Download - Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

Transcript
Page 1: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

VOL III Nomor 2 Juni 2008

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi(STIE) PGRI DewantaraJombang

EKSISJurnal riset ekonomi dan bisnis

Page 2: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

JURNAL EKSISSEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI

PGRI DEWANTARA JOMBANGVOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008

DAFTAR ISI

Peranan Sosial dan Ekonomi Auditing Dalam Peningkatan Good Corporate Governance (GCG)

Rachyu Purbowati

Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Masyarakat Dalam Keputusannya Menjadi Nasabah Di Perum Pegadaian Syari'ah Sidoarjo.

Dina Eka Shofiana

Evaluasi Atas Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban Sebagai Dasar Penilaian Prestasi Departemen Produksi Pada Perusahaan Rokok PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan”

Nurdiana

Hubungan Antara Motivasi Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Pada PT. Suzuki Finance Indonesia Cabang Surabaya “

Wiwin IndahyaniRita Mutiarni

Pengaruh Pengumuman Deviden Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia

Dwi Ermayanti S

Analisis Perilaku Konsumen Dalam Melakukan Pembelian Produk Furnitur B-Stylish di Toko Prambanan Jombang

Siti ZuhrohAgung Budi

Studi Perilaku Konsumen Produk Furniture Di JombangAbd. Rohim

Analisis Ratio Keuangan Untuk Menilai Kinerja Pada Perusahaan Automotive And Allied Products Di Bursa Efek Indonesia

Yuniep Mujati S

Page 3: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

Jurnal Riset Ekonomi dan Bisnis EKSIS Volume III Nomor 2, Juni 2008, yang diterbitkan oleh

STIE PGRI Dewantara Jombang hadir dengan memuat sejumlah artikel pilihan, baik artikel konseptual

maupun artikel laporan hasil penelitian.

Jurnal EKSIS ini dapat terbit karena adanya komitmen pemimpin STIE PGRI Dewantara

Jombang dan kerjasama berbagai pihak, untuk itu ucapan terima kasih kami sampaikan. Penulis artikel

dalam terbitan kali ini tidak hanya dari kalangan internal maupun eksternal. Semoga misi utama jurnal ini

sebagai media informasi dan komunikasi dapat tercapai.

Semoga kehadiran jurnal ini bermanfaat bagi kita semua.

Jombang, 2008Ketua Jurnal Riset Ekonomi dan BisnisEKSIS

KATA PENGANTAR

Page 4: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

Peranan Sosial dan Ekonomi Auditing Dalam Peningkatan Good Corporate Governance (GCG)

Rachyu Purbowati

AbstractFinancial information presented as the company can not be trusted as such by the community because of the inherent privacy interest in the report. So that the community requires that independent third parties that act as "disease" that will review the fairness, truth, to accurate information to the public. This is important to protect the public from information that is not true or false about the company. Usually they are given, or believed by the public trust to do this function is a public accountant or independent accountants who manage and control is also done by the public either through the government, particular institutions, organizations, communities,professions. In fact in this context the independent accountants have the implicit "social contract" with society. Provide greater confidence in public accountants to represent to the review and provide a report to the public testimony on the information reported

Pendahuluan

Peran akuntan independent dalam penegakan

Corporate governance sangat besar. Namun, peran

tersebut tidak akan berjalan bila tidak didukung

governance dari profesi akuntan dan kemauan dari

manajemen perusahaan atas terpenuhinya

independensi dan transparasi. Sebaliknya peran

akuntan hanya menjadi suatu kepatuhan yang

dipenuhi karena undang-undang tapi tidak memberi

nilai tambah bila opini yang diberikan tidak dapat

diandalkan oleh publik. Dengan peran yang penuh,

akuntan independent tidak lagi menjadi kambing

hitam bagi keraguan publik bahwa kegagalan suatu

perusahaan disebabkan oleh kekurangan yang tidak

terdeteksi oleh akuntan tapi karena kesalahan dalam

pengambilan keputusan bisnis.

Erik (2005) Akuntan independent memegang

peranan penting dengan alasan : Agency Theory,

pihak yang berkepentingan dalam transaksi keuangan

dan bisnis sangat komplek, interaksi antara agen dan

prinsipan terkadang saling bertentangan. Moral

hazard, manajemen sebagai pengelola perusahaan

memiliki kepentingan yang tidak selalu selaras

dengan pemilik perusahaan, penyalahgunaan

wewenang, ataupun penggelapan dalam dalam

perusahaan kerap dilakukan.

Tidak dapat disangkal auditing tidak dapat

terlepas dari lingkungan dan masyarakat dan tidak

dapat disangkal pula bahwa secara tidak langsung

dunia saat ini dikuasai oleh konglomerat atau

perusahaan multinasional. Tidak terasa pemerintah,

masyarakat bahkan pola fikir kita juga sudah

dipengaruhi oleh cara berfikir kapitalis yang

menguasai perusahaan multinasional itu. Perusahaan

ini tentu harus juga memiliki tanggungjawab kepada

masyarakat sehingga dia harus meminimalkan

munculnya social cost dan memaksimalkan

munculnya social benefit. Salah satu media

pertanggungjawaban perusahaan kepada masyarakat

adalah melalui laporan keuangan. Laporan keuangan

ini disusun dengan menggunakan standar akuntansi

yang ditetapkan oleh suatu lembaga resmi baik

pemerintah maupun organisasi profesi. Standar ini

disusun bukan hanya memperhatikan kepentingan

perusahaan, pemilik, investor tetapi juga kepentingan

pemerintah dan masyarakat. Maka itu auditing tidak

terlepas pada lingkungan

Laporan keuangan selaku informasi yang

disajikan perusahaan tidak bisa dipercaya begitu saja

oleh masyarakat karena kepentingan pribadinya yang

melekat dalam laporan itu. Sehingga masyarakat

membutuhkan pihak ketiga yang independent yang

berfungsi selaku “penyakit” yang akan memeriksa

kewajaran , kebenaran, ke akuratan informasi yang

disampaikan kepada masyarakat. Hal ini penting

untuk melindungi masyarakat dari informasi yang

tidak benar atau palsu tentang perusahaan itu. Padahal

informasi ini sangat mempengaruhi perilaku

masyarakat yang membaca nya.

Biasanya mereka yang diyakini atau diberi

Rachyu Purbowati, Dosen STIE PGRI Dewantara Jombang

3

Page 5: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

kepercayaan oleh masyarakat untuk melakukan fungsi

ini adalah akuntan publik atau akuntan independent

yang mengatur dan pengawasannya juga dilakukan

oleh masyarakat baik melalui pemerintah, lembaga

tertentu, organisasi, masyarakat, profesi maupun

gabungannya. Pengawasan ini penting karena fungsi

ini melayani masyarakat. Sebenarnya dalam konteks

ini akuntan independent secara implisit memiliki

“social contract” dengan masyarakat. Masyarakat

memberikan kepercayaan besar terhadap akuntan

untuk mewakili nya memeriksa dan memberikan

laporan kepada masyarakat atas kesaksiannya pada

informasi yang dilaporkan. Oleh karenanya profesi ini

tidak akan eksis jika masyarakat tidak menaruh

kepercayaan terhadapnya. Jika akuntan publik ini

masih ingin dihargai oleh masyarakat maka ia harus

dapat meyakinkan masyarakat bahwa ia dapat

dipercaya. Tingkat kepercayaan ini merupakan modal

utama profesi akuntansi.

Peran sosial bagi corporate auditing juga

harus diletakkan pada konteks yang lebih luas

terhadap isu–isu umum tata kelola corporate,

berbagai mekanisme organisasional yang ada secara

eksternal dan internal untuk mengawasi dan

mengendalikan entitas corporate dan manajemennya.

Para akuntan kritis membantah bahwa laporan sosial

dan lingkungan akan meningkatkan transparansi dan

tanggungjawab, yang pada gilirannya akan

mendorong kearah meningkatnya kendali demokratis

(Gray, 1998). Sudut pandang ini tidak menyatakan

bahwa auditing mungkin benar-benar mengendalikan

Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi

pokok permasalahan adalah :

1. Bagaimana menilai laporan keuangan selaku

informasi yang disajikan perusahaan bisa

dipercaya oleh masyarakat.

2. Bagaimana menilai akuntan publik yang

independen yang bisa dipercaya oleh masyarakat.

3. Bagaimana menilai opini auditor yang bisa

dipercaya oleh masyarakat.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Memberikan tambahan gambaran tentang

dinamika yang terjadi didalam suatu perusahaan

yang berkaitan dengan laporan keuangan

2. Memberikan kepercayaan kepada masyarakat

tentang indepensi dari seorang aditor

3. Menberikan keyakinan terhadap masyarakat

tentang opini yang dibuat oleh seorang auditor

4. Memberikan kontribusi untuk masyarakat dalam

menilai auditor supaya lebih baik lebih

independen.dan lebih dipercaya.

Pembahasan

Peran Ekonomi Auditing

Hubungan manusia menghasilkan keputusan-

keputusan dan tindakan-tindakan ekonomi,

bagaimanapun, mencakup beberapa urutan doubt,

uncertainty, verification, assurance dan comfort yang

ditunjukkan dalam konteks sosial. Banyak dari

aktivitas manusia yang dikembangkan dalam

masyarakat dapat diobsevasi konsekuensi

ekonominya. Hubungan yang ditetapkan manusia

pada tingkat individual atau organisasional secara

bentuk menghasilkan pengaruh yang dapat

diidentifikasi dan bentuk pengukuran manfaat

ekonomi dan dikaitkan dengan biaya.

Peran ekonomi auditor adalah bertindak

sebagai agen lebih lanjut untuk pemilik (dan mungkin,

kelompok lain) dalam situasi dimana ada insentif

kontrak untuk melengkapi seperti suatu audit (Antle,

1982). Keberadaan Audit membantu dalam

menghindari konflik kontraktual potensial antara

manajemen entitas dan pemiliknya dan kepentingan

eksternal lain yang akan dirugikan secara ekonomi.

Peran ekonomi dari auditing merupakan salah satu

satu penyampaian Wallace ( 1985) dalam konteks

teori agen dalam lingkungan yang tak diatur dan yang

diatur. Dia menguraikan audit berfungsi sebagai suatu

layanan ekonomi, dan membantah arti penting

his tor isnya a tas dasar pengamatan akan

keberadaannya dari waktu ke waktu dalam

lingkungan ekonomi yang tidak diatur. Argumentasi

Wallace mempunyai kaitan dengan peran ekonomi

auditing dari perspektif kepentingan diri peserta

dalam perilaku ekonomi yang terorganisir. Dia juga

mengartikulasikan statemen berkenaan dengan

masalah ekonomi yang lebih umum dan peran

auditing.

Pertama, dia melihat auditing tingkat

keandalan informasi keuangan, dengan begitu

membantu mengurangi resiko yang berhubungan

dengan pengambilan keputusan ekonomi. Kedua, dia

4 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008

Page 6: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

mempertimbangkan berbagai manfaat lain ekonomi

dari aktivitas audit sebagai contoh, pencegahan

penipuan dan penyalahgunaan lain, dan pemenuhan

dengan peraturan ; meningkatkan sistem kontrol dan

informasi, dan efisiensi operasi; membantu dalam

menaksir capaian managerial dan organisatoris; dan

mengakses satuan pelaporan dasar pelanggan , dan

ketetapan dari layanan yang lain.

Fungsi Audit Yang Efektif

Fungsi auditing sejak awal sampai saat ini

telah melalui berbagai perkembangan dan proses

sesuai kebutuhan dan tuntutan lingkungan dan

masyarakat. Bailey (1979) menyatakan bahwa tujuan

audit pada awalnya adalah bertujuan untuk mencari

kesalahan, kecurangan, pedoman, kemudian tujuan

pedomannya hilang, baru kemudian menyatakan

kebenaran dari neraca dan laba rugi, kemudian sejak

tahun 1930 bertujuan merumuskan suatu pendapat

tentang kewajaran laporan keuangan.

Auditing menurut Konrath (2002) adalah

sebuah proses yang sistematis yang bertujuan untuk

mendapatkan dan menilai bukti atas pengakuan

tentang kegiatan dan kejadian ekonomis untuk

memastikan tingkat kesesuaian antara pengakuan dan

kriteria yang ditetapkan dan mengkomunikasikan

hasil kepada pihak lain yang berkepentingan.

Sedangkan proses auditing adalah kegiatan yang

dilakukan oleh seorang auditor untuk mengumpulkan

bukti melalui berbagai cara sehingga ia memiliki

keyakinan untuk menyatakan pendapat atas

kewajaran laporan keuangan yang disajikan

manajemen.

Fungsi Internal Audit harus menjelaskan

misi, wewenang, kewajiban, dan tanggung jawab

fungsi internal audit. Dan juga harus mempunyai staf

yang kompeten, peningkatan kompetensi auditor

secara signifikan dilakukan melalui program

sertifikasi profesi, baik tingkat nasional maupun

internasional.

Kesimpulan auditor bukan bukti tetapi

keyakinan terhadap kecukupan bukti. keyakinan ini

adalah hasil dari pemahaman professional dari

seorang auditor yang memiliki persyaratan antara lain

seperti yang diatur dalam standar umum diatas,

kompetensi, logika, sikap tidak memihak, bebas dari

segala kepentingan, dan bekerja secara hati-hati dan

selalu menggunakan cara due care yang dipadu oleh

kamampuan profesional dan sikap, tingkah laku

sesuai kode etik. Saat ini sayangnya menurut

Bambang Sudibyo (2001) sikap ideal ini sudah

diredusir menjadi hanya sebatas “Bukti Mati” .

akibatnya profesi akutansi kehilangan integritasnya

dimata sebagian besar masyarakat, sehingga nantinya

suatu saat bisa mengakibatkan putusnya kontrak

sosial yang disepakatinya dengan masyarakat secara

alamiah. Hal ini harus selalu dijaga oleh pemerintah,

badan profesi dan auditor sendiri. Maka dalam

konteks ini auditing harusnya didukung oleh moral

agama yang kuat pasti akan semakin relevan. Profesi

auditor harus bermodalkan reputasi, integritas,

moralitas, etika dan independensi. Profesi ini adalah

profesi terhormat sehingga aspek moralnya lebih

utama, sedangkan keahlian tehnis sebenarnya

sekunder (Woolf, 1990).

Usaha Dalam Peningkatan Good Corporate

Governance

Usaha untuk peningkatan Corporate

Governance sudah muncul sedikitnya empat area.

Menurut Baker, R.C., & Owsen, D.M. (2002) didalam

Area pertama melibatkan struktur organisasi dewan

direktur ( O'Sullivan, 2000). Sebagai contoh,

pembatasan harus ditempatkan pada banyaknya wakil

manajemen pada dewan direktur. Area kedua

melibatkan peran panitia audit dan membatasi

keanggotaan panitia audit ke para direktur mandiri (

Rosenstein& Wyatt, 1990). Area yang ketiga

melibatkan seleksi auditor eksternal oleh panitia audit

dewan direktur ( Cohen et Al., 2000). Area yang

keempat melibatkan pengurangan perbedaan antara

kompensasi CEO dan kompensasi rata-rata karyawan

dalam perusahaan ( Colvin, 2001).

Sebagai konsekuensi, kita membantah bahwa

ada suatu kebutuhan untuk mekanisme tambahan

untuk meningkatkan Corporate Governance.

Mengenai ini, kita menyatakan bahwa perhatian lebih

lanjut harus diberikan untuk meningkatkan peran

auditing di dalam Corporate Governance.

Salah satu usaha peningkatan GCG menurut

(Restianti,2005) adalah pengawasan profesi dan

independensi akuntan. Pengawasan profesi dapat

meningkatkan kepatuhan atas kode etik dan norma

5

Page 7: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

profesi (Joseph Fan, 2002). Siapapun yang melakukan

pengawasan haruslah mampu mendisiplinkan

anggota profesi. Governance yang baik dalam

organisasi memang harus dimulai dari diri sendiri

yaitu integritas dan komitmen yang tinggi untuk

menjalankan tugas dengan standar, norma dan kode

etik yang berlaku. Begitu juga independensi mutlak

harus dipenuhi untuk meningkatkan Good Corporate

Governance

Simpulan

Akuntan mempunyai peranan disemua

prinsip CG. Namun demikian, prinsip yang

berhubungan langsung dengan profesi akuntan adalah

prinsip transparasi (transparency). Prinsip ini

merupakan bagian penting dari upaya untuk

melindungi kepentingan dari berbagai pihak yang

berkepentingan dengan korperasi, termasuk

pemegang saham.

Akuntan independent secara implisit

memiliki “social contract” dengan masyarakat.

Masyarakat memberikan kepercayaan besar terhadap

akuntan untuk mewakilinya memeriksa dan

memberikan laporan kepada masyarakat atas

kesaksiannya pada informasi yang dilaporkan. Begitu

juga Peran ekonomi, auditor adalah bertindak sebagai

agen lebih lanjut untuk pemilik (dan mungkin,

kelompok lain) dalam situasi dimana ada insentif

kontrak untuk melengkapi seperti suatu audit.

Usaha untuk peningkatan Corporate

Governance ada sedikitnya empat area. Area pertama

melibatkan struktur organisasi dewan direktur, Area

kedua melibatkan peran panitia audit dan membatasi

keanggotaan panitia audit ke para direktur mandiri.

Area ketiga melibatkan seleksi auditor eksternal oleh

panitia audit dewan direktur. Area keempat

melibatkan pengurangan perbedaan antara

kompensasi CEO dan kompensasi rata-rata karyawan

dalam perusahaan.

6 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008

Page 8: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

Baker, R.C., & Owsen, D.M. (2002). Increasing the

Role of Auditing in Corporate Governance.

Critical Perpectives on Accounting, 13, 783-

395.

Bailey, Larry P (1979) Contemporary Auditing,

Harper & Row Publisher New York

Doost, R.K. (1997). Viewpoint: Ethical Standards or

Accounting Standards for Developing

Countries: which one should come first?

Managerial Auditing Journal, 12(9), 506-

508.

Erick (2005). Quo Vadis? Internal Audit BUMN.

Media Akuntansi, 46(12/06) , 40-41.

Ezzamel, M., & Willmott, H. (1993). Corporate

Governance and Financial Accountability;

Recent Reform in the UK Public Sector.

Accounting, Auditing and Accountability

Journal, 6(3), 109-132.

Fan, Joseph P.H, et all (2002), Do Eksternal Auditor

Perform a Corporate Governance Role in

Emerging Market? Evidence in East Asia

Fogarty, T.J., Mohammed E.A.H & J. Edward K.

1994. Political Aspects of Financial

Accounting Standard Setting in the USA.

Accounting, Auditing and Accountability

Journal, 7(4) , 22-46.

7

Hastuti, T.D. (2005). Hubungan antara Good

Corporate Governance dan Struktur

Kepemilikan dengan Kinerja Keuangan.

Makalah disampaikan pada SNA VIII, Solo,

15 – 16 Sepetember.

Konrath, Larry F (2002), Auditing, A Risk Analysis th

Approach, 5 Edition, South-Western,

Cincinnati, Ohio.

Mautz, R. K., & Sharaf, H.A. (1961). The Philosophy

of Audit ing . American Accounting

Association. Florida.

Power, M.K. (2003). Auditing and the Production of

Legitimasi. Accounting, Organizations and

Society, 28, 379-394.

Safriliana,Retna (2003). Peran Akuntan Pemerintah

Sebagai Upaya Menciptakan GCG di

Perusahaan Publik. Media Akuntansi,

34(07/10) , 68-70.

Restiati, Heli (2005). Akuntan Independen dan Good

Corporate Governance. Media Akuntansi,

36(10/11) , 65-67.

Lee, T. (1993). Corporate Accounting Theory.

Chapman & Hall. London

Wolf, Emile(1990), Auditing Today, Forth Edition,

Prentice Hall, New York.

DAFTAR PUSTAKA

Page 9: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MASYARAKAT

DALAM KEPUTUSANNYA MENJADI NASABAH DI PERUM PEGADAIAN

SYARI'AH SIDOARJO".

Dina Eka Shofiana

AbstractKnowing consumer behaviour is one important thing for company in order to be able to serve their consumers well, even more than they want, to get the last goal that is still to be a choice for its consumers who give profit for company. The research which held in Perum Pegadaian Syariah Sidoarjo showed that from several variable influencing consumer to come to company, variable : Marketing Mix, Reference, and Psychology are the most dominant.

Key words: Consumer behaviour, marketing mix, reference, psychology.

Konsumen sangat beraneka ragam dalam suatu

kelompok kehidupan, baik itu usia, pendapatan,

tingkat pendidikan dan mobilitas maupun seleranya.

Oleh karena itu pengambilan keputusan (decition

maker) baru kemudian dengan kebutuhan mereka.

Umumnya perusahaan tersebut yang bertujuan untuk

mendorong seseorang mengadakan pembelian barang

atau jasa yang dihasilkan.

Dengan mempertimbangkan konsumen

melakukan tindakan pembelian terhadap suatu barang

tertentu, maka perusahaan harus mempelajari dan

menyelidiki mengapa seseorang memilih untuk

membeli barang tersebut. Disamping itu juga harus

diperhatikan bahwa seseorang mengadakan

pembelian terhadap barang atas pertimbangan yang

irasional. Atas dasar hal-hal tersebut di atas maka

perusahaan mengerti perilaku konsumen sebelum

memasarkan barang produksinya.

Perilaku konsumen secara umum dapat

dipengaruhi oleh berbagai faktor dan faktor-faktor itu

baik secara individu maupun secara bersama-sama

dapat berpengaruh terhadap keputusan seseorang

melakukan pembelian, baik dalam memilih produk

atau jasa. Penentuan saat bertransaksi maupun tempat

dimana harus transaksi. Oleh karenanya perusahaan

harus mengetahui bagaimana perilaku konsumen

dalam memilih suatu jenis produk atau jasa yang

paling disukai dan diminati oleh masyarakat.

Disamping itu perusahaan dituntut untuk mengetahui

respon atau tanggapan konsumen terhadap produk

atau jasa yang ditawarkan. Mengingat betapa

pentingnya konsumen terhadap produk dan jasa

pegadaian, maka pihak Perum Pegadaian menjawab

keinginan sebagian konsumen muslim di Indonesia,

untuk melaksanakan transaksi pinjam-meminjam

yang bebas dari unsur riba. Perum pegadaian sebagai

lembaga keuangan yang bergerak di sektor usaha

penyaluran pinjaman secara gadai yang didasarkan

pada penerapan prinsip syari'ah Islam dalam transaksi

ekonomi.

Gadai Syari'ah (Rohn) adalah produk jasa gadai

yang berlandaskan pada prinsip-prinsip syari'ah

dengan mengacu sistem administrasi modern. Gadai

Syari'ah (Rohn) dalam hukum Islam dilakukan secara

sukarela atas dasar tolong menolong dan tidak untuk

mencari keuntungan, sedangkan gadai menurut

hukum Perdata disamping berprinsip tolong-

menolong juga menarik keuntungan melalui sistem

bunga atau sewa modal yang diterapkan di muka.

Dalam Hukum Islam tidak dikenal istilah "Bunga

Uang" dengan demikian dalam transaksi gadai

syari'ah tidak dikenakan tambahan pembayaran atas

pinjaman yang diterima, namun demikian masih

dimungkinkan bagi penerima gadai untuk

memperoleh imbalan berupa sewa tempat

penyimpanan barang jaminan.

Berdasarkan SE No 3350/US-09.00/2005 maka

penulis memahami betapa pentingnya pemahaman

Dina Eka Shofiana, Dosen Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang

8

Page 10: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

tentang perilaku konsumen yang mempengaruhi

dalam keputusannya untuk menjadi nasabah di Perum

Pegadaian Syari'ah di Sidoarjo, maka peneliti

mengambil judul " Seiring dengan pembukaan cabang

Pegadaian Syari'ah di Sidoarjo pada bulan Mei 2005

yang mana dengan pertambahan baik nasabah dan

konsumen yang telah mencapai 17,45%.

TINJAUAN PUSTAKA

Pemasaran

Alex S. Nitisemito, mengemukakan :

"Pemasaran adalah suatu kegiatan yang bertujuan

untuk memperlancar arus barang dan jasa dari

produsen ke konsumen secara paling efektif dan

maksud untuk menciptakan permintaan efektif".

(Nitisemito Alex S. 1982. hal 13).

Philip Kotler mengemukakan :

"Pemasaran adalah kegiatan manusia yang

diarahkan untuk memuaskan kebutuhan dan

keinginan melalui proses pertukaran".(Kotler Philip.

1984. hal 5)

Konsep Pemasaran

Ditinjau secara definisi, konsep pemasaran

dapat dikatakan bahwa :

“Konsep pemasaran adalah sebuah falsafah bisnis

yang mengatakan bahwa pemuasan kebutuhan

konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi

kelangsungan hidup".(DH Swastha Basu dan Irawan.

1991. hal 10)

Philip Khotler mengemukakan :

"Konsep pemasaran adalah terdiri dari penentuan

kebutuhan dan keinginan secara efektif dan lebih

efisien dari yang dilakukan para pesaing". (Kotler

Philip. Hal 21)

Konsep pemasaran cenderung menekankan bahwa

semua kegiatan perusahaan harus diarahkan pada

penemuan pemuasan terhadap kebutuhan atau

keinginan konsumen. Bagi pengusaha yang mengenal

pemasaran merupakan faktor terpenting untuk

mencapai sukses perusahaan. Karena akan

mengetahui adanya cara dan falsafah baru untuk

memasarkan hasil produknya.

Secara singkat konsep pemasaran berorientasi

pada kebutuhan dan keinginan konsumen yang

didukung oleh usaha pemasaran yang terpadu dan

diarahkan pada terciptanya kepuasan konsumen

sebagai kunci untuk memenuhi tujuan-tujuan

organisasi.

Oleh karena itu perusahaan yang memutuskan

untuk beroperasi dalam pasar yang luas perlu

mengidentifikasikan segmen pasar yang paling

menarik atau menguntungkan sehingga dapat dilayani

secara efektif.

Pemasaran Jasa

Pemikiran pemasaran pada mulanya

berkembang dari penguatan produk fisik, sementara

itu pertumbuhan jasa yang luar biasa telah menjadi

salah satu megatren utma. Hal ini mendorong

timbulnya perhatian dalam masalah-masalah

pemasaran jasa. Banyak bisnis jasa yang tidak

menggunakan teknik manajemen atau pemasaran

formal. Dalam bisnis produk, produk tersebut hampir

standar dan terpanjang dirak, menunggu pelanggan

untuk mengambilnya, membayar dan pergi dalam

bisnis jasa membutuhkan pemasaran eksternal,

pemasaran internal dan interaktif pemasaran eksternal

menggambarkan pekerjaan normal yang dilakukian

perusahaan untuk menyiapkan, menetapkan harga,

mendistribusikan dan mempromosikan jasa itu

kepelanggan. Pemasaran internal menggambarkan

pekerjaan yang dilakukan perusahaan untuk melatih

dan memotivasi karyawannya agar melayani

pelanggan dengan baik. Pemasaran interaktif

menggambarkan keahlian karyawan dalam melayani

pelanggan.

Jasa

Menurut Kotler (2000 : 98),

Jasa adalah sikap tindakan atau kegiatan yang

dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain,

pada dasarnya tidak berwujud atau tidak

mengakibatkan kepemilikan. Produksi jasa bisa

bersamaan dengan produk fisik maupun tidak.

Sedangkan Payne (1993 :28) menyatakan

bahwa sebuah jasa merupakan aktivitas di mana

mempunyai banyak elemen yang tidak tampak yang

9

Page 11: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

berkaitan dengan hal tersebut, yang melibatkan

banyak interaksi dengan konsumen atau dengan sifat-

sifat di dalam kepemilikannya, bukan hasil dalam

transfer kepemilikan. Sebuah perubahan dalam

kondisi mungkin mengakibatkan atau tidak

mengakibatkan produksi jasa berkaitan erat dengan

produk fisik.

Perum Pegadaian Syari'ah Sidoarjo, sangat berkaitan

dengan produk jasa sebelum konsumen masuk proses

pelayanan. Beberapa bagian dari jasa mungkin

disiapkan terlebih dulu seperti sarana fisik (gedung,

etalase, kursi tunggu, mesin hitung, komputer dll)

sebelum konsumen memasuki proses pelayanan jasa,

sehingga bagian penting dari jasa berada pada

interaksi dengan para konsumen dan keberadaan dari

jasa. Barang-barang yang bersifat fisik terlebih dulu

diproduksi oleh pabrik kemudian jasa diproduksi di

dalam proses dimana konsumen berinteraksi dengan

sumber-sumber produksi dari perusahaan jasa.

(Gronroos, 1998 : 112).

Tawaran perusahaan kepasar biasanya

mencakup beberapa jasa dapat merupakan bagian

kecil atau bagian utama dari total penawaran. Bahkan

penawaran itu dapat berkisar dari barang murni disatu

pihak ke jasa murni dipihak lain.

Menurut Kotler (1994 : 549) penawaran dapat

dibedakan menjadi lima kategori :

1. Barang berwujud murni, disini penawaran hanya

terdiri dari barang berwujud, tiak ada jasa yang

menyertai produk itu.

2. Barang berwujud yang disertai jasa, disini

penawaran hanya terdiri dari barang berwujud

yang disertai dengan satu atau lebih jasa untuk

mempertinggi daya tarik konsumennya

3. Campuran. disini penawaran hanya terdiri dari

barang dan jasa dengan proporsi yang sama.

4. Jasa utama yang disertai barang dan jasa

tambahan, disini penawaran hanya terdiri dari jasa

utama dengan jasa tambahan atau barang

pelangkap.

5. Jasa murni, disini penawaran hanya terdiri dari

jasa.

Pemasaran Jasa.

Menurut Buchari Alma, ( 1998 : 89) pengertian

dari pemasaran jasa yakni :

“ Suatu kegiatan atau tindakan yang dapat

ditawarkan oleh produsen kepada konsumen,

dimana produk yang ditawarkan dapat berbentuk

tidak berwujud atau berwujud bagi konsumen yang

menginginkannya “

Perilaku Konsumen

Konsumen sangat beraneka ragam dalam suatu

kelompok kehidupan, baik itu usia, pendapatan,

tingkat pendidikan dan mobilitas maupun seleranya.

Umumnya perusahaan barang dan jasa ingin

memahami dari kebutuhan tersebut bertujuan untuk

mendorong seseorang mengadakan pembelian barang

atau jasa yang dihasilkan.

Dengan mempertimbangkan konsumen

melakukan tindakan pembelian terhadap suatu barang

tertentu, maka perusahaan harus mempelajari dan

menyelidiki mengapa seseorang memilih untuk

membeli barang tersebut. Disamping itu juga harus

diperhatikan bahwa seseorang mengadakan

pembelian terhadap barang atas pertimbangan yang

irasional. Atas dasar hal-hal tersebut di atas maka

perusahaan mengerti perilaku konsumen sebelum

memasarkan barang produksinya. Arti dari pada

perilaku konsumen adalah sebagai berikut :

Perilaku konsumen (customer behavior)

didefinisikan sebagai tindakan-tindakan individu

yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan

dan mempergunakan barang-barang dan jasa.

Termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan

dalam persiapan dan penentuan pada kegiatan-

kegiatan tersebut. (Engel James F. 1995)

Perilaku konsumen dapat dirumuskan sebagai

perilaku yang ditunjukkan oleh orang-orang dalam

hal merencanakan, membeli dan menggunakan

barang-barang ekonomi dan jasa-jasa. (Winardi.

Marketing dan Perilaku Konsumen. 1991)

Kerangka Analisa Perilaku Konsumen

Bagi konsumen pembelian bukanlah

merupakan suatu tindakan saja, melainkan terdiri dari

beberapa tindakan yang meliputi keputusan tentang

10 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008

Page 12: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

jenis produk, bentuk, merk, jumlah dan waktu serta

cara pembayarannya. Untuk memahami mengapa dan

bagaimana konsumen membeli barang dan jasa

tersebut maka diperlukan analisa perilaku konsumen.

Karena dengan mengetahui kesempatan baru yang

berasal dari belum terpenuhinya kebutuhan konsumen

maka dapat dilakukan dengan beberapa tahapan.

Tahap-tahap dalam Proses Keputusan Pembelian

Menurut Philip Kotler (1995) tahap-tahap dalam

proses keputusan pembelian adalah sebagai berikut :

Pengenalan Masalah, Pencarian Informasi, Evaluasi

Alternatif, Keputusan Pembelian, Perilaku Setelah

Pembelian

Keputusan Pembelian

Proses pada pengambilan keputusan

merupakan suatu pendekatan penyelesaian masalah

pada kegiatan manusia untuk membeli suatu barang

atau jasa untuk memenuhi kebutuhan dan

keinginannya. Pendekatan pada proses pengambilan

keputusan yang memberi gambaran secara khusus

tentang mengapa konsumen berperilaku tertentu dapat

dibagi dalam dua kelompok pokok :

vMerumuskan variabel-variabel struktural

yang mempengaruhi perilaku konsumen baik

ekstern maupun intern

vMenunjukkan antara variabel-variabel

tersebut

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

konsumen menurut Berkowits, dkk (1992:117) ada

empat yaitu faktor marketing mix, sosial budaya,

psikologi dan situasi.

Model-Model Perilaku Konsumen

Model adalah sebuah tempat penyederhanaan

gambaran dari kenyataan. Perilaku konsumen

merupakan suatu yang sangat kompleks dan

kecenderungannya untuk saling berinteraksi sehingga

dikembangkan suatu model untuk mempermudah

suatu pemahaman. Beberapa model perilaku

konsumen adalah sebagai berikut :

1. Model Abraham Maslow

Konsepnya menekankan adanya suatu hirarki

dari kebutuhannya, dimana kebutuhan yang lebih

tinggi akan mendorong seseorang untuk mendapatkan

kepuasan atas kebutuhan tersebut, setelah kebutuhan

yang lebih rendah terpuaskan. (Basu Swastha dan T.

Hani Handoko, 1987). Menurut kebutuhan manusia

digolongkan pada lima tingkatan sebagaimana terlihat

di bawah ini :

1) Kebutuhan Fisiologis (makan, minum,

perumahan dan sebagainya)

2) Kebutuhan akan keselamatan (perlindungan dari

bahaya, ancaman dan pemerasan atau pemecatan

dari pekerjaannya)

3) Kebutuhan milik dan kecintaan (kepuasan

sebagai anggota kelompok, dalam menjamin

hubungan dengan orang lain, kekeluargaan dan

kesenangan serta pengakuan oleh orang lain dan

kelompok)

4) Kebutuhan akan penghargaan (reputasi, prestos,

kehormatan diri, kebutuhan akan status atau

kedudukan)

5) Kebutuhan akan kenyataan diri (penyelesaian

pekerjaan sendiri , pengembangan diri

semaksimal mungkin, aktivitas, ekspresi diri dan

melakukan apa yang paling cocok)

2. Model Engel, Eolat dan Balckwell

Model ini dikembangkan untuk mengantisipasi

faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen

yang menyebabkan terjadinya keputusan pembelian.

Model ini menggambarkan dengan jelas dari mulai

timbulnya kebutuhan sampai tahap akhir suatu

pembelian yaitu penilaian setelah pembelian.

Yang perlu diketahui bahwa walaupun masing-

masing dikembangkan tetapi tujuan pengembangn

model adalah membantu untuk mengembangkan teori

yang berkaitan dengan perilaku konsumen dan

menambah pengetahuan tentang perilaku konsumen.

Hubungan Antara Perilaku Konsumen Dengan

Strategi Pemasaran

Tujuan perusahaan yang menganut konsep

pemasaran adalah memberikan kepuasan kepada

konsumen dan masyarakat dalam pertukarannya

dalam mendapatkan laba yang diharapkan. Ini berarti

konsep pemasaran mengajarkan bahwa perumusan

strategi pemasaran, sebagai suatu rencana yang

diutamakan untuk mencapai tujuan tersebut, harus

11

Page 13: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

berdasarkan kebutuhan dan keinginan konsumennya.

Suatu strategi pemasaran bukanlah merupakan

sejumlah tindakan khusus, tetapi lebih merupakan

pernyataan yang menunjukkan usaha-usaha pokok

yang diarahkan untuk mencapai tujuan. Strategi

pemasaran ini terdiri dari unsur-unsur pemasaran

terpadu (product, price, place, promotion) yang selalu

berkembang sejalan dengan gerak perusahaan dan

perubahan-perubahan lingkungan pemasarannya

serta perubahan perilaku konsumen.

Jadi penyusunan strategi pemasaran

menyangkut proses interaksi antara kekuatan

pemasaran di dalam perusahaan dan keadaan di luar

perusahaan. Keadaan di luar perusahaan yang sangat

penting adalah perilaku konsumen, karena perilaku

konsumen mempunyai implikasi yang sangat luas

terhadap perumusan strategi pemasaran. Hal ini juga

dikarenakan bahwa strategi pemasaran menyangkut

dua kegiatan pokok, yaitu :

1.Pemilihan pasar-pasar akan dijadikan market

target, suatu bagian yang memerlukan

kemampuan untuk memahami perilaku

konsumen dan mengukur secara efektif

kesempatan pasar pada berbagai segmen pasar.

2.Merumuskan dan menyusun suatu kombinasi

yang tepat dari marketing mix agar kebutuhan

para konsumen dapat dipenuhi secara

memuaskan. Ini merupakan suatu kegiatan yang

memerlukan kemampuan untuk menilai

kebutuhan konsumen di berbagai segmen pasar

yang berlainan dan perilaku konsumen dalam

memberikan tanggapan terhadap kegiatan

pemasaran perusahaan.

Pegadaian Syari'ah

Pegadaian Syari'ah adalah produk jasa gadai

yang berlandaskan pada prinsip-prinsip Syari'ah

dengan mengacu pada system administrasi modern.

Prinsip tersebut perlu diterapkan dalam Rahn, antara

lain dalam asas rasionalitas, efisiensi dan efektivitas.

Dimana ketiga asas tersebut harus diserasikan dengan

nilai-nilai Islam, sehingga dapat berjalan seiring dan

terintegrasi dengan manajemen perusahaan secara

keseluruhan.

Rahn dalam hukum Islam dilakukan secara

sukarela atas dasar tolong menolong dan tidak untuk

mencari keuntungan. Sedangkan gadai menurut

hokum perdata disamping berprinsip tolong

menolong juga menarik keuntungan melalui system

bunga atau sewa modal yang ditetapkan dimuka.

Dalam hukum Islam tidak dikenal istilah

“bunga uang” dengan demikian dalam transaksi Rahn

(gadai syari'ah) pemberian gadai tidak dikenakan

tambahan pembayaran atas pinjaman yang

diterimanya. Namun demikian masih memungkinkan

bagi penerima gadai untuk memperoleh imbalan

berupa sewa tempat penyimpanan marhun (barang

jaminan/agunan)

Rahn menurut Inti Sari Ensikolopedi Hukuk

Islam (1999 : 1480 – 1483)

“Perjanjian penyerahan harta yang menurut

pemiliknya dijadikan jaminan hutang yang

nantinya dapat dijadikan sebagai pembayar hak

piutang tersebut, baik seluruhnya maupun

sebagiannya. Penyerahan jaminan tersebut

tidak harus bersifat legal misalkan berupa

sertifikat atau surat bukti pemilikan yang sah

dari suatu harta jaminan.

Landasan Syari'ah

ØFirman Allah

Bila kamu dalam perjalanan dan bermuamalah

tidak secara tunai) sedangkan kamu memperoleh

seorang penulis, maka hendaklah ada barang

tanggungan yang dipegang oelh yang berpiutang

(QS. Al-Baqarah (2) :283)

ØAlsyah r.a, Nabi s.a.w. bersabda

Sesungguhnya Rasulullah SAW pernah membeli

m a k a n a n s e o r a n g y a h u d i d a n n a b i

menggadaikan sebuah baju besi kepadanya (HR.

Bukhari dan Muslim)

ØAbu Hurairah ra, Nabi s.a.w. bersabda

Tidak terlepas kepemilikan barang gadai dari

pemilik yang menggadaikannya. Ia memperoleh

manfaat dan menanggung resikonya. (HR. Asy-

Syafi'I, al-Daraquthni dan Ibnu Majah)

ØNabi s.a.w. bersabda

Tunggangan (kendaraan) yang digadaikan boleh

dinaiki dengan menanggung biayanya dan

binatang ternak yang digadaikan dapat diperah

susunya dengan menanggung biayanya. Bagi

yang menggunakan kendaraan dan memerah

12 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008

Page 14: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

susu wajib menyediakan biaya perawatan dan

pemeliharaan.(HR. Jama'ah, kecuali Muslim dan

An-Nasa'I)

METODE PENELITIAN

Jenis dan Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan suatu

prosedur alat pengukur yang sistematis dan standart

untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam

penyusunan dan pengolahan data.

Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan

adalah Data Primer, yakni data yang diperoleh

langsung dari sumbernya oleh penelitian dengan

bantuan kuisioner yang telah dipersiapkan

sebelumnya.

Metode Pengumpulan Sampel

Populasi Target

Penelitian ini tidak dilakukan semua populasi,

melainkan hanya sebagian dari populasi (populasi

target). Yang dimaksud dengan populasi target dalam

penelitian ini yaitu masyarakat yang menjadi nasabah

Perum Pegadaian Cabang Syari'ah Sidoarjo

Kabupaten Sidoarjo pada tahun penelitian.

Ukuran Sampel

Persyaratan menggunakan alat analisis faktor adalah

jumlah responden paling sedikit 4 atau 5 kali jumlah

variabel (Maholtra 1993 : 25). Karena variabel yang

digunakan sebanyak 15 maka sampel yang diambil

sebanyak 5 kalinya = 75.

Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu dengan menggunakan accidental

sampling (sesuka hati). Jadi sampelnya adalah

nasabah pada saat menggadai tanpa memperhatikan

umur, jenis kelamin nasabah, pekerjaan, serta status

sosialnya karena dianggap mewakili sampel yang ada.

Penentuan Variabel

Berdasarkan dari tujuan penelitian yang dikemukakan

penulis, variabel-variabel yang akan diuji diambil dari

konsep-konsep tentang berbagai variabel yang dapat

mempengaruhi masyarakat dalam pengambilan

keputusan untuk menjadi nasabah di Perum Pegadaian

Cabang Syari'ah Sidoarjo. Pada penelitian ini diambil

variabel-variabel yang mendukung. Adapun variabel

yang dimaksud adalah sebagai berikut :

X1 = Lokasi strategis

X2 = Keamanan barang jaminan

X3 = Iklan dan promosi

X4 = Kemudahan mendapatkan dana

X5 = Pelayanan

X6 = Boleh ditebus sewaktu-waktu

X7 = Dapat diangsur

X8 = Dapat diperpanjang

X9 = Tidak harus datang sendiri

X10 = Pengaruh Teman/Keluarga/Saudara

X11 = Pegawai yang ramah

X12 = Bunga rendah dan bervariasi

X13 = Biaya penyimpanan dan asuransi

rendah

X14 = Kecintaan terhadap barang

X15 = Pengumuman Lelang

Metode Pengumpulan Data dan Instrumen

Penelitian.

Secara garis besar alat evaluasi yang digunakan waktu

mengumpulkan data dibedakan menjadi dua macam

yaitu : 1) Tes, dan 2) Non Tes (Suharsini

Arikunto,1985 : 185). Untuk memperjelas instrumen

penelitian agar lebih jelas dapat dilihat dari tabel

sebagai berikut : Untuk Instrumen penelitian pada

kantor Perum Pegadaian Cabang Syari'ah Sidoarjo

Variabel Sub VariabelBauran Pemasaran

X1 = lokasi yang strategis

X3 = Iklan dan Promosi

X5 = Pelayanan

X11 = Pegawai Ramah

X13 = Biaya penyimpanan dan asuransi rendah

X14 = Kecintaan terhadap Barang

X15 = Pengumuman Lelang

Referensi

X10 = Pengaruh Teman/keluarga/saudara

Psikologi

X2 = Rasa aman

X4 = Kemudahan Mendapatkan dana

X6 = Boleh ditebus sewaktu-waktu

X7 = Dapat Diangsur

X8 = Dapat diperpanjang

X9 = Tidak Harus Datang Sendiri

X8 = Dapat diperpanjang

X12 = Bunga rendah dan Bervariasi

Skala dan Pengukuran

Dalam penelitian ini kuisioner disusun

dalam kalimat-kalimat pernyataan-pernyataan dan

responden diminta memberikan tanggapan dengan

13

Page 15: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

memberikan x (silang) atau melingkari jawaban

tersebut.

Adapun tanggapan responden digunakan

Skala Likert yaitu skala lima (5) angka, yaitu : Sangat

setuju (skor 5), Setuju (skor 4), Tidak komentar

(skor 3), Tidak setuju (skor 2) dan Sangat tidak setuju

(skor 1)

Analisis Data

Analisis data yang penulis gunakan dalam penelitian

ini adalah model analisis faktor, yang digunakan

untuk menguji variabel yang dipertimbangkan jika

variabel-variabel tersebut dibakukan maka model

analisa faktornya adalah sebagai berikut :

Xi = Ai1F1 + Ai2F2 + Ai3F3 …. + AimFm + ViUi

Dimana

Xi : Variabel standard ke i

Aim : Koefisien multiple regression dari

variabel i pada faktor umum (Common

faktor) m

i : Jumlah variabel 1 sampel 24

F : Common Faktor / faktor umum

m : Jumlah dari faktor-faktor umum

Ui : Unique faktor / faktor khusus bagi

variabel I

Vi : Koefisien standardized regression dari

variabel i pada faktor khusus (Unique)

I

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Deskripsi Data.

Dalam penelitian ini populasi yang diambil

adalah seluruh nasabah di Perum Pegadaian Cabang

Syari'ah Sidoarjo.Teknik pengambilan sampel dalam

penelitian ini menggunakan teknik Proporsional

Random Sampling. Proporsional digunakan karena

populasi terdiri dari beberapa subpopulasi yang tidak

homogen dan tiap-tiap sub populasi akan terwakili

dalam penelitian. Random Sampling digunakan agar

semua nasabah mempunyai peluang yang sama untuk

dipilih sebagai sampel penelitian. . Populasi yang

diambil dilakukan dalam empat hari jam kerja

Hari pertama : 89 nasabah x 25% = 22 nasabah

Hari Kedua : 93 nasabah x 25% = 23 nasabah

Hari ketiga : 37 nasabah x 25% = 9 nasabah

Hari keempat : 83 nasabah x 25% = 21 nasabah

75 nasabah

Jadi sampel yang akan diambil dari populasi

dari penelitian ini adalah sejumlah 75 orang nasabah

di Perum Pegadaian Cabang Syari'ah Sidoarjo.

Karakteristik Responden sesuai dengan jenis

kelamin adalah sebagai berikut :

Jenis Kelamin

Jumlah responden

Prosentase

Laki-laki 45 60Perempuan 30 40Jumlah 75 100

Jumlah Responden

Sumber : Data diolah

Dilihat dari segi jenis kelamin, ternyata responden

laki-laki lebih banyak (60%) dari responden

perempuan (40%).

Hasil Penelitian

Data diperoleh dari lapangan diolah dengan

analisis faktor, yang merupakan serangkaian prosedur

yang digunakan untuk mengurangi dan meringkas

data. Langkah analisis faktor adalah sebagai berikut :

1. Merumuskan masalah. Dalam penelitian ini

telah ditentukan 15 variabel yang diteliti

seperti yang dijelaskan pad Bab III,

berdasarkan penelitian terdahulu, teori dan

pendapat peneliti.

2. Membuat Matriks Korelasi. Variabel-variabel

yang tidak saling berhubungan dengan

variabel lain dikeluarkan dari analisis. Hal ini

dilihat dari nilai determinan R yang

mendekati nol, nilai KMO – MSA lebih besar

dari 0,5 disini nilai KMO – MSA adalah

0,613, dan Uji Bartlett dengan signifikansi

kurang dari 0,05, disini hasilnya adalah 0,000.

dan Uji Komunalitas memenuhi syarat karena

bernilai diatas 0,5 yang menunjukkan bahwa

antara variabel mempunyai hubungan yang

erat.

14 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008

Page 16: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

KMO and Bartlett's Test

,613

1045,035

55

,000

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of SamplingAdequacy.

Approx. Chi-Square

df

Sig.

Bartlett's Test ofSphericity

Communalities

1,000 ,928

1,000 ,939

1,000 ,967

1,000 ,690

1,000 ,723

1,000 ,849

1,000 ,580

1,000 ,496

1,000 ,812

1,000 ,698

1,000 ,138

VAR00001

VAR00002

VAR00003

VAR00005

VAR00006

VAR00007

VAR00008

VAR00009

VAR00010

VAR00011

VAR00013

Initial Extraction

Extraction Method: Principal Component Analysis.

3. Menentukan jumlah Faktor. Untuk

menentukan jumlah faktor dapat didasarkan

pada eigen value, percent of variance atau

cumulative of variance. Eigen value semakin

besar maka semakin representatif faktor

tersebut mewakili sekelompok variabel.

Prosentase varian diatas 5%, maka faktor

tersebut akan ditahan dalam model, demikian

juga dengan cumulative of variance,

ketentuannya adalah minimum 60%

(Malhotra, 1996).

4. Rotasi Faktor. Dalam penelitian ini

d igunakan ro tas i var imax, karena

memberikan hasil yang lebih baik, mudah

dianalisa. Rotasi ini berfungsi untuk

menyederhanakan struktur faktor sehingga

lebih mudah untu diinterprestasikan.

5. Interprestasi Faktor. Interpretasi faktor dapat

dilakukan dengan mengelompokkan variabel

yang mempunyai faktor loading minimal

(Subha Sarma,1996), sedangkan variabel

yang mempunyai faktor loading kurang dari

0,4 dikeluarkan dari model.

No. Variabel Faktor

Eigen Value

Pct of Variabel

Cum Pct

Faktor Loading

1 X2 Faktor 1 (Bauran Pemasaran)

3,843

32,887

34,940

0,952

2 X3

0,9413 X1

0,8814 X6

0,8115 X7 Faktor 2 (Referensi)

2,484

22,773

57,525

0,8906 X10 0,7627 X9 0,5978 X5 0,5839 X8 Faktor 3 (Psikologi) 1,492 15,431 71,091 0,731

10 X11 0,73011 X13 0,522

15

Dari tabel diatas dapat dilihat ada 11 variabel

yang mempunyai faktor loading >0,5 yang tersebar

pada 3 faktor dengan total varian 71,091%. Jadi ke tiga

faktor diatas mampu menjelaskan semua varian yang

ada dalam data sebesar 71,091%.

Faktor 1 (Bauran Pemasaran)

Faktor ini merupakan faktor yang tertinggi

dalam pertimbangan nasabah di Perum Pegadaian

Cabang Syari'ah Sidoarjo, dengan eigen value

terbesar yaitu 3,843 dan mampu menjelaskan

keragaman total 32,887%. Variabel yang termasuk

didalamnya adalah:

1. Keamanan barang jaminan dengan faktor

loading sebesar 0,952

2. Iklan dan Promosi dengan faktor loading

sebesar 0,941

3. Lokasi Strategis dengan faktor loading

sebesar 0,881

4. Boleh ditebus sewaktu-waktu dengan faktor

loading sebesar 0,811

Variabel yang termasuk dalam faktor 1

memiliki faktor loading berkisar antara 0,811 sampai

0,952 dan variabel Keamanan barang jaminan

mewakili faktor 1 dengan faktor loading 0,952.

Faktor 2 (Referensi)

Faktor ini merupakan faktor tertinggi kedua

dengan eigen value sebesar 2,484 dan mampu

menjelaskan keragaman total sebesar 22,773%.

Variabel yang masuk dalam faktor ini adalah:

1. Dapat diangsur dengan faktor loading sebesar

0,890

2. Pengaruh teman/keluarga/saudara dengan

faktor loading sebesar 0,762

3. Tidak Harus datang sendiri dengan faktor

loading sebesar 0,597

Page 17: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

4. Pelayanan dengan faktor loading sebesar

0,583

Variabel yang termasuk dalam faktor 2

memiliki faktor loading berkisar antara 0,583 sampai

0,890 dan variabel dapat diangsur mewakili faktor 2

dengan faktor loading 0,890.

Faktor 3 (Psikologi)

Faktor ini merupakan faktor tertinggi ketiga

dengan eigen value sebesar 1,492 dan mampu

menjelaskan keragaman total sebesar 15,431%.

Variabel yang masuk dalam faktor ini adalah:

1. Dapat diperpanjang dengan faktor loading

sebesar 0,731

2. Pegawai yang ramah dengan faktor loading

sebesar 0,730

3. Biaya penyimpanan dan angsuran rendah

dengan faktor loading sebesar 0,522

Variabel yang termasuk dalam faktor 3

memiliki faktor loading berkisar antara 0,522 sampai

0,731 dan variabel dapat diperpanjang mewakili

faktor 3 dengan faktor loading 0,731.

Dalam penelitian ini terdapat 4 variabel yang

tidak dapat dilanjutkan dalam proses analisis faktor

yaitu Kemudahan mendapatkan dana (X4), Bunga

rendah dan bervariasi (X12), Kecintaan terhadap

barang (X14) dan Pengumuman lelang(X15). Ke 4

Variabel ini dihilangkan dari model karena nilai KMO

and Bartlett's yang terlihat dalam KMO MSA

(Measure of Sampling Adequacy) dibawah 0,50. Pada

tabel Anti Image Matrrices yang bertanda “a” ini

menandakan besaran MSA sebuah variabel. Dimana

Kemudahan mendapatkan dana (X4) nilai “a” sebesar

0,482, Bunga rendah dan bervariasi (X12) nilai “a”

sebesar 0,467, Kecintaan terhadap barang (X14) nilai

“a” sebesar 0,300 dan Pengumuman lelang(X15) nilai

“a” sebesar 0,391.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Dari segi teoritis bahwa yang mempengaruhi

keputusan nasabah untuk membeli produk dan

jasa Perum Pegadaian Syari'ah Sidoarjo, adalah

faktor Bauran Pemasaran, Referensi, dan

Psikologis,

2. Dari hasil penelitian nampak ada tiga faktor yang

menjadi pengaruh nasabah mengambilan

keputusan untuk menjadi nasabah pada Perum

Pegadaian Syari'ah Sidoarjo adalah :

§Faktor Bauran pemasaran dengan eigen

value 3,843 yang meliputi variabel :

keamanan barang jaminan dengan faktor

loading sebesar 0,952, Iklan dan Promosi

dengan faktor loading sebesar 0,941,

Lokasi strategis dengan faktor loading

sebesar 0,881 dan boleh ditebus sewaktu-

waktu dengan faktor loading sebesar 0,811

o Faktor Kelompok Referensi dengan eigen

value 2,484 yang meliputi variabel Dapat

diangsur yang strategis dengan faktor

loading sebesar 0,890, pengaruh

teman/keluarga/saudara dengan faktor

loading sebesar 0,762, tidak harus datang

sendiri dengan faktor loading sebesar

0,597, dan pelayanan dengan faktor

loading sebesar 0,583

§Faktor Psikologis Kelompok referensi

dengan eigen value 1,492 yang meliputi

variabel dapat diperpanjang dengan faktor

loading sebesar 0,731, Pegawai yang

ramah dengan faktor loading sebesar

0,730, dan Biaya penyimpanan dan

angsuran rendah dengan faktor loading

sebesar 0,522

Dengan nilai variance kumulatif sebesar 69,038%.

1. Nilai Kaiser – Meyer-Olkin (KMO) adalah

0,613 dan Bartlett test of spehricity adalah

1045,035 dengan signifikansi 0,000. Ini berarti

bahwa penggunaan alat analisis ini sesuai untuk

m e n g a n a l i s a d a n d a p a t

dipertanggungjawabkan.

2. Dari hasil analisis menunjukan besarnya

prosentase residual adalah sebesar 38% atau

16 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008

Page 18: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

sebanyak 40 residual atas dasar nilai absolut

diatas 5%. Hal ini menunjukkan bahwa model

ini memiliki ketepatan sebesar 62% pada

tingkat penyimpangan 5% atau dengan

ketepatan model adalah 62%.

Saran

Berdasarkan hasil keseluruhan dalam

penelitian, maka ada beberapa saran bagi perusahaan,

bagi Masyarakat umum dan pihak lain, yaitu:

1. Hendaknya Perum Pegadaian Syari'ah Sidoarjo

guna untuk lebih meningkatkan nasabah maka

perlu memaksimalkan Faktor Bauran Pemasaran

d ian taranya dengan cara member ikan

pengumuman lelang secara terbuka dan terjadwal

tiap bulannya dan memberikan pelayanan

walaupun nasabah tersebut hanya menanyakan

prosedur penundaan pencicilan hutangnya.

2. Selain itu faktor ke 2 yaitu faktor Referensi dimana

faktor ini merupakan faktor tertinggi kedua. Disini

p i n j a m a n d a p a t d i a n g s u r , p e n g a r u h

teman/keluarga/saudara, nasabah tidak harus

datang sendiri dan pelayanan juga merupakan

faktor yang diperhatikan oleh nasabah. agar

nasabah merasa nyaman dan puas terhadap

layanan di Perum Pegadaian Syari'ah Sidoarjo.

Dan faktor ke 2 tersebut dapat ditingkatkan dengan

cara salah satunya adalah dengan memberikan

kemudahan dalam proses penggadaian barang

walaupun pemiliknya tidak datang sendiri.

17

Page 19: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

DAFTAR PUSTAKA

Basu Swastha DH dan T. Hani Handoko. Manajemen Pemasaran Analisa Perilaku Konsumen. Liberty.

Edisi Kedua. Yogyakarta. 1987.

Joseph H. Guitlinan dan Gordon W Paul. Strategi dan Program Manajemen Pemasaran. Penerbit Erlangga.

Jakarta. 1987.

James F. Enggel, Roger D. Blockwell, Paul W. Mimard. Perilaku Konsumen. Binapura Aksara. Jakarta. 1989.

Marzuki. Metodologi Riset. Penerbit BPFE – UII. Yogyakarta. 1989.

Philip Kothler. Manajemen Pemasaran. Erlangga. Edisi V Yogyakarta. 1988.

Sutrisno Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Edisi Revisi II. Jakarta.

1993.

S. Nasution, Prof. DR, M.A. Metode Research. PT Bumi Aksara, Jakarta, 2004.

Keputusan Direksi Perum Pegadaian No. Sm-2/1/29/1990. Tentang Organisasi dan Tata Kerja Perum

Pegadaian.

Peraturan Pemerintah No. 10/1990. Tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Jawatan (Perjan) Pegadaian

Menjadi Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian.

Malhotra Naresh K. 1993. Marketing Research An Applied Orientation Prentice Hall International. Inc.

USA.

Page 20: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

EVALUASI ATAS PENERAPAN AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN SEBAGAI DASAR PENILAIAN PRESTASI DEPARTEMEN PRODUKSI PADA

PERUSAHAAN ROKOK PT. SEJAHTERA BINTANG ABADI TOBACCO PASURUAN

Nurdiana

AbstractFinancial statement is one of ways to get information about the company. From the statement, stake holder

can take the best way to do next step and it is shown from a company responsibility report. PT Sejahtera

Bintang Abadi Tobacco Pasuruan is cigarette's company which has clear and good structure in its

company. Unfortunately, the company responsibility report does not have good and standart form of a

report. Other problem is the use of controlled and uncontrolled cost still complicate hence the employer get

the problem to control who responsible in that cost

Kesuksesan pencapaian tujuan (laba yang

optimal) hanya dapat diperoleh jika semua kegiatan

dapat dilaksanakan dan diteliti dengan seksama

sampai pada tingkat biaya yang dianggarkan.

Perusahaan dituntut agar lebih meningkatkan

aktivitasnya, guna meningkatkan volume penjualan

dan berusaha menekan biaya produksi serendah

mungkin dengan tetap menjaga kualitas produk.

Dalam perusahaan kecil seorang pimpinan

m a s i h s a n g g u p m e n d e l e g a s i k a n s e n d i r i

perusahaannya dengan dibantu beberapa orang

pelaksana dan tidak akan mendelegasikan wewenang

pengembalian keputusan kepada orang lain. Dengan

demikian semakin berkembangnya suatu perusahaan

maka masalah yang dihadapi akan semakin komplek

dan memerlukan keputusan yang cepat dan tepat,

sehingga sulit bagi pemimpin perusahaan atau

manajemen puncak untuk mengatasinya sendiri.

Keadaan ini menuntut manajemen puncak untuk

mendelegasikan wewenang dalam pengambilan

keputusan tertentu kepada manajemen-manajemen

dibawahnya.

Adapun pendelegasian wewenang dalam

pengambilan keputusan-keputusan tertentu sudah

s e h a r u s n y a d i s e r t a i d e n g a n b a g a i m a n a

mengendalikannya dan bagaimana mengawasi serta

mengukur prestasi si penerima wewenang tersebut

agar sasaran, tujuan dan strategi perusahaan dapat

dilaksanakan secara efisien dan efektif.

Dalam perusahaan yang masih kecil dengan

beberapa karyawan adanya pendelegasan wewenang

dirasakan kurang perlu, hal ini disebabkan karena

pimpinan perusahaan masih dapat mengikuti dan

mengawasi secara langsung kegiatan perusahaan,

tetapi dengan seakin luas berkembangnya perusahaan,

maka diperlukan pendelegasian wewenang sesuai

dengan fungsi-fungsi penting dalam pengambilan

keputusan wewenang sesuai dengan fungsi-fungsi

penting dalam pengambilan keputusan perusahaan.

Pendelegasian wewenang harus disertai dengan

sistem pengendalian, pengawasan serta pengkuran

prestasi kerja manajer yang mendapat pelimpahan

wewenang ditambah dengan koordinasi yang baik.

Diharapkan dengan pendelegasian wewenang akan

timbul tanggung jawab biaya, karena pusat biaya ini

berkaitan erat dengan pengendalian biaya terutama

biaya produksi. Untuk mengendalikan biaya

produksi, perlu penyusunan anggaran biaya produksi.

Manajer pusat pertanggungjawaban biaya setiap akhir

periode tertentu harus membuat laporan. Pertanggung

jawaban atas realisasi anggaran yang telah dibuat

sebelumnya guna mengetahui adanya penyimpangan

(selisih) dan menelusuri penyebab dari penyimpangan

yang terjadu. Selisih tidak menguntungkan atas biaya

produksi bisa disebabkan oleh penyusunan anggaran

yang tidak sesuai dan proses produksi yang tidak

e f i s i e n , s e h i n g g a p e n y u s u n a n l a p o r a n

pertanggungjawaban menjadi kurang bermanfaat

Nurdiana, Dosen UNIVERSITAS ISLAM MOJOPAHIT

18

Page 21: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

Konsep Kuntansi Pertanggungjawaban

Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban

Akuntansi pertanggungjawaban merupakan

salah satu tipe informasi akuntantsi manajemen yang

digunakan dalam proses pengendalian manajemen.

Informasi akuntantsi manajemen menyangkut

informasi masa lalu dan informasi masa yang akan

datang, tergantung untuk apa informasi tersebut

disajikan.

Informasi akuntansi pertanggungjawaban

merupakan informasi biaya, pendapatan dan aktiva

yang dihubungkan dengan manajer yang bertanggung

jawab merupakan informasi yang penting dalam

proses pengendalian manajemen, karena informasi

tersebut menekankan hubungan antara informasi

dengan manajer yang bertanggung jawab terhadap

perencanaan dan pelaksanaannya.

Menurut Horngren (2007 : 518) adalah

sebagai berikut :

Akuntansi pertanggung jawaban adalah : sistem yang

mengukur rencana (dan a nggaran) dan tindakan

(dengan hasil aktual) dari masing-masing pusat

p e r t a n g g u n g j a w a b a n . S e d a n g k a n p u s a t

pertanggungjawaban sendiri pengertiannya adalah

satu bagian, segmen, atau sub unit dari satu organisasi,

dalam mana manajer bertanggung jawab untuk

seperangkat aktivitas yang ditentukan.

Tujuan Akuntansi Pertanggungjawaban

Menurut bambang hariadi (1992 : 108), tujuan

akuntansi biaya adalah untuk “Menentukan Jumlah

Biaya Produksi, Menentukan Penilaian Persediaan

dan Mengendalikan Tingkah Laku Biaya”

Tujuan akuntansi biaya menurut Horngren (2000 : 13)

“Menyediakan informasi yang dibutuhkan

untuk akuntansi manajemen dan akuntansi

keuangan dengan mengukur dan melaporkan

setiap informasi keuangan dan non keuangan

yang terkait dengan biaya perolehan atau

pemanfaatan sumber daya dalam suatu

organisasi”

Hampir semua sistem akuntansi biaya memenuhi

tujuan untuk menentukan besarnya biaya produksi

dan nilai persediaan, namun jika dihadapkan dengan

sistem akuntansi pertanggungjawaban yang dalam

hal ini justru menekankan perannya pada

pengendalian biaya tanpa mengurangi perhatian pada

tujuan-tujuan lain.

Dari pengertian mengenai tujuan akuntansi biaya

tersebut diatas, maka dapatlah disimpulkan bahwa

tujuan akuntansi pertanggungjawaban adalah agar

dapat ditunjuk bahwa tujuan akuntansi pertanggung

jawaban adalah agar dapat ditunjuk orang atau

kelompok orang yang bertanggung jawab terhadap

penyimpangan dari biaya dan penghasilan yang

dianggarkan dan selain itu menurut Mulyadi (1997 :

170) tentang tujuan akuntansi pertanggungjawaban

adalah untuk : Menilai kerja manajer pusat

pertanggung jawaban, Memotivasi Manajer,

Mengelola aktivitas dengan cara mengarahkan usaha

manajemen dalam mengurangi dan akhirnya

menghilangkan biaya-biaya penambah nilai dan

Memantau efektifitas program pengelolaan aktivitas

Bentuk Laporan Akuntansi Pertanggungjawaban

Menurut Bambang Hariadi (1992 : 124) prinsip yang

harus diperhatikan dalam menyusun laporan

p e r t a n g g u n g j a w a b a n a d a l a h : K o n s e p

pertanggungjawaban harus diterapkan, Prinsip

penyimpangan harus diterapkan, Angka-angka harus

disajikan dalam bentuk perbandingan Laporan

dikembangkan dalam bentuk ikhtisar, Harus disertai

keterangan yang jelas

Syarat-syarat Penetapan Akuntansi

Pertanggungjawaban

A g a r p e n e r a p a n a k u n t a n s i

pertanggungjawaban sesuai dengan yang diharapkan,

maka diperlukan beberapa persyaratan. Menurut

Mulyadi (1990 : 347) ada lima syarat untuk dapat

menerapkan sistem akuntansi pertanggungjawaban,

yaitu : a) Struktur organisasi yang menerapkan secara

tegas wewenang dan tanggung jawab tiap tingkat

manajemen, b) Anggaran biaya yang disusun untuk

tiap tingkatan manajemen, c) Pengelolaan biaya

disesuaikan dengan yang dapat dikendalikan dan

tidak terkendali oleh manajemen tertentu dalam

organisasi, d) Sistem akuntansi biaya yang

disesuaikan dengan struktur organisasi, e) Sistem

pelaporan biaya kepada manajer yang bertanggung

jawab

19

Nurdiana, EPenilaian Prestasi Departemen Produksi Pada Perusahaan RokokPT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan”

valuasi Atas Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban Sebagai Dasar

Page 22: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

Biaya Terkendali dan Biaya Tak Terkendali

Di dalam akuntansi pertanggung jawaban

setiap manager berpartisipasi dalam menyusun

anggaran biaya masing-masing, selanjutnya akan

dimintai pertanggungjawaban mengenai realisasi

anggaran tersebut. Dalam menerapkan akuntansi

pertanggung jawaban ini perlu adanya penggolongan

menurut tanggung jawab terjadinya biaya,

penggolongan biaya tersebut adalah: Biaya yang

dapat dikendalikan dan Biaya yang tidak dapat

dikendalikan

Anggaran Sebagai Pengendalian Biaya

Anggaran memberikan ukuran atas hasil-

hasil keuangan yang diharapkan perusahaan dari

aktifitas yang direncanakan, sehingga manager bisa

mengantisipasi masalah-masalah yang kemungkinan

terjadi dan cara menghindarinya, maka anggaran

dapat berfungsi sebagai alat perencanaan koordinasi

dan comprehensif, karena anggaran yang sudah

disetuji merupakan komitmen dari para pelaksana

yang ikut berperans erta di dalam menyusun anggaran

tersebut. Pengendalian pada dasarnya adalah

membandingkan antara rencana dan pelaksanaan

sehingga dapat ditentukan penyimpangan dan

pengaruhnya bagi organisasi dan unit-unitnya.

Penyimpangan tersebut digunakan sebagai dasar

evaluasi atau penilaian dan umpan balik perbaikan

masa yang akan datang. Horngren (2005 265)

menyatakan : “Dari segi penyusunan anggaran

tahunan dapat digolongkan sebagai berikut :

Anggaran tetap atau anggaran statis (fixed atau statis

budget) dan Anggaran fleksibel atau anggaran turun

naik (fleksible budget atau sliding scale budget)

Klasifikasi Biaya Yang Disesuaikan Dengan

Struktur Organisasi

Dalam akuntansi biaya, biaya digolongkan

dengan berbagai macam cara, umumnya pengglongan

biaya ini ditentukan atas dasar tujuan hendak dicapai.

Menurut Mulyadi ada beberapa cara penggolongan

biaya, yaitu : 1) Obyek Pengeluaran, 2) Fungsi Pokok

yaitu Biaya produksi, Biaya pemasaran dan Biaya

administrasi dan umum, 3) Hubungan Biaya Dengan

Sesatu Yang Dibiayai yaitu Biaya langsung dan Biaya

tidak langsung, 4) Perilaku biaya yaitu Biaya variabel,

Biaya semi variabel dan Biaya tetap

Hubungan Akuntansi Pertanggungjawaban

Dengan Proses Pengendalian Manajemen

Dasar pengendalian adalah rencana atau

planning atau pengendalian yang efektif dilakukan

bila rencana yang dibuat lebih lengkap dan terpadu.

Tanpa danya sesuatu rencana, manager akan

mengalami kesulitan untuk menentukan apakah unit

organisasinya bekerja sesuai dengan harapan.

Sedangkan menurut Anthony (1994) terjemahan dari

Agus Maulana, manajemen itu sendiri adalah :

“Semua periode prosedur dan siasat, termasuk sistem

pengendalian manajemen yang digunakan untuk

menjamin bahwa pelaksanaan sesuai dengan strategi

dan kebijaksanaan organisasi”

Akuntansi Pertanggungjawaban Sebagai Dasar

Penilaian Prestasi Pusat-Pusat

Pertanggungjawaban

Sistem pelaporan yang baik biasanya disusun

sesuai dengan struktur organisasi perusahaan.

Disamping memperlihatkan struktur organisasi

perusahaan, sistem pelaporan yang baik juga harus

memperlihatkan waktu untuk melaporkan, mengingat

waktu pembaca laporan (terutama manajemen)

amatlah terbatas. Sistem pelaporan dalam perusahaan

umumnya mengalir dari bawah ke atas artinya pusat

pertanggungjawaban yang diatas dan seterusnya pada

top manajemen. Jenis laporan yang dibuat dan

diperlukan oleh berbagai jenis perusahaan tidak

mungkin diidentifikasi dan dihitung dengan pasti

jenisnya, tetapi secara umum dalam perusahaan untuk

manajemen dapat dikelompokkan menjadi tiga

kelompok. Mas'ud Machfoeds (1993 : 199)

mengelompokkan laporan-laporan dalam perusahaan

untuk manajemen ke dalam tiga kelompok, yaitu :

Laporan Perencanaan, Laporan pengawasan dan

Laporan informasi

Pengukuran prestasi

Pengukuran prestasi dalam suatu perusahaan

adalah mutlak harus dilakukan karena dengan

pengukuran prestasi itulah para manajer dan direktur

bertanggung jawab kepada pemilik. Namun demikian

pengukuran prestasi bukanlah persoalan yang mudah,

mengingat ada bagian tertentu yang mudah untuk

20 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008

Page 23: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

diukur. Mengukur prestasi kerja seorang direktur

rasanya lebih sulit, karena hasil kerjanya tidak

kelihatan secara fisik, untuk itu diperlukan cara-cara

tertentu yang dapat diperlukan pada masing-masing

bagian secara adil.

Dalam akuntansi pertanggungjawaban

pengukuran prestasi perlu dikaitkan dengan pusat-

pusat pertanggungjawaban yang ada dalam

perusahaan. Dalam perusahaan yang relatif masih

kecil akan lebih mudah ditentukan batas nama

tanggung jawabnya dan bagian mengukur

prestasinya.

Dibawah ini akan dijelaskan pengukuran untuk pusat-

pusat pertanggungjawaban sebagai berikut :

a) Invesment center

Adalah pusat pertanggungjawaban yang

bertanggung jawab terhadap biaya, laba dan

penggunaan dan investasi. Prestasi pusat

pertanggung jawaban ini diukur dari laba

yang dihasilkan dibandingkan dengan aktiva

yang digunakan untuk menghasilkan laba

tersebut.

Kebanyakan perusahaan dalam mengukur

pusat investasi dengan menggunakan Return

On Invesment (ROI).

Tolak ukur yang dipergunakan untuk

mengukur prestasi pusat investasi menurut

Spuriyono (1991 : 163) yaitu dengan :

1) ROI (Return On Ivesment)

2) RI (Residual Income)

Kedua cara pengukuran tersebut dapat

dijelaskan sebagai berikut :

1) ROI (Return On Ivesment)

Adalah suatu alat pengukuran

prestasi pusat investasi atau

perusahaan dengan cara menentukan

besarnya ra t io l aba dengan

investasinya. Jika ROI yang

diharapkan dari suatu devisi besarnya

18% per tahun maka prestasi devisi

tersebut dinilai baik jika RPI yang

sesungguhnya kurang 18% maka

prestasinya dinilai tidak baik

demikian pula dalam mengusulkan

investasi baru, divisi tersebut

diharapkan dapat menghasilkan ROI

sebesar 18%. Pengukuran pusat

investasi menurut Spriyono (1991 :

163) adalah sebagai berikut :

a) ROI =

b) ROI = x

2) RI (Residual Income)

RI atau laba residual (laba sisa) yang dihitung

selisih antara laba sebelum pajak dikurangi

dengan biaya modal yang diperhitungkan atas

investasi yang dinamakan dalam suatu divisi

atau perusahaan. Dalam metode ini prestasi

manajer diukur dari kemampuannya untuk

menghasilkan rupiah RI yang sebesar

mungkin.

Tolak ukur cost center ini adalah : Efisiensi kerja,

Pencapaian target produksi., Kualitas produk dan

Evektifitas kerja

Tolak ukur diatas dapat digambarkan keadaannya

melalui syarat-syarat dengan cara: Menyusun laporan

produksi bulanan, Menyusun laporan pemakaian

bahan baku dan Menyusun laporan BTKL dalam

melaksanakan pengukuran dibandingkan antara

realisasi dengan anggaran di cantumkan

Sistem Akuntansi Pertanggungjawaban

Konsep akuntansi pertanggungjawaban yang

tidak kalah pentingnya adalah pengklasifikasian dan

pengkodean biaya. Biaya harus dilaporkan dan

dikumpulkan menurut jenis biaya.

Menurut Mulyadi (1990 : 362) sebagai berikut:

“Sistem akuntansi pertanggungjawaban

merupakan sistem pengelolaan informasi biaya,

dengan cara menggolongkan mencatat dan meringkas

biaya dalam hubungannya dengan tingkat-tingkat

manajemen yang bertanggung jawab atas terjadinya

biaya tujuan untuk menghasilkan informasi akuntansi

pertanggungjawaban guna pengendalian biaya.”

Selanjutnya biaya yang terjadi dikumpulkan

untuk setiap tingkat manajemen, maka biaya-biaya

21

Page 24: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

harus giolongkan dan di beri kode sesuai dengan

tingkat manajemen yang terdapat dalam struktur

organisasi, biasanya kekeringan dalam buku besar di

bagi dalam 6 kelompok : Aktiva, Hutang, Modal,

Penghasilan, Biaya dan Pendapatan biaya di luar

uasaha

METODE PENELITIAN

Definisi Operasional Variabel

1. Akuntansi Pertanggung Jawaban

Penerapan akuntansi pertanggung jawaban

yang efektif merupakan penggunaan sistem

Akuntansi pertanggung jawaban dalam

kaitannya dengan struktur organisasi dimana

dalam penerapan ini aliran informasi dalam

perusahaan akan menjadi jelas dengan

desentralisasi masing-masing bagian atau

departement.

Manajemen tingkat lebih rendah punya

kewajiban mempertanggung jawabkan

pelaksanaan wewenang tersebut kepada

manajemen atasnya. Wewenang mengalir

dari manajemen tingkat atas ke manajemen

tingkat bawah. Jadi, struktur organisasi

haruslah memuat uraian yang jelas dan tegas

serta menampilkan adanya pusat-pusat

pertanggung jawaban. Dengan demikian

terdapat 3 penerapan akuntansi pertanggung

jawaban secara tegas dan benar sesuai

prinsip-prinsip akuntansi pertanggung

jawaban.

a. Perusahaan sudah menyusun struktur

organisasi yang formal untuk menilai

tiap-tiap pusat pertanggung jawaban.

b. Perusahaan sudah menggunakan budget

sebagai alat ukur pelaksanaan.

c. Biaya bisa dipisahkan antara biaya

terkendali dan biaya tidak terkendali.

2. Prestasi Manajer Produksi

Mengukur prestasi manajer produksi

dengan cara mengevaluasi struktur

organisasi, mengevaluasi tugas dan tanggung

jawab yang selanjutnya, mengevaluasi

kinerja pusat pertanggung jawaban dengan

membandingkan antara realisasi anggaran

dan mencari penyebab penyimpangannya

sebagai dasar pemecahan masalahnya. Dalam

halini dikatakan menyimpang apabila antara

realisasi dan anggaran tidak sesuai dengan

rencana semula.

Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah data sekunder yaitu semua data, informasi

dan keterangan yang secara langsung diperoleh

dari perusahaan yang sudah di olah.

1. Data Kuantitas

a. Anggaran biaya produksi untuk tiap

manajemen dari tahun 2005 – 2008.

b. Data laporan biaya produksi pertanggung

jawaban dari tahun 2005 – 2008.

2. Data Kualitatif

Yaitu beruapa kondisi umum perusahaan

yang di dalamnya termasuk struktur

organisasi dan proses produksi.

Teknik Analisis Data

Untuk menganalisa data dilakukan

terhadap 4 syarat penerapan akuntansi

pertanggung jawaban.

1. Analisis Struktur Organisasi

Dalam menganalisa struktur organisasi ini

adalah apakah struktur organisasi sudah

menerapkan pusat-pusat pertanggung

jawaban.

2. Analisis Anggaran Biaya

Setelah diterapkan pusat-pusat biaya sebagai

pusat pertanggung jawaban dalam struktur

organisasi kemudian menganalisa apakah

pusat-pusat biaya tersebut diikut sertakan

dalam penyusunan anggaran biaya atau

penyusunan anggaran biaya hanya disusun

oleh kepala bagian dengan bantuan pihak luar

saja tanpa ikut serta bawahannya.

3. Analisis Penggolongan Biaya

Analisis biaya dianggarkan, digolongkan

sesuai dengan sistem akuntansi biaya yang

memisahkan baiata berdasarkan terkendali

atau tidaknya biaya tersebut.

4. Analisis atau Sistem Laporan

Analisis ini dilakukan atas sistem pelaporan

akuntansi pertanggung jawaban yang

22 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008

Page 25: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

PT Sejahtera Bintang Abadi Tobacco PasuruanLaporan Pertanggung Jawaban Biaya

Seksi GilingTahun 2004

Kode

Pusat Biaya

Anggaran

Realisasi Selisih

552012-1

552021-1

552041-1

552051-1552052-1

Tenaga kerja lang.

Listrik

Bahan penolong

Pem. GedungPem. Mesin

1.000.000

7.800.000

500.000

1.000.0001.100.000

1.050.0008.500.000

650.0001.000.0001.200.000

(50.000)(700.000)(150.000)

0(100.000)

Jumlah 11.400.000 12.400.000 (1.000.000)Sumber : PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan

diterapkan bagian-bagian mana saja yang

bertanggung jawab atas penyusunan laporan

akuntansi pertanggung jawaban tersebut.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Evaluasi sistem pelaporan

Setelah perusahan membuat rencana melalui

budget, maka semua penyimpangan yang tejadi dalam

pelaksanaannya harus dilaporkan, bentuk laporan

harus disusun sedemikian rupa sehingga manejemen

dapat segera mengetahui persoalan dan mengoreksi ,

dengan laporan tersebut dapat diketahui bagaimana

kinerja tiap bagian pada departemen produksi serta

dapat untu mengevaluasi biaya produksi pada tiap

bagian.

Oleh karena itu waktu yang dimiliki

manajemen tidak banyak, maka sistem laporan

manajemen harus diarahkan pada efisiensi waktu

penyusunan laporan dan kesempatan yang di

ginakaqn untuk mempelajari laporan tersebut,di alam

laporan pertanggungjawaban harus sudah

mencantumkan selisih antara angaran dan

realisasinya, pemisahan antarabiaya terkendali dan

tak terkendali juga harus dilakukan, laporan

pertangungjawaban yang seharusnya disusun oleh

perusahaan adalah sbb:

PT Sejahtera Bintang Abadi Tobacco PasuruanLaporan Pertanggungjawaban Biaya

Tahun 2004

Kode

Pusat Biaya

Anggaran

Realisasi Selisih5500

5600

5700

Bagian produksi

Bagian logistik

Bagian Adm.& Keu

93.664.000

90.400.000 3.264.000

Jumlah 93.664.000 90.400.000 3.264.000

Sumber : PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan

PT Sejagtera Bintang Abadi Tobacco PasuruanKepala Bagian Produksi

Laporan Pertanggung Jawaban BiayaTahun 2004

Kode

Pusat Biaya

Anggaran

Realisasi Selisih5510

552055305540

Seksi persiapan

Seksi gilingSeksi petetSeksi verpak

66.464.000

11.400.0009.250.000

8.550.00

60.750.00012.440.000

8.100.0009.150.000

3.714.000(1.000.000)

1.150.000 (600.000)

Jumlah 93.664.000 90.400.000 3.264.000Sumber : PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan

PT Sejagtera Bintang Abadi Tobacco PasuruanLaporan Pertanggung Jawaban Biaya

Seksi PersiapanTahun 2004

Kode

Pusat Biaya

Anggaran Realisasi Selisih551011-1

551012-1

551021-1551041-1551051-1551052-1

Bahan baku

Bahan penolong

Tenaga kerja langsungListrikPemeliharaan gedungPemeliharaan mesin

59.864.000800.000

1.000.000300.000

1.500.0001.000.000

55.800.000850.000

1.500.000200.000

1.400.0001.000.000

4.064.000(50.000)

(500.000)100.000100.000

0Jumlah 64.464.000 60.750.000 3.714.000

Sumber : PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan

PT Sejahtera Bintang Abadi Tobacco PasuruanLaporan Pertanggung Jawaban Biaya

Seksi PetetTahun 2004

Kode

Pusat Biaya

Anggaran

Realisasi Selisih553012-1

553021-1

553041-1

553051-1

553052-1

Bahan penolong

Tenaga kerja langsung

Listrik

Pemeliharaan gedung

Pemeliharaan mesin

950.000

5.700.000

400.000

1.000.000

1.200.000

1.000.0004.500.000

500.0001.000.0001.100.000

(50.000)1.200.000(100.000)

0 100.000

Jumlah 9.250.000 8.100.000 1.150.000Sumber : PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan

PT Sejahtera Bintang Abadi Tobacco PasuruanLaporan Pertanggung Jawaban Biaya

Seksi VerpakTahun 2004

Kode

Pusat Biaya

Anggaran

Realisasi Selisih

554012-1

554021-1

554041-1

554051-1554052-1

Bahan penolong

Tenaga kerja lang.

Listrik

Pem. GedungPem. Mesin

1.050.000

5.000.000

200.000

1.000.0001.300.000

1.100.0005.500.000

150.0001.000.0001.400.000

(50.000)(500.000)

50.0000

(100.000)Jumlah 11.400.000 12.400.000 (1.000.000)

Sumber : PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan

PT Sejahtera Bintang Abadi Tobacco PasuruanLaporan Pertanggung Jawaban Biaya

Tahun 2005

Kode

Pusat Biaya

Anggaran Realisasi Selisih5500

5600

5700

Bagian produksi

Bagian logistik

Bagian Adm & Keu

89.400.000 82.737.000 6.663.000

Jumlah 89.400.000 82.737.000 6.663.000

Sumber : PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan

PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco PasuruanKepala Bagian Produksi

Laporan Pertanggung Jawaban BiayaTahun 2005

Kode

Pusat Biaya

Anggaran Realisasi Selisih5510552055305540

Seksi persiapanSeksi gilingSeksi petetSeksi verpak

61.350.00011.850.0008.000.8008.200.800

54.700.00012.100.0007.900.0008.037.000

6.650.000(250.000)

100.000163.000

Jumlah 89.400.000 82.737.000 6.663.000

PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco PasuruanLaporan Pertanggung Jawaban Biaya

Seksi PersiapanTahun 2005

Kode

Pusat Biaya

Anggaran Realisasi Selisih551011-1

551012-1

551021-1

551041-1551051-1551052-1

Bahan baku

Bahan penolong

Tenaga kerja langsung

ListrikPemeliharaan gedungPemeliharaan mesin

56.000.000700.000

2.000.000250.000

1.400.0001.000.000

49.500.000850.000

2.000.000250.000

1.000.0001.000.000

6.500.000(150.000)

00

400.000 0

Jumlah 61.350.000 54.700.000 6.650.000Sumber : PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan

23

Page 26: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco PasuruanLaporan Pertanggung Jawaban Biaya

Seksi GilingTahun 2005

Kode

Pusat Biaya

Anggaran Realisasi Selisih552012-1

552021-1

552041-1552051-1552052-1

Bahan penolong

Tenaga kerja lang.

ListrikPem. GedungPem. Mesin

900.0008.500.000

450.0001.000.0001.000.000

1.000.0008.500.000

500.0001.000.0001.100.000

(100.000)0

(50.000)0

(100.000)Jumlah 11.850.000 12.100.000 (250.000)

Sumber : PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan

PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco PasuruanLaporan Pertanggung Jawaban Biaya

Seksi PetetTahun 2005

Kode

Pusat Biaya

Anggaran

Realisasi Selisih553012-1

553021-1

553041-1

553051-1553052-1

Bahan penolong

Tenaga kerja langsung

Listrik

Pemeliharaan gedungPemeliharaan mesin

950.000

4.500.000

350.000

1.000.0001.200.000

950.0004.500.000450.0001.000.0001.000.000

00(100.000)0200.000

Jumlah 8.000.000 7.900.000 100.000Sumber : PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan

PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco PasuruanLaporan Pertanggung Jawaban Biaya

Seksi VerpakTahun 2005

Kode

Pusat Biaya

Anggaran

Realisasi Selisih554012-1

554021-1

554041-1554051-1554052-1

Bahan penolong

Tenaga kerja lang.

ListrikPem. GedungPem. Mesin

900.000

5.000.000

200.0001.000.0001.100.000

900.0005.000.000

187.000850.000

1.100.000

00

13.000150.000

0Jumlah 8.200.000 8.037.000 163000

Sumber : PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan

PT Sejahtera Bintang Abadi Tobacco PasuruanLaporan Pertanggung Jawaban Biaya

Tahun 2006

Kode

Pusat Biaya

Anggaran Realisasi Selisih5500

56005700

Bagian produksi

Bagian logistikBagian Adm & Keu

100.020.000 102.750.000 (2.730.000)

Jumlah 100.020.000 102.750.000 (2.730.000)Sumber : PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan

PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco PasuruanKepala Bagian Produksi

Laporan Pertanggung Jawaban BiayaTahun 2006

Kode

Pusat Biaya

Anggaran Realisasi Selisih5510

5520

55305540

Seksi persiapan

Seksi giling

Seksi petetSeksi verpak

69.070.00012.200.0009.350.0009.400.000

69.450.00013.650.0009.950.0009.700.000

(380.000)(1.450.000)

(600.000)(300.000)

Jumlah 100.020.000 102.750.000 (2.730.000)Sumber : PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan

PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco PasuruanLaporan Pertanggung Jawaban Biaya

Seksi Persiapan

Tahun 2006

Kode

Pusat Biaya

Anggaran Realisasi Selisih551011-1

551012-1

551021-1

551041-1551051-1551052-1

Bahan baku

Bahan penolong

Tenaga kerja langsung

ListrikPemeliharaan gedungPemeliharaan mesin

62.820.000900.000

2.500.000350.000

1.500.0001.000.000

63.000.0001.000.0003.000.000

350.0001.200.000

900.000

(180.000)(100.000)(500.000)

0300.000100.000

Jumlah 69.070.000 69.450.000 (380.000)Sumber : PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan

PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco PasuruanLaporan Pertanggung Jawaban Biaya

Seksi Giling

Tahun 2006

Kode

Pusat Biaya

Anggaran Realisasi Selisih552012-1

552021-1

552041-1

552051-1

552052-1

Bahan penolong

Tenaga kerja lang.

Listrik

Pem. Gedung

Pem. Mesin

1.100.0008.500.000

500.0001.000.0001.100.000

1.500.0009.500.000

650.0001.000.0001.000.000

(400.000)(1.000.000)

(150.000)0

100.000

Jumlah

12.200.000 13.650.000 1.450.000Sumber : PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan

PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco PasuruanLaporan Pertanggung Jawaban Biaya

Seksi PetetTahun 2006

Kode Pusat Biaya Anggaran Realisasi Selisih553012-1553021-1553041-1553051-1553052-1

Bahan penolongTenaga kerja langsungListrikPemeliharaan gedungPemeliharaan mesin

950.0005.500.000

400.0001.000.0001.500.000

950.0006.000.000

400.0001.000.0001.500.000

0(500.000)

00

(100.000)Jumlah 9.350.000 9.950.000 (600.000)

Sumber : PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan

PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco PasuruanLaporan Pertanggung Jawaban Biaya

Seksi Verpak

Tahun 2006

Kode

Pusat Biaya

Anggaran Realisasi554012-1

554021-1

554041-1554051-1554052-1

Bahan penolong

Tenaga kerja lang.

ListrikPem. GedungPem. Mesin

1.100.0006.000.000

200.0001.000.0001.100.000

1.500.0006.000.000

200.0001.000.0001.000.000

Jumlah 9.400.000 9.700.000Sumber :

Selisih(400.000)

000

100.000(300.000)

PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan

PT Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan

Laporan Pertanggung Jawaban BiayaTahun 2007

Kode

Pusat Biaya

Anggaran Realisasi5500

56005700

Bagian produksi

Bagian logistikBagian Adm & Keu

108.150.000 105.800.000

Jumlah 108.150.000 105.800.000Sumber : PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan

Selisih2.350.000

2.350.000

PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan

Kepala Bagian ProduksiLaporan Pertanggung Jawaban Biaya

Tahun 2007

Kode

Pusat Biaya

Anggaran

Realisasi Selisih5510

5520

5530

5540

Seksi persiapan

Seksi giling

Seksi petet

Seksi verpak

74.050.00014.200.0009.750.000

10.150.000

72.400.00014.050.0009.450.0009.900.000

1.650.000150.000300.000250.000

Jumlah

108.150.000 105.800.000 2.350.000Sumber : PT. Sejahtera Bintang Abadi T obacco Pasuruan

PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco PasuruanLaporan Pertanggung Jawaban Biaya

Seksi PersiapanTahun 2007

Kode Pusat Biaya Anggaran Realisasi Selisih551011-1551012-1551021-1551041-1551051-1551052-1

Bahan bakuBahan penolongTenaga kerja langsungListrikPemeliharaan gedungPemeliharaan mesin

67.500.000950.000

3.500.000300.000

1.000.000800.000

65.900.000950.000

3.500.000300.000900.000850.000

1.600.000000

100.000(50.000)

Jumlah 74.050.000 72.400.000 1.650.000Sumber : PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan

24 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008

Page 27: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

Selisih150.000

0(25.000)

25.0000

Jumlah 14.200.000 14.050.000 150.000Sumber : PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pa suruan

PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco PasuruanLaporan Pertanggung Jawaban Biaya

Seksi Giling

Tahun 2007

Kode

Pusat Biaya

Anggaran Realisasi552012-1

552021-1

552041-1552051-1552052-1

Bahan penolong

Tenaga kerja lang.

ListrikPem. GedungPem. Mesin

2.000.0009.500.000

600.0001.000.0001.100.000

1.850.0009.500.000

625.000975.000

1.100.000

PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan

Laporan Pertanggung Jawaban BiayaSeksi Petet

Tahun 2007

Kode

Pusat Biaya

Anggaran Realisasi Selisih553012-1

553021-1

553041-1553051-1553052-1

Bahan penolong

Tenaga kerja langsung

ListrikPemeliharaan gedungPemeliharaan mesin

900.0006.000.000

350.0001.000.0001.500.000

900.0006.000.000

400.000950.000

1.200.000

00

(50.000)50.000

300.000Jumlah 9.750.000 7.450.000 300.000

Sumber : PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan

PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan

Laporan Pertanggung Jawaban BiayaSeksi Verpak

Tahun 2007

Kode

Pusat Biaya

Anggaran Realisasi Selisih554012-1

554021-1

554041-1554051-1554052-1

Bahan penolong

Tenaga kerja lang.

ListrikPem. GedungPem. Mesin

2.000.0006.000.000

200.000950.000

1.000.000

1.800.0006.000.000

200.000900.000

1.000.000

200.00000

50.0000

Jumlah 10.150.000 9.900.000 250.000Sumber : PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan

Evaluasi Situasi dan Kondisi Ekstern

Pada dasarnya kinerja manajer departemen

produksi dapat diukur jika terlepas dari situasi dan

kondisi di luar kendali manajer departemen produksi

yang terjadi pada perusahaan maupun keadaan

lingkungan yang mempengaruhi hasil kinerja manajer

pada situasi dan kondisi tersebut, sehinggat jika hasil

kinerjanya banyak dipengaruhi situasi dan kondisi

ekstern, maka hal itu diluar tanggung jawab

departemen produksi

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa

p e r u s a h a a n s u d a h m e m b u a t l a p o r a n

pertanggungjawaban tetapi penggunaannya belum

optimal karena laporan yang dibuat belum

m e m e n u h i s y a r a t s e b u a h l a p o r a n

pertanggungjawaban dan dari hasil evaluasi

terhadap struktur organisasi dapat diketahui bahwa

struktur organisasi pada PT Sejahtera Bintang

Abadi Tobacco Pasuruan sudah layak untuk

penerapan akuntansi pertanggungjawaban karena

sudah ada pembagian departemen-departemen dan

tiap-tiap departemen membawahi bagian-bagian

yang lebih kecil

2. Pemisahan biaya terkendali dan biaya tak

terkendali belum dilakukan oleh perusahaan

tersebut sehingga pimpinan sulit untuk

menentukan siapa yang bertanggung jawab atas

terjadinya penyimpangan

3. Dari hasil laporan pertanggungjawaban dapat

diketahui bahwa prestasi manajer departemen

produksi yang menunjukkan kinerja yang paling

baik adalah pada tahun 2002, hal ini dilihat dari

laporan yang menunjukkan selisih lebih,

sedangkan pada tahun 2001 prestasi manajer

menunjukkan kinerja yang paling buruk, karena

terjadinya selisih kurang pada setiap bagian

produksi yang disebabkan faktor ekstern.

Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran-saran

yang dapat diberikana dalah sebagai berikut :

1. Penyusunan laporan pertanggungjawaban harus

diterapkan, hal ini dimaksudkan agar laporan

pertanggungjawaban tersebut dapat digunakan

secara optimal dalam mengevaluasi biaya serta

untuk menilai minerja tiap bagian

2. Dengan memisahkan biaya menjadi biaya

terkendali dan biaya tak terkendali maka akan

memperjelas siapa yang akan bertanggungjawab

atas ketidaksesuaian antara anggaran dan realisasi

biaya pada tiap-tiap bagian

3. Faktor ekstern antara lain berupa penurunan nilai

mata uang rupiah terhadap dollar harus diantisipasi

dengan menyusun anggaran yang sesuai dengan

keadaan saat itu sehingga prestasi manajer bagian

produksi tetap dapat menunjukkan kinerja yang

baik

25

Page 28: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

DAFTAR PUSTAKA

Bambang Hariadi, 1992. Akuntansi Manajemen : Suatu Pengantar, Edisi Pertama. Cetakan Pertama, BPFE,

Yogyakarta.

Horngrenm Charles T. Gary L Sundem, 1990. Introduction To Management Accounting, Eight Edition,

Prientice Hall International Inc.

Horngreen, Charles T, Bamber, Smith, 2007. Akuntansi. Edisi ke enam, PT Indeks. Jakarta.

Horngren, Charles T.M Datar, Srkant, Foster, George, 2005. Akuntansi Biaya. Edisi Kesebelas, Indeks. Jakarta.

Mulyadi, 1990. Akuntansi Biaya. Edisi Keempat BPFE. Yogyakarta

Mulyadi, 1997. Akuntansi Manajemen. Edisi 2, STIE YKPN, Yogyakarta.

Usry, Milton F. Adolph Mat 2, 2006. Akuntansi Biaya. Jilid 2 Edisi 13, Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

26 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008

Page 29: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

Hubungan Antara Motivasi Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Pada PT. Suzuki Finance Indonesia Cabang Surabaya

Wiwin IndahyaniRita Mutiarni

Abstract

Employee motivation is an important thing that can influence the company. As the pillar of company, employee should do their job as well as possible, because base on the quality control management, the good source will give good result and one of the good source is good employee. This research proved that by giving some facilities to employee such as company uniform, health insurance, worker's camp and reward can improve the employee to give the best their have. Good and straight employer also has significant influence for employee.

Keywords: employee, motivation

Efektivitas organisasi dalam mencapai

tujuannya sangat dipengaruhi oleh kualitas dari

anggotanya. Pemikiran ini berdasarkan asumsi bahwa

manusia merupakan salah satu dimensi utama dalam

organisasi dan menjadi pemeran sentral dalam

pendayagunaan sumber-sumber lain. Bahkan menurut

Gibson (1996), bahwa kinerja organisasi tergantung

dari kinerja individu. Perilaku anggota organisasi baik

secara individu maupun kelompok memberikan

kekuataan atas kinerja organisasi sebab motivasinya

akan mempengaruhi pada kinerja organisasi.

Pemahaman motivasi, baik yang ada dalam

diri karyawan maupun yang berasal dari lingkungan

akan dapat membantu dalam peningkatan kinerja

(Sujak, 1990). Dalam hal ini seorang manajer perlu

mengarahkan motivasi dengan menciptakan kondisi

dimana para karyawan merasa terpacu untuk bekerja

lebih keras agar kinerja yang dicapai juga tinggi.

Tujuan berdirinya perusahaan pada dasarnya

adalah selain untuk mencari laba yang optimal dan

untuk meningkatkan pelayanan kepada langganan,

terutama hal ini terjadi pada perusahaan akan

berusaha semaksimal mungkin agar tujuannya

tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Untuk

mencapai tujuan tersebut maka manusia sebagai salah

satu sumber daya yang diperlukan mempunyai

peranan sangat penting dibandingkan sumber daya

lainnya, karena sebagai tenaga kerja merupakan

faktor penggerak dari keseluruhan kegiatan

perusahaan. Melihat peranan manusia yang sangat

penting maka tenaga kerja harus mendapatkan

perhatian khusus dari perusahaan, apalagi bila di

Proses Motivasi

KEBUTUHAN TEGANGAN DORONGAN PERILAKU TIDAK YANG

TERPUASKAN DIINGINKAN

PENGURANGAN KEBUTUHANTEGANGAN TERPUASKAN

Sumber : Islamy, 1995:4

Wiwin Indahyani, Dosen UNIVERSITAS DARUL ‘ULUM Jombang;Rita Mutiarni, Dosen STIE PGRI Dewantara Jombang

27

dalam perusahaan terdapat indikasi kurang efektifnya

pemberian motivasi kepada karyawan antara lain

dapat dilihat seperti menurunnya kualitas kerja.

Pengertian Motivasi.

Bereslon dan Steiner, dalam Islamy (1995)

mengartikan "motif" sebagai sesuatu yang ada dalam

diri manusia yang membangkitkan, mengaktifkan,

memindahkan, mengarahkan dan menyalurkan

perilakunya menuju tercapainya tujuan. Dengan

demikian motivasi terjadi melalui suatu proses.

Chung dan Megginson dalam Islamy (1995)

menjelaskan bahwa motivasi terdiri dari tiga unsur :

motivational inputs, motivational decisions dan

motivatinol outcomes.

a. Motivational input (masukan motivasi) terdiri

dari :

1. Kebutuhan Pegawai (employee needs) :

kebutuhan eks is tens i (b io logi dan

keamanan), kebutuhan relasi (pengaruh,

kasih sayang, persahabatan) dan kebutuhan

Page 30: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

b e r p r e s t a s i ( a k t u a l i s a s i d i r i

pertumbuhan/perkembangan).

2. Insentif Organisasi (Organizational

Incentives). Bahwa organisasi menyediakan

penghargaan/hadiah bagi pemuas kebutuhan

pegawai, misalnya : gaji, kesejahteraan,

lingkungan kerja, hadiah interaktif, teman

kerja, penghargaan, pengakuan. Hadiah

instrinsik misalnya : penyelesaian tugas,

tantangan dan tanggungjawab.

3. Hasil Persepsi (Perceptual Outcomes).

Bahwa pegawai memiliki aneka persepsi atau

anggapan tentang : nilai hadiah yang diberikan

organisasi. adanya hubungan antara kinerja

dan hadiah, kemungkinan pegawai mencapai

hasil dari usaha-usahanya dalam bentuk

kinerja dan lain-lain. Hanya persepsi yang

positif akan mengarah pada motivasi yang

tinggi.

b. Motivational decision (keputusan motivasi) ialah

proses dimana pegawai melakukan pilihan dan

keputusan motivasi bagi dirinya. Maka terjadi

proses Motivational Efforts (usaha-usaha

motivasi) yaitu bila pegawai memiliki keahlian

dan otoritas maka ia cenderung menetapkan

keputusan motivasinya atas dasar persepsinya

tentang nilai penghargaan atau hadiah, hubungan

antar kinerja dengan hadiah yang diterima serta

kemungkinan kemampuannya menyelesaikan

tugas.

c. Motivational outcomes (keluaran motivasi) ialah

hasil dan dampak motivasi terhadap pegawai,

yang menunjukkan adanya hubungan antara

motivasi, kinerja, hadiah, kepuasan pegawai serta

produktivitas. Dampak motivasinya ada tiga

yaitu :

1. Performance level (tingkat kinerja/prestasi).

Kinerja merupakan fungsi keahlian dan

motivasi. Keahlian menentukan apa yang

dapat dikerjakan oleh pegawai. Motivasi

menentukan apa yang akan dikerjakannya,

s e d a n g k i n e r j a b e r p e n g a r u h p a d a

produktivitas organisasi yang akan

mempengaruhi pemberian penghargaan

kepadanya.

2. Rewards (hadiah) adalah penghargaan atau

hadiah yang dapat atau tidak dapat diberikan

atas kinerja pegawai. Penghargaan atau

hadiah ini bisa adil-sepadan memuaskan

pegawai, atau tidak memuaskan, tidak adil

bahkan tanpa hadiah.

3. Satisfaction (kepuasan). Kadar kepuasan

pegawai berpengaruh pada jenis/intensitas

kebutuhannya. Perubahan struktur kebutuhan

mempengaruhi perilaku pegawai dimasa

yang akan datang.

Teori Motivasi

a. Teori Kebutuhan dari Abraham H. Maslow

Inti dari teori Maslow adalah bahwa

kebutuhan manusia tersusun dalam suatu hirarkhi.

Tingkatan kebutuhan yang paling rendah adalah

kebutuhan fisiologis dan yang paling tinggi adalah

kebutuhan aktualisasi diri. Definisi kebutuhan dari

Gibson, Ivancevich dan Donnely (1992 : 92):

1) Psycological, yaitu kebutuhan makan, minum,

tempat tinggal, dan bebas dari rasa sakit.

2) Safety, yaitu kebutuhan akan kebebasan dan

ancaman, yakni aman dari ancaman kejadian atau

lingkungan.

3) Love and Belongingness, yaitu kebutuhan akan

teman, afiliasi, interaksi dan cinta.

4) Estreem, yaitu kebutuhan akan penghargaan diri

dan penghargaan dari orang lain.

5) Self-actualization, yaitu kebutuhan untuk

memenuhi diri sendiri, memaksimumkan

kemampuan, keahlian dan potensi.

b. Teori Kebutuhan dari Alderfer

Pada dasarnya Alderfer dalam Gibson,

Ivancevich dan Donnely (1992 : 94) setuju dengan

pendapat Maslow, namun menurut dia hirarkhi

kebutuhan itu hanya ada tiga yaitu :

1) Existency (E), adalah kebutuhan yang dipuaskan

oleh faktor-faktor kebutuhan fisik seperti

makanan, air, udara, gaji/upah dan lain-lain.

2) Relatednees (R), adalah kebutuhan yang

dipuaskan oleh hubungan sosial dan hubungan

antar pribadi yang bermanfaat.

3) Growth (G), adalah kebutuhan rasa puas yang

dialami seseorang bila ia dapat melakukan upaya

yang kreatif dan produktif.

28 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008

Page 31: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

c. Teori Prestasi dan Kekuasaan dari David

McClelland

McClelland dalam Gibson, Ivancevich dan

Donnely (1992 : 97) bahwa banyak kebutuhan yang

diperoleh dari kebudayaan. Melalui kehidupan dalam

suatu budaya, seseoarng belajar tentang kebutuhan

dengan mempelajarinya. Kebutuhan manusia ada tiga

macam, yaitu : Kebutuhan Berprestasi (Need for

Achievement = nAch), Kebutuhan akan Kekuasaan

(Need for Power = nPow), dan Kebutuhan untuk

Berafiliasi dengan orang lain (Need for Affiliation =

nAff).

Berdasarkan teori ini manusia (pegawai) telah

memiliki dorongan dari dalam dirinya sebagai

kebutuhan untuk berprestasi (nAch) yaitu kebutuhan

untuk mencapai sesuatu dengan berhasil dan

memuaskan. Karena sudah ada dalam diri setiap orang

maka motivasinya amat kuat dan secara otomatis

sudah bertujuan prestasi yang baik sejak awal

bekerja. Selain itu manusia merasa perlu menguasai

perilaku orang lain supaya orang lain mau bertindak

sesuai keinginannya (nPow). Oleh karena itu manusia

memerlukan hubungan (nAff) yang baik, yang hangat

dan bersahabat dengan orang lain. Bila dikaitkan

dengan Teori X-Y maka teori ini lebih cenderung

menganggap manusia sebagai Teori Y (manusia

cenderung berperilaku positif).

d. Teori Proses.

Teori ini terdiri dari beberapa teori sebagaimana

dijelaskan dalam uraian dibawah ini.

1. Teori Penentuan Tujuan dari Edwin Locke.

Menurut Edwin Locke dalam Robbins,

(1996 : 209) bahwa "tujuan" yang khusus dan sulit

akan mengantar ke tingkat kinerja yang lebih

tinggi. Dengan demikian "tujuan" merupakan

sumber utama dari motivasi kerja seseorang

pegawai. Artinya, tujuan itu memberikan arah

pada pegawai tentang apa yang perlu dikerjakan

dan bagaimana upaya harus ditempuh untuk

mencapai tujuan itu. Tujuan khusus (sulit) akan

menghasilkan kinerja yang tinggi dibandingkan

tujuan umum (mudah). Tujuan khusus apabila

sulit merupakan suatu rangsangan internal yang

memberikan makna suatu sasaran spesifik untuk

diraih. Tujuan juga merupakan umpan balik yang

menghantar ke kinerja yang lebih tinggi. Umpan

balik ini ditimbulkan oleh karyawan sendiri

berupa kemampuan memantau kemajuannya

sendiri. Umpan balik ini merupakan motivator

internal yang kuat daripada umpan balik yang

ditimbulkan secara eksternal. Karena tujuan itu

te lah diketahui maka karyawan akan

berkomitmen (berjanji terlibat didalamnya) dan

bertekad tidak meninggalkannya.

2. Teori Penguat dari Chung, Meggison dan

Skinner.

Menurut Chung dan Meggison, dalam

Islamy (1995), bahwa sebagian besar tindakan

manusia merupakan perilaku terdidik (learned

behaviors/operant behaviors) selebihnya adalah

tindakan yang terjadi karena reflek (respondent

behaviors). Sedangkan suatu perilaku itu dapat

d ipe la ja r i /d iper tahankan lan taran ada

imbalannya, bila tidak maka perbuatan itu akan

dihentikan. Dengan kata lain bahwa tujuan

individu akan memberikan arah bagi tindakannya,

jad i per i laku merupakan fungs i dar i

konsekuensinya (imbalan).

3. Teori Keadilan dari Jane Pearson.

Bila kita amati, setiap orang yang bekerja

dalam organisasi pasti mempunyai tujuan untuk

memperoleh imbalan atau balas jasa.

Fokus dari teori keadilan (Islamy, 1995)

diarahkan pada :

- Keadilan Distributif, yaitu keadilan yang

dipersepsikan dari banyaknya dan alokasi

ganjaran diantara individu-individu.

- Keadilan Prosedural, yaitu keadilan yang

dipersepsikan dari proses yang digunakan

untuk menetapkan distribusi ganjaran.

4. Teori Harapan (expectancy Theory) dari Victor

Vroom

Hubungan expectancy, valence, dan

instrumentality dijelaskan pada

29Wiwin Indahyani &Rita Mutiarni,

PT. Suzuki Finance Indonesia Cabang Surabaya "

Hubungan Antara Motivasi Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Pada

Page 32: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

Model teori harapan

Ekspektansi

Hasil I (Valensi)

Kekuatan Instrumentalitas

Persepsi

Tingkat Kinerja

MOTIVASI Persepsi kinerja

(IMBALAN)

Valensi Netto

kepuasan atau

ketidakpuasan

Uang/gaji Keamanan

Kerja Promosi Prestasi

Pengakuan Kesepakatan

Sosial

UsahaIndividu

Kinerjaindividu

Imbalan dari

organisasi

Tujuan-tujuan

individu

Gambar diatas disederhanakan sebagai berikut:

Sumber : Islamy, 1995 : 30-31

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi

Karateristik individu

Sujak, (1990 : 249-250) mengatakan bahwa :

karateristik individu yang berbeda-beda, meliputi

kebutuhan, nilai, sikap, dan minat. Perbedaan tersebut

akan dibawa oleh individu ke dalam dunia kerja

sehingga motivasi setiap individu akan bervariasi.

Menurut Gibson, Invansevich dan Donnely

(992 : 52) dan Ahli-ahli lainnya, karateristik individu

terdiri dari :

1) Variabel psikologis (ciri kepribadian) :

kebutuhan nonmaterial nilai, sikap dan minat;

2) Variabel biografis (ciri individu) : usia,

kebutuhan material, masa kerja, jenis kelamin,

status perkawinan, dan banyaknya tanggungan;

3) Variabel fisiologis (ciri fisik individu), yaitu ;

kemampuan dasar meliputi : kemampuan

intelegensia/mental dan kemampuan fisik;

4) Variabel lingkungan, yaitu : keturunan atau

keluarga, kelas sosial dan kebudayaan.

Karateristik Pekerjaan

Karateristik pekerjaan adalah segala aspek

dari suatu pekerjaan yang menjelaskan sifat-sifat

umum yang dicerminkan dalam persepsi oleh yang

mengerjakannya (Swasto, 1997 :27).

Sujak (1990 :252-256), dengan mengutip

pendapat Hackman dan Oldham mengungkapkan

bahwa dalam pekerjaan perlu memperhatikan lima

karateristik pekerjaan. Karateristik itu akan

berpengaruh pada empat karateristik personal

sehingga dapat memperluas kebutuhan pegawai yang

tumbuh terus, untuk mempelajari pekerjaan baru dan

yang terakhir dapat meningkatkan produktivitas

kerjanya. Karateristik pekerjaan itu dimaksud adalah

variasi kecakapan, identitas tugas, signifikansi tugas,

otonomi dan balikan.

Adapun keadaan psikologis menunjuk pada

pekerja yang dapat mencapai tiga keadaan psikologis

yang kritis yaitu sebagai berikut:

1) Pekerja harus menghayati pekerjaan sebagai

sesuatu yang berarti atau penting.

2) Pekerja harus bertanggung jawab atas hasil

peke r j aannya dan a t a s p roduk yang

diusahakannya secara pribadi.

3) Pekerja harus dapat memastikan dengan cara yang

teratur dan handal bagaimana hasil usahanya, apa

yang telah dicapai dan memuaskan atau tidak,

Schein (1991 : 105-106) dalam Sudjak (1990 :

255)

Karateristik Organisasi

Karateristik organisasi ialah norma-norma

organisasi yang akan mempengaruhi tindakan

pegawai dann kesadarannya dalam aktivitas sehari-

hari saat bekerja, Swasto, (1997 : 27)

Karateristik organisasi meliputi : kebijaksanaan

organisasi, kultur, gaya kepemimpinan, program

pengembangan karier dan sistem kompensasi.

Karateristik tersebut mempengaruhi pegawai untuk

memotivasi karier mereka.

Prestasi Kerja dan Pengukurannya

Prestasi Kerja

Prestasi kerja menunjukkan pada hasil kerja

yang dicapai oleh seseorang. Hasibuan (1990 : 105)

dalam Sadjak (1990) menyatakan bahwa prestsi kerja

adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam

melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan

kepadanya yang didasarkan atas kecakapan,

pengalaman dan kesungguhan serta waktu. Dengan

kata lain bahwa prestasi kerja adalah hasil kerja yang

dicapai olh seseorang dalam melaksanakan tugas yang

diberikan kepadanya sesuai dengan kriteria yang

ditetapkan.

Pengukuran Prestasi Kerja

Pengukuran prestasi kerja dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1. Kecakapan

2. Pengetahuan tentang pekerjaan

Memiliki indikator :

a. Hasil Kerja yaitu Kualitas kerjanya bagus

meliputi : mutu (halus, teliti, bersih, dan

hemat), Kuantitas kerjanya tinggi meliputi :

30 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008

Page 33: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

Model Konsepsi

Karakteristik Individu ( X1 )

Karakteristik Pekerjaan ( X2 ) Prestasi Kerja (Y)

Karakteristik Organisasi ( X3 )

Keterangan :

Pengaruh secara parsial variabel Xi terhadap variabel Y

Pengaruh secara simultan variabel Xi terhadap variabel Y

kecepatan, ketepatan waktu, banyaknya

keahlian yang dimiliki, Pengetahuan tentang

pekerjaan bisa dikuasai antara lain :

memahami prosedur kerja, perancanaan

pekerjaan yang jeli, ketekunan dalam

pelaksanaan kerja.

b. Produktivitas yaitu 1) Kecakapan yaitu

kemampuan, kesanggupan melaksanakan

tugas hingga tuntas, 2) Keterampilan :

k e c e k a t a n , k o o r d i n a t i f , a d a p t i f ,

kepemimpinan, pengambilan keputusan dan

delegatif dan 3) Pengalaman yang luas

ditandai dari banyaknya inisiatif dan

kreatifitasnya.

c. Perubahan Perilaku

METODE PENELITIAN

Lokasi Penelitian.

Sebagaimana telah diuraikan terdahulu,

penelitian ini dilakukan di Kantor PT. Suzuki Finance

Indonesia Cabang Surabaya dengan alasan bahwa

Kantor PT. Suzuki Finance Indonesia Cabang

Surabaya dalam kota besar pertama di Jawa Timur,

dimana sumber daya insaninya bertanggungjawab

dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan.

Populasi dan Sampel.

Populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri dari subyek/obyek yang mempunyai kualitas

dan karakteristik yang sama (Sugiyono, 1997).

Dari data yang ada di PT. Suzuki Finance Indonesia

Cabang Surabaya yang mempunyai tenaga kerja lebih

dari 77 orang. Karena jumlah populasi kurang dari

seratus orang maka dalam penelitian ini dilakukan

pengambilan sample dari jumlah populasi tersebut.

Sugiyono (1994) menyatakan bahwa sample adalah

sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut. Sample penelitian ini diambil

seluruhnya.

Konsep, Variabel Dan Pengukurannya

Adapun pengukuran masing-masing variabel

dijelaskan dalam uraian berikut ini.

Variabel Bebas : Motivasi Kerja Pegawai.

Variabel Karakteristik Individu adalah ciri pribadi

yang obyektif serta membedakan dari orang lain dan

mudah diperoleh dari rekaman pribadi atau riwayat

hidup seseorang. Indikator ini selanjutnya dijabarkan

ke dalam item-item yang terdiri dari : Kebutuhan

materiel, Kebutuhan nonmateriel, Pendidikan,

Nilai, Sikap, dan Minat

a. Variabel karakteristik Pekerjaan

adalah segala aspek dari suatu pekerjaan

yang menjelaskan sifat-sifat umum dan

dicerminkan dalam persepsi oleh yang

mengerjakan (pegawai), kesiapan

menta l yang d ipengaruhi o leh

pengalaman seseorang terhadap obyek

dan situasi yang berhubungan. Indikator

ini dijabarkan ke dalam item-item yang

t e r d i r i d a r i A n e k a

kecakapan/ketrampilan , Identitas

tugas, Otonomi, Umpan balik

Variabel Karakteristik Organisasi definisikan

sebagai dimensi organisasi yang akan

mempengaruhi tindakan dan kesadaran tiap

pegawai dalam aktivitas sehari-hari saat bekerja,

Swasto (1997 : 6). Variabel ini dijabarkan

kedalam item-item yang terdiri dari : Kultur,

Persepsi, Kerja sama, Gaya kepemimpinan,

Peraturan dan kebijaksanaan

Variabel Tergantung : Prestasi Kerja Pegawai.

Sebagaimana uraian sebelumnya variabel

tergantung dalam penelitian ini direduksikan dari

konsep prestasi kerja yang didefinisikan sebagai hasil

kerja terbaik yang telah dicapai karyawan sesuai

dengan standar yang ditetapkan dalam kurun waktu

tertentu. Berdasarkan definisi ini :

Indikator Hasil Kerja.

Hasil kerja, yaitu hasil kerja senyatnya yang

diperoleh pegawai dan merupakan hasil kerja optimal

yang bisa diraih dari standar dan waktu yang telah

ditentukan. Indikator ini diukur :

31Wiwin Indahyani &Rita Mutiarni,

PT. Suzuki Finance Indonesia Cabang Surabaya "

Hubungan Antara Motivasi Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Pada

Page 34: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

Y = â0 + â1X1 + â2X2 + â3X3 + e

Dimana :

Y

: Motivasi

X1

: Karakteristik Individu

X2 : Karakteristik Pekerjaan

X3

: Karakteristik Organisasi

â0

: Konstanta

â1, â2, â3 : Koefisien Regresi

e : Galat

HASIL PENELITIAN, ANALISA DAN

PEMBAHASAN.

Analisis Data Dan Intepretasi

Analisis Regresi Berganda Pengaruh Variabel

Motivasi yang terdiri dari Karakteristik Individu

(X1), Karakteristik Pekerjaan (X2) dan

Karakteristik Organisasi (X3) Terhadap Prestasi

Kerja (Y).

Sebagaimana telah dirumuskan sebelumnya

bahwa dalam, penelitian ini hipotesisnya adalah :

1). Ada pengaruh yang signifikan antara motivasi

terdiri dari karakteristik individu (X1),

karakteristik pekerjaan (X2), karakteriktik

organisasi (X3) secara simultan terhadap prestasi

kerja (Y).

2). Ada pengaruh yang signifikan dari masing-

masing motivasi yang terdiri dari karakteristik

individu (X1), karakterikstik pakerjaan (X2),

karakteristik organisasai (X3) secara parsial

terhadap prestasi kerja (Y)

Pengujian dilakukan denghan tingkat

kepercayaan 95% atau signifikansinya 0,05. Untuk

menguji kebenaran hipotesis tersebut digunakan

analisis regresi linier. Pada analisi regresi linier akan

dilakukan uji serentak atau uji F serta uji parsial atau

uji t.

1. Kualitas/mutunya bagus yaitu : halus,

teliti, bersih dan hemat.

2. Kualitas kerjanya tinggi meliputi :

kecepa tan , ke tepa tan waktu ,

banyaknya keahlian yang dimiliki.

3. Pengetahuan tentang pekerjaan antara

lain : pemahanan prosedur kerja,

perencanaan pekerjaan yang jeli, dan

ketekunan dalam pelaksanaan kerja.

Indikator Produktivitas.

Produktivitas adalah suatu ukuran kinerja

yang mencakup keefektifan dan kefeisienan.

Keefektifan adalan pencapaian tujuan/target

sedangkan efisiensi merupakan rasio dari keluaran

efektif terhadap masukkan yang diperlukan untuk

mencapai tujuan itu. Jadi hubungan antara hasil

nyata/fisik berupa barang atau jasa dari suatu tujuan

yang dicapai dengan mentransfer masukan ke luaran

dengan biaya paling rendah. Dengan demikian

merupakan perbandingan antara totalitas pengeluaran

pada waktu tertentu dibagi totalitas masukan selama

periode tersebut. indikator ini terdiri dari item-item

sebagai berikut : Kecapakan yaitu kemampuan ,

kesanggupan melaksanakan tugas hingga tugas

tuntas, Ketrampilan yaitu kecekatan dalam

memanfaatkan sarana yang ada antara lain adaptif,

komunikatif, koordinatif, delegatif, kepemimpinan

dan pengambilan keputusan, Pengalaman yang luas

ditandai dari banyaknya inisiatif dan kreatifitas.

Indikator Perubahan Perilaku.

Perubahan perilaku ialah berubahnya

perilaku yang semakin baik diwujudkan dalam item

penampilan kerja yang mengesankan dan

mencerminkan nilai tertinggi terhadap semua kreteria

tersebut diatas yang dapat diukur dari : semangat kerja

yang tinggi, rajin, berkepribadian yang kuat (jujur,

sopan, ramah), mandiri, percaya diri, berani

mengambil keputusan, berani menanggung resiko,

efisien dan efektif.

Metode Analisis Data.

Untuk hipotesa satu digunakan analisis Regresi

Linear Berganda dengan rumus sebagai berikut :

Tabel 4.5Hasil Analisis Regresi Variabel Karakteristik Individu, Pekerjaan

dan Organisasi Terhadap Prestasi

Variabel

B

Beta r2 Tersebut Prob.

X1

0,234

0,387

0,2381 4,184 0,000

X2

0,784

0,532

0,3709 5,750 0,000

X3

-0,112

-0,109

0,0262 -1,226 0,225

(Const.) -7,267 -2,250 0,028

Multiple R 0,752

R2 –Adj 0,542F 24,300Prob 0,000Ftabel 2,770Ttabel 2,000

Sumber : Data primer diolah. (Juni, 200 8)

32 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008

Page 35: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa

nilai F hitung sebesar 24,300 dengan angka

probabilitasnya sebesar 0,000 (p< 0,05). Sedangkan

multiple R mempunyai nilai sebesar 0,752 yang

menunjukkan adanya hubungan yang cukup kuat

antara variabel karakteristik individu (X1),

karakteristik pekerjaan (X2), karakteristik organisasi

(X3) terhadap prestasi kerja (Y). Variasi perubahan

nilai variabel prestasi kerja (Y), dapat dijelaskan oleh

seluruh variabel bebas; karakteristik individu (X1),

karakteristik pekerjaan (X2), karakteristik organisasi

(X3), yang ditunjukkan dengan koefisien determinasi 2

(R -Adj) sebesar 0,542, dan sebesar 0,458 dipengaruhi

oleh variabel lain. Atau dapat dikatakan bahwa

proporsi kemampuan variabel-variabel karakteristik

individu, pekerjaan dan organisasi dalam menjelaskan

keragaman variabel prestasi adalah sebesar 54,2%.

Nilai F-hitung sebesar 24,300 dengan probabilitas

0,000 menunjukkan bahwa persamaan regresi yang

didapat, secara statistik terbukti mampu menjelaskan

keragaman motivasi. Hal tersebut dapat dibuktikan

dengan nilai probabilitas kesalahan model sebesar

0,000 adalah lebih kecil dari nilai = 0,05.

Berdasarkan hasil pengujian secara parsial

terhadap masing-masing variabel bebas dapat

diketahui :

1. Hasil analisis regresi variabel karakteristik

individu (X1) terhadap prestasi kerja (Y) pada

tabel diatas menunjukkan nilai p (0,000) < 0,05.

Ini berarti secara parsial ada pengaruh yang

signifikan antara karakteristik individu terhjadap

prestasi kerja karyawan pada taraf signifikansi 2

95%. Nilai Koefisien determinasi parsial (r )

untuk variabel karakteristik individu adalah

sebesar 0,2381, hal ini memberikan makna

bahwa variasi perubahan nilai prestasi kerja (Y)

dapat dijelaskan oleh variabel karakteristik

individu (X1) sebesar 0,2381. Sedangkan nilai

koefisien regresi (B) pada variabel karakteristik

individu (X1) sebesar 0,234 menunjukkan

bahwa bila X1 dinaikkan satu satuan, maka

prestasi kerja (Y) akan meningkat sebesar 0,234,

dengan asumsi variabel lain konstan. Tingkat

keberartian pengaruh variabel karakteristik

individu terhadap variabel prestasi secara

statistik diuji dengan menggunakan uji-t.

Berdasarkan hasil uji-t, variabel perbaikan

karakteristik individu (X1) secara statistik

memberikan pengaruh perubahan yang

signifikan terhadap prestasi. Hal ini terbukti dari

nilai t-hitung 4,184 memberikan nilai

probabilitas sebesar 0,000 adalah lebih kecil dari

nilai =0,05.

2. Hasil analisis regresi variabel karakteristik

pekerjaan (X2) terhadap prestasi kerja (Y) pada

tabel diatas menunjukkan nilai p (0,000) < 0,05.

Ini berarti secara parsial ada pengaruh yang

signifikan antara karakteristik individu terhadap

prestasi kerja karyawan pada taraf signifikansi 295%. Nilai Koefisien determinasi parsial (r )

untuk variabel karakteristik pekerjaan (X2)

adalah sebesar 0,3709, hal ini memberikan

makna bahwa variasi perubahan nilai prestasi

kerja (Y) dapat dijelaskan oleh variabel

karakteristik pekerjaan (X2) sebesar 0,2381.

Sedangkan nilai koefisien regresi (B) pada

variabel karakteristik pekerjaan (X2) sebesar

0,784. Hal ini menunjukkan bahwa bila X2

dinaikkan satu satuan, maka prestasi kerja (Y)

akan meningkat sebesar 0,784. Tingkat

keberartian pengaruh variabel karakteristik

pekerjaan terhadap variabel prestasi secara

statistik diuji dengan menggunakan uji-t.

Berdasarkan hasil uji-t, variabel karakteristik

pekerjaan (X2) secara statistik memberikan

pengaruh perubahan yang signifikan terhadap

prestasi. Hal ini terbukti dari nilai t-hitung 5,750

memberikan nilai probabilitas sebesar 0,000

adalah lebih kecil dari nilai =0,05.

3. Hasil analisis regresi variabel karakteristik

organisasi (X3) terhadap prestasi kerja (Y) pada

tabel diatas menunjukkan nilai p (0,225) > 0,05.

Ini berarti secara parsial tidak ada pengaruh yang

signifikan antara karakteristik individu terhadap

prestasi kerja karyawan pada taraf signifikansi 2

95%. Nilai Koefisien determinasi parsial (r )

untuk variabel karakteristik individu adalah

sebesar 0,0262, hal ini memberikan makna

bahwa variasi perubahan nilai prestasi kerja (Y)

dapat dijelaskan oleh variabel karakteristik

organisasi (X3) hanya sebesar 0,0262.

Sedangkan nilai koefisien regresi (B) pada

33Wiwin Indahyani &Rita Mutiarni,

PT. Suzuki Finance Indonesia Cabang Surabaya "

Hubungan Antara Motivasi Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Pada

Page 36: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

variabel karakteristik organisasi (X3) sebesar -

0,112 menunjukkan bahwa bila X1 dinaikkan

satu satuan, maka prestasi kerja (Y) belum dapat

menaikkan prestasi kerja. Tingkat keberartian

pengaruh variabel karakteristik organisasi

terhadap variabel prestasi secara statistik diuji

dengan menggunakan uji-t. Berdasarkan hasil

uji-t, variabel karakteristik organisasi (X3)

secara statistik memberikan pengaruh perubahan

yang tidak signifikan terhadap prestasi. Hal ini

terbukti dari nilai t-hitung 1,226 memberikan

nilai probabilitas sebesar 0,225 adalah lebih

besar dari nilai =0,05..

4. Menentukan pilihan diantara variabel-variabel

karakteristik individu, karakteristik pekerjaan

dan karakteristik organisasi sebagai sebuah

keputusan terhadap variabel yang paling

dominan mempengaruhi prestasi digunakan

koefisien beta, yaitu koefisien regresi dari

variabel bebas yang telah dibakukan.

(Arif:1993:10). Dari hasil perhitungan di atas

dapat ditarik kesimpulan bahwa pengaruh yang

paling dominan berasal dari variabel

karakteristik pekerjaan (X2) dengan nilai beta

sebesar 0,532.

Berdasarkan analisis regresi linier ,maka dapat

dihasilkan persamaan regresi sebagai berikut :

Y= -7,267 + 0,234 + 0,784 + -0,112 x1 x2 x3

Dapat dijelaskan bahwa konstanta sebesar

–7,267, artinya bahwa jika tidak ada Xi, maka

prestasi kerja pegawai sebesar 7,267.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Setelah dilakukan pengujian terhadap hasil

perhitungan statistik dapat dibuktikan

bahwa hipotesa dapat diterima yaitu :

terdapat korelasi antara motivasi kerja

dengan prestasi kerja pegawai.

2. Setelah dilakukan pengujian terhadap 18

item yang mempengaruhi motivasi kerja ada

10 item yang dianggap lemah oleh para

pegawai yaitu :

a) Karakteristik Individu (X1) terdiri dari

penyediaan pakaian seragam kerja,

pemberian uang sewa rumah, jaminan

keamanan, penghargaan oleh pimpinan

dan rekan, ingin menghasilkan

peke r j aan seba ik -ba iknya dan

keberadaan diakui kawan dan atasan.

b) Karakteristik Pekerjaan (X2) terdiri dari

Paham prosedur, rencana, tekun,

meneliti hasil, bebas berinisiatif asal

tidak menyalahi peraturan; dan

Pimpinan memberikan informasi hasil

kerja

c) Karakteristik Organisasi (X3) terdiri

dari sistem penggajian sudah baik,

pengembangan promosi sudah efektif;

dan pedoman penyelesaian tugas

Penyebab utama adalah kurangnya perhatian

PT. Suzuki Finance Indonesia terhadap ke 10

item tersebut diatas antara lain adalah faktor

kepemimpinan yang lemah, terbatasnya

sarana dan prasarana kerja pegawai.

3. Secara umum Teori Motivasi baik dari

kelompok Teori Pemuas Kebutuhan dan Teori

Proses keduanya sesuai digunakan sebagai

landasan untuk menetapkan kebijaksanaan

pembinaan pegawai terutama dalam

memotivasi prestasi kerjanya.

Saran

1. Untuk mengurangi kelemahan pimpinan tersebut

disarankan adanya kehendak yang baik dan

kemauan yang dan kemauan yang baik dari

pimpinan untuk membenahi 10 item yang

dianggap lemah oleh pegawai dengan cara

mentaati ketentuan perundang-undangan yang

ber laku dan memperhat ikan ps ikologi

kepegawaian.

2. Secara khusus 10 item yang dianggap lemah oleh

pegawai dapat diperbaiki dengan cara antara lain :

a. Pengaturan insentif disarankan agar PT. Suzuki

Finance Indonesia memiliki sistem pemberian

insentif didasarkan atas prestasi kerja.

b. Lebih meningkatkan penghargaan terhadap

tingkat pendidikan, pengalaman, keterampilan,

kecakapan pegawai dengan menerapkan asas the

right man and the right place.

c. Pengakuan terhadap prestasi kerja agaknya

34 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008

Page 37: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

mendapat sorotan tajam dari para pegawai. Oleh

karena itu perwujudan pengakuan eksistensui,

potensi dan prestasi melalui pelaksanaan promosi

yang obyektif menjadi tuntutan kebutuhan dari

para pegawai utamanya level pimpinan tingkat

bawah mengingat latar belakang pendidikan

mereka yang memadai.

d. Penilaian terhadap pelaksanaan kerja hendaknya

berfungsi sebagai umopan balik yang positif bagi

pegawai. Selain itu perlu disampaikan hasil

penilaian secara terbuka dan rasional kepada

pegawai yang bersangkutan. Kecuali itu perlu

disusn program perencanaan, pembianan, dan

pengembangan pegawai sedikitnya 1 tahun yang

akan datang, atau 5 tahun kemudian, yang benar-

benar konsekuen, ditaati dan dapat dipercaya.

e. Sikap pimpinan dipengaruhi oleh kepribadian

seseorang oleh karena itu sulit diubah, namun

demik ian kepemimpinan yang e fek t i f

mensyaratkan sifat keramahan, tenggang rasa,

penuh perhatian, yang dapat diubah dan dipelajari.

D A F T A R P U S T A K A

Arikunto, Suharsimi, 1992. Prosedur Penelitian :

Suatu Pendekatan Praktik. Cetakan

kedelapan. Edisi revisi. Rineka Cipta. Jakarta.

Agus, Dharma, 1985. Manajemen Prestasi Kerja.

Edisi Pertama. Rajawali. Jakarta

Bambang, Soepeno, 1992. Statistik Terapan. Cetakan

kelima. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta

Dessler, Gary, 1992, Manajemen Personalia, Edisi

Ketiga, Terjemahan, Penerbit Airlangga,

Jakarta

Djarwanto PS dan Pangestu Subagyo, 1993. Statistik

Induktif. Edisi Keempat. Cetakan pertama.

BPFE. Yogyakarta.

Flippo, Edwin B. 1992. Personnel Management.

Terjemahan Manajemen Personalia. Alih

Bahasa : Moh. Masud. Edisi Keenam. Jilid I.

Erlangga. Jakarta.

Faisal, Sanapiah, 1989. Penelitian Sederhana.

Yayasan Asih Asah Asuh. Malang.

Gibson James L dan Ivancevich John M dan Donnely

James H. Jr 1989 Organizations. Terjemahan

Organisasi dan Manajemen : Perilaku,

Struktur, Proses. Alih Bahasa : Savitri,

Soekrisno dan Agus Dharma. Jilid 2. Edisi

Kelima. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Handayani R. S. 1994 Kajian Tentang Kualitas

Sumber Daya Manusia Peranannya Dalam

Pelaksanaan Pengawasan Melekat, Tesis,

Program Pasca Sarjana Universitas Pajajaran.

Bandung.

Hersey, Paul dan Kenneth H. Blanchard, 1992.

Management Organization Behavior And

Human Resources Usage. Terjemahan.

Manajemen Perilaku Organisasi dan

Pendayagunaan Sumberdaya Manusia. Alih

Bahasa : Agus Dharma. Erlangga. Jakarta.

Handoko, T. Hani. 1986. Manajemen Sumber Daya

Manusia. BPFE. Yogyakarta.

Handoko, T. Hani. 1986. Manajemen Personalia dan

Sumber Daya Manusia. Edisi kedua. Cetakan

kelima. BPFE. Yogyakarta.

Hasibuan, Melayu. SP, 1991.Manajemen Sumber

Daya Manusia. Rajawali Jakarta.

Islamy, M. Irfan, 1996. Perilaku Kekuasaan

Pemimpin Lokal. Disertasi Program Pasca

Sarjana Universitas Arlangga. Surabaya.

I s l amy, M. I r f an , 1995 . Power Da lam

Kepemimpinan, Materi Short Course

Kepemimpinan Eksekutif, FIA Unibraw.

Malang

Islamy, M. Irfan, 1995. Motivasi dan kepemimpinan.

FIA. Unibraw. Malang

35

Page 38: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

Isaac, Stephen. 1992. Handbook In Reseach And

Evaluation. William B. Michael. Edits. San

Diego.California.

Kenneth. N. Wexley and Gery A. Yuki. Richard. 1997.

Organizational Behavior and Personnel

Psychology. D. Irwin Inc. Homewood. Illionis.

60430. Irwin. Dorsey. L.Limited. First.

Printing. Georgetown. Ontario. L7G4B3. USA

Kerlinger, Fred. N. 1995. Foundation of Behavioral

Research. Third Edition. Edisi Bahasa

Indonesia : Asas-Asas Penelitian Behavioral.

Penterjemah. Simatupang Landung. R. Editor J.

Koesoemanto. Cetakan keempat. Gajah Mada

University Press Yogyakarta.

Nadler and Leonard, 1990. Human Resource

Development, The Handbook of Human

Resource Development. Leonard & Zeace

Nadler (ed). Second edition. John Wiley & Sons

Inc. Canada

Nitisemito, Alex S, 1989, Manajemen Suatu Dasar

Dan Pengantar. Edisi Revisi Kedua. Ghalia

Indonesia. Jakarta.

Roethlisberger, F.J, 1991. Management And Morale.

Terjemahan Manajemen Dan Moril Pekerja.

Alih Bahasa : JaRDANIS b. Aksara Baru.

Jakarta.

Robbin, Stephen P. 1996. Organizational Behavior :

Conseps, Controversies, Applications. Seventh

Edition. Edisi Bahasa Indonesia. Perilaku

Organisasi : Konsep Kontroversi, Aplikasi.

Alih Bahasa : Pujaatmaka. Hadyana

Penyunting Benyamin Molan. Jilid dua.

Prehalindo. Jakarta.

Siagian, Sondang P. 1987. Organisasi dan

Manajemen. Gramedia. Jakarta.

Simamora, Henry, 1995, Manajemen Sumber Daya

Manusia, Cetakan Pertama, Penerbit Bagian

Penerbitan STIE YKPN, Yogyakarta

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, 1985.

Metode Penelitian Survei. LP3ES. Jakarta.

Sudjana. 1992. Metode statistika. Tarsito. Bandung.

Sujak, Abi, Kepemimpinan Manajer : Konsep Dasar

dan Implikasi. Cetakan kelima, Rajawali,

Jakarta. 1990

Sugiyono, 1990, Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta.

Bandung.

Swasto , Bambang 1996. Pengembangan

Sumberdaya Manusia, Pengaruhnya

Terhadap Kinerja dan Imbalan. FIA dan

FAPET Universitas Brawijaya Malang.

Strauss, George. 1986. Personnel Management.

Terjemahan. Segi Manusia Dan Organisasi

Manajemen Personalia. Alih Bahasa : Ny.

Grace. M. Hadi Kusuma dan Ny. Rochmulyati

Hamzah. Cetakan Pertama. Edisi Revisi

Penerbit. IPPM dan PT. Pustaka. Binaman.

Presindo. Jakarta.

Timpe, A. Dale. 1993. Motivation of Personnel.

Terjermahan. Seri Ilmu dan Seri Manajemen

Bisnis. Memotivasi Pegawai. Alih Bahasa :

Soesanto Budidharma. PT. Gramedia Asri

Media. Jakarta.

Terry, George. R. 1980. Motivasi dan Organisasi

Perkantoran . ANS. Jakarta.

Widjaja, A. W. 1995. Administrasi Kepegawaian

Suatu Pengantar. PT. Raja Grafindo Persada.

Jakarta.

Walizer, Michael H. 1993. Research Methods And

Analysis Searching For Relationships. Terjemahan

Metode Dan Analisis Penelitian.

36 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008

Page 39: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

PENGARUH PENGUMUMAN DEVIDEN TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTURDI BURSA EFEK INDONESIA

Dwi Ermayanti S

AbstractInvesting in stock exchange is a chance to improve wealth because it can offer high return compare with bank deposit commonly call dividend that is profit sharing for stock holder. To know how much return the stock holder has, they can get the information from dividend statement. This statement also has function as indicator of company in the future.

Keywords: Stock, dividend statement

Selama l ima tahun terakhir kiner ja

perekonomian Indonesia menunjukkan trend

pertumbuhan yang membaik. Perkembangan

perekonomian Indonesia yang positif tersebut secara

tidak langsung berpengaruh terhadap kegiatan

investasi di Pasar modal Indonesia. Faktor-faktor

ekonomi makro secara empiris terbukti mempunyai

pengaruh terhadap perkembangan investasi di

beberapa negara. Bagi investor, berinvestasi di pasar

modal merupakan kesempatan untuk meningkatkan

kekayaannya karena berinvestasi di pasar modal

menawarkan tingkat pengembalian (return) yang

cenderung lebih tinggi dibandingkan deposito

perbankan dan memungkinkan investor untuk

memilih investasi sesuai dengan preferensi mereka.

Tingkat pengembalian (return) yang diharapkan oleh

investor dalam melakukan investasinya berupa : 1)

Capital Gain, yaitu keuntungan penjualan saham

akibat selisih dari harga jual saham dengan harga

belinya, (Jogiyanto, 2000:101). 2) Devidend, yaitu

pembagian keuntungan kepada pemegang saham PT

yang sebanding dengan jumlah lembar yang dimiliki,

(Zaki Baridwan, 2000:434). Pada setiap pengambilan

keputusan investasi, investor dihadapkan pada

keadaan ketidakpastian atau risiko. Seorang investor

tidak mengetahui dengan pasti hasil yang akan

diperoleh dari investasi yang dilakukannya. Hal ini

mendorong investor yang rasional untuk selalu

mempertimbangkan risiko dan tingkat pengembalian

yang diharapkan dari setiap sekuritas. Apabila

pemodal mengharapkan untuk memperoleh tingkat

keuntungan yang tinggi, maka dia harus bersedia

menerima risiko yang tinggi pula. Adapun risiko yang

m u n g k i n a k a n d i h a d a p i i n v e s t o r y a n g

menginvestasikan dananya dalam bentuk saham,

antara lain berupa : penurunan harga saham (Capital

Loss), deviden yang sangat rendah atau bahkan tidak

menerima deviden, dan lain-lain. Keputusan investasi

di pasar modal memerlukan berbagai macam

informasi. Terdapat berbagai jenis informasi di pasar

modal, salah satu tipe informasi tersebut adalah

pengumuman deviden. Pengumuman deviden

menggambarkan sejumlah uang yang akan diperoleh

para pemegang saham untuk setiap lembar saham

yang dimiliki. Oleh karena itu pengumuman deviden,

yang kemudian dapat dihitung lebih lanjut untuk

mengetahui besarnya perubahan jumlah deviden bila

dibandingkan dengan periode sebelumnya. Informasi

ini diharapkan akan menstimulasi reaksi para

pemegang saham yang nampak dalam bentuk

perubahan harga saham. Jika harga saham yang

terbentuk di pasar lebih besar dari harga saham yang

diharapkan, maka hal tersebut akan menghasilkan

abnormal return

Pasar Modal

Pada dasarnya pasar modal (Capital Market)

merupakan pasar untuk berbagai instrument keuangan

jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik

dalam bentuk utang ataupun modal sendiri, kalau

pasar modal merupakan pasar untuk surat berharga

jangka panjang, maka pasar uang (money market)

pada sisi yang lain merupakan pasar surat berharga

jangka pendek. Peranan pasar modal dalam suatu

perekonomian negara adalah sebagai berikut Fungsi

Tabungan (Savings Function), Fungsi Kekayaan

Dwi Ermayanti S , Dosen STIE PGRI Dewantara Jombang

37

Page 40: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

(Wealth Function), Fungsi Likuiditas (Liquidity

Function) Fungsi Pinjaman (Credit Function)

Saham

Saham dapat didefinisikan sebagai tanda

penyertaan atau kepemilikkan seseorang atau badan

dalam suatu perusahaan atau Perseroan Terbatas (PT).

Wujud saham adalah selembar kertas yang

menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah

pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga

tersebut serta menunjukkan hak pemodal untuk

memperoleh bagian prospek dari kekayaan

perusahaan yang menerbitkan sekuritas tersebut.

Jenis-Jenis Saham

Ada beberapa sudut pandang yang membedakan

saham, yang diwujudkan dalam beberapa kategori

sebagai berikut :

a. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih

atau klaim, maka saham terbagi atas : Saham

Biasa (Common Stock) dan Saham Preferen

(Preferred Stock).

b. Dilihat dari cara peralihannya saham dapat

dibedakan atas Saham Atas Unjuk (Bearer

Stock) dan Saham Atas Nama (Registered

Stocks)

c. Ditinjau dari kinerja perdagangan, maka saham

dapat dikategorikan atas: Blue-Chips Stocks,

Income Stocks, Emiten

Penilaian Saham

Ada dua macam analisis yang banyak digunakan

untuk menentukan nilai sebenarnya dari saham, yaitu :

Analisis Fundamental, ada dua cara pendekatan

untuk menghitung nilai intrinsik saham, yaitu dengan

pendekatan nilai sekarang (present value approach)

dan pendekatan PER (P/E ratio approach).

Pendekatan nilai sekarang juga disebut dengan

metode kapitalisasi laba (capitalization of income

method) karena melibatkan proses kapitalisasi nilai-

nilai arus kas (cash flow) masa depan yang

didiskontokan menjadi nilai sekarang. Salah satu

pendekatan yang menggunakan nilai laba perusahaan

untuk mengestimasikan nilai intrinsik adalah

pendekatan PER (Price Earning Ratio) yang disebut

juga dengan earning multiplier. Analisis Teknikal,

didasarkan pada anggapan bahwa harga suatu

sekuritas akan ditentukan oleh penawaran dan

permintaan terhadap sekuritas tersebut. Analisis

teknikal didasarkan pada beberapa asumsi dasar,

yaitu : Penawaran dan permintaan harga sekuritas

yang akan ditentukan oleh interaksi antara penawaran

dan permintaan, Sekuritas itu sendiri dipengaruhi oleh

banyak faktor, baik yang rasional maupun irrasional,

Perubahan harga sekuritas condong bergerak pada

satu arah tertentu (trend), Pergeseran panawaran dan

permintaan sekuritas akan mempengaruhi arah

perubahan harga.

Investasi

Menurut Sunariyah (2000:4), pengertian investasi

adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva

yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama

dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-

masa yang akan datang. Keputusan penanaman modal

tersebut dapat dilakukan oleh individu atau suatu

entitas yang mempunyai kelebihan dana. Investasi

dalam arti luas terdiri dari 2 (dua) bagian utama, yaitu :

investasi dalam bentuk aktiva riil (real asset), seperti

emas, intan, barang-barang seni, real estate, dan

investasi dalam bentuk surat-surat berharga atau

sekuritas (marketable securities atau financial

assets), seperti surat-surat berharga yang pada

dasarnya merupakan klaim atas aktiva riil yang

dikuasi oleh suatu entitas.

Jenis-Jenis Investasi

Menurut Sunariyah (2000:4), pemilikan aktiva

finansial dalam rangka investasi pada sebuah institusi

atau perusahaan dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara,

yaitu :

a) Investasi Langsung (Direct Investing) Diartikan

sebagai suatu pemilikan surat-surat berharga secara

langsung dalam suatu institusi atau perusahaan yang

secara resmi telah go public dengan harapan akan

mendapatkan keuntungan berupa penghasilan

devidend dan capital gain, dan b) Investasi Tidak

Langsung (Indirect Investing) Investasi tidak

langsung terjadi bila surat-surat berharga yang

dimiliki diperdagangkan kembali oleh perusahaan

investasi (investment company) yang berfungsi

sebagai perantara (intermediary). Dalam peranannya

sebagai investor tidak langsung, pedagang perantara

(pialang) mendapatkan devidend atau capital gain

38 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008

Page 41: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

seperti halnya dalam investasi langsung, selain itu

juga akan memperoleh penerimaan berupa capital

gain atas hasil perdagangan portofolio yang dilakukan

oleh perusahaan perantara tersebut.

Keuntungan Investasi Dalam Bentuk Saham

Menurut Pandji dan Piji (2001:54), pada dasarnya ada

tiga keuntungan yang diperoleh investor yang

melakukan investasi, yaitu : 1) Capital Gain yaitu

bagian dari keuntungan perusahaan yang dibagikan

kepada pemilik saham, 2) Devidend yaitu keuntungan

yang diperoleh dari selisih harga jual dengan harga

beli dan Manfaat Non Finansial yaitu timbulnya

kebanggaan dan kekuasaan memperoleh hak suara

dalam menentukan jalannya perusahaan.

Risiko Investasi.

Menurut Pandji dan Piji (2001:78), dalam

melaksanakan investasi, investor diharapkan

memahami adanya risiko, antara lain sebagai berikut :

1) Risiko Finansial, yaitu risiko yang diterima oleh

investor akibat dari ketidakmampuan emiten saham

memenuhi kewajiban pembayaran deviden atau

bunga serta pokok investasi. 2) Risiko Pasar yaitu

risiko akibat menurunnya harga pasar substansial baik

keseluruhan saham maupun saham tertentu akibat

perubahan tingkat inflasi ekonomi, keuangan negara,

perubahan manajemen perusahaan, atau kebijakan

pemerintah. 3) Risiko Psikologis yaitu risiko bagi

investor yang bertindak secara emosional dalam

menghadapi perubahan harga saham berdasarkan

optimisme dan pesimisme yang dapat mengakibatkan

kenaikan dan penurunan harga saham. Jika banyak

investor yang membeli saham melebihi supply yang

tersedia dalam pasar maka akan mendorong harga

keseluruhan semakin meningkat, keadaan ini dikenal

dengan nama “bullmarket”. Sedangkan apabila

banyak investor menjual sahamnya sehingga

mendorong harga yang makin menurun disebut

“bearmarket”.

Deviden

Menurut Zaki Baridwan (2000:434), deviden

diartikan sebagai pembagian keuntungan kepada

pemegang saham PT yang sebanding dengan jumlah

lembar yang dimiliki. Biasanya deviden dibagikan

dengan interval waktu yang tetap, tetapi kadang-

kadang diadakan pembagian deviden tambahan pada

waktu yang bukan biasanya. Apabila deviden-deviden

yang dibagikan berbentuk selain uang tunai maka

akan dicatat dengan judul yang sesuai. Jika digunakan

istilah deviden saja, maka yang dimaksudkan adalah

deviden kas.

Bentuk-Bentuk Deviden

Menurut pendapat Zaki Baridwan (2000:434),

deviden yang dibagi oleh perusahaan bisa mempunyai

beberapa bentuk sebagai berikut : Deviden Kas,

Deviden Aktiva Selain Kas (Property Devidends),

Deviden Utang (Scrip Devidens), Deviden Likuidasi

dan Deviden Saham

Hubungan Deviden dengan Saham

Pembayaran deviden selalu diikuti oleh kenaikkan

harga saham. Sedangkan penurunan deviden akan

diikuti dengan penurunan harga saham. Kenyataan ini

menunjukkan bahwa investor secara keseluruhan

lebih menyukai pembayaran devidend daripada

capital gain, karena deviden mempunyai risiko yang

lebih kecil daripada capital gain (Brigham dan

Gapenski, 1993) yang dikutip oleh Suhartatik

(2005:27). Karena perubahan cenderung enggan

untuk menurunkan tingkat deviden mereka, sehingga

perusahaan hanya akan meningkatkan deviden

apabila prospek keuntungan di masa yang akan datang

lebih baik atau paling tidak stabil.

Hasil Empiris Studi Peristiwa (Even Study)

Pemecahan Saham (Stock Split) adalah memecah

selembar saham menjadi banyak lembar saham.

Secara umum stock split merupakan pemecahan nilai

saham ke dalam nilai nominal yang lebih kecil

sehingga jumlah lembar saham yang beredar

meningkat, (Agus Sartono, 1997:259).

Right Issue merupakan hak untuk memesan saham

baru yang akan dikeluarkan oleh emiten. Rights ini

diberikan cuma-cuma dan diprioritaskan kepada

pemegang saham biasa untuk memesan saham baru.

Pada umumnya tujuan rights issue adalah untuk

menghimpun dana segar yang akan digunakan untuk

ekspansi usaha, membayar pinjaman, atau untuk

modal kerja. Beberapa tujuan lainnya adalah untuk

meningkatkan porsi kepemilikan pemegang saham,

atau untuk meningkatkan jumlah saham beredar

sehingga lebih likuid perdagangannya.

39Dwi Ermayanti S , PPada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia

engaruh Pengumuman Deviden Terhadap Return Saham

Page 42: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

Penawaran Perdana (Initial Public Offering atau

IPO) Perusahaan yang pertama melemparkan

sahamnya ke pasar saham disebut melakukan

penawaran perdana (IPO). Karena harga pasar

sekuritas sebelumnya tidak diketahui, maka laporan

keuangan yang disertakan di dalam prospektus

merupakan informasi yang berguna untuk

memperkirakan harga sekuritas tersebut

Pengumuman Deviden

Miller dan Modigliani (1961) dalam buku (Jogiyanto,

2000:403), menunjukkan bahwa deviden sifatnya

adalah tidak relevan di dalam menentukan nilai dari

perusahaan. Jika hal ini benar, pertanyaannya adalah

mengapa masih banyak perusahaan yang membayar

deviden, bahkan meningkatkan nilai devidennya.

Hasil studi-studi tentang apakah deviden

mengandung informasi yang berguna untuk pasar juga

menghasilkan kesimpulan yang masih bercampur.

METODOLOGI PENELITIAN

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Pengumuman Deviden merupakan pengumuman

yang menggambarkan sejumlah keuntungan yang

akan diperoleh para pemegang saham untuk setiap

lembar saham yang dimiliki. Adapun item dari

pengumuman deviden itu sendiri, yaitu : Harga Saham

(X ) adalah harga yang tercantum pada setiap lembar 1

saham dan Reaksi Pasar (X ) adalah reaksi yang 2

ditunjukkan oleh para pemegang saham sehingga

mengakibatkan perubahan pada harga saham.

Return Saham (Y) adalah tingkat keuntungan yang

diperoleh untuk setiap lembar saham yang dimiliki.

Adapun metode-metode yang digunakan dalam

menghitung return saham, yaitu sebagai berikut : 1)

Model Pasar (Market Model) Merupakan

perhitungan return ekspektasi dengan model pasar

(market model) ini dilakukan dengan dua tahap, yaitu

membentuk model ekspektasi dengan menggunakan

data realisasi selama periode estimasi dan

menggunakan model ekspektasi ini untuk

mengestimasi return ekspektasi di periode jendela.

E (R ) = á + ß . RM + eit i i t it

Persamaan market model di atas merupakan regresi

linier yang diperoleh dengan meregresikan R dan Ri m

untuk memperoleh dan selama periode estimasi,

sebagai berikut :

1. Actual Return , adalah return sesungguhnya atau return yang

telah terjadi.

Rit

= 1it

1itit

P

PP

-

--

2.

Return Pasar atau Return Market

adalah Return Indeks Pasar.

Rmt

= 1t

1tt

IHSG

IHSGIHSG

-

--

3.

b

= Merupakan pengukuran resiko sistematik (systematic

risk) dari suatu sekuritas terhadap resiko pasar.

ßi =( )()()()()åå

å åå-

-2

m

2

m

mm1

RRn

RRIR.R.n

ái =n

R.R m1ååb-

Return Tidak Normal (Abnormal Return)

Ada selisih antara return sesungguhnya yang terjadi

dengan return ekspektasi atau dengan return

sesungguhnya yang diharapkan (Expected Return).

RTN , = R – E(R )i t i,t i,t

Rata-Rata Tidak Normal

RRTNt = k

t,RTNik

1i

å=

Metode-metode di bawah ini dilakukan untuk

mengetahui pengaruh pengumuman deviden terhadap

return saham. Adapun langkah-langkah yang

dilakukan dalam analisis data ini adalah sebagai

berikut : 1) Menghitung Market Model sebelum dan

sesudah pengumuman deviden, Merupakan

perhitungan return ekspektasi dalam membentuk

model ekspektasi dengan menggunakan data realisasi

selama periode estimasi dan untuk mengestimasi

return ekspektasi diperiode jendela, 2) Menghitung

Abnormal Return sebelum dan sesudah pengumuman

deviden, Merupakan selisih antara return

sesungguhnya terjadi dengan return ekspektasi atau

dengan return sesungguhnya yang diharapkan

(Expected Return) dan 3) Menghitung Rata-Rata

Return Tidak Normal sebelum dan sesudah

pengumuman deviden. Merupakan pengujian dari

adanya abnormal return yang tidak dilakukan untuk

tiap-tiap sekuritas tetapi dilakukan secara agregat

40 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008

Page 43: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

pada seluruh sekuritas untuk tiap-tiap hari di periode

peristiwa.

Penentuan Populasi dan Sampel

Kriteria-kriteria tersebut adalah : 1) Perusahaan

Manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia, 2)

Perusahaan Manufaktur yang melakukan

pengumuman deviden selama periode tahun 2006-

2007, 3) Perusahaan tidak melakukan kebijakan lain

(stock spilt atau right issue) di sekitar jendela

pengamatan selain kebijakan pengumuman

devidennya. Jendela pengamatan adalah periode

pengamatan harian, dimana penulis mencoba

melakukan penelitian dengan data harian yaitu

periode estimasi selama 30 hari dan periode peristiwa

selama 21 hari yaitu 10 hari sebelum pengumuman

deviden, hari ke-0 sebagai saat terjadinya

pengumuman deviden dan 10 hari setelah

pengumuman deviden atau H+10 dengan alasan

bahwa diharapkan kecil kemungkinan faktor-faktor

yang dapat mempengaruhi perubahan return saham

seperti mempengaruhi kondisi ekonomi, politik,

perubahan tingkat suku bunga dan lain-lain. Populasi

dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan

Manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia

yaitu sebanyak 133 perusahaan pada tahun 2006-

2007. Dengan memperhatikan kriteria tersebut,

penulis mencoba membuat rincian pengambilan

sampel sebagai berikut :

Keterangan

Tahun

2006 2007

Total perusahaan manufaktur

Perusahaan tidak mengumumkan deviden

Perusahaan yang melakukan kebijakan lain (stock split atau right issue)

133(114)

(2)

133(111)

(6)

Jumlah sampel yang digunakan 17 16

Jumlah Perusahaan Sampel

Sumber : JSX Statistics, 2006-2007

Berikut ini nama Perusahaan Manufaktur yang

mengumumkan deviden periode tahun 2006-2007,

adalah sebagai berikut :

No

Kode

Nama Perusahaan

Tanggal Pengumuman

Deviden1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

MERK

ARNA

BRAM

ALMI

SHDA

AQUA

MAPI

RMBA

JPRS

UNIC

SMSM

MLBI

AKRA

GDYR

HMSP

PT. MERCK, Tbk

PT. Arwana Citramulia, Tbk

PT. Branta Mulia, Tbk

PT. Alumuindo Light Metal Industry, Tbk

PT. Sari Husada, Tbk

PT. Aqua Golden Mississipi, Tbk

PT. Mitra Adiperkasa, Tbk

PT. Bentoel Internasional Investama, Tbk

PT. Jaya Pari Steel, Tbk

PT. Unggul Indah Cahaya, Tbk

PT. Selamat Sempurna, Tbk

PT. Multi Bintang Indonesia, Tbk

PT. AKR Corporindo, Tbk

PT. Goodyear Indonesia, Tbk

PT. HM Sampoerna, Tbk

26 April 2006

03 Mei 2006

12 Juni 2006

16 Juni 2006

19 Juni 2006

23 Juni 2006

30 Juni 2006

03 Juli 2006

07 Juli 2006

24 Juli 2006

02 Agustus 2006

10 Agustus 2006

14 Agustus 2006

21 September 2006

06 November 2006

16.

17.

18.19.20.21.22.23.24.25.26.27.28.29.30.31.32.33.

BATA

AKKU

TCIDPBRXTSPCINTPSCCOKLBFKAEFLTLSTOTOINDRMYORMTDLGGRMAUTOASIIUNVR

PT. Sepatu Bata, Tbk

PT.Anaka Kemasindo Utama, Tbk

PT.MANDOM Indonesia, TbkPT.Pan Brothers, TbkPT.Tempo Scan Pacific, TbkPT.Indocement Tunggal Praskarsa, TbkPT.SUCACO, TbkPT.Kalbe Farma, TbkPT.Kimia Farma, TbkPT.Lautan Luas, TbkPT.Surya Toto Indonesia, TbkPT.Indo-Rama Synthetics, TbkPT.Mayora Indah, TbkPT.Metrodata Electronics, TbkPT.Gudang Garam, TbkPT.Astra Autoparts, TbkPT.Astra International, TbkPT.Unilever Indonesia, Tbk

20 Desember 200627 Desember 200626 April 200727 April 200704 Mei 200707 Mei 200722 Mei 200725 Mei 200729 Mei 200705 Juni 200712 Juni 200714 Juni 200727 Juni 200728 Juni 200728 Juni 200727 September 200709 Oktober 200710 November 2007

Nama Perusahaan Sampel

Sumber : JSX Statistics, 2006-2007

Sumber Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data

sekunder yaitu data yang sudah diolah oleh pihak

perusahaan dan sudah diterbitkan dalam bentuk

laporan keuangan atau dengan kata lain data yang

tidak secara langsung diambil dari perusahaan yang

bersangkutan yaitu melalui Bursa Efek Indonesia

(BEI). Data yang diperlukan meliputi 1) Tanggal

pengumuman deviden tunai perusahaan pada periode

tahun 2006-2007, 2) Harga saham harian untuk tiap-

tiap saham perusahaan yang dijadikan sampel pada

periode tahun 2006-2007 (closing prise). 3) Indeks

Harga Saham Gabungan pada tahun 2006-2007.

Teknis Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini

menggunakan metode kuantitatif. Adapun langkah-

langkah dalam pengujian statistik adalah sebagai

berikut :

41

Page 44: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

a. Analisis Regresi Linier Berganda

Y = â + â X + â X + e0 1 1 2 2

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Analisa Data

Perhitungan terhadap data dilakukan untuk masing-

masing perusahaan dalam periode jendela yaitu untuk

10 hari sebelum pengumuman deviden dan 10 hari

sesudah pengumuman deviden. Total abnomal return

saham dihitung satu persatu untuk masing-masing

perusahaan. Perhitungan abnormal return diperoleh

dari data actual return dikurangi dengan expected

return atau model pasar (market model). Perhitungan

return ekspektasi dengan model pasar (market model)

dilakukan dengan membentuk model ekspektasi

dengan menggunakan data realisasi selama periode

estimasi dan menggunakan model ekspektasi ini

untuk mengestimasi return ekspektasi di periode

jendela. Periode estimasi (estimation period)

umumnya merupakan periode estimasi selama 30 hari

sebelum periode jendela. Model ekspektasi dapat

dibentuk dengan menggunakan teknik regresi.

Perhitungan Harga Saham

Dalam menghitung harga saham penul is

menggunakan actual return (lampiran 3) dengan

rumus sebagai berikut :

Rit = 1it

1itit

P

PP

-

--

Hasil perhitungan rata-rata actual return untuk 33

perusahaan selama periode jendela secara

keseluruhan adalah sebagai berikut

Rata-Rata Nilai Actual Return dari Data Keseluruhan

Hari Ke- Sebelum Sesudah

0

0,002489

1

-0,023877

0,034335

2

-0,061310

0,071539

3

-0,100580

0,111844

4

-0,134959

0,132304

5

-0,160418

0,164728

6

-0,201245

0,199391

7

-0,227779

0,237320

8 -0,263972 0,267091

9 -0,296866 0,308980

10 -0,322805 0,338818

Jumlah -1,793812 1,866350

Sumber : Data Diolah 2009

Perhitungan Reaksi Pasar

Untuk menghitung reaksi pasar penulis menggunakan

return pasar atau market return (lampiran 5), dengan

rumus sebagai berikut :

Rmt = 1t

1tt

IHSG

IHSGIHSG

-

--

Hasil perhitungan rata-rata market return untuk 33

perusahaan selama periode jendela secara

keseluruhan adalah sebagai berikut :

Hari Ke- Sebelum Sesudah

0 0.0069771 -0.026622 0.033111

2

-0.065609

0.069817

3

-0.099219

0.104882

4

-0.133479

0.138647

5

-0.162098

0.167678

6

-0.194447

0.198925

7

-0.235396

0.236155

8

-0.269726

0.264537

9

-0.294977

0.302905

10 -0.326526 0.302905

Jumlah

-1.808100

1.819561

Rata-Rata Nilai Market Return dari Data Keseluruhan

Sumber : Data Diolah 2009

Dari hasil perhitungan tabel diatas terlihat bahwa

market return saham rata-rata sebelum pengumuman

deviden cenderung negatif. Pada hari ke 0, market

return telah mengalami kenaikkan dan sesudah

pengumuman deviden rata-rata market return hampir

sebagian besar saham mengalami kenaikan. Hal ini

berarti pengumuman deviden yang dilakukan oleh

perusahaan dapat mempengaruhi reaksi pasar,

sehingga mengakibatkan harga saham naik.

42 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008

Page 45: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

Perhitungan Return Saham

Sehingga rata-rata abnormal return saham untuk 33

perusahaan selama periode jendela secara

keseluruhan adalah sebagai berikut :

Hari Ke- Sebelum Sesudah

0 9.336,591167

1 9.353,084119 9.352,628513

2 9.342,823365 9.372,895407

3 9.332,263293 9.424,832832

4 9.276,997191

9.562,854171

5 9.269,152611

9.504,719223

6 9.246,495404

9.481,866800

7 9.250,902294

9.455,323418

8 9.241,789398

9.506,657778

9 9.119,258718

9.495,986967

10 9.170,760000

9.596,421015

Jumlah 92.603,526393

94.754,186123

Rata-Rata Nilai Abnormal Return dari Data Keseluruhan

Sumber : Data Diolah 2009

Dari hasil perhitungan dalam tabel 4.5 terlihat bahwa

abnormal return saham rata-rata sebelum

pengumuman deviden cenderung positif. Pada hari ke

0, abnormal return telah mengalami penurunan dan

sesudah pengumuman deviden rata-rata abnormal

return hampir sebagian besar saham mengalami

kenaikan. Hal ini berarti pengumuman deviden yang

dilakukan oleh perusahaan diartikan positif oleh

investor, sehingga harga saham naik dan secara

langsung pendapatan perusahaan mengalami

kenaikan.

Analisa Regresi Linier Berganda

Pengaruh Sebelum Pengumuman Deviden Terhadap Return

Saham

Sumber : Data Primer Yang Diolah

Sumber : Data Primer Yang Diolah

Besar hubungan antar variabel return saham dengan

harga saham yang dihitung dengan koefisien korelasi

adalah 0,931, sedangkan variabel return saham

dengan reaksi pasar yang dihitung dengan koefisien

korelasi adalah 0,923. Secara teoritis, karena korelasi

antara return saham dengan harga saham lebih besar,

maka variabel harga saham lebih berpengaruh tehadap

return saham daripada reaksi pasar, Terjadi korelasi

yang cukup kuat antara variabel harga saham dengan

reaksi pasar, yaitu 0.999.

Sumber : Data Primer Yang Diolah

Angka R square adalah 0,898. Hal ini berarti 89,8%

dari variasi return saham perusahaan bisa dijelaskan

oleh variabel harga saham dan reaksi pasar. Dan

sisanya (100%-89,8% = 10,2%) dijelaskan oleh

variabel yang lain selain harga saham (X ) dan Reaksi 1

Pasar (X ). Standard Error of Estimate adalah 2

26,87822 (satuan yang dipakai adalah variabel

dependen atau dalam hal ini adalah return saham).

Perhatikan pada analisis sebelumnya, bahwa standar

deviasi return saham adalah 74,14872 yang lebih

besar dari Standard Error of Estimate sebesar

26,878822. Oleh karena lebih kecil dari standar

deviasi return saham, maka model regresi lebih bagus

dalam bertindak sebagai prediktor return saham

daripada rata-rata return saham itu sendiri.

43

Page 46: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

Sumber : Data Primer Yang Diolah

Dari uji Anova atau F test didapat nilai F sebesar hitung

30,747, sedangkan nilai F sebesar 4,10 ini berarti Htabel o

ditolak dan H diterima. Adapun nilai probabilitasnya a

sebesar 0,000 yang menunjukkan bahwa persamaan

regresi yang didapat secara statistik terbukti bahwa

s e b e l u m p e n g u m u m a n d e v i d e n m a m p u

mempengaruhi return saham.

Sumber : Data Primer Yang Diolah

Dari tabel di atas dapat digambarkan persamaan

regresi linier berganda sebagai berikut : Y = 9380,514

+ 3721,619X – 3027,594X + e1 2

Konstanta sebesar 9380,514 menyatakan bahwa jika

tidak ada harga saham atau reaksi pasar, maka return

saham adalah 9380,514, Koefisien regresi X sebesar 1

3721,619 menyatakan bahwa setiap penambahan

sebesar 1, maka harga saham juga diprediksi

mengalami kenaikan sebesar 3721,619, Koefisien

regresi X sebesar -3027,594 menyatakan bahwa 2

setiap penurunan (karena tanda -)sebesar 1, maka

reaksi pasar juga mengalami penurunan sebesar

3027,594. Namun sebaliknya, jika reaksi pasar naik

sebesar 1, maka return saham juga diprediksi

mengalami kenaikan sebesar 3027,594.

Pengaruh Sesudah Pengumuman Deviden Terhadap Return Saham

Sumber : Data Primer Yang Diolah

Rata-rata reaksi pasar (dalam 10 hari) adalah 0,1854

dengan standar deviasi 0,10075, Rata-rata harga

saham (dalam 10 hari) adalah 0,1866 dengan standar

deviasi 0,10154, Rata-rata return saham (dalam 10

hari) adalah 9474,4151 dengan standar deviasi

76,84134.

Sumber : Data Primer Yang Diolah

Besar hubungan antar variabel return saham dengan

harga saham yang dihitung dengan koefisien korelasi

adalah 0,732, sedangkan variabel return saham

dengan reaksi pasar yang dihitung dengan koefisien

korelasi adalah 0,751. Secara teoritis, karena korelasi

antara return saham dengan reaksi pasar lebih besar,

maka variabel reaksi pasar lebih berpengaruh

terhadap return saham daripada harga saham. Terjadi

korelasi yang cukup kuat antara variabel harga saham

dengan reaksi pasar, yaitu 0.999. Hal ini menandakan

adanya korelasi diantara variabel bebas.

Sumber : Data Primer Yang Diolah

Angka R square adalah 0,808 Hal ini berarti 80,8%

dari variasi return saham perusahaan bisa dijelaskan

oleh variabel harga saham dan reaksi pasar. Dan

sisanya (100%-80,8% = 19,2%) dijelaskan oleh

variabel yang lain selain harga saham (X1) dan reaksi

pasar (X2). Standard Error of Estimate adalah

38,16989 (satuan yang dipakai adalah variabel

dependen atau dalam hal ini adalah return saham).

Perhatikan pada analisis sebelumnya, bahwa standar

deviasi return saham adalah 76,84134 yang lebih

besar dari Standard Error of Estimate sebesar

38,16989.

44 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008

Page 47: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

Dari uji Anova atau F test didapat nilai F sebesar hitung

14,737 dan nilai F sebesar 4,10. Jadi niali F > Ftabel hitung tabel

ini berarti H ditolak dan H diterima. Adapun nilai o a

probabilitasnya sebesar 0,003 yang menunjukkan

bahwa persamaan regresi yang di dapat secara statistik

terbukti bahwa sesudah pengumuman deviden

mampu mempengaruhi return saham.

Sumber : Data Primer Yang Diolah

Sumber : Data Primer Yang Diolah

Dari tabel di atas dapat digambarkan persamaan

regresi linier berganda sebagai berikut : Y = 9368,645

- 10017,058X + 10661,383X + e1 2

Konstanta sebesar 9368,645 menyatakan bahwa jika

tidak ada harga saham atau reaksi pasar, maka return

saham adalah 9368,645. Koefisien regresi X sebesar -1

10017,058 menyatakan bahwa setiap penambahan

sebesar 1, maka harga saham juga diprediksi

mengalami penambahan sebesar -10017,058.

Koefisien regresi X sebesar -10017,058 menyatakan 2

bahwa setiap penurunan (karena tanda -)sebesar 1,

maka reaksi pasar juga mengalami penurunan sebesar

10017,058.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Dari hasil pengujian hipotesis sebelum

pengumuman deviden secara parsial yang

pertama, dapat diketahui bahwa hasil analisa

regresi variabel harga saham (X ) terhadap return 1

saham (Y ) menunjukkan nilai t sebesar 1,781 1 hitung

sedangkan t sebesar 2,220. Jadi t < t ini tabel hitung tebel

berarti H diterima dan H ditolak. Adapun nilai o a

probabilitasnya sebesar (0,118) > 0,05 yang

berarti secara parsial tidak berpengaruh signifikan

antara harga saham (X ) terhadap return saham 1

(Y ) pada taraf signifikasi 95%. Hal ini dibuktikan 1

dengan tingkat signifikan lebih besar dari = 0,05

yaitu 0,118. Sedangkan berdasarkan hasil

pengujian secara parsial yang kedua, dapat

diketahui bahwa hasil analisa regresi variabel

reaksi pasar (X ) terhadap return saham (Y ) 2 1

menunjukkan nilai t sebesar -1,454 sedangkan hitung

t sebesar 2,220. Jadi t < t ini berarti Htabel hitung tabel, o

diterima dan H ditolak. Adapun nilaia

probabilitasnya (0,189) > 0,05 yang berarti secara

parsial tidak berpengaruh signifikan antara reaksi

pasar (X ) terhadap return saham (Y ) pada taraf 2 1

signifikasi 95%. Hal ini dibuktikan dengan

tingkat signifikan lebih besar dari = 0,05 yaitu

0,189.

2. Dari hasil pengujian hipotesis sesudah

pengumuman deviden secara parsial yang

pertama, dapat diketahui bahwa hasil analisa

regresi variabel harga saham (X ) terhadap return 1

saham (Y ) menunjukkan nilai t sebesar -2,985 1 hitung

sedangkan t sebesar 2,220. Jadi t < t ini tabel hitung tebel

berarti H diterima dan H ditolak. Adapun nilai o a

probabilitasnya sebesar (0,020) < 0,05 yang

berarti secara parsial berpengaruh signifikan

antara harga saham (X ) terhadap return saham 1

(Y ) pada taraf signifikasi 95%. Hal ini dibuktikan 1

dengan tingkat signifikan lebih besar dari = 0,05

yaitu 0,020. Sedangkan berdasarkan hasil

pengujian secara parsial yang kedua, dapat

diketahui bahwa hasil analisa regresi variabel

reaksi pasar (X ) terhadap return saham (Y ) 2 1

menunjukkan nilai t sebesar 3,152 sedangkan hitung

t sebesar 2,220. Jadi t > t ini berarti Htabel hitung tabel, o

ditolak dan H diterima. Adapun nilaia

probabilitasnya (0,016) < 0,05 yang berarti secara

parsial berpengaruh signifikan antara reaksi pasar

(X ) terhadap return saham (Y ) pada taraf 2 1

signifikasi 95%. Hal ini dibuktikan dengan

tingkat signifikan lebih besar dari = 0,05 yaitu

0,016.

Saran

1. Karena tidak adanya pengaruh antara harga saham

dan reaksi pasar terhadap return saham maka

perusahaan harus meningkatkan pendapatan atau

45

Page 48: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, Pandji dan Piji Pakarti. 2001. Pengantar Pasar Modal. Edisi Revisi. Cetakan Ketiga. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Baridwan, Zaki. 2000. Intermediate Accounting. Edisi 7. Cetakan Ke Tujuh. Yogyakarta : Fakultas Ekonomi UGM.

Coki002.woodpress.com/pengertian-saham-dan-jenis-jenis-saham/-38k-

Handaru, Sri. 1996. Manajemen Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta : Penerbit ANDI.

Husnan, Suad. 1998. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisa Sekuritas. Edisi ke tiga. Cetakan Pertama. Yogyakarta : UPP AMP YKPN.

Husnan, Suad. 2001. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisa Sekuritas. Edisi ke tiga. Cetakan Kedua. Yogyakarta : UPP AMP YKPN.

Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis

laba dengan harapan agar perusahan dapat

melakukan pembayaran deviden dan sebagai

dasar penentuan pembayaran deviden dan

kenaikan nilai saham dimasa yang akan datang.

Dengan adanya kenaikkan nilai saham maka

investor akan mengartikan kenaikan nilai saham

tersebut sebagai tanda bahwa prospek perusahaan

dimasa yang akan datang akan lebih baik sehingga

menarik minat investor untuk menanamkan

sahamnya.

2. Karena adanya pengaruh antara harga saham dan

reaksi pasar terhadap return saham maka

perusahaan harus lebih meningkatkan

keuntungan bagi para pemilik perusahaan

(pemegang saham) atas modal yang mereka

investasikan di dalam perusahaan. Selain itu

perusahaan harus lebih memperhatikan fluktuasi

dalam pembayaran deviden dan berusaha untuk

membayar deviden secara teratur baik dalam

jumlah maupun waktu.

Investasi. Edisi 2. Yogyakarta : BPFE.

Jogiyanto. 2004. Metodologi Penelitian Bisnis. Edisi 2004/2005. Yogyakarta : BPFE.

Marzuki. 2005. Metodologi Riset : Panduan Penelitian Bidang Bisnis dan Sosial. Yogyakarta : Ekonisia.

MSW Sudrajat. 1998. Mengenal Ekonometrika Pemula. Cetakan Kedua. CV. Amico : Bandung.

rac.uii.ac.id/server/document/public/2008042510394300312053.pdf

rac.uii.ac.id/server/document/public/2008050502454801312121.pdf

Sartono, Agus. 1997. Manajemen Keuangan. Edisi 3. Cetakan pertama. Yogyakarta : BPFE.

Santoso, Singgih dan Fandy Tjiptono. 2002. Riset Pemasaran dan Aplikasi SPSS. Gramedia : Jakarta.

Sugiono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Cetakan Ke Lima. Bandung : Alfa Beta.

Suhartatik. Pengaruh Pengumuman Deviden Terhadap Retrun Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia. 2005. STIESA : Surabaya.

Sunariyah. 2000. Pengetahuan Pasar Modal. Yogyakarta : UPP AMP YKPN.

Sunjaya, Ridwan. 2002. Manajemen Keuangan. Jakarta: Penerbit PT. Perhallindo.

Supranto. 1997. Metode Riset. Edisi 6. Cetakan Pertama. Jakarta : PT Rineka Cipta.

www.fmuteam.com/index.php?topic=4115.0

46 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008

Page 49: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

rac.uii.ac.id/server/document/public/2008042510394300312053.pdf

rac.uii.ac.id/server/document/public/2008050502454801312121.pdf

Sartono, Agus. 1997. Manajemen Keuangan. Edisi 3. Cetakan pertama. Yogyakarta : BPFE.

Santoso, Singgih dan Fandy Tjiptono. 2002. Riset Pemasaran dan Aplikasi SPSS. Gramedia : Jakarta.

Sugiono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Cetakan Ke Lima. Bandung : Alfa Beta.

Suhartatik. Pengaruh Pengumuman Deviden Terhadap Retrun Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia. 2005. STIESA : Surabaya.

Sunariyah. 2000. Pengetahuan Pasar Modal. Yogyakarta : UPP AMP YKPN.

Sunjaya, Ridwan. 2002. Manajemen Keuangan. Jakarta: Penerbit PT. Perhallindo.

Supranto. 1997. Metode Riset. Edisi 6. Cetakan Pertama. Jakarta : PT Rineka Cipta.

www.fmuteam.com/index.php?topic=4115.0

Anoraga, Pandji dan Piji Pakarti. 2001. Pengantar Pasar Modal. Edisi Revisi. Cetakan Ketiga. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Baridwan, Zaki. 2000. Intermediate Accounting. Edisi 7. Cetakan Ke Tujuh. Yogyakarta : Fakultas Ekonomi UGM.

Coki002.woodpress.com/pengertian-saham-dan-jenis-jenis-saham/-38k-

Handaru, Sri. 1996. Manajemen Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta : Penerbit ANDI.

Husnan, Suad. 1998. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisa Sekuritas. Edisi ke tiga. Cetakan Pertama. Yogyakarta : UPP AMP YKPN.

Husnan, Suad. 2001. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisa Sekuritas. Edisi ke tiga. Cetakan Kedua. Yogyakarta : UPP AMP YKPN.

Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi 2. Yogyakarta : BPFE.

Jogiyanto. 2004. Metodologi Penelitian Bisnis. Edisi 2004/2005. Yogyakarta : BPFE.

Marzuki. 2005. Metodologi Riset : Panduan Penelitian Bidang Bisnis dan Sosial. Yogyakarta : Ekonisia.

MSW Sudrajat. 1998. Mengenal Ekonometrika Pemula. Cetakan Kedua. CV. Amico : Bandung.

DAFTAR PUSTAKA

Page 50: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

Analisis Perilaku Konsumen Dalam Melakukan Pembelian Produk Furnitur B-Stylish di Toko Prambanan Jombang

Siti ZuhrohAgung Budi

AbstractB-Stylish store is a cloths company which deeply realize that giving more than consumers want is the key to win market rivalry. This research held to know what factors being considered by consumers to choose B-Stylish store as their favourite store. From the research known that variables: Store lay out, service, variety of products, style, discount, price, publication, and image. Key words: store, layout, service, variety of products, style, discount, price, publication, and image

Seiring dengan perkembangan dunia bisnis

guna memenuhi berbagai kebutuhan konsumen

terhadap barang dan jasa, dewasa ini telah muncul

bermacam-macam bisnis furniture atau mebel.

Pesatnya perkembangan bisnis furniture yang penuh

dengan persaingan menjadikan suatu perusahaan

membutuhkan alternatif strategi agar bisa menguasai

pasar dan memberikan keuntungan yang maksimal.

Keberhasilan suatu perusahaan dalam memenangkan

persaingan ditentukan oleh hubungan baik yang

terjalin dengan konsumen.

Pemahaman terhadap kebutuhan, keinginan

dan perilaku konsumen juga sangat penting agar

pengusaha dapat menyusun strategi dan program yang

tepat dalam rangka memuaskan pelanggannya. Salah

satu cara untuk memahami konsumen adalah dengan

mempelajari perilaku konsumen.

Menurut Engel, Blackwell, dan Miniard

dalam Suryani (2008:5) pemahaman terhadap

perilaku konsumen mencakup pemahaman terhadap

tindakan yang langsung yang dilakukan konsumen

da lam mendapatkan , mengkonsumsi dan

menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses

keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan

tersebut.

Hal yang hampir sama diungkapkan oleh

Hawkins dkk (2007 :6) dalam Suryani (2008:6) bahwa

perilaku konsumen merupakan studi tentang

bagaimana individu, kelompok dan organisasi dan

proses yang dilakukan untuk memilih, mengamankan,

menggunakan dan menghentikan produk, jasa,

pengalaman atau ide untuk memuaskan kebutuhannya

dan dampaknya terhadap konsumen dan masyarakat.

Perilaku konsumen (Customer behavior) di

definisikan sebagai tindakan-tindakan individu yang

secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan

mempergunakan barang-barang dan jasa, termasuk di

dalamnya proses pengambilan keputusan dalam

persiapan dan penentuan pada kegiatan-kegiatan

tersebut” (Anwar Prabu Mangkunegara.AA, 2002;3)

Sedangkan faktor yang mempengaruhi

perilaku konsumen menurut Philip Kotler (1997;153)

ada empat faktor yaitu ; a. Faktor Budaya, faktor

kebudayaan memiliki pengaruh yang paling luas dan

mendalam terhadap perilaku. Faktor ini dari budaya,

sub budaya dan kelas sosial. Budaya merupakan

penentu keinginan dan perilaku yang paling

mendasar. Setiap budaya terdiri dari sub-budaya yang

lebih kecil. Sub-budaya terdiri dari bangsa, agama,

kelompok ras, dan daerah geografis. Banyak sub-

budaya yang membentuk segmen pasar penting, dan

pemasar sering merancang produk dan program

pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan

mereka. b. Faktor Sosial, perilaku seorang konsumen

dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial seperti

kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status

konsumen. Kelompok acuan terdiri dari semua

kelompok yang memiliki pengaruh langsung (tatap

muka) atau tidak langsung terhadap sikap atau

perilaku seseorang. Orang sangat dipengaruhi oleh

kelompok acuan mereka sekurang-kurangnya dalam

tiga hal. Kelompok acuan menghadapkan seseorang

pada perilaku dan gaya hidup baru. Mereka juga

mempengaruhi perilaku dan konsep pribadi

seseorang. Mereka menciptakan tekanan untuk

memenuhi apa yang mungkin mempengaruhi pilihan

Siti Zuhroh , Dosen STIE PGRI Dewantara JombangAgung Budi, Mahasiswa STIE PGRI Dewantara Jombang

47

Page 51: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

produk dan merk aktual seseorang. c. Faktor Pribadi

ditentukan oleh; 1. Usia dan Tahap siklus hidup,

selera seseorang terhadap jenis produk juga sangat

dipengaruhi oleh usia orang tersebut. Untuk anak-

anak akan berbeda dengan seseorang yang telah

menginjak remaja begitu pula untuk orang dewasa.

Selera mereka akan mengalami perubahan seiring

dengan perubahan usia mereka. 2. Jabatan dan

Kondisi Ekonomi Jabatan atau pekerjaan seseorang

sangat mempengaruhi jenis barang atau jasa yang

mereka konsumsi. Bagi orang-orang atau pekerja

kasar pada umumnya mereka mengkonsumsi jenis

barang yang bersifat sederhana dan harganya relatif

murah. Sedangkan bagi mereka yang mempunyai

pendapatkan lebih banyak atau golongan menengah

keatas, tentu saja akan berbeda dalam hal

membelanjakan atau mengkonsumsikan kebutuhan

mereka. Mereka umumnya akan mengkonsumsi

pendapatan untuk jenis barang-barang mewah yang

harganya relatif tinggi. 3. Gaya Hidup, Gaya hidup

seseorang akan menunjukkan pola kehidupan arang

yang bersangkutan di dalam kehidupan sehari-hari,

bagaimana yang tercermin dalam kegiatannya, minat

dan pendapatannya. Setiap orang akan mempunyai

gaya hidup yang beraneka ragam, meskipun mereka

berasal dari kelas sosial yang sama. Untuk ini

manajemen pemasaran harus mengetahui gaya hidup

dari pada konsumen. 4. Kepribadian dan Konsep diri,

Setiap orang akan mempunyai kepribadian yang

berbeda dengan orang lain, dimana kepribadian ini

merupakan variabel yang sangat bermanfaat bila

mana mau mengadakan analisis perilaku konsumen.

d. Faktor Psikologis adalah sifat khas dari

kepr ibadian manus ia . Faktor in i sanga t

mempengaruhi terhadap keputusan pembelian, apa

yang dibeli sesuai dengan kebutuhannya, untuk apa

barang tersebut dibeli, bagaimana persepsi dan

kepercayaan terhadap suatu produk. Faktor-faktor ini

meliputi beberapa unsur : 1) Motivasi : dorongan

kebutuhan dan keinginan individu yang diarahkan

pada tujuan untuk memperoleh keputusan. 2)

Kepribadian : menyangkut kebiasaan, sikap dan ciri-

ciri sifat atau watak yang menentukan kepribadian

perilaku. 3) Persepsi : penelitian seseorang terhadap

sesuatu sehingga dia bisa menyeleksi dan

menginterpretasikan informasi, 4) Pembelajaran :

perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul dari

pengalaman, 5) Nilai, Kepercayaan : penelitian

subyektif seseorang terhadap kebaikan suatu produk,

merk pada atribut-atribut yang berbeda dalam

mengkonsumsi suatu produk, 6) Sikap : evaluasi,

perasaan emosional, dan kecenderungan tindakan

yang menguntungkan atau tidak menguntungkan dan

bertahan lama dari seseorang terhadap beberapa

obyek atau gagasan.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian

eksploratif (penjajakan), dengan variabel sebagai

berikut :

X :Model/design yang bagus1

Yaitu design produk furniture B-stylish yang cukup

menarik dan bagus

X :Potongan Harga /Discount 2

yang dimaksud disini adalah kegiatan promosi

penjualan yang dilakukan oleh perusahaan dengan

cara pemberian potongan harga bagi para pembeli.

X :Publisitas/publikasi 3

yaitu kegiatan pemasaran yang bertujuan menguatkan

brand produk dan dibutuhkan mengenai realitas

produk furniture B-Stylish.

X :Tingkat harga4

Merupakan tingkat daya beli konsumen dalam hal

memilih produk furniture yang mereka butuhkan,

tinggi rendahnya harga yang ditetapkan harus

berpedoman pada : keadaan atau kualitas barang,

konsumen yang dituju, dan suasana pasar.

X :Image produk di masyarakat5

Merupakan nama baik yang ada di masyarakat atas

kepuasannya salama ini dalam menggunakannya.

X :Tempat Parkir Luas6

Yaitu sarana parkir kendaraan yang cukup, aman dan

nyaman

X :Bentuk Gedung 7

Merupakan suatu bangunan yang secara langsung

membawa dampak pada image yang baik pada segala

bidang.

X :Pengaruh Orang lain8

Yaitu orang yang pernah dikenal, baik dekat ataupun

jauh yang dapat mempengaruhi, memotifasi

seseorang dalam membeli produk B-stylish di Toko

Prambananmemilih.

X :Lokasi toko Terjangkau9

48 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008

Page 52: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

Yaitu lokasi toko yang mudah dijangkau oleh

konsumen.

X : Kebutuhan10

Yaitu konsumen dalam membeli produk furniture B-

Stylish di Toko Prambanan Jombang ini atas dorongan

untuk memenuhi kebutuhan pribadi atau golongan.

X Pelayanan11:

Yaitu kualitas pelayanan yang diberikan oleh toko

Prambanan Jombang kepada konsumen dalam usaha

menarik perhatian, dan penilaian yang baik di mata

konsumen.

X Pilihan barang Furniture banyak12:

Yaitu barang-barang furniture B-Stylish yang

disediakan toko Prambanan terdapat banyak pilihan.

X Kelas sosial13:

Yaitu alasan psikologis konsumen bahwa dengan

membeli furniture B-stylish mampu mencerminkan

posisi ekonomi tertentu dibanding membeli produk

furniture merk lain.

POPULASI

Populasi dan sampel adalah konsumen di

toko Prambanan Jombang. tehnik yang digunakan

dalam penentuan sampel adalah dengan cara

accidental (non probailiyty sampling) dimana

sampling yang diambil adalah mereka yang kebetulan

dijumpai sedang membeli produk furniture B-stylish

di toko Prambanan Jombang. Jumlah ini diambil

dengan pertimbangan bahwa penelitian dilakukan

tidak kepada seluruh populasi hanya dengan

menggunakan beberapa sampel yang ada disamping

karena keterbatasan tenaga dan juga waktu yang

digunakan untuk penelitian ini.

Penentuan sampel dalam penelitian yang

diteliti adalah sebagian atau wakil populasi yang

diteliti. Jumlah sampel yang diambil adalah 65

responden. Ukuran ini ditetapkan sesuai dengan alat

analisis yang digunakan dalam penelitian ini. "Jumlah

sampel (responden) paling sedikit empat atau lima

kali jumlah variabel yang digunakan dalam

penelitian" (Maholtra, 1993:622).

Pada penelitian ini variabel yang digunakan

sebanyak tiga belas variabel, maka sampel yang

dibutuhkan setidaknya 65 responden.

Alat statistik yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Analisa faktor dan dengan

bantuan SPSS versi 10.0.

HASIL

Analisis faktor memiliki syarat antara lain

menyangkut determinansi, korelasi matrik, KMO

(Kaiser-Mayer-Olkin), MSA (Measure of Sampling

Adequacy), Bartlett Test, komunalitas dan faktor

loading. Determinan matrik korelasi diisyaratkan

mendekati nol (0,000…) sedangkan KMO (Kaiser-

Mayer-Olkin), dan MSA (Measure of Sampling

Adequacy) tidak boleh dibawah 0,5 (Santoso,2002).

Maka KMO adalah 0,889, Significance = 0,000, dan

nilai MSA yang dapat dilihat pada tabel 1 berikut:

No Variabel Nilai MSA

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

X1 :

Model/design yang bagus

X2 :

Potongan Harga /Discount

X3:

pengaruh pameran-pameran dan brosur-brosur

X4:

Tingkat harga

X5:

Image produk di masyarakat

X6: Tempat Parkir Luas

X7: Bentuk Gedung

X9: Lokasi toko Terjangkau

X10: Kebutuhan

X11: Pelayanan

X12: Pilihan barang Furniture banyak

0,921

0,892

0,793

0,918

0,895

0,927

0,868

0,929

0,846

0,864

0,897

Tabel 1Nilai Measures of Sampling Adequacy

Sumber : lampiran SPSS : diolah 2007

Dari tabel 1 terlihat tinggal 11 variabel dari 13

variabel, karena dua variable yaitu variable X13 dan

X8 dikeluarkan dari analisis karena memiliki nilai

MSA kurang dari 0,5.

Hasil perhitungan analisis komponen prinsip

yang tampak pada lampiran 12 dapat diketahui

beberapa faktor yang dipertimbangkan konsumen

dalam melakukan pembelian produk furniture B-

Stylish di Toko Prambanan Jombang berdasarkan nilai

Eiqenvalue dari sebanyak 11 variabel yang

mempunyai nilai lebih dari 1 (satu) sebanyak 2 faktor.

Dengan pendekatan ini bahwa 2 faktor tersebut

mewakili semua variabel yang diuji. Besarnya nilai

Eiqenvalue terlihat pada tabel 4.3 yaitu sebagai

berikut :

Faktor Besarnya Eiqenvalue

1

2

5,412

1,165

Tabel 2Nilai Eiqenvalue

Sumber : Data diolah 2007

49

Page 53: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

Variabel-variabel baku dari masing-masing

faktor, pada tabel 2 ditunjukkan hasil matrik besaran

koefesien antara faktor dengan variabel (loading),

menurut Singgih Santoso (2002) apabila korelasi

antara variabel yang melewati cut of point sebesar

0,55 maka dapat dimasukkan kedalam faktor yang

terbentuk. Yaitu sebagai berikut :

Faktor Variabel tercakupNilai

Loading

% Of

Variance

1

Tempat Parkir Luas (X6)

Bentuk Gedung (X7)

Lokasi toko Terjangkau (X9)

Kebutuhan (X10)

Pelayanan (X11)

Pilihan barang Furniture banyak (X12)

0,632

0,638

0,661

0,856

0,651

0,815

49,198

2

Model/design yang bagus (X1)

Potongan Harga /Discount (X2) Publisitas/publikasi (X3)

Tingkat harga (X4)

Image produk di masyarakat (X5)

0,638

0,760 0,769

0,626

0,611

10,594

Tabel 3Rotasi Faktor

Sumber : Data diolah 2007

PEMBAHASAN

Data dari hasil rotasi faktor, dari semua

variabel menjadi 2 faktor dengan mengelompokkan

masing-masing variabel, interpretasi dari masing-

masing factor tersebut adalah sebagai berikut :

Faktor 1 (Fisik toko, pelayanan dan aneka ragam

produk)

Yang tercakup dalam faktor ini terdiri dari (a) Tempat

Parkir Luas., (b) Bentuk gedung, (c) Lokasi toko

Terjangkau, (d) Kebutuhan, (e) Pelayanan. (f) Pilihan

barang furniture banyak. Faktor ini merupakan faktor

yang dipertimbangkan konsumen dalam melakukan

pembelian produk furniture B-Stylish di Toko

Prambanan Jombang dengan nilai prosentase variance

sebesar 49,198

Faktor 2 ( Model, Potongan harga, image produk)

Faktor ini meliputi (a) Model/design yang bagus, (b)

Potongan Harga /Discount, (c) Publisitas/publikasi,

(d) Tingkat harga, (e) Image produk di masyarakat,

faktor ini merupakan faktor yang dipertimbangkan

konsumen dalam melakukan pembelian produk

furniture B-Stylish di Toko Prambanan Jombang

dengan nilai prosentase variance sebesar 10,594.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan

dengan menguji bersama-sama dari 11 variabel yang

telah diuraikan secara eksploratif dengan

menggunakan analisis faktor ternyata terdapat 2

faktor yang dapat dipertimbangkan konsumen dalam

melakukan pembelian produk furniture B-Stylish di

Toko Prambanan Jombang adalah sebagai berikut :

1. Faktor Fisik Toko, Pelayanan kebutuhan dan Aneka

Ragam Produk :

Kualitas pelayanan lebih ditingkatkan agar

konsumen atau calon konsumen merasa puas. Secara

fiisik dari bentuk gedung, tempat parkir dan lokasi

yang mudah dijangkau merupakan kemudahan dan

kenyamanan bagi konsumen.

2. Faktor Model, Discount, harga, Publikasi dan

Image Produk :

Model produk furniture hendaknya dipertahankan

melalui inovasi produk sehingga dapat menciptakan

image di mata masyarakat.

Penetapan harga dan pemberian potongan tetap

dipertahankan karena menjadi daya tarik bagi

konsumen.

Saran

Meskipun ada 2 variabel yang dibuang dalam

proses analisa yaitu variabel pengaruh orang lain,

tetapi kedua variabel juga faktor yang menjadi

dipertimbangkan konsumen dalam melakukan

pembelian produk furniture B-Stylish di Toko

Prambanan Jombang, maka hendaknya perusahaan

juga perlu memberi perhatian pada kedua faktor

tersebut.

50 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008

Page 54: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

DAFTAR PUSTAKA

Basu Swastha, Irawan, 2002. Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta : Liberty Offset

Basu Swastha, Hani Handoko, 2000. Manajemen Pemasaran Analisa perilaku Konsumen. Yogyakarta : BPFE.

Burhan N, Gunawan, Marzuki, 2002. Statistik Terapan untuk Penelitian ilmu-ilmu sosial.Yogyakarta : Gadjah

Mada Universiti Press.

Indriantoro N, Bambang S, 2002. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta :

BPFE.

Kotler, Philip, 1997. Manajemen Pemasaran. Prentice-Hall, Inc

Malhotra, Naresh K. 2006. Riset Pemasaran,. Jilid 1. PT. Indek Kelompok gramedia.

Singgih S, Fandi T, 2002. Riset Pemasaran Konsep Aplikasi dengan SPSS. Jakarta : Penerbit PT Elex Media

Komputindo.

Sugiyono, 2002. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : CV Alfabeta.

Suryani, Tatik, 2008. Perilaku Konsumen ; Implikasi pada Strategi Pemasaran. Yogyakarta : Graha ilmu.

Ujang Sumarwan, 2004. Perilaku Konsumen teori dan penerapannya dalam pemasaran. Bogor : Penerbit

Ghalia Indonesia.

51

Page 55: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

Abstrct

This research has aim to search consumer behaviour in several furniture stores in Jombang, involve several basic question in consumer behaviour those are : what, why, when, where and frequency. From the research known that found several variables influencing consumers to choose the store such as: styles of furniture, benefit, price, time in buying and period, quality, and place. From the result showed that the most important variable for consumer is about the quality and period. Key words: consumer behaviour, what, why, when, where, frequency

STUDI PERILAKU KONSUMEN PRODUK FURNITURE DI JOMBANG

Abd. Rohim

PENDAHULUAN

Salah satu faktor penting yang harus

diperhatikan dalam proses penjualan produk adalah

harus memahami, manganalisis sikap dan perilaku

konsumen. Perilaku dan selera konsumen senantiasa

mengalami perubahan dari waktu ke waktu,

perubahan tersebut disebabkan karena beberapa

faktor. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Basu

Swastha DH dan T. Hani Handoko (1987 :38)

“Perilaku dan selera konsumen juga menunjukkan

adanya perubahan-perubahan yang disebabkan oleh

faktor pendapatan yang secara pelan-pelan terus

bertambah, perbaikan, dan kemajuan pendidikan,

pengangkutan serta komunikasi, dan pengaruh

hubungan sosial yang semakin luas. Semuanya

tersebut yang menyebabkan atau memungkinkan

adanya perubahan selera konsumen”.

Dengan mengetahui perilaku konsumen,

maka perusahaan atau pelaku bisnis akan mempunyai

pandangan yang luas tentang :

- Produk apa/what yang diharapkan oleh para

konsumen sesuai dengan selera konsumen.

- Pertimbangan konsumen dalam membeli produk

tertentu (why they buy).

- Tenggang waktu, konsumen membeli produk

(when they buy).

- Lokasi/tempat, dimana konsumen dalam

membeli produk (where they buy).

- Mengapa konsumen membeli suatu produk

tertentu (how often they buy)

Mempelajari perilaku konsumen perlu

memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi

Abd. Rohim, Dosen STIE PGRI Dewantara Jombang

52

perilaku konsumen dalam pembelian sebuah produk,

demografi ekonomi dan psikologi dari calon

konsumen. Oleh sebab itu dalam memasarkan hasil

produksinya, produsen berlomba-lomba agar produk

yang dihasilkan lebih banyak terjual dari perusahaan

pesaing sejenis. Dengan banyaknya pesaing yang

dihadapi, maka faktor harga akan semakin kompetitif,

sehingga perusahaan dituntut untuk memahami dan

mengerti setiap perubahan selera konsumen.

Tempat-tempat penjualan furniture di

Jombang kota, mulai tahun 2002 perkembangannya

cukup pesat, ini ditandai dengan munculnya tempat

penjualan furniture baru terutama di jalan merdeka

dan sekitarnya. Jenis furniture yang dijual juga

semakin bervariatif, hal ini sesuai dengan tingkat

perkembangan sikap dan perilaku konsumen saat ini

semakin berkembang.

Krisis moneter yang meyebabkan daya beli

masyarakat menurun sejak pertengahan tahun 1997,

hingga saat ini belum pulih secara maksimal. Untuk

menghadapi situasi yang hingga saat ini masih belum

pulih dan tetap mempertahankan kelangsungan hidup

perusahaan serta menghadapi persaingan yang

semakin tajam yang ada, maka strategi-strategi

perusahaan yang paling efektif adalah menganalisis

dan memahami perilaku konsumen yang semakin

bervariatif. Bermacam-macam perilaku konsumen

yang ada pada saat ini, membuat perusahaan-

perusahaan furniture di Jombang berusaha

memproduksi dan menjual bermacam-macam produk

furniture yang dapat memenuhi kebutuhan dan selera

konsumen.

Sebagai survey awal, untuk meggambarkan

Page 56: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

UD “ Malioboro ”

UD “ Gunung Jati ”

UD “ Putra Gembira ”

UD “ Prambanan Interior ”

No

Tempat membeli

Jumlah

Persentase (%)

1

2

3

4

12

11

17

10

24223420

50 100%

TABEL 4: TEMPAT KONSUMEN MEMBELI PRODUK MEUBEL DI JOMBANG

Sumber data : survey awal (Januari 2008) dan diolah

Dari tabel 1.1, dapat diketahui bahwa produk

almari dipilih konsumen di Jombang sebanyak 11

orang. Sofa/meja kursi sebanyak 28 orang,

Dipan/ranjang sebanyak 4 orang. Meja rias sebanyak

2 orang dan buffet sebanyak 5 orang.

Berdasarkan survey awal juga dapat diketahui

bahwa manfaat yang diperoleh dari produk furniture

adalah sebagai interior rumah sebanyak 4 orang dan

sebagai penunjang kebutuhan rumah tangga sebanyak

46 orang

Dengan survey awal ini pula dapat diketahui

bahwa yang menjadi pertimbangan konsumen dalam

membeli produk furniture di Jombang sebanyak 50

orang tercermin dalam tabel 2 sebagai berikut :

No

Pertimbangan Produk

Responden

Persentase (%)

1

2

3

4

5

Kualitas

Harga

Discount

Design

Cara Pembayaran

14

20

7

5

4

28401410

8Jumlah 50 100%

TABEL 2: PERTIMBANGAN KONSUMEN MEMBELI PRODUK FURNITURE

Sumber data : survey awal (Januari 2008) dan diolah

Dari tabel 2, dapat diketahui bahwa yang

menjadi pertimbangan konsumen dalam membeli

produk furniture adalah kualitas sebanyak 14 orang,

harga sebanyak 20 orang discount sebanyak 7 orang

sedangkan pertimbangan design sebanyak 5 orang dan

cara pembayaran sebanyak 4 orang..

Diketahui pula kapan konsumen membeli

produk furniture di Jombang sebanyak 50 orang ,

tampak dalam tabel dibawah ini :

No

Waktu membeli

Jumlah Persentase (%)

1

2

3

Ketika perabot yang dimiliki sudah rusak

Ketika ada kebutuhan baru

Ketika ada model baru

15

30

5

30

60

10

Jumlah 50 100%

TABEL 3 : WAKTU KONSUMEN MEMBELI PRODUK FURNITUR DI JOMBANG

Sumber data : survey awal (Januari 2008) dan diolah

jenis furniture apa yang dibeli konsumen di wilayah

Jombang, sebanyak 50 orang seperti terlihat pada

Tabel 1, sebagai berikut:

No

Jenis Meubel

Jumlah (unit) Persentase (%)

1

2

3

45

Almari

Meja kursi/Sofa

Dipan / ranjang

Meja riasBufet

1128

425

2256

84

10Jumlah 50 100%

TABEL 1 : JENIS PRODUK YANG DIBELI OLEH KONSUMEN DI JOMBANG

Sumber data : survey awal (Januari 2008) dan diolah

Dari tabel 3, dapat diketahui bahwa ternyata

sebanyak 15 orang membeli produk furniture di

Jombang Kota pada saat perabot yang dimiliki sudah

rusak, 30 orang pada saat produk furniture dibutuhkan

dan 5 orang konsumen yang membeli produk furniture

ketika ada model baru.

Dimana konsumen membeli produk meubel

di Jombang , dalam 1 tahun. sebanyak 50 orang dapat

dilihat pada tabel berikut :

Dari tabel 4, dapat diketahui bahwa ternyata

sebanyak 12 orang membeli produk furniture di

Jombang di UD. Malioboro, sebanyak 11 orang

memebeli di UD. Gunung Jati, sebanyak 17 orang

membeli di UD Putra Gembira dan 10 orang membeli

di UD Prambanan Interior.

Seberapa sering konsumen mengadakan

pembelian produk furniture di Jombang, dalam 1

tahun. sebanyak 50 orang dapat dilihat sebagai

berikut:

No

Frekuensi membeli

Jumlah

Persentase (%)

1

2

3

1 (satu) kali

2 (dua) kali

3 (tiga) kali

43

7

0

8614

050 100%

TABEL 5 : FREKUENSI KONSUMEN MEMBELI PRODUK FURNITURE DI JOMBANG DALAM SATU TAHUN TERAKHIR

Sumber data : survey awal (Januari 2008) dan diolah

Berdasarkan data yang diperoleh dari tabel 5,

diketahui bahwa 43 orang membeli produk furniture

di Jombang dalam 1 tahun terakhir (2007) sebanyak 1

(satu) kali, 7 orang dalam 1 (satu) tahun terakhir

membeli produk furniture sebanyak 2 (dua) kali dan

tidak ada konsumen yang membeli produk furniture

dalam satu tahun terakhir sebanyak tiga kali.

Berdasarkan fakta dari survey pendahuluan,

ada indikasi bahwa perilaku konsumen produk

furniture di Jombang berbeda, sehingga dalam

penelitian ini masalah yang diteiti meliputi :

1. Jenis produk furniture yang dibeli oleh konsumen

(What They Buy)

2. Alasan konsumen membeli produk furniture(Why

53

Page 57: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

They Buy It)

3. Waktu konsumen membeli produk furniture (Why

They Buy It)

4. Tempat konsumen membeli produk furniture

(Where They Buy It)

5. Seberapa sering konsumen membeli produk

furniture (How Often They Buy It).

Adapun perumusan masalahnya:“ Bagaimana

perilaku konsumen produk furniture di Jombang”.

Tujuan penelitian ini: Untuk mengetahui

perilaku konsumen dalam membuat keputusan

membeli produk furniture.

STUDI PRILAKU KONSUMEN

Studi perilaku konsumen menurut Schiffinan

dan Kanuk (2000: 5) adalah “The study of consumer

behavior focuses on how individuals make decisions

to spend their available resources (time, money,

effort) on consumption related items. That includes

what they buy , why they buy it , when they buy it ,

where they buy it , how often they buy it , and how

often they use it”. Pengertian ini berati perilaku

konsumen merupakan perilaku seseorang dalam

membuat keputusan untuk membelanjakan sejumlah

sumber daya yang dimilikinya ( waktu, uang, usaha )

untuk mengkonsumsi item-item yang ada. Ini

termasuk juga apa yang mereka beli, mengapa

mereka membeli, kapan mereka membeli, dimana

mereka membelinya, berapa sering mereka membeli

dan berapa sering mereka menggunakannya.

Selain itu pengertian perilaku konsumen

menurut Loudon dan Della Bitta (1993:5) adalah

“Consumer behavior may be defined as the decision

process and physical activity individuals engage in

when evaluating, acquiring, using or disposing of

goods and services”. Dapat dijelaskan perilaku

konsumen adalah proses pengambilan keputusan dan

kegiatan fisik indvidu yang semuanya ini melibatkan

individu dalam menilai, mendapatkan, atau

menggunakan barang-barang dan jasa.

Menurut Basu Swastha dan T. Hani Handoko

(1987: 9) perilaku konsumen adalah “Kegiatan-

kegiatan individu yang secara lansung terlibat dalam

mendapatkan dan mempergunakan barang dan jasa

termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan

pada persiapan dan penentuan kegiatan tersebut. Dari

pegertian diatas terdapat dua elemen penting yaitu

proses pengambilan keputusan dan kegiatan fisik,

kedua elemen tersebut terdapat dalam kegiatan

konsumen untuk mendapatkan barang dan jasa yang

bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan dan

keinginanya. Sedangkan tingkat kebutuhan menurut

Maslow adalah: (a) Physiological Need, yaitu

kebutuhan fisiologis, yang mencakup kebutuhan

makan, minum, udara, tempat tinggal; (b) Safety and

Security Needs, yaitu kebutuhan akan rasa aman,

bebas dari ancaman dan keselamatan; (c) Social

Needs, yaitu kebutuhan sosial atau kebutuhan untuk

dapat diterima menjadi angota keluarga atau

kelompok tertentu; (d) Ego Needs, yaitu kebutuhan

pegakuan dan penghargaan dari orang lain serta hasrat

untuk memiliki nama baik, status dan prestasi ; (e) Self

Actualization Needs, yaitu kebutuhan untuk

memenuhi diri sendiri dengan kemampuan dan

ketrampilan yang ada untuk mencapai tujuan

keakuannya.

KARAKTERISTIK KONSUMEN

Setiap konsumen dalam membeli produk

mempunyai perilaku yang berbeda antara satu dengan

yang lain. Untuk melihat perbedaan perilaku

konsumen tersebut dapat menggunakan kotak hitam

pembeli yang terdiri dari karakteristik pembeli.

Karakteristik konsumen/pembeli adalah

merupakan sifat-sifat yang membedakan konsumen

yang satu dengan yang lain. Menurut Schiffinan and

Kanuk (2000:5) bahwa perbedaan karakteristik

konsumen satu dengan yang lain meliputi: 1) What

they buy; 2)Why the buy; 3)When they buy; 4) Where

they buy; 5)How often they buy.

1. What They Buy

Menurut tujuan penggunaannya, produk atau

barang apa yang dibeli dapat dikelompokkan

kedalam barang konsumsi dan barang industri,

barang konsumsi adalah barang yang dibeli untuk

langsung dikonsumsi atau tidak perlu diproses

lagi melainkan dipergunakan sendiri.

Menurut Basu Swastha DH dan T. Hani Handoko

mengatakan bahwa barang konsumsi dapat

digolongkan sebagai :

a. Barang tidak tahan lama, yaitu barang-

barang berujud yang secara normal hanya

dapat digunakan sekali atau beberapa kali

saja, misal: makanan, sabun dan sebagainya.

54 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008

Page 58: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

55

b. Barang tahan lama, yaitu barang-baarang

berujud yang secara normal dapat digunakan

berkali-kali, misal : pakaian, lemari Es,

mesin tulis.

c. Jasa , yaitu kegiatan, kegunaan atau

kepuasan yang ditawarkan untuk dijual.

Misal: reparasi, jasa konsultasi dan

sebagainya.

Barang konsumsi juga dapat digolongkan

berdasarkan kebiasaan membeli dari konsumen:

a. Barang konvenien, yaitu barang konsumsi

yang mudah digunakan, dibeli berulang-

ulang, bisa dibeli setiap waktu dan

disembarang tempat. Misal: rokok, sabun,

koran dan sebagainya.

b. Barang shopping, yaitu barang konsumsi

yang dipilih dan dibeli konsumen, setelah

membanding-bandingkan atas dasar mutu,

harga, model dan kecocokan. Misal: perabot

rumah tangga, pakaian dan sebagainya.

c. Barang spesial, yaitu barang konsumsi yang

mempunyai ciri khas, hanya dapat dibeli

pada tempat tertentu saja dan konsumen

b e r s e d i a b e r s u s a h p a y a h d a l a m

pembeliannya. Misal: peralatan photografi,

barang-barang seni, barang-barang degngan

macam dan merk tertentu dan sebagainya.

2. Why They Buy

Yaitu alasan konsumen dalam memilih produk

yang dibeli, konsumen membeli suatu produk

karena ingin memuaskan kebutuhan dan

keinginannya. Produk itu sendiri tidak sepenting

kebutuhan dan keinginan manusia yang

dipenuhinya. Timbulnya kebutuhan dan

keinginan tersebut disebabkan oleh beberapa

faktor seperti: sosial, ekonomi, psikologi,

perkembangan fisik, keagamaan dan sebagainya.

Untuk itu penjual produk harus mempelajari

perbedaan masing-masing kelompok konsumen

dan mengembangkan jenis produk yang betul-

betul memenuhi kebutuhan dan keinginan

konsumen.

3. When They Buy

Adalah berhubungan dengan pada waktu kapan

konsumen tersebut membeli produk atau

membutuhkan produk yang diinginkan. Pada saat

kapan konsumen mebutuhkan jenis-jenis produk

yang diinginkan oleh konsumen tergantung dari

tingkat pemakaian produk. Sebagai contoh suatu

rumah tangga yang mempunyai bayi dan minum

susu, akan mengkonsumsi susu lebih cepat dari

rumah tangga yang anaknya sudah besar atau

dewasa. Strategi pemasaran harus didasarkan

segmentasi pasar dengan menyesuaikan pada

perbedaan tingkat pemakaian.

Tingkat pembelian juga ditentukan oleh faktor

musiman. Tidak hanya dalam arti perubahan

cuaca, tetapi juga musim libur, musin panen dan

perayaan-perayaan agama. Selain itu keadaan

ekonomi sangat mempengaruhi waktu pembelian

konsumen. Dalam keadaan ekonomi miskin,

konsumen cenderung menunda pembelian. Untuk

itu strategi pasar harus mempelajari perbedaan

masing-masing kelompok konsumen tersebut dan

mengembangkan jenis produk yang betul-betul

memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka.

4. Where They Buy

Adalah berhubungan dengan tempat dimana

konsumen membeli produk yang diinginkannya.

Lokasi pembelian produk dengan tempat tinggal

konsumen menjadi pertimbangan ketika

konsumen akan melakukan pembelian, akan

tetapi bagi konsumen lain hal tersebut tidak

menjadi pertimbangan karena banyak faktor yang

menjadi pertimbangan bagi konsumen dalam

menentukan dimana konsumen akan membeli

produk yang dibutuhkannya. Untuk itu penjual

produk harus mempelajari perbedaan masing-

masing kelompok konsumen tersebut dan

mengembangkan jenis produk yang betul-betul

memenuhi kebutuhan mereka.

5. How Often They Buy

Adalah berkaitan dengan seberapa sering

konsumen dalam membeli produk yang

dibutuhkan dalam kurun waktu tertentu. Ketika

ada konsumen membeli produk yang dibutuhkan

dilakukan lebih dari sekali, dua kali, tiga kali

bahkan seringkali, akan tetapi bagi konsumen

yang lain hal tersebut tidak demikian artinya

pembelian produk yang dilakukan oleh konsumen

yang lain hanya sekali dalam kurun waktu

tertentu. Untuk itu penjual produk harus

Page 59: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

56 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008

mempelajari perbedaan masing-masing

k e l o m p o k k o n s u m e n t e r s e b u t d a n

mengembangkan jenis produk yang betul-betul

memenuhi kebutuhan mereka.

K E R A N G A K A A N A L I S I S P E R I L A K U

KONSUMEN

Bagi konsumen pembelian bukanlah

merupakan suatu tindakan saja, melainkan terdiri dari

beberapa tindakan yang meliputi keputusan tentang

jenis produk, bentuk, merek, jumlah dan waktu serta

cara pembayarannya. Untuk memahami mengapa dan

bagaimana konsumen membeli barang dan jasa

tersebut maka diperlukan analisis perilaku konsumen,

ada beberapa tahapan dalam analisis perilaku

konsumen yaitu:

1. Tahap-Tahap Dalam Proses Pembelian

Untuk mengetahui keinginan pembeli yang

sebenarnya adalah cukup sulit, namun perusahaan

dapat mengetahui dari perilaku konsumen yang mana

perilaku itu akan menentukaan proses pengambilan

keputusan dalam pembelian mereka. Proses tersebut

merupakan sebuah pendekatan penyelesaian masalah

yang terdiri dari beberapa tahap yaitu:

a. Menganalisis Kebutuhan Dan Keinginan

Penganalisaan kebutuhan dan keinginan ini

ditunjukkan terutama untuk mengetahui adanya

kebutuhan dan keinginan yang belum terpenuhi.

Jika kebutuhan tersebut diketahui atau masih bisa

ditunda pemenuhannya, serta kebutuhan-

kebutuhan yang sama-sama harus segera

dipenuhi. Jadi pada tahap inilah proses pembelian

itu mulai dilakukan. Banyak variabel-variabel

yang penting yang mempengaruhi penganalisaan

kebutuhan karakteristik keluarga, perubahan

status keuangan, rasa tidak puas, perubahan

kelompok referensi.

b. Pencarian Informasi Dan Penilaian Sumber-

Sumber.

Pencarian informasi dapat bersifat aktif (misalnya

dengan memband ingkan ha rga ,mode l

terbaru,kualitas pelayanan dari produk yang akan

dibeli). Pencarian informasi juga dapat bersifat

pasif (hanya dengan membaca periklanan di

majalah atau surat kabar), pencarian informasi

yang bersifat intern (dapat berasal dari

komunikasi perorangan), pencarian informasi

yang bersifat ekstern (dapat berasal dari media

massa seperti surat kabar). Sumber-sumber

informasi dari kegiatan pemasaran perusahaan

(seperti iklan). Penilaian sumber-sumber

pembelian yang diperoleh dari berbagai informasi

yang berkaitan dengan lamanya waktu, jumlah

uang yang tersedia untuk membeli, jika produk

yang akan dibeli bernilai tinggi, biasannya

diperlukan waktu yang agak lama didalam

mempertimbangkan pembeliannya. Dari

pembelian sumber-sumber pembelian ini akan

diperoleh beberapa alternatif- alternatif

pembelian yang dilakukan oleh konsumen.

c. Penilaian Dan Seleksi Terhadap Alternatif

Pembelian.

Pada tahap ini meliputi dua tahap yaitu,

menetapkan tujuan pembelian dan menilai serta

mengadakan seleksi terhadap altarnatif

pembelian brdasarkan tujuan pembeliannya.

Tujuan pembelian dari masing- masing

konsumen selalu sama tergantung pada jenis

produk dan kebutuhannya. Setelah tujuan

pembelian ditetapkan, konsumen perlu

mengidentifikasi alternatif-alternatif pembelian

yang tidak dapat dipisahkan dari pengaruh

sumber-sumber yang dimiliki ( waktu, uang )

maupun resiko kekeliruan dalam pemilihan. Atas

dasar tujuan pembelian, alternatif-alternatif

pembelian yang telah didefinisikan, dinilai dan

diseleksi menjadi alternatif pembelian yang dapat

memenuhi dan memuaskan kebutuhan serta

keinginannya.

d. Keputusan Untuk Membeli

Keputusan pembeli disini merupakan proses

didalam pembelian yang nyata. Jadi setelah tahap-

tahap dimuka dilakukan, maka konsumen harus

mengambil keputusan untuk membeli atau tidak.

Bila konsumen memutuskan untuk membeli,

konsumen akan menjumpai serangkaian

keputusan yang harus diambil menyangkut

produk, harga, merk, waktu pembelian dan cara

pembayarannya.

e. Perilaku Sesudah Mumbeli

Bagi perusahaan, perasaan dan prilaku sesudah

pembelian juga sangat penting, perilaku mereka

Page 60: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

dapat mempengaruhi ucapan-ucapan pembeli

kepada fihak lain tentang produk perusahaannya.

Dan ada kemungkinan bahwa pembeli memiliki

ketidak sesuaian sesudah ia melakukan

pembelian, karena mungkin harganya dianggap

terlalu mahal, kualitas menjadi lebih rendah atau

mungkin tidak sesuai dengan keinginan dan

gambaran sebelumnya, untuk mencapai ketidak

sesuaian tersebut, pembeli harus mengurangi

keinginan-keinginan lain sesudah pembelian,

untuk mengurang ketidak sesuaian tersebut

perusahaan dapat bertindak dengan menekan

segi-segi tertentu pada produknya.

2. Proses Pada Pengambilan Keputusan

Proses pada pengambilan keputusan merupakan

sebuah pendekatanpenyelesaian pada kegiatan

manusia untuk membeli suatu barang atau jasa dalam

memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Pendekatan

pada proses pengambilan keputusan yang

memberikan gambaran secara khusus tentang

mengapa konsumen berperilaku tertentu, dapat dibagi

dalam dua hal pokok yaitu:

a. Merumuskan variabel-variabel struktural yang

mempengaruhi perilaku konsumen baik ekstern

maupun intern.

b. Menunjukkan antara variabel-variabel.

Sebuah variabel merupan sebuah faktor yang

mempengaruhi untuk menganalisa perilaku

konsumen, sifat khusus dari perilaku konsumen

ini adalah perubahan yang tetap. Ini berarti

hubungan variabel-variabel yang mempengaruhi

penentuan perilaku konsumen merupakan nilai

yang berlaku untuk jangka waktu yang relatif

lama.

BAGAN ALUR BERPIKIR

Fakta:Dari survey pendahuluan yang dilakukan terhadap produk furniture yang dibeli konsumen di Jombang, diketahui bahwa ada kecenderungan konsumen mempunyai

perbedaan sikap dalam hal: jenis furniture apa yang dibeli konsumen dan mengapa membeli, kapan membeli, dimana membelinya dan berapa sering membeli

Permasalahan:Bagaimanakah perilaku konsumen dalam membeli produk

furniture di Jombang

Perilaku konsumen yang diteliti meliputi :What they buyWhy they buyWhen they buyWhere they buy

How often they buy

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini termasuk deskriptif, yaitu

penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan

gambaran yang benar tentang perilaku konsumen

dalam membuat keputusan untuk membeli jenis

furniture apa di Jombang, mengapa konsumen

membeli furniture, kapan konsumen membeli dan

dimana konsumen membeli furniture, seberapa sering

konsumen membeli furniture dalam satu tahun

terakhir

1. Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep Dimensi Skala

Perilaku Konsumen:

What they buy Why they buy When they buy Whrere they buy How often they buy

Pengambilan keputusan konsumen dalam membeli produk jenis furniture keputusan konsumen dalam menentukan jenis furniture apa yang akan dibeli dan manfaat yang didapatkan oleh konsumen dalam memilih furniture. yaitu pertimbangankonsumen dalam memilih jenis furniture apa yang dibeli atau dibutuhkan yaitu berhubungan dengan pada saat kapan konsumen membeli/membutuhkan furniture. yaitu ditoko furniture mana di kec. Jombang biasanya konsumen membelifurniture dan mengapa mengapa konsumenmembeli furniture di toko furniture tersebut. yaitu frekuensi konsumen membeli furniture dalam satu tahun terakhir di toko-toko furniture di kec. Jombang

· Jenis produk furniture · Manfaat produk

furniture · Kualitas · Harga · Discount · Garansi · Cara Pembayaran · Rusak · Kebutuhan · Ada model baru · UD. Putra Gembira · UD. Malioboro · UD. Prambanan Interior · UD. Gunung Jati · Satu Kali · Dua Kali · Tiga kali

Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal

Tabel 6 : Operasionalisasi Variabel

2. Sumber Data

Sebagai sumber data dalam penelitian ini

adalah konsumen yang membeli furniture. Adapun

cara memperoleh data tersebut yaitu dengan

menyebarkan kuesioner pada responden. Kuesioner

ini digunakan untuk memproleh data mengenai

pendapat atau tanggapan responden berdasarkan

pernyataan-pernyataan yang terdapat dalam

kuesioner tersebut.

3. Populasi Target

Populasi target yang digunakan dalam

penelitian ini adalah responden yang pernah

berkunjung dan membeli di (UD Putra Gembira, UD

Malioboro, UD Prambanan Interior dan UD Gunung

Jati) yang menjadi tempat penelitian ini. Sedangkan

karakteristik populasi adalah para responden yang

57

Page 61: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

merupakan pelanggan dan yang pernah membeli

furniture di (UD Putra Gembira, UD Malioboro, UD

Prambanan Interior dan UD Gunung Jati). Toko-toko

tersebut menjadi tempat menyebarkan kuesioner

dalam satu tahun terakhir. Populasi yang akan diteliti

bersifat tidak teridentifikasi sehingga peluang dari

anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel

berdasarkan keputusan peneliti.

4. Sampel Dan Teknik Pengambilan Sampel

Besarnya sampel yang diharapkan dapat

mewakili populasi yang ideal untuk penelitian ini

adalah 150 responden. Diharapkan dengan jumlah ini

dapat mewakili populasi yang ideal dan dapat

memberikan gambaran mengenai perilaku konsumen

furniture di Jombang.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian

ini adalah sampling aksidental, dimana cara

mendapatkan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu

siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan

peneliti dapat digunakan sebagai sampel.

5. Skala Pengukuran

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian

ini adalah skala Guttman, Skala pengukuran dengan

tipe ini, akan diperoleh jawaban yang tegas yaitu “Ya –

Tidak”

6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan

menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

- Menentukan jumlah sampling untuk masing-

masing toko furniture (UD Putra Gembira, UD

Malioboro, UD Prambanan Interior dan UD

Gunung Jati) di Jombang.

- Mencari, menginventarisir dan mengidentifikasi

responden.

- Meminta kesediaan responden untuk mengisi

kuesioner dan memberikan penjelasan tentang

cara pengisian.

- Pengisian kuesioner oleh responden.

- Mengumpulkan hasil kuesioner untuk dilakukan

tabulasi data agar dapat diketahui mana yang

layak digunakan dan mana yang tidak layak

untuk selanjutnya dianalisis untuk kepentingan

penelitian.

7. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah Statistic

Descriptive, yaitu statistic yang berfungsi untuk

58 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008

mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap

obyek melalui data sample atau populace

sebagaimana adanya. Tanpa melakukan analisis dan

membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.

Adapun model analisis yang digunakan adalah: :

1. Distribusi Frekuensi Atau Tabel Frekuensi

Digunakan untuk membagi data

dalam beberapa kelompok dan dinyatakan

atau diukur dalam persentase (%). Adapun

Kelompok yang dimaksud adalah jenis

furniture apa yang dibeli oleh konsumen,

mengapa konsumen membeli, kapan

konsumen membeli, dimana konsumen

membeli,berapa sering konsumen membeli.

Dengan cara ini, kita dapat mengetahui

kelompok mana yang paling banyak

jumlahya yaitu ditunjukkan oleh nilai

persentase yang tertinggi demikian

sebaliknya.

2. Grafik Distribusi Frekuensi (Histogram)

Memberikan visualisasi grafik batang yang

terfokus pada luas batang (panjang x lebar)

dan penyajian data dengan grafik batang,

lebar batang sama. Sedangkan yang

bervariasi adalah tingginya batang grafik.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil kuesioner yang diperoleh dari item

pertanyaan no. 1-5, berkaitan dengan pertimbangan

produk furniture apa yang dibeli oleh konsumen di

Jombang, pertanyaan no. 6-7 berkaitan dengan

manfaat yang diharapkan dari produk furniture yang

di beli oleh konsumen di Jombang. Item pertanyaan

no. 8-12, berkaitan dengan pertimbangan konsumen

dalam membeli produk furniture, item pertanyaan no.

13-15 berkaitan dengan kapan konsumen membeli

produk furniture. Dan item pertanyaan no. 16-19,

berkaitan dengan dimana konsumen membeli produk

furniture. Item pertanyaan no. 20-22, berkaitan

dengan frekuensi konsumen membeli produk

furniture dalam satu tahun terakhir di Jombang.

Dapat diketahui bahwa pilihan konsumen

yang paling banyak terhadap produk furniture yang

dibeli adalah sofa/meja kursi. Hal ini dapat diketahui

dari jumlah konsumen yang memilih produk furniture

sofa/meja kursi sebanyak 44%, kemudian jenis

furniture selanjutnya yang dipilih konsumen di

Page 62: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

Jombang adalah Almari sebanyak 18%, selanjutnya

furniture jenis buffet sebanyak 16,67%, pilihan

selanjutnya jenis furniture meja rias sebanyak 11,33%

dan yang paling sedikit jenis furniture yang dipilih

konsumen di Jombang adalah Dipan/ranjang

sebanyak 10%.

PERILAKU KONSUMEN PRODUK

FURNITURE

Adapun manfaat yang diperoleh dari produk

furniture tersebut sebagai penunjang kebutuhan

rumah tangga sebesar 87.33% dan hanya 12,67%

memanfaatkan produk furniture yang di pilih sebagai

interior ruangan di rumah. Pertimbangan konsumen

dalam membeli produk furniture karena harga sebesar

36,67%, karena kualitas sebanyak 32% dan 14%

pertimbangan konsumen dalam membeli produk

furniture karena discount sedangkan pertimbangan

karena adanya garansi yang ditawarkan oleh Toko

Furniture sebanyak 9.33%, dan 8% karena

pertimbangan cara pembayaran. Adapun kapan

konsumen membeli produk furniture, sebanyak

56,67% pada saat produk furniture dibutuhkan, dan

27,33% ketika produk furniture yang dimiliki sudah

rusak, dan hanya 16% ketika produk furniture ada

model baru.

Tempat membeli produk furniture 28,67% di

UD. Malioboro. Adapun pembelian dilakukan di UD

Malioboro dengan alasan: sebanyak 8% karena harga

lebih murah atau harga lebih kompetitif, 10% karena

kualitas produk lebih bagus, karena adanya discount

yang menarik sebanyak 5,33% dan karena adanya

jaminan purna jual sebanyak 2%, dan karena cara

pembayaran yang bisa dilakukan 3 kali sebanyak

3,33%. Dan rata-rata konsumen membeli produk

furniture di UD Malioboro dalam satu tahun terakhir

sebanyak satu kali sebanyak 19,33%, membeli produk

furniture sebanyak dua kali adalah 6% dan hanya

3,33% konsumen membeli produk furniture sebanyak

lebih dari dua kali dalam satu tahun terakhir.

Tempat membeli produk furniture yang lain

adalah di UD. Gunung Jati sebesar 13,33%. Adapun

pembelian dilakukan di UD Gunung Jati dengan

alasan: sebanyak 5,33% karena kualitas lebih baik.

4% harga lebih murah atau harga lebih kompetitif,

karena adanya discount yang menarik sebanyak 2%

59

dan karena adanya jaminan purna jual sebanyak

1,33%, dan cara pembayaran yang bisa dilakukan

dengan mencicil sebesar 0,66%. Dan rata-rata

konsumen membeli produk furniture di UD Gunung

Jati dalam satu tahun terakhir sebanyak satu kali

adalah 10%, membeli produk furniture sebanyak dua

kali adalah 2,67% dan hanya 0,66% konsumen

membeli produk furniture sebanyak lebih dari dua kali

dalam satu tahun terakhir.

Tempat membel i produk furni ture

selanjutnya adalah di UD.Putra Gembira sebesar 38%.

Adapun pembelian di UD Putra Gembira sebanyak

12% karena kualitas lebih baik, dan sebesar 16%

karena harga lebih murah atau harga lebih kompetitif,

karena adanya discount yang menarik sebanyak

3,33% dan karena adanya jaminan purna jual

sebanyak 4%, dan cara pembayaran 2,66%. Dan rata-

rata konsumen membeli produk furniture di UD Putra

Gembira dalam satu tahun terakhir sebanyak satu kali

adalah 26%, membeli produk furniture sebanyak dua

kali adalah 7,33% dan hanya 4,67% konsumen

membeli produk furniture sebanyak lebih dari dua kali

dalam satu tahun terakhir.

Adapun tempat membeli produk furniture

selanjutnya adalah di UD. Prambanan Interior sebesar

20%. Adapun alasan pembelian di UD Prambanan

Interior, sebanyak 7,33% karena kualitas lebih baik,

dan sebesar 5,33% karena harga lebih murah atau

harga lebih kompetitif, karena adanya discount yang

menarik sebanyak 3,33% dan karena adanya jaminan

purna jual sebanyak 4%, dan karena cara pembayaran

yang bisa di angsur sebesar 1,33%. Dan rata-rata

konsumen membeli produk furniture di UD

Prambanan Interior dalam satu tahun terakhir

sebanyak satu kali adalah 13,33%, membeli produk

furniture sebanyak dua kali adalah 5,33% dan hanya

1,33% konsumen membeli produk furniture sebanyak

lebih dari dua kali dalam satu tahun terakhir.

Diketahui bahwa tanggapan konsumen

terhadap produk furniture almari yang dibeli

dimanfaatkan sebagai sebagai penunjang kebutuhan

rumah tangga sebesar 92,59% dan hanya 7,41%

memanfaatkan produk furniture almari sebagai

interior ruangan di rumah. Pertimbangan konsumen

dalam membeli produk furniture almari karena harga

sebesar 37,04%, karena kualitas sebanyak 29,63%

Page 63: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

dan hanya 14,81% saja pertimbangan konsumen

dalam membeli produk furniture almari karena

discount, dan 7,4% karena adanya garansi pembelian

dan cara pembayaran yang bisa dilakukan dengan

mengangsur sebesar 11,11%. Adapun kapan

konsumen membeli produk furniture almari,

sebanyak 55,55% pada saat produk furniture almari

dibutuhkan, dan 29,63% ketika produk furniture yang

dimiliki sudah rusak, dan hanya 14,81% ketika produk

furniture almari ada model baru. Tempat membeli

produk furniture almari paling banyak dilakukan

konsumen di UD. Putra Gembira sebanyak 31,67%

dengan alasan harga lebih murah atau harga lebih

kompetitif , kualitas produk lebih bagus. Tempat

membeli produk furniture almari yang kedua adalah di

UD. Malioboro sebanyak 25,83% dengan alasan

kualitas lebih baik dan harga lebih murah. Dan rata-

rata konsumen membeli produk furniture almari

dalam satu tahun terakhir sebanyak satu kali adalah

74,08%, membeli produk furniture almari sebanyak

dua kali adalah 14,8% dan hanya 11,11% konsumen

membeli produk furniture almari sebanyak lebih dari

dua kali dalam satu tahun terakhir. Frekuensi

pembelian produk furniture almari sebanyak satu kali

dalam satu tahun terakhir dilakukan di UD. Putra

Gembira sebanyak 22,22%, di UD. Malioboro

sebanyak 22,22%, di UD. Gunung Jati sebanyak

22,22%, dan di UD. Prambanan Interior sebanyak

22,22%. Sedangkan frekuensi pembelian lebih dari

dua kali dalam satu tahun terakhir dilakukan oleh

konsumen di UD. Putra Gembira sebanyak 3,7% dari

total konsumen yang membeli produk furniture almari

sebesar 27 orang.

PERILAKU KONSUMEN PRODUK

FURNITURE SOFA/MEJA KURSI

diketahui bahwa tanggapan konsumen

terhadap produk furniture sofa/meja kursi yang dibeli

dimanfaatkan sebagai sebagai penunjang kebutuhan

rumah tangga sebesar 91% dan hanya 9%

memanfaatkan produk furniture sofa/meja kursi

sebagai interior ruangan di rumah. Pertimbangan

konsumen dalam membeli produk furniture karena

harga sebesar 40,90%, karena kualitas sebanyak

34,84% dan hanya 10,61% saja pertimbangan

konsumen dalam membeli produk furniture karena

60 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008

discount. Adapun kapan konsumen membeli produk

furniture, sebanyak 50% pada saat produk furniture

dibutuhkan, dan 31,82% ketika produk furniture yang

dimiliki sudah rusak, dan hanya 18,18% ketika produk

furniture ada model baru. Tempat membeli produk

furniture 31,82% di UD. Putra Gembira dengan alasan

13,63% harga lebih murah atau harga lebih kompetitif,

10,60% karena kualitas produk lebih bagus, dan

karena adanya jaminan purna jual sebanyak 4,54%,

dan karena cara pembayaran yang bisa kurang sebesar

1,51%. Dan rata-rata konsumen membeli produk

furniture dalam satu tahun terakhir sebanyak satu kali

adalah 68,18%, membeli produk furniture sebanyak

dua kali adalah 19,70% dan hanya 12,12% konsumen

membeli produk furniture sebanyak lebih dari dua kali

dalam satu tahun terakhir. Frekuensi pembelian

produk furniture paling banyak dilakukan oleh

konsumen lebih dari satu kali yaitu di UD. Putra

Gembira sebanyak 7,57%, di UD. Malioboro

sebanyak 6,06%. Tempat pembelian produk furniture

yang sering dilakukan oleh konsumen lebih dari tiga

kali dalam satu tahun terakhir adalah di UD. Putra

Gembira sebanyak 4,54% dari total konsumen yang

membeli produk furniture sofa/meja kursi sebesar 66

orang.

PERILAKU KONSUMEN PRODUK

FURNITURE DIPAN/RANJANG

Dapat diketahui bahwa tanggapan konsumen

terhadap produk furniture dipan/ranjang yang dibeli

dimanfaatkan sebagai sebagai penunjang kebutuhan

rumah tangga sebesar 80% dan hanya 20%

memanfaatkan produk furniture almari sebagai

interior ruangan di rumah. Pertimbangan konsumen

dalam membeli produk furniture dipan/ranjang karena

harga sebesar 33,33%, karena kualitas sebanyak

26,67% dan 20% pertimbangan konsumen dalam

membeli produk furniture dipan/ranjang karena

discount, dan 13,33% karena adanya garansi

pembelian dan 6,67% karena cara pembayaran yang

bisa kurang. Adapun kapan konsumen membeli

produk furniture dipan/ranjang, sebanyak 66,67%

pada saat produk furniture dipan/ranjang dibutuhkan,

dan 20% ketika produk furniture yang dimiliki sudah

rusak, dan hanya 13,33% ketika produk furniture

dipan/ranjang ada model baru. Tempat membeli

Page 64: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

produk furniture dipan/ranjang paling banyak

dilakukan konsumen di UD. Putra Gembira sebanyak

33,33% dengan alasan harga lebih murah atau harga

lebih kompetitif , kualitas produk lebih bagus. Tempat

membeli produk furniture dipan/ranjang yang kedua

adalah di UD. Malioboro sebanyak 33,33% dengan

alasan kualitas lebih baik dan harga lebih murah. Dan

rata-rata konsumen membeli produk furniture

dipan/ranjang dalam satu tahun terakhir sebanyak satu

kali adalah 73,33%, dan sebanyak 20% konsumen

membeli produk furniture dipan/ranjang sebanyak

lebih sekali dalam satu tahun terakhir, dan sebanyak

6,67% konsumen membeli produk furniture

dipan/rangjang lebih dari dua kali dalam satu tahun

terakhir. Frekuensi pembelian produk furniture

dipan/ranjang sebanyak satu kali dalam satu tahun

terakhir dilakukan di UD. Putra Gembira sebanyak

20%, di UD. Malioboro sebanyak 26,67%, di UD.

Gunung Jati sebanyak 13,33%, dan di UD. Prambanan

Interior sebanyak 13,33%. Sedangkan frekuensi

pembelian lebih dari dua kali dalam satu tahun

terakhir dilakukan oleh konsumen di UD. Putra

Gembira sebanyak 6,67% dari total konsumen yang

membeli produk furniture dipan/ranjang sebesar 15

orang.

PERILAKU KONSUMEN PRODUK

FURNITURE MEJA RIAS

Diketahui bahwa tanggapan konsumen

terhadap produk furniture Meja Rias yang dibeli

dimanfaatkan sebagai sebagai penunjang kebutuhan

rumah tangga sebanyak 88,23%. dan sebanyak

11,76% yang memanfaatkan produk furniture meja

rias sebagai interior ruangan di rumah. Pertimbangan

konsumen dalam membeli produk furniture meja rias

karena harga yang ditawarkan oleh toko furniture di

Jombang relatif terjangkau 35,29%, karena kualitas

produk yang baik sebanyak 29,41%, dan 17,65%

pertimbangan konsumen dalam membeli produk

furniture meja rias karena adanya discount pembelian.

Adapun kapan konsumen membeli produk furniture

meja rias, sebanyak 58,82% pada saat produk

furniture meja rias dibutuhkan, dan 17,65% ketika

produk furniture meja rias ada model baru. Tempat

membeli produk furniture meja rias paling banyak

61

dilakukan konsumen di UD. Putra Gembira sebanyak

35,30% dengan alasan harga lebih murah atau harga

lebih kompetitif , kualitas produk lebih bagus. Tempat

membeli produk furniture meja rias yang kedua

adalah di UD. Malioboro sebanyak 29,41% dengan

alasan harga lebih kompetitif. Rata-rata konsumen

membeli produk furniture meja rias dalam satu tahun

terakhir sebanyak satu kali adalah 58,82%, dan

konsumen membeli produk furniture meja rias

sebanyak dua kali adalah sebanyak 29,41% dalam satu

tahun terakhir. Frekuensi pembelian produk furniture

meja rias sebanyak satu kali dalam satu tahun terakhir

dilakukan di UD. Putra Gembira sebanyak 17,65%, di

UD. Malioboro sebanyak 17,65%, di UD. Gunung Jati

sebanyak 17,65%, dan di UD. Prambanan Interior

sebanyak 5,88%. Sedangkan frekuensi pembelian

lebih dari dua kali dalam satu tahun terakhir dilakukan

oleh konsumen di UD. Putra Gembira sebanyak

5,88% dan UD Malioboro sebanyak 5,88% dari total

konsumen yang membeli produk furniture meja rias

sebanyak 17 orang.

PERILAKU KONSUMEN PRODUK

FURNITURE BUFFET

Diketahui bahwa tanggapan konsumen

terhadap produk furniture Buffet yang dibeli oleh

konsumen dimanfaatkan sebagai sebagai penunjang

kebutuhan rumah tangga sebesar 76% dan sebanyak

24% memanfaatkan produk furniture buffet sebagai

interior ruangan di rumah. Pertimbangan konsumen

dalam membeli produk furniture buffet karena harga

yang ditawarkan oleh toko furniture di Jombang

relatif lebih terjangkau 36%, karena kualitas produk

furniture buffet lebih bagus sebanyak 28% dan

sebanyak 16% pertimbangan konsumen dalam

membeli produk furniture buffet karena adanya

discount pembelian yang menarik. Adapun kapan

konsumen membeli produk furniture buffet, sebanyak

68% pada saat produk furniture buffet dibutuhkan,

dan 20% ketika produk furniture buffet yang dimiliki

sudah rusak, dan hanya 12% ketika produk furniture

buffet ada model baru. Tempat membeli produk

furniture buffet paling banyak dilakukan konsumen di

UD. Malioboro sebanyak 32% dengan alasan harga

lebih murah atau harga lebih kompetitif dan kualitas

Page 65: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

produk lebih bagus. Tempat membeli produk furniture

buffet yang kedua adalah di UD. Putra Gembira

sebanyak 28% dengan alasan harga lebih murah.

Rata-rata konsumen membeli produk furniture buffet

dalam satu tahun terakhir sebanyak satu kali adalah

64%, membeli produk furniture buffet sebanyak dua

kali adalah 28%, dan hanya sebanyak 8% konsumen

membeli produk furniture lebih dari dua kali dalam

satu tahun terakhir. Frekuensi pembelian produk

furniture buffet satu kali dalam satu tahun terakhir

dilakukan di UD. Putra Gembira sebanyak 16%, di

UD. Malioboro sebanyak 20%, di UD. Gunung Jati

sebanyak 16%, dan di UD. Prambanan Interior

sebanyak 8%. Sedangkan frekuensi pembelian lebih

dari dua kali dalam satu tahun terakhir dilakukan oleh

konsumen di UD. Putra Gembira sebanyak 8% di UD

Malioboro 4%, dan di Ud Prambanan Interior

sebanyak 4% dari total konsumen yang membeli

produk furniture Buffet sebesar 25 orang.

Simpulan

Hasil penelitian yang dilakukan diketahui

bahwa produk furniture yang paling banyak dibeli

oleh konsumen di Jombang adalah jenis furniture

sofa/meja kursi. Produk furniture sofa/meja kursi

tersebut lebih banyak dimanfaatkan untuk kebutuhan

rumah tangga dan sebagian kecil memanfaatkan

sebagai interior ruangan. Konsumen dalam membeli

produk furniture sofa/meja kursi lebih banyak

mempertimbangkan segi harga yang relatif terjangkau

dan kualitasnya cukup baik. Tempat membeli produk

furniture sofa/meja kursi yang paling banyak

dilakukan oleh konsumen di Jombang adalah di UD.

Putra Gembira, karena alasan harga yang ditawarkan

relatif lebih murah dibandingkan dengan toko-toko

furniture yang lainnya. Dalam satu tahun terakhir

konsumen dalam membeli produk furniture sofa/meja

kursi paling banyak dilakukan sekali, dan pembelian

dilakukan lebih dari dua kali terjadi di UD. Putra

Gembira.

Produk furniture yang dibeli oleh konsumen

di Jombang setelah sofa/meja kursi adalah almari.

Almari tersebut lebih banyak dimanfaatkan untuk

kebutuhan rumah tangga dan sebagian kecil

memanfaatkan sebagai interior ruangan. Konsumen

dalam membeli produk furniture almari kursi lebih

62 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008

banyak mempertimbangkan segi harga yang relatif

terjangkau dan kualitasnya cukup baik. Tempat

membeli produk almari yang paling banyak dilakukan

oleh konsumen di Jombang adalah di UD. Putra

Gembira, karena alasan harga yang ditawarkan relatif

lebih murah dibandingkan dengan toko-toko furniture

yang lainnya, sebagai pilihan tempat membeli yang

kedua adalah di UD Malioboro, dengan alasan

kualitas produk lebih baik. Dalam satu tahun terakhir

konsumen dalam membeli produk furniture almari

paling banyak dilakukan sekali, dan pembelian

dilakukan lebih dari dua kali terjadi di UD. Putra

Gembira.

Dapat diketahui pula bahwa produk furniture

yang dibeli oleh konsumen di Jombang yang ketiga

adalah jenis furniture dipan/ranjang. Produk furniture

dipan/ranjang tersebut lebih banyak dimanfaatkan

untuk kebutuhan rumah tangga. Konsumen dalam

membeli produk furniture dipan/ranjang lebih banyak

mempertimbangkan segi harga yang relatif terjangkau

dan kualitasnya cukup baik. Tempat membeli produk

furniture dipan/ranjang yang paling banyak dilakukan

oleh konsumen di Jombang adalah di UD. Putra

Gembira, dan UD Malioboro karena alasan harga

yang ditawarkan relatif lebih murah dibandingkan

dengan toko-toko furniture yang lainnya. Sedangkan

tempat pembelian alternatif adalah di UD Prambanan

Interior, dan UD Gunung Jati dengan alasan kualitas

produk lebih baik dan harga lebih kompetitif. Dalam

satu tahun terakhir konsumen dalam membeli produk

furniture dipan/ranjang paling banyak dilakukan

sekali, dan pembelian dilakukan lebih dari dua kali

dalam satu tahun terakhir terjadi di UD. Putra

Gembira.

Produk furniture yang dibeli oleh konsumen

di Jombang keempat adalah meja rias. Meja rias

tersebut lebih banyak dimanfaatkan untuk menunjang

kebutuhan rumah tangga. Konsumen dalam membeli

produk furniture meja rias lebih banyak

mempertimbangkan segi harga yang relatif terjangkau

dan kualitasnya cukup baik. Tempat membeli produk

meja rias yang paling banyak dilakukan oleh

konsumen di Jombang adalah di UD. Putra Gembira,

karena alasan harga yang ditawarkan relatif lebih

murah dibandingkan dengan toko-toko furniture yang

lainnya, sebagai pilihan tempat membeli yang kedua

Page 66: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

adalah di UD Malioboro, dengan alasan kualitas

produk lebih baik. Dalam satu tahun terakhir

konsumen dalam membeli produk furniture meja rias

paling banyak dilakukan sekali, dan pembelian

dilakukan lebih dari dua kali dalam satu tahun terakhir

terjadi di UD. Putra Gembira dan UD Malioboro.

Pilihan produk furniture yang dibeli oleh

konsumen di Jombang kelima adalah buffet. Buffet

tersebut lebih banyak dimanfaatkan untuk menunjang

kebutuhan rumah tangga, dan sebagian kecil

memanfaatkan sebagai interior ruangan. Konsumen

dalam membeli produk furniture buffet lebih banyak

mempertimbangkan segi harga yang relatif terjangkau

dan kualitasnya cukup baik. Tempat membeli produk

buffet yang paling banyak dilakukan oleh konsumen

di Jombang adalah di UD. Malioboro, karena alasan

harga yang ditawarkan relatif lebih murah dan kualitas

lebih baik dibandingkan dengan toko-toko furniture

yang lainnya, sebagai pilihan tempat membeli yang

kedua adalah di UD Putra Gembira, dengan alasan

harga produk relatif lebih murah/kompetitif. Dalam

satu tahun terakhir konsumen dalam membeli produk

furniture buffet paling banyak dilakukan sekali, dan

pembelian dilakukan lebih dari dua kali terjadi di UD.

Malioboro, UD Putra Gembira, dan UD Prambanan

Interior.

Saran

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian

keseluruhan, maka selanjutnya akan dikemukakan

beberapa saran/rekomendari kepada toko-toko

furniture yang ada di Jombang antara lain : UD

Malioboro, UD Gunung Jati, UD Putra Gembira, dan

UD Prambanan Interior. sebagai sumbangan

saran,dan kepada peneliti yaitu sebagai berikut :

Toko Furniture UD Malioboro

1. Hasil penelitian diketahui bahwa konsumen di

Jombang dalam membeli produk furniture

untuk jenis almari di UD Malioboro, yang

menjadi pert imbangan adalah karena

kualitasnya lebih bagus. Untuk itu UD

Malioboro harus dapat menjaga kualitas produk

almari dan berusaha secara terus-menerus

untuyk meningkatkan kualitas produk alamri

lebih baik lagi. Dan untuk lebih meningkatkan

pangsa pasar produk furniture almari di

63

Jombang, maka UD Malioboro harus dapat

menawarkan harga untuk jenis almari lebih

kompetitif, dan memberikan discount

pembelian yang lebih besar lagi, agar pilihan

konsumen dalam membeli produk furniture

yang dijual oleh UD Malioboro lebih banyak

lagi.

2. UD Malioboro harus lebih memodifikasi model

jenis furniture almari yang diproduksi/dijual,

agar konsumen lebih banyak pilihan dalam

membeli, dan sekaligus dapat dimanfaatkan

sebagai interior ruangan.

3. Untuk lebih menarik konsumen lebih banyak

dalam membeli sofa/meja kursi yang

diproduksi/dijual oleh UD Malioboro, maka

harga harus lebih kompetitif, dan lebih banyak

lagi dalam memberikan discount dan

memberikan jaminan bahwa produk yang

dihasilkan atau dijual bagus.

4. UD Malioboro harus tetap menjaga dan

meningkatkan kualitas produk dipan/ranjang

lebih bagus lagi, karena kualitas produk

dipan/ranjang yang dihasilkan/dijual oleh UD

Putra Gembira sama-sama kompetitif.

5. Sedangkan untuk jenis produk meja rias yang

dihasilkan/dijual oleh UD Malioboro harus

dapat menawarkan harga yang lebih kompetitif,

karena produk yang sejenis dari UD Putra

Gembira kualitas dan harga yang ditawarkan

lebih kempetitif.

6. Untuk lebih menarik konsumen lebih banyak

dalam membeli buffet yang diproduksi/dijual

oleh UD Malioboro, maka harga harus lebih

kompetitif, dan lebih banyak lagi dalam

memberikan discount dan memberikan jaminan

bahwa produk yang dihasilkan atau dijual bagus.

Toko Furniture Gunung Jati

1. Hasil penelitian diketahui bahwa konsumen di

Jombang dalam membeli produk furniture

untuk jenis almari di UD Gunung Jati, yang

menjadi pert imbangan adalah karena

kualitasnya lebih bagus. Untuk itu UD Gunung

Jati harus dapat menawarkan harga untuk jenis

almari lebih kompetitif, dan memberikan

discount pembelian yang lebih besar lagi, agar

pilihan konsumen dalam membeli produk

Page 67: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

furniture yang dijual oleh UD Gunung Jati lebih

banyak lagi.

2. UD Gunung Jati harus lebih memodifikasi

m o d e l j e n i s f u r n i t u r e a l m a r i y a n g

diproduksi/dijual, agar konsumen lebih banyak

pilihan dalam membeli, dan sekaligus dapat

dimanfaatkan sebagai interior ruangan.

3. Untuk lebih menarik konsumen lebih banyak

dalam membeli sofa/meja kursi yang

diproduksi/dijual oleh UD Gunung Jati, maka

harga harus lebih kompetitif, dan lebih banyak

lagi dalam memberikan discount dan

memberikan jaminan bahwa produk yang

dihasilkan atau dijual bagus.

4. UD Gunung Jati harus tetap menjaga dan

meningkatkan kualitas produk dipan/ranjang

lebih bagus lagi, karena kualitas produk

dipan/ranjang yang dihasilkan/dijual oleh UD

Putra Gembira sama-sama kompetitif.

5. Sedangkan untuk jenis produk meja rias yang

dihasilkan/dijual oleh UD Gunung Jati harus

dapat menawarkan harga yang lebih kompetitif,

karena produk yang sejenis dari UD Putra

Gembira kualitas dan harga yang ditawarkan

lebih kempetitif.

6. Untuk lebih menarik konsumen lebih banyak

dalam membeli buffet yang diproduksi/dijual

oleh UD Gunung Jati, maka harga harus lebih

kompetitif, dan lebih banyak lagi dalam

memberikan discount dan memberikan jaminan

bahwa produk yang dihasilkan atau dijual bagus.

Toko Furniture Putra Gembira

1. Hasil penelitian diketahui bahwa konsumen di

Jombang dalam membeli produk furniture

untuk jenis almari di UD Putra Gembira, yang

menjadi pert imbangan adalah karena

kualitasnya lebih bagus. Untuk itu UD Putra

Gembira harus dapat menawarkan harga untuk

jenis almari lebih kompetitif, dan memberikan

discount pembelian yang lebih besar lagi, agar

pilihan konsumen dalam membeli produk

furniture yang dijual oleh UD Putra Gembira

lebih banyak lagi.

2. UD Putra Gembira harus lebih memodifikasi

m o d e l j e n i s f u r n i t u r e a l m a r i y a n g

64 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008

diproduksi/dijual, agar konsumen lebih banyak

pilihan dalam membeli, dan sekaligus dapat

dimanfaatkan sebagai interior ruangan.

3. Untuk lebih menarik konsumen lebih banyak

dalam membeli sofa/meja kursi yang

diproduksi/dijual oleh UD Putra Gembira, maka

harga harus lebih kompetitif, dan lebih banyak

lagi dalam memberikan discount dan

memberikan jaminan bahwa produk yang

dihasilkan atau dijual bagus.

4. UD Putra Gembira harus tetap menjaga dan

meningkatkan kualitas produk dipan/ranjang

lebih bagus lagi, karena kualitas produk

dipan/ranjang yang dihasilkan/dijual oleh UD

Malioboro sama-sama kompetitif.

5. Sedangkan untuk jenis produk meja rias yang

dihasilkan/dijual oleh UD Putra Gembira harus

dapat menawarkan harga yang lebih kompetitif,

karena produk yang sejenis dari UD Duaa Putra

kualitas dan harga yang ditawarkan lebih

kempetitif.

6. Untuk lebih menarik konsumen lebih banyak

dalam membeli buffet yang diproduksi/dijual

oleh UD Putra Gembira, maka harga harus lebih

kompetitif, dan lebih banyak lagi dalam

memberikan discount dan memberikan jaminan

bahwa produk yang dihasilkan atau dijual bagus.

Toko Furniture Prambanan Interior

1. Hasil penelitian diketahui bahwa konsumen di

Jombang dalam membeli produk furniture

untuk jenis almari di UD Prambanan Interior,

yang menjadi pertimbangan adalah karena

kualitasnya lebih bagus. Untuk itu UD

Prambanan Interior harus dapat menawarkan

harga untuk jenis almari lebih kompetitif, dan

memberikan discount pembelian yang lebih

besar lagi, agar pilihan konsumen dalam

membeli produk furniture yang dijual oleh UD

Putra Gembira lebih banyak lagi.

2. UD Prambanan Interior harus lebih

memodifikasi model jenis furniture almari yang

diproduksi/dijual, agar konsumen lebih banyak

pilihan dalam membeli, dan sekaligus dapat

dimanfaatkan sebagai interior ruangan.

3. Untuk lebih menarik konsumen lebih banyak

Page 68: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

dalam membeli sofa/meja kursi yang

diproduksi/dijual oleh UD Prambanan Interior,

maka harga harus lebih kompetitif, dan lebih

banyak lagi dalam memberikan discount dan

memberikan jaminan bahwa produk yang

dihasilkan atau dijual bagus.

4. UD Prambanan Interior harus tetap menjaga dan

meningkatkan kualitas produk dipan/ranjang

lebih bagus lagi, karena kualitas produk

dipan/ranjang yang dihasilkan/dijual oleh UD

Malioboro sama-sama kompetitif.

5. Sedangkan untuk jenis produk meja rias yang

dihasilkan/dijual oleh UD Prambanan Interior

harus dapat menawarkan harga yang lebih

kompetitif, karena produk yang sejenis dari UD

Malioboro kualitas dan harga yang ditawarkan

lebih kempetitif.

6. Untuk lebih menarik konsumen lebih banyak

dalam membeli buffet yang diproduksi/dijual

oleh UD Prambanan Interior, maka harga harus

lebih kompetitif, dan lebih banyak lagi dalam

memberikan discount dan memberikan jaminan

bahwa produk yang dihasilkan atau dijual bagus.

Kepada Peneliti

1. Penelitian ini menggunakan sampel size sebesar

150 responden dari jumlah populasi yang tidak

teridentifikasi dari empat toko furniture di

Jombang, untuk melihat lebih jelas perilaku

konsumen produk furniture di Jombang dapat

dilakukan penelitian lanjutan, yang lebih banyak

lagi toko-toko furniture yang digunakan sebagai

tempat penelitian dan sampel penelitian menjadi

lebih besar.

2. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan

menambah item-item produk furniture yang lain,

agar nampak jelas produk-produk furniture apa

saja dan modelnya yang dibeli oleh konsumen di

Jombang selain, Almari, Sofa/meja kursi,

Dipan/ranjang, meja rias dan buffet.

3. Penelitian mengenai perilaku konsumen produk

furniture di Jombang ini, selanjutnya dapat

dilakukan dengan menggunakan analisis statistik

inferensial yaitu dengan mencoba mengetahui

faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan

konsumen dalam membeli produk furniture di

65

Jombang. Sehingga akan jelas faktor-faktor apa

saja yang menjadi pertimbangan konsumen

dalam membeli produk furniture di Jombang.

DAFTAR PUSTAKA

Basu Swastha DH, Irawan, Mnajemen Pemasaran

Modern , Edisi kedua, BPFE,

Yogyakarta, 1990

Basu Swastha DH dan T. Hani Handoko,

Manajemen Pemasaran Analisa

Perilaku Konsumen, Edisi Kedua,

Liberty, Yogyakarta, 1999

Basu Swastha DH, dan Ibnu Sukotjo,W, Pengantar

Bisnis Modern, Edisi ketiga, Liberty,

Yogyakaarta, 1993

Engel, JF, Blackwell, RD, Miniard, PW, 1995. th

Consumer Behavior, 8 Ed. Texas:

The Dryden Press.

Husein Umar, 2000, Riset Pemasaran & Perilaku

Konsumen, Gramedia Pustaka Utama,

Jakarta.

Moh. Nasir, 1999, Metodologi Penelitian, Ghalia

Indonesia, Bandung, 1999

Ujang Sumarwan, 2002, Perilaku Konsumen: Teori

d a n P e n e r a p a n n y a d a l a m

Pemasaran, Ghalia Indonesia, Bogor.

Philip Khotler, Dasar-dasar Pemasaran, Jilid Satu,

Edisi kedua, CV Intermedia, Jakarta,

1984

Sugiyono, Statistik untuk Penelitian, Alfabeta,

Baandung, 1997

Sutrisno hadi, Metodologi Research, Fakultas

Psikologi UGM, Yogyakarta, 1992

Winardi, Manajemen Pemasaran, Penerbit CV.

Sinar Baru, Bandung, 1981

Winardi, Marketing dan Perilaku Konsumen,

Penerbit, Maju Mundur, Bandung,

2001

Page 69: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

DAFTAR PUSTAKA

Basu Swastha DH, Irawan, Mnajemen Pemasaran Modern, Edisi kedua, BPFE, Yogyakarta, 1990

Basu Swastha DH dan T. Hani Handoko, Manajemen Pemasaran Analisa Perilaku Konsumen, Edisi

Kedua, Liberty, Yogyakarta, 1999

Basu Swastha DH, dan Ibnu Sukotjo,W, Pengantar Bisnis Modern, Edisi ketiga, Liberty, Yogyakaarta, 1993

th Engel, JF, Blackwell, RD, Miniard, PW, 1995. Consumer Behavior, 8 Ed. Texas: The Dryden Press.

Husein Umar, 2000, Riset Pemasaran & Perilaku Konsumen, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Moh. Nasir, 1999, Metodologi Penelitian, Ghalia Indonesia, Bandung, 1999

Ujang Sumarwan, 2002, Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran, Ghalia Indonesia,

Bogor.

Philip Khotler, Dasar-dasar Pemasaran, Jilid Satu, Edisi kedua, CV Intermedia, Jakarta, 1984

Sugiyono, Statistik untuk Penelitian, Alfabeta, Baandung, 1997

Sutrisno hadi, Metodologi Research, Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta, 1992

Winardi, Manajemen Pemasaran, Penerbit CV. Sinar Baru, Bandung, 1981

Winardi, Marketing dan Perilaku Konsumen, Penerbit, Maju Mundur, Bandung, 2001

Page 70: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

ANALISIS RATIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA PADA PERUSAHAAN AUTOMOTIVE and ALLIED

PRODUCTS DI BURSA EFEK INDONESIA

Yuniep Mujati S

Abstract

One of the way to count company work is analyzing company's financial statement. The statement is financial

information and activities of the company each year as accounting information system in that company and can

be shown to investor. The aim of this research is knowing ratio analyze and financial use base on Finance' ratio

analyze which consist of: Liquidity, solvability and profitability ratio. Those analyze can be used as the strength

and weakness from company's finance.

Untuk meningkatkan aktivi tas dan

mengembangkan usaha, perusahaan Automotive and

Allied Products memerlukan dana yang tidak sedikit.

Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan dana

tersebut adalah dengan menjual saham di pasar modal

(go public). Dengan terdaftarnya perusahaan

Automotive and Allied Products di Bursa Efek

Indonesia, maka perusahaan akan mendapat

tambahan modal yang diharapkan mampu untuk

mengembangkan usaha dan meningkatkan

produksinya. Dalam hal ini bukan hanya modal saja

yang menjadi ukuran bagi perusahaan Automotive and

Allied Products untuk bisa mengembangkan usaha

tetapi berhasil atau tidaknya operasi bisnis lebih

banyak dipengaruhi oleh bagaimana cara perusahaan

mengelolanya. Perusahaan Automotive and Allied

Products yang telah terdaftar di BEI memiliki peluang

berkembang lebih besar, karena perusahaan yang

telah listing tersebut dituntut lebih profesional dan

juga lebih transparan dalam mengelola usaha serta

menyajikan laporan keuangan kepada pihak-pihak

yang berkepentingan dalam perusahaan tersebut.

Kondisi keuangan suatu perusahaan

Automotive and Allied Products dapat diketahui dari

laporan keuangan perusahaan, yang terdiri dari

Neraca, Laporan Laba Rugi, dan Laporan lain. Bagi

manajemen perusahaan Automotive and Allied

Products, dengan mengetahui posisi keuangan

perusahaan akan dapat menyusun rencana yang lebih

baik, memperbaiki sistem pengawasannya dan

menentukan kebijakan-kebijakan yang lebih tepat.

Tetapi yang terpenting bagi manajemen adalah bahwa

laporan keuangan tersebut merupakan alat untuk

mempertanggungjawabkan kepada pemilik

perusahaan, investor, dan publik atas kepercayaan

yang diberikan dan analisis yang digunakan untuk

menilai kinerja perusahaan yaitu dengan

menggunakan analisis rasio keuangan

Laporan Keuangan

Definisi laporan keuangan menurut SAK

(2004:4):

“Laporan keuangan merupakan bagian dari proses

pelaporan keuangan, laporan keuangan yang lengkap

biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan

perubahan posisi keuangan, catatan dan laporan lain

serta materi penjelasan yang merupakan bagian

integral dari laporan keuangan”.

Jadi Laporan keuangan adalah merupakan

bentuk informasi yang dapat dipakai sebagai dasar

untuk penerapan kebijakan perusahaan di masa yang

akan datang. Sedangkan laporan keuangan yang

lengkap meliputi neraca, laporan rugi laba, laporan

perubahan modal, catatan atas laporan keuangan, dan

laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan

bagian integral dari laporan keuangan, juga termasuk

Yuniep Mujati S, Dosen STIE PGRI Dewantara Jombang

66

Page 71: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

scedul dan informasi tambahan yang berkenaan

dengan laporan tersebut.

Tujuan Laporan Keuangan

Menurut SAK (2004:4) tujuan laporan keuangan

adalah 1) Menyediakan informasi yang menyangkut

kinerja keuangan serta posisi keuangan suatu

perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar

pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi, 2)

Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini

memenuhi sebagian besar pemakai. Namun demikian

laporan keuangan tidak menyediakan semua laporan

informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam

pengambilan keputusan ekonomi, karena secara

umum menggambarkan pengaruh kejadian keuangan

dimasa lalu dan tidak diwajibkan untuk menyediakan

informasi non keuangan, 3) Menunjukkan apa yang

t e l a h d i l a k u k a n m a n a j e m e n , a t a u

pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya

yang dipercayakan kepadanya. Dan menurut SAK

(2004:1) ada beberapa karakteristik kualitatif pokok

yaitu dapat dipahami, relevan, keandalan dan dapat

dibandingkan.

Pemakai Laporan Keuangan

Adapun pihak-pihak pemakai laporan keuangan dan

kebutuhan informasinya secara terperinci dijelaskan

sebagai berikut Investor, Karyawan. Pemberi

pinjaman, Pemasok dan kreditor lainnya, Pelanggan,

Pemerintah. Masyarakat.

Analisis Laporan Keuangan

Menurut Harahap (1998:190) Analisis laporan

keuangan adalah menguraikan pos-pos laporan

keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan

melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau

yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain

baik antara data kuantitatif maupun non kuantitatif

dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan

lebih dalam yang sangat penting dalam proses

menghasilkan keputusan yang tepat. Jadi Analisis

laporan keuangan adalah suatu proses untuk

membedah laporan keuangan ke dalam unsur-

unsurnya, menelaah unsur-unsur tersebut, dan

menelaah hubungan diantara unsur-unsur tersebut,

dengan tujuan untuk memperoleh pengertian dan

pemahaman yang baik dan tepat atas laporan

keuangan itu sendiri.

Tujuan Analisis Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan dimaksudkan

untuk menambah informasi yang ada dalam suatu

laporan keuangan. Prastowo (2002:52): a)

Memberikan informasi yang lebih luas dari pada yang

terdapat pada laporan keuangan yang biasa. b)

Menggali informasi yang tidak tampak secara kasat

mata dari suatu laporan keuangan, c) Mengetahui

sifat-sifat hubungan yang akhirnya melahirkan

model-model dan teori yang terdapat pada laporan

seperti untuk memprediksi peningkatan.d) Dapat

memberikan informasi yang digunakan oleh para

pengambil keputusan. e) Dapat menentukan peringkat

(rating) perusahaan menurut kriteria tertentu yang

sudah dikenal dalam dunia bisnis. f) Dapat

membandingkan situasi perusahaan dengan

perusahaan lain dengan periode sebelumnya atau

dengan standar industri normal atau ideal. g) Dapat

memahami situasi dan kondisi keuangan, yang

dialami perusahaan baik posisi keuangan, hasil usaha,

struktur keuangan, dan lainnya. h) Memprediksi apa

yang mungkin dialami perusahaan di masa yang akan

datang.

Metode dan teknik analisis laporan keuangan

Metode dan teknik analisis laporan keuangan

digunakan untuk menentukan dan mengukur

hubungan antara pos-pos yang ada dalam laporan

keuangan. Menurut Dwi Prastowo (2005: 59) metode

analisis laporan keuangan dapat diklasifikasikan

menjadi dua klasifikasi, yaitu:

a. Metode analisis horizontal (dinamis) adalah

metode analisis yang dilakukan dengan cara

membandingkan laporan keuangan untuk

beberapa tahun (periode), sehingga dapat

diketahui perkembangan dan kecenderungannya.

Teknik-teknik analisis yang termasuk pada

klasifikasi metode ini antara lain teknik analisis

perbandingan, analisis trend (index), analisis

sumber dan penggunaan dana, analisis perubahan

laba kotor.

b. Metode analisis vertikal (statis) adalah metode

analisis yang dilakukan dengan cara menganalisis

laporan keuangan pada tahun tertentu, yaitu

dengan membandingkan antara pos yang satu dan

pos lainnya pada laporan keuangan yang sama

67

Page 72: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

untuk tahun (periode) yang sama. Teknik-teknik

analisis yang termasuk pada klasifikasi metode ini

antara lain teknik analisis presentase per kapita

(common-size) analisis rasio dan analisis impas.

Analisis Rasio

Analisis rasio merupakan cara penting untuk

menyatakan hubungan yang bermakna di dalam

komponen-komponen dari laporan keuangan. Rasio

laporan keuangan dihitung dengan membagi nilai

rupiah pos yang dilaporkan pada laporan keuangan

dengan nilai rupiah pos lainnya yang dilaporkan.

Tujuannya adalah untuk menyatakan suatu hubungan

diantara dua pos yang relevan yang mudah ditafsirkan

atau dibandingkan dengan informasi lainnya. Rasio-

rasio merupakan pedoman atau jalan pintas yang

bermanfaat dalam mengevaluasi posisi dan kegiatan-

kegiatan keuangan perusahaan dan melakukan

perbandingan-perbandingan dengan hasil dari tahun-

tahun sebelumnya atau dengan perusahaan lainnya.

Menurut Brigham dan Houston (2006 : 119), analisis

rasio digunakan oleh tiga kelompok utama yaitu : 1)

Manajer, yang menerapkan rasio untuk membantu

menganalisis, mengendalikan dan kemudian

meningkatkan operasi perusahaan, 2) Analisis kredit,

yang menganalisis rasio-rasio untuk membantu

memutuskan kemampuan perusahaan untuk

membayar utang-utangnya dan 3) Analisis saham,

yang tertarik pada efisiensi, resiko dan prospek

pertumbuhan perusahaan

Peranan Rasio Sebagai Penilai Kinerja

Perusahaan.

Analisis rasio dalam pelaksanaannya adalah

untuk mengetahui kinerja perusahaan, di mana ada

kecenderungan bahwa terdapat keterkaitan antara

rasio satu dengan yang lainnya. Rasio memberikan

indikator tentang kekuatan keuangan dari suatu

perusahaan. Analisis terhadap rasio yang

menghubungkan unsur-unsur neraca dan perhitungan

rugi laba satu dengan yang lainnya, dapat memberikan

tentang sejarah perusahaan para manajer untuk

memperkirakan reaksi para kreditur dan investor serta

pandangan terhadap perusahaan tentang bagaimana

dana dapat diperoleh. Analisis rasio suatu perusahaan

biasanya merupakan suatu langkah pertama analisis.

Rasio merupakan alat yang bermanfaat bagi pihak-

pihak yang berkepentingan dengan perusahaan.

Ditinjau dari sudut pandang investor analisis rasio

berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan pendapatan dan untuk membayar

deviden yang diharapkan di masa mendatang.

Sedangkan ditinjau dari sudut pandang manajemen,

analisis rasio bermanfaat untuk mengantisipasi

kondisi di masa yang akan datang.

Rasio dirancang untuk memperlihatkan

hubungan antara perkiraan-perkiraan laporan

keuangan. Penggunaan rasio ini akan lebih berarti

apabila dalam menganalisis rasio dilakukan

penelaahan terlebih dahulu baik dari segi

kecenderungan (trend) ataupun nilai absolutnya,

karena dari trend tersebut dapat memberikan petunjuk

apakah kondisi keuangan membaik atau memburuk.

Rasio merupakan perangkat analisis yang

berharga apabila rasio tersebut dibandingkan dengan

suatu standar atau norma. Dengan menggunakan

ras io - ras io ( f i nanc ia l ) pe rusahaan akan

memungkinkan untuk bisa membandingkan rasio

suatu perusahaan dengan perusahaan sejenis lainnya.

Macam-macam Analisis Rasio

Macam-macam rasio yang digunakan dalam

analisis rasio menurut Harahap (1998:301-309) antara

lain: a) Rasio Likuiditas yaitu Current ratio dan Quick

ratio, b) Rasio Solvabilitas yaitu Rasio utang atas

modal dan Rasio utang atas aktiva, c) Rasio Aktivitas

yaitu 1) Perputaran piutang, 2) Perputaran persediaan,

3) Perputaran aktiva tetap, 4) Perputaran total aktiva,

d) Rasio Profitabilitas yaitu 1) Profit margin, 2) ROA

dan 3) ROE

Metode Pembandingan Rasio Keuangan

S y a m s u d d i n ( 2 0 0 0 : 3 9 ) , d a l a m

membandingkan rasio keuangan perusahaan terdapat

dua cara yaitu: a) Cross Sectional Approach yaitu

S u a t u c a r a m e n g e v a l u a s i d e n g a n j a l a n

membandingkan rasio-rasio antara perusahaan yang

satu dengan perusahaan yang lainnya yang sejenis

pada saat yang bersamaan. Atau suatu cara

membandingkan rasio keuangan dengan rasio rata-

rata industri dan b) Time Series Analysis yaitu suatu

cara membandingkan rasio-rasio keuangan

68 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008

Page 73: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

perusahaan dari suatu periode ke periode lainnya dan

pendekatan ini untuk mengetahui kemajuan atau

penurunan yang dialami perusahaan.

Keunggulan Analisis Rasio

Menurut Harahap (1998:298) keunggulan analisis

rasio tersebut adalah:

a) Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar

statistik yang lebih mudah dibaca atau

ditafsirkan. b) Merupakan pengganti yang lebih

sederhana dari informasi yang disajikan laporan

keuangan yang sangat rinci dan rumit. c)

Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri

lain. d) Sangat bermanfaat untuk bahan dalam

mengisi model-model pengambilan keputusan

dan model prediksi (Z-score). e) Menstandarisir

s i z e p e r u s a h a a n . f ) L e b i h m u d a h

memperbandingkan perusahaan dengan

perusahaan lain atau melihat perkembangan

perusahaan secara periodik atau “time series”.

b) Lebih mudah melihat trend perusahaan serta

melakukan prediksi di masa yang akan datang.

Keterbatasan Analisis Rasio

Menurut Harahap (1998:298) keterbatasan

analisis rasio tersebut adalah:

a. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat

yang dapat digunakan untuk kepentingan

pemakainya.

b. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi

atau laporan keuangan juga menjadi

keterbatasan teknik ini seperti:

1) Bahan perhitungan rasio atau laporan

keuangan itu banyak mengandung

taksiran dan judgment yang dapat

dinilai bias atau subjektif.

2) Nilai yang terkandung dalam laporan

keuangan dan rasio adalah nilai

perolehan (cost) bukan harga pasar.

3) Klasifikasi dalam laporan keuangan

bisa berdampak pada angka rasio.

4) Metode pencatatan yang tergambar

dalam standar akuntansi bisa

diterapkan berbeda oleh perusahaan

yang berbeda.

c. Jika data untuk menghitung rasio tidak

tersedia maka akan menimbulkan

kesulitan menghitung rasio.

d. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron.

Jika dua perusahaan dibandingkan bisa

saja teknik dan standar akuntansi yang

dipakai tidak sama. Oleh karenanya jika

d i l a k u k a n p e r b a n d i n g a n b i s a

menimbulkan kesalahan.

Kinerja Perusahaan

Kinerja perusahaan merupakan suatu

gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan

yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan,

sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya

keadaan keuangan suatu perusahaan yang

mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu.

Hal ini sangat penting agar sumber daya digunakan

secara optimal dalam menghadapi perubahan

lingkungan.

Penilaian kinerja keuangan merupakan salah

satu cara yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen

agar dapat memenuhi kewajibannya terhadap para

penyandang dana dan juga untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Kinerja

merupakan indikator dari baik buruknya keputusan

manajemen dalam pengambilan keputusan.

Manajemen dapat berinteraksi dengan lingkungan

interen maupun eksteren melalui informasi. Informasi

tersebut lebih lanjut dituangkan atau dirangkum

dalam laporan keuangan perusahaan.

Manfaat Penilaian Kinerja Perusahaan

Adapun manfaat dari penilaian kinerja

perusahaan adalah sebagai berikut:

a) untuk mengukur prestasi yang dicapai oleh suatu

organisasi dalam suatu periode tertentu yang

mencerminkan tingkat keberhasilan pelaksanaan

kegiatannya, b) selain digunakan untuk melihat

kinerja organisasi secara keseluruhan, maka

pengukuran kinerja juga dapat digunakan untuk

menilai kontribusi suatu bagian dalam pencapaian

tujuan perusahaan secara keseluruhan, c) dapat

digunakan sebagai dasar penentuan strategi

perusahaan untuk masa yang akan datang, d) memberi

petunjuk dalam pembuatan keputusan dan kegiatan

organisasi pada umumnya dan divisi atau bagian

69

Page 74: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

organisasi pada khususnya dan e) sebagai dasar

penentuan kebijaksanaan penanaman modal agar

dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas

perusahaan.

Tujuan Penilaian Kinerja Perusahaan

Tujuan penilaian kinerja perusahaan menurut

Munawir (2000:31) adalah untuk mengetahui a)

tingkat likuiditas, b) tingkat solvabilitas, c) tingkat

rentabilitas atau profitabilitas, dan d) tingkat stabilitas

usaha.

Laporan Keuangan Sebagai Alat Penilaian

Kinerja Perusahaan

Laporan keuangan merupakan gambaran dari

suatu perusahaan pada waktu tertentu (biasanya

ditunjukkan dalam periode atau siklus akuntansi),

yang menunjukkan kondisi keuangan yang telah

dicapai suatu perusahaan dalam periode tertentu.

Dengan melihat laporan keuangan suatu perusahaan

akan tergambar didalamnya aktivitas perusahaan

tersebut. Oleh karena itu, laporan keuangan

perusahaan merupakan hasil dari suatu proses

akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk

komunikasi dan juga digunakan sebagai alat pengukur

kinerja perusahaan. Penilaian kinerja keuangan suatu

perusahaan merupakan salah satu cara yang dapat

dilakukan oleh manajemen agar dapat memenuhi

kewajibannya terhadap para penyandang dana dan

juga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

perusahaan. Penilaian kinerja perusahaan yang

ditimbulkan sebagai akibat dari proses pengambilan

keputusan manajemen, merupakan persoalan yang

kompleks karena menyangkut efektivi tas

pemanfaatan modal dan efisiensi dari kegiatan

perusahaan yang menyangkut nilai serta keamanan

dari berbagai tuntutan yang timbul terhadap

perusahaan. Jadi dalam menilai kinerja keuangan

perusahaan, dapat digunakan suatu ukuran atau tolok

ukur tertentu. Biasanya ukuran yang digunakan

adalah rasio atau indeks yang menghubungkan dua

data keuangan. Adapun jenis perbandingan dalam

analisis rasio keuangan meliputi dua bentuk yaitu

membandingkan rasio masa lalu, saat ini ataupun

masa yang akan datang untuk perusahaan yang sama.

Dan bentuk yang lain yaitu dengan perbandingan rasio

antara satu perusahaan dengan perusahaan lain yang

sejenis.

Hubungan Antara Analisis Rasio Keuangan

dengan Kinerja Perusahaan

Setiap perusahaan pasti berusaha untuk

mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan. Salah satu

indikator atau cara yang dapat mengetahui

keberhasilan pencapaian tujuan tersebut adalah

dengan menilai kinerjanya. Dimana sebuah

perusahaan dikatakan baik atau berhasil dalam

pencapaian tujuan apabila memiliki kinerja yang baik.

Untuk mengetahui perkembangan suatu perusahaan

salah satunya dapat dilihat dari laporan keuangannya.

Laporan keuangan yang terdiri dari neraca dan

laporan laba rugi ini dianalisis dengan menggunakan

teknik analisis yang relevan. Hasil analisis tersebut

merupakan indikator untuk menginterpretasikan

laporan keuangan tersebut, sehingga menghasilkan

informasi akuntansi yang bermanfaat bagi pihak yang

berkepentingan.

Penilaian kinerja suatu perusahaan dilakukan

dengan cara menilai data yang diperoleh dari laporan

keuangan yang disajikan oleh perusahaan, faktor

pengambilan dan ketersediaan data keuangan

perusahaan merupakan hal yang mutlak dan penting,

sehingga gambaran kinerja perusahaan akan lebih

akurat dan berguna bagi pihak yang berkepentingan

jika telah dilakukan analisis terhadap laporan

keuangan tersebut. Bagi pihak manajemen dalam

suatu perusahaan, analisis laporan keuangan sangat

berguna untuk menilai keberhasilan dalam mengelola

dana yang tersedia. Dan dari informasi tersebut akan

sangat bermanfaat dalam menetapkan kebijaksanaan

yang penting untuk memperbaiki posisi, kondisi

maupun (Performance) atau kinerja keuangan

perusahaan.

70 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008

Page 75: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

METODE PENELITIAN

Model Teori

Model teori

Rasio aktivitas:

Perputaran piutang Perputaran persediaan

Perputaran aktiva tetap

Perputaran total aktiva

Analisis rasio keuangan

Rasio solvabilitas:

Rasio utang atas modal

Rasio utang atas aktiva

Rasio profitabilitas: Profit margin

ROA ROE

Rasio likuiditas: Current ratio

Quick ratio

Kinerja perusahaan

Laporan keuangan Neraca Laporan Rugi Laba

Pengukuran

Pengukur yang digunakan adalah dengan

Analisis Rasio :

1. Rasio Likuiditas yaitu a) Current ratio, terdiri

dari: Aktiva lancar dan Utang lancar, b) Quick

ratio, terdiri dari: Aktiva lancar, Persediaan dan

Utang lancar

2. Rasio Solvabilitas yaitu a) Rasio Utang atas

Modal, terdiri dari Total Utang dan Modal, b)

Rasio Total Utang, terdiri dari Total Utang dan

Total Aset

3. Rasio Aktivitas yaitu a) Perputaran Piutang, terdiri

dari Penjualan Kredit Bersih dan Rata-rata

Piutang, b) Perputaran Persediaan, terdiri dari

Harga Pokok Penjualan dan Rata-rata Persediaan,

c) Perputaran Aktiva Tetap, terdiri dari Penjualan

dan Aktiva Tetap dan d) Perputaran Total Aktiva,

terdiri dari Penjualan dan Total Aktiva

4. Rasio Profitabilitas yaitu a) Profit Margin

adalah Laba Bersih dan Penjualan, b) ROA adalah

Laba Bersih dan Total Aset, dan c) ROE adalah

Laba Bersih dan Total Equity

Penentuan Populasi dan Sampel

Populasi bisa diart ikan merupakan

sekelompok individu tertentu yang memiliki satu atau

lebih karakteristik umum yang menjadi pusat

perhatian bagi peneliti. Dalam penyusunan penelitian

ini yang menjadi populasi adalah perusahaan

Automotive and Allied Products yang berjumlah 20

perusahaan.

Sedangkan pengertian sampel menurut

Sugiyono ( 2008:116) adalah: Bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh suatu populasi.

Sampel merupakan proporsi kecil dari suatu

populasi”.

Sampel untuk penelitian ini adalah laporan

keuangan perusahaan Automotive and Allied Products

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yakni

mulai tahun 2004 sampai 2007 sebanyak 10

perusahaan dari populasi 20 perusahaan. Hal ini

dikarenakan dari ke 20 perusahan yang diteliti hanya

10 perusahaan saja dapat memenuhi kreteria

penelitian seperti kelengkapan Data berupa: Laporan

Keuangan (Neraca dan Laporan Rugi Laba).

Teknik Analisis Data

Analisis Rasio terdiri dari :

a. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas menggambarkan

kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan

kewajiban jangka pendeknya.

1) Current ratio

Current ratio = LancarUtang

LancarAktiva

2) Quick ratio

Quick ratio = LancarUtang

PersediaanLancarAktiva -

b. Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas menggambarkan

kemampuan perusahaan dalam membayar

kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-

kewajibannya apabila perusahaan likuidasi

1) Rasio Utang atas Modal

Rasio Utang atas Modal = Modal

UtangTotal

2) Rasio Utang atas Aktiva

Rasio Utang atas Aktiva = AktivaTotal

UtangTotal

71

Page 76: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

c. Rasio Aktivitas

Rasio ini menggambarkan aktivitas yang

dilakukan perusahaan dalam menjalankan

operasinya baik dalam kegiatan penjualan,

pembelian, dan kegiatan lainnya.

1) Perputaran Piutang

Perputaran Piutang = PiutangrataRata

Penjualan

-

2) Perputaran Persediaan

Perputaran Persediaan = PersediaanrataRata

PenjualanPokokHarga

-

3) Perputaran Aktiva Tetap

Perputaran Aktiva Tetap = TetapAktiva

Penjualan

4) Perputaran Total Aktiva

Perputaran Total Aktiva = AktivaTotal

Penjualan

d. Rasio Profitabilitas

Rasio rentabilitas atau juga disebut

profitabilitas menggambarkan kemampuan

perusahaan mendapatkan laba melalui semua

kemampuan, dan sumber yang ada seperti

kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan,

jumlah cabang, dan sebagainya. Rasio yang

menggambarkan kemampuan perusahaan

menghasilkan laba disebut juga Operating Ratio.

1) Profit Margin

Profit Margin = Penjualan

BersihLaba

2) ROA

ROA = AktivaTotal

BersihLaba

3) ROE

ROE = SahamModal

BersihLaba

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berikut ini hasil analisis terhadap laporan

keuangan perusahaan mulai tahun 2004-2007.

1) Rasio Likuiditas

a) Current RatioPERHITUNGAN CURRENT RATIO

AUTOMOTIVE AND ALLIED PRODUCTS TAHUN 2004-2007

Keterangan 2004 2005 2006 2007 PT. Astra International 122,22 103,01 78,38 91,24

PT. Indo Kordsa 270,07 285,88 410,33 497,61 PT. Gajah Tunggal 142,50 231,07 194,29 220,85 PT. Indomobil Sukses Internasional 120,58 107,11 95,39 83,62 PT. Indospring 177,19 124,00 98,43 107,05

PT. Prima Alloy Steel Universal 143,82 123,10 108,07 105,03

PT. Polychem Indonesia 156,97 424,70 309,72 240,73

PT. United Tractors 183,87 156,45 133,40 133,94 PT. Selamat Sempurna 183,24 196,13 198,87 170,92 PT. Tunas Ridean 120,59 121,15 114,60 114,69 Rata-rata Industri 162,11 187,26 174,15 176,57

Sumber: Data diolah 2009

b) Quick RatioPERHITUNGAN QUICK RATIO

AUTOMOTIVE AND ALLIED PRODUCTS TAHUN 2004-2007

Keterangan 2004 2005 2006 2007 PT. Astra International 100,46 74,13 58,45 69,78 PT. Indo Kordsa 183,34 161,41 246,62 344,84 PT. Gajah Tunggal 89,57 138,98 109,33 160,84 PT. Indomobil Sukses 88,49 87,45 79,64 70,48

PT. Indospring 56,70 48,10 34,06 37,42 PT. Prima Alloy Steel Universal 113,54 97,60 88,84 74,04 PT. Polychem Indonesia 92,36 260,79 205,22 144,80 PT. United Tractors 120,31 96,88 93,80 93,56 PT. Selamat Sempurna 87,70 112,19 109,20 82,70 PT. Tunas Ridean 97,45 99,63 102,91 103,66

Rata-rata Industri 102,99 117,72 112,81 118,21 Sumber: Data diolah 2009

2) Rasio Solvabilitas

a) Rasio Utang Atas Modal

PERHITUNGAN RASIO UTANG ATAS MODAL AUTOOTIVE AND ALLIED PRODUCTS

TAHUN 2004 – 2007 Keterangan 2004 2005 2006 2007

PT. Astra International 122,61 122,02 140,77 116,87 PT. Indo Kordsa 118,07 86,64 60,84 51,72 PT. Gajah Tunggal 276,43 268,46 240,76 254,37

PT. Indomobil Sukses internasional 1.859,37 1.955,62 2.089,79 2.703,93 PT. Indospring 377,32 589,41 612,56 661,10

PT. Prima Alloy Steel Universal 250,69 333,11 367,82 319,06

PT. Polychem Indonesia 209,76 193,91 218,55 226,19 PT. United Tractors 116,94 158,02 143,80 125,87 PT. Selamat Sempurna 71,02 61,04 52,90 65,44 PT. Tunas Ridean 237,56 301,58 324,11 290,52

Rata-rata Industri 363,98 406,98 425,19 481,51 Sumber: Data diolah 2009

b) Rasio Utang Atas Aktiva

PERHITUNGAN RASIO UTANG ATAS AKTIVA AUTOMOTIVE AND ALLIED PRODUCTS

TAHUN 2004 – 2007 Keterangan 2004 2005 2006 2007

PT. Astra International 50,42 50,78 54,37 49,61 PT. Indo Kordsa 49,06 41,67 33,18 29,74 PT. Gajah Tunggal 73,44 72,86 70,65 71,02

PT. Indomobil Sukses Internasional 89,03 90,36 90,95 91,82 PT. Indospring 78,95 85,47 85,94 86,84 PT. Prima Alloy Stell Universal 71,48 76,91 78,62 76,14 PT. Polychem Indonesia 67,70 65,91 68,58 68,28 PT. United Tractors 53,61 61,01 58,74 55,50 PT. Selamat Sempurna 37,44 34,11 33,29 38,02 PT. Tunas Ridean 70,38 75,10 76,42 74,40

Rata-rata Industri 64,15 65,42 65,07 64,14 Sumber: Data diolah 2009

72 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008

Page 77: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

3) Ratio Aktivitas

a) Perputaran Piutang

PERHITUNGAN PERPUTARAN PIUTANG AUTOMOTIVE AND ALLIED PRODUCTS

TAHUN 2004 – 2007 Keterangan 2004 2005 2006 2007

PT. Astra International 149,65 221,46 265,80 334,86 PT. Indo Kordsa 5,94 7,12 6,09 6,24

PT. Gajah Tunggal 10,96 7,78 8,81 10,72 PT. Indomobil Sukses Internasional 16,83 17,84 11,56 20,20

PT. Indospring 4,82 6,83 6,18 8,92

PT. Prima Alloy Steel Universal 1,97 2,50 2,71 2,39

PT. Polychem Indonesia 10,33 9,12 7,51 8,89 PT. United Tractors 3,98 4,69 4,79 5,79 PT. Selamat Sempurna 3,98 4,69 4,79 5,79 PT. Tunas Ridean 3,09 4,32 3,56 4,06

Rata-rata Industri 21,16 28,77 32,87 41,03 Sumber: Data diolah 2009

b) Perputaran Persediaan

PERHITUNGAN PERPUTARAN PERSEDIAAN AUTOMOTIVE AND ALLIED PRODUCTS

TAHUN 2004 – 2007 Keterangan 2004 2005 2006 2007

PT. Astra International 6,03 9,01 10,88 13,47 PT. Indo Kordsa 3,46 4,08 3,84 4,00 PT. Gajah Tunggal 6,165 4,443 5,141 5,951 PT. Indomobil Sukses Internasional 8,83 9,31 5,83 10,47

PT. Indospring 1,51 2,17 2,00 2,58

PT. Prima Alloy Steel Universal 5,74 7,54 8,42 7,27

PT. Polychem Indonesia 6,27 6,05 5,63 5,87

PT. United Tractors 3,96 5,95 6,32 8,32

PT. Selamat Sempurna 2,77 3,31 3,40 4,09

PT. Tunas Ridean 1,82 2,40 2,52 3,14

Rata-rata Industri 4,65 5,43 5,40 6,51

Sumber: Data diolah 2009

c) Perputaran Aktiva Tetap

PERHITUNGAN PERPUTARAN AKTIVA TETAP AUTOMOTIVE AND ALLIED PRODUCTS

TAHUN 2004 – 2007 Keterangan 2004 2005 2006 2007

PT. Astra International 3,73 4,46 4,27 4,97 PT. Indo Kordsa 1,81 2,38 2,20 2,42 PT. Gajah Tunggal 2,14 1,52 1,72 2,04 PT. Indomobil Sukses Internasional 9,76 8,85 5.03 8,65

PT. Indospring 2,29 2,90 1,81 2,61

PT. Prima Alloy Steel Universal 4,90 5,48 6,17 4,97

PT. Polychem Indonesia 1,55 1,46 1,27 1,58 PT. United Tractors 3,76 3,08 2,64 3,29 PT. Selamat Sempurna 3,00 3,50 3,40 3,34 PT. Tunas Ridean 9,15 9,70 7,63 6,98

Rata-rata Industri 4,21 4,33 3,61 4,08 Sumber: Data diolah 2009

d) Perputaran Total Aktiva

PERHITUNGAN PERPUTARAN TOTAL AKTIVA AUTOMOTIVE AND ALLIED PRODUCTS

TAHUN 2004 – 2007 Keterangan 2004 2005 2006 2007

PT. Astra International 0,85 0,97 0,96 1,10 PT. Indo Kordsa 0,86 1,03 0,99 0,99 PT. Gajah Tunggal 1,07 0,65 0,75 0,79 PT. Indomobil Sukses Internasional 1,26 1,05 0,66 1,04 PT. Indospring 0,87 0,94 0,80 0,94 PT. Prima Alloy Steel Universal 1,24 1,23 1,26 1,21

PT. Polychem Indonesia 0,98 0,89 0,82 0,93 PT. United Tractors 1,31 1,25 1,22 1,40 PT. Selamat Sempurna 1,12 1,30 1,23 1,28 PT. Tunas Ridean 1,68 1,72 1,36 1,32

Rata-rata Industri 1,12 1,10 1,00 1,10 Sumber: Data diolah 2009

4) Rasio Profitabilitas

a) Profit Margin

PEHITUNGAN PROFIT MARGIN AUTOMOTIVE AND ALLIED PRODUCTS

TAHUN 2004 – 2007 Keterangan 2004 2005 2006 2007

PT. Astra International 12,71 9,67 6,66 9,29

PT. Indo Kordsa 2,88 6,77 1,21 2,53 PT. Gajah Tunggal 7,02 7,17 2,16 1,36 PT. Indomobil Sukses Internasional (1,39) 0,85 0,04 0,03 PT. Indospring (6,12) (1,35) 0,56 1,75

PT. Prima Alloy Steel Universal 2.21 0,67 (0,37) 0,42

PT. Polychem Indonesia 10,22 1,06 (8,19) 1,50 PT. United Tractors 12,36 7,91 6,78 8,22 PT. Selamat Sempurna 7,85 6,98 7,51 7,55 PT. Tunas Ridean 4,55 3,04 0,57 4,30

Rata-rata Industri 5,23 4,28 1,69 3,70 Sumber: Data diolah 2009

b) ROA

PEHITUNGAN RETURN ON ASSET AUTOMOTIVE AND ALLIED PRODUCTS

TAHUN 2004 – 2007 Keterangan 2004 2005 2006 2007

PT. Astra International 10,82 9,39 6,41 10,26

PT. Indo Kordsa 2,48 6,99 1,20 2,52 PT. Gajah Tunggal 7,54 4,64 1,63 1,06 PT. Indomobil Sukses Internasional (1,75) 0,90 0,03 0,03 PT. Indospring (5,32) (1,27) 0,44 1,65 PT. Prima Alloy Steel Universal 2,74 0,82 (0,47) 0,51

PT. Polychem Indonesia 10,07 0,95 (6,70) 1,39 PT. United Tractors 16,24 9,88 8,27 11,48 PT. Selamat Sempurna 8,81 9,07 9,23 9,68 PT. Tunas Ridean 7,63 5,24 0,78 5,67

Rata-rata Industri 5,93 4,66 2,08 4,43 Sumber: Data diolah 2009

73

Page 78: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

c) ROE

PEHITUNGAN RETURN ON EQUITY AUTOMOTIVE AND ALLIED PRODUCTS

TAHUN 2004 – 2007 Keterangan 2004 2005 2006 2007

PT. Astra International 26,31 22,56 16,59 24,18

PT. Indo Kordsa 5,97 14,54 2,20 4,38 PT. Gajah Tunggal 28,38 17,09 5,55 3,81

PT. Indomobil Sukses Internasional (36,64) 19,41 0,65 0,83 PT. Indospring (25,42) (8,75) 3,15 12,56

PT. Prima Alloy Steel Universal 9,59 3,55 (2,18) 2,14

PT. Polychem Indonesia 31,20 2,78 (21,34) 4,62 PT. United Tractors 35,43 25,59 20,25 26,04 PT. Selamat Sempurna 16,72 16,23 14,67 16,66 PT. Tunas Ridean 25,74 21,05 3,30 22,17

Rata-rata Industri 11,73 13,41 4,28 11,74

Sumber: Data diolah 2009

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Dengan menggunakan pendekatan analisis

rasio telah menunjukkan bahwa tingkat kinerja

keuangan perusahaan Automotive and Allied Products

mengalami fluktuasi. Dari kesepuluh perusahaan

Automotive and Allied Products yang memiliki nilai

likuiditas baik ada 5 (lima) perusahaan, antara lain:

PT. Indo Kordsa, Tbk, PT. Polychem Indonesia, Tbk,

PT. Gajah Tunggal, Tbk, PT. Selamat Sempurna, Tbk

dan PT. United Tractors, Tbk. Rasio likuiditas kelima

perusahaan tersebut nilai rasionya diatas nilai rata-rata

industri yaitu Current Ratio ? 187,26% dan Quick

Ratio ? 118,21%. Hal ini telah menunjukkan bahwa

kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban

jangka pendeknya pada saat jatuh tempo sudah baik.

Dari hasil rasio solvabilitas, terdapat 4 (empat)

perusahaan yang nilai rasionya baik antara lain, PT.

Astra Internasional, Tbk, PT. Indo Kordsa, Tbk, PT.

United Tractors, Tbk dan PT. Selamat Sempurna, Tbk.

Rasio solvabilitas keempat perusahaan rendah yaitu

untuk Debt to Equity ? 150% dan Debt to Asset ? 50%,

hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan

dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya baik,

karena posisi modal lebih besar dari utang. Hal ini

menunjukkan porsi utang lebih sedikit dari modal

milik perusahaan sendiri, kalau rasio nya tinggi berarti

operasional perusahaan banyak menggunakan utang,

dengan banyaknya utang perusahaan akan kesulitan

mendapatkan dana lain. Dari hasil rasio akivitas

tertinggi terdapat pada lima perusahaan yaitu, PT.

74 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008

Astra International, Tbk, PT. Indomobil Sukses

Intrnasional, Tbk, PT. Prima Alloy Steel Universal,

Tbk, PT. United Tractors, Tbk dan PT. Tunas Ridean,

Tbk dengan nilai untuk perputaran piutang ? 7,50 kali,

perputaran persediaan = 5,40 kali, perputaran aktiva

tetap = 4,33 kali dan perputaran total aktiva = 1,12 kali.

Hal ini sudah menunjukkan bahwa aktivitas

pemanfaatan aktiva perusahaan telah berjalan secara

efisien dan efektif dalam menghasilkan penjualan

Rasio Profitabilitas. Dari hasil rasio profitabilitas

tertinggi terdapat pada lima perusahaan yaitu, PT.

United Tractors, Tbk, PT. Astra Internasional, Tbk,

PT. Selamat Sempurna, Tbk, PT. Tunas Ridean, Tbk

dan PT. Gajah Tunggal, Tbk dengan nilai untuk profit

margin ? 5,23%, ROA = 5,75% dan ROE = 13,40%.

Hal ini telah menunjukkan bahwa kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan keuntungan sudah

baik dan perusahaan mampu menghasilkan laba

dengan maksimal dengan memaksimalkan total

aktiva dan modal dalam menghasilkan laba tambahan.

Saran

Sebaiknya perusahaan Automotive and Allied

Products yang kinerjanya dibawah rata-rata industri,

diharapkan pihak manajemen badan usaha agar dapat

meningkatkan efisiensi biaya melalui pengelolaan

secara optimal sarana produksi sehingga dapat

meningkatkan profitabilitas badan usaha, untuk itu

perusahaan harus meningkatkan penjualannya dan

menekan biaya serta memperkecil penggunaan modal

kerja. Dengan meningkatnya profitabilitas akan

meningkatkan likuiditas, karena tidak terdapat

persediaan yang ter lalu banyak. Dengan

meningkatnya likuiditas akan mendukung dalam

pembiayaan proses produksi.

Page 79: Jurnal Eksis Vol III Nomor 2 2008

DAFTAR PUSTAKA

Brigham dan Houston. 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Jakarta : Salemba Empat.

Dwi Prastowo, (2002), Analisis Laporan Keuangan, UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

Hanafi, Mamduh, (2003), Analisis Laporan Keuangan, UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

Harahap, Sofyan, (1998), Analisis Kritis Atas Analisis Laporan Keuangan, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Helfert, Erich, (1996), Teknik Analisa Keuangan: Petunjuk Praktis untuk Mengukur dan Mengelola Kinerja

Perusahaan, Edisi Delapan, Erlangga, Jakarta.

Ikatan Akuntansi Indonesia. 1999. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta : Salemba Empat.

Marzuki. 2005. Metodologi Riset : Panduan Penelitian Bidang Bisnis dan Sosial. Yogyakarta : Ekonisia.

Munawir, S, (2000), Analisis Laporan Keuangan, Edisi 4, Liberty, Yogyakarta.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Research and Desain. Bandung : Alfabeta.

Syamsuddin, Lukman, (2000), Manajemen Keuangan Perusahaan, Edisi Baru, PT. Raja Grafindo Persada,

Jakarta.

Umar, Husein. 1997. Riset Akuntansi. Jakarta : Gramedia.

75