BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi semakin mempermudah
untuk mendapatkan informasi yang ingin kita dapatkan. Sebagai contoh perkembangan
teknologi informasi telah diadopsi oleh media massa dalam penyampaian berita baik
melalui media surat kabar, radio, televisi, dan melalui media internet. Dengan media
internet kita dapat lebih mudah memproses dan mengolah data atau informasi.
Perkembangan teknologi informasi yang semakin cepat menuntut pula adanya suatu
media transmisi yang cepat sehingga informasi dapat kita peroleh dengan cepat. Selain
media transmisi salah satu pendukung lainnya yang sangat berperan penting adalah
suatu komputer.
Tidak dapat dipungkiri bahwa manusia sangat mengandalkan komputer sebagai
media untuk menghasilkan dan memanfaatkan teknologi informasi untuk mengolah
suatu informasi sehingga dapat distribusikan kepada pihak yang membutuhkan. Untuk
dapat terhubung dari satu komputer ke komputer lain, atau dari komputer ke jaringan
internet kita perlu membangun suatu jaringan komputer.
Jaringan komputer merupakan sekelompok komputer otonom yang
dihubungkan satu dengan yang lainnya dengan menggunakan protokol-protokol
komunikasi melalui media transmisi atau media komunikasi sehingga dapat saling
berbagi data informasi, program-program, penggunaan bersama perangkat keras seperti
printer, hardisk, dan sebagainya, dengan tujuan untuk membawa data informasi dari
pengirim menuju penerima secara cepat dan tepat tanpa adanya kesalahan melalui
media transmisi atau media komunikasi tertentu (Arif Andyma,2011). Jaringan
komputer dibagi berdasarkan pada besar kecilnya cakupan jaringan yang
menghubungkan antar komputer, salah satu jenisnya adalah Local Area Network
(LAN).
Demikian halnya di Anjungan Jawa Barat Taman Mini Indonesia Indah, Local
Area Networking atau sistem jaringan komputer lokal, saat ini sudah menjadi sistem
yang sangat dibutuhkan di setiap bagian untuk mempermudah tugas-tugas agar lebih
berdayaguna dan berhasilguna serta untuk memperlancar komunikasi antar bagian-
bagian yang terkait di Anjungan Jawa Barat Taman Mini Indonesia Indah.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penyusun tertarik untuk memilih
judul “ANALISIS JARINGAN KOMPUTER LAN (LOCAL AREA NETWORK) PADA
ANJUNGAN JAWA BARAT TAMAN MINI INDONESIA INDAH”.
1.2 Ruang Lingkup
Kuliah Kerja Praktek (KKP) difokuskan untuk menganalisis jaringan komputer
LAN (Local Area Network) yang terintegrasi di Anjungan Jawa Barat Taman Mini
Indonesia Indah. Analisis jaringan LAN ini dilengkapi teori dan analisis SWOT.
Cakupan pembahasan analisis menyangkut topologi jaringan, perangkat keras yang
digunakan, dan media transmisi.
1.3 Tujuan dan Manfaat
1.3.1 Tujuan
Tujuan dari Kuliah Kerja Praktek (KKP) ini adalah untuk memenuhi kurikulum
Fakultas Teknologi Informasi Universitas Respati Indonesia, sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan program studi Teknik Informatika pada Universitas Respati
Indonesia.
1.3.2 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dengan adanya kegiatan KKP yang dapat diambil
berdasarkan pemahaman dan pengalaman selama melakukan KKP adalah sebagai
berikut :
1. Dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang didapat selama perkuliahan
melalui penerapan secara praktis dalam perusahaan.
2. Bertambahnya ilmu dan wawasan baru tentang arsitektur sistem jaringan
komputer, khususnya jaringan LAN (Local Area Network).
3. Dapat mempelajari dan merasakan secara langsung situasi dalam dunia kerja
sehingga mahasiswa dapat mempersiapkan diri untuk terjun ke dunia kerja yang
sesungguhnya.
1.4 Metodologi
Dalam penyusunan Laporan Kuliah Kerja Praktek ini, penyusun menggunakan
beberapa metode pengumpulan data yaitu :
1. Metode Observasi
Metode ini dilakukan dengan cara pengumpulan data yang berdasarkan
pengamatan secara langsung dan mencatat hal-hal yang berhubungan dengan
objek yang dianalisis secara lengkap dan sistematis.
2. Metode Wawancara
Metode ini dilakukan dengan cara tanya jawab atau wawancara pada
pembimbing dan orang – orang yang yang bertanggung jawab terhadap jaringan
komputer yang ada sehingga didapat informasi secara rinci tentang objek yang
diteliti.
3. Metode Perpustakaan
Metode ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data dari buku referensi dan
dokumentasi dari instansi yang terkait maupun sumber lainnya untuk
melengkapi data – data yang ada sebagai bahan penunjang dalam penyusunan
laporan Kuliah Kerja Praktek ini.
1.5 Tempat dan Waktu
Kuliah Kerja Praktek (KKP) ini dilaksanakan di Anjungan Jawa Barat Taman
Mini Indonesia Indah. Waktu pelaksanaan KKP ini dimulai dari bulan Oktober 2012
sampai dengan bulan November 2012.
1.6 Sistematika Penyusunan
Sistematika penyusunan yang digunakan penyusun dalam penyusunan laporan
ini adalah sebagai berikut :
Bab 1 Pendahuluan
Pada bab ini penyusun menguraikan mengenai latar belakang penelitian, tujuan
dan manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian yang memberikan batasan-
batasan pembahasan agar penyusun terfokus pada satu pembahasan, metode
pengumpulan data, tempat dan waktu KKP, serta sistematika penyusunan
laporan.
Bab 2 Profil Anjungan Jawa Barat Taman Mini Indonesia Indah
Pada bab ini berisi penjelasan mengenai profil ANJUNGAN JAWA BARAT
TAMAN MINI INDONESIA INDAH yaitu tentang dasar pemikiran
dibangunnya ANJUNGAN JAWA BARAT TAMAN MINI INDONESIA
INDAH, visi dan misi, struktur organisasi, serta tugas dan tanggung jawab
pengelolaan.
Bab 3 Analisis Jaringan LAN Pada Anjungan Jawa Barat Taman Mini
Indonesia Indah
Pada bab ini penyusun menguraikan tentang arsitektur jaringan LAN pada
ANJUNGAN JAWA BARAT TAMAN MINI INDONESIA INDAH, menurut
landasan teori, topologi jaringan pada ANJUNGAN JAWA BARAT,
konfigurasi jaringan LAN di ANJUNGAN JAWA BARAT, spesifikasi
perangkat keras yang digunakan, serta pemeliharaan jaringan pada jaringan LAN
yang telah terkonfigurasi.
Bab 4 Analisis SWOT Arsitektur Jaringan LAN Pada Anjungan Jawa
Barat Taman Mini Indonesia Indah
Pada bab ini penyusun mengemukakan mengenai analisis hasil penelitian yang
telah diamati, hasil dari pengamatan tersebut dianalisis berdasarkan analisis
SWOT yaitu singkatan dari Strength (kekuatan), Weaknesses (kelemahan),
Opportunities (peluang), dan Threath (ancaman).
Bab 5 Penutup
Pada bab ini berisi kesimpulan dan saran dari hasil penelitian tentang analisis
sistem jaringan komputer LAN (Local Area Network) pada ANJUNGAN JAWA
BARAT TAMAN MINI INDONESIA INDAH.
BAB 2
PROFIL ANJUNGAN JAWA BARAT
2.1 Dasar Pemikiran
Semula Pemerintah Propinsi Jawa Barat membangun Balai Pengelolaan
Anjungan Jawa Barat di Taman Mini “Indonesia Indah” untuk memperkenalkan potensi
kebudayaan dan pariwisata Jawa Barat kepada seluruh masyarakat Indonesia dan manca
negara sesuai dengan fungsi Taman Mini “Indonesia Indah” secara keseluruhan sebagai
pusat informasi, pelestarian, pembinaan, dan pengembangan seni, budaya dan wisata.
Fungsi lainnya adalah menampung serta menyalurkan segala aspirasi dan
keinginan masyarakat daerah yang berada di Jakarta dan sekitarnya untuk
menyelenggarakan kegiatan-kegiatan terutama di bidang seni, budaya dan wisata.
Dengan potensi kepariwisataan Jawa Barat yang beragam, kaya akan kesenian,
indah dengan alamnya, beragam budayanya dan masih banyak yang lainnya merupakan
aset yang dapat dikembangkan untuk “dijual”, dengan demikian Balai Pengelolaan
Anjungan Jawa Barat berupaya memberikan pelayanan informasi kebudayaan dan
kepariwisataan Jawa Barat sesuai dengan visi dan misi Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Propinsi Jawa Barat dan dapat berperan aktif dalam menunjang visi dan misi
Pemerintah Propinsi Jawa Barat.
2.2 Visi dan Misi Anjungan Jawa Barat Taman Mini Indonesia Indah
Berikut ini adalah visi dan misi Anjungan Jawa Barat Taman Mini Indonesia
Indah:
2.2.1 Visi Anjungan Jawa Barat Taman Mini Indonesia Indah
Terwujudnya Jawa Barat sebagai daerah budaya dan tujuan wisata andalan.
2.2.2 Misi Anjungan Jawa Barat Taman Mini Indonesia Indah
1. Pembinaan, pelestarian dan pengembangan asset budaya yang mendukung upaya
pengembangan Pariwisata Jawa Barat.
2. Mengefektifkan kebudayaan sebagai asset daerah yang mendukung kepada
pengembangan Usaha Jasa Pariwisata.
3. Mempromosikan Kepariwisataan Jawa Barat.
4. Meningkatkan sumber daya manusia Kebudayaan dan Kepariwisataan.
5. Memuliakan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam aspek jarahnitra dan
tradisi Jawa Barat.
2.3 Struktur Organisasi Anjungan Jawa Barat Taman Mini Indonesia Indah
Ketenagakerjaan Balai Pengelolaan Anjungan Jawa Barat ditetapkan dengan
Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Propinsi Jawa Barat Nomor
820/1030-kepeg/2002 tanggal 30 Juli 2002 tentang Penugasan Pegawai Negeri Sipil di
lingkungan Disbudpar Propinsi Jawa Barat. Jumlah PNS di Balai Pengelolaan Anjungan
Jawa Barat sebanyak 19 orang. Selain itu sesuai dengan Ijin Prinsip Gubernur Jawa
Barat Nomor. 814.1/4086/Peg.1, tanggal 28 Desember 2005, tentang Izin Prinsip
Pengangkatan Tenaga Kontrak Kerja (TKK) Tahun Anggaran 2006 terdapat 7 (Tujuh)
orang Tenaga Kontrak Kerja. Di samping itu berdasarkan Surat Keputusan Kepala
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Nomor 814/01/SK–Kepeg/2006, tanggal 2 Januari
2006 tentang Pengangkatan Tenaga Honorer Di Lingkungan Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Propinsi Jawa Barat terdapat 16 (enam belas) orang Tenaga Honorer.
Adapun struktur organisasinya adalah sebagai berikut :
Gambar 2.1
Struktur Organisasi Anjungan Jawa Barat Taman Mini Indonesia Indah
2.4 Tugas dan Tanggung Jawab Pengelolaan
2.4.1 Kepala Balai Pengelolaan Anjungan Jawa Barat
Kepala Balai Pengelolaan Anjungan Jawa Barat mempunyai tugas dan tanggung
jawab dalam memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan kegiatan
pengelolaaan Balai Pengelolaan Anjungan Jawa Barat. Adapun rincian tugasnya adalah
sebagai berikut :
1. Menyusun rencana dan program kerja;
2. Melaksanakan pengaturan pergelaran kesenian;
3. Melaksanakan pengaturan kegiatan pameran kebudayaan dan pariwisata;
4. Mengadakan koordinasi dengan instansi terkait;
5. Melaksanakan evaluasi dan pelaporan kegiatan balai.
Dalam melaksanakan tugasnya kepala Balai dibantu oleh Kasub Bag Tata
Usaha, Kepala Seksi Pameran dan Kepala Seksi Pergelaran.
2.4.2 Sub Bagian tata Usaha
Sub Bagian tata Usaha mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam
melaksanakan penyusunan rencana kerja, pengelolaan administrasi kepegawaian,
keuangan, penyediaan informasi, perlengkapan dan pelaporan. Adapun rincian tugasnya
adalah sebagai berikut :
1. Melaksanakan pengelolaan administrasi kepegawaian.
2. Melaksanakan pengelolaan administrasi keuangan.
3. Melaksanakan pengelolaan urusan rumah tangga dan perlengkapan kantor.
4. Melaksanakan penyiapan bahan rancangan, pendokumentasian pengelolaan
perpustakaan dan hubungan masyarakat.
5. Melaksanakan pengendalian administrasi belanja rutin dan pembangunan.
6. Melaksanakan pengelolaan naskah dinas dan kearsipan.
7. Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait.
8. Melaksanakan evaluasi dan pelaporan.
2.4.3 Seksi Pameran
Seksi Pameran mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam melaksanakan
kegiatan pameran kebudayaan dan pariwisata. Adapun rincian tugasnya adalah sebagai
berikut :
1. Menyusun rencana dan program kerja.
2. Melaksanakan kegiatan pameran kebudayaan dan pariwisata.
3. Melaksanakan kegiatan pelayanan informasi kebudayaan dan pariwisata di
Balai Pengelolaan Anjungan Jawa Barat dan tempat-tempat lainnya dalam
bentuk media cetak, elektronika, situs internet dan melaksanakan kegiatan
publikasi kegiatan kebudayaan dan pariwisata.
4. Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait.
5. Melaksanakan evaluasi dan pelaporan.
2.4.4 Seksi Pergelaran
Seksi Pergelaran mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam melaksanakan
kegiatan pergelaran kesenian. Adapun rincian tugasnya adalah sebagai berikut :
1. Menyusun rencana dan program kerja.
2. Melaksanakan kegiatan pergelaran kesenian.
3. Melaksanakan pembuatan karya cipta kesenian dalam rangka ikut serta
mengembangkan kesenian yang layak dipergelarkan dalam bentuk penggarapan
dan atau karya kesenian lainnya.
4. Melaksanakan festival atau lomba di Balai Pengelolaan Anjungan Jawa
Barat dan di tempat-tempat lainnya sebagai wadah pembinaan dan
pengembangan penata tari, penata musik, penata busana/rias dan pelaku seni
lainnya.
5. Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait.
6. Melaksanakan evaluasi dan pelaporan.
BAB 3
ANALISIS JARINGAN LAN
3.1 Landasan Teori
Konsep jaringan komputer lahir pada tahun 1940-an di Amerika dari sebuah proyek
pengembangan komputer MODEL I di laboratorium Bell dan group riset Harvard University
yang dipimpin profesor H. Aiken. Pada mulanya proyek tersebut hanyalah ingin memanfaatkan
sebuah perangkat komputer yang harus dipakai bersama. Untuk mengerjakan beberapa proses
tanpa banyak membuang waktu kosong dibuatlah proses beruntun (Batch Processing), sehingga
beberapa program bisa dijalankan dalam sebuah komputer dengan dengan kaidah antrian.
Ditahun 1950-an ketika jenis komputer mulai membesar sampai terciptanya super komputer,
maka sebuah komputer mesti melayani beberapa terminal. (Lihat Gambar 1.). Untuk itu
ditemukan konsep distribusi proses berdasarkan waktu yang dikenal dengan nama TSS (Time
Sharing System), maka untuk pertama kali bentuk jaringan (network) komputer diaplikasikan.
Pada sistem TSS beberapa terminal terhubung secara seri ke sebuah host komputer. Dalam
proses TSS mulai nampak perpaduan teknologi komputer dan teknologi telekomunikasi yang
pada awalnya berkembang sendiri-sendiri.
Gambar 3.1 Jaringan Komputer Model TSS .
Memasuki tahun 1970-an, setelah beban pekerjaan bertambah banyak dan harga
perangkat komputer besar mulai terasa sangat mahal, maka mulailah digunakan konsep
proses distribusi (Distributed Processing). Seperti pada Gambar 2, dalam proses ini
beberapa host komputer mengerjakan sebuah pekerjaan besar secara paralel untuk
melayani beberapa terminal yang tersambung secara seri disetiap host komputer. Dalam
proses distribusi sudah mutlak diperlukan perpaduan yang mendalam antara teknologi
komputer dan telekomunikasi, karena selain proses yang harus didistribusikan, semua
host komputer wajib melayani terminal-terminalnya dalam satu perintah dari komputer
pusat. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa Jaringan Komputer merupakan sekelompok
komputer yang saling berhubungan antara satu dengan lainnya menggunakan protokol
komunikasi melalui media komunikasi sehingga dapat saling berbagi sumber daya, serta
dapat dikendalikan oleh suatu komputer pusat.
Gambar 3.2 Jaringan Komputer Model Distributed Processing.
Selanjutnya ketika harga-harga komputer kecil sudah mulai menurun dan konsep
proses distribusi sudah matang, maka penggunaan komputer dan jaringannya sudah
mulai beragam dari mulai menangani proses bersama maupun komunikasi antar
komputer saja tanpa melalui komputer pusat. Untuk itu mulailah berkembang teknologi
jaringan lokal yang dikenal dengan sebutan LAN.
Local Area Network biasa disingkat LAN merupakan jaringan milik pribadi di
dalam sebuah gedung atau kampus yang berukuran sampai beberapa kilometer. LAN
seringkali digunakan untuk menghubungkan komputer-komputer pribadi atau
workstation dalam kantor suatu perusahaan atau pabrik-pabrik untuk memakai bersama
sumberdaya (resouce, misalnya printer) dan saling bertukar informasi.
3.2 Tujuan Dibangunnya Jaringan Komputer LAN di Anjungan Jawa Barat
Tujuan dibangunnya jaringan komputer di Anjungan Jawa Barat adalah untuk
membawa informasi secara tepat dan cepat melalui media komunikasi dan untuk
mengoptimalkan fungsi dari anjungan sebagai pusat informasi, promosi, pelestarian,
pembinaan, dan pengembangan seni, budaya dan wisata. Atas dasar itulah maka
dibangun jaringan komputer agar dapat menyediakan informasi mengenai Anjungan
Jawa Barat, memproses data diantara pegawai atau tiap-tiap bagian. Adapun sasaran
terbentuknya jaringan komputer tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Bagi pakai (sharing) peralatan (resources).
Sharing Resource bertujuan agar peralatan yang terdapat dalam jaringan
komputer dapat dimanfaatkan dengan baik oleh setiap pegawai di Anjungan
tersebut., seperti printer yang dapat digunakan pada lebih dari satu komputer
sehingga kita tidak harus membeli kembali peralatan printer untuk setiap
komputer.
2. Komunikasi
Jaringan komputer memungkinkan terjadinya komunikasi antara pegawai
dengan lebih baik dan cepat serta murah, seperti contoh saat jaringan telepon
kantor sedang mengalami gangguan sehingga komunikasi melalui telepon tidak
dapat dilakukan, maka dengan menggunakan salah satu software komunikasi
komputer, para pegawai dapat memanfaatkan jaringan komputer tersebut untuk
komunikasi baik secara tulisan (ketikan) maupun lisan (headset).
3. Integrasi data
Dengan jaringan komputer, proses data tidak harus dilakukan pada satu
komputer saja, namun dapat didistribusikan ke komputer-komputer yang lain.
Oleh karena itu maka dapat terbentuk data yang terintegrasi sehingga
memudahkan pegawai untuk memperoleh dan mengolah informasi setiap saat.
3.3 Topologi Jaringan Komputer LAN Pada Anjungan Jawa Barat
Topologi menggambarkan bagaimana perangkat-perangkat (devices) saling
berhubungan dan bagaimana bentuk hubungannya (links). Perangkat yang dimaksud di
sini, dalam terminologi jaringan biasa disebut dengan nodes dan bisa berupa apa pun
seperti PC, printer dan scanner, hub, dan lainnya yang saling berhubungan secara fisik.
Sedangkan links menggambarkan bentuk hubungan secara logik, apakah langsung antar
devices, melalui satu atau beberapa hub, atau lainnya. Secara mendasar terdapat lima
jenis topologi jaringan yaitu topologi jala (mesh), topologi bintang (star), topologi
pohon (tree), topologi bus, dan topologi cincin (ring).
Topologi jaringan komputer pada Anjungan Jawa Barat menggunakan Topologi
Bintang. Sesuai dengan namanya topologi bintang memiliki bentuk seperti bintang,
Pada topologi jenis ini terdapat kontrol terpusat yakni semua link harus melewati pusat
yang menyalurkan data tersebut ke semua simpul atau client yang dipilihnya. Jika
terjadi kerusakan ataupun kesalahan pada suatu node atau klien, tidak mempengaruh
terhadap kinerja jaringan ini.
Adapun keuntungan dari penggunaan topologi bintang ini adalah :
1. Paling fleksibel.
2. Tidak mengakibatkan gangguan pada jaringan ketika akan mengkonfigurasi
ulang perangkat lainnya.
3. Kontrol terpusat.
4. Kemudahan deteksi dan isolasi kesalahan/kerusakan.
5. Kemudahaan pengelolaan jaringan.
Sedangkan kelemahan dari penggunaan topologi bintang ini adalah :
1. Membutuhkan lebih banyak kabel jika dibandingkan dengan topologi jaringan
lurus.
2. Perlu penanganan khusus.
3. Kerusakan atau gangguan dari sentral ini lebih besar karena beban yang dipikul
pusat yang besar.
Gambar 3.3 Topologi Star.
Topologi bintang ini dipilih karena topologi ini sesuai dengan letak beberapa
kantor yang berbeda gedung dan jumlah komputer yang digunakan pada setiap kantor
yang ada di Anjungan Jawa Barat. Setelah hubungan jaringan dimulai oleh Kepala Balai
maka setiap client (Tata Usaha/Pameran/Pergelaran) sewaktu-waktu dapat
menggunakan hubungan jaringan tersebut tanpa menunggu perintah dari Kepala Balai.
Gambar 3.4 Skema Jaringan Anjungan Jawa Barat
3.4 Spesifikasi Perangkat Pada Jaringan Pada Anjungan Jawa Barat
Dalam sebuah jaringan dibutuhkan beberapa perangkat keras selain perangkat
lunak. Perangkat keras yang digunakan di Anjungan Jawa Barat meliputi komputer
server, komputer client atau workstation, media tranmisi, Ethernet Card dan terminal
atau switch.
3.4.1 Komputer Server
Komputer server merupakan perangkat keras yang berfungsi untuk melayani
jaringan client atau workstation yang terhubung melalui switch jaringan. Komputer
server bertugas mengontrol komunikasi dan informasi diantara komponen (node) dalam
suatu jaringan.
Spesifikasi komputer server yang digunakan pada Anjungan Jawa Barat adalah
sebagai berikut:
Processor Intel Core 2 Duo E7200 2,53GHz
Memory 2GB
Hard disk 500GB
Ethernet Card di dalam motherboard
Casing Tower
Keyboard dan Mouse
DVD RW
Monitor LCD 14 inc
3.4.2 Workstation
Keseluruhan komputer atau perangkat keras lainnya yang terhubung ke file
server dalam jaringan disebut sebagai workstation. Workstation yang digunakan pada
Anjungan Jawa Barat terdiri dari 19 komputer client dan sebuah printer.
3.4.3 Kartu Ethernet
Ethernet adalah implementasi metoda CSMA/CD (Carrier Sense Multiple
Access with Collision Detection) yang dikembangkan tahun 1960 pada proyek wireless
ALOHA di Hawaii University diatas kabel coaxial. Standarisasi sistem ethernet
dilakukan sejak tahun 1978 oleh IEEE. Ethernet ini berfungsi sebagai proses
pengiriman dan penerimaan data. Kecepatan transmisi data di ethernet sampai saat ini
adalah 10 sampai 100 Mbps. Ethernet yang digunakan pada jaringan Anjungan Jawa
Barat menggunakan D-Link Fast Ethernet 100BaseT dengan kecepatan 100 Mbps.
3.4.4 Switch
Merupakan suatu komponen jaringan yang menerima paket dari satu port,
menyimpan sementara dan mengirimnya kembali ke port lain. Switch sama dengan
bridge yang memiliki banyak port. Switch LAN digunakan untuk menghubungkan lebih
dari satu segmen LAN. LAN Switching memberikan layanan komunikasi yang
dedicated dan collision free antar perangkat jaringan. Switch LAN dirancang untuk
memindahkan frame data pada kecepatan tinggi. Swicth yang digunakan pada jaringan
Anjungan Jawa Barat adalah Switch D-Link Fast Ethernet 8 port.
3.4.5 Modem
Modem adalah kependekan dari modulator demodulator berfungsi mengirimkan
data dari bentuk data komputer menjadi data dalam wujud elektromagnetik. Modulator
merupakan bagian yang mengubah sinyal informasi ke dalam sinyal pembawa (carrier)
dan siap untuk dikirimkan, sedangkan demodulator adalah bagian yang memisahkan
sinyal informasi (yang berisi data atau pesan) dari sinyal pembawa (carrier) yang
diterima sehingga informasi tersebut dapat diterima dengan baik. Modem merupakan
penggabungan kedua-duanya, artinya modem adalah alat komunikasi dua arah. Modem
yang digunakan pada jaringan Anjungan Jawa Barat adalah modem TP-Link td-
w8101g.
3.4.6 Media Transmisi
Media transmisi merupakan jalur untuk memindahkan informasi (data) dari satu
perangkat ke perangkat yang lain. Sebagai media transmisi, dalam jaringan LAN pada
Anjungan Jawa Barat digunakan jenis kabel UTP (Unshielded Twisted Pair) kategori 5
dengan kemampuan transmisi 5 – 100 Mbps. Jenis kabel UTP ini terdiri dari 4 pasang
kawat berulir sehingga pada kabel ini semuanya terdapat 8 kawat. Setiap pasang kawat
mempunyai kombinasi warna tertentu.
Gambar 3.5 Kabel UTP
Kode warna pada pasangan kabel UTP ini adalah :
Pair 1 : putih-biru/biru (white-blue/blue)
Pair 2 : putih-orange/orange (white-orange/orange)
Pair 3 : putih-hijau/hijau (white-green/green)
Pair 4 : putih-coklat/coklat (white-brown/brown)
(Sumber modul pengembangn lan)
Gambar 3.6 Kode Warna Kabel UTP
Pada ujung-ujung kabel UTP ini dipasangkan konektor yang dikenal sebagai
konektor RJ-45 (RJ dari kata 'Registered Jack'). Konektor RJ-45 ini mirip dengan
konektor pada kabel telepon (RJ-11). Bila pada kabel telepon menggunakan tiga pasang
kawat, maka kabel network ini empat pasang. Untuk memudahkan memilah-milah kabel
di masa datang, konektor RJ- 45 dipasangkan pada kabel CAT 5 dengan aturan
tersendiri. Untuk melihat urutan kawat-kawat yang dipasang pada konektor RJ-45, harus
dilihat dengan memegang 'klip' konektor ini di bagian bawah.
Gambar 3.7 Konektor RJ 45
Untuk memasang kabel UTP ke konektor RJ-45, digunakan sebuah tang yang
biasa disebut dengan Crimp Tool. Bentuknya bermacam-macam ada yang besar dengan
fungsi yang banyak, seperti bisa memotong kabel, mengupas dan lain sebagainya. Ada
juga yang hanya diperuntukan untuk crimp RJ-45 atau RJ-11 saja. Gambar 3.8 adalah
salah satu contoh Crimp Tool (biasa disebut juga tang krimping) yang banyak
dipergunakan.
Gambar 3.8 Crimp Tool
Dalam penyambungan kabel pada konektor RJ-45 ada dua jenis model. Yang
pertama dinamakan dengan jenis sambungan Crossover Cable yang kegunaannya untuk
menghubungkan dua komputer membentuk LAN tanpa melalui hub. dan untuk
menghubungan antara hub ke sebuah hub lainnya.
Gambar 3.9 Crossover Cable
Untuk penyambungan kabel UTP ke konektor RJ-45 dengan metode Crossover
Cable, urutan kabelnya adalah :
Tabel 3.1 Urutan Crossover Cable
Konektor 1 Urutan kabel Konektor 2
Putih Orange 1 Putih HijauOrange 2 Hijau
Putih Hijau 3 Putih OrangeBiru 4 Biru
Putih Biru 5 Putih BiruHijau 6 Orange
Putih Coklat 7 Putih CoklatCoklat 8 Coklat
Yang kedua dinamakan dengan jenis sambungan Straight–Through Cable yang
dipakai untuk menghubungkan komputer ke sebuah hub.
Gambar 3.10 Straigh-Through Cable
Untuk penyambungan kabel UTP ke konektor RJ-45 dengan metode Straigh-
Through Cable, urutan kabelnya adalah :
Tabel 3.2 Urutan Straigh-Through Cable
Konektor 1 Urutan kabel Konektor 2
Putih Orange 1 Putih OrangeOrange 2 Orange
Putih Hijau 3 Putih HijauBiru 4 Biru
Putih Biru 5 Putih BiruHijau 6 Hijau
Putih Coklat 7 Putih CoklatCoklat 8 Coklat
3.5 Konfigurasi Jaringan LAN Di Anjungan Jawa Barat
Untuk dapat memasuki jaringan LAN dan terkoneksi dengan komponen jaringan
yang lain maka setiap komputer harus mempunyai Network ID atau lebih dikenal
dengan nama IP Address.
Untuk memberikan IP Address maka setiap workstastion harus diberi nama
komputer untuk memastikan bahwa komputer yang dipakai dapat dikenali oleh pemakai
komputer lain yang terhubung di dalam jaringan komputer. Nama komputer yang
diberikan harus nama yang unik untuk menghindari tumpang tindih dengan komputer
yang lain di dalam jaringan.
Setelah semua komputer sudah diberi nama komputer, maka langkah selanjutnya
adalah mengkonfigurasi TCP/IP. TCP/IP harus dikonfigurasikan terlebih dahulu agar
setiap komponen jaringan bisa berkomunikasi di dalam jaringan komputer. IP address
harus unik (berbeda dengan komputer lain), subnet mask digunakan untuk membedakan
network ID dari host ID.
IP address adalah alamat yang diberikan pada jaringan komputer dan peralatan
jaringan yang menggunakan protokol TCP/IP. IP address terdiri atas 32 bit angka biner
yang dapat dituliskan sebagai empat kelompok angka desimal yang dipisahkan oleh
tanda titik seperti 192.168.0.1.
Tabel 3.3 Contoh IP Address
NETWORK ID HOST ID
192 168 0 1
IP address terdiri atas dua bagian yaitu network ID dan host ID, dimana network
ID menentukan alamat jaringan komputer, sedangkan host ID menentukan alamat host
(komputer, router, switch). Oleh sebab itu IP address memberikan alamat lengkap suatu
host beserta alamat jaringan di mana host itu berada.
Alamat IP komputer utama (server) pada Anjungan Jawa Barat menggunakan
192.168.0.1 dan IP selanjutnya digunakan pada tiap-tiap komputer pada setiap bagian
kantor. Untuk kantor Tata Usaha menggunakan alamat IP 192.168.0.3 – 192.168.0.10,
untuk kantor Promosi menggunakan alamat IP 192.168.0.11 – 192.168.0.20, dan untuk
kantor Pergelaran menggunakan alamat IP 192.168.0.21 – 192.168.0.30.
Tabel 3.4 IP Address Perangkat Di Anjungan Jawa Barat
Nama Perangkat IP Address
RUANG KEPALA BALAI
Server 192.168.0.1
Kepala Balai 192.168.0.2
RUANG TATA USAHA
Kasubag Tata Usaha 192.168.0.3
Administrasi Kepegawaian 192.168.0.4
Kepegawaian 192.168.0.5
Bendaharawan 192.168.0.6
Pelaksana tata usaha 192.168.0.7
Operator Komputer 192.168.0.8
Arsiparis 192.168.0.9
Pengurus Properti 192.168.0.10
RUANG PROMOSI
Kasi Pameran 192.168.0.11
Penyusun Program Pameran 192.168.0.12
Pelayan Informasi 192.168.0.13
Operator Website 192.168.0.14
RUANG PAGELARAN
Kasi Pagelaran 192.168.0.21
Pelaksana Pagelaran 192.168.0.22
Pemelihara Pagelaran 192.168.0.23
Penyaji Data 192.168.0.24
Petugas Pelayanan 192.168.0.25
Setelah semua komputer sudah diberi IP Address, maka langkah selanjutnya
adalah menguji koneksi dengan komputer lain dengan fasilitas yang ada pada sistem
operasi yang digunakan.
Apabila semua koneksi sudah terkonfigurasi dengan baik, maka hubungan antar
workstation sudah dapat berjalan dan digunakan sesuai dengan kebutuhan.
3.6 Pemeliharaan Jaringan LAN Di Anjungan Jawa Barat
Ketika jaringan telah menyala dan dapat berjalan sesuai rencana, maka harus
dilanjutkan ke tahapan berikutnya, yaitu tahapan pemeliharaan, karena jaringan yang
sudah dibangun harus dapat dijamain kinerjanya sesuai dengan standar pelayanan yang
diinginakn. Oleh karena itu, harus disiapkan tahapan pemeliharaan jaringan dan
menjaganya agar tetap berfungsi. Jadi, perlu diketahui bagaimana mengatasi masalah
pada waktu masalah tersebut muncul dan harus diketahui kapan perubahan suatu
jaringan dilakukan agar dapat memenuhi permintaan. Pandangan terhadap jaringan itu
penting. Jaringan adalah sekumpulan perangkat yang berhubungan satu sama lain untuk
menyediakan komunikasi. Ketika kita melihat jaringan, haruslah secara keseluruhan
bukan individu.
Dengan kata lain, masing-masing perangkat pada jaringan mempengaruhi
perangkat lain dan jaringan secara keseluruhan. Tidak ada yang diisolasi ketika
dihubungkan ke jaringan. Jika server jaringan menggunakan protokol TCP/IP dan host-
nya tidak, mereka tidak akan dapat berkomunikasi. Jika jaringan bekerja bagus dan
admnistrator hanya mengubah protokol pada satu sisi, jaringan berhenti bekerja. Satu
perangkat mempengaruhi bagaimana perangkat lain bekerja. Contoh lain misalnya DNS
server dengan alamat IP 192.168.0.1. Semua host dikonfigurasi untuk mencari DNS
server pada alamat IP tersebut. Jika administrator jaringan mengubah alamat IP DNS
tanpa mengubah host, maka mereka tidak lagi mempunyai layanan DNS. Hal penting
yang perlu diingat pada waktu menangani jaringan adalah dengan melihatnya sebagai
satu kelompok perangkat individu yang saling terhubung dan Ini juga berlaku untuk
Wide Area Network yang digunakan pada waktu terhubung ke Internet. Perubahan yang
dilakukan ke router akan dapat mempengaruhi efisiensi dan keandalan komunikasi
seluruh sistem.
3.6.1 Biaya Jaringan
Administrasi jaringan meliputi banyak tanggung jawab, termasuk analisis biaya.
Ini berarti tidak hanya biaya desain dan implementasi jaringan, tetapi juga biaya
pemeliharaan, upgrade, dan monitoring jaringan. Menentukan biaya instalasi jaringan
bukanlah tugas yang sulit bagi sebagian besar administrator jaringan. Daftar perangkat
dan harga sudah tersedia, biaya tenaga kerja dapat dihitung menggunakan rating tetap.
Berikut adalah beberapa faktor biaya lain yang harus dipertimbangkan:
pertumbuhan jaringan; pelatihan teknisi dan user; dan penggunaan software. Biaya-
biaya ini jauh lebih sulit diperkirakan dibanding biaya membangun jaringan.
Administrator jaringan harus bisa melihat historis trend dan pertumbuhan perusahaan
untuk memperkirakan biaya pertumbuhan jaringan. Seorang manajer harus melihat
software dan hardware baru untuk menentukan apakah perusahaan akan
mengimplementasikan mereka dan kapan, termasuk pelatihan para staf untuk
mendukung teknologi baru tersebut.
Biaya peralatan untuk operasional yang kritis juga perlu dimasukkan ke dalam
biaya pemeliharaan jaringan. Apabila perusahaan berbasis Internet yang menggunakan
satu router untuk terhubung ke Internet maka jika router tersebut tidak berfungsi,
perusahaan tersebut tidak dapat melakukan kegiatan sampai router diganti. Ini bisa
menyebabkan perusahaan menderita jutaan rupiah karena kehilangan penjualan.
Administrator jaringan haruslah menyimpan router cadangan untuk memperkecil waktu
downtime perusahaan.
3.6.2 Laporan Kesalahan
Manajemen jaringan yang efektif memerlukan dokumentasi yang lengkap, oleh
karena itu jika timbul suatu masalah perlu dibuat suatu laporan kesalahan. Laporan ini
digunakan untuk mengumpulkan informasi dasar yang diperlukan untuk
mengidentifikasi dan menentukan masalah, dan juga memberi cara dalam memantau
kemajuan dan solusi akhir dari masalah tersebut. Laporan kesalahan memberikan
pertimbangan kepada manajemen dalam mempekerjakan staf baru, membeli perangkat,
dan memberi pelatihan tambahan. Laporan ini juga memberikan solusi untuk masalah
yang sama yang telah dipecahkan.
3.6.3 Troubleshooting Jaringan
Ketika jaringan dimonitor, perangkat dapat diandalkan, dan user berhati-hati,
namun tetap saja ada hal yang bermasalah. Pertama dan paling penting adalah membuat
catatan. Pembuatan catatan bisa memberikan cara yang jelas dalam mendiagnosis
masalah. Hal ini dapat memberitahu apa yang telah kita coba dan bagaimana
pengaruhnya terhadap masalah. Ini bisa sangat berharga bagi troubleshooter sehingga
usaha yang dilakukan sebelumnya tidak akan diulang lagi.
Membuat catatan juga sangat berharga jika masalah diberikan kepada teknisi
lain supaya mereka tidak melakukan kembali semua pekerjaan yang sudah dilakukan.
Salinan catatan harus disertakan bersama solusi masalah pada waktu trouble ticket
diselesaikan. Ini bisa menjadi referensi untuk masalah serupa yang mungkin terjadi
sehubungan dengan masalah tersebut.
Elemen penting lain dari troubleshooting adalah penamaan (labeling).
Pemberian label terhadap kedua ujung kabel. Label tersebut tidak hanya meliputi nama
kabel, tetapi juga di mana ujung yang lain berada dan penggunaan kabel, misalnya,
untuk suara, data atau video.
Pada waktu troubleshotting, label seperti ini bisa lebih berharga dibanding
catatan pemasangan kabel karena label berada bersama dengan unit dan tidak tersimpan
dalam laci di suatu tempat. Bersama dengan label kabel, pemberian label masing-
masing port pada hub, switch, atau router berikut lokasi, keperluan, dan titik koneksi
akan sangat mempermudah sehingga masalah bisa diatasi.
Semua komponen lain yang dihubungkan ke jaringan juga harus diberi label
seperti lokasi dan keperluan mereka. Dengan label semacam ini, semua komponen bisa
dicari dan keperluan mereka pada jaringan bisa diketahui dengan mudah. Penggunaan
label bersama dokumentasi jaringan akan memberi gambaran lengkap tentang jaringan
dan hubungannya.
Satu hal penting adalah dokumentasi hanya berguna jika berisi informasi
terbaru. Semua perubahan yang dilakukan ke jaringan harus dicatat pada perangkat atau
kabel yang diubah serta dokumentasi yang digunakan untuk menggambarkan jaringan
keseluruhan.
BAB 4
ANALISIS SWOT JARINGAN LAN
Analisis SWOT (SWOT Analysis), yaitu suatu metoda analisis yang digunakan
untuk menganalisis kekuatan, kekurangan, potensi dan kendala, baik yang berasal dari
kondisi internal maupun eksternal serta merumuskan strategi yang didasarkan pada
logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strenghts) dan peluang (opportunities),
namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman
(threats). Sehingga dapat menggambarkan posisi permasalahan untuk menentukan
alternatif tindakan yang harus diambil.
Dalam penelitian ini, penulis mencoba memetakan analisis SWOT berdasarkan
kebutuhan yang ingin dicapai dengan adanya jaringan yang terintregasi yaitu terciptanya
kemudahan berkomunikasi dan berbagi informasi antar pegawai di anjungan jawa barat.
4.1 Analisis Kekuatan dan Kelemahan
Analisis ini menitikberatkan pada bagian internal Anjungan Jawa Barat.
Pengidentifikasian terhadap kekuatan dan kelemahan karena dengan mengetahui setiap
kekuatan dan kelemahan tersebut maka tingkat besarnya manfaat dengan adanya
jaringan di Anjungan Jawa Barat dapat diketahui.
Kekuatan merupakan dasar bagi pelaksanaan kegiatan perusahaan, sedangkan
kelemahan muncul sebagai faktor yang membatasi serta menganggu kinerja jaringan
dalam menjalankan fungsi yang sesungguhnya. Kelemahan ini kadang-kadang tidak
disadari keberadaannya, oleh karena itu kelemahan bukan saja harus diidentifikasi tetapi
harus diikuti oleh kesiapan pihak administrator jaringan untuk menerima kenyataan
bahwa jaringan yang dikelolanya memiliki kelemahan.
4.1.1 Kekuatan
Kekuatan adalah segala hal yang dibutuhkan pada kondisi yang sifatnya internal
organisasi agar supaya kegiatan pemanfaatan jaringan dapat berjalan maksimal.
Berikut ini merupakan kekuatan - kekuatan yang terdapat pada jaringan LAN
Anjungan Jawa Barat :
1. Pegawai Anjungan Jawa Barat sudah terbiasa menggunakan perangkat komputer
(computer friendly).
2. Anjungan Jawa Barat sudah memiliki tenaga ahli yang mengurusi teknologi
informasi.
3. Anjungan Jawa Barat memiliki pos anggaran untuk teknologi informasi.
4.1.2 Kelemahan
Kelemahan adalah terdapatnya kekurangan pada kondisi internal organisasi yang
mengakibatkan kegiatan pemanfaatan jaringan belum maksimal terlaksana. Berikut ini
merupakan kelemahan - kelemahan yang ada pada jaringan LAN Anjungan Jawa Barat :
1. Jarak antar bagian yang relatif jauh.
2. Dengan penggunaan banyak kabel maka instalasi jaringan terlihat tidak rapih.
3. Bila terjadi kerusakan sistem jaringan dan perangkatnya, membutuhkan waktu
lama dalam perbaikkannya karena semua perangkat terhubung dengan kabel.
Tabel 4.1 Analisis SWOT Faktor Internal Jaringan LAN Anjungan Jawa Barat
Kekuatan Kelemahan
1. Pegawai Anjungan Jawa Barat sudah terbiasa menggunakan perangkat komputer (computer friendly).
2. Anjungan Jawa Barat sudah memiliki tenaga ahli yang mengurusi teknologi informasi.
3. Anjungan Jawa Barat memiliki pos anggaran untuk teknologi informasi.
1. Jarak antar bagian yang relatif jauh.
2. Dengan penggunaan banyak kabel maka instalasi jaringan terlihat tidak rapih.
3. Bila terjadi kerusakan sistem jaringan dan perangkatnya, membutuhkan waktu lama dalam perbaikkannya karena semua perangkat terhubung dengan kabel.
4.2 Analisis Peluang dan Ancaman
Peluang dan ancaman merupakan faktor-faktor yang datang dari lingkungan
eksternal perusahaan dan dalam kenyataannya kita akan mengalami kesukaran untuk
membedakan kekuatan dari peluang dan kelemahan dari ancaman. Kesukaran itu
mungkin disebabkan batas antara perusahaan dan lingkungannya tidak selalu tajam dan
ketara dengan jelas. Peluang menunjukkan kondisi lingkungan yang kita harapkan
mempunyai dampak yang menguntungkan bagi kemajuan, sedangkan ancaman
menunjukkan kekuatan yang datang dari lingkungan eksternal yang menimbulkan
kerugian.
4.2.1 Peluang
Peluang adalah faktor-faktor lingkungan luar yang positif, yang dapat dan
mampu mengarahkan pemanfaatan jaringan ke arah yang diharapkan. Peluang yang
dimiliki jaringan LAN Anjungan Jawa Barat adalah :
1. Sudah banyaknya perangkat keras yang bersifat nirkabel.
2. Sudah banyaknya website yang mnyediakan jasa yang berhubungan dengan
teknologi informasi.
3. Pengelola jaringan dapat mengubah sistem jaringan LAN yang ada menjadi
jaringan WAN (Wide Area Network) dalam upaya memperlancar proses
komunikasi data dengan kantor pusat di Bandung.
4.2.2 Ancaman
Ancaman adalah faktor-faktor lingkungan luar yang mampu menganggu sistem
jaringan yang ada Berikut ini merupakan ancaman - ancaman yang ada pada jaringan
LAN Anjungan Jawa Barat :
1. Pegawai di Anjungan Jawa Barat akan sangat bergantung pada perangkat
komputer.
2. Adanya tutuntan dari kantor pusat akan kecepatan dalam melaporkan evaluasi
kerja.
Tabel 4.2 Analisis SWOT Faktor Eksternal Jaringan LAN Anjungan Jawa Barat
Kekuatan Kelemahan
1. Pegawai Anjungan Jawa Barat sudah terbiasa menggunakan perangkat komputer (computer friendly).
2. Anjungan Jawa Barat sudah memiliki tenaga ahli yang mengurusi teknologi informasi.
1. Jarak antar bagian yang relatif jauh.
2. Dengan penggunaan banyak kabel maka instalasi jaringan terlihat tidak rapih.
3. Anjungan Jawa Barat memiliki pos anggaran untuk teknologi informasi.
3. Bila terjadi kerusakan sistem jaringan dan perangkatnya, membutuhkan waktu lama dalam perbaikkannya karena semua perangkat terhubung dengan kabel.
4.3 Strategi SWOT
Setelah mengetahui faktor-faktor internal dan eksternal perusahaan yang dapat
mempengaruhi dalam pengembangan jaringan LAN pada Anjungan Jawa Barat, maka
dengan memanfaatkan faktor-faktor tersebut dapat diperoleh beberapa strategi yang
mengacu pada analisis SWOT dalam mengembangkan dan memaksimalkan jaringan
tersebut. Strategi tersebut adalah :
1. Strategi SO (Strengths and Opportunities) merupakan strategi pengembangan
jaringan dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk meraih peluang yang ada..
2. Strategi WO (Weaknesses and Opportunities) merupakan strategi yangi
bertujuan untuk memperkecil kelemahan-kelemahan dengan memanfaatkan
peluang yang ada.
3. Strategi ST (Strenghts and Threats) merupakan strategi yang memanfaatkan
seluruh kekuatan untuk mengatasi ancaman yang ada.
4. Strategi WT (Weaknesses and Threats) merupakan strategi yang diarahkan
untuk memperbaiki kelemahan yang ada untuk menghindari ancaman ancaman
yang ada.
Tabel 4.3 Matrik Strategi SWOT Jaringan LAN Anjungan Jawa Barat
Strengths (S) Weaknesses (W)
Oportunities (O)
Strategi SO
1. Mengoptimalkan penggunaan perangkat teknologi informasi dalam menunjang kinerja pegawai Anjungan Jawa Barat.
2. Mengimplementasikan jaringan WAN untuk efisiensi kinerja.
3. Memanfaatkan anggaran yang ada untuk memaksimalkan fungsi dari jaringan.
Strategi WO
1. Mengembangkan jaringan yang ada menggunakan perangkat yang bersifat nirkabel untuk mengurangi resiko yang mungkin terjadi dari penggunaan media transmisi yang berupa kabel.
Threats (T)
Strategi ST
1. Memanfaatkan cloud computing untuk backup data dalam mengurangi resiko kehilangan.
2. Memelihara dan melakukan troubleshooting secara berkala untuk ketepatan dan kecepatan dalam
Strategi WT
1. Membuat perancangan jaringan sesuai kebutuhan untuk peningkatan kinerja pegawai
pengiriman laporan evaluasi.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab – bab
sebelumnya, maka penyusun menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Jaringan komputer merupakan kumpulan perangkat komputer dan perangkat
lunak lainnya yang terhubung melalui kabel sebagai media sharing informasi
dan data maupun sharing hardware dan software.
2. Arsitektur jaringan LAN yang digunakan di Anjungan Jawa Barat Taman Mini
Indonesia Indah menggunakan topologi bintang dan telah terkonfigurasi dengan
cukup baik.
3. Jaringan LAN telah banyak memberikan manfaat bagi pegawai dalam
menyelesaikan tugas – tugasnya.
4. Proteksi dan pemeliharaan komponen jaringan menjadi salah satu faktor penting
untuk dapat memperpanjang usia koneksi jaringan LAN di Anjungan Jawa Barat
Taman Mini Indonesia Indah.
5. Telah adanya SDM yang mampu menangani masalah sistem jaringan LAN yang
ada pada Anjungan Jawa Barat Taman Mini Indonesia Indah sehingga bila
terjadi gangguan atau kerusakan pada jaringan dapat langsung diatasi.
5.2 Saran
Jaringan LAN pada Anjungan Jawa Barat Taman Mini Indonesia Indah sudah
sangat teratur, tapi penyusun memiliki saran-saran yang diharapkan dapat menjadi
masukan yang baik bagi Anjungan Jawa Barat Taman Mini Indonesia Indah untuk dapat
diimplementasikan dalam pengembangan sistem jaringan LAN yang ada. Berikut ini
adalah beberapa saran dari penulis:
1. Untuk meminimalisasi resiko yang mungkin terjadi dari penggunaan media
transmisi yang berupa kabel pada jaringan LAN yang terkonfigurasi maka akan
lebih baik kalau dilakukan perubahan sistem jaringan LAN menjadi WLAN
(Wireless Local Area Network). Jaringan WLAN ini diharapkan dapat
dimanfaatkan secara maksimal agar dapat dirasakan dampak positifnya.
Dampak positif dari jaringan WLAN ini adalah agar bila terjadi kerusakan pada
sistem jaringan dapat terdeteksi dengan lebih cepat dan untuk lebih menambah
kerapihan dengan minimnya penggunaan kabel.
2. Perlu adanya dokumentasi jaringan secara kontinyu agar maintenance dan
upgrade jaringan lebih teratur.
Semoga saran ini dapat diterima dengan baik demi kelancaran operasional
perusahaan. Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh Staf Anjungan
Jawa Barat Taman Mini Indonesia Indah atas kesempatan yang diberikan untuk
melakukan kegiatan kuliah kerja praktek hingga laporan ini dapat tersusun dengan baik.
PT. ASABRI (Persero) merupakan Perusahaan Milik Negara yang berbentuk
Perseroan Terbatas dimana seluruh sahamnya dimiliki oleh negara yang diwakili oleh
Menteri Negara BUMN selaku Pemegang Saham atau RUPS berdasarkan PP No. 64
Tahun 2001 tentang pengalihan kedudukan, tugas, dan wewenang Menteri Keuangan
pada Perusahaan Perseroan (Persero), Perusahaan Umum (Perum), dan Perusahaan
Jawatan (Perjan) kepada Menteri Perusahaan Milik Negara.
2.5 Filosofi PT. ASABRI (Persero)
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha
Perasuransian, menurut jenis usaha PT. ASABRI (Persero) merupakan asuransi jiwa,
sedangkan menurut sifat penyelenggaraan usahanya PT. ASABRI (Persero) bersifat
sosial, sehingga dapat dikatakan bahwa PT. ASABRI (Persero) adalah perusahaan
asuransi jiwa yang bersifat sosial yang diselenggarakan secara wajib berdasarkan
Undang-Undang dan memberikan perlindungan dasar untuk kepentingan TNI/Polri.
Seperti perusahaan asuransi sosial pada umumnya, penyelenggaraan kegiatan
asuransi PT. ASABRI (Persero) menekankan pada prinsip dasar asuransi yaitu
kegotongroyongan, dimana yang muda membangun yang lemah, yang berpenghasilan
tinggi membantu yang berpenghasilan rendah, yang beresiko rendah membantu yang
beresiko tinggi, yang sehat membantu yang sakit.
2.6 Visi Perusahaan
Visi Perusahaan adalah menjadi perusahaan pengelola asuransi sosial tingkat
nasional yang mampu memberikan manfaat/jaminan yang memadai bagi peserta dengan
tetap memelihara kinerja perusahaan dan kesejahteraan pegawai.
2.6 Misi Perusahaan
Misi Perusahaan adalah meningkatkan kesejahteraan Prajurit TNI, Anggota Polri
dan PNS Kemhan/Polri dengan memberikan perlindungan terhadap risiko karena
berkurang atau hilangnya penghasilan peserta yang bersangkutan melalui
penyelenggaraan asuransi sosial di lingkungan Kemhan, TNI dan Polri secara wajib
serta dengan memperhatikan kinerja perusahaan tetap sehat, peningkatan produktivitas
pegawai dan kemanfaatan bagi stakeholder.
2.7 Tugas Perusahaan
Secara makro PT ASABRI (Persero) bertugas mendukung program pemerintah
di bidang ekonomi dan pembangunan nasional melalui penanaman dana investasi dan
Program Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi (PUKK), yang kemudian menjadi
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL).
Secara mikro PT ASABRI (Persero) bertugas menunjang upaya meningkatkan
kesejahteraan Prajurit TNI, Anggota Polri, dan PNS Kemhan/Polri beserta keluarganya
melalui penyelenggaraan :
a. Program Asuransi
Program asuransi diselenggarakan terhitung mulai tanggal 1 Agustus 1971
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1971 dan diperbaharui
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 67 tahun 1991.
b. Pembayaran Pensiun
Pembayaran pensiun diselenggarakan terhitung mulai tanggal 1 April 1989
berdasarkan Kepmenkeu Nomor 13/KMK.013/1989 tanggal 4 Januari 1989
dan Surat Keputusan Menhankam Nomor Skep /140/I/1989 tanggal 19
Januari 1989.
2.8 Peserta Asabri
Sesuai pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1971 yang diperbaharui
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 1991, setiap Prajurit TNI, Anggota Polri
dan PNS Kemhan/Polri wajib menjadi peserta ASABRI. Khusus untuk Calon Pegawai
Negeri Sipil (Capeg) terhitung mulai tanggal 1 April 1977 wajib menjadi Peserta
ASABRI sesuai Surat Edaran Menhankam/Pangab Nomor SE/04/III/1977.
2.9 Masa Kepesertaan
Kepesertaan ASABRI dimulai sejak tanggal diterbitkannya surat keputusan
pengangkatan pertama menjadi Prajurit TNI, Anggota Polri dan PNS Kemhan/Polri
sampai dengan yang bersangkutan pensiun, berhenti, atau meninggal dunia. Mengingat
PT ASABRI (Persero) mulai beroperasi tanggal 1 Agustus 1971, maka :
a. Bagi Prajurit TNI, Anggota Polri dan PNS Kemhan/Polri yang surat
keputusan pengangkatan pertamanya terbit pada tanggal 1 Juli 1961 atau
sebelumnya, tanggal kepesertaannya ditetapkan terhitung mulai tanggal 1
Juli 1961 atau sejak terbentuknya TASPEN.
b. Bagi Prajurit TNI, Anggota Polri dan PNS Kemhan/Polri yang surat
keputusan pengangkatan pertamanya terbit setelah tanggal 1 Juli 1961,
tanggal kepesertaannya ditetapkan sesuai surat keputusan pengangkatan
pertama tersebut.
2.10 Kewajiban dan Hak Peserta Asuransi Asabri
a. Kewajiban : Berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor
56 Tahun1974 dan yang terakhir dengan Keputusan Presiden Republik
Indonesia Nomor 8 Tahun 1977 tentang perubahan dan Tambahan atas
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 1974 tentang
Pembagian, Penggunaan, Cara Pemotongan, Penyetoran, dan besarnya
iuran-iuran yang dipungut dari Pegawai Negeri, Pejabat Negara, dan
Penerima Pensiun. Kewajiban Peserta adalah memberikan iuran sebesar
3,25 % dari gaji pokok + tunjangan istri + tunjangan anak.
b. Hak : Peserta ASABRI yang terdiri dari Prajurit TNI, Anggota Polri dan
PNS Kemhan/Polri baik aktif maupun pensiun beserta keluarganya berhak
mendapatkan manfaat santunan sesuai peraturan yang berlaku serta
pelayanan pembayaran pensiun.
BAB 3
ANALISIS SISTEM ANTREAN
LOKET SANTUNAN PT. ASABRI (PERSERO)
3.1 Pengertian Sistem Antrean
Berdasarkan pendapat Munawar M Yusro, dkk (2005, p2) mengatakan bahwa
sistem antrean adalah kedatangan pelanggan atau peserta untuk mendapatkan pelayanan,
menunggu untuk dilayani jika fasilitas pelayanan (server) masih sibuk, mendapatkan
pelayanan dan kemudian meninggalkan sistem setelah dilayani. Dari sudut pandang
pihak perusahaan, efisiensi sistem dapat diestimasikan dengan mengevaluasi ukuran
waktu rata-rata dari antrean tunggal (single queue) atau antrean terpisah. Pihak
perusahaan juga dapat mengestimasikan fraksi waktu yang digunakan oleh tiap server
dalam satu hari kerja untuk tiap-tiap model antrean (Setiawan, 1997). Simulasi
diperlukan untuk menjaga statistik yang memungkinkan pembuatan estimasi bagi
peningkatan kinerja pelayanan perusahaan tersebut.
3.1.1 Gambaran Umum Sistem Antrean
Gambaran umum sistem antrean merupakan suatu gambaran sistem antrean yang
secara umum diimplementasikan di dalam suatu instansi tertentu dalam berbagai bidang
kehidupan, menurut Dimyati (2002) gambaran sistem antrean sebagai berikut :
Gambar 1.2 Gambaran Umum Sistem Antrean
Proses didalam gambar diatas menjelaskan bahwa status sumber input pada
tahap pertama adalah yang butuh dilayani. Selanjutnya mereka akan mengantre sesuai
dengan mekanisme palayanan yang ada pada suatu bidang bisnis. Sumber input akan
berubah statusnya menjadi yang telah dilayani ketika semua kebutuhannya telah
diproses.
Sumber input merupakan para pengantre pada suatu proses pelayanan dalam
semua bidang bisnis yang menimbulkan suatu antrean. Sumber input yang butuh untuk
dilayani akan dilayani suatu servicer yang telah siap di dalam suatu loket/tempat
pelayanan lainnya.
Mekanisme pelayanan dapat berbeda satu sama lain, tergantung kepada jenis
proses bisnis yang ada. Mekanisme pelayanan biasanya disesuaikan dengan keadaan
suatu perusahaan.
3.1.2 Karakteristik Sistem Antrean
Sistem antrean mempunyai karakteristik, terdapat tiga komponen dalam suatu
sistem antrean yaitu :
1. Kedatangan populasi yang akan dilayani (calling population).
2. Antrean.
3. Fasilitas Pelayanan (tata letak antrean, disiplin antrean dan lama
pelayanan).
Kita dapat memahami suatu sistem antrean yang terdapat dalam suatu proses
bisnis apabila mengetahui tiga komponen sistem antrean dan modelnya.
3.1.3 Model Sistem Antrean
Sistem antrean merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu pelayanan,
karena merupakan salah satu ukuran efisien atau tidaknya kinerja suatu pelayanan.
Sistem antrean mempunyai berbagai jenis model yang disesuaikan dengan keadaan
pelayanan suatu bisnis mulai dari pelayanan yang kompleks sampai pelayanan yang
hanya membutuhkan satu phase atau tahapan. Berikut ini jenis-jenis model sistem
antrean yang ada menurut Fitri, Elida (2009, pp14-16) :
1. Single Channel , Single Phase
Gambar 1.3 Antrean Single Channel, Single Phase
Model sistem antrean single channel, single phase merupakan model antrean
dengan satu pemberi layanan atau satu loket dan memiliki satu jenis
pelayanan. Pengantre pada jenis pelayanan ini hanya mendapat satu kali
proses dan tidak perlu mendapat proses pelayanan selanjutnya karena
seluruh kebutuhannya telah dipenuhi dalam tahap pertama. Contoh
pelayanan single channel, single phase diantaranya :
a. Pelayanan setoran tunai di bank yang diproses oleh satu teller dan
hanya memiliki satu loket.
b. Pelayanan pembayaran listrik yang hanya memiliki satu pemberi
layanan.
c. Pelayanan klaim asuransi yang hanya memiliki satu loket.
2. Single Channel, Multi Phase
Gambar 1.4. Antrean Single Channel, Multi Phase
Model sistem antrean single channel, multi phase merupakan model antrean
dengan satu servicer dalam setiap jenis pelayanan atau satu loket dan
memiliki lebih dari satu jenis pelayanan untuk diselesaikan. Pengantre pada
jenis pelayanan ini mendapat lebih dari satu kali proses secara bertahap
sampai kebutuhannya terpenuhi. Setelah mendapat pelayanan pada tahap
pertama, pengantre diwajibkan untuk melanjutkan proses pelayanan ke tahap
selanjutnya sampai pelayanannya selesai. Contoh pelayanan single channel,
multi phase diantaranya :
a. Pelayanan perpanjangan masa pakai STNK (Surat Tanda Nomor
Kendaraan) di kantor samsat yang mempunyai hanya satu loket
dalam setiap tahapan pelayanannya (tahap 1 : antre pengajuan berkas,
tahap 2 : antre pembayaran administrasi, tahap 3 : antre pengambilan
STNK baru).
b. Pelayanan klinik kesehatan yang mempunyai hanya satu loket dalam
setiap tahapan pelayanannya (tahap 1 : antre pemanggilan giliran
diagnosa, tahap 2 : antre pengambilan obat di apotek klinik).
3. Multi Channel, Single Phase
Gambar 1.5 Antrean Multi Channel, Single Phase
Model sistem antrean multi channel, single phase merupakan model antrean
dengan lebih dari satu pemberi layanan atau lebih dari satu loket dan
memiliki satu jenis pelayanan untuk diselesaikan. Pengantre pada jenis
pelayanan ini mendapat satu kali proses pelayanan. Pada tahap pertama
kebutuhan pengantre bisa langsung diselesaikan. Model sistem antrean ini
mirip dengan model sistem single channel, single phase karena hanya
memiliki satu tahapan yang harus dijalankan. Perbedaannya hanya terletak
pada jumlah jalur atau loket yang dapat digunakan. Contoh pelayanan multi
channel, single phase diantaranya :
a. Pelayanan pembayaran uang administrasi di loket jalan bebas
hambatan yang memiliki banyak loket.
b. Pelayanan penggunaan ATM (Auto Teller Machine) yang memiliki
fasilitas lebih dari satu mesin yang dapat digunakan pengantre.
4. Multi Channel , Multi Phase
Gambar 1.6 Antrean Multi Channel, Multi Phase
Model sistem antrean multi channel, multi phase merupakan model antrean
dengan lebih dari satu pemberi layanan dalam tiap tahap pelayanan atau
lebih dari satu loket dan memiliki lebih dari satu jenis pelayanan yang harus
diselesaikan. Pengantre pada jenis pelayanan ini mendapat lebih dari satu
kali proses secara bertahap sampai kebutuhannya terpenuhi. Setelah
mendapat pelayanan pada tahap pertama, pengantre diwajibkan untuk
melanjutkan proses pelayanan ke tahap selanjutnya sampai pelayanannya
selesai. Model sistem antrean ini mirip dengan model sistem single channel,
multi phase. Perbedaanya hanya terdapat pada jumlah pemberi layanan
dalam setiap tahap. Contoh pelayanan multi channel, multi phase
diantaranya :
a. Pelayanan perpanjangan masa pakai SIM (Surat Izin Mengemudi) di
kantor samsat yang mempunyai lebih dari satu loket dalam setiap
tahapan pelayanannya (tahap 1 : antre pengajuan berkas, tahap 2 :
antre pembayaran administrasi, tahap 3 : antre pengambilan SIM
baru).
b. Pelayanan klinik kesehatan yang mempunyai lebih dari satu loket
dalam setiap tahapan pelayanannya (tahap 1 : antre pemanggilan
giliran diagnosa, tahap 2 : antre pengambilan obat di apotek klinik).
3.2 Sistem Antrean yang Berjalan
3.2.1 Jenis Pelayanan Asuransi
Peserta atau pemohon yang datang ke loket santunan PT. ASABRI (Persero)
mengajukan berbagai macam klaim. Berikut ini berbagai klaim yang diajukan :
1. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)
a. Manfaat Santunan Cacat Karena Dinas (SCKD)
Diberikan hanya satu kali kepada peserta penyandang cacat jasmani atau
rohani sesuai dengan tingkat dan golongan cacatnya terjadi pada masa
kedinasan dalam tugas operasi yang ditetapkan berdasarkan Surat
Keputusan Panglima TNI atau Kapolri.
b. Manfaat Santunan Cacat Bukan Karena Dinas (SCBKD)
Diberikan hanya satu kali kepada peserta penyandang cacat jasmani atau
rohani yang terjadi pada masa kedinasan diluar tugas operasi sesuai dengan
tingkat dan golongan cacatnya yang ditetapkan berdasarkan Surat
Keputusan Panglima TNI atau Kapolri.
2. Jaminan Hari Tua (JHT)
a. Manfaat Santunan Asuransi (SA)
Manfaat santunan asuransi diberikan kepada peserta yang diberhentikan
dengan hak pensiun atau tunjangan bersifat pensiun. Manfaat santunan ini
baru bisa diklaim saat peserta baru memasuki masa pensiun.
b. Manfaat Santunan Nilai Tunai Asuransi (SNTA)
Manfaat santunan nilai tunai asuransi diberikan kepada peserta yang
diberhentikan tanpa hak pensiun dan ahli waris peserta yang meninggal
dunia dalam status dinas aktif.
3. Jaminan Kematian (JK)
a. Manfaat Santunan Risiko Kematian (SRK)
Diberikan kepada ahli waris dari peserta yang meninggal dunia dalam
status dinas aktif.
b. Manfaat Santunan Risiko Kematian Khusus (SRKK)
Diberikan kepada ahli waris dari peserta yang gugur atau tewas yang
ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Panglima TNI atau Kapolri.
c. Manfaat Santunan Biaya Pemakaman (SBP)
Manfaat santunan biaya pemakaman diberikan kepada ahli waris dari
peserta pensiunan yang meninggal dunia.
d. Manfaat Santunan Biaya Pemakaman Istri/Suami Peserta (SBPI/S)
Manfaat santunan biaya pemakaman istri/suami diberikan kepada ahli
waris dari istri/suami peserta aktif/pensiunan yang meninggal dunia yang
terkait dengan potongan iuran tabungan hari tua.
e. Manfaat Santunan Biaya Pemakaman Anak (SBPA)
Diberikan kepada ahli waris dari anak peserta aktif/pensiunan yang
meninggal dunia yang terkait dengan iuran tabungan hari tua.
3.2.2 Analisis Naratif
Analisis naratif akan menjelaskan antrean pada loket santunan PT. ASABRI
(Persero) dengan bentuk cerita berurut dilihat dari sisi pemohon asuransi ataupun
pemberi layanan Asabri.
1. Berikut ini hasil pengamatan kegiatan pemohon :
Peserta Asabri ataupun keluarga ahli waris peserta bisa juga
disebut sebagai pemohon klaim asuransi, memasuki ruang
pelayanan santunan yang kemudian disebut area antrean.
Pemohon melihat keadaan loket, jika semua loket sedang melayani
pemohon lain, dia diharuskan menunggu sampai terlihat keadaan
salah satu loket kosong.
Jika ada loket kosong, maka pemohon menuju meja pelayanan,
begitu juga dengan pemohon lainnya tanpa ada aturan siapa yang
harus dilayani terlebih dahulu. Pemohon satu dengan yang lain
akan berkompromi siapa yang terlebih dahulu dilayani ketika loket
kosong. Servicer akan mempersilahkan siapapun yang terlebih
dahulu menuju meja pelayanan.
Pemohon segera mengajukan keperluannya kepada servicer.
Pelayanan tergantung dari maksud dan tujuan pemohon. Pemohon
yang datang terdiri dari bermacam keadaan. Pertama, ada yang
membawa berkas pengajuan beserta lampirannya dengan lengkap.
Kedua, pemohon sekedar bertanya prosedur dan persyaratan
pengajuan. Ketiga, pemohon yang membawa berkas tetapi belum
lengkap.
Pada tahap pertama, pemohon dengan berkas lengkap ataupun
berkas yang dirasa cukup selanjutnya diproses, kemudian pada
tahap kedua menunggu surat panggilan pencairan dana.
Selanjutnya pemohon meninggalkan area antrean.
2. Berikut ini kegiatan yang dilakukan oleh pemberi layanan :
Entry surat masuk, penerimaan surat masuk merupakan prosedur
yang pertama kali dikerjakan dalam pelayanan santunan atau
asuransi sebelum diproses ke tahap selanjutnya. Para peserta yang
datang ke loket wajib membawa surat pengajuan permohonan
(SPP) yang telah diisi lengkap dan melampirkan beberapa
persyaratan sesuai dengan produk asuransi yang mereka klaim.
Petugas loket segera memasukan semua data yang ada di dalam
surat pengajuan permohonan ke dalam Sistem Informasi setelah
semua persyaratan telah dipenuhi.
Entry agenda santunan, setelah surat pengajuan permohonan
dimasukkan selanjutnya proses yang dikerjakan adalah
memasukkan data pengajuan santunan yang sumbernya berada di
dalam lampiran-lampiran yang ada. Kegiatan yang satu ini disebut
dengan proses enrtry agenda santunan.
Pencetakan lembar kerja, proses pencetakan lembar kerja adalah
membuat hardcopy dari setiap agenda yang telah dimasukkan ke
dalam Sistem Informasi. Informasi yang disajikan cetakan lembar
kerja adalah data pemohon/pemohon, data peserta asuransi, dan
jumlah perhitungan dana yang akan didapatkan sesuai dengan
produk asuransi yang diklaim. Perhitungan dana yang ada telah
diproses secara otomatis oleh Sistem Informasi berdasarkan data
yang ada di dalam agenda santunan.
Proses validasi, adalah kegiatan pengecekan ulang oleh petugas
loket terhadap lembar kerja dan lampiran-lampiran yang diajukan
oleh pemohon. Proses ini dilakukan untuk mencegah terjadinya
kesalahan dalam perhitungan dana dan berhak atau tidak berhaknya
pemohon untuk mendapatkan dana santunan.
Pencetakan surat panggilan, merupakan proses terakhir dalam
pelayanan peserta asuransi. Setelah semua data telah dianggap
valid, maka peserta asuransi atau pemohon dianggap berhak untuk
menerima sejumlah dana santunan. Surat panggilan yang telah
dicetak akan diserahkan kepada peserta asuransi atau pemohon
untuk kemudian dicairkan di bank. Pihak loket akan memanggil
kembali pemohon untuk menyerahkan surat panggilan dan pada
saat itu semua proses di loket selesai.
3.2.3 Bagan Alir Antrean Loket Santunan
Stop Stop
Stop Start
Bagan alir akan menjelaskan antrean di loket santunan PT. ASABRI (Persero)
dalam bentuk kegiatan pemohon klaim asuransi yang dinyatakan dalam simbol. Setiap
simbol menggambarkan proses tertentu. Bagan alir yang disajikan merupakan bagan alir
yang menggambarkan suatu sistem, bukan merupakan bagan alir suatu program
komputer. Sedangkan hubungan antara proses digambarkan dengan garis penghubung.
Berikut ini gambaran sistem antrean yang ada di loket santunan PT. ASABRI
(Persero) :
Gambar 1.7 Bagan Alir Antrean Loket Santunan PT. ASABRI (Persero)
3.2.4 Kedatangan Populasi yang Akan Dilayani
Apakah ada loket
kosong? ?
Sdc Tunggu giliran/antre
Pip Pilih loket yang kosong
Proses pelayanan
Selalu cek, apakah ada
loket kosong?
Pola kedatangan serta perilaku dari populasi yang akan dilayani dapat diketahui
dari pengamatan sistem antrean yang ada pada suatu kegiatan pelayanan. Setiap
pelayanan yang mengakibatkan suatu antrean memiliki karakteristik masing-masing
sesuai dengan mekanisme pelayanan yang ada. Populasi yang akan dilayani bisa
terbatas (finite) bisa juga tidak terbatas (infinite). Antrean di loket PT. ASABRI
(Persero) termasuk dalam kategori tidak terbatas karena pihak perusahaan tidak
menentukan kuota peserta yang datang untuk mengajukan klaim asuransi.
Pola kedatangan dalam suatu antrean bisa teratur, bisa juga acak (random).
Pengertian dari teratur atau tidaknya terletak pada waktu kedatangan calon pengantre.
Kedatangan yang teratur biasanya ada pada proses manufaktur barang. Calon pengantre
berupa benda atau suatu komponen yang harus diproses di suatu media. Pola
kedatangannya biasanya per satuan waktu yang sama karena telah terprogram oleh
mesin. Pemohon yang datang ke loket santunan PT. ASABRI (Persero) termasuk dalam
kategori kedatangan yang sifatnya acak (random) karena jam kedatangannya tidak
sama. Pola kedatangan yang sifatnya acak dapat digambarkan dengan distribusi statistik
dan dapat ditentukan dua cara yaitu kedatangan per satuan waktu dan distribusi waktu
antar kedatangan.
Penyusun akan menyajikan data kedatangan pemohon asuransi pada loket
santunan PT. ASABRI (Persero) yang didapat berdasarkan pengamatan langsung (data
primer) dan data yang diperoleh dari bagian unit kerja loket (data sekunder).
a. Hasil Literatur dan Wawancara
Data jumlah kedatangan pemohon yang menjadi pengantre dalam hasil
pengamatan ini didapat dari arsip yang berada di PT. ASABRI (Persero). Jumlah
data pemohon yang hadir berdasarkan kepada jumlah klaim yang telah diproses di
loket dan tidak termasuk pemohon dengan tujuan bertanya ataupun membawa
berkas yang tidak lengkap. Dalam proses klaim, pemohon harus melewati dua fase
pelayanan seperti dijelaskan pada sub bab analisis naratif. Pertama adalah pengajuan
berkas dan yang kedua adalah pengambilan surat panggilan dilengkapi dengan
pengisian biodata pemohon pada salinan surat panggilan sebagai bukti sah bahwa
klaim telah diproses.
Pada setiap fase pelayanan, antrean selalu terjadi karena jumlah kedatangan
pemohon yang lumayan banyak dengan proses yang cukup lama yang salah satunya
disebabkan oleh banyaknya parameter yang harus dikerjakan petugas loket. Berikut
ini data kedatangan pemohon dilengkapi dengan lama masing-masing pelayanan
selama dua minggu :
Tabel 2.2 Kedatangan Pemohon Pada Tanggal 28 Nov - 2 Des 2011
Hari dan TanggalSenin
(28)
Selasa
(29)
Rabu
(30)
Kamis
(1)
Jumat
(2)
Jumlah Pemohon 45 51 33 37 32
Lama Pengamatan
(Jam)- - - - -
Rata-rata Lama
Pelayanan Fase 1
(Menit)
2.5 2.5 2.5 2.5 2.5
Rata-rata Lama
Pelayanan Fase 2
1.5 1.5 1.5 1.5 1.5
(Menit)
Rata-rata Lama
Tunggu Fase 1 ke
Fase 2 (Menit)
45 45 45 45 45
Total Lama
Pelayanan (Menit)49 49 49 49 49
Tabel 2.3 Kedatangan Pemohon Pada Tanggal 5 Des - 9 Des 2011
Hari dan TanggalSenin
(5)
Selasa
(6)
Rabu
(7)
Kamis
(8)
Jumat
(9)
Jumlah Pemohon 48 53 73 69 26
Lama Pengamatan
(Jam)- - - - -
Rata-rata Lama
Pelayanan Fase 1
(Menit)
2.5 2.5 2.5 2.5 2.5
Rata-rata Lama
Pelayanan Fase 2
(Menit)
1.5 1.5 1.5 1.5 1.5
Rata-rata Lama
Tunggu Fase 1 ke
45 45 45 45 45
Fase 2 (Menit)
Total Lama
Pelayanan (Menit)49 49 49 49 49
Catatan : Rata-rata lama pelayanan setiap fase dan waktu tunggu antar fase diambil dari hasil
wawancara penyusun dengan salah satu staff loket santunan PT. ASABRI (Persero)
Hasil arsip dan wawancara menunjukan bahwa :
Rata-rata kedatangan pemohon pada hari senin berjumlah 46 jiwa, hari
selasa berjumlah 52 jiwa, hari rabu berjumlah 53 jiwa, hari kamis
berjumlah 53 jiwa, dan hari jumat berjumlah 29 jiwa.
Rata-rata lama pelayanan fase pertama adalah 2.5 menit.
Rata-rata lama pelayanan fase kedua adalah 1.5 menit.
Rata-rata waktu tunggu fase pertama ke fase kedua adalah 45 menit.
Rata-rata total waktu yang dibutuhkan pemohon untuk menyelesaikan
klaimnya adalah 49 menit.
b. Hasil Pengamatan Langsung
Data jumlah kedatangan pemohon yang menjadi pengantre dalam hasil
pengamatan ini didapat dari hasil pengamatan langsung penyusun. Jumlah data
pemohon yang ditampilkan berdasarkan kepada jumlah klaim yang telah diproses di
loket dan tidak termasuk pemohon dengan tujuan bertanya ataupun membawa
berkas yang tidak lengkap.
Tabel 2.4 Kedatangan Pemohon Pada Tanggal 14 Nov - 18 Nov 2011
Hari dan TanggalSenin
(14)
Selasa
(15)
Rabu
(16)
Kamis
(17)
Jumat
(18)
Jumlah Pemohon 42 45 34 41 30
Lama Pengamatan
(Jam)7 7 7 7 7
Rata-rata Lama
Pelayanan Fase 1
(Menit)
2.3 2.4 2.4 2.3 3.0
Rata-rata Lama
Pelayanan Fase 2
(Menit)
1.3 1.3 1.4 1.2 1.1
Rata-rata Lama
Tunggu Fase 1 ke
Fase 2 (Menit)
30 41 41 42 30
Total Lama
Pelayanan (Menit)33.6 44.7 44.8 45.5 34.1
Tabel 2.5 Kedatangan Pemohon Pada Tanggal 21 Nov - 25 Nov 2011
Hari dan TanggalSenin
(21)
Selasa
(22)
Rabu
(23)
Kamis
(24)
Jumat
(25)
Jumlah Pemohon 40 39 39 41 29
Lama Pengamatan
(Jam)7 7 7 7 7
Rata-rata Lama 2.1 2.1 2.2 2.0 2.0
Pelayanan Fase 1
(Menit)
Rata-rata Lama
Pelayanan Fase 2
(Menit)
1.1 1.2 1.2 1.5 2.0
Rata-rata Lama
Tunggu Fase 1 ke
Fase 2 (Menit)
30 31 36 36 30
Total Lama
Pelayanan (Menit)33.2 34.3 39.4 39.5 34
Catatan : Rata-rata lama pelayanan setiap fase dan waktu tunggu antar fase diambil dari hasil
perhitungan penyusun.
Hasil pengamatan penyusun menunjukan bahwa :
Rata-rata kedatangan pemohon pada hari senin berjumlah 41 jiwa, hari
selasa berjumlah 42 jiwa, hari rabu berjumlah 36 (36.5) jiwa, hari kamis
berjumlah 41 jiwa, dan hari jumat berjumlah 29 (29.5) jiwa.
Rata-rata lama pelayanan fase pertama adalah 2.28 menit.
Rata-rata lama pelayanan fase kedua adalah 1.33 menit.
Rata-rata waktu tunggu fase pertama ke fase kedua adalah 34.7 menit.
Rata-rata total waktu yang dibutuhkan pemohon untuk menyelesaikan
klaimnya adalah 38.31 menit.
3.2.5 Fasilitas Pelayanan Antrean
Karakteristik fasilitas pelayanan dapat dilihat dari tiga hal, yaitu tata letak (lay
out) secara fisik dari sistem antrean, disiplin antrean, dan waktu pelayanan.
a. Tata Letak
Tata letak sistem antrean loket santunan PT. ASABRI (Persero) dapat dilihat
dari letak fisik dari sistem antreannya. Tata letak tersebut dapat digambarkan
dengan jumlah saluran atau jalur yang digunakan para pengantre. Jalur yang
digunakan para pengantre akan menentukan jumlah servicer yang ada.
Sesuai dengan hasil pengamatan penyusun, loket santunan PT. ASABRI
(Persero) menggunakan model sistem antrean Multi Channel, Multi Phase. Multi
Channel memiliki pengertian bahwa pelayanan santunan mempunyai lebih dari
satu pemberi layanan atau loket, dan Multi Phase menyatakan bahwa pemohon
harus melewati lebih dari satu tahap pelayanan maka kebutuhannya akan
terpenuhi terlepas dari berapa tahapan yang harus dilewati servicer untuk
memenuhi klaim pemohon. Berikut ini tahapan yang harus dilewati pemohon
untuk mendapatkan santunan :
Fase pertama, pengajuan berkas persyaratan santunan. Pada tahap
pertama pemohon mengantre di area antrean untuk mendapat giliran
pelayanan pengajuan berkas di salah satu dari dua unit loket santunan
yang disediakan. Tahapan pertama bisa dilanjutkan ke tahapan kedua jika
pemohon membawa berkas persyaratan dengan lengkap.
Fase kedua, pemohon dipanggil kembali untuk mengisi biodata lengkap
sebagai tanda terima dan mengambil surat panggilan yang bisa
digunakan sebagai alat bukti sah untuk pengambilan dana di bank. Pihak
Asabri tidak menyerahkan bentuk tunai di loket. Bank yang menjadi
bussines partner dalam pembayaran asuransi atau santunan dengan PT.
ASABRI (Persero) adalah Bank Rakyat Indonesia.
Untuk lebih memperjelas tata letak sistem antrean loket santunan PT.
ASABRI (Persero), penyusun menambahkan gambar disertai dengan penjelasan
masing-masing objek yang terkait yang disajikan dibawah ini :
Gambar 1.8 Tata Letak dan Alur Antrean Loket
Penjelasan objek huruf :
Huruf a yaitu antrean para pemohon santunan. Antrean yang
digambarkan bukan merupakan antrean berdiri yang membentuk
ekor, melainkan antrean yang telah terfasilitasi dengan adanya tempat
duduk, kantin kejujuran, televisi sebagai alat hiburan, serta ruangan
ber-AC.
Huruf b yaitu loket santunan (tempat servicer melayani pengantre
yang datang). Loket santunan dilengkapi dengan masing-masing satu
unit komputer yang sudah terhubung dengan jaringan online PT.
ASABRI (Persero).
Penjelasan objek angka :
Angka 1 merupakan garis berwarna kuning, yaitu jalur pada tahapan
pelayanan pertama. Jalur ini merupakan jalur yang pertama kali harus
ditempuh pemohon. Terdapat dua loket yang dapat dipilih oleh
pemohon.
Angka 2 merupakan garis bewarna merah, yaitu jalur kembali
pemohon setelah melewati fase pertama. Setelah dilayani pada tahap
pertama pemohon kembali ke area antrean untuk mengantre kembali
dan menunggu tahapan pelayanan kedua.
Angka 3 merupakan garis bewarna biru, yaitu jalur yang ditempuh
pemohon untuk mendapatkan pelayanan tahap kedua.
Angka 4 merupakan garis bewarna orange, sebagai tanda proses
telah selesai.
b. Disiplin Antrean
Disiplin antrean ada dua klasifikasi yaitu prioritas dan first come first serve
(FCFS) atau bisa disebut first in first out (FIFO). Disiplin prioritas mempunyai
dua klasifikasi, yaitu preemptive dan non preemptive. Disiplin preemptive
merupakan disiplin antrean dimana ketika seorang servicer sedang melayani
seseorang, kemudian beralih melayani orang yang lain yang diprioritaskan
meskipun belum selesai melayani orang sebelumnya. Sedangkan disiplin non
preemptive menggambarkan situasi dimana servicer akan menyelesaikan suatu
pelayanan orang yang terlebih dahulu tiba kemudian beralih melayani orang
yang diprioritaskan. Sedangkan disiplin first come first serve menggambarkan
bahwa orang yang lebih dahulu datang akan dilayani terlebih dahulu dilayani.
Pada umumnya disiplin first come first serve atau first in first out merupakan
disiplin antrean yang adil dalam kasus antrean karena memang seharusnya orang
yang terlebih dahulu harus dilayani lebih awal. Disiplin ini tidak akan
menimbulkan suatu konflik antara pengantre karena sudah ada pembagian
kesempatan yang adil.
Berdasarkan hasil pengamatan penyusun, secara umum loket santunan PT.
ASABRI (Persero) menerapkan antrean first come first serve/first in first out
sebagai disiplin antreannya. Pemohon yang datang terlebih dahulu akan dilayani
lebih awal walaupun pada kenyataannya tidak selalu seperti itu dengan melihat
beberapa faktor yang ada. Berikut ini beberapa faktor yang menjadi sebab
antrean di loket Asabri tidak selalu bersifat first come first serve :
Pemohon yang lebih awal datang tidak langsung menuju loket, tetapi
hanya duduk diam di area antrean karena tidak mengerti akan sistem
pelayanan yang diterapkan. Biasanya pemohon yang seperti ini adalah
peserta asuransi itu sendiri yang rata-rata merupakan para manula,
terlebih lagi mereka datang sendiri dan tidak ditemani keluarga ataupun
ahli waris.
Pemohon yang datang lebih awal mengalah kepada pemohon/pengantre
lainnya yang berselisih jarak datang yang tipis. Seperti penjelasan pada
analisis naratif dalam sub bab 3.2.2 terjadi kompromi pemohon satu
dengan yang lain disaat salah satu loket kosong atau telah melayani
pemohon lain.
Pemohon yang datang lebih awal melakukan reneging, yaitu situasi
dimana pemohon masuk dalam antrean namun belum memperoleh
pelayanan, kemudian meninggalkan antrean tersebut.
c. Lama Pelayanan
Lama pelayanan sangat bepengaruh dalam suatu sistem antrean, karena akan
menentukan lamanya para pengantre untuk mendapat gilirannya. Pada umumnya
semua orang mengharapkan suatu pelayanan yang cepat dan nyaman. Tetapi
semua kembali lagi kepada mekanisme pelayanan yang ada dalam setiap
organisasi.
Selain kedatangan pemohon yang banyak, yang menjadi faktor penyebab
timbulnya antrean pada loket santunan PT. ASABRI (Persero) adalah
mekanisme pelayanannya. Petugas loket butuh waktu cukup lama untuk
memproses satu klaim pemohon, dikarenakan parameter yang harus diproses
cukup banyak. Tidak seperti pelayanan teller di bank yang hanya menerima
setoran dan memasukannya kedalam akun tabungan nasabah ataupun pelayanan
pembayaran listrik di loket. Oleh karena itu para pengantre akan menunggu
cukup lama untuk memperoleh haknya.
Adapun beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab kurang cepatnya
pelayanan petugas loket, diantaranya :
Kedatangan populasi yang dilayani, banyaknya pemohon yang
datang akan menyebabkan antrean.
Terkadang komputer yang digunakan petugas tidak dapat
terhubung dengan Internal Network, dikarenakan adanya masalah.
Hal ini menyebabkan klaim belum dapat diproses, karena
pelayanan asuransi Asabri telah menggunakan sistem
terotomatisasi.
Data peserta yang mengajukan klaim belum ada di dalam database
digital Asabri, oleh karena itu harus dicari secara manual.
3.3 Analisis Permasalahan
Setelah mengamati sistem antrean yang berjalan pada loket santunan PT.
ASABRI (Persero) penyusun menemukan adanya permasalahan di tengah pelayanan
umum loket yang umumnya baik dengan segala fasilitasnya. Analisis pada sub bab ini
akan menjelaskan permasalahan apa saja yang seharusnya menjadi perhatian demi
meningkatkan pelayanan PT. ASABRI (Persero) sebagai perusahaan asuransi
pemerintah yang terdepan. Adapun permasalahan yang ada sebagai berikut :
a. Tidak adanya bagian informasi tersendiri yang menjadi sarana pelayanan
pertanyaan-pertanyaan mengenai persyaratan pengajuan. Hal ini menyebabkan
pemohon yang hanya ingin bertanya harus ikut di dalam area antrean pengajuan
santunan, ini merupakan hal yang kurang efektif.
b. Displin antrean yang kurang maksimal secara sistem, model sistem antrean first
come first serve yang adil belum dapat diterapkan secara baik. Tentunya hal ini
sangat berpengaruh terhadap Customer Relationship Menagement perusahaan
dan peserta.
c. Sistem antrean yang kurang informatif, mengenai siapa yang sedang dilayani
dan kapan giliran pemohon lain dilayani. Hal ini tentunya sangat berdampak
besar bagi pelayanan. Andai saja pemohon memiliki nomor antrean dengan
pemberitahuan nomor antrean yang sedang dilayani tentunya pemohon dapat
membuat estimasi kapan tiba saatnya mereka akan dilayani sehingga tidak selalu
harus menunggu di area antrean. Mereka bisa melakukan keperluan lain dan
meninggalkan area antrean karena mereka telah memiliki hak giliran yang tidak
bisa diganggu gugat berupa nomor antrean.
BAB 4
ANALISIS SWOT SISTEM ANTREAN
LOKET SANTUNAN PT. ASABRI (PERSERO)
2.1 Pengertian Analisis SWOT
(menurut) Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan
untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang
(opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis.
Keempat faktor itulah yang membentuk akronim SWOT (strengths, weaknesses,
opportunities, dan threats). Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari
spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang
mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut.
Analisis SWOT bisa digunakan untuk menilai suatu permasalahan di dalam
sistem dari 4 sudut pandang yang berbeda, yaitu kekuatan (strengths), kelemahan
(weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats). Adapun kekuatan dan
kelemahan akan mengidentifikasi faktor internal sistem, sedangkan peluang dan
ancaman berguna untuk mengidentifikasi faktor eksternal sistem. Hasil dari analisis
SWOT ini bisa berupa rekomendasi/arahan untuk meningkatkan kekuatan dan
menambah keuntungan dari peluang yang ada, dan juga mengurangi kekurangan dan
menghindari ancamannya yang akan merugikan sistem yang sedang berjalan.
Berikut ini penyusun akan membahas mengenai SWOT yang ada pada sistem
yang penyusun amati, yaitu Sistem Antrean Loket Santunan PT. ASABRI (Persero).
2.2 Kekuatan dan Kelemahan
Kekuatan dan kelemahan yang ada pada Sistem Antrean Loket Santunan PT.
ASABRI (Persero) merupakan faktor internal yang terdapat dalam sistem itu sendiri.
Berikut akan dijelaskan tentang kekuatan dan kelemahan dari sistem tersebut.
2.2.1 Kekuatan
Kekuatan merupakan suatu kelebihan yang menguntungkan dan akan berdampak
baik bagi suatu sistem. Dengan mengetahui kelebihan dari suatu sistem maka kita dapat
lebih mudah untuk meningkatkan kekuatannya untuk bisa menjadikan sistem menjadi
lebih baik. Adapun kekuatan dari Sistem Antrean Loket Santunan PT. ASABRI
(Persero) merupakan kelebihan yang ada pada sistem sehingga bisa memberikan
pelayanan yang baik kepada anggota peserta dalam pelayanan asuransi.
Berikut ini merupakan kekuatan-kekuatan yang terdapat pada Sistem Antrean
Loket Santunan PT. ASABRI (Persero) :
a. Loket Santunan PT. ASABRI (Persero) menyediakan fasilitas penghilang kejenuhan
yang baik. Seperti televisi, kursi tunggu, ruangan ber-Ac, surat kabar, dsb. Hal ini
tentunya dapat memberikan kenyamanan dan hiburan kepada para pengantre yang
sedang menunggu gilirannya dilayani. Pihak perusahaan tentunya telah mengetahui
bahwa proses klaim para pesertanya membutuhkan waktu yang cukup lama, oleh
karena itu diusahakan sebaik mungkin untuk menyediakan fasilitas yang nyaman.
b. Mempunyai sistem pengolahan data klaim yang telah terotomatisasi dan berbasis
jaringan online. Sistem tersebut dapat lebih mempercepat proses klaim.
c. Memiliki lebih dari satu loket, dengan begitu pelayanan dapat dilakukan lebih dari
satu jalur sehingga dapat meminimalisir terjadinya antrean pada saat kedatangan
para peserta atau pemohon begitu banyak.
d. Mempunyai hanya dua fase pelayanan, tentunya hal ini dapat menjadi nilai tambah
karena kemudahan dalam pelayanan klaim. Para pemohon asuransi tidak harus
melewati tahapan yang berbelit-belit untuk mendapatkan haknya.
2.2.2 Kelemahan
Kelemahan merupakan keterbatasan atau kekurangan yang dimiliki oleh sistem,
dalam hal ini adalah Sistem Antrean Loket Santunan PT. ASABRI (Persero). Adapun
kelemahan-kelemahan dari Sistem Antrean Loket Santunan PT. ASABRI (Persero)
antara lain adalah sebagai berikut:
a. Tidak adanya bagian informasi tersendiri yang menjadi sarana pelayanan
pertanyaan-pertanyaan mengenai persyaratan pengajuan. Hal ini menyebabkan
pemohon yang hanya ingin bertanya harus ikut di dalam area antrean pengajuan
santunan, ini merupakan hal yang kurang efektif.
b. Disiplin antrean yang kurang maksimal secara sistem, model sistem antrean first
come first serve yang adil belum dapat diterapkan secara baik. Tentunya hal ini
sangat berpengaruh terhadap Customer Relationship Menagement perusahaan dan
peserta.
c. Sistem antrean yang kurang informatif, mengenai siapa yang sedang dilayani dan
kapan giliran pemohon lain dilayani. Hal ini tentunya sangat berdampak besar bagi
pelayanan. Andai saja pemohon memiliki nomor antrean dengan pemberitahuan
nomor antrean yang sedang dilayani tentunya pemohon dapat membuat estimasi
kapan tiba saatnya mereka akan dilayani sehingga tidak selalu harus menunggu di
area antrean. Mereka bisa melakukan keperluan lain dan meninggalkan area antrean
karena mereka telah memiliki hak giliran yang tidak bisa diganggu gugat berupa
nomor antrean.
2.3 Peluang dan Ancaman
Peluang dan ancaman merupakan faktor eksternal yang dihadapi oleh
perusahaan, organisasi atau sistem yang bersangkutan dan dapat mempengaruhi
perkembangan. Adapun peluang dan ancaman pada Sistem Antrean Loket Santunan PT.
ASABRI (Persero) yaitu:
2.3.1 Peluang
Peluang adalah faktor yang didapatkan dengan membandingkan analisis internal
yang dilakukan pada suatu institusi (strenghth dan weakness) dengan analisis internal
dari kompetitor lain. Peluang yang dimiliki Sistem Antrean Loket Santunan PT.
ASABRI (Persero) antara lain:
a. Menjadi suatu sistem yang digunakan sebagai acuan perusahaan lain dalam
pelayanan klaim asuransi khususnya dalam penerapan sistem antrean yang baik.
b. Meningkatkan hubungan yang harmonis antara perusahaan dan anggota peserta.
c. Menjadikan PT. ASABRI (Persero) sebagai salah satu perusahaan asuransi nasional
terbaik kerena mekanisme pelayanannya yang terintegrasi secara nasional.
d. Menjadi perusahaan memiliki sistem antrean yang nyaman, efektif, dan efisien.
2.3.2 Ancaman
Ancaman merupakan segala sesuatu yang terjadi akibat persaingan dan tidak
bisa dihindari. Adapun ancaman yang dihadapi oleh Sistem Antrean Loket Santunan
PT. ASABRI (Persero) adalah sebagai berikut:
a. Telah ada sistem antrean yang berbasis teknologi informasi dengan mekanisme yang
lebih modern yang telah banyak digunakan oleh perusahaan lain dibanding dengan
sistem antrean yang diimplementasikan Loket Santunan PT. ASABRI (Persero) saat
ini.
b. Mendapat persepsi yang kurang baik dari anggota peserta yang kemudian disebut
para pengantre karena konsep antrean first come first serve yang kurang maksimal.
c. Beberapa perusahaan telah menerapkan sistem antrean dengan sistem penomoran
dalam antrean pelayanannya.
Tabel 2.6 di bawah ini menunjukan tabel faktor internal SWOT yaitu kekuatan
dan kelemahan pada Sistem Antrean Loket Santunan PT. ASABRI (Persero).
Tabel 2.6 Analisis SWOT Faktor Internal Sistem Antrean Loket Santunan
PT.ASABRI (Persero)
Kekuatan Kelemahan
a. Loket Santunan PT. ASABRI
(Persero) menyediakan fasilitas
penghilang kejenuhan yang baik.
a. Tidak adanya bagian informasi
tersendiri yang menjadi sarana
pelayanan pertanyaan-pertanyaan
Seperti televisi, kursi tunggu, ruangan
ber-Ac, surat kabar, dsb. Hal ini
tentunya dapat memberikan
kenyamanan dan hiburan kepada para
pengantre yang sedang menunggu
gilirannya dilayani. Pihak perusahaan
tentunya telah mengetahui bahwa
proses klaim para pesertanya
membutuhkan waktu yang cukup
lama, oleh karena itu diusahakan
sebaik mungkin untuk menyediakan
fasilitas yang nyaman.
b. Mempunyai sistem pengolahan data
klaim yang telah terotomatisasi dan
berbasis jaringan online. Sistem
tersebut dapat lebih mempercepat
proses klaim.
c. Memiliki lebih dari satu loket, dengan
begitu pelayanan dapat dilakukan
lebih dari satu jalur sehingga dapat
meminimalisir terjadinya antrean pada
saat kedatangan para peserta atau
pemohon begitu banyak.
d. Mempunyai hanya dua fase
pelayanan, tentunya hal ini dapat
mengenai persyaratan pengajuan. Hal
ini menyebabkan pemohon yang hanya
ingin bertanya harus ikut di dalam area
antrean pengajuan santunan, ini
merupakan hal yang kurang efektif.
b. Disiplin antrean yang kurang maksimal
secara sistem, model sistem antrean
first come first serve yang adil belum
dapat diterapkan secara baik. Tentunya
hal ini sangat berpengaruh terhadap
Customer Relationship Menagement
perusahaan dan peserta.
c. Kurangnya informasi mengenai siapa
yang sedang dilayani dan kapan
giliran pemohon lain dilayani. Hal ini
tentunya sangat berdampak besar bagi
pelayanan. Andai saja pemohon
memiliki nomor antrean dengan
pemberitahuan nomor antrean yang
sedang dilayani tentunya pemohon
dapat membuat estimasi kapan tiba
saatnya mereka akan dilayani sehingga
tidak selalu harus menunggu di area
antrean. Mereka bisa melakukan
keperluan lain dan meninggalkan area
menjadi nilai tambah karena
kemudahan dalam pelayanan klaim.
Para pemohon asuransi tidak harus
melewati tahapan yang berbelit-belit
untuk mendapatkan haknya.
antrean karena mereka telah memiliki
hak giliran yang tidak bisa diganggu
gugat berupa nomor antrean.
Tabel 2.7 di bawah ini menunjukan tabel faktor eksternal SWOT yaitu peluang
dan ancaman pada Sistem Antrean Loket Santunan PT. ASABRI (Persero)
Tabel 2.7 Analisis SWOT Faktor Eksternal Sistem Antrean
Loket Santunan PT. ASABRI (Persero)
Peluang Ancaman
a. Menjadi suatu sistem yang digunakan
sebagai acuan perusahaan lain dalam
pelayanan klaim asuransi khususnya
dalam penerapan sistem antrean yang
baik.
b. Meningkatkan hubungan yang
harmonis antara perusahaan dan
anggota peserta.
c. Menjadikan PT. ASABRI (Persero)
sebagai salah satu perusahaan asuransi
a. Telah ada sistem antrean yang berbasis
teknologi informasi dengan mekanisme
yang lebih modern yang telah banyak
digunakan oleh perusahaan lain
dibanding dengan sistem antrean yang
diimplementasikan Loket Santunan PT.
ASABRI (Persero) saat ini.
b. Mendapatkan persepsi yang kurang
baik dari anggota peserta yang
kemudian disebut para pengantre
nasional terbaik kerena mekanisme
pelayanannya yang terintegrasi secara
nasional.
d. Menjadi perusahaan memiliki sistem
antrean yang nyaman, efektif, dan
efisien
karena konsep antrean first come first
serve yang kurang maksimal.
c. Beberapa perusahaan telah menerapkan
sistem antrean dengan sistem
penomoran dalam antrean
pelayanannya.
2.4 Strategi SWOT
Strategi SWOT yaitu mencocokan faktor-faktor internal dan eksternal untuk
mendapatkan solusi yang dapat memperbaiki kinerja sebuah sistem. Terdapat 4 tipe
strategi SWOT, yaitu:
a. Strategi SO (Strengths and Opportunities) merupakan strategi yang menggunakan
kekuatan internal perusahaan untuk memanfaatkan peluang eksternal.
b. Strategi WO (Weaknesses and Opportunities) adalah strategi yang bertujuan untuk
memperbaiki kelemahan dengan memanfaatkan peluang eksternal.
c. Strategi ST (Strenghts and Threats) adalah strategi yang menggunakan kekuatan
perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. Hal ini
tidak berarti bahwa organisasi yang kuat selalu menghadapi ancaman frontal dalam
lingkungan eksternal.
d. Strategi WT (Weaknesses and Threats) merupakan taktik defensif yang diarahkan
untuk mengurangi kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal.
Tabel 2.8 di bawah ini menggambarkan Matriks Analisis SWOT pada Sistem
Antrean Loket Santunan PT. ASABRI (Persero) untuk menggambarkan strategi dari
setiap komponen SWOT-nya.
Tabel 2.8 Matrik Strategi SWOT Sistem Antrean Loket
Santunan PT. ASABRI (Persero)
Strengths (S) Weaknesses (W)
Oportunities
(O)
Strategi SO
a. Pelayanan loket dalam hal
kenyamanan para pengantre,
jumlah loket, mekanisme
prosedur klaim, dan poin lain
yang termasuk dalam
kelebihan-kelebihan sistem
antrean loket harus
dipertahankan dengan baik.
b. Meningkatkan lagi lagi
performa mekanisme sistem
pengolahan data yang sudah
terintegrasi secara online dan
memanfaatkan unsur teknologi
Strategi WO
a. Terapkan sistem antrean
yang menggunakan sistem
penomoran untuk
memaksimalkan model
antrean atau konsep
antrean fcfs (first come first
serve). Hal ini akan
bermanfaat demi mencapai
keteraturan giliran antrean
yang baik.
b. Terapkan sistem antrean
berbasis teknologi dengan
sistem pemanggilan dan
informasi demi mencapai
sistem yang efektif dan efisien.
c. Adakan analisis rutin dalam
hal lama pelayanan agar dapat
menentukan kebijakan yang
tepat untuk menghindari waktu
tunggu giliran yang
menyebabkan suatu antrean.
tampilan nomor antrean
pelayanan demi mencapai
sistem antrean yang
informatif, atraktif, efektif
dan efisien.
Threats (T)
Strategi ST
a. Meningkatkan lagi
pelayanan dalam hal fasilitas
dalam area antrean yang
memberi kenyamanan para
anggota peserta atau
pemohon asuransi dalam
menunggu gilirannya.
b. Memperbaiki maintenance
perangkat pengolahan data
yang terkadang tidak
berjalan lancar demi
mencapai mekanisme
pelayanan yang efektif. Hal
ini sangat bermanfaat untuk
Strategi WT
a. Buat bagian informasi yang
khusus melayani
pengklaim yang belum
mengerti prosedur
mekanisme pelayanan.
Pembagian ini akan
mengurangi antrean giliran
pelayanan karena loket
hanya akan melayani
pengklaim dengan berkas
yang sudah lengkap dan
bisa langsung diproses.
b. Adakan pelatihan rutin
terhadap petugas loket
mengurangi adanya stagnasi
pelayanan yang disebabkan
oleh perangkat pendukung
yang mengakibatkan antrean
panjang.
dalam hal mekanisme
pelayanan untuk lebih
meningkatkan lagi
performa lama pelayanan
demi meminimalisir
adanya antrean yang
panjang.
BAB 5
PENUTUP
1.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan kuliah kerja praktek penyusun dalam hal
analisis sistem yang ada di loket PT. ASABRI (Persero), tepatnya dalam bidang sistem
antrean, penyusun dapat menyimpulkan bahwa secara umum sistem sudah termasuk ke
dalam kategori baik. Seperti pembahasan yang rinci pada bab sebelumnya menunjukan
bahwa kinerja pelayanan umumnya telah berjalan lancar. Fasilitas kenyamanan
pengantre, pengolahan data terintegrasi, serta konsep model antrean seperti jumlah jalur
dan fase pelayanan yang baik merupakan kelebihan sistem yang harus dipertahankan
loket santunan PT.ASABRI (Persero). Salah satu faktornya adalah usia perusahaan yang
termasuk matang (+-40 thn), sehingga bisa dikatakan paham terhadap sistem yang
diimplementasikan. Namun pada kenyataannya tidak pada semua lini sistem berjalan
baik dan lancar, dalam kondisi tersebut masih saja ada suatu kekurangan, karena di
bidang apapun itu suatu sistem selalu berubah sesuai dinamika. Adapun kekurangan dari
sistem secara umum diantaranya konsep disiplin antrean first come first serve yang
belum maksimal serta sistem antrean yang kurang informatif yang menyebabkan para
pengantre tidak dapat membuat estimasi waktu giliran pelayanan. Tetapi kekurangan
tersebut sebenarnya adalah salah satu pemicu untuk mencapai suatu sistem yang lebih
baik ke depannya.
1.2 Saran
Saran-saran yang penyusun sampaikan bertujuan lebih meningkatkan lagi
performa sistem antrean yang loket santunan PT. ASABRI (Persero) pusat
implementasikan. Adapun saran-saran yang ingin penyusun sampaikan adalah :
a. Mengadakan analisis secara periodik untuk memahami sistem yang telah
berjalan dan menemukan permasahan secara logis dan empiris. Hal ini dapat
menjadi bahan pembuatan keputusan untuk pelayanan yang lebih baik dari hari
ke hari.
b. Demi mencapai suatu sistem yang lebih baik kedepannya, sebaiknya Loket
Santunan PT.ASABRI (Persero) mempertahankan semua kelebihan yang
dimiliki dan memperbaiki kelemahan sistem. Perbaikan kelemahan sistem dapat
dilakukan dengan menerapkan sistem penomoran antrean berbasis Teknologi
Informasi terotomatisasi dan menambah bagian kerja yang khusus untuk
melayani informasi prosedur pengajuan santunan.