Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
KINERJA BPN PROVINSI SUMATERA UTARA
(SUMUT) DALAM PENYELENGGARAAN
PENDAFTARAN TANAH DEMI MENJAMIN
KEPASTIAN HUKUM DAN HAK ATAS TANAH (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT)
SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
OLEH:
MARIA MARGARETHA NIM : 040200205
Departemen Hukum Administrasi Negara
Program Kekhususan Hukum Agraria
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
Halaman Pengesahan:
KINERJA BPN PROVINSI SUMATERA UTARA (SUMUT) DALAM PENYELENGGARAAN PENDAFTARAN TANAH DEMI MENJAMIN
KEPASTIAN HUKUM DAN HAK ATAS TANAH (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT)
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
OLEH:
MARIA MARGARETHA
NIM : 040200205
Departemen Hukum Administrasi Negara Program Kekhususan Hukum Agraria
Disetujui Oleh:
Ketua Departemen Hukum Administrasi Negara
NIP : 131410462 Dr. Pendasteran Tarigan, SH. MS
Pembimbing I : Pembimbing II : Tampil Anshari Siregar, SH. MS NIP : 130250421 NIP : 131661438
Mariati Zendrato, SH. MH
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2008
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
DAFTAR ISI Halaman Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
Abstraksi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penulisan
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
D. Keaslian Penulisan
E. Tinjauan Kepustakaan
a. Pengertian “Kinerja”
b. Pengertian “Tanah”
c. Tinjauan Umum tentang Hak Atas Tanah
d. Tinjauan Umum tentang Pendaftaran Tanah
e. Peralihan Hak atas Tanah
f. Tinjauan Umum Tentang Lembaga Badan Pertanahan Nasional
RI
F. Metode Penelitian
G. Sistematika Penulisan
BAB II PENYELENGGARAAN PENDAFTARAN TANAH OLEH BPN
PROVINSI SUMATERA UTARA
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian
B. Peranan BPN dalam Menjamin Kepastian Hukum Hak Atas Tanah
a. Realisasi Menjamin Kepastian Hukum dan Hak Atas Tanah
Melalui Pelaksanaan Pendaftaran Tanah di Sumatera Utara
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
b. Prosedur Pelaksanaan Pendaftaran Tanah di Sumatera Utara
BAB III HAMBATAN-HAMBATAN YANG TERJADI DALAM
PELAKSANAAN PENDAFTARAN TANAH
A. Faktor Kebijakan Pemerintah Mengenai Kewajiban Perpajakan
dalam Kegiatan Pendaftaran Tanah.
B. Faktor Masalah Biaya Pendaftaran Tanah yang relatif mahal
C. SDM (Sumber Daya Manusia) dan Peralatan yang Terbatas
D. Kesadaran Hukum Masyarakat Masih Kurang
E.Sistem Publikasi Pendaftaran Tanah yang berlaku di Indonesia
dengan Sistem Negatif
F. Adanya Ketentuan Penunjukan Kawasan Hutan Oleh Departemen
Kehutanan
BAB IV UPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN
HAMBATAN-HAMBATAN YANG TERJADI DALAM
PELAKSANAAN PENDAFTARAN TANAH
A. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Hambatan dalam
Kegiatan Pendaftaran Tanah Melalui Kebijakan Hukum
Agraria
B. Upaya Pencegahan dan Penanggulan Hambatan dalan Kegiatan
Pendaftaran Tanah Melalui Pengelolaan BPN (Badan
Pertanahan Nasional)
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penulisan
Manusia dan tanah memiliki hubungan yang sangat erat, sangat alami dan
tidak terpisahkan. Hal ini dapat dimengerti dan dipahami, karena tanah adalah
merupakan tempat tinggal, tempat pemberi makan, tempat mereka dilahirkan,
tempat ia dimakamkan, bahkan tempat leluhurnya. Maka selalu adanya pasangan
antara manusia dengan tanah, antara masyarakat dengan tanah.
Di tengah masyarakat hukum etnis Jawa terkenal filosofi yang menyatakan
“sedumuk batuk senyari bumi, yen perlu ditohi pati” (biar sejengkal tanah
miliknya bila perlu dipertahankan sampai mati). Masyarakat Hukum etnis Batak
menyatakan tanah itu adalah “ulos na soboi maribak” atau “ulos na sora buruk”
(kain yang tidak akan sobek atau lapuk) yang benar-benar sangat dibutuhkan
manusia, apalagi filosofi itu tumbuh pada saat kebanyakan anggota masyarakat
masih menggunakan kulit dan daun kayu yang dijadikan sebagai penutup
auratnya. Semua aktivitas masyarakat hukum etnis Batak ditujukan sebagaimana
tergambar dalam semboyan “hulului anak, hulului tano” (berusaha mendapat anak
dan mendapat tanah).1
Menurut Mr. B. Ter Haar Bzn, mengenai hubungan masyarakat dengan
tanah, membagi hubungan antara masyarakat dengan tanah baik keluar maupun
kedalam, dan hubungan perseorangan dengan tanah. Berdasarkan atas berlakunya
1 Siregar., Tampil Anshari., Pendaftaran Tanah Kepastian Hak, Pustaka Bangsa Press, Medan, 2005, Hal. 2
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
ke luar maka masyarakat sebagai kesatuan, berkuasa memungut hasil dari tanah,
dan menolak lain-lain orang diluar masyarakat tersebut berbuat sedemikian itu,
sebagai kesatuan juga bertanggungjawab terhadap orang-orang luaran masyarakat
itu. Hak masyarakat atas tanah disebut “Hak yasan komunaal”, dan oleh Van
Vollenhoven diberi nama “beschikkingsrecht”.2
Beschikkingsrecht yaitu teori tentang hak menguasai tanah yang
dikemukakan oleh Van Vollenhoven (beliau banyak menulis tentang persekutuan-
persekutuan masyarakat adat di Nusantara). Menurut pandangannya, hak-hak atas
tanah yang dipegang oleh masyarakat adat dan anggota-anggotanya adalah hak
menguasai tanah, sebab mereka tidak mempunyai hak milik. Konsep dan
pandangan teori ini diangkat sebagai pengertian hak ulayat. Sedangkan Hak
Ulayat sendiri diadopsi dari bahasa Minangkabau, artinya hak menguasai atas
suatu lingkungan tanah yang dipegang oleh kepala persekutuan.
3
Hak atas tanah mempunyai peranan yang amat penting dalam kehidupan
manusia. Dengan Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) No. 5 tahun 1960
Lembaran Negara 1960 No. 104 telah menentukan bahwa tanah-tanah di seluruh
Indonesia harus diinventarisasikan. Sesuai Pasal 19 (1) UUPA No. 5/ 1960
berbunyi: “ Untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan
pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia menurut Ketentuan-
ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah”. Peraturan Pemerintah yang
dimaksud adalah PP No. 10 tahun 1961 (L.N. 1961 No. 28 tentang Pendaftaran
2 Soetomo., Pedoman Jual Beli Tanah Peralihan Hak dan Sertifikat, Lembaga Penerbitan Universitas Brawijaya, Surabaya, 1981, Hal.1 3 Bachriadi., Dianto; Faryadi., Erpan & Setiawan., Bonnie; Reformasi Agraria; Perubahan Politik, Sengketa dan Agenda Pembaruan Agraria di Indonesia, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI (Universitas Indonesia), Jakarta, 1997, Hal.194
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
Tanah). Pendaftaran tanah yang bersifat rechts kadaster bertujuan untuk menjamin
tertib hukum dan kepastian hak atas tanah.
Setelah keluarnya Keppres No. 26 tahun 1988 (dan terakhir menjadi
Keppres No. 34 tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional di Bidang Pertanahan
yang ditetapkan pada tanggal 31 Mei 2003), bahwa Direktur Jenderal Agraria
yang bernaung di kementerian Dalam Negeri diangkat statusnya menjadi Badan
Pertanahan Nasional yang diawasi oleh seorang Kepala Badan yang langsung
bertanggung jawab kepada Presiden dan hingga sekarang sejak tahun 1992 telah
pula dibuat Menteri Negara Agraria / KBPN yang mengurusi masalah pertanahan
di Indonesia.
Fungsi Badan Pertanahan Nasional ini meliputi :
1. merumuskan kebijakan dan perencanaan penguasaan dan penggunaan
tanah
2. merumuskan kebijakan dan perencanaan pengaturan pemilikan tanah
dengan prinsip-prinsip bahwa tanah mempunyai fungsi sosial sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang Pokok Agraria
3. melaksanakan pengukuran dan pemetaan serta pendaftaran dalam upaya
memberikan kepastian hak di bidang pertanahan
4. melaksanakan pengurusan hak-hak atas tanah dalam rangka memelihara
tertib administrasi di bidang pertanahan
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
5. melaksanakan penelitian dan pengembangan dibidang pertanahan serta
pendidikan dan latihan tenaga-tenaga yang diperlukan di bidang
administrasi4
Dalam Negara Kesatuan RI satu-satunya lembaga atau institusi yang sampai
saat ini diberikan kewenangan (kepercayaan) untuk mengemban amanah dalam
mengelola bidang pertanahan adalah Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia (BPN-RI). Pasal 2 Peraturan Presiden (Perpres) No 10 Tahun 2006
tentang Badan Pertanahan Nasional menyebutkan bahwa Badan Pertanahan
Nasional mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang
pertanahan secara nasional, regional dan sektoral. Oleh karena itu, maka BPN-RI
ke depan harus mampu memegang kendali perumusan kebijakan nasional di
bidang pertanahan, kebijakan teknis, perencanaan dan program, penyelenggaraan
pelayanan administrasi pertanahan dalam rangka menjamin kepastian hukum hak
atas tanah, penatagunaan tanah, reformasi agraria, penguasaan dan pemilikan hak
atas tanah, termasuk pemberdayaan masyarakat. Bahkan Institusi/lembaga ini
salah satu misi nya adalah melakukan pengkajian dan penanganan masalah,
sengketa, perkara dan konflik di bidang pertanahan.
Menyangkut pada permasalahan Pendaftaran Tanah, sudah seharusnya
Badan Pertanahan Nasional RI melakukan kebijakan. Sekelompok rakyat telah
berani mengklaim hak orang lain menjadi haknya, sementara hukum agraria
dianggap atau diperlakukan lemah untuk dilaksanakan atau bahkan tidak
4 www.bpn.go.id
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
dilaksanakan sehingga dituding belum mampu mewujudkan seluruh tuntutan yang
diinginkan rakyat dalam mengatur dan mengayomi hak-hak atas tanahnya.
Akhirnya muncullah tuntutan atau keinginan rakyat untuk memperoleh tanah yang
kadang-kadang tanpa dasar hukum (alas hak) atau tanpa prosedur hukum.
Soal status tanah ditinjau dari sudut hukum belum/ tidak merupakan
problem bagi mereka. Malah bila mendengar hukum, mereka seolah
membayangkan hal-hal negatif, seperti perampasan hak milik, polisi, jaksa,
hakim, pengacara, penjara dan semuanya itu mereka tanggapi sebagai sesuatu
yang menakutkan dan dirasakan semata-mata permainan orang pintar/ terpelajar
yang penuh manipulasi. Ini bisa saja terjadi berdasarkan dari apa yang pernah
mereka dengar dan lihat di media cetak dan elektronik.
Akan tetapi kinerja BPN juga menjadi topik yang dibahas hampir setiap
surat kabar dan media elektronik selain selalu memberitakan hal-hal yang
menyangkut sengketa pertanahan yang berujung pada penyelesaian di muka
pengadilan. Mulai dari penyerobotan hak atas tanah, sertifikat palsu dan sertifikat
ganda juga pada keragu-raguan masyarakat terhadap kinerja BPN.
Eksistensi Badan Pertanahan Nasional dapat dikaitkan dengan dinamika
bangsa yang berupaya meningkatkan kesejahteraan rakyat khususnya dalam
bidang pendaftaran tanah demi menjamin kepastian hukum. Secara spesifik,
melalui tulisan ini, saya ingin memfokuskan pembahasan kepada sosok Lembaga
Pemerintah Non Departemen ini yakni BPN. Oleh karena itu saya akan
mengadakan penelitian tentang “Kinerja BPN dalam penyelenggaraan pendaftaran
tanah demi menjamin kepastian hukum hak atas tanah” dan menuangkannya
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
dalam bentuk skripsi ini dengan harapan bahwa tulisan ini dapat berguna serta ada
tindak lanjut dari berbagai pihak yang tentunya bila permasalahan ini tidak dapat
diatasi berarti keinginan UUPA dalam hal menciptakan tertib hukum, tertib
administrasi dan tertib kepemilikan dan penggunaan tanah sudah sangat jauh dari
apa yang diharapkan.
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
B. Perumusan Masalah
Masalah atau permasalahan timbul, kalau ada kesenjangan antara apa yang
seharusnya dan apa yang ada dalam kenyataan, antara apa yang diperlukan dan
apa yang tersedia, serta antara harapan dan kenyataan.
Maka berdasarkan uraian pada latar belakang penulisan, saya mengangkat
beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara dalam
penyelenggaraan pendaftaran tanah di wilayah Provinsi Sumatera
Utara?
2. Apakah hambatan-hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan
pendaftaran tanah tersebut?
3. Bagaimanakah upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan
hambatan-hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan pendaftaran tanah
tersebut?
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini tujuan yang ingin dicapai adalah untuk
memperoleh gambaran secara kongkrit atas permasalahan yang telah diungkapkan
dalam perumusan masalah yang tersebut diatas, yaitu:
1. Untuk mengetahui secara jelas bagaimana kinerja BPN Provinsi Sumatera
Utara dalam penyelenggaraan pendaftaran tanah di wilayah Provinsi
Sumatera Utara
2. Untuk mengetahui secara jelas apakah hambatan-hambatan yang terjadi
dalam pelaksanaan pendaftaran tanah tersebut
3. Untuk mengetahui secara jelas bagaimana upaya-upaya pencegahan dan
penanggulangan hambatan-hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan
pendaftaran tanah tersebut
Sedangkan manfaat penulisan skripsi yaitu :
1. Manfaat Secara Teoritis
a. untuk memberikan manfaat di bidang pengetahuan baik melalui pengembangan
wawasan dan pemikiran untuk mahasiswa / kalangan akademis mengenai Kinerja
Suatu Lembaga yakni Badan Pertanahan Nasional dalam penyelenggaraan
Pendaftaran Tanah demi menjamin kepastian hukum dan hak atas tanah
b. untuk memberikan pengembangan wawasan dan pemikiran pada masyarakat
mengenai arti penting suatu pendaftaran tanah
2. manfaat secara praktis
Untuk dapat memberi pemahaman kepada masyarakat mengenai manfaat
secara khusus tentang pendaftaran tanah serta pemahaman mengenai kinerja BPN
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
dalam penyelenggaraan Pendaftaran Tanah.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan,
disamping sebagai sumbangsih ilmiah pada almamater khususnya dalam bidang
Agraria. Dengan uraian ini penulis berharap kiranya dapat memberi manfaat bagi
kita semua terutama tentang BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) dalam
penyelenggaraan pendaftaran tanah demi menjamin kepastian hukum hak atas
tanah.
D. Keaslian Penulisan
Penulisan skripsi ini oleh penulis adalah hasil pemikiran penulis sendiri.
Skripsi ini belum pernah ada yang membuat. Bilamana sudah ada, maka saya
sebagai penulis skripsi ini sangat yakin bahwa substansi pembahasannya pasti
berbeda.
Dalam skripsi ini, pembahasannya diarahkan kepada kinerja sebuah
Badan Pertanahan Nasional khususnya untuk wilayah Sumatera Utara. Kinerja
yang dimaksud adalah menyangkut penyelenggaraan pendaftaran tanah, apa saja
hambatan yang dihadapi dan bagaimana upaya penanggulangan yang dilakukan.
Dengan demikian keaslian penulisan skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah.
E. Tinjauan Kepustakaan
a. Pengertian “Kinerja”
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
b. Pengertian “Tanah”
Dalam Hukum Tanah kata sebutan “tanah” dipakai dalam arti yuridis,
sebagai suatu pengertian yang telah diberi batasan resmi oleh UUPA.
Dalam Pasal 4 dinyatakan, bahwa Atas dasar hak menguasai dari
Negara….. ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi, yang
disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang…..
Dengan demikian jelaslah, bahwa tanah dalam pengertian yuridis adalah
permukaan bumi (ayat) 1. Sedang hak atas tanah adalah hak atas sebagian
tertentu permukaan bumi, yang berbatas berdimensi dua dengan ukuran panjang
dan lebar. 5
c. Tinjauan Umum tentang Hak Atas Tanah
Bidang tanah adalah bagian permukaan bumi yang merupakan satuan
bidang yang memiliki batas tertentu. Diatas bidang tanah tersebut terdapat hak
atas tanah baik yang dimiliki secara perorangan maupun badan hukum. Hak atas
tanah adalah hak sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 16 UUPA. 6
Penggolongan tanah bila dilihat dari status hukumnya, terdapat dua status
hukum di Indonesia yaitu Bukan Tanah Negara yaitu semua tanah yang dikuasai
orang berdasarkan hak milik dan Tanah Negara yaitu semua tanah yang langsung
dikuasai oleh negara meliputi tanah-tanah yang tidak bertuan disebut Tanah
5 Harsono., Boedi., Hukum Agraria Indonesia., Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria., Isi Dan Pelaksanaanya., Jilid I Hukum Tanah Nasional, Jambatan, Jakarta, hal 18 6 Sangsun., Florianus SP., Tata Cara Mengurus Sertifikat Tanah, Visimedia, Jakarta, 2007, Hal. 5
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
Negara Tak Bebas. 7
Hak-hak atas tanah menurut ketentuan Pasal 16 ayat (1) UUPA terdiri dari
Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai, Hak Sewa, hak
membuka tanah, hak memungut hasil hutan, dan hak-hak lain yang tidak termasuk
dalam hak-hak tersebut diatas yang ditetapkan melalui undang-undang, serta hak-
hak yang sifatnya sementara sebagaimana disebutkan dalam Pasal 53 ayat (1)
UUPA yaitu Hak gadai, hak usaha bagi hasil, hak menumpang, hak sewa tanah
pertanian. Hak-hak tersebut diusahakan hapus dalam waktu singkat.
Tanah-tanah yang termasuk golongan tanah negara tak bebas adalah tanah
negara bebas yang sudah diberikan kepada seseorang dengan Hak Guna Usaha
ataupun Hak Guna Bangunan; tanah negara bebas yang sudah diberikan kepada
badan-badan atau instansi-instansi dengan hak pakai dan tanah-tanah kepunyaan
masyarakat yang hak-haknya belum dikonversikan (diubah) menjadi hak-hak
yang diakui oleh undang-undang. Dengan dasar pandangan ini, maka segala hak
tanah yang diakui oleh Undang-undang seperti Hak Milik, Hak Guna Bangunan,
Hak Guna Usaha adalah sejumlah hak tanah yang diberikan oleh Negara kepada
setiap warga Negara Indonesia. Jenis-jenis hak ini dapat dialihkan seperti dalam
bentuk jual-beli dan sewaktu-waktu dapat digugurkan karena berhadapan dengan
pembangunan bagi kepentingan umum.
8
d. Tinjauan Umum tentang Pendaftaran Tanah
7 Bachriadi., Dianto; Faryadi., Erpan & Setiawan., Bonnie; Reformasi Agraria; Perubahan Politik, Sengketa dan Agenda Pembaruan Agraria di Indonesia, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI (Universitas Indonesia), Jakarta, 1997, Hal.195 8 Sangsun., Florianus SP., Loc. Cit., hal 5
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
1). Pengertian Pendaftaran Tanah
Pendaftaran berasal dari kata cadastre (bahasa Belanda kadaster) suatu
istilah teknis untuk suatu record (rekaman) menunjuk kepada luas, nilai dan
kemilikan misalnya atas sebidang tanah. Kata ini berasal dari bahasa Latin
“capitastrum” yang berarti suatu register atau kapita atau unit yang diperbuat
untuk pajak tanah Romawi (Capotatio Terreus). Dalam artian yang tegas cadastre
adalah record (rekaman daripada lahan, nilai daripada tanah dan pemegang
haknya dan untuk kepentingan perpajakan)
2). Peraturan-peraturan dalam hal Pendaftaran Tanah
a. Undang Undang Pokok Agraria No 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan
Dasar Pokok Agraria
b. Undang Undang Nomor 21 Tahun 1997 jo. Nomor 20 Tahun 2000
Tentang BPHTB
c. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 Tentang HGU, HGB dan
Hak Pakai
d. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah
e. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2002 Tentang Tarif Penerimaan
Negara Bukan Pajak Diberlakukan Di Kantor Pertanahan
f. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 Tentang Penatagunaan
Tanah
g. Peraturan Presiden RI Nomor 10 Tahun 2006 Tentang Badan Pertanahan
Nasional
h. Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala BPN Nomor 3 Tahun 1997
Tentang Pelaksanaan PP Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran
Tanah
i. Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala BPN Nomor 3 Tahun 1999
Tentang Pelimpahan wewenang pemberian dan pembatalan keputusan dan
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
pemberian hak atas tanah Negara
j. Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala BPN Nomor 9 Tahun 1999
Tentang Tatacara pemberian dan pembatalan hak atas tanah Negara dan
HPL
k. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional RI Nomor 4 Tahun 2006
Tentang Organisasi dan tata kerja Kanwil BPN dan kantor pertanahan
3). Tujuan Pendaftaran Tanah
Melalui ketentuan pokok pada pasal 19 ayat (1) UUPA ditegaskan bahwa
tujuan pendaftaran tanah adalah untuk menjamin kepastian hukum diseluruh
wilayah Indonesia. Tujuan pokok tersebut dijabarkan lebih lanjut pada pasal 3
Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 sebagai berikut:
Pendaftaran tanah bertujuan:9
Sebagai ilustrasi A.P. Parlindungan (1990: 6-7) menyatakan bahwa dalam
kalangan para ahli disebutkan pendaftaran itu bertujuan untuk baik kepastian hak
seseorang, pengelakan suatu sengketa perbatasan (karena ada surat ukurnya yang
a. untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada
pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain
yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai
pemegang hak yang bersangkutan;
b. untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan
termasuk Pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang
diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang
tanah dan satuan-satuan rumah susun yang sudah terdaftar;
c. untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan.
Tujuan untuk memberikan kepastian hukum itu kepada pemegang hak atas
tanah dapat diukur dari kekuatan hukum pembuatan sertifikat sebagai alat
pembuktian yang kuat, kebenaran dari data dan kesempatan penuntutan dari
pihak-pihak lain yang merasa berhak atas tanah tersebut.
9 Siregar., Tampil Anshari., Pendaftaran Tanah Kepastian Hak, Pustaka Bangsa Press, Medan, 2005, Hal. 35
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
teliti dan cermat) dan juga untuk penetapan suatu perpajakan. Namun dalam
konteks yang lebih luas lagi pendaftaran itu selain memberi informasi mengenai
kemampuan apa yang terkandung didalamnya dan demikian pula informasi
mengenai bangunan sendiri, harga bangunan dan tanahnya dan pajak yang
ditetapkan untuk tanah dan bangunannya. Hal inilah yang merupakan usaha yang
lebih modern dari suatu pendaftaran tanah yang komperehensif, yang kita kenal
dengan Land Information System, kadangkala juga disebut Gegraphic Information
System.
4). Objek Pendaftaran Tanah
Objek Pendaftaran Tanah menurut Pasal (9) Peraturan Pemerintah No. 24
Tahun 1997 meliputi:
a. bidang-bidang tanah yang dipunyai dengan hak milik, hak guna usaha,
hak guna bangunan dan hak pakai
b. tanah hak pengelolaan
c. tanah wakaf
d. hak milik atas satuan rumah susun,
e. hak tanggungan
f. tanah negara
Untuk memperjelas pengertian mengenai obyek pendaftaran tanah,
ketentuan –ketentuan pokok yang berkaitan dengan hal tersebut diuraiakan
sebagaimana berikut:
a). Hak Milik
Pasal 20 ayat 1 UUPA memberikan pengertian tentang Hak Milik sebagai
berikut: hak milik adalah hak turun temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat
dipunyai orang atas tanah dengan mengingat fungsi sosial. Kata-kata “terkuat”
dan “terpenuh” itu tidak berarti bahwa hak milik itu merupakan hak mutlak yang
tidak terbatas dan tidak dapat diganggu gugat, melainkan dibatasi oleh pengertian
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
dan isi fungsi sosial hak atas tanah.10
Kata-kata terkuat dan terpenuh itu untuk membedakannya dengan hak
guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai, dan lain sebagainya, yaitu untuk
menunjukkan bahwa diantara hak-hak atas tanah yang dapat dipunyai orang, hak
miliklah yang “ter” (paling) kuat dan penuh.
11
Hak Milik atas tanah berdasarkan UUPA tidak sama dengan hak eigendom
berdasarkan BW atau sekalipun hampir sama dengan hak milik menurut Hukum
Adat. Perbedaan dimaksud tidak lain bahwa hak milik berdasarkan UUPA tidak
diperkenalkan sebagai hak kebendaan dimana dalam pemegang haknya berada
keleluasaan mengambil nikmat dengan lebih mengutamakan kepentingan individu
si pemilik dari kepentingan sosial/ masyarakat, demikian pula hak milik
berdasarkan UUPA itu tidak melekat atasnya hak ulayat sebagaimana pada
Hukum Adat tetapi hak menguasai negara.
12
Ciri Hak Milik sebagaimana disebut pada pasal 20 UUPA adalah hak
turun temurun, terkuat dan terpenuh yang mempunyai fungsi sosial. Dalam
Berhubung sampai saat ini ketentuan-ketentuan tentang hak milik belum
diatur dengan Undang-undang (sebagaimana perintah Pasal 50 UUPA) maka
untuk mencermati hal-hal yang berkaitan dengan hak milik itu belum dapat
dilakukan rinci apalagi disebutkan pada pasal 56 UUPA bahwa sebelum Undang-
Undang Hak Milik itu terbentuk maka yang berlaku adalah ketentuan-ketentuan
hukum adat setempat yang memberi wewenamg sebagaimana atau mirip dengan
yang dimaksud dalam pasal 20 UUPA sepanjang tidak bertentangan dengan jiwa
dan ketentuan UUPA.
10 Parlindungan., A.P., Komentar Atas UUPA, Mandar Maju, Bandung, 1991, Hal. 87 11 Parlindungan., A.P., Ibid. hal 112 12 12 Siregar., Tampil Anshari., Op. cit Hal 41.
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
pengertian, jika dibanding dengan hak lain, hak milik itulah yang lebih kuat dan
penuh. Hal itu terlihat dalam wujud konkritnya bahwa hak milik itu
penggunaannya lebih luas, nilai tanggungannya lebih tinggi jika dijadikan sebagai
obyek hak tanggungan, pembayaran ganti kerugiannya akan lebih besar jika
menjadi obyek pencabutan/pelepasan hak dan nilai jualnyapun lebih mahal serta
haknya tetap penuh tidak dipengaruhi oleh waktu penggunaannya. Bahkan diatas
tanah hak milik itu berdasarkan kesepakatan/perjanjian otentik dapat diterbitkan
hak lain seperti hak guna bangunan, hak pakai atau hak sewa yang diberikan
kepada subyek lain yang memenuhi syarat.
Subyek dari hak milik sebagaimana ditetapkan pada pasal 21 UUPA harus
memenuhi azas kebangsaan (prinsip nasionalitas) yaitu warga negara Indonesia
tunggal dan badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia dan
berkedudukan di Indonesia (badan hukum Indonesia) tertentu saja berdasrkan
Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 1963 yaitu Bank-bank negara, badan koperasi
pertanian, lembaga sosial dan lembaga keagamaan.
Hak milik harus didaftarkan di Kantor Pertanahan baik pendaftaran yang
pertama kali maupun pendaftaran mutasi dan pengikatan jaminan dengan hak
tanggungan.
Hak milik hapus apabila:
a. tanah jatuh pada negara, hal ini disebabkan oleh:
1. karena pencabutan hak untuk kepentingan umum
2. karena penyerahan dengan sukarela oleh pemiliknya
3. karena ditelantarkan
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
4. karena ketentuan pasal 21 ayat (3) UUPA yang pada pokoknya berisi
bahwa setiap orang asing yang sesudah berlakunya UUPA jika
memperoleh hak milik karena pewarisan tanpa surat wasiat atau
pencampuran harta perkawinan demikian pula WNI yang mempunyai
hak milik dan setelah berlakunya UUPA maka hak miliknya wajib
dilepaskan dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak diperolehnya hak
milik tersebut.
5. karena ketentuan pasal 26 ayat (1) UUPA yang pada pokoknya berisi
setiap perbuatan-perbuatan yang dimaksud langsung atau tidak
langsung memindahkan hak milik kepada orang asing atau badan
hukum selain yang telah ditentukan pemerintah adalah batal karena
hukum. Perbuatan ini misalnya jual-beli, hibah, pemberian wasiat dan
lain-lain.
b. karena tanahnya musnah.
b). Hak Guna Usaha (HGU)
Menurut pasal 28 ayat (1) dan (2) dan pasal 29 UUPA, pengertian hak
guna usaha adalah hak untk mengusahakan tanah yang dikuasai langsung oleh
negara, dalam jangka waktu paling lama 25 tahun atau 35 tahun yang bila
diperlukan masih dapat diperpanjang lagi dengan 25 tahun, guna pengusahaan
pertanian, perikanan atau peternakan dan luasnya paling sedikit adalah 5 Ha.
Untuk memenuhi pasal 50 ayat (2) UUPA mengenai ketentuan lebih
lanjut dari HGU, maka pemerintah telah menerbitkan PP No. 40 tahun 1996 yang
mengatur tentang Hak-hak atas Tanah (hak guna Usaha, Hak Guna Bangunan, hak
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
pakai).
Yang dapat menjadi pemegang hak guna usaha adalah:
a. Warga Negara Indonesia tunggal
b. Badan Hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di
Indonesia
Hak Guna Usaha hanya dapat diberikan atas tanah yang dikuasai langsung
oleh negara, sehingga HGU tidak dapat terjadi atas suatu perjanjian antara pemilik
atas tanah milik oranglain. Alas Hak dari HGU berasal dari suatu Surat Keputusan
pemberian Hak Guna Usaha oleh Kepala BPN.
Menurut pasal 34 UUPA, HGU hapus apabila:
a. jangka waktunya berakhir
b. dihentikan sebelum jangka waktunya berakhir, karena suatu syarat
yang tidak dipenuhi
c. dilepaskan oeh pemegang haknya sebelum jangka waktunya
berakhir
d. dicabut untuk kepentingan umum
e. ditelantarkan
f. tanahnya musnah
g. karena ketentuan pasal 30 ayat (2) UUPA yang intinya bahwa
orang atau badan hukum yang mempunyai HGU tidak lagi
memenuhi syarat-syarat tersebut, wajib melepaskan atau
mengalihkan kepada pihak lain yang memenuhi syarat dalam
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
jangka waktu satu tahun.
c). Hak Guna Bangunan (HGB)
Pasal 35 UUPA menyebutkan bahwa HGB adalah hak untuk mendirikan
dan mempunyai bangunan-bangunan atas tanah yang bukan miliknya sendiri,
dengan, jangka waktu paling lama 20 tahun.
Hak Guna Bangunan diatur dalam pasal 35 sampai dengan pasal 40
UUPA, HGB ini juga diatur mulai dari pasal 38 PP No. 40 tahun 1996.
Hak Guna Bangunan dimiliki oleh :
a. WNI Tunggal
b. Badan Hukum yang didirikan menurut Hukum Indonesia dan
berkedudukan di Indonesia
Hak Guna Bangunan dapat terjadi diatas tanah yang dikuasai negara dan
juga di atas tanah milik oranglain. Terjadinya HGB apabila diatas tanah negara
kemudian harus melalui suatu Penetapan Pemarintah sedangkan apabila terjadi
diatas tanah hak milik oraglain maka terlabih dahulu harus didasarkan pada
perjanjian.
Hak guna bangunan hapus karena :
h. jangka waktunya berakhir
i. dihentikan sebelum jangka waktunya berakhir, karena suatu syarat
yang tidak dipenuhi
j. dilepaskan oeh pemegang haknya sebelum jangka waktunya
berakhir
k. dicabut untuk kepentingan umum
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
l. ditelantarkan
m. tanahnya musnah
n. karena ketentuan pasal 36 ayat (2) UUPA yang intinya bahwa
apabila pemegang hak tidak memenuhi syarat prinsip nasionalitas,
maka dalam tempo satu tahun wajib melepaskan atau mengalihkan
hak itu kepada pihak lain yang memenuhi syarat, dengan ancaman
tanahnya hapus karena hukum.
d). Hak Pakai
Hak Pakai diatur dalam pasal 41 sampai pasal 43 UUPA dan diatur lebih
lanjut dalam pasal 39 sampai pasal 58 PP No. 40 tahun 1996.
Hak Pakai adalah hak untuk menggunakan dan atau memungut hasil dari
tanah yang dikuasai langsung oleh negara atau tanah milik orang lain yang
memberi wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam keputusan
pemberiannya oleh pejabat yang berwenang memberikannya atau dalam
perjanjian dengan pemilik tanahnya yang bukan perjanjian sewa menyewa atau
perjanjian pengolahan tanah, segala sesuatu asal tidak bertentangan dengan
UUPA.
Hak pakai dapat dibedakan atas hak pakai privat dan hak pakai publik
(khusus). Hak pakai mempunyai right to use untuk menggunakan dan atau
memungut hasil dari tanah yang dikuasai oleh negara atau dari tanah yang
dikuasai oleh seseorang dengan hak milik.
Subjek hukum hak pakai privat adalah WNI dan badan hukum Indonesia
dengan pengecualian orang asing orang asing penduduk Indonesia dan badan
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
hukum asing yang ada izin operasionalnya. Hak pakai privat dapat beralih dan
dialihkan serta dapat diikat dengan hak tanggungan pasal (53-54 PP No. 40 tahun
1996).
Subjek hukum hak pakai publik yaitu:
1) Public Rechtlijk yang meliputi departemen, lembaga pemerintahan non
departemen , pemerintah daerah dan lain-lain;
2) Publick Rechtlijk Internasional yang meliputi perwakilan negara-negara
asing ;
3) Publick Rechtlijk Agama/ sosial yang meliputi lembaga-lembaga
keagamaan dan lembaga-lembaga sosial ;
Hak pakai publik (khusus) mempuyai right to use untuk mempergunakan
tanah untuk pelaksanaan tugasnya yang berasal dari tanah yang dikuasai oleh
negara. Hak pakai tidak mempuyai jangka waktu yang berbatas selama masih
digunakan sesuai dengan peruntukannya.
e). Hak Pengelolaan
Hak Pengelolaan adalah hak menguasai dari negara yang kewenangan
pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada pemegangnya (pasal 1 angka 2 PP
No. 46 tahun 1996). didalam pasal 2 ayat 4 UUPA ditegaskan bahwa hak
menguasai dari negara tersebut diatas pelaksanaannya dapat dikuasakan kepada
daerah-daerah swatantra dan masyarakat-masyarakat hukum adat, sekedar
diperlukan dan tidak bertentangan dengan kepentingan nasional, menurut
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
ketentuan-ketentuan Peraturan Pemerintah.
f). Tanah Wakaf
Wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/ atau
menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau
untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah
dan/ atau kesejahteraan umum menurut syariah (pasal 1 butir 1 UU No. 41 tahun
2004). Jika seseorang telah mewakafkan tanah hakm miliknya naka dengan
sendirinya berakhirlah hak dan kewajiban si wakif terhadap tanah tersebut, tidak
lagi sebagaimana tanah tersebut sebagai miliknya. Hak itu beralih kepada Nadzir
(oengurus dan pemelihara tanah wakaf). Dan beriringan dengan hal tersebut tanah
wakaf tidak dapat dialihkan lagi, beralih maupun dijadikan obyek hak tanggungan
atau jaminan hutang sebagaimana pada saat tanah itu masih hak seseorang atau
badan hukum.
g). hak milik atas satuan rumah susun
Pemilikan atas satuan rumah susun merupakan satu kesatuan dengan
tanahnya dan dengan adanya bukti pemilikan tersebut maka satuan rumah susun
dapat dijadikan jaminan hutang yang tunduk kepada ketentuan Undang-undang
no. 4 tahun 1996. Didalam Peraturan Menteri Dalam Negeri no. 14 tahun 1975
ditegaskan bahwa kepada setiap pemegang hak atas tanah kepunyaan bersama
dapat diberi sertifikat sebagai tanda bukti hak atas masing-masing dan jumlah
sertifikat yang diterbitkan sebanyak-banyaknya sama dengan jumlah pemegang
hak bersama atas tanah tersebut .
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
h. hak tanggungan
Hak tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah,
berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan
tanah itu, untuk pelunasan hutang tertentu yang memberikan kedudukan yang
diutamakn kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur lainnya (pasal 1
angka 1 UU No. 4 tahun 1996). Hak atas tanah yang dimaksud adalah
sebagaimana dalam pasal 16 ayat 1 UUPA yang tidak bersifat limitatif itu.
i. tanah negara
Tanah negara yang biasa disebut tanah yang dikuasai langsung oleh negara
adalah pengelompokkan status tanah yang dikenal sejak berlakunya UUPA.
Tanah negara berdasarkan konsep UUPA ini berbeda dengan tanah negara
atau lebih tepat disebut tanah milik negara berdasarkan konsep Hukum Perdata
Barat/ BW yang berlaku pada zaman penjajahan Belanda.
Dalam hal tanah Negara sebagai obyek pendaftaran tanah, pendaftarannya
dilakukan dengan cara membukukan bidang tanah yang merupakan tanah Negara
dalam daftar tanah.
e. Peralihan Hak atas Tanah
Hak atas tanah mempunyai peranan yang amat penting dalam kehidupan
manusia. Dengan Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) No. 5 tahun 1960 No.
104 telah menentukan bahwa tanah-tanah di seluruh Indonesia harus
diinventariskan. Pasal 19 (1) UUPA No. 5 tahun 1960 berbunyi: “Untuk
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
menjamin kepastian hukum oleh Pemeintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh
wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan
Peraturan Pemerintah”. Peraturan Pemerintah yang dimaksud adalah PP No. 10
tahun 1961 (Lembaran Negara 1961 No. 28 tentang Pendaftaran Tanah) 13
Sebelum Undang-Undang Pokok Agraria berlaku terdapat adanya
dualisme dalam hukum, karena ada hak yang berstatus hak Barat, yang diatur
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW) seperti Eigendom, Erfpacht,
dan sebagainya. Peralihan haknya dilakukan di hadapan Notaris. Sedang hak-hak
yang diatur dengan Hukum Adat (hak-hak adat), seperti tanah yang dilakukan
oleh Kepala Desa. Dengan UUPA ini maka dualisme dalam hukum dihapus,
dengan “Dasar kesatuan Hukum: Anti Dualisme”, karena oleh pembuat UUPA
banyak yang dijelaskan bahwa sifat dualisme itu adalah akibat dari politik hukum
pemerintahan jajahan.
.
14
1. jual-beli;
Dengan berlakunya UUPA, maka dualisme dalam pertanahan dihilangkan.
Semua peralihan atas hak tanah dilakukan oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah.
Peralihan-peralihan Hak yang harus dilakukan di hadapan seorang Pejabat
Pembuat Akta Tanah ialah:
2. hibah;
3. tukar-menukar;
4. pemisahan dan pembagian biasa;
13 Sutomo., Pedoman Jual Beli Tanah Peralihan Hak & Sertifikat, Lembaga Penerbitan Universitas Brawijaya, Malang, 1981, Hal. 15 14 Gautama., Sudargo., Tafsiran Undang-Undang Pokok Agraria, Alumni, Bandung, 1973, hal. 13
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
5. pemisahan dan pembagian harta warisan;
6. penyerahan hibah wasiat;
7. hipotik;
8. credit verband;
f. Tinjauan Umum Tentang Lembaga Badan Pertanahan Nasional RI
1. Pengertian Lembaga BPN RI
Badan Pertanahan Nasional (BPN) adalah Lembaga Pemerintah Non
Departemen yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden dan
dipimpin oleh Kepala. (Sesuai dengan Perpres No. 10 Tahun 2006)
2. Stuktur Organisasi BPN RI
Setelah sebelumnya tugas keagrariaan diselenggarakan oleh suatu
Kementerian (berdasarkan Undang-undang No.7 tahun 1958), maka berdasarkan
Keputusan Presiden Nomor 63 tahun 1966, tugas keagrariaan dilaksanakan oleh
Menteri Dalam Negeri ditingkatkan menjadi Badan Pertanahan Nasional yang
dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang bertanggungjawab kepada Menteri
Sekretaris Negara dengan susunan organisasi sebagaimana ditetapkan oleh
Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 11/BPN/1988. 15
Di tingkat daerah dibentuk organisasi Kantor Wilayah BPN untuk Tingkat
Provinsi dan Kantor Pertanahan untuk Tingkat Kabupaten/Kotamadya,
15 Murad., Rusmadi., Administrasi Pertanahan Pelaksanaannya dalam Praktek, Mandar Maju, Bandung, 1997, hal. 6
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
berdasarkan Keputusan Kepala BPN Nomor 1 tahun 1989.16
Sebagai instansi vertikal, BPN RI memiliki unit kerja di hampir semua
tingkatan wilayah administrasi pemerintahan (Pusat, Provinsi
danKabupaten/Kota). Secara organisatoris, seluruh provinsi telah memiliki unit
kerja Kantor Wilayah (Kanwil), namun sampai dengan bulan Juni tahun2006,
belum semua Kanwil BPN Provinsi memiliki gedung kantor sendiri khususnya
pada Kanwil BPN Provinsi hasil pemekaran wilayah. Sebagianlainnya, dalam
kondisi yang kurang baik, sampai dengan rusak. Di hampir semua kabupaten/kota
telah dibentuk Kantor Pertanahan, namun sebagianbelum memiliki gedung kantor
sendiri. Hampir 70% diantaranya dalam kondisi rusak ringan, sedang, sampai
rusak berat. Sebagai unit pelayanan(langsung) kepada masyarakat, kondisi ini
sangat memprihatinkan.Mengingat hanya dokumen pertanahan yang berbahan
dasar kertas (paper base), dalam berbagai jenis dan ukuran masih merupakan alat
bukti yangdiakui oleh pengadilan. Tempat penyimpanan dokumen merupakan
salah satu kebutuhan pokok bagi pelaksanaan tugas pertanahan. Sampai saat ini
barusekitar 10 % Kantor Pertanahan yang telah memiliki tempat penyimpanan
Dengan demikian maka selain fungsi dan tugas pokoknya masih relatif
sama dengan Direktorat Jenderal Agraria, tetapi hubungan kerja dengan Menteri
dalam Negeri, Gubernur dan Bupati/Walikota berubah, yang semula sebagai
instansi/aparat dekonsentrasi, sekarang menjadi Instansi Vertikal dengan
hubungan koordinasi sebagaimana ditentukan dalam Peraturan Pemerintah Nomor
6 tahun 1988.
16 Ibid.
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
dokumen (gedung arsip) pertanahan yang layak. Alat ukur dan perekam data
lapangan, sarana dan alat pengolah data serta sarana mobilitas, merupakan unsur
lain yang menentukan kinerja BPN RI. Berdasarkan kondisi yang ada, sebagian
besar sarana penunjang kerja khususnya alat ukur dan perekam data lapangan,
perlu diganti dengan peralatan baru. Demikian juga halnya dengan sarana
mobilitas.Peta dasar skala besar dan titik dasar teknis (jejaring geodetic nasional),
adalah infrastruktur utama pelaksanaan tugas BPN RI. Saat ini, baru sebagiankecil
wilayah daratan diluar kawasan hutan yang telah tersedia peta dasar. Sebaran titik
dasar teknis pun baru meliputi sebagian kota/ kabupaten.
3. Tugas Pokok dan Fungsi BPN RI
Tugas Pokok dan Fungsi BPN RI adalah sebagai berikut:
1. Badan Pertanahan Nasional adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.
2. Badan Pertanahan Nasional mempunyai tugas melaksanakan tugas
pemerintahan di bidang pertanahan secara nasional, regional dan
sektoral.Dalam melaksanakan tugas tersebut, BPN RI melaksanakan fungsi:
a. perumusan kebijakan nasional di bidang pertanahan;
b. perumusan kebijakan teknis di bidang pertanahan;
c. koordinasi kebijakan, perencanaan dan program di bidang
pertanahan;
d. pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang
pertanahan;
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
e. penyelenggaraan dan pelaksanaan survei, pengukuran dan
pemetaan di bidang pertanahan;
f. pelaksanaan pendaftaran tanah dalam rangka menjamin kepastian
hukum;
g. pengaturan dan penetapan hak-hak atas tanah;
h. pelaksanaan penatagunaan tanah, reforma agraria dan penataan
wilayah-wilayah khusus;
i. penyiapan administrasi atas tanah yang dikuasai dan/atau milik
negara/ daerah bekerjasama dengan Departemen Keuangan;
j. pengawasan dan pengendalian penguasaan pemilikan tanah;
k. kerja sama dengan lembaga-lembaga lain;
l. penyelenggaraan dan pelaksanaan kebijakan, perencanaan dan
program di bidang pertanahan;
m. pemberdayaan masyarakat di bidang pertanahan;
n. pengkajian dan penanganan masalah, sengketa, perkara dan konflik
di bidang pertanahan;
o. pengkajian dan pengembangan hukum pertanahan;
p. penelitian dan pengembangan di bidang pertanahan;
q. pendidikan, latihan dan pengembangan sumber daya manusia di
bidang pertanahan;
r. pengelolaan data dan informasi di bidang pertanahan;
s. pembinaan fungsional lembaga-lembaga yang berkaitan dengan
bidang pertanahan;
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
t. pembatalan dan penghentian hubungan hukum antara orang,
dan/atau badan hukum dengan tanah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
u. fungsi lain di bidang pertanahan sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
4. Visi dan Misi BPN RI
a).Visi
Menjadi lembaga yang mampu mewujudkan tanah dan pertanahan untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat, serta keadilan dan keberlanjutan sistem
kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan Republik Indonesia.
b).Misi
Mengembangkan dan menyelenggarakan politik dan kebijakan pertanahan
untuk:
a. Peningkatan kesejahteraan rakyat, penciptaan sumber-sumber baru
kemakmuran rakyat, pengurangan kemiskinan dan kesenjangan
pendapatan, serta pemantapan ketahanan pangan;
b. Peningkatan tatanan kehidupan bersama yang lebih berkeadilan
dan bermartabat dalam kaitannya dengan penguasaan, pemilikan,
penggunaan dan pemanfaatan tanah (P4T);
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
c. Perwujudan tatanan kehidupan bersama yang harmonis dengan
mengatasi berbagai sengketa, konflik dan perkara pertanahan di
seluruh tanah air dan penataan perangkat hukum dan sistem
pengelolaan pertanahan sehingga tidak melahirkan sengketa,
konflik dan perkara di kemudian hari;
d. Keberlanjutan sistem kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan
Indonesia dengan memberikan akses seluas-luasnya pada generasi
yang akan datang terhadap tanah sebagai sumber kesejahteraan
masyarakat;
e. Menguatkan lembaga pertanahan sesuai dengan jiwa, semangat,
prinsip dan aturan yang tertuang dalam UUPA dan aspirasi rakyat
secara luas.
Hal yang lebih penting lagi, bahwa tanah merupakan perekat Negara
Kesatuan Republik Indonesia, oleh karena itu perlu dikelola secara Nasional
dengan tetap menjaga keberlanjutan sistem kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dalam tataran empiris, kebijakan yang bersifat nasional tersebut tidak pula
meninggalkan norma yang tumbuh dan berkembang dalam komunitas tertentu
seperti masyarakat hukum adat yang eksistensinya masih ada di beberapa daerah
tertentu seperti Sumatera Barat, Propinsi Papua dan beberapa daerah lain di luar
Pulau Jawa.
Dalam Negara Kesatuan RI satu-satunya lembaga atau institusi yang
sampai saat ini diberikan kewenangan (kepercayaan) untuk mengemban amanah
dalam mengelola bidang pertanahan adalah Badan Pertanahan Nasional Republik
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
Indonesia (BPN-RI). Pasal 2 Peraturan Presiden (Perpres) No 10 Tahun 2006
tentang Badan Pertanahan Nasional menyebutkan bahwa Badan Pertanahan
Nasional mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang
pertanahan secara nasional, regional dan sektoral. Oleh karena itu, maka BPN-RI
dengan mandat baru tersebut, ke depan harus mampu memegang kendali
perumusan kebijakan nasional di bidang pertanahan , kebijakan teknis,
perencanaan dan program, penyelenggaraan pelayanan administrasi pertanahan
dalam rangka menjamin kepastian hukum hak atas tanah, penatagunaan tanah,
reformasi agraria, penguasaan dan pemilikan hak atas tanah, termasuk
pemberdayaan masyarakat. Bahkan Institusi/lembaga ini salah satu misi nya
adalah melakukan pengkajian dan penanganan masalah, sengketa, perkara dan
konflik di bidang pertanahan. 17
17 www.bpn.,go.id
Sebagai wujud keinginan dan kepedulian Pemerintah untuk menangani
konflik dan sengketa pertanahan yang mempunyai implikasi langsung terhadap
'korban" di bidang pertanahan, maka dalam pembentukan BPN-RI dengan visi dan
misi yang baru, di BPN Pusat telah dibentuk Deputi IV Bidang Pengkajian dan
Penanganan Sengketa dan Konflik Pertanahan (Pasal 343 Peraturan Kepala BPN
No 3 Tahun 2006). Yang selanjutnya di tingkat Propinsi yaitu pada Kantor
Wilayah BPN dibentuk Bidang Pengkajian dan Penanganan Sengketa dan Konflik
Pertanahan , sedangkan di tingkat Kabupaten/ Kota, yaitu pada setiap Kantor
Pertanahan Kabupaten/ Kota dibentuk Seksi Sengketa, Konflik dan Perkara (Pasal
4 dan 27, 32, dan 53 Peraturan Kepala BPN No 4 Tahun 2006).
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
Sementara untuk mewujudkan visi dan misi BPN-RI yang baru tersebut,
Kepala BPN-RI Joyo Winoto, telah menetapkan sebelas agenda kegiatan, yaitu:
1) Membangun kepercayaan masyarakat pada BPN;
2) Meningkatkan pelayanan dan pelaksanaan pendaftaran tanah, serta
sertifikasi tanah secara menyeluruh di seluruh Indonesia;
3) Memastikan penguatan hak-hak rakyat atas tanah;
4) Menyelesaikan persoalan pertanahan di daerah-daerah korban bencana
alam dan daerah-daerah konflik di seluruh tanah air;
5) Menangani dan menyelesaikan perkara, masalah, sengketa dan konflik
pertanahan di seluruh Indonesia secara sistematis;
6) Membangun Sistem Infomasi dan Manajemen Pertanahan Nasional
(SIMTANAS) dan Sistem keamanan dokumen pertanahan di seluruh Indonesia;
7) Menangani masalah KKN serta meningkatkan partisipasi dan
pemberdayaan masyarakat;
8) Membangun database penguasaan dan pemilikan tanah skala besar;
9) Melaksanakan secara konsisten semua peraturan perundang-undangan
pertanahan yang telah ditetapkan;
10) Menata kelembagaan Badan Pertanahan Nasional; dan
11) Mengembangkan dan memperbaharui politik, hukum, dan kebijakan
pertanahan.
Dalam konteks kebijakan pertanahan nasional, sebelas agenda di atas tidak
menegasikan wacana kedaerahan (regional) untuk menggali kearifan lokal dalam
penyelesaian sengketa, konflik dan perkara pertanahan yang terdapat di beberapa
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
daerah di Indonesia, dalam bingkai Negara Kesatuan RI. Sebagai contoh, telah
dituangkannya substansi pengaturan bidang pertanahan pada Pasal 213 UU No 11
Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh.
F. Metode Penelitian
Penentuan metode penelitian yang akan digunakan merupakan langkah
berikutnya setelah pemilihan dan analisis masalah. Pemakaian metode ini penting
supaya masalah-masalah tadi terjawab dengan tepat. Metode penelitian hukum
yang digunakan yakni :
a. Jenis Penelitian
Metode yang penulis gunakan adalah metode penelitian hukum empiris
yang meliputi pendekatan hukum normatif dan pendekatan hukum sosiologis.
Dalam hal pendekatan hukum normatif penulis melakukan penelitian terhadap
peraturan Perundang-undangan dan bahan-bahan hukum yang berhubungan
dengan skripsi ini. Pendekatan ini dilakukan demi memperoleh data sekunder.
Sedangkan pendekatan secara sosiologis dilakukan demi memperoleh data primer
yaitu dengan melakukan penelitian dan wawancara langsung kepada Kepala Seksi
Penetapan Hak Tanah Perorangan Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional
Sumatera Utara. Dalam menganalisa data yang diperoleh, maka penulis
menggunakan analisis kualitatif.
b. Alat Pengumpulan Data
Dalam hal ini penulis menggunakan dua cara dalam memperoleh data-data
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
yang diperlukan sehingga isi skripsi ini dapat terungkap dengan jelas, kedua cara
yang dimaksud adalah:
1). Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Dalam rangka pengumpulan data-data melalui penelitian kepustakaan
maka penulis meneliti melalui sumber bacaan yang berhubungan dengan judul
skripsi ini, yang bersifat teoritis ilmiah yang dapat dipergunakan sebagai dasar
dalam penelitian dan menganalisa masalah-masalah yang dihadapi. Penelitian
yang dilakukan dengan membaca serta menganalisa peraturan perundang-
undangan maupun dokumentasi lainnya seperti: karya ilmiah para sarjana,
majalah, surat kabar, internet maupun sumber teoritis lainnya yang berkaitan
dengan materi skripsi yang penulis ajukan.
2). Penelitian Lapangan (Field Research)
Kegiatan ini penulis lakukan dengan cara turun langsung ke lapangan
sasaran penelitian. Pengumpulan bahan-bahan di lapangan untuk memperoleh data
yang akurat, diperlukan informasi langsung dengan mempergunakan instrumen
penelitian sebagai berikut:
a. Wawancara (interview), yaitu: mengadakan tanya-jawab dengan
pejabat-pejabat instansi/kantor yang ada hubungannya dengan
penelitian ini yaitu antaralain dengan aparat BPN (Badan
Pertanahan Nasional) untuk wilayah Sumatera Utara.
b. Observasi (pengamatan), yaitu: penelitian dengan cara melakukan
pengamatan atau pencatatan secara sistematis terhadap objek yang
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
diteliti.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional
dalam hal ini dalam rangka memperoleh data dan keterangan yang berkaitan
dengan kinerja Badan Pertanahan Nasional Wilayah Provinsi Sumatera Utara
dalam hal Pendaftaran Tanah.
Sesuai dengan data-data yang telah dikumpulkan oleh penulis kemudian
disajikan sebagai gambaran dari keadaan yang sebenarnya (deskriptif) dengan
berpedoman kepada bentuk metode penelitian karya ilmiah yang kiranya dapat
diterima oleh semua pihak.
G. Sistematika Penulisan
Adapun judul Skripsi ini yakni : “Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara
(Sumut) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian
Hukum Dan Hak Atas Tanah” (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN Sumut).
Berikut uraian sistematika penulisan yang merupakan gambaran isi skripsi ini :
Pada Bab I diuraikan tentang Latar Belakang Penulisan Skripsi; kemudian
Perumusan Masalah yang akan diteliti ; diuraian pula Tujuan Penulisan dan
Manfaat Penulisan baik secara praktis maupun secara teoritis ; Keaslian Penulisan
bahwa tulisan ini adalah karya asli dari penulis ; Tinjauan Kepustakaan yang
meliputi : Pengertian “Kinerja”, Pengertian “Tanah”, Tinjauan Umum tentang
Hak Atas Tanah, Tinjauan Umum tentang Pendaftaran Tanah, Peralihan Hak atas
Tanah, Tinjauan Umum Tentang Lembaga Badan Pertanahan Nasional RI ;
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
selanjutnya Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.
Pada Bab II diuraikan tentang Gambaran Umum Daerah Penelitian,
Peranan BPN dalam Menjamin Kepastian Hukum Hak Atas Tanah, Realisasi
Menjamin Kepastian Hukum dan Hak Atas Tanah Melalui Pelaksanaan
Pendaftaran Tanah di Sumatera Utara, selanjutnya Prosedur Pelaksanaan
Pendaftaran Tanah di Sumatera Utara.
Pada Bab III diuraikan tentang Hambatan-Hambatan Yang Terjadi Dalam
Pelaksanaan Pendaftaran Tanah meliputi Faktor Kebijakan Pemerintah Mengenai
Kewajiban Perpajakan dalam Kegiatan Pendaftaran Tanah, Faktor Masalah Biaya
Pendaftaran Tanah yang relatif mahal, SDM (Sumber Daya Manusia) dan
Peralatan yang Terbatas, Kesadaran Hukum Masyarakat Masih Kurang, Sistem
Publikasi Pendaftaran Tanah yang berlaku di Indonesia dengan Sistem Negatif
serta Adanya Ketentuan Penunjukan Kawasan Hutan Oleh Departemen
Kehutanan.
Pada Bab IV diuraikan tentang Upaya Pencegahan Dan Penanggulangan
Hambatan-Hambatan Yang Terjadi Dalam Pelaksanaan Pendaftaran Tanah yang
meliputi : Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Hambatan dalam Kegiatan
Pendaftaran Tanah Melalui Kebijakan Hukum Agraria serta Upaya Pencegahan
dan Penanggulan Hambatan dalan Kegiatan Pendaftaran Tanah Melalui
Pengelolaan BPN (Badan Pertanahan Nasional).
Pada Bab V duraikan mengenai Kesimpulan dan saran dari Penulis.
Penulisan skripsi ini diakhiri dengan menyimpulkan butir-butir yang seyogianya
dianggap penting, kemudian penulis memberikan beberapa saran sehubungan
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
dengan pembahasan yang telah dilakukan, sehingga somoga kiranya dapat
berguna bagi segala pihak.
Demikian sistematika penulisan skripsi ini dengan memberikan suatu
batasan dalam ruang lingkup pembahasannya.
BAB II
PENYELENGGARAAN PENDAFTARAN TANAH OLEH
BPN PROVINSI SUMATERA UTARA
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian
a. Lokasi dan Kcadaan Geografis.
Provinsi Sumatera Utara berada di bagian barat Indonesia, terletak pada
garis 10 - 40 Lintang Utara dan 98° - 1000 Bujur Timur. Sebelah Utara berbatasan
dengan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, sebelah Timur dengan Negara
Malaysia di Selat Malaka, sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Riau dan
Sumatera Barat dan di sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia.
Luas daratan Provinsi Sumatera Utara adalah 71 680,68 km2, sebagian besar
berada di daratan Pulau Sumatera, dan sebagian kecil berada di Pulau Nias, Pulau-
pulau Barn serta beberapa pulau kecil, baik di bagian barat maupun bagian timur
pantai Pulau Sumatera. Berdasarkan luas daerah menurut kabupatenlkota di
Sumatera Utara, luas daerah terbesar adalah Kabupaten Tapanuli Selatan dengan
luas 12.138,30 km2 atau 16,93% diikuti Kabupaten Labuhan Barn dengan luas
9.223,18 km2 atau 12,87% kemudian diikuti Kabupaten Mandailing Natal dengan
luas 6.618,79 km2 atau sekitar 9,23%. Sedangkan luas daerah terkecil adalah Kota
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
Sibolga dengan luas 10,77 km2 atau sekitar 0,02% dan total luas wilayah
Sumatera Utara. Berdasarkan kondisi letak dan kondisi alam, Sumatera Utara
dibagi dalam 3 kelompok wilayah yaitu Pantai Barat, Dataran Tinggi dan Pantai
Timur.
b.Iklim.
Karena terletak dekat garis khatulistiwa, Provinsi Sumatera Utara tergolong ke
dalam daerah beriklim tropis. Ketinggian permukaan daratan Provinsi Sumatera
Utara sangat bervariasi, sebagian daerahnya datar, hanya beberapa meter di atas
permukaan laut, beriklim cukup panas bisa mencapai 35,8°C, sebagian daerah
berbukit dengan kemiringan yang landai, beriklim sedang dan sebagian lagi
berada pada daerah ketinggian yang suhu minimalnya bisa mencapai 13,00 C.
Sebagaimana Provinsi lainnya di Indonesia, Provinsi Sumatera Utara mempunyai
musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau biasanya terjadi pada
bulan Juni sampai dengan September dan musim penghujan biasanya terjadi pada
bulan November sampai dengan bulan Maret, diantara kedua musim itu diselingi
oleh musim pancaroba.
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
c.JumlahPenduduk
Sumatera Utara merupakan Provinsi keempat yang terbesar jumlah
penduduknya di Indonesia setelah Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Menurut hasil peneacahan lengkap Sensus Penduduk ISP) 1990 penduduk
Sumatera Utara keadaan tanggal 3 1 Oktober 1990 (han sensus) berjumlah 10,26
juta jiwa, dan dan hasil SP2000, jumlah penduduk Sumatera Utara sebesar 11,51
juta jiwa. Pada bulan April tahun 2003 dilakukan Pendaftaran Pemilih dan
Pendataan Penduduk Berkelanjutan (P4B). Dan hasil pendafiaran tersebut
diperoleh jumlah penduduk sebesar 11.890.399 jiwa. Selanjutnya dan hasil
estimasi jumlah penduduk keadaan Juni 2005 diperkirakan sebesar 12.326.678
jiwa. Kepadatan penduduk Sumatera Utara tahun 1990 adalah 143 jiwa per km2
dan tahun 2005 meningkat menjadi 172 jiwa per km2. Laju pertumbuhan
penduduk Sumatera Utara selama kurun waktu tahun 1990-2000 adalah 1,20
persen per tahun, dan pada tahun 2000-2005 menjadi 1,37 % per tahun.
Penduduk perempuan di Sumatera Utara sedikit lebih banyak dan laki-laki.
Pada tahun 2005 penduduk Sumatera Utara yang berjenis kelamin perempuan
berjumlah sekitar 6.16 1.607 jiwa dan penduduk laki-laki sebesar 6.165.071 jiwa.
Dengan demikian sex ratio penduduk Sumatera Utara sebesar 100,06 persen.
Penduduk Sumatera Utara masih lebih banyak tinggal di daerah pedesaan dan
pada daerah perkotaan. Jumlah penduduk Sumatera Utara yang tinggal di
pedesaan adalah 6,99 juta jiwa (56,76 %) dan yang tinggal di daerah perkotaan
sebesar 5,33jutajiwa (43,24 %).
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
Sampai dengan tahun 1996 Jumlah penduduk miskin masih terlihat
menurun di Sumatera Utara. Hal mi menggambarkan bahwa pembangunan di
Sumatera Utara menghasilkan peningkatan taraf hidup masyarakat Sumatera
Utara seeara keseluruhan. Jumlah penduduk miskin tahun 1993 sebesar 1,33 juta
orang atau sebesar 12,3 1 persen dan total seluruh penduduk Sumatera Utara.
Tahun 1996 jumlah penduduk Sumatera Utara yang tergolong miskin hanya 1,23
juta jiwa dengan persentase sebesar 10,92 persen. Namun karena terjadinya krisis
moneter seeara maksimal termasuk Sumatera Utara, penduduk miskin di Sumatera
Utara tahun 1999 meningkat menjadi 16,74 persen dan total penduduk Sumatera
Utara yaitu sebanyak 1,97 juta jiwa. Pada tahun 2003 terjadi penurunan penduduk
miskin baik seeara absolut maupun seeara persentase, yaitu menjadi 1,89 juta jiwa
atau sekitar 15,89 persen, sedangkan tahun 2004 jumlah dan persentase turun
menjadi sebanyak 1,80 jutajiwa atau sekitar 14,93 %.
Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2000 jumlah penduduk Sumatera
Utara yang menganut agama Islam pada tahun 2000 sebesar 65,45 persen, Kristen
Katolik sebesar 4,78 persen, Kristen lainnya sebesar 26,62 persen, Hindu sebesar
0,19 persen, Budha sebesar 2,82 persen dan agama lainnya sebesar 0,14 persen.
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
d. Perbandingan Nasional
Penduduk Indonesia pada tahun 2005 menurut hasil proyeksi penduduk
akhir tahun berjumlah 219, 21 juta jiwa sementara penduduk Sumatera Utara
sebesar 12,45 juta jiwa. Jumlah penduduk Sumatera Utara merupakan terbesar
keempat di Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah yang
masing-masing jumlahnya 39,07 juta jiwa, 35,55 juta jiwa dan 31,89jutajiwa.
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
Berdasarkan penghitungan Indeks Pembangunan Manusia (1PM) tahun
2004, 1PM tertinggi adalah Provinsi DKI Jakarta sebesar 75,8 diikuti posisi kedua
Provinsi Sulawesi Utara sebesar 73,4 dan DI Yogyakarta diposisi ketiga sebesar
72,9. Sementara 1PM Provinsi Sumatera Utara sebesar 71,4 yang secara Nasional
peringkatnya berada path posisi 7 dan 33 provinsi di Indonesia.
Tahun 2005, Sumatera Utara mengalami inflasi 22,4 1 persen, jauh lebih
tinggi daripada tahun 2004 yang sebesar 6,80 persen. Inflasi tahun 2005 tersebut
lebih tinggi dan inflasi nasional sebesar 17,11 persen. Dan 45 Kota di Indonesia
yang dilakukan penghitungan, laju inflasi tertinggi tahun 2005 terjadi di Kota
Banda Aceh (41,11%) diikuti Kota Kota Bengkulu (25,22%) dan Kota Medan
(22,91°o).
Hasil sementara penghitungan PDRB menunjukkan dan 30 provinsi di
Indonesia, DKI Jakarta merupakan provinsi yang mempunyai PDRB terbesar.
Nilai PDRB DKI Jakarta atas dasar harga konstan 2000 pada tahun 2004 sebesar
Rp. 279,2 trilyun atau 12,67% dan total 30 provinsi. Provinsi berikutnya adalah
Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah dengan nilai PDRB masing-masing Rp.
242,17 trilyun, Rp. 232,18 trilyun, dan Rp. 135,79 trilyun atau persentase
masingmasing sebesar 10,99%, 10,54%, dan 6,16% terhadap total 30 provinsi
seIndonesia. Sedangkan Provinsi Sumatera Utara merupak provinsi yang
mempunyai PDRB terbesar ke-5, yaitu sebesar Rp.83,33 trilyun atau 3,78% dan
total 30 provinsi di Indonesia.
Membaiknya ekonomi Nasional juga ditunjukan oleh meningkatnya neraca
perdagangan luar negeri Indonesia yang mengalami surplus yang cukup
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
menggembirakan. Hal mi ditunjukkan oleh persentase perubahan neraca
perdagangan luar negeri yang tercatat pada tahun 2004. Dimana neraca
perdagangan luar negeri Indonesia mengalami surplus sebesar US $ 25.060,1 juta.
Ekspor Indonesia sebagian besar ditujukan ke kawasan Asia Lainnya, Jepang ,
Asean dan Uni Eropa. Pada Tahun 2004, ekspor terbesar Indonesia ditujukan ke
negara Jepang sebesar US$. 15.962,1 juta atau sekitar 22,30%. Diikuti ke kawasan
Asia Lainnya mencapai US$. 12.997,5 juta atau 18,16 persen dan total ekspor
Indonesia.
Pada tahun 2004, nilai impor Indonesia sebagian besar didatangkan dan
kawasan Asia lainnya sebesar US $ 12.466 juta atau 26,79 persen dan total impor
Indonesia kemudian disusul dan kawasan Asean sebesar US $ 11.494,4 juta atau
24,7 1 persen. Sedangkan dan Uni Eropa sebesar US $ 5.252,0 juta atau 11,29
persen.
Berdasarkan hasil Sensus Pertanian tahun 2003 jumlah rumahtangga
pertanian di Indonesia sebanyak 24,87 juta rumah tangga sebagian besar berada di
Jawa Timur sebanyak 4,84 juta RT atau 19,94 persen diikuti Jawa Tengah
sebanyak 4,26 juta RT atau 17,13 persen dan Jawa Barat sebanyak 3,29 RT atau
13,23 persen. Sedangkan banyaknya rumah tangga pertanian di Provinsi Sumatera
Utara sebanyak 1,26 juta RT atau sekitar 5,07 persen dan jumlah rumahtangga
pertanian di Indonesia.
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
e. Kctcnagakcrjaan.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Sumatera Utara setiap
tahunnya tampak berfluktuasi. Pada tahun 2000, TPAK di daerah mi sebesar
57,34 persen, tahun 2004 naik menjadi 68,95 persen, dan tahun 2005 menjadi 7
1,94 persen.
Angkatan kerja di Sumatera Utara sebagian besar masih berpendidikan SD
ke bawah. Persentase angkatan kerja golongan mi mencapai 4 1,96 persen,
angkatan kerja yang berpendidikan setingkat SMTP dan SMTA masing-masing
sekitar 26,42 persen dan 26,49 persen sedangkan sisanya 5,14 persen
berpendidikan diatas SMTA. Dengan masih rendahnya pendidikan angkatan kerja
memungkinkan produktivitasnya juga masih belum optimal.
Jika dilihat dan status pekerjaannya, sepertiga (28,44 persen) penduduk
yang bekerja di Sumatera Utara adalah buruh atau karyawan. Penduduk yang
berusaha dengan dibantu anggota keluarga mencapai sekitar 17,67 persen,
sedangkan penduduk yang bekerja sebagai pekerja keluarga mencapai 23,24
persen. Hanya 2,08 persen penduduk Sumatera Utara yang menjadi pengusaha
yang mempekerjakan buruh tetap/bukan anggota keluarganya.
Jumlah penduduk Sumatera Utara yang merupakan angkatan kerja adalah
sebanyak 5,80 juta j iwa yang terdiri dan 5,17 juta j iwa terkategori bekerj a dan
sebesar 636 ribu jiwa terkategori mencari kerja dan tidak bekerja (pengangguran
terbuka). Penduduk Sumatera Utara yang bekerja mi sebagian besar bekerja pada
sektor pertanian yaitu 52,68 persen. Sektor kedua terbesar dalam menyerap tenaga
kerja di Sumatera Utara adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
sebesar 17,67 persen. Sektor lain yang cukup besar peranannya dalam menyerap
tenaga kerja adalah sektor jasa-jasa, baik jasa perorangan, jasa perusahaan, dan
jasa pemerintahan yaitu sebesar 10.55 persen. sementara penduduk yang bekerja
di sektor industri hanya sekitar 6,01 persen saja.
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
B. Peranan BPN dalam Menjamin Kepastian Hukum Hak Atas Tanah
a. Realisasi Menjamin Kepastian Hukum Atas Tanah Melalui Pelaksanaan
Pendaftaran Tanah di Sumatera Utara
Tabel 1. Penerbitan Sertifikat dari tahun 1960 s/d tahun 2007
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
Tabel 2. Luas Daerah Kabupeten/ Kota dan Luas Tanah yang Telah Disertifikatkan Sampai Tahun 2004 No Kabupaten/ Kota Luas Tanah yang telah
diterbitkan Sertifikat (Ha) Luas Area (Ha)
1 2 3 4 Kota 1 Medan 5.768,7154 2.650 2 Binjai 3.558,8154 9.033 3 Pematang Siantar 6.663,9548 7.999 4 Tanjung Balai 2.050,6038 6.052 5 Sibolga 206,7841 1.077 6 Tebing Tinggi 1.247,3357 3.799 7 Padang Sidempuan 47,9440 14.000 Kabupaten 1 Deli Serdang 135.901,0756 240.796 2 Asahan 186,7450 458.075 3 Labuhan Batu 331.776,9914 922.318 4 Tapanuli Selatan 78.491,9646 1.213.830 5 Tapanuli Tengah 30.201,1605 218.800 6 Toba Samosir 809,6700 247.440 7 Mandailing Natal 110,5411 661.879 8 Karo 42.191,7990 212.729 9 Dairi 9.290,2434 192.780 10 Simalungun 186.251,6158 438.660 11 Nias 2.689,7024 349.539 12 Langkat 137.750,7600 626.330 13 Tapanuli Utara 5.677,5487 606.185 14 Serdang Bedagai - 198.998 15 Nias Selatan - 182.520 16 Humbang Hasundutan - - 17 Pak-pak Barat - 121.830 18 Samosir - 206.905 JUMLAH 98.0873,9707 7.168.068,0000 Keterangan: Luas Kabupaten Humbang Hasundutan digabung dengan Kabupaten Tapanuli Utara
Medan, 18 Mei 2005
Kepala Kantor Wilayah
Badan Pertanahan Nasional Provinsi Sumatera Utara
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
Tabel 3. Luas Tanah yang Telah Terdaftar Dan Belum Terdaftar di Kantor Pertanahan Kabupaten/ Kota Se-Provinsi Sumatera Utara No Kabupaten/ Kota Tanah Terdaftar
(sertifikat) Belum Terdaftar (dari PBB & Prediksi
KOTA 1 Medan 195.563 162.307 2 Binjai 31.020 30.069 3 Pematang Siantar 34.362 24.153 4 Tanjung Balai 15.974 11.074 5 Sibolga 6.888 12.360 6 Tebing Tinggi 20.363 12.273 7 Padang Sidempuan 673 55.600 Kabupaten 1 Deli Serdang 91.376 394.714 2 Asahan 38.154 226.704 3 Labuhan Batu 56.551 265.708 4 Tapanuli Selatan 32.981 280.101 5 Tapanuli Tengah 72.753 54.919 6 Toba Samosir 1.656 143.636 7 Mandailing Natal 3.473 137.991 8 Karo 16.597 98.565 9 Dairi 17.365 158.000 10 Simalungun 39.509 303.784 11 Nias 11.525 82.868 12 Langkat 39.466 117.539 13 Tapanuli Utara 17.428 174.428 JUMLAH 693.650 2.746.094
Medan, 18 April 2005
Kepala Kantor Wilayah
Badan Pertanahan Nasional Provinsi Sumatera Utara
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
Persentase Luas Area Yang Telah Bersertifikat atau Terdaftar yaitu:
= 1.547.950,4386 7.168.068,0000
x 100 %
= 21,59 %
Persentase Bidang Tanah Yang Telah Bersertifikat yaitu :
= 846.988 2.746.094
x 100 %
= 30,84 %
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
b. Prosedur Pelaksanaan Pendaftaran Tanah yang Diterapkan Oleh BPN
Provinsi Sumatera Utara
Sesuai ketentuan Pasal 19 UUPA Penyelenggara Pendaftaran Tanah
adalah Pemerintah, dalam hal ini Badan Pertanahan Nasional. Sementara itu
Pelaksana Pendaftaran Tanah adalah Kepala Kantor Pertanahan. Dalam
melaksanakan tugasnya, Kepala Kantor Pertanahan dibantu oleh Pejabat Pembuat
Akta Tanah (PPAT) dan pejabat lain yang ditugaskan untuk melaksanakan
kegiatan-kegiatan tertentu menurut PP No. 24 Tahun 1997 dan Peraturan
Perundang-undangan lain yang bersangkutan. Misalnya pembuatan akta PPAT
Sementara, pembuatan Akta Ikrar Wakaf, pembuatan Surat Kuasa Membebankan
Hak Tanggungan (SKMHT) oleh Notaris, pembuatan Risalah Lelang oleh Pejabat
Lelang, dan ajudikasi dalam Pendaftaran Tanah secara Sistematik oleh Panitia
Ajudikasi.
Menurut ketentuan dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
1997 yang terkait segi administratif disebutkan sebagai data Yuridis, sedangkan
segi Teknisnya disebutkan sebagai data fisik. Data yuridis maksudnya ada
keterangan status hukum mengenai bidang tanah yang didaftar, pemegang hak dan
hak pihak lain serta beban-beban lain yang membebaninya. Bila dinyatakan
sebagai status hukum bidang tanah yang terdaftar, berarti terdapat bukti yang
menunjukkan adanya hubungan hukum antara orang dengan tanahnya. Adanya
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
bukti hubungan hukum tersebut kemudian diformalkan (bukan dilegalisasi)
melalui pendaftaran tanah. 18
Berikut ini adalah Prosedur Pelaksanaan Pendaftaran Tanah yang
Diterapkan Oleh BPN Provinsi Sumatera Utara yaitu dengan dua cara yaitu :
Disebutkan memformalkan bukan melegalisasi karena kegiatan
pendaftaran tanah yang dilaksanakan oleh instansi Badan Pertanahan Nasional
belum pada posisi pemberian jaminan kebenaran materil dari pemilikan tanah
seseorang, tetapi hanya sampai pada pembenaran atau pengukuhan dari bukti
formal yang disampaikan oleh pihak yang mengajukan permohonan hak atas
bukti-bukti tertulis yang diterbitkan oleh pejabat yang diberikan kewenangan
untuk itu yang diajukan oleh pemohon sebagai bukti adanya penguasaan atau alas
hak atau hubungan hukum antara orang yang bersangkutan dengan tanahnya.
Kegiatan pendaftaran tanah yang memformalkan pemilikan tanah baik
yang berdasarkan bukti-bukti pemilikan maupun penguasaan atas tanah selain
menyangkut aspek yuridis dan aspek teknis, juga pelaksanaan pendaftaran tanah
terkait dengan tugas-tugas keadministrasian. Dengan kata lain dalam kegiatan
pendaftaran taanh terdapat tugas-tugas penata-usahaan , seperti dalam penetapan
hak-hak atas tanah dan pendaftaran peralihan hak tanah. Bahkan dapat dikatakan
bahwa kegiatan yang menyangkut aspek yuridis atau pegumpulan data yuridis
sampai kepada penerbitan buku tanah, sertifikat dan daftar umum lainnya serta
pencatatan perubahan di kemudian hari hampir seluruhnya menyangkut tugas-
tugas administrasi.
18 Lubis, Mhd. Yamin; Lubis, Abd. Rahim; Hukum Pendaftaran Tanah, CV. Mandar Maju, Bandung, 2008, Hal. 78
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
1. Pendaftaran Tanah Secara Sistematik
2. Pendaftaran Tanah Secara Sporadik
1. Pendaftaran Tanah Secara Sistematik
Pendaftaran Tanah Secara Sistematik adalah kegiatan pendaftaran tanah
tanah untuk pertama kali yang dilakukan secara serentak yang meliputi semua
obyek pendaftaran tanah yang belum didaftar dalam wilayah tatau bagian wilayah
suatu desa/ kelurahan. Pendaftaran tanah secara sistematik didasarkan pada suatu
rencana kerja dan dilaksanakan di wilayah-wilayah yang ditetapkan atas prakarsa
Pemerintah, maka kegiatan tersebut didasarkan pada suatu rencana kerja yang
ditetapkan oleh Menteri.
Berikut ini merupakan Tahapannya (Sesuai dengan Permen-Agra/ Ka.
BPN No. 3/1997) :
a. Penetapan Lokasi (Oleh Menteri atas usul Kepala Kantor Wilayah)
b. Persiapan
Kepala Kantor Pertanahan menyiapkan peta dasar pendaftaran berupa peta
dasar yang berbentuk peta garis atau peta foto.
c. Pembentukan Panitia Ajudikasi dan Satuan Tugas (Satgas)
Ajudikasi adalah kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka proses
pendaftaran tanah untuk pertama kali, meliputi pengumpulan dan penetapan
kebenaran data fisik dan data yuridis mengenai satu atau beberapa obyek
pendaftaran tanah untuk keperluan pendaftaran tanahnya.
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
Dalam melaksanakan Pendaftaran Tanah secara sistematik, Kepala Kantor
Pertanahan dibantu oleh Panitia Ajudikasi yang dibentuk oleh Menteri atau
pejabatyang ditunjuk.
d. Penyuluhan Wilayah
Sebelum dimulainya ajudikasi diadakan penyuluhan diwilayah atau bagian
wilayah desa/ kelurahan yang bersangkutan mengenai pendaftaran tanah secara
sistematik oleh Kepala Kantor Pertanahan dibantu panitia ajudiaksi yang yang
bertujuan memberitahukan kepada pemegang hak atau kuasanya, atau pihak lain
yang berkepentingan bahwa di desa/ kelurahan tersebut akan diselenggarakan
pendaftaran tanah secara sistematik.
e. Pengumpulan data fisik
Bidang-bidang tanah yang sudah ditetapkan batas-batas selanjutnya diukur
dan dipetakan dalam peta dasar pendaftaran. Jika dalam wilayah yang dimaksud
belum tersedia peta dasar pendaftaran maupun peta lainnya, pembuatan peta dasar
pendaftaran dilakukan bersamaan dengan pengukuran dan pemetaan bidang tanah
yang bersangkutan.
Kegiatan yang tercakup dalam pengumpulan dan pengolahan data fisik
yaitu :
a) Pengukuran dan pemetaan
b) Pembuatan peta dasar pendaftaran
c) Penetapan batas bidang-bidang tanah
d) Pengukuran dan pemetaan bidang-bidang tanah dan pembuatan peta
pendaftaran
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
e) Pembuatan daftar tanah dan
f) Pembuatan surat ukur
f. Pengumpulan dan Penelitian Data Yuridis
Pengumpulan alat-alat bukti kepemilikan atas penguasaan tanah, baik
bukti tertulis maupun bukti tidak tertulis berupa keberatan saksi dan / atau
keterangan yang bersangkutan, yang ditunjukkan oleh pemegang hak atas tanah
atas kuasanya atau pihak lain yang berkepentingan kepada panitia ajudikasi.
a). Hak atas tanah baru dibuktikan dengan:
Penetapan Pemberian hak dari Pejabat yang berwenang
memberikan hak yang bersangkutan menurut Ketentuan
yang berlaku apabila pemberian hak tersebut berasal dari
tanah Negara atau tanah hak pengelolaan
Asli Akta PPAT yang memuat pemberian hak tersebut oleh
pemegang hak milik kepada penerima hak yang
bersangkutan apabila mengenai hak guna bangunan dan hak
pakai atas tanah hak milik
hak pengelolaan dibuktikan dengan penetapan pemberian
hak pengelolaan oleh Pejabat yang berwenang
tanah wakaf dibuktikan dengan akta ikrar wakaf
hak milik atas satuan rumah susun dibuktikan dengan akta
pemisahan
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
pemberian hak tanggungan dibuktikan dengan akta
pemberian hak tanggungan
b). Pembuktian Hak Lama (Konversi Hak Atas Tanah )
Konversi hak atas tanah dikenal sebagai istilah yang diciptakan oleh
UUPA yakni dalam Bagian Kedua mengenai Ketentuan-ketentuan Konversi.
Sungguhpun UUPA sendiri tidak memberikan defenisi tentang konversi ini.
Menurut AP. Parlindungan, pengertian Konversi Hak Atas Tanah adalah
bagaimana pengaturan dari hak-hak tanah yang ada sebelum berlakunya UUPA
untuk masuk dalam sistem dari UUPA, 19
Latar belakang pemberlakuan konversi ini didasarkan pada pemikiran
bahwa Hukum Agraria Indonesia didasarkan pada Hukum Adat, hal itu diartikan
bahwa Hukum Agraria harus sesuai dengan kesadaran hukum masyarakat banyak
yang hidup dan berkembang dinamis sesuai dengan tuntutan Zaman. Hukum Adat
yang dimaksudkan dalam hal ini sesuai dengan Penjelasan Umum Angka III ayat
(1) UUPA adalah hukum asli dari rakyat Indonesia yang disempurnakan dan
yakni kegiatan menyesuaikan diri
(bukan memperbaharui) hak-hak lama menjadi hak-hak baru yang dikenal dalam
UUPA, baik hak itu bersifat publik maupun hak privat yang dimiliki oleh orang
seorang dan atau badan hukum privat atau publik. Kemudian dalam sistem
pendaftaran tanah menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997,
pelaksanaan Konversi tersebut masuk dalam bagian pembuktian hak dan
pembukuannya, dalam hal ini tentunya pembuktian hak lama.
19 Parlindungan, AP; Konversi Hak-Hak Atas Tanah, CV. Mandar Maju, Bandung, 1994, Hal. 1
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
disesuaikan dengan kepentingan masyarakat dalam Negara yang modern dan
dalam hubungannya dengan dunia internasional, atau sebagaimana diartikan oleh
AP. Parlindungan adalah hukum Indonesia asli yang tidak tertulis dalam bentuk
perundang-undangan Republik Indonesia yang telah dihilangkan sifat-sifat yang
khusus daerah dan diberi sifat nasional serta yang disana sini mengandung unsur
Agama, 20 atau seperti dikatakan oleh Boedi Harsono adalah hukum Adat yang
disaneer, 21 dan oleh Sudargo Gautama disebut sebagai Hukum Adat yang
diretool. 22
Pengakuan dan penghormatan terhadap hak-hak tradisional rakyat atas
tanah yang tunduk pada hukum Adat tersebut secara gamblang diatur dalam Pasal
18-B Undang-undang Dasar 1945 (Perubahan- II tahun 2000) yang menyatakan
bahwa Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum
adat beserta hak-hak tradisional mereka sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip-prinsip Negara Kesatuan Repubik
Indonesia yang diatur dalam undang-undang. Begitu juga pada Pasal 28-I Angka
Dijadikannya hukum Adat sebagai dasar dari Hukum Agraria Indonesia
dapat juga merupakan pengakuan dan penghormatan terhadap hukum asli dari
rakyat Indonesia yang didalamnya terdapat hak-hak tradisional rakyat atas tanah
yang tunduk pada Hukum Adat.
20 Parlindungan, AP; Pengembangan Hak Ulayat Dalam Hukum Pertanahan, Jakarta ; Proyek BPHN,1997, Hal 17 21 Hukum adat yang disaneer adalah norma-norma hukum Adat yang akan mengalami pemurnian dari unsur-unsur yang tidak asli (Harsono, Boedi; Hukum Agraria Indonesia, Jambatan,Jakarta, 1994, Hal, 158. 22 Gautama, Sudargo (Gouw Gok Siong); Tafsiran Undang-Undang Pokok Agraria, Alumni, Bandung, 1973.
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
(3) UUD 1945 yang menegaskan bahwa identitas budaya dan hak masyarakat
tradisional dihormati selaras dengan perkembangan zaman dan peradaban.
Kemudian Piagam Hak Azasi Manusia yang menjadi lampiran TAP MPR
Nomor XVII/MPR?1998 tentang Hak Azasi Manusia, Pasal 41 jo. Undang-
undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang Hak Azasi Manusia dinyatakan bahwa
identitas budaya dan hak masyarakat tradisional, termasuk hak atas tanah ulayat
dilindungi selaras dengan perkembangan zaman.
Ketentuan tentang pengakuan dan penghormatan terhadap hak-hak
tradisional masyarakat adat atas tanah yang tunduk pada Hukum Adat, telah
memperkokoh landasan pengakuan yang telah terlebih dahulu diatur dalam UUPA
yang menyebutkan Hukum Adat sebagai dasar Hukum Agraria Indonesia.
Khusus untuk Provinsi Sumatera Utara, kendati masih ada dijumpai tanah
adat dan hal ulayat, seperti di Kabupaten Karo dikenal tanah milik bersama dari
suatu marga yang dinamakan tanah kesain, di Kabupaten Tapanuli Selatan dikenal
dengan istilah torluk atau tanah sepanjang banua sadesa, di Kabupaten Dairi
disebut dengan nama tanah marga dan di Kabupaten Tapanuli Utara dikenal
dengan sebutan tanah marga dan tanah partuanan atau parhutaan.
Sebagaimana diatur dalam ketentuan-ketentuan konversi bahwa terhadap
Hak-hak Adat yang memberi wewenang sabagaimana atau mirip dengan Hal
Milik yang dimaksud dalam Pasal 20 ayat 1 UUPA, seperti Hak Agrarische
eigendom, milik, yasan, aderbeni, hak atas drue desa, pesini, grand sultan, hak
gogolan dan lain-lain yang merupakan hak-hak adapt sejak berlakunya UUPA
diakui menjadi, Hak Milik (pasal II dan VII Ketentuan Konversi UUPA). Artinya
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
si pemegang Hak ini diwajibkan mengajukan konversinya agarhaknya disesuaikan
menjadi hak yang disebutkan sebagai hak sebagaimana dalam Pasal 16 UUPA.
Dalam hal ini konversi dari tanah-tanah Hak Adat tersebut sesuai dengan
Peraturan Menteri Agraria Nomor 2 Tahun 1960 dan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor. Sk. 26/ DDA/ 1970 yang menegaskan bahwa tidak ada ketentuan
pembatasan jangka waktu konversinya, hingga saat ini tetap diakui dan dihargai
serta dapat diproses konversinya.
Pengakuan dan penegasan hak merupakan bagian dari kegiatan konversi
hak atas tanah atau pembuktian hak lama, namun hanya untuk bekas Hak Milik
Adat, sedangkan untuk bekas Hak-hak Barat setelah tanggal 24 September 1980
sesuai Keputusan Presiden Nomor 32 tahun 1979), tidak dapat lagi dilaksanakan
konversi atasnya, kendati masih ditemukan adanya bukti-bukti lama dan hanya
dapat dilakukan melaui pemberrian hak atas tanah. Pihak yang menguasai hak atas
tanah tersebut diharuskan mengajukan permohonan baru ke Kantor Pertanahan
untuk memproses haknya kembali.
g. Pengumuman Data Fisik dan Data Yuridis dan Pengesahannya
daftar isian beserta peta bidang atau bidang-bidang tanag yang
bersangkutan sebagai hasli pengukuran diumumkan selama 30 (tiga puluh) hari
untuk memberi lesempatan kepada pihak yang berkepentingan mengajukan
keberatan.
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
Pengumuman dilakukan di Kantor Panitia Ajudikasi dan Kantor Kepala
Desa/ Kelurahan letak tanah yamg bersangkutan serta di tempat lain yang
dianggap perlu.
Jika dalam jangka waktu pengumuman ada yang mengajukan keberatan
mengenai data fisik dan atau data yuridis yang diumumkan, Ketua Panitia
Ajudikasi mengusahakan agar secepatnya keberatan yang diajukan diselesaikan
secara musyawarah untuk mufakat.
Jika setelah berakhirnya jangka waktu pengumuman masih ada
kekuranglengkapan data fisik dan atau data yuridis yang bersangkutan atau masih
ada keberatan yang belum diselesaikan, pengesahan dilakukan dengan catatan
mengenai hal-hal yang belum lengkap dan atau keberatan yang belum
diselesaikan.
h. Penegasan Konversi, pengakuan hak, dan pemberian hak
Berita acara pengesahan menjadi dasar untuk :
- Hak atas bidang tanah yang alat bukti tertulisnya lengkap dan yang alat bukti
tertulisnya tidak legkap tetapi ada keterangan saksi maupun pernyataan yang
bersangkutan, oleh Ketua Panitia Ajudikasi ditegaskan konversinya menjadi hak
milik atas nama pemegang hak yang terakhir dengan memberi catatan tertentu
- hak atas tanah yang alat bukti kepemilikannya tidak ada tetapi telah dibuktika
kenyataan penguasaan fisiknya selama 20 tahun oleh Ketua Panitia Ajudikasi
diakui sebagai hak milik dengan memberi catatan tertentu. Untuk pengakuan Hak
tidak diperlukan penerbitan surat keputusan pengakuan hak.
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
i. Pembukuan Hak
Hak atas tanah, hak pengelolaan, tanah wakaf dan hak milik atas satuan
rumah susun didaftar dengan membukukannya dalam buku tanah. Dalam buku
tanah tersebut tercantum data yuridis dan data fisik bidang tanah yang
bersangkutan, dan apabila ada surat ukurnya maka dicatat pula pada surat ukur
tersebut.
Bukti bahwa hak beserta pemegang haknya dan bidang tanahnya yang
diuraikan dalam surat ukur secara hukum telah terdaftar menurut Peraturan
Pemerintah tentang Pendaftaran tanah adalah dengan dilakukannya pembukuan
dalam buku tanah serta pencatatannya pada surat ukur.
j. Penerbitan Sertifikat
Sertifikat diterbitkan untuk kepentingan pemegang hak yang bersangkutan
sesuai dengan data fisik dan data yuridis yang telah didaftar dalam buku tanah.
Jika dalam buku tanah terdapat catatan-catatan menyangkut data yuridis maupun
data fisik maka penerbitan sertifikat ditangguhkan sampai catatan yang
bersangkutan dihapus.
Sertifikat hanya boleh diserahkan kepada pihka yang namanya tercantum
dalam buku tanah yang bersangkutan sebagai pemegang hak atau kepada
pihaklain yang dikuasakan olehnya.
Setelah berakhir pendaftaran tanah secara sistematik maka Ketua Panitia
Ajudikasi menyerahkan hasil kegiatannya kepada Kepala Kantor Pertanahan
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
berupa semua dokumen mengenai bidang-bidang tanah, peta pendaftaran tanah,
surat ukur, buku tanah, sertifikat hak atas tanag yang belum diserahkan kepada
pemegang hak, daftar hak atas tanah, warkah-warkah dan daftar isian lainnya.
2. Pendaftaran Tanah Secara Sporadik
Pendaftaran Tanah Secara Sporadik adalah kegiatan pendaftaran tanah
untuk pertama kali mengenai satu atau beberapa objek pendaftaran tanah dalam
wilayah atau bagian wilayah suatu desa/ kelurahan secara individual atau massal.
Pendaftaran tanah secara sporadik dilaksanakan atas permintaan pihak yang
berhak atas objek pendaftaran tanah yang bersangkutan atau kuasanya.
Adapun tahapannnya adalah sebagai berikut :
a) Permohonan Pendaftaran Tanah Secara Sporadik
b) Pengukuran :
- Pengukuran dan Pemetaan
- Pembuatan peta dasar pendaftaran
- Penetapan batas-batas bidang tanah
c) Pengumpulan dan penelitian data yuridis bidang tanah
d) Pengumpulan Data Fisik, Data Yuridis, dan Pengasahannya
e) Penegasan Konversi dan Pengakuan Hak
f) Pembukuan Hak
g) Penerbitan Sertifikat
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
Pendaftaran tanah secara Sistematik lebih diutamakan, karena melalui cara
ini akan dipercepat perolehan data mengenai bidang-bidang tanah yang akan
didaftarkan daripada melalui Pendaftaran Tanah Secara Sporadik. Disamping
pendaftaran tanah secara sistematik, pendaftaran tanah secara sporadik juga per;u
ditingkatkan pelaksanaannya, karena dalam kenyataannya akan bertambah banyak
permintaan untuk mendaftar secara individual dan massal yang diperlukan dalam
pelaksanaan pembangunan yang akan makin meningkat kegiatannya. 23
23Zaidar; Dasar Filosofi Hukum Agraria Indonesia, Pustaka Bangsa Press, Medan, 2003 hal 86
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
BAB III
HAMBATAN-HAMBATAN YANG TERJADI DALAM PELAKSANAAN
PENDAFTARAN TANAH
A. Faktor Kebijakan Pemerintah Mengenai Kewajiban Perpajakan dalam
Kegiatan Pendaftaran Tanah.
Dalam hal ini diterbitkannya Undang-Undang No. 21 Tahun 1997 jo
Undang-Undang No. 20 Tahun 2000 tentang BPHTB (Bea Perolehan Hak Atas
Tanah Dan Bangunan) dengan penentuan Nilai Perolehan Objek Tanah Tidak
Kena Pajak.(NPOTKP) yang sangat rendah di Sumatera Utara.
Misalnya :
Di Kota Medan NPOTKP sebesar Rp.30.000.000 sedangkan di Tapanuli
Selatan sebesar Rp. 10.000.000, sehingga masyarakat keberatan terhadap
penentuan besarnya BPHTB ketika hendak dilakukan Pendafaran Tanah.
Rumus BPHTB : 5 % x (Luas x Harga Tanah atau NJOP) - NPOTKP
Di Kota Medan dengan Luas Tanah 200 m3 dan Harga Tanah atau NJOP : Rp.
300.000 per meter kubik.
Maka, BPHTB yang harus dibayar :
= 5 % x (200 m x Rp. 300.000) – Rp. 30.000.000 = 5 % x 60.000.000- 30.000.000
= Rp. 1.500.000,-
Sebelum berlakunya BPHTB ini Masyarakat yang memohon Hak cukup hanya
membayar biaya yang ditentukan oleh instansi BPN, namun dengan adanya
NBPHTB maka Pemohon/ masyarakat wajib membayar biaya yang ditentukan
oleh BPN ditambah dengan BPHTB. 24
24Wawancara tanggla 23 Juli 2008 dengan Bapak Abd. Rahim Lubis, Kepala Seksi Penetapan Hak Tanah Perorangan BPN Kanwil Prov. Sumut, medan
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
B. Faktor Masalah Biaya Pendaftaran Tanah yang relatif mahal (sesuai
dengan yang ditetapkan dalam PP No. 46 Tahun 2002 tentang Tarif
Penerimaan Negara bukan pajak diberlakukan di Kantor pertanahan).
Dalam hal Pendaftaran Tanah di Provinsi Sumatera Utara sekalipun telah
ada tarif Pendaftaran Tanah untuk setiap simpul dari Kegiatan Pendaftaran Tanah
sesuai dengan PP No. 46 Tahun 2002 namun dalam prakteknya baik aparat BPN
maupun pemerintah pada tingkat daerah/ terkecil seperti Kepala Desa, Lurah,
Camat) dalam hal menerbitkan Alas Hak tetap melaksanakan pengutipan di luar
ketentuan yang berlaku (tarif biaya Pendaftaran Tanah dalam PP No. 46 Tahun
2002).
Mnurut penelitian masalah biaya turut memberi pengaruh terhadap
rendahnya kemauan masyarakat untuk mendaftarkan tanahnya
C. SDM (Sumber Daya Manusia) dan Peralatan yang Terbatas
Dalam hal pekerjaan Pendaftaran Tanah merupakan “Pekerjaan Raksasa”
sehingga diperlukan SDM yang terbaik sebagai pelaksananya yang banyak dan
peralatan yang lengkap. Namun kenyataannya SDM yang ada pada BPN dan
peralatan teknis masih sangat terbatas.
D. Kesadaran Hukum Masyarakat Masih Kurang
Pasal 23, 32, 38, UUPA mewajibkan setiap pemegang hak milik, HGU,
HGB untuk mendaftarkan tanahnya. Namun olehkarena minimnya kesadaran
masyarakat, banyak tanah yang tidak terdaftar.
Sampai saat sekarang ini sebagian besar masyarakat masih berpendapat
bahwa tanah-tanah yang sudah terdaftar itu bermakna jika tanah itu sudah
suratnya (surat apapun namanya dan siapapun yang menerbitkannya ) asalkan
terkait pembuatannya dengan instansi Pemerintah berarti tanah tersebut sudah
terdaftar. Padahal semua tanah yang dimiliki masyarakat dewasa ini telah
ditetapkan pajak bumi dan bangunan (PBB)nya dalan rangka pemenuhan dan
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
peningkatan pendapatan negara. 25
Yakni dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Kehutanan No.44/
MenHut-II/ 2005 dan Keputusan Menteri Kehutanan No.201/ MenHut-II/ 2006
yang menunjuk tanah yang sebelumnya bukan kawasan hutan dijadikan atau
ditunjuk sebagai kawasan hutan, sehingga banyak pemukiman penduduk &
perladangan seperti persawahan masuk kembali kedalam kawasan hutan. Ketika
hendak mendaftarkan tanahnya, BPN menolak atas dasar ketentuan yang berlaku,
tanah yang boleh dimohonkan adalah tanah yang berada di luar kawasan hutan.
Adanya Perangkat-perangkat hukum yang baik dan aparat penegak hukum
yang dapat diandalkan bukanlah suatu jaminan untuk menegakkan kehidupan
hukum yang sempurna bila kesadaran hukum masyarakatnya masih kurang
bahkan rendah. Hal ini juga dapat disebabkan oleh karena kurangnya sosialisasi
peraturan perundang-undangan, prosedur dan prosesnya yang masih terlalu lama
tidak sebagaimana harapan masyarakat, tidak ada keuntungan langsung yang
diperoleh masyarakat setelah terdaftar tanahnya dan lain sebagainya sehingga
sampai dengan tahun 1997 selama lebih dari 35 tahun dari sekitar 55 juta bidang
tanah yang memenuhi syarat untuk didaftar, baru lebih kurang 16,5 juta bidang
tanah yang sudah didaftar (Penjelasan PP. No. 24 Tahun 1997).
E.Sistem Publikasi Pendaftaran Tanah yang berlaku di Indonesia dengan
Sistem Negatif
Dengan sistem Negatif ini maka terbukalah kesempatan kepada orang lain
untuk menggugat orang yang sudah memiliki sertifikat dan Hakim bisa saja
memutus bahwa pemilik sertifikat tersebut bukanlah pemilik yang sebenarnya.
Sehingga ada keraguraguan pada masyarakat untuk mendaftarkan tanahnya karena
tidak menjamin secara mutlak Kepastian Hak atas tanahnya.
F. Adanya Ketentuan Penunjukan Kawasan Hutan Oleh Departemen
Kehutanan
25Siregar., Tampil Anshari., Pendaftaran Tanah Kepastian Hak, Pustaka Bangsa Press, Medan, 2005, Hal. 4
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
BAB IV
UPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HAMBATAN-
HAMBATAN YANG TERJADI DALAM PELAKSANAAN
PENDAFTARAN TANAH
A. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Hambatan dalam Kegiatan
Pendaftaran Tanah Melalui Kebijakan Hukum Agraria
a. Biaya Pendaftaran Tanah
Oleh UUPA masyarakat Indonesia dikenal dalam 3 golongan yaitu :
a. golongan ekonomi lemah
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
b. golongan ekonomi cukup
c. golongan ekonomi kuat
Pernyataan yang tegas tentang perlindungan terhadap golongan ekonomi
lemah ini terdapat pada berbagai pasal dalam UUPA dan pada peraturan
pelaksananya.
Pada pasal 19 ayat (4) UUPA ditegaskan :
”Dalam Peraturan Pemerintah diatur biaya-biaya yang bersangkutan
dengan pendaftaran termaksud dalam (1) diatas, dengan ketentuan bahwa rakyat
yang tidak mampu dibebaskan dari pembayaran biaya tersebut.”
Pada PP No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah dinyatakan bahwa
atas permohonan yang bersangkutan dapat dibebaskan sebagian atau seluruhnya
biaya jika pemohon dapat membuktikan tidak mampu membayar biaya tersebut
sebagaimana pada pelaksanaan PRONA (Keputusan Mendagri No. 220/1981).
Sementara untuk pendaftaran peralihan hak karena pewarisan yang diajukan
dalam waktu 6 (enam) bulan sejak tanggal meninggalnya pewaris tidak dipungut
biaya pendaftaran.
Terhadap masalah pengenaan BPHTB telah diupayakan memperkecil
besarnya kewajiban yang harus dibayar dengan hanya mengenakan Harga Tanah
saja untuk penentuan NJOP, khusus terhadap pendaftaran tanah pertamakali. Pada
dasarnya, sebagian dari Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
diperuntukkan bagi Badan Pertanahan Nasional untuk perbaikan administrasi
pertanahan, khususnya sertipikasi tanah (pasal 23 UU 21 tahun 1997 tentang Bea
Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan).
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
Oleh karena itu khusus mengenai besar dan cara pembayaran biaya
pembayaran tanah tersebut diautr dalam Peraturan Pemerintah tersendiri. Apalagi
dikaitkan dengan anggaran pendapatan dan Belanja Negara dan Daerah Provinsi,
Kabupaten dan Kota (APBN dan APBD). Pengaturan tersendiri itu
mengisyaratkan bahwa biaya pendaftaran tanah tersebut akan mengalami
perubahan sesuai kebutuhan sebagai salah satu pendapatan negara dan daerah.
Berdasarkan ketentuan UUPA, Peraturan Pemerintah No 34 tahun 2002
dan peraturan pelaksana lainnya biaya pendaftaran tanah ditetapkan variatif. Hal-
hal yang menyebakan demikian disebabakan sebagai berikut :
a. Luas Lahan
Sekalipun penetapan ceiling (batas maksimum) luas tanah pertanian yang
dapat dimiliki, baik secara umum maupun khusus dimasing-masing
kabupaten dan kota telah ditetapkan di dalam Undang-undang No 56 PRP
tahun 1960 dan untuk tanah-tanah non pertanian belum ada penetapannya,
perbedaaan luas tanah yang didaftarakan itu akan membedakan jumlah
biaya yang harus dibayar.
b. Peruntukan Penggunaan Tanah
Dalam hukum agararia peruntukan penggunaan tanah secara umum
dikenal untuk pertanian dan untuk non pertanian. Biaya pendaftaran tanah
untuk pertanian lebih kecil dari pada tanah untuk non pertanian. Penetapan
itu tentu berdasarkan kepada negara Indonesia sebagai negara agraris dan
lahan pertanian itu sebagian besar berada di pedesaaan yang dipunyai
masyarakat yang berpendapatan relatif lebih rendah dibanding lainnya.
c. Letak Tanah
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
Letak tanah secara umum dibagi atas tanah di perkotaan dan di pedesaan.
Tanah di perkotaan biaya pendaftaran tanahnya lebih besar dari di
pedesaan. Hal itu disebabkan selain keterbatasan tersedianya lahan juga
nilai dan peralihannya lebih besar di perkotaan dari pada di desa. Bahkan
lebih rinci lagi akan dibedakan biaya pendaftarannya bagi tanah-tanah
yang letaknya lebih srategis atau tidak, sekalipun berada dalam kawasan
yang sama.
d. Pemilik Tanah
Walaupun dalam hukum agraria pemilik tanah itu sangat dibedakan antara
pemilik yang memenuhi asas kebangsaan seperti orang yang
kewarganegaraannya hanya Indonesia dan pemilik yang tidak memiliki
asas kebangsaan seperti warga negara asing namun untuk penetapan biaya
pendaftaran tanah yang dikedapkan ialah pemiliknya termasuk ekonomi
lemah atau tidak. Biaya pendaftaran tanah yang pemiliknya golongan
ekonomi kuat akan lebih besar dari pada pemilik lainnya.
e. Besar Pajak
Berdasarkan penetapan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang telah
ditetapkan pada setiap bidang tanah turut menjadi dasar penetapan
tanahnya yang biasa disebut Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). Tanah yang
lebih besar NJOPnya akan dikenai biaya pendaftaran tanahnya yang lebih
besar dari pada yang lainnya.
f. Status Tanah
Pada umumnya tanah yang didaftarkan untuk memperoleh hak adalah
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
tanah Negara atas tanah hak yang sudah berakhir waktunya (bekas tanah
hak) tetapi tidak menutup kemungkinan atas tanah hak dalam hal jika
diajukan permohonan perubahan hak atas tanahnya seperti perubahan hak
guna bangunan yang ada dikawasan perumahan yang dibangun oleh
Perum. Biaya pendaftaran tanah yang dimohon untuk mendapatkan tanah
hak milik akan lebih besar dibanding dengan tanah hak lainnya, apalagi
biaya untuk perubahan haknya akan lebih kecil daripada permohnan hak
untuk pertama kalinya karena data fisik dan data yuridisnya sudah lengkap
tersedia.
b. Penjaminan Kredit Bagi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
Kebijakan baru pemerintah yang tertuang dalam Instruksi Presiden No 6
tahun 2007 menyatakan bahwa pemerintah akan memperkuat sistem penjaminan
kredit bagi usaha mikro kecil menengah (UMKM) dengan mempermudah dan
mempercepat penerbitan sertifikat tanah bagi UMKM, mempermudah pembuatan
sertifikasi tanah bagi UMKM dan menrunkan biayanya akgar lebih murah dan
terjangkau. Berkaitan dengan impres tersebut, menteri keuangan juga akan
menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan (Permenkeu) mengenai perubahan batas
kena pajak bea perolehan atas tanah dan bangunan (BPHTB). Batas terendahnya
akan dinaikkan sehingga memperluas cakupan sertifikasi tanah.
c. Sistem publikasi negatif tetapi mengandung unsur positif
Pendaftaran tanah diselenggarakan dalam rangka memberikan jaminan
kepastian hukum dibidang pertanahan dan bahwa sistem publiksinya adalah
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
sistem negatif tetapi mengandung unsur positif, karena akan menghasilkan surat-
surat bukti pihak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat seperti yang
dinyatakan dalam pasal 1 ayat 2 huruf C, pasal 23 ayat 2, dan pasal 38 ayat 2
UUPA.
B. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Hambatan dalan Kegiatan
Pendaftaran Tanah Melalui Pengelolaan BPN (Badan Pertanahan Nasional)
a. Upaya Penyuluhan Dan Sosialisasi Pendaftaran Tanah
Kantor pertanahan sebagai struktur pengelolaan admistrasi tanah telah
membuat sosialisai dan penyuluhan kepada masyarakat tentang manfaat
dilakukanya pendaftaran tanah. Pada dasarnya keuntungan yang diperoleh melalui
pendaftaran tanah yaitu :
1. Memberikan jaminan keamanan penggunaan bagi pemiliknya.
2. Mendorong atau meningkatkan penarikan pajak oleh Negara
3. Meningkatkan fungsi tanah sebagai jaminan kredit
4. Meningkatkan pengawasan pasar tanah
5. Melindungi tanah Negara
6. Mengurangi sengketa tanah
7. Memfasilitasi kegiatan rural land reform
8. Meningkatkan urban planning dan memajukan infrastruktur
9. Mendorong pengelolaan lingkungan hidup yang berkualitas
10. Dapat menyediakan data statistik tanah yang baik
Kegiatan penyuluhan dan sosialisasi dilaksanakan dengan mengumpulkan
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
Kepala Desa-Kepala Desa dan Kelurahan dari satu kecamatan. Bertempat di
Kantor Camat Kecamatan, pejabat dan staf pertanahan memberikan sosialisai
hukum pendaftaran tanah kepada mereka. Kegiatan ini dilaksanakan di setiap
kecamatan bahkan disetiap kabupaten. Materi yang disosialisasikan akan
diteruskan oleh kepala desa dan kelurahan kepada warga masyarakat yang mereka
pimpin.
b. PRONA dan PRODA
Pada pertengahan PELITA (pembangunan lima tahun) ke III tahun 1980
sebagai penjabaran dari GBHN tahun 1978 ditetapkan kebijaksanaan tentang
pendaftaran tanah agar sungguh-sungguh membantu usaha meningkatkan
kesejahteraan rakyat dalam rangka mewujudkan keadilan sosial. Untuk merealisir
hal tersebut oleh pemerintah ditetapkan catur tertib pertanahan yang salah satu
wujud realisasinya adalah melaksankan pensertifikatan tanah melalui Proyek
Operasi Nasional Agraria (PRONA) yang semula ditujukan bagi golongan
ekonomi lemah tetapi berkembang secara melembaga dan meluas.
Surat Edaran Deputi bidang umum Badan Pertanahan Nasional No 630.1-
1961 tanggal 6 Januari 1996 menegaskan bahwa untuk mempercepat produktivitas
pensertifikatan tanah di seluruh Indonesia program PRONA, PRODA, dan
PRONA Swadaya terus digalakkan. Penunjukkan lokasi ditetapkan oleh kantor
wilayah BPN Provinsi dan pelaksanaan proyek tersebut harus berpedoman kepada
peraturan menteri negara agraria atau kepala BPN No 3 tahun 1995 yang
dilakukan oleh panitia ajudikasi.
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
c. Mengenai pengenaan BPHTB
Kepala kantor wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Sumatera
Utara telah mengeluarkan kebijakan mengenai BPHTB pada tanggal 21 Agustus
2007 bahwa dalam rangka melaksanakan tugas pelayanan pertanahan kepada
masyarakat khususnya dalam memproses permohonan atas tanah dibuat suatu
kesamaan persepsi diantara kantor pertanahan kabupaten atau kota yang terutama
menyangkut kelengkapan persyaratan permohonan atas tanah dan juga objek yang
jadi dasar pengenaan BPHTB. Dijelaskan bahwa sepanjang tidak ada ketentuan
yang tegas dari instansi perpajakan, maka terhadap pendaftaran tanah yang
pertama kali, pengenaan pajak BPHTB hanya atas objek tanahnya tidak termasuk
bangunan yang ada diatasnya karena berdasarkan ketentuan pasal 4 UUPA
dinyatakan penetapan atau pemberian hak atas tanah yang dapat diberikan dan
dipunyai oleh perseorangan ataupun badan hukum hanya atas permukaan bumi
yang disebut tanah saja.
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan diatas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan
sebagai berikut :
a. Kinerja Badan Pertanahan Nasional khususnya untuk wilayah Provinsi
Sumatera Utara masih dapat dikatakan baik dalam hal adanya proses pendaftaran
tanah yang tetap mengikuti alur maupun tahapan yang ditetapkan oleh Undang-
Undang No 5 Tahun 1960 (UUPA) serta peraturan pelaksana lainnya. Dan
adanya bukti nyata yang penulis perhatikan yakni dokumen-dokumen tahapan
Pendaftaran Tanah yang sangat kompleks karena mengingat bahwa Pendaftaran
Tanah merupakan sebuah pekerjaan yang tidak mudah dan membutuhkan waktu
yang juga tidak singkat hanya demi menerbitkan sebuah Sertifikat. Dimana
sebuah sertifikat merupakan alat bukti yang paling kuat.
b. Meskipun begitu masih saja suatu Pelaksanaan Pendaftaran Tanah menghadapi
hamabatan yang disebabkan oleh berbagai faktor. Yang sangat berpengaruh yakni
masalah biaya. Mahalnya biaya pendaftaran tanah menjadi suatu ketakutan
tersendiri bagi masyarakat. Golongan Ekonomi lemah masih merasa bahwa
Pendaftaran Tanah tidak akan mendatangkan keuntungan bagi mereka terlebih
lagi proses dan prosedur Pendaftaran Tanah yang tidak mereka pahami.
c. Sungguhpun Hambatan-hambatan dalam Penyelenggaraan Pendafataran Tanah
masih tetap ada dari dahulu hingga sekarang, Badan Pertanahan Nasional
bukanlah tidak tegas apalagi tidak mengambil sikap. Oleh sebab mengapa penulis
menyatakan demikian, yakni karena Badan Pertanahan Nasional tetap berusaha
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
membantu masyarakat baik penanggulangan masalah biaya sekaligus penyuluhan
/ sosialisasi manfaat Pendaftaran Tanah (yakni menjalankan pelaksananaan
pendaftaran tanah dengan PRONA dan PRODA demi menumbuhkan kesadaran
masyarakat serta golongan ekonomi lemah dapat memperoleh jaminan kepastian
hukum hak atas tanah). Karena sudah merupakan tanggungjawab sebuah
B. Saran
Setelah memperhatikan bahasan diatas, maka saran dari penulis yakni :
1. Meskipun agenda kegiatan Badan Pertanahan ada 11 butir, yang mana
Pendaftaran Tanah berada pada urutan kedua, sangatlah diharapkan untuk
tetap terus memperhatikan dan menanggulangi hambatan-hambatan dalam
hal Pendaftaran Tanah kearah yang semakin baik. Tidak seluruhnya
masyarakat mengerti arti penting Pendaftaran Tanah dan juga masih
banyak yang tidak memiliki jaminan hukum kepastian hak atas tanah,
sebab dari kedua hal itulah timbul suatu konflik dan sengketa tanah yang
berakar dari ketiadaan alat bukti hak di tangan masyarakat dalam rupa
sertifikat. Jalan penyelesaian melalui Pengadilan pun tidak efektif terlebih
bagi masyarakat dengan ekonomi lemah.
2. melakukan penggalangan dana
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
DAFTAR PUSTAKA
Abrar, Ana Nadya. 1997. Bila Fenomena Jurnalistik Direfleksikan. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.
Birowo, Antonius. 2004. Metode Penelitian Sosial, Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: Gitanyali.
Eriyanto. 2004. Analisis Framing Konstruksi, Ideologi dan Politik Media.
Yogyakarta: LkiS.
Hamad, Ibnu. 2004. Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa. Jakarta:
Granit.
Kusumaningrat, Hikmat dan Purnama Kusumaningrat. 2005. Jurnalistik Teori dan
Praktik. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nawawi, Hadari. 1995. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.
Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Septiawan K., Santana. 2005. Jurnalisme Kontemporer. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Severin, Warner J. dan James W. Tankard, Jr. 2007. Teori Komunikasi: Sejarah,
Metode, dan Terapan di dalam Media Massa. Jakarta: Kencana.
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
Sobur, Alex. 2004. Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,
Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Sudibyo, Agus. 2001. Politik Media dan Pertarungan Wacana. Yogyakarta:LkiS
Sumadiria, Drs. A.S. Haris. 2005. Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan
Feature Panduan Praktis Jurnalis Profesional. Bandung: Simbiosa
Rekatama Media.
Sunario, Prof. Dr. Astrid S. Susanto. 1993. Globalisasi dan Komunikasi. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara (SUMUT) Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah (Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT), 2008. USU Repository © 2009
Top Related