KARYA TULIS ILMIAHLAPORAN STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.S DENGAN SUSPECT SPACE OCCUPYING LESSION (S.O.L) DI RUANG
RAWAT INAP INTERNE WANITA RSUD DR.ACHMAD MOCHTAR
BUKITTINGGITAHUN 2016
OLEH :
AMELIA MIFTA ULRAHMANIM : 13103084015384
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATANPERINTIS PADANG
TAHUN 2016
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.S DENGAN SUSPECT SPACE OCCUPYING LESSION (S.O.L) DI RUANG
RAWAT INAP INTERNE WANITA RSUD DR.ACHMAD MOCHTAR
BUKITTINGGITAHUN 2016
LAPORAN STUDI KASUS
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan Program Diploma III Keperawatan Di STIKes Perintis Padang
OLEH :
AMELIA MIFTA ULRAHMANIM : 13103084015384
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS PADANG
TAHUN 2016
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis PadangProgram Studi DIII KeperawatanKarya Tulis Ilmiah, Juli 2016
AMELIA MIFTA ULRAHMA13103084015384
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.S DENGAN SUSPECT SPACE OCCUPYING LESSION (S.O.L) DI RUANG RAWAT INAP INTERNE WANITA RSUD. DR.ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI TAHUN 2016
V BAB + 67 halaman + 2 Gambar + 4 tabel + 4 LampiranAbstrak
space occupying lesion merupakan generalisasi masalah tentang adanya lesi pada ruang intrakranial khususnya yang mengenai otak. Penyebab nya meliputi hematoma, abses otak dan tumor otak. Morgagni pertama kali melaporkan tumor otak yang disebabkan oleh peradangan teliga. Tujuan penulisan laporan ini adalah mampu melakukan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan space occupying lession di ruang rawat inap interne wanita RSAM Bukittinggi Tahun 2016. Hasil laporan kasus ditemukan pada Ny.S yaitu keluarga mengatakan kepala klien terasa sakit, keluarga mengatakan klien susah mendengar karna pendengaran kurang baik, Keluarga mengatakan cemas dan takut dengan kondisi kesehatan anak nya, keluarga mengatakan badan klien terasa sakit, keluarga mengatakan klien pernah dirawat di rumah sakit yang sama sekitar 9 hari yang lalu tahun 2016 dengan diagnosa omsk maligna. Hasil pengkajian tersebut di dapatkan masalah pada Ny.S yaitu Nyeri, Cemas, Defisit perawatan diri, Intoleransi aktifitas. Berdasarkan masalah keperawatan diatas maka disusunlah rencana dan melaksanakan tindakan keperawatan serta evaluasi yang mengacu pada tujuan dan kriteria hasil. Untuk mencegah meningkatnya space occupying lession disarankan kepada petugas rumah sakit agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang profesional dan benar sehingga meningkatkan kemungkinan kesembuhan pasien.
Kata kunci : Asuhan Keperawatan, Space Occupying Lession
High School of Health Sciences Perintis PadangDiploma III study of nursing programScientific Paper, July 2016
AMELIA MIFTA ULRAHMA13103084015384
NURSING CARE Ny.S WITH SUSPECT SPACE OCCUPYING LESSION (S.O.L) IN THE WOMEN INTERNE INPATIENT HOSPITAL DR.ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI 2016
V CHAPTER + 67 pages + 2 picture + 4 tabels + 4 AttachmentAbstract
space-occupying lesion is a generalization of the problem of the existence of lesions in the intracranial space especially about the brain. His cause include hematoma, brain abscess and brain tumors. Morgagni first reported brain tumors caused by inflammation of the ears. The purpose of this report is able to perform nursing care in patients with space-occupying lession in the inpatient unit interne RSAM woman Bukittinggi Year 2016 Results Ny.S case reports found in the family said the head of the client feels pain, the family said client hard of hearing because the hearing loss good, family say anxiety and fear for the health of her child, the family said the agency client feels ill, the family said clients had been treated in the same hospital about 9 days ago in 2016 with the diagnosis of malignant Omsk. The assessment results in getting issues on which Ny.S Pain, Anxiety, self-care deficit, Activity intolerance. Based on the above nursing problems then drafted a plan and implement nursing actions and evaluation refers to the objectives and expected outcomes. To prevent increased space-occupying lession suggested to hospital personnel in order to provide professional nursing care and the right to increase the likelihood of the patient's recovery.Keywords: Nursing, Space Occupying lession
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Segala Puji Syukur bagi Sang Kholik yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya yang telah dilimpahkan sebagai sumber kekuatan hati dan peneguhan
iman sampai akhirnya penulis dapat menyelesaikan Penyusunan Laporan Ujian Hasil
Pengamatan Kasus yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny.S dengan
Suspect Space Occupying Lession (S.O.L) di Ruang Rawat Inap Interne Wanita
RSUD DR.Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2016” tanpa nikmat sehat yang
diberikan oleh-Nya sekiranya penulis tidak akan mampu untuk menyelesaikan
Laporan Ujian Hasil Pengamatan Kasus ini.
Sholawat berangkaikan salam juga selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW, semoga atas ijin ALLAH SWT penulis dan teman-teman
seperjuangan semua mendapatkan Syafaatnya nanti. Aamiin Aamiin Yarobbal
Aalamiin.
Penulisan Laporan Ujian Hasil Pengamatan Kasus ini dilakukan dalam
rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Amd.Kep Program Studi
D-III Keperawatan STIKes Perintis Padang. Penulis banyak mendapat arahan,
bimbingan dan nasehat dari berbagai pihak dalam menyusun, membuat dan
menyelesaikan Laporan Ujian Hasil Pengamatan Kasus ini. Oleh karna itu, Penulis
mengucapkan banyak terimakasih terutama kepada Yth. Bapak Ns.Muhamad
Arif,M.Kep dan Ibu Ns.Rosdiana Lorensia,S.Kep Kepala Ruangan Rawat Inap
Interne Wanita RSUD DR.Achmad Mochtar Bukittinggi Sumatra Barat selaku
pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya dengan penuh perhatian
memberi arahan, petunjuk dan bimbingan sehingga Karya Tulis Ilmiah dapat
terselesaikan. Seterusnya ucapan terima kasih saya yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Yendrizal Jafri,S.KpM.Biomed selaku Ketua STIKes Perintis Padang
2. Ibu Ns. Endra Amalia,M.Kep selaku Ketua Program Studi D III Keperawatan
STIKes Perintis Padang
3. Kepada Direktur RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi yang telah
memberikan izin untuk melakukan studi kasus ini, beserta staf yang telah
memberi izin dalam pengambilan data yang penulis butuhkan.
4. Bapak Ns. Mera Delima,M.Kep selaku Pembimbing Akademik yang telah
banyak memberikan ilmu pengetahuan, bimbingan selama mengikuti pedidikan.
5. Bapak dan Ibu dosen pengajar D III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan STIKes Perintis Padang
6. Bapak dan Ibu dosen serta Staf Stikes Perintis Padang, yang telah banyak
memberikan ilmu pengetahuan, bimbingan selama mengikuti pedidikan.
7. Terkhusus kepada kedua orang tuaku tercinta dan seluruh keluarga atas jerih
payah, curahan kasih sayang, bantuan moril maupun material serta do’a yang
tulus dan ikhlas demi kesuksesan Penulis.
8. Seluruh teman-teman, serta rekan-rekan mahasiswa lain yang telah banyak
memberikan motivasi dan bantuan dalam bentuk apapun mulai saat pendidikan
sampai terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa Laporan Ujian Hasil Pengamatan Kasus ini masih
jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan ilmu, waktu dan pengalaman yang
penulis miliki. Untuk itu penulis menerima kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan penulisan ini.
Akhir kata Kepada ALLAH SWT jualah Penulis menyerahkan segalanya dan
berharap semoga Laporan Ujian Hasil Pengamatan Kasus ini bisa diterima dan dapat
dijadikan bahan bacaan untuk penulisan-penulisan yang berhubungan dengan
Suspect Space Occupying Lession (S.O.L).
Bukittinggi, Juli 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL
PERNYATAAN PERSETUJUAN
PERNYATAAN PENGUJI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... vi
DAFTAR TABEL........................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum........................................................................... 3
1.2.2 Tujuan Khusus.......................................................................... 3
1.3 Manfaat Penulisan
1.3.1 Bagi Penulis.............................................................................. 4
1.3.2 Bagi Institusi Pendidikan.......................................................... 4
1.3.3 Bagi Institusi Rumah Sakit........................................................ 4
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1 Konsep Dasar space occuying lession
2.2 Pengertian............................................................................................. 5
2.3 Anatomi Fisiologi................................................................................. 7
2.4 Etiologi................................................................................................. 8
2.5 Klasifikasi...................................................................................... 9
2.6 Manifestasi Klinis................................................................................. 10
2.7 Patofisiologi / WOC............................................................................. 12
2.8 Pemeriksaan Penunjang........................................................................ 15
2.9 Penatalaksanaan.................................................................................... 16
2.10Komplikasi........................................................................................... 17
2.11Asuhan Keperawatan Teoritis
2.11.1. Pengkajian............................................................................... 17
2.11.2. Diagnosa................................................................................. 23
2.11.3. Intervensi................................................................................ 24
2.11.4. Implementasi.......................................................................... 29
2.11.5. Evaluasi.................................................................................. 29
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Asuhan Keperawatan
3.1.1 Pengkajian........................................................................ 30
3.1.2 Diagnosa Keperawatan……………………………........ 46
3.1.3 Intervensi………………………….………………........ 47
3.1.4 Catatan Perkembangan……………………………........ 50
BAB IV PEMBAHASAN
4.1. Pengkajian................................................................................... 58
4.2. Diagnosa Keperawatan................................................................ 59
4.3. Intervensi Keperawatan............................................................... 60
4.4. Implementasi Keperawatan......................................................... 62
4.5. Evaluasi....................................................................................... 64
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan.................................................................................. 66
5.2. Saran ........................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 2.1 Pembentukan cairan serebrospinal ................................................. 7
Gambar 2.2 Skema proses desak ruang ............................................................. 8
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 2.1.1 Rencana Askep.............................................................................. 24
Tabel 3.1 Analisa Data..................................................................................... 45
Tabel 3.2 Intervensi.......................................................................................... 47
Tabel 3.3 Catatan Perkembangan..................................................................... 50
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Lembaran Konsul
Lampiran II Absensi
Lampiran III Daftar Riawayat Hidup
Lampiran IV Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Space-occupying lesion (S.O.L) intrakranial merupakan merupakan istilah yang
digunakan untuk generalisasi masalah tentang adanya lesi misalnya
neoplama, baik jinak maupun ganas, primer atau sekunder, dan masalah lain
seperti parasit, abses, hematoma, kista, ataupun malformasi vaskular. Tumor-
tumor SOL intrakranial merupakan sekitar 9% dari seluruh tumor primer yang
terjadi pada manusia. Karena tumor-tumor ini berada pada sistem saraf pusat
maka tumor ini menjadi masalah kesehatan yang serius dan kompleks. Tumor-
tumor ini umumnya berasal dari bagian parenkim dan neuroepitel sistem saraf
pusat kecuali mikroglia dan diperkirakan sekitar 40%-50% SOL
intrakranial disebabkan oleh tumor (Muttaqin, 2008)
Space occupying lesion merupakan generalisasi masalah tentang adanya lesi
pada ruang intrakranial khususnya yang mengenai otak. Penyebab nya meliputi
hematoma, abses otak dan tumor otak. Morgagni pertama kali melaporkan tumor
otas yang disebabkan oleh peradangan telinga. Pada beberapa penderita
dihubungkan dengan kelainan jantung bawaan sianotik. Mikroorganisme
penyebab tumor otak meliputi bakteri, jamur dan parasit tertentu.
Mikroorganisme tersebut mencapai substansia otak melalui aliran darah,
perluasan infeksi sekitar otak, luka tembus trauma kepala dan kelainan
kardiopulmoner. Pada beberapa kasus tidak diketahui sumber ingeksinya. Gejala
klinik tumor otak berupa tanda tanda infeksi yaitu demam, anoreksia, malaise,
kejang, nyeri kepala, peninggian intrakranial serta gejala neurologik fokal sesuai
lokasi abses. Terapi abses otak terdiri dari pemberian antibiotik dan pembedahan
(Ejaz butt, 2005).
Tumor otak merupakan penyebab sebagian besar dari SOL. Di Amerika di dapat
35.000 kasus baru dari tumor otak setiap tahun, sedang menurut Bertelone,
tumor primer susunan saraf pusat dijumpai 10% dari seluruh penyakit neurologi
yang ditemukan di Rumah Sakit Umum(Iskandar, 2002)
Sementara itu Rumah Sakit Achmad Mochtar bukittinggi sudah menerima
penderita Space Occupying Lession sebanyak 1 orang selama 6 bulan terakhir
di tahun 2016, meningkat 0,5 % dari tahun 2015. Di rumah sakit achmad
mochtar prioritas penyebab kematian di RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi
SOL tidak termasuk kedalam sepuluh prioritas penyakit terbanyak. Dalam
melakukan asuhan keperawatan (Askep) merupakan aspek legal bagi seorang
perawat walaupun format model asuhan keperawatan di berbagai rumah sakit
berbeda-beda. Seorang perawat profesional di dorong untuk dapat memberikan
pelayanan kesehatan seoptimal mungkin, memberikan informasi secara benar
dengan memperhatikan aspek legal etik yang berlaku. Pemberian asuhan
keperawatan pada tingkat anak, remaja, hingga dewasa bagaimana kita
menerapakan manajemen asuhan keperawatan secara tepat dan ilmiah di
harapkan mampu meningkatkan kompetensi perawat kususnya indonesia.
Dari penjelasan diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut
bagaimana menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan Space
Occupying Lession diruang rawat inap interne wanita RSAM Bukitinggi Tahun
2016
1.2. Tujuan Penulisan
1.2.1. Tujuan umum
Penulis mampu menjelaskan konsep asuhan keperawatan kepada pasien serta
melakukan asuhan keperawatan pada pasien Space Occupying Lession (SOL)
di ruang rawat inap interne wanita RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi
mampu melaksanakan asuhan keperawatan klien dengan Space Occupying
Lession (SOL).
1.2.2. Tujuan khusus
1.2.2.1. Mampu melaksanakan pengkajian pada klien dengan Space Occupying
Lession di ruang rawat inap interne wanita
1.2.2.2. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan Space
Occupying Lession di ruang rawat inap interne wanita
1.2.2.3. Mampu melakukan perencanaan keperawatan pada klien dengan Space
Occupying Lession di ruang rawat inap interne wanita
1.2.2.4. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada klien dengan Space
Occupying Lession di ruang rawat inap interne wanita
1.2.2.5. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan Space
Occupying Lession di ruang rawat inap interne wanita
1.2.2.6. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien dengan
Space Occupying Lession di ruang rawat inap interne wanita
1.3. Manfaat Penulisan
1.3.1. Bagi Penulis
Memberikan pengetahuan dan memperkaya pengalaman bagi penulis
dalam memberikan dan menyusun asuhan keperawatan pada klien
dengan space occupying lession (SOL) di ruang rawat inap RSUD Dr.
Achmad Mochtar Bukittinggi dan sebagai salah satu syarat menyelesaikan
pendidikan Program Studi DIII Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Perintis Padang.
1.3.2. Bagi Institusi
Dapat di gunakan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya pengembangan
pengetahuan dan pemberian pelayanan asuhan keperawatan pada klien
dengan Space Occupying Lession (SOL).
1.3.3. Bagi Institusi Rumah Sakit
Memberikan laporan dalam bentuk dokumentasi asuhan keperawatan kepada
tim kesehatan Rumah Sakit dalam memberikan asuhan keperawatan pada
klien dengan Space Occupying Lession (SOL).
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Konsep Dasar
2.2 Pengertian
Space-occupying Lesion merupakan generalisasi masalah tentang ada lesi
pada ruang intracranial khususnya mengenai otak. Banyak penyebab yang
dapat menimbulkan lesi pada otak seperti kontusio serebri, hematoma, infark,
abses otak dan tumor intracranial karena cranium merupakan tempat yang
kaku dengan volume yang terfiksasi maka lesi-lesi ini akan meningkatkan
tekanan intracranial. Suatu lesi yang meluas pertama kali, komodasi
dengan cara mengeluarkan cairan serebrospinal dari rongga kranium.
Akhirnya vena mengalami kompresi dan gangguan sirkulasi darah otak dan
cairan serebrospinal mulai timbul dan tekanan intracranial mulai naik.
Kongesti venosa menimbulkan peningkatan produksi dan penurunan
absorpsi cairan serebrospinal dan meningkatkan volume dan terjadi ke
kembali hal-hal seperti di atas (Mardjono, 2008).
Space Occupying Lesion (SOL) merupakan lesi yang meluas atau menempati
ruang dalam otak termasuk tumor, hematoma, dan abses. Suatulesi yang
meluas pertama kali diakomodasi dengan cara mengeluarkan cairan
cerebrospinal dari rongga cranium. pada otak umumnya berhubungan dengan
malignasi, namun dalam keadaan patologi lain meliputi abses otak atau
hematom. Adanya Space Occupying Lesion dalam otak akan memberikan
gambaran seperti tumor yang meliputi gejala umum yang berhubungan
dengan peningkatan tekanan intracranial, perubahan tingkah laku,
false localizing sign, serta true localizing sign. Tumor juga dapat menyebabkan
infiltrasi dan kerusakan pada struktur organ yang penting seperti terjadinya
obstruksi pada aliran LCS yang menyebabkan hidrosefalus atau menginduksi
angiogenesis dan edema otak (Akhyar, 2010)
Space occupying lesion intrakranial (lesi desak ruang intrakranial)
didefinisikan sebagai neoplasma, jinak atau ganas, primer atau sekunder, serta
setiap inflamasi yang berada di dalam rongga tengkorak yang menyebabkan
peningkatan tekanan intrakranial dan menempati ruang di dalam otak. Space
occupying lesion intrakranial meliputi tumor, hematoma, dan abses. (Ejaz
Butt, 2005)
Menurut penulis Space Occupying Lession adalah Sebuah ruang lesi yang
terdapat pada bagian otak yang terjadi karena keganasan tetapi dapat juga
disebabkan oleh patologi lain seperti abses atau suatu hematoma.
2.3 Anatomi Fisiologi
Gambar 2.1 Pembentukan Cairan Serebrospinal
(Guyton, 2007)
Peningkatan tekanan intrakranial didefinisikan sebagai peningkatan tekanan
dalam rongga kranialis. Ruang intrakranial di tempati oleh darah dan cairan
serebrospinal. Setiap bagian menempati suatu volume tertentu yang
menghasilkan suatu tekanan intrakranial normal sebesar 50-200 mm H2O
atau 4-15 mmHg. Ruang intrakranial adalah suatu ruangan baku yang terisi
penuh sesuai kapasitas nya dengan unsur yang tidak dapat di tekan. Otak
(1400 g), cairan serebrospinal (sekitar 75 ml). Peningkatan volume pada salah
satu dari ketiga unsur utama mengakibatkan desakan ruang yang di tempati
oleh unsur lain nya dan menaikan tekanan intrakranial (Price, 2005)
Pada keadaan fisiologis normal volume intrakranial selalu dipertahankan
konstan dengan tekanan intrakranial berkisar 10-15mmHg. Tekanan abnormal
apabila tekanan diatas 20 mmHg dan diatas40 mmHg dikategorikan sebagai
peninggian yang parah. Penyebab peningkatan intrakranial adalah cedera otak
yang di akibat kan trauma kepala. Aneurisma intrakranial yang pecah dapat
menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial secara mendadak sehingga
mencapai 8 tingkatan tekanan darah arteri untuk sesaat. Tingginya tekanan
intrakranial paska pecah aneurisma sering kali diikuti dengan meningkatnya
kadar laktat cairan serebrospinal dan hal ini mengindikasi terjadinya suatu
iskemia serebri. Tumor otak yang makin membesar akan menyebabkan
pergeseran CSS dan darah perlahan-lahan (Satyanegara, 2010).
Gambar 2.2 Skema Proses Desak Ruang Yang menimbulkan Kompresi Pada Jaringan Otak dan Pergeseran Struktur Tengah.
(Satyanegara, 2010)
2.4 Etiologi
Penyebab tumor masih sangat sedikit yang diketahui. Radiasi merupakan
salah satu dari factor penyebab timbulnya tumor otak. Trauma, infeksi, dan
toksin belum dapat dibuktikan sebagai penyebab timbulnya tumor otak tetapi
bahan industri tertentu seperti nitrosourea adalah krasinogen yang paten.
Limfoma lebih sering terdapat pada mereka yang mendapat imunosupesan
seperti pada transplantasi ginjal. Sumsum tulang dan pada AIDS
Faktor resiko space occupying lession:
1. Riwayat trauma kepala.
2. Faktor genetik
3. Paparan zat kimia yang bersifat karsinogenik
4. Virus tertentu
5. Defisiensi imunologi
6. Congenital (ngatisyah, 2006)
2.5 Klasifikasi
Stadium tumor berdasarkan sistem TNM ( stadium TNM ). Terdiri dari 3
kategori, yaitu : T ( tumor primer ), N ( nodul regional, metastase ke kelenjar
limfe regional ) dan M ( metastase jauh ).
Kategori T :
Tx = syarat minimal menentukan indeks T tidak terpenuhi.
Tis = Tumor in situ.
T0 = Tidak ditemukan adanya tumor primer.
T1 = Tumor dengan f maksimal < 2 cm.
T2 = Tumor dengan f maksimal 2 – 5 cm.
T3 = Tumor dengan f maksimal > 5 cm.
T4 = Tumor invasi keluar organ.
Kategori N :
N0 = Nodul regional negative.
N1 = Nodul regional positif, mobile ( belum ada perletakan ).
N2 = Nodul regional positif, sudah ada perlekatan.
N3 = Nodul jukstregional atau bilateral.
Kategori M :
Mo = Tidak ada metastase organ jauh.
M1 = Ada metastase organ jauh.
M2 = Syarat minimal menentukan indeks M tidak terpenuhi.
Tumor otak dapat diklasifikasikan sebagai berikut menurut (Lionel Ginsberg,
Neurologi 2003:117) yaitu :
1. Benigna umumnya ekstra aksial, yaitu tumbuh dari meningen, nervus
kranialis, atau struktur lain dan menyebabkan kompresi ekstrinsik pada
substansi otak.
2. Maligna umumnya intra aksial yaitu berasal dari parenkim otak :
a) Primer umumnya berasal dari sel glia/neurobia ( glioma ) tumor ini
diklasifikasikan maligna karena sifat invasif lokal, metastasis
ekstrakranial sangat jarang, dan dikenali sebagai subtipe histologi dan
derajat diferensiasi.
b) Sekunder metastasis dari tumor maligna dari bagian tubuh lainnya.
2.6 Manifestasi Klinis
Menurut lokasi tumor :
1. Lobus frontalis
Gangguan mental / gangguan kepribadian ringan : depresi, bingung,
tingkahlaku aneh, sulit memberi argumentasi / menilai salah atau benar,
hemiparesis, ataksia dan gangguan bicara.
2. Korteks presentalis poterior
Kelemahan / kelumpuhan pada otot-otot wajah, lidah dan jari.
3. Lobus parasentalis
Kelemahan ekstrimitas bawah.
4. Lobus oksipintalis
Kejang, gangguan penglihatan.
5. Lobus temporalis
Tinitus, halusinasi pendengaran, afasia senorik, kelumpuhan otot wajah.
6. Lobus parietalis
Hilang fungsi sensorik karotikalif, gangguan lokalisasi sensorik, gangguan
penglihatan.
7. Ceribulum
1) Nyeri kepala, gangguan motorik, hipotonia, hiperextrimitas, sendi.
2) Nyeri kepala berat pada pagi hari, makin bertambah bila batuk
membungkuk.
3) Kejang.
4) Tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial : pandangan kabur,
mual, muntah, penurunan fungsi pendengaran, perubahan TTV, afasia.
5) Perubahan kepribadian.
6) Gangguan memory.
7) Gangguan alam perasaan.
2.7 Patofisiologi
Tumor otak menyebabkan gangguan neurolagis. Gejala-gejala terjadi
berurutan hal ini menekankan pentingnya anamnesis dalam pemeriksaan
klien. Gejala neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh
tumor dan tekanan intrakranial. Gangguan vocal terjadi apabila penekanan
pada jaringan otak dan infiltrasi / inovasi langsung pada parenkim otak
dengan kerusakan jaringan neuron.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang tumbuh
menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada
umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin
dapat dikacaukan dengan gangguan cerebrovaskuler primer. Serangan kejang
sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuro dihubungkan dengan
kompersi invasi dan perubahan suplai darah kejaringan otak. Peningkatan
intrakranial dapat diakibatakan oleh beberapa factor : bertambahnya masa
dalam tengkorak , terbentuknya oedema sekitar tumor dan perubahan
sirkulasi serebrospinal. Pertumbuhan tumor akan menyebabkan bertambahnya
massa karena tumor akan mengambilkan ruang yang relatif dari ruang
tengkorak yang kaku. Tumor ganas menimbulkan odem dalam jaringan otak.
Mekanisme belum sepenuhnya dipahami namun diduga disebabkan selisih
osmotik yang menyebabkan pendarahan. Obstruksi vena oedema yang
disebabkan kerusakan sawar darah otak semuanya menimbulkan kenaikan
volume inntrakranial. Observasi sirkulasi cairan serebrospinal dari vantrikel
laseral keruang sub arakhnoid menimbulkan hidrosephalus. Peningkatan
intrakranial akan membahayakan jiwa bila terjadi secara cepat akibat salah
satu penyebab yang telah dibicaraknan sebelumnya. Mekanisme kompensasi
memrlukan waktu berhari-hari / berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan
oleh karena itu tidak berguna bila apabila tekanan intrakranial timbul cepat.
Mekanisme kompensasi ini bekerja menurunkan volume darah intrakranial,
volume cairan cerborspinal, kandungan cairan intrasel dan mengurangi sel-sel
parenkim. Kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi
ulkus/serebulum.herniasi timbul bila girus medalis lobus temporalis bergeser
keinterior melalui insisura tentorial oleh massa dalam hemister otak. Herniasi
menekan ensefalon menyebabkan kehilangan kesadaran dan menekan saraf
ke tiga. Pada herniasi serebulum tonsil sebelum bergeser kebawah melalui
foramen magnum oleh suatu massa poterior, ( Suddart, Brunner. 2001 ).
WOC
Hernialis ulkus
Bicara terganggu, afasia
Ancaman kematian
Bradikardi progresif, hipertensi sitemik, gang.
pernafasan
Menisefalon tekanan
Gang. Komunikasi verbal
Idiopatik
Tumor otak
Penekanan jaringan otak
Invasi jaringan otak
Bertambahnya massa
Nekrosis jar. otak
Kejang Gang. Neurologis fokal
Gang. Fungsi otak
Obstruksi vena di otakHipoksia jaringan
Gang. Suplai darah
Kerusakan jar. Neuron
Penyerapan cairan otak
MK: Ketidak efektifan Perfusi
jaringan serebral
Defisit neurologis
Aspirasi sekresi
Obs. Jln nafas
Dispnea Henti nafas Perubahan
pola nafas
Oedema
Disorientasi Peningkatan TIK
Hidrosefalus
MK: KecemasanPandangan kabur,
pendengaran kurang, kepala sakit
MK: Gangguan
nyaman nyeri
(suddart, Bruner 2001)MK: Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Mual, muntah, kurang aktifitas
MK: Resiko cidera
Gangguan kesadaran
Bradikardi progresif, hipertensi sitemik, gang. pernafasan
Bicara terganggu, afasia
Hernialis ulkus
Ancaman kematian
2.8 Pemeriksaan penunjang
A. Pemeriksaan diagnostik
1. CT Scan ; memberi informasi spesifik mengenai jumlah, ukuran,
kepadatan, jejas tumor dan meluasnya odema cerebral serta memberi
informasi tentang sistem vaskuler
2. MRI ; membantu dalam mendeteksi tumor didalam batang otakdan
daerah hiposisis, dimana tulang menggangu dalam gambaran yang
menggunakan CT Scan
3. Biopsi Stereotaktik ; dapat mendiagnosa kedudukan tumor yang dalam
dan untuk memberi dasar pengobatan serta informasi prognosis.
4. Angiografi ; memberi gambaran pembuluh darahserebral dan letak
tumor
5. Elektro ensefalografi ; mendeteksi gelombang otak abnormal pada
daerah yang ditempati tumor dan dapat memungkinkan untuk
mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang. (doengoes, 2004)
B. Pemeriksaan laboratorium
1. Spesimen darah bila ada indikasi kecurigaan ke arah penyakit sistemik
sebagai penyebab nyeri kepala.
2. Spesimen CSS bila ada indikasi kecurigaan pendarahan
subarahnoidatau infeksi susunan saraf pusat.
2.9 Penatalaksnaa Medis Dan Keperawatan
2.9.1. Penatalaksaan medis
1. Terapi antibiotik. Kombinasi antibiotik dengan antibiotik spektrum luas.
Antibiotik yang dipakai ;Penicilin, chlorampenicol (chloramyetin) dan
nafacillen (unipen). Bila telah diketahui bakteri anaerob, metrodiazelo
(flagyl) juga dipakai.
2. Surgery ; aspirasi atau eksisi lengkap untuk evaluasi abses.
3. Untuk tumor primer jika memungkinkan dilakukan eksisi sempurna
namun umumnya sulit dilakukan sehingga dilakukan radioterapi dan
kemoterapi, pada tumor metastase dilakukan perawatan paliatif
4. Hematom membutuhkan evakuasi
5. Lesi infeksi membutuhkan evakuasi dan terapi antibiotik
6. Pemberian deksametason dapat menurunkan edema sebral.
7. Pemberian Manitol untuk menurunkan peningkatan TIK
8. Pemberian antikonvulsan sesuai gejala yg timbul. (Widjoesno, 2004.
Eccher, 2004)
2.9.2. Penatalaksaan Keperawatan
1. Monitor adanya cardiac aritmia pada pembedahan fossa posterior akibat
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
2. Monitor intake dan output cairan pasien. Batasi intake cairan sekitar
1.500 cc / hari.
3. Lakukan latihan ROM untuk semua ekstremitas setiap pergantian dinas.
4. Pasien dapat dibantu untuk alih posisi, batuk dan napas dalam setiap 2
jam.
5. Posisi kepala dapat ditinggikan 30 -35 derajat untuk meningkatkan aliran
balik dari kepala. Hindari fleksi posisi panggul dan leher.
6. Cek sesering mungkin balutan kepala dan drainage cairan yang keluar.
7. Lakukan pemeriksaan laboratorium secara rutin
8. Memberikan obat-obatan sebagaimana program, misalnya :
antikonvulsi,antasida, atau antihistamin reseptor, kortikosteroid.
9. Melakukan tindakan pencegahan terhadap komplikasi post operasi.
2.10. Komplikasi
1. Edema serebral.
2. Tekanan intrakranial meningkat.
3. Herniasi otak.
4. Hidrosefalus.
5. Kejang.
6. Metastase ketempat lain. (Brunner & Sudarth, 2003)
2.11. ASUHAN KEPERAWATAN
2.11.1. PENGKAJIAN
1. Identitas klien ; usia, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama,
suku bangsa, tgl masuk RS, askes.
2. Keluhan utama ; nyeri kepala disertai dengan penurunan kesadaran.
3. Riwayat penyakit sekarang ; demam, anoreksi dan malaise, peninggian
tekanan intrakranial serta gejala nerologik fokal.
4. Riwayat penyakit dahulu ; pernah atau tidak menderita infeksi telinga
(otitis media, mastoiditis) atau infeksi paru-paru (bronkiektaksis,abses
paru,empiema) jantung (endokarditis), organ pelvis, gigi dan kulit.
5. Riwayat keluarga yaitu pada migren dan nyeri kepala biasanya di dapatkan
juga pada keluarga pasien.
6. Pemeriksaa fisik
1) Makan
Dikaji apakah klien menghabiskan porsi makan yang telah disediakan
RS, apakah pasien mengalami mual atau muntah ataupun kedua-
duanya.
2) Minum
Dikaji kebiasaan minum pasien sebelum dan saat berada di RS,
apakah ada perubahan (lebih banyak minum atau lebih sedikit dari
biasanya).
3) Eliminasi (BAB / BAK)
Dikaji pola buang air kecil dan buang air besar.
4) Gerak dan aktifitas
Dikaji apakah pasien mengalami gangguan/keluhan dalam melakukan
aktivitasnya saat menderita suatu penyakit (dalam hal ini adalah
setelah didiagnosa mengalami alergi) atau saat menjalani perawatan di
RS.
5) Rasa Nyaman
Dikaji kondisi pasien yang berhubungan dengan gejala-gejala
penyakitnya, misalnya pasien merasa nyeri di perut bagian kanan atas
(dikaji dengan PQRST : faktor penyebabnya, kualitas/kuantitasnya,
lokasi, lamanya dan skala nyeri)
6) Kebersihan Diri
Dikaji kebersihan pasien saat dirawat di RS
7) Rasa Aman
Dikaji apakah pasien merasa cemas akan setiap tindakan keperawatan
yang diberikan kepadanya, dan apakah pasien merasa lebih aman saat
ditemani keluarganya selama di RS.
8) Sosial dan komunikasi
Dikaji bagaimana interaksi pasien terhadap keluarga, petugas RS dan
lingkungan sekitar (termasuk terhadap pasien lainnya).
9) Pengetahuan
Dikaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya yang diderita
saat ini dan terapi yang akan diberikan untuk kesembuhannya.
10) Rekreasi
Dikaji apakah pasien memiliki hobi ataupun kegiatan lain yang ia
senangi.
11) Spiritual
Dikaji bagaimana pendapat pasien tentang penyakitnya, apakah pasien
menerima penyakitnya adalah karena murni oleh penyakit medis
ataupun sebaliknya.
7. Pemeriksaan neurologis
a) Pemeriksaan Fisik Persyarafan
Nilai kesadaran dengan menggunakan patokan Glasgow Coma Scale
(GCS) Tanyakan waktu, tanggal, tempat dan alasan berkunjung, kaji
kemampuan klien dalam berhitung dan mulailah dengan perhitungan
yang sederhana.
b) Saraf Kranial
- Fungsi saraf kranial I (N Olvaktorius)
Lakukan pemeriksaan dengan menutup sebelah lubang hidung klien
dan dekatkan bau-bauan seperti kopi dengan mata tertutup klien
diminta menebak bau tersebut.
- Fungsi saraf kranial II (N. Optikus)
Periksa ketajaman dengan membaca, perhatikan jarak baca atau
menggunakan snellenchart untuk jarak jauh. Periksa lapang
pandang : Klien berhadapan dengan pemeriksa 60-100 cm, minta
untuk menutup sebelah mata dan pemeriksa juga menutup sebelah
mata dengan mata yang berlawanan dengan mata klien.
- Fungsi saraf kranial III, IV, VI (N. Okulomotoris, Troklear dan
Abdusen)
Pada mata diobservasi apakah ada odema palpebra, hiperemi
konjungtiva, dan ptosis kelopak mata. Pada pupil diperiksa reaksi
terhadap cahaya, ukuran pupil, dan adanya perdarahan pupil
Pada gerakan bola mata diperiksa enam lapang pandang (enam posisi
cardinal) yaitu lateral, lateral ke atas, medial atas, medial bawah
lateral bawah. Minta klien mengikuti arah telunjuk pemeriksa
dengan bolamatanya
- Fungsi saraf kranial V (N. Trigeminus)
Fungsi sensorik diperiksa dengan menyentuh kilit wajah daerah
maxilla, mandibula dan frontal dengan mengguanakan kapas.
Dengan menggunakan sensori nyeri menggunakan ujung jarum atau
peniti di ketiga area wajah tadi dan minta membedakan benda tajam
dan tumpul.
- Fungsi saraf kranial VII (N. Fasialis)
Fungsi sensorik dengan mencelupkan lidi kapas ke air garam dan
sentuhkan ke ujung lidah, minta klien mengidentifikasi rasa ulangi
untuk gula dan asam
Fungsi mootorik dengan meminta klien tersenyum, bersiul,
mengangkat kedua al;is berbarengan, menggembungkan pipi.
- Fungsi saraf kranial VIII (N. Vestibulokoklear)
Dengan menggunakan test pendengaran mengguanakan weber test
dan rhinne test
- Fungsi saraf kranial IX dan X (N. Glosovaringeus dan Vagus)
Periksa gag refleks dengan menyentuh bagian dinding belakang
faring menggunakan aplikator dan observasi gerakan faring. Periksa
aktifitas motorik faring dengan meminta klien menel;an air sedikit,
observasi gerakan meelan dan kesulitan menelan. Periksa getaran
pita suara saat klien berbicara.
- Fungsi saraf kranial XI(N. Asesoris)
Periksa fungsi trapezius dengan meminta klien menggerakkan kedua
bahu secara bersamaan dan observasi kesimetrisan gerakan.
- Fugsi saraf kranial XII (N. Hipoglosus)
Periksa pergerakan lidah, menggerakkan lidah kekiri dan ke kanan,
observasi kesimetrisan gerakan lidah
c) Fungsi Motorik
Kaji cara berjalan dan keseimbangan dengan mengobservasi cara
berjalan, kemudahan berjalan, dan koordinasi gerakan tangan dan kaki.
d) Fungsi Sensorik
Pemeriksaan dilakukan dengan memberikan stimulus secara acak pada
bagian tubuh klien dan dapat berupa sentuhan ringan seperti kapas,
tumpul dan tajam, suhu, getaran.
e) Fungsi Refleks
- Biseps: pukulkan refleks hammer pada ibu jari, observasi kontraksi
otot biseps (fleksi siku)
- Triseps: pukulkan refleks hammer pada prosesus olekranon,
observasi kontraksi otot triseps (ekstensi siku).
- Patelar: pukulkan reflek hammer, perhatikan ekstensi otot
quadriceps.
f) Pemeriksaan GCS dan Refleks
- Compos Mentis (conscious) yaitu kesadaran normal, sadar
sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan
sekelilingnya.
- Apatis yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan
dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
- Delirium yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu),
memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
- Somnolen (Obtundasi, Letargi) yaitu kesadaran menurun, respon
psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat
pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi,
mampu memberi jawaban verbal.
- Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada
respon terhadap nyeri.
- Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon
terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek
muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya).
2.11.2. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidak efektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
peningkatan TIK
2. Resiko cidera berhubungan dengan kejang
3. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan nyeri kepala
4. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual muntah
5. Kecemasan berhubungan dengan kurang nya informasi tentang prosedur
2.11.3. INTERVENSI
DIAGNOSA (NANDA) NOC NIC
Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
Berhubungan dengan Tumor Otak, Artherosklerosis arteri, Aneurisma serebral, Emboli, Trauma Kepala, Hipertensi, Endokoditis, peningkatan TIK
DO/DS :- Gangguan status mental- Perubahan perilaku- Perubahan respon motorik- Perubahan reaksi pupil- Kesulitan menelan- Kelemahan atau paralisis
ekstrermitas- Abnormalitas bicara
NOC :
a. Circulation statusb. Neurologic statusc. Tissue Prefusion : cerebral
Setelah dilakukan asuhan selama 3x24 jam ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral teratasi dengan kriteria hasil:
- Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang diharapkan
- Tidak ada ortostatikhipertensi- Komunikasi jelas- Menunjukkan konsentrasi dan orientasi- Pupil seimbang dan reaktif- Bebas dari aktivitas kejang
NIC :
- Monitor TTV- Monitor AGD, ukuran pupil,
ketajaman, kesimetrisan dan reaksi- Monitor adanya diplopia, pandangan
kabur, nyeri kepala- Monitor level kebingungan dan
orientasi- Monitor tonus otot pergerakan- Monitor tekanan intrkranial dan respon
nerologis- Catat perubahan pasien dalam
merespon stimulus- Monitor status cairan- Pertahankan parameter hemodinamik- Tinggikan kepala 0-45o tergantung pada
konsisi pasien dan order medis
Resiko Cedera
berhubungan dengan kejang, penglihatan kaburFaktor Resiko :- Kondisi darah abmormal- Disfungsi biokimia- Usia dan psikologis- Disfungsi efektor- Disfungsi sensory
NOC :
Setelah dilakukan asuhan selama 3x24 jam ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral teratasi dengankriteria hasil:
- Pencegah jatuh- Managemen keamanan lingkungan
a) Pengetahuan : Perlindungan diri- Menjelskan bagaimna pencegahan
jatuh, kecelakaan, keamanan air, api, benda elktronik, prilaku pribadi.
b) Status Neurologi- Fungsi neurologi : motorik pusat- Fungsi neurologi : sensorik cranial- Komunikasi,Ukuran pupil, tdk ada
sakit kepalac) Kontrol Resiko : kemampuan dengan
- Monitor gejala ggn pandangan- Trauma Kepala- tes pendengaran- Infeksi Telinga
d) Deteksi Resiko- Mengenal tanda dan gejala- Riwayat keluarga
e) Perilaku keaamanan : mencegah jatuh- Koreksi penggunaan alat bantu- Perlengkapan bantuan pribadi- Pemasangan penghalang tempat
tidur- Kompensasi keterbatasan fisik
Gangguan rasa nyaman nyeriBerhubungan dengan nyeri kepala
DS:- Kelelahan- Takut untuk injuri ulang- Nyeri kepala
DO:- Atropi otot- Gangguan aktifitas- Anoreksia- Perubahan pola tidur- Respon simpatis (suhu dingin,
perubahan posisi tubuh , hipersensitif, perubahan berat badan)
NOC:
- Comfort level- Pain control- Pain level
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam nyeri pasien berkurang dengankriteria hasil:- Tidak ada gangguan tidur- Tidak ada gangguan konsentrasi- Tidak ada gangguan hubungan
interpersonal- Tidak ada ekspresi menahan nyeri dan
ungkapan secara verbal- Tidak ada tegangan otot
NIC :
Pain Manajemen- Monitor kepuasan pasien terhadap
manajemen nyeri- Tingkatkan istirahat dan tidur yang
adekuat- Kelola anti analgetik- Jelaskan pada pasien penyebab nyeri- Lakukan tehnik nonfarmakologis
(relaksasi, masase punggung)
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhBerhubungan dengan :Ketidakmampuan untuk memasukkan atau mencernanutrisi oleh karena faktorbiologis, psikologis atauekonomi, mual muntah
DS:- Nyeri abdomen- Muntah- Kejang perut- Rasa penuh tiba-tiba
setelah makan
DO:- Diare- Rontok rambut yang berlebih- Kurang nafsu makan- Bising usus berlebih- Konjungtiva pucat- Denyut nadi lemah
NOC:
a. Nutritional status:Adequacy of nutrient
b. Nutritional Status : foodand Fluid Intake
c. Weight Control
Setelah dilakukan tindakan keperawatanSelama 3x24 jam nutrisi kurang teratasi denganKriteria hasil :
- Albumin serum- Pre albumin serum- Hematokrit- Hemoglobin- Total iron binding capacity- Jumlah limfosit
NIC:
- Kaji adanya alergi makanan- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
- Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
- Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
- Monitor adanya penurunan BB dan gula darah
- Monitor lingkungan selama makan- Jadwalkan pengobatan dan tindakan
tidak selama jam makan- Monitor turgor kulit- Monitor kekeringan, rambut kusam,
total protein, Hb dan kadar Ht- Monitor mual dan muntah- Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva- Monitor intake nuntrisi- Informasikan pada klien dan keluarga
tentang manfaat nutrisi- Kolaborasi dengan dokter tentang
kebutuhan suplemen makanan seperti NGT/ TPN sehingga intake cairan yang adekuat dapat dipertahankan.
- Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama makan
- Kelola pemberan anti emetik:..- Anjurkan banyak minum- Pertahankan terapi IV line
2.11.4. Implementasi
Setelah rencana tindakan di susun maka untuk selanjutnya adalah pengolahan
data dan kemudian pelaksanaan asuhan keperawatan sesuai dengan rencana
yang telah di susun tersebut. Dalam pelaksanaan implementasi maka perawat
dapat melakukan observasi atau dapat mendiskusikan dengan klien atau
keluarga tentang tindakan yang akan kita lakukan.
2.11.5. Evaluasi
Evaluasi adalah langkah terakhir dalam asuhan keperawatan, evaluasi
dilakukan dengan pendekatan SOAP ( data subjektif, data objektif, analisa
dan planning ). Dalam evaluasi ini dapat ditentukan sejauh mana keberhasilan
rencana tindakan keperawatan yang harus dimodifikasi.
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Asuhan Keperawatan
3.1.1 Pengkajian
I. Identitas Klien
Nama/intial : Ny. S No.MR : 442594
Umur : 16 th Ruang Rawat : Interne Wanita
Jenis Kelamin : Perempuan Tgl Masuk : 15-06-2016
Status : Siswi Tgl Pengkajian : 22-06-2016
Agama : Islam
Pekerjaan : Siswi
Pendidikan : SMA
Alamat : Padang Gelanggang
Penanggung Jawab
Nama : Ny.R
Umur : 38 th
Hub Keluarga : Ibu Kandung
Pekerjaan : IRT
II. Alasan Masuk
Klien masuk IGD RSAM Bukittinggi pada tanggal 15 Juni 2016 jam
06.00 WIB dengan keluhan kejang, pandangan kabur, mual (-) muntah
(+), TD: 130/80 mmHg N: 85 x/i P: 24x/i S:36,6oc
III. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 22 Juni 2016 jam 09.30 WIB
keluarga klien mengatakan kepala klien terasa sakit skala nyeri 4
frekwensi 1 kali ± 5 menit, keluarga mengatakan klien susah
mendengar karna pendengaran kurang baik, Keluarga mengatakan
cemas dan takut dengan keadaan anak nya, keluarga mengatakan
tidak tau dengan kondisi anaknya, keluarga mengatakan selama 7
hari di rs klien belum ada cuci rambut, keluarga mengatakan kepala
klien banyak kutu, keluarga mengatakan rambut klien kusam dan
berketombe, keluarga mengatakan klien menggaruk-garuk kepala,
keluarga mengatakan badan klien terasa sakit, keluarga mengatakan
klien selama 7 hari di RS aktifitas klien di atas tempat tidur.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Keluarga klien mengatakan klien pernah dirawat di rumah sakit yang
sama sekitar 9 hari yang lalu tahun 2016 di ruangan THT dengan
keluhan teliga berair , pandangan kabur, dan klien tidak ada riwayat
kejang dari kecil. Hasil pengobatan klien sehat tapi pendengaran
masih kurang baik.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga klien mengatakan di keluarga tidak ada yang menderita
penyakit yang sama dengan klien, maupun penyakit menular lainnya.
Genogram :
Ket :
: Meninggal
: Perempuan
: Laki-Laki
: Tinggal serumah
: Klien
IV. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran: Composmentis
GCS : E4 M6 V5 = 15
Tanda Vital
Suhu : 36,3oc Pernapasan : 20x/m
Nadi : 80x/m TD : 110/70 mmHg
Klien dengan space
occupying lession (SOL)
16 tahun
Head to Toe
1. Kepala
- Rambut
Konsistensi rambut tebal dan keriting, keadaan rambut kasar, rambut
kotor/kusam ada ketombe dan berkutu, tidak ada lesi.
- Mata
Simetris kiri dan kanan, konjungtiva anemis, sclera tidak ikhterik,
diameter pupil isokor 2/2mm, fungsi penglihatan baik, tidak
menggunakan alat bantu penglihatan. Reflek pupil terhadap cahaya
normal pupil mengecil saat di lakukan reflek cahaya.
- Hidung
Simetris kiri dan kanan, tidak ada polip, tidak ada seckret, tidak ada
peradangan pada hidung, tidak ada cuping hidung, penciuman baik.
- Mulut dan Gigi
Mukosa bibir kering, tidak terdapat sariawan, tidak memakai gigi palsu,
tidak ada perdarahan, gigi lengkap, tidak ada caries.
- Telinga
Pendengaran klien kurang baik, Komunikasi terhambat jadi perlu
melibatkan keluarga. Pada pemeriksaan garpu tala di kiri terdengar lebih
keras, teliga lengkap.
2. Leher
Simetris kiri dan kanan, tidak tampak pembembesaran vena jugularis dan
kelenjar tyroid, reflek menelan baik.
3. Thorak
- Paru-paru
I : Simetris kiri dan kanan, pergerakan dinding dada sama, tidak
memakai alat bantu pernapasan frekwensi pernafasan 20x/i
P : tidak ada nyeri tekan, vocal vremitus dalam intensitas getaran
yang sama antara paru kanan dan paru kiri
P : Sonor kedua lapang dada
A :Suara nafas vesikuler
- Jantung
I : Simetris kiri dan kanan, ictus cordis tidak tampak
P :Ictus cordis teraba pada intercostal V, linea medioclavicularis kiri
P : Bunyi perkusi redup
A :BJ1 BJ2 Normal, tidak ada suara jantung tambahan
4. Abdomen
I : Simetris kiri dan kanan, bentuk perut datar, warna kulit sawo matang,
tidak ada bekas luka, tidak asites
A : Bising usus 8x/m, irama reguler
P : Tidak ada nyeri tekan, dan tidak teraba massa.
P : Tympani
5. Punggung
Simetris, tidak ada pembengkakan pada punggung dan tidak ada bekas
luka pada punggung.
6. Ekstremitas
Atas
Tangan kanan klien terpasang infus RL 20 tts/m
Bawah
Tidak terdapat luka dan tidak ada kelemahan
Kekuatan Otot
5555 5555
5555 5555
7. Genitalia
Klien tidak terpasang kateter, dan tidak ada kelainan pada genetalia
8. Integumen
Warna kulit sawo matang, turgor kulit baik, kapila refil 2 detik, tidak
terdapat adanya lesi.
9. Reflek
Bisep : +/-
Trisep : +/-
Patela : +/-
10. Nervus
a. N I (Nerfus olfaktorius)
Tidak ada terdapat kelainan pada penciuman klien, klien masih
bisa membedakan antara bau kopi dan teh, ataupun lainnya.
b. N II (Nerfus Opticus)
Klien bisa melihat dengan jelas, Reflek pupil terhadap cahaya normal
pupil mengecil saat di lakukan reflek cahaya.
c. N III, IV,VI (Nerfus Okulomotorius, toklear, Abdusen)
Klien tidak ada oedema kelopak mata , pergerakan bola mata
aktif (mampu melihat keatas, miring kiri dan kanan atas dan
bawah , serta reaksi pupil terhadap cahaya ada.
d. N.V(Trigeminus)
Klien ada respon saat ada nya sentuhan , contoh: dapat merasakan
gigitan nyamuk d bagian wajah, pada pemeriksaan babinskyie
terdapat respon.
e. N.VII (Fasialis)
Untuk motorik klien dapat dilihat dengan menaikkan kedua alis
secara bersamaan, serta simetris kiri dan kanan.
f. N.VIII ( Vestibulotoklear/Auditorius)
Pendengaran klien kurang baik pada bagian sebelah kanan.
g. N.IX.X(Glasofaringeus dan fagus)
Klien bicara dengan jelas dan bisa di mengerti, klien dapat menelan
dengan baik.
h. N.XI(Acsesorius)
Klien bisa menoleh kekanan dan kekiri.
i. N.XII(Hipoglosus)
Klien mampu menggerakkan lidah dan kekuatan otot baik.
11. Pemeriksaan motorik
1. Ukuran otot
Lengan kiri 23cm
Lengan kanan 23cm
2. Tonus otot
Spasticity tidak ada kekakuan
3. Kekuatan otot
5555 5555
5555 5555
12. Pemeriksaan postur dan gait
klien berdiri dengan postur tubuh normal, tegap dan lurus, berjalan
dengan normal tidak tremor, klien berjalan dengan menapak kan kedua
telapak kaki dan tidak berjinjit.
13. Pemeriksaan sensorik
Skor fungsi sensorik : 2
Pasien merespon terhadap rangsahan sentuhan, suara, suhu dan rasa sakit.
V. DATA BIOLOGIS
No AKTIVITAS SEHAT SAKIT
1 Makanan dan Minuman/NutrisiMakan- Jenis- Menu- Frekwensi- Porsi- Makanan Kesukaan- PantanganMinum- Jumlah- Minuman Kesukaan- PantanganEleminasiBAB- Frekuensi- Warna- Bau- Konsistensi- KesulitanBAK- Frekuensi- Warna- Bau- Konsistensi- KesulitanIstirahat dan Tidur- Waktu tidur
- Lama tidur- Hal yang mempermudah tidur- Kesulitan tidurPersonal Hygiene- Mandi- Cuci rambut- Gosok gigi- Potong kuku
Makanan biasaNasi putih
3x11 PorsiNasi
Tidak ada
4-6gelas/hariAir putihTidak ada
1x/hariKuning kecoklatan
KhasPadat
Tidak ada
3-5x/hariKuningKhasCair
Tidak ada
Jam 22.00 – 04.00
6 jamTidak adaTidak ada
2x/hari2x/hari2x/hari
1x/minggu
Makanan lunakNasi putih
3x11 PorsiNasi
Diluar diit RS
7-8gelas/hariAir putihTidak ada
1x/hariKuningagakkehijauan
KhasPadat
Tidak ada
4-5x/hariKuningKhasCair
Tidak ada
Jam 10.00-13.00Jam 14.00-16.00Jam 22.00-03.00
9 jamTidak adaTidak ada
Di lap keluargaBelum adaBelum adaBelum ada
VI. Riwayat Alergi
Keluarga klien mengatakan klien tidak ada memiliki alergi terhadap obat-
obatan maupun makanan
VII. Data Psykologis
Keluarga mengatakan selama klien di rawat klien sama sekali tidak
mengeluh tentang penyakitnya dan klien tampak tenang.
VIII. Data Sosial Ekonomi
Keluarga mengatakan klien tinggal bersama anaknya dan keluarga
berpenghasilan menengah, hubungan klien dengan keluarga baik, klien di
rawat di RS di tanggung oleh BPJS.
IX. Data Spiritual
Selama sakit klien beribadah hanya berdo’a dikarenakan fisik lemah
dan keluarga klien yakin ALLAH SWT akan menyembuhkan
penyakitnya.
X. Data Penunjang
Hasil Laboratorium
18/06-2016
Nilai Normal
Gula darah puasa : 56 mg/dl 100mg/dl
Kalium : 4,0 g {Meq/dl} 3,5 - 5,5 g {Meq/dl}
Hgb : 11,5 {g/dl} pria : 13,0 - 16,0
wanita : 12,0 - 14,0
Rbc : 4,60 {10^6/uL} Pria : 4,5 - 5,5
Wanita : 4,0 - 5,0
Hct : 33,4 {%} Pria : 40,0 - 48,0
Wanita : 37,0 - 43,0
Wbc : 10,47 {10^3/uL} 5,0 – 10,0 {10^3/uL}
EO% : 0,1 % 1 – 3 %
MUT% : 83,2% 50 – 70 %
LYMPH% : 12,7% 20 – 40 %
Pemeriksaan Labor Patologi
Tgl 11-5-2016
Hasil : dalam sediaan apus FNAB nodul regio coli dextra ukuran 2x1 cm,
kenyal-padat, mobile, aspirat sedikit darah.
Mikrospik tampak sebaran dan kelompokan sel-sel limfosit, sel plasma,
epithelioid, histiosit.
Tampak juga adanya sel-sel limfoid dengan latar belakang eritrosit.
XI. Data Pengobatan
Oral
- Asam folat 1x1tab (06.00-12.00)
Kegunaan asam folat adalah tablet suplemen yang mengandung kadar
Vitamin tertentu yang secara medis mempunyai khasiat, fungsi dan
kegunaan untuk membantu meningkatkan peluang untuk hamil.
Efek samping : Sejauh ini, asam folat adalah vitamin yang larut dalam
air, jumlah berlebih sering flush dengan urin dan tinja. Namun,
konsumsi senyawa vitamin ini bisa berbahaya jika diambil untuk
waktu yang lama. Beberapa efek samping yang umum dari asam folat
adalah yang berikut : Kekurangan zinc, Masalah pencernaan seperti
mual, Kelelahan, Sulit tidur atau insomnia, Ruam pada kulit, Mati rasa
di lidah atau mulut, Sifat lekas marah
- Phenitoin Cap 2x1tab (00.00-06.00)
Kegunaan Phenytoin untuk mencegah dan mengontrol kejang (juga
disebut antikonvulsan atau obat antiepilepsi). Ia bekerja dengan
mengurangi penyebaran aktivitas kejang di otak.
Efek samping : mual, muntah, berkeringat, gatal-gatal, gatal, kesulitan
bernapas, pembengkakan wajah, bibir, lidah, atau tenggorokan, atau
merasa seperti Anda akan pingsan
Infus
- RL 20 tts/menit
Indikasi : mengembalikan keseimbangan nurisi
Efek samping : reaksi-reaksi yang mungkin terjadi karena larutannya
atau cara pemberiannya termasuk timbulnya panas, infeksi pada
tempat penyuntikan, trombosis vena atau flebitis yang meluas dari
tempat penyuntikan.
- Infus PCT (Kapan perlu)
Paracetamol digunakan untuk menurunkan demam pada segala usia.
Namun obat ini sebaiknya digunakan bila suhu tubuh sudah benar-
benar tinggi dan membutuhkan terapi obat penurun panas.
Rekomendasi WHO : penggunaan obat penurun panas, bila suhu
tubuh lebih besar dari 38.5 °C (101,3 °F).
Efek samping : pada saluran pencernaan misalnya mual dan muntah.
Pada penggunaan dosis yang lebih tinggi, paracetamol diketahui
meningkatkan resiko terjadinya perdarahan lambung.
- Infus Levo 1x1 (12.00-18.00)
Indikasi : levofloksasina (levofloxacin) digunakan untuk infeksi
maksilaris sinusitis akut, eksaserbasi bakteri akut bronkitis kronik,
pneumonia komunitas, kulit dan struktur kulit yang kompleks, infeksi
saluran kemih, pieloneritis dan infeksi lain yang disebabkan kuman
peka terhadap levofloksasina (levofloxacin).
efek samping : yang paling umum seperti gangguan gastrointestinal :
mual, muntah, dan sembelit.
- Infus Metilprednisolan 2x62,5 (00.00-06.00) – (12.00-18.00)
Indikasi : Sebagai obat anti peradangan, methylprednisolone bekerja
dengan mencegah jaringan merespon proses inflamasi dan
menghambat bertumbuhnya jumlah sel yang terinflamasi.
Efek samping : menimbulkan rasa mual dan bisa muntah, nyeri pada
ulu hati, gangguan pencernaan, merasa lemah dan capek,
mengeluarkan keringat yang lebih banyak meskipun tidak melakukan
aktivitas berat, mood buruk atau uring-uringan, mudah cemas dan sulit
tidur, menyebabkan haid tidak teratur dan menaikkan berat badan.
XII. Data Fokus
a. Data Subjektif
- Keluarga klien mengatakan kepala klien tersa sakit
- Klien hanya istirahat di tempat tidur
- Keluarga klien mengatakan pendengaran klien kurang baik
- Keluarga klien mengatakan klien pernah dirawat di rumah
sakit yang
sama hari yg lalu karna teliga berair
- Keluarga klien mengatakan cemas dan takut dg keadaan anak nya
- Keluarga klien mengatakan tidak tau dg kondisi anak nya
- Keluarga klien mengatakan selama 7 hari di RS belum ada
Keramas
- Keluarga klien mengatakan kepala klien banyak kutu
- Keluarga klien mengatakan badan klien terasa sakit
- Keluarga klien mengatakan klien selama 7 hari di RS aktifitas klien
hanya di tempat tidur.
b. Data Objektif
- Klien tampak mengeluh sakit kepala
- Mukosa bibir klien kering
- Klien tampak lemah dan lesu
- Skala nyeri 4 frekwensi 1 kali ± 5 menit
- Kekuata otot
5555 5555
5555 5555
- Klien tampak lemah dan lesu
- Klien tampak susah tidur
- Klien banyak bertanya tentang penyakit anak nya
- Kesadaran Composmetis
- Suhu : 36,3oc
- Pernapasan : 20x/m
- Nadi : 80x/m
- TD : 110/70 mmHg
- Rambut klien kotor dan berbau
- Klien tampak mengaruk kepalanya
- Kepala klien tampak banyak kutu
- Aktifitas klien tampak di bantu keluarga
- Klien tampak hanya berbaring di tempat tidur
- Klien hanya berjalan bila hanya ke kamar kecil
- Kalium : 4,0 g {Meq/dl}
- Hgb : 11,5 {g/dl}
- Rbc : 4,60 {10^6/uL}
- Hct : 33,4 {%}
- Wbc : 10,47 {10^3/uL}
- Infus RL 20 tts/i
- Infus PCT (Kapan perlu)
- Infus Levo 1x1
- Infus Metilprednisolan 2x62,5
- Asam folat 1x1 tab
- Phenitoin Cap 2x1 tab
ANALISA DATA
No DATA MASALAH ETIOLOGI
1. DS :- Keluarga klien mengatakan
kepala klien tersa sakit- Klien hanya istirahat di tempat
tidur- Keluarga klien mengatakan
pendengaran klien kurang baik
DO :- Klien tampak mengeluh sakit
kepala- Mukosa bibir klien kering- Klien tampak lemah dan lesu- Skala nyeri 4 frekwensi 1 kali ±
5 menit- Kesadaran Composmetis- Suhu : 36,3oc- Pernapasan : 20x/m- Nadi : 80x/m- TD : 110/70 mmHg- Infus PCT
Nyeri Injury neurologis
2. DS :- Keluarga klien mengatakan
cemas dan takut dg keadaan anak nya
- Keluarga klien mengatakan tidak tau dg kondisi anak nya
DO :- Klien tampak lesu- Klien tampak susah tidur- Klien banyak bertanya tentang
penyakit anak nya
Cemas Kurangnya pengetahuan
3. DS :- Keluarga klien mengatakan
selama 7 hari di RS belum ada Keramas
- Keluarga klien mengatakan kepala klien banyak kutu
Defisit perawatan diri
Kurang nya motivasi
DO :- Rambut klien tampak kotor- Klien tampak mengaruk
kepalanya
- Kepala Klien tampak banyak kutu
DS:- Keluarga klien mengatakan
badan klien terasa sakit- Keluarga klien mengatakan
klien selama 7 hari di RS aktifitas hanya di tempat tidur.
DO:- Aktifitas klien tampak di bantu
keluarga- Klien tampak hanya berbaring di
tempat tidur- Klien hanya berjalan bila hanya
ke kamar kecil
Intoleransi aktifitas Kelemahan
3.1.2. Diagnosa Keperawatan
Daftar diagnosa keperawatan yang muncul
1. Nyeri berhubungan dengan injury neurologis
2. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kurangnya motivasi
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
Prioritas masalah keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan injury neurologis
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kurangnya motivasi
4. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
3.1.3 Intervensi Keperawatan
No Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan NOC NIC1. Rabu /
22 Juni 2016Nyeri berhubungan dengan injury neurologis
Setelah dilakukan asuhan selama 3x24 jam nyeri teratasi dengan kriteria hasil:
- Tidak ada gangguan konsentrasi- Tidak ada gangguan hubungan
interpersonal- Tidak ada ekspresi menahan nyeri
dan ungkapan secara verbal
- Monitor kepuasan pasien terhadap manajemen nyeri
- Tingkatkan istirahat dan tidur yang adekuat
- Kelola anti analgetik- Jelaskan pada pasien
penyebab nyeri- Lakukan tehnik
nonfarmakologis (relaksasi, masase punggung)
2. Rabu /22 Juni 2016
Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
Setelah dilakukan asuhan selama 3x24 jam kecemasan teratasi dgn kriteria hasil:
- Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
- Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas
- Vital sign dalam batas normal- Postur tubuh, ekspresi wajah,
bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan
Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
- Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
- Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
- Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis
- Libatkan keluarga untuk mendampingi klien
- Instruksikan pada pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi
- Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
3. Rabu /22 Juni 2016
Defisit perawatan diri berhubungan dengan kurangnya motivasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam Defisit perawatan diri teratasi dengan kriteria hasil:
- Klien terbebas dari bau badan- Menyatakan kenyamanan terhadap
kemampuan untuk melakukan ADLs
- Dapat melakukan ADLS dengan bantuan
Self Care assistane : ADLs- Monitor kemempuan
klien untuk perawatan diri yang mandiri.
- Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting dan makan.
- Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang normal sesuai kemampuan yang dimiliki.
- Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan ketika klien tidak mampu melakukannya.
- Ajarkan keluarga untuk mendorong kemandirian, untuk memberikan bantuan hanya jika pasien tidak mampu untuk melakukannya.
- Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai kemampuan.
4 Rabu /22 Juni 2016
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam intoleransi pasien teratasi dengan kriteria hasil:
- Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR
- Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secaramandiri
- Keseimbangan aktivitas dan istirahat
- Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
- Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat
- Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
- Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalam merencanakan progran terapi yang tepat.
- Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
- Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas
3.1.4 Catatan Perkembangan
No Hari / Tanggal Dx Jam Implementasi Jam Evaluasi Paraf
1. Rabu /22/6/2016
1 10.00
11.00
- Memonitor kepuasan pasien terhadap manajemen nyeri
- Meningkatkan istirahat dan tidur yang adekuat
- Mengelola anti analgetik : Asam folat 1x1tab, Phenitoin Cap 2x1tab
- Menjelaskan pada pasien penyebab nyeri
- Melakukan tehnik nonfarmakologis (relaksasi, masase punggung)
10.00 S :- Keluarga klien mengatakan
kepala klien masih terasa sakit- Klien hanya istirahat di tempat
tidur selama 3 jam- Keluarga klien mengatakan
pendengaran klien masih kurang baik
O :- Klien tampak mengeluh sakit kepala- Mukosa bibir klien kering- Klien tampak lemah dan lesu- Skala nyeri 4 frekwensi 1 kali ± 5
menit- Kesadaran Composmetis- Suhu : 36,3oc- Pernapasan : 20x/m- Nadi : 80x/m- TD : 110/70 mmHg
A : Masalah belum teratasiP : Intervensi 1,2,3,4,5 dilanjutkan
2. Rabu /22/6/2016
2 11.00
12.00
- Menjelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
- Menemani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
- Memberikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis
- Melibatkan keluarga untuk mendampingi klien
- Menginstruksikan pada pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi
- Mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
11.00 S :- Keluarga klien mengatakan
masih cemas dan takut dg keadaan anak nya
- Keluarga klien mengatakan masih tidak tau dg kondisi anak nya
O :- Klien tampak lesu- Klien tampak susah tidur- Klien banyak bertanya tentang
penyakit anak nyaA : Masalah belum teratasiP : Intervensi 1,2,3,4,5,6 dilanjutkan
3. Rabu / 22/6/2016
3 12.00 - Memonitor kemempuan klien untuk perawatan diri yang mandiri seperti gosok gigi
- Memonitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting dan makan.
- Mendorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang normal sesuai kemampuan yang dimiliki seperti berjalan
- Mendorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan ketika klien tidak mampu melakukannya.
12.00 S :- Keluarga klien mengatakan
rambut anak nya masih sedikit kotor dan berbau
- Keluarga klien mengatakan kepala klien masih berkutu
O :- Rambut klien tampak masih
kotor dan berbau- Klien tampak mengaruk
kepalanya- Kepala klien tampak banyak
kutuA : Masalah belum teratasi
13.00- Mengajarkan keluarga untuk
mendorong kemandirian, untuk memberikan bantuan hanya jika pasien tidak mampu untuk melakukannya.
- Memberikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai kemampuan.
P : Intervensi 1,2,3,4,5,6 dilanjutkan
4 Rabu / 22/6/2016
4 13.00
14.00
- Mengobservasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
- Memonitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat
- Memonitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
- Membantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan seperti duduk dan makan sendiri
- Membantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas
13.00 S:- Keluarga klien mengatakan
badan masih terasa sakit- Keluarga klien mengatakan
klien masih belum ada beraktifitas aktifitas hanya di tempat tidur.
O:- Aktifitas klien tampak di bantu
keluarga- Klien tampak hanya berbaring
di tempat tidur- Klien hanya berjalan bila hanya
ke kamar kecilA : Masalah belum teratasiP : intervensi 1,2,3,4,5,6 dilanjutkan
No Hari / Tanggal Dx Jam Implementasi Jam Evaluasi Paraf
1. Kamis /23/6/2016
1 09.00
09.30
- Memonitor kepuasan pasien terhadap manajemen nyeri
- Meningkatkan istirahat dan tidur yang adekuat
- Mengelola anti analgetik : Asam folat 1x1tab, Phenitoin Cap 2x1tab
- Menjelaskan pada pasien penyebab nyeri
- Melakukan tehnik nonfarmakologis (relaksasi, masase punggung)
09.00 S :- Keluarga klien mengatakan
kepala klien masih terasa sakit- Kel mengatakan klien hanya
istirahat di tempat tidur- Keluarga klien mengatakan
pendengaran klien masih kurang baik
O :- Klien tampak mengeluh sakit kepala- Mukosa bibir klien tampak kering- Klien tampak lemah dan lesu- Skala nyeri 3 frekwensi 1 kali ± 3
menit- Kesadaran Composmetis- Suhu : 36,6oc- Pernapasan : 22x/m- Nadi : 78x/m- TD : 120/80 mmHg
A : Masalah belum teratasiP : Intervensi 1,3,4,5 dilanjutkan
2. Kamis /23/6/2016
2 10.00 - Menjelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
- Menemani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
- Melibatkan keluarga untuk
10.00 S :- Keluarga klien mengatakan
masih cemas dg keadaan anak nya
- Keluarga klien mengatakan sudah
10.30mendampingi klien
- Menginstruksikan pada pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi
tau dg kondisi anak nya
O :- Klien masih tampak lesu- Klien tampak sudah tidak susah tidur
A : Masalah belum teratasiP : Intervensi 1,2,3 dilanjutkan
3. Kamis / 23/6/2016
3 11.00
11.30
- Memonitor kemempuan klien untuk perawatan diri yang mandiri.
- Mengajarkan keluarga untuk mendorong kemandirian, untuk memberikan bantuan hanya jika pasien tidak mampu untuk melakukannya.
- Memberikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai kemampuan.
11.00 S :- Keluarga klien mengatakan
sekarang rambut klien sudah tidak kotor lagi
- Keluarga klien mengatakan kepala klien masih sedikit berkutu
O :- Klien klien tampak sudah bersih- Rambut klien tidak kotor dan
tidak berbau- Klien masih banyak kutu
A : Masalah belum teratasiP : Intervensi 1,2,3 dilanjutkan
4 Kamis / 23/6/2016
4 12.00
12.30
- Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
- Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat
- Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
- Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalam merencanakan progran terapi yang tepat.
- Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
- Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas
12.00 S:- Keluarga klien mengatakan
badan masih sedikit sakit- Keluarga klien mengatakan
klien sudah sedikit-sedikit beraktifitas
O:- Aktifitas klien tampak di bantu
keluarga bila di perlukan- Klien sudah bisa duduk dan
berdiri tanpa di bantuA : Masalah belum teratasiP : Intervensi 1,3,4 dilanjutkan
No Hari / Tanggal Dx Jam Implementasi Jam Evaluasi Paraf
1. Jum’at /24/6/2016
1 08.00
08.30
- Memonitor kepuasan pasien terhadap manajemen nyeri
- Meningkatkan istirahat dan tidur yang adekuat
- Mengelola anti analgetik : Asam folat 1x1tab, Phenitoin Cap 2x1tab
- Menjelaskan pada pasien penyebab nyeri
- Melakukan tehnik nonfarmakologis (relaksasi, masase punggung)
08.00 S :- Keluarga klien mengatakan
kepala klien sudah tidak terasa sakit
- Kel mengatakan klien hanya istirahat di tempat tidur
- Keluarga klien mengatakan pendengaran klien masih kurang baik
O :- Klien tampak istirahat- Mukosa bibir klien tampak lembab
- Skala nyeri 0- Kesadaran Composmetis- Suhu : 36,0oc- Pernapasan : 18x/m- Nadi : 83x/m- TD : 120/70 mmHg
A : Masalah belum teratasiP : Intervensi 1,3,4 dilanjutkan
2. Jum’at /24/6/2016
2 10.00
10.30
- Menjelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
- Menemani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
- Melibatkan keluarga untuk mendampingi klien
10.00 S :- Keluarga klien mengatakan sudah
tidak cemas dg keadaan anak nyaO :
- Klien masih tampak istirahat- Klien tampak sudah ceria
A : Masalah teratasiP : Intervensi dihentikan
3. Jum’at / 24/6/2016
3 11.00
11.30
- Memonitor kemempuan klien untuk perawatan diri yang mandiri.
- Mengajarkan keluarga untuk mendorong kemandirian, untuk memberikan bantuan hanya jika pasien tidak mampu untuk melakukannya.
- Memberikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai kemampuan.
11.00 S :- Keluarga klien mengatakan
sekarang rambut klien sudah tidak kotor lagi
- Keluarga klien mengatakan kutu klien sudah berkurang
O :- Klien klien tampak sudah bersih- Rambut klien tidak kotor dan
berbauA : Masalah teratasiP : Intervensi dihentikan
4 Jum’at / 24/6/2016
4 12.00
12.30
- Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
- Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat
- Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
- Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalam merencanakan progran terapi yang tepat.
- Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
- Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas
12.00 S:- Keluarga klien mengatakan
badan klien sudah tidak sakit lagi
- Keluarga klien mengatakan klien sudah beraktifitas sendiri
O:- Aktifitas klien mandiri- Klien sudah bisa duduk dan
berdiri tanpa di bantuA : Masalah belum teratasiP : Intervensi dihentikan
BAB IV
PEMBAHASAN
Selama penulis melakukan asuhan keperawatan pada klien Ny.S Dengan Space
Occupying Lession Diruangan Rawat Interne Wanita RSAM Bukittinggi pada
tanggal 22 - 24 Juni 2016. Beberapa hal yang perlu dibahas dan diperhatikan dalam
penerapan kasus keperawatan tersebut, penulis telah berusaha mencoba menerapkan
dan mengaplikasikan proses Asuhan Keperawatan pada klien dengan Space
Occupying Lession sesuai dengan teori-teori yang ada. Untuk melihat lebih jelas
asuhan keperawatan yang diberikan dan sejauh mana keberhasilan yang dicapai akan
diuraikan sesuai dengan prosedur keperawatan dimulai dari pengkajian, diagnosa,
intervensi, implementasi, dan evaluasi.
4.1. Pengkajian
4.1.1. Identitas klien
Dalam melakukan pengkajian kasus pada klien, penulis tidak mengalami
kesulitan karna klien kooperatif begitu juga dengan keluarga klien.
4.1.2. Keluhan utama
Pada keluhan utama dalam tinjauan teoritis dengan tinjauan kasus tidak ada
terdapat kesenjangan data pada saat dilakukan pengkajian. Dengan kondisi
pasien TTV, TD : 120/70, Suhu : 36,0oc, Pernafasan : 18x/i, Nadi : 83x/i dan
tidak ada anggota gerak mengalami hemiparises dan pasien tidak lagi
mengalami kelelahan.
4.1.3. Riwayat kesehatan dahulu
Pada tinjauan kasus saat dilakukan pengkajian pada keluarga klien, keluarga
klien mengatakan sebelumnya tidak mengetahui bahwa klien mempunyai
penyakit seperti kejang, keluarga hanya mengetahui klien pernah dirawat di
ruangan THT 9 hari yang lalu.
4.1.4. Riwayat kesehatan keluarga
Pada pengkajian riwayat kesehatan keluarga dari genogram keluarga tidak
ditemukan data di keluarga yang menderita penyakit yang sama seperti klien.
4.1.5. Pemeriksaan Fisik
Dalam melakukan pemeriksaan fisik pada Ny.S penulis banyak mengalami
hambatan, tidak semua pemeriksaan fisik pada klien dapat dilakukan, namun
dalam pemeriksaan fisik pada teoritis dan tinjauan kasus tidak terdapat
adanya kesenjangan data karena pemeriksaan sangat penting dilakukan untuk
menggali sejauh mana perkembangan penyakit dan kondisi klien.
4.2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan Space Occupying Lession (SOL) secara teori :
1. Ketidak efektifan perfusi jaringan serebral
2. Resiko cidera
3. Gangguan rasa nyaman nyeri
4. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
5. Kecemasan
Sedangkan pada tinjauan kasus hanya ditemukan 4 diagnosa keperawatan,
diagnosa yang muncul pada tinjauan kasus adalah :
1. Nyeri
2. Kecemasan
3. Defisit perawatan diri
4. Intoleransi aktifitas
Dari 4 diagnosa diatas, ada 2 diagnosa yang tidak terdapat dalam teori yaitu
Defisit perawatan diri dan intoleransi aktifitas. Namun diagnosa Defisit
perawatan diri dan intoleransi aktifitas ditegakkan karena penulis menemukan
data yang menunjang tegaknya diagnosa tersebut yaitu :
1. Keluarga klien mengatakan klien selama di rawat di RS selama 7 hari
tidak pernah keramas dan Keluarga klien mengatakan kepala klien banyak
kutu.
2. Keluarga klien mengatakan badan klien terasa sakit, Keluarga klien
mengatakan klien masih belum ada beraktifitas aktifitas hanya di tempat
tidur.
4.3. Intervensi Keperawatan
Dalam menyusun rencana tindakan keperawatan pada klien berdasarkan
prioritas masalah yang ditemukan, tidak semua rencana tindakan pada teori
dapat ditegakkan pada tinjauan kasus karena rencana tindakan pada tinjauan
kasus disesuaikan dengan keluhan yang dirasakan klien saat pengkajian
dilakukan.
a. Untuk diagnosa pertama
Yaitu : 1. Nyeri , rencana tidakan yang di lakukan adalah Monitor
kepuasan pasien terhadap manajemen nyeri, Tingkatkan istirahat dan
tidur yang adekuat, Kelola anti analgetik, Jelaskan pada pasien penyebab
nyeri, Lakukan tehnik nonfarmakologis (relaksasi, masase punggung)
b. Untuk diagnosa kedua
Yaitu : 2. Cemas, rencana tindakan yang dilakukan adalah Anxiety
Reduction (penurunan kecemasan) Jelaskan semua prosedur dan apa
yang dirasakan selama prosedur, Temani pasien untuk memberikan
keamanan dan mengurangi takut, Berikan informasi faktual mengenai
diagnosis, tindakan prognosis, Libatkan keluarga untuk mendampingi
klien, Instruksikan pada pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi,
Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi.
Namun untuk intervensi pada kasus penulis menyesuaikan dengan
kondisi klien.
c. Untuk diagnosa ketiga
Yaitu : 3. Defisit perawatn diri, rencana tindakan yang dilakukan adalah
Self Care assistane : ADLs Monitor kemempuan klien untuk perawatan
diri yang mandiri, Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk
kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting dan makan, Dorong klien
untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang normal sesuai kemampuan
yang dimiliki, Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan
ketika klien tidak mampu melakukannya, Ajarkan keluarga untuk
mendorong kemandirian, untuk memberikan bantuan hanya jika pasien
tidak mampu untuk melakukannya, Berikan aktivitas rutin sehari- hari
sesuai kemampuan. Namun untuk intervensi pada kasus penulis
menyesuaikan dengan kondisi klien.
d. Untuk diagnosa keempat
Yaitu : 4. Intoleransi aktifitas , rencana tindakan yang dilakukan adalah
Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas, Monitor
nutrisi dan sumber energi yang adekuat, Monitor pola tidur dan lamanya
tidur/istirahat pasien, Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik
dalam merencanakan progran terapi yang tepat, Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan, Bantu pasien/keluarga
untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas
4.4. Implementasi Keperawatan
Setelah rencana tindakan ditetapkan maka dilanjutkan dengan melakukan
rencana tersebut dalam bentuk nyata, sebelum diterapkan pada klien terlebih
dahulu melakukan pendekatan pada klien dan keluarga klien agar tindakan
yang akan diberikan dapat disetujui klien dan keluarga klien, sehingga
seluruh rencana tindakan asuhan keperawatan sesuai dengan masalah yang
dihadapi klien.
a. Untuk diagnosa pertama
Yaitu : Nyeri, tindakan yang penulis lakukan adalah : Memonitor
kepuasan pasien terhadap manajemen nyeri, Meningkatkan istirahat dan
tidur yang adekuat, Mengelola anti analgetik, Menjelaskan pada pasien
penyebab nyeri, Melakukan tehnik nonfarmakologis (relaksasi, masase
punggung)
b. Untuk diagnosa kedua
Yaitu : Cemas, tindakan yang penulis lakukan adalah : Menjelaskan
semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur, Menemani
pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut, Memberikan
informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis, Melibatkan
keluarga untuk mendampingi klien, Menginstruksikan pada pasien untuk
menggunakan tehnik relaksasi, Mendorong pasien untuk mengungkapkan
perasaan, ketakutan, persepsi
c. Untuk diagnosa ketiga
Yaitu : Defisit perawatan diri, tindakan yang penulis lakukan adalah :
Memonitor kemempuan klien untuk perawatan diri yang mandiri,
Memonitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk kebersihan diri,
berpakaian, berhias, toileting dan makan, Mendorong klien untuk
melakukan aktivitas sehari-hari yang normal sesuai kemampuan yang
dimiliki, Mendorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan
ketika klien tidak mampu melakukannya, Mengajarkan keluarga untuk
mendorong kemandirian, untuk memberikan bantuan hanya jika pasien
tidak mampu untuk melakukannya, Memberikan aktivitas rutin sehari-
hari sesuai kemampuan.
d. Untuk diagnosa keempat
Yaitu : Intoleransi aktifitas, tindakan yang penulis lakukan adalah :
Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas, Monitor
nutrisi dan sumber energi yang adekuat, Monitor pola tidur dan lamanya
tidur/istirahat pasien, Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik
dalam merencanakan progran terapi yang tepat, Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan, Bantu pasien/keluarga
untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas
Dalam melakukan rencana tindakan keperawatan penulis tidak menemukan
kesulitan yang berarti hal ini disebabkan karena :
a. Adanya faktor perencanaan yang baik dan keaktifan keluarga dalam
perawatan sehingga memudahkan untuk melakukan asuhan pada
tindakan keperawatan.
b. Pendekatan yang dilakukan dengan baik sehingga keluarga merasa
percaya sehingga memudahkan dalam melakukan tindakan
keperawatan pada klien.
c. Adanya kerjasama yang baik antara penulis dengan petugas ruangan
sehingga penulis mendapatkan bantuan dalam melakukan tindakan
asuhan keperawatan
4.5. Evaluasi
Dari 4 diagnosa keperawatan yang penulis tegakkan sesuai dengan apa yang
penulis temukan dalam melakukan studi kasus dan melakukan asuhan
keperawatan hanya 3 tercapai perkembangan yang diharapkan, dikarenakan
waktu yang singkat oleh karena itu diharapkan kepada perawat dan tenaga
medis lainnya untuk melanjutkan intervensi yang telah penulis rencanakan.
Dalam melakukan asuhan keperawatan untuk mencapai hasil yang maksimal
memerlukan adanya kerja sama antara penulis dengan klien, perawat, dokter,
dan tim kesehatan lainnya.
Untuk diagnosa pertama yaitu Nyeri, hasil yang penulis dapatkan pada hari
ke 3 adalah Keluarga klien mengatakan kepala klien sudah tidak sakit lagi
dan pendengaran klien masih kurang baik.
BAB V
PENUTUP
5.1. KESIMPULAN
1. Tumor otak adalah lesi intrakranial yang menempati ruang dalam tulang
tengkorak. Tumor otak ( tumor intrakranial )meliputi lesi benigna dan
maligna Tumor otak dapat terjadi pada beberapa struktur area otak dan
pada semua kelompk umur. Tumor otak dinamakan sesuai dengan
jaringan dimana tumor itu muncul.
2. Tanda dan gejala dari SOL itu sendiri yaitu gangguan kepribadian ringan,
kelemahan otot wajah, kelemahan ekstrimitas bawah, kejang, gangguan
penglihatan, dan nyeri kepala.
3. Komplikasi yang terjadi pada SOL adalah edema serebral, tekanan
intrakranial meningkat, herniasi otak, hidrosefalus, kejang dan metastase
ketempat lain.
4. Penatalaksanaannya yaitu terapi radiasi, kemoterapi, prosedur
pembedahan otak, laser karbondioksida, transplantasi tulang sumsum dan
implantasi radioisotop.
5. Pengalaman nyata yang penulis dapatkan dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada klien dengan SOL adalah adanya kesamaan antara
tinjauan teori dan tinjauan kasus.
6. Dalam pemberian asuhan keperawatan kepada klien, penulis menemui
beberapa hambatan – hambatan seperti dalam melakukan implementasi
dan intervensi pada klien ternyata sesuai dengan teori yang ada, yang
dapat menyembuhkan penyakit tersebut di dalam evaluasi yang telah di
lakukan sehingga masalah dapat di atasi melalui pendekatan proses
keperawatan.
5.2. SARAN
5.2.1. Instansi atau Rumah sakit
Untuk meningkatkan rasa nyaman dan menghindari bakteri nasokomial pada
klien, sebaiknya pihak rumah sakit lebih memperhatikan kebersihan dan
mencuci tangan sebelum dan setelah melakukan tindakan keperawatan.
5.2.2. Ilmu atau Profesi Keperawatan
a. Belajar dalam memahami secara teoritis dan praktek dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan spece occupying
lession
b. Bagi perawat hendaknya lebih memahami tentang SOL agar dapat
memberikan asuhan keperawatan yang profesional dan benar sehingga
meningkatkan kemungkinan kesembuhan pasien
5.2.3. Bagi keluarga
Di harapkan keluarga dapat memberikan dorongan kepada pasien agar dapat
cepat sembuh dan Diharapkan keluarga mampu memelihara dan merawat
anggota keluarga yang sakit dan memberikan perhatian terhadap anggota
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Akhyar(2010).SOL Intracranial BABIIhttp://www.academia.edu/9672540/
SOL_intrakranial_BAB-II
Doenges, (2004). Rencana asuhan keperawatan. Jakarta: EGC
Ejaz butt (2005). Keperawatan neurologi. Diakses tanggal 15 Oktober 2005. Online
Ginsberg lionel(2003).classification. USA: Willey Blackwell
Guyton(2007). Neurologi Klinik. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Mardjono(2008). Keperawatan neurologi Jakarta : EGC
Muttaqin, Arif. (2008). Buku Ajar Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta : Salemba Medika.
Ngatisyah(2006). Faktor resiko SOL. Jakarta : EGC.
Price (2005). Patofisiologi; konsep klinik proses- proses penyakit. (Ed. 4). Jakarta:
EGC
satyanegara(2010). Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan . Jakarta :
EGC.
Sudarth, brunner(2003). Buku Ajar Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta : Salemba Medika.
Sudarth, brunner(2001). patofisiologi 2nd. USA : Mosby
Widjoesno(2009). Penuntun Neurologi. Tangerang : Bina Rupa Aksara.
Satuan Acara Penyuluhan (SAP)Nyeri
Disusun oleh
Nama : Amelia Mifta UlrahmaNim : 13103084015384Prodi : D-III Keperawatan
Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik
( ) ( )
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis Sumbar
Prodi D-III keperawatan
Tahun ajaran 2015/2016
Satuan acara penyuluhan (SAP)
NYERI
Pokok bahasan : Nyeri
Hari/tanggal : Kamis/23 juni 2016
Waktu : 30 menit
Sasaran : Klien dan keluarga
Tempat : RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi
A. Latar belakang
Banyak masalah kesehatan yang dihadapai saat ini, bahkan rasa sakit yang kadang
dianggap biasa yaitu seperti sakit kepala. Sakit kepala tentu sangat tidak enak dan
menyiksa. Semua orang pernah mengalaminya, bisa karena tegang, trauma,
kurang tidur, polusi, sakit gigi, dan sebab lainnya. Jika masih tergolong sakit
kepala biasa, dapat diobati dengan obat sakit kepala. Namun, disaat mengalami
sakit kepala sebelah atau migrain, tentu akan berbeda pula cara penanganannya.
Migrain atau sering juga disebut sakit kepala atau pusing sebelah adalah nyeri
kepala berdenyut yang kerap kali disertai mual, muntah. Sakit kepala ini paling
sering hanya mengenai satu sisi kepala saja, kadang-kadang berpindah ke sisi
sebelahnya, tetapi dapat mengenai kedua sisi kepala sekaligus. Namun kejadian
ini sangat jarang Serangan sakit kepala migrain terasa lebih menyiksa dan
terkadang datang tiba-tiba. Penderita sakit kepala akan merasakan nyeri dan
berdenyut seperti dipukuli dan ditarik-tarik dan biasanya disertai
dengan gangguan saluran cerna seperti mual dan muntah. Penderita cenderung
menjadi lebih sensitif terhadap cahaya, suara dan bau-bauan. Sakit kepala sebelah
ini banyak diderita oleh wanita, namun tidak terkecuali pria. Hal ini dapat
disebabkan oleh berbagai faktor yang mempengaruhinya, antara lain adalah stres,
cemas, kurang tidur, tidak teratur makan, perubahan suhu dan lain sebagainya.
B. Tujuan
1. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Setelah di berikan penyuluhan orang tua pasien mampu memahami tentang
management nyeri
2. TUJUAN INSTRUKTISIONAL KHUSUS
Setelah mengikuti penyuluhan orang tua pasien dapat:
1. Menjelaskan pengertian nyeri
2. Menjelaskan penyebab nyeri
3. Menjelaskan macam-macam nyeri
4. Menjelaskan tehnik pengobatan
5. Menjelaskan cara menghilangkan nyeri
C. Sasaran dan target
Adapun peserta dalam penyuluhan ini adalah pasien-pasien dan keluarga pasien
yang ada di RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi.
D. Metode
Metode yang dilakukan adalah diskusi dan tanya jawab.
E. Media dan alat
Leaflet
F. Waktu dan tempat
Hari : Kamis
Tanggal : 23 juni 2016
Waktu : 30 menit
Tempat : RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi
G. Pengorganisasian dan fungsinya / uraian tugas
a. Moderator
Membuka kegiatan dengan mengucapkan salam.
Memperkenalkan diri
Menjelaskan tujuan dari penyuluhan
Mengadakan kontrak waktu
Menyerahkan jalannya penyuluhan kepada presenter
Menutup acara
b. Presenter
Menjelaskan penjelasan / penyuluhan mengenai nyeri
c. Observer
Mengamati proses pelaksanaan kegiatan dari awal sampai akhir
d. Fasilitator
Memotivasi peserta untuk berperan aktif dalam jalannya penyuluhan
Membantu dalam menanggapi pertanyaan dari peserta
e. Setting tempat
Keterangan :
: Fasilitator : : Audiens
: Moderator : Presenter
: Observer
White board
meja
Kegiatan penyuluhan
N
o
Waktu Kegiatan
Penyuluh (Mahasiswa) Klien
1 Pembukaan (2 menit) Mengucapkan salam
Memperkenalkan
diri
Menjelaskan maksud
dan tujuan
Kontrak waktu
Menjawab
salam
Mendengarka
n
Menyimak
Bertanya
2 Inti (10 menit) Menyampaikan
materi
Menekankan hal-hal
yang penting dan
memberikan
contohnya
Menjawab
pertanyaan
Mendengarka
n,
memperhatik
an dan
menanyakan
hal yang
tidak jelas
Memperhati
kan
Penyuluhan
3 Penutup (3 menit) Evaluasi
Memberikan resume
materi
Ucapan terima kasih
Ucapan salam
Menjawab
pertanyaan
Memperhatik
an
Menyatakan
persetujuan
Mengucapka
n hamdallah
dan
menjawab
salam
f. Kriteria evaluasi
Evaluasi Struktur
Kesiapan Materi
Kesiapan SAP
Kesiapan Media: leaflet
Peserta hadir ditempat penyuluhan
Penyelenggaran penyuluhan dilaksanakan di RSUD Dr. Achmad Mochtar
Bukittinggi
Pengorganisasian penyelenggaran penyuluhan dilakukan sebelumnya
Materi penyuluhan
A. Pengertian
Nyeri adalah sensasi apapun yang menyakitkan tubuh yang dikatakan oleh
individu yang mengalaminya, yang ada kapanpun individu mengatakannya atau
nyeri adalah perasaan spesifik seseorang yang diinformasikan oleh mekanisme
pertahanan organisasi tubuh terhadap suatu lesi (kerusakan jaringan)
B. Penyebab
Adanya gangguan jaringan tubuh sehingga jaringan tubuh tidak bisa berfungsi
secara normal. Seperti : cedera, keseleo
C. Macam-macam nyeri
1) Nyeri akut
Nyeri akut dapat didefinisikan sebagai nyeri yang disebabkan karena suatu
cidera, proses penyakit atau fungsi abnormal otot dan visera.
2) Nyeri kronik
Nyeri kronis didefinisikan sebagai nyeri yang menetap melebihi rentang
waktu suatu proses akut atau melebihi kurun waktu normal tercapainya suatu
penyembuhan; periodenya dapat bervariasi dari 1 hingga 6 bulan.
D. Pengobatan
Pada prinsipnya, rasa nyeri bisa diobati dengan tiga cara yaitu:
a) Menghilangkan Penyebab Nyeri
Nyeri akibat infeksi atau bakteri dapat dihilangkan dengan mengobati atau
melenyapkan faktor penyebabnya, yakni dengan pemberian obat guna
membunuh kuman/bakteri.
b) Meningkatkan Daya Tahan Tubuh
Nyeri juga dapat ditekan dengan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap
penyakit. Ini dapat dilakukan dengan pemberian terapi. Misalnya, memberikan
vitamin, terapi media, terapi massage (pijat) dan lain-lain.
c) Memotong Jalur Transmisi Nyeri
Pada dasarnya segala bentuk pengobatan terhadap nyeri adalah dengan
melakukan blokade syaraf sensorik. Ini dapat dilakukan dengan pemberian
obat-obatan yang sifatnya menekan fungsi nociceptor (saraf nyeri)
E. Cara menghilangkan
Memandangi foto
Kebiasaan menyimpan foto di dalam dompet bisa berguna saat hendak
menjalani pemeriksaan yang menyakitkan misalnya mammogram. Saat
memandangi foto orang terkasih, seseorang terutama wanita akan merasakan
sakit yang lebih sedikit dibandingkan hanya memandangi perangkat
laboratorium dan wajah-wajah orang asing.
Mengkhayal
Bebaskan fantasi dengan mengkhayal apa saja, maka nyeri akut akan
berkurang. Dalam sebuah studi di University of Wisconsin, khayalan seksual
atau tentang sesuatu yang seksi paling efektif meningkatkan toleransi terhadap
nyeri dibandingkan khayalan tentang topik lain. Fantasi seksual tidak hanya
mengalihkan perhatian dari rasa nyeri. Hamid Hekmat PhD, ilmuwan yang
melakukan studi tersebut mengungkap bahwa khayalan semacam itu juga dapat
mengurangi rasa gelisah selama pemeriksaan.
Bernapas pelan dan dalam
Cara mudah untuk mengatasi nyeri akut seperti saat disuntik adalah dengan
melakukan pernapasan ala yoga, yakni pernapasan yang pelan dan dalam. Cara
ini cukup efektif bahkan untuk nyeri yang lebih berat, seperti yang sering
dilakukan para wanita saat melahirkan.
Meditasi setiap hari
Agar efektif, cara ini harus dilakukan secara rutin misalnya setiap hari
menjelang tidur. Menurut penelitian di Kanada, seseorang yang rutin
bermeditasi memiliki area cortex yang lebih tebal di otak sehingga sensitivitas
terhadap nyeri berkurang. Tidak perlu berbulan-bulan, efeknya sudah bisa
dirasakan dengan melakukannya secara rutin selama beberapa hari.
Menghirup aroma apel hijau
Sakit kepala maupun migrain bisa diredakan dengan cara mengunyah apel
hijau, atau menyalakan terapi aroma dengan bau yang serupa. Menurut studi
yang dilakukan Smeel&Taste, aroma tersebut bisa mengurangi kontraksi di
otot kepala dan leher sehingga bisa meredakan sakit kepala. Studi sebelumnya
membuktikan, aroma apel hijau juga meredakan rasa gelisah.
Percaya diri
Saat hendak mencabut gigi atau menerima suntikan, katakan pada diri sendiri
bahwa prosedur itu tidak akan menyakitkan. Apabila ternyata memang sakit,
yakinkan diri sendiri bahwa sakitnya hanya sebentar. Alihkan perhatian apabila
melihat pasien sebelumnya tampak kesakitan, atau anggap saja orang itu
berlebihan. Cara ini sangat efektif, dan telah dibuktikan dalam penelitian
Robert C. Coghill, PhD. dari Wake Forest University.
Bergaul dengan sahabat
Nyeri yang persisten atau menetap seperti nyeri punggung tidak bisa diatasi
hanya dengan obat. Terapi penunjang dibutuhkan untuk membantu meredakan,
salah satunya bergaul dengan sahabat. Menurut sebuah penelitian di Spanyol,
semakin aktif seseorang dalam bergaul, semakin mudah baginya untuk
mengatasi gejala nyeri punggung.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber/Refrensi :
http://perawattegal.wordpress.com/2009/08/29/manajemen-nyeri-akut-dan-nyeri-
refrakter/
http://andaners.wordpress.com/2010/11/24/manajemen-nyeri-disertai-tips-mengatasi-
nyeri/
http://kesehatan.myhendra.web.id/2010/06/mengurangi-nyeri.html
PENYULUHAN tentang“NYERI”
Amelia Mifta Ulrahma13103084015384
D III KEPERAWATANSTIKES PERINTIS SUMBAR
T.A 2015/2016
Pengobatannya
a) Menghilangkan Penyebab Nyeri Nyeri akibat infeksi atau bakteri dapat dihilangkan dengan mengobati atau melenyapkan faktor penyebabnya, yakni dengan pemberian obat guna membunuh kuman/bakteri.
b) Meningkatkan Daya Tahan Tubuh
Nyeri juga dapat ditekan dengan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit. Ini dapat dilakukan dengan pemberian terapi. Misalnya, memberikan vitamin, terapi media, terapi massage (pijat) dan lain-lain.
c) Memotong Jalur Transmisi NyeriPada dasarnya segala bentuk pengobatan terhadap nyeri adalah dengan melakukan
Memandangi foto
Mengkhayal
Bernapas pelan dan dalam
Meditasi setiap hari
Menghirup aroma apel hijau
Percaya diri
Bergaul dengan sahabat
Pencegahannya
Tahukah anda apakah itu nyeri ??
Pengertian Nyeri Nyeri dalah sensasi apapun yang menyakitkan tubuh menurut individu yang merasakannya.
Apa saja macam-macam nyeri ????
1. Nyeri akut 2. Nyeri kronis
Penyebabnya
Et Penyebab Nyeri
AD Adanya gangguan jaringan
tubuh sehingga jaringan
tubuh tidak bisa berfungsi
seara normal, seperti cedera
dan keseleo.
Skala Nyeri / Pain Scale
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Identitas Penulis
Nama : Amelia Mifta Ulrahma
Tempat / Tanggal Lahir : Solok, 06 Mai 1995
Alamat : Perumnas Halaban blok C/11, Solok
II. Nama Orang Tua
Ayah : Yulfendri (Alm)
Ibu : Dwi Cipta Ningsih
III. Pendidikan
TK : 2000 - 2001
SDN 06 Kota Solok : 2001 - 2007
SMPN 2 Kota Solok : 2007 - 2010
SMAN 2 Kota Solok : 2010 - 2013
STIKes Perintis Sumatera Barat : 2013 - Sekarang
Top Related