1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada waktu ini pengelasan dan pemotongan merupakan pelaksanaan
pengerjaan yang amat penting dalam teknologi produksi bahan baku logam. Dari
perkembangannya yang pesat telah banyak teknologi baru yang ditemukan
sehingga boleh dikatakan hampir tidak ada logam yang tidak dapat dipotong dan
dilas dengan cara-cara yang ada saat ini.
Salah satu cara pengelasan yang dilakukan, misalnya seperti proses
pengelasan dengan gas. Yang umum dilakukan merupakan pengelasan dengan gas
oksi-asetilen atau yang sering disebut sebagai las karbid. Banyak keuntungan yang
dapat diperoleh dengan jenis pengelasan ini. Karena pada pengelasan ini sumber
panasnya berasal dari pembakaran gas asetilen dengan gas oksigen, maka perlu
diketahui perbandingan yang tepat akan masing-masing gas tersebut agar
diperoleh hasil lasan yang baik.
1.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui jenis-jenis nyala
api dan pengaruh kecepatan pengelasan pada pengelasan oksi-asetilen terhadap
deposit metal las.
1.3 Batasan Masalah
Pada percobaan ini, permasalahan dibatasi pada pengontrolan input bahan
bakar gas dan oksigen untuk proses pengelasan, kecepatan pengelasan yang
dilakukan dan penggunaan filler metal dalam proses pengelasan.
1
2
1.4 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan ini terdiri dari lima bab sebagai kajian
utama. Bab I menjelaskan latar belakang, tujuan percobaan, batasan masalah, dan
sistematika penulisan laporan yang digunakan. Bab II merupakan tinjauan pustaka
yang berisi mengenai teori singkat yang terkait dengan percobaan yang dilakukan.
Bab III menjelaskan mengenai metode penelitian yang dilakukan. Bab IV
menjelaskan mengenai data percobaan, dan pembahasan berdasarkan tinjauan
pustaka dari data yang telah diperoleh. Bab V menjelaskan mengenai kesimpulan
dari percobaan yang telah dilakukan, yang dilengkapi dengan saran seputar
percobaan. Sebagai kajian tambahan, di akhir laporan terdapat lampiran yang
memuat contoh perhitungan, jawaban pertanyaan dan tugas, gambar alat dan
bahan yang digunakan dalam praktikum serta blanko percobaaan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengelasan Oksi-asetilen
Pengelasan dengan gas dilakukan dengan membakar bahan bakar gas yang
dicampur dengan oksigen (O2) sehingga menimbulkan nyala api dengan suhu
tinggi yang mampu mencairkan logam induk dan logam pengisinya. Jenis bahan
bakar gas yang digunakan misalnya asetilen, propana atau hidrogen, sehingga cara
pengelasan ini dinamakan las oksi-asetilen atau dikenal dengan nama las karbit.
Nyala asetilen diperoleh dari nyala gas campuran oksigen dan asetilen
yang digunakan untuk memanaskan logam sampai mencapai titik cair logam
induk. Pengelasan dapat dilakukan dengan atau tanpa logam pengisi.
Oksigen diperoleh dari proses elektrolisa atau proses pencairan udara.
Oksigen komersil umumnya berasal dari proses pencairan udara di mana oksigen
dipisahkan dari nitrogen. Oksigen ini disimpan dalam silinder baja pada tekanan
14 MPa. Gas asetilen (C2H2) dihasilkan dari reaksi kalsium karbida dengan air.
Gelembung-gelembung gas naik dan endapan yang terjadi adalah kapur tohor.
Reaksi yang terjadi dalam tabung asetilen adalah :
CaC2 + 2H2O=
Ca(OH)2 + C2H2
Bila dihitung ternyata 1 kg CaC2 menghasilkan kurang lebih 300 liter asetilen.
Sifat dari asetilen (C2H2) yang merupakan gas bahan bakar adalah tidak
berwarna, tidak beracun, berbau, lebih ringan dari udara, cenderung untuk
memisahkan diri bila terjadi kenaikan tekanan dan suhu (di atas 1,5 bar dan 350o
C), dapat larut dalam massa berpori (aseton).
Karbida kalsium keras, mirip batu, berwarna kelabu dan terbentuk sebagai
hasil reaksi antara kalsium dan batu bara dalam dapur listrik. Hasil reaksi ini
kemudian digerus, dipilih dan disimpan dalam drum baja yang tertutup rapat. Gas
asetilen dapat diperoleh dari generator asetilen yang menghasilkan gas asetilen
3
4
dengan mencampurkan karbid dengan air atau kini dapat dibeli dalam tabung-
tabung gas siap pakai. Agar aman tekanan gas asetilen dalam tabung tidak boleh
melebihi 100 Kpa, dan disimpan tercampur dengan aseton. Tabung asetilen diisi
dengan bahan pengisi berpori yang jenuh dengan aseton, kemudian diisi dengan
gas asetilen. Tabung jenis ini mampu menampung gas asetilen bertekanan sampai
1,7 MPa.
Gambar 1. Komponen Las Oksi-asetilen
Prinsip dari pengelasan ini tidak terlalu rumit. Hanya dengan mengatur
besarnya gas asetilen dan oksigen, kemudian ujungnya didekatkan dengan nyala
api maka akan timbul nyala api. Tetapi besarnya gas asetilen dan oksigen harus
diatur sedemikian rupa dengan memutar pengatur tekanan sedikit demi sedikit.
Apabila gas asetilen saja yang dihidupkan maka nyala apinya berupa nyala biasa
dengan mengeluarkan jelaga. Apabila gas asetilennya terlalu sedikit yang diputar,
maka api las tidak akan menyala.
Kecepatan penarikan kembali gas per jam dari sebuah silinder asetilen
tidak boleh lebih besar dari 20% (seperlima) dari isinya, agar gas aseton bisa
dialirkan (silinder asetilen haruslah selalu tegak lurus).
2.2 Nyala Api Oksi-asetilen
Nyala hasil pembakaran dalam las oksi-asetilen dapat berubah bergantung
pada perbandingan antara gas oksigen dan gas asetilennya. Ada tiga macam nyala
api dalam las oksi-asetilen, yaitu :
5
1. Nyala Karburasi
Bila terlalu banyak perbandingan gas asetilen yang digunakan maka di
antara kerucut dalam dan kerucut luar akan timbul kerucut nyala baru
berwarna biru. Di antara kerucut yang menyala dan selubung luar akan
terdapat kerucut antara yang berwarna keputih-putihan, yang panjangnya
ditentukan oleh jumlah kelebihan asetilen. Hal ini akan menyebabkan
terjadinya karburisasi pada logam cair. Nyala ini banyak digunakan dalam
pengelasan logam monel, nikel, berbagai jenis baja dan bermacam-macam
bahan pengerasan permukaan non-ferrous.
Gambar 2. Nyala Api Karburasi
2. Nyala Netral
Nyala ini terjadi bila perbandingan antara oksigen dan asetilen sekitar
satu. Nyala terdiri atas kerucut dalam yang berwarna putih bersinar dan
kerucut luar yang berwarna biru bening. Oksigen yang diperlukan nyala
ini berasal dari udara. Suhu maksimum setinggi 3300 sampai 3500 oC
tercapai pada ujung nyala kerucut.
Gambar 3. Nyala Api Netral
6
3. Nyala Oksidasi
Bila gas oksigen lebih daripada yang dibutuhkan untuk menghasilkan
nyala netral maka nyala api menjadi pendek dan warna kerucut dalam
berubah menjadi ungu. Nyala ini akan menyebabkan terjadinya proses
oksidasi atau dekarburisasi pada logam cair. Nyala yang bersifat oksidasi
ini harus digunakan dalam pengelasan fusion dari kuningan dan perunggu
namun tidak dianjurkan untuk pengelasan lainnya. Karena sifatnya yang
dapat merubah komposisi logam cair maka nyala asetilen berlebih dan
nyala oksigen berlebih tidak dapat digunakan untuk mengelas baja. Suhu
pada ujung kerucut dalam kira-kira 3000oC dan di tengah kerucut luar
kira-kira 2500oC.
Gambar 4. Nyala Api Oksidasi
2.3 Keuntungan dan Kegunaan Las Oksi-asetilen
Keuntungan dan kegunaan pengelasan oksi-asetilen sangat banyak, antara
lain :
1. Peralatannya relatif murah dan hanya memerlukan sedikit
pemeliharaan.
2. Cara penggunaannya sangat mudah, tidak memerlukan teknik-teknik
pengelasan yang tinggi sehingga mudah untuk dipelajari.
3. Mudah dibawa dan dapat digunakan di lapangan maupun di pabrik
atau di bengkel-bengkel karena peralatannya kecil dan sederhana.
4. Dengan teknik pengelasan yang tepat hampir semua jenis logam dapat
dilas dan alat ini dapat digunakan untuk pemotongan maupun
penyambungan. [januarsutrisnoyayan, 2008]
7
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Diagram Alir Percobaan
Percobaan ini secara umum digambarkan dalam bentuk diagram alir
sehingga memudahkan pelaksanaan percobaan yang dilakukan seperti gambar 5.
7
Persiapan bahan : pelat logam, kawat filler metal, dan
peralatan las oksi-asetilen.
Penimbangan pelat dan filler metal
Penyalaan las gas
Pengelasan pelat dengan cara mendekatkan brander yang
telah menyala dan filler metal yang dilakukan di atas pelat
dan pencatatan waktu pengelasan
Pematian nyala api dan pendinginan pelat
Penimbangan pelat dan filler metal setelah pengelasan
Data
8
Gambar 5. Diagram Alir Percobaan
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat yang digunakan
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu di antaranya:
1. Tabung oksigen
2. Tabung bahan bakar
3. Regulator
4. Brander
5. Kunci tabung
6. Pembersih nosel
7. Sikat kawat
8. Selang las
9. Meja kerja
10. Tang
11. Sarung tangan
12. Kacamata las
13. Masker
3.2.2 Bahan yang digunakan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu di antaranya:
1. Pelat logam dan filler metal
2. Pemantik api
3. Gas oksigen
4. Gas asetilen
LiteraturPembahasan
Kesimpulan
9
3.3 Prosedur Percobaan
1. Menyiapkan pelat logam dan filler metal yang akan digunakan dan
mengecek kesiapan alat lainnya.
2. Menimbang berat pelat (Go) dan berat filler metal (Fo).
3. Menyalakan brander dan mengatur keluar masuknya gas asetilen dan
oksigen untuk mendapatkan nyala api yang diinginkan.
4. Melakukan proses pengelasan dengan cara memanaskan pelat yang
akan dilas terlebih dahulu dan mencatat waktu pengelasan yang
dilakukan.
5. Mematikan nyala api pada brander, dengan cara mengecilkan volume
gas asetilen dan oksigen yang digunakan.
6. Setelah dingin, menimbang berat akhir pelat (GI) dan berat sisa filler
metal (FI).
7. Mencatat hasil percobaan dan membuat kesimpulan.
.
10
BAB IV
HASILDAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Percobaan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh data percobaan
yang ditunjukkan dalam tabel 1.
Tabel 1. Data Hasil Percobaan
PelatGo
(g)
GI
(g)
Gf
(g)
x
(cm)
t
(sekon
)
S
(cm/s)
Fo
(g)
FI
(g)
Ff
(g)v (g/s)
I 149,9 154,9 5,0 10,76 195,97 0,0549 22,0 16,8 5,2 0,0265
II 154,9 160,9 6,0 9,9 203,92 0,0485 16,8 12,7 4,1 0,0201
III 160,9 165,5 4,6 11,06 195,21 0,0566 12,7 8,5 4,2 0,0215
4.2 Pembahasan
Berdasarkan data hasil percobaan dalam tabel 1, dapat kita ketahui
hubungan antara kecepatan pengelasan yang dilakukan terhadap jumlah deposit
metal las yang dihasilkan sesuai dengan gambar 6.
10
11
Gambar 6. Grafik Hubungan antara Kecepatan Pengelasan terhadap
Deposit Metal Las yang dihasilkan
Mengacu pada gambar 6, dapat kita ketahui hubungan antara kecepatan
pengelasan berbanding terbalik terhadap jumlah deposit metal las yang dihasilkan.
Kecepatan pengelasan merupakan variabel bebas yang diperoleh dari data
percobaan, sedangkan jumlah deposit metal las menjadi variabel yang terikat
kepada kecepatan proses pengelasan yang dilakukan.
Pada gambar 6 juga dapat kita lihat bahwa jumlah deposit metal las yang
dihasilkan mengalami penurunan dengan semakin meningkatnya kecepatan
pengelasan yang dilakukan. Hal ini dikarenakan ketika waktu pengelasan yang
dilakukan semakin cepat, maka filler metal yang menempel pada pelat logam
yang dilas belum tebal, baru sebatas lapisan-lapisan las tipis pada permukaan
pelat. Untuk menghasilkan ketebalan lapisan las yang baik agar hasil lasan
optimal, dibutuhkan waktu pengelasan dan penahanan yang lebih lama agar filler
metal dapat meleleh dan lebih banyak menempel pada permukaan pelat logamnya.
Dengan kata lain, kecepatan pengelasan harus rendah agar deposit metal yang
dihasilkan semakin banyak.
12
Dengan demikian, pengaruh kecepatan pengelasan yang dilakukan
terhadap deposit metal las yang dihasilkan yaitu semakin tinggi kecepatan
pengelasannya, maka akan terbentuk lapisan las yang tipis dengan jumlah deposit
metal yang sedikit. Artinya, untuk memperoleh deposit metal yang banyak, maka
waktu pengelasan harus lebih lama atau kecepatan proses pengelasannya
diperkecil.
13
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1 Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum pengelasan oksi-asetilen di Laboratorium
Metalurgi I, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Terdapat tiga jenis nyala api dalam pengelasan oksi-asetilen, yaitu
nyala karburasi, nyala netral, dan nyala oksidasi. Adapun nyala
oksidasi di mana merupakan nyala yang terjadi karena jumlah oksigen
lebih banyak daripada gas asetilennya yang diperlihatkan dan
digunakan dalam proses pengelasan dalam praktikum ini karena dapat
menghasilkan temperatur paling tinggi dibandingkan jenis nyala api
lainnya.
2. Pengaruh kecepatan pengelasan terhadap deposit metal las yang
dihasilkan, yaitu semakin tinggi kecepatan pengelasan yang dilakukan,
maka jumlah deposit metalnya semakin sedikit, dan sebaliknya
semakin rendah kecepatan pengelasannya, maka jumlah deposit
metalnya akan semakin banyak.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan untuk praktikum pada kesempatan selanjutnya,
yaitu melakukan proses pengelasan dengan nyala api yang berbeda-beda tidak
hanya dengan nyala oksidasi agar praktikan dapat mengetahui pengaruh jenis
nyala api terhadap deposit metal yang dihasilkan dengan membuat dan
mengontrol kecepatan pengelasan yang sama untuk semua jenis nyala api yang
digunakan.
13
14
DAFTAR PUSTAKA
Wiryosumarto, Harsono. Teknologi Pengelasan Logam. Jakarta: PT. Pradnya
Paramita. 2000.
http://batmankutilan.blogspot.com/2011/05/oaw-atau-las-karbit.html [Diakses
tanggal 21 November 2011 pukul 21.23 WIB]
http://laskarbit.blogspot.com/2009/03/pengelasan-dengan-oksi-asetilin.html
[Diakses tanggal 21 November 2011 pukul 21.15 WIB]
http://mechanicalprovider.blogspot.com/2011/06/proses-pengelasan-oksi-
asetilin.html [Diakses tanggal 21 November 2011 pukul 21.20 WIB]
14
15
LAMPIRAN
15
16
Lampiran 1. Contoh Perhitungan
1. Menghitung kecepatan pengelasan
Pelat I
x = 10,76 cm
t = 195,97 detik
S = xt
= 10,76
195,97 = 0,0549 cm/detik
Pelat II
x = 9,9 cm
t = 203,92 detik
S = xt
= 9,9
203,92 = 0,0485 cm/detik
Pelat III
x = 11,06 cm
t = 195,21 detik
S = xt
= 11,06
195,21 = 0,0566 cm/detik
17
Lampiran 2. Jawaban Pertanyaan dan Tugas
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pengelasan oksi-asetilen?
Jawab :
Pengelasan yang dilakukan dengan menggunakan gas asetilen sebagai
bahan bakar dan gas oksigen sebagai pembakar untuk mengahasilkan reaksi
pembakaran yang menghasilkan panas, sehingga panas reaksi tersebut dapat
mencairkan logam untuk dilas.
2. Pada proses pengelasan gas oksiasetilen terdapat tiga macam nyala api,
sebutkan dan jelaskan perbedaan ketiganya beserta gambar!
Jawab :
Tiga macam nyala api dalam las oksi-asetilen, yaitu :
1. Nyala Karburasi (Asetilen berlebih)
Bila terlalu banyak perbandingan gas asetilen yang digunakan maka di
antara kerucut dalam dan kerucut luar akan timbul kerucut nyala baru
berwarna biru. Di antara kerucut yang menyala dan selubung luar akan
terdapat kerucut antara yang berwarna keputih-putihan, yang panjangnya
ditentukan oleh jumlah kelebihan asetilen. Hal ini akan menyebabkan
terjadinya karburisasi pada logam cair. Nyala ini banyak digunakan dalam
pengelasan logam monel, nikel, berbagai jenis baja dan bermacam-macam
bahan pengerasan permukaan non-ferrous.
Nyala Api Karburasi
2. Nyala Netral (Perbandingan asetilen sama dengan oksigen)
18
Nyala ini terjadi bila perbandingan antara oksigen dan asetilen sekitar
satu. Nyala terdiri atas kerucut dalam yang berwarna putih bersinar dan
kerucut luar yang berwarna biru bening. Oksigen yang diperlukan nyala
ini berasal dari udara. Suhu maksimum setinggi 3300 sampai 3500 oC
tercapai pada ujung nyala kerucut.
Nyala Api Netral
3. Nyala Oksidasi (Oksigen berlebih)
Bila gas oksigen lebih daripada yang dibutuhkan untuk menghasilkan
nyala netral maka nyala api menjadi pendek dan warna kerucut dalam
berubah menjadi ungu. Nyala ini akan menyebabkan terjadinya proses
oksidasi atau dekarburisasi pada logam cair. Nyala yang bersifat oksidasi
ini harus digunakan dalam pengelasan fusion dari kuningan dan perunggu
namun tidak dianjurkan untuk pengelasan lainnya. Karena sifatnya yang
dapat merubah komposisi logam cair maka nyala asetilen berlebih dan
nyala oksigen berlebih tidak dapat digunakan untuk mengelas baja. Suhu
pada ujung kerucut dalam kira-kira 3000oC dan di tengah kerucut luar
kira-kira 2500oC.
Nyala Api Oksidasi
19
3. Jelaskan antara perbedaan penyolderan dan pematrian!
Jawab :
Penyolderan merupakan bagian dari pematrian di mana merupakan
salah satu jenis dari pengelasan yang menggunakan logam lain yang memilki
temperatur lebih rendah dari logam induk sebagai logam lem (logam yang
akan menempel untuk mengikat). Sedangkan pematrian merupakan salah satu
jenis pengelasan dalam klasifikasi pengelasan berdasarkan cara kerjanya,
dibagi menjadi pembrasingan dan penyolderan.
4. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis cacat yang terjadi pada proses pengelasan!
Jawab :
Cacat-cacat yang mugkin timbul pada proses pengelasan, yaitu :
1. Retak (Cracks), dapat terjadi baik pada logam las (weld metal), daerah
pengaruh panas (HAZ) atau pada daerah logam dasar (parent metal).
2. Voids, cacat las berupa lubang-lubang halus atau pori-pori yang biasanya
terbentuk di dalam logam las akibat terperangkapnya gas yang terjadi
ketika proses pengelasan.
3. Inklusi, disebabkan oleh pengotor (inklusi) baik berupa produk karena
reaksi gas atau berupa unsur-unsur dari luar, seperti: terak, oksida, logam
wolfram atau lainnya.
4. Kurangnya fusi atau penetrasi (lack of fusion or penetration), cacat akibat
terjadinya ”discontinuity” yaitu ada bagian yang tidak menyatu antara
logam induk dengan logam pengisi.
5. Bentuk yang tak sempurna (imperfect shape), memberikan geometri
sambungan las yang tidak baik
5. Jelaskan perbedaan antara las kampuh, las titik, dan las proyeksi!
Jawab :
20
Las kampuh :Hasil las-lasannya adalah kontinyu di sepanjang logam
induk yang berimpit.
Las titik :Terjadi sambungan las pada posisi jepitan.
Las proyeksi :Hasil pengelasan umumnya mempunyai penampilan yang
lebih baik dibandingkan dengan las titik pada umum nya,
sehingga tidak diperlukan pengerjaan lanjut, seperti:
grinda, amplas. Dapat dihasilkan beberapa sambungan las
sekaligus.
21
Lampiran 2. Gambar Alat dan Bahan
Gambar 7. Tabung Gas Gambar 8. Neraca teknis
Gambar 9. Jangka Sorong Gambar 10. Sarung Tangan dan Masker
22
Gambar 11. Pelat Logam
Top Related