KETERBUKAAN DAN KEADILAN DALAM
KEHIDUPAN BERBANGSA DAN
BERNEGARA
Tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas
Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada semester 2
Tahun Pelajaran 2011/2012
Disusun Oleh:
Kelompok I (Kelas X.1)
Ketua : Hendra Lesmana
Sekretaris : Wiwit Utami
Pembicara : Annisa Aprillisda
Moderator : Gia Yuliatista
PEMERINTAH KABUPATEN CIAMIS
DINAS PENDIDIKAN
SMA NEGERI 2 CIAMIS
Jalam K.H.Ahmad Dahlan No. 2 Tlp. (0265)771709 Ciamis 46216
LEMBAR PENGESAHAN:
Disusun Oleh:
Kelompok I (Kelas X.1)
Ketua : Hendra Lesmana
Sekretaris : Wiwit Utami
Pembicara : Annisa Aprillisda
Moderator : Gia Yuliatista
Mengetahui
Ciamis, …. Januari 2011,
Wali Kelas Guru Mata Pelajara P.Kn.
PURNAMA SA, S.Pd. CECENG PURNAMA, S.Pd.
NIP: 196010301983021002 NIP: 195902221983031004
Kata Pengantar
Pertama-tama kami panjatkan puja & Puji syukur atas rahmat & ridho Allah SWT,
karena tanpa Rahmat & RidhoNya, kita tidak dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik dan selesai tepat waktu. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak
CECENG PURNAMA, S.Pd. selaku Guru Pendidikan kewarganegaraan yang
membimbing kami dalam pengerjaan tugas makalah ini. Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada teman-teman kami yang selalu setia membantu dalam hal
mengumpulkan data-data dalam pembuatan makalah ini.
Dalam makalah ini kami menjelaskan tentang Keterbukaan dan Keadilan Dalam
Kehidupan Berbangsa dan Bernegara.Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat
kesalahan yang belum kami ketahui. Maka dari itu kami mohon saran & kritik dari
teman-teman maupun Bapak Guru. Demi tercapainya makalah yang sempurna.
Ciamis, Januari 2012
Penyusun
Daftar Isi
Lembar
Judul……………………………………………………………………… i
Lembar Pengesahan……………………………………………………………….
ii
Kata
Pengantar…………………………………………………………………….iii
Daftar Isi…………………………………………………………………………..
iv
BAB I PENDAHULUAN
………………………………………………………….
BAB II
BAB I
PENDAHULUAN
Era keterbukaan atau lebih dikenal dengan globalisasi, merupakan resulatante
(akibat/hasil) dari sedemikian banyak perkembangan pemikiran menyeluruh baik ilmu
pengetahuan maupun teknologi dalam paruh kedua abad ke 20. Hal ini telah mendorong
dilakukannya serangkaian penyesuaian serta perkembangan kelambagaan serta tatanannya
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara agar dengan cepat mampu menyesuaikan diri.
Rangkaian penyesuaian yang diperlukan bukan hanya menyangkut kebijaksanaan
penyelenggaraan negara, strategi serta tata kerja pemerintahan, tetapi juga orientasi tata
nilai serta aspek kelembagaan masyarakat dan bangsa itu sendiri (aspek politik, ekonomi,
sosial-budaya, hukum, pertahanan dan keamanan).
Memasuki era keterbukaan, mengharuskan kita secara arif agar mampu merumuskan
dan mengaktualisasikan kembali nilai-nilai kebangsaan yang tangguh dalam berinteraksi
terhadap tatanan dunia luar dengan tetap berpijak pada jati diri bangsa, serta menyegarkan
dan memperluas makna pemahaman kebangsaan kita. Sudah saatnya makna nasionalisme
dan patriotisme yang memiliki dimensi dan cakupan yang makin kompleks, memerlukan
langkah-langkah arif dan bijaksana agar kita makin dapat mendekatkan wujud cita-cita
Proklamasi yang tercantum di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
Secara psikologis, tumbuhnya sikap keterbukaan berkaitan erat dengan jaminan
keadilan. Keterbukaan merupakan sikap jujur, rendah hati dan adil serta mua menerima
pandapat orang lain. Sedangkan keadilan merupakan pengakuan dan perlakuan yang
seimbang antara hak dan kewajiban. Dengan demikian penerapan jaminan keadilan perlu
dilandasi oleh sikap jujur rendah hati dan tindakan yang tidak berat sebelah.
Sebagai manusia kita diminta untuk tidak hanya menuntut hak dan mengabaikan
kewajiban, karena hal yang demikian dapat mengarah pada pemerasan dan memperbudak
oran lain. Sebaliknya jika hanya menjalankan kewajiban dan mengabaikan apa yang
menjadi hak kita, maka kita akan mudah diperbudak atau diperas oleh orang lain.
Contoh; seorang karyawan yang hanya menuntut hak kenaikan upah tanpa diimbangi
peningkatan kualitas kerjanya tentu dianggap sebagai pemeras. Sebaliknya seorang majikan
yang terus menerus memeras tenaga pegawainya tanpa memperhatikan kenaikan upah dan
peningkatan kesejahteraan pekerjanya, maka cenderung disebut telah memperbudak orang
lain.
BAB II
PENTINGNYA KETERBUKAAN DAN KEADILAN DALAM
KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA
1. Pengertian Keterbukaan
Keterbukaan merupakan perwujudan dari sikap jujur, rendah hati, adil, mau
menerima pendapat, kritik dari orang lain. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
keterbukaan adalah hal terbuka, perasaan toleransi dan hati-hati serta merupakan
landasan untuk berkomunikasi. Dengan demikian dapat dipahami pula bahwa yang
dimaksud dengan keterbukaan adalah suatu sikap dan perilaku terbuka dari individu
dalam beraktivitas.
Keterbukaan berasal dari kata dasar “terbuka”. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, terbuka berarti tidak tertutupi,tersingkap. Jadi, Keterbukaan adalah suatu
keadaan yang tidak tertutupi,tidak ditutupi,keadaan yang tidak rahasia sehingga semua
pihak mempunyai hak untuk mengetahuinya.
Keterbukaan berarti kesadaran untuk menjelaskan suatu hal tanpa rahasia. Dalam
kehidupan, Keterbukaan selalu berhubungan dengan media informasi dan berita.
Keterbukaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara selalu berhubungan dengan
pernyataan dan kebijakan publik.
Keterbukaan sering diartikan dengan transparan. Pemerintah yang demokratis
merupakan pemerintah yang tranparan.keterbukaan dalam berbangsa dan bernegaraa
dapat diwujudkan dalam penyelenggaraan Negara. Semua hal yang berhak diketahui
masyarakat harus dijelaskan secara terbuka oleh pemerintah.
Semua masalah dalam berbangsa dan bernegara hendaknya ditelusuri kembali pada
akar masalahnya. Semua masalah yang muncul sering diakibatkan tidak adanya
komunikasi yang sehat atau miscommunication.
2. Sikap Terbuka dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Keterbukaan sebagai warga negara penting dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Keterbukaan sebagai warga negara diwujudkan dalam bentuk kebebasan
berpendapat, berpartisipasi, mencari, dan mendapatkan informasi yang berkaitan
dengan kehidupan bernegara. Selain itu, kesediaan menerima pendapat dan menghargai
pendapat orang lain adalah wujud keterbukaan warga negara. Selain warga negara,
keterbukaan juga perlu ada pada pemerintah selaku penyelenggara negara. Tanpa
keterbukaan, segala sesuatu yang ada dibelakang menjadi kabur dan tidak jelas. Dalam
keadaan serba kabur, peluang penyimpangan norma, peraturan, atau prosedur yang
berlaku menjadi sangat terbuka sehingga mudah mendorong perbuatan yang tidak
bertanggung jawab. Ketertutupan mengakibatkan ketidakmampuan mencegah berbagai
patologi sosial, ekonomi, politik, dan korupsi, serta nepotisme. Selain itu, ketertutupan
juga mengakibatkan matinya peluang untuk mengembangkan daya kreatif dan
kemampuan bersaing secara terbuka dan adil, terjadinya kebijakan-kebijakan publik
yang tidak peka terhadap aspirasi masyarakat, penyalahgunaan kekuasaan secara luas,
dan ketidakmampuan rakyat melakukan pengawasan dan pengendalian secara efektif.
Kesemuanya itu menimbulkan perasaan ketidakberdayaan dan ketidakadilan yang
mendalam. Akhirnya, berakibat menimbulkan ketidakpuasan sosial.
3. Keterbukaan dalam Pembangunan Nasional.
Keterbukaan merupakan sikap jujur, rendah hati, dan adil, menerima pendapat
orang lain. Dalam pembangunan nasional yang dilaksanakan di Inonesia sebagaimana
yang diamanatkan UUD 1945 diperlukan sikap keterbukaan. Oleh karena itu,
pembangunan nasional yang dijalankan harus benar-benar diusahakan untuk
mewujudkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia dan bukan kesejahteraan
perseorangan/sekelompok orang. Agar pembangunan nasional benar-benar ditujukan
untuk peningkatan kesejahteraan rakyat maka perencanaan dan pelaksanaannya harus
berdasarkan prinsip-prinsip keterbukaan dan berkeadilan sosial. Hal ini berarti
pelaksanaan pembangunan nasional harus senantian dilandasi oleh nilai-nilai yang
terdapat didalam sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
BAB III
PENGERTIAN KEADILAN
1. Pengertian Keadilan
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kata keadilan yang berasal dari kata
dasar “adil”, mempunyai arti kejujuran, kelurusan dan keikhlasan yang tidak berat
sebelah. Sehingga keadilan mengandung pengertian sebagai suatu hal yang tidak berat
sebelah atau tidak memihak dan tidak sewenang-wenang.
Sedangkan di dalam Ensiklopedi Indonesia, disebutkan bahwa kata “adil” (bahasa
Arab ; ‘adl) mengandung pengertian sebagai berikut :
Tidak berat sebelah atau tidak memihak ke salah satu pihak.
Memberikan sesuatu kepada setiap orang sesuai dengan hak yang harus
diperolehnya.
Mengetahui hak dan kewajiban, mengerti mana yang benar dan mana yang salah,
bertindak jujur dan tepat menurut peraturan atau syarat dan rukun yang telah
ditetapkan. Tidak sewenang-wenang dan maksiat atau berbuat dosa.
Orang yang berbuat adil, kebalikan dari fasiq (orang yang tidak mengerjakan
perintah).
Pengertian kata “adil” yang lebih menekankan pada “tindakan yang tidak
berdasarkan kesewenang-wenangan”, maka sesungguhnya pada setiap diri manusia
telah melekat sumber kebenaran yang disebut hati nurani. Tuhanlah yang menuntun hati
nurani setiap manusia beriman agar sanggup berbuat adil sesuai dengan salah satu sifat-
Nya yang Maha Adil. Kata “keadilan” dapat juga diartikan sebagai suatu tindakan yang
tidak berdasarkan kesewenang-wenangan; atau tindakan yang didasarkan kepada
norma-norma (norma agama, norma kesusilaan, norma kesopanan, maupun norma
hukum).
Berikut ini beberapa pengertian keadilan menurut para ahli.
Aristoteles
Keadilan adalah kelayakan dalam tindakan menusia, kelayakan yang di maksud
adalah titik tengah antara kedua ujung ekstrim, tidak berat sebelah dan tidak
memihak. Menurut Aristoteles terdapat 5 (lima) jenis keadilan, yaitu:
No Keadilan Uraian / Keterangan Contoh
1. Keadilan
Komutatif
Yaitu, perlakuan terhadap
seseorang dengan tidak me-lihat
Seseorang yang telah melakukan
kesalahan/pelanggaran tanpa me-
jasa-jasa yang telah
diberikannya.
mandang kedudukannya, dia tetap
dihukum sesuai dengan kesalahan/
pelanggaran yang dibuatnya.
2. Keadilan
Ditributif
Yaitu, perlakuan terhadap
seseorang sesuai dengan jasa
–jasa yang telah diberikan-
nya.
Beberapa orang pegawai suatu
perusahaan memperoleh gaji yang
berbeda, berdasarkan masa kerja,
golongan, kepangkatan, jenjang
pendidikan, atau tingkat kesulitan
pekerjaannya.
3. Keadilan
Kodrat Alam
Yaitu, memberi sesuatu
sesuai dengan yang diberi-
kan oleh orang lain kepada
kita.
Seseorang yang menjawab salam
yang diucapkan orang lain dikatakan
adil karena telah menerima salam dari
orang tersebut.
4. Keadilan
Konvensional.
Yaitu, jika seorang warga
negara telah menaati pera-
turan perundang-undangan
yang telah dikeluarkan.
Penggunaan sabuk pengaman bagi
pengendara mobil dan helm bagi
pengendara motor.
5. Keadilan
Perbaikan
Yaitu, jika seseorang telah
berusaha memulihkan nama
baik orang lain yang telah
tercermar.
Tindakan klarifikasi terhadap kesala-
han yang telah dilakukan seseorang.
Plato
Keadilan di proyeksikan pada diri manusia sehingga orang yang dikatakan adil
adalah orang yang mengendalikan diri dan perasaannya dikendalikan oleh akal.
Dalam pandangan Plato, keadilan dapat dibedakan atas :
Keadilan moral, yaitu suatu perbuatan yang dapat dikatakan adil secara moral
apabila telah mampu memberikan perlakuan yang seimbang (selaras) antara
hak dan kewajibannya.
Contoh; seorang karyawan yang menuntut kenaikan upah dengan diimbangi
peningkatan kuaitas kerjanya.
Keadilan prosedural.
Suatu perbuatan dikatakan adil secara prosedural jika seseorang telah mampu
melaksanakan perbuatan adil berdasarkan tata cara yang telah ditetapkan.
Contoh; siswa yang berprestasi, dimana dalam pencapaian prestasi tersebut,
diawali dengan belajar keras, dan tidak mencontek saat ujian.
Socrates
Bahwa keadilan terrcipta bilamana setiap warga negara sudah merasakan bahwa
pemerintah telah melaksanakan tugasnya dengan baik.
Kong Fu Tju
Keadilan terjadi apabila anak sebagai anak, ayah sebagai ayah, bila raja sebagai
raja, masing-masing telah melaksanakan kewajibannya.
Thomas Hobbes
Keadilan adalah suatu perbuatan yang didasarkan pada perjanjian yang telah
disepakati.
Notonagoro
Keadilan hukum “legalitas” adalah suatu keadaan yang didasarkan pada ketentuan
hukum yang berlaku.
Panitia Ad-hoc MPRS 1966
Keadilan dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu;
1) Keadilan idividual.
Yaitu keadilan yang bergantung pada kehendak baik atau kehendak buruk
masing-masing individu.
2) Keadilan sosial
Yaitu keadilan yang pelaksanaannya tergantung pada struktur yang terdapat
dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya dan ideologi. Dalam pancasila
setiap orang di Indonesia akan mendapat perilaku yang adil dalam bidang
hukum, politik, ekonomi dan kebudayaan.
BAB IV
Keterbukaan dan Jaminan Keadilan Dalam Kehidupan
Berbangsa dan Bernegara
A. Keterbukaan Dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sudah saatnya ditumbuhkan
sikap keterbukaan dalam rangka memberikan jaminan pemerataan terhadap hasil-hasil
pembangunan. Sikap keterbukaan sangat diperlukan dalam upaya pelaksanaan
pembangunan nasional untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat banyak dan bukan
kesejahteraan sekelompok orang.
Pelaksanaan pembangunan nasional harus dilandasi oleh nilai-nilai yang tercermin
dalam sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Prinsip keadilan sosial yang
melandasi pelaksaan pembangunan nasional di Indonesia adalah sebagai berikut.
Asas Adil dan Merata, yaitu mengandung arti bahwa pembangunan nasional yang
diselenggarakan itu pada dasarnya merupakan usaha bersama yang harus merata
disemua lapisan masyarakat Indonesia dan di seluruh tanah air. Setiap warga negara
berhak memperoleh kesempatan berperan dan menikmati hasil-hasilnya secara adil
sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan dan darma baktinya yang diberikan kepada
bangsa dan negara.
Asas keseimbangan, Keserasian, dan Keselarasan dalam peri kehidupan, yaitu berarti
bahwa dalam pembangunan nasional harus ada keseimbangan antara berbagai
kepentingan. Kepentingan tersebut adalah kepentingan dunia dan akhirat, materiil dan
spiritual.
a. Ciri-ciri Keterbukaan
Sikap keterbukaan, merupakan prasyarat dalam menciptakan pemerintahan yang
bersih dan transparan. Keterbukaan juga merupakan sikap yang dibutuhkan dalam
harmonisasi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Berdasarkan
penjelasan tersebut, maka dapat dilihat tentang ciri-ciri keterbukaan sebagai berikut.
1) Terbuka (transparan) dalam proses maupun pelaksanaan kebijakan publik.
2) Menjadi dasar atau pedoman dalam dialog maupun berkomunikasi.
3) Berterus terang dan tidak menutup-nutupi kesalahan dirinya maupun yang
dilakukan orang lain.
4) Tidak merahasiakan sesuatu yang berdampak pada kecurigaan orang lain.
5) Bersikap hati-hati dan selektif (check and recheck) dalam menerima dan mengolah
informasi dari manapun sumbernya.
6) Toleransi dan tenggang rasa terhadap orang lain.
7) Mau mengakui kelemahan atau kekurangan dirinya atas segala yang dilakukan.
8) Sangat menyadari tentang keberagaman dalam berbagai bidang kehidupan.
9) Mau bekerja sama dan menghargai orang lain.
10) Mau dan mampu menyesuaikan dengan berbagai perubahan yang terjadi.
B. Sikap Terbuka Dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Sikap terbuka, adalah suatu sikap berupa kesediaan seseorang untuk mau menerima
terhadap hal-hal yang berbeda dengan kondisi dirinya. Dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara sikap terbuka diperlukan terutama dalam hal menjaga keutuhan bangsa,
mempererat hubungan toleransi serta untuk menghindari konflik. Karena dengan sikap
terbuka yang ditunjukkan, maka setiap orang mau mengakui dan menerima
keberagaman sehingga melahirkan sikap toleran terhadap orang lain.
Dalam kehidupan bernegara, pemerintah dan pejabat publik harus juga mampu
untuk bersikap terbuka dalam mengatur negara. Jika pemerintah dan pejabat publik
mau dan mampu melaksanakan dengan prinsip keterbukaan atau transparansi, hal ini
dapat meningkatkan kepercayaan rakyat untuk berpartisipasi dalam membangun bangsa
dan negara. Dan akan lebih baik lagi, jika pemerintah dan pejabat publik mampu
mewujudkan “Clean Government” atau pemerintah yang bersih, tentu saja akan
semakin menambah kepercayaan masyarakat secara luas.
Untuk merwujudkan sikap terbuka atau transparan tersebut, diperlukan kondisi-
kondisi sebagai berikut.
Terwujudnya nilai-nilai agama dan nilai-nilai budaya bangsa sebagai sumber etika
dan moral untuk berbuat baik dan menghindari perbuatan tercela, serta perbuatan
yang bertentangan dengan hukum dan hak asasi manusia.
Terwujudnya sila Persatuan Indonesia yang merupakan sila ketiga dari Pancasila
sebagai landasan untuk mempersatukan bangsa.
Terwujudnya penyelenggara negara yang mampu memahami dan mengelola
kemajemukan bangsa secara baik dan adil sehingga dapat terwujud toleransi,
kerukunan sosial, kebersamaan dan kesetaraan berbangsa.
Terwujudnya demokrasi yang menjamin hak dan kewajiban masyarakat untuk
terlibat dalam proses pengambilan keputusan politik secara bebas dan bertanggung
jawab sehingga menumbuhkan kesadaran untuk memantapkan persatuan bangsa.
Pulihnya kepercayaan masyarakat kepada penyelenggara negara dan antara sesama
masyarakat sehingga dapat menjadi landasan untuk kerukunan dalam hidup
bernegara.
C. Jaminan Keadilan Dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara masalah keadilan menjadi masalah penting
dalam rangka memberikan jaminan rasa aman dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari,
hak asasi manusia dan memperkukuh persatuan dan kesataun bangsa. Keterbukaan dalam
pengertian sikap dan perilaku yang dilakukan pemerintah dan pejabat pulbik dewasa ini,
merupakan tuntutan yang tidak dapat dihindari dengan cara apapun dan oleh negara
manapun terkait dengan derasnya arus informasi dalam berbagai bidang kehidupan.
Keterbukaan arus informasi di bidang hukum, telah menjadi bahan pemikiran bagi setiap
negara untuk dapat melaksanakan jaminan keadilan bagi warga negara sejalan dengan
tuntutan supremasi hukum , demokratisasi dan hak-hak asasi manusia.
Perbuatan adil, tidak hanya merupakan idaman manusia, tetapi juga diperintah Tuhan
apapun agamanya. Bila suatu negara – terutama pemerintah, pejabat publik dan aparat
penegak hukumnya -- mampu memperlakukan warganya dengan “adil” dalam segala
bidang, niscaya kepedulian (sense of belonging) dan rasa tanggung jawab (sense of
responsbility) warga negara dalam rangka membangun negara serta memperkukuh
persatuan dan kesatuan dapat terwujud.
Keadilan pada umumnya relatif sulit diperoleh. Untuk memperoleh keadilan biasanya
diperlukan pihak ketiga sebagai penegak, dengan harapan pihak tersebut dapat bertindak
adil terhadap pokok-pokok yang berselisih. Oleh karena itu pihak ketiga tersebut harus
netral, tidak boleh menguntungkan salah satu pihak. Jadi adanya pihak ketiga dalam rangka
menghindari konfrontatif antara yang sedang berselisih.
KESIMPULAN
Jadi, Keterbukaan dan Keadilan sangatlah penting dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Dengan adanya keterbukaan dan keadilan, rakyat merasa dihargai
dan merasadiakui keberadaanya. Sedangkan bila tidak adanya keterbukaan dan
keadilan, maka rakyat akan merasa didiskriminasi dan merasa tidak mendapatkan
hal yang sama dalam bernegara.
DAFTAR PUSTAKA
Top Related