BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Penjualan Kredit
2.1.1.1 Pengertian Penjualan Kredit
Penjualan adalah proses dimana sang penjual memuaskan segala
kebutuhan dan keinginan pembeli agar dicapai manfaat baik bagi sang
penjual maupun sang pembeli yang berkelanjutan dan yang
menguntungkan kedua belah pihak (Nickels, 1998:10).
Menurut Joel G. Siegel dan Joe K. Shim yang diterjemahkan oleh
Moh.Kurdi, “Penjualan adalah Penerimaan yang diperoleh dari pengiriman
barang dagangan atau dari penyerahan pelayanan dalam bursa sebagai
barang pertimbangan.Pertimbangan ini dapat dalam benuk tunai peralatan
kas atau harta lainnya.Pendapatan dapat diperoleh pada saat penjualan,
karena terjadi pertukaran, harga jual dapat ditetapkan dan bebannya
diketahui”.
Penjualan kredit merupakan penjualan yang pembayarannya tidak
diterima sekaligus (tidak langsung luas).Pembayarannya bisa diterima
melalui dua tahap atau lebih. Penjualan kredit adalah metode penjualan
yang mana pembayarannya dilakukan pada akhir atau melalui tagihan dari
bank jika pihak konsumen akan menggunakan kartu kredit, atau penjualan
yang biasa maka pihak konsumen akan menagih kerumah konsumen
(Waluyo, 2004:105).
Pengertian kredit menurut Kohler (2000:154) bahwa kredit adalah
kemamampuan untuk melaksakan suatu pembelian atau mengadakan
suatu pinjaman dengan suatu janji pembayarannya akan dilakukan dan
ditangguhkan pada suatu janji pembayarannya akan dilakukan dan di
tangguhkan pada suatu jangka waktu yang disepakati.
Menurut Mulyadi (2008 : 202) “Penjualan adalah kenaikan aktiva
yang berasal dari penjualan barang dagangan atau produksi selama
periode tertentu yang merupakan kegiatan rutin perusahaan”. Kegiatan
penjualan terdiri dari transaksi penjualan barang atau jasa baik secara
kredit maupun tunai.Dalam transaksi penjualan tunai, barang atau jasa
baru diserahkan oleh perusahaan kepada pembeli jika perusahaan telah
menerima kas dari pembeli.
2.1.1.2 Hakikat Penjualan kredit
Kebutuhan manusia yang beraneka ragam dengan itu selalu
meningkat, sedangkan kemampuan untuk mencapai sesuai yang
diinginkannya itu terbatas. Hal ini menyebabkan memerlukan bantuan
untuk memenuhi hasrat dari cita-citanya. Dalam hal ini ia berusaha, maka
untuk meningkatkan usahanya atau untuk meningkatkan bantuan dalam
bentuk pemodalan. Dalam kehidupan sehari-hari kata kredit bukanlah
merupakan perkataan yang asing bagi masyarakat kita. Perkataan kredit
tidak saja dikenal oleh masyarakat dikota-kota besar tapi sampai didesa-
desapun kata kredit tersebut sudah sangat populer.
Menurut Soemarso SR, “Penjualan kredit adalah penjualan barang
dagang scara tidak tunai yang dicatat sebagai debit pada perkiraan
piutang dagang dan kredit pada perkiraan penjualan”.
Seseorang atau suatu badan yang memberikan kredit (kreditur)
percaya bahwa penerima kredit (debitur) pada masa yang akan datang
akan sanggup memenuhi segala yang telah dijanjikan. Apa yang telah
dijanjikan itu dapat berbentuk segala sesuatu yang telah dijanjikan itu
berbentuk sebagai berikut :
1. Barang terhadap Uang
2. Barang terhadap Jasa
3. Jasa terhadap Jasa
4. Jasa terhadap Barang
5. Uang terhadap Barang
Berdasarkan pendapat Thomas Suyatno,dkk. “Dengan diterimanya
kontraprestasi pada masa yang akan datang, maka jelas terganbar bahwa
kredit dalam arti ekonomi adalah penundaan pembayaran dari prestasi
yang diberikan sekarang, baik dalam bentuk barang, uang maupun jasa.
Disini terlihat pula bahwa faktor waktu merupakan faktor utama yang
memisahkan prestasi dan kontraprestasi”.
Dengan demikian kredit itu dapat pula berarti bahwa pihak kesatu
memberikan prestasi baik berupa barang, uang atau jasa kepada pihak
lain, sedangkan kontraprestasi akan diterima kemudian dalam jangka
waktu tertentu.
2.1.1.3 Fungsi-Fungsi Penjualan Kredit
Pada dasarnya fungsi pokok dari kredit adalah untuk pemenuhan
jasa pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat (to Service the Society)
dalam rangka mendorong dan melancarkan perdagangan, Produksi dan
jasa-jasa bahkan konsumsi,yang kesemuanya itu ditujukan untuk
meningkatkan taraf hidup manusia.
Menurut Mulyadi( 1997:213) fungsi yang terkait dalam sistem
penjualan kredit adalah:
a. Fungsi Penjualan
Dalam transaksi penjualan kredit,fungsi ini bertanggung jawab untuk
menerima surat oder dari pembeli,mengedit order dari pembeli, mengedit
order dari pelanggan untuk menambahkan informasi yang belum ada pada
surat order tersebut,meminta otoritas kredit, menentukan tanggal
pengiriman dari gunang mana yang akan dikirim, dan mengisi surat order
pengiriman.
b. Fungsi Kredit
Fungsi ini berada dibawah fungsi keuangan yang dalam transaksi
penjualan kredit bertanggung jawab untuk meneliti status kredit
pellanggan dan memberikan otorisasi pemberian kredit kepada
pelanggan.
c. Fungsi Gudang
Dalam transaksi penjualan kredit fungsi ini bertanggung jawab untuk
menyimpan barang dan menyiapkan barang yang dipesan
olehpelanggan, serta menyerahkan barang kefungsi pengiriman.
d. Fungsi Pengiriman
Dalam transaksi penjualan kredit, fungsi ini berttanggung jawab untuk
menyerahkan barang atas dasar surat order pengiriman yang
diterimanya dari fungsi penjualan, fungsii ini bertanggung jawab untuk
menjamin bahwa tidak ada barang yang keluar dari perusahaan tanpa
ada otorisasi dari yang berwenang
e. Fungsi Penagihan
Dalam transaksi penjualan kredit , fungsi ini bertanggung jawab untuk
membuat dan mengirimkan faktur penjualan kepada pelanggan, serta
menyediiakan copy faktur bagi kepentingan pencatatan transaksi
penjualan oleh fungsi akuntasi.
f. Fungsi Akuntansi
Dalam transaksi penjualan kredit, fungsi ini bertanggung jawab untuk
mencatat piutang yang timbul dari transaksi penjualan kredit dan
membuat serta mengirimkan pernyataan piutang kepada para debitur,
serta membuat lapotan penjualan.
2.1.1.4Faktor-Faktor yang harus Diperhatikan Dalam Penjualan Kredit
Berdasarkan perkembangan akan beban dan manfaat beberapa
faktor yang harus diperhatikan dalam melakukan penjualan kredit
(baridwan 1998:158) yakni:
1. Besarnya pembayaran pertama (down payment)harus cukup untuk
menutup semua kemungkinan terjadinya penurunan harga barang
tersebut dari semua barang baru menjadi barang bekas.
2. Jangka waktu pwmbayaran antara angsuran yang satu dengan yang lain
hendaknya tidak terlalu lama, kalo dapat tidak lebih satu bulan.
Syarat-syarat dalam penjualan kredit memiliki berbagai persyaratan
yang biasanya persyaratan tersebut ditentukan oleh pihak perusahaan
yaitu (a) Memiliki uang jaminan berupa uang muka, (b) Membayar uang
muka,(c) Memiliki identitas diri yang jelas, dan (d)Adanya batas waktu
yang ditentukan.
2.1.2 Pengertian Piutang
Piutang merupakan harta perusahaan atau koperasi yang timbul
karena terjadinya transaksi penjualan secara kredit atas barang dan jasa
yang dihasilkan oleh perusahaan.
Menurut Rusdi Akbar (2004:199) menyatakan bahwa pengertian
piutang meliputi semua hak atau klaim perusahaan pada organisasi lain
untuk menerima sejumlah kas, barang, atau jasa di masa yang akan
datang sebagai akibat kejadian pada masa yang lalu.
Menurut Warren Reeve dan Fess (2005:404) menyatakan bahwa
yang dimaksud dengan piutang adalah sebagai berikut : ”Piutang meliputi
semua klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya, termasuk
individu, perusahaan atau organisasi lainnya”.
Menurut Mohammad Muslich (2003:109) mengemukakan yang
dimaksud dengan piutang adalah sebagai berikut : ”Piutang terjadi karena
penjualan barang dan jasa tersebut dilakukan secara kredit yang
umumnya dilakukan untuk memperbesar penjualan”.
Sedangkan menurut M.Munandar (2006:77) yang dimaksud dengan
piutang adalah sebagai berikut : ”Piutang adalah tagihan perusahaan
kepada pihak ain yang nantinya akan dimintakan pembayarannya
bilamana telah sampai jatuh tempo”.
Dari beberapa definisi yang telah diungkapkan diatas,dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud dengan piutang adalah semua tuntutan atau
tagihan kepada pihak lain dalam bentuk uang atau barang yang timbul dari
adanya penjualan secara kredit
Dalam penyelenggaraan pasar bagi perekonomian dewasa ini
banyak perusahan melakukan penjualan produk atau jasa secara kredit.
Hal ini berarti bahwa pada saat terjadi transaksi atau menjual tersebut,
perusahaan tidak menerima uang kas (tunai) tetapi pembayaran produk
atau jasa itu ditunda pelaksanaannya untuk jangka waktu tertentu yamg
telah ditentukan oleh perusahaan berdasarkan syarat- syarat tertentu.
Senada dengan hal tersebut, Bambang Riyanto dalam, Mujati Suaidah
(2008:6) mengemukakan bahwa penjualan kredit tidak segera
menghasilkan penerimaan kas, tetapi menimbulkan piutang langganan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa penjualan yang ditimbulkan secara
kredit menimbulkan lahirnya piutang.
Selanjutnya untuk menjelaskan pengertian piutang penulis
mengutip definisi yang diajukan oleh Martono dan Agus Harjito (2008:95)
adalah sebagai berikut “piutang dagang adalah tagihan perusahaan
kepada pelanggan atau pihak lain yang membeli produk perusahaan.
Indriyo Gitosudarmo dalam Parlindungan Dongoran (2009:61),
piutang adalah aktiva atau kekayaan perusahaan yang timbul dari adanya
praktek penjualan kredit. Dari pengertian diatas maka piutang adalah
aktiva yang dimiliki perusahaan yang timbul dari adanya penjualan kredit.
Penyajian piutang dineraca menurut Mulyadi (2002:88) adalah
sebagai berikut:
1. piutang usaha harus disajikan dineraca jumlah yang diperkirakan
dapat ditagih dari debitur pada tanggal neraca. Piutang usaha
disajikan dineraca dalam jumlah bruto dikurangi dengan taksiran
kerugian kerugian tidak tertagihnya piutang.
2. Jika perusahaan tidak membentuk cadangan kerugian piutang
usaha,harus dicantumkan pengungkapannya dineraca bahwa saldo
piutang usaha terserbut adalah jumlah bersih (netto).
3. Jika piutang usaha bersaldo material pada tanggal neraca, harus
disajikan rinciannya dineraca.
4. Piutang usaha bersalo kredit (terdapat didalam kartu piutang) pada
tanggal neracaharus disajikan dalam kelompok utang lancar.
5. Jika jumlahnya material, piutang non usaha hharus disajikan
terpisah dari piutang usaha.
Berdasrkan pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pitang usaha adalah piutang yang timbul dari kegiatan usaha
perusahaan yaitu penjualan kredit.
2.1.2.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Piutang
Piutang Merupakan aktiva yang penting dalam perusahaan dan
dapat menjadi bagian yang besar dari likuiditas perusahaan. Besar
kecilnya piutang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut
diantaranya adalah seperti yang dikemukakan oleh Bambang Riyanto
(2001:85-87) sebagai berikut :
a. Volume Penjualan Kredit
Makin besar proporsi penjualan kredit dari keseluruhan penjualan
memperbesar jumlah investasi dalam piutang. Dengan makin besarnya
volume penjualan kredit setiap tahunnya bahwa perusahaan itu harus
menyediakan investasi yang lebih besar lagi dalam piutang. Makin
besarnya jumlah piutang berarti makin besarnya resiko, tetapi bersamaan
dengan iu juga memperbesar profitability.
b. Syarat Pembayaran Penjualan Kredit
Syarat pembayaran penjualan kredit dapat bersifat ketat atau lunak.
Apabila perusahaan menetapkan syarat pembayaran yang ketat berarti
bahwa perusahaan lebih mengutamakan keselamatan kredit daripada
pertimbangan profitabilitas. Syarat yang ketat misalnmya dalam bentuk
batas waktu pembayaran yang pendek, pembebanan bunga yang berat
pada pembayaran piutang yang terlambat.
c. Ketentuan Tentang Pembatasan Kredit
Dalam penjualan kredit perusahaan dapat menetapkan batas maksimal
atau plafond bagi kredit yang diberikan kepada para langganannya. Makin
tinggi plafond yang ditetapkan bagi masing-masing langganan berarti
makin besar pula dana yang diinvestasikan dalam piutang. Sebaliknya,
jika batas maksimal plafond lebih rendah, maka jumlah piutang pun akan
lebih kecil.
d. Kebijaksanaan Dalam Mengumpulkan Piutang
Perusahaan dapat menjalankan kebijaksanaan dalam pengumpulan
piutang secara aktif atau pasif. Perusahaan yang menjalankan
kebijaksanaan secara aktif, maka perusahaan harus mengeluarkan uang
yang lebih besar untuk membiayai aktivitas pengumpulan piutang, tetapi
dengan menggunakan cara ini, maka piutang yang ada akan lebih cepat
tertagih, sehingga akan lebih memperkecil jumlah piutang perusahaan.
Sebaliknya, jika perusahaan menggunakan kebijaksanaan secara pasif,
maka pengumpulan piutang akan lebih lama, sehingga jumlah piutang
perusahaan akan lebih besar.
e. Kebiasaan Membayar Dari Para Langganan
Kebiasaan para langganan untuk membayar dalam periode cash
discount akan mengakibatkan jumlah piutang lebih kecil, sedangkan
langganan membayar periode setelah cash discount akan mengakibatkan
jumlah piutang lebih besar karena jumlah dana yang tertanam dalam
piutang lebih lama untuk menjadi kas.
2.1.2.2Perputaran Piutang
Kelancaran penerimaan piutang dan pengukuran baik tidaknya
investasi dalam piutang dapat diketahui dari tingkat perputarannya.
Perputaran piutang adalah masa-masa penerimaan piutang dari suatu
perusahaan selama periode tertentu. Piutang yang terdapat dalam
perusahaan akan selalu dalam keadaan berputar. Perputaran piutang
akan menunjukkan berapa kali piutang yang timbul sampai piutang
tersebut dapat tertagih kembali ke dalam kas perusahaan. Definisi
perputaran piutang dikemukakan oleh beberapaahli berikut ini :
Menurut S.Munawir (2002:75) memberikan keterangan bahwa
posisi piutang dan taksiran waktu pengumpulannya dapat dinilai dengan
menghitung tingkat perputaran piutang tersebut (turn over receivable),
yaitu dengan membagi total penjualan kredit (netto) dengan piutang rata-
rata.Sedangkan menurut Bambang Riyanto (2001:90) menyatakan bahwa
tingkat perputaran piutang (receivable turn over) dapat diketahui dengan
membagi jumlah credit sales selama periode tertentu dengan jumlah rata-
rata piutang (average receivable)
Dari pengertian yang telah diuraikan diatas, dapat disimpulkan bahwa
perputaran piutang terdiri dari dua variabel yaitu total penjualan kredit dan
rata-rata piutang.
Pengertian perputaran piutang menurut Syamsudin (2001:254)
adalah sebagai berikut:
“perputaran piutang merupakan rasio perbandingan antara jumlah
penjualan kredit selama periode tertentu dengan piutang rata-rata (piutang
awal ditambah piutang akhir dibagi dua)”.
Perputaran piutang dalam suatu perusahaan tergantung dari
bagaimana sbuah perusahaan mengaturnya dan tingkatan sebesar apa
perusahaan tersebut menjual produknya secara kredit. Semakin banyak
produk barang maupun jasa yang di jual secara kredit ,maka kemungkinan
besar akan memprlambat pada tingkat perputaran piutang begitupun
sebaliknya.
1.1.2.3 Mengukur Perputaran Piutang
Piutang yang diberikan kepada para pelanggan tentunya harus bisa
membandingkan manfaat bagi perusahaan. Untuk itu perlu diketahui
efisiensi piutang tersebut. Untuk mengukur tingkat efisiensi piutang
bisa digunakan dua ukuran yakni tingkat perputaran piutang atau rata-
rata piutang terkumpulnya piutang. Semakin tinggi tingkat perputaran
piutang semakin efisien piutang tersebut atau semakin cepat piutang
dibayar efisien, (Prastowo, 2008)
Menurut Sutrisno (2009 : 57) Piutang Sebagai salah satu elemen
modal kerja dalam keadaan berputar. Tingkat perputaran piutang
tergantung dari syarat pembayaran yang diberikan oleh perusahaan.
Makin lama syarat pembayarannya semakin lama dana terikat dalam
piutang, yang berarrti semakin rendah tingkat perputaran piutang.
Tingkat perputaran piutang atau receivable turnover dapat diketahui
dengan cara membagi jumlah kredit dengan jumlah rata-rata piutang.
Berdasarkan uraian diatas maka perputaran piutang dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Menurut Riyanto (2001) dalam Ridwan (2009) perputaran piutang
(Receivable Turnover) dapat diketahui dengan membagi penjualan kredit
Piutang awal + piutang akhir Rata-rata piutang= 2
Penjualan / Pendapatan Perputaran piutang= Rata-rata piutang
selama peride tertentu dengan jumlah rata-rata piutang (average
Receivable) pada peride tertentu.
Tingkat perputaran piutang dapat digunakan sebagai gambaran
keefektivan pengelolaan piutang karena semakin tinggi tingkat perputaran
piutang suatu perusahaan berarti semakin baik pengelolaan piutangnya.
2.1.3 Pengertian Laba
Laba merupakan suatu konsep akuntansi yang memiliki berbagai
sudut pandang, tergantung dari siapa yang menilai dan bagaimana tujuan
penilaiannya tersebut. Oleh karena itu, para ahli dan organisasi akuntansi
memberikan definisi berbeda tentang konsep laba yaitu sebagai berikut :
“Laba merupakan suatu pos dasar dan penting dari ikhtisar
keuangan yang merniliki berbagai kegunaan dalam berbagai konteks.
Laba pada umumnya dipandang sebagai suatu dasar bagi perpajakan,
determinan pada kebijakan pembayaran dividen, pedoman investasi, dan
pengambilan keputusan, dan unsur prediksi. (Belkaoui : 1993)”
Laba sebagai jumlah yang berasal dari pengurangan harga pokok
produksi, biaya lain dan kerugian dari penghasilan atau penghasilan
operasi. (Commite On Terminology, Sofyan Syafri H : 2004)
Laba adalah pengambilan atas investasi kepada pemilik. Hal ini
mengukur nilai yang dapat diberikan oleh entitas kepada investor dan
entitas masih memiliki kekayaan yang sama dengan posisi
awalnya. (Stice, Skousen : 2009)
Laba merupakan jumlah residual yang tertinggal setelah semua
beban (termasuk penyesuaian pemeliharaan modal, kalau ada)
dikurangkan pada penghasilan. Kalau beban melebihi penghasilan, maka
jumlah residualnya merupakan kerugian bersih. (Ikatan Akuntan Indonesia
: 2007)
Laba atau keuntungan dapat didefinisikan dengan dua cara. Laba
dalam ilmu ekonomi murni didefinisikan sebagai peningkatan kekayaan
seorang investor sebagai hasil penanam modalnya, setelah dikurangi
biaya-biaya yang berhubungan dengan penanaman modal tersebut
(termasuk di dalamnya, biaya kesempatan).Sementara itu, laba dalam
akuntansi didefinisikan sebagai selisih antara harga penjualan dengan
biaya produksi.Perbedaan diantara keduanya adalah dalam hal
pendefinisian biaya.(Wikipedia).
Laba merupakan elemen yang paling menjadi perhatian pemakai
karena angka laba diharapkan cukup kaya untuk merepresentasi kinerja
perusahaan secara keseluruhan.Akan tetapi, teori akuntansi sampai saat
ini belum mencapai kemantapan dalam pemaknaan dan pengukuran laba.
Oleh karena itu, berbeda dengan elemen statemen keuangan lainnya,
pembahasan laba meliputi tiga tataran, yaitu : semantik, sintaktik, dan
pragmatik.
2.1.3.1 Tujuan Pelaporan Laba dan Fungsi perhitungan Laba
2.1.3.1.1 Tujuan Pelaporan Laba
Salah satu tujuan pelaporan keuangan adalah memberikan
informasi keuangan yang dapat menunjukan prestasi perusahaan dalam
menghasilkan laba (earning per share). Dengan konsep yang selama ini
digunakan diharapkan para pemakai laporan dapat mengambil keputusan
ekonomi yang tepat sesuai dengan kepentingannya. Meskipun konsep
laba yang digunakan diharapkan mampu memenuhi kebutuhan para
pemakai, namun adanya berbagai konsep dan tujuan laba, mengakibatkan
konsep laba tunggal tidak dapat memenuhi semua kebutuhan pihak
pemakai laporan. Atas dasar kenyataan ini ada dua alternatif yang dapat
digunakan yaitu memformulasikan konsep laba tunggal untuk memenuhi
berbagai tujuan secara umum atau menggunakan berbagai konsep laba
dan menyajikan secara jelas konsep laba tersebut secara khusus.
2.1.3.1.1 Fungsi perhitungan Laba
Perolehan laba perlu diketahui karena merupakan informasi penting
dalam suatu laporan keuangan. Laba yang secara umum dihitung
berdasarkan selisih lebih pendapatan dan biaya diharapkan dapat
digunakan sebagai berikut :
1) Indikator efisiensi penggunaan modal atau biaya
2) Pengukur prestasi atau kinerja management
3) Alat motivasi bagi management dalam pengelolaan perusahaan
4) Dasar penentuan besarnya pengenaan pajak
5) Dasar penghitungan deviden
6) Dasar pembagian kompensasi dan bonus
7) Pedoman dalam menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan
8) Dasar peramalan kondisi perusahaan di masa yang akan datang
2.1.3.2 Kualitas Informasi Laba
M. Yusuf, dkk (2002) menyebutkan bahwa informasi laba harus
dilihat dalam kaitannya dengan persepsi pengambilan keputusan. Karena
kualitas informasi laba ditentukan oleh kemampuannya memotivasi
tindakan individu dan membantu pengambilan keputusan yang efektif. Hal
ini didukung oleh FASB yang menerbitkan SFAC No. 1 yang menganggap
bahwa laba akuntansi merupakan pengukuran yang baik atas prestasi
perusahaan dan oleh karena itu laba akuntansi hendaknya dapat
digunakan dalam prediksi arus kas dan laba di masa yang akan datang.
Berdasarkan latar belakang tersebut, Hendriksen dalam bukunya
Accounting Theory edisi kelima (1992:338) menetapkan tiga konsep
dalam usaha mendefinisikan dan mengukur laba menuju tingkatan
bahasa. Adapun konsep-konsep tersebut meliputi:
1. Konsep Laba pada Tingkat Sintaksis (Struktural)
Pada tingkat sintaksis konsep income dihubungkan dengan konvensi
(kebiasaan) dan aturan logis serta konsisten dengan mendasarkan pada
premis dan konsep yang telah berkembang dari praktik akuntansi yang
ada. Terdapat dua pendekatan pengukuran laba (income measurement)
pada tingkat sintaksis, yaitu: Pendekatan Transaksi dan Pendekatan
Aktiva.
2. Konsep Laba pada Tingkat Sematik (Interpretatif)
Pada konsep ini income ditelaah hubungannya dengan realita ekonomi.
Dalam usahanya memberikan makna interpretatif dari konsep laba
akuntansi (accounting income), para akuntan seringkali merujuk pada dua
konsep ekonomi. Kedua konsep ekonomi tersebut adalah Konsep
Pemeliharaan Modal dan Laba sebagai Alat Ukur Efisiensi.
3. Konsep Laba pada Tingkat Pragmatis (Perilaku)
Pada tingkat pragmatis (perilaku) konsep income dikaitkan dengan
pengguna laporan keuangan terhadap informasi yang tersirat dari laba
perusahaan. Beberapa reaksi usaha users dapat ditunjukkan dengan
proses pengambilan keputusan dari investor dan kreditor, reaksi harga
surat terhadap pelaporan income atau reaksi umpan balik (feedback) dari
manajemen dan akuntan terhadap income yang dilaporkan.
2.1.3.3 Pengukuran & Pengakuan Laba
Pengukuran terhadap laba merupakan penentuan jumlah rupiah
laba yang dicatat dan disajikan dalam laporan keuangan. Pengukuran
besarnya laba sangat tergantung pada besarnya pendapatan dan biaya.
Karena laba adalah bagian dari pendapatan, maka konsep penghimpunan
an realisasi pendapatan juga berlaku untuk laba. Dengan demikian
perlakuan akuntansi terhadap laba tidak akan menyimpang dari perlakuan
akuntansi terhadap pendapatan.
Oleh karena laba merupakan selisih antara pendapatan dan biaya,
secara umum laba diakui sejalan dengan pengakuan pendapatan dan
biaya. Dalam Konsep Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan, IAI (1994) menyebutkan bahwa:penghasilan (income) akan
diakui apabila kenaikan manfaat ekonomi di masa mendatang yang
berkaitan dengan peningkatan aktiva atau penurunan kewajiban telah
terjadi dan jumlahnya dapat diukur dengan andal.
Secara konseptual ada tiga pendekatan yang dapat digunakan
untuk mengukur laba. Pendekatan tersebut adalah pendekatan transaksi,
pendekatan kegiatan dan pendekatan mempertahankan capital
maintenence.
1. Pendekatan Transaksi
Pendekatan transaksi menganggap bahwa perubahan aktiva / hutang
(laba) terjadi hanya karena transaksi, baik internal maupun eksternal.
Transaksi eksternal timbul karena adanya transaksi yang melibatkan
perubahan aktiva /hutang dengan pihak luar perusahaan. Transaksi
internal timbul dari pemakaian atau konversi aktiva dalam perusahaan.
Pada saat transaksi eksternal terjadi, nilai pasar dapat dijadikan dasar
untuk mengakui pendapatan. Transaksi internal berasal dari perubahan
nilai, yaitu perubahan nilai dari pemakaian atau konversi aktiva. Apabila
konversi telah terjadi, maka nilai aktiva lama akan diubah menjadi aktiva
baru.konsep atau pendekatan ini sama dengan konsep realisasi
pendapatan.
Pendekatan ini memiliki beberapa kebaikan yaitu :
1. Komponen laba dapat dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara.
Misalnya : atas dasar, produk /konsumen.
2. Laba operasi dapat dipisahkan dari laba non operasi.
3. Dapat dijadikan dasar dalam penentuan tipe dan kuantitas aktiva
dan hutang yang ada pada akhir periode.
4. Efisiensi usaha memerlukan pencatatan transaksi external untuk
berbagai tujuan.
5. Berbagai laporan dapat dibuat dan dikaitkan antara laporan yang
satu dengan yang lainnya.
2. Pendekatan Kegiatan
Laba dianggap timbul bila kegiatan tertentu telah dilaksanakan. Jadi laba
bisa timbul pada tahap perencanaan, pembelian, produksi, penjualan dan
pengumpulan kas. Dalam penerapannya, pendekatan ini merupakan
perluasan dari pendekatan transaksi. Hal ini disebabkan pendekatan
kegiatan dimulai dengan transaksi sebagai dasar pengukuran.
Perbedaannya adalah bahwa pendekatan transaksi didasarkan pada
proses pelaporan yang mengukur transaksi dengan pihak luar.
Sementara pendekatan kegiatan didasarkan pada konsep peristiwa/
kegiatan dalam arti luas, tidak dibatasi pada kegiatan dengan pihak luar.
Meskipun demikian keduanya gagal menunjukan pengukuran laba dalam
dunia nyata. Hal ini disebabkan dua pendekatan tersebut di dasarkan
pada hubungan struktural yang sama yang tidak ada dalam dunia nyata.
Kebaikan pendekatan kegiatan adalah :
1) Laba yang berasal dari produksi dan penjualan barang memerlukan
jenios evaluasi dan prediksi yang berbeda dibandingkan laba yang berasal
dari pembelian dan penjualan surat berharga yang ditukar pada usaha
memperoleh capital gain.
2) Effisiensi manajemen dapat diukur dengan lebih baik bila laba
diklasifikasikan menurut jenis kegiatan yang menjadi tanggung jawab
manajemen.
3) Memungkinkan prediksi yang lebih baik karena adanya perbedaan
pola perilaku dari jenis kegiatan yang berbeda.
3. Pendekatan Mempertahankan Kemakmuran (Capital Maintenance Concept)
Atas dasar pendekatan ini, laba diukur dan diakui setelah kapital awal
dapat dipertahankan. Sebelum membahas pengukuran laba atas dasar
konsep mempertahankan kemakmuran/kapital, akan dibicarakan lebih
dahulu mengenai konsep laba dan kapital.
2.2 Kajian Penelitian Yang Relevan
Berikut ini adalah hasil penelitian sebelumnya yang menjadi perimbangan
dan acuan penulis,yaitu sebagai berikut :
Tabel 1
N
o
Nama
penelitian
Judul penelitian Jenis
variable
Metode
variable
Hasil penelitian
1 Hariyanto
(surabaya)
Pengaruh sistem
Penjualan Kredit
terhadap
peningkatan
omset
penjualanpada
PT. Pilar Mas
Motor .
Sistem
penjualan
kredit dan
peningkatan
Omset
Kuantitatif Hasilpenelitian
menunjukan bahwa:
menunjukan adanya,
pengaruh antara
sistem penjualan
kredit dengan
peningkatan Omset
2 wijaya
(surakarta)
Pengaruh
penjualan kredit
dalam usaha
meningkatkan
pendapatan pada
dealer yamaha
harpindo jaya
purwodadi.
Penjualan
kredit dan
peningkatan
pendapatan
Kuantitatif Adanya
pengaruhantara
penjualan
Kreditdan
peningkatan
pendapatan.
3
Lisnawati
(2013)
Tasikmalaya
pengaruh harga
penjualan kredit
terhadap volume
penjualan sepeda
motor honda
vario pt. agung
jaya
Penjualam
kredit dan
volume
penjualan
kuantitatif Harga penjualan
kredit yang
dilakukan
PT.Agungjaya
mempunyai
hubungan yang
sangat kuat dengan
volume penjualan
sepeda motor
honda.
4
Emiq
(BEI)
Pengaruh
penjualan kredit
dan perputaran
piutang terhadap
laba bersih pada
perusahaan
industri barang
konsumsi yang
terdaftar di BEI
Penjualan
kredit,
perputaran
piutang dan
laba
Kualitatif Adanya pengaruh
antara penjualan
kredit, perputaran
piutang terhadap
laba bersih
5
HestiRahmas
ari
(BEI)
pengaruh
perputaran kas,
perputaran
piutang,
perputaran
persediaan
terhadap laba
usaha
pada perusahaan
dagang yang
terdaftar
di bursa efek
indonesia
perputaran
kas,
perputaran
piutang,
perputaran
persediaan
dan Laba
Kualtatif Adanya pengaruh
antara perputaran
kas, perpuaran
piutang, perputaran
persediaan terhadap
laba
2.3 Kerangka Pikir
Piutang muncul karena pperusahaan melakkan penjualan secara
kredit untuk meningkatkan volume usahanya. Riyanto (2001:90)
menyatakan menyatakan perutaran piutang menunjukan peride terikatnya
modal kerja dalam piutang dimana semakin cepat peride berputarnya
menunjukan semakin besar perusahaan mendapatkan keuntungan dari
penjualan kredit tersebut. Sehingga laba perusahaan juga meningkat.
Penjualan kredit dan perputaran piutang akan menguntungkan
perusahaan karena lebih menarik bagi calon pembeli sehingga volume
penjualan meningkatkan yang berarti menaikkan pendapatan atau laba
perusahaan. Dilain pihak penjualan secara kredit seringkali mendatangkan
kerugiaan, yaitu apabila si debitur tidak mau atau tidak mampu
melaksanakan kewajibannya. Kerugian ini dalam akuntansi dikenal
dengan berbagi nama, seperti kerugian piutang, biaya piutang tak tertagih
dan biaya piutang ragu-ragu.
Tujuan perusahaan melakukan penjualan kredit, diantaranya
adalah untuk menaikkan omset penjualan dan tujuan lain dari penjualan
kredit yaitu terjaadinya perputaran piutang perusahaan kepada
langganan, Tetapi penjualan secara kredit ini juga mengandung resiko
bagi penjualyaitu bila pelanggan atau pembeli tidak membayar, maka
kerugian tersebut dinamakan kerugian piutang. Dalam akuntansi, kerugian
akibat piutang tak dapat ditagih dicatat dengan mendebet rekening
kerugian piutang.Kerugian semacam itu dalam dunia usaha dianggap
sebagai hal yang normal dan merupakan resiko yang sudah selayaknya
bagi perusahaan yang melakukan penjualan kredit. Ditinjau dari sudut
pandang manajemen, adanya kerugian piutang dalam jumlah yang wajar
menunjukkan bahwa kebijakan kredit yang ditetapkan perusahaan sudah
tepat, kerugian piutang yang terlalu rendah memberi petunjuk bahwa
kebijkan kredit perusahaan terlalu ketat, sebaliknya kerugian piutang yang
terlalu tinggi dapat diartikan bahwa kebijakan kredit perusahaan terlalu
longgar. Berdasarkan uraian diatas dapat digambarkan kerangka berfikir
sebagai berikut:
Gambar 1 Kerangka Berfikir
Penelitian terdahulu 1. Pengaruh sistem Penjualan
Kredit terhadap peningkatan omset penjualanpada PT. Pilar Mas Motor
2. Pengaruh penjualan kredit dalam usaha meningkatkan pendapatan pada dealer yamaha harpindo jaya purwodadi.
3. pengaruh harga penjualan kredit terhadap volume penjualansepedamotor honda vario pt. agung jaya .
4. Pengaruh penjualan kredit dan perputaran piutang terhadap laba bersih pada perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI
Dasar teori Penjualan kredit adalah metode
penjualan yang mana pembayarannya dilakukan pada akhir atau melalui tagihan dari bank jika pihak konsumen akan menggunakan kartu kredit, atau penjualan yang biasa maka pihak konsumen akan menagih kerumah konsumen (Waluyo, 2004:105).
Menurut Warren Reeve dan Fess (2005:404) menyatakan bahwa yang dimaksud denganpiutang adalah sebagai berikut : ”Piutang meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya, termasuk individu, perusahaan atau organisasi lainnya”.
Menurut Baridwan (2010:1) bahwa
pendapatan adalah aliran masuk harta-harta (aktiva) yang timbul dari penyerahan barang atau jasa yang dilakukan oleh suatu unit usaha selama satu periode tertentu.
Diduga penjualan kredit dan perputaran piutang berpengaruh pada peningkatan laba pada perusaahaan yang terdaftar pada BEI
Variabel X: Penjualan kredit dan Perputarran piutang
Variabel Y: Peningkatan pendapatan
2.4 Hipotesis
Menurut Sugiyono (2012:93) Hipotesis adalah merupakan jawaban
sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara,
karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada fakta-fakta empiris
yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat
dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah
penelitian, belum jawaban yang empirik.
Hipotesis dari penelitian ini berdasarkan rumusan masalah yang
dikemukakan sebelumnya dan tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai
berikut:
1. Penjualan kredit secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
peningkatan laba usaha.
2. Perputaran piutang secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap peningkatan laba usaha.
3. Penjualan kredit dan Perputaran piutang secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap peningkatan laba usaha.
Top Related