Download - KOMUNIKASI BUDAYA YANG EFEKTIF · B. Komunikasi Antarbudaya yang efektif Dalam pandangan Gudykunst komunikasi efektif akan terjadi apabila kesalahpahameu:r dapat ctiminimalisasi.

Transcript
Page 1: KOMUNIKASI BUDAYA YANG EFEKTIF · B. Komunikasi Antarbudaya yang efektif Dalam pandangan Gudykunst komunikasi efektif akan terjadi apabila kesalahpahameu:r dapat ctiminimalisasi.

BAB VI

KOMUNIKASI BUDAYA YANG EFEKTIF

A. Ketidakpastian dan Kecemasan

Menurut teori manajemen ketidakpastian/kecemasan(Anxiety/ uncertainty management theory), Gudykunst berfokus padapertemuan antara budaya in-group dan orang asing. Gudykunstmerupakan seorang professor komunikasi di California State

University Fullerton dan dia membangun ketertarikannya dalamkomunikasi antarbudaya ketika dia melayani sebagai seorang ahlikomunikasi antarbudaya pada US Naay di Jepang

Gudykunstberasumsi bahwa setidaknya satu orangyangberadadalam pertemuan antarbudaya maka dia akan menjadi seorangasing. Melalui seri krisis inisial, pengalaman seorang asing tentangkeraguan dan ketidakpastian - mereka tidak merasakan aman danmereka tidak merasa yakin bagaimana untuk membiasakan diri.Meskipun orang-orang asing dan anggota in-group mengalamibeberapa tingkatan dalam keraguan dan ketidakpastian dalamsetiap situasi interpersonal yang baru, ketika mereka pertemuanterjadi diantara orang-oran1 yarr1 berbeda budaya, orang-orangasing tersebut bersikap sangat berhati-hati terhadap perbedaan

budaya. Mereka cenderung berpikir terlalu tings tentang efek dariidentitas budaya berdasarkan perilaku orang-orurng yang berasal

dari masyarakat asing.

B. Komunikasi Antarbudaya yang efektif

Dalam pandangan Gudykunst komunikasi efektif akan terjadiapabila kesalahpahameu:r dapat ctiminimalisasi. Penulis yanglain menggunakan istilah yang bervariasi untuk menyatakan ideyang sama yaitu dengan istilah accuracy, fidelity dan understanding.

Gudykunst memberikan contoh terrtang komunikasi yang efektif

111

Page 2: KOMUNIKASI BUDAYA YANG EFEKTIF · B. Komunikasi Antarbudaya yang efektif Dalam pandangan Gudykunst komunikasi efektif akan terjadi apabila kesalahpahameu:r dapat ctiminimalisasi.

Mi ndful ness dalam Komunikasi Antarbudaya

berdasarkan tindak komunikasi antara presiden dari Mickelson,Pol Quia dan dirinya. Dalam gambaran ini, Gudykunst menjelaskanbahwa komunikasi yang efektif antara individu-individu yangmemiliki latar belakang budaya yffiig berbeda bukan diartikankarena terciptanya keakraban, berbagi kebiasaan yang sama ataubahkanberbicara dengan jelas. Komukasi yang efektif digambarkanpada kondisi dimana kedua belah pihak dapat memprediksikansecara akurat dan menjelaskan perilaku masing-masing (Griffin,2003:423).

Triandis dalam (Gudykunst dan Kim, 1997:250), Komunikasiantarbudaya akan efektif apabila dalam komunikasi tersebut dapatmenciptakan apa yang disebut sebagai isomorphic attributions, yaitupenetapan kualitas atau karakteristik terhadap sesuatu supayamenjadi sama. (Turnomo, 2005: 68-69).

William Howell, salah satu mentor dari Gudykunst diUniversity of Minnesota menyarankan 4 tingkatan dalam kompe-tensi komunikasi:

L. Unconscious lncompetence: kita salah menginterpretasikanperilaku orang lain dan bahkan tidak menyadari apa yang sedangkita lakukan. Pengabadian dianggap sebagai kebahagiaan.

2. Conscious lncompetence: kita tahu bahwa kita salah mengin-terpretasikan perilaku orang lain tetapi kita tidak tahu apa yangharus kita lakukan.

3. Conscious competence: kita berpikir tentang komunikasi kita dansecara terus menerus berusaha mengubah apayang kita lakukansupaya menjadi lebih efektif

4. Unconscious competence: kita telah mengembangkan kecakapankomunikasi kita untuk menunjukkan bahwa kita tidak lagi hanyaberpikir tentang bagaimana kita berbicara atau mendengarkan.(Griffin, 2003:425)

C. Mindfulness

Komunikasi antarbudaya akan efektif apabila didalamkomunikasi antarbudaya terjadi situasi yang mindful. Komunikasiantarbudaya yang mindful akan muncul apabila masing-masing

112

Page 3: KOMUNIKASI BUDAYA YANG EFEKTIF · B. Komunikasi Antarbudaya yang efektif Dalam pandangan Gudykunst komunikasi efektif akan terjadi apabila kesalahpahameu:r dapat ctiminimalisasi.

Rini Damarastuti

pihakyang terlibat dalamkomunikasi tersebut dapat meminimalkankesalahpahaman budaya dengan c,rra mereduksi persepsi yangnegatif, perilaku etnosentrisme, prasElngka dan stereotipe. Selain

itu, situasi mindful ini juga akan tercapai apabila kedua belah pihakdapat mengelola kecemasan dan ketidakpastian yang dihadapi.

Dalam buku komunikasi organis asi, mindfuln ess diterjemahkan

sebagai satu bentuk kehati-hatian. Mindfulness ini merupakan

. Salah satu strategi komunikatif yang paling impresif untukmengatasi stres adalah strategi kt:hati-hatian.

o Kehati-hatian adalah seni ntenerima kehidupan ketika

kehidupan itu datang dan menikmatinya dari saat ke saat.

. Kehati-hatian mendorong kita untuk hidup seolah-olah setiap

saat itu penting, yang berarti bahwa setiap saat itu penting, yang

bearti bahwa setiap saat harus diperhatikan, dijaga, diterima,

dan dihargai.

Menurut Buber (dalam Tumomo 2005:64), situasi komunikasi

yang mindful lebih menekankan patla relasi antar individu. Buber

mengkontraskan pada2 tipe relasi: I-It (Aku - Itu) dan I -Thou(Aku-Engkau)

o J - It : memperlakukan orang lain sebagai benda yang digunakan

atau objek yang dimanipulasikan. Seringkali ditutupi dengan

ketidakjujuran

o I - Thou : menghormati orang lain sebagai subyek sebagai

ciptaan Tuhan yang berharga. Akan memperlakukan orang lain

dengan empati. Dengan demikian dibutuhkan pengungkapan

diri (Self Disclosure)

Komunikasi budaya tidak ,rkan terjadi dalam konteks

yang mindful apabila setiap parttsipan dalam komunikasi itumenempatkan partisipan lainnya sebagai objek atau benda.

Komunikasi budaya akan mindful ,lpabila memperlakukan orang

lain Aku-Engkau.

113

Page 4: KOMUNIKASI BUDAYA YANG EFEKTIF · B. Komunikasi Antarbudaya yang efektif Dalam pandangan Gudykunst komunikasi efektif akan terjadi apabila kesalahpahameu:r dapat ctiminimalisasi.

Mi ndful ness dalam Komunikasi Antarbudaya

D. Komunikasi Antarbudaya yang Mindfulness

Untuk memahami komunikasi antarbudaya yang mindfulness,kita dapat mempelajari dan membahasnya dari pendapatGudykunst (dalam Griffin 2003 : 428 - 431). Proses komunikasiantarbudaya yang mindfulness seperti yang ada dalam diagram dibawah ini:

Gambar 6.1. Proses komunikasi antarbudaya yang mindfulness

(Sumber : Griffin 2003:428 - 431)

Selfand Self ConceptldentitiesSelfconstruslsSelf+steemSbeme

UncertaintyManageme

Motivation to Interact withStrangersNeed for group inclusionNed to sustain self{oEc€ptNeed for predictrbilityIdentity security

Reactions to StrangersRigidlty of intergroup .nitudg tourdStntrgcrsAbility to toleratc ambiguityAbilig to empathize wlth ttrrtrgersAblllty to ad.pa bchrvior ao ttr.DgeE

Mindfulnes ComuietionElT6tiY€ns

Social Categorization ofStrangersAbility to utrderst.Dd groupdillercEc6/siEileriti€sP.rc.ivad pe6on.l simileritisPcitirc cxpst tioB for ltntrgeEP.rcdvcd v.ri.bility io ttr.trge6' group

AnxietyManagement

Situational processesComplexity of scripts for intencting withiErngcrsCmpcrrtive sffiure of t lksIEforudity of intemction siturtionNorutive support for irtcnctitrg withsanDgers

Connection with StrangersAttrrciiotr to strsngeEQudity rnd quantity ofcotrttct withstnugeNInterdependence with strrogersIntimcy of relationship with strsngers

11,4

Page 5: KOMUNIKASI BUDAYA YANG EFEKTIF · B. Komunikasi Antarbudaya yang efektif Dalam pandangan Gudykunst komunikasi efektif akan terjadi apabila kesalahpahameu:r dapat ctiminimalisasi.

Rini Damar;rstuti

T. Self and Self concepf (Diri dan Konsep Diri)Pemahaman tentang 'self and self concept' ini didasarkan

pada aksioma kelima merupak.an kemajuan dalam melihatharga diri kita ketika kita berinteraksi dengan orang lain daribudaya yang berbeda akan menghasilkan sebuah kemajuandalam kemampuan kita untuk mengatur kecemasan kita.

Dalam pandangan Gudyl:unst, self dan sef conceptmerupakan kemajuan dalam metihat harga diri kita ketika kitaberinteraksi dengan orang lain dari budaya yang berbeda akanmenghasilkan sebuah kemajuan dalam kemampuan kita untukmengafur kecemasan kita.

Dalam teori interaksionalisme simboliknya, Mead menga-takan bahw aimage tentang diri sendiri terbentuk oleh bagaimana

kita melihat orang lain melihat diri kita. Prinsip ini seperti yangdikatakan dalam teoi "the looking-glass self ".

2. Motiztation to interect utith strangers (motivasi untukberinteraksi dengan orang asing)

Untuk memahami motioation to interect with strangers

didasarkan pada aksioma 7 yang menyatakan bahwa sebuah

kemajuan dalam kebutuhan kita terhadap rasa inklusi kitadalam group ketika kita berinteraksi dengan orang lain yangberasal dari budaya y{E berbeda akan menghasilkan sebuah

kemajuan dalam mengatur kecemasan kita.

Dalam konteks ini, setiap orang yang berada di dalamgroup akan membutuhkan rasa inklusi di dalam group itu.Terlebih ketika orang tersebut trcrinteraksi dengan orang lainyangberasal dari budaya yang berbeda. Kondisi ini akan meng-hasilkan sebuah kemajuan dalanr mengatur kecemasan kita.

Menurut William Gudykunst (dalam EM Griffin, 2003:

428), sekalipun dia berasal dari budaya individualistik,keterhubungan merupakan dorongan yang lebih kuat untukmembangun interaksi dengan orang lain yang berasal daribudaya yang berbeda dibandingkan dengan dialektika yangdibangun secara perbagian.

115

Page 6: KOMUNIKASI BUDAYA YANG EFEKTIF · B. Komunikasi Antarbudaya yang efektif Dalam pandangan Gudykunst komunikasi efektif akan terjadi apabila kesalahpahameu:r dapat ctiminimalisasi.

Mi ndful ness dalam Komunikasi Antarbudaya

3. Reactions to strangers (Reaksi kepada orang asing)

Gudykunst menjelaskan reactions to strangers dengan

merujuk pada aksioma 12, aksioma L5 dan aksioma 1'6.

Dalam aksioma 12 dikatakan bahwa kemampuan kita dalam

memproses inlormasi yang sangat kompleks tentang orang

lain yang berasal dari budaya yang berbeda akan membuat

kita mampu untuk memprediksi tingkah laku mereka secara

akurat. Teori konstruktivisme Delia mengasuruikan bahwa

kemampuan kognitif yang sangat komplek yang dimiliki setiap

orang merupakan alat yang paling baik untuk mengambil

perspektif yang tepat terhadap orang lain.

Aksioma 15 mengatakan bahwa kemampuan kitauntuk bersikap toleran (mentoleransi) ambiguitas ketika kitaberinteraksi dengan orang lain yang berasal dari budaya yang

berbeda akan membuat kita mampu untuk mengatur kecemasan

kita dan untuk memprediksi tingkah laku mereka secara akurat.

Sedangkan aksioma L6 mengatakan bahwa kemampuan kitaberempati dengan orang lain yang berasal dari budaya yang

berbeda akan membuat kita mampu untuk memprediksi tingkahlaku mereka secara akurat.

4. Social Categoization of strangers (kategori sosial untuk orang

asing)

Untuk memahami social categorization "f strangers,

Gudykunst menggunakan aksioma 20 dan aksioma 25. Aksioma

20 mengatakan bahwa kesamaan personal yang kita dapatkanantara kita dengan orang lain yang berasal dari budaya ytrt9berbeda akanmembuatkita mampu untuk mengafur kecemasan

kita. Kondisi ini akan membuat kita mampu untuk memprediksitingkah laku mereka secara akurat. Kondisi 'Boundery' inidapat digunakan untuk memahami perbedaan kelompokdalam kondisi yang sangat kritis manakala orang asing itusecara kuat dapat mengidentifikasi dengan grouPnya. Burke

menggunakan term idenffikasi untuk menjelaskan kesamaan

yang memungkinkan terjadinya komunikasi antar personal.

Aksioma 25 mengatakan bahwa kesiapan kita untuk

11.6

Page 7: KOMUNIKASI BUDAYA YANG EFEKTIF · B. Komunikasi Antarbudaya yang efektif Dalam pandangan Gudykunst komunikasi efektif akan terjadi apabila kesalahpahameu:r dapat ctiminimalisasi.

RiniDamarastuti

menghadapi kekerasan dari orang lain yang memiliki budayayang berbeda dengan kita, sangat ditentukan oleh ekspektasikita. Ketika kita memiliki ekspektasi positif maupun ketikamereka melakukan konfirmasi terhadap ekspektasi negatif kita,maka kondisi ini akan membuat kita mampu untuk mengaturkecemasan kita dan mengurangi keyakinan kita dalammemprediksi tingkah laku mereka.

5. Situational Processes (Proses-proses situasional)

Dasar dalam pemahaman terhadap situtional prosessadalah aksioma 27. Aksioma 27 tni menyatakan bahwa situasiyang tidak formal akan mennurunkan kecemasan kita ketikakita berkomunikasi dengan orang dari budaya yang berbeda.Selain itu, situasi ini akan membangun kepercayaan kita untukmemprediksi tingkah laku mereka.

6. Connections with strangerc (Koneksi dengan orang asing)

Gudykunst menggunakan aksioma 31 dan aksioma37 untuk memahami connections with strangers. Aksioma 31

mengatakan bahwa daya tarik kita kepada orang lain yangberasal dari buday a y trtg berbed a akan menurunkan kecemasankita. Artinya, kecemasan kita dapat kita minimalisasi manakaladaya tarik kita terhadap orang lain yang berasal dari budayayang berbeda itu meningkat. Selain menurunkan kecemasan,

daya tarik kita kepada orang lain juga akan menumbuhkankepercayaan diri untuk memprediksi tingkah laku mereka.

Sedangkan aksioma 37 mengatakan bahwa kerjasama yangkita lakukan dengan orang lain yang berasal dari budaya yangberbeda akan menurunkan kecernasan kita. Ketika kerjasama inidilakukan, maka akan memunr:ulkan kepercayaan diri untukmemprediksi tingkah laku mereka.

Penjelasan diatas merupakan penjelasan yang diberikan olehGudykunst untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhikecemasan dan ketidakpastian setiap orang ketika mereka bertemudengan orang lain yang memiliki burlaya yang berbeda. Berdasarkan

117

Page 8: KOMUNIKASI BUDAYA YANG EFEKTIF · B. Komunikasi Antarbudaya yang efektif Dalam pandangan Gudykunst komunikasi efektif akan terjadi apabila kesalahpahameu:r dapat ctiminimalisasi.

Mindfulness dalam Komunikasi Anta rbudaya

teori-teori komunikasi serta penelitian yang dilakukannya,

Gudykunts mempercayai bahwa komunikasi antarbudaya adalah

sebuah perluasan dari sebuah dugaan dan menjadi sebuah prinsip

dalam komunikasi antarpersonal-

Pemahaman ini merupakan dasar dari tingkat pemahaman

orang terhadap pesan-Pesan dalam komunikasi. Orang yang

berasal dari budaya lain tetaplah menjadi orang yang berasal dari

budaya lain, yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda

dengan kita. Dalam kondisi seperti ini, setiap orang yang terlibat

dalam komunikasi antarbudaya itu harus bekerja secara 'Mindfully'

pada saat kecemasan dan ketidakpastian datang secara berlebihan.

Gudykunst mendefinisikan mindfulness dalam tingkat ketiga

dalam model Howel. Pada faktanya dengan mengikuti dugaan

Ellen Langer tentang mindful learning, dia berpikir bahwa tingkat 4

tidak lebih kompeten dari tingkat 3.

Gudykunst percaya bahwa ketidakpastian dan kecemasan

merupakan penyebab dasar dari kegagalan komunikasi dalam

situasi antarbudaya. Kedua penyebab mis-interpretasi ini saling

terkait. Gudykunst melihat ada perbedaan antara ketidakpastian

dan kecemasan. Ketidakpastian bersifat kognitif, sedangkan

kecemasan bersifat afektif sebagai sebuah emosi. Ketidakpastian

berhubungan dengan pikiran, sedangkan kecemasan berhubungan

dengan perasaan (Grif ftn, 2003: 425426). Gudykunst mendefinisikan

kecemasan sebagai perasaan menjadi tidak nyamary teganS,

khawatir, gelisah terhadap aPa yang akan terjadi.

Ketidakpastian dan kecemasan berkaitan dengan tingkat

perbedaan budaya daiin-group dengan budaya dari masyarakat

lain. Dengan kata lairy semakin lebar kesenjangan budaya maka

semakin tingg tingkat ketidakpastian dan kecemasan yang dialamioleh setiap orang. (Turnomo, 2005:69-70)

Dalam perspektif komunikasi, (Jandt, 1998: 41'-44 dalam

Turnomo, 2005: 76-78) komunikasi antarbudaya yang mindfulmembutuhkan 4 kecakapan, yaitu:

1. Kekuatan kepribadian $tersonality strmgth) :

a. Konsep diri (self-concept),

118

Page 9: KOMUNIKASI BUDAYA YANG EFEKTIF · B. Komunikasi Antarbudaya yang efektif Dalam pandangan Gudykunst komunikasi efektif akan terjadi apabila kesalahpahameu:r dapat ctiminimalisasi.

Rini Dam;rrastuti

b. Pengungkapan dn (self-disc,t.osure),

c. Pemantauan diri (self-monitoing)d. Relaksasi sosial (social relaxation)

2. Kecakapan-kecakapan komunikas i (communication skiils),

Kecakapan-kecakapan komunikasi meliputi:a. Kecakapan-kecakapan yang berkaitan dengan pesan (message

skills)

b. Keluwesan perilakt (behaoioral fuxibility)c. Manajemen interaksi (interaction management)d. Kecakapan-kecakapan Sosial (social skills)

3. Penyesuaian psikologis (ltsychotogical adjustment)

4. kesadaran budaya (cultural awareness)

Sedangkan Little John mengatakan bahwa kemampuandalam komunikasi antarbudaya rlan komunikasi lintar budayaKemampuan lintas budaya terdiri <lari tiga komponen:1. Pengetahu an (knowledge) : pemahaman akan pentingnya identitas

etnik (kebudayaan) dan kemampuan melihat apa yang pentingbagi orang lain. Artinya mengetahui sesuatu tentang identitaskebudayaan dan mampu melihat segala perbedaan, misalnyaantara ahli identitas kolektif dan ahli identitas individu.

2. Kesadaran (mindfulness) : secara sederhana kesadaran berartiseczra biasa dan teliti untuk menyadari. Hal ini berarti kesiapanberganti ke perspektif baru.

3. Kemampuan (skill) : mengacu kepada kemampuan untukmenegosiasi identitas melalui observasi yang teliti, menyimak,empati, kepekaan non verbal, kesopanan, penyusunan ulangdan kolaborasi. (Little john, 2009: 133-134)

E. Hight Cultures context dan Low Cultures context (Budayakonteks tinggi dan budaya konteks rendah)

Dalam kehidupan masyaraka! :;etiap kebudayaan mengajarkancara-cara tertenfu unfuk memproses informasi yang masuk maupuninformasi yang keluar. Edward r. Hall (7973) membedakan budayamenjadi dua, yaitu:

119

Page 10: KOMUNIKASI BUDAYA YANG EFEKTIF · B. Komunikasi Antarbudaya yang efektif Dalam pandangan Gudykunst komunikasi efektif akan terjadi apabila kesalahpahameu:r dapat ctiminimalisasi.

Mi ndful ness dalam Komunikasi Antarbudaya

1. Budaya konteks-tin ggi (high-context culture)

2. Budaya konteks-rendah (loru- contect culture)

Budaya konteks tinga merupakan budaya yang lebih fokus

pada aktivitas budaya yang menjadi wilayahnya adalah kaum

elit atau sesuatu yang dikerjakan dengan balk. High Culture

Context (HCC) merupakan sebuah kebudayaan dimana prosedur

pengalihan inrormasi menjadi sukar dikomunikasikan dan bersifat

eksplisit. Contoh budaya konteks tioS8l adalah balet, simponi,

opera, sastra yang besar dan seni yang bagus.

Sedangkan budaya konteks rendah lebih fokus pada aktivitas-

aktivitas non elit seperti video, pertunjukan game, gulat profesional,

balap mobil, seni graffiti, talk shows di televisi dan lain sebagainya

(Nakayama 1993 :77). Budaya konteks rendah merupakan sebuah

kebudayaan dimana prosedur pengalihan informasi lebih praktis

dan bersifat implisit. Low Culture context (LCC) ditandai dengan

komunikasi konteks rendah yaitu pesan verbal dan eksplisit, gaya

bicara langsung, lugas dan berterus terang. Para penganut budaya

konteks rendah ini mengatakan apa yang mereka maksudkan(they

say what thry mean) dan memaksudkan aPa yang mereka katakan (

they mean what they say).

Stella Ting Toomey memberikan gambaran tentang perbedaan

High danLow Culture Context ini dan diaplikasikan dalam beberapa

hal, yaitu

1. Persepsi terhadap isu dan orang yang menyebarkan isu

2. Persepsi terhadap relasi antarpribadi dalam tugas

3. Persepsi terhadap kelogisan informasi

4. Persepsi terhadap gaya komunikasi

5. Persepsi terhadap pola negosiasi

6. Persepsi terhadap informasi tentang individu

720

Page 11: KOMUNIKASI BUDAYA YANG EFEKTIF · B. Komunikasi Antarbudaya yang efektif Dalam pandangan Gudykunst komunikasi efektif akan terjadi apabila kesalahpahameu:r dapat ctiminimalisasi.

Rini Dame rastuti

Tabel6.1. High culture Context 0{cc) dan Low Culture Context(LC()

High Culture Context (HCC) Low Culture Context

Relasi antar manusia dalam fugasberdasarkan relasi tugas

Task oriented

rsu

rsu

Prosedur pengalihan informasi lebih

Tidak memisahkan isu dan orang

Mengutamakan relasi sosial dalam

Memisahkan isu dan orang yang

lebihsukar

isu dan

lsu

dan relasi

relations

Prosedur pengalihan informasi

melaksanakan fugas

Social oriented

Personal relations

informasi. Tidak menyukai informasi

rasional. Mengutamakan emosi. Mengutamakanbasa-basi

yang Menyukai informasi yang rasionalMenjauhi sikap emosi

Tidak mengutamakan basa-basi

a

Persepsi terhadap komunikasi. Memakai gaya komunikasi tidak

langsung. Mengutamakan pertukaran

inf ormasi secara nonverbal. Mengutamakansuas.rnakomunikasi

yang inlormal

Memakai gaya komunikasilangsung

Mengutamakan pertukaraninlormasi secara verbalMengutamakan suasanaa

komunikasi formal

Mengutamakan perundinganmelalui human relations

Pilihan komunikasi meliputiperasaan dan intuisiMengutamakan hati daripada otak

I Meng-utamakan perundinganmelalui bergaining

Pilihan komunikasi meliputipertimbangan rasionalMengutamakan otak daripadahati

a

Persepsi terhadap inf ormasi lqntang individuMengutamakan individu denganmempertimbangkan dukunganfaktor sosial

Mempertimbangkan loyalitasindividu kepada kelompok

Mengutamakan kapasitasindividu tanpa memperhatikanfaktor sosial

Tidak mengutamakanpertimbangan loyalitas individu

a

a

besar pesan jelas,

ar

tersembungiSebagian besar pesandan

Bentuk informasiSebagian

danReaksi sesuafu

127

I

I

Page 12: KOMUNIKASI BUDAYA YANG EFEKTIF · B. Komunikasi Antarbudaya yang efektif Dalam pandangan Gudykunst komunikasi efektif akan terjadi apabila kesalahpahameu:r dapat ctiminimalisasi.

Mindful ness dalam Komunikasi Antarbudaya

Rekasi terhadap sesuatu selaluReaksi terhadp sesuatutidak terlaluNampak

Memandang in group dan out group

Selalu luwes dalam melihatperbedaan iin group dengan outgroup

i Selalu memisahkan kepentinganin group dengan out group

Sifat pertalian antarpribadia Pertalian antarpribadi sangat kuat I Pertalian

lemahantarpribadi sangat

Konsep waktuKonsep terhadap waktu sangatterbuka atau luwes

Konsep terhadap waktu yangsangat terorganisir

Sumber: Alo liliweri, 2003: 158-159

F. Teori Negosiasi Identitas

Teori ini menekankan bahwa identitas ata:u reflectiue self

conception dipandang sebagai mekanisme eksplanatori bagi Proseskomunikasi antarbudaya. Artinya, identitas dipandang sebagai citra

diri reflektif yang dikonstruksikan, dialami dan dikomunikasikanoleh individu-individu dalam sebuah budaya dan dalam suatu

situasi interaksi yang particular. Sedangkan negosiasi didefinisikansebagai proses interaksi transaksional dimana individu-individudalam suatu situasi antarbudaya berusaha untuk menegaskan,

mendefinisikan, mengubah, mempertentangkan, dan f atau

mendukung citra diri yang diinginkan mereka dan orang lain.

Negosiasi identitas pada tataran minimal merupakan aktivitaskomunikasi bersama.

Teori Negosiasi Identitas menurut Stella Ting-Toomey

(Littlejohn, 2009:132) mengekplorasi cara-cara di mana identitas

dinegosiasi (dibahas) dalam interaksi dengan orang lain, terutamadalam berbagai budaya. Dengan mendasarkan pada teori-teoripendahulunya, Ting-Toomey menyimpulkan bahwa identitasseseorang selalu dihasilkan dari interaksi sosial. Identitasatau gambaran refleksi-diri, dibentuk melalui negosiasi ketikakita menyatakan, memodifikasi, atau menantang identifikasi-identifikasi diri kita atau orang lain. Hal ini melibatkan identitas

sosial dan identitas pib adi.

122

Page 13: KOMUNIKASI BUDAYA YANG EFEKTIF · B. Komunikasi Antarbudaya yang efektif Dalam pandangan Gudykunst komunikasi efektif akan terjadi apabila kesalahpahameu:r dapat ctiminimalisasi.

Rini Damarastuti

Identitas kebudayaan dan etrik sangat penting dan sepertiyang lainnya, dipelajari dalam interaksi sosial. Khususnya,identitas kebudayaan dikaitkan pada beberapa rasa keterkaitan padakelompok kebudayaan yang lebih besar. Hubungan kebudayaanyang penting bas banyak orang adalah keetnikan. Identitas etnikterdiri dari gabungan keturunan atau sejarah kelompok dari satugenerasi ke generasi lainnya. Identitas etnik bisa menjadi bagianpenting dalam menentukan siapa ctiri Anda sebenarnya. Identitasetnik dan kebudayaaan ditandai oleh nilai isi (aalue content) dan cirikhas (salience). Nilai isi terdiri dari macam-macam evaluasi yang kitabuat berdasarkan kepercayaan-kepercayaan budaya. Sedangkanciri khas merupakan kekuatan afiliasi yang kita butuhkan. Dengandemikian" bagian identitas kita sebagai seseorang ditentukan olehseberapa kuat kita terikat kepada k.elompok yang lebih besar dankejelasan nilai uang muncul dari hubungan ini.

Ting-Toomey menyebutkan keadaan functional biculturalismatau bikulturalisme fungsional, yartu keadaan ketika orang tahubahwa orang telah melaksanakannya sehingga ketika orangmempertahankan rasa diri yang kuat tetapi juga mampu menelusuridengan fleksibel identitas yang lainnya dan membolehkannya untukmemiliki rasa identitas. Secara lebih jelas, Littlejohn mengatakanbahwa ketika seseorang mampu berganti dari satu konteks budayake budaya lainnya dengan sadar dan mudah, maka orang tersebutdianggap telah mencapai keadaan 1>engubah kebudayaan (culturaltransformer). Kunci untuk memperoleh keadaan-keadaan tersebutadalah kemampuan lintas budaya ft nter cultu r aI competen ce).

123

Page 14: KOMUNIKASI BUDAYA YANG EFEKTIF · B. Komunikasi Antarbudaya yang efektif Dalam pandangan Gudykunst komunikasi efektif akan terjadi apabila kesalahpahameu:r dapat ctiminimalisasi.

Mi ndful ness dalam Komunikasi Antarbudaya

Soal-soal Latihan Bab 6:

1,. Dua hal yang seringkali menjadi penyebab 'macetnya'

komunikasi antarbudaya adalah ketidakpastian dan kecemasan.

Apa yang dimaksud dengan ketidakpastian dan kecemasan?

Jelaskan dan berikan contoh!

2. Bagaimana caranya suPaya komunikasi antarbudaya dapat

berjalan dengan efektif? Jelaskan!

3. Apa yang dimaksud dengan mindfulness? Jelaskan

4. Berikan satu contoh kasus yang menunjukkan komunikasi

antarbudaya yang mindfulness!

5. Komunikasi antarbudaya yang mindfulness kadang-kadang

tidak bisa terjadi karena disebabkan adanya budaya konteks

tinggi dan budaya konteks rendah. Apa yang dimaksud dengan

budaya konteks tinggi dan budaya konteks rendah? Jelaskan

dan berikan contoh!

124