jurnal depresansia

download jurnal depresansia

of 10

Transcript of jurnal depresansia

  • 8/12/2019 jurnal depresansia

    1/10

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1 Latar Belakang

    Depresansia adalah senyawa yang dapat mendepres/menekan sistem tubuh. Depresan

    SSP berarti senyawa yang dapat mendepres atau menekan aktivitas SSP. Obat ini bekerja

    dengan menekan pusat kesadaran, rasa nyeri, denyut jantung dan pernapasan. Depresansia

    terbagi atas golongan obat sedativa, hipnotika, dan anestetika umum. Pada dosis terapeutik

    berfungsi sebagai anestetika umum yang menyebabkan hilangnya rasa nyeri dan muscle

    relaxan (Rahminiwati et al 2014).

    Dalam percobaan ini mahasiswa diharapkan mengetahi daya kerja obat-obatan

    depresansia dan gejala klinis yang ditimbulkan akibat pemberian obat ini. Dengan

    mengetahui daya kerja dan efek dari obat depresansia terhadap kerja susunan saraf pusat,

    penyalahgvnaan depresansia dapat menyebabkan kematian yang cepat.

    I.2 Tujuan Percobaan

    Mahasiswa mengetahui mulai kerja dan lamanya kerja suatu hipnotik sedatif

    I.3 Hipotesis

    Semakin kecil konsentrasi suatu zat aktif yang digunakan maka onset dan durasi yang

    ditimbulkannya akan berlangsung agak lama, karena konsentrasi zat yang terlalu sedikit.

    Mencit yang diperlakukan dengan penyuntikan diazepam dan urethan memberikan efek

    hipnotik-sedatif dimana ketika urethan disntikan menghasilkan efek yang lebih cepat dan

    efek tersadarnya lebih lama dan diazepam disuntikan menghasilkan efek yang lebih lama dan

    tersadarnya lebih cepat.

  • 8/12/2019 jurnal depresansia

    2/10

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Dalam arti luas farmakologi ialah ilmu mengenai pengaruh senyawa terhadap sel

    hidup, lewat proses kimia khususnya lewat reseptor. Dalam ilmu kedokteran senyawa

    tersebut disebut obat, dan lebih menekankan pengetahuan yang mendasari manfaat dan resiko

    penggunaan obat. Karena itu dikatakan farmakologi merupakan seni menimbang ( the art of

    weighing). Obat didefinisikan sebagai senyawa yang digunakan untuk mencegah, mengobati,

    mendiagnosis penyakit/gangguan, atau menimbulkan suatu kondisi tertentu, misalnya

    membuat seseorang infertil, atau melumpuhkan otot rangka selama pembedahan hewan

    coba. Farmakologi mempunyai keterkaitan khusus dengan farmasi, yaitu ilmu cara membuat,

    menformulasi, menyimpan dan menyediakan obat (Marjono,M. 2011).

    Hewan coba / hewan uji atau sering disebut hewan laboratorium adalah hewan yang

    khusus diternakan untuk keperluan penelitian biologik. Hewan percobaan digunakan untuk

    penelitian pengaruh bahan kimia atau obat pada manusia. Peranan hewan percobaan dalam

    kegiatan penelitian ilmiah telah berjalan sejak puluhan tahun yang lalu. Sebagai pola

    kebijaksanaan pembangunan nasional bahkan internasional, dalam rangka keselamatan umat

    manusia di dunia adalah adanya Deklarasi Helsinki. Deklarasi ini berisi tentang segi etikpercobaan yang menggunakan manusia (1964) antara lain dikatakan perlunya diakukan

    percobaan pada hewan, sebelum percobaan di bidang biomedis maupun riset lainnya

    dilakukan atau diperlakukan terhadap manusia, sehingga dengan demikian jelas hewan per-

    cobaan mempunyai mission di dalam keikutsertaannya menunjang program keselamatan

    umat manusia melalui suatu penelitian biomedis (Sulaksono, M.E., 1992).

    Ditinjau dari segi sistem pengelolaannya atau cara pemeliharaannya, di mana faktor

    keturunan dan lingkungan berhubungan dengan sifat biologis yang terlihat/karakteristik

    hewan percobaan, maka ada 4 golongan hewan, yaitu :

    1) Hewan liar

    2) Hewan yang konvensional, yaitu hewan yang dipelihara secara Terbuka

    3) Hewan yang bebas kuman spesifik patogen, yaitu hewan yang dipelihara dengan

    sistim barrier (tertutup).

    4) Hewan yang bebas sama sekali dari benih kuman, yaitu hewan yang dipelihara

    dengan sistem isolator Sudah barang tentu penggunaan hewan percobaan tersebut

  • 8/12/2019 jurnal depresansia

    3/10

    di atas disesuaikan dengan macam percobaan biomedis yang akan dilakukan.

    Semakin meningkat cara pemeliharaan, semakin sempurna pula hasil percobaan

    yang dilakukan. Dengan demikian, apabila suatu percobaan dilakukan terhadap

    hewan percobaan yang liar, hasilnya akan berbeda bila menggunakan hewan

    percobaan konvensional ilmiah maupun hewan yang bebas kuman (Sulaksono,

    M.E., 1987).

    Penanganan hewan percobaan hendaklah dilakukan dengan penuh rasa kasih sayang

    dan berprikemanusiaan. Di dalam menilai efek farmakologis suatu senyawa bioaktif dengan

    hewan percobaan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain (Malole, 1989):

    1. Faktor internal pada hewan percobaan sendiri : umur, jenis kelamin, bobot badan,

    keadaan kesehatan, nutrisi, dan sifat genetik.

    2. Faktorfaktor lain yaitu faktor lingkungan, keadaan kandang, suasana kandang,

    populasi dalam kandang, keadaan ruang tempat pemeliharaan, pengalaman hewan

    percobaan sebelumnya, suplai oksigen dalam ruang pemeliharaan, dan cara

    pemeliharaan.

    3. Keadaan faktorfaktor ini dapat merubah atau mempengaruhi respon hewan

    percobaan terhadap senyawa bioaktif yang diujikan. Penanganan yang tidak wajar

    terhadap hewan percobaan dapat mempengaruhi hasil percobaan, memberikan

    penyimpangan hasil. Di samping itu cara pemberian senyawa bioaktif terhadap

    hewan percobaan tentu mempengaruhi respon hewan terhadap senyawa bioaktif yang

    bersangkutan terutama segi kemunculan efeknya. Cara pemberian yang digunakan

    tentu tergantung pula kepada bahan atau bentuk sediaan yang akan digunakan serta

    hewan percobaan yang akan digunakan. Sebelum senyawa bioaktif dapat mencapai

    tempat kerjanya, senyawa bioaktif harus melalui proses absorpsi terlebih dahulu.

    Rute pemberian obat menentukan jumlah dan kecepatan obat yang masuk ke dalam

    tubuh, sehingga merupakan penentu keberhasilan terapi atau kemungkinan timbulnya efek

    yang merugikan. Rute pemberian obat dibagi 2, yaitu enternal dan parenteral (Priyanto,

    2008).

    1. Jalur Enteral

    Jalur enteral berarti pemberian obat melalui saluran gastrointestinal (GI), seperti

    pemberian obat melalui sublingual, bukal, rektal, dan oral. Pemberian melalui oralmerupakan jalur pemberian obat paling banyak digunakan karena paling murah, paling

  • 8/12/2019 jurnal depresansia

    4/10

    mudah, dan paling aman. Kerugian dari pemberian melalui jalur enternal adalah

    absorpsinya lambat, tidak dapat diberikan pada pasien yang tidak sadar atau tidak dapat

    menelan. Kebanyakan obat diberikan melalui jalur ini, selain alasan di atas juga alasan

    kepraktisan dan tidak menimbulkan rasa sakit. Bahkan dianjurkan jika obat dapat

    diberikan melalui jalur ini dan untuk kepentingan emergensi (obat segera berefek), obat

    harus diberikan secara enteral.

    2. Jalur Parenteral

    Parenteral berarti tidak melalui enteral. Termasuk jalur parenteral adalah transdermal

    (topikal), injeksi, endotrakeal (pemberian obat ke dalam trakea menggunakan

    endotrakeal tube), dan inhalasi. Pemberian obat melalui jalur ini dapat menimbulkan efek

    sistemik atau lokal.

    Hewan-hewan Percobaan

    Mencit adalah hewan percobaan yang sering dan banyak digunakan di dalam

    laboratorium farmakologi dalam berbagai bentuk percobaan. Hewan ini mudah ditangani dan

    bersifat penakut, fotofobik, cenderung berkumpul sesamanya dan bersembunyi. Aktivitasnya

    di malam hari lebih aktif. Kehadiran manusia akan mengurangi aktivitasnya.

    Cara Memegang mencit

    Mencit dapat dipegang dengan memegang ujung ekornya dengan tangan kanan,

    biarkan menjangkau/mencengkeram alas yang kasar (kawat kandang). Kemudian

    tangan kiri dengan ibu jari dan jari telunjuk menjepit kulit tengkuknya seerat/setegang

    mungkin. Ekor dipindahkan dari tangan kanan, dijepit antara jari kelingking dan jari

    manis tangan kiri. Dengan demikian, mencit telah terpegang oleh tangan kiri dan siap

    untuk diberi perlakuan.

    Gambar 1. Cara memegang mencit

  • 8/12/2019 jurnal depresansia

    5/10

    Cara Pemberian

    1. Cara pemberian oral

    Pemberian secara oral pada mencit dilakukan dengan alat suntik yang dilengkapi

    jarum/kanula oral (berujung tumpul). Kanula ini dimasukkan ke dalam mulut,

    kemudian perlahan-lahan diluncurkan melalui langit-langit ke arah belakang

    sampai esophagus kemudian masuk ke dalam lambung. Perlu diperhatikan bahwa

    cara peluncuran/pemasukan kanus yang mulus disertai pengeluaran cairan

    sediaannya yang mudah adalah cara pemberian yang benar. Cara pemberian yang

    keliru, masuk ke dalam saluran pernafasan atau paru-paru dapat menyebabkan

    gangguan pernafasan dan kematian.

    2. Cara pemberian intra peritoneal

    Mencit dipegang pada kulit punggungnya sehingga kulit abdomennya tegang,

    kemudian jarum disuntikkan dengan membentuk sudut 100 dengan abdomen

    pada bagian tepi abdomen dan tidak terlalu ke arah kepala untuk menghindari

    terkenanya kantung kemih dan hati.

    3. Cara pemberian subkutan

    Penyuntikkan dilakukan di bawah kulit pada daerah kulit tengkuk dicubit di

    antara jempol dan telunjuk kemudian jarum ditusukkan di bawah kulit di antara

    kedua jari tersebut.

    4. Cara pemberian intramuskular

    Penyuntikan dilakukan ke dalam otot pada daerah otot paha.

    5. Cara pemberian intravena

    Penyuntikan dilakukan pada vena ekor. Hewan dimasukkan ke dalam kandang

    individual yang sempit dengan ekor dapat menjulang ke luar. Dilatasi vena untuk

    memudahkan penyuntikan, dapat dilakukan dengan pemanasan di bawah lampu

    atau dengan air hangat.

    Tikus berukuran lebih besar daripada mencit dan lebih cerdas. Umumnya tikus putih

    ini tenang dan demikian mudah digarap. Tidak begitu bersifat fotofobik dan tidak begitu

    cenderung berkumpul sesamanya seperti mencit. Aktivitasnya tidak begitu terganggu oleh

  • 8/12/2019 jurnal depresansia

    6/10

    kehadiran manusia di sekitarnya. Bila diperlakukan kasar atau mengalami defisiensi

    makanan, tikus akan menjadi galak dan sering dapat menyerang si pemegang.

    Cara memegang tikus

    Seperti halnya pada mencit, tikus dapat ditangani dengan memegang ekornya dengan

    menarik ekornya, biarkan kaki tikus mencengkeram alas yang kasar (kawat kandang),

    kemudian secara hatihati luncurkan tangan kiri dari belakang ke arah kepalanya seperti

    pada mencit tetapi dengan kelima jari, kulit tengkuk dicengkram, cara lain yaitu selipkan

    ibu jari dan telunjuk menjepit kaki kanan depan tikus sedangkan kaki kiri depan tikus di

    antara jari tengah dan jari manis. Dengan demikian tikus akan terpegang dengan

    kepalanya di antara jari telunjuk dan jari tengah. Pemegangan tikus ini dilakukan dengan

    tangan kiri sehingga tangan kanan kita dapat melakukan perlakuan.

    Gambar 2. Cara memegang tikus

    Pemberian Obat

    Cara-cara pemberian oral, ip, sk, im, dan iv dapat dilakukan, seperti pada mencit.

    Penyuntikan secara iv dapat pula dilakukan pada vena penis tikus jantan dengan bantuan

    pembiusan hewan percobaan. Penyuntikan sk dapat dilakukan pula pada daerah kulit

    abdomen

    Kelinci jarang sekali bersuara kecuali bila dalam keadaan nyeri yang luar biasa.

    Kelinci cenderung berontak bila merasa terganggu. Kelinci hendaklah diperlakukan dengan

    halus namun sigap karena ia cenderung berontak. Hewan ini dapat ditangkap dengan

    memegang kulit pada tengkuknya dengan tangan kiri kemudian pantatnya diangkat dengan

    tangan kanan dan didekapkan ke badan.

    Penanganan

    Untuk perlakuan tertentu dapat digunakan kotak / kandang individual kelinci yang dapat

    menjaga kelinci agar tak dapat banyak bergerak (restriction box).

    Cara Pemberian Obat

    1. Cara pemberian oral:

  • 8/12/2019 jurnal depresansia

    7/10

    Dalam cara pemberian oral pada kelinci digunakan alat penahan terbukanya mulut

    dan pipa lambung. Alat suntik dihubungkan dengan pipa lambung (dapat digunakan

    slang yang lunak dengan ukuran sesuai), pipa lambung dimasukkan ke dalam

    kemudian diluncurkan ke dalam esophagus secara perlahan-lahan

    2. Cara pemberian subkutan:

    Cara pemberian ini dilakukan di bawah kulit di daerah tengkuk atau daerah sisi

    pinggang. Cara pemberian dilakukan dengan mengangkat kulit dan kemudian jarum

    ditusukkan ke bawah kulit.

    3. Cara pemberian intravena:

    Dilakukan pada vena marginalis telinga dan penyuntikan dilakukan pada daerah

    dekat ujung telinga. Untuk memperluas (mendilatasi vena), telinga diulas terlebih

    dahulu dengan air hangat atau alkohol. Pencukuran bulu bila perlu dapat dilakukan

    terutama pada hewan yang berwarna bulunya.

    BAB III

    METODE KERJA

    III.1 Alat dan Bahan

    A. Alat

    - Jarum suntik

    - Timbangan hewan coba

    B. Bahan

    - Mencit dengan jenis kelamin dan umur yang sama

    - Urethan (25%) 1,8 g/kgBB

    - Diazepam 10 mg/20 ml 2,5 mg/kgBB

    C. Cara Kerja

    1. Setiap kelompok mahasiswa mendapatkan 2 ekor mencit

    2. Diamati keadaan biologi dari hewan coba meliputi ; bobot badan, frekwensi

    jantung, laju nafas, reflex, tonus otot, kesadaran, rasa nyeri dan gejala lainnya

    bila ada.

    3. Dihitung dosis yang akan diberikan kepada hewan coba :

    a. Urethan (25%) 1,8 g/kgBBb. Diazepam 10 mg/20 ml 2,5 mg/kgBB

  • 8/12/2019 jurnal depresansia

    8/10

    4. Disuntikkan masing-masing zat pada hewan coba secara ip ( intra peritoneal )

    5. Dicatat waktu kehilangan righting reflex

    6. Dicatat kecepatan pernafasan dengan interval waktu 15 menit

    BAB IV

    HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

    IV. 1 Hasil

    Tabel 1. Data biologi hewan coba

    Pengamatan

    Hewan Coba

    Sebelum perlakuan Setelah perlakuan

    Bobot badan 25,9 g 25,9 g

    Frekwensi jantung 61/15 detik 41/15 detik

    Laju nafas 43/15 detk 30/15 detk

    Refleks +++ -

    Tonus otot +++ -

    Kesadaran +++ ++

    Rasa nyeri +++ ++

    Gejala lain :

    Defekasi

    Salivasi

    Urinasi

    +++

    +++

    ---

    -

    +

    -

    Tabel 2. Perhitungan dosis urethan pada mencit

    Mencit Berat mencit Obat Dosis (volume pemberian)

    1 25,9 g Urethan 25% 0,186 ml

    Tabel 3. Respon mencit yang disuntik dengan urethan

    Obat Kehilangan

    righting relfex

    Kecepatan pernafasan

    15 30 45 60 75 90

    Urethan 30/15 detik 43/15 detik 60 /15 detik 45 /15 detik

  • 8/12/2019 jurnal depresansia

    9/10

    NO Urethan Diazepam

    1 02.10 01.05

    2 01.10 09,.103 39 detik 04.00

    4 03.45 02.13

    1.93 2.09

    Perhitungan dosis

    UrethanC = 25 %

    D = 1,8 g / kgBB

    BM = 25,9 g

    ml injeksi

    IV. 2 Pembahasan

    Pada praktikum kali ini akan membahas tentang obat depresansia terhadap

    hewan coba mencit. Dimana obat depresansia yang akan digunakan adalah urethan

    dan diazepam. Dosis urethan yang digunakan untuk injeksi pada mencit dengan bobot

    25,9 gram adalah 0,186 ml. Urethan menimbulkan efek anaestesi, menurunkan

    aktifitas, dan membat mengantuk. Efek pada diazepin adalah menimbulkan rasa

  • 8/12/2019 jurnal depresansia

    10/10

    kantuk, berkurangnya daya konsentrasi dan waktu reaksi. Pada percobaan kali ini

    kami menggunakan metode injeksi intraperitoneal pada mencit. Saat mencit

    disuntikkan diazepam onset zat diazepam selama 2.09 menit itu lebih lama

    dibandingkan dengan urethan yang onset obatnya selama 1.93 menit. Selain itu

    diazepam tidak menimbulkan efek hipnotik pada mencit, tetapi hanya menimbulkan

    efek relaksasi. Pada saat urethan diberikan menghasilkan efek hipnotik sedatif yang

    mengakibatkan laju nafas dan frekwensi jantung menurun pada menit ke 15. Aktivitas

    pada mencit juga menurun. Efek ini terlihat dari gerak gerik mencitnya, menurunya

    aktifitas mencit terlihat setelah zat urethan tersebut masuk pada menit ke 1.10 menit.

    Dimulai dari menurunnya kesadaran si mencit, lalu perlahan refleks mencit melemah

    dan tonus otot pun melemah ditandai dengan mencit tidak dapat menopang tubuhnya

    sendiri. Laju pernafasan mencit saat diberikan urethan turun pada menit ke 15, menit

    ke 45 saat meningkat laju pernafasannya ini menandakan aktifitas urethan berkurang.

    KESIMPULAN

    1. Dosis urethan yang digunakan untuk injeksi pada mencit dengan bobot 25,9 gram

    adalah 0,186 ml

    2. Onset yang terjadi pada mencit tersebut adalah 1 menit 10 detik

    3. Setelah onset tercapai seluruh pengamatan biologi meliputi frekwensi jantung, laju

    nafas, refleks, tonus otot, kesadaran hingga rangsangan rasa nyeri menurun bahkan

    kesadaran mencit tersebut hilang

    DAFTAR PUSTAKA

    Katzung Bertram G. 2006. Basic and clinical pharmacology - 10 th Edition.

    University of California, San Francisco

    Drh. Mien R., M.Sc.,Ph.D.,dkk. 2013. Panduan Praktikum Farmakologi I.

    FMIPA Universitas pakuan. Bogor.