PENA ISLAM ||Volume||3||Nomor||1||Hal|| 54 – 67 ||2019||
||ISSN (online): 2620-9195||
Pena Islam, Vol.3 Nomor 1 September 2019 |54
KONSEP PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM
PERSPEKTIF Prof. Dr. MUHAIMIN, MA
Amru Almu’tasim
Institut Agama Islam Uluwiyah Mojokerto
Jl. Raya Km 4 Mojosari-Mojokerto-Jawa Timur
e-mail: [email protected]
Abstrak
Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam dalam konsep Muhaimin
merupakan kegiatan menghasilkan kurikulum pendidikan agama Islam melalui
proses yang mengaitkan satu komponen dengan yang lainnya untuk
menghasilkan kurikulum pendidikan agama Islam yang lebih baik. Dalam
pelaksanaan pengembangan kurikulum didasarkan atas fungsi-fungsi kurikulum
yang sekaligus sebagai fungsi pengembangan kurikulum pendidikan Islam.
Muhaimin, membagi fungsi kurikulum ke dalam beberapa subjek yang berperan
dalam kegiatan pendidikan, diantaranya: a) bagi sekolah yang bersangkutan, b)
bagi sekolah/madrasah di atasnya, c) bagi masyarakat yaitu sebagai pengguna
lulusan (users). Menurut Muhaimin dalam pengembangan kurikulum pendidikan
agama Islam dapat menggunakan pendekatan ekletik, yakni dapat memilih yang
terbaik dari keempat pendekatan di bawah ini, yang sesuai dengan
karakteristiknya. Pendekatan tersebut di antaranya, yaitu: a) pendekatan subjek,
b) pendekatan humanistis, c) pendekatan teknologis, d) pendekatan rekonstruksi
sosial. Sedangkan dalam model pengembangan kurikulum pendidikan Islam
Muhaimin menawarkan model pengembangan kurikulum berbasis peningkatan
kualitas di madrasah dan model pengembangan kurikulum berbasis kompetensi
di Perguruan Tinggi Agama Islam.
Kata Kunci : Pengembangan Kurikulum, Pendidikan Islam, Muhaimin
Abstract
Development of Islamic Education Curriculum in the Muhaimin concept is an activity
of producing Islamic religious education curriculum through a process that links one
component to another to produce a better Islamic religious education curriculum. In
the implementation of curriculum development, it is based on curriculum functions
which are at the same time a function of curriculum development in Islamic education.
Muhaimin, divided the function of the curriculum into several subjects that play a role
in educational activities, including: a) for the school concerned, b) for the schools /
madrasas above, c) for the community as users of graduates. According to Muhaimin
in the development of Islamic religious education curriculum can use an eclectic
approach, which can choose the best of the four approaches below, which are in accordance with its characteristics. These approaches include: a) the subject approach,
b) the humanistic approach, c) the technological approach, d) the social reconstruction
approach. Whereas in the Islamic education curriculum development model Muhaimin
offers a model for developing curriculum based on quality improvement in madrasas
and a competency-based curriculum development model in Islamic Higher Education.
Keywords: Curriculum Development, Islamic Education, Muhaimin
Pena Islam, Vol.3 Nomor 1 September 2019 |55
PENDAHULUAN
Secara historis, kurikulum pendidikan selalu mengikuti alur dari pemerintahan dimana
setiap ada periode pemerintahan baru, maka akan mempunyai kebijakan yang berbeda dengan
kebijakan sebelumnya. Kesan yang muncul di masyarakat adalah setiap ganti menteri
pendidikan pasti selalu ganti kurikulum, padahal kurikulum yang terdahulu belum
tersosialisasi secara merata, tiba-tiba di ganti yang baru. Misalnya kurikulum baru digunakan,
kemudian muncul kebijakan baru untuk mengubah kurikulum tersebut, sehingga dari pihak
daerah atau sekolah dalam hal ini harus bisa menyesuaikan dengan cepat kurikulum dari hasil
kebijakan baru. Kurikulum merupakan salah satu unsur yang berpengaruh pada pencapaian
tujuan pendidikan, yang posisinya sendiri dalam keseluruhan proses pendidikan begitu sentral
dan penting. Posisi kurikulum dapat dicontohkan seperti halnya posisi pemerintah pusat di
tengah-tengah pemerintah daerah dalam suatu wilayah kesatuan negara.1
Kurikulum memegang kedudukan kunci dalam pendidikan, sebab berkaitan dengan
penentuan arah, isi dan proses pendidikan, yang pada akhirnya menentukan macam dan
kualifikasi lulusan suatu lembaga pendidikan. Kurikulum menyangkut rencana dan
pelaksanaan pendidikan baik dalam lingkup kelas, sekolah, daerah, wilayah maupun nasional.
Semua orang berkepentingan dengan kurikulum, sebab sebagai orang tua, sebagai warga
masyarakat, sebagai pemimpin formal ataupun informal selalu mengharapkan tumbuh dan
berkembangnya anak. Kurikulum berperan dalam menjembatani pendidikan untuk
mewujudkan tujuan akhirnya.Upaya pembenahan dan perbaikan kurikulum pendidikan
bertujuan agar dapat bergerak cepat sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi serta
tuntutan dunia kerja dalam kehidupan masyarakat yang selalu berubah. Dalam hal ini yang
menjadi perhatian khusus untuk pengembangan kurikulum adalah pendidikan Islam karena
dalam pelaksanaannya mendapat kritik dari berbagai kalangan.
Memang, realita pelaksanaan pendidikan Islam saat ini khususnya pendidikan agama
Islam di sekolah masih belum mampu dalam menggarap sikap dan perilaku keberagaman
peserta didik serta membangun moral dan etika bangsa. Degradasi moral pun kian marak.
Nilai-nilai yang tertanam di masyarakat kian luntur, bahkan pelajar atau mahasiswa yang
statusnya sedang menuntut ilmu dan diberi ilmu agama di dalamnya tenyata tidak
memberikan nilai-nilai moral. Tawuran atau pelanggaran-pelanggaran yang lainnya sering
1Lias Hasibuan, Kurikulum dan Pemikiran Pendidikan, (Jakarta: Gaung Persada, 2010), hlm. 21.
Pena Islam, Vol.3 Nomor 1 September 2019 |56
terjadi. Adanya kasus pelanggaran-pelangaran seperti itu tidak lain karena rendahnya kualitas
keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.2
Pakar pendidikan Islam yang berusaha memperbarui pendidikan Islam salah satunya
ialah Prof. Dr. Muhaimin, M.A. direktur pascasarjana Universitas Islam Negeri Malang.
Muhaimin merupakan salah satu bagian terpenting dalam mengembangkan kurikulum
pendidikan agama Islam, baik di tingkat sekolah dasar, menengah, maupun perguruan tinggi
agama Islam. Menurutnya pelaksanaan pendidikan agama Islam selama ini lebih banyak
menekankan pada transfer ilmu saja, sedangkan aspek internalisasi dan amaliahnya belum
begitu diperhatikan. Transfer ilmu pengetahuan memang sangatlah penting, akan tetapi bukan
berarti internalisasi nilai dan amaliahnya diabaikan. Ketiga aspek ini merupakan suatu
kesatuan yang utuh dan haruslah ada dalam pelaksanaan pendidikan Islam.3
Menurut Mulyasa, berkaitan dengan perubahan kurikulum perlu diterapkan kurikulum
berbasis kompetensi sekaligus berbasis karakter (competency and character based
curriculum), yang dapat membekali peserta didik dengan berbagai sikap dan kemampuan
yang sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman dan tuntutan teknologi.4
Namun, Muhaimin tidak hanya mengembangkan kurikulum berbasis kompetensi,
tetapi juga mengembangkan kurikulum berbasis life skill yang bertolak dari kebutuhan,
kemampuan, minat dan bakat peserta didik. Paradigma pengembangan kurikulum menurutnya
adalah dengan mengembangkan kurikulum itu sendiri. Ide-ide pengembangannya diawali dari
problem-problem yang terjadi di lingkungan sekitar peserta didik yang kemudian dimasukkan
ke dalam materi pendidikan Islam. Berbekal dari keahliannya di bidang filsafat pendidikan
Islam.
PEMBAHASAN
Konsep Pemikiran Muhaimin tentang Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam
Beberapa konsep pemikiran Muhaimin tentang masalah Pengembangan Kurikulum
Pendidikan Islam adalah sebagai berikut:
1. Pengertian Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam
Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam suatu
sistem pendidikan. Oleh karena itu, kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai
tujuan pendidikan dan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengajaran pada semua
2Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam Mengurai Benang Kusut Dunia Pendidikan, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2006), hlm. 88. 3Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), hlm. 215
4E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2013), hlm. 06.
Pena Islam, Vol.3 Nomor 1 September 2019 |57
jenis dan tingkat pendidikan. Kurikulum senantiasa bersifat dinamis guna lebih menyesuaikan
dengan berbagai perkembangan yang terjadi, tanpa harus terlepas dari filosofi asas Negara
dan agama masyarakat.5
Dalam sebuah kurikulum memuat suatu tujuan yang ingin dicapai dalam suatu sistem
pendidikan. Untuk itu tujuan dalam suatu kurikulum memegang peranan yang sangat penting,
karena tujuan mengarahkan semua kegiatan pengajaran dan mewarnai komponen-komponen
kurikulum lainnya. Perubahan kurikulum adalah suatu hal yang biasa dan suatu keniscayaan
dalam rangka merespon perkembangan masyarakat yang begitu cepat. Pengembangan
kurikulum merupakan bagian inti dalam penyelenggaraan pendidikan, oleh karena itu
penyelenggaraan dan pengembangannya didasarkan pada asas-asas pembangunan secara
makro. Disamping itu, pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar
nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan standar pendidikan nasional. Dalam pemikiran
Muhaimin, Kurikulum merupakan salah satu komponen pendidikan yang sangat strategis,
karena merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran memberikan makna bahwa di dalam kurikulum terdapat panduan
interaksi antara guru dan peserta didik.6
Kurikulum sebenarnya merupakan “nafas atau inti” dari proses pendidikan di
madrasah untuk memberdayakan potensi peserta didik. Dikatakan demikian, karena selain
berisi rumusan tentang tujuan yang menentukan ke mana peserta didik akan dibawa dan
diarahkan, juga berisi rumusan tentang isi dan kegiatan belajar, yang akan membekali peserta
didik dengan pengetahuan, kecakapan, keterampilan serta nilai-nilai yang mereka perlukan
dalam kehidupan dan pelaksanaan tugas pekerjaan di masa yang akan datang. Kurikulum juga
memberikan dasar-dasar bagi pengembangan kepribadian dan kemampuan profesional, yang
akan menentukan kualitas insan dan sumber daya manusia suatu bangsa.7
Dari definisi tentang kurikulum di atas, Muhaimin mengatakan bahwa
pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam dapat diartikan sebagai: 1) kegiatan
menghasilkan kurikulum Pendidikan Agama Islam; atau 2) proses yang mengaitkan satu
komponen dengan yang lainnya untuk menghasilkan kurikulum Pendidikan Agama Islam
5Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), hlm. 191.
6Muhaimin, Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam, (Jakarta: Rajawali Pers,
2012), hlm. 202. 7Ibid.
Pena Islam, Vol.3 Nomor 1 September 2019 |58
yang lebih baik; dan/atau 3) kegiatan penyusunan (desain), pelaksanaan, penilaian dan
penyempurnaan kurikulum Pendidikan Islam.8
2. Fungsi Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam
Pengembangan kurikulum pendidikan agama Islam sesungguhnya adalah sebuah
siklus, suatu proses berulang yang tidak pernah berakhir. Dan proses tersebut terdiri atas
empat unsur, yakni tujuan, metode dan material, penilaian, serta umpan balik. Oleh karena itu,
pelaksanaan pengembangan kurikulum didasarkan atas fungsi-fungsi kurikulum yang
sekaligus sebagai fungsi pengembangan kurikulum pendidikan Islam. Kurikulum pendidikan
agama Islam berbeda dengan kurikulum yang lain. Kurikulum pendidikan agama Islam
memiliki fungsi atau peranan, bahkan kemungkinan ada kurikulum yang tidak memiliki
fungsi seperti kurikulum pendidikan agama Islam, karena itu, sudah sepatutnya guru-guru
agama sangat memperhatikan dan mengaplikasikan fungsi-fungsi kurikulum pendidikan Islam
ke dalam pembelajaran pendidikan agama Islam. Kurikulum merupakan salah satu komponen
pokok dalam pendidikan, ia merupakan kompas penunjuk arah hendak kemana anak-anak
didik mau dibawa. Oleh karena itu, maka posisi kurikulum dalam praktek pendidikan amatlah
penting, namun betapapun pentingnya posisi kurikulum, harus tetap di ingat bahwa ia adalah
sebagai alat atau usaha dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Selain itu, kurikulum juga
berfungsi sebagai pedoman untuk mengatur kegiatan-kegiatan pendidikan yang dilaksanakan
di sekolah. Dalam pelaksanaan pengajaran misalnya, telah ditentukan macam-macam bidang
studi, alokasi waktu, pokok bahasan atau materi pembelajaran untuk tiap semester, dan masih
banyak lagi.9
Pengembangan kurikulum pendidikan agama Islam sesungguhnya adalah sebuah
siklus, suatu proses berulang yang tidak pernah berakhir. Dan proses tersebut terdiri atas
empat unsur, yakni tujuan, metode dan material, penilaian, serta umpan balik. Oleh karena itu,
pelaksanaan pengembangan kurikulum didasarkan atas fungsi-fungsi kurikulum yang
sekaligus sebagai fungsi pengembangan kurikulum pendidikan Islam. maka atas dasar itu,
Muhaimin mengklasifikasikan fungsi kurikulum sebagai berikut:
1. Bagi sekolah/madrasah yang bersangkutan:
a. Sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan agama Islam yang diinginkan atau
dalam istilah KBK disebut standar kompetensi PAI, meliputi fungsi dan tujuan
pendidikan nasional, kompetensi lintas kurikulum, kompetensi tamatan/lulusan,
8Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan perguruan
Tinggi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hlm. 10. 9M. Ahmady dkk., Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), hlm. 98.
Pena Islam, Vol.3 Nomor 1 September 2019 |59
kompetensi bahan kajian pendidikan agama Islam, kompetensi mata pelajaran
pendidikan agama Islam (TK, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA), kompetensi mata
pelajaran kelas (Kelas I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, XI, XII);
b. Pedoman untuk mengatur kegiatan-kegiatan pendidikan agama Islam di
sekolah/madrasah.
2. Bagi sekolah/madrasah di atasnya:
a. Melakukan penyesuaian;
b. Menghindari keterulangan sehingga boros waktu;
c. Menjaga kesinambungan.
3. Bagi masyarakat:
a. Masyarakat sebagai pengguna lulusan (users), sehingga sekolah/madrasah harus
mengetahui hal-hal yang menjadi kebutuhan masyarakat dalam konteks
pengembangan pendidikan agama Islam.
b. Adanya kerja sama yang harmonis dalam hal pembenahan dan pengembangan
kurikulum pendidikan agama Islam.10
3. Pendekatan Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam
Dalam pendidikan Islam tentang penyusunan kurikulum menghendaki keterkaitannya
dengan sumber pokok agama, yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits, di mana dan kapan pun
lembaga pendidikan itu ada. Prinsip yang ditetapkan Allah dan diperintahkan Rasulullah
berikut ini dapat dijadikan pegangan dasar dalam pengembangan kurikulum.11
Firman Allah SWT:
Artinya: “Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu
dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang berbuat kerusakan. (Qs. Al Qashash: 77)12
10
Muhaimin, Pengembangan. . . . , hlm. 12-13. 11
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam Edisi Revisi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hlm. 88.. 12
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: PT Sygma Examedia Arkanleema,
2009), hlm. 394.
Pena Islam, Vol.3 Nomor 1 September 2019 |60
Kurikulum sebagai suatu rencana yang menjadi panduan dalam menjalankan roda
proses pendidikan di sekolah akan mempunyai bentuk yang berbeda-beda sebagi akibat
dipegangnya konsep tentang fungsi pendidikan itu. Oleh sebab konsep tentang fungsi
bermacam-macam, maka konsep pendekatan kurikulum pun bermacam-macam.13
Pendekatan diartikan sebagai cara kerja dengan menerapkan strategi dan metode yang
tepat serta mengikuti langkah-langkah pengembangan yang sistematis agar memperoleh
kurikulum yang lebih baik. Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam
pengembangan kurikulum pendidikan Islam, diantaranya pendekatan bidang studi,
pendekatan berorientasi pada tujuan, pendekatan dengan pola organisasi bahan, pendekatan
akuntabilitas, pendekatan rekonstruksionalisme, dan. pendekatan humanistik.
Muhaimin menggagas empat pendekatan yang digunakan dalam pengembangan
kurikulum pendidikan Islam. Namun dalam penggunaannya dapat menggunakan pendekatan
ekletik, yakni dapat memilih yang terbaik dari keempat pendekatan di bawah ini, yang sesuai
dengan karakteristiknya. Pendekatan tersebut di antaranya, yaitu:
a. Pendekatan Subjek Akademis
Pendekatan subjek akademis dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan
didasarkan pada sistematisasi disiplin ilmu masing-masing. Setiap ilmu pengetahuan memiliki
sistematisasi tertentu yang berbeda dengan sistematisasi ilmu lainnya. Pengembangan
kurikulum subjek akademis dilakukan dengan cara menetapkan lebih dahulu mata
pelajaran/mata kuliah apa yang harus dipelajari peserta didik, yang diperlukan untuk
(persiapan) pengembangan disiplin ilmu.14
Pada dasarnya, pendekatan subjek akademis dalam menyusun kurikulum pendidikan
agama Islam dilakukan dengan berdasarkan sistematisasi disiplin ilmu. Misalnya, untuk aspek
keimanan atau mata pelajaran akidah menggunakan sistematisasi ilmu tauhid, aspek/mata
pelajaran Al–qur'an hadits atau ilmu tafsir, akhlak menggunakan sistematisasi ilmu akhlak
ibadah/syari'ah/muamalah menggunakan sistematisasi ilmu fiqih dan tarikh/sejarah
menggunakan sistematisasi SKI (sejarah kebudayaan Islam).
b. Pendekatan Humanistis
Pendekatan humanistis dalam pengembangan kurikulum bertolak dari ide
“memanusiakan manusia”. Penciptaan konteks yang akan memberi peluang manusia untuk
13
Mohammad Ali, Pengembangan Kurikulum di Sekolah, (Bandung: CV Sinar Baru Offset, 1992), hlm. 10. 14
Muhaimin, Wawasan Pendidikan Islam, (Bandung: Marja, 2014), hlm. 150.
Pena Islam, Vol.3 Nomor 1 September 2019 |61
menjadi lebih human, untuk mempertinggi harkat manusia merupakan dasar filosofi, dasar
teori, dasar evaluasi dan dasar pengembangan program pendidikan.15
Kurikulum Pendidikan Agama Islam dikembangkan dengan bertolak pada kebutuhan
dan minat peserta didik, yang mendorong mereka untuk dapat menumbuhkembangkan alat-
alat potensial dan potensi-potensi dasar dan/atau fitrahnya, serta mendorongnya untuk mampu
mengemban amanah baik sebagai ‘abdullah maupun khalifahNya. Materi ajar dipilih sesuai
dengan minat dan kebutuhannya peserta didik menjadi subjek pendidikan, dalam arti ia
menduduki tempat utama dalam pendidikan. Guru/dosen berfungsi sebagai psikolog yang
memahami segala kebutuhan dan masalah peserta didik, ia berperan sebagai bidan yang
membantu peserta didik melahirkan ide-idenya, dan/atau sebagai pembimbing, pendorong,
fasilitator dan pelayan bagi peserta didik.
Pendekatan humanistik juga dapat dilakukan melalui pengembangan tema-tema
Pendidikan Agama Islam yang berupa problem-problem yang aktual di masyarakat dan
banyak menjadi perhatian para peserta didik. Melalui tema-tema tersebut, peserta didik
dibimbing dan diarahkan untuk mampu memecahkan masalah tersebut dalam perspektif
ajaran dan nilai-nilai Islam, dan/atau ajaran dan nilai-nilai Islam itu dijadikan sebagai
landasan moral dan etika dalam pengembangan ipteks dan budaya serta aspek-aspek
kehidupan lainnya. Bisa pula diterapkan dalam pembelajaran sejarah Islam yang dimaksudkan
untuk menggali, mengembangkan dan mengambil ibrah pelajaran dari sejarah dan
kebudayaan (peradaban) Islam, sehingga peserta didik mampu menginternalisasi dan tergerak
untuk meneladani dan mewujudkan dalam amal perbuatan, serta dalam rangka membangun
sikap terbuka dan toleran atau semangat ukhuwah Islamiyah dalam arti luas.16
c. Pendekatan Teknologis
Pendekatan teknologis dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan bertolak
dari analisis kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu. Materi
yang diajarkan, kriteria evaluasi sukses, dan strategi belajarnya ditetapkan sesuai dengan
analisis tugas (job analysis) tersebut.17
Pendekatan teknologis dapat digunakan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam,
jika kegiatannya hanya sampai pada penguasaan materi dan keterampilan dalam menjalankan
ajaran agama, sebab proses dan produknya bisa dirancang sebelumnya. Namun, apabila
pembelajaran pendidikan agama Islam harus sampai pada taraf kesadaran iman dan
pengamalan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari, maka pendekatan teknologis
15
Muhaimin, Wawasan. . . ., hlm. 150. 16
Ibid., hlm. 161-162. 17
Muhaimin, Wawasan. . . ., hlm. 150.
Pena Islam, Vol.3 Nomor 1 September 2019 |62
akan sulit diterapkan, karena mungkin prosesnya bisa dirancang, tetapi produk (hasil)
pembelajarannya tidak bisa dirancang dan sulit diukur.
Secara ringkas, dapat dipahami bahwa pengembangan kurikulum pendidikan Islam
melalui pendekatan teknologis yaitu dengan cara mengembangkan kurikulum melalui analisis
kompetensi yang dibutuhkan peserta didik untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu dan
menekankan pada bagaimana cara menjalankan ibadahsesuai syariat Islam. Oleh karena itu,
pendekatan teknologis hanya dapat digunakan pada pembelajaran agama Islam, jika
kegiatannya hanya sebatas penguasaan materi dan keterampilan dalam menjalankan ajaran
agama.
d. Pendekatan Rekonstruksi Sosial
Pendekatan rekonstruksi sosial dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan
keahlian bertolak dari problem yang dihadapi dalam masyarakat, untuk selanjutnya dengan
memerankan ilmu-ilmu dan teknologi, serta bekerja secara kooperatif dan kolaboratif, akan
dicarikan upaya pemecahannya menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik. Kurikulum
rekonstruksi sosial di samping menekankan isi pembelajaran atau pendidikan juga sekaligus
menekankan proses pendidikan dan pengalaman belajar.18
Pengembangan kurikulum dengan pendekatan rekonstruksi sosial menekankan pada
isi pembelajaran atau pendidikan, proses pendidikan dan pengalaman belajar. Pendekatan
rekonstruksi sosial dalam menyusun kurikulum berdasarkan dari problem yang dihadapi
dalam masyarakat dengan memerankan ilmu-ilmu dan teknologi, serta bekerja secara
kooperatif dan kolaboratif dalam mencarikan upaya pemecahannya menuju pembentukan
masyarakat yang lebih baik.
Dari keempat pendekatan tersebut, masing-masing mempunyai strategi yang baik
untuk dapat digunakan oleh pakar pendidikan dalam mengembangkan kurikulum pendidikan
Islam secara dinamis sesuai perkembangan zaman yang dapat mempermudah untuk mencapai
tujuan pendidikan dan membentuk peserta didik menjadi pribadi yang baik.
4. Model Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam
Model pengembangan kurikulum Pendidikan Islam merupakan berbagai bentuk atau
model yang nyata dalam penyusunanan kurikulum yang baru ataupun penyempurnaan
kurikulum yang telah ada pada mata pelajaran pendidikan agama Islam. Muhaimin
menawarkan model pengembangan kurikulum berbasis peningkatan kualitas di madrasah dan
18
Ibid., hlm. 173.
Pena Islam, Vol.3 Nomor 1 September 2019 |63
model pengembangan kurikulum berbasis kompetensi di Perguruan Tinggi Agama Islam.
Model pengembangan kurikulum berbasis peningkatan kualitas di madrasah bertolak dari tiga
tuntutan minimal, yaitu 1) bagaimana menjadikan madrasah sebagai wahana untuk membina
ruh atau praktik hidup keislaman; 2) bagaimana memperkokoh keberadaan madrasah
sehingga sederajat dengan sistem sekolah; 3) bagaimana madrasah mampu merespon tuntutan
masa depan guna mengantisipasi perkembangan ipteks dan era globalisasi.
Kegiatan pengembangan kurikulum perlu ditempuh dengan langkah-langkah yang
sistematis sehingga dapat dihasilkan kurikulum yang baik. Oleh karena itu kegiatan
pengembangan kurikulum membutuhkan suatu model yang dapat dijadikan landasan teoretis
untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Dalam pengembangan kurikulum, model merupakan
ulasan teoretis tentang proses pengembangan kurikulum.19
Ada banyak model pengembangan kurikulum yang telah dikemukakan oleh para ahli
yang berkecimpung di dalam bidang pendidikan khususnya bidang kurikulum.20
Diantara model-model tersebut dianggap cukup berpengaruh pada praktek penyusunan
kurikulum hingga dewasa ini antara lain yaitu : Model Tyler, Model Hilda Taba, Model
Halord B. Alberty, Model David Warwick, Model Beauchamp, Model Pengembangan
Kurikulum Berdasarkan Kompetensi, The administrative model , The grass roots model.
Muhaimin mempunyai pendapat yang berbeda tentang model pengembangan
kurikulum pendidikan Islam. Menurut Muhaimin, model pengembangan kurikulum
pendidikan Islam merupakan berbagai bentuk atau model yang nyata dalam penyusunanan
kurikulum yang baru ataupun penyempurnaan kurikulum yang telah ada pada mata pelajaran
pendidikan agama Islam yang ada di madrasah dan perguruan tinggi.
a. Model Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam di Madrasah
Pengembangan pendidikan madrasah tidak dapat ditangani secara parsial atau
setengah-setengah, tetapi memerlukan pemikiran pengembangan yang utuh, terutama ketika
dihadapkan pada kebijakan pembangunan nasional bidang pendidikan yang mempunyai visi
terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk
memberdayakan semua warga Negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang
berkualitas, sehingga mampu menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Muhaimin
19
Wiji Hidayati, Pengembangan Kurikulum, (Yogyakarta:Pedagogia, 2012), hlm. 71. 20
Ibid., hlm. 71.
Pena Islam, Vol.3 Nomor 1 September 2019 |64
mengutip pendapat Wardiman Joyonegoro, bahwa manusia berkualitas itu setidak-tidaknya
mempunyai dua kompetensi, yaitu kompetensi bidang imtaq dan ipteks.21
Untuk mewujudkan manusia yang berkualitas, Muhaimin mengembangkan
kurikulum berbasis kompetensi dan life skill (kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mau
hidup dan berani menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa
tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga
akhirnya mampu mengatasinya) pada pendidikan di Madrasah.
Dalam konteks pendidikan di madrasah, kurikulum atau program pendidikannya
perlu dirancang dan diarahkan untuk membantu, membimbing, melatih serta mengajar
dan/atau menciptakan suasana agar para peserta didik dapat mengembangkan dan
meningkatkan kualitas IQ, EQ, CQ, dan SQ. Pendidikan IQ menyangkut peningkatan kualitas
Head agar peserta didik menjadi orang yang cerdas, pintar dan lain-lain. Pendidikan EQ
menyangkut peningkatan kualitas Heart agar peserta didik menjadi orang yang berjiwa
pesaing, sabar, rendah hati, menjaga harga diri (self-esteem), berempati, cinta kebaikan,
mampu mengendalikan diri/nafsu (self control), dan tidak terburu-buru dalam mengambil
keputusan. Pendidikan CQ menyangkut peningkatan kualitas Hand agar peserta didik
nantinya dapat menjadi agent of change, mampu membuat inovasi atau menciptakan hal-hal
yang baru. Pendidikan SQ menyangkut peningkatan kualitas Honest agar peserta didik
menjadi orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah, berakhlak mulia, bersikap amanah
dalam memegang jabatan, dan memiliki sifat sidiq, amanah, tabligh, fathonah, dan lain-lain.22
b. Model Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam di Perguruan Tinggi Agama Islam
PTAI merupakan perguruan tinggi Islam mengemban misi sebagai lembaga
pengembangan keilmuan atau kajian ilmu-ilmu keislaman yang bersifat rasional, dinamis,
analisis kritis, empiris dan antisipatif, sekaligus sebagai lembaga keagamaan yang berusaha
menbangun sikap dan perilaku beragama yang loyal, memiliki komitmen (pemihakan)
terhadap Islam, serta penuh dedikasi terhadap agama yang diyakini kebenarannya, atas dasar
wawasan keilmuan keislaman yang dimilki, dengan tetap menjaga kerukunan hidup beragama
yang dinamis. PTAI sebagai bagian integral dari system pendidikan nasional berupaya
menyiapkan calon lulusan yang memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif sesuai
standard mutu nasional dan internasional.23
21
Muhaimin, Pengembangan. . . ., hlm. 197. 22
Muhaimin, Pengembangan. . . ., hlm. 212. 23
Ibid., hlm. 207.
Pena Islam, Vol.3 Nomor 1 September 2019 |65
Pada perguruan tinggi agama Islam, Muhaimin juga mengembangkan model
kurikulum berbasis kompetensi. Dimana mahasiswa harus mampu dalam melakukan tugas
atau pekerjaan tertentu yang memerlukan: 1) Basic skills: reading, writing, arithmetic &
mathematic, speaking and listening; 2) Thinking skills: thinking creatively, making decisions,
solving problems, visualizing things in the mind’s eye, knowing how to learn & reasoning; 3)
Personal quality: individual responsibility, elf-esteem, sociability, self management &
integrity. Karena itu, ketiga kemampuan tersebut harus termuat dalam pengembangan
kurikulum.24
Model pengembangan kurikulum di perguruan tinggi agama Islam tidak jauh berbeda
dengan model pengembangan kurikulum di madrasah. Model pengembangannya yaitu
menggunakan model pengembangan kurikulum berbasis kompetensi yang mengarahkan
mahasiswa pada pengembangan kemampuan menjalankan tugas-tugas atau pekerjaan tertentu
yang berbasis pada kebutuhan pemerintah, kebutuhan users atau para pengguna jasa hasil
didik, kebutuhan pengembangan akademik atau keilmuan, kebutuhan perguruan tinggi agama
Islam itu sendiri, dan kebutuhan individu (mahasiswa).
KESIMPULAN
Berdasarkan kajian analisis yang disesuaikan dengan pembahasan artikel ini, maka
dapat diambil sebuah kongklusi bahwa Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam dalam
konsep Muhaimin adalah pengembangan kurikulum merupakan kegiatan menghasilkan
kurikulum pendidikan agama Islam melalui proses yang mengaitkan satu komponen dengan
yang lainnya untuk menghasilkan kurikulum pendidikan agama Islam yang lebih baik. Dalam
pelaksanaan pengembangan kurikulum didasarkan atas fungsi-fungsi kurikulum yang
sekaligus sebagai fungsi pengembangan kurikulum pendidikan Islam. Muhaimin, membagi
fungsi kurikulum kedalam beberapa subjek yang berperan dalam kegiatan pendidikan,
diantaranya: a) bagi sekolah yang bersangkutan, b) bagi sekolah/madrasah di atasnya, c) bagi
masyarakat yaitu sebagai pengguna lulusan (users). Menurut Muhaimin dalam pengembangan
kurikulum pendidikan agama Islam dapat menggunakan pendekatan ekletik, yakni dapat
memilih yang terbaik dari keempat pendekatan di bawah ini, yang sesuai dengan
karakteristiknya. Pendekatan tersebut di antaranya, yaitu: a) pendekatan subjek, b) pendekatan
humanistis, c) pendekatan teknologis, d) pendekatan rekonstruksi sosial. Sedangkan dalam
model pengembangan kurikulum pendidikan Islam Muhaimin menawarkan model
pengembangan kurikulum berbasis peningkatan kualitas di madrasah dengan menggunakan
24
Muhaimin, Pengembangan. . . ., hlm. 219.
Pena Islam, Vol.3 Nomor 1 September 2019 |66
dua alternatif yaitu model pengembangan kurikulum berbasis kompetensi dan berbasis life
skill.dan model pengembangan kurikulum berbasis kompetensi di Perguruan Tinggi Agama
Islam.
Seorang pendidik harus bisa lebih meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan
partisipasinya dalam pengembangan kurikulum, dan harus memiliki kemampuan di dalam
mengembangkan kurikulum demi ketercapaian pendidikan. Selain itu, pendidik juga harus
dapat memahami dan memiliki landasan pijak yang jelas dan kokoh sehingga tidak mudah
terombang ambing oleh arus transformasi dan inovasi pendidikan dan pembelajaran yang
begitu dasar sebagaimana yang terjadi akhir-akhir ini. Program pendidikan selayaknya tidak
hanya dikembangkan dengan pengembangan kurikulum berbasis kompetensi, tetapi perlu
dikembangkan dengan berbasis life skill, karena dengan berbasis life skill para peserta didik
atau lulusan memiliki dan mampu mengembangkan kecakapan-kecakapan untuk mau hidup
dan berani menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan,
kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya
mampu mengatasinya. Pada dasarnya betapa pun baiknya suatu kurikulum, berhasil atau
tidaknya akan sangat bergantung kepada tindakan-tindakan guru di sekolah dalam
melaksanakan kurikulum itu. Karena masih banyak kekurangan yang disebabkan oleh
keterbatasan waktu, referensi, ataupun kurang tajamnya analisis. Sehingga diharapkan peneliti
selanjutnya dapat mengkaji lebih dalam sehingga menghasilkan hasil yang lebih memuaskan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmady, M. dkk. 2000. Pengembangan Kurikulum. Bandung: Pustaka Setia.
Ali, Mohammad. 1992. Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung: CV Sinar Baru
Offset.
Arifin, Muzayyin. 2005. Filsafat Pendidikan Islam Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara.
Departemen Agama RI. 2009. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung: PT Sygma Examedia
Arkanleema.
Hasibuan, Lias. 2010. Kurikulum dan Pemikiran Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada.
Hidayati, Wiji. 2012. Pengembangan Kurikulum. Yogyakarta:Pedagogia.
Moleong, Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Muhaimin. 2003. Wacana Pengembangan Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Pena Islam, Vol.3 Nomor 1 September 2019 |67
. 2006. Nuansa Baru Pendidikan Islam Mengurai Benang Kusut Dunia Pendidikan.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
. 2012. Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam. Jakarta:
Rajawali Pers.
. 2014. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah,
dan perguruan Tinggi. Jakarta: Rajawali Pers.
. 2014. Wawasan Pendidikan Islam. Bandung: Marja.
Mulyasa, E. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Ramayulis dan Samsul Nizar. 2009. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Top Related