I
9t07,IIYSYdNfO
YNYAY(IN SYIISUf,AINNNYINYIUffd SYIAII)TV{
ICOTOT\I)Tf,IOXSOUCY rOnIS IIMUCOUd
?/reqwuv >leffid uB,&l[ Iefeft16 BsrV m]ey I
: qelo
(7 od11og ozttg) HVIIyS IOvd SINSIS1gCyNYCNYflNtflCNgd IAIYTY( >IVgNS NYI{YUfld
I
NI
ZI
II
OI
6
" "' s{g}snd rB$3O
""" uqnduqsex 'I',rr?rBs lr"p uqn&m-sex 'AI
::----*ffiffiffffiI"' qlem rrern]V rrurn]V e'fuuPY E'E
"' ryqns spod unn1 usruueued snrueuade'fuepy Z'e
I .x#'ffiffi:ffi#x;* ""'usqnqppued 'I..."' FI rBgr"o
"'relustued e}"X
"""Irl(In't
8L
L
9
9
s
n
€
7,
I
H
T
I
u?u?I?HISIuvrdvo
1
Peranan Subak Dalam Pengembangan Agribisnis Padi
I. Pendahuluan
Visi pembangunan pertanian di Indonesia adalah terwujudnya masyarakat yang
sejahtra khususnya petani melalui pembangunan sistem agribisnis dan usaha-usaha
agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi.
Pengembangan pembangunan pertanian di Bali khususnya tanaman pangan
tidak dapat dilepaskan dengan keberadaan subak yang telah terbentuk sejak dahulu
yang bersifat sosio-agraris-religius dan berkembang terus sebagai organisasi pengelola
air dan lain-lain dipersawahan. Telah banyak program pertanian dari pemerintah
untuk meningkatkan kesejahtraan petani melalui organisasinya yaitu subak.
Namum kenyataannya tingkat pendapatan petani selaku anggota subak di Bali
masih relatif rendah, khususnya yang bersumber dari usaha tani di lahan sawah.
Belum diperolehnya hasil yang oftimal, khusnya dalam peningkatan kesejahteraan
atau pendapatan petani disebabkan oleh berbagai factor antara lain terbatasnya lahan
sawah, sebagian besar petani berstatus sebagai penyakap, kurangnya permodalan,
biaya produksi yang tinggi atau tidak memadai, fluktuasi harga gabah, terbatasnya
kemampuan untuk beragribisnis.
Guna mengatasi masalah di atas, diperlukan adanya upaya pemberdayaan
subak sebagai basis pembangunan pertanian tanaman pangan (padi) yaitu
mewujudkan subak sebagai lembaga ekonomi dan tidak semata-mata sebagai lembaga
pengelola air irigasi, tetapi dipacu sebagai lembaga ekonomi pedesaan.
2
Oleh karena itu pemberdayaan subak diarahkan untuk memperkuat subak
dalam konteks agribisnis, agar mampu menciptakan jaringan produksi dan pemasaran
yang tangguh, guna meningkatkan kemampuan finansialnya.
II. Tinjauan Singkat Mengenai Agribisnis Berbasis Subak.
Salah satu contoh bentuk kelembagaan pada aktivitas pertanian yang
mendasarkan diri pada bentuk kelembagaan komunitas adalah subak. Subak
mempunyai hak otonomi secara penuh untuk membentuk pengurus, mengatus
keuangan, membuat peraturan (awig-awig), melaksanakan sanksi, menjaga ketertiban
dan kesejahteraan anggota. Selain mengatur pengairan, ia juga mengatur waktu
penyiapan lahan, penaburan benih, penanaman, dan mengatur pergiliran tanaman
Pertanian merupakan sejenis proses produksi yang khas yang didasarkan pada
pertumbuhan tanaman, dimana para petani mengatur dan menggiatkan pertumbuhan
tanaman tersebut didalan suatu usaha taninya.
Agribisnis merupakan suatu keseluruhan aktivitas bisnis di bidang pertanian
yang saling terkait dan saling tergantung satu sama lain, mulai dari : (1) sub-sistem
pengadaan dan penyaluran sarana produksi; (2) sub-sistem usaha tani; (3) sub-sistem
pengolahan dan penyimpanan hasil (agroindustri); (4) sub-sistem pemasaran, dan (5)
sub-sistem penunjang, yang meliputi lembaga keuangan, taransportasi, penyuluhan,
pelayanan informasi agribisnis, penelitian, kebijakan pemerintah dan asuransi
agribisnis. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa agribisnis adalah merupakan
segala usaha ekonomi yang berkaitan dengan usaha tani, yang meliputi usaha
3
pengadaan sarana produksi, usaha tani, usaha pengolahan hasil-hasil pertanian, dan
usaha perdagangan sarana produksi dan produk-produk pertanian. Ciri-ciri pokok
agribisnis meliputi : berorientasi pada pasar/ bersifat komersial yang ditandai oleh
sebagaian besar sarana produksinya dibeli dan hasilnya dijual dipasar, rasional dan
ekonomis, serta senantiasa berupaya memperoleh manfaat ekonomi yang maksimal
dalam artian segala keputusan didasarkan pada pertimbangan ekonomi, bukan sosial.
Subak mempunyai potensi yang memungkinkan untuk melakukan kegiatan-
kegiatan ekonomi diantaranya adalah : adanya pengelolaan dana oleh subak, adanya
pemanfaatan sarana produksi pertanian yang didasarkan pada periode tanamnya,
adanya produksi pertanian, khususnya padi yang dihasilkan, adanya usaha ekonomis
yang pernah dilakukan, seperti simpan pinjam dan adanya kebutuhan alat-alat dan
mesin pertanian.
Namun disisi lain banyak tantangan yang dihadapi oleh organisasi subak
sebagai pengelola air irigasi didalam meningkatkan daya saing hasil pertanian.
Tantangan tersebut meliputi: kualitas produk yang diminta seiring dengan
meningkatnya pendapatan mereka, kontinuitas suplai, yaitu adanya jaminan
ketersediaan produk untuk menciptakan pasar yang terpelihara, ketepatan waktu
pengiriman produk pertanian, teknologi yang memadai pada setiap sub sistem
agribisnis, kualitas sumber daya pada setiap subsistem agribisnis dan investasi
disektor pertanian.
4
III. Peranan Subak dalam Pengembangan Agribisnis Padi.
Berdasarkan karakreristik atau keberadaan yang dimiliki oleh subak, maka
peranan subak dalam mengembangkan agribisnis tanaman padi dapat dilihat dari
komponen kekuatan-kekuatan yang dimiliki oleh subak itu sendiri antara lain :
3.1. Adanya Awig-Awig atau Aturan yang Mengikat.
Awig-awig subak merupakan seperangkat aturan yang memuat ketentuan-
ketentuan yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan oleh seluruh anggota
subak termasuk pengurusnya. Semua anggota subak, wajib memenuhi aturan-aturan
yang termuat dalam awig-awig tersebut. Ini berarti bahwa terdapat suatu kekuatan di
dalamnya yang dapat dimaksimalkan sehinggga pengelolaan usaha tani, yang
berorientasi pada agribisnis dapat ditingkatkan.
Beberapa aturan penting yang bisa tertuang dalam awig-awig subak meliputi :
(1) distribusi dan alokasi air irigasi; (2) Penetapan pola tanam dan jadwal tanam; (3)
pengelolaan keuangan subak; (4) Penyelenggaraan usaha agribisnis, dan lain-lain.
Kekuatan dari awig-awig subak ini adalah adanya sanksi baik yang bersifat material
maupun inmaterial yang dikenakan kepada anggota subak yang melanggarnya.
Sehubungan dengan peranan subak dalam pengembangan agribisnis padi;
awig-awig ini yaitu yang mengatur petani untuk berusaha tani secara kompak melalui
pilihan jenis tanaman, varietas, dan jadwal penanaman akan memberikan suatu
kekuatan bagi subak untuk mengusahakan kegiatan bisnis. Anggota subak yang tidak
melakukan penanaman pada waktu yang ditentukan, tidak menananm varietas yang
5
disepakati akan dikenakan sanksi. Kegiatan bisnis yang dapat dikembangkan
sehubungan dengan hal ini adalah penyediaan sarana produksi, seperti benih, pupuk
dan pestisida sesuai dengan kebutuhan atau luas areal. Jika subak yang mngusahakan
sendiri kebutuhan sarana produksi pertanian tersebut maka subak akan memiliki usaha
bisnis dalam penyediaan sarana produksi dan tentunya adanya penerimaan atau
keuntungan bagi lembaga subak.
3.2. Adanya Pertemuan-pertemuan Rutin Pada Subak
Pertemuan-pertemuan rutin di subak yang biasa disebut sangkepan. Penentuan
hari sangkepan dilakukan melalui kesepakatan diantara anggota dan pengurus subak.
Anggota subak yang tidak hadir pada hari sangkepan akan dikenakan sanksi.
Pada setiap sangkepan diselenggarakan beberapa acara pokok seperti
pemanfaatan air irigasi, pemecahan masalah-masalah yang dihadapi anggota subak
atau petani. Sangkepan ini biasanya dihadiri pula oleh PPL9 Penyuluh Pertanian
Lapangan dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan.
Sangkepan subak merupakan salah satu kekuatan yang dimiliki subak untuk
terwujudnya kekompakan, khususnya di dalam pengambilan keputusan-keputusan
yang berhubungan dengan pengelolaan usaha tani padi sawah misalnya : pengaturan
pola tanam, jadwal tanam dan penentuan varietas yang ditanam dapat diputuskan
melalui sangkepan tersebut. Dengan demikian sangkepan ini merupakan salah satu
komponen kekuatan yang perlu dipertahankan oleh subak dalam kaitan
pengembangan agribisnis padi.
6
3.3. Adanya Iuran-Iuran Wajib
Iuran-iuran adalah sebagai salah satu upaya yang dilakukan subak untuk
memperkuat penguatan modal atau keuangan subak. Bagi anggota yang tidak
membayar iuran akan dikenakan sanksi, antara lain berupa penutupan air. Sanksi
inilah yang menyebabkan para petani anggota subak selalu menepati kewajibannya
untuk membayar iuran. Iuran ini biasanya dipungut setiap bulan atau setiap panen
padi, atau jika diperlukan dengan adanya perbaikan-perbaikan saluran irigasi.
Sehubungan dengan peran subak dalam pengembangan agribisnis padi,
merupakan salah satu komponen kekuatan bagi subak untuk mengembangkan
agribisnis padi. Melalui iuran ini subak dapat masukan modal yang selanjutnya dapat
dikelola lagi untuk kepentingan atau penyediaan modal usaha bagi anggota subak.
Artinya bahwa jika iuran petani dapat ditingkatkan maka penerimaan subak juga
secara nyata akan meningkat dan selanjutnya para petani anggota subak dapat
memanfaatkan untuk keperluaan usaha tani dengan nilai yang lebih besar melalui
pinjaman subak.
3.4. Adanya Usaha-Usaha Simpan Pinjam.
Dengan adanya pungutan iuran dari anggota subak baik setiap bulan maupun
setiap panen, ini akan menambah modal bagi subak. Modal yang terkumpul ini dapat
dikelola melalui kegiatan pinjaman dengan suku bunga tertentu. Anggota yang tidak
mengembalikan pinjaman atau tidak membayar bunga akan dikenakan sanksi baik
berupa denda atau penutupan air irigasi.
Dalam kaitannya dengan peranan subak dalam mengembangkan agribisnis
padi, simpan pinjam ini juga dapat membantu petani untuk memenuhi kebutuhan
7
usahanya termasuk juga konsumsi keluarganya, membantu petani untuk
mempertahankan harga produk yang lebih baik atau layak, karena kebutuhan uang
tunai secara mendesak dapat diperoleh melalui pinjaman subak.
3.5. Adanya Usaha Tani Yang Terpola
Penetapan pola tanam dan jadwal tanam akan ditentukan melalui musyawarah
mufakat diantara anggota subak dengan memperhatikan rekomendasi dari Dinas
Pertanian Tanaman Pangan. Ini berarti bahwa para anggota subak akan menyiapkan
diri untuk melakukan pembibitan guna memenuhi batas waktu yang telah ditetapkan.
Pelanggaran atas batas waktu ini akan dikenakan sanksi berupa denda yang besarnya
ditentukan melalui rapat anggota.
Dalam hubungannya dengan peranan subak dalam pengembangan agribisnis,
penanaman yang terpola merupakan salah satu komponen kekuatan dalam subak
untuk menata anggotanya di dalam melakukan usaha tani secara serempak. Artinya
subak dapat mengatur distribusi air irigasi ke masing-masing tempek secara tepat,
penyediaan sarana produksi seperti benih, pupuk, pestisida secara kompak. Dan juga
dapat ditujukan waktu panen sehingga pasar dapat dikelola olah anggotanya.
3.6. Terbentuknya Koperasi Tani Pada Subak
Seperti diketahui bahwa subak telah melakukan kerja sama dengan beberapa
lembaga keuangan seperti Bank BRI yang dalam hal ini adalah penyediaan sarana
produksi, uang garap, dalam bentuk kredit usaha tani. Para petani melalui subaknya
terlebih dahulu menyedikan RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok) yang
dibuat untuk mengetahui kebutuhan sarana produksi yang dibutuhkan masing-masing
anggota subak pada musim tanam padi. Ini berarti bahwa para petani telah terbiasa
8
untuk melakukan persiapan-persiapan mengenai kebutuhan sarana produksi untuk
tanaman padinya, termasuk juga administrasi pengembalian pinjaman atau kredit
usaha taninya melalui Bank BRI. Melalui koperasi inilah para petani juga secara
individual memperolah sarana produksi seperti benih, pupuk dan obat-obatan,baik
secara tunai maupun kredit.
Dikaitkan dengan peranan subak dalam agribisnis padi, pengalaman kemitraan
dengan lembaga keuangan seperti Bank BRI dan juga adanya Koperasi Tani
merupakan suatu komponen kekuatan dalam subak untuk melakukan usaha bisnis.
3.7. Adanya Nilai Religi Dalam Subak
Seperti diketahui bahwa subak memiliki sifat sosio-agraris-religius. Nilai
religius ini juga merupakan pengejawantahan dari filosopi subak yaitu Tri Hita Karana
(Parahyahngan yaitu hubungan antara manusia dengan Tuhan, Pawongan yaitu
hubungan antara manusia dengan sesama dan Palemahan yaitu hubungan antara
manusia dengan lingkungannya) . Dengan adanya nilai religius di subak para petani
selalu merasa tergantung kepada keberadaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang
dimanifestasikan dengan penyelenggaraan kegiatan ritual atau keagamaan. Atau
dengan kata lain setiap petani anggota subak dengan kebersamaan selalu mengadakan
kegiatan ritual dalam pelaksaan usaha tani.
Dengan demikian rasa kebersamaan anggota subak dalam kegiatan ritual
merupakan suatu kekuatan internal subak dalam mendukung pengembangan agribisnis
dalam subak.
9
3.8. Adanya Sikap Petani Yang Positif Terhadap Agribisnis.
Sikap petani yang dimaksud adalah adanya suatu kecendrungan yang terdapat
dalam diri individu-individu petani sebagai anggota subak terhadap pengembangan
agribisnis melalui organisasi subaknya. Hal ini bisa dilihat dari sikap petani dalam
melakukan usaha taninya seperti : penggunaan sarana produksi yang berkualitas dan
memadai, penggunaan benih yang bermutu, pemeliharaan tanaman yang baik,
melakukan pasca panen yang baik dan memasarkan hasil panen secara lebih
menguntungkan. Sikap petani yang demikian ini adalah merupakan sesuatu
komponen kekuatan dalam mengembangkan usaha agribisnis
IV. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Berdasarkan kajian yang telah diuraikan di atas bahwa subak sangat berperan
sekali dalam mendukung pengembangan agribisnis padi. Hal ini sudah barang tentu
sangat terkait dengan karakteristik atau keberadaan subak itu sendiri yang merupakan
suatu organisasi taradisional di Bali yang bersipat sosio-agraris-religius.yang
mempunyai komponen-komponen kekuatan yang terkandung di dalamnya yang sangat
mendukung pengembangan agribisnis padi di Bali. Komponen-komponen kekuatan
subak antara lain :
1. Adanya awig-awig yang mengikat;
2. Adanya pertemuan rutin subak;
3. Adanya iuran-iuran rutin;
10
4. Adanya usaha simpan pinjam di subak;
5. Usahatani yang terpola atau ketatnya pola tanam yang ditetapkan;
6. Terbentuknya Koperasi Tani;
7. Nilai religi dalam subak;
8. Sikap petani yang positif terhadap agribisnis.
Sedangkan komponen-komponen kelemahannya antara lain :
1. Rata-rata penguasaan sawah yang relatif sempit.
2. Setatus petani banyak sebagai penyakap;
3. Terbatasnya kemampuan permodalan;
4. Terbatasnya kemampuan managemen administrasi;
5. Rendahnya pengetahuan petani mengenai agribisnis;
6. Tidak memiliki tempat menyimpanan gabah.
Saran.
Untuk meningkatkan peran subak dalam pengembangan agribisnis padi dapat
dilakukan dengan melakukan beberapa strategi kegiatan antara lain :
1. Penyedian subsidi sarana produksi pertanian oleh Pemerintah.
2. Peningkatan peran koperasi dalam penyediaan sarana produksi .
3. Peningkatan modal usaha simpan pinjam di subak.
4. Pengembangan kemitraan di subak.
5. Peningkatan teknologi pertanian melalui pengembangan program
pertanian.
11
6. Peningkatan pengetahuan tentang agribisnis.
7. Pengembangan penanganan pasca panen.
8. Memprogramkan asuransi pertanian.
9. Pembentukan lembaga pembeli gabah petani.
10. Mempermudah mekanisme pemberian kredit kepada petani.
11. Penyedian jalan usaha tani pada subak.
Top Related