8/12/2019 jurnal depresansia
1/10
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Depresansia adalah senyawa yang dapat mendepres/menekan sistem tubuh. Depresan
SSP berarti senyawa yang dapat mendepres atau menekan aktivitas SSP. Obat ini bekerja
dengan menekan pusat kesadaran, rasa nyeri, denyut jantung dan pernapasan. Depresansia
terbagi atas golongan obat sedativa, hipnotika, dan anestetika umum. Pada dosis terapeutik
berfungsi sebagai anestetika umum yang menyebabkan hilangnya rasa nyeri dan muscle
relaxan (Rahminiwati et al 2014).
Dalam percobaan ini mahasiswa diharapkan mengetahi daya kerja obat-obatan
depresansia dan gejala klinis yang ditimbulkan akibat pemberian obat ini. Dengan
mengetahui daya kerja dan efek dari obat depresansia terhadap kerja susunan saraf pusat,
penyalahgvnaan depresansia dapat menyebabkan kematian yang cepat.
I.2 Tujuan Percobaan
Mahasiswa mengetahui mulai kerja dan lamanya kerja suatu hipnotik sedatif
I.3 Hipotesis
Semakin kecil konsentrasi suatu zat aktif yang digunakan maka onset dan durasi yang
ditimbulkannya akan berlangsung agak lama, karena konsentrasi zat yang terlalu sedikit.
Mencit yang diperlakukan dengan penyuntikan diazepam dan urethan memberikan efek
hipnotik-sedatif dimana ketika urethan disntikan menghasilkan efek yang lebih cepat dan
efek tersadarnya lebih lama dan diazepam disuntikan menghasilkan efek yang lebih lama dan
tersadarnya lebih cepat.
8/12/2019 jurnal depresansia
2/10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam arti luas farmakologi ialah ilmu mengenai pengaruh senyawa terhadap sel
hidup, lewat proses kimia khususnya lewat reseptor. Dalam ilmu kedokteran senyawa
tersebut disebut obat, dan lebih menekankan pengetahuan yang mendasari manfaat dan resiko
penggunaan obat. Karena itu dikatakan farmakologi merupakan seni menimbang ( the art of
weighing). Obat didefinisikan sebagai senyawa yang digunakan untuk mencegah, mengobati,
mendiagnosis penyakit/gangguan, atau menimbulkan suatu kondisi tertentu, misalnya
membuat seseorang infertil, atau melumpuhkan otot rangka selama pembedahan hewan
coba. Farmakologi mempunyai keterkaitan khusus dengan farmasi, yaitu ilmu cara membuat,
menformulasi, menyimpan dan menyediakan obat (Marjono,M. 2011).
Hewan coba / hewan uji atau sering disebut hewan laboratorium adalah hewan yang
khusus diternakan untuk keperluan penelitian biologik. Hewan percobaan digunakan untuk
penelitian pengaruh bahan kimia atau obat pada manusia. Peranan hewan percobaan dalam
kegiatan penelitian ilmiah telah berjalan sejak puluhan tahun yang lalu. Sebagai pola
kebijaksanaan pembangunan nasional bahkan internasional, dalam rangka keselamatan umat
manusia di dunia adalah adanya Deklarasi Helsinki. Deklarasi ini berisi tentang segi etikpercobaan yang menggunakan manusia (1964) antara lain dikatakan perlunya diakukan
percobaan pada hewan, sebelum percobaan di bidang biomedis maupun riset lainnya
dilakukan atau diperlakukan terhadap manusia, sehingga dengan demikian jelas hewan per-
cobaan mempunyai mission di dalam keikutsertaannya menunjang program keselamatan
umat manusia melalui suatu penelitian biomedis (Sulaksono, M.E., 1992).
Ditinjau dari segi sistem pengelolaannya atau cara pemeliharaannya, di mana faktor
keturunan dan lingkungan berhubungan dengan sifat biologis yang terlihat/karakteristik
hewan percobaan, maka ada 4 golongan hewan, yaitu :
1) Hewan liar
2) Hewan yang konvensional, yaitu hewan yang dipelihara secara Terbuka
3) Hewan yang bebas kuman spesifik patogen, yaitu hewan yang dipelihara dengan
sistim barrier (tertutup).
4) Hewan yang bebas sama sekali dari benih kuman, yaitu hewan yang dipelihara
dengan sistem isolator Sudah barang tentu penggunaan hewan percobaan tersebut
8/12/2019 jurnal depresansia
3/10
di atas disesuaikan dengan macam percobaan biomedis yang akan dilakukan.
Semakin meningkat cara pemeliharaan, semakin sempurna pula hasil percobaan
yang dilakukan. Dengan demikian, apabila suatu percobaan dilakukan terhadap
hewan percobaan yang liar, hasilnya akan berbeda bila menggunakan hewan
percobaan konvensional ilmiah maupun hewan yang bebas kuman (Sulaksono,
M.E., 1987).
Penanganan hewan percobaan hendaklah dilakukan dengan penuh rasa kasih sayang
dan berprikemanusiaan. Di dalam menilai efek farmakologis suatu senyawa bioaktif dengan
hewan percobaan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain (Malole, 1989):
1. Faktor internal pada hewan percobaan sendiri : umur, jenis kelamin, bobot badan,
keadaan kesehatan, nutrisi, dan sifat genetik.
2. Faktorfaktor lain yaitu faktor lingkungan, keadaan kandang, suasana kandang,
populasi dalam kandang, keadaan ruang tempat pemeliharaan, pengalaman hewan
percobaan sebelumnya, suplai oksigen dalam ruang pemeliharaan, dan cara
pemeliharaan.
3. Keadaan faktorfaktor ini dapat merubah atau mempengaruhi respon hewan
percobaan terhadap senyawa bioaktif yang diujikan. Penanganan yang tidak wajar
terhadap hewan percobaan dapat mempengaruhi hasil percobaan, memberikan
penyimpangan hasil. Di samping itu cara pemberian senyawa bioaktif terhadap
hewan percobaan tentu mempengaruhi respon hewan terhadap senyawa bioaktif yang
bersangkutan terutama segi kemunculan efeknya. Cara pemberian yang digunakan
tentu tergantung pula kepada bahan atau bentuk sediaan yang akan digunakan serta
hewan percobaan yang akan digunakan. Sebelum senyawa bioaktif dapat mencapai
tempat kerjanya, senyawa bioaktif harus melalui proses absorpsi terlebih dahulu.
Rute pemberian obat menentukan jumlah dan kecepatan obat yang masuk ke dalam
tubuh, sehingga merupakan penentu keberhasilan terapi atau kemungkinan timbulnya efek
yang merugikan. Rute pemberian obat dibagi 2, yaitu enternal dan parenteral (Priyanto,
2008).
1. Jalur Enteral
Jalur enteral berarti pemberian obat melalui saluran gastrointestinal (GI), seperti
pemberian obat melalui sublingual, bukal, rektal, dan oral. Pemberian melalui oralmerupakan jalur pemberian obat paling banyak digunakan karena paling murah, paling
8/12/2019 jurnal depresansia
4/10
mudah, dan paling aman. Kerugian dari pemberian melalui jalur enternal adalah
absorpsinya lambat, tidak dapat diberikan pada pasien yang tidak sadar atau tidak dapat
menelan. Kebanyakan obat diberikan melalui jalur ini, selain alasan di atas juga alasan
kepraktisan dan tidak menimbulkan rasa sakit. Bahkan dianjurkan jika obat dapat
diberikan melalui jalur ini dan untuk kepentingan emergensi (obat segera berefek), obat
harus diberikan secara enteral.
2. Jalur Parenteral
Parenteral berarti tidak melalui enteral. Termasuk jalur parenteral adalah transdermal
(topikal), injeksi, endotrakeal (pemberian obat ke dalam trakea menggunakan
endotrakeal tube), dan inhalasi. Pemberian obat melalui jalur ini dapat menimbulkan efek
sistemik atau lokal.
Hewan-hewan Percobaan
Mencit adalah hewan percobaan yang sering dan banyak digunakan di dalam
laboratorium farmakologi dalam berbagai bentuk percobaan. Hewan ini mudah ditangani dan
bersifat penakut, fotofobik, cenderung berkumpul sesamanya dan bersembunyi. Aktivitasnya
di malam hari lebih aktif. Kehadiran manusia akan mengurangi aktivitasnya.
Cara Memegang mencit
Mencit dapat dipegang dengan memegang ujung ekornya dengan tangan kanan,
biarkan menjangkau/mencengkeram alas yang kasar (kawat kandang). Kemudian
tangan kiri dengan ibu jari dan jari telunjuk menjepit kulit tengkuknya seerat/setegang
mungkin. Ekor dipindahkan dari tangan kanan, dijepit antara jari kelingking dan jari
manis tangan kiri. Dengan demikian, mencit telah terpegang oleh tangan kiri dan siap
untuk diberi perlakuan.
Gambar 1. Cara memegang mencit
8/12/2019 jurnal depresansia
5/10
Cara Pemberian
1. Cara pemberian oral
Pemberian secara oral pada mencit dilakukan dengan alat suntik yang dilengkapi
jarum/kanula oral (berujung tumpul). Kanula ini dimasukkan ke dalam mulut,
kemudian perlahan-lahan diluncurkan melalui langit-langit ke arah belakang
sampai esophagus kemudian masuk ke dalam lambung. Perlu diperhatikan bahwa
cara peluncuran/pemasukan kanus yang mulus disertai pengeluaran cairan
sediaannya yang mudah adalah cara pemberian yang benar. Cara pemberian yang
keliru, masuk ke dalam saluran pernafasan atau paru-paru dapat menyebabkan
gangguan pernafasan dan kematian.
2. Cara pemberian intra peritoneal
Mencit dipegang pada kulit punggungnya sehingga kulit abdomennya tegang,
kemudian jarum disuntikkan dengan membentuk sudut 100 dengan abdomen
pada bagian tepi abdomen dan tidak terlalu ke arah kepala untuk menghindari
terkenanya kantung kemih dan hati.
3. Cara pemberian subkutan
Penyuntikkan dilakukan di bawah kulit pada daerah kulit tengkuk dicubit di
antara jempol dan telunjuk kemudian jarum ditusukkan di bawah kulit di antara
kedua jari tersebut.
4. Cara pemberian intramuskular
Penyuntikan dilakukan ke dalam otot pada daerah otot paha.
5. Cara pemberian intravena
Penyuntikan dilakukan pada vena ekor. Hewan dimasukkan ke dalam kandang
individual yang sempit dengan ekor dapat menjulang ke luar. Dilatasi vena untuk
memudahkan penyuntikan, dapat dilakukan dengan pemanasan di bawah lampu
atau dengan air hangat.
Tikus berukuran lebih besar daripada mencit dan lebih cerdas. Umumnya tikus putih
ini tenang dan demikian mudah digarap. Tidak begitu bersifat fotofobik dan tidak begitu
cenderung berkumpul sesamanya seperti mencit. Aktivitasnya tidak begitu terganggu oleh
8/12/2019 jurnal depresansia
6/10
kehadiran manusia di sekitarnya. Bila diperlakukan kasar atau mengalami defisiensi
makanan, tikus akan menjadi galak dan sering dapat menyerang si pemegang.
Cara memegang tikus
Seperti halnya pada mencit, tikus dapat ditangani dengan memegang ekornya dengan
menarik ekornya, biarkan kaki tikus mencengkeram alas yang kasar (kawat kandang),
kemudian secara hatihati luncurkan tangan kiri dari belakang ke arah kepalanya seperti
pada mencit tetapi dengan kelima jari, kulit tengkuk dicengkram, cara lain yaitu selipkan
ibu jari dan telunjuk menjepit kaki kanan depan tikus sedangkan kaki kiri depan tikus di
antara jari tengah dan jari manis. Dengan demikian tikus akan terpegang dengan
kepalanya di antara jari telunjuk dan jari tengah. Pemegangan tikus ini dilakukan dengan
tangan kiri sehingga tangan kanan kita dapat melakukan perlakuan.
Gambar 2. Cara memegang tikus
Pemberian Obat
Cara-cara pemberian oral, ip, sk, im, dan iv dapat dilakukan, seperti pada mencit.
Penyuntikan secara iv dapat pula dilakukan pada vena penis tikus jantan dengan bantuan
pembiusan hewan percobaan. Penyuntikan sk dapat dilakukan pula pada daerah kulit
abdomen
Kelinci jarang sekali bersuara kecuali bila dalam keadaan nyeri yang luar biasa.
Kelinci cenderung berontak bila merasa terganggu. Kelinci hendaklah diperlakukan dengan
halus namun sigap karena ia cenderung berontak. Hewan ini dapat ditangkap dengan
memegang kulit pada tengkuknya dengan tangan kiri kemudian pantatnya diangkat dengan
tangan kanan dan didekapkan ke badan.
Penanganan
Untuk perlakuan tertentu dapat digunakan kotak / kandang individual kelinci yang dapat
menjaga kelinci agar tak dapat banyak bergerak (restriction box).
Cara Pemberian Obat
1. Cara pemberian oral:
8/12/2019 jurnal depresansia
7/10
Dalam cara pemberian oral pada kelinci digunakan alat penahan terbukanya mulut
dan pipa lambung. Alat suntik dihubungkan dengan pipa lambung (dapat digunakan
slang yang lunak dengan ukuran sesuai), pipa lambung dimasukkan ke dalam
kemudian diluncurkan ke dalam esophagus secara perlahan-lahan
2. Cara pemberian subkutan:
Cara pemberian ini dilakukan di bawah kulit di daerah tengkuk atau daerah sisi
pinggang. Cara pemberian dilakukan dengan mengangkat kulit dan kemudian jarum
ditusukkan ke bawah kulit.
3. Cara pemberian intravena:
Dilakukan pada vena marginalis telinga dan penyuntikan dilakukan pada daerah
dekat ujung telinga. Untuk memperluas (mendilatasi vena), telinga diulas terlebih
dahulu dengan air hangat atau alkohol. Pencukuran bulu bila perlu dapat dilakukan
terutama pada hewan yang berwarna bulunya.
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan Bahan
A. Alat
- Jarum suntik
- Timbangan hewan coba
B. Bahan
- Mencit dengan jenis kelamin dan umur yang sama
- Urethan (25%) 1,8 g/kgBB
- Diazepam 10 mg/20 ml 2,5 mg/kgBB
C. Cara Kerja
1. Setiap kelompok mahasiswa mendapatkan 2 ekor mencit
2. Diamati keadaan biologi dari hewan coba meliputi ; bobot badan, frekwensi
jantung, laju nafas, reflex, tonus otot, kesadaran, rasa nyeri dan gejala lainnya
bila ada.
3. Dihitung dosis yang akan diberikan kepada hewan coba :
a. Urethan (25%) 1,8 g/kgBBb. Diazepam 10 mg/20 ml 2,5 mg/kgBB
8/12/2019 jurnal depresansia
8/10
4. Disuntikkan masing-masing zat pada hewan coba secara ip ( intra peritoneal )
5. Dicatat waktu kehilangan righting reflex
6. Dicatat kecepatan pernafasan dengan interval waktu 15 menit
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
IV. 1 Hasil
Tabel 1. Data biologi hewan coba
Pengamatan
Hewan Coba
Sebelum perlakuan Setelah perlakuan
Bobot badan 25,9 g 25,9 g
Frekwensi jantung 61/15 detik 41/15 detik
Laju nafas 43/15 detk 30/15 detk
Refleks +++ -
Tonus otot +++ -
Kesadaran +++ ++
Rasa nyeri +++ ++
Gejala lain :
Defekasi
Salivasi
Urinasi
+++
+++
---
-
+
-
Tabel 2. Perhitungan dosis urethan pada mencit
Mencit Berat mencit Obat Dosis (volume pemberian)
1 25,9 g Urethan 25% 0,186 ml
Tabel 3. Respon mencit yang disuntik dengan urethan
Obat Kehilangan
righting relfex
Kecepatan pernafasan
15 30 45 60 75 90
Urethan 30/15 detik 43/15 detik 60 /15 detik 45 /15 detik
8/12/2019 jurnal depresansia
9/10
NO Urethan Diazepam
1 02.10 01.05
2 01.10 09,.103 39 detik 04.00
4 03.45 02.13
1.93 2.09
Perhitungan dosis
UrethanC = 25 %
D = 1,8 g / kgBB
BM = 25,9 g
ml injeksi
IV. 2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini akan membahas tentang obat depresansia terhadap
hewan coba mencit. Dimana obat depresansia yang akan digunakan adalah urethan
dan diazepam. Dosis urethan yang digunakan untuk injeksi pada mencit dengan bobot
25,9 gram adalah 0,186 ml. Urethan menimbulkan efek anaestesi, menurunkan
aktifitas, dan membat mengantuk. Efek pada diazepin adalah menimbulkan rasa
8/12/2019 jurnal depresansia
10/10
kantuk, berkurangnya daya konsentrasi dan waktu reaksi. Pada percobaan kali ini
kami menggunakan metode injeksi intraperitoneal pada mencit. Saat mencit
disuntikkan diazepam onset zat diazepam selama 2.09 menit itu lebih lama
dibandingkan dengan urethan yang onset obatnya selama 1.93 menit. Selain itu
diazepam tidak menimbulkan efek hipnotik pada mencit, tetapi hanya menimbulkan
efek relaksasi. Pada saat urethan diberikan menghasilkan efek hipnotik sedatif yang
mengakibatkan laju nafas dan frekwensi jantung menurun pada menit ke 15. Aktivitas
pada mencit juga menurun. Efek ini terlihat dari gerak gerik mencitnya, menurunya
aktifitas mencit terlihat setelah zat urethan tersebut masuk pada menit ke 1.10 menit.
Dimulai dari menurunnya kesadaran si mencit, lalu perlahan refleks mencit melemah
dan tonus otot pun melemah ditandai dengan mencit tidak dapat menopang tubuhnya
sendiri. Laju pernafasan mencit saat diberikan urethan turun pada menit ke 15, menit
ke 45 saat meningkat laju pernafasannya ini menandakan aktifitas urethan berkurang.
KESIMPULAN
1. Dosis urethan yang digunakan untuk injeksi pada mencit dengan bobot 25,9 gram
adalah 0,186 ml
2. Onset yang terjadi pada mencit tersebut adalah 1 menit 10 detik
3. Setelah onset tercapai seluruh pengamatan biologi meliputi frekwensi jantung, laju
nafas, refleks, tonus otot, kesadaran hingga rangsangan rasa nyeri menurun bahkan
kesadaran mencit tersebut hilang
DAFTAR PUSTAKA
Katzung Bertram G. 2006. Basic and clinical pharmacology - 10 th Edition.
University of California, San Francisco
Drh. Mien R., M.Sc.,Ph.D.,dkk. 2013. Panduan Praktikum Farmakologi I.
FMIPA Universitas pakuan. Bogor.
Top Related