secara bersama dan 16,73% masih menggunakan fasilitas

umum. 8,92% tidak memiliki akses terhadap air bersih.

6. Fasilitas Energi Listrik

Rumah tangga di Papua Barat hanya 57,67% yang menggunakan listrik PLN. Belum seluruh

Kampung di Papua Barat teraliri listrik dan belum seluruh Kabupaten mendapatkan pasokan

listrik 24 jam dalam sehari. Masyarakat yang tidak teraliri listrik 24 jam biasanya menggunakan

genset. Untuk Kampung-Kampung yang tidak teraliri listrik, terutama di daerah yang jauh dari

ibukota Kabupaten umumnya menggunakan pelita/senter/obor/lainnya. Persentase rumah

tangga yang menggunakan jenis penerangan tersebut mencapai 17,83%.

Kondisi penggunaan energi listrik terutama yang memanfaatkan listrik negara (PLN) masih

belum maksimal. Belum seluruh Kabupaten mendapatkan pasokan listrik 24 jam, seperti

contohnya di Kabupaten Teluk Wondama, Teluk Bintuni, Tambrauw, dan Maybrat. Hanya

32,37% Kampung saja yang telah terjangkau layanan PLN. Sulitnya kondisi geografis dan

terbatasnya ketersediaan energi listrik menjadi penyebab belum meratanya pasokan listrik. Dari

total 168.000 rumah tangga di Papua Barat, hanya 80.421 rumah tangga yang terdaftar sebagai

pelanggan PLN.

Gambar 2-19 Cakupan Pelayanan Listrik dan Air Bersih Pada Perkampungan

Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Papua Barat, 2009

2007 2008 2009

70.28%

53.41%

25.86%

89.47% 86.04% 89.13%

Cakupan pelayanan listrik pada kampung Cakupan pelayanan air bersih pada kampung

Page 55: 2025, no. 18 tahun 2012

- 55 -

7. Fasilitas Telekomunikasi

a. Untuk jaringan telekomunikasi di Provinsi Papua Barat berkembang pesat melalui

pelayanan provider telepon selular yang mulai mengembangkan jaringan paling tidak di

kawasan perkotaan ataupun ibukota setiap Distrik di masing-masing Kabupaten/Kota.

Untuk di kawasan perkampungan, penggunaan telepon satelit masih diandalkan.

b. Telekomunikasi menggunakan jaringan internet juga berkembang cukup pesat

meskipun hanya di kawasan perkotaan dengan layanan gabungan dari provider telepon

seluler maupun dari PT.Telkom sebagai perusahaan negara yang menangani masalah

penyediaan layanan komunikasi. Untuk sistem jaringan nirkabel untuk internet, belum

dikembangkan secara umum dan gratis dari pemerintah. Namun di banyak tempat

umum, sudah mulai disediakan dengan jenis dan ketentuan layanan yang berbeda-beda

dan sebagian besar bersifat komersil.

c. Kantor Pos juga masih diandalkan oleh masyarakat baik untuk pengiriman

surat/dokumen dan barang. Kantor Pos besar hanya terdapat di dua wilayah yaitu Kota

Sorong dan Manokwari sementara Kantor Pos Pembantu terdapat di semua wilayah

kecuali Kabupaten Raja Ampat. Kebutuhan Pos di Raja Ampat dipenuhi oleh Rumah Pos

dan Kantor Pos Kampung.

8. Iklim Investasi

a. Kondisi investasi di Papua Barat menunjukan kecenderungan yang terus membaik.

Peningkatan jumlah proyek yang dijalankan memberikan gambaran meningkatnya

kepercayaan publik dalam menanamkan modal yang dimilikinya. Penanaman modal

yang berasal dari dalam negeri maupun asing atau luar negeri secara jumlah memang

mengalami peningkatan, namun secara nilai tidak terlalu meningkat.

Tabel 2-1Kondisi Investasi Provinsi Papua Barat

Tahun Realisasi Dalam Negeri Realisasi Asing

Jumlah Proyek Nilai Investasi (dalam juta rupiah)

Jumlah Proyek

Nilai Investasi (dalam ribu US $) 2010 40 1.185.429 61 98.459

2009 41 967.468 58 98.459

2008 41 967.468 49 98.459

2007 38 967.468 26 78.360

2006 35 967.468 28 78.360

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2010

b. Di Provinsi Papua Barat pada tahun 2010 telah terjadi 89 kasus kriminal. 74 kasus atau

sekitar 83,1% diantaranya telah ditangani oleh pihak yang berwenang. Kasus yang

paling banyak terjadi adalah kasus pencurian kendaraan bermotor yaitu sebanyak 15

Page 56: 2025, no. 18 tahun 2012

- 56 -

kasus (16,85%). Kasus yang paling sedikit terjadi adalah kasus pemerkosaan yaitu

sebanyak 1 kali (1,12%). Tidak ada kasus kejahatan terhadap kepala negara.

9. Sumber Daya Manusia

a. Dilihat dari latar belakang pendidikan, persentase penduduk yang bekerja ternyata

sebagian besar berpendidikan rendah. Sebesar 49,16% penduduk yang bekerja 26,91%

belum bersekolah / tidak tamat SD dan 22,25% tamat SD. 18,32% tamat SLTP. Hanya

9,50% yang berijazah perguruan tinggi

b. Kesejahteraan penduduk di suatu daerah dapat dilihat dari nilai Indeks Pembangunan

Manusia (IPM) di daerah tersebut. Secara keseluruhan nilai IPM di Provinsi Papua Barat

selalu meningkat dari kurun waktu tahun 2007 – 2009, yaitu sebesar 67, 28 pada tahun

2007, pada tahun 2008 sebesar 67,95 dan pada tahun 2009 sebesar 68,58.

Kabupaten/Kota yang memiliki nilai IPM terbesar di Provinsi Papua Barat pada tahun

2009 adalah Kota Sorong, yaitu sebesar 76,84 diikuti oleh Kabupaten Fak-Fak dan

Kaimana dengan masing-masing nilai IPM sebesar 70,8 dan 69,8, sedangkan nilai IPM

terendah terdapat di Kabupaten Tambrauw yaitu sebesar 49,12.

Gambar 2-20 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Papua Barat dan Perkembangannya

Sumber: Buku IPM Provinsi Papua Barat 2009, BPS.

Page 57: 2025, no. 18 tahun 2012

- 57 -

BAB III

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

3.1 PERMASALAHAN PEMBANGUNAN

1. Secara geologi, tingkat kemampuan tanah sangat bervariasi dari rendah sampai tinggi, semakin

banyak faktor penghambat yang dijumpai di suatu wilayah seperti lereng terjal, ketersediaan air

kurang dan mudah terjadi erosi maka dapat dikatakan kemampuan pada wilayah tersebut rendah.

2. Salah satu fenomena mencolok yang terdapat di Provinsi Papua Barat adalah kepadatan penduduk

yang masih sangat rendah yakni rata-rata 27 jiwa/km2 pada tahun 2008. Kotamadya yang terpadat

153 jiwa/km2 dan Kabupaten yang paling jarang penduduknya kurang dari 2 jiwa/km2. Dari satu sisi

gejala ini dapat dinilai sebagai pertanda besarnya peluang ekonomi, dari sisi lain rendahnya tingkat

hunian suatu wilayah dapat pula dilihat sebagai pertanda bahwa di wilayah tersebut ada sesuatu hal

atau banyak hal yang menyebabkan wilayah tersebut kurang menarik bahkan dihindari atau menjadi

pilihan terakhir.

3. Bila ditinjau dari latar belakang geomorfologi dan geologinya, tanah di Provinsi Papua Barat sangat

rawan erosi, rawan longsor, sementara tebing cenderung rawan gugur.

4. Dilihat dari sumberdaya alam darat Provinsi Papua Barat memiliki kekayaan alam yang besar berupa

hamparan hutan tropika humid yang sangat luas yang didalamnya terdapat kawasan lindung. Di

kawasan lindung ini pula terkandung sumberdaya andalan Provinsi Papua Barat berupa batu bara

dan mineral galian. Kombinasi keruangan yang paling rawan ialah batubara dan hutan. Sejarah Papua

Barat telah mencatat bahwa eksploitasi hutan di formasi yang mengandung batubara telah

menghasilkan bencana banjir.

5. Karena sifat fisik ruang habitatnya sumberdaya alam perairan laut cenderung tidak sepenuhnya

dapat dikuasai/dimanfaatkan oleh penduduk. Ada peluang infiltrasi pemanfaatan oleh kekuatan

ekonomi dari luar daerah, yang dari segi teknologi maupun organisasi produksi cenderung lebih

unggul. Meskipun demikian paling tidak ada dua zona di mana penduduk daerah mempunyai

keunggulan akses, baik dari segi fisik maupun segi hukum, yakni wilayah perairan zona I (<6/mil)

dan perairan interface (payau). Sumber kerawanan utama di kawasan ini adalah apabila terjadi

eksploitasi yang berlebihan dan pencemaran air karena penambangan emas, batubara dan minyak

bumi.

6. Secara kultural penduduk Asli Papua Barat masih terpisah oleh sekat-sekat nilai adat yang dalam

beberapa hal sangat eksklusif. Dari segi pendidikan, pendatang cenderung memiliki pendidikan lebih

tinggi. Orientasi Adat Asli dalam memanfaatkan sumber alam pada umumnya mengandung kebijakan

ekologi yang tinggi. Sementara itu sebagian besar pendatang berorientasi komersial. Ada semangat

Page 58: 2025, no. 18 tahun 2012

- 58 -

datang, lihat, ambil dan hengkang (pergi). Papua Barat bagi mereka bukan habitat, tetapi tidak lebih

dari kesempatan investasi dan ekstrasi.

7. Jaringan jalan merupakan salah satu unsur utama yang diperlukan dalam proses pemaduan potensi-

potensi wilayah ke dalam satu sistem interaksi yang produktif. Melalui jaringan yang terangkai secara

sistemik sinergi keruangan yang produktif antara sumberdaya, baik yang ada di dalam wilayah

maupun yang ada di luar wilayah dapat dikembangkan di Provinsi Papua Barat. Dari segi fisik

pembangunan jalan berhadapan dengan medan pegunungan yang dari segi geomorfologi sangat

rawan. Ini berarti beban biaya konstruksi dan beban biaya perawatan yang mahal. Pengembangan

jaringan menerobos pegunungan yang sebagian berfungsi sebagai kawasan lindung dan kawasan

hutan produksi akan merangsang eksploitasi hutan dan tambang yang secara ekologis sulit

dikendalikan keamanannya.

8. Minimnya infrastruktur disuatu wilayah seperti kondisi jalan, alat transportasi, penerangan dan air

bersih seringkali menjadi penyebab kemiskinan suatu wilayah. Meskipun di wilayah tersebut

dihasilkan produk-produk pertanian atau lainnya, namun karena minimnya infrastruktur maka

produk tersebut tidak dapat dipasarkan dengan baik.

9. Di bidang perlindungan dan pengamanan masyarakat, permasalahan yang dihadapiadalah kurangnya

sumberdaya manusia yang menangani perlindungan dan pengamanan serta minimnya prasarana dan

sarana yang mendukung bidang tersebut, sementara di Provinsi Papua Barat merupakan wilayah

yang rawan bencana alam terutama Gempa Bumi dan Banjir.

10. Permasalahan yang dihadapi di bidang kependudukan dan sumberdaya manusia Provinsi Papua

Barat adalah kualitas dan kuantitas SDM yang masih rendah, SDM belum mampu bersaing dalam

dunia global yang semakin menuntut kompetensi tinggi, jumlah penduduk yang tidak merata dan

tersebar dalam kelompok-kelompok kecil di daerah pedalaman dan pulau-pulau terpencil, serta

cenderung terpusat di daerah perkotaan.

11. Permasalahan di bidang pendidikan yang terjadi di Provinsi Papua Barat antara lain perlunya

peningkatan pengetahuan masyarakat, pemerataan pendidikan di berbagai jenis dan jenjang

pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi pendidikan di semua jenjang pendidikan, peningkatan

pelayanan serta sarana dan prasarana pendidikan.

12. Sementara di bidang kebudayaan, sebagaimana diketahui bahwa Provinsi Papua Barat memiliki

masyarakat yang heterogen dan multi etnis. Besarnya jumlah migran yang masuk ke wilayah Provinsi

Papua Barat telah menimbulkan berbagai persoalan budaya dalam interaksi antar etnik pendatang

dengan penduduk setempat. Salah satu persoalan yang menonjol yang dialami oleh Suku Asli Papua

Barat adalah peliknya masalah hak ulayat.

13. Provinsi Papua Barat mempunyai luas wilayah 140.375,62 Km2, sebagian besar berupa daerah

hutan.Dengan luas hutan yang sedemikian besar maka produksi hasil hutan merupakan andalan

untuk memperoleh pendapatan bagi Provinsi Papua Barat. Masalah yang dihadapi dalam

Page 59: 2025, no. 18 tahun 2012

- 59 -

pengembangan sub sektor kehutanan antara lain adanya penurunan produktivitas hasil hutan alam

akibat konversi lahan dari lahan hutan sekunder ke areal HTI, perkebunan, transmigrasi,

pertambangan dan lain-lain. Pelanggaran lalu lintas hasil hutan, tebang liar serta perambahan hutan

cenderung meningkat sementara jumlah personil pengamanan perlindungan hutan (JAGAWANA)

terbatas dan belum didukung oleh sarana operasional yang memadai. Permasalahan lainnya adalah

belum adanya data yang akurat tentang luas dan letak lahan kritis sehingga kurang membantu dalam

penyusunan program. Pelaksanaan proyek reboisasi dan penghijauan di hutan lindung sering

terhambat dengan masalah okupasi lahan/perambahan hutan oleh masyarakat yang status

kepemilikannya belum jelas.

14. Dalam setiap kegiatan pengembangan wilayah, salah satu bidang yang sangat penting untuk

diperhatikan adalah bidang infrastruktur. Bila dilihat dari wilayah Provinsi Papua Barat yang sangat

luas dengan jarak antar Kota/Kabupaten yang relatif jauh menjadikan permasalahan infrastruktur

terutama jalan menjadi hal yang sangat menKampungk.

15. Di bidang agroindustri, kendala yang dihadapi adalah pelaksanaan kegiatan yang belum

terkoordinasi dengan baik dan kesulitan mengubah pola pikir petani terhadap pembaharuan dan

penerimaan inovasi bidang agribisnis dan agro industri.

16. Di bidang sosial, penduduk Provinsi Papua Barat dengan latar belakang budaya dan etnis yang

beragam sangat rentan terhadap terjadinya konflik horisontal, terutama disebabkan adanya

kesenjangan sosial.

17. Di bidang pariwisata, realitas pembangunan kepariwisataan baik wisata alam maupun wisata buatan

di Provinsi Papua Barat dianggap masih sebatas skenario/wacana, sehingga belum dikembangkan

dan dikelola secara profesional.

3.2 ISU-ISU STRATEGIS

1. Tata Kelola Pemerintahan

Persoalan tata kelola pemerintahan saat ini bukan hanya menjadi persoalan satu dua daerah di Indonesia,

tapi menjadi isu yang hangat dibahas di seluruh dunia. Kebutuhan akan tata kelola pemerintahan yang

baik nyatanya diperlukan oleh seluruh masyarakat di belahan dunia manapun. Namun kebutuhan

terbesar dan paling krusial ada pada daerah-daerah yang sedang membangun dan mulai berkembang.

Bukan hanya dibutuhkan oleh satu dua masyarakat, namun oleh berbagai kalangan. Apalagi untuk

kepentingan yang terkait aktivitas ekonomi.

Tata kelola pemerintahan merupakan salah satu kunci sukses keberhasilan pembangunan. Kelancaran

dan keberhasilan pelaksanaan kegiatan-kegiatan pembangunan sangat tergantung oleh baik atau

tidaknya perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasannya oleh pemerintah. Sejauh apa prinsip-prinsip

Page 60: 2025, no. 18 tahun 2012

- 60 -

transparansi, akuntabilitas, partisipatif, efektivitas, efisiensi, dan kepastian hukum diimplementasikan

dalam penatakelolaan pemerintahan suatu daerah menjadi ukuran keberhasilan pembangunan.

Di Provinsi Papua Barat sendiri, kelembagaan pemerintahan belum sepenuhnya lengkap baik secara

struktural maupun fungsional sesuai dengan kebutuhan aktual daerah. Terutama jabatan-jabatan

fungsional yang ditempati oleh pejabat yang berbeda kompetensinya. Instansi-instansi vertikal yang

belum terbentuk. Kemudian kelengkapan aparat sampai ke tingkat kampung. Terutama pada Kabupaten-

kabupaten yang baru terbentuk.Masih belum tersedianya Standard Operational Prosedur (SOP) dan

deskripsi pekerjaan yang jelas pada hampir seluruh SKPD juga berdampak kepada carut marutnya

perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan-kegiatan pembangunan.

Indikasi penyimpangan dalam penyelenggaraan proses rekruitmen aparat pemerintah di lembaga

eksekutif, legislatif, maupun yudikatif juga menjadi isu hangat yang berulang setiap periodenya. Belum

lagi minimnya pengetahuan dan keterampilan mengenai bahasa asing, komputer, dan teknologi informasi

aparat pemerintah. Minimnya ketersediaan dokumen-dokumen dasar penyelenggaraan pemerintahan

dan pembangunan juga perangkat hukum yang mutlak dibutuhkan juga menjadi satu penghambat dalam

eksekusi kegiatan pembangunan.

2. Kualitas Sumber Daya Manusia

Nilai IPM yang rendah merupakan ukuran yang paling mudah untuk menilai kualitas SDM Provinsi Papua

Barat. Sayangnya Provinsi Papua Barat termasuk kedalam 5 Provinsi dengan IPM terendah dari seluruh

Kabupaten/Kota di Indonesia. Tingkat kesehatan, pendidikan, dan ekonomi masyarakat yang rendah

berkontribusi dalam membentuk IPM yang minim tersebut.

Isu lain yang muncul adalah kualitas penduduk Asli Papua Barat yang relatif lebih rendah jika dilihat dari

tingkat pendidikannya, sehingga belum mampu bersaing dengan penduduk pendatang dari luar wilayah

Provinsi yang sengaja mencari peluang di Provinsi Papua Barat. Di satu sisi para pendatang tersebut

mampu membawa pengaruh positif terhadap perkembangan wilayah dengan turut serta dalam kegiatan

pembangunan, namun di sisi lain akan mempersempit peluang bagi penduduk Asli dalam

memperebutkan kesempatan kerja.Yang lebih jeli dalam memanfaatkan SDA di Provinsi Papua Barat

bukanlah penduduk asli, melainkan para pendatang.

3. Pemerataan Pembangunan

Persebaran penduduk sampai ke pelosok yang sulit diakses akan berpotensi menimbulkan ketimpangan

pembangunan sumber daya manusia dan ketersampaian informasi, yang tentu saja memiliki pengaruh

terhadap proses pembangunan di Provinsi Papua Barat

Salah satu fenomena mencolok yang terdapat di Provinsi Papua Barat adalah kepadatan penduduk yang

masih sangat rendah yakni rata-rata 27 jiwa/km2 pada tahun 2008. Kotamadya yang terpadat 153

jiwa/km2 dan Kabupaten yang paling jarang penduduknya kurang dari 2 jiwa/km2. Dari satu sisi gejala ini

Page 61: 2025, no. 18 tahun 2012

- 61 -

dapat dinilai sebagai pertanda besarnya peluang ekonomi, dari sisi lain rendahnya tingkat hunian suatu

wilayah dapat pula dilihat sebagai pertanda bahwa di wilayah tersebut ada sesuatu hal atau banyak hal

yang menyebabkan wilayah tersebut kurang menarik bahkan dihindari atau menjadi pilihan terakhir.

Bila dilihat dari wilayah Provinsi Papua Barat yang sangat luas dengan jarak antar Kota/ Kabupaten yang

relatif jauh menjadikan permasalahan infrastruktur terutama jalan menjadi hal yang sangat

menKampungk.Minimnya infrastruktur disuatu wilayah seperti kondisi jalan, alat transportasi,

penerangan dan air bersih seringkali menjadi penyebab kemiskinan suatu wilayah.Belum rampungnya

pembangunan Jalan Raya Trans Papua Barat menimbulkan persoalan dalam pembangunan Provinis

Papua Barat.Kendala utama dalam pembangunan infrastruktur jalan di Provinsi Papua adalah bentuk

morfologi yang didominasi oleh pegunungan sehingga membutuhkan biaya konstruksi dan biaya

perawatan yang tinggi. Prasarana dasar menyangkut ketersediaan energi, kemudahan sarana

telekomunikasi, ketersediaan pasokan air bersih yang memadai, irigasi yang memadai, lingkungan

permukiman penduduk yang sehat juga menjadi isu strategis pembangunan provinsi Papua Barat.

4. Peran Daerah

Peran Provinsi Papua Barat di tingkat regional maupun nasional masih sangat minim, meskipun

sebetulnya dalam konteks nasional, Provinsi Papua Barat mempunyai kedudukan dan peran yang

strategis. Komoditas perdagangan dan jasa dari wilayah lain cenderung memiliki harga beli yang lebih

murah, dengan kata lain secara ekonomi komoditas perdagangan dan jasa dari wilayah lain lebih

memiliki daya saing, selain itu supply komoditas perdagangan dan jasa Provinsi Papua Barat masih

rendah sehingga belum dapat memenuhi demand.perdagangan bebas internasional juga berpotensi

mematikan usaha lokal di Provinsi Papua Barat, terutama yang memiliki skala kecil akibat persaingan

yang datang bukan hanya dari luar daerah namun juga dari luar negeri. Lokasi Papua Barat yang berada

di wilayah terluar tidak didukung dengan pengamanan yang memadai sehingga arus barang maupun

manusia yang keluar masuk bisa tidak terkendali dan memberikan peluang terjadinya tindak kejahatan.

5. Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA)

Dengan kondisi ekosistem yang masih terjaga dengan baik diharapkan dapat menjadi indikator

pembangunan yang berwawasan lingkungan di Provinsi Papua Barat. Ekosistem yang baik juga

mengindikasikan bahwa sumber daya alam hayati yang terdapat di Provinsi Papua Barat masih sangat

besar dan bisa menjadi suatu komoditas andalan.

Ketersediaan sumber daya alam yang melimpah merupakan kekuatan yang harus dimanfaatkan sebesar-

besarnya untuk kesejahteraan masyarakat Papua Barat. Pemanfaatan sumber daya alam yang melimpah

ini dapat digunakan untuk membantu mengatasi masalah tingginya kemiskinan dan kesenjangan di

Provinsi Papua Barat. SDA yang melimpah juga bukan hanya berguna bagi kepentingan lokal, tetapi juga

kepentingan regional dan bahkan internasional.

Page 62: 2025, no. 18 tahun 2012

- 62 -

Dengan potensi sumberdaya alamnya yang begitu besar selain berdampak ekonomi terutama terhadap

pendapatan asli daerah di Provinsi Papua Barat, juga membawa dampak negatif terhadap

keberlangsungan lingkungan hidup. Kegiatan pengelolaan sumberdaya alam yang kurang bijak telah

mengakibatkan kerusakan lingkungan hidup yang sudah cukup mengkhawatirkan kelestarian alam.

Beberapa kegiatan yang rawan berakibat kerusakan lingkungan hidup adalah kegiatan pertambangan dan

pembalakan liar.

Beberapa isu-isu ranah internasional memberikan peluang kepada Provinsi Papua Barat untuk dapat

mengambil nilai tambah dari SDA yang dimiliki. Misalnya saja isu perubahan iklim. Dengan luas kawasan

hutan lindung yang direncanakan di atas 70%, maka hutan di Provinsi Papua Barat memiliki fungsi

konservasi yang berskala internasional. Bentuk kapitalisasi SDA terkait dengan isu perubahan iklim

adalah dengan carbon trade.

6. Penataan Ruang Wilayah

Dokumen yang dijadikan acuan di dalam pembangunan suatu daerah adalah dokumen Rencana Tata

Ruang Wilayah (RTRW) yang di dalamnya memuat rencana dan strategi untuk mengembangkan daerah

tersebut, begitu pun dengan pembangunan di Provinsi Papua Barat, namun hingga saat ini RTRW Provinsi

Papua Barat masih dalam tahap mendapat persetujuan DPRD dan belum disahkan. Sementara wilayah

tidak pernah berhenti berkembang. Pemenuhan aspek pengaturan penyelenggaraan penataan ruang yang

masih terseok-seok akan membawa dampak kepada semakin sulitnya penyelenggaraan aspek-aspek

lainnya terutama dalam pelaksanaan dan pengendalian. Kompleksitas permasalahan kota-kota besar

yang ada sekarang bisa jadi lambat laun akan menjadi permasalahan di Provinsi Papua Barat jika

persoalan penataan ruang tidak segera ditangani.

7. Stabilitas Politik, Pertahanan, dan Keamanan

Di bidang Perlindungan dan pengamanan masyarakat, permasalahan yang dihadapiadalah kurangnya

sumberdaya manusia yang menangani perlindungan dan pengamanan serta minimnya prasarana dan

sarana yang mendukung bidang tersebut, sementara di Provinsi Papua Barat merupakan wilayah yang

rawan bencana alam terutama gempa bumi dan banjir.

Penduduk Provinsi Papua Barat dengan latar belakang budaya dan etnis yang beragam sangat rentan

terhadap terjadinya konflik horisontal, terutama disebabkan adanya kesenjangan sosial. Besarnya jumlah

migran yang masuk ke wilayah Provinsi Papua Barat telah menimbulkan berbagai persoalan budaya

dalam interaksi antar etnik pendatang dengan penduduk setempat. Salah satu persoalan yang menonjol

yang dialami oleh Suku Asli Papua Barat adalah peliknya masalah hak ulayat.

Tema sentral yang sering menjadi pemicu ketegangan/konflik diantara masyarakat adalah: perempuan,

babi dan tanah dan hingga saat ini masih sering terjadi perdebatan yang akhirnya berujung pada

kerusuhan. Hal tersebut tentu saja menimbulkan rasa tidak aman pada penduduk untuk melakukan

Page 63: 2025, no. 18 tahun 2012

- 63 -

aktivitas yang berakibat pada terhambatnya pembangunan. Reaksi aparat penegak hukum dalam

mengatasi konflik yang terjadi di Provinsi Papua Barat juga masih kurang cepat.

8. Perlindungan Orang Asli Papua

Nilai sosial budaya terutama ditujukan untuk mengaktualisasikan jati diri, identitas dan karakter

masyarakat Papua berdasarkan nilai-nilai luhur, kearifan lokal, dan tatanan aturan dalam menyelesaikan

berbagai permasalahan dengan tetap memperhatikan tatanan secara nasional. Kemandirian budaya juga

berkaitan dengan perlindungan terhadap berbagai khasanah adat istiadat serta memahami

keragamannya sebagai suatu kekayaan untuk dijadikan inspirasi pembangunan sebagai upaya

transformasi untuk menjaga kelestariannya.

Konflik yang banyak terjadi yang terkesan merupakan pemberontakan orang Asli Papua dipicu oleh

persoalan diskriminasi dan kesejahteraan orang Asli Papua. Hak-hak dasar orang Asli Papua yang belum

terpenuhi ditengah kesejahteraan orang-orang pendatang. Hak ulayat yang seharusnya dijadikan nilai

luhur berpadu dengan regulasi konvensional juga menjadi persoalan yang berlarut-larut karena hak

ulayat hanya dianggap sebagai penghambat tegaknya regulasi konvensional. Belum ada skema-skema

peraturan yang inovatif yang dapat memadukan aturan adat dan regulasi konvensional yang

mengamanatkan perlingungan orang Asli Papua.

9. Cita-cita Otonomi Khusus

Adanya Otonomi Khusus ini memberikan keleluasaan bagi Provinsi Papua Barat untuk melakukan

percepatan pembangunan khususnya bidang sosial, ekonomi, dan politik, serta infrastruktur. Kemudian

dengan adanya Otonomi Khusus Provinsi Papua Barat, aparat daerah dituntut lebih meningkatkan diri

agar mampu berfikir dengan kritis, bertindak efisien dan efektif dalam menyusun rencana untuk

membangun dan mengembangkan daerahnya. Perencanaan yang disusun harus bersifat strategis agar

sumberdaya yang dimiliki oleh Provinsi Papua Barat dapat dioptimalkan dengan baik.

Melalui Undang-Undang Otonomi Khusus, Provinsi Papua Barat memiliki wewenang yang luas, baik

dalam urusan pemerintahan maupun pelaksanaan pembangunan. Kewenangan yang luas di satu sisi

dapat dipandang sebagai kesempatan bagi wilayah untuk berkembang, tetapi di sisi lain merupakan

tantangan baru yang cukup berat. Pemerintah Provinsi Papua Barat dengan Undang-Undang tersebut

dapat lebih leluasa menggunakan kewenangannya untuk mengurusi daerahnya, tetapi di lain pihak

pemerintah Provinsi Papua Barat juga dibebani tanggung jawab yang tidak kecil.

Amanat Undang-Undang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua Barat haruslah diterapkan dalam setiap

sektor/bidang pembangunan. Sebagai koreksi terhadap pendekatan yang konvensional maka

implementasi amanat Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua Barat bukan hanya membawa keuntungan

bagi masyarakat Asli Papua dalam jangka pendek, tetapi sampai pada perjalanan kehidupan di Provinsi

Papua Barat di masa yang akan datang. Dengan kata lain, bukan hanya upaya-upaya pemberian

Page 64: 2025, no. 18 tahun 2012

- 64 -

keuntungan secara langsung namun mengkader masyarakat untuk menyelenggarakan pembangunan

dari, oleh, dan untuk mereka sendiri.

Page 65: 2025, no. 18 tahun 2012

- 65 -

BAB IV

VISI DAN MISI PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG PROVINSI

PAPUA BARAT

4.1 VISI

Berdasarkan kondisi Provinsi Papua Barat saat ini, tantangan yang dihadapi dalam 20 tahun mendatang

dengan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki oleh Provinsi Papua Barat, visi pembangunan

daerah tahun2012-2025 adalah:

“MEWUJUDKAN PROVINSI PAPUA BARAT YANG MANDIRI, BERDAYA

SAING, SEJAHTERA, ADIL DAN LESTARI”

Mandiri:

Kemandirian merupakan konsep yang dinamis karena mengenali bahwa kehidupan dan kondisi saling

ketergantungan senantiasa berubah, baik konstelasinya, perimbangannya, maupun nilai-nilai yang

mendasari dan mempengaruhinya. Dalam konteks pembangunan Provinsi Papua Barat, kemandirian

suatu wilayah tercermin, antara lain, pada ketersediaan sumberdaya manusia yang berkualitas dan

mampu memenuhi tuntutan kebutuhan dan kemajuan pembangunannya, kemandirian aparatur

pemerintah dan aparatur penegak hukum dalam menjalankan tugasnya, ketergantungan

pembiayaan pembangunan yang bersumber dari pendapatan regional yang makin kokoh sehingga

ketergantungan kepada sumber lain menjadi kecil, dan kemampuan memenuhi sendiri kebutuhan

pokok. Apabila karena sumberdaya alamtidak lagi memungkinkan, kelemahan itu diimbangi dengan

keunggulan lain sehingga tidak membuat ketergantungan dan kerawanan serta mempunyai daya tahan

tinggi terhadap gejolak ekonomi nasional.

Berdaya Saing:

Provinsi Papua Barat selanjutnya menjadi provinsi yang mampu berdaya saing dengan lingkungan

eksternal, baik dari segi SDM (terutama orang Asli Papua) maupun perekonomian wilayah,

Provinsi Papua Barat yang berdaya saing berarti provinsi yang memiliki SDM dan perekonomian yang

mampu beradaptasi terhadap perubahan internal dan eksternal untuk meraih keberhasilan dalam upaya

meningkatkan kesejahteraan dan masa depan yang lebih baik dengan tetap terbuka pada persaingan

regional, nasional, dan global. Kemampuan untuk berdaya saing menjadi kunci untuk mencapai kemajuan

Page 66: 2025, no. 18 tahun 2012

- 66 -

sekaligus kemandirian, sehingga gejolak yang berasal dari dalam maupun luar wilayah dapat diredam

oleh ketahanan ekonominya. Namun, kemandirian dan kesejahteraan suatu wilayah tidak hanya

dicerminkan oleh perkembangan ekonomi semata, tetapi mencakup aspek yang lebih luas. Kemandirian

dan kemajuan juga tercermin dalam keseluruhan aspek kehidupan, dalam kelembagaan, pranata-pranata,

dan nilai-nilai yang mendasari kehidupan politik dan sosial, karena wilayah yang maju dan sejahtera

adalah wilayah yang hak-hak warganya, keamanannya, dan ketenteramannya terjamin dalam

kehidupannya sehingga dapat memberikan makna dan arti penting bagi wilayah-wilayah lain di

sekitarnya, dan berkontribusi bagi pembangunan Indonesia secara umum.

Sejahtera:

Setelah memiliki daya saing, diharapkan terwujud kesejahteraan masyarakat dan wilayahnya yang bisa

dilihat dari tingkat kemajuan suatu wilayah. Papua Barat yang sejahtera ditandai dengan kemapanan

ekonomi wilayah, tingginya tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat dan kesejahteraan sosial

masyarakat. Tingginya pendapatan rata-rata dan ratanya pembagian ekonomi suatu wilayah menjadikan

wilayah tersebut lebih makmur dan lebih maju yang ditandai dengan berkembangnya keterpaduan

antarsektor, terutama sektor industri, sektor pertanian, dan sektor-sektor jasa; serta pemanfaatan

sumber alam yang bukan hanya ada pada pemanfaatan ruang daratan, tetapi juga ditransformasikan

kepada pemanfaatan ruang kelautan secara rasional, efisien, dan berwawasan lingkungan, mengingat

Indonesia sebagai negara kepulauan yang berciri nusantara.Selain memiliki berbagai indikator sosial

ekonomi yang lebih baik, wilayah yang maju dan sejahtera juga telah memiliki sistem dan kelembagaan

politik, termasuk hukum yang mantap. Lembaga politik dan kemasyarakatan telah berfungsi berdasarkan

aturan dasar, yaitu konstitusi yang ditetapkan oleh rakyatnya, sehingga peran serta rakyat secara nyata

dan efektif dalam segala aspek kehidupan, baik ekonomi, sosial, politik, maupun pertahanan dan

keamanan. Wilayah lain unsur-unsur tersebut, kesejahteraan dan kemajuan suatu wilayah juga harus

didukung dengan infrastruktur yang maju.

Selain itu, untuk membangun kemandirian dan kesejahteraan, mutlak harus dibangun kemajuan ekonomi

yang dimulai dengan menata lembaga dan pranata ekonomi agar berfungsi dengan baik, sehingga

mendukung perekonomian yang efisien dan stabil dengan produktivitas yang tinggi. Sebagai wilayah yang

mandiri, Provinsi Papua Baratharus mampu mewujudkan kehidupan sejajar dan sederajat dengan

wilayah lain yang telah maju dengan mengandalkan pada kemampuan dan kekuatan sendiri.

Adil:

Pembangunan Provinsi Papua Barat bukan hanya sekedar untuk mewujudkan kemandirian, masyarakat

yang sejahtera, serta wilayah yang berdaya saing, melainkan tetap memperhatikan prinsip-prinsip adil

dan lestari. Keadilan yang dimaksud adalah aktivitas ekonomi, hukum dan pemerintahan yang

memiliki keberpihakan kepada masyarakat lokal khususnya orang Asli Papua. Keadilan harus

tercermin pada semua aspek kehidupan. Semua rakyat mempunyai kesempatan yang sama dalam

Page 67: 2025, no. 18 tahun 2012

- 67 -

meningkatkan taraf kehidupan, memperoleh lapangan pekerjaan, mendapatkan pelayanan sosial,

pendidikan dan kesehatan, mengemukakan pendapat, melaksanakan hak politik, mengamankan dan

mempertahankan negara, serta mendapatkan perlindungan dan kesamaan di depan hukum.

Lestari:

Terkait dengan prinsip lestari, pembangunan di Papua dilaksanakan dengan memperhatikan asas

konservasi baik dalam hal SDA, lingkungan alam, lingkungan hidup, serta keanekaragaman

budaya dengan prinsip berkelanjutan dan bertanggung jawab. Dengan demikian, pembangunan tidak

serta merta mengeksploitasi kekayaan alam dan berorientasi pertumbuhan ekonomi semata, tetapi

mengedepankan peningkatan kapasitas masyarakat dalam memanfaatkan sumberdaya yang tersedia

dengan menjujung kearifan lokal. Adil dan lestari yang tersurat dalam visi sifatnya lebih kepada azas yang

perlu harus di utamakan, yang penting untuk selalu diperhatikan dan penekanannya ada pada keempat

periode pembangunan jangka menengah.

4.2 MISI

Untuk mewujudkan visi pembangunan daerah tersebut, dapat ditempuh melalui 14 misi pembangunan

jangka panjang daerah yang diturunkan dari masing-masing komponen visi sebagai berikut:

Tabel 4-1 Visi Misi Pembangunan Jangka Panjang Provinsi Papua Barat

VISI MISI

Papua Barat yang Mandiri

1) Mewujudkan stabilitas politik. pertahanan, dan keamanan wilayah

2) Mewujudkan ketahanan pangan wilayah

3) Mewujudkan kemandirian prasarana dan sarana wilayah

4) Mewujudkan kemandirian keuangan daerah

5) Mewujudkan kemandirian tata kelola pemerintahan

Papua Barat yang Berdaya Saing

6) Mengembangkan ekonomi wilayah yang berdaya saing

7) Membina SDM Papua Barat yang berdaya saing

Papua Barat yang Sejahtera

8) Mendorong kesejahteraan ekonomi masyarakat

9) Mendorong kesejahteraan sosial masyarakat

Papua Barat yang Adil

10) Menciptakan sistem ekonomi dan regulasi ekonomi yang berkeadilan

11) Menciptakan hukum dan sistem pembangunan yang berkeadilan

Page 68: 2025, no. 18 tahun 2012

- 68 -

VISI MISI

Papua Barat yang Lestari

12) Mengelola sekaligus memelihara SDA Papua Barat dengan prinsip berkelanjutan

13) Memelihara kualitas lingkungan alam dan lingkungan hidup

14) Memelihara keberagaman adat istidat dan budaya luhur Papua Barat

Seluruh visi dan misi tersebut untuk mewujudkan kemajuan daerah dan masyarakat yang dicita-citakan

dalam kerangka Otonomi Khusus, yaitumewujudkan kemajuan daerah dan orang Asli Papua sebagai

sasaran utamanya, dengan memberikan:

1) Perlindungan terhadap hak kekayaan dan hak intelektual orang Asli Papua sesuai dengan

peraturan perUndang-Undangan;

2) Pencerdasan orang Papua akan hakikat hidup bermasyarakat dan bernegara, serta makna hidup

mandiri dan sejahtera;

3) Pemberdayaan, pemberian kesempatan dan pengutamaan orang Asli Papua untuk mendapatkan

pekerjaan dalam semua bidang pekerjaan di wilayah Provinsi Papua berdasarkan pendidikan

dan keahliannya; dan

4) Penanaman tanggung jawab yang lebih besar bagi Provinsi dan rakyat Papua untuk

menyelenggarakan pemerintahan dan mengatur pemanfaatan kekayaan alam di Provinsi Papua

sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat Papua.

Page 69: 2025, no. 18 tahun 2012

- 69 -

BAB V

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

JANGKA PANJANG DAERAH

Dalam bagian ini diuraikan sasaran pokok pembangunan jangka panjang daerah berdasarkan setiap misi

untuk merumuskan arah kebijakan, pentahapan pembangunan 5 (lima) tahunan selama 20 (duapuluh)

tahun dan prioritas masing-masing tahapan

5.1 SASARAN POKOK DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

Pada dasarnya pembangunan Provinsi Papua Barat ini ada dalam kerangka Otonomi Khusus, dimana

sasaran pembangunan utamanya adalah orang Asli Papua yang ada di wilayah Provinsi Papua Barat.

Kepentingan merekalah yang menjadi prioritas pertama untuk diakomodir dalam setiap nafas

pembangunan. Beberapa fokus utama yang harus diutamakan terkait dengan upaya pencapaian visi

jangka panjang Provinsi Papua Barat adalah:

1. Fokus pada orang Asli Papua sebagai sasaran peningkatan derajat pendidikan, yang berarti

peningkatan sistem layanan dan kebutuhan prasarana dan sarana yang menjangkau seluruh

orang Papua, dengan memperhatikan relevansi terhadap kearifan lokal yang ada;

2. Fokus pada orang Asli Papua sebagai sasaran peningkatan derajat kesehatan, yang berarti

peningkatan sistem layanan dan kebutuhan prasarana dan sarana kesehatan yang menjangkau

seluruh orang Papua, dengan memperhatikan relevansi terhadap kearifan lokal;

3. Fokus pada pemenuhan kebutuhan infrastruktur dasar bagi orang Asli Papua, yang berarti

pemenuhan infrastruktur transportasi, energi, air bersih, sanitasi, pengelolaan lingkungan, dan

infrastruktur sosial-ekonomi;

4. Fokus pada pemberdayaan ekonomi rakyat bagi orang Asli Papua, dengan memanfaatkan

kekuatan sumber daya lokal yang ada. Membina masyarakat agar dapat mengoptimalkan

pemanfaatan sumber daya lokal yang ada dengan melakukan kegiatan ekonomi komersil.

Sehingga menjadikan aktivitas ekonomi yang lebih luas dengan hasil yang maksimal untuk

mendongkrak kesejahteraan hidup orang Asli Papua;

5. Penyediaan instrumen pendukung terwujudnya affirmative action yang memfasilitasi kebutuhan

rekruitmen, penentuan kuota, pembinaan, dan promosi orang Asli Papua.

Dari masing-masing misi pembangunan jangka panjang Papua Barat yang diusung, dijabarkan menkadi

sasaran pokok, dan selanjutnya dari sasaran pokok tersebut diturunkan untuk merumuskan arah

kebijakan, dengan uraian ditampilkan dalam tabel-tabel berikut:

Page 70: 2025, no. 18 tahun 2012

- 70 -

Tabel 5-1Sasaran Pokok dan Arahan Kebijakan Berdasarkan Misi ke-1

Misi Sasaran Pokok Arahan Kebijakan

1 Mewujudkan stabilitas

politik. pertahanan, dan

keamananwilayah

a Penciptaan dan pengokohan

sistem politik, keamanan, dan

pertahanan

1 Pembangunan struktur hukum

untuk memantapkan dan

mengefektifkan berbagai

organisasi dan lembaga hukum,

profesi hukum, dan badan

peradilan.

2 Kapasitasi aparat penegak

hukum dan penjaga kemanan

dan pertahanan dalam rangka

meningkatkan penegakan

hokum.

3 Peningkatan upaya perlindungan

wilayah.

4 Pemenuhan kebutuhan sarana

dan prasarana pertahanan dan

keamanan serta penempatan

aparat di wilayah rawan konflik.

5 Penguatan hubungan antara

aparat dengan masyarakat lokal

dalam rangka meningkatkan

penegakan hokum.

B Pembinaan masyarakat

demokratis, cerdas politik, dan

taat hokum

1 Pencerdasan masyarakat akan

nilai-nilai politik demokratis,

terutama penghormatan nilai-

nilai HAM, nilai-nilai persamaan,

anti kekerasan, serta nilai-nilai

toleransi.

2 Peningkatan peran lembaga

independen di bidang

komunikasi dan informasi serta

di tengah masyarakat.

3 Penciptaan hubungan harmonis

antara masyarakat dan

pemerintah serta politisi melalui

jaringan informasi yang bersifat

interaktif dalam rangka

menciptakan lingkungan

masyarakat yang demokratis.

Page 71: 2025, no. 18 tahun 2012

- 71 -

Tabel 5-2Sasaran Pokok dan Arahan Kebijakan Berdasarkan Misi ke-2

Misi Sasaran Pokok Arahan Kebijakan

2 Mewujudkan ketahanan

pangan wilayah

a Pemenuhan dan pengelolaan

kebutuhan bahan makanan

pokok dan kebutuhan bahan

makanan sumber protein

masyarakat.

1 Pemetaan, alokasi, dan

ekstensifikasi lahan pertanian

bahan makanan pokok,

peternakan, dan perikanan

(tangkap dan budidaya) sebagai

pendukung utama pencapaian

swasembada dan swasembada

berkelanjutan.

2 Peningkatan dan penguatan

kompetensi SDM di bidang

pertanian dan kelautan yang

didukung oleh pengembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi

dengan mengoptimalkan

pemanfaatan sumber kekayaan

laut secara berkelanjutan.

3 Penguatan kelembagaan

ketahanan pangan yang mampu

menjamin pemenuhan

kebutuhan pangan yang cukup di

tingkat rumah tangga, baik dalam

jumlah, mutu, keamanan,

maupun harga yang terjangkau.

4 Peningkatan volume dan

kontinuitas produksi pertanian

serta stimulasi pertumbuhan unit

usaha pertanian bahan makanan

pokok, peternakan, dan

perikanan.

5 Pelancaran distribusi bahan

makanan pokok ke wilayah-

wilayah strategis.

b Pengembangan pola pangan serta

peningkatan nilai tambah

pertanian untuk peningkatan

kesejahteraan petani.

1 Peningkatan diversifikasi

pangan.

2 Peningkatan nilai tambah, daya

saing, dan ekspor dengan

pendirian industri serta

penciptaan iklim usaha yang

kondusif melalui

regulasi/deregulasi.

Page 72: 2025, no. 18 tahun 2012

- 72 -

Tabel 5-3Sasaran Pokok dan Arahan Kebijakan Berdasarkan Misi ke-3

Misi Sasaran Pokok Arahan Kebijakan

3 Mewujudkan

kemandirian prasarana

dan sarana wilayah.

a Pemenuhan kebutuhan

infrastruktur transportasi untuk

membuka akses mudah dan

terjangkau ke seluruh wilayah.

1 Perampungan pembangunan

jaringan jalan dan jembatan

Trans Papua Barat dan jalan

strategis, serta jalan-jalan lokal

yang menuju ke setiap kampung.

2 Pemeliharaan jaringan jalan dan

jembatan sehingga mampu

secara mudah dilewati

kendaraan.

3 Pemenuhan kebutuhan

prasarana dan sarana

transportasi darat, laut, udara,

serta transportasi sungai, danau

dan penyeberangan.

4 Pemeliharaan dan rehabilitasi

seluruh prasarana dan sarana

transportasi darat, laut, udara,

serta transportasi sungai, danau

dan penyeberangan sehingga

dapat berfungsi maksimal.

5 Perancangan sistem transportasi

darat, laut, udara, serta

transportasi sungai, danau dan

penyeberangan yang terintegrasi

sehingga mampu memenuhi

kebutuhan pergerakan barang

dan penumpang ke seluruh

wilayah secara murah dan

teratur (regular).

6 Perancangan prasarana dan

sarana transportasi yang tahan

bencana (mampu meredam

dampak bencana seminimal

mungkin).

b Pemenuhan kebutuhan

prasarana dan sarana utilitas

publik.

1 Pengembangan jaringan energi

listrik serta penciptaan sumber-

sumber energi listrik baru

berskala makro dan mikro sesuai

kebutuhan spesifik wilayah.

2 Penambahan kapasitas produksi

listrik sehingga mampu

memenuhi kebutuhan listrik

seluruh wilayah sampai ke

Page 73: 2025, no. 18 tahun 2012

- 73 -

Misi Sasaran Pokok Arahan Kebijakan

rumah-rumah penduduk setiap

hari selama 24 jam.

3 Pengembangan jaringan air

bersih dan air minum serta

penciptaan sumber-sumber air

bersih baru berskala makro dan

mikro sesuai kebutuhan spesifik

wilayah yang mampu

menjangkau rumah-rumah

penduduk setiap hari selama 24

jam.

4 Penyiapan sistem pencadangan

air bersih di kawasan-kawasan

strategis terutama kawasan

permukiman penduduk di

daerah rawan kekeringan.

5 Pengembangan jaringan

telekomunikasi satelit dan

nirkabel yang mampu dinikmati

masyarakat di seluruh wilayah.

6 Alokasi lahan dan pembangunan

Tempat Pemrosesan Akhir

Sampah dan Tempat Pemrosesan

Sementara Sampah yang

dilengkapi sistem pengolahan

sampah ramah lingkungan dan

berteknologi tepat guna.

7 Perancangan dan penerapan

sistem pengelolaan sampah

terpadu disertai dengan

pemenuhan kebutuhan

prasarana dan sarana

pengelolaan sampah.

8 Pembangunan jaringan drainase

dan IPAL terutama di kawasan

perkotaan dan permukiman

penduduk.

9 Perancangan prasarana dan

sarana utilitas publik yang tahan

bencana (mampu meredam

dampak bencana seminimal

mungkin).

10 Pemeliharaan dan rehabilitasi

seluruh sarana utilitas publik

sehingga dapat berfungsi

Page 74: 2025, no. 18 tahun 2012

- 74 -

Misi Sasaran Pokok Arahan Kebijakan

maksimal.

c Pemenuhan kebutuhan

prasarana dan sarana pelayanan

publik.

1 Pemenuhan kebutuhan

prasarana dan sarana pelayanan

pendidikan (pendidikan dini

sampai pendidikan tinggi, formal

maupun informal) statis dan

dinamis yang mampu dijangkau

dan menjangkau seluruh

masyarakat di seluruh wilayah

secara mudah dan murah

2 Pemenuhan kebutuhan

prasarana dan sarana pelayanan

kesehatan statis dan dinamis

yang mampu dijangkau dan

menjangkau seluruh masyarakat

di seluruh wilayah secara mudah

dan murah.

3 Pemenuhan kebutuhan

prasarana dan sarana sosial

ekonomi yang mampu dijangkau

dan menjangkau seluruh

masyarakat di seluruh wilayah

secara mudah dan murah.

4 Pemeliharaan dan rehabilitasi

seluruh sarana pelayanan publik

sehingga dapat berfungsi

maksimal.

d Pemenuhan kebutuhan

prasarana dan sarana

penanggulangan bencana.

1 Pemenuhan kebutuhan

prasarana dan sarana mitigasi

bencana kebakaran, gempa bumi,

banjir, dan tsunami termasuk

kebakaran hutan yang dirancang

mampu menjangkau seluruh

wilayah rawan kebakaran secara

mudah dan cepat sesuai

karakteristik daerah.

2 Perencanaan sistem mitigasi

bencana terpadu.

3 Pembinaan pemerintah dan

masyarakat di kawasan rawan

bencana terkait upaya-upaya

mitigasi bencana agar paham,

waspada. dan siap mencegah

dan menanggulangi bencana.

Page 75: 2025, no. 18 tahun 2012

- 75 -

Misi Sasaran Pokok Arahan Kebijakan

4 Pemetaan dan pengaturan

pengembangan dan

perlindungan kawasan-kawasan

rawan bencana dalam rencana

tata ruang.

5 Pemberian ruang untuk

mengembangkan kemampuan

dan penerapan sistem deteksi

dini, sosialisasi dan diseminasi

informasi secara dini terhadap

ancaman bencana alam kepada

masyarakat.

Tabel 5-4Sasaran Pokok dan Arahan Kebijakan Berdasarkan Misi ke-4

Misi Sasaran Pokok Arahan Kebijakan

4 Mewujudkan

kemandirian keuangan

daerah

a Peningkatan Pendapatan Asli

Daerah (PAD).

1 Peningkatan penerimaan pajak

daerah dengan penertiban objek

wajib pajak dan intensifikasi

penagihan pajak disertai

pembinaan kesadaran

pembayaran pajak.

2 Peningkatan penerimaan

retribusi daerah dengan

melengkapi peraturan daerah

mengenai retribusi.

3 Identifikasi sumber-sumber

kekayaan daerah yang potensial

dan melakukan pengelolaan

kekayaan daerah baik dengan

pendirian BUMD maupun sistem

kerjasama dengan swasta atau

pemerintah daerah lain.

b Peningkatan penerimaan dana

perimbangan.

1 Identifikasi potensi SDA yang

dapat dimanfaatkan serta

meningkatkan promosi dan

investasi atas SDA tersebut.

2 Mengoptimalkan penerimaan

komponen DBH pajak yang

belum dilaksanakan.

3 Mengoptimalkan penerimaan

DAU .

Page 76: 2025, no. 18 tahun 2012

- 76 -

Misi Sasaran Pokok Arahan Kebijakan

4 Mengoptimalkan penerimaan

DAK dengan upaya identifikasi

dan pemanfaatan potensi daerah

yang mengakomodir komitmen

atau prioritas nasional.

5 Optimalisasi penyerapan dana

perimbangan dengan usulan

program-program strategis yang

relevan dengan kebutuhan

daerah.

6 Mengurangi ketergantungan

terhadap dana perimbangan

dengan meningkatkan PAD

sebagai dana utama bagi

pembiayaan pembangunan

daerah.

c Optimalisasi pengelolaan dana

penerimaan lain-lain yang sah.

1 Optimalisasi penyerapan dana

penerimaan lain-lain yang sah

untuk membiayai pembangunan

prasarana dan sarana wilayah

serta program-program strategis

(terutama terkait pelayanan

administrasi publik, pendidikan,

kesehatan, dan pengembangan

SDM) yang relevan dengan

kebutuhan spesifik daerah .

2 Optimalisasi penyerapan dana

penyesuaian untuk motivasi

peningkatan kinerja aparat

pemerintahan, tenaga kesehatan

dan pendidikan, serta program

pelayanan umum strategis lain

yang relevan dengan kebutuhan

daerah.

Page 77: 2025, no. 18 tahun 2012

- 77 -

Tabel 5-5Sasaran Pokok dan Arahan Kebijakan Berdasarkan Misi ke-5

Misi Sasaran Pokok Arahan Kebijakan

5 Mewujudkan

kemandirian tata kelola

pemerintahan.

a Pembinaan kompetensi dan

profesionalitas aparat

pemerintah.

1 Penyelenggaraan pendidikan

dan pelatihan fungsional sebagai

upaya peningkatan kapasitas,

kapabilitas, netralitas, dan

kesadaran aparat pemerintah.

terkait peran, tugas pokok, dan

fungsinya masing-masing.

2 Pembinaan dalam penguasaan

dan pemanfaatan pengetahuan

umum dan keterampilan bahasa

asing, komputer, dan teknologi.

3 Penanaman dan penyusunan visi

misi Provinsi Papua Barat

kepada aparat pemerintah

sebagai upaya pengarahan

mental agar menjadikan visi-

misi sebagai orientasi utama dari

seluruh peran, posisi, tugas

pokok, dan fungsi yang

dijalankan.

4 Pengawasan kinerja aparat

dalam rangka menyajikan

pelayanan prima dengan

ketulusan dan semangat

melayani bagi seluruh

masyarakat.

5 Perancangan sistem penilaian

kinerja aparatur pemerintahan

yang berbasis prestasi dan

sanksi.

6 Peningkatan pemahaman dan

keterlibatan aparatur

pemerintahan dalam

penyusunan rencana kerja dan

rencana pembangunan wilayah.

b Penciptaan dan penerapan

sistem pemerintahan yang

sesuai dengan prinsip-prinsip

good governance.

1 Penyelenggaraan proses

rekruitmen yang bersih dan

professional.

2 Perancangan dan penerapan

sistem yang akuntabel dalam

keuangan dan kinerja

pemerintahan.

Page 78: 2025, no. 18 tahun 2012

- 78 -

Misi Sasaran Pokok Arahan Kebijakan

3 Perancangan dan penerapan

sistem yang menjamin

keterbukaan informasi terkait

data, regulasi, prosedur, dan

sebagainya yang sifatnya

menyangkut publik serta

perancangan sistem yang

memfasilitasi aspirasi

masyarakat baik berupa kritik,

saran, pengaduan, maupun

pertanyaan.

4 Perancangan dan penerapan

sistem yang menjamin

pelaksanaan monitoring,

evaluasi, dan

pertanggungjawaban atas

kinerja pemerintah dan

penyelenggaraan pembangunan

secara terbuka.

5 Penyusunan standar operasional

pelaksanaan dan rencana teknis

pelaksanaan tugas yang lengkap,

jelas, dan mudah dimengerti

6 Optimalisasi peran DPRPB,

Pengawas Pegawai Negeri Sipil

(PPNS), pers/media, Lembaga

Swadaya Masyarakat (LSM),

peneliti, dan masyarakat dalam

pelaksanaan mengawasi

penyelenggaraan pemerintahan

dan program pembangunan

daerah.

7 Penciptaan mekanisme

standardisasi dan penurunan

informasi serta koordinasi

informal sebagai tanggung jawab

personil lama kepada personil

baru ketika regenerasi atau

restrukturisasi pemerintahan.

8 Pelibatan publik dalam setiap

proses penyusunan rencana,

implementasi program, dan

pengawasan jalannya kegiatan

pemerintahan dan

pembangunan.

Page 79: 2025, no. 18 tahun 2012

- 79 -

Misi Sasaran Pokok Arahan Kebijakan

9 Penggiatan penyelenggaraan

public hearing, stakeholders

meeting, jajak pendapat umum,

pelaporan penelitian dan kajian,

pemungutan suara sederhana,

diskusi dan konsultasi publik,

dan forum publik lainnya untuk

membahas hal-hal yang

menyangkut kepentingan publik.

10 Pembagian tugas dan wewenang

secara eksplisit dan tersurat

serta sosialisasi dan.

implementasi sistem komando

dan koordinasi antar dan intern

instansi pemerintah bersama

masyarakat dan swasta dalam

pelaksanaan tugas administratif

pemerintahan maupun tugas

terkait teknis pembangunan

daerah agar berjalan efektif dan

efisien.

11 Penegakan aturan kedisiplinan

secara memaksa dan tidak

memihak.

12 Perancangan dan penetapan

sistem pelayanan publik yang

efektif dan efisien yang berarti

pelayanan izin yang mudah,

sederhana, dan murah.

c Pemenuhan kebutuhan legal

formal pemerintahan

1 Peningkatan kepekaan dan

ketelitian terhadap kebutuhan

akan dokumen-dokumen

penting seperti dokumen

rencana, regulasi, administrasi,

dan sebagainya yang relevan

dengan kepentingan aktual

daerah.

2 Penyusunan dan legalisasi

dokumen rencana, regulasi,

administrasi, dan sebagainya

yang relevan dengan

kepentingan aktual yang

diperlukan secara tertib

prosedural dan tepat waktu.

3 Melakukan inventarisasi

dokumen-dokumen penting

Page 80: 2025, no. 18 tahun 2012

- 80 -

Misi Sasaran Pokok Arahan Kebijakan

daerah secara rapi dan

terorganisir, juga dituangkan

dalam database yang lengkap

dan up to date.

4 Penyusunan dan legalisasi

peraturan-peraturan daerah

termasuk Perdasi dan Perdasus

dan peraturan daerah spesifik

lainnya yang dibutuhkan.

5 Pembaharuan materi hukum

yang sudah tidak relevan dengan

tetap memerhatikan

kemajemukan tatanan hukum

yang berlaku dan pengaruh

globalisasi.

d Pelengkapan struktur

pemerintahan sesuai dengan

kebutuhan spesifik daerah.

1 Restrukturisasi dan realokasi

Pegawai Negeri Sipil (PNS) jika

dibutuhkan, untuk memelihara

kinerja yang efektif dan efisien.

2 Pemerataan distribusi

kekuasaan pada berbagai

lembaga pemerintah sehingga

mengurangi penumpukan

kekuasaan sekaligus

menciptakan kondisi saling

mengawasi (checks and balances

system).

3 Penempatan aparatur di

lembaga-lembaga pemerintahan

sesuai dengan kompetensi yang

dimiliki.

4 Pembentukan SKPD sesuai

dengan peraturan yang

disesuaikan dengan kebutuhan

spesifik daerah.

Page 81: 2025, no. 18 tahun 2012

- 81 -

Tabel 5-6Sasaran Pokok dan Arahan Kebijakan Berdasarkan Misi ke-6

Misi Sasaran Pokok Arahan Kebijakan

6 Mengembangkan

ekonomi wilayah yang

berdaya saing.

a Peningkatan besaran dan laju

pertumbuhan PDRB.

1 Peningkatan produktivitas dan

ekspansi sektor dan subsektor

yang berperan sebagai

kontributor utama terhadap

PDRB.

2 Memacu pengembangan sektor

dan subsektor yang potensial

namun kontribusinya masih

kecil terhadap PDRB.

3 Mengurangi ketergantungan

terhadap sektor migas dengan

meningkatkan pertumbuhan

usaha/industri sektor non migas

lain.

4 Peningkatan efisiensi,

modernisasi, rantai nilai dan

nilai tambah sektor primer

terutama sektor pertanian, dan

pertambangan didorong agar

mampu bersaing di pasar lokal,

regional dan internasional serta

untuk memperkuat basis

produksi sektor primer di

daerah.

b Peningkatan ekonomi wilayah

berbasis keunggulan komparatif

yang bertransformasi bertahap

menjadi berbasis keunggulan

kompetitif.

1 Pemantapan industri/usaha

pertanian di kawasan

perkampungan dengan

membangun keterkaitan sistem

produksi, distribusi dan

pelayanan prima khususnya

dengan perkotaan.

2 Peningkatan produktivitas

industri/usaha pertanian

melalui penguasaan,

penyebaran, penerapan, dan

inovasi ilmu pengetahuan dan

teknologi tepat guna dengan

dukungan kelembagaan ekonomi

dan pemerintahan yang baik.

3 Pengembangan pariwisata

berskala internasional, nasional,

maupun lokal yang berbasis

pengembangan masyarakat

lokal.

Page 82: 2025, no. 18 tahun 2012

- 82 -

Misi Sasaran Pokok Arahan Kebijakan

4 Pencarian nilai tambah dari

upaya penjagaan hutan dan

lingkungan.

c Peningkatan kerjasama

ekonomi.

1 Menghilangkan praktik-praktik

yang menciptakan ekonomi

biaya tinggi, komitmen untuk

memajukan potensi lokal,

konsistensi program dan

infrastruktur yang mendukung.

2 mendorong penanaman modal

dalam negeri dan asing bagi

peningkatan daya saing

perekonomian daerah; serta

meningkatkan kapasitas

infrastruktur fisik dan sarana

pendukung lainnya.

3 Peningkatan kerjasama antar

kabupaten/kota di Papua Barat

maupun dengan swasta atau

pemerintah pusat atau daerah

lain untuk mengelola potensi

daerah.

4 Mewujudkan iklim investasi

yang kondusif, mendorong

penanaman modal dalam negeri

dan asing bagi peningkatan daya

saing perekonomian daerah.

d Peningkatan pertumbuhan dan

daya saing unit-unit usaha

masyarakat.

1 Upaya meningkatkan daya saing

dan membangun keunggulan

kompetitif bagi produk-produk

Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah (UMKM) serta mini

mikro melalui sinergitas pelaku

usaha, pemerintah daerah,

perbankan daerah serta

organisasi dan anggota

masyarakat.

2 Meningkatkan koperasi dan

lembaga keuangan mikro

sehingga menjadi gerakan

ekonomi yang berperan nyata

dalam upaya peningkatan

kesejahteraan sosial dan

ekonomi masyarakat

3 Stimulasi pertumbuhan unit

Page 83: 2025, no. 18 tahun 2012

- 83 -

Misi Sasaran Pokok Arahan Kebijakan

usaha melalui pemberian

bantuan modal dan pembinaan

keterampilan serta penyediaan

skema pembiayaan dan kredit

ringan bagi masyarakat.

4 Fasilitasi kemitraan swasta dan

pemerintah dengan unit-unit

usaha masyarakat.

Tabel 5-7Sasaran Pokok dan Arahan Kebijakan Berdasarkan Misi ke-7

Misi Sasaran Pokok Arahan Kebijakan

7 Mencetak SDM Papua

Barat yang berdaya saing.

a Peningkatan derajat pendidikan

masyarakat sehingga

berkontribusi signifikan dalam

upaya peningkatan IPM.

1 Penyediaan pelayanan

pendidikan yang menjangkau

seluruh wilayah sampai ke

wilayah terpencil/terisolir.

2 Penyediaan pelayanan

pendidikan bebas biaya.

3 Peningkatan kualitas layanan

pendidikan dan tenaga pendidik.

4 Perancangan dan penerapan

sistem pelayanan dan kurikulum

pendidikan yang disesuaikan

dengan kebutuhanpembangunan

sosial ekonomi daerah di masa

depan serta berbasis kearifan

lokal.

5 Pewajiban partisipasi

pendidikan usia dini dan

pendidikan dasar sebagai

investasi modal daerah di masa

yang akan datang.

6 Pewajiban partisipasi

pendidikan menengah dalam

rangka mencetak SDM yang

berdaya saing.

7 Pemberdayaan masyarakat

dalam penyelenggaraan dan

manajemen pelayanan

pendidikan termasuk menjalin

kemitraan dengan swasta serta

lembaga adat dan keagamaan.

Page 84: 2025, no. 18 tahun 2012

- 84 -

Misi Sasaran Pokok Arahan Kebijakan

b Peningkatan derajat kesehatan

masyarakat sehingga

berkontribusi signifikan dalam

upaya peningkatan IPM.

1 Peningkatan pelayanan

kesehatan, pembiayaan

kesehatan, obat dan perbekalan

kesehatan bagi seluruh

masyarakat di seluruh wilayah.

2 Peningkatan kualitas SDM

kesehatan.

3 Penyediaan pelayanan

kesehatan bebas biaya.

4 Pemberdayaan masyarakat

dalam penyelenggaraan dan

manajemen pelayanan

kesehatan termasuk menjalin

kemitraan dengan swasta serta

lembaga adat dan keagamaan.

5 peningkatan perilaku dan

kemandirian masyarakat, dan

pada upaya promotif dan

preventif.

Tabel 5-8Sasaran Pokok dan Arahan Kebijakan Berdasarkan Misi ke-8

Misi Sasaran Pokok Arahan Kebijakan

8 Mendorong

kesejahteraan ekonomi

masyarakat

a Penanggulangan kemiskinan

baik di perkotaan maupun

perkampungan

1 Penciptaan lapangan kerja dan

lapangan usaha seluas-luasnya

di perkotaan dan perkampungan

sesuai fungsi spesifik dengan

mengandalkan produk unggulan

sebagai penopang kebutuhan.

2 Penumbuhkembangan usaha

bersama masyarakat.

3 Pembinaan budaya menabung

masyarakat sekaligus

menghilangkan gaya hidup

konsumtif bekerjasama dengan

lembaga keuangan yang

dipercaya masyarakat.

4 Pembekalan keterampilan

kewirausahaan masyarakat dan

pembinaan pengelolaan usaha.

Page 85: 2025, no. 18 tahun 2012

- 85 -

Misi Sasaran Pokok Arahan Kebijakan

5 Pemberian jaminan sosial bagi

masyarakat miskin penguatan

lembaga jaminan sosial yang

didukung oleh peraturan-

peraturan perundangan dan

sistem pendanaan.

6 Pemberian bahan kebutuhan

pokok bagi masyarakat miskin.

7 Pengendalian pertumbuhan

penduduk dan penggalakkan

keluarga kecil bahagia sejahtera

Tabel 5-9Sasaran Pokok dan Arahan Kebijakan Berdasarkan Misi ke-9

Misi Sasaran Pokok Arahan Kebijakan

9 Mendorong

kesejahteraan sosial

masyarakat

a Pemenuhan prasarana

perumahan dan prasarana

pendukung lingkungan

perumahan.

1 Penyediaan perumahan bagi

masyarakat dengan skema

pembiayaan ringan dan dapat

dijangkau masyarakat.

2 Penciptaan rumah layak dan

lingkunganperumahan/permukiman

sehat dengan sanitasi, air bersih,

dan penerangan yang cukup.

b Pengayoman dan pembinaan

masyarakat Penyandang

Masalah Kesejahteraan Sosial

(PMKS)

1 Pendirian dan penguatan lembaga

pembinaan masyarakat PMKS.

2 Peningkatan kualitas hidup dan

peran perempuan serta

kesejahteraan dan perlindungan

anak diberbagai bidang

pembangunan, penurunan tindak

kekerasan terhadap perempuan dan

anak.

3 serta penguatan kelembagaan dan

jaringan persemaan gender.

c Pembinaan keimanan,

ketaqwaan, dan budaya luhur

masyarakat berbasis kearifan

lokal

1 Optimalisasi peran lembaga adat

dan lembaga keagamaan dalam

pembinaan iman dan taqwa serta

budaya luhur masyarakat.

Page 86: 2025, no. 18 tahun 2012

- 86 -

Misi Sasaran Pokok Arahan Kebijakan

2 Penetrasi pendidikan iman dan

taqwa di ranah pendidikan dan

keluarga.

3 pengembangan budaya inovatif yang

beriorentasi iptek dengan

memperhatikan nilai-nilai kearifan

lokal

Tabel 5-10Sasaran Pokok dan Arahan Kebijakan Berdasarkan Misi ke-10

Misi Sasaran Pokok Arahan Kebijakan

10 Menciptakan sistem

ekonomi dan regulasi

ekonomi yang

berkeadilan

a Penerapan sistem ekonomi dan

regulasi ekonomi yang berpihak

kepada masyarakat.

1 Pengawasan dan pembinaan

penyaluran kompensasi (CSR)

berupa penyejahteraan

masyarakat lokal atas pendirian

industri/usaha besar berupa

pembinaan sosial, pembangunan

prasarana, maupun pemberian

kesempatan kerja/usaha.

2 Pemberian kesempatan kepada

masyarakat lokal agar dapat

memperoleh akses yang

memadai dan menikmati hasil

dari pemanfaatan SDA yang ada

di wilayahnya.

3 Penyusunan regulasi yang

mengatur kewajiban pemberian

kompensasi kepada masyarakat

lokal atas pendirian

industri/usaha besar yang

memanfaatkan potensi daerah.

Page 87: 2025, no. 18 tahun 2012

- 87 -

Tabel 5-11Sasaran Pokok dan Arahan Kebijakan Berdasarkan Misi ke-11

Misi Sasaran Pokok Arahan Kebijakan

11 Menciptakan hukum dan

sistem pembangunan

yang berkeadilan

a Perancangan dan penerapan

sistem hukum yang berpihak

kepada masyarakat.

1 Penyediaan pelayanan dan

bantuan hukum dengan biaya

yang terjangkau, proses yang

tidak berbelit, dan penetapan

putusan yang mencerminkan

rasa keadilan.

2 Pemantapan kelembagaan

hukum daerah, meliputi

penataan kedudukan, fungsi dan

peranan institusi hukum dalam

mendukung kelembagaan

hukum pusat agar lebih mampu

mewujudkan ketertiban;

kepastian hukum; dan

memberikan keadilan,

kemanfaatan dan perlindungan

hak asasi manusia, dan hirakhi

peraturan perundangan-

undangan baik vertikal maupun

horizontal serta asas–asas

hukum universal.

3 Perlindungan hak-hak

masyarakat adat.

b Prioritas pembangunan bagi

masyarakat miskin serta

masyarakat yang tinggal di

daerah terpencil dan daerah

terisolir

Prioritas objek pembangunan

ditujukan bagi peningkatan

kesejahteraan masyarakat

miskin serta masyarakat yang

tinggal di daerah terpencil dan

daerah terisolir.

c Pengelolaan pertanahan dan

penertiban sistem pertanahan

Penyelesaian persoalan

pertanahan dengan pemetaan

status kepemilikan tanah

menyusun peraturan yang

mengakomodir pemanfaatan

tanah ulayat.

Page 88: 2025, no. 18 tahun 2012

- 88 -

Tabel 5-12Sasaran Pokok dan Arahan Kebijakan Berdasarkan Misi ke-12

Misi Sasaran Pokok Arahan Kebijakan

12 Mengelola sekaligus

memelihara SDA Papua

Barat dengan prinsip

berkelanjutan.

a Pendayagunaan SDA yang

terbarukan.

1 Pendayagunaan SDA terbarukan

terus diupayakan, seperti hutan,

pertanian, perikanan, dan

perairan, dikelola dan

dimanfaatkan secara rasional,

optimal, efisien, dan

bertanggung jawab dengan

mendayagunakan seluruh fungsi

dan manfaat secara seimbang.

2 Pengelolaan SDA terbarukan

yang berada dalam kondisi

kritis, diarahkan pada upaya

untuk direhabilitasi dan

dipulihkan daya dukungnya.

3 pendapatan yang berasal dari

pemanfaatan SDA terbarukan

diinvestasikan kembali guna

menumbuhkan kembangkan

upaya pemulihan, rehabilitasi,

dan pencadangan untuk

kepentingan generasi sekarang

maupun generasi mendatang.

b Pengelolaan pemanfaatan SDA

yang tidak terbarukan.

1 Tidak dikonsumsi secara

langsung, melainkan

diperlakukan sebagai input

untuk proses produksi

berikutnya yang dapat

menghasilkan nilai tambah yang

optimal.

2 Pendapatan yang diperoleh dari

kelompok SDA ini diarahkan

untuk percepatan pertumbuhan

ekonomi dengan diinvestasikan

pada sektor-sektor lain yang

produktif, juga untuk upaya

reklamasi, konservasi, dan

memperkuat pendanaan dalam

pencarian sumber-sumber

energi alternatif dan atau bahan

subsitusi, yang terbarukan

seperti biomassa, biogas, mikro

hidro, biodesel yang lebih

ramah lingkungan.

3 Penganekaragaman energi,

konservasi energi dengan

Page 89: 2025, no. 18 tahun 2012

- 89 -

Misi Sasaran Pokok Arahan Kebijakan

memperhatikan pengendalian

lingkungan hidup.

c Pelestarian dan pemeliharaan

Sumber Daya Air.

1 menjaga kelestarian fungsi

daerah tangkapan air dan

keberadaan air tanah.

2 mewujudkan keseimbangan

antara pasokan dan kebutuhan

melalui pendekatan demand

management yang ditujukan

untuk meningkatkan efektivitas

dan efisiensi penggunaan dan

konsumsi air.

3 pendekatan supply management

yang ditujukan untuk

meningkatkan kapasitas dan

keandalan pasokan, air,

memperkokoh kelembagaan

sumber daya air untuk

meningkatkan keterpaduan dan

kualitas pelayanan terhadap

masyarakat.

d Peningkatan nilai tambah

pemanfaatan SDA

diversifikasi produk dan inovasi

pengolahan hasil SDA.

e Pengembangan SDA khas 1 dilaksanakan untuk

meningkatkan kesejahteraan

masyarakat lokal,

mengembangkan wilayah

strategis dan cepat tumbuh,

serta memperkuat kapasitas dan

komitmen daerah untuk

mendukung pembangunan yang

berkelanjutan.

2 pemberdayaan masyarakat lokal

sebagai institusi sosial dan

ekonomi di tingkat lokal, serta

pengakuan terhadap hak-hak

adat dan ulayat atas SDA.

3 Pengelolaan SDA di kawasan

tertinggal diberikan perhatian

khususnya agar dapat

dikembangkan potensinya untuk

percepatan pembangunan

wilayah, namun tetap

mengedepankan aspek

keberlanjutan bagi generasi

Page 90: 2025, no. 18 tahun 2012

- 90 -

Misi Sasaran Pokok Arahan Kebijakan

mendatang.

a Pendayagunaan SDA yang

terbarukan.

1 Pendayagunaan SDA terbarukan

terus diupayakan, seperti hutan,

pertanian, perikanan, dan

perairan, dikelola dan

dimanfaatkan secara rasional,

optimal, efisien, dan

bertanggung jawab dengan

mendayagunakan seluruh fungsi

dan manfaat secara seimbang.

2 Pengelolaan SDA terbarukan

yang berada dalam kondisi

kritis, diarahkan pada upaya

untuk direhabilitasi dan

dipulihkan daya dukungnya.

3 pendapatan yang berasal dari

pemanfaatan SDA terbarukan

diinvestasikan kembali guna

menumbuhkembangkan upaya

pemulihan, rehabilitasi, dan

pencadangan untuk kepentingan

generasi sekarang maupun

generasi mendatang.

Page 91: 2025, no. 18 tahun 2012

- 91 -

Tabel 5-13Sasaran Pokok dan Arahan Kebijakan Berdasarkan Misi ke-13

Misi Sasaran Pokok Arahan Kebijakan

13 Memelihara kualitas

lingkungan alam dan

lingkungan hidup.

a Pencanangan Provinsi

Konservasi.

1 Penentuan fungsi utama Provinsi

Papua Barat sebagai Provinsi

Konservasi yang berarti

berkomitmen penuh terhadap

pengalokasian dan pelestarian

kawasan-kawasan lindung yang

kemudian dituangkan dalam

rencana pola ruang dalam

RTRW.

c Perencanaan tata ruang,

pemanfaatan ruang, dan

pengendalian tata ruang

berbasis konservasi.

1 Penegasan dan pemetaan batas

wilayah berdasarkan status

administrasi, status kepemilikan,

dan statusnya berdasarkan pola

ruang.

2 Pengendalian tata ruang melalui

penegakan aturan yang tersurat

dalam peraturan daerah tentang

rencana tata ruang.

3 Perwujudan pola ruang yang

mendukung terwujudnya

Provinsi Papua Barat sebagai

Provinsi Konservasi.

4 Pemberdayaan masyarakat

dalam penyelenggaraan tata

ruang.

5 Mengakomodir kebutuhan

fungsi ruang spesifik masyarakat

lokal.

Page 92: 2025, no. 18 tahun 2012

- 92 -

Tabel 5-14Sasaran Pokok dan Arahan Kebijakan Berdasarkan Misi ke-14

Misi Sasaran Pokok Arahan Kebijakan

14 Memelihara

keberagaman adat istidat

dan budaya luhur Papua

Barat.

a Melestarikan keanekaragaman

budaya dan memproteksi dari

akulturasi budaya negative.

1 Penyusunan peraturan daerah

yang mengatur upaya proteksi

budaya daerah.

2 Proteksi budaya dari pengaruh

modernisasi yang menyebabkan

nilai-nilai adat menjadi luntur

dengan pengawasan intensif

terhadap IPTEK dan informasi

yang masuk dari luar daerah

disertai dengan

pendokumentasian jejak dan

rekam budaya daerah dengan

pendirian museum, kawasan

Kampung adat/Kampung

budaya, taman budaya, dan

sanggar seni.

3 Pendidikan kebudayaan yang

dimasukkan ke ranah

pendidikan formal.

4 Pembinaan dan pemberdayaan

masyarakat lokal untuk menjadi

pemandu wisata budaya,

berpartisipasi dalam ajang

kebudayaan tingkat lokal,

nasional, maupun internasional.

Page 93: 2025, no. 18 tahun 2012

- 93 -

5.2 TAHAPAN DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN

Visi pembangunan jangka panjang direncanakan untuk dicapai dalam waktu 20 (dua puluh) tahun. Secara

lebih teknis, rencana pencapaiannya dijabarkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

(RPJMD) untuk waktu 5 (lima) tahun sesuai dengan satu periode Pemerintahan Gubernur. Agar visi dan

misi yang diusung Gubernur tetap sejalan dengan visi RPJPDProvinsi Papua Barat, maka berikut ini

dijabarkan mengenai arahan pembangunan di setiap periode RPJMD berdasarkan arah pembangunan

yang telah dipaparkan sebelumnya.

Dalam 20 tahun, setiap periode pembangunan jangka menengah memiliki porsi penekanan visi atau bisa

juga disebut sebagai tema pembangunan yang berbeda-beda, namun seluruhnya diatur sedemikian rupa

sehingga mampu merepresentasikan apa tujuan besar yang ingin dicapai di tiap akhir periode 5 tahunan

sampai akhirnya visi pembangunan jangka panjang Provinsi Papua Barat dapat tercapai di akhir periode.

Gambar 5-1 Arahan Penekanan Visi/Tema Pembangunan Pada Setiap Periode PJM

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa terjadi penekanan lebih dari substansi visi bagi setiap periode

pembangunan jangka menengah. Untuk pembangunan jangka menengah yang pertama, penekanan yang

sifatnya sangat tinggi ada pada aspek kemandirian yang dilanjutkan pada periode pembangunan jangka

menengah yang kedua yang ditekankan bersamaan dengan aspek daya saing. Untuk pembangunan jangka

menengah yang ketiga, penekanan penting ada pada aspek daya saing. Sedangkan untuk pembangunan

jangka menengah yang terakhir, penekanannya ada pada aspek kesejahteraan. Sedangkan untuk aspek

adil dan lestari, porsinya sama pada keempat periode pembangunan jangka menengah.

Perlu diperhatikan, bahwa turunnya grafik setelah mencapai puncak prioritasnya bukan diartikan

sebagai penurunan target atau capaian dari masing-masing komponen pembentuk visi, namun lebih

teknisnya kepada penurunan porsi program dan kegiatan yang kurang relevan dengan hal besar apa yang

ingin dicapai pada periode tersebut.

Page 94: 2025, no. 18 tahun 2012

- 94 -

5.2.1 Tahap Lima Tahun Ke-1 (2006-2011)

Pada Pembangunan Jangka Menengah (PJM) periode pertama ini, pembangunan di Provinsi Papua Barat

diprioritaskan untuk mewujudkan komponen visi pertama, yaitu Provinsi Papua Barat yang Mandiri.

Seperti yang telah dituangkan pada Misi Pembangunan Jangka Panjang Provinsi Papua Barat, mandiri

diartikan sebagai kondisi dimana Provinsi Papua Barat telah menjadi wilayah dengan stabilitas politik,

pertahanan, dan keamanan. Selain itu Papua Barat juga memiliki ketahanan pangan, prasarana dan

sarana wilayah yang memadai, keuangan daerah dengan PAD sebagai komponen utama yang membiayai

pembangunan, yang kesemuanya merupakan hasil dari tata kelola pemerintahan yang baik.

Untuk lima tahun pertama dalam periode pembangunan jangka panjang ini, upaya mencapai Provinsi

Papua Barat yang Mandiri terutama ditekankan pada upaya mewujudkan ketahanan pangan,

pemenuhan kebutuhan prasarana dan sarana wilayah, serta pembenahan tata kelola

pemerintahan. Namun penekanan upaya-upaya tersebut bukan berarti mengabaikan arahan-arahan

kebijakan lainnya. Berikut ini adalah paparan sasaran pokok dan arahan kebijakan untuk pembangunan

jangka menengah pertama.

Tabel 5-15Sasaran Pokok dan Arahan Kebijakan Pembangunan Tahap Lima Tahun Ke-1 (2006-2011)

Sasaran Pokok Arahan Kebijakan

a Penciptaan dan pengokohan

sistem politik, keamanan, dan

pertahanan.

1 Pembangunan struktur hukum untuk memantapkan dan

mengefektifkan berbagai organisasi dan lembaga hukum,

profesi hukum, dan badan peradilan.

2 Kapasitasi aparat penegak hukum dan penjaga kemanan dan

pertahanan dalam rangka meningkatkan penegakan hukum.

3 Penguatan hubungan antara aparat dengan masyarakat lokal

dalam rangka meningkatkan penegakan hokum.

b Pembinaan masyarakat

demokratis, cerdas politik,

dan taat hukum.

1 Pencerdasan masyarakat akan nilai-nilai politik demokratis,

terutama penghormatan nilai-nilai HAM, nilai-nilai persamaan,

anti kekerasan, serta nilai-nilai toleransi.

2 Peningkatan peran lembaga independen di bidang komunikasi

dan informasi serta di tengah masyarakat.

a Pemenuhan dan pengelolaan

kebutuhan bahan makanan

pokok dan kebutuhan bahan

makanan sumber protein

masyarakat.

1 Pemetaan, alokasi, dan ekstensifikasi lahan pertanian bahan

makanan pokok, peternakan, dan perikanan (tangkap dan

budidaya) sebagai pendukung utama pencapaian swasembada

dan swasembada berkelanjutan.

2 Peningkatan dan penguatan kompetensi SDM di bidang

pertanian dan kelautan yang didukung oleh pengembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi dengan mengoptimalkan

pemanfaatan sumber kekayaan laut secara berkelanjutan.

Page 95: 2025, no. 18 tahun 2012

- 95 -

Sasaran Pokok Arahan Kebijakan

3 Penguatan kelembagaan ketahanan pangan yang mampu

menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup di tingkat

rumah tangga, baik dalam jumlah, mutu, keamanan, maupun

harga yang terjangkau.

a Pemenuhan kebutuhan

infrastruktur transportasi

untuk membuka akses mudah

dan terjangkau ke seluruh

wilayah.

1 Perampungan pembangunan jaringan jalan dan jembatan Trans

Papua Barat dan jalan strategis, serta jalan-jalan lokal yang

menuju ke setiap kampung.

2 Pemeliharaan jaringan jalan dan jembatan sehingga mampu

secara mudah dilewati kendaraan.

3 Pemenuhan kebutuhan prasarana dan sarana transportasi

darat, laut, udara, serta transportasi sungai, danau dan

penyeberangan.

4 Pemeliharaan dan rehabilitasi seluruh prasarana dan sarana

transportasi darat, laut, udara, serta transportasi sungai, danau

dan penyeberangan sehingga dapat berfungsi maksimal.

5 Perancangan sistem transportasi darat, laut, udara, serta

transportasi sungai, danau dan penyeberangan yang

terintegrasi sehingga mampu memenuhi kebutuhan pergerakan

barang dan penumpang ke seluruh wilayah secara murah dan

teratur (regular).

6 Perancangan prasarana dan sarana transportasi yang tahan

bencana (mampu meredam dampak bencana seminimal

mungkin).

b Pemenuhan kebutuhan

prasarana dan sarana utilitas

publik.

1 Pengembangan jaringan energi listrik serta penciptaan sumber-

sumber energi listrik baru berskala makro dan mikro sesuai

kebutuhan spesifik wilayah.

2 Penambahan kapasitas produksi listrik sehingga mampu

memenuhi kebutuhan listrik seluruh wilayah sampai ke rumah-

rumah penduduk setiap hari selama 24 jam.

3 Pengembangan jaringan air bersih dan air minum serta

penciptaan sumber-sumber air bersih baru berskala makro dan

mikro sesuai kebutuhan spesifik wilayah yang mampu

menjangkau rumah-rumah penduduk setiap hari selama 24

jam.

4 Penyiapan sistem pencadangan air bersih di kawasan-kawasan

strategis terutama kawasan permukiman penduduk di daerah

rawan kekeringan.

5 Pengembangan jaringan telekomunikasi satelit dan nirkabel

yang mampu dinikmati masyarakat di seluruh wilayah.

Page 96: 2025, no. 18 tahun 2012

- 96 -

Sasaran Pokok Arahan Kebijakan

6 Alokasi lahan dan pembangunan Tempat Pembuangan Akhir

Sampah dan Tempat Pembuangan Sementara Sampah yang

dilengkapi sistem pengolahan sampah ramah lingkungan dan

berteknologi tepat guna.

7 Perancangan dan penerapan sistem pengelolaan sampah

terpadu disertai dengan pemenuhan kebutuhan prasarana dan

sarana pengelolaan sampah.

8 Pembangunan jaringan drainase dan IPAL terutama di kawasan

perkotaan dan permukiman penduduk.

9 Perancangan prasarana dan sarana utilitas publik yang tahan

bencana (mampu meredam dampak bencana seminimal

mungkin).

10 Pemeliharaan dan rehabilitasi seluruh sarana utilitas publik

sehingga dapat berfungsi maksimal.

c Pemenuhan kebutuhan

prasarana dan sarana

pelayanan publik.

1 Pemenuhan kebutuhan prasarana dan sarana pelayanan

pendidikan (pendidikan dini sampai pendidikan tinggi, formal

maupun informal) statis dan dinamis yang mampu dijangkau

dan menjangkau seluruh masyarakat di seluruh wilayah secara

mudah dan murah.

2 Pemenuhan kebutuhan prasarana dan sarana pelayanan

kesehatan statis dan dinamis yang mampu dijangkau dan

menjangkau seluruh masyarakat di seluruh wilayah secara

mudah dan murah.

3 Pemenuhan kebutuhan prasarana dan sarana sosial ekonomi

yang mampu dijangkau dan menjangkau seluruh masyarakat di

seluruh wilayah secara mudah dan murah.

4 Pemeliharaan dan rehabilitasi seluruh sarana pelayanan publik

sehingga dapat berfungsi maksimal.

d Pemenuhan kebutuhan

prasarana dan sarana

penanggulangan bencana.

1 Pemenuhan kebutuhan prasarana dan sarana mitigasi bencana

kebakaran, gempa bumi, banjir, dan tsunami termasuk

kebakaran hutan yang dirancang mampu menjangkau seluruh

wilayah rawan kebakaran secara mudah dan cepat sesuai

karakteristik daerah.

2 Perencanaan sistem mitigasi bencana terpadu.

3 Pembinaan pemerintah dan masyarakat di kawasan rawan

bencana terkait upaya-upaya mitigasi bencana agar paham,

waspada. dan siap mencegah dan menanggulangi bencana.

4 Pemetaan dan pengaturan pengembangan dan perlindungan

kawasan-kawasan rawan bencana dalam rencana tata ruang.

5 Pemberian ruang untuk mengembangkan kemampuan dan

penerapan sistem deteksi dini, sosialisasi dan diseminasi

informasi secara dini terhadap ancaman bencana alam kepada

Page 97: 2025, no. 18 tahun 2012

- 97 -

Sasaran Pokok Arahan Kebijakan

masyarakat.

a Peningkatan Pendapatan Asli

Daerah (PAD).

1 Peningkatan penerimaan pajak daerah dengan penertiban

objek wajib pajak dan intensifikasi penagihan pajak disertai

pembinaan kesadaran pembayaran pajak.

2 Peningkatan penerimaan retribusi daerah dengan melengkapi

peraturan daerah mengenai retribusi.

3 Identifikasi sumber-sumber kekayaan daerah yang potensial

dan melakukan pengelolaan kekayaan daerah baik dengan

pendirian BUMD maupun sistem kerjasama dengan swasta atau

pemerintah daerah lain.

b Peningkatan penerimaan

dana perimbangan.

1 Identifikasi potensi SDA yang dapat dimanfaatkan serta

meningkatkan promosi dan investasi atas SDA tersebut.

2 Mengoptimalkan penerimaan komponen DBH pajak yang

belum dilaksanakan.

3 Mengoptimalkan penerimaan DAU .

4 Mengoptimalkan penerimaan DAK dengan upaya identifikasi

dan pemanfaatan potensi daerah yang mengakomodir

komitmen atau prioritas nasional.

5 Optimalisasi penyerapan dana perimbangan dengan usulan

program-program strategis yang relevan dengan kebutuhan

daerah.

c Optimalisasi pengelolaan

dana penerimaan lain-lain

yang sah.

1 Optimalisasi penyerapan dana penerimaan lain-lain yang sah

untuk membiayai pembangunan prasarana dan sarana wilayah

serta program-program strategis (terutama terkait pelayanan

administrasi publik, pendidikan, kesehatan, dan

pengembangan SDM) yang relevan dengan kebutuhan spesifik

daerah .

2 Optimalisasi penyerapan dana penyesuaian untuk motivasi

peningkatan kinerja aparat pemerintahan, tenaga kesehatan

dan pendidikan, serta program pelayanan umum strategis lain

yang relevan dengan kebutuhan daerah.

a Pembinaan kompetensi dan

profesionalitas aparat

pemerintah.

1 Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan fungsional sebagai

upaya peningkatan kapasitas, kapabilitas, netralitas, dan

kesadaran aparat pemerintah terkait peran, tugas pokok, dan

fungsinya masing-masing.

2 Pembinaan dalam penguasaan dan pemanfaatan pengetahuan

umum dan keterampilan bahasa asing, komputer, dan

teknologi.

3 Penanaman dan penyusunan visi misi Provinsi Papua Barat

kepada aparat pemerintah sebagai upaya pengarahan mental

Page 98: 2025, no. 18 tahun 2012

- 98 -

Sasaran Pokok Arahan Kebijakan

agar menjadikan visi-misi sebagai orientasi utama dari seluruh

peran, posisi, tugas pokok, dan fungsi yang dijalankan.

4 Pengawasan kinerja aparat dalam rangka menyajikan

pelayanan prima dengan ketulusan dan semangat melayani

bagi seluruh masyarakat.

5 Perancangan sistem penilaian kinerja aparatur pemerintahan

yang berbasis prestasi dan sanksi.

6 Peningkatan pemahaman dan keterlibatan aparatur

pemerintahan dalam penyusunan rencana kerja dan rencana

pembangunan wilayah.

b Penciptaan dan penerapan

sistem pemerintahan yang

sesuai dengan prinsip-prinsip

good governance.

1 Penyelenggaraan proses rekruitmen yang bersih dan

profesional.

2 Perancangan dan penerapan sistem yang akuntabel dalam

keuangan dan kinerja pemerintahan.

3 Perancangan dan penerapan sistem yang menjamin

keterbukaan informasi terkait data, regulasi, prosedur, dan

sebagainya yang sifatnya menyangkut publik serta

perancangan sistem yang memfasilitasi aspirasi masyarakat

baik berupa kritik, saran, pengaduan, maupun pertanyaan.

4 Perancangan dan penerapan sistem yang menjamin

pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pertanggungjawaban

atas kinerja pemerintah dan penyelenggaraan pembangunan

secara terbuka.

5 Penyusunan standar operasional pelaksanaan dan rencana

teknis pelaksanaan tugas yang lengkap, jelas, dan mudah

dimengerti.

6 Optimalisasi peran DPRPB, Pengawas Pegawai Negeri Sipil

(PPNS), pers/media, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),

peneliti, dan masyarakat dalam pelaksanaan mengawasi

penyelenggaraan pemerintahan dan program pembangunan

daerah.

7 Penciptaan mekanisme standardisasi dan penurunan informasi

serta koordinasi informal sebagai tanggung jawab personil

lama kepada personil baru ketika regenerasi atau

restrukturisasi pemerintahan.

8 Pelibatan publik dalam setiap proses penyusunan rencana,

implementasi program, dan pengawasan jalannya kegiatan

pemerintahan dan pembangunan.

9 Penggiatan penyelenggaraan public hearing, stakeholders

meeting, jajak pendapat umum, pelaporan penelitian dan

kajian, pemungutan suara sederhana, diskusi dan konsultasi

Page 99: 2025, no. 18 tahun 2012

- 99 -

Sasaran Pokok Arahan Kebijakan

publik, dan forum publik lainnya untuk membahas hal-hal yang

menyangkut kepentingan publik.

10 Pembagian tugas dan wewenang secara eksplisit dan tersurat

serta sosialisasi dan implementasi sistem komando dan

koordinasi antar dan intern instansi pemerintah bersama

masyarakat dan swasta dalam pelaksanaan tugas administratif

pemerintahan maupun tugas terkait teknis pembangunan

daerah agar berjalan efektif dan efisien.

11 Penegakan aturan kedisiplinan secara memaksa dan tidak

memihak.

12 Perancangan dan penetapan sistem pelayanan publik yang

efektif dan efisien yang berarti pelayanan izin yang mudah,

sederhana, dan murah.

c Pemenuhan kebutuhan legal

formal pemerintahan.

1 Peningkatan kepekaan dan ketelitian terhadap kebutuhan akan

dokumen-dokumen penting seperti dokumen rencana, regulasi,

administrasi, dan sebagainya yang relevan dengan kepentingan

aktual daerah.

2 Penyusunan dan legalisasi dokumen rencana, regulasi,

administrasi, dan sebagainya yang relevan dengan kepentingan

aktual yang diperlukan secara tertib prosedural dan tepat

waktu.

3 Melakukan inventarisasi dokumen-dokumen penting daerah

secara rapi dan terorganisir, juga dituangkan dalam database

yang lengkap dan up to date.

4 Penyusunan dan legalisasi peraturan-peraturan daerah

termasuk Perdasi dan Perdasus dan peraturan daerah spesifik

lainnya yang dibutuhkan.

5 Pembaharuan materi hukum yang sudah tidak relevan dengan

tetap memerhatikan kemajemukan tatanan hukum yang

berlaku dan pengaruh globalisasi.

d Pelengkapan struktur

pemerintahan sesuai dengan

kebutuhan spesifik daerah

1 Restrukturisasi dan realokasi Pegawai Negeri Sipil (PNS) jika

dibutuhkan, untuk memelihara kinerja yang efektif dan efisien.

2 Pemerataan distribusi kekuasaan pada berbagai lembaga

pemerintah sehingga mengurangi penumpukan kekuasaan

sekaligus menciptakan kondisi saling mengawasi (checks and

balances sistem).

3 Penempatan aparatur di lembaga-lembaga pemerintahan

sesuai dengan kompetensi yang dimiliki.

4 Pembentukan SKPD sesuai dengan peraturan yang disesuaikan

dengan kebutuhan spesifik daerah.

Page 100: 2025, no. 18 tahun 2012

- 100 -

Sasaran Pokok Arahan Kebijakan

a Peningkatan besaran dan laju

pertumbuhan PDRB.

1 Peningkatan produktivitas dan ekspansi sektor dan subsektor

yang berperan sebagai kontributor utama terhadap PDRB.

2 Memacu pengembangan sektor dan subsektor yang potensial

namun kontribusinya masih kecil terhadap PDRB.

3 Mengurangi ketergantungan terhadap sektor migas dengan

meningkatkan pertumbuhan usaha/industri sektor non migas

lain.

4 Peningkatan efisiensi, modernisasi, rantai nilai dan nilai

tambah sektor primer terutama sektor pertanian, dan

pertambangan didorong agar mampu bersaing di pasar lokal,

regional dan internasional serta untuk memperkuat basis

produksi sektor primer di daerah.

b Peningkatan ekonomi wilayah

berbasis keunggulan

komparatif yang

bertransformasi bertahap

menjadi berbasis keunggulan

kompetitif.

1 Pemantapan industri/usaha pertanian di kawasan

perkampungan dengan membangun keterkaitan sistem

produksi, distribusi dan pelayanan prima khususnya dengan

perkotaan.

2 Peningkatan produktivitas industri/usaha pertanian melalui

penguasaan, penyebaran, penerapan, dan inovasi ilmu

pengetahuan dan teknologi tepat guna dengan dukungan

kelembagaan ekonomi dan pemerintahan yang baik.

3 Pengembangan pariwisata berskala internasional, nasional,

maupun lokal yang berbasis pengembangan masyarakat lokal.

4 Pencarian nilai tambah dari upaya penjagaan hutan dan

lingkungan.

c Peningkatan kerjasama

ekonomi.

1 Menghilangkan praktik-praktik yang menciptakan ekonomi

biaya tinggi, komitmen untuk memajukan potensi lokal,

konsistensi program dan infrastruktur yang mendukung.

2 mendorong penanaman modal dalam negeri dan asing bagi

peningkatan daya saing perekonomian daerah; serta

meningkatkan kapasitas infrastruktur fisik dan sarana

pendukung lainnya.

3 Peningkatan kerjasama antar kabupaten/kota di Papua Barat

maupun dengan swasta atau pemerintah pusat atau daerah lain

untuk mengelola potensi daerah.

4 Mewujudkan iklim investasi yang kondusif, mendorong

penanaman modal dalam negeri dan asing bagi peningkatan

daya saing perekonomian daerah.

d Peningkatan pertumbuhan

dan daya saing unit-unit

usaha masyarakat

1 Upaya meningkatkan daya saing dan membangun keunggulan

kompetitif bagi produk-produk Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah (UMKM) serta mini mikro melalui sinergitas pelaku

usaha, pemerintah daerah, perbankan daerah serta organisasi

Page 101: 2025, no. 18 tahun 2012

- 101 -

Sasaran Pokok Arahan Kebijakan

dan anggota masyarakat.

2 Meningkatkan koperasi dan lembaga keuangan mikro sehingga

menjadi gerakan ekonomi yang berperan nyata dalam upaya

peningkatan kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat.

3 Stimulasi pertumbuhan unit usaha melalui pemberian bantuan

modal dan pembinaan keterampilan serta penyediaan skema

pembiayaan dan kredit ringan bagi masyarakat.

4 Fasilitasi kemitraan swasta dan pemerintah dengan unit-unit

usaha masyarakat.

a Peningkatan derajat

pendidikan masyarakat

sehingga berkontribusi

signifikan dalam upaya

peningkatan IPM.

1 Penyediaan pelayanan pendidikan yang menjangkau seluruh

wilayah sampai ke wilayah terpencil/terisolir.

2 Penyediaan pelayanan pendidikan bebas biaya.

3 Peningkatan kualitas layanan pendidikan dan tenaga pendidik.

4 Perancangan dan penerapan sistem pelayanan dan kurikulum

pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan

sosial ekonomi daerah di masa depan serta berbasis kearifan

lokal.

5 Pewajiban partisipasi pendidikan usia dini dan pendidikan

dasar sebagai investasi modal daerah di masa yang akan dating.

6 Kewajiban partisipasi pendidikan menengah dalam rangka

mencetak SDM yang berdaya saing.

7 Pemberdayaan masyarakat dalam penyelenggaraan dan

manajemen pelayanan pendidikan termasuk menjalin

kemitraan dengan swasta serta lembaga adat dan keagamaan.

b Peningkatan derajat

kesehatan masyarakat

sehingga berkontribusi

signifikan dalam upaya

peningkatan IPM.

1 Peningkatan pelayanan kesehatan, pembiayaan kesehatan, obat

dan perbekalan kesehatan bagi seluruh masyarakat di seluruh

wilayah.

2 Peningkatan kualitas SDM kesehatan.

3 Penyediaan pelayanan kesehatan bebas biaya.

4 Pemberdayaan masyarakat dalam penyelenggaraan dan

manajemen pelayanan kesehatan termasuk menjalin kemitraan

dengan swasta serta lembaga adat dan keagamaan.

5 peningkatan perilaku dan kemandirian masyarakat, dan pada

upaya promotif dan preventif.

Page 102: 2025, no. 18 tahun 2012

- 102 -

Sasaran Pokok Arahan Kebijakan

a Penanggulangan kemiskinan

baik di perkotaan maupun

perkampungan.

1 Penciptaan lapangan kerja dan lapangan usaha seluas-luasnya

di perkotaan dan perkampungan sesuai fungsi spesifik dengan

mengandalkan produk unggulan sebagai penopang kebutuhan.

2 Penumbuhkembangan usaha bersama masyarakat.

3 Pembinaan budaya menabung masyarakat sekaligus

menghilangkan gaya hidup konsumtif bekerjasama dengan

lembaga keuangan yang dipercaya masyarakat.

4 Pembekalan keterampilan kewirausahaan masyarakat dan

pembinaan pengelolaan usaha.

5 Pemberian jaminan sosial bagi masyarakat miskin penguatan

lembaga jaminan sosial yang didukung oleh peraturan-

peraturan perundangan dan sistem pendanaan.

6 Pemberian bahan kebutuhan pokok bagi masyarakat miskin.

7 Pengendalian pertumbuhan penduduk dan penggalakkan

keluarga kecil bahagia sejahtera.

a Pemenuhan prasarana

perumahan dan prasarana

pendukung lingkungan

perumahan.

1 Penyediaan perumahan bagi masyarakat dengan skema

pembiayaan ringan dan dapat dijangkau masyarakat.

2 Penciptaan rumah layak dan lingkungan

perumahan/permukiman sehat dengan sanitasi, air bersih, dan

penerangan yang cukup.

b Pengayoman dan pembinaan

masyarakat Penyandang

Masalah Kesejahteraan Sosial

(PMKS).

1 Pendirian dan penguatan lembaga pembinaan masyarakat

PMKS.

2 Peningkatan kualitas hidup dan peran perempuan serta

kesejahteraan dan perlindungan anak diberbagai bidang

pembangunan, penurunan tindak kekerasan terhadap

perempuan dan anak.

3 serta penguatan kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan

gender.

c Pembinaan keimanan,

ketaqwaan, dan budaya luhur

masyarakat berbasis kearifan

lokal.

1 Optimalisasi peran lembaga adat dan lembaga keagamaan

dalam pembinaan iman dan taqwa serta budaya luhur

masyarakat.

2 Penetrasi pendidikan iman dan taqwa di ranah pendidikan dan

keluarga.

3 pengembangan budaya inovatif yang beriorentasi iptek dengan

memperhatikan nilai-nilai kearifan lokal.

Page 103: 2025, no. 18 tahun 2012

- 103 -

Sasaran Pokok Arahan Kebijakan

a Penerapan sistem ekonomi

dan regulasi ekonomi yang

berpihak kepada masyarakat.

1 Pengawasan dan pembinaan penyaluran kompensasi (CSR)

berupa penyejahteraan masyarakat lokal atas pendirian

industri/usaha besar berupa pembinaan sosial, pembangunan

prasarana, maupun pemberian kesempatan kerja/usaha.

2 Pemberian kesempatan kepada masyarakat lokal agar dapat

memperoleh akses yang memadai dan menikmati hasil dari

pemanfaatan SDA yang ada di wilayahnya.

3 Penyusunan regulasi yang mengatur kewajiban pemberian

kompensasi kepada masyarakat lokal atas pendirian

industri/usaha besar yang memanfaatkan potensi daerah.

a Perancangan dan penerapan

sistem hukum yang berpihak

kepada masyarakat.

1 Penyediaan pelayanan dan bantuan hukum dengan biaya yang

terjangkau, proses yang tidak berbelit, dan penetapan putusan

yang mencerminkan rasa keadilan.

2 Pemantapan kelembagaan hukum daerah, meliputi penataan

kedudukan, fungsi dan peranan institusi hukum dalam

mendukung kelembagaan hukum pusat agar lebih mampu

mewujudkan ketertiban; kepastian hukum; dan memberikan

keadilan, kemanfaatan dan perlindungan hak asasi manusia,

dan hirakhi peraturan perundangan-undangan baik vertikal

maupun horizontal serta asas–asas hukum universal.

3 Perlindungan hak-hak masyarakat adat.

b Prioritas pembangunan bagi

masyarakat miskin serta

masyarakat yang tinggal di

daerah terpencil dan daerah

terisolir

1 Prioritas objek pembangunan ditujukan bagi peningkatan

kesejahteraan masyarakat miskin serta masyarakat yang

tinggal di daerah terpencil dan daerah terisolir.

c Pengelolaan pertanahan dan

penertiban sistem

pertanahan.

1 Penyelesaian persoalan pertanahan dengan pemetaan status

kepemilikan tanah menyusun peraturan yang mengakomodir

pemanfaatan tanah ulayat.

a Pendayagunaan SDA yang

terbarukan.

1 Pendayagunaan SDA terbarukan terus diupayakan, seperti

hutan, pertanian, perikanan, dan perairan, dikelola dan

dimanfaatkan secara rasional, optimal, efisien, dan

bertanggung jawab dengan mendayagunakan seluruh fungsi

dan manfaat secara seimbang.

2 Pengelolaan SDA terbarukan yang berada dalam kondisi kritis,

diarahkan pada upaya untuk direhabilitasi dan dipulihkan daya

dukungnya.

3 pendapatan yang berasal dari pemanfaatan SDA terbarukan

diinvestasikan kembali guna menumbuhkan kembangkan

Page 104: 2025, no. 18 tahun 2012

- 104 -

Sasaran Pokok Arahan Kebijakan

upaya pemulihan, rehabilitasi, dan pencadangan untuk

kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang.

b Pengelolaan pemanfaatan

SDA yang tidak terbarukan.

1 Tidak dikonsumsi secara langsung, melainkan diperlakukan

sebagai input untuk proses produksi berikutnya yang dapat

menghasilkan nilai tambah yang optimal.

2 Pendapatan yang diperoleh dari kelompok SDA ini diarahkan

untuk percepatan pertumbuhan ekonomi dengan

diinvestasikan pada sektor-sektor lain yang produktif, juga

untuk upaya reklamasi, konservasi, dan memperkuat

pendanaan dalam pencarian sumber-sumber energi alternatif

dan atau bahan subsitusi, yang terbarukan seperti biomassa,

biogas, mikro hidro, biodesel yang lebih ramah lingkungan.

3 Penganekaragaman energi, konservasi energi dengan

memperhatikan pengendalian lingkungan hidup.

Pelestarian dan pemeliharaan

Sumber Daya Air.

1 menjaga kelestarian fungsi daerah tangkapan air dan

keberadaan air tanah.

2 mewujudkan keseimbangan antara pasokan dan kebutuhan

melalui pendekatan demand management yang ditujukan

untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan dan

konsumsi air.

3 pendekatan supply management yang ditujukan untuk

meningkatkan kapasitas dan keandalan pasokan, air,

memperkokoh kelembagaan sumber daya air untuk

meningkatkan keterpaduan dan kualitas pelayanan terhadap

masyarakat.

Peningkatan nilai tambah

pemanfaatan SDA.

1 diversifikasi produk dan inovasi pengolahan hasil SDA.

Pengembangan SDA khas. 1 dilaksanakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

lokal, mengembangkan wilayah strategis dan cepat tumbuh,

serta memperkuat kapasitas dan komitmen daerah untuk

mendukung pembangunan yang berkelanjutan

2 pemberdayaan masyarakat lokal sebagai institusi sosial dan

ekonomi di tingkat lokal, serta pengakuan terhadap hak-hak

adat dan ulayat atas SDA.

3 Pengelolaan SDA di kawasan tertinggal diberikan perhatian

khususnya agar dapat dikembangkan potensinya untuk

percepatan pembangunan wilayah, namun tetap

mengedepankan aspek keberlanjutan bagi generasi mendatang.

a Pencanangan Provinsi

Konservasi.

1 Penentuan fungsi utama Provinsi Papua Barat sebagai Provinsi

Konservasi yang berarti berkomitmen penuh terhadap

pengalokasian dan pelestarian kawasan-kawasan lindung yang

kemudian dituangkan dalam rencana pola ruang dalam RTRW.

Page 105: 2025, no. 18 tahun 2012

- 105 -

Sasaran Pokok Arahan Kebijakan

c Perencanaan tata ruang,

pemanfaatan ruang, dan

pengendalian tata ruang

berbasis konservasi.

1 Penegasan dan pemetaan batas wilayah berdasarkan status

administrasi, status kepemilikan, dan statusnya berdasarkan

pola ruang.

2 Pengendalian tata ruang melalui penegakan aturan yang

tersurat dalam peraturan daerah tentang rencana tata ruang.

3 Perwujudan pola ruang yang mendukung terwujudnya Provinsi

Papua Barat sebagai Provinsi Konservasi.

4 Pemberdayaan masyarakat dalam penyelenggaraan tata ruang.

5 Mengakomodir kebutuhan fungsi ruang spesifik masyarakat

lokal.

a Melestarikan

keanekaragaman budaya dan

memproteksi dari akulturasi

budaya negatif.

1 Penyusunan peraturan daerah yang mengatur upaya proteksi

budaya daerah.

2 Proteksi budaya dari pengaruh modernisasi yang menyebabkan

nilai-nilai adat menjadi luntur dengan pengawasan intensif

terhadap IPTEK dan informasi yang masuk dari luar daerah

disertai dengan pendokumentasian jejak dan rekam budaya

daerah dengan pendirian museum, kawasan Kampung

adat/Kampung budaya, taman budaya, dan sanggar seni.

3 Pendidikan kebudayaan yang dimasukkan ke ranah pendidikan

formal.

4 Pembinaan dan pemberdayaan masyarakat lokal untuk menjadi

pemandu wisata budaya, berpartisipasi dalam ajang

kebudayaan tingkat lokal, nasional, maupun internasional.

5.2.2 Tahap Lima Tahun Ke-2 (2012-2016)

Pada RPJMD periode kedua ini perwujudan Provinsi Papua Barat yang Mandiri tetap diprioritaskan

bersamaan dengan perwujudan Provinsi Papua Barat yang berdaya saing. Untuk tahap lima tahun yang

kedua dalam periode pembangunan jangka panjang ini, upaya mencapai Provinsi Papua Barat yang

Mandiri merupakan upaya melanjutkan capaian pokok-pokok kemandirian pada lima tahun pertama,

yang berarti upaya-upaya mewujudkan ketahanan pangan, pemenuhan kebutuhan prasarana dan sarana

wilayah, serta pembenahan tata kelola pemerintahan. Beberapa arahan kebijakan baru ditambahkan

sebagai penanda majunya tingkat kemandirian yang ditargetkan.

Page 106: 2025, no. 18 tahun 2012

- 106 -

Tabel 5-16Sasaran Pokok dan Arahan Kebijakan Pembangunan Tahap Lima Tahun Ke-2 (2012-2016)

Sasaran Pokok Arahan Kebijakan

a Penciptaan dan pengokohan

sistem politik, keamanan, dan

pertahanan

3 Peningkatan upaya perlindungan wilayah.

4 Pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pertahanan dan

keamanan serta penempatan aparat di wilayah rawan konflik.

5 Penguatan hubungan antara aparat dengan masyarakat lokal

dalam rangka meningkatkan penegakan hokum.

c Pembinaan masyarakat

demokratis, cerdas politik, dan

taat hukum.

3 Penciptaan hubungan harmonis antara masyarakat dan

pemerintah serta politisi melalui jaringan informasi yang

bersifat interaktif dalam rangka menciptakan lingkungan

masyarakat yang demokratis.

a Pemenuhan dan pengelolaan

kebutuhan bahan makanan

pokok dan kebutuhan bahan

makanan sumber protein

masyarakat.

2 Peningkatan dan Penguatan kompetensi SDM di bidang

pertanian dan kelautan yang didukung oleh pengembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi dengan mengoptimalkan

pemanfaatan sumber kekayaan laut secara berkelanjutan.

3 Penguatan kelembagaan ketahanan pangan yang mampu

menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup di

tingkat rumah tangga, baik dalam jumlah, mutu, keamanan,

maupun harga yang terjangkau.

4 Peningkatan volume dan kontinuitas produksi pertanian serta

stimulasi pertumbuhan unit usaha pertanian bahan makanan

pokok, peternakan, dan perikanan.

5 Pelancaran distribusi bahan makanan pokok ke wilayah-

wilayah strategis.

a Pemenuhan kebutuhan

infrastruktur transportasi

untuk membuka akses mudah

dan terjangkau ke seluruh

wilayah.

1 Perampungan pembangunan jaringan jalan dan jembatan

Trans Papua Barat dan jalan strategis, serta jalan-jalan lokal

yang menuju ke setiap kampung.

2 Pemeliharaan jaringan jalan dan jembatan sehingga mampu

secara mudah dilewati kendaraan.

3 Pemenuhan kebutuhan prasarana dan sarana transportasi

darat, laut, udara, serta transportasi sungai, danau dan

penyeberangan.

4 Pemeliharaan dan rehabilitasi seluruh prasarana dan sarana

transportasi darat, laut, udara, serta transportasi sungai,

danau dan penyeberangan sehingga dapat berfungsi maksimal.

Page 107: 2025, no. 18 tahun 2012

- 107 -

Sasaran Pokok Arahan Kebijakan

b Pemenuhan kebutuhan

prasarana dan sarana utilitas

publik

1 Pengembangan jaringan energi listrik serta penciptaan

sumber-sumber energi listrik baru berskala makro dan mikro

sesuai kebutuhan spesifik wilayah.

2 Penambahan kapasitas produksi listrik sehingga mampu

memenuhi kebutuhan listrik seluruh wilayah sampai ke

rumah-rumah penduduk setiap hari selama 24 jam.

3 Pengembangan jaringan air bersih dan air minum serta

penciptaan sumber-sumber air bersih baru berskala makro

dan mikro sesuai kebutuhan spesifik wilayah yang mampu

menjangkau rumah-rumah penduduk setiap hari selama 24

jam.

4 Penyiapan sistem pencadangan air bersih di kawasan-

kawasan strategis terutama kawasan permukiman penduduk

di daerah rawan kekeringan.

5 Pengembangan jaringan telekomunikasi satelit dan nirkabel

yang mampu dinikmati masyarakat di seluruh wilayah.

6 Alokasi lahan dan pembangunan Tempat Pembuangan Akhir

Sampah dan Tempat Pembuangan Sementara Sampah yang

dilengkapi sistem pengolahan sampah ramah lingkungan dan

berteknologi tepat guna.

7 Perancangan dan penerapan sistem pengelolaan sampah

terpadu disertai dengan pemenuhan kebutuhan prasarana dan

sarana pengelolaan sampah.

8 Pembangunan jaringan drainase dan IPAL terutama di

kawasan perkotaan dan permukiman penduduk.

9 Perancangan prasarana dan sarana utilitas publik yang tahan

bencana (mampu meredam dampak bencana seminimal

mungkin).

10 Pemeliharaan dan rehabilitasi seluruh sarana utilitas publik

sehingga dapat berfungsi maksimal.

c Pemenuhan kebutuhan

prasarana dan sarana

pelayanan publik.

1 Pemenuhan kebutuhan prasarana dan sarana pelayanan

pendidikan (pendidikan dini sampai pendidikan tinggi, formal

maupun informal) statis dan dinamis yang mampu dijangkau

dan menjangkau seluruh masyarakat di seluruh wilayah

secara mudah dan murah.

2 Pemenuhan kebutuhan prasarana dan sarana pelayanan

kesehatan statis dan dinamis yang mampu dijangkau dan

menjangkau seluruh masyarakat di seluruh wilayah secara

mudah dan murah.

3 Pemenuhan kebutuhan prasarana dan sarana sosial ekonomi

yang mampu dijangkau dan menjangkau seluruh masyarakat

Page 108: 2025, no. 18 tahun 2012

- 108 -

Sasaran Pokok Arahan Kebijakan

di seluruh wilayah secara mudah dan murah.

4 Pemeliharaan dan rehabilitasi seluruh sarana pelayanan

publik sehingga dapat berfungsi maksimal.

d Pemenuhan kebutuhan

prasarana dan sarana

penanggulangan bencana.

1 Pemenuhan kebutuhan prasarana dan sarana mitigasi bencana

kebakaran, gempa bumi, banjir, dan tsunami termasuk

kebakaran hutan yang dirancang mampu menjangkau seluruh

wilayah rawan kebakaran secara mudah dan cepat sesuai

karakteristik daerah.

5 Perencanaan sistem mitigasi bencana terpadu.

6 Pembinaan pemerintah dan masyarakat di kawasan rawan

bencana terkait upaya-upaya mitigasi bencana agar paham,

waspada. dan siap mencegah dan menanggulangi bencana.

a Peningkatan Pendapatan Asli

Daerah (PAD).

1 Peningkatan penerimaan pajak daerah dengan penertiban

objek wajib pajak dan intensifikasi penagihan pajak disertai

pembinaan kesadaran pembayaran pajak.

2 Peningkatan penerimaan retribusi daerah dengan melengkapi

peraturan daerah mengenai retribusi.

3 Identifikasi sumber-sumber kekayaan daerah yang potensial

dan melakukan pengelolaan kekayaan daerah baik dengan

pendirian BUMD maupun sistem kerjasama dengan swasta

atau pemerintah daerah lain

b Peningkatan penerimaan dana

perimbangan.

1 Identifikasi potensi SDA yang dapat dimanfaatkan serta

meningkatkan promosi dan investasi atas SDA tersebut.

2 Mengoptimalkan penerimaan komponen DBH pajak yang

belum dilaksanakan.

3 Mengoptimalkan penerimaan DAU .

4 Mengoptimalkan penerimaan DAK dengan upaya identifikasi

dan pemanfaatan potensi daerah yang mengakomodir

komitmen atau prioritas nasional.

5 Optimalisasi penyerapan dana perimbangan dengan usulan

program-program strategis yang relevan dengan kebutuhan

daerah.

c Optimalisasi pengelolaan dana

penerimaan lain-lain yang sah.

1 Optimalisasi penyerapan dana penerimaan lain-lain yang sah

untuk membiayai pembangunan prasarana dan sarana

wilayah serta program-program strategis (terutama terkait

pelayanan administrasi publik, pendidikan, kesehatan, dan

pengembangan SDM) yang relevan dengan kebutuhan spesifik

daerah.

2 Optimalisasi penyerapan dana penyesuaian untuk motivasi

peningkatan kinerja aparat pemerintahan, tenaga kesehatan

dan pendidikan, serta program pelayanan umum strategis lain

Page 109: 2025, no. 18 tahun 2012

- 109 -

Sasaran Pokok Arahan Kebijakan

yang relevan dengan kebutuhan daerah.

a Pembinaan kompetensi dan

profesionalitas aparat

pemerintah.

1 Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan fungsional sebagai

upaya peningkatan kapasitas, kapabilitas, netralitas, dan

kesadaran aparat pemerintah terkait peran, tugas pokok, dan

fungsinya masing-masing.

2 Pembinaan dalam penguasaan dan pemanfaatan pengetahuan

umum dan keterampilan bahasa asing, komputer, dan

teknologi.

3 Penanaman dan penyuasanaan visi misi Provinsi Papua Barat

kepada aparat pemerintah sebagai upaya pengarahan mental

agar menjadikan visi-misi sebagai orientasi utama dari seluruh

peran, posisi, tugas pokok, dan fungsi yang dijalankan.

4 Pengawasan kinerja aparat dalam rangka menyajikan

pelayanan prima dengan ketulusan dan semangat melayani

bagi seluruh masyarakat.

5 Perancangan sistem penilaian kinerja aparatur pemerintahan

yang berbasis prestasi dan sanksi.

6 Peningkatan pemahaman dan keterlibatan aparatur

pemerintahan dalam penyusunan rencana kerja dan rencana

pembangunan wilayah.

b Penciptaan dan penerapan

sistem pemerintahan yang

sesuai dengan prinsip-prinsip

good governance.

1 Penyelenggaraan proses rekruitmen yang bersih dan

profesional.

2 Perancangan dan penerapan sistem yang akuntabel dalam

keuangan dan kinerja pemerintahan.

3 Perancangan dan penerapan sistem yang menjamin

keterbukaan informasi terkait data, regulasi, prosedur, dan

sebagainya yang sifatnya menyangkut publik serta

Perancangan sistem yang memfasilitasi aspirasi masyarakat

baik berupa kritik, saran, pengaduan, maupun pertanyaan.

4 Perancangan dan penerapan sistem yang menjamin

pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pertanggungjawaban

atas kinerja pemerintah dan penyelenggaraan pembangunan

secara terbuka.

5 Penyusunan standar operasional pelaksanaan dan rencana

teknis pelaksanaan tugas yang lengkap, jelas, dan mudah

dimengerti.

6 Optimalisasi peran DPRD, Pengawas Pegawai Negeri Sipil

(PPNS), pers/media, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),

Page 110: 2025, no. 18 tahun 2012

- 110 -

Sasaran Pokok Arahan Kebijakan

peneliti, dan masyarakat dalam pelaksanaan mengawasi

penyelenggaraan pemerintahan dan program pembangunan

daerah.

7 Penciptaan mekanisme standardisasi dan penurunan

informasi serta koordinasi informal sebagai tanggung jawab

personil lama kepada personil baru ketika regenerasi atau

restrukturisasi pemerintahan.

8 Pelibatan publik dalam setiap proses penyusunan rencana,

implementasi program, dan pengawasan jalannya kegiatan

pemerintahan dan pembangunan.

9 Penggiatan penyelenggaraan public hearing, stakeholders

meeting, jajak pendapat umum, pelaporan penelitian dan

kajian, pemungutan suara sederhana, diskusi dan konsultasi

publik, dan forum publik lainnya untuk membahas hal-hal

yang menyangkut kepentingan publik.

10 Pembagian tugas dan wewenang secara eksplisit dan tersurat

serta sosialisasi dan implementasi sistem komando dan

koordinasi antar dan intern instansi pemerintah bersama

masyarakat dan swasta dalam pelaksanaan tugas administratif

pemerintahan maupun tugas terkait teknis pembangunan

daerah agar berjalan efektif dan efisien.

11 Penegakan aturan kedisiplinan secara memaksa dan tidak

memihak.

12 Perancangan dan penetapan sistem pelayanan publik yang

efektif dan efisien yang berarti pelayanan izin yang mudah,

sederhana, dan murah.

c Pemenuhan kebutuhan legal

formal pemerintahan

1 Peningkatan kepekaan dan ketelitian terhadap kebutuhan

akan dokumen-dokumen penting seperti dokumen rencana,

regulasi, administrasi, dan sebagainya yang relevan dengan

kepentingan aktual daerah.

2 Penyusunan dan legalisasi dokumen rencana, regulasi,

administrasi, dan sebagainya yang relevan dengan

kepentingan aktual yang diperlukan secara tertib prosedural

dan tepat waktu.

3 Melakukan inventarisasi dokumen-dokumen penting daerah

secara rapi dan terorganisir, juga dituangkan dalam database

yang lengkap dan up to date.

4 Penyusunan dan legalisasi peraturan-peraturan daerah

termasuk Perdasi dan Perdasus dan peraturan daerah spesifik

lainnya yang dibutuhkan.

5 Pembaharuan materi hukum yang sudah tidak relevan dengan

tetap memerhatikan kemajemukan tatanan hukum yang

berlaku dan pengaruh globalisasi.

Page 111: 2025, no. 18 tahun 2012

- 111 -

Sasaran Pokok Arahan Kebijakan

d Pelengkapan struktur

pemerintahan sesuai dengan

kebutuhan spesifik daerah.

1 Restrukturisasi dan realokasi Pegawai Negeri Sipil (PNS) jika

dibutuhkan, untuk memelihara kinerja yang efektif dan efisien.

2 Pemerataan distribusi kekuasaan pada berbagai lembaga

pemerintah sehingga mengurangi penumpukan kekuasaan

sekaligus menciptakan kondisi saling mengawasi (checks and

balances system).

3 Penempatan aparatur di lembaga-lembaga pemerintahan

sesuai dengan kompetensi yang dimiliki.

4 Pembentukan SKPD sesuai dengan peraturan yang

disesuaikan dengan kebutuhan spesifik daerah.

a Peningkatan besaran dan laju

pertumbuhan PDRB.

1 Peningkatan produktivitas dan ekspansi sektor dan subsektor

yang berperan sebagai kontributor utama terhadap PDRB.

2 Memacu pengembangan sektor dan subsektor yang potensial

namun kontribusinya masih kecil terhadap PDRB.

3 Peningkatan efisiensi, modernisasi, rantai nilai dan nilai

tambah sektor primer terutama sektor pertanian, dan

pertambangan didorong agar mampu bersaing di pasar lokal,

regional dan internasional serta untuk memperkuat basis

produksi sektor primer di daerah.

b Peningkatan ekonomi wilayah

berbasis keunggulan

komparatif yang

bertransformasi bertahap

menjadi berbasis keunggulan

kompetitif.

1 Pengembangan pariwisata berskala internasional, nasional,

maupun lokal yang berbasis pengembangan masyarakat lokal.

2 Pencarian nilai tambah dari upaya penjagaan hutan dan

lingkungan.

c Peningkatan kerjasama

ekonomi.

1 mendorong penanaman modal dalam negeri dan asing bagi

peningkatan daya saing perekonomian daerah; serta

meningkatkan kapasitas infrastruktur fisik dan sarana

pendukung lainnya.

2 Peningkatan kerjasama antar kabupaten/kota di Papua Barat

maupun dengan swasta atau pemerintah pusat atau daerah

lain untuk mengelola potensi daerah.

3 Mewujudkan iklim investasi yang kondusif, mendorong

penanaman modal dalam negeri dan asing bagi peningkatan

daya saing perekonomian daerah.

d Peningkatan pertumbuhan dan

daya saing unit-unit

1 Upaya meningkatkan daya saing dan membangun keunggulan

kompetitif bagi produk-produk Usaha Mikro, Kecil dan

Page 112: 2025, no. 18 tahun 2012

- 112 -

Sasaran Pokok Arahan Kebijakan

usahamasyarakat. Menengah (UMKM) serta mini mikro melalui sinergitas pelaku

usaha, pemerintah daerah, perbankan daerah serta organisasi

dan anggota masyarakat.

2 Meningkatkan koperasi dan lembaga keuangan mikro

sehingga menjadi gerakan ekonomi yang berperan nyata

dalam upaya peningkatan kesejahteraan sosial dan ekonomi

masyarakat.

3 Stimulasi pertumbuhan unit usaha melalui pemberian bantuan

modal dan pembinaan keterampilan serta penyediaan skema

pembiayaan dan kredit ringan bagi masyarakat.

4 Fasilitasi kemitraan swasta dan pemerintah dengan unit-unit

usaha masyarakat.

a Peningkatan derajat

pendidikan masyarakat

sehingga berkontribusi

signifikan dalam upaya

peningkatan IPM.

1 Penyediaan pelayanan pendidikan yang menjangkau seluruh

wilayah sampai ke wilayah terpencil/terisolir.

2 Penyediaan pelayanan pendidikan bebas biaya.

3 Peningkatan kualitas layanan pendidikan dan tenaga pendidik.

4 Perancangan dan penerapan sistem pelayanan dan kurikulum

pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan

pembangunan sosial ekonomi daerah di masa depan serta

berbasis kearifan lokal.

5 Pewajiban partisipasi pendidikan usia dini dan pendidikan

dasar sebagai investasi modal daerah di masa yang akan

datang.

6 Pewajiban partisipasi pendidikan menengah dalam rangka

mencetak SDM yang berdaya saing.

7 Pemberdayaan masyarakat dalam penyelenggaraan dan

manajemen pelayanan pendidikan termasuk menjalin

kemitraan dengan swasta serta lembaga adat dan keagamaan.

b Peningkatan derajat kesehatan

masyarakat sehingga

berkontribusi signifikan dalam

upaya peningkatan IPM.

1 Peningkatan pelayanan kesehatan, pembiayaan kesehatan,

obat dan perbekalan kesehatan bagi seluruh masyarakat di

seluruh wilayah.

2 Peningkatan kualitas SDM kesehatan.

3 Penyediaan pelayanan kesehatan bebas biaya.

4 Pemberdayaan masyarakat dalam penyelenggaraan dan

manajemen pelayanan kesehatan termasuk menjalin

kemitraan dengan swasta serta lembaga adat dan keagamaan.

Page 113: 2025, no. 18 tahun 2012

- 113 -

Sasaran Pokok Arahan Kebijakan

5 peningkatan perilaku dan kemandirian masyarakat, dan pada

upaya promotif dan preventif.

a Penanggulangan kemiskinan

baik di perkotaan maupun

perkampungan.

1 Penciptaan lapangan kerja dan lapangan usaha seluas-luasnya

di perkotaan dan perkampungan sesuai fungsi spesifik dengan

mengandalkan produk unggulan sebagai penopang kebutuhan.

2 Penumbuhkembangan usaha bersama masyarakat.

3 Pembinaan budaya menabung masyarakat sekaligus

menghilangkan gaya hidup konsumtif bekerjasama dengan

lembaga keuangan yang dipercaya masyarakat.

4 Pembekalan keterampilan kewirausahaan masyarakat dan

pembinaan pengelolaan usaha.

5 Pemberian jaminan sosial bagi masyarakat miskin penguatan

lembaga jaminan sosial yang didukung oleh peraturan-

peraturan perundangan dan sistem pendanaan.

6 Pemberian bahan kebutuhan pokok bagi masyarakat miskin.

7 Pengendalian pertumbuhan penduduk dan penggalakkan

keluarga kecil bahagia sejahtera.

a Pemenuhan prasarana

perumahan dan prasarana

pendukung lingkungan

perumahan.

1 Penyediaan perumahan bagi masyarakat dengan skema

pembiayaan ringan dan dapat dijangkau masyarakat.

2 Penciptaan rumah layak dan lingkungan

perumahan/permukiman sehat dengan sanitasi, air bersih,

dan penerangan yang cukup.

b Pengayoman dan pembinaan

masyarakat Penyandang

Masalah Kesejahteraan Sosial

(PMKS).

1 Peningkatan kualitas hidup dan peran perempuan serta

kesejahteraan dan perlindungan anak diberbagai bidang

pembangunan, penurunan tindak kekerasan terhadap

perempuan dan anak.

2 serta penguatan kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan

gender.

c Pembinaan keimanan,

ketaqwaan, dan budaya luhur

masyarakat berbasis kearifan

lokal.

1 Optimalisasi peran lembaga adat dan lembaga keagamaan

dalam pembinaan iman dan taqwa serta budaya luhur

masyarakat.

2 Penetrasi pendidikan iman dan taqwa di ranah pendidikan dan

keluarga.

a Penerapan sistem ekonomi

dan regulasi ekonomi yang

1 Pengawasan dan pembinaan penyaluran kompensasi (CSR)

berupa penyejahteraan masyarakat lokal atas pendirian

industri/usaha besar berupa pembinaan sosial, pembangunan

Page 114: 2025, no. 18 tahun 2012

- 114 -

Sasaran Pokok Arahan Kebijakan

berpihak kepada masyarakat. prasarana, maupun pemberian kesempatan kerja/usaha.

2 Pemberian kesempatan kepada masyarakat lokal agar dapat

memperoleh akses yang memadai dan menikmati hasil dari

pemanfaatan SDA yang ada di wilayahnya.

a Perancangan dan penerapan

sistem hukum yang berpihak

kepada masyarakat.

1 Penyediaan pelayanan dan bantuan hukum dengan biaya yang

terjangkau, proses yang tidak berbelit, dan penetapan putusan

yang mencerminkan rasa keadilan.

2 Perlindungan hak-hak masyarakat adat.

b Prioritas pembangunan bagi

masyarakat miskin serta

masyarakat yang tinggal di

daerah terpencil dan daerah

terisolir.

1 Prioritas objek pembangunan ditujukan bagi peningkatan

kesejahteraan masyarakat miskin serta masyarakat yang

tinggal di daerah terpencil dan daerah terisolir.

c Pengelolaan pertanahan dan

penertiban sistem pertanahan.

1 Penyelesaian persoalan pertanahan dengan pemetaan status

kepemilikan tanah menyusun peraturan yang mengakomodir

pemanfaatan tanah ulayat.

a Pendayagunaan SDA yang

terbarukan.

1 Pendayagunaan SDA terbarukan terus diupayakan, seperti

hutan, pertanian, perikanan, dan perairan, dikelola dan

dimanfaatkan secara rasional, optimal, efisien, dan

bertanggung jawab dengan mendayagunakan seluruh fungsi

dan manfaat secara seimbang.

2 Pengelolaan SDA terbarukan yang berada dalam kondisi kritis,

diarahkan pada upaya untuk direhabilitasi dan dipulihkan

daya dukungnya.

b Pengelolaan pemanfaatan SDA

yang tidak terbarukan.

1 Tidak dikonsumsi secara langsung, melainkan diperlakukan

sebagai input untuk proses produksi berikutnya yang dapat

menghasilkan nilai tambah yang optimal.

2 Penganekaragaman energi, konservasi energi dengan

memperhatikan pengendalian lingkungan hidup.

c Pelestarian dan pemeliharaan

Sumber Daya Air

1 menjaga kelestarian fungsi daerah tangkapan air dan

keberadaan air tanah.

2 mewujudkan keseimbangan antara pasokan dan kebutuhan

melalui pendekatan demand management yang ditujukan

untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan dan

konsumsi air.

3 pendekatan supply management yang ditujukan untuk

meningkatkan kapasitas dan keandalan pasokan, air,

memperkokoh kelembagaan sumber daya air untuk

meningkatkan keterpaduan dan kualitas pelayanan terhadap

masyarakat.

Page 115: 2025, no. 18 tahun 2012

- 115 -

Sasaran Pokok Arahan Kebijakan

d Peningkatan nilai tambah

pemanfaatan SDA.

1 diversifikasi produk dan inovasi pengolahan hasil SDA.

e Pengembangan SDA khas. 1 dilaksanakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

lokal, mengembangkan wilayah strategis dan cepat tumbuh,

serta memperkuat kapasitas dan komitmen daerah untuk

mendukung pembangunan yang berkelanjutan.

2 pemberdayaan masyarakat lokal sebagai institusi sosial dan

ekonomi di tingkat lokal, serta pengakuan terhadap hak-hak

adat dan ulayat atas SDA.

3 Pengelolaan SDA di kawasan tertinggal diberikan perhatian

khususnya agar dapat dikembangkan potensinya untuk

percepatan pembangunan wilayah, namun tetap

mengedepankan aspek keberlanjutan bagi generasi

mendatang.

c Perencanaan tata ruang,

pemanfaatan ruang, dan

pengendalian tata ruang

berbasis konservasi.

2 Pengendalian tata ruang melalui penegakan aturan yang

tersurat dalam peraturan daerah tentang rencana tata ruang.

3 Perwujudan pola ruang yang mendukung terwujudnya

Provinsi Papua Barat sebagai Provinsi Konservasi.

4 Pemberdayaan masyarakat dalam penyelenggaraan tata

ruang.

a Melestarikan keanekaragaman

budaya dan memproteksi dari

akulturasi budaya negatif.

1 Penyusunan peraturan daerah yang mengatur upaya proteksi

budaya daerah.

2 Proteksi budaya dari pengaruh modernisasi yang

menyebabkan nilai-nilai adat menjadi luntur dengan

pengawasan intensif terhadap IPTEK dan informasi yang

masuk dari luar daerah disertai dengan pendokumentasian

jejak dan rekam budaya daerah dengan pendirian museum,

kawasan Kampung adat/Kampung budaya, taman budaya, dan

sanggar seni.

3 Pendidikan kebudayaan yang dimasukkan ke ranah

pendidikan formal.

4 Pembinaan dan pemberdayaan masyarakat lokal untuk

menjadi pemandu wisata budaya, berpartisipasi dalam ajang

kebudayaan tingkat lokal, nasional, maupun internasional.

Page 116: 2025, no. 18 tahun 2012

- 116 -

5.2.3 Tahap Lima Tahun Ke-3 (2017-2021)

Pada RPJMD periode ketiga dari pembangunan jangka menengah ini, arahan pembangunan diprioritaskan

untuk mewujudkan Provinsi Papua Barat yang berdaya saing. Provinsi Papua Barat yang berdaya saing

berarti provinsi yang memiliki SDM dan perekonomian yang mampu beradaptasi terhadap perubahan

internal dan eksternal untuk meraih keberhasilan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan dan masa

depan yang lebih baik dengan tetap terbuka pada persaingan regional, nasional, dan global. Kemampuan

untuk berdaya saing menjadi kunci untuk mencapai kemajuan sekaligus kemandirian, sehingga gejolak

yang berasal dari dalam maupun luar wilayah dapat diredam oleh ketahanan ekonominya

Pada tahap ini pembangunan dan pengembangan SDM serta perekonomian wilayah diharapkan berada

dalam satu tingkatan lebih maju, bukan hanya memantapkan tapi mulai mengembangkan dan menaikkan

standar lebih dekat dengan kondisi eksternal sehingga diharapkan mampu betul-betul memiliki daya

saing di ranah eksternal Papua Barat.

Tabel 5-17Sasaran Pokok dan Arahan Kebijakan Pembangunan Tahap Lima Tahun Ke-3 (2017-2022)

Sasaran Pokok Arahan Kebijakan

a Penciptaan dan pengokohan sistem politik, keamanan, dan pertahanan.

1 Peningkatan upaya perlindungan wilayah.

2 Pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pertahanan dan keamanan serta penempatan aparat di wilayah rawan konflik.

a Pemenuhan dan pengelolaan kebutuhan bahan makanan pokok dan kebutuhan bahan makanan sumber protein masyarakat .

1 Peningkatan volume dan kontinuitas produksi pertanian serta stimulasi pertumbuhan unit usaha pertanian bahan makanan pokok, peternakan, dan perikanan.

2 Pelancaran distribusi bahan makanan pokok ke wilayah-wilayah strategis.

b Pengembangan pola pangan serta peningkatan nilai tambah pertanian untuk peningkatan kesejahteraan petani.

1 Peningkatan diversifikasi pangan.

2 Peningkatan nilai tambah, daya saing, dan ekspor dengan pendirian industri serta penciptaan iklim usaha yang kondusif melalui regulasi/deregulasi.

Sasaran Pokok Arahan Kebijakan

a Pemenuhan kebutuhan infrastruktur transportasi untuk membuka akses mudah dan terjangkau ke seluruh wilayah.

1 Pemeliharaan jaringan jalan dan jembatan sehingga mampu secara mudah dilewati kendaraan.

2 Pemeliharaan dan rehabilitasi seluruh prasarana dan sarana transportasi darat, laut, udara, serta transportasi sungai, danau dan penyeberangan sehingga dapat berfungsi maksimal.

b Pemenuhan kebutuhan 3 Pemeliharaan dan rehabilitasi seluruh sarana utilitas publik

Page 117: 2025, no. 18 tahun 2012

- 117 -

Sasaran Pokok Arahan Kebijakan

prasarana dan sarana utilitas publik.

sehingga dapat berfungsi maksimal.

c Pemenuhan kebutuhan prasarana dan sarana pelayanan publik.

4 Pemeliharaan dan rehabilitasi seluruh sarana pelayanan publik sehingga dapat berfungsi maksimal.

Sasaran Pokok Arahan Kebijakan

a Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

3 Identifikasi sumber-sumber kekayaan daerah yang potensial dan melakukan pengelolaan kekayaan daerah baik dengan pendirian BUMD maupun sistem kerjasama dengan swasta atau pemerintah daerah lain.

b Peningkatan penerimaan dana perimbangan.

6 Mengurangi ketergantungan terhadap dana perimbangan dengan meningkatkan PAD sebagai dana utama bagi pembiayaan pembangunan daerah.

Sasaran Pokok Arahan Kebijakan

a Pembinaan kompetensi dan profesionalitas aparat pemerintah.

1 Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan fungsional sebagai upaya peningkatan kapasitas, kapabilitas, netralitas, dan kesadaran aparat pemerintah terkait peran, tugas pokok, dan fungsinya masing-masing.

2 Pembinaan dalam penguasaan dan pemanfaatan pengetahuan umum dan keterampilan bahasa asing, komputer, dan teknologi.

3 Penanaman dan penyuasanaan visi misi Provinsi Papua Barat kepada aparat pemerintah sebagai upaya pengarahan mental agar menjadikan visi-misi sebagai orientasi utama dari seluruh peran, posisi, tugas pokok, dan fungsi yang dijalankan.

4 Pengawasan kinerja aparat dalam rangka menyajikan pelayanan prima dengan ketulusan dan semangat melayani bagi seluruh masyarakat.

5 Perancangan sistem penilaian kinerja aparatur pemerintahan yang berbasis prestasi dan sanksi.

6 Peningkatan pemahaman dan keterlibatan aparatur pemerintahan dalam penyusunan rencana kerja dan rencana pembangunan wilayah.

b Penciptaan dan penerapan sistem pemerintahan yang sesuai dengan prinsip-prinsip good governance.

1 Penyelenggaraan proses rekruitmen yang bersih dan profesional.

2 Perancangan dan penerapan sistem yang akuntabel dalam keuangan dan kinerja pemerintahan.

3 Perancangan dan penerapan sistem yang menjamin keterbukaan informasi terkait data, regulasi, prosedur, dan sebagainya yang sifatnya menyangkut publik serta Perancangan sistem yang memfasilitasi aspirasi masyarakat baik berupa kritik, saran, pengaduan, maupun pertanyaan.

4 Perancangan dan penerapan sistem yang menjamin pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pertanggungjawaban atas kinerja pemerintah dan penyelenggaraan pembangunan secara terbuka.

5 Penyusunan standar operasional pelaksanaan dan rencana teknis pelaksanaan tugas yang lengkap, jelas, dan mudah dimengerti.

6 Optimalisasi peran DPRD, Pengawas Pegawai Negeri Sipil (PPNS), pers/media, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), peneliti, dan masyarakat dalam pelaksanaan mengawasi penyelenggaraan pemerintahan dan program pembangunan

Page 118: 2025, no. 18 tahun 2012

- 118 -

Sasaran Pokok Arahan Kebijakan

daerah.

7 Penciptaan mekanisme standardisasi dan penurunan informasi serta koordinasi informal sebagai tanggung jawab personil lama kepada personil baru ketika regenerasi atau restrukturisasi pemerintahan.

8 Pelibatan publik dalam setiap proses penyusunan rencana, implementasi program, dan pengawasan jalannya kegiatan pemerintahan dan pembangunan.

9 Penggiatan penyelenggaraan public hearing, stakeholders meeting, jajak pendapat umum, pelaporan penelitian dan kajian, pemungutan suara sederhana, diskusi dan konsultasi publik, dan forum publik lainnya untuk membahas hal-hal yang menyangkut kepentingan publik.

10 Pembagian tugas dan wewenang secara eksplisit dan tersurat serta sosialisasi dan implementasi sistem komando dan koordinasi antar dan intern instansi pemerintah bersama masyarakat dan swasta dalam pelaksanaan tugas administratif pemerintahan maupun tugas terkait teknis pembangunan daerah agar berjalan efektif dan efisien.

11 Penegakan aturan kedisiplinan secara memaksa dan tidak memihak

12 Perancangan dan penetapan sistem pelayanan publik yang efektif dan efisien yang berarti pelayanan izin yang mudah, sederhana, dan murah.

c Pemenuhan kebutuhan legal formal pemerintahan.

1 Peningkatan kepekaan dan ketelitian terhadap kebutuhan akan dokumen-dokumen penting seperti dokumen rencana, regulasi, administrasi, dan sebagainya yang relevan dengan kepentingan aktual daerah.

2 Penyusunan dan legalisasi dokumen rencana, regulasi, administrasi, dan sebagainya yang relevan dengan kepentingan aktual yang diperlukan secara tertib prosedural dan tepat waktu.

3 Melakukan inventarisasi dokumen-dokumen penting daerah secara rapi dan terorganisir, juga dituangkan dalam database yang lengkap dan up to date.

4 Penyusunan dan legalisasi peraturan-peraturan daerah termasuk Perdasi dan Perdasus dan peraturan daerah spesifik lainnya yang dibutuhkan.

5 Pembaharuan materi hukum yang sudah tidak relevan dengan tetap memerhatikan kemajemukan tatanan hukum yang berlaku dan pengaruh globalisasi.

d Pelengkapan struktur pemerintahan sesuai dengan kebutuhan spesifik daerah

1 Restrukturisasi dan realokasi Pegawai Negeri Sipil (PNS) jika dibutuhkan, untuk memelihara kinerja yang efektif dan efisien.

2 Pemerataan distribusi kekuasaan pada berbagai lembaga pemerintah sehingga mengurangi penumpukan kekuasaan sekaligus menciptakan kondisi saling mengawasi (checks and balances system).

3 Penempatan aparatur di lembaga-lembaga pemerintahan sesuai dengan kompetensi yang dimiliki.

4 Pembentukan SKPD sesuai dengan peraturan yang disesuaikan dengan kebutuhan spesifik daerah.

a Peningkatan besaran dan laju pertumbuhan PDRB.

1 Peningkatan produktivitas dan ekspansi sektor dan subsektor yang berperan sebagai kontributor utama terhadap PDRB.

Page 119: 2025, no. 18 tahun 2012

- 119 -

Sasaran Pokok Arahan Kebijakan

2 Memacu pengembangan sektor dan subsektor yang potensial namun kontribusinya masih kecil terhadap PDRB.

3 Mengurangi ketergantungan terhadap sektor migas dengan meningkatkan pertumbuhan usaha/industri sektor non migas lain.

4 Peningkatan efisiensi, modernisasi, rantai nilai dan nilai tambah sektor primer terutama sektor pertanian, dan pertambangan didorong agar mampu bersaing di pasar lokal, regional dan internasional serta untuk memperkuat basis produksi sektor primer di daerah.

b Peningkatan ekonomi wilayah berbasis keunggulan komparatif yang bertransformasi bertahap menjadi berbasis keunggulan kompetitif.

1 Pemantapan industri/usaha pertanian di kawasan perkampungan dengan membangun keterkaitan sistem produksi, distribusi dan pelayanan prima khususnya dengan perkotaan.

2 Peningkatan produktivitas industri/usaha pertanian melalui penguasaan, penyebaran, penerapan, dan inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna dengan dukungan kelembagaan ekonomi dan pemerintahan yang baik.

3 Pengembangan pariwisata berskala internasional, nasional, maupun lokal yang berbasis pengembangan masyarakat local.

4 Pencarian nilai tambah dari upaya penjagaan hutan dan lingkungan.

c Peningkatan kerjasama ekonomi.

1 mendorong penanaman modal dalam negeri dan asing bagi peningkatan daya saing perekonomian daerah; serta meningkatkan kapasitas infrastruktur fisik dan sarana pendukung lainnya.

2 Peningkatan kerjasama antar kabupaten/kota di Papua Barat maupun dengan swasta atau pemerintah pusat atau daerah lain untuk mengelola potensi daerah.

3 Mewujudkan iklim investasi yang kondusif, mendorong penanaman modal dalam negeri dan asing bagi peningkatan daya saing perekonomian daerah.

d Peningkatan pertumbuhan dan daya saing unit-unit usaha masyarakat.

1 Upaya meningkatkan daya saing dan membangun keunggulan kompetitif bagi produk-produk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) serta mini mikro melalui sinergitas pelaku usaha, pemerintah daerah, perbankan daerah serta organisasi dan anggota masyarakat.

2 Meningkatkan koperasi dan lembaga keuangan mikro sehingga menjadi gerakan ekonomi yang berperan nyata dalam upaya peningkatan kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat.

3 Stimulasi pertumbuhan unit usaha melalui pemberian bantuan modal dan pembinaan keterampilan serta penyediaan skema pembiayaan dan kredit ringan bagi masyarakat.

4 Fasilitasi kemitraan swasta dan pemerintah dengan unit-unit usaha masyarakat.

a Peningkatan derajat pendidikan masyarakat sehingga berkontribusi signifikan dalam upaya peningkatan IPM.

1 Penyediaan pelayanan pendidikan yang menjangkau seluruh wilayah sampai ke wilayah terpencil/terisolir.

2 Penyediaan pelayanan pendidikan bebas biaya.

3 Peningkatan kualitas layanan pendidikan dan tenaga pendidik.

Page 120: 2025, no. 18 tahun 2012

- 120 -

Sasaran Pokok Arahan Kebijakan

4 Pewajiban partisipasi pendidikan usia dini dan pendidikan dasar sebagai investasi modal daerah di masa yang akan datang.

6 Pewajiban partisipasi pendidikan menengah dalam rangka mencetak SDM yang berdaya saing.

b Peningkatan derajat kesehatan masyarakat sehingga berkontribusi signifikan dalam upaya peningkatan IPM.

1 Peningkatan pelayanan kesehatan, pembiayaan kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan bagi seluruh masyarakat di seluruh wilayah.

2 Peningkatan kualitas SDM kesehatan.

3 Penyediaan pelayanan kesehatan bebas biaya.

5 peningkatan perilaku dan kemandirian masyarakat, dan pada upaya promotif dan preventif.

a Penanggulangan kemiskinan baik di perkotaan maupun perkampungan.

1 Penciptaan lapangan kerja dan lapangan usaha seluas-luasnya di perkotaan dan perkampungan sesuai fungsi spesifik dengan mengandalkan produk unggulan sebagai penopang kebutuhan.

2 Penumbuhkembangan usaha bersama masyarakat.

3 Pembinaan budaya menabung masyarakat sekaligus menghilangkan gaya hidup konsumtif bekerjasama dengan lembaga keuangan yang dipercaya masyarakat.

4 Pembekalan keterampilan kewirausahaan masyarakat dan pembinaan pengelolaan usaha.

5 Pemberian jaminan sosial bagi masyarakat miskin penguatan lembaga jaminan sosial yang didukung oleh peraturan-peraturan perundangan dan sistem pendanaan.

6 Pemberian bahan kebutuhan pokok bagi masyarakat miskin.

7 Pengendalian pertumbuhan penduduk dan penggalakkan keluarga kecil bahagia sejahtera.

a Pemenuhan prasarana perumahan dan prasarana pendukung lingkungan perumahan.

1 Penyediaan perumahan bagi masyarakat dengan skema pembiayaan ringan dan dapat dijangkau masyarakat.

2 Penciptaan rumah layak dan lingkungan perumahan/permukiman sehat dengan sanitasi, air bersih, dan penerangan yang cukup.

b Pengayoman dan pembinaan masyarakat Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS).

1 Peningkatan kualitas hidup dan peran perempuan serta kesejahteraan dan perlindungan anak diberbagai bidang pembangunan, penurunan tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak.

c Pembinaan keimanan, ketaqwaan, dan budaya luhur masyarakat berbasis kearifan lokal.

1 Optimalisasi peran lembaga adat dan lembaga keagamaan dalam pembinaan iman dan taqwa serta budaya luhur masyarakat.

2 Penetrasi pendidikan iman dan taqwa di ranah pendidikan dan keluarga.

3 pengembangan budaya inovatif yang beriorentasi iptek dengan memperhatikan nilai-nilai kearifan lokal.

a Penerapan sistem ekonomi dan regulasi ekonomi yang berpihak kepada masyarakat.

1 Pengawasan dan pembinaan penyaluran kompensasi (CSR) berupa penyejahteraan masyarakat lokal atas pendirian industri/usaha besar berupa pembinaan sosial, pembangunan prasarana, maupun pemberian kesempatan kerja/usaha.

Page 121: 2025, no. 18 tahun 2012

- 121 -

Sasaran Pokok Arahan Kebijakan

2 Pemberian kesempatan kepada masyarakat lokal agar dapat memperoleh akses yang memadai dan menikmati hasil dari pemanfaatan SDA yang ada di wilayahnya.

a Perancangan dan penerapan sistem hukum yang berpihak kepada masyarakat.

1 Penyediaan pelayanan dan bantuan hukum dengan biaya yang terjangkau, proses yang tidak berbelit, dan penetapan putusan yang mencerminkan rasa keadilan.

2 Perlindungan hak-hak masyarakat adat.

b Prioritas pembangunan bagi masyarakat miskin serta masyarakat yang tinggal di daerah terpencil dan daerah terisolir.

1 Prioritas objek pembangunan ditujukan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin serta masyarakat yang tinggal di daerah terpencil dan daerah terisolir.

a Pendayagunaan SDA yang terbarukan.

1 Pendayagunaan SDA terbarukan terus diupayakan, seperti hutan, pertanian, perikanan, dan perairan, dikelola dan dimanfaatkan secara rasional, optimal, efisien, dan bertanggung jawab dengan mendayagunakan seluruh fungsi dan manfaat secara seimbang.

2 Pengelolaan SDA terbarukan yang berada dalam kondisi kritis, diarahkan pada upaya untuk direhabilitasi dan dipulihkan daya dukungnya.

3 pendapatan yang berasal dari pemanfaatan SDA terbarukan diinvestasikan kembali guna menumbuhkan kembangkan upaya pemulihan, rehabilitasi, dan pencadangan untuk kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang.

b Pengelolaan pemanfaatan SDA yang tidak terbarukan.

1 Tidak dikonsumsi secara langsung, melainkan diperlakukan sebagai input untuk proses produksi berikutnya yang dapat menghasilkan nilai tambah yang optimal.

2 Pendapatan yang diperoleh dari kelompok SDA ini diarahkan untuk percepatan pertumbuhan ekonomi dengan diinvestasikan pada sektor-sektor lain yang produktif, juga untuk upaya reklamasi, konservasi, dan memperkuat pendanaan dalam pencarian sumber-sumber energi alternatif dan atau bahan subsitusi, yang terbarukan seperti biomassa, biogas, mikro hidro, biodesel yang lebih ramah lingkungan.

3 Penganekaragaman energi, konservasi energi dengan memperhatikan pengendalian lingkungan hidup.

c Pelestarian dan pemeliharaan Sumber Daya Air.

1 menjaga kelestarian fungsi daerah tangkapan air dan keberadaan air tanah.

d Peningkatan nilai tambah pemanfaatan SDA.

1 diversifikasi produk dan inovasi pengolahan hasil SDA.

e Pengembangan SDA khas. 1 dilaksanakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal, mengembangkan wilayah strategis dan cepat tumbuh, serta memperkuat kapasitas dan komitmen daerah untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan.

2 pemberdayaan masyarakat lokal sebagai institusi sosial dan ekonomi di tingkat lokal, serta pengakuan terhadap hak-hak adat dan ulayat atas SDA.

3 Pengelolaan SDA di kawasan tertinggal diberikan perhatian khususnya agar dapat dikembangkan potensinya untuk percepatan pembangunan wilayah, namun tetap mengedepankan aspek keberlanjutan bagi generasi mendatang.

a Perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan

1 Pengendalian tata ruang melalui penegakan aturan yang tersurat dalam peraturan daerah tentang rencana tata ruang.

Page 122: 2025, no. 18 tahun 2012

- 122 -

Sasaran Pokok Arahan Kebijakan

pengendalian tata ruang berbasis konservasi.

2 Perwujudan pola ruang yang mendukung terwujudnya Provinsi Papua Barat sebagai Provinsi Konservasi.

3 Pemberdayaan masyarakat dalam penyelenggaraan tata ruang.

a Melestarikan keanekaragaman budaya dan memproteksi dari akulturasi budaya negatif.

1 Proteksi budaya dari pengaruh modernisasi yang menyebabkan nilai-nilai adat menjadi luntur dengan pengawasan intensif terhadap IPTEK dan informasi yang masuk dari luar daerah disertai dengan pendokumentasian jejak dan rekam budaya daerah dengan pendirian museum, kawasan Kampung adat/Kampung budaya, taman budaya, dan sanggar seni.

2 Pembinaan dan pemberdayaan masyarakat lokal untuk menjadi pemandu wisata budaya, berpartisipasi dalam ajang kebudayaan tingkat lokal, nasional, maupun internasional

5.2.4 Tahap Lima Tahun Ke-4 (2022-2025)

Pada RPJMD periode keempat yang merupakan periode terakhir ini, arahan pembangunan diprioritaskan

untuk mewujudkan Provinsi Papua Barat yang sejahtera, dalam artian Papua Barat menjadi wilayah yang

sejahtera secara perekonomian wilayah serta masyarakat Papua Barat sejahtera secara ekonomi dan

sosial sebagai manifestasi dari capaian pembangunan yang telah dilaksanakan selama tiga periode

pembangunan jangka menengah sebelumnya.

Tabel 5-18Sasaran Pokok dan Arahan Kebijakan Pembangunan Tahap Lima Tahun Ke-4 (2022-2025)

Sasaran Pokok Arahan Kebijakan

A Penciptaan dan pengokohan

sistem politik, keamanan, dan

pertahanan.

1 Peningkatan upaya perlindungan wilayah.

2 Pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pertahanan dan

keamanan serta penempatan aparat di wilayah rawan konflik.

a Pemenuhan dan pengelolaan

kebutuhan bahan makanan

pokok dan kebutuhan bahan

makanan sumber protein

masyarakat.

1 Peningkatan volume dan kontinuitas produksi pertanian serta

stimulasi pertumbuhan unit usaha pertanian bahan makanan

pokok, peternakan, dan perikanan.

2 Pelancaran distribusi bahan makanan pokok ke wilayah-

wilayah strategis.

b Pengembangan pola pangan

serta peningkatan nilai

tambah pertanian untuk

peningkatan kesejahteraan

1 Peningkatan diversifikasi pangan.

Page 123: 2025, no. 18 tahun 2012

- 123 -

Sasaran Pokok Arahan Kebijakan

petani.

2 Peningkatan nilai tambah, daya saing, dan ekspor dengan

pendirian industri serta penciptaan iklim usaha yang kondusif

melalui regulasi/deregulasi.

a Pemenuhan kebutuhan

infrastruktur transportasi

untuk membuka akses mudah

dan terjangkau ke seluruh

wilayah.

1 Pemeliharaan jaringan jalan dan jembatan sehingga mampu

secara mudah dilewati kendaraan.

2 Pemeliharaan dan rehabilitasi seluruh prasarana dan sarana

transportasi darat, laut, udara, serta transportasi sungai, danau

dan penyeberangan sehingga dapat berfungsi maksimal

b Pemenuhan kebutuhan

prasarana dan sarana utilitas

publik.

1 Pemeliharaan dan rehabilitasi seluruh sarana utilitas publik

sehingga dapat berfungsi maksimal.

c Pemenuhan kebutuhan

prasarana dan sarana

pelayanan publik.

1 Pemeliharaan dan rehabilitasi seluruh sarana pelayanan publik

sehingga dapat berfungsi maksimal.

b Peningkatan penerimaan

dana perimbangan.

1 Mengurangi ketergantungan terhadap dana perimbangan

dengan meningkatkan PAD sebagai dana utama bagi

pembiayaan pembangunan daerah.

a Pembinaan kompetensi dan

profesionalitas aparat

pemerintah.

1 Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan fungsional sebagai

upaya peningkatan kapasitas, kapabilitas, netralitas, dan

kesadaran aparat pemerintah terkait peran, tugas pokok, dan

fungsinya masing-masing.

2 Pembinaan dalam penguasaan dan pemanfaatan pengetahuan

umum dan keterampilan bahasa asing, komputer, dan

teknologi.

3 Penanaman dan penyuasanaan visi misi Provinsi Papua Barat

kepada aparat pemerintah sebagai upaya pengarahan mental

agar menjadikan visi-misi sebagai orientasi utama dari seluruh

peran, posisi, tugas pokok, dan fungsi yang dijalankan.

4 Pengawasan kinerja aparat dalam rangka menyajikan

pelayanan prima dengan ketulusan dan semangat melayani

bagi seluruh masyarakat.

5 Perancangan sistem penilaian kinerja aparatur pemerintahan

yang berbasis prestasi dan sanksi.

6 Peningkatan pemahaman dan keterlibatan aparatur

pemerintahan dalam penyusunan rencana kerja dan rencana

Page 124: 2025, no. 18 tahun 2012

- 124 -

Sasaran Pokok Arahan Kebijakan

pembangunan wilayah.

b Penciptaan dan penerapan

sistem pemerintahan yang

sesuai dengan prinsip-prinsip

good governance.

1 Penyelenggaraan proses rekruitmen yang bersih dan

profesional.

2 Perancangan dan penerapan sistem yang akuntabel dalam

keuangan dan kinerja pemerintahan.

3 Perancangan dan penerapan sistem yang menjamin

keterbukaan informasi terkait data, regulasi, prosedur, dan

sebagainya yang sifatnya menyangkut publik serta

Perancangan sistem yang memfasilitasi aspirasi masyarakat

baik berupa kritik, saran, pengaduan, maupun pertanyaan.

4 Perancangan dan penerapan sistem yang menjamin

pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pertanggungjawaban

atas kinerja pemerintah dan penyelenggaraan pembangunan

secara terbuka.

5 Penyusunan standar operasional pelaksanaan dan rencana

teknis pelaksanaan tugas yang lengkap, jelas, dan mudah

dimengerti.

6 Optimalisasi peran DPRD, Pengawas Pegawai Negeri Sipil

(PPNS), pers/media, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),

peneliti, dan masyarakat dalam pelaksanaan mengawasi

penyelenggaraan pemerintahan dan program pembangunan

daerah.

7 Penciptaan mekanisme standardisasi dan penurunan informasi

serta koordinasi informal sebagai tanggung jawab personil

lama kepada personil baru ketika regenerasi atau

restrukturisasi pemerintahan.

8 Pelibatan publik dalam setiap proses penyusunan rencana,

implementasi program, dan pengawasan jalannya kegiatan

pemerintahan dan pembangunan.

9 Penggiatan penyelenggaraan public hearing, stakeholders

meeting, jajak pendapat umum, pelaporan penelitian dan

kajian, pemungutan suara sederhana, diskusi dan konsultasi

publik, dan forum publik lainnya untuk membahas hal-hal yang

menyangkut kepentingan publik.

10 Pembagian tugas dan wewenang secara eksplisit dan tersurat

serta sosialisasi dan implementasi sistem komando dan

koordinasi antar dan intern instansi pemerintah bersama

masyarakat dan swasta dalam pelaksanaan tugas administratif

pemerintahan maupun tugas terkait teknis pembangunan

daerah agar berjalan efektif dan efisien.

11 Penegakan aturan kedisiplinan secara memaksa dan tidak

Page 125: 2025, no. 18 tahun 2012

- 125 -

Sasaran Pokok Arahan Kebijakan

memihak.

12 Perancangan dan penetapan sistem pelayanan publik yang

efektif dan efisien yang berarti pelayanan izin yang mudah,

sederhana, dan murah.

c Pemenuhan kebutuhan legal

formal pemerintahan

1 Peningkatan kepekaan dan ketelitian terhadap kebutuhan akan

dokumen-dokumen penting seperti dokumen rencana, regulasi,

administrasi, dan sebagainya yang relevan dengan kepentingan

aktual daerah.

2 Penyusunan dan legalisasi dokumen rencana, regulasi,

administrasi, dan sebagainya yang relevan dengan kepentingan

aktual yang diperlukan secara tertib prosedural dan tepat

waktu.

3 Melakukan inventarisasi dokumen-dokumen penting daerah

secara rapi dan terorganisir, juga dituangkan dalam database

yang lengkap dan up to date.

4 Penyusunan dan legalisasi peraturan-peraturan daerah

termasuk Perdasi dan Perdasus dan peraturan daerah spesifik

lainnya yang dibutuhkan.

5 Pembaharuan materi hukum yang sudah tidak relevan dengan

tetap memerhatikan kemajemukan tatanan hukum yang

berlaku dan pengaruh globalisasi.

d Pelengkapan struktur

pemerintahan sesuai dengan

kebutuhan spesifik daerah.

1 Restrukturisasi dan realokasi Pegawai Negeri Sipil (PNS) jika

dibutuhkan, untuk memelihara kinerja yang efektif dan efisien.

2 Pemerataan distribusi kekuasaan pada berbagai lembaga

pemerintah sehingga mengurangi penumpukan kekuasaan

sekaligus menciptakan kondisi saling mengawasi (checks and

balances sistem).

3 Penempatan aparatur di lembaga-lembaga pemerintahan

sesuai dengan kompetensi yang dimiliki.

4 Pembentukan SKPD sesuai dengan peraturan yang disesuaikan

dengan kebutuhan spesifik daerah.

a Peningkatan besaran dan laju

pertumbuhan PDRB.

1 Mengurangi ketergantungan terhadap sektor migas dengan

meningkatkan pertumbuhan usaha/industri sektor non

migas.Lain

b Peningkatan ekonomi wilayah

berbasis keunggulan

komparatif yang

bertransformasi bertahap

menjadi berbasis keunggulan

kompetitif.

1 Pemantapan industri/usaha pertanian di kawasan

perkampungan dengan membangun keterkaitan sistem

produksi, distribusi dan pelayanan prima khususnya dengan

perkotaan.

Page 126: 2025, no. 18 tahun 2012

- 126 -

Sasaran Pokok Arahan Kebijakan

2 Peningkatan produktivitas industri/usaha pertanian melalui

penguasaan, penyebaran, penerapan, dan inovasi ilmu

pengetahuan dan teknologi tepat guna dengan dukungan

kelembagaan ekonomi dan pemerintahan yang baik.

c Peningkatan kerjasama

ekonomi.

3 Peningkatan kerjasama antar kabupaten/kota di Papua Barat

maupun dengan swasta atau pemerintah pusat atau daerah lain

untuk mengelola potensi daerah.

d Peningkatan pertumbuhan

dan daya saing unit-unit

usaha masyarakat.

1 Upaya meningkatkan daya saing dan membangun keunggulan

kompetitif bagi produk-produk Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah (UMKM) serta mini mikro melalui sinergitas pelaku

usaha, pemerintah daerah, perbankan daerah serta organisasi

dan anggota masyarakat.

2 Meningkatkan koperasi dan lembaga keuangan mikro sehingga

menjadi gerakan ekonomi yang berperan nyata dalam upaya

peningkatan kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat.

a Peningkatan derajat

pendidikan masyarakat

sehingga berkontribusi

signifikan dalam upaya

peningkatan IPM.

1 Penyediaan pelayanan pendidikan yang menjangkau seluruh

wilayah sampai ke wilayah terpencil/terisolir.

2 Penyediaan pelayanan pendidikan bebas biaya.

3 Peningkatan kualitas layanan pendidikan dan tenaga pendidik.

4 Pewajiban partisipasi pendidikan usia dini dan pendidikan

dasar sebagai investasi modal daerah di masa yang akan

datang.

5 Pewajiban partisipasi pendidikan menengah dalam rangka

mencetak SDM yang berdaya saing.

b Peningkatan derajat

kesehatan masyarakat

sehingga berkontribusi

signifikan dalam upaya

peningkatan IPM.

1 Peningkatan pelayanan kesehatan, pembiayaan kesehatan, obat

dan perbekalan kesehatan bagi seluruh masyarakat di seluruh

wilayah.

2 Peningkatan kualitas SDM kesehatan.

3 Penyediaan pelayanan kesehatan bebas biaya.

a Penanggulangan kemiskinan

baik di perkotaan maupun

peKampungan.

1 Penciptaan lapangan kerja dan lapangan usaha seluas-luasnya

di perkotaan dan perkampungan sesuai fungsi spesifik dengan

mengandalkan produk unggulan sebagai penopang kebutuhan.

2 Penumbuhkembangan usaha bersama masyarakat.

3 Pembinaan budaya menabung masyarakat sekaligus

menghilangkan gaya hidup konsumtif bekerjasama dengan

Page 127: 2025, no. 18 tahun 2012

- 127 -

Sasaran Pokok Arahan Kebijakan

lembaga keuangan yang dipercaya masyarakat.

4 Pembekalan keterampilan kewirausahaan masyarakat dan

pembinaan pengelolaan usaha.

5 Pemberian jaminan sosial bagi masyarakat miskin penguatan

lembaga jaminan sosial yang didukung oleh peraturan-

peraturan perundangan dan sistem pendanaan.

6 Pemberian bahan kebutuhan pokok bagi masyarakat miskin.

7 Pengendalian pertumbuhan penduduk dan penggalakkan

keluarga kecil bahagia sejahtera.

a Pemenuhan prasarana

perumahan dan prasarana

pendukung lingkungan

perumahan.

1 Penyediaan perumahan bagi masyarakat dengan skema

pembiayaan ringan dan dapat dijangkau masyarakat.

2 Penciptaan rumah layak dan lingkungan

perumahan/permukiman sehat dengan sanitasi, air bersih, dan

penerangan yang cukup.

b Pengayoman dan pembinaan

masyarakat Penyandang

Masalah Kesejahteraan Sosial

(PMKS).

1 Pendirian dan penguatan lembaga pembinaan masyarakat

PMKS.

2 Peningkatan kualitas hidup dan peran perempuan serta

kesejahteraan dan perlindungan anak diberbagai bidang

pembangunan, penurunan tindak kekerasan terhadap

perempuan dan anak.

c Pembinaan keimanan,

ketaqwaan, dan budaya luhur

masyarakat berbasis kearifan

lokal.

1 Optimalisasi peran lembaga adat dan lembaga keagamaan

dalam pembinaan iman dan taqwa serta budaya luhur

masyarakat.

2 Penetrasi pendidikan iman dan taqwa di ranah pendidikan dan

keluarga.

3 pengembangan budaya inovatif yang beriorentasi iptek dengan

memperhatikan nilai-nilai kearifan lokal.

a Penerapan sistem ekonomi

dan regulasi ekonomi yang

berpihak kepada masyarakat

1 Pengawasan dan pembinaan penyaluran kompensasi (CSR)

berupa penyejahteraan masyarakat lokal atas pendirian

industri/usaha besar berupa pembinaan sosial, pembangunan

prasarana, maupun pemberian kesempatan kerja/usaha.

2 Pemberian kesempatan kepada masyarakat lokal agar dapat

memperoleh akses yang memadai dan menikmati hasil dari

pemanfaatan SDA yang ada di wilayahnya.

Page 128: 2025, no. 18 tahun 2012

- 128 -

Sasaran Pokok Arahan Kebijakan

a Perancangan dan penerapan

sistem hukum yang berpihak

kepada masyarakat.

1 Penyediaan pelayanan dan bantuan hukum dengan biaya yang

terjangkau, proses yang tidak berbelit, dan penetapan putusan

yang mencerminkan rasa keadilan.

2 Perlindungan hak-hak masyarakat adat.

b Prioritas pembangunan bagi

masyarakat miskin serta

masyarakat yang tinggal di

daerah terpencil dan daerah

terisolir.

1 Prioritas objek pembangunan ditujukan bagi peningkatan

kesejahteraan masyarakat miskin serta masyarakat yang

tinggal di daerah terpencil dan daerah terisolir.

a Pendayagunaan SDA yang

terbarukan.

1 Pendayagunaan SDA terbarukan terus diupayakan, seperti

hutan, pertanian, perikanan, dan perairan, dikelola dan

dimanfaatkan secara rasional, optimal, efisien, dan

bertanggung jawab dengan mendayagunakan seluruh fungsi

dan manfaat secara seimbang.

2 Pengelolaan SDA terbarukan yang berada dalam kondisi kritis,

diarahkan pada upaya untuk direhabilitasi dan dipulihkan daya

dukungnya.

3 pendapatan yang berasal dari pemanfaatan SDA terbarukan

diinvestasikan kembali guna menumbuhkan kembangkan

upaya pemulihan, rehabilitasi, dan pencadangan untuk

kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang.

b Pengelolaan pemanfaatan

SDA yang tidak terbarukan.

1 Tidak dikonsumsi secara langsung, melainkan diperlakukan

sebagai input untuk proses produksi berikutnya yang dapat

menghasilkan nilai tambah yang optimal.

2 Pendapatan yang diperoleh dari kelompok SDA ini diarahkan

untuk percepatan pertumbuhan ekonomi dengan

diinvestasikan pada sektor-sektor lain yang produktif, juga

untuk upaya reklamasi, konservasi, dan memperkuat

pendanaan dalam pencarian sumber-sumber energi alternatif

dan atau bahan subsitusi, yang terbarukan seperti biomassa,

biogas, mikro hidro, biodesel yang lebih ramah lingkungan.

3 Penganekaragaman energi, konservasi energi dengan

memperhatikan pengendalian lingkungan hidup.

c Pelestarian dan pemeliharaan

Sumber Daya Air.

1 menjaga kelestarian fungsi daerah tangkapan air dan

keberadaan air tanah.

d Peningkatan nilai tambah

pemanfaatan SDA.

1 diversifikasi produk dan inovasi pengolahan hasil SDA.

e Pengembangan SDA khas. 1 dilaksanakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

lokal, mengembangkan wilayah strategis dan cepat tumbuh,

serta memperkuat kapasitas dan komitmen daerah untuk

Page 129: 2025, no. 18 tahun 2012

- 129 -

Sasaran Pokok Arahan Kebijakan

mendukung pembangunan yang berkelanjutan.

2 pemberdayaan masyarakat lokal sebagai institusi sosial dan

ekonomi di tingkat lokal, serta pengakuan terhadap hak-hak

adat dan ulayat atas SDA.

c Perencanaan tata ruang,

pemanfaatan ruang, dan

pengendalian tata ruang

berbasis konservasi.

2 Pengendalian tata ruang melalui penegakan aturan yang

tersurat dalam peraturan daerah tentang rencana tata ruang.

3 Perwujudan pola ruang yang mendukung terwujudnya Provinsi

Papua Barat sebagai Provinsi Konservasi.

4 Pemberdayaan masyarakat dalam penyelenggaraan tata ruang.

a Melestarikan

keanekaragaman budaya dan

memproteksi dari akulturasi

budaya negative.

2 Proteksi budaya dari pengaruh modernisasi yang

menyebabkan nilai-nilai adat menjadi luntur dengan

pengawasan intensif terhadap IPTEK dan informasi yang

masuk dari luar daerah disertai dengan pendokumentasian

jejak dan rekam budaya daerah dengan pendirian museum,

kawasan Kampung adat/Kampung budaya, taman budaya, dan

sanggar seni.

4 Pembinaan dan pemberdayaan masyarakat lokal untuk

menjadi pemandu wisata budaya, berpartisipasi dalam ajang

kebudayaan tingkat lokal, nasional, maupun internasional.

Page 130: 2025, no. 18 tahun 2012

- 130 -

5.2.5 Sasaran Pokok, Arahan Kebijakan, dan Tahapan Pembangunan Jangka Menengah Provinsi

Papua Barat

Sebagai gambaran besar pembangunan jangka panjang Provinsi Papua Barat, berikut disajikan tabel

mengenai misi, sasaran pokok, dan arah kebijakan, serta tahapannya dalam empat periode pembangunan

jangka menengah Provinsi Papua Barat.

Tabel 5-19Sasaran Pokok, Arahan Kebijakan, dan Masing-masing Tahapan Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Papua Barat 2012-2025

Misi 1 - Mewujudkan stabilitas politik. pertahanan, dan keamanan wilayah

Sasaran Pokok Arahan Kebijakan RPJM I

2006-2011

RPJM II

2012-2016

RPJM III

2017-2021

RPJM IV

2022-2025

a Penciptaan dan pengokohan sistem politik, keamanan, dan pertahanan.

1 Pembangunan struktur hukum untuk memantapkan dan mengefektifkan berbagai organisasi dan lembaga hukum, profesi hukum, dan badan peradilan.

2 Kapasitasi aparat penegak hukum dan penjaga kemanan dan pertahanan dalam rangka meningkatkan penegakan hokum.

3 Peningkatan upaya perlindungan wilayah.

4 Pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pertahanan dan keamanan serta penempatan aparat di wilayah rawan konflik.

5 Penguatan hubungan antara aparat dengan masyarakat lokal dalam rangka meningkatkan penegakan hukum.

c Pembinaan masyarakat demokratis, cerdas politik, dan taat hukum.

1 Pencerdasan masyarakat akan nilai-nilai politik demokratis, terutama penghormatan nilai-nilai HAM, nilai-nilai persamaan, anti kekerasan, serta nilai-nilai toleransi.

2 Peningkatan peran lembaga independen di bidang komunikasi dan informasi serta di tengah masyarakat.

Page 131: 2025, no. 18 tahun 2012

- 131 -

Misi 1 - Mewujudkan stabilitas politik. pertahanan, dan keamanan wilayah

Sasaran Pokok Arahan Kebijakan RPJM I

2006-2011

RPJM II

2012-2016

RPJM III

2017-2021

RPJM IV

2022-2025

3 Penciptaan hubungan harmonis antara masyarakat dan pemerintah serta politisi melalui jaringan informasi yang bersifat interaktif dalam rangka menciptakan lingkungan masyarakat yang demokratis.

Misi 2 - Mewujudkan ketahanan pangan wilayah

Sasaran Pokok Arahan Kebijakan RPJM I RPJM II RPJM III RPJM IV

a Pemenuhan dan pengelolaan kebutuhan bahan makanan pokok dan kebutuhan bahan makanan sumber protein masyarakat.

1 Pemetaan, alokasi, dan ekstensifikasi lahan pertanian bahan makanan pokok, peternakan, dan perikanan (tangkap dan budidaya) sebagai pendukung utama pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan.

2 Peningkatan dan Penguatan kompetensi SDM di bidang pertanian dan kelautan yang didukung oleh pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber kekayaan laut secara berkelanjutan.

3 Penguatan kelembagaan ketahanan pangan yang mampu menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup di tingkat rumah tangga, baik dalam jumlah, mutu, keamanan, maupun harga yang terjangkau.

4 Peningkatan volume dan kontinuitas produksi pertanian serta stimulasi pertumbuhan unit usaha pertanian bahan makanan pokok, peternakan, dan perikanan.

5 Pelancaran distribusi bahan makanan pokok ke wilayah-wilayah strategis.

b Pengembangan pola pangan serta peningkatan nilai tambah pertanian untuk peningkatan kesejahteraan petani.

1 Peningkatan diversifikasi pangan.

Page 132: 2025, no. 18 tahun 2012

- 132 -

Misi 2 - Mewujudkan ketahanan pangan wilayah

Sasaran Pokok Arahan Kebijakan RPJM I RPJM II RPJM III RPJM IV

2 Peningkatan nilai tambah, daya saing, dan ekspor dengan pendirian industri serta penciptaan iklim usaha yang kondusif melalui regulasi/deregulasi.

Misi 3 - Mewujudkan kemandirian prasarana dan sarana wilayah

Sasaran Pokok Arahan Kebijakan RPJM I RPJM II RPJM III RPJM IV

a Pemenuhan kebutuhan infrastruktur transportasi untuk membuka akses mudah dan terjangkau ke seluruh wilayah.

1 Perampungan pembangunan jaringan jalan dan jembatan Trans Papua Barat dan jalan strategis, serta jalan-jalan lokal yang menuju ke setiap kampung

2 Pemeliharaan jaringan jalan dan jembatan sehingga mampu secara mudah dilewati kendaraan.

3 Pemenuhan kebutuhan prasarana dan sarana transportasi darat, laut, udara, serta transportasi sungai, danau dan penyeberangan.

4 Pemeliharaan dan rehabilitasi seluruh prasarana dan sarana transportasi darat, laut, udara, serta transportasi sungai, danau dan penyeberangan sehingga dapat berfungsi maksimal.

5 Perancangan sistem transportasi darat, laut, udara, serta transportasi sungai, danau dan penyeberangan yang terintegrasi sehingga mampu memenuhi kebutuhan pergerakan barang dan penumpang ke seluruh wilayah secara murah dan teratur (regular).

6 Perancangan prasarana dan sarana transportasi yang tahan bencana (mampu meredam dampak bencana seminimal mungkin).

b Pemenuhan kebutuhan prasarana dan sarana utilitas publik.

1 Pengembangan jaringan energi listrik serta penciptaan sumber-sumber energi listrik baru berskala makro dan mikro sesuai kebutuhan spesifik wilayah.

Page 133: 2025, no. 18 tahun 2012

- 133 -

Misi 3 - Mewujudkan kemandirian prasarana dan sarana wilayah

Sasaran Pokok Arahan Kebijakan RPJM I RPJM II RPJM III RPJM IV

2 Penambahan kapasitas produksi listrik sehingga mampu memenuhi kebutuhan listrik seluruh wilayah sampai ke rumah-rumah penduduk setiap hari selama 24 jam.

3 Pengembangan jaringan air bersih dan air minum serta penciptaan sumber-sumber air bersih baru berskala makro dan mikro sesuai kebutuhan spesifik wilayah yang mampu menjangkau rumah-rumah penduduk setiap hari selama 24 jam.

4 Penyiapan sistem pencadangan air bersih di kawasan-kawasan strategis terutama kawasan permukiman penduduk di daerah rawan kekeringan.

5 Pengembangan jaringan telekomunikasi satelit dan nirkabel yang mampu dinikmati masyarakat di seluruh wilayah.

6 Alokasi lahan dan pembangunan Tempat Pembuangan Akhir Sampah dan Tempat Pembuangan Sementara Sampah yang dilengkapi sistem pengolahan sampah ramah lingkungan dan berteknologi tepat guna.

7 Perancangan dan penerapan sistem pengelolaan sampah terpadu disertai dengan pemenuhan kebutuhan prasarana dan sarana pengelolaan sampah.

8 Pembangunan jaringan drainase dan IPAL terutama di kawasan perkotaan dan permukiman penduduk.

9 Perancangan prasarana dan sarana utilitas publik yang tahan bencana (mampu meredam dampak bencana seminimal mungkin).

10 Pemeliharaan dan rehabilitasi seluruh sarana utilitas publik sehingga dapat berfungsi maksimal.

Page 134: 2025, no. 18 tahun 2012

- 134 -

Misi 3 - Mewujudkan kemandirian prasarana dan sarana wilayah

Sasaran Pokok Arahan Kebijakan RPJM I RPJM II RPJM III RPJM IV

c Pemenuhan kebutuhan prasarana dan sarana pelayanan publik.

1 Pemenuhan kebutuhan prasarana dan sarana pelayanan pendidikan (pendidikan dini sampai pendidikan tinggi, formal maupun informal) statis dan dinamis yang mampu dijangkau dan menjangkau seluruh masyarakat di seluruh wilayah secara mudah dan murah.

2 Pemenuhan kebutuhan prasarana dan sarana pelayanan kesehatan statis dan dinamis yang mampu dijangkau dan menjangkau seluruh masyarakat di seluruh wilayah secara mudah dan murah.

3 Pemenuhan kebutuhan prasarana dan sarana sosial ekonomi yang mampu dijangkau dan menjangkau seluruh masyarakat di seluruh wilayah secara mudah dan murah.

4 Pemeliharaan dan rehabilitasi seluruh sarana pelayanan publik sehingga dapat berfungsi maksimal.

d Pemenuhan kebutuhan prasarana dan sarana penanggulangan bencana.

1 Pemenuhan kebutuhan prasarana dan sarana mitigasi bencana kebakaran, gempa bumi, banjir, dan tsunami termasuk kebakaran hutan yang dirancang mampu menjangkau seluruh wilayah rawan kebakaran secara mudah dan cepat sesuai karakteristik daerah.

5 Perencanaan sistem mitigasi bencana terpadu.

6 Pembinaan pemerintah dan masyarakat di kawasan rawan bencana terkait upaya-upaya mitigasi bencana agar paham, waspada. dan siap mencegah dan menanggulangi bencana.

7 Pemetaan dan pengaturan pengembangan dan perlindungan kawasan-kawasan rawan bencana dalam rencana tata ruang.

Page 135: 2025, no. 18 tahun 2012

- 135 -

Misi 3 - Mewujudkan kemandirian prasarana dan sarana wilayah

Sasaran Pokok Arahan Kebijakan RPJM I RPJM II RPJM III RPJM IV

8 Pemberian ruang untuk mengembangkan kemampuan dan penerapan sistem deteksi dini, sosialisasi dan diseminasi informasi secara dini terhadap ancaman bencana alam kepada masyarakat.

Misi 4 - Mewujudkan kemandirian keuangan daerah

Sasaran Pokok Arahan Kebijakan RPJM I RPJM II RPJM III RPJM IV

a Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

1 Peningkatan penerimaan pajak daerah dengan penertiban objek wajib pajak dan intensifikasi penagihan pajak disertai pembinaan kesadaran pembayaran pajak.

2 Peningkatan penerimaan retribusi daerah dengan melengkapi peraturan daerah mengenai retribusi.

3 Identifikasi sumber-sumber kekayaan daerah yang potensial dan melakukan pengelolaan kekayaan daerah baik dengan pendirian BUMD maupun sistem kerjasama dengan swasta atau pemerintah daerah lain.

b Peningkatan penerimaan dana perimbangan.

1 Identifikasi potensi SDA yang dapat dimanfaatkan serta meningkatkan promosi dan investasi atas SDA tersebut.

2 Mengoptimalkan penerimaan komponen DBH pajak yang belum dilaksanakan.

3 Mengoptimalkan penerimaan DAU.

4 Mengoptimalkan penerimaan DAK dengan upaya identifikasi dan pemanfaatan potensi daerah yang mengakomodir komitmen atau prioritas nasional.

5 Optimalisasi penyerapan dana perimbangan dengan usulan program-program strategis yang relevan dengan kebutuhan daerah.

6 Mengurangi ketergantungan terhadap dana perimbangan dengan meningkatkan PAD sebagai dana utama bagi pembiayaan pembangunan daerah.

Page 136: 2025, no. 18 tahun 2012

- 136 -

Misi 4 - Mewujudkan kemandirian keuangan daerah

Sasaran Pokok Arahan Kebijakan RPJM I RPJM II RPJM III RPJM IV

c Optimalisasi pengelolaan dana penerimaan lain-lain yang sah.

1 Optimalisasi penyerapan dana penerimaan lain-lain yang sah untuk membiayai pembangunan prasarana dan sarana wilayah serta program-program strategis (terutama terkait pelayanan administrasi publik, pendidikan, kesehatan, dan pengembangan SDM) yang relevan dengan kebutuhan spesifik daerah.

2 Optimalisasi penyerapan dana penyesuaian untuk motivasi peningkatan kinerja aparat pemerintahan, tenaga kesehatan dan pendidikan, serta program pelayanan umum strategis lain yang relevan dengan kebutuhan daerah.

Misi 5 - Mewujudkan kemandirian tata kelola pemerintahan

Sasaran Pokok Arahan Kebijakan RPJM I RPJM II RPJM III RPJM IV

a Pembinaan kompetensi dan profesionalitas aparat pemerintah.

1 Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan fungsional sebagai upaya peningkatan kapasitas, kapabilitas, netralitas, dan kesadaran aparat pemerintah terkait peran, tugas pokok, dan fungsinya masing-masing.

2 Pembinaan dalam penguasaan dan pemanfaatan pengetahuan umum dan keterampilan bahasa asing, komputer, dan teknologi.

3 Penanaman dan penyuasanaan visi misi Provinsi Papua Barat kepada aparat pemerintah sebagai upaya pengarahan mental agar menjadikan visi-misi sebagai orientasi utama dari seluruh peran, posisi, tugas pokok, dan fungsi yang dijalankan.

4 Pengawasan kinerja aparat dalam rangka menyajikan pelayanan prima dengan ketulusan dan semangat melayani bagi seluruh masyarakat.

5 Perancangan sistem penilaian kinerja aparatur pemerintahan yang berbasis prestasi dan sanksi.

Page 137: 2025, no. 18 tahun 2012

- 137 -

Misi 5 - Mewujudkan kemandirian tata kelola pemerintahan

Sasaran Pokok Arahan Kebijakan RPJM I RPJM II RPJM III RPJM IV

6 Peningkatan pemahaman dan keterlibatan aparatur pemerintahan dalam penyusunan rencana kerja dan rencana pembangunan wilayah.

b Penciptaan dan penerapan sistem pemerintahan yang sesuai dengan prinsip-prinsip good governance.

1 Penyelenggaraan proses rekruitmen yang bersih dan profesional.

2 Perancangan dan penerapan sistem yang akuntabel dalam keuangan dan kinerja pemerintahan.

3 Perancangan dan penerapan sistem yang menjamin keterbukaan informasi terkait data, regulasi, prosedur, dan sebagainya yang sifatnya menyangkut publik serta Perancangan sistem yang memfasilitasi aspirasi masyarakat baik berupa kritik, saran, pengaduan, maupun pertanyaan.

4 Perancangan dan penerapan sistem yang menjamin pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pertanggungjawaban atas kinerja pemerintah dan penyelenggaraan pembangunan secara terbuka.

5 Penyusunan standar operasional pelaksanaan dan rencana teknis pelaksanaan tugas yang lengkap, jelas, dan mudah dimengerti.

6 Optimalisasi peran DPRD, Pengawas Pegawai Negeri Sipil (PPNS), pers/media, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), peneliti, dan masyarakat dalam pelaksanaan mengawasi penyelenggaraan pemerintahan dan program pembangunan daerah.

7 Penciptaan mekanisme standardisasi dan penurunan informasi serta koordinasi informal sebagai tanggung jawab personil lama kepada personil baru ketika regenerasi atau restrukturisasi pemerintahan.

Page 138: 2025, no. 18 tahun 2012

- 138 -

Misi 5 - Mewujudkan kemandirian tata kelola pemerintahan

Sasaran Pokok Arahan Kebijakan RPJM I RPJM II RPJM III RPJM IV

8 Pelibatan publik dalam setiap proses penyusunan rencana, implementasi program, dan pengawasan jalannya kegiatan pemerintahan dan pembangunan.

9 Penggiatan penyelenggaraan public hearing, stakeholders meeting, jajak pendapat umum, pelaporan penelitian dan kajian, pemungutan suara sederhana, diskusi dan konsultasi publik, dan forum publik lainnya untuk membahas hal-hal yang menyangkut kepentingan publik.

10 Pembagian tugas dan wewenang secara eksplisit dan tersurat serta sosialisasi dan implementasi sistem komando dan koordinasi antar dan intern instansi pemerintah bersama masyarakat dan swasta dalam pelaksanaan tugas administratif pemerintahan maupun tugas terkait teknis pembangunan daerah agar berjalan efektif dan efisien.

11 Penegakan aturan kedisiplinan secara memaksa dan tidak memihak.

12 Perancangan dan penetapan sistem pelayanan publik yang efektif dan efisien yang berarti pelayanan izin yang mudah, sederhana, dan murah.

c Pemenuhan kebutuhan legal formal pemerintahan.

1 Peningkatan kepekaan dan ketelitian terhadap kebutuhan akan dokumen-dokumen penting seperti dokumen rencana, regulasi, administrasi, dan sebagainya yang relevan dengan kepentingan aktual daerah.

2 Penyusunan dan legalisasi dokumen rencana, regulasi, administrasi, dan sebagainya yang relevan dengan kepentingan aktual yang diperlukan secara tertib prosedural dan tepat waktu.

3 Melakukan inventarisasi dokumen-dokumen penting daerah secara rapi dan terorganisir, juga dituangkan dalam database yang lengkap dan up to date.

Page 139: 2025, no. 18 tahun 2012

- 139 -

Misi 5 - Mewujudkan kemandirian tata kelola pemerintahan

Sasaran Pokok Arahan Kebijakan RPJM I RPJM II RPJM III RPJM IV

4 Penyusunan dan legalisasi peraturan-peraturan daerah termasuk Perdasi dan Perdasus dan peraturan daerah spesifik lainnya yang dibutuhkan.

5 Pembaharuan materi hukum yang sudah tidak relevan dengan tetap memerhatikan kemajemukan tatanan hukum yang berlaku dan pengaruh globalisasi.

d Pelengkapan struktur pemerintahan sesuai dengan kebutuhan spesifik daerah

1 Restrukturisasi dan realokasi Pegawai Negeri Sipil (PNS) jika dibutuhkan, untuk memelihara kinerja yang efektif dan efisien.

2 Pemerataan distribusi kekuasaan pada berbagai lembaga pemerintah sehingga mengurangi penumpukan kekuasaan sekaligus menciptakan kondisi saling mengawasi (checks and balances system).

3 Penempatan aparatur di lembaga-lembaga pemerintahan sesuai dengan kompetensi yang dimiliki.

4 Pembentukan SKPD sesuai dengan peraturan yang disesuaikan dengan kebutuhan spesifik daerah.

Misi 6 - Mengembangkan ekonomi wilayah yang berdaya saing

Sasaran Pokok Arahan Kebijakan RPJM I RPJM II RPJM III RPJM IV

a Peningkatan besaran dan laju pertumbuhan PDRB.

1 Peningkatan produktivitas dan ekspansi sektor dan subsektor yang berperan sebagai kontributor utama terhadap PDRB.

2 Memacu pengembangan sektor dan subsektor yang potensial namun kontribusinya masih kecil terhadap PDRB.

3 Mengurangi ketergantungan terhadap sektor migas dengan meningkatkan pertumbuhan usaha/industri sektor non migas lain.

Page 140: 2025, no. 18 tahun 2012

- 140 -

Misi 6 - Mengembangkan ekonomi wilayah yang berdaya saing

Sasaran Pokok Arahan Kebijakan RPJM I RPJM II RPJM III RPJM IV

4 Peningkatan efisiensi, modernisasi, rantai nilai dan nilai tambah sektor primer terutama sektor pertanian, dan pertambangan didorong agar mampu bersaing di pasar lokal, regional dan internasional serta untuk memperkuat basis produksi sektor primer di daerah.

b Peningkatan ekonomi wilayah berbasis keunggulan komparatif yang bertransformasi bertahap menjadi berbasis keunggulan kompetitif.

1 Pemantapan industri/usaha pertanian di kawasan perkampungan dengan membangun keterkaitan sistem produksi, distribusi dan pelayanan prima khususnya dengan perkotaan.

2 Peningkatan produktivitas industri/usaha pertanian melalui penguasaan, penyebaran, penerapan, dan inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna dengan dukungan kelembagaan ekonomi dan pemerintahan yang baik.

3 Pengembangan pariwisata berskala internasional, nasional, maupun lokal yang berbasis pengembangan masyarakat lokal.

4 Pencarian nilai tambah dari upaya penjagaan hutan dan lingkungan.

c Peningkatan kerjasama ekonomi

1 Menghilangkan praktik-praktik yang menciptakan ekonomi biaya tinggi, komitmen untuk memajukan potensi lokal, konsistensi program dan infrastruktur yang mendukung.

2 mendorong penanaman modal dalam negeri dan asing bagi peningkatan daya saing perekonomian daerah; serta meningkatkan kapasitas infrastruktur fisik dan sarana pendukung lainnya.

3 Peningkatan kerjasama antar kabupaten/kota di Papua Barat maupun dengan swasta atau pemerintah pusat atau daerah lain untuk mengelola potensi daerah.

Page 141: 2025, no. 18 tahun 2012

- 141 -

Misi 6 - Mengembangkan ekonomi wilayah yang berdaya saing

Sasaran Pokok Arahan Kebijakan RPJM I RPJM II RPJM III RPJM IV

4 Mewujudkan iklim investasi yang kondusif, mendorong penanaman modal dalam negeri dan asing bagi peningkatan daya saing perekonomian daerah.

d Peningkatan pertumbuhan dan daya saing unit-unit usaha masyarakat.

1 Upaya meningkatkan daya saing dan membangun keunggulan kompetitif bagi produk-produk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) serta mini mikro melalui sinergitas pelaku usaha, pemerintah daerah, perbankan daerah serta organisasi dan anggota masyarakat.

2 Meningkatkan koperasi dan lembaga keuangan mikro sehingga menjadi gerakan ekonomi yang berperan nyata dalam upaya peningkatan kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat.

3 Stimulasi pertumbuhan unit usaha melalui pemberian bantuan modal dan pembinaan keterampilan serta penyediaan skema pembiayaan dan kredit ringan bagi masyarakat.

4 Fasilitasi kemitraan swasta dan pemerintah dengan unit-unit usaha masyarakat.

Misi 7 - Mencetak SDM Papua Barat yang Berdaya Saing

Sasaran Pokok Arahan Kebijakan RPJM I RPJM II RPJM III RPJM IV

a Peningkatan derajat pendidikan masyarakat sehingga berkontribusi signifikan dalam upaya peningkatan IPM.

1 Penyediaan pelayanan pendidikan yang menjangkau seluruh wilayah sampai ke wilayah terpencil/terisolir.

2 Penyediaan pelayanan pendidikan bebas biaya.

3 Peningkatan kualitas layanan pendidikan dan tenaga pendidik.

4 Perancangan dan penerapan sistem pelayanan dan kurikulum pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan sosial ekonomi daerah di masa depan serta berbasis kearifan lokal.

Page 142: 2025, no. 18 tahun 2012

- 142 -

Misi 7 - Mencetak SDM Papua Barat yang Berdaya Saing

Sasaran Pokok Arahan Kebijakan RPJM I RPJM II RPJM III RPJM IV

5 Pewajiban partisipasi pendidikan usia dini dan pendidikan dasar sebagai investasi modal daerah di masa yang akan dating.

6 Pewajiban partisipasi pendidikan menengah dalam rangka mencetak SDM yang berdaya saing.

6 Pemberdayaan masyarakat dalam penyelenggaraan dan manajemen pelayanan pendidikan termasuk menjalin kemitraan dengan swasta serta lembaga adat dan keagamaan.

b Peningkatan derajat kesehatan masyarakat sehingga berkontribusi signifikan dalam upaya peningkatan IPM.

1 Peningkatan pelayanan kesehatan, pembiayaan kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan bagi seluruh masyarakat di seluruh wilayah.

2 Peningkatan kualitas SDM kesehatan.

3 Penyediaan pelayanan kesehatan bebas biaya.

4 Pemberdayaan masyarakat dalam penyelenggaraan dan manajemen pelayanan kesehatan termasuk menjalin kemitraan dengan swasta serta lembaga adat dan keagamaan.

5 peningkatan perilaku dan kemandirian masyarakat, dan pada upaya promotif dan preventif.

Misi 8 - Mendorong kesejahteraan ekonomi masyarakat

Sasaran Pokok Arahan Kebijakan RPJM I RPJM II RPJM III RPJM IV

a Penanggulangan kemiskinan baik di perkotaan maupun perkampungan.

1 Penciptaan lapangan kerja dan lapangan usaha seluas-luasnya di perkotaan dan perkampungan sesuai fungsi spesifik dengan mengandalkan produk unggulan sebagai penopang kebutuhan.

2 Penumbuhkembangan usaha bersama masyarakat.

Page 143: 2025, no. 18 tahun 2012

- 143 -

Misi 8 - Mendorong kesejahteraan ekonomi masyarakat

Sasaran Pokok Arahan Kebijakan RPJM I RPJM II RPJM III RPJM IV

3 Pembinaan budaya menabung masyarakat sekaligus menghilangkan gaya hidup konsumtif bekerjasama dengan lembaga keuangan yang dipercaya masyarakat.

4 Pembekalan keterampilan kewirausahaan masyarakat dan pembinaan pengelolaan usaha.

5 Pemberian jaminan sosial bagi masyarakat miskin penguatan lembaga jaminan sosial yang didukung oleh peraturan-peraturan perundangan dan sistem pendanaan.

6 Pemberian bahan kebutuhan pokok bagi masyarakat miskin.

7 Pengendalian pertumbuhan penduduk dan penggalakkan keluarga kecil bahagia sejahtera.

Misi 9 - Mendorong kesejahteraan sosial masyarakat

Sasaran Pokok Arahan Kebijakan RPJM I RPJM II RPJM III RPJM IV

a Pemenuhan prasarana perumahan dan prasarana pendukung lingkungan perumahan.

1 Penyediaan perumahan bagi masyarakat dengan skema pembiayaan ringan dan dapat dijangkau masyarakat.

2 Penciptaan rumah layak dan lingkungan perumahan/permukiman sehat dengan sanitasi, air bersih, dan penerangan yang cukup.

b Pengayoman dan pembinaan masyarakat Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS).

1 Pendirian dan penguatan lembaga pembinaan masyarakat PMKS.

2 Peningkatan kualitas hidup dan peran perempuan serta kesejahteraan dan perlindungan anak diberbagai bidang pembangunan, penurunan tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak.

3 serta penguatan kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender

Page 144: 2025, no. 18 tahun 2012

- 144 -

Misi 9 - Mendorong kesejahteraan sosial masyarakat

Sasaran Pokok Arahan Kebijakan RPJM I RPJM II RPJM III RPJM IV

c Pembinaan keimanan, ketaqwaan, dan budaya luhur masyarakat berbasis kearifan lokal.

1 Optimalisasi peran lembaga adat dan lembaga keagamaan dalam pembinaan iman dan taqwa serta budaya luhur masyarakat.

2 Penetrasi pendidikan iman dan taqwa di ranah pendidikan dan keluarga.

3 pengembangan budaya inovatif yang beriorentasi iptek dengan memperhatikan nilai-nilai kearifan lokal.

Misi 10 - Mengelola sekaligus memelihara SDA Papua Barat dengan prinsip berkelanjutan

Sasaran Pokok Arahan Kebijakan RPJM I RPJM II RPJM III RPJM IV

a Penerapan sistem ekonomi dan regulasi ekonomi yang berpihak kepada masyarakat.

1 Pengawasan dan pembinaan penyaluran kompensasi (CSR) berupa penyejahteraan masyarakat lokal atas pendirian industri/usaha besar berupa pembinaan sosial, pembangunan prasarana, maupun pemberian kesempatan kerja/usaha.

2 Pemberian kesempatan kepada masyarakat lokal agar dapat memperoleh akses yang memadai dan menikmati hasil dari pemanfaatan SDA yang ada di wilayahnya.

3 Penyusunan regulasi yang mengatur kewajiban pemberian kompensasi kepada masyarakat lokal atas pendirian industri/usaha besar yang memanfaatkan potensi daerah.

Misi 11 - Memelihara kualitas lingkungan alam dan lingkungan hidup

Sasaran Pokok Arahan Kebijakan RPJM I RPJM II RPJM III RPJM IV

a Perancangan dan penerapan sistem hukum yang berpihak kepada masyarakat.

1 Penyediaan pelayanan dan bantuan hukum dengan biaya yang terjangkau, proses yang tidak berbelit, dan penetapan putusan yang mencerminkan rasa keadilan.

Page 145: 2025, no. 18 tahun 2012

- 145 -

Misi 11 - Memelihara kualitas lingkungan alam dan lingkungan hidup

Sasaran Pokok Arahan Kebijakan RPJM I RPJM II RPJM III RPJM IV

2 Pemantapan kelembagaan hukum daerah, meliputi penataan kedudukan, fungsi dan peranan institusi hukum dalam mendukung kelembagaan hukum pusat agar lebih mampu mewujudkan ketertiban; kepastian hukum; dan memberikan keadilan, kemanfaatan dan perlindungan hak asasi manusia, dan hirakhi peraturan perundangan-undangan baik vertikal maupun horizontal serta asas–asas hukum universal.

3 Perlindungan hak-hak masyarakat adat.

b Prioritas pembangunan bagi masyarakat miskin serta masyarakat yang tinggal di daerah terpencil dan daerah terisolir.

1 Prioritas objek pembangunan ditujukan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin serta masyarakat yang tinggal di daerah terpencil dan daerah terisolir.

c Pengelolaan pertanahan dan penertiban sistem pertanahan.

1 Penyelesaian persoalan pertanahan dengan pemetaan status kepemilikan tanah menyusun peraturan yang mengakomodir pemanfaatan tanah ulayat.

Misi 12 - Mengelola sekaligus memelihara SDA Papua Barat dengan prinsip berkelanjutan

Sasaran Pokok Arahan Kebijakan RPJM I RPJM II RPJM III RPJM IV

a Pendayagunaan SDA yang terbarukan

1 Pendayagunaan SDA terbarukan terus diupayakan, seperti hutan, pertanian, perikanan, dan perairan, dikelola dan dimanfaatkan secara rasional, optimal, efisien, dan bertanggung jawab dengan mendayagunakan seluruh fungsi dan manfaat secara seimbang.

2 Pengelolaan SDA terbarukan yang berada dalam kondisi kritis, diarahkan pada upaya untuk direhabilitasi dan dipulihkan daya dukungnya.

Page 146: 2025, no. 18 tahun 2012

- 146 -

Misi 12 - Mengelola sekaligus memelihara SDA Papua Barat dengan prinsip berkelanjutan

Sasaran Pokok Arahan Kebijakan RPJM I RPJM II RPJM III RPJM IV

3 pendapatan yang berasal dari pemanfaatan SDA terbarukan diinvestasikan kembali guna menumbuhkan kembangkan upaya pemulihan, rehabilitasi, dan pencadangan untuk kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang.

b Pengelolaan pemanfaatan SDA yang tidak terbarukan.

1 Tidak dikonsumsi secara langsung, melainkan diperlakukan sebagai input untuk proses produksi berikutnya yang dapat menghasilkan nilai tambah yang optimal.

2 Pendapatan yang diperoleh dari kelompok SDA ini diarahkan untuk percepatan pertumbuhan ekonomi dengan diinvestasikan pada sektor-sektor lain yang produktif, juga untuk upaya reklamasi, konservasi, dan memperkuat pendanaan dalam pencarian sumber-sumber energi alternatif dan atau bahan subsitusi, yang terbarukan seperti biomassa, biogas, mikro hidro, biodesel yang lebih ramah lingkungan.

3 Penganekaragaman energi, konservasi energi dengan memperhatikan pengendalian lingkungan hidup.

c Pelestarian dan pemeliharaan Sumber Daya Air.

1 menjaga kelestarian fungsi daerah tangkapan air dan keberadaan air tanah.

2 mewujudkan keseimbangan antara pasokan dan kebutuhan melalui pendekatan demand management yang ditujukan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan dan konsumsi air.

3 pendekatan supply management yang ditujukan untuk meningkatkan kapasitas dan keandalan pasokan, air, memperkokoh kelembagaan sumber daya air untuk meningkatkan keterpaduan dan kualitas pelayanan terhadap masyarakat.

d Peningkatan nilai tambah pemanfaatan SDA.

1 diversifikasi produk dan inovasi pengolahan hasil SDA.

Page 147: 2025, no. 18 tahun 2012

- 147 -

Misi 12 - Mengelola sekaligus memelihara SDA Papua Barat dengan prinsip berkelanjutan

Sasaran Pokok Arahan Kebijakan RPJM I RPJM II RPJM III RPJM IV

e Pengembangan SDA khas.

1 dilaksanakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal, mengembangkan wilayah strategis dan cepat tumbuh, serta memperkuat kapasitas dan komitmen daerah untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan.

2 pemberdayaan masyarakat lokal sebagai institusi sosial dan ekonomi di tingkat lokal, serta pengakuan terhadap hak-hak adat dan ulayat atas SDA.

3 Pengelolaan SDA di kawasan tertinggal diberikan perhatian khususnya agar dapat dikembangkan potensinya untuk percepatan pembangunan wilayah, namun tetap mengedepankan aspek keberlanjutan bagi generasi mendatang.

Misi 13 - Memelihara kualitas lingkungan alam dan lingkungan hidup

Sasaran Pokok Arahan Kebijakan RPJM I RPJM II RPJM III RPJM IV

a Pencanangan Provinsi Konservasi.

1 Penentuan fungsi utama Provinsi Papua Barat sebagai Provinsi Konservasi yang berarti berkomitmen penuh terhadap pengalokasian dan pelestarian kawasan-kawasan lindung yang kemudian dituangkan dalam rencana pola ruang dalam RTRW.

c Perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian tata ruang berbasis konservasi.

1 Penegasan dan pemetaan batas wilayah berdasarkan status administrasi, status kepemilikan, dan statusnya berdasarkan pola ruang.

2 Pengendalian tata ruang melalui penegakan aturan yang tersurat dalam peraturan daerah tentang rencana tata ruang.

3 Perwujudan pola ruang yang mendukung terwujudnya Provinsi Papua Barat sebagai Provinsi Konservasi.

4 Pemberdayaan masyarakat dalam penyelenggaraan tata ruang.

Page 148: 2025, no. 18 tahun 2012

- 148 -

Misi 13 - Memelihara kualitas lingkungan alam dan lingkungan hidup

Sasaran Pokok Arahan Kebijakan RPJM I RPJM II RPJM III RPJM IV

5 Mengakomodir kebutuhan fungsi ruang spesifik masyarakat lokal.

Misi 14 - Memelihara keberagaman adat istidat dan budaya luhur Papua Barat

Sasaran Pokok Arahan Kebijakan RPJM I RPJM II RPJM III RPJM IV

a Melestarikan keanekaragaman budaya dan memproteksi dari akulturasi budaya negative.

1 Penyusunan peraturan daerah yang mengatur upaya proteksi budaya daerah.

2 Proteksi budaya dari pengaruh modernisasi yang menyebabkan nilai-nilai adat menjadi luntur dengan pengawasan intensif terhadap IPTEK dan informasi yang masuk dari luar daerah disertai dengan pendokumentasian jejak dan rekam budaya daerah dengan pendirian museum, kawasan Kampung adat/Kampung budaya, taman budaya, dan sanggar seni.

3 Pendidikan kebudayaan yang dimasukkan ke ranah pendidikan formal.

4 Pembinaan dan pemberdayaan masyarakat lokal untuk menjadi pemandu wisata budaya, berpartisipasi dalam ajang kebudayaan tingkat lokal, nasional, maupun internasional.

Page 149: 2025, no. 18 tahun 2012

- 149 -

BAB VI

KAIDAH PELAKSANAAN

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Papua Barat tahun 2012 - 2025

merupakan bagian yang tak terpisahkan dari turunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)

Nasional tahun 2005 – 2025. Demi pencapaian hasil yang efektif, pelaksanaan program pembangunan

perlu mengacu pada beberapa pedoman transisi dan kaidah pelaksanaan seperti dipaparkan berikut ini.

RPJPD ProvinsiPapua Barat tahun 2012-2025 akan menjadi pedoman penyusunan rencana pembangunan

sampai dengan tahun 2025. Sedangkan untuk perencanaan pembangunan tahun 2025 akan

menggunakan RPJPD Transisi tahun 2025 yang memuat program pembangunan transisi yang memayungi

perencanaan tahun 2025 sebelum disusunnya RPJPD Provinsi Papua Barat tahun 2025 – 2051 yang

memuatvisi dan misi gubernur hasil pemilihan tahun 2025.

RPJPD Provinsi Papua Barat tahun 2012-2025 ini akan menjadi pedoman dalam:

1. penyusunan Visi, Misi, dan Program Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dengan

ketentuan agar mempertimbangkan tujuan serta tema pembangunan pada periode yang

dimaksud.

2. penyusunan RPJMD, Renstra SKPD dan RKPD, serta dokumen perencanaan lainnya dalam

penyelenggaraan pemerintahan daerah di Provinsi Papua Barat.

3. penyusunan RPJPD Kabupaten/Kota, RTRW Kabupaten/Kota, RPJMD Kabupaten/Kota, Renstra

SKPD dan RKPD Kabupaten/Kota dalam Provinsi Papua Barat.

4. menjamin terwujudnya integrasi, sinkronisasi dan sinergi baik antar daerah, antar ruang, antar

waktu, antar fungsi Pemerintah Daerah maupun antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi

dan Pemerintah Kabupaten/Kota.

5. mendukung koordinasi antar pemangku kepentingan dalam pencapaian Visi dan Misi Daerah

serta nasional.

6. mewujudkan keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan

pengawasan.

7. mewujudkan tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan dan

berkelanjutan.

Dalam rangka menjaga kesinambungan pembangunan dan mengisi kekosongan Rencana Pembangunan

Daerah tahun 2025 (Rencana Kerja Pemerintah Daerah tahun 2025) yang diperlukan sebagai pedoman

bagi penyusunan RancanganAnggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) tahun 2025 serta dengan

mengingatwaktu yang sangat sempit bagi Kepala Daerah terpilih hasil untuk menyusun RPJPD serta

RKPD tahun 2025, maka Pemerintah Provinsi Papua Barat menyusun RKPD tahun 2025 sesuai dengan

jadwal dengan agenda menyelesaikan masalah-masalahpembangunan yang belum seluruhnya tertangani

sampai dengan tahun 2025 dan masalah-masalah pembangunan yang akan dihadapi dalam tahun 2025.

Page 150: 2025, no. 18 tahun 2012

- 150 -

Selanjutnya Gubernur Provinsi Papua Barat terpilih bersama dengan DPRD terpilih tetap mempunyai

ruang gerak yang luas untuk menyempurnakan Rancangan RKPD tahun 2025 dan RAPBD tahun 2025

yang sudah disusun untuk pelaksanaan pembangunan daerah yang lebih baik.

Sehubungan dengan fungsinya sebagai pedoman sebagaimana disebutkan diatas, maka untuk itu

ditetapkan kaidah-kaidah pelaksanaan sebagai berikut:

1. SKPD Provinsi Papua Barat dengan didukung oleh instansi vertikal yang ada di Wilayah Provinsi

Papua Barat, Pemerintah Distrik dan Kampung, serta masyarakat termasuk dunia usaha,

berkewajiban untuk melaksanakan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2012-

2025 dengan sebaik-baiknya.

2. Gubernur, dalam menjalankan tugas penyelenggaraan pemerintahan daerah berkewajiban untuk

mengarahkan pelaksanaan RPJPD Provinsi Papua Barat 2012- 2025 dengan mengerahkan semua

potensi dan kekuatan daerah.

3. Sekretaris Daerah, berkewajiban mengkoordinasikan dan menjadi Pelaksana Harian dalam

pelaksanaan RPJPD Provinsi Papua Barat 2012 - 2025

4. SKPD Provinsi Papua Barat berkewajiban untuk menyusun revisi rencana strategis yang memuat

visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pokok pembangunan sesuai dengan

tugas dan fungsinya yang disusun dengan berpedoman pada RPJPD Tahun 2012 – 2025 yang

nantinya akan menjadi pedoman dalam menyusun Rencana Kerja SKPD Provinsi Papua Barat serta

menjamin konsistensinya.

5. Pemerintah Kampung/Kelurahan berkewajiban menyusun RPJPD yang menjabarkan visi, misi, dan

program yang nantinya akan menjadi pedoman dalam menyusun Rencana Strategis SKPD

Kabupaten dengan memperhatikan RPJPN, RPJPD Provinsi Papua Barat sebelumnya serta menjamin

konsistensinya.

6. Dalam rangka meningkatkan efektivitas pelaksanaan RPJPD Provinsi Papua Barat tahun 2012 -

2025, Bappeda Provinsi Papua Barat berkewajiban untuk melakukan pemantauan, fasilitasi dan

mediasi terhadap penjabaran Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah tahun 2012 – 2025 ke

dalam Rencana Strategis SKPD Provinsi Papua Barat dan RPJP Kampung/Kelurahan di lingkungan

Pemerintah Provinsi Papua Barat.

7. Dalam pelaksanaan RPJPD Provinsi Papua Barat tahun 2012 – 2025 perlu mengacu kepada Rencana

Tata Ruang Wilayah(RTRW) Provinsi Papua Barat agar terwujud keselarasan dan kesinambungan

pembangunan daerah.

8. Evaluasi pelaksanaan RPJPD Provinsi Papua Barat tahun 2012 – 2025 dilakukan pada tahun ketiga

dan pada akhir masa jabatan gubernur terpilih terhadap indikator kinerja misi, sedangkan evaluasi

tahunan dilakukan terhadap indikator kinerja program dengan data yang diperoleh dari lembaga

resmi atau melakukan survey yang dilakukan oleh Bappeda Provinsi Papua Barat.

Page 151: 2025, no. 18 tahun 2012

- 151 -

9. Dengan ditetapkannya Peraturan Daerah Provinsi Papua Barat tentang Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Papua Barat tahun 2012 -2025, maka RPJPD Provinsi Papua

Barat yang telah ditetapkan sebelumnya, dinyatakan tidak berlaku lagi.

10. Mengingat masa bakti gubernur akan berakhir pada tahun 2025 maka untuk mengisi kekosongan

dokumen perencanaan jangka Panjang yang ada, dipandang perlu untuk menyusun Rencana Kerja

Pembangunan Daerah (RKPD) Transisi tahun 2025.

6.1 STRATEGI IMPLEMENTASI

Dalam upaya mencapai visi dan misi diperlukan strategi dalammengimpementasikannya. Strategi

implementasi digunakan untuk merealisasikankebijakan dan program yang direncanakan guna

meminimasi agar tidak terlalubesar jeda yang terjadi antara yang dirumuskan dengan yang dilaksanakan.

Strategiini digunakan dalam rangka peningkatan kinerja birokrasi ke arah yang lebih baik, lebih

profesional, dan lebih bermanfaat. Digunakan dua strategi implementasi yaitu strategi internal (inner

transformation strategy) dan eksternal.

6.1.1 Strategi Internal

1. Strategi Struktural

Cara menjalankan perubahan dari atas ke bawah (top-down). Inisiatif perubahandatang dari Pimpinan,

dari Eselon yang lebih tinggi kepada Eselon di bawahnyauntuk diteruskan ke staff. Strategi struktural

akan berjalan relatif cepat, namunapabila tidak diikuti dengan strategi lain dampaknya hanya

dipermukaan saja,dan bersifat instan. Strategi ini ditempuh bila keadaan dirasakan sangatmenKampungk

sehingga perubahan harus dilakukan dengan cepat.

2. Strategi Informasional

Cara menjalankan perubahan dengan memberikan informasi untuk menumbuhkan dan menguatkan

kebutuhan untuk melakukan perubahan dan memperlemah perlawanan terhadap perubahan Di sini

diasumsikan bahwaaparatur maupun masyarakat akan tergugah untuk melakukan dan

menerimaperubahan apabila mereka memiliki pengetahuan berdasarkan informasi ataufakta yang ada.

Strategi informasional berlangsung lebih lambat dari strategipolitikal, namun pengaruhnya lebih dalam.

3. Strategi Fasilitatif

Cara menjalankan perubahan dengan membantu aparatur maupun masyarakat yang hendak berubah

supaya mereka lebih mudah menghadapi keadaan baru.Bantuan ini dapat berbentuk penyediaan sumber

daya atau sarana, atau memberikan kesempatan untuk memperoleh keahlian atau pengetahuan baru

yang diperlukan untuk menghadapi perubahan.

4. Strategi Atittudinal

Page 152: 2025, no. 18 tahun 2012

- 152 -

Cara perubahan yang memprioritaskan perubahan sikap, yang pada gilirannya akan mengubah tingkah

laku. Strategi attitudinal mengutamakan pada dampak luas dan berkelanjutan pada cara pandang dan

tingkah laku. Ada tiga tahap dalam proses perubahan sikap ini, yaitu tahap “unfreezing” (menjauhkan diri

atau melepaskan sikap lama), “moving” (menerima dan menumbuhkan sikap baru) dan “refreezing”

(memantapkan, mengukuhkan, menstabilkan sikap baru).

Strategi-strategi di atas tidak mutually exclusive, beberapa strategi dapat dijalankan secara bersamaan

dan dapat saling melengkapi.

6.1.2 Strategi Eksternal

Strategi ini adalah strategi dalam upaya kompetisi dengan lingkungan eksternal, hal ini diperlukan sebab

penyikapan pemerintahan yang makin terbuka terhadap lingkup eksternal menyebabkan potensi tarik-

menarik bidang garap yang sama antar stakeholders. Disinilah perlu dikembangkan semangat

berkompetisi yang sehat dan menghargai eksistensi satu sama lain serta menjunjung tinggi kode etik

yang berlaku.

Dalam menghadapi kompetisi diperlukan daya saing. Alternatif yang bisa diupayakan dalam

meningkatkan daya saing adalah tuntutan perubahan yaitu need to be smaller (dituntut lebih ringkas

birokrasi), need to be better (dituntut untuklebih baik dalam kinerja) dan need to be different (dituntut

untuk inovatif dalamprogram/kegiatan).

Tuntutan untuk lebih baik dilakukan melalui reengineering processes(perbaikan metode dan teknik pada

proses yang dilakukan) dan continuous improvement (peningkatan yang terus menerus) sedangkan

tuntutan untuk inovatifdilakukan dengan reinventing activities/programe (inventarisasi

kembaliaktivitas/program) dan regenerating strategies (regenerasi strategi).

Tahapan strategi kompetitif (eksternal) adalah:

Positioning, yang ditandai dengan upaya menyesuaikan struktur birokrasi dengan kekuatan dan

kelemahan yang ada

influencing the balance, ditandai dengan inovasi sosialisasi dan pelaksanaan program serta upaya

differensiasi atas program / kegiatan

Exploiting change, ditandai dengan upaya menumbuhkan program, kegiatan dan kultur baru

Diversification strategy, ditandai dengan pengembangan strategi-strategi baru dalam

mengadaptasi perubahan-perubahan baru

Page 153: 2025, no. 18 tahun 2012

- 153 -

BAB VII

PENUTUP

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Papua Barat Tahun 2012-2025 yang

berisi visi, misi, dan arah pembangunan nasional merupakan pedoman bagi pemerintah dan masyarakat

di dalam penyelenggaraan pembangunan Provinsi Papua Barat 20 tahun kedepan.

RPJPD Provinsi Papua Barat ini juga menjadi acuan bentuk menyusun RPJPD setiap Kabupaten/Kota di

Provinsi Papua Baratdan menjadi pedoman bagi calon Gubernur dan wakil Gubernur dalam menyusun

visi, misi, dan program prioritas yang menjadi dasar dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Papua Barat selama satu periode kepemimpinannya atau selama

lima tahun.

RPJPDProvinsi Papua Barat Tahun 2012-2025 ini sesuai dengan tujuan disusunnya yakni sebagai

pedoman penyusunan rencana pembangunan lainnya sejatinya dimanfaatkan sebagaimana mestinya.

Rencana pembangunan baik yang bersifat umum (regional) maupun sektoral harus diturunkan dari

kebutuhan dan cita-cita daerah sebagaimana tercantum dalam substansi RPJPDProvinsi Papua Barat ini.

Keberhasilan penyelenggaraan pembangunan untuk mencapai visi dan misi tergantung pada peran aktif

serta sikap mental, tekad, semangat, ketaatan dan disiplin para penyelenggara Pemerintah dan

masyarakat. Sehubungan dengan itu, semua kekuatan sosial politik yang datang dari pihak internal

maupun eksternal, organisasi kemasyarakatan, dan lembaga kemasyarakatan perlu turut serta menyusun

program menurut fungsi dan kemampuan masing-masing dalam melaksanakan RPJPD Provinsi Papua

Barat. Hasil pembangunan tentunya harus dapat dinikmati secara lebih riil, merata, dan adil oleh segenap

warga masyarakat khususnya masyarakat Provinsi Papua Barat dalam upaya meningkatkan taraf hidup

dan kesejahteraan lahir dan batin dalam suasana yang demokratis, aman, tentram dan damai.