BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia sebagai Negara berkembang saat ini masih menghadapi berbagai masalah
kependudukan. Adapun yang dimaksud dengan masalah kependudukan adalah terdapatnya
ketimpangan antara jumlah dan laju pertumbuhan penduduk dengan kemampuan serta laju
pertumbuhan ekonomi . Saat ini jumlah penduduk Indonesia menduduki urutan nomor empat
terbanyak di dunia . Jika laju pertambahan penduduk tidak diatasi dengan segera, akan dapat
menggagalkan segala jerih payah kita di bidang pembangunan.
Untuk mengatasi bom populasi manusia itu, para ahli reproduksi menawarkan solusi
keluarga berencana . Salah satu usaha yang dilaksanakan antara lain adalah penyediaan
sarana kontrasepsi . Sarana ini sudah sering diperkenalkan pada masyarakat, akan tetapi
masih menjadikan wanita sebagai sasaran utamanya. Sebaiknya, jika sasaran itu diperluas
pada pria sebagai wujud aktif keikutsertaannya di dalam mensukseskan program KB. Menurut
Deputi di bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga BKKBN Pusat Imam
Haryadi ( 2002 ), mengatakan kesertaan pria Indonesia untuk ber-KB sangat rendah hanya
sekitar tiga persen. Yang tiga persen tersebut menggunakan kondom 0,7 persen, vasektomi
0,4 persen, senggama terputus 0,8 persen dan pantang berkala 1,1 persen. Angka tersebut
jauh lebih rendah dibandingkan dengan angka kesertaan KB pria di negara Islam, seperti di
Pakistan mencapai 5,2 persen, Bangladeh 13, 9 persen dan Malaysia sebesar 16,8 persen.
Rendahnya penggunaan kontrasepsi oleh pria tersebut disebabkan oleh terbatasnya macam
dan jenis alat kontrasepsi laki-laki. Faktor lain adalah rendahnya pengetahuan dan
pemahaman tentang kesehatan reproduksi.Oleh karena itu, sarana KB untuk pihak pria harus
mendapat perhatian.
Bahan kontrasepsi untuk program Keluarga Berencana ( KB ) haruslah aman, tidak
menimbulkan efek samping, tidak mengganggu kesehatan, tidak menurunkan libido, dan
sedapatnya reversibel. Reversibel artinya, jika pemakaian dihentikan pada usia subur, akan
dapat lagi memiliki anak alias fertil (Notodhardjo, 2002 )
Pada dasarnya pengendalian kesuburan pada pria jauh lebih sulit, bila dibandingkan
dengan pada wanita. Hal ini disebabkan karena jutaan sperma yang diproduksi oleh organ
reproduksi pria harus dikendalikan agar tidak dapat membuahi ovum ( Purwaningsih , 2003 ).
1 | K a r y a T u l i s I l m i a h
Badan Kesehatan Dunia ( WHO ) telah membentuk Kelompok Kerja
( “ Task Force “ ) untuk mencari dan mengembangkan metode pengaturan kesuburan pria.
Mandat yang diberikan kepada Kelompok Kerja tersebut adalah mencari dan
mengembangkan metode kontrasepsi pria melalui bahan / zat dari tumbuh- tumbuhan yang
diduga mengandung bahan antifertilitas ( Purwaningsih , 2003 )
Bahan kontrasepsi yang ideal haruslah dapat digunakan oleh kedua pasangan suami-
istri. Ini untuk keadilan, dan juga mengurangi efek samping yang muncul kalau pemakaian
berlangsung sangat lama. Kalau pemakaian bahan itu berselang seling antara istri dan suami,
diperkirakan efek samping yang timbul karena pemakaian yang berlarut dapat dihindari. Atau
jika menimbulkan sedikit beban, misalnya mual-mual, pusing dan kegemukan, maka beban itu
bisa dipikul bergantian.
Bahan kontrasepssi yang khusus untuk suami atau pria, pada umumnya haruslah
pula tidak akan menurunkan potensi seks. Masalah ini memang tidak demikian diperlukan
untuk pihak istri atau kaum wanita pada umumnya.Yang khusus diperlukan oleh pria ialah
kebugaran potensi seks.Potensi seks merupakan syarat mutlak agar dapat melakukan
hubungan intim, dan agar sperma suami bisa membuahi telur istri.( Yatim, 2001 )
Metoda KB yang tersedia untuk pria sebagai objek saat ini adalah senggama
terputus (coitus interruptus ), kondom, vasektomi, hormonal. Coitus interuptus besar
kegagalannya. Kondom, meskipun murah dan mudah digunakan serta tidak berpengaruh
buruk terhadap kesehatan dan potensi seksual, tetap kurang efektif karena harus dipakai
setiap kali akan melakukan senggama. Vasektomi adalah metode kontrasepsi yang kurang
ideal, karena bersifat ireversibel. Cara yang kini lebih aman dibandingkan vasektomi, yaitu
dengan memotong pangkal saluran mani tanpa menggunakan pisau, tetapi dengan arus listrik
yang disebut elektro-kauterisasi. Metode kontrasepsi pria, kecuali yang tersebut di atas,
sampai saat ini masih dalam tahap penelitian ( Yatim, 2001 )
Berdasarkan kenyataan tersebut di atas, maka penelitian-penelitian kearah
penemuan kontrasepsi pria merupakan tantangan bagi ahli andrologi. Untuk mencapai tujuan
tersebut,pada saat ini para ahli menaruh perhatian besar terhadap penggunaan bahan
alamiah ( tanaman ) yang ada disekitar kita sebagai obyek yng perlu diteliti, sehingga pada
suatu saat dapat dimasyarakatkan suatu cara kontrasepsi pria yang aman, efektif, reversibel,
dapat diterima secara perorangan maupun budaya pada berbagai tingkatan reproduksi. Salah
satu tanaman yang diyakini berkasiat sebagai kontrasepsi adalah kacang ercis ( Pisum
sativum ).
2 | K a r y a T u l i s I l m i a h
Kacang ercis diduga berkasiat sebagai kontrasepsi bermula dari populasi masyarakat
di Tibet yang tidak mengalami perubahan signifikan selama lebih dari 2 ( dua ) abad. Setelah
dilakukan obserfasi ternyata dalam menu makanan mereka hampir selalu ditemui ercis atau
dalam bahasa mereka disebut motor. Di Indonesia kacang ini dikenal dengan sebutan gamet,
kacang kapri, atau kacang polong. Kacang bercita rasa gurih ini bisa muncul dalam sajian
sayur bening, kaserol, tumisan atau jus, tergantung selera.
Dari penelahaan intensif di laboratorium akhirnya diketahui terkendalinya kelahiran di
Tibet dikarenakan senyawa kimia m-xilohidroksiquinon yang merupakan senyawa utama
minyak kacang ercis. Senyawa ini diyakini sangat efektif dalam menghalangi aktifitas
spermatozoa. Karenanya, m-xilohidroksiquinon digolongkan kedalam senyawa antifertilitas
nonsteroid ( Avianto, 2000 ). Disamping itu kacang ercis juga berkasiat sebagai spermicidal,
fungistatic , dan sebagai obat kulit seperti acne ( Porcher et. Al . 1995-2000 ). Akan tetapi
masyarakat menggunakannya atas dasar pengalaman saja tanpa didasari bukti-bukti empiris
maupun ilmiah.
Dari uraian tesebut di atas tampaknya kacang ercis dapat berkasiat sebagai
kontrasepsi pada wanita maupun pada pria. Karena keterbatasan dana dan waktu
penenelitian ini akan dibatasi untuk mengetahui kasiat m-xilohidroksiquinon sebagai
spermacidal dengan melakukan ujicoba padakelinci jantan dewasa.
1. 2 . Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang masalah tersebut di atas dapat dibuat
rumusan masalah sebagai berikut : Apakah biji kacang ercis dapat berkasiat sebagai
spermacidal pada kelinci jantan ?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah untuk mengetahui efektivitas
kacang ercis sebagai spermacidal pada kelinci jantan. Dalam rangka mencari alternatif baru
alat kontrasepsi pada pria yang berasal dari tumbuhan.
1.4 Manfaat Penelitian
3 | K a r y a T u l i s I l m i a h
1.4 .1 Manfaat untuk dunia pengetahuan
Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan
tentang tanaman berkasiat sebagai antifertilitas, khususnya kacang ercis.
1. 4.2 Manfaat untuk kepentingan masyarakat.
Memberikan alternative pilihan kepada masyarakat dalam masa krisis ekonomi untuk
menggunakan tanaman sebagai kontrasepsi, terutama bagi mereka yang tidak cocok dengan
metode kontrasepsi yang telah dicobakan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kekerabatan Kacang Ercis ( Pisum Sativum )
Nenek moyang kacang ercis tidak diketahui, dan terdapat perbedaan pandangan
tentang kemungkinan daerah asal tanaman ini. Salah satu pendapat menyatakan bahwa Asia
Tengah, Abissinia, dan lembah Mediterania adalah pusat utama, dengan wilayah Timur Dekat
sebagai pusat sekender. Pendapat lain menyatakan bahwa lembah Mediterania adalah pusat
4 | K a r y a T u l i s I l m i a h
utama, dengan wilayah Timur Dekat dan dataran tengah Etiopia sebagai pusat kedua.
( Rubatzky dan Yamaguchi, 1998 ).
Kacang ercis terdapat, dan tumbuh dengan subur di Eropa, Cina, India dan Amerika
Utara. Di Inggris kacang ini terkenal dengan sebutan Field Pie atau Garden Pie atau kapri
Inggris ( English Pie ) ( Porcher et al,1995-2000 ).
Kacang kapri termasuk tanaman semusim yang berupa semak dan menjalar. Batang
panjang, kecil, dan ramping. Memiliki tipe daun majemuk, menyirip dengan 2-3 pasang anak
daun, berbentuk tandan yang terdiri atas 1-2 bunga. Kelopak berwarna hijau, terdiri atas 5
daun kelopak. Daun mahkota berjumlah 5 lembar, berwarna putih, cokelat, atau merah muda.
Benang sari berjumlah 10 helai, yang terbagi menjadi 2 berkas. Bakal buah terdiri atas 4 – 15
bakal biji.
Kacang kapri yang dipanen muda, dalam istilah sehari-hari disebut kacang polong.
Adapun kacang kapri yang dipanen tua dan diambil bijinya, disebut kacang ercis.
(Fachruddin,2000 )
Klasifikasi kacang ercis ( Pisum Sativum ) adalah sebagai berikut
( Fachruddin, 2000 ) :
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Subkelas : Dialypetalae
Ordo : Rosales
Famili : Leguminoceae / Papilionaceae
Genus : Pisum
Spesies : Pisum Sativum
2.1.1 Kandugan Kacang Ercis
Kacang kapri yang dipanen muda mengandung; 5 – 8 % protein, 0,5 % lemak, dan
10 -15 % karbohidrat. Sedangkan yang dipanen tua atau matur kandungan zatnya lebih tinggi
yaitu 20 -25 % protein, 1 -3 % lemak, dan 60 % karbohidrat ( Porcher et al,1995- 2000 ).
Kandungan terpenting dari biji kacang ercis terdapat dalam minyaknya, yaitu senyawa kimia
m-xilohidroksiquinon
.( Avianto , 2000 )
5 | K a r y a T u l i s I l m i a h
2.1.2 Manfaat Kacang Ercis
Selain digunakan segar sebagai menu sehari-hari seperti sayur bening, sop, atau jus
kacang kapri juga dibekukan. Pembekuan lebih umum pada pengolahan kultivar biji keriut,
sedangkan pengalengan untuk pengolahan kultivar biji bundar.
Di kalangan dunia medis biji kacang ercis dapat digunakan sebagai kontrasepsi,
fungistatic dan spermicidal. Selain itu juga sering dipakai bahan bedak
( powder ) untuk berbagai penyakit kulit termasuk acne.( Porcher, et al .
1995 – 2000 ).
2.2 Kekerabatan kelinci
Kelinci pada awalnya merupakan hewan liar yang sulit dijinakkan. Kelinci dijinakkan
sejak 2000 tahun silam dengan tujuan keindahan, bahan pangan dan sebagai hewan
percobaan. Hampir setiap negara di dunia memiliki ternak kelinci karena kelinci mempunyai
daya adaptasi tubuh yang relatif tinggi sehingga mampu hidup di hampir seluruh dunia. Kelinci
dikembangkan di daerah dengan populasi penduduk relatif tinggi, Adanya penyebaran kelinci
juga menimbulkan sebutan yang berbeda, di Eropa disebut rabbit, Indonesia disebut kelinci,
Jawa disebut trewelu dan sebagainya. Di Indonesia ternak kelinci masih dilakukan secara
tradisional dan Manfaat yang diambil dari kelinci adalah bulu dan daging yang sampai saat ini
mulai laku keras di pasaran. Selain itu hasil ikutan masih dapat dimanfaatkan untuk pupuk,
kerajinan dan pakan ternak.
Menurut sistem Binomial, bangsa kelinci diklasifikasikan sebagai berikut :
• Kingdom : Animalia
• Phylum : Chordata
• Class : Mamalia
• Ordo : Lagomorpha
• Famili : Leporidae
• Sub famili : Leporine
• Genus : Lepus, Orictolagus
• Spesies : Lepus spp., Orictolagus spp.
Jenis yang umum diternakkan adalah American Chinchilla, Angora, Belgian, Californian,
Dutch, English Spot, Flemish Giant, Havana, Himalayan, New Zealand Red, White dan Black,
6 | K a r y a T u l i s I l m i a h
Rex Amerika. Kelinci lokal yang ada sebenarnya berasal dari dari Eropa yang telah bercampur
dengan jenis lain hingga sulit dikenali lagi. Jenis New Zealand White dan Californian sangat
baik untuk produksi daging, sedangkan Angora baik untuk bulu. (Warintek, 2000-2006)
2.2.1 Reproduksi dan Perkawinan
Kelinci betina segera dikawinkan ketika mencapai dewasa pada umur 5 bulan (betina
dan jantan). Bila terlalu muda kesehatan terganggu dan dan mortalitas anak tinggi. Bila
pejantan pertama kali mengawini, sebaiknya kawinkan dengan betina yang sudah pernah
beranak. Waktu kawin pagi/sore hari di kandang pejantan dan biarkan hingga terjadi 2 kali
perkawinan, setelah itu pejantan dipisahkan. (Warintek, 2000-2006)
2.2.2 Proses Kelahiran
Setelah perkawinan kelinci akan mengalami kebuntingan selama 30-32 hari.
Kebuntingan pada kelinci dapat dideteksi dengan meraba perut kelinci betina 12-14 hari
setelah perkawinan, bila terasa ada bola-bola kecil berarti terjadi kebuntingan. Lima hari
menjelang kelahiran induk dipindah ke kandang beranak untuk memberi kesempatan
menyiapkan penghangat dengan cara merontokkan bulunya. Kelahiran kelinci yang sering
terjadi malam hari dengan kondisi anak lemah, mata tertutup dan tidak berbulu. Jumlah anak
yang dilahirkan bervariasi sekitar 6-10 ekor. (Warintek, 2000-2006)
2.2.3 Pemberian Pakan
Jenis pakan yang diberikan meliputi hijauan meliputi rumput lapangan, rumput gajah,
sayuran meliputi kol, sawi, kangkung, daun kacang, daun turi dan daun kacang panjang, biji-
bijian/pakan penguat meliputi jagung, kacang hijau, padi, kacang tanah, sorghum, dedak dan
bungkil-bungkilan. Untuk memenuhi pakan ini perlu pakan tambahn berupa konsentrat yang
dapat dibeli di toko pakan ternak.
2.3 Spermatogenesis dan Faktor yang mempengaruhinya.
2.3.1 Spermatogenesis
Pada manusia, satu siklus spermatogenesis yang teratur diperlukan waktu
rata – rata 74 hari untuk membentuk sebuah sperma matang dari sel germinativum primitip
( spermatogenium ) ( Gadong et al, 2001 ). Suatu eksperimental dengan penyuntikan H-
timidin kedalam testis sukarelawan menunjukan, bahwa pada manusia perubahan yang terjadi
7 | K a r y a T u l i s I l m i a h
antara tahap spermatogenia dan pembentukan spermatozoa membutuhkan waktu lebih
kurang 64 hari ( Junquera et al , 1995; Fawcett and Jensh, 2002 ). Dan proses
spermatogenesis tidak berlangsung secara serentak maupun secara sinkron dalam semua
tubulus seminiverus , tetapi berlangsung secara bergelombang . Hal ini menerangkan
mengapa penampilan tubulus itu tidak teratur , dan setiap daerah menunjukkan fase
spermatogesis yang berbeda , hal ini juga menyebabkan mengapa spermatozoa dijumpai
pada beberapa daerah dari tubulus seminiferus sementara pada tempat lain hanya ditemukan
spermatid ( Junquera et al ,1995 ).
Spermatogenesis adalah suatu rangkaian perkembangan sel spermatogonia dari
epitel tubulus seminiferus yang mengadakan proliferasi dan selanjutnya berubah menjadi
spermatozoa yang bebas. Rangkaian perkembangan ini dapat dibagi menjadi tiga fase yaitu;
pertama fase spermatositogenesis yang merupakan fase mitosis dimana spermatogonium
membelah menghasilkan generasi sel baru yang nantinya akan menghasilkan spermatosit
primer. Fase kedua yaitu fase miosis , selama fase ini spermatosit primer mengalami dua kali
pembelahan secara beruntun , dengan mereduksi sampai setengah jumlah kromosom dan
jumlah DNA per sel , menjadi spermatosit sekunder, lalu menjadi spermatid. Fase ketiga
adalah spermiogenesis, selama fase ini spermatid mengalami proses sitodiferensiasi rumit
dan bekembang menjadi spermatozoa ( Ganong, 2001; Junqueira et al, 1995; Syahrum
dkk,1994 ).
2.3.1.2 Meiosis I
Setelah sitesis DNA dan pembentukan kromatin sejenis lengkap, spermatsit
preleptoten memasuki profase ( profase I ) dari pembelahan miosis pertama
( meosis I ) yang ditujukan dengan masa yang panjang lebih dari 20 hari ( Fawcett & Jensh,
2002 ). Selama profase,ukuran sel induk dan nukleusnya meningkat secara progresif. Bentuk
nukleus yang menunjukan perubahan penting dari kromosom adalah dasar untuk
mengklasifikasikan spermatosit primer. Tahap-tahap urutan profase I adalah leptoten I ,
zygopten I ,pakiten I, diploten I dan diakinesis I. Pada spermatosit leptoten, kromosom
menjadi padat, tetapi tidak berpasangan dan nampak seperti filamen halus dan benang
kromatin berbintik-bintik dalam nukleus. Spermatosit zygoten sedikit lebih besar ditunjukan
oleh benang kromatin yang panjang dan lebih tebal, dan mulai nampak seperti karangan
bunga karena kromosom mengumpul pada satu sisi nukleus ( Burger et. al , 1976; Matsumoto
et.al , 1996 )
8 | K a r y a T u l i s I l m i a h
Pada spermatosit pakiten, kromosom sudah lengkap berpasangandan bertahan
sampai berkisar dua minggu. Setiap kromosom terrdiri dari sepasang kromatid sejsenis yang
bergantung pada sentromernya. Oleh karena itu pasangan kromosom homolog ini masing-
masing berisi 4 kromatid dan disebut sebagai bivalen atau tetrad.
Selama masa berpasangan atau bergabungnya kromosom ini, terjadi pertukaran material
genetik melalui pindah silang antara kromatid. Rekombinasi genetik ini memberikan hasil
kromosom sel induk yang mengandung kombinasi unik dari material genetik. Spermatosit
pakhiten ditandai oleh nukleusyang ovoid dan besar, brisi bahan kromatid yang tebal dan
pendek serta nukleus berbentuk sphris yang menonjol. Pada spermatosit diploten , pasangan
kromosom telah terpisah hampir di sepanjang lengannya., kecuali pada tempat dimana
kiasma berlokasi. Bila dibandingkan dengan spermatosit pakhiten , spermatosit diploten
merupakan tipe sel induk yang terbesar. Dengan nukleus yang lebih besar dan daerah yang
lebih terang diantara tonjolan pita kromatin. Selama diakinesis I kromosom terus memendek
untuk mencapai pemadatan maksimal dan terlepas seluruhnya dari membrane nukleus.
Setelah masa profase I yang panjang, tahap selanjutnya adalah meiosis I berjalan secara
cepat. Diakinesis I akan segera diikuti oleh metafase I. Pada tahap ini membran nukleus mulai
meisah, timbul benang- benang spindel dan pasangan kromosom mensejajarkan diri pada
poros ekuatorial sel dengan berorientasi pada sentromer di kutub yang berbeda. Pasangan
kromosom homolog tersebut selanjutnya terpisah, sedangkan sentromer dengan kromatin
sejenis bergerak menuju kutub sel yang berlawanan selama anfase I. Pada telofase I
kromosom haploid akan berkelompok pada kutub sel yang berlawanan. Setelah tahap ini, sel
akan membelah membentuk dua spermatosit sekunder yang masing-masing berisi pasangan
kromosom haploid ( 23 kromosom atau 1N jumlah kromosom ), dengan kromatid sejenis yang
masih bergabung pada sentromernya ( 2N kandungan DNA ). Spermatosit sekunder
berbentuk sphris dan lebih kecil dari spermatosit primer. Nukleusnya bulat dan berwarna lebih
gelap, berisi pola kromatid yang relatif homogen dengan beberapa gumpalan kromatik yang
besar. Spermatosit sekunder, waktu hidup pendek, lebih kurang 8 jam , gambaran kurang
spesifik sehingga secara histologik sulit diidentikasi ( Matsumoto et.al , 1996; Fawcett &
Jensh, 2002 ).
2.3.1.3 Meiosis II
Setelah interfase yang singkat, spermatosit sekunder memasuki pembelahan miosis
II, yang mirip dengan pembelahan mitosis, hanya sel yang memasuki miosis II mengandung
9 | K a r y a T u l i s I l m i a h
jumlah kromosom haploid. Selama metafaseII 23 kromosom spermatosit sekunder masing-
masing berisi 2 kromatid sejenis dan bergabung bersama pada sentromernya, akan mengatur
diri pada poros ekuatorial sel.
Selama anafaseII, sentromer membelah secara longitudinal dan kromatid sejenis
terpisah dari kromosomnya dan mulai bergerak ke kutub sel yang berlawanan. Kromatid akan
berkelompok pada kutub yang berlawanan selama telofase II dan sel akan membelah untuk
membentuk dua spermatid yang masing –masing berisi sejumlah kromosom haploid dan
kandungan DNA haploid ( 1N ) ( Burger et al ,1976 ; Gunawan et al , 1978; Matsumoto et al ,
1996 )
2.3.2 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Spermatogenesis
Faktor –faktor yang mempengaruhi terhadap spermatogesis dapat dikelompokan
menjadi dua bagian, yakni faktor endogen dan eksogen .
Termasuk faktor endogen adalah endokrin ( hormonal ), psikologis dan genetik, sedangkan
faktor eksogen meliputi faktor fisik dan bahan – bahan kimia / obat-obatan.
Faktor endokrin merupakan faktor penting yang mempunyai peranan dalam mengatur
dan mengendalikan spermatogenesis yang dikenal sebagai proses hipotalamus – hipofisis –
testis. Pada dasarnya spermatogenesis dikendalikan oleh sistem susunan saraf pusat.
Beberapa impuls aferen siintegrasikan dalam hipotalamus pada area hipofisiotropik, yang
mengandung sel-sel dan serabut-serabut saraf yang kaya akan biogenic amine yaitu
nerepnefrin dan dopamine yang bertindak sebagai neurotransmiter untuk merangsang
kelompok sel-sel khusus yang mengandung sel-sel neuron peptidergik.Dari neuron
peptidergik ini akan dilepaskan hormon-hormon releasing, pada ujung-ujng saraf yang
berdekatan dengan flexus primer sistem portal hipotesis. Hormon releasing tersebut adalah
gonadotropin releasing hormon
( Gn RH ). Suatu dekaptida yang merangsang hipofise anterior untuk menghasilkan
gonadotropi, yaitu follicle stimulating hormone ( FSH ) dan Luteinizing hormone
( LH ), yang selanjutnya menstimuli target organ pada testis
LH mempengaruhi sel interstisia, merangsang produksi hormone androgen
( testosterone ) yang diperlukan untuk perkembangan normal sel-sel garis keturunan
spermatogenik. FSH diketahui mempengaruhi sel Sertoli, merangsang adenilat siklase dan
kemudian meningkatkan cAMP, FSH juga meningkatkan sitesis dan sekresi protein pengikat
10 | K a r y a T u l i s I l m i a h
androgen ( ABP). Protein ini bergabung dengan testosterone dan mengangkut hormone ini
kedalam lumen tubulus seminiferus. Di dalam tubulus seminiferus, androgen berfungsi dalam
mengontrol proses spermatogenesis pada pembelahan meiosis dan proses spermiogenesis.
Hormon steroid lain yang berpengaruh pada proses spermatogenesis adalah estrogen.
Sintesis estrogen ini berlangsung di sel Leydig melalui sesuatu aromatisasi androgen. Pada
umumnya, pengaruh estrogen adalah menekan proses spermatogenesis melalui penekanan
fungsi hipotalamus dalam mensekresi GnRH.
Selain hormon- hormon steroid, terdapat juga senyawa lain yang disekresi oleh testis,
yaitu inhibin. Inhibin ini dihasilkan oleh sel Sertoli dan mempunyai fungsi menekan hipofisis
untuk mensekresi gonadotropin ( Syahrum dkk, 1994 ; Junqueira . et al, 1998 )
Malnutrisi, alkoholisme, dan kerja obat tertentu ( seperti busulfan ) dapat
mengakibatkan gangguan pada spermatogonia, yang kemudian menyebabkan penurunan
produksi spermatozoa.Radiasi sinar- X dan garam cadmium cukup toksik terhadap sel turunan
spermatogenik ( Junqueira et al ,1998 )
Penelitan menunjukan, bahwa 30 % kelainan spermatogenesis pada manusia
disebabkan oleh faktor genetik yang secara fenotip dihubungkan dengan azoospermia dan
aligospermia idiopatik yang berat (Vogt, 2001).
Spermatogenesis memerlukan suhu yang lebih rendah daripada suhu bagian bagian
dalam tubuh. Testis dalam keadaan normal memiliki suhu sekitar 320 C. Testis dipertahankan
dingin oleh udara yang mengitari skrotum dan munkin oleh pertukaran panas melalui arus
balik antar arteri dan vena spermatika. Bila testis tetap berada dalam abdomen atau bila pada
hewan percobaan didekatkan ke tubuh dengan pakaian yang ketet akan terjadi degenerasi
diding tubulus dan sterilitas. Mandi air panas ( 43-45 0 C selama 30 menit per hari ) dan
busana penyokong atletik berinsulasi menurunkan hitung sperma pada manusia, kadang-
kadang sebesar 90%. Namun, penurunan dengan cara ini tidak cukup konsisten
untukmenjadikan suatu tindakan untuk kontrasepsi pria.Selain itu terdapat bukti yang
mengisyaratkan adanya efek musim pada pria, yaitu hitung sperma lebih tinggi pada musim
dingin berapapun suhu pajanan skrotum ( Ganong, 20003 )
2.4 Kontrasepsi Pria
Secara umum, usah kontrasepsi adalah usaha mencegah kehamilan. Secara biologis,
usaha tersebut merupakan usaha mencegah terjadinya fertilisasi. Fertilisasi dapat dicegah jika
spermatozoa itu tidak ada atau dihambat perjalanannya dan atau dihambat potensinya.
11 | K a r y a T u l i s I l m i a h
Secara klinis dapat berupa oligozoospermia, azospermia, atau astenozoospermia ( Tadjudin
MK. 1984 )
Sampai saat ini metode kontrasepsi pria yang tersedia yaitu kondom, vasektomi dan
metode alamiah coitus interuptus,sehingga akan dapat mengurangi partisipasi pria dalam
gerakan keluarga berencana. Usaha pengendalian kesuburan pria telah dilakukan dalam
penelitian di beberapa negara termasuk Indonesia. Melalui penelitian yang intensif diharapkan
berhasil didapatkan suatu cara untuk mengendalikan kesuburan pria sebagai suatu
kontrasepsi baru yang aman , efektif, dan reversibl. Menurut Jaenudeen and Hafes ( 1987 )
tingkat fertilitas pria berhubungan dengan produksi sperma, viabilitas dan kemampuan
spermatozoa untuk melakukan fertilisasi, hasrat / dorongan seksual, kemampuan untuk koitus.
Selain hal tersebut produksi sperma terkait dengan faktor-faktor lainnya yang dapat
menentukan kesuburan pria, antara lain : jumlah spermatozoa pada saat ejkulasi, motilitas
spermatozoa dan morpologi spermatozoa. Motilitas spermatozoa merupakan salah satu faktor
dalam menentukan kualitas spermatozoa, karena motilitas spermatozoa ikut berperan
menentukan kemampuan spermatozoa mencapai membran ovom, penetrasi ke dalam ovom
sampai terjadi proses fertilisasi ( Syahrum,1992 dalam Panghiyangani, 1994 )
Selain jumlah dan motilitas, morfologi spermatozoa memegang peranan penting
dalam menentukan fertilitas pria. Jumlah spermatozoa dengan morfologi abnormal akan
meningkat pada pria infertile, yang mungkin disebabkan karena trauma, infeksi, kelainan
genetik, dan kelainan hormonal
(Jainudeen and Hafes,1987 )
Menurut Tadjudin (1986 ), eperti dikutip oleh Endang Purwaningsih ( 2003 ),
mekanisme kerja zat yang bersifat antifertilitas terhadap organ reproduksi pria secara in vitro
dapat digolongkan atas dasar lokasi, yaitu pre-testikuler, testikuler dan post testikuler. Cara
pre- testikuler, adalah cara yang menghambat proses spermatogenesis melalui penekanan
pada poros hipotalamus- hipofisis dalam mensekresi gonadotropin. Cara testikuler, adalah
cara yang menghambat proses spermatogenesis di dalam testis. Cara post- testikuler, adalah
cara yang dapat menghambat spermatozoa sesudah testis, yaitu dengan menghambat
pematangan spermatozoa setelah berada di epididimis.
.
12 | K a r y a T u l i s I l m i a h
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian experimen tahap awal dengan pemberian kacang ercis
secara oral kepada 18 ekor kelinci jantan sebagai control perlakuan dan 6 ekor kelinci jantan
sebagai kontrol. Dari 18 ekor kelinci jantan tersebut, 6 ekor kelinci jantan I diberikan kacang
ercis sebanyak 150 gram, 6 ekor kelinci jantan II diberikan kacang ercis sebanyak 200 gram,
dan 6 ekor kelinci jantan III diberikan kacang ercis sebanyak 250 gram. Pemberian kacang
ercis dilakukan secara rutin setiap hari satu kali selama 30 hari. Setelah 30 hari, 24 ekor
kelinci jantan dikawinkan 24 ekor kelinci betina.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Kandang kelinci sebanyak 20
Tempat makan
Alat tulis
Komputer
3.2.2 Bahan
Kacang ercis 30 kg
Wortel
13 | K a r y a T u l i s I l m i a h
3.3 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan dari tanggal 2 januari 2010 sampai Februari 2010 di perumahan
nangka mulya indah, Denpasar- Bali
NO TANGGAL PELAKSANAAN KEGIATAN
1 2 JANUARI - 2 FEBRUARI
2010
Pemberian makan kacang ercis sebanyak 0,25kg per hari terhadap kelinci jantan kelompok
perlakuan dan pemberian makan tanpa kacang ercis pada kelinci jantan kelompok kontrol.
2 3 FEBRUARI - 4 FEBRUARI
2010
Pengawinan kelinci jantan dan betina dari kelompok perlakuan dan kontrol
3 5 FEBRUARI - 6 FEBRUARI
2010
Observasi terhadap masa kebuntingan kelinci betina.
4 5 FEBRUARI - 7 FEBRUARI
2010
Kelinci betina melahirkan anak
BAB IV
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
14 | K a r y a T u l i s I l m i a h
4.1. Kerangka Konsep
Dari permasalahan dan tinjauan pustaka tersebut, maka disusun kerangka konsep
sebagai berikut.
Spermatogenesis dipengaruhi oleh faktor endogen dan faktor eksogen. Faktor
endogen meliputi hormonal, psikologis dan genetik. Faktor eksogen meliputi faktor fisik dan
bahan-bahan kimia / obat-obatan. Kacang ercis termasuk dalam faktor eksogen, mengandung
zat aktif antifertilitas yaitu m-xilohidroksiquinon yang dapat membunuh sel-sel spermatogenik
dalam tubulus seminiferus mencit ( Mus musculus)
4.2 Hipotesis Penelitian
Setelah menetapkan kerangka konsep penelitian, maka dapat dirumuskan hipotesis
sebagai berikut:
1. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak kacang ercis, jumlah spermatogonium A semakin
menurun.
15 | K a r y a T u l i s I l m i a h
SPERMATOGENE
FAKTOR ENDOGEN HORMONAL PSIGOLOGIS GENETIK
ૐ
FAKTOR EKSOGEN FISIK KIMIA ATAU OBAT
OBATAN EKSTRAK KACANG ERCIS
(M-XILOHIDROKSIQUINON)
KONDISI SPERMATOGENESIS
JUMLAH DAN PERUBAHAN SPERMATOGONIUM A SPERMATOSIT PRIMER PAKHITEN SPERMATID 7 SPERMATID 16
2. Semakin tinggi konsetrasi ekstrtak kacang ercis, jumlah spermatosit primer pakhiten
semakin menurun.
3. semakin tinggi konsentrasi ekstrak kacang ercis, jumlah spermatid 7 dan 16 semakin
menurun.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Senyawa kimia m-xilohidroksiquinon yang merupakan senyawa utama minyak kacang
ercis. Senyawa ini diyakini sangat efektif dalam menghalangi aktifitas spermatozoa.
16 | K a r y a T u l i s I l m i a h
Karenanya, m-xilohidroksiquinon digolongkan kedalam senyawa antifertilitas nonsteroid
berkasiat sebagai spermicidal yang mampu menghambat meledaknya populasi penduduk
dimana :
1. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak kacang ercis, jumlah spermatogonium A semakin
menurun.
2. Semakin tinggi konsetrasi ekstrtak kacang ercis, jumlah spermatosit primer pakhiten
semakin menurun.
3. semakin tinggi konsentrasi ekstrak kacang ercis, jumlah spermatid 7 dan 16 semakin
menurun.
6.2 Saran
6.2.1 Agar pemerintah mencegah meledaknya populasi penduduk dengan memanfaatkan
kacang ercis sebagai alat kontrasepsi.
6.2.2 Agar para saintis lebih mengembangkan kegunaan dari kacang ercis agar lebih
bermanfaat bagi masyarakat
DAFTAR PUSTAKA
Avianto. A . 2000. Pisau ? . Mon,16 Oct 2000 04 : 37 : 59 – 0700. Available from :
URL : http : // www.pikiran-rakyat . com / Cetak / 0904 / 16 / Cakrawala / penelitian .
html.
17 | K a r y a T u l i s I l m i a h
Haryadi , I. 2002. Hanya Tiga Persen Kesertaan Pria Ber- KB di Indonesia. Available From :
Gatra com ( http// www gatra co id / index 2 php 32 id = 2002 01 07 0016 2227 &
rubric =Kesehatan & mid =2 )
Niksolihin,S 1997 . Sayuran dunia 2 ( World vegetable ). In : Rubatsky , V.E &
Yamaguchi ,M.jilid kedua .Bandung : ITB Bandung.
Notodihardjo, R. 2002 . Reproduksi , Kontrasepsi, dan Keluarga Berncana . Yogyakarta :
Kanisius..
Oentoeng, S . 1978 : Spermatogesis dan Pegendalian Hormon , dalam Koentjoro Soehadi,
Spermatologi , Prosiding Simposiu Spermatologi , Surabaya.
Semadha . 2003 . Ekstrak Biji Klabet Menghambat Spermatogenesis Pada Mencit. Tesis
Proram Pasca Sarjana Universitas Udayana, Denpasar.
Suarjana .2003 . Pemberian Ekstrak Buah Terong Ngor ( Solanum Indicum ) Menghambat
Spermatogenesis pada Mencit ( Mus Musculus )Tesis Program Pasca Sarjana
Universitas Udayana . Denpasar.
Syahrum, M.H . 1994 . Reproduksi dan Embriologi . Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Tadjudin, M.K. 1984 . tujuan Kontrasepsi pada Pria : Oligozoospermia, Azoospermia ,
Astenozoospermia . Majalah Kedokteran Indonesia ; 1984 ; 34: 335- 695.
Widyaya Kusumah, H. M.D.2001 . Fisiologi Kedokteran ( Revie of Medical Physiology ) . Edisi
20. In : Ganong. W.f. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Yatim,W.2001. Bahan Kontrasepsi untuk Keluarga Berencana. Bandung : Balai Kesehatan
Universitas Padjadjaran . Available From : URL : http: // www.kompas .com/ kompas –
cetak / 0105/ 25/iptek/baha30.htm
18 | K a r y a T u l i s I l m i a h
Top Related