BAB II
PEMBUATAN SEDIAAN GEL
A. TUJUAN
1. Mahasiswa diharapkan mengetahui praformulasi dan tekhnik proses
pembuatan sediaan gel dan evaluasi sediaan gel
B. DASAR TEORI
Gel merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari
partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh
suatu cairan. gel kadang – kadang disebut jeli(FI IV, hal 7). Gel adalah sediaan
bermassa lembek, berupa suspensi yang dibuat dari zarah kecil senyawaan organik
atau makromolekul senyawa organik, masing-masing terbungkus dan saling
terserap oleh cairan (Formularium Nasional, hal 315)
Berdasarkan jenis fase terdispersi gel dapat dibagi menjadi :
Gel fase tunggal, terdiri dari makromolekul organik yang tersebar serba sama
dalam suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara
molekul makro yang terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari
makromolekul sintetik (misal karbomer) atau dari gom alam (misal tragakan).
Molekul organik larut dalam fasa kontinu.
Gel sistem dua fasa, terbentuk jika masa gel terdiri dari jaringan partikel kecil
yang terpisah. Dalam sistem ini, jika ukuran partikel dari fase terdispersi relatif
besar, masa gel kadang-kadang dinyatakan sebagai magma. Partikel anorganik
tidak larut, hampir secara keseluruhan terdispersi pada fasa kontinu
Keuntungan dan Kekurangan Sediaan Gel:
Keuntungan sediaan gel :
Untuk hidrogel : efek pendinginan pada kulit saat digunakan, penampilan
sediaan yang jernih dan elegan, pada pemakaian di kulit setelah kering
meninggalkan film tembus pandang, elastis, daya lekat tinggi yang tidak
menyumbat pori sehingga pernapasan pori tidak terganggu, mudah dicuci
dengan air, pelepasan obatnya baik, kemampuan penyebarannya pada kulit
baik.
Kekurangan sediaan gel :
Untuk hidrogel : harus menggunakan zat aktif yang larut di dalam air sehingga
diperlukan penggunaan peningkat kelarutan seperti surfaktan agar gel tetap
jernih pada berbagai perubahan temperatur, tetapi gel tersebut sangat mudah
dicuci atau hilang ketika berkeringat, kandungan surfaktan yang tinggi dapat
menyebabkan iritasi dan harga lebih mahal.
Penggunaan emolien golongan ester harus diminimalkan atau dihilangkan
untuk mencapai kejernihan yang tinggi.
Untuk hidroalkoholik : gel dengan kandungan alkohol yang tinggi dapat
menyebabkan pedih pada wajah dan mata, penampilan yang buruk pada kulit
bila terkena pemaparan cahaya matahari, alkohol akan menguap dengan cepat
dan meninggalkan film yang berpori atau pecah-pecah sehingga tidak semua
area tertutupi atau kontak dengan zat aktif.
Sifat dan karakteristik gel adalah sebagai berikut :
1. Swelling
Gel dapat mengembang karena komponen pembentuk gel dapat
mengabsorbsi larutan sehingga terjadi pertambahan volume. Pelarut akan
berpenetrasi diantara matriks gel dan terjadi interaksi antara pelarut dengan gel.
Pengembangan gel kurang sempurna bila terjadi ikatan silang antar polimer di
dalam matriks gel yang dapat menyebabkan kelarutan komponen gel berkurang.
2. Sineresis.
Suatu proses yang terjadi akibat adanya kontraksi di dalam massa gel.
Cairan yang terjerat akan keluar dan berada di atas permukaan gel. Pada waktu
pembentukan gel terjadi tekanan yang elastis, sehingga terbentuk massa gel yang
tegar. Mekanisme terjadinya kontraksi berhubungan dengan fase relaksasi akibat
adanya tekanan elastis pada saat terbentuknya gel. Adanya perubahan pada
ketegaran gel akan mengakibatkan jarak antar matriks berubah, sehingga
memungkinkan cairan bergerak menuju permukaan. Sineresis dapat terjadi pada
hidrogel maupun organogel.
3. Efek suhu
Efek suhu mempengaruhi struktur gel. Gel dapat terbentuk melalui
penurunan temperatur tapi dapat juga pembentukan gel terjadi setelah pemanasan
hingga suhu tertentu. Polimer separti MC, HPMC, terlarut hanya pada air yang
dingin membentuk larutan yang kental. Pada peningkatan suhu larutan tersebut
membentuk gel. Fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase yang
disebabkan oleh pemanasan disebut thermogelation.
4. Efek elektrolit.
Konsentrasi elektrolit yang sangat tinggi akan berpengaruh pada gel
hidrofilik dimana ion berkompetisi secara efektif dengan koloid terhadap pelarut
yang ada dan koloid digaramkan (melarut). Gel yang tidak terlalu hidrofilik
dengan konsentrasi elektrolit kecil akan meningkatkan rigiditas gel dan
mengurangi waktu untuk menyusun diri sesudah pemberian tekanan geser. Gel
Na-alginat akan segera mengeras dengan adanya sejumlah konsentrasi ion kalsium
yang disebabkan karena terjadinya pengendapan parsial dari alginat sebagai
kalsium alginat yang tidak larut.
5. Elastisitas dan rigiditas
Sifat ini merupakan karakteristik dari gel gelatin agar dan nitroselulosa,
selama transformasi dari bentuk sol menjadi gel terjadi peningkatan elastisitas
dengan peningkatan konsentrasi pembentuk gel. Bentuk struktur gel resisten
terhadap perubahan atau deformasi dan mempunyai aliran viskoelastik. Struktur
gel dapat bermacam-macam tergantung dari komponen pembentuk gel.
6. Rheologi
Larutan pembentuk gel (gelling agent) dan dispersi padatan yang
terflokulasi memberikan sifat aliran pseudoplastis yang khas, dan menunjukkan
jalan aliran non – Newton yang dikarakterisasi oleh penurunan viskositas dan
peningkatan laju aliran.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam formulasi gel :
1. Penampilan gel : transparan atau berbentuk suspensi partikel koloid yang
terdispersi, dimana dengan jumlah pelarut yang cukup banyak membentuk gel
koloid yang mempunyai struktur tiga dimensi.
2. Inkompatibilitas dapat terjadi dengan mencampur obat yang bersifat kationik
pada kombinasi zat aktif, pengawet atau surfaktan dengan pembentuk gel yang
bersifat anionik (terjadi inaktivasi atau pengendapan zat kationik tersebut).
3. Gelling agents yang dipilih harus bersifat inert, aman dan tidak bereaksi dengan
komponen lain dalam formulasi.
4.Penggunaan polisakarida memerlukan penambahan pengawet sebab polisakarida
bersifat rentan terhadap mikroba.
5. Viskositas sediaan gel yang tepat, sehingga saat disimpan bersifat solid tapi
sifat soliditas tersebut mudah diubah dengan pengocokan sehingga mudah
dioleskan saat penggunaan topikal.
6. Pemilihan komponen dalam formula yang tidak banyak menimbulkan
perubahan viskositas saat disimpan di bawah temperatur yang tidak terkontrol.
7. Konsentrasi polimer sebagai gelling agents harus tepat sebab saat penyimpanan
dapat terjadi penurunan konsentrasi polimer yang dapat menimbulkan syneresis
(air mengambang diatas permukaan gel)
8. Pelarut yang digunakan tidak bersifat melarutkan gel, sebab bila daya adhesi
antar pelarut dan gel lebih besar dari daya kohesi antar gel maka sistem gel akan
rusak.
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat:
Beaker gelas
Batang pengaduk
PH meter
Gelas ukur
Timbangan analitik
Mortir dan stamper
Cawan penguap
Plat kaca
2. Bahan:
Daun sirih merah
CMC
TEA
Metil paraben
Aquades
D. CARA KERJA
Pembuatan Gel :
1. Dikembangkan CMC didalam air korpus, dibiarkan ad kembang
2. Ditambahkan TEA sedikit demi sedikit hingga terbentuk masa gel yang
bening
3. Dilarutka metil paraben menggunakan air panas aduk ad larut
4. Masukkan metil paraben yang sudah larut kedalam campuran TEA dan CMC,
masukkan zat aktif infusa daun sirih merah gerus ad homogen
5. Masukkan sisa aquades gerus ad homogen
6. Kemas dan beri etiket
7. Lakukan evaluasi sediaan gel yang meliputi : uji organoleptis, homogenitas,
daya sebar dan PH.
Uji Organoleptik:
Uji organoleptik dilakukan dengan cara melakukan pengamatan terhadap bentuk,
warna, dan bau dari sediaan yang telah dibuat (Anief, 1997)
Uji Homogenitas:
Uji homogenitas dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan gel pada kaca
transparan dimana sediaan diambil tiga bagian yaitu: atas, bawah dan tengah.
Homogenitas ditunjukan dengan tidak adanya butiran kasar (Ditjen POM, 2000)
Uji PH:
Uji ini dilakukan dengan menggunakan PH stik universal dicelupkan ke dalam
sediaan gel yang telah diencerkan, diamkan berapa saat diamati PH yang
didapatkan. PH sediaan yang memenuhi kriteria PH kulit yaitu dalam interval 4,5-
6,5 (Tranggono dan Latifa, 2007)
Uji Daya Sebar:
Uji ini dakukan dengan cara sediaan gel ditimbang sebanyak 0,5 g, kemudian
diletakkan ditengah kaca bulat berskala, diatas gel diletakkan kaca bulat lain atau
bahan transparan lain dan pemberat 150 g, didiamkan selama 1 menit kemudian
dicatat penyebarannya. Daya sebar yang baik 5,7 cm (Garget et al, 2003)
E. DATA EVALUASI GEL
- Uji Organoleptik
Bentuk : Cair
Bau : Tidak memiliki bau
Warna : Hijau kehitaman
- Uji Homogenitas
Sediaan gel Homogen
- Uji PH
PH gel adalah 8,0
- Uji Daya Sebar
Sebelum : 15,85 cm
Sesudah : 18,6 cm
F. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini adalah pembuatan sediaan gel. Gel adalah sistem
semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau
molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. gel kadang – kadang
disebut jeli, zat aktif yang digunakan dalam pembuatan gel adalah daun sirih
merah yang dibuat infusa dengan konsentrasi 25%, alasan menggunakan
konsentrasi 25% karena daun sirih merah dapat digunakan sebagai antibakteri.
Dan disesuaikan dengan tujuan pembuatan gel kelompok kami yaitu gel
Handsanitaizer yang berfungsi sebagai antiseptik.
Pertama-tama proses pembuatan gel adalah mengembangkan CMC dengan
menggunakan air panas sebanyak 10 kali dari berat CMC, alasan menggunakan
air panas untuk mempercepat kembangnya CMC, setelah CMC kembang
dimasukkan TEA sedikit demi sedikit sampai terbentuk masa gel yang bening.
Setelah terbentuk masa gel yang bening tahap selanjutnya yang dilakukan adalah
melarutkan metil paraben dalam air panas, fungsi melarutkan metil paraben
menggunakan air panas untuk mempermudah kelarutan dari metil paraben, setelah
metil paraben larut masukkan kedalam campuran CMC dan TEA, gerus ad
homogen, tambahkan zat aktif infusa daun siri merah gerus ad homogen,
tambahkan sisa aquades gerus ad homogen.
Setelah sediaan gel selesai dibuat kemas dan beri etiket, sisakan sedikit
sediaan gel untuk dilakukan proses evaluasi, evaluasi yang dilakukan antara lain:
uji organoleptik, uji homogenitas, uji ph dan uji daya sebar.
Uji organoleptik dilakukan untuk melihat tampilan fisik sediaan, yang
meliputi bau, warna dan bentuk sediaan, hasil yang didapatkan adalah sediaan gel
berbentuk cair, hal ini dikarenakan konsentrasi CMC yang digunakan terlalu kecil,
sedangkan warna sediaan yang didapatkan berwarna hijau kehitaman. Untuk uji
homogenitas sediaan gel yang dihasilkan adalah homogen. Setelah dilakukan uji
homogenitas uji selanjutnya yang dilakukan adalah uji Ph, PH sediaan yang
dihasilkan adalah PH 8. Tahap selanjutnya adalah uji daya sebar, didapatkan hasil
sebelum ditambah pemberat 15,85 cm, setelah ditambahkan pemberat 150 g daya
sebar yang dihasilkan adalah 18,6 cm.
G. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
1. Zat aktif yang digunakan adalah daun sirih merah dengan konsentrasi 25%
2. Uji organoleptik didapatkan hasil yaitu sedian gel berwarna hijau kehitaman,
berbentuk cair, dan tidak memiliki bau.
3. Ph sediaan gel adalah ph 8.
4. Sediaan gel homogen
5. Daya sebar yang didapatkan sebelum dan sesudah diberi pemberat adalah
15,85 cm dan 18,6 cm
LAMPIRAN
Evaluasi Ph
Top Related