1
KECERDASAN EKOLOGIS DALAM PERIBAHASA NUSANTARA DAN
STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SMA
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 Pada
Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Oleh:
MARGONO
A 310 130 041
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
2
i
3
ii
4
iii
1
KECERDASAN EKOLOGIS DALAM PERIBAHASA NUSANTARA DAN
STARTEGI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SMA
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mendeskripsikan leksikon penanda kecerdasan
ekologis dalam peribahasa nusantara, (2) Mendeskripsikan dan menyebutkan muatan
kecerdasan ekologi dan nilai karakter peribahasa nusantara, dan (3) Memberikan
rekomendasi strategi pembelajaran berbasis kecerdasan ekologi bernilai karakter
pembelajaran bahasa Indonesia. Kajian ini bersifat deskriptif kualitatif. Data berupa
leksikon penanda kecerdasan ekologi. Data bersumber dari bahasa tulis dan
dikumpulkan menggunakan metode simak dengan teknik catat. Analisis data
memanfaatkan metode padan referensial dan padan pragmatik. Hasil penelitian ini
adalah (1) Bentuk satuan lingual kecerdasan ekologi dideskripsikan melalui leksikon
yang digunakan dalam peribahasa nusantara. Leksikon yang digunakan yaitu
leksikon hewan, leksikon tumbuhan, dan leksikon ekosistem, (2) Muatan kecerdasan
ekologi dideskripsikan melalui penanda kecerdasan ekologi. Penanda kecerdasan
ekologi direalisasikan dalam deskripsi perilaku hewan, bentuk hewan dan tumbuhan,
karakteristik hewan dan tumbuhan, karakteristik ekosistem yang metaforis dengan
kehidupan manusia, (3) Strategi pembelajaran berbasis kecerdasan ekologi
diimplementasikan dalam memproduksi teks pantun yang mengandung kecerdasan
ekologi dan nilai karakter.
Kata Kunci: Kecerdasan ekologi, Peribahasa Nusantara, Strategi pembelajaran
Abstract
This study aims to (1) Describe the linguistic unit of the Native-speaking proverbs
based on the ecological intelligence of character value, (2) Describe and mention the
content of ecological intelligence and the value of the maxim characters of the
archipelago, and (3) Create an ecological intelligence-based learning strategy worth
of Indonesian language learning character. This study is descriptive qualitative. Data
is a lexicon of ecological intelligence markers. Data sourced from written language
and collected using the method refer to the technique of note. Data analysis utilizes
referential and pragmatic reference pad methods. The results of this study are (1)
Lingual unit form of ecological intelligence described by lexicon used in the proverb of the archipelago. The lexicon used is animal lexicons, plant lexicons, and
ecosystem lexicons, (2) The charge of ecological intelligence is described by the
markers of ecological intelligence. The sign of ecological intelligence are realized in
the description of animal behavior, animal and plant forms, animal and plant
characteristics, metaphorical ecosystem characteristics with human life, (3) Ecology
intelligence-based learning strategies implemented in producing pantun texts
containing ecological intelligence and character values.
Keyword: Ecollogical Inteligence, Proveb, Learning Strategies.
2
1. PENDAHULUAN
Peribahasa memiliki elemen bentuk sebagai representasi estetika. Elemen
bentuk peribahasa direalisasikan dalam bentuk pepatah, pameo, dan
perumpamaan. Susunan kata dan kalimat dalam peribahasa menunjukkan
keajegan dengan pola (a) empat kata: dua-dua, (b) enam kata: tiga-tiga, (c)
delapan kata: empat-empat, dan (d) kalimat dengan tiga klausa (Adhani,
2016:97). Susunan kata dan kalimat dalam peribahasa menunjukan konstruksi
peribahasa.
Dibutuhkan kecerdasan untuk menghasilkan peribahasa. Hal ini sesuai
dengan yang diungkapkan Amstrong (2014:14) kecerdasan sebagai kemampuan
yang dibawa untuk menanggung dua fokus utama yaitu: penyelesaian masalah,
dan penciptaan produk-produk budaya yang signifikan. Peribahasa adalah salah
satu produk budaya yang signifikan. Kecerdasan yang digunakan dalam
menghasilkan peribahasa adalah kecerdasan komplek atau kecerdasan majemuk.
Salah satu kecerdasan yang digunakan dalam menghasilkan peribahasa adalah
kecerdasan ekologi. Kecerdasan ekologi dalam peribahasa nusantara adalah
kecerdasan yang kompleks, melibatkan kecerdasan naturalis dan kecerdasan
linguistik.
Peribahasa nusantara dihasilkan oleh proses aktualisasi diri pada
lingkungan. Manusia yang mampu mengambil hikmah atau mengaktualisasikan
diri pada lingkungan disebut sebagai manusia cerdas. Muhaimin (2015:4)
mendefinisikan manusia yang cerdas adalah manusia yang memahami konteks
diri dan ruangnya, melakukan adaptasi sebagai proses sepanjang hayat,
menjadikan ruang tempat berpijak sekaligus cermin diri, berperilaku yang selaras
dengan berbagai dinamika kehidupan yang kompleks dan tidak terbatas.
Penelitian tentang peribahasa dan kecerdasan ekologi sangat menarik dan
penting untuk dilakukan. Ekologi dan peribahasa merupakan identitas
kebangsaan. Leksikon yang digunakan dalam peribahasa mengambarkan
masyarakat tutur pemproduksi bahasa tersebut. Hal ini sesuai dengan penelitian
kajian ekolinguistik oleh Suktiningsih (2016:139) judulnya Leksikon Fauna
Masyarakat Sunda: Kajian Ekolinguistik. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa
3
penggunaan leksikon fauna oleh masyarakat Sunda menunjukkan kedekatan
hubungan alam dengan masyarakat sunda. Peribahasa nusantara perlu digali
secara mendalam leksikon yang digunakan dalam peribahasa pada masing-
masing daerah.
Peribahasa juga mengandung leksikon ekologi yang berupa fauna. Hal ini
relevan dengan penelitian Rashid (2012:33) menyatakan bahwa hewan yang
umum digunakan dalam ekspresi figuratif bahasa Melayu dan Arab, seperti
peribahasa dan idiom adalah hewan peternatakan seperti sapi, kuda, keledai, dan
kambing. Bentuk hewan, karakteristik, dan / atau perilaku hewan peternakan
tersebut digunakan sebagai metafora untuk menyampaikan makna tertentu.
Sementara, peribahasa nusantara tidak hanya mengunakan leksikon fauna. Layak
digali pengunaan leksikon yang lain yang terdapat dalam peribahasa nusantara.
Peribahasa salah satu media dalam pembentukan karakter. Hal ini telah
dibuktikan oleh Kamsinah (2013:53) melalui penelitian tentang “Pemberdayaan
Bahasa dalam Pembentukan Karakter”. Kamsinah melakukan penelitian pada
bahasa Bugis. Terdapat nilai-nilai yang membentuk karakter dalam bahasa Bugis
yakni nilai kecerdasan, nilai kejujuran, nilai kejujuran, nilai keteguhan, dan nilai
keberanian. Peribahasa nusantara memiliki nilai-nilai karakter identitas
kebangsaan. Layak untuk digali dan dikaji lebih mendalam nilai karakter yang
terkandung di dalamnya.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mendeskripsikan satuan lingual
peribahasa nusantara berbasis kecerdasan ekologi bernilai karakter, (2)
Mendeskripsikan dan menyebutkan muatan kecerdasan ekologi dan nilai karakter
peribahasa nusantara, dan (3) Membuat strategi pembelajaran berbasis
kecerdasan ekologi bernilai karakter pembelajaran bahasa Indonesia. Kajian ini
bersifat deskriptif kualitatif.
2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskripsi yang dimaksudkan untuk
mendeskripsikan kecerdasan ekologi dalam peribahasa nusantara. Deskriptif
yang dimaksud adalah deskriptif kualitatif. Maksudnya, pelaksanaan penelitian
4
mulai dari pengumpulan data sampai penyajian data berwujud satuan lingual
bukan angka-angka. Data berupa leksikon penanda kecerdasan ekologi. Data
bersumber dari bahasa tulis, berupa pustaka Peribahasa Nusantara Mata Air
Kearifan Bangsa karya Iman Budhi Santoso yang diterbitkan tahun 2016. Data
dikumpulkan melalui metode simak dengan teknik catat. Keabsahan data
menggunakan trianggulasi teori. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain (Moleong, 2007:330).
Sesuatu yang lain dalam hal ini adalah teori. Data dianalisis mengunakan metode
padan dengan teknik lanjutan referensial. Metode padan digunakan untuk
mengetahui satuan lingual yang mengandung kecerdasan ekologi. Selanjutnya,
metode yang digunakan untuk analisis mengunakan metode padan pragmatik.
Metode padan dengan teknik pragmatik dimaksudkan untuk mengetahui maksud
yang terkandung di dalam peribahasa guna mendeskripsikan penanda kecerdasan
ekologi bangsa Indonesia dalam peribahasa nusantara.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Wujud Satuan Lingual Kecerdasan Ekologi
Peribahasa Nusantara dalam PNMAKB mengandung kecerdasan ekologi.
Bentuk satuan lingual kecerdasan ekologi dideskripsikan melalui leksikon yang
digunakan dalam peribahasa nusantara. Leksikon kecerdasan ekologi yang
digunakan dalam PNMAKB yaitu leksikon hewan, leksikon tumbuhan, dan
leksikon ekosistem. Leksikon hewan yang digunakan dalam PNMAKB adalah
(a) Leksikon hewan buas atau hewan yang hidup di hutan, (b) Leksikon hewan
yang dipelihara oleh manusia, (c) Leksikon hewan serangga, dan (d) Leksikon
hewan yang hidup di air. Leksikon tumbuhan yang digunakan yaitu leksikon
padi, ubi-ubian, kacang, dan pisang. Berikut bentuk leksikon tumbuhan
pertanian. Leksikon ekosistem yang digunakan yaitu leksikon ekosistem darat
dan ekosistem perairan tawar
Leksikon hewan buas atau hewan yang hidup di hutan yang sering
digunakan dalam peribahasa nusantara yaini kera, harimau, gajah, burung
maleo, burung enggang, buaya, dan badak. Hewan buas atau hidup di hutan yang
5
digunakan dalam peribahasa nusantara tersebut ada di hutan Indonesia. Ada
beberapa hewan endemik seperti burung enggang yang hidup di kalimantan yang
digunakan dalam peribahasa nusantara. Leksikon hewan yang hidup di hutan
yang sering digunakan dalam peribahasa nusantara yaitu leksikon kera.
Leksikon hewan peliharaan yang sering digunakan dalam peribahasa
nusantara yakni kambing, kerbau, dan unggas (ayam, itik, dan burung). Hewan
peliharaan yang digunakan dalam peribahasa nusantara adalah hewan yang
dipelihara oleh bangsa Indonesia. Penanda kecerdasan ekologi dalam
penggunaan leksikon hewan peliharaan adalah merealisasikan perilaku, bentuk,
dan karakteristik hewan peliharaan ke dalam peribahasa. Leksikon hewan
peliharaan yang sering digunakan dalam peribahasa nusantara yaini leksikon
ayam.
Leksikon hewan serangga yang digunakan dalam peribahasa nusantara yaitu
semut, lalat, tungau, kumbang, dan lebah. Leksikon hewan serangga yang sering
digunakan dalam peribahasa nusantara yaitu semut.
3.1.1 Penggunaan leksikon hewan dalam peribahasa nusantara
Peribahasa Banjar
Makan kada baanca kaya warik tajun ka kacang
Makan Tidak Bertatakrama Seperti Kera Melompat ke Kacang.
(Santosa, PNMAKB, 2016:3)
Peribahasa Banjar di atas memberikan pesan khususnya kepada anak-anak
dan remaja. Amanat untuk mematuhi aturan-aturan yang sudah melembaga di
masyarakat tempat dia berada. Sesuai konteks pada peribahasa Banjar di atas
aturan yang harus dipatuhi yaitu adab makan atau tata krama saat makan. Kera
merupakan pemencar buah yang penting. Kera termasuk ke dalam jenis primata.
Banyak pemakan buah dapat dianggap baik sebagai pemencar biji maupun
pemakan biji (Mackinnon, 2000:211). Kacang termasuk biji-bijian. Seekor
binatang merupakan pemakan biji, jika binatang itu menghancurkan biji atau
memakan buah sebelum masak. Leksikon ekologi yang digunakan pada
peribahasa di atas yaitu kera melompat ke kacang. Kera memiliki makanan
kesukaan yaitu kacang. Kera digambarkan sebagai seseorang yang tidak
6
bertatakrama. Penanda bentuk ekologi yang digunakan adalah referen sifat dan
tindakan atau perilaku. Muatan kecerdasan ekologi memahami sifat dan tindakan
atau perilaku hewan yang dimetaforkan sebagai perilaku manusia yang tidak
bertatakrama.
Berdasarkan maksud pesan yang terkandung dalam peribahasa nilai karakter
dalam pusat kurikulum yang terdapat dalam peribahasa tersebut adalah karakter
disiplin. Karakter disiplin mematuhi aturan-aturan yang sudah melembaga di
masyarakat. Aturan yang dimaksud khususnya tata karma ketika makan.
3.1.2 Wujud leksikon tumbuhan
Peribahasa Sikka
Pare wulir benu Wekuk
Bulir padi kian penuh kian merunduk
(Santosa, PNMAKB, 2016:92)
Maksud peribahasa Sikka di atas adalah manusia yang kaya pengetahuan
dan pengalaman kebanyakan malah merunduk (merendah) dan tidak sombong.
Perbuatan manusia yang memiliki pengetahuan dan pengalaman selalu
dipikirkan dengan masak-masak. Tanaman padi yang kian berisi akan merunduk.
Tanaman padi yang sudah merunduk dan menguning menandakan bahwa
tanaman tersebut siap untuk dipanen. Padi sering digunakan untuk
memetaforkan tabiat manusia berkenaan dengan sikap rendah hati. Kecerdasan
ekologi yang terdapat pada peribahasa Sikka di atas adalah memperhatikan
tumbuh kembang tanaman padi yang dimetaforkan sebagai tabiat manusia.
3.3.3 Wujud Leksikon Ekosistem
Peribahasa Jawa
Kaya Kali ilang kedhunge, pasar ilang kumandhange
Seperti sungai yang kehilangan lubuk (kedalaman) dan pasar kehilangan
riuhnya.
(Santosa, PNMAKB, 2016:10)
Maksud peribahasa Jawa di atas adalah sesuatu hal yang kehilangan
identitas atau karakternya. Jika dikontekskan pada kehidupan manusia ialah
seseorang yang kehilangan kesejatiannya atau kewibawaannya. Dasar sungai
dapat terbentuk melalui proses vulkanik. Aliran lahar membentuk celah yang
7
tidak beraturan yang merupakan asal terbentuknya dasar sungai. Proses glacial
dapat juga menghasilkan celah dan lembah yang merupakan asal terbentuknya
sungai. Celah-celah ini kemudian menjadi dalam dan lebar karena adanya proses
erosi. Terdapat tiga tipe sungai yaitu sungai permanen, sungai intermittent, dan
interrupted (Soegianto, 2010:6).
Sungai permanen kehilangan kedalamannya karena adanya pendangkalan
akibat dari sampah, lumpur, dan limbah lainnya. Sungai intermittent kehilangan
lubuknya karena sungai ini adalah sungai musiman sehingga mendapat air saat
musim hujan. Muatan kecerdasan ekologi yang terdapat dalam peribahasa Jawa
di atas adalah memetaforkan karakteristik ekologi air tawar.
3.2 Muatan Kecerdasan Ekologi dalam Peribahasa Nusantara
Muatan kecerdasan ekologi dalam peribahasa nusantara yaitu
mendeskripsikan perilaku hewan yang metaforis dengan perilaku manusia.
Mendeskripsikan karakteristik hewan yang metaforis. Mendeskripsikan habitat
hewan yang metaforis. Mendeskripsikan anatomi hewan yang metaforis.
Mendeskripsikan perbedaan bentuk (anatomi) dan perilaku hewan.
Mendeskripsikan perkembangbiakan unggas. Mendeskripsikan perilaku hewan
menyimpang yang metaforis. Mendeskripsikan pelestariaan ekologi air tawar.
Mendeskripsikan karakteristik tanaman padi yang metaforis. Mendeskripsikan
manfaat tanaman padi bagi kehidupan. Mendeskripsikan salah satu komponen
rantai makanan yang metaforis. Mendeskripsikan ekologi persawahan yang
metaforis. Mendeskripsikan karakteristik tanaman bertunas yang metaforis.
Mendeskripsikan karakteristik ekologi air tawar. Mendeskripsikan Pelestarian
Hutan.
Berikut tabel muatan kecerdasan ekologi dalam peribahasa nusantara
Tabel 1 Bentuk Leksikon Hewan Buas dan Muatan Kecerdasan Ekologi
No Asal Peribahasa
Bentuk Satuan
Lingual
(Leksikon)
Terjemahan
Muatan
Kecerdasan
Ekologi
1 Banjar/Kalimantan
Selatan
Warik tajun ka
kacang
Seperti kera
melompat ke
kacang
Mendeskripsikan
perilaku hewan
yang metaforis
dengan perilaku
manusia
8
2 Riau Gajah mati
meninggalkan
gading, harimau
mati meningalkan
saang
Gajah mati
meninggalkan
gading,
harimau mati
meninggalkan
belang
Mendeskripsikan
karakteristik
hewan yang
metaforis
3 Nangroe Aceh
Darussalam
Hak buya di
dalam krueng
Hak buaya di
dalam sungai
Mendeskripsikan
habitat hewan
yang metaforis
5 Jawa beragane gajahe,
masih ada muluka
Betapapun
kurusnya
gajah masih
ada lemaknya
Mendeskripsikan
anatomi hewan
yang metaforis
Tabel 2 Bentuk Leksikon Hewan Peliharaan dan Muatan Kecerdasan ekologi
No Asal
Peribahasa
Bentuk Satuan
Lingual (Leksikon)
dalam Bahasa
Daerah
Terjemahan
Bahasa
Indonesia
Muatan
Kecerdasan
Ekologi
1 Bolaang
Mongondow/
Sulawesi Utara
Tumon Bembe Bo
Tumon Karembaan
Berlagak
kambing dan
berlagak
kerbau
Mendeskripsik
an perbedaan
bentuk
(anatomi) dan
perilaku hewan
2 Banjar/Kaliman
atan
Selatan
Turun hayam, naik
hayam
Pergi ketika
ayam turun
dari kandang,
Pulang ketika
ayam naik ke
kandang
Mendeskripsik
an perilaku
hewan unggas
yang metaforis
3 Jawa Endhog
sapetarangan
Telur dari satu
induk setelah
menetas tidak
ada yang sama
Mendeskripsik
an
perkembangbia
kan unggas
4 Jawa Kebo nyusu gudel
Kerbau
menyusu pada
anaknya
Mendeskripsik
an perilaku
hewan
menyimpang
yang metaforis
5 Kaili/Sulawesi
Tengah
Nemu agag montalu
mpo titi
Jangan Cuma
bertelur seperti
itik
Mendeskripsik
an perilaku dan
karakteristik
unggas
9
Tabel 3 Leksikon Hewan Serangga dan Muatan Kecerdasan Ekologi
No Asal
Peribahasa
Bentuk Satuan
Lingual (Leksikon)
Terjemahan
Bahasa
Indonesia
Muatan
Kecerdasan
Ekologi
1 Dayak Ngaju/
Kalimantan
Tengah
Matei Batik awi taluh
manis
Mati Semut
Karena Manisan
Mendeskripsika
n perilaku
hewan serangga
yang metaforis
2 Betawi Kalau mau same-
same semut aje bisa
mindain gunung
Kalau mau
bekerjasama
semut saja bisa
memindahkan
gunung
Mendeskripsika
n karakteristik
dan perilaku
hewan serangga
yang metafori
3 Mbojo/Nusa
Tenggara Barat
Wara Gola Wara
Kanggia
Ada gula ada semut
Ada gula ada
semut
Mendeskripsik
an karakteristik
hewan
serangga yang
metaforis
Tabel 4 Bentuk Leksikon Hewan Ekologi dan Muatan Kecerdasan Ekologi.
No Asal
Peribahasa
Bentuk Satuan
Lingual (Leksikon)
Terjemahan Muatan Kecerdasan
Ekologi
1 Lampung jaohne iwa
ngakhantau
Jauh ikan
berenang
Mendeskripsikan perilaku,
karakteristik hewan
ekologi air tawar
2 Dayak
Kendayan/
Kalimantan
Barat
Amenuba ikatan
salubuk
Jangan
menuba
ikan
salubuk
Mendeskripsikan
pelestariaan ekologi air
tawar
3 Flores/Nusa
Tenggara
Timur
lo ane lo nuntun ga
aten
Mana ada
ikan hiu
ingin
makan
hatinya
sendiri
Mendeskripsikan perilaku
hewan ekologi air laut
yang metaforis
4 Dayak Ngaju/
Kalimanatan
Tengah
Penyu nan teluh
beribu-ribu jatun
ijeje,
Penyu
bertelur
beribu-ribu
tidak ada
yang tahu
Mendeskripsikan
perkembangbiakan hewan
ekologi air yang metaforis
10
Tabel 5 Bentuk Leksikon Tanaman dan Muatan Kecerdasan Ekologi
No Asal Peribahasa Bentuk Satuan
Lingual (Leksikon)
Terjemahan
Bahasa
Indonesia
Muatan
Kecerdasan
Ekologi
1 Sasak/Nusa
Tengara Barat
Bebaris maraq
dowong (lama q)
yan bebanjar
maraq pare pade
Berbaris
bagaikan bibit
yang ditanam,
berbaris
bagaikan
susunan padi
yang terikat
Mendeskripsikan
Karakteristik
Tanaman Padi
yang Metaforis
2 Minangkabau/
Sumatera Barat
Bumi sanang padi
menjadi
Bumi senang
padi menjadi
Mendeskripsikan
Manfaat
Tanaman Padi
Bagi Kehidupan
3 Muara
Enim/Sumatera
Selatan
Sijat padi
diinjukkan seribu
ayam kenyang gale
Sebutir padi
diberikan
seribu ayam
kenyang
semua
Mendeskripsikan
Salah Satu
Komponen
Rantai Makanan
yang Metaforis
4 Jawa Gabah digegem
buthukeni, di sebar
lemah ngebak i
sawah
Gabah lama
digengam
akan busuk,
jika disebar ke
tanah akan
tumbuh
memenuhi
sawah
Mendeskripsikan
Pembibitan
Tanaman Padi
yang metaforis
5 Lampung gegoh batang kikim,
lunik batang balak
isi
Singkong
kecil
batangnya,
besar umbinya
Mendeskripsikan
Morfologi
Tumbuhan yang
Metaforis
6 Bali Yen Metengin tebu,
kayang i padang ko
pikulihina
Jika mengairi
tebu rumput
pun diberi
keuntungan
Mendeskripsikan
Ekologi
Persawahan
yang Metaforis
7 Flores/Nusa
Tengara Timur
Pare bah au mula
muko adak tewo rae
duli tukan, muko
nodi bake ana, tewo
nodi buno amut
Pisang dan
tebu terus
bertunas di
tengah
kampung yang
mengalirkan
air
Mendeskripsikan
Karakteristik
Tanaman
Bertunas yang
Metaforis
11
3.3 Strategi Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Ekologi
Strategi pembelajarandigunakan dalam pembelajaran kelas XI KD 4.2
Kompetensi dasar memproduksi teks cerita pendek, pantun, cerita ulang,
eksplanasi kompleks, dan tulisan/reviu film sesuai karakteristik yang akan dibuat
baik secara lisan maupun tulis. Strategi yang dideskripsikan adalah strategi
pembelajaran memproduksi teks pantun yang mengandung kecerdasan ekologi
dan muatan karakterstrategi memproduksi teks pantun dengan memperhatikan
dan menelaah teks peribahasa nusantara. Strategi ini diawali dengan membaca
teks peribahasa nusantara yang sudah disediakan oleh guru. Hal-hal yang
diperhatikan dalam menulis teks pantun adalah bentuk satuan lingual peribahasa
dalam bentuk bahasa Indonesia dan pesan yang disampaikan.Telaah bentuk dan
isi atau pesan digunakan untuk memproduksi bentuk lingual pantun dan pesan
yang disampaikan dalam pantun. Perhatikan contoh pantun yang diproduksi oleh
guru dengan telaah peribahasa nusantara.
Bentuk Peribahasa Banjar
Makan tidak bertatakrama seperti kera melompat ke kacang.
Mematuhi adab makan yang berlaku di masyarakat dan bertatakrama.
Bentuk Teks Pantun
Manusia membawa kitab
Berpetualang bersama kera
Hidup patuh terhadap adab
Adab makan bertatakrama
Strategi memproduksi pantun diawali dengan menentukan isi pantun
terlebih dahulu. Isi pantun didapatkan dari pesan yang terdapat dalam peribahasa
nusantara. Isi peribahasa nusantara di atas yaitu mematuhi adab yang berlaku di
masyarakat dalam konteks peribahasa di atas adalah adab makan. Berdasarkan
pesan peribahasa tersebut maka isi pantun yang diproduksi yaitu hidup patuh
terhadap adab, adab makan bertatakrama. Setelah menentukan isi pantun,
memperhatikan sajak yang terdapat dalam isi pantun untuk memproduksi
sampiran. Sajak isi pantun di atas b-a, maka sampirannya bersajak b-a.
Selanjutnya, memilih leksikon yang mengunakan sajak b-a, yang terdapat pada
leksikon kitab dan kera. Leksikon di tersebut diintegrasikan dengan
perbendaharaan kata dan pengalaman yang dimiliki peserta didik atau orang
12
yang membuat pantun. Pengalaman berupa pengamatan atau kegiatan yang
dipernah dilakukan.
Bentuk Peribahasa
Berlagak kambing dan berlagak kerbau
Pesan yang disampaikan
Pandai bergaul dan menyesuaikan diri di masyarakat
Bentuk Teks Pantun
Kerbau membajak sawah pak Kabul
Kambing digembala di sawah petani
Siapa pandai bergaul
Dia pasti dihargai
Strategi memproduksi teks pantun dari telaah peribahasa di atas yaitu
menentukan isi pantun berdasarkan pesan pada peribahasa nusantara yaitu
pandai bergaul menyesuaikan diri. Isi pantun peribahasa di atas siapa pandai
bergaul, dia pasti dihargai. Sampiran pantun di atas memperhatikan bentuk
lingual peribahasa yaitu berlagak kambing dan berlagak kerbau. Sampiran
pantunnya kerbau digembala pak Kabul, kambing makan rumput pak tani. Sajak
menggunakan l-i, l-i. Sampiran menggunakan leksikon kerbau dan kambing.
Leksikon tersebut terdapat pada peribahasa nusantara yaitu berlagak kambing
dan berlagak kerbau. Muatan kecerdasan ekologi dalam pantun tersebut terdapat
pada sampiran yang digunakan. Kerbau digunakan petani untuk membajak
sawah, sementara kambing makanannya rumput. Pantun di atas mengandung
ekologi pertanian.
4 PENUTUP
Ada tiga simpulan dalam penelitian ini. Pertama, wujud satuan lingual
kecerdasan ekologi dideskripsikan melalui leksikon yang digunakan dalam
peribahasa nusantara. Leksikon kecerdasan ekologi dalam peribahasa nusantara
yaitu leksikon hewan, leksikon tumbuhan, dan leksikon ekosistem. Kedua,
Muatan kecerdasan ekologi dideskripsikan melalui penanda kecerdasan ekologi.
Penanda kecerdasan ekologi direalisasikan dalam deskripsi perilaku hewan,
bentuk hewan dan tumbuhan, karakteristik hewan dan tumbuhan, karakteristik
13
ekosistem yang metaforis dengan kehidupan manusia. Ketiga, strategi
pembelajarandigunakan dalam pembelajaran kelas XI KD 4.2 Kompetensi dasar
memproduksi teks cerita pendek, pantun, cerita ulang, eksplanasi kompleks, dan
tulisan/reviu film sesuai karakteristik yang akan dibuat baik secara lisan maupun
tulis. Strategi yang dideskripsikan adalah strategi pembelajaran memproduksi
teks pantun yang mengandung kecerdasan ekologi dan muatan karakterstrategi
memproduksi teks pantun dengan memperhatikan dan menelaah teks peribahasa
nusantara.
DAFTAR PUSTAKA
Adhani, Agnes. 2016. “Peribahasa Maknanya dan Sumbangannya Terhadap
Pendidikan Karakter”. Jurnal Magistr(97):97-110. Diakses pada 6 Maret
2017(https://scholar.google.co.id/scholar?hl=en&q=agnes+adhani&oq=adha)
Amstrong, Thomas. 2014. Kecerdasan Jamak dalam Membaca dan Menulis. Jakarta:
Indeks.
Kamsinah. 2013. “Language Empowering In Character Building (Pemberdayaan
Bahasa Dalam Pembentukan Karakter)”. Jurnal Arbitrer1(2). Diakses pada 6
Maret 2017 (http://arbitrer.fib.unand.ac.id/index.php/arbitrer/article/view/5).
Mackinnon, Kathy, dkk. 2000. Ekologi Kalimantan. Jakarta: Prenhallindo.
Moelong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Muhaimin. 2015. Membangun Kecerdasan Ekologis: Model Pendidikan Untuk
Meningkatkan Kompetensi Ekologis. Bandung: Alfabeta.
Rashid, Sabariah Md. 2012.“Farm’ Animal Metaphors in Malay and Arabic
FigurativeExpressions” Implications for Language Learning1(7): 33-39.
Diakses pada 6Maret2017
(scholar.google.com.my/citations?user=tDsrhKQAAAAJ&hl).
Suktiningsih, Widya. 2016. ” Leksikon Fauna Masyarakat Sunda:Kajian
Ekolinguistik”. RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 2, No.1 April 2016,
138-156 Available Online at http://ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/jret.
Soegianto, Agoes. Ekologi Perairan Tawar. Surabaya: Airlangga University Press
Sukandarrumidi. 2006. Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis untuk Peneliti
Pemula. Jogjakarta: UGM Press.
Top Related