103
JURNAL ILMIAH ILMU AGAMA DAN ILMU HUKUM
JURUSAN HUKUM AGAMAFAKULTAS DHARMA DUTAINSTITUT HINDU DHARMA NEGERI
DENPASAR
Volume XIII, No. 2, September 2018
VYAVAHARA DUTA
101
Naskah yang dimuat dalam Jurnal IlmiahIlmu Agama Dan Ilmu Hukum, “Vyavahara Duta”dapat berbentuk hasil Penelitian, artikel, resensibuku, dan korespondensi (tanggapan terhadaptulisan sebelumnya). Naskah ditulis dalam BahasaIndonesia.A. SISTEMATIKA1. ARTIKEL
Artikel yang diserahkan harus mengikutisistematika umum sebagai berikut:
Judul/ TitelPenulis/ AuthorsAbstrak/ Abstract (dalam bahasa Inggris dan
bahasa Indonesia)Kata kata kunci/ KeywordPendahuluan/ IntroductionBagian Utama/ Main BodyPenutup dan simpulan/ Concluding remarksDaftar Pustaka/ References cited
Uraian singkat dari masing masing komponensistematika diatas adalah sebagai berikut:
Judul/ Titel Harus singkat, mencerminkan isi artikel Kalau judulnya panjang, jadikan judul utama
sebagai inti (maintitle) dan frase penjelassebagai sub judul (subtitle).
Penulis/ Authors Nama ditulis lengkap, tetapi tanpa gelar
akademik Diurut sesuai dengan keinginan penulis (bila
lebih dari satu orang penulis)Abstrak/ Abstract (dalam bahasa Inggris
dan bahasa Indonesia) Secara ringkas menguraikan isi dan
pentingnya artikel. Maksimum 300 kataKata- kata Kunci/ Keyword Cantumkan kata kata yang akan dijadikan
inti pembahasan Maksimum 8 (delapan) kataPendahuluan/ Introduction
Uraikan topik topik yang dibahas dalamkonteks keilmuan dan perkembangan secarahistories (kronologis)
Jelaskan konsep dan istilah istilah teknis Diskusikan karya terkait dengan penelitian/
penulis lain dan gunakan kutipan yangrelevan.
Berikan outline (garis besar) pembahasanyang diberikan pada bagian utama (mainbody) artikel.
Bagian Utama/ Main body Bahas butir permasalahan secara rinci dan
kemudian dikembangkan secara luas. Diskusikan tentang prinsip prinsip yang
berlaku Berikan alasan/ bukti pendukung untuk
pilihan tertentu Gunakan diagram atau table secara baik. Sodorkan rekomendasi untuk karya/ riset
lanjutan (bila perlu)Penutup dan Simpulan/ Concluding
remarks Ringkasan apa yang telah didiskusikan dan
implikasinya Rumusan simpulan penulisUcapan Terima Kasih/ Acknowledgement Sampaikan pengakuan atas bantuan/
kontribusi orang lain (bila ada)Lampiran/ Appendices Presentasikan data yang rinci (manasuka/
option) atau konteks yang mendukungpembahasan.
Daftar Pustaka/ References cited Urut pustaka (buku, artikel, dokumen,
babad, prasasti, research report,dll) yangdikutip/ yang diacu.
Perhatikan teknik penulisan yang sedikitberbeda antara buku, artikel dalam jurnal,dokumen, dan sebagainya.
Biografi singkat/ Biographical sketchBerikan afiliasi (jurusan/ fakultas/ universitas)
dan alamat (termasuk email terakhir). Tonjolkan posisi yang relevan (bila ada).
PEDOMAN PENULISAN JURNAL “VYAVAHARA DUTA”FAKULTAS DHARMA DUTA
INSTITUT HINDU DHARMA NEGERI DENPASAR
102
VYAVAHARA DUTA Volume XIII, No.2, September 2018 ISSN : 1978 0982
menyangga kebudayaan Bali (Mantra 1993,Geriya 1994, Pitana 1977).
b. Meskipun proses globalisasi terjadi sangatintensif di Bali, tetapi identitas orang Bali masihtetap dapat dipertahankan karena “terjadiproses indigenisasi, dimana masyarakat Balimencari identitas ke masa lampau dan kepadakelompok warga atau origin group” (Pitana1977:231).
Catatan kaki (footnotes) tidak digunakanuntuk mengacu pustaka. Catatan kakinyadigunakan untuk member penjelasan tambahan.
2.Pustaka dalam Daftar PustakaPenulis pustaka menggunakan system
alphabet (“system kamus”) mulai A sampai Z.Secara umum, nama belakang (sesuai dengan yangmuncul dalam teks) ditulis lebih dahulu. Penulisannama lain (nama depan) boleh disngkat, dan bolehdibuat lengkap, disesuaikan dengan aslinya. Carapenulisan dari masing masing daftar pustaka yangdiacu tergantung dari jenis pustaka tersebut,mengikuti contoh dibawah ini.
Buku yang diterbitkan:Hitcock, Michael, VT King, and MJG Parrnwell
(eds), 1993 : Tourism in South East Asia,London and New York : Routledge.
Mantra, Ida Bagus, 1993 : Masalah Modernisasidan Perubahan Sosial, Denpasar : UpadaSastra.
Artikel atau Bab dalam Buku Suntingan.Erawan, Nyoman, 1993 : “Pariwisata dalam
Kaitannya dengan Kebudayaan danBangsa” Dalam TR Sudharta dkk (Eds),Kebudayaan dan Kepribadian Bangsa,Denpasar, Upada Sastra, Hlm. 281 299.
Artikel dan Jurnal :Pitana, I Gede. 1988 : “Global Process and
Struggle for Identity : A note on CulturalTourism in Bali” Journal of Island Studies,Vol. J (1) : 117 126.
B. Resensi BukuBuku yang diresensi haruslah buku baru
(terbit paling lama tiga tahun yang lalu). Resensiharus didahului dengan mengemukakan identitasbuku yang diresensi yaitu: judul, penulis atau editor,penerbit, tempat terbit, tahun terbit, jumlah halamanisi, jumlah halaman pengenalan, dan ukuran buku.Selanjutnya diuraikan isi pokok buku secararingkas, kekuatan buku atau temuan yang menarik,kelemahan dan kritik, dan dihubungkan ataudibandingkan dengan buku lain mengenai bahasayang sama.
C. Aspek Teknik Pengetikan Naskah yang dikirim (diserahkan) diketik
diatas kertas ukuran (A4) Naskah diketik dengan dua spasi, huruf
Times New Roman ukuran 12 pt. Judul artikel semuanya ditulis dengan huruf
kapital, sedangkan sub judul atau bagianartikel hanya menggunakan huruf kapitalbagian awal, setiap kata (kecuali kata depandan kata sambung). Selebihnyamenggunakan huruf kecil (small case).
Margin pada bagian kiri 4 cm dan bagianatas 4 cm, sedangkan margin pada bagiankanan dan bawah masing masing 3 cm.
Gambar, foto, grafik, peta dan sebagainyaharus dibuat dalam lembar terpisah, dalambentuk dan ukuran yang siap untuk dicetak
Naskah diserahkan juga dalam bentukdisket atau CD dengan program MicrosoftWord for Windows.
Panjang naskah maksimal 20 halaman.
D. Cara Penulisan Pustaka1. Pustaka dalam teks
Penulisan dalam teks menggunakansystem “nama tahun”. Nama yang ditulis hanyanama belakang tanpa gelar. Apabila hal yang diacusangat spesifik atau merupakan kutipan langsung,maka system nama tahun dilengkapi dengannomor halaman.Contoh:a. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa desa
adat merupakan benteng yang tangguh dalam
104
VYAVAHARA DUTA Volume XIII, No.2, September 2018 ISSN : 1978 0982
JURNAL ILMIAH ILMU AGAMA DAN ILMU HUKUM
PELINDUNG :Prof. Dr. Drs. I Gusti Ngurah Sudiana, M.Si
(Rektor Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar)
PENANGGUNG JAWAB :Dr. Dra. Ida Ayu Tary Puspa, S.Ag., M.Par
(Dekan Fakultas Dharma Duta)I Ketut Arta Widana, SS., M. Par
(Wakil Dekan I Fakultas Dharma Duta)I Nyoman Alit Putrawan, S.Ag., M. Fil.H(Wakil Dekan II Fakultas Dharma Duta)Dr. Dewa Ketut Wisnawa, S.Sn., M.Ag(Wakil Dekan III Fakultas Dharma Duta)
I Made Suta, S.Ag., M.Ag
PEMIMPIN REDAKSI:
Dewa Putu Tagel, S.H., M.H.
SEKRETARIS REDAKSI :Ni Komang Sudarningsih, S.Ag., M.Pd.H
MITRA BESTARIEDITOR :
Desyanti Suka Asih K. Tus, SH., MHNi Ketut Sri Ratmini, SH., MH
Ni Ketut Kantriani, S.Ag., M.Ag
DESAIN GRAFIS :Ida Bagus Sudarma Putra, SH., MH
STAF REDAKSI :I Gede Januariawan, SH., M. Ag
ALAMAT REDAKSI/TATA USAHA :Jurusan Hukum Agama, Fakultas Dharma Duta IHDN DENPASAR, Jln. Ratna No. 51 Denpasar
Tel./Fax. 0361 226656.
Terbit : Dua Kali Setahun
VYAVAHARA DUTA
Volume XIII, No. 2, September 2018
ii
105
PENGANTAR REDAKSI
Om SwastyastuPuji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi atas
anugrahNya sehingga Jurnal Ilmu Agama dan Ilmu Sosial Budaya “VYAVAHARA DUTA” VolumeXIII, No.2, September 2018, bisa terbit sesuai dengan rencana.
Jurnal “VYAVAHARA DUTA”, sangat penting kehadirannya tidak hanya bagi kalanganakademis di lingkungan kampus, khususnya Fakultas Dharma Duta Institut Hindu Dharma NegeriDenpasar, tetapi juga bagi masyarakat luas, dalam rangka meningkatkan wawasan dan pengetahuantentang ilmu agama dan ilmu sosial budaya. Jurnal ini bisa dijadikan referensi, dokumentasi atau kajianilmiah dalam menganalisis/menulis ilmiah dan memecahkan berbagai masalah agama dan sosial budayadi Tanah Air yang semakin kompleks dewasa ini seirama dengan perkembangan globalisasi.
Dalam penerbitan kali ini “VYAVAHARA DUTA”, diawali dengan tulisan “ADOPSIMERUPAKAN CARA PEMBERIAN STATUS HUKUM TERHADAP ANAK LUAR KAWINDI DESA PAKRAMAN BUKIT TUMPENG KECAMATAN SELEMADEG BARATKABUPATEN TABANAN (Perspektif Hukum Adat Bali)” Oleh I Gede Putu Mantra, “HAKKOMUNAL ATAS TANAH SEBAGAI HAK ATAS TANAH DESA PAKRAMAN DI BALI” OlehMade Oka Cahyadi Wiguna, “KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAPKEPEMILIKAN AKTA PERKAWINAN BERDASARKAN UNDANGUNDANG NO.1 TAHUN
1974 (STUDI PADA MASYARAKAT DI BANJAR PASTI)” Oleh Ayu Putu Laksmi Danyathi,
“PERLINDUNGAN ANAK DI DESA PAKRAMAN RENON DENPASAR” Oleh Ida Ayu TaryPuspa, “PERANAN MANAGEMEN LEMBAGA PEMASYARAKATAN DALAM UPAYAPEMBINAAN MENTAL SPIRITUAL BAGI PARA NARAPIDANA HINDU DI BALI” OlehAnggara Putu Dharma Putra, Dewa Putu Tagel, “IMPLEMENTASI PENGATURAN HAKKONSTITUSIONAL ANAK DALAM PEMENUHAN WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DIPROVINSI BALI” Oleh Ni Made Ari Yuliartini Griadhi, “PERANAN DESA ADAT DALAMMELINDUNGI AIR TERJUN PENGEMPU DESA CAU BELAYU, TABANAN” Oleh I MadeHendra Wijaya, Ni Komang Sutrisni, “IMPLIKASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSINOMOR 69/PUUXIII/2015 PADA PEMBUATAN PERJANJIAN PERKAWINAN” Oleh NyomanMas Aryani, “EFEKTIVITAS PELAKSANAAN SIDANG KELILING DALAM ALTERNATIFPENYELESAIAN SENGKETA BERDASARKAN PRINSIP HUKUM ACARA PERDATA CEPAT,SEDERHANA DAN BIAYA RINGAN” Oleh Sherly Ayuna Putri;Hazar Kusmayanti;Linda Rachmainy,“PENGATURAN PERIZINAN TOKO SWALAYAN SEBAGAI POTENSI PENDUKUNGKEPARIWISATAAN DI BALI” Oleh I Nengah Suantra, Made Numawati, Desyanti Suka Asih KTUS, dan diakhiri dengan tulisan “PERLINDUNGAN ANAK DALAM PRAKTIK PERKAWINANUSIA DINI” Oleh Ni Luh Gede Yogi Arthani.
Semoga dapat dipetik hikmahnya dan selamat membaca!
Om Santih, Santih, Santih Om
Redaksi
iii
106
VYAVAHARA DUTA Volume XIII, No.2, September 2018 ISSN : 1978 0982
iv
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................................................................... iiiDaftar Isi .............................................................................................................................................................. iv
ADOPSI MERUPAKAN CARA PEMBERIAN STATUS HUKUMTERHADAP ANAK LUAR KAWIN DI DESA PAKRAMAN BUKIT TUMPENGKECAMATAN SELEMADEG BARAT KABUPATEN TABANAN(Perspektif Hukum Adat Bali)I Gede Putu Mantra .......................................................................................................................................... 1-8
HAK KOMUNAL ATAS TANAH SEBAGAI HAK ATAS TANAHDESA PAKRAMAN DI BALIMade Oka Cahyadi Wiguna ............................................................................................................................ 917
KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAPKEPEMILIKAN AKTA PERKAWINAN BERDASARKANUNDANGUNDANG NO.1 TAHUN 1974(STUDI PADA MASYARAKAT DI BANJAR PASTI)Ayu Putu Laksmi Danyathi ........................................................................................................................... 1826
PERLINDUNGAN ANAK DI DESA PAKRAMAN RENON DENPASARIda Ayu Tary Puspa ....................................................................................................................................... 2737
PERANAN MANAGEMEN LEMBAGA PEMASYARAKATANDALAM UPAYA PEMBINAAN MENTAL SPIRITUAL BAGI PARANARAPIDANA HINDU DI BALIAnggara Putu Dharma Putra, Dewa Putu Tagel ............................................................................................ 3846
IMPLEMENTASI PENGATURAN HAK KONSTITUSIONAL ANAKDALAM PEMENUHAN WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI PROVINSI BALINi Made Ari Yuliartini Griadhi ....................................................................................................................... 4756
PERANAN DESA ADAT DALAM MELINDUNGI AIR TERJUN PENGEMPUDESA CAU BELAYU, TABANANI Made Hendra Wijaya, Ni Komang Sutrisni ................................................................................................. 5762
IMPLIKASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSINOMOR 69/PUUXIII/2015 PADA PEMBUATAN PERJANJIAN PERKAWINANNyoman Mas Aryani ..................................................................................................................................... 6371
EFEKTIVITAS PELAKSANAAN SIDANG KELILINGDALAM ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA BERDASARKANPRINSIP HUKUM ACARA PERDATA CEPAT, SEDERHANA DAN BIAYA RINGANSherly Ayuna Putri;Hazar Kusmayanti;Linda Rachmainy. ............................................................................ 7281
PENGATURAN PERIZINAN TOKO SWALAYANSEBAGAI POTENSI PENDUKUNG KEPARIWISATAAN DI BALII Nengah Suantra, Made Numawati, Desyanti Suka Asih K TUS ................................................................. 8291
PERLINDUNGAN ANAK DALAM PRAKTIK PERKAWINAN USIA DININi Luh Gede Yogi Arthani ............................................................................................................................ 92100
PEDOMAN BAGI PENULIS UNTUK JURNAL “VYAVAHARA DUTA”
47
IMPLEMENTASI PENGATURAN HAK KONSTITUSIONALANAK DALAM PEMENUHAN WAJIB BELAJAR 12 TAHUN
DI PROVINSI BALI
Oleh
Ni Made Ari Yuliartini Griadhi
AbstrakPembangunan sumber daya manusia mempunyai peranan yang sangat penting bagi kesuksesan
dan kesinambungan Pembangunan Nasional. Oleh karena itu pembangunan dan peningkatan kualitassumber daya manusia mutlak harus diperhatikan dan dirancang dengan seksama berdasarkan pemikiranyang matang. Program wajib belajar 12 tahun merupakan kebijakan yang diambil Pemerintah untukpeningkatan kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia. Perlu kiranya dipikirkan halhal yang dapatmenunjang serta masalah masalah apa saja yang akan timbul, mulai dari perencanaan serta payunghukum yang jelas, sosialisasi pada masyarakat, sampai dengan pelaksanaan di lapangan, hal tersebutharus terencana dengan sebaikbaiknya. Penulisan ini mengkaji sejauh mana regulasi sertapengimplementasian pengaturan terhadap hak konstitusional anak dalam pemenuhan wajib belajar 12tahun di Provinsi Bali pasca diterbitkannya Peraturan Gubernur Bali No. 40 Tahun 2017. Metode yangdigunakan dalam penulisan ini adalah sosiolegal menggunakan data sekunder yang berupa bahan hukumprimer, sekunder, dengan menggunakan teknik analisis yaitu teknik deskriptif, evaluasi dan argumentasiserta kemudian mengelaborasi terhadap faktafakta yang terjadi. Peraturan secara Nasional yangterkait dengan pengaturan dibidang pendidikan diantaranya: UndangUndang Nomor 20 Tahun 2003Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Tap MPR No.9 tahun 2007 Tentang Anggaran Dana Pendidikan,UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Otonomi Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 32Tahun 2007 tentang Pembagian Kewenangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah Otonom, PeraturanPemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Nasional Pendidikan, Peraturan DaerahNomor 1 Tahun 2004 Tentang Rencana Strategic Pembangunan Provinsi, Peraturan Daerah Nomor 1Tahun 2007 Tentang Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Provinsi serta Permendiknas No 17 Tahun2017 tentang Prosedur dan Tata Cara Penerimaan Peserta Didik Baru Tahun Ajaran 2017/2018.Pengimplementasian pengaturan terhadap hak konstitusional anak dalam pemenuhan wajib belajar 12tahun di Provinsi Bali pasca diterbitkannya Peraturan Gubernur No. 40 Tahun 2017 sudah terpenuhi.Dimana diterbitkanya Peraturan Gubernur tersebut untuk mengatasi kendala dari pengimplementasianPermendikbud Nomor 17 Tahun 2017. Dengan adanya Pergub tersebut calon siswa yang tercecer dariketentuan zonasi dalam Permendiknas bisa tercover lagi dengan membuka pendaftaran gelombangkedua. Serta Pergub tersebut telah mengakomodir terpenuhinya hak Konstitusional anak dalampemenuhan wajib belajar 12 tahun di provinsi Bali dimana diberikan peluang bagi anakanak yangberasal dari keluarga kurang mampu diterima di sekolahsekolah negeri menurut ketentuan yang berlakuserta bagi siswa yang berprestasipun diberikan peluang untuk diterima disekolahsekolah negeri
I.PENDAHULUANPembukaan UndangUndang Dasar 1945
secara tegas menyatakan bahwa salah satu tujuanNegara Republik Indonesia adalah mencerdaskan
kehidupan bangsa. Penjabaran dari tujuan tersebuttelah tercantum pada‘ Pasal 31 Ayat (1) (5) UUDNRI 1945, dimana disyaratkan di dalamnya setiapWarga Negara diberikan hak untuk mendapatkan
48
VYAVAHARA DUTA Volume XIII, No.2, September 2018 ISSN : 1978 0982
pendidikan serta Pemerintah mengembangkansuatu Pendidikan Nasional untuk menciptakanManusia Indonesia yang berpendidikan dimanabiaya pendidikan dialokasikan 20% dari APBNdan APBD. Pendidikan merupakan salah satuusaha setiap bangsa untuk meningkatkan kualitassumber daya manusia sehingga membantumemperlancar pelaksanaan PembangunanNasional Indonesia. Usaha pendidikan ini ditujukanuntuk mengembangkan cipta, rasa, dan karsa yangada sehingga setiap manusia diharapkan mampumenghadapi tantangan sesuai dengan tuntutanperubahan kehidupan lokal, nasional, maupunkehidupan global. Kuntjoro Purbopranotomenyatakan bahwa pendidikan merupakan prosesatau usaha setiap bangsa yang tak terputusputussifatnya di dalam segala tingkat kehidupanmanusia, sesuai dengan perkembangan masyarakatdan kebudayaan yang bertujuan untuk mencapaikesempurnaan dan kedewasaan pada manusia,agar dengan kesadaran dan tanggung jawab dapatmenghadapi pelbagai persoalan hidup.1
Merujuk pada Konstitusi menegaskanbahwa tiaptiap Warga Negara berhakmendapatkan pengajaran. Pendidikan jugamerupakan pengamalan terhadap Hak Asasi dariseluruh Warga Negara Indonesia. Sejalan denganhal tersebut, Pasal 5 ayat (1) UndangUndangNomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem PendidikanNasional juga menegaskan bahwa setiap wargaNegara mempunyai hak yang sama untukmemperoleh pendidikan yang bermutu.2Pasal 6ayat (1) nyamengamanatkan bahwa setiap warganegara yang berusia 715 tahun wajib mengikutipendidikan dasar. Pasal 34 ayat (2) nya jugamenyebutkan bahwa Pemerintah dan PemerintahDaerah menjamin terselenggaranya wajib belajarminimal pada jenjang pendidikan dasar tanpamemungut biaya. Pasal 11 ayat (2) UU SistemPendidikan Nasional menyebutkan bahwaPemerintah dan Pemerintah Daerah wajibmenjamin tersedianya dana gunaterselenggaranyapendidikan bagi setiap warga negaranya yangberusia 7 sampai 15 tahun. Konsekuensi dariamanat UndangUndang tersebut adalahpemerintah dan pemerintah daerah wajibmemberikan layanan pendidikan bagi seluruhpeserta didik pada tingkat pendidikan dasar(Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama)serta satuan pendidikan lain yang sederajat.
Mengamanatkan ketentuan Pasal 34 ayat(4) UndangUndang Nomor 20 Tahun 2003tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu
menetapkan Peraturan Pemerintah tentang WajibBelajar diatur lebih lanjut dalam PP Nomor 47tahun 2008 tentang Wajib Belajar. Wajib Belajarmerujuk pada suatu kebijakan yang mengharuskanwarga negara dalam usia sekolah mengikutipendidikan sekolah sampai jenjang tertentu danpemerintah berupaya memberikan dukungansepenuhnya agar warga negara peserta wajibbelajar dapat mengikuti pendidikan sekolah. WajibBelajar dalam Sistem Pendidikan Nasional adalahpendidikan dasar gratis 9 tahun. SedangkanPemerintah kemudian mencanangkan wajib belajar12 tahun.
Program wajib belajar adalah programpendidikan gratis yang dicanangkan pemerintahuntuk anakanak usia sekolah sampai denganjenjang yang telah ditentukan, yakni SMA.Sebenarnya hambatanhambatan yang dijumpai ditengah masyarakat yangdapat menghambat anakdalam mengenyam wajib belajar bukan menjadisuatu alasan untuktidak menyekolahkan anak,namun sejauhmana peran pemerintah daerah dapatmemfasilitasi danmewujudkan pendidikan wajibbelajar tersebut agar dapat berjalan dengan baikdan tepatsasaran.
Dengan adanya Otonomi Daerah,pemerintah daerah memiliki wewenang untukmenentukan sampai jenjang mana pelaksanaanProgram Pendidikan Wajib Belajar sekolahmenengah di daerah akan dilaksanankan ataudijalankan.Pemerintah Provinsi Bali telahmenyikapi dengan mengeluarkan PeraturanGubernur terkait wajib belajar 12 tahun yaituPeraturan Gubernur No. 40 Tahun 2017.Berdasarkan pemaparan tersebut di atas, makadapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :1. Bagaimana pengaturan terhadap hak
konstitusional anak dalam pemenuhan wajibbelajar 12 tahun.
2. Pengimplementasian pengaturan terhadap hakkonstitusional anak dalam pemenuhan wajibbelajar 12 tahun di Provinsi Bali
Metode yang digunakan dalam penulisanini adalah sosiolegal menggunakan data sekunderyang berupa bahan hukum primer, sekunder,dengan menggunakan teknik analisis yaitu teknikdeskriptif, evaluasi dan argumentasi sertakemudian mengelaborasi terhadap faktafakta yangterjadi.
II PEMBAHASAN2.1 Pengaturan hak konstitusional anakdalam pemenuhan wajib belajar 12 tahun.
49
IMPLEMENTASI PENGATURAN KONSTITUSIONAL ANAK....................(Ni Made Ari Yuliartini Griadhi, 4756)
Menurut John Locke, Hak Asasi Manusia adalahhakhak yang diberikan langsung oleh Tuhan YangMaha Pencipta sebagai hak yang kodrati. Denganhakhak dasar yang melekat pada diri manusiatersebut, maka manusia dapat hidup layak sebagaimanusia.3Kuntjoro Purbopranoto mengartikan hakasasi manusia sebagai hakhak yang dimilikimanusia menurut kodratnya, yang tidak dapatdipisahkan dari hekekatnya dan karena itu bersifatsuci.4Pasal 1 angka 1 UndangUndang No. 39tahun 1999 tentang HAM dan UndangUndangNo. 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM,yang dimaksud dengan hak asasi manusia adalahseperangkat hak yang melekat pada hakekat dankeberadaan manusia sebagai mahkluk Tuhan YangMaha Esa dan merupakan anugerahnya yang wajibdihormati, dijunjung tinggi, dan lindungioleh negarahukum, pemerintah dan setiap orang, demikehormatan serta perlidungan harkat dam martabatmanusia.5
Pembukaan UUD 1945 menyatakanbahwa tujuan nasional adalah untuk melindungisegenap bangsa dan seluruh tumpah darahIndonesia, memajukan kesejahteraan umum,mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikutmelaksanakan ketertiban dunia berdasarkankemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilansosial.Dengan demikian, dapat dipahami bahwasalah satu tujuan didirikannya Negara KesatuanRepublik Indonesia (NKRI) adalah untukmencerdaskan kehidupan bangsa. Adanya tujuannasional tersebut mengakibatkan bahwakewajiban mencerdaskan bangsa melekat padaeksistensi negara. Dengan kata lain, bahwa untukmencerdaskan kehidupan bangsalah makaNegara Indonesia dibentuk.Untuk mewujudkantujuan nasional tersebut, terutama tujuanmencerdaskan kehidupan bangsa, harus dicapaimelalui proses pendidikan. Pendidikan padadasarnya merupakan fitrah manusia sebagaimakhluk yang berakal dan berpikiran. Prosespendidikan itu sendiri berlangsung sejak dalamkandungan sampai ke liang lahat dan bisa didapatdi mana saja dan kapan saja. Dalampemenuhannya di lapangan, pendidikan dapatdilakukan melalui jalur formal, nonformal, daninformal pada setiap jenjang dan jenisnya.6
Berdasarkan ketentuan UUD 1945jelaslah bahwa mendapatkan pendidikanmerupakan hak setiap warga negara. Atau dengankata lain, hak mendapatkan pendidikanmerupakan hak setiap warga negara yang dijamindalam konstitusi, yang lazim dipahami sebagai hak
konstitusional warga negara. Hak konstitusionaladalah hakhak dasar yang kemudian diadopsidalam konstitusi yang meliputi hak asasi manusiadan hak warga negara yang dijamin dalam UUD1945 dan berlaku bagi setiap Warga NegeraIndonesia. Hakhak warga negara untukmendapatkan pendidikan tidak hanyamenimbulkan kewajiban negara untukmenghormati dan melindungi, tetapi menimbulkantanggung jawab negara untuk memenuhi hak warganegara tersebut. Agar tanggung jawab negara dapatdipenuhi dengan baik maka UUD 1945 misalnya,melalui Pasal 31 Ayat (2) mewajibkan kepadapemerintah untuk membiayainya. Bahkan, negaraharus memprioritaskan anggaran pendidikansekurangkurangnya 20% dari APBN serta APBDuntuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraanpendidikan nasional.
Dalam UUDNegara Republik Indonesia1945 BAB XIII pasal 31 telah jelas dinyatakanbahwaAyat 1 :Setiap warga Negara berhak
mendapatkan pendidikan(perubahankeempat)
Ayat 2 : Setiap warga Negara wajib mengikutipendidikan dasar dan pemerintah wajibmembiayainya(perubahan keempat)
Ayat 3 :Pemerintah mengusahakan danmenyelenggarakan satu sistem pendidikannasional, yang meningkatkan keimanan danketakwaan serta akhlak mulia dalamrangka mencerdaskan kehidupan bangsa,yang diatur dengan undangundang(perubahan keempat)
Ayat 4 :Negara memprioritaskan anggaranpendidikan sekurangkurangnya dua puluhpersen dari anggaran pendapatan danbelanja Negara serta dari anggaranpendapatan dan belanja daerah untukmemenuhi kebutuhan penyelenggaraanpendidikan nasional. (perubahan keempat)
Ayat 5 :Pemerintah memajukan ilmu pengetahuandan teknologi dengan menjunjung tingginilainilai agama dan persatuan bangsauntuk kemajuan peradaban sertakesejahteraan umat manusia. (perubahankeempat).Hal ini mengisyaratkan bahwa Negara
memiliki peran, serta tanggung jawab yang luarbiasa dalam mencerdaskan kehidupan bangsanya.
Pendidikan merupakan salah satu hakyang paling asasi yang dimiliki oleh setiap orang.Pendidikan yang baik akan menciptakan sumber
50
VYAVAHARA DUTA Volume XIII, No.2, September 2018 ISSN : 1978 0982
daya manusia yang memiliki kompetensi tinggidalam menjawab era globalisasi yang penuh dengantantangan dan kompetisi. Pendidikan membawapengaruh yang sangat besar terhadappengembangan hidup setiap individu danmasyarakat melalui peningkatan kemampuanintelektual kemampuankemampuan emosi dalammenghadapi berbagai hal, serta kemampuankemampuan mototrik dalam menggiatkan danmengkoordinasikan gerakan individu. Pendidikanmerupakan suatu proses yang tidak bisa dipisahkandengan manusia yang menjadi subyek dan obyekdari upaya pendidikan itu sendiri.7
Pentingnya pendidikan ini bagi masyarakattergambar dari peranan yang dibawa dalamkegiatan pendidikan dalam kaittanya denganperkembangan seseorang. Redja Mudyahardjomenyatakan bahwa pendidikan secara langsungmendorong perubahan kemampuan seseorang,kulitas kemampuan kognitif, afektif danpsikomotor, dari ketiga peningkatan tersebut dapatdipergunakan untukebih meningkatkan tarafhidupnya sebagai manusia, warga masyarakat danWarga Negara.8
Perkembangan masyarakat sangatbergantung pada kondisi pendidikanmasyarakatnya sebagai potensi pendidikandiwilayah tersebut. Sifatnya mutlak dalamkehidupan, baik dalam kehidupan seseorang,keluarga, maupun bangsa dan negara. Majumundurnya suatu bangsa ditentukan oleh majunyamundurnya pendidikan bangsa itu. Platomenjelaskan bahwa pendidikan dikonsepsikansebagai proses penyiapan manusia sebagai wargapendukung terwujudnya negara ideal.9
Terkait dengan pengaturan terhadap hakkonstitusional anak dalam pemenuhan wajibbelajar 12 tahun guna membentuk ManusiaIndonesia yang cerdas dan mampu berpartisipasisecara aktif dalam tataran dunia global yangmerupakan amanat dari Konstitusi. Amanat inidijawantahkan dalam Psal UndangUndang Dasar1945 pasal 31 ayat (2) dan UndangUndang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem PendidikanNasional beserta peraturan di bawahnya yangmenjamin hak dasar memperoleh pendidikanbermutu bagi setiap Warga Indonesia danPemerintah membiayainya. UU Sisdiknas hanyamemberikan batasan kewenangan pemerintahdalam membiayai pendidikan dasar sampai tingkatSMP. Padahal, untuk meningkatkan kualitasmanusia Indonesia yang cerdas, dan selarasdengan janji Nawacita Presiden Jokowidodo,
dibutuhkan peningkatan kualitas pendidikan,terutama meningkatkan akses pendidikan warganegara pada jenjang SMA. Menteri KoordinatorBidang Pembangunan Manusia dan KebudayaanPuan Maharani mengatakan, pelaksanaan programwajib belajar 12 tahun akan dimulai Juni2015.Menurut Puan, pelaksanaan program wajibbelajar 12 tahun sesuai janji kabinet kerja. Denganadanya program wajib belajar 12 tahun, semuaanak Indonesia wajib masuk sekolah danpemerintah wajib membiayai serta menyediakansegala fasilitasnya.10 Kementerian Pendidikan danKebudayaan akan memulai rintisan Wajib Belajaratau Wajar 12 tahun pada 2016, dengan harapanpada 2019 tercapai sejumlah target, sepertitersedianya perpustakaan di semua sekolah(100%)11.
Usaha masyarakat sipil untuk mengadakanJudicial Review ke Mahkamah Konstitusi agarmembatalkan pembatasan usiapendidikan dasaryang dibiayai pemerintah hanya sampai jenjangSMP sudah kandas dengan dikeluarkannyakeputusan MahkamahKonstitusi Perkara No.92/PUUXII/2014. Keputusan MK ini menyatakanbahwa tentang kriteria usia pendidikan dasar yangdibiayai Pemerintah merupakan sebuah persoalanhukum yang sifatnya terbuka dan tergantung daripara pembuat hukum, yaitu terutama Legislatif danPemerintah. Karena itu, pelaku utama yang mampumewujudkan kebijakan pendidikan dasar 12 tahunsekarang berada di tangan anggota Parlemen danPemerintah. Pemerintah dan Parlemen perlu segeramembangun kesepakatan bersama agarpendidikan dasar sampai tingkat SMU yangmenjadi hak setiap warga dapat terwujud danNegara membiayainya dengan mengesahkansebuah UndangUndang untuk melaksanakanamanat mencerdaskan kehidupan bangsa ini.Program seperti Pendidikan Menengah Universal,Kartu Indonesia Pintar dan alokasi dana BOSuntuk membantu meningkatkan akses siswaIndonesia pada jenjang pendidikan menengah,meskipun baik, bukanlah sebuah kebijakan yangdapat berlangsung terus menerus.Mantan WakilKetua Mahkamah Konstusi Achmad Sodikimengatakan program pendidikan minimal yangharus diikuti Warga Negara Indonesia merupakantanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerahmerupakan kebijakan hukum terbuka atau openlegal policy.Dia mengatakan hal itu terkaitpenolakan mahkamah konstitusi terhadap uji materiPasal 6 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2003 tentangSistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) terkait
51
wajib belajar 9 tahun yang dilayangkan NetworkFor Education Watch Indonesia (NEW Indonesia)atau Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia(JPPI). Keputusan MK yang menolak revisi UUSisdiknas dengan alasan open legal policy itumenimbulkan perbedaan pandangan dengan parapemohon. Untuk itu open legal policy perlu dianalisis yang kritis. Karena itu, pemerintah perlubekerjasama dengan Parlemen dan anggotalegislatif yang lainnya untuk merevisi UU No. 20Tahun 2003 tentang Sisdiknas sehingga kriteriapendidikan dasar bisa diubah dari jenjang SMPke SMA. Dalam jangka pendek, untuk mendesakpemerintah daerah (Gubernur, walikota, bupati)mendukung program Wajib Belajar 12 Tahun,pemerintah bisa bekerjasama dengan Pemda untukmerealisasikan pelaksanaan Peraturan PemerintahNo. 47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajarsehingga masingmasing daerah dapatmelaksanakan program Wajib Belajar 12 tahundengan menggunakan dana dari AnggaranPendapatan dan Belanja Daerah. Dalam waktuyang sama, Pemerintah memfasilitasi inisiatif publikdari masyarakat sipil yang ingin terlibat dalammemberikan kesempatan pendidikan bermutu bagisetiap warga negara sesuai dengan cakupan bidangdan tugasnya sehingga pendidikan menengahuniversal bisa dinikmati oleh semua warga negaratanpa kecuali.
Tahun 2016 dikeluarkanlah PeraturanMendikbud RI Nomor 19 Tahun 2016 tentangProgram Indonesia Pintar. Program IndonesiaPintar (PIP) adalah bantuan berupa uang tunai daripemerintah yang diberikan kepada peserta didikyang orang tuanya tidak dan/atau kurang mampumembiayai pendidikan. Kartu Indonesia Pintar(KIP) adalah kartu yang diberikan kepada anakusia 6 sampai 21 tahun sebagai identitas untukmendapatkan manfaat PIP. Pada Pasal 2Permendikbud RI Nomor 19 Tahun 2016 inidisebutkan tentang tujuan dari adanya ProgramIndonesia Pintar PIP, yang mana PIP bertujuanuntuk:a. meningkatkan akses bagi anak usia 6 (enam)
sampai dengan 21 (dua puluh satu) tahun untukmendapatkan layanan pendidikan sampai tamatsatuan pendidikan menengah dalam rangkamendukung pelaksanaan pendidikan menengahuniversal/rintisan wajib belajar 12 (dua belas)tahun;
b. mencegah peserta didik dari kemungkinanputus sekolah (drop out) atau tidak melanjutkanpendidikan akibat kesulitan ekonomi; dan/atau
c. menarik siswa putus sekolah (drop out) atautidak melanjutkan agar kembali mendapatkanlayanan pendidikan di sekolah, sanggar kegiatanbelajar, pusat kegiatan belajar masyarakat,lembaga kursus dan pelatihan, satuanpendidikan nonformal lainnya, atau balai latihankerja.
Menyongsong Tahun Pelajaran Baru2017/2018 pada Bulan Juli 2017, KementerianPendidikan dan Kebudayaan telah mengeluarkanPeraturan Menteri Pendidikan dan KebudayaanNomor 17 Tahun 2017 tentang PenerimaanPeserta Didik Baru Pada Taman KanakKanak,Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama,Sekolah Menengah Atas, Sekolah MenengahKejuruan, Atau Bentuk Lain Yang Sederajat.Permendikbud ini bertujuan untuk memberikanacuan dan pedoman bagi Satuan Pendidikandalam menyelenggarakan proses penerimaansiswa baru agar dilakukan secara objektif,akuntable, transparan, dan tanpa deskriminasiguna meningkatkan akses layanan pendidikan.Pasal 13 ayat (1) Permendikbud disebutkan bahwaSeleksi calon peserta didik baru kelas 10 (sepuluh)SMA, SMK, atau bentuk lain yang sederajatmempertimbangkan kriteria dengan urutan prioritassesuai daya tampung berdasarkan ketentuanrombongan belajar sebagai berikut:a. jarak tempat tinggal ke Sekolah sesuai dengan
ketentuan zonasi;b. usia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat
(1) huruf a;c. SHUN SMP atau bentuk lain yang sederajat;
dand. prestasi di bidang akademik dan nonakademik
yang diakui Sekolah.Ayat (2) nya menyebutkan bahwa Jarak
tempat tinggal ke Sekolah sesuai dengan ketentuanzonasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hurufa, dikecualikan bagi calon peserta didik baru padaSMK atau bentuk lain yang sederajat. Dalam ayat(3) nya diatur bahwa Khusus calon peserta didikpada SMK atau bentuk lain yang sederajat, selainmengikuti seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat(1) huruf b, huruf c, dan huruf d, Sekolah dapatmelakukan seleksi bakat dan minat sesuai denganbidang keahlian/program keahlian/kompetensikeahlian yang dipilihnya dengan menggunakankriteria yang ditetapkan Sekolah dan institusipasangan/asosiasi profesi.
Pasal 14 ayat (1) Permendikbudmenyatakan bahwa Sekolah yang diselenggarakanoleh masyarakat, dapat melakukan seleksi selain
IMPLEMENTASI PENGATURAN KONSTITUSIONAL ANAK....................(Ni Made Ari Yuliartini Griadhi, 4756)
52
VYAVAHARA DUTA Volume XIII, No.2, September 2018 ISSN : 1978 0982
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 sampaidengan Pasal 13 dan/atau melalui tes bakatskolastik atau tes potensi akademik. Pada BagianKeempat diatur mengenai Sistem Zonasi yaitudalam Pasal 15 ayat (1) nya menyebutkan bahwaSekolah yang diselenggarakan oleh PemerintahDaerah wajib menerima calon peserta didik yangberdomisili pada radius zona terdekat dari sekolahpaling sedikit sebesar 90% (sembilan puluhpersen) dari total jumlah keseluruhan peserta didikyang diterima. Ayat (2) nya menyebutkan bahwadomisili calon peserta didik sebagaimana dimaksudpada ayat (1) berdasarkan alamat pada kartukeluarga yang diterbitkan paling lambat 6 (enam)bulan sebelum pelaksanaan PPDB. Ayat (3) nyamenyebutkan bahwa Radius zona terdekatsebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkanoleh pemerintah daerah sesuai dengan kondisi didaerah tersebut berdasarkan jumlah ketersediaandaya tampung berdasarkan ketentuan rombonganbelajar masingmasing sekolah denganketersediaan anak usia sekolah di daerah tersebut.Ayat (4) nya mengatur bagi sekolah yang beradadi daerah perbatasan provinsi/kabupaten/kota,ketentuan persentase dan radius zona terdekatsebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapatditerapkan melalui kesepakatan secara tertulisantarpemerintah daerah yang saling berbatasan.Ayat (5) nya mengatur bahwa Sekolah yangdiselenggarakan oleh pemerintah daerah dapatmenerima calon peserta didik melalui:a. jalur prestasi yang berdomisili diluar radius zona
terdekat dari sekolah paling banyak 5% (limapersen) dari total jumlah keseluruhan pesertadidik yang diterima;
b. jalur bagi calon peserta didik yang berdomisilidiluar zona terdekat dari sekolah dengan alasankhusus meliputi perpindahan domisili orangtua/wali peserta didik atau terjadi bencana alam/sosial, paling banyak 5% (lima persen) dari totaljumlah keseluruhan peserta didik yang diterima.
Pasal 16 ayat (1) mengatur bahwa SMA,SMK, atau bentuk lain yang sederajat yangdiselenggarakan oleh pemerintah daerah provinsiwajib menerima peserta didik baru yang berasaldari keluarga ekonomi tidak mampu yangberdomisili dalam satu wilayah daerah provinsipaling sedikit 20% (dua puluh persen) dari jumlahkeseluruhan peserta didik yang diterima. Ayat (2)nya menyebutkan bahwa Peserta didik baru yangberasal dari keluarga ekonomi tidak mampusebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikandengan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM)
atau bukti lainnya yang diterbitkan oleh pemerintahdaerah. Ayat (3) nya menyebutkan bahwa apabilapeserta didik memperoleh SKTM dengan carayang tidak sesuai dengan ketentuan perolehannya,akan dikenakan sanksi pengeluaran dari Sekolah.Dalam ayat (4) Sanksi sebagaimana dimaksudpada ayat (3) diberikan berdasarkan hasil evaluasiSekolah bersama dengan komite sekolah, dewanpendidikan, dan dinas pendidikan provinsi sesuaidengan ketentuan peraturan perundangundangan.Ketentuan zonasi sebagaimana dimaksud dalamPasal 15 tidak berlaku bagi SMK ( Pasal 17Permendikbud No 17 Tahun 2017 ). Pasal 24nyamengatur tentang rombongan belajar dimanaditentukan bahwa Jumlah peserta didik dalam satuRombongan Belajar diatur sebagai berikut: Padahuruf C SMA dalam satu kelas berjumlah palingsedikit 20 (dua puluh) peserta didik dan palingbanyak 36 (tiga puluh enam) peserta didik; SMKdalam satu kelas berjumlah paling sedikit 15 (limabelas) peserta didik dan paling banyak 36 (tigapuluh enam) peserta didik. Pasal 35 nyamenyebutkan bahwa Pemerintah daerah wajibmembuat kebijakan daerah sebagai tindak lanjutatas Peraturan Menteri ini dengan berasaskanobjektif, akuntabel, transparan, tanpa diskriminasi,berkeadilan, dan memperhatikan terhadapkemampuan orang tua/wali peserta siswa. Pasal36 Penerapan ketentuan tentang zonasi dan sistemPPDB secara daring/online dilakukan secarabertahap sesuai dengan kesiapan masingmasingdaerah. Sehungga dari ketentuan Permendikbudtersebut ada 4 jalur peneimaan peserta diidik baruyaitu: 1. Jalur miskin 20%, 2. jalur Prestasi 20%,3. Jalur Lokal 10% dan 4. Jalur regular 50%.
Pada Tahun Ajaran 2018/2019Permendikbud tersebut diganti denganPermendikbud Nomor 14 Tahun 2018 tentangPenerimaan Peserta Didik Baru Taman KanakKanak (TK), Sekolah Dasar (SD), SekolahMenengah Pertama (SMP), Sekolah MenengahAtas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan(SMK), atau Bentuk Lain yang Sederajat karenadianggap sudah kurag sesuai. Penerimaan PesertaDidik Baru (PPDB) menurut Permendikbud inibertujuan menjamin penerimaan peserta didik baruberjalan secara obyektif, transparan, akuntabel,nondiskriminatif dan berkeadilan dalam rangkamendorong peningkatan akses pendidikan. Asasnondiskriminasi tidak berlaku bagi sekolah yangkhusus melayani peserta didik dari kelompokgender atau agama tertentu.
53
Sistem Zonasi masih diterapkan dalamPermendikbud ini, dimana system ini masihmenimbulkan halhal yang penting untukdibicarakan kedepannya. Menteri Pendidikan dankebudayaan Muhadjir Efendy menegaskan bahwasystem Zonasi dilakukan demi pemerataanpendidikan di Indonesia. Pasal 16 PermendikbudNo. 14 Tahun 2018 mengatur tentang Zonasi yaitusekolah harus menerima siswa baru yangberdomisili pada radius paling dekat dengansekolah yang dilihat berdasarkan alamat yangtertera pada Kartu Keluarga yang diterbitkanpaling lambat 6 bulan sebelum masa PenerimaanPeserta Didik Baru. Sistem Zonasi ini diberlakukanuntuk jenjang SD, SMP, SMA sedangkan SMKdibebaskan dari sistem zonasi. Sistem zonasi dapatmenghilangkan favoritisme sekolah karena akanmendapatkan sekolah sesuai dengan daerahzonasinya, hanya saja ini menimbulkan problemdimana jika Pemerintah belum memfasilitasisekolahsekolah secara merata. Hal ini dapatdikatakan akan membatasi hak seseorang untukmendapatkan pendidikan yang lebih baik.12
2.2.Pengimplementasian PengaturanTerhadap Hak Konstitusional Anak DalamPemenuhan Wajib Belajar 12 Tahun DiProvinsi Bali Pasca Diterbitkannya PeraturanGubernur No. 40 Tahun 2017.
Hasil Penelitian yang dilakukan penulistahun 2017 didapatkan bahwa Peraturan yangdibuat dalam Permendikbud No.17 Tahun 2017tersebut yang dibuat sangat ideal setelah diterapkandi lapangan menemui banyak kendala yang manasiswa tidak bisa tertampung lantaran karena zonayang berbeda, hal ini terjadi pada daerah yangpadat penduduknya. Menyikapi hal tersebutDPRD Bali dengan mengundang PemerintahDaerah ( Gubernur Bali) melakukan pertemuanpertemuan membahas masalah ini dan lahirlahPeraturan Gubernur Bali No.40 Tahun 2017 yangmelabrak Permendikbud No.17 Tahun 2017.Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Bali, TiaKusuma Wardhani mengatakan ada tiga hal pentingyang dituangkan dalam Pergub sesuai hasil rapatkerja Gubernur dengan DPRD Bali, yaitu:1. Semua siswa miskin meskipun nilainya rendah
harus diterima di sekolah negeri terkaitkebijakan nasional wajib belajar 12 tahun;
2. Siswa berprestasi agar diterima tanpa melihatdomisilinya;
3. Persyaratan KK bisa diabaikan untukmenampung calon siswa yang masih tercecer.
Mengenai Rombongan belajar (rombel) menurutbeliau diijinkan 40 orang perkelas di daerahdaerah padat penduduk. Rombel yang melebihiketentuan maksimal 36 siswa ini juga bisadiberlakukan SMA/SMK swasta. Kalau ternyatamasih belum menampung seluruh siswa yangtercecer sekolah dijinkan untuk menerapkanDouble shift atau melaksanakan kejar paket.Jangan sampai ada anak yang tidak mendapatkantempat disekolah. Senada dengan Kadisdik,Kepala Biro Hukum dan HAM Setda ProvinsiBali, I Wayan Sugiada menegaskan bila Pergubmemang memberikan keberpihakan kepada siswamiskin. Kendati, siswa miskin tetap harusmelampirkan surat keterangan miskin, memilikisalah satu dari Kartu Keluarga Sejahtera/KartuIndonesia Sehat/Kartu Indonesia Pintar, serta adahome visit oleh satuan pendidikan. Begitujugasiswa berprestasi harus membuktikanprestasinya lewat sertifikat maksimal 3 tahunterakhir.13 Setelah dikeluarkannya Pergub No 40Tahun 2017, Dinas Pendidikan (Disdik) ProvinsiBali segera membuka Penerimaan Peserta DidikBaru (PPDB) SMA/SMK Negeri gelombangkedua. Menyusul telah diberlakukannya PergubNo.40 Tahun 2017 tentang PPDB SMA danSMK Negeri. Dari hasil wawancara dengan diSMAN I Denpasar didapatkan data bahwaberkaitan dengan Permendikbud No. 17 Tahun2017 di SMAN I Denpasar berkaitan denganPPBD tahun 2017, dinyatakan bahwa idealismenya sudah bagus seperti mengurai kemacetandengan zonasi namun kurang setuju dengan tarungbebas di ruang lingkup kabupaten atau kotakarena dengan hal ini akan menimbulkan anggapanbahwa siswa akan sekedar lulus toh juga akanditerima karena rumahnya dekat dengan sekolahyang diinginkan. Untuk siswa miskin tetap dibantusekaligus juga siswa penyandang disabilitas jugadirekomendasi, dimana pendaftaran lalu hanya 1orang yang mendaftar . Untuk siswa berprestasijuga sangat diapresiasi. Jalur NUN disarankan agardiberi tarung bebas dalam ruang lingkup provinsi.Diluar provinsi baru dicanangkan 5%. SMAN 1Denpasar tetap menjalankan prosedur yang adaseperti PPDB kemarin Zonasi/localmengalokasikan 36 siswa (10 %) untuk jalur siswamiskin dan cacat fisik diformasikan 76 orang, jalurprestasu 20%, jalur NUN 180 orang (50%) namundikarenakan jalur siswa miskinnya tidak mencukupikatanya dialihkan ke jalur NUN (NEM). Untukmenentukan zonasi SAMN 1 Denpasarmenggunakan google maps sehingga tidak ada
IMPLEMENTASI PENGATURAN KONSTITUSIONAL ANAK....................(Ni Made Ari Yuliartini Griadhi, 4756)
54
VYAVAHARA DUTA Volume XIII, No.2, September 2018 ISSN : 1978 0982
masalah hanya saja untuk kedepannya diharapkanuntuk jalus zonasi lebih baik menggunakan systemradius jaraak rumah ke sekolah dibandingkankabupaten dan kota. Terkait dengan sistem kuotaterkait dengan jumlah kelas , SMAN 1 Denpasarnantinya akan tetap menjalankan sesuai peraturandari kemendikbud. Dengan diberlakukaannyasistem zonasi pada pendaftaran gelombang pertamaada beberapa calon siswa yang tercecer, SMANI Denpasar membuka kembali dan menerimasebanyak 26 siswa yang tercecer dimana 5 dari26 tersebut terkait kebijakan anak kandung ( anakguru) dari sekolah ini (sesuai Pergub 40 Tahun2017). Jadi total siswa yang diterima di SMAN IDenpasar pada tahun 2017 adalah 386 siswatermasuk yang tercecer.
Dalam mengimplementasikan kebijakanpemerintah mengenai wajib belajar 12 tahun,SMAN I tidak menemui kendala dikarenakan darisegi kualitas siswa sudah ada yang mengatur, dansebagai pihak sekolah juga menjalankan sesuaiaturan. Adapun jika ada kesulitan finansial SMAN1 Denpasar sudah memiliki “sumbangan Komite”untuk membantu kegiatan sekolah dan sudahmasuk dalam rencana kerja anggaran. Ada catatanyang disampaikan bahwa sebagai pihak sekolahmenginginkan juga agar kualitas sekolah dapatterjaga. Maka dari itu seharusnya dapatmengakomodir keinginan sekolah untukdiadakannya seleksi bebas untuk jalur NUN yangruang lingkupnya adalah Provinsi
Selain di SMAN 1 Denpasar wawancarajuga dilakukan di SMAN 3 Denpasar. Dari hasilwawancara dinyatakan bahwa ketentuanPermendikbud No. 17 Tahun tersebut adalah baiksudah jelas bagaimana teknis penerimaan siswabaru, sesuai dengan 4 jalur yang sudah ditetapkanyaitu: 1. Jalur NEM sebesar 50% denganketentuan menerima 5% dari luar daerah. 2. Jalurprestasi sebesar 20% 3. Jalur Miskin sebesar 20%.4. Jalur Lokal sebesar 10% Sesuai Permentersebut adapun jumlah kapasitas siswa perkelasadalah 36 siswa dengan total jumlah kelas adalah8 kelas sehingga daya tampung SMAN 3Denpasar berkisar 288 siswa sedangkan tahun iniyang mendaftar kisaran 300 orang yangmenyebabkan tidak semua pelamarditerima.Terkait dengan system zonasi yangditerapkan tersebut setiap SMA memilikikebijakan atau sistem tersendiri, SMAN 1Denpasar menggunakan aplikasi google map untukSMAN 3 berkordinasi dengan lingkungan yangterdekat yakni contohnya kelurahan Sumerta dan
Sumerta Kelod, selanjutnya ditetapkan kreteriasistem penerimaan siswa baru dan diakomodir.Secara perkembangannya sitem tersebut tidakmenuai protes atau kritik dari masyarakat. Terkaitdengan kuota siswa tersebut terkait denganpenambahan ruang kelas baru, saat ini SMAN 3denpasar belum ada wacana untuk mengadakanpembaangunan ruang kelas baru. Untuk tahun iniSMAN 3 Denpasar menerima 6 siswa yangtercecer, dimana penerimaannya tersebutberdasarkan prosentasi daya tamping sekolahapakah ditemukan kuota yang masih dapat terisiatau tidak dan tentu saja dalam proses tersebutdikordinasikan kepada kemendikbud hal ini diatursesuai dengan Surat Edaran Gubernur. Caramengatasi dengan melihat atau meninjau ulangadakah kuota atau daya tampung yang bisa diisidan atau mengalihkan siswa tersebut ke dalam kelasbaru yang dibuat dengan fasilitas yang ada sepertilab kimia/lab bahasa.
Penerimaan Peserta Didik Baru TahunJaran 2018/2019 msh menemui kendalakendalaterkait dengan system zonasi yang msh diatur dalamPermendikbud Nomor 14 Tahun 2018 tentangPenerimaan Peserta Didik Baru Taman KanakKanak (TK), Sekolah Dasar (SD), SekolahMenengah Pertama (SMP), Sekolah MenengahAtas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan(SMK), atau Bentuk Lain yang Sederajat. KetuaDPRD Provinsi Bali I Nyoman Adi Wiryatamamengatakan banyak orangtua siswa mengeluhkanpenerimaan peserta didik baru (PPDB) tahunajaran 20182019, dimana masih banyak calonsiswa dari keeluarga miskin tidak bisa diterima disekolah negeri karena daya tamping ruang kelastidak cukup terutama untuk sekolahsekolah yangberada di daerah padat penduduk akbat darisystem zonasi yang diterapkan. Dikatakan jugabahwa pemerintah perlu turun tangan memberikansolusi untuk memastikan calon siswa tersebut bisaditerima di sekolah negeri.Sebagai solusi untukmenyiasati keterbatasan daya tampung ruang kelas,Adi Wiryatama mendorong pemerintah dan pihaksekolah untuk membuka kelas pagi dan siang(double shift). Solusi lain atas masalah ini adalahdengan menambah jumlah siswa dalam setiapkelas, tapi hal tersebut akanterbentur dengan aturanyang hanya membatasi jumlah siswa maksimal 36orang setiap kelas. Solusi dengan membukasekolah pagi dan siang dinilai tak menyalahiaturan.Dengan membuka sekolah pagi dan siang,tentu hal tersebut membutuhkan tambahan tenagapendidik. Karena itu, perlu diadakan
55
pengangkatan guru kontrak.yang gajinya disiapkandalam APBD.14
Pelaksanaan wajib belajar 12 tahun dengan systemzonasi ini pada dasarnya baik untuk dilaksanakanhanya saja masih menimbulkan problem untukbeberapa sekolah terutama sekolahsekolahpinggiran yang belum mempunyai fasilitas memadai,serta sekolahsekolah yang berada pada zonasiyang padat penduduknya perlu diadakanpenambahan kelas supaya bisa menampung calonsisiwa yang ada di zonasi yang bersangkutansehingga benang kusut PPDB tahun ini tidakkembali terjadi pada tahun ajaran berikutnya sertahak pendidikan dari Warga Negara dapat terpenuhidengan baik.
III. KESIMPULAN DAN SARAN3.1. Kesimpulan.1. Pengaturan terhadap hak konstitusional anak
dalam pemenuhan wajib belajar 12 tahun belumada aturan secara khusus menyatakan adanyawajib belajar 12 tahun. Akan tetapi sebagai suatukebijakan terbuka dari pemerintah kebijakanpemerintah untuk menerapkan wajib belajar 12tahun dapat dilihat dari Ketentuan UUD NegaraRI Tahun 1945 yaitu dalam Pasal 31 tentangpendidikan, kemudian daapat dilihat dalam UUSisdiknas yaitu UndangUndang Nomor 20Tahun 2003 tentang Sistem PendidikanNasional yang telah juga diyudicial reviewdimana MK berpendapat bahwa penentuanusia pendidikan dasar merupakan kebijakanterbuka dari pemerintah. Peraturan MendikbudRI Nomor 19 Tahun 2016 tentang ProgramIndonesia Pintar, didalamnya juga meengaturtentang wajib belajar 12 tahun .Kemudian bisajuga dilihaat dari adanya Permendikbud Nomor17 Tahun 2017 yang mengatur tentangpenerimaan peserta didik baru yang manamengatur tentang mekanisme penerimaanpeserta didik baru. Provinsi Bali jugamengeluarkan peraturan dalam bentukPeraturan Gubernur Bali Nomor 40 Tahun 2017yang di dalamnya mendukung pelaksanaanwajib belajar 12 tahun yang dilaksanakan olehPemerintah. Pada Tahun Ajaran 2018/2019Permendikbud tersebut diganti denganPermendikbud Nomor 14 Tahun 2018 tentangPenerimaan Peserta Didik Baru Taman KanakKanak (TK), Sekolah Dasar (SD), SekolahMenengah Pertama (SMP), Sekolah MenengahAtas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan(SMK), atau Bentuk Lain yang Sederajat
2. Pengimplementasian pengaturan terhadap hakkonstitusional anak dalam pemenuhan wajibbelajar 12 tahun di Provinsi Bali tahun ajaran2017/2018 pasca diterbitkannya PeraturanGubernur No. 40 Tahun 2017 sudah terpenuhi.Dimana diterbitkanya Peraturan Gubernurtersebut untuk mengatasi kendala daripengimplementasian Permendikbud Nomor 17Tahun 2017. Dengan adanya Pergub tersebutcalon siswa yang tercecer dari ketentuan zonasidalam permendiknas bisa tercover lagi denganmembuka pendaftaran gelombang kedua. SertaPergub tersebut telah mengakomodirterpenuhinya hak Konstitusional anak dalampemenuhan wajib belajar 12 tahun di provinsiBali dimana diberikan peluang bagi anakanakyang berasal dari keluarga kurang mampuditerima di sekolahsekolah negeri menurutketentuan yang berlaku serta bagi siswa yangberprestasipun diberikan peluang untuk diterimadisekolahsekolah negeri. Pada Tahun ajaran2018/2019 dengan digantinya PermendikbudNomor 17 Tahun 2017 dengan PermendikbudNomor 14 Tahun 2018 tentang PenerimaanPeserta Didik Baru Taman KanakKanak(TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah MenengahPertama (SMP), Sekolah Menengah Atas(SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK),atau Bentuk Lain yang Sederaja, yang masihmenerapkan system zonasi masih menyisakankendalakendala dalam pelaksanaannya.Pelaksanaan wajib belajar 12 tahun dengansystem zonasi ini pada dasarnya baik untukdilaksanakan hanya saja masih menimbulkanproblem untuk beberapa sekolah terutamasekolahsekolah pinggiran yang belummempunyai fasilitas memadai, serta sekolahsekolah yang berada pada zonasi yang padatpenduduknya perlu diadakan penambahankelas supaya bisa menampung calon sisiwayang ada di zonasi yang bersangkutan sehinggabenang kusut PPDB tahun ini tidak kembaliterjadi pada tahun ajaran berikutnya serta hakpendidikan dari Warga Negara dapat terpenuhidengan baik.
3.2. Saran.1. Agar bisa lebih menjamin hakhak
konstitusional anak dalam pemenuhan wajibbelajar 12 tahun diharapkan Pemerintahmerevisi UU Sistem Peendidikan Nasional yangnantinya secara tegas mengatur wjib belajar itusendiri selama 12 Tahun.
IMPLEMENTASI PENGATURAN KONSTITUSIONAL ANAK....................(Ni Made Ari Yuliartini Griadhi, 4756)
56
VYAVAHARA DUTA Volume XIII, No.2, September 2018 ISSN : 1978 0982
DAFTAR PUSTAKA
Buku-BukuAbdul Rahmat, 2014, Pengantar Pendidikan,
Gorontalo: Ideas Publishing.Ahmad Sukardja, Hukum Tata Negara Dan Hukum
Administrasi Negara, Jakarta, Sinar Grafika,. Dewa Gede Palguna, PengaduanKonstitusional (constitusional Complaint),Jakarta; Sinar Grafika,h. 112KuntjoroPurbopranoto, 1976, HakHak Azasi Manusiadan Pancasila, Pradnya Paramita, Jakarta.
Driyarkara, 1980, Pendidikan, Yogyakarta:Kanisius.
Enid Campbell, et.al., 1988, legal Research,Materials and Methods, Sydney : The LawBook Company Limited.
Suparlan Suhartono, 2005, Filasat Pendidikan, ARRUZZ Media.
Jacques Delors, 1996, “Learning: The TreasureWithin” dikutip dari Ali MuhdiAmnur(ed),Konfigurasi Politik Pendidikan Nasional,Pustaka Fahima, Yogyakarta, 2007.
M Sirozi, Politik pendidikan, “ Dinamika HubunganAntara kepentinganKekuasaan dan PraktikWajib Belajar 12 Tahun” , 2005, RajaGrafindo Persada..
Morin, Edgar, 2005, Tujuh Materi Penting BagiDunia Pendidikan, Yogyakarta: Kanisius.
Kartono, Kartini, 1997, Tinjauan Holistik MengenaiTujuan Pendidikan Nasional,Jakarta:Pradnya Paramita.
Soedijarto, 2008, Landasan dan Arah pendidikanNasional Kita, Jakarta : PT KompasMediaNusantara.
Ishaq, Isjoni, 2006. Membangun Visi Bersama“AspekAspek Penting DalamReformasiPendidikan”.Jakarta : YayasanObor Indonesia.
Marhaendra Wija Atmaja, 2014, “Metode PenelitianHukum dalam Penyusunan NaskahAkademik Rancangan Peraturan Perundangundangan”, Denpasar: Progran StudiMagister Ilmu Hukum Program PascaSarjana Universitas Udayana, hlm. 12.Risalah ini merujuk pada SoelistyowatiIrianto, 2012, “Memperkenalkan kajian sosiolegal dan implikasi metodologisnya”, dalamAdriaan W. Bedner, dkk (Eds.), KajianSosioLegal, Denpasar: Pustaka Larasan;dan Soelistyowati Irianto, 2011, “PraktikPenelitian Hukum: Perspektif Sosiolegal”,dalam Soelistyowati Irianto dan Shidarta,(Eds.), Metode Penelitian Hukum: Knstelasidan Refleksi, Jakarta: Yayasan Pustaka OborIndonesia.
Sudikno Mertokusumo, 1996, Mengenal Hukum,Liberty, Yogyakarta.
Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum,Prenada Media, Jakarta.
Riduan, 2004, Metode& Teknik Menyusun Tesis,Bina Cipta, Bandung.
Rudy, dan Budiyono, 2014, Konstitusi Dan HAM ,Bandar Lampung, Justice Publisher..
Syaeful Sagala, 2009, Administrasi PendidikanKontemporer, Bandung, Alfabeta.
JurnalAsep Tapipi Yani, “Wajar” Kebijakan Publik Untuk
Pendidikan Orang Miskin, Bandung: AnggotaIKAPI.
Jimly Asshiddiqie, 2010, “Gagasan Negara HukumIndonesia”, Jurnal. Volume III.
Internet Bali Post portal berita, www.balipost.com/news/2017/07/04/.../PergubPPDBSMASMKNegeri,Calon...html, diakses tanggal 10Oktober 2017
Direktorat Pembinaan SMK, Direktorat JendralPendidikan Dasar dan MenengahKementerian Pendidikan dan Kebudayaan,https://psmk.kemdikbud.go.id/.../kemdikbudupayakanwajibbelajar12tahunmelal...,diakses tanggal 11 Oktober 2017
https://orinaru.wordpress.com/2012/10/08/penegakanhakasasimanusiahamdiduniapendidikanindonesia/, diakses pada 10102017.
Mahfud MD, http://aceh.tribunnews.com/2012/09/03/pendidikanhakkonstitusional, diaksespada 5102017.
Kompas.com13/01/2015.Faiq yahyah, 2018, https://medium.com/.../
permendikbudno14tahun2018zonasisekolahatauzonasi...diakses tanggal 1agustus 2018.
Anonimus, https://www.liputan6.com › Regional ›Bali Nusra, diakses tanggal 3 agustus 2018
Peraturan Perundang-undangan2. Undangundang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional.3. Tap MPR No.9 tahun 2007 Tentang anggaran
dana Pendidikan4. Undangundang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
Otonomi Daerah5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2007
tentang Pembagian Kewenangan AntaraPemerintah Pusat dan Daerah Otonom.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005tentang Standar Nasional Pendidikan.
7. Peraturan Menteri Pendidikan Dan KebudayaanRepublik Indonesia Nomor 19 Tahun 2016Tentang Program Indonesia Pintar.
8. Permendiknas No 17 Tahun 2017 tentangProsedur dan Tata Cara Penerimaan PesertaDidik Baru Tahun Ajaran 2017/2018
9. Peraturan Gubernur No. 40 Tahun 2017 tentangWajib Belajar 12 tahun di Provinsi Bali.
10.Permendikbud Nomor 14 Tahun 2018 tentangPenerimaan Peserta Didik Baru Taman KanakKanak (TK), Sekolah Dasar (SD), SekolahMenengah Pertama (SMP), Sekolah MenengahAtas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan(SMK), atau Bentuk Lain yang Sederajat.
Top Related