KEBIJAKAN REVITALISASI KAWASAN PASAR BAWAH SEBAGAI …

34
KEBIJAKAN REVITALISASI KAWASAN PASAR BAWAH SEBAGAI KAWASAN WISATA CAGAR BUDAYA DI KOTA PEKANBARU Hery Suryadi, Tuti Khairani Harahap, Auradian Marta Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau ABSTRAK Berdasarkan Tata Ruang Kota Pekanbaru Tahun 2006, bahwa Kawasan Pasar Bawah telah di tetapkan sebagai kawasan cagar budaya, namun melihat kondisi kawasan tersebut saat ini tidak mencerminkan sebagai kawasan cagar budaya, di mana penataan ruangnya sangat kacau, vitalitas sosial masyarakatnya terbilang sangat kumuh atau berada di bawah garis kemiskinan. Namun dibalik fenomena tersebut, ternyata sebagian kecil dari Kawasan Pasar Bawah tersebut mampu memberikan kontribusi cukup tinggi secara ekonomi berupa PAD bagi Kota Pekanbaru maupun Provinsi Riau, yaitu dengan Pasar Wisatanya. Di sisi lain sudah di tetapkannya Bangunan Cagar Budaya Mesjid Raya Pekanbaru berdasarkan SK Menteri Kebudayaan Dan Pariwisata Nomor KM 13/13.007/MKP/2004, tentang penetapan Istana Siak dan sejumlah situs lainnya termasuk Mesjid Raya Pekanbaru merupakan benda cagar budaya, situs, atau kawasan yang di lindungi UU RI No.5/1992. Namun masih banyak bangunan- bangunan sejarah di Kawasan Pasar Bawah yang belum terlindungi dan kondisinya pada saat ini sangat memperihatinkan atau tidak terawat. Berdasarkan Undang Undang Republik Indonesia No 5 Tahun 1992 mengenai Cagar Budaya, bahwa benda cagar budaya adalah benda buatan manusia bergerak atau tidak bergerak yang berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian- bagiannya atau sisanya, yang berumur sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. Apabila mengacu kepada kacamata Undang Undang tersebut, ternyata Kawasan Pasar Bawah memiliki beberapa bangunan tua atau sejarah yang sudah melalui beberapa masa kekuasaan, sebut saja pada masa kekuasaan Kerajaan Siak, kolonial belanda sampai masa kemerdekaan Indonesia. Selain bangunan, kehidupan sosial masyarakat dan kebudayaan yang hidup di Kawasan Pasar Bawah juga tidak lepas dari perhatian. Fokus penelitian lebih menitikberatkan kepada semua bangunan-bangunan sejarah dan bangunan tradisional melayu, serta kehidupan sosial ekonomi dan budaya masyarakat di Kawasan Pasar Bawah Kota Pekanbaru untuk di hidupkan kembali (di revitalisasi) dengan sasaran yang akan di capai adalah merumuskan kebijakan pelestarian bangunan-bangunan bersejarah/tradisional, dan kebijakan ekonomi, sosial dan budaya kawasan. Yang tujuannya untuk memfungsikan kawasan Pasar

Transcript of KEBIJAKAN REVITALISASI KAWASAN PASAR BAWAH SEBAGAI …

Page 1: KEBIJAKAN REVITALISASI KAWASAN PASAR BAWAH SEBAGAI …

KEBIJAKAN REVITALISASI KAWASAN PASAR BAWAH

SEBAGAI KAWASAN WISATA CAGAR BUDAYA DI KOTA

PEKANBARU

Hery Suryadi, Tuti Khairani Harahap, Auradian Marta

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau

ABSTRAK

Berdasarkan Tata Ruang Kota Pekanbaru Tahun 2006, bahwa Kawasan

Pasar Bawah telah di tetapkan sebagai kawasan cagar budaya, namun melihat

kondisi kawasan tersebut saat ini tidak mencerminkan sebagai kawasan cagar

budaya, di mana penataan ruangnya sangat kacau, vitalitas sosial masyarakatnya

terbilang sangat kumuh atau berada di bawah garis kemiskinan. Namun dibalik

fenomena tersebut, ternyata sebagian kecil dari Kawasan Pasar Bawah tersebut

mampu memberikan kontribusi cukup tinggi secara ekonomi berupa PAD bagi

Kota Pekanbaru maupun Provinsi Riau, yaitu dengan Pasar Wisatanya. Di sisi

lain sudah di tetapkannya Bangunan Cagar Budaya Mesjid Raya Pekanbaru

berdasarkan SK Menteri Kebudayaan Dan Pariwisata Nomor KM

13/13.007/MKP/2004, tentang penetapan Istana Siak dan sejumlah situs lainnya

termasuk Mesjid Raya Pekanbaru merupakan benda cagar budaya, situs, atau

kawasan yang di lindungi UU RI No.5/1992. Namun masih banyak bangunan-

bangunan sejarah di Kawasan Pasar Bawah yang belum terlindungi dan

kondisinya pada saat ini sangat memperihatinkan atau tidak terawat.

Berdasarkan Undang Undang Republik Indonesia No 5 Tahun 1992 mengenai

Cagar Budaya, bahwa benda cagar budaya adalah benda buatan manusia

bergerak atau tidak bergerak yang berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-

bagiannya atau sisanya, yang berumur sekurang-kurangnya 50 (lima puluh)

tahun, serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan,

dan kebudayaan. Apabila mengacu kepada kacamata Undang Undang tersebut,

ternyata Kawasan Pasar Bawah memiliki beberapa bangunan tua atau sejarah

yang sudah melalui beberapa masa kekuasaan, sebut saja pada masa kekuasaan

Kerajaan Siak, kolonial belanda sampai masa kemerdekaan Indonesia. Selain

bangunan, kehidupan sosial masyarakat dan kebudayaan yang hidup di Kawasan

Pasar Bawah juga tidak lepas dari perhatian. Fokus penelitian lebih

menitikberatkan kepada semua bangunan-bangunan sejarah dan bangunan

tradisional melayu, serta kehidupan sosial ekonomi dan budaya masyarakat di

Kawasan Pasar Bawah Kota Pekanbaru untuk di hidupkan kembali (di

revitalisasi) dengan sasaran yang akan di capai adalah merumuskan kebijakan

pelestarian bangunan-bangunan bersejarah/tradisional, dan kebijakan ekonomi,

sosial dan budaya kawasan. Yang tujuannya untuk memfungsikan kawasan Pasar

Page 2: KEBIJAKAN REVITALISASI KAWASAN PASAR BAWAH SEBAGAI …

Bawah sebagai kawasan wisata cagar budaya. Metode penelitian ini

menggunakan metode kualitatif, dengan pendekatan deskriptif evaluatif. Dengan

teknik pengumpulan data menggunakan metode survey. Lingkup wilayah

penelitian meliputi Kelurahan Kampung Dalam dan Kelurahan Kampung Bandar

Kecamatan Senapelan. Hasil yang di harapkan dari penelitian “Kebijakan

Revitalisasi Kawasan Pasar Bawah Sebagai Kawasan Cagar Budaya di Kota

Pekanbaru” ini dapat menghasilkan kebijakan yang akan menentukan arah

pengembangan Kawasan Pasar Bawah di masa depan dengan menghidupkan

kembali vitalitas kawasan dengan menetapkan Kawasan Pasar Bawah sebagai

Daerah Tujuan Wisata (DTW) untuk meningkatkan perekonomian masyarakat

dan dapat memberikan kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang tinggi

terhadap Kota Pekanbaru melalui Wisata Cagar Budaya.

Kata Kunci: Wisata, cagar, budaya, kawasan, pasar bawah.

PENDAHULUAN

Latar belakang Masalah

Kota Pekanbaru sebagai ibu kota dari Provinsi Riau memiliki

berbagai macam potensi yang dapat di kembangkan, baik dari sumberdaya alam,

sumberdaya manusia, ekonomi, budaya, dan bahkan sampai unit-unit terkecil dari

suatu wilayah atau di sebut juga sebagai kawasan. Soemarno (2009) mengatakan

bahwa suatu kawasan adalah bagian kecil dari suatu wilayah yang di batasi secara

fungsi.Fungsi-fungsi dari kawasan tersebut terdiri dari kawasan agrowisata,

kawasan hutan, kawasan industri, kawasan kerajinan rakyat, kawasan untuk

kepentingan umum, dan sebagainya.Namun dalam konteks perkotaan, fungsi dari

kawasan tersebut terdiri dari kawasan pemukiman, kawasan perdagangan dan

jasa, kawasan pemerintahan, kawasan wisata, dan bahkan juga terdapat kawasan

cagar budaya.

Berdasarkan Tata Ruang Kota Pekanbaru Tahun 2006, bahwa Kawasan

Pasar Bawah telah di tetapkan sebagai kawasan cagar budaya, namun melihat

kondisi kawasan tersebut saat ini tidak mencerminkan sebagai kawasan cagar

budaya, di mana penataan ruangnya sangat kacau, vitalitas sosial masyarakatnya

terbilang sangat kumuh atau berada di bawah garis kemiskinan. Namun dibalik

fenomena tersebut, ternyata sebagian kecil dari Kawasan Pasar Bawah tersebut

mampu memberikan kontribusi cukup tinggi secara ekonomi berupa PAD bagi

Kota Pekanbaru maupun Provinsi Riau, yaitu dengan Pasar Wisatanya. Di sisi lain

sudah di tetapkannya Bangunan Cagar Budaya Mesjid Raya Pekanbaru

berdasarkan SK Menteri Kebudayaan Dan Pariwisata Nomor KM

13/13.007/MKP/2004, tentang penetapan Istana Siak dan sejumlah situs lainnya

termasuk Mesjid Raya Pekanbaru merupakan benda cagar budaya, situs, atau

kawasan yang di lindungi UU RI No.5/1992. Namun masih banyak bangunan-

bangunan sejarah di Kawasan Pasar Bawah yang belum terlindungi dan

kondisinya pada saat ini sangat memperihatinkan atau tidak terawat.

Page 3: KEBIJAKAN REVITALISASI KAWASAN PASAR BAWAH SEBAGAI …

Berdasarkan Undang Undang Republik Indonesia No 5 Tahun 1992

mengenai Cagar Budaya, bahwa benda cagar budaya adalah benda buatan

manusia bergerak atau tidak bergerak yang berupa kesatuan atau kelompok, atau

bagian-bagiannya atau sisanya, yang berumur sekurang-kurangnya 50 (lima

puluh) tahun, serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu

pengetahuan, dan kebudayaan. Apabila mengacu kepada kacamata Undang

Undang tersebut, ternyata Kawasan Pasar Bawah memiliki beberapa bangunan tua

atau sejarah yang sudah melalui beberapa masa kekuasaan, sebut saja pada masa

kekuasaan Kerajaan Siak, kolonial belanda sampai masa kemerdekaan Indonesia.

Selain bangunan, kehidupan sosial masyarakat dan kebudayaan yang hidup di

Kawasan Pasar Bawah juga tidak lepas dari perhatian.

Kimpraswil (2002) dalam Wongso (2009) mengatakan bahwa revitalisasi

merupakan upaya menghidupkan kembali suatu kawasan atau bangunan yang

cenderung mati, dengan meningkatkan vitalitas yang strategis dan signifikan dari

kawasan/bangunan yang masih memiliki potensi dan atau mengendalikan

kawasan/bangunan yang cenderung kacau atau semerawut.Antariksa (2009) juga

mengatakan revitalisasi adalah upaya untuk mendaur ulang (recycle) dengan

tujuan untuk memberi vitalitas baru, meningkatkan vitalitas yang ada atau bahkan

menghidupkan kembali vitalitas (re-vita-lisasi) yang ada namun telah

memudar.Adaptasi revitalisasi merupakan upaya untuk mengubah suatu

lingkungan binaan agar dapat digunakan untuk fungsi baru yang sesuai, tanpa

menuntut perubahan yang drastis atau hanya memberikan dampak yang minimal

(Antariksa, 2009). Untuk itu dalam merumuskan kebijakan revitalisasi suatu

kawasan harus memperhatikan beberapa aspek yang akan di revitalisasi, yaitu

aspek fisik meliputi bangunan-bangunan sejarah atau bangunan tradisional melayu

yang ada di kawasan pasar bawah, dan aspek non fisik meliputi kegiatan

perekonomian, kegiatan sosial masyarakat dan budaya yang ada di kawasan pasar

bawah untuk di tingkatkan kembali. Dalam lingkup kawasan, vitalitas dapat

diartikan kemampuan, kekuatan kawasan untuk tetap bertahan hidup (Antariksa,

2009). Hidupnya suatu kawasan dapat tercermin dari kegiatan yang berlangsung

di dalam kawasan sepanjang waktu dimana orang datang, menikmati, dan

melakukan aktivitasnya sehari-hari.

Fokus penelitian lebih menitikberatkan kepada semua bangunan-bangunan

sejarah dan tradisional melayu, serta kehidupan sosial ekonomi dan budaya

masyarakat di Kawasan Pasar Bawah Kota Pekanbaru untuk di hidupkan kembali

(revitalisasi) dengan sasaran yang akan di capai adalah merumuskan kebijakan

pelestarian bangunan-bangunan bersejarah/tradisional, dan kebijakan ekonomi,

sosial dan budaya kawasan. Yang tujuannya untuk memfungsikan kawasan Pasar

Bawah sebagai kawasan wisata cagar budaya.

Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan pendekatan

deskriptif evaluatif.Dengan teknik pengumpulan data menggunakan metode

survey.Lingkup wilayah penelitian meliputi Kelurahan Kampung Dalam dan

Kelurahan Kampung Bandar Kecamatan Senapelan.

Hasil yang di harapkan dari penelitian “Kebijakan Revitalisasi Kawasan

Pasar Bawah Sebagai Kawasan Cagar Budaya di Kota Pekanbaru” ini dapat

Page 4: KEBIJAKAN REVITALISASI KAWASAN PASAR BAWAH SEBAGAI …

menghasilkan kebijakan yang akan menentukan arah pengembangan Kawasan

Pasar Bawah di masa depan dengan menghidupkan kembali vitalitas kawasan

dengan menetapkan Kawasan Pasar Bawah sebagai Daerah Tujuan Wisata (DTW)

untuk meningkatkan perekonomian masyarakat dan dapat memberikan kontribusi

Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang tinggi terhadap Kota Pekanbaru melalui

Wisata Cagar Budaya.

Rumusan Solusi Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana kondisi bangunan sejarah/kuno dan vitalitas yang ada di Kawasan

Pasar Bawah ada saat ini?

2. Bagaimana potensi dan permasalahan Kawasan Pasar Bawah untuk dijadikan

Kawasan Cagar Budaya?

3. Bagaimana kebijakan arahan pengembangan Kawasan Pasar Bawah sebagai

Kawasan Wisata Cagar Budaya?

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi bangunan sejarah/kuno dan vitalitas yang ada di

Kawasan Pasar Bawah.

2. Mengidentifikasi potensi dan masalah Kawasan Pasar Bawah untuk

dijadikan Kawasan Cagar Budaya.

3. Merumuskan kebijakan pengembangan Kawasan Pasar Bawah dengan

meningkatkan vitalitas kawasan dan pemugaran bangunan-bangunan sejarah/kuno

yang ada untuk tujuan pariwisata.

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Revitalisasi Kawasan

Menurut Burra Charter (1981) dan Catanese (1979), revitalisasi adalah

upaya dalam mengubah suatu tempat agar dapat digunakan untuk fungsi baru

yang sesuai. Yang dimaksud dengan fungsi baru yang sesuai adalah kegunaan

yang tidak menuntut perubahan drastis atau yang hanya memerlukan dampak

minimal. Atau menurut Antariksa (2009), revitalisasi adalah upaya untuk mendaur

ulang (recycle) dengan tujuan untuk memberikan vitalitas baru, meningkatkan

vitalitas yang ada atau bahkan menghidupkan kembali vitalitas yang pernah ada,

namun telah memudar. Menurut Kimpraswil (2002), revitalisasi adalah upaya

untuk menghidupkan kembali suatu kawasan atau bangunan yang cenderung mati,

dengan meningkatkan vitalitas yang strategis dan signifikan dari

kawasan/bangunan yang masih memiliki potensi dan atau mengendalikan

kawasan/bangunan yang cenderung kacau atau semerawut.

Page 5: KEBIJAKAN REVITALISASI KAWASAN PASAR BAWAH SEBAGAI …

Adaptasi revitalisasi merupakan upaya untuk mengubah suatu lingkungan

binaan agar dapat digunakan untuk fungsi baru yang sesuai, tanpa menuntut

perubahan drastis atau hanya memberikan dampak yang minimal (Antariksa,

2009). Untuk keberhasilan program revitalisasi suatu kawasan perlu adanya

intervensi pemerintah merupakan kebijakan-kebijakan dalam pembangunan

kembali suatu kawasan supaya kawasan tersebut lebih tertata dan terkendali dalam

pengembangannya ke masa depan. Dalam lingkup kawasan, vitalitas dapat

diartikan kemampuan, kekuatan kawasan untuk tetap bertahan hidup (Antariksa,

2009).Hidupnya suatu kawasan dapat tercermin dari kegiatan yang berlangsung di

dalam kawasan sepanjang waktu di mana orang datang, menikmati, dan

melakukan aktivitasnya.

Antariksa (2009), revitalisasi adalah salah satu pendekatan dalam

meningkatkan vitalitas suatu kawasan kota yang bisa berupa:

1. Penataan kembali pemanfaatan lahan dan bangunan;

2. Renovasi kawasan maupun bangunan-bangunan yang ada, sehingga

dapat ditingkatkan dan dikembangkan nilai ekonomis dan sosialnya;

3. Rehabilitasi kualitas lingkungan hidup; dan

4. Peningkatan intensitas pemanfaatan lahan dan bangunannya.

Keberhasilan pendekatan revitalisasi dalam suatu kawasan dipengaruhi oleh

aspek sosial dan karakteristik kawasan yang merupakan image atau citra suatu

kawasan, bukan kepada ide atau konsep yang diterapkan tanpa penyesuaian

dengan lingkungan kawasan tersebut (Antariksa, 2009).Pendekatan tersebut dapat

dilakukan dengan sosialisasi terlebih dahulu terhadap masyarakat yang menetap di

kawasan dan melibatkan masyarakat dalam menentukan arah pengembangan

kawasan tersebut.Pendekatan revitalisasi berdasarkan tingkat, sifat dan skala

perubahan yang terjadi di dalam kawasan dapat dilakukan dengan

preservasi/konservasi, rehabilitasi dan pembangunan kembali (redevelopment).

Antariksa (2009), revitalisasi kawasan diarahkan untuk memberdayakan

daerah dalam usaha menghidupkan kembali aktivitas perkotaan/desa dan vitalitas

kawasan untuk mewujudkan kawasan layak huni (livable), mempunyai daya saing

pertumbuhan dan stabilitas ekonomi lokal, berkeadilan sosial, berwawasan budaya

serta terintegrasi dalam kesatuan sistem kota/desa.

Antariksa (2009), sebagai kegiatan yang kompleks, revitalisasi dapat

melalui beberapa tahap, yaitu:

1. Intervensi fisik. Intervensi fisik mengawali kegiatan fisik revitalisasi dan

dilakukan secara bertahap, meliputi perbaikan dan peningkatan kualitas dan

kondisi fisik bangunan, tata hijau, sistem penghubung, sistem tanda/reklame

dan ruang terbuka kawasan.

2. Rehabilitasi ekonomi. Revitalisasi yang diawali dengan proses peremajaan

artefak urban harus mendukung proses rehabilitasi kegiatan ekonomi.

3. Revitalisasi sosial/institusional. Keberhasilan revitalisasi sebuah kawasan

akan terukur bila mampu menciptakan lingkungan yang menarik, bukan

lingkungan cantik (beautiful place).

Page 6: KEBIJAKAN REVITALISASI KAWASAN PASAR BAWAH SEBAGAI …

Kawasan-kawasan revitalisasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Ditinjau dari fungsi kawasan:

a. Revitalisasi kawasan perniagaan;

b. Revitalisasi kawasan perumahan;

c. Revitalisasi kawasan perindustrian;

d. Revitalisasi kawasan perkantoran pemerintah;

e. Revitalisasi kawasan olahraga, dan fasilitas sosial lainnya; dan

f. Revitalisasi kawasan khusus.

2. Ditinjau dari letak kawasan:

a. Revitalisasi kawasan pegunungan/ perbukitan;

b. Revitalisasi kawasan tepian air (sungai, laut, danau);

c. Revitalisasi kawasan perairan/ rawa; dan

d. Revitalisasi kawasan khusus lainnya.

e. Ditinjau dari ke-kunoan dan ke-sejarahan:

f. Revitalisasi kawasan bersejarah; dan

g. Revitalisasi kawasan baru.

Budiharjo (2005) berbagai langkah nyata bisa dilakukan pada saat

bersamaan, agar suaya revitalisasi pusat kota lama dapat berhasil:

Pertama, yang berkaitan dengan peraturan perundang-undangan.Pertauran

daerah tentang konservasi bangunan dan lingkungan bersejarah seyogianya segera

disyahkan.Dan dengan adanya Perda konservasi, keberadaan dan kelestarian

bangunan kuno bersejarah dapat lebih terjamin.

Kedua, pemerintah daerah beserta pakar dan konsultan yang kompeten

dalam bidang konservasi perlu segera menyusun panduan perencanaan dan

perancangan (planning and design guidelines) pada kawasan konservasi pusat

kota lama.

Ketiga, menyangkut kemitraan pemerintah dengan pihak swasta, dalam

suatu bentuk joint venture. Melalui penggalangan dana dan daya kemitraan

tersebut, dapat diupayakan revitalisasi kawasan pusat kota lama yang tidak

sekedar berorientasi pada kepentingan budaya atau kesejarahan, tetapi

berwawasan ekonomis-finansial.

Keempat, bertautan dengan upaya pemilikan oleh pemda atau public

acquisition. Beberapa bangunan kuno yang bermakna sebagai tenggeran atau

landmark yang berskala kota, seyoganya dimiliki oleh pemda. Atau paling tidak

pemda memiliki saham cukup besar pada bangunan tersebut, agar tetap

memegang peran yang menentukan masa depan bangunan kuno yang

bersangkutan.

Kelima, sistem intensif dan disintensif, bonus dan sanksi, agar diterapkan

dalam menggairakan iklim investasi di kawasan pusat kota lama.

Keenam, berkaitan dengan keringanan pajak .Bagi pengusaha atau pemilik

bangunan kuno di kawasan bersejarah yang ditetapkan sebagai kawasan

konservasi, diberi keringanan pajak.Barang tentu keringanan pajak itu disertai

dengan persyaratan yang mengikat tentang pelestarian dan pemanfaatan bangunan

kunonya.

Page 7: KEBIJAKAN REVITALISASI KAWASAN PASAR BAWAH SEBAGAI …

Ketujuh, menyangkut keadiluhuran arsitektural atau architectural excellent

dari bangunan-bangunan baru yang bisa suatu saat menjadi tetenger jaman.

Keterlibatan Masyarakat Dalam Revitalisasi

Untuk mendukung keberhasilan revitalisasi suatu kawasan

memerlukan adanya keterlibatan masyarakat yang bukan hanya sekedar ikut serta

untuk mendukung aspek formalitas perlu adanya partisipasi masyarakat.Partisipasi

tersebut bisa berupa ikut serta dalam perencanaan program sehingga terciptanya

pembangunan yang bottom-up, keterlibatan dalam usaha melestarikan dan

mempertahankan lingkungan kawasan, dan keterlibatan fisik (ikut serta dalam

menentukan bentuk, orientasi, dan ketenaga kerjaan).

Keterlibatan masyarakat ini terkait erat karena revitalisasi berarti adanya

kegiatan baru dalam suatu kawasan, sehingga keterlibatan tersebut didukung oleh

pemahaman yang mendalam tentang revitalisasi dan konservasi (Antariksa,

2009).Sosialisasi tentang revitalisasi perlu diupayakan untuk mengubah dan

menumbuhkan kemauan publik dan swasta untuk melakukan investasi pada

pelestarian pusaka alam dan budaya dengan tujuan menjadikan kawasan yang

terpelihara dan bahkan berkembang sepanjang masa (Antariksa, 2009).

Sebagai contoh, Historic Massachusetts USA, yang bermitra dengan

penduduk lokal dan berbagai organisasi untuk revitalisasi, menyeleksi sumber

daya budaya untuk revitalisasi dan menetapkan tiga buah kriteria dasar:

a. Sumber daya tersebut harus menunjukkan hubungan yang penting antara

pelestarian dan kebanggaan masyarakat setempat;

b. Sumber daya tersebut harus potensial menjadi katalisator usaha

revitalisasi dan pembangunan; dan

c. Sumber daya tersebut harus memiliki dukungan masyarakat dan politik.

KONSEP PARIWISATA

Pengertian Pariwisata

Pariwisata berasal dari suatu perjalanan seseorang/serombongan orang

dengan dorongan untuk menemukan sesuatu yang baru, belum diketahui, untuk

mengeksplorasi tempat-tempat yang baru dan terpencil, untuk mencari perubahan

dalam lingkungan dan memperoleh pengalaman baru (Robinson, 1976). Istilah

wisatawan berasal dari kata tour (Webster’s Dictionary) yang berarti perjalanan

yang dilakukan seseorang/serombongan orang untuk keperluan bisnis,

kesenangan, atau pendidikan ke berbagai macam tempat dan berdasarkan jadwal

yang terencana kemudian kembali ke titik berangkat (Suharso, 2007).

Menurut UU No. 9 Tahun 1990, wisata adalah kegiatan perjalanan atau

sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat

sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. Wisatawan adalah orang

yang melakukan kegiatan wisata. Pariwisata adalah segala sesuatu yang

Page 8: KEBIJAKAN REVITALISASI KAWASAN PASAR BAWAH SEBAGAI …

berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata

serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Objek dan daya tarik wisata

adalah perwujudan daripada ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya serta sejarah

bangsa dan tempat untuk keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk

dikunjungi wisatawan. Atraksi wisata adalah segala perwujudan dan sajian alam

dan/atau kebudayaan, yang secara nyata dapat dikunjungi, disaksikan dan

dinikmati wisatawan di suatu kawasan wisata atau di daerah tujuan wisata.

Menurut Karyono (1997:14), pariwisata merupakan rangkaian kegiatan

yang dilakukan oleh manusia baik secara perorangan maupun kelompok di dalam

wilayah negara sendiri atau di negara lain. Kegiatan tersebut dengan

menggunakan kemudahan, jasa dan faktor penunjang lainnya yang diadakan oleh

pemerintah dan atau masyarakat agar dapat mewujudkan keinginan wisatawan.

Menurut Hunzieker dan Kraft (1942), pariwisata merupakan keseluruhan

dari gejala-gejala yang ditimbulkan oleh perjalanan dan diamnya orang-orang

asing serta penyediaan tempat tinggal sementara, asalkan pendiaman itu tidak

menetap dan tidak memperoleh penghasilan dari aktivitas yang bersifat sementara

itu.

Daerah Tujuan Wisata

Georgulas (1970:442) mendefinisikan bahwa Daerah Tujuan Wisata

(DTW) memiliki dua aspek kunci yang membedakan setiap DTW, yaitu DTW

harus memiliki fasilitas yang menarik para pengunjung asing tersebut. Fasilitas itu

harus menimbulkan daya tarik yang kuat bagi wisatawan. Fasilitas ini dapat

bervariasi karena terdapat bermacam-macam wisatawan, tetapi pada umumnya

fasilitas tersebut terbagi atas dua kategori, yaitu yang bersifat alami dan buatan

manusia.

Untuk menjadikan suatu daerah sebagai DTW, diperlukan sesuatu yang

menarik para pengunjung non-lokal. Uang yang dikeluarkan oleh para pengunjung

dari luar ini menjadi suatu penerimaan dasar atau penghasilan yang sangat

bermanfaat bagi masyarakat (Suharso, 2007:16).

Untuk menentukan apakah suatu wilayah atau area dapat diklasifikasikan

sebagai suatu DTW, secara tradisional diperlukan kriteria untuk membedakan

apakah suatu jalur rekreasi bersifat lokal dan non-lokal. Burton (1971) membagi

menjadi lima waktu rekreasi yang dapat membantu untuk membuat perbedaan

antara perjalanan rekreasi lokal dan non-lokal, lima waktu tersebut adalah sebagai

berikut:

a. Sangat singkat/pendek (sampai dengan 1 jam);

b. Singkat (beberapa jam);

c. Sehari penuh;

d. Beberapa hari (biasanya diakhir pekan); dan

e. Seminggi atau lebih (liburan tahunan).

Page 9: KEBIJAKAN REVITALISASI KAWASAN PASAR BAWAH SEBAGAI …

Karyono (1997:28) menjelaskan supaya suatu daerah tujuan wisata

mempunyai daya tarik, disamping harus ada obyek dan atraksi wisata, suatu DTW

harus mempunyai 3 syarat daya tarik, yaitu:

a. Ada sesuatu yang bisa dilihat (something to see);

b. Ada sesuatu yang dapat dikerjakan (something to do); dan

c. Ada sesuatu yang bisa dibeli (something to buy).

Kawasan wisata peninggalan sejarah atau cagar budaya

Menurut Suyata (2004) manfaat keberadaan benda cagar budaya misalnya

pengembangan desain, wisata heritage, jelajah wisata budaya, pembuatan jaringan

pelestarian budaya, dan lain sebagainya, sehingga menjadikan generasi muda

sebagai pengambil inisiatif dalam pelestarian, pengembangan benda cagar budaya.

Kondisi benda cagar budaya

kerusakan benda cagar budaya dapat disebabkan karena faktor alam dan

manusia. Kerusakan karena faktor alam dapat disebabkan karena alami, dan

hayati. Kerusakan alami disebabkan karena geotopografi, iklim, dan bencana

alam, sedangkan kerusakan hayati dapat disebabkan karena tumbuh-tumbuhan

dan binatang. Kerusakan benda cagar budaya dapat pula disebabkan karena ulah

manusia, yaitu berupa pengrusakan dan pencemaran, vandalisme dan pencurian.

Dengan adanya beberapa kerusakan yang merupakan ancaman bagi kelestarian

benda cagar budaya itulah perlunya langkah-langkah pelestarian. Pelestarian

benda cagar budaya dapat dilaksanakan dengan perlindungan dan pemeliharaan.

Pelestarian benda cagar budaya

Pelestarian benda cagar budaya dapat dilakukan dengan perlakuan teknis,

sebagai berikut: (Suharso, 2007)

a. Perlindungan benda cagar budaya;

b. Pemeliharaan benda cagar budaya; dan

c. Pemugaran benda cagar budaya.

METODE PENELITIAN

Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian di lakukan di Kawasan Pasar Bawah tepatnya pada

Kelurahan Kampung Dalam dan Kampung Bandar Kecamatan Senapelan Kota

Pekanbaru.Pengambilan lokasi penelitian di Pasar Bawah di karenakan

berdasarkan Perda Kota Pekanbaru dalam Rencana Tata Ruang Kota Pekanbaru

Tahun 2006-2011 menetapkan bahwa Kawasan Pasar Bawah merupakan kawasan

lindung cagar budaya. Selain itu, Kawasan Pasar Bawah juga merupakan kawasan

wisata belanja dengan Pasar Wisatanya, namun masih terdapatnya bangunan-

bangunan sejarah/kuno baik peninggalan kerajaan siak, kolonial belanda, dan

bangunan dengan arsitektur tradisional melayu yang sudah berusia di atas 50

tahun. Apabila mengacu kepada UU No. 5 Tahun 1992 tentang benda cagar

Page 10: KEBIJAKAN REVITALISASI KAWASAN PASAR BAWAH SEBAGAI …

budaya dan perlindungan terhadap benda cagar budaya, Kawasan Pasar Bawah

sudah selayaknya di lindungi dengan Undang Undang.

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah kualitatif dan

kuantitatif, dimana penelitian kualitatif adalah penelitian dimana data-data yang di

analisis adalah data deskriptif.Sugiono (2005) menyatakan bahwa penelitian

kualitatif adalah apabila seseorang melakukan penelitian dengan sasaran

penelitian yang terbatas, dan dengan keterbatasan sasaran tersebut digali sebanyak

mungkin data mengenai sasaran penelitian. Jadi dengan sasaran yang terbatas

tetapi diperoleh kedalaman data yang tidak terbatas dan semakin data yang

diperoleh berkualitas, maka penelitian semakin berkualitas. Menurut Moleong

(2006), penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata, tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang

diamati.

Metode kualitatif digunakan untuk menganalisis bangunan-bangunan

sejarah dan kondisinya secara fisik, untuk menentukan bentuk intervensi berupa

pemugaran dan perawatan bangunan kuno/tua. Metode kualitatif juga digunakan

untuk mengidentifikasi tingkat vitalitas kawasan saat ini dan merumuskan

kebijakan apa yang tepat untuk meningkatkan kehidupan Kawasan Pasar Bawah

secara sosial, ekonomi dan budaya. metode evaluatif di gunakan untuk menilai

makna kultural dari bangunan sejarah yang teridentifikasi, dan juga memprediksi

tingkat kujungan wisatawan, jenis atraksi yang ditawarkan, dan menentukan

daerah tujuan wisata (DTW) selanjutnya, dan sarana serta prasarana yang

memadai untuk suatu obyek wisata cagar budaya.

Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang akan dianalisis adalah data primer dan

sekunder, dimana data primer adalah data yang didapatkan langsung dari lokasi

penelitian berupa kuisioner dan wawancara, sedangkan data sekunder adalah data

yang dikumpulkan dari instansi-instansi terkait seperti Dinas Pariwisata, Pemda

Kota Pekanbaru, Bappeda Kota Pekanbaru, Dinas PU Kota Pekanbaru, BPS Kota

Pekanbaru, dan instansi-instansi lainnya yang terkait dengan penelitian ini.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah metode

survey, berupa survey observasi terhadap lokasi penelitian guna mendapatkan data

yang akurat dari resonden (keyperson) dengan menggunakan daftar kuisioner dan

wawancara.

Survey sekunder dilakukan terhadap instansi-instansi terkait untuk

memperoleh data sekunder berupa peta tematik, peta tata ruang, data

kependudukan, dan sebagainya.Studi empiris dilakukan apabila data tidak tersedia

Page 11: KEBIJAKAN REVITALISASI KAWASAN PASAR BAWAH SEBAGAI …

dilapangan dengan mencari tokoh kunci (key person) yang mengerti dan

mengetahui sejarah pembangunan Kawasan Pasar Bawah.

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis dalam penelitian.

Populasi terdiri dari unsur-unsur yang memiliki satu atau beberapa ciri yang sama,

populasi juga terdiri dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang sama, juga

merupakan kumpulan dari ukuran-ukuran tentang sesuatu yang akan diteliti

(Suharso, 2007). Populasi dari penelitian ini terdiri dari bangunan sejarah/kuno

dan masyarakat yang menetap di Kawasan Pasar Bawah.

Menurut Suharso (2007) sampel adalah bagian yang digunakan untuk

tujuan penelitian populasi atau aspek-aspeknya.Sampel juga dapat dikatakan

sebagai wakil dari populasi atau bagian dari populasi. Suatu metode pengambilan

sampel yang ideal mempunyai sifat-sifat:

a. Dapat menghasilkan gambaran yang dapat dipercaya dari seluruh

populasi;

b. Dapat menentukan presisi dari hasil penelitian;

c. Harus meliputi semua unsur sampling;

d. Harus up to date;

e. Sederhana, sehingga mudah dilaksanakan; dan

f. Dapat diacak di lapangan.

Dalam penelitian ini, penentuan sampel menggunakan teknik sampling

secara secara random sampling dimana setiap elemen dalam populasi mempunyai

peluang yang sama untuk menjadi sampel.

Metode Analisis

Metode analisis data dilakukan untuk mewujudkan dan membahas

sasaran yang ingin di wujudkan, baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif.

Adapun metode analisis yang akan digunakan dalam penelitian Kebijakan

Revitalisasi Kawasan Pasar Bawah Sebagai Kawasan Wisata Cagar Budaya

adalah sebagai berikut:

1. Analisis deskriptif

Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah

yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan lokasi Kawasan Pasar Bawah

pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak adanya.Analisis

deskriptif yang digunakan dalam studi ini adalah analisis deskriptif yang bersifat

eksploratif yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan sesuatu atau status

fenomena.Selanjutnya data yang diperoleh dan dipisahkan menurut kategori untuk

memperoleh kesimpulan.

Page 12: KEBIJAKAN REVITALISASI KAWASAN PASAR BAWAH SEBAGAI …

2. Analisis partisipatif

Analisis partisipatif digunakan untuk mengetahui dan mengidentifikasi

pelaku-pelaku yang berbeda beserta kepentingannya terhadap suatu rencana,

program atau proyek.Pelaku-pelaku yang dimaksud adalah masyarakat di

lingkungan Kawasan Pasar Bawah, pengelola obyek wisata, para PKL, dan

Pemerintah Kota Pekanbaru dan juga pengunjung. Hasil yang diharapkan dari

analisis ini adalah:

a. Memperoleh gambaran mengenai semua lembaga dan kelompok yang

berperan di daerah tersebut;

b. Analisis terhadap kelompok-kelompok tersebut apakah mereka terdiri

dari sub-sub unit yang homogen dengan masalah atau memiliki

kepentingan yang khas;

c. Menyelidiki kepentingan atau prioritas pihak-pihak tersebut;

d. Meneliti konflik antar kelompok yang berbeda serta memberikan

wawasan terhadap potensi dan kelemahan yang di miliki setiap

kelompok; dan

e. Menelaah konsekuensi dan implikasi yang perlu dipertimbangkan dalam

perencanaan.

3. Analisis dampak yang ditimbulkan Obyek Wisata

Analisis dampak ini nantinya diharapkan untuk mengetahui dampak yang

ditimbulkan dari penataan suatu kawasan menjadi obyek wisata yang meliputi

dampak positif dan dampak negative, yang sangat berpengaruh terhadap sosial

budaya dan sosial ekonomi masyarakat umum dan masyarakat di dalam kawasan,

yang meliputi:

a. Peluang pekerjaan penduduk di dalam dan di luar kawasan (kesempatan

kerja, berjualan, pelayanan wisata, membuat kerajinan untuk dijadikan

cinderamata dan sebagainya);

b. Dapat menikmati sarana dan prasarana yang dikembangkan;

c. Dampak perubahan sosial budaya;

d. Harga tanah menjadi mahal;

e. Perubahan lingkungan; dan

f. Dampak terhadap ekosistem.

4. Analisis SWOT

Salah satu analisis yang digunakan dalam analisis revitalisasi Kawasan

Pasar Bawah sebagai Kawasan Wisata Cagar Budaya adalah analisis SWOT.

Analisis SWOT digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

kondisi fisik kawasan, ekonomi dan sosial budaya di dalam kawasan, serta

kelembagaan. Digunakan untuk melihat strength (kekuatan), weakness

(kelemahan), opportunity (peluang) dan threatens (ancaman) serta

menginventarisasi faktor-faktor tersebut dalam strategi pengembangan yang

dipakai sebagai dasar untuk menentukan langkah-langkah perbaikan yang

digunakan selanjutnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Page 13: KEBIJAKAN REVITALISASI KAWASAN PASAR BAWAH SEBAGAI …

Identifikasi Kondisi Eksisting Kawasan Pasar Bawah

Kawasan Pasar Bawah merupakan kawasan pusat perdagangan yang

berada di pusat Kota Pekanbaru, ibu kota dan kota terbesar di Provinsi Riau,

Indonesia. Pasar Bawah merupakan pasar tradisional yang dikenal juga sebagai

pasar wisata dengan latar belakang sejarahnya sebagai pasar tertua di Kota

Pekanbaru. Kawasan perbelanjaan berlantai empat ini merupakan ikon bagi Kota

Pekanbaru.

Fungsinya yang merupakan pusat dari kegiatan perdagangan didukung

dengan tersedianya fasilitas sosial seperti keberadaan Masjid Lama tentu diikuti

dengan perkembangan permukiman penduduk di sekitar. Kondisi saat ini

persebaran penduduk belum merata terpusat pada sentra perdagangan. Penyebaran

penduduk yang tidak merata dan belum adanya peraturan pemerintah yang

mengatur tata kawasan ini menyebabkan kondisi lingkungan yang tidak kondusif

untuk kawasan yang merupakan sebuah pusat kota dan menjadi ikon dari Kota

Pekanbaru.

Untuk itu diperlukan adanya kebijakan pemerintah dalam merevitalisasi

kawasan ini dengan maksud untuk meningkatkan lingkungan kawasan baik secara

fisik maupun non fisik sebagai kawasan wisata cagar budaya. Dimana diharapkan

dengan adanya kebijakan pemerintah tersebut dapat menghidupkan kembali

vitalitas masyarakat yang tinggal di Pasar Bawah dan sekitarnya, dengan

meningkatkan omset/pendapatan dari sektor perdagangan, serta menjadi misi

pemerintah dalam mendatangkan wisatawan ke Kota Pekanbaru melalui Visit

Pekanbaru Year.

Sektor pariwisata yang dapat dikembangkan di Kawasan Pasar Bawah

bukan hanya perdagangannya saja, melainkan masih terdapat potensi wisata yang

dapat di gali dan di kembangkan di kawasan ini. Salah satunya adalah bangunan

bersejarah, dimana terdapat beberapa bangunan bersejarah peninggalan Kerajaan

Siak, kolonial Belanda, tradisional Melayu asli dan etnis Tionghoa. Apabila

bangunan-bangunan tersebut di tingkatkan atau di revitalisasi sesuai dengan

bentuk aslinya tanpa meninggalkan unsur kesejarahannya, di harapkan ikon Kota

Pekanbaru bukan hanya Pasar Wisata saja, melainkan menyebar di seluruh

Kawasan Pasar Bawah dengan meningkatkan bangunan bersejarah tersebut

sebagai fungsi perdagangan.

Selain bangunan bersejarah, potensi wisata yang dapat dikembangkan

adalah kehidupan dan kebiasaan masyarakat melayu yang menetap di kawasan ini,

sebut saja ritual Petang Magang, sebagai kearifan masyarakat lokal yang sudah di

lakukan sejak pemerintahan Kerajaan Siak dalam rangka untuk menyambut

kedatangan Bulan Suci Ramadhan dengan kegiatan keagamaan di Mesjid Lama

lalu diikuti berjalan bersama untuk mandi/berendam bersama-sama di Sungai

Siak.

Adapun kondisi eksisting fisik maupun non fisik yang dapat dikembangkan

di Kawasan Pasar Bawah adalah:

1. Status Kepemilikan Lahan

Page 14: KEBIJAKAN REVITALISASI KAWASAN PASAR BAWAH SEBAGAI …

Status kepemilikan lahan pada kawasan tepian sungai yang seharusnya

berfungsi sebagai sempadan sungai tetapi melihat kondisi eksisting yang ada,

kawasan tersebut di pakai oleh masyarakat sekitar sungai sebagai pemukiman dan

diakui sebagai tanah hak milik pribadi meskipun legalitasnya tidak jelas.

Namun dari hasil observasi lapangan yang dilakukan, ditemukan beberapa

potensi ruang terbuka dan lahan untuk dikembangkan sebagai ruang publik pada

kawasan Pasar Bawah. Area tersebut antara lain; daerah pengembangan atau

revitalisasi Mesjid Raya Pekanbaru, kantor pemerintahan, lahan kosong, daerah

tepian sungai dan pelabuhan Pelindo yang aktivitasnya mulai menurun.

2. Kependudukan

Pasar Bawah masuk dalam Wilayah administrasi Kecamatan Senapelan,

denga

n

jumla

h

pend

uduk

36.39

1

jiwa

pada

tahun

2004,

dan

36.434 jiwa pada tahun 2010 (BPS, 2011). Menurut data tersebut bahwa tingkat

kepadatan di Kawasan Pasar Bawah masih tergolong rendah, dengan demikian

dalam upaya pengembangan Kawasan Pasar Bawah KDB maupun KLB masih

dapat ditingkatkan menjadi kepadatan sedang dan tinggi. Kawasan dengan

kepadatan sedang yaitu pada kawasan seberang utara dan kawasan sekitar Pasar

Bawah, sedangkan kawasan dengan arahan kepadatan tinggi yaitu pada kawasan

Kampung Bandar dan Kawasan Pecinaan.

Tabel 4.1Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Di Kecamatan

Senapelan

No Kecamatan Kelurahan Jumlah Penduduk

(Jiwa)

Kepadatan Penduduk

(Jiwa/Ha)

Senapelan

Kampung Dalam 3.468 51

Kampung Bandar 5.340 45

Kampung Baru 8.572 88

Total 38.246 58

Page 15: KEBIJAKAN REVITALISASI KAWASAN PASAR BAWAH SEBAGAI …

Sumber : Kecamatan Senapelan dalam Angka, Tahun 2007

3. Sosial Budaya Masyarakat

Kawasan Pasar bawah sebagai sebuah pusat kegiatan dan berkembang sudah

cukup lama dengan ciri khas kehidupan masyarakatnya. Hal tersebut di dukung

dengan adanya tradisi masyarakat warisan budaya nenek moyang dan kebiasaan

masyarakatnya sendiri seiring berjalannya sebuah kehidupan. Beragamnya etnik

mulai dari suku baik pendatang maupun suku asli wilayah tersebut yaitu

masyarakat Melayu dan masyarakat Cina yang memiliki wilayah perkampungan

khusus yang disebut pecinan. Dari kebiasaan dan tradisi masyarakat tersebut

mampu menjadi sebuah daya tarik untuk menjadikan Kawasan Pasar Bawah lebih

potensial lagi menjadi kawasan wisata.

Beberapa kehidupan sosial budaya yang mempunyai keterkaitan dan

memiliki potensi untuk ditonjolkan dalam revitalisasi ini diantaranya adalah:

a. Atraksi kawasan tradisi tahunan di tepi Sungai Siak

Atraksi kawasan ini disebut masyarakat dengan nama Petang Megang.

Tradisi petang megang menjadi tradisi jelang ramadhan yang menjadi andalan

Kota Pekanbaru, dimana masyarakat secara berbondong-bondong melakukan

ritual perjalanan dari Makam Sultan Muhammad Ali Abdul Djalil Muazzam Syah

(Mahrum Pekan) lalu ke Mesjid Lama (Mesjid Raya Senapelan), dan berakhir

dengan tujuan Sungai Siak untuk mandi bersama. Kegiatan dilaksanakan setiap

menyambut bulan suci Ramadhan. Puncak ritual petang megang yang

dilaksanakan secara rutin setiap tahunnya tersebut dilaksanakan di Sungai Siak

tepatnya dibawah jembatan Siak I. Pada kegiatan ini juga dilaksanakan berbagai

event perlombaan dan kegiatan kerakyatan. Aneka jajanan makanan tradisional

sampai pasar murah.

Kegiatan petang megang sendiri akan disesuaikan dengan kebudayaan

Melayu di Pekanbaru. Mereka yang hadir dengan mengenakan pakaian Melayu.

Kemudian, warga yang akan ikut mandi balimau nanti diupayakan untuk tidak

mengenakan baju dan celana pendek. Untuk menjaga kesucian acara petang

megang. Sebelum acara inti yakni mandi baliamu di Sungai Siak, aneka hiburan

rakyat juga dilangsungkan, seperti pacu sampan tradisional, sejumlah permainan

lainnya.

Atraksi ini menjadi salah satu pendukung untuk mengolah kawasan tepian

sungai menjadi area publik. Sehingga dari tepian sungai yang diolah ini

masyarakat terutama wisatawan tidak hanya sekedar berkumpul atau menikmati

area tepian sungai namun di suguhkan dengan atraksi yang menarik. Atraksi

kebudayaan yang menunjukkan kekayaan dan ciri khas budaya kebanggaan

masyarakat Riau.

b. Mesjid Lama (Mesjid Raya Pekanbaru)

Merupakan mesjid tertua di Kota Pekanbaru yang memiliki kolom Tiang

Seri, Tiang Tua dan Mimbar (yang diberikan oleh Sultan Hasyim) (RTBL, 2010).

Mesjid Raya Pekanbaru dibangun pada abad ke-18 tepat 1762 sehingga

Page 16: KEBIJAKAN REVITALISASI KAWASAN PASAR BAWAH SEBAGAI …

merupakan mesjid tertua di Pekanbaru. Mesjid yang terletak di Jalan Senapelan

Kecamatan Senapelan yang merupakan bangunan dominan di sekitar Kawasan

Pasar Bawah ini memiliki ciri arsitektur tradisional. Mesjid ini merupakan bukti

Kerajaan Siak Sri Indrapura pernah bertahta di Pekanbaru (Senapelan). Masih

dalam satu kawasan, mesjid ini terdapat Makam Sultan Muhammad Ali Abdul

Djalil Muazzam Syah (Mahrum Pekan), makam pendiri Kota Pekanbaru yang

terletak di sebelah kanan Mesjid Raya.

Acara ritual tahunan terintegrasi dengan bangunan mesjid ini memberikan

arahan dalam penataannya. Diperlukan akses yang memudahkan masyarakat

untuk bisa mencapai masing-masing tempat dalam ritual Petang Megang tersebut.

c. Kampung Bandar

Sebagai pusat pemukiman masyarakat asli Melayu tentu memiliki kebiasaan

hidup dan tradisi yang khusus dibandingkan dengan masyarakat umumnya.

Suasana religius masih kental dirasakan di kampung ini, gaya arsitektur bangunan

rumah belum banyak dipengaruhi oleh bentukan arsitektur modern yang

berkembang saat ini. Masih ditemui penggunaan bentukan silang pada atap

rumah, bentukan rumah panggung, dan ornamen-ornamen khas melayu yang

masih sering dipakai sebagai hiasan maupun simbol pada bagian bangunan.

Hal ini menjadi sesuatu yang menarik untuk dikenalkan kepada masyarakat

luas khususnya wisatawan yang berkunjung di Kawasan Pasar Bawah. Selain

dalam rangka memperkenalkan ke masyarakat luas, keberadaan kampung ini

mencerminkan kegigihan masyarakat dalam mempertahankan budaya warisan

leluhur. Dalam revitalisasi Kawasan Pasar Bawah untuk tetap menampilkan

kembali detail dan bentukan dari arsitektur Melayu sebagai budaya asli Kota

Pekanbaru.

d. Kampung Pecinaan

Kehidupan sosial budaya masyarakat Cina di Kampung Pecinaan berbeda

dengan Kampung Bandar. Dari gaya arsitekturnya, ornamen-ornamen, bentuk

rumah, tradisi berbeda dengan adat Melayu. Fungsi rumahnya pun lain, dominasi

fungsi rumah dan toko karena biasanya sebagian besar orang Cina berprofesi

sebagai pedagang. Revitalisasi Kawasan Pasar Bawah dikaitkan dengan Kampung

Pecinaan untuk memperkenalkan budaya dan tradisinya kepada masyarakat

sebagai upaya untuk mempertahankan kekayaan budaya yang dimiliki baik

Kampung Bandar sebagai Kampung Melayu maupun Kampung Pecinaan sebagai

kampung masyarakat pendatang.

4. Pertumbuhan Ekonomi

Posisi Sungai Siak sebagai jalur perdagangan bagi Kota Pekanbaru, telah

memegang peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi kota ini.

Berdasarkan sejarah Kota Pekanbaru (1766 – 1779), Senapelan berkembang pesat

dengan aktivitas perdagangannya. Keberadaan Pasar Bawahmerupakan awal dari

berkembangnya kota sebagai area perdagangan sehingga kawasan sekitarnya

tumbuh tempat-tempat jual-beli yang menjadi pusat ekonomi rakyat.

Page 17: KEBIJAKAN REVITALISASI KAWASAN PASAR BAWAH SEBAGAI …

Di tepi jalan yang mengelilingi Pasar Bawah tumbuh ruko-ruko biasanya

berbentuk bangunan bertingkat sebagai tempat usaha dagang. Padatnya bangunan

di sekitar Pasar Bawah ini sebagai wujud dari berkembangnya perekonomian di

kawasan ini.

Banyaknya bangunan tidak memperhatikan kebutuhan akan ruang terbuka

dan pemenuhan fasilitas publik. Padahal ruang terbuka ini memiliki fungsi dalam

menyediakan cahaya dan sirkulasi udara dalam bangunan terutama di pusat kota.

Bergerak dari Pasar Bawah ke arah Kampung Pecinaan terdapat pasar

rakyat. Untuk Kampung Pecinaan sendiri seperti orang cina kebanyakan

perekonomian mereka juga berupa perdagangan. Berupa bangunan tenda-tenda di

tepi jalan yang menjual barang kebutuhan sehari-hari. Pasar rakyat ini bersifat

sementara namun melihat kondisi pasar yang terdapat di tepi jalan dan bangunan

tenda posisinya hingga memakan bahu jalan sangat mengganggu kenyamanan

pengguna jalan.

Sedangkan untuk Kawasan Kampung Bandar (kampung Melayu) dari data

statistik menunjukkan bahwa jumlah Kepala Keluarga (KK) yang ada adalah 700

KK, dimana 564 KK diantaranya merupakan kelompok keluarga miskin atau

termasuk ke keluarga sejahtera 1 dan prasejahtera. Sebagian besar penduduknya

pun berprofesi sebagai pedagang. Di Kampung Melayu ini pada sepanjang jalan

Kota Baru digunakan sebagai tempat jual-beli barang bekas dan ban mobil.

Revitalisasi Kawasan Pasar Bawah dalam sektor ekonomi, dapat

meningkatkan perekonomian rakyat dimana diharapkan taraf hidup masyarakat

yang miskin dan prasejahtera dapat meningkat melalui perdagangan. Untuk

mendatangkan wisatawan ke kawasan ini di perlukan adanya penataan kembali

Kawasan Perdagangan Pasar Bawah, dengan memanfaatkan bangunan-bangunan

sejarah sebagai tempat jual-beli yang menarik dan kreatif. Penataan kawasan

perdagangan kumuh yang terletak di jalan Kota Baru dengan cara memberikan

bantuan kredit ringan dari Pemerintah Kota, sehingga para pedagang mampuh

meningkatkan lingkungannya terutama kios-kios/tempat mereka berjualan.

Penambahan jalur pedestrian di perlukan pada Jalan Kota Baru yang

bertujuan untuk mempermudah wisatawan melakukan akses jalan kaki dari Pasar

Wisata ke jalur perdagangan di jalan ini. Untuk mengurangi kepadatan lalu lintas

pada jalan ini dengan menjadikannya jalan searah sehingga aktivitas lalu lintas

bisa diminimalkan.

5. Perubahan Penggunaan Lahan

Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan berkembangnya

Kawasan Pasar Bawah terjadi perubahan penggunaan lahan pada kawasan sesuai

dengan kebutuhan masyarakat. Diantaranya pada tepian Sungai Siak yang

merupakan sempadan sungai menjadi area pemukiman. Masyarakat membangun

rumah baik temporer maupun semi temporer tanpa mengajukan ijin terlebih

dahulu dari pemerintah. Akibatnya pertumbuhan mereka terjadi secara sporadis

pada tepian sungai dengan kondisi lingkungan yang kumuh. Kondisi ini tentu

dapat menurunkan potensi pariwisata yang ada di Pasar Bawah.

Page 18: KEBIJAKAN REVITALISASI KAWASAN PASAR BAWAH SEBAGAI …

Tepian sungai seharusnya berfungsi sebagai sempadan dan memiliki

potensi sebagai ruang terbuka hijau. Untuk mewujudkan kawasan Pasar Bawah

sebagai kawasan wisata cagar budaya, di upayakan seluruh pemukiman yang ada

di tepian Sungai Siak untuk di realokasi. Tepian sungai sangat cocok difungsikan

sebagai konsep Water Front yang dapat menunjang para wisatawan untuk

menyaksikan setiap atraksi-atraksi yang dilakukan di Sungai Siak.

Bekas Pelabuhan Pelindo yang dulunya pelabuhan barang oleh masyarakat

dijadikan sebagai tempat untuk memancing dan sekedar tempat duduk-duduk bagi

sebagian kecil masyarakat. Pemanfaatan ruang terbuka bekas pelabuhan lalu

secara alami digunakan masyarakat untuk ruang publik. Selain untuk ruang

publik, ruang terbuka ini juga dapat difungsikan sebagai lahan parkir kendaraan

apabila pada musim wisatawan tiba. Hal ini menjadi embrio untuk menghidupkan

kembali kawasan ini dengan penambahan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan

para wisatawan akan ruang publik.

Pada beberapa jalan di sekitar Pasar bawah diantaranya jalan yang terdapat

di Kampung Pecinaan terjadi perubahan lahan yang seharusnya berfungsi untuk

trotoar namun digunakan untuk tempat berjualan, Jalan Kota Baru sepanjang

tepian jalan merupakan tempat penjualan barang bekas berupa ban-ban sehingga

trotoar dan tepi jalan digunakan sebagai tempat parkir sekaligus tempat

memperbaiki kendaraan. Selain itu pembangunan rumah hunian juga ada yang

sampai memakan badan jalan. Diperlukan adanya penertiban kembali dan

mengembalikan fungsi jalan sebagai sarana pergerakan dengan penyediaan trotoar

untuk jalur pedestrian. Sedangkan sepanjang Jalan Kota Baru di fungsikan sebagai

perdagangan hasil kerajinan dan makanan/minuman khas Kota Pekanbaru,

mengingat jalan ini memiliki akses langsung ke Pasar Wisata. Selain untuk

perdagangan, Jalan Kota Baru juga digunakan untuk kegiatan ritual Petang

Megang.

Ruang di tepi jalan dekat dengan Sungai Siak khususnya dekat dengan

Jembatan Siak III dibangun warung-warung makan dengan bangunan semi

temporer. Terjadi perubahan penggunaan lahan, seharusnya merupakan trotoar

jalan dan ruang terbuka agar tidak menutupi wajah sungai, namun dengan adanya

warung-warung ini fungsi trotoar tidak bisa terpenuhi karena lahannya digunakan

untuk mendirikan bangunan. Ditambah lagi dengan parkir kendaraan yang

memakan hingga bahu jalan, akan membahayakan, menimbulkan kemacetan, dan

menciptakan wajah tepi sungai yang semerawut.

Adanya warung-warung makan ini sebenarnya mendukung dalam

penyediaan kuliner khas Kota Pekanbaru hanya tempatnya yang tidak sesuai.

Karena keadaannya memiliki potensi maka sebaiknya tidak dihilangkan namun

diberikan tempat yang lebih tepat. Bisa dengan memanfaatkan area-area terbuka

di bawah jembatan maupun tepian sungai siak namun di luar dari garis sempadan

sungai.

6 Jalur Pergerakan dan Akses ke Kawasan

Kawasan Pasar Bawah dapat diakses baik melalui transportasi sungai

maupun darat. Kalau menggunakan transportasi sungai pergerakan dimulai dari

Page 19: KEBIJAKAN REVITALISASI KAWASAN PASAR BAWAH SEBAGAI …

pelabuhan penumpang Pelindo dilanjutkan dengan naik transportasi darat ini.

Untuk saat ini pemberhentian di tepi sungai belum ada masih bersifat liar, untuk

kedepannya perlu penyediaan dermaga tempat memarkirkan perahu baik

penumpang maupun barang.

Sedangkan untuk transportasi darat Kawasan Pasar Bawah dekat dengan

Jalan kolektor kawasan, moda transportasi umum juga banyak tersedia seperti

angkot, trnas pekanbaru, dan bajaj. Ada beberapa alternatif jalan yang bisa dipilih:

a. Jalan yang dilalui jika dari kawasan seberang yaitu Jl. Yos Sudarso (jalan

arteri) – menyeberang Jembatan Siak I – Jl. D.I Panjaitan (jalan arteri) –

bisa memilih Jl. Kesehatan (jalan kolektor) atau Jl. Riau (jalan arteri) –

Pasar Bawah;

b. Dari Jl. Riau (jalan arteri) – Jl. Ir. Juanda (jalan kolektor) – Pasar Bawah;

dan

c. Dari Jl. Jenderal Sudirman – Jl. Ir. H. Juanda – Pasar Bawah.

Analisis berdasarkan kondisi eksisting kawasan Pasar bawah yang letaknya

berada pada pusat kota Pekanbaru letak Pasar Bawah sama-sama dekat baik

dengan transportasi air maupun darat. Untuk transportasi air masih belum ada

titik-titik pemberhentian yang jelas untuk perahu. Pelabuhan Pelindo yang dulu

beroperasi sekarang sudah tidak beraktivitas lagi. Untuk transportasi darat sudah

tersedia banyak moda transportasi, namun belum ada pengaturan secara lebih

teratur untuk tempat-tempat pemberhentian untuk menaikkan maupun

menurunkan penumpang.

Petunjuk untuk jalur-jalur operasional angkutan umum masih belum standar

atau memenuhi syarat. Jalur pedestrian yang ada masih belum memenuhi standar,

belum terpenuhinya standar aksesibilitas yaitu lebar pedestrian, guiding blok,

titik-titik peristirahatan bagi pejalan kaki untuk jarak tempuh lebih dari 400 meter

dan tanaman peneduh di sepanjang jalan. Lebar jalan yang ada saat ini pada

beberapa jalur pergerakan memiliki lebar yang kurang memungkinkan untuk

adanya pedestrian.

Karakteristik Obyek Wisata Eksisting

1. Obyek Wisata Bangunan/Kawasan Bersejarah

Salah satu aset pariwisata yang di miliki Kota Pekanbaru salah satunya

adalah bangunan bersejarah yang masih tersisa. Bangunan bersejarah tersebut

adalah peninggalan kerajaan siak, tradisional melayu asli, tradisional cina

(tionghoa) dan bangunan kolonial belanda. Sayangnya bangunan-bangunan

tersebut banyak yang tidak terawat, seperti bangunan kolonial belanda. Saat ini

Pemerintah Kota Pekanbaru hanya terfokus untuk memugar bangunan

peninggalan kerajaan siak, seperti Mesjid raya Pekanbaru dan Kuburan Raja Siak

(Sultan Abdul Djalil Alaudin Syah). Obyek wisata bangunan bersejarah yang

masih ada di Kawasan Pasar Bawah adalah:

a. Mesjid Raya Pekanbaru

Page 20: KEBIJAKAN REVITALISASI KAWASAN PASAR BAWAH SEBAGAI …

Mesjid Raya Pekanbaru, atau di kenal sebagai Mesjid Sultan Abdul Djalil

Alaudin Syah III dan IV dibangun pada tahun 1769. Mesjid ini terletak di

Kelurahan Kampung Bandar tepatnya di Jalan Mesjid Raya. Sampai saat ini,

mesjid ini masih di manfaatkan oleh masyarakat sekitar sebagai tempat kegiatan

agama islam. Usaha Pemerintah Kota Pekanbaru dalam memugar Mesjid Raya

sampai saat ini masih belum selesai meskipun tahapan pemugaran sudah di

lakukan sejak 2 (dua) tahun yang lalu. Usaha dalam konservasi Mesjid Raya ini di

duga membutuhkan biaya yang cukup besar, mengingat bentuk asli bangunan

Mesjid Raya yang pada saat di dirikan oleh Sultan Abdul Djalil berbeda jauh

dengan bentuk bangunan Mesjid Raya sekarang ini. Hal ini mengingat kondisi

jumlah penduduk pada masa kerajaan Sultan berbeda jauh lebih sedikit dari pada

saat sekarang ini. Pemugaran dengan penambahan luas bangunan di perkirakan

dapat menampung para jemaah umat muslim yang ada di sekitar Kawasan Pasar

Bawah. Selain itu juga, Mesjid Raya juga setiap tahunnya diadakan perayaan

Petang Megang yang merupakan tradisi masyarakat melayu Pekanbaru yang

sudah di laksanakan sejak pemerintahan Sultan Abdul Djalil Alaudin Syah III.

b. Bangunan Tradisional Melayu (Kampung Melayu)

Tipologi bangunan tradisional melayu di Kawasan Pasar Bawah ini yang

relatif masih asli banyak di temukan di Kelurahan Kampung Dalam dan Kampung

Bandar dalah bangunan permukiman, dengan kondisi cenderung kurang terawat

dan semi permanen, yaitu di sekitar Jalan Mesjid Raya dan Jalan S. Akbar. Secara

administrasi saat ini Kelurahan kampung Bandar juga dikenal dengan sebutan

Bandar Senapelan, bersempadan dengan Sungai Siak di sebelah utara, Kelurahan

kampung Dalam di sebelah timur. Banyak potensi yang dimiliki kampung ini

selaku kampung lama tempat tinggal orang asli keturunan melayu. Kawasan lama

ini mempunyai banyak potensi antara lain (Widayati, 2000:92):

1. Kehidupan masyarakatnya masih tradisionil baik dari segi spiritualnya

maupun kulturalnya;

2. Masyarakat setempat biasanya mempunyai mata pencaharian berupa

kerajinan tangan sesuai dengan daerahnya masing-masing;

3. Mempunyai kesenian rakyat;

4. Mempunyai lahan atau bangunan yang spesifik yang dapat dijadikan

obyek wisata; dan

5. Mempunyai situs peninggalan masa lalu yang berkaitan dengan

sejarah.

Adanya potensi-potensi khususnya potensi budaya yang dimiliki revitalisasi

Kawasan Pasar bawah ini berusaha untuk mempertahankan dan menunjukkan

keberadaan kampung melayu. Dibutuhkan akses yang lebih jelas untuk mengawali

perjalanan di kampung ini. Penguatan unsur tradisional melayu dapat

diaplikasikan pada street furniture sepanjang jalan menuju kampung ini. Sehingga

itu juga menjadi sign (tanda) bahwa wisatawan akan memasuki sebuah

perkampungan Melayu yang berbeda dari tempat wisata yang lain.

c. Kampung Pecinaan

Page 21: KEBIJAKAN REVITALISASI KAWASAN PASAR BAWAH SEBAGAI …

Kampung Tionghoa Melayu berlokasi di Jalan Karet/Dr. Leimana,

Kecamatan Senapelan, Pekanbaru. Kampung Tionghoa Melayu ini merupakan

suatu wilayah yang telah dijadikan sebagai pusat kebudayaan, keagamaan, dan

seni masyarakat Tionghoa Pekanbaru. Kegiatan apapun yang berhubungan dengan

masyarakat Tionghoa selalu diselenggarakan di sana, mulai dari peringatan Imlek,

Cap Go Meh, Waisak, sampai kegiatan budaya dan seni lainnya. Jalan Karet

merupakan kawasan tertua bagi masyarakat Tionghoa di Pekanbaru, di sana juga

terdapat vihara tertua yang pertama kali di bangun di Kota Pekanbaru. Kawasan

Kampung Tionghoa Melayu tidak sama persis dengan kawasan China Town atau

kawasan pecinaan yang banyak terdapat di beberapa daerah di Indonesia.

Sama halnya dengan Kampung Melayu, revitalisasi Pasar bawah ini

berusaha untuk mengkonservasi, mempertahankan keragaman budaya yang ada

untuk di organisir, disatukan lagi untuk menjadi sebuah kesatuan objek wisata

yang nantinya menjadi andalan di kawasan ini. Langgam-langgam Cina yang khas

perlu ditampilkan pada kawasan untuki lebih menguatkan kekhasan wilayah ini.

Bisa dilakukan dengan penataan-penataan papan reklame yang ada di ruko-ruko

Pecinaan sehingga tidak menutupi detail-detail dari ornamen khas Cina,

menyamakan hiasan atau bentuk pemilihan ornamen pada bangunan, menguatkan

batas wilayah Kampung Pecinaan sendiri dengan street furniture khas kampung

Cina.

d. Pasar bawah

Pasar bawah merupakan pasar tertua di Kota Pekanbaru, pusat perbelanjaan

barang-barang antik, aksesories rumah tangga dari dalam dan luar negeri, seperti

keramik, karpet, lampu-lampu antik dan elektronik. Pasar ini juga menyediakan

barang-barang bekas. Pasar Bawah dianugerahi sebagai pasar tradisional terbersih

untuk kategori kota besar pada tahun 2007.

Dalam sejarah diceritakan bahwa pasar sebelumnya berlokasi yang kini

menjadi Pasar Kodim, Pekanbaru. Pasar tersebut tidak berkembang baik, sampai

akhirnya dipindahkan mendekati pinggiran Sungai Siak. Upaya itu berhasil,

terlebih karena memang Sungai Siak menjadi jalur transportasi paling ramai.

Kondisi Pasar Bawah saat ini cenderung sangat semerawut, tingginya

kunjungan wisatawan, baik lokal maupun internasional menyebabkan tidak

tersedianya ruang yang memadai untuk mengakomodasi kondisi tersebut. Sebut

saja keadaan transportasi, kemacetan serta sulitnya ruang untuk parkir menjadi

fenomena sering kali terjadi. Namun demikian, dari sisi positifnya pasar bawah

dengan potensi pasar wisatanya mampu menyerap banyak tenaga kerja dan

memberikan kontribusi yang cukup besar bagi kota Pekanbaru. Revitalisasi

kawasan pasar bawah ini meliputi peningkatan sarana dan prasarana kawasan

antara lain; penyediaan sarana parkiran, penyediaan sarana pedestrian bagi pejalan

kaki, penataan kawasan perdagangan barang bekas dengan konsep bazaar street,

pengaturan transportasi darat dan penyediaan prasarana pelabuhan untuk

transportasi air. Sebagai ikon kota Pekanbaru, pasar bawah harus ditingkatkan

dengan penyediaan ruang terbuka hijau dan sarana peristirahatan para pejalan

kaki. Penempatan prasarana halte pemberhentian angkutan umum sangat perlu di

kawasan ini demi meningkatkan kenyamanan dan keamanan para wisatawan yang

datang berkunjung. Sebab potensi obyek wisata bukan hanya pasar bawah saja,

melainkan kawasan pasar bawah memiliki ikatan (Lingkage) dengan kawasan

Page 22: KEBIJAKAN REVITALISASI KAWASAN PASAR BAWAH SEBAGAI …

lainnya seperti mesjid lama, kampung Melayu, kampung Pecinaan dan kawasan

lainnya, dimana kawasan pasar bawah sangat berdekatan dengan kawasan

tersebut.

2. Obyek Wisata Religi dan Kebudayaan

Obyek wisata religi dan kebudayaan yang dapat dikembangkan dari

Kawasan Pasar Bawah adalah:

a. Atraksi petang megang

Merupakan kegiatan masyarakat pasar bawah yang sudah dilakukan sejak

jaman kerajaan Siak, secara terus menerus setiap tahunnya dilaksanakan untuk

menyambut datangnya bulan suci ramadhan (puasa). Kegiatan di mulai dari

berziarah ke makam mahrum pekan (pendiri Kota Pekanbaru), lalu sholat di

mesjid raya Pekanbaru (mesjid lama) kemudian melakukan ritual mandi bersama

di Sungai Siak yang sebelumnya melakukan perjalanan dengan jalan kaki dari

mesjid lama menuju Sungai Siak. Untuk mermperkenalkan adat kebiasaan

masyarakat ini, ada baiknya ritual petang megang dilaksanakan pada saat musim

liburan (musim wisata). Tidak hanya menyambut bulan suci ramadhan saja yang

diselenggarakan setiap tahunnya.

Sarana dan prasarana penunjang kegiatan ritual petang megang juga harus di

tingkatkan. Sebut saja jalan mesjid raya dan jalan kota lama, kondisi jalan ini

kerap kali digunakan masyarakat untuk ritual petang megang. Mengingat kondisi

jalan ini sangat sibuk untuk kegiatan perdagangan, ada baiknya peningkatan

sarana berjalan kaki (pedestrian) di sediakan pada lokasi ini. Sehingga mampu

menciptakan kenyamanan bagi masyarakat pelaksana ritual maupun wisatawan

yang datang menyaksikannya. Selain permasalahan jalan, usaha kesadaran

masyarakat juga perlu ditingkatkan dengan melarang membuang sampah di

Sungai Siak. Sebab akhir dari acara ritual petang megang adalah mandi bersama

di Sungai Siak. Apabila sungainya sudah tercemar, tentu saja ritual akan

terganggu.

a. Atraksi kebudayaan cina

Ritual petang megang merupakan atraksi yang ditawarkan oleh komunitas

masyarakat melayu. Selain itu, di kawasan Pasar Bawah juga memiliki potensi

lain yang tidak kalah menariknya, adalah atraksi di kawasan pecinaan melayu di

jalan Leimena. Atraksi kebudayaan pecinaan tersebut adalah perayaan imlek

dengan melakukan tari barongsai, perayaan Cap Go Meh, ritual berdua di vihara

pekanbaru, yang merupakan Vihara tertua di Kota Pekanbaru dan banyak atraksi

lainnya. Melihat kondisi kawasan pecinaan saat ini sudah lebih baik dari pada

kawasan mesjid lama. Hal ini dikarenakan antusias masyarakat pecinaan dalam

mempertahankan tradisinya sangat tinggi.

Analisis Partisipatif Masyarakat

Bentuk partisipatif masyarakat di dalam kawasan Pasar Bawah berbagai

macam bentuknya, baik dalam bentuk kelembagaan maupun perorangan. Bentuk

kelembagaan yang berperan terdiri dari lembaga pemerintah, lembaga swadaya

Page 23: KEBIJAKAN REVITALISASI KAWASAN PASAR BAWAH SEBAGAI …

masyarakat maupun swasta. Sedangkan partisipatif perorangan lebih cenderung

kepada tingkat kepentingan personal tersebut atas kawasan Pasar Bawah, antara

lain; para pedagang yang menempati Pasar Wisata, pedagang barang bekas di

kawasan kota lama (kampung Melayu) dan pedagang yang menempati kawasan

Pecinaan. Apabila di uraikan satu per satu bentuk partisipatif masyarakat di

Kawasan Pasar Bawah terdiri dari:

a. Bentuk kelembagaan;

1. Lembaga pemerintah . Lembaga pemerintah yang berperan dalam

kawasan ini unit satuan kerja Dinas Pasar Kota Pekanbaru.

2. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang tergabung dalam

komunitas masyarakat peduli akan pelestarian cagar budaya.

3. Organisasi masyarakat (ormas) dan serikat pekerja.

4. Pengelolah Pasar Wisata

b. Masyarakat, khususnya para pedagang dan masyarakat sekitar Kawasan Pasar

Bawah.

Dengan analisis Diagram Venn ini didapatkan bahwa kelompok

masyarakat dan pedagang yang ada di kawasan Pasar Bawah memiliki hubungan

erat dengan Satuan Kerja Dinas Pasar Kota Pekanbaru dan pengelolah Pasar

Wisata. Sedangkan hubungan antara masyarakat dan pedagang sangat kecil

dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan hubungan dengan ormas

cukup kuat. Sedangkan antara Dinas Pasar dengan LSM dan Ormas tidak

memiliki hubungan yang berarti, begitu pula antara pengelolah Pasar Bawah

dengan LSM dan Ormas.

Kondisi tersebut menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dan pedagang

Pasar bawah memiliki ikatan/hubungan yang besar dengan kelembagaan yang ada

di Kawasan Pasar bawah.

Tabel 4.2 Matriks Kelompok Partisipatif Masyarakat di Kawasan

Pasar Bawah

No

Kelompok Kepentingan Konflik Potensi Kelemahan Implikasi

1 Pedagang

Pasar Wisata

(PW)

Berjualan sedang tinggi sarana dan

prasarana

kurang

memadai

Kontribusi

pajak ke

Pemkot tinggi

dan

menghidupkan

ekonomi

kawasan

2 Mas. Melayu Kerajinan

tangan/dagang

sedang tinggi Perlu alokasi

yang strategis

Menata sarana

perdagangan

khusus

Page 24: KEBIJAKAN REVITALISASI KAWASAN PASAR BAWAH SEBAGAI …

No

Kelompok Kepentingan Konflik Potensi Kelemahan Implikasi

3 Pecinaan Dagang tinggi tinggi Tidak adanya

intervensi

Pemkot

memperkuat

citra kawasan

4 Dinas Pasar Retribusi pajak tdk ada Sangat

baik

5 LSM Sarana

informasi

Masyarakat

tinggi - Dukungan dari

pedagang masih

kurang

Kinerja LSM

lebih di

tingkatkan lagi

6 Ormas - Mengganggu

ketertiban

Butuh

penertiban dari

Pemerintah

Kota

7 Pengelolah

PW

Mengelolah sedang Sangat

baik

Sarana dan

prasarana

kurang

Butuh

intervensi dari

Pemkot dan

modal investasi

Sumber: Hasil Analisis 2013

4.4 Dampak yang di timbulkan oleh adanya obyek wisata

Revitalisasi Kawasan Pasar Bawah di jadikan kawasan wisata Cagar

Budaya di perkirakan akan menimbulkan dampak yang signifikan, baik terhadap

masyarakat yang bermukim di Pasar Bawah maupun masyarakat di luar kawasan

Pasar Bawah. Dampak yang ditimbulkan dapat bersifat positif dan negatif.

Dampak positif dapat berupa:

Tabel 4.3 Analisis Dampak

N

O

Variabel Dampak Positif

1

Penduduk

Peluang pekerjaan penduduk di dalam dan di

luar kawasan (kesempatan kerja, berjualan,

pelayanan wisata, membuat kerajinan untuk

dijadikan cinderamata dan sebagainya);

Page 25: KEBIJAKAN REVITALISASI KAWASAN PASAR BAWAH SEBAGAI …

N

O

Variabel Dampak Positif

2

3

4

Sosial dan Budaya

Sarana dan prasarana

Kawasan Pasar Bawah

(fisik)

Nilai lahan/tanah

Pertukaran kebudayaan kemungkinan akan

terjadi, dengan adanya obyek wisata akan

memicu kedatangan wisatawan baik dari dalam

maupun luar negeri yang memiliki adat dan

kebiasaan yang berbeda. Masyarakat lokal

(melayu) kemungkinan bisa mengikuti pola dan

cara kebiasaan wisatawan tersebut, karena

mereka menganggap hal tersebut adalah modern

atau trendi.

Dengan adanya obyek wisata cagar budaya di

Kawasan Pasar Bawah, otomatis sarana dan

prasarana yang ada di kawasan Pasar Bawah

juga meningkat, sehingga aksesibilitas akan

mudah serta perekonomian menjadi lancar.

Kenaikan nilai tanah atau lahan sudah pasti akan

terjadi, hal ini merupakan sisi positif dari

revitalisasi

N

o

Variabel Dampak Negatif

1

Penduduk

Terjadi pertambahan penduduk di Kawasan

Pasar Bawah. Kedatangan penduduk dengan

tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

menyebabkan terjadinya persaingan serta

konflik antar etnis di kawasan ini.

Page 26: KEBIJAKAN REVITALISASI KAWASAN PASAR BAWAH SEBAGAI …

N

O

Variabel Dampak Positif

2

3

Sosial dan Budaya

Lingkungan

Akan memicu terjadinya konflik internal,

apabila pendatang lebih berhasil/sukses di

banding penduduk lokal. Pertukaran

kebudayaan akan terjadi, terutama kebudayaan

yang negatif.

Permasalahan lingkungan yang pasti dan sering

terjadi adalah sampah. Untuk itu diperlukan

adanya pengelolaan sampah terpadu di kawasan

ini, seperti penyediaan pewadahan sampai

Tempat Penampungan Sementara (TPS).

Sumber: Hasil Analisis, 2013

Tabel 2. Sumber Air Bersih Menurut Penggunaan di Kecamatan

Tampan Tahun 2004

Kecamatan Kelurahan Ledeng/PAM Sumur Pompa Perigi

Tampan

Simpang Baru - 2.259 1.216

Tuah Karya - 3.110 2.050

Sidomulyo Barat - 3.260 1.366

Delima - 2.869 1.534

Sumber: Kecamatan Dalam Angka, 2004 * Tidak ada data

Hidrologi DAS di WP V berhubungan dengan pengaruh pengelolaan

vegetasi dan lahan di daerah tangkapan air bagian hulu (upper catchment)

terhadap daur air, termasuk pengaruhnya terhadap erosi, kualitas air, banjir, dan

iklim di daerah hulu dan hilir. Oleh karena itu dalam rangka pembangunan kota,

pengelolaan DAS akan mempengaruhi ketersediaan air tanah, upaya pengendalian

banjir, kesehatan lingkungan dan penyediaan kawasan resapan air tanah.

Page 27: KEBIJAKAN REVITALISASI KAWASAN PASAR BAWAH SEBAGAI …

Kebutuhan air bersih di wilayah penelitian dipenuhi dari 2 (dua) sumber

yaitu air PDAM yang melayani kawasan-kawasan yang berada di sekitar kawasan

pusat kota. Sementara Wilayah Kecamatan Tampan masih belum terjangkau

jaringan pipa PDAM, pemenuhan air bersihnya dilakukan melalui pembuatan

sumur gali (perigi) atau sumur bor.

Analisis SWOT

Analisis SWOT berfungsi sebagai perumusan strategi pengembangan dan

kebijaksanaan. Dalam penelitian ini, analisis ini akan menentukan strategi apa

yang harus dilakukan untuk mengembangkan Kawasan Pasar Bawah sebagai

Kawasan Wisata Cagar Budaya, serta menemukenali semua potensi kekuatan dan

kelemahan, serta peluang dan ancamannya.

Identifikasi faktor internal dan eksternal melalui kekuatan, ancaman,

peluang dan kelemahannya, maka dapat dibuat matrik SWOT untuk merumuskan

strategi pengembangan Kawasan Pasar Bawah pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Matriks SWOT

Page 28: KEBIJAKAN REVITALISASI KAWASAN PASAR BAWAH SEBAGAI …

Internal

Audit

External

Environment

Strenght (S)

hasiKekuatan

Weakness (W)

Kelemahan

Opportunity

(O)

Kesempatan

Pemberdayaan masyarakat

lokal dalam bidang

perdagangan dengan

memberikan pelatihan dan

kemudahan modal.

Memberikan intensif bagi

masyarakat/LSM dalam hal

pelestarian aset kebudayaan.

Mengembangkan sarana

transportasi baik dari darat

maupun air dan pembangunan

pelabuhan wisata.

Merekonstruksi kembali

bangunan Pasar Wisata

dengan skala nasional dan

internasional.

Percepatan pemugaran Mesjid

Lama untuk di buka umum.

Membenahi dan pembangunan

infrastruktur serta akses antar

obyek wisata.

Promosi pariwisata dengan

Program peningkatan infrastruktur

di Kawasan Pasar bawah.

Menentukan point akses berupa

gerbang masuk kawasan sebagai

identitas.

Promosi produk unggulan

kawasan.

Page 29: KEBIJAKAN REVITALISASI KAWASAN PASAR BAWAH SEBAGAI …

Internal

Audit

External

Environment

Strenght (S)

hasiKekuatan

Weakness (W)

Kelemahan

melibatkan masyarakat.

Threat (T)

Ancaman

Pembentukan kelembagaan

adat yang kuat dan diwariskan.

Memberikan intensif dan

keringanan pajak bagi pemilik

bangunan bersejarah/aset

pariwisata.

Memberikan kemudahan

modal dan peluang pekerjaan

bagi masyarakat lokal melalui

perdagangan.

Pembentukan dewan pembina atau

pengawas kawasan yang terdiri

dari tetua adat/kelompok

masyarakat.

Pembinaan dan pemberdayaan

kelompok-kelompok masyarakat

yang ada di dalam kawasan.

Sumber: Hasil Analisis, 2013

Setelah rumusan strategi di dapatkan, di lakukan pembuatan score atau

pembobotan untuk masing-masing komponen adalah + 5 sangat tinggi, +0 tidak

ada (netral) dan -5 sangat rendah. Hasil pembobotan ditunjukkan dalam Tabel 4.5.

Tabel 4.10 Hasil Analisis SWOT

Page 30: KEBIJAKAN REVITALISASI KAWASAN PASAR BAWAH SEBAGAI …

NO Faktor-Faktor

SWOT

Obyek Wisata Pasar Bawah

Mesjid Melayu Cina P.Wisata S.Siak

I Strength (Kekuatan)

1. Pemberdayaan

Masyarakat lokal

2. Pelestarian aset

kebudayaan

3. Pengembangan

sarana transportasi

4. Rekonstruksi

bangunan

5. Pembangunan

infrastruktur

6. Promosi

5

5

0

5

5

5

5

5

-5

5

0

0

5

5

5

-5

-5

0

5

0

5

5

5

5

5

5

0

0

5

5

Jumlah Score 25 10 5 25 20

II Weakness (Kelemahan/kendala)

1. Infrastruktur tidak

memadai

2. Akses pintu masuk

kawasan

3. Simbol/tanda

kawasan

4. Promosi kawasan

-5

5

-5

0

5

0

0

0

-5

-5

Page 31: KEBIJAKAN REVITALISASI KAWASAN PASAR BAWAH SEBAGAI …

5

5

0

0

5

0

0

5

0

0

Jumlah Score 15 -5 10 5 -

10

III Opportunity (Peluang/Kesempatan)

1. Pendapatan tinggi

2. Investasi/investor

3. Lapangan pekerjaan

4. Kawasan waterfront

5. Wisatawan domestik

dan mancanegara

6. Kemudahan modal

dari pemerintah

7. Pembangunan

infrastruktur

8. Pengembangan

transportasi

0

0

0

0

5

5

5

0

5

0

0

0

5

5

5

5

5

0

0

0

5

-5

-5

5

5

5

5

0

5

-5

5

5

0

5

5

5

5

-5

5

5

Jumlah Score 15 25 -5 25 25

IV Threats (Ancaman/Tantangan)

1. Tingkat persaingan

2. Konflik antar etnis

3. Pertumbuhan

0

-5

5

5

5

5

5

5

5

5

Page 32: KEBIJAKAN REVITALISASI KAWASAN PASAR BAWAH SEBAGAI …

penduduk

4. Kebudayaan lokal

0

5

5

5

0

0

0

0

0

0

Jumlah Score 0 20 10 10 10

Total I + II + III + IV 55 50 20 65 45

Sumber: Hasil Analisis, 2013

Dari pembobotan SWOT di atas, di dapatkan hasil bahwa peringkat

pertama untuk di kembangkan adalah Pasar Wisata, kedua adalah Mesjid Lama,

urutan ketiga adalah Kampung Melayu, urutan keempat adalah wisata petang

megang (Sungai Siak) dan terakhir adalah Kampung Pecinaan. Kampung

Pecinaan menempati urutan terakhir karena kondisi fisik dan non fisik eksisting di

kampung ini sudah lebih baik dari pada obyek wisata lainnya.

Kebijakan Revitalisasi Pasar Bawah

1. Berdasarkan hasil analisis di atas, maka peneliti dapat merumuskan

beberapa kebijakan dalam merevitalisasi Kawasan Pasar Bawah sebagai

Kawasan Wisata, yaitu:

2. Obyek wisata yang dapat di revitalisasi di Kawasan Pasar bawah terdiri

dari: bangunan bersejarah, sistem sosial dan budaya masyarakat, pasar

wisata dan potensi Sungai Siak;

3. Untuk mewujudkan revitalisasi tersebut beberapa hal yang harus

pemerintah lakukan antara lain: perbaikan sarana dan prasarana

kawasan, pembentukan lembaga pelestarian kebudaayaan Pasar bawah,

pemugaran terhadap bangunan bersejarah dan peningkatan bangunan

Pasar Wisata;

4. Penguatan ekonomi masyarakat dengan kemudahan dalam berusaha,

penyediaan lokasi/los perdagangan dan keamanan dalam berusaha;

5. Pemberian intensif dan kemudahan bagi masyarakat/lembaga/organisasi

/swasta yang ikut serta dalam melestarikan yaitu berupa; kemudahan

modal, keringanan pajak dan pembiayaan dan perawatan bangunan

bersejarah; dan

Page 33: KEBIJAKAN REVITALISASI KAWASAN PASAR BAWAH SEBAGAI …

6. Meningkatkan potensi Sungai Siak sebagai sarana pendukung Obyek

Wisata Pasar Bawah yang dapat dilakukan oleh Pemerintah Kota

Pekanbaru melalui kerjasama kelolah dengan swasta.

KESIMPULAN

Dalam penelitian Revitalisasi Kawasan Pasar Bawah sebagai Kawasan

Wisata Cagar Budaya, setelah di lakukan beberapa analisis, maka peneliti dapat

mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Kawasan Pasar Bawah yang merupakan kawasan bersejarah awal permulaan

perkembangan Kota Pekanbaru, merupakan kawasan dengan fungsi

permukiman dan perdagangan/jasa, dan juga sebagai ikon Kota Pekanbaru.

2. Selain berfungsi sebagai kawasan perdagangan dan jasa, berdasarkan RTRW

Kota Pekanbaru tahun 2007 kawasan Pasar Bawah juga sebagai kawasan

cagar budaya.

3. Beberapa obyek cagar budaya yang ada di Kawasan Pasar Bawah adalah;

Mesjid Lama dan Makam Mahrum Pekan, Kampung Melayu di Kelurahan

Kampung Dalam dan Kampung Bandar, Kampung Pecinaan di Kelurahan

kampung bandar, dan Pasar Wisata.

4. Kondisi infrastruktur dan kawasan eksisting sangat memperihatinkan dan

cenderung kumuh, hal ini di sebabkan kurangnya perhatian Pemerintah dalam

mengembangkan kawasan ini secara menyeluruh.

5. Revitalisasi bertujuan untuk meningkatkan kawasan Pasar Bawah ini

,menjadi Kawasan Wisata Cagar Budaya, yang di harapkan dapat

meningkatkan vitalitas kawasan dengan cara meningkatnya taraf hidup

masyarakat dengan peluang pekerjaan, sebagai modal untuk menghadirkan

investor untuk berinvestasi di kawasan ini, dan meningkatkan pendapatan

kota dengan perolehan pajak retribusi.

6. Untuk kelancaran usaha revitalisasi, bangunan-bangunan bersejarah serta

aktivitas adat istiadat di kawasan ini tetap di pertahankan. Untuk bangunan

sejarah segera dilakukan pemugaran, untuk adat dan kebiasaan masyarakat di

pertahankan dengan cara pembentukan lembaga pelestarian kebudayaan

Kawasan Pasar Bawah.

7. Dengan analisis SWOT di dapatkan beberapa obyek yang dapat

dikembangkan sebagai obyek wisata adalah Mesjid Lama, Kampung Melayu,

Kampung Pecinaan, dan Pasar Wisata.

DAFTAR PUSTAKA

Antariksa, 2009 Konservasi dan Peremajaan Kota. Program Pascasarjana

Universitas Brawijaya Malang

Page 34: KEBIJAKAN REVITALISASI KAWASAN PASAR BAWAH SEBAGAI …

Biddle, 1976.Economic Benefits of Preserving Old Buildings, National

Trust For Historic Preservation, Washington

Budiharjo, 2005.Tata Ruang Perkotaan. PT Alumni Bandung

Maleong, 2006.Metode Penelitian Kualitatif.PT. Remaja Rosda Karya,

Jakarta

Soemarno, 2009.Perencanaan Pengelolaan Lahan. Program Pascasarjana

Universitas Brawijaya Malang

Sugiyono, 2005.Metode Penelitian Sosial. Alfabeta Bandung

Suharso, 2007 Perencanaan Obyek Wisata dan Kawasan Pariwisata.

Program Pascasarjana Universitas Brawijaya Malang

Wongso, 2009.Strategi Revitalisasi Kawasan Pusat Kota Bukittinggi.

Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta

Padang

Zahnd, 2006.Perancangan Kota Secara Terpadu. Soegijapranata University

Press Yogyakarta

-------------- 2009 Rencana Tata Ruang Kota Pekanbaru Tahun 2006

– 2011. Dinas Tata Kota Pekanbaru

-------------- 2004 Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor KM

13/13.007/MKP/2004

------------- 1992 Undang Undang Republik Indonesia Nomor 5

Tahun 1992 Tentang Benda Cagar Budaya