KAPALANANG SMARA
SKRIP KARYA SENI
OLEH :
NI WAYAN SIYENTARINI
NIM. 2009. 01. 015
PROGRAM STUDI S-1 SENI TARI
JURUSAN SENI TARI
FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN
INSTITUT SENI INDONESIA
DENPASAR
2013
i
KAPALANANG SMARA
SKRIP KARYA SENI
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat
untuk mencapai gelar Sarjana Seni (S-1)
OLEH:
NI WAYAN SIYENTARINI
NIM : 2009. 01. 015
PROGRAM STUDI S-1 SENI TARI
JURUSAN SENI TARI FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN
INSTITUT SENI INDONESIA
DENPASAR
2013
ii
KAPALANANG SMARA
SKRIP KARYA SENI
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk
mencapai gelar Sarjana Seni (S-1)
Menyetujui :
Pembimbing I, Pembimbing II,
Ni Nyoman Manik Suryani, SST., M.Si Ni Komang Sri Wahyuni, SST., M.Sn
NIP. 19590521 1986 03 2002 NIP. 19671215 1994 03 2012
iii
Skrip Karya Seni ini telah diuji dan dinyatakan sah oleh Panitia Ujian Akhir
Sarjana (S-1) Institut Seni Indonesia Denpasar, pada :
Hari/Tanggal :
Ketua : I Ketut Garwa, S.Sn., M.Sn. (………………….)
NIP. 19681231 199603 1 007
Sekretaris : I Dewa Ketut Wicaksana, SSP., M.Hum. (............................)
NIP. 19641231 199002 1 040
Dosen Penguji :
1. Saptono, S.Sn., M.Si (………………….)
NIP. 19640611 199203 1 010
2. I Gusti Agung Ayu Oka Partini, SST., M.Si (…….………...….)
NIP. 19491231 198212 2 001
3. I Nyoman Sukerta, SSP., M.Si (……………….….)
NIP. 19660627 199803 1 001
Disahkan pada tanggal: ............................
Mengetahui:
Dekan Ketua Jurusan Tari
Fakultas Seni Pertunjukan Fakultas Seni Pertunjukan
Institut Seni Indonesia Denpasar Institut Seni Indonesia Denpasar
I Ketut Garwa, S.Sn., M.Sn I Nyoman Cerita, SST., M.FA
NIP. 19681231 199603 1 007 NIP. 19611231 199103 1 008
iv
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu,
Puji syukur dan terima kasih penata panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang
Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha esa, atas ijin dan rahmat-Nya, penulisan Skrip Karya
Seni ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Skrip karya ini merupakan
pertanggungjawaban dan pokok pikiran penata yang dipersembahkan kepada dewan
penguji guna memenuhi persyaratan mencapai Gelar Sarjana Seni Strata 1 (S-1) di
Institut Seni Indonesia Denpasar tahun Akademik 2012 / 2013.
Pada kesempatan ini, penata ingin menyampaikan ucapan terima kasih
sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah memberikan dukungan dan
dorongan dalam mewujudkan karya tari ini, tanpa bantuan dan dukungan serta
kerjasama pihak-pihak yang terkait, karya ini tidak akan terwujud sebagaimana
mestinya, tidak lupa penata sampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. I Gede Arya Sugiartha, S.Skar.,M.Hum, Rektor Institut Seni
Indonesia Denpasar atas fasilitas yang diberikan.
2. Bapak I Ketut Garwa, S.Sn., M.Sn., Dekan Fakultas Seni Pertunjukan, Institut
Seni Indonesia Denpasar yang telah menyediakan fasilitas dalam kelancaran
akademik dan proses penggarapan.
3. Bapak I Nyoman Cerita, SST., M.FA., Ketua Jurusan Seni Tari sekaligus
Pembimbing Akademik yang telah membimbing dan mendidik selama
melakukan kegiatan akademik di kampus ISI Denpasar.
v
4. Ibu Ni Nyoman Manik Suryani, SST., M.Si pembimbing I dan Ibu Ni Komang Sri
Wahyuni, SST., M.Sn pembimbing II Tugas Akhir yang telah membimbing,
memberikan masukan dan saran dalam penulisan skrip karya dan proses
penggarapan karya seni.
5. I Ketut Sujena, S.Sn. sebagai penggarap karawitan tari Kapalanang Smara,
yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membantu dalam
penggarapan karawitan Kapalanang Smara di dalam mendukung Karya Seni,
sehingga proses penggarapan dapat berjalan dengan lancar.
6. Orang tua tercinta, Bapak I Nengah Sedana dan Ibu Ni Wayan Budiartini,
yang telah memberikan doa restu dan semangat demi kelancaran tugas akhir
ini.
7. Pendukung tari mahasiswa ISI Denpasar dan pendukung karawitan Sekaa
Palegongan, Br. Binoh Kaja, Denpasar yang telah meluangkan waktu dan
tenaga untuk ikut membantu terlaksananya proses garapan serta memberikan
dorongan semangat dari awal proses penggarapan hingga penyajian karya tari.
8. Teman-teman dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu,
yang selalu memberikan dukungan dan saran dalam proses penggarapan.
vi
Sangat disadari bahwa karya seni dan skrip karya ini masih jauh dari
sempurna. Dengan kerendahan hati, kritik dan saran sangat diharapkan demi
kemajuan penggarapan selanjutnya. Semoga karya ini dapat bermanfaat, diterima dan
dijadikan sebagai inspirasi serta motivasi untuk menghasilkan karya-karya tari baru
yang berkualitas serta dapat melestarikan kesenian yang ada di daerah Bali.
Om Santih, Santih, Santih Om
Denpasar, Mei 2013
Penata
Ni Wayan Siyentarini
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ........................................................ iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. .. xi
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang......................................................................... 1
1.2 Ide Garapan ............................................................................ 5
1.3 Tujuan Garapan ...................................................................... 6
1.3.1 Tujuan Umum............................................................... 6
1.3.2 Tujuan Khusus.............................................................. 6
1.4 Manfaat Garapan .................................................................... 6
1.5 Ruang Lingkup ....................................................................... 7
BAB II KAJIAN SUMBER ........................................................................ 10
2.1 Sumber Literatur .................................................................... 10
2.2 Sumber Audio Visual ............................................................. 13
viii
2.3 Sumber Wawancara.. ............................................................. 13
BAB III PROSES KREATIVITAS................................................................ 14
3.1 Tahap Penjajagan (Exploration) ............................................ 14
3.2 Tahap Percobaan (Improvisation) .......................................... 21
3.3 Tahap Pembentukan (Forming) ............................................. 25
BAB IV WUJUD GARAPAN ..................................................................... 29
4.1 Deskripsi Garapan .................................................................... 29
4.2 Analisis pola Struktur ............................................................... 32
4.3 Analisa Estetik....................................................................... .. 35
4.4 Analisa Simbol....................................................................... .. 36
4.5 Analisa Materi....................................................................... ... 37
4.6 Analisa Penyajian....................................................................... 41
4.6.1 Tempat Pertunjukan, tata cahaya, dan dekorasi .......... 41
4.7 Kostum dan Tata Rias ............................................................ 57
4.8 Musik Iringan ......................................................................... 63
BAB V PENUTUP ...................................................................................... 65
5.1 Kesimpulan ............................................................................ 65
5.2 Saran-saran ............................................................................. 66
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gamabr 1. Denah Stage………………………………………………… 41
Gambar 2. Arah hadap penari…………………………………………. 43
Gambar 3. Foto kostum Tari (Tampak Depan)………......................... 59
Gambar 4. Foto kostum Tari (Tampak Belakang)…………………….. 60
Gambar 5. Foto Tata Rias Wajah……………………………………… 62
Gambar 7. Foto Properti Kipas……………………….………………… 63
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tahap Penjajagan…………………………………………………… 18
Tahap Percobaan……………………………………………………. 22
Tahap Pembentukan………………………………………………… 27
Pola Lantai, Pencahayaan, Ragam Gerak………….……………….. 44
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
- Daftar Pendukung Tari Dan Karawitan
- Daftar Informan
- Notasi Iringan
- Sinopsis
- Daftar Susunan Panitia Pelaksana Ujian Akhir Institut Seni Indonesia
Denpasar Tahun 2011/2012
- Dokumentasi Pementasan
SINOPSIS
Kapalanang Smara
Kapalanang Smara merupakan sepasang burung titiran yang sedang bercinta,
dari cinta akan timbul rasa kesetiaan. Dalam bahasa Bali Kuna, Kapalanang
berarti burung titiran, dan smara berarti cinta. Dalam perjalannya, burung yang
sedang di mabuk asmara mulai di uji kesetiannya dengan datangnya burung
titiran lain yang ingin memisahkan mereka. Untuk menunjukkan kesetiannya,
salah satu pasangan burung mulai marah, berusaha mengusir burung titiran lain
untuk mempertahankan hubungannya. Inspirasi ini menggugah pikiran penata
untuk menuangkan dalam bentuk garapan tari kreasi baru palegongan dengan
judul “Kapalanang Smara”
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman seni budaya,
termasuk didalamnya beranekaragam seni tari. Tari merupakan salah satu bagian
dari seni dimana secara dominan unsur-unsurnya adalah gerak. Seni tari
merupakan sarana komunikasi yang dapat dinikmati oleh siapa saja, dan kapan
saja. Sebagai sarana komunikasi, tari memiliki peranan yang penting dalam
kehidupan masyarakat sehingga tari mendapat perhatian besar di masyarakat.
Pada berbagai acara tertentu, tari dapat berfungsi menurut kepentingannya.
Masyarakat membutuhkan tari bukan saja untuk memenuhi kepuasan secara
estetis, melainkan juga sebagai sarana untuk mendukung dan melengkapi upacara
agama. Tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diwujudkan melalui gerak-gerak
ritmis yang indah serta diikat oleh nilai-nilai kultural dari kelompok individu yang
mendukungnya.1 Seni tari sangat digemari masyarakat baik sebagai pertunjukan
upacara maupun tontonan. Tari yang dipertunjukan untuk upacara pada umumnya
diperlakukan sebagai seni sakral, namun tari untuk tontonan, adalah tarian untuk
menghibur masyarakat, seperti tari kreasi atau garapan baru.
Di Bali, seni tari merupakan kesenian yang telah diwarisi secara turun-
temurun dan menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat setempat. Seni
tari kalau dilihat dari koreografi yaitu tari klasik, tari kreasi baru, dan tari
kontemporer. Tari kreasi baru sebagai sebuah wujud perkembangan seni tari,
1 I Made Bandem dan I Wayan Dibia. Pengembangan Tari Bali. Proyek Pengembangan Institut
Kesenian Indonesia.1982/1983. Hal 3
1
2
merupakan jenis tarian yang diberi pola-pola garapan baru atau yang diperbaharui
dari segi cerita, lakon, kostum, iringan, perbendaharaan gerak serta aspek-aspek
koreografi lainnya yang tidak terikat lagi pada pola-pola sebelumnya yang lebih
menginginkan kebebasan dalam hal pengungkapannya. Sekalipun rasa geraknya
masih berakar pada seni tradisi yang kuat sehingga penampilannya merupakan
pengembangan bukan pengulangan atau peniruan karya seni yang telah ada.2
Salah satu contoh yaitu tari kreasi palegongan. Tari kreasi palegongan merupakan
perkembangan dari seni pertunjukan tari klasik Legong. Meskipun ditampilkan
dalam bentuk tari kreasi baru, namun tetap berpijak pada pola tradisi yang telah
memiliki standarisasi tertentu dengan ciri khas dan keunikannya untuk tetap
mempertahankan karakter tari Legong itu sendiri dengan pengembangan
pembendaharaan gerak yang sangat dinamis, indah dan abstrak serta didalamnya
tersembunyi gerak-gerak yang bersifat dramatis.3
Tari Legong Keraton merupakan salah satu bentuk seni klasik pertunjukan
Bali yang hingga kini masih digemari masyarakat. Tarian ini masih dipertunjukan
dalam kegiatan upacara, misalnya di Pura, Banjar, dan lain-lainnya. Selain itu tari
Legong Keraton juga dijadikan seni kemasan untuk kepentingan wisatawan.
Biasanya setiap ada pertunjukan paket wisata, salah satunya adalah tari Legong
Keraton. Di samping tetap dilestarikan, Legong Keraton terus dikembangkan
tanpa menghilangkan kekhasannya. Langkah tersebut merupakan salah satu cara
2 I Wayan Dibia. 1979. Sinopsis Tari Bali. Denpasar. Sanggar Waturenggong. Hal. 4.
3 I Ketut Rota dkk. 1974/1985. Transformasi Wiracarita Mahabrata Dalam Seni Pertunjukan Bali.
Denpasar. Akademi Seni Tari Indonesia Denpasar. Hal. 96.
3
untuk mempertahankan kesenian dan memenuhi selera masyarakat sesuai dengan
zamannya.4
Tari Legong Keraton yang merupakan tari klasik adalah salah satu jenis
tari Bali yang penata gemari dari masa kanak-kanak hingga sekarang. Semasa
kanak-kanak, penata sering melihat orang latihan tari Legong Keraton di sanggar
Puri Semarabawa, Bangli. Seringnya melihat orang-orang berlatih, penata mulai
tertarik untuk mengetahui dan mempelajarinya. Selain mempelajari Tari Legong
Keraton, penata juga mempelajari beberapa jenis tari Bali lainnya seperti Tari
Panyembrama, Tari Puspanjali, Tari Tenun, Tari Margapati, dan lain-lain.
Meskipun penata senang dengan semua tarian yang telah dipelajari, namun Tari
Legong Keraton tetap menjadi favorit bagi penata. Selain itu penata juga merasa
lebih terampil dalam membawakan tari Legong, maka penata terinspirasi untuk
menarikan serta mengembangkan Tari Legong. Tarian yang mempunyai
perbendaharaan yang lengkap ini, sering penata bawakan di pura-pura maupun
acara-acara tertentu.
Dalam tari palegongan, memang sudah ada beberapa tarian yang
mengisahkan tentang kehidupan binatang seperti: Kuntul, dan Goak Macok.
Semua garapan itu sangat menarik dan merupakan salah satu inspirasi sekaligus
tantangan bagi penata dalam usaha mewujudkan garapan tari kreasi baru
palegongan Kapalanang Smara yang mengisahkan burung Titiran (Perkutut).
Selain itu, hal-hal yang mendorong penata untuk menjadikan Titiran (Perkutut)
sebagai garapan tari adalah tingkah laku dan gerak-geriknya sehingga penata
merasakan sangat cocok untuk di transfer kedalam bentuk tari palegongan. Ide
4 Dibia, I Wayan. 1999. Selayang Pandang Seni Pertunjukan Bali. Bandung: Masyarakat Seni
Pertunjukan Indonesia. Hal 5
4
cerita yang dipergunakan dalam garapan ini, merupakan pengalaman yang penata
saksikan secara langsung. Cerita ini mendapat inspirasi dari kehidupan nyata
burung-burung Titiran (Perkutut), yang secara kebetulan penata saksikan di
daerah bekas galian C Tukad Unda Kabupaten Klungkung, pada tanggal 16
September 2012. Cerita ini dimulai dari suasana sore hari di hamparan aliran
sungai yang berisi pepohonan yang cukup banyak, dimana sepasang burung
Titiran (Perkutut) turun dan hinggap di pinggir sungai yang tenang untuk
meminum air. Sambil meminum air, kedua pasangan burung tersebut berkasih
kasihan dengan isyarat dan bahasa yang sepertinya hanya dimengerti oleh mereka.
Ketika sedang asik bercumbu, tiba-tiba sepasang burung itu dikejutkan oleh
datangnya seekor burung Titiran lain yang hendak memisahkan mereka. Salah
satu burung mulai marah dan mengusir burung penggangu. Akhirnya burung
pengganggu yang juga merupakan burung Titiran meninggalkan mereka dan
pasangan tersebut terbang mencari tempat lain yang lebih aman dan nyaman untuk
mereka.
Burung Titiran (Perkutut) dengan bahasa latinnya Geopelia striata adalah
sebangsa merpati dengan warna ke abu-abuan, kaki berwarna merah jambu.
Dalam bahasa bali kuno burung Titiran secara umum bernama Kapalanang. Bulu
dada bewarna orange kecoklatan, Burung Titiran (Perkutut) merupakan burung
pemakan biji-bijian dan serangga.5
Nilai-nilai yang terkandung dalam suatu karya tari meliputi nilai estetis
dan nilai filosofis. Nilai estetisnya dapat disaksikan dari gerak-gerak tari yang
indah dan lincah dari burung Titiran (Perkutut) yang telah dituangkan, sesuai
5 http://bio.undip.ac.id/sbw/sp_daftar_indo.htm
5
dengan koreografi, kostum make-up dan musik pengiringnya. Nilai filosofisnya
dapat dilihat dari temanya yaitu kesetiaan. Tema ini tersirat makna bahwa
biarkanlah mereka secara bebas menentukan pasangannya sesuai dengan pilihan
hatinya yang paling dalam. Biarkanlah mereka secara bebas beterbangan dan
bercengkrama mencari makan sesuai dengan kodratnya.
Berdasarkan beberapa hal yang dikemukakan diatas, penata termotivasi
menggarap sebuah tari kreasi baru palegongan yang mengisahkan tentang
kehidupan nyata burung Titiran (Perkutut) dengan tema kesetiaan.
1.2 Ide Garapan
Ide Garapan merupakan tahapan awal yang muncul sebelum proses
penggarapan. Ide dapat muncul dimana saja dan kapan saja yang sumbernya
dapat ditemukan dalam sebuah buku atau rekaman-rekaman video ataupun
melalui pengamatan secara langsung yang dapat dijadikan sebagai kajian sumber.
Ide juga bisa muncul dari pengalaman-pengalaman pribadi, seperti pengalaman
sering menarikan Legong dari kecil hingga sekarang. Prinsipnya adalah penata
ingin mewujudkan sebuah garapan tari kreasi Palegongan yang terinspirasi pada
gerakan luwes dari Legong klasik yang sudah ada. Penggarapan tari kreasi
Palegongan ini, muncul berdasarkan ide penata saat melihat sepasang burung
Titiran (Perkutut) yang sedang meminum air di sebuah sungai bekas galian C di
Tukad Unda yang terletak di Kabupaten Klungkung. Disamping itu penata
tertarik untuk mengangkat sebagai garapan karena burung ini memiliki
keistimewaan baik dari segi suaranya yang merdu dan kelincahan dari burung
Titiran (Perkutut) tersebut, sehingga penata ingin mentranspormasikan kedalam
6
sebuah garapan tari palegongan dengan judul Kapalanang Smara. “Kapalanang”
6 dalam bahasa Bali Kuno berarti burung Titiran dan “Smara”
7 berarti cinta.
1.3 Tujuan Garapan
Tujuan dari garapan dapat dibedakan menjadi tujuan umum dan tujuan
khusus.
1.3.1 Tujuan Umum
- Memperkaya kreativitas dan wawasan dalam bidang seni pertunjukan.
- Untuk memenuhi syarat mencapai jenjang sarjana (S1) di Institut Seni
Indonesia Denpasar.
- Memperkaya deretan tari-tari ciptaan baru.
1.3.2 Tujuan Khusus
- Untuk menambah pengalaman dalam menata tari kreasi palegongan
khususnya tari kreasi baru palegongan Kapalanang Smara yang berbeda
dengan tarian sejenis yang telah ada sebelumnya.
- Ingin membuat garapan yang utuh dan dimengerti oleh penonton.
- Membuat/menghasilkan sebuah garapan palegongan kreasi baru.
1.4 Manfaat Garapan
Manfaat yang didapat dari garapan ini adalah:
- Menjadi sebuah pengalaman yang sangat berharga karena mendapat
kesempatan untuk menggarap tari khususnya tari kreasi palegongan.
- Melestarikan tari palegongan secara mendasar.
6 Nengah Putu, I Gusti. 1909 Caka. Lontar Carcan Paksi Titiran. UPD Pusat Dokumentasi
Kebudayaan Bali. 7 Zoet Mulder. P. J. dan Robson. S. O. 1995. Kamus Jawa Kuno Indonesia. Jakarta : Gramedia
Pustaka.
7
- Dapat dijadikan inspirasi untuk menghasilkan karya-karya baru pada masa
berikutnya.
- Agar lebih memahami dunia seni tari.
- Menambah daya kreativitas guna dapat melahirkan karya-karya seni yang
berkualitas.
- Sebagai inspirasi bagi pencipta selanjutnya.
1.5 Ruang Lingkup
Garapan ini didukung oleh 5 orang penari putri yang nantinya
memerankan burung Titiran (Perkutut) dan satu burung Titiran sebagai burung
pengganggu. Kostum yang akan dipergunakan sesuai dengan kostum palegongan
namun telah dimodifikasikan sesuai dengan kemampuan penggarap. Garapan ini
diiringi dengan gamelan palegongan, dengan durasi kurang lebih 12 menit 30
detik.
Garapan tari kreasi baru palegongan mengisahkan tentang kehidupan
burung Titiran (Perkutut). Adapun tema yang akan di angkat adalah kesetiaan.
Cerita yang akan dipergunakan dalam garapan ini merupakan realita kehidupan
burung Titiran (Perkutut) di alam bebas. Cerita ini terinspirasi dari kehidupan
nyata dari burung-burung Titiran (Perkutut) yang secara kebetulan penata
saksikan di daerah bekas galian C Tukad Unda, Kabupaten Klungkung pada
tanggal 16 September 2012. Cerita ini dimulai dari suasana sore hari di hamparan
aliran sungai yang berisi pepohonan yang cukup banyak, sepasang burung Titiran
(Perkutut) turun dan hinggap di pinggir sungai yang tenang untuk meminum air.
Sambil meminum air kedua pasangan burung tersebut terlihat berkasih-kasihan
dengan pasangannya dengan isyarat, bahasa dan gerak-gerik yang hanya
8
dimengerti oleh mereka. Ketika sedang asik berkasih-kasihan, tiba-tiba sepasang
burung itu dikejutkan oleh datangnya seekor burung Titiran lain yang hendak
memisahkan sepasang burung tersebut. Salah satu burung mulai marah dan
mengusir burung pengganggu. Akhirnya burung pengganggu meninggalkan
sepasang burung dan pasangan tersebut terbang mencari tempat yang lain yang
aman dan nyaman untuk mereka.
Dari cerita diatas, garapan yang dibuat ini memiliki batasan-batasan dan
masih berpijak pada pola tradisi, namun susunan polanya tidak seperti tari Legong
pada umumnya. Pada bagian ini penggarap memulainya dari bagian
pangrangrang, papeson, pangawak, pangecet, pangetog, pasiat, pakaad. Adapun
penjelasan dari struktur tersebut sebagai berikut :
1. Pangrangrang
Pada bagian pangrangrang penata menggambarkan 2 ekor burung Titiran
(Perkutut) yang memadu kasih dan menunjukkan kesetiaan terhadap
pasangannya.
2. Papeson
Pada bagian papeson penata menggambarkan keelokan dari burung Titiran
(Perkutut) yang gerak-geriknya sangat lincah. Aktivitas burung Titiran
(Perkutut) sehari-hari yaitu berkicau, nyiksik bulu, mandi, bercengkrama
dengan pasangannya.
3. Pangawak
Bagian pangawak penata menggambarkan burung Titiran (Perkutut) yang
sedang bermain-main dengan sesama burung Titiran (Perkutut).
9
Beterbangan kesana kemari dengan riangnya sambil sesekali
bercengkrama dengan temannya.
4. Pangecet
Pada bagian pangecet penata menggambarkan 1 burung yang mulai
mengganggu dan mulai tidak suka melihat kemesraan dari sepasang
burung Titiran (Perkutut), serta ingin memisahkannya.
5. Pangetog
Pada bagian pangetog menggambarkan salah satu pasangan burung Titiran
(Perkutut) mulai marah karena diganggu oleh burung lain.
6. Pasiat
Pada bagian pasiat penata menggambarkan perkelahian antara salah satu
burung Titiran (Perkutut), dengan burung Titiran lain yang bukan
pasangannya.
7. Pakaad
Di bagian pakaad penata menggambarkan kesetiaan sepasang burung
Titiran (Perkutut) walaupun mendapat gangguan dari burung lain, namun
burung tersebut tetap ingin mempertahankan kesetiaannya.
Garapan Kapalanang Smara ini diiringi oleh seperangkat gamelan
palegongan yang nantinya dapat mendukung suasana yang terdapat dalam
garapan. Iringan tari Kapalanang Smara ini ditata oleh I Ketut Sujena, S.Sn dan
pendukung karawitan berasal dari Banjar Binoh Kaja, Denpasar.
10
BAB II
KAJIAN SUMBER
Karya tari tidak semata-mata hanya menciptakan suatu garapan, namun
karya tari membutuhkan dukungan berupa karya tulis yang tentunya dalam
pembuatannya mengacu pada berbagai sumber baik tertulis maupun tidak tertulis.
Sumber yang berupa buku, dokumen dan hasil wawancara inilah yang nantinya
akan dipakai pedoman pokok untuk menjelaskan garapan tari secara tertulis dan
dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
2.1 Sumber Tertulis
Penangkaran perkutut (Titiran (Perkutut)) oleh Wahyu Dwi Widodo dan
Eko M. Nurcahyo diterbitkan Penebar Swadaya, Jakarta, 2005. Buku ini
memberikan penjelasan akan sifat-sifat burung Titiran (Perkutut) ciri-cirinya
sehingga memberikan inspirasi sebelum penata memulai proses garapan tari.
Komposisi Tari Elemen-Elemen Dasar oleh Soedarsono, yang diterbitkan
oleh Akademi Seni Tari Indonesia, Yogyakarta, 1975. Buku ini adalah terjemahan
dari buku Dance Composition The Basis Elements, oleh La Meri. Buku ini
berisikan pengetahuan dasar tentang komposisi tari, bagaimana mengembangkan
gerak agar tampak indah serta membuat gerak-gerak dasar dengan berpatokan
pada elemen-elemen dari komposisi tari. Adapun manfaat yang diperoleh dari
buku ini adalah penata dapat memahami bagaimana cara membuat komposisi
dalam berkoreografi.
10
11
Bergerak Menurut Kata Hati oleh Alma Hawkins, yang diterbitkan oleh
Ford Foundation dan Masyarakat Seni Pertunjukkan Indonesia, Jakarta, 2003.
Buku ini adalah terjemahan dari buku Moving From Within oleh I Wayan Dibia.
Buku ini memberikan imajinasi gerak kepada penata sebelum memproses suatu
garapan tari.
“ Tari Legong Dalam Modernisasi Budaya Bali” oleh DR. I Wayan Dibia,
SST. MA. Tulisan ini merupakan sebuah paper yang di dalam “Mudra” Jurnal
seni Budaya No. 7 th. VII, Februari 1999 terbitan STSI Denpasar, hal yang
menarik yang penata dapatkan setelah membaca paper ini adalah pernyataan Dr. I
Wayan Dibia SST.MA yang menjelaskan bahwa: “
Pertama, Legong masih tetap hidup di Bali dan unsur-unsurnya telah
dibiakkan di dalam tari-tarian Bali yang lahir kemudian: kedua palegongan
telah dijadikan salah satu konsep garapan tari oleh seniman muda di
daerah ini untuk menghasilkan karya-karya baru: dan ketiga, di dalam
beberapa decade ini telah lahir kreasi-kreasi legong, baik oleh seniman
putra Bali maupun seniman luar, dengan memasukkan unsur-unsur seni
pentas modern, yang tentu saja diharapkan akan dapat memperkaya
khasanah seni palegongan.
Ketiga hal tersebut telah memberikan motivasi yang sangat kuat kepada
penata untuk mewujudkan rencana garapan kreasi baru palegongan Kapalanang
Smara.
Evolusi Tari Bali, oleh Prof. Dr. Made bandem, diterbitkan oleh Kanisius
Yogyakarta, tahun 1996 (82 halaman). Buku ini memang sangat besar manfaatnya
sebagai acuan, terutama lewat buku ini penulis dapat mempelajari evolusi tari bali
khususnya evolusi tari legong. Bandem menyatakan bahwa:
Proses terjadinya tari legong sudah merupakan sebuah contoh sederhana
seniman-seniman yang mampu berkreasi, mengambil elemen dari
kerakyatan yang dikembangkan menjadi kesenian yang tinggi mutunya”
(hal 46-47). Selanjutnya dikatakan bahwa: “ meskipun pengaruh luar
12
cukup kuat, para pencipta tari bali tetap menggunakan bentuk lama sebagai
bahan pokok” (hal 47).
Pekan Apresiasi Legong, diterbitkan oleh bengkel tari Ayu Bulan
bekerjasama dengan Studio Rumah pertunjukan Bandung, Galeri Bandung dan
Galeri hidayat, 1994. Hal yang menarik bagi penata adalah Legong telah menjadi
inspirasi bagi seniman tari, pelukis, penyair, dan fotografer. Bukti ini menambah
keyakinan penata untuk menggarap sebuah tari yang bertitik tolak dari
palegongan.
Kaja and Kelod: Balinese Dance in Transition, oleh I Made Bandem and
Fredrik Eugene Deboer, diterbitkan oleh Oxford University Press, 1981.
Mengenai Legong, dalam buku ini disebutkan sebagai berikut: Legong barangkali
paling dikenal di dunia barat kalau dibandingkan dengan tari-tarian klasik bali
lainnya. Legong ditarikan oleh dua atau tiga orang anak-anak dengan gerakan
yang halus dan rumit. Para penari cilik itu mengenakan hiasan kepala dan kostum
yang indah dan mempertunjukkan dramatari yang abstrak diiringi dengan gamelan
palegongan. Pecinta tari dari beberapa negara akhirnya sangat menghargai
keindahan legong itu setelah menyaksikannya lewat misi kesenian atau
menontonnya lewat film. Keindahan kostum dan kerumitan gerak legong juga
merupakan salah satu inspirasi bagi penata untuk menggarap tari kreasi baru
palegongan Kapalanang Smara.
2.2 Sumber Audio Visual
Selain menggunakan sumber-sumber tertulis, juga digunakan sumber
audio visual sebagai penunjang dan bahan perbandingan bagaimana menempatkan
struktur garapan. Sumber-sumber audio visual yang digunakan sebagai berikut :
13
a. Rekaman video Legong Kanya Maya karya Rai Ayu Yati Darayani tahun
2007, rekaman ini memberikan inspirasi penata dalam mengembangkat
motif-motif gerak tari Legong kreasi.
b. Rekaman video Tari Legong Sipta Purwaka karya Ni Nengah Ari
Wijayani tahun 2012, memberikan inspirasi kepada penata dalam
mendesain kostum yang akan digunakan dalam karya tugas akhir, agar
terkesan sederhana, tidak ribet dan gerak-gerak yang akan ditonjolkan
tidak ditutupi oleh kostum sehingga keindahan dari gerak tersebut lebih
terlihat.
2.3 Sumber Wawancara
Pertama, penata mengadakan wawancara dengan I Wayan Nuradiasa
(Tanggal 3 Oktober 2012), seorang seniman alam dan sekaligus pecinta burung
Titiran. Dalam wawancara tersebut didapatkan informasi mengenai tingkah laku
burung Titiran, ciri-ciri burung Titiran serta proses perkawinannya,
perkembangan kehidupan burung tersebut, serta isyarat yang diperoleh ketika
mendengarkan suara burung Titiran.
Kedua, penata mengadakan wawancara dengan peternak burung Titiran
yang bernama I Wayan Sumantra. Hasil dari wawancara tersebut adalah
bagaimana memilih, mencocokkan serta mengawinkan burung Titiran jantan dan
burung Titiran betina. Beliau mengatakan susah-susah mudah dalam menyatukan
burung Titiran, tergantung apakah burung tersebut cocok dan sesuai dengan
pasangan yang diberikan.
14
BAB III
PROSES KREATIVITAS
Suatu karya tari tentu tidak dapat terwujud begitu saja. Terciptanya suatu
karya tari tidak terlepas dari sebuah konsep yang merupakan rangkaian proses
yang harus dilalui. Konsep meliputi rencana pemilihan tema, judul, bentuk
garapan, kostum, iringan, maupun properti yang digunakan. Pada proses ini perlu
dijelaskan beberapa hal yang dialami dalam menggarap kerya seni yang didalami,
termasuk penemuan ide sampai pengembangan gerak yang diolah dari awal
hingga terwujudnya suatu bentuk karya yang diinginkan.
Terwujudnya suatu karya tari memerlukan waktu dan proses yang panjang.
Proses yang dimaksud adalah langkah-langkah yang ditempuh mulai dari
mendapatkan ide sampai garapan itu terwujud. Untuk memudahkan proses
tersebut diperlukan beberapa teori yang menjadi landasan dasar. Sehubungan
dengan proses penggarapan tari, menurut M. Hawkins dalam bukunya Creating
Through Dance, berpendapat bahwa penciptaan tari ditempuh melalui tiga tahap
yaitu eksplorasi (exploration), improvisasi (improvisation), dan pembentukan
(forming).8
3.1. Tahap Penjajagan (Exploration)
Tahap penjajagan merupakan tahap awal dalam berkarya yaitu melalui
pemikiran yang jernih dan perenungan yang mendalam tentang gagasan yang
diinginkan. Tahap ini dilakukan pada bulan November 2012 dimulai dengan
8 Y. Sumandiyo Hadi. 1990, Mencipta Lewat Tari (Terjemahan Buku Creating Through Dance
karya Alma M. Hawkins). Yogyakarta: Institut Seni Indonesia, p. 27-46.
14
15
mencari acuan pedoman tertulis maupun tidak tertulis serta mencari ide yang akan
diangkat dalam garapan tari kreasi palegongan Kapalanang Smara
Tahap ini sudah dilaksanakan sejak perkuliahan koreografi VI pada
semester VII. Setiap perkuliahan koreografi mahasiswa diminta untuk bisa
menciptakan karya seni berupa karya tari. Hal ini bertujuan untuk mengasah dan
menggali ide-ide baru dalam penciptaan karya seni untuk mempermudah pada
saat Tugas Akhir (TA). Dampaknya yaitu sebelum penyusunan Tugas Akhir (TA),
penata sudah mampu memunculkan ide baru dalam menciptakan karya seni
berupa tari kreasi baru palegongan, akan tetapi dibutuhkan keyakinan dan
pemikiran yang sangat mendalam untuk memantapkan ide berdasarkan
kemampuan serta kemauan yang penata miliki sebagai dasar utama dalam proses
penggarapannya.
Setelah mendapat keyakinan serta pemikiran yang kuat, maka penata
mulai menentukan ide garapannya. Ide garapan ini diperoleh dari pengamatan
secara langsung pada bulan-bulan sebelumnya. Cerita ini mendapat inspirasi dari
kehidupan nyata burung-burung Titiran, ketika suatu kebetulan penata berada di
sebuah sungai, dimana di daerah tersebut merupakan bekas galian C yang
bernama Tukad Unda, terletak di Kabupaten Klungkung pada tanggal 16
September 2012. Pada sore hari di hamparan aliran sungai yang berisi pepohonan
yang cukup banyak, secara tidak sengaja penata melihat beberapa burung Titiran,
dari semua burung Titiran yang turun, ada sepasang burung Titiran yang selalu
berdekatan, sepasang burung Titiran (Perkutut) hinggap di pinggir sungai yang
tenang untuk meminum air. Sambil meminum air, kedua pasangan burung
tersebut berkasih kasihan dengan isyarat dan bahasa yang mungkin hanya
16
dimengerti oleh mereka. Ketika sedang asik bermain dan berkasih-kasihan, tiba-
tiba sepasang burung itu dikejutkan oleh datangnya seekor burung Titiran lain
yang hendak memisahkan mereka. Salah satu pasangan burung mulai marah dan
mengusir burung penggangu tersebut. Akhirnya burung pengganggu
meninggalkan mereka dan pasangan tersebut terbang mencari tempat lain yang
aman dan nyaman.
Dari pengalaman yang penata lihat secara langsung, akhirnya diputuskan
mengangkat sebuah kisah tentang burung Titiran (Perkutut), untuk diangkat
menjadi sebuah garapan tari kreasi palegongan. Selain itu juga ditempuh dengan
cara melakukan pendekatan dan berdiskusi dengan beberapa seniman dan mencari
informasi-informasi yang berhubungan dengan burung Titiran (Perkutut). Melihat
keunikan burung Titiran (Perkutut) yang alami, dengan gerak-geriknya tenang tapi
lincah, diperlukan eksplorasi yang lebih mendalam. Penata memutuskan untuk
mewawancarai pecinta burung Titiran (Perkutut) sekaligus pengembangbiakan
burung Titiran (Perkutut). Pada kesempatan yang bersamaan, penata juga
mengamati burung Titiran (Perkutut) secara langsung di tempat
pengembangbiakan. Tekhnik ini dilakukan sebagai upaya untuk dapat
mengimajinasikan sekaligus mentransfer gerak gerik dari burung Titiran ke dalam
gerak tari. Dalam perkembangannya, penata kembali mempersiapkan segala aspek
yang berkaitan dengan proses garapan seperti penentuan ide, tema, bentuk
garapan, kostum dan iringan. Setelah itu, penata mencoba mencari sumber-sumber
yang ada kaitannya dengan burung Titiran (Perkutut), salah satunya yaitu
mengadakan wawancara langsung dengan pecinta sekaligus peternak burung
Titiran (Perkutut) yang bernama I Wayan Sumantra di Banjar Kawan Bangli, pada
17
bulan November 2012. Hal ini dapat membantu penata untuk menambah
informasi sekaligus inspirasi untuk menggarap tari kreasi baru Kapalanang Smara.
Tari Kapalanang Smara ditarikan oleh lima orang penari wanita termasuk
penata sendiri. Melalui proses penjajagan, penata berusaha mencari 4 orang
pendukung tari dengan beberapa pertimbangan seperti mempunyai postur tubuh
yang sama, kualitas gerak dan karakter gerak yang seimbang dengan penata.
Disamping itu kesanggupan meluangkan waktu untuk mengikuti latihan sangat
diperlukan agar tidak menghambat jalannya latihan. Setelah mendapatkan 4
pendukung tari yang sesuai dengan pertimbangan penata, yaitu mahasiswa dari
semester II sebanyak 1 orang dan dari semester IV sebanyak 3 orang yang
semuanya mahasiswa ISI Denpasar. Selanjutnya penata mencari seorang penata
tabuh, yang penata percayakan untuk iringan musik yang sesuai dengan suasana
dan cerita yang diangkat dalam mendukung ujian Tugas akhir. Penggarap musik
tari Kapalanang Smara penata percayakan kepada I Ketut Sujena, S.Sn yang
merupakan alumni ISI Denpasar pada tahun 1998, dengan pendukung karawitan
berasal dari Banjar Binoh Kaja, Denpasar.
Hal-hal lain yang perlu dipersiapkan dalam tahap penjajagan, yaitu gerak,
kostum, dan penentuan jadwal latihan. Di samping persiapan terkait dengan
garapan dan persiapan mental, persiapan secara niskala juga perlu dilakukan yaitu
upacara di Bali yang biasa disebut nuasen, dengan mencari hari baik menurut
kepercayaan orang Bali agar mendapatkan keselamatan, taksu, dan kekuatan dari
Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Nuasen (mencari hari baik) dilakukan pada hari
Sabtu tanggal 7 Maret 2013 di Pura Padmasana Ardhanareswari ISI Denpasar.
18
Tabel 1
Tahap Penjajagan (Eksplorasi)
Bulan November dan Desember 2012
Periode
Waktu per
Minggu
Kegiatan / Usaha yang
dilakukan
Hasil yang didapat
Minggu I
(November)
Pengonsepan ide dengan
melakukan observasi berbagai
karya tari kreasi.
Menemukan ide untuk
menggarap tari kreasi
palegongan.
Minggu II
(November)
Masih mencari tambahan ide,
dengan mengamati tari
Legong dengan tujuan
melestarikan tari Legong itu
sendiri.
Menemukan tambahan ide
untuk menggarap tari
kreasi palegongan dengan
dasar pertimbangan dapat
melestarikan tari Legong
dan jenis tari yang sering
ditarikan.
Minggu III
(November)
Mempertimbangkan ide cerita
yang akan diangkat,
melakukan diskusi dengan
beberapa seniman dan alumni
ISI Denpasar.
Disarankan untuk dapat
mengangkat cerita dari
kisah nyata, mengingat
burung Titiran (Perkutut)
merupakan burung yang
hidup di alam bebas.
19
Minggu IV
(November)
Merenungkan alur cerita yang
baik untuk digarap sebagai
sebuah karya seni tari.
Ditetapkan alur atau
bagian cerita ketika
burung Titiran (Perkutut)
mulai diganggu oleh
burung lain dan kesetian
burung tersebut mulai di
uji.
Minggu I
(Desember)
Memantapkan ide dengan
mencari beberapa referensi
berupa buku bacaan yang
terkait dengan karya seni yang
akan digarap.
Mendapatkan beberapa
pemahaman dan
pengertian dalam
memperjelas arah dan
tujuan dari ide yang akan
digarap.
Minggu II
(Desember)
Memantapkan ide dan konsep
yang ditetapkan per bagian,
kemudian nantinya akan
diberikan kepada penata
iringan.
Memikirkan gamelan yang
akan digunakan sebagai
iringan tari.
Menetapkan penata iringan
yang penata percayakan
kepada I Ketut Sujena,
S.Sn, alumni ISI Denpasar
yang berasal dari Banjar
Binoh Kaja, Denpasar.
20
Minggu III
(Desember)
Melakukan diskusi dengan
seniman karawitan di daerah
Binoh Kaja, Denpasar
sekaligus meminta bantuan
untuk menggarap iringan tari.
Mengumpulkan teman-teman
karawitan dengan usia muda
untuk memohon kesediaan
waktunya membantu proses
penggarapan karya seni ini.
Memberikan alur cerita dan
konsep yang telah disusun per
bagian kepada penata iringan
tari.
Menetapkan Gamelan
palegongan sebagai
iringannya.
Ditetapkan beberapa
seniman karawitan dan
untuk latihan iringan
dilakukan di Banjar Binoh
Kaja, Denpasar.
Ada beberapa masukan
yang diberikan berkaitan
dengan cerita yang akan
digarap.
Minggu IV
(Desember)
Mencari dan menetapkan
pendukung tari.
Menetapkan empat orang
penari wanita yang
memiliki kemampuan
menari yang baik.
21
3.2 Tahap Percobaan (Improvisation)
Tahap percobaan merupakan langkah kedua dalam proses kreativitas, pada
fase ini penata mencoba-coba bergerak sesuai dengan karakter burung tanpa
diiringi dengan musik iringan, namun dalam pencarian gerak penata hanya
menggunakan hitungan. Selain itu penata juga menonton seni pertunjukan yang
terkait dengan karya tari terutama tari palegongan. Hal ini akan merangsang
penata dan memberikan inspirasi dalam menemukan motif-motif gerak baru untuk
digunakan dalam garapan ini. Motif gerak dipilih kemudian dimodifikasi dengan
gerak baru sesuai dengan karakter yang akan diangkat. Semakin banyak penata
bergerak dengan bebas, maka semakin banyak motif gerakan yang didapatkan
walaupun gerakan tersebut belum disusun sedemikian rupa. Penata juga selalu
mencoba melihat, dan membayangkan burung Titiran di sangkar maupun di alam
bebas untuk dapat dihayati serta dirasakan agar dapat mentransformasikannya
dalam gerak tari.
Gerakan-gerakan ini dirangkai menjadi jalinan gerak yang sebelumnya
telah diseleksi dan dipertimbangkan terlebih dahulu. Dalam hal ini, penata
menemukan integritas, dan kesatuan dalam berbagai percobaan, namun juga harus
tetap mempertahankan identitas maupun karakter garapan itu sendiri. Rangkaian
gerak kemudian disesuaikan dengan musik iringan yang telah digarap, karena
seperti yang diketahui tari Legong mengandung arti gerakan yang sangat diikat
(terutama aksentuasinya) oleh gamelan yang mengiringinya. 9
Pada proses ini, gerakan dicoba agar menyatu dengan musik iringan
walaupun terkadang ada gerakan yang tidak sesuai dengan musik iringan. Bagi
9 I Wayan Dibia, 1999, Selayang Pandang Seni Pertunjukan Bali, Bandung: Masyarakat Seni
Pertunjukan Indonesia dan arti.line, p. 37.
22
penata, musik dapat merangsang munculnya gerak-gerak baru dan memberikan
inspirasi terbentuknya jalinan kesatuan antara gerak dan pengiringnya. Penata
sesering mungkin hadir ke tempat latihan penabuh sehingga penata dapat
memahami dan merasakan iringan musik dengan baik. Hal ini dilakukan agar
proses penggarapan tari dan tabuh dapat berjalan dengan baik dan sesuai harapan.
Bimbingan-bimbingan juga perlu dilakukan dalam proses penggarapan
agar mendapat saran-saran untuk kesempurnaan garapan tari yang diwujudkan,
dan sudah dimulai sejak mendapatkan mata kuliah Koreografi VI di semester VII.
Tabel 2
Tahap Percobaan (Improvisasi)
Bulan Pebruari dan Maret 2013
Periode
Waktu per
Minggu
Kegiatan / Usaha yang
dilakukan
Hasil yang didapat
Minggu II
(Pebruari)
Mencoba dan membentuk
motif gerak sesuai dengan
jalan cerita yang dapat
dijadikan sebagai agem
pokok dalam tari kreasi
palegongan ini secara
individual untuk
menunjukkan ciri khasnya.
Menuangkan ide dan
konsep yang akan digarap
Beberapa bentuk gerak
yang digunakan sebagai
agem pokok yang
dikreasikan, motif gerak
pangrangrang dan papeson
Terbentuknya bagian
pangrangrang dan papeson
23
kepada pendukung tari.
Mengumpulkan pendukung
tari dan melakukan latihan
pertama di Kampus ISI
Denpasar.
Melakukan latihan iringan
untuk melanjutkan bagian
pangawak
Minggu III
(Pebruari)
Menuangkan ide dan
mencari bagian pangawak
Garapan masih tetap pada
tahap pencarian pangawak.
Minggu I
(Maret)
Melakukan latihan
pendukung tari pada
bagian pangawak.
Mendengarkan kembali
bagian iringan yang telah
direkam secara berulang-
ulang, untuk diisi ruang
gerak yang sesuai dengan
ritme dan angsel dari
iringan yang digarap.
Terbentuknya bagian
pangawak.
Beberapa motif gerak yang
sesuai dengan ritme dan
angsel pangawak.
Minggu III
(Maret)
Melakukan latihan iringan
untuk bagian pangecet dan
Terbentuknya bagian
pangecet dan pangetog.
24
pangetog.
Melakukan latihan dengan
pendukung tari pada
bagian pangecet dan
pangetog.
Terbentuknya bagian
pangecet dan pangetog.
Minggu I
(April)
Melakukan latihan iringan
untuk bagian pasiat dan
pakaad.
Melakukan latihan dengan
pendukung tari pada
bagian pasiat dan pakaad.
Terbentuknya bagian
pasiat dan pakaad.
Terbentuknya bagian
pasiat dan pakaad.
Minggu II
(April)
Latihan untuk mengingat
kembali bagian
pangrangrang, papeson,
pangawak, pangecet,
pasiat, dan pakaad.
Latihan iringan untuk
memantapkan secara
keseluruhan bagian.
Melakukan latihan dengan
Terbentuknya seluruh
bagian dari garapan ini.
Beberapa perbaikan untuk
penyempurnaan iringan
baik dari segi ritme dan
angsel.
Terbentuknya seluruh
25
pendukung tari, mengingat
bagian pangrangrang,
papeson, pangawak,
pangecet, pasiat, dan
pakaad.
bagian dari garapan ini.
3.3 Tahap pembentukan (Forming)
Tahap pembentukan merupakan tahapan akhir dari proses kreativitas.
Segala hasil yang diperoleh baik diproses penjajagan maupun proses percobaan
akan ditata dan disempurnakan pada tahap ini. Penata juga harus memikirkan
kesesuaian bentuk tari yang digarap dengan hal-hal mendasar yang ada dalam
tarian, seperti gerak, ekspresi, irama, ruang, dan waktu.
Proses ini dilakukan secara bertahap dengan menjelaskan kepada
pendukung mengenai ide dan konsep dari garapan palegongan, agar mereka
mengetahui dan memiliki bayangan tentang cerita yang akan digarap. Hal ini
bertujuan untuk memberikan wawasan kepada pendukung agar lebih mudah
dalam berekspresi sesuai dengan karakter yang akan dibawakan.
Pada tahap pembentukan, juga dilakukan percobaan terhadap kostum, dan
penentuan kecocokan kostum dengan warnanya agar dapat diketahui terganggu
atau tidaknya gerakan saat menari, serta mengetahui kesesuaian efek dari tata
lampu terhadap warna kostum tersebut. Setelah garapan tari kreasi palegongan ini
terbentuk, latihan dilakukan secara lebih rutin untuk mendapatkan hasil
semaksimal mungkin. Setiap proses latihan, akan dilakukan penyeragaman gerak
serta pembentukan pola lantai. Dengan melakukan pemantapan pada setiap
26
gerakan, penyatuan rasa gerak dan ekspresi dari dalam dengan musik pengiring
pada setiap adegan, serta mencari kekompakan, sehingga dapat terwujud garapan
yang benar-benar utuh. Proses latihan akan sesering mungkin dilakukan di
Gedung Natya Mandala, agar para penari terbiasa dengan pola lantai di panggung
tersebut.
Selama proses kreativitas berlangsung, banyak hambatan dan halangan
yang penata rasakan. Adapun hambatan yang masih ditemui antara lain adalah
sulitnya menyamakan kualitas gerak serta ekspresi yang harus diwujudkan dalam
sebuah garapan kelompok yang menuntut kekompakan. Kedisiplinan waktu
beberapa pendukung yang masih kurang, karena selain mendukung mereka juga
mempunyai kesibukan yang berbeda-beda, disamping itu mereka juga harus
mengikuti studinya masing-masing.
Dibalik hambatan tersebut banyak faktor yang mendukung kelancaran
proses penggarapan ini, antara lain adanya dukungan moral dan juga tenaga, serta
kesanggupan pendukung yang merupakan motivasi penata untuk lebih semangat
dalam berkarya. Kemampuan pendukung yang begitu cepat menerima setiap
gerakan yang diberikan, dan dukungan penata karawitan dan pendukungnya yang
kompak serta menampakkan rasa simpati dengan menyelesaikan iringan sesuai
waktu yang diinginkan.
Perbaikan selalu didapatkan selama proses tersebut berlangsung melalui
bimbingan-bimbingan yang terus dilakukan dengan dosen pembimbing. Hasil dari
proses perbaikan dan bimbingan inilah yang digunakan untuk menyempurnakan
dan sangat bermanfaat bagi penggarapan tari kreasi palegongan ini agar keutuhan
garapan dapat diwujudkan.
27
Tabel 3
Tahap Pembentukan (Forming)
Bulan April dan Mei 2013
Periode
Waktu per
Minggu
Kegiatan / usaha yang
dilakukan
Hasil yang didapat
Minggu III
(April)
Melakukan latihan dengan
pendukung tari pada bagian
keseluruhan dan
memantapkan gerak serta
pola lantai.
Latihan pendukung iringan
untuk memantapkan
keseluruhan iringan dan
memperbaiki beberapa
bagian yang dirasa perlu
dirubah.
Terbentuknya keseluruhan
bagian garapan
Beberapa perbaikan untuk
penyempurnaan wujud
garapan menjadi lebih baik.
Minggu
IV(April)
Latihan dengan pendukung
tari, mengkompakkan gerak
tangan, kipas, dan lainnya
yang berhubungan dengan
gerak rampak.
Beberapa penyempurnaan
dari segi angsel dan agem
agar rasa dari tarian tersebut
sama dengan pendukung.
Minggu I Latihan dengan pendukung Mendapatkan beberapa
28
(Mei) tari untuk mencari ekspresi
yang diinginkan sesuai
dengan konsep dan isi cerita.
penyempurnaan garapan
dari segi ekspresi.
Minggu II
(Mei)
Menghaluskan garapan yang
sudah jadi secara kasar
dengan mencari rasa gerak,
penghayatan gerak dan
penghayatan terhadap musik
yang dilakukan di Panggung
Natya Mandala.
Melakukan latihan bersama
pendukung tari dan
pendukung iringan.
Latihan pemantapan dan
penyempurnaan garapan
dengan menggunakan
lighting dan stage crew di
Panggung Natya Mandala.
Garapan terwujud tanpa
lighting.
Terjadi keharmonisan atau
kesatuan bentuk gerak tari
dengan iringannya
Garapan telah dapat
dibawakan sesuai dengan
konsep yang diangkat.
Minggu III
(Mei)
Pelaksanaan gladi bersih.
Minggu IV
(Mei)
Pelaksanaan ujian tugas
akhir.
29
BAB IV
WUJUD GARAPAN
Wujud merupakan salah satu bagian dari tiga elemen karya seni (wujud,
isi/bobot, dan penampilan), serta menjadi elemen dasar yang terkandung dalam
karya seni. Wujud adalah sesuatu yang dapat secara nyata dipersepsikan melalui
mata atau telinga atau secara abstrak yang dapat dibayangkan atau dikhayalkan. 10
4.1 Deskripsi Garapan
Kapalanang Smara merupakan sebuah bentuk tari kreasi palegongan yang
dikembangkan dari tari klasik Legong yang kemudian diubah dari segi ceritanya,
kostum, struktur garapan, motif gerakan maupun dari segi iringan, tetapi tetap
memperhatikan karakteristik dan ciri khas dari tari klasik Legong tersebut.
Garapan ini mengambil tema tentang kesetiaan, membentuk kelompok
yang ditarikan oleh 5 orang penari wanita, dengan mengangkat sebuah cerita
kisah sepasang burung Titiran (Perkutut) yang sedang memadu kasih. Suasana
alam yang bebas dengan gemericik air sungai yang mengalir membuat pasangan
burung Titiran tersebut sangat menikmati apa yang diperolehnya. Sesekali
pasangan burung menghampiri pinggir sungai untuk meminum air dan membasahi
tubuhnya. Namum secara tiba-tiba datang seekor burung yang mulai membuat
pasangan burung Titiran (Perkutut) itu merasakan kondisi yang tidak nyaman.
Mendapat gangguan dari burung yang lain, pasangan burung tersebut mulai
sedikit demi sedikit memunculkan perlawanan. Akhirnya demi mempertahankan
hubungan, salah satu burung berkelahi dengan burung pengganggu dan akhirnya
10 A. A. M. Djelantik, 1999, Estetika Sebuah Pengantar, Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan
Indonesia (MSPI), p. 17.
29
30
burung pengganggu kabur dan sepasang burung Titiran (Perkutut) mencari tempat
lain yang aman dan nyaman. Tema inilah yang harus disesuikan dengan struktur
garapannya agar menjadi satu kesatuan yang utuh. Struktur garapan tari kreasi
palegongan Kapalanang Smara (Perkutut) yaitu pangrangrang, papeson,
pangawak, pangecet, pangetog, pasiat, pakaad. Gerakan-gerakan yang
dipergunakan dalam tari kreasi Palegongan Kapalanang Smara adalah
pengembangan dari gerak-gerak tari Legong, seperti agem, dan angsel gerak yang
muncul berdasarkan inspirasi penata sendiri. Tentunya dalam hal ini, penata
menginginkan motif gerakan yang dipergunakan dalam garapan dapat berbeda
dari gerak-gerak Legong yang telah ada sebelumnya.
Pesan yang ingin penata sampaikan dalam garapan tari kreasi palegongan
Kapalanang Smara adalah kesetiaan. Pada hakekatnya setiap manusia sudah
memiliki jalan hidup masing-masing, baik rejeki dan jodoh. Manusia dikodratkan
untuk saling setia terhadap pasangannya, namun di zaman mordernisasi saat ini,
hal tersebut mulai menyimpang dengan banyaknya pasangan yang sudah mengikat
janji melalui proses pernikahan dirusak dengan adanya perselingkuhan. Dari
foneomena tersebut penata mengangkat cerita ini agar setiap pasangan mulai sadar
akan pentingnya kesetiaan. Binatang kecil seperti burung yang pada dasarnya
tidak memiliki idep (pikiran) mempunyai rasa memiliki dan setia terhadap
pasangan. Sedangkan manusia yang hakekatnya mempunyai pemikiran, kadang-
kadang perilakunya menyimpang dan dikalahkan oleh binatang. Dari garapan ini
mudah-mudahan pesan yang ingin disampaikan tentang kesetiaan bisa dimengerti
oleh penonton dan bisa diterapkan dalam suatu hubungan.
31
Durasi waktu yang digunakan dalam garapan tari kreasi Palegongan
Kapalanang Smara adalah kurang lebih 12 menit 30 detik, yang disajikan di
panggung proscenium Gedung Natya Mandala ISI Denpasar. Berdasarkan durasi
waktu yang digunakan, diharapkan garapan ini dapat tampil secara utuh, adanya
suatu komunikasi, dan dapat dinikmati penontonnya.
Dalam penampilannya, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
garapan ini seperti tata rias dan busana, properti, serta iringan tari yang digunakan.
Kostum yang digunakan dalam garapan ini adalah konsep tradisi yang tidak
berlebihan, dengan tujuan agar kostum nantinya tidak mengganggu ruang gerak
penari. Kostum garapan ini menggunakan ciri khas palegongan yang telah ada,
namun ada beberapa bagian yang diberi inovasi seperti motif dan warna agar
dapat menampilkan nuansa baru. Tata rias yang digunakan dalam garapan ini
adalah tata rias panggung putri halus. Warna kostum yang dominan digunakan
dalam garapan ini adalah warna orange, hitam, abu-abu dan putih. Penggunaan
warna ini disesuaikan dengan warna dari burung Titiran, tetapi sudah
dimodifikasi. Selain itu, properti yang digunakan dalam garapan ini yaitu kipas,
yang telah menjadi ciri khas dari tari palegongan.
Untuk memperkuat suasana yang ada dalam garapan tari Kapalanang
Smara ini, tentu ada musik pengiringnya. Dalam garapan Kapalanang Smara ini
diiringi oleh seperangkat gamelan palegongan untuk mendukung suasana yang
terdapat dalam garapan. Iringan tari Kapalanang Smara ini ditata oleh I Ketut
Sujena, S.Sn dan pendukung karawitan dari Banjar Binoh Kaja Denpasar. Penata
kostum dalam garapan ini adalah I Wayan Balik Maharsa.
32
4.2 Analisa Pola Struktur
Garapan tari kreasi palegongan Kapalanang Smara ini terbagi menjadi 7
bagian. Pembagian ini dilakukan untuk mempermudah penggambaran dan
penghayatan garapan, sehingga penonton mengerti maksud maupun pesan yang
disampaikan. Adapun struktur tarinya terdiri dari pangrangrang, papeson,
pangawak, pangecet, pangetog, pasiat, pakaad. Untuk lebih jelasnya, diuraikan
sebagai berikut.
1. Pangrangrang
Pada bagian pangrangrang penata menggambarkan 2 ekor burung Titiran
(Perkutut) yang memadu kasih dan menunjukkan kesetiaan terhadap
pasangannya. Adapun gerak tari yang terdapat pada bagian ini, yaitu :
Kedua penari melakukan gerakan putar di tempat, dan tiga penari datang
dari wing kanan dengan gerakan nyregseg dan menghadap ke pojok
bersimpuh dan melakukan gerakan ngotag. Kelima penari menghadap ke
pojok kiri depan, dengan posisi diagonal kelima penari melakukan gerakan
ngegol sambil memegang lamak. Dua penari nyregseg kesamping kanan
dan kiri, tiga penari lagi melakukan gerakan yang sama yaitu nyregseg.
2. Papeson
Pada bagian papeson penata menggambarkan keelokan dari burung Titiran
(Perkutut) yang sangat lincah. Aktivitas burung Titiran (Perkutut) sehari-
hari yaitu berkicau, nyiksik bulu, mandi, bercengkrama dengan burung
yang lain sebangsanya. Adapun gerak-gerak yang digunakan pada bagian
ini, yaitu: Kelima penari melakukan gerakan kompak angkat kiri, ngeseh,
kipas berada di atas, tangan kanan kemudian di bawah ke atas kepala, dan
33
lurus ke samping kanan, kaki kanan di silang gerakan ini diulang 2x, putar
di tempat, tayung kaki kiri, nyregseg, miles kanan, agem kanan, naik turun,
ngelier, nyeledet tengah pojok, maju kaki kanan, kipas di atas kepala,
ngelier, nyeledet, turun 2x, kedua tangan lurus ke depan, kaki kiri mundur,
nyegut, miles kiri, kipas kearah pojok, nyegut, angkat kaki kanan, badan
mengarah ke pojok kiri, dengan posisi kipas di depan dada, dengan
gerakan kipas naik turun 2x, tangan di buka, ngelier, nyeledet kiri badan
ke pojok kanan, kipas menghadap ke pojok kanan, ngeseh, sogok kiri,
muter kanan.
3. Pangawak
Bagian pangawak penata menggambarkan burung Titiran (Perkutut) yang
sedang bermain-main dengan sesama burung Titiran (Perkutut).
Beterbangan kesana kemari dengan riangnya sambil sesekali
bercengkrama dengan temannya. Adapun gerak tari yang terdapat pada
bagian ini, yaitu : Ngotag, ngeliput, lurus tangan kiri, tangan kanan
mengarah ke samping kanan, tangan kiri di depan dada, panjang tangan
kiri, tayung kiri, nyregseg kanan putar ditempat, nyalud kanan, agem
kanan, uluwangsul, badan naik, posisi kipas menghadap ke pojok kanan,
sogok kanan, miles kiri, tangan keduanya ke pojok kiri, tangan ke samping
kiri, ngeseh, rebah kanan, tayung kiri, tangan kiri di atas kepala, nyeledet
kiri, ngotag, kipek pojok kanan, ngeliput, miles kanan, kipek kiri, miles
kiri, tangan kiri di atas kepala, tangan kanan menghadap ke pojok kanan,
sogok, lihat tangan kiri, nyeleog, tangan kanan berada di samping kepala,
34
angkat kiri, maju kanan, tangan kiri berada di samping kepala, tangan
kanan turun, ngeliput kanan, ngeliput kiri, maju kanan, maju kiri, putar.
4. Pangecet
Pada bagian pangecet penata menggambarkan 1 burung pengganggu yang
mulai tidak suka melihat kemesraan dari sepasang burung Titiran
(Perkutut), dan ingin memisahkannya. Adapun gerak tari yang terdapat
pada bagian ini, yaitu : Kelima penari melakukan gerakan maju kaki
kanan, tangan keduanya ditekuk, tutup kaki kiri, ngambil sayap, nyeleog
kanan, nyeleog kiri, maju kaki kanan, sogok kiri, sledet 2x, ngegol kanan,
ngegol kiri pandangan ke pojok kanan, pojok kiri, puter kanan, sledet kiri,
nyegut, ngegol, sogok kanan, nyregseg.
5. Pangetog
Pada bagian pangetog menggambarkan salah satu pasangan burung Titiran
(Perkutut) mulai marah karena diganggu oleh burung Titiran lain. Adapun
gerak tari yang terdapat pada bagian ini, yaitu : Kedua penari melakukan
gerakan angkat kaki kiri, ngeseh, miles kanan, rebah badan ke kanan, miles
kiri, tangan kiri di pojok kanan atas rebah kanan, rebah kiri, putar dengan
arah yang berlawanan.
6. Pasiat
Pada bagian pasiat penata menggambarkan perkelahian antara salah satu
burung Titiran (Perkutut), dengan burung Titiran lain yang bukan
pasangannya. Adapun gerak tari yang terdapat pada bagian ini, yaitu :
Tangan kanan berada di atas, dan tangan kiri berada di bawah sambil
memegang sayap. Kedua sayap di ambil, kemudian terbang, satu penari di
35
bawah, dan penari yang satu di atas, putar dan satu penari terjatuh dan
melakukan gerakan ulap-ulap. Ketiga penari ke belakang sambil terbang
dan memegang sayap sambil sesekali menengok ke depan. Ketiga penari
terbang sambil menyerang burung yang berada di pojok kanan, burung
tersebut akhirnya terjatuh.
7. Pakaad
Dibagian pakaad penata menggambarkan kesetiaan sepasang burung
Titiran (Perkutut) walaupun mendapat gangguan dari burung Titiran yang
lain, namun burung tersebut tetap mempertahankan kesetiaannya. Adapun
gerak tari yang terdapat pada bagian ini, yaitu : Kelima penari melakukan
gerakan kompak ngotag, sambil ngeliput kipas, panjang tangan kiri, kipas
menghadap ke samping kanan, panjang kiri, tayung kaki kiri, ngeliput
sambil putar.
4.3 Analisa Estetik
Estetik merupakan nilai keindahan yang terkandung dalam suatu karya
seni, karena dalam menikmati suatu karya seni, juga melihat keindahannya selain
pada konsep yang diterapkan. Suatu karya seni yang disertai dengan keindahan
akan membuat penikmatnya merasa senang dan nikmat saat melihatnya, bahkan
dapat merasa kelangen. Setiap karya memiliki nilai keindahan yang berbeda,
demikian pula dengan penikmatnya yang memiliki nilai keindahan berbeda
sesuai dengan pengalaman estetis masing-masing. Unsur-unsur keindahan dalam
suatu karya seni meliputi wujud, bobot atau isi dan penampilannya. 11
Selain itu,
11
A.A.M. Dejelantik, 1999, Estetika Sebuah Pengantar, Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan
Indonesia Hal 17.
36
unsur estetik dalam suatu karya seni terdapat keutuhan, penonjolan, dan
keseimbangan.
Terkait dengan garapan tari kreasi palegongan Kapalanang Smara tetap
mempertahankan ciri khas dan keunikan yang menjadi identitas dari garapan tari
kreasi palegongan ini.
Wujud garapan tari Kapalanang Smara terdiri dari bentuk dan struktur
garapan. Garapan ini berbentuk tari palegongan kreasi yang terdiri dari 5 orang
penari wanita, Garapan ini memiliki 7 bagian struktur yaitu pangrangrang,
papeson, pangawak, pangecet, pangetog, pasiat, pakaad.
Penampilan adalah penyajian garapan yang disajikan, didalam penampilan
ada tiga unsur yang berperan yaitu bakat, keterampilan dan sarana. Bakat dan
keterampilan adalah unsur yang sangat menunjang dalam garapan. Untuk
menghasilkan nilai yang baik perlu adanya latihan berulang-ulang untuk
mencapai hasil yang maksimal. Bakat dan keterampilan penari sangat diperlukan
untuk memperoleh hasil yang baik. Dengan demikian penata memilih pendukung
tari yang memiliki bakat dan keterampilan sesuai dengan kebutuhan garapan,
serta kemampuan yang seimbang dengan penata. Walaupun demikian, perlu
dilakukan latihan secara berkesinambungan dan intensif agar rasa yang dimiliki
masing-masing penari setara.
4.4 Analisa Simbol
Simbol merupakan media penting sebagai penghubung atau jalinan suatu
komunikasi dalam sebuah garapan tari yang dapat dipergunakan untuk
menyampaikan maksud tertentu kepada penikmatnya. Dalam seni tari, biasanya
terdapat beberapa simbol yang digunakan untuk menyampaikan maksud tertentu
37
kepada penonton, baik dalam simbol gerak yang mampu menggambarkan karakter
dan jenis tari yang dibawakan maupun warna kostum yang digunakan, mampu
memperlihatkan karakter tari serta makna warna kostum yang terkait dengan isi
garapan.
Untuk dapat menikmati karya seni biasanya lebih mengutamakan nilai
keindahan, sehingga sebagai seorang seniman harus mampu menampilkan nilai
keindahan tersebut. Adapun unsur-unsur keindahan pada karya seni meliputi
wujud, bobot dan penampilan.12
Garapan tari Kapalanang Smara ini akan menggunakan beberapa simbol
gerak yang memiliki makna yang dapat dijadikan ciri khas. Adapun simbol
tersebut seperti: Sikap kedua tangan dengan posisi yang berbeda mencerminkan
seekor burung. Gerakan meloncat mencerminkan karakter burung Titiran
(Perkutut) yang lincah dan enerjik. Pada gerakan nyrigsig mencerminkan
kepiawaian burung saat beterbangan.
4.5 Analisa Materi
Suatu karya seni mengandung beberapa materi yang menjadi media
penampilannya, seperti gerak, desain koreografi, dan properti yang digunakan.
Ketiga hal tersebut memiliki keterkaitan antara yang satu dengan yang lainnya,
sehingga saling mendukung dalam penyajiannya. Perbendaharaan gerak pada tari
kreasi palegongan Kapalanang Smara sudah terdapat pengembangan sesuai
kebutuhan garapan sebagai hasil adanya rangsangan kreatif yang muncul dari
12 Dr. A.A.M. Djelantik, 1990. Pengantar Dasar Ilmu Estetika. Sekolah Tinggi Seni
Indonesia, Daenpsar.
38
dalam diri penata. Perbendaharaan gerak dalam garapan ini diharapkan dapat
menjadi satu kesatuan yang utuh agar garapan dapat terlihat menarik.
Karya seni tari tidak pernah lepas dari gerak yang merupakan media
penuangan dari penatanya. Terkait dengan garapan kreasi palegongan Kapalanang
Smara ini terdapat beberapa motif gerak yang diambil dari gerak-gerak dasar tari
Legong Kraton yang dikembangkan sesuai dengan konsep yang dipakai. Tari
Kapalanang Smara adalah tari kreasi palegongan yang didalam penggarapannya
masih berpijak dari pola-pola tradisi yang dikreasikan. Motif-motif gerak yang
digunakan adalah sebagi berikut.
a. Agem : sikap atau pokok dalam tari Bali yang dilakukan dengan
membusungkan dada ke depan dan perut dikempiskan.
b. Ngelier : gerakan perputaran dagu ke kanan atau ke kiri secara halus
dan diikuti oleh gerakan mengecilkan salah satu mata.
c. Nyeledet : gerakan mata kekiri dan kekanan disertai dengan gerakan
dagu dan kepala.
d. Nyegut : gerak mata disertai dengan gerakan kepala dengan
mengerutkan kedua alis, pandangan jatuh ke bawah dan kembali ke atas
dengan ekspresi tajam.
e. Makipekan : gerakan kepala menoleh kesamping seperti memalingkan
muka.
f. Ngeed : posisi badan dengan level rendah setara dengan lutut yang
ditekuk.
g. Ulu Wangsul : gerakan leher ke kanan dan ke kiri, dilakukan dengan
lambat.
39
h. Ngumbang : gerakan peralihan dengan berjalan ngegol, berjalan
mengikuti pukulan kajar, diikuti gerakan kepala.
i. Nyregseg : gerakan kaki yang dijinjit dalam posisi merendah dan
bergeser ke kanan dan ke kiri secara cepat.
j. Ileg-ileg : gerakan leher diikuti gerakan kepala ke kanan dan ke kiri,
dilakukan dengan cepat.
k. Ngekes : posisi tangan memegang kipas yang terbuka, ujung kipas
menyentuh buah dada kanan
l. Ngepel : posisi tangan memegang kipas yang terbuka dengan cara
dikepal.
m. Ngeliput : gerakan tangan yang terfokus pada pergelangan tangan, kipas
memutar ke luar dan ke dalam.
n. Ngiluk : posisi tangan memegang kipas yang terbuka dengan
melekukkan pergelangan tangan ke dalam, sehingga ujung kipas
menyentuh buah dada kanan.
o. Ngegol : gerakan mengangkat kaki kanan atau kiri secara bergantian
dalam posisi tubuh merendah, sehingga diikuti oleh gerakan pinggul
dan kepala yang searah dengan gerakan kaki.
p. Ngelo : gerakan badan yang melengkung ke kanan dan ke kiri secara
bergantian.
q. Ngeseh : gerakan memutar pundak atau bahu secara cepat.
r. Miles : gerakan kaki yang digunakan untuk merubah posisi agem.
s. Ngisi lamak : Tangan kiri memegang lamak dalam posisi ditekuk dan
diangkat sampai setinggi dada.
40
4.5.1 Desain Koreografi
Mewujudkan suatu garapan tari yang berkualitas, tidak hanya
menggunakan dan memikirkan gerakan, namun juga perlu dipikirkan mengenai
desain koreografi yang digunakan. Garapan tari kreasi palegongan Kapalanang
Smara termasuk dalam komposisi tari kelompok, dengan fondasi pokoknya yaitu
desain lantai.13
Desain yang dimaksud, yaitu :
1. Desain serempak (unison)
Desain serempak atau unison merupakan desain yang mengutamakan
kekompakan, kebersamaan atau keseragaman. Desain ini dipergunakan
pada setiap bagian dalam garapan tari kreasi palegongan Kapalanang
Smara.
2. Desain bergantian (canon)
Desain bergantian atau canon merupakan desain yang dilakukan secara
bergantian antara penari satu dengan penari lain secara susul-menyusul.
Desain ini ada pada setiap bagian dalam garapan tari kreasi palegongan
Kapalanang Smara .
3. Desain terpecah (broken)
Desain terpecah atau broken merupakan desain yang memberikan kesan
ketidakberaturan yang penarinya melakukan gerakan antara penari satu
dengan penari lainnya tidak sama dan arah berbeda dengan kesan kacau.
4. Desain berimbang (balanced)
13 Soedarsono, 1986, Elemen-Elemen Dasar Komposisi Tari (terjemahan dari Dances
Composition, the Basic Elements oleh La Meri), Yogyakarta: Lagaligo, p. 113.
41
Desain yang membagi penari menjadi dua kelompok yang simetris, dan
biasanya pada desain ini juga ditampilkan gerak-gerak yang sama. Adapun
makna desain pada garapan ini adalah untuk menggambarkan kesan
berimbang pada pola lantainya.
4.6 Analisa Penyajian
Garapan tari kreasi palegongan Kapalanang Smara ini disajikan dalam
durasi waktu kurang lebih 12 menit 30 detik yang terbagi menjadi tujuh bagian,
yaitu pangrangrang, papeson, pangawak, pangecet, pangetog, pasiat, dan
pakaad. Seluruh bagian-bagian tersebut kemudian akan dirangkai hingga
membentuk suatu garapan yang utuh, dengan menggunakan motif gerak yang
dikembangkan dari motif gerak yang sudah ada. Pengaturan pencahayaan
panggung akan disesuaikan dengan keperluan dari setiap adegan dalam garapan
ini. Beberapa hal yang termasuk dalam penyajian tari kreasi palegongan
Kapalanang Smara ini meliputi tempat pertunjukan, tatarias dan busana, adegan,
pola lantai, tata cahaya, serta musik iringan tari. Hal tersebut merupakan elemen-
elemen pendukung dalam penyajian karya seni tari.
4.6.1 Tempat Pertunjukan, Tata Cahaya, dan Dekorasi Panggung
Garapan tari kreasi palegongan Kapalanang Smara ini disajikan di
panggung prosenium Gedung Natya Mandala Institut Seni Indonesia Denpasar.
Tempat pertunjukan tersebut merupakan panggung yang bagian depannya
berbingkai dan penonton hanya berada di depan saja. Untuk menciptakan kesan
atau suasana yang diinginkan dalam pertunjukkannya, memanfaatkan
pencahayaan yang ditata atau diatur sedemikian rupa serta penggunaan layar yang
42
memang sesuai dengan kostum dan kebutuhan garapan. Berikut adalah gambar
panggung prosenium gedung Natya Mandala, ISI Denpasar, yang dilengkapi
dengan pembagian ruang lantai dan arah hadap penari.
Panggung bagian belakang
UR UC UL
Sisi kanan panggung. Sisi kiri panggung
R C L 13,70
m
DR DC DL
20,89 m
Pit Orchestra Pit Orchestra
Auditorium (Penonton)
Gambar 1. Stage Proscenium14
Keterangan Stage:
C : Centre Stage (Pusat panggung)
L : Left Stage (Kiri panggung)
R : Right Stage (Kanan panggung)
14
I Gde Sukraka. 2010. “Tata Teknik Pentas”. Institut Seni Indonesia Denpasar, hal. 5.
43
UR : Up Right Stage (Pojok kanan belakang panggung)
UC : Up Centre Stage (Bagian belakang pusat panggung)
UL : Up Left Stage (Pojok kiri belakang panggung)
DR : Down Right Stage (Pojok kanan depan panggung)
DC : Down Centre Stage (Bagian depan pusat panggung)
DL : Down Left Stage (Pojok kiri depan panggung)
Gambar 2. Arah hadap penari
Keterangan :
1. : Penari menghadap ke depan
2. : Penari menghadap ke diagonal kanan depan
3. : Penari menghadap ke kanan
4. : Penari menghadap ke diagonal kanan belakang
5. : Penari menghadap belakang
6. : Penari menghadap ke diagonal kiri belakang
7. : Penari menghadap ke kiri
8. : Penari menghadap ke diagonal kiri depan
1 8
7
6
5
4
3
2
44
Lintasan Perpindahan :
: lintasan penari ke segala arah
: arah putaran penari
: layar hitam
NO POLA LANTAI
RAGAM GERAK
1
Bagian
Pangrangrang
Suasana riang,
menggambarkan
sepasang burung
yang sedang
bercinta.
Lampu fokus
kuning di atas trap.
Kedua penari melakukan
gerakan putar di tempat
dan tiga penari datang dari
wing kanan dengan
gerakan nyregseg dan
menghadap ke pojok
bersimpuh dan melakukan
gerakan ngotag.
Kelima penari menghadap
ke pojok kiri depan.
2
Bagian Papeson
Suasana riang,
menggambarkan
burung-burung
yang berterbangan
kesana kemari.
Lampu general.
Layar : putih.
Dengan posisi diagonal
kelima penari melakukan
gerakan ngegol sambil
memegang lamak. Dua
penari nyregseg kesamping
kanan dan kiri, tiga penari
lagi melakukan gerakan
yang sama nyregseg.
3
Idem Kelima penari melakukan
gerakan kompak angkat
kiri, ngeseh, kipas berada
di atas tangan kanan
kemudian di bawah ke atas
45
kepala dan lurus ke
samping kanan kaki kanan
di silang gerakan ini
diulang 2x, putar di
tempat, tayung kaki kiri,
nyregseg, miles kanan,
agem kanan, naik turun,
ngelier, nyeledet tengah
pojok, maju kaki kanan,
kipas di atas kepala,
ngelier, nyeledet, turun 2x,
kedua tangan lurus ke
depan, kaki kiri mundur,
nyegut, miles kiri, kipas
kearah pojok, nyegut,
angkat kaki kanan, badan
mengarah ke pojok kiri,
dengan posisi kipas di
depan dada, dengan
gerakan kipas naik turun
2x, tangan di buka, ngelier,
nyeledet kiri badan ke
pojok kanan, kipas
menghadap ke pojok
kanan, ngeseh, sogok kiri,
muter kanan.
46
4
Idem Nyregseg miles kiri, agem
kiri, naik turun, ngelier,
nyeledet tengah pojok,
maju kaki kiri, mundur
kanan dengan
menggunakan level. 3
penari jongkok dan 2
penari lagi berdiri dengan
gerakan tangan kiri berada
di pojok kiri kepala, dan
kipas mengarah ke pojok
kanan, ngelier, nyeledet,
turun 2x, kedua tangan
lurus ke pojok kanan, kaki
kanan mundur, nyegut,
miles kanan, tangan kiri
mengarah ke pojok kiri,
nyegut, angkat kaki kiri,
badan mengarah ke pojok
kanan, dengan posisi kipas
di depan dada, dengan
gerakan kipas naik turun
2x, tangan di buka, ngelier,
nyeledet kanan badan ke
pojok kiri, tangan kiri
menghadap ke pojok kiri,
ngeseh, sogok kiri, putar
kanan menggunakan posisi
diagonal.
47
5
Idem Agem kiri, maju 2x,
mundur kaki kanan,
ngambil sayap, ngeseh
sambil kayang, nyregseg
kepojok kanan.
6
Idem Angkat kaki kiri, ngeseh,
miles kiri, posisi kipas
mengarah ke pojok kanan,
ngegol, kipas turun,
semua penari menghadap
ke pojok kiri, ngeliput
kipas, sambil ngotag,
nyregseg ke kiri.
7
Idem Angkat kiri, ngeseh, miles
kiri hadap-hadapan,
tangan kanan depan dada,
ngegol, loncat 3x,
berputar dengan penari di
samping, jongkok, loncat
3x.
8
Idem Kelima penari ngegol
kedepan dengan
membentuk komposisi V.
48
9
Bagian Pangawak
Layar putih di
buka.
Lampu general.
Ngotag, ngeliput, panjang
tangan kiri, tangan kanan
mengarah ke samping
kanan, tangan kiri di
depan dada, panjang
tangan kiri, tayung kiri,
nyregseg kanan putar
ditempat, nyalud kanan,
agem kanan, uluwangsul,
badan naik, posisi kipas
menghadap ke pojok
kanan, sogok kanan, miles
kiri, tangan keduanya ke
pojok kiri, tangan ke
samping kiri, ngeseh,
rebah kanan, tayung kiri,
tangan kiri di atas kepala,
nyeledet kiri, ngotag,
kipek pojok kanan,
ngeliput miles kanan,
kipek kiri, miles kiri,
tangan kiri di atas kepala,
tangan kanan menghadap
ke pojok kanan, sogok
lihat tangan kiri, nyeleog,
tangan kanan berada di
samping kepala, angkat
kiri, maju kanan, tangan
kiri berada di samping
kepala, tangan kanan
turun, ngeliput kanan,
kiri, maju kanan, kiri,
49
putar.
10
Idem Agem kiri, uluwangsul,
badan naik, sogok kiri,
miles kanan, tangan
keduanya ke pojok kanan,
tangan ke samping kanan,
ngeseh, rebah kiri, tayung
kanan, tangan kanan di
atas kepala, kipas
mengarah ke samping
kiri, nyeledet kanan,
ngotag, kipek pojok kiri,
miles kanan, kipek kiri,
miles kanan, sogok kanan,
nyeledet kanan, ngambil
lamak, putar kanan,
angkat kaki kiri, ngeseh,
tayung kanan, ngambil
sayap, sledet kanan.
11
Idem Tiga penari melakukan
gerakan alternit ngambil
lamak, muter kanan,
angkat kaki kiri, ngeseh,
tayung kanan, ngambil
sayap, sledet kanan
sedangkan dua penari
dimulai dari angkat kaki
kiri, ngeseh, ngambil
lamak, muter, ngambil
sayap nyeledet kanan.
12
Idem Tiga penari melakukan
50
gerakan ngambil lamak,
putar kanan, angkat kaki
kiri, ngeseh, tayung
kanan, ngambil sayap,
nyeledet kanan sedangkan
dua penari dimulai dari
angkat kaki kiri, ngeseh,
ngambil lamak, putar,
ngambil sayap nyeledet
kanan.
13
Idem Kelima penari melakukan
gerakan putar di tempat
dengan posisi lurus,
tayung kaki kiri, ngeliput,
panjang tangan kiri, kipas
mengarah ke samping
kanan, tayung kiri, putar
kanan.
14
Bagian Pangecet.
Lampu general.
Kelima penari melakukan
gerakan maju kaki kanan,
tangan keduanya tekuk,
tutup kaki kiri, ngambil
sayap, nyeleog kanan,
kiri, maju kaki kanan,
sogok kiri, nyeledet 2x,
ngegol kanan, ngegol kiri
pandangan ke pojok
kanan, kiri, putar kanan,
nyeledet kiri, nyegut,
ngegol, sogok kanan,
nyregseg.
51
15
Idem Penari di pojok kanan dan
pojok kiri belakang,
melakukan gerakan
ngegol kanan, kiri
pandangan ke pojok
kanan, kiri, putar kanan,
nyeledet kiri, nyegut,
ngegol, sogok kanan,
nyregseg. Penari di center
stage melakukan gerakan
maju kaki kanan, tangan
keduanya tekuk, tutup
kaki kiri, ngambil sayap,
nyeleog kanan, kiri, maju
kaki kanan, sogok kiri,
nyeledet 2x, ngegol
kanan, kiri pandangan ke
pojok kanan, kiri, putar
kanan, miles kanan, loncat
1x.
16
Idem Satu penari berada di
center stage, dan keempat
penari berada di bawah
pojok kanan dan kiri
menghadap ke penari
satu. Satu penari ngegol,
loncat di tempat, miles
kanan, sogok kanan
nyeledet 2x dan keempat
penari melakukan gerakan
kedua tangan berada di
bawah, kepala ke samping
52
17
Layar hitam turun
Lampu polo pojok
kanan depan dan
pojok kiri belakang.
Kedua penari berada di
pojok kanan depan
melakukan gerakan miles
kiri, sledet 2x, ngegol,
putar kanan, sledet kiri,
sedangkan ketiga penari
berada di pojok kiri
belakang melakukan
gerakan bersimpuh
sampil ngotag, ngelayak
kanan, kiri, ngotag
sambil memegang sayap.
kanan, kesamping kiri,
ngotag, nyregseg.
53
18
Idem Kedua penari melakukan
gerakan nyregseg ke
pojok kiri depan
panggung, kedua penari
melakukan gerakan
ngegol, putar di tempat,
mengambil sayap
terbang, sedangkan satu
penari yang berada di
pojok kanan belakang
panggung, melakukan
gerakan ulap-ulap, maju
kedepan menunjukan
kemarahannya.
Sedangkan dua penari
menghadap ke pojok kiri
belakang panggung
dengan gerakan mundur
dan mengambil
sayapnya.
19
Idem Satu penari melakukan
gerakan terbang ke pojok
kiri belakang panggung
dan dua penari berputar
ke center stage.
54
20
Bagian Pangetog
Lampu warna
merah.
Kedua penari melakukan
gerakan angkat kaki kiri,
ngeseh, miles kanan,
miles kiri, rebah kanan,
rebah kiri, putar. Ketiga
penari berada dipojok
kiri belakang melakukan
gerakan rebah kanan
rebah kiri. Ketiga penari
di pojok kiri belakang
melakukan gerakan rebah
badan ke kanan, kiri
sambil memegang sayap.
21
Bagian Pasiat
Lampu warna
merah.
Miles agem kanan, ulap-
ulap, ngambil sayap,
terbang, berputar 2x,
pasiat, satu penari di
bawah, dan penari yang
satu di atas.
22
Idem Kedua penari menghadap
ke pojok, satu penari
bersimpuh, satu penari
berdiri. Satu penari
terjatuh tiga penari
terbang kepojok kanan
panggung menggunakan
gerakan ngeliput sambil
55
memegang salah satu
sayapnya.
23
Idem Ketiga penari ke
belakang sambil terbang
dan memegang sayap
sambil sesekali
menengok ke depan. Satu
penari di bawah
melakukan gerakan ulap-
ulap, sambil sesekali
menengok ke belakang
meminta pertolongan.
24
Idem Ketiga penari terbang ke
pojok kiri panggung dan
menolong burung yang
terjatuh untuk menyerang
burung yang berada di
pojok kanan depan,
burung tersebut akhirnya
terjatuh.
25
Idem Ketiga penari menyerang
burung yang berada di
pojok kanan depan
panggung dan akhirnya
burung tersebut terjatuh.
56
26
Idem Keempat penari terbang
menuju arah pojok kanan
panggung untuk
menyerang burung
pengganggu.
27
Lampu warna
merah.
Keempat penari
melakukan gerakan miles
kanan, ngotag, rebah
kanan, rebah kiri.
28
Layar hitam di
buka, lampu
general.
Kelima penari
menghadap ke belakang
panggung dengan
gerakan kedua tangan
lurus ke samping, kelima
penari menghadap ke
samping, melakukan
gerakan ngegol.
29
Bagian Pakaad
Lampu general.
Kelima penari melakukan
gerakan kompak ngotag,
sambil ngeliput kipas,
panjang tangan kiri, kipas
menghadap ke samping
kanan, panjang kiri,
tayung kaki kiri, ngeliput
sambil putar.
57
30
Idem Kedua penari masuk ke
wing samping kanan dan
samping kiri dan satu lagi
masuk ke gapura.
31
Lampu focus
Kedua penari melakukan
gerakan putar di tempat,
menghadap ke depan,
sambil memegang sayap,
ngotag.
4.7 Kostum danTata Rias
4.7.1 Kostum
Garapan ini menggunakan kostum palegongan, tetapi telah dimodifikasi
lagi sesuai dengan tema dari garapan. Dalam hal ini bagian demi bagian dari
kostum palegongan yang telah diwarisi secara tradisi itu pada dasarnya dibuat
sama. Warna dominan yang dipilih yaitu yang mendekati warna burung Titiran
(Perkutut). Maka dari itu diputuskan untuk memakai warna abu-abu, putih,
orange, dan hitam. Adapun tata busana yang digunakan terdiri dari :
- Gelungan Legong
- Subeng
- Baju strait tile panjang
- Kamen dari kain metris berwarna putih tepi berwarna hitam
58
- Angkin dari kain metris berwarna orange dan abu-abu
- Sesimping dari kulit
- Badong dari kulit
- Lamak dari kain berwarna emas dengan sedikit unsur hitam
- Gelang kana dari kulit
- Tutup dada berwarna emas
- Ampok-ampok dari kulit
- Sayap berwarna orange dan abu-abu
Gelungan yang digunakan terdiri dari :
- Petitis :hiasan dahi yang terbuat dari
kulit.
- Prekapat :hiasan gelungan yang
terletak pada bagian samping
kanan dan kiri gelungan.
- Ron-ronan :hiasan gelungan yang
terletak di samping kanan
dan kiri berbentuk seperti
daun.
- Bancangan :hiasan bunga yang berbentuk
kerucut.
- Udeng-udengan dan garuda mungkur :hiasan pada bagian belakang
gelungan yang disertai
hiasan berbentuk seperti
mulut burung garuda.
59
Gambar 3. Foto Kostum Tari (Tampak Depan)
Udeng- udengan
Bancangan
Prekapat
Badong
Tutup dada
Gelang kana
Ampok-ampok
Lamak
Kamen (kain)
Petitis
Subeng
Sesimping
Baju
Angkin
Sayap
60
Gambar 4. Foto Kostum Tari (Tampak Belakang)
Garuda mungkur
Ampok-ampok
61
4.7.2. Tata Rias
Tata rias yang digunakan dalam garapan ini adalah tata rias wajah, yang
bertujuan untuk merubah wajah yang alami menjadi wajah panggung. Disamping
itu rias wajah ini juga bertujuan untuk memperkuat ekspresi dan karakter, maka
rias panggung haruslah mendapat perhatian serius. Apabila dilihat dari jarak jauh
garis-garis muka penari haruslah ditebalkan seperti pada mata, alis, serta
pemakaian merah pipi atau (blush on) yang tepat, hal ini dapat mempengaruhi
nilai artistik yang ditampilkan oleh penari.
Secara umum tata rias wajah yang dipergunakan pada tari kreasi
palegongan Kapalanang Smara adalah tata rias putri halus dan sesuai dengan
karakter. Adapun bahan-bahan yang dipakai dalam penataan wajah ini adalah
sebagai berikut :
- Milk clenser digunakan untuk membersihkan kulit dari kotoran yang
menempel pada wajah.
- Alas bedak (foundation) digunakan untuk menutupi pori-pori wajah agar
dapat bertahan lebih lama dan bedak dapat menempel dengan baik.
- Bedak tabur warna merah digunakan untuk menghaluskan wajah.
- Perona pipi warna merah.
- Eye shadow warna kuning, merah, biru untuk mempertegas garis mata dan
memperjelas karakter.
- Eye shadow coklat untuk mempertegas garis hidung.
- Pensil alis warna hitam digunakan untuk membentuk dan memperjelas
garis alis.
62
- Eyeliner warna hitam digunakan untuk mempertegas garis mata bagian
atas dan bawah.
- Lipstik berwarna merah digunakan pada bibir untuk mencerahkan dan
memperjelas garis bibir.
Gambar 5. Foto Tata Rias Wajah
4.7.3 Properti
Selain tata rias dan busana yang digunakan masing-masing penari
menggunakan properti kipas yang merupakan identitas tari Legong.
63
Gambar 6. Foto Properti Kipas
4.8 Musik Iringan
Musik iringan tari adalah suatu elemen yang sangat penting dan tidak
dapat dipisahkan dengan gerak. Antara garapan tari dan musik tersebut diharapkan
saling mendukung, sehingga keluar masuknya gerak dan irama dapat dinikmati
oleh pelaku dan penonton. Tari kreasi palegongan Kapalanang Smara ini diiringi
oleh seperangkat gamelan Palegongan.
Musik iringan yang diciptakan berdasarkan dengan konsep garapan. Harus
diakui bahwa musik yang lahir lebih dulu dapat memberikan rangsangan gerak,
suasana, dan karakter yang berfungsi memberikan aksen terhadap gerakan.
Adapun seperangkat gamelan Palegongan yang dipergunakan adalah :
64
- Sepasang gender rambat.
- Sepasang gender barangan.
- Sepasang kendang lanang, wadon.
- Sepasang jublag
- Sepasang jegog.
- Empat buah gangsa jongkok.
- Empat buah gangsa gantung.
- Satu buah gong.
- Satu buah klemong.
- Satu buah klenang.
- Satu buah kajar.
- Satu buah kecek.
- Satu buah gentorag.
- Tujuh buah suling
- Satu buah rebab
65
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tari kreasi
palegongan Kapalanang Smara tercipta berdasarkan hasil pengamatan secara
langsung tentang karakteristik burung titiran yang dituangkan dalam bentuk tari
kreasi palegongan. Cerita ini mendapat inspirasi dari kehidupan nyata burung-
burung Titiran (Perkutut), yang secara kebetulan penata saksikan di daerah bekas
galian C Tukad Unda Kabupaten Klungkung. Cerita ini dimulai dari suasana sore
hari di hamparan aliran sungai yang berisi pepohonan yang cukup banyak, dimana
sepasang burung Titiran (Perkutut) turun dan hinggap di pinggir sungai yang
tenang untuk meminum air. Sambil meminum air, kedua pasangan burung
tersebut berkasih kasihan dengan isyarat dan bahasa yang sepertinya hanya
dimengerti oleh mereka. Ketika sedang asyik berkasih kasihan, tiba-tiba sepasang
burung itu dikejutkan oleh datangnya seekor burung Titiran lain yang hendak
memisahkan mereka. Salah satu burung mulai marah dan mengusir burung
penggangu. Akhirnya burung pengganggu yang juga merupakan burung Titiran
meninggalkan mereka dan pasangan tersebut terbang mencari tempat lain yang
lebih aman dan nyaman untuk mereka.
Tari Kapalanang Smara ditarikan oleh 5 orang penari wanita termasuk
penata sendiri. Melalui proses penjajagan, penata berusaha mencari 4 orang
pendukung tari dengan beberapa pertimbangan seperti mempunyai postur tubuh
yang sama, kualitas gerak dan karakter gerak yang seimbang dengan penata.
gerak-gerak lembut dan dinamis yang diwujudkan ke dalam sebuah tari kreasi
65
66
baru ini akan menampilkan penonjolan tentang karakteristik burung Titiran yang
memiliki sifat setia terhadap pasangannya. Dalam garapan ini ingin disampaikan
bagaimana gerak-gerik burung Titiran serta bagaimana sifat kesetiaanya pada
pasangan jika ada gangguan dari burung Titiran lain. Untuk mendukung suasana
tersebut digunakan tata lampu agar terlihat lebih hidup, serta tata rias, kostum dan
seperangkat gamelan palegongan sebagai penunjang penampilan garapan.
5.2 Saran-saran
Melalui penulisan ini, penata juga ingin menyampaikan saran yang dapat
bermanfaat bagi pembaca dan pihak-pihak lainnya, baik dalam penelitian maupun
dalam proses penggarapan karya seni berikutnya. Untuk memperoleh suatu hasil
yang maksimal, tentunya kita harus bekerja keras dan tidak mudah putus asa.
Dalam upaya meningkatkan sikap kreatif, hendaknya para koreografer muda
terutama dari kalangan akademik harus banyak melakukan apresiasi terhadap
karya-karya yang telah ada. Dengan demikian akan dapat memberikan suatu
tambahan pengetahuan serta perbandingan guna melahirkan ide-ide yang lebih
kreatif dan original.
67
Daftar pustaka
Bandem, I Made. Fredrik Eugene Deboer.1981. Kaja and Kelod: Balinese Dance
in Transition. Oxford University Press.
Bandem, I Made dan I Wayan Dibia. 1982/1983. Pengembangan Tari Bali.
Proyek Pengembangan Institut Kesenian Indonesia.
---------.1983. Ensiklopedi Tari Bali. Denpasar : Akademi Seni Tari Indonesia
Denpasar.
--------.1996.Evolusi Tari Bali. Kanisius : Yogyakarta.
Dibia, I Wayan. 1979. Sinopsis Tari Bali. Denpasar. Sanggar Waturenggong.
Dibia, I Wayan. 1999. Selayang Pandang Seni Pertunjukan Bali. Bandung:
Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.
Djelantik A. A. M.1999. Estetika Sebuah Pengantar, Bandung: Masyarakat Seni
Pertunjukan Indonesia (MSPI)
Djelantik A. A. M.. 1990. Pengantar Dasar Ilmu Estetika, Sekolah Tinggi Seni
Indonesia. Denpasar.
Galeri Bandung, hidayat. 1994. Pekan Apresiasi Legong. bengkel tari Ayu Bulan
bekerjasama dengan Studio Rumah pertunjukan Bandung.
Nengah Putu, I Gusti. 1909 Caka. Lontar Carcan Paksi Titiran. UPD Pusat
Dokumentasi Kebudayaan Bali.
Rota. I Ketut dkk. 1974/1985. Transformasi Wiracarita Mahabrata Dalam Seni
Pertunjukan Bali. Denpasar. Akademi Seni Tari Indonesia Denpasar
Soedarsono. 1986. Elemen-Elemen Dasar Komposisi Tari (terjemahan dari
Dances Composition, the Basic Elements oleh La Meri). Yogyakarta:
Lagaligo.
Sukraka. I Gde. 2010. Tata Teknik Pentas. Institut Seni Indonesia Denpasar.
Wahyu Dwi Widodo dan Eko M Nurcahyo. 2005. Penangkaran perkutut (titiran).
diterbitkan Penebar Swadaya, Jakarta.
Y. Sumandiyo Hadi. 1990. Mencipta Lewat Tari (Terjemahan Buku Creating
Through Dance karya Alma M. Hawkins). Yogyakarta: Institut Seni
Indonesia.
68
Zoet Mulder. P. J. dan Robson. S. O. 1995. Kamus Jawa Kuno Indonesia. Jakarta
: Gramedia Pustaka.
http://bio.undip.ac.id/sbw/sp_daftar_indo.htm
DAFTAR PENDUKUNG TARI DAN KARAWITAN
Nama Pendukung Tari :
1.Ni Wayan Siyentarini (Penata)
2.Ni Nyoman Ayu Kunti Aryani (Mahasiswa Jurusan Tari FSP ISI
Denpasar)
3.Ni Wayan Fajar Febriani (Mahasiswa Jurusan Tari FSP ISI
Denpasar)
4.Pande Luh Gede Nirmala Santi (Mahasiswa Jurusan Tari FSP ISI
Denpasar)
5.Ni Made Noviyantini (Mahasiswa Jurusan Pendidikan
Sendratasik ISI Denpasar)
Penata Karawitan :
I Ketut Sejena, S.Sn
Pendukung Karawitan :
Sekaa Gong Palegongan, Banjar Binoh Kaja, Denpasar
DAFTAR INFORMAN
Nama : I Wayan Sumantra
Umur : 57 Tahun
Pekerjaan : Pensiunan PNS
Alamat : Banjar Kawan Bangli
Nama : I Wayan Nuradiasa
Umur : 37 Tahun
Pekerjaan : Pegawai Honor
Alamat : Banjar Kawan Bangli
SUSUNAN PANITIA PELAKSANA UJIAN TUGAS AKHIR FAKULTAS
SENI PERTUNJUKAN ISI DENPASAR TAHUN 2013
Penanggung Jawab : I Ketut Garwa., S.Sn., M.Sn (Dekan)
Ketua Pelaksana : I Dewa Kt Wicaksana.,SSP., M.Hum (PD I)
Wakil Ketua : Ni Ketut Suryatini., S.SKar., M.Sn (PD II)
Dr. Ni Luh Sustiawati., M.Pd (PD III)
Sekretaris : Dra. A.A Istri Putri Yonari
Seksi-seksi
1. Sekretariat : I Nyoman Alit Buana., S.Sos (Koordinator)
Putu Sri Wahyuni Emawatiningsih., SE
Ni Made Astari., SE
I Gusti Ketut Gede
I Gusti Ngurah Oka Ariwangsa., SE
Putu Liang Piada., A.Md
2. Keuangan : Ni Ketut Suprapti
Gusti Ayu Sri Handayani., SE
3. Publikasi/Dokumentasi : Drs. Rinto Widiarto., M.Si (Koordinator)
Nyoman Lia Susanti.,SS., MA
Luh Putu Esti Wulaningrum., SS
I Made Rai Kariasa., S.Sos
Ketut Hery Budiana., A.Md
4. Konsumsi : I.A Agung Yuliaswathi Manuaba., SH
(Kordinator)
Ketut Bambang Ayu Widyani., SE
Putu Gede Hendrawan
I Wayan Teddy Wahyudi Permana., SE
5. Keamanan : H. Adi Sukimo., SH
6. Pagelaran
6.1. Operator Lighting,
Soundsystem, dan
Rekaman Audiovisual
: I Gusti Ngurah Sudibya., SST., M.Sn
(Koordinator)
I Made Lila Sardana., ST
I Nyoman Tri Sutanaya
I Ketut Agus Darmawan., A.Md
I Ketut Sadia Kariasa
6.2. Protokol : A.A.A. Ngurah Sri Mayun Putri., SST
(Koordinator)
Mahasiswa
6.3 Penanggung Jawab Tari : I Nyoman Cerita., SST., M.Fa
A.A Ayu Mayun Artati., SST., M.Si
6.4 Penanggung Jawab
Karawitan
: I Wayan Suharta., S.SKar., M.Si
Wardizal., S.Sen., M.Si
6.5 Penanggung Jawab
Pedalangan
: Drs. I Wayan Mardana., M.Pd
I Nyoman Sukerta., SSP., M.Si
6.6 Stage Manager : Ida Ayu Trisnawati., SST., M.Si
a. Asisten Stage Ni Wayan Mudiasih., SST., M.Si
Manager
b. Stage Crew I Gede Mawan., S.SKar., M.Si (Koordinator)
Ida Bagus Nyoman Mas., S.SKar
I Nyoman Pasek., S.SKar., M.Si
Ni Komang Sri Wahyuni., SST., M.Sn
I Wayan Suena., S.Sn
I Ketut Budiana., S.Sn
I Ketut Mulyadi., S.Sn
Ni Nyoman Nik Suasthi., S.Sn
I Nyoman Japayasa., S.Sn
7. Upakara/Banten : Ketut Adi Kusuma., S.Sn
Dekan
I Ketut Garwa., S.Sn., M.Sn
NIP. 19681231 199603 1 007
Daftar Pendukung Tari Dan Karawitan
Nama Pendukung Tari :
1.Ni Wayan Siyentarini (Penata)
2.Ni Nyoman Ayu Kunti Aryani (Mahasiswa Jurusan Tari FSP ISI Denpasar)
3.Ni Wayan Fajar Febriani (Mahasiswa Jurusan Tari FSP ISI Denpasar)
4.Pande Luh Gede Nirmala Santi (Mahasiswa Jurusan Tari FSP ISI Denpasar)
5.Ni Made Noviyantini (Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sendratasik
ISI Denpasar)
Penata Karawitan :
I Ketut Sejena, S.Sn
Pendukung Karawitan :
Sekaa Gong Palegongan, Banjar Binoh Kaja, Denpasar
Daftar Informan
Nama : I Wayan Sumantra
Umur : 57 Tahun
Pekerjaan : Pensiunan PNS
Alamat : Banjar Kawan Bangli
Nama : I Wayan Nuradiasa
Umur : 37 Tahun
Pekerjaan : Pegawai Honor
Alamat : Banjar Kawan Bangli
Dokumentasi Pementasan
Top Related