BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
The Millennium Development Goals (MDGs) merupakan delapan
tujuan pembangunan internasional yang telah disetujui oleh WHO untuk
memberantas kemiskinan dan kelaparan ekstrim, mewujudkan pendidikan
dasar untuk semua orang, mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan
perempuan, menurunkan angka kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu
hamil, memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit lainnya, melestarikan
lingkungan, mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan yang
diharapkan tercapai pada tahun 2015. Kedelapan tujuan tersebut memiliki
target kualitatif dan kuantitatif.2.
Kesehatan adalah hak asasi setiap manusia dan merupakan modal
untuk menjalankan kehidupan. Permasalahannya, tidak semua orang dapat
memperoleh atau memiliki derajat kesehatan yang optimal. Karena itu,
kesehatan merupakan suatu hal yang sangat berharga yang harus dipelihara
dan ditingkatkan melalui suatu upaya kesehatan. Oleh karenanya,
pembangunan kesehatan menjadi penting karena dengan adanya pembangunan
kesehatan yang baik akan menunjang pembangunan nasional.1
Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kehidupan sehat
bagi tiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal
sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan pembangunan
nasional.1 Menurut Undang-undang No.36 tahun 2009 tentang kesehatan
adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara social dan
ekonomis. Dari pengertian ini dapat dikatakan bahwa keadaan sehat menjadi
salah satu modal setiap individu untuk dapat mencapai hidup sejahtera.
1
Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan dikenal suatu
konsep yang disebut “Paradigma Sehat”. Paradigma sehat adalah salah satu
cara pandang dan atau suatu konsep dalam menyelenggarakan pembangunan
kesehatan yang dalam pelaksanaannya sepenuhnya menerapkan pengertian
dan atau prinsip-prinsip pokok kesehatan.1 Konsep paradigma sehat berarti
mengedepankan upaya pelayanan peningkatan kesehatan (promotif) dan
pencegahan penyakit (preventif) dibandingkan upaya pelayanan
penyembuhan atau pengobatan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) secara
menyeluruh dan terpadu dan berkesinambungan.2 Dengan kata lain, konsep
paradigma sehat mengajak masyarakat untuk berpikir bahwa mencegah lebih
baik daripada mengobati dan meningkatkan pemberdayaan pada masyarakat
agar dapat berperilaku sehat, hidup dalam lingkungan yang sehat.
Berdasarkan Keputusan menteri Kesehatan RI No.
128/Menkes/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas, pemerintah
mengatur bahwa untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut
diselenggarakan berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang, dan
terpadu dengan puskesmas sebagai penyelenggara upaya kesehatan untuk
jenjang tingkat pertama. Puskesmas berfungsi mengembangkan dan membina
kesehatan masyarakat serta menyelenggarakan pelayanan kesehatan terdepan
dan terdekat dengan masyarakat dalam bentuk kegiatan pokok yang
menyeluruh dan terpadu di wilayah kerjanya3.
Puskesmas sebagai unit pelayanan terdepan menempati posisi yang
strategis sebagai pusat pengembangan pembangunan kesehatan dalam
mencapai salah satu tujuan pembangunan nasional. Puskesmas diartikan
sebagai suatu organisasi kesehatan fungsional yang memberikan pelayanan
secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya. Agar
tercapainya tujuan tersebut, puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan
upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat demi
tercapainya tujuan tersebut. Jika ditinjau dari sistem kesehatan nasional,
upaya kesehatan perorangan maupun masyarakat merupakan pelayanan
kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut yakni Upaya Kesehatan
2
Wajib yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional, dan global
serta yang memiliki daya ungkit tinggi untuk peningktan derajat kesehatan
masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini, harus diselenggarakan oleh setiap
puskesmas yang ada di Indonesia. Upaya kesehatan tersebut adalah Upaya
promosi kesehatan, Upaya kesehatan lingkungan, Upaya kesehatan ibu dan
anak serta keluarga berencana, Upaya perbaikan gizi masyarakat, Upaya
pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, dan Upaya pengobatan.
Salah satu program upaya kesehatan ibu dan anak yang masih perlu
mendapatkan perhatian khusus adalah kunjungan ibu hamil. Kunjungan ibu
hamil merupakan suatu proses kontak antara ibu hamil dengan petugas
kesehatan, baik secara aktif di mana ibu hamil mendatangi petugas kesehatan
maupun secara pasif di mana petugas kesehatan harus “menjemput bola” dan
mendatangi rumah ibu hamil. Kunjungan ibu hamil minimal dilakukan
sebanyak 4 kali selama kehamilan. Kunjungan pertama pada trimester
pertama disebut kunjungan K1, kunjungan kedua pada trimester kedua disebut
kunjungan K2, kunjungan ketiga pada trimester ketiga disebut kunjungan K3,
serta kunjungan terakhir pada trimester ketiga sebelum melahirkan disebut
kunjungan K4.
Puskesmas Borobudur memiliki program cakupan kunjungan bumil
K4 yang masih belum memenuhi target. Di wilayah Puskesmas Borobudur
terdapat 161 bumil yang melakukan kunjungan K4 pada periode Januari –
Februari 2012. Target Dinkes Kabupaten Magelang tahun 2010 untuk
cakupan kunjungan bumil K4 adalah sebesar 95% sedangkan pencapaian
Puskesmas Borobudur untuk program ini hanyalah sebesar 94,73%. Oleh
karena itu dalam laporan ini, kami kelompok kepaniteraan senior Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro akan
mengangkat dan membahas masalah cakupan kunjungan bumil K4 dalam
aspek manajemen dan mutu pelayanan Puskesmas.
3
I.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui, menganalisa dan mendeskripsikan pelaksanaan
manajemen program dan pelayanan di Puskesmas Borobudur periode
Januari – Februari 2012 serta memberikan alternatif pemecahan
masalah dalam rangka upaya perbaikan kinerja Puskesmas.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah manajemen pelayanan
yang ada di Puskesmas Borobudur periode Januari – Februari 2012.
b. Mahasiswa mampu menentukan prioritas masalah yang ditemukan
di Puskesmas Borobudur periode Januari – Februari 2012
c. Mahasiswa mampu menganalisis penyebab masalah dari prioritas
masalah yang telah ditemukan di Puskesmas Borobudur periode
Januari – Februari 2012.
d. Mahasiswa mampu membuat alternatif pemecahan masalah dari
masalah-masalah yang ditemukan di Puskesmas Borobudur periode
Januari – Februari 2012
e. Mahasiswa mampu menentukan pengambilan keputusan dari
alternatif masalah di Puskesmas Borobudur periode Januari –
Februari 2012.
f. Mahasiswa mampu menyusun rencana kegiatan dari pemecahan
masalah yang terpilih di Puskesmas Borobudur periode Januari –
Februari 2012.
I.3 WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN
Penelitian tentang manajemen dan mutu pelayanan Puskesmas ini
dilakukan pada tanggal 30 Maret 2012 – 04 April 2012, bertempat di
Puskesmas Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang.
4
I.4 METODOLOGI
Data primer diperoleh dari wawancara dengan Kepala Puskesmas,
dokter, pemegang program dan staf Puskesmas, dan masyarakat yang berobat
ke puskesmas, untuk memperoleh informasi program pelayanan di Puskesmas
Borobudur. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari catatan tertulis
yang ada di Puskesmas Borobudur tanggal 30 Maret 2012 – 04 April 2012.
Dari segi manajemen puskesmas, data yang diperoleh yaitu data
hasil kegiatan selama 2 bulan. Hasil cakupan dibandingkan dengan target
menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang tahun 2010 didapatkan
pencapaian. Masalah didapatkan jika pencapaian kurang dari 80%. Kemudian
ditentukan prioritas masalah dengan Hanlon kuantitatif. Dari prioritas
masalah tersebut dilakukan analisis penyebab masalah dengan pendekatan
sistem dan quality assurance. Kemudian analisis faktor penyebab masalah
tersebut dimasukkan ke dalam Fish Bone Analyze. Penyebab masalah yang
ada kemudian diprioritaskan dengan paired comparison. Dengan
menggunakan tabel dan diagram Pareto, dipilihlah penyebab masalah yang
akan diintervensi. Penyebab masalah yang telah terpilih kemudian dicari
alternatif pemecahan masalahnya. Kemudian dilakukan pengambilan
keputusan mengenai pemecahan masalah mana yang akan diusulkan dan
dibuat plan of action.4
5
BAB II
ANALISIS SITUASI
II.1.LINGKUNGAN
II.1.1.Keadaan Geografis
Kecamatan Borobudur adalah salah satu kecamatan di
Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah. Secara astronomis
Kecamatan Borodur berada pada 7o19’13”LS-7o35’99” LS dan
110o01’51” BT – 110o12’48” BT.
a. Batas – batas wilayah Kecamatan Borobudur :
Utara : Kecamatan Mertoyudan
Selatan : Kecamatan Kali Bawang Propinsi DIY
Barat : Kecamatan Salaman dan Kecamatan Tempuran
Timur : Kecamatan Ngluwar
b. Luas wilayah Kecamatan Borobudur
Kecamatan Borobudur memiliki luas 54, 55 Km2 dan berada
pada ketinggian + 235 m di atas permukaan laut.
c. Jumlah desa/kelurahan
Jumlah desa yang ada di wilayah kerja Puskesmas Borobudur
adalah 20 (dua puluh) desa.
d. Peta wilayah
Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang terbagi satu
wilayah kerja Puskesmas, yaitu wilayah kerja Puskesmas
Borobudur.
6
Gambar 1. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Borobudur
e. Jumlah desa wilayah kerja
Jumlah desa wilayah kerja Puskesmas Borobudur sebanyak
20 desa terdiri dari 92 dusun dengan 7 desa tertinggal pada
tahun2010. Dua puluh desa di wilayah kerja Puskesmas Borobudur:
1. Giripurno
2. Giritengah
3. Tuksono
4. Majaksingi
5. Kenalan
6. Bigaran
7. Sambeng
8. Candirejo
9. Ngargogondo
10. Wanurejo
11. Borobudur
12. Tanjungsari
13. Karanganyer
14. Karangrejo
15. Ngadiharjo
16. Kebonsari
17. Tegalarum
18. Kembanglimus
19. Wringinputih
20. Bumiharjo
7
f. Kondisi geografis Kondisi geografis
Datar sampai bergelombang : 29% (198.593,74 Ha)
Bergelombang sampai berbukit : 35% (239.628,1 Ha)
Berbukit sampai bergunung : 36% (246.530,16 Ha)
g. Transportasi
Transportasi di wilayah kerja Puskesmas Borobudur yang sesuai
dengan kondisi desa adalah sebagai berikut :
Jumlah desa yang dapat dicapai dengan roda 4 (empat) :
Pada musim kemarau : 20 desa
Pada musim hujan : 20 desa
Jumlah desa yang dapat dicapai dengan roda 2 (dua) :
Pada musim kemarau : 20 desa
Pada musim hujan : 20 desa
Kendaraan umum yang ada :
Bus dan angkutan desa : untuk mencapai kota Kabupaten
Ojek : untuk mencapai ke desa-desa
Jarak Puskesmas :
Ke Dinas Kesehatan Kabupaten : 15 Km
Ke Kota Kabupaten : 10 Km
h. Komunikasi :
Sarana komunikasi dari puskesmas ke luar dengan telepon, radio,
surat kabar.
i. Data Kesehatan Lingkungan :
Berdasarkan data yang diperoleh, data kesehatan lingkungan
meliputi data sarana pelayanan air bersih, jamban dan pembuangan
limbah.
1. Sarana pelayanan air bersih
Sarana penyediaan air bersih di wilayah kerja Puskesmas
Borobudur disajikan pada tabel berikut :
8
Tabel 1. Sarana Pelayanan Air Bersih
No. Sarana Pelayanan Air
Bersih
∑
Sarana
∑
Pemakai
Persentase
1. Sumur gali 5.472 31.652 31,92%
2. Perlindungan mata air 36 5.028 9,16%
3. Non PDAM 1903 544 0,99%
4. PDAM 731 1.034 5,56%
5. Sumur pompa tangan 67 979 0,91%
TOTAL 8209 39.237 48,54%
Sumber : Data Kesehatan Lingkungan Puskesmas Borobudur tahun 2011
Dari data di atas terlihat sebagian besar penduduk (31, 92%) di
wilayah kerja Puskesmas Borobudur memakai sumur gali sebagian
sumur air bersih. Hal ini lebih rendah dibandingkan dengan profil
Propinsi Jawa Tengah (36,27%).
2. Sarana Jamban
Tabel 2. Sarana Jamban
No. Sarana Jamban ∑
Sarana
∑
Pemakai
Persentase
1. Cemplung leher angsa 5019 24183 42,64 %
2. Cemplung non leher angsa 2074 9725 17,15 %
3. Septic tank non leher angsa 1179 6344 14,43 %
4. Jamban umum (MCK) 40 0 0 %
TOTAL 8386 40225 70,97 %
Sumber : Data Kesehatan Lingkungan Puskesmas Borobudur tahun 2011
9
Dari data di atas, terlihat bahwa penggunaan jamban cemplung leher
angsa (42,64%) dalam masyarakat yang berada di wilayah kerja
Puskesmas Borobudur lebih rendah dari profil Jawa Tengah (64,24%).
3. Sarana Pembuangan Air Limbah
Dari 8.018 rumah terdapat 7.352 rumah (91%) yang memiliki
saluran pembuangan air limbah. Bila dibandingkan dengan profil
Jawa Tengah (39,52%), maka dapat disimpulkan bahwa sarana
pembuangan limbah di wilayah kerja Puskesmas Borobudur lebih
baik dari profil Jawa Tengah.
j. Situasi Puskesmas
Puskesmas Borobudur merupakan puskesmas rawat inap yang
terdiri atas 1 puskesmas induk dan mempunyai 4 puskesmas pembantu
(Kenalan, Karang anyar, Tegalarum, Borobudur). Adapun kondisi
Puskesmas Borobudur sebagai berikut :
Luas tanah : 527 m2
Luas gedung : 365 m2
Jumlah tempat tidur :10 buah tempat tidur
Ruang pelayanan :
1. Ruang rawat inap : 3 ruang
2. BP umum : 2 ruang
3. BP gigi : 1 ruang
4. Ruang KIA-KIB : 2 ruang
5. Ruang laboratorium : 1 ruang
6. Ruang bersalin (VK) : 1 ruang
7. Ruang Pelayanan obat : 1 ruang
8. Gudang obat : 1 ruang
9. Dapur : 1 ruang
10
k. Sarana Kesehatan
Puskesmas induk : 1 buah
Puskesmas pembantu : 4 buah (Kenalan, Karanganyar,
Tegalarum, Borobudur)
Polindes : 1 buah (Bumiharjo)
PKD : 13 buah (Giripurno, Giritengah, Majaksingi atas dan
bawah, Sambeng, Candirejo, Ngadiharjo, Kebonsari,
Tuksongo, Ngargogondo, Karangrejo, Bigaran, Wanurejo)
Bidan desa : 21 orang di 20 desa (Giripurno, Wanurejo,
Giritengah, Majaksingi, Sambeng (2 orang), Candirejo,
Ngadiharjo, Tuksongo, Karangrejo, Bumiharjo, Wringinputih,
Kenalan, Bigaran, Ngargogondo, Borobudur, Tanjungsari,
Karanganyar, Kebonsari, Tegalarum, Kembanglimus)
Posyandu : 118 tempat
Posyandu Lansia : 66 tempat
Dukun bayi terlatih : 29 orang
UKS : 67 unit
Pelembagaan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) 2010
Keluarga yang telah menganut pola hidup bersih dan sehat
sesuai dengan urutan tingkat status kesehatan adalah sebagai
berikut :
- Strata Pratama : 2 %
- Strata Madya : 30,75 %
- Strata Utama : 54,61 %
- Strata Paripurna : 12,57 %
II.1.2. Keadaan Penduduk
11
Berdasarkan data BPS Kecamatan Borobudur tahun 2010,
didapatkan :
Jumlah penduduk : 57.317 jiwa
Jumlah laki-laki : 28.722
Jumlah perempuan : 28.592
Jumlah KK : 16.898 KK
Kepadatan penduduk : 1050,72 jiwa/km2
Jumlah pasangan usia subur : 10.529 pasangan
Dari data di atas dapat dilihat bahwa kepadatan penduduk di
kecamatan Borobudur masih rendah bila dibandingkan dengan profil
Jawa Tengah.
Data kependudukan Kecamatan Borobudur berdasarkan umur
tampak pada tabel sebagai berikut :
Tabel 3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Golongan Umur di
Wilayah Kerja Puskesmas Borobudur
NO. UMUR (TAHUN) JUMLAH1. 0 – 4 50162. 5 – 9 59623. 10 – 14 56754. 15 – 19 45295. 20 – 24 36116. 25 – 29 59607. 30 – 39 100318. 40 – 49 75659. 50 – 59 449910. > 60 4469
Sumber : Data BPS kecamatan Borobudur 2010
Adapun komposisi penduduk pada 20 desa di wilayah Puskesmas
Borobudur dapat diuraikan pada tabel berikut :
12
Tabel 4. Komposisi Penduduk Per Desa di Wilayah
Kerja Puskesmas Borobudur
No. Nama Desa Laki-laki Perempuan Jumlah Penduduk
1. Giripurno 1220 1142 2362
2. Giritengah 1574 1536 3110
3. Tuksongo 1662 1673 3335
4. Majaksingi 1394 1391 2785
5. Kenalan 610 603 1213
6. Bigaran 599 633 1232
7. Sambeng 680 701 1381
8. Candirejo 2079 2081 4160
9. Ngargogondo 761 797 1558
10. Wanurejo 2034 2042 4076
11. Borobudur 4287 4262 8549
12. Tanjungsari 604 599 1203
13. Karanganyar 866 790 1656
14. Karangrejo 1356 1350 2706
15. Ngadiharjo 2228 2287 4515
16. Kebonsari 965 902 1867
17. Tegalarum 1167 1236 2403
18. Kembanglimus 969 920 1889
19. Wringinputih 2653 2643 5296
20. Bumiharjo 1014 1007 2021
Total 28722 28595 57317
Sumber : Data BPS Kecamatan Borobudur Tahun 2010
II.1.3. Keadaan Sosial Budaya
13
Kehidupan sosial budaya di wilayah Kecamatan Borobudur
meliputi ragam peribadatan agama, tingkat pendidikan dan perilaku
masyarakatnya yang akan dijabarkan pada sebagai berikut :
1. Peribadatan Agama
Berdasarkan data yang diperoleh, jumlah sarana peribadatan di
wilayah Kecamatan Borobudur adalah :
Masjid : 106 buah
Gereja : 5 buah
Musholla : 47 buah
Tabel 5. Data Pemeluk Agama di
Wilayah Kerja Puskesmas Borobudur
Agama Jumlah Persentase
Islam 55.347 96,56%
Kristen 114 0,19%
Katolik 1.489 2,59%
Budha 13 0,023%
Hindu 4 0,007%
TOTAL 57.317 100%
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Magelang Kecamatan Borobudur
Tahun 2010
2. Tingkat Pendidikan
Sarana pendidikan yang terdapat di wilayah Kecamatan
Borobudur adalah sebagai berikut :
TK : 30 buah
SD/MI : 42 buah
SLTP/MTS : 11 buah
14
SLTA/MA : 5 buah
Tabel 6. Tingkat Pendidikan usia 5 Tahun ke atas di Wilayah
Kerja Puskesmas Borobudur
Tingkat Pendidikan Jumlah
Belum pernah sekolah 3304
Belum tamat SD 6500
Tidak tamat SD 4.260
Tamat SD/MI 21.150
Tamat SLTP 7874
Tamat SLTA/MA 5761
Tamat AK/PT 757
Total 51399
Sumber : Data BPS Kecamatan Borobudur tahun 2010
3. Perilaku Masyarakat
Perilaku positif (mendorong pembangunan kesehatan)
— Kegotongroyongan
— Kegiatan jumat bersih di beberapa desa
— Pertemuan desa wisma (PKK rutin di desa-desa)
Perilaku negatif (menghambat pembangunan kesehatan)
— Masih terdapat penduduk BAB tidak pada tempatnya
— Masih terdapat penduduk tidak membuang sampah pada
tempatnya.
b. Ekonomi Masyarakat
Sumber perekonomian masyarakat berasal dari sejumlah sarana
sebagai berikut :
15
Industri rumah tangga : 23 buah
Pasar umum : 4 buah
Pasar hewan : 1 buah
Bank : 3 buah
Warung makan : 44 buah
Rumah Makan : 9 buah
KUD : 2 buah
Terminal : 1 buah
Salon : 12 buah
Hotel : 15 buah
Tabel 7. Mata Pencaharian Penduduk di Wilayah Kerja Kecamatan Borobudur
Menurut Badan Pusat Statistik
Mata Pencaharian Jumlah Persentase
Buruh tani 6.571 14,42 %
Petani 11.215 24,62%
Nelayan 0 0 %
Buruh Industri 1.604 3,52%
Buruh bangunan 1.351 2,96 %
PNS/ABRI 1.128 2,47%
Sopir angkutan 474 1,04 %
Pedagang 1.702 3,73 %
Pensiunan PNS/ABRI 383 0,84 %
Pengusaha 1.107 2,43 %
Lain-lain 18.940 41,59 %
TOTAL 45.539 100 %
Sumber : Data BPS Kabupaten Magelang tahun 2010
16
II.2.KOMPONEN MASUKAN (INPUT)
II.2.1. Ketenagakerjaan
Ketenagakerjaan merupakan salah satu komponen masukan (input)
yang akan menjadi bahan evaluasi dari manajemen puskesmas. Jumlah
tenaga kerja di Puskesmas Borobudur disajikan pada tabel berikut :
Tabel 8. Tenaga Kerja di Wilayah Kerja Puskesmas Borobudur tahun 2010
Tenaga kerja Jumlah Kebutuhan Jumlah Yang Ada Jumlah
Kekurangan
Dokter umum 4 4 -
Dokter gigi 1 2 -
Bidan desa 20 21 -
Perawat Kesehatan 15 15 -
Perawat gigi 2 2 -
Sanitarian 1 1 -
Petugas gizi 2 1 1
Tenaga Laboratorium 2 1 1
Pengelola obat 2 1 1
Tenaga administrasi
kesehatan
2 1 1
Petugas loket 2 2 -
Pengemudi 1 0 1
Penjaga malam 2 1 1
Sumber : Profil Tenaga Kerja Puskesmas Borobudur Tahun 2010
II.2.2. Sarana
a. Sarana Fisik
17
Gedung puskesmas meliputi : loket pendaftaran, laboratorium,
apotek, ruang KIA/KB, BP umum, BP gigi, kantor administrasi, tata
usaha, ruang kepala puskesmas, ruang imunisasi, ruang rawat inap,
kamar mandi, tempat parkir, musholla, dan ruang tunggu.
b. Sarana Penunjang Medis
— Dental unit dan dental chair : dalam keadaan lengkap (dua unit)
— Perlengkapan medik umum : KIA set, KB set, poliklinik set
terbatas, peralatan operasi, obstetry dan neonatal kid,
perlengkapan laboratorium, USG, EKG dan alat periksa.
c. Sarana Obat
— Jumlah obat cukup, jenis terbatas, dalam keadaan baik
— obat-obat berasal dari obat Instalasi Farmasi Kabupaten Magelang
tiga bulan.
d. Sarana Penunjang
— Mobil puskesling : 1 buah
— Sepeda motor : 5 buah
— Komputer : 8 buah
— Lemari es : 1 buah
— Alat komunikasi : radio, telepon
— Alat-alat penyuluhan : LCD
II.2.3. Sumber dan Penggunaan Dana
Dana puskesmas diperoleh dari BOK (Biaya Operasional
Kesehatan), APBD tingkat II (pengembalian rutin, BBM), ASKES dan
JAMKESMAS. Hasil yang diperoleh puskesmas dari biaya pengobatan
disetorkan ke pemerintah daerah setiap sebulan sekali. Pengembalian
retribusi sebesar 85% dari yang disetorkan, berlaku mulai Mei 2007.
18
II.3. PROSES
Sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan, puskesmas memiliki wilayah
kerja dan berhubungan langsung dengan dengan keluarga di rumah-rumah
mereka. Dalam mencapai tujuan puskesmas yang berdaya guna dibutuhkan
suatu proses (manajemen) yang baik dari puskesmas tersebut. Manajemen
adalah ketrampilan untuk memperoleh hasil dalam rangka mencapai tujuan
yang telah ditentukan sebelumnya dengan menggerakkan orang lain dan
memanfaatkan sumber daya yang tersedia. (1)
Sejumlah fungsi manajemen yang dirumuskan, dalam pelaksanaan
kegiatan pokok puskesmas adalah perencanaan (P1), pergerakan pelaksanaan
(P2), pengawasan, pengendalian dan penilaian (P3).
II.3.1. Perencanaan (P1)
Didalam perencanaan, langkah-langkah yang harus ditempuh dan
dipahami oleh Pemimpin Puskesmas ialah sebagai berikut :
1. Mengetahui kebijaksanaan Pusat meliputi SKN, dll.
2. Mengetahui kebijaksanaan Din Kes Propinsi setempat
3. Mengetahui kebijaksanaan Din.Kes Kabupaten
4. Menentukan tujuan dan sasaran
5. Melakukan analisa situasi
6. Menemukan masalah dan menentukan prioritas masalah
7. Menyusun rencana operasional
8. Pengaturan sumber daya
Hasil dari perencanaan (P1) ini adalah rencana kerja tahunan dan di
Puskesmas Borobudur telah dilakukan pembuatan rencana kegiatan tahun
2012.
II.3.2. Pergerakan dan Pelaksanaan (P2)
Kegiatan yang telah disusun menjadi rencana kerja perlu digerak
laksanakan agar dapat mencapai tujuan/sasaran yang telah ditetapkan
19
dnegan cara terarah, berhasil guna, dan berdaya guna. Kegiatan dalam
fase ini adalah :
1. Pengorganisasian
Surat keputusan MenDagri No.23 tahun 1994 tentang pedoman
organisasi dan tata kerja Puskesmas menetapkan susunan organisasi
nya sebagai berikut :
a. Kepala Puskesmas
b. Urusan Tata Usaha
c. Unit-unit
d. Puskesmas Pembantu / Bidan di Desa
2. Pengurusan staf
Menentukan dengan jelas wewenang, tugas pokok dan kegiatan
tertentu bagi petugas kesehatan yang telah menduduki suatu posisi di
Puskesmas.Pembinaan motivasi dan karier petugas kesehatan agar
selalu timbul gairah kerja dalam kegiatan sehari-hari di Puskesmas.
3. Kerja sama lintas program dan lintas sektoral
Dalam menciptakan suatu kerja sama yang baik perlu dipahami
beberapa hal sebagai berikut :
a. Kemampuan membina kerja sama yang intim dan harmonis
dalam melaksanakan tugas adalah menjadi tanggung jawab
masing-masing.
b. Kesediaan untuk membawakan kepentingan pribadi dan
kelompok kepada kepentingan yang lebih luas.
c. Kesediaan untuk menyerahkan kepada organisasi yang
dibarengi oleh kesediaan untuk menerima kewajiban yang lebih
besar.
d. Adanya kepercayaan dan saling menghormati dan kesetiaan
demi untuk mengadakan perubahan dan pengembangan
organisasi.
20
e. Adanya kemauan dan kemampuan serta menyempatkan diri
untuk saling bekerjasama dalam rangka pencapaian tujuan yang
telah ditentukan bersama.
4. Bina peran serta masyarakat
Peran serta masyarakat didapat melalui pendekatan
Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD).
II.3.3. Pengawasan, Pengendalian, dan Penilaian (P3)
1. Pengawasan :
Dilakukan dengan mengamati seluruh proses upaya kesehatan
untuk menjamin agar semua kegiatan yang sedang dilaksanakan berjalan
sesuai dengan rencana dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Bila terjadi penyimpangan dapat memberi saran tindakan koreksi yang
dilakukan.
2. Pengendalian :
Sebagai tindakan pengaturan dan pengarahan pelaksanaan agar
tujuan dapat dicapai secara berhasil guna dan berdaya guna.Ada
kewenangan melakukan tindakan koreksi.
3. Penilaian :
Meningkatkan hasil guna serta daya guna perencanaan dan
pelaksanaan program dan memberikan petunjuk dalam pengelolaan
tenaga, dana, dan fasilitas untuk program yang ada sekarang dan yang
akan datang.
Proses ini pada dasarnya terdiri dari :
a. Menetapkan standar performance / indikator
b. Mengukur performance yang sesungguhnya
c. Membandingkan performance yang sesungguhnya dengan standar
yang diharapkan
d. Mancari alasan-alasan terjadinya penyimpangan
21
e. Menetapkan cara-cara untuk memperbaiki penyimpangan tersebut
f. Melaksanakan cara-cara perbaikan tersebut
Manajemen Puskesmas yang terdiri dari P1, P2, dan P3 tersebut,
dalam pelaksanannya secara berturut-turut adalah :
1. Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP)
Adalah suatu proses kegiatan yang sistematis untuk menyusun
atau mempersiapkan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Puskesmas
pada tahun berikutnya untuk meningkatkan cakupan dan mutu
pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam upaya mengatasi
masalah – masalah kesehatan setempat.
2. Lokakarya Mini Puskesmas.
Adalah suatu pertemuan antar petugas Puskesmas dengan
sektor terkait (lintas sektoral) untuk meningkatkan kerjasama tim,
memantau cakupan pelayanan Puskesmas serta membina peran serta
masyarakat secara terpadu agar dapat meningkatkan fungsi Puskesmas.
Di Puskesmas Borobudur, lokakarya mini puskesmas
dilakukan setiap Bulan dengan mengadakan rapat bulanan lintas
Program yang dihadiri oleh Kepala Puskesmas dengan Koordinator
program. Selain itu, juga terdapat rapat bulanan yang dihadiri oleh
seluruh dokter dan perawat di Puskesmas Borobudur. Untuk lokakarya
mini puskesmas lintas sektor, umumnya Puskesmas Borobudur
mengikuti rapat di kantor Kecamatan Borobudur.
3. Penilaian Kinerja Puskesmas.
Puskesmas merupakan ujung tombak terdepan dalam
pembangunan kesehatan, mempunyai peran cukup besar dalam upaya
mencapai tujuan pembangungan kesehatan, maka pedoman stratifikasi
Puskesmas yang selama ini dipergunakan telah disempurnakan dan
selanjutnya digunakan istilah penilaian kinerja Puskesmas.Penilaian
22
kinerja Puskesmas adalah suatu upaya untuk melakukan penilaian hasil
kerja/prestasi Puskesmas. Pelaksanaan penilaian dimulai dari tingkat
Puskesmas sebagai instrument mawas diri karena setiap puskesmas
melakukan penilaian kerjanya secara mandiri, kemudian dinas
kesehatan kabupaten/kota melakukan verifikasi hasilnya. Adapun
aspek penilaian meliputi hasil pencapaian cakupan dan manajemen
kegiatan termasuk mutu pelayanan. Berdasarkan hasil verifikasi, dinas
kesehatan kabupaten/kota bersama Puskesmas dapat menetapkan
Puskesmas kedalam kelompok (I, II, III) sesuai dengan pencapaian
kerjanya.
Di seluruh Puskesmas di Indonesia diberlakukan penilaian Standar
Pelayanan Minimal (SPM) untuk menilai kinerja Puskesmas.
II.4. DESKRIPSI KERJA
1. Dokter / Kepala Puskesmas
Tugas pokok : Mengusahakan agar fungsi puskesmas terselenggara
dengan baik.Dalam hal ini memegang dua fungsi utama, yaitu :
A. Sebagai Manager :
1. Melaksanakan fungsi-fungsi manajemen di puskesmas
2. Melaksanakan kerja sama lintas program dan lintas sektoral secara
vertikal dan horizontal
3. Menerima konsultasi dari semua kegiatan di Puskesmas.
B. Sebagai seorang Dokter :
1. Melakukan pemeriksaan dan pengobatan penderita
2. Merujuk kasus yang tidak bisa diatasi
3. Melakukan penyuluhan kesehatan penderita dan masyarakat.
2. Dokter umum
Tugas Pokok : Mengusahakan agar pelayanan pengobatan di wilayah kerja
puskesmas dapat berjalan dengan baik.
23
Fungsi :
1. Mengawasi pelaksanaan pelayanan obat di Puskesmas
2. Memberikan pelayanan pengobatan di wilayah kerja Puskesmas baik
di Puskesmas, Pustu, atau Pusling
3. Memberikan bimbingan dan supervise teknis kepada penderita dan
masyarakat
4. Membantu membina kerja sama lintas sektoral dalam pengembangan
peran masyarakat
5. Melakukan pencatatan dan pelaporan
3. Dokter Gigi
Tugas Pokok : Mengusahakan agar pelayanan kesehatan gigi dan mulut di
wilayah kerja Puskesmas agar dapata brjalan dengan baik.
Fungsi :
1. Mengawasi pelaksanaan kesehatan gigi di Puskesmas
2. Memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di wilayah kerja
Puskesmas
3. Supervisi dan bimbingan teknis pada program gigi di Puskesmas
4. Memberikan penyuluhan kesehatan gigi pada penderita dan
masyarakat membantu membina kerja sama lintas sektoral dalam
pengembangan peran serta masyarakat
5. Memberikan penyuluhan kesehatan
6. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan
4. Perawat Gigi
Tugas Pokok : Melaksanakan pelayanan kesehatan gigi di Puskesmas
Fungsi :
1. Membantu dokter gigi dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas
2. Memeriksa, menambal, membersihkan karang gigi dan mengobati gigi
yang sakit
3. Merujuk kasus yang perlu ditindaklanjuti seorang dokter gigi
24
4. Melaksanakan UKS dan UKGS (Usaha Kegiatan Gigi Sekolah)
5. Melaksanakan kunjungan kesehatan gigi
5. Tata Usaha
Tugas Pokok :
1. Menghimpun dan menyusun semua laporan kegiatan Puskesmas
2. Menghimpun, mengatur, dan menyimpan semua surat masuk
Fungsi :
1. Mengumpulkan, membuat surat yang masuk/keluar disposisi
2. Mengumpulkan laporan berkala setiap tugas Puskesmas
3. Penyiapan dan pengaturan tata usaha kepegawaian Puskesmas
4. Melakukan laporan berkala ketatausahaan
6. Petugas Perkesmas (Perawatan Kesehatan Masyarakat)
Tugas Pokok : Melaksanakan dan mengkoordinir pelaksanaan kegiatan
Puskesmas di wilayah kerja Puskesmas agar berjalan dengan baik.
Fungsi :
1. Melaksanakan kegiatan Perkesmas di dalam dan di luar gedung
2. Menyiapkan blanko-blanko dan pencatatan untuk kegiatan Perkesmas
3. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan
4. Memantau masyarakat/kasus-kasus rawan kesehatan di wilayah kerja
Puskesmas
5. Melakukan pendataan sasaran secara periodik
7. Perawat Pengobatan
Tugas Pokok :
1. Melaksanakan pengobatan rawat jalan di wilayah Puskesmas
2. Memeriksa dan mengobati penyakit menular secara pasif atas delegasi
dari dokter
3. Melaksanakan penyuluhan kesehatan
4. Melakukan rujukan kasus bila tidak mampu mengatasi
5. Melakukan pencatatan dan pelaporan
25
6. Melakukan kegiatan Puskesmas
7. Ikut dalam kegiatan Puskesling dan Pustu
8. Petugas P2PM
Tugas Pokok : Melaksanakan dan mengkoordinir kegiatan pencegahan
dan pemberantasan penyakit menular di wilayah kerja Puskesmas
Fungsi :
1. Melaksanakan pengamatan penyakit di wilayah kerja Puskesmas
2. Melaksanakan tindakan pemberantasan penyakit menular
3. Melaksanakan penyuluhan kesehatan tentang penyakit menular
4. Melakukan penyuluhan, pencatatan dan pelaporan
5. Melakukan pengobatan terhadap penderita penyakit menular atas
delegasi dari dokter
6. Melakukan kunjungan rumah
7. Ikut kegiatan Puskesling dan kegiatan terpadu lain yang terkait P2PM
8. Memberikan penyuluhan kesehatan
9. Petugas KIA
Tugas Pokok : Melaksanakan kegiatan pelayanan KIA di wilayah kerja
Puskesmas agar dapat berjalan dengan baik
Fungsi :
1. Melaksanakan pemeriksaan secara berkala ibu hamil, ibu menyusui,
bayi dan anak
2. Mengatur dan menjaga tempat kerja dengan rapih
3. Memberikan jelang imunisasi pada bayi dan ibu hamil
4. Melakukan pembinaan dukun bayi dan bidan desa
5. Melaksanakan kegiatan posyandu dan kegiatan terpadu lain yang
terkait dengan KIA
6. Melakukan penyuluhan kesehatan, pencatatan, dan pelaporan
7. Melakukan rujukan kasus bila tidak mampu mengatasi
10. Petugas Gizi
26
Tugas Pokok : Melaksanakan kegiatan dan mengkoordinir perbaikan gizi
di wilayah kerja Puskesmas
Fungsi :
1. Melaksanakan pemberian makanan tambahan
2. Memantau keadaan gizi di masyarakat khususnya kasus-kasus kurang
gizi
3. Membantu meningkatkan kerja sama lintas sektoral terkait dengan gizi
4. Memberikan penyuluhan gizi dan melatih kader gizi
5. Melakukan pencatatan dan pelaporan
6. Melakukan pembagian vitamin A secara periodik
7. Melakukan monitoring garam beryodium secara periodik
8. Melakukan pembinaan posyandu
9. Melakukan rujukan kasus gizi
11. Petugas Sanitarian
Tugas Pokok : Mengubah, mengendalikan atau menghilangkan unsur fisik
dan lingkungan yang memberikan pengaruh buruk terhadap kesehatan
masyarakat
Fungsi :
1. Penyuluhan kepada masyarakat tentang penggunaan air bersih, jamban
keluarga, rumah sehat, kebersihan lingkungan dan pekarangan
2. Membantu masyarakat dalam pembuatan sumur, perlindungan mata
air, penampungan air hujan dan sarana air bersih lainnya
3. Pengawasan higiene perusahaan dan tempat-tempat umum
4. Melakukan pencatatan dan pelaporan
5. Aktif memperkuat kerja sama lintas sektoral
6. Ikut serta dalam Puskesling dan kegiatan terpadu yang terkait dengan
HS
7. Memberikan penyuluhan kesehatan
8. Pengawasan dan penyehatan perumahan
27
9. Pengawasan pembuangan sampah
10. Pengawasan makanan dan minuman
11. Pembuangan SPAL (Sistem Pembuangan Air Limbah)
12. Petugas Imunisasi
Tugas Pokok : Melaksanakan dan mengkoordinir imunisasi di wilayah
kerja Puskesmas
Fungsi :
1. Melaksanakan kegiatan imunisasi di Lapangan dan Puskesmas
2. Melakukan penyuluhan kepada pasien tentang imunisasi
3. Melakukan pencatatan dan pelaporan
4. Menyelenggarakan dan memonitor Cold Chain dari imunisasi
5. Menyediakan persediaan vaksin secara teratur
6. Melakukan sweepinguntuk daerah-daerah yang cakupannya kurang
7. Memberikan penyuluhan kesehatan
13. Petugas Apotek
Tugas Pokok : Memeriksa, meracik, dan membungkus obat
Fungsi :
1. Membantu pelaksanaan kegiatan petugas gudang obat
2. Membantu dalam penyimpanan obat dan administrasi dari obat di
Apotik
3. Membantu distribusi obat ke Puskesling, Pustu, dan PKD
4. Melakukan pencatatan dan pelaporan obat
5. Mengatur kebersihan dan kerapihan kamar obat
14. Petugas Laboratorium
Tugas Pokok : Melakukan pemeriksaan laboratorium di wilayah kerja
Puskesmas
Fungsi :
28
1. Membantu menegakkan diagnosa penyakit
2. Melaksanakan pemeriksaan spesimen
3. Membantu rujukan spesimen
4. Ikut membantu kegiatan lain yang berhubungan dengan kegiatan
laboratorium
5. Memberikan penyuluhan kesehatan
6. Melakukan pencatatan dan pelaporan
15. Petugas Pendaftaran
Tugas Pokok : Melakukan proses pelayanan di pendaftaran pada semua
pengunjung Puskesmas.
Fungsi :
1. Melakukan pelayanan pendaftaran secara berurutan
2. Memberikan penjelasan kepada pasien tentang proses pendaftaran
3. Memberikan gambar status/catatan medis untuk setiap pasien
4. Mencatat semua kunjungan pasien pada buku
5. Menata kembali dengan rapih status yang sudah dipergunakan pada
hari tersebut
6. Melakukan pencatatan dan pelaporan
16. Petugas Gudang Obat
Tugas Pokok : Mengelola obat-obat yang ada di Puskesmas
Fungsi :
1. Membantu dokter/Kepala Puskesmas dalam pengelolaan obat di
Puskesmas
2. Mempersiapkan pengadaan obat di Puskesmas
3. Mengatur penyimpanan obat
4. Mengatur administrasi dan distribusi obat di Puskesmas
5. Menyediakan obat untuk Puskesling, Pustu, dan PKD (Poliklinik
Kesehatan Desa)
29
6. Mengatur dan menjaga kerapihan, kebersihan, dan pencahayaan dalam
obat.
Tabel 9. Spesifikasi Kepegawaian Puskesmas Borobudur Tahun 2012
No Jenis Tenaga Jumla
h
Nama
1. Dokter Umum 3 Dr. Yuniar
Dr.Farida Pujiastuti
Dr.Siswanto
2. Dokter Gigi 2 Drg.Lus Udiarti
Drg.Sadewa
3. Perawat 12 Wiwik Widayati A.Md.Keb
Mujiati
Solimah A.Md.Keb
Enik Kuswati
A.Semi Rahayu S.Klp.Ns
Istiqomah A.Md.Keb
Nurmawati A.Md.Kep
Sumaryani
Wisnu Raharja A.Md.Kep
Sayeti Puji Lestari, A.Md.Kep
Fitri Sulistyowati, A.Md.Kep
Ervin Noviana, A.Md. Kep
4. Perawat Gigi 2 Efi Kirnawati
Walyana
5. Koordinator Bidan 3 Endang Pujiati
30
Esti Murdiwati
Royani
6. Bidan 21 Dhanti Wardani
Suprihastuti
Nurhidayah
Tri Sulistyowati
Solikhatun
Asmawati
Puspitawati
Ika Alvi Susana
Rochyani Lestari
Ari Sulistiyani
Daroyah
Ajeng Anita
Nursayidah
Lina Rahmawati
Eni P
Mikie Susanti
Heny Kristanti
Imayasari
Diani Wulandari
Marsanti
Dwi Indarwati
7. Pranata Laboratorium
Pelaksana
1 F.X. Listanto, A.Md.AK
8. Pelaksana Promkes 1 Haryanto, SKM
9. Tata Usaha 1 Achmad Listantono
10. Farmasi 1 Susi Emawati
31
10
11.
11
Pelaksana Gizi 1 Indah Kusniyati
12.
12
Administrasi Keuangan 1 M. Kusen. A. Md. Sekrt
13.
13
Petugas Loket dan Rekam
Medis
1 Shinta Devianti, A. Md
Nurmawati
14. Pengemudi 0
32
Gambar 2. STRUKTUR ORGANISASI PUSKESMAS BOROBUDUR
33
I. PKD Sambeng, Candirejo, dan NgadiharjoII. PKD Giritengah dan KebonsariIII. PKD Giripurno dan Majaksingi
Kesehatan Keluarga : Esti MurdiwatiEndang P., bidan desa
Peningkatan Gizi : Indah, Kusniati
Unit Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga
Unit Pelayanan Kesehatan
Puskesmas Pembantu Tegalarum : Wiwik Widayati Kenalan : Enik Karanganyar : Istiqomah Borobudur : Solimah
KeuanganEnik K., Istiqomah, Kusen.
Administrasi UmumLisfantono, FX Listanto
Kelompok Jabatan Fungsional
Penyehatan Lingkungan : Kurnia Artanti, SKM P2 malaria/DBD : Wiwik, AMD P2 TB/Imunisasi/Kusta : Mujiati P2 ISPA/Diare : Enik UKS : Solimah, AMD Kep Perkesmas : IstiqomahPromkes : Haryanto, SKM
Kepala PuskesmasDr. Yuniar
Unit Penggerak Pembangunan Kesehatan
Penunjang Laboratorium: FX.Listanto Apotek : Susi SIMPUS : Shinta
Rawat Inap Rawat Inap : dr Siswanto, dr Yuniar Dapur/Gizi : Indah
Rawat Jalan Poli Umum: dr Farida P, dr Siswanto Spesialis : dr Spesialis Poli Gigi: drg.Lus Udiarti, drg Sadewa KIA : Esti Murdiwati KB : Endang Puji
II.5. SARANA PELAYANAN PUSKESMAS
Terkait dengan sarana pelayanan puskesmas, terdapat enam Upaya Kesehatan Wajib
Puskesmas Borobudur :
1. Promosi kesehatan
2. Kesehatan lingkungan
3. KIA dan KB
4. Gizi
5. P2PM
6. Pengobatan
Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas Borobudur, yaitu :
a. Upaya perawatan kesehatan masyarakat
b. Upaya kesehatan sekolah
c. Upaya kesehatan jiwa
d. Usila
Tabel 10. Pola Sepuluh Besar Penyakit Pasien Rawat Jalan
Puskesmas Borobudur Semua Kelompok Umur
Periode Januari-Februari Tahun 2012 (Semua Jenis Kunjungan)
No Nama Penyakit JumlahPenderita Persentase
1. Infeksi Akut Lain Saluran Nafas Atas
(ISPA)
2838 29,19%
2. Demam (Febris) 1325 14,00 %
3. KIR Melamar pekerjaan 1090 11,52%
4. Mialgia 946 9,99%
5. Vulnus 942 9,95%
6. Hipertensi primer 813 8,59%
7. KB Suntik 809 8,55%
8. Gastritis 639 6,75%
9. Diare dan Gastroenteritis non spesifik 625 6,60%
10. Penyakit pulpa dan jaringan periapikal 521 5,50%
34
Jumlah 9461 100%
Sumber : Data SIMPUS Tahun 2011 di Puskesmas Borobudur
Derajat Kesehatan
Derajat kesehatan jika dilihat dari angka kematian bayi (6/1000), balita (1/1000) dan
kematian maternal 1/1000) maka Puskesmas Borobudur tahun 2010 sudah sehat. Hal ini karena
semua angka kematian (bayi, balita dan ibu maternal) di bawah target.
35
BAB III
DATA KHUSUS UPAYA PUSKESMAS
ATAU PROGRAM PUSKESMAS
III.1. Program-Program Pokok Puskesmas
Program-program pokok puskesmas terdiri dari upaya kesehatan wajib dan upaya
kesehatan pengembangan.
a. Upaya kesehatan wajib puskesmas
Adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional dan
global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan
masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas
yang ada di Indonesia. Upaya kesehatan wajib tersebut adalah:
1. Promosi kesehatan
2. Kesehatan lingkungan
3. KIA dan KB
4. Perbaikan gizi masyarakat
5. P2PM (pencegahan dan pemberantasan penyakit menular)
6. Pengobatan
a. Upaya kesehatan pengembangan
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang diterapkan
berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang
disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan yang
ada di puskesmas adalah :
1. Upaya perawatan masyarakat
2. Upaya kesehatan jiwa
3. Upaya kesehatan sekolah
4. Upaya kesehatan usia lanjut
36
III.2. Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas
Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan
komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk
peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus
diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di Indonesia. Upaya kesehatan wajib
tersebut adalah:
1. Upaya promosi kesehatan
2. Upaya kesehatan lingkungan
3. Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana
4. Upaya perbaikan gizi masyarakat
5. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
6. Upaya pengobatan
Keenam upaya kesehatan tersebut akan dijabarkan dalam penjelasan di bawah.
1. Promosi Kesehatan
Pada bagian ini dilakukan kegiatan berupa :
Pelayanan dikelola oleh satu orang tenaga kesehatan
Pembinaan dan pengembangan peran serta aktif masyarakat
Dalam pembinaan dan pengembangan peran serta aktif masyarakat, yang dinilai adalah :
a. Jumlah posyandu yang dinilai seluruhnya
Jumlah seluruhnya ada 118 posyandu, kegiatan posyandu terdiri dari 5 program yaitu
KIA/KB, gizi, imunisasi, penyuluhan, dan penanggulangan diare.
b. Jumlah PKD (Poliklinik Kesehatan Desa) yaitu berjumlah 12 PKD (Giripurno,
Giritengah, Majaksingi, Sambeng, Candirejo, Ngadiharjo, Kebonsari, Tuksongo,
Ngargogondo, Karangrejo, Bigaran, Wanurejo)
c. Pembinaan dan penyelenggaraan penyuluhan kesehatan berdasarkan target Dinkes
Kabupaten Magelang tahun 2012.
Indikator kinerja pada program ini adalah penyuluhan kelompok dan umum yang dibagi
menjadi 2 kegiatan yaitu :
a. Upaya penyuluhan, pencegahan, penanggulangan, penyalahgunaan narkoba,
psikotropika dan zat adiktif (P3NAPZA) berbasis masyarakat sebesar 24%
b. Upaya P3NAPZA di sekolah sebesar 80%
37
c. Posyandu purnama seluruhnya sebanyak 38%. Frekuensi pembinaan sebesar 12x/tahun.
Jumlah kader terlatih sebesar 1 posyandu minimal memiliki 5 kader dan jumlah target
kader yang aktif sebesar 80%.
Tabel 11. Tabel Hasil Kegiatan Upaya Promosi Kesehatan Puskesmas Borobudur
Periode Januari-Februari 2012
No.Indikator Target
Cakupan Pencapaian (%)Kegiatan Persen (%)
1.Frekuensi pembinaan
100% - - -
2.Jumlah kader
terlatih
1 Posyandu 5 kader (100%)
1118 94,9 94,9
3.Jumlah
kader aktif80% 982 87,8 109,75
2. Upaya Kesehatan Lingkungan
Klinik higiene dan sanitasi
Pelayanan di Puskesmas buka setiap hari Senin dan pelayanan di luar puskesmas
setiap hari Selasa-Sabtu, dikelola oleh 1 orang tenaga sanitarian yang juga bertugas
dalam program lapangan.
Upaya kesehatan lingkungan
Upaya kesehatan lingkungan ini bertujuan agar berubahnya, terkendalinya atau
hilangnya semua unsur fisik dan lingkungan yang terdapat di masyarakat dimana
dapat memberikan pengaruh buruk terhadap kesehatan.
Jenis kegiatan :
1. Pelayanan kesehatan lingkungan, indikatornya :
a. Institusi yang dibina
b. Rumah sehat
c. Penduduk yang memanfaatkan jamban
d. Rumah yang mempunyai SPAL
38
2. Pelayanan pengendalian vektor, indikatornya : Rumah atau bangunan bebas
jentik nyamuk.
3. Pelayanan higienis dan sanitasi di tempat umum, indikatornya :
a. TTU yang diperiksa
b. TTU yang memenuhi syarat sanitasi
c. TP2M yang diperiksa
d. TP2M yang memenuhi syarat sanitasi
Tabel 12. Tabel Hasil Kegiatan Program Kesehatan Lingkungan Puskesmas
Borobudur Januari-Februari 2012
Cakupan PencapaianNo.
Indikator Target KegiatanPersen
(%)(%)
1 Institusi yang dibina 70% 52 62,7 89,62 Jumlah Tempat-Tempat
Umum (TTU) yang diperiksa*
100% 24 96 96
3 Tempat-Tempat Umum (TTU) yang memenuhi syarat
sanitasi
80% 14 58,3 72,9
4 Tempat pengolahan Makanan dan Penjualan (T2PM)
diperiksa*
90% 18 27,7 30,8
5 T2PM yang memenuhi syarat sanitasi*
75% 10 55,6 74,1
6 Rumah Sehat 70% 107 28 407 Penduduk yang
memanfaatkan jamban75% 87 57,6 76,8
8 Rumah yang mempunyai SPAL
65% 10 100 153,8
9 Rumah/bangunan bebas jentik
100% - - -
3. Kesehatan Ibu dan Anak serta KB
Pelayanan KIA dibuka setiap hari, dikelola oleh dua orang bidan Puskesmas,
pelayanan KIA dilakukan setiap hari Senin-Sabtu
Pelayanan KB dibuka setiap hari, khusus pelayanan KB IUD setiap hari Kamis
Pelayanan imunisasi untuk bayi dilakukan setiap hari Selasa, selain itu juga
dilakukan di Posyandu.
39
a. KIA
Upaya kesehatan ibu dan anak adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut
pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak
balita serta anak pra sekolah. Tujuan dari program kesehatan ibu dan anak adalah
tercapainya kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang
optimal bagi ibu dan keluarganya menuju NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia
dan Sejahtera) serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses
tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas
manusia seutuhnya.
b. KB
Upaya KB (keluarga berencana) adalah perencanaan kehamilan, jarak antara
kehamilan diperpanjang dan kelahiran selanjutnya dapat dicegah apabila jumlah anak
telah mencapai yang dikehendaki. Tujuan KB, yaitu :
1. Tujuan umum, yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam
rangka mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera (NKKBS)
2. Tujuan khusus, yaitu meningkatkan kesadaran keluarga/masyarakat untuk
menggunakan alat kontrasepsi, menurunnya jumlah angka kelahiran bayi,
meningkatnya kesehatan keluarga masyarakat dengan cara penjarangan kelahiran.
Tabel 13. Hasil Kegiatan Program Kesehatan Ibu dan Anak Puskesmas Borobudur
Januari-Februari 2012
No.Cakupan
Pencapaian
Indikator Target Kegiatan Persen
(%)
(%)
1. Cakupan Kunjungan Bumil K1* 100% 206 108,99 108,99
2. Cakupan Kunjungan Bumil K4 95% 161 90 94,73
3. Deteksi Kasus Resiko tinggi bumil* 100% 98 287 287
4. Ibu Hamil Resiko Tinggi yang di 100% 13 100 100
40
tangani (PONED)
5. Ibu Hamil dengan Komplikasi yang
ditangani (PONED)100% 13 100 100
6. Cakupan Pertolongan Persalinan oleh
Tenaga Kesehatan95% 179 99 104,21
7. Cakupan Kn1* 100% 180 105 105
8. Cakupan Kn2 95% 179 104 109,47
9. Cakupan Kunjungan Neonatus (Kn3) 95% 166 96,7 101,78
10. Cakupan Kunjungan Bayi 90% - - -
11. BBLR yang ditangani 100% 26 100 100
12. Jumlah Dukun Bayi yang terlatih 100% 29 100 100
13. Frekuensi Pembinaan Dukun 10x/thn - - -
12. Deteksi Dini Tumbuh Kembang
Anak Balita dan Pra Balita95% - - -
13. Cakupan Pemeriksaan Kesehatan
Siswa SD dan setingkat100% - - -
14. Jumlah TK yang dibina 100% - - -
15. Jumlah Seluruh Peserta KB Aktif 80% - - -
4. Perbaikan Gizi Masyarakat
Pada bagian ini dilakukan kegiatan-kegiatan :
Pelayanan dikelola nutrisionis di bagian gizi yang dibuka setiap hari Senin-Sabtu
Pelayanan gizi
Tujuan dari program ini adalah untuk menurunkan angka penyakit gizi kurang yang
umumnya banyak diderita oleh masyarakat yang berpenghasilan rendah, terutama pada
anak balita dan wanita. Upaya yang dilakukan pada pelayanan gizi terutama diarahkan
untuk menanggulangi 4 masalah gizi utama yaitu kekurangan kalori protein, kekurangan
vitamin A, gangguan akibat kekurangan iodium dan anemia gizi.
Jenis kegiatan :
a. Pemantauan dan pertumbuhan balita, indikatornya :
- Balita yang datang dan ditimbang (D/S)
41
- Balita yang naik berat badannya (N/D)
- Balita BGM
b. Pelayanan gizi, indikatornya :
- Cakupan bayi (6-11 bulan) diberi kapsul vitamin A dosis tinggi 1x/tahun
- Cakupan anak balita (12-59 bulan) yang diberi kapsul vitamin A 2x/tahun
- Cakupan bumil yang diberi 90 tablet Fe
- Balita gizi buruk yang mendapat perawatan
No
.
IndikatorTarge
t
CakupanPencapaia
n (%)Kegiata
n
Persen
(%)
1. Balita yang datang dan ditimbang (D/S) 80% 4110 84,6 105,8
2. Balita yang naik berat badannya (N/D) 80% 3134 76,3 95,4
3. Cakupan bayi (6-11 bulan) yang diberi
kapsvit A dosis tinggi95% 497 100 100
4. Cakupan anak balita (12-59 bln) yg
diberi kapsul vit A 2x/thn95% 3478 100 100
5. Cakupan ibu hamil yg diberi 90 tablet
Fe90% 173 91,5 101,7
6. Balita BGM <1,5% 87 2,1 140
7. Balita gizi buruk mendapat perawatan 100% 10 100 100
8. Cakupan bufas mendapat kapsul vit A 89% 180 98,3 110,5
Tabel 14. Tabel Hasil Kegiatan Gizi Puskesmas Borobudur Januari-Februari 2012
5. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2PM)
Pada bagian ini kegiatan yang dilakukan adalah :
Pelayanan buka setiap hari yang dikelola oleh 3 orang tenaga kesehatan
Program pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
Tujuan dari program P2PM adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian serta
mencegah akibat buruk lebih lanjut penyakit serta menkonsolir penyakit yang telah dapat
dikendalikan.
Kegiatan dari P2PM adalah :
42
a. P2 TB Paru, indikatornya :
- Cakupan suspek TB paru
- Case Detection Rate (CDR)/Penemuan part TB BTA positif
- Angka konversi
- Angka kesembuhan (cure rate)
b. P2 ISPA, indikatornya : cakupan pneumonia balita yang ditangani
c. P2 Diare, indikatornya : balita dengan diare yang ditangani
d. Imunisasi, indikatornya :
- Jumlah bumil yang mendapat TT1
- Jumlah bumil yang mendapat TT2
- Jumlah bayi yang mendapat imunisasi : Hepatitis B (baru lahir, bulan ke-3, bulan
ke-6), BCG (baru lahir), DPT (bulan ke-2, ke-3, dan ke-4) polio (bulan ke-2, bulan
ke-4, bulan ke-6, bulan ke-12, 5 tahun) dan campak (bulan ke-9).
e. P2 DBD, indikatornya :
- Penderita DBD yang ditangani sesuai standar
- Rumah atau bangunan bebas jentik
- Tingkat insiden (<20/100.000 penduduk)
- Kematian karena DBD
f. P2 Malaria
Tabel 15. Tabel Hasil Kegiatan Penanggulangan Penyakit Menular Puskesmas Borobudur
Januari-Februari 2012
No. Indikator Target
CakupanPencapaian
(%)Kegiata
n
Persen
(%)
1. Jumlah penderita yang
diperiksa sediaan darahnya
slide ACD
5% 350 15,02 300
2. Jumlah penderita yang
diperiksasediaan darahnya slide
PCD
2% - - -
43
3. Cakupan suspek TB paru* 80% 4 3,92 4,9
4. Penemuan kasus TB BTA
positif (case Detection Rate)70% 3 2,79 4,2
5. Angka konversi (convertion
rate)*80% 3 300 375
6. Angka kesembuhan (cure rate) 85% 4 400 470,9
7. Cakupan balita dg pneumonia
yg ditemukan/ditangani (sesuai
standar)
100% 1 2,04 2,04
8. Balita dg diare yg ditangani
sesuai standar100% 98 337,9 337,9
9.Penderita kusta yang selesai
berobat100%
Tidak
ada kasus
Tidak
ada
kasus
Tidak ada
kasus
10. Jumlah bumil yg mendapat
TT1*98% 120 63,49 64,78
11. Jumlah ibu hamil yang
mendapat TT2*95% 114 60,32 63,49
12. BCG* 95% 178 104 109,4
13. DPT 1* 95% 142 83,04 87,41
14. DPT 3* 95% 172 100,58 105,87
15. Polio 1* 95% 162 94,74 99,73
16. Polio 4* 95% 161 94,15 99,1
17. Campak* 95% 166 97,08 102,19
18. Hepatitis B1 (0-7 Hr)* 95% 174 101,75 107,1
19. Hepatitis B1 total* 95% 142 83,04 87,41
20. Hepatitis B2* 95% 157 91,81 96,64
21. Hepatitis B3* 95% 172 100,58 105,87
22. Penderita DBD yg ditangani*
sesuai standar
100% Tidak
ada kasus
Tidak
ada
Tidak ada
kasus
44
kasus
23.Incidence rate
20/100.000
penduduk- - -
6. Upaya Pengobatan
A. Pengobatan
Upaya pengobatan adalah upaya untuk menghilangkan penyakit dan gejalanya
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan cara dan teknologi yang khusus untuk
keperluan tersebut.
Tujuan dari upaya pengobatan, yaitu :
a. Tujuan Umum, yaitu untuk meningkatkan derajat kesehatan perorangan dan
masyarakat
b. Tujuan Khusus, yaitu :
1. Menghentikan proses perjalanan penyakit yang diderita seseorang
2. Mengurangi penderitaan seseorang karena sakit
3. Mencegah atau mengurangi kecacatan
4. Meneruskan penderita ke fasilitas yang lebih baik
Adapun kegiatan pokok dalam program pengobatan, yaitu :
1. Melakukan diagnosa sedini mungkin
2. Melakukan tindakan pengobatan
3. Melakukan upaya rujukan bila dipandang perlu
4. Melaksanakan pertolongan pertama pada kecelakaan, keracunan, dan lain-lain.
Pada program pengobatan, keberhasilan program dapat dilihat dengan menilai
jumlah kasus yang ada. Kunjungan ini dapat dibagi menjadi 3 kriteria yang
merupakan indikator kinerja pada program pengobatan, yaitu :
1. Kasus baru : pernyataan diagnosa pertama kali oleh dokter/para medis bahwa
seseorang menderita penyakit tertentu. Dengan indikator pencapaian target yang
ditetapkan Dinkes Kabupaten Magelang tahun 2010 sebesar 60% dari jumlah
penduduk.
2. Kasus lama : kunjungan ketiga dan seterusnya suatu kasus (lama) penyakit yang
masih dalam periode penyakit yang bersangkutan. Untuk penyakit menahun
45
adalah kunjungan pertama kali dalam tahun berikutnya namun masih dalam suatu
periode penyakit yang bersangkutan
3. Kunjungan kasus lama : kunjungan ketiga dan seterusnyasuatu kasus (lama)
penyakit yang masih dalam peride penyakit yang bersangkutan. Untuk penyakit
menahun adalah kunjungan kedua dan seterusnya pada tahun berikutnya.
Frekuensi kunjungan adalah rata-rata jumlah kunjungan setiap kasus ke
Puskesmas dan jaringannya sampai sembuh.
No
.Indikator Target
Cakupan
Pencapaia
n (%)KegiatanPerse
n (%)
1. Jumlah kasus baru (x) 60% 4219 93,17 155,28
2. Frekuensi kunjungan 1,21 5304 1,25 103,9
3. BOR (Bed Occupance Rate) 60% 74,25 74,25 123,75
4. LOS ( Length Of Stay) 4 2,125 2,125 53,125
Tabel 16. Tabel Hasil Kegiatan Jangkauan Pengobatan Rawat Jalan Puskesmas
Borobudur Januari-Februari 2012
B. Pelayanan Pengobatan Puskesmas Borobudur
1. Rawat Jalan
a. Poliklinik Umum
Poliklinik Puskesmas Induk
Pelayanan buka setiap hari, dikelola oleh :
- Tenaga dokter : 3 orang bertugas setiap hari
- Tenaga para medis : 2 orang piket di BP, 1 orang di UGD, dan 10 orang
bertugas setiap hari Senin-Sabtu bekerja sama dengan dokter.
Poliklinik Puskesmas Pembantu (Tegalarum, Borobudur, Kenalan, dan
karanganyar)
Pondok Bersalin Desa (polindes)
terdapat 1 Polindes buka 24 jam
46
Poliklinik Kesehatan Desa (PKD)
Terdapat 12 PKD buka setiap hari pukul 07.00 – 14.00 WIB dan dikelola
oleh bidan desa
b. Poliklinik Gigi
Pelayanan dokter gigi setiap hari Senin sampai Sabtu dibantu oleh seorang
perawat gigi dilakukan setiap hari.
Poliklinik gigi dikelola oleh 2 orang dokter gigi dan 2 perawat gigi.
*Cakupan Program dan Data Pembanding (SPM): terlampir (lampiran 1)
47
BAB IV
ANALISA MASALAH
IV.1 KERANGKA PIKIR PEMECAHAN MASALAH
Urutan dalam siklus pemecahan masalah antara lain:
1. Identifikasi/inventarisasi masalah
Pada tahap ini dilakukan penetapan keadaan spesifik yang diharapkan, yang ingin
dicapai, menetapkan indikator tertentu sebagai dasar pengukuran kinerja, misalnya SPM.
Lalu mempelajari keadaan yang terjadi dengan menghitung atau mengukur hasil
pencapaian. Kemudian membandingkan antara keadaan fakta yang terjadi, dengan
keadaan tertentu yang diinginkan atau indikator tertentu yang sudah ditetapkan.
2. Penentuan prioritas masalah
Pada tahap ini, hasil identifikasi masalah yang sudah dilakukan dengan menggunakan
SPM Puskesmas Borobudur, lalu disusun peringkat masalah. Tahap ini lebih baik
dilakukan oleh banyak orang secara musyawarah daripada oleh satu orang saja.
Beberapa metode yang dapat digunakan antara lain: Hanlon, Delbeq, CARL, Pareto, dan
sebagainya.
3. Penentuan penyebab masalah
Penentuan penyebab masalah digali berdasarkan data atau kepustakaan dengan curah
pendapat. Penentuan penyebab masalah hendaknya jangan menyimpang dari masalah
tersebut.
4. Memilih penyebab yang paling mungkin
Penyebab masalah yang paling mungkin harus dipilih dari sebab-sebab yang didukung
oleh data atau konfirmasi.
5. Menentukan alternatif pemecahan masalah
Seringkali pemecahan masalah dapat dilakukan dengan mudah dari penyebab yang
sudah diidentifikasi. Jika penyebab sudah jelas maka dapat langsung pada alternatif
pemecahan masalah.
48
6. Penetapan pemecahan masalah terpilih
Setelah alternatif pemecahan masalah ditentukan, maka dilakukan pemilihan pemecahan
terpilih. Apabila diketemukan beberapa alternatif maka digunakan Hanlon kualitatif
untuk menentukan atau memilih pemecahan terbaik.
7. Penyusunan rencana penerapan
Rencana penerapan pemecahan masalah dibuat dalam bentuk POA (Plan of Action atau
Rencana Kegiatan)
8. Monitoring dan evaluasi
Pemantauan dan evaluasi disini terdiri dari dua segi pemantauan yaitu apakah kegiatan
penerapan pemecahan masalah yang sedang dilaksanakan sudah diterapkan dengan baik
dan menyangkut masalah itu sendiri, apakah permasalahan sudah dapat dipecahkan.
Gambar 3. Problem Solving Cycle
49
IV.2. ANALISIS DATA
1. Analisa Data Umum
Dari data umum wilayah kerja Puskesmas Borobudur, didapatkan :
a. Luas wilayah kerja Puskesmas Borobudur adalah :54, 55 km2.
b. Wilayah kerja meliputi 20 desa dengan 65 dusun. Jumlah penduduk 57.507 jiwa
(28.839 jiwa laki-laki dan 28.668 jiwa perempuan ).
c. Sarana transportasi ke desa – desa adalah kendaraan roda dua, roda empat dan
angkutan umum seperti ojek, andong, angkutan desa dan bus umum.
d. Mata pecaharian penduduknya sebagian besar adalah buruh tani (25,2%).
e. Tingkat pendidikan terbanyak adalah tamat SD ( 42%).
f. Mayoritas penduduk beragama Islam (97,03% ).
g. Jumlah kematian bayi lahir : 4 kasus (Januari –Maret 2011).
h. Jumlah kematian ibu bersalin: 1 (Januari – Maret 2011 ).
i. Pola penyakit rawat jalan terbanyak adalah ISPA : 907 kasus
2. Analisa Keluaran Masalah
Data pencapaian upaya kegiatan pokok upaya puskesmas (terlampir).
Berdasarkan Standar Pelayanan Minimal di Puskesmas Borobudur, ditemukan
masalah – masalah sebagai berikut :
Tabel 19. Masalah Berdasarkan Standar Pelayanan Minimal di Puskesmas Borobudur
Periode Januari-Maret 2012
No. Indikator Pencapaian (%) Besar Masalah (%)
1. Cakupan kunjungan bumil K4 94,73% 5,27%2. Balita yang naik BB 95,4% 4,6%3. Balita BGM 140% 40%4. Institusi yang dibina 89,6% 10,4%5. Jumlah TTU yang diperiksa 96% 4%6. TTU yang memenuhi syarat sanitasi 72,9% 27,1%7. TP2M yang diperiksa 30,8% 69,2%8.. TP2M yang memenuhi syarat sanitasi 74,1% 25,9%9. Rumah Sehat 40% 60%10. Penduduk yang memanfaatkan jamban 76,8% 23,2%11. API 173% 73%12. Cakupan suspek TB paru 4,9% 95,1%
50
13. Penemuan kasus TB BTA (+) 4,2% 95,8%14. Cakupan balita dengan pneumoni yang
ditemukan/ditangani (sesuai standar)2,04% 97,96%
15. Jumlah bumil yang mendapat TT1 64,78% 35,22%16. Jumlah bumil yang mendapat TT2 63,49% 36,51%17. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi DPT
187,41% 12,59%
18. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Polio 1
99,73% 0,27%
19. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Polio 4
99,1% 0,9%
20. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Hepatitis B total
87,41% 12,59%
21. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Hepatitis B2
96,64% 3,36%
22. Jumlah kasus baru 155,28% 55,28%23. Frekuensi kunjungan 103,9% 3,9%24 BOR 123,75% 23,75%25 Jumlah kunjungan gilut di rawat jalan 86,6% 13,4%
IV.3. PRIORITAS MASALAH
Setelah masalah ditemukan, kemudian ditentukan prioritas dan diurutkan sesuai
presentasi tinggi rendahnya masalah. Penentuan prioritas masalah menggunakan metode
Hanlon Kuantitatif, dengan menggunakan kriteria :
Kriteria A: Besarnya masalah
Kriteria B: Kegawatan masalah
Kriteria C: Kemudahan dalam penganggunalan
Kriteria D: Faktor PEARL
1. Kriteria A: Besarnya masalah
Besarnya masalah dapat ditentukan melalui langkah-langkah berikut:
Langkah 1: Menentukan besar masalah dengan cara menghitung selisih presentasi
pencapaian dengan target 100%
JUMLAH KELAS (K) = 1 + 3,3 Log NK = 1 + 3,3 Log 25K = 1 + 4,61K = 5,61 dibulatkan menjadi 6
Jadi, dikelompokkan ke dalam 6 kelas.Interval Kelas (IK) = R (Nilai terbesar – nilai terkecil) : Jumlah Kelas
51
= (97,96 – 0,27) : 6 = 16,28 dibulatkan menjadi 16
Jadi, interval kelasnya 16
Tabel.20 Kriteria A: besarnya masalahNo.
Masalah Kesehatan Besarnya Masalah NilaiPerse
ntase (%)
0,27 – 15,27 (1)
15,28 – 30,28 (2)
30,29 – 45,29 (3)
45,30 – 60,30 (4)
60,31 – 75,31 (5)
> 75,31 (6)
1. Cakupan kunjungan bumil K4
5,27% X 1
2. Balita yang naik BB 4,6% X 13. Balita BGM 40% X 34. Institusi yang dibina 10,4% X 15. Jumlah TTU yang
diperiksa4% X 1
6. TTU yang memenuhi syarat sanitasi
27,1% X 2
7. TP2M yang diperiksa
69,2% X 5
8.. TP2M yang memenuhi syarat sanitasi
25,9% X 2
9. Rumah Sehat 60% X 410. Penduduk yang
memanfaatkan jamban
23,2% X 2
11. API 73% X 512. Cakupan suspek TB
paru95,1% X 6
13. Penemuan kasus TB BTA (+)
95,8% X 6
14. Cakupan balita dengan pneumoni yang ditemukan/ditangani (sesuai standar)
97,96%
X 6
15. Jumlah bumil yang mendapat TT1
35,22%
X 3
16. Jumlah bumil yang mendapat TT2
36,51%
X 3
17. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi DPT 1
12,59%
X 1
52
18. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Polio 1
0,27% X 1
19. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Polio 4
0,9% X 1
20. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Hepatitis B total
12,59%
X 1
21. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Hepatitis B2
3,36% X 1
22. Jumlah kasus baru 55,28%
X 4
23. Frekuensi kunjungan 3,9% X 124 BOR 23,75
%X 2
25 Jumlah kunjungan gilut di rawat jalan
13,4% X 1
2. Kriteria B: kegawatan masalah
Kriteria ini dilakukan dengan cara menentukan kegawatan, tingkat urgensi dan
biaya tiap masalah dengan system scoring dengan skor 1 – 4.
Kegawatan dengan skor 4 dimana:
Sangat gawat : 4
Gawat : 3
Kurang gawat : 2
Tidak gawat : 1
Tingkat urgensi dengan skor 4 dimana:
Sangat mendesak : 4
Mendesak : 3
Kurang mendesak : 2
Tidak mendesak : 1
Tingkat penyebaran/ meluasnya masalah dinilai sbb :
Sangat mudah menyebar/meluas : 4
Murah menyebar/meluas : 3
53
Sulit menyebar/meluas : 2
Tidak menyebar/meluas : 1
Tabel.21 Kriteria B. Kegawatan Masalah
NO. Masalah Kesehatan Keganasan Tingkat Urgency
Biaya yang dikeluarkan
Nilai
1. Cakupan kunjungan bumil K4
3 3 4 10
2. Balita yang naik BB 3 4 3 103. Balita BGM 4 4 3 114. Institusi yang dibina 1 1 2 45. Jumlah TTU yang
diperiksa1 1 2 4
6. TTU yang memenuhi syarat sanitasi
1 2 2 5
7. TP2M yang diperiksa
2 3 2 7
8.. TP2M yang memenuhi syarat sanitasi
1 2 2 5
9. Rumah Sehat 3 3 3 910. Penduduk yang
memanfaatkan jamban
3 3 4 10
11. API 4 4 1 9
12. Cakupan suspek TB paru
4 4 3 11
13. Penemuan kasus TB BTA (+)
4 4 2 10
14. Cakupan balita dengan pneumoni yang ditemukan/ditangani (sesuai standar)
4 4 3 11
15. Jumlah bumil yang mendapat TT1
4 4 3 11
16. Jumlah bumil yang mendapat TT2
2 2 2 6
17. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi DPT 1
4 4 3 11
18. Jumlah bayi yang 4 4 3 11
54
mendapat imunisasi Polio 1
19. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Polio 4
3 3 3 9
20. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Hepatitis B total
4 4 3 11
21. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Hepatitis B2
4 4 3 11
22. Jumlah kasus baru 3 3 2 823. Frekuensi kunjungan 3 3 2 824 BOR 2 2 2 625 Jumlah kunjungan
gilut di rawat jalan2 2 3 7
3. Kriteria C. kemudahan dalam penanggulangan
Kemudahan dalam penanggulangan masalah di ukur dengan system scoring dengan nilai
1 – 4 dimana:
Sangat mudah : 4
Mudah : 3
Sulit : 2
Sangat sulit : 1
Tabel.22 Kriteria C ( kemudahan dalam penganggulangan)
NO. Masalah Kesehatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Nilai1. Cakupan kunjungan
bumil K43 2 2 3 4 3 2 3 3 4 2,9
2. Balita yang naik BB 2 3 2 2 2 3 3 3 2 2 2,43. Balita BGM 2 2 1 2 2 3 2 1 2 2 1,94. Institusi yang dibina 1 2 1 1 1 2 2 1 2 1 1,45. Jumlah TTU yang
diperiksa1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1,2
6. TTU yang memenuhi syarat sanitasi
1 2 1 1 1 1 2 1 2 1 1,3
7. TP2M yang diperiksa
1 2 1 1 1 1 2 1 2 1 1,3
8.. TP2M yang 2 1 2 2 2 2 1 1 2 2 1,7
55
memenuhi syarat sanitasi
9. Rumah Sehat 2 3 2 2 3 2 3 2 2 2 2,310. Penduduk yang
memanfaatkan jamban
2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2,1
11. API 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1,212. Cakupan suspek TB
paru1 2 1 1 1 1 2 1 2 1 1,3
13. Penemuan kasus TB BTA (+)
1 2 1 1 1 1 2 1 2 1 1,3
14. Cakupan balita dengan pneumoni yang ditemukan/ditangani (sesuai standar)
2 3 2 2 3 2 3 2 2 2 2,3
15. Jumlah bumil yang mendapat TT1
4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 3,7
16. Jumlah bumil yang mendapat TT2
4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3,6
17. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi DPT 1
4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3,5
18. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Polio 1
4 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3,8
19. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Polio 4
3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2,8
20. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Hepatitis B total
4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3,3
21. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Hepatitis B2
3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2,8
22. Jumlah kasus baru 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 1,423. Frekuensi
kunjungan2 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1,6
24 BOR 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1,625 Jumlah kunjungan
gilut di rawat jalan2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2,5
56
4. Kriteria D. PEARL faktor
Kelompok kriteria D terdiri dari beberapa faktor yang saling menentukan dapat
atau tidak nya suatu program dilaksanakan, faktor-faktor tersebut adalah:
Kesesuaian (propriety)
Ekonomi murah (economic)
Dapat diterima (acceptability)
Tersedianya sumber ( resources availability)
Legalitas terjamin (legality)
Tabel.24 Kriteria D. PEARL FAKTOR
NO. Masalah Kesehatan P E A R L Nilai1. Cakupan kunjungan bumil K4 1 1 1 1 1 12. Balita yang naik BB 1 1 1 1 1 13. Balita BGM 1 1 1 1 1 14. Institusi yang dibina 1 1 1 1 1 15. Jumlah TTU yang diperiksa 1 1 1 1 1 16. TTU yang memenuhi syarat
sanitasi1 1 1 1 1 1
7. TP2M yang diperiksa 1 1 1 1 1 18.. TP2M yang memenuhi syarat
sanitasi1 1 1 1 1 1
9. Rumah Sehat 1 1 1 1 1 110. Penduduk yang memanfaatkan
jamban1 1 1 1 1 1
11. API 1 1 1 1 1 112. Cakupan suspek TB paru 1 1 1 1 1 113. Penemuan kasus TB BTA (+) 1 1 1 1 1 114. Cakupan balita dengan
pneumoni yang ditemukan/ditangani (sesuai standar)
1 1 1 1 1 1
15. Jumlah bumil yang mendapat TT1
1 1 1 1 1 1
16. Jumlah bumil yang mendapat TT2
1 1 1 1 1 1
17. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi DPT 1
1 1 1 1 1 1
18. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Polio 1
1 1 1 1 1 1
19. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Polio 4
1 1 1 1 1 1
57
20. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Hepatitis B total
1 1 1 1 1 1
21. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Hepatitis B2
1 1 1 1 1 1
22. Jumlah kasus baru 1 1 1 1 1 123. Frekuensi kunjungan 1 1 1 1 1 124 BOR 1 1 1 1 1 125 Jumlah kunjungan gilut di rawat
jalan1 1 1 1 1 1
5. Penilaian Prioritas Masalah
Setelah nilai dari kriteria A,B,C dan D didapat, hasil tersebut dimasukan dalam
formula nilai prioritas dasar ( NPD ) serta nilai prioritas total (NPT) untuk menentukan
prioritas masalah yang dihadapi:
NPD = (A+B) x C
NPT = (A+B) x C x D
Tabel.25 Urutan prioritas berdasarkan perhitungan Hanlon kuantitatifNO. Masalah Kesehatan Nilai
ANilai B
Nilai C
NPD Nilai PEARL
NPT Prioritas
1. Cakupan kunjungan bumil K4 1 10 2,9 31,9 1 31,9 82. Balita yang naik BB 1 10 2,4 26,4 1 26,4 113. Balita BGM 3 11 1,9 26,6 1 26,6 104. Institusi yang dibina 1 4 1,4 7 1 7 235. Jumlah TTU yang diperiksa 1 4 1,2 6 1 6 246. TTU yang memenuhi syarat
sanitasi2 5 1,3 9,1 1 9,1 22
7. TP2M yang diperiksa 5 7 1,3 15,6 1 15,6 188.. TP2M yang memenuhi syarat
sanitasi2 5 1,7 11,9 1 11,9 21
9. Rumah Sehat 4 9 2,3 29,9 1 19,9 1610. Penduduk yang memanfaatkan
jamban2 10 2,1 25,2 1 25,2 12
11. API 5 9 1,2 16,8 1 16,8 1712. Cakupan suspek TB paru 6 11 1,3 22,1 1 22,1 1313. Penemuan kasus TB BTA (+) 6 10 1,3 20,8 1 20,8 1414. Cakupan balita dengan
pneumoni yang ditemukan/ditangani (sesuai standar)
6 11 2,3 39,1 1 39,1 5
15. Jumlah bumil yang mendapat 3 11 3,7 51,8 1 51,8 1
58
TT116. Jumlah bumil yang mendapat
TT23 6 3,6 32,4 1 32,4 7
17. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi DPT 1
1 11 3,5 42 1 42 3
18. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Polio 1
1 11 3,8 45,6 1 45,6 2
19. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Polio 4
1 9 2,8 28 1 28 9
20. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Hepatitis B total
1 11 3,3 39,6 1 39,6 4
21. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Hepatitis B2
1 11 2,8 33,6 1 33,6 6
22. Jumlah kasus baru 4 8 1,4 16,8 1 16,8 1723. Frekuensi kunjungan 1 8 1,6 14,4 1 14,4 1924 BOR 2 6 1,6 12,8 1 12,8 2025 Jumlah kunjungan gilut di
rawat jalan1 7 2,5 20 1 20 15
Dari hasil hanlon kuantitatif, didapatkan prioritas masalahTabel 26. Urutan Prioritas Masalah
DAFTAR MASALAH PRIORITASJumlah bumil yang mendapat TT1 1Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Polio 1 2Jumlah bayi yang mendapat imunisasi DPT 1 3Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Hepatitis B total 4Cakupan balita dengan pneumoni yang ditemukan/ditangani (sesuai standar) 5Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Hepatitis B2 6Jumlah bumil yang mendapat TT2 7Cakupan kunjungan bumil K4 8Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Polio 4 9Balita BGM 10Balita yang naik BB 11Penduduk yang memanfaatkan jamban 12Cakupan suspek TB paru 13Penemuan kasus TB BTA (+) 14Jumlah kunjungan gilut di rawat jalan 15Rumah Sehat 16API 17Jumlah kasus baru 17TP2M yang diperiksa 18Frekuensi kunjungan 19BOR 20TP2M yang memenuhi syarat sanitasi 21TTU yang memenuhi syarat sanitasi 22
59
BAB V
ANALISIS PEMECAHAN MASALAH
V.1. KEGIATAN/INDIKATOR KEGIATAN YANG BERMASALAH
Indikator program yang bermasalah adalah adanya selisih antara target yang diharapkan
(ditentukan oleh Dinkes Magelang 2010) dengan hasil kegiatan yang dicapai, dimana masalah
muncul jika hasil yang dicapai kurang dari 100% target yang diharapkan.
Terdapat 25 kegiatan program dengan hasil kurang dari 100% target yang kami temui,
kemudian dilakukan pencarian prioritas masalah dengan menggunakan metode HANLON
kuantitatif.
Berdasarkan prioritas masalah, maka ditemukan masalah dengan urutan prioritas utama
adalah jumlah bumil yang mendapat TT1 namun berdasarkan kesepakatan dengan pihak
puskesmas Borobudur, pada analisa pemecahan masalah ini akan dibahas mengenai cakupan
kunjungan bumil K4 pada hasil cakupan program (SPM) Borobudur. Adapun hasil cakupan
kunjungan bumil K4 pada bulan Januari hingga Februari 2012 adalah 90% sedangkan target
Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang adalah sebesar 95%. Hasil ini menunjukkan bahwa hasil
cakupan kunjungan bumil K4 pada bulan Januari hingga Februari 2012 kurang dari standart yang
ditetapkan pada SPM Dinas Kesehatan Magelang tahun 2010.
V.2. KERANGKA PIKIR PEMECAHAN MASALAH
Masalah adalah kesenjangan antara keadaan spesifik yang diharapkan dengan kenyataan,
yang menimbulkan rasa tidak puas, dan keinginan untuk memecahkannya.
Dengan demikian didapatkan ciri-ciri masalah :
1. Menyatakan hubungan dua atau lebih variabel
2. Dapat diukur
3. Dapat diatasi (Hartoyo, 2007)
Urutan dalam siklus pemecahan masalah antara lain :
a. Identifikasi/ inventarisasi masalah
Menetapkan keadaan spesifik yang diharapkan, yang ingin dicapai, menetapkan
indikator tertentu sebagai dasar pengukuran kinerja, misalnya SPM.Kemudian
mempelajari keadaan yang terjadi dengan menghitung atau mengukur hasil
61
pencapaian.Kemudian membandingkan antara keadaan nyata yang terjadi, dengan
keadaan tertentu yang diinginkan atau indikator tertentu yang sudah ditetapkan.
b. Penentuan prioritas masalah
Penyusunan peringkat masalah lebih baik dilakukan oleh banyak orang daripada satu
orang saja. Beberapa metode yang dapat digunakan antara lain : Hanlon, Delbeq,
CARL, Pareto, dll.
c. Penentuan penyebab masalah
Penentuan penyebab masalah dilihat berdasarkan data atau kepustakaaan dengan
curah pendapat.Penentuan penyebab masalah hendaknya jangan menyimpang dari
masalah tersebut.
d. Memilih penyebab yang paling mungkin
Penyebab masalah yang paling mungkin harus dipilih berdasarkan sebab-sebab yang
didukung oleh data atau konfirmasi.
e. Menentukan alternatif pemecahan masalah
Seringkali pemecahan masalah dapat dilakukan dengan mudah dari penyebab yang
sudah diidentifikasi.Jika penyebab sudah jelas maka dapat langsung pada alternatif
pemecahan masalah.
f. Penetapan pemecahan masalah terpilih
Setelah alternatif pemecahan masalah ditentukan, maka dilakukan pemilihan
pemecahan masalah terpilih.Apabila ditemukan beberapa alternatif maka digunakan
Hanlon kualitatif untuk menentukan atau memilih pemecahan terbaik.
g. Penyusunan rencana penerapan
Rencana penerapan pemecahan masalah dibuat dalam bentuk POA (Plan of Action
atau rencana kegiatan)
h. Monitoring dan evaluasi
Ada dua segi pemantauan yaitu apakah kegiatan penerapan masalah yang sedang
dilaksanakan sudah diterapkan dengan baik dan menyangkut masalah itu sendiri,
apakah permasalahan sudah dapat dipecahkan.
62
63
Problem Solving Cycle :1. Identifikasi Masalah
2. PenentuanPrioritas Masalah
3. PenentuanPenyebab Masalah
4. MemilihPenyebab yang paling mungkin5. Menentukan
alternatifpemecahan masalah
6. Penetapanpemecahan masalah
terpilih
7. Penyusunanrencana penerapan
8. Monitoring & Evaluasi
Gambar 4.Siklus Pemecahan Masalah
V.3. Analisa Penyebab Masalah
Hal yang mendasari timbulnya kesenjangan antara hasil yang diharapkan dengan hasil
yang dicapai dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Untuk menentukan penyebab masalah,
dilakukan dengan menggunakan pendekatan sistem dengan menggunakan data yang diperoleh
selama 2 bulan terakhir. Dalam menganalisis penyebab manajemen secara menyeluruh
digunakan pendekatan evaluasi yang meliputi input, proses, output, outcome, serta environment.
Sehingga dapat ditelusuri hal-hal yang menyebabkan munculnya permasalahan
64
BAB VI
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
VI.1. ANALISIS/INVENTARISASI PENYEBAB MASALAH
Hal yang mendasari timbulnya kesenjangan antara hasil yang diharapkan dengan
hasil yang nyata dicapai dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Untuk menentukan
penyebab masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan sistem, dengan
menggunakan data yang diperoleh selama 2 bulan terakhir. Dalam menganalisis
penyebab manajemen secara menyeluruh digunakan pendekatan evaluasi yang meliputi
input, proses, output, outcome, serta environtment. Sehingga dapat ditelusuri hal-hal yang
menyebabkan munculnya permasalahan. Kemungkinan penyebab masalah adalah :
Tabel 27.Identifikasi Kemungkinan Penyebab Masalah
Tahap Analisis Pendekatan Sistem berdasarkan Input
Aspek Komponen Kelebihan Kekurangan
INPUT Man Jumlah kader dan
petugas kesehatan yang
memadai
Jumlah bidan puskesmas
sudah mencukupi
Masih ada penduduk yang
melahirkan di dukun
Bidan memiliki tugas pokok
dan tugas tambahan
Petugas memiliki latar
pendidikan yang tidak sesuai
dengan keahlian di bidangnya
Money Tidak diperlukan biaya
untuk melakukan
kunjungan ANC
Tidak adanya alokasi
dana untuk penyuluhan
Method SOP mengenai ANC belum
lengkap
Material Ada poli KIA, Posyandu,
dan PKD
Kurangnya brosur, leaflet,
poster, dan media / alat peraga
65
dalam penyuluhan
Machine Tersedianya alat untuk
melakukan pemeriksaan
ANC di Puskesmas(
Leanec, Doppler /
spekulum corong,
Meteran kain pengukur
tinggi fundus uteri,
Meteran pengukur LILA,
Selimut, Reflex
Hammer, Jarum suntik
disposibel 2,5 ml, Air
hangat Timbangan Berat
Badan dewasa,
Tensimeter Air Raksa,
Stetoscope, Bed
Obstetric, Spekulum
gynec, Lampu halogen /
senter, Kalender
kehamilan
Alat untuk memeriksa
pemeriksaan ANC di
Posyandu masih menggunakan
alat pribadi
Proses P1 Terdapat perencanaan
penyuluhan aktif kepada
ibu hamil tentang
pentingnya ANC pada
kelas ibu.
Terdapat jadwal yang
teratur untuk penyuluhan
ibu hamil dan pelatihan
bidan desa, 1 bulan sekali.
Tidak terdapat perencanaan
rutin pelatihan bidan desa
tentang program-program
ANC.
P2 Penyuluhan melalui bidan
desa telah berjalan di
Pelaksanaan penyuluhan dan
pelatihan mengenai ANC
66
semua desa cakupan
puskesmas.
Peran aktif masyarakat
dalam keikutsertaan
penyuluhan ANC sudah
baik. ±80% ibu hamil
hadir dalam kelas ibu.
belum berjalan secara rutin.
Penyuluhan yang kurang
optimal dan inovatif tentang
ANC.
P3 Sudah dilakukan
pencatatan dan pelaporan
kegiatan mengenai ANC
Lingkungan Eksternal Sudah ada kebijakan
tentang program ANC
yang mendukung
terlaksana nya kegiatan
ANC
Kemungkinan penyebab terjadinya masalah :
1. Masih ada penduduk yang melahirkan di dukun
2. Bidan memiliki tugas pokok dan tugas tambahan
3. Petugas memiliki latar pendidikan sesuai dengan keahlian di bidangnya
4. SOP mengenai ANC belum lengkap
5. Kurangnya brosur, leaflet, poster, dan media / alat peraga dalam penyuluhan
6. Alat untuk memeriksa pemeriksaan ANC di Posyandu masih menggunakan alat pribadi
7. Tidak terdapat perencanaan rutin pelatihan bidan desa tentang program-program ANC
8. Pelaksanaan penyuluhan dan pelatihan mengenai ANC belum berjalan secara rutin.
9. Penyuluhan yang kurang optimal dan inovatif tentang ANC
VI.2 Penyebab Masalah Mutu Pelayanan (Simple Problem)
67
Penilaian mutu pelayanan petugas Puskesmas kepada pasien, dilakukan pula dengan
pendekatan simple problem, yaitu dengan melakukan observasi terhadap kegiatan
Posyandu yang dilaksanakan tanggal 03 April 2012. Hasil observasi dituangkan dalam
daftar tilik yang kami susun berdasarkan bimbingan pihak puskesmas.
Tabel 28. Standar Operasional Prosedur
No. Standar Operasional Prosedur Ya Tidak
Tidak Berlaku
1. Apakah petugas bersikap ramah, sopan, dan bersahabat pada setiap kunjungan?
X
2. Apakah petugas melakukan anamnesis dan mengisi KMS bumil secara lengkap?
X
3. Apakah petugas memastikan bahwa kehamilan tersebut diharapakan?
X
4. Apakah petugas menentukan HPHT? X
5. Apakah petugas memeriksa kadar Hb? X
6. Apakah petugas memberikan imunisasi TT? X
7. Apakah petugas menilai keadaan umum (fisik) dan psikologis bumil?
X
8. Apakah petugas memeriksa urin untuk memeriksa glukosa dan protein urin atas indikasi?
X
9. Apakah petugas mengukur berat badan bumil?
X
10. Apakah petugas mengukur lingkar lengan atas bumil?
X
11. Apakah petugas mengukur tekanan darah dengan posisi duduk atau berbaring dengan mengganjal punggung kiri dengan bantal?
X
12. Apakah petugas menanyakan apakah ibu hamil meminum tablet besi sesuai dengan
X
68
ketentuan?
13. Apakah petugas memeriksa tanda – tanda atau gejala penyakit menular seksual?
X
14. Apakah petugas mengukur tinggi fundus uteri dengan menggunakan meteran kain?
X
15. Apakah petugas mendengarkan denyut jantung janin?
X
16. Apakah petugas memberi nasihat tentang cara perawatan diri selama kehamilan?
X
17. Apakah petugas memberi nasihat tentang tanda bahaya pada kehamilan?
X
18. Apakah petugas memberi nasihat tentang kurang gizi pada ibu hamil?
X
19. Apakah petugas memberi nasihat tentang anemia pada ibu hamil?
X
20. Apakah petugas mendengarkan keluhan ibu hamil?
X
21. Apakah petugas membicarakan tentang tempat persalinan?
X
22. Apakah petugas membicarakan tentang persiapan transportasi untuk rujukan jika diperlukan?
X
23. Apakah petugas mencatat semua temuan pada KMS ibu hamil?
X
TOTAL 18 4 1
69
Ya CR = X 100% Ya+Tidak 18 = X 100% 18+4
= 81,81 %
Berdasarkan nilai Compliance Rate yang didapat maka kepatuhan petugas Kesehatan Ibu
dan Anak (KIA) terhadap kunjungan bumil K4 adalah 81,81%, maka SOP telah dilakukan
sesuai dengan standar sehingga tidak menimbulkan permasalahan dalam sistem
puskesmas yang berjalan.
VI.3 Pendekatan Complex Problem
Penilaian mutu pelayanan Puskesmas salah satunya dilakukan lewat pendekatan complex
problem, yaitu dengan menggunakan 9 dimensi mutu. Kuesioner ditanyakan pada 5 ibu
hamil di Posyandu Desa Wanurejo tanggal 03 April 2012.
Tabel 29. Konfirmasi Penyebab Masalah Mutu Pelayanan (Complex problem)
No Dimensi Mutu Ya TidakTidak
BerlakuPersentase
A Kompetensi teknis, pengetahuan, keterampilan1. Apakah petugas mencatat keluhan yang
disampaikan pasien5 0 0 100%
2. Apakah petugas kesehatan melakukan pengukuran tensi pada setiap pemeriksaan?
5 0 0 100%
3. Apakah petugas kesehatan melakukan pengukuran tinggi badan pada setiap pemeriksaan?
3 2 0 60%
4. Apakah petugas kesehatan melakukan penimbangan BB pada setiap pemeriksaan?
5 0 0 100%
5. Apakah petugas kesehatan melakukan pemeriksaan pada perut (TFU+Leopold) pada setiap pemeriksaan?
5 0 0 100%
6. Apakah petugas melakukan pemeriksaan 5 0 0 100%
70
denyut jantung bayi pada setiap pemeriksaan?
7. Apakah petugas kesehatan memberikan/pernah memberikan 90 tablet besi?
5 0 0 100%
8. Apakah petugas kesehatan memberikan/pernah memberikan suntik TT?
5 0 0 100%
9. Apakah petugas kesehatan mencatat hasil pemeriksaan pada buku ANC (merah jambu) ?
5 0 0 100%
B Access to Service
1. Apakah lokasi Puskesmas dekat dengan rumah anda?
5 0 0 80%
2. Apakah Puskesmas dapat dijangkau dengan kendaraan umum?
5 0 0 100%
3. Apakah butuh waktu yang lama untuk menuju Puskesmas?
5 0 0 100%
4. Apakah biaya pengobatan di Puskesmas terjangkau menurut Anda?
5 0 0 100%
C Effectiveness
1. Apakah petugas kesehatan datang tepat waktu?
4 1 0 80%
2. Apakah jam kerja pelayanan sesuai dengan waktu yang ditetapkan?
4 1 0 80%
3. Apakah obat dari Puskesmas memberikan perbaikan kondisi kesehatan?
5 0 0 100%
4. Apakah anda mengerti penyuluhan yang diberikan puskesmas?
5 0 0 100%
D Efficiency
1. Apakah waktu tunggu tidak terlalu lama? 5 0 0 100%
2. Apakah biaya yang dikeluarkan sesuai dengan pelayanan yang diberikan?
5 0 0 100%
3. Apakah tidak ada pungutan selain di loket pembayaran?
5 0 0 100%
4. Apakah mudah untuk mendaftar di loket? 5 0 0 100%
E Interpersonal relation
1. Apakah petugas memberikan senyum, salam, dan sapa saat memberikan pelayanan?
5 0 0 100%
2. Apakah ibu merasa nyaman untuk menyampaikan keluhan?
5 0 0 100%
71
3. Apakah sebelum memeriksa anda petugas kesehatan meminta ijin?
5 0 0 100%
4. Apakah petugas ramah dalam memberikan pelayanan?
5 0 0 100%
5. Apakah petugas memanggil nama pasiennya dengan Bapak / Ibu?
5 0 0 100%
6. Apakah petugas tidak mengerjakan hal lain sambil menangani pasien?
5 0 0 100%
F Continuity (kesinambungan)
1. Apakah petugas kesehatan memberikan penjelasan kapan harus kontrol/memeriksakan kehamilan kembali?
4 1 0 80%
2. Apakah anda akan datang kontrol saat waktu yang ditentukan?
3 2 0 60%
3. Apakah anda pernah dirujuk ke rumah sakit atau dokter lain yang lebih berkompeten?
5 0 0 100%
G Safety
1. Apakah petugas kesehatan mencuci tangan sebelum menangani pasien?
2 3 0 40%
2. Jika disuntik imunisasi TT apakah petugas kesehatan menggunakan jarum suntik yang baru?
5 0 0 100%
3. Apakah alat-alat kesehatan yang dipakai layak pakai / tidak membahayakan?
5 0 0 100%
H Amenities (Kenyamanan)
1. Apakah menurut anda ruang periksa cukup menjamin kerahasiaan pemeriksaan pasien?
5 0 0 100%
2. Apakah menurut anda lingkungan puskesmas bersih dan rapi?
5 0 0 100%
3. Apakah saat anda mengantri di Puskesmas ruang tunggunya nyaman?
5 0 0 100%
4. Apakah menurut anda toilet yang ada di Puskesmas cukup bersih?
4 1 0 80%
I Information
1. Apakah petugas kesehatan memberikan penjelasan hasil pemeriksaan?
5 0 0 100%
2. Apakah saudara paham dengan penjelasan yang diberikan oleh petugas kesehatan mengenai kondisi kehamilan?
5 0 0 100%
3. Bila diberikan obat apakah petugas kesehatan memberikan penjelasan
3 2 0 60%
72
mengenai tujuan diberikannya obat?4. Bila diberikan obat apakah petugas
kesehatan memberikan penjelasan mengenai aturan pemakaian obat?
3 2 0 60%
5. Apakah terdapat bagan alur pelayanan puskesmas yang dipasang?
4 1 0 80%
6. Apakah alur pelayanan kesehatan dan lokasi-lokasi pelayanan kesehatan mudah dimengerti?
4 1 0 80%
Dari tabel di atas ditemukan beberapa masalah (complex problem) yaitu :
1. Hanya 60 % responden yang mengatakan bahwa petugas kesehatan melakukan
pengukuran tinggi badan pada setiap pemeriksaan.
2. Hanya 60% responden yang mengatakan bahwa akan datang kontrol saat waktu yang
ditentukan.
3. Hanya 40% responden yang mengatakan bahwa petugas kesehatan mencuci tangan
sebelum menangani pasien.
4. Hanya 60% responden yang mengatakan bahwa petugas kesehatan memberikan
penjelasan mengenai tujuan diberikannya obat.
5. Hanya 60% responden yang mengatakan bahwa petugas kesehatan memberikan
penjelasan mengenai aturan pemakaian obat.
73
MachineMan
Masih ada penduduk yang melahirkan di dukunBidan memiliki tugas pokok dan tugas tambahanPetugas memiliki latar pendidikan yang tidak sesuai dengan keahlian di bidangnya
Material
Alat untuk memeriksa pemeriksaan ANC di Posyandu masih menggunakan alat pribadi
Cakupan kunjungan K4 90%
PROSES
Kurangnya brosur, leaflet, poster, dan media / alat peraga dalam penyuluhan
Method
Money
SOP mengenai ANC belum lengkap
Analisis Kemungkinan Penyebab Masalah dengan Menggunakan Fishbone Analysis
Gambar 5. Diagram analisis kemungkinan penyebab masalah dengan Fishbone Analysis
74
VI.4. KONFIRMASI PENYEBAB MASALAH MANAJEMEN PUSKESMAS YANG
DIANALISIS DENGAN PENDEKATAN SISTEM
Kemungkinan penyebab masalah seperti pada Tabel 14, kemudian dikonfirmasikan
kepada pihak Puskesmas melalui wawancara. Hasil konfirmasi tersebut tercantum pada
tabel di bawah ini.
Tabel 30. Penyebab Masalah Tahap Analisis Pendekatan Sistem Setelah Dikonfirmasi
KOMPONEN KEMUNGKINAN PENYEBAB
INPUT
MAN
Masih ada penduduk yang melahirkan di dukun
Bidan memiliki tugas pokok dan tugas tambahan
Petugas memiliki latar pendidikan yang tidak sesuai dengan keahlian di bidangnya
MONEY (-)
MATERIAL Kurangnya brosur, leaflet, poster, dan media / alat peraga dalam penyuluhan
METHOD SOP mengenai ANC belum lengkap
MACHINE Alat untuk memeriksa pemeriksaan ANC di Posyandu masih menggunakan alat pribadi
PROSES P1 Tidak terdapat perencanaan rutin pelatihan bidan desa tentang program-program ANC.
P2
Pelaksanaan penyuluhan dan pelatihan mengenai ANC belum berjalan secara rutin.
Penyuluhan yang kurang optimal dan inovatif tentang ANC.
Bumil mengatakan bahwa tidak akan datang kontrol saat waktu yang ditentukan
Petugas kesehatan memberikan penjelasan mengenai aturan pemakaian obat
Petugas kesehatan memberikan penjelasan mengenai aturan pemakaian obat
P3 (-)
LINGKUNGAN (-)
75
PENYEBAB MASALAH BERDASAR MP DAN QA
Dari hasil konfirmasi penyebab masalah dengan pendekatan sistem dan mutu pelayanan,
dapat disimpulkan bahwa penyebab masalah di lapangan adalah :
A. Masih ada penduduk yang melahirkan di dukun
B. Bidan memiliki tugas pokok dan tugas tambahan
C. Petugas memiliki latar pendidikan tidak sesuai dengan keahlian di bidangnya
D. SOP mengenai ANC belum lengkap
E. Kurangnya brosur, leaflet, poster, dan media / alat peraga dalam penyuluhan
F. Alat untuk memeriksa pemeriksaan ANC di Posyandu masih menggunakan alat
pribadi
G. Tidak terdapat perencanaan rutin pelatihan bidan desa tentang program-program
ANC
H. Pelaksanaan penyuluhan dan pelatihan mengenai ANC belum berjalan secara rutin.
I. Penyuluhan yang kurang optimal dan inovatif tentang ANC
J. Bumil mengatakan bahwa tidak akan datang kontrol saat waktu yang ditentukan
K. Petugas kesehatan tidak memberikan penjelasan mengenai tujuan diberikannya
obat
L. Petugas kesehatan tidak memberikan penjelasan mengenai aturan pemakaian obat
Kedua belas masalah ini dapat pula ditelusuri dengan menggunakan fish bone analysis
seperti yang terlihat pada gambar di akhir bab ini. Kedua belas masalah tersebut selanjutnya
akan diurutkan berdasarkan prioritas dengan menggunakan paired comparison.
76
Tabel 31. Paired comparison
A B C D E F G H I J K L Horizontal
A A A A E A A A I J A A 8
B B D E F G H I J K L 1
C D E F G H I J K L 0
D E F G H I J K L 0
E E E E I J E E 5
F F H I J K L 1
G H I J K L 0
H I J K L 0
I J I I 2
J J J 2
K L 0
L -
Vertical 0 0 0 2 4 3 3 5 8 9 6 7
Horizontal 8 1 0 0 5 1 0 0 2 2 0 -
Total 8 1 0 2 9 4 3 5 10 11 6 7
Urutan 4 11 12 10 3 8 9 7 2 1 6 5
A. Masih ada penduduk yang melahirkan di dukun
B. Bidan memiliki tugas pokok dan tugas tambahan
C. Petugas memiliki latar pendidikan tidak sesuai dengan keahlian di bidangnya
D. SOP mengenai ANC belum lengkap
E. Kurangnya brosur, leaflet, poster, dan media / alat peraga dalam penyuluhan
F. Alat untuk memeriksa pemeriksaan ANC di Posyandu masih menggunakan alat
pribadi
G. Tidak terdapat perencanaan rutin pelatihan bidan desa tentang program-program
ANC
H. Pelaksanaan penyuluhan dan pelatihan mengenai ANC belum berjalan secara
rutin.
I. Penyuluhan yang kurang optimal dan inovatif tentang ANC
J. Bumil mengatakan bahwa tidak akan datang kontrol saat waktu yang ditentukan
77
K. Petugas kesehatan tidak memberikan penjelasan mengenai tujuan diberikannya
obat
L. Petugas kesehatan tidak memberikan penjelasan mengenai aturan pemakaian obat
Setelah melakukan Paired Comparisons didapatkan urutan peringkat penyebab masalah
sebagai berikut:
A. Bumil mengatakan bahwa tidak akan datang kontrol saat waktu yang ditentukan
B. Penyuluhan yang kurang optimal dan inovatif tentang ANC
C. Kurangnya brosur, leaflet, poster, dan media / alat peraga dalam penyuluhan
D. Masih ada penduduk yang melahirkan di dukun
E. Petugas kesehatan tidak memberikan penjelasan mengenai aturan pemakaian obat
F. Petugas kesehatan tidak memberikan penjelasan mengenai tujuan diberikannya
obat
G. Pelaksanaan penyuluhan dan pelatihan mengenai ANC belum berjalan secara
rutin.
H. Alat untuk memeriksa pemeriksaan ANC di Posyandu masih menggunakan alat
pribadi
I. Tidak terdapat perencanaan rutin pelatihan bidan desa tentang program-program
ANC
J. Bidan memiliki tugas pokok dan tugas tambahan
K. SOP mengenai ANC belum lengkap
L. Petugas memiliki latar pendidikan tidak sesuai dengan keahlian di bidangnya
78
Dari urutan prioritas penyebab masalah di atas, dimasukkan ke dalam tabel Paretto
untuk mengetahui seberapa besar penyebab tersebut mengakibatkan masalah.
Tabel 17. Tabel Paretto
Penyeba
b
Masalah
Frekuensi Persen
(%)
Frekuensi
Kumulatif
Persen
Kumulatif
J 11 16,67 10 18,18
I 10 15,15 21 31,81
E 9 13,63 30 45,45
A 8 12,12 38 57,57
L 7 10,60 45 68,18
K 6 9,09 51 77,27
H 5 7,57 56 84,84
F 4 6,06 60 90,90
G 3 4,54 63 95,45
B 2 3,03 65 98,48
D 1 1,51 66 100
C 0 0 66 100
J I E A L K H F G B D C0
10
20
30
40
50
60
70
FrekuensiPersen (%)Frekuensi Kumulatif
Gambar 6. Diagram Pareto
79
VI.5. ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
Untuk mengatasi penyebab masalah diatas, alternatif pemecahan masalah yang dapat
dilakukan adalah sebagai berikut:
Tabel 18. Daftar alternatif pemecahan masalah
NO.PRIORITAS PENYEBAB MASALAH
TUJUAN SASARAN ALTERNATIF
1 Bumil mengatakan bahwa tidak akan datang kontrol saat waktu yang ditentukan
Memberikan pengetahuan kepada ibu hamil mengenai pentingnya pemeriksaan kehamilan sebelum persalinan
Ibu hamil dan pasangannya
Penyuluhan pada ibu hamil bersama pasangannya tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan sebelum melahirkan.
2 Penyuluhan yang kurang optimal dan inovatif tentang ANC
Mengoptimalisasi penyuluhan tentang ANC
Petugas Kesehatan, Kader, dan Ibu hamil
Penyuluhan pada ibu hamil tentang ANC dan pemberian reward kepada petugas kesehatan yang memberikan penyuluhan yang optimal tentang ANC.
3 Kurangnya brosur, leaflet, poster, dan media / alat peraga dalam penyuluhan
Menambah media penyuluhan
Ibu hamil Pembuatan brosur, leaflet dan poster.
4 Masih ada penduduk yang melahirkan di dukun
Memberikan pengetahuan kepada ibu hamil tentang persalinan bersih dan aman
Ibu hamil Penyuluhan pada ibu hamil tentang pentingnya persalinan yang bersih dan aman.
5 Petugas kesehatan tidak memberikan penjelasan mengenai aturan pemakaian obat
Meningkatkan pemahaman petugas kesehatan tentang pentingnya menjelaskan aturan pemakaian obat
Petugas kesehatan
Penyuluhan kepada petugas kesehatan dan pemberian reward kepada petugas kesehatan yang memberikan penjelasan mengenai aturan pemakaian obat.
6 Petugas kesehatan tidak Meningkatkan Petugas Penyuluhan kepada
80
memberikan penjelasan mengenai tujuan diberikannya obat
pemahaman petugas kesehatan tentang pentingnya menjelaskan tujuan diberikannya obat
kesehatan petugas kesehatan dan pemberian reward kepada petugas kesehatan yang memberikan penjelasan mengenai tujuan pemberian obat.
7 Pelaksanaan penyuluhan dan pelatihan mengenai ANC belum berjalan secara rutin
Penyuluhan dan pelatihan mengenai ANC berjalan secara rutin
Petugas kesehatan
Pemberian reward kepada petugas kesehatan yang melaksanakan penyuluhan dan pelatihan rutin mengenai ANC.
Dari tabel diatas dapat disimpulkan alternatif pemecahan masalah meliputi :
1. Penyuluhan pada ibu hamil bersama pasangannya tentang pentingnya pemeriksaan
kehamilan sebelum melahirkan.
2. Penyuluhan pada ibu hamil tentang ANC dan pemberian reward kepada petugas
kesehatan yang memberikan penyuluhan yang optimal tentang ANC.
3. Pembuatan brosur, leaflet dan poster.
4. Penyuluhan pada ibu hamil tentang pentingnya persalinan yang bersih dan aman.
5. Penyuluhan kepada petugas kesehatan dan pemberian reward kepada petugas
kesehatan yang memberikan penjelasan mengenai aturan pemakaian obat.
6. Penyuluhan kepada petugas kesehatan dan pemberian reward kepada petugas
kesehatan yang memberikan penjelasan mengenai tujuan pemberian obat.
7. Pemberian reward kepada petugas kesehatan yang melaksanakan penyuluhan dan
pelatihan rutin mengenai ANC.
G. PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Proses pengambilan keputusan menggunakan kriteria mutlak dan kriteria keinginan,
dilakukan melalui delapan langkah yaitu :
1. Menetapkan tujuan dan sasaran keputusan
A. Penyuluhan pada ibu hamil bersama pasangannya tentang pentingnya
pemeriksaan kehamilan sebelum melahirkan.
81
B. Penyuluhan pada ibu hamil tentang ANC dan pemberian reward kepada
petugas kesehatan yang memberikan penyuluhan yang optimal tentang ANC.
C. Pembuatan brosur, leaflet dan poster.
D. Penyuluhan pada ibu hamil tentang pentingnya persalinan yang bersih dan
aman.
E. Penyuluhan kepada petugas kesehatan dan pemberian reward kepada petugas
kesehatan yang memberikan penjelasan mengenai aturan pemakaian obat.
F. Penyuluhan kepada petugas kesehatan dan pemberian reward kepada petugas
kesehatan yang memberikan penjelasan mengenai tujuan pemberian obat.
G. Pemberian reward kepada petugas kesehatan yang melaksanakan penyuluhan
dan pelatihan rutin mengenai ANC.
2. Menentukan kriteria mutlak dan kriteria keinginan bagi tercapainya tujuan
Kriteria mutlak :
Tenaga
Waktu
Dana
Metode
Kriteria keinginan
Biaya pelaksanaan terjangkau
Pelaksanaan mudah
Berkesinambungan
Menetapkan bobot kriteria keinginan
Biaya pelaksanaan terjangkau : 40
Pelaksanaan mudah : 30
Keterlibatan masyarakat : 20
Berkesinambungan : 10
3. Inventarisasi alternatif yaitu kemungkinan-kemungkinan cara untuk mencapai
tujuan
82
4. Menguji alternatif-alternatif tersebut ke dalam :
Matriks kriteria mutlak :
Alternatif yang tidak lulus segera dikeluarkan, sedangkan yang lulus dilanjutkan ke
matriks kriteria keinginan
Tabel 19. Daftar Matriks Kriteria Mutlak
Alternati
fTenaga Waktu Dana Metode L/TL
A 1 1 1 1 L
B 1 1 1 1 L
C 1 1 1 1 L
D 1 1 1 1 L
E 1 1 1 1 L
F 1 1 1 1 L
G 1 1 1 1 L
Keterangan :
Untuk jawaban “Ya” diberi Skor 1, jawaban “Tidak” diberi Skor 0, L = Lulus, TL
= Tidak Lulus
Matriks kriteria keinginan :
Pada matriks ini setiap alternatif secara urut diberi nilai terhadap kriteria
keinginan yang ada
Angka nilai setiap alternatif tidak melebihi bobot kriteria nilai yang
bersangkutan
Alternatif yang memiliki jumlah tertinggi merupakan keputusan sementara
83
Tabel 20. Daftar Matriks Kriteria Keinginan
ALTERNA-TIF
PROSES
JUMLAHBiaya
pelaksanaan terjangkau
(40)
Pelaksanaan mudah (30)
Keterlibatan Masyarakat
(20)
Berkesinam-bungan (10)
A 4x40 = 200 4x30 = 120 3x20 = 60 4x20 = 80 460
B 3x40 = 150 3x30 = 90 4x20 = 80 3x20 = 60 380
C 2x40 = 100 2x30 = 60 2x20 = 40 2x20 = 40 240
D 4x40 = 200 4x30 = 90 3x20 = 60 4x20 = 80 430
E 3x40 = 150 3x30 = 90 4x20 = 80 3x20 = 60 380
F 3x40 = 150 3x30 = 90 4x20 = 80 3x20 = 60 380
G 3x40 = 150 3x30 = 90 4x20 = 80 3x20 = 60 380
1. Menetapkan keputusan sementara
Dari alternatif kriteria mutlak dan kriteria keinginan didapatkan hasil untuk
sementara digunakan alternatif pemecahan masalah yaitu :
Penyuluhan pada ibu hamil bersama pasangannya tentang pentingnya
pemeriksaan kehamilan sebelum melahirkan.
Penyuluhan pada ibu hamil tentang pentingnya persalinan yang bersih dan
aman.
Penyuluhan pada ibu hamil tentang ANC dan pemberian reward kepada
petugas kesehatan yang memberikan penyuluhan yang optimal tentang ANC.
Penyuluhan kepada petugas kesehatan dan pemberian reward kepada petugas
kesehatan yang memberikan penjelasan mengenai aturan pemakaian obat.
Penyuluhan kepada petugas kesehatan dan pemberian reward kepada petugas
kesehatan yang memberikan penjelasan mengenai tujuan pemberian obat.
Pemberian reward kepada petugas kesehatan yang melaksanakan penyuluhan
dan pelatihan rutin mengenai ANC.
Pembuatan brosur, leaflet dan poster.
2. Inventarisasi konsekuensi, yaitu faktor-faktor penghambat dan pendorong
keputusan sementara
84
Penjadwalan kegiatan penyuluhan tentang pentingnya pemeriksaan
kehamilan sebelum melahirkan dan persalinan yang bersih dan aman
mudah dilakukan
Pelaksanaan program konseling secara langsung oleh Petugas
Puskesmas kepada masyarakat bersama dengan pasangannya tidak
mudah dilaksanakan, karena tergantung waktu luang pasangannya.
Pelaksanakan penyuluhan dan pelatihan rutin mengenai ANC tidak
mudah dilaksanakan karena tergantung dari kepatuhan petugas
kesehatan.
3. Penentuan keputusan
Setelah mempertimbangkan tingginya nilai yang menggambarkan
keinginan dan konsekuensi yang akan ditimbulkan serta kemampuan untuk
mengatasi konsekuensi, maka diputuskan untuk menggunakan alternatif
pemecahan masalah pertama dan kedua yaitu penyuluhan pada ibu hamil
bersama pasangannya tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan sebelum
melahirkan dan persalinan yang bersih dan aman oleh petugas kesehatan secara
langsung kepada masyarakat sehingga diharapkan cakupan kunjungan K4 akan
meningkat.
85
H. PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN
Tabel 21. Rencana Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Tujuan Sasaran Tempat Pelaksana Waktu Biaya Metode Indikator
Persiapan
Persiapan materi (kalender, data SPM, dan materi yang terkait) penyuluhan pentingnya pemeriksaan kehamilan sebelum melahirkan dan persalinan yang bersih dan aman
Terlaksananya rapat koordinasi penyusunan jadwal kegiatan penyuluhan pentingnya pemeriksaan kehamilan sebelum melahirkan dan persalinan yang bersih dan aman
Petugas Promkes
Puskesmas Kepala puskesmas beserta petugas promkes
Bulan April
- Petugas promkes menyiapkan data-data terkait penyuluhan pentingnya pemeriksaan kehamilan sebelum melahirkan dan persalinan yang bersih dan aman
Lengkapnya data-data yang dibutuhkan untuk rapat koordinasi penyusunan jadwal penyuluhan
Pelaksanaan
Rapat koordinasi penyusunan jadwal penyuluhan pentingnya
Tersusunnya jadwal rutin kegiatan penyuluhan pentingnya pemeriksaan kehamilan
Petugas Promkes
Puskesmas Kepala puskesmas,petugas promkes, petugas KIA-KB, dan yang
Bulan April
- Rapat koordinasi penyusunan jadwal penyuluhan pentingnya pemeriksaan kehamilan
Tersusunnya jadwal rutin kegiatan penyuluhan pentingnya pemeriksaan kehamilan sebelum melahirkan dan
86
pemeriksaan kehamilan sebelum melahirkan dan persalinan yang bersih dan aman
sebelum melahirkan dan persalinan yang bersih dan aman
terkait sebelum melahirkan dan persalinan yang bersih dan aman .
persalinan yang bersih dan aman oleh Puskesmas terhadap masyarakat
Evaluasi
Peninjauan kembali dan penilaian terhadap jadwal yang telah dibuat.
Tersusunnya jadwal rutin kegiatan penyuluhan pentingnya pemeriksaan kehamilan sebelum melahirkan dan persalinan yang bersih dan aman
Petugas Promkes
Puskesmas Kepala puskesmas beserta petugas promkes
Bulan April
- Penilaian terhadap jadwal yang telah dibuat.
Terjadwalnya penyuluhan pentingnya pemeriksaan kehamilan sebelum melahirkan dan persalinan yang bersih dan aman
87
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Dari hasil peninjauan manajemen dan analisis mutu Puskesmas Borobudur, dapat
disimpulkan bahwa:
Masalah manajemen pelayanan yang ada di Puskesmas Borobudur periode Januari 2012-
Februari 2012 dari data 6 program pokok didapatkan masalah sebagai berikut :
A. Jumlah bumil yang mendapat TT1
B. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Polio 1
C. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi DPT 1
D. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Hepatitis B total
E. Cakupan balita dengan pneumoni yang ditemukan/ditangani (sesuai standar)
F. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Hepatitis B2
G. Jumlah bumil yang mendapat TT2
H. Cakupan kunjungan bumil K4
I. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Polio 4
J. Balita BGM
K. Balita yang naik BB
L. Penduduk yang memanfaatkan jamban
M. Cakupan suspek TB paru
N. Penemuan kasus TB BTA (+)
O. Jumlah kunjungan gilut di rawat jalan
P. Rumah Sehat
Q. API
R. Jumlah kasus baru
S. TP2M yang diperiksa
T. Frekuensi kunjungan
U. BOR
88
V. TP2M yang memenuhi syarat sanitasi
W. TTU yang memenuhi syarat sanitasi
X. Institusi yang dibina
Y. Jumlah TTU yang diperiksa
Dari masalah tersebut di atas diperoleh prioritas yaitu : jumlah bumil yang mendapat TT1.
Berdasarkan hasil diskusi dengan pihak Kepala Puskesmas Borobudur, dipilih masalah
prioritas nomor 8 yaitu cakupan kunjungan bumil K4 untuk dipecahkan.
Penyebab masalah dari masalah cakupan kunjungan bumil K4 sebagai berikut :
Bumil mengatakan bahwa tidak akan datang kontrol saat waktu yang ditentukan
Penyuluhan yang kurang optimal dan inovatif tentang ANC
Kurangnya brosur, leaflet, poster, dan media / alat peraga dalam penyuluhan
Masih ada penduduk yang melahirkan di dukun
Petugas kesehatan tidak memberikan penjelasan mengenai aturan pemakaian
obat
Petugas kesehatan tidak memberikan penjelasan mengenai tujuan diberikannya
obat
Pelaksanaan penyuluhan dan pelatihan mengenai ANC belum berjalan secara
rutin.
Alat untuk memeriksa pemeriksaan ANC di Posyandu masih menggunakan alat
pribadi
Tidak terdapat perencanaan rutin pelatihan bidan desa tentang program-program
ANC
Bidan memiliki tugas pokok dan tugas tambahan
SOP mengenai ANC belum lengkap
Petugas memiliki latar pendidikan tidak sesuai dengan keahlian di bidangnya
Alternatif pemecahan masalah cakupan kunjungan bumil K4 sebagai berikut :
1. Penyuluhan pada ibu hamil bersama pasangannya tentang pentingnya
pemeriksaan kehamilan sebelum melahirkan.
2. Penyuluhan pada ibu hamil tentang pentingnya persalinan yang bersih dan aman.
3. Penyuluhan pada ibu hamil tentang ANC dan pemberian reward kepada petugas
kesehatan yang memberikan penyuluhan yang optimal tentang ANC.
89
4. Penyuluhan kepada petugas kesehatan dan pemberian reward kepada petugas
kesehatan yang memberikan penjelasan mengenai aturan pemakaian obat.
5. Penyuluhan kepada petugas kesehatan dan pemberian reward kepada petugas
kesehatan yang memberikan penjelasan mengenai tujuan pemberian obat.
6. Pemberian reward kepada petugas kesehatan yang melaksanakan penyuluhan dan
pelatihan rutin mengenai ANC.
7. Pembuatan brosur, leaflet dan poster.
Dari alternatif pemecahan masalah yang diusulkan, diambil keputusan alternatif yaitu
penyuluhan pada ibu hamil bersama pasangannya tentang pentingnya pemeriksaan
kehamilan sebelum melahirkan dan persalinan yang bersih dan aman oleh petugas
kesehatan secara langsung kepada masyarakat
B. SARAN
Untuk mengatasi masalah cakupan kunjungan bumil K4, kami menyarankan kepada
kepala puskesmas hal-hal sebagai berikut :
1. Melakukan penjadwalan kegiatan penyuluhan ANC secara rutin oleh petugas
puskesmas kepada masyarakat
2. Melakukan pengawasan kegiatan penyuluhan ANC yang dilakukan oleh petugas
puskesmas
3. Mengadakan kegiatan pelatihan ANC oleh tutor yang kompeten kepada kader dan
masyarakat
4. Mengoptimalkan peralatan dan sarana sarana yang menunjang penyuluhan
90
Top Related