Penelitian Virus 170 (2012) 15-24
Konetn tersedia pada SciVerse ScienceDirect
Penelitian Virus
journal homepage: www.elsevier.com/locate/virusres
Pembahasan
Berbagai peran dari kapsid protein pada infeksi tahap awal HIV-1.
Ariberto Fassati∗
The Wohl Virion Centre and MRC Centre for Medical & Molecular Virology, Division of Infection and Immunity, University College London, Cruciform Building, 90 Gower Street, London
WC1E 6BT, UK
Informasi artikel
Sejarah artikel:Diterima 30 Juli 2012 Diterima dalam bentuk sudah direvisi10 September 2012Disahkan 11 September 2012 Tersedia online 3 October 2012
Kata kunci:HIV-1KapsidCyclophilin UncoatingImpor inti IntegrasiTnpo3
a b s t r a k
Tahap awal dari infeksi HIV-1 dimulai setelah virus masuk kedalam sel hingga genom virus terintegrasi
kedalam kromosom host, tahap ini tidak begitu dipahami. Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa HIV-1 dan
onkoretrovirus mempunyai tahapan yang berbeda pada infeksi tahap awal setelah virus masuk kedalam sel,
perkembangan yang signifikan telah diperoleh dalam beberapa tahun terakhir dan peran penting dari protein kapsid
(CA) HIV-1, unsur pokok dari inti virus telah ditemukan. CA tampaknya menyusun beberapa proses, seperti uncoating
virus, pengenalan oleh faktor restriksi dan sistem imun yang diperoleh (innate). CA juga berperan dalam impor inti dan
integrasi HIV-1 dan telah menjadi target baru untuk obat antiretroviral. Disini kami akan mendeskripsikan perbedaan
fungsi dari CA dan bagaimana CA dapat diintegrasikan dalam satu atau lebih model berkaitan yang menjelaskan
kejadian awal dari infeksi HIV-1 dan hubungannya dengan sel host.
© 2012 Elsevier B.V. All rights reserved.
Daftar Isi
1. Pendahuluan......................................................................................................................................................................................................................................................... 152. CA, uncoating inti and transkripsi terbalik.................................................................................................................................................................................................. 163. CA dan CypA....................................................................................................................................................................................................................................................... 194. CA dan impor inti............................................................................................................................................................................................................................................... 205. CA dan integration............................................................................................................................................................................................................................................. 216. Komponen kecil yang menarget CA.............................................................................................................................................................................................................. 227. Kesimpulan........................................................................................................................................................................................................................................................... 22
Ucapan terima kasih.......................................................................................................................................................................................................................................... 22Referensi.............................................................................................................................................................................................................................................................. 22
1. Pendahuluan
Human immunodeficiency virus tipe 1 (HIV-1) adalah agen penyebab
AIDS atau acquired immunodeficiency syndrome. Merupakan lentvirus yang
secara unik telah beradaptasi untuk dapat bereplikasi di sel tubuh manusia,
khususnya sel CD4+ seperti T-limfosit helper, makrofag dan sel mikroglial.
HIV-1 tropism bergantung terutama dari ekspresi sel reseptor CD4 dan
pembantu reseptor CCR5 dan CXCRX4.
Abbreviations: CA, capsid protein; CsA, cyclosporine; CypA, cyclophilin A; CPSF6, cleavage and polyadenylation specificity factor subunit 6; Tnpo3, transportin 3.∗Tel.: +44 20 31082138; fax: +44 20 31082123. E-mail address: [email protected]/$ - see front matter © 2012 Elsevier B.V. All rights reserved.http://dx.doi.org/10.1016/j.virusres.2012.09.012
Ketujuh transmembran yang mendominasi reseptor kemokin CCR5
sebagian besar dipresentasikan pada permukaan oleh CD4 sel T-memori,
makrofag dan sel mikroglial dimana reseptor pembantu CXCR4
diekspresikan di naïve sel T CD4+.
Genom HIV-1 dalam bentuk DNA yang terintegrasi kurang lebih
berukuran 9.8 Kb dan tersandikan untuk tiga poliprotein (Gag, Gag-Pol dan
Env) dan enam protein tambahan yang lebih kecil (Vif, Vpr, Vpu, Tat, Rev
dan Nef). MRNA Env tersambung dan diartikan menjadi gp160, yang
kemudian dipotong oleh protease selular yang seperti furin menjadi daerah
“permukaan” (SU atau permukaan juga disebut gp120) dan daerah
“trasnmembran” (TR juga disebut gp41). Gp120 bertanggung jawab dalam
berikatan dengan CD4 dan reseptor pembantu, dimana gp41 menyebabkan
fusi dari membran virus dengan membran sel. Pol menyandi enzim protease
virus (PR), reverse transcriptase (RT) dan integrase (IN).
Gag menyandi struktur matrik protein (p17 MA), kapsid (p24 CA),
nukleokapsid (p7 NC), p6 dan spacer peptida Sp1 dan Sp2 (Freed and Martin,
2001). Gag membentuk inti kapsid dan selama atau tidak lama setelah
pembentukan protease virus akan memotongnya menjadi komponen yang
berbeda menybabkan konformasi penyusunan ulang yang berakibat penting
(Bharat et al., 2012).
Dalam bentuk yang belum diolah, Gag poliprotein membentuk inti
kapsid yang kira-kira mempunyai diameter 100nm dengan susunan tetap
dimana p17 MA adalah daerah luar yang kontak langsung dengan membran
virus, diikuti oleh p24 CA danNC yang penting dan kontak dengan sel genetik
RNA virus (Bharat et al., 2012: Bringgs and Krausslich, 2011: Yeager et al.,
1998). Setelah aktifasi protease dan pemotongan Gag, inti yang belum dewasa
mengalami penyusunan ulang yang dramatis yang menghasilkan fullerene
konikal struktur dengan panjang 100-120 nm dan lebar 50-60 nm yang terususn
dari kira-kira 250 CA cincin hexameric yang tersusun secara berpola (gambar 1)
(Briggs et al., 2003; Ganser et al., 1999; Ganser-Pornillos et al., 2007). Yang
paling penting adalah adanya 12 CA pentamer yang terdistribusi pada tepi
kerucut, 7 pada wide end dan 5 pada narrow end sehingga lattice dapat
membengkok dan membentuk geometri seperti kerucut (Pornillos et al., 2011).
Subunit CA dalam cincin heksametrik distabilkan oleh N-terminal domain yang
cukupu luas (NTD)- reaksi intermolekular NTD dan NTD yang kurang begitu
luas-reaksi intermolekular CTD, terutama antara lices 4 dan 7 dan juga CTD
helices 8 dan 11, dimana cincin ayng berdekatan akan terhubung bersama
terutama oleh mobile C-terminal domain (CTD)-interaksi intermolekular CTD
(Pornillos et al., 2009). Beberapa rincian tentang bagaimana geometri seperti
kerucut terbentuk masih belum diketahui karena kristalografi X-ray resolusi
tinggi tidak bisa digunakan pada inti utuh.
CA membentuk blok bangunan dari hemaxers dalam kisi. Berupa
protein 24 kDa dengan NTD yang terlipat secraa independen dan
sebuah CTD yang terkait secara fleksibel (Berthet-Colominas et al.,
1999; Gamble et al., 1997; Gitti et al., 1996; Momany et al., 1996).
Struktur berbentuk helix, NTD berisi 7 alpha helix dan CTD berisi 4
(Gamble et al., 1997; Gitti et al., 1996). Selanjutnya CA memiliki lingkaran
besar meliputi residu 85-93 antara heliks 4 dan 5 yang terkena permukaan
heksamer dan mengikat cyclophilin A (CypA) ( Gamble et al.,1996) (Gambar
2).
Ada sekitar 1500 CA monomer dalam virus dewasa HIV -1 inti tapi
tampaknya ada kelebihan molekul Gag di inti yang belum matang ( sampai 5000
) (Briggs et al.,2004) . Setelah celah Gag, beberapa molekul CA tidak
dimasukkan ke dalam inti matang tapi fungsi kelebihan CA tidak diketahui
( Briggs et al.,2004).
Inti retroviral matang kurang stabil daripada bentuk yang belum matang dan
sulit untuk mengisolasi inti utuh HIV – 1 untuk melakukan studi biokimia dan
genetik. Namun, masih mungkin memurnikan sejumlah kecil inti dari virus
matang HIV-1 dengan sedimentasi pada sukrosa gradien melalui lapisan tipis
sedikit detergen, yang melepaskan amplop dan matriks virus (Aiken, 2009
Atau , banyak aspek struktur inti dan fungsi yang dapat dipelajari
secara in vitro pada bentuk yang disebut " tabung " . Struktur ini dihasilkan oleh
inkubasi CA rekombinan yang dimurnikan atau CA - NC dengan RNA
pendek atau oligonukleotida DNA beruntai tunggal dalam garam yang sesuai
( Ganser et al , 1999; . . GFross et al , 1998) . Pengenalan titik mutasi R18A
di CA membantu menghasilkan kisi dengan geometri berbeda, termasuk
bola, kerucut dan silinder , yang merekapitulasi struktur inti ( Ganser -
Pornillos et al., 2007) .
2 . CA , uncoating inti dan transkripsi terbalik
Setelah sel - reseptor dimediasi masuk , HIV - 1 mulai membalikkan
dan menyalin genom RNA -nya . Fungsi awal HIV - 1 CA adalah untuk
memberikan lingkungan yang sesuai untuk transkripsi terbalik yang disebut
kompleks transkripsi terbalik ( RTC ) . Virus harus memperjelask inti atau "
Uncoat " untuk melanjutkan berbagai langkah-langkah dari siklus hidup .
Kami memiliki pemahaman yang tidak lengkap dari langkah-langkah awal
tersebut, namun beberapa kemajuan telah dibuat dalam belakangan tahun
ini. Fraksinasi biokimia dalam gradien sukrosa dari sitosol sel yang
terinfeksi akut menunjukkan bahwa uncoating terjadi pada awal pasca -
infeksi , kira-kira dalam 1 jam pada kasus HIV - 1 tetapi hanya setelah inti
masuk mitosis dalam kasus murine virus leukemia ( MLV ) ( Fassati dan
Goff , 1999, 2001:Karageorgoset al., 1993) . Khususnya , hasil fraksinasi
biokimia digunakan untuk mengkarakterisasi MLV RTC baru baru ini
dikonfirmasi menggunakan kombinasi dari pencitraan elegan dan
pendekatan genetik ( Prizan -Ravid et al.,2010). Karena prosedur fraksinasi
yang sama juga digunakan untuk mengkarakterisasi kedua virus , penjelasan
paling sederhana untuk perbedaan waktu uncoating HIV - 1 dan MLV
adalah bahwa inti MLV lebih stabil dibanding HIV - 1 inti dalam
sitoplasma sel yang terinfeksi. Ini juga menjelaskan , setidaknya sebagian ,
mengapa MLV tidak dapat menginfeksi sel yang tidak terbagi , mengingat
bahwa sejumlah besar CA masih diasosiasikan dengan RTC-nya dan pra -
integrasi kompleks ( PIC ) , mungkin membuatnya terlalu besar untuk
menuju pori-pori inti ( NPCs ) ( Bowermanet al,1989;. Fassati dan Goff ,
1999) . Ketidakstabilan inti HIV - 1sebagaimana ditemukan dalam tes
biokimia mungkin kurang tergambarkan dalam sitoplasma sel yang
terinfeksi , di mana faktor inang bisa menstabilkan itu . Namun baru-baru
ini bukti genetik mendukung gagasan bahwa uncoating virus HIV - 1 terjadi
sangat dini antara 30-45 menit pasca - infeksi ( Hulme et al , 2011; Perez -
Caballero et al, 2005 ) . Faktanya saat uncoating tampak tergantung pada
tipe sel , lebih cepat pada sel HeLa , lebih lambat pada CD4 + T - limfosit ,
menunjukkan bahwa faktor sel inang mungkin berperan ( Arfi et al.,2009).
Ada bukti yang mendukung gagasan bahwa signifikan uncoating terjadi
sebelum transkripsi terbalik selesai. APOBEC3G merupakan faktor
pembatasan untuk HIV - 1 , dinetralkan oleh virus aksesori protein VIF ,
yang mempromosikan G ke A mutasi dengan deminasi C menjadi U pada
arti negatif , DNA virus beruntai tunggal dihasilkan selama transkripsi
terbalik ( Malim , 2009).
Baru-baru ini telah ditunjukkan bahwa APOBEC3G dalam sel target
dapat menyerang yang masuk virus dalam makrofag , menunjukkan bahwa
protein memiliki akses ke genom virus sebelum penyelesaian transkripsi
terbalik ( Koning et al.,2011) . LEDGF/p75 adalah kofaktor inag yang
terikat pada HIV - 1 IN dan merangsang target integrasi ke dalam genom
inang ( Engelman dan Cherepanov , 2008) . Bentuk dominan dari
LEDGF/p75 yang terletak secara eksklusif dalam sitoplasma
dapat menargetkan IN dan mengganggu integrasi , menunjukkan bahwa IN
dapat diakses dalam RTC / PIC ( Meehan et al.,2011) . Beberapa faktor sel
inang telah terlibat dalam mempromosikan transkripsi terbalik , termasuk
asam nukleat mengikat protein , perbaikan DNA dan pemotongan faktor
( Konig et al.,2008) dan ini berasalasan untuk mengasumsikan bahwa
setidaknya beberapa dari mereka bertindak pada sel-sel target pada RTC
berikutnya , yang saharusnya dapat diakses . Data yang lebih baru
menunjukkan bahwa uncoating dan transkripsi terbalik dilanjutkan secara
paralel dan dapat mempengaruhi satu sama lain ( Arfi et al ,2009;Hulme et al ,
2011. ) . Hal ini juga tidak jelas berapa banyak CA dikeluarkan dari inti dalam
sitoplasma . Studi biokimia menemukan bahwa sebagian CA yang dihasilkan
dari HIV - 1 dan RTC PIC ( Bukrinsky et al , 1993; Farnet dan Haseltine ,
1991; Fassati and Goff , 2001; Karageorgos et al ,1993; Miller et al ,1997) ,
namun sangat mungkin bahwa faktor inang mengkompensasi sebagian untuk
ketidakstabilan intrinsik inti HIV - 1 dalam sel dan yang sebenarnya lebih
banyak CA tetap berhubungan dengan RTC daripada yang diperkirakan
sebelumnya .
Jika uncoating terjadi terlalu cepat namun , transkripsi terbalik
tidak terjadi . Hal ini didukung oleh dua baris bukti. TRIM5 merupakan faktor
pembatasan yang menghalangi infeksi HIV - 1 dengan menargetkan inti
kapsid berikutnya dan mendorong degradasi proteasomalnya ( Malim dan
Bieniasz , 2012) . TRIM5 bertindak pada awal pasca - infeksi ( < 1 jam ) dan
menyebabkan uncoating dini , yang mengarah pada pembatalan
transkripsi terbalik ( Malim dan Bieniasz , 2012; Roa et al , 2012; Stremlau et
al , 2006). Kedua , mutasi pada CA yang membuat HIV - 1 inti tidak stabil
juga menyebabkan uncoating dini dan pembatalan transkripsi terbalik
( Forshey et al . , 2002) . Sebenarnya ada metode lain yang berdasarkan
mutasi spesifik di CA dan karakterisasi fungsionalnya yang menunjukkan
bahwa stabilitas optimal dari inti HIV - 1 penting untuk transkripsi terbalik
dan untuk peristiwa selanjutnya, termasuk transportasi inti dan integrasi
( Dismuke dan Aiken , 2006; Forshey et al,2002; Yamashita et
al ,2007) . Oleh karena itu tampak bahwa inti virus harus tetap setidaknya
utuh untuk waktu singkat , mungkin untuk memungkinkan langkah-langkah
awal transkripsi terbalik ( Roa et al.,2012) . Jika sejumlah besar molekul CA
dilepaskan selama transkripsi terbalik , bagaimana bisa berbagai komponen
RTC tetap bersama dalam sebuah struktur yang cocok di mana sintesis DNA
dapat dimulai ? Baru-baru ini ditemukan bahwa perpanjangan eukariotik
faktor 1A dan 1G ( EIF1A dan EIF1G ) terasosiasi dengan RT dan IN dan
mungkin menstabilkan RTC , merangsang langkah-langkah akhir transkripsi
terbalik (Warren et al.,2012) .
Laporan yang sama dan analisis proteomik global yang terpisah
dari faktor inang berinteraksi dengan HIV – 1 protein mengidentifikasi
bahwa beberapa anggota keluarga EIF3 yang mengikat Pol ( Jager et al.,2012;
Warren et al ,2012) , meskipun dalam kasus EIF3D dimana ikatan
menghasilkan penghambatan transkripsi terbalik , dan dalam studi yang
berbeda kelebihan dari EIF3F atau bentuk terpotong yang ditunjukkan dapat
mengganggu produksi mRNA virus ( Jager et al,2012;Valente et al., 2009 ).
Uncoating juga dapat terjadi pada tahap berikutnya , setelah transkripsi
terbalik selesai . Misalnya, satu studi elektron mikroskopi mendeteksi inti
utuh beberapa jam setelah terinfeksi dan dilaporkan bahwa inti tersebut
mampu menyelesaikan sintesis DNA ( Arhel et al . , 2007) . Memang sintesis
yang disebut saluran polypurine pusat ( cPPT ) (sebuah DNA beruntai tiga
yang disintesis akhir selama transkrispsi terbalik ) diketahui merangsang
uncoating ( Arhel et al .,2007) , meskipun ada kontroversi tentang peran
yang tepat dari cPPT di infeksi HIV-1 ( Fassati , 2006) . Serupa dengan
pendekatan biokimia , pencitraan pendekatan juga menderita dari
peringatan bahwa sering tidak jelas bentuk RTC manakah yang berfungsi ,
terutama ketika sel-sel telah terinfeksi pada keragaman yang sangat tinggi
infeksi (MOI) . Oleh karena itu penting untuk menggabungkan beberapa
pendekatan atau melakukan analisis komparatif dari virus yang berbeda
dan mutan yang dipilih ketika mempelajari uncoating retroviral
(Arhel,2010;Hulme et al,2011) .
Hal ini saat ini belum jelas di mana uncoating terjadi di dalam sel-sel
; beberapa bukti menunjukkan itu terjadi di sitoplasma ( Hulme et
al.,2011;McDonald et al,2002) , bukti lain menunjukkan di NPC (Arhel et
al.,2007). Nampaknya hal ini bisa terjadi di kedua kompartemen dan
pertanyaannya adalah apa keuntungan selektif yang dapat diperoleh virus
dengan uncoating di satu lokasi sel dan hubungannya terhadap yang lain .
Uncoating di NPC bisa mengurangi paparan dari virus RNA / DNA ke
lingkungan sitosol dan karenanya mengurangi kemungkinan degradasi.
Namun yang dimurnikan RTC mengandung sedikit CA yang tampaknya
resisten terhadap serangan nuklease ( Fassati dan Goff , 2001; Nermut dan
Fassati,2003), diperkirakan bahwa virus telah memiliki cara untuk
melindungi genomnya di sitoplasma sel yang terinfeksi . Kemungkinan lain
adalah bahwa paparan lingkungan yang lebih pendek pada sitosol oleh
uncoating di NPC dapat mengurangi risiko aktivasi jalur imunitas bawaan.
Untuk mengenali RNA sitosolik atau DNA ( Schaller et al . , 2011) .
Meskipun ide ini menarik , itu tidak dapat menjelaskan mengapa mayoritas
RTCs yang teruncoat dalam sitoplasma gagal untuk mengaktifkan respon
kekebalan bawaan . Di sisi lain , kehilangan yang cepat dari CA dan
kumpulan inti mungkin sebenarnya melindungi virus dari pengenalan oleh
sistem kekebalan tubuh bawaan dan pembatasan faktor yang menargetkan
CA ( Pertel et al.,2011; Towers et al, 2003). Oleh karena itu peran CA pada
peristiwa dini sangat penting . Ini memfasilitasi transkripsi terbalik dengan
mengendalikan stabilitas inti , hal itu mungkin penting untuk memodulasi
pengenalan oleh sistem kekebalan tubuh bawaan dan intrinsik dan untuk
merekrut faktor sel inang yang penting , seperti CypA .
3. CA dan CypA
Berdasarkan pengetahuan saya, bukti tidak langsung pertama bahwa
CypA terlibat dalam infeksi HIV-1 diterbitkan pada tahun 1988 oleh
Wainberg et al., yang menunjukkan bahwa siklosporin obat A ( CSA ) ,
sebuah komponen yang mengikat CypA dan memiliki aktivitas
imunosupresif kuat , mencegah infeksi akut HIV - 1. Menariknya , penulis
membuat pengamatan berikut. Pertama , CSA bertindak pada tahap awal
infeksi. Kedua, sel-sel yang terinfeksi kronis tidak sensitif terhadap obat
tersebut. Ketiga, CSA lebih aktif dalam CD4 + sel T daripada makrofag.
Walaupun penulis menafsirkan efek CSA sebagai penghambatan masuknya
virus, mereka menyediakan penelitian penting.
Gambar . 1 . Struktur HIV - 1 inti dan CA kisi hexameric .( A) Gambaran Stereo dari hanya tulang belakang fullerene model
kerucut yang terdiri dari 1056 CA subunit . Bentuk hexamers , pentamers dan dimer yang berwarna oranye , kuning dan
biru . Dipetik dari Pornillos et al . ( 2011) halaman 426 dengan izin dari McMillan Publishers Ltd.
( B ) Gambaran dari satu lembar kristal CA , yang mengulang kisi hexameric dari capsid otentik pada batas planarnya . NTDs yang
berwarna oranye , dan CTDs berwarna biru. Interaksi antara hexamers tetangga dimediasi hanya oleh CTD . Kotak kanan, gambaran
antarmuka CTD - CTD yang menghubungkan hexamers tetangga . Bentuk oval hitam mereprsentasikan simetri sumbu ganda .Dipetik dari
Pornillos et al . (2009) halaman 1282 dengan izin dari Elsevier . ( C ) Polar dan intermolekular CA yang dimediasi air dalam sebuah
heksamer . Rantai samping yang terpilih akan ditampilkan dan diberi label . bentuk hijau jala menunjukkan kepadatan FO - FC berkontur
pada +3 s . Ini dimodelkan sebagai molekul air ( bola magenta ) dalam struktur yang berasal dari kristal heksagonal . Ikatan hidrogen
diduga diwakili oleh garis kuning . Dipetik dari Pornillos et al . (2009) halaman 1286 dengan izin dari Elsevier
Gambar . 2 . Struktur protein CA . ( A) Penampakan samping dari model monomer CA pseudoatomic berukuran penuh, dengan
elemen struktur sekunder berlabel , termasuk CypA terikat melingkar . Ujung karboksi dari NTD dan amino terminus dari CTD
( sekitar terpisah 4 ˚ A ) ditandai dengan tanda bintang kuning . ( B ) tampak samping dari salah satu heksamer , ditambah CTDs
dari hexamers berdekatan . Titik berwarna menunjukkan mutasi yang mempengaruhi perakitan inti . Perhatikan posisi loop
mengikat CypA menghadap keluar .
Dipetik dari Ganser - Pornillos et al . ( 2007) halaman 131 dengan izin dari Elsevier .
Demonstrasi pertama yang menjelaskan terikatnya CypA dan
CypB ke daerah CA dalam HIV - 1 Gag dipaparkan oleh Luban et al.(1993)
menggunakan ragi hibrida dua layar dan tak lama kemudian CypA ditemukan
secara khusus tertanam dalam HIV-1 tapi tidak pada simian
immunodeficiency virus (SIVmac) dan menjadi penting pada infeksi (Franke
et al, 1994; Thali et al,1994). Data yang lebih baru menunjukkan bahwa
interaksi antara CA dan CypA tersebar luas diantara lentivirus, dengan
pengecualian SIVmac, dan bahkan mungkin pada HIV yang belum diketahui
hingga 12 juta tahun kedepan, dengan alasan pendukung yang penting dan
pelestarian peran evolusi (Goldstone et al.,2010). Dari berbagai anggota
keluarga cyclophilins, CypA penting untuk infeksi HIV-1, seperti yang
ditunjukkan oleh studi tentang pelumpuhan di CD4 + selT manusia (Braaten
dan Luban,2001). Meskipun pada awalnya ia berpikir bahwa CypA hadir
dalam sel penghasil dan dimasukkan ke dalam virus muda merupakan hal
penting pada infeksi, penelitian kemudian menunjukkan bahwa CypA dalam
sel targetlah yang lebih penting, yang sekarang menjadi konsensus di
lapangan (Hatziioannou et al,2005;Sokolskaja et al,2004). X - ray
kristaloografi mengungkapkan bahwa CypA terikat pada lingkaran di CA
yang meliputi residu 85-93 antara heliks 4 dan 5 , dengan residu G89 dan P90
yang penting untuk mengikat ( Gamble et al.,1996) . Yang penting , ketika
subunit CA diatur dalam heksamer seperti di inti asli, lingkaran pengikat
CypA ditampilkan keluar permukaan, yang menjelaskan bagaimana CypA
dalam sel target dapat mengikat virus yang masuk (Gamble et
al,1996;Pornillos et al.,2011) (Gambar 2 ) .
Dibalik penyelidikan intensif yang dilakukan selama hampir 20
tahun,fungsi tepat CypA di infeksi HIV-1 masih belum diketahui . CSA
dikenal menghambat kompetitif CypA mengikat CA dan merusaklangkah-
langkah awal dari infeksi HIV-1 , sebelum atau pada transkripsi terbalik
(Braaten et al,1996b;Ptak et al,2008;Rosenwirth et al,1994) tetapi
mekanismenya tidak jelas . Salah satu kemungkinan adalah bahwa CypA
mempromosikan HIV – 1 uncoating dengan mendestabilisasi inti virus . CypA
adalah peptidil prolyl cis / trans isomerase (PPIase) yang mengkatalisis
isomerisasi lambat ikatan cis – trans prolin peptida (XAA - Pro)
(Fischer et al.,1989). Namun diduga bahwa CypA , dengan
isomerisasi ikatan G89 - P90 , bisa mengubah konformasi dari
lingkaran dan mendestabilisasi inti. CypA memang bisa
mengisomerisasi ikatan G89 - P90 dari cis ke trans dan CypA
asetilasi menghambat efisiensi dari reaksi (Bosco et
al,2002;Lammers et al,2010), menstabilkan ikatan di trans . Namun
tidak jelas apa efek isomerisasi ikatan G89 - P90. Struktur co -
kristal CypA dan CA dan bahwa dari CA cincin hexameric tidak
memberikan mekanisme yang jelas dimana perubahan halus dalam
konformasi kingkaran dapat mempengaruhi stabilitas inti (Gamble et
al.,1996).
Sebuah hipotesis alternatif adalah CypA tersebut, dengan mengikat
lingkaran, mungkin dapat menghambat secara sterikal interaksi CA
- CA dalam kisi hexameric membentuk inti. Jika rasio CA ke CypA
cukup tinggi (dekat dengan 1:1), maka CA hexamers terpisah
sepenuhnya, yang akan menyebabkan hancurnya inti (Gamble et
al.,1996). Oleh karena itu menarik untuk dicatat bahwa pada
konsentrasi yang cukup tinggi, Cyp efektif mengumpulkan tabung
CA - NC yang terbentuk in vitro tetapi mempunyai sedikit atau tidak
berpengaruh pada konsentrasi yang lebih rendah (rasio Cyp ke CA >
1:10) (Grattinger et al,1999;Wiegers et al,1999). Oleh karena itu kita
dapat membayangkan skenario dimana CypA semakin mengikat inti
virus yang terbetuk dari waktu ke waktu, sampai titik kritis tercapai
(rasio lokal dari CypA ke CA dekat dengan 1:1), subunit CA secara
sterikal dipisahkan dan dipecah dari inti yang hancur. Sebaliknya, cis
untuk isomerisasi trans dari peptida G89 - P90 mungkin
menstabilkan daripada menurunkan stabilitas inti, malahan CypA
bisa menimbulkan dua efek yang berlawanan pada inti ; pada
konsentrasi rendah (di awal tahap pasca - entry), CypA dapat
menstabilkan inti dengan mempromosikan isomerisasi cis dari ikatan
peptidil tetapi pada konsentrasi tinggi yang kritis mungkin malah
Gambar . 3 . Model untuk peran ganda dari CA dalam tahap awal infeksi HIV-
1. Tak lama setelah masuknya inti HIV-1 ke dalam sitoplasma sel, CypA terikat
pada CA. Pada kepadatan rendah CypA menstabilkan kisi hexameric CA,
mempromosikan tahap awal transkripsi terbalik. Namun dari waktu ke waktu
lebih banyak CypA terikat pada inti virus sampai kepadatan pada daerah
tertentu tinggi (rasio CA:CypA dekat dengan 1:1) dan subunit CA dalam kisi
sudah dipisahkan, menghasilkan keruntuhan lokal dari struktur inti . Proses
pembongkaran CAberlanjut selama transkripsi terbalik, sampai RTC terikat
pada Nup358. Setelah RTC / PIC mengaitkan ke pori-pori inti, uncoating lebih
lanjut dan penyusunan ulang struktur lainnya terjadi dan kompleks diangkut ke
dalam inti oleh beberapa faktor ( importins , tRNA ) melalui interaksi dengan
Nup153. Setelah di dalam inti, sisa CA, tRNA dan mungkin komponen lain
yang dipisahkan oleh Tnpo3 di kompleks dengan RanGTP . Kompleks bergaris
sekarang mampu mengikat faktor selular yang berbeda yang penting untuk
efisien dan target integrasi ke dalam DNA genom. Inti virus juga dapat
mengikat ke NPC dan membongkar secara lokal, mungkin menggunakan
Nup358 sebagai faktor uncoating , yang menggantikan CypA. CPSF6
sitoplasma ditampilkan dalam model ini untuk memblokir uncoating dan
dengan demikian mencegah impor inti dan atau integrasi. Model alternatif
mengusulkan bahwa CPSF6 dapat memfasilitasi RTC / PIC impor inti dengan
terikat pada CA. Virus mutan atau lentivirus lain yang benar-benar
memisahkan CA pada tahap awal harus mungkin menggunakan jalur berbeda
yang tidak memerlukan Nup358 , Nup153 dan Tnpo3 .
menginduksi uncoating. Menurut model ini , daerah-daerah pada inti yang
terikat menjenuhkan tingkat CypA yang akan hancur sedangkan daerah lain
yang kurang terikat CypA akan tetap utuh, memastikan kemajuan bukan
peristiwa satu tahap uncoating . Skenario ini akan menjelaskan efek kebalikan
dari CSA yang diamati pada stabilitas inti dan perbedaan waktu uncoating
yang diamati pada jenis sel yang berbeda, yang mengungkapkan tingkat yang
berbeda dari CypA (Arfi et al,2009;Hatziioannou et al,2005;Li et
al,2009;Matsuoka et al,2009). Selain itu , stabilisasi dan destabilisasi inti HIV-
1 dengan CypA dapat menentukan tingkat kerentanan terhadap faktor
pembatas yang menargetkan CA berikutnya seperti TRIM5 dan TRIMCyp
(Towers,2007). Menariknya, dimana mutasi residu G89 dan P90 menentukan
hilangnya ikatan CypA dengan CA dan infektivitas kompromi HIV - 1
(Bukovsky et al.,1997), mutasi lainnya di CA tidak mempengaruhi ikatan
CypA tetapi membuat virus sensitif terhadap CSA, dan beberapa mutasi
bahkan membuat virus bergantung pada CSA untuk replikasi dalam sel - tipe
cara tergantung (Aberham et al,1996;Braaten et al,1996a,Yang dan
Aiken,2007;Yin et al,1998). Hal ini menunjukkan bahwa CA mungkin dapat
mengkompensasi hilangnya ikatan CypA dengan memodulasi interaksi antar
molekul yang menstabilkan kisi hexameric . Atau, beberapa CA mutan
mungkin telah mengevolusi kemampuan untuk mengeksploitasi faktor selular
selain CypA untuk tujuan yang sama. Karena interaksi CA – CypA mungkin
penting untuk modulasi dinamika dari uncoating inti, mereka cenderung
mempengaruhi peristiwa hilir dari siklus hidup HIV-1.
4. CA dan impor inti
Lentivirus seperti HIV-1 dapat menginfeksi sel-sel yang tidak
terpisah , dalam kontras untuk onkoretrovirus (seperti MLV), yang
memerlukan pembongkaran dari amplop inti selama mitosis untuk infeksi
produktif. Properti fisiologis ini dari HIV-1 penting bagi patogenesis,
mengingat bahwa virus dapat menginfeksi memori CD4 + T – sel yang tidak
terpisah, makrofag dan sel mikroglial in vivo (Freed dan Martin,2001).
Beberapa faktor penentu virus dan seluler telah dilaporkan berdampak pada
transportasi inti aktif HIV-1, menunjukkan bahwa ada beberapa redundansi
atau virus telah berkembang untuk menggunakan beberapa jalur untuk impor
inti (Fassati,2006). Menariknya, CA juga telah terlibat dalam impor inti HIV-
1. Bukti pertama bahwa CA dipengaruhi infeksi HIV-1 sel tidak terpisah
datang dari percobaan menggunakan virus chimeric dimana daerah Gag HIV
dan MLV bertukar. Jika HIV-1 p17 MA digantikann oleh MLV matriks ,
virus yang dihasilkan masih dapat menginfeksi sel yang tidak terpisah, namun
jika p24 CA diganti dengan MLV p30 CA, maka virus yang dihasilkan tidak
bisa lagi menginfeksi sel-sel yang tidak terpisah dan pada kenyataannya
mengakuisisi fenotipe MLV, menunjukkan bahwa CA adalah dominan
determinan (Yamashita dan Emerman,2004).
Salah satu penafsiran yang beralasan dari hasil ini adalah bahwa
Uncoating dalam HIV / MLV chimera berbeda, dan bahwa MLV CA
mengarahkan untuk uncoating yang lebih lambat, pembentukan bulkier RTC /
PIC, yang tidak mampu melewati di NPC ( Fassati dan Goff , 1999;
Yamashita dan Emerman,2004). Untuk mendukung penafsiran ini ada data
yang menunjukkan bahwa HIV - 1 CA mutan tertentu memang melakukan
uncoat lebih lambat dan tidak lengkap dan terganggu pada impor inti
(Dismuke dan Aiken,2006). Namun HIV-1 CA juga mungkin memiliki peran
positif dalam impor inti. Beberapa pemutaran siRNA genome untuk sel inang
yang terlibat dalam infeksi HIV-1 diidentifikasi nucleoporin ( NUP )
358 ( juga disebut RanBP2 ), Nup153 dan faktor transportasi inti.
Transportin 3 (Tnpo3) (Kuningan et al,2008;Konig et
al,2008) penting , itu menunjukkan bahwa mutasi tertentu di CA
pada posisi N74 menentukan kemampuan HIV - 1 menggunakan
Nup153 , Tnpo3 dan , untuk pada beberapa, juga Nup358 (Lee et
al.,2010). Mutasi tertentu ini terletak pada permukaan antara NTD
dan interaksi CTD pada pembetukan cincin hexameric CA (Pornillos
et al.,2009) (Gambar 1 C) dan dipilih oleh penyaluran HIV - 1 dalam
kehadiran dominan negatif konservatif bentuk terpotong dari CPSF6
splicing faktor, yang mencegah impor inti virus ketika diekspresikan
berlebihan dalam jenis sel tertentu ( Lee et al.,2010). Penelitian
berikutnya menegaskan bahwa Nup153 penting untuk infeksi HIV -
1 dan bahwa determinan virus dipetakan pada CA, namun
pemusnahan dari Nup153 dalam sel target mengurangi formasi dari
2LTR DNA sirkular (ciri dari masuknya inti dari genom virus) hanya
sebagian tetapi memiliki efek yang lebih pada integrasi (Matreyek
dan Engelman,2011).
Tnpo3 adalah anggota dari superfamili importin protein
yang bertindak sebagai impor inti atau ekspor reseptor (atau
keduanya) tergantung pada apakah mereka mengikat atau
melepaskan kargo pada kehadiran RanGTP . Reseptor impor inti
mengikat kargo mereka di sitoplasma dan melepaskannya dalam inti
setelah mengikat RanGTP, sedangkan reseptor ekspor inti mengikat
kargo mereka dalam kompleks inti dengan RanGTP dan memisahkan
mereka dalam sitoplasma pada hidrolisis RanGTP (Gorlich dan
Kutay,1999). Awalnya Tnpo3 dianggap merangsang impor inti HIV-
1dengan mengikat IN (Kristus et al,2008; Logue et al,2011), namun
kemudian menjadi jelas bahwa penentu utama virus untuk Tnpo3
adalah CA dan Tnpo3 merangsang impor inti HIV – 1 secara lemah.
Nyatanya Tnpo3 terutama mempengaruhi langkah pasca masuknya
inti (De IACO dan Luban,2011; Krishnan et al,2010;Valle - Casuso
et al, 2012; Zhou et al,2011) dan dapat mengikat langsung ke inti
virus. ( Valle - Casuso et al,2012; Zhou et al,2011), lebih efisien bila
diinkubasi dengan adanya RanGTP ( Zhou et al . , 2011) , yang
menunjukkan bahwa Tnpo3 dapat bertindak sebagai reseptor ekspor
inti untuk CA. Menariknya, ada bukti terkumpul bahwa Tnpo3 juga
merupakan faktor impor inti untuk CPSF6 , sebuah protein pemotong
yang kaya SR (Kewal-Ramani,komunikasi pribadi), dan CPSF6 yang
mengikat langsung ke CA dalam saku relatif besar (Lee et
al,2012;Harga et al,2012). Hal ini menyebabkan beberapa
kemungkinan model menjelaskan mengapa Tnpo3 diperlukan pada
infeksi HIV-1 (Gambar 3). Misalnya, kurangnya Tnpo3 dapat
menyebabkan akumulasi CPSF6 abnormal pada sitoplasma, di mana
itu akan mengikat HIV-1 CA, menggangu siklus hidup virus, tidak
terlalu berbeda dari faktor restriksi (Kewalramani,Communication).
Atau, CPSF6 dengan mengikat CA bisa mempromosikan beberapa
peristiwa baik sebelum atau setelah impor inti untuk memfasilitasi
infeksi HIV-1 (Price et al.,2012). Model lain mengusulkan bahwa,
meskipun demikian CPSF6 mengikat CA, Tnpo3 diperlukan untuk
menyelesaikan penghapusan dari setiap CA yang tersisa dari PIC
virus dalam nukleus untuk memungkinkan integrasi yang efisien (Zhou et
al.,2011) (Gambar 3). Model ketiga ini akan dielaborasi lebih jauh.
Anehnya , lentivirus lain seperti infeksi equine virus anemia
(EIAV) dan feline immunodeficiency virus (FIV) tidak bergantung pada
Nup153 dan Tnpo3 untuk infeksi sedangkan SIVmac dan HIV-2ROD
bergantung pada meraka (Krishnan et al,2010;Matreyek dan Engelman,2011),
mengkonfirmasi bahwa lenitvirus yang berbeda dapat menggunakan
komponen inti yang berbeda untuk memasuki inti dan peristiwa psace
memasuki inti , seperti yang sebelumnya dijelaskan (Zaitseva et al.,2009).
Nup358 juga terbukti penting bagi infeksi HIV-1 di beberapa studi
(Konig et al,2008;Lee et al,2010; Ocwieja et al ,2011; Schaller et al,2011;
Zhang et al,2010). Ini adalah 358 kDa proteinnya yang membentuk filamen
panjang yang menonjol di sisi sitoplasma NPC dan mengandung Cyp -
domain di C-terminus (Wu et al.,1995). Yang penting , HIV - 1 CA mengikat
Cyp - domain dari Nup358 secara langsung dan menipisnya hasil Nup358
meruapakan akibat infeksi HIV - 1 yang memetakan terutama pada tahap
impor inti (Schaller et al.,2011). Oleh karena itu Nup358 dapat membantu
HIV - 1 mengikat pada pori inti. Sifat fleksibel dan filamen dari nucleoporin
ini akan tampaknya cocok untuk " merangkul " kompleks nukleoprotein besar
dan menyimpannya di dekat NPC, di mana pengorganisasian ulang yang
sesuai dapat berlangsung dalam persiapan untuk transportasi sebenarnya.
Mekanisme ini menyiratkan bahwa setidaknya beberapa CA tetap
diasosiasikan dengan HIV-1 RTC/PIC sampai pengikatan NPC. Nup358
mungkin juga mempromosikan uncoating lebih lanjut dari inti virus atau
bahkan memulai uncoating inti tersebut yang tidak terbongkar dalam
sitoplasma (Schaller et al.,2011) (Gambar 3). Gagasan bahwa sebagian
pemisahan inti mencapai filamen NPC juga dapat menjelaskan bagaimana
spesies tRNA tertentu, yang dimasukkan ke dalam HIV-1 partikel selama
perkembangan dan telah ditunjukkan mempromosikan impor inti dari
RTC/PIC, dipertahankan dalam kompleks virus dan kemudian dikenakan pada
mesin impor pada saat yang tepat (Zaitseva et al.,2006) .
Mungkin tidak mengherankan , penggunaan Nup358 dipengaruhi
oleh kemampuan CA untuk mengikat CypA (Schaller et al.,2011) , yang bisa
disebabkan oleh fakta bahwa daerah yang sama dari CA terlibat dalam
pengikatan CypA dan Nup358 dan atau CypA yang dapat mempengaruhi baik
kinetika dan derajat uncoating, dan karenanya pada akhirnya kebutuhan untuk
mengeksploitasi Nup358 untuk infeksi . Memang masuk akal untuk
mengasumsikan bahwa RTC yang sudah sepenuhnya teruncoating dalam
sitoplasma dan memiliki sedikit atau tidak memiliki CA mungkin tidak perlu
Nup358 atau setidaknya tidak mengikat itu di sisi sitoplasma dari NPC.
Konsisten dengan kemungkinan ini, N74D CA mutan lebih sensitif
terhadap CSA dan tidak dapat menginfeksi makrofag secara efisien (Ambrose
et al.,2012). Untuk mencegah infeksi ini dipetakan sesuai transkripsi terbalik,
menunjukkan bahwa mutan N74D melakukan uncoat terlalu cepat dan terlalu
banyak , sehingga tidak dapat berinteraksi dengan Nup358 , Nup153 dan
Tnpo3 .
5. CA dan integrasi
Ada bukti yang berkembang menunjukkan bahwa CA berperan
dalam peristiwa pasca masuk inti, termasuk integrasi. CA mutan tertentu
seperti N54A/N57A dan Q63A/Q67A tidak dapat menginfeksi secara efisien
sel yang ditangkap dalam siklus sel , namun analisis yang cermat dari langkah
merugikan oleh mutasi ini menunjukkan bahwa pencegahan terjadi
setelah inti masuk (Qi et al,2008;Yamashita dan
Emerman,2009;Yamashita et al.,2007). Mutasi ini terletak di
permukaan NTD - NTD interaksi antarmolekul CA yang
membentuk cincin hexameric dan karenanya mengubah stabilitas
hexamer sendiri (Pornillos et al.,2009) (Gambar 1C). Karena mutan
menunjukkan cacat dalam uncoating, diusulkan bahwa " jumlah
uncoating total adalah batas tingkat dari langkah infeksi sel yang
tidak membelah" (Yamashita et al.,2007).
Sebuah hubungan fungsional antara HIV - 1 CA dan
integrasi juga telah dijelaskan dengan menggunakan pendekatan
genetik kimia, yang mengungkapkan bahwa molekul kecil
Coumermycin - A1 mengalami gangguan integrasi dengan
menargetkan HIV - 1 CA (Vozzolo et al.,2010). Menariknya, A105S
CA mutasi membuat virus tidak sensitif terhadap blok ini (Vozzolo
et al.,2010) dan pada saat yang sama membuatnya independen Tnpo3
untuk infeksi, menunjukkan bahwa Coumermycin - A1 dan
kurangnya Tnp3 mengusik jalur yang sama. Kehadiran CA terkait
dengan HIV - 1 PIC dalam nukleus juga dapat disimpulkan dari studi
genetik di mana faktor restriksi Fv-1 dan anggota keluarga protein
TRIM yang tergabung ke CypA. Protein fusi yang dihasilkan
mempertahankan kemampuan khusus untuk mengikat CA tetapi
dibatasi HIV-1 di tahap setelah masuknya inti (Schaller et
al,2007;Yap et al,2006). Selain itu,mutasi CA tertentu, termasuk
N74D , menunjukkan integrasi yang berbeda pola dalam kromosom
inang dibandingkan dengan tipe virus yang ganas, yang juga dapat
diamati pada penipisan Tnpo3 dan Nup358 (Ocwieja et
al,2011;Schaller et al,2011). Terakhir, sejumlah kecil CA dapat
dideteksi dalam inti sel yang terinfeksi akut melalui
immunofluorescence dan fraksinasi sel pendekatan (Zhou et
al.,2011).
Semua bukti di atas mendukung hubungan antara CA,
efisiensi integrasi dan integrasi penargetan , oleh karena itu. Dapat
disimpulkan bahwa " jumlah uncoating " bisa terjadi dalam
inti ,nampaknya dalam sel yang tertangkap dalam siklus sel di mana
uncoating yang normal mungkin kurang efisien atau lebih lambat .
Sependapat dengan kemungkinan ini , Tnpo3 ditunjukkan dapat
mempromosikan uncoating dalam inti yang terinfeksi dengan
bertindak sebagai faktor ekspor untuk CA dan spesies tRNA tertentu
(Zhou et al.,2011). Setelah kompleks virus telah translokasi melewati
NPC , Tnpo3 akan bertindak sebagai faktor ekspor untuk CA sisa
dan elemen lainnya yang terikat pada kompleks , dan dengan
menggusur elemen ini sehingga akan mendukung pengikatan faktor
inang lain yang hadir dalam nukleus yang penting untuk integrasi
yang efisien dan tepat sasaran. Ini akan terjadi hanya dengan
kehadiran RanGTP dalam int . Oleh karena itu Tnpo3 akan mengatur
lari estafet di mana faktor-faktor inang yang berbeda terikat dan
dilepaskan dari HIV-1 RTC / PIC secara teratur dan tepat waktu
sampai tujuan akhir tercapai. The RanGDP / RanGTP gradien di
amplop inti akan memastikan bahwa faktor inang ditukarkan di
kompartemen yang benar (Gambar 3). Di sisi lain , virus mutan yang
mengalami uncoat terlalu cepat atau terlalu lengkap, atau tidak dapat
mengikat faktor inang tertentu, tidak akan mengikuti jalur ini dan
karena itu akan menjadi independen dari Nup358 , Nup153 dan Tnpo3. RTC /
PIC mereka akan mungkin berada dalam konformasi yang berbeda , tidak
dapat mengikat faktor inang yang diperlukan dan karenanya akan
mengintegrasikan ke daerah genom yang berbeda.
6 . Senyawa kecil menargetkan CA
Mengingat peran ganda dan penting dari CA pada tahap awal
infeksi HIV-1, upaya yang signifikan sedang dilakukan untuk
mengembangkan senyawa kecil yang dapat mengganggu fungsi CA. Bahkan
beberapa komponen dan senyawa peptida yang mengikat CA telah terbukti
mengganggu perakitan partikel virus dan pematangan (Jin et al,2010;Lemke et
al,2012; Sticht et al, 2005; Tang et al,2003). Hebatnya, senyawa yang
mengikat saku yang sama di CA, tetapi memiliki sedikit perberbedaan
struktur kimia dapat memiliki efek yang berbeda, seperti menghambat
perakitan atau pematangan , yang mendasari fungsional ketat organisasi dari
kisi CA (Lemke et al.,2012). Selain senyawa yang menghambat tahap akhir
dari siklus hidup virus, baru-baru ini tiga senyawa telah dilaporkan
menghambat replikasi tahap awal dengan menargetkan CA. Senyawa PF - 74
dikembangkan oleh Pfeizer dimulai dari bentuk tinggi ditempatkan melalui
skrining untuk inhibitor dari HIV-1 dan mengikat ke saku yang ditampilkan
di CA NTD yang dibatasi oleh heliks 3,4 ,5 dan 7 (Blair et al.,2010). PF - 74
mempengaruhi terutama awal transkripsi terbalik, mungkin dengan
menstabilkan ulang inti prematur melalui hilangnya NTD-CTD CA interaksi
antarmolekul atau dengan mencegah beberapa faktor host seperti CPSF6
untuk mengikat inti berikutnya (Blair et al,2010;Price et al,2012;Shi et
al,2011). PF - 74 juga menghambat tahap akhir dari siklus hidup HIV-1
dengan menggangu pembentukan khas inti matang berbentuk kerucut (Blair et
al.,2010). Pada waktu yang sama PF - 74 dikembangkan , Coumermycin - A1,
sebuah antibiotik yang awalnya dikembangkan oleh Roche , juga terbukti
dapat menghambat integrasi HIV-1 dengan menargetkan CA (Vozzolo et
al.,2010) dan pengikatan molekul menunjukkan bahwa senyawa ini mengikat
ke saku perpanjangan pada NTD CA, yang meliputi saku terikat PF - 74
(Zhou et al.,in preparation). Oleh karena itu , mirip dengan senyawa lain baru-
baru ini yang dipaparkan (Lemke et al.,2012), PF - 74 dan Coumermycin - A1
mengikat ke wilayah yang sama pada daerah CA tetapi tampaknya memiliki
efek yang berbeda. Menariknya, aktivitas antivirus dari PF - 74 dan
Coumermycin - A1 secara positif dipengaruhi oleh CypA, yang memperkuat
pandangan bahwa obat ini memiliki dampak pada uncoating inti (Shi et
al,2011;Vozzolo et al.,2010) . Serangkaian senyawa kecil mengikat ke saku
yang berbeda pada CA NTD telah dijelaskan, juga merusak terutama
transkripsi terbalik (Kortagere et al.,2012) . Hasil ini menunjukkan bahwa
memang CA adalah target menjanjikan untuk pengembangan obat dan
menunjukkan kemungkinan bahwa bahkan perbedaan kecil dalam
struktur kimia senyawa mungkin menyebabkan cara alternatif untuk
mencegah infeksi HIV-1. Satu pertanyaan penting menyangkut
pembatas genetik untuk senyawa ini dan betapa sulitnya bagi virus
untuk lepas dari pengaruh obat tersebut . Meskipun demikian, ini
adalah daerah yang sangat menarik dan menjanjikan.
7. Pernyataan Penutup
Sebagai kesimpulan , hal ini menjadi semakin jelas bahwa
CA memiliki peran ganda selama tahap awal infeksi HIV-1. CA
berhubungan pada pengenalan oleh kekebalan intrinsik dan bawaan,
impor inti dan integrasi dan dapat mengikat faktor sel inang secara
langsung atau secara tidak lanngsung mempengaruhi peristiwa-
peristiwa tersebut . Menggunakan kombinasi genetik, pendekatan
biokimia dan pencitraan , aspek-aspek biologi baru dari HIV-1
sedang berusaha ditemukan, yang akan menerangi jalan penting
seluler cara dan akan mengarah pada pengembangan molekul kecil
baru dengan potensi terapi. Masih banyak pertanyaan, misalnya jika
ada adalah peran tambahan Nup153 , Nup358 dan Tnpo3 di infeksi
HIV - 1, jika faktor-faktor tambahan sel inang atau faktor restriksi
yang mengikat CA terlibat dalam tahap awal infeksi HIV-1 ,
bagaimana PF - 74, Coumermycin A1 dan senyawa kecil lain
bekerja, apa hubungan mereka dengan CypA , mengapa fenotip
beberapa CA mutan adalah tipe sel bergantung dan apa dampak dari
faktor-faktor ini pada transmisi HIV-1 dan riwayat alami infeksi
HIV-1 . Kami masih berada pada permulaan dari tahap awal infeksi
HIV-1!
Ucapan Terima Kasih
Karya ini didukung oleh Wellcome Trust, MRC dan UCLH Charities. Saya berterima kasih kepada Vineet Kewalramani kerena telah membagi datanya sebelum publikasi.
Referensi