7/24/2019 jump 7 for keke
1/21
Pemeriksaan fisik pada anak dengan keluhan pernafasan
1. Pendekatan klinis
Periksa tangan dan wajah anak. Nilai warna, perfusi, dan tanda-tanda distres
2. Inpeksi dinding dada
Amati frekuensi nafas, peningkatan kerja nafas, bunyi tambahan, bentuk dada
3. Perkusi dinding dada
Ketuk dinding dada dan nilai adakah perubahan suara. Suara redup di daerah jantung berarti
normal
4. Auskultasi dinding dada
Nilai adanya bunyi tambahan, baik stridor, mengi, ronkhi atau krepitasi (eadow, !""#$
DD
1. Common cold (influenza
erupakan infeksi primer di nasofaring dan hidung yang sering dijumpai
pada bayi dan anak. %ibedakan istilah nasofaringitis akut untuk anak dan &ommon
&old untuk orang dewasa karena manifestasi klinis penyakit ini pada anak dan
dewasa berlainan. Pada anak infeksi lebih luas, men&akup daerah sinus
paranasalis, telinga tengah di samping nasofaring, disertai demam yang tinggi.
Pada orang dewasa infeksi men&akup daerah terbatas dan biasanya tidak disertai
demam yang tinggi.
'tiologi
Penyebab penyakit ini ialah irus, dengan masa penularan beberapa jam
sebelum gejala timbul sampai )-! hari sesudah hilangnya gejala. Komplikasi
ini timbul akibat inasi bakteri patogen biasanya Pneumo&o&&us, Strepto&o&&us
dan pada anak ke&il *. +nfluinae dan Staphylo&o&&us.
7/24/2019 jump 7 for keke
2/21
aktor predisposisi
Kelelahan, gii buruk, anemia, kedinginan. alaupun umur bukan faktor
ynag menentukan daya rentan, namun infeksi sekunder purulen lebih banyak
dijumpai anak ke&il. Penyakit ini sering diderita pada waktu pergantian musim.
/ejala klinis
0erupa gejala nasofaringitis dengan pilek, batuk sedikit dan kadang-
kadang bersin. %ari hidung keluar sekret &air dan jernih yang dapat kental dan
pururlen bila terjadi infeksi sekunder oleh kokus. Sekret ini sangat merangsang
anak ke&il. Kongesti hidung menyebabkan anak bernafas melalui mulut dan
anak menjadi gelisah. Pada anak yang lebih besar kadang-kadang didapatkan
nyeri pada otot, pusing, dan anoreksia. Kongesti hidung disertai selaput lendir
tenggorok yang kering menambah rasa nyeri.
Komplikasi
Sinusitis paranasal
/ejal umum lebih berat, nyeri kepala bertambah, rasa nyeri dan nyeri
tekan biasanya di daerah sinus frontalis dan maksilaris. %iagnosis dapat
ditegakkan dengan pemeriksaan foto rontgen dan transiluminasi pada
anak besar. Proses sinusitis sering menjadi kronis dan gejala malise, &epat
lelah dan sukar berkonsentrasi pada anak besar. Kadang-kadang disertai
sumbatan hidung dan nyeri kepala yang hilang timbul, bersin yang terus
menerus disertai sekret purulen dapat unilateral maupunn bilateral.
Komplikasi sinusitis harus dipikirkan apabila didapat pernafasan melalui
mulut ynag menetap dan rangsang faring yang menetap tanpa sebab yang
jelas.
7/24/2019 jump 7 for keke
3/21
%apat terjadi penutupan 1uba 'usta&hii dengan gejala tuli atau infeksi
menembus langsung daerah telinga tengah dan menyebabkan otitis media
akut (2A$. Komplikasi ke arah 2A ini disebabkan karena struktur
anatomis dari tuba anak masih datar dan &endering melebar sehingga
bakteri dengan mudah menyebar ke daerah tersebut.
/ejala 2A pada anak ke&il dan bayi dapat disertai suhu badan yang
mendadak tinggi, kadang-kadang menyebabkan kejang demam. Anak
sangat gelisah, terlihat nyeri bila kepala digoyangkan atau memegang
telinganya yang nyeri. Kadang-kadang hanya ditemukan gejala demam,
gelisah dan kadang-kadang disertai gejala muntah dan diare.
Penyebaran infeksi nasofaring ke bawah dapat menyebabkan radang saluran
nafas bagian bawah seperti laringitis, trakeitis, bronkitis, dan
bronkopneumonia.
COMMON COLD 3S +N45'N6A
!a"el 1. Perbandingan Common Colddengan +nfluena
/ejala Common Cold +nfluena
%eman 1idak ada atau ringan Sering dan tinggi (7-8 hari$
Nyeri kepala 1idak ada atau ringan Selalu
Nyeri badan dan pegal 9ingan 0erat
4esu, lemah, lelah 9ingan 0erat (!-7 minggu$
ampet Selalu Kadang-kadang
0ersin Sangat sering Kadang-kadang
Nyeri tenggorokan Sering Kadang-kadang
%ada tidak nyaman dan batuk 9ingan-sedang 0erat
0ayi dan anak dapat tertular irus penyebab common cold melalui:
). Penularan melalui udara. 0ila seseorang sakit batuk-pilek, saat dia batuk, bersin atau
berbi&ara bisa menularkan irus pada bayi dan anak.
!. Kontak langsung. 3irus dapat menular ketika orang yang sedang sakit menyentuh
hidung;mulutnya, lalu menyentuh tangan bayi;anak, selanjutnya bayi;anak menyentuh
hidung;mulutnya dengan tangannya yang sudah terkontaminasi irus.
7/24/2019 jump 7 for keke
4/21
7. enyentuh benda yang terkontaminasi irus. 3irus dari orang yang sedang sakit dapat
melekat di permukaan benda dalam waktu ! jam atau lebih. Anak;bayi bisa tertular bila
menyentuh benda yang terkontaminasi irus lalu menyentuh mulut;hidungnya.
0eberapa yang harus diperhatikan dalam memberikan pengobatan untuk bayi dan anak-
anak yaitu :
). 0erikan minum lebih banyak untuk mengen&erkan lendir di tenggorokanya.
!. 0erikan obat sesuai dengan gejalanya. *indari obat yang berkhasiat menyembuhkan
banyak gejala (0atuk, pilek,hidung tersumbat, demam$ dalam kemasan, ke&uali semua
gejala itu memang ada sama si ke&il.
7. 0erikan obat batuk yang bersifat mengen&erkan dahak. *indari obat batuk yang
bersifat menekan batuk karena akan menghambat lender yang akan keluar.
8. *indari member obat batuk bebas untuk anak di bawah usia ! tahun.
Kenapa < karena sebagian besar obat batuk bebas di yang dijual mengandung
klorfeniramin maleat (#=,=>$, parasetamol (#?,#>$, gliceryl guaicolate (#",?>$,
pseudoefedrin (!=,!>$, de@tromethorphan (!!,8>$ dan bromhe@ine (,8>$.
Klorfeniramin maleat dan dyphenhydramine adalah antihistamin generasi satu.
Penggunaan terhadap orang dewasa, antihistamin terbukti dapat mengurangi gejala bersin
dan memperbaiki aliran
mukosiliar, namun hal tersebut belum terbukti penggunaannya pada anak. Suatu studi
yang menilai efektiitas kombinasi antihistamin dan dekongestan, menunjukkan tidak ada
perbaikan gejala batuk dibandingkan dengan plasebo. Salah satu efek samping dari
kombinasi tersebut adalah memperkental sekresi mukus, sehingga merugikan terutama
pada pasien bronkitis. 'kspektoran berguna untuk meningkatkan produksi mukus.
Gliceryl guaicolate adalah salah satu jenis ekspektoran yang paling banyak digunakan.
7/24/2019 jump 7 for keke
5/21
Pada orang dewasa, penggunaan ekspektoran dapat mengurangi frekuensi batuk, tetapi
belum terbukti efektiitasnya pada anak. Pseudoefedrin, phenylpropanolamine, dan
phenylefrin berfungsi sebagai dekongestan;asokonstriktor, bekerja melalui reseptor
adrenergik. Pada suatu studi, kombinasi dekongestan dan antihistamin tidak terbukti
memperbaiki gejala kongesti nasal, rhinorrhea, dan batuk dibandingkan dengan plasebo
#. Bika dalam waktu ! hari setelah mengkonsumsi obat bebas tidak tampak kesembuhan
maka segera hubungi dokter (%anarti, !")": !-8$.
2. Pneumonia
a. %efinisiPneumonia adalah inflamasi pada parenkim paru
b. /ejala0atuk, sesak napas, demam, ronki basah halus, ditemukan infiltrat pada foto polos dada
&. 'tiologi
7/24/2019 jump 7 for keke
6/21
d. aktor 9isiko0eberapa gangguan seperti malnutrisi, usia muda, kepadatan hunian, kelengkapan
imunisasi, defisiensi itamin A, defisiensi 6n, serta paparan asap rokok.e. Patofisiologi
Pada keadaan normal, saluran respirasi bagian bawah adalah steril. 0anyak mekanisme
perlindungan yang membuatnya demikian, di antaranya, filtrasi partikel di hidung, refleksbatuk, gerakan silia di saluran pernapasan, serta pertahanan tubuh oleh sel-sel imun.
Pneumonia terjadi akibat gangguan pada salah satu mekanisme pertahanan di atas.
7/24/2019 jump 7 for keke
7/21
Patogen masuk ke dalam saluran pernapasan bawah sehingga memun&ulkan respon
inflamasi. Adanya parenkim paru yang mengalami inflamasi menyebabkan olume tidal
paru-paru berkurang. 2ksigen yang masuk berkurang sedangkan kebutuhan oksigen olehtubuh tetap. Akibatnya, penderita pneumonia akan memper&epat frekuensi napasnya
sebagai kompensasi untuk men&ukupi kebutuhan oksigen tubuhnya.
Ptofisiologi
Se&ara patologis, terdapat 8 stadium pneumonia (0radley et.al., !"))$, yaitu :
). Stadium + (8-)! jam pertama atau stadium kongesti$
%isebut hiperemia, menga&u pada respon peradangan permulaan yang berlangsung
pada daerah baru yang terinfeksi. *al ini ditandai dengan peningkatan aliran darah dan
permeabilitas kapiler di tempat infeksi. *iperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-
mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan &edera jaringan.
ediator-mediator tersebut men&akup histamin dan prostaglandin. %egranulasi sel mast jugamengaktifkan jalur komplemen. Komplemen bekerja sama dengan histamin dan
prostaglandin untuk melemaskan otot polos askuler paru dan peningkatan permeabilitas
kapiler paru. *al ini mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstisium
sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan aleolus. Penimbunan &airan di
antara kapiler dan aleolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan
karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan sering
mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin.
!. Stadium ++ (8= jam berikutnya$
%isebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu aleolus terisi oleh sel darah merah,
eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu ( host $ sebagai bagian dari reaksi
peradangan. 4obus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit,
eritrosit dan &airan, sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar,
pada stadium ini udara aleoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah
sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama 8= jam.
7. Stadium +++ (7-= hari berikutnya$
%isebut hepatisasi kelabu, yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi
daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang
&edera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di aleoli mulai
7/24/2019 jump 7 for keke
8/21
diresorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi
pu&at kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.
8. Stadium +3 (C-)) hari berikutnya$
%isebut juga stadium resolusi, yang terjadi sewaktu respon imun dan peradangan
mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh makrofag sehingga jaringan
kembali ke strukturnya semula.
). anifestasi Klinis
Se&ara umum daat dibagi menjadi:a. anifestasi non spesifik dan toksositas berupa demam, sakit kepala, iritabel, gelisah,
malaise, nafsu makan kurang, keluhan gastrointestinal.
b. /ejala umum saluran pernapasan bawah berupa batuk, takipneu, ekspektorasi sputum,
napas &uping hidung, sesak napas, air hunger, merintih, dan sianosis. Anak yang lebih
besar dengan pneumonia akan lebih suka berbaring dengan sisi yang sakit dengan
lutut tertekuk karena nyeri dada.
&. 1anda pneumonia berua retraksi (penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam saat
bernapas bersama dengan peningkatan frekuensi napas$, perkusi pekak, fremitus
melemah, suara napas lemah, dan ronki.
d. 1anda efusi pleura atau empiema berupa gerak ekskursi dada tertinggal di daerah
efusi, perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, suara napas tubuler
tepat di atas batas &airan, fri&tion rub, nyeri dada karena iritasi pleura lobus atas, nyeri
abdomen (kadang terjadi bila mengenai diafragma pada pneumonia lobus kanan
bawah$. Pada neonates dan bayi ke&il tanda pneumonia tidak selalu jelas. 'fusi pleura
pada bayi akan menimbulkan pekak perkusi.
e. 1anda infeksi ekstrapulmonal.
!. Pedoman %iagnosis enurut *2a. Pneumonia sangat berat
Apabila terdapat sianosis sentral dan tidak sanggup minum, harus dirawat di rumah
sakit dan harus diberi antibiotik.
b. Pneumonia berat
7/24/2019 jump 7 for keke
9/21
Apabila ada retraksi, tanpa sianosis, dan masih sanggup minum, harus dirawat di
rumah sakit dan diberi antibiotik.&. Pneumonia
Apabila tidak ada retraksi namun napas &epat. 1ermasuk kategori napas &epat apabila
99 D?"@;menit pada bayi E! bulan, D#"@;menit pada anak ! bulan F ) tahun,D8"@;menit pada anak ) F # tahun. Pada tahap ini anak tidak perlu dirawat, &ukup
diberi antibiotik oral.d. 0ukan pneumonia
*anya batuk ringan tanpa gejala seperti di atas, tidak perlu dirawat dan tidak perlu
diberi antibiotik
7. a&am-ma&am Pneumonia
a. Pneumonitis, merupakan istilah umum untuk proses inflamasi paru, dapat berkaitan
atau tidak dengan kondisi parub. Pneumonia lobaris, pneumonia terlokalisir pada satu atau lebih lobus paru
&. Pneumonia atipikal, apabila pola selain dari lobarisd. 0ronkopneumonia, apabila fokus pada area bronkiolus dan memi&u produksi eksudat
mukopurulen yang dapat menyebabkan obstruksi saluran respiratori berkaliber ke&il
dan berakibat konsolidasi merata ke bronkus sekitarnya
e. Pneumonia interstisial, yaitu inflamasi pada dinding aleolus, kantung, dan duktus
aleolar serta bronkus, khas pada infeksi irus akut namun bisa juga akibat infeksi
kronis.
P''9+KSAAN P'N5NBAN/ PN'52N+A
- oto polos dada antero-posterior (AP$ dan 4ateral (4$%iperlukan untuk menentukan luasnya lokasi anatomik dalam paru, luasnya kelainan dan
kemungkinan adanya komplikasi seperti pneumothora@, pneumomediastinum,
pneumotakel abses paru dan efusi pleura.
Pembesaran kelenjar hilus sering terjadi karena pneumonia oleh Hemophillus influenza
dan Staphylococcus aureus. Ke&urigaan ke arah infeksi Staphylococcus aureus apabila
pada foto polos dada dijumpai adanya gambaran pneumotakel, abses paru, dan empiema.
Pneumonia irus umumnya menunjukkan gambaran infiltrate interstitial difus,
hiperinflasi atau atelektasis.
- 4aboratorium
%ilakukan untuk mengetahui mikroorganisme penyebab. 4eukositosis D )#.""";54
dengan dominasi neutrofil pada hitung jenis atau adanya pergeseran ke kiri menunjukkan
7/24/2019 jump 7 for keke
10/21
bakteri sebagai penyebab. 4eukosit D 7".""";54 dengan dominasi neutrofil mengarah ke
pneumonia Streptococcus dan Staphylococcus. C-reactie protein akan terlihat tinggi
pada infeksi akibat Streptococcus pneumonia. Pada penanganan kasus pneumonia dengan
dugaan penyebab Staphylococcus dan !neumococcus yang tidak menunjukkan respon
baik terhadap penanganan awal dibutuhkan pemeriksaan kultur darah.!olymerase Chain
"eaction (PG9$ bermanfaat untuk diagnosis Streptococcus pneumonia dan infeksi
Mycoplasma. (9etno, 4andia, akmuri, !""?$
3.#ronkopneumonia
0ronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu peradangan pada parenkim
paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai bronkiolus dan juga mengenai aleolus
disekitarnya, yang sering menimpa anak-anak dan balita, yang disebabkan oleh berma&am-
ma&am etiologi seperti bakteri, irus, jamur dan benda asing. Kebanyakan kasus pneumonia
disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada juga sejumlah penyebab non infeksi yang perlu
dipertimbangkan. 0ronkopneumonia lebih sering merupakan infeksi sekunder terhadap berbagai
keadaan yang melemahkan daya tahan tubuh tetapi bisa juga sebagai infeksi primer yang
biasanya kita jumpai pada anak-anak dan orang dewasa.
a. 'pidemiologi
+nsiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 7"> pada anak-
anak di bawah umur # tahun dengan resiko kematian yang tinggi, sedangkan di
Amerika pneumonia menunjukkan angka )7> dari seluruh penyakit infeksi
pada anak di bawah umur ! tahun (0radley et.al., !"))$.
b. 'tiologi
Penyebab bronkopneumonia yang biasa dijumpai adalah(0radley et.al.,
!"))$ :
). aktor +nfeksia. Pada neonatus: Streptokokus group 0, 9espiratory Sin&ytial
3irus (9S3$.
b. Pada anak-anak dan bayi :)$ 3irus : Parainfluensa, +nfluensa 3irus, Adenoirus, 9S3
7/24/2019 jump 7 for keke
11/21
!$ 2rganisme atipikal : y&oplasma pneumonia, Ghlamidia
tra&homatis, Pneumo&ytis7$ 0akteri: Pneumokokus, y&obakterium tuber&ulosis,
Streptokokus pneumoni, *aemofilus influena, y&oba&terium
tuber&ulosa, 0ordetellapertusis&. Pada anak besar F dewasa muda :
)$ 2rganisme atipikal: y&oplasma pneumonia, G. tra&homatis
!$ 0akteri: Pneumokokus, 0ordetella pertusis, . tuber&ulosis!. aktor Non +nfeksi.
1erjadi akibat disfungsi menelan atau refluks esophagus.
&. Patogenesis
Normalnya, saluran pernafasan steril dari daerah sublaring sampai
parenkim paru. Paru-paru dilindungi dari infeksi bakteri melalui mekanisme
pertahanan anatomis dan mekanis, dan faktor imun lokal dan sistemik.
ekanisme pertahanan awal berupa filtrasi bulu hidung, refleks batuk dan
mukosilier aparatus. ekanisme pertahanan lanjut berupa sekresi +g A lokal dan
respon inflamasi yang diperantarai leukosit, komplemen, sitokin, imunoglobulin,
makrofag aleolar, dan imunitas yang diperantarai sel.
+nfeksi paru terjadi bila satu atau lebih mekanisme di atas terganggu, atau
bila irulensi organisme bertambah. Agen infeksius masuk ke saluran nafas
bagian bawah melalui inhalasi atau aspirasi flora komensal dari saluran nafas
bagian atas, dan jarang melalui hematogen. 3irus dapat meningkatkan
kemungkinan terjangkitnya infeksi saluran nafas bagian bawah dengan
mempengaruhi mekanisme pembersihan dan respon imun. %iperkirakan sekitar
!#-C# > anak dengan pneumonia bakteri didahului dengan infeksi irus.
+nasi bakteri ke parenkim paru menimbulkan konsolidasi eksudatif
jaringan ikat paru yang bisa lobular (bronkhopneumoni$, lobar, atau intersisial.
Pneumonia bakteri dimulai dengan terjadinya hiperemi akibat pelebaran
pembuluh darah, eksudasi &airan intra-aleolar, penumpukan fibrin, dan infiltrasi
neutrofil, yang dikenal dengan stadium hepatisasi merah. Konsolidasi jaringan
menyebabkan penurunan&omplian&e paru dan kapasitas ital. Peningkatan aliran
darah yamg melewati paru yang terinfeksi menyebabkan terjadinya pergeseran
7/24/2019 jump 7 for keke
12/21
fisiologis (entilation-perfusion missmat&hing$ yang kemudian menyebabkan
terjadinya hipoksemia. Selanjutnya desaturasi oksigen menyebabkan peningkatan
kerja jantung.
4.Tuberkulosis Anak
1. !u"erculosis anak
Penyakit tuberkulosis (10$ pada anak walaupun dikatakan merupakan
HSelf limited diseaseI atau HStable diseaseI sampai saat ini masih merupakan
masalah kesehatan masyarakat terutama di negara-negara berkembang. +ndonesia
merupakan negara dengan proporsi 10 tertinggi nomer 7 (tiga$ setelah +ndia
(7">$ dan Gina ()#>$ yaitu sebesar )".
Angka kesakitan tuberkulosis anak merupakan parameter berhasil
tidaknya pemberantasan tuberkulosis di suatu daerah. %an perlu diingat pula
bahwa tuberkulosis anak merupakan penyakit sistemik.
a. Klasifikasi tb anak
). 10 Primer
- Komplek Primer
- Komplikasi paru dan alat lain (sistemik$
!. 10 Post Primer
- 9e infeksi endogen (karena daya tahan tubuh turun, kuman yang
indolen aktif kembali$
- 9e infeksi eksogen
#omple$ !rimer:
%i paru basil yang berkembang biak menimbulkan suatu daerah
radang yang disebut afek;fokus primer dari /ohn. 0asil akan menjalar
melalui saluran limfe dan terjadi limfangitis dan akan terjadi limfadenitis
regional. Pada lobus atas paru akan terjadi pada kelenjar limfe pada
trakheal, sedangkan pada lobus bawah akan terjadi pada kelenjar limfe
hiler.
#ompli$asi !aru dan alat lain
7/24/2019 jump 7 for keke
13/21
%apat terjadi penyebaran se&ara limfogen hematogen akan terjadi
10 milier, meningitis 10, bronkogenik, pleuritis, peritonitis, perikarditis,
10 tulang dan sendi.
b. %iagnosis tb anak
%est %u&er$ulin
Ada ! ma&am tuberkulin yang dipakai yaitu 2ld tuberkulin dan
Purified protein deriate dengan &ara antou@. Jaitu dengan
menyuntikkan ",) ml tuberkulin PP% intrakutan di olar lengan
bawah.9eaksi dilihat 8= F C! jam setelah penyuntikan. 5ji 1uberkulin
positif menunjukkan adanya infeksi 10. 9eaksi ini akan bertahan
&ukup lama walaupun pasien sudah sembuh sehingga uji 1uberkulin
tidak dapat digunakan untuk memantau pengobatan.
#eadaan umum ana$
Guriga adanya 10 anak bila :
- Sering panas
- Sering batuk pilek (batuk kronis berulang$
- Nafsu makan menurun
- 0erat badan tidak naik
La&oratorium hematologi
1idak banyak membantu. 4aju endap darah meninggi pada keadaan
aktif dan kronik. Pada stadium akut bisa terjadi lekositosis dengan sel
polimorfonuklear yang meningkat selanjutnya limfositosis. /ambaran
hematologik dapat membantu mengamati perjalanan penyakitnya.
/ambaran darah yang normal tidak ; belum dapat menyingkirkan
diagnosis tuberkulosis. 'oto "ontgen
oto thoraks yang khas adalah :
- okus primer
- 4imfadenitis pada trakhea
- 4imfangitis
7/24/2019 jump 7 for keke
14/21
oto thoraks yang jelas :
- 10 milier
- 0ronkhogeni& Spread
oto 9ontgen thoraks tidak dapat digunakan sebagai alat diagnostik
tunggal
!emeri$saan &a$teriologis
erupakan diagnosis pasti bila ditemukan kuman basil tahan asam,
tetapi sulit pada bayi dan anak. 0ahan pemeriksaan dapat diambil dari
sputum (pada anak besar$, bilasan lambung pagi hari atau dari &airan
lain : 4GS, Gairan pleura, &airan peri&ard.
Pemeriksaan dapat dilakukan &ara langsung, biakan dengan metode
lama, radiometrik (0a&te&$, PG9
!emeri$saan histopatologi
Barang dilakukan pada anak, dilakukan dengan biopsi misalnya dari
kelenjar limfe
!emeri$saan fungsi paru
Pada umumnya fungsi paru tak terganggu ke&uali pada bronkhiektasis
hebat. Pemeriksaan ini perlu dilakukan pada 10 anak yang
memerlukan tindakan operatif.
!emeri$saan terhadap sum&er penularan
%i&ari sumber infeksi baik dari keluarga maupun orang lain, dilakukan
pemeriksaan sputum, foto paru, pemeriksaan darah. 0ila positif
sebaiknya diisolasi untuk mengurangi kontak dan dilakukan
pengobatan.
Serologi ( hasil $urang memuas$an dan masih $ontroersi) hasil
tergantung dari (
- 5mur
- Status imunisasi
- y&oba&terium atypi&
- 1idak dapat membedakan infeksi dan sakit
7/24/2019 jump 7 for keke
15/21
*nterfedon +
Problem utama dan penatalaksanaan 10 anak adalah :
a. %iagnosis :
- /ejala klinik tidak spe&ifik sehingga sering terjadi oer ; under
diagnosis dan oer;under treatment
- 0elum ada alat diagnostik yang pasti
- +nfeksi 10 atau sakit 10 tidak ada alat diagnostik yang dapat
membedakan
b. Kepatuhan berobat
- 0anyak terjadi putus obat yang berakibat kegagalan
pengobatan
$I$!%& $')I*+ !# A*A' IDAI
+%,A-A 1 2 3 $')
Kontak 1idak jelas - 01A (-$ 01A ($
1es 1uberkulin - - - Positif
00 0bm
00
/ii buruk -
Panas Penyebab
tdk jelas
- -
0atuk E 7 mg L 7 mg
Pembesaran kelenjar D ) kel
L ) &m
tdksakit
1ulang ; Sendi 0engkak
oto thora@ Normal Sugestif 121A4
!a"el 2.2 sistem skoring !# anak IDAI
&. Pengobatan tb anak
7/24/2019 jump 7 for keke
16/21
%u,uan pengo&atan % ana$ adalah:
- enurunkan ; membunuh kuman dengan &epat
- Sterilisasi kuman untuk men&egah relaps dengan jalan pengobatan
ase intensif (! bulan$ : mengeradikasi kuman dengan 7
ma&am obat : +N*, 9ifampisim dan P6A
ase pemeliharaan (8 bulan$ : akan memberikan efek
sterilisasi untuk men&egah terjadinya relap : menggunakan !
ma&am obat : +N* M 9+
- en&egah terjadinya resistensi kuman 10
P9+NS+P P'N/20A1AN 10 ANAK
- Kombinasi lebih dari satu ma&am obat. *al ini untuk men&egah
terjadinya resistensi terhadap obat
- Bangka panjang, teratur, dan tidak terputus. *al ini merupakan
masalah kadar kepatuhan pasien.
- 2bat diberikan se&ara teratur tiap hari
#A! /A*+ $%)I*+ DI+0*A'A* PADA !# A*A'
#A! $%DIAA* D$I$
(mgkg ##
D$I$ &A'$ %$
+N* 1ablet )"" mg
1ablet 7"" mg
Sirup )" mg;ml
# F )# mg 7"" mg *epatitis, neuritis
perifer
hipersensitif
9ifampi&im Kapsul; kaplet
)#",7"",8#",?""
Sirup !" mg;ml
)" - )# ?"" mg 5rine;sekret
merah hepatitis,
mual flulikereaktion
Pirainamid 1ablet #"" mg !# F 7# ! g *epatitis
hipersensitif
'tambuol 1ablet #"" mg )# F !" !,# g Neurilis optika
ggn isus ;warna
7/24/2019 jump 7 for keke
17/21
ggn saluran &erna
Streptomisin +njeksi )# - 8" ) gram 2totoksis
nefrotokis
#A! #A!0'
enurut 0eers (!""7$ batuk memiliki peran utama dalam mengeluarkan dahak dan
membersihkan saluran pernafasan, maka batuk yang menghasilkan dahak umumnya tidak
disupresikan. Jang diutamakan adalah pengobatan kausa seperti infeksi, &airan di dalam paru,
atau asma. isalnya, antibiotik akan diberikan untuk infeksi atau inhaler bisa diberi kepada
penderita asma. 0ergantung pada tingkat keparahan batuk dan penyebabnya, berbagai ariasi
jenis obat mungkin diperlukan untuk pengobatan. 0anyak yang memerlukan batuknya
disupresikan pada waktu malam untuk mengelakkan dari gangguan tidur. enurut KK (!""C$
sangat penting untuk mengobati batuk dengan jenis obat batuk yang benar. enurut 0eers (!""7$
pengobatan batuk se&ara umumnya dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis batuknya berdahak
atau tidak. Benis obat batuk ada mukolitik, ekspektoran, dan antitusif.
a. ukolitik
ukolitik merupakan obat yang bekerja dengan &ara mengen&erkan sekret saluranpernafasan dengan jalan meme&ah benang-benang mukoprotein dan mukopolisakarida
dari sputum. Agen mukolitik berfungsi dengan &ara mengubah iskositas sputum melalui
aksi kimia langsung pada ikatan komponen mukoprotein. Agen mukolitik yang terdapat
di pasaran adalah bromheksin, ambroksol, dan asetilsistein ('stuningtyas, !""=$.
b. 'kspektoran'kspektoran umumnya diberikan untuk mempermudah pengeluaran dahak pada batuk
kering (non produktif$ agar menjadi lebih produktif. 'kspektoran bekerja dengan &ara
membasahi saluran napas sehingga mukus (dahak$ menjadi lebih &air dan mudah
dikeluarkan (dibatukkan$. Penggunaan ekspektoran ini didasarkan pengalaman empiris.
1idak ada data yang membuktikan efektiitas ekspektoran dengan dosis yang umum
digunakan. ekanisme kerjanya diduga berdasarkan stimulasi mukosa lambung dan
selanjutnya se&ara refleks merangsang sekresi kelenjar saluran pernafasan lewat nerus
agus, sehingga menurunkan iskositas dan mempermudah pengeluaran dahak. 2bat
7/24/2019 jump 7 for keke
18/21
yang termasuk golongan ini ialah ammonium klorida dan gliseril guaiakoiat
('stuningtyas, !""=$.&. Antitusif
enurut artin (!""C$ antitusif atau cough suppressant merupakan obat batuk yang
menekan batuk, dengan menurunkan aktiitas pusat batuk di otak dan menekan respirasi.isalnya dekstrometorfan dan folkodin yang merupakan opioid lemah. 1erdapat juga
analgesik opioid seperti kodein, diamorfin dan metadon yang mempunyai aktiitas
antitusif. Antitusif yang selalu digunakan merupakan opioid dan deriatnya termasuk
morfin, kodein, dekstrometorfan, dan fokodin. Kebanyakannya berpotensi untuk
menghasilkan efek samping termasuk depresi serebral dan pernafasan. Buga terdapat
penyalahgunaan.
0aku emas (gold standard$ antitusif adalah kodein. Kodein bekerja se&ara sentral dengan
menekan pusat batuk di bagian medulla batang otak. Bika digunakan dengan dosis
antitusif, kodein tidak memperlihatkan efek adiktif (1iete, !""?$.
#A! -0
a. Analgesik dan antipiretikParasetamol adalah analgesik-antipiretik yang terdapat dalam komposisi produk obat
flu untuk mengatasi nyeri dan demam, dan umumnya dapat ditoleransi dengan baik.
Selain itu ibuprofen dan aspirin jug digunakan sebagai analgesik untuk mengatasi
gejala demam atau sakit kepala pada flu. Kongesti parah pada saluran hidung
menyebabkan inflamasi dan nyeri yang dapat diringankan oleh analgesik, meskipun
analgesik (parasetamol$ tidak terbukti bermanfaat untuk mengurangi gejala flu
lainnya (seperti sakit tenggorokan, malaise, bersin dan batuk$. Sakit kepala, nyeri otot
dapat dikurangi oleh parasetamol, aspirin atau ibuprofen. Aspirin dikontra-
indikasikan untuk anak di bawah )? tahun karena dilaporkan menyebabkan sindrom
"eye yang menyerang otak (encephalopathy$ dan hati, jika digunakan oleh anak usia
kurang dari )? tahun. Aspirin juga harus digunakan se&ara berhati-hati pada
kehamilan, pasien dengan asma alergik, pasien dengan penyakit hati atau ginjal.
+buprofen dan aspirin dapat menyebabkan iritasi lambung, terutama pada pasien
7/24/2019 jump 7 for keke
19/21
dengan ulkus. +buprofen dan aspirin tidak terdapat dalam komposisi produk flu
kombinasi tetap yang beredar di pasaran di +ndonesia (4i, !")7 arrer, !")"$b. Antihistamin
Sebagai salah satu komponen yang umum terdapat dalam obat-obat flu, antihistamin
digunakan karena adanya efek antikolinergik, yang antara lain dapat mengurangisekresi mukus. 2bat ini digunakan untuk mengatasi gejala bersin, rhinorrhoea, dan
mata berair. Antihistamin generasi pertama yang banyak digunakan antara lain adalah
G1, difenhidramin, feniramin. *asil uji klinik a&ak terkontrol (9G1, ramdomized
clinical trial$ antihistamin generasi pertama menunjukkan hasil yang positif untuk
mengatasi gejala flu, namun tidak terbukti men&egah, mengobati atau mempersingkat
serangan flu. Selain itu, kesimpulan meta analisis Go&hran menunjukkan monoterapi
antihistamin tidak mengurangi gejala bersin dan rhinorrhoeapada flu yang signifikan
se&ara klinis, serta tidak menunjukkan perbaikan subyektif pada anak maupun subyek
dewasa. 'fek samping yang paling mengganggu dari antihistamin generasi pertama
ini adalah sedasi, yang dapat membahayakan jika mengemudikan kendaraan atau
mengoperasikan mesin. 'fek samping sedasi ini semakin diperparah jika pasien
mengonsumsi alkohol. 'fek samping antihistamin lainnya adalah mata dan mulut
kering, pusing dan penglihatan kabur. eskipun kini telah ada antihistamin generasi
kedua yang kurang menimbulkan sedasi, namun antihistamin ini tidak memiliki efek
antikolinergik, sehingga tidak efektif untuk mengurangi gejalagejala salesma atau flu
yang disertai produksi mukus yang berlebihan (%e Sutter, !""$.
&. 6in&
6in& (6n$ memperlihatkan efek penghambatan terhadap pertumbuhan irus. Suatu uji
klinik a&ak terkontrol mengungkapkan 6n dapat mempersingkat durasi gejala flu,
namun tidak terbukti dalam uji klinik 9G1 lainnya. Se&ara spesifik, empat dari
delapan uji klinik selanjutnya menunjukkan tidak ada manfaat 6n, dan empatstudi
lainnya kemungkinan terjadi bias disebabkan subyek mampu mengenali efek samping
6n. 2leh karena hasil studi yang tidak konsisten ini maka dibutuhkan studi klinik
dengan subyek yang lebih besar untuk membuktikan manfaat 6n serta
mempertimbangkan manfaat-risikonya sebelum direkomendasikan untuk pengobatan
dan pen&egahan gejala flu (S&ien&e, !")!$.
7/24/2019 jump 7 for keke
20/21
6
7/24/2019 jump 7 for keke
21/21
Top Related