5/17/2018 Lapkas III - Preeclampsia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-iii-preeclampsia 1/23
Laporan Kasus Regina Yuanita G.
Preeklampsia 17120060075
1
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan
Rumkital Marinir Cilandak – FK UPH
LAPORAN KASUS
Tanggal masuk rumah sakit: 2 Febuari 2011 pukul 22.00
Tanggal keluar rumah sakit: 6 Febuari 2011 pukul 12.00
I. Identitas
a. Pasien
No MR : 28 61 57
Nama : Ny. S
Umur : 35 tahun
Tanggal lahir : 09/12/1975
Agama : Islam
Suku bangsa : Indonesia
Alamat : Jl. Pinang Raya, Pondok Labu
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
b. Suami
Nama : Tn. D
Umur : 36 tahun
Warganegara : Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Karyawan pabrik
II. Anamnesis (Autoanamnesis)
a. Keluhan utama
Pasien mengeluhkan perut mulas sejak siang sebelum masuk rumah sakit.
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien yang mengaku tengah hamil 39 minggu datang ke UGD mengeluhkan
perut mulas sejak pagi siang. Perut mulas dirasakan datang tiba-tiba pada saat
pasien tengah istirahat siang seusai memasak. Perut mulas dibarengi dengan
5/17/2018 Lapkas III - Preeclampsia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-iii-preeclampsia 2/23
Laporan Kasus Regina Yuanita G.
Preeklampsia 17120060075
2
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan
Rumkital Marinir Cilandak – FK UPH
keluar sedikit lendir dan darah dari vagina. Tidak ada riwayat trauma. Pasien
mengaku sedang dalam pengobatan dengan Maintate sejak SMU dan rutin
meminum 1,5 tablet setiap hari. Selain obat tersebut, pasien mengaku tidak
mengkonsumsi obat-obatan lain apapun. Pasien mengaku tidak sedang stress,
tidak memiliki hipertensi, diabetes, asma, maupun alergi.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengaku bahwa sejak kecil menderita Atrial Septal Defect (ASD) dan
sering merasa lelah dan berdebar-debar bila beraktivitas. Pasien sudah berobat dan
dioperasi pada tahun 1996, sampai sekarang pasien jarang merasakan keluhan
pada jantung, hanya sesekali merasakan berdebar-debar bila melakukan aktivitasberat.
d. Riwayat penyakit keluarga
Terdapat riwayat hipertensi dan diabetes pada keluarga pasien. Riwayat
preeklampsia, penyakit jantung, asma maupun alergi disangkal.
e. Riwayat operasi
Pasien pernah menjalani operasi jantung pada tahun 1996 dikarenakan ASD.
f. Riwayat menstruasi
Menarche : 10 tahun
Lama haid : 5 hari
Panjang siklus : ± 28 hari
Jumlah : 3-4 pembalut
Riwayat dismenore: -
HPHT : 6 Mei 2010
TP : 13 Febuari 2011
g. Riwayat keluarga berencana
Pasien mengaku tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun selama ini.
5/17/2018 Lapkas III - Preeclampsia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-iii-preeclampsia 3/23
Laporan Kasus Regina Yuanita G.
Preeklampsia 17120060075
3
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan
Rumkital Marinir Cilandak – FK UPH
h. Riwayat kehamilan dan persalinan
Pasien pernah melahirkan seorang anak perempuan dengan persalinan normal
tanpa komplikasi oleh bidan 7 tahun yang lalu. Usia kehamilan 38 minggu, berat
bayi 2700, panjang bayi 42 cm, anus (+), cacat (-).
i. Riwayat pemeriksaan antenatal
Pasien mengaku rutin memeriksakan diri ke puskesmas selama kehamilan. Pasien
terakhir kali memeriksakan kandungannya ke puskesmas 3 hari yang lalu dengan
hasil baik. Pasien mengaku bahwa tekanan darahnya pada saat pemeriksaan di
puskesmas adalah 120/80 mmHg.
j. Riwayat pernikahan
Pasien sudah menikah dengan suaminya selama 8 tahun.
k. Riwayat pribadi dan sosial ekonomi
Pasien adalah ibu rumah tangga dengan suami seorang karyawan pabrik. Pasien
mengaku tidak pernah mengkonsumsi obat-obat terlarang, jamu-jamuan, alkohol,
atau rokok.
III. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 160/100 mmHg
Nadi : 88x/menit
Pernafasan : 16x/menit
Suhu : 36,3oC
Berat badan : 72 kg
Tinggi badan : 155 cm
BMI : 30 overweight
5/17/2018 Lapkas III - Preeclampsia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-iii-preeclampsia 4/23
Laporan Kasus Regina Yuanita G.
Preeklampsia 17120060075
4
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan
Rumkital Marinir Cilandak – FK UPH
a. Status Generalisata
Ekspresi wajah : Sesuai kondisi pasien
Bentuk : Normosefali, simetris
Rambut : Rambut hitam, tidak mudah rontok
Mata : Pupil isokor, CA -/-, SI-/-, RC +/+
Telinga : Inspeksi tampak normal, gendang telinga intak, pendengaran
baik
Hidung : Inspeksi tampak normal, deviasi (-)
Mulut & tenggorokkan: Inspeksi tampak normal
Leher : Kelenjar tiroid tidak membesar, simetris
Dada : Simetris, tidak ada bagian yang tertinggal saat bernafas.Tampak sikatriks bekas operasi sepanjang sternum.
Jantung : Inspeksi: iktus kordis, pectus excavatus/carinatum (-)
Palpasi: iktus kordis tidak teraba
Perkusi: batas jantung melebar ke samping
Auskultasi: S1S2 irreguler, gallop (-), murmur (-)
Paru : Inspeksi: bentuk normal simetris, retraksi sela iga (-)
Palpasi: fremitus simetris
Perkusi: sonor untuk semua lapang paru
Auskultasi: vesikuler untuk semua lapang paru, wheezing (-),
ronchi (-)
Abdomen : Inspeksi: perut membuncit sesuai usia kehamilan, jaringan
parut (-), spider nevi (-), striae gravidarum (+)
Palpasi: Dinding abdomen supel.
Perkusi: normal
Auskultasi: Bising usus normal
Ekstremitas : Tidak ditemukan deformitas/luka
Akral hangat, edema tungkai bawah (+) pitting, sianosis (-),
varises (-).
5/17/2018 Lapkas III - Preeclampsia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-iii-preeclampsia 5/23
Laporan Kasus Regina Yuanita G.
Preeklampsia 17120060075
5
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan
Rumkital Marinir Cilandak – FK UPH
b. Status Obstetrik
Abdomen
Inspeksi : Membuncit sesuai usia kehamilan, striae gravidarum (+)
linea nigra (+), denyut jantung janin 146x/menit.
Palpasi : Leopold I : Fundus 31 cm, teraba bagian lunak kesan
seperti bokong.
Leopold II : Teraba bagian keras seperti papan pada sisi
kanan perut ibu.
Leopold III : Teraba bagian keras kesan seperti kepala.
Leopold IV : Bagian terendah belum masuk pintu atas
panggul.Genitalia
Inspeksi : Vulva dan uretra tak tampak tanda peradangan, tak tampak
benjolan, perdarahan dan lendir sedikit, varises (-).
Vaginal toucher : Pembukaan 4 cm, porsio tebal lunak, presentasi kepala HI,
ketuban (+).
IV. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium (02/02/11)
Darah:
- Hb : 11 g/dL
- HT : 35 %
- Leukosit : 7.200/µL
- Trombosit : 198.000/µL
- Clotting time : 4 menit
- Bleeding time: 2 menit
- Gol. Darah : O rhesus (+)
Urin:
- Warna : kuning agak keruh
- Berat jenis : 1015
- pH : 6
5/17/2018 Lapkas III - Preeclampsia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-iii-preeclampsia 6/23
Laporan Kasus Regina Yuanita G.
Preeklampsia 17120060075
6
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan
Rumkital Marinir Cilandak – FK UPH
- Protein : +1
- Glukosa : -
- Keton : -
- Urobilinogen : -
- Bilirubin : -
- Urobilin : +
- Nitrit : -
- Leukosit : 8-10/lapang pandang
- Eritrosit : penuh
- Epitel : +
-
Bakteri : -- Silinder : -
- Kristal : -
V. Diagnosis Kerja
G2P1A0, hamil 39 minggu dengan preeklampsia.
VI. Rencana Penatalaksanaan
Rencana diagnostik:
- Tekanan darah: Pukul 22.000 tekanan darah pasien 160/100 mmHg. 6 jam
kemudian setelah pemberian nifedipine sublingual 2x5 mg, kemudian 2x10
mg oral selang waktu 1 jam adalah 150/80 mmHg.
- Lab darah : Hb 11 g/dL, leukosit 7.800/µL, trombosit 198.000/µL.
Rencana pemeriksaan SGPT/SGOT.
- Tes urin : Ditemukan proteinuria +1 pada pemeriksaan urin sewaktu.
Rencana pemeriksaan ulang protein urin 4 jam kemudian.
- EKG : Dilakukan EKG pada tanggal 3 Febuari 2011 pukul 02.00, didapatkan
hasil EKG dalam batas normal, sinus ryhthm.
Rencana terapi medikamentosa:
- Pemasangan IVFD Dextrose 5% + MgSO4 2 amp 20 tpm
-
Nifedipine oral 10 mg diulang setiap 4 jam
5/17/2018 Lapkas III - Preeclampsia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-iii-preeclampsia 7/23
Laporan Kasus Regina Yuanita G.
Preeklampsia 17120060075
7
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan
Rumkital Marinir Cilandak – FK UPH
Rencana terapi non-medikamentosa:
- Observasi tanda vital dan DJJ setiap 1 jam
Stabil pada 150/80 mmHg, DJJ 130-148x/menit
- Pemasangan kateter untuk menilai urine output apakah terdapat oliguria. Urin
yang tertampung selama 8 jam adalah 800 cc.
- Observasi persalinan:
Pukul 00.00 Pasien kesakitan, VT: 5 cm, HI, ketuban (+)
Pukul 02.00 Ketuban pecah, VT: 5 cm, HI
Pukul 04.00 Pasien kesakitan ++, VT: 7 cm, HI, ketuban (-)
o Tidak ada kemajuan persalinan rencana SC
Pukul 07.45
Pembukaan lengkap, terlihat permukaan kepala
berambut janin
Rencana edukasi:
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien tentang keadaan pasien
- Menjelaskan kepada pasien bahwa sectio caesarea mungkin dibutuhkan bila
tidak ada kemajuan persalinan atau kondisi memburuk
- Menyarankan kepada keluarga pasien untuk memeriksakan golongan darah
dan siap menjadi donor darah pasien bila diperlukan
VII. Laporan Sectio Caesarea
Operasi SC dilakukan pada tanggal 3 Febuari 2011 pukul 08.00 sampai dengan 09.00
WIB.
- Pasien telentang dalam anestesi spinal
- Dilakukan tindakan asepsis dan antisepsis
- Dilakukan insisi pfannensiel sepanjang 10 cm
- Dilakukan insisi semilunar pada segmen bawah uterus
- Lahir bayi laki-laki pada pukul 08.10, Apgar score 7/8, berat badan 3100 gram,
tinggi badan 49 cm, anus (+), cacat (-), caput (+), ketuban jernih
- Plasenta dikeluarkan manual, kesan utuh dan lengkap
- Segmen bawah uterus dijahit 1 lapis
- Perdarahan dirawat, rongga abdomen dicuci dengan cairan NaCl
-
Dinding abdomen ditutup lapis demi lapis
5/17/2018 Lapkas III - Preeclampsia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-iii-preeclampsia 8/23
Laporan Kasus Regina Yuanita G.
Preeklampsia 17120060075
8
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan
Rumkital Marinir Cilandak – FK UPH
VIII. Prognosis
Ibu : baik
Janin : baik
IX. Follow-Up
(04/02/2011)
S : Pasien mengeluhkan nyeri bekas jahitan, sakit kepala (-), mual (-). Flatus (-).
ASI (+), menyusui (-).
O : TD : 120/80 mmHg
N : 84x/menit
Nafas : 18x/menit
Suhu : 36,5oC
Mata : CA +/+, SI -/-
Cor : S1S2 irreguler, murmur LSB II 2/6, gallop (-)
Pulmo: Vesikuler, Wh -/-, Rh -/-
Bising usus: Menurun
Status obstetrikus
Abd : TFU: 1 jari di bawah pusat, kontraksi baik.
Genitalia : Perdarahan (+) 2 pembalut sehari, tidak penuh
Lab:
Hb : 10,1 g/dL
HT : 32%
Leukosit : 16.400/µL
Trombosit : 200.000/µL
A : P2A0 Post SC hari ke-1 konsul dokter Sp.JP
Hasil konsul: Cor : murmur LSB II 2/6
EKG : dalam batas normal
X-Ray : CTR ± 55%
Diagnosis: ASD II post op. compensated dengan hipertensi
Teraphy : Maintate 1x1.25 mg
Digoxin 1x0.5 mg
Nifedipin 3x10 mg
5/17/2018 Lapkas III - Preeclampsia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-iii-preeclampsia 9/23
Laporan Kasus Regina Yuanita G.
Preeklampsia 17120060075
9
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan
Rumkital Marinir Cilandak – FK UPH
P : IVFD : Dextrose 5% + MgSO4 16 tpm
Ceftriaxon : 2x1 g (Inj.)
Tramal supp : 2x1
Oral
Paracetamol : 3x500 mgCo-amoxiclav : 3x500 mg
Hemobion : 2x1 tab
(05/02/2011)
S : Pasien mengeluhkan nyeri bekas operasi sudah berkurang. Flatus (-), BAB
(-), BAK lancar. Intake baik. Pasien mengaku sudah menyusui.
O : TD : 120/80 mmHg
N : 80x/menit
Nafas : 18x/menit
Suhu : 36oC
Mata : CA -/-, SI -/-
Cor : S1S2 irreguler, murmur LSB II 2/6, gallop (-)
Pulm : Vesikuler, Wh -/-, Rh -/-
BU : (+) N
Stat. obsterikus :
Abd : TFU 1 jari di bawah pusat, kontraksi baik
A : P2A0 Post SC hari ke-2
P : Co-amoxiclav : 3x500 mg
Paracetamol : 3x500 mg
Hemobion : 2x1 g
Maintate : 1x1.25 mg
Digoxin : 1x0.5 mg
Nifedipine : 3x10 mg
X. Resume
Seorang pasien Ny. S usia 35 tahun tengah hamil 39 minggu datang
mengeluhkan mulas yang datang tiba-tiba sejak siang hari. Perut mulas dibarengi
dengan keluar sedikit lendir dan darah dari vagina. Pasien mengaku tengah dalam
pengobatan dengan maintate 1,25 mg/hari sejak SMU. Pasien memiliki riwayat ASD
dan sudah menjalani operasi pada tahun 1996. Sampai sekarang pasien mengaku
jarang mengalami keluhan pada jantung selain rasa berdebar-debar bila melakukan
5/17/2018 Lapkas III - Preeclampsia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-iii-preeclampsia 10/23
Laporan Kasus Regina Yuanita G.
Preeklampsia 17120060075
10
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan
Rumkital Marinir Cilandak – FK UPH
aktivitas berat. Pasien mengaku pernah melahirkan normal tanpa komplikasi yang
ditolong oleh bidan 7 tahun yang lalu, anak pertama pasien sehat sampai sekarang.
Pasien terakhir kali memeriksakan kandungannya ke puskesmas 3 hari yang lalu
dengan hasil baik. Pasien mengaku tidak memiliki riwayat hipertensi, diabetes, asma,
maupun alergi.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sakit ringan, kesadaran
compos mentis. Tekanan darah 160/100 mmHg, nadi 88x/menit, pernafasan
16x/menit, suhu 36,3oC. Pada inspeksi ditemukan edema tungkai bawah. Auskultasi
pada jantung ditemukan S1S2 irreguler, murmur (-). TFU 31 cm, PUKA, presentasi
kepala. DJJ 146x/menit. Pada VT ditemukan pembukaan 4 cm, porsio tebal lunak,
presentasi kepala HI, ketuban (+).Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan Hb: 11 g/dL, HT: 35%,
leukosit: 7.200/µL, trombosit: 198.000/µL. Protein urin +1. SGOT/SGPT tidak
diperiksa. Hasil EKG menunjukkan dalam batas normal.
Dilakukan observasi persalinan dan tanda vital. Tekanan darah pasien stabil
dalam 150/80 mmHg dengan pemberian nifedipin dan infus D5+MgSO4 20 tpm.
Pasien terlihat sangat kesakitan, pukul 00.00 pembukaan 5 cm, ketuban masih utuh.
Diberikan tramal supp, tetapi hanya dapat menenangkan pasien sebentar saja. Pukul 2
pagi ketuban pecah, pembukaan masih 5 cm. Pukul 4 pagi pasien sangat kesakitan dan
ingin meneran, pembukaan 7 cm.
Dilakukan operasi sectio caesarea pada pasien keesokan harinya. Pukul 07.45
terlihat permukaan kepala berambut janin dari vagina pasien. Lahir bayi laki-laki pada
pukul 08.10, Apgar score 7/8, berat badan 3100 gram, tinggi badan 49 cm, anus (+),
cacat (-), caput (+). Tekanan darah pasien setelah operasi 120/80 mmHg. Diberikan
antibiotik ceftriakson injeksi 2x1 g, tramal supp. 2x1 dan Hemobion 2x1 tab.
5/17/2018 Lapkas III - Preeclampsia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-iii-preeclampsia 11/23
Laporan Kasus Regina Yuanita G.
Preeklampsia 17120060075
11
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan
Rumkital Marinir Cilandak – FK UPH
XI. Analisa Kasus
Wanita usia 35 tahun G2P1A0 hamil 39 minggu dengan preeklampsia ringan, diagnosis
ditegakkan berdasarkan:
Anamnesis
Riwayat penyakit sekarang
Pasien tengah mengandung anak ke-2 dengan usia gestasi 39 minggu. Pasien
mengaku tidak memiliki riwayat hipertensi sebelumnya, saat mengandung anak
pertama juga tidak ditemukan hipertensi. Pasien mengaku bahwa pada pemeriksaan
tekanan darah 3 hari yang lalu di puskesmas tekanan darahnya adalah 120/80 mmHg.
Pasien mengkonsumsi maintate 1,25 mg setiap hari sejak tahun 1996 dan jarang
merasakan keluhan pada jantung.
Riwayat penyakit dahulu
Pasien memiliki riwayat ASD dan sudah dioperasi pada tahun 1996.
Riwayat penyakit keluarga
Ditemukan riwayat hipertensi pada keluarga, tetapi tidak ada riwayat preeklampsia
atau penyakit jantung.
Pemeriksaan Fisik
Status generalisata:
KU : sakit ringan
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 160/100 mmHg
Nadi : 88x/menit
Pernafasan : 16x/menit
Suhu : 36,3oC
Jantung : Auskultasi: S1S2 irreguler, murmur LSB II 2/6
X-Ray : CTR ± 55%
5/17/2018 Lapkas III - Preeclampsia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-iii-preeclampsia 12/23
Laporan Kasus Regina Yuanita G.
Preeklampsia 17120060075
12
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan
Rumkital Marinir Cilandak – FK UPH
Status obstetrik:
Abdomen : Membuncit sesuai usia kehamilan, DJJ (+) 146x/menit,
TFU 31 cm, PUKA, presentasi kepala.
Genitalia : Vulva dan uretra tidak ada kelainan. VT pembukaan 4 cm,
porsio tebal lunak, presentasi kepala HI, ketuban (+).
Pemeriksaan penunjang:
Laboratorium (02/02/11)
Darah:
- Hb : 11 g/dL
- HT : 35%
- Leukosit : 7.200/µL
- Trombosit : 198.000/µL
Urin sewaktu:
- Protein : +1
- Bilirubin : -
- Urobilin : +
EKG (03/02/11): Sinus ryhthm
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan hasil lab, diangkat diagnosis
preeklampsia ringan pada wanita usia 35 tahun dengan G2P1A0, hamil 39 minggu,
karena tanda dan gejala pada pasien masuk dalam kriteria preeklampsia ringan.
Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan SGOT/SGPT karena tekanan darah
pasien yang tidak terlalu tinggi dan tidak ada keluhan nyeri ulu hati atau kuadran
kanan atas. Menurut teori, pemeriksaan SGOT/SGPT perlu dilakukan untuk menilai
apakah terjadi peningkatan enzim liver yang dapat menjurus kepada sindroma HELLP
dan penanganan yang lebih lanjut.
Dilakukan observasi persalinan dan tanda vital pasien dan janin, dan diberikan
nifedipine 5 mg sublingual 2 kali selang 1 jam, didapatkan tekanan darah 150/80
5/17/2018 Lapkas III - Preeclampsia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-iii-preeclampsia 13/23
Laporan Kasus Regina Yuanita G.
Preeklampsia 17120060075
13
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan
Rumkital Marinir Cilandak – FK UPH
mmHg. Nifedipine diberikan kembali dua kali secara oral 10 mg selang 1 jam,
tekanan darah tetap 150/80 mmHg. Diberikan pula infus Dextrose 5% dengan MgSO4
20 tpm sebagai penanganan preeklampsia dan mencegah terjadinya kejang. Tekanan
darah stabil pada 150/80 mmHg, pasien tidak mengeluhkan apapun dan pemberian
nifedipine 10 mg diberikan setiap 4 jam kemudian. Berdasarkan literatur, administrasi
nifedipine secara sublingual sudah lama ditinggalkan karena dapat menyebabkan
penurunan tekanan darah yang drastis, henti jantung dan iskemia hingga infark otak.
Pada pasien ini tidak terjadi efek samping nifedipine sublingual, tetapi
penatalaksanaannya tidak tepat. Nifedipine harus diberikan secara oral 5-10 mg dan
dosis maksimum pemberian nifedipin adalah 90 mg/hari.
Dosis MgSO4 yang diberikan sebagai loading biasanya 4-6 g dihabiskan dalam 20-60
menit, kemudian dosis rawatannya adalah 1-2 g/jam. MgSO4 biasanya tetap diberikan
24 jam pospartum untuk mengontrol tekanan darah dan mencegah kejang pospartum
yang dapat terjadi pada pasien preeklampsia.
Pada pasien tidak terjadi kemajuan persalinan, sehingga dilakukan operasi sectio
caesarea pada pukul 08.00 keesokan harinya. Pada pukul 08.10 lahir bayi laki-laki
dengan Apgar score 7/8, berat badan 3100 gram, tinggi badan 49 cm, anus (+), cacat
(-). Kondisi ibu stabil, tekanan darah 120/80 mmHg. Menurut literatur, persalinan
normal dapat dilakukan pada penderita preeklampsia ringan. Selain itu, riwayat ASD
pasien termasuk dalam kategori I NYHA yang memiliki risiko mortalitas paling
rendah (0-1%), sehingga persalinan normal dapat dilakukan. Persalinan normal dapat
dilakukan dengan pemberian oxytocin 5 IU beserta infus Dextrose 5% + MgSO4. Pada
pasien tidak ada kemajuan persalinan, dimana pukul 04.00 pembukaan sudah harus
lengkap, tetapi pada pasien hanya ada pembukaan 7 cm, dan ketuban telah pecah
pukul 2 pagi, sehingga direncanakan SC. Pada saat bayi diangkat dari uterus terlihat
caput, diduga terdapat malposisi yang menyebabkan persalinan lama.
Penatalaksanaan yang diberikan adalah cairan Dextrose 5% + MgSO4 sebanyak 16
tpm untuk mengontrol tekanan darah, diberikan sampai 24 jam pospartum. Antibiotik
yang diberikan adalah ceftriakson IV 2x1 g dikarenakan spektrumnya yang luas baik
untuk bakteri gram (-) dan gram (+). Tramal supp diberikan untuk mengurangi rasa
nyeri post-op. Hemobion tablet diberikan untuk memperbaiki anemia karena
5/17/2018 Lapkas III - Preeclampsia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-iii-preeclampsia 14/23
Laporan Kasus Regina Yuanita G.
Preeklampsia 17120060075
14
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan
Rumkital Marinir Cilandak – FK UPH
hemoglobin pasien turun menjadi 10,1 g/dl setelah operasi dan ditemukan konjungtiva
anemis (+). Setelah injeksi habis, diganti obat oral yaitu co-amoxiclav 3x500 mg,
paracetamol 3x500 mg, dan tablet Hemobion dilanjutkan selama 3 hari kemudian.
5/17/2018 Lapkas III - Preeclampsia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-iii-preeclampsia 15/23
Laporan Kasus Regina Yuanita G.
Preeklampsia 17120060075
15
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan
Rumkital Marinir Cilandak – FK UPH
TINJAUAN PUSTAKA
PREEKLAMPSIA
Preeklampsia adalah suatu sindroma spesifik dalam kehamilan dengan ciri khas
hipertensi yang baru pertama kali dialami dan proteinuria yang terjadi dalam usia gestasi > 20
minggu. Etiologi dari preeklampsia masih belum jelas, tetapi hipoperfusi plasenta dan
kerusakan sel endotel diketahui bertanggungjawab dalam proses terjadinya preeklampsia.
Preeklampsia diklasifikasikan menjadi ringan dan berat. Preeklampsia berat dapat
menyebabkan gagal ginjal, iskemia hati, disseminated intravascular coagulopathy (DIC), dan
gangguan sistem saraf pusat, contohnya kejang.
Satu-satunya yang dapat menyembuhkan preeklampsia adalah dengan kelahiran.
Preeklampsia berhubungan erat dengan angka mortalitas dan morbiditas baik bagi ibu dan
janin yang tinggi. Statistik dunia mencatat bahwa preeklampsia bertanggungjawab sebagai
14% penyebab kematian ibu setiap tahun.
Penyakit hipertensi pada kehamilan telah diklasifikasikan menjadi 4, yaitu:
1. Hipertensi gestational
Tekanan darah 140/90 mmHg untuk pertama kalinya selama kehamilan, dan
tekanan darah kembali dalam batas normal > 12 minggu pospartum
Proteinuria (-)
2. Preeklampsia
Kriteria minimal: TD ≥ 140/90 mmHg setelah usia kehamilan 20 minggu
Proteinuria ≥ 300 mg/24 jam (+1)
Kriteria pasti: TD ≥ 160/110 mmHg
Proteinuria 2g/24 jam (+2)
Serum kreatinin ≥ 1,2 mg/dL
Trombositopenia
Peningkatan LDH
Peningkatan SGOT/SGPT
Nyeri epigastrium, sakit kepala, gangguan visual atau serebral
5/17/2018 Lapkas III - Preeclampsia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-iii-preeclampsia 16/23
Laporan Kasus Regina Yuanita G.
Preeklampsia 17120060075
16
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan
Rumkital Marinir Cilandak – FK UPH
3. Superimposed preeklampsia
Proteinuria (+1) pada wanita hamil > 20 minggu yang memiliki hipertensi kronis
Peningkatan tiba-tiba akan proteinuria, tekanan darah dan trombositopenia pada
wanita yang hamil < 20 minggu yang memiliki hipertensi kronis.
4. Hipertensi kronis
TD ≥ 140/90 mmHg sebelum kehamilan, atau pada usia kehamilan < 20 minggu
Hipertensi setelah kehamilan > 20 minggu dan menetap setelah 12 minggu
pospartum
Faktor Risiko
Preeklampsia lebih sering terjadi pada wanita yang ibunya memiliki riwayat
preeklampsia dibandingkan dengan wanita yang ibunya tidak memiliki riwayat preeklampsia.
Insidensi preeklampsia juga meningkat 2 kali lipat pada wanita yang memiliki anak dari laki-
laki yang pernah mempunyai anak dengan wanita yang memiliki preeklampsia. Faktor
maternal dan paternal memiliki pengaruh terhadap kejadian preeklampsia.
Hiperkoagulobilitas juga merupakan faktor risiko akan terjadinya preeklampsia.
Wanita yang memiliki hipertensi dan riwayat keluarga hipertensi juga lebih rentan terhadap
preeklampsia dibandingkan dengan wanita yang tidak memiliki riwayat sendiri dan riwayat
keluarga akan hipertensi.
Preeklampsia juga lebih sering terjadi pada wanita yang: (1) terekspos oleh vili
korionik untuk pertama kalinya (primigravida), (2) terekspos oleh vili korionik dalam jumlah
besar (kehamilan ganda atau mola), (3) memiliki kelainan pembuluh darah, (4) memiliki
genetik akan terjadinya hipertensi dalam kehamilan.
Penelitian membuktikan bahwa wanita yang merokok jarang terjadi preeklampsia, hal
tersebut dapat disebabkan oleh efek rokok terhadap pembuluh darah. Wanita perokok juga
cenderung mengandung bayi dengan berat badan yang lebih ringan.
Faktor risiko preeklampsia lainnya adalah diabetes mellitus, resistensi insulin, dimana di
dalam kedua keadaan tersebut ditemukan massa plasenta yang lebih besar. Diet juga berperan
5/17/2018 Lapkas III - Preeclampsia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-iii-preeclampsia 17/23
Laporan Kasus Regina Yuanita G.
Preeklampsia 17120060075
17
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan
Rumkital Marinir Cilandak – FK UPH
penting karena ditemukan preeklampsia pada wanita dengan defisiensi zat besi, kalsium,
vitamin C dan E.
Patofisiologi
Penyebab utama preeklampsia memang belum jelas, tetapi plasenta diduga sebagai
penyebab utama dari preeklampsia. Hal tersebut dapat dikatakan benar karena preeklampsia
hanya terjadi pada kehamilan dan sembuh setelah kelahiran plasenta, dan dapat pula terjadi
pada kehamilan tanpa janin seperti dalam kehamilan mola.
Perkembangan plasenta diatur sedemikian rupa untuk mempertahankan janin dan
kehamilan. Suplai darah kepada plasenta adalah melalui arteri spiral dimana terbentuk dari
cabang arteri uterina. Pada awal kehamilan normal, sel sitotrofoblas dari plasenta yang tengah
berkembang menembus dinding rahim, menginvasi endotel dari lapisan tunika media arteri
spiralis. Dinding vaskuler dari arteri spiralis kemudian mengalami remodelisasi, yaitu terjadi
transformasi dari spiral arteri dengan resistensi tinggi dan aliran lamban menjadi resistensi
rendah dengan aliran tinggi yang diperlukan bagi perkembangan plasenta selanjutnya.
Telah diketahui ada 2 fase invasi sitotrofoblas yang terjadi: fase pertama yaitu invasi
kepada arteri spiralis di desidua pada usia kehamilan 10-12 minggu; fase invasi kedua yaitu
invasi kedalam miometrium pada usia kehamilan 15 minggu. Pada preeklampsia, invasi
sitotrofoblas pada miometrium terganggu: arteri spiralis tetap sempit, dan suplai darah kepada
janin terbatasi. Efek dari arteri yang tidak mengalami transformasi tersebut semakin jelas
dengan semakin bertambahnya usia kehamilan, dimana perdarahan uterina tidak dapat
mengimbangi kenaikan kebutuhan darah dan nutrisi dari janin.
Iskemia plasenta dapat terjadi sebagai hasil dari abnormalitas invasi trofoblas. Hal
tersebut telah dikatakan sebagai penyebab utama dari pelepasan faktor-faktor plasenta danketidakseimbangan faktor angiogenik, menyebabkan disfungsi endotelial luas dimana adalah
karakteristik dari preeklampsia.
Diagnosis
Preeklampsia dapat didiagnosis dengan penemuan hipertensi yang baru pertama kali
muncul dan adanya proteinuria pada wanita hamil sesuai dengan kriteria klasifikasi
5/17/2018 Lapkas III - Preeclampsia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-iii-preeclampsia 18/23
Laporan Kasus Regina Yuanita G.
Preeklampsia 17120060075
18
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan
Rumkital Marinir Cilandak – FK UPH
sebelumnya. Manifestasi klinis preeklampsia dapat bervariasi, maka dari itu diagnosis dari
preeklampsia jarang ditegakkan melalui penemuan klinis.
Diagnosis hipertensi dibuat ketika ditemukan 2 kali pemeriksaan tekanan darah ≥
140/90 mmHg selang waktu 6 jam. Proteinuria harus dinilai pada urin 24 jam, penemuan 300
mg menunjukkan +1.
Preeklampsia disebut ringan bila:
TD ≥ 140/90 mmHg tetapi < 160/110 mmHg dalam 2 kali pemeriksaan dengan
selang waktu 6 jam
Proteinuria ≥ 300 mg/24 jam tetapi < 5 g/24 jam
Biasanya asimtomatis
Preeklampsia berat:
TD sistol ≥ 160 mmHg atau diastol ≥ 110 mmHg dalam 2 kali pemeriksaan
dengan selang waktu 6 jam
Proteinuria ≥ 5 g/24 jam atau ≥ +3 dalam 2 kali pemeriksaan urin sewaktu dengan
selang waktu 4 jam
Oliguria < 500 ml/24 jam
Gejala: - Gangguan serebral dan visual
- Edema pulmoner
- Nyeri epigastrium/kuadran kanan atas
- Gangguan fungsi hati
- Trombositopenia
- Gangguan pertumbuhan janin
Sindroma HELLP (Hemolysis, Elevated Liver enzyme, Low Platelet) adalah bentuk
preeklampsia yang parah dimana tingkat kematian ibu dan janin tinggi. Sindroma HELLP
harus diwaspadai pada setiap kasus preeklampsia dan dapat terjadi tanpa adanya hipertensi,
maupun proteinuria.
5/17/2018 Lapkas III - Preeclampsia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-iii-preeclampsia 19/23
Laporan Kasus Regina Yuanita G.
Preeklampsia 17120060075
19
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan
Rumkital Marinir Cilandak – FK UPH
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan paling optimal pada wanita dengan preeklampsia tergantung dari
usia gestasi dan tingkat keparahan keadaan. Persalinan adalah pengobatan satu-satunya dari
preeklampsia, sehingga kematangan janin perlu diperhatikan bebarengan dengan
meminimalisasi risiko pada ibu.
Preeklampsia
Kehamilan dengan preeklampsia ringan atau usia > 37 minggu harus segera
dilahirkan. Persalinannya sama saja dengan pada kehamilan tanpa hipertensi, tetapi perlu
diingat bahwa risiko terjadinya solusio plasenta sedikit lebih tinggi dibandingkan kehamilan
tanpa hipertensi. Kematangan serviks biasanya diabaikan dan segera dilakukan induksi.
Sectio caesarea dapat dilakukan sesuai dengan indikasi bila ada.
Pada usia kehamilan < 37 minggu, dilakukan penatalaksanaan ekspektansi dengan
monitor tekanan darah dan peningkatan keparahan preeklampsia. Pada usia kehamilan > 34
minggu dan terjadi ketuban pecah dini, kondisi janin yang kurang baik, persalinan
berlangsung progresif, pada preeklampsia ringan, segera dilakukan persalinan.
Preeklampsia Berat
Sectio caesarea adalah pilihan metode persalinan bagi preeklampsia berat. Persalinan
harus segera dilakukan tanpa memandang usia kehamilan jika kondisi janin buruk, terdapat
KPD, kondisi ibu kurang baik, dan proses persalinan tengah berlangsung.
Bila usia kehamilan < 34 minggu tetapi kondisi janin baik, dapat dilakukan
penatalaksanaan ekspektansi. Kriteria penatalaksanaan ekspektansi pada preeklampsia berat
adalah: (1) tidak terdapat gangguan tumbuh kembang janin, (2) tidak terdapat oliguria padaibu, (3) tekanan darah ibu terkontrol, (4) peningkatan enzim hati tidak lebih dari 2x batas
normal. Pemberian kortikosteroid harus diberikan sebelum usia 34 minggu. Selain itu,
pemeriksaan darah, dan LDH harus rutin dilakukan. Waspada bila ibu mengeluhkan sakit
kepala, gangguan visual, nyeri epigastrium, atau gerak janin yang menurun.
Wanita dengan preeklampsia berat yang sedang dalam terapi ekspektansi harus segera
menjalani persalinan bila terdapat:
5/17/2018 Lapkas III - Preeclampsia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-iii-preeclampsia 20/23
Laporan Kasus Regina Yuanita G.
Preeklampsia 17120060075
20
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan
Rumkital Marinir Cilandak – FK UPH
- Gawat janin
- Tekanan darah tak terkontrol
- Oligohidramnios
- IUGR
- Oliguria
- Serum kreatinin ≥ 1.5 mg/dL
- Edema pulmoner
- Nyeri dada/sesak nafas
- Sakit kepala yang persisten atau bertambah berat
- Nyeri kuadran kanan atas
-
Sindroma HELLP
Profilaksis Kejang
MgSO4 adalah obat pilihan sebagai profilaksis kejang pada wanita dengan
preeklampsia. Mekanisme pastinya dalam mencegah kejang masih belum diketahui, tetapi
beberapa penelitian mencatat bahwa MgSO4 lebih baik daripada benzodiazepam atau fenitoin
dalam mencegah onset eklamsia maupun kejang berulang.
Terapi harus segera diberikan sebelum proses persalinan berlangsung dan dilanjutkan
24 jam pospartum. Durasi terapi pospartum dapat dimodifikasi berdasarkan tingkat keparahan
penyakit. Dosis awal yang biasa diberikan adalah 4-6 g yang diikuti oleh dosis rawatan 1-3
g/jam.
MgSO4 bekerja secara sentral menghambat transmisi neurotransmitter dan menekan
pelepasan asetilkolin, selain itu efek perifernya adalah vasodilatasi. Gejala keracunan yang
timbul pada pasien dengan pemberian MgSO4 (hilangnya refleks patela, sesak nafas) harus
diwaspadai. Biasanya refleks patela dinilai tiap 4 jam, beserta saturasi oksigen dan
pernafasan.
MgSO4 dieliminasi oleh ginjal dan kadarnya dalam urin tidak boleh melebihi 6
mg/dL. Efek samping dari administrasi IV adalah flushing, rasa berat di dada, pandangan
kabur, dan nyeri kepala ringan. Tanda-tanda tersebut bukanlah tanda keracunan, tetapi harus
diperhatikan bila bertambah berat. Pada preeklampsia, administrasi dilakukan secara IV
karena onset yang cepat dibandingkan IM (1 jam). Tetapi bila tidak didapatkan akses
5/17/2018 Lapkas III - Preeclampsia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-iii-preeclampsia 21/23
Laporan Kasus Regina Yuanita G.
Preeklampsia 17120060075
21
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan
Rumkital Marinir Cilandak – FK UPH
intravena pada pasien, dapat diberikan secara IM, 2x5 g. Tiap injeksi harus dilakukan di 2
tempat berbeda. Kontraindikasi pemberian MgSO4 adalah miastenia gravis.
Penatalaksanaan Hipertensi Pada Kehamilan
Terapi harus segera dimulai bila tekanan darah ≥150/100 mmHg pada wanita tanpa
gangguan ginjal, dan ≥140/90 mmHg pada wanita dengan gangguan ginjal. Tekanan darah
harus dicapai adalah ≤ 160/105 mmHg. Terapi tidak boleh diberikan secara agresif karena
dapat mengganggu perfusi ibu-janin.
Hydralazine adalah vasodilator arteriol perifer yang dahulu merupakan terapi utama
pada hipertensi dalam kehamilan. Hydralazine memiliki onset yang lambat (10-20 menit) dan
puncaknya dicapai dalam 20 menit setelah administrasi. Administrasinya adalah bolus IV
dengan dosis 5-10 mg, tergantung pada derajat keparahan hipertensi. Dapat diulang setiap 20
menit sampai dengan dosis maksimum 30 mg.
Efek samping dari Hydralazine adalah sakit kepala, mual dan muntah. Perlu
diperhatikan bahwa hipotensi yang menyebabkan gawat janin dapat terjadi. Magee dkk.
melaporkan bahwa Hydralazine memiliki efek samping terhadap ibu dan janin yang lebih
tinggi dibandingkan nifedipine dan labetalol.
Labetalol adalah alfa-bloker yang selektif dan beta-bloker yang tidak sensitiv yang
menghasilkan vasodilatasi dan menurunkan resistensi vaskuler sistemik. Dosis labetalol
adalah 20 mg IV diulang tiap 10 menit sampai dengan dosis maksimum 300 mg. Penurunan
tekanan darah dapat ditemukan setelah 5 menit pemberian dan lebih cepat dibandingkan
dengan hydralazine. Labetalol juga menurunkan ritme supraventrikuler dan menurunkan
denyut jantung, mengurangi konsumsi oksigen miokardial. Tidak ada perubahan terhadap
afterload dengan administrasi labetalol. Efek sampingnya adalah pusing, mual, dan nyerikepala. Bila tekanan darah yang diharapkan telah tercapai dengan pemberian IV, administrasi
dapat diganti secara oral.
Calcium channel blocker yang bekerja di arteriolar otot polos dapat menyebabkan
vasodilatasi melalui penghambatan influks kalsium ke dalam sel. Nifedipin adalah
antihipertensi yang paling sering dipakai saat kehamilan. Dosisnya 10 mg oral dapat diulang
15-30 menit dengan maksimum pemberian sebanyak 3 kali. Efek samping dari calcium
channel blocker adalah takikardi, palpitasi, dan nyeri kepala. Penggunaan bersama dengan
5/17/2018 Lapkas III - Preeclampsia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-iii-preeclampsia 22/23
Laporan Kasus Regina Yuanita G.
Preeklampsia 17120060075
22
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan
Rumkital Marinir Cilandak – FK UPH
MgSO4 harus dihindari karena efek hipotensifnya semakin meningkat. Nifedipine juga dapat
diberikan pada pospartum untuk mengontrol tekanan darah.
Pada keadaan hipertensi yang gawat, dan bila obat-obatan diatas gagal mengontrol
tekanan darah, dapat diberikan natrium nitroprusida. Nitroprusid menghasilkan pelepasan NO
yang kemudian menyebabkan vasodilatasi. Preload dan afterload akan menurun. Kerjanya
sangat cepat hingga dapat terjadi rebound hypertension.
Eklampsia
Jalan nafas dan oksigenasi harus diperhatikan, bila perlu dilakukan pemasangan alat
untuk membuka jalan nafas untuk mencegah aspirasi. MgSO4 harus diberikan untuk
mencegah kejang yang berlanjut. Dosis awal 4-6 g diberikan dan dosis rawatan 2 g/jam. Bila
kejang tetap terjadi, diberikan tambahan natrium amobarbital 250 mg IV dalam 3-5 menit.
Benzodiazepin dapat diberikan bersamaan dengan MgSO4.
Tekanan darah harus dikontrol dengan pemberian antihipertensi yang sudah
dijelaskan diatas. Pada eklampsia dapat terjadi hipoksia yang menyebabkan gawat janin,
tetapi SC tidak boleh dilakukan sebelum kondisi ibu stabil. Resusitasi janin dilakukan melalui
in utero. Bila bradikardia tetap berlangsung lebih dari 15 menit dengan resusitasi, dan kondisi
ibu stabil, segera lakukan SC. Prioritas utama dalam penatalaksanaan eklampsia adalah
keselamatan ibu. Bila tidak ada indikasi SC, persalinan pervaginam dapat dilakukan.
Anestesi spinal maupun epidural harus dihindari pada pasien dengan trombositopenia
(trombosit < 50.000/µL). Perlu diperhatikan pada anestesi umum pada kasus emergensi
dengan trombositopenia bahwa dapat terjadi peningkatan tekanan darah yang tiba-tiba pada
saat intubasi, dan stroke dapat terjadi. Pada kasus tersebut, tekanan darah harus benar-benardikontrol. Transfusi darah juga harus diantisipasi.
Penatalaksanaan Pospartum
Preeklampsia akan sembuh setelah persalinan, tetapi hipertensi masih dapat bertahan
pada saat pospartum. Kejang juga dapat terjadi 24 jam pospartum, sehingga MgSO 4 biasa
diberikan hingga 24 jam pospartum.
5/17/2018 Lapkas III - Preeclampsia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-iii-preeclampsia 23/23
Laporan Kasus Regina Yuanita G.
Preeklampsia 17120060075
23
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan
Rumkital Marinir Cilandak – FK UPH
Jarang sekali terjadi peningkatan enzim liver, trombositopenia dan insufisiensi ginjal
setelah 72 jam pospartum. Tetapi bila terjadi, kemungkinan terjadi sindroma hemolitik
uremia atau trombotik trombositopeni purpura. Pada kasus tersebut, dapat diberikan
plasmaparesis dan kortikosteroid. Deksametason 2x10 mg IV yang diikuti 2x5 mg IV
keesokan harinya dibuktikan dapat mengembalikan nilai trombosit pada pasien dengan
trombositopenia yang persisten.
Tekanan darah yang masih tinggi dapat dikontrol dengan nifedipin atau labetalol.
Tekanan darah akan kembali normal < 12 minggu pada pasien preeklampsia dan hipertensi
gestational, tetapi akan menetap > 12 minggu pada pasien yang memiliki hipertensi kronis.
Rekurensi
Risiko terjadi preeklampsia pada wanita dengan riwayat preeklampsia adalah 10%,
dan 20% pada wanita dengan riwayat Sindroma HELLP. Penelitian telah membuktikan
bahwa wanita yang berhasil menurunkan nilai BMI sebelum kehamilan dapat menurunkan
risiko preeklampsia pada kehamilan berikutnya. Maka dari itu, wanita yang memiliki riwayat
preeklampsia tetapi ingin memiliki keturunan lagi harus dianjurkan untuk menurunkan BMI.
Risiko Penyakit Kardiovaskular
Preeklampsia adalah suatu sindroma dimana disebabkan oleh disfungsi endotel ibu.
Maka dari itu, ada kemungkinan bahwa preeklampsia dapat memicu terjadinya penyakit
kardiovaskular. Beberapa laporan kasus mencatat bahwa wanita dengan riwayat preeklampsia
menderita penyakit jantung koroner di kemudian hari.