“FILSAFAT ISLAM”
Team Penulis : 1.Dewi Setyawati (06111404016)
2.Wiwin Draini (06111404020)
3. Veronika Yeni Astuti (06111404004)
4.Haris Maulana Putra (06111404009)
A.PENDAHULUAN
A.1.Konsep Filsafat Islam
Masuknya filsafat berkembang di pesisir samudera
Mediterania bagian timur pada abad 6 M yang ditandai dengan
pertanyaan-pertanyaan untuk menjawab persoalan seputar alam,
manusia dan Tuhan. Dari Mediterania bergerak menuju Athena,
yang menjadi tanah air filsafat. Ketika Iskandariah didirikan oleh
Iskandar Agung, filsafat mulai merambah dunia timur, dan
berpuncak pada 529M. Ketika filsafat bersentuhan dengan Islam,
maka yang terjadi bahwa filsafat terinspirasi oleh pokok-pokok
yang bermuara pada sumber-sumber hukum Islam. Filsafat Islam
merupakan filsafat yang seluruh filosofnya adalah muslim. Para
filosofnya hidup dan bernafas dalam realita Al-Quran dan As-
Sunah. Ada sejumlah perbedaan besar antara filsafat Islam
dengan filsafat lain. Pertama, meski semua filosof muslim
menggali kembali karya-karya filsafat Yunani, namun kemudian
mereka menyesuaikannya dengan ajaran Islam. Kedua, Islam
adalah agama tauhid. Maka, bila dalam filsafat lain masih
“mencari Tuhan”, dalam filsafat Islam justru Tuhan “sudah
ditemukan”.
1
Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia
merupakan serapan dari bahasa Arab فلسفة yang juga diambil
dari bahasa Yunani, philosopia, Philo = cinta, sopia =
kebijaksanan. Jadi dilihat dari akar katanya, filsafat mengandung
pengertian ingin tahu lebih mendalam atau cinta kebijaksanaan.
Pengertian filsafat dari segi istilah adalah berpikir secara
sistematis, radikal dan universal untuk mengetahui tentang
hakikat segala sesuatu yang ada berdasarkan ajaran islam,
seperti hakikat alam, hakikat mansia, hakikat masyarakat, dan
lain sebagainya. Dengan demikian, muncullah filsafat
alam, filsafat manusia, filsafat masyarakat, dan lain sebagainya.
Filsafat Islam itu adalah filsafat yang berorientasi pada Al-Quran,
mencari jawaban mengenai masalah-masalah asasi berdasarkan
wahyu Allah Adapun pengertian Islam, dari segi bahasa dapat
diartikan selamat sentosa, berserah diri, patuh, tunduk dan taat.
Seseorang yang bersikap demikian disebut muslim, yaitu orang
yang telah menyatakan dirinya ta’at, menyerahkan diri, patuh,
dan tunduk kepada Allah SWT. Selanjutnya pengertian Islam dari
segi istilah adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan
Tuhan kepada manusia melalui Nabi Muhammad SAW sebagai
rasul. Ajaran-ajaran Islam tersebut selanjutnya terkandung dalam
Al Qur’an dan As Sunnah. Dari pengertian filsafat dan Islam
sebagaimana diuraikan diatas, kita dapat berkata bahwa filsafat
Islam, adalah filsafat yang berorientasi pada Al Qur’an, mencari
jawaban mengenai masalah-masalah asasi berdasarkan wahyu
Allah. Jadi ciri utama kegiatan Filsafat Islam adalah berpikir
tentang segala sesuatu sejalan dengan semangat Islam. Dengan
berfilsafat, seseorang akan memiliki wawasan yang luas tentang
segala sesuatu, dapat berpikir teratur, tidak cepat puas dalam
2
penemuan sesuatu, selalu bertanya dan bertanya, saling
menghargai pendapat orang lain.
Dalam hal ini perlu juga dijelaskan tentang ciri-ciri berpikir yang
philosophis. Yaitu :
Pertama harus bersifat sistematis. Maksudnya bahwa
pemikiran tersebut harus lurus, tidak melompat-lompat
sehingga kesimpulan yang dihasilkan oleh pemikiran
tersebut benar-benar dapat dimengerti.
Kedua harus bersifat radikal , maksudnya harus sampai ke
akar-akarnya, sehingga tidak ada lagi yang tersisa untuk
dipikirkan.
Ketiga harus bersifat universal, yaitu menyeluruh, melihat
hakikat sesuatu dari hubungannya dengan yang lain, dan
tidak dibatasi untuk kurun waktu tertentu.
A.2.Teori dan Aliran Filsafat Islam
1.KETUHANAN
Problematika ketuhanan merupakan persoalan metafisika yang paling
kompleks dan tua. Dari berbagai problematika ini menjadikan sebuah objek kajian
dari berbagai tokoh agama dan moral berasal dari ilmuan dan filosof. Asasnya
merupakan ide ketuhanan. Untuk menghadapi ide tersebut manusia dituntun oleh
wahyu dan ilham yang diturunkan kepadanya. Dalam pascal tahun 1662 menyatan
bahwa “keyakinan itu mempunyai tiga aspek yaitu, kebiasan, akal dan ilham”.
Abu al-Ala al-Ma’ari pernah berkata “Seorang pemuda tak beragama secara baik,
tetapi dia diajari oleh kaum kerabatnya”.
Risalah langit menggantikan keyakinan oleh agama baru dan ajaran-
ajaran yang luhur. Dari ajaran tersebut dapat mengetahui sumber kebaikan dan
kesempurnaan, sumber-sumber eksistensi dan gerak, karena allah adalah sumber
3
segala yang ada dan bersifat mutlak. Sejak dulu para filosof menggeluti tentang
persoalan “hakikat tuhan dan pembuktian bagi adanya tuhan”. Dalam persoalan
tersebut sejak sepertiga abad yang lalu para filosof memegangi metode historik
yang bertumpu pada sumber-sumber yang kuat. Kemudian sumber-sumber ini
dinilai secara benar, dikritik secara obyektif dan menghindari sikap mengada-ada,
ekstrim dan fanatik.
2.PASAL PERTAMA
a.Awal Islam
Jazirah Arab, di zaman Jahiliah mengenal berbagai agama, yaitu
Mazdakiah, Mana’iah Yahudi dan Nasrani. Mazdakiah bertempat di Tamim,
Imperialisme Agama Yahudi berkuasa di berbagai penjuru seperti di Taima,
Khibar dan Wadi al-Qura’. Khususnya lagi di Yastrib (Madinah). Agama nasrani
bertempat di Gassan dipimpin oleh Qussa bin Sa’idah al-Ibadi 600M sebagai
seorang filosof Arab di zaman Jahiliah. Namun, didalam zaman ini dominan
penyembahan terhadap berhala, seperti patung dan arca itupun hanya orang-orang
yang suci yang boleh didekati. Setiap kabilah mempunyai berhala khusus, dari
berbagai kabilah bersama-sama menyembah satu berhala, dan disalah satu kabilah
itu yang disembah oleh semua orang Arab seperti Manat yang terletak dipinggir
pantai antara Makkah dengan Madinah. Ide ketuhanan dikalangan mereka itu
bersifat materealistis antropomorfis dan personal. Mereka berlindung kepada
Tuhan yang meraka buat dengan tangan mereka sendiri, dan mereka meminta
pertolongan ketika mereka dalam keadaan genting dan sulit.
b.Dakwah Islam
Dakwah Islam secara asasi, berlandaskan pada ide Tauhid dan
penolakan terhadap politeisme. Pada waktu ini nabi Muhammad
menginstruksikan agar semua behala dihancurkan dan Umar juga menebang
pohon tempat Bai’ah al-Ridwan karena dikhawatirkan akan disucikan manusia.
Al-Qur’an juga memberikan sifat-sifat bagi allah yang mengandung pengertian
Keagungan, Kemahakuasaan, Kesempurnaan dan Maha Pengasih. Dari sifat-sifat
4
itulah nama baik bagi allah diambil. Nama-nama itu berjumlah 99, dan dipusat
untuk menunjukkan keagungan dan kesempurnaan Allah SWT, serta nama-nama
tersebut di sucikan sebagai untuk mendekatkan dan berdoa. Dari sifat-sifat itu
muncul problematika yang menggambarkan ilmu kalam yaitu: masalah ketuhanan,
kenabian, al-sam’iyyat. Ajaran islam mengandung materi yang memadai sehingga
bisa memecahkan problematika metafisika atau filsafat ketuhanan yang
berkembang disepanjang zaman.
2.PASAL KEDUA
a.Kaum Salaf
Ilmu kalam lahir padapertengahan kedua dari abad pertama hijriah, awal
ilmu kalam bermula dari problematika-problematika tertentu, sehingga pada abad
ketiga hijriah menjadi ilmu pengetahuan yang mempunyai kajian objek dan
pembahasan. Perintis ilmu ini adalah seorang kelompok-kelompok agama dan itu
berlandaskan berdasarkan asas politik dimana khlifah adalah masalah yang paling
heboh dipertentangkan dan kelompok-kelompok itu dibagi mejadi 3 yaitu: syi’ah,
khawarij, murji’ah. Melalui jalur politik kelompok-kelompok tersebut beralih
mengkaji tentang prinsip-prinsip agama. Maka dari itu tiap-tiap kelompok
mempunyai keyakinan-keyakinan yang berbeda, bahkan ada kelompok yang tuuan
utamanya adalah mengkaji dan memecahkan problematika-problematika
keagamaan bergabung dengan mereka. Disamping itu ada 3 kelompok yang andil
dalam pembentukan ilmu kalam yaitu: Al-Salaf, Al-Mu’tazilah dan Kaum
Asy’ariah. Ilmu kalam tumbuh dalam miliu islam dan terpengaruh berbagai
kondisi miliu islam. Dalam setiap ilmu selalu dikaitkan dengan suatu kenyataan,
atau jika dikonfirmasikan oleh teks dan peristiwa sejarah.
b.Generasi Pertama
Kaum Salaf adalah kaum yang memegangi al-ma’sur dan mendahulukan
naql atas akal. Kaum ini disebut dengan “ahl al-sunnah wa al-jama’ah “, karena
mereka berpendapat metode mereka adalah orisinal. Kaum muslimin pada awal-
awal berdirinya adalah kaum salaf, dan mereka hanya berpegang pada al-qur’an
5
dan al-hadist. Mereka mengimani allah tanpa banyak kata karena sudah berpegang
teguh dengan dua pegangan itu qur’an dan hadist.
Pada waktu banyak kelompok dan pandangan kaum muslim banyak
yang ikut kaum salaf ini, namun antara mereka kendatipun antara mereka dengan
generasi islam pertama terpisah beberapa abad. Di antara kaum muslim saat ini
banyak yang terpengaruh oleh kaum salaf dan menganggap bahwa dirinya itu
kaum salaf. Tokoh salaf pertama adalah Abd Allah bin Umar, Umar bin Abd al-
Aziz, Al-Zuhri dan Jafar Al-Sadiq. Mereka memang punya andil dalam
menumbuhkan ilmu-ilmu keagamaan. Banyak buku dan pandangan teologis yang
dianggap buah pemikiran dari kaum salaf ini. Meski begitu kaum salaf juga
berhati-hati dalam menanggapi setigma-setigma miring.
Gerakan salaf pada abad-abad ini lebih menfokuskan diri pada masalah-
masalah ibadah . Salaf ini tidak memfokuskan diri pada masalah-masalah akidah
serta prinsip-prinsip selain memerangi noda syirik, selain itu mengkeramatkan
kuburan serta mengangkat orang-orang mati atau yang masih hidup, sebagai
pemberi syafa’at di sisi allah. Kaum Wahabi dan para pendukung muhammadiyah
menyerukan bawha untuk memegangi makna sarih dan Al-qur’an. Mereka
menganggap segala sesuatu yang tidak berlandaskan berdasarkan Al-Qur’an dan
Al-sunnah sebagai bid’ah. Dakwah mereka mengenai sikap memerangi perbuatan
bid’ah. Sebaliknya, mereka mengajak untk menunaikan kewajiban dan sunnah.
Mereka juga menetapkan bahwa merokok itu hukumnya haram, memotong
jenggot itu hukumnya makruh dan selalu menganjurkan untuk menunaikan shlat
berjama’ah. Mereka juga memerangi hal yang berhubungan dengan kemusyrikan,
membongkar bangunan yang melingkupi kuburan, menyerukan bahwa tiada yang
berhak disembah selain allah, dan sikap mensucikan syeikh dan wali bukanlah
tindakan yang islami. Di mesir juga lahir gerakan modern. Gerakan ini untuk
memegangi makna syarih dari sunnah, berusaha menghidupkan sebagian adat dan
tradisi keagamaan klasik. Menentukan metode praktis untuk ibadah dan suluk,
yang amat mirip dengan metode pengikut imam ibn hambal dan wahabiah.
6
3.PASAL KETIGA
a.Mu’tazilah
Mu’tazilah adalah pendiri yang sebenarnya bagi ilmu kalam (teologi
islam). Sebagian besar pemikran penting ilmu kalam ada pada orang-orang
mu’tazilah, problematika ilmu kalam ini sekitar abad ke-2 hijriah, mu’tazilah
merupakan aliran dalam islam yang mempunyai banyak teori dan tokoh. Dengan
nama studi dan akidah mereka membahjas tentang masalah moral, polotik, fisika
dan metafisika, mereka juga membahas masalah tuhan, alam dan manusia yang
sekarang ini kita sebut dengan filsafat islam. Ada dua karya mu’tazilah generasi
pertama tentang aqidah. Pertama, “durrah al-tanzil wa garrah al-ta’wail” karya al-
iskafi. Kedua, “al-intisar” karya Khayyat.
b.Sejarah Mu’tazilah
Aliran mu’tazilah dibagi dua fase yang berbeda. Fase Abbasiah(100H-
237H) dan fase Bani Buwaihi(334H-447H). Untuk generasi pertama mereka
hidup pada pemerintahan Bani Umayah yang berlangsung tidak terlalu lama.
Kemudian pada awal Daulah Abbasiyah dengan aktivitas, teori, gerak dan
diskusi. Orang mu’tazilah Basrah berhati-hati dalam mengadapi masalah politik,
karena kelompok mu’tazilah Bagdat terlibat lebih jauh. Mereka juga menyebutkan
bahwa “Al-Qur’an adalah makhluk”.
Mu’tazilah pada sekitar satu abad (237H-334H) mengalami
kemunduran. Mereka tidak bisa memanfaatkan apa yang dilakukan oleh al-Jahiz
(225H=869M)dan al-Khayyat. Pada tahun-tahun terakhir dari abad ke-3 H dan
awal tahun abad ke-4 H Abu Ali al-Jubba’i (303 H=933 M) hendak
membangkitkan kembali Mu’tazilah, tapi serangan al-Asy’ari tidak
memungkinkan mereka untuk melaksanakan rencana itu, dengan kata lain mereka
harus bergandengan tangan dengan Syi’ah dan Rafidah. Pada awalnya mu’tazilah
menghabiskan waktu dua abad untuk tidak bermazhab, karena mereka
mengutamakan sikap netral dalam berpendapat dan tindakan. Mu’tazilah
mengambil sikap tengah disebut “al-manzilah bin al-mazilatin” artinya tempat
7
diantara dua tempat namun hal itu berada dibawah tekanan kaum Asy’ariah dan
ahl al-sunnah namun mereka berlindung kepada Bani Bwaihi. Dalam prakarsa
Sahib bin ibbad (995M=385H) beliau adalah seorang mentri dari Bani Buwaihi
mengungkapkan pandangan-pandangan mu’tazilah dengan berbagi macam cara,
dengan cara , memberi kepuasan dan cara menghasut. Pendapat-pendapat
mu’tazilah sekarang masih menggema, khususnya teori-teori yang dikemukakan
oleh al-jubbai, dengan tanpa ditambah kreasi baru. Orang mu’tazilah khususnya
kelompok Zaidiah, bertumpu pada tokoh-tokoh awal, mengulang-ulang pendapat
mereka dan jarang sekali menghasilkan pendapat yang baru. Yang paling
menonjol adalah al-murtada al-zaidi penulisnya al-munniyyah.
c.Metode Mu’tazilah
Ciri khas paling khusus dari mu’tazilah adalah bahwa mereka meyakini
sepenuhnya kemampuan akal. Mereka berpendpat bahwa alam ini mempunyai
hukum kokoh yang tunduk kepada akal. Mereka tidak mengingkari naql tetapi
tanpa ragu-ragu mereka menundukan naql kepada hukum akal. Secara global
mereka menghindari hadist ahad. Aliran mu’tazilah juga menyucikan
kemerdekaan berfikir. Perlu kita ketahui bawha kaum mu’tazilah memberikan tori
ketuhanan, dengan sejuat tenaga untuk menopak kaum dualis, yang terdiri atas
mazdakiah dan manawiyah. Dalam rangka pembelaan ini mereka memanfaatkan
segala prinsip yang ada didalam peradaban asing. Mu’tazilah pada abad ke-3
hijriah tidak lebih sedikit terpengaruh. Seprti yang dikatakan oleh mu’ammar bin
ibbada al-sulami mengatakan bahwa sifat-sifat allah adalah kondisi-kondisi
(ahwal) seprti yang ditandaskan oleh abu Hasyim al-jubba’i. walaupun telah
terpengaruh oleh pihak lain, tetapi mu’tazilah juga mempengaruhi orang-orang
yang mendebat mereka. Berulang kali dikatan oleh, adalah salah jika memisahkan
pemikran filsafat dari pemikiran teologi didalam islam. Kaum asy’riah sebagai
pihak yang menentang dan mengganti kedudukan mu’tazilah. Abu al-Hasan al-
asy’ari sendiri sebenarnya mengambil dari sumber-sumber mu’tazilah. Beliau
adalah seorang mu’tazilah sebelum menjadi imam bagi kaum asy’ariah.
8
Orang-orang latin tidak pernah menrjemahkan buku-buku karangan
mu’tazilah karena peninggalan-peninggalan mu’tazilah terlebih dahulu sirna di
timur sebelum zaman gerakan penerjemahan latin. Ibnu Rusyd sendiri mengeluh
karena buku-buku mu’tazilah jarang ditemukan lagi. Jika mu’tazilah diperangi
dan dibuang disebagian besar Negara islam sepanjang 6 abad, antara abad ke-6
dan abad ke-12 hijriah. Tetapi mulai hidup kembali di abad ke-13 hijriah. Hal ini
bisa terjadi karena gerakan reformasi islam modern memperluas. Ruang gerak
bagi akal. Bahkan bertumpunpada akal disamping al-qur’an dan hadist.
Muhammad abduh walaupun cenderung kepada kaum salaf, termasuk pendukung
aliran rasional. Beliau berjuang untuk memadukan antara agama dan akal, agama-
agama dengan penumuan-penemuan ilmu pengetahuan. Beliah sangat mendukung
pandangan mu’tazilah tentang kemerdekaan dan kebebasan memilih bagi
individu. Sekarang sudah jelas bahwa mu’tazilah telah membuka berbagai pintu di
hadapan pemikiran islam. Juga memperluas jalur bagi studi-studi ilmiah serta
filosofis. Dengan mu’tazilah diperangi dan ditumpas, berarti juga mengikat dunia
islam dan menghambat gerak kemajuan.
A.3.Pengaruh Filsafat Islam Dengan Perkembangan IPTEK di Eropa
Kontak utama antara filsafat islam dengan filsafat eropa terjadi pada
perang salib abad 11 dan 13 masehi. Ketika gereja mulai kaya raya. Gereja lebih
kaya dari kerajaan. Kerajaan-kerajaan telah menjadikan agama kristen sebagai
agama negara. Gereja sampai waktu itu yaitu abad ke-13, masih buta tentang
filsafat yunani. Bahasa pengantar eropa adalah bahasa latin sedangkan karya tulis
yunani berbahasa yunani belum diterjemahkan kecuali ada dalam bahasa arab.
Maka pasca perang salib gereja dikejutkan dan dibangunkan oleh karya
Aristoteles yang terbaca dalam bahasa arab oleh mereka yang bisa bahasa arab
dan bahasa latin.
Bahasa arab adalah bahasa pengantar dalam dunia islam. Sedangkan bahasa
pengantar di eropa ialah bahasa latin, maksudnya di eropa yang non islam.
Terdapat dua macam karya tulis yunani dalam bahasa arab yaitu
9
1. Terjemah karya filosof yunani, terutama karya Aristoteles plus sedikit karya
Plato gurunya Aristoteles.
2. Ulasan / komentar tentang filsafat Yunani terutama ulasan Ibnu Rusyd /
Averous terntang karya-karya Aristoteles.
Bahkan pada waktu itu ketika mereka mulai mengenal karya-karya
Aristoteles dan kemudian dipelajari di mana-mana. Aristoteles terkenal sebagai
the fhilosofer sang filosof, dan averoes / Ibnu Rusyd terkenal sebagai sang
pengulas comentator seakan-akan hamya ada seorang ahli filsafat yaitu Aristoteles
dan hanya ada seorang komentator/pengulas yaitu Ibnu Rusyd. Maka timbullah
upaya terjemah besar-besaran dari naskah bahasa arab tentang filsafat yunani
dialihbahasakan dari bahasa arab ke bahasa latin.
Jadi pasca perang salib selagi di masyarakat islam terjadi keguncangan,
pro kontra, Al Ghazali dan gerakan shufinya melawan gerakan dari Ibnu Sina dan
kemudian Ibnu Rusyd sesudah Al Ghazali yang menjawab kritikan Al Ghazali di
eropa terjadi penerjemahan untuk universitas yang baru berdiri meniru universitas
yang berada di Baghdad dan di Kairo. Bahkan hal itu merintis
gerakan renesaince yaitu hidupnya kembali budaya klasik menjadi budaya baru
atau yang diperbaharui di eropa.
Adapun filsafat Aristoteles yang diajarkan dan dikomentari filosof kristen mulai
juga dikomentari oleh filosof kristen. Tapi yan benar-benar ahli komentator ialah
Ibnu Rusyd. Maka hal itu menjadikan filsafat aristoteles diteriama di eropa. Tetapi
logika deduktif yang diajarkan Ibnui Rusyd meneruskan ajaran Aristoteles, lebih
mengutamakan intelek daripada iman, Ibnu Rusyd juga melupakan ajaran Alkindi
bahwa di alam ruh yang dihembuskan tuhan kedalam janin itu terdapat juga
intelek. Hal itu timbul menurut Ibnu Rusd karena intelek tejadi pada semua
integensi. Atas dasar itu terkenal ajaran alkinas thomas alkinas, kemudian di akhir
abad ke -13 dan awal abad ke -14 tentang beberapa argumentasi sebagai bukti
adanya tuhan karena mengutamakan intelek maka intelek harus membuktikan
adanya tuhan dikenal dengan teori-teori atau argumentasi tentang tuhan,
argumentasi yang bersifat deduktif.
10
Pada sisi lain usaha dari Thomas Akines ini merupakan kelanjutan gerakan
yang dimulai oleh Agustinus sebelum adanya trinitas dalam kristen yaitu masalah
kemauan bebas. Sedangkan masalah kemauan bebas terutama tetap menarik
perhatian Cuma diantara umat islam pada kaum mu’tazilah. Pada sisi lain ajaran
alghazali mengecam filsafat Ibnu Rusyd, Ibnu Sina dan Alfarabi bahwa
matematika tidak relevan dengan agama.
Ibnu Rusyd yang lahir 15 tahun setelah meninggalnya Al Ghazali
kemudian membantah dan mempertahankan filsafat bahwa hanya filsafat yang
mampu menjawab masalah-masalah yang tak tetjawab baik dalam agama maupun
dalam ilmu. Dengan filsafat kita dapat memperbincangkan segala masalah hingga
mencapai kepuasan bathin. Amat disayangkan bahwa setelah sepeninggal Al
Ghazali dan Averoes terjadi kegoncangan dan pengabaian IPA dan matematik.
Seperti pernah saya singgung
1. Ibnu Haldun yang sampai sekarang masih dianggap orang yang paling cerdas
di abad ke 14 hanya mendalami ilmu sosial dan filsafat sejarah bahwa sejarah
harus dipelajari dalam membangun masa depan. Jangan menutupi sejarah,
jangan buta terhadap sejarah, apalagi merekayasa sejarah. Karena dengan
demikian kita tidak belajar apa-apa dari sejarah sehingga kesalahan demi
kesalahan akan diulangi lagi. Tidak dapat mempunyai visi masa depan yang
lebih baik walaupun masa depan itu garis besarnya sudah ada di tangan tuhan
dalam perjalanan menjelang kiyamat.
2. Beberapa kemajuan di eropa mulai abad ke-14 berkat masuknya literatur
iptek islam ke dalam perpustakaan dan kurikulum universitas terutama di
paris terjadilah penyebaran ilmu di eropa mulai akhir abad ke 13 dan akhir
abad ke-14 atau abad ke 7 hijriyah.
Kejadian ini dapat dibilang aneh karena setelah terjadi invasi islam oleh
mongol TERUS TERJADI pertentangan diperbatasan-perbatasan tertentu antara
dunia islam dengan kristen, bahkan trjadi pertempuran pada jalan menuju paris
oleh tentara yang berpangkalan di spanyol dan winadengan tentara yang
berpangkalan di konstantinopel.
11
Kekalahan islam dimulai sedikit demi sedikit di andalusia diiringi dengan
pejanjian-perjanjian damai. Perjanjian damai mulanya di patuhi pihak kristen juga
tetapi itu hanya sementara sebelum seluruh kekuaan islam di spanyol jatuh. Orang
eropa tidak tidak hanya belajar iptek yang diabaikan islam, melainkan juga
menemukan jalan perdagangan ke timur tanpa melalui konstantinopel atau
istambul tetapi melalui wina di austria, hongaria, rusia dan asia tengah. Sedangkan
sebagian cendekiawan kristen tanpa mempedulikan peringatan gereja terlihat
sebagai berikut:
1. pelukis leonardo da vinci berangan-angan tentang iptek masa depan termasuk
penggunaan mesin terbang.
2. Alkemi tidak hanya diterapkan untuk memperkaya pihak di gereja yang
sudah kaya tetapi juga dikembangkan menjadi ilmu zat kimia.
3. Perkembangan ilmu sosial dan filsafat sejarah ibnu khaldun jugan dipelajari
karena karyanya dapat diterjemahkan. Bahkan kemungkinan juga ada
terjemahan tak resmi alquran dalam bahasa latin atau bahasa lokal yang
dipergunakan oleh cendekiawan di kampus-kampus terutama diparis karena
di sana berkumpul para cendekiawan sebagai dosen yang berasal dari
berbagai bagian eropa. Dosen asing lebih banyak daripada dosen lokal,
dengan begitu mereka bisa membaca, saya kira tafsiran saya ayat surat
wasyamsi bahwa bulan mengikuti matahari sekalipun kadang kadang bulan
tampak sebaliknya bulan mendahului matahari seperti sebelum matahari
terbit.
Dalam filsafat agama pada orang nasrani masalah yang mula-mula menarik adalah
masalah kemauan bebas. Hal itu diteruskan oleh akuinas dengan teori atau
akobitasi tentang adanya tuhan. Sedangkan dalam agama islam, rintisan alkindi
tentang iman dan akal seperti diteruskan oleh alfarabi dipertentangkan sebagai dua
hal yang bisa harmonis atau tidak harmonis oleh ibnu rusyd bisa ada dikotomi
antara iman dan akal. Begitulah dikotomi antara Al Ghazali dan averoes.
12
B.PEMBAHASAN
B.1.Ciri Khas Filsafat Islam
Sebagai filsafat religius-spritual
Dikatakan filsafat religius, karena filsafat Islam tumbuh
dijantung Islam, tokoh-tokohnya dididik dengan ajaran Islam dan
hidup dalam suasana Islam. Filsafat Islam merupakan
perpanjangan dari pembahasampembahasan keagamaan dan
teologi yang ada sebelumnya. Topik-topik filsafat Islam itu
bersifat religius, seperti meng-Esakan Tuhan. Karena Ia adalah
pencipta, maka Ia mencipta dan bukan sesuatu, mengatur dan
menatanya3. Ia menciptakan dengan semata-mata anugerah-
Nya. Ia jaga dengan perhatian-Nya dan Ia tundukan dengan
kepada hukum-hukum permanen dan kokoh. Dengan cara
religius dan spiritual ini, filsafat Islam bisa mendekati filsafat
skolastik, bahkan sejalan dengan filsafat kontemporer.
13
Filsafat Rasional
Walaupun bersifat religius-spiritual, tetapi filsafat Islam
juga amat bertumpu pada akal dalam menafsirkan problematika
ketuhanan, manusia dan alam. Akal manusia merupakan salah
satu potensi jiwa. Ia ada 2 macam. Pertama, praktis bertugas
mengendalikan badan dan mengatur tingkah laku. Kedua, teoritis
khusus berkenaan dengan persepsi dan epistemology. Karena
akal praktis inilah yang menerima persepsi-persepsi inderawi dan
meringkas pengertian universal dengan bantuan akal aktif.
Dengan akal, kita menganalisa dan membuktikan. Dengan akal,
kita menyingkap realita-realita ilmiah. Karena akal merupakan
salah satu pintu pengetahuan. Para filosof Islam sejalan dengan
Mutazilah yang mendahului mereka dalam mengagungkan akal
dan tunduk kepada hukumnya. Mereka bertumpu pada akal
dalam banyak hal. Untuk itu, mereka sepakat bahwa dengan
akalnya manusia mampu membedakan baik dan buruk, bahkan
mampu membedakan baik dan buruk sebelum ada ketentuan
agama. Mereka mengemukakan teori bahwa Allah harus
melakukan yang baik dan yang terbaik, sehingga perbuatan Allah
tidak terlepas dari kriteria baik.
Filsafat Sinkretis
Filsafat Islam memadukan antar sesama filosof. Akan
tetapi, mereka konsentrasi khusus mempelajari Plato dan
Aristoteles. Mereka menerjemahkan hampir semua buku standar
Aristoteles. Aritoteles dan Plato amat mempengaruhi banyak
aliran Islam. Tidak pelak lagi, Aristoteles dan Plato adalah
pemimpin filsafat, yang meletakkan prinsi-prinsipnya,
membicarakannya secara detail, mencapai tujuan dengan
prinsip-prinsip itu. Namun, tidak mungkin kita mengharapkan
14
kesuksesan perpaduan yang landasannya salah. Akan tetapi, hal
ini merupakan titik awal yang melandasi para filosof selanjutnya.
Jika perpaduan Plato dan Aristoteles sebagai salah satu asas
yang melandasi filsafat Islam, maka prinsip yang kedua adalah
memadukan filsafat dengan agama. Selain berciri religius, filsafat
Islam juga memasukan teks agama dengan akal. Dalam filsafat,
ada aspek yang tidak sesuai dengan agama. Itu sebabnya
mengapa para filosof Islam sibuk memberi ciri agama kepada
filsafat. Perpaduan yang diusahakan para filosof Islam
merupakan salah satu rajutan jembatan yang mendekatkan
filsafat Arab dengan filsafat latin.
B.2.Perspektif Filsafat Dalam Islam
Filsafat sebagai suatu cabang dari ilmu pengetahuan diyakini merupakan suatu
disiplin ilmu yang cukup sulit dan terkadang dianggap hantu bagi sementara
kalangan pelajar. Kadang cabang ilmu ini menjadi sebuah cemoohan yang dihujat
dan dilaknat sebagian umat muslim yang tulen dan shalih dalam mendalami,
mengkaji dan mengamalkan nilai – nilai ajaran islam karena dianggap berbahaya
dan bisa membawa orang yang berkecimpung didalamnya menjadi seorang kafir.
Filsafat sering difitnah sebagai sekuleristik, ateis, dan anarkis karena suka
menyobek selubung – selubung ideologis pelbagai kepentingan duniawi, termasuk
yang tersembunyi dibalik pakaian seorang 'alim. Ia tidak sopan. Ia bagaikan
anjing yang menggonggong, mengganggu dan menggigit.
Pandangan semacam ini sangat wajar dan seringkali kita jumpai dalam
pandangan sementara masyarakat terutama masyarakat muslim yang
berkecimpung dalam urusan 'ubudiyah. Kekhawatiran inipun juga sangat wajar
mengingat banyak pemburu filsafat yang pada akhirnya karena kesalahan dalam
memahami dan mengkaji ilmu ini kemudian tidak lagi mengindahkan nilai – nilai
yang ada dalam ajaran agama islam. Namun bagaimana sebenarnya islam
15
memandang ilmu ini? Apakah islam benar melarang tumbuh dan berkembangnya
ilmu ini? Atau justeru sebaliknya?
Pada dasarnya tidak ada larangan didalam islam tentang mempelajari ilmu
filsafat. Bahkan islam sangat menganjurkan agar manusia berfilsafat. Hal ini
tertuang didalam al qur'an surat al ankabut ayat 20 :
:َه8 الَّل ?َّن: ِإ َة8 8ِخ?َر8 Dاَآْل 8َة8 َأ Dْش: الَّن Iْش?ُئD Iَّن ُي Iَه: الَّل Iَّم: ُث َّلDَق8 Dَخ8 ال 8 8َد8َأ َب Dَف8 8ْي َك وا IَرIُظD َف8اْن ْرDِض?8 Dاَأْل َف?ي وا Iْيَر ِس? DْلIُق
) bُق8َد?ُيَر cٍءDي َش8 fْلI َك )20َع8َّل8ى
Artinya : "Katakanlah : "Berjalanlah dibumi, maka perhatikanlah bagaimana
(Allah) memulai penciptaan (makhluk), kemudian Allah menjadikan kejadian
yang akhir, Sungguh Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." ( Q.S. Al Ankabut:
20)
Ayat ini memberikan sebuah inspirasi dan motivator kepada umat islam
agar melakukan proses penelitian analisis yang mendalam terhadap apa yang ada
di bumi. Kata َبَدَأالَخَّلَق َكْيَف memberikan َأْنُظَروا sebuah pemahaman bahwa
proses penciptaan Allah terhadap makhluq adalah sebuah proses yang perlu
mendapat perhatian yang serius, analisis yang mendalam dan juga penelitian yang
detail. Penelitian, analisis ini merupakan sebuah bagian dari kerja filsafat. Hal ini
dikarenakan filsafat secara hakiki adalah ilmu kritis.
Sebagai sebuah ilmu kritis maka filsafat akan bergulat pada masalah –
masalah dasar kemanusian bahkan tentang masalah – masalah ketuhanan.
Filasafat harus mengkritik jawaban – jawaban yang tidak memadai dan harus ikut
serta dalam mencari jawaban yang benar. Bahwa filsafat juga harus mencari
jawaban perlu ditegaskan berhadapan dengan suatu trend modis masakini, seakan
– akan tugas filsafat terbatas pada menanyakan pertanyaan – pertanyaan yang
betul. Seakan – akan bukan tugasnya untuk mencoba memberi sebuah jawaban.
Sebagai ilmu kritis filsafat juga harus mampu untuk bersikap kritis bahkan
pada hakikat ilmu filsafat itu sendiri. Filsafat memang harus mencari jawaban –
jawaban, namun demikian jawaban – jawaban itu tidaklah abadi. Karena itu
16
filsafat tidak akan pernah selesai dan tak pernah sampai pada akhir sebuah
masalah. Filsafat akan berkembang sejalan dengan kehidupan manusia yang
dinamis, berkembang dan senantiasa diliputi masalah.
Sebagai sebuah agama islam tidak pernah melarang manusia untuk berfikir
secara bebas, akan tetapi islam memberikan batasan bahwa pemikiran yang
dilakukan oleh manusia tidak berhubungan dengan dzat Allah sebagai Tuhan yang
wajib disembah. Hal ini sesuai dengan pernyataan hukama' :
الَّلَه ذات َفى تفكَروا وال الَّلَه ِخَّلَق َفى تفكَروا
Artinya : berfikirlah tentang apa yang telah diciptakan Allah dan janganlah kalian
berfikir tentang dzat Allah.
Hal ini dapat dimaklumi karena Dzat Allah sebagi Tuhan yang wajib
disembah memiliki sifat yang tak terbatas. Berbeda dengan manusia. Sehebat
apapun manusia namun kehebatan manusia itu hanya bersifat nisbi. Kemampuan
akal manusia takkan mampu menjangkau pada hal – hal yang bersifat transenden.
Manusia hanya mampu memahami dan menjangkau hal – hal yang bersifat
immanent yang menjadi bidang garapan manusia yang dalam term diatas disebut
sebagai الَّلَه .( ciptaan Allah ) ِخَّلَق
Dalam sejarah islam kita mengenal tokoh – tokoh yang menjadi panutan
dunia dalam bidang filsafat. Dibelahan dunia bagian timur kita mengenal Abu
Yusuf Ya'kub ibnu Ishaq ibnu Ismail al Ash'ats ibnu Qais Al Kindi, Ar razi, Al
Farabi, Ikhwanus Shafa dll. Sementara dibelahan barat ada Ibnu Bajjah, Ibnu
Thufail, ibnu Rusyd dan masih banyak lagi yang lain. Para filosof ini menjadi
sebuah bukti bahwa islam tidak memandang filsafat sebagi sebuah ilmu yang
tidak boleh dipelajari dalam dunia islam. Justeru sebenarnya dalam islam sangat
menekankan proses berfikir yang dengan proses tersebut keimanan bertambah,
islam menjadi kuat dan disegani di seluruh belahan dunia. Intinya berfilsafat
adalah penting demi dan untuk menegakkan kalimah Allah atas orang – orang
yang menentangnya. Karena para penentang itu tidak akan menerima argument
yang hanya berdasarkan keimanan saja akan tetapi mereka butuh rasional, logis
17
dan realistis. Pemikiran semacam itu hanya mungkin didapat ketika kita belajar
tentang filsafat.
B.3.Tokoh-Tokoh Filsafat Islam
Adapun definisi filsafat menurut tokoh filsafat pada awal masuknya
filsafat ke dalam ranah berfikir orang islam adalah sebagai berikut :
a. Al-Kindi
Al-Kindi mendefinisikan filsafat dari berbagai sudut pandang,namun Ia
lebih menspesifikasikan filsafat sebagai pengetahuan tentang segala sesuatu yang
abadi dan besifat menyeluruh (umum), baik esensinya maupu kausa-
kausanya.Defiisi ini di ambil dari sudut pandang materinya.
b. Al-Farabi
Al-Farabi mendefinisikn filsafat sebagai : Al Ilmu bilmaujudaat bima Hiya
Al Maujudaat,yaitu suatu ilmu yang menyelidiki hakikat sebenarnay dari segala
yang ada ini.
Al Farabi berusaha memadukan beberapa aliran filsafat fal safah al
taufiqhiyah atau wahdah ala falsafah yang bebrkembang sebelumnya, terutama
pemikiran Plato, Aristoteles, dan Plotinus, juga antara agama dan filsafat.
Al farabi berpandapat bahwa pada hakikatnya filsafat itu adalah satu kesatuan,
oleh karena itu para filosof besar harus menyatujui bahwa satu-satunya tujuan
adalah mencari kebenaran.
c. Ikhwan Al-Shafa’
Ikhwan Al-Shafa’ adalah golongan dalam filsafat yang menyatakan filsafat itu
bertingkat-tingkat,yaitu :
1. Cinta ilmu
2. mengetahui hkikat wujud-wujud menurut kesanggupan manusia
3. berkata dan berbuat sesuai dengan ilmu.
d. Ibnu Rusyd
Aliran filsafat Ibn Rusyd adalah rasional. Ia menjunjung tinggi akal fikiran
dan menghargai peranan akal, karena dengan akal fikiran itulah manusia dapat
18
menafsirkan alam maujud. Akal fikiran bekerja atas dasar pengertian umum
(ma¡¦ani kulliyah) yang didalamnya tercakup semua hal ihwal yang bersifat partial
(juz¡¦iyah). Ia menjelaskan bahwa kuliyyat adalah gambaran akal, tidak berwujud
kenyataan diluar akal.
e. Ibnu Maskawih
Maskawih membedakan antar pengertian hikmah dan filsafat.
Menurutnya, hikmah adalah keutamaan jiwa yang cerdas (aqilah) yang mampu
membedakan mana yang bak dan man yang buruk.
Mengenai filsafat Ia tidak memberikan pengertian secara tegas.Ia membagi
filsafat menjadi dua bagian yaitu teoritis dan praktis. Teoritis merupakan
kesmpurnaan manusia yang mengisi potensinya untuk dapat mengetahui segala
sesuatu sehingga dengan kesempurnaan ilmunya itu pikrannya benar. Sedangkan
bagia praktis merupakan kesempurnan manusia yang mengisi potensinya untk
dapat melakukan perbuatan-perbuatan moral.
f. Suhrowardi Al-Maqtul
Pandangan Suhrowardi terhadap metafisika dan cahaya pada dasarnya
tetap bersifat immaterial. Entitas yang pertama yang diciptakan Tuhan adalah
akal pertama, kemudian melalui proses emanasi timbul akal kedua dan seterusnya.
g. Ibnu Sina
Dari Tuhanlah kemajuan yang mesti, mengalir intelegensi pertama
sendirian karena hanya dari yang tunggal. Yang mutlak, sesuatu yang dapat
mewujud. Tetapi sifat ontelegensi pertama tidak selamanya mutlak satu, karena ia
bukan ada dengan sendirinya, ia hanya mungkin dan kemungkinannnya itu
diwujudkan oleh Tuhan. Berkat kedua sifat itu, yang sejak saat itu melingkupi
seluruh ciptaan di dunia, intelgensi pertama memunculkan dua kewujudan yaitu:
a. Intelegensi kedua melalui kebaikan ego tertinggi dari adanya aktualitas.
b. Lingkungan pertama dan tertingi berdasarkan segi terendah adanya,
kemungkinan alamiyah. Dua proses pamancaran inii berjalan terus sampai kita
mencapai intelegensi kesepuluh yang mengatur dunia ini, yang oleh kebanyakan
filosuf muslim disebut sebagai malaikat Jibril.
h. Al-Ghazali
19
Pada mulanya ia berangggapan bahwa pengetahuan itu adalah hal-hal
yang dapat ditangkap oleh panca indra. Tetapi kemudian ternyata bahwa baginya
panca indra juga berdusta. Karena tidak percaya pada panca indra, al Ghazali
kemudian meletakan kepercayaannya kepada akal. Alasan lain yang membuat al
Ghazali terhadap akal goncang, karena ia melihat bahwa aliran-aliran yang
mengunakan akal sebagai sumber pengetahuan, ternyata menghasilkan
pandangan-pandangan yang bertentangan, yang sulit diselesaikan dengan akal.
Lalu al Ghazali mancari ilm al yaqini yang tidak mengandung pertentangan pada
dirinya. Tiga bulan kemudian Allah memberikan nur yang disebut juga oleh Al
Ghazali sebagai kunci ma¡¦rifat ke dalam hatinya. Dengan demikian bagi Al
Ghazali intuisi lebih tinggi dan lebih dipercaya daripada akal untuk menangkap
pengetahuan yang betul-betul diyakini.
i. Ibnu Thufail
Ibn Thufail menunjukkan jalan untuk sampai kepada objek pengetahuan
yang maha tingi atau Tuhan. Jalan pertama melalui wahyu, dan jalan kedua
adalah melalui filsafat. Ma’rifat melalui akal ditempuh dengan jalam keterbukaan,
mengamati, meneliti, mancari, mencoba, membandingkan, klasifikasi,
generalisasi dan menyimpulkan. Jadi ma’rifah adalah sesuatu yang dilatih mulai
dari yang kongkrit berlanjut kepada yang abstrak. Dan khusus menuju global.
Seterusnya dilanjutkan dengan perenungan yang terus menerus. Ma’rifah melalui
agama terjadi lewat pemahaman wahyu dan memahami segi batinnya dzauq.
Hasilnya hanya bisa dirasakan, sulit untuk dikatakan. Tidak heran kalau muncul
syatahat dari mulut seorang sufi. Jadi proses yang dilalui ma’rifat semacam ini
tidak mengikuti deduksi atau induksi, tetapi bersifat intuitif lewat cahaya suci.
j. Ibnu ‘Arabi
Filsafat Ibn ‘Arabi tentang wujud (realitas) Tuhan, alam semesta, dan
manusia.
-Pengertian Wahdat al wujud. Terdiri dari dua kata, yaitu: wahdat (sendiri,
tunggal,kesatuan) sedangkan wujud (ada). Dengan demikian Wahdat al wujud
berarti kesatuan wujud.
20
- Kata al wahdah digunakan pula oleh para ahli filsafat dan sufistik sebagai suatu
kesatuan antara materi dan roh, substansi (hakikat) dan format (bentuk), antara
yang nampak (lahir) dan yang batin, antara alam dan Allah, karena alam dari segi
hakikatnya qadim dan berasal dari Tuhan.
k. Mulla Shadra
Ia mendefinisikn filsafat dalam dua bagian utama.yang pertma adalah
bagian teoritis yang mengacu pada pengetahuan tentang segala sesuatu
sebagaiman adanya, dan yang kedua yaitu bagian praktis yang mengacu pada
pencapaian kesempurnaan-kesempyrnan yang cocok bagi jiwa.
l. Muhammad Iqbal
- Agama ialah suatu konsep dari suatu pengalaman yang kompleks, sebagian
bersifat rasional, etik, dan sebagian lagi bersifat spiritual.
- Agama bukan semata-semata hanya pikiran atau cuma perasaan juga bukan
sekedar tindakan tetapi merupakan ekspresi manusia secara keseluruhan,
karenanya agama tak bertentangan dengan filsafat, bahkan merupakan suatu segi
yang penting dari pengalama total, tentang realitas yang harus dirumuskan oleh
filsafat.
B.4.Pandangan Filsafat Sejarah Islam
Pandangan Filsafat ini bersifat integral-holistik. Filsafat Islam mengakui,
sebagai sumber ilmu, bukan hanya pencerapan indrawi, tetapi juga persepsi
rasional dan pengalaman mistik. Dengan kata lain menjadikan indera, akal dan
hati sebagai sumber-sumber ilmu yang sah. Akibatnya terjadilah integrasi di
bidang klasifikasi ilmu antara metafisika, fisika dan matematika, dengan berbagai
macam divisinya. Demikian juga integrasi terjadi di bidang metodoogi dan
penjelasan ilmiah. Karena itu filsafat Islam tidak hanya mengakui metode
observasi, sebagai metode ilmiah, sebagaimana yang dipahami secara eksklusif
dalam sains modern, tetapi juga metode burhani, untuk meneliti entitasentitas
yang bersifat abstrak, ‘irfani, untuk melakukan persepsi spiritual dengan
menyaksikan (musyahadah) secara langsung entitas-entitas rohani, yang hanya
bisa dianalisa lewat akal, dan terakhir bayani, yaitu sebuah metode untuk
21
memahami teks-teks suci, seperti al-Qur’an dan Hadits. Oleh karena itu, filsafat
Islam mengakui kebasahan observasi indrawi, nalar rasional, pengalaman intuitif,
dan juga wahyu sebagai sumbersumber yang sah dan penting bagi ilmu.
Hal ini penting dikemukakan, mengingat selama ini banyak orang yang
setelah menjadi ilmuwan, lalu menolak filsafat dan tasawuf sebagai tidak
bermakna. Atau ada juga yang telah merasa menjadi filosof, lalu menyangkal
keabsahan tasawuf, dengan alasan bahwa tasawuf bersifat irrasional. Atau ada
juga yang telah merasa menjadi Sufi lalu menganggap tak penting filsafat dan
sains. Dalam pandangan filsafat Islam yang holistik, ketiga bidang tersebut diakui
sebagai bidang yang sah, yang tidak perlu dipertentangkan apa lagi ditolak, karena
ketiganya merupakan tiga aspek dari sebuah kebenaran yang sama. Sangat
mungkin bahwa ada seorang yang sekaligus saintis, filosof dan Sufi, karena
sekalipun indera, akal dan hati bisa dibedakan, tetapi ketiganya terintegrasi dalam
sebuah pribadi. Namun, seandainya kita tidak bisa menjadi sekaligus ketiganya,
seyogyanya kita tidak perlu menolak keabsahan dari masing-masing bidang
tersebut, karena dalam filsafat Islam ketiga unsur tersebut dipandang sama
realnya.
B.5.Peran Filsafat Islam dalam Dunia Modern
a. Menjawab Tantangan Kontemporer
Pada saat ini, dalam pandangan Beliau (Mulyadhi Kartanegara), umat
Islam telah dilanda berbagai persoalah ilmiah filosofis, yang datang dari
pandangan ilmiah-filosofis Barat yang bersifat sekuler. Berbagai teori ilmiah, dari
berbagai bidang, fisika, biologi, psikologi, dan sosiologi, telah, atas nama metode
ilmiah, menyerang fondasi-fondasi kepercayaan agama. Tuhan tidak dipandang
perlu lagi dibawa-bawa dalam penjelasan ilmiah. Misalnya bagi Laplace (w.
1827), kehadiran Tuhan dalam pandangan ilmiah hanyalah menempati posisi
hipotesa.Dan ia mengatakan, sekarang saintis tidak memerlukan lagi hipotetsa
tersebut, karena alam telah bisa dijelaskan secara ilmiah tanpa harus merujuk
kepada Tuhan. Baginya, bukan Tuhan yang telah bertanggung jawab atas
keteraturan alam, tetapi adalah hukukm alam itu sendiri. Jadi Tuhan telah
22
diberhentikan sebagai pemelihara dan pengatur alam. Demikian juga dalam
bidang biologi, Tuhan tidak lagi dipandang sebagai pencipta hewanhewan, karena
menurut Darwin (w. 1881), munculnya spesies-spesies hewan adalah karena
mekanisme alam sendiri, yang ia sebut sebagai seleksi alamiah (natural selection).
Menurutnya hewan-hewan harus bertransmutasi sendiri agar ia dapat tetap
survive, dan tidak ada kaitannya dengan Tuhan. Ia pernah berkata, “kerang harus
menciptakan engselnya sendiri, kalau ia mau survive, dan tidak karena campur
tangan sebuah agen yang cerdas di luar dirinya. Oleh karena itu dalam pandangan
Darwin, Tuhan telah berhenti menjadi pencipta hewan. Dalam bidang psikologi,
Freud (w. 1941) telah memandang Tuhan sebagai ilusi. Baginya bukan Tuhan
yang menciptakan manusia, tetapi manusialah yang menciptakan Tuhan. Tuhan,
sebagai konsep, muncul dalam pikiran manusia ketika ia tidak sanggup lagi
menghadapi tantangan eksternalnya, serti bencana alam dll., maupun tantangan
internalnya, ketergantungan psikologis pada figur yang lebih dominan. Sedangkan
Emil Durkheim, menyatakan bahwa apa yang kita sebut Tuhan, ternyata adalah
Masyarakat itu sendiri yang telah dipersonifikasikan dari nilai-nilai sosial yang
ada.
Dengan demikian jelaslah bahwa, dalam pandangan sains modern Tuhan tidak
memiliki tempat yang spesial, bahkan lama kelamaan dihapus dari wacana ilmiah.
Tantangan yang lain juga terjadi di bidang lain seperti bidang spiritual, ekonomi,
arkologi dll. Tentu saja tantangan seperti ini tidak boleh kita biarkan tanpa kritik,
atau respons kritis dan kreatif yang dapat dengan baik menjawab tantangan-
tantangan tersebut secara rasional dan elegan, dan tidak semata-mata bersifat
dogmatis dan otoriter. Dan di sinilah beliau melihat bahwa filsafat Islam bisa
berperan sangat aktif dan signifikan.
b. Filsafat sebagai Pendukung Agama
Berbeda dengan yang dikonsepsikan al-Ghazali, di mana filsafat
dipandang sebagai lawan bagi agama, beliau (Mulyadhi Kartanegara) melihat
filsafat bisa kita jadikan sebagai mitra atau pendukung bagi agama. Dalam
keadaan di mana agama mendapat serangan yang gencar dari sains dan filsafat
modern, filsafat Islam bisa bertindak sebagai pembela atau tameng bagi agama,
23
dengan cara menjawab serangan sains dan filsafat modern terhadap agama secara
filosofis dan rasional. Karena menurut hemat saya tantangan ilmiah-filosofis harus
dijawab juga secara ilmiah-filosofis dan bukan semata-mata secara dogmatis.
Dengan keyakinan bahwa Islam adalah agama yang menempatkan akal pada
posisi yang terhormat, saya yakin bahwa Islam, pada dasarnya bisa dijelaskan
secara rasional dan logis.
Selama ini filsafat dicurigai sebagai disiplin ilmu yang dapat mengancam
agama. Ya, memang betul. Apaalagi filsafat yang selama ini kita pelajari bukanlah
filsafat Islam, melainkan filsafat Barat yang telah lama tercerabut dari akar-akar
metafisiknya. Tetapi kalau kita betul-betul mempelajari filsafat Islam dan
mengarahkannya secara benar, maka filsafat Islam juga adalah sangat potensial
untuk menjadi mitra filsafat atau bahwan pendukung agama.
Di sini filsafat bisa bertindak sebagai benteng yang melindungi agama dari
berbagai ancaman dan serangan ilmiah-filosofis seperti yang saya deskrisikan di
atas.
Serangan terhadap eksistensi Tuhan, misalnya dapat dijawab dengan
berbagai argumen adanya Tuhan yang telah banyak dikemukakan oleh para filosof
Muslim, dari al-Kindi, Ibn Sina, Ibn Rusyd dll., seperti yang telah saya jelaskan
antara lain dalam buku saya Menembus Batas Waktu. Serangan terhadap wahyu
bisa dijawab oleh berbagai teori pewahyuan yang telah dikemukakan oleh banyak
pemikir Muslim dari al-Ghazali, al-Farabi, Ibn Sina, Ibn Taymiyyah, Ibn Rusyd,
Mulla Shadra dll.
B.6. Filsafat Islam di Indonesia
a. Masa Lalu
Filsafat Islam belum begitu dikenal di Indonesia, karena memang filsfat
Islam baru diperkenalkan ke publik pada tahun 70-an oleh almarhum Prof. Dr.
Harun Nasution dalam bukunya yang terkenal Falsafah & Mistisime dalam Islam,
yang diterbitkan Bulan Bintang pada tahun 1973. Dalam buku ini pak Harun telah
memperkenalkan 6 filosof Muslim yang terkenal yaitu al-Kindi, al-Razi, al-
24
Farabi, Ibn Sina dan Ibn Rusyd, setelah sebelumnya ia membicarakan tentang
“Kontak Pertama antara Islam dan ilmu pengetahuan serta falsafah Yunani.”
Dalam buku ini pak Harun dengan singkat tetapi esensial memperkenalkan
biografi dan ajaran para filosof Muslim tersebut, sehingga para mahasiswa
Muslim, khususnya mahasiswa IAIN di seluruh Indonesia, telah menyadari
keberadaan filsafat Islam yang sebelumnya hampir tidak pernah diperkenalkan
kepada mereka. Dan dengan dijadikannya buku tersebut sebagai buku wajib, maka
pak Harun boleh dikata telah berhasil memperkenalkan filsafat Islam di Indonesia
ini.
Tetapi karena buku ini merupakan satu-satunya buku yang digunakan
dalam matakuliah filsafat Islam selama puluhan tahun, maka timbul kesan yang
keliru bahwa seakan filsafat Islam hanya menghasilkan 6 orang filosof
sebagaimana yang diperkenalkan oleh Pak Harun di atas. Untunglah pada tahun
1987 Pustaka Jaya telah menerbitkan sebuah buku terjemahan yang bagus dan
komprehensif tentang filsafat Islam karangan Majid Fakhry yang berjudul Sejarah
Filsafat Islam, yang diterjemahkan oleh (Mulyadhi Kartanegara), sehingga dengan
demikian sadarlah kita bahwa filsafat Islam telah melahirkan bukan hanya 6
filosof, sebagaimana yang telah diperkenalkan oleh Pak harun, tetapi puluhan
bahkan mungkin ratusan para filosof yang tidak kalah hebatnya daripada filosof-
filosof yang telah diperkenalkan sebelumnya.
Buku ini menjelaskan filsafat Islam dari sudut historis, yang meliputi
paparan tentang perkembangan filsafat sebelum Islam, pada masa awal Islam,
masa pertengahan dan masa modern. Dan buku ini telah menikmati posisi yang
penting di universitas-universitas Islam, sebagai buku daras yang tak ada duanya
pada saat itu. Mahasiswa Muslim sangat diuntungkan dengan kehadiran karya
terjemahan ini, karena ia telah banyak mengubah persepsi yang keliru tentang
filsafat Islam dari sudut lingkup, rentangan waktu, ajaran dll. Dengan buku ini
pula kita menjadi sadar bahwa ternyata filsafat Islam tidak berhenti pada Ibn
Rusyd sebagaimana dikesankan setelah membaca buku pak harun, tetapi terus
hidup dan berlangsung hingga saat ini.
b. Masa Kini
25
Yang di maksud dengan masa kini, adalah kurang lebih periode sepuluh
tahun terkahir dari sekarang. Pada saat ini kita telah menikmati banyak informasi
tentang filsafat Islam. Diterjemahkannya buku yang diedit oleh M.M. Syarif yang
berjudul, History of Muslim Philosophy secara parsial ke dalam bahasa Indonesia
telah memperkaya khazanah filsafat Islam di Indonesia. Tetapi tambahan
informasi yang sangat signifikan terjedi setelah penerbit Mizan menerjemahkan
karya besar dalam sejarah filsafat Islam yang diedit oleh Nasr dan Oliver Leaman,
yang berjudul A History of Islamic Philosophy ke dalam bahasa Indonesia,
dengan judul Ensiklopedia Filsafat Islam (dua jilid). Berbagai karya filosofis yang
lebih spesifik (misalnya yang membahas tentang pemikiran para filosof tertentu)
juga telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, seperti The Philosophy of
Mulla Sadra yang ditulis oleh Fazlur Rahman, yang membahas beberapa aspek
dari pemikiran Mulla Shadra, atau Knowledge and Illumination, karangan
Hussein Ziai, yang membicarakan secara khusus filsafat iluminasi Suhrawardi.
Namun sejauh ini, informasi ini lebih bersandar pada terjemahan dari karya asing,
dan bukan karangan sarjana Muslim Indonesia sendiri.
Sedikit sekali karya filsafat Islam yang ditulis oleh para penulis negeri ini.
Ada misalnya buku 5 tentang Suhrawardi yang ditulis oleh sdr Amroeni,
khususnya kritik Suhrawardi terhadap filsafat peripatetik,atau yang ditulis oleh M.
Iqbal tentang Ibn Rusyd, sebagai bapak rasionalisme. Namun tulisan-tulisan
tersebut masih bersifat studi tokoh, dan pada dasarnya diadaptasi dari sebuah tesis
atau disertasi. Tidak banyak penulis Muslim Indonesia yang menulis buku
pengantar terhadap filsafat Islam yang bersifat independen, kecuali pak Haidar
Bagir dengan Buku Saku Filsafat Islam-nya, dan beliau (Mulyadhi Kartanegara)
sendiri dengan Gerbang Kearifan-nya.
C.1.Kesimpulan
26
Dunia Islam telah berhasil membentuk suatu filsafat yang sesuai dengan
prinsip-prinsip agama dan keadaan masyarakat Islam sendiri. Filsafat Islam segala
bentuk pemikiran ilmuwan muslim yang mendalam secara teoritis maupun
empiris, bersifat universal yang berlandaskan Wahyu. Filsafat Islam merupakan
pengembangan filsafat Plato dan Aristoteles yang telah dilandasi dengan ajaran
Islam dan memadukan antara filsafat dan Agama, filsafat yang berciri religius dan
berusaha sekuat tenaga memasukkan teks agama dengan akal.
Filsafat Islam :
- Berfilsafat menggunakan akal dan bersandar pada Wahyu.
- Ruang lingkup pembahasannya yang abstrak maupun konkrit, fisik maupun
metafisik.
- Berfilsafat untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memahami realitas alam.
- Berfilsafat dimulai dengan keimanan kepada Allah
Dapat disimpulkan, dari lahirnya para tokoh filsafat islam yang menjadi
sebab adanya karya-karya mereka yang banyak, merupakan hal yang
membanggakan bagi khazanah keilmuan islam. Sayangnya saja, karya-karya
mereka yang banyak itu tidak kita temui secara keseluruhan pada saat ini, karena
terjadinya keadaan-keadaan yang menyulitkan para filosof, seperti halnya
kejadian yang menimpa ibnu rusyd yang karya-karyanya di bakar.
Tapi, bukan berarti kita tidak dapat mempelajari karya-karya mereka yang
tersisa saat ini, kita juga dapat mempelajari karya-karya filosof yang lahir setelah
mereka dan dengan sebab ini pula banyak karya-karya baru yang mereka tuliskan
sehingga kita sebagai orang muslim tidak kehilangan akan khazanah keilmuan
berkat jerih payah mereka.
Kejayaan Islam masa lalu merupakan bagian kehidupan sejarah umat
muslim yang tidak mungkin dilupakan. Dalam kehidupan yang semakin
mengglobal ini menjadi tidak mungkin dijalankan syariat Islam menjadi konstitusi
27
negara ketika Muslim menjadi minoritas; juga bila Islam menjadi mayoritas,
dapatkan Islam menerapkan hukum syar’i Islam sebagai konstitusi negara kepada
non Muslim? Karena itu berarti membatasi kebebasan individu. Perlu dibangun
aturan-aturan hukum yang universal, sehingga tidak meninggalkan Al-Quran. Al-
Quran memang bersifat ilahiyah, sehingga jangan ditinggalkan; tetapi syari’ah
merupakan produk interpretasi manusiawi, sehingga dapat diperbaharui terus.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad,Hanafi.1996. Pengantar Filsafat Islam.Jakarta : Bulan Bintang
28
Muhammad Yusuf Musa.1945.falsafat al-Ahklaq fi al-Islam, Kairo: Dar al-A’raf,
Nasution Hasyimsyah.1998.filsafat islam, Jakarta : Gaya media Pratama
Prof. Dr. H. Sirajuddin Zar, M.A.2004. filsafat islam, filosof dan
filsafatnya.Jakarta: Rajawali pers
Sudarsono.2001.Ilmu Filsafat – Suatu Pengantar, Jakarta : Rineka Cipta
Supriyadi, Dedy M.Ag. 2009.Pengantar Filsafat Islam (Konsep,Filsuf,dan
Ajarannya).Bandung : CV Pustaka Setia.
2013.http://semilicity.wordpress.com/2009/04/24/definisi-filsafat-islam/ , diakses
tanggal 13 April 2013 (Sumber dari Internet)
2013.http://islamiccenter.upi.edu/2011/02/pengaruh-filsafat-islam-dan-iptek-
islam-di-eropa/ , diakses tanggal 13 April 2013 (Sumber dari Internet)
2013.http://paisnews.blogspot.com/2009/01/perbandingan-filsafat-barat-dan-
islam.html, diakses tanggal 13 April 2013 (Sumber dari Internet)
29