KUALITAS PERUMAHAN DI DESA MRANGGEN
KECAMATAN SRUMBUNG KABUPATEN MAGELANG
SKRIPSI
Dalam Rangka Menyelesaikan Studi Strata I Untuk Mencapai Gelar
Sarjana Sains di Universitas Negeri Semarang
Oleh
Ragil Kurnianingrum
3211411001
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015
ii
iii
iv
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah
selesai dari suatu urusan kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang
lain, dan hanya kepada Tuhan-Mulah hendaknya kamu berharap (Q.S. Al
Insyirah:6-8).
Yang membedakan orang sukses dan orang yang gagal adalah bukan karena
yang satu memiliki kemampuan dan ide lebih baik, tapi karena dia berani
mempertaruhkan ide, menghitung resiko, dan bertindak cepat (Andre
Malraux).
Orang-orang yang berhenti belajar akan menjadi pemilik masa lalu. Orang-
orang yang masih terus belajar akan menjadi pemilik masa depan.
PERSEMBAHAN
Tanpa mengurangi rasa syukur kepada Allah SWT atas segala
karunia-Nya skripsi ini kupersembahkan kepada:
Ayahanda Birun & Ibunda Sri Hartini yang selalu memberi
nasihat, doa, dan dukungan serta selalu memberi inspirasi
dan semangat.
Kakak-kakakku tersayang Muhammad Kurniawan dan Dwi
Kurniasari, yang selalu memberikan semangat dalam
mengerjakan skripsi.
Sofiyan Agus S., yang selalu memberikan kasih sayang, doa,
motivasi dan semangat dalam mengerjakan skripsi.
Sahabat GEO ku, Umik, Silvi, Aup, Kak Nike, Sasya, yang
selalu memberikan motivasi dan semangat dalam
mengerjakan skripsi.
Almamaterku UNNES.
vi
PRAKATA
Segala puji dan syukur senantiasa penulis menghaturkan kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga
penulisan skripsi dengan judul “Kualitas Perumahan di Desa Mranggen,
Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang” dapat terselesaikan.
Skripsi ini disusun sebagai persyaratan memperoleh gelar sarjana sains
(S1) di Universitas Negeri Semarang. Penulis menyadari bahwa di dalam
penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang.
2. Dr. Subagyo, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Semarang.
3. Drs. Apik Budi Santoso, M.Si., Ketua Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Semarang.
4. Ariyani Indrayati, S.Si. M.Sc., Dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan pengarahan dan bimbingan dalam menyusun skripsi ini.
5. Drs. Hariyanto, M.Si., Dosen Penguji I yang telah memberikan masukan
kritik, saran selama proses sidang, dan selaku Ketua Program Studi Geografi
Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan pelayanan dan fasilitas
yang memungkinkan penulis melakukan penelitian ini.
6. Dr. Ir. Ananto Aji, M.S., Dosen Penguji II yang telah memberikan masukan
kritik dan saran selama proses sidang.
vii
7. Seluruh Dosen dan Karyawan Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial atas ilmu
yang telah diberikan selama menempuh perkuliahan serta bantuan dan
motivasi yang telah diberikan selama ini.
8. Keluarga Geografi Universitas Negeri Semarang angkatan 2011 terimakasih
atas dukungan dan kerjasamanya.
9. Bapak Ibu dan keluargaku yang memberikan semangat, doa, dan kasih
sayangnya untukku.
10. Teman-teman kos Adem Ayem yang selalu memberikan semangat dan
motivasi untukku.
11. Semua pihak yang telah membantu dan menyelenggarakan skripsi ini, yang
tidak dapat disebutkan satu persatu
Semoga segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan oleh semua
pihak mendapat balasan dari Allah SWT. Akhir kata semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.
Semarang, 22 Juni 2015
Penulis
viii
SARI
Kurnianingrum, Ragil. 2015. Kualitas Perumahan di Desa Mranggen,
Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang. Skripsi. Jurusan Geografi Fakultas
Ilmu Sosisal Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Ariyani Indrayati, S.Si.,
M.Sc.
Kata kunci: Hubungan, Sosial dan Ekonomi, Kualitas Perumahan.
Keterbatasan ekonomi menghambat masyarakat untuk membeli rumah,
sehingga untuk masyarakat yang memiliki pendapatan rendah tidak dapat
memperoleh dan menikmati perumahan yang layak. Tingkat pendidikan juga
berpengaruh terhadap perwujudan peningkatan kualitas rumah layak huni.
Pemahaman pentingnya kualitas perumahan, akan mampu meningkatkan kualitas
hidup masyarakat. Tujuan dalam penelitian ini adalah: 1) Mengetahui bagaimana
kondisi sosial dan ekonomi masyarakat di Desa Mranggen, 2) Mengukur
bagaimana kualitas perumahan di Desa Mranggen, 3) Mengetahui bagaimana
hubungan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat terhadap kualitas perumahan di
Desa Mranggen.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga (KK) di Desa
Mranggen. Pengambilan sampel menggunakan teknik Proportionate Stratified
Random Sampling diperoleh 20 kepala keluarga di Dusun Kedungsari dan 80
kepala keluarga di Dusun Salamsari sebagai responden. Teknis analisis data dalam
penelitian ini adalah teknis analisis statistik deskriptif, scoring, uji beda melalui
uji beda independen, dan analisis crosstab.
Hasil penelitian yaitu Dusun Kedungsari dan Dusun Salamsari masing-
masing memiliki tingkat pendidikan KK dan tingkat pendapatan rumah tangga
dengan kriteria baik, untuk rumah penduduk kebanyakan berdiri diatas tanah turun
temurun, 2) Mayoritas rumah penduduk masuk dalam kriteria baik yaitu terdapat
70% rumah di Dusun Kedungsari dan 72,5% rumah di Dusun Salamsari, 3)
Terdapat hubungan antara pendapatan rumah tangga terhadap kualitas perumahan
di Dusun Kedungsari dan Dusun Salamsari, sedangkan untuk status kepemilikan
tanah di kedua dusun tersebut tidak memiliki hubugan terhadap kualitas
prumahan.
Simpulan dalam penelitian ini yaitu: 1) Dusun Kedungsari dan Dusun
Salamsari masing-masing memiliki tingkat pendidikan kepala keluarga dan
tingkat pendapatan rumah tangga dengan kriteria baik, untuk rumah penduduk
kebanyakan berdiri di atas tanah turun temurun, 2) Mayoritas rumah kepala
keluarga di Dusun Kedungsari dan Dusun Salamsari masuk dalam kriteria baik, 3)
Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan kepala keluarga dan
pendapatan rumah tangga terhadap kulitas perumahan. Saran dalam penelitian ini
adalah: 1) kepala keluarga perlu meningkatkan pendapatan rumah tangga karena
dengan pendapatan rumah tangga yang semakin baik akan diikuti oleh
peningkatan pada kualitas perumahan, 2) Kepala keluarga selayaknya
memperhatikan dan memperbaiki kualitas perumahan mereka agar kualitas
perumahan yang lebih baik dapat terwujud.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................. i
PERSETUJUAN BIMBINGAN ............................................................ ii
PENGESAHAN KELULUSAN ............................................................ iii
PERNYATAAN ..................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................... v
PRAKATA ............................................................................................. vi
SARI ....................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................... 6
1.4 Manfaat Pnelitian .................................................................... 6
1.5 Batasan Istilah ......................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Rumah, Perumahan dan Kualitas Perumahan ....... 9
2.2 Rumah Layak Huni ................................................................. 11
2.3 Kondisi Sosial dan Ekonomi .................................................. 31
2.4 Hubungan antara Kondisi Sosial dan Ekonomi terhadap
Kualitas Perumahan ................................................................ 37
2.5 Permasalahan Perumahan dan Permukiman di Indonesia ..... 42
2.6 Kajian Penelitian Sebelumnya ................................................ 44
2.7 Kerangka Berfikir ................................................................... 52
x
2.8 Hipotesis ................................................................................. 55
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Obyek Penelitian .................................................. 58
3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ............... 58
3.3 Variabel Penelitian .................................................................. 59
3.4 Rumusan Instrumen Penelitian ............................................... 62
3.5 Teknik Pengumpulan Data .................................................... 63
3.6 Tahapan Penelitian................................................................... 64
3.7 Analisis Data ........................................................................... 65
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
4.1 Hasil Penelitian ........................................................................ 70
4.2 Pembahasan ............................................................................ 119
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan .............................................................................. 135
5.2 Saran ....................................................................................... 136
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 137
LAMPIRAN ........................................................................................... 142
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Kebutuhan Luas Minimum Bangunan dan Lahan ................ 18
Tabel 2.2 Kebutuhan Pencahayaan Alami ............................................ 19
Tabel 2.3 Daftar Kajian Penelitian Sebelumnya ................................... 45
Tabel 3.1 Hubungan antar Tujuan, Varuabel, Indikator dan
Parameter .............................................................................. 62
Tabel 3.2 Kriteria Kualitas Perumahan Berdasarkan Jumlah Skor ....... 68
Tabel 3.3 Kriteria Kualitas Perumahan Berdasarkan Persentase .......... 68
Tabel 4.1 Luas Penggunaan Lahan di Desa Mranggen ......................... 73
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa
Mranggen .............................................................................. 75
Tabel 4.3 Jumlah Sarana Kesehatan di Desa Mranggen Tahun 2013 ... 77
Tabel 4.4 Jenis Kelamin Kepala Keluarga di Dusun Kedungsari dan
Dusun Salamsari ................................................................... 80
Tabel 4.5 Umur Kepala Keluarga di Dusun Kedungsari dan Dusun
Salamsari .............................................................................. 81
Tabel 4.6 Jumlah Anggota Keluarga di Dusun Kedungsari dan Dusun
Salamsari .............................................................................. 82
Tabel 4.7 Mata Pencaharian Kepala Keluarga di Dusun Kedungsari
dan Dusun Salamsari ............................................................ 83
Tabel 4.8 Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga di Dusun Kedungsari
dan Dusun Salamsari ............................................................ 84
Tabel 4.9 Pendapatan Rumah Tangga di Dusun Kedungsari dan Dusun
Salamsari .............................................................................. 85
Tabel 4.10 Status Kepemilikan Tanah di Dusun Kedungsari dan Dusun
Salamsari .............................................................................. 86
Tabel 4.11 Luas Lantai per Orang Rumah di Dusun Kedungsari dan
Dusun Salamsari ................................................................... 87
Tabel 4.12 Kekuatan Kerangka Bangunan Rumah di Dusun Kedungsari
xii
dan Dusun Salamsari ............................................................ 88
Tabel 4.13 Kamar Mandi & Kakus atau WC di Dusun Kedungsari dan
Dusun Salamsari ................................................................... 90
Tabel 4.14 Luas Ventilasi Rumah di Dusun Kedungsari dan Dusun
Salamsari .............................................................................. 91
Tabel 4.15 Pencahayaan Ruang Tamu Rumah di Dusun Kedungsari dan
Dusun Salamsari ................................................................... 93
Tabel 4.16 Pencahayaan Ruang Tidur Rumah di Dusun Kedungsari
dan Dusun Salamsari ............................................................ 94
Tabel 4.17 Jenis Lantai Rumah di Dusun Kedungsari dan Dusun
Salamsari .............................................................................. 95
Tabel 4.18 Jenis Pondasi Rumah di Dusun Kedungsari dan Dusun
Salamsari .............................................................................. 97
Tabel 4.19 Jenis Atap Rumah di Dusun Kedungsari dan Dusun
Salamsari .............................................................................. 97
Tabel 4.20 Jenis Dinding Rumah di Dusun Kedungsari dan Dusun
Salamsari .............................................................................. 98
Tabel 4.21 Lokasi Kandang Ternak di Dusun Kedungsari dan Dusun
Salamsari .............................................................................. 100
Tabel 4.22 Sumber Air Minum di Dusun Kedungsari dan Dusun
Salamsari .............................................................................. 101
Tabel 4.23 Kualitas Perumahan di Dusun Kedungsari dan Dusun
Salamsari .............................................................................. 102
Tabel 4.24 Hubungan antara Tingkat Pendidikan Formal KK terhadap
Pendapatan Rumah Tangga di Dusun Kedungsari ............. 105
Tabel 4.25 Hubungan antara Tingkat Pendidikan Formal KK terhadap
Pendapatan Rumah Tangga di Dusun Salamsari................. 106
Tabel 4.26 Hubungan antara Pendapatan Rumah Tangga terhadap
Kualitas Perumahan di Dusun Kedungsari.......................... 108
Tabel 4.27 Hubungan antara Pendapatan Rumah Tangga terhadap
Kualitas Perumahan di Dusun Salamsari ............................ 110
xiii
Tabel 4.28 Hubungan antara Status Kepemilikan Tanah terhadap
Kualitas Perumahan di Dusun Kedungsari........................... 111
Tabel 4.29 Hubungan antara Status Kepemilikan Tanah terhadap
Kualitas Perumahan di Dusun Salamsari ............................ 113
Tabel 4.30 Hasil Uji Beda Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga
di Dusun Kedungsari dan Dusun Salamsari ........................ 115
Tabel 4.31 Hasil Uji Beda Pendapatan Rumah Tangga di Dusun
Kedungsari dan Dusun Salamsari ....................................... 116
Tabel 4.32 Hasil Uji Beda Status Kepemilikan Tanah di Dusun
Kedungsari dan Dusun Salamsari ........................................ 117
Tabel 4.33 Hasil Uji Beda Kualitas Perumahan di Dusun
Kedungsari dan Dusun Salamsari ........................................ 118
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir Penelitian ............................................. 54
Gambar 4.1 Peta Administrasi Desa Mranggen Tahun 2015 ................ 71
Gambar 4.2 Peta Penggunaan Lahan Desa Mranggen Tahun 2015 ...... 74
Gambar 4.3 Peta Lokasi Penelitian ....................................................... 79
Gambar 4.4 Kekuatan Kerangka Bangunan dengan Kriteria Baik ...... 89
Gambar 4.5 Kamar Mandi dan Kakus/WC dengan Kriteria Baik ........ 90
Gambar 4.6 Kamar Mandi dan Kakus/WC dengan Kriteria Buruk ...... 91
Gambar 4.7 Luas Ventilasi dengan Kriteria Baik ................................. 92
Gambar 4.8 Pencahayaan Ruang Tamu dengan Kriteria Baik .............. 93
Gambar 4.9 Pencahayaan Ruang Tidur dengan Kriteria Baik .............. 95
Gambar 4.10 Rumah dengan Jenis Lantai Keramik ............................... 96
Gambar 4.11 Rumah dengan Jenis Lantai Plester ................................... 96
Gambar 4.12 Rumah dengan Jenis Lantai Tanah.................................... 96
Gambar 4.13 Rumah dengan Atap Genteng ........................................... 98
Gambar 4.14 Rumah dengan Jenis Dinding Tembok ............................. 99
Gambar 4.15 Rumah dengan Jenis Dinding Papan atau Kayu................ 99
Gambar 4.16 Rumah dengan Jenis Dinding Bambu ............................... 100
Gambar 4.17 Peta Sebaran Kualitas Perumahan di Desa Mranggen
Tahun 2015 ........................................................................ 103
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Kisi-kisi Panduan Dokumentasi Variabel Kondisi Sosial
dan Ekonomi ....................................................................... 143
Lampiran 2. Kisi-kisi Panduan Observasi Variabel Kualitas
Perumahan ............................................................................ 144
Lampiran 3. Lembar Instrumen Pengumpulan Data ............................... 145
Lampiran 4. Lembar Panduan Instrumen Pengumpulan Data ................ 147
Lampiran 5. Daftar Identitas Responden ................................................ 149
Lampiran 6. Daftar Hasil Penelitian Kondisi Sosial dan Ekonomi serta
Kualitas Perumahan ............................................................ 153
Lampiran 7. Descriptive Statistitics ........................................................ 158
Lampiran 8. Analisis Tabulasi Silang (Crosstab) ................................... 166
Lampiran 9. Uji Beda .............................................................................. 175
Lampiran 10. Surat Izin Penelitian.......................................................... 177
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Permasalahan kemiskinan di Indonesia sudah sangat mendesak untuk
ditangani, khususnya di wilayah yang sulit dijangkau oleh pemerintah, salah satu
ciri umum dari kondisi fisik masyarakat miskin adalah tidak memiliki akses
prasarana dan sarana dasar lingkungan yang memadai, dengan kualitas perumahan
dan permukiman yang jauh di bawah standar kelayakan, serta mata pencahariaan
yang tidak menentu. Masalah kemiskinan merupakan masalah pokok nasional
yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dengan dalih apapun dan harus
menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial
dan sampai pada saat sekarang ini masih banyak masyarakat yang berada di
bawah garis kemiskinan. Kemiskinan menjadi salah satu masalah sosial yang
menjadi ukuran terpenting untuk mengetahui tingkat kesejahteraan suatu rumah
tangga. Sebagai suatu ukuran agregat, tingkat kemiskinan disuatu wilayah lazim
digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan diwilayah tersebut. Kemiskinan
merupakan tema utama dalam pembangunan. Keberhasilan dan kegagalan
pembangunan acapkali diukur berdasarkan perubahan pada tingkat kemiskinan.
Kebutuhan pokok merupakan kebutuhan yang sangat mendasar, meliputi
sandang, pangan dan papan. Sesuai pasal 28 H Ayat 1 Undang-undang Dasar
Tahun 1945 Amandemen II menetapkan bahwa “setiap orang berhak hidup
sejahtera lahir batin, bertempat tinggal, dan mendapat lingkungan hidup yang baik
2
dan sehat, serta berhak memperoleh pelayanan kegiatan.” (Perdana, dalam
http://ejournal.pin.or.id, diakses 07 Desember 2014).
Berdasarkan data dari Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Provinsi
Jawa Tengah, di Kabupaten Magelang pada tahun 2013 terdapat sekitar 21.230
rumah masuk tipe A (kondisi baik), 5.751 rumah masuk tipe B (kondisi sedang),
dan 3.004 rumah masuk tipe C (kondisi buruk/rumah tidak layak huni).
Pemerintah Kabupaten Magelang terus berupaya meningkatkan kualitas
perumahan bagi penduduk miskin. Hal ini terlihat dari jumlah rumah yang dipugar
setiap tahunnya. Pada tahun 2011 terdapat 11 unit rumah tidak layak huni berhasil
dipugar, tahun 2012 terdapat 363 unit, pada tahun 2013 sejumlah 553 unit,
kemudian pada tahun 2014, 709 unit rumah tidak layak huni berhasil dipugar. Hal
ini menunjukkan program pemugaran rumah tidak layak huni setiap tahunnya
mengalami peningkatan.
Menurut Undang-undang Nomor 01 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman, rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai
tempat tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan
martabat penghuninya, serta aset bagi pemiliknya. Setiap orang berhak hidup
sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup
yang baik dan sehat, yang merupakan kebutuhan dasar manusia, dan yang
memiliki peran yang sangat strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian
bangsa sebagai salah satu upaya membangun manusia Indonesia seutuhnya,
berjati diri, mandiri, dan produktif.
3
Menurut Suhendi dan Syawie (2012), rumah merupakan salah satu jenis
kebutuhan jasmani atau kebutuhan yang bersifat material yang memerlukan
pemenuhan, karena merupakan salah satu aspek kesejahteraan sosial. Hal ini
berarti, bahwa pemenuhan kebutuhan rumah berpengaruh terhadap derajat
kesejahteraan masyarakat. Apabila kebutuhan rumah ini tidak dapat terpenuhi,
maka masyarakat tersebut akan mengalami gangguan atau hambatan dalam
melaksanakan fungsi sosialnya.
Pemenuhan kebutuhan rumah sebagai kebutuhan jasmani tidak terbatas
pada fungsi fisik, yaitu melindungi orang-orang didalamnya dari ancaman dan
gangguan yang berasal dari luar rumah, seperti panas, angin, hujan, dan gangguan
keamanan. Rumah sesungguhnya memiliki fungsi non fisik, yaitu tempat yang
menjamin kelangsungan hidup atau reproduksi, pelembagaan nilai, norma, dan
pengembangan pola relasi sosial atau sosialisasi, memberikan rasa damai,
nyaman, tentram, dan meningkatkan harkat dan martabat. Rumah juga memiliki
nilai strategis dalam kehidupan penghuninya. Berdasarkan hal tersebut, setiap
keluarga selalu berupaya untuk memiliki rumah, meskipun secara obyektif belum
seluruh keluarga dapat mewujudkan keinginannya.
Kenyataanya, untuk mewujudkan rumah yang memenuhi persyaratan
tersebut bukanlah hal yang mudah. Perwujudan memiliki rumah yang layak huni
tersebut dipengaruhi oleh kondisi sosial dan ekonomi suatu masyarakat. Misalnya
semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin memungkinkan
seseorang tersebut memperoleh pendapatan yang semakin tinggi. Hal ini akan
berdampak pada kepemilikan rumah yang layak huni. Seseorang yang memiliki
4
pedapatan tinggi akan lebih mudah untuk mewujudkan rumah yag layak huni,
sedangkan untuk masyarakat yang memilki pendapatan rumah tangga rendah
untuk memenuhi parsyaratan rumah yang layak huni mereka akan merasa
kesulitan.
Selain pendapatan, status kepemilikan tanah juga dapat mempengaruhi
kondisi rumah suatu masyarakat. Masyarakat yang memiliki tanah dengan status
hak milik diasumsikan akan memiliki rumah dengan kualitas yang lebih baik
dibandingkan dengan tanah yang statusnya menyewa atau turun temurun. Tanpa
kejelasan tentang status kepemilikan tanah, seseorang atau keluarga akan merasa
tidak aman sehingga akan mengurangi minat mereka untuk meningkatkan kualitas
rumahnya.
Permasalahan perumahan tidak layak huni yang disebabkan oleh
kemiskinan ini juga terjadi di Desa Mranggan, Kecamatan Srumbung. Menurut
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Desa Mranggen merupakan
wilayah desa yang berada dalam zona ancaman Gunung Merapi yang meliputi
radius 15 km dari kawah. Terdapat 3 desa di Kecamatan Srumbung yang masih
berada di bawah garis kemiskinan, diantaranya yaitu Desa Mranggen, Bringin dan
Kradinan. Ketiga desa tersebut yang paling rendah tingkat ekonominya yaitu Desa
Mranggen, terdiri dari 14 dusun, dusun termiskin yaitu Dusun Kedungsari dan
yang paling tinggi tingkat ekonominya yaitu Dusun Salamsari. Dusun Kedungsari
terdiri dari 64 kepala keluarga (KK) dan yang memperoleh raskin sejumlah 25
KK, sedangkan untuk Dusun Salamsari terdiri dari 254 KK yang memperoleh
5
raskin sejumlah 61 KK. Mayoritas mata pencaharian penduduk di kedua dusun
tersebut adalah sebagai penambang pasir (Monografi Desa Mranggen, 2014).
Kondisi ini berpengaruh terhadap kualitas perumahan di dusun tersebut.
Kemiskinan menjadi hambatan bagi masyarakat untuk memiliki rumah yang layak
huni. Terbatasnya kemampuan ekonomi penduduk ini menghambat masyarakat
untuk membeli rumah sehingga untuk masyarakat yang berpenghasilan rendah
tidak dapat memperoleh dan menikmati rumah yang layak. Pertumbuhan
penduduk yang tinggi juga berpengaruh terhadap kualitas perumahan.
Kualitas perumahan merupakan bagian dari objek material geografi, yaitu
segala sesuatu yang dipelajari kaitannya dengan fenomena geosfer yang terdapat
dan terjadi di lapisan antroposfer. Lapisan antroposfer merupakan lapisan yang
menitikberatkan kepada manusia serta aktivitasnya di permukaan bumi. Manusia
di permukaan bumi memiliki berbagai macam adat dan budayanya, hal ini
mengakibatkan interaksi antara masyarakat yang berbeda. Masyarakat memiliki
keahlian yang berbeda-beda pula sehingga terjadi saling membutuhkan.
Masyarakat juga menempati tempat yang berbeda-beda kondisi alam dan
sumberdayanya. Kitannya dengan kualitas perumahan sumberdaya disini adalah
manusia sebagai seseorang yang dapat mewujudkan rumah yang layak huni.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul “Kualitas Perumahan di Desa Mranggen,
Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang”.
6
1.2. Rumusan Masalah
Pertumbuhan penduduk yang semakin bertambah dan kondisi ekonomi
masyarakat yang rendah merupakan salah satu faktor penentu kualitas perumahan.
Sehingga akhirnya dapat ditarik beberapa rumusan masalah, diantaranya:
1. Bagaimana kondisi sosial dan ekonomi masyarakat di Desa Mranggen?
2. Bagaimana kualitas perumahan di Desa Mranggen?
3. Bagaimana hubungan antara kondisi sosial dan ekonomi masyarakat terhadap
kualitas perumahan di Desa Mranggen?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian yang dilakukan menghasilkan beberapa tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana kondisi sosial dan ekonomi masyarakat di Desa
Mranggen.
2. Untuk mengukur bagaimana kualitas perumahan di Desa Mranggen.
3. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara kondisi sosial dan ekonomi
masyarakat terhadap kualitas perumahan di Desa Mranggen.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan menghasilkan beberapa manfaat, yaitu
manfaat teoritis dan manfaat praktis.
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi
peneliti sendiri maupun peneliti lain dalam kajian yang berkaitan dengan
7
kualitas perumahan, serta dapat dijadikan sebagai bentuk sumbangsih
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya Geografi.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
masukan informasi kepada pemerintah dan dinas terkait di Kabupaten
Magelang sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan dalam
pengadaan program perumahan yang layak huni bagi warga miskin serta
mampu memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang pentingnya
rumah layak huni.
1.5. Batasan Istilah
Upaya untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai permasalahan yang
ada dalam penelitian ini, maka perlu adanya batasan istilah yang berkaitan dengan
judul yang telah ditetapkan. Beberapa istilah yang perlu diberikan batasan adalah
sebagai berikut.
1. Hubungan adalah keadaan yang berhubungan atau ada sangkut-pautnya antara
satu hal dengan hal yang lain yang mungkin saling mempengaruhi. Hubungan
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hubungan antara tingkat pendidikan
kepala keluarga terhadap kualitas perumahan, hubungan antara pendapatan
rumah tangga terhadap kualitas perumahan, dan hubungan antara status
kepemilikan tanah terhadap kualitas perumahan.
2. Kualitas perumahan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kondisi
perumahan yang diukur berdasarkan kualitas rumah yang layak huni.
8
3. Rumah layak huni adalah rumah yang memenuhi persyaratan keselamatan
bangunan dan kecukupan minimum luas bangunan serta kesehatan
penghuninya. Rumah layak huni dalam penelitian ini adalah rumah yang
memiliki kriteria seperti yang tercantum dalam Surat Edaran Gubernur Jawa
Tengah tanggal 28 Mei tahun 2014 dan Peraturan Menteri Negara Perumahan
Rakyat Nomor 22 Tahun 2008 yaitu kriteria pemenuhan persyaratan
keselamatan bangunan, menjamin kesehatan, mencukupi kecukupan luas
minimum, infrastruktur dan lingkungan. Komponennya adalah lantai, pondasi,
atap, dinding, lokasi kandang ternak, sumber air minum, luas lantai, kekuatan
rangka bangunan, MCK, luas ventilasi, pencahayaan ruang tamu dan
pencahayaan ruang tidur.
4. Kondisi sosial dan ekonomi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan
pemenuhan kebutuhan masyarakat, antara lain sandang, pangan, perumahan,
pendidikan, kesehatan, dan lain-lain. Pemenuhan kebutuhan tersebut berkaitan
dengan pendapatan. Kondisi sosial dalam penelitian ini meliputi tingkat
pendidikan formal kepala keluarga. Kondisi ekonomi meliputi status
kepemilikan tanah dan pendapatan rumah tangga yaitu meliputi pendapatan
suami dan istri baik itu pendapatan pokok maupun pendapatan sampingan yang
diperoleh dari hasil bekerja selama 1 bulan.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kajian pustaka dalam penelitian ini memiliki tujuan sebagai kerangka
acuan yang disusun berdasarkan kajian berbagai aspek baik secara teoritis maupun
empiris. Kajian pustaka ini dimaksudkan untuk menghubungkan penelitian ini
dengan literatur-literatur yang ada.
2.1. Pengertian Rumah, Perumahan dan Kualitas Perumahan
2.1.1 Pengertian Rumah
Menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman, rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai
tempat tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan
martabat penghuninya, serta aset bagi pemiliknya. Menurut Undang-undang
Nomor 1 Tahun 2011, rumah tidak hanya berfungsi tempat tinggal dan saran
pembinaan keluarga namun juga sebagai cerminan harkat dan martabat
penghuninya, serta aset bagi pemiliknya.
Jenis-jenis rumah berdasarkan pelaku pembangunan dan penghunian meliputi:
1. Rumah komersial adalah rumah yang diselenggarakan dengan tujuan
mendapatkan keuntungan,
2. Rumah swadaya adalah rumah yang dibangun atas prakarsa dan upaya
masyarakat,
3. Rumah umum adalah rumah yang diselenggarakan untuk memenuhi
kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah,
10
4. Rumah khusus adalah rumah yang diselenggarakan untuk memenuhi
kebutuhan khusus,
5. Rumah Negara adalah rumah yang dimiliki negara dan berfungsi sebagai
tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga serta penunjang
pelaksanaan tugas pejabat dan/atau pegawai negeri.
2.1.2 Pengertian Perumahan
Berdasarkan Undang-undang Nomor 01 Tahun 2011 tentang Permukiman
dan Perumahan, perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari
permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan
prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang
layak huni. Undang-undang Nomor 01 Tahun 2011, perumahan sebagai bagian
dari permukiman dan sebagai hasil dari upaya pemenuhan rumah yang layak
huni.
Menurut Kemam dalam Rizka (2010), perumahan didefinisikan sebagai
kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau hunian
yang dilengkapi dengan prasarana lingkungan yaitu kelengkapan dasar fisik
lingkungan misalnya penyediaan air minum, pembuangan sampah, listrik, telepon,
jalan, yang memungkinkan lingkungan pemukiman berfungsi sebagaimana
mestinya dan sarana lingkungan yaitu fasilitas penunjang yang berfungsi untuk
penyelenggaraan serta pengembangan kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya,
seperti fasilitas taman bermain, olah raga, pendidikan, pertokoan, sarana
perhubungan, keamanan, serta fasilitas umum lainnya.
11
2.1.3 Pengertian Kualitas Perumahan
Kualitas perumahan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kondisi
perumahan yang diukur berdasarkan kualitas rumah yang layak huni. Rumah
layak huni merupakan rumah yang memenuhi persyaratan keselamatan bangunan
dan kecukupan minimum luas bangunan serta kesehatan penghuninya. Rumah
layak huni dalam penelitian ini adalah rumah yang memiliki kriteria seperti yang
tercantum dalam Surat Edaran Gubernur Jawa Tengah tanggal 28 Mei tahun 2014
dan Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 22 Tahun 2008 yaitu
kriteria pemenuhan persyaratan keselamatan bangunan, menjamin kesehatan,
mencukupi kecukupan luas minimum, infrastruktur dan lingkungan.
Komponennya adalah lantai, pondasi, atap, dinding, lokasi kandang ternak,
sumber air minum, luas lantai, kekuatan rangka bangunan, MCK, luas ventilasi,
pencahayaan ruang tamu dan pencahayaan ruang tidur.
2.2. Rumah Layak Huni
Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 22 Tahun 2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Perumahan Rakyat Daerah Provinsi
dan Daerah Kabupaten/Kota mendefinisikan rumah layak huni adalah rumah yang
memenuhi persyaratan keselamatan bangunan dan kecukupan minimum luas
bangunan serta kesehatan penghuninya. Kriteria rumah layak huni meliputi:
12
Memenuhi persyaratan keselamatan bangunan
1. Ketentuan Struktur Bawah (Pondasi)
a. Pondasi harus ditempatkan pada tanah yang mantap, yaitu ditempatkan pada
tanah keras, dasar pondasi diletakkan lebih dalam dari 45 cm dibawah
permukaan tanah,
b. Seluruh badan pondasi harus tertanam dalam tanah,
c. Pondasi harus dihubungkan dengan balok pondasi atau sloof, baik pada
pondasi setempat maupun pondasi menerus,
d. Balok pondasi harus diangkerkan pada pondasinya, dengan jarak angker
setiap 1,50 m dengan baja tulangan diameter 12 mm,
e. Pondasi tidak boleh diletakkan terlalu dekat dengan dinding tebing, untuk
mencegah longsor, tebing diberi dinding penahan yang terbuat dari
pasangan atau turap bambu maupun kayu.
2. Struktur Tengah
Ketentuan struktur tengah:
a. Bangunan harus menggunakan kolom sebagai rangka pemikul, dapat terbuat
dari kayu, beton bertulang, atau baja,
b. Kolom harus diangker pada balok pondasi atau ikatannya diteruskan pada
pondasinya,
c. Pada bagian akhir atau setiap kolom harus diikat dan disatukan dengan
balok keliling atau ring balok dari kayu, beton bertulang atau baja,
d. Rangka bangunan (kolom, ring balok, dan sloof) harus memiliki hubungan
yang kuat dan kokoh,
13
e. Kolom atau tiang kayu harus dilengkapi dengan balok pengkaku untuk
menahan gaya lateral gempa,
f. Pada rumah panggung antara tiang kayu harus diberi ikatan diagonal.
3. Struktur Atas
Ketentuan struktur atas sebagai berikut.
a. Rangka kuda-kuda harus kuat menahan beban atap,
b. Rangka kuda-kuda harus diangker pada kedudukan (pada kolom atau ring
balok),
c. Pada arah memanjang atap harus diperkuat dengan menambah ikatan angin
diantara rangka kuda-kuda.
4. Menjamin Kesehatan
a. Kecukupan pencahayaan rumah layak huni manimal 50% dari dinding yang
berhadapan dengan ruang terbuka untuk ruang tamu dan minimal 10% dari
dinding yang berhadapan dengan ruang terbuka untuk ruang tidur,
b. Kecukupan penghawaan rumah layak huni minimal 10% dari luas lantai,
c. Penyediaan sanitasi minimal 1 kamar mandi dan jamban didalam atau luar
bangunan rumah dan dilengkapi bangunan bawah septiktank atau dengan
sanitasi komunal.
5. Memenuhi kecukupan luas minimum
Luas minimal rumah layak huni antara 7,2 m2/orang sampai dengan 12
m2/orang dengan fungsi utama sebagai hunian yang terdiri dari ruang
serbaguna/ruang tidur dan dilengkapi dengan kamar mandi.
14
Berdasarkan surat edaran Gubernur Provinsi Jawa Tengah tanggal 26 Mei
Tahun 2014 kriteria rumah layak huni dan rumah tidak layak huni terdapat 3
kriteria, yaitu kriteria infrastruktur, kriteria lingkungan dan kriteria syarat
pendukung. Kriteria-kriteria ini diperoleh dari hasil penggabungan kriteria rumah
layak huni dari Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Kementrian Sosial,
dan Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang, dari ketiga kriteria tersebut terdapat
beberapa komponen yaitu:
1. Kriteria infrastruktur
a. Lantai,
b. Pondasi,
c. Atap,
d. Dinding,
e. Lokasi Kandang Ternak,
f. Sumber Air Minum.
2. Kriteria lingkungan
Fasilitas buang air besar.
3. Kriteria syarat pendukung
Bukti kepemilikan tanah/bangunan.
Menurut Sabarrudin (2003), terdapat 3 aspek dalam penentuan standar minimal
rumah yaitu meliputi kebutuhan rumah masa, kebutuhan minimal ruang dan
kebutuhan minimal kenyamanan bangunan.
15
1. Kebutuhan Minimal Masa (Penampilan)
Penerapan kebijakan pembangunan rumah sederhana (RS)/rumah
sederhana sehat (RSS) saat ini masih menyimpan berbagai macam
permasalahan, yang secara garis besar adalah sebagai berikut:
a. RS/RSS merupakan rumah jadi yang secara tidak langsung mengekang
keleluasaan penghuni memenuhi kebutuhan dasarnya yaitu kebutuhan untuk
mengungkapkan jati dirinya,
b. Untuk memenuhi kebutuhan pengungkapan jati diri pada tahun kedua
sampai ketiga, umumnya pemilik RS/RSS cenderung melakukan perubahan
berupa penambahan maupun pembongkaran bangunannya. Akibat investasi
yang telah dikeluarkan hilang. Di samping itu perubahan RS/RSS
kurang/tidak memperhatikan kaidah-kaidah perencanaan rumah sehat,
c. Penyeragaman dari segi bentuk rumah, terutama pada facade dan bahan
bangunan yang digunakan seringkali berbenturan dengan kondisi setempat
(lokal). Penyeragaman ini seringkali kurang/tidak memperhatikan potensi
bahan bangunan dan kekhasan budaya, sehingga berakibat harga jual
menjadi lebih tinggi dan meningkatkan prosentase perubahan atau
pembongkaran, mengingat belum terpenuhinya kebutuhan maupun belum
sesuai dengan pakem yang dianutnya.
Upaya mengantisipasi permasalahan tersebut diatas, diperlukan suatu
perencanaan/perancangan RS/RSS, dengan memperhatikan tuntutan-
tuntutan sebagai berikut:
16
1) Mampu memberikan keleluasaan pemilik untuk melakukan
pengembangan sesuai dengan kebutuhan, tanpa melakukan banyak
pembongkaran sehingga dapat ditekan seminimal mungkin kerugian
terhadap investasi yang telah dikeluarkan,
2) Mampu mengantisipasi terjadinya pengembangan yang dilakukan
penghuni, sehingga pada saat pelaksanaannya dengan biaya murah,
mudah dan memenuhi kaidah-kaidah perencanaan rumah sehat,
3) Mampu mewadahi kebutuhan dasar manusia akan tempat tinggal dengan
tersedianya ruangan untuk tidur, kamar mandi/kakus dan ruangan
serbaguna atau ruang terbuka yang multi fungsi.
Pada akhirnya bila seluruh kaidah-kaidah di atas terpenuhi maka
akan didapat suatu lingkungan permukiman yang harmonis, antara satu
rumah dengan rumah yang lainnya masing-masing memiliki ciri sendiri
namun tetap memiliki kesamaan yang mengikat dan memberikan citra atau
jati diri dari lingkungan secara keseluruhan.
2. Kebutuhan Minimal Ruang (Luar-Dalam)
Kebutuhan ruang per orang dihitung berdasarkan aktivitas dasar
manusia dalam kegiatannya di rumah. Aktivitas seseorang tersebut meliputi
aktivitas tidur, kerja, makan, duduk, mandi, kakus, cuci dan masak serta ruang
gerak didalamnya. Adapun rincian ruang tersebut dapat dilihat pada
perhitungan dibawah ini.
Aktivitas tidur 0,80 x 2.00 = 1,60
Aktivitas makan 1,50 x 0,90 = 1,35
17
Kerja 1,50 x 0,90 = 1,35
Aktivitas istirahat/duduk 1,50 x 0,90 = 1,35
Aktivitas mandi 0,60 x 1,80 = 1,08
Aktivitas masak 0,60 x 1,80 = 1,08
Aktivitas MCK 0,6 x 1,80 = 1,08
Total kebutuhan ruang per orang = 8,89 m2
Dibulatkan = 9,00 m2
(Sabarrudin, 2003:170)
Hasil perhitungan aktivitas berdasarkan ergonomi ukuran badan rata-
rata masyarakat Indonesia maka didapatkan kebutuhan ruang per orang adalah
9 m2. Perhitungan di atas termasuk ruang gerak dan perabot untuk mendukung
aktivitasnya. Rumah sederhana sehat yang akan dihuni harus memungkinkan
penghuni untuk dapat hidup sehat, dan menjalankan kegiatan hidup sehari-hari
secara layak. Kebutuhan minimum ruangan pada rumah sederhana sehat,
berdasarkan perhitungan perencanaan untuk rumah tidak bertingkat
memperhatikan beberapa ketentuan sebagai berikut:
a. Kebutuhan luas per jiwa,
b. Kebutuhan luas per KK,
c. Kebutuhan luas bangunan per kapita KK,
d. Kebutuhan luas lahan per unit bangunan.
18
Tabel 2.1 Kebutuhan Luas Minimum Bangunan dan Lahan
Standar
per jiwa (m2)
Luas (m2) untuk 3 Jiwa Luas (m
2) untuk 4 Jiwa
Unit Rumah Lahan (L) Unit Rumah Lahan(L)
60% x L 100 % 60 x L 100 %
(Ambang)
7,2 21,6/7 36,0 28,8 48
(Indonesia)
9,0 27,0/9 45,0 36,0 60,0
(Internasional)
12,0 36,0/12 60,0 48,0 80,0
Sumber: Sabarrudin, (2003:171)
3. Kebutuhan Minimal Kenyamanan Bangunan
Rumah sebagai tempat tinggal yang memenuhi syarat kesehatan dan
kenyamanan dipengaruhi oleh 3 (tiga) aspek, yaitu pencahayaan, penghawaan,
serta suhu udara dan kelembaban dalam ruangan. Aspek-aspek tersebut
merupakan dasar atau kaidah perencanaan rumah sehat dan nyaman.
a. Pencahayaan
Matahari sebagai potensi terbesar yang dapat digunakan sebagai
pencahayaan alami pada siang hari. Pencahayaan yang dimaksud adalah
penggunaan terang langit, dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Cuaca dalam keadaan cerah dan tidak berawan,
2) Ruangan kegiatan mendapatkan cukup banyak cahaya,
3) Ruangan kegiatan mendapatkan distribusi cahaya secara merata.
Kualitas pencahayaan alami siang hari yang masuk ke dalam
ruangan ditentukan oleh:
1) Kegiatan yang membutuhkan daya penglihatan (mata),
2) Lamanya waktu kegiatan yang membutuhkan daya penglihatan (mata),
19
3) Tingkat atau gradasi kekasaran dan kehalusan jenis pekerjaan,
4) Lubang cahaya minimum sepersepuluh dari luas lantai ruangan,
5) Sinar matahari langsung dapat masuk ke ruangan minimum 1 (satu) jam
setiap hari,
6) Cahaya efektif dapat diperoleh dari jam 08.00 sampai dengan jam 16.00.
Tabel 2.2 Kebutuhan Pencahayaan Alami
Jenis Ruang fl min. fl min. TUS Keterangan
Keluarga 0,35d = 0,70 0,16d = 0,32 fl = faktor langit
TUNDANG-
UNDANG = Titik
Ukur Utama TUS =
Titik Ukur Sisi
Kerja 0,35d = 0,70 0,16d = 0,32
Dapur 0,18d = 0,36 0,05d = 0,10
Tidur 0,20d = 0,40 0,20d = 0,40
Sumber: Sabarrudin, (2003:173)
Berdasarkan nilai faktor langit yang diperoleh, lubang cahaya untuk
jendela pada bangunan Rumah Inti Tumbuh dapat digunakan sebagai
ruangan keluarga, kerja, tidur, dan dapur. Nilai faktor langit tersebut akan
sangat ditentukan oleh kedudukan lubang cahaya dan luas lubang cahaya
pada bidang atau dinding ruangan. Semakin lebar bidang cahaya (L), maka
akan semakin besar nilai faktor langitnya. Tinggi ambang bawah bidang
bukaan (jendela) efektif antara 70 – 80 cm dari permukaan lantai ruangan.
Nilai faktor langit minimum dalam ruangan pada siang hari tanpa
bantuan penerangan buatan, akan sangat dipengaruhi oleh:
1) Tata letak perabotan rumah tangga, seperti lemari, meja tulis atau meja
makan,
2) Bidang pembatas ruangan, seperti partisi, tirai masif.
20
b. Penghawaan
Udara merupakan kebutuhan pokok manusia untuk bernafas
sepanjang hidupnya. Udara akan sangat berpengaruh dalam menentukan
kenyamanan pada bangunan rumah. Kenyamanan akan memberikan
kesegaran terhadap penghuni dan terciptanya rumah yang sehat, apabila
terjadi pengaliran atau pergantian udara secara kontinyu melalui ruangan-
ruangan, serta lubang-lubang pada bidang pembatas dinding atau partisi
sebagai ventilasi.
Penghawaan dapat dilakukan secara alami dan buatan. Cara alami
dengan memanfaatkan pergerakan udara atau angin yang disebabkan oleh
perbedaan suhu dan tekanan udara alam sekitarnya. Cara buatan adalah
mengkondisikan udara dalam ruangan dengan menggunakan tenaga
mekanikal-elektrikal atau air conditioning.
Persyaratan penghawaan sesuai dengan Keputusan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 20/KPTS/1986 tentang Pedoman Teknik
Pembangunan Perumahan Sederhana Tidak Bersusun, dan buku Manual of
Housing, Planning and Design Criteria. Agar diperoleh kesegaran udara
dalam ruangan dengan cara penghawaan alami, maka dapat dilakukan
dengan memberikan atau mengadakan peranginan silang (ventilasi silang)
dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Lubang penghawaan minimal 5% dari luas lantai ruangan,
2) Udara yang mengalir masuk sama dengan volume udara yang mengalir
keluar ruangan,
21
3) Udara yang masuk tidak berasal dari asap dapur atau bau kamar
mandi/WC.
Khususnya untuk penghawaan ruangan dapur dan kamar mandi/WC,
maka diperlukan peralatan bantu elektrikal-mekanikal seperti blower atau
exhaust fan, dengan ketentuan sebagai berikut.
1) Lubang penghawaan keluar tidak mengganggu kenyamanan bangunan
disekitarnya,
2) Lubang penghawaan keluar tidak mengganggu kenyamanan ruangan
kegiatan dalam bangunan seperti: ruangan keluarga, tidur, tamu dan
kerja.
c. Suhu udara dan kelembaban
Rumah dinyatakan sehat dan nyaman, apabila suhu udara dan
kelembaban udara ruangan sesuai dengan suhu tubuh manusia normal. Suhu
udara dan kelembaban ruangan sangat dipengaruhi oleh penghawaan dan
pencahayaan. Penghawaan yang kurang atau tidak lancar akan menjadikan
ruangan terasa pengap atau sumpek dan akan menimbulkan kelembaban
tinggi dalam ruangan.
Pengaturan suhu udara dan kelembaban normal untuk ruangan dan
penghuni dalam melakukan kegiatannya, perlu memperhatikan:
1) Keseimbangan penghawaan antara volume udara yang masuk dan
keluar,
2) Pencahayaan yang cukup pada ruangan dengan perabotan tidak
bergerak,
22
3) Menghindari perabotan yang menutupi sebagian besar luas lantai
ruangan.
d. Kebutuhan Minimal Keamanan dan Keselamatan
Pada dasarnya bagian-bagian struktur pokok untuk bangunan rumah
tinggal sederhana adalah: pondasi, dinding (dan kerangka bangunan), atap
serta lantai. Pada bagian-bagian lantai seperti plafond, talang dan
sebagainya merupakan estetika struktur bangunan saja.
1) Pondasi
Secara umum sistim pondasi yang memikul beban kurang dari
dua ton (beban kecil) yang biasa digunakan untuk rumah-rumah
sederhana dapat dikelompokkan kedalam tiga sistem pondasi, yaitu:
pondasi langsung, pondasi setempat, dan pondasi tidak langsung. Sistem
pondasi yang digunakan pada Rumah Inti Tumbuh (RIT) dan
pengembangannya ini adalah sistem pondasi setempat dari bahan
pasangan batu kali atau pasangan beton tanpa tulangan dan sistem
pondasi tidak langsung dari bahan kayu ulin dan galam.
Pondasi dari batu kali atau pas beton tanpa tulangan digunakan
untuk rumah tinggal yang dibangun didaerah yang memiliki kondisi
tanah kering dengan tegangan tanah σtnh ≥ 0.5 kg/cm2, sedangkan untuk
daerah-daerah yang memiliki kondisi tanah lembek dengan σtnh ≤ 0.5
kg/cm2 maka pondasi yang digunakan adalah pondasi tidak langsung
yaitu pondasi yang mengandalkan friksi antara tiang dengan tanah.
Rumah sederhana biasanya tiang pondasi ini digapit oleh kayu galam
23
bentuk penampang bulat berdiameter minimal 8 cm yang disebut dengan
kalang, kalang ini berada kurang lebih 30 cm dibawah tanah. Pondasi
seperti ini biasa disebut pondasi tiang kaca puri dan selalu digunakan
untuk rumah tinggal yang dibangun didaerah pasang surut atau tanah
gambut atau disuatu lahan yang memiliki muka air tanah yang dangkal
sehingga tanah terlalu basah.
Pondasi setempat ini dapat digunakan dengan ketentuan: kolom-
kolom pemikul beban harus diletakkan pada pusat pondasi, posisi kuda-
kuda harus tepat pada pusat garis kerja pondasi, bentang sloof maksimum
3 (tiga) meter, dan setiap pertemuan dinding harus berada di atas pondasi.
2) Dinding
Badan dinding yang digunakan untuk RIT dan pertumbuhannya
adalah batako, papan, dan setengah batako dan setengah papan
tergantung pada potensi bahan yang dominan pada daerah di mana rumah
ini akan dibangun. Ukuran batako yang digunakan adalah 40 x 20 10 cm
pejal tanpa lubang dengan mutu atau kuat tekan minimum 85 kg/cm2.
Dinding papan harus dipasang pada kerangka yang kokoh, untuk
kerangka dinding digunakan kayu berukuran 5/7 dengan jarak maksimum
100 cm. Kayu yang digunakan baik untuk papan dan balok adalah kayu
kelas II yang diawetkan, apabila untuk kerangka digunakan kayu balok
berukuran 5/10 maka jarak tiang rangka ini dapat diambil 150 cm. Begitu
juga untuk papan yang digunakan untuk dinding adalah papan dengan
ketebalan minimal 2 cm setelah diserut dan sambungan dibuat alur lidah.
24
Ring balok dan kolom dibuat dari kayu balok berukuran 5/10,
dengan hubungan antara kolom dengan ring balok dilengkapi dengan
sekur-sekur dari kayu 5/10 dan panjang sekur maksimum 50 cm.
3) Kerangka bangunan
Rangka dinding untuk rumah tembok dibuat dari struktur beton
bertulang. Untuk rumah dengan setengah tembok menggunakan setengah
rangka dari beton bertulang dan setengah dari rangka kayu. Untuk rumah
kayu tidak panggung meskipun rangka dinding menggunakan kayu
namun untuk sloof menggunakan beton bertulang. Sedangkan rumah
kayu panggung seluruhnya menggunakan kayu baik rangka bangunan
maupun dinding dan pondasinya.
Rumah sehat diartikan sebagai tempat berlindung atau bernaung dan
tempat untuk beristirahat, sehingga menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik
fisik, rohani maupun sosial. Menurut Ditjen Cipta Karya syarat yang harus
dimiliki rumah sehat adalah:
1. Memenuhi segi kesehatan, artinya bagian-bagian rumah yang mempengaruhi
kesehatan keluarga hendaknya dipersiapkan dengan baik terutama a)
penerangan dan peranginan dalam setiap ruang harus cukup, b) penyediaan air
bersih, c) pengaturan pembuangan air limbah dan sampah sehingga tidak
menimbulkan pencemaran, d) bagian-bagian ruang seperti lantai dan dinding
tidak lembab, e) tidak terpengaruh pencemaran seperti bau, rembesan air kotor,
udara kotor, dan sebagainya,
25
2. Memenuhi segi kekuatan bangunan, artinya bagian-bagian dari bangunan
rumah mempunyai konstruksi dan bahan bangunan yang dapat dijamin
keamanannya, seperti a) konstruksi bangunan yang cukup kuat, baik untuk
menahan beratnya sendiri maupun pengaruh luar seperti angin, hujan, gempa,
dan lain-lain, b) pemakaian bahan bangunan yang bisa dijamin keawetan dan
kemudahan dalam pemeliharaanya, dan c) penggunaan bahan tahan api untuk
bagian yang mudah terbakar, dan bahan tahan air untuk bagian yang selalu
basah,
3. Memperhatikan segi kenyamanan, agar keluarga dapat tinggal dengan nyaman
dan dapat melakukan kegiatan dengan mudah, diperlukan a) penyediaan ruang
yang sesuai dengan kegiatan penghuni didalamnya, c) penataan ruangan yang
cukup baik, d) dekorasi dan warna ruang yang serasi, dan e) penghijauan
halaman diatur sesuai kebutuhan,
4. Memenuhi segi keterjangkauan. Hendaknya ruang diperoleh, diperlengkapi,
dan dipelihara dengan dana yang sesuai dengan kemampuan pendapatan
keluarga.
Rumah sebagai tempat tinggal yang layak huni dapat menyediakan kondisi
hidup yang layak dan sehat bagi manusia tentunya memiliki komponen rumah
yang sesuai dengan syarat umum rumah sehat dan layak huni. Komponen rumah
yang dinilai dalam penelitian ini dilihat dari kriteria pemenuhan persyaratan
keselamatan bangunan, menjamin kesehatan, mencukupi kecukupan luas
minimum, infrastruktur dan lingkungan.
26
1. Memenuhi persyaratan keselamatan bangunan
Persyaratan keselamatan bangunan dalam penelitian ini diukur
berdasarkan kekuatan kerangka bangunan suatu rumah. Bangunan yang baik
harus menggunakan kolom sebagai rangka pemikul, dapat terbuat dari kayu,
beton bertulang, atau baja serta untuk rangka bangunan (kolom, ring balok, dan
sloof) harus memiliki hubungan yang kuat dan kokoh (Peraturan Menteri
Negara Perumahan Rakyat Nomor 22 Tahun 2008).
2. Menjamin kesehatan
a. Pencahayaan
Cahaya yang cukup untuk penerangan ruang didalam rumah
merupakan kebutuhan kesehatan manusia. Penerangan yang cukup baik
diperlukan dalam ruang kediaman agar orang dapat leluasa melakukan
kegiatan rumah tangga yang lazim tanpa merusak kesehatan mata.
Kurangnya pencahayaan akan menimbulkan beberapa akibat pada mata,
kenyamanan dan sekaligus produktivitas seseorang (Kasjono, 2011:24).
Kecukupan pencahayaan rumah layak huni manimal 50% dari
dinding yang berhadapan dengan ruang terbuka untuk ruang tamu dan
minimal 10% dari dinding yang berhadapan dengan ruang terbuka untuk
ruang tidur (Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 22 Tahun
2008).
1) Pencahayaan alam
Pencahayaan alam diperoleh dengan masuknya sinar matahari
kedalam ruangan melalui jendela, celah-celah dan bagian-bagian
27
bangunan yang terbuka. Sinar ini sebaiknya tidak terhalang oleh
bangunan, pohon-pohon maupun tembok pagar yang tinggi.
2) Pencahayaan buatan
Cahaya buatan yang baik tidak akan menganggu atau menurunkan
produktivitas kerja. Malah dengan cahaya buatan yang baik dan disaring
dari kesilauan dapat mempertinggi produktivitas kerja dibandingkan
dengan apabila bekerja pada cahaya siang alamiah.
Untuk penerangan pada rumah tinggal dapat diatur dengan
memilih sistem penerangan dengan suatu pertimbangan hendaknya
penerangan tersebut dapat menumbuhkan suasana rumah yang lebih
menyenangkan. Lampu Flouresen (neon) sebagai sumber cahaya dapat
memenuhi kebutuhan penerangan karena kuat penerangan yang relatif
rendah mampu menghasilkan cahaya yang baik bila dibandingkan
penggunaan lampu pijar. Namun demikian bila ingin mempergunakan
lampu pijar sebaiknya dipilih yang berwarna putih dengan
dikombinasikan beberapa lampu neon (dalam Kusumawati, 2014).
b. Penghawaan
Udara merupakan kebutuhan pokok manusia untuk bernafas
sepanjang hidupnya. Udara akan sangat berpengaruh dalam menentukan
kenyamanan pada bangunan rumah. Kenyamanan akan memberikan
kesegaran terhadap penghuni dan terciptanya rumah yang sehat, apabila
terjadi pengaliran atau pergantian udara secara kontinyu melalui ruangan-
ruangan, serta lubang-lubang pada bidang pembatas dinding atau partisi
28
sebagai ventilasi (sabarrudin, 2003). Kecukupan penghawaan rumah layak
huni minimal 10% dari luas lantai (Peraturan Menteri Negara Perumahan
Rakyat Nomor 22 Tahun 2008).
3. Mencukupi kecukupan luas minimum
Kecukupan luas minimum dalam penelitian ini diukur dari luas lantai
per orang. Luas lantai per orang merupakan kebutuhan ruang per orang yang
dihitung berdasarkan aktivitas dasar manusia dalam kegiatannya dirumah. Luas
minimal rumah layak huni antara 7,2 m2/orang sampai dengan 12 m
2/orang
dengan fungsi utama sebagai hunian yang terdiri dari ruang serbaguna/ruang
tidur dan dilengkapi dengan kamar mandi (Peraturan Menteri Negara
Perumahan Rakyat Nomor 22 Tahun 2008).
4. Kriteria infrastruktur
a. Atap
Atap adalah penutup bagian atas suatu bangunan sehingga orang
yang mendiami dibawahnya terlindung dari terik matahari, hujan, dan
sebagainya (BPS, 2011:6). Atap berfungsi untuk menahan panas dan debu
dari luar. Kemiringan atap tergantung dari jenis penutup atap yang dipakai,
yang penting harus dapat mengalirkan air hujan dengan baik. Penutup atap
dapat dibuat dari genteng, asbes atau seng, rumbia dan sebagainya.
Pemeliharaan berkala perlu dilakukan dengan pembersihan dan segera
diperbaiki apabila terjadi kebocoran (Surat Edaran Gubernur Jawa Tengah
tanggal 28 Mei tahun 2014).
29
b. Dinding
Dinding adalah sisi luar atau batas dari suatu bangunan atau
penyekat dengan bangunan fisik lain. Dinding rumah berfungsi untuk
menahan angin dan debu, dibuat tidak tembus pandang, bahan dibuat dari
bambu, papan, tembok (Surat edaran Gubernur Jawa Tengah tanggal 28 Mei
2014).
Dinding berfungsi sebagai pembatas ruang kegiatan agar kegiatan
dapat dilakukan dengan aman dan terlindung. Dinding dapat juga berfungsi
sebagai penahan beban merata dari atap, untuk selanjutnya diteruskan ke
pondasi. Bahan dinding yang digunakan harus dapat menjamin kekuatan
dan keawetannya (Dirjen Cipta Karya, 1994:32).
c. Jenis Lantai
Secara umum lantai hendaknya dibuat dengan permukaan kering,
datar dan mudah untuk dibersihkan. Bahan penutup lantai adalah yang tidak
menimbulkan kelembaban dan mudah dibersihkan. Jenis lantai di dalam
surat Edaran Gubernur Jawa Tengah tanggal 28 Mei tahun 2014 ada 3
macam yaitu tanah, plester dan keramik.
d. Jenis pondasi
Pondasi merupakan struktur terbawah dari pembuatan sebuah
bangunan, pengertian pondasi sendiri adalah suatu bagian dari konstruksi
bangunan yang berfungsi sebagai tempat bangunan (yang akan dibangun)
dan meneruskan beban yang disalurkan dari struktur atas ke tanah dasar
pondasi yang cukup kuat menahannya tanpa terjadinya differential
30
settlement pada sistem strukturnya. Dalam penelitian ini jenis pondasi di
bagi menjadi 3 jenis yaitu umpak/kayu, bata dan batu (Surat Edaran
Gubernur Jawa Tengah tanggal 28 Mei tahun 2014).
e. Lokasi kandang ternak
Lokasi kandang ternak yang baik yaitu kandang ternak yang berada
jauh dari lokasi rumah yaitu berjarak >5 m (Surat Edaran Gubernur Jawa
Tengah tanggal 28 Mei tahun 2014).
f. Sumber air minum
Air minum adalah air yang digunakan untuk konsumsi manusia.
Menurut Departemen Kesehatan, syarat-syarat air minum adalah tidak
berasa, tidak berbau, tidak berwarna, tidak mengandung mikroorganisme
yang berbahaya, dan tidak mengandung logam berat. Air minum adalah air
yang melalui proses pengolahan ataupun tanpa proses pengolahan yang
memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung di minum (Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 907 Tahun 2002). Sumber air minum dalam
penelitian ini dibagi menjadi 3 yaitu dari belik, sumur gali dan artetis (Surat
Edaran Gubernur Jawa Tengah tanggal 28 Mei tahun 2014).
g. Sarana Sanitasi
Sarana sanitasi yang dimaksud meliputi sarana sanitasi, mandi, cuci,
kakus (MCK). Penilaian MCK yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penyediaan 1 (satu) kamar mandi dan jamban didalam atau luar bangunan
rumah (Surat Edaran Gubernur Jawa Tengah tanggal 28 Mei tahun 2014).
31
2.3. Kondisi Sosial dan Ekonomi
Pengertian sosial dalam ilmu sosial menunjuk pada objeknya yaitu
masyarakat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996:958), kata sosial
berarti segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat. Berdasarkan konsep
sosiologi, manusia sering disebut sebagai makhluk sosial yang artinya manusia
tidak dapat hidup wajar tanpa adanya bantuan orang lain disekitarnya. Kata sosial
sering diartikan sebagai hal-hal yang berkenaan dengan masyarakat. Berbeda
dengan istilah ekonomi, yang berarti ilmu yang mengenai asas-asas produksi,
distribusi dan pemakaian barang-barang serta kekayaan (seperti keuangan,
perindustrian dan perdagangan) (KBBI, 1996:251).
Berdasarkan pengertian di atas dapat tarik kesimpulan bahwa sosial
ekonomi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan
masyarakat, antara lain sandang, pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan, dan
lain-lain. Pemenuhan kebutuhan tersebut berkaitan dengan penghasilan. Masalah
sosial ekonomi merupakan masalah yang sering kita jumpai dalam kehidupan
sehari-hari suatu masyarakat, kondisi sosial ekonomi berarti keadaan yang
berkaitan dengan masyarakat. Kondisi ini selalu mengalami perubahan melalui
proses sosial dan interaksi sosial, interaksi sosial berarti proses hubungan dan
saling mempengaruhi yang terjadi antar individu dengan individu, individu
dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok. Menurut Soehandono
(2000:20), kondisi sosial ekonomi meliputi:
1. Kondisi rumah dan kepemilikan perabotan keluarga yang mempunyai kondisi
rumah yang bagus dan kepemilikan barang-barang perabot yang banyak
32
jumlahnya dan lengkap dapat diketahui kondisi sosial ekonominya melalui: 1)
luas lantai yang dihuni, 2) jenis dinding rumah, 3) jenis atap rumah, 4) jenis
lantai, 5) fasilitas MCK atau WC, 6) fasilitas air bersih, 7) kepemilikan fasilitas
duduk/meja kursi,
2. Kegiatan ekonomi dan penghasilan kegiatan ekonomi dan penghasilan dalam
keluarga dapat diukur kondisi sosial ekonomi dengan indikator sebagai berikut:
1) jumlah anggota rumah tangga yang bekerja, 2) status pekerjaan dari yang
paling menunjang, 3) jenis pekerjaan yang paling menunjang, 4) yang memiliki
penghasilan terbesar yang dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari, 5)
kepemilikan aset, 6) jumlah penghasilan perbulan, 7) ketergantungan terhadap
pemberian atau kiriman, 8) mengalami kesulitan makan apabila anggota rumah
tangga yang menunjang kehidupan sehari-hari tidak bekerja selama satu
minggu, 9) jumlah anggota rumah tangga perempuan usia 15 tahun yang
mencari pekerjaan,
3. Pangan merupakan suatu penentuan kondisi sosial ekonomi, kondisi sosial
ekonomi dapat dilihat melalui kondisi pangan yang terdiri dari: 1) frekuensi
makan dalam hari, 2) variasi konsumsi lauk pauk, 3) mengalami kesulitan
memenuhi kebutuhan makan dalam tiga bulan yang lalu,
4. Sandang merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting, indikator sosial
ekonomi dapat diketahui dari kebutuhan sandang, sedangkan hal-hal yang
berkaitan dengan sandang meliputi: 1) kepemilikan 2 setel pakaian untuk
berpergian, 2) setiap anggota rumah tangga mampu membeli satu setel pakaian
dalam setahun, 3) dalam setahun lalu pernah mengalami kesulitan memenuhi
33
kebutuhan pakaian, 4) kebiasaan berobat jika ada anggota rumah tangga yang
sakit, 5) pernah mengalami kesulitan dalam berobat jalan, 6) kepemilikan
tabungan dalam bentuk uang atau barang,
5. Aktivitas sosial yaitu kondisi sosial ekonomi dapat diketahui melalui aktivitas
sosial yang dilakukan seseorang dalam keluarga, meliputi: 1) menjadi atau
pernah menjadi anggota atau pengurus uaha kelompok, 2) kehadiran dalam
rapat RT atau desa dalam kaitan pembangunan desa (Soehandono, 2000:11-
12).
Kondisi disini meliputi kondisi sosial dan kondisi ekonomi. Kondisi sosial
antara lain yaitu: tempat lahir, umur, agama, status perkawinan, jumlah anak,
pendidikan, kegiatan sosial, perilaku anggota keluarga dan kondisi kesehatan
keluarga. Kondisi ekonomi meliputi: mata pencaharian, pendapatan, keadaan
rumah, kondisi sarana yang ada di perumahan (keterjangkauan tempat kerja, jalan
utama, pasar, tempat sekolah anak-anak, rumah sakit, tempat ibadah dan keadaan
jalan). Pada landasan teori tidak semua kondisi dijelaskan hanya beberapa kondisi
yang dianggap perlu untuk diketahui secara mendetail.
2.3.1 Kondisi Sosial
Kondisi sosial dalam penelitian ini meliputi:
1. Tingkat Pendidikan
Pendidikan berperan membantu manusia untuk memahami rahasia dan
cara hidup dibalik kehidupan. Dengan pemahaman tersebut, manusia dididik
untuk dapat memahami arti, hakikat, dan tujuan hidup dengan benar
(Mulyasana 2011:2 dalam Purwitasari).
34
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dari proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya pendidikan sekolah
terdiri atas:
a. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang
pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan
Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah
Menegah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk
lain yang sederajat.
b. Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar, yang terdiri
atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan.
Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah
Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah
Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.
c. Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan
menengah yang mencakup program diploma, sarjana, magister, spesialis,
dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Pendidikan tinggi
ini diselenggarakan dengan sistem terbuka.
35
Pendidikan merupakan faktor yang penting, terutama berkaitan dengan
kehidupan keluarga, yang berkaitan dengan fungsi. Peranan pendidikan dalam
kehidupan masyarakat sebagai berikut:
a. Mengadakan transmisi kebudayaan ke generasi berikutnya,
b. Mengajarkan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat,
c. Mengadakan promosi mobilitas sosial ke tingkat yang lebih tinggi,
d. Mengadakan sertifikasi,
e. Mengadakan latihan kerja,
f. Menciptakan hubungan sosial secara timbal balik,
g. Membangun jiwa nasional,
h. Menjaga atau memelihara anak-anak (Murdiyastuti, 1993:5 dalam Habibah,
2008).
Pada umumnya, tingkat pendidikan seseorang berpengaruh terhadap besar
kecilnya pendapatan yang diperoleh, di samping masa kerja dan potensi yang
dimiliki. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi peluang kerja
serta semakin tinggi pendapatan dan status sosialnya.
2. Jumlah Anggota Keluarga
Keluarga adalah satu kumpulan manusia yang dihubungkan melalui
pertalian darah, perkawinan atau pengambilan anak angkat. Jumlah keluarga
adalah banyaknya anggota keluarga yang ada di rumah atau tempat tinggal
yang didiami.
Jumlah anggota keluarga adalah benyaknya orang yang basanya
bertempat tinggal disuatu rumah tangga, baik yang berada di rumah waktu
36
pencacahan maupun sementara tidak ada. Anggota rumah tangga yang telah
berpergian selama 6 bulan atau lebih dan anggota keluarga yang berpergian
kurang dari 6 bulan tetapi dengan tujuan pindah atau akan meninggalkan
rumah selama 6 bulan atau lebih tidak dianggap sebagai anggota keluarga.
2.3.2 Kondisi Ekonomi
Kondisi ekonomi dalam penelitian ini kondisi ekonomi meliputi:
1. Mata Pencaharian
Mata pencaharian merupakan aktivitas manusia untuk memperoleh taraf
hidup yang layak dimana antara daerah yang satu dengan daerah yang lainnya
berbeda sesuai dengan taraf kemampuan penduduk dan keadaan demografinya
(Daldjoeni, 1987: 89).
2. Pendapatan Keluarga
Pendapatan dapat diartikan sebagai hasil pencaharian atau perolehan
usaha sesuatu yang dapat didapatkan yang sedianya belum ada
(Purwodarminto, 1976:228).
Pendapatan keluarga adalah besarnya pendapatan atau penghasilan
keluarga yang diterima suami, istri, dan anak (bila ada) baik pendapatan pokok
maupun pendapatan tambahan yang diukur dari rata-rata rupiah pendapatan
setiap bulan (dalam Widiyastuti, 2000:17).
3. Status kepemilikan tanah
Status kepemilikan tanah dalam penelitian ini menunjukkan hak-hak
seseorang yang berkaitan dengan tanah, yaitu hak untuk menempati,
menggunakan, untuk mengembangkan, mewarisi, dan untuk menntransfer
37
kepemilikan tanah. Status kepemilikan tanah dikelompokkan menjadi 3, yaitu
sewa, turun temurun dan hak milik. Status kepemilikan tanah sewa diartikan
sebagai tanah yang dibebankan biaya sewa yang harus dibayar atas penggunaan
suatu tanah. Turun temurun artinya tanah diperoleh dari warisan keluarga, dan
tanahnya belum hak milik. Status tanah hak milik merupakan tanah yang
diperoleh dari hasil membeli sendiri atau merupakan warisan keluarga dan
sudah menjadi hak milik.
2.4. Hubungan antara Kondisi Sosial dan Ekonomi terhadap Kualitas
Perumahan
Hubungan antara kondisi sosial dan ekonomi dalam penelitian ini meliputi
hubungan antara tingkat pendidikan kepala keluarga terhadap pendapatan rumah
tangga, hubungan antara pendapatan rumah tangga terhadap kualitas perumahan,
dan hubungan antara status kepemilikan tanah terhadap kualitas perumahan.
2.4.1 Hubungan antara Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga terhadap
Pendapatan Rumah Tangga
Tingkat pendidikan dalam penelitian ini diasumsikan memiliki hubungan
terhadap pendapatan rumah tangga karena sesuai dengan yang dijelaskan Sagir
(1989) dalam Tarigan (2006), bahwa sumber daya manusia mampu meningkatkan
kualitas hidupnya melalui suatu proses pendidikan, latihan, dan pengembangan
yang akan menjamin produktivitas kerja yang semakin meningkat, sehingga
menjamin pula pendapatan yang cukup dan kesejahteraan hidupnya yang semakin
meningkat. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan pendidikan
38
yang tinggi memungkinkan seseorang memiliki peluang untuk dapat menduduki
jenjang atau jabatan atau pekerjaan yang lebih tinggi, sekaligus memiliki tingkat
pendapatan yang tinggi.
Pendidikan diyakini sangat berpengaruh terhadap kecakapan tingkah laku
dan sikap seseorang, dan hal ini semestinya terkait dengan pendapatan seseorang.
Artinya secara rata-rata semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka
semakin memungkinkan orang tersebut untuk memperoleh pendapatan yang lebih
tinggi. Pendidikan memang sangat diperlukan dan sangat berguna bagi anggota
masyarakat. Pendidikan sebenarnya bukan hanya terkait dengan kemampuan utuk
memperoleh tingkat pendapatan yang lebih baik akan tetapi juga berpengaruh
terhadap sikap dan perilaku seseorang terkait dengan dengan kehidupan sehari-
hari.
Maryadi (1999), juga menjelaskan dengan bermodalkan wawasan yang
luas diharapkan dapat meningkatkan keperdulian terhadap pembangunan yang
akhirnya akan meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap pembangunan.
Pendidikan merupakan faktor penting dalam upaya membangun manusia. Salah
satu tujuan pendidikan ialah mengubah tingkah laku manusia. Tingkah laku
manusia sejalan dengan perubahan pengetahuan dan sikapnya. Mengubah sikap
manusia merupakan pekerjaan yang sulit karena ada keunikan-keunikan di dalam
diri setiap manusia. Tujuan pendidikan dalam pembangunan ialah mengubah atau
menghapus kebiasaan-kebiasaan yang menghambat pembangunan dan
memperkuat sikap-sikap yang menunjang pembangunan.
39
Pembangunan yang menjadi hak setiap warga negara menjadi kewajiban
pemerintah dan masyarakat sendiri untuk menjaga pelaksanaan pemenuhan hak-
hak tersebut yang diwujudkan dalam pelaksanaan pendidikan, baik melalui jalur
formal, nonformal, maupun informal. Pendidikan nasional yang diusung dalam
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2003 adalah pendidikan yang berdasarkan
Pancasila dan undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap
terhadap tuntutan perubahan zaman. Pendidikan nasional sendiri berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Penjabaran dari pendidikan nasional dalam satuan pendidikan adalah
kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur
formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan.
2.4.2 Hubungan antara Pendapatan Rumah Tangga terhadap Kualitas
Perumahan
Pendapatan rumah tangga dalam penelitian ini diasumsikan memiliki
hubungan terhadap kualitas perumahan, sesuai dengan Kurniasih (2007) dalam
Mayasari, menjelaskan terbatasnya kemampuan ekonomi penduduk untuk
membeli atau membangun rumah sehingga untuk masyarakat yang berpenghasilan
rendah tidak dapat memperoleh dan menikmati yang perumahan yang layak.
40
Selain itu menurut Turner (1971:166-168) dalam Panudju (1999), yang merujuk
pada teori Maslow, terdapat kaitan antara kondisi ekonomi seseorang dengan
skala prioritas kebutuhan hidup dan prioritas kebutuhan perumahan.
Faktor yang dibutuhkan dalam memenuhi standar rumah yang layak huni
adalah dana yang sesuai. Hal itu menjadi kebutuhan awal setelah pengetahuan
yang mereka peroleh dari suatu pendidikan akan informasi tentang rumah layak
huni. Banyak orang atau keluarga berusaha memenuhi pembangunan rumah layak
huni agar kehidupan mereka lebih layak meskipun masih sederhana. Usaha
pembangunan yang kurang baik disebabkan oleh kurangnya dana untuk
memenuhi pembangunan fasilitas tersebut. Kondisi yang masih belum lengkap ini
memberikan penilaian bahwa masih ada kekurangan dalam pemenuhan rumah
layak huni meskipun pada dasarnya mereka sudah mengusahakannya.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam membangun suatu rumah
yaitu tingkat kemampuan ekonomi penduduk. Hal ini dimaksudkan rumah
dibangun berdasarkan kemampuan keuangan penghuninya, sehingga bahan-bahan
pokok pembuatan rumah berasal dari daerah setempat yang murah. Perlu dicatat
bahwa mendirikan rumah adalah bukan sekedar berdiri pada saat itu saja, namun
diperlukan pemeliharaan seterusnya.
2.4.3 Hubungan antara Status Kepemilikan Tanah terhadap Kualitas
Perumahan
Status kepemilikan tanah dalam penelitian ini diasumsikan memiliki
hubungan terhadap kualitas perumahan, sesuai dengan penelitian Atmaja (2004),
yang menunjukkan bahwa status tanah mempunyai hubungan sedang dan positif.
41
Apabila terjadi peningkatan status tanah maka kondisi fisik rumah akan
meningkat pula. Hal ini sejalan dengan pendapat Panudju (1999:10), tanpa
jaminan adanya kejelasan tentang status pemilikan rumah dan lahannya, seseorang
atau sebuah keluarga akan selalu tidak merasa aman sehingga mengurangi minat
mereka untuk memperluas, memelihara atau meningkatkan kualitas rumahnya
dengan baik. Berdasarkan teori tersebut disimpulkan bahwa dengan tanah yang
statusnya hak milik dapat menjadi penunjang bagi seseorang atau keluarga untuk
memiliki perumahan yang baik sehingga mereka akan mengupayakan
pembangunan rumah yang sehat dan layak huni.
Tanah merupakan suatu yang amat penting dalam kehidupan manusia baik
dilihat dari segi ekonomi, sosial maupun budaya. Manusia dalam kehidupannya
selalu berhubugan dengan tanah, bahkan setelah manusia meninggal dunia
sekalipun masih berkaitan dengan tanah. Segala aktivitas keseharian manusia pada
umumnya dan sebagian terbesar dilakukan di atas tanah. Dilihat dari segi
ekonomis, tanah mempunyai nilai ekonomis tinggi baik sebagai kebutuhan rumah
tangga, tempat usaha, bahkan sudah menjadi komuditi investasi yang
menggiurkan, dengan nilai jual semakin hari semakin tinggi. Tanah memiliki nilai
ekonomis yang tinggi, sehingga memiliki kecenderungan menjadi objek sengketa.
Banyak permasalahan yang timbul menyangkut dengan tanah terutama mengenai
hak atas tanah. Permasalahan ini dapat menimbulkan gangguan bagi ketertiban
umum, sebab tanah sudah dianggap sebagai harta yang sangat penting terkait
dengan hajat hidup. Tanah sering memunculkan permasalahan dalam kedamaian
dan sering pula menimbulkan goncangan dalam masyarakat, bahkan juga menjadi
42
penghambat dalam pelaksanaan pembangunan. Kaitannya dengan pembangunan
status kepemilikan tanah dalam penelitian ini memberikan pengaruh terhadap
kualitas perumahan.
2.5. Permasalahan Perumahan dan Permukiman di Indonesia
Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, selain itu rumah
juga memiliki peranan yang sangat strategis dalam pembentukan watak serta
kepribadian bangsa sehingga perlu dibina serta dikembangkan demi kelangsungan
dan peningkatan kehidupan dan penghidupan masyarakat. Perumahan dan
permukiman tidak hanya dilihat sebagai sarana kebutuhan kehidupan semata-
mata, tetapi lebih dari itu merupakan proses bermukim manusia dalam
menciptakan ruang kehidupan untuk memasyarakatkan dirinya, dan
menampakkan jati diri. Pembangunan perumahan dan permukiman di Indonesia
masih dihadapkan pada tiga permasalahan pokok yaitu keterbatasan penyediaan
rumah, meningkatnya jumlah rumah tangga yang menempati rumah yang tidak
layak huni dan tidak didukung oleh prasarana, sarana lingkungan dan utilitas
umum yang memadai, serta permukiman kumuh yang semakin meluas.
Berdasarkan Renstra Kemenpera tahun 2010-2014, permasalahan pokok yang
dihadapi dalam pembangunan perumahan dan permukiman adalah:
1. Keterbatasan penyediaan rumah
Pesatnya pertumbuhan penduduk dan rumah tangga menyebabkan
kebutuhan akan perumahan baru semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Sementara itu, dari sisi penyediaan, jumlah rumah yang terbangun belum
mampu memenuhi pertumbuhan itu sendiri. Sepanjang tahun 2010–2014,
43
menunjukkan masih terdapat selisih antara jumlah rumah dan kebutuhan akan
rumah (backlog) sebesar 7,4 juta unit (Nugraheni, 2012 dalam Suhendi dan
Syawie, http://puslit.kemsos.go.id, diakses 07 Desember 2014). Kondisi
tersebut masih ditambah dengan adanya 7,9 juta unit rumah yang tidak dapat
dihuni. Jumlah permukiman tidak layak huni tersebut sampai tahun 2014
tercatat sekitar 54 ribu hektar (http://www.tempo.co diakses 18 Desember
2014).
2. Peningkatan jumlah rumah tangga yang menempati rumah yang tidak layak
huni dan tidak didukung oleh prasarana, sarana lingkungan dan utilitas umum
yang memadai.
Pada tahun 2012-2013 jumlah rumah tangga yang tinggal di rumah
tidak layak huni meningkat sebesar 0,13%, yaitu dari rumlah rumah tangga
63.300.932 meningkat menjadi 64.838.315 (http://kemenpera.go.id diakses
pada 18 Desember 2014).
3. Permukiman kumuh yang semakin meluas
Tekanan kebutuhan pembangunan perumahan telah bergeser ke wilayah
perkotaan sebagai dampak dari urbanisasi. Jumlah penduduk perkotaan sudah
mencapai lebih dari 50% dari total penduduk nasional dengan konsentrasi
pertumbuhan di kota-kota besar dan metropolitan. Luas lahan perkotaan yang
terbatas tidak mampu menampung desakan pertumbuhan penduduk dan pada
akhirnya kerap memunculkan permukiman yang tidak teratur, kumuh, dan
tidak layak huni. Penanganan permukiman kumuh yang belum holistik
menyebabkan kondisi kekumuhan tidak dapat diatasi bahkan cenderung
44
mengalami peningkatan luas. Jumlah rumah tangga kumuh pada tahun 2012-
2013 meningkat sebanyak 0,12% (http://kemenpera.go.id diakses pada 18
Desember 2014).
Permasalahan pokok dalam pembangunan perumahan dan permukiman
disebabkan oleh berbagai faktor sebagai berikut (Riska, 2010):
a. Regulasi dan kebijakan yang belum sepenuhnya mendukung terciptanya
iklim yang kondusif dalam pembangunan perumahan dan permukiman,
b. Keterbatasan akses masyarakat berpenghasilan menengah-bawah terhadap
lahan,
c. Lemahnya kepastian bermukim (secure tenure),
d. Belum tersedia dana murah jangka panjang untuk meningkatkan akses dan
daya beli masyarakat berpenghasilan menengah-bawah,
e. Belum efisien pasar primer dan belum berkembang pasar sekunder
perumahan,
f. Belum mantapnya kelembagaan penyelenggaraan pembangunan perumahan
dan permukiman,
g. Belum optimal pemanfaatan sumber daya perumahan dan permukiman.
2.6. Kajian Penelitian Sebelumnya
Peneliti menambahkan penelitian terdahulu sebagai pembanding, yang
dilihat mulai dari judul penelitian, tujuan, variabel, metode, dan hasil penelitian.
Hal ini bertujuan untuk memperluas kajian pustaka. Berikut uraian terkait dengan
penelitian terdahulu tersaji pada Tabel 2.3.
45
Tabel 2.3 Daftar Kajian Penelitian Sebelumnya
No. Nama Judul Tujuan Variabel Metode Hasil
1 Aji M Darda Karakteristik
Permukiman
Di Wilayah
Pinggiran
Kota Jakarta
Tahun 1991-
2007 dalam
skripsi.
1. Untuk
mengetahui
karakteristik
dan pola-pola
permukiman
di Kecamatan
Ciputat yang
mengalami
gejala
densifikasi.
Permukiman
teratur,
permukiman
tidak teratur,
jaringan
jalan, jumlah
penduduk,
kepadatan
penduduk,
perguruan
tinggi, harga
tanah.
Metode analisis
spasial
1. Perkembangan yang terjadi
bersifat menyebar dengan
karakteristik yang berbeda-beda.
Permukiman teratur lebih
terkonsentrasi di wilayah yang
jauh dari DKI Jakarta dan tidak
terlalu dipengaruhi leh akses
tetapi oleh harga tanah yang
sangat rendah. Sedangkan pada
permukiman tidak teratur lebih
terkonsentrasi di wilayah yang
dekat dengan DKI Jakarta dan
tidak dipengaruhi oleh harga
tanah melainkan dekat dengan
akses yang mendekati DKI
Jakarta dan juga fasilitas
pendidikan seperti kampus.
2 Jajang Atmaja Hubungan
Faktor Sosial
Ekonomi
Dengan
Kondisi
Bangunan
Rumah Tidak
Sehat di
1. Untuk
mengetahui
kondisi fisik
rumah tidak
sehat dan
keadaan sosial
ekonomi
masyarakat
Kondisi fisik
bangunan
rumah sehat
dan kondisi
sosial
ekonomi
yang meliputi
jenis
Distribusi
frekuensi,
analisis regresi
berganda
1. Sub variabel luas lantai, luas
ventilasi dan jendela, penyinaran
matahari, kenyamanan udara
serta jenis pondasi yang dipakai
belum sesuai dengan standar
minimal rumah sehat.
2. Untuk faktor sosial ekonomi
pada lokasi penelitian yaitu
46
Kecamatan
Lubuk Alung
dalam jurnal.
2. Mengetahui
hubungan
kondisi fisik
rumah tidak
sehat dengan
faktor-faktor
sosial
ekonomi dan
faktor-faktor
yang
mempengaruh
i kondisi fisik
rumah tidak
sehat
3. Mengetahui
langkah-
langkah apa
yang akan
dilakukan
untuk
meningkatkan
kondisi fisik
rumah tidak
sehat.
pekerjaan
kepala rumah
tangga,
jumlah
anggota
keluarga,
lama tinggal,
status tanah,
pengetahuan,
pendapatan,
pendidikan.
pekerja sebagai buruh 69,6%,
lama tinggal < 20 tahun 57,3%,
status tanah 68,2% menyewa,
pengetahuan masyarakat tentang
rumah sehat masih minim hanya
48% yang mengetahui persyaratn
rumah sehat, pendapatan
masyarakat >Rp.500.000 79,8%,
pendidikan tamatan SD sebanyak
51,7%, SLTP 9%, SLTA 10,1
dan tidak bersekolah 29%.
3. Faktor yang paling
mempengaruhi kondisi fisik
rumah adalah pengetahuan
masyarakat tentang persyaratan
kondisi fisik rumah sehat.
Langkah yang dapat dilakukan
adalah usaha peningkatan kondisi
fisik rumah dengan
memanfaatkan program KIM-
PRASWIL melalui penyaluran
bantuan bergulir dalam bentuk
pinjaman komponen bahan
bangunan.
3 Margareth
Mayasari
Kualitas
Permukiman
Di
Kecamatan
1. Untuk
mengetahui
karakteristik
rumah tangga.
Aspek sosial
ekonomi
meliputi
pendidikan
Skoring, analisis
statistik
deskritif,
analisis
1. Terdapat perbedaan kualitas
permukiman di daerah penelitian
antara permukiman di bantaran
sungai dan bukan di bantaran
47
Pasarkliwon
Kota
Surakarta
dalam jurnal
2. Untuk
mengetahui
kualitas
permukiman
di bantaran
sungai
Bengawan
Solo dan
bukan
bantaran
sungai
Bengawan
Solo.
3. Untuk
mengetahui
faktor apa saja
yang
berpengaruh
tehadap
kualitas
permukiman.
anggota
keluarga,
pendapatan
seluruh
keluarga,
jenis
pekerjaan dan
kualitas
permukiman
meliputi
kondisi fisk
permukiman,
kondisi
lingkungan
permukiman.
kuantitatif
denagan tabel
silang, chi
kuadrat,
koefisien
kontingensi dan
analisis kualitatif
sungai dengan berbagai faktor
yang mempengaruhinya.
Lingkungan yang berada di
bukan bantaran sungai lebih baik
dari pada lingkungan yang
berada di bantaran sungai.
2. Terdapat hubungan yang
signifikan antara kualitas
permukiman dengan pendapatan
rumah tangga, semakin tinggi
pendapatan semakin tinggi
kualitas permukiman.
3. Faktor yang paling berpengaruh
terhadap kualitas permukiman
adalah pendapatan rumah tangga.
4 Yois Nelsari
Malau
Analisis
Kehidupan
Sosial
Ekonomi
Masyarakat
Kawasan
Kumuh Di
1. Mengetahui
tingkat
kekumuhan
kawasan
Teluk Nibung,
2. Mengetahui
kondisi sosial
Kepadatan
hunian,
kualitas
bangunan,
kualitas
sarana
prasarana
Statistik non-
parametrik
dengan uji
kesepakatan W.
Kendal, uji
regresi berganda
1. Tingkat kekumuhan kawasan
Teluk Nibung dilihat dari aspek
kepadatan hunian sangat tinggi
yaitu sebesar 39,8% dengan
hunian 5-7 orang dalam satu
rumah dengan kualitas bangunan
rendah.
48
Kecamatan
Teluk Nibung
Kota Tanjung
Balai dalam
jurnal.
ekonom
(pendapatan,
pekerjaan dan
pendidikan)
3. Mengetahui
distribusi
pendapatan
masyarakat,
mengetahui
pengaruh
sosial
ekonomi
terhadap
keumuhan
awasan Teluk
Nibung.
dasar, kondisi
sosial
ekonomi
(penapatan,
pekerjaan dan
pendidikan).
2. Kehidupan sosial ekonomi
msyarakat dilihat dari aspek
tingkat pendapatan tergolong
rendah, 54,1% mempunyai
pendapatan pada kisaran Rp.
600.001-Rp. 800.000. Jenis
pekerjaan 34,7% buruh dan
42,9% berpendidikan SD.
3. Variabel kondisi rumah dan
prasarana lingkungan berkorelasi
Kendal’s dalam menentukan
tingkat kekumuhan kawasan
Teluk Nibung.
4. Tingkat ketimpangan pendapatan
di kawasan Teluk Nibung sangat
rendah, dimana 40% responden
hanya menerima 30,8% dari
seluruh total pendapatan dan
60% responden menerima sekitar
69,2%.
5. Faktor sosial ekonomi
(pendapatan, pekerjaan, dan
pendidikan) berpengaruh
terhadap kepadatan hunian dan
kualitas bangunan di kawasan
Teluk Nibung. Sedangkan
terhadap kualitas prasarana
lingkungan dasar, variabel yang
49
berpengaruh adalah pendapatan
dan pendidikan.
5 Indah Dwi
Kusumawati
Hubungan
Antara
Pengtahuan
Rumah Sehat
dan Status
Sosial
Ekonomi
dengan
Kualitas
Rumah
Tinggal
Penduduk di
Desa
Rowolaku
Kecamatan
Kajen
Kabupaten
Pekalongan
dalam
skripsi.
1. Untuk
mengetahui
pengetahuan
rumah sehat,
status sosial
ekonomi, dan
kualitas rumah
tinggal
penduduk di
Desa Rowolaku.
2. Untuk
mengetahui
hubungan antara
pengetahuan
rumah sehat
dengan kualitas
rumah tinggal
penduduk di
Desa Rowolaku.
3. Untuk
mengetahui
hubungan antara
status sosial
ekonomi dengan
kualitas rumah
tinggal
Pengetahuan
rumah sehat,
status sosial
ekonomi,
Kualitas
rumah tinggal
Deskriptif
persentase,
korelasi ganda
1. Pengetahuan rumah sehat penduduk
Desa Rowolaku menunjukkan nilai
rata-rata 63% termasuk pada
kategori tinggi.
2. Status sosial ekonomi penduduk
Desa Rowolaku menunjukkan nilai
rata-rata 51% termasuk dalam
kriteria rendah.
3. Kualitas rumah tinggal penduduk
Desa Rowolaku menunjukkan nilai
rata-rata 61% termasuk kriteria
kurang baik.
4. Uji korelasi sederhana antara
pengetahuan rumah sehat dengan
kualitas rumah tinggal
menunjukkan adanya hubungan
antara kedua variabel tersebut
dengan rhitung sebesar 0,582.
5. Uji korelasi sederhana antara status
sosial ekonomi dengan kualitas
rumah tinggal menunjukkan adanya
hubungan antara kedua variabel
tersebut dengan rhitung sebesar 0,609.
6. Uji korelasi ganda antara
pengetahuan rumah sehat dan status
sosial ekonomi dengan kualitas
50
penduduk di
Desa Rowolaku.
rumah tinggal diperoleh hasil
bahwa ada hubungan antara
pengetahuan rumah sehat dan status
sosial ekonomi dengan kualitas
rumah tinggal, perhitungan
menunjukkan rhitung sebesar 0,714.
6 Ragil
Kurnianingrum
Kualitas
Perumahan di
Desa
Mranggen
Kecamatan
Srumbung
Kabupaten
Magelang.
1. Untuk
mengetahui
kondisi sosial
dan ekonomi
masyarakat
di Desa
Mranggen
2. Untuk
mengetahui
kualitas
perumahan di
Desa
Mranggen.
3. Untuk
mengetahui
bagaimana
hubungan
kondisi sosial
dan ekonomi
masyarakat
dengan
kualitas
Kondisi
Sosial dan
Ekonomi
(Tingkat
pendidikan
kepala
keluarga,
pendapatan
rumah tangga
dan status
kepemilikan
tanah),
kualitas
perumahan.
Deskriptif
persentase,
analisis
crosstab, dan uji
beda
1. Kondisi sosial dan ekonomi
responden di Dusun Kedungsari
terkait dengan tingkat
pendidikan KK rata-rata adalah
tamatan SMP, sedangkan di
Dusun Salamsari rata-rata
pendidikan terakhir KK adalah
tamatan SMA. Untuk
Pendapatan RT rata-rata di
kedua dusun tersebut berada
pada kisaran >Rp 1.200.000
yaitu berada pada kriteria baik.
Sedangkan untuk status
kepemilikan tanahnya rata-rata
adalah turun temurun.
2. Kualitas perumahan di Dusun
Kedungsari dan Dusun
Salamsari rata-rata masuk
kedalam kriteria baik.
3. Terdapat hubungan antara
tingkat pendidikan KK dan
pendapatan RT dengan kualitas
51
perumahan di
Desa
Mranggen.
perumahan di Dusun Kedungsari
dan Dusun Salamsari.
Sedangkan untuk status
kepemilikan tanah tidak
memiliki hubungan dengan
kualitas perumahan.
52
2.7 Kerangka Berfikir
Kualitas perumahan dalam penelitian ini merupakan kondisi perumahan
yang diukur berdasarkan kualitas rumah yang layak huni. Kualitas perumahan
diasumsikan mempunyai hubungan dengan kondisi sosial dan ekonomi yang
meliputi tingkat pendidikan kepala keluarga, pendapatan rumah tangga, dan status
kepemilikan tanah. Hal ini sejalan dengan penelitian Atmaja (2004), dalam
penelitiannya status tanah, pendidikan, dan pendapatan mempunyai hubungan
terhadap kondisi fisik rumah.
Pendidikan berperan membantu manusia untuk memahami rahasia dan
cara hidup dibalik kehidupan. Pemahaman tersebut menjadikan manusia dididik
untuk dapat memahami arti, hakikat, dan tujuan hidup dengan benar (Mulyasana,
2011:2) dalam Purwitasari (2013). Pendidikan secara umum memberikan manfaat
membentuk sikap dan kesadaran dalam menghadapi suatu masalah, dalam
penelitian ini permasalahan tentang kualitas perumahan diharapkan dapat
ditingkatkan dengan pendidikan. Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan
baik akan diikuti oleh kualitas perumahan yang baik, dan sebaliknya dengan
tingkat pendidikan yang buruk maka kualitas perumahannya juga buruk.
Menurut Kurniasih (2007) dalam Mayasari (2012), dijelaskan terbatasnya
kemampuan ekonomi penduduk untuk membeli atau membangun rumah sehingga
untuk masyarakat yang berpenghasilan rendah tidak dapat memperoleh dan
menikmati perumahan yang layak. Berdasarkan hal tersebut, dalam penelitian ini
diasumsikan jika seseorang memiliki pendapatan rumah tangga baik maka
kualitas perumahannya juga akan baik, dan sebaliknya jika seseorang memiliki
53
pendapatan rumah tangga yang buruk maka akan diikuti oleh kualitas perumahan
yang buruk.
Selanjutnya dalam Panudju (1999:10) dijelaskan bahwa tanpa jaminan
adanya kejelasan tentang status pemilikan rumah dan lahannya, seseorang atau
sebuah keluarga akan selalu tidak merasa aman sehingga mengurangi minat
mereka untuk memperluas, memelihara atau meningkatkan kualitas rumahnya
dengan baik. Berdasarkan teori tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan tanah
yang statusnya hak milik dapat menjadi penunjang bagi seseorang atau keluarga
untuk memiliki perumahan yang baik namun dengan tanah yang statusnya bukan
hak milik dapat menjadi penghambat seseorang atau keluarga untuk memiliki
perumahan yang baik.
Berdasarkan latar belakang, kajian pustaka, dan analisis penelitian
pendahuluan yang relevan, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang
positif antara tingkat pendidikan kepala keluarga, pendapatan rumah tangga, dan
status kepemilikan tanah terhadap kualitas perumahan pada penduduk.
Selanjutnya, temuan tersebut akan diuji apakah terdapat pola pikir dan hal yang
sama untuk studi kualitas perumahan di Desa Mranggen. Berdasarkan uraian
tersebut untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.1.
54
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir Penelitian
Kualitas
Perumahan
Kondisi Sosial Kondisi Ekonomi
Tingkat
Pendidikan Formal
Kepala Keluarga
Pendapatan RT dan
Status Kepemilikan
Tanah
Hubungan antara
pendidikan kepala
keluarga terhadap
pendapatan rumah
tangga
Pendapatan rumah
tangga, dan status
kepemilikan tanah
dengan kriteria
buruk
Kualitas perumahan
dengan kriteria
buruk
Pindidikan kepala keluarga baik
akan diikuti pendapatan rumah
tangga yang baik pula
Pindidikan kepala keluarga
rendah akan diikuti pendapatan
rumah tangga yang rendah pula
Hubungan antara
pendapatan rumah tangga,
status kepemilikan tanah
terhadap kualitas
perumahan
Pendapatan rumah
tangga, dan status
kepemilikan tanah
dengan kriteria baik
Kualitas perumahan
dengan kriteria baik
55
2.8. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2013:64). Hipotesis yang dikemukakan dalam
penelitian ini yaitu digunakan untuk menjawab rumusan masalah ke-3 yaitu,
bagaimana hubungan antara kondisi sosial dan ekonomi masyarakat terhadap
kualitas perumahann di Desa Mranggen, Kecamatan Srumbung, Kabupaten
Magelang. Berdasarkan paparan teoritis sebagaimana uraian di atas maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut.
1. Hipotesis Asosiatif
Hipotesis asosiatif adalah jawaban sementara terhadap rumusan
masalah asosiatif, yaitu yang menanyakan hubungan antara dua variabel atau
lebih (Sugiyono, 2013:69).
a. Tingkat pendidikan kepala keluarga di Dusun Kedungsari dan Dusun
Salamsari
Ha = Adanya hubungan antara tingkat pendidikan kepala keluarga terhadap
pendapatan rumah tangga di Desa Mranggen Kecamatan Srumbung
Kabupaten Magelang.
Ho = Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan kepala keluarga
terhadap pendapatan rumah tangga di Desa Mranggen Kecamatan
Srumbung Kabupaten Magelang.
56
b. Pendapatan rumah tangga di Dusun Kedungsari dan Dusun Salamsari
Ha = Adanya hubungan antara pendapatan rumah tangga terhadap kualitas
perumahan di Desa Mranggen Kecamatan Srumbung Kabupaten
Magelang.
Ho = Tidak ada hubungan antara pendapatan rumah tangga terhadap kualitas
perumahan di Desa Mranggen Kecamatan Srumbung Kabupaten
Magelang.
c. Status kepemilikan tanah di Dusun Kedungsari dna Dusun Salamsari
Ha = Adanya hubungan antara status kepemilikan tanah terhadap kualitas
perumahan di Desa Mranggen Kecamatan Srumbung Kabupaten
Magelang.
Ho = Tidak ada hubungan antara status kepemilikan tanah terhadap kualitas
perumahan di Desa Mranggen Kecamatan Srumbung Kabupaten
Magelang.
2. Hipotesis Komparatif
Hipotesis komparatif merupakan jawaban sementara terhadap
rumusan masalah komparatif. Pada rumusan ini variabelnya sama tetapi
populasi atau sampelnya yang berbeda, atau keadaan itu terjadi pada waktu
yang berbeda (Sugiyono, 2013:68). Berikut hipotesis perbedaan kualitas
perumahan di Dusun Kedungsari dan Dusun Salamsari.
Ha = Kualitas perumahan antara Dusun Kedungsari dan Dusun Salamsari
adalah sama.
57
Ho = Kualitas perumahan antara Dusun Kedungsari dan Dusun Salamsari
adalah berbeda.
58
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi Dan Objek Penelitian
Kecamatan Srumbung terdiri dari 17 desa, masing-masing desa
mempunyai kondisi ekonomi yang berbeda-beda. Terdapat 3 desa yang masih
berada dibawah garis kemiskinan yaitu Desa Mranggen, Bringin, dan Kradenan,
namun desa dengan kondisi ekonomi paling rendah yaitu Desa Mranggen. Desa
Mranggen terdiri dari 14 dusun dengan tingkat ekonomi terendah berada di Dusun
Kedungsari dan tertinggi berada di Dusun Salamsari (Monografi Desa Mranggen,
2014).
Berdasarkan pertimbangan tersebut penelitian ini dilakukan di 2 dusun di
Desa Mranggen Kecamatan Srumbung, yaitu Dusun Kedungsari dan Dusun
Salamsari. Objek dalam penelitian ini adalah kondisi sosial ekonomi masyarakat
yang meliputi pendidikan kepala keluarga, status kepemilikan tanah, pendapatan
rumah tangga, dan kualitas perumahan.
3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
3.2.1 Populasi, Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2013:80). Populasi
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kepala keluarga yang mempunyai
rumah dan berdomisili di Dusun Kedungsari dan Dusun Salamsari. Masing-
59
masing mempunyai jumlah kepala keluarga sebanyak 64 untuk Dusun Kedungsari
dan 254 kepala keluarga di Dusun Salamsari.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakeristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono 2013:81). Sampel dalam penelitian ini yaitu 20
kepala keluarga di Dusun Kedungsari dan 80 kepala keluarga di Dusun Salamsari.
Sampel diperoleh dengan cara:
n Kedungsari = × 100
= × 100
= 20,12 dibulatkan 20 kepala keluarga
n Salamsari = × 100
= × 100
= 79,87 dibulatkan 80 kepala keluarga (Arikunto, 2013).
3.2.2 Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan penentuan
anggota sampel secara Proportionate Stratified Random Sampling. Teknik ini
digunakan karena populasi mempunyai anggota atau unsur yang homogen dan
berstrata secara proporsional (Sugiyono 2013:82).
3.3. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau nilai dari orang, obyek atau
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013:38). Adapun variabel
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
60
3.3.1 Variabel Bebas
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)
(Sugiyono 2013:39). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kondisi sosial
ekonomi yang meliputi tingkat pendidikan formal kepala keluarga, pendapatan
rumah tangga dan status kepemilikan tanah.
Kondisi sosial ekonomi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan
pemenuhan kebutuhan masyarakat, antara lain sandang, pangan, perumahan,
pendidikan, kesehatan, dan lain-lain. Pemenuhan kebutuhan tersebut berkaitan
dengan penghasilan. Berdasarkan penelitian Atmaja (2004), dijelaskan bahwa
hubungan antara kondisi fisik rumah dengan jenis pekerjaan, jumlah anggota
keluarga, status tanah, pendidikan, pendapatan, lama tinggal, tidak terdapat
perbedaan yang signifikan dan hubungannya kurang berarti. Terdapat perbedaan
yang signifikan antara pengetahuan dengan kondisi fisik rumah tidak sehat yang
mempunyai hubungan kuat dan positif. Sedangkan dalam penelitian ini kondisi
sosial dan ekonomi dibatasi pada aspek:
1. Pendidikan formal kepala keluarga. Menurut Sagir (1989) dalam Tarigan
(2006), bahwa sumber daya manusia mampu meningkatkan kualitas hidupnya
melalui suatu proses pendidikan, latihan, dan pengembangan yang akan
menjamin produktivitas kerja yang semakin meningkat, sehingga menjamin
pula pendapatan yang cukup dan kesejahteraan hidupnya yang semakin
meningkat. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan
pendidikan yang tinggi memungkinkan seseorang memiliki peluang untuk
61
dapat menduduki jenjang atau jabatan atau pekerjaan yang lebih tinggi,
sekaligus memiliki tingkat pendapatan yang tinggi.
2. Pendapatan rumah tangga yaitu pendapatan suami dan istri baik itu pendapatan
pokok maupun sampingan yang diperoleh dari hasil bekerja selama 1 (satu)
bulan. Singarimbun (1995) dalam Atmaja (2004), menyatakan bahwa
pendapatan adalah gambaran yang lebih tepat tentang posisi ekonomi
seseorang atau rumah tangga. Kurniasih (2007) dalam Mayasari, menjelaskan
terbatasnya kemampuan ekonomi penduduk untuk membeli atau membangun
rumah sehingga untuk masyarakat yang berpenghasilan rendah tidak dapat
memperoleh dan menikmati perumahan yang layak,
3. Status kepemilikan tanah. Sesuai dengan penelitian (Atmaja, 2004) status tanah
mempunyai hubungan sedang dan positif. Apabila terjadi peningkatan status
tanah maka kondisi fisik rumah akan meningkat pula,
3.3.2 Variabel Terikat
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono 2013:39). Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah kualitas perumahan. Kualitas perumahan yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah kondisi perumahan yang diukur berdasarkan kualitas
rumah layak huni. Rumah layak huni adalah rumah yang mempunyai kriteria
seperti yang tercantum dalam surat Edaran Gubernur Jawa Tengah tanggal 28 Mei
tahun 2014 dan Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 22 Tahun
2008 yaitu kriteria pemenuhan persyaratan keselamatan bangunan, menjamin
kesehatan, mencukupi kecukupan luas minimum, infrastruktur dan lingkungan.
62
Komponennya adalah lantai, pondasi, atap, dinding, lokasi kandang, sumber air
minum, luas lantai, kekuatan rangka bangunan, MCK, ventilasi, pencahayaan
ruang tamu dan pencahayaan ruang tidur.
3.4. Rumusan Instrumen Penelitian
Sebelum membuat instrumen terlebih dahulu dirumuskan hubungan antar
tujuan, variabel, indikator dan parameter. Hubungan tersebut dijelaskan dalam
tabel 3.1.
Tabel 3.1 Hubungan antar Tujuan, Variabel, Indikator dan Parameter
Tujuan Variabel Indikator Parameter
Mengetahui
kondisi sosial
dan ekonomi
masyarakat
Kondisi sosial
dan ekonomi
Tingkat pendidikan,
pendapatan rumah tangga,
dan status kepemilikan
tanah.
Wawancara
Menghitung
kualitas
perumahan
Kualitas
perumahan
Lantai, pondasi, atap,
dinding, lokasi kandang
ternak, sumber air minum,
luas lantai, kekuatan
kerangka bangunan,
MCK, luas ventilasi,
pencahayaan ruang tamu
dan pencahayaan ruang
tidur.
Kuisioner
dan
observasi
Mengetahui
hubungan faktor
sosial dan
ekonomi
masyarakat
terhadap kualitas
perumahan
Hubungan faktor
ekonomi dan
sosial dengan
kualitas
perumahan
Masyarakat yang
mempunyai tingkat
pendidikan rendah,
berpendapatan rendah
serta status kepemilikan
tanahnya bukan milik
sendiri diasumsikan
mempunyai kualitas
perumahan yang buruk.
Kuisioner
Berdasarkan rumusan tersebut kemudian dapat dibuat instrumen penelitian
yang terdapat pada Lampiran 3.
63
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data
sekuder. Adapun teknik pengumpulan dilakukan melalui:
3.5.1 Wawancara
Wawancara merupakan cara pengumpulan data dengan jalan tanya-jawab
sepihak yang dikerjakan dengan sistematik dan berlandaskan kepada tujuan
penelitian. Adapun wawancara itu sendiri berguna untuk mendapatkan data primer
dan pelengkap teknik pengumpulan lainnya. Wawancara dalam penelitian ini
adalah wawancara terstruktur, jenis wawancara ini digunakan sebagai teknik
pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan
pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam
melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian
berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alernatif jawabannya pun telah
disiapkan (Sugiyono 2013:138). Pedoman wawancara dalam penelitian ini adalah
instrumen berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang disusun berdasarkan
variabel dan diperoleh dengan cara wawancara langsung dan penyebaran
kuisioner.
3.5.2 Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data melalui peninggalan
tertulis seperti arsip-arsip, dan juga buku-buku tentang pendapat-pendapat, teori,
dalil atau hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah-masalah
penelitian (Rachman dalam Manggaraini, 2008). Pengumpulan data Dalam
penelitian ini, peneliti mendatangi instansi terkait untuk mendapatkan data jumlah
64
KK, data jumlah penduduk, data luas daerah penelitian, data penggunaan lahan,
dan kriteria rumah layak huni, serta peta-peta yang relevan untuk mendukung
penelitian. Adapun instansi yang terkait dengan penelitian yaitu Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Badan Pusat Statistik (BPS),
Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (Bappermades), Dinas Cipta Karya
dan Tata Ruang (Cipkataru), kantor Kecamatan Srumbung dan kantor Kelurahan
Mranggen.
3.5.3 Metode Kuisioner
Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawabnya (Sugiyono 2013:142). Kuisioner ini digunakan untuk
mengumpulkan data tentang kondisi sosial dan ekonomi masyarakat
3.5.4 Observasi
Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang
tersusun dari berbagai proses biologis dan psikhologis. Dua di antara yang
terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan (Sutrisno Hadi 1986
dalam Sugiyono 2013:145).
Observasi dalam penelitian ini proses pelaksanaannya dilakukan dengan
observasi nonpartisipan yaitu peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat
independen (Sugiyono 2013:145). Observasi dalakukan pada aspek fisik, yaitu
berupa pengamatan terhadap kondisi kualitas perumahan.
65
3.6. Tahapan Penelitian
3.6.1 Tahap persiapan
Tahap ini meliputi studi kepustakaan dan konsultasi ahli untuk studi
pendahuluan dan kajian pustaka, penyusunan proposal penelitian serta bimbingan
terkait proposal maupun tahap penelitian selanjutnya.
3.6.2 Tahap Pelaksanaan
Tahap ini dilakukan dengan mengumpulkan data baik sekunder maupun
primer. Data dikumpulkan melalui teknik dokumentasi, wawancara, kuisioner dan
observasi.
3.6.3 Tahap pengolahan data
Pengolahan data sekunder jumlah rumah tidak layak huni dilakukan
dengan rumus matematis, data wawancara diolah secara deskriptif, sedangkan
data kuisioner juga diolah dengan rumus matematis dan bantuan perangkat lunak
SPSS yang meliputi proses editing data, pengembangan variabel, pengkodean
data, cek kesalahan, dan tabulasi.
3.6.4 Tahap analisis data
Tahap ini dilakukan dengan menganalisis data sekunder dan primer yang
telah diolah. Analisis data dilakukan dengan metode kuantitatif.
3.6.5 Tahap pembuatan laporan
Tahap ini dilakukan dengan penyusunan hasil penelitian yang kemudian
dibahas sesuai dengan teknik analisis yang digunakan, sehingga dapat ditarik
kesimpulan dan saran berdasarkan hasil maupun pembahasan penelitian.
66
3.7. Analisis Data
Metode dalam penelitian ini adalah menggunakan metode kuntitatif
dengan teknis analisis deskriptif persentase, scoring, korelasi menggunakan
tabulasi silang (Crosstab) dan uji beda melalui uji beda independen yang akan
dijelaskan sebagai berikut.
3.7.1 Teknik Analisis Deskriptif Persentase
Seperti yang dikemukakan oleh Nazir (2005:63), bahwa untuk mengetahui
permasalahan-permasalahan dalam masyarakat, cara yang berlaku dalam
masyarakat yang berkaitan dengan kegiatan, pandangan dan proses-proses yang
berlaku dalam masyarakat dan pengaruh-pengaruh fenomena digunakan dari suatu
fenomena deskriptif. Tindakan analisis data dilakukan secara terus menerus
hingga akhir untuk mengetahui fenomena yang terjadi. Data yang diperoleh
disusun berdasarkan golongan, ketegori dan diberikan makna selanjutnya di
interpretasi yaitu dengan menjelaskan gejala-gejala yang ada dan terus mencari
terkait antar gejala yang telah ditemukan di lapangan.
Deskriptif persentase digunakan untuk memberikan deskriptif dan
menjawab tujuan pertama dalam penelitian ini. Langkah-langkah yang dapat
ditempuh dalam menggnakan teknik analisais ini:
1. Membuat tabel distribusi jawaban angket X dan Y.
2. Menentukan skor jawaban responden dengan ketentuan skor ang telah
ditetapkan.
3. Menjumlahkan skor jawaban yang diperoleh dari tiap-tiap responden.
4. Menentukan skor dengan rumus:
67
Keterangan:
DP : Deskriptif Persentase (%)
n : Jumlah skor jawaban yang diperoleh
N : Jumlah jawaban maksimum
Data yang diperoleh melalui kuisioner dianalisis dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Mengelompokkan data sesuai dengan jenisnya.
2. Membuat tabulasi data.
Untuk memperoleh analisis data yang berasal dari kuisioner bertingkat
maka perlu diketahui skor yang diperoleh responden dari hasil kuisioner yang
telah diisi.
3.7.2 Teknis Analisis Scoring
Selanjutnya untuk mengukur kualitas perumahan (tujuan kedua) dengan
menggunakan teknik scoring pada masing-masing sub variabel pembentuk
kualitas perumahan. Dalam intrumen penelitian terdapat 3 alternatif jawaban yang
tersedia, dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Skor tertinggi untuk setiap jawaban diberi skor 3
2. Skor terendah untuk setiap jawaban diberi skor 1
Data yang terkumpul dalam bentuk angka ditabulasikan dan diubah
menjadi persentase dengan memasukkan kedalam rumus (deskriptif persentase).
Gambaran tentang kualitas perumahan dalam penelitian ini ditentukan
berdasarkan skor. Skor dapat menunjukkan variasi antara rumah yang satu dengan
68
yang lain. Skor yang diperoleh kemudian dibuat kriteria klasifikasinya. Penentuan
kriteria tersebut menggunakan perhitungan sebagai berikut.
1. Kriteria berdasarkan interval skor tes.
Jumlah item = 12
Skor maksimal = 12 x 3 = 36
Skor minimal = 12 x 1 = 12
Rentang = 36 – 12 = 24
Interval = 24 : 3 = 8
Tabel 3.2 Kriteria Kualitas Perumahan Berdasarkan Jumlah Skor
Interval Skor Kritera
28,02 – 36 Baik
20,01 – 28,01 Sedang
12 – 20 Buruk
Sumber: Analisis Data Penelitian, 2015.
2. Kriteria berdasarkan interval presentase
Presentase maksimal = 3/3 x 100% = 100%
Presentase minimal = 1/3 x 100% = 33,33%
Rentang persentase = 100% - 33,33% = 66,67%
Interval kelas = 66,67% : 3 = 22,22%
Tabel 3.3 Kriteria Kualitas Perumahan Berdasarkan Persentase
Interval Persentase Kriteria
77,79% - 100% Tinggi
55,56% - 77,78% Sedang
33,33% - 55,55% Rendah
Sumber: Analisis Data Penelitian, 2015
Penskoran untuk variabel kualitas perumahan terdapat pada Lampiran 2.
69
Analisis uji beda melalui uji beda independen juga diperlukan dalam
penelitian ini, yaitu untuk mengetahui perbedaan kualitas perumahan di Desa
Mranggen. Rumus dapat ditulis sebagai berikut.
t = (Ghozali 2011:64).
3.1.1 Teknis Analisis Tabulasi Silang (Crosstab)
Teknik ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara kondisi sosial
ekonomi terhadap kualitas perumahan. Teknik tabulasi silang pada prinsipnya
menyajikan data dalam bentuk yang meliputi baris dan kolom dan data untuk
menyajikan crosstab adalah data berskala nominal atau kategori (Ghozali
2011:22). Tabulasi silang digunakan untuk mengidentifikasi dan mengetahui
apakah ada korelasi atau hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain.
Untuk analisis crosstab ini akan dibantu dengan menggunakan program SPSS
16.0.
135
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Pada lokasi penelitian yang meliputi 2 dusun yaitu Dusun Kedungsari dan
Dusun Salamsari masing-masing memiliki tingkat pendidikan kepala
keluarga dan tingkat pendapatan rumah tangga dengan kriteria baik,
sedangkan untuk status kepemilikan tanahnya kebanyakan rumah responden
kepala keluarga beridiri di atas tanah turun temurun yang merupakan warisan
dari keluarga.
2. Perumahan kepala keluarga di Dusun Kedungari dan Dusun Salamsari
mayoritas memiliki kualitas perumahan dengan kriteria baik sesuai dengan
surat Edaran Gubernur Jawa Tengah tanggal 28 Mei tahun 2014 dan
Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 22 Tahun 2008. Lebih
dari setengah rumah di kedua dusun tersebut masuk ke dalam kriteria baik.
Berdasarkan uji beda yang dilakukan dengan menggunakan uji beda
independent samples test menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
signifikan kualitas perumahan antara Dusun Kedungsari dan Dusun
Salamsari.
3. Tingkat pendidikan formal kepala keluarga memiliki hubungan yang
signifikan terhadap pendapatan rumah tangga di Dusun Kedungsari dan
Dusun Salamsari. Selanjutnya untuk pendapatan rumah tangga memiliki
136
hubungan yang signifikan terhadap kualitas perumahan. Semakin baik
pendapatan rumah tangga akan diikuti peningkatan pada kualitas perumahan
di kedua dusun tersebut.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil pembahasan peneliti memberikan beberapa saran yang
bisa diajukan adalah sebagai berikut:
1. Masyarakat di Dusun Kedungsari dan Dusun Salamsari diharapkan dapat
meningkatkan tingkat pendidikannya, karena peningkatan pada aspek
pendidikan akan diikuti peningkatan pada tingkat pendapatan.
2. Masyarakat di Dusun Kedungsari dan Dusun Salamsari perlu meningkatkan
pendapatan rumah tangga, misalnya dengan mencari alternatif pekerjaan
tambahan lain agar pendapatan mereka dapat bertambah, karena dengan
meningkatnya pendapatan rumah tangga akan diikuti oleh peningkatan pada
kualitas perumahan.
3. Ditinjau dari tingkat pendidikan kepala keluarga dan pendapatan rumah tangga
di Dusun Kedungsari dan Dusun Salamsari pada umumnya memiliki kualitas
rumah yang beragam. Akan tetapi di Dusun Salamsari masih terdapat kepala
keluarga yang memiliki tingkat pendidikan dengan kriteria baik namun
memiliki kualitas perumahan dengan kriteria sedang dan masih terdapat kepala
keluarga yang memiliki pendapatan rumah tangga dengan kriteria baik namun
memiliki kualitas perumahan dengan kriteria buruk. Berdasarkan uraian
tersebut sudah selayaknya kepala keluarga memperhatikan dan memperbaiki
137
kualitas perumahan mereka agar pada masa yang akan datang dapat terwujud
kualitas perumahan yang lebih baik yang memenuhi kriteria rumah sehat dan
layak huni.
138
DAFTAR PUSTAKA
Sumber buku:
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Budiharjo, Eko. 1998. Sejumlah Masalah Permukiman Kota. Bandung: Alumni.
Creswell, John W. 2010. Research Design Pendekatan Kualitatitf, Kuantitatif dan
Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Daldjoeni. 1987. Manusia Penghuni Bumi Bunga Rampai Geografi Sosial:
Bandung: Alumni.
Direktorat Perumahan Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan
Umum. 1994. Rumah Sehat Dalam Lingkungan Sehat. Departemen
Pekerjaan Umum: Kantor Wilayah Jawa Tengah.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Gunawan, Rudy. 2009. Rencana Rumah Sehat. Yogyakarta: Kanisus.
Karton, Karini. 1992. Pengantar Ilmu Mendidik Teoritis. Bandung: Mandar Maju.
Kasjono, Heru Sabaris. 2011. Penyehatan Permukiman. Yogyakarta: Gosyen
Publishing.
Muhidin, Sambas Ali dan Maman Abdurahman. 2007. Analisis Korelasi, Regresi
& Jalur Dalam Penelitian. Bandung: CV Pustaka Setia.
Muta’ali. 2000. Teknik Analisis Regional. Yogyakarta. Universitas Gajah Mada.
Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Panudju, Bambang. 1999. Pengadaan Perumahan Kota dengan Peran Serta
Masyarakat Berpenghasilan Rendah. Bandung: Alumni.
Pawarta, W. 2004. Dinamika Permukiman Perdesaan Pada Masyarakat Bali.
(Bahan Ajar), Dikti, Jakarta: UI Press.
Purwodarminto. 1976. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
139
Sabarrudin, Bacheri dkk. 2003. Perkembangan Perumahan Rakyat Masa Lalu,
Saat ini, dan Masa Mendatang. Bandung: Pusat Litbang Permukiman.
Soehandono. 2000. Metode Penentuan Rumah Tangga Miskin. Yogyakarta:
Badan Pusat Statistik.
Sriyono. 1999. Analisis Daya Dukung Lingkungan untuk Penataan Ruang
Wilayah Permukiman dan Perumahan Kelas Menengah. Semarang: Unnes
Press.
Statistik Kecamatan Srumbung. 2014. Statistik Daerah Kecamatan Srumbung
Dalam Angka 2014. Magelang: Badan Pusat Statistik.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kantitatif Kualitatif dab R&D. Bandung:
Alfabeta.
Peraturan/Perundang-undangan:
Monografi Desa Mranggen Tahun 2014. 2014. Kelurahan Mranggen, Kecamatan
Srumbung, Kabupaten Magelang.
Peraturan Daerah Kabupaten Magelang Nomor 5 Tahun 2008 Tentang
Penanggulangan Kemiskinan Di Kabupaten Magelang. 2008. Kabupaten
Magelang: Pemerintah Kabupaten Magelang.
____Kota Magelang Nomor 15 Tahun 2013 Tentang Penanggulangan
Kemiskinan. 2013. Magelang: Pemerintah Kota Magelang.
Peraturan Menteri nomor 22 Tahun 2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal
Bidang Perumahan Rakyat Daerah Provinsi Dan Daerah Kabupaten/Kota.
2008. Jakarta.
Surat Edaran Gubernur Jawa Tengah. 2014. Validitas Data Rumah Tidak Layak
Huni. Semarang. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
Undang-Undang Nomor 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan
Permukiman.1992. Jakarta.
____ 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2003. Jakarta.
____ 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana. 2007. Jakarta.
____ 01 tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. 2011.
Jakarta.
140
____ 13 Tahun 2011 Tentang Penanganan Fakir Miskin. 2011. Jakarta.
Terbitan Terbatas:
Adi, I Gede Astra Wesnawa dan Ida Bagus Made Astawa. “Kajian Kualitas
Lingkungan Permukiman Skala Mikro Di Desa Penyabangan Kecamatan
Gerokgak”. Jurnal Jurusan Pendidikan Geografi Undiksha Singaraja.
Atmaja, Jajang. 2004. “Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Dengan Kondisi Fisik
Bangunan Rumah Tidak Sehat Di Kecamatan Lubuk Alung”. Jurnal Ilmiah
R&B. Volume 4 No. 2. ISSN: 1412–5080. Politeknik Negeri Padang.
Aliyati, Ratu. 2011. Permukiman Kumuh Di Bantaran Ci- Liwung ( Studi Kasus
Kel Manggarai-Srengseng Sawah Dan Kel Kampung Melayu-Kalisari).
Tesis. Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Indonesia.
Darda. 2009. “Karakteristik Permukiman Di Wilayah Pinggiran Kota Jakarta
Tahun 1991-2007 (Studi Kasus: Kecamatan Pamulang dan Kecamatan
Ciputat Kota Tangerang Selatan”. Skripsi. Depok:Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia.
Fahrudin. 2013. “Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Jumoyo Kecamatan
Salam Kabupaten Magelang Sebelum dan Pasca Bencana Banjir Lahar
Dingin Gunung Merapi di Kali Putih Tahun 2011. Skripsi. Semarang:
Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.
Fatchurochman, 2011. “Pengaruh Perkembangan Lahan Terbangun Terhadap
Kualitas Lingkungan Permukiman (Studi Kasus: Kawasan Pendidikan
Kelurahan Tembalang)”. Tugas akhir. Semarang: Jurusan Teknik PWK
Universitas Diponegoro.
Habibah, Rini. 2008. Karakteristik Sosial-Ekonomi Penghuni Perumahan
Kalisalak Kelurahan Kauman Kecamatan Batang Kabupaten Batang”.
Skripsi. Semarang: Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas
Negeri Semarang.
Kurniasih, Sri. 2007. “Usaha Perbaikan Permukiman Kumuh di Petukangan
Utara–Jakarta Utara”. Skripsi. Jakarta Selatan: Fakultas Teknik Arsitektur
Universitas Budi Luhur.
Kusumawati, Indah Dwi. 2014. “Hubungan Antara Pengtahuan Rumah Sehat dan
Status Sosial Ekonomi dengan Kualitas Rumah Tinggal Penduduk di Desa
Rowolaku Kecamatan Kajen”. Skripsi. Semarang: Jurusan Geografi
Universitas Negeri Semarang.
141
Malau, Yois Nelsari. 2006. “Analisis Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat
Kawasan Kumuh di Kecamatan Teluk Nibang Kota Tanjung Balai”. Jurnal
Perencanaan & Pengembangan Wilayah. Volume 2 No.1. Wahana Hijau.
Maryadi, D. 1999. “Partisipasi Masyarakat Dalam Program Pembangunan
Prasarana Lingkungan Perumahan Dan Permukiman”. Tesis. Padang:
Pascasarjana Unand.
Mayasari, Ritihardoyo. 2012. “Kualitas Permukiman Di Kecamatan Pasarkliwon
Kota Surakarta”. Artikel.
Notoatmodjo, S. Pramudiyani, Novita Aris dan Galuh Nita Prameswari. 2011.
“Hubungan antara Sanitasi Rumah dan Perilaku dengan
KejadianPneumonia Balita”. Jurnal Kesehatan Masyarakat (KEMAS).
Volume 6. Halaman 71 – 78.
Perdana. 2013. “Studi Tentang Pelaksanaan Program Pelayanan Dan Rehabilitasi
Kesejahteraan Sosial Rumah Layak Huni di Desa Tideng Pale Induk
Kecamatan Sesayap”. eJournal Pemerintah Integratif. Volume 1 No.2.
ISSN 2337- 8670. Halaman 245-259. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Mulawarman.
Purwitasari, Apriani Yunita. 2013. “Hubungan Antara Tingkat Pendidikan
Dengan Kualitas Rumah Hunian Penduduk Kelurahan Mangunsari
Kecamatan Gunungpati Kota Semarang”. Skripsi. Semarang: Jurusan
Geografi Universitas Negeri Semarang.
Rizka, Ruli Khusnu. 2010. “Evaluasi Pelaksanaan Program Perbaikan Rumah
Tidak Layak Huni Di Kota Surakarta”. Tugas Akhir. Surakarta: Jurusan
Arsitektur Universitas Sebelas Maret.
Suhedi, Ahmad dan Mochammad Syawie. 2012 “Pemberdayaan Keluarga Miskin
Berbasis Komunitas Melalui Rehabilitas Sosial Rumah Tidak Layak Huni
(Studi di Desa Jambu Kabupaten Landak, Provinsi Kalimantan Barat)”.
Jurnal Sosiokonsepsia.Volume 17 No. 03.
Suradi. 2012. “Studi Evaluasi Dampak Kebijakan Sosial : Rehabilitasi Sosial
Rumah Tidak Layak Huni Bagi Keluarga Miskin Di Kota Banjarmasin”.
Jurnal Sosiokonsepsia.Volume 17 No. 02. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Kesejahteraan Sosial Kementerian Sosial RI.
Susilo, Rudiarto. 2014. “Analisis Tingkat Resiko Erupsi Gunung Merapi
Terhadap Permukiman Di Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten”.
Jurnal. Semarang: Jurusan Teknik PWK Universitas Diponegoro.
142
Tarigan, Robinson. 2006. “Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Tingkat
Pendapatan Perbandingan Antara Empat Hasil Penelitian”. Jurnal.
Sumatera: Universitas Sumatera Utara.
Sumber Internet:
http://www.academia.edu/6928469/STATUS_KEPEMILIKAN_TANAH_DRUW
E_DESA_DI_BALI (diakses 3 Mei 2015).
http://www.bps.go.id/menutab.php?kat=1&tabel=1&id_subyek=29 (diakses 07
Desember 2014).
http://ejournal.pin.or.id/site/wp-
content/uploads/2013/06/jurnal%20rumah%20layak%20huni%20(Repaired)
%20(06-24-13-10-29-30).pdf (diakses 12 Desember 2014).
http://kemenpera.go.id/bahantayang/BAHAN%20TAYANG%20RAPAT%20PE
MBAHASAN%20DATA%20DASAR%20PKP%20DALAM%20RANGK
A%20PENYIAPAN%20RPJMN%20DAN%20RENSTRA.pdf (diakses 18
Desember 2014).
http://perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/114057-
%5B_Konten_%5D-M.95.Pendahuluan.pdf (diakses 8 Desember 2014)
http://puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/d2041c4fcea1d58a4f59ab4a273edf92.
pdf (diakses 07 Desember 2014).
http://www.jpnn.com/read/2012/10/01/141567/Permukiman-Kumuh-Terus-
Bertambah- (diakses 18 Desember 2014).
http://www.tempo.co/read/news/2013/11/25/092532383/Djan-Faridz-Masih-
Banyak-Rumah-Tak-Layak-Huni (diakses 18 des 2014)
LAMPIRAN
143
Lampiran 1
KISI-KISI PANDUAN DOKUMENTASI
VARIABEL KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI
Sub Variabel Indikator Jumlah
Pertanyaan
Pendidikan formal Pendidikan terakhir yang pernah
ditempuh KK.
1
Pendapatan rumah
tangga
Pendapatan yang diperoleh suami
dan istri baik itu pendapatan pokok
maupun sampingan selama 1
bulan.
1
Status kepemilikan
tanah
Status tanah yang dimiiki oleh
responden
1
144
Lampiran 2
KISI-KISI PANDUAN OBSERVASI
VARIABEL KUALITAS PERUMAHAN
Sumber: Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 22 Tahun 2008
dan Surat Edaran Gubernur Jawa Tengah 28 Mei 2014.
No. Sub Variabel Indikator Jumlah
Pertanyaan Baik Sedang Buruk
1. Luas lantai
/orang
> 7,2 m2
/orang
7,2
m2/orang
< 7,2 m2/orang 1
2. Kekuatan
rangka
bangunan
Sangat kuat
dan sangat
kokoh
Cukup kuat
dan cukup
kokoh
Tidak kuat dan
tidak kokoh
1
3. Kamar mandi
dan kakus/WC
Lengkap
keduanya
Hanya ada
salah satu
Tidak ada
keduanya
1
4. Luas ventilasi > 10 % dari
luas lantai
10 % dari
luas lantai
< 10 % dari
luas lantai
1
5. Kecukupan
pencahayaan
ruang tamu
> 50 % dari
dinding
yang
berhadapan
dengan
ruang
terbuka
50 % dari
dinding
yang
berhadapan
dengan
ruang
terbuka
< 50 % dari
dinding yang
berhadapan
dengan ruang
terbuka
1
6. Pencahayaan
ruang tidur
> 10 % dari
dinding
yang
berhadapan
dengan
ruang
terbuka
10 % dari
dinding
yang
berhadapan
dengan
ruang
terbuka
< 10 % dari
dinding yang
berhadapan
dengan ruang
terbuka
1
7. Lantai Keramik Plester Tanah 1
8. Pondasi Batu Bata Umpak/tiang 1
9. Atap Genteng Seng/asbes Rumbia 1
10. Dinding Tembok Papan/kayu Bilik/bambu 1
11. Lokasi
kandang ternak
Jauh dari
rumah lebih
5 m/tidak
ada
Dekat
rumah jarak
5 m
Didalam
rumah/bersatu
1
12. Sumber air
minum
Artetis Sumur gali Belik 1
145
Lampiran 3
LEMBAR INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
IDENTITAS RESPONDEN
Instruksi bagi pewawancara: isilah untuk pilihan jawaban setiap pertanyaan
dibawah ini.
Nomor urut responden :................................................................................
Nama lengkap responden : ...............................................................................
Jenis kelamin : Laki-laki/Perempuan* (Coret yang tidak perlu)
Umur : ................ tahun
Alamat :RT.............RW...............Dusun ..............................
Jumlah anggota keluarga : .............................. orang
Pekerjaan : Petani/Buruh/PNS/Wiraswasta/lainnya ..................
KONDISI SOSIAL dan EKONOMI
Instruksi bagi pewawancara: Berilah tanda silang untuk pilihan jawaban setiap
pertanyaan dibawah ini.
1. Apa pendidikan terakhir Bapak/Ibu ?
a. Tidak bersekolah/SD/sederajat
b. SMP/sederajat
c. SMA/sederajat
2. Berapakah pendapatan rumah tangga Bapak/Ibu selama 1 bulan ?
a. <Rp.600.000
b. Rp.600.000 – Rp.1.200.000
c. Rp. >Rp. 1.200.000
3. Bagaimanakah status kepemilikan tanah Bapak/Ibu ?
a. Turun temurun
b. Sewa
c. Hak milik
Observer : ........................................
Tanggal observasi : ........................................
146
LEMBAR OBSERVASI
KUALITAS PERUMAHAN
Instruksi bagi pewawancara: Berilah tanda centang (√) sesuai dengan hasil
pengamatan tentang kondisi rumah sesuai dengan panduan kisi-kisi yang ada.
No.
Unsur yang diskor
(Bagaimana kondisi yang
sebenarnya ?)
Kondisi
Baik Sedang Buruk
1. Luas lantai /orang
2. Kekuatan rangka bangunan
3. Kamar mandi dan kakus/WC
4. Luas ventilasi
5. Kecukupan pencahayaan ruang tamu
6. Pencahayaan ruang tidur
7. Lantai
8. Pondasi
9. Atap
10. Dinding
11. Lokasi kandang ternak
12. Sumber air minum
147
Lampiran 4
LEMBAR PANDUAN INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
IDENTITAS RESPONDEN
Instruksi bagi pewawancara: isilah untuk pilihan jawaban setiap pertanyaan
dibawah ini.
Nomor urut responden : nomor pengisian lembar observasi untuk
responden.
Nama lengkap responden : diisi nama lengkap responden.
Jenis kelamin : Laki-laki/Perempuan* (Coret yang tidak perlu)
Umur : menyebutkan usia respoden berapa tahun.
Alamat : RT ............. RW ............... Dusun .........................
Jumlah anggota keluarga : ....................... orang (yang menempati rumah
tersebut)
Pekerjaan : Petani/Buruh/PNS/Wiraswasta/lainnya sebutkan.
KONDISI SOSIAL dan EKONOMI
Instruksi bagi pewawancara: Berilah tanda silang untuk pilihan jawaban setiap
pertanyaan dibawah ini.
1. Apa pendidikan terakhir Bapak/Ibu ?
a. Tidak bersekolah/SD/sederajat
b. SMP/sederajat
c. SMA/sederajat
2. Berapakah pendapatan rumah tangga Bapak/Ibu selama 1 bulan ?
a. <Rp.600.000
b. Rp.600.000 – Rp.1.200.000
c. Rp. >Rp. 1.200.000
3. Bagaimanakah status kepemilikan tanah Bapak/Ibu ?
a. Turun temurun
b. Sewa
c. Hak milik
Observer : diisi nama lengkap
Tanggal observasi : diisi waktu pelaksanaan wawancara
148
LEMBAR PANDUAN OBSERVASI
KUALITAS PERUMAHAN
Instruksi bagi pewawancara: Berilah tanda centang (√) sesuai dengan hasil
pengamatan tentang kondisi rumah sesuai dengan panduan kisi-kisi yang ada.
No. Unsur yang dinilai Kondisi
Baik Sedang Buruk
1. Luas lantai /orang > 7,2 m2
/orang
7,2 m2/orang < 7,2
m2/orang
2. Kekuatan rangka
bangunan
Sangat kuat
dan sangat
kokoh
Cukup kuat
dan cukup
kokoh
Tidak kuat
dan tidak
kokoh
3. Kamar mandi dan
kakus/WC
Lengkap
keduanya
Hanya ada
salah satu
Tidak ada
keduanya
4. Luas ventilasi > 10 % dari
luas lantai
10 % dari luas
lantai
< 10 % dari
luas lantai
5. Kecukupan
pencahayaan ruang
tamu
> 50 % dari
dinding yang
berhadapan
dengan ruang
terbuka
50 % dari
dinding yang
berhadapan
dengan ruang
terbuka
< 50 % dari
dinding yang
berhadapan
dengan ruang
terbuka
6. Pencahayaan ruang
tidur
> 10 % dari
dinding yang
berhadapan
dengan ruang
terbuka
10 % dari
dinding yang
berhadapan
dengan ruang
terbuka
< 10 % dari
dinding yang
berhadapan
dengan ruang
terbuka
7. Lantai Keramik Plester Tanah
8. Pondasi Batu Bata Umpak/tiang
9. Atap Genteng Seng/asbes Rumbia
10. Dinding Tembok Papan/kayu Bilik/bambu
11. Lokasi kandang
ternak
Jauh dari
rumah lebih 5
m/tidak ada
Dekat rumah
jarak 5 m
Didalam
rumah/bersatu
12. Sumber air minum Artetis Sumur gali Belik
149
Lampiran 5
DAFTAR IDENTITAS RESPONDEN
Kode
Responden Responden Dusun RT
Jenis
Kelamin Umur
Jumlah
Anggota
Keluarga
Tingkat
Pendidikan
Mata
Pencaharian
Pendapatan
RT
R-1 Dakri Kedungsari 1 L 70 4 SD/sederajat Petani Rp.1.300.000
R-2 Jariyah Kedungsari 1 P 75 1 SD/sederajat Penambang pasir Rp.500.000
R-3 Suyadi Kedungsari 1 L 43 5 SMP/sederajat Wiraswasta Rp.1.200.000
R-4 Suwarto Kedungsari 1 L 35 2 SMA/sederajat Penambang pasir Rp.1.000.000
R-5 Ropinah Kedungsari 1 P 70 1 Tidak Sekolah Petani Rp.800.000
R-6 Purwanto Kedungsari 1 L 35 3 SD/sederajat Petani Rp.1.250.000
R-7 Juri Siswanto Kedungsari 1 L 55 6 SMP/sederajat Petani Rp.500.000
R-8 Cip Kedungsari 1 L 56 5 Tidak Sekolah Penambang pasir Rp.800.000
R-9 Siswanto Kedungsari 1 L 60 4 SMP/sederajat Penambang pasir Rp.1.200.000
R-10 Trijono Kedungsari 1 L 46 4 SMP/sederajat Penambang pasir Rp.1.000.000
R-11 Safangat Kedungsari 1 L 52 5 SMP/sederajat Penambang pasir Rp.800.000
R-12 Marzuki Kedungsari 1 L 60 6 SMP/sederajat Penambang pasir Rp.8.00.000
R-13 Mariadi Kedungsari 1 L 28 4 SMA/sederajat Penambang pasir Rp.1.200.000
R-14 Karyonani Kedungsari 1 L 60 5 SMP/sederajat Penambang pasir Rp.1.000.000
R-15 Saldi Kedungsari 1 L 55 3 SMP/sederajat Petani Rp.800.000
R-16 Masudi Kedungsari 1 L 38 2 SMA/sederajat Petani Rp.1.000.000
R-17 Sarju Kedungsari 1 L 51 3 SMP/sederajat Penambang pasir Rp.500.000
R-18 Sarjono Kedungsari 1 L 50 5 SMA/sederajat Penambang pasir Rp.1.000.000
R-19 Riki Kedungsari 1 L 45 5 SD/sederajat Petani Rp.500.000
R-20 Minar Kedungsari 1 L 60 2 SMP/sederajat Petani Rp.1.500.000
R-21 Jono Salamsari 7 L 51 4 SMP/sederajat Penambang pasir Rp.1.250.000
150
R-22 Joko Lando Salamsari 7 L 40 4 SD/sderajat Penambang pasir Rp.1.250.000
R-23 Riyadi Salamsari 7 L 39 4 SMA/sederajat Wiraswasta Rp.1.500.000
R-24 Suji Salamsari 7 L 38 4 Tidak Sekolah Penambang pasir Rp.500.000
R-25 Slamet Salamsari 7 L 45 4 SD/sederajat Penambang pasir Rp.500.000
R-26 Sobirin Salamsari 7 L 27 5 SD/sederajat Penambang pasir Rp.1.300.000
R-27 Isyanto Salamsari 7 L 35 4 Tidak Sekolah Karyawan swasta Rp.1.250.000
R-28 Suprapto Salamsari 7 L 55 4 SD/sederajat Penambang pasir Rp.550.000
R-29 Suyono Salamsari 7 L 55 2 SMA/sederajat Penambang pasir Rp.1.250.000
R-30 Sri Patonah Salamsari 7 L 43 2 SMA/sederajat Penambang pasir Rp.750.000
R-31 Dargian Salamsari 7 L 40 6 SMA/sederajat Petani Rp.1.250.000
R-32 Ristanto Salamsari 7 L 33 4 Tidak Sekolah Petani Rp.750.000
R-33 Jumadi Salamsari 7 L 55 5 SD/sederajat Petani Rp.1.000.000
R-34 Siswanto Salamsari 7 L 70 6 SMA/sederajat Petani Rp.1.500.000
R-35 Kasmi Salamsari 7 L 66 3 SMA/sederajat Penambang pasir Rp.800.000
R-36 Yustin Salamsari 7 L 50 5 SD/sederajat Petani Rp.1.250.000
R-37 Ngatemon Salamsari 7 L 40 4 SD/sederajat Petani Rp.1.000.000
R-38 Tarmin Salamsari 7 L 45 3 SMA/sederajat Penambang pasir Rp.500.000
R-39 Sarno Salamsari 7 L 35 4 SMA/sederajat Penambang pasir Rp.500.000
R-40 Karjo Salamsari 7 L 50 3 SMA/sederajat Petani Rp.1.000.000
R-41 Wakijo Salamsari 7 L 56 4 SMA/sederajat Petani Rp.500.000
R-42 Purwanto
Slamet Salamsari 7 L 50 5 Tidak Sekolah Petani Rp.500.000
R-43 Sutimah Salamsari 7 P 46 2 SMA/sederajat Penambang pasir Rp.1.000.000
R-44 Trimo Pawiro Salamsari 7 L 70 2 SMA/sederajat Penambang pasir Rp.1.250.000
R-45 Budiono Salamsari 7 L 29 4 SD/sederajat Penambang pasir Rp.500.000
R-46 Sutarmo Salamsari 7 L 48 7 Tidak Sekolah Petani Rp.1.250.000
R-47 Bejo Salamsari 7 L 39 6 SMA/sederajat Penambang pasir Rp.1.000.000
151
R-48 Seneng Salamsari 7 L 48 5 SMA/sederajat Petani Rp.1000.000
R-49 Riyanto Salamsari 7 L 49 4 SMP/sederajat Penambang pasir Rp.750.000
R-50 Suwanto Salamsari 7 L 42 5 SD/sederajat Penambang pasir Rp.500.000
R-51 Soleh Salamsari 7 L 38 4 SMP/sederajat Penambang pasir Rp.1.500.000
R-52 Agus Sutarjo Salamsari 7 L 32 3 SMP/sederajat Penambang pasir Rp.1.250.000
R-53 Mudiono Salamsari 7 L 39 5 SD/sederajat Penambang pasir Rp.750.000
R-54 Sutijo Salamsari 7 L 42 5 SMA/sederajat Penambang pasir Rp.1.500.000
R-55 Parwan Salamsari 7 L 32 4 SMP/sederajat Penambang pasir Rp.1.250.000
R-56 Widarno Salamsari 7 L 30 3 SMA/sederajat Penambang pasir Rp.500.000
R-57 Tarmidi Salamsari 7 L 47 4 SMA/sederajat Penambang pasir Rp.1000.000
R-58 Indaryanto Salamsari 7 L 28 3 SMP/sederajat Petani Rp.500.000
R-59 Wahono Salamsari 7 L 36 5 SMP/sederajat Penambang pasir Rp.1.250.000
R-60 Sudaryadi Salamsari 7 L 41 3 Tidak Sekolah Penambang pasir Rp.1.500.000
R-61 Hadi Susanto Salamsari 7 L 66 4 SMA/sederajat Petani Rp.750.000
R-62 Gito Salamsari 7 L 40 2 SMA/sederajat Petani Rp.750.000
R-63 Diah Salamsari 7 P 23 4 SMP/sederajat Petani Rp.1.250.000
R-64 Yahman Salamsari 7 L 45 2 SMP/sederajat Petani Rp.1.500.000
R-65 Tatok Salamsari 7 L 33 3 SMP/sederajat Petani Rp.1.500.000
R-66 Kurniawan Salamsari 7 L 25 5 SMP/sederajat Petani Rp.1.000.000
R-67 Totok Salamsari 7 L 27 5 Tidak Sekolah Penambang pasir Rp.1.500.000
R-68 Setyo Prayitno Salamsari 7 L 60 3 SMA/sederajat Penambang pasir Rp.1.000.000
R-69 Rino Salamsari 7 L 22 6 SMP/sederajat Petani Rp.1.000.000
R-70 Widi Salamsari 7 L 30 5 SMA/sederajat Petani Rp.750.000
R-71 NN Salamsari 7 L 60 2 SMA/sederajat Penambang pasir Rp.1.500.000
R-72 Dina Afrianti Salamsari 7 P 28 3 SMP/sederajat Petani Rp.1.250.000
R-73 Parno Salamsari 7 L 25 4 SMA/sederajat Petani Rp.1750.000
R-74 Bambang Salamsari 7 L 41 5 SD/sederajat Petani Rp.500.000
152
R-75 Wiyono Salamsari 7 L 45 5 SMA/sederajat Karyawan swasta Rp.1.500.000
R-76 Darmo Salamsari 7 L 40 3 SMP/sederajat Petani Rp.2.000.000
R-77 Djatmoko Salamsari 7 L 40 7 SMA/sederajat Karyawan swasta Rp.1.000.000
R-78 Sunaryo Salamsari 7 L 37 6 SMP/sederajat Petani Rp.1.500.000
R-79 Triyono Salamsari 7 L 65 5 SMP/sederajat Petani Rp.1000.000
R-80 Yanto Salamsari 7 L 35 5 SMP/sederajat Petani Rp.1.000.000
R-81 Sueb Salamsari 7 L 46 4 SMP/sederajat Petani Rp.1.500.000
R-82 Subar Salamsari 7 L 45 4 SMA/sederajat Penambang pasir Rp.1.250.000
R-83 Ramlan Salamsari 7 L 50 4 SMA/sederajat Petani Rp.1.250.000
R-84 Haryanto Salamsari 7 L 22 3 SMP/sederajat Penambang pasir Rp.750.000
R-85 NN Salamsari 7 L 60 4 SMP/sederajat Petani Rp.1.500.000
R-86 Ahmad
Dhamiri Salamsari 7 L 64 2 SMP/sederajat Penambang pasir Rp.1.000.000
R-87 Martoni Salamsari 7 L 50 4 SMP/sederajat Petani Rp.800.000
R-88 Martijo Salamsari 7 L 70 4 Tidak Sekolah Petani Rp.1.000.000
R-89 Trimo Salamsari 7 L 65 2 SMA/sederajat Petani Rp.500.000
R-90 Sugiarto Salamsari 7 L 23 3 SMA sederajat Karyawan swasta Rp.1.500.000
R-91 Maini Salamsari 7 L 35 5 SD/sederajat Wiraswasta Rp.1.000.000
R-92 Marsian Salamsari 7 L 90 1 SMA/sederajat Penambang pasir Rp.600.000
R-93 Iwan Salamsari 7 L 33 5 SMA/sederajat Penambang pasir Rp.550.000
R-94 Tugiman Salamsari 7 L 45 5 SMA/sederajat Petani Rp.1.000.000
R-95 Ani Salamsari 7 P 32 7 SMA/sederajat Karyawan swasta Rp.1.500.000
R-96 Sulastri Salamsari 7 P 33 5 SMA/sederajat Karyawan swasta Rp.1.000.000
R-97 Yasmin Salamsari 7 L 40 4 SMA/sederajat Penambang pasir Rp.1.000.000
R-98 Suprianto Salamsari 7 L 31 4 SMP/sederajat Penambang pasir Rp.750.000
R-99 Pardi Salamsari 7 L 33 3 SD/sederajat Penambang pasir Rp.1.000.000
R-100 Wanto Salamsari 7 L 40 4 SMA/sederajat Wiraswasta Rp.1.500.000
153
Lampiran 6
DAFTAR HASIL PENELITIAN KONDISI SOSIAL dan EKONOMI serta KUALITAS PERUMAHAN
Kode
Responden
Tingkat
Pendidikan
Pendapatan
RT
Status
Kepemilikan
Tanah
Kualitas Perumahan Jumlah
Skor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
R-1 1 3 1 2 1 1 1 1 1 1 2 3 1 3 1 18
R-2 1 1 1 1 2 3 2 2 1 2 3 3 3 3 2 27
R-3 3 2 1 2 3 3 3 3 1 2 3 3 3 2 2 30
R-4 3 2 1 3 3 1 3 3 3 2 3 3 3 3 1 31
R-5 1 2 1 1 3 2 2 2 1 1 1 3 1 2 1 20
R-6 2 3 1 2 3 3 2 2 1 1 3 3 3 3 2 28
R-7 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 33
R-8 1 2 3 1 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 2 30
R-9 2 2 1 2 3 1 3 3 2 3 3 3 3 2 1 29
R-10 2 2 1 2 3 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 29
R-11 3 2 1 1 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 31
R-12 2 2 3 1 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 1 29
R-13 3 2 1 2 3 1 3 3 3 2 3 3 3 3 1 30
R-14 2 2 1 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 32
R-15 2 2 1 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 1 31
R-16 3 2 3 3 3 1 2 2 3 3 3 3 3 3 1 30
R-17 2 1 1 3 2 3 3 2 1 2 3 3 3 1 2 28
R-18 3 2 3 1 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 2 30
R-19 1 1 3 1 3 1 2 2 2 1 3 3 3 3 1 25
R-20 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 2 32
R-21 2 3 1 1 2 2 1 1 1 2 2 3 2 1 2 20
154
R-22 1 3 1 2 2 3 2 3 2 2 3 3 3 3 2 30
R-23 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 35
R-24 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 35
R-25 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 35
R-26 1 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 35
R-27 1 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 34
R-28 1 1 1 1 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 29
R-29 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 34
R-30 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 1 2 32
R-31 3 3 1 1 2 2 1 1 2 1 2 2 1 3 2 20
R-32 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 2 3 2 3 1 19
R-33 1 2 1 1 2 2 1 1 1 1 3 3 2 2 1 20
R-34 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 2 2 2 30
R-35 3 2 3 3 2 1 1 3 2 1 3 3 2 3 1 25
R-36 1 3 1 1 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 30
R-37 1 2 1 3 2 1 1 3 2 2 3 3 2 3 1 26
R-38 1 1 1 2 3 1 2 2 1 1 1 3 1 2 1 20
R-39 3 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 34
R-40 3 2 1 2 3 1 1 3 2 2 3 3 3 2 1 26
R-41 3 1 1 2 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 2 29
R-42 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 3 1 3 2 19
R-43 3 2 1 3 2 2 2 1 2 2 3 3 3 3 1 27
R-44 3 3 1 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 34
R-45 1 1 3 2 1 1 2 3 2 1 3 3 3 3 1 25
R-46 1 1 3 1 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 32
R-47 3 3 1 1 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 2 31
R-48 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 32
155
R-49 2 2 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 1 1 30
R-50 1 1 3 2 3 2 2 3 2 2 3 3 3 2 1 28
R-51 2 3 3 3 3 1 3 3 3 2 3 3 3 3 1 31
R-52 2 3 3 3 3 1 3 3 3 2 3 3 3 3 1 31
R-53 1 2 1 2 3 3 2 3 3 1 3 3 3 3 2 31
R-54 3 3 3 1 3 3 2 2 2 3 3 3 3 2 2 29
R-55 2 3 1 3 3 3 3 3 2 3 1 3 2 2 2 30
R-56 3 1 3 2 2 1 1 1 1 1 2 3 2 3 1 20
R-57 3 2 3 2 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 2 31
R-58 2 1 3 3 2 3 2 2 2 2 3 3 3 3 2 30
R-59 2 3 1 1 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 32
R-60 1 3 1 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 34
R-61 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 34
R-62 3 2 1 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 2 31
R-63 2 3 3 2 2 3 2 3 3 2 3 3 3 2 2 30
R-64 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 33
R-65 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 35
R-66 2 2 1 2 3 3 2 2 1 3 3 3 3 2 2 29
R-67 1 3 1 1 2 2 1 1 1 1 1 3 2 3 2 20
R-68 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 2 31
R-69 2 2 1 1 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 32
R-70 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 33
R-71 3 3 3 1 3 2 3 2 2 3 3 3 3 2 2 29
R-72 2 3 3 3 3 1 2 3 2 2 3 3 3 3 1 29
R-73 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 34
R-74 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 3 1 3 1 19
R-75 3 3 3 2 3 3 2 2 2 3 2 3 2 3 2 29
156
R-76 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 29
R-77 3 2 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 33
R-78 2 3 3 1 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 31
R-79 2 2 1 2 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 2 31
R-80 2 2 1 2 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 29
R-81 2 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 35
R-82 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 2 3 2 2 2 29
R-83 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 34
R-84 2 2 1 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 1 1 30
R-85 2 3 3 2 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 30
R-86 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 35
R-87 2 2 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 34
R-88 1 2 3 2 3 1 1 1 1 1 1 3 2 3 1 20
R-89 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 2 33
R-90 3 3 1 3 2 3 1 1 1 3 3 3 3 2 2 27
R-91 1 2 3 1 3 1 1 1 1 1 1 3 2 3 1 19
R-92 1 2 1 3 2 1 2 1 1 1 1 3 1 3 1 20
R-93 3 1 1 1 2 3 1 1 1 1 1 3 1 1 1 17
R-94 3 2 1 2 3 1 3 3 2 2 3 3 3 3 1 29
R-95 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 32
R-96 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 33
R-97 3 2 1 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 30
R-98 3 2 3 2 3 1 3 3 2 2 3 3 3 3 1 29
R-99 1 2 1 3 2 3 2 2 2 1 1 3 1 3 2 25
R-100 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 35
157
Keterangan Lampiran 6 (Kolom Kualitas Perumahan)
1 : Luas lantai/orang
2 : Kekuatan kerangka bangunan
3 : Kamar mandi dan kakus/WC
4 : Luas ventilasi
5 : Kecukupan pencahayaan ruang tamu
6 : Kecukupan pencahayaan ruang tidur
7 : Jenis lantai
8 : Jenis pondasi
9 : Jenis atap
10 : Jenis dinding
11 : Lokasi kandang ternak
12 : Sumber air minum
158
Lampiran 7
Descriptive Statistics
1. Kondisi Sosial dan Ekonomi
Jenis Kelamin Responden Dusun Kedungsari
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Laki-laki 18 90.0 90.0 90.0
Perempuan 2 10.0 10.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
Jenis Kelamin Responden Dusun Salamsari
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Laki-laki 75 93.8 93.8 93.8
Perempuan 5 6.2 6.2 100.0
Total 80 100.0 100.0
Umur Responden Dusun Kedungsari
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 22-23 1 5.0 5.0 5.0
34-45 5 25.0 25.0 30.0
46-57 7 35.0 35.0 65.0
58-69 4 20.0 20.0 85.0
70-81 3 15.0 15.0 100.0
82-93 0 0.0 0.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
Umur Responden Dusun Salamsari
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 22-23 22 27.5 27.5 27.5
34-45 30 37.5 37.5 65.0
46-57 16 20.0 20.0 85.0
58-69 8 10.0 10.0 95.0
70-81 3 3.8 3.8 98.8
82-93 1 1.2 1.2 100.0
Total 80 100.0 100.0
159
Jumlah Anggota keluarga di Dusun Kedungsari
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 2 10.0 10.0 10.0
2 3 15.0 15.0 25.0
3 3 15.0 15.0 40.0
4 4 20.0 20.0 60.0
5 6 30.0 30.0 90.0
6 2 10.0 10.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
Jumlah Anggota keluarga di Dusun Kedungsari
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 1 1.2 1.2 1.2
2 9 11.2 11.2 12.5
3 14 17.5 17.5 30.0
4 28 35.0 35.0 65.0
5 20 25.0 25.0 90.0
6 5 6.2 6.2 96.2
7 3 3.8 3.8 100.0
Total 80 100.0 100.0
Mata Pencaharian Kepala Keluarga di Dusun Kedungsari
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Penambang Pasir
11 55.0 55.0 55.0
Petani 8 40.0 40.0 95.0
Wiraswasta 1 5.0 5.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
Mata Pencaharian Kepala Keluarga di Dusun Salamsari
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Penambang Pasir
37 46.25 46.25 46.25
Petani 34 42.5 42.5 88.75
Karyawan Swasta
6 7.5 7.5 96.25
Wiraswasta 3 3.75 3.75 100.0
Total 80 100.0 100.0
160
Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga di Dusun Kedungsari
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak bersekolah/ SD/sederajat
5 25.0 25.0 25.0
SMP/sederajat 8 40.0 40.0 65.0
SMA/sederajat 7 35.0 35.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga di Dusun Salamsari
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak bersekolah/ SD/sederajat
20 25.0 25.0 25.0
SMP/sederajat 24 40.0 40.0 65.0
SMA/sderajat 36 35.0 35.0 100.0
Total 80 100.0 100.0
Pendapatan Rumah Tangga di Dususn Kedungsari
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid <Rp.600.000 2 10.0 10.0 10.0
Rp.600.000-Rp.1.200.000
8 40.0 40.0 50.0
>Rp.1.200.000 10 50.0 50.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
Pendapatan Rumah Tangga di Dusun Salamsari
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid <Rp.600.000 11 13.8 13.8 13.8
Rp.600.000-Rp.1.200.000
17 21.2 21.2 35.0
>Rp.1.200.000 52 65.0 65.0 100.0
Total 80 100.0 100.0
Status Kepemilikan Tanah di Dusun Kedungsari
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Turun temurun
13 65.0 65.0 65.0
Hak milik 7 35.0 35.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
Status Kepemilikan Tanah Di Dusun Salamsari
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Turun temurun
10 12.5 12.5 12.5
Hak milik 26 32.5 32.5 45.0
Total 80 100.0 100.0 100.0
161
2. Kualitas Perumahan
Luas Lantai per Orang di Dusun Kedungsari
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid <7,2 m2
per orang
7 35.0 35.0 35.0
7,2 m2
per orang 8 40.0 40.0 75.0
>7,2 m2
per orang
5 25.0 25.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
Luas Lantai per Orang di Dusun Salamsari
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid <7,2 m2
per orang
21 26.2 26.2 26.2
7,2 m2
per orang 25 31.2 31.2 57.5
>7,2 m2
per orang
34 42.5 42.5 100.0
Total 80 100.0 100.0
Kekuatan Kerangka Bangunan di Dusun Kedungsari
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak kuat dan tidak kokoh
1 5.0 5.0 5.0
Cukup kuat dan cukup kokoh
2 10.0 10.0 15.0
Sangat kuat dan sangat kokoh
17 85.0 85.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
Kekuatan Kerangka Bangunan di Dusun Salamsari
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak kuat dan tidak kokoh
1 1.2 1.2 1.2
Cukup kuat dan cukup kokoh
20 25 25 26.2
Sangat kuat dan sangat kokoh
59 73.7 73.7 100.0
Total 80 100.0 100.0
162
Kamar Mandi & Kakus atau WC di Dusun Kedungsari
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak ada keduanya
6 30.0 30.0 30.0
Ada salah satu 1 5.0 5.0 35.0
Lengkap keduanya 13 65.0 65.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
Kamar Mandi & Kakus atau WC
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak ada keduanya 22 27.5 27.5 27.5
Ada salah satu 13 16.2 16.2 43.8
Lengkap keduanya 45 56.2 56.2 100.0
Total 80 100.0 100.0
Luas Ventilasi Di Dusun Kedungsari
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid <10% dari luas lantai 1 5.0 5.0 5.0
10% dari luas lantai 8 40.0 40.0 45.0
>10% ari luas lantai 11 55.0 55.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
Luas Ventilasi di Dusun Salamsari
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid <10% dari luas lantai 17 21.2 21.2 21.2
10% dari luas lantai 23 28.7 28.7 50.0
>10% ari luas lantai 40 50.0 50.0 100.0
Total 80 100.0 100.0
Pencahayaan Ruang Tamu di Dusun Kedungsari
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid <50% dari dinding yang berhadapan dengan ruang terbuka
1 5.0 5.0 5.0
50% dari dinding yang berhadapan dengan ruang terbuka
11 55.0 55.0 60.0
>50% dari dinding yang berhadapan dengan ruang terbuka
8 40.0 40.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
Pencahayaan Ruang Tamu di Dusun Salamsari
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid <50% dari dinding yang berhadapan dengan ruang terbuka
17 21.25 21.2 21.2
50% dari dinding yang berhadapan dengan ruang terbuka
18 22.5 22. 43.7
>50% dari dinding yang berhadapan dengan ruang terbuka
45 56.2 56.2 100.0
Total 80 100.0 100.0
163
Pencahayaan Ruang Tidur di Dusun Kedungsari
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid <10% dari dinding yang berhadapan dengan ruang terbuka
6 30.0 30.0 30.0
10% dari dinding yang berhadapan dengan ruang terbuka
7 35.0 35.0 65.0
>10% dari dinding yang berhadapan dengan ruang terbuka
7 35.0 35.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
Jenis Lantai di Dusun Kedungsari
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tanah 4 20.0 20.0 20.0
Plester 11 55.0 55.0 75.0
Keramik 5 25.0 25.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
Pencahayaan Ruang Tidur di Dusun Salamsari
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid <10% dari dinding yang berhadapan dengan ruang terbuka
18 22.5 22.5 22.5
10% dari dinding yang berhadapan dengan ruang terbuka
27 33.7 33.7 56.2
>10% dari dinding yang berhadapan dengan ruang terbuka
35 43.7 43.7 100.0
Total 80 100.0 100.0
Jenis Lantai di Dusun Salamsari
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tanah 17 21.2 21.2 21.2
Plester 32 38.8 38.8 60.0
Keramik 31 40.0 40.0 100.0
Total 80 100.0 100.0
164
Jenis Pondasi di Dusun Kedungsari
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Umpak/tiang 1 5.0 5.0 5.0
Bata 1 5.0 5.0 10.0
Batu 18 90.0 90.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
Jenis Pondasi di Dusun Salamsari
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Umpak/tiang 13 16.2 16.2 16.2
Bata 10 12.5 12.5 28.7
Batu 57 71.2 71.2 100.0
Total 80 100.0 100.0
Jenis Atap di Dusun Kedungsari
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Genteng 20 100.0 100.0 100.0
Jenis Atap di Dusun Salamsari
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Genteng 80 100.0 100.0 100.0
Jenis Dinding Rumah di Dusun Kedungsari
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Bilik/bambu 2 10.0 10.0 10.0
Tembok 18 90.0 90.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
Jenis Dinding Rumah di Dusun Salamsari
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Bilik/bambu 9 11.2 11.2 11.2
Papan/kayu 18 22.5 22.5 33.8
Tembok 53 66.2 66.2 100.0
Total 80 100.0 100.0
165
Lokasi Kandang Ternak di Dusun Kedungsari
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Di dalam rumah/bersatu
1 5.0 5.0 5.0
Dekat dengan rumah jarak 5 m
9 45.0 45.0 50.0
Jauh dari rumah >5 m/tidak ada
10 50.0 50.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
Lokasi Kandang Ternak di Dusun Salamsari
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Di dalam rumah/bersatu
10 12.5 12.5 12.5
Dekat dengan rumah jarak 5 m
22 27.5 27.5 40.0
Jauh dari rumah >5 m/tidak ada
48 60.0 60.0 100.0
Total 80 100.0 100.0
Sumber Air Bersih di Dusun Kedungsari
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Belik 9 45.0 45.0 45.0
Sumur gali 11 55.0 55.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
Sumber Air Bersih di Dusun Salamsari
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Belik 28 35.0 35.0 35.0
Sumur gali 52 65.0 65.0 100.0
Total 80 100.0 100.0
Kualitas Perumahan di Dusun Kedungsari
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 12-20 (Buruk) 1 5.0 5.0 5.0
20.01-28.01 (Sedang) 5 25.0 25.0 30.0
28.2-36 (Baik) 14 70.0 70.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
Kualitas Perumahan di Dusun Salamsari
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 12-20 (Buruk) 13 16.2 16.2 16.2
20.01-28.01 (Sedang) 9 11.2 11.2 27.4
28.2-36 (Baik) 58 72.5 72.5 100.0
Total 80 100.0 100.0
166
Lampiran 8
Analisis Tabulasi Silang (Crosstab)
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN KEPALA
KELUARGA TERHADAP KUALITAS PERUMAHAN
1. Hubungan antara Tingkat Pendidikan Formal Kepala Keluarga terhadap
Pendapatan Rumah Tangga di Dusun Kedungsari
Tingkat Pendidikan * Pendapatan Rumah Tangga Crosstabulation
Pendapatan Rumah
Tangga
Total Rendah Sedang Tinggi
Tingkat
Pendidikan
Tidak
bersekolah/SD
Count 2 2 1 5
Expected Count .5 2.0 2.5 5.0
% within Tingkat
Pendidikan 40.0% 40.0% 20.0% 100.0%
% within Pendapatan
Rumah Tangga 100.0% 25.0% 10.0% 25.0%
% of Total 10.0% 10.0% 5.0% 25.0%
SMP Count 0 6 2 8
Expected Count .8 3.2 4.0 8.0
% within Tingkat
Pendidikan .0% 75.0% 25.0% 100.0%
% within Pendapatan
Rumah Tangga .0% 75.0% 20.0% 40.0%
% of Total .0% 30.0% 10.0% 40.0%
SMA Count 0 0 7 7
Expected Count .7 2.8 3.5 7.0
% within Tingkat
Pendidikan .0% .0% 100.0% 100.0%
% within Pendapatan
Rumah Tangga .0% .0% 70.0% 35.0%
% of Total .0% .0% 35.0% 35.0%
167
Total Count 2 8 10 20
Expected Count 2.0 8.0 10.0 20.0
% within Tingkat
Pendidikan 10.0% 40.0% 50.0% 100.0%
% within Pendapatan
Rumah Tangga 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 10.0% 40.0% 50.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 16.650a 4 .002
Likelihood Ratio 18.187 4 .001
Linear-by-Linear Association 9.485 1 .002
N of Valid Cases 20
a. 9 cells (100,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,50.
Symmetric Measures
Value
Asymp. Std.
Errora Approx. T
b Approx. Sig.
Interval by
Interval
Pearson's R .707 .135 4.236 .000
c
Ordinal by
Ordinal
Spearman Correlation .710 .144 4.276 .000
c
N of Valid Cases 20
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
168
2. Hubungan antara Tingkat Pendidikan Formal Kepala Keluarga terhadap
Kualitas Perumahan di Dusun Salamsari
Timgkat Pendidikan * Pendapatan Rumah Tangga Crosstabulation
Pendapatan Rumah
Tangga
Total Rendah Sedang Tinggi
Tingkat
Pendidikan
SD Count 10 2 0 12
Expected Count 4.2 3.9 3.9 12.0
% within Tingkat Pendidikan 83.3% 16.7% .0% 100.0%
% within Pendapatan Rumah Tangga 35.7% 7.7% .0% 15.0%
% of Total 12.5% 2.5% .0% 15.0%
SMP Count 3 3 2 8
Expected Count 2.8 2.6 2.6 8.0
% within Tingkat Pendidikan 37.5% 37.5% 25.0% 100.0%
% within Pendapatan Rumah Tangga 10.7% 11.5% 7.7% 10.0%
% of Total 3.8% 3.8% 2.5% 10.0%
SMA Count 15 21 24 60
Expected Count 21.0 19.5 19.5 60.0
% within Tingkat Pendidikan 25.0% 35.0% 40.0% 100.0%
% within Pendapatan Rumah Tangga 53.6% 80.8% 92.3% 75.0%
% of Total 18.8% 26.2% 30.0% 75.0%
Total Count 28 26 26 80
Expected Count 28.0 26.0 26.0 80.0
% within Tingkat Pendidikan 35.0% 32.5% 32.5% 100.0%
% within Pendapatan Rumah Tangga 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 35.0% 32.5% 32.5% 100.0%
169
Symmetric Measures
Value
Asymp. Std.
Errora Approx. T
b
Approx.
Sig.
Interval by
Interval
Pearson's R .418 .081 4.069 .000
c
Ordinal by
Ordinal
Spearman Correlation .396 .091 3.810 .000
c
N of Valid Cases 80
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 15.918a 4 .003
Likelihood Ratio 17.887 4 .001
Linear-by-Linear Association 13.831 1 .000
N of Valid Cases 80
a. 6 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,60.
170
HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN RUMAH TANGGA TERHADAP
KUALITAS PERUMAHAN
1. Hubungan antara Pendapatan Rumah Tangga terhadap Kualitas Perumahan di
Dusun Kedungsari
Pendapatan RT* Kualitas Perumahan Crosstabulation
KP
Total Buruk Sedang Baik
Prt Buruk Count 0 3 1 4
Expected Count .4 .8 2.8 4.0
% within Prt .0% 75.0% 25.0% 100.0%
% within KP .0% 75.0% 7.1% 20.0%
% of Total .0% 15.0% 5.0% 20.0%
Sedang Count 1 0 12 13
Expected Count 1.3 2.6 9.1 13.0
% within Prt 7.7% .0% 92.3% 100.0%
% within KP 50.0% .0% 85.7% 65.0%
% of Total 5.0% .0% 60.0% 65.0%
Baik Count 1 1 1 3
Expected Count .3 .6 2.1 3.0
% within Prt 33.3% 33.3% 33.3% 100.0%
% within KP 50.0% 25.0% 7.1% 15.0%
% of Total 5.0% 5.0% 5.0% 15.0%
Total Count 2 4 14 20
Expected Count 2.0 4.0 14.0 20.0
% within Prt 10.0% 20.0% 70.0% 100.0%
% within KP 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 10.0% 20.0% 70.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 13.677a 4 .008
Likelihood Ratio 13.931 4 .008
Linear-by-Linear Association .050 1 .824
N of Valid Cases 20
a. 8 cells (88,9%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,30.
Symmetric Measures
171
2. Hubungan antara Pendapatan Rumah Tangga terhadap Kualitas Perumahan di
Dusun Salamsari
Pendapatann RT * Kualitas Perumahan Crosstabulation
KP
Total Buruk Sedang Baik
Prt Buruk Count 5 2 6 13
Expected Count 2.1 1.5 9.4 13.0
% within Prt 38.5% 15.4% 46.2% 100.0%
% within KP 38.5% 22.2% 10.3% 16.2%
% of Total 6.2% 2.5% 7.5% 16.2%
Sedang Count 5 6 22 33
Expected Count 5.4 3.7 23.9 33.0
% within Prt 15.2% 18.2% 66.7% 100.0%
% within KP 38.5% 66.7% 37.9% 41.2%
% of Total 6.2% 7.5% 27.5% 41.2%
Sedang Count 3 1 30 34
Expected Count 5.5 3.8 24.6 34.0
% within Prt 8.8% 2.9% 88.2% 100.0%
% within KP 23.1% 11.1% 51.7% 42.5%
% of Total 3.8% 1.2% 37.5% 42.5%
Total Count 13 9 58 80
Expected Count 13.0 9.0 58.0 80.0
% within Pendapatan 16.2% 11.2% 72.5% 100.0%
% within KP 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 16.2% 11.2% 72.5% 100.0%
Value Asymp. Std.
Errora Approx. T
b Approx. Sig.
Nominal by Nominal
Phi .377 .023
Cramer's V .267 .023
Contingency Coefficient .353 .023
Interval by Interval
Pearson's R .326 .111 3.044 .003
c
Ordinal by Ordinal
Spearman Correlation .335 .104 3.137 .002
c
N of Valid Cases 80
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
172
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 11.379a 4 .023
Likelihood Ratio 11.256 4 .024
Linear-by-Linear Association 8.389 1 .004
N of Valid Cases 80
a. 4 cells (44,4%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,46.
173
HUBUNGAN ANTARA STATUS KEPEMILIKAN TANAH TERHADAP
KUALITAS PERUMAHAN
1. Hubungan antara Status Kepemilikan Tanah terhadap Kualitas Perumahan di
Dusun Kedungsari
Status Kepemilikan Tanah* Kualitas Perumahan Crosstabulation
KP
Total Buruk Sedang Baik
Skt Buruk Count 2 3 8 13
Expected Count 1.3 2.6 9.1 13.0
% within Skt 15.4% 23.1% 61.5% 100.0%
% within KP 100.0% 75.0% 57.1% 65.0%
% of Total 10.0% 15.0% 40.0% 65.0%
Baik Count 0 1 6 7
Expected Count .7 1.4 4.9 7.0
% within Skt .0% 14.3% 85.7% 100.0%
% within KP .0% 25.0% 42.9% 35.0%
% of Total .0% 5.0% 30.0% 35.0%
Total Count 2 4 14 20
Expected Count 2.0 4.0 14.0 20.0
% within Skt 10.0% 20.0% 70.0% 100.0%
% within KP 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 10.0% 20.0% 70.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 1.633a 2 .442
Likelihood Ratio 2.278 2 .320
N of Valid Cases 20
a. 5 cells (83,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,70.
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Phi .286 .442
Cramer's V .286 .442
Contingency Coefficient .275 .442
N of Valid Cases 20
174
2. Hubungan antara Status Kepemilikan Tanah terhadap Kualitas Perumahan di
Dusun Salamsari
Status Kepemilikan Tanah* Kualitas Perumahan Crosstabulation
KP
Total Buruk Sedang Baik
Skt Buruk Count 10 6 25 41
Expected Count 6.7 4.6 29.7 41.0
% within Skt 24.4% 14.6% 61.0% 100.0%
% within KP 76.9% 66.7% 43.1% 51.2%
% of Total 12.5% 7.5% 31.2% 51.2%
Baik Count 3 3 33 39
Expected Count 6.3 4.4 28.3 39.0
% within Skt 7.7% 7.7% 84.6% 100.0%
% within KP 23.1% 33.3% 56.9% 48.8%
% of Total 3.8% 3.8% 41.2% 48.8%
Total Count 13 9 58 80
Expected Count 13.0 9.0 58.0 80.0
% within Skt 16.2% 11.2% 72.5% 100.0%
% within KP 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 16.2% 11.2% 72.5% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 5.826a 2 .054
Likelihood Ratio 6.053 2 .048
Linear-by-Linear Association 5.624 1 .018
N of Valid Cases 80
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,39.
Symmetric Measures
Value
Asymp. Std. Error
a Approx. T
b Approx. Sig.
Nominal by Nominal
Phi .270 .054
Cramer's V .270 .054
Contingency Coefficient
.261
.054
Interval by Interval
Pearson's R .267 .101 2.445 .017
c
Ordinal by Ordinal
Spearman Correlation .270 .102 2.473 .016
c
N of Valid Cases 80
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
175
Lampiran 9
Uji Beda t-test
1. Uji Beda Kualitas Perumahan di Dusun Kedungsari dan Dusun Salamsari
dengan menggunakan Independent Samples Test
Group Statistics
Dusun N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
KP Kedungsari 20 2.60 .681 .152
Salamsari 80 2.56 .760 .085
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper
KP Equal variances assumed
.541 .464 .201 98 .841 .038 .186 -.332 .407
Equal variances not assumed
.215 31.965 .831 .038 .174 -.318 .393
2. Uji Beda Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga, Pendapatan Rumah Tangga,
dan Status Kepemilikan Tanah di Dusun Kedungsari dan Dusun Salamsari
dengan menggunakan Independent Samples TesT
Group Statistics
Dusun N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
TP Kedungsari 20 2.10 .788 .176
Salamsari 80 2.15 .843 .094
PRT Kedungsari 20 2.05 .605 .135
Salamsari 80 2.25 .755 .084
ST Kedungsari 20 1.70 .979 .219
Salamsari 80 1.98 1.006 .112
176
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed) Mean
Difference Std. Error Difference
95% Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper
TP Equal variances assumed
1.283 .260 -.240 98 .811 -.050 .208 -.463 .363
Equal variances not assumed
-.250 30.832 .804 -.050 .200 -.458 .358
PRT Equal variances assumed
8.191 .005 -
1.099 98 .275 -.200 .182 -.561 .161
Equal variances not assumed
-1.255
35.384 .218 -.200 .159 -.523 .123
ST Equal variances assumed
7.420 .008 -
1.099 98 .274 -.275 .250 -.771 .221
Equal variances not assumed
-1.118
29.861 .273 -.275 .246 -.778 .228
177
Lampiran 10
Surat Izin Penelitian
Top Related