TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Definisi kista adalah pertumbuhan abnormal berupa kantong (pocket, pouch)
yang tumbuh abnormal di bagian tubuh tertentu. Kista ada yang berisi udara, cairan,
nanah atau bahan-bahan lain. Kista ovarium adalah suatu kantung yang berisi cairan
atau materi semisolid yang tumbuh pada atau sekitar ovarium1.
B. ANGKA KEJADIAN
Kistadenoma ovarii musinosum terbanyak ditemukan bersama-sama dengan
kistadenoma ovarii serosum. Kedua tumor merupakan kira-kira 60% dari seluruh
ovarium, sedang kistadenoma ovarii musinosum merupakan 40% dari seluruh
kelompok neoplasma ovarium.
Di Indonesia Hariadi (1970) menemukan frekuensi sebesar 27%; sedangkan
Gunawan (1977) menemukan angka 29,9%; Sapardan (1970) 37,2%; dan Djaswadi
15,1%2.
Sedangkan untuk kistadenoma ovarii serosum ditemukan dalam frekuensi
yang hampir sama dengan kistadenoma musinosum dan dijumpai pada golongan
umur yang sama. Agak lebih sering ditemukan kista bilateral (10 – 20%); Hariadi
(1970) 10,9% dan Gunawan (1977) 20,3%. Selanjutnya, di Surabaya Hariadi dan
Gunawan menemukan angka kejadian tumor ini masing-masing 39,8% dan 28,5%; di
Jakarta Sapardan mencatat angka 20,0%; dan di Yogyakarta Djaswadi mencatat
angka 36,1%2.
Frekuensi kista dermoid dijumpai 10% dari seluruh neoplasma ovarium yang
kistik dan paling sering ditemukan pada wanita yang masih muda. Ditaksir 25% dari
semua kista dermoid bilateral, lazimnya dijumpai pada masa reproduksi walaupun
kista dermoid dapat ditemukan pula pada anak kecil. Tumor ini dapat mencapai
ukuran yang sangat besar, sehingga beratnya mencapai beberapa kilogram.
Frekuensi kista dermoid di beberapa rumah sakit di Indonesia ialah sebagai
berikut; Sapardan mencatat angka 16,9%; Djaswadi 15,1%; Hariadi dan Gunawan
masing-masing 11,1% dan 13,5% di antara penderita dengan tumor ovarium.
Sebelum perang dunia II, Eerland dan Vos (1935) melaporkan frekuensi kista
dermoid sebesar 3,8% dari 451 tumor ovarium yang diperiksa di Nederlands-Indisch
Kanker Instituut di Bandung, di antaranya satu kasus pada anak umur 13 tahun2.
C. KLASIFIKASI
Terdapat berbagai macam tumor yang dapat tumbuh pada ovarium. Ada yang
neoplastik dan nonneoplastik. Beberapa di antara tumor neoplastik bersifat jinak
(noncancerous) dan tidak pernah menyebar di luar ovarium. Tipe lainnya adalah
maligna atau ganas (cancerous) dan dapat menyebat ke bagian-bagian tubuh lainnya.
Selanjutnya tumor neoplastik yang bersifat jinak dapat dibagi menjadi tumor kistik
dan tumor solid. Kista ovarium termasuk tumor neoplastik yang bersifat jinak dan
diklasifikasikan menjadi:1
1. Kistoma Ovarii Simpleks
Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai,
seringkali bilateral dan dapat menjadi bersar. Dinding kista tipis tampak lapisan epitel
jernih, serous dan berwarna kuning. Pada dinding kista tampak lapisan epitel kubik.
Berhubung dengan adanya tangkai, dapat terjadi torsi (putaran tangkai) dengan
gejala-gejala mendadak. Diduga bahwa kista ini suatu jenis kistadenoma serosum,
yang kehilangan epitel kelenjarnya berhubung dengan tekanan cairan dalam kista.
2. Kistadenoma Ovarii Musinosum
Tumor lazimnya berbentuk multilokuler; oleh karena itu, permukaan
berbagala (lobulated). Kira-kira 10% dapat mencapai ukuran yang amat besar, lebih-
lebih pada penderita yang datang dari pedesaan. Pada tumor yang besar tidak lagi
dapat ditemukan jaringan ovarium yang normal. Tumor biasanya unilateral, akan
tetapi dapat juga dijumpai yang bilateral.
Kista menerima darahnya melalui suatu tangkai; kadang-kadang dapat terjadi
torsi yang mengakibatkan gangguan sirkulasi. Gangguan ini dapat menyebabkan
perdarahan dalam kista dan perubahan degeneratif, yang memudahkan timbulnya
perlekatan kista dengan omentum, usus-usus dan peritoneum parietale.
Dinding kista agak tebal dan berwarna putih keabu-abuan, yang terakhir ini
khususnya bila terjadi perdarahan atau perubahan degeneratif di dalam kista. Pada
pembukaan terdapat cairan lendir yang khas, kental seperti gelatin, melekat dan
berwarna kuning sampai coklat tergantung dari percampurannya dengan darah.
3. Kistadenoma Ovarii Serosum
Pada umumnya kista jenis ini tak mencapai ukuran yang amat besar
dibandingkan dengan kistadenoma musinosum. Permukaan tumor biasanya licin,
akan tetapi dapat pula berbagala karena kista serosum pun dapat berbentuk
multilokuler, meskipun lazimnya berongga satu. Warna kista putih keabu-abuan. Isi
kista cair, kuning dan kadang-kadang coklat karena campuran darah. Tidak jarang
kistanya sendiri kecil, tetapi permuukaannya penuh dengan pertumbuhan papiler
(solid papilloma).
4. Kista Endometroid
Kista ini biasanya unilateral dangan permukaan licin; pada dinding dalam
terdapat satu lapisan sel-sel, yang menyerupai lapisan epitel endometrium.
5. Kista Dermoid
Tidak ada ciri-ciri yang khas pada kista dermoid. Dinding kista kelihatan
putih, keabu-abuan dan agak tipis. Konsistensi tumor sebagian kistik kenyal, di
bagian lain padat. Sepintas lalu kelihatan seperti kista berongga satu, akan tetapi bila
dibelah, biasanya nampak satu kista besar dengan ruangan kecil-kecil dalam
dindingnya. Pada umumnya tedapat satu daerah pada dinding bagian dalam, yang
menonjol dan padat.
Tumor mengandung elemen-elemen ektodermal dan entodermal. Maka dapt
ditemukan kulit, rambut, kelenjar sebasea, gigi (ektodermal), tulang rawan, serat otot
jaringan ikat (mesodermal) dan mukosa traktus gastrointestinalis, epitel saluran
pernapasan, dan jaringan tiroid (entodermal). Bahan yang terdapat dalam rongga kista
ialah produk dari kelenjar sebasea berupa massa lembek seperti lemak, bercampur
dengan rambut. Rambut ini terdapat beberapa serat saja, tetapi dapat pula merupakan
gelondongan seperti konde.
Pada kista dermoid dapat terjadi torsi tangkai dengan gejala nyeri mendadak
di perut bagian bawah. Ada kemungkinan pula terjadinya sobekan dinding kista
dengan akibat pengeluaran isi kista dalam rongga peritoneum2.
D. TANDA DAN GEJALA
Kebanyakan wanita dengan tumor ovarium tidak menimbulkan gejala dalam
waktu yang lama. Gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik. Sebagian
gejala dan tanda adalah akibat dari pertumbuhan, aktivitas endokrin, atau komplikasi
tumor tersebut. Pada stadium awal dapat berupa gangguan haid. Dapat juga terjadi
peregangan atau penekanan daerah panggul yang menyebabkan nyeri spontan atau
nyeri pada saat bersenggama. Jika tumor sudah menekan rektum atau kandung kemih
mungkin terjadi konstipasi atau sering berkemih.
Pada stadium lanjut gejala yang terjadi berhubungan dengan adanya asites
(penimbunan cairan dalam rongga perut), penyebaran ke omentum (lemak perut) dan
organ-organ di dalam rongga perut lainnya seperti usus-usus dan hati. Penumpukan
cairan bisa juga terjadi pada rongga dada akibat penyebaran penyakit ke rongga dada
yang mengakibatkan penderita sangat merasa sesak napas1.
Pada umumnya gejala yang timbul dan patognomonik adalah:
Penekanan terhadap vesika dan rektum.
Perut terasa penuh
Pembesaran perut
Perdarahan (jarang)
Nyeri (pada putaran tangkai/kista pecah)
Sesak napas, oedema tungkai (pada tumor yang sangat besar)3.
E. DIAGNOSIS
Apabila pada pemeriksaan ditemukan tumor di rongga perut bagian bawah
dan atau di rongga panggul, maka setelah diteliti sifat-sifatnya (besarnya, lokalisasi,
permukaan, konsistensi, apakah dapat digerakkan atau tidak), perlulah ditentukan
jenis tumor tersebut. Pada tumor ovarium biasanya uterus dapat diraba tersendiri,
terpisah dari tumor. Jika tumor ovarium terletak di garis tengah dalam rongga perut
bagian bawah dan tumor itu konsistensinya kistik, perlu dipikirkan adanya kehamilan
atau kandung kemih penuh, sehingga pada anamnesis perlulah lebih cermat dan
disertai pemeriksaan tambahan.
Di negara-negara berkembang, karena tidak segera dioperasi tumor ovarium
dapat menjadi besar, sehingga mengisi seluruh rongga perut. Dalam hal ini kadang-
kadang sukar untuk menentukan apakah pembesaran perut disebabkan oleh tumor
atau ascites, akan tetapi dengan pemeriksaan yang dilakukan dengan teliti, kesukaran
ini biasanya dapat diatasi.
Apabila sudah ditentukan bahwa tumor yang ditemukan ialah tumor ovarium,
maka perlu diketahui apakah tumor itu bersifat neoplastik atau nonneoplastik. Tumor
nonneoplastik akibat peradangan umumya dalam anamnesis menunjukkan gejala-
gejala ke arah peradangan genital, dan pada pemeriksaan tumor-tumor akibat
peradangan tidak dapat digerakkan karena perlengketan. Kista nonneoplastik
umumnya tidak menjadi besar dan diantaranya pada suatu waktu biasanya
menghilang sendiri2.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak jarang tentang penegakan diagnosis tidak dapat diperoleh kepastian
sebelum dilakukan operasi, akan tetapi pemeriksaan yang cermat dan analisis yang
tajam dari gejala-gejala yang ditemukan dapat membantu dalam pembuatan
diferensial diagnosis2.
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis
adalah:
1. Laparoskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal dari
ovarium atau tidak, serta untuk menentukan sifat-sifat tumor itu.
2. Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor, apakah tumor
berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistik atau solid,
dan dapat pula dibedakan antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang
tidak.
3. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrothoraks. Selanjutnya, pada
kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat adanya gigi dalam tumor.
4. Parasintesis
Pungsi ascites berguna untuk menentukan sebab ascites. Perlu diperhatikan bahwa
tindakan tersebut dapt mencemarkan cavum peritonei dengan isi kista bila dinding
kista tertusuk2.
Pada pemeriksaan ultrasonografi (USG) kista abnormal dapat memberikan
gambaran kantung dengan banyak ruang-ruang dan terlihat pertumbuhan sel-sel yang
menonjol dari dinding dalam kista. Ini membuat permukaan kista menjadi bergerigi
atau tidak mulus. Dan tidak seperti kista fungsional yang hanya terisi cairan, kista
abnormal memperlihatkan campuran cairan dan jaringan solid4.
G. PENATALAKSANAAN
Terapi kista ovarium bergantung dari beberapa faktor, yaitu ukuran dan jenis
kista, umur dan kondisi kesehatan penderita, rencana kehamilan di masa depan,
demikian juga dengan beratnya gejala-gejala yang terjadi4.
Dua prinsip penting dalam manajemen kista ovarium yaitu:
1. Sikap wait and see. Oleh karena mayoritas kista adalah kista fungsional yang
akan menyusut dengan sendirinya dalam 2 – 3 bulan. Semakin dini deteksinya
semakin mudah pengobatannya. Tentu setiap wanita berharap agar ovariumnya
tetap utuh, tidak rusak atau dapat dipertahankan, jika diputuskan untuk
mengangkat kista. Kemungkinan ini dapat terjadi jika kista ditemukan dalam
stadium dini.
2. Pilihan lainnya ialah terapi bedah. Indikasi bedah ialah kista yang tidak
menghilang dalam beberapa kali siklus menstruasi atau kista yang memiliki
ukuran demikian besar, kista yang ditemukan pada wanita yang menopause atau
kista yang menimbulkan rasa nyeri luar biasa dan sampai timbul perdarahan.
Tindakan bedah dapat sangat terbatas berupa pengangkatan kista dengan tetap
mempertahankan ovarium. Tindakan ini kemungkinan dapat menjadi lebih
ekstensif, mulai dari pengangkatan seluruh ovarium atau lebih luas lagi merembet
ke pengangkatan uterus (histerektomi total)4.
Prinsip penanganan kista ovarium bahwa tumor ovarium neoplastik
memerlukan operasi dan tumor nonneoplastik tidak, jika menghadapi tumor ovarium
yang tidak memberikan gejala/keluhan pada penderita dan yang besarnya tidak
melebihi 5 cm diameternya, kemungkinan besar tumor tersebut adalah kista folikel
atau kista korpus luteum. Tidak jarang tumor tersebut mengalami pengecilan secara
spontan dan menghilang, sehingga perlu diambil sikap untuk menunggu selama 2 – 3
bulan, jika selama waktu observasi dilihat peningkatan dalam pertumbuhan tumor
tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa kemungkinan tumor besar itu bersifat
neoplastik dan dapat dipertimbangkan untuk pengobatan operatif2.
Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah
pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang
mengandung tumor, akan tetapi jika tumornya besar atau ada komplikasi perlu
dilakukan pengangkatan ovarium, biasanya disertai pengangkatan tuba
(salphyngooogorektomi). Jika terdapat keganasan operasi yang lebih tepat ialah
histerektomi dan salphyngoooforektomi bilateral. Akan tetapi pada wanita muda yang
masih ingin mendapatkan keturunan dan dengan tingkat keganasan tumor yang
rendah, dapat dipertanggungjawabkan untuk mengambil resiko dengan melakukan
operasi yang tidak seberapa radikal2.
H. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada kista ovarium diantaranya2:
Torsi
Ruptur
Perdarahan
Menjadi keganasan: potensi kistadenoma ovarium jinak menjadi ganas sudah
dipostulasikan, kista dermoid dan endometriosis dapat berubah menjadi ganas,
akan tetapi dalam persentase yang relatif kecil.
I. PROGNOSIS
Wiliam Helm, C dkk (2005) mengatakan:
Prognosis dari kista jinak sangat baik. Kista jinak tersebut dapat tumbuh di
jaringan sisa ovarium atau di ovarium kontralateral.
Kematian disebabkan karena karsinoma ovarii ganas berhubungan dengan
stadium saat terdiagnosis pertama kali dan pasien dengan keganasan ini sering
ditemukan sudah dalam stadium akhir.
Angka harapan hidup dalam 5 tahun rata-rata 41,6% bervariasi antara 86,9%
untuk stadium FIGO Ia dan 11,1% untuk stadium IV.
Tumor sel granuloma memiliki angka bertahan hidup 82% sedangkan karsinoma
sel skuamosa yang berasal dari kista dermoid berkaitan dengan prognosis yang
buruk.
Sebagian besar tumor sel germinal yang terdiagnosis pada stadium awal memiliki
prognosis yang sangat baik. Disgerminoma dengan stadium lanjut berkaitan
dengan prognosis yang lebih baik dibandingkan germinal sel tumor
nondisgerminoma.
Tumor yang lebih tidak agresif dengan potensi keganasan yang rendah
mempunyai sifat yang lebih jinak tetapi berhubungan dengan angka kematian
yang tinggi. Secara keseluruhan angka bertahan hidup selama 5 tahun adalah
86,2%.
LAPORAN KASUS
I. Identitas Pasien
Nama : Ny. Warne
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 29 tahun
Suku : Sasak
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : desa Sokong, Tanjung, KLU
MRS : 15 April 2012.
II. Anamnesis
Keluhan Utama: pasien mengeluhkan terasa benjolan di perut bagian bawah
Riwayat penyakit sekarang:
Pasien mengeluhkan terasa benjolan di perut bagian bawah yang disadari sejak 1
minggu yang lalu. Pasien mengaku benjolan tersebut semakin lama makin membesar.
Pasien juga mengeluh nyeri pada benjolan tersebut sejak 1 minggu yang lalu. Pasien
juga mengeluh sering kencing sejak 1 bulan yang lalu, frekuensi kencing ±15 kali
perhari, jumlah sedikit-sedikit, nyeri saat kencing disangkal pasien. Perdarahan tidak
ada, gangguan buang air besar disangkal oleh pasien.
Riwayat menstruasi : pasien mengaku selalu mendapat haid tiap bulan dengan
siklus haid 30 hari dan lamanya haid 5 hari.
Riwayat kontrasepsi : -
Riwayat obsetri:
1. Laki-laki, 10 tahun, aterm, dukun, spontan, hidup.
Riwayat penyakit terdahulu: penderita menyangkal pernah menderita penyakit
kencing manis, jantung, asma, tekanan darah tinggi dan sesak nafas.
Riwayat penyakit keganasan pada keluarga: tidak ada
III.Pemeriksaan Fisik
Status Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tensi : 110/70 mmHg.
Nadi : 80x/menit
Respirasi : 16x/menit
T rectal : 36,4 oC
Status general
Kepala : Mata Anemia -/-, ikterus -/-, pupil isokor, reflex pupil (+/+)
THT dalam batas normal, pembesaran KGB(-)
Thorak : inspeksi : simetris
Palpasi : gerakan didnding dada sama kanan dan kiri
Perkusi : sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Cor S1S2 tunggal reguler murmur –
Po vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen : Inspeksi : Perut tampak membesar.
Palpasi : Tinggi fundus uteri tidak teraba. Teraba massa dengan
konsistensi padat pada perut bagian bawah dengan diameter ± 16 x
24cm, permukaan irregular, berbatas tegas, dapat digerakkan dan
terdapat nyeri tekan.
Perkusi : nyeri ketuk (+), shufting dullness (-)
Auskultasi : bising usus (+)
Ekstremitas : akral hangat (+), oedema (-)
IV. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis kasus
ini adalah dengan USG didapatkan hasil: uterus sulit dievaluasi. Tampak massa
hiperechoic dan beberapa sonolunan, ukuran tidak terjangkau oleh tranduser. Tampak
cairan bebas. Kesan kistoma ovarii dengan bagian padat curiga keganasan dan ascites.
V. Diagnosis
Kista ovarium.
VI. Penatalaksanaan
Rencana : Laparotomi.
Tindakan :
Cek laboratorium sebelum operasi: DL, HbSAg, SGOT, SGPT, Ureum
Creatinin, gula darah dan UL.
Konsultasi ke bagian Penyakit Dalam dan Anastesia sebelum operasi.
Laparotomi tanggal 17 april 2012, namun laparotomi ditunda karena
pasien belum mendapatkan darah untuk persiapan operasi
PEMBAHASAN
kista adalah pertumbuhan abnormal berupa kantong (pocket, pouch) yang
tumbuh abnormal di bagian tubuh tertentu. Kista ada yang berisi udara, cairan, nanah
atau bahan-bahan lain. Kista ovarium adalah suatu kantung yang berisi cairan atau
materi semisolid yang tumbuh pada atau sekitar ovarium
Pada kasus ini gejala dan tanda yang dialami pasien adalah perut terasa
membesar karena pasien mengeluhkan adanya benjolan padat di daerah perut bagian
bawah. Pada pasien ini juga terdapat keluhan buang air kecil yang sering dan sedikit-
sedikit, hal ini dapat terjadi karena ukuran kista yang besar sehingga dapat menekan
organ disekitarnya, dalam hal ini adalah vesika urinaria. Namun rektum belum
mengalami penekanan sehingga tidak terdapat gangguan pada buang air besar.
Usia pasien yang menderita kista pada kasus ini adalah 29 tahun. Hal ini
sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa kista ovarium paling sering terdapat
pada wanita berusia antara 20 – 50 tahun dan jarang sekali pada masa prapubertas.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien untuk menentukan diagnosis
kista dalam hal ini adalah pemeriksaan abdomen, dimana didapatkan hasil pada
abdomen bagian kanan bawah teraba massa dengan konsistensi padat pada perut
bagian bawah dengan diameter 16 x 24 cm, permukaan irregular, berbatas tegas dan
dapat digerakkan. Pasien juga mengatakan pada pemeriksaan palpasi dan perkusi
abdomen terasa nyeri didaerah perut bagian bawah. Rasa nyeri ini kemungkinan
terjadi karena adanya torsi dari kista. Rasa nyeri dapat juga terjadi akibat ruptur dan
perdarahan yang terjadi sekonyong-konyongnya dalam jumlah yang banyak, akan
terjadi distensi cepat dari kista yang menimbulakan rasa nyeri mendadak.
Kecurigaan kista nonneoplastik dapat disingkirkan dari diagnosis karena
tumor yang diderita pasien semakin lama makin membesar dan tidak dapat
menghilang sendiri. Tidak didapatkan tanda-tanda peradangan pada pasien seperti
suhu badan tinggi dan tumor yang lengket dengan peritoneum. Dari anamnesis dan
pemeriksaan fisik yang dilakukan dapat dibuat beberapa diferensial diagnosis yaitu
tumor – tumor abdomen yang biasanya terletak di bagian bawah rongga perut seperti
mioma subserosum dan mioma intraligamenter, serta tumor-tumor bukan dari
ovarium yang tertelak di daerah pelvis antara lain ginjal ektopik, limpa bertangkai
dan tumor dari kolon sigmoideum. Namun pemeriksaan ini belum dapat menegakkan
diagnosis pasti tumor ovarium, karena harus menyingirkan diferensial diagnosis dari
kista ovarium sehingga perlu dilakukan pemeriksaan penunjang.
Ketika USG menangkap gambaran ganas, seharusnya dibutuhkan
pemeriksaan lanjutan, sebab penentuan definitif sifat kista abnormal, apakah jinak
atau ganas, hanya dapat diketahui dengan mengambil contoh jaringan secara
langsung. Hal ini mesti dikerjakan melalui tindakan operasi. Namun, pada kasus ini
tidak dilakukan pemeriksaan jaringan (patologi anatomi) sehingga tidak dapat
ditentukan apakah kista bersifat jinak atau ganas. Tindakan yang akan dilakukan pada
pasien kista di kasus ini adalah laparatomi. Pasien telah dijadwalkan operasi tanggal
17 April 2012, tetapi karena pasien belum menyiapkan darah untuk persiapan
transfusi paska operasi, laparatomi ditunda.
DAFTAR PUSTAKA
1. Mulyana, Salim. (2007), Kistoma Ovarii, (medlinux.blogspot), Available from:
http://medlinux.blogspot.com. (Acessed: 2012, April 15).
2. Wiknjosastro, Hanifa, dkk. (2005), Ilmu Kandungan, Edisi 2, Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
3. Moeloek, Farid Anfasa. (2003), Standar Pelayanan Medik Obstetri dan
Ginekologi, Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia, Jakarta.
4. Anonim. (2004), Kista Ovarium yang Jarang Disadari. (majalah farmasia),
Available from: http://www.majalahfarmasia.com. (Acessed: 2012, April 15).
5. William Helm, C. (2005), Ovarian Cysts, (emedicine), Available from:
http://emedicine.com (Acessed: 2012, April 15).
LAPORAN KASUS GINEKOLOGI
KISTA OVARIUM
Disusun oleh :
RARIN CHINTIA NOVALISSA
H1A005043
PEMBIMBING
Dr. A. Rusdhy H. Hamid SpOG
DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA
DI LAB/SMF KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
RSU MATARAM
AGUSTUS 2012