KEMITRAAN PEMERINTAH DAN MASYARKAT DALAM STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH DI NUSA
TENGGARA TIMUR
1.1. STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH
Strategi pembangunan daerah merupakan rencana yang menyeluruh dan
terpadu mengenai upaya-upaya pembangunan yang akan dilaksanakan oleh
pemerintah bersama seluruh komponen masyarakat untuk mewujudkan visi
pembangunan daerah. Untuk mewujudkan visi pembangunan daerah tersebut maka
pemerintah melaksanakan 8 (delapan) misi pembangunan daerah yang akan ditempuh
melalui 4 (empat) STRATEGI POKOK PEMBANGUNAN DAERAH, yaitu:
1.1.1.Pembangunan Daerah yang Berkesinambungan dan Berkelanjutan.
Pembangunan daerah yang berkesinambungan diarahkan untuk melanjutkan
program pembangunan yang telah dicanangkan dan dilaksanakan pada masa-masa
sebelumnya. Program-program pembangunan yang sudah dilaksanakan akan
dilanjutkan dengan modifikasi sesuai dengan kemajuan jaman dan tuntutan
masyarakat. Pembangunan daerah yang berkelanjutan diarahkan agar pembangunan
daerah mempertimbangkan pelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup.
Langkah-langkah membangun harus bermanfaat bagi generasi sekarang dan bagi
keberlanjutan pembangunan generasi-generasi berikutnya. Kondisi lingkungan dan
sumber daya alam harus dikelola agar pembangunan dapat memberikan sebesar-
besarnya kesejahteraan masyarakat dari generasi ke generasi.
1.1.2. Peningkatan Kualitas Kehidupan Masyarakat.
Diarahkan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat NTT dalam segala
aspek terutama yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar yaitu
kebutuhan akan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih,
pertanahan, sumberdaya alam dan lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan atau
ancaman tindak kekerasan, dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial-politik,
baik bagi perempuan maupun lakilaki. Hak-hak dasar tidak berdiri sendiri tetapi saling
mempengaruhi satu sama lain sehingga tidak terpenuhinya satu hak dapat
mempengaruhi pemenuhan hak lainnya.
1.1.3. Percepatan Pembangunan Daerah dengan Mengembangkan Ekonomi
Lokal.
Diarahkan untuk pengembangan ekonomi lokal (local economic development),
yaitu dengan mengembangan kapasitas dan kegiatan ekonomi masyarakat di daerah
untuk meningkatkan derajat kemajuan ekonomi daerah secara keseluruhan. Oleh
karena itu, strategi ini yang diharapkan tepat dan mampu menemukenali dan menggali
potensi ekonomi produktif yang berdaya saing (knowledge based economy) sekaligus
berbasis sumberdaya lokal (resource based economy) baik melalui pemerintah daerah,
sektor swasta dan kelembagaan/organisasi yang berbasis masyarakat setempat.
1.1.4. Pemberdayaan Masyarakat.
Diarahkan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat untuk berperan aktif
dalam kegiatan-kegiatan pembangunan sosial, budaya dan ekonomi. Melalui
pemberdayaan ini masyarakat diarahkan untuk mengoptimalkan kemampuan baik
sumber daya manusia maupun sumber daya alam yang dimiliki. Komitmen untuk
pemberdayaan masyarakat ini akan didukung sepenuhnya oleh alokasi anggaran
pembangunan yang berpihak pada masyarakat dengan strategi Anggaran Untuk
Rakyat Menuju Sejahtera (ANGGUR MERAH).
Oleh karena sebagian besar penduduk NTT bermata pencaharian sebagai petani
dan nelayan maka pemberdayaan lebih besar porsinya untuk pemberadayaan petani
dan nelayan. Tujuan pemberdayaan petani dan nelayan adalah untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dan sikap petani terhadap berbagai inovasi pertanian atau
perikanan yang dapat diterapkan dalam pembangunan pertanian dan perikanan dalam
rangka meningkatkan produksi pertanian dan perikanan, pendapatan masyarakat dan
kesejahteraan masyarakat petani dan nelayan.
Untuk mewujudkan pemberdayan masyarakat sesuai harapan maka alokasi
dana dalam APBD sebagai implementasi dari program ANGGUR MERAH harus
diwujudnyatakan.
1.2. ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH
Untuk menjabarkan strategi dan agenda pembangunan yang telah ditetapkan
maka diperlukan arah kebijakan agar dapat menjadi pedoman bagi pemerintah maupun
stakeholder dalam melaksanakan pembangunan serta sebagai dasar untuk
menentukan indikasi program sesuai tugas dan kewenangannya.
1.2.1. Agenda Pertama: Pemantapan Kualitas Pendidikan
Untuk mencapai sasaran Pembangunan tahun 2009-2013, maka arah kebijakan
pembangunan daerah dalam rangka pemantapan kualitas pendidikan adalah sebagai
berikut:
1. Meningkatkan penyelenggaraan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan
Tahun
2. Meningkatkan kompetensi lulusan sesuai standar yang ditetapkan dan kualifikasi
akademis serta profesionalitas tenaga kependidikan
3. Mengembangkan kurikulum yang tanggap terhadap perkembangan dan mampu
memadukan antara pendidikan, kecakapan hidup dan kewirausahaan
4. Mengembangkan pendidikan kejuruan yang sesuai dengan kebutuhan lokal
5. Mendorong sistem pengelolaan pendidikan yang berorientasi pada manajemen
berbasis sekolah
6. Meningkatkan intensifikasi perluasan akses dan kualitas pendidikan keaksaraan
fungsional
7. Menyelenggarakan pendidikan kedinasan, pendidikan informal dan pendidikan
non formal yang bermutu dan berkualitas
8. Meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan secara merata di perkotaan dan
perdesaan
1.2.2. Agenda Kedua: Pembangunan Kesehatan
Untuk mencapai sasaran pembangunan pada tahun 2013, kebijakan pembangunan
kesehatan terutama diarahkan pada:
1. Mengembangkan upaya promosi kesehatan
2. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.
3. Memperbaiki dan mengembangkan kualitas manajemen sistim kesehatan
4. Mengembangkan sistem jaminan kesehatan terutama bagi penduduk miskin.
5. Memenuhi jumlah kebutuhan tenaga kesehatan pada Puskesmas dan Rumah
Sakit.
6. Peningkatan jumlah, jaringan dan kualitas sarana dan prasarana kesehatan, obat
dan perbekalan kesehatan
7. Meningkatkan upaya pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan Upaya
Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) seperti Posyandu,UKS dan Desa
SiAga.
8. Meningkatkan pelayanan Keluarga Berencana
9. Meningkatkan kualitas manajemen upaya pelayanan kesehatan masyarakat di
Puskesmas dan upaya pelayanan kesehatan rujukan di rumah sakit.
10.Meningkatkan pengendalian operasional penanggulangan masalah kesehatan
akibat bencana dan wabah.
11.Meningkatkan jumlah dan kualitas puskesmas dan jaringannya.
12.Meningkatkan koordinasi lintas bidang dalam rangka meningkatkan produksi dan
ketahanan pangan, perbaikan pola distribusi pangan dan perbaikan gizi
masyarakat.
13.Meningkatkan koordinasi lintas bidang dalam rangka meningkatkan kualitas
lingkungan hidup, pemberdayaan masyarakat, peningkatan promosi dan
pendidikan, kesehatan.
14.Mengembangkan jaringan kerjasama antar daerah dalam mengatasi masalah-
masalah kesehatan terutama masalah kesehatan lintas wilayah.
15.Mengembangkan kegiatan penelitian sebagai masukan dalam perumusan
kebijakan dan program pembangunan kesehatan.
1.2.3. Agenda Ketiga: Pembangunan Ekonomi
Untuk mencapai sasaran pembangunan pada tahun 2013, maka kebijakan
pembangunan ekonomi terutama diarahkan pada:
1. Membuka lapangan kerja baru pada sektor-sektor ekonomi yang dapat
menyerap tenaga kerja
2. Membuka dan memperluas pemasaran bagi produk-produk pertanian dan
perikanan serta hasil industrinya.
3. Menciptakan iklim investasi dan usaha yang kondusif dalam sektor ekonomi
unggulan
4. Mengurangi ekonomi biaya tinggi dalam perdagangan dan distribusi produk-
produk pertanian dan olahannya.
5. Merevitalisasi institusi ekonomi
6. Meningkatkan kapasitas dan kerjasama kelembagaan petani/nelayan untuk
melindungi petani dari permainan harga.
7. Mengembangkan produk unggulan daerah berbasis klaster dan pemberdayaan
ekonomi lokal
8. Meningkatkan daya saing dan nilai tambah produk pertanian, perikanan dan
kehutanan
9. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pangan, baik sumber energi maupun
protein hewani (ternak dan ikan).
10.Mengembangkan diversifikasi produk pangan pokok untuk menurunkan
ketergantungan pada beras.
11.Mempertahankan areal lahan hutan dan pengelolaan pemanfaatan hasil hutan
secara berkelanjutan.
12.Mencegah konversi lahan pertanian produktif.
13.Meningkatkan pengawasan dan pengamanan sumberdaya ikan.
14.Mengembangkan industri pariwisata berbasis pariwisata bahari dan kepulauan
coastal tourism).
1.2.4. Ageda Keempat: Pembangunan Infrastruktur
Dalam rangka mewujudkan sasaran pembangunan lima tahun, Tahun 2009-2013
maka arah kebijakan pembangunan bidang infrastruktur adalah:
1. Meningkatkan dan mengembangkan prasarana dan sarana perhubungan dan
membuka isolasi fisik antar daerah.
2. Mengupayakan ketersediaan alat angkutan dan keselamatan transportasi untuk
mempermudah pendistribusian barang dan jasa.
3. Mengembangkan dan memelihara sarana dan prasarana yang tersedia untuk
mempertahankan dan menggerakkan sektor unggulan daerah.
4. Meningkatkan upaya keserasian antara konservasi dan pendayagunaan, antara
hulu dan hilir, antara pemanfaatan air permukaan dan air tanah.
5. Meningkatkan dan mendorong pembangunan prasarana air, irigasi, embung dan
bendungan ke arah tersedianya pelayanan yang berbasis masyarakat.
6. Pendayagunaan sumber daya air untuk pemenuhan kebutuhan air baku
diprioritaskan pada pemenuhan kebutuhan produksi pertanian dan masyarakat
terutama di wilayah rawan kekeringan, wilayah tertinggal, dan wilayah strategis.
7. Meningkatkan pembangunan perumahan rakyat yang layak dan terjangkau;
menata dan memperbaiki permukiman masyarakat.
8. Mengembangkan dan meningkatkan pembangunan sarana dan prasarana
pendidikan yang merata dan berimbang; mengembangkan dan memelihara
sarana dan prasarana kesehatan; Meningkatkan bantuan pelayanan dan
pembangunan rumah ibadah yang merata di daerah bagi peningkatan kualitas
kehidupan umat beragama; memberdayakan dan memperbaiki fasilitas olahraga
untuk meningkatkan pembinaan pemuda dan olahraga
9. Mengembangkan pembangunan sarana dan prasarana kelistrikan dengan
memanfaatkan potensi daerah melalui pengembangan energi alternatif ;
mengembangkan sarana dan prasarana untuk menuju program desa mandiri
energi listrik dengan memanfaatkan sumberdaya lokal.
10.Mengembangkan prasarana jasa perdagangan, mengembangkan pasar desa
sebagai upaya merangsang berkembangnya pemasaran produksi petani,
peternak, nelayan dan pengrajin; mengembangkan pembangunan sarana dan
prasarana pariwisata.
1.2.5. Agenda Kelima: Pembenahan sistem hukum (daerah) dan keadilan
Arah kebijakan dalam rangka pembenahan sistem hukum daerah dan keadilan
Tahun 2009-2013, adalah sebagai berikut:
1. Mendorong dan mengembangkan partisipasi masyarakat dalam pembentukan,
pelaksanaan dan penegakkan hukum, meningkatkan fungsi institusi-institusi local
sebagai wahana partisipasi hukum masyarakat
2. Revitalisasi lembaga penegak hukum yang berorientasi pada perlindungan
hukum pada masyarakat dan melakukan refungsionalisasi institusi-institusi
penegak hukum agar dapat berperan secara optimal,
3. Penguatan kearifan lokal dan hukum adat untuk memperkaya sistem hukum dan
peraturan, menyempurnakan berbagai produk hukum yang represif dan
meningkatkan kualitas Peraturan Daerah dan produk-produk hukum lainnya
dengan pendekatan partisipatif.
4. Peningkatan upaya pemajuan, perlindungan, penegakan, pemenuhan dan
penghormatan hak asasi manusia, memberdayakan masyarakat untuk
memelihara kamtibmas.
5. Menertibkan administrasi pemerintah agar berorientasi pada pelayanan
masyarakat, menata struktur birokrasi dan meningkatkan disiplin aparatur.
6. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan sesuai kebutuhan untuk
meningkatkan kinerja aparatur dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan
publik.
7. Menciptakan iklim yang kondusif agar proses politik dapat berjalan secara
demokratis.
8. Memanfaatkan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi dalam
mendukung penyelenggaraan tata kepemerintahan yang baik
1.2.6. Agenda Keenam: Konsolidasi Tata Ruang dan Lingkungan Hidup
Untuk mencapai sasaran konsolidasi Tata Ruang dan Lingkungan Hidup Tahun
2009-2013, maka arah kebijakan pembangunanya adalah:
1. Menyeralaskan kebijakan penataan ruang Nasional, wilayah Propinsi dan
wilayah Kabupaten/Kota;
2. Melakukan review Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi NTT, sesuai dengan
regulasi dan kondisi terkini;
3. Memantapkan konsolidasi terhadap produk hukum, dokumen rencana tata ruang
wilayah, rencana detail tata ruang kawasan dan rencana teknis tata ruang
kawasan agar lebih komprehensif dan sinergis dan sejalan dengan
kecenderungan perubahan yang terjadi,
4. Menjabarkan Rencana Tata Ruang Wilayah kedalam Rencana Detail Kawasan
dan Rencana Teknis Kawasan, sesuai dengan kebutuhan pembangunan
wilayah,
5. Mensosialisasikan produk hukum dan rencana tata ruang yang telah ada;
6. Mensinergikan dan mengoptimalkan pemanfaatan rencana tata ruang dengan
rencana sektoral,
7. Meningkatkan peran penegakan hukum dalam pemanfaatan dan pengendalian
pemanfaatan ruang serta kesesuaian antara status kepemilikan lahan dengan
arahan rencana tata ruang;
8. Mengotimalkan peran Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah Provinsi NTT
dalam perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang;
9. Mengembangkan sistem informasi tata ruang untuk kepentingan perencanaan,
pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang.
1.2.7. Agenda Ketujuh: Peningkatan Kualitas Kehidupan dan Peran Perempuan,
Kesejahteraan Anak dan Partisipasi Pemuda.
Arah kebijakan dalam rangka peningkatan kualitas kehidupan dan peran
perempuan, kesejahteraan anak dan partisipasi pemuda adalah sebagai berikut:
1. Memperkuat kelembagaan pemberdayaan perempuan pada tingkat provinsi dan
kabupaten/kota.
2. Meningkatkan koordinasi, dan memperkuat jaringan pengarusutamaan gender
dan anak dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi dari
berbagai kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan di segala bidang,
termasuk pemenuhan komitmen-komitmen internasional, penyediaan data dan
statistik gender, serta peningkatan partisipasi masyarakat.
3. Meningkatkan kesejahteraan dan perlindungan anak.
4. Meningkatkan taraf pendidikan dan layanan kesehatan serta bidang
pembangunan lainnya, untuk mempertinggi kualitas hidup dan sumber daya
kaum perempuan.
5. Memperkuat kelembagaan dan organisasi kepemudaan dalam rangka
meningkatkan
1. peran pemuda dalam pembangunan dan meningkatkan prestasi pemuda di
bidang olah raga.
6. Meningkatkan kualitas dan partsipasi pemuda dalam pembangunan
7. Meningkatkan Kewirausahaan, kepeloporan dan kepemimpinan bagi pemuda
8. Meningkatkan budaya dan prestasi olah raga secara berjenjang termasuk
pemanduan bakat, pembibitan dan pengembangan bakat;
9. Meningkatkan pembinaan dan pembibitan olahragawan berbakat berdasarkan
cabang olahraga unggulan
10.Meningkatkan pemberdayaan organisasi olah raga;
11.Meningkatkan kemitraan antara pemerintah dan masyarakat termasuk dunia
usaha dalam mendukung pembangunan olah raga
1.2.8. Agenda Kedelapan (Khusus): Penanggulangan kemiskinan, pembangunan
daerah perbatasan, kepulauan dan daerah rawan bencana
Arah kebijakan dalam rangka penanggulangan kemiskinan, pembangunan
daerah perbatasan dan kepulauan serta penanganan daerah rawan bencana adalah
sebagai berikut:
a. Penanggulangan kemiskinan diarahkan untuk:
1. Menciptakan perluasan kesempatan bagi masyarakat miskin dalam pemenuhan
hak -hak dasar dan peningkatan taraf hidup secara berkelanjutan.
2. Mengembangkan pemberdayaan kelembagaan masyarakat
3. Meningkatkan kapasitas masyarakat miskin dalam berusaha
4. Memberikan perlindungan dan rasa aman bagi kelompok rentan
5. Melakukan sinkronisasi program penanggulangan kemiskinan
b. Pembangunan daerah perbatasan diarahkan untuk:
1. Memperkuat fungsi dan pelayanan aspek hukum internasional pada daerah
perbatasan
2. Memperkuat fungsi dan pelayanan aspek pertahanan keamanan pada kawasan
perbatasan
3. Mendukung upaya pengembangan dan penataan wilayah daerah perbatasan
4. Menyelenggarakan koordinasi secara intensif dan komprehensif, baik lintas
kewenangan maupun lintas sektoral/ pemangku kepentingan maupun lintas
negara
5. Meningkatkan pembangunan sumber daya alam dan sumber daya manusia di
wilayah perbatasan, khususnya optimalisasi potensi ekonomi sektor pertanian
6. Meningkatkan koordinasi antar pemerintah kabupaten serta propinsi untuk
meingkatkan efisiensi dan pengawasan perdagangan antar negara.
7. Mendukung pemanfaatan kawasan khusus perdagangan bebas yang telah
dibentuk oleh pemerintah.
8. Meningkatkan penyediaan sarana dan prasarana air bersih, pertanian,
pendidikan, kesehatan, transportasi, perekonomian, telekomunikasi, perumahan
serta fasilitas lainnya
9. Meningkatkan pelayanan komunikasi dan perhubungan seperti perhubungan
darat, laut dan udara
10.Meningkatkan hubungan kerjasama antar negara sebagai implementasi dari
perjanjian kerjasama antara RI dan Timor Leste.
c. Pembangunan Daerah Kepulauan diarahkan untuk:
1. Mempercepat upaya pengakuan NTT sebagai Provinsi kepulauan
2. Mendukung pembangunan sarana dan prasarana dasar untuk membuka
keterisolasian wilayah
3. Mendorong peningkatan keterkaitan kegiatan ekonomi di antar pulau dalam
daerah dalam suatu sistem wilayah pengembangan ekonomi.
4. Meningkatkan produksi perikanan dan menumbuhkembangkan industri
pengolahan yang berbasis pada sumberdaya pesisir yang mampu menyerap
tenaga kerja.
5. Meningkatkan keamanan pulau-pulau terluar dan terdepan
d. Pengurangan resiko bencana, diarahkan untuk :
1. Mengembangkan upaya-upaya mitigasi dalam rangka mengurangi ancaman dan
resiko bencana
2. Meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi ancaman bencana
alam dan bencana sosial
3. Mendukung pengembangan dan penguatan kelembagaan penanggulangan
bencana di daerah
4. Memperkuat dukungan sumberdaya pembiayaan dalam upaya pengurangan
resiko bencana
5. Memperkuat dukungan peraturan dan kebijakan daerah dalam rangka
pengurangan resiko bencana
1.3. FAKTOR-FAKTOR PENENTU KEBERHASILAN.
Keberhasilan implementasi strategi pembangunan daerah sangat ditentukan oleh
sampai sejauhmana sejumlah faktor penentu keberhasilan dapat dikendalikan dan
dipenuhi dengan baik. Faktor penentu keberhasilan yang dimaksud mencakup
perencanaan dan penganggaran partisipatif, pemberdayaan masyarakat, kapasitas
kelembagaan dan aparatur pemerintah dan pemerintahan yang baik dan bersih (good
governance).
1.3.1. Perencanaan dan Penganggaran Partisipatif.
Keberhasilan pelaksanaan pembangunan sangat ditentukan oleh kualitas
perencanaan dan sinkronisasi antara perencanaan dan kemampuan keuangan daerah.
Melibatkan pemangku kepentingan dalam proses perencanaan dan penganggaran
secara berjenjang akan membantu meningkatkan kualitas perencanan. Model
perencanaan dan penganggaran secara partisipatif akan menjamin keterkaitan antara
permasalahan riil yang sedang dihadapi masyarakat dan prioritas upaya
pemecahannya dengan memberdayakan segala potensi yang dimiliki oleh pemerintah
dan masyarakat. Selain itu perencanaan dan penganggaran secara partisipatif akan
menjamin tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan dan
keberlanjutan pembangunan.
Prinsip perencanaan dan penganggaran partisipatif adalah:
1). proses pengambilan keputusan dilakukan bersama dan
2). keberlanjutan proses pengambilan keputusan bersama tersebut dalam tahapan
selanjutnya yaitu: a). penetapan tujuan, b). identifikasi sumberdaya dan kebutuhan, c).
koleksi sumberdaya dan perumusan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan), d). alokasi
sumberdaya untuk kegiatan prioritas, e). pelaksanaan kegiatan, dan monitoring dan
evaluasi. Perencanaan dan penganggaran secara partisipatif dilakukan mulai dari
tahapan proses perencanaan yang paling bawah yaitu Musrenbang Dusun/Desa.
Perencanaan dan dan penganggaran partisiaptif merupakan salah satu faktor penentu
yang akan mendukung pencapaian tujuan pembangunan daerah jangka menengah
yang telah ditetapkan.
1.3.2. Pemberdayaan Masyarakat.
Pemberdayaan atau empowerment mengandung dua pengertian yaitu : (1). To
give ability or enable to, yaitu upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
untuk mengoptimalkan potensi yang dmilikinya melalui peningkatan pengetahuan,
keterampilan dan sikap sehingga masyarakat dapat melaksanakan berbagai kebijakan
dan program pembangunan, agar kondisi kehidupan masyarakat mencapai tingkat
kemampuan yang diharapkan, dan (2). To give power or authority to, yang berarti
memberikan kekuasaan, mengalihkan kekuatan atau mendelegasikan otoritas kepada
masyarakat agar masyarakat memiliki kemandirian dalam pengambilan keputusan
dalam rangka membangun diri dan lingkungannya secara mandiri. Dengan demikian,
upaya pemberdayaan masyarakat berarti memampukan dan memandirikan
masyarakat. Upaya pemberdayaan masyarakat harus berawal dari pemberdayaan
setiap rumah tangga, karena rumah tangga merupakan unit terkecil dalam kehidupan
masyarakat.
Dalam pelaksanaannya, pemberdayaan akan berhasil apabila mengikuti kaidah
pemberdayaan yang benar yaitu mengikuti suatu siklus kegiatan pemberdyaan melalui
tahap-tahap inisiasi, sosialisasi, pemberian program, penguatan kemampuan baik
petani sebagai individu maupun kelompoknya. Dengan demikian, kemampuan yang
diperoleh masyarakat dalam kegiatan pemberdayaan akan menjadi nilai baru dan
terinternalisasi dalam kehidupan mereka setiap hari.
Pembangunan yang akan dilaksanakan dalam lima tahun ke depan harus dalam
konteks memberdayakan masyarakat sehingga visi yang diemban dapat dicapai. Dalam
memberdayakan masyarakat harus memperhatikan prinsip-prinsip seperti:
1).Mengembangkan potensi yang dimiliki oleh rakyat,
2). Adanya kontribusi dari masyarakat,
3). menumbuhkan dan mengembangkan swadaya gotong-royong masyarakat,
4). Bekerja untuk dan bersama masyarakat,
5). komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) berbasis masyarakat,
6). kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan, dan 1). desentralisasi.
1.3.3. Tersedianya Data Yang Akurat.
Faktor ini memiliki nilai yang strategis dalam pencapaian visi dan misi
pembangunan daerah. Data yang akurat dan mutakhir merupakan informasi dasar yang
sangat menentukan penyusunan kebijakan, perencanaan, dan pelaksanaan kegiatan
pembangunan. Dalam penyelenggaraan otonomi daerah, informasi memiliki posisi
strategis untuk merealisasikan terwujudnya kebijakan pemerintah yang memiliki
responsivitas, cermat, dan tepat sasaran. Semangat desentralisasi dalam otonomi
daerah menuntut pemerintah daerah
lebih mendayagunakan dan mengembangkan potensi daerah. Dengan adanya tuntutan
tersebut, daerah memerlukan data potensi dan kondisi daerah yang obyektif, akurat dan
aktual, sebagai bahan informasi kebijakan daerah. Hal tersebut dikarenakan suatu
informasi tidak akan bernilai tanpa didukung data. Informasi yang baik dan berbobot
hanyalah informasi yang didukung oleh data.
Penggunaan data yang salah akan menghasilkan informasi yang salah dan
sudah barang tentu akan mewujudkan kebijakan/keputusan yang salah pula. Selain hal
tersebut, keputusan yang baik hanya berasal dari pembuat keputusan yang baik (jujur,
berani, objektif, dan tahu persoalan) dan didukung dengan data yang obyektif, mewakili
(representatif), memiliki akurasi tinggi, tepat waktu, dan relevan terhadap permasalahan
yang dipecahkan.
Apabila data yang digunakan sebagai input merupakan data yang salah maka
apabila diproses akan menghasilkan output berupa informasi yang salah. Informasi
yang salah akan menghasilkan keputusan yang salah pula sehingga tujuan yang
diharapkan tidak dapat dicapai.
1.3.4. Kapasitas Kelembagaan dan Aparatur Pemerintah
Kapasitas kelembagaan dan aparatur pemerintah menjelaskan tentang
kemampuan kelembagaan pemerintah mengakomodasi aspirasi yang berkembang,
menyesuaikan diri terhadap perubahan yang terjadi, kemampuan mendefinisikan
permasalahan dan merumuskan berbagai kebijakan publik yang sesuai kebutuhan
masyarakat dan menciptakan birokrasi yang efisien dan efektif, kemampuan aparatur
dalam mengimplementasikan kebijakan-kebijakan secara arif-bijaksana serta
kemampuan aparat untuk berempati dalam melayani kepentingan publik.
Kemampuan-kemampuan yang disebutkan di atas mengisyaratkan adanya
perubahan mendasar dalam model kepelayanan birokrasi dari rowing oriented ke
steering oriented. Birokrasi pemerintah bukanlah satu-satunya sarana yang
mengerjakan segala sesuatu (rowing) untuk pembangunan, tetapi hanya salah satu
sarana yang menjalankan fungsi pokok mengarahkan dan memberi kesempatan
(steering) bagi segenap elemen masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan.
Dengan kata lain postur birokrasi harus mengalami pencerahan (enlightment) dari
postur birokrasi yang dilayani menjadi birokrasi yang melayani.
1.3.5. Pemerintahan yang Bersih dan Berwibawa
Fakta menunjukkan bahwa praktik KKN yang telah berkembang demikian
canggih merupakan penghambat yang paling utama dalam pembangunan. Budaya
KKN yang terus meluas telah merusak sendi-sendi kehidupan berbangsa, bernegara
dan bermasyarakat. Ide good governance mendapat aksentuasi yang kuat dalam
kaitannya dengan pertanggungjawab moral, sosial, politik dan hukum pemerintah
terhadap masyarakat sebagai sumber kekuasaan yang dimiliki pemerintah.
UNDP merumuskan sembilan prinsip pemerintahan yang bersih dan berwibawa
(Good Governance) adalah sebagai berikut: Partisipasi yang konstruktif, Penegakan
hukum, Keterbukaan, Melayani, Berorientasi pada kesepakatan, pemerataan, efektif
dan efisien, bertanggungjawab dan memiliki visi. Mewujudkan sembilan prinsip good
governance tersebut dalam praktik pemerintahan bukanlah hal yang mudah. Praktik
pemerintahan yang diwarnai KKN, cenderung top down dan sentralistik yang telah
demikian lama diterapkan telah menjadikan birokrasi pemerintah resistens terhadap
berbagai perubahan. Diperlukan kerja keras dengan strategi yang tepat untuk
mewujudkan praktik pemerintahan yang memenuhi prinsip good governance tersebut.