i
i
KARYA TULIS ILMIAH
KADAR HEMOGLOBIN PADA MAHASISWA YANG MENGKONSUMSI MI INSTAN
(Studi pada mahasiswa D III Analis Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang)
OLEH :
INDAH FEBRIANA 141310053
PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG
2017
ii
KARYA TULIS ILMIAH
KADAR HEMOGLOBIN PADA MAHASISWA YANG MENGKONSUMSI MI INSTAN
(Studi pada mahasiswa D III Analis Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang)
Diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Ahli Madya Analis Kesehatan (A.Md.AK.) pada Diploma III Analis Kesehatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang
INDAH FEBRIANA 141310053
PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KEEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG
2017
iii
ABSTRAK
KADAR HEMOGLOBIN PADA MAHASISWA YANG MENGKONSUMSI MI INSTAN
(Studi pada mahasiswa D III Analis Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang)
Oleh :
Indah Febriana
Perubahan gaya hidup masyarakat masa kini turut mempengaruhi pola konsumsi dengan maraknya makanan instan. Sehingga mahasiswa kurang memperhatikan pola makan yang dikonsumsi sehingga memilih mie instan sebagai pengganti sarapan paginya. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran kadar hemoglobin pada mahasiswa DIII Analis Kesehatan semester 4 yang mengkonsumsi mie instan.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Pengambilan data dilakukan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika (STIKes ICME) Jombang, sedangkan pemeriksaan kadar hemoglobin dilakukan Laboratorium RSIA Muslimat Jombang. Sampel penelitian sebanyak 33 orang dan teknik sampling adalah Purposive Sampling. Variabel penelitian adalah kadar hemoglobin yang dianalisis menggunakan hematology analyzer Mindray BC 3600.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden memiliki kadar hemoglobin rendah yaitu (57,6%), dan hampir setengahnya responden mengkonsumsi mi instan dalam satu minggu rata-rata 3 bungkus yaitu (33,3%).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagian besar responden memiliki kadar hemoglobin rendah. Kata kunci: Kadar Hemoglobin,Mahasiswa ICMe mi instan
iv
ABSTRACT
HEMOGLOBIN LEVELS OF THE STUDENTS WHO CONSUME INSTANT NODLE
(Study on student D-III of Health Analyst of High School of Health Sciences of Insan Cendekia Medika Jombang)
By :
Indah Febriana Changos in the lifes of today's society also influenca consumption
patterns with the nse of instant food. So that students pay less attention to the diet that is consumed so they choose instarrt noodles instead of breakfast. The purpose of this research was to know the description of hemoglobin level on D-lll students college of health analyst in 4th semester who consumed instant noodles.
This research type was descriptive research. The data relrieval was done in the the institute of health science of lnsan Cendekia Medika (STlKes ICME) Jombang, while the examination of hemoglobin level was done in the laboratory of RSIA Muslimat Jombang. The research samples were as many as 33 people and the sampling technique was Purposive Sampling. The research variable was the hemoglobin level which was analyzed using hematology analyzer Mindray BC 3600.
Based on the reserch result showed that's most. of respondent had low hemoglobin level namely (57,60/0), and almost hatf of the respondents consumed instant noodles in one week average 3 packets namely (33,3%).
The conclusion of this research was most of respondents had low hemoglobin level. Keywords : Hemoglobin levels,ICMe Student, instant noodles
v
vi
vii
viii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tuban pada tanggal 03 Februari 1996 dari ayah yang
bernama Andy Mudofar dan ibu yang bernama Nurhayati, penulis merupakan
putri pertama dari dua bersaudara.
Tahun 2007 penulis lulus dari SDN Kuala Pembuang I, penulis lulus dari SMPN
Kuala Pembuang I tahun 2010, penulis lulus dari SMK Kesehatan BIM Jombang
tahun 2014 dan pada tahun 2014 lulus seleksi masuk Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang melalui jalur PMDK. Penulis
memilih program studi Diploma III Analis Kesehatan dari lima pilihan program
studi yang ada di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika
Jombang.
Demikian Riwayat Hidup ini saya buat dengan sebenarnya.
Jombang, 2 Agustus 2017
Indah Febriana
ix
MOTTO
Setiap orang memiliki definisi mengenai hidup sehat dan saya mendefinisikannya bahwa kesehatan itu
sebagai prioritas bukan obsesi.
x
LEMBAR PERSEMBAHAN
Puji syukur atas semua nikmat-Mu ya Allah, Engkau berikan kemudahan
di setiap langkah-langkah ku. Engkau berikan jalan keluar di setiap kesulitanku.
Pada lembar persembahan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada pihak-pihak yang sangat mendukung penulis dalam pembuatan dan
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, yaitu :
1. Kepada kedua orangtuaku Andy Mudofar & Nurhayati yang sangat saya cintai
dan saya banggakan terimakasih atas doa dan support selama ini dan
mendampingi saya sampai mendapatkan gelar A.Md, AK
2. Adikku terinta Silvia Azzahra dan keluarga besar saya yang selalu
memberikan semangatdan motivasi untuk saya. Yang selalu menyertakan
saya dalam doa-doa terbaiknya di setiap akhir ibadahnya.
3. Kepada dosen pembimbing I Dr. Hariyono, S.Kep., Ns., M.Kep., dan dosen
pembimbing II Sri Lestari, S.KM., yang dengan ikhlas memberikan ilmu
kepada saya, yang membimbing saya dengan penuh ketekunan dan rasa
sabar, tanpa meminta imbalan.
4. Sahabat-sahabatku (Yuwanita, Silvi, Diyah, April)yang selalu memberikan
motivasi dan masukan dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Untuk Abdul Latif yang selalu setia menemani selama 3tahun menempuh
gelar A.Md, AK terimakasih sayang…….
xi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
NYA sehingga Karya Tulis Ilmiah ini berhasil di selesaikan. Judul yang dipilih
dalam penelitian ini ialah "Kadar Hemoglobin Pada Mahasiswa Yang
Mengkonsumsi Mi Instan (Studi pada mahasiswa D III Analis Kesehatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang)”. Dalam penyusunan
Karya Tulis Ilmiah ini, penulis ucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada:
H. Bambang Tutuko, SH., S.Kep.Ns., M.Hum., selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang, Erni Setiyorini, S.KM.,M.M., selaku
Kaprodi D III Analis Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia
Medika Jombang, Dr. Hariyono, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku pembimbing utama
yang telah banyak memberi pengarahan, motivasi dan masukan dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, Sri Lestari, S.KM., selaku pembimbing Dua
yang telah banyak memberi motivasi dan pengarahan dan ketelitian dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. Kepada kedua orang tuaku yang selalu
memberi do'a dan semangat tiada henti dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
Teman-teman yang membantu baik secara langsung maupun tidak langsung
memberikan saran dan dorongan sehingga terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah
ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini ada
ketidaksempurnaannya, mengingat keterbatasan kemampuan penulis, namun
peneliti berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan, maka
dengan segala kerendahan hati penulis mengharap saran dan kritik yang bersifat
membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Akhirnya, mudah-mudahan Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi para
pembaca. Amin
Jombang, 2 Agustus 2017
Penulis
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL LUAR ............................................................................. i
HALAMAN JUDUL DALAM ........................................................................... ii
ABSTRAK ..................................................................................................... iii
ABSTRACT .................................................................................................. iv
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ v
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. vi
PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................... vii
RIWAYAT HIDUP ......................................................................................... viii
MOTTO ....................................................................................................... ix
PERSEMBAHAN ......................................................................................... x
KATA PENGANTAR ..................................................................................... xi
DAFTAR ISI ............................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................... 3
1.3 Tujuan ............................................................................. 3
1.4 Manfaat ........................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Hemoglobin ........................................................ 5
2.1.1 Definisi Hemoglobin ............................................... 5
2.1.2 Pembentukan Hemoglobin ..................................... 6
2.1.3 Struktur Hemoglobin ............................................... 7
2.1.4 Faktor yang mempengaruhi Kadar Hemoglobin...... 8
2.1.5 Fungsi Hemoglobin ................................................ 12
2.1.6 Dampak Kekurangan Hemoglobin (Hb) .................. 13
2.2. Kadar Hemoglobin ......................................................... 15
2.2.1 Definisi Kadar Hemoglobin ..................................... 15
2.2.2 Metode Pemeriksaan Kadar Hemoglobin (Hb) ....... 16
2.3. Konsep Mi instan ............................................................. 20
2.3.1 Definisi Mi instan .................................................... 20
xiii
2.3.2 Bahan Pembuatan Mi instan................................... 21
2.3.3 Kandungan Mi instan .............................................. 24
2.4. Hasil Penelitian terkait Gizi dengan Kadar Hemoglobin ... 27
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL
3.1. Kerangka konseptual....................................................... 30
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1. Waktu dan Tempat Penelitian ......................................... 33
4.2. Design Penelitian ........................................................... 33
4.3. Populasi/Sampel/Sampling ............................................. 33
4.4. Definisi Operasional ........................................................ 35
4.5. Instrumen Penelitian dan Prosedur Kerja ........................ 35
4.6 Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data ..................... 38
4.7 Kerangka Kerja ............................................................... 40
4.8. Etika Penelitian ............................................................... 41
4.9 Keterbatasan Penelitian .................................................. 41
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................ 42
5.2. Hasil Penelitian ............................................................... 42
5.3. Pembahasan ................................................................... 46
BAB VI PENUTUP
6.1. Simpulan ......................................................................... 52
6.2. Saran .............................................................................. 52
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 54
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................ 56
xiv
DAFTAR GAMBAR
No Gambar Halaman
2.1 Struktur Heme ..................................................................................... 7
3.1 Kerangka konseptual Kadar Hemoglobin Pada Mahasiswa Yang Mengkonsumsi Mi Instan (Studi pada mahasiswa D III Analis Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang) tahun 2017 .......................................................................... 30
4.1 Kerangka Kerja gambaran kadar hemoglobin pada mahasiswa D III Analis Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang yang mengkonsumsi mi instan ................................. 40
xv
DAFTAR TABEL
No Tabel` Halaman
4.1. Definisi Operasional Kadar Hemoglobin Pada Mahasiswa yang mengkonsumsi mie instan ................................................................... 35
5.1. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Usia pada mahasiswa D3 Analis Kesehatan STIKes ICME Jombang Tahun 2017 .................. 43
5.2. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jenis Kelamin pada mahasiswa D3 Analis Kesehatan STIKes ICME Jombang Tahun 2017 .................................................................................................... 43
5.3. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jumlah Mi Instan yang dikonsumsi dalam satu minggu pada mahasiswa D3 Analis Kesehatan STIKes ICME Jombang Tahun 2017 .................................. 44
5.4. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Waktu mengkonsumsi Mi Instan pada mahasiswa D3 Analis Kesehatan STIKes ICME Jombang Tahun 2017 .......................................................................... 44
5.5. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Tambahan saat mengkonsumsi Mi Instan pada mahasiswa D3 Analis Kesehatan STIKes ICME Jombang Tahun 2017 ................................................... 45
5.6. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jenis tambahan saat mengkonsumsi Mi Instan pada mahasiswa D3 Analis Kesehatan STIKes ICME Jombang Tahun 2017 ................................................... 45
5.7. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Kadar Hemoglobin pada mahasiswa D3 Analis Kesehatan STIKes ICME Jombang Tahun 2017 ......................................................................................... 46
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Permohonan Menjadi Responden ............................................ 56
Lampiran 2 Pernyataan Bersedia Menjadi Responden ............................... 57
Lampiran 3 Form Instrumen Penelitian ....................................................... 58
Lampiran 4 Jadwal Pelaksanaan Laporan Kasus ....................................... 59
Lampiran 5 Permohonan Pemeriksaan Sampel ......................................... 60
Lampiran 6 Surat Keterangan .................................................................... 61
Lampiran 7 Standar Prosedur Operasional ................................................ 62
Lampiran 8 Contoh Hasil Analisis Laboratorium .......................................... 64
Lampiran 9 Hasil Analisis ............................................................................ 65
Lampiran 10 Dokumentasi Penelitian ............................................................ 73
Lampiran 11 Lembar Konsultasi.................................................................... 78
Lampiran 12 Bebas Plagiasi ......................................................................... 79
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia
terutama negara berkembang yang diperkirakan 30% penduduk dunia
menderita anemia. Perubahan gaya hidup masyarakat masa kini turut
mempengaruhi pola konsumsi dengan maraknya makanan instan.
Makanan instan atau siap saji kian digemari sebagai makanan pengganti
nasi. Salah satunya adalah mie instan yang sekarang ini banyak beredar
terutama di kalangan mahasiswa sebagai makanan populer. Makanan
yang seharusnya diinginkan mahasiswa ialah seperti makanan yang
mengandung protein, mineral, karbohidrat, serat, dan vitamin. Kegiatan
mahasiswa yang padat membuat sebagian mahasiswa mengalami keluhan
seperti kepala pusing, lemah atau lesu, dan kurang berkonsentrasi saat
pembelajaran. Sehingga mahasiswa kurang memperhatikan pola makan
yang dikonsumsi sehingga memilih mie instan sebagai pengganti sarapan
paginya. Padahal sarapan merupakan konsumsi makanan pokok dan lauk
pauk yang dilakukan semenjak bangun pagi sampai jam 10 pagi untuk
memenuhi 20%-25% dari kebutuhan energi total dalam sehari yang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi di pagi hari (Dewi, 2014).
Data World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia
dunia berkisar 40-88%. Di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2013, diketahui bahwa prevalensi anemia di
Indonesia sebesar 21,7%. Di Jawa Timur tahun 2014 kasus penderita
anemia sebanyak 20.077 dilaporkan dari Rumah Sakit Pemerintah (Profil
Kesehatan Jawa Timur) sebanyak 20120. Di Jombang sekitar 1952 orang
2
mengalami anemia (Dinkes Kabupaten Jombang 2014). Kadar Hemoglobin
normal pada umumnya berbeda pada laki-laki kurang dari 13,5 gram/100ml
sedangkan pada perempuan kurang dari 11,5 gram/100ml (Kiswari,2014).
Hemoglobin merupakan salah satu protein yang penting dalam
tubuh manusia, karena fungsinya dalam transportasi oksigen dan
karbondioksida. Kekurangan hemoglobin, berdampak pada kesehatan
seperti kapala pusing, badan lemah, lelah, kurang energi, kurang nafsu
makan, daya konsentrasi menurun. Jika tidak dilakukan upaya
meningkatkan kadar hemoglobin menjadi normal seperti anemia. Tingkat
konsumsi protein perlu diperhatikan karena semakin rendah tingkat
konsumsi protein maka semakin cenderung untuk menderita anemia.
Selain itu protein juga berperan dalam proses pengangkutan zat-zat gizi
termasuk besi dari saluran cerna ke dalam darah, dari darah ke jaringan
dan melalui membran sel ke dalam sel-sel. Sehingga apabila kekurangan
protein akan menyebabkan gangguan pada absorbsi dan transportasi.
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kadar hemoglobin adalah
tingkat sosial ekonomi, penyakit kronik dan asupan zat gizi. Indonesian
dietary guidelines menggunakan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS)
sebagai pedoman masyarakat Indonesia dalam mengatur makanan yang
sehat setiap hari (Ikhmawati, 2013).
Anemia dapat diatasi dengan beberapa cara yaitu dengan
mengkonsumsi kacang-kacangan, sayuran hijau, buah-buahan, daging,
telur, kerang, dan seafood. Selain dengan mengkonsumsi beberapa jenis
makanan hal yang harus diperhatikan adalah memelihara dan menjaga
pola hidup sehat. Mahasiswa yang sering mengkonsumsi mie instan,
hendaknya juga mengkonsumsi sayuran hijau dan buah-buahan
mengandung vitamin C. Tingginya vitamin C yang tekandung dalam
3
sayuran dan buah-buahan sehingga sangat baik sebagai sumber zat
besi.Vitamin C dapat meningkatkan absorpsi besi non-heme hingga 4 kali
lipat. Vitamin C dan besi membentuk senyawa kompleks askorbat besi
yang lebih mudah diserap oleh usus (Ikhmawati, 2013). Mahasiswa yang
senang mengkonsumsi mie instan hendaknya ditambahkan zat gizi lainnya
seperti sayuran, telur dan sebagainya.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana hemoglobin pada mahasiswa DIII Analis Kesehatan
semester 4 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika
Jombang yang mengkonsumsi mie instan
1.3. Tujuan Penelitian
Mengetahui kadar hemoglobin pada mahasiswa DIII Analis
Kesehatan semester 4 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia
Medika Jombang yang mengkonsumsi mie instan
1.4. Manfaat
1.4.1 Teoritis
Manfaat yang diharapkan dapat menambahkan keilmuan teknologi
laboratorium kesehatan khususnya Analis Kesehatan terkait dengan kadar
hemoglobin pada mahasiswa DIII Analis Kesehatan semester 4 Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang yang
mengkonsumsi mie instan.
1.4.2 Praktis
Manfaat yang diharapkan untuk mahasiswa dapat memberikan
informasi terkait dengan kadar hemoglobin pada mahasiswa DIII Analis
Kesehatan semester 4 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia
Medika Jombang yang mengkonsumsi mie instan. Agar mahasiswa dapat
menjaga pola konsumsi, olahraga, dan istirahat yang cukup. Bagi peneliti
4
selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan untuk penelitian
selanjutnya serta dapat dijadikan data pembanding pada penelitian dengan
topik yang sama.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Hemoglobin
2.1.1 Definisi Hemoglobin
Hemoglobin adalah suatu protein yang berada di dalam darah
yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen. Jadi, oksigen yang
dihirup dan masuk ke paru-paru nantinya akan diangkut lagi oleh
hemoglobin di dalam darah untuk didistribusikan ke otak, jantung,
ginjal, otot, tulang, dan seluruh organ tubuh (Bastiansyah, 2008).
Hemoglobin adalah protein yang mengandung zat besi yang
memungkinkan sel darah merah untuk mengangkut oksigen dari
paru-paru ke seluruh jaringan tubuh. Semua jaringan tubuh
membutuhkan oksigen, oksigen adalah sumber energi yang paling
penting dalam tubuh. Tanpa cukup hemoglobin, jaringan akan
kekurangan pasokan oksigen, sehingga jantung dan paru-paru harus
bekeja lebih keras untuk mengimbanginya. Kadar rendah
haemoglobin mungkin menandakan anemia, pendarahan yang
berlebihan, kekurangan gizi, kerusakan sel karena reaksi transfusi
atau katup jantung buatan, atau bentuk hemoglobin yang tidak
normal seperti yang ditemukan pada anemia sel sabit (Oz, 2010).
Hemoglobin merupakan komponen penting dari sel darah
merah yang memiliki peran dalam transportasi oksigen dan karbon
dioksida. Hemoglobin memberikan pigmen alami pada sel darah
merah. Zat besi yang terdapat di hemoglobin, ketika berikatan
dengan oksigen akan tampak kemerahan. Sedangkan jika zat besi
6
tersebut berikatan dengan karbon dioksida akan berubah warna
menjadi keunguan (Sherwood, 2012).
Hemoglobin merupakan molekul yang memiliki dua bagian
utama yaitu globin dan gugus heme. Globin merupakan suatu protein
yang terbentuk dari empat rantai polipeptida yang berlipat-lipat.
Sedangkan gugus heme merupakan empat gugus nonprotein yang
mengandung besi dengan masing-masing terikat ke salah satu
polipeptida pada globin. Masing-masing dari keempat atom besi
dapat berikatan secara reversibel dengan satu molekul oksigen, oleh
karena itu setiap molekul hemoglobin dapat mengambil empat
molekul oksigen dari alveolus di paru-paru. Selain itu hemoglobin
juga mengikat bagian ion hidrogen asam dari asam karbonat
terionosasi yang dihasilkan dari tingkat jaringan dari karbon dioksida.
Hemoglobin menyangga asam ini sehingga pH darah tetap normal
(Sherwood, 2012).
2.1.2 Pembentukan Hemoglobin
Pembentukkan hemoglobin terjadi pada sumsum tulang
melalui stadium pematangan. Sel darah merah memasuki sirkulasi
sebagai retikulosit dari sumsum tulang. Sejumlah kecil hemoglobin
masih dihasilkan selama 24-48 jam pematangan. Waktu sel darah
merah menua, sel ini menjadi lebih kaku dan lebih rapuh, akhirnya
pecah. Hemoglobin terutama di fagositosis limfa, hati dan sumsum
tulang kemudian direduksi menjadi heme dan globin, globin masuk
kembali ke dalam sumber asam amino. Besi dibebaskan dari hem
dan sebagian besar diangkut oleh plasma transferin ke sumsum
tulang untuk pembentukan sel darah merah baru (Sadikin 2014).
2.1.3 Struktur Hemoglobin
7
Hemoglobin diberi nama berdasarkan struktur rantai
proteinnya, sebagai contoh hemoglobin yang yang mengalami mutasi
dan menyebabkan anemia sel sabit (Hb S) memiliki struktur globin
yang berbeda dengan hemoglobin normal pada orang dewasa (Hb
A). Hemoglobin normal orang dewasa (Hb A) terdiri dari 2 rantai
alpha-globulin dan 2 rantai, sedangkan pada bayi yang masih dalam
kandungan atau yang sudah lahir terdiri dari beberapa rantai beta
dan molekul hemoglobinnya terbentuk dari 2 rantai alfa dan 2 rantai
gama yang dinamakan sebagai HbF.
Gambar 2.1 Struktur Heme (Sumber : Behrman, 2010, hal 508)
Heme dari molekul hemoglobin mengandung zat besi, yang
terdapat di dalam tubuh sebagian besar terdapat di dalam
hemoglobin, mioglobin dan protein otot. Hal ini dikarenakan zat besi
merupakan komponen utama dalam pembentukan hemoglobin. Pusat
molekul hemoglobin terdapat cincin heterosiklik yang dikenal dengan
porfirin yang menahan satu atom besi. Porfirin yang mengandung
besi inilah yang disebut heme. Tiap sub unit hemoglobin
mengandung satu heme, sehingga secara keseluruhan hemoglobin
memiliki kapasitas empat molekul oksigen (Sherwood, 2012).
2.1.4 Faktor yang mempengaruhi Kadar Hemoglobin
8
1. Kecukupan Besi dalam Tubuh
Besi dibutuhkan untuk produksi hemoglobin, sehingga anemia gizi
besi akan menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang lebih
kecil dan kandungan hemoglobin yang rendah. Besi juga
merupakan mikronutrien essensiil dalam memproduksi hemoglobin
yang berfungsi mengantar oksigen dari paru-paru ke jaringan
tubuh, untuk dieksresikan ke dalam udara pernafasan, sitokrom,
dan komponen lain pada sistem enzim pernafasan seperti
sitokrom oksidase, katalase dan peroksidase. Besi berperan
dalam sintesis hemoglobin dalam sel darah merah dan mioglobin
dalam sel otot. Kandungan ± 0,004 % berat tubuh (60-70%)
terdapat dalam hemoglobin yang disimpan sebagai ferritin di
dalam hati, hemosiderin di dalam limpa dan sumsum tulang.
Kurang lebih 4% besi di dalam tubuh berada sebagai mioglobin
dan senyawa-senyawa besi sebagai enzim oksidatif seperti
sitokrom dan flavoprotein. Walaupun jumlahnya sangat kecil
namun mempunyai peranan yang sangat penting. Mioglobin ikut
dalam transportasi oksigen menerobos sel-sel membran masuk ke
dalam sel-sel otot. Sitokrom, flavoprotein, dan senyawa-senyawa
mitokondria yang mengandung besi lainnya, memegang peranan
penting dalam proses oksidasi menghasilkan Adenosin Tri
Phosphat (ATP) yang merupakan molekul berenergi tinggi (Lyza,
2010).
2. Metabolisme Besi dalam Tubuh
Ada dua bagian besi dalam tubuh, yaitu bagian fungsional yang
dipakai untuk keperluan metabolik dan bagian yang merupakan
cadangan. Hemoglobin, mioglobin, sitokrom, serta enzim hem dan
9
nonhem adalah bentuk besi fungsional dan berjumlah antara 25-
55 mg/kg berat badan. Sedangkan besi cadangan apabila
dibutuhkan untuk fungsi-fungsi fisiologis dan jumlahnya 5-25
mg/kg berat badan. Ferritin dan hemosiderin adalah bentuk besi
cadangan yang biasanya terdapat dalam hati, limpa dan sumsum
tulang. Metabolisme besi dalam tubuh terdiri dari proses absorpsi,
pengangkutan, pemanfaatan, penyimpanan dan pengeluaran
(Lyza, 2010).
3. Pola makan
Untuk menjaga kadar hemoglobin normal, diperlukan asupan yang
dapat memenuhi kebutuhan zat besi. Zat besi merupakan elemen
utama dalam pembentukan hemoglobin. Zat besi terdapat pada
makanan baik yang bersumber dari hewan maupun tumbuhan.
Beberapa jenis makanan memiliki kandungan zat besi yang tinggi,
seperti bayam merah, beras merah, hati sapi, kacang hijau,
kacang merah, kedelai, kerang, oncom, telur bebek, tempe, ikan
salmon dan ikan tuna. Sumber makanan tersebut mengandung 4
mg zat besi per 100 gram. Selain zat besi, vitamin B12 juga
merupakan salah satu komponen penting dalam pembentukan
hemoglobin (Sherwood, 2012).
4. Usia
Bayi yang baru lahir memiliki kadar hemoglobin lebih tinggi
dibandingkan dengan anak-anak dan orang dewasa. Kadar
hemoglobin menurun berdasarkan peningkatan usia. Kadar
hemoglobin terlihat menurun mulai dari usia 50 tahun ke atas,
namun dibeberapa kondisi kadar hemoglobin pada anak-anak
menurun drastis diakibatkan kebutuhan zat besi yang lebih banyak
10
untuk pertumbuhannya. Penambahan usia juga mempengaruhi
terhadap perubahan degeneratif fungsi tubuh, sehingga adanya
polutan yang masuk ke dalam tubuh lebih sulit untuk
mentoleransinya (Sacher dkk, dalam Adiwijayanti, 2015).
5. Jenis kelamin
Dalam keadaan normal, laki-laki memiliki kadar hemoglobin lebih
tinggi daripada perempuan. Hal ini dipengaruhi oleh fungsi
fisiologis dan metabolisme laki-laki yang lebih aktif daripada
perempuan. Kadar hemoglobin perempuan lebih mudah turun,
karena mengalami siklus menstruasi yang rutin setiap bulannya.
Ketika perempuan mengalami menstruasi banyak terjadi
kehilangan zat besi, oleh karena itu kebutuhan zat besi pada
perempuan lebih banyak daripada laki-laki (Estridge dkk, dalam
Adiwijayanti, 2015).
6. Logam berat
Logam berat yang masuk ke tubuh melalui pernafasan akan
langsung berinteraksi dengan darah, sebagai contoh adalah
timbal. Timbal yang masuk ke dalam tubuh dapat berasal dari
pencemaran udara dan rokok. Timbal yang telah masuk ke dalam
tubuh akan didistribusi ke dalam darah sebesar 95% yang terikat
pada sel darah merah dan sisanya terikat pada plasma darah.
Sistim hematopoetik sangat peka terhadap efek timbal, yaitu
menghambat sebagian besar enzim yang berperan dalam
pembentukan heme. Enzim yang terlibat dalam pembentukan
heme, enzim ALAD dan ferrochelatase, sangat rentan terhadap
efek penghambatan oleh timbal. Inhibisi pada enzim ALAD
berhubungan dengan konsentrasi timbal dalam darah. Hampir
11
50% aktivitas enzim ini dihambat pada kadar timbal dalam darah
sebesar 15 μg/dL (Lauwerys dan Perrine, dalam Adiwijayanti,
2015)
7. Genetik
Beberapa orang memiliki jenis hemoglobin yang berbeda dengan
hemoglobin orang normal. Perbedaan ini menyebabkan
munculnya gangguan kesehatan yang dibawa dari genetik atau
keturunan, contohnya anemia sel sabit. Anemia sel sabit
merupakan penyakit keturunan dimana terdapat molekul
hemoglobin yang abnormal karena penggantian salah satu asam
amino pada rantai polipeptida beta. Akibatnya, sel darah merah
terdistorsi menjadi bentuk sabit dalam kondisi konsentrasi oksigen
yang rendah. Sel-sel terdistorsi ini menutup kapilar dan
mengganggu aliran darah (Sloane, dalam Adiwijayanti, 2015).
8. Lama kerja
Seseorang yang bekerja di tempat dengan pajanan logam berat
seperti timbal, memungkin timbulnya dampak kesehatan. Hal ini
terjadi karena penumpukan logam berat dalam darahnya. Semakin
lama orang tersebut bekerja maka semakin bertambah jumlah
pajanan yang diterima. Timbal memiliki waktu paruh di dalam
darah kurang dari 25 tahun, pada jaringan lunak 40 hari
sedangkan pada tulang 25 hari. Ekskresi yang lambat ini
menyebabkan timbal mudah terakumulasi dalam tubuh, baik pada
pajanan okupasional maupun non-okupasional (Adiwijayanti,
2015).
12
9. Kebiasaan merokok
Terdapat beberapa teori yang membahas tentang hubungan
antara kebiasaan merokok dengan kadar hemoglobin. Merokok
dapat menyebabkan rusaknya sel silia pada saluran pernapasan
yang menyaring zat-zat yang masuk ke dalam saluran
pernapasan. Merokok dapat merusak mekanisme tersebut dan
menyebabkan aliran udara terhambat, alveoli rusak dan kapasitas
paru-paru menurun, merokok dapat mengiritasi sel mukus dan
menyebabkan peningkatan mukus. Mukus yang berkumpul
menyebabkan infeksi dan kerusakan pada paru. Kerusakan pada
paru dapat mengakibatkan semakin banyak jumlah zat kimia yang
terdapat dalam rokok seperti logam berat masuk ke dalam tubuh
sehingga berpengaruh pula pada penurunan kadar hemoglobin
dalam darah. Logam berat yang terdapat di dalam rokok dapat
menganggu pembentukan hemoglobin, seperti timbal, boron,
kadmium, selenium, arsenik dan antimoni. Menurut Suriyaprom
(dalam Adiwijayanti, 2015), merokok merupakan salah satu faktor
penting yang mempengaruhi kadar hemoglobin. Rokok
mengandung banyak zat beracun dan komponen yang
menyebabkan kanker dan berbahaya bagi kesehatan, seperti
nikotin, nitrogen oksida, karbonmonoksida, hidrogen sianida dan
radikal.
2.1.5 Fungsi Hemoglobin
Hemoglobin dalam menjalankan fungsinya membawa
oksigen ke seluruh tubuh, hemoglobin di dalam sel darah merah
mengikat oksigen melalui suatu ikatan kimia khusus. Reaksi yang
13
membentuk ikatan antara hemoglobin dengan oksigen dapat
dituliskan sebagai berikut :
Hb + O2 HbO2
Hemoglobin yang belum mengikat oksigen disebut sebagai
deoksihemoglobin atau deoksi Hb dan umumnya dapat ditulis
sebagai Hb. Hemoglobin yang mengikat oksigen disebut sebagai
oksihemoglobin atau HbO2 seperti pada persamaan reaksi tersebut.
Reaksi ini dapat berlangsung dalam 2 arah, yaitu reaksi yang
berlangsung dalam arah ke kanan, yang merupakan reaksi
penggabungan atau asosiasi terjadi di dalam alveolus paru-paru,
tempat berlangsungnya pertukaran udara antara tubuh dengan
lingkungan. Sebaliknya reaksi yang berjalan dalam arah yang
berlawanan, dari kanan ke kiri, yang merupakan suatu reaksi
penguraian atau disosiasi, terutama terjadi di dalam berbagai
jaringan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa hemoglobin
dalam sel darah merah mengikat oksigen di paru-paru dan
melepaskannya di jaringan untuk diserahkan dan digunakan oleh sel-
sel darah (Sadikin 2014).
2.1.6 Dampak Kekurangan Hemoglobin (Hb)
Kadar hemoglobin dalam tubuh harus pada nilai normal,
kadar hemoglobin yang di bawah normal merupakan sindrom dari
penyakit anemia. Sindrom ini muncul karena anoksia organ target
dan mekanisme kompensasi tubuh terhadap penurunan hemoglobin.
Beberapa dampak akut dari kekurangan hemoglobin antara
lain (Handayani dan Haribowo, 2008):
1. Sering pusing, merupakan respon dari sistem saraf pusat akibat
otak sering mengalami periode kekurangan pasokan oksigen yang
14
di bawa hemoglobin terutama saat tubuh memerlukan energi yang
banyak.
2. Mata berkunang-kunang, merupakan respon dari saraf pusat
akibat kurangnya oksigen ke otak dan mengganggu pengaturan
saraf mata.
3. Napas cepat atau sesak napas, merupakan respon dari sistem
kardiovaskular. Jika hemoglobin kurang, maka kebutuhan oksigen
untuk otot jantung juga berkurang dan kompensasinya menaikkan
frekuensi nafas.
4. Pucat, merupakan respon dari jaringan epitel, hemoglobin yang
mewarnai sel darah menjadi merah akan tampak pucat karena
kekurangan yang ekstrim.
Selain akibat akut yang ditimbulkan akibat kekurangan
hemoglobin, terdapat dampak kesehatan yang lebih berbahaya jika
tidak dilakukan upaya meningkatkan kadar hemoglobin menjadi
normal seperti anemia. Anemia merupakan keadaan di mana masa
eritrosit dan atau masa hemoglobin yang beredar tidak memenuhi
fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh.
(Handayani dan Haribowo, 2008).
Terdapat tiga jenis anemia yang dipengarui oleh kadar
hemoglobin, yaitu anemia sel sabit, anemia pernisiosa dan anemia
akibat kekurangan zat besi. Anemia sel sabit terjadi dari faktor
genetik yang mempengaruhi genetik dari hemoglobin, anemia
pernisiosa disebabkan tubuh tidak dapat menyerap vitanim B12,
sedangkan anemia akibat kekurangan zat besi diakibatkan kurangnya
pola konsumsi zat besi. Kekurangan kadar hemoglobin tidak hanya
mengganggu sistem hematopoietik, namun juga mengganggu sistem
15
tubuh lainnya, seperti saraf, ginjal dan hati. Pada sistem saraf, akibat
kekurangan hemoglobin secara langsung menyebabkan penurunan
hemoprotein seperti sitokrom. Kekurangan sitokrom menyebabakan
lemahnya aktifitas sel saraf dan menghambat perkembangan sel
saraf. Pada sistem eksresi yaitu ginjal, kekurangan hemoglobin dapat
menurunkan proses penyerapan vitamin D yang dapat mengganggu
regulasi mineral seperti kalsium yang berujung pada terhambatnya
pertumbuhan tulang dan gigi. Gangguan akibat kekurangan kadar
hemoglobin pada hati langsung berdampak pada menurunnya
produksi heme yang berperan dalam proses detoksifikasi di hati
(Sherwood, 2012).
2.2 Kadar Hemoglobin
2.2.1 Definisi Kadar Hemoglobin
Kadar hemoglobin adalah jumlah total hemoglobin dalam
pembuluh darah perifer dan menggambarkan jumlah total sel darah
merah yang terdapat di dalam darah. Kadar hemoglobin dihitung
dengan satuan gram per 100 ml (dL) darah. Pengukuran kadar
hemoglobin dalam darah adalah salah satu uji laboratorium klinis
yang sering dilakukan. Pengukuran kadar hemoglobin digunakan
untuk melihat secara tidak langsung kapasitas darah dalam
membawa oksigen ke sel-sel di dalam tubuh. Pemeriksaan kadar
hemoglobin merupakan indikator yang menentukan seseorang
menderita anemia atau tidak. Gram hemoglobin per desiliter darah
adalah indeks yang menyatakan kapasitas darah untuk mengangkut
oksigen. Pengukuran hemoglobin di dalam darah utuh merupakan
cara yang paling banyak digunakan sebagai tes skrining anemia
(Almatsier dkk, 2011).
16
2.2.2 Metode Pemeriksaan Kadar Hemoglobin (Hb)
Diantara metode yang paling sering digunakan di laboratorium
dan yang paling sederhana adalah metode sahli, dan yang lebih
canggih adalah metode cyanmethemoglobin (Lyza, 2010).
Pada metode Sahli, hemoglobin dihidrolisis dengan HCl
menjadi globin ferroheme. Ferroheme oleh oksigen yang ada di udara
dioksidasi menjadi ferriheme yang akan segera bereaksi dengan ion
Cl membentuk ferrihemechlorid yang juga disebut hematin atau
hemin yang berwarna cokelat. Warna yang terbentuk ini
dibandingkan dengan warna standar (hanya dengan mata telanjang).
Untuk memudahkan perbandingan, warna standar dibuat konstan,
yang diubah adalah warna hemin yang terbentuk. Perubahan warna
hemin dibuat dengan cara pengenceran sedemikian rupa sehingga
warnanya sama dengan warna standar. Karena yang
membandingkan adalah dengan mata telanjang, maka subjektivitas
sangat berpengaruh. Di samping faktor mata, faktor lain, misalnya
ketajaman, penyinaran dan sebagainya dapat mempengaruhi hasil
pembacaan. Meskipun demikian untuk pemeriksaan di daerah yang
belum mempunyai peralatan canggih atau pemeriksaan di lapangan,
metode sahli ini masih memadai dan bila pemeriksaannya telat
terlatih hasilnya dapat diandalkan.
Metode yang lebih canggih adalah metode
cyanmethemoglobin. Pada metode ini hemoglobin dioksidasi oleh
kalium ferrosianida menjadi methemoglobin yang kemudian bereaksi
dengan ion sianida membentuk sian-methemoglobin yang berwarna
merah. Intensitas warna dibaca dengan fotometer dan dibandingkan
dengan standar. Karena yang membandingkan alat elektronik, maka
17
hasilnya lebih objektif. Namun, fotometer saat ini masih cukup mahal,
sehingga belum semua laboratorium memilikinya.
Metode lain adalah menggunakan Hematology analyzer
adalah alat untuk mengukur sampel berupa darah. Untuk beberapa
rumah sakit sudah menggunakan alat ABX Micros 60 yang
merupakan peralatan otomatis yang digunakan untuk peneriksaan
haematologi lengkap (DL). Alat ini dapat membantu mendiagnosis
penyakit yang diderita seorang pasien seperti kanker, diabetes, dll.
Alat yang digunakan untuk memeriksa darah lengkap dengan cara
menghitung dan mengukur sel darah secara otomatis berdasarkan
impedansi aliran listrik atau berkas cahaya terhadap sel–sel yang di
lewatkan. Pemeriksaan hematologi rutin seperti meliputi pemeriksaan
hemoglobin, hitung sel leukosit, dan hitung jumlah sel trombosit.
Pengukuran dan penyerapan sinar akibat interaksi sinar yang
mempunyai panjang gelombang tertentu dengan larutan atau sampel
yang dilewatinya. Alat ini bekerja berdasarkan prinsip flow cytometer.
Flow cytometri adalah metode pengukuran (=metri) jumlah dan sifat-
sifatsel (=cyto) yang dibungkus oleh aliran cairan (=flow) melalui
celah sempit ribuan sel dialirkan melalui celah tersebut sedemikian
rupa sehingga sel dapat satu persatu, kemudian dilakukan
penghitungan jumlah sel dan ukurannya. Alat ini juga dapat
memberikan informasi intra seluler termasuk inti sel.
Prinsip impedensi listrik berdasarkan pada variasi impedensi
yang dihasilkan oleh sel-sel darah di dalam mikrooperture (celah
chamber mikro) yang mana sampel darah yang diencerkan dengan
elektrolit diluents / sys dII akan melalui mikroaperture yang dipasangi
dua elektroda pada dua sisinya (sisi sekum dan konstan) yang pada
18
masing-masing arus listrik berjalan secara continue maka akan terjadi
peningkatan resistensi listrik (impedansi) pada kedua elektroda
sesuai dengan volume sel (ukuransel) yang melewati impulst/voltage
yang dihasilkan oleh amplifier circuit ditingkatkan dan dianalisa oleh
elektonik system lalu hemoglobin diukur dengan melisiskan Red
Blood Cels (REC) dengan sys. LYSE membentuk methemoglobin,
cyan methemoglobin dan diukur secara spektro fotometri pada
panjang gelombang 550 nm pada chamber. Hasil yang didapat
diprintout pada printer berupa nilai lain grafik sel.
Prinsip light scattering adalah metode dimana sel dalam
suatu aliran melewati celah dimana berkas cahaya difokuskan ke situ
(sensing area). Apabila cahaya tersebut mengenai sel, diletakkan
pada sudut-sudut tertentu akan menangkap berkas-berkas sinar
sesudah melewati sel itu. Alat ini memakai prinsip ini lazim disebut
flow cytometri.
Keuntungan dari Hematologi analyzer
1. Efisiensi waktu : lebih cepat dalam pemeriksaan hanya
membutuhkan waktu sekitar 2-3 menit dibandingkan dilakukan
secara manual.
2. Sampel :pemeriksaan hematologi rutin secara manual misalnya,
sampel yang dibutuhkan lebih banyak membutuhkan sampel
darah (whole Blood). Manual prosedur yang dilakukan dalam
pemeriksaan leukosit membutuhkan sampel darah 10 mikro, juga
belum pemeriksaan lainnya. Namun pemeriksaan hematology
analyzer ini hanya menggunakan sampel sedikit saja.
3. Ketepatan hasil :Hasil yang dikeluarkan oleh alat Hematologi
analyzer ini biasanya sudah melalui quality control yang dilakukan
19
oleh intern laboratorium tersebut., baik di institusi RumahSakit
ataupun Laboratorium Klinik.
Kerugian Hematologi analyzer adalah tidak dapat menghitung
sel abnormal. Pemeriksaan oleh hematologi autoanalyzer ini tidak
selamanya mulus namun pada kenyataannya alat ini juga memiliki
beberapa kekurangan seperti dalam hal menghitung sel-sel
abnormal, seperti dalam pemeriksaan hitung jumlah sel, bias saja
nilai dari hasil hitung leukosit atau trombosit bisa saja rendah karena
ada beberapa sel yang tidak terhitung dikarenakan sel tersebut
memiliki bentuk yang abnormal.
Prosedur pemeriksaan metode Hematologi analyzer
1. Menyalakan alat ;
a. Tekan tombol power ON/OFF pada bagian kiri belakang alat.
b. Alat akan menampilkan start up, tekan YES
c. Lakukan pencucian alat terlebih dahulu dengan menekan menu
SERVIS-Concentrate Cleaning-YES
2. Running control atau specimen pasien
a. Tekan tombol ‘’ID’’ untuk mulai melakukan pemeriksaan setelah
melakukan pencucian alat.
b. Siapkan control atau specimen pasien yang siap diperiksa yang
telah dihomogenisasi.
c. Isi ID pasien secara lengkap dan tekan YES
d. Masukkan sampel setelah jarum penghisap sampel keluar ke
bawah dengan menekan tombol belakang jarum penghisap
sampel.
e. Tunggu sampai keluar hasil pada layar dan hasil terprint dari
alat.
20
3. Mematikan alat
a. Pastikan terlebih dahulu bahwa alat telah dicuci sebelumnya
b. Tekan tombol menu untuk mematikan alat.
c. Matikan alat dengan menekan tombol power ON/OFF di
belakang kiri alat (SOP RSIA Muslimat, 10 Januari 2016).
Pada penelitian ini menggunakan Hematologi analyzer di
laboratorium RSIA Muslimat Jombang.
2.3 Konsep Mie Instan
2.3.1 Definisi Mi instan
Perubahan gaya hidup masyarakat masa kini turut
mempengaruhi pola konsumsi dengan maraknya makanan instan.
Makanan instan atau slap saji kian digemari sebagai makanan
pengganti nasi. Salah satunya adalah mi instan yang sekarang ini
banyak beredar terutama di kalangan remaja sebagai makanan
populer. Selain dikenal karena praktis, mi instan juga dikenal karena
kandungan karbohidrat, protein tepung (gluten), dan lemak, baik yang
dari mienya sendiri maupun minyak sayur dalam sachet
(Kurnianingsih, dalam Sarkim, 2010).
Ditinjau dari bahan utamanya yaitu tepung terigu mi bukan
merupakan makanan asli Indonesia. Hampir seluruh dunia mengenal
produk mi, walaupun nama, bentuk, bahan penyusun dan cara
pembuatan berbeda. Dalam bahasa inggris mi dikenal dengan nama
noodle, dalam bahasa Jepang disebut ramen, udon dan kisimen,
sedangkan dalam bahasa Rail dikenal sebagai spaghetti. Mi adalah
salah satu jenis produk pasta yang ditemukan' pertama kali oleh
bangsa Tionghoa dengan membuatnya dari beras dan tepung
kacang-kacangan. Mie disajikan dalam berbagai produk yaitu mi
21
basah, mi kering dan mi instan. Beberapa mie tersebut mempunyai
sifat berbeda tergantung dari proses pembuatan dan bahan
tambahan yang digunakan (Astawan, 2008).
Standar Nasional (SNI) nomor 3351-1994, mi instan
didefinisikan sebagai produk makanan kering yang dibuat dari tepung
terigu dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain dan
bahan tambahan makanan yang diizinkan, berbentuk khas mie dan
slap dihidangkan setelah dimasak atau diseduh dengan air mendidih
paling lama 4 menit. Mi instan umumnya dikenal sebagai ramen. Mi
ini dibuat dengan penambahan beberapa proses setelah diperoleh
mie segar. Tahap-tahap tersebut adalah pengukusan, pembentukan,
dan pengeringan. Kadar air mi instan umumnya mencapai 5 - 8 %
sehingga memiliki daya simpan yang lama.
Proses pengeringan, mi dibedakan menjadi dua yaitu mi
instan dan mi kering. Pengeringan mi instan dengan mengunakan
minyak goreng sebagai median Pengeringan (instant atau fried
noodle). Sedangkan mi kering pengeringannya dengan mengunakan
udara panas (dried noodle). Mi instan mampu menyerap minyak
hingga 20% selama penggorengan. Sehingga mi instan memiliki
keunggulan rasa dibanding mi jenis lain. Namun demikian, mi instan
disyaratkan agar pada saat perebusan tidak ada minyak yang
terlepas ke dalam air dan hasilnya mi harus cukup kompak dan
permukaannya tidak lengket.
2.3.2. Bahan Pembuatan Mi instan
1. Bahan Utama
Tepung terigu merupakan bahan dasar pembuatan mi.
Tepung terigu diperoleh dari biji gandum (Triticum vulgare) yang
22
digiling. Keistimewaan terigu di antara serelia lainnya adalah
kemampuannya membentuk gluten pada saat terigu dibasahi
dengan air. Sifat elastis gluten pada adonan mi menyebabkan mi
yang dihasilkan tidak mudah putus pada proses pencetakan dan
pemasakan. Biasanya mutu terigu yang dikehendaki adaiah terigu
yang memiliki kadar air 14 %, kadar protein 8-12 %, kadar abu
0,25-0,60 %, dan gluten basah 24-36 %.
Kandungan proteinnya (gluten), terdapat 3 jenis terigu
yang ada di pasaran, yaitu sebagai berikut:
a. Terigu hard flour
Terigu jenis ini mempunyai kadar protein 12-13 %. Jenis tepung
ini banyak digunakan untuk membuat mi dan roti. Contohnya
adalah terigu cap cakra kembar.
b. Terigu medium hard flour
Jenis tepung ini mengandung protein 9,5-11 %. Tepung ini
banyak digunakan untuk campuran pembuatan mi, roti, dan
kue. Contohnya adalah terigu cap segitiga biru.
c. Terigu soft flour
Jenis terigu ini mengandung protein 7-8,5 %. Jenis tepung ini
hanya cocok untuk membuat kue contohnya adaiah terigu cap
kunci (Suyanti, 2008).
Tepung terigu berfungsi membentuk struktur mi karena
glutennya dapat membentuk struktur tiga dimensi sebagai
pembentuk kerangka. Kandungan protein total dalam gandum 7-
18%, lebih kurang 80% penyusun protein adalah fraksi gluten yang
merupakan pembentuk struktur kerangka.
23
2. Bahan Tambahan
a. Tapioka
Tepung tapioka adalah pati yang diperoleh dari ekstraksi ubi
kayu melalui proses pemarutan, pemerasan, penyaringan,
pengendapan pati, dan pengeringan. Proporsi penggunaan
terigu untuk industri pengolahan mie di Indonesia relatif besar.
Oleh sebab itu, pemanfaatan tepung tapioka sebagai
pensubstitusi (mengurangi penggunaan) terigu dalam
pembuatan mie diharapkan dapat memberi keuntungan yang
cukup besar. Tepung tapioka bisa digunakan sebagai bahan
alternatif agar mie tetap kenyal. Harga tepung tapioka lebih
murah dibandingkan dengan tepung terigu. Selain sebagai
bahan pembuat mie, tepung tapioka dapat digunakan sebagai
"dusting", yang berguna agar mie tidak lengket saat dicetak.
b. Air
Air berfungsi sebagai media reaksi antara gluten dan
karhohidrat, melarutkan garam, dan membentuk sifat kenyal
gluten. Pati dan gluten akan mengembang dengan adanya air.
Air yang digunakan sebaiknya memiliki pH antara 6-9, hal ini
disebabkan absorpsi air makin meningkat dengan naiknya pH.
Makin banyak air yang diserap, mi menjadi tidak mudah patah.
Jumlah air yang optimum membentuk pasta yang balk.
c. Garam
Garam berperan dalam memberi rasa, memperkuat tekstur mi,
meningkatkan fleksibilitas dan elastisitas mi serta mengikat air.
Garam dapat menghambat aktivitas enzim protease dan
24
amilase sehingga pasta tidak bersifat lengket dan tidak
mengembang secara berlebihan.
d. Minyak Goreng
Minyak dapat digunakan sebagai medium penggorengan
bahan. Dalam penggorengan, minyak berfungsi sebagai
medium penghantar panas, menambah rasa gurih dan kalori
dalam bahan. Minyak yang telah rusak mengakibatkan
kerusakan nilai gizi, tetapi juga merusak tekstur, flavor dari
bahan yang digoreng. Kerusakan minyak selama
penggorengan akan mempengaruhi mutu dan nilai gizi bahan
yang digoreng. Minyak yang rusak akibat proses oksidasi dan
polimerisasi akan menghasilkan bahan dengan rupa yang
kurang menarik dan cita rasa yang tidak enak. Hasil oksidasi
lemak dalam bahan pangan tidak hanya mengakibatkan rasa
dan bau tidak enak, tetapi juga dapat menurunkan nilai gizi
karena kerusakan vitamin (karoten dan tokoferol) dan asam
lemak essensial dalam lemak
Jadi bahan-bahan penting yang digunakan dalam proses
pembuatan mi instan adalah tepung terigu, garam (1,5 – 2,0% dari
berat tepung terigu) dan air alkali. Garam biasanya merupakan
campuran yang seimbang dari sodium karbonat dan potasium
karbonat sering digunakan. Garam berperan dalam memberi rasa,
memperkuat tekstur mi, meningkatkan fleksibilitas dan elastisitas
mi serta mengikat air.
2.3.3. Kandungan Mi instan
Satu takaran saji mi instan yang berjumlah 80 gram mampu
menyumbangkan energi sebesar 400 kkal, yaitu sekitar 20 persen
25
dari total kebutuhan energi harian (2.000 kkal). Energi yang
disumbangkan dari minyak berjumlah sekitar 170-200 kkal. Hal lain
yang terkadang kurang disadari adalah kandungan minyak dalam mi
instan yang dapat mencapai 30 persen bobot kering. Hal ini perlu
diwaspadai bagi penderita obesitas atau orang yang sedang dalam
program penurunan berat badan.
Mi instan yang termasuk dalam makanan siap saji merupakan
jenis makanan yang dikemas, mudah disajikan, praktis, dan diolah
dengan cara sederhana. Makanan tersebut umumnya diproduksi oleh
industri pengolahan pangan dengan teknologi dan memberikan
berbagai zat aditif untuk mengawetkan dan memberikan cita rasa
bagi produk tersebut. Namun, mi instan belum dapat dianggap
sebagai makanan penuh (wholesome food) karena belum mencukupi
kebutuhan gizi yang seimbang bagi tubuh. Mie yang terbuat dari
terigu mengandung karbohidrat dalam jumlah besar, tetapi
kandungan protein, vitamin, dan mineralnya hanya sedikit.
Pemenuhan kebutuhan gizi mi instan dapat diperoleh jika ada
penambahan sayuran dan sumber protein (Kurnianingsih, dalam
Sarkim, 2010).
Protein sangat dibutuhkan oleh tubuh, sebab protein
merupakan senyawa yang terdapat dalam setiap sel hidup dari berat
kering dan 20% dari berat total seseorang manusia dewasa
merupakan protein. Protein merupakan zat gizi yang sangat penting
bagi tubuh karena selain sebagai sumber energi. protein juga
berfungsi sebagai pembangun tubuh dan zat pengatur dalam tubuh
(Muchtadi, 2014).
26
Lebih lanjut dijelaskan oleh Muchtadi (2014), bahwa salah
satu fungsi utama protein dalam tubuh adalah sebagai pembentuk
senyawa tubuh esensial. Hormon yang diproduksi dalam tubuh
seperti insulin, epinefrin dan tiroksin, pada dasarnya adalah protein.
Hemoglobin, suati pigmen dalam darah, berfungsi untuk memberi
warna merah pada darah dan mempunyai kapasitas untuk membawa
baik oksigen maupun karbondioksida, adalah juga protein (Muchtadi,
2014).
Berdasarkan penelitian Denistikasari (2016), terdapat
hubungan antara asupan protein dengan kejadian anemia pada siswi
SMK Penerbangan Bina Dhirgantara Karanganyar (p<0,05). Hasil ini
menunjukkan bahwa asupan protein memiliki peranan penting
dengan kejadian anemia pada siswi. Jika asupan protein cukup maka
kadar hemoglobin siswi baik maka tidak mengalami anemia. Apabila
asupan kurang dapat terjadi anemia karena kadar hemoglobin kurang
dari normal sehingga terjadi anemia (Denistikasari, 2016)
Demikian juga penelitian Masthalina (2015), tentang pola
konsumsi (faktor inhibitor dan enhancer fe) terhadap status anemia
remaja putri didapatkan hasil bahwa responden yang anemia
mempunyai asupan protein sebagian besar (81%) tidak baik,
sedangkan responden yang tidak anemia memiliki sebagian besar
(65,2%) kategori baik asupan protein. Protein harus dalam jumlah
yang mencukupi agar sintesis hemoglobin berjalan dengan baik
karena protein memiliki peran yang penting pada absorbsi dan
transportasi besi. Protein berperan dalam proses pembentukan
hemoglobin, ketika tubuh kekurangan protein dalam jangka waktu
27
lama pembentukan sel darah merah dapat terganggu dan ini yang
menyebabkan timbul gejala anemia (Masthalina, 2015).
Jadi rendahnya komposisi protein yang terdapat pada mi
instan dapat berpengaruh terhadap pembentukan sel darah merah.
Adapun kelemahan dari konsumsi mi instan adalah kandungan
natriumnya yang tinggi. Natrium yang terkandung dalam mi instan
berasal dari garam (NaCI) dan bahan pengembangnya. Bahan
pengembang ini yang umum digunakan adalah natrium tripolifosfat,
mencapai 1,05 persen dari bobot total mi per takaran saji. Natrium
memiliki efek yang kurang menguntungkan bagi penderita penyakit
maag dan penderita hipertensi. Bagi penderita maag, kandungan
natrium tinggi menetralkan lambung, sehingga lambung akan
mensekresi asam yang lebih banyak untuk mencerna makanan.
Keadaan asam lambung tinggi akan berakibat pada pengikisan
dinding lambung yang menyebabkan rasa perih. Bagi penderita
hipertensi, natrium akan makin meningkatkan tekanan darah karena
ketidakseimbangan antara natrium dan kalium (Na-K) di dalam darah
dan jaringan.
Mie instan dapat memicu penyakit seperti hipertensi,
sehingga perlu dibatasi, cukup seminggu sekali atau dua minggu
sekali, bahkan sebulan sekali (Yuli, 2015). Kelemahan lain mi instan
adalah tidak dapat dikonsumsi oleh penderita autisme. Hal ini
disebabkan mi instan mengandung gluten, substansi yang tidak
seharusnya dikonsumsi oleh penderita autisme. C
2.4. Hasil Penelitian terkait Gizi dengan Kadar Hemoglobin
Hasil penelitian Ngangi (2013), berdasarkan hasil uji Fischer Exact
tentang hubungan antara praktek gizi seimbang dengan kadar hemoglobin
28
dapat dilihat bahwa 58 orang (92,1%) yang memiliki praktek gizi seimbang
baik memiliki kadar hemoglobin normal, sedangkan 5 orang yang memiliki
praktek gizi seimbang baik memiliki kadar hemoglobin yang tidak normal.
Berdasarkan hasil uji Fischer Exact terlihat nilai p sebesar 0,586 (>0,05), hal
ini berarti bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara praktek gizi
seimbang dengan kadar hemoglobin mahasiswa program studi pendidikan
dokter angkatan 2013 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
Manado.
Penelitian Nurnia (2013), menunjukkan bahwa adanya hubungan
yang signifikan antara frekuensi konsumsi makanan sumber zat besi heme
(p=0,008) dan frekuensi konsumsi makanan sumber pelancar absorbsi zat
besi (p=0,024) dengan status hemoglobin anak sekolah dasar, tidak ada
hubungan yang signifikan antara frekuensi konsumsi makanan sumber zat
besi nonheme (p=0,232) dan frekuensi konsumsi makanan penghambat
absorbsi zat besi (p=0,466) dengan status hemoglobin anak sekolah dasar di
wilayah pesisir kota Makassar tahun 2013.
Hasil penelitian Yuliati (2015), Hasil penelitian menunjukkan 91,4%
responden mendapatkan konsumsi protein rendah dan seluruh responden
(100%) mendapat konsumsi protein rendah, ada hubungan antara konsumsi
protein dan zat besi dengan kadar hemoglobin para mahasiswa UNY yang
menjadi responden dengan taraf kepercayaan 95%.
Berdasarkan penelitian terdahulu diketahui bahwa walaupun
terdapat perbedaaan hasil, tetapi sebagian besar penelitian memberikan
hasil bahwa asupan gizi memiliki hubungan dengan kadar hemoglobin
seseorang, berdasarkan hasil penelitian tersebut maka penelitian ini
berusaha untuk mendiskripsikan kadar hemoglobin berdasarkan pola
29
konsumsi mi instan pada mahasiswa D III Analis Kesehatan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang.
30
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL 3.1. Kerangka konseptual
Kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat dilihat sebagai
berikut :
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti
Gambar 3.1 Kerangka konseptual Kadar Hemoglobin Pada Mahasiswa Yang Mengkonsumsi Mie Instan, Studi pada mahasiswa D III Analis Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang tahun 2016-2017
Mi Instant
Pemeriksaan Kadar Hemoglobin
Metode Sahli
Air Alkali Garam Minyak Goreng
Normal Polisitemia Anemia
Kandungan Gizi Mi Instan
Karbohidrat Lemak Protein Mineral
Bahan
Vitamin Air
Metode Cyanmethemoglob
in
Faktor yang mempengaruhi: 1. Kecukupan Besi
dalam Tubuh 2. Metabolisme
Besi dalam Tubuh
3. Pola makan 4. Usia 5. Jenis kelamin 6. Logam berat 7. Genetik 8. Lama kerja 9. Kebiasaan
merokok
Hematologi Analyzer
Tepung Terigu
Tepung Tapioka
31
Perubahan gaya hidup masyarakat masa kini turut mempengaruhi
pola konsumsi dengan maraknya makanan instan. Makanan instan atau
siap saji kian digemari sebagai makanan pengganti nasi. Salah satunya
adalah mi instan yang sekarang ini banyak beredar terutama di kalangan
remaja sebagai makanan populer. Selain dikenal karena praktis, mi instan
juga dikenal karena kandungan karbohidrat, protein tepung (gluten), dan
lemak, baik yang dari mienya sendiri maupun minyak sayur dalam sachet
(Kurnianingsih, dalam Sarkim, 2010).
Satu takaran saji mi instan yang berjumlah 80 gram mampu
menyumbangkan energi sebesar 400 kkal, yaitu sekitar 20 persen dari total
kebutuhan energi harian (2.000 kkal). Energi yang disumbangkan dari
minyak berjumlah sekitar 170-200 kkal. Hal lain yang terkadang kurang
disadari adalah kandungan minyak dalam mi instan yang dapat mencapai
30 persen bobot kering. Hal ini perlu diwaspadai bagi penderita obesitas
atau orang yang sedang dalam program penurunan berat badan.
Mie yang terbuat dari terigu mengandung karbohidrat dalam jumlah
besar, tetapi kandungan protein, vitamin, dan mineralnya hanya sedikit
(Kurnianingsih, dalam Sarkim, 2010). Protein harus dalam jumlah yang
mencukupi agar sintesis hemoglobin berjalan dengan baik karena protein
memiliki peran yang penting pada absorbsi dan transportasi besi. Protein
berperan dalam proses pembentukan hemoglobin, ketika tubuh
kekurangan protein dalam jangka waktu lama pembentukan sel darah
merah dapat terganggu dan ini yang menyebabkan timbul gejala anemia.
Natrium yang terkandung dalam mi instan berasal dari garam
(NaCl) dan bahan pengembangnya. Bahan pengembang ini yang umum
digunakan adalah natrium tripolifosfat, mencapai 1,05 persen dari bobot
total mi per takaran saji. Natrium memiliki efek yang kurang
32
menguntungkan bagi penderita penyakit maag dan penderita hipertensi.
Bagi penderita maag, kandungan natrium tinggi menetralkan lambung,
sehingga lambung akan mensekresi asam yang lebih banyak untuk
mencerna makanan. Keadaan asam lambung tinggi akan berakibat pada
pengikisan dinding lambung yang menyebabkan rasa perih. Bagi penderita
hipertensi, natrium akan makin meningkatkan tekanan darah karena
ketidakseimbangan antara natrium dan kalium (Na-K) di dalam darah dan
jaringan.
Kondisi ini dapat mempengaruhi terhadap kadar hemoglobin bagi
mahasiswa yang sering mengkonsumsi mi instan. Pengukuran kadar
hemoglobin diharapkan dapat memberikan gambaran terkait dengan kadar
hemoglobin mahasiswa yang sering mengkonsumsi mi instan apakah
dalam kategori normal (12-16 g/dL) ataukah anemia (< 12 g/dL) atau
polisitemia (> 16 g/dL). Pengukuran kadar hemoglobin dalam penelitian ini
menggunakanHematologi analyzer ABX Micros 60.
33
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Waktu dan Tempat Penelitian
4.1.1 Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai pembuatan proposal penelitian
sampai dengan ujian akhir yaitu bulan April sampai dengan Juli 2017.
4.1.2 Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di program analis kesehatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang.
4.2 Disain Penelitian
Disain penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif.
Menurut Sugiyono (2014) metode deskriptif adalah suatu metode yang
digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil
penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih
luas. Dalam penelitian ini peneliti hanya menggambarkan kadar
hemoglobin mahasiswa Program Studi Analis Kesehatan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang angkatan tahun 2015
yang mengkonsumsi mie instan menggunakan metodehematology
analyzer ABX Micros 60.
4.3 Populasi/Sampel/Sampling
4.3.1 Populasi
Populasi penelitian atau universe adalah keseluruhan objek
penelitian atau objek yang diteliti tersebut (Notoatmodjo, 2012).
Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Program Studi
Analis Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia
34
Medika Jombang angkatan tahun 2015 kelompok A yang
mengkonsumsi mie instan sejumlah 45 mahasiswa.
4.3.2 Sampel
Sampel penelitian ditetapkan berdasarkan ciri-ciri sebagai
berikut :
1. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik subjek penelitian dan
suatu populasi target dan terjangkau yang akan diteliti (Nursalam,
2016).
Kriteria Inklusi meliputi :
a. Mahasiswa Program Studi Analis Kesehatan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang angkatan
tahun 2015 kelompok A
b. Mengkonsumsi mie instan minimal 3 bungkus dalam satu
minggu
d. Hadir di kampus saat pengambilan data penelitian.
c. Bersedia menjadi Responden
2. Kriteria Eksklusi
Kriteria Eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek
yang memenuhi kriteria inklusi dan studi karena berbagai
penyebab (Nursalam, 2016). Kriteria Eksklusi meliputi :
a. Mahasiswa yang tidak hadir saat penelitian.
4.3.3 Sampling
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Purposive Sampling, yaitu pengambilan sampel yang berdasarkan
atas suatu pertimbangan tertentu seperti sifat-sifat populasi ataupun
35
ciri-ciri yang sudah diketahui sebelumnya (Nursalam, 2016). Adapun
ciri-ciri yang diterapkan sebagaimana kriteria inklusi dan eksklusi
4.4 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat
hal yang didefinisikan yang dapat diamati (diobservasi). Konsep dapat
diamati atau diobservasi ini penting, karena hal yang dapat diamati itu
membuka kernungkinan bagi orang lain selain peneliti untuk melakukan hal
yang serupa, sehingga apa yang dilakukan oleh peneliti terbuka untuk diuji
kembali oleh orang lain (Suryabrata, 2010).
Tabel 4.1. Definisi Operasional Kadar Hemoglobin Pada Mahasiswa yang mengkonsumsi mie instan
Variabel Definisi
Operasional Parameter Alat Ukur Skor/ Kriteria
Kadar Hemoglobin Pada Mahasiswa yang mengkonsumsi mie instan
Kapasitas darah dalam membawa oksigen ke sel-sel dalam tubuh
Kadar hemoglobin dihitung dengan satuan gram per 100 ml (dL) darah.
Kuesioner dan
Observasi
Laki-laki 1. anemia : < 13,5
g/dL 2. normal : 13,5-
18 g/dL 3. polisitemia : >
18 g/dL Perempuan 1. anemia : < 11,5
g/dL 2. normal : 11,5-
16 g/dL 3. polisitemia : >
16 g/dL (WHO, 2011)
4.5 Instrumen Penelitian dan Prosedur Kerja
4.5.1 Instrumen Penelitian
Alat/sarana :
a. Alat
1) Spuit injeksi 3 ml
2) Kapas
3) Toumiquet
36
4) Tabung vacum
5) ABX Micros 60
b. Bahan
1) Alkohol 70%
2) Darah
4.5.2 Prosedur Kerja
Langkah-langkah penelitian atau prosedur yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Peneliti mengajukan surat permohonan ijin ke Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang untuk pengambilan
data penelitian.
b. Setelah itu peneliti mengadakan pendekatan kepada responden
dan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian ini.
c. Setelah responden menyatakan kesediaannya, kemudian peneliti
mengambil sampel darah responden untuk dihitung kadar
hemoglobinnya dengan prosedur sebagai berikut :
1) Cara pengambilan darah vena
a) Pengambilan darah dilakukan pada salah satu vena cubiti.
b) Membendung lengan bagian atas dengan toumiquet
supaya vena terlihat dengan jelas.
c) Membersihkan lokasi yang akan diambil dengan alkohol
70% dan dibiarkan supaya kering kembali.
d) Menusukkan jarum dengan posisi lubang jarum di atas
sampai masuk kedalam vena.
e) Meregangkan pembendungan dan perlahan-lahan
penghisap spuit ditarik sampai didapatkan jumlah darah 3
ml.
37
f) Melepaskan pembendung serta meletakkan kapas di atas
jarum dengan spuit dicabut perlahan-lahan.
g) Selanjutnya menusukkan jarum pada tabung vacum, maka
secara otomatis darah akan terhisap sendiri kedalam
tabung vacum (Hidayat, 2008).
2) Cara Pemeriksaan Hemoglobin dengan Cara Hematolagy
Analizer;
a) Menyiapkan alat dan bahan
b) Menyalakan alat dengan menekan power ON/OFF pada
bagian kiri belakang alat
c) Alat akan menampilkan start up, kemudian menekan YES
d) Melakukan pencucian alat terlebih dahulu dengan cara
menekan menu Servis-Concentrate Cleaning-Yes
e) Melakukan Back Flush
f) Menekan tombol lD untuk memulai melakukan pemeriksaan
setelah melakukan pencucian alat
g) Menyiapkan kontrol atau spesimen pasien yang siap
diperiksa yang sebelumnya telah dilakukan homogenisasi .
h) Mengisi lD pasien secara lengkap dan menekan YES
i) Memasukkan kontrol atau spesimen pasien setelah jarum
penghisap sampel keluar ke bawah dengan menekan
tombol belakang jarum penghisap sampel
j) Menunggu sampai hasil keluar pada layar dan hasil tercetak
dari alat.
k) Setelah selesai melakukan pemeriksaan, memastikan
bahwa alat telah dicuci.
l) Menekan tombol menu matikan alat
38
m) Mematikan alat dengan cara menekan tombol
powerON/OFF (SOP RSIA Muslimat, 10 Januari 2016).
d. Data yang sudah terkumpul dianalisis sesuai dengan tujuan
penelitian.
4.6 Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data
4.6.1 Teknik Pengolahan Data
Tahap-tahap pengolahan data hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data
yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dilakukan pada tahap
pengumpulan data atau setelah data terkumpul (Hidayat, 2014).
b. Coding
Coding adalah kegiatan pemberian kode numeric (angka)
terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori (Hidayat, 2014).
Kode yang digunakan adalah sebagai berikut:
1) Nomor responden
Responden 1 Kode 1
Responden 2 Kode 2
Responden n Kode n
2) Jumlah konsumsi mie instan
< 2 bungkus perminggu Kode 1
2-4 perminggu Kode 2
> 4 perminggu Kode 3
c. Tabulating
Tabulating yakni membuat tabel – tabel data, sesuai dengan
tujuan penelitian yang diinginkan oleh peneliti (Notoatmodjo,
39
2012). Dalam penelitian ini penyajian data dalam bentuk tabel
yang menggambarkan distribusi frekuensi responden berdasarkan
karakteristiknya dan tujuan penelitian.
d. Analisis Data
Setelah data terkumpul sehingga perlu dicek kembali kelengkapan
identitas responden, kelengkapan data (isi instrumen) dan
mengecek macam isi data kemudian dilakukan tabulasi data
variabel penelitian, maka dilanjutkan dengan analisis data.
4.6.2 Teknik Analisis Data
Analis data menggunakan pendekatan deskriptif untuk
menghitung persentase. Berdasarkan pendapat Arikunto (2010:251)
rumus menghitung persentase sebagai berikut:
𝑃 = 𝐹
𝑁 𝑥 100%
Keterangan:
P = angka persentase
F = frekuensi yang diukur
N = Jumlah seluruh responden
Hasil kemudian diinterpretasi sebagai berikut :
0 % : Tidak ada
1-25 % : Sebagian kecil
26-49% : Hampir sepruhnya
50 : Setengahnya
51-75% : Sebagian besar
76-99% : Hampir Seluruhnya
100% : Seluruhnya.
40
4.7 Kerangka Kerja
Kerangka kerja merupakan langkah-langkah yang akan
dilakukan dalam penelitian yang ditulis dalam bentuk kerangka atau alur
penelitian (Hidayat, 2012). Kerangka kerja dalam penelitian ini adalah :
.
Gambar 4.1 Kerangka Kerja gambaran kadar hemoglobin pada
mahasiswa D III Analis Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang yang mengkonsumsi mie instan
Pengumpulan Data Editing, Coding, Tabulating
Design Penelitian Pendekatan Deskriptif
Populasi : Seluruh mahasiswa yang mengkonsumsi mie instan di Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia MedikaJombang Program studi Analisis Kesehatan Angkatan tahun 2015 kelompok A sejumlah
45 mahasiswa
Identifikasi Masalah
Analisis data : Uji Kadar Hemoglobin menggunakan Hematologi
analyzer ABX Micros 60 dihitung persentasenya
Teknik sampling : Purposive Sampling
Sampel : 33mahasiswa
Penyusunan Laporan akhir
41
4.8 Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian menekankan masalah etika yang
meliputi:
1. Informed Consent (persetujuan menjadi responden), dimana subjek
harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian
yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas berpartisipasi
atau menolak menjadi responden.
2. Anonimity (tanpa nama), dimana subjek mempunyai hak untuk meminta
bahwa data yang diberikan harus dirahasiakan. Kerahasiaan dari
responden dijamin dengan jalan mengaburkan identitas dari responden
atau tanpa nama (anonymity)
3. Rahasia (confidentiality), kerahasiaan yang diberikan kepada respoden
dijamin oleh peneliti (Nursalam, 2016).
4.9 Keterbatasan Penelitian
Kendala atau keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Kesulitan saat pengambilan sampel penelitian, karena tidak dapat
dilakukan secara bersamaan, sehingga setelah dapat sampel darah harus
segera dibawa ke Laboratorium RSIA Muslimat untuk diperiksa kadar
hemoglobinnya.
2. Kendala lainnya peneliti hanya fokus pada mahasiswa yang
mengkonsumsi mi instan minimal seminggu 3 bungkus sehingga data
mahasiswa yang makan mi instan dibawah 3 bungkus tidak dijadikan
sampel penelitian.
42
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Program studi D3 Analis Kesehatan STIKes ICME Jombang adalah
salah satu Program Studi yang ada di STIKes ICME Jombang. Program
studi ini terletak di kampus C STIKes ICME Jombang di Jalan Kemuning 57
A Candimulyo Jombang. Kampus C ini terletak di lingkungan penduduk
yang dekat dengan kota Jombang sehingga akses menuju kampus cukup
mudah. Program D3 Analis Kesehatan memiliki 4 laboratorium diantaranya
laboratorium hematologi, laboratorium kimia klinik, laboratorium
mikrobiologi dan laboratorium kimia.
Laboratorium mikrobiologi merupakan salah satu fasilitas yang
dimiliki program D3 Analis Kesehatan STIKes ICME Jombang sebagai
sarana penunjang pembelajaran dalam praktikum. Ruangan laboratorium
mikrobiologi dan parasitologi dilengkapi AC sehingga suhu suangan tidak
terlalu mempengaruhi sampel, selain itu peralatan dan reagen yang ada
cukup baik dan memadai sehingga pembelajaran pemeriksaan di
laboratorium ini dapat sesuai dengan standart laboratorium di lapangan.
5.2. Hasil Penelitian
Subyek penelitian adalah mahasiswa D3 Analis Kesehatan Kelas A
(Semester IV) tahun akademik 2016/2017 yang berjumlah 45 mahasiswa.
Setelah diberi kuesioner diketahui bahwa dari 45 mahasiswa tersebut yang
memenuhi kriteria inklusi yaitu mengkonsumsi mie instan minimal 3
bungkus dalam satu minggu sebanyak 33 mahasiswa, sehingga responden
yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 33 mahasiswa.
43
Pengambilan data dilakukan di kampus C Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Insan Cendekia Medika (STIKes ICME) Jombang, pemeriksaan kadar
hemoglobin dilakukan Laboratorium RSIA Muslimat Jombang. Hasil
penelitian sebagai berikut :
5.2.1. Data Umum
1 Karakter Responden berdasarkan usia
Karakteristik responden berdasarkan usia dibagi menjadi
tiga kelompok. Selengkapnya pada tabel 5.1.
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Usia pada mahasiswa D3 Analis Kesehatan STIKes ICME Jombang Tahun 2017
No. Usia Frekuensi (f) Persentase (%)
1. 20 17 51,5
2. 21 15 45,5
3. 22 1 3,0
Jumlah 33 100
Sumber Data : Data Primer Tahun 2017
Berdasarkan Tabel 5.1 menunjukkan bahwa sebagian besar
responden berusia 20 tahun yaitu sebanyak 17 orang (51,5%),
2 Karakter Responden berdasarkan jenis kelamin
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dibagi
menjadi dua kelompok. Selengkapnya pada tabel 5.2.
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jenis Kelamin pada mahasiswa D3 Analis Kesehatan STIKes ICME Jombang Tahun 2017
No. Jenis Kelamin Frekuensi
(f) Persentase (%)
1. Laki-laki 12 36,4
2. Perempuan 21 63,6
Jumlah 33 100
Sumber Data : Data Primer Tahun 2017
Berdasarkan Tabel 5.2 diketahui bahwa sebagian besar
responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 21 orang
(63,6%),
44
3 Karakter Responden berdasarkan Jumlah Mi Instan yang
dikonsumsi dalam satu minggu
Karakteristik responden berdasarkan Jumlah Mi Instan
yang dikonsumsi dalam satu minggu dibagi menjadi empat
kelompok. Selengkapnya pada tabel 5.3.
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jumlah Mi Instan yang dikonsumsi dalam satu minggu pada mahasiswa D3 Analis Kesehatan STIKes ICME Jombang Tahun 2017
No. Jumlah Mi
Instan Frekuensi (f) Persentase (%)
1 3 bungkus 11 33,3
2 4 bungkus 9 27,3
3 5 bungkus 9 27,3
4 > 5 bungkus 4 12,1
Jumlah 33 100
Sumber Data : Data Primer Tahun 2017
Tabel 5.3 menunjukkan bahwa hampir setengahnya
responden mengkonsumsi mi instan dalam satu minggu rata-rata 3
bungkus yaitu sebanyak 11 orang (33,3%).
4 Karakter Responden berdasarkan Waktu mengkonsumsi Mi
Instan
Karakteristik responden berdasarkan Waktu
mengkonsumsi Mi Instan dibagi menjadi empat kelompok.
Selengkapnya pada tabel 5.4.
Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Waktu mengkonsumsi Mi Instan pada mahasiswa D3 Analis Kesehatan STIKes ICME Jombang Tahun 2017
No. Waktu
Mengkonsumsi Frekuensi (f) Persentase (%)
1 Pagi hari 16 48,5
2 Siang hari 7 21,2
3 Malam hari 6 18,2
4 Setiap saat 4 12,1
Jumlah 33 100
Sumber Data : Data Primer Tahun 2017
45
Tabel 5.4 menunjukkan bahwa hampir setengahnya
responden mengkonsumsi mi instan di pagi hari atau sarapan
yaitu sebanyak 16 orang (48,5%).
5 Karakter Responden berdasarkan Tambahan saat
mengkonsumsi Mi Instan
Karakteristik responden berdasarkan Tambahan saat
mengkonsumsi Mi Instan dibagi menjadi dua kelompok.
Selengkapnya pada tabel 5.5.
Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Tambahan saat mengkonsumsi Mi Instan pada mahasiswa D3 Analis Kesehatan STIKes ICME Jombang Tahun 2017
No. Tambahan Frekuensi (f) Persentase (%)
1 Tidak pakai 14 42,4
2 Pakai 19 57,6
Jumlah 33 100
Sumber Data : Data Primer Tahun 2017
Tabel 5.5 menunjukkan bahwa sebagian besar responden
mengkonsumsi mi instan menggunakan tambahan yaitu sebanyak
19 orang (57,6%).
6 Karakter Responden berdasarkan Jenis tambahan
Karakteristik responden berdasarkan Jenis tambahan
dibagi menjadi tiga kelompok. Selengkapnya pada tabel 5.6.
Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jenis tambahan saat mengkonsumsi Mi Instan pada mahasiswa D3 Analis Kesehatan STIKes ICME Jombang Tahun 2017
No. Jenis tambahan Frekuensi (f) Persentase (%)
1 Telur 11 57,9
2 Sayuran 5 26,3
3 Nasi 3 15,8
Jumlah 19 100
Sumber Data : Data Primer Tahun 2017
46
Tabel 5.6 menunjukkan bahwa sebagian responden
mengkonsumsi mi instan menggunakan tambahan telur yaitu
sebanyak 11 orang (57,9%).
5.2.2. Data Khusus
Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Kadar Hemoglobin pada mahasiswa D3 Analis Kesehatan STIKes ICME Jombang Tahun 2017
No. Jenis
Kelamin Kadar
Hemoglobin Frekuensi
(f) Persentase
(%)
1. Laki-laki 1. anemia : < 13,5 g/dL
8 24,2
2. normal : 13,5-18 g/dL
4 12,1
3. polisitemia : > 18 g/dL
0 0
2. Perempuan 1. anemia : < 11,5 g/dL
11 33,3
2. normal : 11,5-16 g/dL
10 30,3
3. polisitemia : > 16 g/dL
0 0
Jumlah Jumlah 33 100
Sumber Data : Data Primer Tahun 2017
Tabel 5.7 menunjukkan bahwa sebagian besar responden
memiliki kadar hemoglobin dalam kategori anemia yaitu sebanyak 19
orang (57,6%), dengan perincian sebagian besar yaitu pada
perempuan yaitu sebanyak 11 orang (57,9%) dan laki-laki sebanyak
8 orang (42,1%). Kadar hemoglobin terendah adalah 9,5 g/dL dan
tertinggi adalah 15,5 g/dL dengan rerata sebesar 11,87 g/dL.
5.3. Pembahasan
Tabel 5.7 diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki kadar
hemoglobin dalam kategori anemia yaitu sebanyak 19 orang (57,6%).
Berdasarkan data yang ada diketahui bahwa kadar hemoglobin terendah
47
adalah 9,5 g/dL dan tertinggi adalah 15,5 g/dL dengan rerata sebesar
11,87 g/dL. Kadar Hemoglobin normal pada umumnya berbeda pada laki-
laki kurang dari 13,5 gram/100ml sedangkan pada perempuan kurang dari
11,5 gram/100ml (Kiswari,2014).
Hemoglobin merupakan komponen penting dari sel darah merah
yang memiliki peran dalam transportasi oksigen dan karbon dioksida.
Hemoglobin memberikan pigmen alami pada sel darah merah. Zat besi
yang terdapat di hemoglobin, ketika berikatan dengan oksigen akan
tampak kemerahan. Sedangkan jika zat besi tersebut berikatan dengan
karbon dioksida akan berubah warna menjadi keunguan (Sherwood, 2012).
Lebih lanjut dijelaskan bahwa hemoglobin merupakan molekul yang
memiliki dua bagian utama yaitu globin dan gugus heme. Globin
merupakan suatu protein yang terbentuk dari empat rantai polipeptida yang
berlipat-lipat. Sedangkan gugus heme merupakan empat gugus nonprotein
yang mengandung besi dengan masing-masing terikat ke salah satu
polipeptida pada globin. Masing-masing dari keempat atom besi dapat
berikatan secara reversibel dengan satu molekul oksigen, oleh karena itu
setiap molekul hemoglobin dapat mengambil empat molekul oksigen dari
alveolus di paru-paru. Selain itu hemoglobin juga mengikat bagian ion
hidrogen asam dari asam karbonat terionosasi yang dihasilkan dari tingkat
jaringan dari karbon dioksida. Hemoglobin menyangga asam ini sehingga
pH darah tetap normal (Sherwood, 2012).
Berdasarkan data yang ada diketahui bahwa sebagian besar
responden mengalami anemia, menurut opini peneliti bayak faktor yang
menyebabkan rendahnya kadar hemoglobin responden diantaranya adalah
jenis kelamin, pola makan dan aktivitas mahasiswa.
48
Berdasarkan jenis kelamin diketahui bahwa sebagian besar
responden yang mengalami anemia adalah perempuan, hal ini dapat terjadi
karena perempuan memiliki siklus menstruasi. Pola menstruasi antara
siklus menstruasi dengan kejadian anemia, pada umumnya wanita
mengeluarkan darah 30–40 ml setiap siklus menstruasi antara 21-35 hari
dengan lama menstruasi 3 hari–7 hari. Banyaknya darah yang dikeluarkan
oleh tubuh berpengaruh pada kejadian anemia, karena wanita tidak
mempunyai simpanan zat besi yang terlalu banyak dan absorpsi zat besi
yang rendah kedalam tubuh sehingga, tidak dapat menggantikan zat besi
yang hilang selama menstruasi (Prastika, 2011).
Kehilangan darah saat menstruasi adalah sekitar 30 ml/hari yang
sama dengan kebutuhan tambahan 0,5 mg zat besi/hari. Kehilangan darah
setiap hari ini dihitung dari kandungan zat besi yang hilang saat menstruasi
selama periode satu bulan. Seorang wanita akan kehilangan 80 ml darah
yang setara dengan 1 mg zat besi/hari. Wanita yang tidak mampu
mempertahankan keseimbangan zat besi yang positif akan kehilangan zat
besi saat terjadi menstruasi sebanyak 30 ml (Maryana, 2012).
Pada penelitian ini peneliti tidak mengungkap apakah saat saat
pengambilan data penelitian responden sedang menstruasi atau tidak.
Kelemahan penelitian ini hendaknya ditindak lanjuti oleh peneliti
selanjutnya dengan menyertakan data tentang menstruasi pada responden
perempuan.
Adapun untuk mempertegas opini peneliti tentang peranan pola
konsumsi mahasiswa dapat dijelaskan sebagai berikut. Jika diperhatikan
tabel 5.3 di atas menunjukkan bahwa hampir setengahnya responden
mengkonsumsi mi instan dalam satu minggu rata-rata 3 bungkus yaitu
sebanyak 11 orang (33,3%). Hal tersebut menunjukkan bahwa rerata
49
mahasiswa mengkonsumsi mi instan 2 hari sekali, sedangkan jika
diperhatikan berdasarkan waktu mengkonsumsi mi instan pada tabel 5.4
menunjukkan bahwa hampir setengahnya responden mengkonsumsi mi
instan di pagi hari atau sarapan yaitu sebanyak 16 orang (48,5%).
Berdasarkan data tabel 5.5 diketahui bahwa besar responden
mengkonsumsi mi instan menggunakan tambahan yaitu sebanyak 19
orang (57,6%), dan tambahan yang paling favorit adalah menggunakan
telur yaitu sebanyak 11 orang (33,3%).
Perubahan gaya hidup masyarakat masa kini turut mempengaruhi
pola konsumsi dengan maraknya makanan instan. Makanan instan atau
siap saji kian digemari sebagai makanan pengganti nasi. Salah satunya
adalah mi instan yang sekarang ini banyak beredar terutama di kalangan
remaja sebagai makanan populer. Selain dikenal karena praktis, mi instan
juga dikenal karena kandungan karbohidrat, protein tepung (gluten), dan
lemak, baik yang dari mienya sendiri maupun minyak sayur dalam sachet
(Kurnianingsih, dalam Sarkim, 2010).
Jika diperhatikan kuesioner yang disebar peneliti sebanyak 45 buah,
dan terjaring 33 responden yang mengkonsumsi minimal 3 bungkus
perbulan artinya terdapat 73% mahasiswa yang mengkonsumsi mi instan
minimal 3 bungkus perminggu. Tingginya prosentase mahasiswa yang
mengkonsumsi mi instan disebabkan karena aktivitas kegiatan perkuliahan
biasanya dimulai pagi hari, sehingga untuk sarapan lebih mudah dan
praktis dengan mengkonsumsi mi instan. Berdasarkan data yang dihimpun
juga diketahui bahwa sebagian besar mahasiswa mengkonsumsinya di
pagi hari.
Hasil penelitian ini mendukung Kurnianingsih (dalam Sarkim, 2010),
yang menyatakan bahwa mi instan yang termasuk dalam makanan siap
50
saji merupakan jenis makanan yang dikemas, mudah disajikan, praktis, dan
diolah dengan cara sederhana. Makanan tersebut umumnya diproduksi
oleh industri pengolahan pangan dengan teknologi dan memberikan
berbagai zat aditif untuk mengawetkan dan memberikan cita rasa bagi
produk tersebut. Namun, mi instan belum dapat dianggap sebagai
makanan penuh (wholesome food) karena belum mencukupi kebutuhan
gizi yang seimbang bagi tubuh. Mi yang terbuat dari terigu mengandung
karbohidrat dalam jumlah besar, tetapi kandungan protein, vitamin, dan
mineralnya hanya sedikit. Pemenuhan kebutuhan gizi mi instan dapat
diperoleh jika ada penambahan sayuran dan sumber protein.
Protein sangat dibutuhkan oleh tubuh, sebab protein merupakan
senyawa yang terdapat dalam setiap sel hidup dari berat kering dan 20%
dari berat total seseorang manusia dewasa merupakan protein. Protein
merupakan zat gizi yang sangat penting bagi tubuh karena selain sebagai
sumber energi. protein juga berfungsi sebagai pembangun tubuh dan zat
pengatur dalam tubuh (Muchtadi, 2014). Lebih lanjut, bahwa salah satu
fungsi utama protein dalam tubuh adalah sebagai pembentuk senyawa
tubuh esensial. Hormon yang diproduksi dalam tubuh seperti insulin,
epinefrin dan tiroksin, pada dasarnya adalah protein. Hemoglobin, suatu
pigmen dalam darah, berfungsi untuk memberi warna merah pada darah
dan mempunyai kapasitas untuk membawa baik oksigen maupun
karbondioksida, adalah juga protein (Muchtadi, 2014).
Jika diperhatikan waktu mengkonsumsi mi instan yang paling banyak
adalah pagi hari yaitu sebanyak 16 orang atau 48,5%, padahal aktivitas
mahasiswa sangat padat dari mulai kuliah, praktek dan aktivitas lainnya
yang biasanya dimulai dari jam 08.00, tentunya dengan sarapan mi instan
bukanlah hal yang baik, sebab mi instan belum mencukupi kebutuhan gizi
51
yang seimbang bagi tubuh. Sarapan sangat penting untuk menunjang
aktivitas mahasiswa yang harus menggunakan pikiran dan aktifitas fisik
lainnya seperti mengikuti perkuliahan, melakukan praktek, ke
perpustakaan, diskusi dan lain sebagainya. Aktivitas tersebut tentunya
membutuhkan asupan gizi yang seimbang. Menurut Dewi (2014) sarapan
merupakan konsumsi makanan pokok dan lauk pauk yang dilakukan
semenjak bangun pagi sampai jam 10 pagi untuk memenuhi 20%-25% dari
kebutuhan energi total dalam sehari yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan zat gizi di pagi hari.
Jadi jelas bahwa konsumsi mi instan dapat mempengaruhi terhadap
kadar hemoglobin mahasiswa, sebab mi instan bukanlah makanan penuh
yang dapat dapat mencukupi kebutuhan gizi tubuh dalam satu hari. Jadi
rendahnya komposisi protein yang terdapat pada mi instan dapat
berpengaruh terhadap pembentukan sel darah merah. Adapun kelemahan
dari konsumsi mi instan adalah kandungan natriumnya yang tinggi. Natrium
yang terkandung dalam mi instan berasal dari garam (NaCI) dan bahan
pengembangnya. Bahan pengembang ini yang umum digunakan adalah
natrium tripolifosfat, mencapai 1,05 persen dari bobot total mi per takaran
saji. Natrium memiliki efek yang kurang menguntungkan bagi penderita
penyakit maag dan penderita hipertensi. Bagi penderita maag, kandungan
natrium tinggi menetralkan lambung, sehingga lambung akan mensekresi
asam yang lebih banyak untuk mencerna makanan. Keadaan asam
lambung tinggi akan berakibat pada pengikisan dinding lambung yang
menyebabkan rasa perih. Bagi penderita hipertensi, natrium akan makin
meningkatkan tekanan darah karena ketidakseimbangan antara natrium
dan kalium (Na-K) di dalam darah dan jaringan.
52
BAB VI
PENUTUP
6.1 Simpulan
Kadar hemoglobin pada mahasiswa yang mengkonsumsi mie instan
sebagian besar kadar hemoglobinnya dalam kategori rendah atau anemia.
6.2 Saran
1. Bagi Dosen
Bagi dosen dapat mengunakan hasil penelitian ini sebagai pembanding
dalam menjelaskan kaitan konsumsi mi instan dengan kadar
hemoglobin, sebab selama ini sebagian buku referensi tentang kaitan mi
instan dengan kadar hemoglobin masih sangat sedikit.
2. Bagi Responden atau mahasiswa
Bagi masyarakat atau mahasiswa yang senang mengkonsumsi mie
instan hendaknya ditambahkan zat gizi lainnya, sebab mi instan belum
dikategorikan makanan penuh yang mampu mencukupi kebutuhan gizi
tubuh dalam satu hari seperti sayuran, telur dan sebagainya. Akan lebih
baik jika membiasakan sarapan dengan pola gizi yang seimbang dan
memperhatikan pola hidup yang sehat agar tidak kena anemia.
3. Bagi Peneliti selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk memperluas obyek penelitian
dengan mengikut sertakan mereka yang mengkonsumsi mi instan
kurang dari 3 bungkus perminggu sehingga hasil penelitian bisa lebih
representatif, serta untuk memperbaiki kelemahan penelitian ini untuk
peneliti selanjutnya diharapkan juga mengungkap kondisi responden
saat penelitian seperti keadaan menstruasi, atau aktivitas merokok
53
sehingga akan diperoleh hasil lebih representatif. Serta meningkatkan
penelitian ini menjadi penelitian kuantitatif sehingga dapat diperoleh
hasil pengaruh antara mengkonsumsi mi instan dengan kadar
hemoglobin secara ilmiah.
54
DAFTAR PUSTAKA
Adiwijayanti, Betti Ronayan. (2015). Hubungan Karakteristik Individu Terhadap Kadar Timbal Dalam Darah Dan Dampaknya Pada Kadar Hemoglobin Pekerja Percetakan Di Kawasan Megamall Ciputat Tahun 2015. Skripsi. Jakarta: Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Almatsier, S., dkk., (2011). Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Gramedia. Pustaka Utama.
Astawan, M. (2008). Membuat Mie Dan Bihun. Penebar Swadaya. Jakarta.
Azwar, Saifuddin. (2011). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bastiansyah, Eko. (2008). Panduan Lengkap Membaca Hasil Tes Kesehatan. Jakarta: Penebar Plus'
Denistikasari, Rossita. (2016). Hubungan Antara Asupan Protein, Zat Besi (Fe) Dan Vitamin C Dengan Kejadian Anemia Pada Siswi SMK Penerbangan Bina Dhirgantara Karanganyar. Publikasi Ilmiah. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
Dewi, Aisyah Nurcita. (2014). Hubungan Kebiasaan Sarapan Dengan Kadar Hemoglobin Pada Remaja Putri (Studi Penelitian Di SMP Negeri 13 Semarang). Artikel Penelitian. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang
Handayani, Wiwik dan Andi Sulistyo Haribowo. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba Medika
Hidayat, A.A.. (2014). Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknis Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika.
Ikhmawati, Yulinar, Dwi Sarbini, Susy Dyah P (2013). Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Anemia Dan Kebiasaan Makan Terhadap Kadar Hemoglobin Pada Remaja Putri Di Asrama SMA MTA Surakarta.
Lyza, Riana. (2010). Hubungan Kadar Hemoglobin Dengan Produktivitas Tenaga Kerja Pemanen Kelapa Sawit PT. Peputra Supra Jaya Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan, Propinsi Riau Tahun 2010. Skripsi. Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/20481
Maryana. (2012). Gizi Reproduksi. Yogyakarta : Pustaka Rihama
Masthalina, Herta, Yuli Laraeni, Yuliana Putri Dahlia. (2015). Pola Konsumsi (Faktor Inhibitor Dan Enhancer Fe) Terhadap Status Anemia Remaja Putri. Jurnal Kesehatan Masyarakat Kemas 11 (1) (2015) 80-86
55
Muchtadi, Deddy. (2014). Pengantar Ilmu Gizi. Bandung : Alfabeta
Naili, Nurul Inayah. (2014). Analisis Hasil Pemeriksaan Kadar Hemoglobin Dan Hitung Jumlah Eritrosit Pada Penderita Tuberkulosis Paru. Skripsi. Program Konsentrasi Teknologi Laboratorium Kesehatan Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Makassar
Ngangi, Fernando R, Shirley E. S Kawengian, Alexander S. L Bolang. (2013). Hubungan Antara Praktek Gizi Seimbang Dengan Kadar Hemoglobin Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Angkatan 2013 FK Unsrat. Naskah Publikasi.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Nurnia, Veni Hadju, Citrakesumasari. (2013). Hubungan Pola Konsumsi Dengan Status Hemoglobin Anak Sekolah Dasar Di Wilayah Pesisir Kota Makassar. Naskah Publikasi. Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin
Nursalam. (2016). Konsep dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Oz, Mehmet C dan Roizen, Michael F. (2010). Being Beautiful: Sehat Dan Cantik Luar Dalam Ala Dr. Oz. Bandung: Qanita
Prastika, Dewi Andang. (2011). Hubungan Lama Menstruasi Terhadap Kadar Hemoglobin Pada Remajasiswi Sma N 1 Wonosari. Karya Tulis Ilmiah. Program Studi D IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
Sarkim,Linda, Engelina Nabuasa, Ribka Limbu. (2010). Perilaku Konsumsi Mie Instan Pada Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Undana Kupang Yang Tinggal Di Kos Wilayah Naikoten 1. MKM Vol. 05 No. 01 Des 2010 halaman 41-48.
Sherwood, Lauralee. (2012). Fisiologi Manusia. Jakarta : EGC
Suryabrata, Sumadi. (2010). Metodologi Penelitian. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Yuliati, Tutik Rahayu dan Kartika Ratna Pertiwi. (2015). Hubungan Konsumsi Protein Dan Zat Besi Dengan Kadar Hemoglobin Pada Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Jurnal Sains Dasar 2015 4 (1) 49 – 54
56
Lampiran 1
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Nama Mahasiswa : Indah Febriana
NIM : 141310053
Program Studi. : Diploma III Analis Kesehatan
Judul Karya Tulis llmiah : GAMBARAN KADAR HEMOGLOBIN PADA
MAHASISWA YANG MENGKONSUMSI MI INSTAN
(Studi pada mahasiswa D III Analis Kesehatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia
Medika Jombang)
Bahwa saya meminta Saudara/Saudari untuk berperan serta dalam pembuatan
laporan kasus sebagai responden.
Sebelumnya saya akan memberikan penjelasan tentang tujuan laporan kasus ini
dan saya akan merahasiakan identitas, data maupun informasi yang klien
berikan, peneliti akan menghentikan pada saat ini dan klien berhak
mengundurkan diri.
Demikian permohonan ini saya bust dan apabila klien mempunyai pertanyaan,
klien dapat menanyakan langsung kepada peneliti yang bersangkutan.
Jombang, Juni 2017
Peneliti
(Indah Febriana)
57
Lampiran 2
PERNYATAAN BERSEDIA MENJADI RESPONDEN
Saya yang berdanda tangan di bawah ini,
Nama : ........................................ (boleh inisial)
Umur : ...............................................................
Alamat : ........................................................
Bahwa saya diminta untuk beperan serta dalam proposal penelitian
sebagai responden dengan mengisi lembar pengkajian.
Sebelumnya saya telah diberi penjelasan tentang tujuan proposal
penelitian ini dan saya telah mengerti bahwa peneliti akan merahasiakan
identitas, data maupun informasi yang saya berikan. Apabila ada pertannyaan
yang akan diajukan menimbulkan ketidaknyamanan bagi saya, peneliti akan
menghentikan pada saat ini dan saya berhak mengundurkan diri.
Demikian persetujuan ini saya buat secara sadar dan sukarela tanpa ada
unsure pemeriksaan dari siapapun, saya menyatakan:
Bersedia menjadi responden dalam penelitian
Jombang, Juni 2017
Responden
( )
58
Lampiran 3
FORM INSTRUMEN PENELITIAN
A. Data Umum
1. Nama Responden : .............................................. (Boleh Inisial)
2. Usia saat ini : ........................ Tahun
3. Apakah dalam satu minggu Anda pernah mengkonsumsi mi instan minimal 3
bungkus.
a. Tidak, b. Ya (Jika Ya, lanjutkan ke soal no 4)
4. Berapa bungkus biasanya Anda mengkonsumsi mi instan dalam satu
minggu.
a. 3 bungkus` b. 4 bungkus c. 5 bungkus d. > 5 bungkus
5. Kapan biasanya anda mengkonsumsi mi instan
a. hanya saat sarapan
b. saat makan siang
c. saat makan malam
d. setiap saat
6. Apakah dalam mengkonsumsi mi instan anda memberikan tambahan menu
lainnya
a. Tidak b. Ya (jika Ya lanjutkan soal nomor 7)
7. Apa saja yang biasanya anda tambahkan saat mengkonsumsi mi instan
(Jawaban boleh lebih dari satu)
a. Telur
b. Sayuran
c. Nasi
d. lain-lain, sebutkan ....................................
B. Hasil Observasi*
Kadar Hemoglogin : ......................................
Kategori : a. Normal b. Anemia c. Polisitemia
* diisi peneliti berdasarkan hasil laboratorium
59
Lampiran 4
JADWAL PELAKSANAAN LAPORAN KASUS
No Kegiatan-Kegiatan
Desember Januari Februari Juni Juli Agustus
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persamaan persepsi
X X X
2 Informasi Penyelenggaraan KTI Konfirmasi Judul ke pembimbing
X X
3 Studi Pendahuluan dan Studi Pustaka
X X X
4 Penyusunan Proposal
X X X X
5 Seminar Proposal
X X
6 Revisi Proposal dan Pengurusan ijin
X X X
7 Pengumpulan data dan analisis data
X X X X X X X X
8 Ujian/ sidang KTI X X
9 Revisi KTI X X
10 Pengumpulan dan penggandaan KTI
X X X
60
Lampiran 5
Permohonan Pemeriksaan Sampel
61
Lampiran 6
Surat Keterangan
62
Lampiran 7
Standar Prosedur Operasional
63
64
Lampiran 8
Contoh Hasil Analisis Laboratorium
65
Lampiran 9
Hasil Analisis
66
Lampiran 10
Dokumentasi penelitian
1. Persiapan alat
67
2.Pengambilan sampel darah responden
3. Pengujian sampel darah responden
68
69
70
71
Lampiran 11
Lembar konsultasi
Nama : Indah Febriana
NIM : 14.131.0053
Judul : Kadar Hemoglobin Pada Mahasiswa Yang Mengkonsumsi Mie
Instan
Pembimbing 1 : Dr. Hariyono , S.Kep Ns., M.Kep
No Tanggal Hasil Konsultasi
1. 17 November 2016 Konsultasi Judul Proposal KTI
2. 23 November 2016 Konsultasi BAB 1
3. 30 November 2016 Revisi BAB 1
4. 08 Desember 2016 Revisi BAB 1 & lanjut BAB 2
5. 16 Desember 2016 Lanjut BAB 2 & revisi
6. 29 Desember 2016 Revisi BAB 2,3,4
7. 06 Januari 2016 Revisi BAB 2,3,4
8. 04 April 2017 ACC BAB 1,2,3
9. 17 April 2017 ACC 4
10. 10 Juli 2017 Konsultasi BAB 5 & 6
11. 21 Juli 2017 ACC BAB 5&6
Mengetahui,
Pembimbing Utama
Dr. Hariyono , S.Kep Ns., M.Kep
72
Lembar Konsultasi
Nama : Indah Febriana
NIM : 14.131.0053
Judul : Hemoglobin Pada Mahasiswa Yang Mengkonsumsi Mie Instan
Pembimbing 2 : Sri Lestari, S.KM
No Tanggal Hasil Konsultasi
1. 22 November 2016 ACC judul siapkan BAB 1
2. 29 November 2016 Revisi BAB 1
3. 15 Desember 2016 Revisi BAB 1,2,3,4
4. 07 Januari 2017 Revisi BAB 2,3,4
5. 05 April 2017 Revisi BAB 2,3,4
6 20 April 2017 ACC seminar proposal
7. 11 Juli 2017 Revisi BAB 5 dan 6
8. 21 Juli 2017 Revisi BAB 5 dan 6
9. 25 Juli 2017 ACC sidang hasil
Mengetahui,
Pembimbing Anggota
Sri Lestari, S.KM
73
Lampiran 12
Top Related