BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemijahan merupakan suatu kegiatan dimana ikan bereproduksi antara ikan
jantan dan ikan betina yang bertujuan agar spesiesnya tetap hidup dan populasinya
tidak punah. Dalam hal mempertahankan atau menambah populasi spesiesnya, proses
pemijahan sangat berpengaruh pada keberhasilannya dimana sel telur yang
dikeluarkan oleh indukan ikan dibuahi secara sempurna oleh sel sperma. Pada proses
pemijahan ini, dibutuhkan suatu lingkungan atau kondisi yang nyaman dan sesuai
dengan ikan agar proses pemijahan berjalan dengan optimal serta mengurangi rasio
kegagalan dalam memijahnya. Proses pemijahan pada ikan ada yang terjadi di dalam
tubuh induk (pembuahan di dalam atau fertilisasi internal), dan ada pula yang terjadi
diluar tubuh (fertilisasi eksternal). Ikan yang mengadakan fertilisasi internal
mempunyai perlengkapan tubuh untuk memastikan berhasilnya fertilisasi tadi dengan
organ khusus (copulatory organ) untuk keperluan ini, organ tersebut biasanya terdapat
pada ikan jantan saja.
Dalam hal ini, ikan lele (Clarias sp) yang hidup di alam memijah pada musim
penghujan dari bulan Mei sampai Oktober. Ikan lele juga dapat memijah sewaktu-
waktu sepanjang tahun, apabila keadaan air kolam sering berganti. Pemijahan juga di
pengaruhi oleh makanan yang diberikan. Makanan yang bermutu bagus akan
meningkatkan vitalitas ikan, sehingga ikan lele dapat memijah secara optimal.
Ikan lele (Clarias sp) adalah merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan
tubuh memanjang dan kulit licin. Habitatnya di sungai dengan arus air yang perlahan,
rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air. Ikan lele bersifat nokturnal, yaitu
aktif bergerak mencari makanan pada malam hari. Pada siang hari, ikan lele berdiam
diri dan berlindung di tempat-tempat gelap (Suyanto, 1991).
Kegiatan pembenihan ikan lele merupakan kegiatan awal di dalam budidaya
ikan lele. Biasanya pembenihan hanya memanfaatkan bahan- bahan yang mudah
didapat dengan harga yang terjangkau. Dalam hal ini, pemijahan dapat dilakukan baik
secara semi intensif maupun intensif. Secara garis besar, kegiatan pembenihan
meliputi pemeliharaan induk, pemilihan induk yang siap pijah, pemijahan, dan
perawatan larva atau benih.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari kegiatan praktikum pembenihan ikan lele ini, memiliki
tujuan umum dan tujuan khusus. Antara lain yaitu:
1. Tujuan umum : Agar mahasiswa / taruna/i dapat mengetahui cara atau
teknik pemijahan pada ikan lele.
2. Tujuan khusus : Agar mahasiswa / taruna/i mampu menyeleksi induk ikan
lele yang telah matang gonad serta mampu melakukan kegiatan pemijahan
ikan lele sampai pada pemeliharaan larvanya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Klasifikasi Ikan Lele (Clarias sp.)
Menurut Sanin (1984) dan Simanjuntak (1989) dalam Rustidja (1997),
klasifikasi ikan lele adalah sebagai berikut:
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Subordo : Siluroidae
Famili : Clariidae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias sp.
Gambar 1. Ikan Lele
B. Morfologi Ikan Lele
Menurut Najiyati (1992), dalam Rustidja (1997), bentuk luar ikan lele yaitu
memanjang, bentuk kepala pipih dan tidak bersisik. Mempunyai sungut yang
memenjang yang terletak di seitar kepala sebagai alat peraba ikan. Mempunyai alat
olfactory yang terletak berdekatan dengan sungut hidung. Penglihatannya kurang
berfungsi dengan baik. Ikan lele mempuyai 5 sirip yaitu sirip ekor, sirip punggung,
sirip dada, dan sirip dubur. Pada sirip dada jari-jarinya mengeras yang berfungsi
sebagai patil, tetapi pada lele lemah dan tidak beracun. Insang berukuran kecil,
sehingga kesulitan jika bernafas. Selain bernafas dengan insang juga mempunyai alat
pernafasan tambahan (arborencent) yang terletak padainsang bagian atas.
Ikan lele juga memiliki kulit tubuh yang licin, berlendir, dan tidak bersisik.
Jika terkena sinar matahari, warna tubuhnya otomatis menjadi loreng seperti mozaik
hitam putih. Mulut lele relatif lebar, yaitu sekitar ¼ dari panjang total tubuhnya.
Tanda spesifik lainnya dari lele adalah adanya kumis di sekitar mulut sebanyak 8
buah yang berfungsi sebagai alat peraba. Saat berfungsi sebagai alat peraba saat
bargerak atau mencari makan (Khairuman, 2005).
Menurut Puspowardoyo (2003), memiliki patil tidak tajam dan giginya tumpul.
Sungut lele relatif panjang dan tampak labih kuat dari pada lele lokal. Kulit dadanya
terletak bercak-bercak kelabu seperti jamur kullit manusia (panu). Kepala dan
punggungnya gelap kehitam-hitaman atau kecoklat-coklatan. Lele memiliki sifat
tenang dan tidak mudah berontak saat disentuh atau dipegang. Penampilannya kalem
dan tidak banyak bergerak. Lele suka meloncat bila tidak merasa aman.
Pada lele, menurut Najiyati (1992), mempunyai alat pernapaasan tambahan
terletak di bagian kepala. Alat pernapasan ini berwarna kemerahan dan berbentuk
seperti tajuk pohon rimbun yang penuh kapiler-kapiler darah. Mulutnya terdapat di
bagian ujung moncong dan dihiasi oleh empat pasang sungut, yaitu 1 pasang sungut
hidung, 1 pasang sungut maksilan (berfungsi sebagai tentakel), dan dua pasang
sungut mandibula. Insangnya berukuran kecil dan terletak pada kepala bagian
belakang.
C. Habitat
Lele dapat hidup di lingkungan yang kualitas airnya sangat jelek.Kualitas air
yang baik untuk pertumbuhan yaitu kandungan O2 6 ppm, CO2 kurang dari 12 ppm,
suhu 24 – 26 oC, pH 6 – 7, NH3 kurang dari 1 ppm dan daya tembus matahari ke
dalam air maksimum 30 cm (Lukito, 2002).
D. Tingkah laku
Ikan lele dikenal aktif pada malam hari (nokturnal). Pada siang hari, ikan lele
lebih suka berdiam didalam lubang atau tempat yang tenang dan aliran air tidak
terlalu deras. Ikan lele mempunyai kebiasaan mengaduk-aduk lumpur dasar untuk
mencari binatang-binatang kecil (bentos) yang terletak di dasar perairan (Simanjutak,
1989).
E. Teknik Pembenihan
1. Persiapan bak pemijahan
Ada dua macam/tipe kolam, yaitu bak dan kubangan (kolam galian). Pemilihan
tipe kolam tersebut sebaiknya disesuaikan dengan lahan yang tersedia. Pemijahan
lele dapat dilakukan di kolam tembok yang disediakan khusus untuk pemijahan.
Meskipun demikian, cara yang lebih mudah adalah memanfaatkan plastik terpal
yang digunakan untuk tenda. Plastik terpal tersebut dibentuk menyerupai bak
sehingga dapat menampung air.
Ukuran kolam pemijahan, baik tembok maupun plastik terpal tidak terlalu luas.
Untuk satu pasang lele yang akan dipijahkan, cukup 2m2. Sebelum digunakan,
kolam pemijahan harus dibersihkan dan dikeringkan selama beberapa hari.
Maksudnya untuk memepercepat terjadinya proses pemjahan. Selanjtnya bakdiisi
air jernih dan bersih setinggi 50 – 60 cm. Jika air yang diggunakan terlalu kotor
maka telur telur yang telah keluar akan tertutupi lumpur dan tidak akan menetas
2. Seleksi calon induk
a. Betina
Alat kelaminnya berbentuk bulat telur, terletak di dekat lubang dubur.
Pada waktu musim pemijahan, bentuk perutnya menjadi lebih besar dari
biasanya karena berisi telur dan kalau diraba kenyal atau lembek. Bila
perut dipijat dari kepala ke arah ekor akan keluar telur berwarna kuning
kecoklatan.
Ukuran kepala lebih besar.
Kulitnya lebih halus dan licin.
Warna badannya kuning keputihan atau lebih cerah dari biasanya
Pada sirip punggungnya tidak dijumpai titik berwarna hitam.
b. Jantan
Alat kelaminnya berbentuk meruncing, terletak di dekat lubang dubur.
Pada waktu musim pemijahan, jika perut diurut dari kepala kearah ekor
akan keluar cairan sperma berwarna keputihan atau seperti lendir.
Ukuran kepalanya lebih kecil.
Warna badannya lebih gelap.
Pada sirip punggungnya terdapat bintik-bintik berwarna hitam.
3. Pemijahan
Lele mulai dapat dijadikan induk pada umur (8 – 9) bulan dengan berat minimal
500 gram. Pada perkawinannya, induk betina akan melepaskan telur bersamaan
dengan jantan melepaskan spermatozoa di dalam air untuk membuahi telur. Telur
akan menetas dalam tempo 24 jam setelah memijah.
Metode pemijahan lele dapat dilakukan dengan 3 metode yaitu secara alami,
semi intensif, dan secara intensif. Pemijahan secara alami yaitu pemijahan yang
dilakukan tanpa campur tangan manusia, terjadi secaraalamiah (tanpa pemberian
rangsangan hormon). sedangkan pemijahan semi intensif yaitu dengan metode
hipophysasi atau teknik rangsangan ovulasi dengan cara pemberian hormon
gonadotropin yang akan mematangkan gonad tapi proses ovulasinya terjadi secara
alamiah. Pemijahan secara intensif adalah dengan memberi rangsangan hormon
untuk mempercepat kematangan gonad serta ovulasinya dilakukan secara buatan
dengan teknik stripping/pengurutan (Effendi, 2004).
4. Penetasan telur
Penetasan telur dilakukan di dalam bak fiber yang berukuran 2 x 1 x 0,3 m3 dan
ketinggian air sekitar 30 – 40 cm. Biasanya telur – telur akan menetas selama 1 – 2
hari setelah pemijahan pada suhu 25 - 300C (Susanto, 1989).
5. Pemeliharaan larva
Selama perawatan larva lele ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan,
diantaranya yaitu:
a. Pemberian pakan
Selama masa pemeliharaan larva lele dumbo diberikan pakan alami
dan pakan tambahan. Pemberian pakan alami disesuaikan dengan ukuran
benih. Biasanya efektivitas pertumbuhan benih yang memakan plankton
alami berkisar 2 – 3 minggu sejak ditebar ke kolam. Pakan tambahan
diberikan dengan dosis 3 – 5% dari bobot populasi ikan dan diberikan dua
sampai tiga kali sehari, pemberiannya dimulai sejak hari kedua setelah benih
ditebar (Mujiman, 2000).
b. Pengontrolan air
Kegiatan ini meliputi pergantian air dengan pengaturan volume air dan
penyiponan (Lukito, 2002).
c. Pengendalia hama penyakit
Kegiatan ini meliputi pencegahan dan pengobatan (Effendi, 2004).
6. Pemanenan larva
Larva lele umur satu minggu telah siap untuk dipanen. Selama kegiatan
pemanenan perlu adanya perlakuan tertentu karena lele dumbo merupakan jenis
ikan yang tidak bersisik, tetapi tubuhnya berlendir. Oleh karena tidak bersisik
maka tubuhnya sangat mudah mengalami lecet dan luka. Lecet atau luka pada lele
dumbo dapat disebabkan oleh penggunaan peralatan yang sembarangan, cara
panen yang kurang baik dan waktu panen yang kurang tepat (Prihartono dkk,
2000).
Cara panen yang baik yaitu dilakukan pada pagi hari saat sinar matahari belum
panas, kemudian langkah pertama yang perlu dilakukan yaitu menyurutkan air
kolam secara perlahan, yaitu membuka pintu pengeluaran air. Agar benih tidak
terbawa arus air, pada pintu pengeluaran air tersebut dipasangkan saringan. Sambil
menunggu air kolam surut atau kering benih ditangkap sedikit demi sedikit dengan
menggunakan seser, terlebih benih yang ada dekat pintu pengeluaran air.
Tujuannya agar saat kolam surut sudah banyak benih yang tertangkap sehingga
tinggal sedikit yang harus ditangkap. Benih hasil panen ditampung dalam ember
besar dan dimasukan ke dalam bak penampungan benih. Benih tidak boleh terlalu
padat dan selama pemanenan berlangsung air harus tetap mengalir agar benih tidak
stres (Prihartono dkk, 2000).
BAB III
METODOLOGI
A. Waktu dan Tempat
Praktikum pembenihan ikan lele (Clarias sp.) dilaksanakan pada :
Hari/tanggal :
Tempat : Hatchery ( Laboratorium Basah ) Sekolah Tinggi Perikanan
Jurusan Penyuluhan Perikanan Bogor.
B. Alat dan Bahan
1. Alat :
Bak pemijahan
Sikat
Kakaban (media substrat)
Terpal
Arerasi
Selang siphon
Timbangan
Mistar
Alat tulis
Ember/baskom
2. Bahan : Induk ikan lele dumbo (jantan dan
betina)
Pakan
C. Metode Praktikum
1. Persiapan bak pemijahan
Bersihkan bak yang akan digunakan sebagai tempat pemijahan dari plak
lumut.
Isilah dengan air dengan tinggi air ± 40 cm dari dasar kolam.
Masukkan kakaban dan letakkan batu untuk menjanggal kakaban agar
tidak berpindah tempat.
2. Seleksi calon induk dan pemijahan
Pilih sepasang indukan yang telah matang gonad dengan kriteria yang
telah disebutkan diatas.
Timbang indukan sebelum dimasukkan ke dalam kolam.
Masukkan indukan ke dalam kolam dan tutup kolam dengan jaring agar
indukan lele merasa lebih nyaman.
Lele akan memijah setelah 24 jam.
3. Penetasan telur
Setelah lele memijah, telur akan menempel pada kakaban
Pindahkan kakaban yang berisi telur ke dalam kolam larva
Telur akan menetas dalam 36 hingga 48 jam
Segera pindahkan kakaban dari kolam setelah semua telur yang telah
dibuahi menetas
4. Pemeliharan larva
Untuk sekitar 3 hingga 4 hari kedepan, larva tidak perlu diberikan pakan
karena memiliki cadangan makanan dari kuning telurnya
Setelah larva berumur 3-4 hari, larva diberikan pakan berupa cacing
sutra yang telah dicincang dan dibersihkan
Larva diberi pakan berupa artemia atau cacing sutra utuh ketika larva
berusia 10 hari
5. Pemanenan benih
Benih dipanen ketika berukuran 2-3 cm pada umur 21 hari
Kurangi volume air dengan perlahan agar lebih memudahkan dalam
pengambilan benih
Ambil benih dengan serok dan sortir berdasarkan ukuran benih
Masukkan benih kedalam kantung plastik yang diisi oksigen
Ikat kantong dengan baik agar tidak bocor
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam kegiatan praktikum pembenihan ikan ada aspek-aspek yang perlu
diperhatikan dan menjadi faktor penentu keberhasilan, meliputi:
Persiapan wadah, Seleksi indukan, Pemijahan, Penetasan telur, Pemeliharaan
larva, dan Pemanenan benih.
A. PERSIAPAN MEDIA WADAH
Langkah pertama dalam proses pemijahan adalah mempersiapkan wadah, dari
wadah untuk pemijahan dan pemeliharaan larva. Wadah harus disikat dengan bersih
agar bibit penyakit tidak mengganggu proses pemijahan dan pemeliharaan larva.
Setelah dibilas dengan bersih, pengisian air harus di perhatikan sumbernya. Apakah
layak atau tidaknya untuk diisi kedalam kolam. Karena kualitas air juga
mempengaruhi kesehatan larva yang akan dihasilkan. Kolam yang digunakan
berukuran 2 x 3 m dan kemudian memastikan sirkulasi air berjalan lancar untuk
penetasan telur.
B. SELEKSI CALON INDUKAN
Warna dan bentuk alat kelamin urogenital papilla (kelamin) agak menonjol,
memanjang ke arah belakang, terletak di belakang anus, dan warna kemerahan
urogenital papilla (kelamin) berbentuk oval (bulat daun), berwarna kemerahan,
lubangnya agak lebar dan terletak di belakang anus. Pergerakan gerakannya lincah,
tulang kepala pendek dan agak gepeng (depress) gerakannya lambat, tulang kepala
pendek dan agak cembung. Perutnya lebih langsing dan kenyal bila dibanding induk
ikan lele betina perutnya lebih gembung dan lunak stripping bila bagian perut di
stripping secara manual dari perut ke arah ekor akan mengeluarkan cairan putih
kental (spermatozoa-mani). Bila bagian perut di stripping secara manual dari bagian
perut ke arah ekor akan mengeluarkan cairan kekuning-kuningan (ovum/telur). Kulit
lebih halus dibanding induk ikan lele betina kulit lebih kasar dibanding induk ikan
lele jantan
Pada pemijahan induk ikan lele ini dengan menggunakan perbandingan antara
induk jantan dan betina adalah 1 : 1. Setelah diseleksi berat induk ditimbang, pada
kegiatan pemijahan ini induk jantan dan betina mempunyai berat yang sama.
Betina Jantan
C. PEMIJAHAN
Induk lele yang telah diseleksi kematangan gonad selanjutnya dipijahkan secara
alami. Induk tersebut dimasukan ke dalam bak pemijahan yang telah disiapkan, pada
bagian atas bak pemijahan di tutup dengan jaring untuk mencegah induk lele yang
sedang dipijahkan meloncat keluar. Induk akan memijah setelah 8 – 12 jam setelah
dilepaskan kedalam bak. Selama proses pemijahan berlangsung dilakukan
pengontrolan agar induk yang sedang memijah tidak melompat keluar dari bak
pemijahan. Pada praktikum ini induk lele dilepaskan pada pukul 16.00 WIB ke
dalam bak pemijahan yang telah diberi kakaban, sebagai substrad atau media
penempelan telur, dan pemijahan terjadi pada pagi harinya antara pukul 23.00-05.00
WIB.
Setelah pemijahan induk ikan lele segera diangkat dari bak pemijahan dan di
timbang berat induk betina untuk mengetahui fekunditas telur, selanjutnya induk
dikembalikan ke kolam pemeliharaan induk agar tidak mengganggu proses penetasan
telur, hasil dari penimbangan induk betina pasca pemijahan adalah 1,1 kg maka dapat
diketahui berat telur = 1,2 – 1,1 kg = 100 gram. Kegiatan selanjutnya dilakukan
penjarangan kakaban agar pada saat penetasan tidak terjadi kepadatan larva pada
wadah, pada tahap praktikum ini 1 buah kakaban dipindahkan ke bak penetasan
sedangkan satunya dibiarkan didalam bak pemijahan untuk penetasan, artinya 1 bak
penetasan diberi 1 buah kakaban yang dipenuhi telur. Selanjutnya telur yang
menempel pada kakaban ini dihitung agar diketahui jumlah total telur pasca
pemijahan dan jumlah telur yang terbuahi.
Gambar : Kakaban yang telah dipenuhi oleh telur lele
D. PENETASAN TELUR
Setelah proses pemijahan selesai, langkah selanjutnya adalah penetasan telur.
Cepat lambatnya penetasan dipengaruhi oleh suhu air. Semakin tinggi suhu air maka
semakin lambat waktu penetasan. Sebaliknya semakin rendah suhu air maka semakin
cepat waktu penetasan. bahwa Pada suhu 23-26 ˚C telur ikan lele menetas dalam 2
hari, sedangkan pada suhu 27-30 ˚C, telur menetas dalam 3 hari.
Untuk membedakan telur yang terbuahi dengan telur yang tidak terbuahi dapat
dilihat dari warna telurnya, biasanya telur yang terbuahi akan berwarna bening dan
transparan sedangkan untuk telur yang tidak terbuahi yaitu bewarna putih susu dan
berjamur. Jumlah telur yang dibuahi tidak dapat diketahui secara pasti karena sifat
telur ikan lele yang menempel (adesif) sehingga penghitungan menggunakan metode
sampling tidak memungkinkan dilakukan.
Menurut Blaxter dalam Sumantadinata (1983), penetasan telur dapat
disebabkan oleh gerakan telur, peningkatan suhu, intensitas cahaya atau
pengurangan tekanan oksigen. Dalam penekanan mortalitas telur, yang
banyak berperan adalah faktor kualitas air dan kualitas telur selain
penanganan secara intensif.
Dalam praktik ini, setelah induk memijah maka telur pada kakaban akan
dipindahkan kedalam kolam terpal sebagai kolam penetasan telur beserta dengan
kakabannya. Setelah telur menetas maka kakaban akan segera diangkat agar kualitas
air tetap terjaga. 2 hari kemudian, larva menetas. Telur tersebut menetas tidak
berlangsung secara bersamaan, akan tetapi berlangsung secara bertahap.
E. PEMELIHARAN LARVA
Langkah selanjutnya setelah penetasan adalah pemeliharaan larva. Telur-telur
yang telah menetas akan menjadi larva. Pada awal masa kehidupan larva, mereka
tidak perlu diberi pakan. Hal ini karena larva tersebut masih mengandung kuning
telur yang digunakannya sebagai makanan utamanya. Kandungan kuning telur yang
dimiliki oleh larva akan habis dalam 3 atau 4 hari.
Setelah berumur 3 atau 4 hari, larva diberi cacing yang telah dicincang. Pakan
ini sesuai dengan bukaan mulut larva yang masih kecil. Selanjutnya larva dapat diberi
pakan berupa artemia atau cacing utuh. Pemberian pakan dilakukan sebanyak dua
kali, yaitu pada pagi hari pukul 07.00 dan sore hari pukul 17.00 WIB.
F. PEMANENAN
Setelah pemeliharaan larva, maka langkah selanjutnya adalah pengepakan,
adapun tahapan yang pertama adalah menagkap benih dengan menggunakan
skopnett, selanjutnya memasukkan benih kedalam baskom penampungan untuk
dihitung dan dipacking ke dalam kantong plastik berukuran 40 cm x 60 cm dua
rangkap dan telah diisi air sebanyak 4 – 6 liter, kemudian diberi oksigen dan diikat
dengan menggunakan karet gelang dengan kepadatan benih per kantong 1000 ekor.
Selanjutnya benih ikan yang telah dipacking, siap untuk di angkut ke lokasi
berikutnya untuk dipasarkan.
Dari hasil praktikum ini, presentasi mortalitas (derajat kematian) dapat
dikatakan hanya sekitar 10%, kematian larva ini hanya terjadi pada saat
penyiphonan sisa pakan di dasar wadah pemeliharaan sehingga larva yang
ikut tersedot ada yang mati. Rendahnya derajat kelangsungan hidup larva ini
bukan karena terjadi kematian pada larva selama pemeliharaan, namun karena
faktor lain yaitu dengan alasan karena:
Kehilangan larva ini diakibatkan oleh faktor manusia (pencuri), karena dapat
diketahui kepadatan larva pada bak pemeliharaan menurun drastis hanya
terjadi/berselang 1 hari.
Selama pemeliharaan tidak ada bekas larva yang mati didasar bak
pemeliharaan.
Pada larva yang hidup dilakukan pengamatan secara kasat mata, pada bagian
tubuh larva tidak terdapat bekas luka kalau terjadi akibat dari saling memakan
(sifat kanibalisme).
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil kegiatan praktikum pembenihan ikan lele ini, dapat ditarik beberapa
kesimpulan bahwa:
1. Dalam Persiapan bak pemijahan dan bak penetasan telur yaitu dimulai dari
pembersihan bak misalnya menyikat bak, dan pengisian air yang bersih dalam
bak.
2. Seleksi induk bertujuan mendapatkan induk yang benar – benar matang gonad
dan tidak cacat. Perbandingan induk yang digunakan adalah 1:1.
3. Teknik pemijahan dilakukan secara alami dimana induk betina dan induk
jantan di letakkan di kolam pemijahan tanpa rangsangan hormon maupun
streeping.
4. Perawatan larva dengan memberi pakan berupa cacing setelah larva berumur
4 hari atau sudah habis kuning telurnya. Dan mulai diberi pakan artemia dan
cacing utuh setelah berumur 10 hari.
5. Pemanenan dilakukan pada saat benih berumur 21 hari.
B. Saran
Dalam melakukan kegiatan praktikum pembenihan ikan lele, kerjasama dalam
kelompok serta antar kelompok sangat dibutuhkan, disamping itu ketelitian dan
kecermatan dalam melakukan kegiatan praktikum ini sangat diharapkan agar dapat
diperoleh hasil praktikum yang diinginkan.
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNIK PEMBENIHAN IKAN BERSIRIP
(Komoditas ikan Lele)
Clarias sp.
Oleh :
Ian Hidayat Maksus
4812419902
Teknologi Akuakultur – A
Program Studi Teknologi Akuakultur
Jurusan Teknologi Pengelolaan Sumberdaya Perairan
Sekolah Tinggi Perikanan
2013/2014
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM PEMBENIHAN IKAN LELE
DUMBO ( Clarias sp. )
DI LABORATORIUM BASAH ( HATCHERY ) SEKOLAH
TINGGI PERIKANAN JURUSAN PENYULUHAN
PERIKANAN BOGOR JAWA BARAT
Oleh:
Ian Hidayat MaksusNRP: 4812419902
Bogor, November 2013
Mengetahui
Kepala Unit Hatchery
Ahmad Sholeh, S.St.Pi
NIP.19620216 198202 1001