ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TB PARU
KOMPREHENSIF I
MAKALAH
diajukan guna melengkapi tugas salah satu mata kuliah Komprehensif I dengan
dosen Ns. Mulia Hakam, M.Kep, Sp.KMB
oleh :
Kelompok 6Ahmad Nasrullah NIM 132310101010Larasmiati Rasman NIM 132310101018Nur Winingsih NIM 132310101020Novita Nurkamilah NIM 132310101028Aulia Bella Marinda NIM 132310101030Popi Diah Putri K NIM 132310101035Windi Noviani NIM 132310101036
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015
BAB 1. LAPORAN PENDAHULUAN
1.1 Definisi
TB Paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
TB (Mycobacterium tuberculosis), Sebagain besar kuman menyerang paru
tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lain.(Dep Kes,2003)
Tuberculosis merupakan penyakit infeksi bakteri menahun pada paru yang
disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis, yaitu bakteri tahan asam yang
ditularkan melalui udara yang ditandai dengan pembentukan granuloma pada
jaringan yang terinfeksi. Mycobacterium tuberculosis merupakan kuman aerob
yang dapat hidup terutama di paru / berbagai organ tubuh lainnya yang
bertekanan parsial tinggi. Penyakit tuberculosis ini biasanya menyerang paru
tetapi dapat menyebar ke hampir seluruh bagian tubuh termasuk meninges,
ginjal, tulang, nodus limfe. Infeksi awal biasanya terjadi 2-10 minggu setelah
pemajanan. Individu kemudian dapat mengalami penyakit aktif karena
gangguan atau ketidakefektifan respon imun.
1.2 Epidemiologi
1. Person/orang
a. Umur
TB Paru Menyerang siapa saja Tua,Muda bahkan anak-anak, sebagian
besar penderita TB Paru di Negara berkembang berumur dibawah 50
tahun.Data WHO menunjukkan bahwa kasus TB di Negara berkembang
banyak terdapat pada umur produktif 15-29 tahun,Sejalan dengan
penelitian Rizkiyani (2008) yang menunjukkan jumlah penderita baru TB
Paru positif 87,6% berasal dari usia produktif (15-54 tahun) sedangkan
12,4 % terjadi pada usia lanjut (≤ 55 tahun).
b. Jenis Kelamin
Penyakit TB Paru menyerang orang dewasa dan anak-anak,laki-laki
dan perempuan.TB Menyerang sebagian besar wanita pada usia produktif.
Serupa dengan WHO yang menunjukkan lebih dari 900 juta wanita di
seluruh dunia tertular oleh kuman TB dan satu juta di antaranya meninggal
setiap tahun.
c. Status Gizi
Status nutrisi merupakan salah satu factor yang menetukan fungsi
seluruh system tubuh termasuk system imun.Sistem kekebalan dibutuhkan
manusia untuk memproteksi tubuh terutama mencegah terjadinya infeksi
yang disebabkan oleh mikroorganisme .
Bila daya tahan tubuh sedang rendah,kuman TB Mudah masuk ke
dalam tubuh.kuman ini akan berkumpul dalam paru-paru kemudian
berkembang biak,Tapi orang yang terinfeksi Kuman TB Paru belum tentu
menderita TB paru,Tergantung daya tahan tubuh.bila daya tahan tubuh
kuat maka kuman akan terus tertidur di dalam tubuh (dormant)dan tidak
berkembang menjadi penyakt namun apabila daya tahan tubuh lemah
makan kuman TB akan berkembang menjadi penyakit.penyakit TB Lebih
dominan terjadi pada masyarakat yang status gizi rendah karna system
imun yang lemah sehingga memudahkan kuman TB Masuk dan
berkembang biak.
d. Tingkah Laku
Faktor perilaku juga berpengaruh pada kesembuhan dan
bagaimana mencegah untuk tidak terinfeksi dan tidak menyebarkan
bakteri Mycobacterium tuberculosis. Dimulai dari perilaku hidup sehat
dengan tidak meludah sembarangan, menutup mulut menggunakan
sapu tangan atau tissue apabila batuk atau bersin sebagai upaya
pencegahan dini penyakit TB paru. Sebagaimana hasil penelitian
Putra (2011), mengatakan bahwa perilaku mempunyai hubungan yang
signifikan terhadap kejadian penyakit TB paru yang lebih banyak di derita
oleh mereka yang tidak bisa berprilaku sehat.
2. Place/tempat
a. Lingkungan
TB paru merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan yang di
tularkan melalui udara.Keadaan berbagai lingkungan yang dapat
mempengaruhi penyebaran TBC salah satunya adalah lingkungan yang
kumuh,kotor .Penderita TB Paru lebih banyak terdapat pada masyarakat
yang menetap pada lingkungan yang kumuh dan kotor.
b. Kondisi Sosial Ekonomi
Sebagai Penderita TB Paru adalah dari kalangan Miskin.Data WHO
yang menyatakan bahwa angka kematian akibat TB sebagai besar berada
di Negara berkembang yang relative miskin.
c. Wilayah
Resiko mendapatkan infeksi dan berkembangnya klinis penyakit TB
Paru bergantung pada keberadaan infeksi dalam masyarakat misalnya
Imigran dari daerah prevalensi tinggi TB, Ras yang beresiko tinggi dan
kelompok etnis minorias(misal Afrika,Amerika,Amerika Indian,Asli
Alaska,Asia,Kepulauan Pasifik dan Hispanik).
3. Time/waktu
Penyakit TB Paru dapat menyerang siapa saja,dimana saja dan Kapan saja
tanpa mengenal waktu,Apabila Kuman telah masuk ke dalam tubuh maka
pada saat itu kuman akan berkembang biak dan berpotensi untuk terjadinya
penyakit TB Paru.
1.3 Penyebab
Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan
asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini
pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882,
sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch.
Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch
Pulmonum (KP).
Bakteri Mikobakterium tuberkulosa dapat menular lewat percikan dahak
yang keluar saat batuk, bersin atau berbicara karena penularannya melalui
udara yang terhirup saat bernapas (Rachmawati, 2007). Diperkirakan, satu
orang menderita TB paru BTA positif yang tidak diobati akan menulari
10-15 orang setiap tahunnya (Aditama, 2006).
1.4 Tanda dan gejala
Gejala-gejala paling umum pada penderita Tuberculosis Paru adalah :
1. Demam
Biasanya subfebris menyerupai demam influenza dan kadang-kadang
panas badan dapat mencapai 40 – 41 0C serangan demam dapat sembuh
kembali begitulah seterusnya hilang timbulnya demam influenza ini,
sehingga klien merasa tidak terbebas dari serangan demam influenza. Dan
keadaan ini sangat dipengaruhi daya tahan tubuh penderita dan berat
ringannya infeksi kuman tuberculosis yang masuk.
2. Batuk
Gejala ini banyak ditemukan. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada
bronkus, batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang
keluar karena terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak sama.
Mungkin saja bentuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam
jaringan paru yakni setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan
peradangan bermula. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non produktif)
kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan
sputum) keadaan berlanjut adalah batuk darah (hemoptoe) karena terdapat
pembuluh daran yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada tuberculosis
terjadi pada kavitasi, tapi juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.
Pada penyakit yang ringan (baru timbul) belum dirasakan sesak nafas,
sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana
infiltrasinya sudah setengah bagian paru-paru.
3. Nyeri dada
Gejala ini agak jarang ditemukan nyeri dada timbul bila infiltrasi
radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
4. Malaise
Penyakit tuberculosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise
sering ditemukan berupa anoreksia (tidak ada nafsu makan). Badan
semakin kurus (berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot,
keringat malam dan lain-lain. Gejala malaise ini makin lama makin berat
dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.
1.5 Patofisiologi
Sumber penularan TB Paru adalah penderita TB BTA positif,Pada waktu
batuk/bersin,penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk dropler
(percikan dahak).
1. Infeksi primer
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman
TB Paru .Droplet yang terhirup ukurannya sangat kecil ,sehingga dapat
melewati mukoliser bronkus,dan terus berjalan hingga sampai alveolus
kemudian akan menetap.Infeksi di mulai saat kumanTBParu berhasil
berkembangbiak dengn cara membelah diri di paru,yang mengakibatkan
peradangan pada paru,dan ini di sebut komplek primer.
Waktu terjadinya infeksi sampai pembentukan komplek primer adalah
sekitar 4-6 minggu,kelanjutan setelah infeksi primer tergantung dari
banyaknya kuman yang masuk dan besranya respon daya tahan(Imunitas
seluler).Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan
perkembangan kuman TB Paru.Meskipun demikian ada beberapa kuman akan
menetap sebagai kuman persisten atau dormant(tidur),kadang-kadang daya
tahan tubuh tidak mampu menghentikan perkembangan kuman,akibatnya
dalam beberapa bulan yang bersangkutan akan menjadi penderita TB
Paru.Masa Inkubasi,yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi sampai
menjadi sakit diperkirakan sekitar 6 bulan.
2. Infeksi pasca primer
TB paru pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun
sesudah infeksi primer, misanya karena daya tahan tubuh menurun akibat
terinfeksi HIV atau status gizi buruk,Ciri khas dari TB Paru pasca primer
adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau
efusipleura.Tanpa pengobatan setelah 5 tahun ,50 % dari penderita TB Paru
akan meninggal , 25 % akan sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh tinggi
dan 25 % sebagai kasus kronik yang tetap menular.
1.6 Clinical Pathway
1.7 Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis TB menurut Depkes (2006):
1. Diagnosis TB paru
a. Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari,
yaitu sewaktu - pagi - sewaktu (SPS).
b. Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan
ditemukannya kuman TB (BTA). Pada program TB nasional,
penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan
diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji
kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang
sesuai dengan indikasinya.
c. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan
foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang
khas pada TB paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis.
d. Gambaran kelainan radiologik Paru tidak selalu menunjukkan aktifitas
penyakit.
e. Untuk lebih jelasnya lihat alur prosedur diagnostik untuk suspek TB
paru.
2. Diagnosis TB ekstra paru.
a. Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya kaku
kuduk pada Meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura (Pleuritis),
pembesaran kelenjar limfe superfisialis pada limfadenitis TB dan
deformitas tulang belakang (gibbus) pada spondilitis TB dan
lainlainnya.
b. Diagnosis pasti sering sulit ditegakkan sedangkan diagnosis kerja
dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis TB yang kuat (presumtif)
dengan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain. Ketepatan
diagnosis tergantung pada metode pengambilan bahan pemeriksaan
dan ketersediaan alat-alat diagnostik, misalnya uji mikrobiologi,
patologi anatomi, serologi, foto toraks dan lain-lain.
Diagnosis TB menurut Asril Bahar (2001):
1. Pemeriksaan Radiologis
Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis
untuk menemukan lesi tuberkulosis. Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di
daerah apeks paru (segmen apikal lobus atas atau segmen apikal lobus bawah),
tetapi dapat juga mengenai lobus bawah (bagian inferior) atau di daerah hilus
menyerupai tumor paru.
2. Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah
Pemeriksaan ini kurang mendapat perhatian, karena hasilnya kadang-
kadang meragukan, hasilnya tidak sensitif dan juga tidak spesifik. Pada
saat tuberkulosis baru mulai sedikit meninggi dengan hitung jenis
pergeseran ke kiri. Jumlah limfosit masih di bawah normal. Laju endap
darah mulai meningkat. Bila penyakit mulai sembuh, jumlah leukosit
kembali normal dan jumlah limfosit masih tinggi. Laju endap darah mulai
turun ke arah normal lagi.
b. Sputum
Pemeriksaan sputum adalah penting karena dengan ditemukannya
kuman BTA, diagnosis tuberkulosis sudah dapat dipastikan. Disamping itu
pemeriksaan sputum juga dapat memberikan evaluasi terhadap pengobatan
yang sudah diberikan.
c. Tes Tuberkulin
Tes tuberkulin hanya menyatakan apakah seseorang individu sedang
atau pernah mengalami infeksi M. Tuberculosae, M. Bovis, vaksinasi
BCG dan Myobacteria patogen lainnya.
1.8 Penatalaksanaan Medis
1. Tujuan Pengobatan
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah
kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan
mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT.
2. Prinsip pengobatan
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai
berikut:
a. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat,
dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan.
Jangan gunakan OAT tunggal (monoterapi) . Pemakaian OAT-
Kombinasi Dosis Tetap (OAT – KDT) lebih menguntungkan dan sangat
dianjurkan.
b. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan
pengawasan langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh
seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).
c. Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan
lanjutan.
1) Tahap awal (intensif)
a) Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan
perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya
resistensi obat.
b) Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat,
biasanya pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun
waktu 2 minggu.
c) Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif
(konversi) dalam 2 bulan.
2) Tahap Lanjutan
a) Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit,
namun dalam jangka waktu yang lebih lama
b) Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister
sehingga mencegah terjadinya kekambuhan
3. Jenis, sifat dan dosis OAT
4. Paduan OAT yang digunakan di Indonesia
1) Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis di Indonesia:
a. Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.
b. Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3. Disamping kedua
kategori ini, disediakan paduan obat sisipan (HRZE)
c. Kategori Anak: 2HRZ/4HR
2) Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket
berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT), sedangkan kategori
anak sementara ini disediakan dalam bentuk OAT kombipak.
3) Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam
satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini
dikemas dalam satu paket untuk satu pasien.
4) Paket Kombipak
Terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu paket, yaitu Isoniasid,
Rifampisin, Pirazinamid dan Etambutol. Paduan OAT ini disediakan
program untuk mengatasi pasien yang mengalami efek samping OAT
KDT.
Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket, dengan tujuan
untuk memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan
(kontinuitas) pengobatan sampai selesai. Satu (1) paket untuk satu (1)
pasien dalam satu (1) masa pengobatan.
5) KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB:
a. Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga
menjamin efektifitas obat dan mengurangi efek samping.
b. Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko
terjadinya resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan
penulisan resep
c. Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian
obat menjadi sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien
1.9 Penatalaksanaan Keperawatan
1.9.1 Membersihkan nafas pasien.
1.9.2 Mengeluarkan sekret tanpa bantuan.
1.9.3 Menunjukan perilaku untuk memperbaiki / mempertahankan bersihan
jalan nafas.
1.9.4 Memberikan pasien posisi semi atau fowler tinggi, bantu pasien untuk
latihan nafas dalam.
1.9.5 Mencatat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa/batuk efektif,
mencatat karakter, jumlah sputum dan adanya hemoptisis.
BAB 2. ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Identitas Klien
Nama : Ny. M
Umur : 40 th
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Desa Cangkring, Jenggawah, Jember
Status pernikahan : Kawin
Diagnosis medis : TB Paru
2.2 Keluhan Umum
Batuk berdahak selama 3 bulan disertai dengan sesak nafas
2.3 Riwayat Keperawatan Sekarang
Pasien mengatakan batuk berdahak sejak kemarin malam, batuk disertai
sputum, keluar keringat dingin pada malam hari. Nafsu makan dan berat
badan menurun, serta mengalami kelelahan. Kemudian, pasien masuk ke RS
di ruang rawat pada tanggal 23 Februari 2015 di tempatkan di ruang x
dengan tangan kanan terpasang infuse.
2.4 Riwayat Keperawatan Dahulu
Pasien mengatakan batuk berdahak serta sesak napas selama 3 bulan,
dan pernah menjalani pengobatan di puskesmas desa kemudian di bawa ke
RS. Pasien pernah mengonsumsi obat-obatan golongan steroid, tidak
memiliki riwayat alergi baik terhadap obat-obatan maupun makanan.
2.5 Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada keluarganya yang menderita penyakit
seperti yang di deritanya seperti sekarang. Pasien memiliki dua orang anak
laki-laki dan satu orang anak perempuan.
2.6 Pengkajian 11 Pola Fungsional Kesehatan dari Marjory Gordon
1. Pola persepsi kesehatan
Pasien tidak mengetahui tentang informasi dari penyakit yang
dideritanya. Pasien menganggap bahwa batuk yang dideritanya selama
ini adalah hanya batuk biasa.
2. Pola nutrisi metabolic
Pasien hanya menghabiskan ½ porsi makan dari jatah rumah sakit
karena nafsu makan menurun dan pasisen merasa sesak, pasien minum
habis 4 gelas/hari 800 iter dan mendapat terapi infuse.
3. Pola eleminasi
Pasien mengatakan BAB 1x sehari, BAK 3x sehari. Urine
berwarna merah seperti darah, karena efek samping dari rifampisin.
4. Pola Aktivitas kerja dan latihan
ADL 0 1 2 3 4 Keterangan
Makan/minum X 0 : mandiri
Toileting X 1 : dengan alat bantu
Berpakaian X 2 : dibantu orang lain
Mobilisasi dari tempat
tidur
X 3 : dibantu orang lain
dengan alat
Berpindah X 4 : tergantung total
Ambulasi X
5. Pola istirahat dan tidur
Pasien tidur selama 5-6 jam/hari dari pukul 23.00-05.00 WIB,
terbangun jika pasien merasa haus dan mendegar suara keluarganya.
6. Pola koginiti persepsual
Ada kekhawatiran dari pasien karena mengeluarkan urine berwarna
merah seperti darah.
7. Pola persepsi diri
Pasien tidak ingin terlalu dekat dengan orang sekitar karena takut
menularkan penyakit yang di deritanya
8. Pola seksualitas
Pasien tidak pernah melakukan hubungan seksual, karena keadaan
yang tidak meungkinkan
9. Pola peran-hubungan
Pasien mengalami kegelisahan dan kecemasan akan penyakit yang
dideritanya
10. Pola koping-toleransi stress
Mengalami stress yang ringan baik emosional maupun fisik.
11. Pola nila kepercayaan
Pasien tidak melaksanakan sholat 5 waktu dikarenakan kondisi
badan yang lemah.
2.7 Pemeriksaan Fisik
1. Umum
KU : pasien tampak lemah, gelisah, tegang
Kesadaran : komposmentis
BB : 42 kg
TD : 110/60 mmHg
GCS : 4-5-6
TB :165 cm
Nadi : 110x/menit
RR : 32x/menit
Suhu : 38,4 oC
2. Kepala
Inspeksi : pertumbuhan rambut merata, bentuk kepala simetris,
rambut tidak beruban, kulit kepala kotor.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada daerah kepala.
3. Mata
Inspeksi : kedua mata tampak simetris, konjungtiva merah muda,
anemis(-), pupil dapat merangsang cahaya, sklera putih jernih, kulit di
sekitar mata kehitaman.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada daerah mata, bulu mata bersih
dan tidak mudah rontok.
4. Hidung
Inspeksi : kebersihan (+), tidak ada selaput lendir, terpasang O2
kanul sebanyak 2 liter/menit, tampak simetris, mukosa hidung
kemerahan, tidak ada tanda peradangan.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
5. Telinga
Inspeksi : tidak terdapat serumen, kedua telinga tampak simetris.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
6. Mulut
Inspeksi : Mukosa bibir kering, lidah tidak kotor, ada gigi yang
berlubang, tidak ada pembesaran tonsil.
7. Leher
Inspeksi : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tulang leher
tampak simetris.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada leher, tidak ada keluhan nyeri
telan.
8. Thorax
a. Paru – Paru
Inspeksi: bentuk dada simetris, terdapat penariakan interkosta saat
inspirasi, jumlah 32x/menit.
Palpasi : saat vocal fremitus teraba sama pada semua lapang paru,
Tidak ada nyeri tekan, + +
Tidak ada nyeri tekan + +
Perkusi : terdapat suara sonor
Auskultasi : Terdengar suara tambahan seperti ronchi dan
wheezing pada setiap lobus paru
b. Jantung
Inspeksi : teraba pulsas(denyutan) pada daerah iktus cordis pada ICS
4 dan 5.
Palpasi : terasa getaran apke jantung dengan menggunakan 4
telapak jari.
Perkusi : batas jantung : kanan ICS II LS (dextra), jantung kiri atas
intra klavikula sternum II LS (sinistra), jantung kanan bawah ICS IV
(sinistra), jantung kiri bawah ICS V midklavikula sinistra.
Auskultasi : terdengar suara lup dup
9. Abdomen
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada lesi, dinding perut lebih datar.
Auskultasi : terdengar peristaltik usus 15x/menit.
Perkusi : terdengar suara timpany.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, turgor baik.
10. Integument
Inspeksi : kulit tampak kotor, tidak ada lesi, tidak sianosis, ikteres.
Palpasi : turgor kulit baik, teraba panas.
11. Muskuloskeletal
Tidak terdapat fraktur di bagian tubuh manapun.
2.8 Hasil Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan mikroskopis dahak ditemukan BTA +.
2. Pemeriksaan Radiologi
a. Ditemukan tanda-tanda lendir di bagian atas paru ( infiltrat ).
b. Corakan vaskuler meningkat disekitar bronchus.
c. Kadang-kadang ditemukan rongga pada alveolus paru ( cavitas ).
3. Terapi Medik
Dosis obat antituberkulosis
Obat Dosis harian
(mg/kgbb/hari)
Dosis 2x/minggu
(mg/kgbb/hari)
Dosis 3x/minggu
(mg/kgbb/hari)
INH5-15 (maks 300
mg)
15-40 (maks. 900
mg)
15-40 (maks. 900
mg)
Rifampisin10-20 (maks. 600
mg)
10-20 (maks. 600
mg)
15-20 (maks. 600
mg)
Pirazinamid 15-40 (maks. 2 g) 50-70 (maks. 4 g) 15-30 (maks. 3 g)
Etambutol15-25 (maks. 2,5
g)50 (maks. 2,5 g) 15-25 (maks. 2,5 g)
Streptomisin 15-40 (maks. 1 g) 25-40 (maks. 1,5 g) 25-40 (maks. 1,5 g)
2.9 Problem List
Nama Pasien : Ny. S
Umur : 34th
No RM : 533267
NOHARI/
TANGGAL
DATA
SUBJEKTIF/DATA
OBJEKTIF
ETIOLOGI PROBLEM PARAF
1 Senin
2-03-2015
Ds : Pasien
mengatakan sesak.
Do : Terdengar suara
tambahan whezing, px
tampak lemas, terdapat
penarikan intercosta.
TTV:
TD : 110/60 mmHg
RR : 32x/menit
S : 38,4oC
Mycobacterium TB
Infeksi saluran nafas
Filtrasi sel radang
Penumpukan sputum
pada saluran nafas
Penyempitan lumen
Bersihan jalan
nafas tidak
efektif
Nl
N : 120x/menit indo bronkus
wheezing
2 Senin
2-03-2015
Ds : Pasien
mengatakan badan
terasa panas
Do : pasien tampak
lemah, kulit teraba
panas, mukosa kering.
TTV:
TD : 110/60 mmHg
RR : 32x/menit
S : 38,4oC
N : 120x/menit
Infeksi saluran nafas
Filtrasi sel radang
Gangguan
termoregulasi
Panas
Peningkatan
suhu tubuhNl
3 Senin
2-03-2015
Ds : Pasien
mengatakan nafsu
makan menurun dan
berat badannya turun
dua kg.
Do : pasien tampak
lemah, bibir tampak
kering.
Sesak
Perubahan status
kesehatan
Ancaman kematian
Ansietas
Cemas
Peningkatan asam
lambung
Mual/muntah
Perubahan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
Nl
Anoreksia
Intake in adekuat
2.10 Prioritas Diagnosa Keperawatan
1. Dx I : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
penumpukan sputum ditandai dengan:
DS :
a. Pasien mengatakan sesak
DO :
a. Terdengar suara tambahan whezing
b. Pasien tampak lemas
c. Terdapat penarikan intercosta
d. TTV :
TD : 110/60 mmHg
RR : 32x/menit
S : 38,4oC
N : 120x/menit
2. Dx II : Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses
infeksiditandai dengan :
DS :
a. Pasien mengatakan badan terasa panas
DO :
a. Pasien tampak lemah
b. Kulit pasien teraba panas
c. Mukosa kering.
d. TTV:
TD : 110/60 mmHg
RR : 32x/menit
S : 38,4oC
N : 120x/menit
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhberhubungan dengan
anoreksia ditandai dengan :
DS :
a. Pasien mengatakan nafsu makan menurun
b. Pasien mengatakan berat badannya turun dua kg
DO :
a. Pasien tampak lemah
b. Bibir pasien tampak kering
2.11 Nursing Care Plan
N
O
HARI/
TANG
GAL
JA
M
NO
DX
PERENCANAAN
PAR
AF
TUJUN DAN
KRITERIA
HASIL
INTERVENSI RASIONAL
1. Senin
2-03-
2015
08.0
0
wib
I Tujuan:
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama ± 1-2
jam bersihan
nafas pasien
menjadi
efektif.
Kriteria hasil :
-Tidak
terpasang
kanul
-Tidak terdapat
1.Observasi
fungsi pernafasan
pasien.
2.Atur posisi
pasien dengan
semi fowler.
3.Kaji suara
nafas.
4. Kolaborasi
dengan tim medis
dalam pemberian
1.Penurunan bunyi
nafas dapat
menunjukan
atelektasis.
2. Mengurangi
penekanan pada
difragma.
3. Wheezing
menunjukan
adanya
penyempitan jalan
nafas.
4.Untuk
menentukan
obat-obat sesuai
otot intercosta
-Pasien dapat
mengeluarkan
sekret tanpa
bantuan
obat :
- Bronkodilator
- Antitusif
- kostikosterid
5.Ajarkan pasien
untuk batuk
efektif dengan
teknik clumbing.
dengan kondisi
pasien.
5. Membantu
untuk
mengeluarkan
sputum/sekret
2. Senin
2-03-
2015
08.0
0
wib
II Tujuan :
Selama
dilakukan
tindakan
keperawatan ±
2 jam suhu
tubuh dapat
kembali
normal.
kriteria hasil :
- Pasien
tampak
segar.
- Kulit teraba
hangat.
- Mukosa
lembab.
- S : 36,5 –
37,5
1.Observasi TTV.
2. Anjurkan
pasien banyak
minum air
putih.
3.Kurangi
aktivitas fisik.
4.Kompres
dingin pada
daerah lipatan
paha/ketiak.
5.Kolaborasi
dengan tim
medic pemberian
antipiretik.
1. Mengetahui
Perkeembangan
pasien.
2. Agar dapat
berkeringat dan
penguapan lebih
cepat.
3.Aktivitas
berlebih dapat
meningkatkan
suhu tubuh.
4. Pada daerah
tersebut akan
mempercepat
penurunan suhu.
5.Membantu
terapi yang tepat.
Nl
3. Senin
2-03-
2015
08.0
0
wib
III Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan ±
1.Beri penjelasan
pasien tentang
kebutuhan nutrisi
bagi tubuh.
1. Agar pasien
mengerti
kebutuhan
nutrisi bagi tubuh.
Nl
2x24 jam
Perubahan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh tubuh
dapat
terpenuhi.
Kriteria hasil :
- Pasien habis
1
porsi makan
makanan yang
disediakan RS.
- Pasien
tampak segar.
- BB
bertambah.
- Nafsu makan
meningkat.
- TTV normal
2.Hidangkan
makanan selagi
hangat.
3.Dorong makan
sedikit tapi
sering.
4. Selidiki
anoreksia/ mual-
muntah.
5. Pastikan pola
diet biasa pasien,
yang
disukai/tidak
disukai
2. Merangsang
nafsu
makan.
3.Memaksimalkan
masukan nutrisi
bagi tubuh.
4. Dapat
mempengaruhi
pilihan diet.
5. Pertimban
gan keinginan
pasien dapat
memperbaiki
masukan diet
2.12 Impelementasi
1. No Dx I
NO.HARI/
TANGGALJAM IMPLEMENTASI
EVALUASI
FORMATIFPARAF
1. Senin
02-03-2015
08.00 1. Mengobservasi
fungsi pernafasan
pasien
2. Mengatur posisi
pasien dengan
semi fowler
3. Mengkaji suara
nafas
4. Memberikan hasil
kolaborasi dengan
tim medis dalam
pemberian obat :
- Bronkodilator
- Antitusif
- kortikosteroid
5. Menciptakan
lingkungan aman
dan nyaman
Pasien
kooperatif
Pasien
kooperatif
Pasien
kooperatif
Pasien
mengerti jenis
dan dosis obat
Pasien
menerima
dengan baik
Nl
2. No Dx II
NO.HARI/
TANGGALJAM IMPLEMENTASI
EVALUASI
FORMATIFPARAF
1. Senin
02-03-2015
08.00 1. Mengobservasi
TTV
2. Menganjurkan
pasien banyak
minum air putih
3. Mengurangi
aktivitas fisik
Pasien
kooperatif
Pasien
menerima
dengan baik
Pasien
menerima
Nl
4. Mengkompres
dingin pada lipatan
paha dan ketiak
5. Memberikan hasil
kolaborasi dengan
tim medis untuk
pemberian
antipiretik
dengan baik
Pasien
kooperatif
Pasien mengerti
jenis dan dosis
obat
3. No Dx III
NO.HARI/
TANGGALJAM IMPLEMENTASI
EVALUASI
FORMATIFPARAF
1. Senin
02-03-2015
08.00 1. Menjelaskan pada
pasien tentang
kebutuhan nutrisi
bagi tubuh
2. Menghidangkan
makanan selagi
hangat
3. Mendorong makan
sedikit tapi sering
4. Menyelidiki
anoreksia atau
mual-muntah
5. Memastikan pola
diet biasa pasien,
yang disukai/tidak
disukai
Pasien mengerti
penjelasan
perawat
Pasien
menerima
dengan baik
Pasien
menerima
dengan baik
Pasien
Kooperatif
Pasien
menerima
dengan baik
Nl
2.13 Evaluasi SOAP
Nama Pasien : Ny. S
Umur : 34th
No RM : 533267
NOHARI/
TANGGAL
DX.
KEPEVALUASI PARAF
1 Selasa
02-03-2015
I S : pasien mengatakan sesak
berkurang
O : batuk jarang dengan sputum encer
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
Nl
2 Selasa
03-03-2015
II S : pasien mengatakan nyaman dan
tidak panas lagi
O : suhu tubuh pasien 36O C
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
Nl
3 Selasa
03-03-2015
III S : pasien mengatakan nafsu makan
bertambah, pasien masih tampak
lemah, BB : 42 KG
O : pasien menghabiskan ¾ porsi
makan
A : masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
Nl
DAFTAR PUSTAKA
BUKUDoenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC
Soemantri, I. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.
Smeltzer, C. Suzanne, dkk, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. (Edisi
8). Jakarta : EGC.
Sudoyo, Aruw. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 2 Edisi IV. Jakarta:
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
SERIAL ONLINEhttps://imsyahrir.wordpress.com/2013/01/17/asuhan-keperawatan-pada-klien-tb-
paru/ [Serial Online]