KPSW
OLEH:KELOMPOK VI
Ada bermacam-macam teori dan defenisi mengenai
ketuban pecah dini. Beberapa penulis mendefinisikan
ketuban pecah dini yaitu
KPSW adalah : pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-
tanda persalinan mulai dan ditunggu satu jam belum
terjadi inpartu (kapita selekta penatalaksanaan rutin
Obstetri Ginekolog dan KB).
PENGERTIAN
KPSW adalah pecahnya ketuban sebelum mulainya persalinan
yaitu bila pada primipara pembukaan <3 cm dan pada multipara
< 5 cm (Mochtar, 1998)
KPSW adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya tanpa
disertai tanda inpartu dan setelah satu jam tetap tidak diikuti
dengan proses inpartu sebagaimana mestinya. Sebahagian
pecahnya ketuban secara dini terjadi sekitar usia kehamilan 37
minggu ( Manuaba , Ida Bagus Gde. 2007).
.
KPSW adalah : pecahnya ketuban sebelum
waktunya tanpa disertai tanda inpartu dan setelah satu
jam tetap tidak diikuti dengan proses inpartu
sebagaimana mestinya. Sebahagian pecahnya ketuban
secara dini terjadi sekitar usia kehamilan 37 minggu
( Manuaba , Ida Bagus Gde. 2007).
Selaput janin dapat robek dalam kehamilan :
• Spontan karna selaputnya lemah atau kurang
terlindung karna servik terbuka.
• Karena trauma, karna jatuh, coitus atau alat-alat
menurut Eastman kira-kira 12% dari semua kehamilan
INSIDEN
a. Air ketuban mengalir keluar, hingga rahim lebih
kecil dari sesuai dengan tuanya kehamilan
konsistensinya lebih keras.
b. Biasanya terjadi persalinan
c. Cairan : hydroohoea amniotica
GEJALA
Terjadinya KPSW tetap tidak jelas, tetapi berbagai
jenis faktor yang menimbulkan terjadinya KPSW
yaitu infeksi vagina dan serviks, fisiologi selaput
ketuban yang abnormal, inkompetensi serviks, dan
devisiensi gizi dari tembaga atau asam
askorbat (vitamin c). (manuaba, Ida Bagus Gde.
2007)
. Etiologi
Fisiologi selaput amnion/ketuban yang abnormalInkompetensi serviksInfeksi vagina/serviksKehamilan gandaPolihidramnionTraumaDistensi uteriStress maternalStress fetalInfeksiServiks yang pendekProsedur mediS
FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DGN MENINGKATNYA INSIDENS KPD
KPSW biasanya terjadi karna berkurangnya kekuatan
membran atau penambahan tekanan intra uterin ataupun
sebaliknya. Kemungkinan tekanan intra uterin yang kuat
adalah penyebab independen dari KPSW dan selaput
ketuban yang tidak kuat akibat kurangnya jaringan ikat
dan vaskularisasi akan mudah pecah dengan
mengeluarkan air ketuban.
PATOFISIOLOGI KPSW
•Adanya cairan yang berisi mekonium (kotoran janin), verniks kaseosa
(lemak putih) rambut lanugo atau (bulu-bulu halus) bila telah terinfeksi
bau
•Pemeriksaan inspekulo, lihat dan perhatikan apakah memang air
ketuban keluar dari kanalis servikalis pada bagian yang sudah pecah,
atau terdapat cairan ketuban pada forniks posterior
•USG : volume cairan amnion berkurang/oligohidramnion
•Terdapat infeksi genital (sistemik)
DIAGNOSA
Gejala chorioamnionitis
Maternal : demam (dan takikardi), uterine tenderness,
cairan amnion yang keruh dan berbau, leukositosis
(peningkatan sel darah putih) meninggi, leukosit esterase
(LEA) meningkat, kultur darah/urin
Fetal : takikardi, kardiotokografi, profilbiofisik, volume
cairan ketuban berkurang
Tes cairan amnion, diantaranya :
•Dilakukan tes valsava, tes nitrazin dan tes fern Normal pH
cairan vagina 4,5-5,5 dan normal pH cairan amnion 7,0-7,5
•Dilakukan uji kertas lakmus/nitrazine test
Jadi biru (basa) : air ketuban
Jadi merah (asam) : air kencing
1. Umur kehamilan >20 minggu
2. Keluar cairan ketuban dari vagina
3. Pemeriksaan speculum : terlihat cairan keluar dari
ostium uteri eksternum
4. Kertas Nitrazin merah akan jadi biru
5. Mikroskopis : terlihat lanugo dan verniks kaseosa
6. Tes Pakis, dengan meneteskan cairan ketuban pada
gelas objek dan dibiarkan kering.
Pemeriksaan mikroskopik menunjukan kristal cairan
amnion dangambaran daun pakis.
Kriteria Diagnosis
Diagnosis KPSW didasarkan atas :
A.Riwayat pengeluaran cairanB.Pemeriksaan inspekulo untuk mengambil cairan pada forniks posterior : a. Pemeriksaan Lakmus yang akan berubah
menjadi biru – sifat basa b. Fren tes cairan amnionC. Pemeriksaan USG untuk mencari : a. Afi (amniotic fluid index) b. Aktivitas janin c. Pengukuran BB janin d. DJJ e. Kelainan congenital atau deformitas
dengan jalan :
a. Aspirasi air ketuban untuk dilakukan :
– Kultur cairan amnion
– Pemeriksaan interleukin
– Alfa fetoprotein
b. Penyuntikan indigo karmin ke dalam amnion
Membuktikan kebenaran ketuban
pecah
1)Keluar air ketuban warna putih keruh, jernih, kuning, hijau
atau kecoklatan sedikit-sedikit atau sekaligus banyak.
2)Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi
3)Janin mudah diraba
4)Pada pemeriksaan dalam selaput ketuban tidak ada, air
ketuban kering
5)Inspekulo : tanpa air ketuban mengalir atau selaput
ketuban tidak ada dan air ketuban sudah kering.
Tanda dan Gejala
Gejala dan tanda selalu ada Gejala dan tanda kadang-kadang ada
Keluar cairan ketuban Ketuban pecah tiba-tiba
ü Cairan tampak di introitus vagina
ü Tidak ada his dalam 1 jam Cairan vagina berbau
Demam atau mengigil
Nyeri perut
>> Riwayat keluar cairan >> Uterus nyeri ►DJJ cepat >> perdarahan pervaginam sedikit
Cairan vagina berbau
Tidak ada riwayat ketuban pecah
►Gatal
>> keputihan ● Nyeri perut
►Disuria Cairan vagina berdarah >> Nyeri perut
>> Gerak janin berkurang
>> Perdarahan banyak Cairan berupa darah lendir >> Pembukaan dan pendataran
cerviks
● Ada his
1).Infeksi intrapartum (korioamnionitis) ascendens dari
vagina ke intrauterine. Pada ketuban pevah 6 jam, resiko
infeksi meningkat 1 kali. Ketuban pecah 24 jam, resiko
infeksi meningkat sampai 2 kali lipat
2).Persalinan preterm, jika terjadi pada usia kehamilan
preterm
3).Prolapsus tali pusat, bisa sampai gawat janin dan
kematian janin akibat hipoksia (sering terjadi pada
presentasi bokong atau letak lintang). Oligohidramnion,
bahkan sering partus kering karena air ketuban habis.
PROGNOSIS
APABILA TERJADI KPSW
•Infeksi intrapartal/dalam persalinan
•Infeksi puerperalis/ masa nifas
•Dry labour/Partus lama
•Perdarahan post partum
•Meningkatkan tindakan operatif obstetri (khususnya
SC)
•Morbiditas dan mortalitas maternal
Prognosis IBU
Prematuritas
Masalah yang dapat terjadi pada persalinan prematur
diantaranya adalah respiratory distress sindrome,
hypothermia, neonatal feeding problem, retinopathy of
premturity, intraventricular hemorrhage, necrotizing
enterocolitis, brain disorder (and risk of cerebral palsy),
hyperbilirubinemia, anemia, sepsis.
•Prolaps funiculli/ penurunan tali pusat
•Hipoksia dan Asfiksia sekunder (kekurangan oksigen pada
bayi
•Sindrom deformitas
•Morbiditas dan mortalitas perinatal.
Prognosis janin
1.Konservatif2.Tindakan aktif
PENANGANANTata laksana agresifTata laksana agresifTata laksana agresifTata laksana agresifTata laksana agresif
2).Janin hidup jika letak lintang terdapat prolapsus tali
pusat dilakukan persalinan dengan seksio sesarea.
Jika janin memanjang dilakukan partus pervaginam
dengan induksi oksitosin.
c).Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin,
bila gagal seksio sesarea. Dapat juga diberikan
misoprostol 50 mg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4
kali.
2).Janin hidup jika letak lintang terdapat prolapsus
tali pusat dilakukan persalinan dengan seksio sesarea.
Jika janin memanjang dilakukan partus pervaginam
dengan induksi oksitosin.
c).Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila
gagal seksio sesarea. Dapat juga diberikan misoprostol 50
mg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali. d).Bila ada
tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi, dan
persalinan di akhiri :
1).Bila skor pelvik < 5 , lakukan pematangan servik,
kemudian di induksi. Jika tidak berhasil lakukan persalinan
dengan seksio sesarea.
2).Bila skor pelvik > 5 , induksi
Manuaba, Ida Bagus Gde (2007) dalam menghadapi ketuban
pecah sebelum waktunya harus mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut :
1) Fase Laten
a) Lamanya waktu sejak ketuban pecah sampai terjadinya
proses persalinan
b) Semakin panjang fase laten semakin besar kemungkinan
terjadinya infeksi
c) Mata rantai infeksi merupakan asendens infeksi, antara
lain :
ü Khorioamnionitis
a) Abdomen terasa tegang
b) Pemeriksaan laboratorium terjadi leukositosis
c) Protein C reaktif meningkat
d) Kultur cairan amnion positif
ü Desiduitis : Infeksi yang terjadi pada lapisan desidua
2) Perkiraan Berat badan janin dapat ditentukan
dengan pemeriksaan USG yang mempunyai program
untuk mengukur berat badan janin. Semakin kecil
berat badan janin, semakin besar kemungkinan
kematian dan kesakitan sehingga tindakan terminasi
memerlukan pertimbangan keluarga.
3) Presentasi janin intrauteri
Presentasi janin merupakan petunjuk untuk melakukan
terminasi kehamilan. Pada letak lintang atau bokong
harus dilakukan dengan jalan section sesarea.
Tindakan agar dapatesif dilakukan jika ada indikasi
vital sehingga tidak dapat ditunda karena
mengancam kehidupan janin atau maternal. Indikasi
vital yang dimaksud yaitu :
•Infeksi intrauterin
•Solusio plasenta
•Gawat janin
•Prolap tali pusat
•Evaluasi DJJ menunjukan gawat janin
•BB janin cukup viable untuk dapat beradaptasi di luar
kandungan.
Tata laksana
agresif