Sekretaris Jenderal
Kementerian Kesehatan RI
Disampaikan dalam Seminar dan Workshop Nasional Indo Health Care Forum (IndoHCF)
Jakarta , 22 Mei 2017
Dalam Upaya Percepatan Terwujudnya
KEBIJAKAN PEMERINTAH
SPGDT-S dan SPGDT-B
secara Nasional
1
Landasan Hukum Terkait Penanggulangan Bencana dan SPGDT
1. UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana 2. UU 36/2009 tentang Kesehatan 3. UU 44/2009 tentang RS 4. Instruksi Presiden RI Nomor 4 Tahun 2013 tentang Program
Dekade Aksi Keselamatan Jalan 5. Peraturan Menteri Kesehatan No 19 Tahun 2016 tentang
SPGDT 6. Peraturan Kepala BNPB No. 173 Tahun 2015 tentang Klaster
Nasional Penanggulangan Bencana 7. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
856/Menkes/SK/IX/2009 tentang Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit
8. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 882/Menkes/SK/X/2009 tentang Pedoman Penanganan Evakuasi Medik
2
suatu mekanisme pelayanan pasien gawat darurat yang
terintegrasi dengan menggunakan kode akses
119 dan melibatkan masyarakat
(Peraturan Menteri Kesehatan No 19 Tahun 2016)
Latar Belakang
o Belum adanya sistem
penanganan kegawatdaruratan
yang standar dan terintegrasi
o Fakta bahwa pelayanan
kesehatan khususnya
penanganan kegawatdaruratan
perlu ditingkatkan untuk
menekan angka kematian dan
mencegah kecacatan
Eskalasi (massal)
SPGDT sehari-hari
SPGDT bencana
Perlu sistem yang terpadu didukung dengan sistem komunikasi
SISTEM PENANGGULANGAN GAWAT
DARURAT TERPADU ( SPGDT ) :
3
Latar Belakang Penguatan SPGDT-S
BUTUH LAYANAN
EMERGENSI
TRANSISI EPIDEMIOLOGI
BEBAN PENYAKIT TERTINGGI
CEREBROVASKULAR, KLL, PENYAKIT
JANTUNG
HANYA 30% KEMATIAN TERJADI DI
RS
WHO 2015:
DI INDONESIA 38.279 MENINGGAL KRN KLL
105 ORANG/HARI,
4 ORANG/JAM
Masyarakat butuh
peningkatan layanan
Prahospital
4
Indonesia menempati
Latar Belakang Penguatan SPGDT-B
5
Gambar. Jumlah Kejadian Bencana berdasarkan Jenis Bencana Th 1997 – 2017
(Sumber: www.bnpb.go.id)
UPAYA PRB BELUM OPTIMAL
BELUM MENJADI SPM PEMERINTAHAN
BERGESER KE NON ALAM DAN SOSIAL
HARMONISASI PEMERINTAH-DUNIA USAHA-MASYARAKAT BELUM OPTIMAL
6
SPGDT (Time Saving
Is Life And Limb Saving)
RESPON CEPAT
YAN GADAR OLEH NAKES
PELAYANAN AMBULAN
MELIBATKAN MASYARAKAT
SISTEM KOMUNIKASI
Manfaat SPGDT
Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kegawatdaruratan
Mempercepat respon penanganan korban
Menyelamatkan jiwa dan mencegah kecacatan
7
PRE HOSPITAL
HOSPITAL
AMBULANCE SERVICE
INTERNAL DISASTER PLAN
EXTERNAL DISASTER PLAN
FIRST RESPONDER
STANDARISASI
Unsur Terpadu Dalam SPGDT
9
Panggilan Darurat
Pusat Komando Nasional / NCC
PSC Kab/Kota GAWAT
DARURAT SEHARI-
HARI dan/atau BENCANA
Jejaring Fasyankes
Alur Pelayanan Dalam SPGDT
119
Unit Diluar Kesehatan
Masyarakat mudah mendapat layanan emergensi, seperti layanan ambulan dan konsultasi, tanpa membedakan kelas sosial
Terkoordinirnya layanan gawat darurat medis di Indonesia
Memudahkan proses rujukan, menghindari pasien ditolak di rumah sakit.
Menurunkan angka kematian di Indonesia, baik AKI, AKB maupun jenis kematian lainnya
LAYANAN 24 JAM
Manfaat Layanan Emergensi 119
2015
2016
2017
2018
2019
Target pembentukan PSC : 27 PSC
Pilot project 119 di Prov DKI
Target pembentukan PSC: 400 PSC
Target pembentukan PSC : 200 PSC
Target pembentukan PSC : Semua Kab/Kota
TERWUJUDNYA SPGDT-S DAN
SPGDT-B
Peta Jalan pengembangan PSC di Indonesia
- PELAYANAN GAWAT DARURAT - PERAWATAN DEVINITIF
SISTEM RUJUKAN
DAERAH BENCANA
HOSPITAL CARE
TITIK PENGUNGSIAN
TRIAGE RESUSITASI EVAKUASI
TIM AMBULAN
POS UNGSI SEMENTARA
PRE-HOSPITAL
Sinergi Pelayanan Kesehatan Saat Bencana
13
The right patient to the right hospital by the right ambulance at the right time through the right route
Penanganan dengan triase bencana pemilihan pasien yang tepat
Tidak menerapkan sistem rujukan berjenjang langsung ke fasyankes yg tepat
Menggunakan ambulans gawat darurat
Waktu respon yang cepat dan pemilihan jalur evakuasi yg tepat
Prinsip Pelayanan Kesehatan Saat Bencana
14
Top Related