KPSW

29
KPSW OLEH: KELOMPOK VI

Transcript of KPSW

Page 1: KPSW

KPSW

OLEH:KELOMPOK VI

Page 2: KPSW

Ada bermacam-macam teori dan defenisi mengenai

ketuban pecah dini. Beberapa penulis mendefinisikan

ketuban pecah dini yaitu

KPSW adalah : pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-

tanda persalinan mulai dan ditunggu satu jam belum

terjadi inpartu (kapita selekta penatalaksanaan rutin

Obstetri Ginekolog dan KB).

PENGERTIAN

Page 3: KPSW

KPSW adalah pecahnya ketuban sebelum mulainya persalinan

yaitu bila pada primipara pembukaan <3 cm dan pada multipara

< 5 cm (Mochtar, 1998)

KPSW adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya tanpa

disertai tanda inpartu dan setelah satu jam tetap tidak diikuti

dengan proses inpartu sebagaimana mestinya. Sebahagian

pecahnya ketuban secara dini terjadi sekitar usia kehamilan 37

minggu ( Manuaba , Ida Bagus Gde. 2007).

.

Page 4: KPSW

KPSW adalah : pecahnya ketuban sebelum

waktunya tanpa disertai tanda inpartu dan setelah satu

jam tetap tidak diikuti dengan proses inpartu

sebagaimana mestinya. Sebahagian pecahnya ketuban

secara dini terjadi sekitar usia kehamilan 37 minggu

( Manuaba , Ida Bagus Gde. 2007).

Page 5: KPSW

Selaput janin dapat robek dalam kehamilan :

• Spontan karna selaputnya lemah atau kurang

terlindung karna servik terbuka.

• Karena trauma, karna jatuh, coitus atau alat-alat

    

Page 6: KPSW

menurut Eastman kira-kira 12% dari semua kehamilan

INSIDEN

Page 7: KPSW

a. Air ketuban mengalir keluar, hingga rahim lebih

kecil dari sesuai dengan tuanya kehamilan  

konsistensinya lebih keras.

b. Biasanya terjadi persalinan

c. Cairan : hydroohoea amniotica

GEJALA

Page 8: KPSW

Terjadinya KPSW tetap tidak jelas, tetapi berbagai

jenis faktor       yang menimbulkan terjadinya KPSW

yaitu infeksi vagina dan serviks, fisiologi selaput

ketuban yang abnormal, inkompetensi serviks, dan

devisiensi gizi dari           tembaga atau asam

askorbat (vitamin c). (manuaba, Ida Bagus Gde.

2007)

.    Etiologi 

Page 9: KPSW

Fisiologi selaput amnion/ketuban yang abnormalInkompetensi serviksInfeksi vagina/serviksKehamilan gandaPolihidramnionTraumaDistensi uteriStress maternalStress fetalInfeksiServiks yang pendekProsedur mediS

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DGN MENINGKATNYA INSIDENS KPD

Page 10: KPSW

KPSW biasanya terjadi karna berkurangnya kekuatan

membran atau penambahan tekanan  intra uterin ataupun

sebaliknya. Kemungkinan tekanan intra uterin yang kuat

adalah penyebab independen dari KPSW dan selaput

ketuban yang tidak kuat akibat kurangnya jaringan ikat

dan vaskularisasi akan mudah pecah dengan

mengeluarkan air ketuban.

PATOFISIOLOGI KPSW

Page 11: KPSW

           

•Adanya cairan yang berisi mekonium (kotoran janin), verniks kaseosa

(lemak putih) rambut lanugo atau (bulu-bulu halus) bila telah terinfeksi

bau

•Pemeriksaan inspekulo, lihat dan perhatikan apakah memang air

ketuban keluar dari kanalis servikalis pada bagian yang sudah pecah,

atau terdapat cairan ketuban pada forniks posterior

•USG : volume cairan amnion berkurang/oligohidramnion

•Terdapat infeksi genital (sistemik)

DIAGNOSA

Page 12: KPSW

Gejala chorioamnionitis

Maternal : demam (dan takikardi), uterine tenderness,

cairan amnion yang keruh dan berbau, leukositosis

(peningkatan sel darah putih) meninggi, leukosit esterase

(LEA) meningkat, kultur darah/urin   

   Fetal : takikardi, kardiotokografi, profilbiofisik, volume

cairan ketuban berkurang

Page 13: KPSW

Tes cairan amnion, diantaranya :

•Dilakukan tes valsava, tes nitrazin dan tes fern Normal pH

cairan vagina 4,5-5,5 dan normal pH cairan amnion  7,0-7,5

•Dilakukan uji kertas lakmus/nitrazine test

Jadi biru (basa)            : air ketuban

Jadi merah (asam)       : air kencing

Page 14: KPSW

 

       1. Umur kehamilan >20 minggu

       2. Keluar cairan ketuban dari vagina

       3. Pemeriksaan speculum : terlihat cairan keluar dari

ostium uteri eksternum

       4. Kertas Nitrazin merah akan jadi biru

       5. Mikroskopis : terlihat lanugo dan verniks kaseosa

       6. Tes Pakis, dengan meneteskan cairan ketuban pada

gelas objek dan dibiarkan kering.

           Pemeriksaan mikroskopik menunjukan kristal cairan

amnion dangambaran daun pakis.

Kriteria Diagnosis

Page 15: KPSW

Diagnosis KPSW didasarkan atas :

A.Riwayat pengeluaran cairanB.Pemeriksaan  inspekulo untuk mengambil cairan pada forniks posterior :                           a. Pemeriksaan Lakmus yang akan berubah

menjadi biru – sifat basa                           b. Fren tes cairan amnionC.    Pemeriksaan USG untuk mencari :                      a. Afi (amniotic fluid index)                      b. Aktivitas janin                      c. Pengukuran BB janin                      d. DJJ                      e. Kelainan congenital atau deformitas

Page 16: KPSW

dengan jalan :

          a. Aspirasi air ketuban untuk dilakukan :

                      – Kultur cairan amnion

                      – Pemeriksaan interleukin

                      – Alfa fetoprotein

          b. Penyuntikan indigo karmin ke dalam amnion

Membuktikan kebenaran ketuban

pecah

Page 17: KPSW

1)Keluar air ketuban warna putih keruh, jernih, kuning, hijau

atau kecoklatan sedikit-sedikit atau sekaligus banyak.

2)Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi

3)Janin mudah diraba

4)Pada pemeriksaan dalam selaput ketuban tidak ada, air

ketuban kering

5)Inspekulo : tanpa air ketuban mengalir atau selaput

ketuban tidak ada dan air ketuban sudah kering.

Tanda dan Gejala

Page 18: KPSW

Gejala dan tanda selalu ada Gejala dan tanda kadang-kadang ada

Keluar cairan ketuban Ketuban pecah tiba-tiba

ü  Cairan tampak di introitus vagina

ü  Tidak ada his dalam 1 jam Cairan vagina berbau

Demam atau mengigil

Nyeri perut

>> Riwayat keluar cairan >> Uterus nyeri ►DJJ cepat >> perdarahan pervaginam sedikit

Cairan vagina berbau

Tidak ada riwayat ketuban pecah

►Gatal

>> keputihan ● Nyeri perut

►Disuria Cairan vagina berdarah >> Nyeri perut

>> Gerak janin berkurang

>> Perdarahan banyak Cairan berupa darah lendir >> Pembukaan dan pendataran

cerviks

● Ada his

Page 19: KPSW

1).Infeksi intrapartum (korioamnionitis) ascendens dari

vagina ke intrauterine. Pada ketuban pevah 6 jam, resiko

infeksi meningkat 1 kali. Ketuban pecah 24 jam, resiko

infeksi meningkat sampai 2 kali lipat

2).Persalinan preterm, jika terjadi pada usia kehamilan

preterm

3).Prolapsus tali pusat, bisa sampai gawat janin dan

kematian janin akibat hipoksia (sering terjadi pada

presentasi bokong atau letak lintang). Oligohidramnion,

bahkan sering partus kering karena air ketuban habis.

PROGNOSIS

Page 20: KPSW

APABILA TERJADI KPSW

•Infeksi intrapartal/dalam persalinan

•Infeksi puerperalis/ masa nifas

•Dry labour/Partus lama

•Perdarahan post partum

•Meningkatkan tindakan operatif obstetri (khususnya

SC)

•Morbiditas dan mortalitas maternal

Prognosis IBU

Page 21: KPSW

Prematuritas

Masalah yang dapat terjadi pada persalinan prematur

diantaranya adalah respiratory distress sindrome,

hypothermia, neonatal feeding problem, retinopathy of

premturity, intraventricular hemorrhage, necrotizing

enterocolitis, brain disorder (and risk of cerebral palsy),

hyperbilirubinemia, anemia, sepsis.

•Prolaps funiculli/ penurunan tali pusat

•Hipoksia dan Asfiksia sekunder (kekurangan oksigen pada

bayi

•Sindrom deformitas

•Morbiditas dan mortalitas perinatal.

Prognosis janin

Page 22: KPSW

1.Konservatif2.Tindakan aktif

PENANGANANTata laksana agresifTata laksana agresifTata laksana agresifTata laksana agresifTata laksana agresif

Page 23: KPSW

2).Janin hidup jika letak lintang terdapat prolapsus tali

pusat dilakukan persalinan dengan seksio sesarea.

Jika janin memanjang dilakukan partus pervaginam

dengan induksi oksitosin.

c).Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin,

bila gagal seksio sesarea. Dapat juga diberikan

misoprostol 50 mg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4

kali.

Page 24: KPSW

2).Janin hidup jika letak lintang terdapat prolapsus

tali pusat dilakukan persalinan dengan seksio sesarea.

Jika janin memanjang dilakukan partus pervaginam

dengan induksi oksitosin.

c).Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila

gagal seksio sesarea. Dapat juga diberikan misoprostol 50

mg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali. d).Bila ada

tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi, dan

persalinan di akhiri :

1).Bila skor pelvik < 5 , lakukan pematangan servik,

kemudian di induksi. Jika tidak berhasil lakukan persalinan

dengan seksio sesarea.

2).Bila skor pelvik > 5 , induksi

Page 25: KPSW

Manuaba, Ida Bagus Gde (2007) dalam menghadapi ketuban

pecah sebelum waktunya harus mempertimbangkan hal-hal

sebagai berikut :

1) Fase Laten

a) Lamanya waktu sejak ketuban pecah sampai terjadinya

proses persalinan

b) Semakin panjang fase laten semakin besar kemungkinan

terjadinya infeksi

c) Mata rantai infeksi merupakan asendens infeksi, antara

lain :

ü  Khorioamnionitis

a) Abdomen terasa tegang

b) Pemeriksaan laboratorium terjadi leukositosis

c) Protein C reaktif meningkat

d) Kultur cairan amnion positif

ü  Desiduitis : Infeksi yang terjadi pada lapisan desidua

Page 26: KPSW

 2) Perkiraan Berat badan janin dapat ditentukan

dengan pemeriksaan USG yang mempunyai program

untuk mengukur berat badan janin. Semakin kecil

berat badan janin, semakin besar kemungkinan

kematian dan kesakitan sehingga tindakan terminasi

memerlukan pertimbangan keluarga.

Page 27: KPSW

3) Presentasi janin intrauteri

Presentasi janin merupakan petunjuk untuk melakukan

terminasi kehamilan. Pada letak lintang atau bokong

harus dilakukan dengan jalan section sesarea.

Page 28: KPSW

Tindakan agar dapatesif dilakukan jika ada indikasi

vital sehingga tidak dapat ditunda karena

mengancam kehidupan janin atau maternal. Indikasi

vital yang dimaksud yaitu :

•Infeksi intrauterin

•Solusio plasenta

•Gawat janin

•Prolap tali pusat

•Evaluasi DJJ menunjukan gawat janin

•BB janin cukup viable untuk dapat beradaptasi di luar

kandungan.

Tata laksana

agresif

Page 29: KPSW