Softskill Kewarganegaraan Bab i Komunikasi Antarbudaya

29
KOMUNIKASI ANTARBUDAYA (PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN #) Dosen : Bapak Sri Waluyo Disusun Oleh : Firda Annisa : 12211885 Kelas : 2EA27 UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS EKONOMI JURUSAN MANAJEMEN

description

Tugas Softskill Kewarganegaraan BAB I

Transcript of Softskill Kewarganegaraan Bab i Komunikasi Antarbudaya

Page 1: Softskill Kewarganegaraan Bab i Komunikasi Antarbudaya

KOMUNIKASI ANTARBUDAYA

(PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN #)

Dosen : Bapak Sri Waluyo

Disusun Oleh :

Firda Annisa : 12211885

Kelas : 2EA27

UNIVERSITAS GUNADARMA

FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN MANAJEMEN

Page 2: Softskill Kewarganegaraan Bab i Komunikasi Antarbudaya

Kata pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya

sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas Makalah Softskill Pendidikan Kewarganegaraan ini,

tanpa adanya suatu halangan. Selain itu saya juga mengucapkan banyak terima kasih kepada

1. Bapak Nurhadi selaku Dosen Matakuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang saat ini

membimbing saya

2. Ke Dua Orang Tua Saya yang saat ini selalu meberikan dukungan Moral, Material dan

Doa yang senantiasa di berikan kepada saya.

3. Teman – Teman Sekelas 2EA27 yang selalu memberikan Semangat satu sama lain.

Saya menyadari bahwa saya masih dalam tahap belajar, dimana pengetahuan yang saya miliki

masih sedikit. Sehingga masih banyak kesalahan dan kekurangannnya. Semoga tugas terstruktur

ini akan bermanfaat bagi orang banyak. Demikian yang dapat saya tulis dan atas perhatiannya

saya ucapkan terima kasih.

Bekasi, 19 Mei 2013

Firda Annisa

Page 1 of 17

Page 3: Softskill Kewarganegaraan Bab i Komunikasi Antarbudaya

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ......................................................................................................... 1

Daftar Isi ........................................................................................................ 2

BAB I KOMUNIKASI ANTARBUDAYA

1.A Latar Belakang Komunikasi Antarbudaya ................................3

1.B Perumusan Masalah ................................................................... 4

1.C Kebutuhan Mempelajari Komunikasi Antarbudaya .................. 4

1.D Suatu Pendekatan Terhadap Komunikasi Antarbudaya ............. 6

1.E Komunikasi………………………………………………......... 7

1.F Budaya ………………………………………………................ 9

1.G Komunikasi Antarbudaya .......................................................... 10

1.H Budaya dan Komunikasi ............................................................ 11

1.I Kesimpulan ..................................................................................16

1.J Daftar Pustaka ............................................................................. 17

Page 2 of 17

Page 4: Softskill Kewarganegaraan Bab i Komunikasi Antarbudaya

BAB I

KOMUNIKASI ANTARBUDAYA

1.A. Latar Belakang Komunikasi AntarbudayaIstilah Komunikasi antarbudaya sering dipertukarkan dengan istilah komunikasi lintas budaya (cross-cultural communication) dan terkadang diasosiasikan dengan komunikasi antaretnik (interethnic communication), komunikasi antarras (interracial communication) dan komunikasi internasional (international communication). Komunikasi antarbudaya sebenarnya lebih inklusif daripada komunikasi anaretnik atau komunikasi antarras, karena bidang yang dipelajarinya tidak sekedar komunikasi antara dua kelompok etnik atau dua kelompok ras. Komunikasi antarbudaya lebih informal, personal dan tidak selalu bersifat antarbangsa / antarnegara, komunikasi, internasional cenderung, mempelajari komunikasi antarbangsa lewat saluran formal dan media massa.Bila komunikasi terjadi antara orang – orang yang berbeda bangsa, ras, bahasa, agama, tingkat pendidikan, status social, atau bahkan jenis kelamin, komunikasi demikian disebut komunikasi antarbudaya. Hal ini sepintas mengisyaratkan bidang yang harus dikuasai para diplomat kawakan, mahasiswa asing di suatu Negara, guru di sebuah sekolah internasional, wisatawan mancanegara, pengusaha internasional, manaj sebuah hotel international, pekerja social atau antropolog terkemuka itu tidak salah. Namun sebenarnya setiap komunikasi kita dengan orang lain mengandung potensi antarbudaya seyogianya merupakan kepedulian siapa saja yang ingin berkomunikasi secara efektif dengan orang lain.Para ilmuwan social mengakui bahwa budaya dan komunikasi itu mempunyai hubungan timbale balik, seperti dua sisi dari satu mata uang. Budaya menjadi bagian dari perilaku komunikasi, dan pada gilirannya komunikasi pun turut menentukan, memelihara, mengembangkan atau mewariskan budaya. Budaya – budaya yang berbeda memiliki system – system nilai yang berbeda dan karenanya ikut menentukan tujuan hidup yang berbeda dan bahwa memang benar ada kesulitan – kesulitan komunikasi yang dihadapi, yang diakibatkan perbedaan dalam ekspektasi kultural masing – masing. Perilaku manusia memang tidak bersifat acak, semakin kita mengenal budaya orang lain, semakin terampilah kita memperkirakan ekspektasi orang itu dan memenuhi ekspektasinya tersebut. Ekspektasi ini dan cara kita memenuhinya didasarkan pada apa yang telah terjadi sebelumnya. Setelah terjadi banyak pengulangan, kita biasanya dapat memastikan apa yang bakal terjadi, sehingga kita merasa tidaklah mungkin untuk melanggar aturan atau norma itu.Perbedaan – perbedaan ekspektasi budaya dapat menimbulkan risiko yang fatal, bahwa perbedaan ekspektasi itu membawa resiko besar juga. Perbedaan – perbedaan ekspektasi

Page 3 of 17

Page 5: Softskill Kewarganegaraan Bab i Komunikasi Antarbudaya

dalam komunikasi sekurang kurangnya menyebabkan komunikasi tidak lancar, timbul perasaan tidak nyaman atau kesalahpahaman, kesalahpahaman masih sering terjadi ketika kita bergaul dengan kelompok – kelompok budaya yang berbeda. Problem utamanya adalah kita cenderung menganggap budaya kita sebagai suatu kemestian, tanpa mempersoalkannya agi (taken – for granted) dan karenanya kita menggunakannya sebagai standar untuk mengukur – mengukur budaya lain. Bila seseorang tidak menyetujui nilai – nilai kita, sebenarnya itu tidak berarti bahwa orang itu salah, bodoh atau sinting, secara cultural orang itu sedikit berbeda dari kita. Ketika kita berkomunikasi dengan orang – orang lain, dan dihadapkan dengan bahasa – bahasa, aturan – aturan, dan nilai – nilai yang berbeda. Sulit bagi kita untuk memahami komunikasi mereka bila kiita sangat etriosentric, etrionsentric itu sendiri mempunyai arti yaitu : memandang segala sesuatu itu, dan hal – hal lainnya di ukur dan dinilai berdasarkan rujukan kelompoknya. Pandangan – pandangan etriosentric itu antara lain berbentuk stereotip yaitu suatu generalisasi atas sekelompok orang, objek atau peristiwa yang secara luas dianut suatu budaya.

1.B. Perumusan MasalahDalam kesempatan kali ini saya akan memaparkan poin-poin tersebut di bawah ini :1. Apakah Kebutuhan Mempelajari Komunikasi Antarbudaya penting ?2. Bagaimana Suatu Pendekatan antarbudaya dapat di jalankan ?3. Seperti apa Unsur-unsur Komunikasi ?

1.C. Kebutuhan Mempelajari Komunikasi AntarbudayaKebutuhan mempelajari komunikasi antarbudaya semakin terasakan karna semakin banyak orang asing yang datang kenegara kita. Untuk bangsa Indonesia, pengajaran komunikasi antarbudaya lebih penting lagi mengingat bangsa kita terdiri dari berbagai suku bangsa dan ras. Dalam kehidupan sehari hari apalagi di kota – kota besar, pertemuan kita dengan mereka tidak terhindarkan. Di Negara kita terdapat banyak subkultur : ras, suku bangsa, agama, latar belakang daerah, latar belakang pendidikan, dan sebagainya. Banyak orang – orang Indonesia atu bahkan keluar negeri untuk belajar, bisnis atau bekerja. Demi kelancaran tugas mereka, penting bagi mereka untuk mengetahui asas – asas komunikasi antarbudaya.Meskipun berbagai kelompok budaya semakin sering berinteraksi, bahkan dengan bahasa yang sama sekalipun, tidak berarti komunikasi akan berjalan mulus atau bahwa dengan sendirinya akan tercipta saling penertian, antara lain, sebagian diantara kita masih punya prasangka terhadap kelompok budaya lain, sebagian diantara kita masih punya prasangka terhadapa kelompok budaya lain dan enggan bergaul dengan mereka. Masih sering terdengar juga bahwa orang Sunda dan orng Jawa beranggpan bahwa mereka halus dan sopan dan bahwa orang batak kasar, nekad, suka berbicara keras, pemberang, dan sering

Page 4 of 17

Page 6: Softskill Kewarganegaraan Bab i Komunikasi Antarbudaya

berkelahi. Tapi orang Batak sendiri menganggap bahwa mereka pemberani, terbuka, suka berterus terang, pintar, rajin, kuat dan tegar. Mereka menganggap orang Sunda dan Jawa Halus dan Sopan, tapi lemah dan tidak suka berterus terang. Apa yang orang sunda kekasaran bagi orang batak justru kejujuran. Apa yang orang sunda anggap kehalusan, bagi orang batak justru kemunafikan dan kelemahan. Bila ada orang kita enggan bergaul akrab dengan suku lain, meskipun satu bangsa, kemungkinan besar ia lebih enggan untuk bergaul dengan orang dari bangsa - bangsa lain. Kesamaan bahasa saja belum belum menjamin bahwa orang yang bersangkutan mampu bergaul secara luwes dengn orang asing berbahasa tersebut, meskioun kesamaan bahasa merupakan bekal penting untuk menciptakan hubungan yang memuaskan. Ada pula alas an dan tujuan mempelajari Komuikasi antarbudaya :

1. Dunia sedang menyusut dan kapasitas untuk memahami keanekaragaman budaya sangat diperlukan.

2. Semua budaya berfungsi dan penting bagi pengalaman anggota – anggota budaya tersebut meskipun nilai – nilai berbeda.

3. Nilai – nilai setiap masyarakat sebaik nilai – nilai masyarakat lainnya.4. Setiap individu dan atau budaya berhak menggunakan nilai – nilainya sendiri.5. Perbedaan – perbedaan individu itu penting, namun ada asumsi – asumsi dan pola

– pola budaya mendasar yang berlaku.6. Pemahaman atas nilai – nilai budaya sendiri merupakan prasyarat untuk

mengidentifikasi dan memahami nilai budaya – budaya lain.7. Dengan mengatasi hambatan – hambatan budaya untuk berhubungan dengan

orang lain kita memperoleh pemahaman dan penghargaan bagi kebutuhan, aspirasi, perasaan dan masalah manusia.

8. Pemahaman atas orang lain secara lintas budaya dan antarpribadi adalh suatu usaha yang memerlukan keberanian dan kepekaan. Semakin mengancam pandangan dunia orang itu bagi pandangan dunia kita, semakin banyak yang harus kita pelajari dari dia, tapi semakin berbahaya untuk memahaminya.

9. Pengalaman – pengalaman antarbudaya dapat menyenangkan dan memenuhi kepribadian.

10. Keterampilan – keterampilan komunikasi yang diperoleh memudahkan perpindahan seseorang dari pandangan yang monokultural terhadap interaksi manusia ke pandangan multicultural.

11. Perbedaan – perbedaan budaya menandakan kebutuhan akan penerimaan dalam komunikasi, namun perbedaan – perbedaan tersebut secara arbitrer tidaklah menyusahkan atau memudahkan.

12. Situasi – situasi komunikasi antarbudaya tidaklah static dan bukan pula stereotip, karena itu seorang komunikator tidak dapat dilatih untuk mengatasi situasi.

Page 5 of 17

Page 7: Softskill Kewarganegaraan Bab i Komunikasi Antarbudaya

Alas an pertama untuk mempelajari komunikasi antarbudaya , yaitu bahwa dunia sedang menyusut, proses itu sering disebut globalisasi. Dunia pendidikan ditantang untuk menghasilkan sumber daya manusia yang unggul dan mampu menghadapi pencepatan proses globalisasi yang ditimbulkan liberalisasi ekonomi dan system perdagangan bebas secara global.Untuk bisa memahaminya, langkah pertama yang harus dilakukan seorang professional adalah memahami budayanya sendiri (nilai keyakinan, asumsi, dan dorongan internal) berikutnya barulah mencoba memahami budaya ekspatriat. Bermodal itu, kedua professional lantas mengidentifikasi perbedaan dan persamaan budaya masing – masing, dan akhirnya mengidentifikasi unsur – unsur yang bisa mensukseskan bisnis. Langkah puncaknya, para professional itu secara bersama sama membentuk strategi lintas budaya yang terpadu guna mencapai tujuan bisnis.

1.D. Suatu Pendekatan Terhadap Komunikasi AntarbudayaDalam decade 1960-an dn 1970-an, berbagai peristiwa telah menimbulkan pengaruh besar di dunia. Pembangunan yang cepat dan luas dalam bidang transportasi dan komunikasi menyebabkan dunia susut. Kita memasuki era dunia. Mobilitas kita teah meningkat sehingga jarak tidak lagi merupakan masalah. Pesawat – pesawat jet dapt membawa kita kemana saja dengan waktu yang singkat. Orang – orang di seluruh dunia bergerak. Para pedagang inernasional, mahasiswa – mahasiswa asing, diplomat – diplomat, dan terutama turis – turis masuk dan keluar dari aneka ragam budaya yang sering tampak asing dan kadang – kadang misterius. Kini kita mempunyai banyak kesempatan untuk melakukan hubungan – hubungan antarbudaya dalam hidup kita sehari – hari.Sementara fenomena global ini tengah berlangsung, ada pula sejenis revolusi budaya di Negara kita sendiri. Kejadian – kejadian domestic telah memaksa kita memperhatikan budaya – budaya, subbudaya – budaya, dan subkelompok – subkelompok yang baru. Orang – orang dari suku bangsa lain, orang – orang Cina, kaum Wanita, kaum homoseks, kaum miskin, para pecandu obat bius, kaum remaja, dan kelompok – kelompok lain yang tak terhitung jumlahnya, semakin nyata dan vocal, dan mereka merisikan banyak orang. Sering, perilau komunikatif mereka tampak asing, bahkan aneh, dan gagal memenuhi harapan kita.Perhatian terhadap kelompok – kelompok minoritas ini telah menyadarkan kita bahwa kontak antarbudaya tidak saja tak terhindarkan, tapi juga tak berhasil. Pendeknya kita telah dapatkan bahwa komunikasi antarbudaya itu sulit. Bahkan bila habatan bahasa pun tertanggulangi, kita masih juga gagal memahami dan dipahami. Kegagalan ini baik di arena international ataupun di arena domestic, memaksa kita mengawinkan budaya dan komunikasi dan menjadikan komunikasi antarbudaya sebagai suatu bidang studi. Dalam perpaduan ini adalah gagasan bahwa komunikasi antarbudaya memerlukan penelitian

Page 6 of 17

Page 8: Softskill Kewarganegaraan Bab i Komunikasi Antarbudaya

tentan budaya dan kesulitan – kesulitan berkomunikasi dengan pihak – pihak yang berbeda budaya.Komunikasi antarbudaya terjadi bila pengirim pesan adalah anggota dari suatu budaya dan penerimaan pesannya adalah anggota dari suatu budaya lain. Oleh karena itu, kita akan membahas hubungan antara komunikasi budaya dan komunikasi antarbudaya.

1.E. KomunikasiUntuk memahami komunikasi antarbudaya, terlebih dulu kita harus memahami komunikasi manusia. Memahami komunikasi manusia berarti memahami apa yang trjadi selama komunikasi berlangsung, mengapa itu terjadi, apa yang dapat terjadi, akibat – akibat apa yang terjadi, dan akhirnya apa yang akan kita perbuat untuk mempengaruhi dan memaksimalkan hasil – hasil dari kejadian tersebut.

Memahami dan Mendefinisikan KomunikasiKita mulai dengan asumsi dasar bahwa komunikasi berhubungan dengan perilaku manusia dan kepuasan terpenuhinya kebutuhan berinteraksi dengan manuia – manusia lainnya. Hampir setiap orang membutuhkan hubungan social dengan orang – orang lainnya, dan kebutuhan ini terpenuhi melalui pertukaran pesan yang berfungsi sebagai jembatan untuk mempersatukan manusia – manusia yang tanpa berkomunikasi akan terisolasi. Pesan – pesan itu mengemuka lewat perilaku manusia. Ketika itu melambaikan tangan, tersenyum, bermuka masam, menganggukan kepala, atau memberikan suatu isyarat, kita juga sedang berperilaku. Sering perilaku – perilaku ini merupakan pesan – pesan. Pesan itu digunakan untuk mengkonsumsikan sesuatu kepada seseorang.Sebelum perilaku itu dapat disebut pesan, perilaku itu harus memenuh dua syarat. Pertama, perilaku harus diobservasi oleh seseorang dan kedua, perilaku harus mengandung makna. Dengan kata lain, setiap perilaku yang dapat diartikan adalah suatu pesan.Bila kita memeriksa pernyataan akhir tersebut, kita dapat menemukan beberapa implikasi. Pertama, kata setiap menunjukan kepada kit, baik perilaku verbal ataupun perilaku nonverbal dapat berfungsi sebagai pesan. Pesan verbal terdiri dari kata – kata terucap atau tertulis (berbicara dan menulis adalah perilaku – perilaku yang menghasilkan kata – kata) sementara pesan nonverbal adalah seluruh perbendaharaan perilaku lainnya.Kedua, perilaku mungkin disadari ataupun tidak disadari, kadang – kadang kita itu bersifat nonverbal. Kebiasaan – kebiasaan seperti menggigit kuku jari tangan, mengagukkan kepala, menatap dan tersenyum misalnya, seringkali berlangsung tanpa disadari. Bahkan perilaku – perilaku seperti duduk membungkukj di kursi, mengunyah permen karet, atau menyesuaikan letak kacamata, seringkali merupakan perilaku –

Page 7 of 17

Page 9: Softskill Kewarganegaraan Bab i Komunikasi Antarbudaya

perilaku tak disadari. Oleh karena suatu pesan terdiri dari perilaku – perilaku yang dapat diartikan, kita harus mengakui kemungkinan memberikan pesan yang tidak kita ketahui.Implikasi ketiga dari pesan – perilaku ini adalah bahwa kita sering berperilaku tanpa sengaja. Misalnya, bila kita malu kita mungkin menampilkan muka yang bersemu merah atau berbicara tidak lancar. Kita tidak bermaksud untuk menampilkan muka yang meah atau suara yang gagap, tetapi toh kita berperilaku demikian. Perilaku yang tidak disengaja ini menjadi pesan bila seseorang melihatnya dan menangkap suatu makna dari perilaku itu.Dengan konsep mengenai hubungan – hubungan perilaku sadar – taksadar dan sengaja – tak disengaja ini, sekarang kita siap merumuskan suatu definisi komunikasi. Disini, komunikasi didefinisikan sebagai apa yang terjadi bila makna diberikan kepada suatu perilaku. Bila seseorang memperhatikan perilaku kita dan memberinya makna, komunikasi telah terjadi terlepas dari apakah kita menyadari perilaku kita atau tidak menyengajanya atau tidak. Bila kita memikirkan hal ini, kita harus menyadari bahwa tidak mungkin bagi kita untuk tidak berperilaku. Setiap perilaku memiliki potensi komunikasi. Maka tidaklah mungkin bagi kita untuk tidak berkomunikasi dengan kata lain, kita tak dapat tidak berkomunikasi.

Unsur – Unsur KomunikasiSebelum kita memeriksa unsure – unsure komunikasi, kita harus memiliki suatu definisi yang menegaskan unsure – unsure tersebut dan hubungan antar unsure. Karena tujuan kita dalam mempelajarai komunikasi antarbudaya adalah untuk mengembangkan keterampilan – keterampilan yang kita terapkan dengan sengaja, definisi kerja komunikasi di sini akan menealnkan komunikasi yang dilakukan dengan sengaja. Komunikasi sekarang didefinisikan sebagai suatu proses dinamik transaksional yang mempengaruhi perilaku sumber dan penerimanya dengn sengaja menyandi (to code) perilaku mereka untuk menghasilkan pesan yang mereka salurkan lewat suatu saluran (channel) guna merangsamg atau memperoleh sikapatau perilaku tertentu. Komunikasi akan lengkap hanya bila penerima pesan yang dimaksud mempersepsi atau mencerap perilaku yang disandi. Memberi makna kepadanya dan terpengaruh olehnya. Dalam transaksi ini harus dimasukkan semua stimuli sadar – taksadar, sengaja – taksengaja, verbal, nonverbal dan kontekstual yang sebagai isyarat – isyarat kepada sumber dan penerima tentang kualitas dan kredibilitas pesan.Pertama, komunikasi itu dinamik. Komunikasi adalah suatu aktifitas yang terus berlangsung dan selalu berubah. Sebagai para pelaku komunikasi, secara konstan kita dipengaruhi oleh pesan orang lain dan sebagai konsekuensinya, kita mengalami perubahan yang terus menerus. Setiap orang kita dalam hidup seharii – hari bertemu dan berinteraksi dengan orang – orang dan orang – orang ini mempengaruhi kita. Setiap kali kita terpengaruh, kita berubah, seberapa kecilpun perubahan itu. itu berarti bahwa kita

Page 8 of 17

Page 10: Softskill Kewarganegaraan Bab i Komunikasi Antarbudaya

menjalani hidup ini sebagai orang orang yang terus menerus berubah orang – orang dinamaik.Kedua, komunikasi itu interaktif. Komunikasi terjadi antara sumber dan penerima. Ini mengimplikasikan dua orang atau lebih yang membawa latar belakang dan pengalaman unik mereka masing –masing ke peristiwa komunikasi. Latar belakang dan pengalaman mereka tersebut mempengaruh interaksi mereka. Interaksi dapat menandakan situasi timbale balik yang memungkinkan setiap pihak mempengaruhi pihak lainnya.Ketiga, komunikasi itu tak dapat dibalik (irrevisible) dalam arti bahwa sekali kita mengatakan sesuatu dan seseorang telah menerima dan mendecode pesan, kita tak dapat menarik kembali pesan itu dan sama sekali meniadakan pengaruhnya. Sekali penerima telah dipengaruhi oleh suatu pesan, pengaruh tersebut tidak dpat ditarik kembali sepenuhnya..Keempat, komunikasi berlangsung dalam konteks fisik dan konteks social. Ketika kita berinteraksi dengan seseorang, interaksi tidaklah terisolasi. Tetapi ada dalam lingkungan fisik meliputi objek – objek fisik tertentu seperti mebel, gorden jendela, cahaya, karpet, kehebingan atau kebisingan, tumbuh – tumbuhan, ada atau tidak adanya kesemrawuta, pesan – pesan lain yang menyaingi dan sebagainya.Konteks social menetukan hubungan social antara sumber dan penerima. Perbedaan – perbedaan posisi seperti guru – murid, atasan – bawahan, orangtua – anak, laksamana – pelaut, kawan – musuh, dokter – pasien, dan sebagainya. Bagaimanapun konteks social tersebut dpat mempengaruhi komunikasi.

1.F. BudayaBudaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia bekajar berpikir, merasa, mempercayai, dan mengusahakan apa yang patut menurut budayanya. Bahasa, persahabatan, kebiasaan makan, praktik komunikasi, tindakan – tindakan social, kegiatan – kegiatan ekonomi dan politik, dan teknologi, semua itu berdasarkan pola – pola budaya. Budaya adalah suatu konsep yang membangkitkan minat. Secara formal budaya didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, keruang, konsep alam semesta, objek – objek materi dan milik yang di peroleh sekelompok besar orang dari generasi ke generasi melalui usaha individu dan kelompok. Budaya menampakan diri dalam pola – pola bahasa dan dalam bentuk – bentuk kegiatan dan perilaku yang berfungsi sebagai model – model bagi tindakan – tindakan penyesuaian diri dan gaya komunikasi yang memungkinkan orang – orang tinggal dalam suatu masyarakat di suatu lingkungan geografis tertentu pada suatu tingkat perkembangan teknis tertentu dan pada suatusaat tertentu. Budaya juga berkennaan dengan sifat – sifat dari objek materi yang memainkan peranan penting dalam kehidupan sehari – hari.

Subbudaya dan Subkelompok

Page 9 of 17

Page 11: Softskill Kewarganegaraan Bab i Komunikasi Antarbudaya

Subbudaya atau subkultur adalah suatu komunitas rasial, etnik, regional, ekonomi atau siosial yang memperlihatkan pola perilaku yang membedakannya dengan subkultur – subkultur lainnya dalam suatu budaya atau masyarakat yang melingkupinya. Suatu unsure masyarakat lainnya yang tak memenuhi krieria yang diperlukan untuk disebut subkultur, tapi meskipun demikian menghadapi masalah – masalah komunikasi serupa adalah subkelompok menyimpang. Termasuk dalam subkelompok menyimoang ini adalah kaum homoseks, para germo, para pelacur, para pecandu obat bius, gang – gang anak muda, sekte agama sesat, dan organisasi revolusioner. Subkelompok – subkelompok ini merupakan produk budaya yang dominan, tetapi keberadaan kelompok mereka belum berlangsung cukup lama dan belum mengembangkan pola perilaku yang memadai untuk disebut sebagai suatu budaya atau subbudaya. Setiap subkultur atau subkelompok adalah suatu entitas social yang meskipun merupakan bagian dari budaya dominan, unik dan menyediakan seeprangkat pengalaman, latar belakang, nilai – nilai social, dan harapan – harapan bagi anggota – anggotanya, yang tidak bisa didapatkan dalam budaya dominan. Sebagai akbitnya, komunikasi antara orang – orang yang tampak serupa ini tidaklah mudah oleh karena dalam kenyataan mereka adalah anggota subkultur atau subkelompok yang sangat berbeda dan latar belakang pengalaman mereka pun berbeda pula.

1.G. Komunikasi AntarbudayaHal – hal yang sejauh ini dibicarakan tentang komunikasi, berkaitan dengan komunikasi antarbudaya. Fungsi – fungsi dan hubungan – hubungan antara kompoen – komponen komunikasi juga berkenaan dengan komunikasi antarbudaya. Namun, apa yang terutama menandai komunikasi antarbudaya adalah sumber dana penerimanya berasal dari budaya yang berbeda. Cirri ini saja memadai untuk mengidentifikasi suatu bentuk interaksi komunikatif yang unik yang harus memperhitungkan peranan dan fungsi budaya dalam proses komunikasi. Kini kita akan mendefinisikan komunikasi antarbudaya dan membahasnya melalui perspektif suatu model. Kemudian kita akan melihat pula berbagai bentuk komunikasi antarbudaya.

Model Komunikasi AntarbudayaKomunikasi atarbudaya terjadi apabila produsen pesan adalah anggota suatu budaya dan penerima pesannya adalah anggota suatu budaya dan peenrima pesannya adalah anggota suatu budaya lainnya. Dalam keadaan demikian, kita segera dihadapkan kepada masalah – masalah yang ada dalam suatu situasi dimana suatu pesan disandi dalam suatu budaya dan haus disandi balik dalam budaya lain. Budaya bertanggung jawab atas seluruh perbendaharaan perilaku komunikatif dan makna yang dimiliki setiap orang. Konsekuensinya, perbendaharaan – perbendaharaan yang dimiliki dua orang yang berbeda budaya akan berbeda pula, yang dapat menimbulkan segala macam kesulitan.

Page 10 of 17

Page 12: Softskill Kewarganegaraan Bab i Komunikasi Antarbudaya

Namun, melalui studi dan pemahaman atas komunikasi antarbudaya, kita dapat mengurangi atau hamper menghilangkan kesulitan – kesulitan ini.Dalam setiap budaya ada bentuk lain yang agak serupa dengan bentuk budaya. Ini menunjukan individu yang telah dibentuk oleh budaya. Bentuk individu sedikit berbeda dari bentuk budaya yang telah dibentuk oleh budaya. Bentuk individu sedikit berbeda dari bentuk budaya yang mempengaruhinya. Ini menunjukan dua hal. Pertama, ada pengaruh – pengaruh lain disamping budaya yang membentuk individu. Kedua, meskipun budaya meruoakan kekuatan dominan yang mempengaruhi individu, orang – orang dalam suatu budaya pun mempunyai sifat – sifat yang berbeda.Penyandian dan penyandian balik pesan antarbudaya dilukiskan oleh panah –panah yang menghubungkan budaya – budaya itu. panah – panah ini menunjukan pengiriman pesan dari budaya yang satu ke budaya lainnya. Ketika suatu pesan meninggalkan budaya dimana ia disandi, pesan itu mengandung makna yang dikehendaki oleh penyandi. Ini ditunjukan oleh panah yang meninggalkan suatu budaya yang mengandung pola yang sama seperti pola yang ada dalam individu penyandi. Persepsi social adalah proses pemberian makna kepada objek – objek social dan peristiwa yang kita temukan di lingkungan kita dan merupakan suatu aspek komunikasi yang sangat penting. Budaya mempengaruhi proses proses persepsi sedemikian rupa sehingga kita memiliki tatanan – tatanan perceptual yang bergantung pada budaya. Tatanan – tatanan perceptual ini tidak saja mempengaruhi stimuli. Adalah keyakinan kami bahwa komunikasi antarbudaya akan lebih dapat dipahami sebagai perbedaan budaya dalam mempersepsi objek – objek social dan kejadian – kejadian. Hambatan komunikasi yang disebabkan perbedaan persepsi ini dapat dikurangi dengan pengetahuan dan pemahaman atas factor – factor budaya yang dapat berbeda yang harus disertai dengan keinginan yang tulus untuk berkomunikasi antarbudaya yang berhasil.Suatu keinginan yang tulus melakukan komunikasi yang efektif adalah penting, sebab komunikasi yang berhasil mungkin tidak hanya terhambat oleh perbedaan – perbedaan budaya, tetapi juga oleh sikap – sikap yang tidak bersahabat atau bermusuhan. Prasangka – prasangka rasial dan kesukaan dapat menghambat komunikasi antarbudaya. Bila terdapat masalah – masalah ini, pengetahuan budaya dan keterampilan berkomunikasi tidak akan banyak menolong.

1.H. Budaya dan KomunikasiHubungan antar budaya dan komunikasi penting dipahami untuk memahmi komunikasi antarbudaya, oleh karena melalui pengaruh budayalah orang – orang belajar berkomunikasi. Kemiripan budaya dalam persepsi memungkinkan pemberian makna yang mirip pula terhadap suatu objek social atau suatu peristiwa. Cara – cara kita berkomunikasi, keadaan – keadaan komunikasi kita, bahasa dan gaya bahasa yang kita gunakan, dan perilaku –

Page 11 of 17

Page 13: Softskill Kewarganegaraan Bab i Komunikasi Antarbudaya

perilaku nonverbal kita, semua itu terutama merupakan respons terhadap dan fungsi budaya kita. Komunikasi itu terikat oleh budaya. Sebagaimana budaya berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, maka praktik dan perilaku komunikasi individu – individu yang diasuh dalam budaya – budaya tersebut pun akan berbeda pula.Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsure – unsure sosio budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan social manusia. Unsure – unsure sosio budaya ini merupakan bagian – bagian dari komunikasi antarbudaya. Bila kita memadukan unsure – unsure tersebut, sebagaimana yang kita lakukan ketika kita berkomunikasi, unsure – unsure tersebut bagaikan komponen – komponen suatu system stereo – setiap komponen berhubungan dengan dan membutuhkan komponen lainnya. Unsure – unsure tersebut akan dipisahkan guna mengidentifikasi dan mendiskusikannya satu persatu. Dalam keadaan sebenarnya, unsure – unsure tersebut membentuk suatu matriks yang kompleks mengenai unsure – unsure yang sedang berinteraksi yang beroperasi bersama –sama, yang merupakan suatu fenomena kompleks yang disebut komunikasi antarbudaya.

Persepsi Persepsi adalah proses internal yang kita lakukan untuk memilih, mengevaluasi dan mengorganisasikan rangsangan dari lingkungan eksternal. Dengan kata lain, Persepsi adalah cara kita merubah energy – energy fisik lingkungan kita menjadi pengalaman yang bermakna. Secara umum dipercaya bahwa orang – orang berperilaku sedemikian rupa sebagai hasil dari cara mereka mempersepsi dunia yang sedemikian rupa pula. Perilaku – perilaku ini dipelajari sebagai bagian dari pengalaman budaya mereka. Baik dalam menilai kecantikan atau melukiskan salju, kita memberikan respons kepada stimuli tersebut sedemikian rupa sebagaimana yang budaya kita telah ajarkan kepada kita. Kita cenderung memperhatikan, memikiran dan memberikan repons kepada unsure – unsure dalam lingkungan kita yang penting bagi kita. Komunikasi antarbudaya akan lebih dapat dipahami sebagai perbedaan budaya dalam mempersepsi objek – objek social dan kejadian – kejadian. Suatu prinsip penting dalam pendapat ini adalah bahwa masalah – masalah kecil dalam komunikasi sering diperumit oleh perbedaan – perbedaan persepsi ini. Dalam komunikasi antarbudaya yang ideal sangat akan diharapkan banyak persamaan dalam pengalaman dan persepsi. Tetapi karakter budaya cenderung memperkenalkan kita kepada pengalaman – pengalaman yang tidak sama, dan oleh karenanya, membawa kita kepada persepsi yang berbeda – beda atas dunia eksternal.Tiga unsure sosio-budaya mempunyai pengaruh yang besar dan langsung atas makna – makna yang kita bangun dalam persepsi kita. Unsure – unsure tersebut adalah system – system kepercayaan, nilai, sikap, pandangan dunia, dan organisasi social. Ketika ketiga

Page 12 of 17

Page 14: Softskill Kewarganegaraan Bab i Komunikasi Antarbudaya

unsure utama ini mempengaruhi persepsi kita dan makna yang kita bangun dalam persepsi, unsure – unsure tersebut mempengaruhi aspek – aspek makna yang bersifat pribadi dan subjektif.

System – System kepercayaan, Nilai, SikapKepercayaan secara umum dapat dipandang sebagai kemungkinan – kemungkinan subjektif yang diyakini individu bahwa suatu objek atau peristiwa memilki karakteristik – karakteristik tertentu. Peristiwa melibatkan hubungan antara objek yang dipercayai dan karakteristik – karakteristik yang membedakannya. Derajat kepercayaan kita mengenai suatu peristiwa atau suatu objek yang memiliki karakteristik –karakteristik tertentu menunjukan kedalaman atau intensitas kepercayaan.Budaya memainkan suatu peranan penting, dalam pembentukan kepercayaan. Dalam komunikasi antarbudaya tidak ada hal yang benar atau hal yang salah sejauh hal – hal tersebut berkaitan dengan kepercayaan. Nilai – Nilai adalah aspek evaluative dari system – system kepercayaan, nilai nilai dan sikap dimensi – dimensi evaluative ini meliputi kualitas – kualitas seperti kemanfaatan, kebaikan, estetika, kemampuan memuaskan kebutuhan, dan kesenangan. Meskipun setiap orang mempunyai suat tatanan nilai yang unik, terdapat pula nilai – nilai yang cenderung menyerap budaya. Nilai – nilai ini dinamakan nilai – nilai budaya.Nilai – Nilai budaya biasanya berasal dari isu – isu filosofis lebih besar yang merupakan bagian dari suatu milieu budaya. Nilai – nilai ini umumnya normative dalam arti bahwa nilai – nilai tersebut menjadi rujukan seorang anggota budaya tentang apa yang baik dan apa yang buruk, yang benar dan yang salah, yang sejati dan yang palsu, positif, dan negative, dan sebagainya. Nilai – nilai budaya menentukan bagaimana orang layak mati dan untuk apa, apa pantas dilindungi, apa yang menakutkan orang – orang dan system social mereka, hal – hal apa yang patut dipelajari, dan dicemoohkan, dan peristiwa – peristiwa apa yang menyebabkan individu – individu memiliki solidaritas kelompok. Nilai – nilai budaya juga menegaskan perilaku – perilaku mana yang penting dan perilaku – perilaku mana pula yang harus dihindari. Nilai – nilai budaya adalah seperangkat aturan terorganisasikan untuk membuat pilihan – pilihan dan mengurangi konflik dalam suatu masyarakat.Nilai – Nilai dalam suatu budaya menampakan diri dalam perilaku para anggota bdaya yang dituntut oleh budaya tersebut. Nilai ini disebut nilai – nilai normative. Kepercayaan dan nilai memberikan kontribusi bagi pengembangan dan isi sikap. Boleh mendefinisikan sikap sebagai suatu kecenderungan yang diperoleh dengan cara belajar untuk merespons suatu objek secara konsisten. Sikap itu dipelajari dalam suatu kontek budaya. Bagaimanapun lingkungan kita, lingkungan itu akan turut membentuk sikap kita, kesiapan kita untuk merespons, dan akhirnya perilaku kita.

Page 13 of 17

Page 15: Softskill Kewarganegaraan Bab i Komunikasi Antarbudaya

Pandangan Dunia (World View)Unsure budaya ini, meskipun konsep dan urainnya abstrak, merupakan salah satu unsure terpenting dalam aspek – aspek perceptual komunikasi antarbudaya. Pandangan dunia berkaitan dengan orientasi suatu budaya terhadap hal – hal seperti Tuham, kemanusiaan alam, alam semesta, dan masalah – masalah filososfis lainnya yang berkenaan dengan konsep makhluk. Pendek kata, pandangan dunia mebantu untuk mengetahui posisi dan tingkatan kita dalam alam semesta oleh Karena pandangan dunia begitu kompleks, kita sulit melihatnya dalam suatu interaksi antarbudaya. Isu – isu pandangan dunia bersifat abadi dan merupakan landasan paling mendasar dari suatu budaya. Pandangan dunia sangat mempengaruhi budaya. Efeknya seringkali tak kentara dalam hal – hal tampak nyata dan remeh seperti pakian, isyarat, dan perbendaharaan kata. Bayangkan pandangan dunia suatu budaya analog dengan sebuah batu kerikil yang dilemparkan ke kolam. Pandangan dunia menyebar pula pada budaya dan menembus setiap fasetnya. Pandangan dunia mempengaruhi kepercayaan, nilai, sikap, penggunaan waktu, dan banyak – banayk aspek budaya lainnya. Dengan cara – caa yang tak terlihat dan tidak nyata, pandangan dunia sangat mempengaruhi komunikasi antarbudaya, oleh karena sebagai anggota suatu budaya setiap pelaku komunikasi mempunyai pandangan dunia yang tertanam dalam pada jiwa yang sepenuhnya dianggap benar dan ia otomatis menganggap bahwa pihak lainnya memandang dunia sebagaimana ia memandangnya.

Proses – Proses VerbalProses – proses verbal tidak hanya meliputi bagaimana kita berbicara dengan orang lain namun juga kegiatan – kegiatan internal berpikir dan pengembangan makna bagi kata – kata yang kita gunakan. Proses – proses ini secara vital berhubungan dengan persepsi dan pemberian serta pernyataan makna.Setiap diskusi tentang bahasa dalam peristiwa – peristiwa antarbudaya harus mengikutsertakan pembahasan atas isu – isu bahasa yang umum. Sebelum membahas masalah – masalah khusus tentang bahasa asing, penerjemahan bahasa, dan dialek serta logat subkultur dan subkelompok.Secara sederhana bahasa dapat diartikan sebagai suatu system lambang terorganisasikan, disepakati secara umum dan merupakan hasil belajar yang digunakan untuk menyajikan pengalaman – pengalaman dalam suatu komunitas geografis atau budaya. Objek –objek, kejadian, pengalaman – pengalaman, dan perasaan – perasaan mempunyai suatu label atau nama tertentu semata – mata karena suatu komunitas orang, atas kehendak mereka, memeutuskan untuk memakan haal – hal tersebut demikian. Bahasa merupakan alat utama yang digunakan budaya untuk menyalurkan kepercayaan, nilai, dan norma. Bahasa merupakan alat bagi orang – orang untuk berinteraksi dengan orang – orang lain dan juga sebagai alat untuk berpikir. Maka, bahasa berfungsi sebagai

Page 14 of 17

Page 16: Softskill Kewarganegaraan Bab i Komunikasi Antarbudaya

suatu mekanisme untuk berkomunikasi dan sekaligus sebagai pedoman untuk melihat realistis social. Bahas mempengaruhi persepsi, menyalurkan, dan turut membentuk pikiran. Proses – proses mental, bentuk – bentuk penalaran, dan pendekatan – pendekatan terh adap pemecahan masalah yang terdapat dalam suatu komunitas, merupakan suatu komponen penting budaya.

Proses – Proses NonverbalProses – proses verbal merupakan alat utama untuk pertukaran pikiran dan gagasan, namun proses – proses ini sering dapat diganti oleh proses – proses nonverbal. Walaupun tidak terdapat kesepakatan tentang bidang proses nonverbal ini. Sebagai suatu komponen budaya, ekspresi nonverbal mempunyai banyak persamaan dengan bahasa. Keduanya merupakan system penyandian yang dipelajari dan diwariskan sebagai bagian pengalaman budaya.

Page 15 of 17

Page 17: Softskill Kewarganegaraan Bab i Komunikasi Antarbudaya

1.I. Kesimpulan

Dalam banyak hal, hubungan antara budaya dan komunikasi bersifat timbale balik. Keduanya saling mempengaruhi. Apa yang kita bicaraka, bagaimana kita membicarakannya, apa yang ita lihat, perhatikan, atau abaikan, bagaimana kita berpikir, dan apa yang kita pikirkan dipengaruhi oleh budaya. Pada gilirannya, apa yang kita bicarakan, bagaimana kita membicarakannya, dan apa yang kita lihat turut membentuk, menentukan dan menghidupkan budaya kita. Budaya takkan hidup dalam komunikasi, dan komunikasi pun takkan hidup tanpa budaya. Masing – masing tak dapat berubah tanpa mnyebabkan perubahan pada yang lainnya.Kami telah menyebutkan bahwa masalah utama dalam komunikasi antarbudaya adalah kesalahan dalam persepsi social yang disebabkan oleh perbedaan – perbedaan budaya yang mempengaruhi proses persepsi. Pemberian makna kepada pesan dalam banyak hal dipengaruhi oleh budaya penyandi balik pesan. Bila pesan yang ditafsirkan disandi dalam suatu budaya lain, pengaruh – pengaruh dan pengalaman – pengalaman budaya yang menghasilkan pesan mungkin seluruhnya berbeda dari pengaruh dan pengalaman – pengalaman budaya yang digunakan untuk menyandi balik pesan. Akibatnya, kesalahan – kesalahan gawat dalam makna mungkin timbul yang tidak dimaksudkan oleh pelaku – pelaku komunikasi. Kesalahan – kesalahan ini diakibatkan oleh orang – orang yang berlatar belakang berbeda dan tidak dapat memahami satu sama lainnya dengan akurat.Pendekatan yang telah dilakukan juga berdasarkan suatu asumsi yang fundamental. Pihak – pihak yang melakukan komunikasi antarbudaya harus mempunyai keinginan yang jujur dan tulus untuk berkomunikasi dan mengharapkan pengertian timbal balik. Asumsi ini memerlukan sikap –sikap yang positif dari para pelaku komunikasi antarbudaya dan penghilangan hubungan – hubungan superior – infrerior yang berdasarkan keanggotaan dalam bdaya – budaya, ras – ras, atau kelompok – kelompok etnik tertentu. Bila asumsi ini tidak dipenuhi, teori kami tentang perbedaan budaya dalam persepsi social tidak akan menghasilkan perbedaan dalam komunikasi antarbudaya.Disini juga telah dibahas tentang beberapa variabel utama sosio budaya yang menjadi sumber – sumber kesulitan komunikasi. Meskipun kita membahasnya secara terpisah – pisah, variabel – variabel itu saling berhubungan dalam suatu matriks kompleksitas. Untuk terciptanya komunikasi antarbudaya yang berhasil, kita harus menyadari factor – factor budaya yang mempengaruhi komunikasi ini, baik dalam budaya kita maupun dalam budaya pihak lain. Kita perlu memahami tidak hanya perbedaan – perbedaan budaya tetapi juga persamaan – persamaannya. Pemahaman atas perbedaan – perbedaan budaya ini akan menolong kita mengetahui sumber – sumber masalah yang potensial, sedangkan pemahaman atas persamaan – persamaan akan membantu kita menjadi lebih dekat kepada pihak lain dan pihak lain pun merasa lebih dekat.

Page 16 of 17

Page 18: Softskill Kewarganegaraan Bab i Komunikasi Antarbudaya

1.J. Daftar Pustaka

Rosda, Komunikasi Antarbudaya. Bandung, 2005

Page 17 of 17