BAB IV
FITOTERAPI OBAT FITOFARMAKA
(CLINICAL BASED HERBAL MEDICINES)
1. TUJUAN PRATIKUM
· Pemeriksasan bahan obat fitoterapi dari obat fitofarmaka
· Pemeriksasan standardisasi terhadap sediaan obat fitofarmaka (beberapa
pengujian parameter spesifik dan non spesifik yang memungkinkan untuk
dilakukan)
2. TINJAUAN PUSTAKA
Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan
khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinis dan uji klinis bahan baku serta produk
jadinya telah di standarisir (Badan POM. RI., 2004 ).
Dengan uji klinik akan lebih meyakinkan para profesi medis untuk menggunakan
obat herbal di sarana pelayanan kesehatan. Masyarakat juga bisa didorong
menggunakan herbal karena manfaatnya jelas dengan pembuktian secara ilimiah.
Jenis sediaan obat ini masih belum begitu populer di kalangan masyarakat,
dibandingkan jamu-jamuan dan herbal terstandar. Akan tetapi pada dasarnya sediaan
fitofarmaka mirip dengan sediaan jamu-jamuan karena juga berasal dari bahan-bahan
alami. Dalam ilmu pengobatan, fitofarmaka dapat diartikan sebagai sediaan jamu-jamuan
yang telah tersentuh oleh ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Dengan demikian,
khasiat dan penggunaan fitofarmaka dapat lebih dipercaya dan efektif daripada sediaan
jamu-jamuan biasa, karena telah memiliki dasar ilmiah yang jelas.
Walaupun sama-sama diracik dari bahan alami, namun Fitofarmaka jauh
mengungguli sediaan jamu biasa, bahkan sediaan ini juga sudah dapat disetarakan dengan
obat-obatan modern. Ini disebabkan fitofarmaka telah melewati beberapa proses yang
setara dengan obat-obatan modern, diantaranya Fitofarmaka telah melewati standardisasi
mutu, baik dalam proses pembuatan hingga pengemasan produk, sehingga dapat
digunakan sesuai dengan dosis yang efektif dan tepat. Selain itu sediaan fitofarmaka juga
telah melewati beragam pengujian yaitu uji preklinis seperti uji toksisitas, uji efektivitas,
dll dengan menggunakan hewan percobaan dan pengujian klinis yang dilakukan terhadap
manusia. Fitofarmaka dapat dikatakan sebagai obat herbal tertinggi dari Jamu dan Herbal
Terstandar karena proses pembuatannya sudah mengadopsi CPOB dan sampai uji klinik
pada manusia.
Saat ini meskipun obat tradisional cukup banyak digunakan oleh masyarakat
dalam usaha pengobatan sendiri (self-medication), namun profesi kesehatan atau dokter
umumnya masih enggan untuk meresepkan ataupun menggunakannya. Alasan utama
keengganan profesi kesehatan untuk meresepkan atau menggunakan obat tradisional
karena bukti ilmiah mengenai khasiat dan keamanan obat tradisional pada manusia masih
kurang. Obat tradisional Indonesia merupakan warisan budaya bangsa sehingga perlu
digali, diteliti dan dikembangkan agar dapat digunakan lebih luas oleh masyarakat. Untuk
itulah dikembangkan Obat Tradisional menjadi fitofarmaka.
Kriteria dari sediaan obat Fitofarmaka yaitu:
a. Aman dan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
b. Klaim khasiat harus dibuktikan berdasarkan uji klinik
c. Telah dilakukan standardisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk
jadi
d. Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.
Tahap-tahap pengembangan dan pengujian fitofarmaka (Dep. Kes RI):
1. Tahap Seleksi
Proses pemilihan jenis bahan alam yang akan diteliti sesuai dengan skala prioritas
sebagai berikut:
· Jenis obat alami yang diharapkan berkhasiat untuk penyakit-penyakit utama
· Jenis obat alami yang memberikan khasiat dan kemanfaatan berdasar pengalaman
pemakaian empiris sebelumnya
· Jenis obat alami yang diperkirakan dapat sebagai alternative pengobatan untuk
penyakit-penyakit yang belum ada atau masih belum jelas pengobatannya.
2. Tahap Biological Screening, untuk menyaring:
· Ada atau tidaknya efek farmakologi calon fitofarmaka yang mengarah ke khasiat
terapeutik (pra klinik in vivo)
· Ada atau tidaknya efek keracunan akut (single dose), spectrum toksisitas jika ada,
dan sistem organ yang mana yang paling peka terhadap efek keracunan tersebut
(pra klinik, in vivo).
3. Tahap Penelitian Farmakodinamik
Tahap ini dimaksudkan untuk lebih mengetahui secara lugas pengaruh
farmakologik pada berbagai system biologik. Bila diperlukan , penelitian dikerjakan pada
hewan coba yang sesuai, baik secara invitro atau invivo.
Bila calon fitofarmaka sudah menjalani uji penapisan biologic (tahap 2) dan
dipandang belum bisa atau belum mungkin untuk dikerjakan pengujian farmakodinamik ,
maka hal ini tidak merupakan penghambat.
Untuk lebih lanjut, tahap pengujian farmakodinamik akan lebih banyak
tergantung pada sarana dan prasarana yang ada, baik perangkat lunak maupun perangkat
keras.
Tujuan dilakukannya tahap penelitian farmakodinamika:
· Untuk melihat pengaruh calon fitofarmaka terhadap masing-masing sistem
biologis organ tubuh
· Pra klinik, in vivo dan in vitro,
· Tahap ini dipersyaratkan mutlak, hanya jika diperlukan saja untuk mengetahui
mekanisme kerja yang lebih rinci dari calon fitofarmaka.
4. Tahap Pengujian Toksisitas
Uji toksisitas dibedakan menjadi tiga :
a. Uji Toksisitas Akut
Uji toksisitas akut adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui nilai LD50
dan dosis maksimal yang masih dapat ditoleransi hewan uji (menggunakan 2 spesies
hewan uji). pemberian obat dalam dosis tunggal dan diberikan melalui 2 rute pemberian
(misalnya oral dan intravena). Hasil uji LD50 dan dosisnya akan ditransformasi
(dikonversi) pada manusia. (LD50 adalah pemberian dosis obat yang menyebabkan 50
ekor dari total 100 ekor hewan uji mati oleh pemberian dosis tersebut)
b. Uji Toksisitas Sub Akut
Uji toksisitas sub akut adalah pengujian untuk menentukan organ sasaran tempat
kerja dari obat tersebut, pengujian selama 1-3 bulan, menggunakan 2 spesies hewan uji,
menggunakan 3 dosis yang berbeda. Toksisitas sub-akut sebagai adanya perubahan berat
badan serta perubahan lainnya dari hewan percobaan.
c. Uji Toksisitas Kronik
Uji toksisitas kronik pada tujuannya sama dengan uji toksisitas sub akut, tapi
pengujian ini dilakukan selama 6 bulan pada hewan rodent (pengerat) dan non-rodent
(bukan hewan pengerat). Uji ini dilakukan apabila obat itu nantinya diproyeksikan akan
digunakan dalam jangka waktu yang cukup panjang.
5. Tahap Pengembangan Sediaan (formulasi)
Mengetahui bentuk-bentuk sediaan yang memenuhi syarat mutu,
keamanan, dan estetika untuk pemakaian pada manusia.
Tata laksana teknologi farmasi dalam rangka uji klinik:
· Teknologi farmasi tahap awal
· Pembakuan (standarisasi): simplisia, ekstrak , sediaan obat alami
· Parameter standar mutu: bahan baku obat alami, ekstrak, sediaan obat alami.
6. Tahap Uji Klinik Pada Manusia
Ada 4 fase yaitu:
Fase 1 : dilakukan pada sukarelawan sehat
Fase 2 : dilakukan pada kelompok pasien terbatas
Fase 3 : dilakukan pada pasien dengan jumlah yang lebih besar dari fase 2
Fase 4: post marketing survailence, untuk melihat kemungkinan efek samping
yang tidak terkendali saat uji pra klinik maupun saat uji klinik fase 1-3.
Uji klinik Fitofarmaka adalah pengujian pada manusia, untuk mengetahui atau
memastikan adanya efek farmakologi, keamanan dan manfaat klinik untuk pencegahan
penyakit, pengobatan penyakit atau pengobatan segala penyakit.
• Tujuan pokok uji klinik fitofarmaka adalah:
· Memastikan keamanan dan manfaat klinik fitofarmaka pada manusia
dalam pencegahan atau pengobatan penyakit maupun gejala penyakit.
· Untuk mendapatkan fitofarmaka yang dapat dipertanggung jawabkan
keamanan dan manfaatnya.
Saat ini di Indonesia baru terdapat 6 fitofarmaka, contoh produk fitofarmaka
yang sudah beredar adalah:
1.Nodiar (anti diare) PT Kimia Farma (POM FF 031 500 361)
Komposisi:
Each Nodiar tablet contains:
Attapulgite 300 mg
Psidii Folium Extract 50 mg
Curcuma domestica Rhizoma Extract 7.5 mg
Indikasi : diare yang tidak spesifik, Ekstrak Folium Psidii dikenal memiliki efek
farmakodinamik yang bekerja di otot polos usus. Attapulgite melindungi usus dan
menyerap racun bakteri dan juga meningkatkan konsistensi feses dengan penyerapan
cairan di lumen intestinals. Curcuma domestica Rhizoma bekerja dengan efek sebagai
anti spasmolytical non kompetitif antagonis pada reseptor asetilkolin.
2. Rheumaneer (pengurang nyeri) PT. Nyonya Meneer (POM FF 032 300 351)
Komposisi:
Curcumae domesticae Rhizoma...... 95 mg
Zingiberis Rhizoma ekstrak............. 85 mg
Curcumae Rhizoma ekstrak.......... 120 mg
Panduratae Rhizoma ekstrak.......... 75 mg
Retrofracti Fructus ekstrak........... 125 mg
indikasi: mebantu mengurangi nyeri persendian.
2. Stimuno (peningkat sistem imun) PT Dexa Medica (POM FF 041 300 411, POM FF
041 600 421)
STIMUNO® adalah imunomodulator dari herbal alami membantu meningkatkan
daya tahan tubuh. Stimuno terdaftar sebagai FITOFARMAKA , dibuat dari ekstrak
tanaman Phyllanthus niruri (meniran) yang terstandardisasi dan telah melalui berbagai uji
pre-klinik dan klinik. Sebagai imunomodulator (pengatur sistem imun), Stimuno
membantu merangsang tubuh memproduksi lebih banyak antibodi dan mengaktifkan
sistem kekebalan tubuh agar daya tahan tubuh bekerja optimal.
Komposisi : Tiap 5 ml Stimuno Sirup mengandung ekstrak Phyllanthus niruri 25 mg.Tiap kapsul Stimuno mengandung Phyllanthus niruri 50 mgIndikasi: Membantu memperbaiki dan meningkatkan daya tahan tubuhDosisSirup untuk anak-anak usia 1 tahun ke atasAnak : 3 kali sehari 1 sendok takar sirup (5 ml)Kapsul untuk dewasaDewasa : 3 kali sehari 1 kapsulKemasanSTIMUNO® tersedia dalam bentuk sirup 60 ml dan 100 ml untuk anak-anak serta dalam bentuk kapsul untuk dewasa
Nomor RegistrasiStimuno sirup 60 ml dan 100 ml : POM FF 041600421Stimuno kapsul : POM FF 041300411
3. Tensigard Agromed (Anti hipertensi) PT Phapros ( POM FF 031 300 031, POM FF
031 300 041)
Komposisi tiap kapsul berisi:
Ekstrak Apii herba................... 92mg
Ekstrak Orthosiphon folium...... 28mg
Indikasi: Menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik
obat ini gabungan dari komposisi daun kumis kucing dan daun seledri, disini yang
berperan sebagai agen penurun tekanan darah tinggi adalah extrak daun seledri,
sedangkan untuk daun kumis kucing (Orthosiphon Folium) lebih ke infeksi ginjal, saluran
kemih,dll.
Kontraindikasi
hipersensitif terhadap bahan yang dikandung dalam Tensigard
Dosis
Dosis terapi: 3 x sehari 1 kapsul Dosis pemeliharaan: 2 x sehari 1 kapsul
Efek Samping
sakit kepala nausea
KemasanDoos isi 3 blister @ 10 kapsul
5. X-Gra PT Phapros (aphrodisiac) (POM FF 031 300 011, POM FF 031 300 02
Komposisi
Tiap kapsul berisi:
Ekstrak Ganoderma lucidum......... 150 mg
Ekstrak Eurycomae radix................ 50 mg
Ekstrak Ginseng............................. 30 mg
Ekstrak Retrofracti fructus............. 2,5 mg
Royal jelly........................................ 5 mg
Indikasi: Meningkatkan stamina dan kesegaran tubuh, membantu meningkatkan stamina
pria, membantu mengatasi disfungsi ereksi dan juga ejakulasi dini.
Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap bahan yang dikandung dalam X-gra, kanker
prostat, hipertensi berat dan gagal ginjal.
Dosis
Sehari 2 kapsul diminum sebelum tidur secara rutin minimal selama 1 bulan.
Efek Samping
karena berupa ekstrak alami X-gra sangat mudah ditoleransi sangat jarang terjadi susah tidur dan nafsu makan meningkat hasil uji klinis menyatakan tidak adanya efek samping.
KemasanDoos isi 3 blister @ 10 kapsul Doos isi 4 catch cover @ 10 kapsul
6. Diabmeneer ® Nyonya Meneer, fitofarmaka diabetes (kencing manis)
Komposisi
Pterocarpi Folium 20 % Momordica Fructus 10 % Phaseoli Fructus 40 % Andrographidis Herba 30 %
Indikasidapat membantu untuk mengurangi konsentrasi glukosa darah
Dosis3 kapsul, sekali sehari setelah makan
Pratikum farmakognosi dan terapi tentang percobaan fitoterapi obat fitofarmaka,
kelompok kami melakukan pemeriksaan parameter spesifik dan non spesifik dari obat
tensigard, obat ini dapat Menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik
obat ini gabungan dari komposisi daun kumis kucing dan daun seledri, disini yang
berperan sebagai agen penurun tekanan darah tinggi adalah extrak daun seledri,
sedangkan untuk daun kumis kucing (Orthosiphon Folium) lebih ke infeksi ginjal, saluran
kemih, dll.
Daun Seledri atau orang kadang menyebutnya juga dengan Daun Sop ini memiliki
nama latin Apium graveolens, Tumbuhan ini biasanya di jadikan sebagai salah satu
bumbu makanan atau masakan tak terkecuali di Indonesia. Seledri sudah di kenal sangat
lama di Peradaban dan tidak di ketahui secara pasti mengenai di mana tumbuhan ini
berasal, Nah untuk Indonesia tumbuhan Seledri ini masuk ke Indonesia mealui Orang-
orang Belanda pada zaman Penjajahan dahulu, yang mana pada Zaman Dahulu tumbuhan
ini di manfaatkan sebagai penyedap Sup, Oleh karena itulah banyak orang di indonesia
kadang menyebut daun Seledri ini sebagai Daun Sup atau Daun Sop. selain untuk
Masakan ternyata daun seledri juga memiliki manfaat yang beragam untuk Kesehatan
tubuh.
Ilustrasi Daun Seledri
Siapa sangka jika di balik daunnya yang hijau dan bertextur yang acak juga memiliki
manfaat dianatara nya yaitu:
1. Seledri baik untuk dinding lambung dan saluran usus.2. Memperlambat proses penuaan(menjaga kemudaan sel)3. Menjaga kelenturan dan aktivitas otot
4. Mengobati asma5. Mengobati diabetes6. Membantu melarutkan kalsium dalam tubuh7. Melancarkan aliran darah8. Menetralkan asam tubuh9. Melindungi otak dan sistem saraf10. mengobati arthritis11. Mengobati neuritis12. mengobati rematik13. Menurunkan tekanan darah14. Menjaga berat badan
Daun Kumis kucing basah maupun kering digunakan sebagai menanggulangi
berbagai penyakit, Di Indonesia daun yang kering dipakai (simplisia) sebagai obat yang
memperlancar pengeluaran air kemih (diuretik) sedangkan di India untuk mengobati
rematik. Masyarakat menggunakan kumis kucing sebagai obat tradisional sebagai upaya
untuk penyembuhan batuk encok, masuk angin dan sembelit. Disamping itu daun
tanaman ini juga bermanfaat untu pengobatan radang ginjal, batu ginjal, kencing manis,
albuminuria, dan penyakit syphilis., reumatik dan menurunkan kadar glukosa darah.
Selain bersifat diuretik, kumis kucing juga digunakan sebagai antibakteri.
3. ALAT DAN BAHAN
Alat:
Erlemeyer Timbangan
Gelas ukur Mikroskop
Pipet tetes Kertas saring
Beker gelas
Objek gelas
Cover gelas
Krus
Bahan
Sediaan obat fitofarmaka ( tensigard)
Cloralhidrat
Etanol
Heksan:etil asetat
4. CARA KERJA
Makroskopik
Pemeriksaan organoleptis meliputi : bau, bentuk, rasa, warna
Mikroskopik
Sampel + cloralhidrat dilihat dibawah mikroskop
Penentuan pola KLT
Timbang sampel 2 gram
Larutkan dengan etanol 10 ml dan di ultrasonic 15’ menit
Siapkan eluennya heksan : etil asetat
Jenuhkan dengan kertas saring
Plat KLT yang diberikan asisten diberi garis atas dan bawah 1 cm
mengunakan pensil
Totolkan sampel nya pada plat KLT
Masukkan plat KLT kadalam chamber, biarkan eluennya naik, sampai
tanda batas
Keringkan plat dan lihat noda di sinar UV
Hitung RF nya
RF = jarak yang ditempuh noda
Jarak yang ditempuh eluen
Susut peneringan
Timbang sampel 1 gram
Timbang krus kosong
Timbang krus + penutup
Timbang krus + sampel
Timbang krus + sampel + penutup
Masukkan kedalam oven 30’menit dengan suhu 105 C
Setelah itu keluarkan biarkan dingin kemudian timbang krus + tutup
Timbang krus + tanpa tutup
5. HASIL
Makroskopi
Bau : bau jamu
Bentuk : serbuk
Rasa : pahit
Warna : coklat kuning
KLT
RF1 = 0,5 = 0,125
4
RF2=1,5 = 0,375
4
Susut pengeringan
Sebelum dipanaskan
Timbang Krus kosong tanpa tutup =48,41 gram
Timbang Krus kosong + penutup = 66,40 gram
Timbang Krus + sampel tanpa tutup = 49,42 gram
Timbang Krus + sampel + penutup =67,40 gram
Setelah dipanaskan (didalam oven selama 30’ menit pada suhu 105C) biarkan
dingin
Timbang Krus + sampel + tutup =67,32 gram
Timbang krus + sampel tanpa tutup = 49,33 gram
6. PEMBAHASAN
Fitofarmaka Merupakan bentuk obat tradisional dari bahan alam yang dapat
disejajarkan dengan obat modern karena proses pembuatannya yang telah terstandar,
ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia. Dengan uji klinik
akan lebih meyakinkan para profesi medis untuk menggunakan obat herbal di sarana
pelayanan kesehatan. Masyarakat juga bisa didorong untuk menggunakan obat herbal
karena manfaatnya jelas dengan pembuktian secara ilimiah.
Pratikum farmakognosi dan terapi tentang percobaan fitoterapi obat fitofarmaka,
kelompok kami melakukan pemeriksaan parameter spesifik dan non spesifik dari obat
tensigard, obat ini dapat Menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik
obat ini gabungan dari komposisi daun kumis kucing dan daun seledri, disini yang
berperan sebagai agen penurun tekanan darah tinggi adalah extrak daun seledri,
sedangkan untuk daun kumis kucing (Orthosiphon Folium) lebih ke infeksi ginjal, saluran
kemih, dll.
Kontraindikasinya hipersensitif terhadap bahan yang dikandung dalam
Tensigard, DosisDosis terapi: 3 x sehari 1 kapsul Dosis pemeliharaan: 2 x sehari 1
kapsul, Efek Samping yang ditimbulkan yaitu sakit kepala dan nausea, tensigar tersedia
dalam bentuk Kemasan Doos isi 3 blister @ 10 kapsul.
Percobaan yang dilakukan pada pratikum kali ini yaitu: pemeriksaan makroskopik
dan mikroskopik, penentuan susut pengeringan,dan penentuan pola KLT. Pemeriksaan
makroskopi dari tensigar yaitu berbentuk serbuk,berwarna coklat kuning, rasanya pahit
dan berbau jamu. Setelah dilakukan pola KLT didapatkan noda nya dan RF1 yaitu 0,125
RF2 nya yaitu 0,375. Sebelum di oven kan krus + sampel + tutup yaitu 67,40 gram dan
setelah di ovenkan selama 30’ menit dengan suhu 105 C didapatkan hasil penimbangan
krus + sampel + penutup yaitu 67,32 gram
DAFTAR PUSTAKA
Top Related