0
KORELASI KEMAMPUAN AKADEMIK MAHASISWA
TERHADAP PENYELESAIAN STUDI DI PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN FISIKA
(Laporan Penelitian)
Oleh:
IWAN PERMANA SUWARNA NIP.197805042009011013
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2010
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, merupakan salah satu lembaga
penyelenggara tenaga kependidikan (LPTK), sekaligus berperan sebagai
lembaga penyedia sumber daya pendidik dan kependidikan di tingkat
dasar maupun menengah. Beban tersebut akan terasa berat, terlebih
adanya tuntutan output yang dihasilkan harus berkualitas. Banyak sekali
pertanyaan-pertanyaan yang bisa dikemukaan, seperti: sejauhmana FITK
menghasilkan para lulusannya?; bagaimanakah profil para mahasiswa
lulusan FITK; dimanakah letak keunggulan dan kelemahan mahasiswa
lulusan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ?
Tuntutan terhadap perubahan kualitas pendidikan merupakan
suatu keharusan. Perubahan tersebut haruslah dimulai dari perbaikan
kualitas para calon tenaga pendidiknya. Statistik hasil penelitian tentang
kualitas para tenaga pendidik di tingkat dasar sampai atas menunjukkan
mutu yang rendah, masih jauh dari memadai. Persentase guru yang tidak
layak dan belum layak mengajar: 60% untuk guru SD, 40% guru SLTP,
43% guru SMA, dan 34% guru SMK jika dilihat dari segi kualitasnya.
Berdasarkan linieritas kompetensi pendidikan yang dimiliki, 17,2% (=
69.477) guru mengajar bukan pada bidang studi yang dikuasainya
(kompas). Penelitian lain menunjukkan dari segi kualifikasinya: dari 1,2
juta guru SD yang ada saat ini hanya 8,3% yang telah berijasah sarjana.
Menurut Mulyasa dalam seminar pendidikan pada mediaindonesia.com,
salah satu indikator rendahnya kualitas guru di Indonesia adalah banyak
guru yang tidak lulus ketika dites soal Ujian Nasional. Peneliti simpulkan
hal ini disebabkan oleh rendahnya kemampuan akademik dari para guru
dalam memahami konten. Fakta lain seperti yang diungkapkan Surya
1
2
dalam media yang sama "Saya pernah menemukan ada guru matematika
di Indonesia bagian timur yang tidak bisa menambahkan 0,5 dengan 0,75,"
Realitas semacam ini, pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas anak
didik yang dihasilkan. Bagaimana kondisi anak didik yang akan
dihasilkan jika para tenaga pendidiknya memiliki kemampuan seperti itu.
Bagaimanakah kemampuan akademik mahasiswa Program Studi
Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam FITK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai calon tenaga pengajar? Sebelum
mereka menjadi tenaga pengajar, bagaimanakah kemampuan mereka
dalam menyelesaikan studinya? Adakah korelasi antara kemampuan
akademik dengan kemampuan menyelesaikan studi?
Latar belakang masalah di atas mengungang rasa ketertarikan saya
untuk melakukan penelitian mengenai masalah tersebut. Adapun judul
penelitiannya adalah: Korelasi Kemampuan Akademik Mahasiswa
terhadap Penyelesaian Studi di Program Studi Pendidikan Fisika.
B. Identifikasi Masalah
Masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi, sebagai berikut:
1. Rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia salah satunya
disebabkan oleh rendahnya kualitas para tenaga pendidiknya.
2. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta merupakan salah satu lembaga kependidikan penyedia
sumber daya pendidik dan tenaga kependidikan.
C. Rumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan dalam
bentuk pertanyaan seperti berikut: Apakah kemampuan akademik
mahasiswa berkorelasi terhadap penyelesaian studi di Program Studi
Pendidikan Fisika FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?
Adapun pertanyaan penelitiannya adalah sebagai berikut:
3
1. Bagaimanakah kemampuan akademik mahasiswa Program Studi
Pendidikan Fisika?
2. Bagaimanakah kemampuan mahasiswa dalam menyelesaikan studi di
Program Studi Pendidikan Fisika?
3. Apakah kemampuan akademik mahasiswa program studi pendidikan
fisika berkorelasi terhadap kemampuan menyelesaikan studinya?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui profil kemampuan akademik mahasiswa Program Studi
Pendidikan Fisika.
2. Mengetahui profil kemampuan menyelesaikan studi mahasiswa
program studi pendidikan fisika.
3. Mengetahui korelasi kemampuan akademik mahasiswa program studi
pendidikan fisika terhadap kemampuan menyelesaikan studi.
E. Manfaat dan Kegunaan Penelitian
Manfaat dan kegunaan dari penelitian ini secara khusus, antara
lain:
1. Dengan diketahuinya profil kemampuan akademik akademik
mahasiswa Jurusan Pendidikan IPA pada Program Studi Pendidikan
Fisika, informasi ini dapat dijadikan sebagai tolak ukur pencapaian
penyelenggaran pendidikan khususnya di program studi pendidikan
fisika dalam mempersiapkan calon tenaga pendidik, sekaligus dapat
dijadikan sebagai cerminan kualitas mutu para calon pendidik.
2. Dengan diketahuinya profil kemampuan menyelesaikan studi
mahasiswa program studi pendidikan fisika, informasi ini dapat
dijadikan bahan evaluasi dan instrospreksi terhadap lembaga FITK,
khususnya bagi program studi pendidikan fisika.
4
3. Dengan diketahuinya korelasi antara kemampuan akademik terhadap
kemampuan menyelesaikan studi para mahasiswa Program Studi
Pendidikan Fisika, informasi ini dapat memberikan analisis terhadap
faktor-faktor yang menghambat dalam menyelesaikan studi
mahasiswa di program studi pendidikan fisika, sekaligus dapat
dijadikan sebagai bahan perbaikan kurikulum prodi, perencanaan
strategi dalam menyelesaikan permasalahan tersebut.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kemampuan Akademik Mahasiswa
Untuk mendapatkan suatu prestasi dalam berbadai bidangn
tidaklah semudah yang dibayangkan, karena memerlukan perjuangan
dan pengorbanan dengan berbagai tantangan yang harus dihadapi.
Melalui prestasi belajar siswa dapat mengetahui kemajuan-kemajuan yang
telah dicapainya dalam belajar.
Kemampuan akademik seorang mahasiswa adalah kemampuan
seseorang dalam memahami/menguasai berbagai bidang akademik.
Kemampuan akademik mahasiswa adalah kemampuan mahasiswa dalam
memahami/ menguasai semua mata kuliah. Biasanya kemampuan ini
terukur dalam bentuk nilai secara akademik. Nilai tersebut diperoleh dari
hasil konversi skor akhir mahasiswa selama satu semester.
Sistem Pendidikan yang digunakan di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta adalah Sistem Kredit Semester (SKS). Yang dimaksud SKS adalah
penyelenggaraan pendidikan yang menyatakan beban studi mahasiswa,
beban kerja tenaga pengajar, dan beban penyelenggaraan suatu mata
kuliah dan program selama 16 minggu kerja, dalam satuan kredit. Skor
akhir mahasiswa di konversi kedalam bentuk huruf, yang memiliki nilai
bobot. Kriteria penilaian yang digunakan adalah Penilaian Acuan Patokan
(PAP). Berikut ini adalah kriteria PAP dalam mengkonversi nilai angka ke
nilai huruf:
Tabel 2. 1 Tabel Konversi Nilai Angka ke Huruf
Nilai Angka Nilai Huruf Nilai Bobot
80 100 A 4
70 79 B 3
60 69 C 2
5
6
Nilai Angka Nilai Huruf Nilai Bobot
50 59 D 1
Sumber: Pedoman Akademik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Hidayatullah Jakarta, 2010/2011.
Kemampuan akademik mahasiswa ini selanjutnya dinyatakan
dalam indeks prestasi (IP). IP mahasiswa selama satu semester disebut
indeks prestasi semester (IPS), sedangkan kumpulan indeks prestasi
beberapa semester disebut indeks prestasi kumulatif (IPK). Baik IPS
ataupun IPK biasanya dinyatakan dalam rentang angka 0 – 4. Skala
tersebut terbagi menjadi tiga skala kepuasan yaitu:
Tabel 2. 2 Skala Kepuasan Indeks Prestasi Kumulatif
IPK Keterangan
3,50-4,00 Kumlaude / terpuji
2,75-3,49 Amat baik / sangat memuaskan
2,00-2,74 Baik/memuaskan
Sumber: Pedoman Akademik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Hidayatullah Jakarta, 2010/2011.
Penentuan yudisium kelulusan ditetapkan berdasarkan buku
pedoman Akademik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang menjelaskan
bahwa predikat kelulusan dinyatakan sebagai berikut:
1. Predikat kelulusan Cumlaude hanya diberikan kepada mahasiswa
yang memiliki IPK 3,50 ke atas dan studinya tidak lebih dari 5 tahun,
tidak pernah melakukan perbaikan nilai serta tanpa nilai D.
2. Sangat memuaskan, apabila tidak memenuhi syarat poin 1, tetapi
mencapai IPK tidak kurang dari 3,00.
3. Memuaskan, apabila tidak memenuhi point 1 dan 2, namun mencapai
IPK 2,50 –2,99.
4. Cukup, apabila tidak memenuhi point 1,2,dan 3 serta hanya mencapai
IPK minimal 2,00.
7
Para alumnus program studi pendidikan fisika diharapkan
memiliki kemampuan atau secara umum adalah sebagai berikut:
1. Beriman dan bertakwa kepada Allah S.W.T;
2. Mampu mengintegrasikan nilai-nilai keilmuan (kefisikaan dan
kependidikan), ke-Islaman, dan ke-Indonesiaan dalam melaksanakan
tugasnya;
3. Memiliki wawasan yang luas tentang ilmu-ilmu kependidikan dan
sains-fisika;
4. Mampu melaksanakan dan mengembangkan program kependidikan
secara profesional;
5. Menguasai dasar-dasar kompetensi pedagogik, bersikap profesional,
berkepribadian, dan ber empati, sebagai bekal menjadi guru sains-
fisika;
6. Mampu melaksanakan penelitian yang terkait dengan pemecahan
masalah-masalah kependidikan;
7. Mampu melaksanakan pengabdian kepada masyarakat terutama
dalam bidang pendidikan.
Kompetensi lulusan program studi pendidikan fisika secara
khusus, terbagi kedalam empat kompetensi besar, diantaranya:
kependidikan/keguruan (mengajar), keilmuan (kefisikaan), penguasaan
teknologi (untuk pembelajaran), dan kepribadian atau sikap (keislaman).
Ke empat kompetensi tersebut adalah sebagai berikut:
Kompetensi kependidikan / keguruan (mengajar), terdiri dari:
1. Memiliki penguasaan bidang ilmu (Content Knowledge): Mengerti
konsep-konsep utama dalam pembelajaran fisika, metode metode
penemuan, dan struktur keilmuan fisika. Mampu memberikan
pengalaman belajar sehingga bidang ilmu yang diajarkan menjadi
sangat berarti bagi peserta didik.
8
2. Memiliki kemampuan pengembangan pribadi dalam pembelajaran
(Human Development and Learning): Mengetahui bagaimana individu
tumbuh, berkembang, dan belajar serta menyediakan kesempatan
belajar yang mendukung pengembangan intelektual, sosial, personal
untuk semua peserta didik.
3. Memiliki kemampuan dalam memahami adanya keragaman
(Diversity): Memahami bagaimana peserta didik berbeda dalam
pendekatan pembelajarannya dan mampu menciptakan kesempatan
belajar dan mengadaptasi perbedaan belajar tersebut.
4. Memiliki kemampuan dalam membuat perancanaan pembelajaran
(Planning for Instruction): Memahami rencana pembelajaran dan desain
pembelajaran berdasarkan disiplin ilmu, peserta didik, lingkungan dan
tujuan kurikulum.
5. Memiliki kemampuan dalam menciptakan lingkungan belajar
(Learning Environment): Memiliki pengetahuan tentang individu,
kelompok dan sifat (kebiasaan) peserta didik untuk menciptakan
lingkungan belajar yang memberi semangat positif interaksi sosial,
peningkatan belajar aktif, dan motivasi diri.
6. Memiliki kreativitas dalam menciptakan pembelajaran (Instructional
Delivery): Memahami dan menggunakan variasi strategi pembelajaran
untuk usaha pengembangan siswa dalam berfikir kritis, penyelesaian
masalah, dan keterampilan bekerja.
7. Memiliki kemampuan dalam berkomunikasi (Communication):
memiliki pengetahuan dan teknik komunikasi menulis efektif, verbal,
nonverbal, dan visual untuk melaksanakan metode penemuan,
kolaborasi, komunikasi, dan dukungan interaksi di dalam kelas.
8. Memiliki kemampuan dalam melakukan penilaian (Assessment):
Memahami variasi strategi penilaian formal dan informal dan
menggunakannya untuk mendukung pengembangan berkelanjutan
untuk semua siswa.
9
9. Memiliki kemampuan dalam memahami hubungan kolaboratif
(Collaborative relationships): Memahami tata hubungan komunitas di
dalam pendidikan dan mengembangkan serta memelihara hubungan
kolaboratif antara kolega, orang tua, dan komunitas untuk
mendukung proses pembelajaran dari peserta didik.
10. Memiliki kemampuan dalam melakukan refleksi dan pengembangan
secara profesional (Reflection and Professional Growth): memiliki
kemampuan dalam melakukan reflektif secara berkelanjutan dalam
mengevaluasi bagaimana efek pilihan dan tindakan terhadap siswa,
orang tua, dan profesional lainnya dalam komunitas belajar dan secara
aktif mencari peluang untuk pengembangan profesionalitasnya.
11. Memiliki sikap profesional dan kepemimpinan (Professional Conduct
and Leadership): Memahami pendidikan sebagai profesi, memelihara
standar sikap prefesional, dan memelihara kepemimpinan untuk
mengembangkan proses belajar siswa berjalan baik.
Kompetensi keilmuan (Fisika), terdiri dari: kemampuan dalam
memahami konsep konsep fisika, prinsip prinsip, dan hukum hukum
fisika diantaranya; menguasi secara menyeluruh pengetahuan esensial
dan ketrampilan yang diperlukan untuk mengajar fisika dan memahami
aplikasi yang luas dari prinsip-prinsip fisika untuk situasi dunia nyata (
real world ).
Kompetensi penguasaan teknologi (untuk pembelajaran), terdiri
dari:
1. Kemampuan memahami konsep konsep dan dasar-dasar
pengoperasian komputer/teknologi (Basic Computer/ Technology
Operations and Concepts): Memiliki kemampuan dalam mengoperasikan
sistem komputer untuk menjalankan software, mengakses, membuat
dan memanipulasi data dan mempublikasikan hasilnya. Guru juga
dapat mengevaluasi kinerja hardware dan komponen software dari
10
sistem komputer dan mengaplikasikan dasar-dasar strategi
troubleshooting jika diperlukan.
2. Memiliki kemampuan dalam penggunaan teknologi secara personal
dan profesional (personal and professional use of technology): Memiliki
kemampuan dalam menggunakan teknologi sebagai alat bantu
peningkatan pengembangan personal/profesional dan produktivitas,
menggunakan teknologi dalam komunikasi, kolaborasi, pelaksanaan
riset, dan penyelesaian masalah, dan akan menanamkan aspek etik
dan legalitas dalam penggunaan sumber-sumber teknologi.
3. Memiliki kemampuan dalam mengaplikasikan teknologi dalam
pembelajaran (Application of Technology in Instruction): Guru dapat
menggunakan teknologi pembelajaran yang mendukung proses
pembelajaran diberbagai tingkat pendidikan dan materi ajar. Ia harus
dapat merencanakan unit pembelajaran yang mengintegrasikan
berbagai jenis software, alat bantu belajar. Materi ajar yang
dikembangkan dan penilaian harus efektif untuk berbagai
karakteristik populasi peserta didik.
4. Mengetahui isu-isu sosial, etik, dan kemanusiaan ( Social, Ethical and
Human Issues): memiliki kekmampuan dalam mengaplikasikan konsep
dan ketrampilan dalam membuat keputusan yang terkait dengan isu-
isu sosial, etika, dan kemanusiaan dengan teknologi/komputer. Guru
dapat memahami perkembangan teknologi informasi, dan efeknya
terhadap dunia kerja serta sosial, dan potensi pembelajaran sepanjang
hidup dalam dunia kerja.
5. Memiliki kemampuan dalam menggunakan alat bantu produktivitas
(Productivity Tools): memiliki kemampuan dalam mengintegrasikan
perlengkapan modern alat bantu pembelajaran berbasis teknologi
untuk mendukung proses pembelajaran, peningkatan komunikasi di
luar kelas, peningkatan menajamen kelas, alat bantu administrasi yang
lebih efektif, dan mejandi ebih produktif dalam tugas-tugas harian.
11
6. Memiliki kemampuan dalam mengakses telekomunikasi dan informasi
(Telecommunications and Information Access): memiliki kemampuan
dalam dapat menggunakan telekomunikasi dan mengakses sumber-
sumber informasi untuk mendukung pembelajaran.
7. Memiliki kemampuan dalam melakukan riset, penyelesaian masalah,
dan pengembangan produk (Research, Problem Solving, and Product
Development): Memiliki kemampuan dalam menggungkan komputer
dan macam-macam teknologi dalam riset, penyelesaian masalah, dan
pengembangan hasil kerja. Guru dapat menguasi penggunaan maca-
macam media, presentasi, dan merencanakan serta berpartisipasi
dalam tim dan proyek berkolaborasi yang memerlukan analisis dan
penilaian kritis, dan mampu menyajikan hasil pengembangan.
8. Memiliki ketrampilan melek informasi (Information Literacy Skills):
Memiliki ketrampilan melek informasi untuk dapat mengakses,
mengevaluasi dan menggunakan informasi untuk mengembangkan
proses belajar mengajar.
Kompetensi kepribadian Islami, meliputi aspek: kehidupan pribadi,
kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berorganisasi, beramal, berbisnis,
berprofesi, berbangsa dan bernegara, melestarikan lingkungan, serta
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar.
Untuk meraih prestasi belajar yang baik, banyak sekali faktor yang
perlu diperhatikan, karena di dalam dunia pendidikan tidak sedikit siswa
yang mengalami kegagalan. Kadang ada siswa yang memiliki dorongan
yang kuat untuk berprestasi dan kesempatan untuk meningkatkan
prestasi, tapi dalam kenyataannya prestasi yang dihasilkan di bawah
kemampuannya.
Untuk meraih prestasi belajar yang baik banyak sekali faktor-faktor
yang perlu diperhatikan. Menurut Suryabrata (1998) dan Shertzer dan
12
Stone (Winkle, 1997), secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar dan prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu
faktor internal dan faktor eksternal.:
a. Faktor internal
Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang dapat
mempengaruhi prestasi belajar. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua
kelompok, yaitu :
1). Faktor fisiologis
Dalam hal ini, faktor fisiologis yang dimaksud adalah faktor yang
berhubungan dengan kesehatan dan pancaindera
a). Kesehatan badan; Untuk dapat menempuh studi yang baik siswa perlu
memperhatikan dan memelihara kesehatan tubuhnya. Keadaan fisik
yang lemah dapat menjadi penghalang bagi siswa dalam
menyelesaikan program studinya. Dalam upaya memelihara kesehatan
fisiknya, siswa perlu memperhatikan pola makan dan pola tidur,
untuk memperlancar metabolisme dalam tubuhnya. Selain itu, juga
untuk memelihara kesehatan bahkan juga dapat meningkatkan
ketangkasan fisik dibutuhkan olahraga yang teratur.
b). Pancaindera; Berfungsinya pancaindera merupakan syarat dapatnya
belajar itu berlangsung dengan baik. Dalam sistem pendidikan dewasa
ini di antara pancaindera itu yang paling memegang peranan dalam
belajar adalah mata dan telinga. Hal ini penting, karena sebagian besar
hal-hal yang dipelajari oleh manusia dipelajari melalui penglihatan
dan pendengaran. Dengan demikian, seorang anak yang memiliki
cacat fisik atau bahkan cacat mental akan menghambat dirinya
didalam menangkap pelajaran, sehingga pada akhirnya akan
mempengaruhi prestasi belajarnya di sekolah.
2). Faktor psikologis
13
Ada banyak faktor psikologis yang dapat mempengaruhi prestasi
belajar siswa, antara lain adalah :
a) Intelligensi; Pada umumnya, prestasi belajar yang ditampilkan siswa
mempunyai kaitan yang erat dengan tingkat kecerdasan yang dimiliki
siswa. Menurut Binet (Winkle,1997) hakikat inteligensi adalah
kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan,
untuk mengadakan suatu penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan
itu dan untuk menilai keadaan diri secara kritis dan objektif. Taraf
inteligensi ini sangat mempengaruhi prestasi belajar seorang siswa, di
mana siswa yang memiliki taraf inteligensi tinggi mempunyai peluang
lebih besar untuk mencapai prestasi belajar yang lebih tinggi.
Sebaliknya, siswa yang memiliki taraf inteligensi yang rendah
diperkirakan juga akan memiliki prestasi belajar yang rendah. Namun
bukanlah suatu yang tidak mungkin jika siswa dengan taraf inteligensi
rendah memiliki prestasi belajar yang tinggi, juga sebaliknya .
b) Sikap; Sikap yang pasif, rendah diri dan kurang percaya diri dapat
merupakan faktor yang menghambat siswa dalam menampilkan
prestasi belajarnya. Menurut Wirawan (1997) sikap adalah kesiapan
seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu.
Sikap siswa yang positif terhadap mata pelajaran di sekolah
merupakan langkah awal yang baik dalam proses belajar mengajar di
sekolah.
c) Motivasi; Menurut Irwanto (1997) motivasi adalah penggerak perilaku.
Motivasi belajar adalah pendorong seseorang untuk belajar. Motivasi
timbul karena adanya keinginan atau kebutuhan-kebutuhan dalam
diri seseorang. Seseorang berhasil dalam belajar karena ia ingin belajar.
Sedangkan menurut Winkle (1997) motivasi belajar adalah
keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan
kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar
dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar itu; maka tujuan
14
yang dikehendaki oleh siswa tercapai. Motivasi belajar merupakan
faktor psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya yang khas ialah
dalam hal gairah atau semangat belajar, siswa yang termotivasi kuat
akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar.
b. Faktor eksternal
Selain faktor-faktor yang ada dalam diri siswa, ada hal-hal lain diluar
diri yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang akan diraih,
antara lain adalah :
1). Faktor lingkungan keluarga:
a). Sosial ekonomi keluarga; Dengan sosial ekonomi yang memadai,
seseorang lebih berkesempatan mendapatkan fasilitas belajar yang
lebih baik, mulai dari buku, alat tulis hingga pemilihan sekolah
b). Pendidikan orang tua; Orang tua yang telah menempuh jenjang
pendidikan tinggi cenderung lebih memperhatikan dan memahami
pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya, dibandingkan dengan
yang mempunyai jenjang pendidikan yang lebih rendah.
c). Perhatian orang tua dan suasana hubungan antara anggota keluarga;
Dukungan dari keluarga merupakan suatu pemacu semangat
berpretasi bagi seseorang. Dukungan dalam hal ini bisa secara
langsung, berupa pujian atau nasihat; maupun secara tidak langsung,
seperti hubugan keluarga yang harmonis.
2). Faktor lingkungan sekolah
a). Sarana dan prasarana; Kelengkapan fasilitas sekolah, seperti papan
tulis, OHP akan membantu kelancaran proses belajar mengajar di
sekolah; selain bentuk ruangan, sirkulasi udara dan lingkungan sekitar
sekolah juga dapat mempengaruhi proses belajar mengajar
b). Kompetensi guru dan siswa; Kualitas guru dan siswa sangat penting
dalam meraih prestasi, kelengkapan sarana dan prasarana tanpa
15
disertai kinerja yang baik dari para penggunanya akan sia-sia belaka.
Bila seorang siswa merasa kebutuhannya untuk berprestasi dengan
baik di sekolah terpenuhi, misalnya dengan tersedianya fasilitas dan
tenaga pendidik yang berkualitas, yang dapat memenuhi rasa
ingintahuannya, hubungan dengan guru dan temantemannya
berlangsung harmonis, maka siswa akan memperoleh iklim belajar
yang menyenangkan. Dengan demikian, ia akan terdorong untuk
terus-menerus meningkatkan prestasi belajarnya.
c). Kurikulum dan metode mengajar; Hal ini meliputi materi dan
bagaimana cara memberikan materi tersebut kepada siswa. Metode
pembelajaran yang lebih interaktif sangat diperlukan untuk
menumbuhkan minat dan peran serta siswa dalam kegiatan
pembelajaran. Wirawan (1994:122) mengatakan bahwa faktor yang
paling penting adalah faktor guru. Jika guru mengajar dengan arif
bijaksana, tegas, memiliki disiplin tinggi, luwes dan mampu membuat
siswa menjadi senang akan pelajaran, maka prestasi belajar siswa akan
cenderung tinggi, palingtidak siswa tersebut tidak bosan dalam
mengikuti pelajaran.
3). Faktor lingkungan masyarakat
a). Sosial budaya; Pandangan masyarakat tentang pentingnya pendidikan
akan mempengaruhi kesungguhan pendidik dan peserta didik.
Masyarakat yang masih memandang rendah pendidikan akan enggan
mengirimkan anaknya ke sekolah dan cenderung memandang rendah
pekerjaan guru/pengajar
b). Partisipasi terhadap pendidikan; Bila semua pihak telah berpartisipasi
dan mendukung kegiatan pendidikan, mulai dari pemerintah (berupa
kebijakan dan anggaran) sampai pada masyarakat bawah, setiap orang
akan lebih menghargai dan berusaha memajukan pendidikan dan ilmu
pengetahuan.
16
2. Menjadi Mahasiswa yang memiliki kemampuan akademik yang baik
Berikut ini ada beberapa cara untuk menjadi mahasiswa yang
berkualitas dalam hal pengetahuan intelektual:
1. Ikutilah perkuliahan dengan semangat yang menggebu-gebu.
2. Banyak membaca buku-buku, baik di bidang yang kita tekuni ataupun
bidang-bidang lainnya.
3. Mengikuti Keorganisasian, baik intra kampus ataupun ekstra kampus,
sebagai pembelajaran kepemimpinan dan latihan bagi kita.
4. Aktif dalam sebuah komunitas hobbi dan juga kedaerahan.
5. Hidup sederhana tanpa gengsi yang terlalu tinggi.
6. Syukuri yang ada, jangan minder, tinggikan percaya diri.
7. Berkuliah dengan keras, berkuliah dengan cerdas, dan berkuliah
dengan ikhlas.
B. Studi Mahasiswa
Studi adalah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan studi
atau belajar di suatu tingkat/jenjang pendidikan tertentu. studi seorang
anak di tingkat sekolah dasar adalah selama enam tahun. studi di tingkat
sekolah menengah pertama adalah tiga tahun, sedangkan di tingkat
menengah atas adalah tiga tahun, dan di jenjang perguruan tinggi
khususnya program strata satu (S1) adalah empat tahun.
Seorang mahasiswa program S1 membutuhkan waktu empat
setengah tahun sampai tujuh tahun. Batas maksimal mahasiswa dalam
menyelesaikan studi dapat berbeda-beda untuk tiap perguruan tinggi,
bergantung pada kebijakan dari perguruan tingginya. Mahasiswa yang
melebihi studi yang telah ditentukan biasanya akan dikenakan sanksi
drop out (DO) oleh pihak perguruan tinggi.
Beban studi untuk menyelesaikan jenjang Strata 1 (S1) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta adalah antara 144 160 SKS dengan rentang waktu
penyelesaian studi antara 8 14 semester. Beban studi mahasiswa
17
program studi pendidikan fisika jurusan pendidikan IPA UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta adalah 157 SKS.
C. Efective Learning
1. Motivasi
Istilah motivasi berasal dari bahasa latin yaitu kata movere yang
berarti bergerak. Dalam konteks sekarang, motivasi dapat didefinisikan
sebagai suatu proses psikologi yang menghasilkan suatu intensitas, arah,
dan ketekunan individual dalam usaha untuk mencapai satu tujuan. Pada
tahun 1943, pakar psikologi motivasi (Abraham Maslow dalam Winkel,
1997) memaparkan teori hierarki kebutuhan dari motivasi yang sekarang
menjadi terkenal. Moslow menyatakan bahwa psikologi motivasi adalah
sebuah fungsi dari lima kebutuhan dasar, yaitu:
a. Psikologi: Kebutuhan dasar yang utama. Antara lain kebutuhan akan
makanan, minum, udara untuk bertahan hidup.
b. Keamanan: antara lain keselamatan dan perlindungan terhadap
kerugian fisik dan emosional.
c. Cinta: Keinginan untuk dicintai dan mencintai. Mengandung
kebutuhan akan kasih sayang dan rasa memiliki.
d. Penghargaan: Kebutuhan akan reputasi, kebanggaan, dan pengakuan
dari orang lain. Juga mengandung kebutuhan akan kepercayaan diri
dan kekuatan.
e. Aktualisasi diri: Keinginan untuk menjadi apa yang ia ingin jadi.
Untuk menjadi terbaik adalah kesanggupan dari menjadi apa.
Pakar psikologi motivasi yang lain, (Clayton Alderfer dalam
Winkel, 1997) mengembangkan sebuah teori alternatif dari kebutuhan
manusia pada akhir 1960an. Teori ini membedakan kebutuhan yang telah
dikembangkan oleh Maslow menjadi tiga level dari yang terendah sampai
tertinggi yaitu: kebutuhan-kebutuhan eksistensi (Existence Needs) yang
berkaitan dengan kebutuhan fisiologis dan keamanan, kebutuhan-
18
kebutuhan hubungan (Relatedness Needs) yang berfokus pada bagaimana
individu berhubungan dengan lingkungan sosialnya, kebutuhan-
kebutuhan pertumbuhan (Growth Needs) yang meliputi kebutuhan akan
tumbuh sebagai manusia pada umumnya dan menggunakan
kemampuannya untuk mencapai potensi yang penuh.
Meskipun teori psikologi motivasi ERG mengasumsikan bahwa
perilaku yang termotivasi mengikuti suatu hierarki yang agak serupa
dengan hierarki yang dikemukakan oleh Maslow, terdapat perbedaan
penting. Pertama, teori ERG menyatakan bahwa lebih dari satu level
kebutuhan bisa menggerakkan motivasi pada saat yang bersamaan.
Kedua, teori ERG memiliki apa yang dinamakan komponen frustasi-
regresi (frustation-regresion aspect). Jadi, jika kebutuhan-kebutuhan tertentu
tidak terpenuhi, individu akan menjadi frustasi, mundur ke level yang
lebih rendah.
David McClelland, seorang pakar psikologi motivasi yang terkenal
telah mempelajari hubungan antara kebutuhan dengan perilaku sejak
tahun 1940an. Ia membagi kebutuhan menjadi tiga jenis, yaitu prestasi
(achievement), kekuasaan (power), dan afilasi (affilation). Penjelasannya
adalah sebagai berikut:
a. The Need for Achievement: Menyatakan bahwa motivasi dan
kemampuan sangat mendorong untuk memperkuat lebih keras lagi
mencapai prestasi (sukses) atau keinginan menyelesaikan suatu
kesulitan.
b. The Need for Affiliation. Keinginan untuk menghabiskan waktu dalam
aktivitas serta hubungan sosial.
c. The Need of Power. Merefleksikan keinginan individu untuk
mempengaruhi, melatih, mengajar, atau mendorong seseorang untuk
sukses.
Terence Mitchell, seorang peneliti terkenal mengenai perilaku
organisasi, memperkenalkan model konseptual yang menjelaskan
19
bagaimana psikologi motivasi mempengaruhi perilaku dan kemampuan
bekerja. Ia menerangkan bahwa individual inputs dan job context
merupakan dua kategori kunci dari faktor yang mempengaruhi motivasi.
Kedua kategori ini saling mempengaruhi satu sama lain yang juga
mempengaruhi motivational process yang nantinya akan membentuk
motivated behaviors. Ia juga menjelaskan bahwa motivated behaviors secara
langsung dipengaruhi oleh individual's ability dan job knowledge (skills),
motivasi, dan suatu kombinasi yang membatasi job context factors.
Performance seseorang, pada akhirnya akan dipengaruhi oleh motivated
behavior.
a. Pengertian Motivasi
Kata motif seringkali diartikan dengan istilah dorongan. Dorongan
atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat.
Jadi motif tersebut merupakan suatu driving force yang menggerakkan
manusia untuk bertingkah-laku, dan di dalam perbuatannya itu
mempunyai tujuan tertentu.
Tidak bisa dipungkiri, setiap tindakan yang dilakukan oleh
manusia selalu di mulai dengan motivasi (niat). Untuk lebih memperjelas
pembahasan tentang motivasi, berikut pengertian motivasi menurut
beberapa para ahli manajemen sumber daya manusia, diantaranya yaitu:
1). Wexley & Yukl, motivasi adalah pemberian atau penimbulan motif,
dapat pula diartikan hal atau keadaan menjadi motif.
2). Mitchell, motivasi adalah proses-proses psikologikal, yang
menyebabkan timbulnya, diarahkanya, dan terjadinya persistensi
kegiatan-kegiatan sukarela yang diarahkan ke tujuan tertentu.
3). Gray, motivasi adalah sebagai sejumlah proses, yang bersifat internal,
atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya
sikap antusiasme dan persistensi, dalam hal melaksanakan kegiatan-
kegiatan tertentu.
20
4). Morgan, motivasi bertalian dengan tiga hal yang sekaligus
merupakan aspek-aspek dari motivasi. Ketiga hal tersebut adalah:
keadaan yang mendorong tingkah laku, tingkah laku yang di dorong
oleh keadaan tersebut, dan tujuan dari pada tingkah laku tersebut.
5). McDonald, motivasi adalah perubahan tenaga di dalam diri
seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi
mencapai tujuan. Motivasi merupakan masalah kompleks dalam
organisasi, karena kebutuhan dan keinginan setiap anggota
organisasi berbeda satu dengan yang lainnya. Hal ini berbeda karena
setiap anggota suatu organisasi adalah unik secara biologis maupun
psikologis, dan berkembang atas dasar proses belajar yang berbeda
pula.
6). Chung dan Megginson yang dikutip oleh Faustino Cardoso Gomes,
menerangkan bahwa pengertian motivasi adalah tingkat usaha yang
dilakukan oleh seseorang yang mengejar suatu tujuan dan berkaitan
dengan kepuasan kerja dan perfoman pekerjaan.
7). T. Hani Handoko mengemukakan bahwa motivasi adalah keadaan
pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk
melakukan kegiatan tertentu guna mencapai tujuan.
8). A. Anwar Prabu Mangkunegara, memberikan pengertian motivasi
dengan kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan
dan memelihara prilaku yang berubungan dengan lingkungan kerja.
9). H. Hadari Nawawi mendefinisikan motivasi sebagai suatu keadaan
yang mendorong atau menjadi sebab seseorang melakukan sesuatu
perbuatan atau kegiatan yang berlangsung secara sadar.
10). Henry Simamora, pengertian motivasi menurutnya adalah Sebuah
fungsi dari pengharapan individu bahwa upaya tertentu akan
menghasilkan tingkat kinerja yang pada gilirannya akan
membuahkan imbalan atau hasil yang dikehendaki.
21
11). Soemanto secara umum mendefinisikan motivasi sebagai suatu
perubahan tenaga yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-
reaksi pencapaian tujuan. Karena kelakuan manusia itu selalu
bertujuan, kita dapat menyimpulkan bahwa perubahan tenaga yang
memberi kekuatan bagi tingkah laku mencapai tujuan,telah terjadi di
dalam diri seseorang.
Dari pengertian-pengertian motivasi di atas maka dapat
disimpulkan bahwa motivasi merupakan suatu keadaan atau kondisi
yang mendorong, merangsang atau menggerakan seseorang untuk
melakukan sesuatu atau kegiatan yang dilakukannya sehingga ia dapat
mencapai tujuannya.
b. Teori Motivasi
Untuk memahami tentang motivasi, akan dibahas beberapa teori
tentang motivasi, teori-teori tersebut diantarnaya:
1). Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan)
Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H.Maslow pada
intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat
atau hierarki kebutuhan, yaitu: fisiologis, keamanan, keselamatan dan
perlindungan, sosial, kasih sayang, rasa dimiliki; penghargaan, rasa
hormat internal seperti harga diri, prestasi; aktualisasi diri, dorongan
untuk menjadi apa yang mampu ia menjadi.
Menurut maslow, jika seorang pimpinan ingin memotivasi
seseorang, maka ia perlu memahami sedang berada pada anak tangga
manakah posisi bawahan dan memfokuskan pada pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan itu atau kebutuhan dia atas tingkat itu.
2). Teori Motivasi X dan Y
Teori ini dikemukakan oleh Douglas McGregor yang menyatakan
bahwa dua pandangan yang jelas berbeda mengenai manusia, pada
22
dasarnya satu negatif (teori X) yang mengandaikan bahwa kebutuhan
order rendah mendominasi individu, dan satu lagi positif (teori Y) bahwa
kebutuhan order tinggi mendominasi individu.
3). Teori Motivasi - Higiene
Dikemukakan oleh psikolog Frederick Herzberg, yang
mengembangkan teori kepuasan yang disebut teori dua faktor tentang
motivasi. Dua faktor itu dinamakan faktor yang membuat orang merasa
tidak puas atau faktor-faktor motivator iklim baik atau ekstrinsik-intrinsik
tergantung dari orang yang membahas teori tersebut. Faktor-faktor dari
rangkaian ini disebut pemuas atau motivator yang meliputi: prestasi
(achievement), pengakuan (recognition), tanggung jawab (responsibility), -
kemajuan (advancement), pekerjaan itu sendiri (the work itself),
kemungkinan berkembang (the possibility of growth).
4). Teori Motivasi kebutuhan McClelland
teori ini dikemukakakn oleh McCelland. Teori ini dikenal dengan
teori kebutuhan. Teori ini memfokuskan pada tiga kebutuhan, yaitu:
prestasi (achievement), kekuasaan (power), afiliasi (pertalian).
5). Teori Motivasi Harapan - Victor Vroom
Teori ini berargumen bahwa kekuatan dari suatu kecenderungan
untuk bertindak dengan suatu cara tertentu bergantung pada kekuatan
dari suatu pengharapan bahwa tindakan itu akan diikuti oleh suatu
keluaran tertentu, dan pada daya tarik dari keluaran bagi individu
tersebut.
Teori pengharapan mengatakan seorang karyawan dimotivasi
untuk menjalankan tingkat upaya yang tinggi bila ia meyakini upaya akan
menghantarkan ke suatu penilaian kinerja yang baik, suatu penilaian yang
baik akan mendorong ganjaran-ganjaran organisasional, seperti bonus,
23
kenaikan gaji, atau promosi dan ganjaran itu akan memuaskan tujuan
pribadi karyawan tersebut.
6). Teori Motivasi Keadilan
Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa orang-orang dimotivasi
oleh keinginan untuk diperlakukan secara adil dalam pekerjaan. Individu
bekerja untuk mendapat tukaran imbalan dari organisasi.
7). Reinforcement theory
Teori motivasi ini tidak menggunakan konsep suatu motif atau
proses motivasi. Sebaliknya teori ini menjelaskan bagaimana konsekuensi
perilaku dimasa yang lalu mempengaruhi tindakan di masa yang akan
datang dalam proses pembelajaran. Seberapa kuat motivasi yang dimiliki
individu, maka akan banyak menentukan kualitas perilaku yang
ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam
kehidupan lainnya.
c. Menumbuhkan Motivasi bagi Pelajar
Dalam setiap bidang, motivasi selalu dibutuhkan, karena inilah
yang menjadi pendorong atau tenaga untuk bergerak. Begitupun dengan
pelajar. Motivasi pelajar dibutuhkan agar siswa lebih giat dalam belajar
dan berinovasi menghasilkan karya yang positif.
Untuk memotivasi pelajar, ada beberapa cara. Diantaranya
adalah:
1). Menetapkan visi
Setiap pelajar hendaknya memiliki visi yang jelas. Untuk apa dia
belajar? Apa yang diharapkan begitu ia menyelesaikan studinya? Dengan
demikian, ia tidak akan asal saja dalam menjalani proses studinya.
Seorang Luiz Alvarez, peraih Nobel Fisika, selalu melaksanakan nasihat
ayahnya untuk selalu duduk diam sambil memejamkan mata dan
berusaha memikirkan persoalan baru, untuk kemudian diteliti dan
24
dipecahkan. Ia selalu bermimpi untuk menjadi The Most, The Best and
The First dalam setiap bidang yang digelutinya. Kebiasaan baik Luiz ini
bisa dijadikan motivasi pelajar, agar memiliki mental juara.
2). Belajar bukan karena paksaan
Jadikan belajar sebagai makanan, dimana Anda akan lapar jika
tidak melakukannya. Buat bagaimana caranya agar belajar menjadi
aktivitas yang menyenangkan, bukan suatu paksaan. Memang, awalnya
ini seperti sebuah pengorbanan.
Namun jika Anda menjalaninya dengan ikhlas, maka lama
kelamaan Anda akan bisa menikmati proses belajar, bahkan ketagihan.
Leon Joseph, seorang seniman Prancis di abad 19 bisa memotivasi pelajar
melalui nasihatnya: Kebahagiaan adalah mereka yang berani bermimpi
dan berani berkorban demi mewujudkan mimpinya.
3). Fokus
Sebuah ungkapan yang sangat bagus untuk memotivasi pelajar
adalah: "kehidupan tidak akan pernah menjadi luar biasa tanpa focus,
dedikasi dan disiplin". Dengan fokus, maka akan membuat Anda lebih
tajam dalam menentukan sasaran.
Ibaratnya, sinar matahari tidak akan bisa membakar kertas, akan
tetapi jika sinar ini difokuskanlewat sebuah kaca pembesar, sinar ini
mampu membakar tidak hanya kertas, tapi bahkan daging pun bisa
matang terbakar.
4). Tidak ada kamus menyerah
Setiap orang pastinya pernah mengalami kegagalan. Mungkin
Anda juga pernah mengalaminya. Bisa jadi Anda sudah bersusah payah,
berjuang, belajar, namun Anda tidak mendapatkan hasil yang diinginkan.
Kesuksesan akan mendatangi siapa saja yang tidak takut terhadap
kegagalan. Begitulah ucapan Winston Churchill, tokoh terpenting sejarah
Inggris Modern dan sejarah dunia, yang bisa memotivasi pelajar.
5). Membutuhkan waktu dan kesabaran
25
Kata-kata seorang Napoleon Hill mungkin bisa dijadikan motivasi
pelajar: "kesabaran, keteguhan hati, dan kerja keras adalah kombinasi
untuk sukses. Karenanya, jika Anda ingin sukses, maka Anda harus siap
menjalani prosesnya.
Akan beda hasilnya jika Anda belajar ketika akan ujian saja,
dengan mereka yang belajar secara rutin. Persiapan mendadak dalam
ujian, bisa jadi akan mengacaukan semuanya. Ingatan yang tidak
mengendap lama akan mudah hilang begitu saja. Tidak semua orang yang
sukses memiliki prestasi yang bagus sejak kecil. Bahkan, tidak sedikit
yang menemui masalah, seperti disleksia atau sukar mengeja kata-kata.
Sebut saja dalam hal ini Bill Gates (pendiri dan CEO Microsoft) dan Lee
Kuan Yew (mantan Perdaa Menteri Singapura, kemudian menjadi menteri
Senior) adalah dua contoh penderita disleksia yang berhasil. Kunci
mengatasi masalahnya tidak lain adalah memberikan pengulangan belajar
dan memberikan dorongan pada anak tersebut. Itulah mengapa, motivasi
pelajar ini memegang peran penting dalam mendukung kesuksesan
seseorang.
Secara garis besar ada dua faktor yang membuat seseorang dapat
termotivasi untuk belajar, yaitu: Pertama, motivasi belajar berasal dari
faktor internal. Motivasi ini terbentuk karena kesadaran diri atas
pemahaman betapa pentingnya belajar untuk mengembangkan dirinya
dan bekal untuk menjalani kehidupan. Kedua, motivasi belajar dari faktor
eksternal, yaitu dapat berupa rangsangan dari orang lain, atau lingkungan
sekitarnya yang dapat memengaruhi psikologis orang yang bersangkutan.
Motivasi belajar tidak akan terbentuk apabila orang tersebut tidak
mempunyai keinginan, cita-cita, atau menyadari manfaat belajar bagi
dirinya. Oleh karena itu, dibutuhkan pengkondisian tertentu, agar diri
kita atau siapa pun juga yang menginginkan semangat untuk belajar
dapat termotivasi.
26
Ada beberapa untuk meningkatkan motivasi belajar kita,
diantaranya: Bergaul dengan orang-orang yang senang belajar dan
berprestasi, akan membuat kita pun gemar belajar. Selain itu, coba cari
orang atau komunitas yang mempunyai kebiasaan baik dalam belajar;
Bertanyalah tentang pengalaman di berbagai tempat kepada orang-orang
yang pernah atau sedang melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang
lebih tinggi, orang-orang yang mendapat beasiwa belajar di luar negeri,
atau orang-orang yang mendapat penghargaan atas sebuah presrasi;
Kebiasaan dan semangat mereka akan menular kepada kita. Seperti
halnya analogi orang yang berteman dengan tukang pandai besi atau
penjual minyak wangi. Jika kita bergaul dengan tukang pandai besi, maka
kita pun turut terciprat bau bakaran besi, dan jika bergaul dengan penjual
minyak wangi, kita pun akan terciprat harumnya minyak wangi; Belajar
apapun, Pengertian belajar di sini dipahami secara luas, baik formal
maupun nonformal. Kita bisa belajar tentang berbagai keterampilan
seperti merakit komputer, belajar menulis, membuat film, berlajar
berwirausaha, dan lain lain-lainnya; Belajar dari internet, Kita bisa
memanfaatkan internet untuk bergabung dengan kumpulan orang-orang
yang senang belajar. Salah satu milis dapat menjadi ajang kita bertukar
pendapat, pikiran, dan memotivasi diri. Sebagai contoh, jika ingin
termotivasi untuk belajar bahasa Inggris, kita bisa masuk ke milis Free-
[email protected].; Bergaulah dengan orang-orang yang
optimis dan selalu berpikiran positif. Di dunia ini, ada orang yang selalu
terlihat optimis meski masalah merudung. Kita akan tertular semangat,
gairah, dan rasa optimis jika sering bersosialisasi dengan orang-orang atau
berada dalam komunitas seperti itu, dan sebaliknya; Cari motivator.
Kadangkala, seseorang butuh orang lain sebagai pemacu atau mentor
dalam menjalani hidup. Misalnya: teman, pacar, ataupun pasangan hidup.
Anda pun bisa melakukan hal serupa dengan mencari
seseorang/komunitas yang dapat membantu mengarahkan atau
27
memotivasi Anda belajar dan meraih prestasi. Resep sukses menurut
William A. Ward: Belajar ketika orang lain tidur, bekerja ketika orang lain
bermalasan, dan bermimpi ketika orang lain berharap.
d. Faktor-faktor penyebab perbedaan motivasi belajar
Menurut Winkel, 1997, beberapa faktor di bawah ini sedikit
banyak memberikan penjelasan mengapa terjadi perbedaaan motivasi
belajar pada diri masing-masing orang, di antaranya: Perbedaan fisiologis
(physiological needs), seperti rasa lapar, haus, dan hasrat seksual. Perbedaan
rasa aman (safety needs), baik secara mental, fisik, dan intelektual.
Perbedaan kasih sayang atau afeksi (love needs) yang diterimanya.
Perbedaan harga diri (self esteem needs). Contohnya prestise memiliki mobil
atau rumah mewah, jabatan, dan lain-lain. Perbedaan aktualisasi diri (self
actualization), tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk
mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah
menjadi kemampuan nyata.
2. Cara Menjadi Pembelajar Efektif
Setiap orang mungkin mendambakan kemampuan lebih dalam
mengingat suatu hal, materi, peristiwa atau hal apapun secara akurat.
Mengingat informasi yang sedang dipelajari, dan mampu
mengaplikasaikannya kembali dalam berbagai macam situasi dengan baik
secara efektif. Willis, J. (2008) mengungkapkan beberapa cara untuk
meningkatkan kemampuan pembelajar kearah yang lebih efektif,
diantaranya dengan:
a. Meningkatkan kemampuan dasar dalam mengingat; Beberapa cara
terbaik untuk meningkatkan daya ingat, adalah meningkatkan fokus,
menghindari sesi menjemukan dan pengaturan waktu belajar;
b. Terus belajar dan berani mencoba dengan berlatih hal-hal yang baru.
Salah satu cara untuk menjadi seorang pembelajar yang efektif adalah
hanya dengan terus belajar;
28
c. Belajar dengan berbagai cara. Belajar tidak hanya terfokus pada satu
cara saja, tetapi dengan melibatkan dan memfungsikan indera lain.
Tidak hanya mendengarkan, tetapi dibantu dengan indera mata untuk
melihat visualisasi, dan melatihnya secara verbal melalui indra mulut
kita. Dengan cara seperti ini memudahkan otak untuk menyimpan
data tentang subjek, interkoneksinya akan lebih cepat dan mudah;
d. Mengajarkan apa yang telah dikuasai kepada orang lain;
e. Memanfaatkan kemampuan belajar sebelumnya dalam menggunakan
kemampuan belajar baru. Banyak cara untuk menjadi pembelajar yang
efektif diantaranya dengan menggunakan pembelajaran relasional,
yang melibatkan interkonektivitas informasi baru untuk hal-hal yang
sudah diketahui. Sebagai contoh, jika Anda belajar tentang Romeo dan
Juliet, Anda mungkin mengasosiasikan apa yang Anda pelajari tentang
permainan dengan pengetahuan sebelumnya yang Anda miliki
tentang Shakespeare, seperti periode sejarah dan informasi yang
relevan mengenai penulis dan kehidupannya dan lainnya;
f. Berlatih dari pengalaman.
Belajar biasanya akan melibatkan kemampuan membaca buku,
menghadiri perkuliahan atau melakukan penelitian di perpustakaan
atau dalam web. Ketika melihat-lihat buku bacaan dan menulis
beberapa catatan yang dianggap penting, sebenarnya hal tersebut telah
menerapkan kemampuan dalam memperoleh pengetahuan dan
mengembangkan pengetahuan yang dimiliki. Perlu latihan dan
keteraturan seperti dalam berolah raga;
g. Lebih baik melihat jawaban dibanding berusaha keras untuk
mengingat-ingat informasi. Tentu saja, belajar bukanlah proses yang
sempurna. Kadang-kadang, kita melupakan rincian hal-hal yang telah
kita pelajari. Jika Anda menemukan diri Anda berjuang untuk
mengingat beberapa berita gembira informasi, penelitian
menunjukkan bahwa Anda lebih baik menawarkan hanya mencari
29
jawaban yang benar. Satu studi menemukan bahwa semakin lama
Anda menghabiskan mencoba mengingat jawabannya, semakin besar
kemungkinan akan melupakan jawaban di kemudian hari. Mengapa?
Karena upaya untuk mengingat informasi yang dipelajari sebelumnya
benar-benar hasil dalam belajar "error state" bukan jawaban yang benar;
h. Memahami gaya belajar terbaik yang dimiliki. Strategi lain yang
efisiensi dalam belajar adalah mengenali kebiasaan dan gaya belajar
Anda. Ada sejumlah teori yang berbeda tentang gaya belajar, yang
semua bisa membantu Anda mendapatkan pemahaman yang lebih
baik tentang bagaimana Anda belajar dengan baik.
i. Gunakan ujian untuk meningkatkan kemampuan belajar. Meskipun
kelihatannya menghabiskan waktu belajar, namun ujian merupakan
salah satu cara terbaik untuk memaksimalkan proses belajar,
penelitian menunjukkan, mengambil tes sebenarnya membantu
mengingat apa yang telah Anda pelajari. (Chan, J.C., et all, 2007).
Penelitian mengungkapkan bahwa siswa yang belajar dan kemudian
diuji sudah ingat jangka panjang yang lebih baik dari bahan, bahkan
pada informasi yang tidak tercakup dalam tes. Siswa yang punya
waktu ekstra untuk belajar tetapi tidak diuji memiliki signifikansi lebih
rendah.
j. Tidak mengerjakan terlalu banyak tugas (multitasking), penelitian
menunjukkan bahwa multitasking sebenarnya dapat membuat belajar
kurang efektif. Dalam studi tersebut, peserta kehilangan sejumlah
besar waktu mereka, dengan beralih dari satu aktivitas ke aktivitas
lainnya, Anda akan belajar lebih lambat, menjadi kurang efisien dan
membuat kesalahan lebih. Bagaimana Anda bisa menghindari bahaya
multitasking? Mulailah dengan memusatkan perhatian Anda pada
tugas di tangan dan terus bekerja dengan jumlah waktu yang telah
ditentukan.
30
a. Prinsip Belajar
Prinsip atau konsep-konsep belajar disampaikan oleh Robert
M.Gegne, (Muslam, dkk, 2004:28 ) meliputi:
1). Kontiguitas, memberikan situasi atau materi yang mirip dengan
harapan pendidikan tentang respon anak yang diharapkan, beberapa
kali secara berturut-turut.
2). Pengalaman, adanya situasi dari respon secara berulang-ulang
sehingga menjadi sebuah kebiasaan tingkah laku yang dipraktikkan
supaya belajar menjadi lebih sempurna dan lebih lama diingat.
3). Penguatan, adanya respon menyenangkan seperti hadiah bagi prestasi
belajar tertentu
4). Motivasi positif, percaya diri dalam belajar
5). Tersedia materi pelajaran yang lengkap dan menyeluruh untuk
memancing siswa
6). Ada upaya membangkitkan ketrampilan intelektual untuk belajar
7). Ada strategi yang tepat untuk membiasakan anak-anak dalam belajar
8). Aspek jiwa anak harus dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam
pengajaran.
Menurut prinsip-prinsip yang disampaikan oleh Robert M.Gegne
tersebut di atas, bahwa pengulangan merupakan sebagian dari prinsip
atau konsep dasar dalam proses pembelajaran. Pengulangan ini
menjadikan sebuah perilaku dapat dilakukan secara terus-menerus secara
berkala dan menjadi sebuah kebiasaan. Artinya, bahwa pembiasaan
merupakan sebagian dari proses belajar yang handal untuk diterapkan.
b. Proses Perbuatan Belajar
Sebagaimana dikutip oleh Sudjana dalam bukunya, Dasar-Dasar
Belajar Mengajar (2009), Gagne berpendapat bahwa terdapat delapan tipe
perbuatan yang diidentikkan sebagai perbuatan belajar. Delapan tipe
tersebut adalah:
31
1). Belajar Signal, yang merupakan proses belajar yang paling sederhana
yang melibatkan reaksi dan rangsangan saja.
2). Belajar mereaksi perangsang melalui penguatan, yaitu memberikan
reaksi yang berulang-ulang ketika terjadi suatu penguatan rangsangan.
Membiasakan reaksi secara berulang-ulang dan permanen.
3). Belajar membentuk rangkaian, yaitu belajar yang menghubungkan
gejala/faktor /yang satu dengan lainnya sehingga membentuk sebuah
rangkaian yang berarti.
4). Belajar asosiasi verbal, yaitu memberikan reaksi dalam bentuk kata-
kata dan bahasa, terhadap perangsang yang diterimanya
5). Belajar membedakan hal yang majemuk, yaitu memberikan reaksi yang
berbeda terhadap perangsang yang hampir sama sifatnya.
6). Belajar konsep, yaitu menempatkan obyek menjadi satu klasifikasi
tertentu di dalam pemikiran dan konsepsi tertentu.
7). Belajar kaedah, yaitu menghubungkan beberapa konsep.
8). Belajar memecahkan masalah dengan cara menggabungkan beberapa
kaedah dalam rangka menyelesaikan masalah tertentu.
Dari kedelapan perbuatan belajar di atas memberikan gambaran
bahwa yang termasuk dalam perbuatan proses belajar salah satunya
adanya suatu kegiatan yang dibiasakan secara berulang-ulang dalam
rangka merangkaikan beberapa stimulus, sehingga reaksi yang dihasilkan
lebih cepat dan mudah terbentuk. Stimulus-stimulus diusahakan untuk
dilakukan dalam proses tersebut, yang mana stimulus itu juga akan
memberikan dampak signifikan di masa yang akan datang, bagi persepsi
dan apresiasi individu terhadap sebuah tujuan belajar atau tugas
perkembangan tertentu.
c. Teori Belajar
Banyak teori belajar yang bersumber dari aliran-aliran psikologi.
Ada lima teori besar yang membahas tentang belajar, kelima teori tersebut
32
adalah: 1) teori behaviorisme; 2) teori belajar kognitif menurut Piaget; 3)
teori pemrosesan informasi dari Gagne, dan 4) teori belajar gestalt.
1). Teori Behaviorisme
Sebagaimana telah dikemukakan pada Bab II bahwa behaviorisme
merupakan salah satu pendekatan untuk memahami perilaku individu.
Behaviorisme memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah,
dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme
tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu
dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks
sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu.
Beberapa hukum belajar yang dihasilkan dari pendekatan behaviorisme
ini, diantaranya :
a). Connectionism ( S-R Bond) menurut Thorndike.
Dari eksperimen yang dilakukan Thorndike terhadap kucing
menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya:
(1). Law of Effect; artinya bahwa jika sebuah respons menghasilkan efek
yang memuaskan, maka hubungan Stimulus - Respons akan semakin
kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang dicapai
respons, maka semakin lemah pula hubungan yang terjadi antara
Stimulus- Respons.
(2). Law of Readiness; artinya bahwa kesiapan mengacu pada asumsi
bahwa kepuasan organisme itu berasal dari pemdayagunaan satuan
pengantar (conduction unit), dimana unit-unit ini menimbulkan
kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat atau
tidak berbuat sesuatu.
(3). Law of Exercise; artinya bahwa hubungan antara Stimulus dengan
Respons akan semakin bertambah erat, jika sering dilatih dan akan
semakin berkurang apabila jarang atau tidak dilatih.
b). Classical Conditioning menurut Ivan Pavlov
33
Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing
menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
(1). Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang
dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang
salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan
stimulus lainnya akan meningkat.
(2). Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang
dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent
conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan
reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.
c). Operant Conditioning menurut B.F. Skinner
Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan
selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum
belajar, diantaranya :
(1). Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi
dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan
meningkat.
(2). Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah
diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus
penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan
musnah.
Reber (Muhibin Syah, 2003) menyebutkan bahwa yang dimaksud
dengan operant adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama
terhadap lingkungan. Respons dalam operant conditioning terjadi tanpa
didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh
reinforcer. Reinforcer itu sendiri pada dasarnya adalah stimulus yang
meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu,
namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti
dalam classical conditioning.
d). Social Learning menurut Albert Bandura
34
Teori belajar sosial atau disebut juga teori observational learning
adalah sebuah teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan dengan
teori-teori belajar lainnya. Berbeda dengan penganut Behaviorisme
lainnya, Bandura memandang Perilaku individu tidak semata-mata
refleks otomatis atas stimulus (S-R Bond), melainkan juga akibat reaksi
yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema
kognitif individu itu sendiri. Prinsip dasar belajar menurut teori ini,
bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral
terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku
(modeling). Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning.
Melalui pemberian reward dan punishment, seorang individu akan
berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan.
Sebetulnya masih banyak tokoh-tokoh lain yang mengembangkan
teori belajar behavioristik ini, seperti : Watson yang menghasilkan prinsip
kekerapan dan prinsip kebaruan, Guthrie dengan teorinya yang disebut
Contiguity Theory yang menghasilkan Metode Ambang (the treshold
method), metode meletihkan (The Fatigue Method) dan Metode
rangsangan tak serasi (The Incompatible Response Method), Miller dan
Dollard dengan teori pengurangan dorongan.
2). Teori Belajar Kognitif menurut Piaget
Dalam bab sebelumnya telah dikemukan tentang aspek aspek
perkembangan kognitif menurut Piaget yaitu tahap a) sensory motor; b) pre
operational; c) concrete operational dan d) formal operational. Menurut Piaget,
bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap
perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi
kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang
ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh
pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan
rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan
35
lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari
lingkungan.
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran
adalah :
a). Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh
karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai
dengan cara berfikir anak.
b). Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi
lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat
berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
c). Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi
tidak asing.
d). Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
e). Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling
berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
3). Teori Pemrosesan Informasi dari Robert Gagne
Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran
merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan.
Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut
Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi,
untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk
hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara
kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi
internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk
mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu.
Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang
mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.
Menurut Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan
fase yaitu, a) motivasi; b) pemahaman; c) pemerolehan; d) penyimpanan;
e) ingatan kembali; f) generalisasi; g) perlakuan dan h) umpan balik.
36
4). Teori Belajar Gestalt
Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan arti
sebagai “bentuk atau konfigurasi”. Pokok pandangan Gestalt adalah
bahwa obyek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai sesuatu
keseluruhan yang terorganisasikan. Menurut Koffka dan Kohler, ada
tujuh prinsip organisasi yang terpenting yaitu :
a). Hubungan bentuk dan latar (figure and gound relationship); yaitu
menganggap bahwa setiap bidang pengamatan dapat dibagi dua
yaitu figure (bentuk) dan latar belakang. Penampilan suatu obyek
seperti ukuran, potongan, warna dan sebagainya membedakan figure
dari latar belakang. Bila figure dan latar bersifat samar-samar, maka
akan terjadi kekaburan penafsiran antara latar dan figure.
b). Kedekatan (proxmity); bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan
(baik waktu maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan
dipandang sebagai satu bentuk tertentu.
c). Kesamaan (similarity); bahwa sesuatu yang memiliki kesamaan
cenderung akan dipandang sebagai suatu obyek yang saling memiliki.
d). Arah bersama (common direction); bahwa unsur-unsur bidang
pengamatan yang berada dalam arah yang sama cenderung akan
dipersepsi sebagi suatu figure atau bentuk tertentu.
e). Kesederhanaan (simplicity); bahwa orang cenderung menata bidang
pengamatannya bentuk yang sederhana, penampilan reguler dan
cenderung membentuk keseluruhan yang baik berdasarkan susunan
simetris dan keteraturan; dan
f). Ketertutupan (closure) bahwa orang cenderung akan mengisi
kekosongan suatu pola obyek atau pengamatan yang tidak lengkap.
Terdapat empat asumsi yang mendasari pandangan Gestalt, yaitu:
a). Perilaku “Molar“ hendaknya banyak dipelajari dibandingkan dengan
perilaku “Molecular”. Perilaku “Molecular” adalah perilaku dalam
bentuk kontraksi otot atau keluarnya kelenjar, sedangkan perilaku
37
“Molar” adalah perilaku dalam keterkaitan dengan lingkungan luar.
Berlari, berjalan, mengikuti kuliah, bermain sepakbola adalah
beberapa perilaku “Molar”. Perilaku “Molar” lebih mempunyai
makna dibanding dengan perilaku “Molecular”.
b). Hal yang penting dalam mempelajari perilaku ialah membedakan
antara lingkungan geografis dengan lingkungan behavioral.
Lingkungan geografis adalah lingkungan yang sebenarnya ada,
sedangkan lingkungan behavioral merujuk pada sesuatu yang
nampak. Misalnya, gunung yang nampak dari jauh seolah-olah
sesuatu yang indah. (lingkungan behavioral), padahal kenyataannya
merupakan suatu lingkungan yang penuh dengan hutan yang lebat
(lingkungan geografis).
c). Organisme tidak mereaksi terhadap rangsangan lokal atau unsur atau
suatu bagian peristiwa, akan tetapi mereaksi terhadap keseluruhan
obyek atau peristiwa. Misalnya, adanya penamaan kumpulan bintang,
seperti : sagitarius, virgo, pisces, gemini dan sebagainya adalah contoh
dari prinsip ini. Contoh lain, gumpalan awan tampak seperti gunung
atau binatang tertentu.
d). Pemberian makna terhadap suatu rangsangan sensoris adalah
merupakan suatu proses yang dinamis dan bukan sebagai suatu
reaksi yang statis. Proses pengamatan merupakan suatu proses yang
dinamis dalam memberikan tafsiran terhadap rangsangan yang
diterima.
Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :
a). Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang
penting dalam perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya
peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan
mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.
38
b). Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan
unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan
dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu
unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat
penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam
identifikasi masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya.
Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna
yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya.
c). Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada
tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-
respons, tetapi ada keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin
dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik
mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru
hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan
membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.
d). Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki
keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu,
materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi
dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.
e). Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam
situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan
Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian
obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian
menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata-susunan yang
tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip
pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun
ketentuan-ketentuan umum (generalisasi). Transfer belajar akan
terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok
dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian
digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain. Oleh
39
karena itu, guru hendaknya dapat membantu peserta didik untuk
menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.
D. Hipotesis
Berdasarkan uraian teoritik di atas, maka hipotesis penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Hipotesis alternatif (Ha) : Kemampuan akademik mahasiswa Program
Studi Pendidikan Fisika berkorelasi dengan
kemampuan menyelesaikan studi.
2. Hipotesis nihil (Ho) : Kemampuan akademik mahasiswa Program
Studi Pendidikan Fisika tidak berkorelasi
dengan kemampuan menyelesaikan studi.
40
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan, mulai bulan Mei sampai Bulan
Oktober 2010. Tempat penelitian adalah Program Studi Pendidikan Fisika,
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode korelasional. Metode ini digunakan untuk mengetahui hubungan
antara kemampuan akademik mahasiswa terhadap penyelesaikan studi di
program studi pendidikan fisika.
C. Langkah-langkah Penelitian
Langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan:
a. Studi kepustakaan.
b. Pencarian data sekunder mengenai kemampuan akademik
mahasiswa dan data mahasiswa yang telah menyelesaikan studinya.
c. Pembuatan angket, untuk menganalisis permasalahan yang
dihadapi mahasiswa dalam menyelesaikan studinya.
d. Pemilihan subyek penelitian sesuai dengan kriteria.
2. Pelaksanaan Penelitian
Penelaahan data sekunder kemampuan akademik mahasiswa dan
data mahasiswa yang telah menyelesaikan studinya. Penyebaran angket
kepada subyek penelitian.
3. Penyelesaian Penelitian
40
41
Penyelesaian penelitian dimulai dengan pengolahan dan analisa
data yang telah didapatkan, selanjutnya dilakukan penyusunan dalam
bentuk laporan penelitian.
D. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa program
studi pendidikan fisika. Sampel penelitian diambil dengan menggunakan
teknik purposif sampling. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah mahasiswa yang telah menempuh sidang skripsi dan dinyatakan
lulus. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 53 orang
mahasiswa.
E. Teknik Pengumpulan Data
Ada dua jenis data yang akan digunakan dalam penenlitian ini
yaitu data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini
diperoleh melalui angket, sedangkan data sekunder diperoleh dari data
literatur (buku besar/data base nilai mahasiswa).
F. Teknik Pengolahan Data
Setelah data terkumpul, data siap diolah, teknik pengolahan data
dalam penelitian ini menggunakan dua metode yaitu tabulasi dan statistik
deskriptif frekuensi. Untuk menjawab pertanyaan penelitian:
1. Bagaimanakah kemampuan akademik mahasiswa Program Studi
Pendidikan Fisika?
Untuk menjawab pertanyaan penelitian ini perlu dibuat peta
kemampuan akademik mahasiswa berdasarkan buku besar / data base
nilai mahasiswa. Peta kemampuan akademik akan dibuat dalam
bentuk grafik. Grafik disajikan untuk melengkapi deskripsi berupa
teks, sehingga data tampak lebih impresif dan komunikatif. Sehingga
hasil perhitungan lebih mudah dipahami.
42
2. Bagaimanakah kemampuan mahasiswa dalam menyelesaikan studi di
Program Studi Pendidikan Fisika?
Pertanyaan ini dapaat dijawab dengan membuat peta durasi
penyelesaian studi. Durasi penyelesaian studi didasarkan pada waktu
mahasiswa dalam menyelesaikan studinya, seperti: yang selesai tepat
waktu 4 tahun, yang lambat 5-6 tahun, dan yang lambat sekali 7-10
tahun berdasarkan data yang ada.
3. Apakah kemampuan akademik mahasiswa program studi pendidikan
fisika berkorelasi terhadap kemampuan menyelesaikan studinya?
Untuk mengetahui jawaban dari pertanyaan ini digunakan Metode
Tabulasi Silang digunakan untuk melihat hubungan antara dua
variabel dalam satu tabel. Untuk melihat hubungan-hubungan
variabel-variabel yang diamati, dianalisis dengan menggunakan teknik
korelasi Kendall Tau-b. Korelasi diukur dengan suatu koefisien (r)
yang mengindikasikan seberapa banyak relasi antar dua variabel.
Daerah nilai yang mungkin adalah +1.00 sampai -1.00. +1.00
menyatakan hubungan yang sangat erat, sedangkan -1.00 menyatakan
hubungan negatif yang erat. Panduan untuk nilai korelasi tersebut:
+ atau - 0.80 hingga 1.00 korelasi sangat tinggi
0.60 hingga 0.79 korelasi tinggi
0.40 hingga 0.59 korelasi moderat
0.20 hingga 0.39 korelasi rendah
0.01 hingga 0.19 korelasi sangat rendah
Pengujian menggunakan tingkat singnifikasi pada taraf kepercayaan
0.05 dan 0.01. Untuk memudahkan pengolahan data digunakan
program SPSS.
43
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diperoleh dari hasil analisis terhadap buku
besar dari 53 orang responden dari tujuh angkatan wisuda. Adapun hasil
penelitian ini meliputi: kemampuan akademik mahasiswa program studi
pendidikan fisika, kemampuan mahasiswa dalam menyelesaikan studi di
program studi pendidikan fisika, korelasi kemampuan akademik
mahasiswa program studi pendidikan fisika terhadap kemampuan
menyelesaikan studinya. Berikut ini akan dipaparkan satu persatu:
1. Kemampuan Akademik Mahasiswa Program Studi Pendidikan
Fisika
Kemampuan akademik mahasiswa dalam penelitian ini diperoleh
dari buku besar/data base yang memuat nilai-nilai mahasiswa di program
studi pendidikan fisika. Berikut ini adalah grafik kemampuan mahasiswa
lulusan program studi pendidikan fisika pada beberapa angkatan wisuda,
mulai dari wisudawan/ti yang pertama sampai terakhir.
Gambar. 4. 1 Kemampuan akademik mahasiswa Program Studi
Pendidikan Fisika pada tiap angkatan wisuda
2.89 2.87
3.06
2.73
3.25
3.093.04
2.40
2.50
2.60
2.70
2.80
2.90
3.00
3.10
3.20
3.30
75 76 77 78 79 80 81
Rata-rata IPK
Angkatan Wisuda
43
44
Kemampuan mahasiswa program studi pendidikan fisika yang
lulus pada wisuda angkatan 75, memiliki rerata Indeks Prestasi Kumulatif
(IPK) adalah: 2,89. Rerata IPK mahasiswa angkatan 76: 2,87, angkatan 77:
3,06, angkatan 78: 2,73, angkatan 79: 3,25, angkatan 80: 3,09, dan angkatan
81: 3,04. Rerata IPK tertinggi terdapat pada angkatan 79 yaitu 3,25,
sedangkan rerata IPK terendah terdapat pada angkatan 78 yaitu 2,73.
Gambar 4. 1 Kemampuan akademik mahasiswa
program studi pendidikan fisika pada tiap angkatan
2.89
2.96
3.16
2.85
2.90
2.95
3.00
3.05
3.10
3.15
3.20
2002 2003 2004 2005
IPK
Angkatan Mahasiswa
Rerata kemampuan akademik mahasiswa 2003 adalah 2,89,
mahasiswa angkatan 2004 adalah 2,96, dan mahasiswa angkatan 2005
adalah 3,16. berdasarkan grafik hubungan antara kemampuan akademik
mahasiswa terhadap tahun angkatan mahasiswa masuk diperoleh grafik
peningkatan mutu akademik. Kemampuan akademik mahasiswa dari
angkatan 2003 sampai 2005 dapat terlihat dari tabel perhitungan satistik di
bawah ini:
Tabel 4. 1 Statistic Calculation Kemampuan akademik mahasiswa
Program Studi Pendidikan Fisika
Statistic calculation
Rerata 3.04
45
Statistic calculation
SD 0.25
Max 3.64
Min 2.45
N 53
Rerata kemampuan akademik mahasiswa dari tujuh angkatan
wisudawan/ti ini adalah: 3,04 dengan standar deviasi: 0,25. Nilai IPK
maksimum atau tertinggi adalah: 3,64 kategori terpuji (cum laude), dan
nilai IPK minimum atau terendah adalah: 2,45 pada kategori baik
(memuaskan).
Berdasarkan buku Pedoman Akademik UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Hidayatullah Jakarta, 2010/2011 kemampuan akademik
mahasiswa dari ketiga angkatan atau dari ketujuh angkatan wisuda
adalah seperti yang terlihat pada gambar diagram pie di bawah ini:
Gambar 4. 2 Diagram Pie kemampuan akademik mahasiswa
berdasarkan kategori tingkat kepuasan akademik
Jumlah mahasiswa yang memiliki kategori kepuasan akademik
terpuji atau cumlaude sebanyak 4% atau paling sedikit, yang kedua
sebanyak 13% atau kategori memuaskan, dan kemampuan akademik
mahasiswa yang paling banyak atau mayoritas adalah sangat memuaskan
sebanyak 83%.
Memuaskan, 13%
Sangat memuaskan,
83%
Terpuji, 4%
46
2. Kemampuan mahasiswa dalam menyelesaikan studi di Program
Studi Pendidikan Fisika.
Berikut ini adalah kemampuan mahasiswa Program Studi
Pendidikan Fisika dalam menyelesaikan studinya, kemampuan tersebut
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar. 4. 2 Kemampuan mahasiswa dalam menyelesaikan studi di
program studi pendidikan fisika pada tiap angkatan wisuda
5.8
5.1
6.2
5.24.8 4.9
5.3
0.000.501.001.502.002.503.003.504.004.505.005.506.006.507.00
75 76 77 78 79 80 81
Waktu Pennyelesian
(thn)
Angkatan Wisuda
Pada gambar di atas terlihat bahwa kemampuan mahasiswa
dalam menyelesaikan studi berbeda-beda. Dari 53 sampel penelitian,
sampel terbagi kedalam tujuh angkatan wisuda: mulai wisuda 75, 76, 77,
78, 79, 80, dan 81. Wisuda angkatan 75 rata-rata selesai dalam waktu 5,8
tahun; wisuda angkatan 76 rata-rata selesai dalam waktu 5,1 tahun;
wisuda angkatan 77 rata-rata selesai dalam waktu 6,2 tahun; wisuda
angkatan 78 rata-rata selesai dalam waktu 5,2 tahun; wisuda angkatan 79
rata-rata selesai dalam waktu 4,8 tahun; wisuda angkatan 80 rata-rata
selesai dalam waktu 4,9 tahun; wisuda angkatan 81 rata-rata selesai dalam
waktu 5,3 tahun.
47
Kemampuan mahasiswa dalam menyelesaikan studi di program
studi pendidikan fisika pada tiap angkatan semakin baik, hal ini terlihat
dapat pada gambar di bawah ini:
Gambar. 4. 3 Kemampuan mahasiswa dalam menyelesaikan studi di program studi pendidikan fisika pada tiap angkatan
Tahun
6.25.8
4.8
0.00.51.01.52.02.53.03.54.04.55.05.56.06.57.0
2003 2004 2005
Angkatan
Kemampuan mahasiswa dari angkatan 2003 untuk menyelesaikan
studi di Program Studi Pendidikan Fisika membutuhkan waktu selama 6.2
tahun, angkatan 2004 butuh waktu selama 5,8 tahun, sedangkan angkatan
2005 membutuhkan waktu selama 4,8 tahun.
Hasil perhitungan statistik terhadap kemampuan mahasiswa
dalam menyelesaikan studi di program studi pendidikan fisika dapat
terlihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4. 2 Statistic Calculation kemampuan mahasiswa dalam menyelesaikan studi di program studi pendidikan fisika
Statistic calculation
Rerata 5.42
SD 0.67
Max 7.1
Min 4.5
N 53
48
Kemampuan mahasiswa dari 53 sampel yang diteliti rata – rata
kemampuan dalam menyelesaikan studinya adalah selama 5,42 tahun
dengan standar deviasi 0,67. Mahasiswa yang paling lama dalam
menyelesaikan studinya adalah 7,1 tahun, dan mahasiswa yang paling
cepat dalam menyelesaikan studinya adalah 4,5 tahun.
Berdasarkan durasi mahasiswa dalam menyelesaikan studinya
dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu: mahasiswa yang
selesai tepat waktu 4,75 tahun kebawah, yang lambat, antara 4,75 sampai
6,10 tahun, dan yang lambat sekali dari 6,10 tahun ke atas. Berikut ini
adalah persentase kemampuan mahasiswa dalam menyelesaikan studi
berdasarkan ketepatan dalam menyelesaiakan studinya.
Gambar. 4. 4 Persentase kemampuan mahasiswa dalam
menyelsaikan studinya pada Program Studi Pendidikan Fisika
Tepat15%
Lambat60%
Lambat sekali25%
Dari semua lulusan mulai dari angkatan pertama sampai
angkatan terakhir wisuda 81 tanggal 16 oktober 2010. Persentase
mahasiswa yang lulus tepat waktu adalah 15% atau sebanyak delapan
orang, lambat 60% atau 32 orang, dan yang lambat sekali sebanyak 25%
atau 13 orang.
3. Korelasi Kemampuan akademik mahasiswa program studi
pendidikan fisika terhadap kemampuan menyelesaikan studinya.
49
Untuk mengetahui hubungan antara kemampuan akademik
mahasiswa program studi pendidikan fisika terhadap kemampuan
menyelesaikan studinya dapat dilihat dari grafik di bawah ini.
Gambar. 4. 5 Kemampuan akademik mahasiswa program studi
pendidikan fisika terhadap kemampuan menyelesaikan studinya
Hasil perhitungan statistic terhadap hubungan antara kemampuan
akademik mahasiswa program studi pendidikan fisika terhadap
kemampuan menyelesaikan studi.
Tabel 4. 3 Hasil perhitungan statistic terhadap hubungan
antara kemampuan akademik mahasiswa terhadap
kemampuan menyelesaikan studi
Cor relations
1.000 -.238*
. .018
53 53
-.238* 1.000
.018 .
53 53
Correlation Coeff icient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coeff icient
Sig. (2-tailed)
N
IPK
WAKTU
Kendall's tau_b
IPK WAKTU
Correlation is s ignif icant at the .05 level (2-tailed).*.
1.75
2.00
2.25
2.50
2.75
3.00
3.25
3.50
3.75
3.5 3.8 4.0 4.3 4.5 4.8 5.0 5.3 5.5 5.8 6.0 6.3 6.5 6.8 7.0 7.3 7.5
IPK
Lama penyelesaian studi (thn)
50
Korelasi antara kemampuan akademik terhadap kemampuan
menyelesaikan studi mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika adalah
0,018. Nilai korelasi tersebut termasuk kategori korelasi sangat rendah.
B. Pembahasan
1. Kemampuan Akademik Mahasiswa Program Studi Pendidikan
Fisika
Kemampuan akademik mahasiswa program studi pendidikan
fisika pada tiap angkatan wisuda berbeda-beda. Rerata IPK tertinggi
terdapat pada angkatan 79 yaitu 3,25. Wisuda angkatan 79 memiliki rerata
IPK tertinggi dikarenakan semua wisudawan/ti memiliki IPK di atas 3
dan faktor yang membuat tingginya rerata IPK angkatan ini adalah
adanya wisudawan yang memperoleh IPK pada tingkat kepuasan
terpuji/cumlaude yaitu sebesar 3,64 yang memberikan kontribusi besar
terhadap rerata IPK angkatan. Rerata IPK terendah terdapat pada
angkatan 78 yaitu 2,73 hal ini disebabkan mayoritas wisudawan/ti pada
angkatan ini memiliki IPK kurang dari 2,5 dan sedikitnya wisudawan
yang memiliki IPK di atas 3 yang berakibat pada rendahnya rerata IPK
pada angkatan wisuda 78 ini.
Meningkatnya kemampuan akademik mahasiswa pada tiap
angkatan, disebabkan adanya perbaikan kualitas pendidikan dalam
proses pembelajaran maupun fasilitas penunjang pembelajaran yang
dilakukan oleh FITK, seperti: digunakannya LCD projector di tiap kelas
yang dimulai tahun 2008. Pada tahun 2008 mahasiswa angkatan 2003
sebagian besar sudah tidak mengikuti lagi perkuliahan, artinya IPK akhir
mahasiswa sudah didak mengalami penambahan, pengaruh penggunaan
LCD projector dan fasilitas lainnya tidak dapat dirasakan oleh sebagian
besar mahasiswa angkatan 2003 dan angkatan 2004. Hal ini merupakan
salah satu faktor semakin meningkatnya kemampuan akademik
51
mahasiswa. Karena dengan menggunakan LCD projector dosen dapat
memperoleh beberapa keuntungan diantaranya: dapat menyampaikan
materi secara sistematis dan dapat diatur sesuai dengan keperluan. Selain
itu, gambar-gambar yang bersifat abstrak dapat visualisasikan dengan
bentuk dan warna yang real. Dapat digunakan untuk menyajikan pesan di
semua ukuran ruangan kelas. Dapat menarik perhatian mahasiswa,
karena memungkinkan penyajian yang variatif dan disertai dengan
warna-warna yang menarik. Tatap muka dengan mahasiswa dan selalu
terjaga dan memungkinkan siswa untuk mencatat hal-hal yang penting.
Dapat menyajikan pesan yang banyak dalam waktu yang relatif singkat.
Dapat digunakan berulang-ulang dalam kelas berbeda, tanpa harus
mempersiapkan kembali. Membantu menimbulkan pengertian dan
ingatan yang kuat pada pesan yang disampaikan dan dapat dipadukan
dengan unsur suara.
Faktor lainnya adalah semakin baiknya input siswa yang masuk
menjadi mahasiswa di program studi pendidikan fisika. Taraf intelegensi
mahasiswa baru meningkat. Gagne dan Berliner dalam (Winkel, 1997)
menyatakan bahwa antara intelegensi dengan kesuksesan di sekolah ada
korelasinya. Meningkatnya kemampuan intelegensi input mahasiswa ini
di sebabkan oleh makin ketatnya atau selektifnya proses seleksi
mahasiswa baru pada program studi pendidikan fisika. Input yang baik
akan menghasilkan out put yang baik pula. Artinya proses pembelajaran
selama perkuliahan terjadi secara alami, tidak terjadi kesalahan proses.
Karena proses pembelajaran yang salah bukannya dapat meningkatkan
kemampuan, tetapi akan berdampak pada turunnya kualitas out put yang
dihasilkan. Dengan demikian proses pembelajaran yang terjadi di
Program Studi Pendidikan Fisika sudah berlangsung dengan baik dan
berada pada jalur yang benar. Hal ini terlihat dari kemampuan akademik
mahasiswa lulusan yang mayoritas (83%) kemampuannya sangat
memuaskan.
52
Kemampuan akademik mahasiswa dari angkatan 2003 sampai 2005
berbeda-beda, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Secara teori ada
beberapa faktor yang menyebabkan perbedaan kemampuan akademik.
Ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi akademik seseorang, yaitu:
faktor internal/pribadi dan eksternal/lingkungan (Gagner & Berliner
dalam Winkel, 1997). Faktor internal meliputi: intelegensi, motivasi, dan
kepribadian. Mahasiswa dengan taraf intelegensi yang tinggi dapat
mencapai prestasi belajar yang lebih baik daripada mahasiswa yang
memiliki taraf intelegensi rendah. Namun, intelegensi bukan satu-satunya
faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan prestasi akademik karena
masih ada faktor motivasi, kepribadian, dan faktor eksternal.
Adanya perbedaan motivasi belajar antar mahasiswa lebih
diakibatkan oleh: perbedaan fisiologis (physiological needs), seperti rasa
lapar, dan haus. Perbedaan rasa aman (safety needs), baik secara mental,
fisik, dan intelektual. Perbedaan kasih sayang atau afeksi (love needs) yang
diterimanya. Perbedaan harga diri (self esteem needs). Perbedaan aktualisasi
diri (self actualization), tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk
mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah
menjadi kemampuan nyata (Winkel, 1997).
2. Kemampuan mahasiswa dalam menyelesaikan studi di Program
Studi Pendidikan Fisika.
Kemampuan mahasiswa dalam menyelesaikan studinya sangat
beragam/berbeda-beda. Demikian juga kemampuan mahasiswa pada tiap
angkatan wisuda dan berdasarkan angkatan masuk. Perbedaan ini
disebabakan oleh adanya perbedaan motivasi belajar dan menyelesaikan
studi pada tiap mahasiswa. Kemampuan mahasiswa terklasifikasikan
kedalam tiga kategori berbeda yaitu lamat sekali, lambat, dan tepat.
Dimana sebagian besar berada pada kategori lambat (60%). Hal ini
menunjukkan bahwa motivasi mahasiswa untuk menyelesaikan studinya
53
rendah. Hal ini terbukti dari hasil penyebaran angket kepada para lulusan
yang menunjukkan hasil, 86% mahasiswa tidak termotivasi untuk cepat-
cepat menyelesaikan studinya dan menyatakan bahwa motivasinya
rendah. Menurut mahasiswa, hal ini diakibatkan oleh menurunnya
semangat mahasiswa ketika tidak berhasil menemui dosen pembimbing
dan tidak mendapatkan arahan dan bimbingan yang baik.
Winkel (1997) menyatakan bahwa motivasi merupakan daya
penggerak yang aktif pada saat tertentu dimana ada kebutuhan untuk
mencapai tujuan. Demikian juga dengan Gagne dan Berliner dalam
Winkel (1997) yang menjelaskan bahwa motivasi merupakan segala
sesuatu yang menggerakan individu dari perasaan bosan menjadi
berminat untuk melakukan sesuatu. Winkel menyatakan bahwa motivasi
merupakan tenaga dorong selama tahapan proses belajar yang berfungsi
untuk: mencari dan menemukan informasi mengenai suatu hal, menyerap
informasi dan mengelolannya, dan mengubah informasi yang didapat
menjadi suatu hasil seperti pengetahuan, perilaku, keterampilan, sikap,
dan kreativitas.
Rendahnya motivasi pada mahasiswa bisa diakibatkan oleh dua
faktor, yaitu: motivasi yang muncul pada diri mahasiswa bersumber dari
internal dirinya sendiri dan eksternal dari orang lain atau lingkungannya.
Peneliti mengindikasikan bahwa rendahnya motivasi mahasiswa ini lebih
diakibatkan oleh faktor lingkungan, yaitu lingkungan kampus.
Lingkungan kampus kurang memberikan iklim edukasi yang baik,
penyediaan fasilitas sumber belajar yang kurang memadai, seperti:
perpustakaan (buku-buku perkuliahan dan jurnal-jurnal penelitian), dan
fasilitas internet. Mahasiswa angkatan 2003 dan 2004 menyatakan
kesulitan dalam mencari sumber-sumber referensi dalam menyelesaikan
skripsinya. Mereka harus mencari-cari referensi ke tempat-tempat yang
cukup jauh dari kampus, bahkan diperoleh di kampus lain di luar kota
seperti di UPI Bandung. 100% mahasiswa alumni mengemukakan faktor
54
penyebabnya diantaranya adalah kurang lengkapnya fasilitas
perpustakaan dan fasilitas internet di dalam kampus, tidak tersedianya
fasilitas komputer bersama yang bisa digunakan untuk mengakses
internet. Hal ini menyebabkan menurunnya motivasi yang ada pada diri
seseorang, seperti yang terdapat dalam teori ERG yang dinamakan
komponen frustasi-regresi (frustation-regresion aspect). Jika kebutuhan-
kebutuhan tertentu tidak terpenuhi, individu akan menjadi frustasi,
mundur ke level yang lebih rendah. Berlawanan dengan harapan yang
diinginkan oleh pihak kampus dalam hal ini.
Lingkungan kampus yang baik adalah lingkungan yang nyaman
sehingga mahasiswa terdorong untuk belajar dan berprestasi. Ada
beberapa karakteristik lingkungan universitas yang nyaman sebagai
tempat belajar menurut Gagne dalam Winkel, 1997, yaitu:
Universitas/sekolah yang mempunyai komitmen untuk mendukung
semua usaha mahasiswa agar suskes baik dalam bidang akademik
maupun sosial, adanya kurikulum yang menantang dan terarah, adanya
perhatian dan kepercayaan siswa serta orang tua terhadap kampus,
adanya ketulusan dan keadilan bagi semua siswa dengan latar belakang,
ras maupun etnik yang berbeda, adanya kebajikan dan peraturan kampus
yang jelas dan konsisten, adanya partisifasi siswa dalam pembuatan
peraturan sekolah, adanya mekanisme dalam menyampaikan pendapat
siswa, membangun kerjasama dengan komunitas keluarga dan
masyarakat, adanya forum diskusi tentang isu-isu yang terjadi pada para
siswanya.
Faktor eksternal lainnya adalah lingkungan rumah. Lingkungan
rumah terutama orang tua, memegang peranan penting karena orang tua
dapat dijadikan sebagai figur yang dapat diteladani atau di turuti untuk
dijadikan sebagai guru, rendah sekali. Perhatian orang tua dan suasana
hubungan antara anggota keluarga, dukungan dari keluarga merupakan
suatu pemacu semangat berpretasi bagi seseorang. Dukungan dalam hal
55
ini bisa secara langsung, berupa pujian atau nasihat; maupun secara tidak
langsung, seperti hubugan keluarga yang harmonis. Motivasi belajar
berupa rangsangan dari orang, atau lingkungan sekitarnya yang dapat
memengaruhi psikologis yang bersangkutan, rendah. Faktor inilah salah
satu penyebab rendahnya motivasi mahasiswa dalam menyelesaikan
studinya di program studi pendidikan fisika. Mayoritas orang tua para
mahasiswa alumini adalah seorang petani, yang memiliki kemampuan
keilmuan yang kurang/rendah demikian juga fasilitas edukasi yang
dimiliki keluarga untuk anak. Winkel (1997) menyatakan semakin tinggi
tingkat pendidikan orang tua, maka semakin baik prestasi anak.
Termasuk juga sejauh mana keluarga mampu menyediakan fasilitas
tertentu untuk anak (televisi, internet, dan buku bacaan).
Faktor penyebab lainnya adalah motivasi internal pada diri
mahasiswa untuk berprestasi rendah. Motivasi belajar merupakan faktor
psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya yang khas ialah dalam
hal gairah atau semangat belajar, mahasiswa yang termotivasi kuat akan
mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar, seperti
kegiatan belajar untuk memuaskan rasa ingin tahu, atau mengharapkan
pujian sebagai hadiah atas prestasi yang diraihnya. Kesadaran diri atas
pemahaman betapa pentingnya belajar untuk mengembangkan dirinya
dan bekal untuk menjalani kehidupan, masih kurang. Winkel (1997)
mengemukakan bahwa motivasi yang paling penting dalam dunia
pendidikan adalah motivasi untuk berprestasi, dimana seseorang
cenderung berjuang untuk mencapai sukses atau memilih suatu kegiatan
yang berorientasi untuk tujuan sukses. Hal ini tidak ditunjukkan oleh
sebagian besar mahasiswa alumni program studi pendidikan fisika.
3. Korelasi Kemampuan akademik mahasiswa program studi
pendidikan fisika terhadap kemampuan menyelesaikan studinya.
56
Korelasi antara kemampuan akademik terhadap kemampuan
menyelesaikan studi mahasiswa program studi pendidikan fisika adalah
sangat rendah. Hubungan ini menunjukkan bahwa mahasiswa yang
memiliki kemampuan akademik baik belum tentu bisa menyelesaikan
studi dalam waktu yang cepat/singkat. Demikian juga sebaliknya,
mahasiswa yang memiliki kemampuan akademik rendah belum tentu
menyelesaikan studinya lambat/telat. Faktor utama penyebabnya adalah
adanya perbedaan motivasi pada masing-masing mahasiswa.
57
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan akademik mahasiswa program studi pendidikan fisika
berbeda-beda. Kemampuan akademik mahasiswa berdasarkan tahun
masuk dari tahun 2003, 2004, dan 2005 menunjukkan kemampuan
akademik yang meningkat. Kemampuan akademik mahasiswa
berdasarkan angkatan tahun wisuda bersifat fluktuatif tidak mengikuti
pola tertentu. Kemampuan akademik mahasiswa yang paling banyak
adalah yang memiliki kategori kepuasan akademik sangat memuaskan
(83%), kedua kategori memuaskan (13%), dan yang paling sedikit
kategori terpuji/cumlaude (4%).
2. Kemampuan mahasiswa dalam menyelesaikan studi mahasiswa pada
program studi pendidikan fisika sangat beragam. Kemampuan
mahasiswa dalam menyelesaikan studi berdasarkan tahun masuk,
mahasiswa angkatan 2003 adalah mahasiswa yang paling lama dalam
menyelesaikan studi, kedua adalah angkatan 2004 dan yang tercepat
adalah mahasiswa angkatan 2005. Kemampuan mahasiswa
berdasarkan angkatan wisuda berbeda-beda dan bersifat fluktuatif,
tidak mengikuti pola tertentu.
3. Kemampuan akademik mahasiswa program studi pendidikan fisika
berkorelasi sangat rendah terhadap kemampuan menyelesaikan studi.
B. Saran
1. Diharapakan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dapat :
a. Melengkapi sarana dan prasarana pembelajaran. Diantaranya
kelengkapan fasilitas perkuliahan, seperti: papan tulis, LCD Projector,
57
58
bentuk ruangan, sirkulasi udara dan iklim pembelajaran yang
edukatif, dan rasio jumlah mahasiswa per kelas yang proporsional.
b. Meningkatkan kompetensi dan pelayanan dosen; Kualitas dosen
sangat penting dalam meraih prestasi, kelengkapan sarana dan
prasarana tanpa disertai kinerja yang baik dari para penggunanya
akan sia-sia belaka. Kebutuhan seorang mahasiswa untuk berprestasi
dapat terpenuhi dengan tersedianya fasilitas dan tenaga pendidik yang
berkualitas dan siap untuk dijadikan tempat berkonsultasi.
Kompetensi yang baik dan sikap dosen yang arif bijaksana, tegas,
memiliki disiplin tinggi, luwes, akan mampu membuat siswa menjadi
senang dalam perkuliahan, prestasi belajar mahasiswa akan cenderung
tinggi, paling tidak tidak bosan dalam mengikuti perkuliahan. Dengan
demikian mahasiswa dapat memenuhi rasa keingintahuannya untuk
terus-menerus meningkatkan prestasi belajarnya.
2. Dosen pembimbing akademik maupun skripsi, diharapkan dapat
memberikan motivasi atau menyelenggarakan kegiatan khusus berupa
pemberian motivasi bagi para mahasiswa tahap akhir untuk segera
menyelesaikan studinya.
59
DAFTAR PUSTAKA
Akadum. 1999. Potret Guru Memasuki Milenium Ketiga. Suara Pembaharuan. (Online) (Tersedia: http://www.suara pembaharuan.com/News/ 1999/01/220199/OpEd, diakses 7 Juni 2001). Hlm. 1-2.
Arifin, I. 2000. Profesionalisme Guru: Analisis Wacana Reformasi Pendidikan dalam Era Globalisasi. Simposium Nasional Pendidikan di Universitas Muham-madiyah Malang, 25-26 Juli 2001.
Chan, J.C., McDermott, K.B., & Roediger, H.L. 2007. Retrieval-induced facilitation. Journal of Experimental Psychology: General, 135(4), 553-571.
Dahrin, D. 2000. Memperbaiki Kinerja Pendidikan Nasional Secara Komprehensip: Transformasi Pendidikan. Komunitas, Forum Rektor Indonesia. Vol.1 No. Hlm 24.
Degeng, N.S. 1999. Paradigma Baru Pendidikan Memasuki Era Desentralisasi dan Demokrasi. Jurnal Getengkali Edisi 6 Tahun III 1999/2000. Hlm. 2-9.
Galbreath, J. 1999. Preparing the 21st Century Worker: The Link Between Computer-Based Technology and Future Skill Sets. Educational Technology Nopember-Desember 1999. Hlm. 14-22.
Gay, L.R. 1983. Educational Research Competencies for Analysis & Application 2nd Edition. Ohio: A Bell & Howell Company.
Irwanto. 1997. Psikologi Umum. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Journal PAT. 2001. Teacher in England and Wales. Professionalisme in Practice: the PAT Journal. April/Mei 2001. (Online) (Tersedia: http://members.aol.com/PTRFWEB/journal1040.html, diakses 7 Juni 2001)
Maister, DH. 1997. True Professionalism. New York: The Free Press.
Makagiansar, M. 1996. Shift in Global paradigma and The Teacher of Tomorrow, 17th. Convention of the Asean Council of Teachers (ACT); 5-8 Desember, 1996, Republic of Singapore.
Mulyasa. 2010. Praktik Penelitian Tindakan Kelas.
N.N. 2009. Problematika Seputar Guru, Tersedia: http://pakguruonline. pendidikan.net/problematika_sptr_guru_22.html
Naisbitt, J. 1995. Megatrend Asia: Delapan Megatrend Asia yang Mengubah Dunia, (Alih bahasa oleh Danan Triyatmoko dan Wandi S. Brata): Jakarta: Gramedia.
60
Nasanius, Y. 1998. Kemerosotan Pendidikan Kita: Guru dan Siswa Yang Berperan Besar, Bukan Kurikulum. Suara Pembaharuan. (Online) (Tersedia: http://www.suarapembaharuan.com/News/1998/ 08/230898, diakses 7 Juni 2001). Hlm. 1-2.
NRC. 1996. Standar for Professional Development for Teacher Sains. Hlm. 59-70
Pikiran Rakyat, Kualitas Guru Di Indonesia Rendah, Thursday, 25 February 2010 11:22. Harian Pikiran Rakyat, Kamis 25 Februari 2010
Pantiwati, Y. 2001. Upaya Peningkatan Profesionalisme Guru Melalui Program Sertifikasi Guru Bidang Studi (untuk Guru MI dan MTs). Makalah Dipresentasikan. Malang: PSSJ PPS Universitas Malang. Hlm.1-12.
Persada. Supriadi, D. 1998. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Jakarta: Depdikbud.
Semiawan, C.R. 1991. Mencari Strategi Pengembangan Pendidikan Nasional Menjelang Abad XXI. Jakarta: Grasindo.
Satria, Dharma. Kualitas guru sebagai kunci utama dalam kurikulum berbasis kompetensi. Tersedia: http://id.shvoong.com/social-sciences/ education/1635024-kualitas-guru-sebagai-kunci-utama/
Stiles, K.E. dan Loucks-Horsley, S. 1998. Professional Development Strategies: Proffessional Learning Experiences Help Teachers Meet the Standards. The Science Teacher. September 1998. hlm. 46-49).
Sumargi. 1996. Profesi Guru Antara Harapan dan Kenyataan. Suara Guru No. 3-4/1996. Hlm. 9-11.
Sumadi, Suryabrata. (1998). Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Surya, H.M. 1998. Peningkatan Profesionalisme Guru Menghadapi Pendidikan Abad ke-21n (I); Organisasi & Profesi. Suara Guru No. 7/1998. Hlm. 15-17.
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan-Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara.
Sudjana, Nana. 2009. Dasar-Dasar Belajar Mengajar: Jakarta: Bumi Aksara.
Syah, Muhibin. 2003. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rosda Karya.
Tilaar, H.A.R. 1999. Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional Dalam Perspektif Abad 21. Magelang: Indonesia Tera.
Trilling, B. dan Hood, P. 1999. Learning, Technology, and Education Reform in the Knowledge Age or "We're Wired, Webbed, and Windowed, Now What"? Educational Technology may-June 1999. Hlm. 5-18.
61
UNDP.2009. Human Development Report 2009 – Indonesia tersedia: Tersedia:http://hdrstats.undp.org/en/countries/data_ sheets/ cty_ds_IDN.html. Diakses:
Wirawan, Sarlito. (1997). Psikologi Remaja. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Winkel, W.S. 1997. Psiokologi Pengajaran (Revisi). Jakarta: Grasindo.
Willis, J. (2008). Brain-based teaching strategies for improving students' memory, learning, and test-taking success.(Review of Research). Childhood Education, 83(5), 31-316.
62
LAMPIRAN PERHITUNGAN STATISTIK 1. UJI NORMALITAS DATA
Descriptive Statis tics
53 53 53
1.19 2.60
2.45 4.50
3.64 7.10
3.0358 5.4245
.24827 .67165
.062 .451
N
Range
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Variance
IPK WAKTU Valid N (lis tw ise)
Tests of Nor mality
.113 53 .087 .960 53 .076
.227 53 .000 .886 53 .000
IPK
WAKTU
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-Wilk
Lilliefors Signif icance Correctiona.
2. UJI KORELASI
Descriptive Statistics
3.0358 .24827 53
5.4245 .67165 53
IPK
WAKTU
Mean Std. Deviation N
Cor relations
1 -.257
. .063
3.205 -2.232
.062 -.043
53 53
-.257 1
.063 .
-2.232 23.458
-.043 .451
53 53
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
Sum of Squares and
Cross-products
Covariance
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
Sum of Squares and
Cross-products
Covariance
N
IPK
WAKTU
IPK WAKTU
63
Cor relations
1.000 -.238*
. .018
53 53
-.238* 1.000
.018 .
53 53
Correlation Coeff icient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coeff icient
Sig. (2-tailed)
N
IPK
WAKTU
Kendall's tau_b
IPK WAKTU
Correlation is s ignif icant at the .05 level (2-tailed).*.
3. DESKRIPSI KEAMPUAN MAHASISWA BERDASARKAN ANGKATAN
Case Process ing Summ ary
8 100.0% 0 .0% 8 100.0%
22 100.0% 0 .0% 22 100.0%
23 100.0% 0 .0% 23 100.0%
8 100.0% 0 .0% 8 100.0%
22 100.0% 0 .0% 22 100.0%
23 100.0% 0 .0% 23 100.0%
Tahun Masuk
2003
2004
2005
2003
2004
2005
Akademik
Waktu
N Percent N Percent N Percent
Valid Missing Total
Cases
Descriptives
Tahun Masuk
Statistic Std. Error
Akademik 2003 Mean 2.8850 .05958 95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 2.7441 Upper Bound 3.0259 5% Trimmed Mean 2.8867 Median 2.9300 Variance .028 Std. Deviation .16852 Minimum 2.64 Maximum 3.10 Range .46 Interquartile Range .3100 Skewness -.341 .752 Kurtosis -1.545 1.481
2004 Mean 2.9614 .06116 95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 2.8342 Upper Bound 3.0885 5% Trimmed Mean 2.9609 Median 3.0400 Variance .082 Std. Deviation .28684 Minimum 2.45 Maximum 3.50 Range 1.05 Interquartile Range .3850 Skewness -.391 .491 Kurtosis -.356 .953
2005 Mean 3.1596 .03507 95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 3.0868
64
Tahun Masuk
Statistic Std. Error
Upper Bound 3.2323 5% Trimmed Mean 3.1496 Median 3.1600 Variance .028 Std. Deviation .16818 Minimum 2.87 Maximum 3.64 Range .77 Interquartile Range .1800 Skewness .996 .481 Kurtosis 2.130 .935
Waktu 2003 Mean 6.2125 .18268 95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 5.7805 Upper Bound 6.6445 5% Trimmed Mean 6.1861 Median 6.0500 Variance .267 Std. Deviation .51669 Minimum 5.80 Maximum 7.10 Range 1.30 Interquartile Range .9250 Skewness 1.081 .752 Kurtosis -.377 1.481
2004 Mean 5.7682 .10494 95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 5.5499 Upper Bound 5.9864 5% Trimmed Mean 5.7924 Median 5.9000 Variance .242 Std. Deviation .49221 Minimum 4.90 Maximum 6.20 Range 1.30 Interquartile Range .7250 Skewness -.862 .491 Kurtosis -.653 .953
2005 Mean 4.8217 .03383 95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 4.7516 Upper Bound 4.8919 5% Trimmed Mean 4.8249 Median 4.9000 Variance .026 Std. Deviation .16225 Minimum 4.50 Maximum 5.10 Range .60 Interquartile Range .2000 Skewness -.525 .481 Kurtosis -.477 .935