Kebijakan Agroforestri di Ekosistem Gambut
Dr. Nurul Qomar, S.Hut. M.P*Dosen Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian
*Peneliti Pusat Studi Bencana (PSB), LPPM, Universitas RiauEmail: [email protected]
Disampaikan pada Webinar Serambi Seri #3, 8 Desember 2020 oleh BP2STH Kuok
Karakteristik Ekosistem
Rawa Gambut
Sumber: Hooijer (2006)
• Kemampuan menyimpan air sangatbesar, 8-13 x berat bahan gambut
• Menyimpan karbon di bawahpermukaan sangat tinggi
• Merupakan ekosistem rapuh, irreversible drying
• Pengeringan lahan gambut akanmeningkatkan emisi karbon dansubsidensi lahan, serta ancamankebakaran hutan dan lahan.
Sumber foto: Nurul Qomar
Kebijakan Keterangan
Keppres No.
32/1990 tentang
Pengelolaan
Kawasan Lindung
Pasal 4
Salah satu kawasan yang memberikan perlindungan kawasan
bawahannya adalah Kawasan Bergambut.
Pasal 10
Kriteria kawasan bergambut adalah tanah bergambut dengan
ketebalan 3 meter atau lebih yang terdapat di bagian hulu
sungai dan rawa.
UU 26 Tahun 2007
tentang Penataan
Ruang
Penjelasan Pasal 5 ayat (2)
Kawasan bergambut termasuk salah satu kawasan lindung yang
memberikan pelindungan kawasan bawahannya.
Kebijakan Perlindungan dan Pengelolaan Gambut
Kebijakan Keterangan
PP 71/2014 juncto PP
57/2016 tentang
Perlindungan dan
Pengelolaan Ekosistem
Gambut
Pasal 9
Fungsi Ekosistem Gambut meliputi: a) fungsi lindung ekosistem
Gambut; dan b) fungsi budidaya ekosistem Gambut
Penetapan fungsi lindung Ekosistem Gambut paling sedikit 30%
dari seluruh luas KHG
Fungsi lindung juga ditetapkan terhadap KHG yang memiliki: (a)
gambut dengan ketebalan >3 m; (b) …..; (c) ……; dan (d) …….
Pasal 12
Ekosistem Gambut yang telah ditetapkan sebagai fungsi lindung
atau budidaya digunakan sebagai bahan dalam penyusunan dan
peninjauan kembali rencana tata ruang wilayah beserta rencana
rincinya
Peraturan Menteri LHK
Nomor P.14 Tahun 2017
tentang Tata Cara
Inventarisasi Penetapan
Fungsi Ekosistem Gambut
Pasal 10 ayat (1)
Penentuan fungsi lindung Ekosistem Gambut dilakukan dengan
kriteria meliputi:
a. Gambut dengan kedalaman mulai 3 (tiga) meter;
b. …….; dan c. …….
Kebijakan Perlindungan dan Pengelolaan Gambut
Mineral Soil
Organik matterSungai Sungai
< 1m< 1m> 3m
Tanah Gambut
Tanah Mineral
Elevasi muka air
di kanal
Tebal Gambut
Fungsi LindungFungsi
Budidaya
E1
E2
Tanah Gambut
Fungsi
Budidaya
> 3 m > 3 m
Fungsi Lindung Ekosistem Gambut Fungsi Budidaya Ekosistem Gambut
a. Terdapat drainase buatan di
Ekosistem Gambut dengan fungsi
lindung
a. Muka air tanah di lahan Gambut
lebih dari 0,4 (nol koma empat)
meter di bawah permukaan
Gambut
b. Tereksposnya sedimen berpirit
dan/atau kwarsa di bawah lapisan
Gambut
b. Tereksposnya sedimen berpirit
dan/atau kwarsa di bawah lapisan
Gambut
c. Pengurangan luas dan/atau volume
tutupan lahan
Agroforestri dan Perhutanan Sosial
di Ekosistem Gambut
Instruksi Presiden Nomor 10 Tahun 2011 tentang Penundaan Pemberian
Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan
Gambut.
Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2019 tentang Penghentian Pemberian
Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan
Gambut.
Pemanfaatan ekosistem gambut dapat dilakukan pada ekosistem gambut
dengan fungsi lindung dan fungsi budidaya yang dilakukan dengan wajib
menjaga fungsi hidrologis gambut (PP 71/2014, Pasal 20).
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor :
P.37/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2019 tentang Perhutanan Sosial pada
Ekosistem Gambut.
Agroforestri merupakan salah satu kaidah dalam pelaksanaan kegiatan
pemanfaatan kawasan pada ijin Perhutanan Sosial.
Penataan Blok di Hutan Desa Lukun,
Kepulauan Meranti
No. Blok Luas (ha)
1 Blok Perlindungan 1.150,68
2 Blok Pemanfaatan HHBK 761,56
3
Blok Pemberdayaan
Masyarakat 533,76
Jumlah 2.446
• Agroforestry adalah sistem penggunaan
lahan yang mengkombinasikan tanaman
berkayu (pepohonan, perdu, bambu, rotan dan
lainnya) dengan tanaman tidak berkayu atau
dapat pula dengan rerumputan (pasture),
kadang-kadang ada komponen ternak atau
hewan lainnya (lebah, ikan) sehingga
terbentuk interaksi ekologis dan ekonomis
antara tanaman berkayu dengan komponen
lainnya (Huxley dan van Houten, 1997).
• Paludiculture adalah pemanfaatan lahan
rawa gambut dan gambut yang dibasahi
kembali secara produktif, dengan cara
menyimpan stok karbon (gambut) dalam
jangka waktu yang panjang, dengan
mempertahankan tinggi muka air tanah
sepanjang tahun (Wicthmann et al., 2016)
c cAgroforestry Paludiculture
Agroforestry + Paludiculture
A+P
Restorasi Gambut
IR (Integrated Restoration):
Agroforestry + Paludiculture
c c
c
R1 = Rewetting
R2 =
RevegetationR3 =
Revitalitation
Livelihood
R1+R2 R1+R3
R2+R3
IR
Sumber foto: Nurul Qomar
Gaharu + K. Sawit
Praktik Agroforestri
Sumber foto: Nurul Qomar
Desa Tanjung Sari,
Kabupaten Kepulauan
MerantiSumber : Qomar dkk (2017; 2018)
Praktik Agroforestri
Pola Kebun Kelapa Campur: Kelapa, Kopi, Pinang + Kelulut
Pola Kebun Karet Campur:
Karet, selumar, geronggang, punak, dllPraktik Agroforestri
Sumber foto: Nurul Qomar
Rumbia/Sagu
• Adaptif pada lahan gambut
tanpa drainase
• Ketahanan terhadap
genangan sampai 50 cm,
selama 6 bulan
Praktik Paludikultur
Sumber foto: Nurul Qomar
• Habitat : hutan rawa, rawa gambut, dan peralihanrawa dan dataran rendah
• Adaptif pada genangan periodic
• Tajuk lebar
• Pertumbuhan cepat
• Umur panen 10 tahun.
• Diamater mencapai 30 cm, tinggi bebas cabangmencapai 25 m (Heriyanto dan Subandono, 2007).
• Kayu konstruksi ringan di bawah atap, kapal, fufnitur, dll
• Kelas awet IV, kelas kuat III-IV.
• Alternatif untuk bahan baku bubur kertas
• Berkhasiat obat
Geronggang (Cratoxylon arborescens (Vahl.) Blume)
Foto : BP2TSTH Kuok
Foto : Nurul Qomar
• Adaptaif pada genangan periodic
• Tajuk ringan, dapat ditanam sebagai tanamansela di bawah kelapa dan dan karet
• Pertumbuhan cepat
• Umur panen 10 tahun
• Tinggi mencapai 28 m.
• Kayu bangunan (tiang jembatan dan rumahpanggung), keras, kuat, awet (tahan air laut).
Selumar (Jackiopsis ornata)
Foto : Nurul Qomar
• Habitat : hutan rawa gambut dan tanah alluvial,sepanjang sungai berpasir dan tanah lempung(Alimah, 2014)
• Adaptif pada genangan (Rachmanadi et el., 2011)
• Diamater mencapai 60 cm, tinggi mencapai 37 m.
• Kayu berat, kelas kuat II.
• Kayu sulit diolah, mengandung silica (kalsium-oxalate) (Heyne, 1987)
• Kayu tahan rayap.
• Bahan baku konstruksi ringan – berat: kusen,dinding, lantai
• Bibit dari stek pucuk (Santosa et al., 2003)
Punak (Tetramerista glabra)
Foto : Nurul Qomar
Praktik Agroforestri + Paludikultur
Mulyadi & Wihardjaka (2014)
Sumber : Balitbang LHK Banjarbaru
Pola Surjan:
Jelutung + Padi
Desa Mantaren, Kabupaten Pulang Pisau
(Model Pak Rapingun)
Pola intensif
Gambut tipis sulfat masam
+ drainase
Pola Surjan:
Jelutung, Karet, Durian,
Nanas + Padi
Kelurahan Kalampangan, Kota Palangkaraya, Provinsi Kalimantan Tengah
(Model Pak Tamanuruddin)
Pola Lorong:
Jelutung dan Sayuran
Pola intensif
Gambut tebal dengan
drainase
Sumber : Balitbang LHK Banjarbaru
Desa Batunindan, Kabupaten Kapuas
(Model Pak Damai)
Pola Tumpang Sari:
Jelutung, Karet, Nenas
Sumber : Balitbang LHK Banjarbaru
Pola Semi intensif
Desa Tumbang Nusa, Kabupaten Pulang
Pisau (Model Pak Dio)
Jelutung dan Ikan Papuyu
Sumber : Balitbang LHK Banjarbaru
Desa Taruna Jaya, Kabupaten Pulang Pisau
(Model Taruna-Budidaya Papuyu)
Ikan Rawa di Kolam/Beje
Pola Silvofishery (Pohon dan Ikan)
Pola Rumbia/Sagu dan Pohon Batas:
Sagu, selumar, geronggang, punak, dll
Desa Lukun, Kabupaten Kepulauan MerantiSumber : Qomar dkk (2017; 2018)
Desa Tanjung Leban, Kab. Bengkalis, Riau
(Model Pak Nur)Foto : Nurul Qomar
Pola Hutan Campuran:
Jelutung, meranti bunga, meranti bakau,
punak, geronggang, balam, vanili, dll
Top Related