LAPORAN AKUNTABILITAS
KINERJA INSTANSI
PEMERINTAH (LAKIP)
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2018
RINGKASAN EKSEKUTIF
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan Dinas Kesehatan Kota Bogor
Tahun 2018 merupakan laporan hasil kinerja program/kegiatan di Dinas Kesehatan Kota
Bogor selama Tahun 2018 dengan bersumber dana dari APBD Kota Bogor Tahun 2018
dan sumber dana lainnya.
Pecapaian kinerja yang dicapai oleh Dinas Kesehatan Kota Bogor pada Tahun
2018 terdiri dari 4 sasaran dengan 15 indikator yang ditetapkan dalam dokumen
Penetapan Kinerja Tahun 2018. Dari 15 indikator yang diukur sebanyak 8 indikator yang
melebihi target (60%), 2 indikator mencapai target (20%) dan 5 indikator belum
mencapai target (20%) yaitu rasio Puskesmas : penduduk (1:30.000), persentase angka
kesembuhan TBC (cure rate), persentase rumah tangga ber PHBS (%), persentase rumah
sehat, persentase tenaga medis dan non medis sesuai kebutuhan. Apabila dilihat
berdasarkan kategori capaian dari 15 indikator kinerja, sebanyak 3 indikator termasuk
kategori Baik dan 12 indikator termasuk kategori Sangat Baik. Dengan demikian,
secara umum pencapaian kinerja Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2018 dapat
dikategorikan “Sangat Baik”.
Dengan tersusunnya Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas
Kesehatan Kota Bogor ini, diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi untuk menilai hasil
pelaksanaan kinerja di Dinas Kesehatan serta dapat menjadi dasar bagi para pengambil
keputusan dan pemangku kepentingan dalam perencanaan dan pelaksanaan program
pembangunan kesehatan di tahun berikutnya.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2018
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
RINGKASAN EKSLUSIF
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Umum ............................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Maksud dan Tujuan .................................................................. 2
C. Sistematika Penyajian .................................................................. 2
1.2 Gambaran Umum Dinas Kesehatan Kota Bogor ............................. 3
A. Organisasi Dinas Kesehatan Kota Bogor ................................... 3
B. Isu-Isu Strategis .......................................................................... 5
BAB II PERENCANAAN KINERJA ............................................................... 9
2.1 Visi dan Misi Kota Bogor ................................................................ 9
2.2 Visi dan Misi Dinas Kesehatan ........................................................ 9
2.3 Indikator Kinerja Utama (IKU) ........................................................ 11
2.4 Perjanjian Kinerja ............................................................................. 12
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ............................................................ 16
3.1 Kerangka Pengukuran Kinerja ......................................................... 16
3.2 Capaian dan Evaluasi Kinerja Sasaran ............................................. 17
3.3 Pencapaian Indikator Kinerja Utama ............................................... 34
3.4 Laporan Realisasi Anggaran ............................................................ 35
BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 49
4.1 Kesimpulan ....................................................................................... 49
4.2 Saran ................................................................................................. 50
1
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Umum
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan nasional diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah
Program Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi
masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan
perlindungan finansial dan pemeratan pelayanan kesehatan. Hakekat Pembangunan kesehatan
adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen yang bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya
manusia.
Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat,
diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya kesehatan
perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk
kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan
secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan.
Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan untuk mendukung
tercapainya Visi Kota Bogor yaitu Menjadikan Bogor sebagai kota yang nyaman, beriman dan
transparan” , dengan misi ke-2 yaitu Menjadikan Bogor kota yang sehat dan makmur, melalui
perwujudan Visi Dinas Kesehatan yaitu “Kota Bogor sehat, nyaman, mandiri, dan
berkeadilan”ditetapkan berbagai program kesehatan yang telah disesuaikan dengan prioritas
masalah kesehatan yang terdapat di masyarakat dengan mengutamakan upaya peningkatan dan
pemeliharaan kesehatan serta ketersediaan sumber daya yang ada.
Untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan program yang dilaksanakan dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta dapat meningkatkan kinerja pembangunan
kesehatan di Kota Bogor, perlu disusun laporan dalam bentuk Laporan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (LKIP) selama Tahun anggaran 2018.
Penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) merupakan amanat dari
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan Keuangan dan Kinerja
Instansi Pemerintah dan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Pelaksanaaan lebih lanjut didasarkan atas
Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah sesuai Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata
Cara Reviu atas LAKIP.
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah adalah perwujudan kewajiban suatu instansi
pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan visi dan
2
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2018
misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui alat
pertanggungjawaban secara periodik.
B. Maksud dan Tujuan
Maksud disusunnya laporan kinerja instansi pemerintah (LKIP) Dinas Kesehatan Kota
Bogor Tahun 2018 adalah untuk memenuhi kewajiban Pelaporan Kepada Walikota Kota Bogor.
Tujuan disusunnya laporan ini adalah untuk mewujudkan pertanggungjawaban instansi
terhadap pemanfaatan anggaran yang telah dialokasikan di Dinas Kesehatan Tahun anggaran
2018.
C. Sistematika Penyajian
Sistematika penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Kota
Bogor sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Umum
A. Latar Belakang
B. Maksud dan Tujuan
C. Sistematika Penyajian
1.2 Gambaran Umum Dinas Kesehatan Kota Bogor
A. Organisasi Dinas Kesehatan Kota Bogor
B. Isu-Isu Strategis
BAB II PERENCANAAN KINERJA
A. Perencanaan Kinerja
1 Visi dan Misi Kota Bogor
2 Visi dan Misi Dinas Kesehatan
B. Indikator Kinerja Utama (IKU)
C. Perjanjian Kinerja
BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA
A. Kerangka Pengukuran Kinerja
1 Penetapan kinerja
2 Pengumpulan data Kinerja
3 Cara Pengukuran Kinerja
B. Capaian dan Evaluasi Kinerja
1 Evaluasi dan Analisis Kinerja Sasaran.
2 Pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU).
3 Laporan Realisasi Anggaran.
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
3
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2018
1.2 Gambaran Umum Dinas Kesehatan Kota Bogor
A. Organisasi Pemerintah/Dinas Kesehatan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Antara Pemerintah, Pemerintahan Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota dan
Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 3 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Kota Bogor,
Pemerintah Daerah Kota Bogor telah menetapkan 26 urusan wajib, 7 urusan pilihan dan urusan
pemerintahan sisa. Dari Urusan tersebut urusan kesehatan termasuk pada urusan wajib.
Kedudukan Dinas Kesehatan merupakan Perangkat Daerah Kota Bogor sebagai unsur
pelaksana teknis di bidang kesehatan. Dinas Kesehatan dipimpin oleh Kepala Dinas yang berada
di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 13 Tahun 2008 tentang Kedudukan,
Tugas pokok, Fungsi dan Tata Kerja pada Dinas Kesehatan Kota Bogor sebagai berikut :
1. Tugas Pokok
Dinas Kesehatan mempunyai tugas pokok melaksanakan kewenangan Otonomi
Pemerintah di bidang Kesehatan yang menjadi Urusan Rumah Tangga Daerah.
2. Fungsi
Dinas Kesehatan Kota Bogor mempunyai fungsi :
a. Pelaksanaan teknis operasional di bidang Kesehatan, meliputi : pengembangan dan
pembinaan pelayanan kesehatan, pencegahan dan pemberantasan penyakit,
penyehatan lingkungan, kesehatan keluarga dan penyuluhan kesehatan.
b. Pelaksanaan teknis fungsional di bidang kesehatan.
c. Pelaksanaan pelayanan umum.
d. Pembinaan Wilayah dalam lingkup Dinas Kesehatan.
e. Pengelolaan urusan ketatausahaan Dinas.
3. Struktur Organisasi
Struktur Dinas Kesehatan Kota Bogor, terdiri dari :
a. Kepala Dinas
b. Sekretariat, membawahi :
- Sub Bagian Umum
- Sub Bagian Keuangan
- Sub Bag Perencanaan dan Pelaporan.
c Bidang Pelayanan Kesehatan membawahi :
- Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan
- Seksi Pembinaan dan Pengendalian Sarana Kesehatan
- Seksi Perbekalan Kesehatan Pengawasan Obat dan Makanan POM
d. Bidang Pencegahan, Pemberantasan Penyakit dan Kesehatan Lingkungan,
membawahi :
- Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
- Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular
- Seksi Penyehatan Lingkungan
4
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2018
e. Bidang Pembinaan Kesehatan Keluarga, membawahi :
- Seksi Gizi
- Seksi Kesehatan Remaja dan Lansia
- Seksi Kesehatan Ibu dan Anak
f. Bidang Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat, membawahi :
- Seksi Promosi Kesehatan
- Seksi Peran Serta Masyarakat
- Seksi Pembiayaan Kesehatan Msyarakat.
g. UPTD Puskesmas.
h. UPTD LABKESDA.
Adapun bagan Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Bogor berdasarkan
Peraturan Dareah Kota Bogor Nomor 13 Tahun 2008 sebagai berikut :
Bagan Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Bogor
Berdasarkan Peraturan Walikota Bogor Nomor 81 Tahun 2018
KEPALA DINAS
( dr. Rubaeah, MKM)
SEKRETARIAT
( dr. Ratna dyah Mutiarani, M.Kes )
SUB BAGIAN
UMUM DAN
KEPEGAWAIAN
( Lina Siregar, SE )
SUB BAGIAN
KEUANGAN
(Mauludin Hidayat,
SE., MM)
SUB BAGIAN
PERENCANAAN DAN
PELAPORAN
(Bai Kusnadi,SKM., MPH)
BIDANG PELAYANAN
KESEHATAN
(drg.Yuniarto Budi Santosa M.Kes)
BIDANG SUMBER DAYA
KESEHATAN
( dr. Sri Pinantari Hanum, M.Kes )
BIDANG KESEHATAN
MASYAKAT
( dr. Erna Nuraena )
BIDANG PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN PENYAKIT
( drg. Lindawati, MKM )
Seksi Pelayanan Kesehatan
Rujukan dan Jaminan Kesehatan
( dr. Hj. Tri Yuliani, M.Kes )
Seksi Pelayanan kesehatan
Primer dan Tradisional
( dr. Armein Sjuhary Rowi, M.Kes)
)
Seksi Pembinaan Pengendalian ,
dan Peningkatan Mutu Fasilitas
Pelayanan kesehatan
( drg. Elva Adhyaksa Gumelar )
Seksi Perbekalan Kesehatan dan
Pengawasan Obat makanan
( dra. Nurhaedah )
Seksi Informasi Kesehatan dan
Hubungan Masyarakat
( Nia Nurkania, M.Kes )
Seksi Pengembangan Sumber
Daya Manusia Kesehatan
(Eriati, MKM)
Seksi Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Menular
dan Surveilan
(dr. Sari Chandrawati, M.kes)
Seksi Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Tidak
menular, Kesehatan Jiwa, dan
Kesehatan Olahraga
( drg. Firy Triyanti, M.Kes )
Seksi Penyehatan Lingkungan
dan Kesehatan Kerja
( Farida, SKM., M.Kes )
Seksi Kesehatan keluarga
( dr. Siti Robiah Mubarokah )
Seksi Promosi dan
Pemberdayaan Masyarakat
(Ika Lastyaningrum, SKM, MKM)
Seksi Pembinaan dan
Pelayanan Gizi
( Hj. Ida Jubaedah, SKM. MSi )
UPTD
(dr. Selamat Djaya)
5
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2018
B. Isu – Isu Strategis
Pembangunan kesehatan periode 2015-2019 adalah Program Indonesia Sehat dengan
sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan financial dan pemerataan
pelayanan kesehatan. Isu strategis yang menjadi sasaran pokok RPJMN 2015-2019 adalah :
1. Meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak.
2. Meningkatnya pengendalian penyakit.
3. Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah
terpencil, tertinggal dan perbatasan.
4. Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat dan
kualitas pengelolaan Sistem Jaminan Sosial Nasional Kesehatan.
5. Terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, Obat dan Vaksin.
6. Meningkatkan responsivitas system kesehatan.
Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma sehat,
penguatan pelayanan kesehatan dan jaminan kesehatan nasional :
1. Pilar paradigma sehat di lakukan dengan strategi pengarusutamaan kesehatan dalam
pembangunan, penguatan promotif preventif dan pemberdayaan masyarakat;
2. Menguatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan strategi peningkatan akses pelayanan
kesehatan, optimalisasi sistem rujukan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan,
menggunakan pendekatan continuum of care dan intervensi berbasis risiko kesehatan.
3. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), Program JKN ini untuk memberikan perlindungan
kesehatan bagi seluruh masyarakat Indonesia, baik Penerima Bantuan Iuran (PBI)
ataupun Non-PBI. Dalam pengembangan JKN, berfocus pada pengembangan benefit
package, menggunakan sistem pembiayaan asuransi dengan azas gotong royong, serta
melakukan kendali mutu dan kendali biaya pelayanan kesehatan.
Memperhatikan perkembangan saat ini, maka isu strategis yang masih dihadapi oleh
Dinas Kesehatan Kota Bogor berdasarkan tujuan yang ingin dicapai yaitu meningkatkan
pelayanan kesehatan dan derajat kesehatan masyarakat adalah :
1. Penyelenggaraan Pelayanan kesehatan dasar.
2. Penyelenggaraan Pelayanan Gizi.
3. Penyelenggaraan Pelayanan pemberantasan penyakit menular dan penyehatan
Lingkungan.
4. Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian (obat).
5. Penyelenggaraan Upaya Promosi Kesehatan.
Sedangkan isu-isu strategis yang dihadapi baik saat ini dan 5 (lima) tahun ke depan
sebagai berikut :
1. Intensitas beberapa penyakit menular dan tidak menular serta malnutrisi makin meningkat
dan terjadi penyebaran beberapa penyakit menular (multiple burden of disease) diluar
sasaran MDGs 2015, ada ancaman meningkatnya atau munculnya penyakit lain (new
emerging dan re-emerging) serta kejadian luar biasa yang diakibatkan perubahan perilaku
manusia dan lingkungan.
6
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2018
2. Sistem kesehatan belum responsif terhadap kebutuhan masyarakat, berdasarkan jumlah
pelayanan kesehatan belum sesuai dengan kebutuhan penduduk di Kabupaten/Kota.
3. Sistem Pelayanan kesehatan belum efektif dan efisien, masih berorientasi kepada kuratif
daripada promotif dan preventif.
4. Belum optimalnya Perilaku Hidup Bersih dan sehat (PHBS) di masyarakat.
5. Belum terpenuhinya Sumber Daya Kesehatan sesuai dengan standar dalam penyediaan
pelayanan kesehatan yang prima.
6. Belum optimalnya aspek regulasi dan sistem informasi kesehatan dalam mendukung
manajemen kesehatan.
Untuk mendukung upaya mencapai sasaran dan tujuan menuju perwujudan visi dan misi
Dinas kesehatan dan mendukung visi Kota Bogor, terdapat beberapa aspek strategi yang
mempengaruhi, yaitu :
1. Aspek Sumber Daya Manusia Kesehatan
Sumber Daya Manusia (SDM) kesehatan sangat penting dalam mendukung
penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Sumber daya manusia adalah tenaga kesehatan yang
terdiri dari medis, para medis dan paramedis non perawatan serta dan tenaga non kesehatan.
Sumber daya manusia tersebut bertanggung jawab dan melakukan dan kewenangan untuk
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dalam melakukan pelayanan kesehatan baik dari aspek
adiministrasi, manajemen dan teknis untuk pelayanan upaya kesehatan promosi, pencegahan,
pengobatan dan rehabilitatif. Rincian tenaga berdasarkan jenis tenaga dan pendidikan tampak
pada tabel sebagai berikut :
Rekapitulasi Tenaga Berdasarkan Jenis Tenaga dan Pendidikan
Tahun 2018
No Uraian Pendidikan Jumlah
S2 S1 D3 D1 SMA SMP SD
a. Medis
1 Dokter spesialis 1 1
2 Dokter 20 72 92
3 Dokter Gigi 5 38 43
b. Paramedis
1 Perawat 2 36 83 8 129
2 Apoteker 13 13
3 Bidan 21 100 121
4 Perawat Gigi 20 3 23
c. Paramedis Non Perawat
1 Sarjana Kesehatan Masyarakat 1 22 6 29
2 Gizi 12 19 1 32
3 Kesehatan Lingkungan 15 12 1 28
4 Asisten Apoteker 4 11 10 25
5 Radiografer 2 9 11
6 Anestesi
7 Fisioterapi
8 ATEM dan Rontgen
7
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2018
Sumber : Subag Umum dan Kepegawaian
Berdasarkan data di atas terdapat jumlah SDM pada Dinas Kesehatan Kota Bogor
pada Tahun 2018 sebanyak 700 orang terdiri dari 630 tenaga kesehatan dan 70 tenaga non
kesehatan. Dari jumlah tersebut bertugas di Dinas Kesehatan dan tersebar di 25 UPTD
puskesmas dan 1 UPTD Labkesda.
Jenis dan Jumlah Sarana Kesehatan di Kota Bogor
Tahun 2018
No Jenis Sarana Kesehatan Pemilik Jumlah Kecamatan
Pem
erin
tah
Sw
ast
a
Tanah
Sareal
Bogor
Tengah
Bogor
Utara
Bogor
Selatan
Bogor
Barat
Bogor
Timur
1 RS Umum 1 15 16 1 4 2 3 3 3
2 RS Khusus 4
a. RS Jiwa 1 1
b. RS Bersalin Ibu dan Anak 3 2 1
3 Puskesmas 25
a. Pusk Non
Perawatan
18 3 4 2 4 4 1
b. Pusk Perawatan 7 2 1 1 1 1 1
c. Pusk Mampu
Poned
6 1 1 1 1 2 0
d. Pusk Pembantu
4 UPTD Labkesda 1 1 1
Berdasarkan pada tabel tersebut jumlah sarana kesehatan di Kota Bogor sudah merata di
seluruh kecamatan terutama untuk pelayanan dasar. Namun demikian perlu dilakukan pemetaan
distribusi sarana kesehatan ditiap kelurahan baik di ditingkat pelayanan kesehatan dasar maupun
rujukan, sebagai dasar pemenuhan sarana dan prasarana kesehatan dalam upaya memberikan
kemudahan akses pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
2. Aspek Pembiayaan Kesehatan
Pembiayaan kesehatan di Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2018 bersumber dari
APBD Kota, APBD Propinsi (Bantuan Keuangan Propinsi/DAPIL I), Dana Alokasi Khusus
(DAK), dan APBN (TP). Dapat dilihat pada tabel berikut :
9 Perekam Medis 11 11
10 Analis 5 30 1 36
d. Tenaga Struktural 17 13 4 11 45
e. Non Kesehatan 4 24 13 32 5 78
Jumlah 50 277 318 5 62 5 0 717
8
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2018
Alokasi Pembiayaan Kesehatan
Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2018
NO Jenis Sumber Biaya Jumlah Anggaran
A BELANJA TIDAK LANGSUNG Rp 57.894.594.589.071,-
B BELANJA LANGSUNG Rp 132.269.359.282,-
1. TOTAL APBD KOTA Rp 190.163.948.353,-
C DAK FISIK 2018 Rp 7.798.203.000,-
D DAK NON FISIK 2018 Rp 14.950.177.000,-
E DBHCHT 2018 Rp 2.500.000.000,-
F APBD PROVINSI Rp 9.908.731.200,-
TOTAL Rp 225.321.059.553,-
Sumber Data: Sub Bag Keuangan
Berdasarkan tabel di atas, total proporsi anggaran Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun
2018 sebesar 10,81% dari anggaran APBD Kota dengan anggaran belanja langsung sebesar
8,8%. Besar anggaran kesehatan pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota dialokasikan
minimal 10% (sepuluh persen) dari anggaran pendapatan dan belanja daerah di luar gaji” dan
Perda no. 3 tahun 2005 tentang penyelenggaraan kesehatan daerah. Anggaran Dinas Kesehatan
Kota Bogor belum mencapai angka tersebut. Namun demikian setiap tahunnya terdapat kenaikan
anggaran kesehatan secara bertahap.
3. Aspek Wilayah
Wilayah administrasi Kota Bogor mempunyai luas wilayah 11.850 Ha, terdiri dari 6
Kecamatan, 68 Kelurahan, 795 RW. Jumlah penduduk Kota Bogor pada Tahun 2018 sebanyak
1.096.828 orang dengan jumlah terpadat di Kecamatan Bogor Barat dan terluas di Kecamatan
Bogor Barat. Dengan memperhatikan luas wilayah dan jumlah penduduk akses kemudahan
dalam mencapai sarana kesehatan sangat terjangkau. Dari 68 kelurahan, pada Tahun 2018
sebanyak 55 kelurahan sudah tersedia puskesmas/puskesmas pembantu dan dapat ditempuh oleh
kendaraan roda empat dan roda dua sehingga masyarakat dapat mengakses ke sarana kesehatan
tersebut untuk mendapat pelayanan kesehatan.
9
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2018
BAB II
PERENCANAAN KINERJA
2.1 Visi dan Misi Kota Bogor
Masa pembangunan 5 (lima) tahun
Tahun 2015 – 2019), dilaksanakan dalam
upaya semakin memperkuat landasan
pembangunan sebagai bentuk konsistensi dan
kontinuitas untuk mencapai tujuan akhir
pembangunan Kota Bogor. Dalam Peraturan
Daerah Kota Bogor nomor 4 Tahun 2014
tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Kota Bogor Tahun 2015 – 2019 menyatakan bahwa visi Kota
Bogor yaitu “Menjadikan Bogor sebagai Kota yang Nyaman, Beriman dan Transparan”.
Adapun Misi yang harus dilaksanakan dalam mengimplementasikan Visi Kota Bogor adalah :
1. Menjadikan Bogor Kota yang cerdas dan berwawasan teknologi informasi dan komunikasi.
2. Menjadikan Bogor Kota yang sehat dan makmur.
3. Menjadikan Bogor Kota yang berwawasan lingkungan.
4. Menjadikan Bogor sebagai kota jasa yang berorentasi pada kepariwisataan dan ekonomi
kreatif.
5. Mewujudkan pemerintah yang bersih dan transparan.
6. Mengokohkan peran moral agama dan kemanusiaan untuk mewujudkan masyarakat madani.
Prioritas pembangunan tetap difokuskan pada penuntasan 6 (enam). Permasalahan yang
dihadap Kota Bogor yaitu :
1. Penataan transportasi dan angkutan umum;
2. Penataan pelayanan persampahan dan kebersihan kota;
3. Penataan dan pemberdayaan pedagang kaki lima (PKL);
4. Penataan ruang publik, pedestrian, taman dan Ruang Terbuka Hijau (RTH) lainnya;
5. Transformasi budaya dan reformasi birokrasi; dan
6. Penanggulangan kemiskinan.
Dinas Kesehatan Kota Bogor sebagai salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
di Kota Bogor mempunyai peran dalam mendukung dan mengimplementasikan visi dan misi
Kota Bogor khususnya dalam penyelenggaraan pembangunan bidang kesehatan melalui misi ke-
2 Kota Bogor, yaitu menjadikan Bogor Kota yang sehat dan makmur.
2.2 Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kota Bogor
Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kota Bogor merupakan wujud aplikatif dari Visidan Misi
Kota Bogor. Dinas Kesehatan sebagai salah satu pelaksana teknis Pemerintah Kota Bogor
menetapkan Visi yaitu “KOTA BOGOR SEHAT, NYAMAN, MANDIRI DAN
BERKEADILAN”. Empat Misi pembangunan kesehatan Kota Bogor merupakan wujud dari
Visi Dinas Kesehatan. Berikut adalah 4 (empat) Misi tersebut :
10
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2018
Visi dan Misi tersebut di atas merupakan dasar dalam perumusan tujuan dan sasaran
strategis dalam rangka pelaksanaan pembangunan kesehatan di kota Bogor sampai dengan Tahun
2019. Untuk dapat mewujudkan visi tersebut, ditetapkan 4 misi pembangunan kesehatan Kota
Bogor sebagai berikut :
1) Sasaran : Meningkatnya mutu sarana kesehatan dengan indikator :
a. Rasio puskesmas : penduduk ( 1 : 30.000 ).
b. Persentase sarana kesehatan yang memenuhi standar.
c. Persentase masyarakat yang memiliki jaminan kesehatan.
d. Rasio kematian ibu per 100.000 Kelahiran hidup.
e. Rasio kematian bayi per 1000 kelahiran hidup.
f. Persentase balita gizi buruk.
g. Persentase angka kesembuhan TBC (cure rate).
h. Prevalensi penderita HIV.
1) Sasaran : Meningkatnya pengetahuan dan kemandirian masyarakat mengenai perilaku
hidup bersih dan sehat dan lingkungannya dengan indikator :
a. Persentase rumah tangga berPHBS.
b. Persentase kawasan yang mematuhi Perda KTR.
c. Persentase rumah sehat.
1. Menyediakan sarana dan pelayanan kesehatan yang paripurna, merata,
bermutu, terjangkau dan nyaman.
2. Meningkatkan kemandirian masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan lingkungan.
3. Memenuhi ketersediaan dan pemerataan tenaga kesehatan yang profesional
dan amanah.
4. Menyelenggarakan tata kelola sumberdaya kesehatan yang adil, transparan
dan akuntabel.
1. Misi 1 : Menyediakan sarana dan pelayanan kesehatan yang paripurna
merata, bermutu, terjangkau dan nyaman dengan tujuan :
Meningkatkan sarana dan pelayanan kesehatan masyarakat yang paripurna,
merata, bermutu, terjangkau dan nyaman.
2. Misi 2 : Meningkatnya kemandirian masyarakat dalam kesehatan
individu, keluarga, dan lingkungan dengan tujuan :
Meningkatnya kemandirian masyarakat dalam kesehatan individu, keluarga,
dan lingkungannya.
11
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2018
1) Sasaran : Meningkatnya ketersediaan dan pemerataan tenaga kesehatan yang
profesional dengan indikator :
a. Persentase tenaga medis dan non medis sesuai kebutuhan.
1) Sasaran : Meningkatnya transparasi dan akuntabilitas penyelenggaraan pembangunan
pada Dinas Kesehatan.
a. Penilaian SAKIP Dinas Kesehatan.
b. Persentase rekomendasi atas hasil pemeriksaan BPK / Inspektorat yang ditindaklanjuti.
c. Indeks kepuasan masyarakat.
2.3 Indikator Kinerja Utama (IKU)
Indikator Kinerja Utama adalah ukuran
keberhasilan dari suatu tujuan dan sasaran strategis
operasional. Setiap lembaga atau Instansi pemerintah
wajib merumuskan Indikator Kinerja Utama sebagai
suatu prioritas program dan kegiatan yang mengacu
pada sasaran strategis dalam RPJMD dan RENSTRA
Satuan Kerja Perangkat Daerah. Melalui penetapan IKU
diharapkan akan diperoleh informasi kinerja yang
penting dan diperlukan dalam menyelenggarakan manajemen kinerja secara baik serta
diperolehnya ukuran keberhasilan dari pencapaian suatu tujuan dan sasaran strategis organisasi
yang digunakan untuk perbaikan kinerja dan peningkatan akuntabilitas kinerja.
Sesuai dengan review terhadap dokumen RPJMD Kota Bogor Tahun 2015-2019 yang
ditetapkan melalui Keputusan Walikota Bogor Nomor 050.45-304 Tahun 2017 tentang
Penetapan Rencana Kinerja Pemerintah Kota Bogor Perda, maka terdapat perubahan juga pada
Indikator Kinerja Utama (IKU) Kota Bogor termasuk juga perubahan IKU pada Dinas
Kesehatan. Penetapan IKU didasarkan pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor PER/09/M.PAN/5/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja Utama di
Lingkungan Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
3. Misi 3 : Memenuhi ketersediaan dan pemerataan tenaga kesehatan
yang profesional dengan tujuan :
Meningkatnya ketersediaan dan pemerataan tenaga kesehatan yang
profesional
4. Misi 4 : Menyelenggarakan tata kelola sumber daya kesehatan yang
transparan dan akuntabel dengan tujuan :
Meningkatnya manajemen kesehatan yang transparan dan akuntabel.
12
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2018
20 Tahun 2008 tentang Petunjuk Penyusunan Indikator Kinerja Utama. Adapun IKU Dinas
Kesehatan Kota Bogor Tahun 2018 sebagai berikut :
1. Sasaran 1 : Meningkatnya Mutu Sarana Kesehatan, yaitu :
a. Rasio puskesmas : penduduk (1 : 30.000).
b. Persentase sarana kesehatan pemerintahan yang terakreditasi.
2. Sasaran 2 : Meningkatnya Aksesbilitas
Masyarakat terhadap Layanan Kesehatan, yaitu a.
Persentase masyarakat yang memiliki jaminan
kesehatan.
3. Sasaran 3 : Meningkatnya Kualitas Kesehatan
Masyarakat, yaitu :
a. Rasio kematian ibu per 100.000 kelahiran
hidup.
b. Rasio kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup.
c. Persentase balita gizi buruk.
d. Persentase angka kesembuhan TBC (cure rate).
e. Pervalensi penderita HIV AIDS.
4. Sasaran 4 : Meningkatnya Pengetahuan dan
Kemandirian Masyarakat mengenai Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat dan Lingkungannya, yaitu :
a. Persentase rumah tangga ber-PHBS.
b. Persentase kawasan yang mematuhi Perda KTR.
c. Persentase rumah sehat.
2.4 Perjanjian Kinerja Tahun 2018
Perjanjian kinerja adalah lembar/dokumen
yang berisikan penugasan dari pimpinan instansi
yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang
lebih rendah untuk melaksanakan program/kegiatan
yang disertai dengan indikator kinerja. Melalui
perjanjian kinerja, terwujudlah komitmen penerima
amanah dan kesepakatan antara penerima dan
pemberi amanah atas kinerja terukur tertentu
berdasarkan tugas, fungsi dan wewenang serta sumber
daya yang tersedia. Kinerja yang disepakati tidak
dibatasi pada kinerja yang dihasilkan atas kegiatan
tahun bersangkutan, tetapi termasuk kinerja (outcome) yang seharusnya terwujud akibat kegiatan
tahun-tahun sebelumnya. Dinas Kesehatan Kota Bogor telah ditetapkan perjanjian kinerja pada
13
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2018
Tahun 2018 sebanyak 6 sasaran dengan 15 indikator sasaran diantaranya sebanyak 4 sasaran
(66,7%) dan 11 indikator sasaran (73,3%) merupakan Indikator Kinerja Utama (IKU). Berikut
uraian perjanjian kinerja pada Tahun 2018 :
MISI TUJUAN INDIKATOR
TUJUAN
SASARAN INDIKATOR SASARAN
TARGET
I. Menyediakan sarana
dan pelayanan
kesehatan
masyarakat yang
paripurna merata,
bermutu, terjangkau,
dan nyaman.
Meningkatkan
sarana dan
pelayanan
kesehatan
masyarakat yang
paripurna,
merata, bermutu,
terjangkau, dan
nyaman.
Persentase sarana
dan pelayanan
kesehatan sesuai
standar.
Meningkatnya
mutu sarana
kesehatan.
Meningkatnya
aksebilitas
masyarakat
terhadap layanan
kesehatan.
Meningkatnya
kualitas kesehatan
masyarakat.
Rasio puskesmas :
penduduk ( 1 : 30.000 )
Persentase sarana
kesehatan yang memenuhi
standar.
Persentase masyarakat
yang memiliki jaminan
kesehatan.
Rasio kematian ibu per
100.000 Kelahiran hidup.
Rasio kematian bayi per
1000 kelahiran hidup.
Persentase balita gizi
buruk.
Persentase angka
kesembuhan TBC (cure
rate).
Prevalensi penderita HIV.
1:34.667
72
90
100 /
100.000
KH
3 / 1.000
KH
0,2
86
3,5
II. Meningkatnya
kemandirian
masyarakat dalam
kesehatan individu,
keluarga, dan
lingkungan.
Meningkatnya
kemandirian
masyarakat dalam
kesehatan
individu,
keluarga, dan
lingkungannya
Kemandirian
masyarakat
dalam perilaku
hidup bersih
dan sehat dan
lingkungannya
Meningkatnya
pengetahuan dan
kemandirian
masyarakat
mengenai perilaku
hidup bersih dan
sehat dan
lingkungannya.
Persentase Rumah Tangga
ber PHBS
Persentase kawasan yang
mematuhi Perda KTR
Persentase Rumah Sehat
66
60
82,5
III. Memenuhi
ketersediaan dan
pemerataan tenaga
kesehatan yang
profesional.
Meningkatnya
ketersediaan dan
pemerataan tenaga
kesehatan yang
profesional
Pemenuhan
tenaga kesehatan
Meningkatnya
ketersediaan dan
pemerataan tenaga
kesehatan yang
profesional
Persentase tenaga medis dan
non medis sesuai kebutuhan.
100
IV. Menyelenggarakan
tata kelola sumber
daya kesehatan
yang transparan
dan akuntabel.
Meningkatnya
manajemen
kesehatan yang
transparan dan
akuntabel.
Nilai
akuntabilitas
kinerja Dinas
Kesehatan.
Meningkatnya
transparasi dan
akuntabilitas
penyelenggaraan
pembangunan pada
Dinas Kesehatan.
Penilaian LAKIP Dinas
Kesehatan.
Persentase rekomendasi atas
hasil pemeriksaan BPK /
Inspektorat yang
ditindaklanjuti.
Indeks kepuasan masyarakat.
BB
100
B
14
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2018
Sejalan dengan Visi dan Misi dan sasaran strategis yang telah ditetapkan oleh Dinas Kesehatan
maka disusun rencana kinerja yang menggambarkan program-program serta kegiatan-kegiatan
yang akan dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan selama Tahun 2018. Berikut ini adalah program dan
kegiatan yang akan dilaksanakan selama Tahun 2018 :
NO PROGRAM NO KEGIATAN
1 Pelayanan Kesehatan
Penduduk Miskin
1 Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin dan JPKM.
2 Pengelolaan Dana Kapitasi JKN Puskesmas.
3 Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan Dana Kapitasi
JKN Puskesmas.
2
Peningkatan
Keselamatan Ibu
Melahirkan dan Anak
4
Pelayanan Kesehatan Ibu, Bayi, dan Balita.
3 Peningkatan Pelayanan
Kesehatan Anak Balita
5 Pelayanan Kesehatan Anak Balita.
4 Upaya Kesehatan 6 Pelayanan Kesehatan Khusus.
7 Pengendalian Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular.
5 Peningkatan Pelayanan
Kesehatan
8 Pelayanan Kesehatan Remaja dan Lansia.
6 Perbaikan Gizi
Masyarakat
9
Peningkatan Gizi Masyarakat
7 Pencegahan dan
Penanggulangan
Penyakit Menular
10 Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit DBD.
11 Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular.
12 Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit HIV.
8 Pengadaan, Peningkatan
dan Perbaikan Sarana
dan Prasarana
Puskesmas/ Puskesmas
Pembantu dan
Jaringannya
13 Sistem Informasi Kesehatan.
14 Peningkatan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan.
15 Revitalisasi Puskesmas dan Jaringannya.
16 Perencanaan Pengadaan Lahan Puskesmas.
17 Persiapan Pengadaan Lahan Puskesmas.
18 Pelaksanaan Pengadaan Tanah.
19 Penyerahan Hasil Pengadaan Tanah.
20 Pelayanan Puskesmas, Jasa Pelayanan, Pembinaan
Manajemen dan Peningkatan SDM
9 Standarisasi Pelayanan
Kesehatan
21 Akreditasi Puskesmas.
22 Peningkatan Pelayanan Laboratorium Kesehatan
Daerah.
23 Pembinaan dan Pengendalian Sarana Kesehatan
pemerintah dan Swasta.
10 Pengawasan Obat dan
Makanan
24 Pengendalian Obat dan Makanan.
25 Pengadaan Obat-Obatan.
11 Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan
Masyarakat
26 Peningkatan Promosi Kesehatan.
27 Penerapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR).
28 Peningkatan Peran Serta Masyarakat.
29 Peningkatan Kinerja UKBM (Upaya Kesehatan
Bersumber Daya Masyarakat).
12 Pengembangan
Lingkungan Sehat
30 Pembangunan IPAL Limbah B3.
31 Peningkatan Kesehatan Lingkungan.
13 Pembinaan dan
Pengembangan Aparatur
32 Peningkatan Sumber Daya Manusia.
15
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2018
14 Pelayanan Administrasi
Perkantoran
33 Pengelolaan Rumah Tangga SKPD.
15 Peningkatan Sarana dan
Prasarana Aparatur
34 Pemeliharaan Rutin/Berkala Inventaris Kantor.
35 Pengadaan Inventaris Kantor.
16 Peningkatan dan
Pengembangan Sistem
Pelaporan Capaian
Kinerja dan Keuangan
36 Penyusunan Perencanaan dan Pelaporan SKPD.
37 Evaluasi Permohonan Hibah dan Bantuan Sosial.
16
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2018
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
3.1 Kerangka Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja merupakan suatu proses mencatat, dan mengukur pencapaian sasaran,
melalui hasil-hasil ataupun proses pelaksanaan suatu kegiatan. Berdasarkan Permenpan dan
Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014, tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja,
Pelaporan Kinerja Dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah
menitikberatkan pada upaya pencapain hasil kerja atau outcome, tidak hanya pada penggunaan
sumber dana. Indikator kinerja outcome adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya
keluaran kegiatan pada jangka tertentu. Suatu lembaga dikatakan berhasil dalam pencapaian
sasaran strategis dilihat dari presentase nilai tingkat pencapaian indikator kinerjanya. Pengukuran
tingkat capaian kinerja Dinas Kesehatan Kota Bogor dilakukan dengan cara membandingkan
target dengan realisasi masing-masing indikator kinerja pada setiap sasaran strategis yang telah
ditetapkan dalam perjanjian kinerja, dan pengukuran kinerja dituangkan dalam formulir
pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja di Dinas Kesehatan Kota Bogor, yakni dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
1. Apabila semakin tinggi realisasi menunjukkan semakin tingginya kinerja atau semakin
rendah realisasi menunjukkan semakin rendahnya kinerja menggunakan rumus sebagai
berikut :
2. Apabila semakin tinggi realisasi menunjukkan semakin rendahnya kinerja atau semakin
rendah realisasi menunjukkan semakin tingginya kinerja menggunakan rumus sebagai
berikut :
Penilaian capaian kinerja untuk setiap indikator kinerja sasaran menggunakan interpretasi
penilaian sebagai berikut :
Skala Capaian (%) Kategori
85 - 100 Sangat Baik
70 - <85 Baik
55 - <70 Cukup
<55 Kurang
Realisasi Keterangan
> Target Tercapai dan Melebihi Target
= Target Tercapai
< Target Tidak Mencapai Target
17
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2018
3.2 Capaian dan Evaluasi Kinerja
Capaian dan evaluasi indikator kinerja sasaran pada Tahun 2018 sebagai berikut :
Sasaran 1: Meningkatnya Mutu Sarana Kesehatan
Indikator Kinerja 2017 2018 Kategori Akhir
RENSTRA
Target Realisasi % Target Realisasi % (%) (%)
1. Rasio Puskesmas
: Penduduk
(1:30.000)
1:37.000 1:40.423 91,5 1 :
34.667
1 :
43.873
79,01 Sangat
Baik
1:30.000
2. Persentase Sarana
Kesehatan yang
Memenuhi
Standar
71 72 101,4 72 72 100 Sangat
Baik 73
Rasio puskesmas per penduduk
(1:30.000) pada Tahun 2018 adalah
1:43.873 penduduk (79,01%). Capaian ini
belum sesuai dengan target Tahun 2018
yaitu 1:34.667 penduduk. Hal ini
dikarenakan jumlah Puskesmas tidak
terdapat penambahan secara kuantitas,
dimana jumlah Puskesmas pada Tahun 2017
sebanyak 25 Puskesmas dan Tahun 2018
sebanyak 25 Puskesmas. Sedangkan, pada
jumlah penduduk terdapat penambahan
pada Tahun 2018 sebanyak 88.262 jiwa yaitu dari Tahun 2017 sebanyak 1.010.566 jiwa menjadi
1.098.828 jiwa pada Tahun 2018, sehingga mempengaruhi capaian persentase.
Tujuan 1 : Meningkatkan sarana dan pelayanan kesehatan
masyarakat yang paripurna, merata, bermutu, terjangkau dan
nyaman
18
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2018
Permasalahan yang dihadapi dalam pencapaian indikator ini disebabkan oleh adanya
keterbatasan lahan untuk pembangunan dan terbatasnya asset fasilitas dari Pemerintah Kota
Bogor serta ketersediaan pemenuhan sumber daya manusia untuk puskesmas.
Upaya yang dilakukan untuk pembangunan fisik Puskesmas yaitu dengan perioritas di
daerah yang aksesnya masih kurang seperti di Kecamatan Bogor Barat, Bogor Utara dan Bogor
Selatan berdasarkan kajian Puskesmas yang telah dilakukan oleh konsultan.Selain pemenuhan
pembangunan fisik telah dilakukan juga, peningkatan kualitas fisik Puskesmas yaitu melalui
rehabilitasi dan revitalisasi Puskesmas disesuaikan dengan tata graha Puskesmas berdasarkan
Permenkes 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas dalam rangka mendukung akreditasi Puskesmas.
Persentase sarana kesehatan yang memenuhi standar pada Tahun 2018 yaitu 72%,
capaian ini sesuai dengan target Tahun 2018 72%. Jika dibandingkan Tahun 2017 maka
persentase tidak mengalami perubahan yaitu 72%. Pencapaian pada indikator ini, dari hasil
pembinaan teknis yang telah dilakukan kepada 1.258 sarana kesehatan terdapat 935 sarana
kesehatan yang memenuhi standar (72%) berdasarkan acuan yang digunakan yaitu Permenkes
pada masing-masing jenis sarana kesehatan yaitu :
a. Undang-Undang No. 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan
b. Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2016 Tentang Fasilitas Pelayanan
Kesehatan
c. Permenkes No. 46 Tahun 2013 Tentang Registrasi Tenaga Kesehatan
d. Permenkes No. 75 Tahun 2014 Tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat
e. Permenkes No. 9 Tahun 2014 Tentang
Klinik
f. Permenkes No. 28 Tahun 2017 Tentang Izin
Penyelenggaraan Praktik Bidan
g. Permenkes No. 61 Tahun 2016 Tentang
Kesehatan Tradisional
h. Permenkes No. 56 Tahun 2014 Tentang
Rumah Sakit
i. Permenkes No. 46 Tahun 2015 Tentang
Akreditasi.
Jumlah sarana kesehatan yang memenuhi standar tersebut terdiri dari sarana kesehatan
pemerintah (25 puskesmas dan 3 rumah sakit) dan swasta terdiri dari 14 macam sarana kesehatan
yaitu dr praktek mandiri, drg prakrik mandiri, drgsp praktik mandiri, apotek, klinik pratama,
klinik utama, RS, BPM, optik, batra (obat tradisional), toko obat, laboratorium, salon, PBF
(pabrik besar farmasi). Masih adanya sarana kesehatan yang tidak memenuhi standar
dikarenakan sarana prasarana, alat kesehatan, dan sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki
belum sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan dalam peraturan menteri kesehatan.
Upaya yang dilakukan dalam pencapaian target tersebut adalah dengan melakukan
sosialisasi, visitasi atau monitoring, dan pembinaan ke sarana kesehatan di Kota Bogor. Untuk
19
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2018
meningkatkan pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan maka perlu dilakukan skala perioritas
pembinaan fasilitas pelayanan kesehatan melalui kegiatan sosialisasi standarisasi sarana
pelayanan kesehatan, pembinaan dan peningkatan mutu sarana, dan sumber daya manusia
(SDM) pada sarana kesehatan serta evaluasi manajemen pada sarana kesehatan.
Sasaran 2 : Meningkatnya Aksesbilitas Masyarakat terhadap Layanan Kesehatan
Persentase masyarakat yang memiliki jaminan kesehatan pada Tahun 2018 yaitu
95,85%. Pencapaian ini melebihi target yang telah ditetapkan yaitu 90% dan mengalami
peningkatan capaian sebesar 19,15% dari Tahun 2017. Pencapaian Tahun 2018 sebesar 95,85%
menunjukan bahwa Kota Bogor sudah mencapai Universal Health Coverage (UHC), hal ini
sesuai dengan kebijakan Pemerintah Pusat
melalui Badan Penyelenggara Jaminan
Kesehatan (BPJS) yang menyatakan bahwa
daerah yang mencapai Universal Health
Coverage (UHC) yaitu minimal sebesar 95%
sesuai aturan Perjanjian Kerjasama antara
Pemerintah Kota Bogor dengan Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan
Cabang Bogor (440/Perj.430-Dinkes/2018)
tentang Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan
Nasional Bagi Penduduk Kota Bogor dalam
Rangka Universal Health Coverage (UHC).
Penetapan Universal Health Coverage
(UHC) ini dicanangkan pada tanggal 15 Desember 2018 dalam rangka memperingati Hari
Kesehatan Nasional (HKN) ke 54 di Taman Heulang Bogor oleh Bapak Walikota Bogor.
Berbagai upaya yang telah dilakukan selama Tahun 2018 dalam rangka pencapaian
indikator tersebut antara lain sebagai berikut :
1. Rapat lintas sektor program jaminan kesehatan dalam percepatan Universal Health
Coverage (UHC)
2. Pelaksanaan pertemuan penguatan regulasi jaminan kesehatan dan sistem rujukan di
fasilitas kesehatan tingkat I dan II
3. Pembentukan tim percepatan UHC
4. Sosialisasi penyelenggaraan penerima bantuan pembiayaan kesehatan di tingkat
kecamatan
Indikator Kinerja 2017 2018 Kategori Akhir
RENSTRA
Target Realisasi % Target Realisasi % (%) (%)
Persentase
Masyarakat yang
Memiliki Jaminan
Kesehatan
70 76,7 109,5 90 95,85 106,5 Sangat
Baik
100
20
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2018
5. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi pembiayaan kesehatan penduduk miskin di fasilitas
pelayanan kesehatan tingkat I dan II.
Meskipun jumlah masyarakat yang memiliki jaminan kesehatan mengalami peningkatan
yang cukup signifikan, namun masih dijumpai beberapa permasalahan atau kendala dalam
rangka pencapaian indikator tersebut yaitu gagalnya usulan Penerima Bantuan Iuran (PBI)
dikarenakan kurangnya validitas data kepesertaan jaminan kesehatan serta kurangnya partisipasi
masyarakat untuk mendaftar JKN mandiri, perusahaan kecil menengah banyak yang belum
mendaftarkan pekerjanya, sosialisasi dan dukungan terhadap JKN belum merata baik di
masyarakat, dunia usaha, dan semua instansi pemerintah.
Sehingga pada Tahun 2019 perlu dilakukan upaya penguatan Universal Health Coverage
(UHC), konsultasi administrasi kegiatan pelayanan kesehatan rujukan dan jaminan kesehatan,
stakeholder program rujukan dan jaminan kesehatan, penguatan sistem rujukan pelayanan
kesehatan regional.
Sasaran 3 : Meningkatnya Kualitas Kesehatan Masyarakat
Rasio kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup pada Tahun 2018 melebihi Target
Tahun 2018 yaitu dari 100/100.000 kelahiran hidup menjadi 60/100.000 kelahiran hidup, artinya
jumlah kematian ibu di Kota Bogor pada Tahun 2018 sebanyak 12 kasus per 20.000 kelahiran
hidup. Meskipun angka ini berhasil melampaui target Tahun 2018, namun mengalami
peningkatan dua kali lipat apabila dibandingkan dengan Tahun 2017 yang mencapai 30 per
100.000 kelahiran hidup. Sedangkan apabila
dibandingkan dengan rasio kematian ibu di Provinsi
Jawa Barat Tahun 2018 sebanyak 700 kasus dengan
rasio kematian ibu 79,68/100.000 KH, artinya bahwa
angka kematian ibu di Kota Bogor masih rendah
apabila di bandingkan dengan kematian ibu di Jawa
Barat.
Indikator Kinerja 2017 2018 Kategori Akhir
RENSTRA
Target Realisasi % Target Realisasi % (%) (%)
1. Rasio Kematian Ibu
per 100.000 Kelahiran
Hidup
105 30 /
100.000
KH
171,4 100/10
0.000
KH
60/100.0
00 KH
166,7 Sangat
Baik
95
2. Rasio Kematian Bayi
per 1.000 Kelahiran
Hidup
3 3,7 /
1.000 KH
76,7 3 /
1.000
KH
2,95 /
1.000 KH
101,7 Baik 3
3. Persentase Balita gizi
Buruk
0,25 0,07 357,1 0,2 0,07 Sangat
Baik 0,15
4. Persentase Angka
Kesembuhan TBC (
Cure Rate )
86 85,6 99,5 86 81,22 94,4 Sangat
Baik 86
5. Prevalensi Penderita
HIV
4 0,15 267,0 3,5 0,42 Sangat
Baik 3
Penyebab Kematian Ibu Tahun
2016 2017 2018
1. Pendarahan 7 3 2
2. Hipertensi 1 1 4
3. Gangguan Sistem Peredaran Darah (Jantung, Stroke, dll)
7 0 3
4. Lainnya 7 2 3
Total 22 6 12
21
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2018
Kematian ibu selama tahun 2018 disebabkan oleh kasus pendarahan sebanyak 2 kasus
(17%), hipertensi dalam kehamilan sebanyak 4 kasus (33%), gangguan sistem peredaran darah
sebanyak 3 kasus (25%), serta penyebab lain 3 kasus (25%) yang terdiri dari meningitis 1 kasus,
demam berdarah 1 kasus, dan sesak napas 1 kasus.
Data di atas menunjukkan bahwa penyebab langsung yang berkaitan dengan kasus
kebidanan yaitu hipertensi dan perdarahan dalam kehamilan masih tinggi. Upaya yang dilakukan
adalah meningkatkan deteksi dini dan penanganan komplikasi kebidanan, termasuk penanganan
kegawatdaruratan kebidanan, tindakan pra rujukan, rujukan efektif dan penanganan di fasilitas
kesehatan rujukan termasuk fasilitas perawatan intensif care unit (ICU). Penyebab lain yang
merupakan penyakit penyerta pada ibu hamil yaitu gangguan sistem peredaran darah juga
ternyata mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan pada saat hamil ibu sudah memiliki
penyakit lain sehingga terjadi komplikasi hingga
kematian. Pencegahan komplikasi penyakit penyerta
pada ibu hamil harus dilakukan dengan meningkatkan
program Keluarga Berencana (KB) pada wanita usia
subur yang menderita penyakit penyerta untuk
mencegah atau menunda kehamilan pada wanita
tersebut. Upaya lain yang harus dilakukan adalah
deteksi dini dan penanganan penyakit penyerta
melalui pelayanan Antenatal Care Terpadu sesuai
standar yang melibatkan disiplin medis lainnya
(Spesialis Penyakit Dalam, Saraf, Bedah, dll) sehingga dapat melakukan penatalaksanaan yang
baik untuk penyakit penyertanya.
Pada Tahun 2018 masih terdapat kasus kematian dimana persalinan ditolong bukan oleh
tenaga kesehatan dan terlambat dalam rujukan. Oleh karena itu masih terus diperlukan upaya
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya ibu hamil dan keluarga serta peran serta
masyarakat (kader motivator Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) / pendamping ibu hamil) sehingga
ibu hamil memeriksakan kehamilan rutin dan melahirkan oleh tenaga kesehatan di fasilitas
kesehatan. Salah satu upayanya yaitu melalui pelaksanaan Kelas Ibu. Upaya pemberdayaan
masyarakat yang dikenal dengan (Forum
Nga EMAS (Expanding Maternal dan
Neonatal Survival)) pun terus dilakukan.
Forum Nga EMAS (Expanding Maternal
dan Neonatal Survival) merupakan
sekelompok masyarakat yang peduli
kesehatan ibu dan anak dalam bentuk
dukungan terhadap program penyelamatan
ibu dan bayi baru lahir. Peranan organisasi
masyarakat dalam forum nga EMAS
(Expanding Maternal dan Neonatal
Asfiksia; 33%
BBLR; 40%
Kelainan bawaan
10%
Penyebab lain; 15%
PENYEBAB KEMATIAN BAYI 0-28 HARI
22
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2018
Survival) adalah memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat dan melakukan advokasi
kepada pemerintah terkait dengan berbagai hal yang terjadi di masyarakat dalam upaya
penyelamatan ibu dan bayi baru lahir. Upaya lainnya yaitu meningkatkan kegiatan Program
Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K), serta kegiatan inovasi (Opat
Sauyunan) yang merupakan program pendampingan mulai dari hamil, bersalin, nifas hingga
anak usia dua tahun dan kegiatan inovasi (Kader Pigawe Lima) yaitu setiap kader mempunyai
kewajiban mendampingi 5 ibu hamil. Kegiatan inovasi ini bertujuan untuk menurunkan AKI
(Angka Kematian Ibu) dan AKB (angka Kematian Bayi).
Rasio kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup pada Tahun 2018 yaitu 2.95 /1.000
kelahiran hidup, artinya terjadi 59 kasus kematian bayi dari 20.000 kelahiran hidup. Angka ini
menurun dari tahun 2017 yang mencapai 3,7 kasus per 1.000 kelahiran hidup dan masih di
bawah target nasional sebesar 23 kasus per 1.000 kelahiran hidup. Hal ini tidak lepas dari adanya
pendampingan program penyelamatan ibu melahirkan dan bayi baru lahir yang mengacu pada
program Expanding Maternal dan Neonatal Survival (EMAS) di 1 RS yaitu RS PMI, 5
Puskesmas yaitu Puskesmas Kedung Badak, Warung jambu, Sempur, Gang Kelor dan Pancasan.
Dan 1 klinik yaitu klinik Pelita Sehat. Semua fasilitas kesehatan tersebut mencapai telah
mencapai standar Tata Kelola Pelayanan KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) di atas 80% yang dinilai
dengan instrument tata kelola pelayanan KIA (Kesehatan Ibu dan Anak, kecuali klinik Pelita
Sehat dengan nilai masih dibawah 80%
Pada Tahun 2018 terjadi kematian bayi
sebanyak 59 kasus, dimana 48 kasus merupakan
kematian bayi pada usia 0-28 hari, dan 11 kasus
merupakan kematian bayi usia 1-11 bulan. Penyebab
kematian bayi baru lahir didominasi oleh Berat Bayi
Lahir Rendah (BBLR) sebesar 19 kasus (40%). Berat
Bayi Lahir Rendah (BBLR) berkaitan dengan kondisi
ibu saat hamil seperti kekurangan gizi ibu hamil
dengan anemia , bumil dengan KEK, kehamilan pada
ibu muda (<20 tahun), dan prematuritas yang
disebabkan komplikasi pada ibu hamil seperti Ketuban Pecah Dini dan Hipertensi. Penyebab
kematian bayi yang lain adalah asfiksia 16 kasus (33%), kelainan bawaan 5 kasus (10%), sepsis
1 kasus (2%) dan penyebab lain 7 kasus (15%) seperti ikterus, aspirasi air ketuban, bayi lahir
dengan kecil masa kehamilan, suspek penyakit jantung dan pneumonia. Kematian pada bayi baru
lahir ini merupakan komplikasi yang memerlukan penanganan spesialistik yang perawatannya
membutuhkan sarana Neonatal Iintensive Care Unit (NICU) dan berbiaya mahal, dimana
jumlahnya masih kurang di Kota Bogor. Meskipun pemanfaatan BPJS sudah meningkat namun
akses untuk mendapat perawatan Neonatal Iintensive Care Unit (NICU) bagi peserta Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) masih sulit. Oleh karena itu diperlukan penambahan
sarana Neonatal Iintensive Care Unit (NICU) termasuk Sumber Daya Manusia (SDM) dan
pembiayaannya. Sedangkan kematian bayi pada umur 1-11 bulan terjadi sebanyak 11 kasus,
Penyebab lain 36%
Diare 9%
Kelainan saluran cerna
9%
Pneumonia
46%
PENYEBAB KEMATIAN BAYI 1-11 BULAN
23
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2018
dimana diare 1 kasus (9%) dan Infeksi Saluran Napas Atas (ISPA) Penumonia 5 kasus (46%),
kelainan saluran cerna 1 kasus (9%), dan penyebab lain 4 kasus (36%) seperti infeksi, gangguan
napas, dan hydrocephalus.
Persentase balita gizi buruk pada
Tahun 2018 yaitu 0,07%. Pencapaian pada
Tahun 2018 sama dengan pencapian Tahun
2017 yaitu 0,07%. Angka ini juga melebihi
target akhir RENSTRA Tahun 2019 yaitu
0,15%. Pencapaian pada indikator ini
dikarenakan adanya program inovasi gizi,
antara lain : pelatihan PMBA, pelatihan PGS
(Pedoman Gizi Seimbang), pelatihan 1000 HPK
(Hari Pertama Kehidupan) di KUA dan Gereja,
pembentukan kelompok pendukung ASI, pembentukan kelas ASI dan kelas gizi, pelatihan
pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) untuk Bidan RS dan BPS, seminar ASI Eksklusif ,
pemberian PMT (Pemberian Makanan Tambahan).
Terdapat beberapa kendala dalam pencapaian indikator ini di antaranya yaitu balita
dengan penyakit penyerta kronis, rendahnya pengetahuan masyarakat, terbatasnya SDM baik
secara kuantitas maupun kualitas serta kurangnya dukungan komitmen dari tokoh di setiap level
sasaran.
Sehingga pada Tahun 2019 perlu dilakukan orientasi manajemen klinik laktasi bagi
Puskesmas dan rumah sakit, pembentukan duta pencegahan stunting sejak dini bagi remaja putri,
orientasi kelompok pendukung ASI bagi tingkat kelurahan, rakontek peningkatan kapasitas
pengelola program gizi puskesmas.
Angka kesembuhan TBC (Cure Rate)
pada Tahun 2018 yaitu 81,22%, pencapaian ini
tidak melebihi target yang telah ditetapkan
RENSTRA Tahun 2018 yaitu 86%. Apabila
dibandingkan dengan Tahun 2017 mengalami
penurunan 4,38%, hal ini disebabkan oleh
meningkatnya kasus TBC di Kota Bogor serta
meningkannya CNR (Case Notifications Rate) /
angka notifikasi kasus dari 2.122 kasus menjadi
2.324 kasus.
Berbagai kegiatan dalam upaya penanggulangan TB di lakukan pada Tahun 2018 yang
bertujuan melakukan penemuan kasus TB sedini mungkin melalui gerakan ketuk pintu, upaya
pemberdayaan masyarakat di antaranya kader dimana kader bertugas untuk menemukan orang
terduga TB dan mampu memotivasi penderita terduga TB untuk berobat ke Puskesmas.
Meningkatkan kapasitas petugas TB yaitu dokter, pengelola program TB, petugas laboratorium
Puskesmas serta RS yang ada di Kota Bogor. Hal ini juga dimaksud dalam upaya mandatory
24
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2018
notification, dimana seluruh fasilitas yang memberi layanan terhadap program TB harus di
catatkan dan di laporkan ke Dinas Kesehatan. Sosialisasi TB kepada masyarakat umum, juga
kepada lintas sektor melalui kegiatan TB Day. Dengan seluruh kegiatan ini di harapkan
masyarakat umum memahami gejala TB , dan termotivasi untuk berobat.
Permasalahan kegiatan yang ditemukan pada Tahun 2018 yaitu kurangnya kepatuhan
pasien TB terhadap minum obat hingga pengobatan akhir, belum optimalnya koordinasi antar
fasilitas kesehatan serta kurangnya komitmen dari berbagai pihak.
Prevalensi Penderita HIV pada Tahun 2018 ditargetkan 3,5% dengan realisasi 0,42%.
Capaian tersebut diperoleh dari total kasus HIV/AIDS sampai dengan Tahun 2018 sebesar 4.597
kasus dari total penduduk Kota Bogor sebesar 1.096.828 jiwa. Pencapaian Tahun 2018 melebihi
target namun meningkat dari Tahun 2017 yaitu sebesar 0,27%. Prevalensi HIV di Kota Bogor
Tahun 2018 lebih besar dibandingkan dengan prevalensi HIV di Jawa Barat Tahun 2018 yaitu
sebesar 0,3%.
Adanya peningkatan ini dikarenakan
adanya peningkatan jumlah kasus baru yang
ditemukan melalui skringing HIV.
Dalam rangka upaya penurunan
angka prevalensi HIV, masih dijumpai
beberapa kendala sebagai berikut :
1. Masih kurangnya kesadaran
masyarakat untuk memeriksakan
dirinya melaksanakan konseling dan test HIV/AIDS
2. Presentasi populasi usia 15-24 tahun yang memiliki pengetahuan komprehensif tentang
HIV/AIDS masih kurang dari target karena masih kurangnya sosialisasi pada usia
tersebut
3. Proporsi penduduk terinfeksi HIV lanjut yang memiliki akses pada obat-obatan anti
retroviral masih kurang dari target karena masih kurangnya pengobatan lanjutan pada
layanan HIV di RS pada pasien yang terdiagnosa HIV.
Untuk meningkatkan pengetahuan dan mencegah
terjadinya penularan HIV/AIDS di masyarakat dilakukan
kegiatan penyuluhan komprehensif dan sosialisasi pada
Kepala sekolah menengah atas dan Rektor universitas di
Kota Bogor, Lurah dan Camat, Rumah Sakit dan Klinik,
Salon, Restoran dan Hotelserta Sosialisasi oleh kader di
Tingkat RW dan Karang Taruna serta pelatihan menyuluh,
konseling perubahan perilaku untuk kader dan pelatihan
serta pembentukan WPA.
404 459
751
273
470
8
226 254
80
41 0
200
400
600
800
2014 2015 2016 2017 2018
Jum
lah
kasus
25
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2018
Sasaran 1 : Meningkatnya Pengetahuan dan Kemandirian Masyarakat mengenai Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat dan Lingkungannya
Persentase Rumah Tangga ber-PHBS pada Tahun 2018 belum mencapai target yaitu
65,5% namun terdapat peningkatan sebesar 0,03 % dari Tahun 2017 yaitu dari 65,2%.
Sedangkan dengan target akhir RENSTRA pada Tahun 2019 (67%) masih ada kesenjangan
sebesar yaitu 1,5%. Apabila dilihat dari capaian 10 indikator PHBS RT dari Tahun 2017 dan
Tahun 2018 terdapat beberapa indikator mengalami penurunan yaitu menggunakan air bersih,
menggunakan jamban sehat, memberantas jentik nyamuk, melakukan aktifitas fisik setiap hari
minimal 30 menit, dan tidak merokok di dalam rumah.
Capaian 10 Indikator PHBS RT Tahun 2017 s/d 2018
Dalam pencapaian indikator ini
terdapat beberapa kendala di antaranya
adalah kurangnya pengetahuan dan
kesadaran masyarakat terhadap perilaku
hidup bersih dan sehat, khusunya perilaku
merokok yang dapat menimbulkan bahaya
bagi orang lain, kurangnya teladan dari
tokoh masyarakat, tokoh agama maupun
pimpinan yang mampu memberikan contoh yang baik terhadap perilaku masyarakat, kurangnya
fasilitas dan sarana pendukung dalam perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat,
Indikator Kinerja 2017 2018 Kategori Akhir
RENSTRA
Target Realisasi % Target Realisasi % (%) (%)
1. Persentase Rumah
Tangga ber-PHBS
66 65,2 98,8 66 65,5 99,2 Sangat
Baik
67
2. Persentase Institusi
yang Menerapkan
KTR
55 64,2 116,7 60 72,6 121 Sangat
Baik 75
3. Persentase Rumah
Sehat
81,75 82 101 82,5 78,01 94,5 Sangat
Baik 82,5
No Indikator PHBS 2017
(%)
2018
(%)
1 Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan 88,9 91.6
2 Memberi Bayi ASI Ekslusif (0-6 bulan) 70,1 81.7
3 Menimbang Bayi dan Balita (0-59 bulan)
setiap bulan
89,8 90.5
4 Menggunakan air bersih 97,6 96.6
5 Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun 81,2 94.1
6 Menggunakan jamban sehat 86,9 84.8
7 Memberantas jentik nyamuk 95,7 93.9
8 Makan sayur dan buah setiap hari 92,8 93.3
9 Melakukan aktifitas fisik setiap hari minimal 30 menit
93,5 92
10 Tidak merokok di dalam rumah 63,8 62.6
Rata-Rata 86,0 78,78
Meningkatkan kemandirian
masyarakat dalam kesehatan
individu, keluarga, dan
lingkungan
Tujuan 1 : Meningkatnya pengetahuan dan
kemandirian masyarakat mengenai Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat dan lingkungannya
26
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2018
keterbatasan SDM kesehatan baik kader maupun tenaga puskesmas dalam melakukan pembinaan
dan pendampingan secara terus menerus dalam perubahan perilaku masyarakat, kondisi ekonomi
menengah kebawah, sehingga masyarakat lebih memprioritaskan pada pemenuhan kebutuhan
dasar dan upaya pengobatan daripada upaya pencegahan penyakit, pemahaman masyarakat yang
berasumsi bahwa masalah kesehatan adalah masalah yang harus diselesaikan oleh pemerintah ,
perilaku tidak sehat sudah merupakan habbit atau kebiasaan, sehingga diperlukan upaya yang
lebih besar dan untuk merubahnya.
Upaya yang telah dilakukan pada indikator
ini, antara lain yaitu khusus untuk indikator ASI
Ekslusif upaya yang dilakukan diantaranya adalah
mengaktifkan kelas gizi, kelas ibu di wilayah,
melatih kader kesehatan sebagai motivator ASI,
advokasi ke pimpinan TTU/tempat kerja untuk
penyediaan ruang menyusui/memerah ASI diperkuat
kebijakan Walikota Bogor, khusus indikator ASI
ekslusif dilakukan pembentukan KP ASI (kelompok
pendukung ASI) di setiap kelurahan, pembentukan
Komunitas Warga Tanpa Rokok di lokasi-lokasi lomba, upaya-upaya inovasi yang dilakukan
puskesmas, terutama yang menjadi lokasi lomba, pendataan PIS-PK terintegrasi dengan
pendataan PHBS RT.
Sehingga pada Tahun 2019 perlu dilakukan upaya penguatan dan pembinaan penerapan
PHBS, germas dan program kesehatan lainnya ke 4 tatanan PHBS, penguatan peran kader dalam
peningkatan PHBS RT, koordinasi mitra kesehatan untuk akselerasi peran masyarakat dalam
promotif – preventif kesehatan, serta melakukan konseling kesehatan dan keluarga melalui mobil
curhat.
Persentase Institusi yang Menerapkan
Kawasan Tanpa Rokok (KTR) pada Tahun 2018
yaitu 72,6% dan melebihi dari target yang
ditetapkan sebesar 66%. Apabila dibandingkan
dengan Tahun 2017, pencapaian ini meningkat
sebesar 8,4%. Angka tersebut diperoleh
berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi terhadap
2.552 titik/objek/kawasan di 8 kawasan selama
Tahun 2018 yang dilaksanakan oleh Tim Monev
Tingkat Kota bekerjasama dengan Karang Taruna
Kota Bogor, dimana terdapat 1.854 (72,6%) yang telah patuh terhadap Peraturan Daerah Kota
Bogor tentang Kawasan Tanpa Rokok.
27
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2018
Upaya yang telah dilakukan dalam
pencapaian indikator ini adalah
pembentukan dan pelatihan satgas internal
di TTU dan tempat kerja swasta,
pembentukan dan pelatihan tim penegak
Perda KTR di tingkat kecamatan, upaya
penegakan hukum melalui Inspeksi
Mendadak KTR di institusi yang belum
patuh serta Tindak Pidan Ringan KTR,
pengadaan media KTR berupa stiker
,akrilik, billboard di 8 kawasan, pelatihan
KBM di sekolah, monitoring dan evaluasi
penerapan KTR di 8 kawasan, revisi Perda
KTR terkait penyediaan smoking area.
Beberapa kendala yang dihadapi
dalam pencapaian indikator ini yaitu kurangnya penanda KTR yang di berbagai kawasan karena
disebabkan penanda rusak atau hilang, tidak adanya tempat merokok, kurangnya atau tidak
adanya petugas yang menegur atau melakukan pengawasan, kurangnya kesadaran dan
pemahaman masyarakat tentang bahayanya perilaku merokok bagi orang lain serta aturan Perda
KTR, gugatan atau issue yang disampaikan oleh kelompok Pro tembakau terhadap kebijakan
KTR di kota Bogor, intervensi produsen rokok melalui jalur hukum, birokrasi maupun upaya lain
unuk mengintervensi Perda KTR.
Persentase Rumah Sehat pada Tahun 2018 yaitu 78,01% dan tidak mencapai target
yang telah ditetapkan yaitu 82,5 %. Apabila dibandingkan dengan Tahun 2017 yaitu 82%,
capaian indikator rumah sehat menurun sebesar 3,99%. Berdasarkan hasil inspeksi kesehatan
lingkungan pada rumah-rumah dengan menggunakan indikator rumah sehat sesuai Kepmenkes
829 Tahun 1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan dan Pedoman Teknis Penilaian
Rumah Sehat Depkes RI Tahun 2007 diketahui bahwa rumah yang tidak sehat belum
mempunyai ventilasi yang tidak cukup, jendela tidak dibuka setiap hari, pencahayaan yang
kurang, pembuangan air limbah sebagian
besar masih dialirkan ke kali, kepadatan
penghuni yang tidak sesuai dan masih ada
masyarakat yang buang air besar
sembarangan (pembuangan ke kali/sungai).
Upaya yang telah dilakukan dalam
rangka peningkatan presentase rumah sehat
diantaranya adalah melalui pemicuan
sanitasi total berbasis masyarakat (STBM)
yang bertujuan agar masyarakat dapat
mengakses sanitasi layak/jamban sehat,
10%
12%
15%
13% 14%
14%
10%
12%
Tingkat Kepatuhan KTR di 8 Kawasan Tahun 2018
TTU
Tempat Kerja
Tempat Ibadah
Tempat BermainAnak
Tempat ProsesBelajar Mengajar
SaranaKesehatan
Sarana Olahraga
Angkutan Umum
28
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2018
akses terhadap air bersih, pengelolaan sampah dan air limbah, yang merupakan bagian dari
indikator dari rumah sehat, inspeksi kesehatan lingkungan terhadap rumah-rumah untuk
mengetahui kondisi sanitasi dari rumah tersebut, pembinaan pasca inspeksi kesehatan lingkungan
terhadap rumah-rumah yang diketahui tidak memenuhi syarat kesehatan, pembinaan sanitasi
perumahan/rumah sehat, kegiatan intervensi pelayanan kesehatan lingkungan di Puskesmas pada
pasien/klien dengan keluhan penyakit berbasis lingkungan, bekerja sama dengan lintas sektor
dalam upaya pembinaan rumah sehat dan perbaikan rumah tidak layak huni, pelatihan sanitasi
pada pemberdayaan kesejahteraan keluarga (PKK) dan Kelurahan untuk
29
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2018
Sasaran 1 : Meningkatnya Ketersediaan dan Pemerataan Tenaga Kesehatan yang
Profesional
Persentase Tenaga Medis dan Non Medis Sesuai Kebutuhan pada Tahun 2018 yaitu
94,06% dan tidak mencapai target yang telah ditetapkan yaitu 100%. Apabila dibandingkan
dengan Tahun 2017 yaitu 75,8%, capaian ini mengalami peningkatan sebesar 18,26%.
Berdasarkan hasil analisa beban kerja yang telah dilakukan pada Tahun 2018, diketahui
bahwa kebutuhan tenaga medis (dr, drg) dan non medis (apoteker, perawat, perawat gigi, bidan,
sanitarian, kesehatan masyarakat, penyuluh kesehatan masyarakat) sebanyak 591 tenaga yang
terdiri dari Dinas Kesehatan sebanyak 40 tenaga dan Puskesmas sebanyak 551 tenaga.
Pada Dinas Kesehatan Kota Bogor dibutuhkan sebanyak 120 tenaga yang terdiri dari
medis 0 tenaga dan non medis 120 tenaga, sudah terpenuhi sebanyak 40 tenaga yang terdiri dari
medis 0 orang dan non medis sebanyak 40, sehingga kekurangan tenaga sebanyak 80 yang sesuai
Indikator
Kinerja
2017 2018 Kategori Akhir
RENSTRA
Target Realisasi % Target Realisasi % (%) (%)
Persentase
Tenaga Medis
dan Non
Medis Sesuai
Kebutuhan
100 24,2 75,8 100 94,06 95 Baik 100
Tahun 2018
Tenaga Kesehatan Medis dan Non Medis
Existing Kebutuhan Kesenjangan Keterangan Pemenuhan
PKWT
Puskesmas Medis 135 193 58 Kurang 12
Non Medis 416 645 229 Kurang 14
Jumlah
551 (65,8%)
838 (100%)
287 (34,2%)
Kurang 56
Dinas Kesehatan
Medis 0 0 0 Sesuai 0
Non Medis
- Fungsional 16 52 36 Kurang 1
- Jabatan Pelaksana
24 68 44 Kurang 38
Jumlah 40
(33,3%) 120
(100%) 80
(66,7%) Kurang
39
Jumlah Keseluruhan 591 958 367 Kurang 95
Tujuan 1 : Meningkatkan
ketersediaan dan pemerataan
tenaga kesehatan yang profesional
30
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2018
ketentuan dapat mengisi tenaga fungsional dan jabatan pelaksana di Dinas Kesehatan. Sedangkan
untuk di Puskesmas, dari hasil analisa beban kerja yang dibuat oleh 25 Puskesmas didapatkan
data Tahun 2018 diketahui bahwa kebutuhan di 25 puskesmas sebanyak 838 tenaga yang terdiri
dari medis 193 tenaga dan non medis 645 tenaga, sudah terpenuhi sebanyak 551 tenaga yang
terdiri dari medis 135 tenaga dan non medis sebanyak 416 tenaga ,sehingga masih dibutuhkan
tenaga sebanyak 287 tenaga.
Secara keseluruhan jumlah yang dibutuhkan sebanyak 367 orang, maka masih terdapat
kekurangan tenaga yang dibutuhkan apabila tidak terisi maka akan terjadi kekosongan staf di
berbagai seksi yang ada, sehingga Dinas Kesehatan melakukan pemenuhan kebutuhan tenaga
medis dan non medis untuk kebutuhan di Dinas Kesehatan dan Puskesmas melalui rekrutmen
tenaga perjanjian kontrak waktu tertentu (PKWT). Hasil dari perekrutmen tenaga perjanjian
kontrak waktu tertentu (PKWT) tersebut terpenuhinya sebanyak 95 tenaga yang terdiri dari 56
tenaga di Puskesmas yaitu medis 12 tenaga dan non medis 44 tenaga sedangkan di Dinas
Kesehatan sebanyak 39 tenaga yaitu medis 0 tenaga dan non medis 39 tenaga.
Selain pemenuhan tenaga kesehatan telah dilakukan juga pelatihan yang bertujuan untuk
meningkatkan kompetensi dan profesionalisme tenaga kesehatan. Pelatihan yang dilakukan pada
55 orang dalam bentuk pelatihan teknis/Managerial yang dilaksanakan melalui pengiriman
peserta pelatihan.
Dalam mencapai indikator ini terdapat beberapa kendala yang dihadapi yaitu adanya
peraturan yang membatasi jenis tenaga yang boleh di rekrutmen sehingga pemenuhan kebutuhan
dilaksanakan secara kurang maksimal.
Berbagai upaya yang telah dilakukan dalam mencapai indikator ini yaitu : pemetaan dan
kebutuhan tenaga Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDM), analisis kebutuhan pelatihan
fungsional, pelaksanaan pemilihan nakes teladan tingkat kota bogor, pemantapan uji kompetensi,
registrasi, dan sertifikasi, sosialisasi program percepatan pendidikan D1 dan D3 melalui program
rekognisi pembelajaran lampau (RPL) perencanaan kebutuhan diklat fungsional bagi tenaga
kesehatan, perencanaan kebutuhan diklat bagi tenaga non kesehatan, peningkatan kompetensi
tenaga kesehatan melalui organisasi profesi, serta pemilihan tenaga kesehatan teladan.
Pada tahun 2018, pemilihan tenaga
kesehatan teladan dilakukan secara berjenjang dari
tingkat Kab/Kota, Provinsi dan Nasional. Kota
Bogor telah menunjukkan prestasi tenaga
kesehatan teladan sampai tahap nasional sebagai
berikut :
a. Tenaga kesehatan teladan tingkat nasional
untuk profesi dokter gigi.
b. Piagam Penghargaan pelatihan teknis
kesehatan tingkat Prvinsi dari unit
pelatihan kesehatan.
31
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2018
Sasaran 1: Meningkatnya transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan
pembangunan pada Dinas kesehatan
Indikator Kinerja 2017 2018 Kategori Akhir
RENSTRA
Target Realisasi % Target Realisasi % (%) (%)
1. Penilaian LAKIP
Dinas Kesehatan
B B B BB BB BB Sangat
Baik
A
2. Persentase
Rekomendasi atas
Hasil Pemeriksaan
BPK/Inspektorat
yang
ditindaklanjuti
100 100 100 100 100 100
Sangat
Baik
100
3. Indeks Kepuasan
Masyarakat
B A A B A A Sangat
Baik
B
Penilaian LKIP Dinas Kesehatan Kota Bogor pada Tahun 2017 telah mencapai target
yaitu BB (74,75%). Apabila dibandingkan dengan Tahun 2017, pencapaian ini meningkat
sebesar 9,94% yaitu dari 64,76% menjadi 74,75%. Hasil nilai LKIP Dinas Kesehatan tersebut
berdasarkan hasil evaluasi oleh Inspektorat Kota Bogor yang juga telah direview oleh
Kementrian Pemberdayaan Aparatur Negara Reformasi Birokrasi (PAN-RB) terhadap seluruh
komponen manajemen kinerja yang dievaluasi yaitu perencanaan kinerja, pengukuran kinerja,
pelaporan kinerja, evaluasi internal dan pencapaian sasaran/kinerja organisasi.
Hasil penilaian kategori BB dikatakan
sangat baik dengan akumulasi penilaian
terhadap seluruh komponen manajemen
kinerja yang dievaluasi yaitu perencanaan
kinerja, pengukuran kinerja, pelaporan
kinerja, evaluasi internal dan pencapaian
sasaran / kinerja organisasi.
Upaya yang telah dilakukan dalam
meningkatkan kinerja dan memperbaiki LKIP
Menyelenggarakan tata
kelola sumberdaya kesehatan
yang transparan dan
akuntabel
Tujuan 1 : Meningkatkan manajemen kesehatan
yang transparan, dan akuntabel
32
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2018
pada Dinas Kesehatan Kota Bogor terhadap kekurangan hasil review yaitu dengan melakukan
monitorning dan evaluasi pada semua indikator dalam dokumen rencana aksi yang telah dibuat
mulai dari eselon II dan IV, menggunakan aplikasi E-SAKIP yang telah diterapkan pada Dinas
Kesehatan agar lebih mudah memonitoring dan mengevaluasi pencapaian semua indikator serta
melakukan publikasi dokumen melalui web Dinas Kesehatan www.dinkes.kotabogor.go.id dan
streaming data yang tersedia di ruang pelayanan publik pada Dinas Kesehatan
Persentase Rekomendasi atas Hasil Pemeriksaan BPK/Inspektorat yang
ditindaklanjuti pada Tahun 2018 yaitu 100% dan telah mencapai target yaitu 100%.
Berdasarkan surat Walikota Bogor Nomor 700/2241-Inspektorat tentang Tindak Lanjut
Laporan Hasil Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI)
Perwakilan Provinsi Jawa Barat Tahun 2019 telah melakukan uji petik. Hasil uji petik tersebut
yaitu tentang pembayaran belanja premi asuransi kesehatan untuk penerima bantuan iuran BPJS
yang belum berdasarkan data kepesertaan yang valid dan telah ditindaklanjuti dengan jawaban
akan mengoptimalkan kegiatan rekonsiliasi dengan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil,
Dinas Sosial dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS) Kesehatan Cabang
Kota Bogor yang dilakukan setiap bulan sebagai bentuk pengendalian dan pengawasan dalam
pengelolaan pembayaran tagihan iuran PBI APBD kota Bogor.
Berdasarkan surat Walikota Bogor Nomor 700/2243–Inspektorat tentang Tindak Lanjut
Laporan Hasil Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI)
Perwakilan Provinsi Jawa Barat Tahun 2019 Nomor 13.B/LHP/XVIII.BDG/05/2019 Hasil uji
petik tersebut yaitu Pemerintah Kota Bogor belum mengatur mekanisme pencatatan dan
pelaporan bantuan dari instansi pemerintah pusat yang diterima langsung oleh organisasi
perangkat daerah. Upaya yang dilakukan oleh Dinas kesehatan Kota Bogor adalah membuat
berita acara serah terima pemanfaatan operasional barang milik daerah dari Direktorat Kesehatan
Lingkungan Ditjen Kesehatan Masyarakat Kepada Dinas Kesehatan Kota Bogor dengan Nomor :
KN.02.03/BIII.5/4745/2018 dan melaporkannya kepada Bendahara Umum Daerah (BUD)
dengan mencantumkan dalam aset Dinas Kesehatan Kota Bogor. Dengan demikian semua
rekomendasi dari BPK sudah dapat ditindaklanjuti (100%)
Indeks Kepuasan Masyarakat pada Tahun 2018 ditargetkan B (84,35%) atau
berkreteria nilai A dan telah melebihi target. Pencapaian indikator ini meningkat dari Tahun
2017 sebesar (1,98%) yaitu dari 82,36% menjadi 84,35% dengan kriteria nilai A.
Penilaian indeks kepuasan masyarakat mengacu
kepada prinsip pelayanan sesuai Keputusan MEN-PAN
no 63/Kep/M.PAN/7/2003 tentang pedoman umum
penyelenggaraan pelayanan publik yang menetapkan 14
unsur minimal dalam pengukuran indeks kepuasan
masyarakat. Pada Tahun 2018 survey indeks kepuasan
masyarakat dilakukan oleh konsultan untuk mengukur
kinerja pelayanan kesehatan oleh Puskesmas di Kota
Bogor dengan sampling sebanyak 6 puskesmas
33
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2018
(Puskesmas Pulo Armyn, Puskesmas Warung Jambu, Puskesmas Bogor Tengah, Puskesmas
Lawanggintung, Puskesmas Kayu Manis, Puskesmas Sindang barang) 600 responden (masing-
masing 100 responden per Puskesmas).
Berdasarkan hasil survey diketahui, rata-rata penilaian masyarakat berada dalam kriteria
sangat baik dengan nilai interval konversi (81,26-100,00) kecuali Puskesmas Lawanggintung
berkriteria baik dengan nilai interval konversi (62,51-81,25). Untuk itu Puskesmas dari ke enam
Puskesmas tersebut harus terus berupaya mempertahankan pelayanan agar unsur pelayanan pada
Tahun 2019 tidak ada yang terkoreksi bahkan mengalami peningkatan lebih baik sehingga terus-
menerus dicapai customer satisfacation dalam upaya menciptakan kepatuhan masyarakat dalam
pemenuhan pelayanan kesehatan di Puskesmas.
Dalam meningkatkan pelayanan publik perlu dilakukan peningkatan kapasitas aparatur
pelaksana pelayanan yang berkaitan dengan penyelenggaraan pelayanan, terutama berkenaan
dengan customer care maupun total quality service, lebih mengoptimalkan pelaksanaan proses-
proses pelayanan, melalui optimalisasi proses dan penmgaturan pelayanan dengan
mengedepankan prinsip profesionalisme, serta melakukan penataan dan perbaikan secara
berkelanjutan atas aktivitas dari proses penyelenggaraan pelayanan, baik yang menyangkut
sistem pelayanan, kultur pelayanan, dan sumber daya manusia.
34
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2018
3.3 Indikator Kinerja Utama
Dalam rangka pengukuran dan
peningkatan kinerja serta lebih meningkatkan
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, maka
setiap pemerintah perlu menetapkan Indikator
Kinerja Utama (IKU) yang diartikan sebagai
ukuran keberhasilan dari suatu tujuan dan sasaran
strategis organisasi yang digunakan untuk
perbaikan kinerja dan peningkatan akuntabilitas
kinerja.
Beberapa sasaran strategis beserta Indikator Kinerja yang tercantum dalam IKU yaitu :
Pencapaian Indikator Kinerja Utama
Pada Dinas Kesehatan Kota Bogor
Tahun 2018
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pencapaian indikator kinerja utama pada
Dinas Kesehatan Kota Bogor menunjukkan bahwa penyelenggaraan manajemen kinerja,
pencapaian tujuan dan sasaran strategis serta peningkatan akuntabilitas kinerja terlaksana dengan
baik. Pencapaian 11 indikator utama yaitu sebanyak 6 indikator atau 54,54% sudah mencapai
target bahkan ada beberapa indikator yang melebihi target dan sebanyak 5 indikator atau 45,46%
belum mencapai target yaitu indikator rasio puskesmas : penduduk (1;30.000), sarana kesehatan
pemerintahan yang terakreditasi, persentase angka kesembuhan TBC, persentase rumah tangga
ber-PHBS, dan persentase rumah sehat.
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi
1. Meningkatkan mutu sarana
kesehatan
1. Rasio puskesmas : penduduk
(1:30.000)
1:34.667 1:40.423
2. Sarana kesehatan pemerintahan yang
terakreditasi
72 68
2. Meningkatnya aksesbilitas
masyarakat terhadap layanan
kesehatan
3. Persentase penduduk miskin yang
memiliki jaminan kesehatan nasional
(JKN)
90 95,85
3. Meningkatnya kualitas kesehatan
masyarakat
4. Rasio kematian ibu per 100.000
Kelahiran hidup
100 /
100.000 KH
60 / 100.000
KH
5. Rasio kematian bayi per 1000
kelahiran hidup
3 / 1.000 KH 2,95/ 1.000
KH
6. Persentase balita gizi buruk 0,2 0,07
7. Persentase angka kesembuhan TBC 86 81,22
8. Prevalensi HIV AIDS 3,5 0,42
4. Meningkatnya pengetahuan
masyarakat mengenai perilaku
bersih dan sehat bagi diri sendiri
dan lingkungannya
9. Persentase Rumah tangga ber-PHBS 66 65,5
10. Persentase kawasan yang mematuhi
Perda KTR
60 72,6
11. Persentase Rumah Sehat 82,5 78,01
35
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2018
3.4 Realisasi Anggaran Tahun 2018
Dinas Kesehatan Kota Bogor telah menetapkan rencana kerja pada Tahun 2018 yang
telah dilakukan melalui program dan kegiatan untuk mendukung pencapaian indikator sasaran
yang telah ditetapkan dalam RPJMD Tahun 2015-2019 dan Renstra Tahun 2015-2019. Adapun
alokasi anggaran untuk pelaksanaan program dan kegiatan tersebut sebagai berikut :
Sumber Anggaran Dinas Kesehatan Kota Bogor
Tahun 2018
Pada Tahun 2018 Dinas Kesehatan Kota Bogor mendapat alokasi anggaran sebesar Rp.
225.321.059.553,- dengan sumber anggaran dari APBD Kota terdiri dari belanja langsung Rp.
132.269.359.282,- (58,7%) dan belanja tidak langsung Rp. 57.894.589.071 (25,7%). Selain dari
APBD Kota sumber dana lain yang didapatkan untuk belanja langsung yaitu dari APBN (Dana
Alokasi Khusus=DAK), dan Dana DBHCHT (Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau).
Total proporsi anggaran Dinas Kesehatan Kota Bogor sebesar 10,81% dari anggaran
APBD Kota dengan anggaran belanja langsung sebesar 8,8%. Proporsi untuk belanja langsung
ini belum sesuai dengan peraturan menteri kesehatan dan Perda No.3 Tahun 2000 tentang
Kesehatan yang menyatakan bahwa anggaran kesehatan belanja langsung diluar gaji pegawai
sebesar 10%. Masih belum tercapianya anggaran kesehatan tersebut dikarenakan adanya
rasionalisasi anggaran pada Tahun 2018.
NO SUMBER BIAYA ALOKASI ANGGARAN KESEHATAN
Rupiah %
1 2 3 4
ANGGARAN KESEHATAN BERSUMBER:
1 APBD KAB/KOTA
a. Belanja langsung Rp 132.269.359.282,-
b. Belanja Tidak Langsung Rp 57.894.589.071,-
2 APBD PROVINSI Rp 9.908.731.200,-
3 APBN:
- Dana Dekonsentrasi -
- Dana Alokasi Khusus (DAK):
a. DAK Fisik
Rp 7.798.203.000,-
b. DAK Non Fisik Rp 14.950.177.000,-
- ASKESKIN -
- Lain-Lain :
- DBHCHT Rp 2.500.000.000,-
4 PINJAMAN/HIBAH LUAR NEGERI (PHLN) -
5 SUMBER PEMERINTAH LAIN -
TOTAL ANGGARAN KESEHATAN Rp 225.321.059.553,-
TOTAL APBD KAB/KOTA Rp 2.656.280.650.160,71
BELANJA LANGSUNG Rp 1.502.196.796.458,-
BELANJA TIDAK LANGSUNG Rp 1.154.083.853.702,71
% BL KESEHATAN THD BL APBD KAB/KOTA 8,8%
% BTL KESEHATAN THD BTL APBD KAB/KOTA 5,01%
% APBD KESEHATAN THD APBD KAB/KOTA 10,81%
36
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2018
Besarnya anggaran pada Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2018 yaitu Rp.
225.321.059.553,- dipergunakan untuk mencapai indikator-indikator sasaran, program, dan
kegiatan pada RENSTRA Dinas Kesehatan sesuai dengan masing-masing misi untuk mendukung
RPJMD Kota Bogor.
Terdapat silpa dalam penyerapan anggaran pada belanja tidak langsung yaitu mutasi
pegawai, pensiun pegawai dan anggaran peruntukan untuk pegawai baru apabila ada rekrutmen
CPNS. Sedangkan untuk belanja langsung yaitu homor narsumber, honor peserta, honor PNS
dan Non PNS, negoisasi harga dengan pihak ketiga (sisa kontrak), ada kebijakan pemerintahan
kota terkait pemberlakuan NPWP bagi penyedia diluar Kota harus menggunakan NPWP Kota
Bogor, Adanya batasan waktu inputan Omspan untuk dana DAK fisik, masa kadaluarsa obat
yang pendek yang dapat mempengaruhi pembelian obat, pembayaran kuota untuk keluarga
miskin tidak sesuai dengan target, Uraian realisasi anggaran dan permasalahan penyerapan
tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
37
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2018
REALISASI ANGGARAN
DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR
TAHUN 2018
BELANJA TIDAK LANGSUNG ANGGARAN REALISASI CAPAIAN
% KETERANGAN
1. Belanja pegawai tidak langsung 57,894,589,071 56,418,209,431 97.45
BELANJA LANGSUNG
MISI 1 : Menyediakan sarana dan pelayanan kesehatan masyarakat yang paripurna merata, bermutu, terjangkau dan nyaman
NO PROGRAM NO KEGIATAN ANGGARAN REALISASI CAPAIAN
% KETERANGAN SILPA
1. Pengadaaan Peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas / puskesmas pembantu dan jaringannya
1 Revitalisasi Puskesmas dan Jaringannya 5,170,550,000 3,957,697,334 76.54 Sisa kontrak
2 Persiapan Pengadaan Lahan Puskesmas Lawang Gintung
36,000,000 22,805,000 63.35 Sisa perjalanan dinas dalam daerah
3 Pelaksanaan Pengadaan Tanah Puskesmas Lawang Gintung
5,200,000,000 5,000,000,000 96.15 Sisa negoisasi pengadaan
4 Penyerahan Hasil Pengadaan Tanah Puskesmas Lawang Gintung
10,000,000 10,000,000 100.00
5 Pelaksanaan DAK Kesehatan dan KB TA 2018 Bidang Pelayanan Dasar -Penyediaan Alat Kesehatan /Penunjang Puskesmas(Biaya Umum)
75,000,000 58,981,538 78.64 Sisa perjalanan dinas dalam daerah
38
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2018
6 DAK reguler bidang kesehatan dan keluarga berencana - pelayanan dasar
3,002,795,000 2,880,385,521 95.92
7 Pengadaan Kendaraan Roda 4 (mobil Ambulance)
700,000,000 690,091,600 98.58 Sisa kontrak
8 Sistem Informasi Kesehatan 562,800,000 525,586,650 93.39 Tidak terserapnya media TV nasional
9 Peningkatan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
525,450,000 521,770,000 99.30 Sisa fullday, honor tidak terserap (peserta) untuk unag saku, sisa pengadaan dan perjalanan dinas luar daerah
JUMLAH 15,282,595,000 13,667,317,643 89.43
2. Standarisasi Pelayanan Kesehatan
10 Pembinaan dan Pengendalian Sarana Kesehatan Pemerintah dan Swasta
400,110,000 391,337,100 97.81 Sisa konsultasi, sisa kajian kebutuhan RS, sisa pemeliharaan jaringan, honor PPTK
11 Akreditasi Puskesmas 218,632,700 203,235,200 92.96 Sisa Penggandaan, Perjadin dan mamin
12 Pelaksanaan DAK non fisik - Akreditasi Puskesmas
1,392,000,000 1,228,221,316 88.23 Ada 2 Puskesmas yang disurvey akreditasi ditunda
13 Pelaksanaan DAK Kesehatan dan KB TA 2018 Bidang Pelayanan Dasar -Akreditasi Puskesmas (Biaya Umum)
103,100,000 95,200,258 92.34 Mamin rapat, konsultasi, dan akreditasi
JUMLAH 2,113,842,700 1,917,993,874 90.73
39
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2018
3. Peningkatan Pelayanan kesehatan penduduk miskin
14 Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin dan JPKM
5,562,766,500 5,535,726,783 99.51 Honor eselon narasumber yang hadir, mamin tidak terserap karena pada bulan puasa, adanya honor narasumber non PNS tidak diserap, belanja jasa kedokteran tidak terserap semua, perjadin luar daerah, peserta yanh hadir tidak sesuai dengan yang di anggarkan DPA
15 Pengelolaan Dana Kapitasi JKN 55,653,876,782 44,869,903,052 80.62 Puskesmas tidak berani membelanjakan sisa anggaran
16 Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan Dana Kapitasi JKN Puskesmas
68,250,000 57,000,000 83.52 Honor Tim melewati bulan september
17 Jaminan kesehatan bagi penerima bantuan iuran (PBI) di luar kuota jamkesmas
27,333,466,800 26,119,996,000 95.56 Tidak tercapainya kuota 120.000 jiwa pada bulan Januari-Juni, serta tidak tercapainya kuota 160.000 jiwa pada bulan Juli-November 2018. hal tersebut disebabkan karena pada sistem di BPJS tidak bisa memastikan batasan usulan maksimal 160.000 karena pengolahan data BPJS ada di BPJS Pusat. Sehingga BPJS Cabang Bogor tidak dapat memastikan usulan yang berhasil jadi PBI Kota Bogor sesuai dengan kuota yang diusulkan Dinas Kesehatan.
40
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2018
18 Jaminan kesehatan bagi penerima bantuan iuran (PBI) di luar kuota jamkesmas (Banprov 2018)
9,908,731,200 9,908,722,000 100.00 Sesuai dengan Pergub No. 62 tahun 2015 tentang Pembiayaan PBI Provinsi Jawa Barat, maka proporsi pembiayaan iuran PBI Daerah Kota Bogor yang dibayarkan oleh Bantuan Gubernur sejumlah 40% dari total tagihan.
JUMLAH 98,527,091,282 86,491,347,835 87.78
4. Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan dan Anak
19 Pelayanan Keselamatan Ibu Melahirkan dan Bayi
1,143,545,000 1,113,101,760 97.34 Selisih harga negodengan HPS, sisa uang peserta yang tidak hadir
20 Pelaksanaan DAK non fisik - jaminan persalinan
2,212,880,000 - - Tidak diserap sedang pengajuan surat Walikota untuk penghentian salur ke Kemenkeu
JUMLAH 3,356,425,000 1,113,101,760 33.16
5. Peningkatan Pelayanan Kesehatan anak balita
21 Pelayanan Kesehatan Anak Balita 280,979,500 269,274,000 95.83 Sisa Honor Narasumber dan sisa uang saku peserta karena ada yang tidak hadir
JUMLAH 280,979,500 269,274,000 95.83
41
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2018
6. Upaya Kesehatan Masyarakat
22 Pelayanan Kesehatan Khusus 583,050,000 551,448,900 94.58 Penyerapan Kegiatan P3K untuk honor, dari honor PNS karena perubahan regulasi menjadi honor non PNS, Penyerapan untuk narasumber ahli, dari esselon III menjadi esselon IV, karena eselon III menjadi esselon IV, karena yang bersangkutan tidak bisa menghadiri kegiatan, silpa positif sehingga ada pengembalian untuk kegiatan pemberian kacamata bagi siswa sekolah dasar dan menengah.
23 Peningkatan Pelayanan Laboratorium Kesehatan Daerah
297,650,000 278,488,604 93.56 Silpa positif tidak terserap karena dari pihak BSN penjadwalan survey akre baru terbit akhir desember, perjadin luar tidak terserap karena tidak ada undangan dari luar
24 Pelayanan Puskesmas, Jasa Pelayanan, Pembinaan Manajemen dan Peningkatan SDM
7,104,465,000 7,080,375,424 99.66 Honor, mamin, dan perjadin tidak diserap dari bulan Oktober karena peraturan daerah.
25 DAK non fisik bantuan operasional kesehatan
11,345,297,000 9,605,064,900 84.66
26 Pelayanan Kesehatan Remaja 294,450,000 288,964,000 98.14 Honor Staf PPTK 1 bulan tidak diserap karena belum ada kegiatan, belanja cetak, ada pengurangan dari harga pagu, pengadaan software medis
JUMLAH 19,624,912,000 17,804,341,828 90.7
42
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2018
7. Peningkatan Pelayanan Kesehatan Lansia
27 Pelayanan Kesehatan Lansia 264,915,000 261,573,400 98.74 Honor Staf PPTK 1 bulan tidak diserap karena belum ada kegiatan, honor tim kerja, silpa pengambilan honor tim jumlah tidak sesuai pagu untuk golongan III & IV, belnaja cetak, ada pengurangan harga pagu, perjadin dalam daerah, dan luar daerah, ada pengurangan harga pagu paket meeting, transfort narsum dari Kota Jakarta tidak diserap karena narsum dari Kota Bogor.
JUMLAH 264,915,000 261,573,400 98.74
8. Perbaikan Gizi Masyarakat
28 Peningkatan Gizi Masyarakat 1,247,494,500 1,155,715,000 92.64 Sisa dari lelang PMT, pembelian cetak
JUMLAH 1,247,494,500 1,155,715,000 92.64
9. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular
29 Pengendalian Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular
750,000,000 712,021,700 94.94 Sisa pembayaran honorarium, sisa pembayaran hotel, per 1 oktober staf PPTK pindah tugas ke Puskesmas, ketentuan honor menurut e-katalog, tidak semua undangan sosialisasi faktor resiko PTM dan Keswa bagi anak sekolah hadir, sisa perjalanan dinas.
JUMLAH 750,000,000 712,021,700 94.94
43
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2018
10. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular
30 Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit DBD
781,100,000 397,635,600 50.91 Sisa lelang, honor tenaga fogger tidak terserap karena kasus DBD menurun, perjalanan dinas dalam daerah, honorarium kader 544 kader, upgrade pemelijharaan aplikasi bombastik
31 Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular
1,201,765,000 1,033,592,222 86.01 Jumlah Peserta yang hadir tidak sesuai dengan diundang, kekurangan SDM, harga pihak ketiga dibawah harga anggaran.
JUMLAH 1,982,865,000 1,431,227,822 72.18
11. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit HIV
32 Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit HIV
889,650,000 829,412,589 93.23 Sertifikasi peningkatan IMS, Honor narsum jejaring WPA , perjalanan dinas dalam daerah
JUMLAH 889,650,000 829,412,589 93.23
12. Pengawasan Obat dan Makanan
33 Pengendalian Obat dan Makanan 315,850,000 261,754,500 82.87 Sisa belanja, perjadin dalam daerah yang tidak dihapus dan sisa honorarium.
34 Pengadaan Obat-Obatan 997,950,000 826,933,563 82.86 Kebutuhan obat program telah tercukupi dari alokasi obat dinkes provinsi jawa barat yang akan di distribusikan ke kab/kota.
35 Pelaksanaan DAK Kesehatan dan KB TA 2017 Bidang Pelayanan Kefarmasian (Biaya Umum)
32,000,000 31,968,400 99.90 Sisa penggandaan laporan / dokumen
44
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2018
36 DAK reguler bidang kesehatan dan keluarga berencana - pelayanan kesehatan farmasi
4,585,308,000 3,557,174,190 77.58 Pada saat pemesanan obat-obat di ecatalog dilaksanakan bulan April 2018 dan pada saat tersebut, ada Peraturan pembayaran pengadaan barang ke pihak penyedia wajib menggunakan NPWP khusus Kota Bogor masih berlaku, sehingga penyedia menolak untuk kerjasama. 2) Ada sistem baru yaitu aplikasi omspan ( online monitoring sistem pembendaharaan dan anggaran negara) yang mewajibkan pengisian semua risalah masing-masing kontrak sebelum bulan juli 2018. Bila tidak di input maka anggaran kontrak tidak bisa dibayarkan. Sementara dari beberapa jenis-jenis obat yang dbutuhkan baru terbit d ecatalog setelah bulan juli 2018. 3) Masa kadaluarsa obat-obatan sekarang hanya 2 tahun, sebelumnya 4-5 tahun. Jd umur simpan obat lebih singkat,sehingga jumlah pemesanan obat menurun untuk menghindari obat-obat kadaluarsa.
JUMLAH 5,931,108,000 4,677,830,653 78.87
JUMLAH KESELURUHAN MISI I 150,251,877,982 130,331,158,104 86.7
45
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2018
MISI 2 : Meningkatnya kemandirian masyarakat dalam kesehatan individu, keluarga, dan lingkungan serta jaminan kesehatan
13. Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
37 Peningkatan Promosi Kesehatan 390,105,000 385,593,500 98.84 Honor Tim mobil curhat, honor tim barang jasa, mamin pembekalan materi duta muda, pengadaan back drop port, pengadaan rool baner, back drop, bilboard, pengadaan akrilik, pengadaan leaflet, poster, cakram, spanduk duta muda sehat, perjadin luar, serta pengadaan souvenir.
38 Penerapan Kawasan Tanpa Rokok 629,131,000 601,366,000 95.59 Honor tim tipiring, perjadin luar daerah, paket meeting fullday, uang saku peserta tim penegak, peserta pelat KBM, peserta FGD perda, peserta pelat satgas KTR, pengadaan kaos, mamin, pengadaan perlengkapan monev, pengadaan monev angkutan, narasumber PNS FGD perda, narasumber PNS konfrensi, narasumber rakor tim pembinaan.
39 Peningkatan Peran Serta Masyarakat 634,767,000 553,975,000 87.27 Sisa selisih kontrak, salah perhitungan dalam perencanaan dan narasumber yang hadir tidak sesuai eselon.
46
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2018
40 Peningkatan Kinerja UKBM (Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat
2,599,200,000 2,518,640,000 96.90 Sisa perjadin dalam daerah, honor peserta tidak diserap karena ada RW siaga dan posbindu yang tidak aktif.
41 Penyediaan fasilitas kesehatan perawatan bagi penderita akibat dampak asap rokok ( DBHCHT 2018 )
1,000,000,000 972,196,583 97.22 Sisa pembayaran belanja peralatan dan bahan pakai habis kesehatan/kedokteran, belanja obat-obatan, belanja pemeliharaan peralatan dan mesin, belanja modal peralatan dan mesin pengadaan alat kedokteran.
42 Penyediaan fasilitas kesehatan pelayanan kesehatan bagi penderita akibat dampak asap rokok ( DBHCHT 2018 )
900,000,000 720,404,248 80.04 Perjadin luar daerah, tim kegiatan sosialisasi diadakan bulan November namun terjadi perubahan kebijakan tidak boleh menyerap honor untuk PNS.
43 Pengadaan ambulance (DBHCHT 2018) 600,000,000 591,812,400 98.64 Sisa kontrak
JUMLAH 6,753,203,000 6,343,987,731 93.94
14. Pengembangan Lingkungan Sehat
44 Pembangunan IPAL Limbah B3 800,000,000 786,680,000 98.34 Selisih harga negoisasi
45 Peningkatan Kesehatan Lingkungan 1,055,279,500 985,257,322 93.36 Tidak semua peserta hadir, sisa pengadaan belanja cetak
JUMLAH 1,855,279,500 1,771,937,322 95.51
JUMLAH KESELURUHAN MISI II 8,608,482,500 8,115,925,053 94.28
47
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2018
MISI 3 : Memenuhi ketersediaan dan pemerataan tenaga kesehatan yang profesional
15. Peningkatan Sumber Daya Aparatur
46 Peningkatan kapasitas sumber daya manusia kesehatan
3,880,135,000 3,682,571,812 94.91 Sisa honor panitia pelaksana, honor pegawai non PNS, belanja kit, belanja jasa kebersihan, belanja mamin, belanja jasa kebersihan, perjalanan dinas dalam daerah,dan diluar disesuaikan dengan pelaksanaan kegiatan / nilai kontrak, belanja jasa kesehatan tidak semua hadir
JUMLAH 3,880,135,000 3,682,571,812 94.91
JUMLAH KESELURUHAN MISI III 3,880,135,000 3,682,571,812 94.91
MISI 4 : Menyelenggarakan tata kelola sumberdaya kesehatan yang transparan dan akuntabel
16. Pelayanan administrasi perkantoran
47 Pengelolaan Rumah Tangga SKPD 1,991,500,000 1,682,867,280 84.50 Selisih pada air, listrik, telepon dan SPPD
JUMLAH 1,991,500,000 1,682,867,280 84.50
17. Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
48 Pemeliharaan Rutin/Berkala Inventaris Kantor
300,000,000 282,062,702 94.02 Sisa Real pada bahan bakar kendaraan
49 Pengadaan Inventaris Kantor 1,125,000,000 1,103,966,500 98.13 Selisih harga pada pembelian barang
48
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2018
50 Revitalisasi Gedung Dinas Kesehatan Tahap III
1,000,000,000 864,921,957 86.49 Sisa kontrak
JUMLAH 2,425,000,000 2,250,951,159 92.82
18. Peningkatan dan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan
51 Penyusunan Perencanaan dan Pelaporan OPD
69,975,000 64,800,000 92.60
53 Workshop Perencanaan Kesehatan 187,500,000 182,510,800 97.34 Sisa fullday LAKIP
54 Evaluasi Penilaiaan dan Pelaporan hibah bansos
12,000,000 11,100,000 92.50 Sesuai SK Tim
JUMLAH 269,475,000 258,410,800 95.89
JUMLAH KESELURUHAN MISI IV 4,685,975,000 4,192,229,239 89
JUMLAH BELANJA LANGSUNG 167,426,470,482 146,321,884,208 87.39
JUMLAH BTL &BL 225,321,059,553 202,740,093,639 89.98
49
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2018
BAB IV
PENUTUP
Dinas Kesehatan Kota Bogor mempunyai tugas pokok menyusun kebijakan,
mengkoordinasikan dan melaksanakan urusan pemerintah di bidang kesehatan mempunyai
fungsi untuk memberikan pelayanan di bidang kesehatan pada masyarakat dengan
memperlihatkan pencapaian sasaran sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan dalam rencana
strategisnya. Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari pelaksanaan program kerja Tahun
anggaran 2018 adalah sebagai berikut :
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil evaluasi kegiatan Tahun 2018, dapat disimpulkan :
1. Dari 15 jumlah indikator sasaran yang ditetapkan pada dokumen Penetapan Kinerja
Tahun 2018, sebanyak 8 indikator telah melebihi target (60%), 2 indikator telah
mencapai target (20%), dan 5 indikator belum mencapai target (20%) dengan rincian
sebagai berikut :
- Sangat baik : 12 indikator
- Baik : 3 indikator
Indikator Penetapan Kinerja
Tahun 2018
No Indikator Sasaran Target Realisasi
Capaian
(%) Kategori Keterangan
2018 2018 2018
MISI 1 : Menyediakan sarana dan pelayanan kesehatan masyarakat yang paripurna merata, bermutu, terjangkau
dan nyaman
1 Rasio Puskesmas : penduduk
(1:30.000)
1:34.667 1 : 43.873 79,01 Baik Tidak Mencapai
Target
2 Persentase sarana kesehatan
yang memenuhi standar
72 72 100 Sangat Baik Tercapai
3 Persentase masyarakat yang
memiliki jaminan kesehatan
90 95,85 106,5 Sangat Baik Tercapai & Melebihi
Target
4 Rasio kematian ibu per
100.000 Kelahiran hidup
100 / 100.000
KH
60 / 100.000
KH
166,7 Sangat Baik Tercapai & Melebihi
Target
5 Rasio kematian bayi per
1000 kelahiran hidup
3 / 1.000 KH 2,95 / 1.000
KH
101,7 Sangat Baik Tercapai & Melebihi
Target
6 Persentase balita gizi buruk 0,2 0,07 35 Sangat Baik Tercapai & Melebihi
Target
7 Persentase angka
kesembuhan TBC (cure rate)
86 81,22 94,4 Baik Tidak Mencapai
Target
8 Prevalensi penderita HIV 3,5 0,42 12 Sangat Baik Tercapai & Melebihi
Target
MISI 2 : Meningkatkan kemandirian masyarakat dalam kesehatan individu, keluarga, dan lingkungan
9 Persentase Rumah Tangga
ber PHBS (%)
66 65,5 99,2 Sangat Baik Tidak Mencapai
Target
10 Persentase kawasan yang
mematuhi Perda KTR
60 72,6 121 Sangat Baik Tercapai melebihi
Target
11 Persentase Rumah Sehat 82,5 78,01 94,5 Baik Tidak Mencapai
Target
MISI 3 : Memenuhi ketersediaan dan pemerataan tenaga kesehatan yang profesional
50
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2018
12 Persentase tenaga medis dan
non medis sesuai kebutuhan
100 94,06 95 Sangat Baik Tidak Mencapai
Target
MISI 4 : Menyelenggarakan tata kelola sumberdaya kesehatan yang transparan dan akuntabel
13 Penilaian SAKIP Dinas
Kesehatan
70 74,7 106,71 Sangat Baik Tercapai & Melebihi
Target
14 Persentase rekomendasi atas
hasil pemeriksaan
BPK/Inspektorat yang
ditindaklanjuti
100 100 100 Sangat Baik Tercapai
15 Indeks Kepuasan Masyarakat 70 84,35 120 Sangat Baik Tercapai & Melebihi
Target
2. Masalah yang ditemukan dalam pelaksanaan kegiatan tersebut sebagai berikut :
4.2 Saran
Berdasarkan uraian di atas maka berikut ini disampaikan beberapa saran untuk
meningkatkan pencapaian indikator sasaran melalui program, kegiatan sebagai berikut :
1. Berdasarkan jumlah penduduk, tingkat kepadatan penduduk serta luas wilayah di Kota
Bogor, maka penambahan Puskesmas atau Pustu dapat di fokuskan pada Kecamatan
Bogor Barat dan Kecamatan Bogor Selatan, atau meningkatkan status Puskesmas non
perawatan menjadi Puskesmas Perawatan dgn mampu Poned.
2. Meningkatkan kepatuhan penderita dalam melakukan pengobatan TB dengan adanya
pendampingan oleh orang terdekat, peningkatan penemuan dini penderita TB,
peningkatan kapasitas tenaga kesehatan yang mengelola program TB, peningkatan
mandatory notification dan peningkatan dukungan lintas sektor.
3. Meningkatkan dan menggerakan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) di setiap
sasaran, meningkatkan peran satgas kawasan tanpa rokok (KTR) tidak hanya di 8
kawasan saja namun di tatanan rumah tangga, meningkatkan edukasi bagi kepala rumah
tangga untuk sadar tidak merokok didalam rumah.
a. Belum terpenuhinya rasio puskesmas per penduduk (1:30.000)
b. Pelayanan pengobatan TB paru belum optimal
c. Masih adanya Perilaku Hidup yang tidak Bersih dan Sehat serta lingkungannya
d. Masih adanya rumah tidak sehat
e. Pemenuhan kebutuhan tenaga medis dan non medis belum sesuai kebutuhan
f. Anggaran Dinas Kesehatan khususnya belanja langsung (58,7%) dikarenakan
proporsi ini belum sesuai dengan peraturan menteri kesehatan dan Perda No.3 Tahun
2000 tentang Kesehatan yang menyatakan bahwa anggaran kesehatan belanja langsung
diluar gaji pegawai sebesar 10%. Pengguna anggaran pada Tahun 2018 sebesar 89,98%
dengan sisa anggaran sebesar 10,02%. Adanya sisa anggaran ini dikarenakan : silpa
positif dari hasil, negoisasi harga dengan pihak ketiga (sisa kontrak), ada kebijakan
pemerintahan kota terkait pemberlakuan NPWP bagi penyedia diluar Kota harus
menggunakan NPWP Kota Bogor, Adanya batasan waktu inputan Omspan untuk dana
DAK fisik, masa kadaluarsa obat yang pendek yang dapat mempengaruhi pembelian
obat, pembayaran kuota untuk keluarga miskin tidak sesuai dengan target.
51
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2018
4. Penyuluhan dan pemberian konseling rumah sehat kepada masyarakat serta penguatan
sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) dengan fokus sasaran daerah kumuh perkotaan
dan daerah aliran sungai, peningkatan kerjasama dengan pemberdayaan kesejahteraan
keluarga (PKK) untuk mengedukasi masyarakat di wilayahnya, perbaikan rumah tidak
layak huni bekerjasama dengan lintas sektor.
5. Perlu dilaksanakan pemenuhan kebutuhan tenaga medis dan non medis melalui rekrutmen
tenaga perjanjian kontrak waktu tertentu (PKWT) maupun usulan pengadaan tenaga
melalui pegawai pemerintah melalui perjanjian kontrak (P3K) maupun usulan pengadaan
PNS.