7/23/2019 laporan bedah fix2
1/17
PENDAHULUAN
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi,
tulang rawan epifisis yang bersifat total maupun parsial. Fraktur juga melibatkan jaringan otot,
saraf, dan pembuluh darah di sekitarnya. Secara klinis,dibagi menjadi fraktur terbuka, yaitu jika
patahan tulang itu menembus kulit sehingga berhubungan dengan udara luar, dan fraktur
tertutup, yaitu jika fragmen tulang tidak berhubungan dengan dunia luar atau kulit di lokasi
fraktur masih intak. Pembagian fraktur terbuka berdasarkan Gustillo dan Anderson dibagi
menjadi derajat I, II, IIIA, IIIB, dan IIIC. Patah tulang terjadi jika tenaga yang melawan kekuatan
tulang lebih besar dari tenaga tulang. Penyebab tersering dari fraktur adalah kecelakaan lalu
lintas (70/%), jatuh (11%), kena tembakan (8%), dan lain-lain. Fraktur femur adalah salah satu
jenis fraktur yang sering terjadi. Insiden fraktur femur di USA diperkirakan 1 orang setiap
10.000 penduduk setiap tahunnya. Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Unit Pelaksana
Teknis Terpadu Imunoendokrinologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada tahun
2006 di Indonesia dari 1.690 kasus kecelakaan lalu lintas, 249 kasus atau 14,7%-nya mengalami
fraktur femur.1
Penanganan fraktur terdiri atas penanganan preoperatif, intraoperatif dan pascaoperatif.
Preoperatif berupa pertolongan pertama (bantuan hidup dasar) yang dikenal dengan singkatan
ABC. ABC pada trauma meliputi A untuk airway atau jalan napas yaitu pembebasan jalan napas;
B untuk breathing atau pernapasan yaitu dengan pemberian O2, memperhatikan adakah tanda-
tanda hemothoraks, pneumothoraks, flail chest; C untuk circulation atau sirkulasi/fungsi jantung
untuk mencegah atau menangani syok; D untuk disability yaitu mengevaluasi status neurologik
secara cepat; dan E untuk exposure/ environment yaitu melakukan pemeriksaan secara teliti,
pakaian penderita harus dilepas, selain itu perlu dihindari terjadinya hipotermi. Selanjutnya
prinsip dalam penanganan pertama pada patah tulang adalah jangan membuat keadaan lebih jelek
(do no harm) dengan menghindari gerakan-gerakan/gesekan-gesekan pada bagian yang patah.
Tindakan ini dapat dilakukan pembidaian/pasang spalk dengan menggunakan kayu atau benda
yang dapat menahan agar kedua fraksi yang patah tidak saling bergesekan. Khusus pada patah
tulang terbuka, harus dicegah agar luka tidak terinfeksi yang seharusnya dilakukan dalam 6-8
jam pertama yang dikenal sebagai golden period disertai pemberian antibiotik spektrum luas dan
antitetanus.1
7/23/2019 laporan bedah fix2
2/17
SURVEI PRIMER
IDENTITAS PASIEN
Nama : TN. Ks
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 64 tahun
A : Adekuat
B : Nafas 20 x/ menit
C : Teraba nadi 96 x/ menit, reguler, isi dan tegangan cukup
Tekanan darah 130/80 mmHg
Capillary Refill < 2
Extremitas dingin -/-
D : GCS 15
E : Didapatkan deformitas pada tungkai atas kiri
SURVEI SEKUNDER
IDENTITAS LENGKAP
Nama : TN. Ks
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 64 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta (pemilik toko kelontong)
Alamat : Kinibaru Barat no. 2 B Semarang
Biaya Pengobatan : Biaya sendiri
No. CM : 1234A
Tanggal Periksa : 06 Mei 2013
7/23/2019 laporan bedah fix2
3/17
ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 6 Mei 2013 jam 08.00 WIB di ruang
praktek dokter umum
Keluhan Utama : Nyeri paha kiri
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dibopong oleh sesama penonton sepak bola dengan keluhan nyeri pada tungkai
atas kiri. 2 jam yang lalu pasien mengalami kecelakaan di lapangan sepak bola. Pasien tertabrak
oleh salah satu pemain sepak bola dengan posisi jatuh miring ke kanan dan kaki kiri pasien
tertindih oleh tubuh pemain sepak bola tersebut. Posisi pasien jatuh di atas tanah. Nyeri yang
dirasakan terus menerus dan bertambah berat bila pasien bergerak sehingga mengganggu
aktivitas. Tidak ada demam, pingsan, sakit kepala, mual atau muntah, luka terbuka, dan
perdarahan. Setelah kecelakaan terjadi pasien langsung dibawa ke praktek dokter umum dengan
mengendarai angkutan umum dengan posisi kaki diluruskan.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat alergi obat disangkal, riwayat penggunaan obat- obatan sebelumnya disangkal, riwayat
darah tinggi disangkal, riwayat kencing manis disangkal, riwayat maag disangkal, riwayat
kelainan darah (darah sukar membeku) disangkal riwayat penyakit tulang disangkal, riwayat
operasi di tungkai atas kiri disangkal, riwayat pemasangan PEN disangkal, riwayat patah tulang
disangkal, riwayat trauma pada tungkai atas kiri disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat penyakit tulang disangkal, riwayat osteomalasia disangkal.
Riwayat Sosial Ekonomi :
Pasien berobat menggunakan biaya sendiri. Pasien tinggal dirumah bersama dengan istrinya.
Pasien mempunyai 2 orang anak yang sudah menikah dan mempunyai rumah sendiri. Pasien
bekerja bersama istrinya sebagai wiraswasta yaitu pemilik toko kelontong dengan gaji 500.000 -
7/23/2019 laporan bedah fix2
4/17
1.000.000 per bulan. Jarak antara rumah dan rumah sakit cukup jauh. Kesan sosial ekonomi
cukup.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Pasien tampak kesakitan
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital :
- Tekanan Darah : 130/80 mm Hg- RR : 20 x/ menit- Nadi : 96 x/ menit, reguler, isi dan tegangan cukup.- Suhu : 36,50 C (axiller)- BB : 55 kg- TB : 165 cm- Kesan Gizi : Cukup
Status Interna :
- Kepala : mesocephal- Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), edem palpebra (-/-), pupil isokor
3mm/ 3mm, reflek cahaya (+/+)
- Hidung : nafas cuping (-), deformitas (-), sekret (-)- Telinga : serumen (-/-), nyeri tragus (-/-), nyeri mastoid (-/-)- Mulut : bibir kering (-), bibir sianosis (-)- Leher : pembesaran kelenjar limfe (-), pembesaran tiroid (-), deviasi trakea (-)
7/23/2019 laporan bedah fix2
5/17
- Thorax :Pulmo
Dextra Sinistra
Depan
1. I nspeksiBentuk dada
Hemitorak
2.PalpasiStem fremitus
Nyeri tekan
Pelebaran ICS
3.Perkusi4.Auskultasi
Suara dasar
Suara tambahan
L > AP
Simetris
Dextra = sinistra
(-)
(-)
Sonor diseluruh lapang paru
Vesikuler
(-)
L > AP
Simetris
Dextra = sinistra
(-)
(-)
Sonor di seluruh lapang paru
Vesikuler
(-)
Belakang1. I nspeksi
Bentuk dada
Hemitorak
2.PalpasiStem fremitus
Nyeri tekan
Pelebaran ICS
3.Perkusi4.Auskultasi
Suara dasarSuara tambahan
L > AP
Simetris
Dextra = sinistra
(-)
(-)
Sonor di seluruh lapang paru
Vesikuler(-)
L > AP
Simetris
Dextra = sinistra
(-)
(-)
Sonor di seluruh lapang paru
Vesikuler(-)
Cor
- Inspeksi : ictus cordis tidak tampak- Palpasi : ictus cordis teraba ICS V 2 cm media linea midclavicula sinistra- Perkusi :
Batas kanan atas : ICS II linea parasternal dextra Batas kiri atas : ICS II linea parasternal sinsitra Batas pinggang jantung : ICS III linea parasternal sinistra Batas kanan bawah : ICS V linea sternalis dextra Batas kiri bawah : ICS V 2 cm medial linea midclavikula sinistra Konfigurasi jantung : Kesan normal
7/23/2019 laporan bedah fix2
6/17
- Auskultasi : RegulerSuara jantung murni: SI,SII (normal) reguler.
Suara jantung tambahan gallop (-), murmur (-) SIII (-), SIV (-)
- AbdomenInspeksi : Permukaan datar, warna sama seperti kulit di sekitar, ikterik (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani seluruh regio abdomen, pekak sisi (-), pekak alih (-)
Palpasi : Nyeri tekan epigastrum (-), hepar,lien dan ginjal tidak teraba
- EktremitasSuperior : dalam batas normal, jejas (-)
Inferior :
Kelainan Kanan Kiri
Pembengkaka
n
-/-/- +/-/-
Sianosis -/-/- -/-/-
Hiperemis -/-/- -/-/-
Laserasi -/-/- -/-/-
Perdarahan -/-/- -/-/-
Hematom -/-/- +/-/-
Rotasi -/-/- +/-/-
7/23/2019 laporan bedah fix2
7/17
Angulasi -/-/- +/-/-
Bryants
triangle
Panjanganato
mis
45 cm 42,5 cm
Panjangklinis 48 cm 45,5 cm
Gerak +/+/+ Terbata
skarena
nyeri
Kekuatan 5/5/5 Sulitdin
ilai
Tonus +/+/+ +/+/+
Refleksensori
k
+/+/+ +/+/+
Nyeritekan -/-/- +/-/-
Pulsasi distal
(A. Poplitea,
A. Tibialis
posterior,
A.Dorsalisped
is)
+/+/+ +/+/+
Sensibilitas + +
7/23/2019 laporan bedah fix2
8/17
STATUS LOKALIS :
Femoralis Sinistra
Look : Hiperemis (-), sianosis (-), laserasi (-), perdarahan(-),pemendekanklinis(45,5cm),pemendekan anatomis (42,5cm), pembengkakan (13cm),
hematom (10cm), rotasi (eksorotasi), angulasi (ke arah lateral sudut 150), gerak (terbatas
karena nyeri), kekuatan (sulit dinilai karena nyeri), tonus (+), reflek sensorik (+)
Feel : Terdapat nyeri tekan (+), pulsasi distal A.Poplitea, A.Tibialis posterior,A.Dorsalis pedis(+), sensibilitas (+), suhu hangat
Movement : Nyeri gerak aktif sendi coxae (bisa digerakkan terbatas karena nyeri), nyerigerak pasif sendi coxae (bisa digerakkan terbatas karena nyeri), nyeri sumbu coxae (-),nyeri sumbu genu (+), ROM sulit dinilai
Resume
Tuan Ks laki-laki 64 tahun nyeri, oedem, hematom di regio femoralis sinistra sejak 2 hari
lalu. Febris (-), sinkop (-), sephalgi (-), nausea (-), vomitus (-),laserasi (-), bleeding (-),
riwayat penyakit ostium (-), riwayat gastritis (-)
Pemeriksaan fisik ditemukan tensi : 130/80 mmHg, RR : 20 x/menit, nadi : 96x/menit,reguler, isi dan tegangan cukup, Suhu : 36,5
0C (axiller). Pemendekan klinis (45,5cm),
pemendekan anatomis (42,5cm), pembengkakan (13cm), hematom (10cm), rotasi
(eksorotasi), angulasi (ke arah lateral sudut 150), gerak (terbatas karena nyeri), kekuatan
(sulit dinilai karena nyeri), tonus (+), reflek sensorik (+), nyeri tekan (+),pulsasi distal
A.Poplitea, A.Tibialis posterior, A.Dorsalis pedis(+++), sensibilitas (+), suhu hangat,
nyeri gerak aktif sendi coxae (bisa digerakkan terbatas karena nyeri), nyeri gerak pasif
sendi coxae (bisa digerakkan terbatas karena nyeri), nyeri sumbu genu (+), nyeri sumbu
coxae(-) ROM sulit dinilai.
7/23/2019 laporan bedah fix2
9/17
Diagnosis kerja: Fraktur femur sinistra tertutup non komplikata
Initial plan fraktur femur sinistra tertutup non komplikata
Ip dx- S : -- O: Pemeriksaan penunjang
X-Foto AP-L femur sinistra Ip tx
- Non Medikamentosa Pemasangan bidai pada kaki kiri
- Medikamentosa Ketorolac 30 mg IM Ranitidine PO 2x150 mg
Ip Mx- Memantau keadaan umum- Memantau pulsasi distal- Memantau pengobatan
Ip Ex- Menjelaskan kepada keluarga penderita bahwa penderita mengalami patah tulang di
paha
- Konsul dokter bedah orthopedic untuk penanganan lebih lanjut
Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad sanam : dubia ad bonam
Qua ad fungsionam : dubia ad bonam
7/23/2019 laporan bedah fix2
10/17
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Fraktur
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang
umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Rusaknya kontinuitas tulang ini dapat disebabkan oleh
trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang atau
osteoporosis.2
Jenis jenis fraktur2
1. Fraktur komplit : garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui keduakorteks tulang.
2. Fraktur tidak komplit : garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang.3. Fraktur terbuka : bila terdapat luka yang menghubungkan tulang yang fraktur dengan
udara luar atau permukaan kulit. Fraktur terbuka juga dibedakan menjadi :
- Grade 1 dengan luka bersih panjangnya kurang dari 1 cm- Grade II luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif- Grade III luka yang sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan jaringan lunak
ekstensif, merupakan yang paling berat
4. Fraktur tertutup : bilamana tidak ada luka yang menghubungkan fraktur dengan udaraluar atau permukaan kulit.
Fraktur Femur3
Fraktur Femur adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh
trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang atau
osteoporosis. Batang Femur dapat mengalami fraktur akibat trauma langsung, puntiran, atau
pukulan pada bagian depan yang berada dalam posisi fleksi ketika kecelakaan lalu lintas
Etiologi3
1.Cedera traumatikCedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :
- Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang patasecara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan
pada kulit diatasnya.
7/23/2019 laporan bedah fix2
11/17
- Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan,misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur klavikula.
- Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat.2. Fraktur Patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor dapat
mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai keadaan berikut :
- Tumor tulang (jinak atau ganas) : pertumbuhan jaringan baru yang tidak terkendalidan progresif
- Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapattimbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan sakit nyeri.
- Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi Vitamin D yangmempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya disebabkan oleh defisiensi diet,
tetapi kadang-kadang dapat disebabkan kegagalan absorbsi Vitamin D atau oleh
karena asupan kalsium atau fosfat yang rendah.
3. Secara spontan : Disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada penyakitpolio dan orang yang bertugas di kemiliteran.
Patofisiologi3
Patofisiologi fraktur adalah jika tulang mengalami fraktur, maka periosteum, pembuluh darah di
korteks, marrow dan jaringan disekitarnya rusak. Terjadi pendarahan dan kerusakan jaringan di
ujung tulang. Terbentuklah hematoma di canal medulla. Pembuluh-pembuluh kapiler dan
jaringan ikat tumbuh ke dalamnya., menyerap hematoma tersebut, dan menggantikannya.
Jaringan ikat berisi sel-sel tulang (osteoblast) yang berasal dari periosteum. Sel ini menghasilkan
endapan garam kalsium dalam jaringan ikat yang di sebut callus. Callus kemudian secara
bertahap dibentuk menjadi profil tulang melalui pengeluaran kelebihannya oleh osteoclast yaitu
sel yang melarutkan tulang.
Pada permulaan akan terjadi pendarahan disekitar patah tulang, yang disebabkan olehterputusnya pembuluh darah pada tulang dan periost, fase ini disebut fase hematoma. Hematoma
ini kemudian akan menjadi medium pertumbuhan sel jaringan fibrosis dengan kapiler
didalamnya. Jaringan ini yang menyebabkan fragmen tulang-tulang saling menempel, fase ini
disebut fase jaringan fibrosis dan jaringan yang menempelkan fragmen patah tulang tersebut
dinamakan kalus fibrosa. Kedalam hematoma dan jaringan fibrosis ini kemudianjuga tumbuh sel
7/23/2019 laporan bedah fix2
12/17
jaringan mesenkin yang bersifat osteogenik. Sel ini akan berubah menjadi sel kondroblast yang
membentuk kondroid yang merupakan bahan dasar tulang rawan. Kondroid dan osteoid ini mula-
mula tidak mengandung kalsium hingga tidak terlihat foto rontgen. Pada tahap selanjutnya
terjadi penulangan atau osifikasi. Kesemuanya ini menyebabkan kalus fibrosa berubah menjadi
kalus tulang.
Manifestasi Klinis3
1.Nyeri hebat ditempat fraktur2. Tak mampu menggerakkan ekstremitas bawah3. Diikuti tanda gejala fraktur secara umum, seperti : fungsi berubah, bengkak, sepsis pada
fraktur terbuka dan deformitas
Diagnosis2,3
1. AnamnesisBila tidak ada riwayat trauma, berarti fraktur patologis. Trauma harus diperinci kapan
terjadinya, di mana terjadinya, jenisnya, berat-ringan trauma, arah trauma, dan posisi pasien
atau ekstremitas yang bersangkutan (mekanisme trauma). Jangan lupa untuk meneliti kembali
trauma di tempat lain secara sistematik dari kepala, muka, leher, dada, dan perut.
2. Pemeriksaan UmumDicari kemungkinan komplikasi umum seperti syok pada fraktur multipel, fraktur pelvis,
fraktur terbuka, tanda-tanda sepsis pada fraktur terbuka yang mengalami infeksi.
3. Pemeriksaan Fisik- Look (inspeksi): bengkak, deformitas, kelainan bentuk.- Feel/palpasi: nyeri tekan, lokal pada tempat fraktur- Movement/gerakan: gerakan aktif sakit, gerakan pasif sakit krepitasi.
4. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan penunjang yang penting untuk dilakukan adalah pencitraan menggunakan
sinar Rontgen (X-ray) untuk mendapatkan gambaran 3 dimensi keadaan dan kedudukan
tulang, oleh karena itu minimal diperlukan 2 proyeksi yaitu antero posterior (AP) atau AP
lateral. Dalam keadaan tertentu diperlukan proyeksi tambahan (khusus) atau indikasi untuk
memperlihatkan patologi yang dicari, karena adanya superposisi. Untuk fraktur baru indikasi
7/23/2019 laporan bedah fix2
13/17
X-ray adalah untuk melihat jenis dan kedudukan fraktur dan karenanya perlu tampak seluruh
bagian tulang (kedua ujung persendian).
Penatalaksanaan Fraktur3
Fraktur biasanya menyertai trauma. Untuk itu, sangat penting untuk melakukan pemeriksaan
terhadap jalan napas (airway), proses pernapasan (breathing), dan sirkulasi (circulating), apakah
terjadi syok atau tidak. Bila sudah dinyatakan tidak ada masalah, baru dilakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik secara terperinci. Waktu terjadinya kecelakaan penting ditanyakan untuk
mengetahui berapa lama sampai di RS mengingat golden periode 1-6 jam. Bila lebih dari 6 jam,
komplikasi infeksi akan semakin besar. Prinsip penanganan fraktur meliputi :
- Recognition : diagnosa dan penilaian frakturPrinsip pertama adalah mengetahui dan menilai keadaan fraktur dengan anannesis,
pemeriksaan klinis dan radiologi. Pada awal pengobatan perlu diperhatikan : lokasi fraktur,
bentuk fraktur, menentukan tehnik yang sesuai untuk pengobatan, komplikasi yang mungkin
terjadi selama pengobatan.
- ReductionTujuannya untuk mengembalikan panjang dan kesegarisan tulang. Dapat dicapai yang
manipulasi tertutup/reduksi terbuka progresi. Reduksi tertutup terdiri dari penggunaan
traksimoval untuk menarik fraktur kemudian memanupulasi untuk mengembalikan
kesegarisan normal/dengan traksi mekanis. Reduksi terbuka diindikasikan jika reduksi
tertutup gagal atau tidak memuaskan. Reduksi terbuka merupakan alat frusasi internal yang
digunakan itu mempertahankan dalam posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid
seperti pen, kawat, skrup dan plat. Reduction interna fixation (orif) yaitu dengan pembedahan
terbuka kan mengimobilisasi fraktur yang berfungsi pembedahan untuk memasukkan
skrup/pen kedalam fraktur yang berfungsi untuk menfiksasi bagian-bagian tulang yang fraktur
secara bersamaan.
-
Retentionimobilisasi fraktur tujuannya mencegah pengeseran fregmen dan mencegah pergerakan yang
dapat mengancam union. Untuk mempertahankan reduksi (ektrimitas yang mengalami
fraktur) adalah dengan traksi. Traksi merupakan salah satu pengobatan dengan cara
menarik/tarikan pada bagian tulang-tulang sebagai kekuatan dngan kontrol dan tahanan beban
keduanya untuk menyokong tulang dengan tujuan mencegah reposisi deformitas, mengurangi
7/23/2019 laporan bedah fix2
14/17
fraktur dan dislokasi, mempertahankan ligamen tubuh/mengurangi spasme otot, mengurangi
nyeri, mempertahankan anatomi tubuh dan mengimobilisasi area spesifik tubuh. Ada 2
pemasangan traksi yaitu : skin traksi dan skeletal traksi.
- Rehabilitation : mengembalikan aktiftas fungsional seoptimal mungkinPenatalaksanaan fraktur mengacu kepada empat tujuan utama yaitu:
- Mengurangi rasa nyeri, Trauma pada jaringan disekitar fraktur menimbulkan rasa nyeri yanghebat bahkan sampai menimbulkan syok. Untuk mengurangi nyeri dapat diberi obat
penghilang rasa nyeri, serta dengan teknik imobilisasi, yaitu pemasangan bidai / spalk,
maupun memasang gips.
- Mempertahankan posisi yang ideal dari fraktur. Seperti pemasangan traksi kontinyu, fiksasieksternal, fiksasi internal, sedangkan bidai maupun gips hanya dapat digunakan untuk fiksasiyang bersifat sementara saja.
- Membuat tulang kembali menyatu Tulang yang fraktur akan mulai menyatu dalam waktu 4minggu dan akan menyatu dengan sempurna dalam waktu 6 bulan.
- Mengembalikan fungsi seperti semula. Imobilisasi dalam jangka waktu yang lama dapatmenyebabkan atrofi otot dan kekakuan pada sendi. Maka untuk mencegah hal tersebut
diperlukan upaya mobilisasi. Penyatuan dari kedua fragmen terus berlanjut sehingga terbentuk
trebekula oleh osteoblas, yang melekat pada tulang dan meluas menyebrangi lokasi fraktur.
7/23/2019 laporan bedah fix2
15/17
PEMBAHASAN
Tuan Ks laki-laki 64 tahun nyeri, oedem, hematoma di regio femoralis sinistra sejak 2
hari lalu. Febris (-), sinkop (-), sephalgi (-), nausea (-), vomitus (-),laserasi (-), bleeding (-), riwayat penyakit
ostium (-), riwayat gastritis (-).
Pemeriksaan fisik ditemukan tensi : 130/80 mmHg, RR : 20 x/menit, nadi : 96x/menit, reguler,
isi dan tegangan cukup, Suhu : 36,50C (axiller). Pemendekan klinis (45,5cm), pemendekan anatomis (42,5cm),
oedem (13cm), hematom (10cm), rotasi (eksorotasi), angulasi (ke arah lateral sudut 150), gerak
(terbatas karena nyeri), kekuatan (sulit dinilai karena nyeri), tonus (+), reflek sensorik (+), nyeri
tekan (+), pulsasi distal (+++), sensibilitas (+), suhu hangat, nyeri gerak aktif sendi coxae (bisa digerakkan
terbatas karena nyeri), nyeri gerak pasif sendi coxae (bisa digerakkan terbatas karena nyeri), nyeri sumbu (+),
ROM sulit dinilai.
Jika tulang mengalami fraktur, maka periosteum, pembuluh darah di korteks, marrow dan
jaringan disekitarnya rusak. Terjadi pendarahan dan kerusakan jaringan di ujung tulang.
Terbentuklah hematoma di canal medulla. Pembuluh-pembuluh kapiler dan jaringan ikat tumbuh
ke dalamnya menyerap hematoma tersebut, dan menggantikannya. Jaringan ikat berisi sel-sel
tulang (osteoblast) yang berasal dari periosteum. Sel ini menghasilkan endapan garam kalsium
dalam jaringan ikat yang di sebut callus. Callus kemudian secara bertahap dibentuk menjadi
profil tulang melalui pengeluaran kelebihannya oleh osteoclast yaitu sel yang melarutkan tulang.
Pada permulaan akan terjadi pendarahan disekitar patah tulang, yang disebabkan oleh
terputusnya pembuluh darah pada tulang dan periost, fase ini disebut fase hematoma. Hematoma
ini kemudian akan menjadi medium pertumbuhan sel jaringan fibrosis dengan kapiler
didalamnya. Jaringan ini yang menyebabkan fragmen tulang-tulang saling menempel, fase ini
disebut fase jaringan fibrosis dan jaringan yang menempelkan fragmen patah tulang tersebut
dinamakan kalus fibrosa. Kedalam hematoma dan jaringan fibrosis ini kemudian juga tumbuh sel
jaringan mesenkin yang bersifat osteogenik. Sel ini akan berubah menjadi sel kondroblast yang
membentuk kondroid yang merupakan bahan dasar tulang rawan. Kondroid dan osteoid ini mula-
mula tidak mengandung kalsium hingga tidak terlihat foto rontgen. Pada tahap selanjutnya
terjadi penulangan atau osifikasi. Kesemuanya ini menyebabkan kalus fibrosa berubah menjadi
kalus tulang.
7/23/2019 laporan bedah fix2
16/17
Hematoma akan mengeksudasi plasma dan poliferasi menjadi edem lokal maka
penumpukan didalam tubuh. Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang
dapat menimbulkan ganggguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat
terjadi revral vaskuler yang menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggau.
Disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi
infeksi dan kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan kerusakan integritas kulit.
7/23/2019 laporan bedah fix2
17/17
DAFTAR PUSTAKA
1. Patel M. Open tibia fractures [online]. 2006 Mar 30 [cited 2013 May 06];Availablefrom:URL:http://www.emedicine.com/ortho/TOPIC392.HTM
2. Sjamsuhidayat, R dan Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah edisi 3.EGC: Jakarta.2010.3. Rasjad C. Trauma. Dalam: Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Makassar:Bintang
Lamumpatue; 2000. h.343-536.
http://www.emedicine.com/ortho/TOPIC392.HTMhttp://www.emedicine.com/ortho/TOPIC392.HTM