KATA PENGANTAR
Puji syukur di panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat,
rahmat dan karunianya, kami dapat menyelesaikan tugas mandiri yang berjudul
“Kas dan Rekening Giro Bank Indonesia & Investasi Jangka Panjang“ dengan
tepat waktu. Meskipun banyak rintangan dan hambatan yang kami alami dalam
proses pengerjaannya, tapi kami berhasil menyelesaikannya dengan baik.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan tugas mandiri ini masih
banyak kekurangan, baik dari segi isi, penulisan maupun kata-kata yang
digunakan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun
guna perbaikan tugas mandiri ini lebih lanjut, akan penulis terima dengan senang
hati. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasihkepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan tugas mandiri ini.
Akhirnya, tiada gading yang tak retak, meskipun dalam penyusunan
makalah ini penulis telah mencurahkan semua kemampuan, namun penulis sangat
menyadari bahwa hasil penyusunan makalah ini jauh dari sempurna dikarenakan
keterbatasan data dan referensi maupun kemampuan penulis. Oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan saran serta kritik yang membangun dari berbagai
pihak.
Batam, Juni 2015
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kas dan bank merupakan harta perusahaan yang paling liquid
sehingga sangat mudah untuk diselewengkan. Setiap hari hanpir seluruh
transaksi dalam perusahaan menyangkut dengan kas, oleh karena itu
perusahaan harus membuat suatu sistem yang kuat untuk mengontrol
pengeluaran atau penerimaan kas dan bank.
Walaupun pengendalian intern yang dibuat oleh perusahaan kuat, namun
tak selayaknya perusahaan yakin dengan manajemen dan sistem yang
dibuat, perusahaan tetap harus melakukan pemeriksaan terhadap kas dan
bank dan seluruh akun dalam laporan keuangan perusahaan. Audit
perusahaan juga turut serta dalam mengontrol sistem tersebut, selain itu
audit juga memberikan kepercayaan bahwa laporan keuangan suatu
perusahaan dapat dinyatakan benar. Sehingga setiap perusahaan terutama
perusahaan yang besar wajib mengaudit perusahaannya.
Berikut pengertian kas oleh beberapa ahli, antara lain yaitu:
a. Menurut Munawir (1983)
Kas merupakan uang tunai yang dapat digunakan untuk membiayai
operasi perusahaan, termasuk dalam pengertian kas adalah cek yang
diterima dari para pelanggan dan simpanan perusahaan di bank dalam
bentuk giro atau demand deposit, yaitu simpanan di bank yang dapat
diambil kembali (dengan menggunakan cek atau bilyet).
b. Theodarus M. Tuanakotta, AK, (1982)
Kas dan bank meliputi uang tunai dan simpanan-simpanan di bank
yang langsung dapat diuangkan pada setiap saat tanpa mengurangi
nilai simpanan tersebut. Kas dapat terdiri dari kas kecil atau dana-dana
kas lainnya seperti penerimaan uang tunai dan cek-cek (yang bukan
mundur) untuk disetor ke bank keesokan harinya.
c. Standar Akuntansi Keuangan (2002)
1
Kas adalah alat pembayaran yang siap dan bebas digunakan untuk
membiayai kegiatan umum perusahaan. Yang dimaksud dengan bank
adalah sisah rekening giro perusahaan yang dapat dipergunakan secara
bebas untuk membiayai kegiatan umum perusahaan.
Investasi merupakan salah satu cara perusahaan dalam
mengoptimalkan penggunaan kas jika terjadi surplus. Dengan berinvestasi
maka dana yang terdapat dalam kas perusahaan tidak menganggur.
Investasi dapat dimaksudkan sebagai akumulasi dari suatu bentuk aktiva
untuk memperoleh manfaat dimasa yang akan dating.
Memiliki sejumlah dana yang tidak terpakai, memasukkannya
dalam berbagai invesatsi tentu merupakan salah satu pilihan yang tepat.
Investasi jangka pendek bisa dipilih dengan pertimbangan bahwa uang itu
nantinya bisa dicairkan sewaktu-waktu saat diperlukan. Untuk investasi
jangka pendek, dana yang dimasukkan dapat cair dengan mudah dalam
jangka waktu yang relatif singkat. Waktu yang ideal untuk investasi
jangka pendek adalah maksimal dalam jangka waktu satu tahun.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kas, giro Bank Indonesia, giro wajib
minimun?
2. Bagaimana kriteria pemenuhan wajib minimum, tata cara
pemeliharaan dan perhitungan giro wajib minmun?
3. Apa yang dimaksud dengan giro Bank Indonesia dan sanksi
pelanggaran giro wajib minimum?
4. Apa yang dimaksud dengan investasi jangka pendek?
5. Jelaskan penilaian investasi jangka pendek untuk sekuritas berisiko!
6. Jelaskan mengenai sertifikat Bank Indonesia!
2
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dari kas, giro Bank Indonesia, giro
wajib minimum.
2. Untuk memahami kriteria pemenuhan wajib minimum, tata cara
pemeliharaan dan perhitungan giro wajib minmun.
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud giro Bank Indonesia dan sanksi
pelanggaran giro wajib minimum.
4. Untuk memberikan informasi mengenai investasi jangka pendek.
5. Menjelaskan mengenai penilaian investasi jangka pendek untuk
sekuritas berisiko.
6. Menjelaskan mengenai sertifikat Bank Indonesia.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. KAS DAN REKENING GIRO BANK INDONESIA
2.1.1. Kas
Kas adalah mata uang kertas dan logam baik dalam valuta rupiah
maupun valuta asing yang masih berlaku sebagai alat pembayaran yang
sah. Termasuk dalam kas adalah mata uang rupiah yang ditarik dari
peredaran dan masih dalam masa tenggang untuk penukarannya kepada
Bank Indonesia.
Kas perlu diatur sehingga tidak terjadi kekurangan untuk
memenuhi kewajiban bank, dan tidak berlebihan. Kas yang berlebihan
akan menimbulkan biaya opportunity. Agar bank bisa mengendalikan kas
maka perlu adanya informasi mengenai posisi atau saldo kas. Perubahan
posisi saldo kas di bank umumnya disebabkan oleh:
a. Penyetoran dan penarikan tunai oleh nasabah. Nasabah bisa melakukan
penyetoran, pengambilan tabungan, penguangan cek, penerimaan
permohonan kiriman uang, penerimaan kiriman uang, penerimaan
pembukaan deposito, dana sebagainya.
b. Penyetoran atau penarikan dari rekening bank yang bersangkutan di Bank
Indonesia.
c. Penggunaan untuk transaksi intern bank, misalnya untuk dana kas kecil,
pembayaran biaya operasional, biaya gaji, dan sebagainya.
Akuntansi kas akan berkaitan dengan transaksi tersebut,
pencatatannya sebesar yang diterima atau yang dibayarkan. Kas suatu
bank tidak boleh bersaldo kredit sebab akan mengganggu likuiditas.
Khusus untuk rekening kas sering menampung pengiriman uang secara
fisik (remise) dari suatu bank ke bank lain atau dari suatu cabang ke
cabang yang lain.
4
Petty Cash
Petty cash adalah dana khusus yang disediakan untuk membayar
pengeluaran-pengeluaran yang jumlahnya relatif kecil. Pengeluaran-
pengeluaran yang relatif kecil kecil ini sebagian besar terjadi di internal
bank dan perlu dibukukan tersendiri dalam rekening dana kas kecil
Pencatatan petty cash ada dua sistem:
a. Sistem Dana Tetap (Imperest Fund System)
Transaksi dana kas kecil dapat meliputi pembentukan dana kas kecil,
pemakaian dana kas kecil dan pengisian dana kas kecil. Dalam sistem
ini pada saat pembentukan dana kas kecil, bank akan mencatat debet
dana kas kecil dan selanjutnya pemakaian kas kecil tidak dijurnal, tetapi
hanya diarsip sehingga saldo dana kas kecil akan tetap bila arsip
tersebut diperhitungkan. Jadi yang berubah komposisi kasnya, karena
komposisi kasnya menjadi uang tunai dan arsip yang bernilai untuk
ditukarkan pada saat pengisian kembali. Jumlah uang berkurang tetapi
bukti pemakaiannya bertambah sehingga secara absolute tetap. Pada
saat pengisian kembali, bank akan mendebet biaya-biaya yang telah
dikeluarkan dan mengkredit rekening kas.
b. Sistem Dana Berfluktuasi (Fluctuating System)
Dalam sistem ini pada saat pengisian kas kecil, bank akan mendebet
dana kas kecil dan mengkredit rekening kas. Pada saat pemakaian kas
kecil akan didebet biaya-biaya/hutang bersangkutan yang dikeluarkan
dan mengkredit rekening dana kas kecil. Sedangkan pada saat pengisian
kembali berarti akan menambah dana kas kecil yang belum dipakai
dengan cara mendebet rekening dana kas kecil dan mengkredit rekening
kas.
2.1.2. Giro Bank Indonesia
Giro Bank Indonesia merupakan rekening giro milik bank
komersial dalam valuta asing maupun valuta rupiah di Bank Indonesia.
Dengan Giro BI, bank data membiayai transaksi antara cabang maupun
5
antarbank melalui penyelesaian kliring, transfer. Disamping itu dapat
digunakan untuk membayar penarikan deposito yang relatif besar,
pemberian kredit.
Transaksi Giro BI lebih banyak berkaitan dengan transaksi kliring
(nota debet/nota kredit), pemindahbukuan, pengambilan dan penyetoran
uang tunai ke BI oleh bank komersial.
2.1.3. Giro Wajib Minimum Bank Indonesia (Reserve Requirement)
Posisi kas dan Giro BI harus dilaporkan ke BI setiap akhir pekan
yang ditunjukkan dengan rasio Giro Wajib Minimum. Untuk menentukan
Reserve Requirement sebenarnya ada dua cara yaitu Logged reserve
Requirement (LRR) dan Contamporaneous Reserve Requirement (CRR).
LRR adalah ketentuan reserve requirement berdasarkan kewajiban yang
telah terjadi pada periode sebelumnya. Sedngkan CRR adalah ketentuan
reserve requirement yang dihitung berdasarkan keadaan kewajiban sesaat
pada periode waktu yang sama.
Ketentuan reserve requirement atau Giro Wajib Minimum di
Indonesia menganut Lagged Reserve Requirement. Rasio GWM untuk
valuta rupiah minimum 5% dan untuk valuta asing minimum 3%. Formula
untuk menentukannya adalah:
Rata-rata harian jumlah alat
likuid dalam satu masa laporan
Giro Wajib Minimum =
Rata-rata harian jumlah dana pihak
Ketiga dalam satu masa pelaporan
Pada dua masa pelaporan sebelumnya
6
Cara untuk menentukan adalah sama namun perlu diperhatikan
komponen-komponen dalam perhitungan tersebut. Komponen-komponen
yang diperhitungkan dalam penentuan Giro Wajib Minimum Rupiah adalah:
a. Komponen Alat Likuid:
1. Kas yang terdiri dari uang kertas, uang logam dan commemorative coin
yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia menurut nilai nominal.
2. Giro Bank Indonesia, yaitu saldo rekening giro milik bank yang
bersangkutan yang berada di Bank Indonesia. Rekening ini tidak boleh
dikurangi dengan pinjaman dari Bank Indonesia dan tidak boleh
ditambah dengan fasilitas pinjaman dari BI yang belum digunakan tapi
sudah disetujui (dalam komitmen) misalnya Kredit Likuiditas Bank
Indonesia (KLBI).
b. Komponen Dana Pihak Ketiga
1. Giro Nasabah, yaitu simpanan masyarakat yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro atau surat
perintah pemindahbukuan yang lain. Dalam hal giro ini bersaldo debet
(negatif) maka tidak diperhitungkan dalam pos ini namun harus
dimasukkan dalam rekening kredit yang diberikan. Namun apabila
terjadi saldo kredit (negative) pada rekening kredit yang diberikan maka
harus dimasukkan dalam rekening Giro ini.
2. Tabungan. Yaitu simpanan masyarakat yang penarikannya dapat
dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati tetapi tidak
dapat ditarik dengan menggunakan cek, bilyet giro.
3. Deposito Berjangka. Dalam pos ini termasuk deposito berjangka,
deposito asuransi, deposito on call dalam rupiah yang penrikannya dapat
dilakukan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan perjanjian yang
disepakati antarbank dengan pihak ketiga. Walaupun deposito telah
7
jatuh tempo namun belum ditarik oleh deposan maka tetap dimasukkan
dalam komponen ini.
4. Sertifikat Deposito, yaitu simpanan berjangka yang penarikannya dapat
dilakukan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan yang diperjanjikan
tetapi dapat diperjualbelikan.
5. Kewajiban jangka pendek lainnya yaitu semua kewajiban bank selain
yang disebutkan diatas yang sampai dengan 24 bulan dapat ditagih oleh
pemiliknya dan harus segera dibayarkan. Misalnya: hutang PPh,
rekening titpan, kewajiban pembelian SBPU yang dijual dengan syarat
repurchase agreement (repo).
Komponen-komponen yang diperhitungkan dalam penentuan Giro
Wajib Minimum dalam Valuta Asing:
a. Komponen Alat Liquid:
1. Kas, yaitu meliputi uang kertas dalam kas. Sedangkan uang logam asing,
wesel-wesel, cek-cek dan travelers cheque tidak dimasukkan dalam
komponen ini.
2. Giro Bank Indonesia, yaitu seluruh saldo simpanan dalam USD milik
bank yang bersangkutan yang berada di BI dan dapat ditarik setiap saat.
b. Komponen Dana Pihak Ketiga:
Dalam komponen ini termasuk semua kewajiban kepada penduduk
atau bukan penduduk yang meliputi:
1. Call Money
2. Deposit on call
3. Deposito berjangka termsuk yang sudah jatuh tempo tapi belum ditarik
4. Setoran jaminan
5. Pinjaman yang diterima termask overdraft dan giro valas ada bank lain
8
6. Kewajiban-kewajiban lainnya termasuk wesel unjuk dan wesel berjangka
yang harus dibayar, travelers cheque yang dijual, transfer masuk yang
belum diselesaikan.
2.1.4. Kriteria Pemenuhan Giro Wajib Minimum
1. GMW dalam rupiah ditetapkan sebesar 5% dari DPK dalam rupiah.
GMW dalam rupiah sebesar 5% wajib dipenuhi oleh seluruh bank tanpa
memperhatikan jumlah DPK dalam rupiah yang dimiliki.
2. Selain memenuhi kriteria 1, maka bagi:
a. Bank yang memiliki DPK dalam rupiah lebih besar dari satu triliun
sampai dengan 10 triliun rupiah wajib memelihara tambahan GWM
dalam rupiah sebesar 1% dari DPK dalam rupiah.
b. Bank yang memiliki DPK dalam rupiah lebih besar dari Rp
10.000.000.000.000 - Rp 50.000.000.000.000, wajib memelihara
tambahan GWM dalam rupiah sebesar 2% dari DPK dalam rupiah.
Contoh:
Bank mempunyai DPK dalam rupiah Rp 25.000.000.000.000. Bank
wajib memelihara GWM dalam rupiah sebesar 5% dari Rp
25.000.000.000.000, ditambah dengan 2% dari Rp
25.000.000.000.000.
c. Bank yang memiliki DPK dalam rupiah lebih besar dari Rp
50.000.000.000.000, wajib memelihara tambahan GWM dalam rupiah
sebesar 3% dari DPK dalam rupiah.
Contoh:
Bank mempunyai DPK dalam rupiah Rp 55.000.000.000.000. Bank
wajib memelihara GWM dalam rupiah sebesar 5% dari Rp
55.000.000.000.000, ditambah dengan 3% dari Rp
55.000.000.000.000.
9
d. Bank yang memiliki DPK dalam rupiah sampai Rp 1.000.000.000.000,
tidak dikenakan kewajiban tambahan GWM sebagaimana dimaksud
poin a, b, dan c.
3. Bahwa pemenuhan GWM sebesar 5% ditambah persentase tertentu maka
masih perlu ditambah persentase tambahan GWM terkait dengan posisi
LDR suatu bank dengan perincian sebagai berikut:
LDR bank yang berada di atas 90% akan dikenakan tambahan 0%,
LDR yang mencapai 75-90% akan dikenakan tambahan sebesar 1%,
LDR yang mencapai 60-75% dikenakan tambahan sebesar 2%,
LDR 50-60% akan dikenakan tambahan 3%,
LDR 40-50% dikenakan tambahan 4%,
LDR kurang dari 40% akan dikenakan tambahan 5%.
2.1.5. Tata Cara Pemeliharaan dan Perhitungan Giro Wajib Minumum
Kewajiban pemeliharaan GWM dan pemenuhan persentase GWM
dihitung dengan membandingkan jumlah saldo rekening giro bank pada BI
setiap hari dalam satu masa laporan terhadap rata-rata harian jumlah DPK
dalam satu masa laporan pada dua masa laporan sebelumnya.
Formula perhitungan persentase GWM adalah:
Jumlah harian saldo rekening giro bank yang tercatat di BIsetiap hari dalam1masa laporan
Rata−rata harian jumlah DPK bank dalam 1masa laporanpada 2masa laporan sebelumnya
x100 %
Persentase GWM bank dalam rupiah atau valuta asing didasarkan pada
DPK bank :
a. GWM harian untuk masa laporan sejak tanggal 1 – 7 adalah persentase GWM
yang ditetapkan dari rata-rata DPK dalam masa laporan sejak tanggal 16 – 23
bulan sebelumnya.
10
b. GWM harian untuk masa laporan sejak tanggal 8 – 15 adalah persentase
GWM yang ditetapkan dari rata-rata DPK dalam masa laporan sejak tanggal
28 sampai akhir bulan sebelumnya.
c. GWM harian untuk masa laporan sejak tanggal 16 – 23 adalah sebesar
persentase GWM yang ditetapkan dari rata-rata DPK dalam masa laporan
sejak tanggal 1 – 7 bulan yang sama.
d. GWM harian untuk masa laporan sejak tanggal 1 – 7 adalah persentase GWM
yang ditetapkan dari rata-rata DPK dalam masa laporan sejak tanggal 16 – 23
bulan sebelumnya.
Sebagai catatan bahwa informasi mengenai DPK diperoleh dari data DPK
yang disampaikan kepada BI, sesuai dengan ketentuan BI tentang laporan
berkala bank umum. Sedangkan informasi mengenai saldo rekening giro bank
pada BI diperoleh dari sistem akunting BI. Hal ini berlaku untuk GWM dalam
rupiah dan valuta asing.
Jumlah DPK dalam perhitungan ini adalah jumlah DPK dalam rupiah pada
seluruh kantor bank di Indonesia dan jumlah DPK dalam valuta asing pada
seluruh kantor bank di Indonesia. Khusus untuk DPK dalam rupiah meliputi
kewajiban dalam rupiah kepada pihak ketiga bukan bank, baik kepada
penduduk maupun bukan, terdiri dari:
a. Giro nasabah, yaitu simpanan masyarakat yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, BG, surat perintah
pemindah bukuan yang lain.
b. Simpanan berjangka, deposit berjangka dan deposito. Dalam pos ini
termasuk deposito berjangka, deposito asuransi, dan deposito on call
dalam rupiah penarikannya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu
sesuai dengan perjanjian yang disepakati antarbank dengan pihak ketiga.
c. Tabungan, yaitu simpanan masyarakat yang penarikannya dapat dilakukan
menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati tetapi tidak dapat ditarik
dengan menggunakan cek, BG, atau yang dipersamakan dengan itu.
11
d. Kewajiban-kewajiban lainnya. Kewajiban jangka pendek lainnya yaitu
semuaa kewajiban bank lain selain yang disebutkan diatas angka 1-4 yang
sampai 24 bulan dapat ditagih oleh pemiliknya dan harus segera
dibayarkan.
Sedangkan DPK dalam valuta asing meliputi kewajiban dalam valuta
asing kepada pihak ketiga, termasuk bank di Indonesia, baik kepada penduduk
maupun bukan penduduk, yang terdiri dari:
a. Giro
b. Simpanan berjangka
c. Kewajiban-kewajiban lainnya.
2.1.6. Jasa Giro Bank Indonesia
1. Persentase jasa giro
a. Sesuai dengan peraturan BI No 6/15/PBI/2004 tentang giro GWM
bank umum pada BI dalam rupiah dan valuta asing sebagaimana
telah diubah terakhir dengan peraturan BI No 7/49/PBI/2005, BI
memberikan jasa giro sebesar 6,5% per tahun terhadap bagian saldo
rekening saldo rekening giro rupiah bank yang diperuntunkkan untuk
penemuhan kewajiban memelihara tambahan GWM dalam rupiah.
b. Persentase jasa giro tersebut dalam huruf a merupakan tingkat
bunga efektif tahunan (effective annual rate) yang ditentukan
berdasarkan periode compounding harian selama 360 hari, dengan
rumus:
Tingkat bunga efektif tahunan=¿
2. Perhitungan jasa giro
a. Jasa giro dihitung untuk setiap hari kerja berdasarkan saldo rekening
giro rupiah bank yang tercatat dan diperoleh dari sistem akunting BI.
Pengkreditan jasa giro pada rekening giro rupiah bank oleh BI,
dilakukan sebagai berikut:
12
1) Tanggal 8 bagi jasa giro periode tanggal 1 – 7 bulan yang sama.
2) Tanggal 16 bagi jasa giro periode tanggal 8 – 15 bulan yang sama.
3) Tanggal 24 bagi jasa giro periode tanggal 16 – 23 bulan yang
sama.
4) Tanggal 81 bulan berikutnya bagi jasa giro periode tanggal 24 –
tanggal akhir bulan sebelumnya.
b. Dalam tanggal-tanggal untuk pengkreditan jasa giro oleh BI jatuh pada
hari libur, maka pengkreditan saldo rekening giro bank dilakukan oleh
BI pada hari kerja berikutnya.
c. Dalam hak terjadi kekurangan atau kelebihan dalam pengkreditan yang
terkait dengan pemberian jasa giro oleh BI. BI dapat langsung
mengkredit atau mendebet rekening giro bank yang bersangkutan.
Istilah pengkreditan oleh BI sama dengan pendebetan oleh bank
umum. Sebaliknya pendebetan oleh BI merupakan pengkreditan oleh
bank umum. Secara jurnal adalah:
Jurnal pengkreditan jasa giro oleh atau di BI
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
Dr. Biaya jasa giro Rp
Cr. Giro bank umum Rp
Jurnal pendebetan di bank umum
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
Dr. Giro BI Rp
Cr. Pend. Bunga jasa giro Rp
Contoh perhitungan jasa giro 1:
13
Bank A memiliki rata-rata harian DPK dalam rupiah dalam masa laporan
sejak tanggal 8 – 15 januari sebesar Rp 55.000.000.000.000. LDR di atas
90%. GWM yang wajib dipelihara untuk masa laporan sejak tanggal 24 –
akhir bulan januari adalah sebesar:
a. 5% dari Rp 55.000.000.000.000 yaitu sebesar Rp 2.750.000.000.000,
sebagaimana dimaksud dalam kriteria pemenuhan GWM poin 1 di
atas, ditambah dengan
b. 3 % dari Rp 55.000.000.000.000 yaitu sebesar Rp 1.650.000.000.000,
sebagaimana dimaksud dalam kriteria pemenuhan GWM poin 2.
Saldo rekening giro rupiah bank A pada BI pada tanggal 24 Januari
adalah sebesar Rp 4.400.000.000.000 atau 8% dari DPK dalam rupiah.
Bagi bank A, jasa giro pada tanggal 24 Januari hanya diberikan terhadap
bagian saldo rekening giro rupiah yang ditempatkan untuk pemenuhan
ketentuan tambahan GWM, yaitu sebesar Rp 1.650.000.000.000 dengan
cara perhitungan sebagai berikut:
0,0175% x Rp 1.650.000.000.000 = Rp 288.750.000.000
Jurnal yang diperlukan di bank A adalah:
Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
Dr. Giro BI Rp 288.750.000.000
Cr. Pend. Bunga jasa
giro
Rp 288.750.000.000
Bagian saldo rekening giro rupiah yang ditempatkan untuk pemenuhan
GWM 5% yaitu sebesar Rp 2.750.000.000.000 tidak diberikan jasa giro.
Pemberian jasa giro tidak berlaku bagi:
a. Bagian saldo rekening giro rupiah sebagaimana dimaksud kriteria
pemenuhan GWM poin 1.
b. Bagian saldo rekening giro rupiah melebihi kewajiban GWM, bagi bank
sebagaimana dimaksud kriteria pemenuhan GWM poin 2d.
14
Contoh perhitungan jasa giro 2:
Bank A memiliki rata-rata harian DPK dalam rupiah dalam masa laporan
sejak tanggal 8 – 15 januari sebesar Rp 800.000.000.000. LDR di atas
90%. GWM harian yang wajib dipelihara untuk masa laporan sejak
tanggal 24 – akhir bulan januari adalah sebesar 5% dari Rp
800.000.000.000 yaitu sebesar Rp 40.000.000.000, saldo rekening giro
rupiah bank A pada BI tanggal 24 Januari adalah sebesar Rp
80.000.000.000 atau 10% dari DPK dalam rupiah. Terhadap bagian saldo
rekening giro rupiah bank untuk pemenuhan GWM 5% yaitu Rp
40.000.000.000 dan saldo rekening giro rupiah bank yang melebihi
pemenuhan GWM sebesar 5% yaitu Rp 40.000.000.000, tidak diberikan
jasa giro.
Ingat bahwa bank yang memiliki DPK di bawah Rp 1.000.000.000.000
adalah tidak dikenakan tambahan GWM, sehingga bank A tidak diberikan
jasa giro untuk GWM tambahan.
c. Bagian saldo rekening giro rupiah bank yang melebihi kewajiban
tambahan GWM sebagaimana dimaksud dalam criteria pemenuhan GWM
poin 2 huruf a, b,c.
Contoh perhitungan jasa giro 3:
5% dari Rp 5.000.000.000.000 yaitu sebesar Rp 250.000.000.000,
sebagaimana dimaksud dalam kriteria pemenuhan GWM poin 1 di
atas, ditambah dengan
1 % dari Rp 5.000.000.000.000 yaitu sebesar Rp 50.000.000.000,
sebagaimana dimaksud dalam kriteria pemenuhan GWM poin 2.
Saldo rekening giro rupiah bank B pada BI pada tanggal 24 Januari
adalah sebesar Rp 400.000.000.000 atau 8% dari DPK dalam rupiah. Bagi
bank B, jasa giro pada tanggal 24 Januari hanya diberikan terhadap bagian
saldo rekening giro rupiah yang ditempatkan untuk pemenuhan ketentuan
15
sebagaimana dimaksud dalam kriteria pemenuhan GWM poin 2, yaitu
sebesar Rp 50.000.000.000 dengan cara perhitungan sebagai berikut:
0,0175% x Rp 50.000.000.000 = Rp 8.750.000
Jurnal yang diperlukan di bank A adalah:
Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
Dr. Giro BI Rp 8.750.000
Cr. Pend. Bunga jasa giro Rp 8.750.000
Sementara itu, terhadap bagian saldo rekening giro rupiah bank yang
ditempatkan untuk pemenuhan GWM 5% yaitu sebesar Rp
250.000.000.000 dan sisa rekening giro rupiah bank yang melebihi
pemenuhan GWM yaitu sebesar Rp 100.000.000.000 atau 2% dari DPK
dalam rupiah, tidak diberikan jasa giro.
d. Bagian saldo Rekening Giro Rupiah Bank yang merupakan kewajiban
tambahan pemeliharaan GWM dalam rupiah yang tidak memenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud dengan kriteria pemenuhan GWM poin
2 huruf a, huruf b, atau huruf c.
2.1.7. Sanksi Pelanggaran Giro Wajib Minimum
Perlu diperhatikan bahwa :
1. Pendebetan Rekening Giro Bank, sebagai akibat pembebanan sanksi
pelanggaran GWM, dilakukan pada hari kerja berikutnya setelah tanggal
terjadinya pelanggaran GWM.
2. Dalam hal tanggal-tanggal untuk pendebetan Rekening Giro Bank jatuh
pad hari libur, maka pendebetan saldo rekening Giro Bank dilakukan oleh
Bank Indonesia pada hari kerja berikutnya.
3. Dalam hal terjadi kekurangan atau kelebihan dalam pendebetan yang
terkait dengan pengenaan sanksi pelanggaran GMW oleh Bank Indonesia,
16
Bank Indonesia dapat Langsung mendebet atau mengkredit rekening giro
bank yang bersangkutan.
Pendebetan rekening giro BI oleh Bank Indonesia berate merupakan
pengkreditan bagi bank umum. Pengkreditan Giro BI oleh bank Umum
merupakan pembebanan rekening yang bersangkutan.
Pelanggaran GWM bisa terjadi baik pada kondisi saldo giro BI Positif
(bersaldo debit) maupun bersaldo kredit (negative) bagi bank umum. Bank
dinyatakan melanggar GWM apabila saldo harian rekening Giro Bank pada
Bank Indonesia lebih kecil dari saldo harian rekening Giro Bank yang wajib
dipelihara untuk pemenuhan GWM. Dalam hal ini terjadi pelanggaran GWM
dalam rupiah dan Rekening Giro Rupiah bank yang dimaksud bersaldo positif,
maka bank dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar 125% dari rata-rata
suku bunga jangka waktu 1 hari overnight dari JIBOR pada hari terjadinya
pelanggaran, terhadap kekurangan GMW dalam rupiah, untuk setiap hari
pelanggaran. Jakarta Interabank offered rate, yang selanjutnya disebut JIBOR,
adalah suku bunga antarbank untuk berbagai jangka waktu yang ditawarkan
oleh bank-bank tertentu di Jakarta.
Contoh 1 perhitungan sanksi :
Bank A memiliki rata-rata harian DPK dalam rupiah dalam masa
laporan sejak tanggal 8 sampai dengan tanggal 15 bulan januari sebesar RP.
20.000.000.000.000,00 (dua puluh triliun rupiah). LDR diatas 90%. GWM
harian untuk masa laporan sejak tanggal 24 sampai dengan tanggal akhir bulan
Januari adalah sebesar :
a. 5% (lima per seratus) dari RP. 20.000.000.000.000,00 (dua puluh triliun
rupiah) yaitu sebesar RP. 1.000.000.000.000,00 (satu triliun rupiah),
sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (1); ditambah dengan
b. 2% (dua per seratus) dari RP. 20.000.000.000.000,00 (dua puluh triliun
rupiah) yaitu sebesar Rp.400.000.000.000,00 (empat ratus miliar rupiah),
sebagaimana dimaksud criteria pemenuhan GWM poin 2.
17
Saldo Rekening Giro Bank A pada Bank Indonesia pda tanggal 24
Januari adalah sebesar RP. 1.200.000.000.000,00 (satu triliun dua ratus miliar
rupiah) atau 6% dari DPK dalam rupiah, sehingga terdapat kekurangan
pemenuhan GWM sebesar RP.200.000.000.000,00 (dua ratus miliar rupiah).
Suku bunga JIBOR pad tanggal 24 Januari adalah sebesar 6% (enam per
seratus). Perhitungan sanksi kewajiban membayar atas pelanggaran GWm
rupiah untuk Bank A pada tanggal 24 januari adalah sebagai berikut :
Kekurangan GWM x 125% x suku bunga JIBOR x hari kerja
360 x 100
Yaitu :
Rp. 200.000.000.000,00 x 1.25 x 6 x 1
360 x 100
= 41.666.667
Jurnal di Bank A adalah
Dr. Biaya Lainnya- penalty Rp.41.666.667
Cr. Giro Bank Indonesia Rp.41.666.667
Contoh 2 Perhitungan Sanksi:
Bank B memiliki rata-rata harian DPK dalam rupiah dalam masa
laporan sejak tanggal 8 sampai dengan tanggal 15 bulan januari sebesar Rp.
800.000.000.000,00 (Delapan ratus miliar rupiah). LDR diatas 90%. GWM
harian untuk masa laporan sejak tanggal 24 sampai dengan tanggal akhir bulan
Januari adalah sebesar 5% (lima per seratus) dari sebesar Rp.
800.000.000.000,00 (Delapan ratus miliar rupiah) yaitu sebesar Rp.
40.000.000.000,00 (empat puluh miliar rupiah). Saldo rekening Giro Rupiah
Bank B pada Bank Indonesia pada tanggal 24 Januari adalah sebesar Rp.
20.000.000.00,00 (dua puluh miliar rupiah) atau 2,5% dari DPK Bank, sehingga
18
terdapat kekurangan pemenuham GWM sebesar Rp. 20.000.000.00,00 (dua
puluh miliar rupiah). Suku Bunga JIBOR pada tanggal 24 Januari adalah
sebesar 6% (enam per seratus). Perhitungan sanksi kewajiban membayar atas
pelanggaran GWM rupiah untuk Bank B pada tanggal 24 Januari adalah
sebagai berikut :
Kekurangan GWM x 125% x suku bunga JIBOR x hari kerja
360 x 100
Yaitu :
Rp. 20.000.000.000,00 x 1.25 x 6 x 1
360 x 100
= 4.166.667
Jurnal di Bank B adalah
Dr. Biaya Lainnya-
penalty
Rp. 4.166.667
Cr. Giro Bank
Indonesia
Rp. 4.166.667
Dalam hal terjadi pelanggaran GWM dalam rupiah dan Rekening Giro
Rupiah Bank dimaksud besaldo negative, maka bank dikenakan sanksi
kewajiban membayar sebesar :
a. 125% (seratus dua puluh lima per seratus) dari rata-rata suku bunga jangka
wakti 1 hari overnight dari JIBOR pada hari terjadinya pelanggaran,
terhadap GWM dalam Rupiah yang wajib dipelihara
b. 150% ( seratus lima puluh per seratus) dari Suku bunga PUAB untuk
jangka waktu 1 hari, yang tercatat di PIPU, terhadap saldo negative, untuk
setiap hari pelanggaran.
19
Contoh perhitungan sanksi:
Bank A memiliki rata-rata harian DPK dalam rupiah masa laporan
sejak tanggal 8 sampai dengan 15 bulan Januari sebesar Rp.
20.000.000.000.000,00 (Dua puluh Triliun rupiah). LDR diatas 90%. GWM
harian yang wajib dipelihara untuk masa laporan sejak tanggal 24 sampai
dengan tanggal akhir bulan Januari adalah sebesar:
a. 5% (lima per seratus) dari Rp. 20.000.000.000.000,00 (Dua puluh Triliun
rupiah) yaitu sebesar Rp. 1.000.000.000.000,00 (Satu Triliun rupiah)
b. 2% (dua per seratus) dari Rp. 20.000.000.000.000,00 (Dua puluh Triliun
rupiah) yaitu sebesar Rp. 400.000.000.000,00 (empat ratus miliar rupiah)
Saldo Rekening Riro Rupiah Bank A pada Bank Indonesia pada
tanggal 24 Januari adalah sebesar –Rp. 1.200.000.000.000,00 (minus satu
Triliun dua ratus miliar rupiah), sehungga terdapat kekurangan pemenuhan
GWM yang wajib dipelihara sebesar Rp. 1.400.000.000.000,00 (satu triliun
empat ratus miliar rupiah) dan saldo negative sebesar Rp.
1.200.000.000.000,00(minus satu triliun dua ratus miliar rupiah). Suku bunga
JIBOR pada tanggal 24 Januari adalah sebesar 6%. Suku bunga PUAB sebesar
7%. Perhitungan sanksi kewajiban membayar atas pelanggan GWM rupiah
umtuk bank A pada tanggal 24 Januari adalah sebagai berikut :
GWM rupiah yang wajib dipelihara x 125% x suku bunga JIBOR x hari kerja
360 x 100
Yaitu :
Rp.1.400.000.000.000,00 x 1.25 x 6 x 1
360 x 100
= 291.666.667
20
Ditambah dengan perkalian jumlah saldo negative Rekening Giro
Rupiah bank di Bank Indonesia dengan 150% dikali suku bunga PUAB untuk
jangka waktu 1 hari dengan rumus :
|saldo negatif| x 150% x suku bunga PUAB 1 hari yang tercatat pada PIPU x hari
360 x 100
Yaitu :
Rp. 1.200.000.000.000,00 x 1,5 x 7 x 1
360 x 100
= 350.000.000,00
Denga demikian Jumlah Penalty pelanggan untuk kasus ini adalah Rp.
291.666.667 + Rp. 350.000.000 = Rp. 641.666.667
Jurnal di Bank A adalah
Dr. Biaya Lainnya- penalty pelanggaran
GWM
Rp.641.666.66
7
Cr. Giro Bank Indonesia Rp.641.666.6
67
2.2. INVESTASI JANGKA PENDEK
2.2.1. Pengertian Investasi
Investasi jangka pendek adalah investasi yang dapat segera dicairkan
atau didanai dari kelebihan dana yang bersifat sementara yang dimiliki
oleh perusahaan yang dimaksudkan untuk dimiliki selama dua belas bulan
atau kurang. Kelebihan uang kas dalam suatu perusahaan tidak akan
menimbulkan pendapatan karena itu kelebihan kas sebaiknya diinvestasikan
21
selam masa tidak terpakainya kas tersebut. Karena jangka watu tidak
dipakainya kas itu relatif pendek, maka investasinya juga dilakukan dalam
bentuk atau dalam jangka pendek. Investasi jangka pendek bisa dilakukan
dalam bentuk deposito, sertifikat bank atau surat – surat berharga yaitu saham
( efek ekuitas) dan obligasi (efek Utang).
Tujuan Investasi Jangka Pendek
1. Dimiliki untuk memanfaatkan dana yang mnganggur
2. Dimiliki bukan untuk menguasai perusahaan lain
3. Dimiliki untuk dijual kembali bila dibutuhkan kas
Investasi Jangka Pendek dapat berupa :
1. Saham
Saham : surat bukti ikut menanamkan modal dalam suatu perusahaan yang
berbentuk PT (Perseroan Terbatas). Investasi >> Pendapatan >> Deviden
2. Obligasi
Obligasi : surat bukti telah memberikan pinjaman kepada pihak yang
menerbitkan obligasi dan harus dilunasi pada tanggal jatuh temponya.
Pembelian Obligasi >> Pendapatan >> Bunga Obligasi
Sarana investasi jangka pendek :
a. Jasa Giro merupakan produk perbankan yang memberikan bunga terendah,
berkisar sekitar 3-4%. Biasanya dipakai perusahaan untuk mempermudah
transaksi pembayaran.
b. Tabungan layanan perbankan yang memberikan bunga diatas jasa giro, dan
bisa diambil setiap saat.
c. Deposito bunganya lebih tinggi tabungan, akan tetapi mesti disimpan untuk
jangka waktu tertentu. Jika dicairkan sebelum jatuh tempo biasanya dikenakan
pinalti.
d. Reksadana Pasar Uang yaitu reksadana yang berinvestasi pada pasar uang
seperti Deposito, SBI dan obligasi jangka pendek. Biasanya tingkat
22
pengembalian reksadana pasar uang lebih tinggi dari jasa giro tapi lebih
rendah dari Deposito, akan tetapi bisa dicairkan setiap saat.
2.2.2. Penilaian Investasi Jangka Pendek Untuk Sekuritas Berisiko:
Penilaian investasi Jangka pendek Menurut yang Lazim ada 3 dasar
yaitu Harga perolehan , Harga Pasar dan ketiga adalah berdasarkan Harga
yang terendah diantara harga perolehan dan harga pasar.
23
Penilaian Berdasarkan Harga Perolehan
Bila investasi sementara dinilai dengan harga perolehan, maka tidak
perlu dibuat jurnal penyesuaian, akan tetapi harus diungkapkan dalam laporan
keuangan
Penilaian Berdasarkan Harga Pasar
Penilaian dengan dasar harga pasar dapat dilakukan kalau harga pasar
sekuritas tersebut lebih kecil dari Harga perolehan. Hal ini sesuai dengan
prinsip konservatif dalam pelaporan keuangan.
Penilaian Investasi Jangka Pendek Berdasarkan Yang Terendah
Diantara Harga Perolehan Atau Harga Pasar
Metode ini adalah metode yang paling baik dan memang digunakan
dalam menilai investasi Jangka pendek. Penilaian dengan metode ini
tergantung pada hubungan antara harga perolehan dan harga pasar.
a. Harga Perolehan lebih besar dari Harga Pasar, maka disajikan sebesar harga
pasar
b. Harga Perolehan lebih kecil dari harga Pasar, maka disajikan sebesar harga
perolehan
c. Harga perolehan sama dengan harga pasar, maka disajikan sebesar harga pasar
atau harga perolehan
Penilaian dengan investasi jangka pendek dengan metode ini mengunakan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menentukan Harga Perolehan.
2. Mencatat Harga Pasar investasi Jangka Pendek
3. Membandingkan untuk memilih yang terendah diantara harga perolehan atau
harga Pasar
Contoh: Misalnya diketahui pada 31 desember 2013 Harga Pasar untuk
masing-masing jenis sekuritas yanga ada dalam portopolio adalah:
24
Sekuritas Jangka Pendek Harga Perolehan
Saham PT. Tritih jaya 54.000.000
Saham PT. Indotext 20.500.000
Saham PT. Baruna 14.250.000
Saham PT. Adi Karya Wisesa 14.000.000
Kelompok / jenis
investasi
Harga
perolehan
Harga
Pasar
Yang Terendah diantara harga perolehan
dan Harga Pasar
Per.individ
u
Per.Kelompo
k
Keseluruha
n
Saham
PT. Tritih Jaya 55,750,000 54,000,000 54,000,000
PT. indotext 19,600,000 20,500,00
0
19,600,000
Jumlah Nilai
Saham
73,350,000 74,500,000 73,600,000 74,500,000
Obligasi
PT. Baruna 13,550,000 14,250,00
0
13,550,00
0
PT. Adi Karya 14,325,000 14,000,000 14,000,00
0
Jmlh Nilai
Obligasi
27,825,000 28,250,000 27,550,00
0
27,375,000
Total Nilai
Investasi
jk.pendek
103.225.00
0
102,750,00
0
101,150,00
0
102,375,000 102,750,00
0
25
Dengan Tambahan data ini maka penentuan nilai investasi berdasarkan
metode diantara harga perolehan atau harga pasar dapat ditentukan sebagai
berikut :
26
2.2.3. Sertifikat Bank Indonesia
Pendahuluan: SBI dan Mekanisme Lelang
Sertifikat Bank Indonesia merupakan Alternatif untuk menempatkan
dana sekitarnya Bank kelebihan likuiditas, dengan investasi jangka pendek
pada SBI, Bank disamping dapat memperoleh penghasilan, juga dapat dijual
sewaktu-waktu membutuhkan dana untuk membiayai likuiditas. Sertifikat
bank indonesia adalah instrumen yang memiliki likuiditas pasar tinngim
mudah dijual atau dibeli dan bebas resiko.
SBI adalah Surat berharga atas unjuk dalam rupiah yang diterbitkan
oleh E Sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek dengan sistem
diskonto. Sebagai otoritas moneter, Bi berkewajiban memelihara kestabilan
nilai rupiah. SBI diterbitkan dan dijual oleh BI untuk mengurangi kelebihan
uang primer tersebut.
Sejalan dengan ide dasar penerbitan SBI sebagai salah satu piranti
operasi pasar terbuka, penjualan SBI diprioritaskan kepada lembaga
perbankan. Meskipun demikian tidak tutup kemungkinan masyarakat baik
perorangan maupun perusahaan untuk dapat memiliki SBI. Pembelian SBI
oleh Masyarakat tidak dapat dilakukan secara langsung dengan BI melainkan
harus melalui bank umum serta pialang pasar uang dan pialang pasar modal
yang ditujukan oleh BI
27
Bank IndonesiaPerusahaan/ perorangan
Bank
Pialang pasar uang /
Modal
Karakteristik Sertifikat Bank Indonesia
Sertifikat Bank Indonesia yang selanjutnya disebut SBI adalah surat
berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank indonesia
sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek. Karakteristik sertifiakat
Bank Indonesia adalah:
1. SBI memiliki satuan unit sebesar Rp.1000.000,00 (satu juta rupiah)
2. SBI diterbitkan tanpa warkat
3. SBI dapat diperdagangkan dipasar sekunder
4. Jangka waktu SBI sekurang-kurang 1 bulan dan paling lama 12 bulan yang
dinyatakan dalam jumlah hari dan dihitung dari Tanggal peyelesaian transaksi
sampai dengan tanggal jatuh tempo.
Contoh: Perhitungan jangka waktu 1bulan dengan data sebagai berikut:
Tanggal lelang 3 April 2013
Tanggal setelmen Transaksi lelang 4 April 2013
Tanggal setelmen Transaksi jatuh tempo 2 mei 2013
28
Jatuh tempo
Mulai Hitung
Hari
Tanggal penyelesaian
transaksiTanggal
Lelang
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
1 2 3 4 5 6 7
8 9 10 11 12 13 14
15 16 17 18 19 20 21
22 23 24 25 26 27 28
29 30 1 2 3
Untuk SBI dengan jangka waktu 1 bulan sebagaimana contoh diatas. Jangka
waktu yang dinyatakan dalam hari dihitung dari Tanggal 5 April 2013 atau
satu hari sejak tanggal setelmen transaksi sampai dengan tanggal jatuh tempo
atau 28 hari.
5. SBI diterbitkan dan diperdagangkan dengan sistem diskonto
6. Nilai tunai transaksi dihitung berdasarkan diskonto murni ( true discount )
sebagai Berikut:
Nilai Nominal x 360
Nilai tunai = 360 + (Tingkat Diskonto) x (Jangka Waktu)
7. Nilai Diskonto dihitung sebagai berikut:
Nilai Diskonto = Nilai Nominal – Nilai Tunai
Contoh:
Perhitungan diskonto SBI berdasar Rumus ( Diskonto Murni)
Tanggal Lelang : 3 April 2013
Nilai Nominal SBI : Rp500.000.000
Tingkat Diskonto : 15%
Tanggal Jatuh Tempo : 2 Mei 2013
Jangka Waktu SBI : 1 Bulan (28 hari)
Nilai Tunai dapat dihitung Sebagai berikut:
Nilai Tunai = (Nilai Nominal) x 360
360 + ( Tingkat diskonto) x (Jangka Waktu)
= (Rp500.000.000) x 360
360 +( (15%) x (28) )
= Rp494.233.937.40
Nilai Diskonto = Nilai Nominal – Nilai Tunai
Nilai Diskonto = Rp500.000.000 – Rp494.233.937.40
= Rp 5.766.062.60
Kalau Pajak Diskonto 15% maka:
29
PPH Diskonto = 15% x Rp5.766.062.60
=864.909.39
Pencatatan Transaksi Pembelian SBI
Pencatatan transaksi SBI di sini adalah pada peserta yang memenangkan
lelang SBI. Pemenang SBI bertindak sebagau pembeli SBI untuk investasi
jangka pendek. Pencatatan SBI tentu sebesar harga perolehan. Selisih antara
nilai nominal dengan nilai tunai dicatat sebagai pendapatan bungan diterima di
muka.
Contoh:
Bank Mandiri yang telah memenangkan lelang SBI senilai
Rp5.000.000.000 dengan tingkat diskonto 12% pa, jangka waktu SBI 3 bulan
(90 hari) maka untuk mencatatnya di Bank Mandiri didahului dengan
menentukan nilai tunai, nilai diskonto, dan pajak yang wajib ditanggung Bank
Mandiri.
Perhitungannya:
Jurnal pembelian SBI di Bank Mandiri adalah:
30
Pendapatan bunga diterima di muka harus di amortisasi setiap bulan sebagai
berikut:
Prinsip dan Persyaratan Perdagangan SBI
1. SBI diterbitkan melalui mekanisme lelang.
2. Lelang SBI dilakukan berdasarkan target kuantitas dengan memperhatikan
tingkat suku bunga/diskonto yang terjadi.
3. Dalam hal penerbitan SBI berjangka waktu 1 (satu) bulan dilakukan dengan
metode fixed rate.
4. Bank Indonesia mengumumkan rencana Lelang SBI selambatlambatnya pada
1 (satu) hari kerja sebelum hari pelaksanaan Lelang SBI melalui sarana BI-
SSSS dan atau Pusat Informasi Pasar Uang (PIPU) dan atau sarana lain yang
31
ditetapkan Bank Indonesia meliputi antara lain jangka waktu SBI, target
indikatif, waktu pelaksanaan lelang dan waktu setelmen.
5. Pelaksanaan Lelang SBI dilakukan pada hari Rabu, atau pada hari kerja
berikutnya atau hari kerja lain apabila hari Rabu adalah hari libur, yang dapat
dilaksanakan pada setiap minggu dan atau setiap dua minggu dan atau setiap
bulan. Dalam hal diperlukan, Bank Indonesia dapat mengadakan Lelang SBI
tambahan pada hari kerja lain.
6. Tanggal jatuh waktu SBI ditetapkan pada hari Kamis atau hari kerja
berikutnya apabila hari Kamis adalah hari libur. Dalam hal diperlukan, Bank
Indonesia dapat menetapkan jatuh waktu pada hari kerja lain.
7. Peserta Lelang SBI dibedakan menjadi:
a. Peserta langsung yaitu Bank dan Pialang yang melakukan transaksi
Lelang SBI secara langsung dengan Bank Indonesia.
b. Peserta tidak langsung yaitu Bank yang mengajukan penawaran Lelang
SBI melalui Pialang.
8. Bank hanya dapat mengajukan penawaran Lelang SBI hanya untuk
kepentingan diri sendiri.
9. Pialang dilarang mengajukan penawaran Lelang SBI untuk kepentingan diri
sendiri.
10. Peserta Lelang SBI bertanggung jawab atas kebenaran data penawaran Lelang
SBI yang diajukan.
11. Peserta Lelang SBI sedang tidak dikenakan sanksi penghentian sementara atau
permanen sebagai peserta BI-SSSS.
12. Bank Indonesia hanya menerima pengajuan transaksi dari peserta langsung
dan menggunakan data penawaran Lelang SBI yang diajukan peserta
langsung.
13. Bank Indonesia melakukan Setelmen Dana dan Setelmen Surat Berharga hasil
Lelang SBI di pasar perdana pada hari kerja berikutnya setelah hari
pelaksanaan Lelang SBI (one day settlement).
32
14. Bank, baik yang bertindak sebagai peserta langsung maupun sebagai peserta
tidak langsung, wajib menyediakan dana sebesar jumlah transaksi Lelang SBI
yang dimenangkan sampai dengan cut-off warning Sistem BI-RTGS untuk
keperluan setelmen SBI di pasar perdana.
Pelaksanaan dan Pengajuan Penawaran Lelang SBI
Pengajuan penawaran lelang SBI meliputi penawaran kuantitas dan
tingkat diskonto menurut jangka waktu SBI yang akan diterbitkan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a) Pengajuan penawaran kuantitas dari setiap peserta Lelang SBI sekurang-
kurangnya 1.000 (seribu) unit atau Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah),
dan selebihnya dengan kelipatan 100 (seratus) unit atau Rp100.000.000,00
(seratus juta rupiah).
b) Penawaran tingkat diskonto adalah dengan kelipatan 0,0625% (enam ratus dua
puluh lima per satu juta).
Penetapan Pemenang Lelang SBI
1. Dalam hal lelang SBI dilakukan dengan metode harga tetap maka penawaran
kuantitas yang masuk dari setiap peserta lelang dinyatakan diterima sebagai
pemenang lelang.
2. Bank Indonesia dapat menyesuaikan kuantitas pemenang lelang sebagaimana
dimaksud pada angka 1.
3. Dalam hal lelang SBI dilakukan dengan metode harga beragam maka
pemenang lelang SBI ditetapkan dengan cara:
a. Bank Indonesia menetapkan SOR atas penawaran lelang SBI yang
diterima.
b. Kuantitas lelang SBI yang dimenangkan olej setiap peserta lelang
dihitung sebagai berikut:
33
1) Dalam hal peserta lelang mengajukan oenawaran tingkat diskonto
lebih rendah dari SOR yang ditetapkan maka peserta lelang yang
bersangkutan memperoleh seluruh penawaran SBI yang diajukan;
2) Dalam hal peserta lelang mengajukan penawaran tingkat diskonto
sama dengan SOR yang ditetapkan maka peserta lelang yang
bersangkutan dapat memperoleh seluruh atau sebagian yang dihitung
secara proporsional.
Contoh Perhitungan Pemenang Lelang SBI
Dengan Metode Lelang Harga Tetap (Fixed Rate) atau Single Price.
Rencana lelang
Tanggal lelang : 5 April 2013
Metode lelang : Harga tetap (fixed rate)
Jangka waktu SBI : 28 hari
Tingkat diskonto :12,750%
Window time : 12.00-14.00 WIB
Tanggal Setelmen : 6 April 2013
Contoh 1:
Apabila seluruh penawaran yang masuk dinyatakan sebagai pemenang lelang.
Penawaran lelang yang masuk a): Rp8 triliun
Kuantitas lelang yang ditetapkan b): Rp8 triliun
Rata-rata tertimbang diskonto hasil lelang: 12,750%
34
Contoh 2:
Apabila seluruh penawaran yang masuk dinyatakan sebagai pemenang lelang
berdasarkan perhitungan secara proporsional.
Penawaran lelang yang masuk c): Rp8 triliun
Kuantitas lelang yang ditetapkan d): Rp6,5 triliun
Rata-rata tertimbang diskonto hasil lelang: 12,750%
35
Perhitungan kuantitas pemenang lelang secara proporsional diperoleh sebagai
berikut:
(Penawaran peserta lelang/total penawaran yang masuk) x Kuantitas lelang
SBI yang diterima
Contoh untuk penawaran no. 1 dari Bank A = (500/8.000) x 6.500 = 406
Contoh Perhitungan Pemenang Lelang SBI
Dengan Metode Lelang Variable Rate atau Multiple Price
SOR dan Multiple Price, Target indikatif: Rp6 Triliun, Rincian penawaran
(lihat tabel).
Jumlah penawaran yang mausk melebihi target indikatif, maka tidak semua
peserta memenangkan lelang. Pemenang lelang ditentukan sebagai berikut:
1. Pemenang lelang adalah peserta yang mengajukan penawaran dengan
diskonto yang sama atau lebih kecil dari SOR (stop-out-rate) yaitu 14%.
Dengan demikian pemenang lelang adalah peserta yang mengajukan
penawaran diskonto sama atau lebih kecil dari 14%, yaitu peserta 1 s.d.
peserta 8;
2. Peserta 4 s.d. peserta 8 memenangkan lelang secara proporsional sesuai bobot
jumlah penawaran masing-masing dibandingkan jumlah penawaran untuk
diskonto 14%. Rincian jumlah yang dimenangkan secara proporsional dapat
dilihat pada tabel berikut (dibawah) . Contoh perhitungan untuk Nilai
Nominal yang dimenangkan peserta 4 adalah sebagai berikut:
Peserta 4 = (1.250 ÷ 5.500) x (6.000 – 750) = Rp1.193 miliar
36
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Kas dan bank merupakan harta perusahaan yang paling likuid sehingga
sangat mudah untuk diselewengkan. Tujuan pemeriksaan terhadap kas dan
bank untuk mengetahui internal control efektif atau tidaknya dan melakukan
tes atas transaksi penerimaan dan pengeluaran kas/bank, untuk membuktikan
apakah internal control berjalan baik atau tidak.
Penyajian laporan pemeriksaan kas dan bank di neraca harus sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum (SAK).
Investasi jangka pendek adalah investasi yang dapat segera dicaikan
atau didanai dari kelebihan dana yang bersifat sementara yang dimiliki oleh
perusahaan yang dimaksudkan untuk dimiliki selama dua belas bulan atau
kurang. Ketika melihat setiap peluang atau kesempatan dalam berinvestasi,
maka jangan heran jika di setiap investasi yang ada keuntungan dapat diraih.
37
DAFTAR PUSTAKA
Dr.Taswan, S. (2013). AKUNTANSI PERBANKAN : Transaksi dalam Valuta Rupiah.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
38
Top Related