VOL III Nomor 2 Juni 2008
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi(STIE) PGRI DewantaraJombang
EKSISJurnal riset ekonomi dan bisnis
JURNAL EKSISSEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
PGRI DEWANTARA JOMBANGVOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008
DAFTAR ISI
Peranan Sosial dan Ekonomi Auditing Dalam Peningkatan Good Corporate Governance (GCG)
Rachyu Purbowati
Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Masyarakat Dalam Keputusannya Menjadi Nasabah Di Perum Pegadaian Syari'ah Sidoarjo.
Dina Eka Shofiana
Evaluasi Atas Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban Sebagai Dasar Penilaian Prestasi Departemen Produksi Pada Perusahaan Rokok PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan”
Nurdiana
Hubungan Antara Motivasi Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Pada PT. Suzuki Finance Indonesia Cabang Surabaya “
Wiwin IndahyaniRita Mutiarni
Pengaruh Pengumuman Deviden Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia
Dwi Ermayanti S
Analisis Perilaku Konsumen Dalam Melakukan Pembelian Produk Furnitur B-Stylish di Toko Prambanan Jombang
Siti ZuhrohAgung Budi
Studi Perilaku Konsumen Produk Furniture Di JombangAbd. Rohim
Analisis Ratio Keuangan Untuk Menilai Kinerja Pada Perusahaan Automotive And Allied Products Di Bursa Efek Indonesia
Yuniep Mujati S
Jurnal Riset Ekonomi dan Bisnis EKSIS Volume III Nomor 2, Juni 2008, yang diterbitkan oleh
STIE PGRI Dewantara Jombang hadir dengan memuat sejumlah artikel pilihan, baik artikel konseptual
maupun artikel laporan hasil penelitian.
Jurnal EKSIS ini dapat terbit karena adanya komitmen pemimpin STIE PGRI Dewantara
Jombang dan kerjasama berbagai pihak, untuk itu ucapan terima kasih kami sampaikan. Penulis artikel
dalam terbitan kali ini tidak hanya dari kalangan internal maupun eksternal. Semoga misi utama jurnal ini
sebagai media informasi dan komunikasi dapat tercapai.
Semoga kehadiran jurnal ini bermanfaat bagi kita semua.
Jombang, 2008Ketua Jurnal Riset Ekonomi dan BisnisEKSIS
KATA PENGANTAR
Peranan Sosial dan Ekonomi Auditing Dalam Peningkatan Good Corporate Governance (GCG)
Rachyu Purbowati
AbstractFinancial information presented as the company can not be trusted as such by the community because of the inherent privacy interest in the report. So that the community requires that independent third parties that act as "disease" that will review the fairness, truth, to accurate information to the public. This is important to protect the public from information that is not true or false about the company. Usually they are given, or believed by the public trust to do this function is a public accountant or independent accountants who manage and control is also done by the public either through the government, particular institutions, organizations, communities,professions. In fact in this context the independent accountants have the implicit "social contract" with society. Provide greater confidence in public accountants to represent to the review and provide a report to the public testimony on the information reported
Pendahuluan
Peran akuntan independent dalam penegakan
Corporate governance sangat besar. Namun, peran
tersebut tidak akan berjalan bila tidak didukung
governance dari profesi akuntan dan kemauan dari
manajemen perusahaan atas terpenuhinya
independensi dan transparasi. Sebaliknya peran
akuntan hanya menjadi suatu kepatuhan yang
dipenuhi karena undang-undang tapi tidak memberi
nilai tambah bila opini yang diberikan tidak dapat
diandalkan oleh publik. Dengan peran yang penuh,
akuntan independent tidak lagi menjadi kambing
hitam bagi keraguan publik bahwa kegagalan suatu
perusahaan disebabkan oleh kekurangan yang tidak
terdeteksi oleh akuntan tapi karena kesalahan dalam
pengambilan keputusan bisnis.
Erik (2005) Akuntan independent memegang
peranan penting dengan alasan : Agency Theory,
pihak yang berkepentingan dalam transaksi keuangan
dan bisnis sangat komplek, interaksi antara agen dan
prinsipan terkadang saling bertentangan. Moral
hazard, manajemen sebagai pengelola perusahaan
memiliki kepentingan yang tidak selalu selaras
dengan pemilik perusahaan, penyalahgunaan
wewenang, ataupun penggelapan dalam dalam
perusahaan kerap dilakukan.
Tidak dapat disangkal auditing tidak dapat
terlepas dari lingkungan dan masyarakat dan tidak
dapat disangkal pula bahwa secara tidak langsung
dunia saat ini dikuasai oleh konglomerat atau
perusahaan multinasional. Tidak terasa pemerintah,
masyarakat bahkan pola fikir kita juga sudah
dipengaruhi oleh cara berfikir kapitalis yang
menguasai perusahaan multinasional itu. Perusahaan
ini tentu harus juga memiliki tanggungjawab kepada
masyarakat sehingga dia harus meminimalkan
munculnya social cost dan memaksimalkan
munculnya social benefit. Salah satu media
pertanggungjawaban perusahaan kepada masyarakat
adalah melalui laporan keuangan. Laporan keuangan
ini disusun dengan menggunakan standar akuntansi
yang ditetapkan oleh suatu lembaga resmi baik
pemerintah maupun organisasi profesi. Standar ini
disusun bukan hanya memperhatikan kepentingan
perusahaan, pemilik, investor tetapi juga kepentingan
pemerintah dan masyarakat. Maka itu auditing tidak
terlepas pada lingkungan
Laporan keuangan selaku informasi yang
disajikan perusahaan tidak bisa dipercaya begitu saja
oleh masyarakat karena kepentingan pribadinya yang
melekat dalam laporan itu. Sehingga masyarakat
membutuhkan pihak ketiga yang independent yang
berfungsi selaku “penyakit” yang akan memeriksa
kewajaran , kebenaran, ke akuratan informasi yang
disampaikan kepada masyarakat. Hal ini penting
untuk melindungi masyarakat dari informasi yang
tidak benar atau palsu tentang perusahaan itu. Padahal
informasi ini sangat mempengaruhi perilaku
masyarakat yang membaca nya.
Biasanya mereka yang diyakini atau diberi
Rachyu Purbowati, Dosen STIE PGRI Dewantara Jombang
3
kepercayaan oleh masyarakat untuk melakukan fungsi
ini adalah akuntan publik atau akuntan independent
yang mengatur dan pengawasannya juga dilakukan
oleh masyarakat baik melalui pemerintah, lembaga
tertentu, organisasi, masyarakat, profesi maupun
gabungannya. Pengawasan ini penting karena fungsi
ini melayani masyarakat. Sebenarnya dalam konteks
ini akuntan independent secara implisit memiliki
“social contract” dengan masyarakat. Masyarakat
memberikan kepercayaan besar terhadap akuntan
untuk mewakili nya memeriksa dan memberikan
laporan kepada masyarakat atas kesaksiannya pada
informasi yang dilaporkan. Oleh karenanya profesi ini
tidak akan eksis jika masyarakat tidak menaruh
kepercayaan terhadapnya. Jika akuntan publik ini
masih ingin dihargai oleh masyarakat maka ia harus
dapat meyakinkan masyarakat bahwa ia dapat
dipercaya. Tingkat kepercayaan ini merupakan modal
utama profesi akuntansi.
Peran sosial bagi corporate auditing juga
harus diletakkan pada konteks yang lebih luas
terhadap isu–isu umum tata kelola corporate,
berbagai mekanisme organisasional yang ada secara
eksternal dan internal untuk mengawasi dan
mengendalikan entitas corporate dan manajemennya.
Para akuntan kritis membantah bahwa laporan sosial
dan lingkungan akan meningkatkan transparansi dan
tanggungjawab, yang pada gilirannya akan
mendorong kearah meningkatnya kendali demokratis
(Gray, 1998). Sudut pandang ini tidak menyatakan
bahwa auditing mungkin benar-benar mengendalikan
Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi
pokok permasalahan adalah :
1. Bagaimana menilai laporan keuangan selaku
informasi yang disajikan perusahaan bisa
dipercaya oleh masyarakat.
2. Bagaimana menilai akuntan publik yang
independen yang bisa dipercaya oleh masyarakat.
3. Bagaimana menilai opini auditor yang bisa
dipercaya oleh masyarakat.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Memberikan tambahan gambaran tentang
dinamika yang terjadi didalam suatu perusahaan
yang berkaitan dengan laporan keuangan
2. Memberikan kepercayaan kepada masyarakat
tentang indepensi dari seorang aditor
3. Menberikan keyakinan terhadap masyarakat
tentang opini yang dibuat oleh seorang auditor
4. Memberikan kontribusi untuk masyarakat dalam
menilai auditor supaya lebih baik lebih
independen.dan lebih dipercaya.
Pembahasan
Peran Ekonomi Auditing
Hubungan manusia menghasilkan keputusan-
keputusan dan tindakan-tindakan ekonomi,
bagaimanapun, mencakup beberapa urutan doubt,
uncertainty, verification, assurance dan comfort yang
ditunjukkan dalam konteks sosial. Banyak dari
aktivitas manusia yang dikembangkan dalam
masyarakat dapat diobsevasi konsekuensi
ekonominya. Hubungan yang ditetapkan manusia
pada tingkat individual atau organisasional secara
bentuk menghasilkan pengaruh yang dapat
diidentifikasi dan bentuk pengukuran manfaat
ekonomi dan dikaitkan dengan biaya.
Peran ekonomi auditor adalah bertindak
sebagai agen lebih lanjut untuk pemilik (dan mungkin,
kelompok lain) dalam situasi dimana ada insentif
kontrak untuk melengkapi seperti suatu audit (Antle,
1982). Keberadaan Audit membantu dalam
menghindari konflik kontraktual potensial antara
manajemen entitas dan pemiliknya dan kepentingan
eksternal lain yang akan dirugikan secara ekonomi.
Peran ekonomi dari auditing merupakan salah satu
satu penyampaian Wallace ( 1985) dalam konteks
teori agen dalam lingkungan yang tak diatur dan yang
diatur. Dia menguraikan audit berfungsi sebagai suatu
layanan ekonomi, dan membantah arti penting
his tor isnya a tas dasar pengamatan akan
keberadaannya dari waktu ke waktu dalam
lingkungan ekonomi yang tidak diatur. Argumentasi
Wallace mempunyai kaitan dengan peran ekonomi
auditing dari perspektif kepentingan diri peserta
dalam perilaku ekonomi yang terorganisir. Dia juga
mengartikulasikan statemen berkenaan dengan
masalah ekonomi yang lebih umum dan peran
auditing.
Pertama, dia melihat auditing tingkat
keandalan informasi keuangan, dengan begitu
membantu mengurangi resiko yang berhubungan
dengan pengambilan keputusan ekonomi. Kedua, dia
4 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008
mempertimbangkan berbagai manfaat lain ekonomi
dari aktivitas audit sebagai contoh, pencegahan
penipuan dan penyalahgunaan lain, dan pemenuhan
dengan peraturan ; meningkatkan sistem kontrol dan
informasi, dan efisiensi operasi; membantu dalam
menaksir capaian managerial dan organisatoris; dan
mengakses satuan pelaporan dasar pelanggan , dan
ketetapan dari layanan yang lain.
Fungsi Audit Yang Efektif
Fungsi auditing sejak awal sampai saat ini
telah melalui berbagai perkembangan dan proses
sesuai kebutuhan dan tuntutan lingkungan dan
masyarakat. Bailey (1979) menyatakan bahwa tujuan
audit pada awalnya adalah bertujuan untuk mencari
kesalahan, kecurangan, pedoman, kemudian tujuan
pedomannya hilang, baru kemudian menyatakan
kebenaran dari neraca dan laba rugi, kemudian sejak
tahun 1930 bertujuan merumuskan suatu pendapat
tentang kewajaran laporan keuangan.
Auditing menurut Konrath (2002) adalah
sebuah proses yang sistematis yang bertujuan untuk
mendapatkan dan menilai bukti atas pengakuan
tentang kegiatan dan kejadian ekonomis untuk
memastikan tingkat kesesuaian antara pengakuan dan
kriteria yang ditetapkan dan mengkomunikasikan
hasil kepada pihak lain yang berkepentingan.
Sedangkan proses auditing adalah kegiatan yang
dilakukan oleh seorang auditor untuk mengumpulkan
bukti melalui berbagai cara sehingga ia memiliki
keyakinan untuk menyatakan pendapat atas
kewajaran laporan keuangan yang disajikan
manajemen.
Fungsi Internal Audit harus menjelaskan
misi, wewenang, kewajiban, dan tanggung jawab
fungsi internal audit. Dan juga harus mempunyai staf
yang kompeten, peningkatan kompetensi auditor
secara signifikan dilakukan melalui program
sertifikasi profesi, baik tingkat nasional maupun
internasional.
Kesimpulan auditor bukan bukti tetapi
keyakinan terhadap kecukupan bukti. keyakinan ini
adalah hasil dari pemahaman professional dari
seorang auditor yang memiliki persyaratan antara lain
seperti yang diatur dalam standar umum diatas,
kompetensi, logika, sikap tidak memihak, bebas dari
segala kepentingan, dan bekerja secara hati-hati dan
selalu menggunakan cara due care yang dipadu oleh
kamampuan profesional dan sikap, tingkah laku
sesuai kode etik. Saat ini sayangnya menurut
Bambang Sudibyo (2001) sikap ideal ini sudah
diredusir menjadi hanya sebatas “Bukti Mati” .
akibatnya profesi akutansi kehilangan integritasnya
dimata sebagian besar masyarakat, sehingga nantinya
suatu saat bisa mengakibatkan putusnya kontrak
sosial yang disepakatinya dengan masyarakat secara
alamiah. Hal ini harus selalu dijaga oleh pemerintah,
badan profesi dan auditor sendiri. Maka dalam
konteks ini auditing harusnya didukung oleh moral
agama yang kuat pasti akan semakin relevan. Profesi
auditor harus bermodalkan reputasi, integritas,
moralitas, etika dan independensi. Profesi ini adalah
profesi terhormat sehingga aspek moralnya lebih
utama, sedangkan keahlian tehnis sebenarnya
sekunder (Woolf, 1990).
Usaha Dalam Peningkatan Good Corporate
Governance
Usaha untuk peningkatan Corporate
Governance sudah muncul sedikitnya empat area.
Menurut Baker, R.C., & Owsen, D.M. (2002) didalam
Area pertama melibatkan struktur organisasi dewan
direktur ( O'Sullivan, 2000). Sebagai contoh,
pembatasan harus ditempatkan pada banyaknya wakil
manajemen pada dewan direktur. Area kedua
melibatkan peran panitia audit dan membatasi
keanggotaan panitia audit ke para direktur mandiri (
Rosenstein& Wyatt, 1990). Area yang ketiga
melibatkan seleksi auditor eksternal oleh panitia audit
dewan direktur ( Cohen et Al., 2000). Area yang
keempat melibatkan pengurangan perbedaan antara
kompensasi CEO dan kompensasi rata-rata karyawan
dalam perusahaan ( Colvin, 2001).
Sebagai konsekuensi, kita membantah bahwa
ada suatu kebutuhan untuk mekanisme tambahan
untuk meningkatkan Corporate Governance.
Mengenai ini, kita menyatakan bahwa perhatian lebih
lanjut harus diberikan untuk meningkatkan peran
auditing di dalam Corporate Governance.
Salah satu usaha peningkatan GCG menurut
(Restianti,2005) adalah pengawasan profesi dan
independensi akuntan. Pengawasan profesi dapat
meningkatkan kepatuhan atas kode etik dan norma
5
profesi (Joseph Fan, 2002). Siapapun yang melakukan
pengawasan haruslah mampu mendisiplinkan
anggota profesi. Governance yang baik dalam
organisasi memang harus dimulai dari diri sendiri
yaitu integritas dan komitmen yang tinggi untuk
menjalankan tugas dengan standar, norma dan kode
etik yang berlaku. Begitu juga independensi mutlak
harus dipenuhi untuk meningkatkan Good Corporate
Governance
Simpulan
Akuntan mempunyai peranan disemua
prinsip CG. Namun demikian, prinsip yang
berhubungan langsung dengan profesi akuntan adalah
prinsip transparasi (transparency). Prinsip ini
merupakan bagian penting dari upaya untuk
melindungi kepentingan dari berbagai pihak yang
berkepentingan dengan korperasi, termasuk
pemegang saham.
Akuntan independent secara implisit
memiliki “social contract” dengan masyarakat.
Masyarakat memberikan kepercayaan besar terhadap
akuntan untuk mewakilinya memeriksa dan
memberikan laporan kepada masyarakat atas
kesaksiannya pada informasi yang dilaporkan. Begitu
juga Peran ekonomi, auditor adalah bertindak sebagai
agen lebih lanjut untuk pemilik (dan mungkin,
kelompok lain) dalam situasi dimana ada insentif
kontrak untuk melengkapi seperti suatu audit.
Usaha untuk peningkatan Corporate
Governance ada sedikitnya empat area. Area pertama
melibatkan struktur organisasi dewan direktur, Area
kedua melibatkan peran panitia audit dan membatasi
keanggotaan panitia audit ke para direktur mandiri.
Area ketiga melibatkan seleksi auditor eksternal oleh
panitia audit dewan direktur. Area keempat
melibatkan pengurangan perbedaan antara
kompensasi CEO dan kompensasi rata-rata karyawan
dalam perusahaan.
6 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008
Baker, R.C., & Owsen, D.M. (2002). Increasing the
Role of Auditing in Corporate Governance.
Critical Perpectives on Accounting, 13, 783-
395.
Bailey, Larry P (1979) Contemporary Auditing,
Harper & Row Publisher New York
Doost, R.K. (1997). Viewpoint: Ethical Standards or
Accounting Standards for Developing
Countries: which one should come first?
Managerial Auditing Journal, 12(9), 506-
508.
Erick (2005). Quo Vadis? Internal Audit BUMN.
Media Akuntansi, 46(12/06) , 40-41.
Ezzamel, M., & Willmott, H. (1993). Corporate
Governance and Financial Accountability;
Recent Reform in the UK Public Sector.
Accounting, Auditing and Accountability
Journal, 6(3), 109-132.
Fan, Joseph P.H, et all (2002), Do Eksternal Auditor
Perform a Corporate Governance Role in
Emerging Market? Evidence in East Asia
Fogarty, T.J., Mohammed E.A.H & J. Edward K.
1994. Political Aspects of Financial
Accounting Standard Setting in the USA.
Accounting, Auditing and Accountability
Journal, 7(4) , 22-46.
7
Hastuti, T.D. (2005). Hubungan antara Good
Corporate Governance dan Struktur
Kepemilikan dengan Kinerja Keuangan.
Makalah disampaikan pada SNA VIII, Solo,
15 – 16 Sepetember.
Konrath, Larry F (2002), Auditing, A Risk Analysis th
Approach, 5 Edition, South-Western,
Cincinnati, Ohio.
Mautz, R. K., & Sharaf, H.A. (1961). The Philosophy
of Audit ing . American Accounting
Association. Florida.
Power, M.K. (2003). Auditing and the Production of
Legitimasi. Accounting, Organizations and
Society, 28, 379-394.
Safriliana,Retna (2003). Peran Akuntan Pemerintah
Sebagai Upaya Menciptakan GCG di
Perusahaan Publik. Media Akuntansi,
34(07/10) , 68-70.
Restiati, Heli (2005). Akuntan Independen dan Good
Corporate Governance. Media Akuntansi,
36(10/11) , 65-67.
Lee, T. (1993). Corporate Accounting Theory.
Chapman & Hall. London
Wolf, Emile(1990), Auditing Today, Forth Edition,
Prentice Hall, New York.
DAFTAR PUSTAKA
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MASYARAKAT
DALAM KEPUTUSANNYA MENJADI NASABAH DI PERUM PEGADAIAN
SYARI'AH SIDOARJO".
Dina Eka Shofiana
AbstractKnowing consumer behaviour is one important thing for company in order to be able to serve their consumers well, even more than they want, to get the last goal that is still to be a choice for its consumers who give profit for company. The research which held in Perum Pegadaian Syariah Sidoarjo showed that from several variable influencing consumer to come to company, variable : Marketing Mix, Reference, and Psychology are the most dominant.
Key words: Consumer behaviour, marketing mix, reference, psychology.
Konsumen sangat beraneka ragam dalam suatu
kelompok kehidupan, baik itu usia, pendapatan,
tingkat pendidikan dan mobilitas maupun seleranya.
Oleh karena itu pengambilan keputusan (decition
maker) baru kemudian dengan kebutuhan mereka.
Umumnya perusahaan tersebut yang bertujuan untuk
mendorong seseorang mengadakan pembelian barang
atau jasa yang dihasilkan.
Dengan mempertimbangkan konsumen
melakukan tindakan pembelian terhadap suatu barang
tertentu, maka perusahaan harus mempelajari dan
menyelidiki mengapa seseorang memilih untuk
membeli barang tersebut. Disamping itu juga harus
diperhatikan bahwa seseorang mengadakan
pembelian terhadap barang atas pertimbangan yang
irasional. Atas dasar hal-hal tersebut di atas maka
perusahaan mengerti perilaku konsumen sebelum
memasarkan barang produksinya.
Perilaku konsumen secara umum dapat
dipengaruhi oleh berbagai faktor dan faktor-faktor itu
baik secara individu maupun secara bersama-sama
dapat berpengaruh terhadap keputusan seseorang
melakukan pembelian, baik dalam memilih produk
atau jasa. Penentuan saat bertransaksi maupun tempat
dimana harus transaksi. Oleh karenanya perusahaan
harus mengetahui bagaimana perilaku konsumen
dalam memilih suatu jenis produk atau jasa yang
paling disukai dan diminati oleh masyarakat.
Disamping itu perusahaan dituntut untuk mengetahui
respon atau tanggapan konsumen terhadap produk
atau jasa yang ditawarkan. Mengingat betapa
pentingnya konsumen terhadap produk dan jasa
pegadaian, maka pihak Perum Pegadaian menjawab
keinginan sebagian konsumen muslim di Indonesia,
untuk melaksanakan transaksi pinjam-meminjam
yang bebas dari unsur riba. Perum pegadaian sebagai
lembaga keuangan yang bergerak di sektor usaha
penyaluran pinjaman secara gadai yang didasarkan
pada penerapan prinsip syari'ah Islam dalam transaksi
ekonomi.
Gadai Syari'ah (Rohn) adalah produk jasa gadai
yang berlandaskan pada prinsip-prinsip syari'ah
dengan mengacu sistem administrasi modern. Gadai
Syari'ah (Rohn) dalam hukum Islam dilakukan secara
sukarela atas dasar tolong menolong dan tidak untuk
mencari keuntungan, sedangkan gadai menurut
hukum Perdata disamping berprinsip tolong-
menolong juga menarik keuntungan melalui sistem
bunga atau sewa modal yang diterapkan di muka.
Dalam Hukum Islam tidak dikenal istilah "Bunga
Uang" dengan demikian dalam transaksi gadai
syari'ah tidak dikenakan tambahan pembayaran atas
pinjaman yang diterima, namun demikian masih
dimungkinkan bagi penerima gadai untuk
memperoleh imbalan berupa sewa tempat
penyimpanan barang jaminan.
Berdasarkan SE No 3350/US-09.00/2005 maka
penulis memahami betapa pentingnya pemahaman
Dina Eka Shofiana, Dosen Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang
8
tentang perilaku konsumen yang mempengaruhi
dalam keputusannya untuk menjadi nasabah di Perum
Pegadaian Syari'ah di Sidoarjo, maka peneliti
mengambil judul " Seiring dengan pembukaan cabang
Pegadaian Syari'ah di Sidoarjo pada bulan Mei 2005
yang mana dengan pertambahan baik nasabah dan
konsumen yang telah mencapai 17,45%.
TINJAUAN PUSTAKA
Pemasaran
Alex S. Nitisemito, mengemukakan :
"Pemasaran adalah suatu kegiatan yang bertujuan
untuk memperlancar arus barang dan jasa dari
produsen ke konsumen secara paling efektif dan
maksud untuk menciptakan permintaan efektif".
(Nitisemito Alex S. 1982. hal 13).
Philip Kotler mengemukakan :
"Pemasaran adalah kegiatan manusia yang
diarahkan untuk memuaskan kebutuhan dan
keinginan melalui proses pertukaran".(Kotler Philip.
1984. hal 5)
Konsep Pemasaran
Ditinjau secara definisi, konsep pemasaran
dapat dikatakan bahwa :
“Konsep pemasaran adalah sebuah falsafah bisnis
yang mengatakan bahwa pemuasan kebutuhan
konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi
kelangsungan hidup".(DH Swastha Basu dan Irawan.
1991. hal 10)
Philip Khotler mengemukakan :
"Konsep pemasaran adalah terdiri dari penentuan
kebutuhan dan keinginan secara efektif dan lebih
efisien dari yang dilakukan para pesaing". (Kotler
Philip. Hal 21)
Konsep pemasaran cenderung menekankan bahwa
semua kegiatan perusahaan harus diarahkan pada
penemuan pemuasan terhadap kebutuhan atau
keinginan konsumen. Bagi pengusaha yang mengenal
pemasaran merupakan faktor terpenting untuk
mencapai sukses perusahaan. Karena akan
mengetahui adanya cara dan falsafah baru untuk
memasarkan hasil produknya.
Secara singkat konsep pemasaran berorientasi
pada kebutuhan dan keinginan konsumen yang
didukung oleh usaha pemasaran yang terpadu dan
diarahkan pada terciptanya kepuasan konsumen
sebagai kunci untuk memenuhi tujuan-tujuan
organisasi.
Oleh karena itu perusahaan yang memutuskan
untuk beroperasi dalam pasar yang luas perlu
mengidentifikasikan segmen pasar yang paling
menarik atau menguntungkan sehingga dapat dilayani
secara efektif.
Pemasaran Jasa
Pemikiran pemasaran pada mulanya
berkembang dari penguatan produk fisik, sementara
itu pertumbuhan jasa yang luar biasa telah menjadi
salah satu megatren utma. Hal ini mendorong
timbulnya perhatian dalam masalah-masalah
pemasaran jasa. Banyak bisnis jasa yang tidak
menggunakan teknik manajemen atau pemasaran
formal. Dalam bisnis produk, produk tersebut hampir
standar dan terpanjang dirak, menunggu pelanggan
untuk mengambilnya, membayar dan pergi dalam
bisnis jasa membutuhkan pemasaran eksternal,
pemasaran internal dan interaktif pemasaran eksternal
menggambarkan pekerjaan normal yang dilakukian
perusahaan untuk menyiapkan, menetapkan harga,
mendistribusikan dan mempromosikan jasa itu
kepelanggan. Pemasaran internal menggambarkan
pekerjaan yang dilakukan perusahaan untuk melatih
dan memotivasi karyawannya agar melayani
pelanggan dengan baik. Pemasaran interaktif
menggambarkan keahlian karyawan dalam melayani
pelanggan.
Jasa
Menurut Kotler (2000 : 98),
Jasa adalah sikap tindakan atau kegiatan yang
dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain,
pada dasarnya tidak berwujud atau tidak
mengakibatkan kepemilikan. Produksi jasa bisa
bersamaan dengan produk fisik maupun tidak.
Sedangkan Payne (1993 :28) menyatakan
bahwa sebuah jasa merupakan aktivitas di mana
mempunyai banyak elemen yang tidak tampak yang
9
berkaitan dengan hal tersebut, yang melibatkan
banyak interaksi dengan konsumen atau dengan sifat-
sifat di dalam kepemilikannya, bukan hasil dalam
transfer kepemilikan. Sebuah perubahan dalam
kondisi mungkin mengakibatkan atau tidak
mengakibatkan produksi jasa berkaitan erat dengan
produk fisik.
Perum Pegadaian Syari'ah Sidoarjo, sangat berkaitan
dengan produk jasa sebelum konsumen masuk proses
pelayanan. Beberapa bagian dari jasa mungkin
disiapkan terlebih dulu seperti sarana fisik (gedung,
etalase, kursi tunggu, mesin hitung, komputer dll)
sebelum konsumen memasuki proses pelayanan jasa,
sehingga bagian penting dari jasa berada pada
interaksi dengan para konsumen dan keberadaan dari
jasa. Barang-barang yang bersifat fisik terlebih dulu
diproduksi oleh pabrik kemudian jasa diproduksi di
dalam proses dimana konsumen berinteraksi dengan
sumber-sumber produksi dari perusahaan jasa.
(Gronroos, 1998 : 112).
Tawaran perusahaan kepasar biasanya
mencakup beberapa jasa dapat merupakan bagian
kecil atau bagian utama dari total penawaran. Bahkan
penawaran itu dapat berkisar dari barang murni disatu
pihak ke jasa murni dipihak lain.
Menurut Kotler (1994 : 549) penawaran dapat
dibedakan menjadi lima kategori :
1. Barang berwujud murni, disini penawaran hanya
terdiri dari barang berwujud, tiak ada jasa yang
menyertai produk itu.
2. Barang berwujud yang disertai jasa, disini
penawaran hanya terdiri dari barang berwujud
yang disertai dengan satu atau lebih jasa untuk
mempertinggi daya tarik konsumennya
3. Campuran. disini penawaran hanya terdiri dari
barang dan jasa dengan proporsi yang sama.
4. Jasa utama yang disertai barang dan jasa
tambahan, disini penawaran hanya terdiri dari jasa
utama dengan jasa tambahan atau barang
pelangkap.
5. Jasa murni, disini penawaran hanya terdiri dari
jasa.
Pemasaran Jasa.
Menurut Buchari Alma, ( 1998 : 89) pengertian
dari pemasaran jasa yakni :
“ Suatu kegiatan atau tindakan yang dapat
ditawarkan oleh produsen kepada konsumen,
dimana produk yang ditawarkan dapat berbentuk
tidak berwujud atau berwujud bagi konsumen yang
menginginkannya “
Perilaku Konsumen
Konsumen sangat beraneka ragam dalam suatu
kelompok kehidupan, baik itu usia, pendapatan,
tingkat pendidikan dan mobilitas maupun seleranya.
Umumnya perusahaan barang dan jasa ingin
memahami dari kebutuhan tersebut bertujuan untuk
mendorong seseorang mengadakan pembelian barang
atau jasa yang dihasilkan.
Dengan mempertimbangkan konsumen
melakukan tindakan pembelian terhadap suatu barang
tertentu, maka perusahaan harus mempelajari dan
menyelidiki mengapa seseorang memilih untuk
membeli barang tersebut. Disamping itu juga harus
diperhatikan bahwa seseorang mengadakan
pembelian terhadap barang atas pertimbangan yang
irasional. Atas dasar hal-hal tersebut di atas maka
perusahaan mengerti perilaku konsumen sebelum
memasarkan barang produksinya. Arti dari pada
perilaku konsumen adalah sebagai berikut :
Perilaku konsumen (customer behavior)
didefinisikan sebagai tindakan-tindakan individu
yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan
dan mempergunakan barang-barang dan jasa.
Termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan
dalam persiapan dan penentuan pada kegiatan-
kegiatan tersebut. (Engel James F. 1995)
Perilaku konsumen dapat dirumuskan sebagai
perilaku yang ditunjukkan oleh orang-orang dalam
hal merencanakan, membeli dan menggunakan
barang-barang ekonomi dan jasa-jasa. (Winardi.
Marketing dan Perilaku Konsumen. 1991)
Kerangka Analisa Perilaku Konsumen
Bagi konsumen pembelian bukanlah
merupakan suatu tindakan saja, melainkan terdiri dari
beberapa tindakan yang meliputi keputusan tentang
10 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008
jenis produk, bentuk, merk, jumlah dan waktu serta
cara pembayarannya. Untuk memahami mengapa dan
bagaimana konsumen membeli barang dan jasa
tersebut maka diperlukan analisa perilaku konsumen.
Karena dengan mengetahui kesempatan baru yang
berasal dari belum terpenuhinya kebutuhan konsumen
maka dapat dilakukan dengan beberapa tahapan.
Tahap-tahap dalam Proses Keputusan Pembelian
Menurut Philip Kotler (1995) tahap-tahap dalam
proses keputusan pembelian adalah sebagai berikut :
Pengenalan Masalah, Pencarian Informasi, Evaluasi
Alternatif, Keputusan Pembelian, Perilaku Setelah
Pembelian
Keputusan Pembelian
Proses pada pengambilan keputusan
merupakan suatu pendekatan penyelesaian masalah
pada kegiatan manusia untuk membeli suatu barang
atau jasa untuk memenuhi kebutuhan dan
keinginannya. Pendekatan pada proses pengambilan
keputusan yang memberi gambaran secara khusus
tentang mengapa konsumen berperilaku tertentu dapat
dibagi dalam dua kelompok pokok :
vMerumuskan variabel-variabel struktural
yang mempengaruhi perilaku konsumen baik
ekstern maupun intern
vMenunjukkan antara variabel-variabel
tersebut
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
konsumen menurut Berkowits, dkk (1992:117) ada
empat yaitu faktor marketing mix, sosial budaya,
psikologi dan situasi.
Model-Model Perilaku Konsumen
Model adalah sebuah tempat penyederhanaan
gambaran dari kenyataan. Perilaku konsumen
merupakan suatu yang sangat kompleks dan
kecenderungannya untuk saling berinteraksi sehingga
dikembangkan suatu model untuk mempermudah
suatu pemahaman. Beberapa model perilaku
konsumen adalah sebagai berikut :
1. Model Abraham Maslow
Konsepnya menekankan adanya suatu hirarki
dari kebutuhannya, dimana kebutuhan yang lebih
tinggi akan mendorong seseorang untuk mendapatkan
kepuasan atas kebutuhan tersebut, setelah kebutuhan
yang lebih rendah terpuaskan. (Basu Swastha dan T.
Hani Handoko, 1987). Menurut kebutuhan manusia
digolongkan pada lima tingkatan sebagaimana terlihat
di bawah ini :
1) Kebutuhan Fisiologis (makan, minum,
perumahan dan sebagainya)
2) Kebutuhan akan keselamatan (perlindungan dari
bahaya, ancaman dan pemerasan atau pemecatan
dari pekerjaannya)
3) Kebutuhan milik dan kecintaan (kepuasan
sebagai anggota kelompok, dalam menjamin
hubungan dengan orang lain, kekeluargaan dan
kesenangan serta pengakuan oleh orang lain dan
kelompok)
4) Kebutuhan akan penghargaan (reputasi, prestos,
kehormatan diri, kebutuhan akan status atau
kedudukan)
5) Kebutuhan akan kenyataan diri (penyelesaian
pekerjaan sendiri , pengembangan diri
semaksimal mungkin, aktivitas, ekspresi diri dan
melakukan apa yang paling cocok)
2. Model Engel, Eolat dan Balckwell
Model ini dikembangkan untuk mengantisipasi
faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen
yang menyebabkan terjadinya keputusan pembelian.
Model ini menggambarkan dengan jelas dari mulai
timbulnya kebutuhan sampai tahap akhir suatu
pembelian yaitu penilaian setelah pembelian.
Yang perlu diketahui bahwa walaupun masing-
masing dikembangkan tetapi tujuan pengembangn
model adalah membantu untuk mengembangkan teori
yang berkaitan dengan perilaku konsumen dan
menambah pengetahuan tentang perilaku konsumen.
Hubungan Antara Perilaku Konsumen Dengan
Strategi Pemasaran
Tujuan perusahaan yang menganut konsep
pemasaran adalah memberikan kepuasan kepada
konsumen dan masyarakat dalam pertukarannya
dalam mendapatkan laba yang diharapkan. Ini berarti
konsep pemasaran mengajarkan bahwa perumusan
strategi pemasaran, sebagai suatu rencana yang
diutamakan untuk mencapai tujuan tersebut, harus
11
berdasarkan kebutuhan dan keinginan konsumennya.
Suatu strategi pemasaran bukanlah merupakan
sejumlah tindakan khusus, tetapi lebih merupakan
pernyataan yang menunjukkan usaha-usaha pokok
yang diarahkan untuk mencapai tujuan. Strategi
pemasaran ini terdiri dari unsur-unsur pemasaran
terpadu (product, price, place, promotion) yang selalu
berkembang sejalan dengan gerak perusahaan dan
perubahan-perubahan lingkungan pemasarannya
serta perubahan perilaku konsumen.
Jadi penyusunan strategi pemasaran
menyangkut proses interaksi antara kekuatan
pemasaran di dalam perusahaan dan keadaan di luar
perusahaan. Keadaan di luar perusahaan yang sangat
penting adalah perilaku konsumen, karena perilaku
konsumen mempunyai implikasi yang sangat luas
terhadap perumusan strategi pemasaran. Hal ini juga
dikarenakan bahwa strategi pemasaran menyangkut
dua kegiatan pokok, yaitu :
1.Pemilihan pasar-pasar akan dijadikan market
target, suatu bagian yang memerlukan
kemampuan untuk memahami perilaku
konsumen dan mengukur secara efektif
kesempatan pasar pada berbagai segmen pasar.
2.Merumuskan dan menyusun suatu kombinasi
yang tepat dari marketing mix agar kebutuhan
para konsumen dapat dipenuhi secara
memuaskan. Ini merupakan suatu kegiatan yang
memerlukan kemampuan untuk menilai
kebutuhan konsumen di berbagai segmen pasar
yang berlainan dan perilaku konsumen dalam
memberikan tanggapan terhadap kegiatan
pemasaran perusahaan.
Pegadaian Syari'ah
Pegadaian Syari'ah adalah produk jasa gadai
yang berlandaskan pada prinsip-prinsip Syari'ah
dengan mengacu pada system administrasi modern.
Prinsip tersebut perlu diterapkan dalam Rahn, antara
lain dalam asas rasionalitas, efisiensi dan efektivitas.
Dimana ketiga asas tersebut harus diserasikan dengan
nilai-nilai Islam, sehingga dapat berjalan seiring dan
terintegrasi dengan manajemen perusahaan secara
keseluruhan.
Rahn dalam hukum Islam dilakukan secara
sukarela atas dasar tolong menolong dan tidak untuk
mencari keuntungan. Sedangkan gadai menurut
hokum perdata disamping berprinsip tolong
menolong juga menarik keuntungan melalui system
bunga atau sewa modal yang ditetapkan dimuka.
Dalam hukum Islam tidak dikenal istilah
“bunga uang” dengan demikian dalam transaksi Rahn
(gadai syari'ah) pemberian gadai tidak dikenakan
tambahan pembayaran atas pinjaman yang
diterimanya. Namun demikian masih memungkinkan
bagi penerima gadai untuk memperoleh imbalan
berupa sewa tempat penyimpanan marhun (barang
jaminan/agunan)
Rahn menurut Inti Sari Ensikolopedi Hukuk
Islam (1999 : 1480 – 1483)
“Perjanjian penyerahan harta yang menurut
pemiliknya dijadikan jaminan hutang yang
nantinya dapat dijadikan sebagai pembayar hak
piutang tersebut, baik seluruhnya maupun
sebagiannya. Penyerahan jaminan tersebut
tidak harus bersifat legal misalkan berupa
sertifikat atau surat bukti pemilikan yang sah
dari suatu harta jaminan.
Landasan Syari'ah
ØFirman Allah
Bila kamu dalam perjalanan dan bermuamalah
tidak secara tunai) sedangkan kamu memperoleh
seorang penulis, maka hendaklah ada barang
tanggungan yang dipegang oelh yang berpiutang
(QS. Al-Baqarah (2) :283)
ØAlsyah r.a, Nabi s.a.w. bersabda
Sesungguhnya Rasulullah SAW pernah membeli
m a k a n a n s e o r a n g y a h u d i d a n n a b i
menggadaikan sebuah baju besi kepadanya (HR.
Bukhari dan Muslim)
ØAbu Hurairah ra, Nabi s.a.w. bersabda
Tidak terlepas kepemilikan barang gadai dari
pemilik yang menggadaikannya. Ia memperoleh
manfaat dan menanggung resikonya. (HR. Asy-
Syafi'I, al-Daraquthni dan Ibnu Majah)
ØNabi s.a.w. bersabda
Tunggangan (kendaraan) yang digadaikan boleh
dinaiki dengan menanggung biayanya dan
binatang ternak yang digadaikan dapat diperah
susunya dengan menanggung biayanya. Bagi
yang menggunakan kendaraan dan memerah
12 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008
susu wajib menyediakan biaya perawatan dan
pemeliharaan.(HR. Jama'ah, kecuali Muslim dan
An-Nasa'I)
METODE PENELITIAN
Jenis dan Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan suatu
prosedur alat pengukur yang sistematis dan standart
untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam
penyusunan dan pengolahan data.
Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan
adalah Data Primer, yakni data yang diperoleh
langsung dari sumbernya oleh penelitian dengan
bantuan kuisioner yang telah dipersiapkan
sebelumnya.
Metode Pengumpulan Sampel
Populasi Target
Penelitian ini tidak dilakukan semua populasi,
melainkan hanya sebagian dari populasi (populasi
target). Yang dimaksud dengan populasi target dalam
penelitian ini yaitu masyarakat yang menjadi nasabah
Perum Pegadaian Cabang Syari'ah Sidoarjo
Kabupaten Sidoarjo pada tahun penelitian.
Ukuran Sampel
Persyaratan menggunakan alat analisis faktor adalah
jumlah responden paling sedikit 4 atau 5 kali jumlah
variabel (Maholtra 1993 : 25). Karena variabel yang
digunakan sebanyak 15 maka sampel yang diambil
sebanyak 5 kalinya = 75.
Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu dengan menggunakan accidental
sampling (sesuka hati). Jadi sampelnya adalah
nasabah pada saat menggadai tanpa memperhatikan
umur, jenis kelamin nasabah, pekerjaan, serta status
sosialnya karena dianggap mewakili sampel yang ada.
Penentuan Variabel
Berdasarkan dari tujuan penelitian yang dikemukakan
penulis, variabel-variabel yang akan diuji diambil dari
konsep-konsep tentang berbagai variabel yang dapat
mempengaruhi masyarakat dalam pengambilan
keputusan untuk menjadi nasabah di Perum Pegadaian
Cabang Syari'ah Sidoarjo. Pada penelitian ini diambil
variabel-variabel yang mendukung. Adapun variabel
yang dimaksud adalah sebagai berikut :
X1 = Lokasi strategis
X2 = Keamanan barang jaminan
X3 = Iklan dan promosi
X4 = Kemudahan mendapatkan dana
X5 = Pelayanan
X6 = Boleh ditebus sewaktu-waktu
X7 = Dapat diangsur
X8 = Dapat diperpanjang
X9 = Tidak harus datang sendiri
X10 = Pengaruh Teman/Keluarga/Saudara
X11 = Pegawai yang ramah
X12 = Bunga rendah dan bervariasi
X13 = Biaya penyimpanan dan asuransi
rendah
X14 = Kecintaan terhadap barang
X15 = Pengumuman Lelang
Metode Pengumpulan Data dan Instrumen
Penelitian.
Secara garis besar alat evaluasi yang digunakan waktu
mengumpulkan data dibedakan menjadi dua macam
yaitu : 1) Tes, dan 2) Non Tes (Suharsini
Arikunto,1985 : 185). Untuk memperjelas instrumen
penelitian agar lebih jelas dapat dilihat dari tabel
sebagai berikut : Untuk Instrumen penelitian pada
kantor Perum Pegadaian Cabang Syari'ah Sidoarjo
Variabel Sub VariabelBauran Pemasaran
X1 = lokasi yang strategis
X3 = Iklan dan Promosi
X5 = Pelayanan
X11 = Pegawai Ramah
X13 = Biaya penyimpanan dan asuransi rendah
X14 = Kecintaan terhadap Barang
X15 = Pengumuman Lelang
Referensi
X10 = Pengaruh Teman/keluarga/saudara
Psikologi
X2 = Rasa aman
X4 = Kemudahan Mendapatkan dana
X6 = Boleh ditebus sewaktu-waktu
X7 = Dapat Diangsur
X8 = Dapat diperpanjang
X9 = Tidak Harus Datang Sendiri
X8 = Dapat diperpanjang
X12 = Bunga rendah dan Bervariasi
Skala dan Pengukuran
Dalam penelitian ini kuisioner disusun
dalam kalimat-kalimat pernyataan-pernyataan dan
responden diminta memberikan tanggapan dengan
13
memberikan x (silang) atau melingkari jawaban
tersebut.
Adapun tanggapan responden digunakan
Skala Likert yaitu skala lima (5) angka, yaitu : Sangat
setuju (skor 5), Setuju (skor 4), Tidak komentar
(skor 3), Tidak setuju (skor 2) dan Sangat tidak setuju
(skor 1)
Analisis Data
Analisis data yang penulis gunakan dalam penelitian
ini adalah model analisis faktor, yang digunakan
untuk menguji variabel yang dipertimbangkan jika
variabel-variabel tersebut dibakukan maka model
analisa faktornya adalah sebagai berikut :
Xi = Ai1F1 + Ai2F2 + Ai3F3 …. + AimFm + ViUi
Dimana
Xi : Variabel standard ke i
Aim : Koefisien multiple regression dari
variabel i pada faktor umum (Common
faktor) m
i : Jumlah variabel 1 sampel 24
F : Common Faktor / faktor umum
m : Jumlah dari faktor-faktor umum
Ui : Unique faktor / faktor khusus bagi
variabel I
Vi : Koefisien standardized regression dari
variabel i pada faktor khusus (Unique)
I
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Deskripsi Data.
Dalam penelitian ini populasi yang diambil
adalah seluruh nasabah di Perum Pegadaian Cabang
Syari'ah Sidoarjo.Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan teknik Proporsional
Random Sampling. Proporsional digunakan karena
populasi terdiri dari beberapa subpopulasi yang tidak
homogen dan tiap-tiap sub populasi akan terwakili
dalam penelitian. Random Sampling digunakan agar
semua nasabah mempunyai peluang yang sama untuk
dipilih sebagai sampel penelitian. . Populasi yang
diambil dilakukan dalam empat hari jam kerja
Hari pertama : 89 nasabah x 25% = 22 nasabah
Hari Kedua : 93 nasabah x 25% = 23 nasabah
Hari ketiga : 37 nasabah x 25% = 9 nasabah
Hari keempat : 83 nasabah x 25% = 21 nasabah
75 nasabah
Jadi sampel yang akan diambil dari populasi
dari penelitian ini adalah sejumlah 75 orang nasabah
di Perum Pegadaian Cabang Syari'ah Sidoarjo.
Karakteristik Responden sesuai dengan jenis
kelamin adalah sebagai berikut :
Jenis Kelamin
Jumlah responden
Prosentase
Laki-laki 45 60Perempuan 30 40Jumlah 75 100
Jumlah Responden
Sumber : Data diolah
Dilihat dari segi jenis kelamin, ternyata responden
laki-laki lebih banyak (60%) dari responden
perempuan (40%).
Hasil Penelitian
Data diperoleh dari lapangan diolah dengan
analisis faktor, yang merupakan serangkaian prosedur
yang digunakan untuk mengurangi dan meringkas
data. Langkah analisis faktor adalah sebagai berikut :
1. Merumuskan masalah. Dalam penelitian ini
telah ditentukan 15 variabel yang diteliti
seperti yang dijelaskan pad Bab III,
berdasarkan penelitian terdahulu, teori dan
pendapat peneliti.
2. Membuat Matriks Korelasi. Variabel-variabel
yang tidak saling berhubungan dengan
variabel lain dikeluarkan dari analisis. Hal ini
dilihat dari nilai determinan R yang
mendekati nol, nilai KMO – MSA lebih besar
dari 0,5 disini nilai KMO – MSA adalah
0,613, dan Uji Bartlett dengan signifikansi
kurang dari 0,05, disini hasilnya adalah 0,000.
dan Uji Komunalitas memenuhi syarat karena
bernilai diatas 0,5 yang menunjukkan bahwa
antara variabel mempunyai hubungan yang
erat.
14 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008
KMO and Bartlett's Test
,613
1045,035
55
,000
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of SamplingAdequacy.
Approx. Chi-Square
df
Sig.
Bartlett's Test ofSphericity
Communalities
1,000 ,928
1,000 ,939
1,000 ,967
1,000 ,690
1,000 ,723
1,000 ,849
1,000 ,580
1,000 ,496
1,000 ,812
1,000 ,698
1,000 ,138
VAR00001
VAR00002
VAR00003
VAR00005
VAR00006
VAR00007
VAR00008
VAR00009
VAR00010
VAR00011
VAR00013
Initial Extraction
Extraction Method: Principal Component Analysis.
3. Menentukan jumlah Faktor. Untuk
menentukan jumlah faktor dapat didasarkan
pada eigen value, percent of variance atau
cumulative of variance. Eigen value semakin
besar maka semakin representatif faktor
tersebut mewakili sekelompok variabel.
Prosentase varian diatas 5%, maka faktor
tersebut akan ditahan dalam model, demikian
juga dengan cumulative of variance,
ketentuannya adalah minimum 60%
(Malhotra, 1996).
4. Rotasi Faktor. Dalam penelitian ini
d igunakan ro tas i var imax, karena
memberikan hasil yang lebih baik, mudah
dianalisa. Rotasi ini berfungsi untuk
menyederhanakan struktur faktor sehingga
lebih mudah untu diinterprestasikan.
5. Interprestasi Faktor. Interpretasi faktor dapat
dilakukan dengan mengelompokkan variabel
yang mempunyai faktor loading minimal
(Subha Sarma,1996), sedangkan variabel
yang mempunyai faktor loading kurang dari
0,4 dikeluarkan dari model.
No. Variabel Faktor
Eigen Value
Pct of Variabel
Cum Pct
Faktor Loading
1 X2 Faktor 1 (Bauran Pemasaran)
3,843
32,887
34,940
0,952
2 X3
0,9413 X1
0,8814 X6
0,8115 X7 Faktor 2 (Referensi)
2,484
22,773
57,525
0,8906 X10 0,7627 X9 0,5978 X5 0,5839 X8 Faktor 3 (Psikologi) 1,492 15,431 71,091 0,731
10 X11 0,73011 X13 0,522
15
Dari tabel diatas dapat dilihat ada 11 variabel
yang mempunyai faktor loading >0,5 yang tersebar
pada 3 faktor dengan total varian 71,091%. Jadi ke tiga
faktor diatas mampu menjelaskan semua varian yang
ada dalam data sebesar 71,091%.
Faktor 1 (Bauran Pemasaran)
Faktor ini merupakan faktor yang tertinggi
dalam pertimbangan nasabah di Perum Pegadaian
Cabang Syari'ah Sidoarjo, dengan eigen value
terbesar yaitu 3,843 dan mampu menjelaskan
keragaman total 32,887%. Variabel yang termasuk
didalamnya adalah:
1. Keamanan barang jaminan dengan faktor
loading sebesar 0,952
2. Iklan dan Promosi dengan faktor loading
sebesar 0,941
3. Lokasi Strategis dengan faktor loading
sebesar 0,881
4. Boleh ditebus sewaktu-waktu dengan faktor
loading sebesar 0,811
Variabel yang termasuk dalam faktor 1
memiliki faktor loading berkisar antara 0,811 sampai
0,952 dan variabel Keamanan barang jaminan
mewakili faktor 1 dengan faktor loading 0,952.
Faktor 2 (Referensi)
Faktor ini merupakan faktor tertinggi kedua
dengan eigen value sebesar 2,484 dan mampu
menjelaskan keragaman total sebesar 22,773%.
Variabel yang masuk dalam faktor ini adalah:
1. Dapat diangsur dengan faktor loading sebesar
0,890
2. Pengaruh teman/keluarga/saudara dengan
faktor loading sebesar 0,762
3. Tidak Harus datang sendiri dengan faktor
loading sebesar 0,597
4. Pelayanan dengan faktor loading sebesar
0,583
Variabel yang termasuk dalam faktor 2
memiliki faktor loading berkisar antara 0,583 sampai
0,890 dan variabel dapat diangsur mewakili faktor 2
dengan faktor loading 0,890.
Faktor 3 (Psikologi)
Faktor ini merupakan faktor tertinggi ketiga
dengan eigen value sebesar 1,492 dan mampu
menjelaskan keragaman total sebesar 15,431%.
Variabel yang masuk dalam faktor ini adalah:
1. Dapat diperpanjang dengan faktor loading
sebesar 0,731
2. Pegawai yang ramah dengan faktor loading
sebesar 0,730
3. Biaya penyimpanan dan angsuran rendah
dengan faktor loading sebesar 0,522
Variabel yang termasuk dalam faktor 3
memiliki faktor loading berkisar antara 0,522 sampai
0,731 dan variabel dapat diperpanjang mewakili
faktor 3 dengan faktor loading 0,731.
Dalam penelitian ini terdapat 4 variabel yang
tidak dapat dilanjutkan dalam proses analisis faktor
yaitu Kemudahan mendapatkan dana (X4), Bunga
rendah dan bervariasi (X12), Kecintaan terhadap
barang (X14) dan Pengumuman lelang(X15). Ke 4
Variabel ini dihilangkan dari model karena nilai KMO
and Bartlett's yang terlihat dalam KMO MSA
(Measure of Sampling Adequacy) dibawah 0,50. Pada
tabel Anti Image Matrrices yang bertanda “a” ini
menandakan besaran MSA sebuah variabel. Dimana
Kemudahan mendapatkan dana (X4) nilai “a” sebesar
0,482, Bunga rendah dan bervariasi (X12) nilai “a”
sebesar 0,467, Kecintaan terhadap barang (X14) nilai
“a” sebesar 0,300 dan Pengumuman lelang(X15) nilai
“a” sebesar 0,391.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Dari segi teoritis bahwa yang mempengaruhi
keputusan nasabah untuk membeli produk dan
jasa Perum Pegadaian Syari'ah Sidoarjo, adalah
faktor Bauran Pemasaran, Referensi, dan
Psikologis,
2. Dari hasil penelitian nampak ada tiga faktor yang
menjadi pengaruh nasabah mengambilan
keputusan untuk menjadi nasabah pada Perum
Pegadaian Syari'ah Sidoarjo adalah :
§Faktor Bauran pemasaran dengan eigen
value 3,843 yang meliputi variabel :
keamanan barang jaminan dengan faktor
loading sebesar 0,952, Iklan dan Promosi
dengan faktor loading sebesar 0,941,
Lokasi strategis dengan faktor loading
sebesar 0,881 dan boleh ditebus sewaktu-
waktu dengan faktor loading sebesar 0,811
o Faktor Kelompok Referensi dengan eigen
value 2,484 yang meliputi variabel Dapat
diangsur yang strategis dengan faktor
loading sebesar 0,890, pengaruh
teman/keluarga/saudara dengan faktor
loading sebesar 0,762, tidak harus datang
sendiri dengan faktor loading sebesar
0,597, dan pelayanan dengan faktor
loading sebesar 0,583
§Faktor Psikologis Kelompok referensi
dengan eigen value 1,492 yang meliputi
variabel dapat diperpanjang dengan faktor
loading sebesar 0,731, Pegawai yang
ramah dengan faktor loading sebesar
0,730, dan Biaya penyimpanan dan
angsuran rendah dengan faktor loading
sebesar 0,522
Dengan nilai variance kumulatif sebesar 69,038%.
1. Nilai Kaiser – Meyer-Olkin (KMO) adalah
0,613 dan Bartlett test of spehricity adalah
1045,035 dengan signifikansi 0,000. Ini berarti
bahwa penggunaan alat analisis ini sesuai untuk
m e n g a n a l i s a d a n d a p a t
dipertanggungjawabkan.
2. Dari hasil analisis menunjukan besarnya
prosentase residual adalah sebesar 38% atau
16 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008
sebanyak 40 residual atas dasar nilai absolut
diatas 5%. Hal ini menunjukkan bahwa model
ini memiliki ketepatan sebesar 62% pada
tingkat penyimpangan 5% atau dengan
ketepatan model adalah 62%.
Saran
Berdasarkan hasil keseluruhan dalam
penelitian, maka ada beberapa saran bagi perusahaan,
bagi Masyarakat umum dan pihak lain, yaitu:
1. Hendaknya Perum Pegadaian Syari'ah Sidoarjo
guna untuk lebih meningkatkan nasabah maka
perlu memaksimalkan Faktor Bauran Pemasaran
d ian taranya dengan cara member ikan
pengumuman lelang secara terbuka dan terjadwal
tiap bulannya dan memberikan pelayanan
walaupun nasabah tersebut hanya menanyakan
prosedur penundaan pencicilan hutangnya.
2. Selain itu faktor ke 2 yaitu faktor Referensi dimana
faktor ini merupakan faktor tertinggi kedua. Disini
p i n j a m a n d a p a t d i a n g s u r , p e n g a r u h
teman/keluarga/saudara, nasabah tidak harus
datang sendiri dan pelayanan juga merupakan
faktor yang diperhatikan oleh nasabah. agar
nasabah merasa nyaman dan puas terhadap
layanan di Perum Pegadaian Syari'ah Sidoarjo.
Dan faktor ke 2 tersebut dapat ditingkatkan dengan
cara salah satunya adalah dengan memberikan
kemudahan dalam proses penggadaian barang
walaupun pemiliknya tidak datang sendiri.
17
DAFTAR PUSTAKA
Basu Swastha DH dan T. Hani Handoko. Manajemen Pemasaran Analisa Perilaku Konsumen. Liberty.
Edisi Kedua. Yogyakarta. 1987.
Joseph H. Guitlinan dan Gordon W Paul. Strategi dan Program Manajemen Pemasaran. Penerbit Erlangga.
Jakarta. 1987.
James F. Enggel, Roger D. Blockwell, Paul W. Mimard. Perilaku Konsumen. Binapura Aksara. Jakarta. 1989.
Marzuki. Metodologi Riset. Penerbit BPFE – UII. Yogyakarta. 1989.
Philip Kothler. Manajemen Pemasaran. Erlangga. Edisi V Yogyakarta. 1988.
Sutrisno Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Edisi Revisi II. Jakarta.
1993.
S. Nasution, Prof. DR, M.A. Metode Research. PT Bumi Aksara, Jakarta, 2004.
Keputusan Direksi Perum Pegadaian No. Sm-2/1/29/1990. Tentang Organisasi dan Tata Kerja Perum
Pegadaian.
Peraturan Pemerintah No. 10/1990. Tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Jawatan (Perjan) Pegadaian
Menjadi Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian.
Malhotra Naresh K. 1993. Marketing Research An Applied Orientation Prentice Hall International. Inc.
USA.
EVALUASI ATAS PENERAPAN AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN SEBAGAI DASAR PENILAIAN PRESTASI DEPARTEMEN PRODUKSI PADA
PERUSAHAAN ROKOK PT. SEJAHTERA BINTANG ABADI TOBACCO PASURUAN
Nurdiana
AbstractFinancial statement is one of ways to get information about the company. From the statement, stake holder
can take the best way to do next step and it is shown from a company responsibility report. PT Sejahtera
Bintang Abadi Tobacco Pasuruan is cigarette's company which has clear and good structure in its
company. Unfortunately, the company responsibility report does not have good and standart form of a
report. Other problem is the use of controlled and uncontrolled cost still complicate hence the employer get
the problem to control who responsible in that cost
Kesuksesan pencapaian tujuan (laba yang
optimal) hanya dapat diperoleh jika semua kegiatan
dapat dilaksanakan dan diteliti dengan seksama
sampai pada tingkat biaya yang dianggarkan.
Perusahaan dituntut agar lebih meningkatkan
aktivitasnya, guna meningkatkan volume penjualan
dan berusaha menekan biaya produksi serendah
mungkin dengan tetap menjaga kualitas produk.
Dalam perusahaan kecil seorang pimpinan
m a s i h s a n g g u p m e n d e l e g a s i k a n s e n d i r i
perusahaannya dengan dibantu beberapa orang
pelaksana dan tidak akan mendelegasikan wewenang
pengembalian keputusan kepada orang lain. Dengan
demikian semakin berkembangnya suatu perusahaan
maka masalah yang dihadapi akan semakin komplek
dan memerlukan keputusan yang cepat dan tepat,
sehingga sulit bagi pemimpin perusahaan atau
manajemen puncak untuk mengatasinya sendiri.
Keadaan ini menuntut manajemen puncak untuk
mendelegasikan wewenang dalam pengambilan
keputusan tertentu kepada manajemen-manajemen
dibawahnya.
Adapun pendelegasian wewenang dalam
pengambilan keputusan-keputusan tertentu sudah
s e h a r u s n y a d i s e r t a i d e n g a n b a g a i m a n a
mengendalikannya dan bagaimana mengawasi serta
mengukur prestasi si penerima wewenang tersebut
agar sasaran, tujuan dan strategi perusahaan dapat
dilaksanakan secara efisien dan efektif.
Dalam perusahaan yang masih kecil dengan
beberapa karyawan adanya pendelegasan wewenang
dirasakan kurang perlu, hal ini disebabkan karena
pimpinan perusahaan masih dapat mengikuti dan
mengawasi secara langsung kegiatan perusahaan,
tetapi dengan seakin luas berkembangnya perusahaan,
maka diperlukan pendelegasian wewenang sesuai
dengan fungsi-fungsi penting dalam pengambilan
keputusan wewenang sesuai dengan fungsi-fungsi
penting dalam pengambilan keputusan perusahaan.
Pendelegasian wewenang harus disertai dengan
sistem pengendalian, pengawasan serta pengkuran
prestasi kerja manajer yang mendapat pelimpahan
wewenang ditambah dengan koordinasi yang baik.
Diharapkan dengan pendelegasian wewenang akan
timbul tanggung jawab biaya, karena pusat biaya ini
berkaitan erat dengan pengendalian biaya terutama
biaya produksi. Untuk mengendalikan biaya
produksi, perlu penyusunan anggaran biaya produksi.
Manajer pusat pertanggungjawaban biaya setiap akhir
periode tertentu harus membuat laporan. Pertanggung
jawaban atas realisasi anggaran yang telah dibuat
sebelumnya guna mengetahui adanya penyimpangan
(selisih) dan menelusuri penyebab dari penyimpangan
yang terjadu. Selisih tidak menguntungkan atas biaya
produksi bisa disebabkan oleh penyusunan anggaran
yang tidak sesuai dan proses produksi yang tidak
e f i s i e n , s e h i n g g a p e n y u s u n a n l a p o r a n
pertanggungjawaban menjadi kurang bermanfaat
Nurdiana, Dosen UNIVERSITAS ISLAM MOJOPAHIT
18
Konsep Kuntansi Pertanggungjawaban
Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban
Akuntansi pertanggungjawaban merupakan
salah satu tipe informasi akuntantsi manajemen yang
digunakan dalam proses pengendalian manajemen.
Informasi akuntantsi manajemen menyangkut
informasi masa lalu dan informasi masa yang akan
datang, tergantung untuk apa informasi tersebut
disajikan.
Informasi akuntansi pertanggungjawaban
merupakan informasi biaya, pendapatan dan aktiva
yang dihubungkan dengan manajer yang bertanggung
jawab merupakan informasi yang penting dalam
proses pengendalian manajemen, karena informasi
tersebut menekankan hubungan antara informasi
dengan manajer yang bertanggung jawab terhadap
perencanaan dan pelaksanaannya.
Menurut Horngren (2007 : 518) adalah
sebagai berikut :
Akuntansi pertanggung jawaban adalah : sistem yang
mengukur rencana (dan a nggaran) dan tindakan
(dengan hasil aktual) dari masing-masing pusat
p e r t a n g g u n g j a w a b a n . S e d a n g k a n p u s a t
pertanggungjawaban sendiri pengertiannya adalah
satu bagian, segmen, atau sub unit dari satu organisasi,
dalam mana manajer bertanggung jawab untuk
seperangkat aktivitas yang ditentukan.
Tujuan Akuntansi Pertanggungjawaban
Menurut bambang hariadi (1992 : 108), tujuan
akuntansi biaya adalah untuk “Menentukan Jumlah
Biaya Produksi, Menentukan Penilaian Persediaan
dan Mengendalikan Tingkah Laku Biaya”
Tujuan akuntansi biaya menurut Horngren (2000 : 13)
“Menyediakan informasi yang dibutuhkan
untuk akuntansi manajemen dan akuntansi
keuangan dengan mengukur dan melaporkan
setiap informasi keuangan dan non keuangan
yang terkait dengan biaya perolehan atau
pemanfaatan sumber daya dalam suatu
organisasi”
Hampir semua sistem akuntansi biaya memenuhi
tujuan untuk menentukan besarnya biaya produksi
dan nilai persediaan, namun jika dihadapkan dengan
sistem akuntansi pertanggungjawaban yang dalam
hal ini justru menekankan perannya pada
pengendalian biaya tanpa mengurangi perhatian pada
tujuan-tujuan lain.
Dari pengertian mengenai tujuan akuntansi biaya
tersebut diatas, maka dapatlah disimpulkan bahwa
tujuan akuntansi pertanggungjawaban adalah agar
dapat ditunjuk bahwa tujuan akuntansi pertanggung
jawaban adalah agar dapat ditunjuk orang atau
kelompok orang yang bertanggung jawab terhadap
penyimpangan dari biaya dan penghasilan yang
dianggarkan dan selain itu menurut Mulyadi (1997 :
170) tentang tujuan akuntansi pertanggungjawaban
adalah untuk : Menilai kerja manajer pusat
pertanggung jawaban, Memotivasi Manajer,
Mengelola aktivitas dengan cara mengarahkan usaha
manajemen dalam mengurangi dan akhirnya
menghilangkan biaya-biaya penambah nilai dan
Memantau efektifitas program pengelolaan aktivitas
Bentuk Laporan Akuntansi Pertanggungjawaban
Menurut Bambang Hariadi (1992 : 124) prinsip yang
harus diperhatikan dalam menyusun laporan
p e r t a n g g u n g j a w a b a n a d a l a h : K o n s e p
pertanggungjawaban harus diterapkan, Prinsip
penyimpangan harus diterapkan, Angka-angka harus
disajikan dalam bentuk perbandingan Laporan
dikembangkan dalam bentuk ikhtisar, Harus disertai
keterangan yang jelas
Syarat-syarat Penetapan Akuntansi
Pertanggungjawaban
A g a r p e n e r a p a n a k u n t a n s i
pertanggungjawaban sesuai dengan yang diharapkan,
maka diperlukan beberapa persyaratan. Menurut
Mulyadi (1990 : 347) ada lima syarat untuk dapat
menerapkan sistem akuntansi pertanggungjawaban,
yaitu : a) Struktur organisasi yang menerapkan secara
tegas wewenang dan tanggung jawab tiap tingkat
manajemen, b) Anggaran biaya yang disusun untuk
tiap tingkatan manajemen, c) Pengelolaan biaya
disesuaikan dengan yang dapat dikendalikan dan
tidak terkendali oleh manajemen tertentu dalam
organisasi, d) Sistem akuntansi biaya yang
disesuaikan dengan struktur organisasi, e) Sistem
pelaporan biaya kepada manajer yang bertanggung
jawab
19
Nurdiana, EPenilaian Prestasi Departemen Produksi Pada Perusahaan RokokPT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan”
valuasi Atas Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban Sebagai Dasar
Biaya Terkendali dan Biaya Tak Terkendali
Di dalam akuntansi pertanggung jawaban
setiap manager berpartisipasi dalam menyusun
anggaran biaya masing-masing, selanjutnya akan
dimintai pertanggungjawaban mengenai realisasi
anggaran tersebut. Dalam menerapkan akuntansi
pertanggung jawaban ini perlu adanya penggolongan
menurut tanggung jawab terjadinya biaya,
penggolongan biaya tersebut adalah: Biaya yang
dapat dikendalikan dan Biaya yang tidak dapat
dikendalikan
Anggaran Sebagai Pengendalian Biaya
Anggaran memberikan ukuran atas hasil-
hasil keuangan yang diharapkan perusahaan dari
aktifitas yang direncanakan, sehingga manager bisa
mengantisipasi masalah-masalah yang kemungkinan
terjadi dan cara menghindarinya, maka anggaran
dapat berfungsi sebagai alat perencanaan koordinasi
dan comprehensif, karena anggaran yang sudah
disetuji merupakan komitmen dari para pelaksana
yang ikut berperans erta di dalam menyusun anggaran
tersebut. Pengendalian pada dasarnya adalah
membandingkan antara rencana dan pelaksanaan
sehingga dapat ditentukan penyimpangan dan
pengaruhnya bagi organisasi dan unit-unitnya.
Penyimpangan tersebut digunakan sebagai dasar
evaluasi atau penilaian dan umpan balik perbaikan
masa yang akan datang. Horngren (2005 265)
menyatakan : “Dari segi penyusunan anggaran
tahunan dapat digolongkan sebagai berikut :
Anggaran tetap atau anggaran statis (fixed atau statis
budget) dan Anggaran fleksibel atau anggaran turun
naik (fleksible budget atau sliding scale budget)
Klasifikasi Biaya Yang Disesuaikan Dengan
Struktur Organisasi
Dalam akuntansi biaya, biaya digolongkan
dengan berbagai macam cara, umumnya pengglongan
biaya ini ditentukan atas dasar tujuan hendak dicapai.
Menurut Mulyadi ada beberapa cara penggolongan
biaya, yaitu : 1) Obyek Pengeluaran, 2) Fungsi Pokok
yaitu Biaya produksi, Biaya pemasaran dan Biaya
administrasi dan umum, 3) Hubungan Biaya Dengan
Sesatu Yang Dibiayai yaitu Biaya langsung dan Biaya
tidak langsung, 4) Perilaku biaya yaitu Biaya variabel,
Biaya semi variabel dan Biaya tetap
Hubungan Akuntansi Pertanggungjawaban
Dengan Proses Pengendalian Manajemen
Dasar pengendalian adalah rencana atau
planning atau pengendalian yang efektif dilakukan
bila rencana yang dibuat lebih lengkap dan terpadu.
Tanpa danya sesuatu rencana, manager akan
mengalami kesulitan untuk menentukan apakah unit
organisasinya bekerja sesuai dengan harapan.
Sedangkan menurut Anthony (1994) terjemahan dari
Agus Maulana, manajemen itu sendiri adalah :
“Semua periode prosedur dan siasat, termasuk sistem
pengendalian manajemen yang digunakan untuk
menjamin bahwa pelaksanaan sesuai dengan strategi
dan kebijaksanaan organisasi”
Akuntansi Pertanggungjawaban Sebagai Dasar
Penilaian Prestasi Pusat-Pusat
Pertanggungjawaban
Sistem pelaporan yang baik biasanya disusun
sesuai dengan struktur organisasi perusahaan.
Disamping memperlihatkan struktur organisasi
perusahaan, sistem pelaporan yang baik juga harus
memperlihatkan waktu untuk melaporkan, mengingat
waktu pembaca laporan (terutama manajemen)
amatlah terbatas. Sistem pelaporan dalam perusahaan
umumnya mengalir dari bawah ke atas artinya pusat
pertanggungjawaban yang diatas dan seterusnya pada
top manajemen. Jenis laporan yang dibuat dan
diperlukan oleh berbagai jenis perusahaan tidak
mungkin diidentifikasi dan dihitung dengan pasti
jenisnya, tetapi secara umum dalam perusahaan untuk
manajemen dapat dikelompokkan menjadi tiga
kelompok. Mas'ud Machfoeds (1993 : 199)
mengelompokkan laporan-laporan dalam perusahaan
untuk manajemen ke dalam tiga kelompok, yaitu :
Laporan Perencanaan, Laporan pengawasan dan
Laporan informasi
Pengukuran prestasi
Pengukuran prestasi dalam suatu perusahaan
adalah mutlak harus dilakukan karena dengan
pengukuran prestasi itulah para manajer dan direktur
bertanggung jawab kepada pemilik. Namun demikian
pengukuran prestasi bukanlah persoalan yang mudah,
mengingat ada bagian tertentu yang mudah untuk
20 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008
diukur. Mengukur prestasi kerja seorang direktur
rasanya lebih sulit, karena hasil kerjanya tidak
kelihatan secara fisik, untuk itu diperlukan cara-cara
tertentu yang dapat diperlukan pada masing-masing
bagian secara adil.
Dalam akuntansi pertanggungjawaban
pengukuran prestasi perlu dikaitkan dengan pusat-
pusat pertanggungjawaban yang ada dalam
perusahaan. Dalam perusahaan yang relatif masih
kecil akan lebih mudah ditentukan batas nama
tanggung jawabnya dan bagian mengukur
prestasinya.
Dibawah ini akan dijelaskan pengukuran untuk pusat-
pusat pertanggungjawaban sebagai berikut :
a) Invesment center
Adalah pusat pertanggungjawaban yang
bertanggung jawab terhadap biaya, laba dan
penggunaan dan investasi. Prestasi pusat
pertanggung jawaban ini diukur dari laba
yang dihasilkan dibandingkan dengan aktiva
yang digunakan untuk menghasilkan laba
tersebut.
Kebanyakan perusahaan dalam mengukur
pusat investasi dengan menggunakan Return
On Invesment (ROI).
Tolak ukur yang dipergunakan untuk
mengukur prestasi pusat investasi menurut
Spuriyono (1991 : 163) yaitu dengan :
1) ROI (Return On Ivesment)
2) RI (Residual Income)
Kedua cara pengukuran tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1) ROI (Return On Ivesment)
Adalah suatu alat pengukuran
prestasi pusat investasi atau
perusahaan dengan cara menentukan
besarnya ra t io l aba dengan
investasinya. Jika ROI yang
diharapkan dari suatu devisi besarnya
18% per tahun maka prestasi devisi
tersebut dinilai baik jika RPI yang
sesungguhnya kurang 18% maka
prestasinya dinilai tidak baik
demikian pula dalam mengusulkan
investasi baru, divisi tersebut
diharapkan dapat menghasilkan ROI
sebesar 18%. Pengukuran pusat
investasi menurut Spriyono (1991 :
163) adalah sebagai berikut :
a) ROI =
b) ROI = x
2) RI (Residual Income)
RI atau laba residual (laba sisa) yang dihitung
selisih antara laba sebelum pajak dikurangi
dengan biaya modal yang diperhitungkan atas
investasi yang dinamakan dalam suatu divisi
atau perusahaan. Dalam metode ini prestasi
manajer diukur dari kemampuannya untuk
menghasilkan rupiah RI yang sebesar
mungkin.
Tolak ukur cost center ini adalah : Efisiensi kerja,
Pencapaian target produksi., Kualitas produk dan
Evektifitas kerja
Tolak ukur diatas dapat digambarkan keadaannya
melalui syarat-syarat dengan cara: Menyusun laporan
produksi bulanan, Menyusun laporan pemakaian
bahan baku dan Menyusun laporan BTKL dalam
melaksanakan pengukuran dibandingkan antara
realisasi dengan anggaran di cantumkan
Sistem Akuntansi Pertanggungjawaban
Konsep akuntansi pertanggungjawaban yang
tidak kalah pentingnya adalah pengklasifikasian dan
pengkodean biaya. Biaya harus dilaporkan dan
dikumpulkan menurut jenis biaya.
Menurut Mulyadi (1990 : 362) sebagai berikut:
“Sistem akuntansi pertanggungjawaban
merupakan sistem pengelolaan informasi biaya,
dengan cara menggolongkan mencatat dan meringkas
biaya dalam hubungannya dengan tingkat-tingkat
manajemen yang bertanggung jawab atas terjadinya
biaya tujuan untuk menghasilkan informasi akuntansi
pertanggungjawaban guna pengendalian biaya.”
Selanjutnya biaya yang terjadi dikumpulkan
untuk setiap tingkat manajemen, maka biaya-biaya
21
harus giolongkan dan di beri kode sesuai dengan
tingkat manajemen yang terdapat dalam struktur
organisasi, biasanya kekeringan dalam buku besar di
bagi dalam 6 kelompok : Aktiva, Hutang, Modal,
Penghasilan, Biaya dan Pendapatan biaya di luar
uasaha
METODE PENELITIAN
Definisi Operasional Variabel
1. Akuntansi Pertanggung Jawaban
Penerapan akuntansi pertanggung jawaban
yang efektif merupakan penggunaan sistem
Akuntansi pertanggung jawaban dalam
kaitannya dengan struktur organisasi dimana
dalam penerapan ini aliran informasi dalam
perusahaan akan menjadi jelas dengan
desentralisasi masing-masing bagian atau
departement.
Manajemen tingkat lebih rendah punya
kewajiban mempertanggung jawabkan
pelaksanaan wewenang tersebut kepada
manajemen atasnya. Wewenang mengalir
dari manajemen tingkat atas ke manajemen
tingkat bawah. Jadi, struktur organisasi
haruslah memuat uraian yang jelas dan tegas
serta menampilkan adanya pusat-pusat
pertanggung jawaban. Dengan demikian
terdapat 3 penerapan akuntansi pertanggung
jawaban secara tegas dan benar sesuai
prinsip-prinsip akuntansi pertanggung
jawaban.
a. Perusahaan sudah menyusun struktur
organisasi yang formal untuk menilai
tiap-tiap pusat pertanggung jawaban.
b. Perusahaan sudah menggunakan budget
sebagai alat ukur pelaksanaan.
c. Biaya bisa dipisahkan antara biaya
terkendali dan biaya tidak terkendali.
2. Prestasi Manajer Produksi
Mengukur prestasi manajer produksi
dengan cara mengevaluasi struktur
organisasi, mengevaluasi tugas dan tanggung
jawab yang selanjutnya, mengevaluasi
kinerja pusat pertanggung jawaban dengan
membandingkan antara realisasi anggaran
dan mencari penyebab penyimpangannya
sebagai dasar pemecahan masalahnya. Dalam
halini dikatakan menyimpang apabila antara
realisasi dan anggaran tidak sesuai dengan
rencana semula.
Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder yaitu semua data, informasi
dan keterangan yang secara langsung diperoleh
dari perusahaan yang sudah di olah.
1. Data Kuantitas
a. Anggaran biaya produksi untuk tiap
manajemen dari tahun 2005 – 2008.
b. Data laporan biaya produksi pertanggung
jawaban dari tahun 2005 – 2008.
2. Data Kualitatif
Yaitu beruapa kondisi umum perusahaan
yang di dalamnya termasuk struktur
organisasi dan proses produksi.
Teknik Analisis Data
Untuk menganalisa data dilakukan
terhadap 4 syarat penerapan akuntansi
pertanggung jawaban.
1. Analisis Struktur Organisasi
Dalam menganalisa struktur organisasi ini
adalah apakah struktur organisasi sudah
menerapkan pusat-pusat pertanggung
jawaban.
2. Analisis Anggaran Biaya
Setelah diterapkan pusat-pusat biaya sebagai
pusat pertanggung jawaban dalam struktur
organisasi kemudian menganalisa apakah
pusat-pusat biaya tersebut diikut sertakan
dalam penyusunan anggaran biaya atau
penyusunan anggaran biaya hanya disusun
oleh kepala bagian dengan bantuan pihak luar
saja tanpa ikut serta bawahannya.
3. Analisis Penggolongan Biaya
Analisis biaya dianggarkan, digolongkan
sesuai dengan sistem akuntansi biaya yang
memisahkan baiata berdasarkan terkendali
atau tidaknya biaya tersebut.
4. Analisis atau Sistem Laporan
Analisis ini dilakukan atas sistem pelaporan
akuntansi pertanggung jawaban yang
22 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008
PT Sejahtera Bintang Abadi Tobacco PasuruanLaporan Pertanggung Jawaban Biaya
Seksi GilingTahun 2004
Kode
Pusat Biaya
Anggaran
Realisasi Selisih
552012-1
552021-1
552041-1
552051-1552052-1
Tenaga kerja lang.
Listrik
Bahan penolong
Pem. GedungPem. Mesin
1.000.000
7.800.000
500.000
1.000.0001.100.000
1.050.0008.500.000
650.0001.000.0001.200.000
(50.000)(700.000)(150.000)
0(100.000)
Jumlah 11.400.000 12.400.000 (1.000.000)Sumber : PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan
diterapkan bagian-bagian mana saja yang
bertanggung jawab atas penyusunan laporan
akuntansi pertanggung jawaban tersebut.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Evaluasi sistem pelaporan
Setelah perusahan membuat rencana melalui
budget, maka semua penyimpangan yang tejadi dalam
pelaksanaannya harus dilaporkan, bentuk laporan
harus disusun sedemikian rupa sehingga manejemen
dapat segera mengetahui persoalan dan mengoreksi ,
dengan laporan tersebut dapat diketahui bagaimana
kinerja tiap bagian pada departemen produksi serta
dapat untu mengevaluasi biaya produksi pada tiap
bagian.
Oleh karena itu waktu yang dimiliki
manajemen tidak banyak, maka sistem laporan
manajemen harus diarahkan pada efisiensi waktu
penyusunan laporan dan kesempatan yang di
ginakaqn untuk mempelajari laporan tersebut,di alam
laporan pertanggungjawaban harus sudah
mencantumkan selisih antara angaran dan
realisasinya, pemisahan antarabiaya terkendali dan
tak terkendali juga harus dilakukan, laporan
pertangungjawaban yang seharusnya disusun oleh
perusahaan adalah sbb:
PT Sejahtera Bintang Abadi Tobacco PasuruanLaporan Pertanggungjawaban Biaya
Tahun 2004
Kode
Pusat Biaya
Anggaran
Realisasi Selisih5500
5600
5700
Bagian produksi
Bagian logistik
Bagian Adm.& Keu
93.664.000
90.400.000 3.264.000
Jumlah 93.664.000 90.400.000 3.264.000
Sumber : PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan
PT Sejagtera Bintang Abadi Tobacco PasuruanKepala Bagian Produksi
Laporan Pertanggung Jawaban BiayaTahun 2004
Kode
Pusat Biaya
Anggaran
Realisasi Selisih5510
552055305540
Seksi persiapan
Seksi gilingSeksi petetSeksi verpak
66.464.000
11.400.0009.250.000
8.550.00
60.750.00012.440.000
8.100.0009.150.000
3.714.000(1.000.000)
1.150.000 (600.000)
Jumlah 93.664.000 90.400.000 3.264.000Sumber : PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan
PT Sejagtera Bintang Abadi Tobacco PasuruanLaporan Pertanggung Jawaban Biaya
Seksi PersiapanTahun 2004
Kode
Pusat Biaya
Anggaran Realisasi Selisih551011-1
551012-1
551021-1551041-1551051-1551052-1
Bahan baku
Bahan penolong
Tenaga kerja langsungListrikPemeliharaan gedungPemeliharaan mesin
59.864.000800.000
1.000.000300.000
1.500.0001.000.000
55.800.000850.000
1.500.000200.000
1.400.0001.000.000
4.064.000(50.000)
(500.000)100.000100.000
0Jumlah 64.464.000 60.750.000 3.714.000
Sumber : PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan
PT Sejahtera Bintang Abadi Tobacco PasuruanLaporan Pertanggung Jawaban Biaya
Seksi PetetTahun 2004
Kode
Pusat Biaya
Anggaran
Realisasi Selisih553012-1
553021-1
553041-1
553051-1
553052-1
Bahan penolong
Tenaga kerja langsung
Listrik
Pemeliharaan gedung
Pemeliharaan mesin
950.000
5.700.000
400.000
1.000.000
1.200.000
1.000.0004.500.000
500.0001.000.0001.100.000
(50.000)1.200.000(100.000)
0 100.000
Jumlah 9.250.000 8.100.000 1.150.000Sumber : PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan
PT Sejahtera Bintang Abadi Tobacco PasuruanLaporan Pertanggung Jawaban Biaya
Seksi VerpakTahun 2004
Kode
Pusat Biaya
Anggaran
Realisasi Selisih
554012-1
554021-1
554041-1
554051-1554052-1
Bahan penolong
Tenaga kerja lang.
Listrik
Pem. GedungPem. Mesin
1.050.000
5.000.000
200.000
1.000.0001.300.000
1.100.0005.500.000
150.0001.000.0001.400.000
(50.000)(500.000)
50.0000
(100.000)Jumlah 11.400.000 12.400.000 (1.000.000)
Sumber : PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan
PT Sejahtera Bintang Abadi Tobacco PasuruanLaporan Pertanggung Jawaban Biaya
Tahun 2005
Kode
Pusat Biaya
Anggaran Realisasi Selisih5500
5600
5700
Bagian produksi
Bagian logistik
Bagian Adm & Keu
89.400.000 82.737.000 6.663.000
Jumlah 89.400.000 82.737.000 6.663.000
Sumber : PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan
PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco PasuruanKepala Bagian Produksi
Laporan Pertanggung Jawaban BiayaTahun 2005
Kode
Pusat Biaya
Anggaran Realisasi Selisih5510552055305540
Seksi persiapanSeksi gilingSeksi petetSeksi verpak
61.350.00011.850.0008.000.8008.200.800
54.700.00012.100.0007.900.0008.037.000
6.650.000(250.000)
100.000163.000
Jumlah 89.400.000 82.737.000 6.663.000
PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco PasuruanLaporan Pertanggung Jawaban Biaya
Seksi PersiapanTahun 2005
Kode
Pusat Biaya
Anggaran Realisasi Selisih551011-1
551012-1
551021-1
551041-1551051-1551052-1
Bahan baku
Bahan penolong
Tenaga kerja langsung
ListrikPemeliharaan gedungPemeliharaan mesin
56.000.000700.000
2.000.000250.000
1.400.0001.000.000
49.500.000850.000
2.000.000250.000
1.000.0001.000.000
6.500.000(150.000)
00
400.000 0
Jumlah 61.350.000 54.700.000 6.650.000Sumber : PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan
23
PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco PasuruanLaporan Pertanggung Jawaban Biaya
Seksi GilingTahun 2005
Kode
Pusat Biaya
Anggaran Realisasi Selisih552012-1
552021-1
552041-1552051-1552052-1
Bahan penolong
Tenaga kerja lang.
ListrikPem. GedungPem. Mesin
900.0008.500.000
450.0001.000.0001.000.000
1.000.0008.500.000
500.0001.000.0001.100.000
(100.000)0
(50.000)0
(100.000)Jumlah 11.850.000 12.100.000 (250.000)
Sumber : PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan
PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco PasuruanLaporan Pertanggung Jawaban Biaya
Seksi PetetTahun 2005
Kode
Pusat Biaya
Anggaran
Realisasi Selisih553012-1
553021-1
553041-1
553051-1553052-1
Bahan penolong
Tenaga kerja langsung
Listrik
Pemeliharaan gedungPemeliharaan mesin
950.000
4.500.000
350.000
1.000.0001.200.000
950.0004.500.000450.0001.000.0001.000.000
00(100.000)0200.000
Jumlah 8.000.000 7.900.000 100.000Sumber : PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan
PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco PasuruanLaporan Pertanggung Jawaban Biaya
Seksi VerpakTahun 2005
Kode
Pusat Biaya
Anggaran
Realisasi Selisih554012-1
554021-1
554041-1554051-1554052-1
Bahan penolong
Tenaga kerja lang.
ListrikPem. GedungPem. Mesin
900.000
5.000.000
200.0001.000.0001.100.000
900.0005.000.000
187.000850.000
1.100.000
00
13.000150.000
0Jumlah 8.200.000 8.037.000 163000
Sumber : PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan
PT Sejahtera Bintang Abadi Tobacco PasuruanLaporan Pertanggung Jawaban Biaya
Tahun 2006
Kode
Pusat Biaya
Anggaran Realisasi Selisih5500
56005700
Bagian produksi
Bagian logistikBagian Adm & Keu
100.020.000 102.750.000 (2.730.000)
Jumlah 100.020.000 102.750.000 (2.730.000)Sumber : PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan
PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco PasuruanKepala Bagian Produksi
Laporan Pertanggung Jawaban BiayaTahun 2006
Kode
Pusat Biaya
Anggaran Realisasi Selisih5510
5520
55305540
Seksi persiapan
Seksi giling
Seksi petetSeksi verpak
69.070.00012.200.0009.350.0009.400.000
69.450.00013.650.0009.950.0009.700.000
(380.000)(1.450.000)
(600.000)(300.000)
Jumlah 100.020.000 102.750.000 (2.730.000)Sumber : PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan
PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco PasuruanLaporan Pertanggung Jawaban Biaya
Seksi Persiapan
Tahun 2006
Kode
Pusat Biaya
Anggaran Realisasi Selisih551011-1
551012-1
551021-1
551041-1551051-1551052-1
Bahan baku
Bahan penolong
Tenaga kerja langsung
ListrikPemeliharaan gedungPemeliharaan mesin
62.820.000900.000
2.500.000350.000
1.500.0001.000.000
63.000.0001.000.0003.000.000
350.0001.200.000
900.000
(180.000)(100.000)(500.000)
0300.000100.000
Jumlah 69.070.000 69.450.000 (380.000)Sumber : PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan
PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco PasuruanLaporan Pertanggung Jawaban Biaya
Seksi Giling
Tahun 2006
Kode
Pusat Biaya
Anggaran Realisasi Selisih552012-1
552021-1
552041-1
552051-1
552052-1
Bahan penolong
Tenaga kerja lang.
Listrik
Pem. Gedung
Pem. Mesin
1.100.0008.500.000
500.0001.000.0001.100.000
1.500.0009.500.000
650.0001.000.0001.000.000
(400.000)(1.000.000)
(150.000)0
100.000
Jumlah
12.200.000 13.650.000 1.450.000Sumber : PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan
PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco PasuruanLaporan Pertanggung Jawaban Biaya
Seksi PetetTahun 2006
Kode Pusat Biaya Anggaran Realisasi Selisih553012-1553021-1553041-1553051-1553052-1
Bahan penolongTenaga kerja langsungListrikPemeliharaan gedungPemeliharaan mesin
950.0005.500.000
400.0001.000.0001.500.000
950.0006.000.000
400.0001.000.0001.500.000
0(500.000)
00
(100.000)Jumlah 9.350.000 9.950.000 (600.000)
Sumber : PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan
PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco PasuruanLaporan Pertanggung Jawaban Biaya
Seksi Verpak
Tahun 2006
Kode
Pusat Biaya
Anggaran Realisasi554012-1
554021-1
554041-1554051-1554052-1
Bahan penolong
Tenaga kerja lang.
ListrikPem. GedungPem. Mesin
1.100.0006.000.000
200.0001.000.0001.100.000
1.500.0006.000.000
200.0001.000.0001.000.000
Jumlah 9.400.000 9.700.000Sumber :
Selisih(400.000)
000
100.000(300.000)
PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan
PT Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan
Laporan Pertanggung Jawaban BiayaTahun 2007
Kode
Pusat Biaya
Anggaran Realisasi5500
56005700
Bagian produksi
Bagian logistikBagian Adm & Keu
108.150.000 105.800.000
Jumlah 108.150.000 105.800.000Sumber : PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan
Selisih2.350.000
2.350.000
PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan
Kepala Bagian ProduksiLaporan Pertanggung Jawaban Biaya
Tahun 2007
Kode
Pusat Biaya
Anggaran
Realisasi Selisih5510
5520
5530
5540
Seksi persiapan
Seksi giling
Seksi petet
Seksi verpak
74.050.00014.200.0009.750.000
10.150.000
72.400.00014.050.0009.450.0009.900.000
1.650.000150.000300.000250.000
Jumlah
108.150.000 105.800.000 2.350.000Sumber : PT. Sejahtera Bintang Abadi T obacco Pasuruan
PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco PasuruanLaporan Pertanggung Jawaban Biaya
Seksi PersiapanTahun 2007
Kode Pusat Biaya Anggaran Realisasi Selisih551011-1551012-1551021-1551041-1551051-1551052-1
Bahan bakuBahan penolongTenaga kerja langsungListrikPemeliharaan gedungPemeliharaan mesin
67.500.000950.000
3.500.000300.000
1.000.000800.000
65.900.000950.000
3.500.000300.000900.000850.000
1.600.000000
100.000(50.000)
Jumlah 74.050.000 72.400.000 1.650.000Sumber : PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan
24 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008
Selisih150.000
0(25.000)
25.0000
Jumlah 14.200.000 14.050.000 150.000Sumber : PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pa suruan
PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco PasuruanLaporan Pertanggung Jawaban Biaya
Seksi Giling
Tahun 2007
Kode
Pusat Biaya
Anggaran Realisasi552012-1
552021-1
552041-1552051-1552052-1
Bahan penolong
Tenaga kerja lang.
ListrikPem. GedungPem. Mesin
2.000.0009.500.000
600.0001.000.0001.100.000
1.850.0009.500.000
625.000975.000
1.100.000
PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan
Laporan Pertanggung Jawaban BiayaSeksi Petet
Tahun 2007
Kode
Pusat Biaya
Anggaran Realisasi Selisih553012-1
553021-1
553041-1553051-1553052-1
Bahan penolong
Tenaga kerja langsung
ListrikPemeliharaan gedungPemeliharaan mesin
900.0006.000.000
350.0001.000.0001.500.000
900.0006.000.000
400.000950.000
1.200.000
00
(50.000)50.000
300.000Jumlah 9.750.000 7.450.000 300.000
Sumber : PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan
PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan
Laporan Pertanggung Jawaban BiayaSeksi Verpak
Tahun 2007
Kode
Pusat Biaya
Anggaran Realisasi Selisih554012-1
554021-1
554041-1554051-1554052-1
Bahan penolong
Tenaga kerja lang.
ListrikPem. GedungPem. Mesin
2.000.0006.000.000
200.000950.000
1.000.000
1.800.0006.000.000
200.000900.000
1.000.000
200.00000
50.0000
Jumlah 10.150.000 9.900.000 250.000Sumber : PT. Sejahtera Bintang Abadi Tobacco Pasuruan
Evaluasi Situasi dan Kondisi Ekstern
Pada dasarnya kinerja manajer departemen
produksi dapat diukur jika terlepas dari situasi dan
kondisi di luar kendali manajer departemen produksi
yang terjadi pada perusahaan maupun keadaan
lingkungan yang mempengaruhi hasil kinerja manajer
pada situasi dan kondisi tersebut, sehinggat jika hasil
kinerjanya banyak dipengaruhi situasi dan kondisi
ekstern, maka hal itu diluar tanggung jawab
departemen produksi
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa
p e r u s a h a a n s u d a h m e m b u a t l a p o r a n
pertanggungjawaban tetapi penggunaannya belum
optimal karena laporan yang dibuat belum
m e m e n u h i s y a r a t s e b u a h l a p o r a n
pertanggungjawaban dan dari hasil evaluasi
terhadap struktur organisasi dapat diketahui bahwa
struktur organisasi pada PT Sejahtera Bintang
Abadi Tobacco Pasuruan sudah layak untuk
penerapan akuntansi pertanggungjawaban karena
sudah ada pembagian departemen-departemen dan
tiap-tiap departemen membawahi bagian-bagian
yang lebih kecil
2. Pemisahan biaya terkendali dan biaya tak
terkendali belum dilakukan oleh perusahaan
tersebut sehingga pimpinan sulit untuk
menentukan siapa yang bertanggung jawab atas
terjadinya penyimpangan
3. Dari hasil laporan pertanggungjawaban dapat
diketahui bahwa prestasi manajer departemen
produksi yang menunjukkan kinerja yang paling
baik adalah pada tahun 2002, hal ini dilihat dari
laporan yang menunjukkan selisih lebih,
sedangkan pada tahun 2001 prestasi manajer
menunjukkan kinerja yang paling buruk, karena
terjadinya selisih kurang pada setiap bagian
produksi yang disebabkan faktor ekstern.
Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran-saran
yang dapat diberikana dalah sebagai berikut :
1. Penyusunan laporan pertanggungjawaban harus
diterapkan, hal ini dimaksudkan agar laporan
pertanggungjawaban tersebut dapat digunakan
secara optimal dalam mengevaluasi biaya serta
untuk menilai minerja tiap bagian
2. Dengan memisahkan biaya menjadi biaya
terkendali dan biaya tak terkendali maka akan
memperjelas siapa yang akan bertanggungjawab
atas ketidaksesuaian antara anggaran dan realisasi
biaya pada tiap-tiap bagian
3. Faktor ekstern antara lain berupa penurunan nilai
mata uang rupiah terhadap dollar harus diantisipasi
dengan menyusun anggaran yang sesuai dengan
keadaan saat itu sehingga prestasi manajer bagian
produksi tetap dapat menunjukkan kinerja yang
baik
25
DAFTAR PUSTAKA
Bambang Hariadi, 1992. Akuntansi Manajemen : Suatu Pengantar, Edisi Pertama. Cetakan Pertama, BPFE,
Yogyakarta.
Horngrenm Charles T. Gary L Sundem, 1990. Introduction To Management Accounting, Eight Edition,
Prientice Hall International Inc.
Horngreen, Charles T, Bamber, Smith, 2007. Akuntansi. Edisi ke enam, PT Indeks. Jakarta.
Horngren, Charles T.M Datar, Srkant, Foster, George, 2005. Akuntansi Biaya. Edisi Kesebelas, Indeks. Jakarta.
Mulyadi, 1990. Akuntansi Biaya. Edisi Keempat BPFE. Yogyakarta
Mulyadi, 1997. Akuntansi Manajemen. Edisi 2, STIE YKPN, Yogyakarta.
Usry, Milton F. Adolph Mat 2, 2006. Akuntansi Biaya. Jilid 2 Edisi 13, Penerbit Salemba Empat. Jakarta.
26 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008
Hubungan Antara Motivasi Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Pada PT. Suzuki Finance Indonesia Cabang Surabaya
Wiwin IndahyaniRita Mutiarni
Abstract
Employee motivation is an important thing that can influence the company. As the pillar of company, employee should do their job as well as possible, because base on the quality control management, the good source will give good result and one of the good source is good employee. This research proved that by giving some facilities to employee such as company uniform, health insurance, worker's camp and reward can improve the employee to give the best their have. Good and straight employer also has significant influence for employee.
Keywords: employee, motivation
Efektivitas organisasi dalam mencapai
tujuannya sangat dipengaruhi oleh kualitas dari
anggotanya. Pemikiran ini berdasarkan asumsi bahwa
manusia merupakan salah satu dimensi utama dalam
organisasi dan menjadi pemeran sentral dalam
pendayagunaan sumber-sumber lain. Bahkan menurut
Gibson (1996), bahwa kinerja organisasi tergantung
dari kinerja individu. Perilaku anggota organisasi baik
secara individu maupun kelompok memberikan
kekuataan atas kinerja organisasi sebab motivasinya
akan mempengaruhi pada kinerja organisasi.
Pemahaman motivasi, baik yang ada dalam
diri karyawan maupun yang berasal dari lingkungan
akan dapat membantu dalam peningkatan kinerja
(Sujak, 1990). Dalam hal ini seorang manajer perlu
mengarahkan motivasi dengan menciptakan kondisi
dimana para karyawan merasa terpacu untuk bekerja
lebih keras agar kinerja yang dicapai juga tinggi.
Tujuan berdirinya perusahaan pada dasarnya
adalah selain untuk mencari laba yang optimal dan
untuk meningkatkan pelayanan kepada langganan,
terutama hal ini terjadi pada perusahaan akan
berusaha semaksimal mungkin agar tujuannya
tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Untuk
mencapai tujuan tersebut maka manusia sebagai salah
satu sumber daya yang diperlukan mempunyai
peranan sangat penting dibandingkan sumber daya
lainnya, karena sebagai tenaga kerja merupakan
faktor penggerak dari keseluruhan kegiatan
perusahaan. Melihat peranan manusia yang sangat
penting maka tenaga kerja harus mendapatkan
perhatian khusus dari perusahaan, apalagi bila di
Proses Motivasi
KEBUTUHAN TEGANGAN DORONGAN PERILAKU TIDAK YANG
TERPUASKAN DIINGINKAN
PENGURANGAN KEBUTUHANTEGANGAN TERPUASKAN
Sumber : Islamy, 1995:4
Wiwin Indahyani, Dosen UNIVERSITAS DARUL ‘ULUM Jombang;Rita Mutiarni, Dosen STIE PGRI Dewantara Jombang
27
dalam perusahaan terdapat indikasi kurang efektifnya
pemberian motivasi kepada karyawan antara lain
dapat dilihat seperti menurunnya kualitas kerja.
Pengertian Motivasi.
Bereslon dan Steiner, dalam Islamy (1995)
mengartikan "motif" sebagai sesuatu yang ada dalam
diri manusia yang membangkitkan, mengaktifkan,
memindahkan, mengarahkan dan menyalurkan
perilakunya menuju tercapainya tujuan. Dengan
demikian motivasi terjadi melalui suatu proses.
Chung dan Megginson dalam Islamy (1995)
menjelaskan bahwa motivasi terdiri dari tiga unsur :
motivational inputs, motivational decisions dan
motivatinol outcomes.
a. Motivational input (masukan motivasi) terdiri
dari :
1. Kebutuhan Pegawai (employee needs) :
kebutuhan eks is tens i (b io logi dan
keamanan), kebutuhan relasi (pengaruh,
kasih sayang, persahabatan) dan kebutuhan
b e r p r e s t a s i ( a k t u a l i s a s i d i r i
pertumbuhan/perkembangan).
2. Insentif Organisasi (Organizational
Incentives). Bahwa organisasi menyediakan
penghargaan/hadiah bagi pemuas kebutuhan
pegawai, misalnya : gaji, kesejahteraan,
lingkungan kerja, hadiah interaktif, teman
kerja, penghargaan, pengakuan. Hadiah
instrinsik misalnya : penyelesaian tugas,
tantangan dan tanggungjawab.
3. Hasil Persepsi (Perceptual Outcomes).
Bahwa pegawai memiliki aneka persepsi atau
anggapan tentang : nilai hadiah yang diberikan
organisasi. adanya hubungan antara kinerja
dan hadiah, kemungkinan pegawai mencapai
hasil dari usaha-usahanya dalam bentuk
kinerja dan lain-lain. Hanya persepsi yang
positif akan mengarah pada motivasi yang
tinggi.
b. Motivational decision (keputusan motivasi) ialah
proses dimana pegawai melakukan pilihan dan
keputusan motivasi bagi dirinya. Maka terjadi
proses Motivational Efforts (usaha-usaha
motivasi) yaitu bila pegawai memiliki keahlian
dan otoritas maka ia cenderung menetapkan
keputusan motivasinya atas dasar persepsinya
tentang nilai penghargaan atau hadiah, hubungan
antar kinerja dengan hadiah yang diterima serta
kemungkinan kemampuannya menyelesaikan
tugas.
c. Motivational outcomes (keluaran motivasi) ialah
hasil dan dampak motivasi terhadap pegawai,
yang menunjukkan adanya hubungan antara
motivasi, kinerja, hadiah, kepuasan pegawai serta
produktivitas. Dampak motivasinya ada tiga
yaitu :
1. Performance level (tingkat kinerja/prestasi).
Kinerja merupakan fungsi keahlian dan
motivasi. Keahlian menentukan apa yang
dapat dikerjakan oleh pegawai. Motivasi
menentukan apa yang akan dikerjakannya,
s e d a n g k i n e r j a b e r p e n g a r u h p a d a
produktivitas organisasi yang akan
mempengaruhi pemberian penghargaan
kepadanya.
2. Rewards (hadiah) adalah penghargaan atau
hadiah yang dapat atau tidak dapat diberikan
atas kinerja pegawai. Penghargaan atau
hadiah ini bisa adil-sepadan memuaskan
pegawai, atau tidak memuaskan, tidak adil
bahkan tanpa hadiah.
3. Satisfaction (kepuasan). Kadar kepuasan
pegawai berpengaruh pada jenis/intensitas
kebutuhannya. Perubahan struktur kebutuhan
mempengaruhi perilaku pegawai dimasa
yang akan datang.
Teori Motivasi
a. Teori Kebutuhan dari Abraham H. Maslow
Inti dari teori Maslow adalah bahwa
kebutuhan manusia tersusun dalam suatu hirarkhi.
Tingkatan kebutuhan yang paling rendah adalah
kebutuhan fisiologis dan yang paling tinggi adalah
kebutuhan aktualisasi diri. Definisi kebutuhan dari
Gibson, Ivancevich dan Donnely (1992 : 92):
1) Psycological, yaitu kebutuhan makan, minum,
tempat tinggal, dan bebas dari rasa sakit.
2) Safety, yaitu kebutuhan akan kebebasan dan
ancaman, yakni aman dari ancaman kejadian atau
lingkungan.
3) Love and Belongingness, yaitu kebutuhan akan
teman, afiliasi, interaksi dan cinta.
4) Estreem, yaitu kebutuhan akan penghargaan diri
dan penghargaan dari orang lain.
5) Self-actualization, yaitu kebutuhan untuk
memenuhi diri sendiri, memaksimumkan
kemampuan, keahlian dan potensi.
b. Teori Kebutuhan dari Alderfer
Pada dasarnya Alderfer dalam Gibson,
Ivancevich dan Donnely (1992 : 94) setuju dengan
pendapat Maslow, namun menurut dia hirarkhi
kebutuhan itu hanya ada tiga yaitu :
1) Existency (E), adalah kebutuhan yang dipuaskan
oleh faktor-faktor kebutuhan fisik seperti
makanan, air, udara, gaji/upah dan lain-lain.
2) Relatednees (R), adalah kebutuhan yang
dipuaskan oleh hubungan sosial dan hubungan
antar pribadi yang bermanfaat.
3) Growth (G), adalah kebutuhan rasa puas yang
dialami seseorang bila ia dapat melakukan upaya
yang kreatif dan produktif.
28 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008
c. Teori Prestasi dan Kekuasaan dari David
McClelland
McClelland dalam Gibson, Ivancevich dan
Donnely (1992 : 97) bahwa banyak kebutuhan yang
diperoleh dari kebudayaan. Melalui kehidupan dalam
suatu budaya, seseoarng belajar tentang kebutuhan
dengan mempelajarinya. Kebutuhan manusia ada tiga
macam, yaitu : Kebutuhan Berprestasi (Need for
Achievement = nAch), Kebutuhan akan Kekuasaan
(Need for Power = nPow), dan Kebutuhan untuk
Berafiliasi dengan orang lain (Need for Affiliation =
nAff).
Berdasarkan teori ini manusia (pegawai) telah
memiliki dorongan dari dalam dirinya sebagai
kebutuhan untuk berprestasi (nAch) yaitu kebutuhan
untuk mencapai sesuatu dengan berhasil dan
memuaskan. Karena sudah ada dalam diri setiap orang
maka motivasinya amat kuat dan secara otomatis
sudah bertujuan prestasi yang baik sejak awal
bekerja. Selain itu manusia merasa perlu menguasai
perilaku orang lain supaya orang lain mau bertindak
sesuai keinginannya (nPow). Oleh karena itu manusia
memerlukan hubungan (nAff) yang baik, yang hangat
dan bersahabat dengan orang lain. Bila dikaitkan
dengan Teori X-Y maka teori ini lebih cenderung
menganggap manusia sebagai Teori Y (manusia
cenderung berperilaku positif).
d. Teori Proses.
Teori ini terdiri dari beberapa teori sebagaimana
dijelaskan dalam uraian dibawah ini.
1. Teori Penentuan Tujuan dari Edwin Locke.
Menurut Edwin Locke dalam Robbins,
(1996 : 209) bahwa "tujuan" yang khusus dan sulit
akan mengantar ke tingkat kinerja yang lebih
tinggi. Dengan demikian "tujuan" merupakan
sumber utama dari motivasi kerja seseorang
pegawai. Artinya, tujuan itu memberikan arah
pada pegawai tentang apa yang perlu dikerjakan
dan bagaimana upaya harus ditempuh untuk
mencapai tujuan itu. Tujuan khusus (sulit) akan
menghasilkan kinerja yang tinggi dibandingkan
tujuan umum (mudah). Tujuan khusus apabila
sulit merupakan suatu rangsangan internal yang
memberikan makna suatu sasaran spesifik untuk
diraih. Tujuan juga merupakan umpan balik yang
menghantar ke kinerja yang lebih tinggi. Umpan
balik ini ditimbulkan oleh karyawan sendiri
berupa kemampuan memantau kemajuannya
sendiri. Umpan balik ini merupakan motivator
internal yang kuat daripada umpan balik yang
ditimbulkan secara eksternal. Karena tujuan itu
te lah diketahui maka karyawan akan
berkomitmen (berjanji terlibat didalamnya) dan
bertekad tidak meninggalkannya.
2. Teori Penguat dari Chung, Meggison dan
Skinner.
Menurut Chung dan Meggison, dalam
Islamy (1995), bahwa sebagian besar tindakan
manusia merupakan perilaku terdidik (learned
behaviors/operant behaviors) selebihnya adalah
tindakan yang terjadi karena reflek (respondent
behaviors). Sedangkan suatu perilaku itu dapat
d ipe la ja r i /d iper tahankan lan taran ada
imbalannya, bila tidak maka perbuatan itu akan
dihentikan. Dengan kata lain bahwa tujuan
individu akan memberikan arah bagi tindakannya,
jad i per i laku merupakan fungs i dar i
konsekuensinya (imbalan).
3. Teori Keadilan dari Jane Pearson.
Bila kita amati, setiap orang yang bekerja
dalam organisasi pasti mempunyai tujuan untuk
memperoleh imbalan atau balas jasa.
Fokus dari teori keadilan (Islamy, 1995)
diarahkan pada :
- Keadilan Distributif, yaitu keadilan yang
dipersepsikan dari banyaknya dan alokasi
ganjaran diantara individu-individu.
- Keadilan Prosedural, yaitu keadilan yang
dipersepsikan dari proses yang digunakan
untuk menetapkan distribusi ganjaran.
4. Teori Harapan (expectancy Theory) dari Victor
Vroom
Hubungan expectancy, valence, dan
instrumentality dijelaskan pada
29Wiwin Indahyani &Rita Mutiarni,
PT. Suzuki Finance Indonesia Cabang Surabaya "
Hubungan Antara Motivasi Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Pada
Model teori harapan
Ekspektansi
Hasil I (Valensi)
Kekuatan Instrumentalitas
Persepsi
Tingkat Kinerja
MOTIVASI Persepsi kinerja
(IMBALAN)
Valensi Netto
kepuasan atau
ketidakpuasan
Uang/gaji Keamanan
Kerja Promosi Prestasi
Pengakuan Kesepakatan
Sosial
UsahaIndividu
Kinerjaindividu
Imbalan dari
organisasi
Tujuan-tujuan
individu
Gambar diatas disederhanakan sebagai berikut:
Sumber : Islamy, 1995 : 30-31
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Karateristik individu
Sujak, (1990 : 249-250) mengatakan bahwa :
karateristik individu yang berbeda-beda, meliputi
kebutuhan, nilai, sikap, dan minat. Perbedaan tersebut
akan dibawa oleh individu ke dalam dunia kerja
sehingga motivasi setiap individu akan bervariasi.
Menurut Gibson, Invansevich dan Donnely
(992 : 52) dan Ahli-ahli lainnya, karateristik individu
terdiri dari :
1) Variabel psikologis (ciri kepribadian) :
kebutuhan nonmaterial nilai, sikap dan minat;
2) Variabel biografis (ciri individu) : usia,
kebutuhan material, masa kerja, jenis kelamin,
status perkawinan, dan banyaknya tanggungan;
3) Variabel fisiologis (ciri fisik individu), yaitu ;
kemampuan dasar meliputi : kemampuan
intelegensia/mental dan kemampuan fisik;
4) Variabel lingkungan, yaitu : keturunan atau
keluarga, kelas sosial dan kebudayaan.
Karateristik Pekerjaan
Karateristik pekerjaan adalah segala aspek
dari suatu pekerjaan yang menjelaskan sifat-sifat
umum yang dicerminkan dalam persepsi oleh yang
mengerjakannya (Swasto, 1997 :27).
Sujak (1990 :252-256), dengan mengutip
pendapat Hackman dan Oldham mengungkapkan
bahwa dalam pekerjaan perlu memperhatikan lima
karateristik pekerjaan. Karateristik itu akan
berpengaruh pada empat karateristik personal
sehingga dapat memperluas kebutuhan pegawai yang
tumbuh terus, untuk mempelajari pekerjaan baru dan
yang terakhir dapat meningkatkan produktivitas
kerjanya. Karateristik pekerjaan itu dimaksud adalah
variasi kecakapan, identitas tugas, signifikansi tugas,
otonomi dan balikan.
Adapun keadaan psikologis menunjuk pada
pekerja yang dapat mencapai tiga keadaan psikologis
yang kritis yaitu sebagai berikut:
1) Pekerja harus menghayati pekerjaan sebagai
sesuatu yang berarti atau penting.
2) Pekerja harus bertanggung jawab atas hasil
peke r j aannya dan a t a s p roduk yang
diusahakannya secara pribadi.
3) Pekerja harus dapat memastikan dengan cara yang
teratur dan handal bagaimana hasil usahanya, apa
yang telah dicapai dan memuaskan atau tidak,
Schein (1991 : 105-106) dalam Sudjak (1990 :
255)
Karateristik Organisasi
Karateristik organisasi ialah norma-norma
organisasi yang akan mempengaruhi tindakan
pegawai dann kesadarannya dalam aktivitas sehari-
hari saat bekerja, Swasto, (1997 : 27)
Karateristik organisasi meliputi : kebijaksanaan
organisasi, kultur, gaya kepemimpinan, program
pengembangan karier dan sistem kompensasi.
Karateristik tersebut mempengaruhi pegawai untuk
memotivasi karier mereka.
Prestasi Kerja dan Pengukurannya
Prestasi Kerja
Prestasi kerja menunjukkan pada hasil kerja
yang dicapai oleh seseorang. Hasibuan (1990 : 105)
dalam Sadjak (1990) menyatakan bahwa prestsi kerja
adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam
melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan
kepadanya yang didasarkan atas kecakapan,
pengalaman dan kesungguhan serta waktu. Dengan
kata lain bahwa prestasi kerja adalah hasil kerja yang
dicapai olh seseorang dalam melaksanakan tugas yang
diberikan kepadanya sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan.
Pengukuran Prestasi Kerja
Pengukuran prestasi kerja dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Kecakapan
2. Pengetahuan tentang pekerjaan
Memiliki indikator :
a. Hasil Kerja yaitu Kualitas kerjanya bagus
meliputi : mutu (halus, teliti, bersih, dan
hemat), Kuantitas kerjanya tinggi meliputi :
30 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008
Model Konsepsi
Karakteristik Individu ( X1 )
Karakteristik Pekerjaan ( X2 ) Prestasi Kerja (Y)
Karakteristik Organisasi ( X3 )
Keterangan :
Pengaruh secara parsial variabel Xi terhadap variabel Y
Pengaruh secara simultan variabel Xi terhadap variabel Y
kecepatan, ketepatan waktu, banyaknya
keahlian yang dimiliki, Pengetahuan tentang
pekerjaan bisa dikuasai antara lain :
memahami prosedur kerja, perancanaan
pekerjaan yang jeli, ketekunan dalam
pelaksanaan kerja.
b. Produktivitas yaitu 1) Kecakapan yaitu
kemampuan, kesanggupan melaksanakan
tugas hingga tuntas, 2) Keterampilan :
k e c e k a t a n , k o o r d i n a t i f , a d a p t i f ,
kepemimpinan, pengambilan keputusan dan
delegatif dan 3) Pengalaman yang luas
ditandai dari banyaknya inisiatif dan
kreatifitasnya.
c. Perubahan Perilaku
METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian.
Sebagaimana telah diuraikan terdahulu,
penelitian ini dilakukan di Kantor PT. Suzuki Finance
Indonesia Cabang Surabaya dengan alasan bahwa
Kantor PT. Suzuki Finance Indonesia Cabang
Surabaya dalam kota besar pertama di Jawa Timur,
dimana sumber daya insaninya bertanggungjawab
dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan.
Populasi dan Sampel.
Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri dari subyek/obyek yang mempunyai kualitas
dan karakteristik yang sama (Sugiyono, 1997).
Dari data yang ada di PT. Suzuki Finance Indonesia
Cabang Surabaya yang mempunyai tenaga kerja lebih
dari 77 orang. Karena jumlah populasi kurang dari
seratus orang maka dalam penelitian ini dilakukan
pengambilan sample dari jumlah populasi tersebut.
Sugiyono (1994) menyatakan bahwa sample adalah
sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut. Sample penelitian ini diambil
seluruhnya.
Konsep, Variabel Dan Pengukurannya
Adapun pengukuran masing-masing variabel
dijelaskan dalam uraian berikut ini.
Variabel Bebas : Motivasi Kerja Pegawai.
Variabel Karakteristik Individu adalah ciri pribadi
yang obyektif serta membedakan dari orang lain dan
mudah diperoleh dari rekaman pribadi atau riwayat
hidup seseorang. Indikator ini selanjutnya dijabarkan
ke dalam item-item yang terdiri dari : Kebutuhan
materiel, Kebutuhan nonmateriel, Pendidikan,
Nilai, Sikap, dan Minat
a. Variabel karakteristik Pekerjaan
adalah segala aspek dari suatu pekerjaan
yang menjelaskan sifat-sifat umum dan
dicerminkan dalam persepsi oleh yang
mengerjakan (pegawai), kesiapan
menta l yang d ipengaruhi o leh
pengalaman seseorang terhadap obyek
dan situasi yang berhubungan. Indikator
ini dijabarkan ke dalam item-item yang
t e r d i r i d a r i A n e k a
kecakapan/ketrampilan , Identitas
tugas, Otonomi, Umpan balik
Variabel Karakteristik Organisasi definisikan
sebagai dimensi organisasi yang akan
mempengaruhi tindakan dan kesadaran tiap
pegawai dalam aktivitas sehari-hari saat bekerja,
Swasto (1997 : 6). Variabel ini dijabarkan
kedalam item-item yang terdiri dari : Kultur,
Persepsi, Kerja sama, Gaya kepemimpinan,
Peraturan dan kebijaksanaan
Variabel Tergantung : Prestasi Kerja Pegawai.
Sebagaimana uraian sebelumnya variabel
tergantung dalam penelitian ini direduksikan dari
konsep prestasi kerja yang didefinisikan sebagai hasil
kerja terbaik yang telah dicapai karyawan sesuai
dengan standar yang ditetapkan dalam kurun waktu
tertentu. Berdasarkan definisi ini :
Indikator Hasil Kerja.
Hasil kerja, yaitu hasil kerja senyatnya yang
diperoleh pegawai dan merupakan hasil kerja optimal
yang bisa diraih dari standar dan waktu yang telah
ditentukan. Indikator ini diukur :
31Wiwin Indahyani &Rita Mutiarni,
PT. Suzuki Finance Indonesia Cabang Surabaya "
Hubungan Antara Motivasi Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Pada
Y = â0 + â1X1 + â2X2 + â3X3 + e
Dimana :
Y
: Motivasi
X1
: Karakteristik Individu
X2 : Karakteristik Pekerjaan
X3
: Karakteristik Organisasi
â0
: Konstanta
â1, â2, â3 : Koefisien Regresi
e : Galat
HASIL PENELITIAN, ANALISA DAN
PEMBAHASAN.
Analisis Data Dan Intepretasi
Analisis Regresi Berganda Pengaruh Variabel
Motivasi yang terdiri dari Karakteristik Individu
(X1), Karakteristik Pekerjaan (X2) dan
Karakteristik Organisasi (X3) Terhadap Prestasi
Kerja (Y).
Sebagaimana telah dirumuskan sebelumnya
bahwa dalam, penelitian ini hipotesisnya adalah :
1). Ada pengaruh yang signifikan antara motivasi
terdiri dari karakteristik individu (X1),
karakteristik pekerjaan (X2), karakteriktik
organisasi (X3) secara simultan terhadap prestasi
kerja (Y).
2). Ada pengaruh yang signifikan dari masing-
masing motivasi yang terdiri dari karakteristik
individu (X1), karakterikstik pakerjaan (X2),
karakteristik organisasai (X3) secara parsial
terhadap prestasi kerja (Y)
Pengujian dilakukan denghan tingkat
kepercayaan 95% atau signifikansinya 0,05. Untuk
menguji kebenaran hipotesis tersebut digunakan
analisis regresi linier. Pada analisi regresi linier akan
dilakukan uji serentak atau uji F serta uji parsial atau
uji t.
1. Kualitas/mutunya bagus yaitu : halus,
teliti, bersih dan hemat.
2. Kualitas kerjanya tinggi meliputi :
kecepa tan , ke tepa tan waktu ,
banyaknya keahlian yang dimiliki.
3. Pengetahuan tentang pekerjaan antara
lain : pemahanan prosedur kerja,
perencanaan pekerjaan yang jeli, dan
ketekunan dalam pelaksanaan kerja.
Indikator Produktivitas.
Produktivitas adalah suatu ukuran kinerja
yang mencakup keefektifan dan kefeisienan.
Keefektifan adalan pencapaian tujuan/target
sedangkan efisiensi merupakan rasio dari keluaran
efektif terhadap masukkan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan itu. Jadi hubungan antara hasil
nyata/fisik berupa barang atau jasa dari suatu tujuan
yang dicapai dengan mentransfer masukan ke luaran
dengan biaya paling rendah. Dengan demikian
merupakan perbandingan antara totalitas pengeluaran
pada waktu tertentu dibagi totalitas masukan selama
periode tersebut. indikator ini terdiri dari item-item
sebagai berikut : Kecapakan yaitu kemampuan ,
kesanggupan melaksanakan tugas hingga tugas
tuntas, Ketrampilan yaitu kecekatan dalam
memanfaatkan sarana yang ada antara lain adaptif,
komunikatif, koordinatif, delegatif, kepemimpinan
dan pengambilan keputusan, Pengalaman yang luas
ditandai dari banyaknya inisiatif dan kreatifitas.
Indikator Perubahan Perilaku.
Perubahan perilaku ialah berubahnya
perilaku yang semakin baik diwujudkan dalam item
penampilan kerja yang mengesankan dan
mencerminkan nilai tertinggi terhadap semua kreteria
tersebut diatas yang dapat diukur dari : semangat kerja
yang tinggi, rajin, berkepribadian yang kuat (jujur,
sopan, ramah), mandiri, percaya diri, berani
mengambil keputusan, berani menanggung resiko,
efisien dan efektif.
Metode Analisis Data.
Untuk hipotesa satu digunakan analisis Regresi
Linear Berganda dengan rumus sebagai berikut :
Tabel 4.5Hasil Analisis Regresi Variabel Karakteristik Individu, Pekerjaan
dan Organisasi Terhadap Prestasi
Variabel
B
Beta r2 Tersebut Prob.
X1
0,234
0,387
0,2381 4,184 0,000
X2
0,784
0,532
0,3709 5,750 0,000
X3
-0,112
-0,109
0,0262 -1,226 0,225
(Const.) -7,267 -2,250 0,028
Multiple R 0,752
R2 –Adj 0,542F 24,300Prob 0,000Ftabel 2,770Ttabel 2,000
Sumber : Data primer diolah. (Juni, 200 8)
32 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa
nilai F hitung sebesar 24,300 dengan angka
probabilitasnya sebesar 0,000 (p< 0,05). Sedangkan
multiple R mempunyai nilai sebesar 0,752 yang
menunjukkan adanya hubungan yang cukup kuat
antara variabel karakteristik individu (X1),
karakteristik pekerjaan (X2), karakteristik organisasi
(X3) terhadap prestasi kerja (Y). Variasi perubahan
nilai variabel prestasi kerja (Y), dapat dijelaskan oleh
seluruh variabel bebas; karakteristik individu (X1),
karakteristik pekerjaan (X2), karakteristik organisasi
(X3), yang ditunjukkan dengan koefisien determinasi 2
(R -Adj) sebesar 0,542, dan sebesar 0,458 dipengaruhi
oleh variabel lain. Atau dapat dikatakan bahwa
proporsi kemampuan variabel-variabel karakteristik
individu, pekerjaan dan organisasi dalam menjelaskan
keragaman variabel prestasi adalah sebesar 54,2%.
Nilai F-hitung sebesar 24,300 dengan probabilitas
0,000 menunjukkan bahwa persamaan regresi yang
didapat, secara statistik terbukti mampu menjelaskan
keragaman motivasi. Hal tersebut dapat dibuktikan
dengan nilai probabilitas kesalahan model sebesar
0,000 adalah lebih kecil dari nilai = 0,05.
Berdasarkan hasil pengujian secara parsial
terhadap masing-masing variabel bebas dapat
diketahui :
1. Hasil analisis regresi variabel karakteristik
individu (X1) terhadap prestasi kerja (Y) pada
tabel diatas menunjukkan nilai p (0,000) < 0,05.
Ini berarti secara parsial ada pengaruh yang
signifikan antara karakteristik individu terhjadap
prestasi kerja karyawan pada taraf signifikansi 2
95%. Nilai Koefisien determinasi parsial (r )
untuk variabel karakteristik individu adalah
sebesar 0,2381, hal ini memberikan makna
bahwa variasi perubahan nilai prestasi kerja (Y)
dapat dijelaskan oleh variabel karakteristik
individu (X1) sebesar 0,2381. Sedangkan nilai
koefisien regresi (B) pada variabel karakteristik
individu (X1) sebesar 0,234 menunjukkan
bahwa bila X1 dinaikkan satu satuan, maka
prestasi kerja (Y) akan meningkat sebesar 0,234,
dengan asumsi variabel lain konstan. Tingkat
keberartian pengaruh variabel karakteristik
individu terhadap variabel prestasi secara
statistik diuji dengan menggunakan uji-t.
Berdasarkan hasil uji-t, variabel perbaikan
karakteristik individu (X1) secara statistik
memberikan pengaruh perubahan yang
signifikan terhadap prestasi. Hal ini terbukti dari
nilai t-hitung 4,184 memberikan nilai
probabilitas sebesar 0,000 adalah lebih kecil dari
nilai =0,05.
2. Hasil analisis regresi variabel karakteristik
pekerjaan (X2) terhadap prestasi kerja (Y) pada
tabel diatas menunjukkan nilai p (0,000) < 0,05.
Ini berarti secara parsial ada pengaruh yang
signifikan antara karakteristik individu terhadap
prestasi kerja karyawan pada taraf signifikansi 295%. Nilai Koefisien determinasi parsial (r )
untuk variabel karakteristik pekerjaan (X2)
adalah sebesar 0,3709, hal ini memberikan
makna bahwa variasi perubahan nilai prestasi
kerja (Y) dapat dijelaskan oleh variabel
karakteristik pekerjaan (X2) sebesar 0,2381.
Sedangkan nilai koefisien regresi (B) pada
variabel karakteristik pekerjaan (X2) sebesar
0,784. Hal ini menunjukkan bahwa bila X2
dinaikkan satu satuan, maka prestasi kerja (Y)
akan meningkat sebesar 0,784. Tingkat
keberartian pengaruh variabel karakteristik
pekerjaan terhadap variabel prestasi secara
statistik diuji dengan menggunakan uji-t.
Berdasarkan hasil uji-t, variabel karakteristik
pekerjaan (X2) secara statistik memberikan
pengaruh perubahan yang signifikan terhadap
prestasi. Hal ini terbukti dari nilai t-hitung 5,750
memberikan nilai probabilitas sebesar 0,000
adalah lebih kecil dari nilai =0,05.
3. Hasil analisis regresi variabel karakteristik
organisasi (X3) terhadap prestasi kerja (Y) pada
tabel diatas menunjukkan nilai p (0,225) > 0,05.
Ini berarti secara parsial tidak ada pengaruh yang
signifikan antara karakteristik individu terhadap
prestasi kerja karyawan pada taraf signifikansi 2
95%. Nilai Koefisien determinasi parsial (r )
untuk variabel karakteristik individu adalah
sebesar 0,0262, hal ini memberikan makna
bahwa variasi perubahan nilai prestasi kerja (Y)
dapat dijelaskan oleh variabel karakteristik
organisasi (X3) hanya sebesar 0,0262.
Sedangkan nilai koefisien regresi (B) pada
33Wiwin Indahyani &Rita Mutiarni,
PT. Suzuki Finance Indonesia Cabang Surabaya "
Hubungan Antara Motivasi Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Pada
variabel karakteristik organisasi (X3) sebesar -
0,112 menunjukkan bahwa bila X1 dinaikkan
satu satuan, maka prestasi kerja (Y) belum dapat
menaikkan prestasi kerja. Tingkat keberartian
pengaruh variabel karakteristik organisasi
terhadap variabel prestasi secara statistik diuji
dengan menggunakan uji-t. Berdasarkan hasil
uji-t, variabel karakteristik organisasi (X3)
secara statistik memberikan pengaruh perubahan
yang tidak signifikan terhadap prestasi. Hal ini
terbukti dari nilai t-hitung 1,226 memberikan
nilai probabilitas sebesar 0,225 adalah lebih
besar dari nilai =0,05..
4. Menentukan pilihan diantara variabel-variabel
karakteristik individu, karakteristik pekerjaan
dan karakteristik organisasi sebagai sebuah
keputusan terhadap variabel yang paling
dominan mempengaruhi prestasi digunakan
koefisien beta, yaitu koefisien regresi dari
variabel bebas yang telah dibakukan.
(Arif:1993:10). Dari hasil perhitungan di atas
dapat ditarik kesimpulan bahwa pengaruh yang
paling dominan berasal dari variabel
karakteristik pekerjaan (X2) dengan nilai beta
sebesar 0,532.
Berdasarkan analisis regresi linier ,maka dapat
dihasilkan persamaan regresi sebagai berikut :
Y= -7,267 + 0,234 + 0,784 + -0,112 x1 x2 x3
Dapat dijelaskan bahwa konstanta sebesar
–7,267, artinya bahwa jika tidak ada Xi, maka
prestasi kerja pegawai sebesar 7,267.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Setelah dilakukan pengujian terhadap hasil
perhitungan statistik dapat dibuktikan
bahwa hipotesa dapat diterima yaitu :
terdapat korelasi antara motivasi kerja
dengan prestasi kerja pegawai.
2. Setelah dilakukan pengujian terhadap 18
item yang mempengaruhi motivasi kerja ada
10 item yang dianggap lemah oleh para
pegawai yaitu :
a) Karakteristik Individu (X1) terdiri dari
penyediaan pakaian seragam kerja,
pemberian uang sewa rumah, jaminan
keamanan, penghargaan oleh pimpinan
dan rekan, ingin menghasilkan
peke r j aan seba ik -ba iknya dan
keberadaan diakui kawan dan atasan.
b) Karakteristik Pekerjaan (X2) terdiri dari
Paham prosedur, rencana, tekun,
meneliti hasil, bebas berinisiatif asal
tidak menyalahi peraturan; dan
Pimpinan memberikan informasi hasil
kerja
c) Karakteristik Organisasi (X3) terdiri
dari sistem penggajian sudah baik,
pengembangan promosi sudah efektif;
dan pedoman penyelesaian tugas
Penyebab utama adalah kurangnya perhatian
PT. Suzuki Finance Indonesia terhadap ke 10
item tersebut diatas antara lain adalah faktor
kepemimpinan yang lemah, terbatasnya
sarana dan prasarana kerja pegawai.
3. Secara umum Teori Motivasi baik dari
kelompok Teori Pemuas Kebutuhan dan Teori
Proses keduanya sesuai digunakan sebagai
landasan untuk menetapkan kebijaksanaan
pembinaan pegawai terutama dalam
memotivasi prestasi kerjanya.
Saran
1. Untuk mengurangi kelemahan pimpinan tersebut
disarankan adanya kehendak yang baik dan
kemauan yang dan kemauan yang baik dari
pimpinan untuk membenahi 10 item yang
dianggap lemah oleh pegawai dengan cara
mentaati ketentuan perundang-undangan yang
ber laku dan memperhat ikan ps ikologi
kepegawaian.
2. Secara khusus 10 item yang dianggap lemah oleh
pegawai dapat diperbaiki dengan cara antara lain :
a. Pengaturan insentif disarankan agar PT. Suzuki
Finance Indonesia memiliki sistem pemberian
insentif didasarkan atas prestasi kerja.
b. Lebih meningkatkan penghargaan terhadap
tingkat pendidikan, pengalaman, keterampilan,
kecakapan pegawai dengan menerapkan asas the
right man and the right place.
c. Pengakuan terhadap prestasi kerja agaknya
34 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008
mendapat sorotan tajam dari para pegawai. Oleh
karena itu perwujudan pengakuan eksistensui,
potensi dan prestasi melalui pelaksanaan promosi
yang obyektif menjadi tuntutan kebutuhan dari
para pegawai utamanya level pimpinan tingkat
bawah mengingat latar belakang pendidikan
mereka yang memadai.
d. Penilaian terhadap pelaksanaan kerja hendaknya
berfungsi sebagai umopan balik yang positif bagi
pegawai. Selain itu perlu disampaikan hasil
penilaian secara terbuka dan rasional kepada
pegawai yang bersangkutan. Kecuali itu perlu
disusn program perencanaan, pembianan, dan
pengembangan pegawai sedikitnya 1 tahun yang
akan datang, atau 5 tahun kemudian, yang benar-
benar konsekuen, ditaati dan dapat dipercaya.
e. Sikap pimpinan dipengaruhi oleh kepribadian
seseorang oleh karena itu sulit diubah, namun
demik ian kepemimpinan yang e fek t i f
mensyaratkan sifat keramahan, tenggang rasa,
penuh perhatian, yang dapat diubah dan dipelajari.
D A F T A R P U S T A K A
Arikunto, Suharsimi, 1992. Prosedur Penelitian :
Suatu Pendekatan Praktik. Cetakan
kedelapan. Edisi revisi. Rineka Cipta. Jakarta.
Agus, Dharma, 1985. Manajemen Prestasi Kerja.
Edisi Pertama. Rajawali. Jakarta
Bambang, Soepeno, 1992. Statistik Terapan. Cetakan
kelima. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta
Dessler, Gary, 1992, Manajemen Personalia, Edisi
Ketiga, Terjemahan, Penerbit Airlangga,
Jakarta
Djarwanto PS dan Pangestu Subagyo, 1993. Statistik
Induktif. Edisi Keempat. Cetakan pertama.
BPFE. Yogyakarta.
Flippo, Edwin B. 1992. Personnel Management.
Terjemahan Manajemen Personalia. Alih
Bahasa : Moh. Masud. Edisi Keenam. Jilid I.
Erlangga. Jakarta.
Faisal, Sanapiah, 1989. Penelitian Sederhana.
Yayasan Asih Asah Asuh. Malang.
Gibson James L dan Ivancevich John M dan Donnely
James H. Jr 1989 Organizations. Terjemahan
Organisasi dan Manajemen : Perilaku,
Struktur, Proses. Alih Bahasa : Savitri,
Soekrisno dan Agus Dharma. Jilid 2. Edisi
Kelima. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Handayani R. S. 1994 Kajian Tentang Kualitas
Sumber Daya Manusia Peranannya Dalam
Pelaksanaan Pengawasan Melekat, Tesis,
Program Pasca Sarjana Universitas Pajajaran.
Bandung.
Hersey, Paul dan Kenneth H. Blanchard, 1992.
Management Organization Behavior And
Human Resources Usage. Terjemahan.
Manajemen Perilaku Organisasi dan
Pendayagunaan Sumberdaya Manusia. Alih
Bahasa : Agus Dharma. Erlangga. Jakarta.
Handoko, T. Hani. 1986. Manajemen Sumber Daya
Manusia. BPFE. Yogyakarta.
Handoko, T. Hani. 1986. Manajemen Personalia dan
Sumber Daya Manusia. Edisi kedua. Cetakan
kelima. BPFE. Yogyakarta.
Hasibuan, Melayu. SP, 1991.Manajemen Sumber
Daya Manusia. Rajawali Jakarta.
Islamy, M. Irfan, 1996. Perilaku Kekuasaan
Pemimpin Lokal. Disertasi Program Pasca
Sarjana Universitas Arlangga. Surabaya.
I s l amy, M. I r f an , 1995 . Power Da lam
Kepemimpinan, Materi Short Course
Kepemimpinan Eksekutif, FIA Unibraw.
Malang
Islamy, M. Irfan, 1995. Motivasi dan kepemimpinan.
FIA. Unibraw. Malang
35
Isaac, Stephen. 1992. Handbook In Reseach And
Evaluation. William B. Michael. Edits. San
Diego.California.
Kenneth. N. Wexley and Gery A. Yuki. Richard. 1997.
Organizational Behavior and Personnel
Psychology. D. Irwin Inc. Homewood. Illionis.
60430. Irwin. Dorsey. L.Limited. First.
Printing. Georgetown. Ontario. L7G4B3. USA
Kerlinger, Fred. N. 1995. Foundation of Behavioral
Research. Third Edition. Edisi Bahasa
Indonesia : Asas-Asas Penelitian Behavioral.
Penterjemah. Simatupang Landung. R. Editor J.
Koesoemanto. Cetakan keempat. Gajah Mada
University Press Yogyakarta.
Nadler and Leonard, 1990. Human Resource
Development, The Handbook of Human
Resource Development. Leonard & Zeace
Nadler (ed). Second edition. John Wiley & Sons
Inc. Canada
Nitisemito, Alex S, 1989, Manajemen Suatu Dasar
Dan Pengantar. Edisi Revisi Kedua. Ghalia
Indonesia. Jakarta.
Roethlisberger, F.J, 1991. Management And Morale.
Terjemahan Manajemen Dan Moril Pekerja.
Alih Bahasa : JaRDANIS b. Aksara Baru.
Jakarta.
Robbin, Stephen P. 1996. Organizational Behavior :
Conseps, Controversies, Applications. Seventh
Edition. Edisi Bahasa Indonesia. Perilaku
Organisasi : Konsep Kontroversi, Aplikasi.
Alih Bahasa : Pujaatmaka. Hadyana
Penyunting Benyamin Molan. Jilid dua.
Prehalindo. Jakarta.
Siagian, Sondang P. 1987. Organisasi dan
Manajemen. Gramedia. Jakarta.
Simamora, Henry, 1995, Manajemen Sumber Daya
Manusia, Cetakan Pertama, Penerbit Bagian
Penerbitan STIE YKPN, Yogyakarta
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, 1985.
Metode Penelitian Survei. LP3ES. Jakarta.
Sudjana. 1992. Metode statistika. Tarsito. Bandung.
Sujak, Abi, Kepemimpinan Manajer : Konsep Dasar
dan Implikasi. Cetakan kelima, Rajawali,
Jakarta. 1990
Sugiyono, 1990, Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta.
Bandung.
Swasto , Bambang 1996. Pengembangan
Sumberdaya Manusia, Pengaruhnya
Terhadap Kinerja dan Imbalan. FIA dan
FAPET Universitas Brawijaya Malang.
Strauss, George. 1986. Personnel Management.
Terjemahan. Segi Manusia Dan Organisasi
Manajemen Personalia. Alih Bahasa : Ny.
Grace. M. Hadi Kusuma dan Ny. Rochmulyati
Hamzah. Cetakan Pertama. Edisi Revisi
Penerbit. IPPM dan PT. Pustaka. Binaman.
Presindo. Jakarta.
Timpe, A. Dale. 1993. Motivation of Personnel.
Terjermahan. Seri Ilmu dan Seri Manajemen
Bisnis. Memotivasi Pegawai. Alih Bahasa :
Soesanto Budidharma. PT. Gramedia Asri
Media. Jakarta.
Terry, George. R. 1980. Motivasi dan Organisasi
Perkantoran . ANS. Jakarta.
Widjaja, A. W. 1995. Administrasi Kepegawaian
Suatu Pengantar. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Walizer, Michael H. 1993. Research Methods And
Analysis Searching For Relationships. Terjemahan
Metode Dan Analisis Penelitian.
36 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008
PENGARUH PENGUMUMAN DEVIDEN TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTURDI BURSA EFEK INDONESIA
Dwi Ermayanti S
AbstractInvesting in stock exchange is a chance to improve wealth because it can offer high return compare with bank deposit commonly call dividend that is profit sharing for stock holder. To know how much return the stock holder has, they can get the information from dividend statement. This statement also has function as indicator of company in the future.
Keywords: Stock, dividend statement
Selama l ima tahun terakhir kiner ja
perekonomian Indonesia menunjukkan trend
pertumbuhan yang membaik. Perkembangan
perekonomian Indonesia yang positif tersebut secara
tidak langsung berpengaruh terhadap kegiatan
investasi di Pasar modal Indonesia. Faktor-faktor
ekonomi makro secara empiris terbukti mempunyai
pengaruh terhadap perkembangan investasi di
beberapa negara. Bagi investor, berinvestasi di pasar
modal merupakan kesempatan untuk meningkatkan
kekayaannya karena berinvestasi di pasar modal
menawarkan tingkat pengembalian (return) yang
cenderung lebih tinggi dibandingkan deposito
perbankan dan memungkinkan investor untuk
memilih investasi sesuai dengan preferensi mereka.
Tingkat pengembalian (return) yang diharapkan oleh
investor dalam melakukan investasinya berupa : 1)
Capital Gain, yaitu keuntungan penjualan saham
akibat selisih dari harga jual saham dengan harga
belinya, (Jogiyanto, 2000:101). 2) Devidend, yaitu
pembagian keuntungan kepada pemegang saham PT
yang sebanding dengan jumlah lembar yang dimiliki,
(Zaki Baridwan, 2000:434). Pada setiap pengambilan
keputusan investasi, investor dihadapkan pada
keadaan ketidakpastian atau risiko. Seorang investor
tidak mengetahui dengan pasti hasil yang akan
diperoleh dari investasi yang dilakukannya. Hal ini
mendorong investor yang rasional untuk selalu
mempertimbangkan risiko dan tingkat pengembalian
yang diharapkan dari setiap sekuritas. Apabila
pemodal mengharapkan untuk memperoleh tingkat
keuntungan yang tinggi, maka dia harus bersedia
menerima risiko yang tinggi pula. Adapun risiko yang
m u n g k i n a k a n d i h a d a p i i n v e s t o r y a n g
menginvestasikan dananya dalam bentuk saham,
antara lain berupa : penurunan harga saham (Capital
Loss), deviden yang sangat rendah atau bahkan tidak
menerima deviden, dan lain-lain. Keputusan investasi
di pasar modal memerlukan berbagai macam
informasi. Terdapat berbagai jenis informasi di pasar
modal, salah satu tipe informasi tersebut adalah
pengumuman deviden. Pengumuman deviden
menggambarkan sejumlah uang yang akan diperoleh
para pemegang saham untuk setiap lembar saham
yang dimiliki. Oleh karena itu pengumuman deviden,
yang kemudian dapat dihitung lebih lanjut untuk
mengetahui besarnya perubahan jumlah deviden bila
dibandingkan dengan periode sebelumnya. Informasi
ini diharapkan akan menstimulasi reaksi para
pemegang saham yang nampak dalam bentuk
perubahan harga saham. Jika harga saham yang
terbentuk di pasar lebih besar dari harga saham yang
diharapkan, maka hal tersebut akan menghasilkan
abnormal return
Pasar Modal
Pada dasarnya pasar modal (Capital Market)
merupakan pasar untuk berbagai instrument keuangan
jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik
dalam bentuk utang ataupun modal sendiri, kalau
pasar modal merupakan pasar untuk surat berharga
jangka panjang, maka pasar uang (money market)
pada sisi yang lain merupakan pasar surat berharga
jangka pendek. Peranan pasar modal dalam suatu
perekonomian negara adalah sebagai berikut Fungsi
Tabungan (Savings Function), Fungsi Kekayaan
Dwi Ermayanti S , Dosen STIE PGRI Dewantara Jombang
37
(Wealth Function), Fungsi Likuiditas (Liquidity
Function) Fungsi Pinjaman (Credit Function)
Saham
Saham dapat didefinisikan sebagai tanda
penyertaan atau kepemilikkan seseorang atau badan
dalam suatu perusahaan atau Perseroan Terbatas (PT).
Wujud saham adalah selembar kertas yang
menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah
pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga
tersebut serta menunjukkan hak pemodal untuk
memperoleh bagian prospek dari kekayaan
perusahaan yang menerbitkan sekuritas tersebut.
Jenis-Jenis Saham
Ada beberapa sudut pandang yang membedakan
saham, yang diwujudkan dalam beberapa kategori
sebagai berikut :
a. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih
atau klaim, maka saham terbagi atas : Saham
Biasa (Common Stock) dan Saham Preferen
(Preferred Stock).
b. Dilihat dari cara peralihannya saham dapat
dibedakan atas Saham Atas Unjuk (Bearer
Stock) dan Saham Atas Nama (Registered
Stocks)
c. Ditinjau dari kinerja perdagangan, maka saham
dapat dikategorikan atas: Blue-Chips Stocks,
Income Stocks, Emiten
Penilaian Saham
Ada dua macam analisis yang banyak digunakan
untuk menentukan nilai sebenarnya dari saham, yaitu :
Analisis Fundamental, ada dua cara pendekatan
untuk menghitung nilai intrinsik saham, yaitu dengan
pendekatan nilai sekarang (present value approach)
dan pendekatan PER (P/E ratio approach).
Pendekatan nilai sekarang juga disebut dengan
metode kapitalisasi laba (capitalization of income
method) karena melibatkan proses kapitalisasi nilai-
nilai arus kas (cash flow) masa depan yang
didiskontokan menjadi nilai sekarang. Salah satu
pendekatan yang menggunakan nilai laba perusahaan
untuk mengestimasikan nilai intrinsik adalah
pendekatan PER (Price Earning Ratio) yang disebut
juga dengan earning multiplier. Analisis Teknikal,
didasarkan pada anggapan bahwa harga suatu
sekuritas akan ditentukan oleh penawaran dan
permintaan terhadap sekuritas tersebut. Analisis
teknikal didasarkan pada beberapa asumsi dasar,
yaitu : Penawaran dan permintaan harga sekuritas
yang akan ditentukan oleh interaksi antara penawaran
dan permintaan, Sekuritas itu sendiri dipengaruhi oleh
banyak faktor, baik yang rasional maupun irrasional,
Perubahan harga sekuritas condong bergerak pada
satu arah tertentu (trend), Pergeseran panawaran dan
permintaan sekuritas akan mempengaruhi arah
perubahan harga.
Investasi
Menurut Sunariyah (2000:4), pengertian investasi
adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva
yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama
dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-
masa yang akan datang. Keputusan penanaman modal
tersebut dapat dilakukan oleh individu atau suatu
entitas yang mempunyai kelebihan dana. Investasi
dalam arti luas terdiri dari 2 (dua) bagian utama, yaitu :
investasi dalam bentuk aktiva riil (real asset), seperti
emas, intan, barang-barang seni, real estate, dan
investasi dalam bentuk surat-surat berharga atau
sekuritas (marketable securities atau financial
assets), seperti surat-surat berharga yang pada
dasarnya merupakan klaim atas aktiva riil yang
dikuasi oleh suatu entitas.
Jenis-Jenis Investasi
Menurut Sunariyah (2000:4), pemilikan aktiva
finansial dalam rangka investasi pada sebuah institusi
atau perusahaan dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara,
yaitu :
a) Investasi Langsung (Direct Investing) Diartikan
sebagai suatu pemilikan surat-surat berharga secara
langsung dalam suatu institusi atau perusahaan yang
secara resmi telah go public dengan harapan akan
mendapatkan keuntungan berupa penghasilan
devidend dan capital gain, dan b) Investasi Tidak
Langsung (Indirect Investing) Investasi tidak
langsung terjadi bila surat-surat berharga yang
dimiliki diperdagangkan kembali oleh perusahaan
investasi (investment company) yang berfungsi
sebagai perantara (intermediary). Dalam peranannya
sebagai investor tidak langsung, pedagang perantara
(pialang) mendapatkan devidend atau capital gain
38 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008
seperti halnya dalam investasi langsung, selain itu
juga akan memperoleh penerimaan berupa capital
gain atas hasil perdagangan portofolio yang dilakukan
oleh perusahaan perantara tersebut.
Keuntungan Investasi Dalam Bentuk Saham
Menurut Pandji dan Piji (2001:54), pada dasarnya ada
tiga keuntungan yang diperoleh investor yang
melakukan investasi, yaitu : 1) Capital Gain yaitu
bagian dari keuntungan perusahaan yang dibagikan
kepada pemilik saham, 2) Devidend yaitu keuntungan
yang diperoleh dari selisih harga jual dengan harga
beli dan Manfaat Non Finansial yaitu timbulnya
kebanggaan dan kekuasaan memperoleh hak suara
dalam menentukan jalannya perusahaan.
Risiko Investasi.
Menurut Pandji dan Piji (2001:78), dalam
melaksanakan investasi, investor diharapkan
memahami adanya risiko, antara lain sebagai berikut :
1) Risiko Finansial, yaitu risiko yang diterima oleh
investor akibat dari ketidakmampuan emiten saham
memenuhi kewajiban pembayaran deviden atau
bunga serta pokok investasi. 2) Risiko Pasar yaitu
risiko akibat menurunnya harga pasar substansial baik
keseluruhan saham maupun saham tertentu akibat
perubahan tingkat inflasi ekonomi, keuangan negara,
perubahan manajemen perusahaan, atau kebijakan
pemerintah. 3) Risiko Psikologis yaitu risiko bagi
investor yang bertindak secara emosional dalam
menghadapi perubahan harga saham berdasarkan
optimisme dan pesimisme yang dapat mengakibatkan
kenaikan dan penurunan harga saham. Jika banyak
investor yang membeli saham melebihi supply yang
tersedia dalam pasar maka akan mendorong harga
keseluruhan semakin meningkat, keadaan ini dikenal
dengan nama “bullmarket”. Sedangkan apabila
banyak investor menjual sahamnya sehingga
mendorong harga yang makin menurun disebut
“bearmarket”.
Deviden
Menurut Zaki Baridwan (2000:434), deviden
diartikan sebagai pembagian keuntungan kepada
pemegang saham PT yang sebanding dengan jumlah
lembar yang dimiliki. Biasanya deviden dibagikan
dengan interval waktu yang tetap, tetapi kadang-
kadang diadakan pembagian deviden tambahan pada
waktu yang bukan biasanya. Apabila deviden-deviden
yang dibagikan berbentuk selain uang tunai maka
akan dicatat dengan judul yang sesuai. Jika digunakan
istilah deviden saja, maka yang dimaksudkan adalah
deviden kas.
Bentuk-Bentuk Deviden
Menurut pendapat Zaki Baridwan (2000:434),
deviden yang dibagi oleh perusahaan bisa mempunyai
beberapa bentuk sebagai berikut : Deviden Kas,
Deviden Aktiva Selain Kas (Property Devidends),
Deviden Utang (Scrip Devidens), Deviden Likuidasi
dan Deviden Saham
Hubungan Deviden dengan Saham
Pembayaran deviden selalu diikuti oleh kenaikkan
harga saham. Sedangkan penurunan deviden akan
diikuti dengan penurunan harga saham. Kenyataan ini
menunjukkan bahwa investor secara keseluruhan
lebih menyukai pembayaran devidend daripada
capital gain, karena deviden mempunyai risiko yang
lebih kecil daripada capital gain (Brigham dan
Gapenski, 1993) yang dikutip oleh Suhartatik
(2005:27). Karena perubahan cenderung enggan
untuk menurunkan tingkat deviden mereka, sehingga
perusahaan hanya akan meningkatkan deviden
apabila prospek keuntungan di masa yang akan datang
lebih baik atau paling tidak stabil.
Hasil Empiris Studi Peristiwa (Even Study)
Pemecahan Saham (Stock Split) adalah memecah
selembar saham menjadi banyak lembar saham.
Secara umum stock split merupakan pemecahan nilai
saham ke dalam nilai nominal yang lebih kecil
sehingga jumlah lembar saham yang beredar
meningkat, (Agus Sartono, 1997:259).
Right Issue merupakan hak untuk memesan saham
baru yang akan dikeluarkan oleh emiten. Rights ini
diberikan cuma-cuma dan diprioritaskan kepada
pemegang saham biasa untuk memesan saham baru.
Pada umumnya tujuan rights issue adalah untuk
menghimpun dana segar yang akan digunakan untuk
ekspansi usaha, membayar pinjaman, atau untuk
modal kerja. Beberapa tujuan lainnya adalah untuk
meningkatkan porsi kepemilikan pemegang saham,
atau untuk meningkatkan jumlah saham beredar
sehingga lebih likuid perdagangannya.
39Dwi Ermayanti S , PPada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia
engaruh Pengumuman Deviden Terhadap Return Saham
Penawaran Perdana (Initial Public Offering atau
IPO) Perusahaan yang pertama melemparkan
sahamnya ke pasar saham disebut melakukan
penawaran perdana (IPO). Karena harga pasar
sekuritas sebelumnya tidak diketahui, maka laporan
keuangan yang disertakan di dalam prospektus
merupakan informasi yang berguna untuk
memperkirakan harga sekuritas tersebut
Pengumuman Deviden
Miller dan Modigliani (1961) dalam buku (Jogiyanto,
2000:403), menunjukkan bahwa deviden sifatnya
adalah tidak relevan di dalam menentukan nilai dari
perusahaan. Jika hal ini benar, pertanyaannya adalah
mengapa masih banyak perusahaan yang membayar
deviden, bahkan meningkatkan nilai devidennya.
Hasil studi-studi tentang apakah deviden
mengandung informasi yang berguna untuk pasar juga
menghasilkan kesimpulan yang masih bercampur.
METODOLOGI PENELITIAN
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Pengumuman Deviden merupakan pengumuman
yang menggambarkan sejumlah keuntungan yang
akan diperoleh para pemegang saham untuk setiap
lembar saham yang dimiliki. Adapun item dari
pengumuman deviden itu sendiri, yaitu : Harga Saham
(X ) adalah harga yang tercantum pada setiap lembar 1
saham dan Reaksi Pasar (X ) adalah reaksi yang 2
ditunjukkan oleh para pemegang saham sehingga
mengakibatkan perubahan pada harga saham.
Return Saham (Y) adalah tingkat keuntungan yang
diperoleh untuk setiap lembar saham yang dimiliki.
Adapun metode-metode yang digunakan dalam
menghitung return saham, yaitu sebagai berikut : 1)
Model Pasar (Market Model) Merupakan
perhitungan return ekspektasi dengan model pasar
(market model) ini dilakukan dengan dua tahap, yaitu
membentuk model ekspektasi dengan menggunakan
data realisasi selama periode estimasi dan
menggunakan model ekspektasi ini untuk
mengestimasi return ekspektasi di periode jendela.
E (R ) = á + ß . RM + eit i i t it
Persamaan market model di atas merupakan regresi
linier yang diperoleh dengan meregresikan R dan Ri m
untuk memperoleh dan selama periode estimasi,
sebagai berikut :
1. Actual Return , adalah return sesungguhnya atau return yang
telah terjadi.
Rit
= 1it
1itit
P
PP
-
--
2.
Return Pasar atau Return Market
adalah Return Indeks Pasar.
Rmt
= 1t
1tt
IHSG
IHSGIHSG
-
--
3.
b
= Merupakan pengukuran resiko sistematik (systematic
risk) dari suatu sekuritas terhadap resiko pasar.
ßi =( )()()()()åå
å åå-
-2
m
2
m
mm1
RRn
RRIR.R.n
ái =n
R.R m1ååb-
Return Tidak Normal (Abnormal Return)
Ada selisih antara return sesungguhnya yang terjadi
dengan return ekspektasi atau dengan return
sesungguhnya yang diharapkan (Expected Return).
RTN , = R – E(R )i t i,t i,t
Rata-Rata Tidak Normal
RRTNt = k
t,RTNik
1i
å=
Metode-metode di bawah ini dilakukan untuk
mengetahui pengaruh pengumuman deviden terhadap
return saham. Adapun langkah-langkah yang
dilakukan dalam analisis data ini adalah sebagai
berikut : 1) Menghitung Market Model sebelum dan
sesudah pengumuman deviden, Merupakan
perhitungan return ekspektasi dalam membentuk
model ekspektasi dengan menggunakan data realisasi
selama periode estimasi dan untuk mengestimasi
return ekspektasi diperiode jendela, 2) Menghitung
Abnormal Return sebelum dan sesudah pengumuman
deviden, Merupakan selisih antara return
sesungguhnya terjadi dengan return ekspektasi atau
dengan return sesungguhnya yang diharapkan
(Expected Return) dan 3) Menghitung Rata-Rata
Return Tidak Normal sebelum dan sesudah
pengumuman deviden. Merupakan pengujian dari
adanya abnormal return yang tidak dilakukan untuk
tiap-tiap sekuritas tetapi dilakukan secara agregat
40 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008
pada seluruh sekuritas untuk tiap-tiap hari di periode
peristiwa.
Penentuan Populasi dan Sampel
Kriteria-kriteria tersebut adalah : 1) Perusahaan
Manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia, 2)
Perusahaan Manufaktur yang melakukan
pengumuman deviden selama periode tahun 2006-
2007, 3) Perusahaan tidak melakukan kebijakan lain
(stock spilt atau right issue) di sekitar jendela
pengamatan selain kebijakan pengumuman
devidennya. Jendela pengamatan adalah periode
pengamatan harian, dimana penulis mencoba
melakukan penelitian dengan data harian yaitu
periode estimasi selama 30 hari dan periode peristiwa
selama 21 hari yaitu 10 hari sebelum pengumuman
deviden, hari ke-0 sebagai saat terjadinya
pengumuman deviden dan 10 hari setelah
pengumuman deviden atau H+10 dengan alasan
bahwa diharapkan kecil kemungkinan faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi perubahan return saham
seperti mempengaruhi kondisi ekonomi, politik,
perubahan tingkat suku bunga dan lain-lain. Populasi
dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan
Manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia
yaitu sebanyak 133 perusahaan pada tahun 2006-
2007. Dengan memperhatikan kriteria tersebut,
penulis mencoba membuat rincian pengambilan
sampel sebagai berikut :
Keterangan
Tahun
2006 2007
Total perusahaan manufaktur
Perusahaan tidak mengumumkan deviden
Perusahaan yang melakukan kebijakan lain (stock split atau right issue)
133(114)
(2)
133(111)
(6)
Jumlah sampel yang digunakan 17 16
Jumlah Perusahaan Sampel
Sumber : JSX Statistics, 2006-2007
Berikut ini nama Perusahaan Manufaktur yang
mengumumkan deviden periode tahun 2006-2007,
adalah sebagai berikut :
No
Kode
Nama Perusahaan
Tanggal Pengumuman
Deviden1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
MERK
ARNA
BRAM
ALMI
SHDA
AQUA
MAPI
RMBA
JPRS
UNIC
SMSM
MLBI
AKRA
GDYR
HMSP
PT. MERCK, Tbk
PT. Arwana Citramulia, Tbk
PT. Branta Mulia, Tbk
PT. Alumuindo Light Metal Industry, Tbk
PT. Sari Husada, Tbk
PT. Aqua Golden Mississipi, Tbk
PT. Mitra Adiperkasa, Tbk
PT. Bentoel Internasional Investama, Tbk
PT. Jaya Pari Steel, Tbk
PT. Unggul Indah Cahaya, Tbk
PT. Selamat Sempurna, Tbk
PT. Multi Bintang Indonesia, Tbk
PT. AKR Corporindo, Tbk
PT. Goodyear Indonesia, Tbk
PT. HM Sampoerna, Tbk
26 April 2006
03 Mei 2006
12 Juni 2006
16 Juni 2006
19 Juni 2006
23 Juni 2006
30 Juni 2006
03 Juli 2006
07 Juli 2006
24 Juli 2006
02 Agustus 2006
10 Agustus 2006
14 Agustus 2006
21 September 2006
06 November 2006
16.
17.
18.19.20.21.22.23.24.25.26.27.28.29.30.31.32.33.
BATA
AKKU
TCIDPBRXTSPCINTPSCCOKLBFKAEFLTLSTOTOINDRMYORMTDLGGRMAUTOASIIUNVR
PT. Sepatu Bata, Tbk
PT.Anaka Kemasindo Utama, Tbk
PT.MANDOM Indonesia, TbkPT.Pan Brothers, TbkPT.Tempo Scan Pacific, TbkPT.Indocement Tunggal Praskarsa, TbkPT.SUCACO, TbkPT.Kalbe Farma, TbkPT.Kimia Farma, TbkPT.Lautan Luas, TbkPT.Surya Toto Indonesia, TbkPT.Indo-Rama Synthetics, TbkPT.Mayora Indah, TbkPT.Metrodata Electronics, TbkPT.Gudang Garam, TbkPT.Astra Autoparts, TbkPT.Astra International, TbkPT.Unilever Indonesia, Tbk
20 Desember 200627 Desember 200626 April 200727 April 200704 Mei 200707 Mei 200722 Mei 200725 Mei 200729 Mei 200705 Juni 200712 Juni 200714 Juni 200727 Juni 200728 Juni 200728 Juni 200727 September 200709 Oktober 200710 November 2007
Nama Perusahaan Sampel
Sumber : JSX Statistics, 2006-2007
Sumber Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data
sekunder yaitu data yang sudah diolah oleh pihak
perusahaan dan sudah diterbitkan dalam bentuk
laporan keuangan atau dengan kata lain data yang
tidak secara langsung diambil dari perusahaan yang
bersangkutan yaitu melalui Bursa Efek Indonesia
(BEI). Data yang diperlukan meliputi 1) Tanggal
pengumuman deviden tunai perusahaan pada periode
tahun 2006-2007, 2) Harga saham harian untuk tiap-
tiap saham perusahaan yang dijadikan sampel pada
periode tahun 2006-2007 (closing prise). 3) Indeks
Harga Saham Gabungan pada tahun 2006-2007.
Teknis Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini
menggunakan metode kuantitatif. Adapun langkah-
langkah dalam pengujian statistik adalah sebagai
berikut :
41
a. Analisis Regresi Linier Berganda
Y = â + â X + â X + e0 1 1 2 2
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Analisa Data
Perhitungan terhadap data dilakukan untuk masing-
masing perusahaan dalam periode jendela yaitu untuk
10 hari sebelum pengumuman deviden dan 10 hari
sesudah pengumuman deviden. Total abnomal return
saham dihitung satu persatu untuk masing-masing
perusahaan. Perhitungan abnormal return diperoleh
dari data actual return dikurangi dengan expected
return atau model pasar (market model). Perhitungan
return ekspektasi dengan model pasar (market model)
dilakukan dengan membentuk model ekspektasi
dengan menggunakan data realisasi selama periode
estimasi dan menggunakan model ekspektasi ini
untuk mengestimasi return ekspektasi di periode
jendela. Periode estimasi (estimation period)
umumnya merupakan periode estimasi selama 30 hari
sebelum periode jendela. Model ekspektasi dapat
dibentuk dengan menggunakan teknik regresi.
Perhitungan Harga Saham
Dalam menghitung harga saham penul is
menggunakan actual return (lampiran 3) dengan
rumus sebagai berikut :
Rit = 1it
1itit
P
PP
-
--
Hasil perhitungan rata-rata actual return untuk 33
perusahaan selama periode jendela secara
keseluruhan adalah sebagai berikut
Rata-Rata Nilai Actual Return dari Data Keseluruhan
Hari Ke- Sebelum Sesudah
0
0,002489
1
-0,023877
0,034335
2
-0,061310
0,071539
3
-0,100580
0,111844
4
-0,134959
0,132304
5
-0,160418
0,164728
6
-0,201245
0,199391
7
-0,227779
0,237320
8 -0,263972 0,267091
9 -0,296866 0,308980
10 -0,322805 0,338818
Jumlah -1,793812 1,866350
Sumber : Data Diolah 2009
Perhitungan Reaksi Pasar
Untuk menghitung reaksi pasar penulis menggunakan
return pasar atau market return (lampiran 5), dengan
rumus sebagai berikut :
Rmt = 1t
1tt
IHSG
IHSGIHSG
-
--
Hasil perhitungan rata-rata market return untuk 33
perusahaan selama periode jendela secara
keseluruhan adalah sebagai berikut :
Hari Ke- Sebelum Sesudah
0 0.0069771 -0.026622 0.033111
2
-0.065609
0.069817
3
-0.099219
0.104882
4
-0.133479
0.138647
5
-0.162098
0.167678
6
-0.194447
0.198925
7
-0.235396
0.236155
8
-0.269726
0.264537
9
-0.294977
0.302905
10 -0.326526 0.302905
Jumlah
-1.808100
1.819561
Rata-Rata Nilai Market Return dari Data Keseluruhan
Sumber : Data Diolah 2009
Dari hasil perhitungan tabel diatas terlihat bahwa
market return saham rata-rata sebelum pengumuman
deviden cenderung negatif. Pada hari ke 0, market
return telah mengalami kenaikkan dan sesudah
pengumuman deviden rata-rata market return hampir
sebagian besar saham mengalami kenaikan. Hal ini
berarti pengumuman deviden yang dilakukan oleh
perusahaan dapat mempengaruhi reaksi pasar,
sehingga mengakibatkan harga saham naik.
42 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008
Perhitungan Return Saham
Sehingga rata-rata abnormal return saham untuk 33
perusahaan selama periode jendela secara
keseluruhan adalah sebagai berikut :
Hari Ke- Sebelum Sesudah
0 9.336,591167
1 9.353,084119 9.352,628513
2 9.342,823365 9.372,895407
3 9.332,263293 9.424,832832
4 9.276,997191
9.562,854171
5 9.269,152611
9.504,719223
6 9.246,495404
9.481,866800
7 9.250,902294
9.455,323418
8 9.241,789398
9.506,657778
9 9.119,258718
9.495,986967
10 9.170,760000
9.596,421015
Jumlah 92.603,526393
94.754,186123
Rata-Rata Nilai Abnormal Return dari Data Keseluruhan
Sumber : Data Diolah 2009
Dari hasil perhitungan dalam tabel 4.5 terlihat bahwa
abnormal return saham rata-rata sebelum
pengumuman deviden cenderung positif. Pada hari ke
0, abnormal return telah mengalami penurunan dan
sesudah pengumuman deviden rata-rata abnormal
return hampir sebagian besar saham mengalami
kenaikan. Hal ini berarti pengumuman deviden yang
dilakukan oleh perusahaan diartikan positif oleh
investor, sehingga harga saham naik dan secara
langsung pendapatan perusahaan mengalami
kenaikan.
Analisa Regresi Linier Berganda
Pengaruh Sebelum Pengumuman Deviden Terhadap Return
Saham
Sumber : Data Primer Yang Diolah
Sumber : Data Primer Yang Diolah
Besar hubungan antar variabel return saham dengan
harga saham yang dihitung dengan koefisien korelasi
adalah 0,931, sedangkan variabel return saham
dengan reaksi pasar yang dihitung dengan koefisien
korelasi adalah 0,923. Secara teoritis, karena korelasi
antara return saham dengan harga saham lebih besar,
maka variabel harga saham lebih berpengaruh tehadap
return saham daripada reaksi pasar, Terjadi korelasi
yang cukup kuat antara variabel harga saham dengan
reaksi pasar, yaitu 0.999.
Sumber : Data Primer Yang Diolah
Angka R square adalah 0,898. Hal ini berarti 89,8%
dari variasi return saham perusahaan bisa dijelaskan
oleh variabel harga saham dan reaksi pasar. Dan
sisanya (100%-89,8% = 10,2%) dijelaskan oleh
variabel yang lain selain harga saham (X ) dan Reaksi 1
Pasar (X ). Standard Error of Estimate adalah 2
26,87822 (satuan yang dipakai adalah variabel
dependen atau dalam hal ini adalah return saham).
Perhatikan pada analisis sebelumnya, bahwa standar
deviasi return saham adalah 74,14872 yang lebih
besar dari Standard Error of Estimate sebesar
26,878822. Oleh karena lebih kecil dari standar
deviasi return saham, maka model regresi lebih bagus
dalam bertindak sebagai prediktor return saham
daripada rata-rata return saham itu sendiri.
43
Sumber : Data Primer Yang Diolah
Dari uji Anova atau F test didapat nilai F sebesar hitung
30,747, sedangkan nilai F sebesar 4,10 ini berarti Htabel o
ditolak dan H diterima. Adapun nilai probabilitasnya a
sebesar 0,000 yang menunjukkan bahwa persamaan
regresi yang didapat secara statistik terbukti bahwa
s e b e l u m p e n g u m u m a n d e v i d e n m a m p u
mempengaruhi return saham.
Sumber : Data Primer Yang Diolah
Dari tabel di atas dapat digambarkan persamaan
regresi linier berganda sebagai berikut : Y = 9380,514
+ 3721,619X – 3027,594X + e1 2
Konstanta sebesar 9380,514 menyatakan bahwa jika
tidak ada harga saham atau reaksi pasar, maka return
saham adalah 9380,514, Koefisien regresi X sebesar 1
3721,619 menyatakan bahwa setiap penambahan
sebesar 1, maka harga saham juga diprediksi
mengalami kenaikan sebesar 3721,619, Koefisien
regresi X sebesar -3027,594 menyatakan bahwa 2
setiap penurunan (karena tanda -)sebesar 1, maka
reaksi pasar juga mengalami penurunan sebesar
3027,594. Namun sebaliknya, jika reaksi pasar naik
sebesar 1, maka return saham juga diprediksi
mengalami kenaikan sebesar 3027,594.
Pengaruh Sesudah Pengumuman Deviden Terhadap Return Saham
Sumber : Data Primer Yang Diolah
Rata-rata reaksi pasar (dalam 10 hari) adalah 0,1854
dengan standar deviasi 0,10075, Rata-rata harga
saham (dalam 10 hari) adalah 0,1866 dengan standar
deviasi 0,10154, Rata-rata return saham (dalam 10
hari) adalah 9474,4151 dengan standar deviasi
76,84134.
Sumber : Data Primer Yang Diolah
Besar hubungan antar variabel return saham dengan
harga saham yang dihitung dengan koefisien korelasi
adalah 0,732, sedangkan variabel return saham
dengan reaksi pasar yang dihitung dengan koefisien
korelasi adalah 0,751. Secara teoritis, karena korelasi
antara return saham dengan reaksi pasar lebih besar,
maka variabel reaksi pasar lebih berpengaruh
terhadap return saham daripada harga saham. Terjadi
korelasi yang cukup kuat antara variabel harga saham
dengan reaksi pasar, yaitu 0.999. Hal ini menandakan
adanya korelasi diantara variabel bebas.
Sumber : Data Primer Yang Diolah
Angka R square adalah 0,808 Hal ini berarti 80,8%
dari variasi return saham perusahaan bisa dijelaskan
oleh variabel harga saham dan reaksi pasar. Dan
sisanya (100%-80,8% = 19,2%) dijelaskan oleh
variabel yang lain selain harga saham (X1) dan reaksi
pasar (X2). Standard Error of Estimate adalah
38,16989 (satuan yang dipakai adalah variabel
dependen atau dalam hal ini adalah return saham).
Perhatikan pada analisis sebelumnya, bahwa standar
deviasi return saham adalah 76,84134 yang lebih
besar dari Standard Error of Estimate sebesar
38,16989.
44 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008
Dari uji Anova atau F test didapat nilai F sebesar hitung
14,737 dan nilai F sebesar 4,10. Jadi niali F > Ftabel hitung tabel
ini berarti H ditolak dan H diterima. Adapun nilai o a
probabilitasnya sebesar 0,003 yang menunjukkan
bahwa persamaan regresi yang di dapat secara statistik
terbukti bahwa sesudah pengumuman deviden
mampu mempengaruhi return saham.
Sumber : Data Primer Yang Diolah
Sumber : Data Primer Yang Diolah
Dari tabel di atas dapat digambarkan persamaan
regresi linier berganda sebagai berikut : Y = 9368,645
- 10017,058X + 10661,383X + e1 2
Konstanta sebesar 9368,645 menyatakan bahwa jika
tidak ada harga saham atau reaksi pasar, maka return
saham adalah 9368,645. Koefisien regresi X sebesar -1
10017,058 menyatakan bahwa setiap penambahan
sebesar 1, maka harga saham juga diprediksi
mengalami penambahan sebesar -10017,058.
Koefisien regresi X sebesar -10017,058 menyatakan 2
bahwa setiap penurunan (karena tanda -)sebesar 1,
maka reaksi pasar juga mengalami penurunan sebesar
10017,058.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Dari hasil pengujian hipotesis sebelum
pengumuman deviden secara parsial yang
pertama, dapat diketahui bahwa hasil analisa
regresi variabel harga saham (X ) terhadap return 1
saham (Y ) menunjukkan nilai t sebesar 1,781 1 hitung
sedangkan t sebesar 2,220. Jadi t < t ini tabel hitung tebel
berarti H diterima dan H ditolak. Adapun nilai o a
probabilitasnya sebesar (0,118) > 0,05 yang
berarti secara parsial tidak berpengaruh signifikan
antara harga saham (X ) terhadap return saham 1
(Y ) pada taraf signifikasi 95%. Hal ini dibuktikan 1
dengan tingkat signifikan lebih besar dari = 0,05
yaitu 0,118. Sedangkan berdasarkan hasil
pengujian secara parsial yang kedua, dapat
diketahui bahwa hasil analisa regresi variabel
reaksi pasar (X ) terhadap return saham (Y ) 2 1
menunjukkan nilai t sebesar -1,454 sedangkan hitung
t sebesar 2,220. Jadi t < t ini berarti Htabel hitung tabel, o
diterima dan H ditolak. Adapun nilaia
probabilitasnya (0,189) > 0,05 yang berarti secara
parsial tidak berpengaruh signifikan antara reaksi
pasar (X ) terhadap return saham (Y ) pada taraf 2 1
signifikasi 95%. Hal ini dibuktikan dengan
tingkat signifikan lebih besar dari = 0,05 yaitu
0,189.
2. Dari hasil pengujian hipotesis sesudah
pengumuman deviden secara parsial yang
pertama, dapat diketahui bahwa hasil analisa
regresi variabel harga saham (X ) terhadap return 1
saham (Y ) menunjukkan nilai t sebesar -2,985 1 hitung
sedangkan t sebesar 2,220. Jadi t < t ini tabel hitung tebel
berarti H diterima dan H ditolak. Adapun nilai o a
probabilitasnya sebesar (0,020) < 0,05 yang
berarti secara parsial berpengaruh signifikan
antara harga saham (X ) terhadap return saham 1
(Y ) pada taraf signifikasi 95%. Hal ini dibuktikan 1
dengan tingkat signifikan lebih besar dari = 0,05
yaitu 0,020. Sedangkan berdasarkan hasil
pengujian secara parsial yang kedua, dapat
diketahui bahwa hasil analisa regresi variabel
reaksi pasar (X ) terhadap return saham (Y ) 2 1
menunjukkan nilai t sebesar 3,152 sedangkan hitung
t sebesar 2,220. Jadi t > t ini berarti Htabel hitung tabel, o
ditolak dan H diterima. Adapun nilaia
probabilitasnya (0,016) < 0,05 yang berarti secara
parsial berpengaruh signifikan antara reaksi pasar
(X ) terhadap return saham (Y ) pada taraf 2 1
signifikasi 95%. Hal ini dibuktikan dengan
tingkat signifikan lebih besar dari = 0,05 yaitu
0,016.
Saran
1. Karena tidak adanya pengaruh antara harga saham
dan reaksi pasar terhadap return saham maka
perusahaan harus meningkatkan pendapatan atau
45
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, Pandji dan Piji Pakarti. 2001. Pengantar Pasar Modal. Edisi Revisi. Cetakan Ketiga. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Baridwan, Zaki. 2000. Intermediate Accounting. Edisi 7. Cetakan Ke Tujuh. Yogyakarta : Fakultas Ekonomi UGM.
Coki002.woodpress.com/pengertian-saham-dan-jenis-jenis-saham/-38k-
Handaru, Sri. 1996. Manajemen Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta : Penerbit ANDI.
Husnan, Suad. 1998. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisa Sekuritas. Edisi ke tiga. Cetakan Pertama. Yogyakarta : UPP AMP YKPN.
Husnan, Suad. 2001. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisa Sekuritas. Edisi ke tiga. Cetakan Kedua. Yogyakarta : UPP AMP YKPN.
Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis
laba dengan harapan agar perusahan dapat
melakukan pembayaran deviden dan sebagai
dasar penentuan pembayaran deviden dan
kenaikan nilai saham dimasa yang akan datang.
Dengan adanya kenaikkan nilai saham maka
investor akan mengartikan kenaikan nilai saham
tersebut sebagai tanda bahwa prospek perusahaan
dimasa yang akan datang akan lebih baik sehingga
menarik minat investor untuk menanamkan
sahamnya.
2. Karena adanya pengaruh antara harga saham dan
reaksi pasar terhadap return saham maka
perusahaan harus lebih meningkatkan
keuntungan bagi para pemilik perusahaan
(pemegang saham) atas modal yang mereka
investasikan di dalam perusahaan. Selain itu
perusahaan harus lebih memperhatikan fluktuasi
dalam pembayaran deviden dan berusaha untuk
membayar deviden secara teratur baik dalam
jumlah maupun waktu.
Investasi. Edisi 2. Yogyakarta : BPFE.
Jogiyanto. 2004. Metodologi Penelitian Bisnis. Edisi 2004/2005. Yogyakarta : BPFE.
Marzuki. 2005. Metodologi Riset : Panduan Penelitian Bidang Bisnis dan Sosial. Yogyakarta : Ekonisia.
MSW Sudrajat. 1998. Mengenal Ekonometrika Pemula. Cetakan Kedua. CV. Amico : Bandung.
rac.uii.ac.id/server/document/public/2008042510394300312053.pdf
rac.uii.ac.id/server/document/public/2008050502454801312121.pdf
Sartono, Agus. 1997. Manajemen Keuangan. Edisi 3. Cetakan pertama. Yogyakarta : BPFE.
Santoso, Singgih dan Fandy Tjiptono. 2002. Riset Pemasaran dan Aplikasi SPSS. Gramedia : Jakarta.
Sugiono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Cetakan Ke Lima. Bandung : Alfa Beta.
Suhartatik. Pengaruh Pengumuman Deviden Terhadap Retrun Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia. 2005. STIESA : Surabaya.
Sunariyah. 2000. Pengetahuan Pasar Modal. Yogyakarta : UPP AMP YKPN.
Sunjaya, Ridwan. 2002. Manajemen Keuangan. Jakarta: Penerbit PT. Perhallindo.
Supranto. 1997. Metode Riset. Edisi 6. Cetakan Pertama. Jakarta : PT Rineka Cipta.
www.fmuteam.com/index.php?topic=4115.0
46 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008
rac.uii.ac.id/server/document/public/2008042510394300312053.pdf
rac.uii.ac.id/server/document/public/2008050502454801312121.pdf
Sartono, Agus. 1997. Manajemen Keuangan. Edisi 3. Cetakan pertama. Yogyakarta : BPFE.
Santoso, Singgih dan Fandy Tjiptono. 2002. Riset Pemasaran dan Aplikasi SPSS. Gramedia : Jakarta.
Sugiono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Cetakan Ke Lima. Bandung : Alfa Beta.
Suhartatik. Pengaruh Pengumuman Deviden Terhadap Retrun Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia. 2005. STIESA : Surabaya.
Sunariyah. 2000. Pengetahuan Pasar Modal. Yogyakarta : UPP AMP YKPN.
Sunjaya, Ridwan. 2002. Manajemen Keuangan. Jakarta: Penerbit PT. Perhallindo.
Supranto. 1997. Metode Riset. Edisi 6. Cetakan Pertama. Jakarta : PT Rineka Cipta.
www.fmuteam.com/index.php?topic=4115.0
Anoraga, Pandji dan Piji Pakarti. 2001. Pengantar Pasar Modal. Edisi Revisi. Cetakan Ketiga. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Baridwan, Zaki. 2000. Intermediate Accounting. Edisi 7. Cetakan Ke Tujuh. Yogyakarta : Fakultas Ekonomi UGM.
Coki002.woodpress.com/pengertian-saham-dan-jenis-jenis-saham/-38k-
Handaru, Sri. 1996. Manajemen Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta : Penerbit ANDI.
Husnan, Suad. 1998. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisa Sekuritas. Edisi ke tiga. Cetakan Pertama. Yogyakarta : UPP AMP YKPN.
Husnan, Suad. 2001. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisa Sekuritas. Edisi ke tiga. Cetakan Kedua. Yogyakarta : UPP AMP YKPN.
Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi 2. Yogyakarta : BPFE.
Jogiyanto. 2004. Metodologi Penelitian Bisnis. Edisi 2004/2005. Yogyakarta : BPFE.
Marzuki. 2005. Metodologi Riset : Panduan Penelitian Bidang Bisnis dan Sosial. Yogyakarta : Ekonisia.
MSW Sudrajat. 1998. Mengenal Ekonometrika Pemula. Cetakan Kedua. CV. Amico : Bandung.
DAFTAR PUSTAKA
Analisis Perilaku Konsumen Dalam Melakukan Pembelian Produk Furnitur B-Stylish di Toko Prambanan Jombang
Siti ZuhrohAgung Budi
AbstractB-Stylish store is a cloths company which deeply realize that giving more than consumers want is the key to win market rivalry. This research held to know what factors being considered by consumers to choose B-Stylish store as their favourite store. From the research known that variables: Store lay out, service, variety of products, style, discount, price, publication, and image. Key words: store, layout, service, variety of products, style, discount, price, publication, and image
Seiring dengan perkembangan dunia bisnis
guna memenuhi berbagai kebutuhan konsumen
terhadap barang dan jasa, dewasa ini telah muncul
bermacam-macam bisnis furniture atau mebel.
Pesatnya perkembangan bisnis furniture yang penuh
dengan persaingan menjadikan suatu perusahaan
membutuhkan alternatif strategi agar bisa menguasai
pasar dan memberikan keuntungan yang maksimal.
Keberhasilan suatu perusahaan dalam memenangkan
persaingan ditentukan oleh hubungan baik yang
terjalin dengan konsumen.
Pemahaman terhadap kebutuhan, keinginan
dan perilaku konsumen juga sangat penting agar
pengusaha dapat menyusun strategi dan program yang
tepat dalam rangka memuaskan pelanggannya. Salah
satu cara untuk memahami konsumen adalah dengan
mempelajari perilaku konsumen.
Menurut Engel, Blackwell, dan Miniard
dalam Suryani (2008:5) pemahaman terhadap
perilaku konsumen mencakup pemahaman terhadap
tindakan yang langsung yang dilakukan konsumen
da lam mendapatkan , mengkonsumsi dan
menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses
keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan
tersebut.
Hal yang hampir sama diungkapkan oleh
Hawkins dkk (2007 :6) dalam Suryani (2008:6) bahwa
perilaku konsumen merupakan studi tentang
bagaimana individu, kelompok dan organisasi dan
proses yang dilakukan untuk memilih, mengamankan,
menggunakan dan menghentikan produk, jasa,
pengalaman atau ide untuk memuaskan kebutuhannya
dan dampaknya terhadap konsumen dan masyarakat.
Perilaku konsumen (Customer behavior) di
definisikan sebagai tindakan-tindakan individu yang
secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan
mempergunakan barang-barang dan jasa, termasuk di
dalamnya proses pengambilan keputusan dalam
persiapan dan penentuan pada kegiatan-kegiatan
tersebut” (Anwar Prabu Mangkunegara.AA, 2002;3)
Sedangkan faktor yang mempengaruhi
perilaku konsumen menurut Philip Kotler (1997;153)
ada empat faktor yaitu ; a. Faktor Budaya, faktor
kebudayaan memiliki pengaruh yang paling luas dan
mendalam terhadap perilaku. Faktor ini dari budaya,
sub budaya dan kelas sosial. Budaya merupakan
penentu keinginan dan perilaku yang paling
mendasar. Setiap budaya terdiri dari sub-budaya yang
lebih kecil. Sub-budaya terdiri dari bangsa, agama,
kelompok ras, dan daerah geografis. Banyak sub-
budaya yang membentuk segmen pasar penting, dan
pemasar sering merancang produk dan program
pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan
mereka. b. Faktor Sosial, perilaku seorang konsumen
dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial seperti
kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status
konsumen. Kelompok acuan terdiri dari semua
kelompok yang memiliki pengaruh langsung (tatap
muka) atau tidak langsung terhadap sikap atau
perilaku seseorang. Orang sangat dipengaruhi oleh
kelompok acuan mereka sekurang-kurangnya dalam
tiga hal. Kelompok acuan menghadapkan seseorang
pada perilaku dan gaya hidup baru. Mereka juga
mempengaruhi perilaku dan konsep pribadi
seseorang. Mereka menciptakan tekanan untuk
memenuhi apa yang mungkin mempengaruhi pilihan
Siti Zuhroh , Dosen STIE PGRI Dewantara JombangAgung Budi, Mahasiswa STIE PGRI Dewantara Jombang
47
produk dan merk aktual seseorang. c. Faktor Pribadi
ditentukan oleh; 1. Usia dan Tahap siklus hidup,
selera seseorang terhadap jenis produk juga sangat
dipengaruhi oleh usia orang tersebut. Untuk anak-
anak akan berbeda dengan seseorang yang telah
menginjak remaja begitu pula untuk orang dewasa.
Selera mereka akan mengalami perubahan seiring
dengan perubahan usia mereka. 2. Jabatan dan
Kondisi Ekonomi Jabatan atau pekerjaan seseorang
sangat mempengaruhi jenis barang atau jasa yang
mereka konsumsi. Bagi orang-orang atau pekerja
kasar pada umumnya mereka mengkonsumsi jenis
barang yang bersifat sederhana dan harganya relatif
murah. Sedangkan bagi mereka yang mempunyai
pendapatkan lebih banyak atau golongan menengah
keatas, tentu saja akan berbeda dalam hal
membelanjakan atau mengkonsumsikan kebutuhan
mereka. Mereka umumnya akan mengkonsumsi
pendapatan untuk jenis barang-barang mewah yang
harganya relatif tinggi. 3. Gaya Hidup, Gaya hidup
seseorang akan menunjukkan pola kehidupan arang
yang bersangkutan di dalam kehidupan sehari-hari,
bagaimana yang tercermin dalam kegiatannya, minat
dan pendapatannya. Setiap orang akan mempunyai
gaya hidup yang beraneka ragam, meskipun mereka
berasal dari kelas sosial yang sama. Untuk ini
manajemen pemasaran harus mengetahui gaya hidup
dari pada konsumen. 4. Kepribadian dan Konsep diri,
Setiap orang akan mempunyai kepribadian yang
berbeda dengan orang lain, dimana kepribadian ini
merupakan variabel yang sangat bermanfaat bila
mana mau mengadakan analisis perilaku konsumen.
d. Faktor Psikologis adalah sifat khas dari
kepr ibadian manus ia . Faktor in i sanga t
mempengaruhi terhadap keputusan pembelian, apa
yang dibeli sesuai dengan kebutuhannya, untuk apa
barang tersebut dibeli, bagaimana persepsi dan
kepercayaan terhadap suatu produk. Faktor-faktor ini
meliputi beberapa unsur : 1) Motivasi : dorongan
kebutuhan dan keinginan individu yang diarahkan
pada tujuan untuk memperoleh keputusan. 2)
Kepribadian : menyangkut kebiasaan, sikap dan ciri-
ciri sifat atau watak yang menentukan kepribadian
perilaku. 3) Persepsi : penelitian seseorang terhadap
sesuatu sehingga dia bisa menyeleksi dan
menginterpretasikan informasi, 4) Pembelajaran :
perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul dari
pengalaman, 5) Nilai, Kepercayaan : penelitian
subyektif seseorang terhadap kebaikan suatu produk,
merk pada atribut-atribut yang berbeda dalam
mengkonsumsi suatu produk, 6) Sikap : evaluasi,
perasaan emosional, dan kecenderungan tindakan
yang menguntungkan atau tidak menguntungkan dan
bertahan lama dari seseorang terhadap beberapa
obyek atau gagasan.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian
eksploratif (penjajakan), dengan variabel sebagai
berikut :
X :Model/design yang bagus1
Yaitu design produk furniture B-stylish yang cukup
menarik dan bagus
X :Potongan Harga /Discount 2
yang dimaksud disini adalah kegiatan promosi
penjualan yang dilakukan oleh perusahaan dengan
cara pemberian potongan harga bagi para pembeli.
X :Publisitas/publikasi 3
yaitu kegiatan pemasaran yang bertujuan menguatkan
brand produk dan dibutuhkan mengenai realitas
produk furniture B-Stylish.
X :Tingkat harga4
Merupakan tingkat daya beli konsumen dalam hal
memilih produk furniture yang mereka butuhkan,
tinggi rendahnya harga yang ditetapkan harus
berpedoman pada : keadaan atau kualitas barang,
konsumen yang dituju, dan suasana pasar.
X :Image produk di masyarakat5
Merupakan nama baik yang ada di masyarakat atas
kepuasannya salama ini dalam menggunakannya.
X :Tempat Parkir Luas6
Yaitu sarana parkir kendaraan yang cukup, aman dan
nyaman
X :Bentuk Gedung 7
Merupakan suatu bangunan yang secara langsung
membawa dampak pada image yang baik pada segala
bidang.
X :Pengaruh Orang lain8
Yaitu orang yang pernah dikenal, baik dekat ataupun
jauh yang dapat mempengaruhi, memotifasi
seseorang dalam membeli produk B-stylish di Toko
Prambananmemilih.
X :Lokasi toko Terjangkau9
48 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008
Yaitu lokasi toko yang mudah dijangkau oleh
konsumen.
X : Kebutuhan10
Yaitu konsumen dalam membeli produk furniture B-
Stylish di Toko Prambanan Jombang ini atas dorongan
untuk memenuhi kebutuhan pribadi atau golongan.
X Pelayanan11:
Yaitu kualitas pelayanan yang diberikan oleh toko
Prambanan Jombang kepada konsumen dalam usaha
menarik perhatian, dan penilaian yang baik di mata
konsumen.
X Pilihan barang Furniture banyak12:
Yaitu barang-barang furniture B-Stylish yang
disediakan toko Prambanan terdapat banyak pilihan.
X Kelas sosial13:
Yaitu alasan psikologis konsumen bahwa dengan
membeli furniture B-stylish mampu mencerminkan
posisi ekonomi tertentu dibanding membeli produk
furniture merk lain.
POPULASI
Populasi dan sampel adalah konsumen di
toko Prambanan Jombang. tehnik yang digunakan
dalam penentuan sampel adalah dengan cara
accidental (non probailiyty sampling) dimana
sampling yang diambil adalah mereka yang kebetulan
dijumpai sedang membeli produk furniture B-stylish
di toko Prambanan Jombang. Jumlah ini diambil
dengan pertimbangan bahwa penelitian dilakukan
tidak kepada seluruh populasi hanya dengan
menggunakan beberapa sampel yang ada disamping
karena keterbatasan tenaga dan juga waktu yang
digunakan untuk penelitian ini.
Penentuan sampel dalam penelitian yang
diteliti adalah sebagian atau wakil populasi yang
diteliti. Jumlah sampel yang diambil adalah 65
responden. Ukuran ini ditetapkan sesuai dengan alat
analisis yang digunakan dalam penelitian ini. "Jumlah
sampel (responden) paling sedikit empat atau lima
kali jumlah variabel yang digunakan dalam
penelitian" (Maholtra, 1993:622).
Pada penelitian ini variabel yang digunakan
sebanyak tiga belas variabel, maka sampel yang
dibutuhkan setidaknya 65 responden.
Alat statistik yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Analisa faktor dan dengan
bantuan SPSS versi 10.0.
HASIL
Analisis faktor memiliki syarat antara lain
menyangkut determinansi, korelasi matrik, KMO
(Kaiser-Mayer-Olkin), MSA (Measure of Sampling
Adequacy), Bartlett Test, komunalitas dan faktor
loading. Determinan matrik korelasi diisyaratkan
mendekati nol (0,000…) sedangkan KMO (Kaiser-
Mayer-Olkin), dan MSA (Measure of Sampling
Adequacy) tidak boleh dibawah 0,5 (Santoso,2002).
Maka KMO adalah 0,889, Significance = 0,000, dan
nilai MSA yang dapat dilihat pada tabel 1 berikut:
No Variabel Nilai MSA
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
X1 :
Model/design yang bagus
X2 :
Potongan Harga /Discount
X3:
pengaruh pameran-pameran dan brosur-brosur
X4:
Tingkat harga
X5:
Image produk di masyarakat
X6: Tempat Parkir Luas
X7: Bentuk Gedung
X9: Lokasi toko Terjangkau
X10: Kebutuhan
X11: Pelayanan
X12: Pilihan barang Furniture banyak
0,921
0,892
0,793
0,918
0,895
0,927
0,868
0,929
0,846
0,864
0,897
Tabel 1Nilai Measures of Sampling Adequacy
Sumber : lampiran SPSS : diolah 2007
Dari tabel 1 terlihat tinggal 11 variabel dari 13
variabel, karena dua variable yaitu variable X13 dan
X8 dikeluarkan dari analisis karena memiliki nilai
MSA kurang dari 0,5.
Hasil perhitungan analisis komponen prinsip
yang tampak pada lampiran 12 dapat diketahui
beberapa faktor yang dipertimbangkan konsumen
dalam melakukan pembelian produk furniture B-
Stylish di Toko Prambanan Jombang berdasarkan nilai
Eiqenvalue dari sebanyak 11 variabel yang
mempunyai nilai lebih dari 1 (satu) sebanyak 2 faktor.
Dengan pendekatan ini bahwa 2 faktor tersebut
mewakili semua variabel yang diuji. Besarnya nilai
Eiqenvalue terlihat pada tabel 4.3 yaitu sebagai
berikut :
Faktor Besarnya Eiqenvalue
1
2
5,412
1,165
Tabel 2Nilai Eiqenvalue
Sumber : Data diolah 2007
49
Variabel-variabel baku dari masing-masing
faktor, pada tabel 2 ditunjukkan hasil matrik besaran
koefesien antara faktor dengan variabel (loading),
menurut Singgih Santoso (2002) apabila korelasi
antara variabel yang melewati cut of point sebesar
0,55 maka dapat dimasukkan kedalam faktor yang
terbentuk. Yaitu sebagai berikut :
Faktor Variabel tercakupNilai
Loading
% Of
Variance
1
Tempat Parkir Luas (X6)
Bentuk Gedung (X7)
Lokasi toko Terjangkau (X9)
Kebutuhan (X10)
Pelayanan (X11)
Pilihan barang Furniture banyak (X12)
0,632
0,638
0,661
0,856
0,651
0,815
49,198
2
Model/design yang bagus (X1)
Potongan Harga /Discount (X2) Publisitas/publikasi (X3)
Tingkat harga (X4)
Image produk di masyarakat (X5)
0,638
0,760 0,769
0,626
0,611
10,594
Tabel 3Rotasi Faktor
Sumber : Data diolah 2007
PEMBAHASAN
Data dari hasil rotasi faktor, dari semua
variabel menjadi 2 faktor dengan mengelompokkan
masing-masing variabel, interpretasi dari masing-
masing factor tersebut adalah sebagai berikut :
Faktor 1 (Fisik toko, pelayanan dan aneka ragam
produk)
Yang tercakup dalam faktor ini terdiri dari (a) Tempat
Parkir Luas., (b) Bentuk gedung, (c) Lokasi toko
Terjangkau, (d) Kebutuhan, (e) Pelayanan. (f) Pilihan
barang furniture banyak. Faktor ini merupakan faktor
yang dipertimbangkan konsumen dalam melakukan
pembelian produk furniture B-Stylish di Toko
Prambanan Jombang dengan nilai prosentase variance
sebesar 49,198
Faktor 2 ( Model, Potongan harga, image produk)
Faktor ini meliputi (a) Model/design yang bagus, (b)
Potongan Harga /Discount, (c) Publisitas/publikasi,
(d) Tingkat harga, (e) Image produk di masyarakat,
faktor ini merupakan faktor yang dipertimbangkan
konsumen dalam melakukan pembelian produk
furniture B-Stylish di Toko Prambanan Jombang
dengan nilai prosentase variance sebesar 10,594.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
dengan menguji bersama-sama dari 11 variabel yang
telah diuraikan secara eksploratif dengan
menggunakan analisis faktor ternyata terdapat 2
faktor yang dapat dipertimbangkan konsumen dalam
melakukan pembelian produk furniture B-Stylish di
Toko Prambanan Jombang adalah sebagai berikut :
1. Faktor Fisik Toko, Pelayanan kebutuhan dan Aneka
Ragam Produk :
Kualitas pelayanan lebih ditingkatkan agar
konsumen atau calon konsumen merasa puas. Secara
fiisik dari bentuk gedung, tempat parkir dan lokasi
yang mudah dijangkau merupakan kemudahan dan
kenyamanan bagi konsumen.
2. Faktor Model, Discount, harga, Publikasi dan
Image Produk :
Model produk furniture hendaknya dipertahankan
melalui inovasi produk sehingga dapat menciptakan
image di mata masyarakat.
Penetapan harga dan pemberian potongan tetap
dipertahankan karena menjadi daya tarik bagi
konsumen.
Saran
Meskipun ada 2 variabel yang dibuang dalam
proses analisa yaitu variabel pengaruh orang lain,
tetapi kedua variabel juga faktor yang menjadi
dipertimbangkan konsumen dalam melakukan
pembelian produk furniture B-Stylish di Toko
Prambanan Jombang, maka hendaknya perusahaan
juga perlu memberi perhatian pada kedua faktor
tersebut.
50 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008
DAFTAR PUSTAKA
Basu Swastha, Irawan, 2002. Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta : Liberty Offset
Basu Swastha, Hani Handoko, 2000. Manajemen Pemasaran Analisa perilaku Konsumen. Yogyakarta : BPFE.
Burhan N, Gunawan, Marzuki, 2002. Statistik Terapan untuk Penelitian ilmu-ilmu sosial.Yogyakarta : Gadjah
Mada Universiti Press.
Indriantoro N, Bambang S, 2002. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta :
BPFE.
Kotler, Philip, 1997. Manajemen Pemasaran. Prentice-Hall, Inc
Malhotra, Naresh K. 2006. Riset Pemasaran,. Jilid 1. PT. Indek Kelompok gramedia.
Singgih S, Fandi T, 2002. Riset Pemasaran Konsep Aplikasi dengan SPSS. Jakarta : Penerbit PT Elex Media
Komputindo.
Sugiyono, 2002. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : CV Alfabeta.
Suryani, Tatik, 2008. Perilaku Konsumen ; Implikasi pada Strategi Pemasaran. Yogyakarta : Graha ilmu.
Ujang Sumarwan, 2004. Perilaku Konsumen teori dan penerapannya dalam pemasaran. Bogor : Penerbit
Ghalia Indonesia.
51
Abstrct
This research has aim to search consumer behaviour in several furniture stores in Jombang, involve several basic question in consumer behaviour those are : what, why, when, where and frequency. From the research known that found several variables influencing consumers to choose the store such as: styles of furniture, benefit, price, time in buying and period, quality, and place. From the result showed that the most important variable for consumer is about the quality and period. Key words: consumer behaviour, what, why, when, where, frequency
STUDI PERILAKU KONSUMEN PRODUK FURNITURE DI JOMBANG
Abd. Rohim
PENDAHULUAN
Salah satu faktor penting yang harus
diperhatikan dalam proses penjualan produk adalah
harus memahami, manganalisis sikap dan perilaku
konsumen. Perilaku dan selera konsumen senantiasa
mengalami perubahan dari waktu ke waktu,
perubahan tersebut disebabkan karena beberapa
faktor. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Basu
Swastha DH dan T. Hani Handoko (1987 :38)
“Perilaku dan selera konsumen juga menunjukkan
adanya perubahan-perubahan yang disebabkan oleh
faktor pendapatan yang secara pelan-pelan terus
bertambah, perbaikan, dan kemajuan pendidikan,
pengangkutan serta komunikasi, dan pengaruh
hubungan sosial yang semakin luas. Semuanya
tersebut yang menyebabkan atau memungkinkan
adanya perubahan selera konsumen”.
Dengan mengetahui perilaku konsumen,
maka perusahaan atau pelaku bisnis akan mempunyai
pandangan yang luas tentang :
- Produk apa/what yang diharapkan oleh para
konsumen sesuai dengan selera konsumen.
- Pertimbangan konsumen dalam membeli produk
tertentu (why they buy).
- Tenggang waktu, konsumen membeli produk
(when they buy).
- Lokasi/tempat, dimana konsumen dalam
membeli produk (where they buy).
- Mengapa konsumen membeli suatu produk
tertentu (how often they buy)
Mempelajari perilaku konsumen perlu
memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi
Abd. Rohim, Dosen STIE PGRI Dewantara Jombang
52
perilaku konsumen dalam pembelian sebuah produk,
demografi ekonomi dan psikologi dari calon
konsumen. Oleh sebab itu dalam memasarkan hasil
produksinya, produsen berlomba-lomba agar produk
yang dihasilkan lebih banyak terjual dari perusahaan
pesaing sejenis. Dengan banyaknya pesaing yang
dihadapi, maka faktor harga akan semakin kompetitif,
sehingga perusahaan dituntut untuk memahami dan
mengerti setiap perubahan selera konsumen.
Tempat-tempat penjualan furniture di
Jombang kota, mulai tahun 2002 perkembangannya
cukup pesat, ini ditandai dengan munculnya tempat
penjualan furniture baru terutama di jalan merdeka
dan sekitarnya. Jenis furniture yang dijual juga
semakin bervariatif, hal ini sesuai dengan tingkat
perkembangan sikap dan perilaku konsumen saat ini
semakin berkembang.
Krisis moneter yang meyebabkan daya beli
masyarakat menurun sejak pertengahan tahun 1997,
hingga saat ini belum pulih secara maksimal. Untuk
menghadapi situasi yang hingga saat ini masih belum
pulih dan tetap mempertahankan kelangsungan hidup
perusahaan serta menghadapi persaingan yang
semakin tajam yang ada, maka strategi-strategi
perusahaan yang paling efektif adalah menganalisis
dan memahami perilaku konsumen yang semakin
bervariatif. Bermacam-macam perilaku konsumen
yang ada pada saat ini, membuat perusahaan-
perusahaan furniture di Jombang berusaha
memproduksi dan menjual bermacam-macam produk
furniture yang dapat memenuhi kebutuhan dan selera
konsumen.
Sebagai survey awal, untuk meggambarkan
UD “ Malioboro ”
UD “ Gunung Jati ”
UD “ Putra Gembira ”
UD “ Prambanan Interior ”
No
Tempat membeli
Jumlah
Persentase (%)
1
2
3
4
12
11
17
10
24223420
50 100%
TABEL 4: TEMPAT KONSUMEN MEMBELI PRODUK MEUBEL DI JOMBANG
Sumber data : survey awal (Januari 2008) dan diolah
Dari tabel 1.1, dapat diketahui bahwa produk
almari dipilih konsumen di Jombang sebanyak 11
orang. Sofa/meja kursi sebanyak 28 orang,
Dipan/ranjang sebanyak 4 orang. Meja rias sebanyak
2 orang dan buffet sebanyak 5 orang.
Berdasarkan survey awal juga dapat diketahui
bahwa manfaat yang diperoleh dari produk furniture
adalah sebagai interior rumah sebanyak 4 orang dan
sebagai penunjang kebutuhan rumah tangga sebanyak
46 orang
Dengan survey awal ini pula dapat diketahui
bahwa yang menjadi pertimbangan konsumen dalam
membeli produk furniture di Jombang sebanyak 50
orang tercermin dalam tabel 2 sebagai berikut :
No
Pertimbangan Produk
Responden
Persentase (%)
1
2
3
4
5
Kualitas
Harga
Discount
Design
Cara Pembayaran
14
20
7
5
4
28401410
8Jumlah 50 100%
TABEL 2: PERTIMBANGAN KONSUMEN MEMBELI PRODUK FURNITURE
Sumber data : survey awal (Januari 2008) dan diolah
Dari tabel 2, dapat diketahui bahwa yang
menjadi pertimbangan konsumen dalam membeli
produk furniture adalah kualitas sebanyak 14 orang,
harga sebanyak 20 orang discount sebanyak 7 orang
sedangkan pertimbangan design sebanyak 5 orang dan
cara pembayaran sebanyak 4 orang..
Diketahui pula kapan konsumen membeli
produk furniture di Jombang sebanyak 50 orang ,
tampak dalam tabel dibawah ini :
No
Waktu membeli
Jumlah Persentase (%)
1
2
3
Ketika perabot yang dimiliki sudah rusak
Ketika ada kebutuhan baru
Ketika ada model baru
15
30
5
30
60
10
Jumlah 50 100%
TABEL 3 : WAKTU KONSUMEN MEMBELI PRODUK FURNITUR DI JOMBANG
Sumber data : survey awal (Januari 2008) dan diolah
jenis furniture apa yang dibeli konsumen di wilayah
Jombang, sebanyak 50 orang seperti terlihat pada
Tabel 1, sebagai berikut:
No
Jenis Meubel
Jumlah (unit) Persentase (%)
1
2
3
45
Almari
Meja kursi/Sofa
Dipan / ranjang
Meja riasBufet
1128
425
2256
84
10Jumlah 50 100%
TABEL 1 : JENIS PRODUK YANG DIBELI OLEH KONSUMEN DI JOMBANG
Sumber data : survey awal (Januari 2008) dan diolah
Dari tabel 3, dapat diketahui bahwa ternyata
sebanyak 15 orang membeli produk furniture di
Jombang Kota pada saat perabot yang dimiliki sudah
rusak, 30 orang pada saat produk furniture dibutuhkan
dan 5 orang konsumen yang membeli produk furniture
ketika ada model baru.
Dimana konsumen membeli produk meubel
di Jombang , dalam 1 tahun. sebanyak 50 orang dapat
dilihat pada tabel berikut :
Dari tabel 4, dapat diketahui bahwa ternyata
sebanyak 12 orang membeli produk furniture di
Jombang di UD. Malioboro, sebanyak 11 orang
memebeli di UD. Gunung Jati, sebanyak 17 orang
membeli di UD Putra Gembira dan 10 orang membeli
di UD Prambanan Interior.
Seberapa sering konsumen mengadakan
pembelian produk furniture di Jombang, dalam 1
tahun. sebanyak 50 orang dapat dilihat sebagai
berikut:
No
Frekuensi membeli
Jumlah
Persentase (%)
1
2
3
1 (satu) kali
2 (dua) kali
3 (tiga) kali
43
7
0
8614
050 100%
TABEL 5 : FREKUENSI KONSUMEN MEMBELI PRODUK FURNITURE DI JOMBANG DALAM SATU TAHUN TERAKHIR
Sumber data : survey awal (Januari 2008) dan diolah
Berdasarkan data yang diperoleh dari tabel 5,
diketahui bahwa 43 orang membeli produk furniture
di Jombang dalam 1 tahun terakhir (2007) sebanyak 1
(satu) kali, 7 orang dalam 1 (satu) tahun terakhir
membeli produk furniture sebanyak 2 (dua) kali dan
tidak ada konsumen yang membeli produk furniture
dalam satu tahun terakhir sebanyak tiga kali.
Berdasarkan fakta dari survey pendahuluan,
ada indikasi bahwa perilaku konsumen produk
furniture di Jombang berbeda, sehingga dalam
penelitian ini masalah yang diteiti meliputi :
1. Jenis produk furniture yang dibeli oleh konsumen
(What They Buy)
2. Alasan konsumen membeli produk furniture(Why
53
They Buy It)
3. Waktu konsumen membeli produk furniture (Why
They Buy It)
4. Tempat konsumen membeli produk furniture
(Where They Buy It)
5. Seberapa sering konsumen membeli produk
furniture (How Often They Buy It).
Adapun perumusan masalahnya:“ Bagaimana
perilaku konsumen produk furniture di Jombang”.
Tujuan penelitian ini: Untuk mengetahui
perilaku konsumen dalam membuat keputusan
membeli produk furniture.
STUDI PRILAKU KONSUMEN
Studi perilaku konsumen menurut Schiffinan
dan Kanuk (2000: 5) adalah “The study of consumer
behavior focuses on how individuals make decisions
to spend their available resources (time, money,
effort) on consumption related items. That includes
what they buy , why they buy it , when they buy it ,
where they buy it , how often they buy it , and how
often they use it”. Pengertian ini berati perilaku
konsumen merupakan perilaku seseorang dalam
membuat keputusan untuk membelanjakan sejumlah
sumber daya yang dimilikinya ( waktu, uang, usaha )
untuk mengkonsumsi item-item yang ada. Ini
termasuk juga apa yang mereka beli, mengapa
mereka membeli, kapan mereka membeli, dimana
mereka membelinya, berapa sering mereka membeli
dan berapa sering mereka menggunakannya.
Selain itu pengertian perilaku konsumen
menurut Loudon dan Della Bitta (1993:5) adalah
“Consumer behavior may be defined as the decision
process and physical activity individuals engage in
when evaluating, acquiring, using or disposing of
goods and services”. Dapat dijelaskan perilaku
konsumen adalah proses pengambilan keputusan dan
kegiatan fisik indvidu yang semuanya ini melibatkan
individu dalam menilai, mendapatkan, atau
menggunakan barang-barang dan jasa.
Menurut Basu Swastha dan T. Hani Handoko
(1987: 9) perilaku konsumen adalah “Kegiatan-
kegiatan individu yang secara lansung terlibat dalam
mendapatkan dan mempergunakan barang dan jasa
termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan
pada persiapan dan penentuan kegiatan tersebut. Dari
pegertian diatas terdapat dua elemen penting yaitu
proses pengambilan keputusan dan kegiatan fisik,
kedua elemen tersebut terdapat dalam kegiatan
konsumen untuk mendapatkan barang dan jasa yang
bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan dan
keinginanya. Sedangkan tingkat kebutuhan menurut
Maslow adalah: (a) Physiological Need, yaitu
kebutuhan fisiologis, yang mencakup kebutuhan
makan, minum, udara, tempat tinggal; (b) Safety and
Security Needs, yaitu kebutuhan akan rasa aman,
bebas dari ancaman dan keselamatan; (c) Social
Needs, yaitu kebutuhan sosial atau kebutuhan untuk
dapat diterima menjadi angota keluarga atau
kelompok tertentu; (d) Ego Needs, yaitu kebutuhan
pegakuan dan penghargaan dari orang lain serta hasrat
untuk memiliki nama baik, status dan prestasi ; (e) Self
Actualization Needs, yaitu kebutuhan untuk
memenuhi diri sendiri dengan kemampuan dan
ketrampilan yang ada untuk mencapai tujuan
keakuannya.
KARAKTERISTIK KONSUMEN
Setiap konsumen dalam membeli produk
mempunyai perilaku yang berbeda antara satu dengan
yang lain. Untuk melihat perbedaan perilaku
konsumen tersebut dapat menggunakan kotak hitam
pembeli yang terdiri dari karakteristik pembeli.
Karakteristik konsumen/pembeli adalah
merupakan sifat-sifat yang membedakan konsumen
yang satu dengan yang lain. Menurut Schiffinan and
Kanuk (2000:5) bahwa perbedaan karakteristik
konsumen satu dengan yang lain meliputi: 1) What
they buy; 2)Why the buy; 3)When they buy; 4) Where
they buy; 5)How often they buy.
1. What They Buy
Menurut tujuan penggunaannya, produk atau
barang apa yang dibeli dapat dikelompokkan
kedalam barang konsumsi dan barang industri,
barang konsumsi adalah barang yang dibeli untuk
langsung dikonsumsi atau tidak perlu diproses
lagi melainkan dipergunakan sendiri.
Menurut Basu Swastha DH dan T. Hani Handoko
mengatakan bahwa barang konsumsi dapat
digolongkan sebagai :
a. Barang tidak tahan lama, yaitu barang-
barang berujud yang secara normal hanya
dapat digunakan sekali atau beberapa kali
saja, misal: makanan, sabun dan sebagainya.
54 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008
55
b. Barang tahan lama, yaitu barang-baarang
berujud yang secara normal dapat digunakan
berkali-kali, misal : pakaian, lemari Es,
mesin tulis.
c. Jasa , yaitu kegiatan, kegunaan atau
kepuasan yang ditawarkan untuk dijual.
Misal: reparasi, jasa konsultasi dan
sebagainya.
Barang konsumsi juga dapat digolongkan
berdasarkan kebiasaan membeli dari konsumen:
a. Barang konvenien, yaitu barang konsumsi
yang mudah digunakan, dibeli berulang-
ulang, bisa dibeli setiap waktu dan
disembarang tempat. Misal: rokok, sabun,
koran dan sebagainya.
b. Barang shopping, yaitu barang konsumsi
yang dipilih dan dibeli konsumen, setelah
membanding-bandingkan atas dasar mutu,
harga, model dan kecocokan. Misal: perabot
rumah tangga, pakaian dan sebagainya.
c. Barang spesial, yaitu barang konsumsi yang
mempunyai ciri khas, hanya dapat dibeli
pada tempat tertentu saja dan konsumen
b e r s e d i a b e r s u s a h p a y a h d a l a m
pembeliannya. Misal: peralatan photografi,
barang-barang seni, barang-barang degngan
macam dan merk tertentu dan sebagainya.
2. Why They Buy
Yaitu alasan konsumen dalam memilih produk
yang dibeli, konsumen membeli suatu produk
karena ingin memuaskan kebutuhan dan
keinginannya. Produk itu sendiri tidak sepenting
kebutuhan dan keinginan manusia yang
dipenuhinya. Timbulnya kebutuhan dan
keinginan tersebut disebabkan oleh beberapa
faktor seperti: sosial, ekonomi, psikologi,
perkembangan fisik, keagamaan dan sebagainya.
Untuk itu penjual produk harus mempelajari
perbedaan masing-masing kelompok konsumen
dan mengembangkan jenis produk yang betul-
betul memenuhi kebutuhan dan keinginan
konsumen.
3. When They Buy
Adalah berhubungan dengan pada waktu kapan
konsumen tersebut membeli produk atau
membutuhkan produk yang diinginkan. Pada saat
kapan konsumen mebutuhkan jenis-jenis produk
yang diinginkan oleh konsumen tergantung dari
tingkat pemakaian produk. Sebagai contoh suatu
rumah tangga yang mempunyai bayi dan minum
susu, akan mengkonsumsi susu lebih cepat dari
rumah tangga yang anaknya sudah besar atau
dewasa. Strategi pemasaran harus didasarkan
segmentasi pasar dengan menyesuaikan pada
perbedaan tingkat pemakaian.
Tingkat pembelian juga ditentukan oleh faktor
musiman. Tidak hanya dalam arti perubahan
cuaca, tetapi juga musim libur, musin panen dan
perayaan-perayaan agama. Selain itu keadaan
ekonomi sangat mempengaruhi waktu pembelian
konsumen. Dalam keadaan ekonomi miskin,
konsumen cenderung menunda pembelian. Untuk
itu strategi pasar harus mempelajari perbedaan
masing-masing kelompok konsumen tersebut dan
mengembangkan jenis produk yang betul-betul
memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka.
4. Where They Buy
Adalah berhubungan dengan tempat dimana
konsumen membeli produk yang diinginkannya.
Lokasi pembelian produk dengan tempat tinggal
konsumen menjadi pertimbangan ketika
konsumen akan melakukan pembelian, akan
tetapi bagi konsumen lain hal tersebut tidak
menjadi pertimbangan karena banyak faktor yang
menjadi pertimbangan bagi konsumen dalam
menentukan dimana konsumen akan membeli
produk yang dibutuhkannya. Untuk itu penjual
produk harus mempelajari perbedaan masing-
masing kelompok konsumen tersebut dan
mengembangkan jenis produk yang betul-betul
memenuhi kebutuhan mereka.
5. How Often They Buy
Adalah berkaitan dengan seberapa sering
konsumen dalam membeli produk yang
dibutuhkan dalam kurun waktu tertentu. Ketika
ada konsumen membeli produk yang dibutuhkan
dilakukan lebih dari sekali, dua kali, tiga kali
bahkan seringkali, akan tetapi bagi konsumen
yang lain hal tersebut tidak demikian artinya
pembelian produk yang dilakukan oleh konsumen
yang lain hanya sekali dalam kurun waktu
tertentu. Untuk itu penjual produk harus
56 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008
mempelajari perbedaan masing-masing
k e l o m p o k k o n s u m e n t e r s e b u t d a n
mengembangkan jenis produk yang betul-betul
memenuhi kebutuhan mereka.
K E R A N G A K A A N A L I S I S P E R I L A K U
KONSUMEN
Bagi konsumen pembelian bukanlah
merupakan suatu tindakan saja, melainkan terdiri dari
beberapa tindakan yang meliputi keputusan tentang
jenis produk, bentuk, merek, jumlah dan waktu serta
cara pembayarannya. Untuk memahami mengapa dan
bagaimana konsumen membeli barang dan jasa
tersebut maka diperlukan analisis perilaku konsumen,
ada beberapa tahapan dalam analisis perilaku
konsumen yaitu:
1. Tahap-Tahap Dalam Proses Pembelian
Untuk mengetahui keinginan pembeli yang
sebenarnya adalah cukup sulit, namun perusahaan
dapat mengetahui dari perilaku konsumen yang mana
perilaku itu akan menentukaan proses pengambilan
keputusan dalam pembelian mereka. Proses tersebut
merupakan sebuah pendekatan penyelesaian masalah
yang terdiri dari beberapa tahap yaitu:
a. Menganalisis Kebutuhan Dan Keinginan
Penganalisaan kebutuhan dan keinginan ini
ditunjukkan terutama untuk mengetahui adanya
kebutuhan dan keinginan yang belum terpenuhi.
Jika kebutuhan tersebut diketahui atau masih bisa
ditunda pemenuhannya, serta kebutuhan-
kebutuhan yang sama-sama harus segera
dipenuhi. Jadi pada tahap inilah proses pembelian
itu mulai dilakukan. Banyak variabel-variabel
yang penting yang mempengaruhi penganalisaan
kebutuhan karakteristik keluarga, perubahan
status keuangan, rasa tidak puas, perubahan
kelompok referensi.
b. Pencarian Informasi Dan Penilaian Sumber-
Sumber.
Pencarian informasi dapat bersifat aktif (misalnya
dengan memband ingkan ha rga ,mode l
terbaru,kualitas pelayanan dari produk yang akan
dibeli). Pencarian informasi juga dapat bersifat
pasif (hanya dengan membaca periklanan di
majalah atau surat kabar), pencarian informasi
yang bersifat intern (dapat berasal dari
komunikasi perorangan), pencarian informasi
yang bersifat ekstern (dapat berasal dari media
massa seperti surat kabar). Sumber-sumber
informasi dari kegiatan pemasaran perusahaan
(seperti iklan). Penilaian sumber-sumber
pembelian yang diperoleh dari berbagai informasi
yang berkaitan dengan lamanya waktu, jumlah
uang yang tersedia untuk membeli, jika produk
yang akan dibeli bernilai tinggi, biasannya
diperlukan waktu yang agak lama didalam
mempertimbangkan pembeliannya. Dari
pembelian sumber-sumber pembelian ini akan
diperoleh beberapa alternatif- alternatif
pembelian yang dilakukan oleh konsumen.
c. Penilaian Dan Seleksi Terhadap Alternatif
Pembelian.
Pada tahap ini meliputi dua tahap yaitu,
menetapkan tujuan pembelian dan menilai serta
mengadakan seleksi terhadap altarnatif
pembelian brdasarkan tujuan pembeliannya.
Tujuan pembelian dari masing- masing
konsumen selalu sama tergantung pada jenis
produk dan kebutuhannya. Setelah tujuan
pembelian ditetapkan, konsumen perlu
mengidentifikasi alternatif-alternatif pembelian
yang tidak dapat dipisahkan dari pengaruh
sumber-sumber yang dimiliki ( waktu, uang )
maupun resiko kekeliruan dalam pemilihan. Atas
dasar tujuan pembelian, alternatif-alternatif
pembelian yang telah didefinisikan, dinilai dan
diseleksi menjadi alternatif pembelian yang dapat
memenuhi dan memuaskan kebutuhan serta
keinginannya.
d. Keputusan Untuk Membeli
Keputusan pembeli disini merupakan proses
didalam pembelian yang nyata. Jadi setelah tahap-
tahap dimuka dilakukan, maka konsumen harus
mengambil keputusan untuk membeli atau tidak.
Bila konsumen memutuskan untuk membeli,
konsumen akan menjumpai serangkaian
keputusan yang harus diambil menyangkut
produk, harga, merk, waktu pembelian dan cara
pembayarannya.
e. Perilaku Sesudah Mumbeli
Bagi perusahaan, perasaan dan prilaku sesudah
pembelian juga sangat penting, perilaku mereka
dapat mempengaruhi ucapan-ucapan pembeli
kepada fihak lain tentang produk perusahaannya.
Dan ada kemungkinan bahwa pembeli memiliki
ketidak sesuaian sesudah ia melakukan
pembelian, karena mungkin harganya dianggap
terlalu mahal, kualitas menjadi lebih rendah atau
mungkin tidak sesuai dengan keinginan dan
gambaran sebelumnya, untuk mencapai ketidak
sesuaian tersebut, pembeli harus mengurangi
keinginan-keinginan lain sesudah pembelian,
untuk mengurang ketidak sesuaian tersebut
perusahaan dapat bertindak dengan menekan
segi-segi tertentu pada produknya.
2. Proses Pada Pengambilan Keputusan
Proses pada pengambilan keputusan merupakan
sebuah pendekatanpenyelesaian pada kegiatan
manusia untuk membeli suatu barang atau jasa dalam
memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Pendekatan
pada proses pengambilan keputusan yang
memberikan gambaran secara khusus tentang
mengapa konsumen berperilaku tertentu, dapat dibagi
dalam dua hal pokok yaitu:
a. Merumuskan variabel-variabel struktural yang
mempengaruhi perilaku konsumen baik ekstern
maupun intern.
b. Menunjukkan antara variabel-variabel.
Sebuah variabel merupan sebuah faktor yang
mempengaruhi untuk menganalisa perilaku
konsumen, sifat khusus dari perilaku konsumen
ini adalah perubahan yang tetap. Ini berarti
hubungan variabel-variabel yang mempengaruhi
penentuan perilaku konsumen merupakan nilai
yang berlaku untuk jangka waktu yang relatif
lama.
BAGAN ALUR BERPIKIR
Fakta:Dari survey pendahuluan yang dilakukan terhadap produk furniture yang dibeli konsumen di Jombang, diketahui bahwa ada kecenderungan konsumen mempunyai
perbedaan sikap dalam hal: jenis furniture apa yang dibeli konsumen dan mengapa membeli, kapan membeli, dimana membelinya dan berapa sering membeli
Permasalahan:Bagaimanakah perilaku konsumen dalam membeli produk
furniture di Jombang
Perilaku konsumen yang diteliti meliputi :What they buyWhy they buyWhen they buyWhere they buy
How often they buy
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini termasuk deskriptif, yaitu
penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan
gambaran yang benar tentang perilaku konsumen
dalam membuat keputusan untuk membeli jenis
furniture apa di Jombang, mengapa konsumen
membeli furniture, kapan konsumen membeli dan
dimana konsumen membeli furniture, seberapa sering
konsumen membeli furniture dalam satu tahun
terakhir
1. Operasionalisasi Variabel
Variabel Konsep Dimensi Skala
Perilaku Konsumen:
What they buy Why they buy When they buy Whrere they buy How often they buy
Pengambilan keputusan konsumen dalam membeli produk jenis furniture keputusan konsumen dalam menentukan jenis furniture apa yang akan dibeli dan manfaat yang didapatkan oleh konsumen dalam memilih furniture. yaitu pertimbangankonsumen dalam memilih jenis furniture apa yang dibeli atau dibutuhkan yaitu berhubungan dengan pada saat kapan konsumen membeli/membutuhkan furniture. yaitu ditoko furniture mana di kec. Jombang biasanya konsumen membelifurniture dan mengapa mengapa konsumenmembeli furniture di toko furniture tersebut. yaitu frekuensi konsumen membeli furniture dalam satu tahun terakhir di toko-toko furniture di kec. Jombang
· Jenis produk furniture · Manfaat produk
furniture · Kualitas · Harga · Discount · Garansi · Cara Pembayaran · Rusak · Kebutuhan · Ada model baru · UD. Putra Gembira · UD. Malioboro · UD. Prambanan Interior · UD. Gunung Jati · Satu Kali · Dua Kali · Tiga kali
Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal
Tabel 6 : Operasionalisasi Variabel
2. Sumber Data
Sebagai sumber data dalam penelitian ini
adalah konsumen yang membeli furniture. Adapun
cara memperoleh data tersebut yaitu dengan
menyebarkan kuesioner pada responden. Kuesioner
ini digunakan untuk memproleh data mengenai
pendapat atau tanggapan responden berdasarkan
pernyataan-pernyataan yang terdapat dalam
kuesioner tersebut.
3. Populasi Target
Populasi target yang digunakan dalam
penelitian ini adalah responden yang pernah
berkunjung dan membeli di (UD Putra Gembira, UD
Malioboro, UD Prambanan Interior dan UD Gunung
Jati) yang menjadi tempat penelitian ini. Sedangkan
karakteristik populasi adalah para responden yang
57
merupakan pelanggan dan yang pernah membeli
furniture di (UD Putra Gembira, UD Malioboro, UD
Prambanan Interior dan UD Gunung Jati). Toko-toko
tersebut menjadi tempat menyebarkan kuesioner
dalam satu tahun terakhir. Populasi yang akan diteliti
bersifat tidak teridentifikasi sehingga peluang dari
anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel
berdasarkan keputusan peneliti.
4. Sampel Dan Teknik Pengambilan Sampel
Besarnya sampel yang diharapkan dapat
mewakili populasi yang ideal untuk penelitian ini
adalah 150 responden. Diharapkan dengan jumlah ini
dapat mewakili populasi yang ideal dan dapat
memberikan gambaran mengenai perilaku konsumen
furniture di Jombang.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian
ini adalah sampling aksidental, dimana cara
mendapatkan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu
siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan
peneliti dapat digunakan sebagai sampel.
5. Skala Pengukuran
Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian
ini adalah skala Guttman, Skala pengukuran dengan
tipe ini, akan diperoleh jawaban yang tegas yaitu “Ya –
Tidak”
6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
- Menentukan jumlah sampling untuk masing-
masing toko furniture (UD Putra Gembira, UD
Malioboro, UD Prambanan Interior dan UD
Gunung Jati) di Jombang.
- Mencari, menginventarisir dan mengidentifikasi
responden.
- Meminta kesediaan responden untuk mengisi
kuesioner dan memberikan penjelasan tentang
cara pengisian.
- Pengisian kuesioner oleh responden.
- Mengumpulkan hasil kuesioner untuk dilakukan
tabulasi data agar dapat diketahui mana yang
layak digunakan dan mana yang tidak layak
untuk selanjutnya dianalisis untuk kepentingan
penelitian.
7. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan adalah Statistic
Descriptive, yaitu statistic yang berfungsi untuk
58 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008
mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap
obyek melalui data sample atau populace
sebagaimana adanya. Tanpa melakukan analisis dan
membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.
Adapun model analisis yang digunakan adalah: :
1. Distribusi Frekuensi Atau Tabel Frekuensi
Digunakan untuk membagi data
dalam beberapa kelompok dan dinyatakan
atau diukur dalam persentase (%). Adapun
Kelompok yang dimaksud adalah jenis
furniture apa yang dibeli oleh konsumen,
mengapa konsumen membeli, kapan
konsumen membeli, dimana konsumen
membeli,berapa sering konsumen membeli.
Dengan cara ini, kita dapat mengetahui
kelompok mana yang paling banyak
jumlahya yaitu ditunjukkan oleh nilai
persentase yang tertinggi demikian
sebaliknya.
2. Grafik Distribusi Frekuensi (Histogram)
Memberikan visualisasi grafik batang yang
terfokus pada luas batang (panjang x lebar)
dan penyajian data dengan grafik batang,
lebar batang sama. Sedangkan yang
bervariasi adalah tingginya batang grafik.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil kuesioner yang diperoleh dari item
pertanyaan no. 1-5, berkaitan dengan pertimbangan
produk furniture apa yang dibeli oleh konsumen di
Jombang, pertanyaan no. 6-7 berkaitan dengan
manfaat yang diharapkan dari produk furniture yang
di beli oleh konsumen di Jombang. Item pertanyaan
no. 8-12, berkaitan dengan pertimbangan konsumen
dalam membeli produk furniture, item pertanyaan no.
13-15 berkaitan dengan kapan konsumen membeli
produk furniture. Dan item pertanyaan no. 16-19,
berkaitan dengan dimana konsumen membeli produk
furniture. Item pertanyaan no. 20-22, berkaitan
dengan frekuensi konsumen membeli produk
furniture dalam satu tahun terakhir di Jombang.
Dapat diketahui bahwa pilihan konsumen
yang paling banyak terhadap produk furniture yang
dibeli adalah sofa/meja kursi. Hal ini dapat diketahui
dari jumlah konsumen yang memilih produk furniture
sofa/meja kursi sebanyak 44%, kemudian jenis
furniture selanjutnya yang dipilih konsumen di
Jombang adalah Almari sebanyak 18%, selanjutnya
furniture jenis buffet sebanyak 16,67%, pilihan
selanjutnya jenis furniture meja rias sebanyak 11,33%
dan yang paling sedikit jenis furniture yang dipilih
konsumen di Jombang adalah Dipan/ranjang
sebanyak 10%.
PERILAKU KONSUMEN PRODUK
FURNITURE
Adapun manfaat yang diperoleh dari produk
furniture tersebut sebagai penunjang kebutuhan
rumah tangga sebesar 87.33% dan hanya 12,67%
memanfaatkan produk furniture yang di pilih sebagai
interior ruangan di rumah. Pertimbangan konsumen
dalam membeli produk furniture karena harga sebesar
36,67%, karena kualitas sebanyak 32% dan 14%
pertimbangan konsumen dalam membeli produk
furniture karena discount sedangkan pertimbangan
karena adanya garansi yang ditawarkan oleh Toko
Furniture sebanyak 9.33%, dan 8% karena
pertimbangan cara pembayaran. Adapun kapan
konsumen membeli produk furniture, sebanyak
56,67% pada saat produk furniture dibutuhkan, dan
27,33% ketika produk furniture yang dimiliki sudah
rusak, dan hanya 16% ketika produk furniture ada
model baru.
Tempat membeli produk furniture 28,67% di
UD. Malioboro. Adapun pembelian dilakukan di UD
Malioboro dengan alasan: sebanyak 8% karena harga
lebih murah atau harga lebih kompetitif, 10% karena
kualitas produk lebih bagus, karena adanya discount
yang menarik sebanyak 5,33% dan karena adanya
jaminan purna jual sebanyak 2%, dan karena cara
pembayaran yang bisa dilakukan 3 kali sebanyak
3,33%. Dan rata-rata konsumen membeli produk
furniture di UD Malioboro dalam satu tahun terakhir
sebanyak satu kali sebanyak 19,33%, membeli produk
furniture sebanyak dua kali adalah 6% dan hanya
3,33% konsumen membeli produk furniture sebanyak
lebih dari dua kali dalam satu tahun terakhir.
Tempat membeli produk furniture yang lain
adalah di UD. Gunung Jati sebesar 13,33%. Adapun
pembelian dilakukan di UD Gunung Jati dengan
alasan: sebanyak 5,33% karena kualitas lebih baik.
4% harga lebih murah atau harga lebih kompetitif,
karena adanya discount yang menarik sebanyak 2%
59
dan karena adanya jaminan purna jual sebanyak
1,33%, dan cara pembayaran yang bisa dilakukan
dengan mencicil sebesar 0,66%. Dan rata-rata
konsumen membeli produk furniture di UD Gunung
Jati dalam satu tahun terakhir sebanyak satu kali
adalah 10%, membeli produk furniture sebanyak dua
kali adalah 2,67% dan hanya 0,66% konsumen
membeli produk furniture sebanyak lebih dari dua kali
dalam satu tahun terakhir.
Tempat membel i produk furni ture
selanjutnya adalah di UD.Putra Gembira sebesar 38%.
Adapun pembelian di UD Putra Gembira sebanyak
12% karena kualitas lebih baik, dan sebesar 16%
karena harga lebih murah atau harga lebih kompetitif,
karena adanya discount yang menarik sebanyak
3,33% dan karena adanya jaminan purna jual
sebanyak 4%, dan cara pembayaran 2,66%. Dan rata-
rata konsumen membeli produk furniture di UD Putra
Gembira dalam satu tahun terakhir sebanyak satu kali
adalah 26%, membeli produk furniture sebanyak dua
kali adalah 7,33% dan hanya 4,67% konsumen
membeli produk furniture sebanyak lebih dari dua kali
dalam satu tahun terakhir.
Adapun tempat membeli produk furniture
selanjutnya adalah di UD. Prambanan Interior sebesar
20%. Adapun alasan pembelian di UD Prambanan
Interior, sebanyak 7,33% karena kualitas lebih baik,
dan sebesar 5,33% karena harga lebih murah atau
harga lebih kompetitif, karena adanya discount yang
menarik sebanyak 3,33% dan karena adanya jaminan
purna jual sebanyak 4%, dan karena cara pembayaran
yang bisa di angsur sebesar 1,33%. Dan rata-rata
konsumen membeli produk furniture di UD
Prambanan Interior dalam satu tahun terakhir
sebanyak satu kali adalah 13,33%, membeli produk
furniture sebanyak dua kali adalah 5,33% dan hanya
1,33% konsumen membeli produk furniture sebanyak
lebih dari dua kali dalam satu tahun terakhir.
Diketahui bahwa tanggapan konsumen
terhadap produk furniture almari yang dibeli
dimanfaatkan sebagai sebagai penunjang kebutuhan
rumah tangga sebesar 92,59% dan hanya 7,41%
memanfaatkan produk furniture almari sebagai
interior ruangan di rumah. Pertimbangan konsumen
dalam membeli produk furniture almari karena harga
sebesar 37,04%, karena kualitas sebanyak 29,63%
dan hanya 14,81% saja pertimbangan konsumen
dalam membeli produk furniture almari karena
discount, dan 7,4% karena adanya garansi pembelian
dan cara pembayaran yang bisa dilakukan dengan
mengangsur sebesar 11,11%. Adapun kapan
konsumen membeli produk furniture almari,
sebanyak 55,55% pada saat produk furniture almari
dibutuhkan, dan 29,63% ketika produk furniture yang
dimiliki sudah rusak, dan hanya 14,81% ketika produk
furniture almari ada model baru. Tempat membeli
produk furniture almari paling banyak dilakukan
konsumen di UD. Putra Gembira sebanyak 31,67%
dengan alasan harga lebih murah atau harga lebih
kompetitif , kualitas produk lebih bagus. Tempat
membeli produk furniture almari yang kedua adalah di
UD. Malioboro sebanyak 25,83% dengan alasan
kualitas lebih baik dan harga lebih murah. Dan rata-
rata konsumen membeli produk furniture almari
dalam satu tahun terakhir sebanyak satu kali adalah
74,08%, membeli produk furniture almari sebanyak
dua kali adalah 14,8% dan hanya 11,11% konsumen
membeli produk furniture almari sebanyak lebih dari
dua kali dalam satu tahun terakhir. Frekuensi
pembelian produk furniture almari sebanyak satu kali
dalam satu tahun terakhir dilakukan di UD. Putra
Gembira sebanyak 22,22%, di UD. Malioboro
sebanyak 22,22%, di UD. Gunung Jati sebanyak
22,22%, dan di UD. Prambanan Interior sebanyak
22,22%. Sedangkan frekuensi pembelian lebih dari
dua kali dalam satu tahun terakhir dilakukan oleh
konsumen di UD. Putra Gembira sebanyak 3,7% dari
total konsumen yang membeli produk furniture almari
sebesar 27 orang.
PERILAKU KONSUMEN PRODUK
FURNITURE SOFA/MEJA KURSI
diketahui bahwa tanggapan konsumen
terhadap produk furniture sofa/meja kursi yang dibeli
dimanfaatkan sebagai sebagai penunjang kebutuhan
rumah tangga sebesar 91% dan hanya 9%
memanfaatkan produk furniture sofa/meja kursi
sebagai interior ruangan di rumah. Pertimbangan
konsumen dalam membeli produk furniture karena
harga sebesar 40,90%, karena kualitas sebanyak
34,84% dan hanya 10,61% saja pertimbangan
konsumen dalam membeli produk furniture karena
60 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008
discount. Adapun kapan konsumen membeli produk
furniture, sebanyak 50% pada saat produk furniture
dibutuhkan, dan 31,82% ketika produk furniture yang
dimiliki sudah rusak, dan hanya 18,18% ketika produk
furniture ada model baru. Tempat membeli produk
furniture 31,82% di UD. Putra Gembira dengan alasan
13,63% harga lebih murah atau harga lebih kompetitif,
10,60% karena kualitas produk lebih bagus, dan
karena adanya jaminan purna jual sebanyak 4,54%,
dan karena cara pembayaran yang bisa kurang sebesar
1,51%. Dan rata-rata konsumen membeli produk
furniture dalam satu tahun terakhir sebanyak satu kali
adalah 68,18%, membeli produk furniture sebanyak
dua kali adalah 19,70% dan hanya 12,12% konsumen
membeli produk furniture sebanyak lebih dari dua kali
dalam satu tahun terakhir. Frekuensi pembelian
produk furniture paling banyak dilakukan oleh
konsumen lebih dari satu kali yaitu di UD. Putra
Gembira sebanyak 7,57%, di UD. Malioboro
sebanyak 6,06%. Tempat pembelian produk furniture
yang sering dilakukan oleh konsumen lebih dari tiga
kali dalam satu tahun terakhir adalah di UD. Putra
Gembira sebanyak 4,54% dari total konsumen yang
membeli produk furniture sofa/meja kursi sebesar 66
orang.
PERILAKU KONSUMEN PRODUK
FURNITURE DIPAN/RANJANG
Dapat diketahui bahwa tanggapan konsumen
terhadap produk furniture dipan/ranjang yang dibeli
dimanfaatkan sebagai sebagai penunjang kebutuhan
rumah tangga sebesar 80% dan hanya 20%
memanfaatkan produk furniture almari sebagai
interior ruangan di rumah. Pertimbangan konsumen
dalam membeli produk furniture dipan/ranjang karena
harga sebesar 33,33%, karena kualitas sebanyak
26,67% dan 20% pertimbangan konsumen dalam
membeli produk furniture dipan/ranjang karena
discount, dan 13,33% karena adanya garansi
pembelian dan 6,67% karena cara pembayaran yang
bisa kurang. Adapun kapan konsumen membeli
produk furniture dipan/ranjang, sebanyak 66,67%
pada saat produk furniture dipan/ranjang dibutuhkan,
dan 20% ketika produk furniture yang dimiliki sudah
rusak, dan hanya 13,33% ketika produk furniture
dipan/ranjang ada model baru. Tempat membeli
produk furniture dipan/ranjang paling banyak
dilakukan konsumen di UD. Putra Gembira sebanyak
33,33% dengan alasan harga lebih murah atau harga
lebih kompetitif , kualitas produk lebih bagus. Tempat
membeli produk furniture dipan/ranjang yang kedua
adalah di UD. Malioboro sebanyak 33,33% dengan
alasan kualitas lebih baik dan harga lebih murah. Dan
rata-rata konsumen membeli produk furniture
dipan/ranjang dalam satu tahun terakhir sebanyak satu
kali adalah 73,33%, dan sebanyak 20% konsumen
membeli produk furniture dipan/ranjang sebanyak
lebih sekali dalam satu tahun terakhir, dan sebanyak
6,67% konsumen membeli produk furniture
dipan/rangjang lebih dari dua kali dalam satu tahun
terakhir. Frekuensi pembelian produk furniture
dipan/ranjang sebanyak satu kali dalam satu tahun
terakhir dilakukan di UD. Putra Gembira sebanyak
20%, di UD. Malioboro sebanyak 26,67%, di UD.
Gunung Jati sebanyak 13,33%, dan di UD. Prambanan
Interior sebanyak 13,33%. Sedangkan frekuensi
pembelian lebih dari dua kali dalam satu tahun
terakhir dilakukan oleh konsumen di UD. Putra
Gembira sebanyak 6,67% dari total konsumen yang
membeli produk furniture dipan/ranjang sebesar 15
orang.
PERILAKU KONSUMEN PRODUK
FURNITURE MEJA RIAS
Diketahui bahwa tanggapan konsumen
terhadap produk furniture Meja Rias yang dibeli
dimanfaatkan sebagai sebagai penunjang kebutuhan
rumah tangga sebanyak 88,23%. dan sebanyak
11,76% yang memanfaatkan produk furniture meja
rias sebagai interior ruangan di rumah. Pertimbangan
konsumen dalam membeli produk furniture meja rias
karena harga yang ditawarkan oleh toko furniture di
Jombang relatif terjangkau 35,29%, karena kualitas
produk yang baik sebanyak 29,41%, dan 17,65%
pertimbangan konsumen dalam membeli produk
furniture meja rias karena adanya discount pembelian.
Adapun kapan konsumen membeli produk furniture
meja rias, sebanyak 58,82% pada saat produk
furniture meja rias dibutuhkan, dan 17,65% ketika
produk furniture meja rias ada model baru. Tempat
membeli produk furniture meja rias paling banyak
61
dilakukan konsumen di UD. Putra Gembira sebanyak
35,30% dengan alasan harga lebih murah atau harga
lebih kompetitif , kualitas produk lebih bagus. Tempat
membeli produk furniture meja rias yang kedua
adalah di UD. Malioboro sebanyak 29,41% dengan
alasan harga lebih kompetitif. Rata-rata konsumen
membeli produk furniture meja rias dalam satu tahun
terakhir sebanyak satu kali adalah 58,82%, dan
konsumen membeli produk furniture meja rias
sebanyak dua kali adalah sebanyak 29,41% dalam satu
tahun terakhir. Frekuensi pembelian produk furniture
meja rias sebanyak satu kali dalam satu tahun terakhir
dilakukan di UD. Putra Gembira sebanyak 17,65%, di
UD. Malioboro sebanyak 17,65%, di UD. Gunung Jati
sebanyak 17,65%, dan di UD. Prambanan Interior
sebanyak 5,88%. Sedangkan frekuensi pembelian
lebih dari dua kali dalam satu tahun terakhir dilakukan
oleh konsumen di UD. Putra Gembira sebanyak
5,88% dan UD Malioboro sebanyak 5,88% dari total
konsumen yang membeli produk furniture meja rias
sebanyak 17 orang.
PERILAKU KONSUMEN PRODUK
FURNITURE BUFFET
Diketahui bahwa tanggapan konsumen
terhadap produk furniture Buffet yang dibeli oleh
konsumen dimanfaatkan sebagai sebagai penunjang
kebutuhan rumah tangga sebesar 76% dan sebanyak
24% memanfaatkan produk furniture buffet sebagai
interior ruangan di rumah. Pertimbangan konsumen
dalam membeli produk furniture buffet karena harga
yang ditawarkan oleh toko furniture di Jombang
relatif lebih terjangkau 36%, karena kualitas produk
furniture buffet lebih bagus sebanyak 28% dan
sebanyak 16% pertimbangan konsumen dalam
membeli produk furniture buffet karena adanya
discount pembelian yang menarik. Adapun kapan
konsumen membeli produk furniture buffet, sebanyak
68% pada saat produk furniture buffet dibutuhkan,
dan 20% ketika produk furniture buffet yang dimiliki
sudah rusak, dan hanya 12% ketika produk furniture
buffet ada model baru. Tempat membeli produk
furniture buffet paling banyak dilakukan konsumen di
UD. Malioboro sebanyak 32% dengan alasan harga
lebih murah atau harga lebih kompetitif dan kualitas
produk lebih bagus. Tempat membeli produk furniture
buffet yang kedua adalah di UD. Putra Gembira
sebanyak 28% dengan alasan harga lebih murah.
Rata-rata konsumen membeli produk furniture buffet
dalam satu tahun terakhir sebanyak satu kali adalah
64%, membeli produk furniture buffet sebanyak dua
kali adalah 28%, dan hanya sebanyak 8% konsumen
membeli produk furniture lebih dari dua kali dalam
satu tahun terakhir. Frekuensi pembelian produk
furniture buffet satu kali dalam satu tahun terakhir
dilakukan di UD. Putra Gembira sebanyak 16%, di
UD. Malioboro sebanyak 20%, di UD. Gunung Jati
sebanyak 16%, dan di UD. Prambanan Interior
sebanyak 8%. Sedangkan frekuensi pembelian lebih
dari dua kali dalam satu tahun terakhir dilakukan oleh
konsumen di UD. Putra Gembira sebanyak 8% di UD
Malioboro 4%, dan di Ud Prambanan Interior
sebanyak 4% dari total konsumen yang membeli
produk furniture Buffet sebesar 25 orang.
Simpulan
Hasil penelitian yang dilakukan diketahui
bahwa produk furniture yang paling banyak dibeli
oleh konsumen di Jombang adalah jenis furniture
sofa/meja kursi. Produk furniture sofa/meja kursi
tersebut lebih banyak dimanfaatkan untuk kebutuhan
rumah tangga dan sebagian kecil memanfaatkan
sebagai interior ruangan. Konsumen dalam membeli
produk furniture sofa/meja kursi lebih banyak
mempertimbangkan segi harga yang relatif terjangkau
dan kualitasnya cukup baik. Tempat membeli produk
furniture sofa/meja kursi yang paling banyak
dilakukan oleh konsumen di Jombang adalah di UD.
Putra Gembira, karena alasan harga yang ditawarkan
relatif lebih murah dibandingkan dengan toko-toko
furniture yang lainnya. Dalam satu tahun terakhir
konsumen dalam membeli produk furniture sofa/meja
kursi paling banyak dilakukan sekali, dan pembelian
dilakukan lebih dari dua kali terjadi di UD. Putra
Gembira.
Produk furniture yang dibeli oleh konsumen
di Jombang setelah sofa/meja kursi adalah almari.
Almari tersebut lebih banyak dimanfaatkan untuk
kebutuhan rumah tangga dan sebagian kecil
memanfaatkan sebagai interior ruangan. Konsumen
dalam membeli produk furniture almari kursi lebih
62 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008
banyak mempertimbangkan segi harga yang relatif
terjangkau dan kualitasnya cukup baik. Tempat
membeli produk almari yang paling banyak dilakukan
oleh konsumen di Jombang adalah di UD. Putra
Gembira, karena alasan harga yang ditawarkan relatif
lebih murah dibandingkan dengan toko-toko furniture
yang lainnya, sebagai pilihan tempat membeli yang
kedua adalah di UD Malioboro, dengan alasan
kualitas produk lebih baik. Dalam satu tahun terakhir
konsumen dalam membeli produk furniture almari
paling banyak dilakukan sekali, dan pembelian
dilakukan lebih dari dua kali terjadi di UD. Putra
Gembira.
Dapat diketahui pula bahwa produk furniture
yang dibeli oleh konsumen di Jombang yang ketiga
adalah jenis furniture dipan/ranjang. Produk furniture
dipan/ranjang tersebut lebih banyak dimanfaatkan
untuk kebutuhan rumah tangga. Konsumen dalam
membeli produk furniture dipan/ranjang lebih banyak
mempertimbangkan segi harga yang relatif terjangkau
dan kualitasnya cukup baik. Tempat membeli produk
furniture dipan/ranjang yang paling banyak dilakukan
oleh konsumen di Jombang adalah di UD. Putra
Gembira, dan UD Malioboro karena alasan harga
yang ditawarkan relatif lebih murah dibandingkan
dengan toko-toko furniture yang lainnya. Sedangkan
tempat pembelian alternatif adalah di UD Prambanan
Interior, dan UD Gunung Jati dengan alasan kualitas
produk lebih baik dan harga lebih kompetitif. Dalam
satu tahun terakhir konsumen dalam membeli produk
furniture dipan/ranjang paling banyak dilakukan
sekali, dan pembelian dilakukan lebih dari dua kali
dalam satu tahun terakhir terjadi di UD. Putra
Gembira.
Produk furniture yang dibeli oleh konsumen
di Jombang keempat adalah meja rias. Meja rias
tersebut lebih banyak dimanfaatkan untuk menunjang
kebutuhan rumah tangga. Konsumen dalam membeli
produk furniture meja rias lebih banyak
mempertimbangkan segi harga yang relatif terjangkau
dan kualitasnya cukup baik. Tempat membeli produk
meja rias yang paling banyak dilakukan oleh
konsumen di Jombang adalah di UD. Putra Gembira,
karena alasan harga yang ditawarkan relatif lebih
murah dibandingkan dengan toko-toko furniture yang
lainnya, sebagai pilihan tempat membeli yang kedua
adalah di UD Malioboro, dengan alasan kualitas
produk lebih baik. Dalam satu tahun terakhir
konsumen dalam membeli produk furniture meja rias
paling banyak dilakukan sekali, dan pembelian
dilakukan lebih dari dua kali dalam satu tahun terakhir
terjadi di UD. Putra Gembira dan UD Malioboro.
Pilihan produk furniture yang dibeli oleh
konsumen di Jombang kelima adalah buffet. Buffet
tersebut lebih banyak dimanfaatkan untuk menunjang
kebutuhan rumah tangga, dan sebagian kecil
memanfaatkan sebagai interior ruangan. Konsumen
dalam membeli produk furniture buffet lebih banyak
mempertimbangkan segi harga yang relatif terjangkau
dan kualitasnya cukup baik. Tempat membeli produk
buffet yang paling banyak dilakukan oleh konsumen
di Jombang adalah di UD. Malioboro, karena alasan
harga yang ditawarkan relatif lebih murah dan kualitas
lebih baik dibandingkan dengan toko-toko furniture
yang lainnya, sebagai pilihan tempat membeli yang
kedua adalah di UD Putra Gembira, dengan alasan
harga produk relatif lebih murah/kompetitif. Dalam
satu tahun terakhir konsumen dalam membeli produk
furniture buffet paling banyak dilakukan sekali, dan
pembelian dilakukan lebih dari dua kali terjadi di UD.
Malioboro, UD Putra Gembira, dan UD Prambanan
Interior.
Saran
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian
keseluruhan, maka selanjutnya akan dikemukakan
beberapa saran/rekomendari kepada toko-toko
furniture yang ada di Jombang antara lain : UD
Malioboro, UD Gunung Jati, UD Putra Gembira, dan
UD Prambanan Interior. sebagai sumbangan
saran,dan kepada peneliti yaitu sebagai berikut :
Toko Furniture UD Malioboro
1. Hasil penelitian diketahui bahwa konsumen di
Jombang dalam membeli produk furniture
untuk jenis almari di UD Malioboro, yang
menjadi pert imbangan adalah karena
kualitasnya lebih bagus. Untuk itu UD
Malioboro harus dapat menjaga kualitas produk
almari dan berusaha secara terus-menerus
untuyk meningkatkan kualitas produk alamri
lebih baik lagi. Dan untuk lebih meningkatkan
pangsa pasar produk furniture almari di
63
Jombang, maka UD Malioboro harus dapat
menawarkan harga untuk jenis almari lebih
kompetitif, dan memberikan discount
pembelian yang lebih besar lagi, agar pilihan
konsumen dalam membeli produk furniture
yang dijual oleh UD Malioboro lebih banyak
lagi.
2. UD Malioboro harus lebih memodifikasi model
jenis furniture almari yang diproduksi/dijual,
agar konsumen lebih banyak pilihan dalam
membeli, dan sekaligus dapat dimanfaatkan
sebagai interior ruangan.
3. Untuk lebih menarik konsumen lebih banyak
dalam membeli sofa/meja kursi yang
diproduksi/dijual oleh UD Malioboro, maka
harga harus lebih kompetitif, dan lebih banyak
lagi dalam memberikan discount dan
memberikan jaminan bahwa produk yang
dihasilkan atau dijual bagus.
4. UD Malioboro harus tetap menjaga dan
meningkatkan kualitas produk dipan/ranjang
lebih bagus lagi, karena kualitas produk
dipan/ranjang yang dihasilkan/dijual oleh UD
Putra Gembira sama-sama kompetitif.
5. Sedangkan untuk jenis produk meja rias yang
dihasilkan/dijual oleh UD Malioboro harus
dapat menawarkan harga yang lebih kompetitif,
karena produk yang sejenis dari UD Putra
Gembira kualitas dan harga yang ditawarkan
lebih kempetitif.
6. Untuk lebih menarik konsumen lebih banyak
dalam membeli buffet yang diproduksi/dijual
oleh UD Malioboro, maka harga harus lebih
kompetitif, dan lebih banyak lagi dalam
memberikan discount dan memberikan jaminan
bahwa produk yang dihasilkan atau dijual bagus.
Toko Furniture Gunung Jati
1. Hasil penelitian diketahui bahwa konsumen di
Jombang dalam membeli produk furniture
untuk jenis almari di UD Gunung Jati, yang
menjadi pert imbangan adalah karena
kualitasnya lebih bagus. Untuk itu UD Gunung
Jati harus dapat menawarkan harga untuk jenis
almari lebih kompetitif, dan memberikan
discount pembelian yang lebih besar lagi, agar
pilihan konsumen dalam membeli produk
furniture yang dijual oleh UD Gunung Jati lebih
banyak lagi.
2. UD Gunung Jati harus lebih memodifikasi
m o d e l j e n i s f u r n i t u r e a l m a r i y a n g
diproduksi/dijual, agar konsumen lebih banyak
pilihan dalam membeli, dan sekaligus dapat
dimanfaatkan sebagai interior ruangan.
3. Untuk lebih menarik konsumen lebih banyak
dalam membeli sofa/meja kursi yang
diproduksi/dijual oleh UD Gunung Jati, maka
harga harus lebih kompetitif, dan lebih banyak
lagi dalam memberikan discount dan
memberikan jaminan bahwa produk yang
dihasilkan atau dijual bagus.
4. UD Gunung Jati harus tetap menjaga dan
meningkatkan kualitas produk dipan/ranjang
lebih bagus lagi, karena kualitas produk
dipan/ranjang yang dihasilkan/dijual oleh UD
Putra Gembira sama-sama kompetitif.
5. Sedangkan untuk jenis produk meja rias yang
dihasilkan/dijual oleh UD Gunung Jati harus
dapat menawarkan harga yang lebih kompetitif,
karena produk yang sejenis dari UD Putra
Gembira kualitas dan harga yang ditawarkan
lebih kempetitif.
6. Untuk lebih menarik konsumen lebih banyak
dalam membeli buffet yang diproduksi/dijual
oleh UD Gunung Jati, maka harga harus lebih
kompetitif, dan lebih banyak lagi dalam
memberikan discount dan memberikan jaminan
bahwa produk yang dihasilkan atau dijual bagus.
Toko Furniture Putra Gembira
1. Hasil penelitian diketahui bahwa konsumen di
Jombang dalam membeli produk furniture
untuk jenis almari di UD Putra Gembira, yang
menjadi pert imbangan adalah karena
kualitasnya lebih bagus. Untuk itu UD Putra
Gembira harus dapat menawarkan harga untuk
jenis almari lebih kompetitif, dan memberikan
discount pembelian yang lebih besar lagi, agar
pilihan konsumen dalam membeli produk
furniture yang dijual oleh UD Putra Gembira
lebih banyak lagi.
2. UD Putra Gembira harus lebih memodifikasi
m o d e l j e n i s f u r n i t u r e a l m a r i y a n g
64 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008
diproduksi/dijual, agar konsumen lebih banyak
pilihan dalam membeli, dan sekaligus dapat
dimanfaatkan sebagai interior ruangan.
3. Untuk lebih menarik konsumen lebih banyak
dalam membeli sofa/meja kursi yang
diproduksi/dijual oleh UD Putra Gembira, maka
harga harus lebih kompetitif, dan lebih banyak
lagi dalam memberikan discount dan
memberikan jaminan bahwa produk yang
dihasilkan atau dijual bagus.
4. UD Putra Gembira harus tetap menjaga dan
meningkatkan kualitas produk dipan/ranjang
lebih bagus lagi, karena kualitas produk
dipan/ranjang yang dihasilkan/dijual oleh UD
Malioboro sama-sama kompetitif.
5. Sedangkan untuk jenis produk meja rias yang
dihasilkan/dijual oleh UD Putra Gembira harus
dapat menawarkan harga yang lebih kompetitif,
karena produk yang sejenis dari UD Duaa Putra
kualitas dan harga yang ditawarkan lebih
kempetitif.
6. Untuk lebih menarik konsumen lebih banyak
dalam membeli buffet yang diproduksi/dijual
oleh UD Putra Gembira, maka harga harus lebih
kompetitif, dan lebih banyak lagi dalam
memberikan discount dan memberikan jaminan
bahwa produk yang dihasilkan atau dijual bagus.
Toko Furniture Prambanan Interior
1. Hasil penelitian diketahui bahwa konsumen di
Jombang dalam membeli produk furniture
untuk jenis almari di UD Prambanan Interior,
yang menjadi pertimbangan adalah karena
kualitasnya lebih bagus. Untuk itu UD
Prambanan Interior harus dapat menawarkan
harga untuk jenis almari lebih kompetitif, dan
memberikan discount pembelian yang lebih
besar lagi, agar pilihan konsumen dalam
membeli produk furniture yang dijual oleh UD
Putra Gembira lebih banyak lagi.
2. UD Prambanan Interior harus lebih
memodifikasi model jenis furniture almari yang
diproduksi/dijual, agar konsumen lebih banyak
pilihan dalam membeli, dan sekaligus dapat
dimanfaatkan sebagai interior ruangan.
3. Untuk lebih menarik konsumen lebih banyak
dalam membeli sofa/meja kursi yang
diproduksi/dijual oleh UD Prambanan Interior,
maka harga harus lebih kompetitif, dan lebih
banyak lagi dalam memberikan discount dan
memberikan jaminan bahwa produk yang
dihasilkan atau dijual bagus.
4. UD Prambanan Interior harus tetap menjaga dan
meningkatkan kualitas produk dipan/ranjang
lebih bagus lagi, karena kualitas produk
dipan/ranjang yang dihasilkan/dijual oleh UD
Malioboro sama-sama kompetitif.
5. Sedangkan untuk jenis produk meja rias yang
dihasilkan/dijual oleh UD Prambanan Interior
harus dapat menawarkan harga yang lebih
kompetitif, karena produk yang sejenis dari UD
Malioboro kualitas dan harga yang ditawarkan
lebih kempetitif.
6. Untuk lebih menarik konsumen lebih banyak
dalam membeli buffet yang diproduksi/dijual
oleh UD Prambanan Interior, maka harga harus
lebih kompetitif, dan lebih banyak lagi dalam
memberikan discount dan memberikan jaminan
bahwa produk yang dihasilkan atau dijual bagus.
Kepada Peneliti
1. Penelitian ini menggunakan sampel size sebesar
150 responden dari jumlah populasi yang tidak
teridentifikasi dari empat toko furniture di
Jombang, untuk melihat lebih jelas perilaku
konsumen produk furniture di Jombang dapat
dilakukan penelitian lanjutan, yang lebih banyak
lagi toko-toko furniture yang digunakan sebagai
tempat penelitian dan sampel penelitian menjadi
lebih besar.
2. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan
menambah item-item produk furniture yang lain,
agar nampak jelas produk-produk furniture apa
saja dan modelnya yang dibeli oleh konsumen di
Jombang selain, Almari, Sofa/meja kursi,
Dipan/ranjang, meja rias dan buffet.
3. Penelitian mengenai perilaku konsumen produk
furniture di Jombang ini, selanjutnya dapat
dilakukan dengan menggunakan analisis statistik
inferensial yaitu dengan mencoba mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan
konsumen dalam membeli produk furniture di
65
Jombang. Sehingga akan jelas faktor-faktor apa
saja yang menjadi pertimbangan konsumen
dalam membeli produk furniture di Jombang.
DAFTAR PUSTAKA
Basu Swastha DH, Irawan, Mnajemen Pemasaran
Modern , Edisi kedua, BPFE,
Yogyakarta, 1990
Basu Swastha DH dan T. Hani Handoko,
Manajemen Pemasaran Analisa
Perilaku Konsumen, Edisi Kedua,
Liberty, Yogyakarta, 1999
Basu Swastha DH, dan Ibnu Sukotjo,W, Pengantar
Bisnis Modern, Edisi ketiga, Liberty,
Yogyakaarta, 1993
Engel, JF, Blackwell, RD, Miniard, PW, 1995. th
Consumer Behavior, 8 Ed. Texas:
The Dryden Press.
Husein Umar, 2000, Riset Pemasaran & Perilaku
Konsumen, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Moh. Nasir, 1999, Metodologi Penelitian, Ghalia
Indonesia, Bandung, 1999
Ujang Sumarwan, 2002, Perilaku Konsumen: Teori
d a n P e n e r a p a n n y a d a l a m
Pemasaran, Ghalia Indonesia, Bogor.
Philip Khotler, Dasar-dasar Pemasaran, Jilid Satu,
Edisi kedua, CV Intermedia, Jakarta,
1984
Sugiyono, Statistik untuk Penelitian, Alfabeta,
Baandung, 1997
Sutrisno hadi, Metodologi Research, Fakultas
Psikologi UGM, Yogyakarta, 1992
Winardi, Manajemen Pemasaran, Penerbit CV.
Sinar Baru, Bandung, 1981
Winardi, Marketing dan Perilaku Konsumen,
Penerbit, Maju Mundur, Bandung,
2001
DAFTAR PUSTAKA
Basu Swastha DH, Irawan, Mnajemen Pemasaran Modern, Edisi kedua, BPFE, Yogyakarta, 1990
Basu Swastha DH dan T. Hani Handoko, Manajemen Pemasaran Analisa Perilaku Konsumen, Edisi
Kedua, Liberty, Yogyakarta, 1999
Basu Swastha DH, dan Ibnu Sukotjo,W, Pengantar Bisnis Modern, Edisi ketiga, Liberty, Yogyakaarta, 1993
th Engel, JF, Blackwell, RD, Miniard, PW, 1995. Consumer Behavior, 8 Ed. Texas: The Dryden Press.
Husein Umar, 2000, Riset Pemasaran & Perilaku Konsumen, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Moh. Nasir, 1999, Metodologi Penelitian, Ghalia Indonesia, Bandung, 1999
Ujang Sumarwan, 2002, Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran, Ghalia Indonesia,
Bogor.
Philip Khotler, Dasar-dasar Pemasaran, Jilid Satu, Edisi kedua, CV Intermedia, Jakarta, 1984
Sugiyono, Statistik untuk Penelitian, Alfabeta, Baandung, 1997
Sutrisno hadi, Metodologi Research, Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta, 1992
Winardi, Manajemen Pemasaran, Penerbit CV. Sinar Baru, Bandung, 1981
Winardi, Marketing dan Perilaku Konsumen, Penerbit, Maju Mundur, Bandung, 2001
ANALISIS RATIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA PADA PERUSAHAAN AUTOMOTIVE and ALLIED
PRODUCTS DI BURSA EFEK INDONESIA
Yuniep Mujati S
Abstract
One of the way to count company work is analyzing company's financial statement. The statement is financial
information and activities of the company each year as accounting information system in that company and can
be shown to investor. The aim of this research is knowing ratio analyze and financial use base on Finance' ratio
analyze which consist of: Liquidity, solvability and profitability ratio. Those analyze can be used as the strength
and weakness from company's finance.
Untuk meningkatkan aktivi tas dan
mengembangkan usaha, perusahaan Automotive and
Allied Products memerlukan dana yang tidak sedikit.
Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan dana
tersebut adalah dengan menjual saham di pasar modal
(go public). Dengan terdaftarnya perusahaan
Automotive and Allied Products di Bursa Efek
Indonesia, maka perusahaan akan mendapat
tambahan modal yang diharapkan mampu untuk
mengembangkan usaha dan meningkatkan
produksinya. Dalam hal ini bukan hanya modal saja
yang menjadi ukuran bagi perusahaan Automotive and
Allied Products untuk bisa mengembangkan usaha
tetapi berhasil atau tidaknya operasi bisnis lebih
banyak dipengaruhi oleh bagaimana cara perusahaan
mengelolanya. Perusahaan Automotive and Allied
Products yang telah terdaftar di BEI memiliki peluang
berkembang lebih besar, karena perusahaan yang
telah listing tersebut dituntut lebih profesional dan
juga lebih transparan dalam mengelola usaha serta
menyajikan laporan keuangan kepada pihak-pihak
yang berkepentingan dalam perusahaan tersebut.
Kondisi keuangan suatu perusahaan
Automotive and Allied Products dapat diketahui dari
laporan keuangan perusahaan, yang terdiri dari
Neraca, Laporan Laba Rugi, dan Laporan lain. Bagi
manajemen perusahaan Automotive and Allied
Products, dengan mengetahui posisi keuangan
perusahaan akan dapat menyusun rencana yang lebih
baik, memperbaiki sistem pengawasannya dan
menentukan kebijakan-kebijakan yang lebih tepat.
Tetapi yang terpenting bagi manajemen adalah bahwa
laporan keuangan tersebut merupakan alat untuk
mempertanggungjawabkan kepada pemilik
perusahaan, investor, dan publik atas kepercayaan
yang diberikan dan analisis yang digunakan untuk
menilai kinerja perusahaan yaitu dengan
menggunakan analisis rasio keuangan
Laporan Keuangan
Definisi laporan keuangan menurut SAK
(2004:4):
“Laporan keuangan merupakan bagian dari proses
pelaporan keuangan, laporan keuangan yang lengkap
biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan
perubahan posisi keuangan, catatan dan laporan lain
serta materi penjelasan yang merupakan bagian
integral dari laporan keuangan”.
Jadi Laporan keuangan adalah merupakan
bentuk informasi yang dapat dipakai sebagai dasar
untuk penerapan kebijakan perusahaan di masa yang
akan datang. Sedangkan laporan keuangan yang
lengkap meliputi neraca, laporan rugi laba, laporan
perubahan modal, catatan atas laporan keuangan, dan
laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan
bagian integral dari laporan keuangan, juga termasuk
Yuniep Mujati S, Dosen STIE PGRI Dewantara Jombang
66
scedul dan informasi tambahan yang berkenaan
dengan laporan tersebut.
Tujuan Laporan Keuangan
Menurut SAK (2004:4) tujuan laporan keuangan
adalah 1) Menyediakan informasi yang menyangkut
kinerja keuangan serta posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar
pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi, 2)
Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini
memenuhi sebagian besar pemakai. Namun demikian
laporan keuangan tidak menyediakan semua laporan
informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi, karena secara
umum menggambarkan pengaruh kejadian keuangan
dimasa lalu dan tidak diwajibkan untuk menyediakan
informasi non keuangan, 3) Menunjukkan apa yang
t e l a h d i l a k u k a n m a n a j e m e n , a t a u
pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya
yang dipercayakan kepadanya. Dan menurut SAK
(2004:1) ada beberapa karakteristik kualitatif pokok
yaitu dapat dipahami, relevan, keandalan dan dapat
dibandingkan.
Pemakai Laporan Keuangan
Adapun pihak-pihak pemakai laporan keuangan dan
kebutuhan informasinya secara terperinci dijelaskan
sebagai berikut Investor, Karyawan. Pemberi
pinjaman, Pemasok dan kreditor lainnya, Pelanggan,
Pemerintah. Masyarakat.
Analisis Laporan Keuangan
Menurut Harahap (1998:190) Analisis laporan
keuangan adalah menguraikan pos-pos laporan
keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan
melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau
yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain
baik antara data kuantitatif maupun non kuantitatif
dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan
lebih dalam yang sangat penting dalam proses
menghasilkan keputusan yang tepat. Jadi Analisis
laporan keuangan adalah suatu proses untuk
membedah laporan keuangan ke dalam unsur-
unsurnya, menelaah unsur-unsur tersebut, dan
menelaah hubungan diantara unsur-unsur tersebut,
dengan tujuan untuk memperoleh pengertian dan
pemahaman yang baik dan tepat atas laporan
keuangan itu sendiri.
Tujuan Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan dimaksudkan
untuk menambah informasi yang ada dalam suatu
laporan keuangan. Prastowo (2002:52): a)
Memberikan informasi yang lebih luas dari pada yang
terdapat pada laporan keuangan yang biasa. b)
Menggali informasi yang tidak tampak secara kasat
mata dari suatu laporan keuangan, c) Mengetahui
sifat-sifat hubungan yang akhirnya melahirkan
model-model dan teori yang terdapat pada laporan
seperti untuk memprediksi peningkatan.d) Dapat
memberikan informasi yang digunakan oleh para
pengambil keputusan. e) Dapat menentukan peringkat
(rating) perusahaan menurut kriteria tertentu yang
sudah dikenal dalam dunia bisnis. f) Dapat
membandingkan situasi perusahaan dengan
perusahaan lain dengan periode sebelumnya atau
dengan standar industri normal atau ideal. g) Dapat
memahami situasi dan kondisi keuangan, yang
dialami perusahaan baik posisi keuangan, hasil usaha,
struktur keuangan, dan lainnya. h) Memprediksi apa
yang mungkin dialami perusahaan di masa yang akan
datang.
Metode dan teknik analisis laporan keuangan
Metode dan teknik analisis laporan keuangan
digunakan untuk menentukan dan mengukur
hubungan antara pos-pos yang ada dalam laporan
keuangan. Menurut Dwi Prastowo (2005: 59) metode
analisis laporan keuangan dapat diklasifikasikan
menjadi dua klasifikasi, yaitu:
a. Metode analisis horizontal (dinamis) adalah
metode analisis yang dilakukan dengan cara
membandingkan laporan keuangan untuk
beberapa tahun (periode), sehingga dapat
diketahui perkembangan dan kecenderungannya.
Teknik-teknik analisis yang termasuk pada
klasifikasi metode ini antara lain teknik analisis
perbandingan, analisis trend (index), analisis
sumber dan penggunaan dana, analisis perubahan
laba kotor.
b. Metode analisis vertikal (statis) adalah metode
analisis yang dilakukan dengan cara menganalisis
laporan keuangan pada tahun tertentu, yaitu
dengan membandingkan antara pos yang satu dan
pos lainnya pada laporan keuangan yang sama
67
untuk tahun (periode) yang sama. Teknik-teknik
analisis yang termasuk pada klasifikasi metode ini
antara lain teknik analisis presentase per kapita
(common-size) analisis rasio dan analisis impas.
Analisis Rasio
Analisis rasio merupakan cara penting untuk
menyatakan hubungan yang bermakna di dalam
komponen-komponen dari laporan keuangan. Rasio
laporan keuangan dihitung dengan membagi nilai
rupiah pos yang dilaporkan pada laporan keuangan
dengan nilai rupiah pos lainnya yang dilaporkan.
Tujuannya adalah untuk menyatakan suatu hubungan
diantara dua pos yang relevan yang mudah ditafsirkan
atau dibandingkan dengan informasi lainnya. Rasio-
rasio merupakan pedoman atau jalan pintas yang
bermanfaat dalam mengevaluasi posisi dan kegiatan-
kegiatan keuangan perusahaan dan melakukan
perbandingan-perbandingan dengan hasil dari tahun-
tahun sebelumnya atau dengan perusahaan lainnya.
Menurut Brigham dan Houston (2006 : 119), analisis
rasio digunakan oleh tiga kelompok utama yaitu : 1)
Manajer, yang menerapkan rasio untuk membantu
menganalisis, mengendalikan dan kemudian
meningkatkan operasi perusahaan, 2) Analisis kredit,
yang menganalisis rasio-rasio untuk membantu
memutuskan kemampuan perusahaan untuk
membayar utang-utangnya dan 3) Analisis saham,
yang tertarik pada efisiensi, resiko dan prospek
pertumbuhan perusahaan
Peranan Rasio Sebagai Penilai Kinerja
Perusahaan.
Analisis rasio dalam pelaksanaannya adalah
untuk mengetahui kinerja perusahaan, di mana ada
kecenderungan bahwa terdapat keterkaitan antara
rasio satu dengan yang lainnya. Rasio memberikan
indikator tentang kekuatan keuangan dari suatu
perusahaan. Analisis terhadap rasio yang
menghubungkan unsur-unsur neraca dan perhitungan
rugi laba satu dengan yang lainnya, dapat memberikan
tentang sejarah perusahaan para manajer untuk
memperkirakan reaksi para kreditur dan investor serta
pandangan terhadap perusahaan tentang bagaimana
dana dapat diperoleh. Analisis rasio suatu perusahaan
biasanya merupakan suatu langkah pertama analisis.
Rasio merupakan alat yang bermanfaat bagi pihak-
pihak yang berkepentingan dengan perusahaan.
Ditinjau dari sudut pandang investor analisis rasio
berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan pendapatan dan untuk membayar
deviden yang diharapkan di masa mendatang.
Sedangkan ditinjau dari sudut pandang manajemen,
analisis rasio bermanfaat untuk mengantisipasi
kondisi di masa yang akan datang.
Rasio dirancang untuk memperlihatkan
hubungan antara perkiraan-perkiraan laporan
keuangan. Penggunaan rasio ini akan lebih berarti
apabila dalam menganalisis rasio dilakukan
penelaahan terlebih dahulu baik dari segi
kecenderungan (trend) ataupun nilai absolutnya,
karena dari trend tersebut dapat memberikan petunjuk
apakah kondisi keuangan membaik atau memburuk.
Rasio merupakan perangkat analisis yang
berharga apabila rasio tersebut dibandingkan dengan
suatu standar atau norma. Dengan menggunakan
ras io - ras io ( f i nanc ia l ) pe rusahaan akan
memungkinkan untuk bisa membandingkan rasio
suatu perusahaan dengan perusahaan sejenis lainnya.
Macam-macam Analisis Rasio
Macam-macam rasio yang digunakan dalam
analisis rasio menurut Harahap (1998:301-309) antara
lain: a) Rasio Likuiditas yaitu Current ratio dan Quick
ratio, b) Rasio Solvabilitas yaitu Rasio utang atas
modal dan Rasio utang atas aktiva, c) Rasio Aktivitas
yaitu 1) Perputaran piutang, 2) Perputaran persediaan,
3) Perputaran aktiva tetap, 4) Perputaran total aktiva,
d) Rasio Profitabilitas yaitu 1) Profit margin, 2) ROA
dan 3) ROE
Metode Pembandingan Rasio Keuangan
S y a m s u d d i n ( 2 0 0 0 : 3 9 ) , d a l a m
membandingkan rasio keuangan perusahaan terdapat
dua cara yaitu: a) Cross Sectional Approach yaitu
S u a t u c a r a m e n g e v a l u a s i d e n g a n j a l a n
membandingkan rasio-rasio antara perusahaan yang
satu dengan perusahaan yang lainnya yang sejenis
pada saat yang bersamaan. Atau suatu cara
membandingkan rasio keuangan dengan rasio rata-
rata industri dan b) Time Series Analysis yaitu suatu
cara membandingkan rasio-rasio keuangan
68 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008
perusahaan dari suatu periode ke periode lainnya dan
pendekatan ini untuk mengetahui kemajuan atau
penurunan yang dialami perusahaan.
Keunggulan Analisis Rasio
Menurut Harahap (1998:298) keunggulan analisis
rasio tersebut adalah:
a) Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar
statistik yang lebih mudah dibaca atau
ditafsirkan. b) Merupakan pengganti yang lebih
sederhana dari informasi yang disajikan laporan
keuangan yang sangat rinci dan rumit. c)
Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri
lain. d) Sangat bermanfaat untuk bahan dalam
mengisi model-model pengambilan keputusan
dan model prediksi (Z-score). e) Menstandarisir
s i z e p e r u s a h a a n . f ) L e b i h m u d a h
memperbandingkan perusahaan dengan
perusahaan lain atau melihat perkembangan
perusahaan secara periodik atau “time series”.
b) Lebih mudah melihat trend perusahaan serta
melakukan prediksi di masa yang akan datang.
Keterbatasan Analisis Rasio
Menurut Harahap (1998:298) keterbatasan
analisis rasio tersebut adalah:
a. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat
yang dapat digunakan untuk kepentingan
pemakainya.
b. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi
atau laporan keuangan juga menjadi
keterbatasan teknik ini seperti:
1) Bahan perhitungan rasio atau laporan
keuangan itu banyak mengandung
taksiran dan judgment yang dapat
dinilai bias atau subjektif.
2) Nilai yang terkandung dalam laporan
keuangan dan rasio adalah nilai
perolehan (cost) bukan harga pasar.
3) Klasifikasi dalam laporan keuangan
bisa berdampak pada angka rasio.
4) Metode pencatatan yang tergambar
dalam standar akuntansi bisa
diterapkan berbeda oleh perusahaan
yang berbeda.
c. Jika data untuk menghitung rasio tidak
tersedia maka akan menimbulkan
kesulitan menghitung rasio.
d. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron.
Jika dua perusahaan dibandingkan bisa
saja teknik dan standar akuntansi yang
dipakai tidak sama. Oleh karenanya jika
d i l a k u k a n p e r b a n d i n g a n b i s a
menimbulkan kesalahan.
Kinerja Perusahaan
Kinerja perusahaan merupakan suatu
gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan
yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan,
sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya
keadaan keuangan suatu perusahaan yang
mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu.
Hal ini sangat penting agar sumber daya digunakan
secara optimal dalam menghadapi perubahan
lingkungan.
Penilaian kinerja keuangan merupakan salah
satu cara yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen
agar dapat memenuhi kewajibannya terhadap para
penyandang dana dan juga untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Kinerja
merupakan indikator dari baik buruknya keputusan
manajemen dalam pengambilan keputusan.
Manajemen dapat berinteraksi dengan lingkungan
interen maupun eksteren melalui informasi. Informasi
tersebut lebih lanjut dituangkan atau dirangkum
dalam laporan keuangan perusahaan.
Manfaat Penilaian Kinerja Perusahaan
Adapun manfaat dari penilaian kinerja
perusahaan adalah sebagai berikut:
a) untuk mengukur prestasi yang dicapai oleh suatu
organisasi dalam suatu periode tertentu yang
mencerminkan tingkat keberhasilan pelaksanaan
kegiatannya, b) selain digunakan untuk melihat
kinerja organisasi secara keseluruhan, maka
pengukuran kinerja juga dapat digunakan untuk
menilai kontribusi suatu bagian dalam pencapaian
tujuan perusahaan secara keseluruhan, c) dapat
digunakan sebagai dasar penentuan strategi
perusahaan untuk masa yang akan datang, d) memberi
petunjuk dalam pembuatan keputusan dan kegiatan
organisasi pada umumnya dan divisi atau bagian
69
organisasi pada khususnya dan e) sebagai dasar
penentuan kebijaksanaan penanaman modal agar
dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas
perusahaan.
Tujuan Penilaian Kinerja Perusahaan
Tujuan penilaian kinerja perusahaan menurut
Munawir (2000:31) adalah untuk mengetahui a)
tingkat likuiditas, b) tingkat solvabilitas, c) tingkat
rentabilitas atau profitabilitas, dan d) tingkat stabilitas
usaha.
Laporan Keuangan Sebagai Alat Penilaian
Kinerja Perusahaan
Laporan keuangan merupakan gambaran dari
suatu perusahaan pada waktu tertentu (biasanya
ditunjukkan dalam periode atau siklus akuntansi),
yang menunjukkan kondisi keuangan yang telah
dicapai suatu perusahaan dalam periode tertentu.
Dengan melihat laporan keuangan suatu perusahaan
akan tergambar didalamnya aktivitas perusahaan
tersebut. Oleh karena itu, laporan keuangan
perusahaan merupakan hasil dari suatu proses
akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk
komunikasi dan juga digunakan sebagai alat pengukur
kinerja perusahaan. Penilaian kinerja keuangan suatu
perusahaan merupakan salah satu cara yang dapat
dilakukan oleh manajemen agar dapat memenuhi
kewajibannya terhadap para penyandang dana dan
juga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
perusahaan. Penilaian kinerja perusahaan yang
ditimbulkan sebagai akibat dari proses pengambilan
keputusan manajemen, merupakan persoalan yang
kompleks karena menyangkut efektivi tas
pemanfaatan modal dan efisiensi dari kegiatan
perusahaan yang menyangkut nilai serta keamanan
dari berbagai tuntutan yang timbul terhadap
perusahaan. Jadi dalam menilai kinerja keuangan
perusahaan, dapat digunakan suatu ukuran atau tolok
ukur tertentu. Biasanya ukuran yang digunakan
adalah rasio atau indeks yang menghubungkan dua
data keuangan. Adapun jenis perbandingan dalam
analisis rasio keuangan meliputi dua bentuk yaitu
membandingkan rasio masa lalu, saat ini ataupun
masa yang akan datang untuk perusahaan yang sama.
Dan bentuk yang lain yaitu dengan perbandingan rasio
antara satu perusahaan dengan perusahaan lain yang
sejenis.
Hubungan Antara Analisis Rasio Keuangan
dengan Kinerja Perusahaan
Setiap perusahaan pasti berusaha untuk
mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan. Salah satu
indikator atau cara yang dapat mengetahui
keberhasilan pencapaian tujuan tersebut adalah
dengan menilai kinerjanya. Dimana sebuah
perusahaan dikatakan baik atau berhasil dalam
pencapaian tujuan apabila memiliki kinerja yang baik.
Untuk mengetahui perkembangan suatu perusahaan
salah satunya dapat dilihat dari laporan keuangannya.
Laporan keuangan yang terdiri dari neraca dan
laporan laba rugi ini dianalisis dengan menggunakan
teknik analisis yang relevan. Hasil analisis tersebut
merupakan indikator untuk menginterpretasikan
laporan keuangan tersebut, sehingga menghasilkan
informasi akuntansi yang bermanfaat bagi pihak yang
berkepentingan.
Penilaian kinerja suatu perusahaan dilakukan
dengan cara menilai data yang diperoleh dari laporan
keuangan yang disajikan oleh perusahaan, faktor
pengambilan dan ketersediaan data keuangan
perusahaan merupakan hal yang mutlak dan penting,
sehingga gambaran kinerja perusahaan akan lebih
akurat dan berguna bagi pihak yang berkepentingan
jika telah dilakukan analisis terhadap laporan
keuangan tersebut. Bagi pihak manajemen dalam
suatu perusahaan, analisis laporan keuangan sangat
berguna untuk menilai keberhasilan dalam mengelola
dana yang tersedia. Dan dari informasi tersebut akan
sangat bermanfaat dalam menetapkan kebijaksanaan
yang penting untuk memperbaiki posisi, kondisi
maupun (Performance) atau kinerja keuangan
perusahaan.
70 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008
METODE PENELITIAN
Model Teori
Model teori
Rasio aktivitas:
Perputaran piutang Perputaran persediaan
Perputaran aktiva tetap
Perputaran total aktiva
Analisis rasio keuangan
Rasio solvabilitas:
Rasio utang atas modal
Rasio utang atas aktiva
Rasio profitabilitas: Profit margin
ROA ROE
Rasio likuiditas: Current ratio
Quick ratio
Kinerja perusahaan
Laporan keuangan Neraca Laporan Rugi Laba
Pengukuran
Pengukur yang digunakan adalah dengan
Analisis Rasio :
1. Rasio Likuiditas yaitu a) Current ratio, terdiri
dari: Aktiva lancar dan Utang lancar, b) Quick
ratio, terdiri dari: Aktiva lancar, Persediaan dan
Utang lancar
2. Rasio Solvabilitas yaitu a) Rasio Utang atas
Modal, terdiri dari Total Utang dan Modal, b)
Rasio Total Utang, terdiri dari Total Utang dan
Total Aset
3. Rasio Aktivitas yaitu a) Perputaran Piutang, terdiri
dari Penjualan Kredit Bersih dan Rata-rata
Piutang, b) Perputaran Persediaan, terdiri dari
Harga Pokok Penjualan dan Rata-rata Persediaan,
c) Perputaran Aktiva Tetap, terdiri dari Penjualan
dan Aktiva Tetap dan d) Perputaran Total Aktiva,
terdiri dari Penjualan dan Total Aktiva
4. Rasio Profitabilitas yaitu a) Profit Margin
adalah Laba Bersih dan Penjualan, b) ROA adalah
Laba Bersih dan Total Aset, dan c) ROE adalah
Laba Bersih dan Total Equity
Penentuan Populasi dan Sampel
Populasi bisa diart ikan merupakan
sekelompok individu tertentu yang memiliki satu atau
lebih karakteristik umum yang menjadi pusat
perhatian bagi peneliti. Dalam penyusunan penelitian
ini yang menjadi populasi adalah perusahaan
Automotive and Allied Products yang berjumlah 20
perusahaan.
Sedangkan pengertian sampel menurut
Sugiyono ( 2008:116) adalah: Bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh suatu populasi.
Sampel merupakan proporsi kecil dari suatu
populasi”.
Sampel untuk penelitian ini adalah laporan
keuangan perusahaan Automotive and Allied Products
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yakni
mulai tahun 2004 sampai 2007 sebanyak 10
perusahaan dari populasi 20 perusahaan. Hal ini
dikarenakan dari ke 20 perusahan yang diteliti hanya
10 perusahaan saja dapat memenuhi kreteria
penelitian seperti kelengkapan Data berupa: Laporan
Keuangan (Neraca dan Laporan Rugi Laba).
Teknik Analisis Data
Analisis Rasio terdiri dari :
a. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas menggambarkan
kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan
kewajiban jangka pendeknya.
1) Current ratio
Current ratio = LancarUtang
LancarAktiva
2) Quick ratio
Quick ratio = LancarUtang
PersediaanLancarAktiva -
b. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-
kewajibannya apabila perusahaan likuidasi
1) Rasio Utang atas Modal
Rasio Utang atas Modal = Modal
UtangTotal
2) Rasio Utang atas Aktiva
Rasio Utang atas Aktiva = AktivaTotal
UtangTotal
71
c. Rasio Aktivitas
Rasio ini menggambarkan aktivitas yang
dilakukan perusahaan dalam menjalankan
operasinya baik dalam kegiatan penjualan,
pembelian, dan kegiatan lainnya.
1) Perputaran Piutang
Perputaran Piutang = PiutangrataRata
Penjualan
-
2) Perputaran Persediaan
Perputaran Persediaan = PersediaanrataRata
PenjualanPokokHarga
-
3) Perputaran Aktiva Tetap
Perputaran Aktiva Tetap = TetapAktiva
Penjualan
4) Perputaran Total Aktiva
Perputaran Total Aktiva = AktivaTotal
Penjualan
d. Rasio Profitabilitas
Rasio rentabilitas atau juga disebut
profitabilitas menggambarkan kemampuan
perusahaan mendapatkan laba melalui semua
kemampuan, dan sumber yang ada seperti
kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan,
jumlah cabang, dan sebagainya. Rasio yang
menggambarkan kemampuan perusahaan
menghasilkan laba disebut juga Operating Ratio.
1) Profit Margin
Profit Margin = Penjualan
BersihLaba
2) ROA
ROA = AktivaTotal
BersihLaba
3) ROE
ROE = SahamModal
BersihLaba
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berikut ini hasil analisis terhadap laporan
keuangan perusahaan mulai tahun 2004-2007.
1) Rasio Likuiditas
a) Current RatioPERHITUNGAN CURRENT RATIO
AUTOMOTIVE AND ALLIED PRODUCTS TAHUN 2004-2007
Keterangan 2004 2005 2006 2007 PT. Astra International 122,22 103,01 78,38 91,24
PT. Indo Kordsa 270,07 285,88 410,33 497,61 PT. Gajah Tunggal 142,50 231,07 194,29 220,85 PT. Indomobil Sukses Internasional 120,58 107,11 95,39 83,62 PT. Indospring 177,19 124,00 98,43 107,05
PT. Prima Alloy Steel Universal 143,82 123,10 108,07 105,03
PT. Polychem Indonesia 156,97 424,70 309,72 240,73
PT. United Tractors 183,87 156,45 133,40 133,94 PT. Selamat Sempurna 183,24 196,13 198,87 170,92 PT. Tunas Ridean 120,59 121,15 114,60 114,69 Rata-rata Industri 162,11 187,26 174,15 176,57
Sumber: Data diolah 2009
b) Quick RatioPERHITUNGAN QUICK RATIO
AUTOMOTIVE AND ALLIED PRODUCTS TAHUN 2004-2007
Keterangan 2004 2005 2006 2007 PT. Astra International 100,46 74,13 58,45 69,78 PT. Indo Kordsa 183,34 161,41 246,62 344,84 PT. Gajah Tunggal 89,57 138,98 109,33 160,84 PT. Indomobil Sukses 88,49 87,45 79,64 70,48
PT. Indospring 56,70 48,10 34,06 37,42 PT. Prima Alloy Steel Universal 113,54 97,60 88,84 74,04 PT. Polychem Indonesia 92,36 260,79 205,22 144,80 PT. United Tractors 120,31 96,88 93,80 93,56 PT. Selamat Sempurna 87,70 112,19 109,20 82,70 PT. Tunas Ridean 97,45 99,63 102,91 103,66
Rata-rata Industri 102,99 117,72 112,81 118,21 Sumber: Data diolah 2009
2) Rasio Solvabilitas
a) Rasio Utang Atas Modal
PERHITUNGAN RASIO UTANG ATAS MODAL AUTOOTIVE AND ALLIED PRODUCTS
TAHUN 2004 – 2007 Keterangan 2004 2005 2006 2007
PT. Astra International 122,61 122,02 140,77 116,87 PT. Indo Kordsa 118,07 86,64 60,84 51,72 PT. Gajah Tunggal 276,43 268,46 240,76 254,37
PT. Indomobil Sukses internasional 1.859,37 1.955,62 2.089,79 2.703,93 PT. Indospring 377,32 589,41 612,56 661,10
PT. Prima Alloy Steel Universal 250,69 333,11 367,82 319,06
PT. Polychem Indonesia 209,76 193,91 218,55 226,19 PT. United Tractors 116,94 158,02 143,80 125,87 PT. Selamat Sempurna 71,02 61,04 52,90 65,44 PT. Tunas Ridean 237,56 301,58 324,11 290,52
Rata-rata Industri 363,98 406,98 425,19 481,51 Sumber: Data diolah 2009
b) Rasio Utang Atas Aktiva
PERHITUNGAN RASIO UTANG ATAS AKTIVA AUTOMOTIVE AND ALLIED PRODUCTS
TAHUN 2004 – 2007 Keterangan 2004 2005 2006 2007
PT. Astra International 50,42 50,78 54,37 49,61 PT. Indo Kordsa 49,06 41,67 33,18 29,74 PT. Gajah Tunggal 73,44 72,86 70,65 71,02
PT. Indomobil Sukses Internasional 89,03 90,36 90,95 91,82 PT. Indospring 78,95 85,47 85,94 86,84 PT. Prima Alloy Stell Universal 71,48 76,91 78,62 76,14 PT. Polychem Indonesia 67,70 65,91 68,58 68,28 PT. United Tractors 53,61 61,01 58,74 55,50 PT. Selamat Sempurna 37,44 34,11 33,29 38,02 PT. Tunas Ridean 70,38 75,10 76,42 74,40
Rata-rata Industri 64,15 65,42 65,07 64,14 Sumber: Data diolah 2009
72 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008
3) Ratio Aktivitas
a) Perputaran Piutang
PERHITUNGAN PERPUTARAN PIUTANG AUTOMOTIVE AND ALLIED PRODUCTS
TAHUN 2004 – 2007 Keterangan 2004 2005 2006 2007
PT. Astra International 149,65 221,46 265,80 334,86 PT. Indo Kordsa 5,94 7,12 6,09 6,24
PT. Gajah Tunggal 10,96 7,78 8,81 10,72 PT. Indomobil Sukses Internasional 16,83 17,84 11,56 20,20
PT. Indospring 4,82 6,83 6,18 8,92
PT. Prima Alloy Steel Universal 1,97 2,50 2,71 2,39
PT. Polychem Indonesia 10,33 9,12 7,51 8,89 PT. United Tractors 3,98 4,69 4,79 5,79 PT. Selamat Sempurna 3,98 4,69 4,79 5,79 PT. Tunas Ridean 3,09 4,32 3,56 4,06
Rata-rata Industri 21,16 28,77 32,87 41,03 Sumber: Data diolah 2009
b) Perputaran Persediaan
PERHITUNGAN PERPUTARAN PERSEDIAAN AUTOMOTIVE AND ALLIED PRODUCTS
TAHUN 2004 – 2007 Keterangan 2004 2005 2006 2007
PT. Astra International 6,03 9,01 10,88 13,47 PT. Indo Kordsa 3,46 4,08 3,84 4,00 PT. Gajah Tunggal 6,165 4,443 5,141 5,951 PT. Indomobil Sukses Internasional 8,83 9,31 5,83 10,47
PT. Indospring 1,51 2,17 2,00 2,58
PT. Prima Alloy Steel Universal 5,74 7,54 8,42 7,27
PT. Polychem Indonesia 6,27 6,05 5,63 5,87
PT. United Tractors 3,96 5,95 6,32 8,32
PT. Selamat Sempurna 2,77 3,31 3,40 4,09
PT. Tunas Ridean 1,82 2,40 2,52 3,14
Rata-rata Industri 4,65 5,43 5,40 6,51
Sumber: Data diolah 2009
c) Perputaran Aktiva Tetap
PERHITUNGAN PERPUTARAN AKTIVA TETAP AUTOMOTIVE AND ALLIED PRODUCTS
TAHUN 2004 – 2007 Keterangan 2004 2005 2006 2007
PT. Astra International 3,73 4,46 4,27 4,97 PT. Indo Kordsa 1,81 2,38 2,20 2,42 PT. Gajah Tunggal 2,14 1,52 1,72 2,04 PT. Indomobil Sukses Internasional 9,76 8,85 5.03 8,65
PT. Indospring 2,29 2,90 1,81 2,61
PT. Prima Alloy Steel Universal 4,90 5,48 6,17 4,97
PT. Polychem Indonesia 1,55 1,46 1,27 1,58 PT. United Tractors 3,76 3,08 2,64 3,29 PT. Selamat Sempurna 3,00 3,50 3,40 3,34 PT. Tunas Ridean 9,15 9,70 7,63 6,98
Rata-rata Industri 4,21 4,33 3,61 4,08 Sumber: Data diolah 2009
d) Perputaran Total Aktiva
PERHITUNGAN PERPUTARAN TOTAL AKTIVA AUTOMOTIVE AND ALLIED PRODUCTS
TAHUN 2004 – 2007 Keterangan 2004 2005 2006 2007
PT. Astra International 0,85 0,97 0,96 1,10 PT. Indo Kordsa 0,86 1,03 0,99 0,99 PT. Gajah Tunggal 1,07 0,65 0,75 0,79 PT. Indomobil Sukses Internasional 1,26 1,05 0,66 1,04 PT. Indospring 0,87 0,94 0,80 0,94 PT. Prima Alloy Steel Universal 1,24 1,23 1,26 1,21
PT. Polychem Indonesia 0,98 0,89 0,82 0,93 PT. United Tractors 1,31 1,25 1,22 1,40 PT. Selamat Sempurna 1,12 1,30 1,23 1,28 PT. Tunas Ridean 1,68 1,72 1,36 1,32
Rata-rata Industri 1,12 1,10 1,00 1,10 Sumber: Data diolah 2009
4) Rasio Profitabilitas
a) Profit Margin
PEHITUNGAN PROFIT MARGIN AUTOMOTIVE AND ALLIED PRODUCTS
TAHUN 2004 – 2007 Keterangan 2004 2005 2006 2007
PT. Astra International 12,71 9,67 6,66 9,29
PT. Indo Kordsa 2,88 6,77 1,21 2,53 PT. Gajah Tunggal 7,02 7,17 2,16 1,36 PT. Indomobil Sukses Internasional (1,39) 0,85 0,04 0,03 PT. Indospring (6,12) (1,35) 0,56 1,75
PT. Prima Alloy Steel Universal 2.21 0,67 (0,37) 0,42
PT. Polychem Indonesia 10,22 1,06 (8,19) 1,50 PT. United Tractors 12,36 7,91 6,78 8,22 PT. Selamat Sempurna 7,85 6,98 7,51 7,55 PT. Tunas Ridean 4,55 3,04 0,57 4,30
Rata-rata Industri 5,23 4,28 1,69 3,70 Sumber: Data diolah 2009
b) ROA
PEHITUNGAN RETURN ON ASSET AUTOMOTIVE AND ALLIED PRODUCTS
TAHUN 2004 – 2007 Keterangan 2004 2005 2006 2007
PT. Astra International 10,82 9,39 6,41 10,26
PT. Indo Kordsa 2,48 6,99 1,20 2,52 PT. Gajah Tunggal 7,54 4,64 1,63 1,06 PT. Indomobil Sukses Internasional (1,75) 0,90 0,03 0,03 PT. Indospring (5,32) (1,27) 0,44 1,65 PT. Prima Alloy Steel Universal 2,74 0,82 (0,47) 0,51
PT. Polychem Indonesia 10,07 0,95 (6,70) 1,39 PT. United Tractors 16,24 9,88 8,27 11,48 PT. Selamat Sempurna 8,81 9,07 9,23 9,68 PT. Tunas Ridean 7,63 5,24 0,78 5,67
Rata-rata Industri 5,93 4,66 2,08 4,43 Sumber: Data diolah 2009
73
c) ROE
PEHITUNGAN RETURN ON EQUITY AUTOMOTIVE AND ALLIED PRODUCTS
TAHUN 2004 – 2007 Keterangan 2004 2005 2006 2007
PT. Astra International 26,31 22,56 16,59 24,18
PT. Indo Kordsa 5,97 14,54 2,20 4,38 PT. Gajah Tunggal 28,38 17,09 5,55 3,81
PT. Indomobil Sukses Internasional (36,64) 19,41 0,65 0,83 PT. Indospring (25,42) (8,75) 3,15 12,56
PT. Prima Alloy Steel Universal 9,59 3,55 (2,18) 2,14
PT. Polychem Indonesia 31,20 2,78 (21,34) 4,62 PT. United Tractors 35,43 25,59 20,25 26,04 PT. Selamat Sempurna 16,72 16,23 14,67 16,66 PT. Tunas Ridean 25,74 21,05 3,30 22,17
Rata-rata Industri 11,73 13,41 4,28 11,74
Sumber: Data diolah 2009
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Dengan menggunakan pendekatan analisis
rasio telah menunjukkan bahwa tingkat kinerja
keuangan perusahaan Automotive and Allied Products
mengalami fluktuasi. Dari kesepuluh perusahaan
Automotive and Allied Products yang memiliki nilai
likuiditas baik ada 5 (lima) perusahaan, antara lain:
PT. Indo Kordsa, Tbk, PT. Polychem Indonesia, Tbk,
PT. Gajah Tunggal, Tbk, PT. Selamat Sempurna, Tbk
dan PT. United Tractors, Tbk. Rasio likuiditas kelima
perusahaan tersebut nilai rasionya diatas nilai rata-rata
industri yaitu Current Ratio ? 187,26% dan Quick
Ratio ? 118,21%. Hal ini telah menunjukkan bahwa
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
jangka pendeknya pada saat jatuh tempo sudah baik.
Dari hasil rasio solvabilitas, terdapat 4 (empat)
perusahaan yang nilai rasionya baik antara lain, PT.
Astra Internasional, Tbk, PT. Indo Kordsa, Tbk, PT.
United Tractors, Tbk dan PT. Selamat Sempurna, Tbk.
Rasio solvabilitas keempat perusahaan rendah yaitu
untuk Debt to Equity ? 150% dan Debt to Asset ? 50%,
hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya baik,
karena posisi modal lebih besar dari utang. Hal ini
menunjukkan porsi utang lebih sedikit dari modal
milik perusahaan sendiri, kalau rasio nya tinggi berarti
operasional perusahaan banyak menggunakan utang,
dengan banyaknya utang perusahaan akan kesulitan
mendapatkan dana lain. Dari hasil rasio akivitas
tertinggi terdapat pada lima perusahaan yaitu, PT.
74 JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 2, JUNI 2008
Astra International, Tbk, PT. Indomobil Sukses
Intrnasional, Tbk, PT. Prima Alloy Steel Universal,
Tbk, PT. United Tractors, Tbk dan PT. Tunas Ridean,
Tbk dengan nilai untuk perputaran piutang ? 7,50 kali,
perputaran persediaan = 5,40 kali, perputaran aktiva
tetap = 4,33 kali dan perputaran total aktiva = 1,12 kali.
Hal ini sudah menunjukkan bahwa aktivitas
pemanfaatan aktiva perusahaan telah berjalan secara
efisien dan efektif dalam menghasilkan penjualan
Rasio Profitabilitas. Dari hasil rasio profitabilitas
tertinggi terdapat pada lima perusahaan yaitu, PT.
United Tractors, Tbk, PT. Astra Internasional, Tbk,
PT. Selamat Sempurna, Tbk, PT. Tunas Ridean, Tbk
dan PT. Gajah Tunggal, Tbk dengan nilai untuk profit
margin ? 5,23%, ROA = 5,75% dan ROE = 13,40%.
Hal ini telah menunjukkan bahwa kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan sudah
baik dan perusahaan mampu menghasilkan laba
dengan maksimal dengan memaksimalkan total
aktiva dan modal dalam menghasilkan laba tambahan.
Saran
Sebaiknya perusahaan Automotive and Allied
Products yang kinerjanya dibawah rata-rata industri,
diharapkan pihak manajemen badan usaha agar dapat
meningkatkan efisiensi biaya melalui pengelolaan
secara optimal sarana produksi sehingga dapat
meningkatkan profitabilitas badan usaha, untuk itu
perusahaan harus meningkatkan penjualannya dan
menekan biaya serta memperkecil penggunaan modal
kerja. Dengan meningkatnya profitabilitas akan
meningkatkan likuiditas, karena tidak terdapat
persediaan yang ter lalu banyak. Dengan
meningkatnya likuiditas akan mendukung dalam
pembiayaan proses produksi.
DAFTAR PUSTAKA
Brigham dan Houston. 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Jakarta : Salemba Empat.
Dwi Prastowo, (2002), Analisis Laporan Keuangan, UPP AMP YKPN, Yogyakarta.
Hanafi, Mamduh, (2003), Analisis Laporan Keuangan, UPP AMP YKPN, Yogyakarta.
Harahap, Sofyan, (1998), Analisis Kritis Atas Analisis Laporan Keuangan, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Helfert, Erich, (1996), Teknik Analisa Keuangan: Petunjuk Praktis untuk Mengukur dan Mengelola Kinerja
Perusahaan, Edisi Delapan, Erlangga, Jakarta.
Ikatan Akuntansi Indonesia. 1999. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta : Salemba Empat.
Marzuki. 2005. Metodologi Riset : Panduan Penelitian Bidang Bisnis dan Sosial. Yogyakarta : Ekonisia.
Munawir, S, (2000), Analisis Laporan Keuangan, Edisi 4, Liberty, Yogyakarta.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Research and Desain. Bandung : Alfabeta.
Syamsuddin, Lukman, (2000), Manajemen Keuangan Perusahaan, Edisi Baru, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Umar, Husein. 1997. Riset Akuntansi. Jakarta : Gramedia.
75
Top Related