MAKALAH
ISTISHNA’Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Syariah
Dosen Pengampu : M. Djazari, M.Pd
Disusun oleh :
1. Syahida Norviana (10403241008)
2. Dwi Roni Indriyanti (10403241016)
PENDIDIKAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
dan tepat pada waktunya.
Selama proses penyusunan makalah ini, penyusun mendapat banyak bantuan
dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih
kepada:
1. M. Djazari, M.Pd dosen pengampu mata kuliah Akuntansi Syariah.
2. Ibu, Bapak, dan segenap keluarga yang telah memberikan dukungan dan doa.
3. Teman – teman yang telah memberikan semua bantuannya.
4. Semua pihak yang baik secara langsung maupun tidak langsung telah
membantu penyusunan.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan, untuk itu saran dan kritik dari berbagai sumber yang dapat
membangun sangat kami harapkan sehingga menjadi lebih baik untuk nanti ke
depannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Yogyakarta, 12 September 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar........................................................................................ ii
Daftar Isi.................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................... 1
C. Tujuan...................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Akad Istishna’........................................................
B. Jenis Akad Istishna’.................................................................
C. Dasar Syariah...........................................................................
Sumber Hukum Akad Istishna’................................................
Rukun dan Ketentuan Akad Istishna’......................................
Berakhirnya Akad Ishtishna’...................................................
D. Perlakuan Akuntansi (PSAK 106)...........................................
Akuntansi untuk Penjual..........................................................
Akuntansi untuk Pembeli.........................................................
E. Ilustrasi Kasus Akad Istishna...................................................
BAB III PENUTUP
A. Penutup....................................................................................
B. Kesimpulan..............................................................................
Daftar Pustaka.........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan istishna’?
2. Apa saja jenis akad Istishna’?
3. Bagaimana pencatatan akuntansi Istishna’?
C. TUJUAN
1. Mengetahui istilah istishna’ secara mendalam.
2. Mengetahui jenis akad istishna’.
3. Mengetahui cara pencatatan akuntansi istishna’.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN AKAD ISTISHNA’
Akad istishna’ adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan
barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang di sepakati antara
pemesan (pembeli/mustashni’) dan penjual (pembuat/shani) (fatwa DSN MUI).
Shani’ akan menyiapkan barang yang di pesan sesuai dengan spesifikasi yang
telah di sepakati di mana ia dapat menyiapkan sendiri atau melalui pehak lain
(istishna’ pararlel).
Dalam PSAK 104 par 8 dijelaskan barang pesanan harus memenuhi kriteria:
1. Memerlukan proses pembuatan setelah akad di sepakati
2. Sesuai dengan spesifikasi pemesan (customized), bukan produk masal dan
3. Harus di ketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi
jenis,spesifikasi teknis, kualitas, dan kuantitasnya.
Dalam istishna’ paralel, penjual membuat akad istishna’ kedua dengan sub
kontraktor untuk membantunya memenuhi kewajiban akad istishna’ pertama
(antara penjual dan pemesan) pihak yang bertanggung jawab pada pemesan tetap
terletak pada penjual tidak dapat di alihkan pada sub kontraktor karna akad terjadi
anatara penjual dan pemesan bukan pemesan dengan subkontrktor. Sehingga
penjual tetap bertanggung jawab atas hasil kerja subkontraktor.
Pembeli mempunyai hak untuk memperoleh jaminan dari penjual atas (a)
jumalah yang telah di bayarkan; dan (b) penyerahan barang pesanan sesuai dengan
spesifikasi dan tepat waktu (PSAK 104 par 13).
Dalam akad, spesifikasi akad yang di pesan harus jelas, bila produk yang di
pesan adalah rumah, maka luas bangunan, model rumah dan spesifikasi harus
jelas, misalnya menggunakan bata merah, kayu jati, lantai keramik merk roman
ukuran 40x40, toiletteries merk TOTO dan lain sebagainya. Dengan spesifikasi
yang rinci, diharapkan persengkataan dapat di hindari.
Harga pun harus disepakati berikut cara pembayarannya, apakah pembayaran
100% dibayarkan dimuka, melalui cicilan, atau ditangguhkan sampai waktu
tertentu. Begitu harga disepakati, maka selama masa akad harga tidak dapat
berubah walaupun biaya produksi meningkat, sehingga penjualan harus
memperhtungkan hal ini. Perubahan harga hanya dimungkinkan apabila
spesifikasi atas barang yang dipesan berubah.
Begitu akad disepakati, maka akan mengikat para pihak yang bersepakat dan
pada dasarnya tidak dapat dibatalkan, kecuali:
1. Kedua belah pihak setuju untuk menghentikannya
2. Akad batal demi hokum karena timbul kondisi hukum yang dapat
menghalangi pelaksanaan atau penyelesaian akad (PSAK 104 par 12)
Perbedaan salam dengan istishna’
Subjek Salam istishna’ Aturan dan
keterangan
Pokok
kontrak
Muslam fihi Mashnu’ Barang
ditangguhkan,
dengan spesifikasi
Harga Dibayar saat
kontrak
Boleh saat kontrak,
boleh diangsur,
boleh dikemudian
hari
Cara penyelesaian
pembayaran
perbeddaan utama
antara salam dengan
istishna’
Sifat kontrak Mengikat secara
asli (thabi’i)
Mengikat secara
ikutan (thaba’i)
Salam mengikat
semua pihak sejak
semula, sementara
istishna’ dianggap
mengikat berdasarkan
pandangan para
fuqaha demi
kemaslahatan, serta
tidak bertentangan
dengan aturan
syari’ah
Kontrak
paralel
Salam paralel Istishna’ paralel Baik salam paralel
maupun istishna’
parallel sah asalkan
kedua kontrak
sedcara hokum
adalah terpisah
Sumber: diolah dari berbagai sumber.
B. JENIS AKAD ISTISHNA’
1. Istishna’ adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang
tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertgentu yang disepakati antara
pemesan (pembeli/mustahin) dan penjujal (pembuat/shani).
Keterangan
(1) Melakukan akad istishna’
(2) Barang diserahkan kepada pembeli
(3) Pembayaran dilakukan oleh pembeli
2. Istishna’ paralel adalah suatu bentuk akad istishna’ antara penjual dan
pemesan, dimana untuk memenhui kewajibannya kepada pemesan,
penjual melakukan akad itishna dengan pihak lain (subkontraktor) yang
dapat memenuhi asset yang dipesan pemesan. Syaratnya akad istishna’
pertama antara penjual dan pemesan tidak bergantung pada istishna’,
kedua antara penual dan pemasok. Selain itu, akad antara pemesan dengan
penjual dan akad antara penjual dan pemesan harus terpisah dan penjual
tidak boleh mengakui adanya keuntungan selama konstruksi.
C. DASAR SYARI’AH
Sumber Hukum Akad Istishna’
Amr bin ‘auf berkata
Penjual Pembeli(1)(2)(3)
“Perdamaian dapat dilakukan diantara kamu muslimin kecuali perdamaian
yang megharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram; dan kaum
muslimin tergikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang
mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram” (HR. Tirmidzi)
Abu Sa’id Al Khudri berkata: “Tidak boleh membahayakan diri maupun
orang lain.” (HR. Ibnu Maja, Darruqutni dan yang lain)
Masyarakat telah memperaktikan istishan secara luas dan terus menerus tanpa
ada keberatan sama sekali. Hal demikian menjadi istishna’ sebagai kasus ijma
atau consensus umum. Istiishna sah sesuai dengan aturan umum mengenai
kebolehan kontrak selama ttidak bertentangan dengan nash atau aturan syari’ah.
Segala sesuatu yang memiliki kemaslahatan bagi umum serta tidak dilarang
syari’ah, boleh dilakukan. Tidak ada persoalan apakah hal tersebut telah
dipraktikan secara umum atau tidak.
D. RUKUN DAN KETENTUAN AKAD ISTISHNA’
Adapun rukun istishna’ ada tiga, yaitu :
1. Pelaku terdiri atas pemesan (pembeli/mustasni) dan penjual
(pembuat/sani’).
2. Objek akad berupa barang yang akan diserahkan dan modal istishna’
yang berbentuk harga.
3. Ijab qabul/serah terima.
Ketentuuan syari’ah
1. Pelaku, harus cakap hokum dan balig
2. Objek akad:
a. Ketentuan tentang pembayaran
1) Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa
uang, barang, atau manfaat, demikian juga degan cara
pembayarannya.
2) Harga yang telah ditetapkan dalam akad tidak boleh berubah.
Akan tetapi apabila setelah akad ditandatangani pembeli
mengubah spesifikasi dalam akad maka penambahan biaya
akibat peruhbahan ini menadi tanggung jaawab pembeli.
3) Pembayaran dilakukan sesuai kesepakatan.
4) Pembayaran tidak boleh berupa pe,mbebasan utang.
b. Ketetuan tentang barang
1) Barang pesanan harus jelas spesifikasinya (jenis, ukuran, mutu)
sehingga tidak ada lagi jahala dan perselisihan dapat dihindari
2) Barang pesanan diserahkan kemudian
3) Waktu dn penyerahan barang harus ditetapkan nberdasarkan
kesepakatan
4) Barang pesanan yang belum diterima tidak boleh dijual
5) Tidak boleh menukar barang kecuali dengan barang sejenis
sesuai kesepakatan
6) Dalam hal terdapat cacat atau barang tidak sesuai dengan
kesepatan, pemesan pemilik hak khiyar (hak memilik) untuk
melanjutkan atau membatalkan akad
7) Dalam hal pemesanan sudah dikerjakan sesuai dengan
kesepakatan, hukumnya mengikat, tidak boleh dibatalkan
sehingga penjual tidak dirugikan karena ia telah menjalankan
kewajibannya sesssuai dengan kesepakatan
3. Ijab qabul
Adalah pernyataan ekpsresi saling ridha/ rela diantara pihak pihak
pelaku akad yang dilakukan secara verbal, terttulis, melaui
korespondensi atau menggunakan cara cara komunikasi modern.
E. BERAKHIRNYA AKAD ISTISHNA’
Kontrak istishna’ bisa berakhir berdasarkan kondisi kondisi berikut:
1. Dipenuhinya kewajiban secara normal oleh kedua belah piahk,
2. Persetujuan bersama kedua belah pihak untuk menghentikan kotrak
3. Pembatalan hokum kontrak ini jika muncul sebab yang masuk akal
untuk mencegah dilaksanakannya kontrak atau penyelesaiannya,
dan masing masing pihak bisa menuntut pembatalannya.
F. PERLAKUAN AKUNTANSI (PSAK 106)
1. Akuntansi untuk penjual
Pengakuan untuk asset tergantung dari akadnya. Jika proposal, negosiasi dan
biaya serta pendapatan asset dapat diidentpikasi terpisah ,maka akan di anggap
akad terpisah. Jika tidak, maka akan di anggap satu akad. Jika ada pesanan
tambahan dan nilainya signipikan atau di negosiasikan terpisah, maka di anggap
akad terpisah.
1. Biaya perolehan istishna’ terdiri atas ;
a. Biaya langsung yaitu: bahan baku dan tenaga kerja langsung untuk
membuat barang pesanan, atau tagihan produsen /konttraktor pada
entitas untuk istishna’ paralel.
b. Biaya tidak langsung adalah biaya overhead termasuk biaya akad dan
pra akad.
c. Khusus untuk istishna’ paralel: seluruh biaya akibat
produsen/kontraktor tidak dapat memenuhi kewajiban jika ada.
Biaya perolehan/pengeluaran selama pembngunan atau tagihan yang di
terima dari produsen/kontraktor akan di akui sebagai asset istishna’b
dalam penyelesaian ,sehingga jurnal yang di lakukan bila entitas
melakuakan pengeluaran untuk akad istishna’ adalah:
Dr. Asset istishna’ dalam penyelesaian xxx
Kr. Persediaan,kas,utang,dan lain-lain xxx
Untuk akun yang di kredit akan tergantung apa yang di guanakan
oleh perusahaan untuk memenuhi kewajiban akad tersebut.
Beban pra akad di akui sebagai beban tangguhan dan di
perhitungkan sebagai biaya istishna’ jika akad di sepakati jika akad di
sepakati maka biaya tersebut di bebankan pada periode berjalan.
Saat di keluarkan biaya pra akad, di catat:
Dr. biaya pra akad di tangguhkan xxx
Kr. Kas xxx
Jika akad di sepakati,maka di catat:
Dr. Beban istishna’ xxx
Kr. Biaya pra akad di tangguhkan xxx
Jika akad tidak di sepakati, maka di catat:
Dr. Beban xxx
Kr. Biaya pr akad di tangguhkan xxx
2. Jika pembeli melakukan pembayaran sebelum tanggal jatuh tempo dan
penjual memberikan potongan, maka potongan tersebut sebagai pengurang
pedapatan istishna’.
3. Pengakuan pendapatan dapat diakui dengan 2 metode:
a. Metode persentase penyelesaian, adalah sistem pengakuan pendapatan
yang dilakuakan seiring dengan proses penyelesaian berdasarkan akad
istishna’.
b. Metode akad selesai adalah sistem pengakuan pendapatan yang
dilakukan ketika proses penyelesaian pekerjaan telah dilakukan.
Dari kedua metode ini PSAK 104 menyarankan penggunaan metode
persentase penyelesaian, kecuali jika estimasi persentase penyelesaian
akad dan biaya penyelesaiannya tidak dapat ditentukan secara rasional
maka digunakan metode akad selesai.
4. Untuk metode persenasse penyelesaian, pengakuan pendapatan dilakukan
sejumlah bagian nilai akad yang sebanding dengan pekerjaan yang telah
diselesaikan tersebut diakui sebagai pendapatan istishna’ pada periode
yang bersangkutan.
- Pendapatan diakui berdasarkan persentase akad yang telah diselesaikan
biasanya estimasi menggunakan dasar persentase pengeluaran biaya
yang dilakukan dibandingkan dengan total biaya, kemudian persentase
tersebut dikalikan dengan nilai akad.
- Margin Keuntungan juga diakui berdasarkan cara yang sama dengan
pendapatan
Persentase Penuelesaian = Biaya yang telah dikeluarkan
Total biaya untuk penyelesaian
Pengakuan Pendapatan = Persentase Penyelesaian x Nilai Akad
Pengakuan Margin = Persentase Penyelesaian x Nilai Margin
Di mana nilai margin tersebut adalah Nilai Akad – Total Biaya
Untuk pengekuan pendapatan di tahun-tahun berikutnya ljika proses
pembangunannya lebi dari satu tahun :
Pendapatan
Tahun Berjalan=
Pendapatan diakui
sampai dengan saat ini-
Pendapatan yang
telah diakui
5. Untuk metode persentase penyelesaian, bagian margin keuntungan
istishna’ yang diakui selama periode pelaporan ditambahkan kepada aset
istishna’ dalam penyelesaian.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Sri Nurhayati, Wasilah, Akuntansi Syari’ah Di Indonesia, Salemba Empat, Edisi
Dua Revisi
Afcarya, Akad dan Produk Bank Syari’ah, JAKARTA: PT. RAJA GRAFINDO
PERSADA 2008, edisi satu - dua
Praktik pembiayaan istishna’ dan istishna’ paralel
Seperti halnya praktik salam, secara praktis pelaksanaan
kegiatan istishna’ dalam perbankan syari’ah cenderung dilakukan
dalam format istishna’ paralel. Hal ini dapat dipahami karena pertama,
kegiatan istishna’ oleh bank syari’ah merupakan akibat dari adanya
permintaan barang tertentu oleh nasabah, dan kedua, bank syari’ah
bukanlah produsen dari barang dimaksud. Secara umum tahapan
prraktik istishna’ dan istishna’ paralel di perbankan syari’ah adalah
sama dengan tahapan praktik salam. Perbedaannya terletak pada cara
pembayaran yangh tidak dilakukan secara sekaligus, tetapi dilakukan
secara bertahap. Berdasarkan kompilasi sop yang disampaikan oleh
bank syari’ah, tahapan pelaksanaan istishna’ dan istishna’ paralel
adalah seperti pada table dibawah ini.
Tabel: ringkasan tahapan akad istiishna dan istishan paralel menurut sop bank
syari’ah
No Tahapan
1
2
3
4
5
6
7
8
Adanya permintaan barang tertentu dengan spesifikasi yang jelas oleh
nasabah pembeli kepada bank syari’ah sebagai mustasni
Wa’ad nasabah untuk membeli barang dengan harga dan waktu tangguh
pengiriman barang yang disepakati
Mencari produsen yang sanggup untuk menyediakan barang dimaksud
(sesuai batas waktu yang disepakati dengan harga yang lebih rendah)
Pengikatan I antara bank dengan nasabah untuk membeli barang dengan
spesifikasi tertentu yang akan diserahkan pada waktu yang telah ditentukan
Pembayaran oleh nasabah dilakukan sebagian di awal akad dan sisanya
sebelum barang diterima (atau sisanya disepakati untuk diangsur)
Pengikatan II antara bank dan produsen untuk membeli barang dengan
spesifikasi tertentu yang akan diserahkan pada waktu yang telah ditentukan
Pembayaran dilakukan secara bertahap bank kepada prrodusen setelah
pengikatan dilakukan
Pegiriman barang dilakukan langsung ole produsen pada nasabah
Sumber: bukhori et,al (2005)
Dari hasil telaahan atas SOP produk istishna’, terdapat beberapa hal yang
dapat dicermati lebih jauh, yaitu:
1). Secara umum pemahaman bank syari’ah terdapat akad istisha adalah berkaitan
dengan pembelian suatu benda yang memiliki nilai besar dan prroduksi secara
bertahap, misalnya, bangunan, pesawat terbang dan sebaginya.
2). Sama halnya dengan praktik salam, praktik akad istisna di bank syari’ah
hamper lalu dilakukan dalam format istishna’ paralel.dengan demikian praktik
istishna’ di perbankan syari’ah lebih terporientasi pada upaya pencarian marjin
antara harga akad I dan harga akad II
3). Sama halnya dengan praktik salam, praktik istishna’ di industri perbankan
syari’ah lebih mencerminkan kegiatan utang piutang (penyediaan dana) daripada
kegiatan jual beli. Implikasinya adalah pengakuan piutang istishna’ lebih
mencerminkan piutang uang (sebagai akibat kegiatan penyediaan dana) daripada
piutang barang (sebagai akibat kegiatan jual beli).
Top Related