LABORATORIUM FARMASEUTIKA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
LAPORAN PRAKTIKUM
KELARUTAN
OLEH :
NAMA : M. ALFIAN PARTANG
NIM : N11107010
KELOMPOK : I
ASISTEN : SAFARUDDIN, S.Si
M A K A S S A R
2 0 0 8
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Larutan merupakan suatu campuran homogen antara 2 zat dari
molekul, atom ataupun ion dimana zat yang dimaksud disini adalah zat
padat, minyak larut dalam air.
Kelarutan suatu senyawa bergantung pada sifat fisika dan kimia zat
terlarut dan pelarut, juga bergantung pada faktor temperatur, tekanan, pH
larutan, dan untuk jumlah yang lebih kecil, bergantung pada hal terbaginya
zat terlarut. Adapun kelarutan didefenisikan dalam besaran kuantitatif
sebagai konsentrasi zat terlarut dalam larutan jeuh pada temperatur
tertentu, dan secara kualitatif didefenisikan sebagai interaksi spontan dari
dua atau lebih zat untuk membentuk dispersi molekuler homogen.
Dalam bidang farmasi kelarutan sangat penting, karena dapat
mengetahui dapat membantu dalam memilih medium pelarut yang
paling baik untuk obat atau kombinasi obat, membantu mengatasi
kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada waktu pembuatan
larutan farmasetis (dibidang farmasi) dan lebih jauh lagi dapat bertindak
sebagai standar atau uji kelarutan.
I.2 Maksud Dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Maksud percobaan
Mengetahui dan memahami cara penentuan kelarutan suatu zat
padat dalam pelarut air pada berbagai suhu.
I.2.2 Tujuan percobaan
Menentukan kelarutan asam borat dan asam benzoat dalam pelarut
air pada suhu 250C, suhu 45o C dan suhu 60o C.
I.3 Prinsip Percobaan
Penentuan kelarutan dari zat padat yaitu asam borat dan asam
benzoat pada suhu 250C, suhu 45o C dan 60o C dengan cara
melarutkan,menyaring, mengeringkan dan menimbang residu zat yang
tidak larut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
Kelarutan diartikan sebagai konsentrasi bahan terlarut dalam suatu
larutan jenuh pada suatu suhu tertentu. Larutan sebagai campuran
homogen bahan yang berlainan. Untuk dibedakan antara larutan dari gas,
cairan dan bahan padat dalam cairan. Disamping itu terdapat larutan
dalam keadaan padat (misalnya gelas, pembentukan kristal campuran). (1
: 589)
Kelarutan didefenisikan dalam besaran kuantitatif sebagai
konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu, dan
secara kualitatif didefenisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau
lebih zat untuk membentuk dispersi molekuler homogen. Larutan
dinyatakan dalam mili liter pelarut yang dapat melarutkan satu gram zat.
Misalnya 1 gram asam salisilat akan larut dalam 500 ml air. Kelarutan
dapat pula dinyatakan dalam satuan molalitas, molaritas dan persen (2;
16).
Dalam istilah farmasi, larutan didefinisikan sebagai sediaan “cair
yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya
dilarutkan dalam air, yang karena bahan-bahannya, cara peracikan atau
penggunaanya, tidak dimasukkan kedalam golongan produk lainnya”. (3 :
304)
Pelepasan zat dari bentuk sediannya sangat dipengaruhi oleh
sifat-sifat kimia dan fisika zat tersebut serta formulasinya. Pada prinsipnya
obat baru dapat diabsorbsi setelah zat aktifnya terlarut dalam cairan usus,
sehingga salah satu usaha untuk mempertinggi efek farmakologi dari
sediaan adalah dengan menaikkan kelarutan zat aktifnya (2; 16).
Kelarutan suatu bahan dalam suatu pelarut tertentu menunjukkan
konsentrasi maksimum larutan yang dapat dibuat dari bahan dan pelarut
tersebut. Bila suatu pelarut pada suhu tertentu melarutkan semua zat
terlarut sampai batas daya melarutkannya, larutan ini disebut larutan
jenuh. (3 : 306)
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat
adalah:
(2 :16)
1. pH
2. Temperatur
3. Jenis pelarut
4. Bentuk dan ukuran partikel
5. Konstanta dielektrik pelarut
6. Adanya zat-zat lain, misalnya surfaktan pembentuk kompleks ion
sejenis dan lain-lain.
Kelarutan obat sebagian besar disebabkan oleh polaritas pelarut
yaitu oleh momen dipolnya. Pelarut polar melarutkan zat terlarut ionic dan
zat polar lainnya. Sesuai dengan itu, air bercampur dengan alcohol dalam
segala perbandingan dengan melarutkan gula dan senyawa polihidroksi
lain. (1: 561)
II.2 Uraian Bahan
1. Asam benzoat (4 : 49)
Nama resmi : Acidum benzoicum
Nama lain : Asam benzoat
Rumus molekul : C7H6O2 / 122
Pemerian : Hablur halus dan ringan, tidak
berwarna, tidak berbau.
Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 350 bagian
air, dalam lebih kurang 3 bagian
etanol (95%) P, dalam 8 bagian
kloroform P dan dalam 3 bagian
eter.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Antiseptikum ekstern, antijamur
Kegunaan : Sebagai sampel
2. Asam borat (4 : 49)
Nama resmi : Acidum boricum
Nama lain : Asam borat
RM / BM : H3BO3 / 61,83
Pemerian : Hablur, serbuk hablur putih atau sisik
mengkilap, tidak berwarna, kasar,
tidak berbau, rasa agak asam dan
pahit kemudian manis.
Kelarutan : Larut dalam 20 bagian air , dalam 3
bagian air mendidih , dalam 16 bagian
etanol (95 %) P dan dalam 5 bagian
gliserol P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Antiseptikum ekstern
Kegunaan : Sebagai sampel
3. Air suling (4 : 96)
Nama resmi : Aqua destilata
Nama lain : Air suling
RM / BM : H2O / 18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak
berbau, tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pelarut
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat Dan Bahan
III.1.1 Alat-alat yang digunakan :
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Baskom,
Gelas ukur 100 ml dan 50 ml, Batang pengaduk, Oven, Botol semprot,
Pipet tetes, Cawan porselin, Sendok tanduk, Corong kaca, Termometer,
Erlenmeyer, Timbangan analitik dan Gelas kimia 100 ml
III.1.2 Bahan-bahan yang digunakan :
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Asam
benzoat, Asam borat, Aquadest, Kertas saring, Kertas timbang, Lap kasar,
Tissue
III.2 Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Ditimbang kertas saring kosong sebanyak 6 lembar pada timbangan
analitik.
3. Asam benzoat ditimbang sebanyak 0,5 gram sebanyak 3 kali.
4. Asam benzoat yang telah ditimbang, dimasukkan ke dalam gelas kimia
250 ml lalu ditambahkan air suling sebanyak 150 ml.
5. Kemudian diaduk selama 30 detik, pada suhu kamar.
6. Pada suhu 45o C, dipanaskan diatas penangas sampai mencapai suhu
45o C, setelah itu diturunkan, kemudian diaduk selama 5 menit (pada
suhu 60o C perlakuannya sama dengan suhu 45o C).
7. Kemudian disaring dengan menggunankan kertas saring (sesuai
dengan suhunya masing-masing).
8. Setelah disaring, dilipat dan diletakkan diatas cawan porselin yang
telah diberi etiket,lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 100o C
selama 30 menit.
9. Setelah kering asam benzoat tersebut ditimbang.
10.Dihitung kelarutan asam benzoat.
11.Diulangi percobaan diatas dimana sampelnya diganti dengan asam
borat sebanyak 2 gr dilarutkan dalam air sebanyak 50 ml.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV.1 Data Pengamatan
No Sampel Suhu (0C) B. sampel
(g)
B. Residu (g)
1 Asam Borat
(50ml)
25 2,0 1,5
45 2,0 1,1
60 2,0 1,9
2 Asam Benzoat
(150ml)
25 0,5 0,2
45 0,5 0,1
60 0,5 0,4
Perhitungan :
A. Gram zat terlarut
X = Berat sampel – berat residu
a) Asam Benzoat
- Suhu 25 oC : X = 0,5 - 0,2 = 0,3 gram
- Suhu 45oC : X = 0,5 – 0,1 = 0,4 gram
- Suhu 60oC : X = 0,5 – 0,4 = 0,1 gram
b) Asam Borat
- Suhu 25 oC : X = 2 – 1,5 = 0,5 gram
- Suhu 45oC : X = 2 – 1,1 = 0,9 gram
- Suhu 60oC : X = 2 – 1,9 = 0,1 gram
B. Kelarutan
X =
Asam Benzoat
* Suhu 25 oC : X = 0,3 g = 2,00 x 10-3 g/ml
150ml
* Suhu 45o C : X = 0,4 g = 2,667 x 10-3 g/ml
150ml
* Suhu 60o C : X = 0,1 g = 6,667 x 10-4 g/ml
150ml
Asam Borat
* Suhu 25 oC : X = 0,5 g = 1,00 x 10-2 g/ml
50ml
* Suhu 45o C : X = 0,9g = 1,80 x 10-2g/ml
50ml
* Suhu 60o C : X = 0,1g = 2,00 x 10-3g/ml
50ml
BAB V
PEMBAHASAN
Kelarutan dalam besaran kuantitatif didefinisikan sebagai
konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu,
sedangkan secara kualitatif didefinisikan sebagai interaksi spontan dari
dua atau lebih zat untuk membentuk dispersi molekuler homogen.
Menurut U.S. Pharmacopeia dan National Formulary definisi kelarutan
obat adalah jumlah ml pelarut di mana akan larut 1 gram zat terlarut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan adalah pH, temperatur,
jenis pelarut, bentuk dan ukuran partikel, konstanta dielekrik pelarut, dan
surfaktan, serta efek garam. Semakin tinggi temperature maka akan
mempercepat kelarutan zat, semakin kecil ukuran partikel zat maka akan
mempercepat kelarutan zat, dan dengan adanya garam akan mengurangi
kelarutan zat.
Pada percobaan ini akan ditentukan kelarutan asam benzoat dan
asam borat dalam pelarut aquades pada suhu kamar, 45C, 60C. Di mana
asam borat ditimbang 2 g sebanyak 3 kali yang dilarutkan dalam 50 ml
aquades dan asam benzoat ditimbang 0,5 g sebanyak 3 kali pula
kemudian dilarutkan dalam 150 ml aquades. Pada suhu kamar asam borat
dan asam benzoat langsung dilarutkan, pada suhu 45C masing-masing
sampel dimasukkan ke dalam erlenmeyer kemudian dilarutkan dengan
aquades, kemudian dipanaskan hingga suhu tersebut, begitu pula pada
suhu 60o. Setelah itu kemudian diaduk selama 5 menit. Kemudian sampel
disaring dengan corong dan kertas saring, lalu dikeringkan dalam oven
selama 30 menit pada suhu 100C, kemudian didinginkan selama 3 menit
lalu ditimbang residu zat tidak terlarut.
Dalam percobaan ini alasan zat dilarutkan yaitu untuk melihat
tingkat kelarutan asam borat dan asam benzoat dalam pelarut aquades
sehingga dapat diketahui kelarutannya. Kelarutan sampel dapat
ditingkatkan dengan mengaduk-aduk larutan tersebut. Setelah itu, pada
proses penyaringan bertujuan untuk menyaring zat yang tidak terlarut
dalam pelarut yang digunakan. Sedangkan pengeringan dilakukan agar
zat yang diperoleh lebih murni, bukan berat dari pelarut yang melekat
pada kertas saringnya.
Berdasarkan kelarutannya, asam borat merupakan senyawa yang
larut dalam 20 bagian air sedangkan asam benzoat larut dalam 350
bagian air. Sehingga dapat diketahui bahwa asam borat lebih mudah larut
dalam air dibandingkan dengan asam benzoat. Hal inilah yang mendasari
bahwa pada percobaan ini meskipun asam borat yang digunakan adalah 2
gram dengan pelarut 50 ml mudah larut, jika dibandingkan dengan asam
benzoat 0,5 gram dengan pelarut yang lebih banyak dari asam benzoat
yaitu 150 ml.
Dari hasil percobaan yang dilakukan, maka diperoleh data untuk
kelarutan asam borat pada suhu kamar adalah 1,00 x 10-2 g/ml, pada suhu
45C adalah 1,80 x 10-2g/ml, dan pada suhu 60C adalah 2,00 x 10-3g/ml.
Sedangkan kelarutan asam benzoat pada suhu kamar 2,00 x 10-3 g/ml,
pada suhu 45C 2,667 x 10-3 g/ml, dan pada suhu 60C adalah 6,667 x 10-
4 g/ml.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi suhu
pelarutnya maka semakin tinggi pula kelarutan asam borat dan asam
benzoate dalam pelarut air. Hal ini sesuai dengan teori yaitu semakin
tinggi temperature maka kelarutan suatu zat semakin besar.
BAB VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang diperoleah maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Kelarutan dari sampel:
a. Asam borat
Pada suhu kamar = 1,00 x 10-2 g/ml
Pada suhu 45C = 1,80 x 10-2g/ml
Pada suhu 60C = 2,00 x 10-3g/ml
b. Asam benzoat
Pada suhu kamar = 2,00 x 10-3 g/ml
Pada suhu 45C = 2,667 x 10-3 g/ml
Pada suhu 60C = 6,667 x 10-4 g/ml
2. Asam borat lebih besar kelarutannya daripada asam benzoat.
3. Semakin tinggi temperatur maka semakin tinggi kelarutan suatu
zat.
VI.2 Saran
Sebaiknya dalam parktikum ini kita juga menggunakan pelarut lain
agar dapat dibandingkan kelarutannya.
DAFTAR PUSTAKA
1. R. Voight., (1994), “Buku Pelajaran Teknologi Farmasi”, Edisi
Kelima, Penerbit Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
2. Tim asisten., (2008) “Penuntun Praktikum Farmasi Fisika”, Jurusan
farmasi Universitas Hasanuddin. Makassar.
3. Drs. M. Idris Effendi., (2003), “Materi Kuliah Farmasi Fisika”,
Jurusan farmasi Universitas Hasanuddin. Makassar.
4. Ditjen POM., (1979), “Farmakope Indonesia”, Edisi III, Departemen
Kesehatan RI, Jakarta.
Top Related