KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL
PROVINSI SULAWESI TENGGARA
TRIWULAN II 2015
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI SULAWESI TENGGARA
Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:
www.bi.go.id/web/id/Publikasi/
Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi:
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA SULAWESI TENGGARA
Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan
Jl. Sultan Hasanudin No. 150 Kendari
No. Telp. (0401) 3121655; No. Fax.(0401)3122718
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara i
Kata
Pengantar
Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) disusun
setiap triwulan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara, mencakup aspek
pertumbuhan ekonomi, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses
keuangan, sistem pembayaran dan pengelolaan uang, ketenagakerjaan dan kesejahteraan
masyarakat, serta prospek perekonomian ke depan. Kajian ekonomi daerah ini disamping bertujuan
untuk memberikan masukan bagi Kantor Pusat Bank Indonesia dalam merumuskan kebijakan
modeter, makroprudensial maupun sistem pembayaran, juga diharapkan dapat menjadi salah satu
referensi bagi para stakeholders di daerah dalam membuat keputusan. Keberadaan Kantor Perwakilan
Bank Indonesia di daerah diharapkan dapat semakin berperan sebagai strategic partner bagi
stakeholder di wilayah kerjanya.
Kondisi perekonomian Sulawesi Tenggara pada triwulan II 2015 mulai menunjukkan peningkatan
didorong oleh perbaikan kinerja kategori pertambangan dan konstruksi. Sementara dari sisi
permintaan, peningkatan kinerja ekonomi Sultra tersebut didorong oleh perbaikan kinerja konsumsi
rumah tangga, investasi dan ekspor luar negeri. Selama triwulan II 2015, perekonomian Sulawesi
Tenggara tumbuh sebesar 7,4% (yoy), terakselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya
tumbuh 5,8% (yoy). Sementara itu, inflasi Sulawesi Tenggara pada triwulan II 2015 mengalami
penurunan, dari 7,81% (yoy) di triwulan sebelumnya menjadi 7,35% (yoy). Penurunan laju inflasi
tersebut sejalan dengan menurunnya laju inflasi yang terjadi baik di Kota Kendari maupun di Kota
Baubau terutama bersumber dari komponen volatile food akibat adanya panen raya komoditas beras
pada periode laporan.
Dalam penyusunan laporan ini, Bank Indonesia memanfaatkan data serta informasi dari berbagai
institusi baik secara langsung melalui survei dan liason maupun data yang sudah tersedia. Sehubungan
dengan hal tersebut, pada kesempatan ini, kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada
semua pihak yang telah berkontribusi, baik berupa pemikiran maupun penyediaan data/informasi
secara kontinyu, tepat waktu, dan reliable. Saran serta masukan dari para pengguna sangat kami
harapkan untuk menghasilkan laporan yang lebih baik ke depan.
Kendari, Agustus 2015 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI SULAWESI TENGGARA
Dian Nugraha
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara ii
VISI BANK INDONESIA Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional
melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki
serta pencapaian inflasi yang rencah dan nilai tukar yang stabil
MISI BANK INDONESIA 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan
menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter
untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.
2. Mendorong sistem keuangan nasional
bekerja secara efektif dan efisien
serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal
untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan
dapat berkontribusi pada
pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional.
3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar
yang berkontribusi terhadap
perekonomian, stabilitas moneter, dan stabilitas sistem keuangan
dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional
4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia
yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja,
serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualiatas
dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan Undang-Undang
NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar Bank Indonesia, manajemen dan pegawai
untuk bertindak dan atau berperilaku, yang terdiri atas:
Trust and Integity – Professionalism – Excellence – Public Interest – Coordination and Teamwork
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara iii
Daftar
Isi
KATA PENGANTAR .................................................................................................... i
VISI MISI BANK INDONESIA ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................ v
DAFTAR GRAFIK ...................................................................................................... vi
TABEL INDIKATOR TERPILIH ...................................................................................... viii
RINGKASAN EKSEKUTIF ................. 1
BAB 1. PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ............................. .............................. 5
1.1. Kondisi Umum .................................................................................. 6
1.2. Perkembangan Sisi Pengeluaran ......................................................... 7
1.2.1 Konsumsi Rumah Tangga ......................................................... 7
1.2.2 Konsumsi Pemerintah ............................................................... 9
1.2.3 Investasi ................................................................................... 9
1.2.4 Ekspor dan Impor ..................................................................... 11
1.3. Perkembangan Sisi Penawaran: Kategori Ekonomi Utama ................... 12
1.3.1 Kategori Pertanian .................................................................... 13
1.3.2 Kategori Pertambangan ............................................................ 13
1.3.3 Kategori Industri Pengolahan .................................................... 15
1.3.4 Kategori Perdagangan Besar dan Eceran ................................... 15
1.3.5 Kategori Konstruksi .................................................................. 17
1.3.6 Kategori Transportasi dan Pergudangan .................................... 18
BOKS 1: KONDISI KELISTRIKAN SULAWESI TENGGARA ..................................................... 19
BAB 2. KEUANGAN PEMERINTAH ... ............................................... 21
2.1 Struktur Anggaran dan Realisasi Semester I 2015 ............................... 22
2.2 Perkembangan Realisasi Anggaran APBD Provinsi ............................... 25
2.2.1 Realisasi Anggaran Pendapatan ................................................ 25
2.2.2 Realisasi Anggaran Belanja ....................................................... 26
BOKS 2: PENYALURAN DANA DESA DARI APBN ............................................................... 28
BOKS 3: PERAN BELANJA PEMERINTAH DALAM PEREKONOMIAN .................................... 30
BAB 3. INFLASI DAERAH ...... .......................................................................... 33
3.1 Kondisi Umum .................................................................................. 34
3.2 Disagregasi Inflasi .............................................................................. 37
3.3 Upaya Pengendalian Inflasi ................................................................ 39
BAB 4. SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN ...... .. 43
4.1 Kondisi Umum Perbankan ................................................................. 44
4.1.1 Perkembangan Kelembagaan .................................................... 44
4.1.2 Aset Perbankan ....................................................................... 44
4.1.3 Intermediasi Perbankan ............................................................ 45
4.1.4 Bank Syariah ............................................................................ 46
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara iv
4.1.4 Bank Perkreditan Rakyat ........................................................... 47
4.2 Stabilitas Sistem Keuangan ................................................................ 47
4.2.1 Ketahanan Sektor Keuangan dari Sisi Korporasi ...................... 47
4.2.2 Ketahanan Sektor Rumah Tangga .......................................... 48
4.3 Pengembangan Akses Keuangan ....................................................... 50
BAB 5. SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG.... ................................. 53
5.1 Perkembangan Sistem Pembayaran .................................................... 54
5.1.1 Perkembangan Transaksi RTGS ............................................... 54
5.1.2 Perkembangan Transaksi Kliring ............................................. 55
5.2 Pengelolaan Uang Tunai .......... ......................................................... 55
5.2.1 Perkembangan Aliran Uang Kartal .......................................... 55
5.2.2 Penyediaan Uang Layak Edar .................................................. 56
5.2.3 Perkembangan Temuan Uang Palsu ........................................ 56
BAB 6. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN.... ............................................ 59
6.1 Ketenagakerjaan ............................................................................... 60
6.2 Kesejahteraan .......... ......................................................................... 61
BAB 7. PROSPEK EKONOMI ...................................................................................... 63
7.1 Prospek Ekonomi Makro .................................................................... 64
7.2 Prospek Inflasi .......... ........................................................................ 68
DAFTAR ISTILAH
TIM PENYUSUN
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
v
Daftar
Tabel
Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran (yoy) ........................................ 7
Tabel 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran (yoy) .......................................... 12
Tabel 2.1. Realisasi APBD Kota/Kab di Sultra Semester I 2015 ................................ 24
Tabel 2.2. Realisasi dan Pencapaian Target Pendapatan Pemerintah Sulawesi
Tenggara pada Triwulan II .................................................................... 25
Tabel 2.3. Realisasi dan Pencapaian Target Belanja Pemerintah Sulawesi Tenggara 26
Tabel 3.1. Inflasi Provinsi Sulawesi Tenggara (mtm) Per Kelompok .......................... 35
Tabel 3.2. Inflasi Kota Kendari (qtq) Per Kelompok ................................................ 36
Tabel 3.3. Kenaikan Tarif Tenaga Listrik ................................................................. 39
Tabel 4.1. Perkembangan Kelembagaan Bank Umum dan BPR ............................... 44
Tabel 4.2. Aset Perbankan Sulawesi Tenggara ....................................................... 44
Tabel 4.3. Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit Bank Umum ...................... 45
Tabel 4.4. Perkembangan Indikator Bank Umum Syariah ........................................ 46
Tabel 4.5. Perkembangan Indikator BPR ................................................................ 47
Tabel 5.1. Perputaran Transaksi Kliring .................................................................. 55
Tabel 7.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Kategorial Triwulan III 2015 .................. 65
Tabel 7.2. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran Triwulan III 2015 ......... 66
Tabel 7.3. Angka Ramalan Produksi Padi Sulawesi Tenggara .................................. 68
Tabel 7.4. Faktor Resiko dan Dampaknya Terhadap Inflasi di Triwulan III 2015 ........ 69
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara vi
Daftar
Grafik
Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara ............................................ 6
Grafik 1.2. Indeks Tendensi Konsumen ................................................................. 8
Grafik 1.3. Pergerakan Indeks Keyakinan Konsumen ............................................. 8
Grafik 1.4. Penerimaan Pajak ............................................................................... 8
Grafik 1.5. Pertumbuhan Kredit Konsumsi ............................................................. 8
Grafik 1.6. Penanaman Modal Asing .................................................................. 9
Grafik 1.7. Penanaman Modal Dalam Negeri ....................................................... 9
Grafik 1.8. Kredit Investasi Sulawesi Tenggara ........................................................ 10
Grafik 1.9. Impor Barang Modal ........................................................................... 10
Grafik 1.10. Pertumbuhan Nilai Ekspor Nonmigas ..................................................... 11
Grafik 1.11. Pangsa Komoditas Ekspor Nonmigas ..................................................... 11
Grafik 1.12. Ekspor Feronikel ............................................................................... 11
Grafik 1.13. Pertumbuhan Ekspor Perikanan ........................................................... 11
Grafik 1.14. Volume Impor .................................................................................... 12
Grafik 1.15. Arus Bongkar Barang Pelabuhan ........................................................... 12
Grafik 1.16. Produksi Ore Nikel ................................................................................ 14
Grafik 1.17. Kredit Sektor Pertambangan ................................................................. 14
Grafik 1.18. Perkembangan Produksi Feronikel ......................................................... 15
Grafik 1.19. Perkembangan Kredit Kategori Industri ................................................. 15
Grafik 1.20. Volume Ekspor Sulawesi Tenggara ........................................................ 16
Grafik 1.21. Transaksi Perdagangan Luar Negeri ....................................................... 16
Grafik 1.22. Aktivitas Bongkar Muat Pelabuhan ........................................................ 17
Grafik 1.23. Perkembangan Kredit Kategori Perdagangan ......................................... 17
Grafik 1.24. Kredit Kategori Konstruksi .................................................................... 17
Grafik 1.25. Penjualan Semen .................................................................................. 17
Grafik 1.26. Arus Penumpang Kapal laut .................................................................. 18
Grafik 2.1. Struktur Anggaran Belanja Keuangan Pemerintah di Sulawesi Tenggara . 22
Grafik 2.2. Realisasi Anggaran Belanja Keuangan Pemerintah Semester I di Sulawesi
Tenggara .............................................................................................. 23
Grafik 2.3. Perkembangan Kondisi Keuangan Antara Realisasi dan Target Bulanan
APBD Sulawesi Tenggara ..................................................................... 24
Grafik 2.4. Perkembangan Penyelesaian Fisik Pengadaan Antara Realisasi dan
Target Bulanan APBD Sulawesi Tenggara ............................................... 24
Grafik 3.1. Pergerakan Inflasi Sulawesi Tenggara ................................................... 34
Grafik 3.2. Perbandingan Inflasi Tahunan ............................................................... 34
Grafik 3.3. Inflasi Bulanan Kota Kendari ................................................................ 36
Grafik 3.4. Perbandingan Pola Inflasi Kota Kendari.................................................. 36
Grafik 3.5. Perkembangan Inflasi Sultra Berdasarkan Disagregasi Inflasi ................... 37
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
vii
Grafik 4.1. Pertumbuhan Kredit Kategori Utama ..................................................... 48
Grafik 4.2. NPL Kredit Kategori Utama ................................................................... 48
Grafik 4.3. Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga ...................................................... 49
Grafik 4.4. NPL Kredit Rumah Tangga .................................................................... 49
Grafik 4.5. Komposisi Penggunaan Pendapatan Rumah Tangga .............................. 49
Grafik 4.6. Kinerja Kredit dan NPL Kredit UMKM .................................................... 50
Grafik 4.7. Rasio Rekening DPK per Penduduk Bekerja ............................................ 51
Grafik 4.8. Rasio Rekening Kredit per Penduduk Bekerja ......................................... 51
Grafik 5.1. Transaksi RTGS From/Outgoing (dari Bank di Sultra) .............................. 54
Grafik 5.2. Transaksi RTGS To/Incoming (ke Bank di Sultra) .................................... 54
Grafik 5.3. Transaksi RTGS From-To (antarbank di Sultra) ....................................... 55
Grafik 5.4. Pangsa RTGS ....................................................................................... 55
Grafik 5.5. Aliran Uang Kartal ............................................................................... 56
Grafik 5.6. Selisih Inflow dan Outflow ................................................................... 56
Grafik 5.7. Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar .................................................... 57
Grafik 5.8. Temuan Uang Palsu ............................................................................. 57
Grafik 6.1. Indeks Realisasi Kegiatan Usaha ............................................................ 60
Grafik 6.2. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja ..................................................... 60
Grafik 6.3. Pangsa Penyerapan Tenaga Kerja Per Sektor (per Februari 2015) ............ 61
Grafik 6.4. Pertumbuhan Tenaga Kerja Sektoral (per Februari 2015) ........................ 61
Grafik 6.5. Indeks Penghasilan ............................................................................... 62
Grafik 6.6. Perkembangan NTP Sulawesi Tenggara ................................................. 62
Grafik 7.1. Perkiraan Perkembangan Usaha Kategorial ............................................ 64
Grafik 7.2. Proyeksi Harga Nikel Internasional ......................................................... 67
Grafik 7.3. Proyeksi Permintaan Produk Baja Internasional ....................................... 67
Grafik 7.3. Indeks Ekspektasi Harga pada 3 Bulan Mendatang ................................ 70
Grafik 7.4. Perkembangan Harga Jual..................................................................... 70
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
viii
Tabel
Indikator Terpilih
A. Inflasi dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
III IV I II III IV I II
Indeks Harga Konsumen
- Kendari 109,46 108,16 107,34 108,71 110,43 116,16 114,65 115,67
- Baubau - - 109,84 112,72 115,31 121,89 121,39 123,88
Laju Inflasi Tahunan (%, yoy)
- Kendari 7,30 5,92 5,21 4,50 0,88 7,39 7,81 7,35
PDRB Penawaran - Harga Konstan (Rp miliar)
1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4.155 3.970 4.004 4.333 4.502 4.082 3.981 5.127
2. Pertambangan dan Penggalian 3.849 3.837 3.371 3.499 3.632 3.646 3.687 3.868
3. Industri Pengolahan 926 966 905 1.016 1.054 1.146 1.069 1.140
4. Pengadaan Listrik, Gas 8 8 8 8 8 9 10 7
5. Pengadaan Air 33 34 35 34 35 36 36 39
6. Konstruksi 1.894 2.086 1.953 2.027 2.110 2.290 1.986 2.302
7. Perdagangan Besar & Eceran, dan Reparasi Mobil & Spd Motor 1.921 1.977 1.927 1.991 2.075 2.146 2.056 2.230
8. Transportasi dan Pergudangan 713 746 700 717 739 793 737 828
9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 91 94 92 98 99 103 98 112
10. Informasi dan Komunikasi 384 395 370 376 390 403 384 364
11. Jasa Keuangan 342 345 354 368 371 388 392 451
12. Real Estate 277 283 290 294 294 299 302 320
13. Jasa Perusahaan 32 34 34 35 35 36 37 38
14. Adm Pemerintahan, Pertahanan & Jaminan Sosial Wajib 881 903 872 906 1.003 1.048 938 1.102
15. Jasa Pendidikan 712 808 737 755 804 924 843 827
16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 153 164 164 168 166 181 175 183
17. Jasa Lainnya 228 242 244 252 252 260 258 273
PDRB Permintaan - Harga Konstan (Rp miliar)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 7.929 8.139 8.070 8.135 8.435 8.629 8.559 8.689
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 174 178 199 194 192 198 177 181
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 2.528 2.883 2.149 2.528 2.607 3.030 2.202 2.532
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 6.241 6.721 6.241 6.453 6.974 7.435 6.859 7.900
5. Perubahan Inventori (107) 196 (108) 430 337 (188) 376 473
6. Eksport Luar Negeri 1.961 3.837 1.483 729 893 961 844 879
7. Import Luar Negeri 811 1.097 708 752 1.167 1.579 1.149 1.005
8. Net Eksport Antar Daerah (1.316) (3.966) (1.266) (843) (699) (696) (501) (1.042)
Total PDRB (Rp Miliar) 16.599 16.893 16.061 16.876 17.571 17.790 16.988 19.211
Pertumbuhan PDRB (%, yoy) - - 8,68 5,45 5,86 5,31 5,79 7,45
Indikator2013 2014 2015
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
ix
B. Perkembangan Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
III IV I II III IV I II
Total Asset (Rp miliar) 17.896 16.878 17.960 19.242 18.761 17.930 19.902 21.796
- Bank Umum (Konvensional & Syariah) 17.785 16.765 17.827 19.100 18.598 17.743 19.702 21.562
- BPR 112 114 133 142 163 187 200 234
- Syariah 1.248 968 1.224 1.003 925 903 969 1.169
Dana Pihak Ketiga Bank Umum (Rp miliar) 11.284 11.033 11.502 12.166 12.440 11.476 12.597 13.675
- Giro 3.572 2.263 3.223 3.807 3.670 2.138 3.475 4.169
- Tabungan 5.920 6.933 6.002 5.971 6.084 6.733 5.887 5.923
- Deposito 1.791 1.837 2.277 2.387 2.685 2.604 3.235 3.583
Kredit Bank Umum* (Rp miliar) 12.531 12.963 13.089 13.633 13.910 14.186 14.444 15.174
- Modal Kerja 3.605 3.663 3.782 3.858 3.918 3.932 3.967 4.266
- Investasi 1.779 1.886 1.720 1.647 1.643 1.671 1.689 1.701
- Konsumsi 7.147 7.414 7.586 8.128 8.349 8.583 8.787 9.206
NPL Bank Umum(%) 1,89 1,74 2,14 2,49 2,59 2,36 2,88 3,06
LDR (%) 111 117 114 112 112 124 115 111
Kredit UMKM (Rp miliar) 4.247 4.360 4.391 4.729 4.780 4.786 4.859 5.144
NPL Kredit UMKM (%) 3,59 3,58 4,38 5,16 5,41 4,94 5,87 6,47
Kredit ke Rumah Tangga (Rp miliar) 7.147 7.414 7.586 8.128 8.349 8.583 8.787 9.206
NPL Kredit ke Rumah Tangga (%) 0,89 0,74 0,87 1,05 1,07 1,00 1,39 1,30
- Inflow 572 397 632 319 462 281 939 431
- Outflow 1.221 1.430 120 675 1.056 1.025 230 923
- Net (Inflow - Outflow) (649) (1.032) 512 (356) (595) (744) 708 (492)
- Volume (transaksi) 1.162 869 801 874 1.050 878 646 878
- Nominal (Rp miliar) 43 43 38 39 43 41 29 41
- Volume (transaksi) 24.609 39.800 21.472 23.296 25.676 23.907 9.513 10.057
- Nominal (Rp miliar) 30.663 34.745 22.108 25.541 28.649 28.768 25.624 40.873
*Lokasi Bank
2015
Kas (Rp miliar)
Perbankan
Kliring
RTGS
Indikator2013 2014
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
x
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 1
Ringkasan
Eksekutif
Perekonomian
Sulawesi
Tenggara pada
Triwulan II tumbuh
meningkat diiringi
dengan tekanan
inflasi yang lebih
rendah
Perbaikan kinerja
kategori tambang
dan konstruksi
mendorong
peningkatan
ekonomi pada
triwulan II 2015
Gambaran Umum
Pada Triwulan II 2015 ekonomi Sulawesi Tenggara (Sultra) tumbuh
sebesar 7,4% (yoy) mengalami peningkatan dibandingkan triwulan
sebelumnya. Dengan pertumbuhan tersebut, pertumbuhan Sultra lebih
tinggi daripada pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya mencapai
4,7% (yoy). Sementara itu, inflasi di Sulawesi Tenggara mencapai 7,35%
(yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang
tercatat sebesar 7,81% (yoy). Penurunan inflasi tersebut terutama
bersumber dari berkurangnya tekanan inflasi komponen volatile food. Di
sisi lain, kondisi sistem keuangan di Provinsi Sulawesi Tenggara juga
mengalami peningkatan sejalan dengan akselerasi pertumbuhan
ekonomi pada pertengahan tahun ini.
Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Selama triwulan II 2015, perekonomian Sulawesi Tenggara tumbuh sebesar
7,4% (yoy), terakselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya
tumbuh 5,8% (yoy). Dari sisi permintaan, peningkatan kinerja ekonomi
tersebut didorong oleh perbaikan kinerja konsumsi rumah tangga, investasi
serta ekspor luar negeri. Peningkatan konsumsi rumah tangga didorong oleh
peningkatan permintaan masyarakat seiring dengan pelaksanaan ibadah di
Bulan Ramadhan, masa liburan sekolah dan persiapan memasuki tahun ajaran
baru. Sedangkan peningkatan investasi didorong oleh investasi pemerintah
sejalan dengan fokus pemerintah daerah atas pengembangan sarana
prasarana infrastruktur daerah seperti pembangunan jembatan,
pengembangan pelabuhan laut dan udara, serta fokus pemerintah dalam
pembangunan kawasan industri khusus. Adapun peningkatan ekspor luar
negeri seiring dengan peningkatan permintaan komoditas feronikel dan
perikanan. Dari sisi penawaran, peningkatan perekonomian didorong oleh
perbaikan kategori pertambangan maupun kategori konstruksi. Kategori
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 2
Sampai dengan akhir
tahun 2015, masih
terdapat ruang fiskal
di Sulawesi Tenggara
sebesar Rp16,45
triliun
Tekanan inflasi Sultra
menurun yang
disebabkan oleh
panen raya
komoditas beras dan
koordinasi
pengendalian inflasi
yang efektif
Kinerja perbankan
mengalami
peningkatan diiringi
dengan risiko kredit
yang meningkat
pertambangan tumbuh sebesar 12,0% (yoy) setelah selama tahun 2014
mengalami kontraksi akibat dari diberlakukannya UU Minerba. Sementara itu,
akselerasi kinerja kategori konstruksi mencapai 13,3% (yoy) didorong oleh
upaya perbaikan infrastruktur di beberapa daerah.
Keuangan Pemerintah
Sampai dengan semester I 2015, total anggaran belanja yang sudah
direalisasikan adalah sebesar Rp5,99 triliun dan realisasi terhadap target dari
APBD Provinsi merupakan yang paling besar, yaitu sebesar 34,3% dari
keseluruhan anggaran tahun 2015. Sementara realisasi APBD
Kota/Kabupaten mencapai 30,5% dan APBN hanya sebesar 19,3% dari target
selama tahun 2015. Dengan demikian, masih ada ruang fiskal di Sulawesi
Tenggara sebesar Rp16,45 triliun sampai akhir 2015.
Inflasi Daerah
Inflasi Sulawesi Tenggara mengalami penurunan dari 7,81% (yoy) di triwulan
sebelumnya menjadi 7,35% (yoy) pada triwulan II 2015. Penurunan laju inflasi
tersebut sejalan dengan menurunnya laju inflasi yang terjadi di kota
perhitungan inflasi yaitu Kota Kendari dan Kota Baubau. Penurunan tekanan
inflasi tersebut terutama bersumber dari komponen volatile food akibat
adannya panen raya padi. Sementara itu, upaya pengendalian inflasi pada
periode tersebut difokuskan pada koordinasi dalam upaya pemantauan harga
berbagai komoditas di pasar, ketersediaan stok dan juga kelancaran distribusi
untuk mengantisipasi kenaikan harga di Bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul
Fitri.
Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran
Kinerja perbankan di Sulawesi tenggara pada Triwulan II 2015 mengalami
peningkatan. Hal ini terlihat dari adanya percepatan pertumbuhan
penghimpunan dana masyarakat maupun kredit yang disalurkan. Meskipun
demikian, risiko kredit mengalami peningkatan meskipun masih berada
dalam level yang aman. Sejalan dengan kondisi perbankan, kondisi sistem
pembayaran juga mengalami peningkatan seiring dengan kondisi
perekonomian Sulawesi Tenggara yang mengalami akselerasi.
Bab 6- Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
3
Kondisi
ketenagakerjaan
mengalami
peningkatan namun
tidak diikuti oleh
tingkat
kesejahteraan.
Pertumbuhan
ekonomi Sultra pada
triwulan III 2015
diperkirakan akan
mengalami
peningkatan disertai
dengan penurunan
tekanan inflasi
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Akselerasi perekonomian Sulawesi Tenggara yang terjadi di triwulan II 2015
diikuti pula dengan peningkatan penyerapan tenaga kerja. Kondisi tersebut
seiiring dengan pemulihan kinerja sektor pertambangan yang diikuti
perbaikan kinerja sektor pengangkutan, persewaan dan jasa. Meskipun
demikian, penyerapan tanaga kerja belum diikuti dengan perbaikan tingkat
kesejahteraan terutama pada masyarakat pedesaan. Hal tersebut terlihat dari
Nilai Tukar Petani (NTP) yang masih berada di bawah level 100 dan bahkan
semakin menurun dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Prospek Perekonomian
Pada triwulan III 2015 mendatang, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara
diperkirakan mengalami peningkatan disertai dengan adanya adanya sedikit
penurunan tekanan inflasi. Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara pada
triwulan III 2015 diprakirakan berada pada kisaran 7,4% - 7,8% (yoy).
Peningkatan tersebut diperkirakan didorong oleh peningkatan kinerja
kategori pertambangan, konstruksi dan industri olahan. Dengan kondisi
tersebut, selama tahun 2015 pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara
diprakirakan dapat tumbuh sebesar 7,0% - 7,4%.
Sementara itu, tekanan inflasi Sulawesi Tenggara pada triwulan III 2015
cenderung menurun dengan perkirakan berada pada kisaran 6,4% - 6,9%
(yoy). Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh melemahnya tekanan
inflasi dari kelompok volatile food seiring dengan telah berakhirnya bulan
Ramadhan. Dengan demikian, pada akhir tahun 2015 inflasi Sulawesi
Tenggara diprakirakan berada di kisaran 2,6% - 3,0% (yoy). Relatif
rendahnya tingkat inflasi Sulawesi Tenggara juga disebabkan oleh based point
effect mengingat pada akhir tahun 2014 terjadi lonjakan inflasi yang timbul
akibat adanya kenaikan harga BBM bersubsidi.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 4
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 5
Pertumbuhan
Ekonomi Daerah
Kondisi perekonomian Sulawesi Tenggara di triwulan II 2015 kembali menunjukan
peningkatan didorong oleh perbaikan kinerja kategori pertambangan dan konstruksi.
Sementara dari sisi permintaan, peningkatan kinerja ekonomi Sultra tersebut didorong
oleh perbaikan kinerja konsumsi rumah tangga, investasi dan ekspor luar negeri. Selama
triwulan II 2015, perekonomian Sulawesi Tenggara tumbuh sebesar 7,4% (yoy),
terakselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 5,8% (yoy).
Bab 1
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 6
1.1 KONDISI UMUM
Perekonomian Sulawesi Tenggara pada triwulan II 2015 tumbuh sebesar 7,4% (yoy), tumbuh
terakselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 5,8% (yoy). Dari
sisi permintaan, peningkatan kinerja ekonomi didorong oleh perbaikan konsumsi rumah tangga,
aktivitas investasi dan ekspor luar negeri. Peningkatan konsumsi rumah tangga didorong oleh
peningkatan permintaan masyarakat seiring dengan pelaksanaan ibadah di Bulan Ramadhan, masa
liburan sekolah dan persiapan memasuki tahun ajaran baru. Sedangkan peningkatan investasi
didorong oleh investasi pemerintah sejalan dengan fokus pemerintah daerah atas pengembangan
sarana prasarana infrastruktur daerah seperti pembangunan jembatan, pengembangan pelabuhan
laut dan udara, serta fokus pemerintah dalam pembangunan kawasan industri khusus. Adapun
peningkatan ekspor luar negeri seiring dengan peningkatan permintaan komoditas feronikel dan
perikanan. Sementara itu dari sisi penawaran, meningkatnya perekonomian Sulawesi Tenggara di
periode laporan secara dominan didorong oleh meningkatnya kinerja usaha kategori
pertambangan dan kategori kostruksi. Meningkatnya kinerja usaha kategori pertambangan
tersebut mengindikasikan proses pemulihan yang terus berlangsung pasca kontraksi yang terjadi
sejak awal tahun 2014 akibat pemberlakuan UU Minerba. Adapun peningkatan kinerja usaha
kategori konstruksi ditopang oleh masih tingginya kegiatan investasi terutama pembangunan
sarana prasarana infrastruktur.
Sumber : BPS Sultra, BPS RI
Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara
Bila dibandingkan dengan perekonomian secara nasional, perekonomian Sulawesi Tenggara
berada di atas level pertumbuhan nasional yang hanya tumbuh 4,7% (yoy). Hal ini menunjukkan
bahwa perekonomian Sulawesi Tenggara masih memiliki potensi untuk tumbuh lebih tinggi lagi di
periode mendatang. Mulai beroperasinya smelter baru di Sulawesi Tenggara serta based point
effect di periode triwulan II tahun 2014 mendorong perbaikan perekonomian Sultra apabila
dibandingkan dengan kinerja ekonomi nasional yang masih relatif melambat di triwulan II 2015.
10,6%
11,7%
7,5%
6,3%
8,7%
5,5%5,9%
5,3%5,8%
7,4%
6,2% 6,0%5,6%
5,0% 5,1% 5,0% 4,9% 5,0%4,7% 4,7%
I II III IV I II
2011 2012 2013 2014 . 2014 2015
Pertumbuhan Ekonomi Sultra Pertumbuhan Ekonomi Nasional
%, yoy
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 7
1.2 PERKEMBANGAN SISI PENGELUARAN
Dari sisi pengeluaran, peningkatan perekonomian Sulawesi Tenggara di triwulan II 2015
didorong oleh peningkatan konsumsi rumah tangga dan aktivitas investasi. Peningkatan
konsumsi rumah tangga di Sulawesi Tenggara pada periode tersebut lebih didorong oleh
meningkatnya kebutuhan masyarakat terkait dengan perayaan hari besar keagamaan, persiapan
menjelang bulan Ramadan dan libur anak sekolah. Sedangkan peningkatan investasi dipicu oleh
masih berlanjutnya program-program pengembangan sarana prasarana infrastruktur daerah.
Komponen konsumsi rumah tangga masih mendominasi perekonomian Sulawesi Tenggara dengan
pangsa sebesar 47,9% diikuti oleh komponen investasi sebesar 38,2%. Dari pertumbuhan
ekonomi secara total sebesar 7,4%, kontribusi konsumsi rumah tangga mencapai 3,1% sedangkan
kontribusi investasi adalah sebesar 4,8%.
Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran (yoy)
PMTB = Pembentukan Modal Tetap Bruto;
Sumber : BPS Sultra, Diolah
1.2.1 Konsumsi Rumah Tangga
Aktivitas konsumsi rumah tangga di Sulawesi Tenggara pada triwulan II 2015 tumbuh cukup
tinggi sebesar 6,4% (yoy), lebih cepat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang hanya
tumbuh sebesar 5,7% (yoy). Hal ini antara lain disebabkan oleh peningkatan kebutuhan akibat
masuknya Bulan Ramadhan pada akhir periode triwulan II 2015 (Juni) dan meningkatnya
penghasilan masyarakat, seperti adanya Tunjangan Hari Raya untuk para karyawan.
Perilaku rumah tangga tersebut tercermin dari hasil Indeks Tendensi Konsumen (dipublikasikan oleh
BPS Provinsi Sultra) yaitu pada triwulan II 2015 komponen pendapatan rumah tangga mengalami
peningkatan. Meskipun demikian, Indeks Pembelian Barang Tahan Lama (hasil Survei Konsumen
oleh Bank Indonesia) di Kota Kendari mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan
konsumsi rumah tangga yang terjadi didorong oleh pembelian barang tidak tahan lama seperti
bahan pangan, makanan jadi dan pakaian.
Masih tingginya aktivitas konsumsi rumah tangga juga tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen
(IKK) hasil Survei Konsumen oleh Bank Indonesia pada triwulan II yang tercatat sebesar 121,8.
Dengan indeks di atas level 100 menunjukkan bahwa masyarakat masih memiliki keyakinan untuk
Pangsa %
I II III IV I II
1. Konsumsi Rumah Tangga 7,0% 6,6% 6,8% 6,6% 6,8% 6,4% 5,7% 6,4% 50,4%
2. Konsumsi LNPRT 1,8% 11,9% 15,0% 11,8% 10,0% 10,8% -11,0% -6,9% 1,0%
3. Konsumsi Pemerintah 5,5% 3,4% 2,2% 2,8% 3,1% 5,1% 2,5% 0,2% 13,0%
4. PMTB 6,2% 9,2% 6,5% 7,8% 11,7% 10,6% 10,0% 11,5% 38,2%
5. Perubahan Inventori -37,2% -31,8% -13,2% -16,1% -360,4% -1198,0% -528,5% -24,9% 1,7%
6. Eksport Luar Negeri -2,5% -63,8% -51,1% -69,7% -54,5% -75,0% -43,1% 20,5% 5,0%
7. Import Luar Negeri 37,9% 28,3% -4,2% 19,3% 43,9% 43,9% 62,4% 33,6% -6,8%
8. Net Eksport Antar Daerah -15,1% -68,1% -58,1% -61,8% -38,1% -90,9% -61,9% -2,7% -2,4%
PDRB 7,5% 6,3% 8,7% 5,5% 5,9% 5,3% 5,8% 7,4% 100%
2014Komponen Pengeluaran 2013 2014
Tw II 2015
2015
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 8
melakukan kegiatan konsumsi. Namun keyakinan konsumen tersebut masih berada pada tren yang
menurun, hal ini menunjukkan bahwa rumah tangga masih menahan sebagian konsumsinya
seiring dengan masih terbatasnya perkembangan ekonomi domestik dan eksternal. Di sisi lain,
penerimaan pajak pertambahan nilai (PPN) dan pajak pembelian barang mewah (PPnBM) juga
menunjukkan adanya peningkatan. Bahkan pada triwulan II 2015 pertumbuhan penerimaan pajak
tersebut terakselerasi sebesar 100,9% (yoy) (Grafik 1.6).
Meskipun demikian, peningkatan pertumbuhan konsumsi masyarakat di triwulan II 2015 tersebut
tidak diikuti oleh meningkatnya pertumbuhan kredit konsumsi. Hal ini menunjukan bahwa sumber
pengeluaran masyarakat selama periode laporan lebih besar berasal dari penambahan penghasilan
yang diterima, bukan berasal dari kredit yang diperoleh dari perbankan. Pada triwulan II 2015,
kredit konsumsi tumbuh sebesar 12,4% (yoy), melambat dari periode sebelumnya yang dapat
tumbuh sebesar 14,4% (yoy). Secara nominal kredit konsumsi (berdasarkan lokasi proyek) tercatat
mencapai Rp10,0 triliun atau bertambah sebesar Rp 401,8 miliar dari posisi akhir triwulan I 2015.
Sumber: BPS Sultra Sumber: Survei Konsumen-BI Provinsi Sultra
Grafik 1.2. Indeks Tendensi Konsumen Grafik 1.3. Pergerakan Indeks Keyakinan Konsumen
Sumber: KPP Kendari (diolah) Sumber: LB Bank Umum, Lokasi Proyek (diolah)
Grafik 1.4. Penerimaan Pajak Grafik 1.5. Pertumbuhan Kredit Konsumsi
104 110 114 109 93 103
80
90
100
110
120
Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II
2014 2015
Indeks Tendensi Konsumen Pendapatan Rumah Tangga
Kaitan inflasi dengan konsumsi Konsumsi Barang
indeks
127
122
80
90
100
110
120
130
140
150
160
170
I II III IV I II III IV I II
2013 2014 2015
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini
Indeks Ekspektasi Konsumen
Indeks
optimispesimis
25,7 70,1
100,9%
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
-
20
40
60
80
100
120
140
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2012 2013 2014 2015
Penerimaan PPN & PPnBM gPenerimaan PPM & PPnBM (sb.kanan)
Rp miliaryoy
9,6310,04
14,4%
12,4%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
-
2
4
6
8
10
12
I II III IV I II III IV I II
2013 2014 2015
Kredit Konsumsi gKredit Konsumsi (sb. Kanan)
Rp Triliunyoy
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 9
1.2.2 Konsumsi Pemerintah
Realisasi pertumbuhan pengeluaran belanja pemerintah pada triwulan II 2015 tercatat
mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan konsumsi pemerintah
pada triwulan tersebut mencapai 0,2% (yoy), sementara pada triwulan I 2015 dapat tumbuh
sebesar 2,5% (yoy). Sampai dengan triwulan II 2015, realisasi belanja operasional Pemerintah
Provinsi Sulawesi Tenggara hanya mencapai 24,7%. Pencapaian tersebut lebih rendah daripada
tahun 2014 yang pada periode yang sama merealisasikan anggaran belanja operasional sebesar
34,5%.
Terdapat beberapa kendala yang dihadapi pemerintah daerah dalam merealisasikan anggaran
terutama terkait anggaran belanja modal dan belanja barang/jasa. Kendala yang dihadapi pada
saat pra pengadaan adalah adanya pembahasan RAPBNP 2015 dan perubahan nomenklatur
sehingga terdapat perubahan DIPA sehingga proyek belum dapat dilakukan lelang, adanya
perubahan iklim atau cuaca menyebabkan lelang proyek pertanian/kehutanan menjadi terhambat
dan terdapat anggaran APBN yang masih diblokir karena masalah administrasi. Selain pada saat
pra pengadaan, terdapat juga kendala pada saat proses pengadaan yaitu penundaan/pengulangan
lelang jika peserta tidak memenuhi persyaratan dan terdapat pergantian kuasa penggunaan
anggaran di beberapa daerah sehingga menyebabkan penundaan lelang dan proses pengadaan
yaitu kendala pembebasan lahan.
1.2.3 Investasi
Kondisi kegiatan investasi di Sulawesi Tenggara pada triwulan II 2015 tumbuh meningkat.
Pada periode tersebut investasi tumbuh sebesar 11,5% (yoy), lebih tinggi dibandingkan
pertumbuhan periode sebelumnya yang sebesar 10,0% (yoy). Tingginya pertumbuhan investasi
tersebut turut menopang kondisi perekonomian Sulawesi Tenggara di triwulan II 2015.
Sumber: BKPM (diolah) Sumber: BKPM (diolah)
Grafik 1.6. Penanaman Modal Asing Grafik 1.7. Penanaman Modal Dalam Negeri
55,7
18,0
-
10
20
30
40
50
60
70
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2012 2013 2014 2015
US$ Juta
0,0
97,1
-
100
200
300
400
500
600
700
800
900
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2012 2013 2014 2015
Rp miliar
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 10
Kondisi tersebut sejalan dengan data Badan Koordinasi Penanaman Modal yang menunjukkan
adanya peningkatan realisasi investasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) pada triwulan
tersebut. Nilai investasi PMDN tecatat mencapai Rp 97,1 miliar setelah pada periode sebelumnya
tidak terdapat investasi. Meskipun demikian, peningkatan tersebut tertahan oleh penanaman
modal asing (PMA) yang mengalami penurunan dari yang semula US$ 55,7 juta di triwulan I
menjadi US$ 18 juta pada periode laporan.
Sumber: LB Bank Umum, lokasi proyek (diolah) Sumber: KP Bea Cukai (diolah)
Grafik 1.8 Kredit Investasi Sulawesi Tenggara Grafik 1.9. Impor Barang Modal
Selain itu, peningkatan investasi juga didorong oleh tingginya realisasi belanja modal pemerintah
daerah. Sampai dengan triwulan II 2015, Pemprov Sultra telah mampu merealisasikan anggaran
belanja modal sebesar 17,7%, jauh lebih tinggi daripada periode yang sama di tahun sebelumnya
yang hanya merealisasikan anggaran sebesar 6,9%.
Masih tingginya aktivitas investasi juga berpengaruh pada realisasi kredit investasi yang masih
berada pada kisaran Rp3,7 miliar dan masih terkontraksi sebesar 3,3% (yoy), relatif sama dengan
kondisi di triwulan sebelumnya. Hal ini juga dipengaruhi oleh lebih besarnya PMA dibandingkan
dengan PMDN di triwulan II 2015 karena PMA lebih banyak menggunakan kredit sindikasi dari
perbankan/lembaga keuangan luar negeri sementara PMDN lebih banyak menggunakan kredit
perbankan.
Di sisi lain, aktivitas impor barang modal menunjukkan adanya penurunan, dari hanya 9,6 ribu ton
pada triwulan sebelumnya menjadi 7,6 ribu ton pada triwulan laporan. Namun hal tersebut masih
jauh lebih tinggi dibandingkan impor barang modal tahun 2014. Tingginya volume impor barang
modal tersebut didorong oleh beberapa proyek pembangunan smelter pengolahan nikel. Di
samping itu, pelaksanaan beberapa proyek instansi seperti pembangunan beberapa power plant
PLN dalam rangka mendukung ketersediaan pasokan listrik juga mendorong impor barang modal
tersebut.
3,7
-3,3%-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
140%
160%
180%
-
1
1
2
2
3
3
4
4
5
I II III IV I II III IV I II
2013 2014 2015
Kredit Sektor Investasi g Kredit Investasi (sb. Kanan)
Rp Triliunyoy
9,9
7,6
-
2,0
4,0
6,0
8,0
10,0
12,0
I II III IV I II III IV I II
2013 2014 2015
Series1
Volume (ribu ton)
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 11
1.2.4 Ekspor Dan Impor
Komponen ekspor luar negeri Sulawesi Tenggara pada triwulan II 2015 tercatat mengalami
akselerasi sebesar 20,5% (yoy). Kondisi tersebut menujukkan adanya perbaikan karena kontraksi
ekspor tersebut tidak sedalam triwulan sebelumnya yang mencapai 43,1% (yoy). Akselerasi ekspor
Sulawesi Tenggara pada periode laporan disebabkan sudah mulai normalnya dampak atas
pemberlakuan UU Minerba No. 4 Tahun 2009 terkait pelarangan aktivitas ekspor hasil tambang
berupa mineral mentah. Komoditas ekspor Sulawesi Tenggara sebelum tahun 2014 didominasi
oleh komoditas bahan tambang mentah terutama ore nickel yang terkena dampak secara
langsung atas diberlakukannya UU Minerba tersebut. Aktivitas ekspor tambang Sulawesi Tenggara
berhenti secara total memasuki bulan Februari tahun 2014 terutama berasal dari perusahaan yang
tidak memiliki smelter.
Sumber: KP Bea Cukai (diolah) Sumber: KP Bea Cukai (diolah)
Grafik 1.10 Pertumbuhan Nilai Ekspor Nonmigas Grafik 1.11. Pangsa Komoditas Ekspor Nonmigas
Sumber: KP Bea Cukai (diolah) Sumber: KP Bea Cukai (diolah)
Grafik 1.12 Ekspor Feronikel Grafik 1.13. Pertumbuhan ekspor perikanan
71
9,6%
-100%
-80%
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
-
50
100
150
200
250
300
350
400
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2012 2013 2014 2015
Millions
Ekspor Sultra g Ekspor Sultra
Juta US$yoy
Ikan hidup276,0
0%Tuna94,50%
Rajungan497,3
1%
Gurita
1237,92%
Feronikel
65448,793%
Lainnya
3182,84%
63,865
8,13%
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
250%
300%
350%
400%
450%
-
20
40
60
80
100
120
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2012 2013 2014 2015
Ekspor feronikel g Ekspor feronikel (sb. Kanan)
Juta US$yoy
-47%
-13%
36%
73%
1%
-83%
89%
-2%
-100% -80% -60% -40% -20% 0% 20% 40% 60% 80% 100%
Ikan Hidup
Tuna
Rajungan
Gurita
Tw II Tw I
%,yoy
Dalam ribu USD
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 12
Perbaikan kinerja ekspor tersebut terlihat dari data ekspor di Bea Cukai yang menunjukkan bahwa
ekspor nonmigas Sulawesi Tenggara di triwulan II 2015 mencapai US$70,7 juta. Nilai ekspor
tersebut tumbuh teraksalerasi sebesar 9,6% (yoy), lebih baik daripada triwulan sebelumnya yang
terkontraksi sebesar 47,7% (yoy). Perbaikan tersebut terutama didorong oleh peningkatan ekspor
feronikel, ikan hidup dan rajungan.
Sementara itu aktivitas impor luar negeri di Sulawesi Tenggara mengalami perlambatan di periode
laporan. Selama triwulan II 2015, nilai tambah dari aktivitas impor tersebut hanya tumbuh sebesar
33,6% (yoy), lebih rendah daripada triwulan sebelumnya yang dapat tumbuh sebesar 62,4% (yoy).
Perlambatan impor tersebut tercermin pada nilai impor yang mengalami penurunan dari US$17,1
juta di triwulan I 2015 menjadi US$11,9 juta pada periode laporan. Melambatnya impor tersebut
disebabkan oleh penurunan impor barang modal yang terkontraksi sebesar 0,48% (yoy).
Sumber: KP Bea Cukai (diolah) Sumber: PT. Pelindo IV (diolah)
Grafik 1.14 Volume Impor Grafik 1.15. Arus Bongkar Barang Pelabuhan
1.3 PERKEMBANGAN SISI PENAWARAN: KATEGORI EKONOMI UTAMA
Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran (yoy)
Sumber : BPS Sultra, Diolah
12
-16,1%
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
250%
300%
-
10
20
30
40
50
60
70
I II III IV I II
2014 2015
Import Sultra g Import Sultra (sb. Kanan)
Juta US$yoy
263.819
-8,8%
-40%
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
-
50.000
100.000
150.000
200.000
250.000
300.000
350.000
400.000
450.000
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2012 2013 2014 2015
Arus bongkar g Arus bongkar (sb. Kanan)
Volume (T/M3)
yoy
Pangsa %
I II III IV I IIPertanian, Kehutanan, dan Perikanan 6,0% 9,1% 13,9% 12,0% 8,3% 2,8% -0,6% -1,9% 23,4%
Pertambangan dan Penggalian 7,5% -4,8% 0,0% -8,1% -5,6% -5,0% 9,4% 12,0% 21,6%
Industri Pengolahan 4,2% 7,7% -3,8% 2,3% 13,9% 18,7% 18,2% 11,0% 6,2%
Pengadaan Listrik, Gas 13,6% 10,6% 7,1% 7,3% 9,1% 18,6% 17,0% 10,9% 0,1%
Pengadaan Air 9,3% 7,0% 9,5% 4,9% 7,3% 6,2% 3,0% 8,1% 0,2%
Konstruksi 8,7% 12,6% 16,2% 13,8% 11,4% 9,8% 1,7% 13,3% 12,7%
Perdagangan Besar dan Eceran 9,1% 8,3% 10,8% 6,0% 8,0% 8,5% 6,7% 8,9% 12,0%
Transportasi dan Pergudangan 6,4% 5,1% 7,0% 3,6% 3,7% 6,3% 5,3% 7,1% 4,2%
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 8,3% 9,4% 9,7% 9,5% 8,8% 9,6% 5,8% 6,8% 0,6%
Informasi dan Komunikasi 13,8% 2,9% 4,8% 3,3% 1,7% 2,0% 3,6% 6,6% 2,2%
Jasa Keuangan 14,2% 9,4% 8,8% 8,2% 8,4% 12,2% 10,8% 12,1% 2,3%
Real Estate 5,6% 6,6% 7,7% 7,5% 5,9% 5,5% 4,0% 5,5% 1,7%
Jasa Perusahaan 13,0% 9,7% 13,0% 9,9% 9,3% 7,1% 7,7% 10,7% 0,2%
Administrasi Pemerintahan 4,3% 13,0% 11,3% 10,2% 13,9% 16,1% 7,6% 10,4% 5,5%
Jasa Pendidikan 11,5% 14,0% 14,9% 13,7% 13,0% 14,4% 14,4% 11,8% 4,7%
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 11,1% 12,1% 15,2% 15,6% 8,2% 10,0% 6,8% 7,1% 1,0%
Jasa Lainnya 8,5% 12,9% 16,7% 18,0% 10,5% 7,4% 5,5% 5,9% 1,5%
PDRB 7,5% 6,3% 8,7% 5,5% 5,9% 5,3% 5,8% 7,4% 100,0%
Sektoral 2013 20142014
Tw II 2015
2015
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 13
Dari sisi penawaran, meningkatnya pertumbuhan ekonomi Sultra secara dominan didorong
oleh kinerja positif di kategori pertambangan dan kategori konstruksi. Pada periode laporan
kategori pertambangan tumbuh sebesar 12,0% (yoy) setelah selama tahun 2014 mengalami
kontraksi akibat dari diberlakukannya UU Minerba. Sementara itu, akselerasi kinerja kategori
konstruksi mencapai 13,3% (yoy) didorong oleh upaya perbaikan infrastruktur.
1.3.1 Kategori Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
Kategori pertanian, kehutanan dan perikanan masih menunjukkan tren penurunan, bahkan
selama tahun 2015 usaha di kategori ini masih mengalami kontraksi. Pada periode laporan
kategori tersebut tercatat mengalami kontraksi sebesar 1,9% (yoy) setelah di periode sebelumnya
juga terkontraksi sebesar 0,6%. Penurunan tersebut disebabkan oleh penurunan kinerja kategori
perikanan akibat tingginya gelombang laut selama periode laporan. Tingginya gelombang laut
tersebut berakibat menurunnya hasil tangkapan ikan. Sementara itu, kinerja tanaman perkebunan
yang secara dominan diwakili oleh tanaman kakao juga masih rendah. Panen kakao yang semula
diharapkan sudah memasuki musim panen pada akhir triwulan II masih belum optimal dikarenakan
terjadi pergeseran musim tanam menjadi triwulan III 2015.
Meskipun demikian, panen raya padi yang terjadi pada periode laporan mampu menahan
kontraksi pada kategori pertanian, kehutanan dan perikanan lebih dalam. Berdasarkan hasil liaison
dengan beberapa instansi serta beberapa pelaku usaha di lapangan, saat ini terjadi pergeseran
musim panen raya di hampir seluruh sentra produksi padi di Sulawesi Tenggara. Pola panen raya
yang biasanya terjadi di rentang periode triwulan I (bulan Maret), pada tahun ini bergeser menjadi
bulan April-Mei. Pergeseran musim panen itu sendiri disebabkan oleh relatif tingginya tingkat curah
hujan selama awal periode triwulan I (bulan Februari) sehingga mengganggu pola masa tanam
komoditas padi.
1.3.2 Kategori Pertambangan
Kinerja kategori pertambangan masih terus menunjukkan perbaikan, setelah pada tahun
2014 mengalami kontraksi dan memberikan andil negatif, maka pada triwulan II 2015
kategori pertambangan tumbuh terakselerasi cukup tinggi, yaitu sebesar 12,0% (yoy).
Peningkatan tersebut cukup tinggi dikarenakan di triwulan sebelumnya kinerja kategori ini tumbuh
pada level 9,4% (yoy). Tingginya tingkat pertumbuhan kategori tambang di periode laporan, selain
disebabkan oleh based point effect pasca pemberlakuan UU Minerba di tahun 2014, juga
disebabkan oleh tingginya kebutuhan akan pasokan bahan tambang berupa ore nickel dalam
proses pembuatan nikel olahan. Kondisi tersebut sejalan dengan pesatnya perkembangan di
kategori industri olahan seiring dengan pembangunan smelter baru di beberapa wilayah di
Sulawesi Tenggara. Berdasarkan hasil pemantauan terakhir di lapangan, diketahui bahwa saat ini
sudah terdapat 2 (dua) smelter yang telah beroperasi secara penuh. Pengoperasian tungku smelter
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 14
secara maksimal akan memberikan efek langsung atas naiknya tingkat kebutuhan ore nickel yang
digunakan untuk proses pemurnian menjadi komoditi Nickel Pig Iron (NPI) maupun Ferro Nickel
(Feni) sehingga turut mendorong kinerja kategori tambang.
Mulai membaiknya kinerja kategori tambang tercermin dari mulai meningkatnya produksi ore
nickel di salah satu perusahaan pertambangan yang tercatat sebesar 117,7 ribu WMT atau
meningkat sebesar 4,9 ribu WMT dibandingkan periode sebelumnya. Meskipun demikian, hasil
produksi tersebut masih jauh di bawah rata-rata produksi ore nickel triwulanan pada tahun 2012-
2013 yang mencapai 710 ribu WMT/triwulan. Perusahan yang memiliki smelter pengolahan nikel
berupa Feni juga mencatat peningkatan produksi Feni. Pada triwulan II 2015, produksi Feni di
perusahaan tersebut mencapai 4.948 WMT pada periode yang sama.
Sejalan dengan telah berlakunya UU Minerba terkait pelarangan ekspor mineral mentah, maka
fokus pemerintah saat ini beralih kepada realisasi pembangunan dan pengembangan industri
pengolahan di wilayah Sulawesi Tenggara. Diharapkan dengan berdirinya pabrik pengolahan dan
pemurnian mineral (smelter) tersebut akan memberikan nilai tambah yang jauh lebih tinggi
terhadap hasil pertambangan di Sulawesi Tenggara, selain itu juga dapat menjaga kesinambungan
pertumbuhan ekonomi di kategori tambang sekaligus turut mendorong berkembangnya kategori
industri pengolahan. Upaya pemerintah saat ini terlihat dari telah berdirinya 2 (dua) pabrik
pengolahan dan pemurnian mineral di Kabupaten Konawe dan Kolaka. Berdasarkan hasil liaison
yang dilakukan terhadap responden pelaku usaha tambang, diperoleh informasi bahwa terdapat
rencana pengembangan dan pembangunan 34 pabrik pengolahan dan pemurnian mineral lainnya
dan 12 di antaranya sudah mulai masuk di tahap konstruksi. Diharapkan pembangunan smelter
tersebut dapat diselesaikan pada tahun 2016 dan beroperasi secara optimal di tahun 2017.
Sumber: Salah Satu Produsen Nikel Utama Sultra Sumber: LB Bank Umum, Lokasi Proyek (diolah)
Grafik 1.16. Produksi Ore Nikel Grafik 1.17. Kredit Kategori Pertambangan
Meskipun demikian, peningkatan kinerja kategori pertambangan tidak diikuti dengan
meningkatnya penyaluran kredit ke kategori tersebut. Pada triwulan II 2015, kredit ke kategori
pertambangan di Sulawesi Tenggara berdasarkan lokasi proyek mencapai Rp1,43 triliun, tumbuh
117.651
-46,03%
-200%
0%
200%
400%
600%
800%
1000%
1200%
-
200.000
400.000
600.000
800.000
1.000.000
1.200.000
1.400.000
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2012 2013 2014 2015
Series1 Series2
Volume (WMT)yoy
1.428
-4,2%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
-
200
400
600
800
1.000
1.200
1.400
1.600
1.800
I II III IV I II III IV I II
2013 2014 2015
Billions
Kredit Sektor Pertambangan g Kredit Pertambangan (sb. Kanan)
Rp miliaryoy
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 15
terkontraksi sebesar 4,2% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang terakselerasi
sebesar 5,9% (yoy).
1.3.3 Kategori Industri Pengolahan
Berbeda dengan kinerja di kategori pertambangan, pada triwulan II 2015 kinerja usaha
kategori industri pengolahan mengalami perlambatan dengan hanya tumbuh sebesar 11,0%
(yoy), lebih rendah dibandingkan dengan kinerja di triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar 18,2% (yoy). Perlambatan tersebut menahan laju akselerasi perekonomian di periode
laporan. Hal ini disebabkan karena produksi feronikel di salah satu perusahaan industri pengolahan
terbesar di Sulawesi Tenggara mengalami penurunan. Pada triwulan II 2015, produksi feronikel di
perusahaan tersebut tumbuh sebesar 16,1% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tumbuh sebesar 35,6% (yoy).
Sejalan dengan penurunan yang terjadi pada kinerja kategori pengolahan, realisasi kredit
perbankan di kategori ini juga mengalami penurunan. Pada triwulan II 2015, kredit ke kategori
industri pengolahan hanya tumbuh sebesar 3,7% (yoy), lebih rendah daripada pertumbuhan di
triwulan sebelumnya yang mencapai 8,3% (yoy). Meskipun demikian, kondisi tersebut tidak terlalu
mempengaruhi kinerja kategori ini dalam menunjang perkembangan ekonomi di Sulawesi
Tenggara. Berdasarkan hasil konfirmasi dari beberapa pelaku usaha terkait, diketahui bahwa
mayoritas pelaku usaha kategori industri olahan relatif cenderung memilih memenuhi kebutuhan
modalnya melalui pemenuhan modal sendiri dibandingkan melalui fasilitas kredit perbankan.
Sumber: Salah Satu Produsen Feronikel Utama Sultra Sumber: LB Bank Umum Sultra, Lokasi Proyek (diolah)
Grafik 1.18 Perkembangan Produksi Feronikel Grafik 1.19. Perkembangan Kredit Kategori Industri
1.3.4 Kategori Perdagangan Besar Dan Eceran
Kinerja kategori perdagangan besar dan eceran pada triwulan II 2015 juga mengalami
akselerasi dengan tumbuh sebesar 8,9% (yoy), lebih tinggi dari periode sebelumnya yang
tumbuh sebesar 8,5% (yoy). Akselerasi yang terjadi pada triwulan ini lebih didominasi oleh
4.942
16,1%
-40%
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
-
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2012 2013 2014 2015
Produksi nikel g Produksi nikel
Volume (WMT)yoy
177,7
3,7%
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
-
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
I II III IV I II III IV I II
2013 2014 2015
Kredit Sektor Industri g Kredit Industri (sb. Kanan)
Rp miliaryoy
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 16
peningkatan kinerja ekspor luar negeri. Pada triwulan II 2015, total ekspor provinsi Sulawesi
Tenggara tercatat sebesar 37.848,7 ton atau terkontraksi sebesar 0,5%, jauh lebih tinggi dari pada
periode sebelumnya terkontraksi tajam sebesar 99,1% (19.603,9 ton).
Sumber: KP Bea Cukai (diolah) Sumber: KP Bea Cukai (diolah)
Grafik 1.20 Volume Ekspor Sulawesi Tenggara Grafik 1.21 Transaksi Perdagangan luar negeri
Pada triwulan II 2015 komoditas utama yang memicu akselerasi pertumbuhan pada kategori
perdagangan adalah komoditas Ferronickel dengan tercatat sebesar 22.263,7 ton atau tumbuh
sebesar 30,4% (yoy), lauh lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar
sebesar 18.819,3 ton atau tumbuh -25,1% (yoy). Selain komoditas tersebut, komoditas ikan hidup
juga tercatat sebesar 47,7 ton atau tumbuh sebesar 1,3% (yoy), lebih tinggi dibandingkan periode
sebelumnya yang tercacat sebesar 27,9 ton) atau tumbuh sebesar 0,7% (yoy).
Selain itu, kinerja perdagangan domestik relatif membaik meskipun masih terbatas. Hal tersebut
terlihat dari kegiatan di pelabuhan Kendari yang didominasi oleh kegiatan bongkar yang
mengalami perbaikan. Pada triwulan II 2015 pertumbuhan arus bongkar tercatat terkontraksi
sebesar 8,8% (yoy), lebih kecil daripada periode sebelumnya yang terkontraksi sebesar 23,3%
(yoy). Perbaikan aktivitas bongkar tersebut disebabkan oleh adalah masuknya bulan Ramadhan
pada akhir periode laporan yang pada akhirnya meningkatkan kebutuhan masyarakat akan
komoditas-komoditas bahan makanan, makanan jadi maupun pakaian.
Di sisi lain, akselerasi yang terjadi di kategori perdagangan besar dan eceran tidak diikuti dengan
pertumbuhan pada kredit yang diberikan pada kategori tersebut. Pada triwulan II 2014, kredit
kategori perdagangan mencapai Rp4,1 triliun, atau tumbuh sebesar 8,8% (yoy), melambat
dibandingkan periode sebelumnya yang dapat tumbuh sebesar 10,7% (yoy).
20 38
-99,1%
-49,3%
-120%
-100%
-80%
-60%
-40%
-20%
0%
-
500
1.000
1.500
2.000
2.500
I II III IV I II
2014 2015
Millions
Volume Eksport g Volume Eksport
(ton)
yoy
66,1 70,7
17,1 11,9
-
20
40
60
80
100
120
140
160
I II III IV I II
2014 2015
Nilai Eksport Nilai Import
Juta USD
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 17
Sumber: PT Pelindo (diolah) Sumber: LB Bank Umum, Lokasi Proyek (diolah)
Grafik 1.22 Aktivitas Bongkar Muat di Pelabuhan
Kendari
Grafik 1.23 Perkembangan Kredit Kategori
Pedagangan
1.3.5 Kategori Konstruksi
Pada triwulan II 2015, kategori konstruksi dapat tumbuh sebesar 13,3% (yoy), meningkat
cukup besar bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar
1,7% (yoy). Akselerasi tersebut terjadi seiring fokus pemerintah pusat maupun daerah pada upaya
perbaikan infrastruktur seperti pembangunan jalan, pelabuhan, bandara maupun saluran irigasi.
Sementara itu, berdasarkan hasil liaison diketahui bahwa beberapa realisasi proyek swasta terkait
konstruksi beberapa hotel dan komplek perumahan juga turut mendorong perkembangan
pertumbuhan kategori konstruksi pada periode triwulan II 2015.
Sumber: LB Bank Umum, lokasi proyek (diolah) Sumber: Asosiasi Semen
Grafik 1.24 Kredit Kategori Konstruksi Grafik 1.25. Penjualan Semen
Hal tersebut terkonfirmasi dengan peningkatan penjualan semen di Sulawesi Tenggara. Penjualan
semen pada periode laporan tercatat sebesar 131.613 kg atau tumbuh sebesar 21,2% (yoy), jauh
lebih tinggi jika dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 123.173 kg atau
1,7% (yoy). Selain itu, kredit yang diberikan kepada kategori konstruksi di Sulawesi Tenggara juga
-8,8%
-5,3%
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
250%
300%
350%
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2012 2013 2014 2015
Arus bongkar Arus muat
%, yoy
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
45%
-
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
4.000
4.500
I II III IV I II III IV I II
2013 2014 2015
Kredit Sektor Perdagangan g Kredit Perdagangan (sb. Kanan)
Rp miliaryoy
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
-
100
200
300
400
500
600
I II III IV I II III IV I II
2013 2014 2015
Billions
Kredit Sektor Konstruksi g Kredit Konstruksi (sb. Kanan)
Rp miliaryoy
123.173
131.613
-
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
120.000
140.000
160.000
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2012 2013 2014 2015
Series1
kg
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 18
mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan periode sebelumnya sejalan dengan akselerasi
yang terjadi di kategori Konstruksi. Pada triwulan II 2015, kredit konstruksi mengalami
pertumbuhan sebesar 1% (yoy) setelah pada periode sebelumnya mengalami konstraksi sebesar
8,9% (yoy).
1.3.6 Kategori Transportasi Dan Pergudangan
Kategori transportasi dan pergudangan Sulawesi Tenggara tercatat tumbuh terakselerasi
sebesar 7,1% (yoy) pada triwulan II 2015 setelah di periode sebelumnya tumbuh sebesar
5,7% (yoy). Peningkatan tersebut terkonfirmasi oleh peningkatan jumlah penumpang kapal laut
yang mengalami penambahan sebanyak 6,2 ribu orang dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya. Sementara berdasarkan hasil liaison dengan pihak terkait diketahui bahwa
penumpang udara pun pengalamai peningkatan. Peningkatan yang terjadi pada periode laporan
disebabkan mulai masuknya arus mudik pada akhir Juni. Selain itu, peningkatan kinerja pada usaha
kategori ini juga didorong oleh peningkatan aktivitas pengiriman barang baik ke luar negeri
maupun secara domestik.
Sumber: PT Pelindo
Grafik 1.26. Arus Penumpang Kapal laut
125.377
131.577
-
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
120.000
140.000
160.000
180.000
200.000
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2012 2013 2014 2015
orang
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 19
BOKS 1
KONDISI KELISTRIKAN SULAWESI TENGGARA
Dibandingkan dengan daerah lainnya di Kawasan Timur Indonesia (Kawasan Timur Indonesia), rasio
elektrifikasi di Sulawesi Tenggara tahun 2014 masih berada di kategori rendah yaitu hanya sebesar
66,9%. Rasio elektrifikasi Sultra tersebut hanya lebih tinggi dibandingkan Papua, NTT dan NTB.
Kondisi tersebut tentu saja akan berdampak pada hilangnya kesempatan untuk mendapatkan
investasi yang lebih sustainable seperti investasi pada industri pengolahan. Padahal kebutuhan listrik
untuk KTI tumbuh cukup tinggi yaitu mencapai 9,4% per tahun. Sedangkan pemenuhan listrik masih
diprioritaskan kepada pelanggan rumah tangga, sehingga harga jualnya juga rendah dan tidak
memberi keuntungan bagi investor pembangkit baik oleh PLN maupun swasta.
Gambar 1. Peta Rasio Elektrifikasi KTI
Tabel 1. Pembangkit Listrik di Sultra
Sumber: RPTUL 2015 PT. PLN
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 20
Dari sisi suply listrik, sistem pembangkit di Sultra memiliki surplus yang relatif kecil yaitu hanya sebesar
7MW dihitung dari daya mampu pembangit dikurangi dengan beban puncak. Meskipun demikian,
surplus tersebut tidak dapat mensupport apabila ada kerusakan pada pembangkit karena
infrastruktur kelistrikan di Sultra menggunakan 8 sistem isolated (tidak saling terhubung).
Sumber: RPTUL 2015 PT. PLN
Gambar 2. Peta Jaringan Isolated dan Rencana Pengembangan Jaringan di Sultra
Meskipun demikian, Pemerintah dan PT. PLN sudah menyiapkan beberapa pengembangan untuk
menyediakan listrik bagi masyarakat, baik berupa pembangunan pembangkit listrik maupun
pembangunan jaringan transmisi. Meskipun demikian, terdapat beberapa kendala yang dihadapi
dalam pemenuhan listrik tersebut. Dari hasil liaison dan diskusi dengan pelaku usaha dan beberapa
instansi terkait masalah tersebut yaitu: Pertama, masalah pembebasan lahan yaitu harga tanah jauh
di atas harga standar PLN/appraisal, adanya tumpang tindih kepemilikan lahan dan pemilik lahan
belum memiliki dokumen. Kedua, masalah perizinan yaitu proses perizinan lintas instansi yang
memerlukan waktu panjang dan izin untuk melintasi area perkebunan, hutan lindung, kereta api,
dll. Ketiga, masalah anggaran seperti kontrak APBN yang masih menggunakan rupiah murni dan
tidak menerapkan eskalasi harga. Keempat, masalah return on investment yang rendah karena
besarnya pangsa pelanggan kelompok rumah tangga yang memiliki tarif rendah (subsidi).
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 21
Keuangan
Pemerintah
Sampai dengan semester I 2015, total anggaran belanja yang sudah direalisasikan
adalah sebesar Rp5,99 triliun dengan realisasi terhadap target dari APBD Provinsi paling
besar, yaitu sebesar 34,3% dari keseluruhan anggaran tahun 2015. Sementara realisasi
APBD Kota/Kabupaten mencapai 30,5% dan APBN hanya sebesar 19,3% dari target
selama tahun 2015. Dengan demikian, masih ada ruang fiskal di Sulawesi Tenggara
sebesar Rp16,45 triliun sampai akhir 2015.
Bab 2
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 22
2.1 STRUKTUR ANGGARAN DAN REALISASI SEMESTER I 2015
Keuangan Pemerintah di Sulawesi Tenggara terbagi atas keuangan pemerintah daerah
(Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah/APBD) dengan keuangan pemerintah pusat di
daerah, dengan porsi terbesar adalah APBD Kabupaten/Kota. Keuangan pemerintah daerah
terdiri atas APBD Provinsi Sulawesi Tenggara dengan seluruh APBD Kabupaten dan Kota.
Sementara keuangan pemerintah pusat di daerah, merupakan anggaran instansi vertikal yang
berada di Sulawesi Tenggara. Total anggaran pemerintah daerah maupun anggaran pemerintah
pusat di daerah untuk Provinsi Sulawesi Tenggara mencapai Rp22,45 Triliun di tahun 2015,
meningkat sebesar 27,2% dibandingkan tahun 2014. Adapun porsi terbesar adalah anggaran
keuangan Pemerintah Kota/Kab sebesar 52,2% (Rp11,72 triliun), diikuti dengan anggaran
keuangan bersumber dari APBN1 sebesar 37,4% (Rp8,41 triliun) dan APBD Provinsi sebesar 10,3%
(Rp2,32 triliun).
*belanja operasional termasuk belanja tidak langsung dan belanja langsung pegawai, belanja hibah, bansos, dll
Sumber: BPKAD Prov. Sultra, Dirjen Perimbangan Keuangan Kemenkeu RI, Kanwil Perbendaharaan Negara Prov. Sultra
Grafik 2.1. Struktur Anggaran Belanja Keuangan Pemerintah di Sulawesi Tenggara
Sampai dengan semester I 2015, total anggaran belanja yang sudah direalisasikan adalah sebesar
Rp5,99 triliun dengan pangsa terbesar masih didominasi oleh realisasi anggaran APBD
Kota/Kabupaten sebesar 59,6%, diikuti oleh APBN sebesar 27,1% dan APBD Provinsi sebesar
1 Anggaran bersumber dari APBN tidak termasuk dana transfer dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah karena dana transfer tersebut sudah tercatat dalam APBD.
Belanja Modal31%
Belanja Barang
17%
Operasional52%
Belanja Modal Belanja Barang Operasional
Belanja Modal26%
Belanja Barang
14%
Operasional60%
Belanja Modal Belanja Barang Operasional
Belanja Modal44%
Belanja Barang31%
Operasional25%
Belanja Modal Belanja Barang OperasionalAPBD
Provinsi
APBD Kota/Kab
APBN
Rp2,32 Triliun
Rp8,41 Triliun
Rp11,72 Triliun
10,3%
52,2%
37,4%
meningkat 6,2% (yoy)
meningkat 18,4% (yoy)
meningkat 51,2% (yoy)
89,1% (yoy)
39,5% (yoy)
20,9% (yoy)
-4,1% (yoy)
0,3% (yoy)
12,9% (yoy)
31,3% (yoy)
7,0% (yoy)
15,5% (yoy)
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
23
13,3%. Meskipun pangsa realisasinya terkecil, namun realisasi terhadap target dari APBD Provinsi
paling besar, yaitu sebesar 34,3% dari keseluruhan anggaran tahun 2015. Sementara realisasi
APBD Kota/Kabupaten mencapai 30,5% dan APBN hanya sebesar 19,3% dari target selama tahun
2015. Dengan demikian, masih ada ruang fiskal di Sulawesi Tenggara sebesar Rp16,45 triliun
sampai akhir 2015.
Sumber: BPKAD Prov. Sultra, Dirjen Perimbangan Keuangan Kemenkeu RI, Kanwil Perbendaharaan Negara Prov. Sultra
Grafik 2.2. Realisasi Anggaran Belanja Keuangan Pemerintah Semester I di Sulawesi Tenggara
Data Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Daerah (LKPP) menunjukkan kinerja keuangan
per bulan untuk Provinsi Sulawesi Tenggara selama triwulan II 2015 relatif masih rendah
dibandingkan dengan target yang ditetapkan. Sampai dengan pertengahan tahun 2015, kondisi
keuangan Pemprov Sultra baru mencapai 36,0% di bawah target 59,4%. Sementara itu kondisi
penyelesaian fisik baru mencapai 24,1%, di bawah target 62,9%. Kondisi tersebut diperkirakan
disebabkan oleh masih berlangsungnya proses lelang sehingga tingkat realisasi di lapangan relatif
masih rendah.
Meskipun demikian, bila dibandingkan dengan pencapaian tahun sebelumnya, tingkat realisasi
baik kondisi keuangan maupun pada proses penyelesaian fisik di periode laporan tercatat relatif
lebih baik apabila dibandingkan dengan kinerja di periode yang sama tahun sebelumnya yaitu
tingkat realisasi keuangan hanya mencapai 26,7% dan penyelesaian fisik sebesar 12,4%.
25,2%
27,6%
33,4% 34,3%
30,5%
19,3%
0,0%
10,0%
20,0%
30,0%
40,0%
50,0%
60,0%
70,0%
80,0%
90,0%
100,0%
Pro
v
Kab
/Kota
APBN
Pro
v
Kab
/Kota
APBN
Pro
v
Kab
/Kota
APBN
Pro
v
Kab
/Kota
APBN
Pro
v
Kab
/Kota
APBN
2011 2012 2013 2014 2015
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 24
Sumber: Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Sumber : Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa
Grafik 2.3. Perkembangan Kondisi Keuangan Antara
Realisasi dan Target Bulanan APBD Sulawesi
Tenggara
Grafik 2.4. Perkembangan Penyelesaian Fisik
Pengadaan Antara Realisasi dan Target Bulanan APBD
Sulawesi Tenggara
Tabel 2.1. Realisasi APBD Kota/Kabupaten di Sulawesi Tenggara Semester I 2015
Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan Kemenkeu RI, Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa
Adapun untuk realisasi belanja APBD Kota/Kabupaten relatif bervariasi antar daerah. Daerah
dengan realisasi sampai dengan semester I 2015 yang terbesar adalah di Kab.Muna sebesar 49,1%
diikuti dengan Kab. Konawe Utara sebesar 47,7%. Sementara itu, daerah dengan realisasi terendah
adalah di Kab. Buton Tengah yang baru merealisasikan anggarannya sebesar 14,6%.
3,2%
10,8%
19,5%19,5%
24,8%
31,5%
3,4%
23,0%
32,3%
44,4%
50,9%
59,4%
2,7%7,4%
10,6%
18,1%20,5%
26,7%
2,7%
9,1%
14,1%
23,5%
30,1%
36,0%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
2014 . 2015
Target
Realisasi
1,3%
6,6%
16,2%
26,1%
33,3%
43,6%
3,8%
10,9%
27,5%
40,6%
49,8%
62,9%
0,0%
0,9%2,7%
4,5%7,7%
12,4%
0,0%
0,7%3,5%
10,6%
18,7%
24,1%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
2014 . 2015
Target
Realisasi
Kota/kab 2012 2013 2014 2015
Kab. Buton 36,6% 23,7% 25,2% 28,0%
Kab. Konawe 35,5% 42,4% 23,7% N/A
Kab. Kolaka 34,6% 35,3% 40,9% 32,3%
Kab. Muna 33,1% 28,7% 35,8% 49,1%
Kota Kendari 32,0% 28,8% 24,4% 28,3%
Kota Bau-Bau 36,0% 24,3% 21,1% 30,2%
Kab. Konawe Selatan 29,4% 24,3% 27,7% N/A
Kab. Bombana 23,9% 27,5% 28,0% 24,3%
Kab. Wakatobi 31,8% 25,2% 28,9% 25,3%
Kab. Kolaka Utara 47,6% 31,4% 23,5% 26,2%
Kab. Konawe Utara 42,7% 22,6% 29,1% 47,7%
Kab. Buton Utara 31,0% 27,6% 26,5% 20,2%
Kab. Kolaka Timur 27,3% N/A
Kab. Konawe Kepulauan 24,8% 20,0%
Kab. Muna Barat 20,0% 20,4%
Kab. Buton Tengah 14,6%
Kab. Buton Selatan N/A
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
25
2.2 PERKEMBANGAN REALISASI ANGGARAN APBD PROVINSI2
2.2.1 Realisasi Anggaran Pendapatan
Realisasi pendapatan Sulawesi Tenggara terhadap anggaran pada triwulan II 2015 relatif lebih
baik jika dibandingkan realisasi pendapatan pemerintah daerah di periode yang sama tahun
sebelumnya. Pendapatan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara di triwulan II 2015 terealisasi
senilai Rp1,21 triliun, atau sebesar 53,71% dari target total pendapatan dalam APBD 2015. Angka
serapan tersebut tercatat mengalami sedikit kenaikan dibandingkan dengan realisasi di triwulan II
2014 yang tercatat sebesar Rp1,12 triliun atau 52,48% dari target dalam APBD. Kinerja positif
realisasi pendapatan daerah tersebut secara dominan disebabkan oleh sudah terealisasinya
pendapatan transfer dari pemerintah pusat yang pada periode triwulan II tahun 2015 mencapai
sebesar 57,03% atau senilai Rp986,5 miliar.
Tabel 2.2. Realisasi dan Pencapaian Target Pendapatan Pemerintah Sulawesi Tenggara Pada Triwulan II
Ket: data realisasi hanya pada triwulan II bukan diakumulasikan dengan triwulan I
Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara
Di sisi lain, realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada periode laporan juga tercatat cukup baik
yakni sebesar 40,43% atau senilai 213,34 miliar, meski sedikit menurun dibanding pencapaian
pada triwulan yang sama tahun sebelumnya yakni sebesar 47,28% atau senilai Rp269,57 miliar.
2 Asesmen pada sub-bab menggunakan data realisasi pendapatan dan belanja pemerintah daerah hanya pada triwulan II 2015 bukan data kumulatif s.d triwulan II 2015.
Realisasi
(Miliar Rp)Serap (%)
Realisasi
(Miliar Rp)Serap (%)
Realisasi
(Miliar Rp)Serap (%)
PENDAPATAN 1,033.38 52.94% 1,121.33 52.48% 1,212.61 53.71%
PENDAPATAN ASLI DAERAH 232.89 46.34% 269.57 47.28% 213.34 40.43%
Pendapatan Pajak Daerah 188.68 50.22% 186.71 39.94% 141.38 35.33%
Hasil Retribusi Daerah 11.73 48.47% 9.19 39.87% 8.03 43.82%
Hasil Pengelolaan yang Dipisahkan 23.84 100.08% 23.32 97.15% 22.89 95.37%
Lain-lain PAD 8.64 10.95% 50.35 90.49% 41.04 48.19%
PENDAPATAN TRANSFER 794.69 55.05% 805.71 52.78% 986.51 57.03%
Transfer Pemerintah Pusat 649.56 56.91% 614.62 50.70% 782.05 59.17%
Dana Bagi Hasil Pajak 28.76 42.77% - 0.00% 12.58 45.78%
Dana Bagi Hasil Bukan Pajak 32.55 81.84% - 0.00% 57.30 129.17%
Dana Alokasi Umum 572.27 58.33% 614.62 58.33% 686.25 58.33%
Dana Alokasi Khusus 15.98 30.00% - 0.00% 25.92 35.27%
Transfer Pemerintah Pusat Lainnya 145.13 48.02% 191.09 60.80% 204.46 50.09%
Dana Otonomi Khusus - - - - - -
Dana Penyesuaian 145.13 48.02% 191.09 60.80% 204.46 50.09%
LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 5.80 99.93% 46.06 115.46% 12.76 -
Pendapatan Hibah 5.80 99.93% - 0.00% - -
Pendapatan Dana Darurat - - - - - -
Pendapatan Lainnya - - 46.06 - 12.76 -
*Posisi Triwulan I
U R A I A N
APBD 2015APBD 2014APBD 2013
Triwulan IITriwulan IITriwulan II
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 26
Sementara itu, realisasi pendapatan pajak daerah relatif masih rendah, sehingga menyebabkan
realisasi anggaran PAD di periode laporan menjadi sedikit kurang optimal. Meskipun demikian, pos
hasil pengelolaan yang dipisahkan justru tercatat mengalami peningkatan yang signifikan yakni
sebesar 95,37% atau senilai Rp22,89 miliar di triwulan II 2015 dari total APBD 2015 sebesar
Rp23,82 miliar.
2.2.2 Realisasi Anggaran Belanja
Tabel 2.3 Realisasi dan Pencapaian Target Belanja Pemerintah Sulawesi Tenggara
Ket: data realisasi hanya pada triwulan II bukan diakumulasikan dengan triwulan I
Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara
Berbeda dengan kinerja di sisi pendapatan, penyerapan anggaran belanja APBD Provinsi
Sulawesi Tenggara pada triwulan II 2015 justru tercatat lebih rendah dibandingkan dengan
realisasi anggaran di triwulan II 2014. Realisasi belanja Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara
pada periode laporan mencapai 21,90% dari target atau masih lebih rendah dibandingkan kinerja
pada periode yang sama tahun sebelumnya yang mampu merealisasikan anggaran sebesar
26,15%. Penurunan tersebut terutama didorong oleh penurunan daya serap belanja operasi dan
pos transfer bagi hasil ke Kabupaten/Kota. Belanja operasi terealisasikan sebesar 24,68% atau
senilai Rp356,74 miliar, angka tersebut mengalami penurunan dibanding periode yang sama tahun
sebelumnya dengan tingkat realisasi sebesar 34,45% atau senilai Rp500,78 miliar. Di sisi lain,
belanja transfer terealisasikan sebesar 18,72 % atau senilai Rp42,10 miliar, menurun dibanding
Realisasi
(Miliar Rp)Serap (%)
Realisasi
(Miliar Rp)Serap (%)
Realisasi
(Miliar Rp)Serap (%)
BELANJA 635.02 29.17% 640.79 26.15% 503.80 21.90%
BELANJA OPERASI 467.59 35.26% 500.78 34.45% 356.74 24.68%
Belanja Pegawai 231.51 39.85% 205.89 35.74% 133.12 22.43%
Belanja Barang 60.50 20.35% 94.56 23.28% 79.47 25.35%
Belanja Bunga 8.82 30.10% 11.11 43.51% 2.45 10.12%
Belanja Subsidi - 0.00% - 0.00% - 0.00%
Belanja Hibah 148.52 48.34% 161.35 49.38% 109.56 26.53%
Belanja Bantuan Sosial - 0.00% - 0.00% - 0.00%
Belanja Bantuan Keuangan 18.24 16.37% 27.86 23.41% 32.15 31.77%
BELANJA MODAL 37.90 6.28% 49.96 6.87% 104.96 17.71%
Belanja Tanah - 0.00% - 0.00% 10.79 49.49%
Belanja Peralatan dan Mesin 5.60 11.54% 4.62 9.34% 11.50 22.23%
Belanja Bangunan dan Gedung 1.15 2.05% 19.46 9.80% 20.85 11.24%
Belanja Jalan, irigasi dan Jaringan 31.15 6.63% 25.81 5.92% 61.82 18.64%
Belanja Aset Tetap Lainnya - 0.00% 0.07 6.15% 0.00 0.05%
BELANJA TIDAK TERDUGA - 0.00% - 0.00% - 0.00%
Belanja Tak Terduga - 0.00% - 0.00% - 0.00%
TRANSFER 129.53 54.84% 90.05 36.07% 42.10 18.72%
Transfer Bagi hasil ke Kab/Kota - 0.00% 90.05 36.07% - 0.00%
Bagi Hasil Pajak 129.53 54.84% - 0.00% 42.10 0.00%
*Posisi Triwulan II
U R A I A N
APBD 2015APBD 2014APBD 2013
Triwulan IITriwulan IITriwulan II
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
27
triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 36,07% atau senilai Rp90,05 miliar. Penurunan
kinerja penyerapan belanja operasi diantaranya disebabkan oleh realisasi pada pos belanja pegawai
dan belanja bunga yang masih belum optimal. Diperkirakan realiasi belanja operasi khususnya pada
pos belanja pegawai baru akan mengalami penyerapan yang cukup optimal di triwulan III 2015
seiring dengan pembagian gaji ke-13 bagi PNS yang jatuh pada bulan Juli.
Sementara itu, kinerja realisasi pos belanja modal juga diketahui relatif masih cukup rendah yakni
sebesar 17,71% atau senilai Rp104,96 miliar. Meski demikian angka realisasi tersebut mengalami
peningkatan dibandingkan kinerja penyerapan di periode yang sama tahun sebelumnya yakni
sebesar 6,87% atau senilai Rp49,96 miliar.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 28
BOKS 2
PENYALURAN DANA DESA DARI APBN
Pada tahun 2015, desa mendapatkan tambahan dana yang bersumber langsung dari APBN. Sesuai
dengan Peraturan Presiden RI No.36/2015 tentang Rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Tahun 2015, Dana Desa yang dialokasikan untuk Sulawesi Tenggara selama tahun 2014 mencapai
Rp496,07 miliar. Nominal tersebut hanya sebesar 2,39% dari keseluruhan Dana Desa yang disalurkan
secara nasional sebesar Rp20,77 triliun.
Tabel 1. Alokasi Dana Desa APBN dan Penyaluran Tahap I
Kabupaten yang paling besar mendapatkan Dana Desa dari APBN di Sultra adalah Kab. Konawe
Selatan sebesar Rp89,65 miliar dan diikuti oleh Kab. Konawe (Rp63,87 miliar). Adapun daerah
dengan alokasi paling kecil adalah Kab. Buton Selatan dan Kab. Konawe Kepulauan. Meskipun
demikian, mengingat alokasi tersebut didasarkan pada jumlah desa yang ada pada suatu kabupaten,
maka perbedaan anggaran yang diterima tiap desa tidak terlalu besar.
Sesuai dengan data Dirjen Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan, penyaluran tahap I untuk
Sultra sudah selesai dilakukan. Penyaluran tahap I tersebut adalah sebesar 40% dari alokasi yang
disediakan. Dengan demikian, pada rekening daerah atau desa sudah terdapat anggaran sebesar
Rp198,43 miliar. Sesuai dengan peruntukannya, anggaran tersebut hanya dapat digunakan untuk (1)
pembangunan infrastruktur desa seperti jalan desa, jembatan, dan irigasi; (2) pemberdayaan
masyarakat desa seperti pelatihan UMKM, pelatihan menjahit, dll.
April-Juni Juli
Buton 23,23 9,29
Konawe 63,87 25,55
Kolaka 27,61 11,04
Muna 34,21 13,69
Konawe Selatan 89,65 35,86
Bombana 31,99 12,80
Wakatobi 21,23 8,49
Kolaka Utara 34,85 13,94
Konawe Utara 36,35 14,54
Buton Utara 21,77 8,71
Konawe Kepulauan 20,22 8,09
Kolaka Timur 32,10 12,84
Buton Selatan 17,43 6,97
Buton Tengah 19,08 7,63
Muna Barat 22,49 8,99
Jumlah 496,1 190,3 8,09
Kabupaten AlokasiPenyaluran Tahap I
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
29
Meskipun demikian, dalam pelaksanaannya diindikasikan adanya permasalahan. Dari hasil liaison dan
diskusi dengan beberapa instansi terkait beberapa masalah tersebut antara lain:
1. Kesiapan regulasi pelaksanaannya (Perda, Perkada, Perdes & Perkades),
2. Kompetensi SDM Pemda, Kecamatan dan Perangkat Desa yang belum memadai,
3. Belum sinkronnya regulasi di tingkat pusat dan daerah,
4. Proporsi 30% (Operasional) dan 70% (Pembangunan /Pemberdayaan) menjadi hambatan
dalam penyusunan APB Desa,
5. Desa belum memiliki prosedur yang dibutuhkan untuk menjamin tertib administrasi dan
pengelolaan keuangan serta kekayaan milik desa,
6. Belum ada Grand Design Standar Akuntansi Pemerintahan untuk Desa
Gambar 1. Aliran Keuangan ke Desa
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 30
BOKS 3
PERAN BELANJA PEMERINTAH DALAM PEREKONOMIAN
Pada saat perekonomian sedang lesu maka masyarakat dan pelaku usaha mengharapkan agar
pemerintah dapat memperbesar belanjanya untuk mendorong perekonomian lebih tinggi. Meskipun
demikian, tidak serta merta pengeluaran pemerintah yang semakin tinggi akan terus mendorong
ekonomi tumbuh lebih tinggi.
Ekonom Richard W. Rahn (1996)3 menyatakan bahwa terdapat level tertentu dari pengeluaran
pemerintah yang dapat memberikan pertumbuhan ekonomi yang maksimal. Kondisi tersebut disebut
dengan Kurva Rahn (Rahn Curve). Dalam teori tersebut disebutkan bahwa suatu perekonomian pada
awalnya memerlukan peran pemerintah untuk mendorong pertumbuhannya karena perekonomian
memerlukan pemerintah untuk perlindungan usaha, untuk menjaga kepastian bisnis, untuk
memberikan pelayanan dan membangun infrastruktur. Meskipun demikian apabila belanja
pemerintah terus-menerus tinggi maka pertumbuhan ekonomi malah akan melambat.
Grafik 1. Rasio Pengeluaran Pemerintah per PDRB dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi
untuk KTI
Fenomena tersebut juga terjadi pada perekonomian di Kawasan Timur Indonesia yaitu terlihat bahwa
semakin besar rasio pengeluaran pemerintah (konsumsi dan investasi) per PDRB (atas dasar harga
berlaku) tidak memberikan pertumbuhan ekonomi yang optimal. Untuk Sulawesi Tenggara, rasio
pengeluaran pemerintah per PDRB mencapai 20,13% dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi
sebesar 6,88%. Kondisi tersebut memperlihatkan bahwa alokasi anggaran pemerintah secara umum
3 Richard Rahn (1996). What Is The Optimal Size Of Government
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
31
sudah mampu mendorong produksi di sektor swasta. Hal ini juga didukung dengan relatif besarnya
peran fiskal di Sulawesi Tenggara terhadap pertumbuhan ekonomi, yaitu dengan penambahan 10%
realisasi belanja konsumsi pemerintah dan belanja modal pemerintah akan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi sebesar 46,43%4 selama 2 tahun berjalan.
Meskipun demikian, untuk mewaspadai agar perekonomian Sultra tidak mengalami downward slope
jika belanja pemerintah semakin ditambah di masa yang akan datang maka perlu menghindari
beberapa hal sbb:
1. The displacement cost
Belanja pemerintah tidak ditujukan untuk mendorong peningkatan produktifitas sektor
swasta maupun investasi.
2. The negative multiplier cost
Belanja pemerintah sudah ditujukan untuk mendorong peningkatan produktifitas sektor
swasta maupun investasi, namun cost yang dikeluarkan lebih besar dari output atau investasi
yang dilakukan tidak dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat.
3. The behavioral subsidy cost
Terdapat bantuan sosial atau subsidi yang tidak tepat sasaran dan tidak mendorong
masyarakat untuk meningkatkan akses kepada pekerjaan, akses kepada pendidikan dan
akses kepada kesehatan.
4. The inefficiency cost
Pelayanan publik berjalan tidak efisien baik dari sisi jumlah SDM, pemanfaatan waktu kerja
dan kualitas jasa yang diberikan.
4 Dihitung dengan menggunakan model simultan REMBI (Regional Macroeconomic Model of Bank Indonesia) Provinsi Sulawesi Tenggara yang dibangun untuk memperoleh proyeksi indikator makroekonomi daerah. Model REMBI disusun dengan basis persamaan Y=C+I+G+X-M dan menghubungkan berbagai variabel ekonomi dalam 5 blok yaitu blok PDRB sisi permintaan, PDRB sisi penawaran, fiskal, harga, moneter.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 32
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 33
Inflasi
Daerah
Secara agregat, inflasi Sulawesi Tenggara pada triwulan II 2015 mengalami penurunan,
dari 7,81% (yoy) di triwulan sebelumnya menjadi 7,35% (yoy). Penurunan laju inflasi
Sulawesi Tenggara sejalan dengan menurunnya laju inflasi yang terjadi baik di Kota
Kendari maupun di Kota Baubau. Penurunan tekanan inflasi tersebut terutama
bersumber dari komponen volatile food akibat adanya panen raya komoditas beras.
Pada periode laporan upaya pengendalian inflasi difokuskan pada koordinasi dalam
upaya pemantauan harga berbagai komoditas di pasar, ketersediaan stok dan juga
kelancaran alairan distribusi untuk mengantisipasi kenaikan harga di Bulan Ramadhan
dan Hari Raya Idul Fitri.
Bab 3
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 34
3.1 KONDISI UMUM
Berdasarkan rilis inflasi yang dikeluarkan oleh BPS mengenai tingkat inflasi Kota Kendari dan
Kota Baubau, menunjukkan bahwa secara agregat tingkat inflasi provinsi Sulawesi Tenggara
mencapai 7,35% (yoy) pada triwulan II 20151. Angka inflasi tersebut lebih rendah dibandingkan
dengan laju laju inflasi di periode triwulan sebelumnya yang mencapai 7,81% (yoy). Penurunan laju
inflasi Sulawesi Tenggara tersebut sejalan dengan menurunnya tekanan inflasi yang terjadi baik di
Kota Kendari maupun di Kota Baubau. Meskipun demikian, realisasi inflasi tersebut lebih tinggi
apabila dibandingkan dengan tingkat inflasi nasional (7,26%, yoy). Dilihat dari kota yang dihitung
inflasinya, laju inflasi Kota Kendari di triwulan II 2015 mencapai 6,40% (yoy), lebih rendah bila
dibandingkan dengan laju inflasi di triwulan I 2015 sebesar 6,81% (yoy). Sementara itu, laju inflasi
kota Baubau mencapai 9,90% (yoy), mengalami penurunan yang cukup signifikan jika
dibandingkan laju inflasi di triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 10,52% (yoy).
Sumber: BPS Prov Sultra (diolah) Sumber: BPS Prov Sultra (diolah)
Grafik 3.1. Pergerakan Inflasi Sulawesi Tenggara Grafik 3.2. Perbandingan Inflasi Tahunan
Penurunan inflasi di Kota Kendari, terutama disebabkan oleh adanya penurunan pada kelompok
bahan makanan (dari 10,43%-yoy menjadi 6,97%-yoy) dan kelompok sandang (dari 0,27%-yoy
menjadi -0,75%-yoy). Penurunan pada kelompok bahan makanan tersebut disebabkan oleh
adanya panen raya padi sehingga membuat subkelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya
mengalami penurunan inflasi dari yang semula 22,43% (yoy) pada triwulan I 2015 menjadi 13,50%
(yoy) pada triwulan II 2015. Sedangkan penurunan pada kelompok sandang disebabkan oleh
pemberian diskon yang diberikan oleh beberapa ritel besar menjelang Bulan Ramadhan. Sementara
itu untuk Kota Baubau penurunan tingkat inflasi secara dominan dipengaruhi oleh penurunan
inflasi pada kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan yang pada triwulan II 2015
mengalami inflasi sebesar 12,68% (yoy) setelah pada periode sebelumnya mencapai 15,16% (yoy).
1 Seluruh angka inflasi Sulawesi Tenggara merupakan perhitungan agregasi oleh KPw BI Sulawesi Tenggara berdasarkan data inflasi Kota Kendari yang dikeluarkan oleh BPS Provinsi Sulawesi Tenggara dan inflasi Kota Baubau yang dikeluarkan oleh BPS Kota Baubau
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
2014 2015
Inflasi Nasional (7,26%, yoy)
Kendari (6,40%, yoy)
Sultra (7,35%, yoy)
Baubau (9,90%, yoy)
IHK Inflasi
Kendari
IHK Inflasi
Baubau
IHK Inflasi
Sultra
IHK Inflasi
Nasional
IHK Inflasi
KTI
6,40%
9,90%
7,35% 7,26%7,43%
Perbandingan Inflasi Tahunan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 35
Kondisi tersebut terutama disebabkan oleh adanya penurunan inflasi angkutan udara dari 52,76%
(yoy) pada triwulan I 2015 menjadi 30,07% (yoy) pada triwulan II 2015.
Tabel 3.1 Inflasi Provinsi Sulawesi Tenggara (mtm) Per Kelompok
Sumber: BPSProv Sultra (diolah)
Secara bulanan, tingkat laju inflasi Sulawesi Tenggara selama triwulan II 2015 lebih tinggi
dibandingkan dengan kondisi di periode triwulan I 2015. Selama periode triwulan II 2015 tersebut
Provinsi Sulawesi Tenggara mengalami inflasi sebesar 0,18% (mtm) pada bulan April, inflasi sebesar
0,51% (mtm) pada bulan Mei dan inflasi sebesar 0,52% (mtm) pada bulan Juni. Inflasi yang terjadi
pada bulan April disebabkan oleh adanya kebijakan pemerintah menaikan harga komoditas bensin
dan solar bersubsidi pada tanggal 28 Maret 2015, sehingga memberikan dampak secara penuh
pada bulan April. Pada tanggal tersebut, pemerintah menaikan harga komoditas bensin dari semula
Rp6.800,-/liter menjadi Rp7.300,-/liter dan komoditas solar dari yang semula Rp6.400,-/litter
menjadi Rp6.900,-/liter. Selanjutnya pada bulan Mei tekanan inflasi disebabkan oleh meningkatnya
harga komoditas ikan segar akibat tingginya gelombang air laut sehingga nelayan kesulitan untuk
melaut. Sedangkan untuk bulan Juni inflasi disebabkan oleh meningkatnya harga pada kelompok
bahan makanan dan kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan akibat bertambahnya
permintaan masyarakat menjelang Bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri.
Kondisi tersebut sejalan dengan pergerakan laju inflasi yang terjadi di Kota Baubau selama triwulan
II 2015. Berdasarkan data yang dirilis oleh BPS Prov. Sultra, Kota Baubau tercatat mengalami inflasi
sebesar 0,72% (mtm) di bulan April, inflasi sebesar 0,19% (mtm) di bulan Mei dan pada bulan Juni
tercatat mengalami inflasi sebesar 1,13% (mtm) (Grafik 3.3). Sementara itu, kondisi inflasi di kota
Kendari memiliki pola yang berbeda dengan kota Baubau yaitu pada bulan April mengalami deflasi
sebesar 0,03% (mtm) sementara pada bulan Mei dan Juni mengalami inflasi masing-masing
sebesar 0,64% (mtm) dan 0,28% (mtm).
Secara triwulanan, Sulawesi Tenggara mengalami inflasi sebesar 1,21% (qtq) pada triwulan II 2015,
lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat mengalami deflasi sebesar
1,05% (qtq). Peningkatan tersebut didorong oleh inflasi yang terjadi pada kelompok bahan
makanan dan kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan yang masing-masing tercatat
mengalami inflasi sebesar 2,66% (qtq) dan 0,95% (qtq), setelah pada periode sebelumnya masing-
Jan Feb Mar Apr Mei Jun
Bahan Makanan 0,19 -0,86 -1,65 -0,05 1,79 0,91
Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 0,94 0,45 0,38 0,36 2,02 0,54
Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 0,84 -0,11 0,28 0,19 0,03 0,03
Sandang -0,43 0,30 0,87 -0,65 -0,27 0,51
Kesehatan 0,36 0,05 1,20 0,14 0,70 0,19
Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga -0,85 0,49 0,04 -0,07 0,08 0,25
Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan -3,96 -2,96 2,67 0,63 -0,77 1,09
Inflasi (mtm) -0,60 -0,75 0,30 0,18 0,51 0,52
2015Kelompok
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 36
masing tercatat mengalami deflasi sebesar 2,31% (qtq) dan 4,31 (qtq). Peningkatan pada
kelompok bahan makanan dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan masyarakat pada saat
Bulan Ramadhan, sedangkan inflasi yang terjadi pada kelompok transportasi, komunikasi dan jasa
keuangan disebabkan oleh adanya peningkatan pemesanan tiket angkutan menjelang arus
mudik/balik dari maupun ke Provinsi Sulawesi Tenggara. Meskipun perjalanan dilakukan pada
bulan Juli, namun pembayaran sudah dilakukan pada saat pemesanan dan tercatat pada periode
laporan. Sementara itu, perkembangan harga di kelompok sandang mampu menahan laju inflasi
pada periode laporan dengan tercatat deflasi sebesar 0,41% (qtq). Penurunan tekanan inflasi
tersebut utamanya disebabkan oleh pemberian diskon pembelian yang diberikan oleh beberapa
ritel besar menjelang Bulan Ramadhan.
Sumber: BPS Prov Sultra Sumber: BPS Prov Sultra (diolah)
Grafik 3.3. Inflasi Bulanan Kota Kendari Grafik 3.4 Perbandingan Pola Inflasi Kota Kendari
Kondisi tersebut terjadi di Kota Kendari maupun Kota Baubau yang masing-masing tercatat
mengalami inflasi sebesar 0,89% (qtq) dan 2,05 (qtq) setelah triwulan sebelumnya mengalami
deflasi sebesar 1,30% (qtq) dan 0,41%(qtq). Tingginya tekanan inflasi di Kota Kendari disebabkan
oleh inflasi yang terjadi kelompok bahan makanan (1,07%, qtq) dan kelompok transport dan
komunikasi (1,37%, qtq). Sedangkan untuk Kota Baubau disebabkan oleh inflasi yang terjadi pada
kelompok bahan makanan (1,07%, qtq) dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan
tembakau (3,15%, qtq).
Tabel 3.2 Inflasi Kota Kendari (qtq) Per Kelompok
Sumber: BPSProv Sultra (diolah)
Jan Feb Mar Apr Mei Jun
TW I TW II
(0,96) (0,91)
0,57
(0,03)
0,64
0,28
IHK, % (mtm)
-0,03%
0,13%
0,64%
0,53%
0,28%
0,70%
Apr '15 (mtm, %) Rata-rata InflasiApr 2010-2014
Mei '15 (mtm, %) Rata-rata InflasiMei 2010-2014
Jun '15 (mtm, %) Rata-rata InflasiJun 2010-2014
JunMeiApr
I II III IV I II III IV I II
Bahan Makanan 0,24 1,06 9,09 -5,15 -4,69 4,34 2,98 4,18 -1,35 1,07
Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 0,65 0,96 1,70 0,55 0,82 1,01 1,54 1,04 2,08 2,85
Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 0,88 6,16 0,96 0,79 0,76 0,12 2,01 5,48 1,19 0,36
Sandang -1,03 -7,11 1,65 -1,31 0,48 -0,34 0,36 -0,08 0,33 -1,36
Kesehatan 1,58 0,10 0,02 1,04 1,05 0,87 1,23 2,13 2,20 0,88
Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga 0,66 -0,05 0,42 0,11 0,08 0,30 0,66 1,33 -0,60 0,36
Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan -0,96 4,77 13,56 0,19 -0,21 0,70 0,48 11,42 -6,76 1,37
Inflasi (qtq) 0,18 1,96 5,23 -1,20 -0,76 1,28 1,58 5,19 -1,30 0,89
2015Kelompok
2013 2014
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 37
3.2 DISAGREGASI INFLASI2
Grafik 3.5.Perkembangan Inflasi Sultra Berdasarkan Disagregasi Inflasi
Peningkatan tekanan inflasi Sulawesi Tenggara secara bulanan pada triwulan II 2015,
terutama bersumber dari komponen volatile food. Pada triwulan II 2015 komponen volatile food
mengalami inflasi, sementara pada periode sebelumnya tercatat mengalami deflasi. Inflasi yang
terjadi pada kelompok tersebut mulai terjadi sejak bulan Mei 2015 didorong oleh peningkatan
permintaan masyarakat menjelang Bulan Ramadhan.
Deflasi yang terjadi pada triwulan I 2015 masih berlanjut hingga bulan April. Di Kota Kendari
tercatat mengalami deflasi sebesar 0,14 (mtm) yang disebabkan oleh terkendalinya level harga
untuk subkelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya (-2,92%, mtm) dan subkelompok
sayur-sayuran (-3,72%, mtm). Namun kondisi berbeda terjadi di Kota Baubau yang tercatat
mengalami inflasi sebesar 0,26% (mtm) dengan penyumbang utama berasal dari subkelompok
ikan segar (dari -11,95%-mtm menjadi 5,20%-mtm) dan subkelompok sayur-sayuran (dari -
10,44%-mtm menjadi 8,90%-mtm). Peningkatan inflasi yang terjadi pada subkelompok ikan segar
didorong oleh peningkatan yang terjadi pada komoditas ikan cakalang (dari -13,80%-mtm menjadi
20,60%-mtm) dan ikan kembung (dari -3,04%-mtm menjadi 15,50%-mtm). Hal ini terjadi akibat
tingginya gelombang di sekitar perairan Baubau sehingga membuat para nelayan di daerah
tersebut sulit untuk melaut pada periode tersebut.
Pada bulan Mei komponen volatile food di Kota Kendari tercatat mengalami inflasi sebesar 1,91%
(mtm) dan bulan Juni sebesar 0,50% (mtm). Sedangkan untuk kota Baubau tercatat mengalami
inflasi berturut-turut sebesar 1,95% (mtm) dan 1,31% (mtm). Peningkatan tekanan yang terjadi
tersebut utamanya disebabkan oleh peningkatan inflasi pada subkelompok ikan segar baik di kota
Kendari (4,80% mtm untuk Mei dan 0,83%, mtm untuk Juni) maupun di Baubau (5,01% mtm
2Analisis disagregasi membagi inflasi menjadi inflasi inti (core inflation) dan inflasi non inti (volatile food dan administered prices). Hal ini dilakukan untuk menghasilkan indikator inflasi yang lebih menggambarkan pengaruh dari faktor yang bersifat fundamental.
-6%
-4%
-2%
0%
2%
4%
6%
8%
-2%
-1%
-1%
0%
1%
1%
2%
2%
3%
3%
4%
4%
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun
2014 2015
Inflasi (0,52%, mtm) Volatile Food (0,72%, mtm)
Core (0,26%, mtm) Administered Price (0,87%, mtm)
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 38
untuk Mei dan 3,39%, mtm untuk Juni) akibat tingginya gelombang air laut. Adapun untuk bulan
Juni meningkatnya permintaan masyarakat menjelang masuknya Bulan Ramadhan semakin
menambah tekanan inflasi volatile food.
Untuk komponen administered prices di Sulawesi Tenggara pada periode laporan mengalami
penurunan tingkat inflasi jika dibandingkan dengan periode sebelumnya. Di Bulan April, komponen
administered prices di Kota Kendari tercatat mengalami inflasi sebesar 1,69 % (mtm), sedangkan
untuk Kota Baubau tercatat mengalami deflasi sebesar 0,61% (mtm), tekanan inflasi pada
komponen administered prices tersebut merupakan dampak lanjutan dari kebijakan pemerintah
untuk menaikan bahan bakar bersubsidi pada akhir Maret. Namun demikian, tekanan yang terjadi
di Kota Baubau tersebut tertahan oleh penurunan harga pada komoditas angkutan udara (- 8,60%,
mtm).
Pada bulan Mei 2015 komponen administered prices mengalami penurunan jika dibandingkan
dengan bulan April 2015 akibat adanya penurunan harga pada komoditas angkutan udara. Deflasi
komoditas angkutan udara di Kota Kendari tercatat sebesar (3,05%, mtm) sementara di Kota
Baubau tercatat mengalami deflasi sebesar (12,15%, mtm). Penurunan tersebut disebabkan oleh
kecenderungan masyarakat untuk menunda menggunakan angkutan udara hingga Idul Fitri
sehingga menurunkan permintaan atas komoditas tersebut.
Sementara itu untuk bulan Juni komponen administered prices mengalami peningkatan tekanan
inflasi seiring peningkatan tarif angkutan udara, tarif listrik dan rokok. Peningkatan tarif angkutan
udara sebesar 3,68% (mtm) di Kota Kendari dan 17,16% (mtm) di Kota Baubau memberikan andil
terbesar pada peningkatan inflasi administered prices di Sultra. Peningkatan tersebut lebih
disebabkan karena peningkatan pemesanan tiket angkutan udara menjelang arus mudik/balik dari
maupun masuk ke Sultra. Meskipun perjalanan dilakukan pada bulan Juli, namun pembayaran
sudah dilakukan pada saat pemesanan dan tercatat di periode laporan. Selain itu, beberapa
kebijakan pemerintah juga menyebabkan peningkatan tekanan inflasi yaitu kebijakan Tarif Tenaga
Listrik (TTL) sebesar 0,62% dan peningkatan tarif pajak pertambahan nilai (PPN) rokok dari 8,4%
menjadi 10% serta peningkatan tarif cukai rokok. Pada bulan Juni 2015, tarif listrik di Sultra
tercatat naik sebesar 0,27% (mtm), sementara harga rokok kretek filter meningkat 0,71% (mtm).
Untuk perkembangan komponen inflasi inti (core inflation) di Sulawesi Tenggara masih berada
pada level yang stabil. Di Kota Kendari, sub kelompok sandang mengalami tren yang sedikit
meningkat selama periode laporan yaitu deflasi sebesar -1,38% (mtm) pada bulan April, deflasi
sebesar 0,38% (mtm) pada bulan Mei lalu terjadi inflasi pada bulan Juni sebesar 0,41% (mtm).
Sementara untuk kota baubau subkelompok yang mengalami pergerakan harga adalah makanan
jadi, minuman, rokok dan tembakau yaitu dari bulan April hingga Juni secara berturut-turut tercatat
mengalami inflasi sebesar 0,31% (mtm), 1,91% (mtm) dan 0,90 (mtm).
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 39
Tabel 3.3 Kenaikan Tarif Tenaga Listrik
Sumber: PT. PLN (Persero)
3.3 UPAYA PENGENDALIAN INFLASI
Upaya pengendalian inflasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah dengan Bank Indonesia selama
triwulan II 2015 ini masih di fokuskan kepada koordinasi dalam upaya pemantauan harga berbagai
komoditas di pasar, ketersediaan stock dan juga kelancaran aliran distribusi untuk mengantisipasi
kenaikan harga selama Bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri. Adapun langkah-langkah yang
ditempuh adalah sebagai berikut:
1. High Level Meeting Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Sulawesi
Tenggara.
Dalam rangka pengendalian harga kebutuhan pokok menjelang Ramadhan dan Idul Fitri, pada
tanggal 16 Juni 2015, Wakil Gubernur Sultra, H.M. Saleh Lasata memimpin High Level Meeting
Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Sultra dan diputuskan beberapa rekomendasi
strategis sebagai berikut:
a. Seluruh pihak senantiasa bersinergi dan berkoordinasi secara intens guna memantau
dan menjaga pergerakan tingkat harga komoditas bahan pangan yang dapat memicu
lonjakan inflasi di Sulawesi Tenggara.
b. Seluruh distributor turut serta membantu pemerintah daerah dalam rangka menjaga
ketersediaan pasokan bahan pangan, menjaga pergerakan harga, dan tidak
melakukan penimbunan.
c. Otoritas kepelabuhanan senantiasa memberikan prioritas kepada semua kapal yang
mengangkut komoditas bahan pangan untuk dapat berlabuh dan melakukan aktivitas
bongkar muat.
d. Dinas Perindustrian dan Perdagangan baik di seluruh kota/kabupaten maupun di
tingkat provinsi untuk senantiasa melakukan pemantauan baik stok maupun harga di
pasaran, serta melaporkan secara langsung kepada pimpinan apabila terdapat
fenomena/kejadian yang diluar pola normal.
Golongan Tarif Mei 2015 (per kWh)
Tarif Juni 2015 (per kWh)
Kenaikan Tarif
R-2, 3.500 VA-5.500 VA Rp1.514,81 Rp1.524,24 0,62% R-3, > 6.600 VA Rp1.514,81 Rp1.524,24 0,62%
B-2, 6.600 VA-200 kVA Rp1.514,81 Rp1.524,24 0,62% B-3, > 200 kVA Rp1.108,70 Rp1.115,60 0,62%
I-3, > 200 KVA Rp1.108,70 Rp1.115,60 0,62% I-4, > 30.000 kVA Rp1.063,80 Rp1.070,42 0,62%
P-1, 6.600 VA-200 kVA Rp1.514,81 Rp1.524,24 0,62% P-2, > 200 kVA Rp1.108,70 Rp1.115,60 0,62% P-3 Rp1.514,81 Rp1.524,24 0,62% L/TR, TM, TT Rp1.650,73 Rp1.661,01 0,62%
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 40
e. Pertamina agar senantiasa menjaga ketersediaan stok BBM di depot dan turut
melakukan pemantauan ketersediaan stok BBM di lapangan, serta segera melakukan
pengiriman apabila terdapat SPBU yang mengalami kehabisan/kekurangan stok.
f. Mengadakan operasi pasar (sidak) secara berkala dan melaksanakan kegiatan pasar
murah guna menjamin pemenuhan kebutuhan dari masyarakat dan menjaga
pergerakan tingkat harga.
g. Senantiasa meningkatkan kerjasama antar daerah guna menutupi defisit ketersediaan
stok bahan pangan di salah satu daerah.
h. Melakukan identifikasi terkait potensi dan kendala yang terdapat di setiap daerah.
i. Penyaluran Raskin dari Bulog Divre Sultra dipercepat, khususnya dalam rangka
persiapan memasuki hari raya idul fitri.
j. Dengan segera melakukan tindak lanjut atas hasil temuan kepolisian, serta melakukan
sidak dan pengawasan secara berkala di lapangan.
k. Mendorong pemerintah daerah untuk mengajak masyarakat mengkonsumsi panganan
lokal gunan mengurangi konsumsi beras.
l. Meningkatkan pengawasan barang guna memastikan kesesuaian volume barang
dengan informasi yang tercantum dalam kemasan.
2. Sidak ke Berbagai Tempat Strategis, seperti Gudang Bulog, Pasar serta Pelabuhan.
Menindaklanjuti hasil High Level Meeting TPID Provinsi Sulawesi Tenggara melakukan sidak ke
beberapa lokasi strategis guna memastikan kesiapan daerah dalam menghadapi Bulan
Ramadhan dan Idul Fitri. Salah satu tempat yang menjadi lokasi peninjauan adalah gudang
Bulog Divre Sultra dan berdasarkan hasil kunjungan tersebut diketahui bahwa cadangan beras
Bulog masih sangat memadai, cukup untuk memenuhi kebutuhan beras hingga 6 bulan
mendatang.
Selain ke gudang Bulog, TPID juga menuju beberapa pasar di Kota Kendari untuk memantau
secara langsung perkembangan pergerakan harga serta ketersediaan bahan kebutuhan pokok
Kegiatan tersebut dipimpin langsung oleh Ketua TPID Prov. Sultra sekaligus Sekretaris Daerah
Provinsi Sulawesi Tenggara, Dr. H. Lukman Abunawas. Kegiatan sidak diawali dari Pasar Basah
Mandonga yang merupakan salah satu pasar tradisional yang banyak dikunjungi masyarakat.
Pedagang beras, telur, daging ayam dan sapi serta bumbu-bumbuan merupakan sasaran sidak
tersebut. Dari kegiatan itu diketahui beberapa harga bahan pokok mulai mengalami
peningkatan harga seiring dengan naiknya permintaan menjelang memasuki Bulan Ramadhan.
Meskipun demikian, kenaikan harga yang terjadi masih dalam tingkatan yang wajar, sementara
untuk ketersediaan stok barang pokok masih aman dan diperkirakan cukup untuk memenuhi
permintaan Ramadhan hingga Idul Fitri. Selain melakukan pemantauan harga, tim sidak juga
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 41
melakukan pemeriksaan barang dagangan khususnya makanan kue kering dalam kemasan
tanpa label untuk memastikan barang yang dijual aman dikonsumsi.
TPID Sultra juga melakukan kunjungan pelabuhan bongkar muat yang dikelola oleh PT. Pelindo
IV. Kunjungan ke pelabuhan bongkar muat ini bertujuan untuk memastikan distribusi barang
berjalan dengan lancar. Dari hasil inspeksi diketahui bahwa arus terpantau arus distribusi masih
normal dan waktu yang dibutuhkan untuk bongkar muat terhitung cepat yakni 24 Jam hingga
2,5 hari. Kendati terjadi peningkatan arus barang masuk menghadapi Ramadhan dan Idul Fitri
namun tidak terjadi antrian kapal yang akan masuk pelabuhan.
3. Pasar Murah
Guna mengurangi tekanan inflasi yang terjadi di Bulan Ramadhan dan Idul Fitri pemerintah
daerah bekerjasama dengan Bank Indonesia mengadakan kegiatan pasar murah. Pada tanggal
19 Juni 2015 pemerintah provinsi mengadakan pasar murah di kecamatan Abeli dan dibuka
langsung oleh Ketua TPID Provinsi Sulawesi Tenggara, Dr. H. Lukman Abunawas. Sementara
untuk pasar murah yang diadakan oleh pemerintah Kota Kendari diadakan di 10 kecamatan
secara bergilir. Rangkaian pasar murah tersebut dibuka oleh Walikota Kendari, Dr. Ir. H. Asrun
pada tanggal 22 Juni 2015 bertempat di Kantor Kecamatan Baruga.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 42
Halaman ini sengaja dikosongkan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 43
Sistem Keuangan dan
Pengembangan Akses
Keuangan
Kinerja perbankan di Sulawesi tenggara pada Triwulan II 2015 mengalami peningkatan. Hal
ini terlihat dari adanya percepatan pertumbuhan baik dari penghimpunan dana maupun
kredit yang disalurkan kepada masyarakat. Meskipun demikian, ketahanan perbankan
yang tercermin dari risiko kredit mengalami peningkatan meskipun masih berada dalam
level yang aman.
Bab 4
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 44
4.1 KONDISI UMUM PERBANKAN1
Secara umum, perkembangan sistem keuangan terutama kinerja perbankan di Sulawesi
Tenggara mengalami peningkatan seiring dengan akselerasi perekonomian Sulawesi
Tenggara yang terjadi pada Triwulan II 2015. Hal ini terlihat dari peningkatan pertumbuhan
aset, DPK dan juga penyaluran kredit kepada masyarakat. Meskipun demikian, peningkatan kinerja
tersebut diiringi dengan peningkatan risiko kredit walau secara umum masih dapat dijaga pada
level yang aman.
4.1.1 Perkembangan Kelembagaan
Dari sisi kelembagaan, pada triwulan II 2015, jumlah bank umum di Sulawesi Tenggara tidak
mengalami banyak perubahan dari triwulan sebelumnya yaitu sebanyak 26 bank. Begitu pula
dengan jumlah BPR juga tercatat masih tetap sama seperti periode sebelumnya yaitu sebanyak 17
BPR (Tabel 4.1).
Tabel 4.1.Perkembangan Kelembagaan Bank Umum dan BPR
Jumlah kantor termasuk KP, Kanwil, KC, KCP, BRI Unit, dan KK
Sumber: LBU & LBBPR
4.1.2 Aset Perbankan
Tabel 4.2.Aset Perbankan Sulawesi Tenggara
Sumber: LBU & LBBPR
Total aset perbankan di Sulawesi Tenggara pada triwulan II 2015 mengalami peningkatan
dibandingkan triwulan sebelumnya. Aset perbankan tercatat tumbuh sebesar 13,3% (yoy) atau
menjadi Rp21,80 triliun, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar
10,8%-yoy (Tabel 4.2). Peningkatan pertumbuhan aset tersebut terjadi pada semua kategori bank,
1 Asesmen perkembangan perbankan di Sulawesi Tenggara di bab ini menggunakan data lokasi bank untuk kredit/pembiayaan yang disalurkan dan data lokasi bank pelapor untuk DPK yang dihimpun.
I II III IV I II
Bank Umum 21 24 25 25 25 26 26 26
Konvensional 18 18 19 19 19 19 19 19
UUS 3 3 3 3 3 3 3 3
Syariah 3 6 6 6 6 7 7 7
Jumlah Kantor Bank Umum 147 190 199 224 224 237 236 236
BPR 12 12 12 12 12 17 17 17
Jumlah Kantor 18 18 18 18 18 25 25 25
KATEGORI 2012 20132014 2015
I II III IV I II I II III IV I II
Total Aset 9,2 14,7 4,8 6,2 10,8 13,3 17.960 19.242 18.761 17.930 19.902 21.796
Bank Umum 9,1 14,5 4,6 5,8 10,5 12,9 17.827 19.100 18.598 17.743 19.702 21.562
Bank Pemerintah 7,6 16,6 5,7 6,2 12,8 14,3 13.862 15.136 14.736 13.811 15.634 17.303
Bank Swasta Nasional 14,6 7,4 0,5 4,7 2,6 7,5 3.965 3.964 3.862 3.932 4.068 4.259
BPR 28,0 36,0 45,8 64,7 50,9 64,4 132,7 142,2 163,0 187,0 200,3 233,8
Nominal Aset (Rp miliar)
2014 2014KATEGORI 2015 2015
Pertumbuhan (%, yoy)
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 45
baik bank umum maupun bank perkreditan rakyat (BPR). Bahkan pertumbuhan aset BPR pada
triwulan II 2015 mencapai 64,4% (yoy) sementara aset bank umum hanya tumbuh sebesar 12,9%
(yoy). Secara umum, bank pemerintah masih mendominasi industri perbankan di Sulawesi
Tenggara dengan porsi aset mencapai 79,38%. Adapun porsi BPR masih sangat kecil yaitu sebesar
1,07%.
4.1.3 Intermediasi Perbankan
Dana Pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun oleh bank umum pada triwulan II 2015 mengalami
peningkatan pertumbuhan jika dibandingkan dengan periode sebelumnya, dari 9,5% (yoy) di
triwulan I menjadi 12,4% (yoy) di triwulan II. Secara nominal, jumlah dana yang berhasil dihimpun
tersebut mencapai Rp13,67 triliun. Peningkatan kinerja tersebut didorong oleh pertumbuhan
deposito yang mencapai 50,1% (yoy) dan giro sebesar 9,5% (yoy). Sementara itu, untuk tabungan
masih mengalami kontraksi sebesar 0,8% (yoy).
Dari sisi penyaluran kredit, secara keseluruhan penyaluran kredit oleh bank umum juga mengalami
pertumbuhan yang lebih tinggi. Pada triwulan II 2015, kredit perbankan tumbuh sebesar 11,3%
(yoy) lebih tinggi dibandingkan dengan kinerja periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 10,4%
(yoy). Secara nominal, kredit perbankan yang disalurkan sampai dengan pertengahan tahun 2015
tersebut mencapai Rp15,17 triliun. Peningkatan penyaluran kredit tersebut lebih dipengaruhi
adanya perbaikan pada penyaluran kredit investasi dan kredit modal kerja. Pada periode laporan
kredit investasi mengalami akselerasi sebesar 3,3% (yoy) setelah sebelumnya terkontraksi sebesar
1,8% (yoy). Sedangkan untuk kredit modal kerja mengalami pertumbuhan sebesar 10,6% (yoy)
setelah pada periode sebelumnya hanya tumbuh sebesar 4,9% (yoy). Sementara itu, kredit
konsumsi yang mendominasi kredit di Sulawesi Tenggara hanya tumbuh sebesar 13,3% (yoy) pada
triwulan II 2015, melambat daripada triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 15,8% (yoy)
sehingga menahan percepatan pertumbuhan kinerja kredit perbankan di Sulawesi Tenggara.
Tabel 4.3.Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit Bank Umum
Sumber: LBU
I II III IV I II I II III IV I II
DPK Bank Umum 8,7 12,1 10,2 4,0 9,5 12,4 11.502 12.166 12.440 11.476 12.597 13.675
Giro 8,7 12,1 10,2 4,0 9,5 12,4 3.223 3.807 3.670 2.138 3.475 4.169
Tabungan 2,3 15,6 2,7 -5,5 7,8 9,5 6.002 5.971 6.084 6.733 5.887 5.923
Deposito 6,5 3,6 2,8 -2,9 -1,9 -0,8 2.277 2.387 2.685 2.604 3.235 3.583
Kredit Bank Umum 17,6 13,6 11,0 9,4 10,4 11,3 13.089 13.633 13.910 14.186 14.444 15.174
Modal Kerja 7,9 10,5 8,7 7,3 4,9 10,6 3.782 3.858 3.918 3.932 3.967 4.266
Investasi 44,0 -2,0 -7,7 -11,4 -1,8 3,3 1.720 1.647 1.643 1.671 1.689 1.701
Konsumsi 18,0 19,1 16,8 15,8 15,8 13,3 7.586 8.128 8.349 8.583 8.787 9.206
LDR 113,8 112,1 111,8 123,6 114,7 111,0
NPLs Gross 2,14 2,49 2,59 2,36 2,88 3,06
KATEGORI
Pertumbuhan (%, yoy) Nominal (Rp miliar)
2014 2015 2014 2015
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 46
Meskipun demikian, kondisi intermediasi perbankan yang diindikasikan dengan indikator Loan to
Deposit Ratio (LDR) masih berada pada tren yang menurun. Pada triwulan II 2015 LDR bank umum
di Sulawesi Tenggara mencapai 111,0%, lebih rendah daripada triwulan sebelumnya yang
mencapai 114,7%. Hal tersebut terjadi karena pertumbuhan penghimpunan dana lebih besar dari
pertumbuhan pada penyaluran kredit.
Selain itu, peningkatan kredit perbankan juga diiringi dengan peningkatan risiko kredit yang
tercermin dari indikator Non Performance Loans (NPLs) Gross dari 2,88 pada triwulan I 2015
menjadi 3,06 pada periode laporan. Meskipun demikian, perbankan Sulawesi Tenggara masih
dapat menjaga risiko kredit pada batas yang aman (di bawah 5%).
4.1.4 Bank Syariah
Aset bank syariah pada triwulan II 2015 tumbuh tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Aset
perbankan syariah di Sulawesi Tenggara tumbuh sebesar 16,5% (yoy) atau menjadi Rp1,17 triliun,
lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 20,8% (yoy). Dengan
pertumbuhan yang tinggi tersebut, pangsa aset perbankan syariah meningkat dari 4,9% menjadi
5,4%. Peningkatan aset tersebut juga dipengaruhi oleh perbaikan kinerja penghimpunan DPK yang
pada periode laporan dapat tumbuh sebesar 3,5% (yoy).
Tabel 4.4.Perkembangan Indikator Bank Umum Syariah
Sumber: LBU
Meskipun dari sisi aset dan penghimpunan DPK mengalami peningkatan pertumbuhan, namun
untuk penyaluran pembiayaan masih mengalami perlambatan. Pada triwulan I 2015 pembiayaan
bank syariah dapat tumbuh sebesar 10,8% (yoy), namun pada periode laporan hanya dapat
tumbuh sebesar 4,6% (yoy). Hal ini menyebabkan rasio Finance deposit ratio (FDR) mengalami
penurunan dari 86,4% menjadi 72,6% di triwulan II 2015. Sementara itu, risiko pembiayaan di
bank syariah juga semakin meningkat sehingga perbankan syariah diharapkan lebih selektif dalam
menyalurkan dana yang dimilikinya kepada calon debitur.
I II III IV I II I II III IV I II
Aset Bank Syariah 14,2 -8,3 -25,9 -6,8 -20,8 16,5 1.224 1.003 925 903 969 1.169
%Aset thd Total Aset Bank 6,9 5,3 5,0 5,1 4,9 5,4
DPK 35,3 14,6 11,8 0,8 -12,1 3,5 639 533 568 602 561 551
Giro -19,1 -10,9 40,8 22,3 24,6 23,2 30,1 28,9 42,1 42,9 37,5 35,6
Tabungan 13,0 5,0 5,5 -1,5 -2,1 1,9 312,6 291,1 311,1 351,7 306,2 296,6
Deposito 87,4 37,1 17,1 1,1 -26,5 3,0 295,8 212,5 215,4 207,6 217,3 218,9
Pembiayaan 45,6 34,0 29,2 18,4 10,8 4,6 755 811 846 853 837 849
FDR 61,7 80,9 91,5 94,5 86,4 72,6
NPF Gross 3,08 3,72 3,83 4,80 5,00 5,37
KOMPONEN
Pertumbuhan (%, yoy) Nominal (Rp miliar)
2014 2015 2014 2015
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 47
4.1.5 Bank Perkreditan Rakyat
Di triwulan II 2015, kinerja BPR (termasuk BPR Syariah) tetap tumbuh tinggi. Aset BPR tumbuh
sebesar 64,4% (yoy) sehingga secara nominal asetnya mencapai RP233,8 miliar. Penghimpunan
DPK juga tumbuh sebesar 35,4% (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan sebelumya yang tumbuh
sebsar 18,8% (yoy). Bahkan penyaluran kredit juga tumbuh tinggi sebesar 47,5% (yoy) dengan
nominal kredit sebesar Rp169,95 miliar. Meskipun demikian, tingkat intermediasi BPR masih relatif
rendah bahkan berada pada tren yang menurun diiringi dengan tingkat risiko kredit yang masih
tinggi.
Tabel 4.5.Perkembangan Indikator BPR
Sumber: LBBPR
4.2 STABILITAS SISTEM KEUANGAN
4.2.1 Ketahanan Sektor Keuangan dari Sisi Korporasi2
Di triwulan II 2015, penyaluran kredit korporasi masih didominasi oleh kredit usaha kategori
perdagangan. Kredit korporasi (di luar kredit konsumsi) pada triwulan I 2015 mencapai Rp5,96
triliun, dengan pangsa terbesar adalah kategori perdagangan yaitu sebesar 68,6%. Adapun porsi
kredit untuk kategori pertanian, pertambangan dan industri pengolahan masih relatif kecil yaitu
masing-masing sebesar 2,5%, 1,0% dan 2,9%. Rendahnya penyaluran kredit ke kategori utama
tersebut menunjukkan peran perbankan pada kategori utama masih memiliki ruang untuk
ditingkatkan.
Pada periode laporan, percepatan kinerja kredit dipicu oleh pertumbuhan kinerja kredit di kategori
konstruksi yang tumbuh sebesar 14,2% (yoy) pada triwulan I menjadi tumbuh sebesar 19,1% (yoy)
pada triwulan II 2015. Hal ini terjadi seiring dengan percepatan pertumbuhan ekonomi yang terjadi
pada kategori konstruksi dan investasi. Meskipun demikian, ketahanan kategori konstruksi
mengalami pelemahan pada triwulan II 2015 dibanding dengan triwulan sebelumnya. Hal ini
terlihat dari rasio NPL kategori konstruksi yang naik dari 5,3% menjadi 5,6% pada triwulan II 2015.
NPL yang berada di atas 5% tersebut masih menjadi titik kritis dan dapat mempengaruhi perbankan
dalam menyalurkan kreditnya ke kategori tersebut.
2 Asesmen Ketahanan Sektor Keuangan sisi Korporasi menggunakan pendekatan kredit kepada korporasi dilihat secara sektoral untuk kredit investasi dan kredit modal kerja.
I II III IV I II I II III IV I II
Aset BPR 28,0 36,0 45,8 64,7 50,9 64,4 132,7 142,2 163,0 187,0 200,3 233,8
DPK 27,3 19,1 22,3 19,9 18,8 35,4 77,881 77,124 85,19 93,854 92,5 104,424
Kredit 25,6 29,7 41,4 40,0 42,9 47,5 105,848 115,21 129,871 135,744 151,231 169,953
FDR 79,8 81,0 79,7 72,6 75,5 72,7
NPLs Gross 11,30 10,10 9,80 8,30 10,40 9,40
KOMPONEN
Pertumbuhan (%, yoy) Nominal (Rp miliar)
2014 2015 2014 2015
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 48
Lebih lanjut, kinerja penyaluran kredit kategori pertanian, perburuan dan kehutanan menunjukkan
percepatan pertumbuhan dari 4,1% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 20,54% (yoy) pada
periode laporan, hal ini sejalan dengan masuknya musim panen pada periode laporan sehingga
para petani membutuhkan bantuan dana untuk memanen lahannya. Membaiknya kondisi kategori
pertanian khususnya di tanaman pangan dan perkebunan turut mendorong perbaikan ketahanan
kategori ini. Hal ini terlihat dari rasio NPL yang turun dari 4,1% menjadi 3,3% pada triwulan II
2015.
Sumber: LHBU BI Provinsi Sultra Sumber: LHBU BI Provinsi Sultra
Grafik 4.1.Pertumbuhan Kredit Kategori Utama Grafik 4.2.NPL Kredit Kategori Utama
Selain itu, terdapat beberapa ketahanan kategori utama Sulawesi Tenggara yang mengalami
tekanan pada triwulan II 2015 dibanding dengan triwulan sebelumnya. Kategori utama yang
mengalami peningkatan tekanan yaitu kategori pertambangan dan kategori penyediaan
akomodasi dan makan minum. Rasio NPL kredit kategori pertambangan meningkat dari 8,5% pada
triwulan I menjadi 13,5% pada triwulan II. Di sisi lain, rasio NPL kategori penyediaan akomodasi
dan makan minum tercatat sebesar 7,1%, meningkat jika dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 3,8%. Hal ini patut untuk di waspadai mengingat NPL di kedua
kategori tersebut telah berada di atas 5%.
4.2.2 Ketahanan Sektor rumah tangga3
Pada triwulan II 2015, pertumbuhan kredit sektor rumah tangga yang dicerminkan oleh kredit
konsumsi mengalami pertumbuhan yang melambat dibandingkan periode laporan sebelumnya.
Pada periode laporan, kredit sektor rumah tangga tumbuh sebesar 12,9% (yoy), melambat
dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 19,7% (yoy). Hal tersebut
terutama disebabkan turunnya minat konsumen untuk membeli barang selain kebutuhan pokok.
Kondisi tersebut terlihat dari turunnya Indeks Konsumsi Barang Kebutuhan Tahan Lama
3 Asesmen Ketahanan Sektor Rumah Tangga menggunakan pendekatan pemberian kredit konsumsi.
(100)
(50)
-
50
100
150
I II III IV I II III IV I II
2013 2014 2015
Pertanian (%) Perikanan (%)
Pertambangan & Penggalian (%) Pengolahan (%)
Konstruksi (%) Perdagangan (%)
-
5
10
15
I II III IV I II III IV I II
2013 2014 2015
Pertanian (%) Perikanan (%)
Pertambangan & Penggalian (%) Pengolahan (%)
Konstruksi (%) Perdagangan (%)
Batas Aman NPL
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 49
berdasarkan Survei Konsumen yang dilakukan oleh KPw BI Provinsi Sulawesi Tenggara dari 87 pada
triwulan I 2015 menjadi 85 pada triwulan II 2015.
Sumber: LHBU BI Provinsi Sultra Sumber: LHBU BI Provinsi Sultra
Grafik 4.3. Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga Grafik 4.4.NPL Kredit Rumah Tangga
Secara umum ketahanan sektor rumah tangga mengalami peningkatan pada triwulan II 2015. Hal
ini tercermin dari rasio NPL untuk kredit rumah tangga yang sedikit mengalami penurunan dari
1,4% pada triwulan I 2015 menjadi 1,3% pada triwulan II 2015, hanya kredit yang diberikan
kepada kategori otomotif yang mengalami peningkatan tekanan dari 1,5% pada triwulan I menjadi
1,7 % pada triwulan II 2015.
Ketahanan sektor rumah tangga yang masih kuat juga terlihat dari kondisi keuangan rumah tangga
berdasarkan Survei Konsumen yang dilakukan oleh KPw BI Provinsi Sulawesi Tenggara. Hasil survei
tersebut menunjukkan bahwa porsi pembayaran cicilan pinjaman terhadap pendapatan (debt to
income ratio) menurun sebesar 1,3 % dari bulan sebelumnya menjadi 16,8%. Penurunan tersebut
disebabkan oleh peningkatan porsi tabungan terhadap pendapatan (savings to income) yang
meningkat sebesar 1,8% dari bulan sebelumnya menjadi 25,1%. Sementara untuk porsi
pendapatan yang digunakan untuk konsumsi (average propensity to consume ratio) relatif tidak
mengalami perubahan di periode laporan yaitu tercatat sebesar 59,7%. Meskipun mengalami
penurunan namun porsi pembayaran cicilan pinjaman masih berada pada level yang tidak
berpotensi untuk mengganggu stabilitas sistem keuangan di Sulawesi Tenggara.
Sumber: Survei Konsumen BI Provinsi Sultra
(150)
(100)
(50)
-
50
100
150
200
250
I II III IV I II III IV I II
2013 2014 2015
Otomotif (%) Multiguna (%)
Perumahan dan Apartemen (%) Lainnya (%)
-
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5
3,0
3,5
4,0
I II III IV I II III IV I II
2013 2014 2015
Otomotif (%) Multiguna (%)
Perumahan dan Apartemen (%) Lainnya (%)
59,862,4 64,6 65,0
57,5 58,9 59,2 58,7 59,8 59,7
16,920,1
17,0 17,020,1
18,2 16,9 17,3 18,616,8
22,1 24,2 25,7 27,3 25,3 25,327,2 27,3
23,9 25,1
0,0
10,0
20,0
30,0
40,0
50,0
60,0
70,0
I II III IV I II III IV I II
2013 2014 2015
- Konsumsi - Cicilan pinjaman - Tabungan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 50
Grafik 4.5. Komposisi Penggunaan Pendapatan Rumah Tangga
4.3 PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN
Berbeda dengan kondisi kredit perbankan secara umum, laju pertumbuhan kredit UMKM
mengalami perlambatan, dari semula tumbuh sebesar 10,7% (yoy) pada triwulan sebelumnya
menjadi sebesar 8,8% (yoy) di periode laporan. Perlambatan tersebut utamanya disebabkan oleh
perlambatan yang terjadi di kategori perdagangan besar dan eceran yang memiliki pangsa terbesar
yakni 71,4% dari keseluruhan penyaluran kredit kepada UMKM. Pada periode laporan,
pertumbuhan ekonomi di kategori perdagangan besar dan eceran tercatat hanya sebesar 8,8%
(yoy), melambat jika dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar
12,3% (yoy).
Sumber: LHBU BI Provinsi Sultra
Grafik 4.6. Kinerja Kredit dan NPL Kredit UMKM
Sementara itu, ketahanan kategori UMKM menunjukan pelemahan. Hal ini ditunjukkan dengan
level NPL kredit UMKM sebesar 6,5%, lebih tinggi daripada periode sebelumnya yang mencapai
5,9%. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh peningkatan rasio NPL untuk kategori perdagangan besar
dan eceran yang melemah dari 5,2% pada periode sebelumnya menjadi 5,5% di triwulan II 2015.
Upaya pengembangan akses keuangan memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas sistem
keuangan dan mendorong pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara. Oleh karena itu, KPw BI
Provinsi Sulawesi Tenggara berupaya memberikan dan memfasilitasi kegiatan edukasi keuangan
yang bertujuan untuk memberikan informasi mengenai produk dan jasa keuangan serta untuk
menumbuhkan kesadaran masyarakat pada umumnya untuk menabung dan melakukan
pengelolaan keuangan. Pada bulan Mei 2015, telah dilakukan kegiatan edukasi keuangan,
elektronifikasi dan keuangan inklusif kepada 31 orang mahasiswa Universitas Haluoleo.
-
1
2
3
4
5
6
7
-
5
10
15
20
25
30
35
I II III IV I II III IV I II
2013 2014 2015
g Kredit (%) Rasio NPL (%) Batas aman NPL
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 51
Indikator akses keuangan di Sultra terutama dari sisi penghimpunan dana mengalami peningkatan,
begitu juga dari sisi kredit. Rasio jumlah rekening DPK terhadap penduduk angkatan kerja di Sultra
tetap menunjukkan tren peningkatan yaitu sebesar 117,99% pada triwulan II 2015. Rasio yang
lebih besar dari 100% menunjukkan bahwa terdapat penduduk angkatan kerja di Sulawesi
Tenggara yang memiliki rekening simpanan lebih dari satu atau terdapat penduduk bukan
angkatan kerja yang juga memilikinya seperti siswa sekolah maupun mahasiswa. Sementara itu,
rasio jumlah rekening kredit terhadap penduduk angkatan kerja di Sulawesi Tenggara
menunjukkan sedikit peningkatan dari 15,77% di bulan Februari 2015 menjadi 16,30% di akhir
triwulan II 2015. Masih rendahnya rasio rekening kredit menunjukkan bahwa fasilitas pembiayaan
masih sedikit digunakan oleh masyarakat di provinsi ini dan masih terdapat ruang untuk
meningkatkan penyaluran kredit di masa yang akan datang.
*Jumlah penduduk bekerja Juni 2015 diasumsikan sama dengan Feb
2015
Sumber: LHBU, BPS (diolah)
*Jumlah penduduk bekerja Juni 2015 diasumsikan sama dengan Feb
2015
Sumber: LHBU, BPS (diolah
Grafik 4.7. Rasio Rekening DPK per Penduduk
Bekerja
Grafik 4.8.Rasio Rekening Kredit per Penduduk
Bekerja
69,3271,54
76,12
90,58
108,43
115,47
126,83124,29
114,33117,99
0
20
40
60
80
100
120
140
Feb Agust Feb Agust Feb Agust Feb Agust Feb Juni
2011 2012 2013 2014 2015
12,77
14,02 14,14
16,6816,25
17,73
15,69
16,89
15,7716,30
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
Feb Agust Feb Agust Feb Agust Feb Agust Feb Juni
2011 2012 2013 2014 2015
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 52
Halaman ini sengaja dikosongkan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 53
Sistem Pembayaran dan
Pengelolaan Uang
Sejalan dengan akselerasi perekonomian dan perbaikan kinerja perbankan di Sulawesi
tenggara, kondisi sistem pembayaran juga menunjukkan adanya perbaikan. Hal tersebut
ditunjukkan dengan adanya peningkatan transaksi keuangan non-tunai baik yang melalui
Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI).
Sementara di sisi layanan uang tunai, pada triwulan laporan tercatat mengalami net
outlow akibat peningkatan kebutuhan masyarakat akan uang fisik menjelang Hari Raya
idul Fitri terutama untuk kebutuhan pecahan kecil.
Untuk meningkatkan layanan ketersediaan uang layak edar, Bank Indonesia senantiasa
melakukan kegiatan pengelolaan uang tunai melalui kegiatan pembukaan layanan
penukaran uang, kas keliling, pemusnahan uang tidak layak edar dan edukasi ciri-ciri
keaslian uang rupiah.
Bab 5
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
54
5.1 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
5.1.1 Perkembangan Transaksi RTGS
Transaksi pembayaran non-tunai nominal besar melalui Bank Indonesia Real Time Gross
Settlement (BI-RTGS) mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Secara total, nilai traksaksi BI-RTGS Sulawesi Tenggara di triwulan II 2015 tercatat sebesar Rp48,9
triliun atau tumbuh hingga 60,0 % (yoy). Transaksi BI-RTGS pada periode laporan masih didominasi
aliran transaksi yang keluar (from/outgoing) dari perbankan Sultra dengan nilai Rp18,4 triliun, lebih
tinggi dari aliran yang masuk (to/incoming) ke perbankan Sultra yang tercatat sebesar Rp13,1
triliun maupun dari aliran transaksi antarbank yang ada di Sultra (from-to) yang tercatat sebesar
Rp9,4 triliun. Peningkatan yang terjadi pada transaksi BI-RTGS tersebut sejalan dengan akselerasi
pertumbuhan perekonomian Sulawesi Tenggara.
Grafik 5.1. Transaksi RTGS From/Outgoing
(dari Bank di Sultra).
Grafik 5.2. Transaksi RTGS To/Incoming
(ke Bank di Sultra).
Pertumbuhan aliran transaksi RTGS baik yang masuk ke Sultra, yang keluar dari Sultra, serta
antara bank-bank di Sultra menunjukkan peningkatan pada triwulan laporan. Transaksi RTGS
dari perbankan di Sultra kepada perbankan di luar Sultra mengalami akselerasi pada triwulan II
2015, yaitu dari 20,1% (yoy) menjadi 56,7% (yoy). Ekspansi juga terjadi pada transaksi RTGS yang
masuk ke perbankan Sultra dari luar Sultra yaitu sebesar 51,1% (yoy) setelah sebelumnya sebesar
22,9% (yoy). Sementara untuk transaksi antar bank yang ada di Sultra mengalami peningkatan
dari, 22,9% (yoy) menjadi 82,5% (yoy).
Seiring dengan peningkatan nilai transaksi RTGS, jumlah transaksi RTGS juga mengalami
peningkatan. Selama triwulan II 2015 jumlah transaksi RTGS tercatat sebesar 10.057 transaksi,
meningkat sebenyak 544 transaksi dari periode sebelumnya yang tercatat sebesar 9.513 transaksi.
Seperti halnya nilai transaksi, volume transaksi RTGS masih di dominasi oleh transaksi dari
perbankan Sultra (58,6%) diikuti oleh transaksi menuju perbankan Sultra (30,3%) dan transaksi
antar perbankan di Sultra (11,1%)
18,4
57
(60)
(40)
(20)
-
20
40
60
80
100
120
140
-
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013 2014 2015
RTGS From g RTGS From (sb. Kanan)
%, yoyRp Triliun
13,1
51
(100)
(50)
-
50
100
150
200
250
-
2
4
6
8
10
12
14
16
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013 2014 2015
RTGS To g RTGS To (sb. Kanan)
%, yoyRp Triliun
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
55
Grafik 5.3. Transaksi RTGS From-To
(antarbank di Sultra).
Grafik 5.4.Pangsa RTGS
5.1.2 Perkembangan Transaksi Kliring
Tabel 5.1.Perputaran Transaksi Kliring
Sejalan dengan transaksi melalui RTGS, transaksi pembayaran non-tunai melalui sistem Kliring
Nasional Bank Indonesia (SKNBI) pun mengalami peningkatan pada triwulan II 2015, baik dari
sisi volume maupun nominalnya. Jumlah nilai kliring pada periode laporan tercatat sebesar
Rp40,8 miliar. Nilai kliring tersebut mengalami peningkatan pertumbuhan yaitu sebesar 4,7 %
(yoy) setelah pada periode sebelumnya mengalami kontraksi sebesar 22,1% (yoy). Sementara itu,
dari sisi jumlah transaksi juga mengalami peningkatan dari semula tercatat mengalami kontraksi
sebesar 19,4% (yoy) menjadi tumbuh sebesar 0,6% (yoy). Peningkatan ini sejalan dengan akserasi
yang terjadi aktivitas ekonomi Sulawesi Tenggara. Sementara itu, penolakan Cek/BG kosong
mengalami penurunan baik dari sisi nilai maupun jumlah transaksi.
5.2 PENGELOLAAN UANG TUNAI
5.2.1 Perkembangan Aliran Uang Kartal
Transaksi pembayaran tunai pada triwulan II 2015 mengalami perbedaan jika dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya. Pada triwulan II, aliran uang yang masuk ke KPw Bank Indonesia Provinsi
Sulawesi Tenggara (inflow) mengalami penurunan sebesar 54,1% (qtq) sedangkan untuk outflow
mengalami peningkatan sebesar 300,8% (qtq) sehingga pada triwulan II 2015 mengalami net-
outflow, dimana pada triwulan sebelumnya terjadi net inflow. Hal tersebut dikarenakan pada
9
83
(100)
(50)
-
50
100
150
200
250
300
-
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013 2014 2015
RTGS From -To g RTGS From -To (sb. Kanan)
%, yoyRp Triliun
RTGS From
45%
RTGS To
32%
RTGS From -To23%
I II III IV I II III IV I II
Perputaran Kliring
- Nominal (miliar) 38,7 34,1 43,0 43,4 37,6 39,0 43,5 40,8 29,3 40,8
- Lembar (ribu) 906,7 1.022,8 1.162,2 869,0 801,5 873,6 1.049,5 878,4 646,2 878,4
Rata-rata Harian Perputaran Kliring
- Nominal (juta) 613,7 541,3 683,0 689,1 597,0 618,4 690,1 647,4 465,4 647,4
- Lembar (ribu) 14,4 16,2 184,5 13,8 12,7 13,9 16,7 13,9 10,3 13,9
Penolakan Cek/BG Kosong
- Nominal (juta) 464,0 613,0 513,0 521,0 862,0 723,0 665,0 1.273,0 1.273,0 770,0
- Lembar (ribu) 18,6 19,9 15,1 16,2 20,3 14,9 15,7 28,8 28,8 32,0
2013 2014 2015Keterangan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
56
periode laporan terdapat bulan Ramadhan dan akan memasuki Hari Raya Idul Fitri sehingga
kebutuhan masyarakat akan uang tunai terutama dalam nominal kecil meningkat.
Sumber: KPwBI Prov Sultra Sumber: KPwBI Prov Sultra
Grafik 5.5. Aliran Uang Kartal Grafik 5.6.Selisih Inflow dan Outflow
5.2.2 Penyediaan Uang Layak Edar
Bank Indonesia secara berkala terus menjaga ketersediaan uang layak edar (ULE) di
masyarakat. Terhitung mulai bulan maret 2015, Bank Indonesia memperluas jaringan pelayanan
terhadap kebutuhan masyarakat atas uang layak edar, dengan mengajak perbankan yang ada di
Sulawesi Tenggara. Sementara untuk usaha yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Sulawesi Tenggara adalah dengan melakukan kas keliling, baik untuk dalam kota Kendari
maupun di luar Kota Kendari hingga wilayah terpencil yang sulit dijangkau. Berdasarkan
administrasi kegiatan yang ada, dari April hingga Juni 2015, kegiatan kas keliling telah dilakukan
sebanyak 16 (enam belas) kali, dengan rincian 11(sebelas) kali di Kota Kendari dan 5 (lima) kali di
Luar Kota Kendari, antara lain di Kabupaten Bombana, Kabupaten Muna, dan Kabupaten Konawe
Kepulauan, Kabupaten Konawe dan Kabupaten Konawe Selatan dengan total nominal sebesar Rp
7,9 miliar .
Di samping itu, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara juga melakukan
distribusi uang ke daerah Kota Baubau dan sekitarnya dengan melakukan kas titipan bekerjasama
dengan salah satu bank yang ada di Kota Baubau. Di sisi lain, demi menjaga agar kualitas uang
yang diterima masyarakat dalam kondisi yang baik, Bank Indonesia juga melakukan kegiatan
pemusnahan uang tidak layak edar (UTLE). Kegiatan pemusnahan UTLE selama triwulan II 2015
tercatat sebesar Rp177,3 miliar.
5.2.3 Perkembangan Temuan Uang Palsu
Pecahan besar masih mendominasi peredaran uang palsu yang ditemukan pada triwulan II
2015. Selama triwulan II 2015, telah ditemukan sebanyak 107 lembar, yang didominasi oleh
pecahan uang Rp 100.000,- sebanyak 104 lembar. Sebagai upaya untuk mengantisipasi peredaran
uang palsu sekaligus memberikan edukasi bagi masyarakat mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah,
(100)
-
100
200
300
400
500
600
-
200
400
600
800
1.000
1.200
1.400
1.600
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013 2014 2015
Inflow Outflow g Inflow (sb. Kanan) g Outflow (sb. Kanan)
%, yoyRp Triliun
(1.200)
(1.000)
(800)
(600)
(400)
(200)
-
200
400
600
800
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013 2014 2015
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
57
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara juga telah senantiasa melakukan
kegiatan sosialisi ciri-ciri keaslian uang rupiah. Selama triwulan II 2015 kegiatan tersebut telah
dilakukan sebanyak 4 kali yaitu di Kota Kendari,Kabupaten Kolaka dan Kabupaten Konawe Utara.
Sumber: KPwBI Prov Sultra Sumber: KPwBI Prov Sultra
Grafik 5.7. Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar Grafik 4.4. Temuan Uang Palsu
(200)
-
200
400
600
800
1.000
1.200
-
50
100
150
200
250
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013 2014 2015
Nominal UTLE g Nominal UTLE (sb.Kanan)
Rp , Miliar %, yoy
97%
Pecahan 100.000 Pecahan 50.000 Pecahan 20.000 Pecahan 5.000
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
58
Halaman ini sengaja dikosongkan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 59
Ketenagakerjaan dan
Kesejahteraan
Peningkatan kinerja perekonomian Sulawesi Tenggara yang terjadi pada triwulan II
2015 diikuti pula dengan peningkatan penyerapan tenaga kerja. Kondisi tersebut
terjadi seiring dengan pemulihan kinerja sektor pertambangan yang diikuti dengan
perbaikan kinerja sektor pengangkutan, persewaan dan jasa.
Meskipun demikian, peningkatan penyerapan tenaga kerja belum diikuti dengan
perbaikan tingkat kesejahteraan terutama pada masyarakat pedesaan. Kinerja sektor
pertanian yang mengalami kontraksi pada triwulan II 2015 menyebabkan penurunan
pendapatan petani dan menurunkan Nilai Tukar Pertani (NTP). Padahal sektor
pertanian menyerap tenaga kerja terbesar yaitu sebesar 39%.
Bab 6
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 60
6.1 KETENAGAKERJAAN
Penyerapan tenaga kerja di Sulawesi Tenggara pada triwulan II 2015 diindikasikan mengalami
peningkatan jika dibandingkan dengan periode sebelumnya. Hal ini tercermin dari hasil Survei
Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Sulawesi Tenggara pada triwulan II 2015 yaitu meningkatnya angka saldo bersih tertimbang (SBT)1
realisasi penggunaan tenaga kerja dari 2,1 pada triwulan I 2015 menjadi 3,0 pada triwulan II 2015
(Grafik 6.1). Kondisi tersebut terutama terjadi pada sektor pertambangan, pengangkutan,
persewaan dan jasa. Pemulihan kinerja sektor tambang seiring dengan beroperasinya beberapa
smelter pengolahan nikel mendorong peningkatan kinerja di sektor lainnya seperti pada sektor
pengangkutan dan persewaan.
Sumber: SKDU-BI Provinsi Sultra Sumber: Survei Konsumen-BI Provinsi Sultra
Grafik 6.1 Indeks Realisasi Kegiatan Usaha
Grafik 6.2.Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja
Meskipun demikian, peningkatan penyerapan tenaga kerja diindikasikan masih terbatas mengingat
masih banyak pelaku usaha yang tidak menambah tenaga kerjanya. Beberapa pelaku usaha contact
liaison Bank Indonesia menyatakan bahwa mereka tidak melakukan penambahan ataupun
pengurangan tenaga kerja. Belum adanya penambahan produksi yang signifikan terutama dari sisi
permintaan yang masih stabil menyebabkan pelaku usaha memilih untuk mengoptimalkan sumber
daya manusia yang dimiliki. Kondisi tersebut juga tercermin dari indeks ketersediaan lapangan kerja
hasil Survei Konsumen (SK) Bank Indonesia yang relatif masih stabil pada kisaran 108,3% (Grafik
6.2).
Sesuai dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Tenggara, per Februari 2015
jumlah penduduk Sulawesi Tenggara yang bekerja mencapai 1,12 juta orang, dengan tingkat
pengangguran terbuka (TPT) mencapai 3,62% dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja sebesar
71,04%. Sektor pertanian, sektor perdagangan dan rumah makan serta sektor jasa merupakan
1 Saldo Bersih Tertimbang dihasilkan dari perkalian antara saldo bersih yang berasal dari selisih antara persentase jumlah responden yang memberikan jawaban “meningkat” dengan responden yang memberikan jawaban “menurun”, dengan bobot yang dihitung dari pangsa sektor tersebut dalam PDRB tahun 2000.
2,1
3,0
-6
-4
-2
0
2
4
6
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2012 2013 2014 2015
Realisasi Kegiatan Usaha
SBT
108,7108,3
80
90
100
110
120
130
140
150
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2012 2013 2014 2015
Ketersediaan lapangan kerjaIndeks
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
61
sektor yang menyerap tenaga kerja terbesar di Sulawesi Tenggara sejak tahun 2013 dengan pangsa
masing-masing sebesar 39,2%, 20,7% dan 20,2% (Grafik 6.3).
Sumber: BPS Provinsi Sultra (diolah)
Ket: PHR = Perdagangan Hotel dan Restoran
LGA = Listrik Gas dan Air
Sumber: BPS Provinsi Sultra (diolah)
Ket: PHR = Perdagangan Hotel dan Restoran
LGA = Listrik Gas dan Air
Grafik 6.3 Pangsa Penyerapan Tenaga Kerja Per
Sektor (per Februari 2015)
Grafik 6.4.Pertumbuhan Tenaga Kerja Sektoral
(per Februari 2015)
6.2 KESEJAHTERAAN
Perbaikan yang terjadi dari sisi ketenagakerjaan di Sulawesi Tenggara pada triwulan II 2015
belum diikuti dengan perbaikan dari sisi kesejahteraan. Kondisi ini terjadi seiring dengan
terkontraksinya kinerja sektor pertanian. Mengingat sebagian besar tenaga kerja (39%) bekerja di
sektor pertanian maka secara umum kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Tenggara terpengaruh
dengan kinerja sektor tersebut. Hal ini terlihat dari penurunan indeks penghasilan masyarakat dan
Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan II 2015 jika dibandingkan dengan triwulan I 2015.
Berdasarkan hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh KPw BI Provinsi Sulawesi Tenggara, Indeks
Penghasilan Konsumen (IPK) pada triwulan II 2015 sebesar 134,3 atau menunjukkan penurunan
dari triwulan I 2015 yang mencapai 143,3.
Sementara itu, indeks pendapatan petani yang dicerminkan dengan Nilai Tukar Petani (NTP) juga
menunjukkan adanya penurunan. NTP merupakan suatu indikator kemampuan tukar produk
pertanian untuk keperluan memproduksi produk pertanian. Oleh karena itu, NTP dapat dijadikan
alat ukur untuk tingkat kesejahteraan masyarakat khususnya yang bekerja di sektor pertanian. Pada
triwulan II 2015, NTP Sulawesi Tenggara tercatat sebesar 98,4 atau turun dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 98,8. Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh penurunan
NTP yang terjadi pada subsektor perikanan, dari 104,3 pada triwulan I 2015 menjadi 91,7 pada
triwulan II 2015. Hal tersebut terjadi karena pada triwulan II 2015 gelombang laut sedang tinggi
sehingga berakibat terganggunya proses penangkapan ikan. Selain itu, pencapaian NTP Provinsi
Pertanian39%
Tambang1%Industri
8%LGA0%
Konstruksi5%
PHR21%
Transportasi4%
Jasa Dunia Usaha2%
Jasa20%
-5%
-23%
12%
208%
6,53%
11%
0%
-31%
6%
-50% 0% 50% 100% 150% 200% 250%
Pertanian
Tambang
Industri
LGA
Konstruksi
PHR
Transportasi
Jasa Dunia Usaha
Jasa
Pertumbuhan Jumlah Tenaga Kerja
%, yoy
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 62
Sulawesi tenggara sampai triwulan II 2015 berada di bawah 100, hal ini menunjukkan bahwa total
pendapatan yang diterima oleh para petani lebih rendah dibandingkan dengan total pengeluaran
untuk memproduksi hasil usahanya. Jika diperhatikan secara subsektor hanya terdapat dua
subsektor yang nilai NTP subsektor tersebut berada di angka 100 bahkan di atas 100, yaitu
subsektor peternakan (105,0) dan perkebunan rakyat (100,0).
Sumber: Survei Konsumen-BI Provinsi Sultra Sumber: BPS Sultra (diolah)
Grafik 6.5.Indeks Penghasilan Grafik 6.6. Perkembangan NTP Sulawesi Tenggara
143,33
134,33
80
90
100
110
120
130
140
150
160
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2012 2013 2014 2015
Indeks Penghasilan
Indeks
98,8
96,2
94,4
98,1
104,2
104,3
98,4
92,9
91,7
100,0
105,0
91,7
85,0 90,0 95,0 100,0 105,0 110,0
Total
Tanaman Pangan
Hortikultura
Tanaman Perkebunan Rakyat
Peternakan
Perikanan
Triwulan II Triwulan I
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 63
Prospek
Perekonomian
Pada triwulan III 2015 mendatang, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara
diperkirakan mengalami peningkatan disertai dengan adanya sedikit penurunan
tingkat inflasi. Berdasarkan beberapa indikator pendukung, hasil survei dan liaison,
pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara pada triwulan III 2015 diprakirakan berada
pada kisaran 7,4% – 7,8% (yoy). Peningkatan tersebut diperkirakan didorong oleh
peningkatan kinerja kategori pertambangan, konstruksi dan industri pengolahan.
Adapun untuk keseluruhan tahun 2015, perekonomian Sulawesi Tenggara diprakirakan
tumbuh pada kisaran 7,0% - 7,5% (yoy).
Sementara itu, dari arah trend data, isu di lapangan, serta hasil survei kepada
masyarakat dan pelaku usaha, serta memperhatikan laju inflasi hingga triwulan
laporan, tekanan inflasi Sulawesi Tenggara pada triwulan III 2015 cenderung sedikit
mengalami penurunan seiring dengan telah berlalunya seasonal factor bulan
Ramadhan dan hari raya Idul Fitri dengan perkirakan inflasi berada pada kisaran 6,4% -
6,9% (yoy). Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh melemahnya tekanan inflasi
dari kelompok volatile food seiring dengan telah berakhirnya bulan suci ramadhan.
Meski demikian, kedepannya diperkirakan masih terdapat beberapa faktor risiko
(upside risk) yang perlu menjadi perhatian Tim Pengendali Inflasi Daerah Prov. Sultra.
Bab 7
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 64
7.1 PROSPEK EKONOMI MAKRO
Berdasarkan beberapa indikator pendukung, hasil survei dan liaison, pertumbuhan
ekonomi Sulawesi Tenggara pada triwulan III 2015 diprakirakan berada pada kisaran
7,4% - 7,8% (yoy). Dari sisi penawaran peningkatan tersebut diperkirakan didorong oleh
peningkatan kinerja pada kategori pertambangan, kategori konstruksi dan kategori industri
pengolahan. Sementara itu dari sisi permintaan, meningkatnya kondisi perekonomian Sultra
diperkirakan didorong oleh peningkatan dan kinerja positif dari komponen konsumsi rumah
tangga dan belanja pemerintah.
Sumber: SKDU-BI Provinsi Sultra
Grafik 7.1. Perkiraan Perkembangan Usaha Kategorial
Dari sisi penawaran, kategori pertambangan diperkirakan akan tumbuh terakselerasi seiring
dengan peningkatan kinerja kategori industri pengolahan yang didominasi oleh komoditas mineral
olahan seperti feronikel dan nickel pig iron. Peningkatan kinerja kategori industri pengolahan di
triwulan III terkonfirmasi dari salah satu pelaku usaha kategori industri pengolahan terbesar di
Sulawesi Tenggara terkait peningkatan target produksi dalam rangka optimalisasi realisasi target
tahunan kepada negara tujuan ekspor. Di samping itu, turunnya harga minyak dunia sebagai salah
satu komponen biaya dengan pangsa terbesar dalam proses pembuatan nikel olahan diperkirakan
akan menjadi salah satu faktor pendorong guna memaksimalkan proses produksi dengan tingkat
realisasi biaya produksi yang serendah mungkin. Kondisi di kategori industri pengolahan tersebut
secara tidak langsung akan memberikan multipler effect atas peningkatan kinerja kategori
tambang di Sulawesi Tenggara.
-2% 0% 2% 4% 6% 8% 10% 12% 14% 16%
Pertanian -Tabama
Perikanan
Peternakan
Pertambangan
Industri
Konstruksi
Perdagangan
Tw III Tw II
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 65
Sejalan dengan kondisi tersebut, kategori perdagangan besar dan eceran diperkirakan akan
mengalami peningkatan memasuki periode triwulan III 2015. Perayaan Idul Fitri yang berlangsung
pada bulan Juli diperkirakan akan memberikan efek positif pada peningkatan aktivitas
perdagangan di Sulawesi Tenggara, mengingat tingginya tingkat ketergantungan Sulawesi
Tenggara terhadap pasokan komoditi bahan pangan dan bahan bangunan dari luar wilayah
Sulawesi Tenggara. Di samping itu, sisa musim panen raya pada komoditas tabama serta aktivitas
pengiriman komoditas padi ke daerah di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan juga diperkirakan turut
memberikan multiplier effect terhadap peningkatan kinerja kategori perdagangan besar dan
eceran di triwulan III 2015. Selain itu, pelaksanaan aktivitas MICE khususnya yang berkaitan dengan
kemaritiman s Trip 2015 Wonderous Wakatobi Expo Council
Meeting
kinerja kategori perdagangan besar dan eceran di Sulawesi Tenggara.
Tabel 7.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Kategorial Triwulan III 2015
Selain itu, kategori konstruksi juga diperkirakan menjadi salah satu kategori yang secara dominan
memberikan kontribusi atas peningkatan kinerja ekonomi Sultra di periode triwulan III 2015. Fokus
pemerintah atas pembangunan dan pengembangan sarana prasarana infrastruktur daerah seperti
pengembangan Bandar udara (overlaying landasan Bandara Haluoleo), pembangunan pelabuhan
laut peti kemas Bungkutoko (nilai proyek Rp936 miliar), pembangunan jembatan Bahteramas, dan
2014
II I II III
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 12,0 (0,3) (1,9) (2.0) - 1.0 9,1 0.3 - 3.6
Pertambangan dan Penggalian (8,1) 9,4 12,0 12.0 - 13.0 (4,8) 10.5 - 11.5
Industri Pengolahan 2,3 18,2 11,0 12.0 - 13.0 7,7 12.5 - 13.5
Pengadaan Listrik, Gas 7,3 7,8 10,9 20.0 - 23.0 10,6 16.5 - 17.5
Pengadaan Air 4,9 3,0 8,1 4.0 - 5.0 7,0 5.0 - 5.5
Konstruksi 13,8 1,7 13,3 14.5 - 15.5 12,6 10.0 - 11.0
Perdagangan Besar dan Eceran, dan
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor6,0 6,7 8,9 8.5 - 9.5 8,3 8.0 - 8.5
Transportasi dan Pergudangan 3,6 5,3 7,1 6.0 - 7.0 5,1 5.2 - 5.7
Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum9,5 5,8 6,8 8.0 - 9.0 9,4 7.0 - 7.5
Informasi dan Komunikasi 3,3 3,7 6,6 6.0 - 6.5 2,9 5.0 - 5.5
Jasa Keuangan 8,2 8,2 12,1 14.0 - 14.5 9,4 11.0 - 11.5
Real Estate 7,5 4,0 5,5 8.0 - 9.0 6,6 5.7 - 6.2
Jasa Perusahaan 9,9 7,7 10,7 8.0 - 9.0 9,7 9.5 - 10.5
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib10,2 7,6 10,4 11.0 - 12.0 13,0 7.5 - 8.5
Jasa Pendidikan 13,7 14,4 11,8 13.5 - 14.5 14,0 6.3 - 6.8
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 15,6 6,8 7,1 11.5 - 12.5 12,1 8.3 - 8.8
Jasa Lainnya 18,0 5,5 5,9 10.5 - 11.5 12,9 8.5 - 9.5
PDRB 5,5 5,8 7,4 7.4 - 7.8 6,3 7.0 - 7.4
*Keterangan
Meningkat
Melambat
Kategori 2014 20152015
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 66
perbaikan ruas jalan nasional dan jalan provinsi, diperkirakan akan memberikan kontribusi yang
signifikan terhadap perkembangan kinerja kategori konstruksi di periode triwulan mendatang.
Sementara itu pada sisi permintaan, meningkatnya kondisi perekonomian Sultra diperkirakan
didorong oleh peningkatan dan kinerja positif pada komponen konsumsi rumah tangga dan
komponen belanja pemerintah serta kinerja investasi yang diperkirakan masih akan tumbuh stabil
pada level yang cukup tinggi. Meningkatnya komponen konsumsi rumah tangga diperkirakan
sejalan dengan indeks ekspektasi konsumen yang meningkat di pertengahan tahun 2015.
Masyarakat masih memiliki optimisme yang tinggi terhadap peningkatan penghasilan di triwulan
tersebut, terutama yang disebabkan oleh pembagian gaji ke-13 bagi PNS di bulan Juli. Di samping
itu, masuknya musim panen raya diperkirakan turut mendorong kenaikan tingkat penghasilan dan
tingkat konsumsi masyarakat. Faktor pendorong lain yakni momen Hari Raya Idul Fitri pada bulan
Juli juga diperkirakan turut memberikan efek positif atas naiknya tingkat konsumsi masyarakat
Sulawesi Tenggara di periode triwulan mendatang. Di sisi lain, relatif rendahnya tingkat inflasi
Sulawesi Tenggara selama periode triwulan III juga diperkirakan memberikan efek positif terhadap
peningkatan daya beli dan konsumsi masyarakat.
Tabel 7.2. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran Triwulan III 2015
Adapun kinerja investasi diperkirakan masih akan tumbuh positif cukup tinggi pada kisaran 9.5%
s.d 10.5% (yoy). Beberapa kegiatan investasi yang diperkirakan masih berlangsung adalah
beberapa proyek pemerintah yang bersifat multiyears, penyelesaian proyek smelter, perbaikan
jalan/overlaying di beberapa ruas jalan di Kota Kendari, pembangunan Kawasan Industri Khusus
(KIK) di 13 daerah, pembangunan jembatan Bahteramas, perbaikan dan pengembangan Bandar
udara, serta pembangunan dan perbaikan jaringan irigasi.
Adapun untuk keseluruhan tahun 2015, perekonomian Sulawesi Tenggara diprakirakan tumbuh
pada kisaran 7,0% - 7,4% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan pada tahun 2014 yang
hanya sebesar 6,26% (yoy). Peningkatan tersebut terutama didorong oleh peningkatan kinerja
kategori utama di Sulawesi Tenggara seperti kategori pertambangan dan kategori konstruksi.
2014
II I II III
Konsumsi Rumah Tangga 6,6 5,7 6,4 5.7 - 6.2 6,6 5.9 - 6.3
Konsumsi LNPRT 11,8 (11,0) (6,9) 5.0 - 5.5 11,9 (8.0) - (4.0)
Konsumsi Pemerintah 2,8 2,5 0,2 3.8 - 4.2 3,4 4.4 - 4.8
Investasi 5,1 10,0 11,5 9.5 - 10.5 8,9 10.5 - 11.5
Ekspor Luar Negeri (69,7) (43,1) 20,5 6.5 - 7.5 (63,8) (9.0) - (4.0)
Impor Luar Negeri 19,3 62,4 33,6 7.0 - 7.5 28,3 15.0 - 17.0
Net Ekspor Antar Daerah (61,8) (68,5) (2,7) 12.0 - 15 (67,7) (13.0) - (11.0)
PDRB 5,5 5,8 7,4 7.4 - 7.8 6,3 7.0 - 7.4
*Keterangan
Meningkat
Melambat
Kategori 2014 20152015
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 67
Kategori pertambangan diprakirakan akan tumbuh di kisaran 10% - 12% (yoy), tumbuh
terakselerasi cukup tinggi setelah di tahun 2014 tercatat tumbuh negatif sebesar -4,83% (yoy)
pasca pemberlakukan UU Minerba. Peningkatan produksi pertambangan tersebut juga untuk
mengantisipasi peningkatan permintaan nikel dan olahannya di masa yang akan datang. Beberapa
lembaga keuangan dunia memproyeksikan bahwa harga nikel internasional akan terus meningkat
seiring dengan peningkatan konsumsi baja internasional.
Sumber: EIU Economic and Commodity Forecast, July 2015 Sumber: World Steel Asociation via Statista
Grafik 7.2. Proyeksi Harga Nikel Internasional Grafik 7.3. Proyeksi Permintaan Produk Baja
Internasional
Kategori konstruksi juga diprakirakan masih akan tumbuh tinggi pada kisaran 10% - 11% (yoy).
Tingginya kinerja kategori konstruksi di tahun 2015 dipengaruhi oleh banyaknya realisasi proyek
pembangunan baik itu berupa infrastruktur utama daerah seperti proyek pembangunan Jembatan
Bahteramas, pelebaran, perbaikan dan pengaspalan ruas jalan di beberapa Kota/Kabupaten di
Sulawesi Tenggara, proses pembangunan Pelabuhan Bungkutoko, serta proses pembangunan
beberapa pabrik pengolahan dan pemurnian nikel di Sultra. Berdasarkan hasil konfirmasi dan
liaison yang dilakukan pada bulan Agustus 2015, diperkirakan terdapat 2 hingga 3 pabrik smelter
yang sudah selesai proses konstruksi fisiknya di akhir tahun 2015 dan akan mulai beroperasi di
tahun 2016.
Sementara itu, pada tahun 2015 kinerja pada lapangan usaha kategori pertanian diperkirakan akan
mengalami perlambatan. Data produksi padi pada tahun 2015 sesuai dengan ARAM I 2015 (BPS
Prov Sultra) hanya tumbuh sebesar 5,84%, sedangkan pada tahun 2014 peningkatannya dapat
mencapai 17,15%. Perlambatan tersebut terutama terjadi pada produksi padi yang termasuk padi
sawah sementara produksi padi ladang masih terkontraksi. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh
pergeseran musim tanam dan adanya risiko kemarau yang lebih panjang karena El Nino. Meskipun
demikian, produksi padi secara absolut diperkirakan masih meningkat sebesar 38.436 ton sehingga
produksi padi di tahun 2015 akan mencapai 696.053 ton.
10,4
8
6,8
7,7
6,3
7,3
6,8
88,4
0
2
4
6
8
10
12
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
US$/lb
10401143 1157 1182
390
388 405 411
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
2012 2013 2014 2015
Industrial countries Emerging market
juta ton
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 68
Tabel 7.2. Angka Ramalan Produksi Padi Sulawesi Tenggara
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Tenggara
Dari sisi permintaan, perkembangan kinerja ekonomi Sultra di tahun 2015 didorong oleh kinerja
positif komponen investasi yang diprakirakan tumbuh pada kisaran 10,5% - 11,5% (yoy). Tingginya
kinerja investasi Sultra sejalan dengan perkembangan positif kategori konstruksi di sisi penawaran
seiring dengan banyaknya realisasi pembangunan proyek baik itu berupa infrastruktur daerah
maupun pembangunan smelter. Disamping itu, komponen konsumsi rumah tangga diprakirakan
tumbuh moderat di kisaran 5,3% - 5,8%, kondisi tersebut diantaranya disebabkan oleh relatif
rendahnya dampak inflasi selama rentang periode tahun 2015 serta terjaganya daya beli dan
tingkat konsumsi masyarakat.
7.2 PROSPEK INFLASI
Tekanan inflasi Sulawesi Tenggara pada triwulan III 2015 diperkirakan akan mengalami
penurunan, yang disebabkan oleh melemahnya tekanan inflasi pada komoditas kelompok
volatile food. Kondisi ini sebagai bounce back effect pasca bulan suci ramadhan dan hari raya
idul fitri. Inflasi pada triwulan III 2015 diperkirakan berada pada kisaran 6,4% s.d 6,9% (yoy),
sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 7,3% (yoy). penurunan tingkat
inflasi tersebut diperkirakan disebabkan oleh meredanya tekanan inflasi yang diiringi stabilnya
tingkat permintaan masyarakat akan komoditas bahan makanan pasca berakhirnya bulan suci
ramadhan dan hari raya idul fitri. Di samping itu, kesiapan seluruh pihak seperti ketersediaan stok
yang melimpah pasca musim panen raya, dan tindak langsung pemerintah daerah seperti
pelaksanaan operasi pasar murah juga diperkirakan turut menjadi salah satu hal yang mendorong
turunnya tingkat infasi Sulawesi Tenggara di periode triwulan III 2015. Sementara dampak dari
potensi el-nino diperkirakan baru akan terasa pada triwulan IV 2015.
2013 2014 2015
Absolut Persen Absolut Persen
Padi Sawah
Luas Panen (ha) 122.702 133.550 145.885 10.848 8,84 12.335 9,24
Produktivitas (ku/ha) 43,13 47,62 46,56 4,49 10,41 (1,06) (2,23)
Produksi (ton) 529.240 636.028 679.233 106.788 20,18 43.205 6,79
Padi Ladang
Luas Panen (ha) 10.243 6.858 5.816 (3.385) (33,05) (1.042) (15,19)
Produktivitas (ku/ha) 31,36 31,48 28,92 0,12 0,38 (2,56) (8,13)
Produksi (ton) 32.121 21.589 16.820 (10.532) (32,79) (4.769) (22,09)
Padi (Sawah + Ladang)
Luas Panen (ha) 132.945 140.408 151.701 7.463 5,61 11.293 8,04
Produktivitas (ku/ha) 42,23 46,84 45,88 4,61 10,92 (0,96) (2,05)
Produksi (ton) 561.361 657.617 696.053 96.256 17,15 38.436 5,84
(ATAP)Uraian 2013 - 2014
Perkembangan Perkembangan
2013 - 2014(ARAM I)(ATAP)
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 69
Berdasarkan pola musimannya, pergerakan harga khususnya komoditas bahan makanan
cenderung mengalami penurunan setelah berakhirnya bulan suci ramadhan dan hari raya Idul Fitri.
Di samping itu, ketersediaan stok beras pasca panen raya di periode triwulan II, serta kondusifnya
kondisi cuaca juga diperkirakan turut memberikan efek positif atas terjaminnya komoditas bahan
makanan khususnya komoditas penyumbang inflasi seperti cabai rawit dan bawang. Kondisi cuaca
yang cukup kondusif yang disertai kembali normalnya tarif pengiriman barang diperkirakan akan
mendorong kelancaran proses distribusi untuk beberapa komoditas yang didatangkan dari luar
Sulawesi Tenggara yang pada akhirnya mendorong terciptanya stabilitas harga. Selain itu, langkah
antisipatif pemerintah daerah melalui TPID dalam menghadapi inflasi pada saat bulan suci
ramadhan dan hari raya Idul Fitri dengan menggelar operasi pasar murah juga diperkirakan akan
mampu mengendalikan tingkat inflasi Sultra yang pada akhirnya berdampak pada terjaganya
tingkat inflasi Sultra pada triwulan III 2015
Tabel 7.3. Faktor Risiko dan Dampaknya Terhadap Inflasi di Triwulan III 2015
Faktor Risiko Potensi
Dampak
Volatile
Food
a. Pasokan:
Ketersediaan stok ikan segar yang relatif minim disebabkan oleh pola
kebiasaan masyarakat nelayan untuk berhenti melaut selama
rentang waktu 7 hari sebelum dan sesudah hari raya Idul Fitri.
Tingginya gelombang laut juga berpotensi menurunkan jumlah
produksi ikan tangkap sehingga mendorong kenaikan harga
komoditas ikan tangkap.
MEDIUM
b. Distribusi:
Terganggunya saluran distribusi komoditas bahan pangan yang
didatangkan dari luar Sultra yang disebabkan oleh lambatnya
aktivitas bongkar muat di pelabuhan akibat padatnya antrian kapal.
Adm.
Prices
a. Kenaikan harga minyak dunia berimplikasi terhadap kenaikan harga
BBM.
b. Kenaikan tarif angkutan umum dan angkutan penyeberangan baik laut
maupun udara sejalan dengan momen hari raya idul fitri.
MEDIUM
Core a. Transmisi kenaikan harga TTL dan LPG terhadap kenaikan kontrak dan
sewa rumah. LOW
Meskipun tekanan inflasi relatif lebih rendah daripada sebelumnya, namun terdapat beberapa
faktor yang diperkirakan dapat mendorong laju inflasi khususnya pada kelompok volatile food dan
administered prices. Hal tersebut diantaranya adalah:
1. Kemungkinan pemerintah untuk kembali menaikan tarif listrik baik untuk golongan
industri maupun rumah tangga,
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 70
2. Kemungkinan kembali naiknya harga minyak dunia yang pada akhirnya dapat mendorong
kenaikan harga BBM dalam negeri.
3. Dampak awal dari puncak musim angin timur yang diperkirakan sudah memberikan
tekanan inflasi khususnya pada komoditas ikan segar, meski masih berada pada level yang
relatif cukup rendah.
Secara bulanan, berdasarkan hasil Survei Konsumen diketahui bahwa konsumen
memperkirakan tekanan harga mengalami peningkatan pada bulan Juli dan bulan September
2015. Hal ini terindikasi dari kenaikan Indeks Ekpektasi Harga (IEH) 3 bulan mendatang sebesar
9 poin dari bulan sebelumnya menjadi 185. Sementara itu, berdasarkan hasil Survei Kegiatan
Dunia Usaha (SKDU) juga menunjukkan adanya tekanan harga jual pada triwulan III 2015.
Sumber: SK-BI Provinsi Sultra Sumber: SKDU-BI Provinsi Sultra
Grafik 7.3. Indeks Ekspektasi Harga pada 3 Bulan
Mendatang
Grafik 7.4. Perkembangan Harga Jual
Untuk keseluruhan tahun 2015, tingkat inflasi Sulawesi Tenggara diperkirakan berada di kisaran
2,6% - 3,0% (yoy). Relatif rendahnya tingkat inflasi Sulawesi Tenggara lebih disebabkan oleh based
point effect akibat lonjakan inflasi yang timbul di periode akhir tahun 2014 setelah kenaikan harga
BBM bersubsidi. Di samping itu, rendahnya tingkat inflasi di akhir tahun juga diperkirakan didorong
oleh masuknya musim panen raya yang terjadi di bulan November. Terjaganya ketersediaan stok
bahan pangan khususnya beras dan komoditas bumbu-bumbuan di pasar turut menjadi salah satu
hal yang mendukung pencapaian tingkat inflasi yang rendah di akhir tahun 2015.
Mengacu kepada perkiraan inflasi tersebut, terdapat beberapa isu strategis yang menjadi
pendorong utama terjadinya inflasi selama tahun 2015 yaitu:
a. Ketergantungan yang masih cukup tinggi terhadap wilayah luar Sulawesi Tenggara, yang
berdasarkan data I/O (Input/Output) BPS Sultra mencapai 85% dari total komoditas
konsumsi masyarakat. Beberapa komoditas utama yang didatangkan dari luar Sulawesi
150
155
160
165
170
175
180
185
190
-2,0%
-1,0%
0,0%
1,0%
2,0%
3,0%
4,0%
5,0%
6,0%
Ap
r-1
4
Me
i-1
4
Jun
-14
Jul-
14
Ag
u-1
4
Sep
-14
Okt-
14
No
v-1
4
De
s-1
4
Jan
-15
Feb
-15
Ma
r-1
5
Ap
r-1
5
Me
i-1
5
Jun
-15
Jul-
15
Ag
u-1
5
Sep
-15
Okt-
15
Inflasi Kendari (qtq) Indeks Ekspektasi Harga 3 Bulan yad (sb. Kanan)
31%
21%
28%
37%
13%
21%
24%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
I II III IV I II III
2014 2015
Realisasi Perkiraan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 71
Tenggara antara lain bumbu-bumbuan (bawang merah, cabe merah, tomat, sayuran),
telur, daging ayam ras, gula pasir, minyak goreng, tepung dll.
b. Sistem distribusi yang belum lancar akibat kendala dari sisi infrastruktur, cuaca serta alat
transportasi yang terbatas. Saat ini arus masuk barang ke Sulawesi Tenggara melalui jalur
laut dan darat yang masing-masing memiliki kendala keterbatasan infrastruktur sebagai
berikut:
i. Pelabuhan Kota Kendari sebagai pintu masuk utama jalur laut memiliki keterbatasan
infrastruktur yang mencakup tempat sandar kapal, area parkir kontainer, dan angkutan
penjemputan yang terbatas. Selain infrastruktur juga terdapat keterbatasan tenaga
kerja bongkar muat serta juru pandu sandar kapal di pelabuhan.
ii. Jalur darat di Sulawesi Tenggara yang mencakup jalan provinsi Kolaka Utara-Kendari
sebagai jalur distribusi utama, saat ini dalam kondisi tidak mantap (75% dari total
panjang jalan), sehingga menyebabkan peningkatan biaya transportasi yang diikuti
peningkatan harga kebutuhan konsumsi masyarakat.
Berdasarkan isu strategis tersebut, dalam rangka pengendalian inflasi Tim Pengendali Inflasi
Daerah memberikan beberapa rekomendasi sebagai berikut:
a. Untuk pembentukan ekspektasi, informasi harga secara rutin selain dipublikasikan melalui
media cetak koran sebagaimana yang sudah berjalan, juga perlu diperkuat melalui papan
informasi harga elektronik yang ditempatkan pada pasar-pasar utama di Kota Kendari
sebagaimana yang dilakukan di kota lain seperti Bandung, Banjarmasin, dan Palangkaraya.
b. Sebagai bentuk pengendalian inflasi pada jangka panjang, TPID (Tim Pengendalian Inflasi
Daerah) Sulawesi Tenggara memberikan rekomendasi kepada pemerintah daerah terkait
kendala infrastruktur dan tenaga kerja pelabuhan sebagai berikut:
i. Mendirikan pusat pergudangan yang berguna sebagai tempat stok komoditas
konsumsi sekaligus memberikan solusi perhentian kontainer yang datang, sehingga
tidak harus mengantri di lapangan parkir kontainer pelabuhan.
ii. Menyarankan kepada otoritas pelabuhan untuk membuat shift malam bagi tenaga
buruh bongkar pelabuhan sehingga aktivitas bongkar dapat berlangsung 24 jam.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 72
Halaman ini sengaja dikosongkan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
Daftar
Istilah
Administered
price
Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya
diatur oleh pemerintah.
Andil inflasi Sumbangan perkembangan harga suatu komoditas/kelompok barang/kota
terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan.
APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Rencana keuangan tahunan pemerintah
daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan
ditetapkan dengan peraturan daerah.
Bobot inflasi Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komoditas terhadap tingkat inflasi
secara keseluruhan, yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi
masyarakat terhadap komoditas tersebut.
Dana
Perimbangan
Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan
kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi
daerah.
Dana Pihak
Ketiga (DPK)
Dana masyarakat (berupa tabungan, deposito, giro, dll) yang disimpan di suatu
bank.
Faktor
Fundamental
Faktor fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang dapat dipengaruhi oleh
kebijakan moneter, yakni interaksi permintaan-penawaran atau output gap,
eksternal, serta ekspektasi inflasi masyarakat
Faktor Non
Fundamental
Faktor non fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang berada di luar
kewenangan otoritas moneter, yakni produksi maupun distribusi bahan pangan
(volatile foods), serta harga barang/jasa yang ditentukan oleh pemerintah
(administered price)
Imported
inflation
Salah satu disagregasi inflasi, yaitu inflasi yang berasal dari pengaruh perkembangan
harga di luar negeri (eksternal)
Indeks Ekspektasi
Konsumen
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen
terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1 100.
Indeks Harga
Konsumen (IHK)
Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa
yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.
Indeks Kondisi
Ekonomi
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen
terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1 100.
Indeks Keyakinan
Konsumen (IKK)
Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat
ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala 1 100.
Investasi Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi melalui peningkatan
modal.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan II 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
Inflasi inti Inflasi inti adalah inflasi yang dipengaruhi oleh faktor fundamental
Liaison Kegiatan pengumpulan data/statistik dan informasi yang bersifat kualitatif dan
kuantitatif yang dilakukan secara periodik melalui wawancara langsung kepada
pelaku ekonomi mengenai perkembangan dan arah kegiatan ekonomi dengan cara
yang sistematis dan didokumentasikan dalam bentuk laporan
Loan to Deposit
Ratio (LDR)
Ratio yang menunjukkan perbandingan antara jumlah pinjaman yang disalurkan
dengan dana pihak ke tiga yang dihimpun pada suatu waktu tertentu.
Migas Minyak dan gas. Merupakan kelompok sektor industri yang mencakup industri
minyak dan gas.
Mtm Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya.
Non Performing
Loan (NPL)
Besarnya jumlah kredit bermasalah pada suatu Bank dibanding dengan total
keseluruhan kreditnya
Omzet Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi.
PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan
hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu.
Pendapatan Asli
Daerah (PAD)
Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak
daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan
kekayaan daerah.
Perceived risk Persepsi risiko yang dimiliki oleh investor terhadap kondisi perekonomian sebuah
negara
Qtq Quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan
sebelumnya.
Saldo Bersih S
dengan persent
SBT Saldo Bersih Tertimbang. Nilai yang diperoleh dari hasil perkalian saldo bersih
sektor/subsektor yang bersangkutan dengan bobot sektor/subsektor yang
bersangkutan sebagai penimbangnya.
Sektor ekonomi
dominan
Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai
pengaruh dominan pada pembentukan PDRB secara keseluruhan.
Volatile food Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya
sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu.
West Texas
Intermediate
Jenis minyak bumi yang menjadi acuan untuk transaksi perdagangan minyak dunia.
Yoy Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara | Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
Tim
Penyusun
PENANGGUNG JAWAB
Dian Nugraha
KOORDINATOR PENYUSUN
Harisuddin
TIM PENULIS
Daniel Agus Prasetyo, Reinaldy Akbar Ariesha, Argo Hadianto
KONTRIBUTOR
Unit Statistik, Survei dan Liaison
Unit Akses Keuangan dan UMKM
Unit Operasional Kas
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA SULAWESI TENGGARA Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan
Jl. Sultan Hasanudin No. 150 Kendari
No. Telp. (0401) 3121655; No. Fax.(0401)3122718
Email :[email protected]
Top Related